ANALISIS PENYELESAIAN SENGKETA PAJAK DALAM PENGADILAN PAJAK OLEH KANTOR KONSULTAN PAJAK PANORAMA48

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PENYELESAIAN SENGKETA PAJAK DALAM PENGADILAN PAJAK OLEH KANTOR KONSULTAN PAJAK PANORAMA48"

Transkripsi

1 ANALISIS PENYELESAIAN SENGKETA PAJAK DALAM PENGADILAN PAJAK OLEH KANTOR KONSULTAN PAJAK PANORAMA48 Cinthya Libra, Yunita Anwar Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Keuangan, Bina Nusantara University, Jl. Kebon Jeruk Raya No. 9, ABSTRACT Legal products issued after inspection of a tax: SKPKB, SKPKBT, SKPLB, SKPN, STP. The purpose of this study is to analyze how the Office of Tax Consultants Panorama48 as the attorney in resolving tax disputes PT. PD in the Tax Court. This study is a qualitative research study using field studies and literature. Research field study conducted by interview, observation and documentation. Research literature study was done by comparing the data with the theory of corporate taxation and tax laws and regulations. This study uses primary data in the form of underpayment, and secondary data in the form of tax regulations. The results show the calculation of tax payable in the underpayment is correct and have filed an application of article 36 (1) of the CTP, but the result of the submission of article 36 (1) of the Act KUP not published in accordance with procedures which led to the issuance of the taxpayer cann t provide evidence supporting strong, so as to resolve the tax dispute, the Office of tax Consultants Panorama48 lawsuit filed in accordance with article 23 of Law KUP. ABSTRAK Produk hukum yang diterbitkan setelah pemeriksaan pajak berupa SKPKB, SKPKBT, SKPLB, SKPN, STP. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana Kantor Konsultan Pajak Panorama48 selaku kuasa hukum dalam menyelesaikan sengketa pajak PT. PD dalam Pengadilan Pajak. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan metode penelitian studi lapangan dan literatur. Penelitian studi lapangan dilakukan dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Penelitian studi literatur dilakukan dengan membandingkan data perpajakan perusahaan dengan teori dan peraturan perpajakan yang berlaku. Penelitian ini menggunakan data primer berupa SKPKB, dan data sekunder berupa peraturan perpajakan. Hasil penelitian menunjukkan perhitungan pajak yang terutang dalam SKPKB sudah benar dan telah diajukan permohonan pasal 36 (1) UU KUP, akan tetapi hasil dari pengajuan pasal 36 (1) UU KUP diterbitkan tidak sesuai dengan prosedur penerbitan yang menyebabkan Wajib Pajak tidak dapat menunjukkan bukti pendukung yang kuat, sehingga untuk menyelesaikan sengketa pajak tersebut, Kantor Konsultan Pajak Panorama48 mengajukan Gugatan sesuai dengan pasal 23 UU KUP. Kata Kunci : Sengketa Pajak, Gugatan, Pasal 36 (1) UU KUP

2 PENDAHULUAN Menurut Andriani dalam Waluyo (2011) berpendapat bahwa pajak merupakan iuran masyarakat kepada Negara yang terhutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (Undang- Undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran umum berhubung tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan. Sedangkan dalam pasal 1 angka 1 UU No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan menyatakan bahwa pajak adalah kontribusi Wajib Pajak kepada Negara yang terutang oleh Orang Pribadi maupun Badan yang bersifat memaksa dan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dari definisi-definisi sebenarnya mempunyai arti yang sama, sehingga dapat disumpulkan bahwa pajak : (1) bersifat memaksa dan tidak mendapatkan imbalan secara langsung (2) iuran dari rakyat kepada negara, dan hanya negaralah yang berhak untuk memunggut pajak (3) digunakan untuk membiayai keperluan Negara. Selain itu,pemungutan pajak juga mempunyai fungsi dan tujuan secara garis besar. Adapun fungsi dan tujuannya: yang pertama adalah sebagai fungsi anggaran (Budgetair) yaitu pajak sebagai alat untuk memasukkan uang ke kas Negara dan yang kedua adalah sebagai fungsi Regulerend yaitu pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan Pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi. Di negara Indonesia menganut sistem Self Assessment dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya yang artinya Negara memberikan kepercayaan sekaligus tanggung jawab kepada Wajib Pajak itu sendiri untuk menghitung, menyetor dan melaporkan kewajiban perpajakannya. Dengan diberlakukannya sistem ini, maka Fiskus berhak melakukan pemeriksaan pajak sesuai dengan dasar hukum Pasal 29 UU No. 6 Tahun 1983 sebagaimana yang telah diubah beberapa kali dengan UU No. 28 Tahun 2007, yaitu Direktorat Jenderal Pajak secara jabatannya dapat melakukan pemeriksaan untuk menguji tingkat kepatuhan Wajib Pajak ataupun untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan Peraturan Perundang- Undangan Perpajakan. Dengan terjadinya pemeriksaan oleh Fiskus maka akan diterbitkannya SKP yang harus disetujui oleh Wajib Pajak itu sendiri. Apabila Wajib Pajak yang tidak setuju dengan hasil pemeriksaan Fiskus maka dapat melakukan perlawanan pajak sesuai dengan Undang-Undang Perpajakan yang berlaku. Dalam penelitian terdahulu Bapak Hanggoro Pamungkas (2011) tentang penyelesaian sengketa pajak, menyatakan bahwa setelah dilakukannya pemeriksaan oleh Fiskus maka akan diterbitkan SKP yang berupa SKPKB, SKPKBT, SKPLB, SKPN, STP. Dengan diterbitkannya SKP hasil perhitungan Fiskus maka tidak mustahil bisa berbeda dengan perhitungan Wajib Pajak karena adanya perbedaan pemahaman ketentuan atau Undang-Undang atau perbedaan data yang dipakai dalam perhitungan oleh Fiskus. Dengan adanya ketidaksamaan persepsi dan dilakukannya tindakan penagihan pajak oleh Fiskus maka akan terjadi sengketa pajak. Adapun upaya hukum yang dapat ditempuh Wajib Pajak dalam melakukan upaya perlawanan pajak yaitu dengan pengajuan keberatan sesuai dengan Pasal 25 ayat (1) UU KUP No. 28 Tahun 2007 hanya kepada Direktorat Jenderal Pajak dan Banding sesuai dengan Pasal 27 UU KUP hana kepada Pengadilan Pajak. Walaupun dengan adanya lembaga-lembaga dalam penyelesaian sengketa pajak seperti Pengadilan Pajak (karena dalam penyelesaian sengketa pajak, upaya perlawanan tertinggi adalah dalam Pengadilan Pajak), akan tetapi apabila Wajib Pajak kurang memiliki ilmu yang cukup memadai dalam hal perpajakan maka tidak mustahil Wajib Pajak akan membayar pajak jauh lebih tinggi dari nilai yang sebenarnya terutang ditambah dengan sanksi administrasi perpajakan. Maka dari sisi inilah, Kantor Konsultan Pajak sangat berperan dalam membantu Wajib Pajak dalam hal perpajakan. yang menjadi objek penelitian penulis adalah Kantor Konsultan Pajak Panorama48. Penelitian ini akan membahas tentang bagaimana upaya Kantor Konsultan Pajak Panorama48 selaku kuasa hukum dalam membantu kliennya untuk menyelesaikan sengketa pajak dalam tahun 2008 sampai dengan Sehubungan dengan latar belakang ini, maka ditetapkan judul penelitian sebagai berikut: Analisis Penyelesaian Sengketa Pajak Dalam Pengadilan Pajak Oleh Kantor Konsultan Pajak Panorama48 Dalam penelitian ini, penulis akan menganalisis bagaimana upaya Kantor Konsultan Pajak Panorama48 membantu kliennya dalam menyelesaikan Sengketa Pajak yang terjadi dan apakah produk hukum yang diterbitkan oleh Fiskus sudah sesuai dengan Undang-Undang Perpajakan yang berlaku di Indonesia.

