UNIVERSITAS INDONESIA. RANCANG BANGUN RATEMETER MENGGUNAKAN DETEKTOR NaI (Tl) BERBASIS MIKROKONTROLER

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA. RANCANG BANGUN RATEMETER MENGGUNAKAN DETEKTOR NaI (Tl) BERBASIS MIKROKONTROLER"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA RANCANG BANGUN RATEMETER MENGGUNAKAN DETEKTOR NaI (Tl) BERBASIS MIKROKONTROLER SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana BONDAN KANIGORO FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FISIKA PEMINATAN FISIKA INSTRUMENTASI DEPOK JUNI

2 HALAMANPENGESAHAN Nama : Bondan Kanigoro NPM : Program studi : Fisika Peminatan : Fisika Instrumentasi Judul : Rancang Bangun Ratemeter Menggunakan Detektor NaI (Tl) Berbasis Mikrokontroler Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Program Studi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Menyetujui, Pembimbing I : Wibisono ( ) Pembimbing II : Drs. Arief Sudarmaji, M.T. ( ) Penguji I : Dr. B. E. F. Da Silva, M.Sc. ( ) Penguji II : Drs. Lingga Hermanto, M.Si. ( ) Ditetapkan di : Depok Tanggal : 4 Juni

3 Rancang Bangun Ratemeter Menggunakan Detektor NaI(Tl) Berbasis Mikrokontroler Bondan Kanigoro 1 1. Departemen Fisika, FMIPA UI, Kampus UI Depok, 16424, Indonesia bondan.kanigoro@ui.ac.id ABSTRAK Telah dilakukan penelitian mengenai membangun suatu rancang bangun ratemeter menggunakan detektor NaI (Tl) berbasis mikrokontroler. Dimana menghitung jumlah cacahan suatu radiasi sinar gamma dari suatu unsur radioaktif. Cacahan tersebut terukur dari pulsa-pulsa listrik yang dihasilkan dari detektor NaI (Tl). Detektor yang terdiri dari scintillator dan tabung photomultiplier dapat mendeteksi adanya suatu aktivitas radioaktif. Menggunakan unsur Amerisium-241 (Am-241) sebagai sumber radioaktif dan mengukur tingkat cacahan radioaktif terhadap tingkat perubahan tengan detektor yang digunakan. Menentukan daerah Plateau dari detektor yang digunakan pada tegangan 1000V sampai dengan 1020V dengan daerah kerja optimal detektor pada tegangan 1010V. Membandingkan ratemeter yang telah dibuat dengan surveymeter yang terkalibrasi dengan hasil cacahan terhadap perubahan jarak radioaktif yang digunakan. ABSTRACT Has conducted research on building a design ratemeter using NaI detector (Tl)-based microcontroller. Where counting the number of counts of a gamma-ray radiation from a radioactive element. The initial count of measurable electrical pulses generated from the detector NaI (Tl). Scintillator detector consists of a photomultiplier tube and can detect the presence of a radioactive activity. Using Americium-241 (Am-241) as a radioactive source and measuring the level of radioactive chopped the rate of change amid the detector used. Determining the Plateau area of the detector used at voltages up to 1020V 1000V with optimal work area detector voltage 1010V. Comparing ratemeter which has been made with SurveyMETER calibrated with the results of counts to changes in the use of radioactive distance. Keywords : Counts ; Detector NaI (Tl) ; Plateau ; Photomultiplier ;Ratemeter ; Scintillator. 3

4 1. PENDAHULUAN Pada masa kini pemanfaatan teknologi energi nuklir dalam berbagai bidang berkembang cukup pesat.nuklir dimanfaatkan bidang kedokteran, pertanian, energi listrik, inspeksi, dan juga senjata. CT-Scan dan SPECT adalah contoh aplikasi nuklir dalam bidang kedokteran yang telah banyak dikenal masyarakat. Sedangkan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) adalah sumber listrik yang diakui sangat ramah lingkungan. Teknik nuklir juga bermanfaat untuk inspeksi pada instalasi industri proses dengan memanfaatkan energi sinar gamma. Energi sinar gamma yang dapat menembus logam sangat bermanfaat untuk memeriksa instalasi industri proses. Metode inspeksi dengan teknik nuklir memiliki keuntungan karena pemeriksaan dapat dilakukan tanpa harus menghentikan produksi. Hasil pemeriksaan merupakan diagnosa masalah yang ada pada instalasi pabrik sehingga dapat direncanakan langkah perbaikan dan persiapan materialnya. Persiapan material dan lokalisasi perbaikan akan memperpendek waktu shutdown dan mengurangi kerugian besar karena tidak produksi. Perangkat nuklir untuk inspeksi industri diantaranya adalah film radiografi dan pencacah radiasi atau ratemeter. Film radiografi telah banyak dikenal orang untuk pemeriksaan casting atau welding berdasarkan kehitaman film karena radiasi nuklir. Pencacah merupakan alat ukur intensitas radiasi secara numerik baik dalam format analog maupun digital. Peralatan pencacah ini telah beredar dipasaran akan tetapi masih sangat mahal dan terbatas. Teknik gamma tomografi adalah teknik inspeksi yang membutuhkan sangat banyak pencacah sedemikian hingga memerlukan investasi yang besar. Meskipun tersedia dipasaran akan tetapi fitur dan karakteristiknya kadang-kadang tidak sesuai dengan keinginan serta maintenance/reparasinya sulit karena pabrikan berada di luar negeri. Skripsi ini akan membuat rancang bangun pencacah sinar radiasi dengan komponen lokal sebayak mungkin serta fitur yang fleksible dalam format digital sehingga dapat disesuaikan dengan keperluan pengukuran. Data-data digital hasil pengukuran disimpan dalam file spreadsheet sehingga dapat dianalisa dengan program aplikasi lainnya. Sistem ini dirancang dalam pengambilan data dari detektor berupa suatu bentuk sinyal yang dikuatkan oleh bagian preamplifier kemudian penentuan batasan dan dibandingkan menggunakan comparator sehingga pulsa-pulsa yang telah dipilih bisa dicacah dengan menggunakan counter yang kemudian datanya diterima oleh mikrokontroller dan ditampilkan pada labview dalam jumlah cacahan. Dimana dalam ratemeter ini sinyal-sinyal pulsa yang dihasilkan oleh detektor diambil secara keseluruhan merupakan suatu cara untuk mengukur 4

5 jumlah (kuantitas) radiasi yang memasuki detektor tanpa memperhatikan tingkat energi radiasinya (gross activity). Tujuan penelitian ini ialah membuat rancang bangun ratemeter berbasis mikrokontroler dan detektor NaI (Tl) sebagai pendeteksi radiasi. Rancang bangun ini dapat dikontrol dengan aplikasi komputer berbasis labview. yang diharapkan dapat mempermudah pada saat penggunaan dan istalasi dan melakukan pengukuran cacahan radiasi dari detektor NaI (Tl). 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radioaktivitas Radioaktivitas adalah kemampuan inti atom yang tak-stabil untuk memancarkan radiasi dan berubah menjadi inti stabil. Proses perubahan ini disebut peluruhan dan inti atom yang tak-stabil disebut radionuklida. Materi yang mengandung radionuklida disebut zat radioaktif [1]. Radioaktif adalah zat yang mengandung inti yang tidak stabil. Pada tahun 1903, Ernest Rutherford mengemukakan bahwa radiasi yang dipancarkan zat radioaktif dapat dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan muatannya. Radiasi yang bermuatan positif disebut sinar alfa, sedangkan yang bermuatan negatif disebut sinar beta. Kemudian ditemukan sinar ketiga yang tidak bermuatan dan diberi nama sinar gama, penemunya adalah Paul U. Vilard. Radiasi adalah energi dalam bentuk gelombang atau partikel subatomic yang bergerak. Radiasi secara umum dapat dibagi dalam dua jenis yaitu [2]: radiasi elektromagnetik dan radiasi partikel. Radiasi elektromagnetik terdiri dari nonionisasi(gelombang radio, microwave, infra merah, sinar tampak, ultraviolet) dan ionisasi (sinar X dangamma) seperti telihat pada Gambar 1. Adapun radiasi partikel terdiri dari: radiasi alpha, beta danneutron. Radiasi umumnya diartikan sebagai radiasi ionisasi. Pengaruh radiasi terhadap tubuh manusiabisa mengakibatkan kerusakan organ karena bersifat karsiogenik. 2.2 Detektor Gamma Sensor radiasi nuklir adalah sensor yang mampu mendeteksi baik partikle dan radiasi elektromagnetik, yang adakalanya disebut detektor nuklir. Ada 3 (tiga) tipe sensor radiasi yang umum digunakan saat ini yaitu: (a) gas-filled detectors, (b) scintillation counters, dan (c) solid-sate detectors[5] 5

6 Gambar 2.1Gas Filled detectors 2.3 Gas filled detector Gas filled detector, dimana dapat di bagi dalam 3 (tiga) tipe yaitu: ionization chamber, Geiger-Muller counters (tubes) dan proportional counter [6].Prinsip kerja dari Gas filled detector adalah [2] ketika radiasi melalui tabung yang berisi spesifik gas, maka akan terjadi proses ionisasi dan membentuk molekul-molekul dan sepasang ion. Ketika diberi tegangan tinggi diantaranya maka ion positif akan bergerak ke katoda dan ion negatif ke anoda, hal ini akan menghasilkan aliran arus yang kecil yang ditangkap sebagi sebuah sinyal yang mengindetifikasikan adanya radiasi. 2.4 Scintillator Detector Detektor sintilasi[6] selalu terdiri dari dua bagian yaitu bahan sintilator dan photomultiplier. Bahan sintilator merupakan suatu bahan padat, cair maupun gas, yang akan menghasilkan percikan cahaya bila dikenai radiasi pengion. Photomultiplier digunakan untuk mengubah percikan cahaya yang dihasilkan bahan sintilator menjadi pulsa listrik. Mekanisme pendeteksian radiasi pada detektor sintilasi dapat dibagi menjadi dua tahap yaitu : proses pengubahan radiasi yang mengenai detektor menjadi percikan cahaya di dalam bahan sintilator dan proses pengubahan percikan cahaya menjadi pulsa listrik di dalam tabung photomultiplier. 2.5Bahan sintilator Proses sintilasi [6] adalah terpencarnya sinar tampak ketika terjadi transisi elektron dari tingkat energi (orbit) yang lebih tinggi ke tingkat energi yang lebih rendah di dalam bahan penyerap. Dalam proses ini, sebenarnya, yang dipancarkan adalah radiasi sinar-γ tetapi 6

