MESIN PENGERING PAKAIAN SISTEM TERTUTUP DENGAN MENGGUNAKAN DAYA LISTRIK 1122 WATT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MESIN PENGERING PAKAIAN SISTEM TERTUTUP DENGAN MENGGUNAKAN DAYA LISTRIK 1122 WATT"

Transkripsi

1 MESIN PENGERING PAKAIAN SISTEM TERTUTUP DENGAN MENGGUNAKAN DAYA LISTRIK 1122 WATT SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Teknik Mesin Oleh ARDI PRABOWO NIM : PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017 i

2 THE CLOSED SYSTEM OF CLOTHES DRYER MACHINE USING ELECTRICAL ENERGY 1122 WATT FINAL PROJECT As Partical Fulfillment Of The Requirement To Obtain The Sarjana Teknik Degree In Mechanical Engineering By ARDI PRABOWO NIM : MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM MECHANICAL ENGINEERING DEPARTMENT SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY SANATA DHARMA UNIVERSITY YOGYAKARTA 2017 ii

3 wk. PK Purwadi, M.T. --E MESIN PENGERING PAKAIAN SISTEM TERTUTUP DENGAN TmNGGUNAKAN DAYA LTSTRTK ttzzwatt Telah disetujui oleh : Dosen Pembimbing iii

4 MESII\ PENGERING PAKAIAN SISTEM TERTUTUP DENGAN MENGGUNAKAN DAYA LISTRIK II22 WATT Dipersiapkan dm disusun oleh : ARDIPRABOWO NIM: Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Sains dan Teknologi i2017 Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dhanna Dekan,,ffi,r,b/-, i Mungkasi, Ph.D. lv

5 PERIIYATAAN KEASLIAN KARYA Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapatkarya atau pendapatyang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Yogyakarta,20 Ju i2017

6 LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADBMIS Dharma: Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Nama : Ardi Prabowo Nomor Mahasiswa : Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul : Mesin Pengering Pakaian Sistem Tertutup Dengan Menggunakan Energi Listrik ll22watt Beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media yang lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Jantari2017 vl

7 ABSTRAK Dewasa ini kebutuhan akan mesin pengeringan pakaian yang praktis sangat diperlukan untuk berbagai kalangan pada saat musim penghujan dan untuk di daerah perkotaan yang padat akan penduduk, polusi udara yang kotor, debu, asap pabrik dan keterbatasan ruang untuk mengeringkan pakaian. Tujuan dari penelitian ini adalah : (a) Merakit mesin pengering pakaian yang ramah lingkungan dengan mempergunakan mesin yang bekerja dengan siklus kompresi uap berkapasitas 20 pakaian. (b) Mengetahui lama waktu pengeringan pakaian untuk berbagai kondisi awal pakaian, (1) hasil peras tangan, (2) hasil peras mesin cuci, dengan menvariasikan jumlah fan udara balik. Penelitian dilakukan di Laboratorium Perpindahan Panas Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Mesin pengering pakaian bekerja dengan siklus kompresi uap. Energi listrik yang digunakan untuk menggerakan kompresor dari mesin siklus kompresi uap, 2 kipas exhaust dengan daya 50 watt, 1 kipas untuk kondensor dengan daya 60 watt, untuk mengsirkulasikan udara. komponen utama mesin siklus kompresi uap adalah : kompresor, kondensor, pipa kapiler, evaporator dan peralatan tambahan filter dengan fluida kerja R134a. kompresor yang digunakan sebanyak 1 buah dengan daya kompresor berkisaran 1012 watt, sedangkan untuk ukuran komponen lain menyesuaikan dengan ukuran kompresor. Lemari pengering dirancang untuk kapasitas 20 pakaian, berukuran p x l x t : 120 cm x 60 cm x 130 cm, dengan sistem tertutup. Penelitian dilakukan dengan menvariasikan kondisi awal basah pakaian : (a) perasan tangan, (b) peras mesin cuci dan jumlah fan udara balik yang dipergunakan. Mesin pengering pakaian sistem tertutup berhasil dibuat dan bekerja dengan baik. Untuk mengeringkan 20 pakaian hasil peras mesin cuci dengan menggunakan 2 fan udara balik, mesin pengering memerlukan waktu 70 menit. Untuk mengeringkan 20 pakaian hasil peras mesin cuci dengan menggunakan 1 fan udara balik, mesin pengering memerlukan waktu 90 menit, dan untuk mengeringkan 20 pakaian hasil peras tangan dengan menggunakan 2 fan udara balik, mesin pengering memerlukan waktu 150 menit. Kata Kunci : Mesin Pengering Pakaian, Sistem Tertutup. vii

8 ABSTRACT Nowdays, the need for a practice drying clothes machines are indispensable for various people during the rainy season, busy people in town, dirty air pollution, dust, pollution from factories and limited space for drying clothes. The purpose of this study are: (a) Assembling an eco-friendly clothes dryer machine using a machine that works with vapor compression cycle for 20 clothes capacity. (B) Determine the length of time drying clothes for different initial conditions clothes, (1) the results wring hands, (2) results wring washing machine, with vary the amount of return air fan. The study was conducted at the Laboratory of Heat Transfer Mechanical Engineering Sanata Dharma University in Yogyakarta. Clothes dryer machine works with the vapor compression cycle. The electrical energy is used to drive the compressor of the vapor compression cycle engine, two exhaust fan with a power of 50 watts, 1 fan for the condenser with a power of 60 watts, for circulating the air. The main component of the vapor compression cycle engines are: compressor, condenser, capillary tube, evaporator and ancillary equipment filter with a fluid R134a. Compressors used as many as 1 piece, with power ranging compressor 1012 watts, while the size of the other components to adjust the size of the compressor. Drying cabinets are designed for a capacity of 20 clothing, size p x l x t: 120 cm x 60 cm x 130 cm, with a closed system. The study, conducted by to vary, the initial conditions of wet clothes: (a) a squeeze of the hand, (b) squeeze the washing machine and the amount of the return air fan is used. Clothes dryers closed system, successfully created and worked well. To dry 20 results wring clothes washing machine using two return air fan, drying machine takes 70 minutes. To dry 20 results wring clothes washing machine by using one return air fan, drying machine takes 90 minutes, and to dry the clothes 20 results wring hands with two return air fan, drying machine takes 150 minutes. Keywords : Clothes Dryers, Closed System viii

9 LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Ardi Prabowo Nomor Mahasiswa : Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : MESIN PENGERING PAKAIAN SISTEM TERTUTUP DENGAN MENGGI.INAKAN DAYA LISTRIK ll22 WATT beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal :26 Jamtari2017

10 KATA PENGANTAR Puji dan syukur senantiasa kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan limpahan rahmat yang telah diberikan-nya sehingga penulis bisa menyelesaikan Skripsi dengan baik dan tepat pada waktunya. Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang wajib terpenuhi bagi mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta untuk memperoleh gelar sarjana S-1. Penulis menyadari bahwa penyelesaian Skripsi ini melibatkan banyak pihak. Berkat bimbingan, nasihat, dan doa yang diberikan oleh berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Sudi Mungkasi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2. Ir. Petrus Kanisius Purwadi, M.T., selaku Ketua Program Studi Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma Yogyakarta sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Skripsi. 3. Wibowo Kusbandono, S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing Akademik. 4. Seluruh Dosen Program Studi Teknik Mesin Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma atas semua ilmu yang telah diberikan kepada penulis selama perkuliahan. 5. Seluruh staf pengajar dan karyawan Program Studi Teknik Mesin Fakultas Sains dan Teknologi yang telah membantu penulis selama perkuliahan hingga selesainya penulisan Skripsi ini. ix

11 6. Wicaksono dan Mardiana sebagai orangtua, Dewi Wulandari, Mega Adisti, dan Dhini Febrasari selaku saudara yang selalu membantu baik secara doa, moril, maupun materi selama penulis menempuh studi di Universitas Sanata Dharma. 7. Teman-teman Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma yang selalu memberikan saran dan masukan selama perkuliahan maupun pada saat penelitian. B. Semua pihak yang tidak dapat memberikan bantuan moril maupun penulis sebutkan satu persatu yang telah material sehingga proses penyelesaian Skripsi ini berjalan dengan lancar. Penulis menyadari bahwa Skripsi ini tidaklah sempurna, karena masih perlu banyak perbaikan sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat diharapka demi penyempurnaan Skripsi ini di kemudian hari. Besar harapan penulis Skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca. Yogyakarta, Penulis

12 DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... TITLE PAGE... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... i ii iii iv v LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... ABSTRAK... ABSTRAC... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... iv vii viii ix xi xiv xv ix BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Batasan Masalah... 3 xi

13 1.5 Manfaat Penelitian... 3 BAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA Dasar Teori Metode-metode dalam Pengeringan Pakaian Dehumidifier Parameter Proses Pengerinngan (Dehumidifier) Psychometric Chart Siklus Kompresi Uap Komponen Utama pada Mesin Siklus Kompresi uap Prosres-proses yang terjadi pada saat Pengeringan Tinjan Pustaka.. 21 BAB III METODE PENELITIAN Alat dan Bahan Penelitian Alat dan Bahan Pembuat Mesin Pengering Pakaian Alat Bahan Alat Bantu dalam Penelitian Tata Cara Penelitian Alur Pelaksanaan Penelitian Proses Pembuatan Mesin Pengering Pakaian Proses Mengisikan Refrigerant Skematik Pengambilan Data Langkah-langkah Pengambilan Data Cara Menganalisis dan Menampilkan Hasil Cara Mendapatkan Kesimpulan 43 BAB IV HASIL PENELITIAN, PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Hasil Penelitian Perhitungan.. 48 xii

14 4.3 Pembahasan. 55 BAB V KESIMPULAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN.. 61 xiii

15 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Pengeringan pakaian menggunakan panas matahari 5 Gambar 2.2 Mesin pengeringan pakaian dengan gaya sentrifugal.. 5 Gambar 2.3 Mesin Pengeringan Pakaian Menggunakan Gas LPG. 6 Gambar 2.4 Mesin Pengering Pakaian Menggunakan Elemen Pemanas. 6 Gambar 2.5 Refrigerant Dehumidifier. 8 Gambar 2.6 Desiccant Dehumidifier 9 Gambar 2.7 Hygrometer Gambar 2.8 Psychometric Chart.. 12 Gambar 2.9 Skematik Psychometric chart Gambar 2.10 Skematik Mesin Yang Bekerja Dengan Siklus Kompresi Uap Gambar 2.11 Diagram P-h Siklus Kompresi Uap. 16 Gambar 2.12 Diagram T-s Siklus Kompresi Uap. 16 Gambar 2.13 Proses-proses yang terjadi pada mesin pengering pakaian.. 20 Gambar 3.1 Skematik mesin pengering pakaian 24 Gambar 3.2 Pakaian (baju kaos) 24 Gambar 3.3 Papan dan Triplek.. 27 Gambar 3. 4 Kompresor Rotari. 28 Gambar 3.5 Kondensor jenis Sirip. 28 Gambar 3.6 Pipa Kapiler 29 Gambar 3.7 Evaporator Sirip. 29 Gambar 3.08 Filter. 30 Gambar 3.9 Refrigeran.. 30 Gambar 3.10 Kipas Angin Partisi. 30 Gambar 3.11 Pressure Gauge 31 Gambar 3.12 Termokopel dan Penampil Suhu Digital.. 31 Gambar 3.13 Hygrometer.. 32 Gambar 3.14 Stopwatch. 32 xiv

16 Gambar 3.15 Anemometer. 33 Gambar 3.16 Timbang Digital Gambar 3.17 Clamp meter.. 33 Gambar 3.18 Skematik diagram alur penelitian. 34 Gambar 3.18 Pemasangan komponen 35 Gambar 3.19 Proses Pemotongan Gambar 3.20 Proses pemasangan pintu Gambar 3.21 Proses Pengecatan.. 36 Gambar 3.22 Proses Pengisian Refrigeran Gambar 3.23 Skematik Pengambilan Data.. 39 Gambar 4.1 Diagram P-h siklus kompresi uap.. 49 Gambar 4.2 Suhu Kerja Eaporator (T evap ) dan Kondensor (T kond ) 50 Gambar 4.3 Psychometric Chart menit ke 150 variasi peras mesin cuci dengan 2 an. 52 Gambar 4.4 Berat pakaian saat pengeringan dilemari pengering.. 56 Gambar 4.5 Berat pakaian saat pengringan jemur matahari.. 56 xv

17 DFTAR TABEL Tabel 3.1 Tabel Pengambilan Data Tabel 3.2 Lanjutan Tabel Pengambilan Data Tabel 4.1 Data untuk hasil rata-rata peras mesin cuci 2 fan untuk 20 Pakaian.. 44 Tabel 4.1 Lanjutan Data untuk hasil rata-rata peras mesin cuci 2 fan untuk 20 pakaian 45 Tabel 4.2 Data untuk hasil rata-rata peras mesin cuci 1 fan untuk 20 Pakaian.. 45 Tabel 4.2 Lanjutan data untuk hasil rata-rata peras mesin cuci 1 fan untuk 20 pakaian Tabel 4.3 Data untuk hasil rata-rata peras tangan 2 fan untuk 20 pakaian 46 Tabel 4.3 Lanjutan data untuk hasil rata-rata peras tangan 2 fan untuk 20 pakaian.. 46 Tabel 4.4 Data pengeringan 20 pakaian peras mesin cuci dengan jemur Matahari.. 47 Tabel 4.5 Data pengeringan 20 pakaian peras tangan dengan jemur matahari.. 47 Tabel 4.6 Massa air yang menguap dari pakaian Tabel 4.7 Data hasil perhitungan untuk 20 pakaian peras mesin cuci dengan 2 fan Tabel 4.8 Data hasil perhitungan untuk 20 pakaian peras mesin cuci dengan 1 fan Tabel 4.9 Data hasil perhitungan untuk 20 pakaian peras tangan dengan 2 fan Tabel 4.10 Contoh pengeringan 160 pakaian. 57 xvi

18 ISTILAH PENTING W Massa air yang berhasil diuapkan (kg air /kg udara ) W G W F T db T wb T dp Kelembaban spesifik setelah keluar dari mesin pengering (kg/kg) Kelembaban spesifik setelah melewati kondensor (kg/kg) Dry-bulb Temperature (ᴼC) Wet-bulb Temperature (ᴼC) Dew-point Temperature (ᴼC) W Specific Humidity (%) RH Relative Humidity (%) H Enthalpi (BTU) SvP Volume Spesifik (m 3 /kg udara ) ṁ air M 1 T evap T komp T komp P 1 P 2 BPBA BPBS t M 1 BPK V I Kemampuan mesin pengering menguapkan massa air(kg air /jam) Massa air yang menguap dari pakaian (kg) Temperatur udara setelah evaporator (ᴼC) Temperatur udara setelah kompresor (ᴼC) Temperatur udara setelah kondensor (ᴼC) Tekanan refrigeran pada evaporator (psi) Tekanan refrigerant pada kondensor (psi) Berat pakaian basah awal (kg) Berat pakaian basah saat t (kg) Massa air yang menguap dari pakaian (kg) Berat pakaian kering (kg) Tegangan (volt) Arus (ampere) ρ Massa jenis (kg/m 3 ) HP Horsepower (watts) xvii