3 Landasan Teori Dasar hukum dilakukannya Pemeriksaan pajak oleh Fiskus adalah Pasal 29 ayat (1) Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 sebagai perubahan ketiga atas Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang menyatakan bahwa Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji tingkat kepatuhan Wajib Pajak ataupun untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan Peraturan Perundang-undangan Perpajakan. Pemeriksaan yang dilakukan untuk menguji tingkat kepatuhan Wajib Pajak yang dimaksud adalah: (1) apabila Wajib Pajak menyampaikan Surat Pemberitahuan yang menyatakan lebih bayar termaksud yang telah diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak. (2) apabila Wajib Pajak menyatakan Surat Pemberitahuan yang menyatakan rugi. (3) apabila Wajib Pajak tidak menyampaikan ataupun menyampaikan Surat Pemberitahuan akan tetapi telah melampaui jangka waktu yang telah ditetapkan dalam Surat teguran, dan lain sebagainya sebagaimana yang terdapat dalam Peraturan Menteri keuangan Nomor 199/PMK.03/2007. Sedangkan pemeriksaan pajak yang dilakukan untuk tujuan lain dalam melaksanakan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan Perpajakan: (1) pemberian NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) (2) Penghapusan NPWP (3) Pengukuhan atau Pencabutan PKP (Pengusaha Kena Pajak), dan lain sebagainya yang sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 199/PMK.03/2007. Setelah dilakukannya pemeriksaan oleh Fiskus maka Fiskus akan membuat Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP) setelah diterbitkannya SPHP, Wajib Pajak diberi jangka waktu selama 7 hari untuk melakukan sanggahan atas SPHP ini. Terhadap Wajib Pajak yang tidak melakukan sanggahan maka Fiskus akan menggangap bahwa Wajib Pajak setuju terhadap hasil pemeriksaan Fiskus. Selanjutnya diterbitkanlah produk hukum, adapun produk hukum yang diterbitkan atas hasil dari pemeriksaan menurut Waluyo (2001:53) berupa: (1) SKPKB (Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar) adalah Surat Ketetapan Pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi dan jumlah yang masih harus dibayar. Penerbitan SKPKB akan disertai dengan sanksi administrasi berupa denda atau bunga yaitu sebesar 2% per bulan maksimal 24 bulan berdasarkan hasil pemeriksaan jumlah pajak yang terutang. (2) SKPKBT (Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan) adalah Surat Ketetapan Pajak yang diterbitkan untuk menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan dalam SKPKBT. Penerbitan SKPKBT dilakukan apabila ditemukan data baru dan/atau data yang semula belum terungkap yang dapat menyebabkan penambahan pajak yang terutang. (3) SKPLB (Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar) adalah Surat Ketetapan Pajak yang diterbitkan untuk menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak yang diakibatkan oleh jumlah kredit pajak lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang atau tidak seharusnya terutang. SKPLB diterbitkan apabila ada permohonan tertulis dari Wajib Pajak. Kantor Pelayanan Pajak sudah harus menerbitkan SKPLB paling lama 12 bulan sejak permohonan diterima kecuali untuk kegiatan tertentu. Apabila melebihi jangka waktu tersebut belum ada keputusan dari Kantor Pelayanan Pajak maka permohonan Wajib Pajak dianggap diterima dan Wajib Pajak berhak untuk memperolah pengembalian atas kelebihan pajaknya. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan ternyata jumlah pajak yang dibayar melebihi pembayaran pajak yang ditetapkan, maka SKPLB ini masih dapat diterbitkan lagi. (4) SKPN (Surat Ketetapan Pajak Nihil) adalah Surat Ketetapan Pajak yang diterbitkan untuk menentukan jumlah pokok pajak yang sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak. (5) STP (Surat Tagihan Pajak) adalah Surat yang diterbitkan untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi administrasi berupa denda dan bunga sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 14 UU No. 6 Tahun 1983 yang telah beberapa kali diubah dengan UU No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Dengan dikeluarkannya produk hukum atas hasil pemeriksaan, tentunya tidak semua disetujui oleh Wajib Pajak. Wajib Pajak yang tidak setuju dengan hasil SKP dapat melakukan perlawanan dengan upaya administrasi, yaitu : Pembetulan Sesuai dengan Pasal 16 UU No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, atas permohonan Wajib Pajak atau karena jabatannya, Direktur Jenderal Pajak dapat membetulkan Surat Ketetapan Pajak, Surat Tagihan Pajak, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pengurangan Sanksi Administrasi, Surat Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak, Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak, Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak,

