ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA CV WAHYU MAKMUR SEJAHTERA DESA GADOG KECAMATAN CIAWI KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT ANNISA AMALIA INDAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA CV WAHYU MAKMUR SEJAHTERA DESA GADOG KECAMATAN CIAWI KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT ANNISA AMALIA INDAH"

Transkripsi

1 i ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA CV WAHYU MAKMUR SEJAHTERA DESA GADOG KECAMATAN CIAWI KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT ANNISA AMALIA INDAH DEPARTEMEN AGRBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Risiko Produksi Jamur Tiram Putih pada CV Wahyu Makmur Sejahtera Desa Gadog Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor Jawa Barat adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi baik yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain, telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan pada Daftar Pustaka skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juli 2013 Annisa Amalia Indah NIM H

4 i ABSTRAK ANNISA AMALIA INDAH. Analisis Risiko Produksi Jamur Tiram Putih pada CV Wahyu Makmur Sejahtera Desa Gadog Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor Jawa Barat. Dibimbing oleh POPONG NURHAYATI. Usaha budidaya jamur tiram putih pada CV Wahyu Makmur Sejahtera memiliki tingkat keberhasilan yang berbeda-beda dalam proses produksinya. Hasil produksi yang beragam tersebut mempengaruhi jumlah produktivitas sehingga menyebabkan adanya fluktuasi. Fluktuasi produktivitas tersebut merupakan salah satu indikasi adanya risiko produksi. Adanya risiko di CV Wahyu Makmur Sejahtera kemudian diidentifikasi sumber-sumber risikonya. Sumber risiko kemudian dianalisis seberapa besar probabilitas dan dampaknya dengan metode analisis kualitatif dan analisis kuantitatif yaitu metode z-score dan var. Hasil analisis selanjutnya dilakukan strategi penanganan untuk mengatasi risiko pada budidaya jamur tiram putih. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui sumber risiko produksi yang terdapat diperusahaan yaitu proses keterampilan tenaga kerja, hama dan penyakit, serta komposisi dan kualitas bahan baku. Sedangkan berdasarkan hasil analisis kualitatif yaitu perhitungan probabilitas menggunakan metode z-score, diperoleh nilai probabilitas dan dampak dari masing masing sumber risiko produksi dari yang terbesar sampai yang terkecil yaitu (1) keterampilan tenaga kerja sebesar 42,5 persen dan Rp ; (2) hama dan penyakit sebesar 36,3 persen dan Rp ; dan (3) komposisi dan kualitas bahan baku sebesar 17,4 persen dan Rp Kata kunci: Metode z-score, Risiko produksi, Value at risk ABSTRACT ANNISA AMALIA INDAH. Production Risk Analysis of White Oyster Mushroom on CV Makmur Sejahtera Ciawi District Bogor Regency Wesy Java. Supervised by POPONG NURHAYATI. Oyster mushroom cultivation in CV Wahyu Makmur Sejahtera has a success rate varying in their production processes. The result of diverse production affects the amount of productivity that causes the fluctuations. Fluctuations in productivity is one indication of the production risk. There is a risk on CV Wahyu Makmur Sejahtera then identified each source of risk. Sources of risk then analyzed probability and impact to the method of qualitative analysis and quantitative analysis of the z-score method and var. Results of the analysis is performed to handle the risk management strategies on oyster mushroom cultivation. Based on the results of the research, it is known, there is a source of risk that the company is the production process of labor skills, pests and disease,nor the composition and quality of raw materials. While based on the results of the qualitative analysis is the calculation of probability using the z- score method, the value of the probability and impact of each - each source of production risk from the largest to the smallest, namely (1) the skills workforce by 42,5 percent and Rp 10,914,644; (2) pests and diseases by 36,3 percent and Rp 10,069,894, and (3) the composition and quality of raw materials by 17,4 percent and Rp 13, Keywords:, Production risk, Value at risk, Z-score method

5 ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA CV WAHYU MAKMUR SEJAHTERA DESA GADOG KECAMATAN CIAWI KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT ANNISA AMALIA INDAH Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS MANAJEMEN DAN EKONOMI INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

6

7 Hak cipta milik IPB, tahun 2013 Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

8

9 Judul Skripsi Nama NIM : Analisis Risiko Produksi Jamur Tiram Putih pada CV Wahyu Makmur Sejahtera Desa Gadog Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor Jawa Barat : Annisa Amalia Indah : H Disetujui oleh Ir Popong Nurhayati, MM Pembimbing Diketahui oleh Dr Ir Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen Tanggal Lulus:

10 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2012 ini ialah risiko produksi, dengan judul Analisis Risiko Produksi Jamur Tiram Putih pada CV Wahyu Makmur Sejahtera Desa Gadog Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan menganalisis sumber risiko produksi jamur tiram putih, kemungkinan terjadinya risiko, dan dampak yang ditimbulkan akibat terjadinya risiko pada CV Wahyu Makmur Sejahtera. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada Ir Popong Nurhayati, MM selaku dosen pembimbing skripsi, terima kasih atas bimbingan, masukan, dan arahannya selama kegiatan studi dan penyusunan skripsi. Kemudian kepada Dr Amzul Arifin, SP, MA selaku dosen penguji pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini serta kepada Dra Yusalina, Msi yang telah menjadi pembimbing akademik dan seluruh dosen serta staf Departemen Agribisnis. Terima kasih kepada Ibu Pipoh dan Bapak Wahyu serta Bapak Topan atas ilmu dan pengetahuan yang diberikan mengenai jamur tiram putih. Selain itu, terima kasih juga ditujukan kepada pihak-pihak yang telah banyak memberi motivasi, saran, dan nasehat yang sangat membantu penulis. Kepada teman-teman Agribisnis AJ 1 saya ucapkan terima kasih atas semua kebersamaan selama kuliah dan bantuannya selama ini. Kepada teman-teman dari jurusan Lanskep 47 dan seluruh teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang selalu memberi dukungan kepada penulis selama ini. Penulis ucapkan terima kasih pula kepada Abdul Mufakhir, ST yang telah menjadi pendamping setia dan selalu mendukung, mencurahkan perhatian serta mendoakan penulis baik secara langsung dan tidak langsung. Tidak lupa saya ucapkan juga kepada Dameria Novandina, SE yang telah menjadi pembahas pada seminar penulis dan memberikan masukan-masukan terhadap penyelesaian skripsi. Terakhir ucapan terima kasih yang tidak terlupakan kepada ibunda dan ayahanda tercinta yaitu Ibu Yeny Oktriani dan Bapak Maman Hilmansyah yang telah memberikan semangat, dukungan, dan doa kepada penulis. Besar harapan penulis, skripsi ini dapat bermanfaat bagi CV Wahyu Makmur Sejahtera, dan semua pihak yang berkepentingan. Bogor, Juli 2013 Annisa Amalia Indah

11 i DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Perumusan Masalah... 4 Tujuan Penelitian... 6 Manfaat Penelitian... 6 Ruang Lingkup Penelitian... 7 TINJAUAN PUSTAKA... 7 Perkembangan Pertanian Jamur Tiram... 7 Penelitian Terdahulu... 8 Perbedaan dan Persamaan dengan Penelitian Sebelumnya KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Risiko Risiko Produksi(Operasional) Risiko Produksi Agribisnis Konsep Risiko Manajemen Risiko Kerangka Pemikiran Operasional METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Metode Pengolahan Data Analisis Kualitatif Analisis Kuantitatif GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah Perusahaan Lokasi dan Letak Geografis Perusahaan Visi dan Misi Perusahaan Struktur Organisasi Perusahaan Sumberdaya Perusahaan Operasional Kegiatan Budidaya Jamur Tiram Putih CV Wahyu Makmur Sejahtera ANALISIS RISIKO PRODUKSI Identifikasi Sumber-Sumber Risiko Analisis Probabilitas Risiko Produksi Jamur Tiram Putih Analisis Dampak Risiko Produksi Jamur Tiram Putih Pemetaan Risiko Produksi Strategi Penanganan Risiko Produksi SIMPULAN Simpulan iii iii vi

12 ii Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP... 63

13 iii DAFTAR TABEL 1 Produksi sayuran pada tahun Kandungan gizi pad beberapa jenis jamur Luas panen, produksi, produktivitas jamur tiram putih di Pulau Jawa tahun Produksi jamur tiram putih di beberapa Kecamatan Bogor pada tahun Daftar pengusaha jamur tiram putih di daerah Gadog tahun Produksi dan produktivitas jamur tiram putih pada CV Wahyu Makmur Sejahtera Luas panen, produksi, dan produktivitas jamur tahun Konsumsi komoditas sayuran di Indonesia pada tahun Daftar penelitian-penelitian terdahulu Peralatan pendukung budidaya jamur tiram putih Komposisi dan bahan baku media tanam Jumlah kegagalan panen akibat keterampilan tenaga kerja Jumlah kegagalan panen akibat hama dan penyakit Jumlah kegagalan panen akibat komposisi dan kualitas bahan baku Probabilitas risiko dari sumber risiko produksi Perbandingan dampak risiko dari sumber risiko produksi Status risiko dari sumber risiko produksi DAFTAR GAMBAR 1 Grafik produktivitas jamur tiram putih Rangkaian kejadian risiko-ketidakpastian Proses strategi pengelolaan risiko perusahaan Kerangka pemikiran operasional Matriks frekuensi dan signifikan Strategi preventif Strategi mitigasi Alternatif strategi menghadapi risiko Layout CV Wahyu Makmur Sejahtera Struktur organisasi CV Wahyu Makmur Sejahtera tahun Pengomposan sebelum pembuatan baglog pada CV Wahyu Makmur Sejahtera Pengayakan bahan baku serbuk gergaji pada CV Wahyu Makmur Sejahtera Proses pencampuran bahan baku media tanam baglog pada CV Wahyu Makmur Sejahtera Peralatan yang digunakan dalam pembuatan baglog pada CV Wahyu Makmur Sejahtera Proses sterilisasi media tanam baglog pada CV Wahyu Makmur Sejahtera Tatanan baglog setelah disterilisasi (pendinginan) pada CV Wahyu Makmur Sejahtera... 35

14 iv 17 Inokulasi pada usaha budidaya jamur tiram CV Wahyu Makmur Sejahtera Ruang pertumbuhan jamur tiram putih CV Wahyu Makmur Sejahtera Pemanenan jamur tiram pada CV Wahyu Makmur Sejahtera Pascapanen usaha budidaya jamur tiram CV Wahyu Makmur Sejahtera Penampakan baglog yang gagal akibat sterilisasi pada CV Wahyu Makmur Sejahtera Penampakan baglog yang gagal akibat inokulasi pada CV Wahyu Makmur Sejahtera Penampakan jamur yang terserang hama ulat pada CV Wahyu Makmur Sejahtera Penampakan baglog yang terserang penyakit pada CV Wahyu Makmur Sejahtera Penampakan baglog yang gagal akibat komposisi dan kualitas bahan Baku pada CV Wahyu Makmur Sejahtera Pemetaan sumber-sumber risiko Penataan baglog saat pendinginan Ruang lab pembibitan Proses pembakaran saat inokulasi Standar tenaga kerja saat inokulasi Alternatif strategi preventif Kegiatan yang dilakukan dari strategi mitigasi Alternatif strategi mitigasi DAFTAR LAMPIRAN 1 Kuesioner Probabilitas keterampilan tenaga kerja Probabilitas hama dan penyakit Probabilitas komposisi dan bahan baku Dampak keterampilan tenaga kerja Dampak hama dan penyakit Dampak komposisi dan bahan baku Jumlah baglog yang gagal... 62

15 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi yang cukup besar untuk mengembangkan sektor pertanian. Sektor petanian memiliki peran yang besar dalam menggerakkan ekonomi nasional. Pertanian tidak lagi dipandang dalam ruang lingkup sempit dan penanaman saja. Pertanian saat ini sudah diupayakan untuk tidak terfokus pada budidaya saja, namun seluruh aspek yang menunjang pertanian, seperti pemanfaatan, pengolahan dan pemasaran. Pertanian merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja di Indonesia. Hal ini disebabkan, karena mayoritas masyarakat Indonesia bermatapencaharian sebagai petani. Pertanian hampir menyerap 27,30 persen dari total jumlah penduduk di Indonesia dengan komposisi usia produktif sebesar 62 persen (BPS, 2009). Salah satu subsektor pertanian yang paling berpotensi adalah komoditas hortikultura, karena mayoritas kehidupan masyarakat Indonesia masih sangat bergantung pada komoditas hortikultura. Hal tersebut menunjukkan kecenderungan adanya peningkatan pasar bagi komoditas hortikultura seiring dengan peningkatan laju pertumbuhan penduduk Indonesia. Kondisi tersebut ternyata belum dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk memperkuat pembangunan subsektor hortikultura (BPS, 2009). Berbagai macam komoditas hortikultura di Indonesia diantaranya adalah tanaman buah-buahan, sayuran dan tanaman hias. Komoditas hortikultura ini merupakan asset vital negara yang memiliki kontribusi besar bagi manusia diantaranya sebagai sumber pendapatan keluarga dan kesejahteraan masyarakat, sumber pendapatan negara dan menambah nilai estetika lingkungan serta sebagai penyangga kelestarian alam serta sebagai kebutuhan pangan masyarakat. Sayuran merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura yang diperoleh dari sektor pertanian yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan pangan serta peningkatan gizi yang memiliki peranan penting dalam menjaga kesehatan tubuh. Beberapa komoditas sayuran yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi andalan ekspor antara lain kubis, jamur, brokoli, tomat, cabai dan wortel (Direktorat Jendral Hortikultura, 2009). Hal tersebut dapat dilihat dari adanya peningkatan produksi sayuran di Indonesia. Peningkatan produksi sayuran dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Produksi sayuran pada tahun Jenis Tanaman Produksi (Ton) Presentase (persen) Bawang Merah ,6 Cabai ,27 Jamur ,5 Kentang ,8 Tomat ,3 Sumber : Direktorat Jendral Hortikultura (2012)

16 2 Tabel 1 menunjukkan perkembangan produksi sebagian besar tanaman sayuran di Indonesia yang mengalami peningkatan dari tahun 2006 sampai dengan 2010 khususnya untuk komoditi jamur. Pada tahun 2009 perkembangan produksi mengalami penurunan, akan tetapi pada tahun berikutnya komoditi jamur mengalami peningkatan kembali dari tahun sebelumnya sebesar 59,5 persen. Peningkatan produksi ini dikarenakan jamur merupakan tanaman sayuran yang cukup mudah untuk dibudidayakan, sehingga banyak masyarakat yang mencoba terjun dalam usaha budidaya jamur. Selain itu, jamur merupakan tanaman yang dapat dibudidayakan sepanjang tahun dengan perlakuan tertentu selama proses budidaya terutama menyangkut suhu dan iklim (Direktorat Jendral Hortikultura, 2012). Usaha jamur ini juga tergolong mata pencaharian yang padat karya dengan efisiensi waktu proses pembudidayaanya dibandingkan jenis komoditi sayuran lainnya. Keunikan lain dari tanaman jamur ini dibanding tanaman sayuran yang lainnya adalah karena subtrat (media tanam) jamur tidak berasal dari tanah tetapi berasal dari campuran serbuk gergaji, dedak, kapur dan gips. Media tanam jamur tergolong ramah lingkungan dan sisa media tanam tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kompos. Manfaat yang didapat dari komoditas jamur yaitu memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan protein yang tinggi pada jamur dapat mensubstitusi protein hewani yang memiliki kandungan zat-zat yang berpotensi menyebabkan penyakit berbahaya seperti kolesterol, darah tinggi, diabetes dan sebagainya. Hal ini dikarenakan jamur memiliki kandungan lemak yang relatif rendah. Selain itu, jamur memiliki khasiat dan manfaat sebagai obat-obatan. Kandungan gizi pada jamur konsumsi dapat diihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kandungan gizi pada beberapa jenis jamur Komposisi kandungan Spesies Jamur Nilai Gizi Tiram Putih Kuping Merang Shitake Champignon Lemak(persen) Protein (persen) Karbohidrat(persen) Kalori(persen) Abu(persen) Air(persen) Vit B complex (mg/g) Sumber: Ilik, 2010 Beberapa spesies jamur yang paling banyak dikonsumsi ada enam spesies yaitu jamur merang, jamur kancing, jamur kuping, jamur shitake, dan terutama jamur tiram (Okla Vivandri, 2010). Preferensi konsumsi dan jumlah konsumen merupakan salah satu faktor yang memicu terjadinya permintaan jamur terutama jamur tiram putih. Selain itu, hal lain yang memicu adanya permintaan jamur tiram putih yaitu jamur tiram memiliki nilai ekonomis sehingga bisa dijangkau berbagai kalangan masyarakat. Apabila dilihat dari harga jamur tiram memiliki harga lebih rendah antara harga di tingkat petani sebesar Rp Rp 9.000/kg dan tingkat Pasar Kemang sebesar Rp Rp12.000/kg. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa usahatani jamur tiram lebih menguntungkan karena lebih disukai oleh masyarakat karena harganya lebih murah. Selain itu, dapat menjadi alternatif bagi masyarakat yang memiliki pendapatan menengah ke bawah karena sebagian besar masyarakat Indonesia tergolong masyarakat berpenghasilan rendah. Golongan masyarakat ini

17 3 pula memerlukan alternatif pangan yang lebih beragam namun mampu memenuhi kebutuhan gizi keluarga yang seimbang dengan harga yang relatif terjangkau dan mudah diakses. Keunggulan lain dari jamur tiram putih ini sendiri, pada umumnya termasuk salah satu jenis sayuran yang diproduksi tanpa menggunakan pupuk buatan dan pestisida. Hal ini yang membedakan jamur dengan tanaman sayuran lain yang masih banyak menggunakan pestisida dan bahan-bahan kimia sejenis dalam proses budidayanya. Bahan baku jamur tiram putih juga termasuk mudah diperoleh, karena tidak memerlukan lahan yang luas dan siklus masa tanam yaitu sekitar 3-4 bulan. Selain itu, jamur tiram putih merupakan salah satu jamur pangan yang dapat tumbuh dengan baik di tempat yang beriklim sedang atau sejuk. (Chazali, 2009) Beberapa sentra produksi jamur tiram putih tersebar banyak di Pulau Jawa. Salah satu sentra produksi tersebut terdapat di daerah Jawa Barat. Jika dibandingkan dengan Jawa Tengah, D.I Yogyakarta dan, Jawa Timur untuk Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi di pulau Jawa yang termasuk memiliki luas panen terbesar kedua yaitu sebesar 324,67 ha. Dengan jumlah produktivitas sebesar 60, 04 ton/ha, yaitu jumlah produktivitas yang lebih rendah dibandingkan dengan provinsi Jawa Timur dan D.I Yogyakarta. Kondisi ini diduga dikarenakan petani dalam melakukan usahatani jamur tiram putih pada umumnya masih bersifat tradisional dan tergolong usahatani kecil yang masih mengalami hambatan seperti modal, peralatan budidaya dan informasi pasar. Tabel 3. Luas panen, produksi, produktivitas jamur tiram putih di Pulau Jawa tahun 2010 Provinsi Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha) Jawa Barat 324, ,2 60,0 Jawa Tengah 15,2 1838,9 78,2 D.I Yogyakarta 7,5 804,3 107,9 Jawa Timur 330, ,9 119,3 Sumber : Direktorat Jendral Hortikultura (2012 ) Pada provinsi Jawa Barat terdapat beberapa wilayah penghasil jamur tiram putih. Wilayah Bogor merupakan salah satu daerah penghasil jamur tiram putih terbesar di Jawa Barat. Hal ini dapat dilihat dari data mengenai produksi jamur tiram putih di beberapa Kabupaten Bogor pada Tabel 4. Tabel 4. Produksi jamur tiram putih di beberapa Kabupaten Bogor pada tahun Produksi Wilayah Bogor Kabupaten (Kg/tahun) (Kg/tahun) Barat Pamijahan Tenjolaya Tengah Ciawi Timur Cibinong Bababakan Madang Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Bogor (2012) Berdasarkan data yang didapat, Kecamatan Ciawi merupakan salah satu kecamatan di wilayah Kabupaten Bogor yang memproduksi jamur tiram putih.

18 4 Produksi jamur tiram putih di Ciawi sendiri tersebar di beberapa lokasi, diantaranya terdapat di daerah Gadog. Jamur tiram yang dibudidayakan di daerah Gadog tersebut terdiri dari beberapa pengusaha jamur, dimana daerah ini merupakan salah satu sentra produksi jamur tiram putih. Berikut daftar pengusaha jamur tiram putih di daerah Gadog pada tahun Tabel 5. Daftar pengusaha jamur tiram putih di daerah Gadog tahun 2011 Pengusaha Jamur Kapasitas Produksi (kg/tahun) Usaha Bpk. Bahril Usaha Bpk. Wahyu Usaha Bpk.H. Bakar Usaha Bpk.H.Ahmad Usaha Bpk Dida Usaha Ibu Rohmah Usaha Bpk. Budi Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Bogor (2012) Salah satu perusahaan yang melakukan bisnis jamur tiram putih adalah CV Wahyu Makmur Sejahtera. Adapun pemilihan lokasi ini, dikarenakan CV Wahyu Makmur Sejahtera merupakan lokasi yang sesuai untuk dilakukan budidaya jamur tiram putih. Hal ini dilihat dari, lokasi perusahaan jauh dari pabrik serta jalan raya namun masih memiliki akses transportasi yang memadai dan dekat dengan sumber air. Perumusan Masalah CV Wahyu Makmur Sejahtera adalah salah satu perusahaan yang bergerak dalam budidaya tanaman jamur tiram putih di Kabupaten Bogor. Nama perusahaan ini, tidak jauh berbeda dengan nama pemiliki usaha budidaya jamur tiram putih ini yaitu Bapak Wahyu. Usaha budidaya jamur tiram putih ini memiliki tingkat keberhasilan yang berbeda-beda dari tiap hasil produksinya. Pada umumnya indikasi risiko dapat dilihat dari fluktuasi dari hasil produksi yang diperoleh pada suatu periode tertentu yang dibandingkan dengan periode sebelumnya atau sesudahnya pada lahan dan luasan yang sama. Hasil produksi yang beragam tersebut mempengaruhi jumlah produktivitas sehingga menyebabkan adanya fluktuasi. Fluktuasi produktivitas tersebut merupakan salah satu indikasi adanya risiko produksi dalam usaha jamur tiram putih berdasarkan hasil produksi jamur yang diperoleh yang dibandingkan dengan jumlah baglog yang diproduksi. Diduga penyebab terjadinya risiko produksi yang dihadapi perusahaan CV Wahyu Makmur Sejahtera dalam membudidayakan jamur tiram ini beragam. Oleh karena itu, risiko produksi perlu diperhitungkan karena pada umumnya risiko akan berdampak pada kerugian yang akan ditanggung oleh pemilik usaha. Pada bulan Januari 2010 sampai dengan Desember 2011, usaha budidaya jamur tiram putih milik Bapak Wahyu mengalami enam kali siklus produksi dan hasil produksi tersebut menghasilkan produktivitas yang bervariasi setiap siklusnya, hal ini dapat dilihat pada Tabel 6.