19 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dewasa ini cuaca di bumi semakin tidak menentu, dan dapat mengakibatkan curah hujan yang tinggi untuk daerah tertentu. Untuk mengeringkan pakaian sangat bergantung pada panas matahari dan cuaca yang cerah. Akibat tidak menentunya cuaca yang cerah memaksa setiap orang menjemur pakaian mereka di dalam ruangan yang tertutup dan lembab. Pelaku-pelaku usaha dalam bidang bisnis laundry, berlomba-lomba memberikan pelayanan yang baik dan cepat pada saat melakukan pelayanan di musim penghujan. Permasalahan tersebut, membuat orang menciptakan mesin pengering pakaian yang dapat bekerja di musim penghujan, hemat energi dan ramah lingkungan. Pada saat ini sudah dikenal beberapa jenis mesin pengering pakaian, pengeringan dengan memanfaatkan panas matahari, pengering menggunakan gas LPG, mesin pengering dengan menggunakan listrik. Namun ada kekurangan dan kelebihan sendiri untuk mesin pengering pakaian tersebut. Kelebihan pengering dengan menggunakan panas matahari adalah ramah lingkungan, dan panas matahari yang didapatkan gratis, dapat menjemur pakaian dalam jumlah yang banyak tanpa batasan ruang, waktu yang dibutuhkan untuk mengeringkan pakaian yang banyak sama dan aman. Sedangkan kekurangnnya adalah tidak bisa mengeringkan pakaian pada saat hujan atau bergantung dengan cuaca, lamanya pada saat proses pengeringan dan keterbatasan waktu. Sedangkan kelebihan untuk pengeringan pakaian menggunakan gas LPG, tidak terbatas oleh waktu, bisa dilakukan siang, sore, malam atau sepanjang waktu. Pengeringn menggunakan gas LPG tergolong sangat cepat dibandingkan pengeringan jenis lain. Adapun kekurangan pengeringan menggunakan gas LPG, pakaian yang dikeringkan menjadi lebih cepat rusak karena suhu kerja tinggi, kurang aman, harga alat yang mahal, pengoperasian yang masih manual dan bau gas yang rawan masuk 1

20 ke dalam ruang pengering pakaian. Hal ini pasti akan mengurangi kualitas hasil cucian yang dikeringkan. Adapun kelebihan mesin pengering pakaian menggunakan listrik adalah tidak bergantung dengan cuaca, tidak terbatas oleh waktu bisa digunakan siang hari, malam, atau sesuai waktu yang di inginkan. Pakaian yag dikeringkan tidak berbau dan pada saat pemakaian tidak memiliki resiko yang tinggi. Kekurangan mesin pengering pakaian menggunakan listrik adalah borosnya listrik yang digunakan, dikarenakan besarnya daya yang digunakan oleh mesin. Oleh karena latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian mesin pengering pakaian dengan energi listrik yang mempergunakan siklus kompresi uap untuk mengetahui waktu pengeringan pakaian. 1.2 Rumusan Masalah Dewasa ini diperlukan mesin pengering pakaian yang ramah lingkungan, praktis, aman dan bisa digunakan oleh semua kalangan mulai dari pengusaha laundry, masyarakat umum hingga ibu rumah tangga. Sebuah mesin yang dapat bekerja tanpa melibatkan energi surya, agar ketika musim hujan tiba, mesin ini masih tetap dapat bekerja, sekaligus berperan penting menggantikan proses pengeringan pakaian dengan mempergunakan energi surya. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitin mesin pengering pakaian ini adalah : a. Merakit mesin pengering pakaian yang ramah lingkungan dengan mempergunakan mesin yang bekerja dengan siklus kompresi uap berkapasitas 20 pakaian. b. Mengetahui lama waktu pengeringan pakaian untuk berbagai kondisi awal pakaian, (1) hasil peras tangan, (2) hasil peras mesin cuci, dengan variasi jumlah fan udara balik. 2

21 1.4 Batasan Masalah Batasan-batasan yang diambil dalam penelitian ini : a. Mesin pengering pakaian ini menggunakan mesin yang bekerja dengan mempergunakan sikus kompresi uap. b. Mesin pengering pakaian yang digunakan ini menggunakan sistem tertutup. c. Mesin pengering pakain ini di peruntunkan untuk mengeringkan 20 pakaian. d. Pakaian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pakaian jenis kaos. e. Mesin pengering pakaian bekerja dengan menggunakan tenaga listrik. f. Kompresor yang digunakan berdaya 1 HP dan refrigeran yang digunakan pada jenis ini R134a. g. Komponen lain seperti evaporator dan kondensor ukurannya menyesuaikan dengan besarnya daya kompresor 1 HP, pipa kapiler terbuat dari tembaga dengan diameter 0,032 inch dengan panjang 63 cm. h. Untuk menghitung daya yang dipakai mesin pengering pakaian yaitu dengan menambahkan daya dari ketiga fan dengan daya mesin siklus kompresi uap (V.I). 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : a. Menambah kasanah ilmu pengetahuan tentang mesin pengering pakaian sistem tertutup dengan mempergunakan mesin yang bekerja dengan siklus kompresi uap yang dapat ditempatkan diperpustakaan. b. Dapat dipergunakan sebagai referensi bagi peneliti lain yang melakukan penelitian tentang mesin pengering pakaian, dengan energi listrik. c. Diperolehnya teknologi tepat guna, berupa mesin pengering pakaian dengan energi listrik. 3

22 BAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Metode-Metode Dalam Pengringan Pakaian Seiring berkembangnya jaman banyak orang berlomba-lomba membuat trobosan baru dalam mengeringkan pakaian. Dewasa ini ada banyak metode-metode pengeringan pakaian baik secara alami maupun pengeringan menggunakan mesin pengering pakaian adapun pengeringan (a) menggunakan cahaya panas matahari, (b) pengeringan pakaian dengan gaya sentrifugal, (c) pengeringan pakaian menggunakan gas LPG, (d) mesin pengering pakaian menggunakan elemen pemanas, (e) pengeringan pakaian dengan metode dehumidifikasi. Berikut ini penjelasan metode pengering pakaian : a. Pengeringan Pakaian Menggunakan Panas Matahari Pengeringan pakaian menggunakan panas matahari ini sudah berlangsung sejak lama dan masih digunakan hingga saat ini. Pada proses ini panas yang dihasilkan matahari dapat menguapkan air yang berada pada pakain basah hingga pakaian menjadi kering terbebas dari air. Kelebihan pengeringan pakaian menggunakan panas matahari adalah ramah lingkungan, pengeringan pakaian gratis, pakaian dapat dikeringkan dalam jumlah yang banyak dan waktu yang dibutuhkan sama dalam mengeringkan pakaian dalam jumlah yang banyak. Adapun kekurangannya adalah tidak dapat mengeringkan pakaian pada saat cuaca hujan dan lama proses pengeringan pada saat cuaca mendung. 4

23 Gambar 2.1 pengeringan pakaian menggunakan panas matahari. b. Pengeringan Pakaian dengan Gaya Sentrifugal dan Heater Pemanas Metode pengeringan ini adalah dengan memanfaatkan gaya sentrifugal yang diberikan mesin untuk memisahkan air dari pakaian dan menggunakan panas dari heater. Pakaian akan diputar dalam mesin pengering dengan kecepatan tertentu dari motor listrik dan dengan bersamaan itu heater menciptakan udara panas yang disirkulasikan di dalam drum dan membuat air yang berada di pakaian menguap. Putaran tinggi tersebut menimbulkan gaya sentrifugal yang mengakibatkan uap air terhempas keluar dari dalam mesin pengering, kemudian air yang terkumpul langsung keluar melalui pipa output. Tetapi pengeringan dengan metode ini tidak membuat pakaian siap disetrika pakaian perlu diangin-angninkan telebih dahulu sebelum siap disetrika, tetapi proses ini membantu pengeringan pada saat cuaca mendung atau cuaca hujan. Gambar 2.2 Mesin pengeringan pakaian dengan gaya sentrifugal. 5

24 c. Mesin Pengeringan Pakaian Menggunakan Gas LPG Pengeringan pakaian menggunakan gas LPG saat ini diketahui lebih cepat dalam mengeringkan pakaian dibandingkan dengan proses yang lain. Prinsip kerja metode pengerigan menggunakan gas LPG yaitu memanfaatkan panas yang dihasilkan dari gas LPG panas yang dihasilkan akan disirkulasikan menggunakan blower atau kipas untuk menguapkan air yang berada dipakaian dalam lemari pengering. Gambar 2.3 Mesin Pengeringan Pakaian Menggunakan Gas LPG d. Mesin Pengering Pakaian Menggunakan Elemen Pemanas Secara umum proses pengeringan menggunakan elemen pemanas sama halnya dengan pengeringan metode lain yaitu panas yang diharapkan untuk menguapkan air yang berada pada pakaian proses pengeringan yang dilakukan pada metode ini adalah dengan cara memasukan udara panas menggunakan kipas ke dalam ruang lemari pengering sampai pakaian dalam lemari pengering menjadi kering seperti yang diharapkan. Gambar 2.4 Mesin Pengering Pakaian Menggunakan Elemen Pemanas 6

25 e. Pengeringan Pakaian dengan Metode Dehumidifikasi Mesin pengering pakaian ini bekerja dengan memanfaatkan proses dehumidifikasi dan udara panas yang disirkulasikan ke lemari. Udara diturunkan kelembabannya dan dipanaskan, kemudian disirkulasikan ke lemari. Akibat dari udara kering dan bersuhu tinggi pada ruangan, menimbulkan air dalam pakaian menguap. Selanjutnya udara lembab ini disirkulasikan kembali ke alat penurun kelembaban. Mesin pengering dengan metode dehumidifikasi di sebut dengan dehumidifier Dehumidifier Dehumidifier adalah suatu alat untuk mengurangi kelembaban udara melalui proses dehumidifikasi. Proses dehumidifikasi merupakan suatu proses penurunan kadar air didalam udara menjadi udara kering. Dengan mengkondisikan udara didalam ruangan menggunakan proses dehumidifikasi kelembaban udara didalam ruangan dapat tercapai sesuai dengan tujuan. Terdapat 2 metode dehumedifikasi dalam pengeringan udara. Pertama menggunakan metode (a) Refrigerant Dehumidifier, kedua menggunakan (b) Desiccant Dehumidifier. Adapun penjelasan dari metode-metode dehumidifikasi adalah sebagai berikut: a. Refrigerant Dehumidifier Prinsip kerja refrigerant dehumidifier menggunakan sistem kompresi uap dimana evaporator berfungsi untuk menyerap uap air yang terdapat didalam udara sehingga udara menjadi kering, kemudian udara kering dilewatkan kondensor agar temperatur udara menjadi tinggi setelah melewati kondensor. Evaporator mampu menurunkan suhu udara sehingga terjadi kondensasi dimana uap air akan menetes kebawah dan tertampung pada wadah. 7

26 Gambar 2.5 Refrigerant Dehumidifier b. Desiccant Dehumidifier Desiccant Dehumidifier prinsip kerjanya berbandiing terbalik dengan dengan metode Refrigerant Dehumidifier. Dehumidifier ini menggunakan bahan penyerap kelembaban berupa liquid atau solid, seperti silica gel atau batu zeloit. Prinsip kerja desiccant dehumidifier yaitu melewatkan udara lembab kebagian proses pada disc. Disc dibuat seperti sarang lebah dan berisi bahan pengering (silica gel atau batu zeloit). Disc pada umumnya dibagi menjadi dua saluran udara yang dipisahkan oleh pembatas. Pada desiccant dehumidifier disc diputar perlahan-lahan menggunakan motor kecil selanjutnya uap air pada udara akan diserap oleh disc. Kemudian udara meninggalkan rotor dengan temperatur yang tinggi dan kering. Bersama dengan berputarnya disc pada bagian reaktivasi disirkulasikan udara panas dari hater. Pemanasan pada bagian reaktivasi bertujuan meregenerasi disc bahan pengering. Kemudiain air yang terserap oleh disc bagian reaktivasi terlepas karna proses pemanasan dan heat exchanger bergantian menyerap uap air tersebut. 8

27 Gambar 2.6 Desiccant Dehumidifier Parameter Proses Pengeringan (Dehumidifier) Untuk mendapatkan proses pengeringan atau dehumidifikasi ada beberapa parameter yang harus dipenuhi, antara lain adalah (a) Kelembaban, (b) Suhu udara, (c) Aliran udara, (d) Kelembaban spesifik (ratio kelembaban), berikut penjelasan dari parameter diatas : a. Kelembaban udara menggambarkan kandungan uap air di udara yang dapat dinyatakan sebagai kelembaban mutlak dan kelembaban relatif maupun defisit uap air. kelembaban relatif membandingkan antara kandungan atau kandungan uap air aktual dengan keadaan jenuhnya atau pada kapasitas udara menampung uap air. Kapasitas udara untuk menampung uap air pada keadaan jenuh tergantung pada suhu udara defisit tekanan uap air adalah selisih antara tekanan uap air jenuh dengan tekanan uap aktual. Kelembaban udara dapat dinyatakan sebagai kelembaban udara mutlak dan kelembaban relatif. Kelembaban mutlak adalah banyaknya air yang terkandung di dalam 1 kg udara. Kelembaban relatif merupakan persentase perbandingan jumlah air yang terkandung dalam 1 kg udara dengan jumlah air maksimal yang dapat terkandung dalam 1 kg udara tersebut. Kelembaban relatif menentukan kemampuan 9

28 udara pengering untuk menampung kadar air pakaian yang telah diuapkan. Semakin rendah kelembaban relatif maka maka semakin banyak uap air yang dapat diserap. Gambar 2.7 Hygrometer Alat yang digunakan untuk mengetahui tingkat kelembaban pada umumnya menggunakan hygrometer atau dengan menggunakan termometer bola basah dan termometer bola kering. Prinsip kerja dari hygrometer yaitu dengan menggunakan dua buah termometer. Termometer pertama dipergunakan untuk mengukur suhu udara kering dan termometer kedua untuk mengukur suhu udara basah. Pada termometer bola kering, tabung air raksa pada termometer dibiarkan kering sehingga akan mengukur suhu udara aktual. Sedangkan pada termometer bola basah, tabung air raksa diberi kain yang dibasahi agar suhu yang terukur adalah suhu saturasi atau titik jenuh, yaitu suhu yang diperlukan agar uap air dapat berkondensasi b. Suhu Udara Suhu udara adalah suatu ukuran untuk tingkat panas suatu benda, suhu suatu benda ialah keadaan yang menentukan kemampuan benda tersebut untuk mentransfer panas atau menerima panas dari satu benda ke benda lain. Distribusi suhu didalam atmosfer sangat bergantung terutama pada keadaan radiasi matahari. Oleh sebab itu suhu udara selalu mengalami perubahan. Suhu udara dinyatakan panas jika suhu udara pada tempat dan waktu tertentu melewati suhu dilingkungan sekitarnya dan begitu sebaliknya untuk suhu udara dingin. 10

29 Suhu udara sangat mempengaruhi laju pengerinngan suatu benda baik itu pakaian. Semakin besar perbedaan suhu udara pengering dan suhu pakaian maka laju perpindahan kalor akan semakin besar dan proses penguapan air yang terjadi juga meningkat. Agar pakaian yang dikeringkan tidak rusak maka suhu harus terus dikontrol setiap waktu pengeringan berlangsung. c. Kelembaban spesifik (rasio kelembaban) Kelembaban spesifik atau rasio kelembaban W adalah berat atau massa air yang terkandung dalam setiap kilogram udara kering, atau perbandingan antara massa uap air dengan massa udara kering. Dalam sistem dehumidifier semakin besar perbandingan kelembaban spesifik setelah keluar dari mesin pengerig (W G ) dengan kelembaban spesifik setelah melewati kondensor (W F ), maka semakin banyak masa air yang akan diuapkan pada proses tersebut. Massa air yang berhasil diuapkan pada proses pengeringan dengan menggunakan siklus kompresi uap dapat dihitung dengan Persamaan (2.2) : W = (W G W F ) (2.2) pada Persamaan (2.2) : W = Massa air yang berhasil diuapkan (kg air /kg udara ) W G = Kelembaban spesifik setelah keluar dari mesin pengering (kg/kg) W F = Kelembaban spesifik setelah melewati kondensor (kg/kg) Psychometric Chart Psychometric chart merupakan tampilan secara grafikal thermodinamik udara yaitu suhu, kelembaban, enthalpi, kandungan uap air dan volume spesifik. Dalam Psychometric chart ini dapat langsung diketahui hubungan antara berbagai parameter udara secara cepat dan presisi. Untuk mengetahui nilai dari property m-properti ( T db, T wb, T dp, W, RH, H, SpV ) bisa dilakukan apabila minimal dua buah parameter tersebut sudah diketahui. Contoh gambar dari Psychometric chart dapat dilihat pada Gambar 2.8 : 11