4 atau Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga, yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan/atau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam Peraturan Perundang-undangan Perpajakan. Permohonan ini harus diajukan sebelum Daluarsa pajak dan Direktur Jenderal Pajak sudah harus memberikan kepastian dalam jangka waktu 6 bulan sejak tanggal surat permohonan pembetulan ini diterima. Apabila dalam jangka waktu yang telah ditentukan Direktur Jenderal Pajak belum memberikan kepastian, maka permohonan Wajib Pajak dianggap dikabulkan. Keberatan Selain mengajukan pasal 16 UU KUP, apabila Wajib Pajak tidak setuju dengan hasil Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Nihil, Pemotongan atau Pemungutan pajak oleh pihak ketiga berdasarkan Ketentuan Peraturan Perpajakan Wajib Pajak juga dapat mengajukan Keberatan sesuai dengan Pasal 25 UU No. 6 Tahun 1983 sebagaimana yang telah beberapa kali diubah dengan UU No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Wajib Pajak dapat mengajukan Keberatan hanya kepada Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu 3 bulan sejak tanggal dikirim surat ketetapan pajak atau sejak tanggal pemotongan atau pemungutan kecuali Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa dalam jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi karena diluar kekuasaannya. Wajib pajak yang mengajukan Keberatan wajib membayar lunas jumlah yang yang terhutang minimal jumlah yang disetujui Wajib Pajak. Dalam UU yang belum direvisi mengharuskan Wajib Pajak untuk melunaskan semua jumlah pajak terhutang yang tertera dalam SKP, akan tetapi hal ini dinilai kurang efektif sehinggadiubahlah menjadi Wajib Pajak wajib melunasi jumlah pajak terhutang minimal jumlah yang disetujui dan sisanya bukan merupakan hutang pajak karena nilai yang tidak disetujui inilah merupakan hal yang disengketakan antara Wajib Pajak dengan Fiskus. Hal ini dibuat agar Wajib Pajak tidak menggunakan alasan mengajukan keberatan untuk menunda pembayaran pajak. Dalam jangka waktu 12 bulan sejak surat keberatan ini diterima, maka Direktur Jenderal Pajak sudah harus memberikan hasil keputusan Keberatan. keputusan ini dapat berua diterima seluruhnya, diterima sebagian ataupun ditolak, karena atas diterima sebagian ataupun ditolak Wajib Pajak akan dikenakan denda administrasi berupa denda sebesar 50% dari jumlah pajak berdasarkan keputusan keberatan dikurangi dengan jumlah pajak yang ditelah dibayar sebelum mengajukan keberatan. Lain hal apabila Wajib Pajak masih ingin mengajukan perlawanan selanjutnya yaitu Banding, maka denda sebesar 50% tidak dikenakan. Banding Wajib Pajak yang masih tidak setuju dengan hasil keputusan Keberatan, dapat mengajukan Banding sesuai dengan UU No. 6 Tahun 1983 sebagaimana yang telah beberapa kali diubah dengan UU No. 28 Tahun 2007 hanya atas adanya Surat Keputusan Keberatan. Jadi Banding tidak dapat diajukan Wajib Pajak apabila Wajib Pajak belum mengajukan Keberatan. Banding ini diajukan kepada Pengadilan Pajak secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan alasan yang jelas dalam jangka waktu 3 bulan sejak Surat Keputusan Keberatan diterima dan dilampiri dengan salinan Surat Keputusan Keberatan Wajib Pajak. Pengadilan Pajak merupakan pengadilan tingkat pertama sekaligus tingkat terakhir dalam memeriksa dan memutuskan Sengketa Pajak. Dalam jangka waktu 6 bulan sejak diterimanya permohonan Banding, Direktur Jenderal Pajak sudah harus memberikan kepastian kepada Wajib Pajak apakah permohonan Banding Wajib Pajak disetujui seluruhnya, disetujui sebagian ataupun ditolak. Karena atas diterima sebagian atupun ditolak, Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar 100% dari jumlah pajak berdasarkan putusan banding dikurangi dengan pembayaran pajak yang tela dibayar sebelum mengajukan keberatan. Gugatan Wajib Pajak juga dapat mengajukan Gugatan sebanyak 1 kali hanya kepada Pengadilan Pajak sesuai dengan UU No. 6 tahun 1983 sebagaimana yang telah beberapa kali diubah dengan UU No. 28 Tahun Salah satu hal yang dapat diajukan Gugatan yaitu apabila terdapat salah/tidak sesuai dengan prosedur dalam penerbitan Surat Ketetapan Pajak ataupun Surat Keputusan Keberatan yang sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang Perpajakan. Dalam pengajuan Gugatan ini, berbeda dengan pengajuan Keberatan dan Banding, Wajib Pajak yang mengajukan Gugatan wajib membayar semua jumlah pajak terhutang yang tertera dalam SKP. Gugatan yang telah masuk dalam Pengadilan Pajak masih dapat dicabut oleh penggugat dengan cara mengajukan surat pernyataan pencabutan ke Pengadilan Pajak dengan cara: (1) penetapan ketua pengadilan dalam hal surat pernyataan pencabutan diajukan sebelum

5 sidang (belum dilakukan oleh Majelis Hakim). (2) putusan Majelis Hakum melalui pemeriksaan dalam hal surat pernyataan pencabutan diajukan setelah sidang (saat sidang gugatan sudah dimulai/berjalan dan sedang dilakukan pemeriksaan) atas persetujuan tergugat. Pengajuan Permohonan Sanksi Administrasi Sanksi Adminitrasi berupa denda, bunga dan kenaikan yang dikenakan kepada Wajib Pajak karena ketidakketelitian petugas pajak sehingga membebankan Wajib Pajak dapat diajukan Permohonan Pengurangan dan atau Penghapusan Sanksi Adminitrasi sesuai dengan Pasal 36 UU No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang menyatakan Direktur Jenderal Pajak karena jabatannya atau atas permohonan Wajib Pajak dapat mengurangkan atau menghapuskan sanksi administrasi berupa bunga, denda, kenaikan yang terhutang sesuai dengan Ketentuan Perundangundangan Perpajakan dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak atau bukan karena kesalahannya ataupun mengurangkan atau membatalkan surat ketetapan pajak yang tidak benar dan lainnya yang diatur dalam Pasal 36 UU No. 28 Tahun Untuk pengurangan atau penghapusan sanksi adminitrasi, pengurangan atau pembatalan surat ketetapan pajak yang tidak benar, pengurangan atau pembatalan Surat Tagihan Pajak sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 14 UU KUP tidak benar dapat diajukan oleh Wajib Pajak kepada Direktur Jenderal Pajak sebanyak 2 kali. Sedangkan Gugatan yang diajukan untuk membatalkan hasil pemeriksaan pajak atau surat ketetapan pajak dari hasil pemeriksaan yang dilakukan tanpa adanya penyampaian surat pemberitahuan hasil pemeriksaan ataupun tanpa adanya pembahasan akhir hasil pemeriksaan dengan Wajib Pajak hanya boleh diajukan Wajib Pajak sebanyak 1 kali hanya kepada Direktur Jenderal Pajak. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan objek penelitian salah satu dari klien Kantor Konsultan Pajak Panorama48 yakni PT. PD yang mendapat sengketa pajak dibidang perpajakan dengan horizon waktu Metode penelitian yang dilakukan bersifat eksploratoria (kualitatif) dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini berupa riset lapangan dengan melakukan penelitian langsung ke Kantor Konsultan Pajak Panorama48 untuk mengetahui bagaimana upaya Kantor Konsultan Pajak Panorama48 selaku kuasa hukum dari PT. PD sejak 2012 dalam menyelesaikan sengketa pajak sampai dengan tahap dalam Pengadilan Pajak untuk tahun Riset lapangan ini menggunakan metode observasi (pengamatan), interview (wawancara) dengan pihak yang bersangkutan dalam Kantor Konsultan Pajak Panorama48 dan dokumentasi terhadap dokumen-dokumen yang berkaitan dengan proses penyelesaian sengketa pajak. Sedangkan data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berupa studi literatur dengan cara mengumpulkan dan mempelajari literature dan buku mengenai Peraturan Perundang-undangan Perpajakan yang berlaku di Indonesia. HASIL DAN BAHASAN Dalam pelaporan SPT Badan 2008 PT. PD menyatakan bahwa PT. PD mengalami kerugian sehingga tidak membayar pajak. Dengan ini, maka Fiskus melakukan pemeriksaan pajak terhadap PT. PD pada tahun 2010 untuk tahun pajak Dalam pemeriksaan ini, peredaran usaha menurut WP hanya sebesar Rp sedangkan menurut Fiskus sebesar Rp dan untuk pos Harga Pokok Penjualan menurut WP sebesar Rp sedangkan menurut Fiskus hanya sebesar Rp terjadi perbedaan pengakuan dalam peredaran usaha sebesar Rp yang menurut Fiskus berasal dari adanya penjualan ekspor yang belum dilaporkan oleh WP pada tahun pajak 2008 dan pada pos Harga Pokok Penjualan sebesar Rp yang menurut Fiskus berasal dari adanya biaya yang masih diragukan karena tidak ada bukti pendukung baik data maupun manfaatnya. Setelah diterbitkannya Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan oleh Fiskus maka Wajib Pajak diberi jangka waktu 7 hari untuk melakukan sanggahan, akan tetapi oleh kuasa hukum PT. PT yang lama tidak dilakukan sanggahan. Sebagai akibatnya Fiskus menganggap bahwa WP setuju dengan hasil yang ada dalam Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan san dan Fiskus menerbitkan SKPB (Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar). Berikut adalah hasil SKPKB yang diterbitkan oleh Fiskus atas adanya pemeriksaan : Tabel 1. SKPKB Pajak Penghasilan Tahun Pajak 2008

