BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevan Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu meninjau penelitian sebelumnya. Peninjauan pada penelitian lain sangat penting dilakukan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui relevansi antara penelitian dari peneliti dengan penelitian sebelumnya. Selain itu, peninjauan bertujuan untuk mengetahui perbedaan dan persamaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilaksanakan sehingga dapat diketahui apakah penelitian ini sudah pernah dilakukan atau belum dan dari segi orisinalitas penelitian dapat diketahui. Dari peninjauan tersebut, peneliti dapat melengkapi kekurangan penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya. Penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut. 1. Penelitian dengan judul Bentuk Imperatif Tindak Tutur Wacana Persuasif pada Fasilitas Umum oleh Desy Andriyani dari Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Muhammadiyah Purwokerto pada tahun 2012 Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang sekarang yaitu terletak pada bentuk imperatif yang terdiri dari 17 jenis kalimat imperatif. Kalimat imperatif tersebut terdiri dari kalimat imperatif perintah, kalimat imperatif suruhan, kalimat imperatif permintaan, kalimat imperatif permohonan, kalimat imperatif desakan, kalimat imperatif bujukan, kalimat imperatif imbauan, kalimat imperatif permintaan, kalimat imperatif ajakan, kalimat imperatif permintaan izin, kalimat imperatif mengizinkan, kalimat imperatif larangan, kalimat imperatif harapan, kalimat 8

2 9 imperatif umpatan, kalimat imperatif pemberian ucapan selamat, kalimat imperatif anjuran, kalimat imperatif ngelulu. Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang sekarang yaitu terletak pada data dan sumber datanya. Data dan sumber data penelitian sebelumnya yaitu wacana persuasif pada fasilitas umum Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU), RSUD Prof Dr. Margono Soekarjo, Stasiun Kereta Api Purwokerto, Objek Wisata Baturraden, dan Terminal Bus Bulupitu Purwokerto, sedangkan penelitian yang sekarang kalimat yang mengandung bentuk imperatif dan variasi kalimat imperatif berupa kalimat berita dan kalimat suruh pada banner dan poster di rumah sakit se-kabupaten Banyumas. Selain itu pada penelitian yang sebelumnya mencakup dua bahasan, meliputi: (a) jenis tindak tutur, dan (b) bentuk imperatif, sedangkan pada penelitian yang sekarang mencakup dua pembahasan, meliputi: (a) bentuk imperatif, dan (b) variasi kalimat imperatif. Metode penganalisisan data yang digunakan pada penelitian yang sebelumnya yaitu metode agih dengan teknik perluas, sedangkan pada penelitian yang sekarang yaitu metode padan ortografis dengan teknik dasar : teknik Pilah Unsur Penentu (PUP) dengan daya pilah ortografis. 2. Penelitian dengan judul Analisis Variasi Kalimat dan Penggunaan Teknik Persuasif dalam Spanduk Kampanye Calon Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia Tahun 2014 di Kota Yogyakarta oleh Angga Nugroho dari Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Universitas Negeri Yogyakarta pada tahun 2015 Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang sekarang yaitu terletak pada bentuk variasi kalimat imperatif. Bentuk variasi kalimat imperatif terdiri dari kalimat berita, kalimat suruh (kalimat suruh yang sebenarnya, kalimat persilaan, kalimat ajakan, kalimat larangan) dan kalimat tanya. Perbedaan penelitian sebelumnya

3 10 dengan penelitian yang sekarang yaitu terletak pada data dan sumber datanya. Pada penelitian sebelumnya data penelitian yaitu seluruh kata dan kalimat yang terdapat dalam spanduk kampanye Capres dan Cawapres RI tahun 2014 di Kota Yogyakarta, sedangkan penelitian yang sekarang data penelitian yaitu kalimat yang mengandung bentuk imperatif dan variasi kalimat imperatif berupa kalimat berita dan kalimat suruh pada banner dan poster di rumah sakit se-kabupaten Banyumas. Selain itu pada penelitian yang sebelumnya mencakup dua pembahasan, meliputi: (a) variasi kalimat, dan (b) penggunaan teknik persuasif, sedangkan pada penelitian yang sekarang mencakup dua pembahasan, meliputi: (a) bentuk imperatif, dan (b) variasi kalimat imperatif. Metode penganalisisan data yang digunakan pada penelitian yang sebelumnya yaitu metode simak, baca, dan catat dengan teknik dasar teknik simak bebas libat cakap, sedangkan pada penelitian yang sekarang menggunakan metode yaitu metode padan ortografis dengan teknik dasar : teknik Pilah Unsur Penentu (PUP) dengan daya pilah ortografis. B. Sintaksis 1. Pengertian Sintaksis Istilah sintaksis secara langsung berasal dari bahasa Belanda syntaxis. Dalam bahasa Inggris digunakan istilah syntax. Sintaksis ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frasa, berbeda dengan morfologi yang membicarakan seluk beluk kata dan morfem (Ramlan, 2005: 18). Menurut Chaer (2007: 206) sintaksis membicarakan kata dalam hubungannya dengan kata lain, atau unsur-unsur lain sebagai suatu satuan ujaran, sedangkan menurut Stryker dalam Tarigan (1986 : 5) sintaksis adalah telaah mengenai pola-pola