30 Gambar 2.8 Psychometric Chart 12

31 Dari parameter-parameter udara Psychometric chart : (a) Dry-bulb Temperature (T db ), (b) Wet-bulb Temperature (T wb ), (c) Dew-point Temperature (T dp ), (d) Specific Humidity (W), (e) Relative Humidity (%RH), (f) Enthalpy (H), (g) Volume Spesifik (SpV). Berikut ini penjelasan dari parameter-parameter udara dalam Psychometric chart chart yang digunakan sebagai acuan pada penelitian ini adalah Psychometric chart yang disusun Carrier dengan mengacu pada kondisi atmosfir normal. a. Dry-bulb Temperature (T db ) T db adalah suhu udara ruang yang diperoleh dari pengukuran slink psikrometer pada thermometer dengan bulb kering. T db diplotkan sebagai garis vertikal yang berawal dari garis sumbu mendatar yang terletak di bagian bawah chart. T db ini merupakan ukuran panas sensible, perubahan T db menunjukan adanya perubahan panas sensible. b. Wet-bulb Temperature (T wb ) T wb adalah suhu udara yang diperoleh melalui pengukuran menggunakn slink slink psikrometer pada thermometer dengan bulb basah. T wb diplotkan sebagai garis miring kebawah yang berawal dari garis saturasi yang terletak dibagian samping kanan chart. T wb ini merupakan ukuran panas total (enthalpi), perubahan T wb menunjukan adanya perubahan panas total. c. Dew-point Temperature (T dp ) T dp adalah suhu dimana udara mulai menunjukan pengembunan ketika didinginkan. T dp ditandai sebagai titik sepanjang saturasi. Pada saat udara ruang mengalami saturasi (jenuh) maka besarnya T dp sama dengan T wb demikian pula T dp. T dp merupakan ukuran dari panas laten yang diberikan dari system, adanya perubahan T dp menunjukan adanya perubahan panas laten atau adanya perubahan kandungan uap air di udara. 13

32 d. Specific Humidity (W) Specific Humidity (W) adalah jumlah kandungan uap air di udara yang diukur dalam satuan grains per pound udara. (7000 grains = 1 pound) dan diplotkan pada garis sumbu vertikal yang ada dibagian samping kanan chart. e. Relative Humidity (%RH) RH merupakan perbandingan jumlah actual dan jumlah maksimal (saturasi) dari uap air yang ada pada disuatu ruang atau lokasi tertentu. 100% RH berarti saturasi dan diplortkan menurut garis saturasi. f. Enthalpi (H) Enthalpi adalah jumlah panas total dari campuran udara dan uap air diatas titik nol. Dinyatakan dalam satuan BTU per pound udara. Harga enthalpi dapat diperoleh sepanjang skala diatas garis saturasi. g. Volume Spesifik (SpV) Volume Spesifik (SpV) adalah volume udara campuran dengan satuan meter kubik per kilogram udara kering, dapat juga dikatakan meter kubik udara kering atau meter kubik campuran per kilogram udara kering. Gambar 2.9 Skematik Psychometric chart 14

33 2.1.5 Siklus Kompresi Uap Dari sekian banyak sistem-sistem refrigransi namun yang paling umum digunakan adalah refrigransi dengan siklus kompresi uap.terdapat beberapa jenis refrigeran yang umum digunakan pada siklus kompresi uap, refrigeran yang umum banyak digunakan adalah R-11, R-12, R-21, R-22, R-502, dan R-134a.Pada saat ini refrigeran yang sering digunakan adalah R-134a dikarekan refrigeran jenis ini lebih ramah lingkunan. Siklus kompresi uap tersusun atas beberapa proses, yaitu: (a) proses kompresi, yang berlangsung di kompresor, (b) proses penurunan suhu dan kondensasi, yang berlansung dikondensor, (c) proses penurunan tekanan berlangsung di pipakapiler, dan (d) proses pendidihan yang berlangsung di evavporator. Pada proses siklus kompresi uap dapat ditambah proses pendinginan lanjut dan pemanasan lanjut. Berikut gambar yang menyajikan skematik mesin yang bekerja dengan siklus kompresi uap. c kondensor Q out b a Pipa kapiler d evaporator kompresor W in Q in Gambar 2.10 Skematik Mesin Yang Bekerja Dengan Siklus Kompresi Uap Dalam siklus ini uap refrigeran bertekanan rendah akan dikompresi oleh kompresor sehingga menjadi uap refrigeran bertekanan tinggi, dan kemudian uap refrigeran bertekanan tinggi diembunkan menjadi cairan refrigeran bertekanan tinggi dalam kondensor. Kemudian cairan refrigeran tekanan tinggi tersebut tekanannya 15

34 Pressure Temperature diturunkan oleh pipa kapiler agar cairan refrigeran tekanan rendah tersebut dapat menguap kembali dalam evaporator menjadi uap refrigeran tekanan rendah. Q out W in Q in Enthalpy Gambar 2.11 Diagram P-h Siklus Kompresi Uap Q out W in Q in Entropi Gambar 2.12 Diagram T-s Siklus Kompresi Uap 16

35 Di dalam siklus kompresi uap standar ini, refrigeran mengalami beberapa proses yaitu: a. Proses 1-2 merupakan proses kompresi kering Proses ini dilakukan oleh kompresor, di mana refrigeran yang berupa gas bertekanan rendah mengalami kompresi yang mengakibatkan refrigeran menjadi gas bertekanan tinggi. Karena proses ini berlangsung secara isentropik (proses pada entalpi (s) konstan), maka suhu yang keluar dari kompresor juga meningkat menjadi gas panas lanjut. b. Proses (2-2a) merupakan penurunan suhu (desuperheating) Proses ini berlangsung sebelum memasuki kondensor. Refrigeran gas panas lanjut yang bertemperatur tinggi diturunkan sampai titik gas jenuh. Proses (2-2a) berlangsung pada tekanan yang konstan. c. Proses (2a-3a) merupakan proses kondensasi Pada proses ini terjadi perubahan fase dari gas jenuh menjadi cair jenuh. Perubahan fase ini terjadi karena temperatur refrigeran lebih tinggi daripada suhu udara lingkungan sekitar kondesnsor, maka terjadi pembuangan kalor ke udara lingkungan sekitar kondensor. Proses (2a-3a) berlangsung pada tekanan dan suhu yang konstan. d. Proses (3a-3) merupakan proses pendinginan lanjut Pada proses ini terjadi pelepasan kalor sehingga temperatur refrigeran yang keluar dari kondensor menjadi lebih rendah dan berada pada fase cair. Hal ini membuat refigeran lebih mudah mengalir dalam pipa kapiler. e. Proses (3-4) merupakan proses penurunan tekanan secara drastis dan berlangsung pada entalpi yang tetap Proses in terjadi selama di dalam pipa kapiler. Pada proses ini refrigeran berubah fase dari cair menjadi fase cair-gas. Akibat penurunan tekanan ini, temperatur refrigeran juga mengalami penurunan. 17

36 f. Proses (4-1a) merupakan proses evaporasi atau penguapan Pada proses ini terjadi perubahan fase dari cair gas menjadi gas jenuh. Perubahan fase ini terjadi karena temperatur refrigeran lebih rendah daripada suhu udara lingkungan sekitar evaporator, maka terjadi penyerapan kalor dari udara lingkungan sekitar evaporator. Proses (4-1a) berlangsung pada tekanan yang tetap dan suhu konstan. g. Proses (1a-1) merupakan proses pemanasan lanjut Proses ini yang terjadi karena penyerapan kalor terus menerus pada proses (4-1a), maka refrigeran yang masuk ke kompresor berubah fase dari gas jenuh ke gas panas lanjut. Kemudian mengakibatkan kenaikan tekanan dan temperatur refrigeran.dengan terjadinya proses pemanasan lanjut ini, menjadikan kompresor bekerja lebih ringan Komponen-komponen Utama pada Mesin Siklus Kompresi Uap Pada umumnya mesin yang bekerja dengan siklus kompresi uap terdapat beberapa komponen yang paling penting yang membantu proses kerja siklus kompresi uap adapun komponen-komponennya: (a) kompresor yang berfungsi untuk menaikan tekanan den mensirkulasi refrigeran, (b) kondensor yang berfungsi untuk melepas panas ke udara luar, (c) pipa kapiler yang berfungsi untuk menurunkan tekanan, (d) evaporator yang berfungsi untuk menyerap kalor yang berada diruangan atau benda tertentu (e) filter yang berfungsi untuk menyaring kotoran yang berda didalam cairan refrigeran. Berikut penjelasan mengenai komponen-komponen mesin yang bekerja pada siklus kompresi uap: a. Kompresor Kompresor pada komponen ini berfungsi menaikan tekanan refrigeran dari tekanan rendah ke tekanan tinggi. Cara kerja kompresor adalah menghisap sekaligus memompa refrigerant sehingga terjadi sirkulasi refrigeran yang mengalir dari pipapipa mesin pendingin. Umumnya kompresor yang digunakan pada mesin pendingin adalah jenis hermetik. Konstruksi dari kompresor jenis ini menempatkan motor listrik dengan komponen mekanik menjadi satu rumah. 18

37 b. Kondensor Kondensor sistem kerja komponen ini yaitu merubah fase refrigeran dari gas menjadi cair. Pada kondensor berlangsung dua proses utama yaitu penurunan suhu refrigeran dari gas panas lanjut ke gas jenuh dan proses dari gas jenuh ke cair jenuh. Proses pengembunan refrigeran dari gas jenuh ke cair jenuh berlangsung pada suhu yang tetap. Kalor yang dilepaskan kondensor dibuang keluar melalui permukaan sirip dan mengalir ke udara sekitar. c. Pipa kapiler Pipa kapiler adalah salah satu alat ekspansi, alat ekspansi ini mempunyai kegunaan yaitu untuk menurunkan tekanan refrigerant, menurunkan suhu sampai minus dan untuk mengatur aliran refrigeran ke evaporator. Cairan refrigeran yang memasuki pipa kapiler dan mengalir sehingga tekanannya berkurang akibat dari gesekan dan percepatan refrigerant. Diameter dan panjang pipa kapiler ditetapkan berdasarkan kapasitas pendinginan. d. Evaporator Evaporator adalah tempat terjadinya refrigeran berubah fase refrigeran dari gas menjadi cair. Pada saat proses memerlukan energi kalor, energi kalor diambil dari lingkungan sekeliling evaporator. Proses penguapan refrigeran pada evaporator belangsung pada suhu dan tekanan yang tetap. e. Filter Filter adalah alat penyaring kotoran yang melewati system pendinginm sehingga tidak menyumbat pipa kapiler yang akan dilewati refrigeran. Filtr juga akan menangkap uap air yang akan masuk kedalam sistem. Bentuk umum dari filter berupa tabung kecil dengan diameter antara mm dan dengan panjang kurang dari cm. 19

38 Evaporator Kompresor Fan Kondensor Fan Prosees-proses yang Terjadi pada saat Pengeringan Proses-proses yang terjadi didalam mesin pengering pakaian dapat dilihat pada Gambar Udara dikondisikan melalui proses pendinginan dan penurunan kelembaban (cooling and dehumidify) guna mendapatkan pengkondisian udara. Proses cooling and dehumidify berlangsung dievaporator, kemudian udara dikondisikan melalui proses pemanasan (heating) untuk mendapatkan suhu tinggi. Proses pemanasan ini berlangsung dikondensor tetapi juga dibantu oleh panas dari kompresor sebelum melewati kondensor. Selanjutnya udara akan disirkulasikaan melalui pakaian untuk mendapatkan proses pendinginan evaporative (evaporative cooling). Setelah itu udara yang masih meiliki temperature yang tinggi akan disirkulasikan kembali langsung ke proses (cooling and dehumidify) untuk mengkondisikan uap air yang terbawa oleh aliran udara. Pakaian (cooling and dehumidify) (heating) (evaporative cooling) Gambar 2.13 Proses-proses yang terjadi pada mesin pengering pakaian Pada dasarnya fungsi evaporator berfungsi sebagai unit proses pendinginan dan dehumidifikasi dan menghasilkan udara yang bersuhu dingin dan menghilangkan kadar air dalam aliran udara pada saat proses pengeringan. Udara tersebut digunakan 20

39 untuk proses pemanasan, sehingga terjadi kenaikan suhu udara dan penurunan kelembaban udara didalam lemari pengering. Kemudian aliran udara tersebut digunakan untuk proses pendinginan evaporative, sehingga terjadi kenaikan kelembaban dan penurunan suhu dalam aliran udara. Untuk menghitung kemampuan mesin pengering menguapkan massa air dapat dihitung menggunakan Persamaan (2.3). ṁ air = (2.3) pada Persamaan (2.3) : ṁ air = kemampuan mesin pengering menguapkan massa air (kg air /jam) ṁ air1 = massa air yang menguap dari pakaian (kg) Waktu pengeringan (jam) Daftar Pustaka Chao-Jung Liang, dalam dokumen paten USOO5l52077A yang dikeluarkan 6 Oktober 1992 berjudul Clothes Drying Machine, menggambarkan mesin pengering pakaian dengan memanfaatkan siklus kompresi uap. Prinsip kerjanya udara disirkulasikan dengan kipas (fan) melalui kondensor dan evaporator yang berada didalam lemari pengering. Kondensor berfungsi sebagai pemanas udara yang akan mengeringkan pakaian, sedangkan evaporator berfungsi untuk menyerap uap air dari pakaian basah. Sistem yang digunakan adalah sistem tertutup, sehingga udara terus berputar hingga pakaian dalam lemari kering dan siap untuk di setrika. Kanh Dinh, dalam dokumen paten US A pada tanggal 6 September 1994 yang berjudul closed-loop draying proess and system menggambarkan mesin pengering yang dirancang menggunakan sistem tertutup dimana udara panas yang digunakan untuk mengeringkan pakaian digunakan terus menerus untuk mengeringkan tanpa dibuang ke atmosfir sehingga meningkatkan efisiensi kerja mesin pengering dan mencegah uap udara terkontaminasi dengan udara luar, juga menghemat energi yang diperlukan 21

40 untuk memanaskan ruang pengering. Sebuah penukar panas dan kondensor disediakan didalam mesin pengering untuk menghilangkan uap air dari udara dan mentransfer udara dan didaur ulang kembali sebelum digunakan kembali ke bahan yang akan dikeringkan. Luke E Lentz, dalam dokumen paten US B1 yang dipublikasikan pada tanggal 2 Desember 2008 yang berjudul Dehumidifier clothes dryer apparatus Meracang mesin pengering pakaian dehumidifier dengan sistem udara tertutup. Sistem ini tidak memerlukan sumber udara dari luar, juga tidak memerlukan saluran udara pembuangan ke udara bebas. Sistem kompresor disediakan untuk proses kondensasi uap air dari ruang udara melewati pakaian, kelembaban dikumpulkan didalam tangki untuk kemudian dibuang keluar mesin pengering. Mesin pengering ini juga menggunakan koil pemanas untuk membantu proses pengeringan, energi yang digunakan dalam proses ini relative lebih rendah yang memungkinkan pengoprasian 110 volt. PK Purwadi, Wibowo Kusbandono, pada saat melakukan seminar 7-8 Oktober 2015 tentang Mesin Pengering Pakaian Energi Listrik Dengan Mempergunakan Siklus Kompresi Uap.Tujuan dari penelitian ini adalah membuat mesin pengering pakaian dengan energy listrik dan mengetahui beberapa karakteristik mesin pengering yang telah dibuat. Setelah melakukan penelitian yang telah dilakukan, menghasilkan mesin pengering yang dapat bekerja dengan baik secara terus menerus tanpa terjadi hambatan dan gangguan.dengan mempergunakan mesin pendingin suhu kerja evaporator dapat mengembunkan uap air dari udara yang melewatinya dan kompresor mampu memberikan kenaikan suhu udara, demikian juga kondensor.sedangkan udara yang melewati evaporator, berasal dari lemari pengering pakaian dan udara disirkuilasikan secara terus menerus oleh kipas angin yang berada diantara kompresor dan kondensor. Zakaria Fernando, Himsar Ambarita, dalam jurnal penelitian yang dikeluarkan pada 1 juni 2014 yang berjudul Rancang Bangun Kompresor Dan Pipa Kapiler 22