6 NO URAIAN JUMLAH RUPIAH MENURUT PEMBAHASAN AKHIR WAJIB PAJAK FISKUS YANG DISETUJUI 1 Peredaran Usaha 42,368,312,614 43,214,659,414 42,368,312,614 2 Harga Pokok Penjualan 46,407,580,183 38,891,967,163 46,407,580,183 3 Laba Bruto (4,039,267,569) 4,322,692,251 (4,039,267,569) 4 Biaya Usaha 2,126,648,859 2,126,648,859 2,126,648,859 5 Penghasilan netto dalam negeri (6,165,916,428) 2,196,043,392 (6,165,916,428) Penghasilan netto dalam negeri 6 lainnya a. Penghasilan dar luar usaha 791,750, ,750, ,750,006 b. Penghasilan jasa/pekerjaan bebas c. Penghasilan sehubungan dengan pekerjaan d. Lain-lain e. jumlah (a+b+c+d) 791,750, ,750, ,750,006 fasilitas penanaman modal berupa 7 pengurangan ph. Netto penyesuaian fiskal a. Penyesuaian fiskal positif 626,959, ,959, ,959,658 b. Penyesuaian fiskal negatif 56,460,699 56,460,699 56,460,699 c. jumlah (a+b) 570,498, ,498, ,498,959 9 Penghasilan netto luar negeri jumlah penghasilan netto (5+6.e c+9) (4,803,667,463) 3,558,292,357 (4,803,667,463) 11 zakat Kompensasi kerugian Penghasilan Tidak Kena Pajak 13 (PTKP) Penghasilan Kena Pajak (( ) atau NIHIL) (4,803,667,463) 3,558,292,357 (4,803,667,463) 15 PPh terutang (tarif * 14) - 1,049,987, kredit pajak : a. PPh yang ditanggung pemerintah b. Dipotong/dipungut oleh pihak lain : b.1 PPh Pasal b.2 PPh Pasal

7 17 b.3 PPh Pasal b.4 PPh Pasal b.5 Lain-lain b.6 Jumlah (b.1 + b.2 + b.3 + b.4 + b.5) c. Dibayar sendiri : c.1 PPh pasal ,644, ,644, ,644,343 c.2 PPh pasal c.3 PPh pasal c.4 STP (pokok kurang bayar) c.5 Fiskal Luar Negeri 21,000,000 21,000,000 21,000,000 c.6 Lain-lain c.7 Jumlah (c.1 + c.2 + c.3 + c.4 + c.5 + c.6) 249,644, ,644, ,644,343 d. Diperhitungkan : d.1 SKPPKP e. Jumlah Pajak yang dapat dikreditkan (a + b.6 + c.7 - d.1) 249,644, ,644, ,644,343 Pajak yang tidak/kurang dibayar (15-16.e) (249,644,343) 800,343,257 (249,644,343) 18 Sanksi Administrasi : 19 a. Bunga pasal 13 (2) KUP 384,164,763 b. kenaikan pasal 13 (3) KUP - c. Bunga pasal 13 (5) KUP - d. Kenaikan pasal 13A KUP - e. Kenaikan pasal 17c (5) KUP - f. Kenaikan pasal 17D (5) KUP - g. Jumlah Sanksi Administrasi (a+b+c+d+e+f) 384,164,763 Jumlah PPh yang masih harus dibayar(17+18.g) (249,644,343) 1,184,508,020 (249,644,343) Dari hasil SKPKB, perbedaan pengakuan peredaran usaha dan Harga Pokok Penjualan antara Fiskus dengan WP masih sama dengan angka yang ada dalam SPHP, hanya saja untuk perhitungan PPh terutang masih menggunakan tarif pajak sesuai dengan UU No. 17 Tahun 2008 yaitu: Tabel 2. Tarif Pajak PPh Badan 2008 Lapisan Penghasilan Tarif % % > %

