PERSEPSI AUDIT EXPECTATION GAP AUDITOR INTERNAL DENGAN AUDITEE ATAS KINERJA AUDITOR INTERNAL (Studi Pada Inspektorat Kabupaten Nagekeo) ABSTRAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERSEPSI AUDIT EXPECTATION GAP AUDITOR INTERNAL DENGAN AUDITEE ATAS KINERJA AUDITOR INTERNAL (Studi Pada Inspektorat Kabupaten Nagekeo) ABSTRAK"

Transkripsi

1 PERSEPSI AUDIT EXPECTATION GAP AUDITOR INTERNAL DENGAN AUDITEE ATAS KINERJA AUDITOR INTERNAL (Studi Pada Inspektorat Kabupaten Nagekeo) ABSTRAK Banyaknya kritikan terhadap kinerja auditor internal menimbulkan audit expectation gap antara masyarakat dan auditor internal. Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris audit expectation gap antara persepsi auditor internal dengan auditee terhadap kinerja auditor internal terkait independensi, kompetensi, perilaku etis, laporan hasil audit, dan tindak lanjut audit. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan dokumentasi. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu 30 auditor internal Inspektorat Kabupaten Nagekeo dan 90 auditee terdiri atas 30 kepala SKPD, 30 kepala sekolah dan 30 kepala desa. Teknik analisis data menggunakan Kruskal-Wallis Test. Berdasarkan hasil pengujian data dan analisis data, dapat dinyatakan bahwa terdapat audit expectation gap persepsi independensi, kompetensi, perilaku etis, laporan hasil audit dan tindak lanjut audit antara auditor internal dengan auditee. Kata Kunci: Audit Expectation Gap, Auditor Internal, Auditee, Kinerja Auditor Internal. i

2 AUDIT EXPECTATION GAP PERCEPTION BETWEEN INTERNAL AUDITORS WITH AUDITEES ON THE PERFOMANCE OF THE INTERNAL AUDITORS (Study on the Inspectorate of the district of Nagekeo) ABSTRACT Criticism of the performance of the internal auditor raises audit expectation gap between the public and internal auditor. This study aims to empirically examine the audit expectation gap between the perceptions of internal auditors with auditees on the performance of the internal auditors related to independency, competency, ethical behavior, the audit reports, and follow-up of audit. The technique of collecting data used questionnaires and documentation. Sampling in this study usied purposive sampling techniques. Number of samples in this study were 30 internal auditors and 90 auditees. Analysis used the Kruskal-Wallis Test. Based on the results of the test data and data analysis, it can be stated that there is audit expectation gap the perceptions independency, competency, ethical behavior, the audit reports, and follow-up of audit between of internal auditors and auditees. Keywords: Audit Expectation gap, Internal Auditors, Auditee, Perfomance of the Internal Auditors. ii

3 PERSEPSI AUDIT EXPECTATION GAP AUDITOR INTERNAL DENGAN AUDITEE ATAS KINERJA AUDITOR INTERNAL (Studi Pada Inspektorat Kabupaten Nagekeo) RINGKASAN Keterpurukan perekonomian negara kita, ternyata telah membangkitkan kesadaran akan pentingnya penerapan good governance dalam sistem pemerintahan. Auditor internal memegang peranan penting dalam proses terciptanya akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan di daerah. Namun ada kemungkinan bahwa auditor tidak mampu memenuhi harapan masyarakat. Banyaknya kasus korupsi yang terjadi yang menjerat beberapa pejabat daerah (Kelen, 2014; 2015a; 2015b), temuan berulang BPK yang sebelumnya tidak terdeteksi oleh inspektorat, opini BPK atas LKPD yang tidak mengalami peningkatan, serta rendahnya hasil tindak lanjut temuan audit menjadi perhatian masyarakat di Kabupaten Nagekeo. Hal ini menimbulkan pertanyaan dari publik mengenai kinerja auditor internal sebagai pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan pengawasan internal atau yang melakukan tindakan preventif terkait dengan upaya mengurangi praktik-praktik yang dapat merugikan masyarakat. Adanya pertanyaan, tuntutan, dan komplain terhadap kinerja auditor internal menunjukkan ketidakpuasan masyarakat terhadap kinerja auditor. Porter (1993) menyatakan bahwa penyebab meningkatnya kritikan terhadap profesi audit karena adanya kesenjangan harapan audit (audit expectation gap) terhadap kinerja auditor antara masyarakat maupun pengguna jasa auditor terhadap auditor dan kinerja auditor seperti yang dirasakan oleh masyarakat maupun pengguna jasa auditor. Audit expectation gap sebagai topik penelitian ini menunjukkan bahwa dalam hubungan antara auditor internal dan auditee dapat terjadi pandangan yang berbeda di antara kedua pihak atas kinerja auditor internal terkait independensi, kompetensi, perilaku etis, pelaporan hasil audit dan tindak lanjut audit karena perbedaan faktorfaktor yang mempengaruhi persepsi pada masing-masing pihak. Perbedaan pandangan tersebut adalah bahwa auditor tidak memenuhi harapan auditee. Terdapat dua kelompok populasi yang digunakan dalam penelitian ini. Kelompok populasi pertama dalam penelitian ini adalah Auditee yang terdiri dari Kepala SKPD, Kepala Desa dan Kepala Sekolah. Kelompok populasi kedua dalam penelitian ini adalah Auditor Internal Inspektorat Kabupaten Nagekeo. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Jumlah Sampel sebanyak 120 terdiri atas 90 auditee (30 SKPD, 30 sekolah dan 30 desa) yang menjadi obyek audit inspektorat tahun 2014 dan 2015 dan 30 auditor internal yang memiliki sertifikat diklat auditor dan PNS Jabatan Struktural yang ditugaskan untuk melakukan tugas audit, reviu, evaluasi dan tugas pengawasan internal lainnya pada Inspektorat Kabupaten Nagekeo. Responden auditee dalam penelitian ini adalah pejabat eselon 2 setara dengan kepala dinas atau kepala badan dan pejabat eselon 3 setara dengan kepala kantor atau kepala iii