7 karena bahan penyerapnya (detektor) dicampuri dengan unsur aktivator, yang berfungsi sebagai penggeser panjang gelombang, maka radiasi yang dipancarkannya berupa sinar tampak. Proses sintilasi ini akan terjadi bila terdapat kekosongan elektron pada orbit yang lebih dalam. Kekosongan elektron tersebut dapat disebabkan karena lepasnya elektron dari ikatannya (proses ionisasi) atau loncatnya elektron ke lintasan yang lebih tinggi bila dikenai radiasi (proses eksitasi). Jadi dalam proses sintilasi ini, energi radiasi diubah menjadi pancaran cahaya tampak. Semakin besar energi radiasi yang diserap maka semakin banyak kekosongan elektron di orbit sebelah dalam sehingga semakinbanyak percikan cahayanya. Gambar 2.3. Proses sintilasi penyerapan energi radiasi (kiri) dan pemancaran cahaya (kanan) Gambar 2.2. Spektrum gamma dari 137Cs Di dalam kristal bahan sintilator terdapat pita-pita atau daerah yang dinamakan sebagai pita valensi dan pita konduksi yang dipisahkan dengan tingkat energi tertentu. Pada keadaan dasar, ground state, seluruh elektron berada di pita valensi sedangkan di pita konduksi kosong. Ketika terdapat radiasi yang memasuki kristal, terdapat kemungkinan bahwa energinya akan terserap oleh beberapa elektron di pita valensi, sehingga dapat meloncat ke pita konduksi. Beberapa saat kemudian elektronelektron tersebut akan kembali ke pita valensi melalui pita energi bahan aktivator sambil memancarkan percikan cahaya. Jika energi radiasi [3] yang dipancarkan oleh unsur radioaktif diserap seluruhnya oleh elektron-elektron pada kristal detektor NaI(Tl) makainteraksi ini disebut efek fotolistrik yang menghasilkan puncak energi (photopeak) pada spektrum gamma (gambar 2.5) pada daerah energi 661,65 kev. Apabila foton gamma berinteraksi dengan sebuah elektron bebas atau yang terikat lemah, misal elektron pada kulit terluar suatu atom, maka sebagian energi photon akan diserap oleh elektron dan kemudian terhambur. Interaksi ini disebut dengan hamburan Compton. 7

8 Proses sintilasi [6] pada bahan ini dapat dijelaskan dengan Gambar 2.3. Didalam kristal bahan sintilator terdapat pita-pita atau daerah yang dinamakan sebagai pita valensi dan pita konduksi yang dipisahkandengan tingkat energi tertentu. Pada keadaan dasar, ground state, seluruhelektron berada di pita valensi sedangkan di pita konduksi kosong. Ketikaterdapat radiasi yang memasuki kristal, terdapat kemungkinan bahwaenerginya akan terserap oleh beberapa elektron di pita valensi, sehinggadapat meloncat ke pita konduksi. Beberapa saat kemudian elektronelektrontersebut akan kembali ke pita valensi melalui pita energi bahanaktivator sambil memancarkan percikan cahaya. Jumlah percikan cahaya sebanding dengan energi radiasi diserap dan dipengaruhi oleh jenis bahan sintilatornya. Semakin besar energinya semakin banyak percikan cahayanya. Percikan-percikan cahaya ini kemudian ditangkap oleh photomultiplier. Berikut ini adalah beberapa contoh bahan sintilator yang sering digunakan sebagai detektor radiasi. Kristal NaI(Tl) Kristal ZnS(Ag) Kristal LiI(Eu) Sintilator Organik Gambar 2.4 Konstruksi tabung photomultiplier 2.6 Tabung Photomultiplier Setiap detektor sintilasi terdiri atas dua bagian [6] yaitu bahan sintilator dan tabung photomultiplier. Bila bahan sintilator berfungsi untuk mengubah energi radiasi menjadi percikan cahaya maka tabung photomultiplier ini berfungsi untuk mengubah percikan cahaya tersebut menjadi berkas elektron, sehinggadapat diolah lebih lanjut sebagai pulsa / arus 8

9 listrik. Tabung photomultiplier terbuat dari tabung hampa yang kedap cahaya dengan photokatoda yang berfungsi sebagai masukan pada salah satu ujungnya dan terdapat beberapa dinode untuk menggandakan elektronseperti terdapat pada gambar 5. Photokatoda yang ditempelkan pada bahan sintilator, akan memancarkan elektron bila dikenai cahaya dengan panjang gelombang yang sesuai. Elektron yang dihasilkannya akan diarahkan, dengan perbedaan potensial, menuju dinode pertama. Dinode tersebut akan memancarkan beberapa elektron sekunder bila dikenai oleh elektron. Elektron-elektron sekunder yang dihasilkan dinode pertama akan menuju dinode kedua dan dilipatgandakan kemudian ke dinode ketiga dan seterusnya sehingga elektron yang terkumpul pada dinode terakhir berjumlah sangat banyak.dengan sebuah kapasitor kumpulan elektron tersebut akan diubah menjadi pulsa listrik. Gambar 2.6Solid state detector 3. METODE PENELITIAN 3.1 Perancangan Kerja Sistem Ratemeter dirancang dengan berbasis mikrokontroler agar penggunaannya menjadi lebih mudah, efektif, dan efisien dibandingkan dengan ratemeter produk dari perusahaan asing yang telah ada Detektor yang akan digunakan adalah scintillation dengan kristal NaI(Tl) sebagai salah satu bagian dari alat ratemeter ini. 9

10 Berikut adalah diagram alur kerja dari mikrokontroller dengan menggunakan detektor NaI (Tl) [8] : rancang bangun ratemater berbasis Gambar 3.1 Blok diagram kerja sistem Blok diagram diatas memperlihatkan alur kerja sistem instrumentasi yang dibuat untuk penelitian ini. Sistem ini dirancang dalam pengambilan data dari detektor berupa suatu bentuk sinyal yang dikuatkan oleh bagian preamplifier kemudian penentuan batasan dan dibandingkan menggunakan comparator sehingga pulsa-pulsa yang telah dipilih bisa dicacah dengan menggunakan counter yang kemudian datanya diterima oleh mikrokontroller dan ditampilkan pada labview dalam jumlah cacahan. Dimana dalam ratemeter ini sinyal-sinyal pulsa yang dihasilkan oleh detektor diambil secara keseluruhan merupakan suatu cara untuk mengukur jumlah (kuantitas) radiasi yang mengenai detektor tanpa memperhatikan tingkat energi radiasinya (gross activity). Seperti terlihat dalam blok diagram radiasi nuklir yang mengenai kristal NaI(TL) akan menghasilkan foton (kerlipan), foton selanjutnya dikuatkan dinode-dinode yang ada pada photo multiplier tube (PMT) dalam bentuk aliran elektron. PMT bekerja menggunakan tegangan besar sekitar V. Untuk itu digunakan power supply tegangan tinggi. Sinyal listrik dari PMT akan dikuatkan menggunakan rangkaian penguat agar dapat diidentifikasi sebagai efek radiasi. Penggunaan high voltage power supply sebagai sumber tegangan untuk bekerjanya detektor NaI (Tl) dimana tegangan tinggi tersebut diterjemahkan ke dalam bentuk digital oleh rangkaian Analog to Digital Converter (ADC) yang terdapat pada rangkaian mikrokontroller yang memiliki resolusi ADC 16bit. Counter yang digunakan dalam mencacah jumlah pulsa yang diterima dan diberikan oleh detektor yang mendeteksi adanya aktivitas radioaktif yaitu beresolusi 16 bit yang 10

11 kemudian hasil data cacahan tersebut dikirim ke mikrokontroller untuk ditampilkan dalam Labview. 3.2 Perancangan Rangkaian Elektronik Sistem elektronika pada sistem instrumentasi untuk membuat ratemeter ini, diperlukan rangkaian regulator dan rangkaian high voltage power supply, rangkaian preamplifier, rangkaian komparator, dan rangkaian counter Rangkaian Regulator dan Rangkaian High Voltage Power Supply (HVPS) Power supply adalahrangkaian elektronika yang berfungsi untuk memasok daya ke komponenlain pada perangkat elektronika. Semua komponen elektronika yang ada dalam suatu perangkat elektronika akan memperoleh pasokan daya dari power supply tersebut. Power supply sangat mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu perangkat elektronika[7]. Oleh karena itu, tanpa power supply, maka suatu perangkat elektronika tidak akan dapatbekerja Rangkaian Preamplifier Detektor sintilasi [6] juga membutuhkansumber tegangan tinggi (HV). Penentuan tegangan kerja detektor sintilasi adalah dengan cara mencari perbandingan cacahan sumber terhadap cacahanlatar belakang yang terbaik. Detektorsintilasimenghasilkan pulsa listrikyangrelatif sangat kecil, dalam orde mvolt. Oleh karena itu diperlukan peralatan untuk membentuk dan memperkuat pulsa tersebut yaitu penguat(preamplifier).pulsa listrik yang dihasilkan oleh detektor biasanya berbentuk pulsaeksponensial yang sangat cepat rise-time nya dan sangat lambat fall-time nya. Sangatlah sukar untuk mendeteksi atau mengukur tinggi pulsa yangberbentuk eksponensial ini.amplifiermempunyai fungsi utama untukmengubah pulsa eksponensial menjadi pulsa Gaussian dan memperkuatnya, bila diperlukan, agar mempunyai tinggi dengan orde Volt Rangkaian Komparator Peralatan selanjutnya adalah Komparator yang merupakan ciri dari sebuah alat pencacah karena alat ini yang berfungsi untuk menyaring apakah suatupulsa listrik keluaran amplifier diteruskan ke counter atau tidak. Komparator mempunyai fasilitas batasan untuk sinyal yang masuk. Pulsa-pulsayang lebih tinggi dari batas bawah tetapi lebih rendah dari batas atas saja yang akan diteruskan ke counter untuk dicacah dimana dalam menset batas bawah dari komparator ini harus lebih tinggi dari sinyal noise yang ada dan timbul dari 11