8 SKPKB ini juga diterbitkan oleh Fiskus dalam jangka waktu 1 bulan sejak diterbitkan SPHP yaitu 22 Desember Jumlah pajak yang terhutang juga harus dilunasi oleh Wajib Pajak dalam jangka waktu 1 bulan, apabila tidak maka akan terjadi tindakan penagihan oleh Fiskus. Dalam kasus ini, Kuasa Hukum WP yang lama juga tidak mengajukan keberatan atupun Pasal 16 UU KUP, sehingga diajukanlah Pasal 36 UU KUP tentang Permohonan Pengurangan atau pembatalan surat ketetapan pajak yang tidak benar pada tanggal 1 Agustus 2011 dan terima oleh Fiskus tanggal 21 Oktober 2011, karena untuk mengajukan keberatan tidak memenuhi syarat formal yaitu telah melewati jangka waktu 3 bulan sejak diterbitkannya SKPKB. Dalam pengajuan Pasal 36 UU KUP oleh kuasa hukum PT. PD yang lama ditolak oleh Fiskus pada tanggal 10 April Dalam pemberitahuan hasil pengajuan Pasal 36 UU KUP juga tidak melewati batas waktu 6 bulan. Setelah itu Kantor Konsultan Pajak Panorama48 selaku kuasa hukum PT. PD pada tahun 2012, maka untuk pengajuan permohonan Pasal 36 UU KUP keduakalinya diajukan oleh Kantor Konsultan Pajak Panorama48 pada tanggal 20 juni 2012 dan bari diterima oleh Fiskus pada tanggal 3 Juli Setelah diajukannya Pasal 36 UU KUP keduakalinya oleh Kantor Konsultan Pajak Panorama48, maka Fiskus melakukan penelitian kepada Wajib Pajak pada tanggal 13 Juli 2012 dan diterbitkan hasil penelitian itu pada tanggal 13 Juli Dalam pemberitahuan hasil penelitian itu, Fiskus hanya menyetujui sebagian yaitu nilai yang ada dalam peredaran usaha sebesar Rp karena penjualan tersebut memang telah dilaporkan Wajib Pajak dalam SPT tahun pajak 2008, hanya saja dengan nama pembeli yang berbeda karena PT. GSM mengorder sejumlah produk dari PT. PD dan PT. GSM memerintahkan PT. PD untuk mengirimkannya kepada anak perusahaan PT. GSM yakni PT. LSE dan PT. GSM menginformasikan bahwa invoice ditagihkan kepada PT. GSM. Akan tetapi untuk perbedaan pengakuan antara Fiskus dengan Wajib Pajak yang ada dalam pos Harga Pokok Penjualan belum disetujui oleh Fiskus karena menurut Fiskus tidak mempunyai bukti pendukung yang kuat. Dalam pemberitahuan hasil penelitian itu, Fiskus juga mengundang PT. PD selaku Wajib Pajak untuk menghadiri pembahasan akhir atas hasil dari penelitian yang dilakukan pada tanggal 13 Juli Akan tetapi dalam pembahasan akhir, Wajib Pajak yang didampingi oleh kuasa hukum yakni Kantor Konsultan Pajak Panorama48 justru tidak melakukan pembahasan, Wajib Pajak hanya disuruh untuk menandatangani berita acara hadirpada saat itu. Dengan adanya undangan itu, Fiskus menerbitkan keputusan hasil pengajuan Pasal 36 UU KUP kedua kalinya pada tanggal 17 Desember Dalam penerbitan keputusan ini juga tidak melampaui batas karena terhitung sejak tanggal 3 Juli 2012 sampai dengan 17 Desember Karena tidak diberikan kesempatan untuk menunjukkan bukti yang kuat pada saat pembahasan akhir hasil penelitian, maka Kantor Konsultan Pajak Panorama48 selaku kuasa hukum PT. PD mengajukan Gugatan kepada Pengadilan Pajak pada tanggal 14 Januari 2013 atas prosedur yang tidak sesuai. Setelah diajukan Gugatan kepada Pengadilan Pajak, Pengadilan Pajak akan meminta surat tanggapan kepada pemeriksa pajak PT. PD atas pemohonan gugatan dan pemeiriksa pajak mengirimkan surat tanggapan itu pada tanggal 26 Februari Setelah mendapat surat tanggapan dari pemeriksa, selanjutnya Pengadilan Pajak juga akan meminta Wajib Pajak untuk melakukan bantahan atas surat tanggaapan dari pemeriksa tersebut. Surat Bantahan itu dikirimkan Kantor Konsultan Pajak Panorama48 kepada Pengadilan Pajak pada tanggal 15 Mei Untuk sidang Gugatan atas pengajuan tanggal 14 Januari 2013 dilaksanakan pada tanggal 18 April 2013 di Pengadilan Pajak, sehingga hadil dari pengajuan Gugatan tidak dapat penulis uraikan karena sidang tersebut dilaksanakan pada saat penelitian ini. SIMPULAN DAN SARAN Adapun simpulan yang dicapai dalam penelitian ini ialah Kantor Konsultan Pajak telah melakukan upaya perlawanan pajak. Akan tetapi bukan mengajukan keberatan sesuai dengan Pasal 25 UU No. 28 Tahun 2007, melainkan pengajuan Pasal 36 kedua kalinya dan Gugatan sesuai dengan Pasal 23 UU KUP NO. 28 Tahun Karena oleh Kantor Konsultan Pajak Panorama48 melanjutkan perlawanan pajak yang diajukan oleh konsultan lama dari PT. PD yaitu tidak mengajukan keberatan, dan melakukan perlawanan pajak dengan pengajuan Pasal 36 pertama kalinya. Karena untuk mengajukan keberatan telah melewati jangka waktu 3 bulan dan tidak memenuhi syarat formal. Adapun Saran yang dapat diberikan adalah sebaiknya Kantor Konsultan Pajak Panorama48 menyiapkan bukti dan dokumen yang dapat memperkuat pendapat Wajib Pajak dalam persidangan Gugatan yang sedang berlanjut dalam tahun 2013 ini.

9 REFERENSI Direktorat Jenderal Pajak. (2002). Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak. Direktorat Jenderal Pajak. (2008). Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Ortax (no date). Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 199/PMK.03/2007 tentang Tata Cara Pemeriksaan. Diakses tanggal 14 Mei Pamungkas, Hanggoro. (2011). Penyelesaian Sengketa Pajak. Jurnal Binus Business Review, 02 (01) : Pandiangan, Liberti. (2008). Cara Menghindari 37 Larangan Perpajakan. Jakarta: Elex Media Komputindo. Priantara, Diaz. (2011). Kupas Tuntas Pengawasan, Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak. Jakarta: Indeks. Pudyantmoko, Y. Sri. (2009). Pengadilan dan Penyelesaian Sengketa Pajak di Bidang Pajak. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Waluyo. (2011). Perpajakan Indonesia: Edisi 10. Jakarrta: Salemba Empat. RIWAYAT PENULIS Cinthya Libra lahir di kota Medan pada 6 Agustus Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Akuntansi pada tahun 2013.

ANALISIS PENYELESAIAN BANDING ATAS SENGKETA HUTANG PAJAK PENGHASILAN BADAN (STUDI KASUS PT. RMS DI PENGADILAN PAJAK)

ANALISIS PENYELESAIAN BANDING ATAS SENGKETA HUTANG PAJAK PENGHASILAN BADAN (STUDI KASUS PT. RMS DI PENGADILAN PAJAK) ANALISIS PENYELESAIAN BANDING ATAS SENGKETA HUTANG PAJAK PENGHASILAN BADAN (STUDI KASUS PT. RMS DI PENGADILAN PAJAK) Vita Arina Anzelica, Gustian Djuanda Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Keuangan,

Lebih terperinci

PENETAPAN DAN KETETAPAN

PENETAPAN DAN KETETAPAN PENETAPAN DAN KETETAPAN Setiap Wajib Pajak wajib membayar pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dengan tidak menggantungkan pada adanya surat ketetapan pajak.

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SENGKETA PAJAK INTERNAL DJP; PENGADILAN PAJAK; DAN MAHKAMAH AGUNG.

PENYELESAIAN SENGKETA PAJAK INTERNAL DJP; PENGADILAN PAJAK; DAN MAHKAMAH AGUNG. PENYELESAIAN SENGKETA PAJAK INTERNAL DJP; PENGADILAN PAJAK; DAN MAHKAMAH AGUNG. 1 ALUR KUP WP SPT SKP Inkraacht 3 bulan (dikrim) Daftar Inkraacht Pemeriksaan Keberatan Inkraacht 5 tahun 3 bulan(dite rima)

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Cuma-Cuma) yang diberikan rakyat kepada Negara, namun seiring dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Cuma-Cuma) yang diberikan rakyat kepada Negara, namun seiring dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umum tentang Pajak Pada mulanya pajak hanyalah merupakan suatu upeti (pemberian Cuma-Cuma) yang diberikan rakyat kepada Negara, namun seiring dengan perkembangan upeti

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani II.1. Dasar-dasar Perpajakan Indonesia BAB II LANDASAN TEORI II.1.1. Definisi Pajak Apabila membahas pengertian pajak, banyak para ahli memberikan batasan tentang pajak, diantaranya pengertian pajak yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelangsungan hidup negara juga berarti kelangsungan hidup. cukup dalam membiayai kepentingan umum yang akhirnya juga mencakup

BAB I PENDAHULUAN. Kelangsungan hidup negara juga berarti kelangsungan hidup. cukup dalam membiayai kepentingan umum yang akhirnya juga mencakup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tugas Akhir Kelangsungan hidup negara juga berarti kelangsungan hidup masyarakat.dengan demikian, negara diharapkan memiliki penghasilan yang cukup dalam membiayai kepentingan