4 bagian serta kepala desa dan kepala sekolah berjumlah 90 orang. Data hasil penelitian diuji dengan menggunakan Kruskal-Wallis Test. Hasil pengujian validitas dan reliabilitas menunjukan bahwa instrumen variabel penelitian yang terdiri atas independensi, kompetensi, perilaku etis auditor internal, laporan hasil audit dan tindak lanjut audit, seluruhnya dinyatakan valid dan reliabel. Hasil pengujian hipotesis untuk variabel independensi auditor internal (X1) nilai Asymp.Sig.0,001 0,05 maka hipotesis yang diajukan (Ha) diterima artinya bahwa terdapat audit expectation gap persepsi independensi antara auditor internal dengan auditee. Hasil pengujian hipotesis untuk variabel kompetensi auditor internal (X2) nilai Asymp.Sig.0,000 0,05 maka hipotesis yang diajukan (Ha) diterima artinya bahwa terdapat audit expectation gap persepsi kompetensi antara auditor internal dan auditee. Hasil pengujian hipotesis untuk variabel perilaku etis auditor internal (X3) nilai Asymp.Sig.0,000 0,05 maka hipotesis yang diajukan (Ha) diterima artinya bahwa terdapat audit expectation gap persepsi perilaku etis antara auditor internal dan auditee. Hasil pengujian hipotesis untuk variabel laporan hasil audit (X4) nilai Asymp.Sig.0,000 0,05 maka hipotesis yang diajukan (Ha) diterima artinya bahwa terdapat audit expectation gap persepsi laporan hasil audit antara auditor internal dan auditee. Hasil pengujian hipotesis untuk variabel tindak lanjut audit (X5) nilai Asymp.Sig.0,000 0,05 maka hipotesis yang diajukan (Ha) diterima artinya bahwa terdapat audit expectation gap persepsi tindak lanjut audit antara auditor internal dan auditee. Penelitian ini dapat memberikan kontribusi pada pengembangan teori atribusi yang berhubungan dengan persepsi auditor internal dan auditee terkait independensi, kompetensi,perilaku etis, laporan hasil audit dan tindak lanjut audit serta menambah referensi bagi para akademisi yang ingin melakukan penelitian tentang audit expectation gap di lingkungan sektor publik. Bagi Pemerintah Kabupaten Nagekeo penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam kebijakan perekrutan auditor internal dan pelaksanaan mutasi PNS di lingkup inspektorat serta perhatian alokasi anggaran pendidikan dan pelatihan bagi pegawai inspektorat dalam meningkatkan kompetensinya. Hasil penelitian ini juga telah memberikan gambaran mengenai audit expectation gap yang terjadi sehingga dapat menjadi acuan bagi Inspektorat Kabupaten Nagekeo untuk melakukan upaya-upaya yang dapat mengurangi audit expectation gap melalui pendidikan dan pelatihan bagi auditor serta pemberian pemahaman mengenai auditing kepada auditee. iv

5 DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... PERSYARATAN GELAR... LEMBAR PENGESAHAN... PENETAPAN PANITIA PENGUJI... PERNYATAAN KEASLIAN TESIS... UCAPAN TERRIMA KASIH... ABSTRAK... RINGKASAN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman i ii iii iv v vi ix xi xiii xvi xvii xviii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis Manfaat Praktis BAB II KAJIAN PUSTAKA Teori Atribusi Persepsi Audit Expectation Gap Auditor Internal Kinerja Auditor Independensi Kompetensi Perilaku Etis Auditor Laporan Hasil Audit Tindak Lanjut Audit Hasil Penelitian Sebelumnya BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS 44 PENELITIAN Kerangka Berpikir Konsep Penelitian Hipotesis Penelitian Persepsi Independensi antara Auditor Internal Dengan Auditee Persepsi Kompetensi antara Auditor Internal Dengan Auditee v

6 3.3.3 Persepsi Perilaku Etis antara Auditor Internal Dengan Auditee Persepsi Laporan Hasil Audit antara Auditor Internal Dengan Auditee Persepsi Tindak Lanjut Audit antara Auditor Internal Dengan Auditee BAB IV METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Penentuan Sumber Data Jenis Data dan Sumber Data Populasi dan Sampel Responden Variabel Penelitian Identifikasi Variabel Definisi Operasional Variabel Instrumen Penelitian Metode Pengumpulan Data Uji Instrumen Penelitian Uji Validitas Uji Reliabilitas Prosedur Penelitian Analisis Data Statistik Deskriptif Uji Hipotesis BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Responden Karakteristik Responden Auditor Internal Karakteristik Responden Auditee Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian Uji Validitas Instrument Penelitian Uji Reliabilitas Instrument Penelitian Analisis Data Deskripsi Variabel Penelitian Uji Hipotesis Pengujian Hipotesis Pengujian Hipotesis Pengujian Hipotesis Pengujian Hipotesis Pengujian Hipotesis Pembahasan Hasil Hipotesis Persepsi Independensi Antara Auditor Internal Dengan Auditee.. 92 vi

7 5.4.2 Persepsi Kompetensi antara Auditor Internal Dengan Auditee Persepsi Perilaku Etis antara Auditor Internal Dengan Auditee Persepsi Laporan Hasil Audit antara Auditor Internal Dengan Auditee Persepsi Tindak Lanjut Audit antara Auditor Internal Dengan Auditee BAB VI SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN vii

8 DAFTAR TABEL Halaman 1.1 Hasil Pemantauan Tindak Lanjut Temuan Keuangan Per Tanggal 31 Desember Daftar Lokasi Penelitian Daftar Populasi dan Sampel Auditee Daftar Populasi dan Sampel Auditor Internal Daftar Responden Tingkat Pengembalian Kuesioner Karakteristik Responden Auditor Internal Karakteristik Responden Kepala SKPD Karakteristik Responden Kepala Sekolah Karakteristik Responden Kepala Desa Rekapitulasi Uji Validitas Hasil Uji Reliabilitas Penilaian Responden Mengenai Variabel Independensi Penilaian Responden Mengenai Variabel Kompetensi Penilaian Responden Mengenai Variabel Perilaku Etis Penilaian Responden Mengenai Variabel Laporan Hasil Audit Penilaian Responden Mengenai Variabel Tindak Lanjut Audit Mean Rank Variabel Independensi Auditor (X1) Hasil Pengujian Hipotesis Mean Rank Variabel Kompetensi Auditor (X2) Hasil Pengujian Hipotesis Mean Rank Variabel Perilaku Etis Auditor (X3) Hasil Pengujian Hipotesis Mean Rank Variabel Laporan Hasil Audit (X4) Hasil Pengujian Hipotesis Mean Rank Variabel Tindak Lanjut Audit (X5) Hasil Pengujian Hipotesis viii

9 DAFTAR GAMBAR Halaman 3.1 Kerangka Berpikir Konsep Penelitian Rancangan Penelitian ix

10 LAMPIRAN-LAMPIRAN Halaman 1 Hasil Penelitian Sebelumnya Daftar Auditee tahun 2014 dan Kuesioner Penelitian Hasil Uji Validitas Hasil Uji Reliabilitas Hasil Uji Deskripsi Data Penelitian Hasil Uji Hipotesis Tabulasi Data Hasil Penelitian x

11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keterpurukan perekonomian negara kita, ternyata telah membangkitkan kesadaran akan pentingnya penerapan good governance dalam sistem pemerintahan. Good Governance dalam bidang pemerintahan pada dasarnya merupakan pelayanan kepada publik yang lebih efisien, sistem peradilan yang dapat diandalkan serta pemerintahan yang lebih bertanggungjawab kepada publiknya. Tujuan terciptanya pemerintahan yang transparan, akuntabel, serta partisipatif rasanya masih terasa sulit tercapai. Meningkatnya praktik Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) di daerah maupun pusat serta terdapat pelanggaran hukum lainnya menghambat peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat. Namun hal ini dapat diminimalisir dan dicegah dengan adanya pengawasan dari auditor internal maupun eksternal (Simatauw, 2014). Tindakan pencegahan yang bisa dilakukan dalam mencapai suatu pemerintahan yang transparan, akuntabel, dan partisipatif salah satunya adalah melalui pengawasan internal. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: PER/05/M.PAN/03/2008 Tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Internal Pemerintah menegaskan bahwa pengawasan internal merupakan seluruh proses kegiatan audit, reviu, pemantauan, evaluasi, dan kegiatan pengawasan lainnya berupa asistensi, sosialisasi, dan konsultansi terhadap penyelengaraan tugas dan fungsi organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah 1