12 rangkaian ratemeter ini yang diharapkan dengan men-set nilai dari batas bawah tersebut agar sinyal-sinyal noise tersebut tidak ikut masuk dan terhitung pada bagian selanjutnya yakni bagian counter. Menggunakan jenis komparator yang berjenis komparator pull up, dimana sinyal-sinyal yang telah diperkuat oleh pre-amplifier dengan berbagai jenis tinggi/amplitude dari sinyal yang dihasilkan tadi akan dipotong sama rata dengan tinggi/amplitude sebesar 5volt sebagai puncak dari semua sinyal tersebut Rangkaian Counter Pulsa input dapat berupa pulsa clock atau pulsa yang dibangkitkan oleh sumber eksternal dan muncul pada interval waktu tertentu. Counter banyak digunakan pada peralatan yang berhubungan dengan teknologi digital, biasanya untuk menghitung jumlah kemunculan sebuah kejadian/event atau untuk menghitung pembangkit waktu. Pada bagian ini rangkaian counter berfungsi dalam menghitung jumlah pulsa cacahan yang masuk dari rangkaian sebelumnya yang mendeteksi cacahan pulsa listrik dari detektor NaI (Tl) Mikrokontroller Bagian mikrokontroller adalah bagian controller yang digunakan dalam rangkaian ratemeter ini. Dimana bagian mikrokontroller yang digunakan meliputi bagian kontrol DAC untuk men-set tegangan High-Voltage pada setiap channel yang terdapat pada rate meter dan men-set time-sampling dalam pengambilan lamanya waktu pencacahan. Mikrokontrol juga menjalankan komunikasi secara serial dengan pc dengan komunikasi RS-232 yang terintegrasi dengan labview. Dimana labview digunakan untuk menset tegangan yang digunakan yang nantinya peritah tersebut dikirim ke mikro. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini dijelaskan hasil pengambilan data terhadap rancang bangun ratemeter menggunakan detektor NaI (Tl). Setelah dilakukan pengerjaan keseluruhan sistem, maka perlu dilakukan pengujian alat serta penganalisaan terhadap alat, apakah sistem sudah bekerja sesuai yang diinginkan atau tidak. Pengujian pengujian tersebut meliputi: 4.1 Data Karakteristik High Voltage Power Supply Rancang bangun ratemeter ini menggunakan sumber power supply yang cukup besar yang digunakan dalam kerja dari detektor NaI (Tl). Oleh karena itu power supply yang digunakan dengan menggunakan power supply tipe CA20-5P yang menggunakan tegangan 12

13 referensi 0V 2,048V yang dapat menghasilkan output tegangan 0V 2000V. Karakteristiklinearitas input yang digunakan terhadap output yang dihasilkan menggunakan nilai tegangan referensi dari 0V 1V dengan interval setiap 0,05V. Hal ini dikarenakan keterbaasan daya jangkauan pembacaan ukuran pada alat ukur yang terbatas hanya mencapai nilai maksimum 1000V. Berikut data kalibrasi perbandingan tegangan input yang digunakan dan output yang dihasilkan secara naik dan turun. Grafik Karakteristik variasi Grafik Karakteristik variasi tegangan Vin vs Vout HVPS (naik) tegangan Vin vs Vout HVPS (turun) Gambar 4.1 Grafik Karakteristik variasi tegangan Vin vs Vout HVPS (naik) 29 Gambar 4.2 Grafik Karakteristik variasi tegangan Vin vs Vout HVPS (turun) Grafik Karakteristik variasi tegangan Vin vs Vout HVPS (naik - turun) 13

14 Gambar 4.3 Grafik Karakteristik variasi tegangan Vin vs Vout HVPS (naik - turun) Dari Gambar 4.1 yang didapat pada variasi tegangan input naik didapat besar dari gradien grafk tersebut mewakili dari nilai penguatan yang dimiliki power supply high voltage ini. Dimana nilai yang ditunjukan adalah sebesar 976,15 kali dari nilai input yang digunakan terhadap output yang dihasilkan. Gambar 4.2 merupakan hasil dari variasi tegangan input turun didapat besar dari gradien grafik tersebut mewakili dari nilai penguatan yang dimiliki power supply high voltage ini. Dimana nilai yang ditunjukan adalah sebesar 976,08 kali dari nilai input yang digunakan terhadap output yang dihasilkan. Dan memiliki perbedaan yang tidak terlalu jauh dari grafik sebelumnya. Berikut Gambar 4.3 grafik histerisis naik dan turun variasi tegangan input yang digunakan terhadap tegangan output yang dihasilkan dan terlihat kerapatan grafik naik dan turun yang menunjukan kelinearitasan dari power suppy yang digunakan sudah cukup baik. 4.2 Data Karakteristik ADC High Voltage Power Supply Berikut ini pada Gambar 4.4, 4.5 dan 4.6 merupakan data karakteristik nilai tegangan keluaran dari pengkondisi sinyal dari sistem instrumentasi terhadap nilai ADC yang dihasilkan dari sistem pemeroses berbasis mikrokontroler Atmega-16. Dimana terlihat bahwa data persamaan garis yang didapat sudah cukup linear dengan nilai gradien. Data tersebut dapat digunakan sebagai fungsi pengkoreksi dari nilai linearitas pembacaan ADC pada mikrokontroler. 4.3 Pembacaan pulsa listrik Photomultiplier Tube (PMT) Dalam sistem kerja ratemeter ini untuk mencacah radiasi gamma yang dideteksi oleh Photomultiplier Tube (PMT), dimana PMT yang mendeteksi radiasi gamma dan mengubah menjadi pulsa-pulsa listrik yang kemudian diteruskan kebagian preamplifier untuk sedikit diperkuat sinyalnya agar dapat dibaca selanjutnya oleh comparator untuk kemudian dicacah oleh counter. Pada bagian ini preamplier diharuskan dapat membaca pulsa-pulsa listrik tersebut. Berikut gambar sinyal yang terbaca oleh keluaran preamplifier sebelum dilanjutkan kembagian window comparator. 4.4 Pembacaan Cacahan Terhadap Variasi Tegangan 14

15 Rancang bangun ratemeter ini menggunakan variasi tegangan tinggi yang digunakan dalam penggunaan untuk power supply dari detektor NaI (Tl). Menggunakan teganagan dari 820 volt 1900 volt dengan interval kenaikan tegangan 10volt. Dengan pengambilaan data cacahan menggunakan time sampling 5detik.. 15

16 Grafik karakteristik variasi tegangan ADC Vin vs ADC Vout HVPS (naik) Gambar 4.4 Grafik karakteristik variasi tegangan ADC Vin vs ADC Vout HVPS Grafik karakteristik variasi tegangan ADC Vin vs ADC Vout HVPS (turun) Gambar 4.5 Grafik karakteristik variasi tegangan ADC Vin vs ADC Vout HVPS (turun) Penggunaan unsur Amersium-241 dan didapat daerah plateau untuk unsur Amersium (Am-241) dengan aktifitas radioaktif 10mCi pada tanggal sebagai sumber radiasi gamma dan didapat niai aktivasi radioaktif pada tanggal dengan nilai konstanta peluruha Am-241 λ = 2,3030 x 10-9 per-detik sehingga nilai aktifitas radio aktifnya sebesar : 16

17 Grafik karakteristik variasi tegangan ADC Vin vs ADC Vout HVPS (naik-turun) Gambar 4.6 Grafik karakteristik variasi tegangan ADC Vin vs ADC Vout HVPS (naik-turun) Dengan, ( ) ( ) (4.1) A (t) A (0) λ t = aktifitas zatradioaktif pada waktu tertentu. = aktifitas zat radioaktif pada saat awal (t=0) = konstanta peluruhan radioaktif. = selang waktu peluruhan. Sehingga diketahui : t λ = 7626 hari = detik = 2,3030 x 10-9 per-detik (Am-241) A (0) = 10mCi pada tanggal ( ) ( ) (4.1) ( ) ( ) ( ) 17

18 Cacahan (Count/5secon) Daerah plateau pada V1= 1000 volt dan V2=1020 volt yang terlihat pada Gambar 4.8 grafik tegangan terhadap cacahan. Sehingga : Panjang plateau = V2-V1 Panjang Plateau = Panjang Plateau = 20 Untuk menentukan slope menggunakan cacahan per menit terhadap kenaikan tegangan yang digunakan. Berikut Gambar 4.9 perbandingan alat ukur ratemeter dengan survey meter berdasarkan atas perubahan jarak dengan skala variasi 2cm dari jarak 2cm sampai 28cm dengan Grafik Tegangan VS Cacahan detektor/surveymeter Tegangan 970 (volt) Gambar 4.8 Grafik tegangan vs cacahan 18 Gambar 4.7 Sumber radiasi Am-241

19 msv/hr count/sec msv/hr HV: 1010 V Time sampling: 1 sec point source : Am mci (16/2/1993) energy: 40 kev cps distance source to det (cm) Gambar 4.9 Grafik perbandingan cacahan ratemeter dengan surveymeter Count/sec vs micro Sv/jam y = 0,029x - 4,3246 R² = 0, micro Sv/jam Linear (micro Sv/jam) count/sec Gambar 4.10 Grafik linearitas cacahan/detik vs Surveymeter Dilihat pada gambar 4.9 dan 4.10 bahwa grafik menunjukan hasil yang hampir identik dengan perbandingan surveymeter yang terkalibrasi. Dan grafik 4.10 memiliki nilai R 2 =0, KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab 5 ini akan dipaparkan mengenai kesimpulan yang ditarik dari penelitian yang 19

20 telah dilakukan mengenai rancang bangun ratemeter menggunakan detektor NaI (Tl) berbasis mikrokontroller ini dan berbagai saran yang dapat menjadi pengembangan penelitian selanjutnya. 5.1 Kesimpulan Berikut merupakan kesimpulan dari hasil eksperimen yang dilakukan secara langsung melalui sistem instrumentasi rancang bangun ratemeter menggunakan detektor NaI (Tl) Berbasis Mikrokontroller : Karakteristik High Voltage Power Supply yang digunakan sebagai sumber utama untuk bekerjanya detektor NaI (Tl) memiliki tegangan output yang stabil dan linear dengan R 2 =0,99999 Nilai penguatan tergangan output dari HVPS dengan input 0 V 1 V adalah sebesar Vout = 976 Vin Karakteristik nilai ADC mikrokontroller linear dengan R 2 =0, Daerah plateau Am-127 panjang plateau 20volt pada tegangan 1000 volt 1020 volt. Perbandingan performa ratemeter hasil rancang bangun dengan surveymeter yang terkalibrasi R 2 =0,9842 dengan persamaan y = 0,029x - 4,3246. Dimana x adalah cacahan per-detik dan y adalah msv / jam. 5.2 Saran Pada proses pembuatan alat ratemeter menggunakan detektor NaI (Tl) berbasis mikrokontrolerini memiliki kekurangan yaitu pengendalian secara otomatis dengan keypad panel yang masih belum tersedia untuk mengatur tegangan tinggi yang digunakan ke detektor dan penambahan jumlah channel untuk penggunaan ratemeter yang multichannel sehingga dapat menggunakan jumlah detektor lebih dari 1 dimana sudah terdapat fasilitas pada rangkaian elektronik untuk dikembangkan menjadi multichannel