41 Untuk Mesin Pengering Pakaian Sistem Pompa Kalor Dengan Daya 1 PK, yang bertujuan untuk menghasilkan suatu unit mesin pengering pakaian portable dengan menggunakan AC rumah yang berorientasikan pada upaya efisiensi energy listrik. Rancangan model fisik kompresor dan pipa kapiler pada unit mesin pengering pakaian didasarkan pada hasil perhitungan teoritis dan pompa kalor yang digunakan mesin yang beroprasi menggunakan siklus kompresi uap.metode yang digunakan untuk mencapai tujuan melalui perhitungan termodinamika. 23

42 Evaporator Kondensor 3.1 Alat dan Bahan Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah mesin pengering dengan sistem tertutup dengan benda uji adalah pakaian (baju kaos). Gambar 3.1 menunjukkan skematik dari mesin pengering pakaian sistem tertutup yang digunakan untuk penelitian. Ukuran lemari pengering p x l x t : 120 cm x 60 cm x 130 cm. Udara balik f e Pipa kapiler a Kompresor b c d Gambar 3.1 Skematik mesin pengering pakaian Keterangan Gambar 3.1 adalah berkut : a. Evaporator b. Kompresor c. Kipas angina d. Kondensor e. Pakaian yang akan dikeringkan f. Kipas angina balik 24

43 Gambar 3.2 Pakaian (baju kaos) Gambar 3.2 menunjukan photo dari pakaian yang akan di keringkan. Penelitian dilakukan dengan memvariasikan kondisi awal pakaian : (a) pakaian diperas dengan tangan, (b) pakaian diperas menggunakan mesin cuci. mesin cuci yang digunakan ber merek Samsung dengan kecepatan 1500 rpm dan pakaian diperas selama 10 menit. Jumlah pakaian yang digunakan 20 baju kaos. Peneliti juga memvariasikan banyaknya kipas angin balik yang di pergunakan (a) 1 kipas balik, (b) 2 kipas balik, 20 pakaian hasil peras mesin cuci. 3.2 Alat dan Bahan Pembuatan Mesin Pengering Pakaian Diperlukan alat dan bahan sebagai berikut dalam proses pembuatan mesin pengering pakaian sistem tertutup : Alat Adapun alat yang digunakan dalam proses pembuatan mesin pengering pakaian sistem tertutup adalah sebagai berikut : a. Bor Listrik Bor listrik digunakan untuk membuat lubang, pembuatan lubang digunakan untuk pemasangan baut maupun pemasangan paku. b. Mesin Gergaji Kayu Gergaji kayu digunakan untuk memotong papan kayu dan memotong triplek yang digunakan untuk membuat lemari mesin pengering dan membuat saluran udara balik pada mesin pengering. 25

44 c. Obeng dan Kunci Pas Obeng digunakan untuk memasang dan mengencangkan sekrup atau baut. Obeng yang digunakan adalah obeng (-) dan obeng (+). Sedangkan kunci pas dan ring digunakan untuk mengencangkan baut. d. Meteran Meteran digunakan untuk mengukur panjang suatu benda. Dalam proses pembuatan lemari pengering meteran paling banyak digunakan untuk mengukur kebutuhan panjang kayu, papan, maupun triplek. e. Pisau cutter dan Cat Pisau cutter digunakan untuk memotong suatu benda seperti memotong lakban. Sedangkan cat digunakan untuk mengecat lemari pengering pakaian agar mengurangi panas yang keluar dari lemari. f. Lakban Lakban digunakan untuk mentup dan celah-celah pada lemari pengering, agar tidak terjadi kebocoran pada saat proses pengeringan. g. Tang Kommbinasi Tang kombinasi digunakan untuk memotong, menarik dan mengikat kawat agar bagian tertentu pada mesin pengering tidak bergerak. h. Tube cutter Tube cutter merupakan alat pemotong pipa tembaga. Agar hasil dari pemotongan pipa lebih baik dan mempermudah proses pengelasan. i. Tube expander Tube expander atau pelebar pipa digunakan untuk mengembangkan ujung pipa tembaga agar antara pipa dapat tersambung dengan baik. j. Gas Las Hi-Cook Peralatan las digunakan untuk menyambung pipa kapiler dan sambungan pipapipa tembaga komponen lainnya mesin pengering. 26

45 k. Bahan Las Bahan las yang digunakan dalam proses penyambugan pipa kapiler yaitu menggunakan kawat las kunigan, dan borak. Borak berfungsi untuk menyambung antara tembaga dan besi, penggunaan borak sebagi tambahan pengelasan bertujuan agar sambungan lebih merekat. l. Metil Metil adalah cairan yang berfungsi untuk membersihkan saluran-saluran pipa kapiler. Dosois pemakaian yaitu sebanyak 1 tutup botol metil. m. Pompa Vakum Pompa vakum digunakan untuk mengosongkan gas-gas yang terjebak dalam sistem mesin pengering pakaian, seperti udara dan uap air. Hal ini agar tidak menganggu dan menyumbat refrigerant pada saat mesin pengering dijalankan. Karna uap air yang berlebih pada sistem pendinginan dapat membeku dan menyumbat filter ataupun menyumbat pipa kapiler Bahan Bahan atau komponen yang digunakan dalam pembuatan mesin pengering pakaian system tertutup antaralain, sebagai berikut: a. Papan dan Multiplek Papan digunakan untuk membuat bagian lemari untuk menggantung pakaian. Sedangkan multiplek adalah triplek yang berlapis-lapis digunakan sebagai casing luar untuk aliran udara yang disirkulasikan ulang setelah melewati lemari pengering. Gambar 3.3 Papan dan Triplek 27

46 b. Roda Roda digunakan untuk mempermudah pada saat memindahkan mesin pengering dari satu tempat ketempat lain pada saat akan digunakan. c. Kawat dan Paku Kawat digunakan untuk mengikat rangka bagian bawah mesin pengering guna memperkuat sambugan. Paku berguna untuk menyambung papa maupun triplek pada saat membuat lemari dan duct mesin pengering pakaian. d. Kompresor Kompresor merupakan unit yang berfungsi untuk menaikan tekanan refrigeran dari tekanan rendah ke tekanan rendah ketekanan tinggi. Pada penelitian ini peneliti menggunakan kompresor rotari merk Panasonic 2PS164D5AA02 dengan daya 1 HP Gambar 3. 4 Kompresor Rotari e. Kondensor Kondensor merupakan komponen yang sistem kerja yaitu merubah fase refrigeran dari gas menjadi zat cair. Untuk mengubah fase dari uap menjadi cair diperlukan suhu lingkungan yang lebih rendah agar terjadi pelepasan kalor. Kondensor yang digunakan yaitu jenis pipa U bersirip dengan diameter pipa 1 cm, panjam 33 cm, lebar 22 cm, tinggi 33 cm, banyaknya sirip 132 lembar, jarak antara sirip 4 mm, 18 lintasan pipa, bahan pipa terbuat dari tembaga dan bahan dari sirip terbuat dari almunium. 28

47 Gambar 3.5 Kondensor jenis Sirip f. Pipa Kapiler Pipa kapiler adalah suatu alat ekspansi, komponen ini berfungsi untuk menurunkan tekanan refrigeran, dari tekanan tinggi ke tekanan rendah sebelum masuk ke evaporator. Pipa kapiker yang digunakan berbahan tembaga dengan diameter pipa 0,032 inch dan panjang pipa 63 cm. Gambar 3.6 Pipa Kapiler g. Evaporator Evaporator adalah tempat terjadinya refrigeran berubah fase refrigeran dari gas menjadi cair. Evaporator yang digunakan pada penelitian ini adalah evaporator sirip, agar pada saat mesin melakukan proses pengerinag udara yang mengandung air dapat diembunkan. Evaporator yang digunakan yaitu jenis pipa U bersirip dengan diameter pipa 1 cm, panjang 28 cm, lebar 12 cm, tinggi 28 cm, banyaknya sirip 122 lembar, jarak antara sirip 4 mm, 15 lintasan pipa, bahan pipa terbuat dari tembaga dan bahan dari sirip terbuat dari almunium. 29

48 Gambar 3.7 Evaporator Sirip h. Filter Filter adalah komponen yang berfungsi untuk menyaring kotoran, agar tidak terjadi penyumbatan dipipa kapiler, seperti kotoran akibat dari korosi, serbuk-serbuk sisa pemotongan dan uap air yang berada didalam pipa kapiler. Filter yang digunakan berdiameter 15 mm dan panjang 8 cm. Gambar 3.8 Filter i. Refrigeran Refrigeran adalah jenis gas yang digunakan sebagai fluida pendingin. Refrigeran berfungsi untuk menyerap dan melepas kalor dari lingkungan sekitar. Jenis refrigeran yang digunakan dalam penelitian ini adalah R134a. Gambar 3.9 Refrigeran 30

49 j. Kipas Kipas digunakan untuk mengsirkulasikan udara panas didalam sistem kerja mesin pengering dan udara dari hasil dehumidifikasi. Kipas angin yang digunakan adalah kipas angin partisi merek Krisbow APC20-2D dengan daya 25W. Gambar 3.10 Kipas Angin Partisi k. Pressure Gauge Pressure Gauge digunakan untuk mengukur tekanan kerja refrigeran dalam sistem pendinginan, pengukuran tekanan kerja diukur sitem kerja evaporator dan kerja kompresor. Gambar 3.11 Pressure Gauge Alat Bantu dalam Penelitian Dalam proses pengambilan data diperlukan alat bantu untuk melakukan penelitian berikut alat-alat penelitian yang dipakai : 31

50 a. Termokopel dan Penampil Suhu Digital Termokopel berfungsi untuk mengetahui perbedaaan suhu yang terjadi pada saat mesin pengering melakukan kerja. Cara kerjanya adalah dengan meletakan atau menggantung bagian ujung dari termokopel pada tempat yang ingin diukur suhunya. Maka suhu akan tampil pada layar penampil suhu digital. Sebelum digunakan termokopel dikalibrasi terlebih dahulu untuk mendapatkan nilai yang lebih akurat. Gambar 3.12 Termokopel dan Penampil Suhu Digital b. Hygrometer Hygrometer digunakan untuk mengukur kelembaban dan suhu pada saat pengujian berlangsung. Dalam penelitian ini hygrometer yang digunakan bukan yang digital. Gambar 3.13 Hygrometer c. Stopwatch Stopwatch digunakan untuk mengukur lama waktu dalam melakukan pengujian mesin pengering. Lama waktu yang dibutuhkan dalam setiap pengambilan data adalah setiap 20 menit sampai pakaian mencapai titik kering. 32

51 Gambar 3.14 Stopwatch d. Timbangan Digital Timbangan digital digunakan untuk mengukur berat pakaian setiap 20 menit pada saat pengujian. Gambar 3.16 Timbang Digital e. Clamp meter Clamp meter digunakan untuk mengukur arus listrik dari mesin pengering pada saat penelitian sedang berlangsung. Gambar 3.17 clamp meter 33

52 3.3 Tatacara Penelitian Alur Pelaksanaan Penelitian Alur pelaksanaan penelitian mesin pengerinng pakaian tersaji dalam gambar 3.16 sebagai berikut : Mulai Perancangan mesin pengering pakaian Persiapan bahan dan alat Proses pembuatan mesin pengering pakaian dan pembuatan lemari pengering Pemvakuman dan pengisian refrigran R134a Pada mesin dengan siklus kompresi uap Uji coba Tidak baik Pengambilan data Pengolahan, analisis data, pembahasan kesimpulan dan saran Selesai Gambar 3.18 Skematik diagram alur penelitian 34

53 3.3.2 Proses Pembuatan Mesin Pengering Pakaian Langkah-langkah yang dilakukan pada saat pembuatan mesin pengering pakaian adalah sebagai berikut: a. Merancang skematik mesin pengering pakaian sistem tertutup. b. Membuat lemari mesin pengering sesuai dengan ukuran yang ditentukan. c. Meranccang duct (saluran) untuk saluran udara, agar udara dapat dikembalikan kembali kedalam mesin pengering pakaian. d. Merangkai duct (saluran) disambungkan dengan lemari pengering dan lemari mesin komprsei uap untuk disambung menjadi satu. e. Pemasangan komponen-komponen mesin siklus kompresi uap yang terdiri dari : kompresor, kondensor, pipa kapiler, filter, dan evaporator. f. Pemasangan kipas pada komponen siklus kompresi uap. g. Pemasangan pipa kapiler, pipa tembaga dan pengelasan sambungan atara pipa tembaga. h. Pemasangan pressure gage Gambar 3.18 Pemasangan komponen i. Proses pemotongan papan triplek dengan ukuran tertentu. Gambar 3.19 Proses Pemotongan 35

54 j. Proses pemakuan dan pembautan pada ceasing mesin pengering. k. Proses pemasangan lakban guna mengurangi kebocoran pada lemari pengering. l. Proses pemasangan kipas partisi didalam duct (saluran). m. Pemasangan pintu pada lemari pengering dan pada duct. Gambar 3.20 proses pemasangan pintu n. Pemasangan kelistrikan dan perkabelan mesin siklus kompresi uap. o. Pemasangan kelistrikan kipas pada duct. p. Proses pengecatan duct mesin pengering. Gambar 3.21 Proses Pengecatan 36

55 3.3.3 Proses mengisikan Refrigeran Sebelum melakukan pengisian refrigeran ada beberapa proses yang perlu dilakukan antaralain (a) proses pemetilan, (b) proses pemvakuman dan (c) proses pengisian refrigeran R134a adapun penjelasannya sebagai berikut : a. Proses pemetilan Proses pemetilan adalah pemberian metil pada pipa kapiler yang telah dipasang pada evaporator dengan cara yaitu : 1. Hidupkan kompresor dan buka tutup pentil tersebut. 2. Kemudian tuang metil kira-kira 1 tutup botol metil. 3. Kemudian berikan 1 tutup botol metil tersebut pada ujung pipa kapiler, kemudian dihisap oleh pipa kapiler tersebut. 4. Matikan kompresor dan las ujung pipa kapiler pada lubang keluar pada filter. b. Proses pemvakuman Proses pemvakuman merupakan proses menghilangkan udara, uap air dan kotoran (korosi), yang terjebak dalam mesin siklus kompresi uap. Berikut langkah-langkah pemvakuman yang dilakukan : 1. Perisapkan pressure gauge dengan 1 selang (low pressure), yang dipasang pada pentil yang sudah dipasang dopnya dan 1 selang (high pressure) yang dipasang pada tabung refrigeran. 2. Pada saat pemvakuman, kran manifold diposisikan terbuka dan kran tabung refrigeran diposisikan tertutup. 3. Hidupkan kompresor, maka secara otomatis yang terjebak dalam siklus akan keluar melalui potongan pipa kapiler yang telah dilas dengan lubang keluar filter. 4. Pastikan udara yang terjebak telah habis. Untuk memastikannya dengan cara menyalakan korek api dan ditaruh didepan ujung potongan pipa kapiler. 5. Pada jarum pressure gauge menunjuk ke angka 0 psi. 37

56 6. Kemudian untuk mengecek kebocoran sambungan pada pipa dengan air busa sabun. Apabila terdapat gelembung-gelembung udara maka sambungan tersebut masih terjadi kebocoran. 7. Setelah diketahui tidak terdapat kebocoran, langkah selanjutnya adalah dengan mengelas ujung potongan pipa kapiler tersebut. c. Proses Pengisian Refrigeran R134a Untuk melakukan pengisisan refrigeran pada mesin dengan siklus kompresi uap, tersapat beberapa langkah, seperti berikut: 1. Pasanglah salah satu selang pressure gauge berwarna biru (low pressure) pada katup pengisisan katup tengah pressure gauge, dan ujung selang satunya disabungkan ke tabung refrigeran R134a. Katup pengisian refrigeran Gambar 3.22 Proses Pengisian Refrigeran 2. Hidupkan kompresor dan buka keran pada tabung refrigeran secara perlahanlahan. Setelah tekanan pada pressure gauge berada pada tekanan yang diinginkan maka tutup keran pada tabung refrigeran. 3. Setelah selesai melakukan pengisian lepaskan selang pressure gauge dan cek lubang katub, sambungan pipa-pipa dengan busa sabun untuk mengetahui kebocoran yang terjadi. 38