12 dilaksanakan sesuai dengan tolak ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan pemerintahan yang baik. Pengawasan internal yang dilaksanakan oleh Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) mempunyai fungsi yang penting. Peraturan Pemerintah nomor 60 Tahun 2008 Tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah menegaskan bahwa pengawasan internal memiliki fungsi memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan, efisiensi, dan efektivitas pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah, memberikan peringatan dini dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah serta memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah. Pengawasan secara umum dilaksanakan melalui kegiatan audit. Audit bisa memberikan hasil yang berkualitas dan memberikan nilai tambah bagi unit organisasi yang diaudit (auditee) serta bagi masyarakat atau seluruh pihak yang berkepentingan (stakeholders) apabila APIP mempunyai kapabilitas dan kinerja yang baik. Kinerja auditor merupakan hasil kerja yang dicapai oleh auditor dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan padanya, dan menjadi salah satu tolok ukur yang digunakan untuk menentukan apakah suatu pekerjaan yang dilakukan akan baik atau sebaliknya (Kalbers dan Forgarti, 1995). Kinerja auditor dapat dinilai kurang baik apabila terlihat masih tingginya tingkat korupsi dan buruknya tata kelola pemerintahan di pemerintah daerah. Sebagai pihak yang memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan pengawasan, auditor internal perlu memiliki kinerja yang baik sehingga mampu mencapai fungsi pengawasan internal (Simatauw, 2014). 2

13 Auditor internal memiliki kewajiban untuk menjalankan tugas sesuai dengan standar audit dan kode etik yang telah ditetapkan. Auditor diwajibkan oleh standar untuk selalu mempertahankan independensi, objektivitas dan selalu meningkatkan kompetensi serta kecermatan profesional dalam menjalankan tugasnya (Yudaruddin, 2013). Auditor internal berperan membantu pemerintah daerah dalam usaha untuk mencapai tujuannya dengan pendekatan sistematis dan disiplin dalam mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko, pengendalian dan proses tata kelola organisasi (Tugiman, 2006). Auditor internal memegang peranan penting dalam proses terciptanya akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan di daerah. Namun ada kemungkinan bahwa auditor tidak mampu memenuhi harapan semua users (masyarakat) sehingga menimbulkan audit expectations gap antara auditor dengan pengguna laporan keuangan terkait persepsi tanggungjawab auditor (Siddiqui et al., 2008). Auditor tidak akan memiliki nilai tambah dan juga tidak akan efektif ketika ada perbedaan persepsi apa yang diharapkan auditee dengan apa yang dilakukan auditor. Profesi auditor diklaim melindungi semua pemangku kepentingan tetapi sayangnya tidak cukup untuk memenuhi harapan mereka (Ebimobowei, 2010). Audit expectation gap merupakan persoalan yang krusial terkait dengan fungsi audit independen dan memiliki implikasi yang signifikan pada perkembangan standar dan praktek audit (Lin dan Chen, 2004). Audit expectation gap dapat didefinisikan sebagai perbedaan antara apa yang masyarakat harapkan dari auditor dalam menjalankan tugasnya. Audit expectation gap sangat penting untuk profesi audit karena 3

14 semakin besar harapan yang tidak terpenuhi dari masyarakat, semakin rendah kredibilitas terkait dengan pekerjaan auditor (Lee et al., 2009). Fenomena audit internal saat ini masih jauh dari apa yang diharapkan termasuk berbagai penilaian dan persepsi negatif yang sering ditujukan terhadap fungsi audit internal (Yudaruddin, 2013). Masalah mendasar adalah bagaimana masyarakat memandang peran auditor yang dalam banyak kasus berpusat pada pencegahan fraud dan penyimpangan dan di sisi lain auditor dan profesi audit selalu membebaskan diri dari fakta dan persepsi publik terhadap pekerjaan mereka (Onulaka, 2014). Auditee sering kali merasa bahwa keberadaan audit internal hanya akan mendatangkan cost yang lebih besar dibandingkan benefit yang akan diterima. Auditor internal dianggap belum berperan untuk dapat menjadi konsultan internal yang merupakan ekspresi tertinggi dalam peran pengawasan internal. Seringkali usulan perubahan atau rekomendasi dari audit internal masih dianggap menyulitkan dan merugikan auditee, bahkan terkesan formalitas dan cenderung mengabaikan tingkat kesulitan atau kendala yang akan dihadapi auditee nantinya atas pelaksanaan saran audit internal tersebut (Hery, 2004). Pemerintah Kabupaten Nagekeo terbentuk sebagai daerah otonom baru sesuai Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Pembentukan Kabupaten Nagekeo di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pada usia yang relatif muda, banyak terjadi kasuskasus korupsi yang menjerat beberapa pejabat daerah yang disebabkan ketidaksesuaian dalam substansi pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah (Kelen, 2014; 2015a; 2015b). Maraknya kasus korupsi menyebabkan opini yang berkembang di 4

15 masyarakat menjadi kurang baik karena auditor internal dianggap tidak mampu melaksanakan fungsi pengawasan di daerah. Hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kabupaten Nagekeo 5 tahun terakhir terlihat adanya temuan berulang di setiap tahun antara lain temuan pengelolaan kas daerah, persediaan dan penataan aset tetap yang belum memadai, pengelolaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) belum optimal, belanja barang/jasa, belanja pegawai dan belanja modal yang belum sesuai ketentuan, maupun pertanggungjawaban belanja bantuan sosial dan bantuan keuangan lainnya serta pengelolaan investasi yang belum tertib (BPK RI, 2015). Hal ini berdampak terhadap opini yang diraih oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Nagekeo atas LKPDnya. Opini audit merupakan faktor penting yang menjadi tolak ukur dari efektivitas pengawasan dan penilaian kinerja pengelolaan keuangan pemerintah daerah (Giroux, 1989). Raihan opini BPK atas LKPD Kabupaten Nagekeo sejak tahun 2010 sampai tahun 2015 adalah Wajar Dengan Pengecualian (WDP). Audit akan kurang bermanfaat apabila hasil temuan dan rekomendasi yang ada tidak ditindaklanjuti oleh pihak dari obyek pemeriksaan (Dwiputrianti, 2008). Auditor juga harus menetapkan suatu prosedur tindak lanjut untuk memonitor dan meyakinkan bahwa tindakan manajemen telah dilaksanakan secara efektif sesuai dengan rekomendasi atau manajemen yang bersangkutan menerima risiko apabila tidak menindaklanjuti rekomendasi penugasan audit. Penyelesaian tindak lanjut temuan audit di Kabupaten Nagekeo, baik temuan BPK RI sebagai auditor eksternal maupun temuan inspektorat daerah dan APIP lainnya belum menunjukan perkembangan yang 5