21 DAFTAR REFERENSI [1]. Radioaktivitas Ensiklopedi Teknologi Nuklir. BATAN. 10 April < [2]. Pustek Akselerator dan Proses Bahan BATAN (2007, Juli). Perkembangan Teknologi sensor dan Aplikasinya untuk dideteksi Radiasi Nuklir. Prosiding PPI - PDIPTN 2007, Yogyakarta. [3]. Ardisasmita, M. Syamsa. Pengembangan Spektrometer Sinar Gamma dengan Sistem Identifikasi Isotop Radioaktif menggunakan Metode Jaringan Syaraf Tiruan. Pusat Pengembangan Teknologi Informasi dan Komputasi BATAN. [4]. Beiser, Arthur. Chapter 2 Sifat Partikel dari Gelombang. Konsep Fisika Modern Edisi 3. Erlangga [5]. LARRY A. FRANKS, RALP B. JAMES, LARRY S. DARKEN, Radioactivity Measurement, The Measurement, Instrumentation, and Sensors Handbook 2, John G. Webster, Editor in chief, CRC Press, , [6]. BATAN, elearning. Pengukuran Radiasi. 10 April sip%20dasar.pdf [7]. KARLINA IKA SARI., Efek Material Katoda Terhadap Karakteristik Detektor Geiger- Mueller tipe Side Window, UNY, Yogyakarta, (2010). 21

SPEKTROSKOPI-γ (GAMMA)

SPEKTROSKOPI-γ (GAMMA) SPEKTROSKOPI-γ (GAMMA) SPEKTROSKOPI-γ (GAMMA) Veetha Adiyani Pardede M0209054, Program Studi Fisika FMIPA UNS Jl. Ir. Sutami 36 A, Kentingan, Surakarta, Jawa Tengah email: veetha_adiyani@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

SPEKTROSKOPI-γ (GAMMA)

SPEKTROSKOPI-γ (GAMMA) SPEKTROSKOPI-γ (GAMMA) Veetha Adiyani Pardede M2954, Program Studi Fisika FMIPA UNS Jl. Ir. Sutami 36 A, Kentingan, Surakarta, Jawa Tengah email: veetha_adiyani@yahoo.com ABSTRAK Aras-aras inti dipelajari

Lebih terperinci

Penentuan Spektrum Energi dan Energi Resolusi β dan γ Menggunakan MCA (Multi Channel Analizer)

Penentuan Spektrum Energi dan Energi Resolusi β dan γ Menggunakan MCA (Multi Channel Analizer) Penentuan Spektrum Energi dan Energi Resolusi β dan γ Menggunakan MCA (Multi Channel Analizer) 1 Mei Budi Utami, 2 Hanu Lutvia, 3 Imroatul Maghfiroh, 4 Dewi Karmila Sari, 5 Muhammad Patria Mahardika Abstrak

Lebih terperinci

DETEKTOR RADIASI. NANIK DWI NURHAYATI, S.Si, M.Si nanikdn.staff.uns.ac.id

DETEKTOR RADIASI. NANIK DWI NURHAYATI, S.Si, M.Si nanikdn.staff.uns.ac.id DETEKTOR RADIASI NANIK DWI NURHAYATI, S.Si, M.Si nanikdn.staff.uns.ac.id nanikdn@uns.ac.id - Metode deteksi radiasi didasarkan pd hasil interaksi radiasi dg materi: proses ionisasi & proses eksitasi -

Lebih terperinci

DETEKTOR RADIASI INTI. Sulistyani, M.Si.

DETEKTOR RADIASI INTI. Sulistyani, M.Si. DETEKTOR RADIASI INTI Sulistyani, M.Si. Email: sulistyani@uny.ac.id Konsep Dasar Alat deteksi sinar radioaktif atau sistem pencacah radiasi dinamakan detektor radiasi. Prinsip: Mengubah radiasi menjadi

Lebih terperinci

Prinsip Dasar Pengukuran Radiasi

Prinsip Dasar Pengukuran Radiasi Prinsip Dasar Pengukuran Radiasi Latar Belakang Radiasi nuklir tidak dapat dirasakan oleh panca indera manusia oleh karena itu alat ukur radiasi mutlak diperlukan untuk mendeteksi dan mengukur radiasi

Lebih terperinci

Rancang Bangun Alat Gamma Scan Aktuator Ganda Berbasis Mikrokontroler. Design of Microcontroller Based Double Actuator Gamma Scanner

Rancang Bangun Alat Gamma Scan Aktuator Ganda Berbasis Mikrokontroler. Design of Microcontroller Based Double Actuator Gamma Scanner Rancang Bangun Alat Gamma Scan Aktuator Ganda Berbasis Mikrokontroler Nugraha Hariadi, Arief Sudarmaji, dan Wibisono Program Studi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia,

Lebih terperinci

EKSPERIMEN HAMBURAN RUTHERFORD

EKSPERIMEN HAMBURAN RUTHERFORD Laporan Praktikum Fisika Eksperimental Lanjut Laboratorium Radiasi PERCOBAAN R3 EKSPERIMEN HAMBURAN RUTHERFORD Dosen Pembina : Herlik Wibowo, S.Si, M.Si Septia Kholimatussa diah* (080913025), Mirza Andiana

Lebih terperinci

Sistem Pencacah dan Spektroskopi

Sistem Pencacah dan Spektroskopi Sistem Pencacah dan Spektroskopi Latar Belakang Sebagian besar aplikasi teknik nuklir sangat bergantung pada hasil pengukuran radiasi, khususnya pengukuran intensitas ataupun dosis radiasi. Alat pengukur

Lebih terperinci

ALAT UKUR RADIASI. Badan Pengawas Tenaga Nuklir. Jl. MH Thamrin, No. 55, Jakarta Telepon : (021)

ALAT UKUR RADIASI. Badan Pengawas Tenaga Nuklir. Jl. MH Thamrin, No. 55, Jakarta Telepon : (021) ALAT UKUR RADIASI Badan Pengawas Tenaga Nuklir Jl. MH Thamrin, No. 55, Jakarta 10350 Telepon : (021) 230 1266 Radiasi Nuklir Secara umum dapat dikategorikan menjadi: Partikel bermuatan Proton Sinar alpha

Lebih terperinci

KOMPARASI UNJUK KERJA SPEKTROMETRI GAMMA DETEKTOR BICRON 2M2 DENGAN LUDLUM 44-62

KOMPARASI UNJUK KERJA SPEKTROMETRI GAMMA DETEKTOR BICRON 2M2 DENGAN LUDLUM 44-62 Jurnal Forum Nuklir (JFN), Volume 6, Nomor 2, November 2012 KOMPARASI UNJUK KERJA SPEKTROMETRI GAMMA DETEKTOR BICRON 2M2 DENGAN LUDLUM 44-62 Alan Batara Alauddin 1, Argo Satrio Wicaksono 2, Joko Sunardi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN DETEKTOR GEIGER MULLER DENGAN ISIAN GAS ALKOHOL, METANA DAN ARGON

PENGEMBANGAN DETEKTOR GEIGER MULLER DENGAN ISIAN GAS ALKOHOL, METANA DAN ARGON Proseding Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya Sabtu, 21 November 2015 Bale Sawala Kampus Universitas Padjadjaran, Jatinangor PENGEMBANGAN DETEKTOR GEIGER MULLER DENGAN ISIAN GAS ALKOHOL, METANA DAN

Lebih terperinci

EKSPERIMEN SPEKTROSKOPI RADIASI ALFA

EKSPERIMEN SPEKTROSKOPI RADIASI ALFA Laporan Praktikum Fisika Eksperimental Lanjut Laboratorium Radiasi PERCOBAAN R4 EKSPERIMEN SPEKTROSKOPI RADIASI ALFA Dosen Pembina : Herlik Wibowo, S.Si, M.Si Septia Kholimatussa diah* (080913025), Mirza

Lebih terperinci

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional PDL.PR.TY.PPR.00.D03.BP 1 BAB I : Pendahuluan BAB II : Prinsip dasar deteksi dan pengukuran radiasi A. Besaran Ukur Radiasi B. Penggunaan C.

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN TEGANGAN TINGGI DC DAN PEMBALIK PULSA PADA SISTEM PENCACAH NUKLIR DELAPAN DETEKTOR

RANCANG BANGUN TEGANGAN TINGGI DC DAN PEMBALIK PULSA PADA SISTEM PENCACAH NUKLIR DELAPAN DETEKTOR SEMINAR NASIONAL V YOGYAKARTA, 5 NOVEMBER 2009 RANCANG BANGUN TEGANGAN TINGGI DC DAN PEMBALIK PULSA PADA SISTEM PENCACAH NUKLIR DELAPAN DETEKTOR NOGROHO TRI SANYOTO, SUDIONO, SAYYID KHUSUMO LELONO Sekolah

Lebih terperinci

FISIKA ATOM & RADIASI

FISIKA ATOM & RADIASI FISIKA ATOM & RADIASI Atom bagian terkecil dari suatu elemen yang berperan dalam reaksi kimia, bersifat netral (muatan positif dan negatif sama). Model atom: J.J. Thomson (1910), Ernest Rutherford (1911),

Lebih terperinci

DESAIN DASAR PERANGKAT SCINTIGRAPHY

DESAIN DASAR PERANGKAT SCINTIGRAPHY DESAIN DASAR PERANGKAT SCINTIGRAPHY WIRANTO BUDI SANTOSO Pusat Rekayasa Perangakat Nuklir, BATAN Kawasan PUSPIPTEK Serpong, Gedung 71, Tangerang Selatan, 15310 ABSTRAK Desain Dasar Perangkat Scintigraphy.