19 5 Tabel 6. Produksi dan produktivitas jamur tiram putih pada CV Wahyu Makmur Sejahtera Panen Panen Produktivitas Produksi Waktu Aktual Standar Aktual (Baglog) (Kg/Baglog) (Kg/Baglog) (Kg/Baglog) Siklus Produktivitas Maksimal (Kg/Baglog) 1 Jan-April ,24 0,6 2 Mei-Agustus ,59 0,6 3 Sept-Des ,27 0,6 4 Jan-April ,38 0,6 5 Mei-Agustus ,39 0,6 6 Sept-Des ,34 0,6 Sumber : CV Wahyu Makmur Sejahtera ( 2012) Tabel 6 menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh setiap produksi dengan jumlah produksi yang sama, menghasilkan tingkat keberhasilan yang berbedabeda atau berfluktuasi dari keempat kumbung yang ada di perusahaan. Disamping itu, tingkat keberhasilan yang diperoleh untuk komoditas jamur tiram putih ini tidak sesuai dengan standar keberhasilan yang diinginkan. Hal tersebut dapat terlihat dari hasil produktivitas jamur tiram putih aktual yang terjadi di perusahaan lebih rendah daripada produktivitas maksimal yang ditentukan oleh perusahaan CV Wahyu Makmur Sejahtera. Selain itu, dapat dilihat produktivitas yang dihasilkan pada awal tahun 2010 belum dapat mencapai produktivitas yang ditargetkan bahkan mencapai produktivitas terendah sebesar 0,24 kg per baglog. Produktivitas terendah terjadi pada bulan Januari sampai dengan April 2010 diprediksi dikarenakan cuaca yang ekstrim pada bulan Januari sampai dengan April dimana pada saat itu curah hujan yang cukup tinggi di kumbung CV Wahyu Makmur Sejahtera. Tingkat produktivitas tertinggi baru bisa dihasilkan pada pertengahan bulan Mei samapai dengan Agustus 2010 sebesar 0,59 kg per baglog. Produktivitas maksimal yang ditetapkan CV Wahyu Makmur Sejahtera ini sebesar 0,6 kg per baglog. Produktivitas ini ditetapkan berdasarkan hasil panen maksimal yang diperoleh perusahaan. Penyebab tidak tercapainya produktivitas sesuai standar perusahaan tersebut, dapat menjadi indikasi yang dapat menunjukkan pula adanya risiko produksi pada perusahaan CV Wahyu Makmur Sejahtera. Jika digambarkan dengan grafik produktivitas jamur tiram putih ini dapat dilihat pada Gambar Standar Aktual 0 Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3 Siklus 4 Siklus 5 Siklus 6 Gambar 1 Grafik produktivitas jamur tiram putih pada CV Wahyu Makmur Sejahtera Gambar 1 menunjukkan produktivitas jamur tiram putih dari bulan Januari tahun 2010 sampai dengan bulan Desember tahun Produktivitas jamur tiram putih di CV Wahyu Makmur Sejahtera ini kemudian dibedakan antara produktivitas standar dan produktivitas aktual untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi pasokan sayuran jamur tiram putih di pasaran.

20 6 Dalam menjalankan kegiatan produksinya CV Wahyu Makmur Sejahtera mampu memasok kebutuhan jamur per hari ke pasaran. Pasar yang dituju adalah Pasar Bogor, Pasar TU Kemang dan Pasar Induk Keramat Jati di Jakarta. Dengan adanya risiko produksi yang dihadapi dalam melakukan budidaya jamur tiram putih hal ini juga berpengaruh terhadap pemenuhan permintaan jamur tiram putih ini. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan risiko yang tepat sangat dibutuhkan untuk meminimalkan risiko produksi yang dihadapi perusahaan. Hal tersebut membutuhkan penilaian yang tepat untuk membantu perusahaan dalam melakukan pengambilan keputusan untuk pengelolaan risiko produksi agar dapat mencegah besarnya kerugian. Oleh karena itu, perlu dilakukan strategi penanganan yang tepat terhadap risiko produksi yang ada, karena jamur tiram putih termasuk sayuran yang rentan terhadap hama dan penyakit jika tidak ditangani secara tepat. Adanya penanggulangan permasalahan yang ada maka jumlah produksi jamur tiram putih di perusahaan dapat semakin meningkat sehingga permintaan konsumen di pasaran dapat terpenuhi kebutuhannya. Berdasarkan uraian di atas, hal tersebut dapat menjadi bahan kajian dalam penelitian mengenai strategi perusahaan dalam mengendalikan sumber-sumber yang menyebabkan risiko budidaya jamur tiram putih ini. Adapun perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu : 1. Apa saja yang menjadi sumber risiko produksi dalam kegiatan budidaya jamur tiram pada CV Wahyu Makmur Sejahtera? 2. Seberapa besar probabilitas dan dampak risiko produksi dalam kegiatan budidaya jamur tiram pada CV Wahyu Makmur Sejahtera? 3. Bagaimana strategi penanganan yang dapat dilakukan untuk mengatasi risiko produksi pada CV Wahyu Makmur Sejahtera? Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijabarkan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi sumber risiko produksi dalam kegiatan budidaya jamur tiram putih pada perusahan CV Wahyu Makmur Sejahtera. 2. Menganalisis seberapa besar probabilitas dan dampak risiko produksi dalam kegiatan budidaya jamur tiram putih pada perusahaan CV Wahyu Makmur Sejahtera. 3. Menganalisis strategi penanganan yang dapat dilakukan untuk mengatasi risiko produksi jamur tiram putih pada perusahaan CV Wahyu Makmur Sejahtera. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian yang telah dilakukan penulis adalah sebagai berikut: 1. Sebagai bahan pertimbangan pengusaha dalam perencanaan pengambilan keputusan dalam mengelola usaha budidaya jamur tiram putih

21 7 2. Bagi penulis dapat memberi pengalaman nyata dalam menganalisis dan memecahkan masalah berdasarkan pengalaman serta menambah wawasan dan pengetahuan baru dalam melakukan suatu kegiatan usaha. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Perusahaan CV Wahyu Makmur Sejahtera, yang bergerak dalam bidang pertanian jamur tiram putih. Ruang lingkup kajian masalah yang diteliti adalah mengenai analisi sumber-sumber risiko yang mempengaruhi produksi jamur tiram putih. Komoditi jamur yang diteliti adalah jamur tiram putih yang dihasilkan setelah empat bulan dipanen. Data yang digunakan adalah data produksi perusahaan dari Januari 2010 sampai dengan Desember TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan Pertanian Jamur Tiram Pertanian merupakan salah satu sektor dalam kegiatan perekonomian yang berbasis kekayaan alam yang dimanfaatkan dalam melakukan kegiatan usaha yang berbasis keuntungan. Dalam sistem produksi pertanian baik yang ditujukan untuk memenuhi konsumsi sendiri maupun yang berorientasi komersial diperlukan usaha budidaya yang mampu memenuhi kebutuhan konsumen dengan menerapakan prinsip enam tepat yaitu tepat varietas, tepat mutu, tepat jumlah, tepat tempat, tepat waktu dan tepat harga. Penerapan prinsip tersebut dapat meningkatkan jumlah produksi komoditas pertanian seperti salah diantaranya adalah budidaya jamur tiram putih. Saat ini perkembangan produksi pertanian komoditas jamur tiram putih mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Peningkatan produksi antara lain disebabkan bertambahnya jumlah petani sebagai pelaku usaha bididaya jamur. Hal ini dapat dilihat dari Tabel 7. Tabel 7. Luas panen, produksi, dan produktivitas jamur tahun Indikator Tahun Luas tanam (Ha) 3773,9 636,9 700,0 684,0 Produksi (Ton) 48,2 43,1 38,5 61,4 Produktivitas (Ton/Ha) 12,8 67,6 54,9 89,7 Sumber : Direktorat Jendral Hortikultura (2012 ) Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa produktivitas jamur tiram putih mengalami peningkatan dari tahun 2007 ke tahun 2008, kemudian mengalami penurunan dari tahun 2008 ke tahun 2009, namun kembali mengalami peningkatan pada tahun 2010 dan Adanya peningkatan produksi didukung pula dengan adanya peningkatan konsumsi komoditas jamur tiram putih. Hal ini didukung dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan memiliki dampak terhadap perubahan pola konsumsi yang terkait dengan dinamika sosial seperti pemahaman tentang gizi makanan dan kebutuhan pangan

22 8 yang aman, secara umum lebih baik di daerah kota. Kecenderungan perubahan pola pikir masyarakat yang mengarah kepada gaya hidup sehat dengan mengkonsumsi makanan yang sehat serta masih tersedianya sumber daya alam dan sumber daya manusia di Indonesia (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2007). Pergeseran pola konsumsi yang terjadi adalah beralih pada mengkonsumsi makanan atau minuman yang mengandung senyawa kimia yang dapat membahayakan kesehatan menjadi mengkonsumsi produk-produk alami yang dikenal dengan konsep back to nature. Saat ini masyarakat semakin banyak yang mengkonsumsi sayuran untuk menjaga kesehatan sehingga beraneka ragam sayuran dikonsumsi termasuk diantaranya jamur. Berikut ini jumlah konsumsi sayuran di Indonesia pada tahun dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Konsumsi komoditas sayuran di Indonesia pada tahun Komoditas Tahun Tomat(Kg/Thn) Bawang Merah (Kg/Thn) Jamur(Kg/Thn) Sumber : Diektorat Jendral Hortikultura (2012) Tingkat konsumsi masyarakat terhadap jamur yang terus meningkat merupakan suatu peluang bagi usaha budidaya jamur tiram putih. Para petani dapat memanfaatkan peluang tersebut untuk meningkatkan produksi usaha yang dapat mendatangkan profit usaha dan secara tidak langsung dapat menciptakan lapangan kerja. Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai risiko dalam suatu usaha telah dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti. Penelitian risiko yang dilakukan sebelumnya mencakup bidang pertanian dan peternakan. Risiko yang terkait dengan produksi pertanian umumnya relatif lebih besar dibandingkan dengan peternakan maupun industri lainnya. Beberapa sumber risiko yang dihadapi oleh petani diantaranya risiko produksi, risiko pasar atau risiko harga, risiko kelembagaan, risiko kebijakan dan risiko finansial (Harwood et al, 1999). Sumber- sumber risiko pada usaha produksi pertanian sebagian besar disebabkan faktor-faktor teknis seperti hama dan penyakit, perubahan suhu, penggunaan input serta kesalaham teknis (human eror) dari tenaga kerja. Risiko harga biasanya terkait dengan fluktuasi harga yang diterima oleh produsen pertanian sedangkan risiko pasar adalah terkait dengan penawaran dan permintaan akan produk-produk pertanian. Pada umumnya risiko tersebut dapat dihindari maupun dikurangi dengan melakukan berbagai cara seperti penggunaan teknologi terbaru, penanganan yang intensif, dan pengadaan input yang berkualitas seperti benih, pupuk dan obat-obatan. Tinjauan Pustaka mengenai risiko ini diperlukan untuk dapat memberikan pengetahuan baru, masukan, dan hipotesa (dugaan) awal dalam melakukan kegiatan penelitian mengenai risiko produksi jamur tiram yang tentunya disesuaikan dengan keadaan di lokasi penelitian. Terdapat beberapa penelitian yang menganalisis tentang risiko pada komoditi hortikultura seperti Sari (2009) menganalisis risiko harga cabai merah

23 9 keriting dan cabai merah besar di Indonesia. Hasil analisis risiko harga pada kedua komoditas tersebut menunjukkan bahwa fluktuasi harga tidak terlepas dari pengaruh permintaan dan penawaran pasar. Harga cabai merah biasanya naik pada akhir tahun dimana banyak perayaan hari-hari besar keagamaan seperti lebaran, natal dan tahun baru. Harga rendah terjadi pada bulan Mei sampai dengan Agustus dimana pada saat tersebut terjadi oversupply diakibatkan adanya panen serentak lahan pertanian cabai Indonesia. Dari penelitian yang terdahulu sumber-sumber risiko yang dihadapi yaitu akibat faktor cuaca, hama dan penyakit, kerusakan teknis/mekanis, dan efektifitas penggunaan input. Peneliti tersebut menggunakan alat analisi model ARCG- GARCH dan perhitungan VaR (value at risk). Berdasarkan hasil analisis ARCH GARCH yang dilakukan Sari menunjukkan bahwa tingkat risiko harga cabai merah keriting dan cabai merah besar dipengaruhi volalitas dan varian harga sebelumnya dan selanjutnya dilakukan perhitungan VaR. Sementara itu untuk pengendalian risiko harga cabai merah harus terdapat integrasi yang baik antara tiga pihak yaitu petani, penjual dan pemerintah. Strategi pengendalian risiko harga cabai merah yang dapat dilakukan oleh petani antara lain penentuan masa tanam cabai yang tepat, diversifikasi tanaman, rotasi tanaman, pembuatan produk olahan cabai dan sistem kontrak. Penjual dapat melakukan strategi pengendalian risiko harga cabai merah dengan menjual cabai pada industri makanan dan pengeringan cabai untuk mencegah jatuhnya harga akibat oversupply. Peran pemerintah dalam pengendalian risiko cabai merah dapat dilakukan dengan cara pembentukan atau pengaktifan koperasi dan kelompok tani, pengaturan pola produksi dan penyuluhan yang efektif. Penelitian yang dilakukan Sembiring (2010) meneliti tentang risiko produksi sayuran organik, penelitian ini meneliti tentang perusahaan yang bergerak dalam bidang pertanian organik. Menurut penelitian yang dilakukan risiko produksi dapat disebabkan oleh kondisi cuaca yaitu curah hujan yang terlalu tinggi, serangan hama dan penyakit. Selain itu teknologi yang digunakan juga menjadi hal yang dapat mempengaruhi hasil produksi. Risiko produksi tersebut juga memiliki hubungan dengan penelitian yang akan dilakukan, dimana sumbersumber risiko tersebut mempengaruhi produktivitas dari jamur tiram. Alat analisis yang digunakan adalah analisis dasar risiko yaitu menggunakan variance, standard deviation, coefficient variation dan expected return karena alat analisi dasar ini memang selalu menjadi alat analisis untuk mengetahui nilai risiko suatu usaha. Penelitian terdahulu mengenai jamur tiram putih yang berkaitan dengan risiko produksi dilakukan oleh Ginting (2009). Dalam penenlitian ini, penelitian dilakukan di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor. Pada penelitian ini sumber risiko yang dihadapi adalah kondisi cuaca dan iklim, serangan hama dan penyakit, keterampilan tenaga kerja dan teknologi pengukusan. Penilaian terhadap diukur berdasarkan penilaian hasil perhitungan variance, standard deviation, dan coefficient variation yang diduga dapat menunjukkan besarnya risiko yang terjadi. Strategi preventif yang dapat dilakukan dalam penelitian ini yaitu meningkatkan kualitas perawatan untuk menangani kondisi iklim dan cuaca yang sulit diprediksi yang dapat dilakukan dengan meningkatkan intensitas penyiraman, dimana pada saat kondisi normal dilakukan penyiraman sebanyak dua kali dalam sehari maka dengan kondisi musim kemarau dilakukan penyiraman minimal empat kali dalam

24 10 sehari. Kemudian membersihkan area yang dijadikan kumbung untuk mencegah datangnya rayap, tikus dan mikroba, serta memperbaiki dan merawat fasilitas fisik yang dilakukan dengan mengganti peralatan rusak atau tidak dapat dipakai lagi yang dapat mengganggu kegiatan produksi. Selain itu, melakukan perencanaan pembibitan yang dilakukan dengan memastikan semua bahan baku memiliki kualitas yang baik dengan cara melakukan pentortiran dan mengembangkan sumberdaya manusia dengan mengikuti pelatihan dan penyuluhan seputar jamur tiram putih. Selanjutnya menggunakan peralatan yang steril dalam melakukan penyuntikan bibit murni ke dalam media tanam. Penelitian terdahulu mengenai jamur tiram putih yang berkaitan dengan risiko produksi dilakukan oleh Parengkuan (2011). Penelitian ini dilakukan pada Yayasan Paguyuban Ikhlas di Desa Cibening Kecamatan Pamijahan. Pada penelitian ini difokuskan pada analisis risiko produksi dan hubungannya dengan pendapatan yang diharapkan. Analisis yang dilakukan sumber-sumber risiko yang ada yaitu kesalahan penanganan pada saat proses sterilisasi log, perubahan suhu udara, serangan hama dan penyakit pada log jamur. Alat analisis yang digunakan pada penelitian ini menggunakan nilai standar (z-score) untuk menghitung probabilitas risiko dan value at risk (VaR) untuk menghitung dampak dari risiko. Penggunaan alat analisis ini tentunya bertujuan untuk memperkaya kajian dari penelitian yang dilakukan sehingga nantinya hasil dari penelitian yang dilakukan ini, tidak hanya sekedar menghitung besarnya probabilitas pada suatu usaha, tetapi juga mengukur dampak yang ditimbulkan perusahaan. Jika dihubungkan dengan penelitian ini juga akan digunakan untuk menilai dampak dan besarnya sumber risiko terhadap perusahaan CV WMS. Sementara itu, terdapat penelitian lain yang berkaitan dengan risiko produksi jamur tiram adalah Siregar (2012). Penelitian ini dilakukan di Desa Cipayung Kecamatan Megamendung. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan pada usaha budidaya jamur Bapak Sukamto, terdapat sumber-sumber risiko produksi yang teridentifikasi pada usaha budidaya jamur tiram ini. Sumbersumber risiko tersebut berasal dari manusia, alam serta teknologi. Sumber risiko manusia yaitu kurangnya keterampilan tenaga kerja, sumber risiko yang berasal dari alam adalah hama dan penyakit pada jamur tiram putih yang tidak dapat diprediksi serta sumber risiko yang berasal dari teknologi yaitu teknologi pengukusan. Penilaian risiko dilakukan dengan mengukur tingkat risiko menggunakan ragam (variance), simpangan baku (standard deviation), dan koefisien variasi (coefficient variation). Strategi penanganan yang dilakukan pada penelitian ini adalah strategi preventif dan stratetgi mitigasi. Strategi preventif yang direkomendasikan dalam penenlitian ini untuk risiko yang probabilitasnya tinggi yaitu penyakit, diatasi dengan melakukan perencanaan pembibitan dengan baik, menambah intensitas pemeriksaan terhadap baglog yang sudah dipanen. Strategi mitigasi direkomendasikan untuk risiko yang memiliki dampak yang besar yaitu teknologi pengukusan dan penyakit, strategi yang direkomendasikan adalah dengan membeli autoclave yang baru untuk mengganti penggunaan drum pengukus, pengawasan oleh pemimpin pada saat proses pengukusan. Jika dihubungkan dengan penelitian ini, beberapa sumber risiko yang diidentifikasi juga terdapat di penelitian yang akan peneliti kaji.

25 11 Perbedaan dan Persamaan dengan Penelitian Sebelumnya Penelitian terdahulu yang telah dipaparkan menjadi sebuah gambaran umum yang dapat digunakan sebagai acuan dengan penelitian yang dilakukan. Berdasarkan bahan penelitian yang ada dapat ditarik sebuah hubungan yang menjadi kesamaan penelitian terdahulu yaitu hampir semua risiko pada bidang agribisnis tidak jauh berbeda antara risiko yang dihadapi, beberapa sumbersumber risiko tersebut juga terdapat pada usaha budidaya jamur tiram yang akan dilakukan penulis. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu terletak pada skala usaha yang dimiliki dan perbedaan tempat pelaksanaan penelitian. Berikut daftar penelitian-penelitian terdahulu pada Tabel 9. Tabel 9. Daftar penelitian-penelitian terdahulu Nama Peneliti Tahun Ginting 2009 Sari 2009 Sembiring 2010 Topik Penelitian Risiko Produksi Risiko harga Risiko produksi Alat Analisis Variance, standard deviation, coefficient variation ARCH GARCH dan perhitungan value at risk (VaR) Variance, standard deviation, coefficient variation Komoditi Jamur tiram putih Cabai merah keriting dan cabai merah besar Sayuran organik Parengkuan 2011 Risiko produksi Metode nilai standar(z-score) dan value at risk (VaR) Jamur tiram putih Siregar 2012 Risiko produksi Metode nilai standar (z-score) dan value at risk (VaR) serta variance, standard deviation, coefficient variation Jamur tiram putih KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka Pemikirian teoritis yang digunakan dalam penelitian ini, berasal dari penelusuran teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian. Teori-teori ini diperoleh dari ilmu-ilmu yang dipelajari sebelumnya yang berasal dari teks, jurnal, skripsi dan logika peneliti yang telah terbangun dari pengalaman penelitian sebelumnya. Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu penalaran dari peneliti yang didasarkan atas pengetahuan, teori dan dalil dalam menjawab tujuan penelitian. Adapun kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini akan dijelaskan pada subbab berikut.