Lebih terperinci

PERPAJAKAN I KUASA & KONSULTAN PAJAK, PEMERIKSAAN, PENAGIHAN, RESTITUSI PAJAK. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

PERPAJAKAN I KUASA & KONSULTAN PAJAK, PEMERIKSAAN, PENAGIHAN, RESTITUSI PAJAK. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Modul ke: PERPAJAKAN I KUASA & KONSULTAN PAJAK, PEMERIKSAAN, PENAGIHAN, RESTITUSI PAJAK Fakultas Ekonomi dan Bisnis Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id PENDAHULUAN

Lebih terperinci

ANALISIS PEMERIKSAAN PAJAK DALAM UPAYA OPTIMALISASI PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA KEMAYORAN

ANALISIS PEMERIKSAAN PAJAK DALAM UPAYA OPTIMALISASI PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA KEMAYORAN ANALISIS PEMERIKSAAN PAJAK DALAM UPAYA OPTIMALISASI PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA KEMAYORAN DIMAS WIBISONO Jalan Taruna III no. 8 Kelurahan Serdang Jakarta Pusat, 08561808586,

Lebih terperinci

FORMAT SURAT KEPUTUSAN PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PAJAK: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

FORMAT SURAT KEPUTUSAN PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PAJAK: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 2013, No.1556 10 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 198/PMK.09/2013 TENTANG PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK BAGI WAJIB PAJAK YANG MEMENUHI PERSYARATAN TERTENTU

Lebih terperinci

ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS BANDING YANG DIAJUKAN OLEH PT. FI MELALUI PENGADILAN PAJAK*

ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS BANDING YANG DIAJUKAN OLEH PT. FI MELALUI PENGADILAN PAJAK* ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS BANDING YANG DIAJUKAN OLEH PT. FI MELALUI PENGADILAN PAJAK* Yogie Qiramah Binus University, Jakarta, Indonesia, 11480 Tjhin Tjiap Lung Binus University, Jakarta,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Beberapa ahli dalam perpajakan telah memberikan pengertian pajak, antara lain sebagai berikut:

BAB 2 LANDASAN TEORI. Beberapa ahli dalam perpajakan telah memberikan pengertian pajak, antara lain sebagai berikut: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pemahaman Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Beberapa ahli dalam perpajakan telah memberikan pengertian pajak, antara lain sebagai berikut: 1. Soemahamidjaja yang dikutip oleh Ilyas

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERPAJAKAN

MANAJEMEN PERPAJAKAN MANAJEMEN PERPAJAKAN MODUL 9 Dosen : Jemmi Sutiono Ruang : B-305 Hari : Minggu Jam : 13:30 16:00 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2011 Manajemen Perpajakan Jemmi Sutiono Pusat

Lebih terperinci

TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-...(1)...

TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-...(1)... 11 2012, No.526 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74/PMK.03/2012 TENTANG TATA CARA PENETAPAN DAN PENCABUTAN PENETAPAN WAJIB PAJAK DENGAN KRITERIA TERTENTU DALAM RANGKA PENGEMBALIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB II TINJUAN PUSTAKA 28 28 BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Pajak 1. Pengertian Pajak Pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 tentang perubahan keempat atas Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan

Lebih terperinci

Surat Ketetapan Pajak. Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com

Surat Ketetapan Pajak. Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com Surat Ketetapan Pajak Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com Surat ketetapan pajak UU Nomor 28 tahun 2007 Surat ketetapan meliputi Surat ketetapan pajak kurang bayar Surat ketetapan pajak

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.162, 2011 EKONOMI. Pajak. Hak dan Kewajiban. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5268) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

Self assessment : WP membayar pajak sesuai UU tidak tergantung SKP

Self assessment : WP membayar pajak sesuai UU tidak tergantung SKP Self assessment : WP membayar pajak sesuai UU tidak tergantung SKP Pajak pada prinsipnya terutang pada saat timbulnya objek pajak yang dapat dikenai pajak, tetapi untuk kepentingan administrasi perpajakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

..., ) Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak... 3) Di... 4) Dengan hormat,

..., ) Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak... 3) Di... 4) Dengan hormat, LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 40/PJ./2009 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PAJAK BAGI WAJIB PAJAK YANG MEMENUHI PERSYARATAN TERTENTU...,...20... 1) Nomor :...

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1.Landasan Teori 2.1.1. Definisi Pajak Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang

Lebih terperinci

..., ) Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak... 3) Di... 4) Dengan hormat,

..., ) Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak... 3) Di... 4) Dengan hormat, LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-40/PJ./2009 TENTANG : TATA CARA PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PAJAK BAGI WAJIB PAJAK YANG MEMENUHI PERSYARATAN TERTENTU...,...20... 1) Nomor

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-...(1)... TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-...(1)... TENTANG LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 74/PMK.03/2012 TENTANG : TATA CARA PENETAPAN DAN PENCABUTAN WAJIB PAJAK DENGAN KRITERIA TERTENTU DALAM RANGKA PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN

Lebih terperinci

Ika Vikni Nawang Risma Yuniar Sindy Sukmamulya Ramadhani

Ika Vikni Nawang Risma Yuniar Sindy Sukmamulya Ramadhani Ika Vikni Nawang Risma Yuniar Sindy Sukmamulya Ramadhani A. Pengertian-pengertian dalam KUP 1. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN

KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN Materi: 2 & 3 KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN Afifudin, SE., M.SA., Ak. (Fakultas Ekonomi-Akuntansi Unisma) Jl. MT. Haryono 193 Telp. 0341-571996, Fax. 0341-552229 E-mail: afifudin26@gmail.com atau

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN Undang-Undang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan 1 PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

Pengertian & Tujuan Pemeriksaan

Pengertian & Tujuan Pemeriksaan Pengertian & Tujuan Pemeriksaan menghimpun mengolah Data Keterangan Bukti Objektif Profesional STANDAR PEMERIKSAAN (PER-199/PMK.03/2007) menguji kepatuhan tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

FORMAT SURAT KEPUTUSAN PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PAJAK : KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

FORMAT SURAT KEPUTUSAN PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PAJAK : KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 198/PMK.03/2013 TENTANG PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK BAGI WAJIB PAJAK YANG MEMENUHI PERSYARATAN TERTENTU FORMAT SURAT

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mengubah: UU 6-1983 lihat: UU 9-1994::UU 28-2007 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 126, 2000 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

Lamhot, S.E., M.Si Dosen Tetap Politeknik Mandiri Bina Prestasi ABSTRAKSI

Lamhot, S.E., M.Si Dosen Tetap Politeknik Mandiri Bina Prestasi ABSTRAKSI PERANAN PEMERIKSAAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI TERHADAP JUMLAH PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI LEBIH BAYAR PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BARAT Lamhot,

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-...(1) TENTANG PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PAJAK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-...(1) TENTANG PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PAJAK PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 198/PMK.03/2013 TENTANG : PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK BAGI WAJIB PAJAK YANG MEMENUHI PERSYARATAN TERTENTU FORMAT SURAT KEPUTUSAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori dan Literatur 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah sebuah kegiatan yang berlangsung secara terus menerus dan saling berkesinambungan dengan tujuan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH DARI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH DARI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN PADA PT SM ANUGRAH RAYA TAMA