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Fisika Eksperimental Lanjut Laboratorium Radiasi

Laporan Praktikum Fisika Eksperimental Lanjut Laboratorium Radiasi Laporan Praktikum Fisika Eksperimental Lanjut Laboratorium Radiasi PERCOBAAN R1 EKSPERIMEN DETEKTOR GEIGER MULLER Dosen Pembina : Drs. R. Arif Wibowo, M.Si Septia Kholimatussa diah* (080913025), Mirza

Lebih terperinci

Penentuan Efisiensi Beta Terhadap Gamma Pada Detektor Geiger Muller

Penentuan Efisiensi Beta Terhadap Gamma Pada Detektor Geiger Muller Jurnal Sains & Matematika (JSM) ISSN Artikel 0854-0675 Penelitian Volume 15, Nomor 2, April 2007 Artikel Penelitian: 73-77 Penentuan Efisiensi Beta Terhadap Gamma Pada Detektor Geiger Muller M. Azam 1,

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM ANTARMUKA RATEMETER DENGAN PRINTER MENGGUNAKAN KOMPUTER DAN MIKROKONTROLER ATMEGA8535

RANCANG BANGUN SISTEM ANTARMUKA RATEMETER DENGAN PRINTER MENGGUNAKAN KOMPUTER DAN MIKROKONTROLER ATMEGA8535 SEMINAR NASIONAL V YOGYAKARTA, 5 NOVEMBER 2009 RANCANG BANGUN SISTEM ANTARMUKA RATEMETER DENGAN PRINTER MENGGUNAKAN KOMPUTER DAN MIKROKONTROLER ATMEGA8535 SUTANTO, TOTO TRIKASJONO, DWINDA RAHMADYA Sekolah

Lebih terperinci

KOMPARASI UNJUK KERJA SPEKTROMETRI GAMMA MENGGUNAKAN DETEKTOR BICRON 2M2 DENGAN SPEKTROMETRI GAMMA MENGGUNAKAN DETEKTOR LUDLUM 44-62

KOMPARASI UNJUK KERJA SPEKTROMETRI GAMMA MENGGUNAKAN DETEKTOR BICRON 2M2 DENGAN SPEKTROMETRI GAMMA MENGGUNAKAN DETEKTOR LUDLUM 44-62 KOMPARASI UNJUK KERJA SPEKTROMETRI GAMMA MENGGUNAKAN DETEKTOR BICRON 2M2 DENGAN SPEKTROMETRI GAMMA MENGGUNAKAN DETEKTOR LUDLUM 44-62 Alan Batara Alauddin 1, Argo Satrio Wicaksono 2, Joko Sunardi 3 1,2,3

Lebih terperinci

SISTEM PENCACAHAN RADIASI DENGAN DETEKTOR SINTILASI

SISTEM PENCACAHAN RADIASI DENGAN DETEKTOR SINTILASI SISTEM PENCACAHAN RADIASI DENGAN DETEKTOR SINTILASI Sri Awaliyah Rahmah*, Khoerunnisa Saja ah, Rini Shoffa Aulia, Hesty Ayu Anggraeni 1 Jurusan Fisika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Gunung Djati

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Fisika Eksperimental Lanjut Laboratorium Radiasi. PERCOBAAN R2 EKSPERIMEN RADIASI β DAN γ Dosen Pembina : Drs. R. Arif Wibowo, M.

Laporan Praktikum Fisika Eksperimental Lanjut Laboratorium Radiasi. PERCOBAAN R2 EKSPERIMEN RADIASI β DAN γ Dosen Pembina : Drs. R. Arif Wibowo, M. Laporan Praktikum Fisika Eksperimental Lanjut Laboratorium Radiasi PERCOBAAN R2 EKSPERIMEN RADIASI β DAN γ Dosen Pembina : Drs. R. Arif Wibowo, M.Si Septia Kholimatussa diah* (891325), Mirza Andiana D.P.*

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PENDETEKSIAN RADIASI GAMMA OLEH SCINTILLATION COUNTER NaI(Tl) DITINJAU DARI ASPEK DIMENSI COUNTER

ANALISIS EFISIENSI PENDETEKSIAN RADIASI GAMMA OLEH SCINTILLATION COUNTER NaI(Tl) DITINJAU DARI ASPEK DIMENSI COUNTER AALISIS EFISIESI PEDETEKSIA RADIASI GAMMA OLEH SCITILLATIO COUTER ai(tl) DITIJAU DARI ASPEK DIMESI COUTER Toni Alchofino,Gibsi Situmorang,Chrisnelson Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut

Lebih terperinci

Sinar x memiliki daya tembus dan biasa digunakan dalam dunia kedokteran. Untuk mendeteksi penyakit yang ada dalam tubuh.

Sinar x memiliki daya tembus dan biasa digunakan dalam dunia kedokteran. Untuk mendeteksi penyakit yang ada dalam tubuh. 1. Pendahuluan Sinar X adalah jenis gelombang elektromagnetik. Sinar x ditemukan oleh Wilhem Conrad Rontgen pada tanggal 8 November 1895, ia menemukan secara tidak sengaja sebuah gambar asing dari generator

Lebih terperinci

X-Ray Fluorescence Spectrometer (XRF)

X-Ray Fluorescence Spectrometer (XRF) X-Ray Fluorescence Spectrometer (XRF) X-Ray Fluorescence Spectrometer (XRF) Philips Venus (Picture from http://www.professionalsystems.pk) Alat X-Ray Fluorescence Spectrometer (XRF) memanfaatkan sinar

Lebih terperinci

SIMULASI PENGUKURAN EFFISIENSI DETEKTOR HPGe DAN NaI (Tl) MENGGUNAKAN METODE MONTE CARLO MCNP5

SIMULASI PENGUKURAN EFFISIENSI DETEKTOR HPGe DAN NaI (Tl) MENGGUNAKAN METODE MONTE CARLO MCNP5 ABSTRAK SIMULASI PENGUKURAN EFFISIENSI DETEKTOR HPGe DAN NaI (Tl) MENGGUNAKAN METODE MONTE CARLO MCNP5 Annisatun Fathonah dan Suharyana Jurusan Fisika FMIPA Universitas Sebelas Maret Jl. Ir Sutami No.36

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penemuan sinar-x pertama kali oleh fisikawan berkebangsaan Jerman Wilhelm C. Roentgen pada tanggal 8 November 1895 memberikan hal yang sangat berarti dalam perkembangan

Lebih terperinci

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional 1 Pokok Bahasan STRUKTUR ATOM DAN INTI ATOM A. Struktur Atom B. Inti Atom PELURUHAN RADIOAKTIF A. Jenis Peluruhan B. Aktivitas Radiasi C. Waktu

Lebih terperinci

MODUL 2 STATISTIKA RADIOAKTIVITAS

MODUL 2 STATISTIKA RADIOAKTIVITAS MODUL STATISTIKA RADIOAKTIVITAS Muhammad Ilham, Rizki, Moch. Arif Nurdin,Septia Eka Marsha Putra, Hanani, Robbi Hidayat. 008, 000, 000, 00, 00, 00. Program Studi Fisika, Institut Teknologi Bandung, Indonesia

Lebih terperinci

Pembuatan Alat Ukur Pola Distribusi Intensitas Difraksi Cahaya Berbasis Mikrokontroller

Pembuatan Alat Ukur Pola Distribusi Intensitas Difraksi Cahaya Berbasis Mikrokontroller Pembuatan Alat Ukur Pola Distribusi Intensitas Difraksi Cahaya Berbasis Mikrokontroller Akhmad Yuniar, Prawito Departemen Fisika Instrumentasi, FMIPA UI, Kampus UI Depok, 16424 akhmad_yun@yahoo.com, prawito@sci.ui.ac.id

Lebih terperinci

Xpedia Fisika. Soal Fismod 1

Xpedia Fisika. Soal Fismod 1 Xpedia Fisika Soal Fismod 1 Doc. Name: XPPHY0501 Version: 2013-04 halaman 1 01. Pertanyaan 01-02 : Sebuah botol tertutup berisi 100 gram iodin radioaktif. Setelah 24 hari, botol itu berisi 12,5 gram iodin

Lebih terperinci

PENENTUAN TEGANGAN OPERASIONAL PADA DETEKTOR GEIGER MULLER DENGAN PERBEDAAN JARI-JARI WINDOW DETEKTOR

PENENTUAN TEGANGAN OPERASIONAL PADA DETEKTOR GEIGER MULLER DENGAN PERBEDAAN JARI-JARI WINDOW DETEKTOR PENENTUAN TEGANGAN OPERASIONAL PADA DETEKTOR GEIGER MULLER DENGAN PERBEDAAN JARI-JARI WINDOW DETEKTOR F. Shoufika Hilyana Fakultas Teknik, Program Studi Teknik Elektro Universitas Muria Kudus Email: farah.hilyana@umk.ac.id

Lebih terperinci

PELURUHAN GAMMA ( ) dengan memancarkan foton (gelombang elektromagnetik) yang dikenal dengan sinar gamma ( ).

PELURUHAN GAMMA ( ) dengan memancarkan foton (gelombang elektromagnetik) yang dikenal dengan sinar gamma ( ). PELURUHAN GAMMA ( ) Peluruhan inti yang memancarkan sebuah partikel seperti partikel alfa atau beta, selalu meninggalkan inti pada keadaan tereksitasi. Seperti halnya atom, inti akan mencapai keadaan dasar

Lebih terperinci

PELURUHAN SINAR GAMMA

PELURUHAN SINAR GAMMA PELURUHAN SINAR GAMMA Pendahuluan Radioaktivitas disebut juga peluruhan radioaktif, yaitu peristiwa terurainya beberapa inti atom tertentu secara spontan yang diikuti dengan pancaran partikel alfa (inti

Lebih terperinci

PEREKAYASAAN SISTEM DETEKSI PERANGKAT SCINTIGRAPHY MENGGUNAKAN PSPMT

PEREKAYASAAN SISTEM DETEKSI PERANGKAT SCINTIGRAPHY MENGGUNAKAN PSPMT PEREKAYASAAN SISTEM DETEKSI PERANGKAT SCINTIGRAPHY MENGGUNAKAN PSPMT Wiranto Budi Santoso 1, Leli Yuniarsari 2, Sigit Bachtiar 3 1,2,3 Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir, Kawasan PUSPIPTEK Serpong, Gedung

Lebih terperinci

DESAIN TRANSDUSER TEGANGAN TINGGI PADA TABUNG GEIGER MULLER UNTUK MENDETEKSI RADIASI RADIOAKTIF

DESAIN TRANSDUSER TEGANGAN TINGGI PADA TABUNG GEIGER MULLER UNTUK MENDETEKSI RADIASI RADIOAKTIF J. Sains MIPA, Edisi Khusus Tahun 2007, Vol. 13, No. 3, Hal.: 199-204 ISSN 1978-1873 DESAIN TRANSDUSER TEGANGAN TINGGI PADA TABUNG GEIGER MULLER UNTUK MENDETEKSI RADIASI RADIOAKTIF ABSTRACT Irwandi Jurusan

Lebih terperinci

PEREKAYASAAN SISTEM DETEKSI PERANGKAT SCINTIGRAPHY MENGGUNAKAN PSPMT

PEREKAYASAAN SISTEM DETEKSI PERANGKAT SCINTIGRAPHY MENGGUNAKAN PSPMT PEREKAYASAAN SISTEM DETEKSI PERANGKAT SCINTIGRAPHY MENGGUNAKAN PSPMT Wiranto Budi Santoso 1 dan Leli Yuniarsari 1 1 Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir - Badan Tenaga Nuklir Nasional ABSTRAK PEREKAYASAAN SISTEM