16 signifikan. Hasil pemantauan tindak lanjut atas temuan keuangan pemerintah Kabupaten Nagekeo per tanggal 31 Desember 2015 dapat terlihat pada Tabel 1.1. Tabel 1.1 Hasil Pemantauan Tindak Lanjut Temuan Keuangan Per Tanggal 31 Desember 2015 No Temuan % Penyelesaian TL Temuan Keuangan 1 BPK RI 54,12 2 Inspektorat Provinsi NTT 46,41 3 Inspektorat Kabupaten Nagekeo 7,68 Rata-Rata 23,94 Sumber: Inspektorat Kab.Nagekeo, 2016 Masyitoh (2014) menjelaskan bahwa semakin besar tindak lanjut hasil pemeriksaan yang dilakukan pemerintah daerah (pemda) akan menurunkan persepsi korupsi. Semakin banyak tindak lanjut pemeriksaan yang dilakukan maka pengelolaan keuangan yang dilakukan pemda menjadi semakin baik sehingga opini yang diperoleh pada periode selanjutnya semakin baik (Setyaningrum, 2015). Banyaknya kasus korupsi yang terjadi, temuan berulang BPK yang sebelumnya tidak terdeteksi oleh inspektorat, opini yang didapat, serta rendahnya hasil tindak lanjut temuan audit menjadi perhatian masyarakat di Kabupaten Nagekeo. Hal ini menimbulkan pertanyaan dari publik mengenai kinerja auditor internal pemerintah sebagai pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan pengawasan internal atau yang melakukan tindakan preventif terkait dengan upaya mengurangi praktik-praktik yang dapat merugikan masyarakat. Adanya pertanyaan, tuntutan, dan komplain terhadap kinerja auditor pemerintah menunjukkan ketidakpuasan masyarakat terhadap kinerja auditor internal pemerintah daerah. Masyarakat menuntut auditor internal 6

17 meningkatkan kinerjanya, karena seorang auditor harus mampu menerapkan kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman yang dimilikinya (Marganingsih dan Martani, 2009). Hasil evaluasi kapabilitas APIP di Kabupaten Nagekeo pada tahun 2013 oleh BPKP dengan menggunakan pendekatan Internal Audit Capability Model (IA-CM) diketahui bahwa APIP di Kabupaten Nagekeo masih berada pada level 1 (Initial). Hal ini menunjukkan rendahnya kapabilitas APIP di Kabupaten Nagekeo yang disebabkan oleh beberapa hal antara lain, belum diterapkannya independensi dan objektivitas APIP, lemahnya manajemen APIP, kurangnya kebutuhan formasi auditor, kurangnya kegiatan pengembangan kompetensi sumber daya manusia, dan masih belum diterapkannya pelaksanaan audit sesuai dengan standar audit dan kode etik (BPKP, 2013). Peningkatan kritik terhadap kinerja auditor disebabkan oleh banyaknya skandal keuangan seperti korupsi dan kegagalan auditor internal dalam melaksanakan perannya sebagai pihak yang melakukan tindakan preventif. Profesi audit yakin bahwa peningkatan isu-isu sosial dan kritik terhadap auditor dapat dikaitkan dengan kesenjangan harapan audit (Fowzia, 2010). Lingkungan audit yang penuh dengan kritikan terhadap kinerja auditor sudah merupakan karakteristik dari lingkungan audit saat ini (Porter, 1993). Menurut Porter, penyebab meningkatnya kritikan terhadap profesi audit karena kesenjangan harapan terhadap kinerja auditor. Kesenjangan terhadap kinerja auditor merupakan kesenjangan antara masyarakat maupun pengguna jasa auditor terhadap auditor dan kinerja auditor seperti yang dirasakan oleh masyarakat maupun pengguna jasa auditor (Porter, 1993; Dana, 2011). 7

18 Jabbarzadeh et al., (2012) mengungkapkan bahwa permasalahan audit expectation gap berasal dari perbedaan auditor s features yang dapat mempengaruhi pelaksanaan audit yang dilakukan oleh auditor, yaitu dalam hal independensi, pengetahuan dan pengalaman, kerahasiaan dan jauh dari penilaian bias. Swift dan Dando (2002) menunjukkan bahwa kesenjangan harapan audit bisa disebabkan dari salah satu faktor berikut antara lain: (1) kurangnya kompetensi teknis, (2) ketepatan waktu dan relevansi komunikasi auditor, (3) kurangnya independensi, dan (4) komitmen rendah untuk kepentingan umum. Menurut Humphrey et al. (1992) terdapat empat masalah sehubungan dengan audit expectation gap, yaitu: (1) tanggung jawab auditor untuk mendeteksi kecurangan, (2) independensi auditor, (3) pelaporan kepentingan publik, dan (4) maksud atau arti laporan audit. Guy dan Sullivan (1988) menyatakan bahwa perbedaan harapan publik dan auditor terjadi dalam hal: (1) deteksi kecurangan dan tindakan ilegal, (2) perbaikan keefektifan audit, dan (3) pengkomunikasian hasil audit yang lebih intensif kepada publik dan komite audit. Kesadaran akan audit expectation gap ini bukanlah sesuatu yang tanpa alasan karena audit expectation gap tidak sedikit membawa kerugian bagi banyak pihak. Berdasarkan fenomena yang terjadi dan permasalahan audit expectation gap yang diungkapkan, publik beranggapan bahwa auditor internal harus dapat memberikan jaminan terhadap auditee. Masalah audit expectation gap mendesak untuk ditangani sehingga perlu ditinjau kembali kinerja auditor internal terkait independensi, kompetensi, perilaku etis, pelaporan dan tindak lanjut audit. Alasan-alasan tersebut mendorong penulis untuk mengadakan penelitian ini. 8

19 Penelitian audit expectation gap di sektor publik masih sangat kurang bahkan terabaikan (Chowdhury et al., 2005). Penelitian mengenai audit expectation gap auditor internal pemerintah masih sedikit, padahal dilihat dari fenomena yang ada auditor internal butuh perbaikan-perbaikan serta masukan-masukan dari kalangan akademisi maupun kalangan profesional untuk memperbaiki permasalahan yang ada sekarang ini. Kebanyakan penelitian-penelitian terdahulu lebih meneliti auditor eksternal dari pada auditor internal sehingga penelitian ini berfokus mencari bukti secara empiris mengenai audit expectation gap antara auditor internal dengan auditee atas kinerja auditor internal apakah sudah sudah sesuai dengan apa yang diharapkan selama ini. Penelitian terkait audit expectation gap sektor publik antara auditor internal dengan auditee pernah dilakukan oleh Hutabarat dan Yuyetta (2013) yang menunjukan bahwa tidak terdapat expectation gap antara auditor inspektorat dan para kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dari sisi akuntabilitas, independensi, kompetensi, bukti audit dan audit kinerja, namun terdapat expectation gap dari sisi materialitas audit dan pelaporan audit. Selain itu Yudaruddin (2013) yang meneliti persepsi auditor inspektorat dan auditee di lingkungan pemerintah kota Balikpapan menyatakan bahwa terdapat audit expectation gap antara auditor inspektorat dengan auditee terkait independensi, kompetensi profesional, dan pengawasan. Sedangkan Simatauw (2014) menemukan bahwa (1) terdapat audit expectation gap antara auditor inspektorat dengan auditee terkait pelaksanaan dan tindak lanjut audit, dan (2) tidak terdapat audit expectation gap antara auditor inspektorat dengan auditee terkait hasil audit. 9