57 Evaporator Kondensor Skematik Pengambilan Data Dalam mempermudah pemahaman sistem kerja mesin pengering pakaian sistem tertutup alur dan sistem kerja ditampilkan dalam skematik mesin pengering pada Gambar dibawah ini: Udara balik e f a Pipa kapiler Kompresor d b c Gambar 3.23 Skematik Pengambilan Data a. T 1 (T evap ) Termokopel ini berfungsi untuk mengukur suhu udara kering setelah melewati evaporator setelah terjadinya evaporasi. b. T 2 (T komp ) Termokopel ini berfungsi untuk mengukur suhu udara setelah melewati kompresor. c. T 3 (T kond ) Termokopel ini berfungsi untuk mengukur suhu udara setelah melewati kondensor. 39

58 d. RH 1 Hygrometer berfungsi didalam lemari pengering. untuk mengukur kelembaban basah dan kering udara e. T 4 Termokopel ini berfungsi untuk mengukur suhu udara setelah melewati lemari pengering. f. RH 2 Hygrometer berfungsi untuk mengukur kelembaban basah dan kering udara sebelum melalui evaporator. g. P 1 Pressure gauge berfungsi untuk mengukur tekanan kerja evaporato pada saat mesin pengering melakukan kerja. h. P 2 Pressure gauge berfungsi untuk mengukur tekanan kerja kondensor pada saat mesin pengering melakukan kerja Langkah-langkah Pengambilan Data Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengambil data pada saat penelitian dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Penelitian dilakukan didalam Lab Perpindahan Kalor. Perubahan suhu sekitar dan kelembaban diabaikan, karna mesin pengering pakaian menggunakan siklus tertutup. 2. Mengkalibrasi termokopel, hygrometer, dan timbangan digital sebelum digunakan. 3. Meletakan alat bantu penelitian pada tempat yang sudah ditetapkan. 4. Menyalakan mesin pengering pengering pakaian. 5. Mencatat berat kosong hanger, kemudian catat dan timbang berat pakaian kering pakaian sebelum dibasahi. 40

59 6. Tutup semua pintu lemari pengering dan hidupkan mesin pengering sampai 30 menit, guna mesin pengering mencapai suhu kerja yang kostan. 7. Basahai pakaian telah ditimbang dan peras pakaian sampai air tidak menetes lagi. Kemudian timbang berat pakaian basah awal. 8. Basahi pakaian yang telah ditimbang dan peras pakaian menggunakan mesin cuci. Kemudian timbang berat awal pakaian basah. 9. Catat tekanan pada P 1 dan P 2 kemudian tutup kembali. 10. Atur stopwatch dari 0 dan ukur waktu sampai 20 menit. 11. Data yang perlu dicatat setiap 20 menit adalah : BPBA : Berat pakaian basah awal (kg) BPBS t : Berat pakaian basah saat t (kg) T 1 : Temperatur udara setelah melewati evaporator (ᴼC) T 2 : Temperatur udara setelah melewati kompresor (ᴼC) T 3 : Temperatur udara setelah melewati kondensor (ᴼC) RH 1 : Kelembaban udara basah dan kering lemari pengering (%) T 4 : Temperatur uadara setelah melewatilemari pengering (ᴼC) RH 2 : Kelembaban udara basah dan kering sebelum masuk evaporator (%) P 1 : Tekanan refrigeran pada evaporator (psi) P 2 : Tekanan refrigerant pada kondensor (psi) 12. Hasil dari data yang diperoleh dijumlahkan dengan hasil dari kalibrasi alat bantu. Table 3.1 Tabel yang digunakan untuk mengambil data. No Waktu t Berat pakaian kering Berat pakaia n basah awal Berat pakaia n basah saat (t) Perbedaan berat Tekanan kerja mesin kompesi uap Suhu udara ruang pengering pakaian P evap P kond T db T wb (menit) (kg) (kg) (kg) (kg) (psig) (pisg) ( C) ( C) 41

60 Table 3.2 Lanjutan tabel yang digunakan untuk mengambil data. No Waktu t Suhu udara setelah melewati Suhu udara melewati lemari pengering Suhu udara masuk evaporator T evap T komp T kond T db T wb (menit) ( C) ( C) ( C) T( C) ( C) ( C) (A) I 3.4 Cara Menganalisis Hasil Data dan Menampilkan Hasil Data Cara yang digunakan untuk menganalisis dan menampilkan data yaitu sebagai berikut : a. Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dimasukan pada Tabel 3.1 dan menghitung rata-rata dari setiap 3 kali percobaan. b. Setelah diperoleh rata-rata, kemudian menghitung massa air yang menguap dari pakaian M 1 dari tiap variasi massa air yang menguap dari pakaian M 1 dapat dihitung menggunakan Persamaan 3.1. M 1 = BPBA-BPK (3.1) pada Persamaan (3.1) : M 1 = massa air yang menguap dari pakaian (kg) BPBA = berat pakaian basah awal (kg) BPK = berat pakaian kering (kg) c. Selanjutnya menghitung kemampuan mesin menguapkan massa air (M) dengan menggunakan persamaan (2.4). kemampuan mesin pengering menguapkan massa air (M) adalah laju massa aliran udara (ṁ udara ) dikalikan dengan massa air yang berhasil diuapkan ( W) dikalikan dengan 3600 menit. 42

61 d. Kemudian mencari suhu kerja kondensor dan suhu kerja evaporator dengan menggunakan P-h diagram. Sebelum menggunakan P-h diagram tekanan refrigeran pada evaporator (P 1 ) dan kondensor (P 2 ) harus dikonversi terlebih dahulu dari psi ke MPa. e. Setelah mencari suhu kerja kondensor dan evaporator mengguakan P-h diagaram maka dapat digunakan untuk mencari kelembaban spesifik setelah melewati kondensor (W F ) dan kelembaban spesifik setelah keluar dari lemari pengering atau sebelum masuk ke evaporator (W G ) menggunakan psychometric chart. f. Setelah diketahui kelembaban spesifik setelah meleawati kondensor (W F ) dan kelembaban spesifik setelah keluar dari lemari pengering atau sebelum masuk ke evaporator (W G ), kemudian menghitung massa air yang berasil diuapkan ( W) adalah kelembaban spesifik setelah melewati kondensor (W F ) dikurangi kelembaban spesifik setelah keluar dari lemari pengering atau sebelum masuk ke evaporator (W G ). Massa air yang berhasil diuapkan ( W) dapat dihitung menggunakan persamaan (2.2). g. Untuk memudahkan pembahasan, dari perhitungan hasil-hasil penelitian, maka digambarkan pada grafik. 3.5 Cara Mendapatkan Kesimpulan Dari analisis yang dilakukan akan didapatkan suatu kesimpulan. Kesimpulan adalah hasil dari analisis penelitian dan kesimpulan harus menjawab tujuan dari penelitian. 43

62 BAB IV HASIL PENELITIAN, PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Hasil Penelitian Data yang dicatat dari hasil penelitian mesin pengering pakaian sistem tertutup dengan variasi kondisi awal pakaian hasil pemerasan menggunakan mesin cuci dan hasil pemerasan tangan, dan variasi fan jumlah fan 1 dan jumlah fan 2 dan dengan perbandingan menjemur mennggunakan matahri meliputi : berat pakaian kering (BPK), berat pakaian basah awal (BPBA), berat pakaian basah saat (t) (BPBSt), tekanan evaporator (P 1 ), tekanan kondensor (P 2 ), suhu udara kering setelah melewati evaporator (T evap ), suhu udara kering setelah melewati kompresor (T komp ), suhu udara kering setelah melewati kondensor (T kond ), kelembaban udara kering dan udara basah didalam lemari pengering (T db ) dan (T wb ), suhu udara setelah keluar dari mesin pengering (T 1 ), kelembaban udara kering dan basah sebelum masuk evaporator ( Tdb ) dan (T wb ), arus listrik masuk mesin pengeringan (I). Pengujian dilakukan sebanyak 3 kali untuk setiap variasi yang dibuat, kemudian menghitung hasil rataratanya. Hasil rata-rata dari pengambilan data ditampilkan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Data untuk hasil rata-rata peras mesin cuci 2 fan untuk 20 pakaian No Waktu Berat pakaian kering Berat pakaian basah awal Berat pakaian basah saat (t) Perbedaan berat Tekanan kerja mesin kompresi uap Suhu udara ruang pengering pakaian t P evap P kond T db T wb (kg) (kg) (kg) (kg) (kg) (psig) (pisg) ( C) ( C) 1 0 3,705 5,172 5,145 0,027 73,2 444,7 34,8 28, ,705 5,172 4,477 0,695 73,2 444,7 41, ,705 5,172 4,006 1,166 73,2 444,7 45,8 33, ,705 5,172 3,713 1,459 73,2 444,7 48,4 33, ,705 5,172 3,644 1,528 73,2 444,7 49,

63 Tabel 4.1 Lanjutan data untuk hasil rata-rata peras mesin cuci 2 fan untuk 20 pakaian No Waktu t Suhu udara setelah melewati evaporator kompresor kondensor Suhu udara melewati lemari Suhu udara masuk evaporator T evap T komp T kond pengering T db T wb (menit) ( C) ( C) ( C) T( C) ( C) ( C) (A) ,7 31,6 66,1 36, , ,5 38,8 78,3 46, ,5 4, ,6 80,2 50, ,5 4, ,3 40,3 79,7 53,1 33,5 34 4, ,9 39,6 78,2 52, ,6 I Tabel 4.2 Data untuk hasil rata-rata peras mesin cuci 1 fan untuk 20 pakaian No Waktu Berat pakaian kering Berat pakaian basah awal Berat pakaian basah saat (t) Perbedaan berat Tekanan kerja mesin kompresi uap Suhu udara ruang pengering pakaian t P evap P kond T db T wb (menit) (kg) (kg) (kg) (kg) (psig) (pisg) ( C) ( C) 1 0 3,704 5,172 5,199 0,027 73,2 444,7 31,3 27, ,704 5,172 4,628 0,544 73,2 444,7 39,7 31, ,704 5,172 4,199 0,973 73,2 444,7 41,6 32, ,704 5,172 3,934 1,238 73,2 444,7 45, ,704 5,172 3,739 1,433 73,2 444,7 48, ,704 5,172 3,642 1,53 73,2 444,7 48,3 31,5 Tabel 4.2 Lanjutan data untuk hasil rata-rata peras mesin cuci 1 fan untuk 20 pakaian No Waktu t Suhu udara setelah melewati evaporator kompresor kondensor Suhu udara melewati lemari Suhu udara masuk evaporator T evap T komp T kond pengering T db T wb (menit) ( C) ( C) ( C) T( C) ( C) ( C) (A) ,2 28,9 41,7 30,3 26,5 27,5 4, ,5 34,6 76,6 42,8 31,5 31,5 4, ,2 35, , ,5 4, ,5 39,2 80,4 55, , ,5 40, , , ,7 38,6 78,4 55, ,5 4,6 I 45

64 Tabel 4.3 Data untuk hasil rata-rata peras tangan 2 fan untuk 20 pakaian No Waktu Berat pakaian kering Berat pakaian basah awal Berat pakaian basah saat (t) Perbedaan berat Tekanan kerja mesin kompresi uap Suhu udara ruang pengering pakaian (t) P evap P kond T db T wb (menit) (kg) (kg) (kg) (kg) (psig) (pisg) ( C) ( C) 1 0 3,659 8,386 8, ,2 444,7 37,4 28, ,659 8,386 7,165 1,221 73,2 444,7 44,1 33, ,659 8,386 6,212 2,174 73,2 444,7 43, ,659 8,386 5,48 2,906 73,2 444,7 42,6 34, ,659 8,386 4,681 3,705 73,2 444, , ,659 8,386 4,118 4,268 73,2 444,7 51,1 34, ,659 8,386 3,819 4,567 73,2 444,7 50, ,659 8,386 3,667 4,719 73,2 444,7 54, ,659 8,386 3,639 4,747 73,2 444,7 48,1 33,5 Tabel 4.3 Lanjutan data untuk hasil rata-rata peras tangan 2 fan untuk 20 pakaian No Waktu t Suhu udara setelah melewati evaporator kompresor kondensor Suhu udara melewati lemari pengering Suhu udara masuk evaporator T evap T komp T kond T db T wb (menit) ( C) ( C) ( C) T( C) ( C) ( C) (A) ,2 32,2 58,6 36, ,5 4, ,7 38,6 71,3 44, , , ,1 46, , ,3 73,7 49, , ,3 39,9 75,6 47, , ,3 40,2 81,7 49,8 34,5 35 4, ,7 40,8 78,4 53, ,5 4, ,7 40,6 79,6 53, ,5 4, ,2 39,2 77, ,5 33 4,6 I 46

65 Tabel 4.4 Data pengeringan 20 pakaian peras mesin cuci dengan jemur matahari Waktu Berat pakaian (kg) Suhu Udara Area Penjemuran Pakaian (menit) Berat pakaian kering Berat pakaian basah awal Berat pakaian basah saat (t) Perbedaan berat T db (⁰C) T wb (⁰C) 0 3,715 5,235 5, ,6 24,5 20 3,715 5,235 4,32 0,915 33,5 22,5 40 3,715 5,235 3,88 1,355 34,6 22,5 60 3,715 5,235 3,878 1,357 35,3 26,5 80 3,715 5,235 3,655 1, ,715 5,235 3,61 1,625 34,2 27,5 Tabel 4.5 Data pengeringan 20 pakaian peras tangani dengan jemur matahari Waktu Berat pakaian (kg) Suhu Udara Area Penjemuran Pakaian (menit) Berat pakaian kering Berat pakaian basah awal Berat pakaian basah saat (t) Perbedaan berat T db (⁰C) T wb (⁰C) 0 3,7 8,295 8, , ,7 8,295 7,45 0,845 31, ,7 8,295 6,695 1,6 32, ,7 8,295 6,155 2,14 31,3 28,5 80 3,7 8,295 5,83 2,465 31,1 31, ,7 8,295 5,4 2,895 33,4 31, ,7 8,295 4,87 3,425 32,9 30, ,7 8,295 4,52 3,775 35,5 32, ,7 8,295 4,16 4,135 35,7 31, ,7 8,295 3,905 4,39 34,5 33, ,7 8,295 3,76 4,535 34,8 31, ,7 8,295 3,665 4,63 35,

66 4.2 Perhitungan a. Menghitung massa air yang menguap dari pakaian (ṁ air1 ) Massa air yang menguap dari pakaian (ṁ air1 ) dapat dihitung menggunakan Persamaan (3.1). Sebagai contoh untuk mencari massa air yang menguap dari pakaian (ṁ air1 ) untuk 20 pakaian peras peras tangan menggunakan 2 fan pada menit ke 150 adalah sebagai berikut: m air 1 BPBA BPBSt ṁ air1 8,386 3,639 kg 4,747kg air Tabel 4.6 Massa air yang menguap dari pakaian No Berat Pakaian Berat Pakaian Masa air yang variasi Basah Awal Basah Saat (t) menguap dari pemerasan 20 (BPBA) (BPK) pakaian (ṁ air1 ) fan pakaian (kg) (kg) (kg) 1 peras mesin cuci 2 5,172 3,644 1,528 2 peras mesin cuci 1 5,172 3,642 1,530 3 peras tangan 2 8,386 3,639 4,747 b. Kemampuan mesin pengering untuk menguapkan massa air (ṁ air ) Kemampuan mesin pengering menguapkan massa air dapat dihitung menggunakan Persamaan (2.3). Sebagai contoh perhitungan kemampuan mesin pengering menguapkan massa air untuk 20 pakaian variasi peras tangan menggunakan 2 fan adalah sebagai berikut : m m air1 waktupengeringan 4,747( kg) 2,5( jam) 1,89kg/ jam 48