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SPEKTROMETER GAMMA PORTABEL BERBIAYA MURAH MENGGUNAKAN SOUND CARD USB

PENGEMBANGAN SPEKTROMETER GAMMA PORTABEL BERBIAYA MURAH MENGGUNAKAN SOUND CARD USB PENGEMBANGAN SPEKTROMETER GAMMA PORTABEL BERBIAYA MURAH MENGGUNAKAN SOUND CARD USB Rasito, Putu Sukmabuana, Ade Suherman, dan Tri Cahyo L. Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan BATAN, Jl. Tamansari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Bab ini membahas tentang teori atau hukum rangkaian elektronika dan teori komponen komponen yang digunakan sebagai alat bantu atau penunjang pada proses analisa Photodioda. Pembahasan

Lebih terperinci

Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 2, April 2014 ISSN

Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 2, April 2014 ISSN STUDI AWAL UJI PERANGKAT KAMERA GAMMA DUAL HEAD MODEL PENCITRAAN SINGLE PHOTON EMISSION COMPUTED TOMOGRAPHY (SPECT) MENGGUNAKAN SUMBER RADIASI MEDIUM ENERGY Ra 226 Friska Wilfianda Putri 1, Dian Milvita

Lebih terperinci

X-Ray Fluorescence Analysis. (Analisa XRF)

X-Ray Fluorescence Analysis. (Analisa XRF) X-Ray Fluorescence Analysis (Analisa XRF) Analisis X-ray Fluoresensi Pendahuluan Prinsip Kerja Skema Cara Kerja Alat Preparasi Sampel Instrumen XRF Contoh spektra Radiasi Elektromagnetik 1Hz - 1kHz Extra-Low

Lebih terperinci

STUDI KARAKTERISTIK DETEKTOR SODIUM IODIDE DALAM PEMANFAATANNYA SEBAGAI SEGMENTED GAMMA SCANNER LIMBAH RADIOAKTIF

STUDI KARAKTERISTIK DETEKTOR SODIUM IODIDE DALAM PEMANFAATANNYA SEBAGAI SEGMENTED GAMMA SCANNER LIMBAH RADIOAKTIF Jurnal Teknologi Pengelolaan Limbah (Journal of Waste Management Technology), ISSN 1410-9565 Volume 17 Nomor 2, Desember 2014 (Volume 17, Number 2, December, 2014) Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (Center

Lebih terperinci

Perbandingan Kinerja Detektor NaI(Tl) Dengan Detektor CsI(Tl) Pada Spektroskopi Radiasi Gamma

Perbandingan Kinerja Detektor NaI(Tl) Dengan Detektor CsI(Tl) Pada Spektroskopi Radiasi Gamma Jurnal Gradien Vol.3 No.1 Januari 2007 : 204-209 Perbandingan Kinerja Detektor NaI(Tl) Dengan Detektor CsI(Tl) Pada Spektroskopi Radiasi Gamma Syamsul Bahri Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

PENEMUAN RADIOAKTIVITAS. Sulistyani, M.Si.

PENEMUAN RADIOAKTIVITAS. Sulistyani, M.Si. PENEMUAN RADIOAKTIVITAS Sulistyani, M.Si. Email: sulistyani@uny.ac.id SINAR KATODE Penemuan sinar katode telah menginspirasi penemuan sinar-x dan radioaktivitas Sinar katode ditemukan oleh J.J Thomson

Lebih terperinci

PENGUKURAN RADIOAKTIF MENGGUNAKAN DETEKTOR NaI, STUDI KASUS LUMPUR LAPINDO

PENGUKURAN RADIOAKTIF MENGGUNAKAN DETEKTOR NaI, STUDI KASUS LUMPUR LAPINDO PENGUKURAN RADIOAKTIF MENGGUNAKAN DETEKTOR NaI, STUDI KASUS LUMPUR LAPINDO Insan Kamil Institut Teknologi Bandung Abstrak Pengukuran radioaktif dengan metode scintillation menggunakan detektor NaI untuk

Lebih terperinci

APLIKASI ATMEGA 8535 DALAM PEMBUATAN ALAT UKUR BESAR SUDUT (DERAJAT)

APLIKASI ATMEGA 8535 DALAM PEMBUATAN ALAT UKUR BESAR SUDUT (DERAJAT) APLIKASI ATMEGA 8535 DALAM PEMBUATAN ALAT UKUR BESAR SUDUT (DERAJAT) Ery Safrianti 1, Rahyul Amri 2, Setiadi 3 Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Riau Kampus Bina Widya, Jalan Subrantas

Lebih terperinci

Pengaruh Perubahan Tegangan Tinggi Tabung Photomultiplayer (PMT) Terhadap Amplitudo Keluaran Detektor NaI(Tl)

Pengaruh Perubahan Tegangan Tinggi Tabung Photomultiplayer (PMT) Terhadap Amplitudo Keluaran Detektor NaI(Tl) Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol. 4, No. 3, Juli 2001, hal 69 78 Pengaruh Perubahan Tegangan Tinggi Tabung Photomultiplayer (PMT) Terhadap Amplitudo Keluaran Detektor NaI(Tl) Desy Amalia dan M. Munir

Lebih terperinci

OPTIMASI PENGUKURAN KEAKTIVAN RADIOISOTOP Cs-137 MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

OPTIMASI PENGUKURAN KEAKTIVAN RADIOISOTOP Cs-137 MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA OPTIMASI PENGUKURAN KEAKTIVAN RADIOISOTOP Cs-137 MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA NOVIARTY, DIAN ANGGRAINI, ROSIKA, DARMA ADIANTORO Pranata Nuklir Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir-BATAN Abstrak OPTIMASI

Lebih terperinci

Penentuan karakteristik cacahan pada counter dengan menggunakan sumber standar 152 Eu, 60 Co dan 137 Cs

Penentuan karakteristik cacahan pada counter dengan menggunakan sumber standar 152 Eu, 60 Co dan 137 Cs Youngster Physics Journal ISSN: 232-7371 Vol. 6, No. 2, pril 217, Hal. 151-156 Penentuan karakteristik cacahan pada dengan menggunakan sumber standar 152 Eu, 6 Co dan 137 Cs Hendrika Liana Sari dan Wahyu

Lebih terperinci

ANALISIS KERUSAKAN X-RAY FLUORESENCE (XRF)

ANALISIS KERUSAKAN X-RAY FLUORESENCE (XRF) ISSN 1979-2409 Analisis Kerusakan X-Ray Fluoresence (XRF) (Agus Jamaludin, Darma Adiantoro) ANALISIS KERUSAKAN X-RAY FLUORESENCE (XRF) Agus Jamaludin, Darma Adiantoro Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir

Lebih terperinci

VII. PELURUHAN GAMMA. Sub-pokok Bahasan Meliputi: Peluruhan Gamma Absorbsi Sinar Gamma Interaksi Sinar Gamma dengan Materi

VII. PELURUHAN GAMMA. Sub-pokok Bahasan Meliputi: Peluruhan Gamma Absorbsi Sinar Gamma Interaksi Sinar Gamma dengan Materi VII. PELURUHAN GAMMA Sub-pokok Bahasan Meliputi: Peluruhan Gamma Absorbsi Sinar Gamma Interaksi Sinar Gamma dengan Materi 7.1. PELURUHAN GAMMA TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS: Setelah mempelajari Sub-pokok

Lebih terperinci

PENGUKURAN RADIASI. Dipresentasikan dalam Mata Kuliah Pengukuran Besaran Listrik Dosen Pengajar : Dr.-Ing Eko Adhi Setiawan S.T., M.T.

PENGUKURAN RADIASI. Dipresentasikan dalam Mata Kuliah Pengukuran Besaran Listrik Dosen Pengajar : Dr.-Ing Eko Adhi Setiawan S.T., M.T. Dipresentasikan dalam Mata Kuliah Pengukuran Besaran Listrik Dosen Pengajar : Dr.-Ing Eko Adhi Setiawan S.T., M.T. Oleh : ADI WIJAYANTO 1 Adi Wijayanto Badan Tenaga Nuklir Nasional www.batan.go.id CAKUPAN

Lebih terperinci

BAB I Jenis Radiasi dan Interaksinya dengan Materi

BAB I Jenis Radiasi dan Interaksinya dengan Materi BAB I Jenis Radiasi dan Interaksinya dengan Materi Radiasi adalah pancaran energi yang berasal dari proses transformasi atom atau inti atom yang tidak stabil. Ketidak-stabilan atom dan inti atom mungkin

Lebih terperinci

PAKET SOAL LATIHAN FISIKA, 2 / 2

PAKET SOAL LATIHAN FISIKA, 2 / 2 PAKET SOAL LATIHAN FISIKA, 2 / 2 1. Pada rangkaian berikut, masing - masing hambatan adalah 6. Tegangan baterai 9 Volt, sedangkan hambatan dalam baterai diabai kan. Arus I adalah. a. 0,5 I A b. 1 A c.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei 2012. Adapun tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di Laboratorium Elektronika Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Radiasi seringkali dianggap sebagai sesuatu yang berbahaya dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Radiasi seringkali dianggap sebagai sesuatu yang berbahaya dan tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Radiasi seringkali dianggap sebagai sesuatu yang berbahaya dan tidak bermanfaat bagi kehidupan manusia. Salah satu penyebabnya adalah tragedi Chernobyl dan tragedi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM SPEKTROSKOPI XRF DENGAN DETEKTOR SEMIKODUKTOR Cd Te

LAPORAN PRAKTIKUM SPEKTROSKOPI XRF DENGAN DETEKTOR SEMIKODUKTOR Cd Te 1. TUJUAN PRATIKUM Tujuan pratikum Instrumentasi nuklir khususnya XRF (X-ray fluorescence spectrometry) adalah : 1. Mahasiswa mengetahui prinsip kerja dan cara-cara menggunakan XRF 2. Mahasiswa mampu mengkalibrasi

Lebih terperinci

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 4, No. 1, Januari 2015, Hal 23-30

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 4, No. 1, Januari 2015, Hal 23-30 PERBANDINGAN EFISIENSI DETEKTOR SINTILASI ORGANIK MENGGUNAKAN SINTILATOR ANTRASEN DAN NAFTALEN SERTA PENGARUH PENGGUNAAN KONTAK OPTIK TERHADAP EFISIENSI DETEKTOR PADA SPEKTROMETER BETA Nur Indah Lestari,