26 12 Risiko Risiko menunjukkan pada situasi dimana terdapat lebih dari satu kemungkinan hasil dari suatu keputusan dan peluang kemungkinan-kemungkinan tersebut diketahui atau dapat diestimasi. Risiko mengharuskan manajer sebagai pengambil keputusan mengetahui semua kemungkinan hasil dari suatu keputusan dan juga peluang dari kemungkinan-kemungkinan tersebut. Ada beberapa pengertian tentang risiko itu sendiri. Menurut Umar (2001) risiko merupakan suatu peristiwa yang dapat terjadi dimasa yang akan datang akibat dari tindakantindakan yang telah ditempuh pada masa sekarang. Adapun beberapa pengertian lain dari risiko adalah (a) kesempatan timbulnya kerugian, (b) probabilitas timbulnya kerugian, (c) ketidakpastian, (d) penyimpangan actual dari yang diharapkan, (e) terjadi jika probabilitas suatu hasil akan berbeda dari yang diharapkan. Dalam analisis investasi, risiko berarti kemungkinan hasil yang diperoleh menyimpang dari yang diharapkan, dan standar deviasi adalah alat statistik yang bisa mengukur risiko, selain itu probabilitas atau peluang bisa juga mengukur risiko. Dengan adanya peluang bisa diketahui kemungkinan terjadinya suatu kejadian dan secara alamiah setiap orang atau organisasi dalam sebuah bisnis akan mengelola risiko yang bertujuan menciptakan sistem atau mekanisme pengelolaan risiko dengan tujuan menghindari perusahaan dari kerugian. Sebagian besar orang memandang risiko dan ketidakpastian merupakan hal yang sama, namun sebenarnya secara ilmiah, risiko dan ketidakpastian merupakan dua hal yang berbeda. Menurut Debertin (1987), ketidakpastian adalah kemungkinan hasil dan kemungkinan kejadian tersebut tidak dapat diketahui. Sedangkan risiko yaitu antara hasil dan kemungkinan dari suatu kejadian yang dapat diketahui. Sementara itu Kountur (2004) menyebutkan, risiko berhubungan dengan ketidakpastian. Ketidakpastian ini terjadi akibat kurangnya tersedia informasi yang menyangkut sesuatu yang akan terjadi. Ketidakpastian yang dihadapi perusahaan dapat berdampak merugikan atau menguntungkan. Apabila ketidakpastian yang dihadapi berdampak menguntungkan maka disebut dengan istilah kesempatan (opportunity), sedangkan ketidakpastian yang berdampak merugikan sebagai risiko, maka dari itu risiko didefinisikan sebagai suatu keadaan yang tidak pasti yang dihadapi seseorang atau perusahaan yang dapat memberikan dampak yang merugikan. Jika diuraikan lebih jauh maka terdapat tiga unsur yang menjadi penentu besaran suatu risiko, pertama, eksposur, yaitu sesuatu yang berhubungan dengan peluang keterlibatan pada suatu kejadian atau beberapa kejadian. Kedua, waktu, semakin lama sesuatu terekspos maka risikonya akan semakin besar dan ketiga, rentan, semakin mudah rusak/usang maka semakin besar risikonya. Menurut Hanafi (2007) kaitan antara risiko dan tingkat keuntungan adalah berhubungan positif, semakin tinggi risiko maka akan semakin tinggi tingkat keuntungan yang diharapkan. Jika suatu organisasi ingin menaikkan keuntungan maka organisasi tersebut harus menaikkan risikonya. Risiko sangat erat kaitannya dengan ketidakpastian, menurut Frank Knight dalam Robison dan Barry (1987), risiko adalah peluang dari suatu kejadian yang dapat diperhitungkan dan akan memberikan dampak negatif yang dapat menimbulkan kerugian, sedangkan ketidakpastian adalah peluang dari suatu

27 13 kejadian yang tidak dapat diperhitungkan oleh pebisnis selaku pengambil keputusan. Adanya ketidakpastian dapat menimbulkan risiko. Gambaran mengenai risiko dan ketidakpastian dalam suatu continum dapat dilihat dari Gambar 2. Peluang dan Hasil diketahui Peluang dan Hasil tidak diketahui Risiko Sumber : Soekartawi (1993) Gambar 2 Rangkaian kejadian risiko ketidakpastian Ketidakpastian Berdasarkan gambar rangkaian kejadian risiko dan ketidakpastian menunjukkan bahwa pada sisi sebelah kiri menggambarkan kejadian yang berisiko yang mana peluang dan hasil dari suatu kejadian dapat diketahui oleh pengambil keputusan. Kemudian terdapat data pendukung mengenai kemungkinan kejadiannya serta subjek memiliki ukuran kuantitas. Sementara sisi yang disebelah kanan menggambarkan kejadian yang tidak pasti yang mana peluang dan hasil dari suatu kejadian tidak diketahui oleh pengambil keputusan secara pasti. Hal lainnya tidak ada data pendukung untuk mengukur kemungkinan kejadiannya serta subjek tidak ada ukuran kuantitas. Salah satu indikasi adanya risiko dalam kegiatan bisnis dapat dilihat dengan adanya variasi, fluktuasi, atau volatilitas dari hasil yang diharapkan pelaku bisnis. Beberapa contoh indikasi adanya risiko dalam bisnis diantaranya adalah adanya fluktuasi produksi, fluktuasi harga output atau fluktuasi pendapatan setiap satuan yang sama. Penyebab lain suatu risiko dapat diakibatkan dari kurangnya pengetahuan dan informasi. Hal ini menunjukkan pentingnya penguasaan manajer atas informasi. Risiko sering pula diartikan sebagai bencana pada perusahaan, ini berarti risiko tersebut terjadi karena kesalahan strategi yang ditetapkan perusahaan sehingga menyebabkan kebangkrutan dan kejatuhan perusahaan itu sendiri Risiko Produksi (Operasional) Menurut Soekartawi (2005) produksi adalah sesuatu yang dihasilkan oleh suatu perusahaan baik berbentuk barang (good) maupun jasa (service) pada periode waktu yang selanjutnya dihitung sebagai nilai tambah perusahaan. Produksi dalam suatu perusahaan memegang peran penting karena merupakan salah satu fungsi manajemen yang menentukan penciptaan produk serta turut mempengaruhi peningkatan dan penuruan penjualan. Artinya produk yang diproduksi harus selalu mengikuti standar pasar yang diinginkan, bukan produksi atas dasar mengejar target perusahaan. Setiap produk yang diproduksi perusahaan memiliki risiko, baik yang dapat diprediksi kemungkinan terjadinya maupun yang tidak dapat diduga kemungkinan terjadinya Kondisi terjadinya risiko produksi dipengaruhi oleh kualitas kematangan manajemen yang dimiliki oleh manajer suatu perusahaan. Seorang manajer dalam mengambil setiap keputusan harus selalu memikirkan dampak yang akan timbul baik secara jangka pendek maupun jangka panjang karena pada bagian produksi memiliki dampak menyeluruh terhadap perusahaan. Seperti jika ingin menaikkan

28 14 jumlah produksi maka harus melihat kondisi persediaan bahan baku dan di pasaran tersedia dalam jumlah yang mencukupi serta bahan baku memiliki kualitas yang sama untuk masa produksi jangka panjang. Menurut Kountur (2006), risiko operasional merupakan risiko yang pada umumnya bersumber dari masalah yang disebabkan oleh faktor internal seperti manusia, teknologi, dan aturan serta disebabkan pula faktor eksternal lainnya seperti alam. a. Manusia Banyak kejadian yang merugikan dalam perusahaan yang disebabkan oleh manusia. Ada tiga kelompok besar penyebab-penyebab kejadian yang merugikan dari faktor manusia, yaitu; (1) kompetensi, seseorang yang tidak kompeten melakukan sesuatu dapat menyebabkan kejadian yang merugikan. Misalnya orang tidak mampu melakukan sesuatu dengan baik, lalai dalam melaksanakan tugas atau sakit (baik fisik ataupun mental) maupun disebabkan oleh lemahnya sistem control manajemen yang dilakukan pada masa produksi; (2) moral, kejadian yang merugikan yang disebabkan oleh moral adalah adanya karyawan yang buruk seperti mencuri, dengan sengaja merusak, merasa tidak puas kemudian mogok kerja dan lain-lain; (3) selera, kejadian yang disebabkan oleh selera biasanya dikarenakan perubahan selera konsumen yang tidak dapat dipenuhi. b. Aturan Aturan yang dikeluarkan perusahaan dapat menjadi tibulnya risiko atau suatu kejadian yang merugikan. Misalmya aturan tentang penggajian yang dianggap karyawan tidak adil dapat menimbulkan gejolak yang akhirnya mendorong karyawan untuk mogok kerja. c. Teknologi Teknologi menyangkut perangkat keras, seperti mesin, alat-alat, sistem dan prosedur atau perangkat lunak berupa program-program komputer. Faktorfaktor teknologi yang dapat menyebabkan suatu risiko adalah teknologi yang tidak sesuai, teknologi yang sudah usang, teknologi yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya, teknologi yang tidak berkualitas dan teknologi yang salah digunakan. d. Alam Kejadian merugikan yang disebabkan oleh faktor alam dikelompokan kedalam tiga faktor, yaitu : (1) bencana alam, seperti gempa bumi, banjir atau kebakaran dan (2) kondisi alam, seperti kelembapan yang disebabkan oleh basah kering serta terjadinya risiko seperti kuman, virus dan penyakit, binatang dan tumbuhan. Risiko Produksi Agribisnis Usaha pertanian memiliki karakteristik sebagai usaha yang penuh risiko tersebut dikarenakan pertanian memiliki sifat yang berfluktuatif baik dari operasional, keadaan ekonomi, iklim dan cuaca, ketersediaan input, harga, jumlah permintaan sangat tidak bisa dipastikan oleh kebanyakan petani Produksi Agribisnis menurut Gumbira (2001) adalah seperangkat prosedur dan kegiatan yang terjaddi dalam penciptaan produk agribisnis. Sektor agribisnis sebagai usaha pertanian memiliki karakteristik sebagai usaha yang penuh risiko terhadap dinamika alam, bersifat biologis, mutu produk yang bervariasi dan musiman, rentan terhadap serangan hama dan penyakit yang secara keseluruhan dapat menyebabkan kerugian, risiko dalam hal produk dimana produk agribisnis

29 15 tersebut gagal panen, produk tersebut tidak dapat dijual, risiko karena kelangkaan bahan baku, risiko dalam hal teknologi seperti rusaknya mesin dan alat-alat pertanian serta terjadinya pencurian terhadap mesin dan alat-alat pertanian. Selain itu, risiko yang mungkin terjadi dalam dunia agribisnis adalah terjadinya risiko kredit macet. Salah satu risiko dalam kegiatan agribisnis yang paling berpengaruh adalah risiko produksi yang terjadi karena variasi hasil akibat berbagai faktor. Oleh karena itu, sebagai usaha yang penuh risiko, pertanian perlu mendapat perlindungan dari peluang kegagalan. Salah satu alternatifnya adalah dengan menerapkan strategi pengelolaam risiko guna menajamin petani dari kemungkinan risiko yang merugikan petani. Konsep Risiko Risiko merupakan sutu kejadian, dimana kejadian tersebut mengandung kemungkinan bisa saja terjadi atau bisa tidak terjadi. Bila kejadian yang tidak diinginkan terjadi maka kerugian yang ditimbulkan. Dengan adanya risiko yang terjadi maka perlu dilakukan pengukuran terhadap sumber-sumber risiko berdasarkan frekuensi kejadian atau probabilitas dan dampak yang ditimbulkan. Probabilitas merupakan kemungkinan terjadinya suatu kecelakaan atau kerugian ketika terpapar dengan suatu bahaya. Probabilitas menunjukkan distribusi frekuensi terhadap suatu kejadian. Pengukuran probabilitas terjadinya risiko ditunjukan untuk mengetahui risiko yang akan timbul atas pengambilan keputusan perusahaan. Pengukuran probabilitas dan dampak ini kemudian dilakukan pengelompokan akan setiap risiko yang terjadi dipetakan sehingga terjadi penanganan yang efektif terhadap risiko yang timbul. Penanganan yang dilakukan berupa menciptakan manajemen risiko, dimana hal ini dapat dijadikan sebagai indikator untuk penentu strategi perusahaan. Penanganan risiko yang tepat maka akan dapat menekan terjadinya dapat yang ditimbulkan risiko. Manajemen Risiko Manajemen risiko dapat didefinisikan sebagai langkah-langkah yang berfungsi untuk membantu perusahaan dalam memahami dan mengatur ketidakpastian atau risiko yang mungkin timbul selama proses usaha (Darmawi,2005). Manajemen risiko berfungsi untuk mengenali risiko yang sering muncul, memperkirakan probabilitas terjadinya risiko, menilai dampak yang ditimbulkan risiko dan menyiapkan rencana penanggulangan dan respon terhadap risiko. Manajemen risiko adalah suatu pendekatan terstruktur dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk penilaian risiko, pengembangan strategi untuk mengelola risiko dengan menggunakan pemberdayaan risiko maka diharapkan mencegah perusahaan dari kegagalan, mengurangi pengeluaran perusahaan, menunjang peningkatan perolehan laba, memberi ketenangan pikiran bagi pelaku usaha. Menurut Kountur (2006) manajemen risiko adalah cara bagaimana menangani risiko yang ada dalam perusahaan tanpa memilih risiko-risiko tertentu saja. Manajeman risiko merupakan suatu cara yang dapat dilakukan pengambil keputusan untuk menghadapi risiko dengan cara meminimalkan kerugian yang

30 16 terjadi. Tujuan manejemen risiko adalah untuk mengelola risiko dengan membuat pelaku usaha sadar akan risiko sehingga laju organisasi bisa dikendalikan. Manajemen risiko perusahaan adalah cara bagaimana menangani semua risiko yang ada dalam perusahaan dalam usaha mencapai tujuan. Sasaran utama dari manajemen risiko perusahaan adalah untuk menghindari risiko. Manajemen risiko merupakan suatu proses dan struktur yang diarahkan untuk merealisasikan peluang potensila sekaligus mengelola dampak yang merugikan. Untuk menangani terjadinya risiko perusahaan harus dapat melakukan strategi pengelelolaan risiko. Fungsi-fungsi manajemen sangat berperan dalam perumusan strategi pengelolaan risiko sehingga penentuan strategi dapat dikonsep dalam manajemen risiko. Strategi pengelolaan risiko merupakan proses yang berulang pada setiap periode produksi, hal ini dapat dilihat pada Gambar 3. Evaluasi Risiko Proses Identifikasi risiko Analisis Risiko Penanganan Risiko Output Daftar Risiko Peta Risiko dan Status Risiko Usulan Ket : Garis Proses Garis Hasil / Ouput Sumber : Kountur,(2006) Gambar 3 Proses strategi pengelolaan risiko perusahaan Teknik mengelola risiko melalui proses : 1. Identifikasi risiko Proses manajemen atau pengelolaan risiko dapat dilakukan dengan mengidentifikasi sumber-sumber risiko apa saja yang dihadapi perusahaan. Setelah semua risiko teridentifikasi, maka proses selanjutnya adalah analisis risiko. 2. Analisis risiko Analisis risiko yang dilakukan adalah mengukur risiko-risiko yang telah diidentifikasi untuk mengetahui seberapa besar kemungkinan terjadinya risiko dan seberapa besar konsekuensi dari risiko tersebut. Semakin tinggi kemungkinan risiko terjadi maka semakin tinggi pula risikonya. Menurut Darmawi (2010) sesudah risiko diidentifkasi, maka selanjutnya risiko itu harus diukur untuk menentukan derajat kepentingannya sehingga dapat diketahui risiko mana yang lebih berisiko dan tidak terlalu berisiko, serta untuk memperoleh informasi yang akan menolong untuk menetapkan kombinasi peralatan manajemen risiko yang cocok untuk menanganinya. Hal ini bertujuan menghasilkan yang disebut dengan status risiko dan peta risiko. Status risiko adalah ukuran yang menunjukkan tingkatan risiko, sehingga dapat diketahui mana risiko yang lebih krusial dari risiko lainnya. Peta risiko adalah gambaran sebaran risiko dalam suatu peta sehingga dapat diketahui dimana posisi risiko terhadap peta. Berdasarkan peta risiko dan status risiko kemudian dapat dilakukan penanganan risiko sesuai dengan posisi risiko yang telah dipetakan dalam peta risiko, sehingga proses penanganan risiko dapat dilakukan dengan tepat sesuai dengan status risikonya

31 17 3. Penanganan risiko Selanjutnya menangani risiko-risiko untuk memberikan usulan apa yang akan dilakukan untuk menangani risiko-risiko tersebut sehingga segala kemungkinan kerugian dapat diminimalkan. Penanganan risiko yang dilakukan berdasarkan hasil peta risiko dan status risiko. 4. Evaluasi Risiko Selanjutnya dilakukan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana manajemen risikotelah diterapkan dalam perusahaan. Proses straegi pengelolaan ini akan diperjelas pada subbab selanjutnya. Perusahaan yang mengelola risikonya dengan baik akan mendapatkan beberapa manfaat antara lain : (a) dapat meningkatkan laba perusahaan, (b) memungkinkan terhindar dari kebangkrutan yang disebabkan oleh peristiwaperistiwa luar biasa, dan (c) memperlancar pencapaian tujuan. Kerangka Pemikiran Operasional Dalam mengusahakan budidaya jamur tiram putih terdapat risiko yang ditimbulkan akibat keterampilan tenaga kerja, media tanam, serangan hama dan penyakit, serta faktor-faktor lainnya. Oleh sebab itu, perlu dilakukan analisis risiko agar dapat diterapkan di perusahaan. Dalam penelitian ini, peneliti mengkaji faktor penyebab terjadinya risiko dalam usaha jamur tiram putih yang dilakukan pada perusahaan CV Wahyu Makmur Sejahtera. Adanya risiko di CV Wahyu Makmur Sejahtera yang telah diuraikan diatas, maka diperlukan upaya untuk mengatasi risiko tersebut. Oleh karena itu, dilakukan proses identifikasi sumber-sumber risiko produksi apa saja yang dihadapi oleh perusahaan tersebut. Kemudian dianalisis dengan metode analisis kualitatif melalui observasi, wawancara,dan diskusi dengan pemilik serta karyawan di perusahaan. Analisis selanjutnya yang dilakukan adalah analisis kuantitatif melalui perhitungan analisis probabilitas dan dampak risiko produksi jamur tiram putih akibat adanya sumber-sumber risiko. Pengukuran probabilitas atau kemungkinan terjadinya kerugian dilakukan dengan mengobservasi kejadian yang sudah terjadi menggunakan metode z-score. Pengukuran dampak risiko dilakukan dengan menggunakan analisis value at risk (VaR). Analisis dilakukan diolah dengan menggunakan data produksi jamur tiram putih pada CV Wahyu Makmur Sejahtera dari bulan Januari 2010 sampai Desember Hasil analisis ini akan menunjukkan status risiko, sehingga dapat diketahui risiko produksi mana yang lebih krusial dibandingkan dengan risiko-risiko produksi lainnya yang ada diperusahaan. Selanjutnya dilakukan pemetaan risiko setelah diketahui posisi risiko maka dapat dibuat alternatif strategi penanganan risiko yang tepat untuk mengendalikan sumber-sumber risiko tersebut. Alur kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 4.

32 18 Produktivitas budidaya jamur tiram putih yang berfluktuasi di CV Wahyu Makmur Sejahtera Identifikasi yang menjadi sumber-sumber risiko di CV Wahyu Makmur Sejahtera Analisis kualitatif Identifikasi dampak dari sumbersumber risiko produksi pada aspek produksi Analisis kuantitatif Identifikasi probabilitas dan dampak dari sumber risiko produksi menggunakan metode nilai standar: Pemetaan risiko dari hasil perhitungan probabilitas dan dampak Strategi penanganan risiko Gambar 4 Kerangka pemikiran operasional risiko produksi jamur tiram putih pada CV Wahyu Makmur Sejahtera METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di perusahaan CV Wahyu Makmur Sejahtera yang berlokasi di Gadog, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pengumpulan data ini dilakukan mulai dari bulan Maret sampai dengan April Penelitian ini dilakukan dengan mempertimbangkan bahwa lokasi usaha ini berada di salah satu sentra produksi di Kabupaten Bogor. Disamping itu, lokasi usaha budidaya jamur tiram putih pada CV Wahyu Makmur Sejahtera didukung oleh wilayah dan iklim yang sesuai untuk kegiatan budidaya jamur tiram putih, input yang dibutuhkan serta letak geografis perusahaan. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakaan adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif merupakan data-data non-angka (non-numerik) berupa keteranganketerangan mengenai perkembangan usahajamur tiram putih, kondisi usaha, peralatan yang digunakan, teknis pelaksanaan kegiatan usaha, alternatif strategi yang diambil untuk menangani risiko dan sebagainya yang berhubungan dengan

33 19 penelitian. Data kuantitatif merupakan data angka atau numerik, seperti omzet usaha, jumlah produksi per periode, jumlah bahan baku, harga jual dan harga input, dan semua keterangan yang berupa angka. Sumber data dan informasi yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dari hasil wawancara, pengamatan langsung sekitar perusahaan dan penyebaran kuesioner. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui artikel, skripsi, jurnal, majalah, internet, laporan perusahaan, serta datadata instansi terkait yang mendukung penelitian seperti Badan Pusat Statsitika, Dirjen Hortikultura, Departemen Pertanian, dan literature yang relevan. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara observasi, wawancara, diskusi, pengamatan langsung sekitar perusahaan dan penyebaran kuesioner. Wawancara dilakukan dengan menggunakan beberapa pertanyaan untuk mengetahui kondisi dan situasi di lapangan dengan pihak perusahaan. Observasi dilakukan dengan cara melakukan pencatatan langsung dilokasi penelitian untuk mengamati aktifitas produksi dan risiko yang dihadapi dalam memproduksi jamur tiram putih ini. Untuk mendukung pengumpulan data ini maka pengambilan dan penentuan responden dilakukan dengan metode Judgement/ Purposive Sampling. Responden yang dipilih dari pihak internal dan ekternal perusahaan. Pihak internal yang dipilih berdasarkan pertimbangan responden berhubungan dan mengetahui dengan jelas produksi dan risiko yang dihadapi jamur tiram putih serta berkompeten dalam memberikan informasi yang dibutuhkan penelitian ini. Pihak internal yang dipilih adalah pihak yang berkepentingan dari perusahaan yaitu pemilik, kepala produksi, karyawan yang konsisten menanam jamur tiram putih dari tahun ke tahun di CV Wahyu Makmur Sejahtera. Data yang diperoleh dari yaitu meliputi proses produksi jamur tiram putih dan identifikasi risiko-risiko dalam usahatani jamur tiram putih. Kemudian untuk pihak ekternal diperoleh dari perusahaan jamur sejenis yakni CV Karya Mega yang digunakan penulis sebagai acuan untuk memperoleh data untuk strategi penanganan. Metode Pengolahan Data Data yang telah didapatkan, kemudian diolah dan dianalisis. Analisis data dilakukan melalui analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif berupa analisis deskriptif mengenai produksi dan sumber-sumber risiko dalam memproduksi jamur tiram putih serta alternatif strategi yang akan dilakukan. Analisis kuantitatif dianalisis melalui metode analisis yang digunakan berupa laporan keuangan dan produksi perusahaan kemudian disajikan dibantu dengan menggunakan Software Microsoft Excel. Setiap analisis yang akan dilakukan, hal tersebut bertujuan untuk menjawab tujuan penelitian.