20 Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terdapat beberapa hal. Perbedaan pertama terkait lokasi penelitian pada Inspektorat Kabupaten Nagekeo. Alasan pemilihan lokasi penelitian ini adalah banyaknya permasalahan yang terjadi antara lain kasus korupsi yang menjerat beberapa pejabat daerah, temuan berulang atas LKPD yang berimbas pada opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) untuk yang kelima kalinya dan secara berturut-turut sejak tahun dari pihak BPK RI Perwakilan Provinsi NTT, lambatnya penyelesaian tindak lanjut atas temuan BPK maupun APIP serta rendahnya kapabilitas APIP daerah (level initial) berdasarkan hasil evaluasi IACM oleh BPKP Perwakilan NTT yang mengakibatkan banyaknya kritikan terhadap kinerja Inspektorat sebagai auditor internal pemerintah. Perbedaan kedua adalah penambahan variabel perilaku etis auditor internal. Variabel perilaku etis auditor penting, karena demi terwujudnya pengawasan internal yang berkualitas dan auditor internal yang profesional diperlukan suatu budaya etis dalam profesi auditor. Perilaku etis diperlukan demi terpenuhinya prinsip-prinsip kerja yang akuntabel dan terlaksananya pengendalian audit sehingga dapat terwujud auditor internal yang kredibel dengan kinerja yang optimal dalam pelaksanaan audit. Perbedaan ketiga adalah pemilihan partisipan. Penambahan partisipan kepala desa dan kepala sekolah sebagai obyek dalam penelitian ini dengan pertimbangan untuk memperluas sampel penelitian dan diharapkan mampu meminimalisir terjadinya audit expectation gap. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai audit expectation gap dengan judul Persepsi Audit Expectation Gap 10

21 Auditor Internal dengan Auditee atas Kinerja Auditor Internal (Studi Pada Inspektorat Kabupaten Nagekeo). 1.2 Rumusan Masalah Berbagai fenomena yang terjadi dan adanya kritikan terkait dengan kinerja Inspektorat Kabupaten Nagekeo selaku auditor internal menunjukkan ketidakpuasan auditee maupun masyarakat terhadap kinerja auditor internal pemerintah. Auditor internal membutuhkan perbaikan-perbaikan dalam menjalankan tugasnya dengan cara mempertahankan independensi, meningkatkan kompetensi, berperilaku etis, memberikan laporan audit yang berkualitas dan mendorong penyelesaian tindak lanjut audit. Dari rumusan masalah yang diteliti selanjutnya dijabarkan dalam pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut: 1) Apakah terdapat audit expectation gap persepsi auditor internal dengan auditee atas kinerja auditor internal terkait independensi? 2) Apakah terdapat audit expectation gap persepsi auditor internal dengan auditee atas kinerja auditor internal terkait kompetensi? 3) Apakah terdapat audit expectation gap persepsi auditor internal dengan auditee atas kinerja auditor terkait internal perilaku etis? 4) Apakah terdapat audit expectation gap persepsi auditor internal dengan auditee atas kinerja auditor internal terkait laporan hasil audit? 5) Apakah terdapat audit expectation gap persepsi auditor internal dengan auditee atas kinerja auditor internal terkait tindak lanjut audit? 11

22 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara empiris: 1) Untuk membuktikan secara empiris audit expectation gap persepsi auditor internal dengan auditee atas kinerja auditor internal terkait independensi. 2) Untuk membuktikan secara empiris audit expectation gap persepsi auditor internal dengan auditee atas kinerja auditor internal terkait kompetensi. 3) Untuk membuktikan secara empiris audit expectation gap persepsi auditor internal dengan auditee atas kinerja auditor internal terkait perilaku etis. 4) Untuk membuktikan secara empiris audit expectation gap persepsi auditor internal dengan auditee atas kinerja auditor internal terkait laporan hasil audit. 5) Untuk membuktikan secara empiris audit expectation gap persepsi auditor internal dengan auditee atas kinerja auditor internal terkait tindak lanjut audit. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis Manfaat teoritis dari penelitian: 1) Memberikan kontribusi pada pengembangan teori atribusi yang berhubungan dengan persepsi tentang kinerja auditor internal. 2) Menambah referensi bagi para akademisi yang ingin melakukan penelitian tentang audit expectation gap di lingkungan sektor publik Manfaat Praktis Manfaat praktis penelitian ini bagi lembaga terkait: 12

23 1) Pemerintah Kabupaten Nagekeo, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi secara empiris tentang audit expectation gap persepsi auditor internal inspektorat dengan auditee atas kinerja auditor internal sehingga Pemerintah Kabupaten Nagekeo dapat menggunakan penelitian ini sebagai acuan untuk membuat suatu kebijakan terkait dengan kinerja inspektorat yang nantinya akan memberikan nilai tambah bagi Pemerintah Kabupaten Nagekeo. 2) Inspektorat Kabupaten Nagekeo, hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi mengenai gambaran dan masukan terkait harapan dan persepsi auditee atas kinerja inspektorat sehingga dapat dilakukan upaya-upaya perbaikan kinerja auditor internal terkait independensi, kompetensi, perilaku etis auditor, laporan hasil audit, dan tindak lanjut audit. 13

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan paradigma administrasi publik dari public administration

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan paradigma administrasi publik dari public administration BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan paradigma administrasi publik dari public administration sampai pada new public service atau yang dikenal good governance menuntut pemerintah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk liberalisasi ekonomi mendorong profesi audit internal untuk lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk liberalisasi ekonomi mendorong profesi audit internal untuk lebih 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi yang membawa liberalisasi pada segala bidang, termasuk liberalisasi ekonomi mendorong profesi audit internal untuk lebih responsif terhadap

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 46 2016 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PIAGAM AUDIT INTERN 1. Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) semakin lama

BAB I PENDAHULUAN. Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) semakin lama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) semakin lama semakin strategis dan bergerak mengikuti kebutuhan zaman. APIP diharapkan menjadi agen perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya tuntutan masyarakat atas terwujudnya good governance di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya tuntutan masyarakat atas terwujudnya good governance di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Meningkatnya tuntutan masyarakat atas terwujudnya good governance di Indonesia berimplikasi pada akuntabilitas dan transparansi sistem pengelolaan keuangan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN WALIKOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DENGAN RAHMAT YANG MAHA ESA WALIKOTA SAMARINDA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena karena terjadinya krisis ekonomi di Indonesia serta maraknya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. karena karena terjadinya krisis ekonomi di Indonesia serta maraknya tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di Indonesia semakin meningkat. Tuntutan ini memang wajar, karena karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membawa kepada suatu perubahan adalah reformasi akan perwujudan dan

BAB I PENDAHULUAN. membawa kepada suatu perubahan adalah reformasi akan perwujudan dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era reformasi membawa banyak perubahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Republik Indonesia. Salah satu dari sekian banyak reformasi yang membawa kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadinya krisis ekonomi di

BAB I PENDAHULUAN. karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadinya krisis ekonomi di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di Indonesia semakin meningkat. Tuntutan ini memang wajar, karena beberapa