Lebih terperinci

SISTEM PENCACAH RADIASI DENGAN DETEKTOR SINTILASI BERBASIS MIKROKOMPUTER

SISTEM PENCACAH RADIASI DENGAN DETEKTOR SINTILASI BERBASIS MIKROKOMPUTER SISTEM PENCACAH RADIASI DENGAN DETEKTOR SINTILASI BERBASIS MIKROKOMPUTER Widya A. Gammayani dan Didi Gayani Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri, Jl. Tamansari 71, Bandung, 40132 Email: widya_a9@yahoo.com

Lebih terperinci

Sistem Identifikasi Kualitas Bahan Bakar Minyak Menggunakan Deret Light Emitting Diode

Sistem Identifikasi Kualitas Bahan Bakar Minyak Menggunakan Deret Light Emitting Diode Sistem Identifikasi Kualitas Bahan Bakar Minyak Menggunakan Deret Light Emitting Diode Nurseno Aqib Fadwi Adi 2209100156 Dosen Pembimbing 1 Dr. Muhammad Rivai, ST., MT. Dosen Pembimbing 2 Ir. Siti Halimah

Lebih terperinci

Fisika EBTANAS Tahun 1993

Fisika EBTANAS Tahun 1993 Fisika EBTANA Tahun 1993 EBTANA-93-01 Dimensi konstanta pegas adalah A. L T 1 B. M T C. M L T 1 D. M L T M L T 1 EBTANA-93-0 Perhatikan kelima grafik hubungan antara jarak a dan waktu t berikut ini. t

Lebih terperinci

Oleh ADI GUNAWAN XII IPA 2 FISIKA INTI DAN RADIOAKTIVITAS

Oleh ADI GUNAWAN XII IPA 2 FISIKA INTI DAN RADIOAKTIVITAS Oleh ADI GUNAWAN XII IPA 2 FISIKA INTI DAN RADIOAKTIVITAS 1 - Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang - " Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. alat pendeteksi frekuensi detak jantung. Langkah langkah untuk merealisasikan

BAB III METODE PENELITIAN. alat pendeteksi frekuensi detak jantung. Langkah langkah untuk merealisasikan BAB III METODE PENELITIAN Pada penelitian ini, akan dilakukan beberapa langkah untuk membuat alat pendeteksi frekuensi detak jantung. Langkah langkah untuk merealisasikan alat pendeteksi frekuensi detak

Lebih terperinci

: Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-15 CAKUPAN MATERI

: Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-15 CAKUPAN MATERI MATA KULIAH KODE MK Dosen : FISIKA DASAR II : EL-122 : Dr. Budi Mulyanti, MSi Pertemuan ke-15 CAKUPAN MATERI 1. EKSITASI ATOMIK 2. SPEKTRUM EMISI HIDROGEN 3. DERET SPEKTRUM HIDROGEN 4. TINGKAT ENERGI DAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada Juni 2014 sampai dengan Desember 2014.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada Juni 2014 sampai dengan Desember 2014. III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada Juni 2014 sampai dengan Desember 2014. Perancangan alat penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Elektronika

Lebih terperinci

INTERAKSI RADIASI DENGAN MATERI NANIK DWI NURHAYATI,S.SI,M.SI

INTERAKSI RADIASI DENGAN MATERI NANIK DWI NURHAYATI,S.SI,M.SI INTERAKSI RADIASI DENGAN MATERI NANIK DWI NURHAYATI,S.SI,M.SI suatu emisi (pancaran) dan perambatan energi melalui materi atau ruang dalam bentuk gelombang elektromagnetik atau partikel 2 3 Peluruhan zat

Lebih terperinci

PENEMUAN RADIOAKTIVITAS. Sulistyani, M.Si.

PENEMUAN RADIOAKTIVITAS. Sulistyani, M.Si. PENEMUAN RADIOAKTIVITAS Sulistyani, M.Si. Email: sulistyani@uny.ac.id APA ITU KIMIA INTI? Kimia inti adalah ilmu yang mempelajari struktur inti atom dan pengaruhnya terhadap kestabilan inti serta reaksi-reaksi

Lebih terperinci

SIMULASI EFISIENSI DETEKTOR GERMANIUM DI LABORATORIUM AAN PTNBR DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5

SIMULASI EFISIENSI DETEKTOR GERMANIUM DI LABORATORIUM AAN PTNBR DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5 290 Simulasi Efisiensi Detektor Germanium Di Laboratorium AAN PTNBR Dengan Metode Monte Carlo MCNP5 ABSTRAK SIMULASI EFISIENSI DETEKTOR GERMANIUM DI LABORATORIUM AAN PTNBR DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5

Lebih terperinci

Fisika Modern (Teori Atom)

Fisika Modern (Teori Atom) Fisika Modern (Teori Atom) 13:05:05 Sifat-Sifat Atom Atom stabil adalah atom yang memiliki muatan listrik netral. Atom memiliki sifat kimia yang memungkinkan terjadinya ikatan antar atom. Atom memancarkan

Lebih terperinci

PERCOBAAN EFEK FOTOLISTRIK

PERCOBAAN EFEK FOTOLISTRIK PERCOBAAN EFEK FOTOLISTRIK A. TUJUAN PERCOBAAN 1. Mempelajari efek/gejala fotolistrik secara eksperimen. 2. Menentukan fungsi kerja/work function sel foto (photo cell). 3. Menentukan nilai tetapan Planck

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN OTOMASI SISTEM PENGISIAN DAN PENGONTROLAN SUHU AIR HANGAT PADA BATHTUB MENGGUNAKAN DETEKTOR FASA. Tugas Akhir

RANCANG BANGUN OTOMASI SISTEM PENGISIAN DAN PENGONTROLAN SUHU AIR HANGAT PADA BATHTUB MENGGUNAKAN DETEKTOR FASA. Tugas Akhir RANCANG BANGUN OTOMASI SISTEM PENGISIAN DAN PENGONTROLAN SUHU AIR HANGAT PADA BATHTUB MENGGUNAKAN DETEKTOR FASA Tugas Akhir Disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Ahli Madya pada program Studi

Lebih terperinci

Alat Proteksi Radiasi

Alat Proteksi Radiasi Alat Proteksi Radiasi Latar Belakang Radiasi nuklir tidak dapat dirasakan oleh manusia secara langsung, seberapapun besarnya. Agar pekerja radiasi tidak mendapat paparan radiasi yang melebihi batas yang

Lebih terperinci

KAJIAN KINERJA SISTEM DETEKSI ANTARA DETEKTOR NaI(Tl) DAN CsI(Tl) UNTUK PERANGKAT RENOGRAF PORTABEL JINJING

KAJIAN KINERJA SISTEM DETEKSI ANTARA DETEKTOR NaI(Tl) DAN CsI(Tl) UNTUK PERANGKAT RENOGRAF PORTABEL JINJING KAJIAN KINERJA SISTEM DETEKSI ANTARA DETEKTOR NaI(Tl) DAN CsI(Tl) UNTUK PERANGKAT RENOGRAF PORTABEL JINJING Joko Sumanto, Sigit Bachtiar, Abdul Jalil Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir-BATAN-Kawasan Puspiptek,

Lebih terperinci

PENENTUAN CALIBRATION SETTING DOSE CALIBRATOR CAPINTEC CRC-7BT UNTUK Ce-139

PENENTUAN CALIBRATION SETTING DOSE CALIBRATOR CAPINTEC CRC-7BT UNTUK Ce-139 252 Prosiding Pertemuan Ilmiah XXIV HFI Jateng & DIY, Semarang 10 April 2010 hal. 252-257 PENENTUAN CALIBRATION SETTING DOSE CALIBRATOR CAPINTEC CRC-7BT UNTUK Ce-139 Holnisar, Hermawan Candra, Gatot Wurdiyanto

Lebih terperinci

Gambar 1 UVTRON R2868. Gambar 2 Grafik respon UVTRON

Gambar 1 UVTRON R2868. Gambar 2 Grafik respon UVTRON Sensor-sensor Keperluan Khusus Sensor-sensor jenis ini adalah merupakan sensor yang digunakan secara spesifik untuk robot-robot dengan tujuan tertentu. Contohnya, sensor api untuk robot yang difungsikan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SENSOR JARAK GP2Y0A02YK0F UNTUK MEMBUAT ALAT PENGUKUR KETINGGIAN PASANG SURUT (PASUT) AIR LAUT

PENGEMBANGAN SENSOR JARAK GP2Y0A02YK0F UNTUK MEMBUAT ALAT PENGUKUR KETINGGIAN PASANG SURUT (PASUT) AIR LAUT PENGEMBANGAN SENSOR JARAK GP2Y0A02YK0F UNTUK MEMBUAT ALAT PENGUKUR KETINGGIAN PASANG SURUT (PASUT) AIR LAUT DEVELOPMENT OF THE DISTANCE SENSOR GP2Y0A02YK0F TO BUILD A LEVEL METER OF TIDE SEA Abdul Muid

Lebih terperinci

SIMULASI KURVA EFISIENSI DETEKTOR GERMANIUM UNTUK SINAR GAMMA ENERGI RENDAH DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5

SIMULASI KURVA EFISIENSI DETEKTOR GERMANIUM UNTUK SINAR GAMMA ENERGI RENDAH DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5 SIMULASI KURVA EFISIENSI DETEKTOR GERMANIUM UNTUK SINAR GAMMA ENERGI RENDAH DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5 Rasito, P. Ilham Y., Muhayatun S., dan Ade Suherman Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri

Lebih terperinci

Radiologi Kedokteran Nuklir dan Radioterapi; oleh Dr. Ir. Hj Rusmini Barozi, AIM., M.M.; Daniel Kartawiguna, S.T., M.M., M.Acc. Hak Cipta 2015 pada

Radiologi Kedokteran Nuklir dan Radioterapi; oleh Dr. Ir. Hj Rusmini Barozi, AIM., M.M.; Daniel Kartawiguna, S.T., M.M., M.Acc. Hak Cipta 2015 pada Radiologi Kedokteran Nuklir dan Radioterapi; oleh Dr. Ir. Hj Rusmini Barozi, AIM., M.M.; Daniel Kartawiguna, S.T., M.M., M.Acc. Hak Cipta 2015 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 PERANCANGAN PERANGKAT KERAS Setelah mempelajari teori yang menunjang dalam pembuatan alat, maka langkah berikutnya adalah membuat suatu rancangan dengan tujuan untuk mempermudah

Lebih terperinci

Perancangan dan Pengujian Sistem Pengukuran Sinar UV Dari Intensitas Matahari.