34 20 Analisis Kualitatif Dalam penelitian ini, data dan informasi yang diperoleh dari lokasi usaha budidaya jamur tiram putih CV WMS serta data yang lainnya diolah secara kuantitatif dan dianalisis secara kualitatif. Analisis Kualitatif dilakukan melalui pendekatan deskriptif. Analisis ini untuk mengetahui gambaran mengenai keadaan umum perusahaan dan manajemen risiko yang diterapkan perusahaan. Analisis deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu kondisi, suatu sistem, suatu pemikiran maupun peristiwa di masa sekarang. Analisis ini dilakukan untuk membuat deskripsi, gambaran, lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis risiko produksi dari CV WMS. Analisis ini digunakan untuk mengetahui penyebab terjadinya risiko yang terkait dengan kondisi yang ada di CV WMS. Analisis deskriptif ini juga digunakan untuk menjawab tujuan penelitian yaitu mengidentifikasi sumber-sumber risiko dan strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi risiko. Analisis Kuantitatif Analisis kuantitatif ini merupakan sebagian dari kegiatan proses strategi pengelolaan risiko yang bertujuan untuk membantu perusahaan untuk mengukur seberapa besar risiko yang dihadapi beserta kemungkinannya,yakni sebagai berikut; 1. Identifikasi Risiko Identifikasi risiko merupakan tahap awal yang dilakukan dalam penerapan manajemen risiko. Kegiatan ini dilakukan untuk mengidentifikasi seluruh risiko pada seluruh aktivitas fungsional yang berpotensi merugikan dan menguntungkan bagi petani. Seluruh aktivitas yang fatal bagi petani harus dimasukan dalam identifikasi. Kegiatan produksi yang menimbulkan kerugian dan pernah terjadi diperusahaan dikumpulkan dalam pencatatan. Sehingga data-data yang diperoleh perusahaan pada masa lalu akan dijadikan modal perkiraan untuk masa sekarang dan selanjutnya. Identifikasi risiko dapat dilakukan dengan analisis data historis, pengamatan, pengacuan dan melakukan wawancara terhadap petani. Kegiatan ini dilakukan untuk mencari faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan produksinya. 2. Pengukuran Risiko Pengukuran risiko dilakukan setelah tahapan identifikasi dilakukan. Risiko dapat diketahui dengan menentukan probabilitas terjadinya risiko dan mengetahui dampak risiko tersebut terhadap kinerja petani. Pengukukuran risiko selalu mengacu pada dua ukuran. Ukuran pertama adalah probabilitas dan juga digunakan istilah kemungkinan (likehood). Hal tersebut mengacu pada seberapa besar probabilitas risiko terserbut terjadi atau yang tidak terjadi. Ukuran kedua adalah dampak atau akibat dan juga disebut dengan ukuran kuantitas risiko. Dampak adalah ukuran sebarapa besar akibat yang ditimbulkan bila risiko tersebut benar-benar terjadi.

35 21 A. Analisis Kemungkinan Terjadinya Risiko Risiko dapat diukur jika diketahui kemungkinan terjadinya risiko dan besarnya dampak risiko terhadap perusahaan. Ada beberapa cara yang digunakan untuk mengukur kemungkinan dan akibat dari suatu kejadian atau cara mengukur risiko yaitu metode poisson, binomial, z-score, weighted-average approximation, VaR dan group approximation. Metode poisson, binomial, dan weighted average approximation digunakan untuk mengukur kemungkinan kejadian berupa peristiwa sedangkan metode z-score untuk mengukur kemungkinan kejadian berupa penyimpangan. Sedangkan metode VaR dan metode group approximation digunakan untuk mengukur akibat dari suatu kejadian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui kemungkinan terjadinya risiko adalah dengan menggunakan metode nilai standar atau z-score. Metode ini digunakan apabila ada historis yang ada pada masa sebelumnya dan berbentuk kontinus. Z-Score adalah suatu angka yang menunjukkan seberapa jauh suatu nilai menyimpang dari rata-ratanya pada distribusi normal. Dengan mengetahui z-score kita bisa mengetahui besarnya kemungkinan suatu ukuran atau nilai yang berbeda lebih besar atau lebih kecil dari rata-ratanya. Pada penelitian ini yang akan dihitung adalah kemungkinan terjadinya risiko pada kegiatan produksi adalah data produksi budidaya jamur tiram pada CV WMS. Menurut Kountur (2006) langkah yang diperlukan dalam perhitungan kemungkianan terjadinya risiko dengan metode ini adalah : i) Menghitung rata-rata kejadian berisiko Rumus yang digunakan untuk menghitung rata-rata kejadian berisiko pada saat memproduksi jamur adalah : Dimana : X = Nilai rata-rata dari kejadian berisiko pada saat produksi jamur Xi = Nilai per siklus dari kejadian berisiko pada saat produksi jamur n = Jumlah data keselurahan Nilai rata-rata yang dimaksud pada rumus ini adalah jumlah kejadian risiko yang dianggap merugikan perusahaan. Data ini diperoleh dari penentuan yang dilakukan oleh pihak expert untuk memberikan data produksi dari enam siklus masa tanam. ii) Menghitung nilai standar deviasi dari kejadian berisiko Dimana : S = Standar deviasi dari risiko produksi Xi = Nilai per siklus dari data produksi jamur tiram putih dari X = Nilai rata-rata dari kejdaian berisiko pada saat produksi jamur n = Jumlah data keseluruhan

36 22 iii) Menghitung Z-Score Dimana : Z = Nilai z-score pada saat kejadian berisiko Xi= Batas risiko yang dianggap masih menguntungkan dan ditentukan oleh pemilik perusahaan X = Nilai rata-rata kejadian berisiko S = Standar deviasi dari risiko produksi jamur tiram putih Jika hasil z-score yang diperoleh bernilai negatif, maka nilai tersebut berada di sebelah kiri nilai rata-rata pada kurva distribusi normal dan sebaliknya jika nilai z-score positif, maka nilai tersebut berada di sebelah kanan kurva distribusi normal Z. iv) Mencari Probabilitas terjadinya risiko produksi Setelah nilai z-score didapat dari produksi jamur tiram putih, selanjutnya dapat dicari probabilitas terjadinya risiko produksi yang diperoleh dari tabel distribusi Z (normal) sehingga diketahui persen kemungkinan terjadinya keadaan dimana produksi jamur tiram putih yang mendatangkan kerugian. B. Analisis Dampak Risiko Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui besarnya akibat atau dampak yang ditimbulkan risiko. Metode-metode tersebut diantaranya adalah metode value at risk (VaR). Metode yang paling efektif digunakan dalam mengukur dampak risiko adalah VaR. VaR adalah kerugian terbesar yang mungkin terjadi dalam rentang waktu tertentu yang diprediksikan dengan tingkat kepercayaan tertentu. Penggunaan VaR dalam mengukur dampak risiko hanya dapat dilakukan apabila terdapat data historis sebelumnya. Tahapan penghitungan VaR antara lain : i. Menentukan kejadian yang akan diamati ii. Pengumpulan data historis tentang besarnya kerugian yang dialami dalam bentuk rupiah selama jangka waktu tertentu dari kejadian tersebut. iii. Mengitung rata-rata kerugian dan standar deviasi kerugian dari rangkaian kejadian tersebut. iv. Menentukan tingkat keyakinan yang diinginkan v. Mencari nilai Z sesuai dengan tingkat keyakinan yang telah ditetapkan. Dan kemudian menghitung VaR. Pada penelitian ini VaR diguna kan untuk mengukur besarnya kerugian yang ditimbulkan jika risiko terjadi. Analisis ini dilakukan untuk mengukur dampak dari risiko pada kegiatan produksi budidaya jamur tiram putih di desa Gadog, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor selama tahun Kejadian yang dianggap merugikan berupa penurunan produksi sebagai akibat dari terjadinya sumber-sumber risiko. Menurut Kountur (2008), value at risk (VaR), dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Dimana : VaR =Dampak kerugian yang ditimbulkan oleh kejadian berisiko X = Nilai rata-rata dari kejadian berisiko

37 23 S Z N = Standar deviasi dari kejadian berisiko =Nilai Z yang diambil dari tabel distribusi normal dengan alfa 5 persen = Banyaknya kejadian berisiko 3. Pemetaan Risiko Pengukuran risiko selanjutnya adalah pemetaan risiko. Manajemen akan mampu menilai suatu risiko dengan pengelompokan terhadap risiko. Prinsip pemetaan merupakan penyusunan risiko berdasarkan kelompok-kelompok tertentu sehingga manajemen dapat mengidentifikasi karakter dari masing-masing risiko hingga menetapkan tindakan yang sesuai terhadap masing-masing risiko. Pemetaan risiko dapat dilakukan dengan menggunakan matrik frekuensi atau kemungkinan dan signifikansi (dampak) risiko. Teknik pengukuran dengan matriks frekuensi dan signifikan merupakan teknik yang sederhana yang tidak melibatkan kuantifikasi yang rumit. Biasanya teknik ini digunakan dalam pemetaan untuk melihat penanganan risiko yang tepat. Menurut Kountur (2006) peta risiko adalah gambaran tentang posisi atau kedudukan risiko pada suatu kejadian diantara dua sumbu yaitu vertikal yang menggambarkan dampak dan sumbu horizontal yang menggambarkan kemungkinan. Matriks frekuensi dan signifikan dapat tergambar setelah posisi dari risiko yang dievaluasi diketahui. Kemudian tindakan yang tepat untuk menghadapi risiko tersebut dapat dirancang. Berikut ini merupakan gambar dari matriks frekuensi dan signifikan. Probabilitas (%) Besar Kuadran II Kuadran I Kecil Kuadran IV Kecil Kuadran III Besar Sumber : Kountur, (2006) Gambar 5 Matriks frekuensi dan signifikan Dampak (Rp) Probabilitas yang merupakan dimensi yang pertama menyatakan tingkat kemungkinan suatu risiko terjadi. Semakin tinggi kemungkinan terjadinya risiko terjadi, maka semakin perlu mendapat perhatian. Sebaliknya semakin rendah kemungkinan terjadi, maka semakin rendah pula kepentingan manajemen untuk memberi perhatian kepada risiko yang bersangkutan. Umumnya probabilitas dibagi ke dalam tiga kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah. Dimensi kedua berupa dampak, yaitu tingkat kewaspadaan atau biaya yang terjadi kalau risiko yang bersangkutan benar-benar menjadi kenyataan. Semakin tinggi dampak risiko, semakin perlu mendapat perhatian khusus. Sebaliknya, semakin rendah dampak yang terjadi dari suatu risiko, maka semakin rendah pula kepentingan manajemen untuk mengalokasikan sumber daya untuk menangani risiko yang bersangkutan. Pada umunya, dimensi dampak dibagi dalam tiga tingkat yaitu tinggi, sedang dan rendah. Matriks antara kedua dimensi menghasilkan empat kuadran utama. Kuadran I merupakan area dengan tingkat probabilitas sedang sampai tinggi dan tingkat dampak sedang sampai tinggi. Kuadran I terdiri dari risiko-risiko yang masuk ke dalam prioritas I atau prioritas utama. Kuadran II dihuni oleh risikorisiko dengan skala prioritas ke tiga. Risiko dalam kelas ini memiliki tingkat probabilitas kejadian yang tinggi, namun dampaknya rendah. Kuadran III

38 24 merupakan area bagi risiko-risiko dalam prioritas ke dua. Ini artinya, risiko-risiko dalam kuadran III cukup jarang terjadi. Ciri dari risiko dalam kuadran III adalah mereka yang memiliki tingkat probabilitas kejadian antara rendah sampai sedang, untuk dampaknya dari sedang sampai tinggi. Kuadran IV dihuni oleh berbagai risiko dengan skala prioritas ke empat. Risiko dalam kelas ini memiliki tingkat probabilitas yang rendah sampai sedang dan untuk dampaknya dimulai dari rendah sampai sedang. Probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko dapat dibagi ke dalam dua bagian besar, yaitu kemungkinan besar dan kemungkinan kecil. Demikian juga dampak risiko yaitu dampak besar dan kecil. Batas antara probabilitas atau kemungkinan besar dan kecilnya terjadinya risiko ditentukan oleh manajemen, namun pada umumnya risiko-risiko yang probabilitas terjadinya 20 persen atau lebih besar dianggap sebagai kemungkinan besar, sedangkan di bawah 20 persen dianggap sebagai kemungkinan kecil (Kountur, 2008). Untuk batas antara kemungkinan besar dan kemungkinan kecil ditentukan berdasarkan kebijakan pengelola CV Wahyu Makmur Sejahtera. Risiko-risiko yang probabilitas terjadinya di atas batas atau dianggap sebagai kemungkinan besar. Sedangkan yang dibawah batas sebagai kemungkinan kecil. Demikian halnya dengan batas dampak besar dan dampak kecil suatu risiko yang juga tergantung pengelola CV Wahyu Makmur Sejahtera. Penempatan risiko pada peta risiko didasarkan atas perkiraan proporsinya berada di mana dari hasil perhitungan probabilitas dan dampak. Posisi suatu risiko dalam peta risiko disebut status risiko, dimana status risiko di dapat dari perhitungan sebagai berikut : Status risiko = Probabilitas x Dampak Berdasarkan perhitungan status risiko ini, maka akan diketahui risikorisiko mana yang paling besar dan seterusnya sampai yang paling kecil. Status risiko hanya menggambarkan urutan risiko dari yang paling berisiko sampai dengan yang paling tidak berisiko. 4. Strategi Penanganan Risiko Penanganan risiko dilakukan karena adanya dampak yang akan terjadi pada aktivitas petani. Proses ini disebut juga dengan manajemen risiko yang berupa strategi perusahaan dalam pengambilan kebijakan usaha. Berdasarkan peta risiko dapat diketahui strategi penanganan risiko yang paling tepat untuk dilaksanakan. Menurut Kountur (2006) ada dua strategi penanganan risiko, yaitu : i) Preventif (Penghindaran risiko) Strategi yang dapat dilakukan pada sat pertama kali berhadapan dengan risiko adalah strategi menghindar. Strategi preventif dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya : a. membuat atau memperbaiki sistem, b. mengembangkan sumberdaya manusia, dan c. memasang atau memperbaiki fasilitas fisik. Menurut Kountur (2006), penghindaran risiko dilakukan apabila risiko yang dihadapi terlalu besar yaitu kemungkinan terjadinya besar dan dampak yang ditimbulkan juga besar. Risiko-risiko ini berada pada kuadran I dan II

39 25 sebagaimana yang dapat dilihat pada Gambar 6, walaupun tidak semua risiko yang tinggi atau yang berada pada kuadran ini harus dihindari. Probabilitas (%) Besar Kuadran II Kuadran I Kecil Kecil Sumber : Kountur, (2006) Gambar 6 Strategi preventif Besar Dampak (Rp) Kemudian penghindaran risiko juga dilakukan apabila risiko yang dihadapi tidak dikendalikan manajemen dan tidak dapat ditangani dengan strategistrategi penangan risiko yang lain. Oleh karena itu, strategi untuk menangani risiko-risiko yang berada pada kuadran I dan II adalah strategi preventif. Penanganan risiko dengan strategi preventif ini akan membuat risiko- risiko yang berada pada kuadran I bergeser ke kuadran III, dan risiko-risiko yang berada pada kuadran II bergeser ke kuadran IV. ii) Mitigasi Kountur (2006) mengemukakan bahwa mitigasi risiko strategi penanganan risiko yang dimaksudkan untuk memperkecil dampak risiko yang ditimbulkan. Jika risiko terjadi, diusahakan sedemikian rupa sehingga dampak yang ditimbulkan seminimal mungkin. Strategi mitigasi dilakukan untuk menangani risiko yang memiliki dampak yang sangat besar. Risiko yang berada pada kuadran I dan III yang memberikan dampak besar ditangani dengan cara mitigasi. Hal ini dimaksudkan agar risiko yang berada pada kuadran I dapat bergeser ke kuadran II, dan risiko yang berada pada kuadran III dapat bergeser kekuadran IV. Dengan demikian, strategi mitigasi risiko adalah strategi penanganan risiko yang dilakukan kepada risiko yang memberikan dampak besar. Strategi mitigasi risiko dapat dilihat pada Gambar 7. Probabilitas (%) Besar Kuadran II Kuadran I Kecil Kecil Kuadran IV Kuadran IV Sumber : Kountur, (2006) Kuadran III Kuadran III Gambar 7 Strategi mitigasi Besar Dampak(Rp) Penanganan lain digunakan dalam menganalisi strategi untuk menghadapi risiko adalah beberapa alternatif strategi yang dinilai mampu memberikan solusi bagi masalah risiko. Alternatif strategi untuk menghadapi risiko selain penanganan dengan cara preventif dan mitigasi. Dengan mengelompokan risiko pada masing-masing kuadran yang tersedia, maka akan diperoleh kemungkinan risiko yang dihadapi dan dampaknya bagi perusahaan. Proses analisis strategi ini digolongkan Hanafi (2009) menjadi empat yaitu:

40 26 a) Probabilitas besar dan dampak besar Kejadian ini menyebabkan perusahaan tidak dapat lagi mengendalikan risiko yang dapat menimbulkan kerugian pada perusahaan. Bila risiko-risiko pada kuadran I terjadi akan menyebabkan terancamnya pencapaian tujuan perusahaan. Kondisi seperti ini dideskripsikan sebagi preventif at source. Alternatif strategi untuk mengatasi risiko-risiko yang dikelompokan kuadran I ini hanya dapat dilakukan dengan penghindaran. b) Probabilitas besar dan dampak kecil Posisi risiko yang berada kuadran ini dinamakan dengan monitor. Risiko yang dapat menimbulkan kerugian pada kuadran ini mewajibkan perusahaan untuk melakukan pengamatan terhadap kejadian-kejadian yang menimbulkan risiko. Risiko-risiko yang berada pada daerah ini diharapkan tetap dalam kondisi normal. Dimana tidak mempengaruhi pada aktivitas produksi perusahaan. Risiko yang secara rutin ini tidak terlalu mengganggu pencapaian tujuan target perusahaan. Hal ini,akan mengganggu bila risiko yang bersangkutan muncul menjadi kenyataan. Namun, biasanya perusahaan mampu cepat mengatasi dampak muncul. c) Probabilitas kecil dan dampak besar Probabilitas besar dengan dampak kecil terdapat pada kuadran III dengan deskripsi detect and monitor. Deskripsi dari risiko ini yaitu apabila kondisi kuadran III terjadi maka tujuan dan target perusahaan bisa tidak tercapai. Dalam kondisi terburuk, perusahaan dapat mengalami kerugian yang sangat besar dan bila dibiarkan akan menyebabkan perusahaan bisa tutup atau dinyatakan bangkrut. d) Probailitas kecil dan dampak kecil Kelompok strategi ini berada pada kuadran IV dengan alternatif stretegi yang diusulkan adalah low control. Apabila terjadi, dampaknya kecil bagi pencapaian tujuan dan target perusahaan. Risiko yang masuk kedalam kuadran IV cenderung dapat diabaikan sehingga perusahaan tidak perlu mengalokasikan sumber dayanya untuk menangani risiko. Namun, manajemen tetap perlu mengawasi risiko kuadran IV. Risiko yang saat ini masuk ke dalam kuadran IV bisa pindah ke kuadran lain bila ada perubahan kondisi eksternal maupun internal. Seluruh proses pendeskripsian risiko-risiko hingga dapat diketahuii alternatif strategi bagi pihak manajemen dapat dilihat pada Gambar 8. Probabilitas(%) Besar Kuadran II Monitor Kuadran I Prevent at Source Kecil Kecil Kuadran IV Low Control Kuadran III Detect and Monitor Sumber : Hanafi, (2009) Gambar 8 Alternatif strategi menghadapi risiko Besar Dampak (Rp)

41 27 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah Perusahaan CV Wahyu Makmur Sejahtera merupakan perusahaan yang bergerak pada usaha budidaya jamur tiram putih. Pada awalnya perusahaan CV Wahyu Makmur Sejahtera didirikan pada tahun 2005 oleh Bapak Wahyu Bachyudin. Latar belakang berdirinya didasarkan pula pada kesesuaian kondisi iklim dan cuaca di daerah tersebut yang cocok untuk dijadikan lokasi budidaya jamur tiram putih. Selain itu, proses pengawasan dalam memproduksi jamur juga lebih efisian dan tidak perlu memakan banyak waktu pemilik perusahaan. Adapun tujuan didirikannya perusahaan ini adalah untuk mengembangkan usaha budidaya jamur yang berorientasi profit dan menyerap tenaga kerja yang berada disekitar lokasi perusahaan. Sebelum mendirikan perusahaan ini pemilik sebelumnya bekerja di PT Telkom dan juga mencoba beberapa usaha. Salah satu bidang usaha yang pernah dicoba yaitu bidang perikanan dan peternakan, namun usaha tersebut tidak berjalan lama karena dinilai kurang menguntungkan. Selanjutnya, pada tahun 2007 pemilik memilih untuk beralih ke usaha jamur pangan yaitu budidaya jamur tiram dengan media serbuk kayu. Pada saat itu perusahaan dengan komoditi utama jamur tiram putih sudah banyak berdiri, sehingga pendiri CV Wahyu Makmur Sejahtera memutuskan untuk tetap berada dalam industri jamur tiram putih. Pada awal memulai usaha budidaya jamur tiram, perusahaan ini melakukan kemitraan dengan sesame pelaku bisnis budidaya jamur tiram yang telah terlebih dahulu berpengalaman dalam hal pengadaan bahan baku dan perusahaan ini hanya melakukan proses budidaya saja, kemudian pada tahun 2007 perusahaan memutuskan untuk memproduksi bahan baku baglog sendiri. Dalam proses produksi perusahaan menggunakan bahan baku yang berasal dari serbuk kayu dari berbagai tambahan bahan lainnya seperti dedak, kapur, tepung jagung, molase dan giosum. Bahan baku diperoleh perusahaan dengan cara membeli dari wilayah Leuwiliang, wilayah Bogor Selatan, dan wilayah Bogor Barat. Kemudian pada CV Wahyu Makmur Sejahtera selain melakukan memproduksi baglog, merambah pula dengan memproduksi bibit F1 dan F2 sendiri. Perusahaan ini berdiri dengan modal awal yang dikeluarkan ketika pendirian sebesar ± Rp ,-. Modal awal tersebut digunakan oleh pendiri perusahaan untuk membuat bangunan, kumbung serta pengadaan sarana dan prasarana produksi. Pada saat ini perusahaan memiliki 4 kumbung budidaya dengan masing-masing kumbung memiliki kapasitas baglog. Kemudian, terdapat 1 kumbung inkubasi, 4 kumbung inokulasi dan terdapat laboratorium untuk proses pembuatan bibit F1 dan F2. Pemilik mendirikan usaha budidaya jamur tiram putih dikarenakan peluang dari usaha ini masih sangat besar.