67 c. Mencari suhu kerja evaporator (T evap ) dan suhu kerja kondensor (T kond ) Untuk mencari suhu kerja (T evap ) evaporator dan (T kond ) kondensor dapat menggunakan diagram P-h. Dengan mengetahui tekanan refrigerant yang melalui evaporator dan kondensor maka dapat diketahui suhu kerja evaporator dan suhu kerja kondensor. P 73,2 14,7 psi 0, P 0,63MPa 444,7 14,7 psi 0, ,2MPa Dari diagram P-h yang telah digambarkan pada Gambar 4.1, untuk tekanan evaporator 0,63 MPa menghasilkan suhu kerja evaporator (T evap ) = 22 ᴼC dan untuk tekanan kondensor 3,2 MPa menghasilkan suhu kerja kondensor (T kond ) = 90 ᴼC. P 2 Q out W in P 1 Q in Gambar 4.1 Diagram P-h Siklus Kompresi Uap 49

68 Gambar 4.2 Suhu Kerja Eaporator (Tevap) dan Kondensor (T ). 50

69 d. Kelembaban spesifik udara setelah kondensor (w F ) dan kelembaban spesifik udara sebelum masuk evaporator (w G ). Kelembaban spesifik udara setelah keluar kondensor (w F ) dan kelembaban spesifik udara setelah keluar dari ruang pengering (w G ) dapat dicari menggunakan psychometric chart. Kelembaban spesifik setelah kondensor (w F ) dapat diketahui melalui garis kelembaban spesifik pada titik f atau suhu udara setelah melewati evaporator dan pada kelembaban relative 100%. Kemudian kelembaban spesifik setelah keluar dari lemari pengering dapat diketahui melalui nilai W pada kondisi udara masuk evaporator (T db ) dan (T wb ). Sebagai contoh pada menit ke 150 untuk menentukan kelembaban spesifik udara setelah kondensor (w F ) dan kelembaban spesifik udara setelah keluar dari ruang pengering (w G ). 51

70 Gambar 4.3 Psychometric Chart menit ke 150 variasi peras tanga dengan menggunakan 2 Fan 52

71 e. Menghitung massa air yang berhasil diuapkan ( W) Massa air yang berhasil diuapkan ( W) dapat dihitung menggunakan Persamaan (2.2). Sebagai contoh perhitungan massa air yang berhasil diuapkan untuk 20 pakaian variasi peras tangan dengan menggunakan 2 fan pada menit ke 150 adalah sebagai berikut : W wf wd 0,033 0,020 0,013kg air / kg udara 53

72 Tabel 4.7 Data hasil perhitungan untuk 20 pakaian peras mesin cuci dengan 2 fan No waktu (menit) WG (kg/kg) WF (kg/kg) w (kgair)/(kgudara) ṁ air1 (kg) ṁ air (kg/jam) Tabel 4.8 Data hasil perhitungan untuk 20 pakaian peras mesin cuci dengan 1 fan No waktu (menit) WG (kg/kg) WF (kg/kg) w (kgair)/(kgudara) ṁ air1 (kg) ṁ air (kg/jam) Tabel 4.9 Data hasil perhitungan untuk 20 pakaian peras tangan dengan 2 fan No waktu (menit) WG (kg/kg) WF (kg/kg) w (kgair)/(kgudara) ṁ air1 (kg) ṁ air (kg/jam)

73 4.3 Pembahasan Dari Tabel dan Gambar 4.4 dapat disimpulkan bahwa waktu yang diperlukan untuk mengeringkan pakaian bergantung pada kondisi awal atau perlakuan awal pakaian basah, diperas tangan atau diperas menggunakan mesin cuci. Semakin basah kondisi awal pakaian maka akan semakin lama proses pengeringan pakaian berlangsung. Proses pengeringan pakaian akan dihentikan ketika berat pakaian yang dikeringkan melewati berat awal pakaian kering sebelum dibasahi. Dari data yang diambil menujukan bahwa berat pakaian setelah proses pengeringan terakhir dapat lebih ringan dibandingkan dengan berat awal pakaian sebelum dibasahi, hal ini dikarnakan kelembaban udara didalam lemari pengering pakaian lebih rendah dibandingkan kelembaban udara diluar lemari pengering yang lebih tinggi. Waktu tercepat yang diperlukan untuk mengeringkan pakaian diperoleh jika kondisi awal pakaian diperas dengan menggunakan mesin cuci. Waktu yang diperlukan untuk megeringkan 20 pakaian peras mesin cuci dengan menggunakan 2 fan hanya memerlukan waktu 70 menit dengan massaa air yang menguap dari pakaian adalah 1,501 kg, lebih cepat 80 menit dibandingkan pengeringan 20 pakaian dengan peras tangan. Waktu yang diperlukan untuk mengeringkan 20 pakaian peras tangan dengan menggunakan 2 fan memerlukan waktu 150 menit dengan massa air yang menguap dari pakaian adalah 4,747 kg. Sedangkan mengeringkan 20 pakaian peras mesin cuci dengan menggunakan 1 fan memakan waktu lebih lama 20 menit dibandingkan dengan menggunakan 2 fan. Waktu yang diperlukan untuk mengeringkan 20 pakaian peras mesin cuci dengan menggunakan 2 fan memerlukan waktu 90 menit dengan massa air yang menguap adalah 1,557 kg. 55

74 Berat pakaian awal pada saat t (kg) Berat pakaian awal pada saat t (kg) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI pakaian peras tangan 2 fan 20 pakaian peras mesin cuci 2 fan 20 pakaian peras mesin cuci 1 fan Waktu (t), menit Gambar 4.4 Berat pakaian saat pengeringan di lemari pengering pakaian peras tangan 20 pakaian peras mesin cuci Waktu (t), menit Gambar 4.5 Berat pakaian saat pengeringan jemur matahari. 56

75 Gambar 4.4 menyajikan proses pengeringan pakaian selama 70 menit, 90 menit dan 150 menit yang menggambarkan hubungan antara berat pakaian basah saat (t) dengan waktu (t), untuk proses pengeringan 20 pakaian peras tangan dengan 2 fan, 20 pakaian peras mesin cuci 1 fan, dan 20 pakaian peras mesin cuci 2 fan. Pengujian pengeringan dilakukan selama 70 menit, 90 menit, dan 150 menit, karna berat pakaian yang dikeringkan telah mencapai berat awal pakaian sebelum dibasahi. Gambar 4.4 dapat dipergunakan untuk membatu menentukan waktu proses pengeringan pakaian. Untuk mendapatkan kecepatan pengeringan yang tinggi, berat pakaian basah awal dapat dibuat seminimal mungkin. Jika mesin pengering dipergunakan untuk menyelesaikan pengeringan 160 pakaian, maka waktu yang diperlukan untuk masing-masing kondisi awal pakaian, disajikan pada Tabel 4.10 Tabel 4.10 Contoh pengeringan 160 pakaian No jumlah pakaian (per pengeringan) 20 peras mesin cuci (2 fan) 20 peras mesin cuci (1 fan) 20 peras tangan (2 fan) waktu pengeringan (menit) proses yang dibutuhkan (dikalikan) total waktu (menit) Mesin pengering pakaian ini lebih efektif dipergunakan untuk mengeringkan 20 pakaian peras mesin cuci dengan menggunakan 2 fan bila dibandingkan dengan dipergunakan untuk mengeringkan 20 pakaian peras tangan dengan menggunakan 2 fan, maupun mengeringkan 20 pakaian peras mesin cuci dengan menggunakan 1 fan. Selain untuk menghemat waktu juga menghemat listrik yang dipakai pada saat melakukan proses pengeringan. 57

76 5.1 Kesimpulan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Beberapa kesimpulan yang diperoleh setelah melakukan penelitian ini adalah sebagai berkut : a. Mesin pengering pakaian sistem tertutup berhasil dibuat dan bekerja dengan baik, dengan kondisi awal suhu di dalam lemari pengering yaitu suhu udara bola kering sekitar 55,1 ᴼC dan suhu udara bola basah sekitar 30 ᴼC. b. Waktu yang diperlukan untuk mengeringkan 20 pakaian dengan kondisi awal hasil peras mesin cuci dengan menggunakan 2 fan udara balik mesin pengering memerlukan waktu 70 menit, untuk mengeringkan 20 pakaian dengan kondisi awal hasil peras mesin cuci dengan menggunakan 1 fan udara balik mesin pengering memerlukan waktu 90 menit, dan untuk mengeringkan 20 pakaian dengann kondisi awal hasil peras tangan dengan menggunakan 2 fan udara balik mesin pengering memerlukan waktu 150 menit. 5.2 Saran Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap mesin pengering pakaian sistem tertutup, dapat diberikan beberapa saran : a. Untuk mendapatkan proses pengeringan yang lebih cepat diperlukan penambahan fan di dalam lemari pengerig pakaian, agar udara panas dapat bersirkulasi dengan baik di dalam lemari pengering. b. Dari data yang didapat bahwa udara yang keluar dari lemari mesin pengering masih memiliki suhu yang cukup tinggi, udara panas tersebut dapat dimanfaatkan untuk pengeringan pakaian lainnya. c. Perlunya ada perubahan pada bentuk, ukuran lemari dan dutch yang digunakan agar lemari pengering dapat menampung lebih banyak pakaian yang akan di 58

77 keringkan, dan jarak antara pakaian basaha agar dapat diatur dan memiliki space yang lebih renggang. d. Pada panelitian selanjutnya akan lebih baik apabila kecepatan aliran udara pada duct ditingkatkan karna akan mempercepat proses perpindahan uap air dari dalam lemari pakaian ke proses kondensasi. 59

78 DAFTAR PUSTAKA Anonim,2012,What Type Of Dehumidifier Do Ineed? Desiccant or Refrigerant, Harriman L., 1989, The Dehumidification Handbook (Edisi 2, Editor Harriman III, L., G.) dbook.pdf Hasibuar R, 2005, Proses Pengeringan, Ir. PK Purwadi, M.T., Wibowo Kusbandono, S.T, M.T, Mesin Pengering Baju Energi Listrik dengan Daya 800 Watt. Meda C., 1983,Drier, In Particular A Clothes-Drying Cabinet, A1.pdf Maruca R E.,2007,Low Temperature Clothes Dryer, Priowirjanto G., 2003, Dasar-dasar Tata Udara, asar_tata_udara.pdf Yuriandi K.,2008, Sistem Pengkondisian Udara, I0S#J2oJvkk/export?format=pdf&id=1toIuPwFkuJE059XL10DiewrbgTm5q GbaI0S3J2oJvkk&token=AC4w5VjgTRn6Tsjo1hrCTEeq9PIKEIv0kw%3A

79 Lampiran 61

80 62

81 63

82 64

83 65

84 66

85 67

86 68

87 69

88 70

89 71

90 72

91 73

92 74

93 75

94 76

95 77

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN MESIN PENGERING KAPASITAS LIMAPULUH BAJU SISTEM TERTUTUP Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor 2 2017 ISSN 1412-7350 PK Purwadi 1* 1 Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata

Lebih terperinci

MESIN PENGERING HANDUK DENGAN ENERGI LISTRIK

MESIN PENGERING HANDUK DENGAN ENERGI LISTRIK Volume Nomor September MESIN PENGERING HANDUK DENGAN ENERGI LISTRIK Kurniandy Wijaya PK Purwadi Teknik Mesin Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Indonesia Email : kurniandywijaya@gmail.com

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 15 Nomor ISSN INOVASI MESIN PENGERING PAKAIAN YANG PRAKTIS, AMAN DAN RAMAH LINGKUNGAN

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 15 Nomor ISSN INOVASI MESIN PENGERING PAKAIAN YANG PRAKTIS, AMAN DAN RAMAH LINGKUNGAN Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 15 Nomor 2 2016 ISSN 1412-7350 INOVASI MESIN PENGERING PAKAIAN YANG PRAKTIS, AMAN DAN RAMAH LINGKUNGAN PK Purwadi*, Wibowo Kusbandono** Teknik Mesin Fakultas Sains dan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split BAB II DASAR TEORI 2.1 AC Split Split Air Conditioner adalah seperangkat alat yang mampu mengkondisikan suhu ruangan sesuai dengan yang kita inginkan, terutama untuk mengkondisikan suhu ruangan agar lebih

Lebih terperinci

PENGARUH KIPAS TERHADAP WAKTU DAN LAJU PENGERINGAN MESIN PENGERING PAKAIAN

PENGARUH KIPAS TERHADAP WAKTU DAN LAJU PENGERINGAN MESIN PENGERING PAKAIAN Pengaruh Kipas Terhadap Waktu dan Laju Pengeringan Mesin Pengering Pakaian (P.K. Purwadi dkk) PENGARUH KIPAS TERHADAP WAKTU DAN LAJU PENGERINGAN MESIN PENGERING PAKAIAN P.K. Purwadi 1, Wibowo Kusbandono

Lebih terperinci

Peningkatan Waktu Pengeringan dan Laju Pengeringan Pada Mesin Pengering Pakaian Energi Listrik

Peningkatan Waktu Pengeringan dan Laju Pengeringan Pada Mesin Pengering Pakaian Energi Listrik Peningkatan Waktu Pengeringan dan Laju Pengeringan Pada Mesin Pengering Pakaian Energi Listrik PK Purwadi 1, Wibowo Kusbandono 2 T. Mesin Fakultas Sains dan Teknologi, Univ. Sanata Dharma 1, pur@mailcity.com

Lebih terperinci

MESIN PENGERING PAKAIAN ENERGI LISTRIK DENGAN MEMPERGUNAKAN SIKLUS KOMPRESI UAP

MESIN PENGERING PAKAIAN ENERGI LISTRIK DENGAN MEMPERGUNAKAN SIKLUS KOMPRESI UAP Banjarmasin, 7-8 Oktober 215 MESIN PENGERING PAKAIAN ENERGI LISTRIK DENGAN MEMPERGUNAKAN SIKLUS KOMPRESI UAP PK Purwadi 1,a*, Wibowo Kusbandono 2,b 1, 2 Teknik Mesin Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Air Conditioner Split Air Conditioner (AC) split merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengkondikan udara didalam ruangan sesuai dengan yang diinginkan oleh penghuni.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ALAT PENGKONDISIAN UDARA Alat pengkondisian udara merupakan sebuah mesin yang secara termodinamika dapat memindahkan energi dari area bertemperatur rendah (media yang akan

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI MESIN PENGERING PAKAIAN SISTEM TERBUKA DENGAN DEBIT ALIRAN UDARA 0,032 m 3 /s SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Teknik pada program studi Teknik Mesin Diajukan Oleh EVAN

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Air Conditioner Air Conditioner (AC) digunakan untuk mengatur temperatur, sirkulasi, kelembaban, dan kebersihan udara didalam ruangan. Selain itu, air conditioner juga

Lebih terperinci

MESIN PENGERING HANDUK DENGAN SIKLUS KOMPRESI UAP DIBANTU DENGAN SATU BUAH PENUKAR KALOR SKRIPSI

MESIN PENGERING HANDUK DENGAN SIKLUS KOMPRESI UAP DIBANTU DENGAN SATU BUAH PENUKAR KALOR SKRIPSI MESIN PENGERING HANDUK DENGAN SIKLUS KOMPRESI UAP DIBANTU DENGAN SATU BUAH PENUKAR KALOR SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1 Teknik Mesin Oleh : KURNIANDY WIJAYA NIM

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI MESIN PENGERING PAKAIAN SISTEM TERBUKA DENGAN DEBIT ALIRAN UDARA 0,054 m 3 /detik SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Teknik pada program studi Teknik Mesin Diajukan Oleh