Lebih terperinci

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK salinan BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan tentang pentingnya penelitian dilakukan. Bab ini meliputi

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan tentang pentingnya penelitian dilakukan. Bab ini meliputi BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang pentingnya penelitian dilakukan. Bab ini meliputi latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, kontribusi penelitian dan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Governance yang menjadi salah satu agenda reformasi sektor publik di

BAB I PENDAHULUAN. Governance yang menjadi salah satu agenda reformasi sektor publik di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pengawasan adalah salah satu dari tiga aspek Good Corporate Governance yang menjadi salah satu agenda reformasi sektor publik di Indonesia. Setelah adanya

Lebih terperinci

PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT

PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT LAMPIRAN : PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR : 82 TANGGAL : 2 DESEMBER 2014 TENTANG : PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini adalah semakin menguatnya tuntutan masyarakat terhadap pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. ini adalah semakin menguatnya tuntutan masyarakat terhadap pelaksanaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fenomena yang dapat diamati dalam perkembangan sektor publik dewasa ini adalah semakin menguatnya tuntutan masyarakat terhadap pelaksanaan akuntabilitas publik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik,

BAB I PENDAHULUAN. dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Fenomena yang terjadi dalam perkembangan sektor publik di Indonesia dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka pemenuhan hak publik. Untuk pengertian good governance,

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka pemenuhan hak publik. Untuk pengertian good governance, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akuntabilitas merupakan suatu bentuk kewajiban pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 27 TAHUN 2014 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR AUDIT DAN REVIU ATAS LAPORAN KEUANGAN BAGI APARAT PENGAWAS INTERN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan yang baik (good governance), yaitu pemerintahan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan yang baik (good governance), yaitu pemerintahan yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencapaian sasaran sesuai dengan upaya untuk mewujudkan suatu iklim pengelolaan yang baik (good governance), yaitu pemerintahan yang dapat menjalankan amanah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengawasan Intern Pemerintah merupakan fungsi manajemen yang penting dalam penyelenggaraan pemerintahan. Melalui pengawasan intern dapat diketahui bahwa suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam rangka mewujudkan good governance di lingkungan pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam rangka mewujudkan good governance di lingkungan pemerintahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka mewujudkan good governance di lingkungan pemerintahan daerah. Pemerintah harus melakukan reformasi dalam segala aspek pengelolaan keuangan daerah. Salah

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT - 1 - GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PENJELASAN PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL

PENJELASAN PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL Lampiran II Peraturan Gubernur Nusa Tenggara Barat Nomor Tentang Tahun Piagam Pengawasan Internal di Lingkungan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat PENJELASAN PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL 1. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pasar global, tetapi juga merugikan negara serta dalam jangka panjang dapat

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pasar global, tetapi juga merugikan negara serta dalam jangka panjang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berbagai diskusi ilmiah, korupsi diakui sebagai musuh bersama bagi masyarakat Indonesia, karena dampak nyata kegiatan korupsi bukan hanya menimbulkan high cost

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 59 2017 SERI : E PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 59 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menolak hasil dengan memberikan rekomendasi tentang tindakan-tindakan

BAB I PENDAHULUAN. menolak hasil dengan memberikan rekomendasi tentang tindakan-tindakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengawasan intern yang dilakukan oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang terdapat dalam Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) terdiri dari

Lebih terperinci

BUPATI BENER MERIAH PERATURAN BUPATI BENER MERIAH NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN INSPEKTORAT KABUPATEN BENER MERIAH

BUPATI BENER MERIAH PERATURAN BUPATI BENER MERIAH NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN INSPEKTORAT KABUPATEN BENER MERIAH BUPATI BENER MERIAH PERATURAN BUPATI BENER MERIAH NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN INSPEKTORAT KABUPATEN BENER MERIAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHAKUASA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Pembangunan manusia merupakan salah satu indikator bagi kemajuan suatu negara. Suatu negara dikatakan maju bukan saja dihitung dari pendapatan domestik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Teknis Daerah Provinsi Sumatera Barat. Diumumkan dalam Lembaran

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Teknis Daerah Provinsi Sumatera Barat. Diumumkan dalam Lembaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat Provinsi Sumatera Barat ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibentuk dengan tugas melaksanakan pengawasan intern (internal audit) di lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. dibentuk dengan tugas melaksanakan pengawasan intern (internal audit) di lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) adalah instansi pemerintah yang dibentuk dengan tugas melaksanakan pengawasan intern (internal audit) di lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses terciptanya akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan di daerah.

BAB I PENDAHULUAN. proses terciptanya akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan di daerah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Auditor pemerintah daerah memegang peranan yang sangat penting dalam proses terciptanya akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan di daerah. Peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. transparan dan akuntabel, menteri/pimpinan lembaga, gubernur dan

BAB I PENDAHULUAN. transparan dan akuntabel, menteri/pimpinan lembaga, gubernur dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, yang selanjutnya disingkat SPIP disebutkan bahwa dalam rangka mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Guna menunjang profesionalisme sebagai akuntan publik, maka auditor dalam

BAB I PENDAHULUAN. Guna menunjang profesionalisme sebagai akuntan publik, maka auditor dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Guna menunjang profesionalisme sebagai akuntan publik, maka auditor dalam melaksanakan tugas auditnya harus berpedoman pada standar audit yang ditetapkan oleh Ikatan

Lebih terperinci

2017, No Pedoman Pengawasan Intern di Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 19

2017, No Pedoman Pengawasan Intern di Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 19 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.822, 2017 KEMENLU. Pengawasan Intern. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN INTERN DI KEMENTERIAN

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb No.1572, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Piagam Pengawasan Intern. PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam penyelenggaraan pemerintahan. Melalui pengawasan intern dapat diketahui

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam penyelenggaraan pemerintahan. Melalui pengawasan intern dapat diketahui BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengawasan intern pemerintah merupakan fungsi manajemen yang penting dalam penyelenggaraan pemerintahan. Melalui pengawasan intern dapat diketahui apakah suatu

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) 201168 PANDEGLANG 42212 PIAGAM AUDIT INTERN 1. Audit intern adalah kegiatan yang independen dan obyektif dalam

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.925, 2013 KEMENTERIAN LUAR NEGERI. Pengawasan Intern. Perwakilan Republik Indonesia. Pedoman. PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotis

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotis BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.88. 2016 KEMENLH-KEHUTANAN. Pengawasan Intern. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK-SETJEN/2015

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup orang banyak, maka sudah sepantasnya pemerintah dapat memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup orang banyak, maka sudah sepantasnya pemerintah dapat memberikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini akuntabilitas atas kinerja suatu lembaga milik pemerintah menjadi hal yang sangat penting. Dalam setiap instansi yang mengelola dana dan menaungi hajat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai wujud pertanggungjawaban daerah atas otonomi pengelolaan keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai wujud pertanggungjawaban daerah atas otonomi pengelolaan keuangan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan pemerintah harus dilaksanakan untuk mewujudkan tata kelola keuangan pemerintahan yang baik. Sebagai wujud pertanggungjawaban

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besarnya penyerahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dimana