42 28 a. Tampak atas b. Tampak Depan c.pintu masuk perusahaan d. Tampak samping Gambar 9 Layout CV Wahyu Makmur Sejahtera Lokasi dan Letak Geografis Perusahaan Perusahaan ini berdiri di atas lahan seluas m² dengan letak lokasi yang cukup strategis dan cocok untuk melakukan budidaya jamur karena jauh dari kawasan pabrik dan pusat keramaian kota agar jamur yang dihasilkan tidak terkontaminasi limbah industri maupun limbah pabrik. CV Wahyu Makmur Sejahtera berlokasi di Kampung Gadog Rt 03 Rw 03, Desa Pandan Sari, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan suhu berkisar 28 C- 30 C. Aksesbilitas Kecamatan Ciawi terhadap ibukota kabupaten sejauh 25 km, dengan ibukota provinsi Jawa Barat sejauh 100 km, dan dengan ibukota Negara Republik Indonesia sejauh 70 km. Visi dan Misi Perusahaan CV Wahyu Makmur Sejahtera selama perjalanannya telah mengalami pasang surut perkembangan usaha. Dalam usaha budidaya jamur tiram putih Bapak Wahyu sudah memiliki perencanaan yang baik. Perusahaan ini juga sudah memiliki visi misi dalam melakukan usaha meskipun tidak secara tertulis. Visi usaha ini yaitu menjadikan perusahaan yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar dan memperkecil tingkat pengangguran. Sedangkan misi perusahaan adalah terus berusaha untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas setiap unit usaha yang diprioritaskan, dengan sasaran perusahaan mampu memenuhi permintaan pasar sehingga secara bertahap mampu berperan sebagai tulang punggung perekonomian masyarakat sekitar perusahaan

43 29 Struktur Organisasi Perusahaan Struktur organisasi harus diperhatikan dengan baik agar setiap orang yang terlibat dalam suatu organisasi dapat melaksanakan kegiatan dan pekerjaannya sesuai dengan tugas dan wewenang masing-masing, dapat bekerja lebih terarah, terencana, dan bertanggungjawab dengan pekerjaannya. Pada akhirnya akan berpengaruh pada setiap kegiatan agar dapat berjalan dengan sebagaimana mestinya. Di dalam menjalankan suatu bisnis, aspek ini berperan secara terusmenerus bagi kelangsungan usaha dan memiliki peran yang penting dalam mengkoordinasikan suatu usaha guna mendapatkan manfaat sebesar-besarnya bagi suatu individu atau perusahaan. Perusahaan menjalankan kegiatan setiap harinya harus didukung oleh sumberdaya manusia yang sudah diorganisasikan dengan baik sesuai dengan tanggungjawab dan jenis pekerjaan yang diberikan. Perlu dilakukan penyusunan suatu struktur organisasi yang tepat dan baik agar dapat membantu perusahaan dalam menjalankan segala perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Adanya struktur organisasi tersebut, diharapkan semua sumberdaya manusia yang dimiliki dapat digunakan secara efektif dan efisien sesuai dengan potensi dan kemampuan yang dimilikinya. Gambar 10 merupakan struktur organisasi pada CV Wahyu Makmur Sejahtera. Pemilik Administrasi Keuangan Produksi Pemasaran Pengisisan Baglog Produksi Baglog Pembibitan Pemeliharaan Penanganan Limbah Gambar 10 Struktur organisasi CV Wahyu Makmur Sejahtera tahun 2012 Pembagian kerja dilakukan agar kegiatan usaha yang dijalankan dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan keahlian masing-masing sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Fungsi dari struktur organisasi CV Wahyu Makmur Sejahtera adalah sebagai berikut : 1) Pemilik perusahaan a. Mengambil keputusan yang berhubungan dengan perusahaan b. Menyediakan modal usaha serta sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh perusahaan c. Mengawasi dan mengelola segala kegiatan bisnis yang dijalankan oleh perusahaan

44 30 2) Administrasi Fungsi dari administrasi adalah membantu kelancaran operasional harian yaitu menyediakan dan mencatat data kegiatan harian yang ada diperusahaan. 3) Keuangan Tugas dari bagian keuangan adalah mengatur arus masuk dan keluar keuangan perusahaan, melakukan pencatatan bahan baku, jumlah produksi, jumlah penjualan produk dan pembagian gaji karyawan. 4) Produksi Pada bagian produksi, dikoordinir oleh satu kepala produksi yang mana tugas dan wewenangnya adalah bertanggung jawab penuh dalah kegiatan produksi mulai dari tahap persiapan produksi sampai pasca panen. 5) Pemasaran Adapun tugas dari bagian pemasaran adalah memasarkan dan mengelola hasil jamur kepada para supplier yang datang untuk memesan jamur tiram putih ini. Sumberdaya Perusahaan Dalam melaksanakan proses produksi agar berjalan sesuai dengan rencana, perusahaan perlu ditunjang oleh faktor sumber daya yang berkualitas. Sumber daya yang dimiliki oleh CV Wahyu Makmur Sejahtera terdiri dari sumberdaya fisik dan sumberdaya manusia. 1) Sumberdaya Fisik Sumberdaya fisik merupakan asset yang dimiliki oleh perusahaan meliputi sarana dan prasarana. Sarana dan prasarana dugunakan untuk untuk mendukung kegiatan bisnis yang dijalankan oleh perusahaan. Sumberdaya fisik yang dimiliki oleh perusahaan antara lain lahan, bangunan, kumbung dan alat produksi. Luas CV Wahyu Makmur Sejahtera ± m² dengan presentase penggunaan lahan adalah 60 persen digunakan untuk bangunan, kumbung, ruang tidur karyawan, mushola, kamar mandi, dan penampungan air. Lahan ini merupakan lahan milik sendiri. Dalam usaha budidaya jamur tiram, fasilitas produksi yang dimiliki oleh perusahaan meliputi sarana dan prasaran yang meliputi bangunan. Perusahaan memiliki beberapa bangunan yang menunjang kegiatan usaha, yaitu ruang pengukusan, ruang pengadukan dan pengayakan (termasuk pengisisan baglog), kantor, gudang, ruang sterilisasi, laboratorium pembuatan bibit, ruang inokulasi, ruang inkubasi, ruang pertumbuhan (growing), ruang panen, kamar mandi, musholla, kamar karyawan dan beberapa ruang lainnya. Selain itu, untuk membantu kelancaran proses produksi CV Wahyu Makmur Sejahtera menggunakan peralatan dan fasilitas pendukung. Peralatan pendukung yang dimiliki oleh CV Wahyu Makmur Sejahtera pada Tabel 10.

45 31 Tabel 10. Peralatan pendukung budidaya jamur tiram Peralatan Pendukung Jumlah (Unit) Steamer 2 Tabung gas 5 Ayakan serbuk 3 Sekop dan cangkul 3 Timbangan 1 Selang dan handsprayer 1 Keranjang dan cutter 1 Mesin press 1 Alat angkut dari besi 1 Sendok, spatula, sprayer lampu bunzen dan pinset 1 Bak dan ember 2 Tali rafia, karet, gelang, kapas dan plastik 1 Sumber : CV Wahyu Makmur Sejahtera (2012) 2) Sumberdaya Manusia Sumberdaya manusia merupakan aset yang paling berharga dalam perusahaan. Pencapaian yang maksimal terhadap hasil perusahaan akan sangat didukung oleh peran sumberdaya manusia. Pengembangan dan pengelolaan sumberdaya manusia sangat penting karena menjadi peranan utama dalam pelaksanaan kegiatan usaha. Jumlah tenaga kerja yang ada pada CV Wahyu Makmur Sejahtera adalah 19 orang. Tenaga kerja yang ada di perusahaan ini merupakan masyarakat sekitar perusahan yang diajak bergabung oleh pemilik perusahaan dan dua orang tenaga kerja berasal dari daerah Leuwiliang, Bogor. Karyawan ditempatkan dibagiannya bukan berdasarkan pendidikan, knowledge, atau skill mereka masing-masing. Hal ini dikarenakan karena sebagian besar pekerjaan yang dilakukan oleh perusahaan tidak memerlukan tingkat pendidikan yang tinggi. Operasional Kegiatan Kegiatan operasional perusahaan dimulai dari hari Senin sampai dengan Sabtu, khusus tenaga kerja pada bagian pemeliharaan dan perawatan jam kerja dilakukan setiap hari, namun mendapat hari libur 2 hari dalam sebulan. Jam kerja untuk tenaga kerja wanita dan pria di perusahaan ini dibedakan. Tenaga kerja wanita bekerja dimulai dari pukul WIB hingga pukul WIB, sedangkan tenaga kerja pria bekerja dimulai pukul WIB hingga pukul WIB. Kegiatan operasional ini diawali dengan proses budidaya jamur tiram putih yang relatif mudah dan masa produksinya relatif cepat yaitu sekitar empat bulan. Budidaya Jamur Tiram Putih CV Wahyu Makmur Sejahtera Menurut Chazali (2009), proses produksi merupakan tahapan penting dalam budidaya jamur tiram, karena pada tahap ini siklus hidup jamur berlangsung. Oleh sebab itu dibutuhkan sarana pendukung yang baik. Adanya sarana yang memadai diharapkan tercipta lingkungan yang cocok bagi pertumbuhan jamur tiram sehingga diperoleh produksi yang maksimal. Dalam budidaya jamur harus dilakukan dengan benar karena kegagalan dalam bentuk

46 32 kontaminasi atau adanya pertumbuhan jamur asing yang tidak diharapkan serta dapat mendatangkan kerugian rata-rata lebih dari 35 persen bahkan banyak yang lebih dari 50 persen (Cahyana et.al 1997). Budidaya jamur tiram putih pada proses pertumbuhannya memerlukan kumbung sebagai indikator. Kumbung adalah rumah khusus bagi jamur tiram putih yang terbuat dari bambu sebagai tempat untuk menyimpan baglog. Kumbung yang baik yaitu kumbung yang memiliki atap dan dinding yang menjamin sirkulasi udara berjalan lancar dan cahaya matahari yang cukup sehingga pasokan oksigen terjamin. CV Wahyu Makmur Sejahtera sendiri memiliki satu kumbung inkubasi yang berukuran 176 m 2 dan empat kumbung pertumbuhan dengan masing-masing berukuran 147 m 2, 154 m 2, 168 m 2 dan 178 m 2. Lantai kumbung yang digunakan perusahaan yaitu tanah, hal ini dikarenakan biaya yang dikeluarkan rendah dan kelembaban di dalam kumbung bisa terjaga. Rak yang digunakan terbuat dari bambu. Rak tersebut dibuat dengan model bersusun dengan 5 susun agar dapat memuat banyak baglog sehingga ruang dalam kumbung efisien. Dalam proses budidaya jamur tiram terdapat beberapa tahapan yang harus dilaksanakan agar mendapatkan hasil jamur tiram yang maksimal proses tersebut meliputi pengadaan bahan baku, pengomposan, pengayakan, pencampuran bahan, pembuatan baglog, sterilisasi, inokulasi, inkubasi, growing, dan panen. a) Pengomposan Setelah serbuk kayu datang, serbuk kayu terlebih dahulu dikompos selama 3 hari dicampur dengan kapur. Tujuan dari pengomposan ini yaitu untuk mematangkan serbuk kayu agar bakteri yang ada hilang dan menyeragamkan ph sehingga kandungan yang ada didalam media terurai menjadi senyawa sederhana dan miselia jamur mudah menyerap nutrisi dengan baik. Gambar 11 Pengomposan sebelum pembuatan baglog pada CV Wahyu Makmur Sejahtera b) Pengayakan Pengayakan adalah kegiatan memisahkan serbuk kayu gergaji yang besar dan kecil sehingga didapatkan serbuk kayu gergaji yang halus dan seragam. Tujuannya untuk mendapatkan media tanam yang memiliki kepadatan tertentu tanpa merusak kantong plastik baglog dan mendapatkan tingkat pertumbuhan misellia yang merata.

47 33 Gambar 12 Pengayakan bahan baku serbuk gergaji pada CV Wahyu Makmur Sejahtera c) Pencampuran bahan Media tanam baglog dibuat dari beberapa bahan baku. Komposisi dalam pembuatan media baglog yang diterapkan CV Wahyu Makmur Sejahtera dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Komposisi bahan baku media tanam Jenis Bahan Baku Komposisi (persen) Serbuk Gergaji 100 Dedak 18 Tepung Jagung 5 Kapur 8 Molase 4 Sumber : CV Wahyu Makmur Sejahtera (2012) Setelah seluruh bahan baku dipersiapkan, serbuk gergaji telah diayak, dedak, gips, dan molase kemudian dicampur hingga merata. Selanjutnya, bahan yang telah tercampur ditambahkan air sampai kadar air mencapai 40 persen. Untuk mengetahui jumlah kadar air dapat dilakukan dengan cara menggenggam adonan dan jika genggam adonan tidak mengeluarkan air, dan apabila adonan dijatuhkan maka adonan akan terurai kembali. Gambar 13 Proses pencampuran bahan baku media tanam baglog pada CV Wahyu Makmur Sejahtera d) Pembuatan baglog Tahapan pengisian media yaitu, pertama masukan media kedalam plastik polipropilen berukuran 18 x 35 cm atau 20 x 35 cm, ketebalan 0,05 cm. Kedua, plastik yang sudah diisi media di press dengan mesin press sehingga betul-betul padat. Semakin padat semakin baik agar bibit yang ditanam dapat menjalar merata dan menampung nutrisi lebih banyak. Berat baglog rata-rata adalah 1,0 kg - 1,4 kg dengan ketinggian 22 cm. ketiga, ikat plastik dengan tali raffia dan pastikan tidak

48 34 akan ada air yang masuk pada saat proses sterilisasi. Dalam satu hari perusahaan dapat memprduksi sekitar baglog per harinya. a. Mesin press baglog b.plastik untuk pembuatan baglog Gambar 14 Peralatan yang digunakan dalam pembuatan baglog pada CV Wahyu Makmur Sejahtera e) Sterilisasi Seluruh baglog dimasukan kedalam alat steamer untuk dilakukan proses sterilisasi pada suhu 100 C selama 4 jam (tabung gas) dan kapasitas steamer baglog. Strerilisasi adalah suatu proses yang dilakukan untuk menonaktifkan mikroba yang dapat mengganggu pertumbuhan jamur yang ditanam. Tujuannya untuk mendapatkan serbuk kayu yang steril bebas dari mikroba dan jamur lain yang tidak dikehendaki. a. Alat Steamer b. Steamer diisi Air c. Sarana Pendukung Steamer d. Baglog sesudah dan sebelum disterilisasi Gambar 15 Proses sterilisasi media tanam baglog pada CV Wahyu Makmur Sejahtera f) Pendinginan Setelah proses sterilisasi selesai, media baglog didiamkan terlebih dahulu didalam steamer sampai suhunya menurun sehingga ketika dikeluarkan tidak terlalu panas dan merusak kulit. Pendinginan dilakukan selama 12 jam. Media dikeluarkan dan didinginkan hinga suhunya mencapai suhu ruang dan dibawa ke dalam ruang inokulasi (pembibitan). pendinginan bertujuan untuk menghindari

49 35 kerusakan pada bibit, karena apabila proses inokulasi dilakukan pada saat media masih panas, bibit akan mati. a. b. a. Baglog sesudah sterilisasi b. Baglog di ruang pendingin di masukan ruang pendingin Gambar 16 Tatanan baglog setelah disterilisasi(pendinginan) pada CV Wahyu Makmur Sejahtera g) Inokulasi Setelah tahap sterilisasi, baglog ditiriskan hingga dingin dan dibawa ke ruang inokulasi (pembibitan). Proses inokulasi dilakukan dengan cara memasukan bibit jamur F2 sebanyak 3-4 spatula kedalam baglog jamur pada kondisi aseptic (kondisi yang bersih dan steril). a. Ruang Lab Pembibitan b. Ruang Inokulasi Gambar 17 Inokulasi pada usaha budidaya jamur tiram CV Wahyu Makmur Sejahtera h) Inkubasi Inkubasi adalah tahap pertumbuhan miselia jamur. Inkubasi dilakukan dengan cara menyimpan media yang telah diisi dengan bibit jamur F2 agar miselia jamur tumbuh. Semua baglog yang telah diisi dipindahkan keruangan inkubasi selama ± 40 hari dalam kondisi gelap dan suhu ruangan sekitar C. Miselia akan mulai terlihat setelah dua minggu. Penataan baglog pada ruang inkubasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu penataan baglog berdiri dan penataan baglog tidur (direbahkan). i) Growing Tahap ini merupakan tahap budidaya jamur, setelah media tanam jamur tiram putih sudah putih oleh miselium. Media jamur tiram putih terlebih dulu dibuka bagian atasnya, hal ini dilakukan agar media tanam memperoleh oksigen yang cukup untuk pertumbuhan jamur tiram putih sehingga dapat tumbuh dengan baik. Perusahaan melakukan penyiraman setiap habis panen dengan menggunakan selang atau handsprayer.

50 36 a.baglog berwarna putih siap dibuka b. Baglog yang sudah dipanen c.baglog yang disimpan dirak pertumbuhan diberi Ttanggal d. Penyiraman dengan handsprayer Gambar 18 Ruang pertumbuhan jamur tiram putih CV Wahyu Makmur Sejahtera j) Panen Proses pemanenan jamur tiram putih dilakukan ketika tubuh buah jamur tiram putih telah mekar. Cara memanen jamur tiram putih dilakukan dengan cara mencabut seluruh jamur tiram putih dalam satu kelompok hingga pangkal jamur tiram putih yang ada di baglog. Waktu yang baik untuk melakukan pemanenan yaitu pagi hari sebelum pukul WIB. Satu baglog dapat dipanen sebanyak 9-10 kali dalam satu periode yaitu empat bulan. a.jamur tiram putih siap panen b. Proses pemanenan c. Jamur setelah panen dikumpulkan menggunakan keranjang Gambar 19 Pemanenan jamur tiram pada CV Wahyu Makmur Sejahtera

51 37 k) Penanganan Pascapanen Jamur tiram putih merupakan produk agribisnis yang bersifat perishable (mudah busuk). Maka dari itu, perlakuan terhadap produk agribisnis harus baik dan benar. Perusahaan melakukan penanganan pascapanen seperti penyortiran, pengemasan, dan distribusi. Untuk mengurangi kadar air pada jamur tiram putih yang sudah dipanen, perusahaan hanya meletakkan jamur ke dalam keranjang. Hal tersebut agar kondisi jamur tiram putih tidak terlalu basah dan tidak mudah rusak. Kemudian jamur tiram putih dimasukkan ke dalam plastik untuk dikemas dan didistribusikan. a.jamur disortir b. Jamur ditimbang c. Jamur dikemas Gambar 20 Pascapanen usaha budidaya jamur tiram CV Wahyu Makmur Sejahtera ANALISIS RISIKO PRODUKSI Identifikasi Sumber-Sumber Risiko CV Wahyu Makmur Sejahtera selama menjalankan usaha dihadapkan pada berbagai masalah risiko produksi. Salah satunya pada masa perusahaan sedang berkembang, dihadapkan pada kelalaian dari pihak karyawan perusahaan. Oleh karena itu, produksi perusahaan sempat terhambat akibat dari salah satu karyawannya banyak yang mencuri jamur tiram siap panen sehingga perusahaan mengalami kerugian. Kemudian cuaca juga memiliki pengaruh dalam membudidayakan jamur tiram putih, karena cuaca dapat berpengaruh terhadap suhu, tingkat kelembapan dan tingkat keasaman. Akan tetapi, keunggulan dari jamur tiram putih itu dibandingkan dengan komoditi sejenis jamur lainnya, jamur tiram putih ini termasuk salah satu komiditi yang tahan terhadap perubahan cuaca panas dan dingin apabila dibandingkan komoditi jamur merang dan kuping karena adanya perubahan cuaca sekalipun,jamur masih tetap mampu menghasilkan panen. Berbanding terbalik dengan jamur kuping yang rentan dengan cuaca panas, sedangkan jamur merang sangat rentan dengan cuaca dingin. Meskipun cuaca sulit diprediksi, mudah berubah dan tidak dapat dikendalikan. Akan tetapi, untuk membudidayakan jamur tiram ini, perusahaan memegang prinsip bahwa manusialah yang mengikuti dan beradaptasi dengan perubahan siklus alam sehingga perusahaan tidak terlalu mengkhawatirkan adanya perubahan cuaca. Disamping itu, lokasi perusahaan cocok untuk membudidayakan jamur tiram putih karna beriklim sejuk. Adapun pengaruh dari cuaca yang