Lebih terperinci

MESIN PENGERING HANDUK DENGAN SIKLUS KOMPRESI UAP DIBANTU DENGAN SATU PENUKAR KALOR DAN 10 LAMPU 25 WATT SKRIPSI

MESIN PENGERING HANDUK DENGAN SIKLUS KOMPRESI UAP DIBANTU DENGAN SATU PENUKAR KALOR DAN 10 LAMPU 25 WATT SKRIPSI MESIN PENGERING HANDUK DENGAN SIKLUS KOMPRESI UAP DIBANTU DENGAN SATU PENUKAR KALOR DAN 10 LAMPU 25 WATT SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1 Teknik Mesin Oleh DINO

Lebih terperinci

MESIN PENGERING HANDUK DENGAN SIKLUS KOMPRESI UAP DIBANTU DENGAN DUA BUAH PENUKAR KALOR SKRIPSI

MESIN PENGERING HANDUK DENGAN SIKLUS KOMPRESI UAP DIBANTU DENGAN DUA BUAH PENUKAR KALOR SKRIPSI MESIN PENGERING HANDUK DENGAN SIKLUS KOMPRESI UAP DIBANTU DENGAN DUA BUAH PENUKAR KALOR SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1 Teknik Mesin Disusun oleh RUDI RIYANTO NIM

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 0,93 1,28 78,09 75,53 20,95 23,14. Tabel 2.2 Kandungan uap air jenuh di udara berdasarkan temperatur per g/m 3

BAB II DASAR TEORI 0,93 1,28 78,09 75,53 20,95 23,14. Tabel 2.2 Kandungan uap air jenuh di udara berdasarkan temperatur per g/m 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengering Udara Pengering udara adalah suatu alat yang berfungsi untuk menghilangkan kandungan air pada udara terkompresi (compressed air). Sistem ini menjadi satu kesatuan proses

Lebih terperinci

Pengeringan. Shinta Rosalia Dewi

Pengeringan. Shinta Rosalia Dewi Pengeringan Shinta Rosalia Dewi SILABUS Evaporasi Pengeringan Pendinginan Kristalisasi Presentasi (Tugas Kelompok) UAS Aplikasi Pengeringan merupakan proses pemindahan uap air karena transfer panas dan

Lebih terperinci

PENGERING KAOS KAKI DENGAN MENGGUNAKAN MESIN SIKLUS KOMPRESI UAP SKRIPSI

PENGERING KAOS KAKI DENGAN MENGGUNAKAN MESIN SIKLUS KOMPRESI UAP SKRIPSI PENGERING KAOS KAKI DENGAN MENGGUNAKAN MESIN SIKLUS KOMPRESI UAP SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat S-1 Teknik Mesin oleh : Laurentius Rio Aditya Kurniawan NIM :125214058 PROGRAM

Lebih terperinci

MESIN PENGERING PAKAIAN SISTEM TERTUTUP DENGAN MENGGUNAKAN ENERGI LISTRIK 1711 WATT

MESIN PENGERING PAKAIAN SISTEM TERTUTUP DENGAN MENGGUNAKAN ENERGI LISTRIK 1711 WATT MESIN PENGERING PAKAIAN SISTEM TERTUTUP DENGAN MENGGUNAKAN ENERGI LISTRIK 1711 WATT SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1 Teknik Mesin Diajukan Oleh YAKOBUS DAMAR ALIT

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya BAB II DASAR TEORI 2.1 Hot and Cool Water Dispenser Hot and cool water dispenser merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengkondisikan temperatur air minum baik dingin maupun panas. Sumber airnya berasal

Lebih terperinci

MESIN PENGERING HANDUK DENGAN SIKLUS KOMPRESI UAP DIBANTU DUA BUAH PENUKAR KALOR DAN SEPULUH LAMPU 25 WATT SKRIPSI

MESIN PENGERING HANDUK DENGAN SIKLUS KOMPRESI UAP DIBANTU DUA BUAH PENUKAR KALOR DAN SEPULUH LAMPU 25 WATT SKRIPSI MESIN PENGERING HANDUK DENGAN SIKLUS KOMPRESI UAP DIBANTU DUA BUAH PENUKAR KALOR DAN SEPULUH LAMPU 25 WATT SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1 Teknik Mesin Disusun

Lebih terperinci

Pengaruh Adanya Kipas yang Mengalirkan Udara Melintasi Kondensor terhadap COP dan Efisiensi Mesin Pendingin Showcase

Pengaruh Adanya Kipas yang Mengalirkan Udara Melintasi Kondensor terhadap COP dan Efisiensi Mesin Pendingin Showcase Pengaruh Adanya Kipas yang Mengalirkan Udara Melintasi Kondensor terhadap COP dan Efisiensi Mesin Pendingin Showcase Wibowo Kusbandono, PK Purwadi T. Mesin Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Refrigerasi merupakan suatu kebutuhan dalam kehidupan saat ini terutama bagi masyarakat perkotaan. Refrigerasi dapat berupa lemari es pada rumah tangga, mesin

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC NPM : NPM :

LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC NPM : NPM : LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC Nama Praktikan : Utari Handayani NPM : 140310110032 Nama Partner : Gita Maya Luciana NPM : 140310110045 Hari/Tgl Percobaan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR NOTASI... xi BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah...

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin pendingin atau kondensor adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan panas dari dalam ruangan ke luar ruangan. Adapun sistem mesin pendingin yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeringan Pengeringan adalah proses mengurangi kadar air dari suatu bahan [1]. Dasar dari proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan

Lebih terperinci

Satuan Operasi dan Proses TIP FTP UB

Satuan Operasi dan Proses TIP FTP UB Satuan Operasi dan Proses TIP FTP UB Pendahuluan Pengeringan merupakan salah satu metode pengawetan pangan paling kuno yang dikenal oleh manusia. Pengawetan daging, ikan, dan makanan lain dengan pengeringan

Lebih terperinci

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur BAB II MESIN PENDINGIN 2.1. Pengertian Mesin Pendingin Mesin Pendingin adalah suatu peralatan yang digunakan untuk mendinginkan air, atau peralatan yang berfungsi untuk memindahkan panas dari suatu tempat

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN KOMPRESOR DAN PIPA KAPILER UNTUK MESIN PENGERING PAKAIAN SISTEM POMPA KALOR DENGAN DAYA 1 PK SKRIPSI

RANCANG BANGUN KOMPRESOR DAN PIPA KAPILER UNTUK MESIN PENGERING PAKAIAN SISTEM POMPA KALOR DENGAN DAYA 1 PK SKRIPSI RANCANG BANGUN KOMPRESOR DAN PIPA KAPILER UNTUK MESIN PENGERING PAKAIAN SISTEM POMPA KALOR DENGAN DAYA 1 PK SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik ZAKARIA

Lebih terperinci

Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT

Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin Galuh Renggani Wilis, ST.,MT ABSTRAKSI Pengkondisian udara disebut juga system refrigerasi yang mengatur temperature & kelembaban udara. Dalam beroperasi

Lebih terperinci

Gambar 2.21 Ducting AC Sumber : Anonymous 2 : 2013

Gambar 2.21 Ducting AC Sumber : Anonymous 2 : 2013 1.2.3 AC Central AC central sistem pendinginan ruangan yang dikontrol dari satu titik atau tempat dan didistribusikan secara terpusat ke seluruh isi gedung dengan kapasitas yang sesuai dengan ukuran ruangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bahan Penelitian Pada penelitian ini refrigeran yang digunakan adalah Yescool TM R-134a.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bahan Penelitian Pada penelitian ini refrigeran yang digunakan adalah Yescool TM R-134a. 3.1. Lokasi Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Motor Bakar Jurusan Teknik Mesin Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3.2. Bahan Penelitian Pada penelitian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PSIKROMETRI Psikrometri adalah ilmu yang mengkaji mengenai sifat-sifat campuran udara dan uap air yang memiliki peranan penting dalam menentukan sistem pengkondisian udara.

Lebih terperinci

PENGERING KAOS KAKI MENGGUNAKAN MESIN SIKLUS KOMPRESI UAP DENGAN DUA EVAPORATOR TERSUSUN SERI DAN 10 LAMPU 60 WATT SKRIPSI

PENGERING KAOS KAKI MENGGUNAKAN MESIN SIKLUS KOMPRESI UAP DENGAN DUA EVAPORATOR TERSUSUN SERI DAN 10 LAMPU 60 WATT SKRIPSI PENGERING KAOS KAKI MENGGUNAKAN MESIN SIKLUS KOMPRESI UAP DENGAN DUA EVAPORATOR TERSUSUN SERI DAN 10 LAMPU 60 WATT SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat S-1 Teknik Mesin oleh : Fandi

Lebih terperinci

3.2 Pembuatan Pipa Pipa aliran air dan coolant dari heater menuju pipa yang sebelumnya menggunakan pipa bahan polimer akan digantikan dengan menggunak

3.2 Pembuatan Pipa Pipa aliran air dan coolant dari heater menuju pipa yang sebelumnya menggunakan pipa bahan polimer akan digantikan dengan menggunak BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian adalah metode yang digunakan untuk mendekatkan permasalahan alahan yang diteliti, sehingga dapat menjelaskan dan membahas permasalahan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Pengertian Sistem Tata Udara

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Pengertian Sistem Tata Udara BAB II TEORI DASAR 2.1 Pengertian Sistem Tata Udara Sistem tata udara adalah suatu sistem yang digunakan untuk menciptakan suatu kondisi pada suatu ruang agar sesuai dengan keinginan. Sistem tata udara

Lebih terperinci

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016 STUDI EKSPERIMENTAL PERFORMANSI MESIN PENDINGIN (AC SPLIT) 1PK DENGAN PENAMBAHAN ALAT AKUMULATOR MENGGUNAKAN REFRIGERAN MC-22 SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

MODUL 8 PSIKROMETRIK CHART

MODUL 8 PSIKROMETRIK CHART MODUL 8 PSIKROMETRIK CHART Psychrometric Chart atau Chart psikrometrik merupakan hasil karya jenius peninggalan kakek moyang kita yang berhubungan dengan karakteristik udara. Dengan adanya chart ini maka

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tropis dengan kondisi temperatur udara yang relatif tinggi/panas.

BAB II LANDASAN TEORI. tropis dengan kondisi temperatur udara yang relatif tinggi/panas. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sistem Pendingin Sistem pendingin merupakan sebuah sistem yang bekerja dan digunakan untuk pengkondisian udara di dalam ruangan, salah satunya berada di mobil yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyejuk udara atau pengkondisi udara atau penyaman udara atau erkon atau AC (air conditioner) adalah sistem atau mesin yang dirancang untuk menstabilkan suhu udara

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN EVAPORATOR UNTUK MESIN PENGERING PAKAIAN SISTEM POMPA KALOR DENGAN DAYA 1PK SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi

RANCANG BANGUN EVAPORATOR UNTUK MESIN PENGERING PAKAIAN SISTEM POMPA KALOR DENGAN DAYA 1PK SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi RANCANG BANGUN EVAPORATOR UNTUK MESIN PENGERING PAKAIAN SISTEM POMPA KALOR DENGAN DAYA 1PK SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik TYSON MARUDUT MANURUNG NIM

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Dispenser Air Minum Hot and Cool Dispenser air minum adalah suatu alat yang dibuat sebagai alat pengkondisi temperatur air minum baik air panas maupun air dingin. Temperatur air

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Df adalah driving force (kg/kg udara kering), Y s adalah kelembaban

TINJAUAN PUSTAKA. Df adalah driving force (kg/kg udara kering), Y s adalah kelembaban TINJAUAN PUSTAKA Mekanisme Pengeringan Udara panas dihembuskan pada permukaan bahan yang basah, panas akan berpindah ke permukaan bahan, dan panas laten penguapan akan menyebabkan kandungan air bahan teruapkan.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2012

BAB II DASAR TEORI 2012 BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Sistem Brine Sistem Brine adalah salah satu sistem refrigerasi kompresi uap sederhana dengan proses pendinginan tidak langsung. Dalam proses ini koil tidak langsung mengambil

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI KARAKTERISTIK MESIN FREEZER DENGAN PANJANG PIPA KAPILER 190 CM TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik Mesin Diajukan Oleh: STEFANUS TRI

Lebih terperinci

PENGARUH KECEPATAN UDARA PENDINGIN KONDENSOR TERHADAP KOEFISIEN PRESTASI AIR CONDITIONING

PENGARUH KECEPATAN UDARA PENDINGIN KONDENSOR TERHADAP KOEFISIEN PRESTASI AIR CONDITIONING Marwan Effendy, Pengaruh Kecepatan Udara Pendingin Kondensor Terhadap Kooefisien Prestasi PENGARUH KECEPATAN UDARA PENDINGIN KONDENSOR TERHADAP KOEFISIEN PRESTASI AIR CONDITIONING Marwan Effendy Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2016 sampai dengan bulan Desember 2016. Kegiatan penelitian ini mencakup perancangan dan pembuatan alat,

Lebih terperinci

MESIN PENGHASIL AIR AKI MENGGUNAKAN SIKLUS KOMPRESI UAP DENGAN PIPA PENCURAH AIR BERJARAK 13 MM ANTAR LUBANG

MESIN PENGHASIL AIR AKI MENGGUNAKAN SIKLUS KOMPRESI UAP DENGAN PIPA PENCURAH AIR BERJARAK 13 MM ANTAR LUBANG MESIN PENGHASIL AIR AKI MENGGUNAKAN SIKLUS KOMPRESI UAP DENGAN PIPA PENCURAH AIR BERJARAK 13 MM ANTAR LUBANG SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1 Teknik Mesin oleh :

Lebih terperinci

MESIN PENGERING SEPATU DENGAN UDARA BUANG YANG DIMANFAATKAN UNTUK PENGERING SEPATU SKRIPSI

MESIN PENGERING SEPATU DENGAN UDARA BUANG YANG DIMANFAATKAN UNTUK PENGERING SEPATU SKRIPSI MESIN PENGERING SEPATU DENGAN UDARA BUANG YANG DIMANFAATKAN UNTUK PENGERING SEPATU SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Mesin S-1 Disusun Oleh : WILLIAM INDRA KUSUSMA

Lebih terperinci

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin BAB II Prinsip Kerja Mesin Pendingin A. Sistem Pendinginan Absorbsi Sejarah mesin pendingin absorbsi dimulai pada abad ke-19 mendahului jenis kompresi uap dan telah mengalami masa kejayaannya sendiri.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Maret Yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Maret Yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Maret 2015. Yang meliputi uji coba dan pengolahan data, dan bertempat di Laboratorium Fakultas

Lebih terperinci

5/30/2014 PSIKROMETRI. Ahmad Zaki M. Teknologi Hasil Pertanian UB. Komposisi dan Sifat Termal Udara Lembab

5/30/2014 PSIKROMETRI. Ahmad Zaki M. Teknologi Hasil Pertanian UB. Komposisi dan Sifat Termal Udara Lembab PSIKROMETRI Ahmad Zaki M. Teknologi Hasil Pertanian UB Komposisi dan Sifat Termal Udara Lembab 1 1. Atmospheric air Udara yang ada di atmosfir merupakan campuran dari udara kering dan uap air. Psikrometri

Lebih terperinci

MESIN PENGHASIL AIR AKI MENGGUNAKAN MESIN SIKLUS KOMPRESI UAP DILENGKAPI DENGAN HUMIDIFIER

MESIN PENGHASIL AIR AKI MENGGUNAKAN MESIN SIKLUS KOMPRESI UAP DILENGKAPI DENGAN HUMIDIFIER MESIN PENGHASIL AIR AKI MENGGUNAKAN MESIN SIKLUS KOMPRESI UAP DILENGKAPI DENGAN HUMIDIFIER SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai Derajat Sarjana S-1 Teknik Mesin Oleh EKO ROMADHONI NIM :

Lebih terperinci

MESIN PENGERING SEPATU SKRIPSI

MESIN PENGERING SEPATU SKRIPSI MESIN PENGERING SEPATU SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1 Teknik Mesin oleh : NEWTRON TUMANGGOR NIM : 125214090 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI COP DAN EFISIENSI SHOWCASE DENGAN PANJANG PIPA KAPILER 250 CM DAN DAYA KOMPRESOR 0,5 HP SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1 Teknik Mesin Program Studi Teknik Mesin

Lebih terperinci

Sistem pendingin siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak. daur ini terjadi proses kompresi (1 ke 2), 4) dan penguapan (4 ke 1), seperti pada

Sistem pendingin siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak. daur ini terjadi proses kompresi (1 ke 2), 4) dan penguapan (4 ke 1), seperti pada Siklus Kompresi Uap Sistem pendingin siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak digunakan dalam daur refrigerasi, pada daur ini terjadi proses kompresi (1 ke 2), pengembunan( 2 ke 3), ekspansi (3

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cooling Tunnel

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cooling Tunnel BAB II DASAR TEORI 2.1 Cooling Tunnel Cooling Tunnel atau terowongan pendingin merupakan sistem refrigerasi yang banyak digunakan di industri, baik industri pengolahan makanan, minuman dan farmasi. Cooling

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.1 Latar Belakang Pengkondisian udaraa pada kendaraan mengatur mengenai kelembaban, pemanasan dan pendinginan udara dalam ruangan. Pengkondisian ini bertujuan bukan saja sebagai penyejuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Mesin Pendingin Untuk pertama kali siklus refrigerasi dikembangkan oleh N.L.S. Carnot pada tahun 1824. Sebelumnya pada tahun 1823, Cagniard de la Tour (Perancis),

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PERBANDINGAN KARAKTERISTIK KULKAS 2 PINTU DENGAN KONDENSOR 14U DAN 12U SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Teknik Program Studi Teknik Mesin Diajukan oleh: JULIUS SUTAWIJAYA

Lebih terperinci

Nama : Maruli Tua Sinaga NPM : 2A Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing :Dr. Sri Poernomo Sari, ST., MT.