ANALISIS PENERAPAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN PADA PT SM ANUGRAH RAYA TAMA ANALISIS PENERAPAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN PADA PT SM ANUGRAH RAYA TAMA Wilianto Taufik, Yunita Anwar Universitas Bina Nusantara Jl. K. H. Syahdan No.9 Kemanggisan/Palmerah Jakarta Barat 11480 Phone

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap masalah pembiayaan pembangunan. perpajakan yang memberikan jaminan kepastian hukum dan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap masalah pembiayaan pembangunan. perpajakan yang memberikan jaminan kepastian hukum dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Untuk dapat

Lebih terperinci

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak Tata Cara Pengajuan Keberatan

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak Tata Cara Pengajuan Keberatan Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak Tata Cara Pengajuan Keberatan PJ.091/KUP/S/020/2014-00 Dasar Hukum Pasal 25, 26, dan 26A Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata

Lebih terperinci

Pengantar Perpajakan bagi Account Representative Dasar

Pengantar Perpajakan bagi Account Representative Dasar DIKLAT TEKNIS SUBSTANTIF SPESIALISASI ACCOUNT REPRESENTATIVE TINGKAT DASAR BAHAN AJAR Pengantar Perpajakan bagi Account Representative Dasar Oleh: T i m Widyaiswara Pusdiklat Pajak KEMENTERIAN KEUANGAN

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN

KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN Materi: 2 KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN Bagian: 1 Afifudin, SE., M.SA., Ak. (Fakultas Ekonomi-Akuntansi Unisma) Jl. MT. Haryono 193 Telp. 0341-571996, Fax. 0341-552229 E-mail: afifudin26@gmail.com

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (UU KUP)

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (UU KUP) SUSUNAN DALAM SATU NASKAH DARI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PELATIHAN PENGISIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA USAHA KECIL

PELATIHAN PENGISIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA USAHA KECIL PELATIHAN PENGISIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA USAHA KECIL Oleh: Amanita Novi Yushita, SE amanitanovi@uny.ac.id *Makalah ini disampaikan pada Program Pengabdian pada Masyarakat

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN JALAN BINTARO UTAMA SEKTOR V BINTARO JAYA, TANGERANG SELATAN 15222 TELEPON (021) 7361654-58;

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN JALAN BINTARO UTAMA SEKTOR V BINTARO JAYA, TANGERANG SELATAN 15222 TELEPON (021) 7361654-58;

Lebih terperinci

bahwa Surat Tagihan Pajak Nomor 00097/107/12/029/15 tanggal 28 September 2015 tidak termasuk

bahwa Surat Tagihan Pajak Nomor 00097/107/12/029/15 tanggal 28 September 2015 tidak termasuk Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT-86336/PP/M.VIA/99/2017 Jenis Pajak : Gugatan Pajak Tahun Pajak : 2016 Pokok Sengketa Menurut Tergugat : bahwa yang menjadi sengketa dalam gugatan ini adalah penerbitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Laporan Praktek Kerja Lapangan. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Laporan Praktek Kerja Lapangan. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan Praktek Kerja Lapangan Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang tertuang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang

Lebih terperinci

Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak. 3) Di.. 4)

Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak. 3) Di.. 4) LAMPIRAN I Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-40/PJ./2009 tentang Tata Cara Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak Bagi Wajib Pajak yang Memenuhi Persyaratan Tertentu,.....20 1) Nomor : (2)

Lebih terperinci

ANALISIS ATAS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PT BINA KARNADA

ANALISIS ATAS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PT BINA KARNADA ANALISIS ATAS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PT BINA KARNADA Peter Vredy Chandra Jurusan akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Komunikasi, Universitas Bina Nusantara Jl. K.H Syahdan gang Keluarga No.

Lebih terperinci

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.39513/PP/M.IV/99/2012. Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Pasal 26. Tahun Pajak : 2010

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.39513/PP/M.IV/99/2012. Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Pasal 26. Tahun Pajak : 2010 Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.39513/PP/M.IV/99/2012 Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Pasal 26 Tahun Pajak : 2010 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan gugatan terhadap

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SOSIALISASI

KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SOSIALISASI KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SOSIALISASI PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 29/PMK.03/2015 TENTANG PENGHAPUSAN SANKSI ADMINISTRASI BUNGA YANG TERBIT BERDASARKAN PASAL 19 AYAT (1) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 197/PMK.03/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 197/PMK.03/2015 TENTANG Menimbang : PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 197/PMK.03/2015 TENTANG PENGURANGAN SANKSI ADMINISTRASI ATAS SURAT KETETAPAN PAJAK, SURAT KETETAPAN PAJAK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN, DAN/ATAU

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.12, 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN. Pengajuan. Penyelesaian Keberatan. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9/PMK.03/2013 TENTANG TATA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN KEBERATAN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN KEBERATAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN KEBERATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.14, 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN. Perpajakan. Pembetulan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PEMBETULAN DENGAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2000 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2000 TENTANG Menimbang : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

, No.1645 sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak atau bukan karena kesalahannya; c. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 23 Undan

, No.1645 sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak atau bukan karena kesalahannya; c. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 23 Undan No.1645, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Sanksi Administrasi. Pengurangan. Pajak Bumi dan Bangunan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 197/PMK.03/2015 TENTANG PENGURANGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU. Nomor 12 Tahun 2010 PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR TANAH

LEMBARAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU. Nomor 12 Tahun 2010 PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR TANAH LEMBARAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU Nomor 12 Tahun 2010 PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA LUBUKLINGGAU, Menimbang :

Lebih terperinci

POKOK-POKOK PERUBAHAN UNDANG-UNDANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN. Oleh Bambang Kesit Accounting Department UII Yogyakarta 21 Juni 2010

POKOK-POKOK PERUBAHAN UNDANG-UNDANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN. Oleh Bambang Kesit Accounting Department UII Yogyakarta 21 Juni 2010 POKOK-POKOK PERUBAHAN UNDANG-UNDANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN Oleh Bambang Kesit Accounting Department UII Yogyakarta 21 Juni 2010 PRINSIP DASAR DALAM RANGKA PERUBAHAN SELF ASSESMENT KEADILAN

Lebih terperinci

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DIREKTORAT PENYULUHAN PELAYANAN DAN HUBUNGAN MASYARAKAT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Assalamualaikum

Lebih terperinci

PENGANTAR PERPAJAKAN HAK WAJIB PAJAK

PENGANTAR PERPAJAKAN HAK WAJIB PAJAK PENGANTAR PERPAJAKAN HAK WAJIB PAJAK HAK WAJIB PAJAK 1. Menunda penyampaian surat pemberitahuan 2. Pembetulan Surat Pemberitahuan 3. Mengangsur pembayaran 4. Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak (Restitusi)

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/PMK.03/2013 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMBETULAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/PMK.03/2013 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMBETULAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.hukumonline.com PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/PMK.03/2013 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMBETULAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DIREKTORAT PENYULUHAN PELAYANAN DAN HUBUNGAN MASYARAKAT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Assalamualaikum

Lebih terperinci

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BAB I KETENTUAN UMUM.