BAB I PENDAHULUAN. besarnya penyerahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan paradigma penyelenggaraan pemerintahan daerah di Indonesia dari pola sentralisasi menjadi pola desentralisasi membawa konsekuensi terhadap makin besarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. korupsi baik di level pusat maupun daerah menjadi penyebab utama hilangnya

BAB I PENDAHULUAN. korupsi baik di level pusat maupun daerah menjadi penyebab utama hilangnya BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Banyaknya ditemukan kecurangan-kecurangan yang terjadi saat ini seperti korupsi, kolusi, dan nepotisme yang membuat kepercayaan masyarakat kepada kinerja aparat

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 86 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR AUDIT APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH (APIP) KABUPATEN BADUNG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 86 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR AUDIT APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH (APIP) KABUPATEN BADUNG 1 BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 86 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR AUDIT APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH (APIP) KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang

Lebih terperinci

Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI. Irtama

Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI. Irtama Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI Irtama 2016 1 Irtama 2016 2 SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PIAGAM AUDIT INTERN 1. Pengawasan internal adalah

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 92 TAHUN 2014 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERN GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 92 TAHUN 2014 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERN GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 92 TAHUN 2014 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERN GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa sesuai ketentuan dalam Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi 4.1.1 Visi Visi adalah pandangan ideal keadaan masa depan (future) yang realistik dan ingin diwujudkan, dan secara potensial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah; 3. Memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola. penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah; 3. Memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola. penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi Daerah yang mulai diberlakukan sejak tahun 2001 telah memberikan kewenangan bagi Pemerintah Daerah untuk mengurus keuangannya sendiri dan sejalan dengan kewenangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masyarakat akan terwujudnya pemerintahan yang baik (good

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masyarakat akan terwujudnya pemerintahan yang baik (good BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tuntutan masyarakat akan terwujudnya pemerintahan yang baik (good governance) dan pemerintahan yang bersih (clean governance) dalam penyelenggaraan organisasi

Lebih terperinci

KONFERENSI NASIONAL APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH TAHUN 2010 SIMPULAN

KONFERENSI NASIONAL APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH TAHUN 2010 SIMPULAN KONFERENSI NASIONAL APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH TAHUN 2010 SIMPULAN 1. Peran APIP harus lebih diitingkatkan agar permasalahan terkait masih adanya Opini BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya krisis ekonomi di Indonesia ternyata disebabkan oleh buruknya

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya krisis ekonomi di Indonesia ternyata disebabkan oleh buruknya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di Indonesia semakin meningkat. Tuntutan ini memang wajar, karena terjadinya krisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diketahui karena banyaknya pemberitaan-pemberitaan di media masa mengenai

BAB I PENDAHULUAN. diketahui karena banyaknya pemberitaan-pemberitaan di media masa mengenai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja pemerintah saat ini menjadi sorotan masyarakat. Hal tersebut diketahui karena banyaknya pemberitaan-pemberitaan di media masa mengenai demonstran-demonstran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan Sub Sektor Peternakan di Provinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan Sub Sektor Peternakan di Provinsi Jawa Barat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan Sub Sektor Peternakan di Provinsi Jawa Barat tidak terlepas dari hasil rumusan kebijakan dan program yang cermat dan tepat. Salah satu upaya

Lebih terperinci

BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 131 BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh etika, kompetensi, independensi, dan pengalaman terhadap pendeteksian kecurangan melalui Skeptisisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan dalam perwujudan good government governance di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan dalam perwujudan good government governance di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tuntutan dalam perwujudan good government governance di Indonesia yang semakin meningkat berimplikasi pada sistem pengelolaan keuangan secara akuntabel dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa (good governance and clean government), maka penyelenggara pemerintahan wajib melaksanakan tugas dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan yang sangat pesat tersebut

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan yang sangat pesat tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam waktu yang relatif singkat akuntansi sektor publik telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan yang sangat pesat tersebut ditandai dengan diterapkannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di Indonesia semakin meningkat. Tuntutan ini memang wajar, karena beberapa

Lebih terperinci

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SEKRETARIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Berdasarkan Peraturan Walikota Bandung Nomor 1404 tahun 2016 tentang kedudukan, susunan organisasi, tugas dan fungsi serta tata kerja badan pengelolaan

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1123, 2014 KEMEN KP. Pengawasan. Intern. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PERMEN-KP/2014 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nepotisme). Banyaknya kasus korupsi yang terjadi akhir-akhir ini menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. Nepotisme). Banyaknya kasus korupsi yang terjadi akhir-akhir ini menjadikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi saat ini, permasalahan yang sering dihadapi oleh suatu lembaga pemerintahan salah satunya adalah tindakan KKN (Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme). Banyaknya

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG KEWENANGAN INSPEKTORAT MENGAKSES DATA DAN INFORMASI PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterpurukan karena buruknya pengelolaan keuangan (Ariyantini dkk,2014).

BAB I PENDAHULUAN. keterpurukan karena buruknya pengelolaan keuangan (Ariyantini dkk,2014). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, terdapat tuntutan sektor publik khususnya pemerintah yaitu terlaksananya akuntabilitas pengelolaan keuangan sebagai bentuk terwujudnya praktik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan sejak tahun 1981 sudah tidak dapat lagi mendukung kebutuhan Pemda

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan sejak tahun 1981 sudah tidak dapat lagi mendukung kebutuhan Pemda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan adanya reformasi atau pembaharuan di dalam sistem pertanggungjawaban keuangan daerah, sistem lama yang selama ini digunakan oleh Pemda yaitu Manual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Auditor merupakan profesi yang mendapat kepercayaan dari publik untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Auditor merupakan profesi yang mendapat kepercayaan dari publik untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Auditor merupakan profesi yang mendapat kepercayaan dari publik untuk membuktikan kewajaran laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan atau organisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah yang kemudian dikerucutkan menjadi pertanyaan penelitian, dan tujuan penelitian. Selain itu juga akan dijelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alat informasi baik bagi pemerintah sebagai manajemen maupun alat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alat informasi baik bagi pemerintah sebagai manajemen maupun alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Akuntansi sektor publik terkait dengan tiga hal pokok, yaitu : penyediaan informasi, pengendalian manajemen, dan akuntabilitas. Akuntansi sektor publik merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance) yang mengarah pada

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance) yang mengarah pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) semakin lama semakin strategis dan bergerak mengikuti kebutuhan zaman. APIP diharapkan menjadi agen perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi merupakan salah satu perkembangan yang terjadi ditiaptiap

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi merupakan salah satu perkembangan yang terjadi ditiaptiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi merupakan salah satu perkembangan yang terjadi ditiaptiap negara. Era globalisasi yang muncul di Indonesia menuntut pemerintah Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Birokrasi yang berbelit dan kurang akomodatif terhadap gerak ekonomi mulai

BAB I PENDAHULUAN. Birokrasi yang berbelit dan kurang akomodatif terhadap gerak ekonomi mulai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya perekonomian suatu bangsa menuntut penyelenggara negara untuk lebih profesional dalam memfasilitasi dan melayani warga negaranya. Birokrasi yang berbelit