Nama : Maruli Tua Sinaga NPM : 2A Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing :Dr. Sri Poernomo Sari, ST., MT. KAJIAN EKSPERIMEN ENERGI KALOR, LAJU KONVEKSI, dan PENGURANGAN KADAR AIR PADA ALAT PENGERING KERIPIK SINGKONG Nama : Maruli Tua Sinaga NPM : 2A413749 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 diagram blok siklus Sistem Refrigerasi Kompresi Uap

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 diagram blok siklus Sistem Refrigerasi Kompresi Uap BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Kompresi Uap Sistem refrigerasi kompresi uap merupakan suatu sistem yang menggunakan kompresor sebagai alat kompresi refrigeran, yang dalam keadaan bertekanan

Lebih terperinci

ANALISIS PERFORMANSI MODEL PENGERING GABAH POMPA KALOR

ANALISIS PERFORMANSI MODEL PENGERING GABAH POMPA KALOR ANALISIS PERFORMANSI MODEL PENGERING GABAH POMPA KALOR Budi Kristiawan 1, Wibowo 1, Rendy AR 1 Abstract : The aim of this research is to analyze of rice heat pump dryer model performance by determining

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. perpindahan kalor dari produk ke material tersebut.

BAB II DASAR TEORI. perpindahan kalor dari produk ke material tersebut. BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Refrigerasi adalah suatu proses penarikan kalor dari suatu ruang/benda ke ruang/benda yang lain untuk menurunkan temperaturnya. Kalor adalah salah satu bentuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Refrigerasi merupakan suatu media pendingin yang dapat berfungsi untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Refrigerasi merupakan suatu media pendingin yang dapat berfungsi untuk BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Refrigerasi Refrigerasi merupakan suatu media pendingin yang dapat berfungsi untuk menyerap kalor dari lingkungan atau untuk melepaskan kalor ke lingkungan. Sifat-sifat fisik

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Pengujian alat pendingin..., Khalif Imami, FT UI, 2008

BAB II DASAR TEORI. Pengujian alat pendingin..., Khalif Imami, FT UI, 2008 BAB II DASAR TEORI 2.1 ADSORPSI Adsorpsi adalah proses yang terjadi ketika gas atau cairan berkumpul atau terhimpun pada permukaan benda padat, dan apabila interaksi antara gas atau cairan yang terhimpun

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama 38 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama adalah pembuatan alat yang dilaksanakan di Laboratorium Mekanisasi

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK MESIN PENGERING PAKAIAN MENGGUNAKAN AC (AIR CONDITIONER) DENGAN SIKLUS KOMPRESI UAP SISTEM UDARA TERBUKA

KARAKTERISTIK MESIN PENGERING PAKAIAN MENGGUNAKAN AC (AIR CONDITIONER) DENGAN SIKLUS KOMPRESI UAP SISTEM UDARA TERBUKA KARAKTERISTIK MESIN PENGERING PAKAIAN MENGGUNAKAN AC (AIR CONDITIONER) DENGAN SIKLUS KOMPRESI UAP SISTEM UDARA TERBUKA Tio Vani Nesri 1, Azridjal Aziz 1 dan Rahmat Iman Mainil 1 1 Laboratorium Rekayasa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 DASAR TEORI 2.1.1 Metode Metode Pengeringan Metode dalam pengeringan pakaian saat ini di pasaran ada beberapa macam, diantaranya (a) Pengeringan menggunakan cahaya matahari,

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI REFRIGERAN

ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI REFRIGERAN ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI REFRIGERAN 1 Amrullah, 2 Zuryati Djafar, 3 Wahyu H. Piarah 1 Program Studi Perawatan dan Perbaikan Mesin, Politeknik Bosowa, Makassar 90245,Indonesia

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA.1 Teori Pengujian Sistem pengkondisian udara (Air Condition) pada mobil atau kendaraan secara umum adalah untuk mengatur kondisi suhu pada ruangan didalam mobil. Kondisi suhu yang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Sistem Heat pump Heat pump adalah pengkondisi udara paket atau unit paket dengan katup pengubah arah (reversing valve) atau pengatur ubahan lainnya. Heat pump memiliki

Lebih terperinci

UNJUK KERJA PENGKONDISIAN UDARA MENGGUNAKAN HEAT PIPE PADA DUCTING DENGAN VARIASI LAJU ALIRAN MASSA UDARA

UNJUK KERJA PENGKONDISIAN UDARA MENGGUNAKAN HEAT PIPE PADA DUCTING DENGAN VARIASI LAJU ALIRAN MASSA UDARA UNJUK KERJA PENGKONDISIAN UDARA MENGGUNAKAN HEAT PIPE PADA DUCTING DENGAN VARIASI LAJU ALIRAN MASSA UDARA Sidra Ahmed Muntaha (0906605340) Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Lebih terperinci

POMPA SISTEM DEPARTE FAKULTAS TEKNIKK UTARA MEDAN 2014 SKRIPSI. Universitas Sumatera Utara

POMPA SISTEM DEPARTE FAKULTAS TEKNIKK UTARA MEDAN 2014 SKRIPSI. Universitas Sumatera Utara KARAKTERISTIK LAJU PENGERINGAN PADA MESIN PENGERING PAKAIAN SISTEM POMPA KALORR DENGAN DAYA 1 PK SKRIPSI Skripsi Yangg Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjanaa Teknik CAKRA MESSA ABADI

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN Tahapan-tahapan pengerjaan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Tahap Persiapan Penelitian Pada tahapan ini akan dilakukan studi literatur dan pendalaman

Lebih terperinci

Gambar 5. Skematik Resindential Air Conditioning Hibrida dengan Thermal Energy Storage

Gambar 5. Skematik Resindential Air Conditioning Hibrida dengan Thermal Energy Storage BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN Prinsip Kerja Instalasi Instalasi ini merupakan instalasi mesin pendingin kompresi uap hibrida yang berfungsi sebagai mesin pendingin pada lemari pendingin dan pompa kalor pada

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Prinsip Kerja Mesin Refrigerasi Kompresi Uap

BAB II DASAR TEORI Prinsip Kerja Mesin Refrigerasi Kompresi Uap 4 BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Pengkondisian Udara Pengkondisian udara adalah proses untuk mengkondisikan temperature dan kelembapan udara agar memenuhi persyaratan tertentu. Selain itu kebersihan udara,

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air Arif Kurniawan Jurusan Teknik Mesin Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang E-mail : arifqyu@gmail.com Abstrak. Pada bagian mesin pendingin

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Air Conditioning (AC) atau alat pengkondisian udara merupakan modifikasi pengembangan dari teknologi mesin pendingin. Alat ini dipakai bertujuan untuk mengkondisikan

Lebih terperinci

MESIN PENGHASIL AIR AKI DENGAN DISERTAI PROSES EVAPORATIVE COOLING SKRIPSI

MESIN PENGHASIL AIR AKI DENGAN DISERTAI PROSES EVAPORATIVE COOLING SKRIPSI MESIN PENGHASIL AIR AKI DENGAN DISERTAI PROSES EVAPORATIVE COOLING SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1 Teknik Mesin Oleh : EKIN THEOPHILUS BANGUN NIM : 135214096 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Desalinasi Desalinasi merupakan suatu proses menghilangkan kadar garam berlebih dalam air untuk mendapatkan air yang dapat dikonsumsi binatang, tanaman dan manusia.

Lebih terperinci

MESIN PENGHASIL AIR AKI DENGAN SIKLUS KOMPRESI UAP MENGGUNAKAN PERALATAN CURAH AIR DARI PIPA PVC DENGAN JARAK ANTAR LUBANG PIPA 25 MM SKRIPSI

MESIN PENGHASIL AIR AKI DENGAN SIKLUS KOMPRESI UAP MENGGUNAKAN PERALATAN CURAH AIR DARI PIPA PVC DENGAN JARAK ANTAR LUBANG PIPA 25 MM SKRIPSI MESIN PENGHASIL AIR AKI DENGAN SIKLUS KOMPRESI UAP MENGGUNAKAN PERALATAN CURAH AIR DARI PIPA PVC DENGAN JARAK ANTAR LUBANG PIPA 25 MM SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana

Lebih terperinci

Cara Kerja AC dan Bagian-Bagiannya

Cara Kerja AC dan Bagian-Bagiannya Cara Kerja AC dan Bagian-Bagiannya Di era serba maju sekarang ini, kita pasti sudah sangat akrab dengan air conditioner. Kehidupan modern, apalagi di perkotaan hampir tidak bisa lepas dari pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda BAB II DASAR TEORI 2.1 Benih Kedelai Penyimpanan benih dimaksudkan untuk mendapatkan benih berkualitas. Kualitas benih yang dapat mempengaruhi kualitas bibit yang dihubungkan dengan aspek penyimpanan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara Sistem pengkondisian udara adalah suatu proses mendinginkan atau memanaskan udara sehingga dapat mencapai temperatur dan kelembaban yang sesuai dengan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN UNJUK KERJA FREON R-12 DAN R-134a TERHADAP VARIASI BEBAN PENDINGIN PADA SISTEM REFRIGERATOR 75 W

PERBANDINGAN UNJUK KERJA FREON R-12 DAN R-134a TERHADAP VARIASI BEBAN PENDINGIN PADA SISTEM REFRIGERATOR 75 W PERBANDINGAN UNJUK KERJA FREON R-2 DAN R-34a TERHADAP VARIASI BEBAN PENDINGIN PADA SISTEM REFRIGERATOR 75 W Ridwan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma e-mail: ridwan@staff.gunadarma.ac.id

Lebih terperinci

REKAYASA RANCANG BANGUN TRAINER SISTEM KELISTRIKAN AC MOBIL DAIHATSU ZEBRA

REKAYASA RANCANG BANGUN TRAINER SISTEM KELISTRIKAN AC MOBIL DAIHATSU ZEBRA Trainer Sistem Kelistrikan AC Mobil Daihatsu Zebra REKAYASA RANCANG BANGUN TRAINER SISTEM KELISTRIKAN AC MOBIL DAIHATSU ZEBRA Wildan Fahmi D3 Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya e-mail:

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PEMANFAATAN PANAS BUANG MESIN PENDINGIN UNTUK PENGERING PAKAIAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik Mesin Diajukan Oleh: BARTHOLOMEUS

Lebih terperinci

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12 Suroso, I Wayan Sukania, dan Ian Mariano Jl. Let. Jend. S. Parman No. 1 Jakarta 11440 Telp. (021) 5672548

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menggunakan jenis laporan eksperimen dan langkah-langkah sesuai standar. Mitshubisi Electrik Room Air Conditioner

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menggunakan jenis laporan eksperimen dan langkah-langkah sesuai standar. Mitshubisi Electrik Room Air Conditioner BAB III METODOLOGI PENELITIAN Menggunakan jenis laporan eksperimen dan langkah-langkah sesuai standar operasi prosedur : 3.1 Data-Data Penelitian Spesifikasi : Mitshubisi Electrik Room Air Conditioner

Lebih terperinci

PENGUJIAN UNJUK KERJA SOLAR ASSISTED HEAT PUMP WATER HEATER. MENGGUNAKAN HFC-134a DENGAN VARIASI INTENSITAS RADIASI

PENGUJIAN UNJUK KERJA SOLAR ASSISTED HEAT PUMP WATER HEATER. MENGGUNAKAN HFC-134a DENGAN VARIASI INTENSITAS RADIASI PENGUJIAN UNJUK KERJA SOLAR ASSISTED HEAT PUMP WATER HEATER MENGGUNAKAN HFC-134a DENGAN VARIASI INTENSITAS RADIASI Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Oleh : TRI

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI LAPORAN TUGAS AKHIR. 2.1 Blast Chiller

BAB II DASAR TEORI LAPORAN TUGAS AKHIR. 2.1 Blast Chiller BAB II DASAR TEORI 2.1 Blast Chiller Blast Chiller adalah salah satu sistem refrigerasi yang berfungsi untuk mendinginkan suatu produk dengan cepat. Cara pendinginan produk pada Blast Chiller ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Menara Pendingin Menurut El. Wakil [11], menara pendingin didefinisikan sebagai alat penukar kalor yang fluida kerjanya adalah air dan udara yang berfungsi mendinginkan

Lebih terperinci

SISTEM REFRIGERASI. Gambar 1. Freezer

SISTEM REFRIGERASI. Gambar 1. Freezer SISTEM REFRIGERASI Sistem refrigerasi sangat menunjang peningkatan kualitas hidup manusia. Kemajuan dalam bidang refrigerasi akhir-akhir ini adalah akibat dari perkembangan sistem kontrol yang menunjang

Lebih terperinci

ANALISA WAKTU SIMPAN AIR PADA TABUNG WATER HEATER TERHADAP KINERJA AC SPLIT 1 PK

ANALISA WAKTU SIMPAN AIR PADA TABUNG WATER HEATER TERHADAP KINERJA AC SPLIT 1 PK ANALISA WAKTU SIMPAN AIR PADA TABUNG WATER HEATER TERHADAP KINERJA AC SPLIT PK Imron Rosadi, Agus Wibowo, Ahmad Farid. Mahasiswa Teknik Mesin, Universitas Pancasakti, Tegal,. Dosen Teknik Mesin, Universitas

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PERBANDINGAN KARAKTERISTIK KONDENSOR 13U DAN 12U PADA MESIN PENDINGIN SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Teknik Program Studi Teknik Mesin Diajukan oleh: ANDRIAN NIM:

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir BAB II TEORI DASAR

Laporan Tugas Akhir BAB II TEORI DASAR BAB II TEORI DASAR 2.1 Sistem Tata Udara Secara umum pengkondisian udara adalah suatu proses untuk mengkondisikan udara pada suatu tempat sehingga tercapai kenyamanan bagi penghuninya. Tata udara meliputi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Prinsip Pembangkit Listrik Tenaga Gas

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Prinsip Pembangkit Listrik Tenaga Gas BAB II DASAR TEORI. rinsip embangkit Listrik Tenaga Gas embangkit listrik tenaga gas adalah pembangkit yang memanfaatkan gas (campuran udara dan bahan bakar) hasil dari pembakaran bahan bakar minyak (BBM)

Lebih terperinci

Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Suction Line terhadap Kinerja Mesin Pendingin

Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Suction Line terhadap Kinerja Mesin Pendingin Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Suction Line terhadap Kinerja Mesin Pendingin BELLA TANIA Program Pendidikan Fisika Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Surya May 9, 2013 Abstrak Mesin

Lebih terperinci