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BAB I KETENTUAN UMUM. SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BAB I KETENTUAN UMUM Dalam Undang-undang ini, yang dimaksud dengan : Pasal 1 1. Wajib Pajak adalah

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DIREKTORAT PENYULUHAN PELAYANAN DAN HUBUNGAN MASYARAKAT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Assalamualaikum

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN DATA. akan dapat membawa pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam

BAB III GAMBARAN DATA. akan dapat membawa pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam BAB III GAMBARAN DATA A. Pengertian Penagihan Pajak Pelaksanaan penagihan pajak yang tegas, konsisten dan konsekuen diharapkan akan dapat membawa pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayarkan

Lebih terperinci

OLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA

OLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA OLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan (KUP) Dasar Hukum : No. Tahun Undang2 6 1983 Perubahan 9 1994 16 2000 28 2007 16 2009 SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) SPT Surat yg oleh

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2007 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5268 EKONOMI. Pajak. Hak dan Kewajiban. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 162) I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

1

1 0 1 2 3 4 SOAL TEORI KUP Menurut Pasal 1 UU KUP, Penelitian adalah serangkaian kegiatan menilai kelengkapan Surat Pemberitahuan dan lampiran-lampirannya, termasuk penilaian kebenaran penulisan dan perhitungannya.

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK...

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK... Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : PER-19/PJ/2016 Tanggal : 6 Oktober 2016 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK... KODE NOTA NOTA PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN

Lebih terperinci

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 41/PJ/2014 TENTANG

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 41/PJ/2014 TENTANG SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 41/PJ/2014 TENTANG TATA CARA PENANGANAN DAN PELAKSANAAN PUTUSAN BANDING, PUTUSAN GUGATAN, DAN PUTUSAN PENINJAUAN KEMBALI A Umum DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

Lebih terperinci

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.42997/PP/M.XIII/99/2013. Tahun Pajak : 2010

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.42997/PP/M.XIII/99/2013. Tahun Pajak : 2010 Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.42997/PP/M.XIII/99/2013 Jenis Pajak : Gugatan Tahun Pajak : 2010 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah gugatan terhadap Keputusan Tergugat Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Makalah Pemeriksaan Pajak Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Makalah Pemeriksaan Pajak Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sumber pendapatan Negara yang sangat penting bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan

Lebih terperinci

197/PMK.03/2015 PENGURANGAN SANKSI ADMINISTRASI ATAS SURAT KETETAPAN PAJAK, SURAT KETETAPAN PAJAK P

197/PMK.03/2015 PENGURANGAN SANKSI ADMINISTRASI ATAS SURAT KETETAPAN PAJAK, SURAT KETETAPAN PAJAK P 197/PMK.03/2015 PENGURANGAN SANKSI ADMINISTRASI ATAS SURAT KETETAPAN PAJAK, SURAT KETETAPAN PAJAK P Contributed by Administrator Monday, 02 November 2015 Pusat Peraturan Pajak Online PERATURAN MENTERI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Surat Ketetapan Pajak (SKP) Penerbitan suatu Surat Ketetapan Pajak (SKP) hanya terbatas kepada Wajib Pajak tertentu yang disebabkan oleh ketidakbenaran dalam pengisian Surat

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8/PMK.03/2013 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8/PMK.03/2013 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PENGURANGAN ATAU PENGHAPUSAN SANKSI ADMINISTRASI DAN PENGURANGAN ATAU PEMBATALAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa dalam pembiayaan pembangunan dan kesejahteraan masyarakatnya yaitu dengan menggali sumber dana yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. rakyat kepada Negara berdasarkan Undang-Undang yang dapat dipaksakan. ditunjuk atau digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

BAB II LANDASAN TEORI. rakyat kepada Negara berdasarkan Undang-Undang yang dapat dipaksakan. ditunjuk atau digunakan untuk membayar pengeluaran umum. 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Penagihan Pajak Aktif 1. Pengertian Pajak Menurut Mardiasmo (2000:31) Pajak adalah iuran yang berupa uang dari rakyat kepada Negara berdasarkan Undang-Undang yang dapat dipaksakan

Lebih terperinci

BUPATI PURWAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 19 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PURWAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 19 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 19 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWAKARTA, Menimbang : a. bahwa Pajak Parkir merupakan salah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar Dasar Perpajakan 1. Definisi Pajak Dalam memahami mengapa seseorang harus membayar pajak untuk membiayai pembangunan yang terus dilaksanakan, maka perlu dipahami terlebih

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak Tata Cara Pembetulan

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak Tata Cara Pembetulan Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak Tata Cara Pembetulan PJ.091/KUP/S/022/2014-00 Dasar Hukum Pasal 16 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Self Assessment System Self assessment system yaitu suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri

Lebih terperinci

NO. URUT WEWENANG DIREKTUR JENDERAL PAJAK DASAR HUKUM DILIMPAHKAN KEPADA KETERANGAN

NO. URUT WEWENANG DIREKTUR JENDERAL PAJAK DASAR HUKUM DILIMPAHKAN KEPADA KETERANGAN LAMPIRAN I PERATURAN NOMOR : PER165/PJ/2005 TENTANG : PERUBAHAN KETUJUH ATAS KEPUTUSAN NOMOR KEP297/PJ/2002 TENTANG PELIMPAHAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK KEPADA PARA PEJABAT DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

EVALUASI PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PADA PT. VB

EVALUASI PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PADA PT. VB EVALUASI PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PADA PT. VB Lovilia, Iswandi, S.E., Ak., M.M., BKP, CA, CFE ABSTRAK Tujuan penelitian ialah untuk mengetahui apakah penerapan Pajak Penghasilan Badan Pasal 25/29 yang

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-24/PJ/2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN LAMPIRAN I Surat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan,

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Pajak Penghasilan 2.1.1. Pajak Penghasilan Badan Pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, Pajak Penghasilan adalah Pajak yang dikenakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. membayar pajak secara langsung maupun tidak langsung. negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Tansuria, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. membayar pajak secara langsung maupun tidak langsung. negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Tansuria, 2010). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara dengan jumlah peduduk yang cukup banyak. Dimana setiap warga negara yang memenuhi syarat secara hukum, wajib untuk membayar pajak secara

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 27/PJ/2008 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 27/PJ/2008 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 27/PJ/2008 TENTANG TATA CARA PENYAMPAIAN, PENGADMINISTRASIAN, SERTA PENGHAPUSAN SANKSI ADMINISTRASI SEHUBUNGAN DENGAN PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SENGKETA UTANG PAJAK PADA PENGADILAN PAJAK

PENYELESAIAN SENGKETA UTANG PAJAK PADA PENGADILAN PAJAK PENYELESAIAN SENGKETA UTANG PAJAK PADA PENGADILAN PAJAK Universitas Islam Negeri (UIN) Makassar Email : adzan_amjah@yahoo.co.id Abstract The dispute over the tax debt begins and the difference of opinion

Lebih terperinci

Undang-Undang KUP dan Peraturan Pelaksanaannya

Undang-Undang KUP dan Peraturan Pelaksanaannya Untuk keterangan lebih lanjut, hubungi : Account Representative Undang-Undang KUP dan Peraturan Pelaksanaannya Undang-Undang KUP dan Peraturan Pelaksanaannya KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-40/PJ/2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 91/PMK.03/2015

Lebih terperinci