52 38 mendominasi akan tetap menghasilkan panen, hanya saja hasilnya tidak seoptimal suhu normal, yaitu celcius. Berbagai risiko produksi yang dialami perusahaan, menurut hasil wawancara yang diperoleh dari pemilik, beberapa risiko yang sudah diuraikan tersebut memiliki presentase kerugian relatif lebih kecil. Berdasarkan hasil identifikasi terhadap sumber-sumber risiko produksi lain yang terdapat pada usaha budidaya jamur tiram putih ini dilakukan dengan mengikuti beberapa tahapan proses produksi. Proses tersebut meliputi pengadaan bahan baku, pengomposan, pengayakan, pencampuran bahan, pembuatan baglog, sterilisasi, inokulasi, inkubasi, growing, dan panen. Secara umum risiko produksi CV Wahyu Makmur Sejahtera adalah rendahnya hasil produksi. Kondisi ini disebabkan oleh beberapa sumber risiko yang mendominasi dengan frekuensi kejadiannya lebih sering terjadi di perusahaan. Berdasarkan hasil pengamatan secara langsung dan wawancara, analisis terhadap budidaya jamur dilokasi penelitian maka dapat disimpulkan beberapa hal yang teridentifikasi sebagai sumber timbulnya risiko produksi. Beberapa faktor yang menjadi sumber risiko produksi pada budidaya jamur tiram putih diantaranya adalah keterampilan tenaga kerja, adanya hama penyakit, dan komposisi serta kualitas bahan baku. Proses identifikasi harus melihat bagaimana urutan terjadinya beberapa sumber risiko karena sumber risiko yang terjadi saling berhubungan dan tidak bisa dipisah satu sama lain. Berdasarkan urutan sumber risiko yang terjadi pada satu waktu, maka dapat ditentukan sumber risiko yang menyebabkan rendahnya jumlah panen jamur tiram putih. Produktivitas jamur tiram putih yang relatif berfluktuasi mengindikasikan adanya risiko pada proses produksi. Risiko produksi yang dialami perusahaan ini dapat menyebabkan pula kemunduran atau keberhasilan perusahaan sehingga berpengaruh kepada penerimaan perusahaan. Risiko produksi juga dapat berdampak pada kualitas dan kuantitas produksi yang dihasilkan. Berdasarkan hasil pengamatan secara langsung, terhadap proses budidaya jamur tiram putih di lokasi penelitian dan wawancara yang dilakukan dengan pemilik perusahaan, maka dapat diketahui beberapa hal yang teridentifikasi sebagai sumber timbulnya risiko produksi. Beberapa faktor yang menjadi sumber risiko pada usaha budidaya jamur tiram putih di CV Wahyu Makmur Sejahter diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Keterampilan Tenaga Kerja Dalam kegiatan budidaya jamur ini keterampilan tenaga kerja menentukan keberhasilan perusahaan. Para tenaga kerja dibagian produksi tidak harus memiliki kualifikasi khusus untuk bekerja, hanya dengan mendapatkan bimbingan dan pelatihan pada waktu bekerja. Keterampilan tenaga kerja dapat dilihat dari moral dan kompetensi atau kinerja tenaga kerja pada saat masa budidaya jamur tiram putih. Apabila tenaga kerja tidak memiliki keterampilan dalam membudidayakan jamur ini dapat dilihat dari moral dan kompetensi individu. Moral yang melekat pada individu tenaga kerjanya yang tidak bertanggung jawab, kurangnya kesabaran maupun keuletan dalam pembudidayaan sehingga tingkat loyalitas tenaga kerja terhadap perusahaan rendah. Kemudian rendahnya kemampuan atau kompetensi yang dimiliki karyawan dapat menimbulkan kesalahan teknis pada masa budidaya, sehingga menyebabkan rendahnya jumlah hasil produksi yang dihasilkan bahkan bisa sampai menyebabkan gagal panen. Penurunan hasil

53 39 produksi jamur yang disebabkan oleh pengaruh keterampilan tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Jumlah kegagalan panen akibat keterampilan tenaga kerja Siklus Waktu Panen Standar Panen Aktual Kegagalan Panen (Kg) (Kg) (Kg) 1 Jan-April Mei-Agustus 2010 Sept-Des Jan-April Mei-Agustus Sept-Des Berdasarkan Tabel 12 dapat dilihat data kegagalan panen jamur tiram putih dari mulai dari Januari 2010 sampai dengan Desember Perhitungan besaran kegagalan panen jamur tiram putih diperoleh dari hasil wawancara bahwa sumber risiko akibat keterampilan tenaga kerja dapat menurunkan produksi sebesar 40 persen dari hasil produksi potensial yang didapat oleh perusahaan. Kemampuan tenaga kerja yang kurang dapat menimbulkan berbagai kesalahankesalahan teknis dan hal ini tentunya berpengaruh pada kondisi perusahaan. Adapun kegiatan budidaya yang menyebabkan kegagalan dalam memproduksi berupa kelalain tenaga kerja pada saat pengukusan dan inokulasi. a. Pengukusan Proses sterilisasi merupakan proses yang paling penting dalam melakukan budidaya jamur tiram putih. Hal ini bertujuan untuk menghasilkan proses pelapukan pada bahan baku subtrat jamur. Dengan dilakukannya proses sterilisasi ini maka tumbuhnya jamur liar yang tidak diharapkan dapat diminimalisir sehingga tidak menghambat pertumbuhan jamur. Proses sterilisasi ini awalnya menggunakan bahan bakar kayu bakar, dengan menggunakan bejana yang terbuat dari drum sehingga proses sterilsasi bisa memakan waktu kurang lebih dua belas jam untuk mencapai 100 o celcius serta selama pengukusan harus diawasi terus menerus oleh karayawan. Kemudian proses sterilisasi diganti dengan teknologi yang lebih baik yaitu dengan menggunakan autoclave ( bejana yang terbuat dari baja dengan bahan bakar gas). Waktu proses sterilisasi lebih efisien sehingga dapat dilakukan selama kurang lebih empat sampai enam jam hingga suhu mencapai 100 o celcius. Proses teknologi menggunakan bahan bakar gas ini memang lebih unggul, karena suhu yang dihasilkan lebih stabil dibandingkan dengan bahan bakar kayu. Kematangan baglog dilihat dari kondisi dedak yang sudah terurai didalam baglog dan warna baglog. Dalam proses sterilisasi dapat juga terjadi kematangan baglog yang tidak merata, hal ini disebabkan oleh kondisi api pada kompor tidak stabil dan air rebusan yang tidak sesuai dengan takaran bejana sterilisasi. Kegagalan pada sterilisasi ini disebabkan oleh keteledoran dan kurangnya pengawasan dari tenaga kerja sehingga proses sterilisasi kurang atau melebihi batas waktu dan suhu pengukusan sehingga tidak mencapai suhu standar yaitu 100 o celcius. Dalam proses sterilisasi, baglog harus direbus 100 o celcius selama empat jam, dengan suhu yang stabil (suhu tidak naik turun). Oleh karena itu, apabila api kompor tidak diawasi secara terus menerus, ketika gas habis, apinya mengecil karena tidak langsung diganti gasnya maka suhu yang ditimbulkan akan naik turun. Proses kegagalan ini ditandai dengan warna baglog setelah dikukus

54 40 menjadi warna hijau. Apabila baglog yang gagal ini dibuka bungkusnya akan membawa dampak tumbuhnya jamur lain yang berwarna hitam. a.indikasi kegagalan baglog menghijau b. Baglog hijau apabila dibiarkan tumbuh menghasilkan jamur lain Gambar 21 Penampakan baglog yang gagal akibat sterilisasi pada CV Wahyu Makmur Sejahtera a. Inokulasi Pada masa inokulasi dimana proses penyuntikan bibit ke media tanam sangat berpengaruh karena jamur sebagai makhluk hidup memiliki kemampuan memberi respon terhadap rangsangan dari makhluk lainnya. Oleh karena itu didalam penyuntikan bibit ini tidak hanya dibutuhkan kebersihan tetapi juga ketenangan didalam pengerjaannya. Apabila kebersihan kurang terjaga hal ini memungkinan kurang sterilnya saat pembibitan dapat mengakibatkan miselium tidak tumbuh sehingga baglog yang dihasilkan berwarna hitam pekat. Gambar 22 Penampakan baglog yang gagal akibat inokulasi pada CV Wahyu Makmur Sejahtera Kegagalan panen akibat keterampilan tenaga kerja dapat teridentifikasi pada tahap-tahap awal baglog dibudidayakan yaitu pada saat setelah sterilisasi dan inokulasi kegagalan akan nampak pada tahap inkubasi. 2. Hama dan Penyakit Hama dan penyakit merupakan salah satu penyebab munculnya risiko dalam memproduksi jamur tiram putih. Hal ini dikarenakan jamur tiram putih rentan terhadap munculnya hama dan penyakit. Hama yang sering muncul pada usaha budidaya jamur tiram putih diperusahan ini adalah ulat. Adapun penyebab adanya hama ulat, dipengaruhi oleh kelembaban yang berlebih terutama pada saat musim hujan dengan intensitas cukup tinggi hingga bisa mencapai suhu dibawah 20 o celcius. Sedangkan pada musim kemarau, hampir tidak terdapat hama ulat. Selain itu, kebersihan juga harus selalu dijaga karena dapat memicu datangnya hama alat. Gejala yang ditimbulkan dari adanya hama tersebut adalah berkembang

55 41 biaknya hama ulat pada tubuh jamur tiram putih. Ulat ini akan memakan jamur tiram putih secara perlahan sampai habis. Gambar 23 Penampakan jamur yang terserang hama ulat pada CV Wahyu Makmur Sejahtera Pada umumnya penyakit disebabkan adanya bakteri atau virus pada jamur. Penyakit yang ditimbulkan pada jamur tiram putih adalah timbulnya jamur lain seperti jamur Neurospora sitophila. Jamur lain dapat menyebabkan penyakit dan merusak substrat tanam. Adapun gejalanya ditandai dengan tumbuhnya miselia jamur yang berwarna merah atau putih seperti oncom atau Neurospora sitophila. Adapun bentuk dari jamur oncom atau Neurospora ini terbagi menjadi dua macam, yaitu oncom pada bagian luar dan oncom pada bagian dalam. Untuk ciri yang tampak dari adanya oncom bagian dalam ini adalah terdapat oncom merah pada bagian dalam baglog. Pertumbuhan jamur neurospora di bagian dalam ini disebabkan formulasi yang tidak tepat yaitu akibat kandungan nutrisi kapur yang tinggi pada media baglog jamur. Ciri-ciri yang tampak dari penyakit oncom bagian luar ini adalah munculnya serbuk berwarna orange pada permukaan kapas penyumbat baglog. Pada perusahaan CV Wahyu Makmur Sejahtera, jamur yang sering menyerang adalah jamur oncom merah pada bagian luar. Karakter jamur neurospora akan menghentikan pertumbuhan miselium atau membuat miselium jamur tiram mati. Jamur oncom luar ini, dipengaruhi karena kondisi kapas yang digunakan belum layak pakai saat inokulasi. Pada CV Wahyu Makmur Sejahtera, penggunaan kapas setelah kapas disterilisasi hanya berselang sehari. Pada kondisi ini, baglog mudah terjangkit penyakit. Gambar 24 Penampakan baglog yang terserang penyakit pada CV Wahyu Makmur Sejahtera Neurospora apabila ditiupkan bentuknya seperti kotoran debu sehingga dapat menyebar melalui udara atau terbawa oleh angin, sehingga baglog yang telah mengalami kontaminasi harus segera dipisahkan atau dibuang agar tidak menyebar dan menyerang baglog lain yang berada dalam satu kumbung. Jumlah

56 42 kegagalan panen jamur tiram karena hama dan penyakit dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Jumlah kegagalan panen akibat hama dan penyakit Siklus Waktu Panen Standar Panen Aktual Kegagalan Panen (Kg) (Kg) (Kg) 1 Jan-April Mei-Agustus Sept-Des Jan-April Mei-Agustus Sept-Des Pada Tabel 13 dapat dilihat total kegagalan tjamur tiram akibat hama dan penyakit terbanyak terjadi pada periode Januari-April Kondisi ini disebabkan karena jamur tiram putih yang sudah terserang hama dan penyakit maka dapat dengan mudah menyebar ke jamur lainnya. Pada pross perhitungan besaran jamur tiram putih yang terkontaminasi karena hama dan penyakit diperoleh dari hasil wawancara dengan pemilik perusahaan bahwa sumber risiko akibat hama dan penyakit dapat menurunkan produksi sebesar 30 persen dari hasil produksi potensial yang didapat oleh perusahaan. Kegagalan panen akibat penyakit dapat teridentifikasi pada tahap-tahap awal baglog dibudidayakan yaitu pada tahap inkubasi. Sementara itu, kegagalan akibat hama ini sewaktu-waktu dapat timbul pada saat tahap akan dipanen terutama pada saat musim hujan dengan intensitas cukup tinggi. 3. Komposisi dan kualitas Bahan Baku Untuk menghasilkan jamur yang berkualitas maka diperlukan media tanam dengan mutu yang sesuai. Akan tetapi tidak hanya untuk menghasilkan jamur berkualitas, tetapi dapat pula menghasilkan jamur dengan kuantitas yang diharapkan perusahaan. Untuk membuat media tanam yang berkualitas dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu faktor yang berpengaruh adalah bahan baku seperti dedak, serbuk gergaji, tepung jagung dan air. Pada saat ini pemasok sering menjual dedak dan serbuk gergaji campuran. Oleh karena itu, media serbuk gergaji harus diperhatikan sebaiknya menggunakan serbuk gergaji yang tekstur warnanya coklat muda dan halus, karna lebih menghasilkan jamur yang lebih maksimal dibanding yang tekstur warnanya coklat kemerahan dan kasar. Kemudian dari pemilihan tepung jagung yang kurang tepat bisa mempengaruhi hasil jamur. Perusahaan masih menerima penggunaan tepung jagung manis sebagai pengganti tepung jagung hibrida saat stok pemasok sedang kosong. Sementara itu dari komposisi air, apabila jamur terlalu mengandung banyak air dan kondisi tidak teraduk dengan rata, bisa sampai menyebabkan kegagalan dalam memproduksi jamur. Sementara itu, komposisi serbuk yang basah dapat pula mempengaruhi kegagalan dalam memproduksi jamur, misalnya jumlah takaran komposisi air pada serbuk yang basah tidak sama dengan yang betul-betul kering.

57 43 a. Baglog gagal b. Kondisi serbuk kering dan basah Gambar 25 Penampakan baglog yang gagal akibat komposisi dan kualitas bahan baku pada CV Wahyu Makmur Sejahtera Gejala yang ditimbulkan dari adanya risiko komposisi dan bahan baku media tanam ini diantaranya pertumbuhan miselium yang statis tidak menyebar. Jika tumbuh sekalipun hasil jamur tidak mecapai tonase yang diharapkan. Jumlah jamur yang gagal karena komposisi dan kualitas bahan baku dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Jumlah Kegagalan Panen Akibat Komposisi dan Kualitas Bahan Baku Siklus Waktu Panen Standar Panen Aktual Kegagalan Panen (Kg) (Kg) (Kg) 1 Jan-April Mei-Agustus Sept-Des Jan-April Mei-Agustus Sept-Des Dari Tabel 14 dapat dilihat data kegagalan panen dari produksi jamur tiram putih paling tinggi pada saat bulan Mei sampai dengan Agustus dan September sampai dengan Desember Ketika itu, perusahaan pernah melakukan kesalahan komposisi akibat kekurangan air pada steamer, sehingga pada saat disteam baglog yang dihasilkan hangus. Perhitungan besaran kehilangan jamur diperoleh dari hasil wawancara bahwa sumber risiko akibat komposisi dan kualitas bahan baku dapat menurunkan produksi sebesar 10 persen dari hasil produksi potensial yang didapat oleh perusahaan. Kegagalan panen akibat komposisi dan kualitas bahan baku dapat teridentifikasi pada tahap-tahap awal baglog dibudidayakan yaitu pada tahap inkubasi. Analisis Probabilitas Risiko Produksi Jamur Tiram Putih Sumber-sumber risiko pada usaha budida jamur tiram putih bapak wahyu ini telah diidentikasikan. Hasil identifikasi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa terdapat tiga faktor yang menjadi sumber risiko produksi. Tahap selanjutnya yang akan dilakukan adalah melakukan analisis probabilitas terhadap masing-masing sumber risiko tersebut untuk mengetahui seberapa besar probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko dari masing-masing sumber risiko yang terdapat pada usaha budidaya jamur tiram putih di perusahaan CV Wahyu Makmur Sejahtera.

58 44 Probabilitas dari masing-masing sumber risiko produksi perlu dilakukan untuk mengetahui kemungkinan terbesar terjadinya suatu sumber risiko produksi dan kemungkinan terkecil terjadinya suatu sumber risiko produksi, sehingga dapat ditentukan prioritas dari masing-masing sumber risiko produksi serta strategi penanganan yang tepat. Data-data yang digunakan untuk melakukan analisis probabilitas ini adalah hasil wawancara dengan pemilik perusahaan didukung dengan pencatatan data perusahaan dari tahun Januari 2010 sampai dengan Desember Perhitungan analisis probabilitas terjadinya risiko untuk masingmasing sumber risiko produksi diolah dengan menggunakan nilai standar atau z- score, sedangkan untuk hasil perhitungan dapat dilihat dari Tabel 15. Tabel 15. Probabilitas risiko dari sumber risiko produksi Sumber Risiko Produksi Probabilitas (persen) Keterampilan Tenaga Kerja 42,5 Hama dan Penyakit 36,3 komposisi dan Kualitas Bahan Baku 17,4 Pada Tabel 15 dapat dilihat perbandingan probabilitas terjadinya risiko produksi dari masing-masing sumber risiko produksi. Proses penghitungan probabilitas dari sumber risiko ini adalah dengam mengidentifikasi berapa jumlah kegagalan jamur tiram yang disebabkan oleh salah satu sumber risiko. Kemudian jumlah kegagalan tersebut ditotalkan dan dihitung rata-ratanya. Bagian terpenting dari perhitungan probabilitas adalah penetapan batas normal yang diperbolehkan oleh perusahaan. Angka batas normal ini menjadi sangat penting karena probabilitas tersebut adalah perhitungan seberapa menyimpang jamur yang tidak bisa panen yang disebabkan oleh salah satu sumber risiko dari batas normal yang telah ditentukan misal pada probabilitas terbesar urutan pertama adalah keterampilan tenaga kerja sebesar 42,5 persen berarti kemungkinan jamur yang gagal panen akibat keterampilan melebihi batas normal yang telah ditetapkan yaitu kg adalah sebesar 42,5 persen. Nilai Z yang diperoleh untuk sumber risiko keterampilan tenaga kerja dengan menggunakan nilai standar adalah Nilai tersebut apabila dipetakan pada Tabel distribusi Z akan menunjukkan nilai 0,425. Nilai 0,425 artinya kemungkinan kegagalan jamur tiram putih yang disebabkan keterampilan tenaga kerja melebihi batas yang ditentukan 42,5 persen adalah kg. Sumber risiko hama dan penyakit memiliki tingkat probabilitas risiko terbesar kedua setelah keterampilan tenaga kerja. Hal ini dikarenakan pada siklus produksi hampir selalu ada jamur yang gagal akibat hama dan penyakit. Jumlah jamur tiram putih yang gagal panen yang disebabkan oleh iklim ini pun cukup banyak dengan rata-rata siklusnya sebesar kg. Batas normal jamur tiram putih yang gagal panen akibat hama dan penyakit yang ditentukan oleh perusahaan adalah kg. Batas normal jamur yang gagal akibat hama dan penyakit yang ditentukan oleh adalah kg setiap siklusnya berdasarkan pengalaman pada siklus produksi terdahulu. Proses penghitungan probabilitas dari sumber risiko ini adalah dengan mengidentifikasi berapa panen jamur yang gagal yang disebabkan oleh salah satu sumber risiko. Kemudian jumlah jamur yang gagal tersebut di totalkan, dihitung rata-rata dan besar standar deviasi. Nilai Z yang diperoleh untuk sumber risiko hama dan penyakit pada jamur dengan menggunakan nilai standar adalah Nilai tersebut apabila dipetakan pada tabel distribusi Z akan menunjukkan nilai 0,363 yang artinya probabilitas atau

59 45 kemungkinan kegagalan yang disebabkan karena hama dan penyakit pada budidaya jamur melebihi batas yang ditentukan adalah sebesar 36,3 persen adalah kg. Besarnya probabilitas risiko yang diakibatkan oleh komposisi dan kualitas bahan baku dikarenakan pada siklus produksi hampir selalu ada kegagalan yang menghambat budidaya jamur tiram putih. Jumlah jamur yang gagal yang disebabkan oleh komposisi dan kualitas bahan baku memperoleh rata-rata per siklusnya sebesar kg. Batas normal jamur yang gagal akibat komposisi dan kualitas yang ditentukan oleh perusahaan adalah 600 kg setiap siklusnya berdasarkan pengalaman pada periode produksi terdahulu. Proses penghitungan probabilitas dari sumber risiko ini adalah dengan mengidentifikasi berapa jamur yang gagal yang disebabkan oleh salah satu sumber risiko. Kemudian jumlah jamur yang gagal tersebut di totalkan, dihitung rata-rata dan besar standar deviasi. Nilai Z yang diperoleh untuk sumber risiko komposisi dan kualitas bahan baku dengan menggunakan nilai standar adalah sebesar -0,94. Nilai Z tersebut akan menunjukkan nilai 0,174 yang artinya kemungkinan kegagalan produksi jamur tiram putih akibat komposisi dan kualitas bahan baku melebihi batas yang ditentukan adalah sebesar 17,4 persen adalah 600 kg. Analisis Dampak Risiko Produksi Jamur Tiram Putih Sumber-sumber risiko produksi yang sudah teridentifikasi dalam kegiatan budidaya jamur tiram putih pada perusahaan CV Wahyu Makmur Sejahtera ini akan memberikan dampak kerugian apabila terjadi pada saat pelaksanaan produksi. Dampak kerugian yang disebabkan oleh sumber-sumber risiko tersebut dapat dihitung dengan satuan mata uang rupiah, sehingga jika terjadi risiko produksi kerugian dapat diketahui dan diperkirakan. Besaran nilai kerugian yang diperkirakan tentu tidak tepat sama dengan kondisi sebenarnya, jika risiko produksi tersbut terjadi maka dilakukan penetapan besarnya kerugian dengan suatu tingkat keyakinan. Perhitungan dampak risiko produksi pada usaha budidaya jamur tiram pada perusahaan CV Wahyu Makmur Sejahtera dilakukan dengan menggunakan metode value at risk (VaR). Pengukuran dilakukan untuk mengukur berapa besar kerugian dalam rupiah pada kegiatan produksi jamur tiram putih. Pada perhitungan dampak risiko pada usaha budidaya jamur ini ditentukan dengan keyakinan 95 persen dan sisanya eror sebesar 5 persen. Perhitungan terhadap dampak risiko dilakukan terhadap masing-masing sumber risiko produksi yang ada pada usaha budidaya jamur tiram putih untuk mengetahui perkiraan kerugian yang diderita dalam satuan rupiah. Pada CV Wahyu Makmur Sejahtera produktivitas jamur rata rata yang diperoleh adalah sebesar 0,4 kg/baglog dengan harga jual rata rata yaitu Rp per kg. Nilai dari hasil perhitungan dampak risiko yang dilakukan pada masing-masing sumber risiko produksi dapat dilihat pada Tabel 16.