Perancangan dan Pengujian Sistem Pengukuran Sinar UV Dari Intensitas Matahari. 1 Perancangan dan Pengujian Sistem Pengukuran Sinar UV Dari Intensitas Matahari. Yulia Imelda Piyoh [1], Made Rai Suci Shanti [1,2], Andreas Setiawan [1,2] [1] Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM KONTROL BOX UV SEBAGAI MEDIA STERILISASI MENGGUNAKAN SENSOR FOTODIODA

RANCANG BANGUN SISTEM KONTROL BOX UV SEBAGAI MEDIA STERILISASI MENGGUNAKAN SENSOR FOTODIODA J. Sains Dasar 2015 4 (1) 71-76 RANCANG BANGUN SISTEM KONTROL BOX UV SEBAGAI MEDIA STERILISASI MENGGUNAKAN SENSOR FOTODIODA DEVELOPMENT OF UV-BOX CONTROL SYTEM PROTOTYPE FOR STERILIZATION MEDIA USING PHOTODIODE

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PEMBANGKIT PULSA GELOMBANG LINEAR PADA PERANGKAT INSTRUMENTASI NUKLIR SKRIPSI RIADY A. P. SITANGGANG

RANCANG BANGUN PEMBANGKIT PULSA GELOMBANG LINEAR PADA PERANGKAT INSTRUMENTASI NUKLIR SKRIPSI RIADY A. P. SITANGGANG 1 RANCANG BANGUN PEMBANGKIT PULSA GELOMBANG LINEAR PADA PERANGKAT INSTRUMENTASI NUKLIR SKRIPSI RIADY A. P. SITANGGANG 100801064 DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PERTEMUAN KEEMPAT FISIKA MODERN TEORI KUANTUM TENTANG RADIASI ELEKTROMAGNET TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MULAWARMAN

PERTEMUAN KEEMPAT FISIKA MODERN TEORI KUANTUM TENTANG RADIASI ELEKTROMAGNET TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MULAWARMAN PERTEMUAN KEEMPAT FISIKA MODERN TEORI KUANTUM TENTANG RADIASI ELEKTROMAGNET TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MULAWARMAN TEORI FOTON Gelombang Elektromagnetik termasuk cahaya memiliki dwi-sifat (Dualisme)

Lebih terperinci

APLIKASI NTC UNTUK MENENTUKAN ENERGI RADIASI DENGAN PENDEKATAN HUKUM STEFAN BOLTZMANN

APLIKASI NTC UNTUK MENENTUKAN ENERGI RADIASI DENGAN PENDEKATAN HUKUM STEFAN BOLTZMANN APLIKASI NTC UNTUK MENENTUKAN ENERGI RADIASI DENGAN PENDEKATAN HUKUM STEFAN BOLTZMANN Dzulkiflih, S.Si, M.T1, Mochammad Ahied, S.Si, M.Si2 1 Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PENYEDIA DAYA TEGANGAN TINGGI DC BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89C51

RANCANG BANGUN PENYEDIA DAYA TEGANGAN TINGGI DC BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89C51 RANCANG BANGUN PENYEDIA DAYA TEGANGAN TINGGI DC BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89C51 SUDIONO, TOTO TRIKASJONO Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN Jl. Babarsari Kotak Pos 1008, DIY 55010 Telp. 0274.489716,

Lebih terperinci

RENCANA PERKULIAHAN FISIKA INTI Pertemuan Ke: 1

RENCANA PERKULIAHAN FISIKA INTI Pertemuan Ke: 1 Pertemuan Ke: 1 Mata Kuliah/Kode : Fisika Semester dan : Semester : VI : 150 menit Kompetensi Dasar : Mahasiswa dapat memahami gejala radioaktif 1. Menyebutkan pengertian zat radioaktif 2. Menjelaskan

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA SPEKTROMETER GAMMA YANG MENGGUNAKAN NITROGEN CAIR SEBAGAI PENDINGIN DETEKTOR

EVALUASI KINERJA SPEKTROMETER GAMMA YANG MENGGUNAKAN NITROGEN CAIR SEBAGAI PENDINGIN DETEKTOR EVALUASI KINERJA SPEKTROMETER GAMMA YANG MENGGUNAKAN NITROGEN CAIR SEBAGAI PENDINGIN DETEKTOR POSTER PERFORMANCE EVALUATION OF GAMMA SPECTROMETER WHICH USING LIQUID NITROGEN FOR COOLING ITS DETECTORS Daya

Lebih terperinci

PENGATUR CATU DAYA TEGANGAN TINGGI PERANGKAT MAMMOGRAFI MX-13 BERBASIS PULSE WIDTH MODULATION

PENGATUR CATU DAYA TEGANGAN TINGGI PERANGKAT MAMMOGRAFI MX-13 BERBASIS PULSE WIDTH MODULATION PENGATUR CATU DAYA TEGANGAN TINGGI PERANGKAT MAMMOGRAFI MX-13 BERBASIS PULSE WIDTH MODULATION Wiranto Budi Santoso, Budi Santoso, Sukandar, I Putu Susila Pusat Rekayasa Fasilitas Nuklir (PRFN) BATAN Email

Lebih terperinci

No Output LM 35 (Volt) Termometer Analog ( 0 C) Error ( 0 C) 1 0, , ,27 26,5 0,5 4 0,28 27,5 0,5 5 0, ,

No Output LM 35 (Volt) Termometer Analog ( 0 C) Error ( 0 C) 1 0, , ,27 26,5 0,5 4 0,28 27,5 0,5 5 0, , 56 Tabel 4.1 Hasil Perbandingan Antara Output LM 35 dengan Termometer No Output LM 35 (Volt) Termometer Analog ( 0 C) Error ( 0 C) 1 0,25 25 0 2 0,26 26 0 3 0,27 26,5 0,5 4 0,28 27,5 0,5 5 0,29 28 1 6

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN PENGAMBILAN DATA DENYUT JANTUNG UNTUK MENGETAHUI HEART RATE PASCA AKTIFITAS DENGAN PC

PERENCANAAN DAN PENGAMBILAN DATA DENYUT JANTUNG UNTUK MENGETAHUI HEART RATE PASCA AKTIFITAS DENGAN PC PERENCANAAN DAN PENGAMBILAN DATA DENYUT JANTUNG UNTUK MENGETAHUI HEART RATE PASCA AKTIFITAS DENGAN PC Miftakh Dali Suryana 1, Ir. Ratna Adil, MT 2, Paulus Susetyo Wardhana 2 Jurusan Elektronika, Politeknik

Lebih terperinci

LATIHAN UJIAN NASIONAL

LATIHAN UJIAN NASIONAL LATIHAN UJIAN NASIONAL 1. Seorang siswa menghitung luas suatu lempengan logam kecil berbentuk persegi panjang. Siswa tersebut menggunakan mistar untuk mengukur panjang lempengan dan menggunakan jangka

Lebih terperinci

PENDETEKSI OTOMATIS ARAH SUMBER CAHAYA MATAHARI PADA SEL SURYA. Ahmad Sholihuddin Universitas Islam Balitar Blitar Jl. Majapahit no 4 Blitar.

PENDETEKSI OTOMATIS ARAH SUMBER CAHAYA MATAHARI PADA SEL SURYA. Ahmad Sholihuddin Universitas Islam Balitar Blitar Jl. Majapahit no 4 Blitar. PENDETEKSI OTOMATIS ARAH SUMBER CAHAYA MATAHARI PADA SEL SURYA Ahmad Sholihuddin Universitas Islam Balitar Blitar Jl. Majapahit no 4 Blitar Abstrak Penerapan teknologi otomatis dengan menggunakan sistem

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT UKUR TINGKAT KEKERUHAN ZAT CAIR BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51 MENGGUNAKAN SENSOR FOTOTRANSISTOR DAN PENAMPIL LCD

RANCANG BANGUN ALAT UKUR TINGKAT KEKERUHAN ZAT CAIR BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51 MENGGUNAKAN SENSOR FOTOTRANSISTOR DAN PENAMPIL LCD RANCANG BANGUN ALAT UKUR TINGKAT KEKERUHAN ZAT CAIR BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51 MENGGUNAKAN SENSOR FOTOTRANSISTOR DAN PENAMPIL LCD Yefri Hendrizon, Wildian Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1PHOTODIODA Dioda foto adalah jenis dioda yang berfungsi mendeteksi cahaya. Berbeda dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1PHOTODIODA Dioda foto adalah jenis dioda yang berfungsi mendeteksi cahaya. Berbeda dengan 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1PHOTODIODA Dioda foto adalah jenis dioda yang berfungsi mendeteksi cahaya. Berbeda dengan dioda biasa, komponen elektronika ini akan mengubah cahaya menjadi arus listrik. Cahaya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. LED (Light Emitting Diode) LED (Light Emitting Diode) adalah dioda yang memancarkan cahaya jika diberi tegangan tertentu. LED terbuat dari bahan semikonduktor tipe-p (pembawa

Lebih terperinci

ALAT PENCATAT TEMPERATUR OTOMATIS MENGGUNAKAN TERMOKOPEL BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51

ALAT PENCATAT TEMPERATUR OTOMATIS MENGGUNAKAN TERMOKOPEL BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 ALAT PENCATAT TEMPERATUR OTOMATIS MENGGUNAKAN TERMOKOPEL BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 Nyoman Wendri, I Wayan Supardi, K N Suarbawa, Ni Made Yuliantini 1 Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan Maret 2014,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan Maret 2014, 41 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan Maret 2014, bertempat di Laboratorium Instrumentasi Jurusan Fisika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

PEMBUATAN LINEAR AMPLIFIER MENGGUNAKAN LM318 UNTUK SPEKTROMETRI GAMMA

PEMBUATAN LINEAR AMPLIFIER MENGGUNAKAN LM318 UNTUK SPEKTROMETRI GAMMA PEMBUATAN LINEAR AMPLIFIER MENGGUNAKAN LM318 UNTUK SPEKTROMETRI GAMMA JUMARI, SRI PRIHARTINTO, MURSITI Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan-BATAN Jl. Babarsari Kotak Pos 1008, DIY 55010 Telp. 0274.488435,

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PENAMPIL PLATO DETEKTOR GEIGER MUELLER BERBASIS PERSONAL KOMPUTER

RANCANG BANGUN PENAMPIL PLATO DETEKTOR GEIGER MUELLER BERBASIS PERSONAL KOMPUTER RANCANG BANGUN PENAMPIL PLATO DETEKTOR GEIGER MUELLER BERBASIS PERSONAL KOMPUTER Toto Trikasjono, Djiwo Harsono, Catur Wulandari Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasioanal Jl. Babarsari

Lebih terperinci