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, SALINAN NOMOR 32/E, 2010 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 44 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN, SISTEM DAN PROSEDUR PENGAWASAN DALAM PENERAPAN STANDAR AUDIT DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA MALANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan organisasi dan sesuai dengan kode etik auditor. Tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. tujuan organisasi dan sesuai dengan kode etik auditor. Tuntutan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Auditor mampu dikatakan profesional dilihat dari kinerja yang dilakukannya dalam menjalankan perintah atasan yang sesuai dengan tujuan organisasi dan sesuai dengan kode

Lebih terperinci

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang No.1494, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAG. Pengawasan Internal. Pencabutan. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PENGAWASAN INTERNAL PADA KEMENTERIAN AGAMA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. good governance dan clean governance di Indonesia semakin meningkat. Melihat

BAB I PENDAHULUAN. good governance dan clean governance di Indonesia semakin meningkat. Melihat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance dan clean governance di Indonesia semakin meningkat. Melihat masih banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. governance dalam hal ini menjadi suatu hal yang tidak dapat ditawar-tawar lagi

BAB I PENDAHULUAN. governance dalam hal ini menjadi suatu hal yang tidak dapat ditawar-tawar lagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam era Otonomi Daerah seperti sekarang ini, penerapan prinsip-prinsip good governance sangat penting dalam pelaksanaan anggaran belanja pemerintah baik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebut dengan Good Governance. Pemerintahan yang baik merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. disebut dengan Good Governance. Pemerintahan yang baik merupakan suatu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara pasti membutuhkan pemerintahan yang baik atau yang sering disebut dengan Good Governance. Pemerintahan yang baik merupakan suatu bentuk keberhasilan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30 BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG KEWENANGAN KAPASITAS DAN TUGAS, INSPEKTORAT UNTUK MENGAKSES DATA DAN INFORMASI PADA ORGANISASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien, serta sesuai dengan rencana,

BAB I PENDAHULUAN. tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien, serta sesuai dengan rencana, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawasan intern pemerintah merupakan fungsi manajemen yang penting dalam penyelenggaraan pemerintahan. Melalui pengawasan intern dapat diketahui apakah suatu instansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah (APIP) yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah (APIP) yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengawasan intern yang dilakukan oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP RI) No.60 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanggungjawaban rencana strategis kepada masyarakat dapat dilihat dari dua jalur utama, yaitu jalur pertanggungjawaban keuangan dan jalur pertanggungjawaban kinerja.

Lebih terperinci

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà - 1 - jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG PENGAWASAN INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelola pemerintahan yang baik (good governance). Sayangnya, harapan akan

BAB I PENDAHULUAN. kelola pemerintahan yang baik (good governance). Sayangnya, harapan akan BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian Sumber daya aparatur negara menjadi faktor kunci bagi terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Sayangnya, harapan akan hadirnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP).

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mewujudkan pengelolaan keuangan negara yang transparan, akuntabel, efektif dan efisien, pimpinan instansi pemerintah baik di pusat maupun daerah wajib melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara berlapis-lapis, seperti BPK, BPKP, Inspektorat Jenderal, Inspektorat

BAB I PENDAHULUAN. secara berlapis-lapis, seperti BPK, BPKP, Inspektorat Jenderal, Inspektorat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk menghindari adanya kemungkinan penyelewengan atau penyimpangan atas tujuan yang akan dicapai. Pengawasan juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa demokrasi saat ini, pemerintah dituntut untuk semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa demokrasi saat ini, pemerintah dituntut untuk semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa demokrasi saat ini, pemerintah dituntut untuk semakin transparan dan akuntabel terhadap pengelolaan dana keuangan negara. Semakin tingginya permasalahan

Lebih terperinci

Standar Audit Internal Pemerintah Indonesia. Asosiasi Audit Internal Pemerintah Indonesia

Standar Audit Internal Pemerintah Indonesia. Asosiasi Audit Internal Pemerintah Indonesia Standar Audit Internal Pemerintah Indonesia Asosiasi Audit Internal Pemerintah Indonesia Peran APIP Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) semakin lama semakin strategis dan bergerak mengikuti

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.763, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Pokok-Pokok. Pengawasan. BNN. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG POKOK-POKOK PENGAWASAN DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategis APIP tersebut antara lain: (i) mengawal program dan kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. strategis APIP tersebut antara lain: (i) mengawal program dan kebijakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peran strategis Aparat Pemeriksa Internal Pemerintah (APIP) dalam mewujudkan salah satu program Nawacita yaitu mewujudkan pemerintahan yang bersih dan melayani

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan titik terang, untuk mendorong perubahan dalam tata kelola

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan titik terang, untuk mendorong perubahan dalam tata kelola 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pemberantasan tindakan korupsi saat ini semakin menunjukkan titik terang, untuk mendorong perubahan dalam tata kelola pemerintahan yang baik dan mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar jumlahnya. Pertanggungjawaban atas penggunaan dana untuk. penyelenggaraan pemerintahan seharusnya didukung dengan suatu

BAB I PENDAHULUAN. besar jumlahnya. Pertanggungjawaban atas penggunaan dana untuk. penyelenggaraan pemerintahan seharusnya didukung dengan suatu BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Negara yang dikelola oleh pemerintah mencakup dana yang cukup besar jumlahnya. Pertanggungjawaban atas penggunaan dana untuk penyelenggaraan pemerintahan seharusnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Otonomi Daerah di Pemerintahan Indonesia, sehingga setiap

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Otonomi Daerah di Pemerintahan Indonesia, sehingga setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berlakunya Otonomi Daerah di Pemerintahan Indonesia, sehingga setiap daerah memiliki kewenangan yang semakin besar untuk mengatur pemerintahannya sendiri, termasuk

Lebih terperinci

Abstrak. Kata Kunci: Sistem pengendalian intern pemerintah, partisipasi penyusunan anggaran, motivasi kerja, kinerja individu.

Abstrak. Kata Kunci: Sistem pengendalian intern pemerintah, partisipasi penyusunan anggaran, motivasi kerja, kinerja individu. Judul : Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dan Partisipasi Penyusunan Anggaran pada Kinerja Individu dengan Motivasi Kerja sebagai Pemoderasi (Studi pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kinerja aparat birokrasi menurun. Terungkapnya banyak kasus-kasus korupsi baik

BAB I PENDAHULUAN. kinerja aparat birokrasi menurun. Terungkapnya banyak kasus-kasus korupsi baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyaknya ditemukan kecurangan-kecurangan yang terjadi saat ini seperti korupsi, kolusi, dan nepotisme yang membuat kepercayaan masyarakat kepada kinerja aparat birokrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari pajak dan penerimaan Negara lainnya, dimana kegiatannya banyak

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari pajak dan penerimaan Negara lainnya, dimana kegiatannya banyak BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang masalah penelitian yang menjelaskan fenomena, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, kontribusi penelitian dan sistematika

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dapat diraih melalui adanya otonomi daerah.indonesia memasuki era otonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dapat diraih melalui adanya otonomi daerah.indonesia memasuki era otonomi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan akuntansi sektor publik, khususnya di Indonesia semakin pesat dengan adanya era reformasi dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah otonomi daerah dan desentralisasi

Lebih terperinci