60 46 Tabel 16. Perbandingan dampak risiko dari sumber risiko produksi Sumber Risiko Produksi Dampak (Rp) Keterampilan Tenaga Kerja Hama dan Penyakit Komposisi dan Kualitas Bahan Baku Berdasarkan Tabel 16 dapat dilihat bagaimana perbandingan dampak risiko produksi yang disebabkan oleh masing-masing sumber risiko produksi. Pada tabel tersebut dapat diketahui sumber risiko akibat keterampilan tenaga kerja menunjukkan nilai dampak sebesar Rp ,-. Hal ini diyakini 95 persen kerugian tidak akan lebih besar dari Rp ,-. tetapi ada kemungkinan 5 persen rugi lebih besar dari Rp ,-. Penggunaan VaR dalam menghitung dampak risiko mengakomodasi keadaan seperti ini. Jadi dapat dikatakan Var Rp ,- atau 5 persen. Artinya kerugian yang diderita maksimal Rp ,-. namun ada 5 persen kemungkinan kerugian lebih besar dari Rp ,-. Hal ini dapat pula dikatakan ada 95 persen kemungkinan kerugian tidak lebih dari Rp ,-. (tersirat ada 5 persen kemungkinan kerugian lebih besar dari Rp ,-). Sumber risiko akibat hama dan penyakit menunjukkan nilai dampak sebesar Rp ,-. Hasil nilai yang diperoleh ini memiliki arti kemungkinan rugi dibawah Rp ,- adalah sebesar 95 persen. Namun, kemungkinan rugi diatas Rp ,- adalah sebesar 5 persen. Sementara itu sumber risiko akibat komposisi dan kualitas bahan baku menunjukkan nilai dampak sebesar Rp Arti dari nilai tersebut adalah kemungkinan terjadinya rugi dibawah Rp ,- adalah sebesar 95 persen. Kemudian untuk kemungkinan terjadinya rugi diatas Rp ,- adalah sebesar 5 persen. Setelah diketahui dampak dari masing-masing sumber risiko produksi selanjutnya dikombinasikan dengan hasil perhitungan probabilitas risiko dari masing-masing sumber risiko produksi untuk menggambarkan bagaimana status dari prioritas masing-masing sumber risiko. Kemudian nilai-nilai perhitungan dampak risiko yang dilakukan, akan semakin bermakna apabila diplotkan pada peta risiko, sehingga dapat ditentukan tingkat strategi penanganan risikonya Pemetaan Risiko Produksi Probabilitas dan dampak dari masing-masing sumber risiko produksi yang ada pada usaha budidaya jamur tiram putih pada perusahaan CV Wahyu Makmur Sejahtera ini telah dianalisis dan dihitung nilainya. Urutan proses selanjutnya yang dilakukan sebelum merumuskan strategi penanganan risiko adalah melakukan pengukuran risiko. Pengukuran risiko yang dilakukan akan menghasilkan apa yang disebut status risiko adan peta risiko. Nilai dari status risiko diperoleh dari hasil perkalian antara probabilitas dan dampak sumbersumber risiko. Perhatian akan diberikan pada kejadian yang berstatus risiko besar. Semakin besar nilai status risikonya semakin berisiko kejadian tersebut. Hasil status risiko dari sumber-sumber risiko dapat dilihat pada Tabel 17.

61 47 Tabel 17. Status risiko dari sumber risiko produksi Sumber Risiko Produksi Probabilitas Dampak (persen) (Rp) Status Risiko Keterampilan Tenaga Kerja 42, Hama dan Penyakit 36, Komposisi dan Kualitas Bahan Baku 17, Pada 17 dapat diketahui tingkatan risiko dari tiga sumber risiko produksi budidaya jamur tiram putih pada CV Wahyu Makmur Sejahtera. Berdasarkan status risiko tersebut dapat diketahui keterampilan tenaga kerja memiliki status paling besar kemudian diikuti oleh hama dan penyakit. Setelah itu urutan yang terakhir adalah komposisi dan kualitas bahan baku. Dari hasil status risiko tersebut kemudian dilakukan pembuatan peta risiko yang akan menunjukkan posisi risiko pada peta risiko guna menentukan strategi penanganan risiko yang sesuai. Penempatan posisi pada peta risiko dilakukan berdasarkan dari hasil perhitungan probabilitas dan dampak risiko yang dilakukan sebelumnya. Probabilitas terjadinya risiko dibagi kedalam dua bagian besar, yaitu kemungkinan besar dan kemungkinan kecil. Sementara itu, dampak risiko juga terbagi kedalam dua bagian besar, yaitu dampak besar dan dampak kecil. Batas antara kemungkinan besar dan kemungkinan kecil serta dampak besar dan dampak kecil dihasilkan dari rata-rata kemungkinan dan dampak yang diperoleh. Batas penilaian ini juga dikorelasikan dengan batas keyakinan dari pemilik perusahaan dan hasil yang diperoleh peneliti juga tidak jauh berbeda. Nilai yang membatasi probabilitas besar dan kecil adalah sebesar 32 persen. Kemudian nilai yang membatasi dampak besar dan dampak kecil adalah sebesar Rp Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dari masing-masing sumber risiko, maka pemetaan sumber-sumber risiko dapat dilihat pada Gambar 26. Probabilitas (%) Besar 32% Kuadran II Keterampilan Tenaga Kerja Hama dan penyakit Kuadran I Kuadran IV Kuadran III Komposisi dan kualitas bahan baku Kecil Dampak (Rp) Kecil Rp Besar Gambar 26 Pemetaan sumber-sumber risiko Pada Gambar 26 dapat dilihat bagaimana posisi dari sumber-sumber risiko di dalam peta risiko. Keterampilan tenaga kerja dan hama dan penyakit terdapat pada Kuadran II. Sedangkan komposisi dan kualitas bahan baku terdapat pada kuadran III. Dari hasil perhitungan status risiko, untuk keterampilan tenaga kerja menghasilkan nilai Sementara itu untuk nilai hama dan penyakit adalah sebesar Kemudian untuk nilai komposisi dan kualitas bahan baku menghasilkan nilai status risiko sebesar Hasil perhitungan status risiko ini tidak memiliki satuan karena angka yang dihasilkan hanya untuk

62 48 menunjukkan urutan risiko saja. Semakin besar nilai status risiko maka semakin besar kemungkinan kejadian tersebut. Hasil dari pemetaan dari status risiko ini akan digunakan untuk menentukan strategi penanganan risiko yang tepat untuk mengendalikan risiko yang dihadapi saat berproduksi. Strategi Penanganan Risiko Produksi Sumber risiko yang telah diidentifikasi dan dilakukan pengukuran maka hal selanjutnya adalah merumuskan usulan strategi untuk menangani risiko produksi yang dihadapi. Usulan strategi penanganan risiko produksi akan dirumuskan berdasarkan posisi dari masing-masing sumber risiko produksi pada peta risiko yang sudah dibuat agar diperoleh strategi yang tepat dari masingmasing risiko. Terdapat dua strategi yang dapat dilakukan dalam penanganan risiko, yaitu strategi preventif dan strategi mitigasi. Strategi preventif dilakukan apabila risiko probabilitas tinggi sehingga dilakukan pencegahan agar risiko tidak terjadi. Sedangkan strategi mitigasi dilakukan apabila risiko memiliki dampak besar, maka strategi ini dilakukan sebagai upaya untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan oleh risiko. Adapun alternatif strategi yang dapat dilakukan oleh perusahaan dalam menangani sumber risiko pada masalah sebagai berikut : 1. Strategi Preventif Strategi preventif adalah strategi pencegahan yang dilakukan pada sumbersumber risiko yang berada pada kuadran I dan II yang memiliki tingkat probabilitas yang tinggi bergeser pada kuadran III dan IV. Pada kuadran III terdapat keterampilan tenaga kerja yang memiliki probabilitas rendah dan dampak besar. Strategi preventif yang dapat dilakukan perusahaan adalah sebagai berikut : a. Untuk meminimalkan proses kesalahan sterilisasi dapat dilakukan cara, yaitu dengan melakukan pengawasaan secara berkala setiap sejam sekali saat dilakukan sterilisasi agar suhu yang dihasilkan tidak naik turun. Adapun untuk membantu pengawasan saat tenaga kerja tidak ditempat, dibuatkan sensor suhu yang dapat memancarkan suara alarm jika suhu dibawah 100 o celcius setelah 2 jam api dipanaskan atau dibuat alarm setelah dua jam saat akan pergantian gas. Kemudian memastikan air dalam steamer cukup dan sumber bahan bakar berupa gas tersedia selama proses pengukusan. Adapun alternatif lain untuk meminimalis jeda pergantian gas adalah dengan menggunakan tabung gas yang memiliki daya tampung lebih besar atau menggunakan selang paralel untuk menyambungkan kedua tabung gas dengan kompor. Proses setelah disteam sebaiknya baglog tidak disimpan bertumpuktumpuk dan penyimpanan tiap baglog tidak boleh memanjang atau ditiduri. Hal ini perlu dilakukan agar kondisi baglog lebih cepat mengering dan tidak basah oleh uap panas sterilisasi. Kemudian ruang pendingin juga sebaiknya menggunakan AC atau kipas heksos untuk mempercepat proses pendinginan baglog setelah disterilisasi.

63 49 Gambar 27 Penataan baglog saat pendinginan Untuk meminimalkan kerugian akibat proses inokulasi adalah meningkatkan kebersihan tenaga kerja dan peralatan yang digunakan untuk mendukung proses budidaya. Diantaranya proses penyeterilan, hal ini sangat penting dengan tindakan minimal yang harus dilakukan adalah dengan proses pemberian alkohol dan dibakar yang berulang-ulang, terutama pada saat proses pembibitan dan inokulasi. Penggunaan peralatan yang steril dalam melakukan penyuntikan biang bibit melalui alat penyuntikan bibit yang diberi alkohol dan dibakar sampai dengan tujuh kali atau lebih. Ruangan yang disediakan juga harus mununjang untuk kebersihan tempat lab pembibitan dilapisi dengan plastik agar lebih terjaga kebersihannya. Gambar 28 Ruang lab pembibitan Kapas yang digunakan pada masa pembibitan harus dibakar terlebih dahulu bahkan kapas yang telah disterilisasi tidak langsung digunakan sebelum 14 hari karena kemungkinan kapas dalam kondisi basah akibat uap panas steamer. Gambar 29 Proses pembakaran saat inokulasi Seluruh tenaga kerja pada bagian inokulasi, tenaga sebaiknya diberi alat kerja pendukung seperti, masker muka, celemek dan masker rambut. Tindakan penanganan ini sebagai upaya pencegahan tingkat kegagalan yang terjadi pada saat proses pembibitan akibat human error yang dilakukan tenaga kerja.

64 50 Gambar 30 Standar tenaga kerja saat inokulasi c. Diberlakukannya sangsi yang tegas bagi karyawan yang lalai. Kemudian melakukan pengawasan dan arahan maupun koreksi kinerja tenaga kerja dalam melakukan kegiatan budidaya jamur. Selanjutnya terdapat hama dan penyakit yang terdapat pada kuadran II. Oleh karena itu, strategi yang dilakukan untuk penanganan risiko ini adalah dengan strategi preventif yang dapat dilakukan perusahaan adalah sebagai berikut: a. Untuk penanganan hama ulat yang lebih sering menyerang pada saat musim hujan maka antisipasi terlebih dini adalah dengan meningkatkan kebersihan di seluruh area budidaya antara lain dengan membersihkan lantai kumbung pemeliharaan maupun sesudah panen. Kemudian memperbaiki dan merawat fasilitas fisik. Dapat dilakukan dengan mengganti peralatan yang sudah rusak atau tidak dapat dipakai lagi yang dapat mengganggu kegiatan produksi. b. Mengupayakan pemeriksaan baglog secara berkala sehingga dapat dilakukan penanganan lebih dini apabila terdapat baglog yang gagal. Probabilitas (%) Besar Kuadran II Keterampilan Tenaga Kerja: 1.Pengawasaan secara berkala saat sterilisasi 2. Meningkatkan kebersihan tenaga kerja dan peralatan yang digunakan 3. Diberlakukannya sangsi yang tegas bagi karyawan yang lalai Hama dan penyakit: 1. Meningkatkan kebersihan di seluruh area budidaya 2.Mengupayakan pemeriksaan baglog secara berkala 32% Kuadran IV Kecil Kuadran I Kuadran III Kecil Rp Besar Dampak (Rp) Gambar 31 Alternatif strategi preventif 2. Strategi Mitigasi Strategi mitigasi adalah strategi yang dilakukan untuk menangani sumber risiko produksi yang terdapat pada kuadran II dan IV. Pada kuadran IV terdapat sumber risiko komposisi dan kualitas bahan baku. Sumber risiko ini memiliki probabilitas kecil tetapi dampaknya besar. Strategi mitigasi yang dilakukan untuk memperkecil risiko ini adalah :

65 51 a. Menambahkan vitamin saat dilakukan penyiraman agar jamur yang dihasilkan dapat mencapai standar. Adapun untuk menghasilkan panen sesuai seragam sesuai standar, maka upaya yang dilakukan adalah pada saat pembuatan baglog, ditimbang terlebih dahulu agar sesuai dengan hasil panen yang diharapkan. Untuk menghasilkan panen sesuai standar yakni diatas 0,6 kg maka berat baglog yang diperlukan sebaiknya ditimbang dan disetarakan seberat 1,5 kg, karena menurut informasi yang peneliti peroleh dari perusahaan CV Karya Mega, berat baglog apabila dikalikan dengan 40 persen maka hasil perhitungan tersebut dapat menjadi asumsi keberhasilan panen untuk satu baglog. a.pemberian Vitamin saat Penyiraman b. Penimbangan saat Pengemasan Baglog Gambar 32 Kegiatan yang dilakukan dari strategi mitigasi b. Melakukan kerja sama dengan petani lingkungan sekitar, untuk menjadi pemasok bahan baku dedak agar lebih efisien dan memudahkan untuk mengevaluasi kualitas bahan baku apabila kualitas yang di bawah standar perusahaan. Selain itu untuk pemilihan bahan baku serbuk gergaji sebaiknya memperhatikan karakter jenis serbuk dari jenis pohon yang dianjurkan. Kemudian pada bagian produksi harus lebih selektif dalam penggunaan bahan baku dan lebih kritis dalam melihat hasil yang dicapai. Sebaiknya penggunaan tepung jagung yang digunakan perusahaan adalah tepung jagung hibrida, bukan tepung jagung jenis lain. c. Menciptakan inovasi baru (formulasi baru) untuk perbaikan metode pembuatan baglog pada CV Wahyu Makmur Sejahtera, misalnya dilakukan fermentasi. Fermentasi ini dilakukan menambahkan cairan pada masa composing kemudian didiamkan semalaman agar hasil jamur lebih maksimal. Setelah itu keesokan harinya, hasil fermentasi dibungkus dengan plastik. Karena serbuk gergaji apabila di composing dengan kapur selama 7 hari, 5 hari, 3 hari atau sehari sekalipun hasilnya sama saja, apabila tidak ada formula lain (ditambahkan air) karena dengan komposisi dan bahan baku yang setara jumlahnya, hasilnya pun akan sama-sama memiliki dampak memicu jamur lain.

66 52 Probabilitas (%) Besar Kuadran II Kuadran I 32% Kecil Kuadran IV Kecil Rp Besar Dampak (Rp) Gambar 33 Alternatif strategi mitigasi Kuadran III Komposisi dan kualitas bahan baku 1. Baglog ditimbang dan disetarakan seberat 1,5 kg 2.Melakukan kerja sama dengan petani lingkungan sekitar 3.Perbaikan metode pembuatan baglog SIMPULAN Simpulan Hasil penulisan kajian analisis risiko produksi pada budidaya jamur tiram putih di perusahaan CV Wahyu Makmur Sejahtera adalah sebagai berikut: 1. Sumber risiko produksi yang terdapat diperusahaan yaitu keterampilan tenaga kerja, hama dan penyakit, serta komposisi dan kualitas bahan baku. 2. Berdasarkan hasil analisis probabilitas menggunakan metode z-score, diperoleh nilai probabilitas dan dampak dari masing masing sumber risiko produksi dari yang terbesar sampai yang terkecil yaitu (1) keterampilan tenaga kerja memiliki probabilitas sebesar 42,5 persen dan dampak senilai Rp ; (2) hama dan penyakit memiliki probabilitas sebesar 36,3 persen dan dampak senilai Rp ; dan (3) komposisi dan kualitas bahan baku memiliki probabilitas sebesar 17,4 persen dan dampak senilai Rp Alternatif strategi yang diusulkan adalah strategi mitigasi dan preventif. Strategi preventif yang dilakukan sebagai berikut (1) melakukan pengawasaan secara berkala saat sterilisasi; (2) meningkatkan kebersihan kebersihan tenaga kerja dan peralatan yang digunakan dan; (3) diberlakukannya sangsi yang tegas bagi karyawan yang lalai. Strategi mitigasi yang diusulkan sebagai berikut: (1) Dilakukan penimbangan berat baglog; (2) melakukan kerja sama dengan petani lingkungan sekitar dan; (3) perbaikan metode pembuatan baglog. Saran CV Wahyu Makmur Sejahtera sebaiknya melakukan pembenahan dimulai dari bagian tenaga kerja, budidaya dan pemilihan bahan baku. Pembenahan pada bagian tenaga kerja dilakukan dengan melatih dan mengkoreksi kembali posisi tenaga kerja dengan pekerjaan yang sesuai dengan karakter dan keahlian yang

67 dimiliki. Kemudian, dilakukan pembenahan pada bagian budidaya dengan metode dan inovasi baru. Oleh karena itu, perlu dilakukan studi banding try and eror dalam masa produksi. Salah satu contohnya bisa dilakukan penelitian untuk komposisi baglog, misalnya menurunkan jumlah nutrisi kapur pada media baglog maupun pengujian terhadap penerapan inovasi formula yang lebih mutahir. Selanjutnya, apabila hasil yang dihasilkan memuaskan bisa diterapkan diperusahaan. Pada strategi penanganan dapat dijadikan bahan rujukan untuk pembudidayaan diperusahaan. Selain itu, pembenahan pada bagian pemilihan bahan baku, sebaiknya memilih pemasok yang lebih terpercaya sehingga tidak ada lagi kegagalan yang diakibatkan bahan baku. 53

68 54 DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistik Jumlah Penduduk Kota Bogor Tahun Bogor : Badan Pusat Statistik. [BPS] Badan Pusat Statistik Kota Bogor Jawa Barat Dalam Angka. Bogor : Badan Pusat Statistik. Chazali S, Pratiwi PS Usaha Jamur Tiram. Jakarta: Penebar Swadaya. Darmawi, Herman Manajemen Risiko. Jakarta : Bumi Aksara. Debertin Agricultural Production Economics. New York: Mcmilan. Publishing Company. [DEPTAN] Departemen Pertanian Kota Bogor Daftar Kelompok Tani Jamur Tiram Putih Kota Bogor. Bogor. [Ditjen Hortikultura] Direktorat Jenderal Hortikultura Pedoman Teknologi Penanganan Pascapanen Jamur. Jakarta : Ditjen Hortikultura [Ditjen Hortikultura] Direktorat Jenderal Hortikultura Standar Operaional Prosedur (SOP) Penanganan Pascapanen Jamur Tiram. Jakarta : Ditjen Hortikultura Ginting, Lisda Elsera Analisis Risiko Produksi Jamur Tiram Putih pada Usaha Cempaka Baru Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor Jawa Barat. [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Gumbira, E Manajemen Agribisnis. Jakarta : Ghalia Indonesia. Hanafi, M. Mamduh Manajemen Risiko Edisi Kedua. Yogyakarta : Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN Yogyakarta. Harwood J, Heufner R, Coble K, Perry J, Somwary A Managing Risk in Farming: Concept, Research and Analysys. Agriculture Economics Report No Market and Trade Economic Division, Economics Research Service U.S Departement of Agriculture. Ilik, Elang Bisnis Jamur Tiram di Rumah Sendiri. Bogor: IPB Press. Kountur,R Manajemen Risiko Operasional Perusahaan. Jakarta: PPM. Kountur,R Manajemen Risiko. Jakarta. Abdi Tandur. Kountur,R Mudah Memahami Manajemen Risiko Perusahaan..Jakarta: PPM Lestari A Manajemen Risiko dalam Usaha Pembenihan Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei), Studi Kasus di PT. Suri Tani Pemuka, Kabupaten Serang, Provinsi Banten [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Parengkuan, Hendy Hermawan Analisis Risiko Produksi Jamur Tiram Putih pada Yayasan Paguyuban Ikhlas. [Skripsi] Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.

69 55 Robisson L.J, Barry P.J The Competitive Firm s Response to Risk. Macmilan Publisher. London. Sari R. M Risiko Harga Cabai Merah Keriting dan Cabai Merah Besar di Indonesia [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Sembiring L Analisis Risiko Produksi Sayuran Organik pada The Pinewood Organic Farm di Kabupaten Bogor Jawa Barat. [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Siregar. Deva Zuhriana Manajemen Risiko Produksi Jamur Tiram Putih pada Unit Usaha Milik Bapak Sukamto di Desa Cipayung Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor Jawa Barat. [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Soekartawi, Rusmandi dan E. Damaijati Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Umar Manajemen Risiko Bisnis, Pendekatan Financial dan Non Financial. Jakarta: Gramedia Pustaka. Vivandri, Okla Strategi pengembangan usaha jamur tiram putih pada Trisno Insan Mandiri Mushroom (Timmush) Desa Cibuntu Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.

70 56 LAMPIRAN

71 57 Lampiran 1. Kuesioner KUISIONER ANALISI RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH Program Alih Jenis (Ekstensi) Agribisnis Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Daftar Pertanyaan untuk Responden Internal Perusahaan A. Identitas Responden 1. Nama : 2. Alamat : 3. Jenis Kelamin : laki-laki/perempuan* 4. Umur : 5. Lama Bertani : 6. Pendidikan Terakhir: SD/SLTP/SMA/Perguruan Tinggi* *lingkari pilihan yang akan dipilih B. Faktor-Faktor yang berkaitan dengan Perusahaan Sejarah Perusahaan 1. Sejak kapan perusahaan ini didirikan : 2. Usaha ini didirikan oleh siapa : 3. Latar belakang didirikannya perusahaan ini : 4. Alasan memilih lokasi tersebut : 5. Jenis komoditas apa yang dibudidayakan di perusahaan ini: 6. Pekerjaan sebelum menjadi pembudidaya: 7. Struktur organisasi perusahaan : 8. Visi yang ingin dicapai : 9. Misi yang dijalankan untuk mencapai visi: 10. Bagaimana manajemen sumberdaya manusia yang ada diperusahaan : 11. Sumberdaya apa saja yang dimiliki perusahaan : Proses produksi di Perusahaan 12. Deskripsikan bagaimana membudidayakan komoditas ini : a) Pengolahan 1. Alat yang digunakan : 2. Media tanam yang digunakan : 3. Lama pengolahan : 4. Sarana pengolahan : 5. Proses pengolahan : b). Perawatan 1. Proses perawatan yang dilakukan : 2. Frekuensi perawatan : 3. Alat yang digunakan : c).panen 1. Proses pemanenan :

72 58 2. Sortasi : d). Pasca panen 1. Pengemasan : 2. Pengangkutan : 13. Berapa lama waktu budidaya komoditi jamur tiram sampai dengan umur siap dipanen : 14. Ciri-ciri jamur yang sudah siap dipanen: 15. Berapa jumlah hasil panen yang dihasilan dalam setiap melakukan pemanenan dari setiap lahan/kumbung selama bulan Januari 2010 sampai dengan Desember 2011 : 16. Berapakah jumlah hasil panen tertinggi dan terendah: 17. Apakah pernah terjadi gagal panen ketika akan dilakukan pemanenan komditi jamur tiram putih ini, jika pernah berapa kali frekuensi terjadinya dan kapan terjadinya: 18. Apa yang menyebabkan gagal panen tersebut : 19. Bagaimanakah bentuk gagal panen komoditi jamur tiram putih ini : 20. Berapa banyak jumlah baglog yang diproduksi perusahaan selama Januari 2010 sampai dengan Desember 2011: 21. Apakah pernah terjadi kegagalan dalam memproduksi baglog, jika pernah, berapa kali frekuensi terjadinya dan kapan terjadinya: 22. Bagaimanakah bentuk kegagalan produksi baglog tersebut : 23. Apa yang menyebabkan gagal produksi baglog tersebut : 24. Berapa total luas lahan usahatani yang diusahakan untuk bertani ini : 25. Ada berapa kumbung yang digunakan dalam budidaya jamur tiram putih ini: 26. Berapa luas masing-masing kumbung dan ada kumbung apa saja : 27. Apakah kegunaan dari masing-masing kumbung: 28. Berapa jumlah karyawan yang ada diperusahaan untuk mendukung budidaya komoditas ini: 29. Berapa lama masa jam kerja maupun hari kerja untuk membudidayakan jamur tiram putih ini: Analisis risiko di Perusahaan 30. Apa yang anda ketahui mengenai risiko : 31. Apakah komoditas jamur tiram putih mempunyai risiko tinggi: 32. Apakah tingginya risiko dalam usaha komoditi jamur tiram putih ini berpengaruh terhadap hasil panen jamur tiram putih yang dihasilkan setiap siklusnya: 33. Dari setiap sumber-sumber risiko yang dihadapi ketika memproduksi komoditi ini, kemungkinan sumber-sumber risiko manakah yang paling sering terjadi: 34. Apakah dampak kerugian yang dirasakan akibat adanya sumber-sumber risiko yang dihadapi pada saat memproduksi komoditi ini: 35. Bagaimana mengatasi dampak kerugian dari risiko yang dihadapi :

73 59 KUISIONER ANALISI RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH Program Alih Jenis (Ekstensi) Agribisnis Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Daftar Pertanyaan untuk Responden Eksternal Perusahaan A. Identitas Responsden 7. Nama : 8. Alamat : 9. Jenis Kelamin :laki-laki/perempuan* 10. Umur : 11. Lama Bertani : 12. Pendidikan Terakhir:SD /SLTP/ SMA/ Perguruan Tinggi* *lingkari pilihan yang akan dipilih B. Analisis risiko di Perusahaan 1. Apakah komoditas jamur tiram putih mempunyai risiko tinggi: 2. Risiko apa saja yang dirasa paling berpengaruh dalam membudidayakan komoditas jamur tiram putih ini: (Kesalahan penanaganan pada saat proses sterilasai baglog/ keterampilan tenaga kerja/hama/penyakit/perubahan suhu udara, cuca,iklam yang sulit diprediksi/teknologi inkubasi/dan lain-lain) 3. Apakah dampak kerugian yang dirasakan akibat adanya sumber-sumber risiko yang dihadapi pada saat memproduksi komoditi ini: 4. Bagaimanakah penanaganan yang dilakukan untuk setiap sumber-sumber risiko pada saat memproduksi komoditi ini : (Kesalahan penanaganan pada saat proses sterilasai baglog/ keterampilan tenaga kerja/ hama/ penyakit/ perubahan suhu udara, cuca, iklam yang sulit diprediksi/ teknologi inkubasi/ dan lain-lain) 5. Apakah penanganan yang telah diterapkan saat ini telah efektif dan bisa membantu perusahaan untuk meminimalis risiko yang ada: (jika tidak, berikan alasannya)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi strategis dalam menyumbang nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan berperan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian Pada dasarnya kegiatan produksi pada pertanian mengandung berbagai risiko dan ketidakpastian dalam pengusahaannya. Dalam kegiatan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini akan dijelaskan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian antara lain mengenai konsep risiko dan teori lainnya. Teori-teori

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agribisnis Cabai Merah Cabai merah (Capsicum annuum) merupakan tanaman hortikultura sayursayuran buah semusim untuk rempah-rempah, yang di perlukan oleh seluruh lapisan masyarakat

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu penalaran dari peneliti yang didasarkan atas pengetahuan, teori dan dalil dalam upaya menjawab tujuan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 4 Pengertian Manajemen Risiko [26 Juli 2011]

TINJAUAN PUSTAKA. 4  Pengertian Manajemen Risiko [26 Juli 2011] II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-sumber Risiko Risiko dapat dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan, atau tidak terduga. Risiko dapat terjadi pada pelayanan,

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN MANAJEMEN RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH USAHA MILIK BAPAK SUKAMTO DI DESA CIPAYUNG, KECAMATAN MEGAMENDUNG KABUPATEN BOGOR

KUESIONER PENELITIAN MANAJEMEN RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH USAHA MILIK BAPAK SUKAMTO DI DESA CIPAYUNG, KECAMATAN MEGAMENDUNG KABUPATEN BOGOR LAMPIRAN 70 Lampiran 1. Kuisioner Wawancara KUESIONER PENELITIAN MANAJEMEN RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH USAHA MILIK BAPAK SUKAMTO DI DESA CIPAYUNG, KECAMATAN MEGAMENDUNG KABUPATEN BOGOR Tanggal: No.

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry 2.2 Penelitian Terdahulu

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry 2.2 Penelitian Terdahulu II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry Tomat (Lycopersicon esculentum) termasuk dalam famili Solanaceae. Tomat varietas cerasiforme (Dun) Alef sering disebut tomat cherry yang didapati tumbuh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki peluang besar dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang melimpah untuk memajukan sektor pertanian. Salah satu subsektor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial dalam memberikan kontribusi yang besar terhadap pembangunan ekonomi dan memegang peranan penting

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Konsep Risiko Istilah risiko (risk) dan ketidakpastian (uncertainty) sering digunakan secara bersamaan atau bahwa risiko sama dengan ketidakpastian.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian Indonesia memiliki potensi yang besar dalam segi sumberdaya dan kualitas, sehingga dapat menjadi sektor unggulan dalam meningkatkan pendapatan negara. Saat ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sampai saat ini masih memegang peranan penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian Negara Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

Tahun Bawang

Tahun Bawang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan melalui usaha agribisnis, mengingat potensi serapan pasar di dalam negeri dan pasar

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari penelusuran teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian. Adapun

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Risiko Risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diukur oleh pembuat keputusan. Pada umumnya peluang terhadap suatu

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Definisi dan Konsep Risiko Menurut Frank Knight yang dikutip dalam Robison dan Barry (1987), risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pembuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN. adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu komoditas sayuran yang memiliki potensi untuk dikembangkan adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah satu sayuran yang

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko Sutawi (2008) mengemukakan bahwa kemitraan merupakan salah satu upaya untuk menekan risiko yang dihadapi petani. Dengan cara mengalihkan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini, merupakan hasil penelusuran teori-teori terdahulu terkait dengan pengertian risiko,

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA DD. MUSHROOM DI KECAMATAN CIAWI KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT DODO PUTERA ANDESSA

ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA DD. MUSHROOM DI KECAMATAN CIAWI KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT DODO PUTERA ANDESSA i ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA DD. MUSHROOM DI KECAMATAN CIAWI KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT DODO PUTERA ANDESSA DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang sangat luas dan juga sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Komoditas pertanian merupakan bagian dari sektor pertanian

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT SKRIPSI NUR AMALIA SAFITRI H 34066094 PROGRAM SARJANA PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi strategis dalam menyumbang nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. komoditi pertanian, menumbuhkan usaha kecil menengah dan koperasi serta

I. PENDAHULUAN. komoditi pertanian, menumbuhkan usaha kecil menengah dan koperasi serta 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian di bidang pangan khususnya hortikultura pada saat ini ditujukan untuk memantapkan swasembada pangan, meningkatkan pendapatan masyarakat, dan memperbaiki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian telah memberikan peranan yang besar dalam perekonomian Indonesia melalui penyediaan pangan, bahan baku produksi, perolehan devisa negara dalam kegiatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang luas dan kaya akan komoditas pertanian serta sebagian besar penduduknya adalah petani. Sektor pertanian sangat tepat untuk dijadikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program pengembangan agribisnis. Program ini bertujuan untuk memfasilitasi berkembangnya usaha agribisnis

Lebih terperinci

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK 6.1. Analisis Risiko Produksi Risiko produksi menyebabkan tingkat produktivitas tanaman sayuran organik mengalami fluktuasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA CV JAYA MAKMUR KECAMATAN MEGAMENDUNG KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT ANDRI HOTIB MUWAHID H

ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA CV JAYA MAKMUR KECAMATAN MEGAMENDUNG KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT ANDRI HOTIB MUWAHID H 1 ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA CV JAYA MAKMUR KECAMATAN MEGAMENDUNG KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT ANDRI HOTIB MUWAHID H34114044 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat strategis dalam pembangunan perekonomian negara Indonesia. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar penduduk Indonesia yaitu sekitar

Lebih terperinci

Gambar 2. Rangkaian Kejadian Risiko-Ketidakpastian

Gambar 2. Rangkaian Kejadian Risiko-Ketidakpastian III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Konsep Risiko Suatu bisnis yang dilakukan oleh para pelaku usaha pasti dihadapkan pada risiko dalam usahanya. Selain risiko, pebisnis dalam melakukan aktivitas bisnisnya dihadapkan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini terdiri dari definisi risiko, sumber dan kategori risiko, sikap individu terhadap risiko, pengukuran

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin)

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin) II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin (Brassica rapa cv. caisin) Caisin (Brassica rapa cv. caisin) merupakan tanaman yang termasuk ke dalam suku kubis-kubisan atau sawi-sawian (Brassicaceae/Cruciferae).

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Risiko Risiko menunjukkan situasi, dimana terdapat lebih dari satu kemungkinan dari suatu keputusan dan peluang dari kemungkinan-kemungkinan

Lebih terperinci

ANALISIS SUMBER-SUMBER RISIKO PADA PROSES PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH

ANALISIS SUMBER-SUMBER RISIKO PADA PROSES PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH ANALISIS SUMBER-SUMBER RISIKO PADA PROSES PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH (Studi Kasus: Usaha Rimba Jaya Mushroom, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI ERCILIA SITUNGKIR H34096030

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Ben s Fish Farm di Kampung Cimanggu Tiga, Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep dan Definisi Risiko Menurut Frank Knight, risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pelaku bisnis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan ribuan pulau yang mempunyai potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di Indonesia telah memberikan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan hasil pertanian, kehutanan, perkebunan, peternakan, dan perikanan yang artinya masyarakat banyak yang bermata pencaharian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon Melon (Cucumis melo L.) berasal dari daerah Mediterania kemudian menyebar luas ke Timur Tengah dan Asia. Akhirnya, tanaman melon menyebar ke segala

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor dalam perekonomian nasional dinilai strategis dan mampu menjadi mesin penggerak pembangunan suatu negara. Pada tahun 2009 sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber matapencaharian dari mayoritas penduduknya, sehingga sebagian besar penduduknya menggantungkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Hasil hutan non kayu sudah sejak lama masuk dalam bagian penting strategi penghidupan penduduk sekitar hutan. Adapun upaya mempromosikan pemanfaatan hutan yang ramah lingkungan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Langkah awal dalam menganalisis suatu risiko adalah dengan melakukan identifikasi pada risiko dan sumber risiko yang dihadapi oleh suatu perusahaan,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura yang dibutuhkan dan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura (2008) 1 komoditi

Lebih terperinci

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas potensial yang mempunyai nilai ekonomi dan permintaan pasar yang tinggi. Luas wilayah Indonesia dengan keragaman agroklimatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya alam yang beraneka ragam dan memiliki wilayah yang cukup luas. Hal ini yang membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis menjelaskan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian, yaitu mengenai konsep risiko dan teori lainnya yang berkaitan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura berperan penting dalam mendukung perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat melalui nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis menjelaskan mengenai teori-teori yang digunakan dalam penelitian yang berguna untuk membantu menjelaskan secara deskriptif

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN

I PENDAHULUAN I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencarian sebagai petani. Hal ini perlu mendapat perhatian berbagai pihak, karena sektor pertanian

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Skripsi SRI ROSMAYANTI H 34076143 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki peranan penting karena selain sebagai penghasil komoditi untuk memenuhi kebutuhan pangan, sektor pertanian juga

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki berbagai macam potensi sumber daya alam yang melimpah serta didukung dengan kondisi lingkungan, iklim, dan cuaca yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian memegang peranan

I. PENDAHULUAN. pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian memegang peranan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara pertanian (agraris) yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani atau bergerak di bidang pertanian. Tidak dapat dipungkiri

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Subsektor hortikultura merupakan bagian dari sektor pertanian yang mempunyai peran penting dalam menunjang peningkatan perekonomian nasional dewasa ini. Subsektor ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Produksi (kg)

I. PENDAHULUAN. Produksi (kg) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sayuran merupakan salah satu komoditas hortikultura yang penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan manusia, karena di dalam sayuran mengandung berbagai sumber vitamin,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di perusahaan Anisa Adenium, yang berada di Bekasi Timur, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilaksanakan secara sengaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang beriklim tropis dan relatif subur. Atas alasan demikian Indonesia memiliki kekayaan flora yang melimpah juga beraneka ragam.

Lebih terperinci

VII. FORMULASI STRATEGI

VII. FORMULASI STRATEGI VII. FORMULASI STRATEGI 7.1 Tahapan Masukan (Input Stage) Tahapan masukan (input stage) merupakan langkah pertama yang harus dilakukan sebelum melalui langkah kedua dan langkah ketiga didalam tahap formulasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor Pertanian memegang peranan penting dalam struktur perekonomian Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang berperan dalam pembentukan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Sejarah Yayasan Paguyuban Ikhlas Usaha jamur tiram putih di Yayasan Paguyuban Ikhlas didirikan oleh bapak Hariadi Anwar. Usaha jamur tiram putih ini merupakan salah

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan alur berfikir dalam melakukan penelitian berdasarkan tujuan penelitian. Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan

Lebih terperinci

VI ANALISIS RISIKO HARGA

VI ANALISIS RISIKO HARGA VI ANALISIS RISIKO HARGA 6.1 Analisis Risiko Harga Apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pembudidayaan tanaman hortikultura

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang berpengaruh terhadap pembangunan negara. Pertanian merupakan salah satu bagian dari bidang agribisnis. Saragih dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Studi tentang petani dan usahatani, terutama dari aspek budidaya sudah cukup banyak dilakukan di Indonesia. Namun, kajian dan penelitian dalam hal pemilihan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian adalah sektor penting dalam perekonomian Indonesia. Beberapa peran penting sektor pertanian yaitu menyerap tenaga kerja, sumber pendapatan bagi masyarakat,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. usaha budidaya jamur dan pembibitan. Berdasarkan hasil analisis yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. usaha budidaya jamur dan pembibitan. Berdasarkan hasil analisis yang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Perusahaan Jamur NAD terdiri dari dua unit bisnis yaitu usaha budidaya jamur dan pembibitan. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian masih merupakan prioritas pembangunan secara nasional maupun regional. Sektor pertanian memiliki peran penting untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAN PERILAKU PENAWARAN CABAI MERAH DI DESA PERBAWATI, KECAMATAN SUKABUMI, KABUPATEN SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAN PERILAKU PENAWARAN CABAI MERAH DI DESA PERBAWATI, KECAMATAN SUKABUMI, KABUPATEN SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAN PERILAKU PENAWARAN CABAI MERAH DI DESA PERBAWATI, KECAMATAN SUKABUMI, KABUPATEN SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI IRIANA WAHYUNINGSIH H34080045 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS Keberhasilan usahatani yang dilakukan petani biasanya diukur dengan menggunakan ukuran pendapatan usahatani yang diperoleh. Semakin besar pendapatan usahatani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi pusat perhatian dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan

Lebih terperinci

Analisis Risiko Usahatani Kedelai Di Kecamatan Jawai Selatan Kabupaten Sambas. Abstract

Analisis Risiko Usahatani Kedelai Di Kecamatan Jawai Selatan Kabupaten Sambas. Abstract Analisis Risiko Usahatani Kedelai Di Kecamatan Jawai Selatan Kabupaten Sambas Abstract This research aimed to determine the risk of production and income in a group of farmers who use local seeds and farmers

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. struktur pembangunan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi

I. PENDAHULUAN. struktur pembangunan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan oleh banyaknya penduduk dan tenaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian Indonesia adalah pertanian tropika karena sebagian besar daerahnya berada di daerah yang langsung dipengaruhi oleh garis khatulistiwa. Di samping pengaruh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Paling tidak ada lima peran penting yaitu: berperan secara langsung dalam menyediakan kebutuhan pangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah pengembangan hortikultura untuk meningkatkan pendapatan petani kecil. Petani kecil yang dimaksud dalam pengembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara tradisional Indonesia adalah negara agraris yang banyak bergantung pada aktivitas dan hasil pertanian, dapat diartikan juga sebagai negara yang mengandalkan sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting karena tanpa manajemen perusahaan tidak akan terkelola dengan baik dan benar.

BAB I PENDAHULUAN. penting karena tanpa manajemen perusahaan tidak akan terkelola dengan baik dan benar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjalankan sebuah bisnis, manajemen merupakan faktor yang paling penting karena tanpa manajemen perusahaan tidak akan terkelola dengan baik dan benar. Rencana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian sebagai bagian dari pembangunan nasional adalah pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan yang bertujuan untuk meningkatkan hasil dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di Indonesia salah satu tanaman pangan yang penting untuk dikonsumsi masyarakat selain padi dan jagung

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Pertanian merupakan salah satu sektor kehidupan yang bidang pekerjaannya berhubungan dengan pemanfaatan alam sekitar dengan menghasilkan produk pertanian yang diperlukan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang digilib.uns.ac.id 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura adalah segala hal yang berkaitan dengan buah, sayuran, bahan obat nabati, dan florikultura termasuk di dalamnya jamur, lumut, dan tanaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia terutama terhadap pertumbuhan nasional dan sebagai penyedia lapangan pekerjaan. Sebagai negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN *

I. PENDAHULUAN * I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pengembangan hortikultura yang ditetapkan oleh pemerintah diarahkan untuk pelestarian lingkungan; penciptaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan; peningkatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. datang adalah hortikultura. Hortikultura merupakan komoditas pertanian yang

I. PENDAHULUAN. datang adalah hortikultura. Hortikultura merupakan komoditas pertanian yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara tropis, Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Salah satu komoditas pertanian khas tropis yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan salah satu komoditas pertanian yang memiliki nilai ekonomi tinggi serta mempunyai potensi besar untuk dikembangkan sebagai usaha di bidang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus tantangan baru yang harus dihadapi dalam pembangunan pertanian ke depan. Globalisasi dan liberasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional. Pengelolaan dan pemanfaatan hasil-hasil produk

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional. Pengelolaan dan pemanfaatan hasil-hasil produk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi pusat perhatian dalam pembangunan nasional. Pengelolaan dan pemanfaatan hasil-hasil produk pertanian ini diharapkan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kemandirian pangan pada tingkat nasional diartikan sebagai kemampuan suatu bangsa untuk menjamin seluruh penduduknya memperoleh pangan yang cukup, mutu yang layak dan aman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus tantangan baru yang harus dihadapi dalam pembangunan pertanian di masa depan. Globalisasi dan liberalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian memiki arti penting dalam pembangunan perekonomian bangsa. Pemerintah telah menetapkan pertanian sebagai prioritas utama pembangunan di masa mendatang. Sektor

Lebih terperinci