4 11 yang dipergunakan sebagai sarana untuk menggabung-gabungkan kata menjadi kalimat. Jadi dapat disimpulkan bahwa sintaksis adalah cabang ilmu bahasa yang membicarakan kata dalam hubungannya dengan kata lain, atau unsur-unsur lain sebagai suatu satuan ujaran. Sintaksis merupakan salah satu cabang ilmu bahasa yang luas dibandingkan morfologi. Bidang sintaksis lebih kompleks dengan banyaknya unsur-unsur pembentuknya. Secara lebih luas sintaksis dapat digunakan untuk mempelajari wacana dan lebih kecil yaitu mempelajari frasa. 2. Jenis Sintaksis Menurut Ramlan (2005 : 18) sintaksis terdiri dari dari empat jenis. Jenis sintaksis yang pertama yaitu wacana. wacana adalah satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Jenis sintaksis yang kedua yaitu kalimat. kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Jenis sintaksis yang ketiga yaitu klausa. klausa adalah satuan gramatikal berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri dari subjek dan predikat. Jenis sintaksis yang terakhir yaitu frasa. Frasa merupakan satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih. Uraian dari jenis sintaksis adalah sebagai berikut. a. Wacana Menurut (Chaer, 2007 : 267) wacana adalah satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Sebagai satuan bahasa yang lengkap, wacana bisa dipahami oleh pembaca (dalam wacana tulis) atau pendengar (dalam wacana lisan) tanpa keraguan apa pun.

5 12 Sebagai satuan gramatikal tertinggi atau terbesar, berarti wacana dibentuk dari kalimat-kalimat atau kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan gramatikal dan persyaratan kewacanaan lainnya, sedangkan menurut Mulyana (2005 : 1) wacana merupakan unsur kebahasaan yang relatif paling kompleks dan paling lengkap. Satuan pendukung kebahasaannya meliputi: fonem, morfem, kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf, hingga karangan utuh. Namun demikian, wacana pada dasarnya juga merupakan unsur bahasa yang bersifat pragmatis. Berdasarkan berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa wacana adalah satuan bahasa yang lengkap dan utuh yang merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar yang penggunaan bahasanya pun dipilih berdasarkan unsur bahasa (fonem, morfem, kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf). b. Kalimat Menurut Ramlan (2005 : 23) kalimat adalah satuan gramatik yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik, sedangkan menurut Alwi, dkk (2014 : 317) kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan yang mencegah terjadinya perpaduan ataupun asimilasi bunyi ataupun proses fonologis lainnya. Dalam wujud tulisan berhuruf Latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!). Sementara itu, di dalamnya disertakan pula berbagai tanda baca seperti koma (,), titik dua (:), tanda pisah (-), dan spasi. Tanda titik, tanda tanya, dan tanda seru sepadan dengan intonasi akhir, sedangkan tanda baca

6 13 lain sepadan dengan jeda. Spasi yang mengikuti tanda titik, tanda tanya, dan tanda seru melambangkan kesenyapan. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa kalimat adalah satuan gramatik atau satuan bahasa terkecil yang berwujud lisan atau tulisan. Jika dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut. Nada tersebut dibatasi oleh adanya jeda panjang. Jeda panjang tersebut disertai nada akhir tuturan atau naik. Jeda pada nada tersebut bertujuan untuk mengungkapkan pikiran yang utuh. Disela jeda, nada diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan yang mencegah terjadinya perpaduan ataupun asimilasi bunyi ataupun proses fonologis lainnya. Dalam wujud tulisan berhuruf Latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik tanda tanya, dan tanda seru sepadan dengan intonasi akhir, sedangkan tanda baca lain sepadan dengan jeda. Spasi yang mengikuti tanda titik, tanda tanya, dan tanda seru melambangkan kesenyapan. c. Klausa Menurut Kridalaksana (2011 : 117) klausa adalah satuan gramatikal berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri dari subjek dan predikat. Kelompok kata tersebut mempunyai potensi untuk menjadi kalimat, sedangkan menurut Ramlan (2005 : 79) klausa merupakan satuan gramatik yang terdiri dari subjek dan predikat. Satuan gramatik tersebut disertai objek, pelengkap, dan keterangan ataupun tidak. Dengan ringkas, klausa ialah subjek, predikat, (objek), (pelengkap), (keterangan). Tanda kurung menandakan bahwa apa yang terletak dalam kurung tersebut bersifat manasuka, artinya boleh ada, boleh juga tidak. Jadi dapat disimpulkan bahwa klausa adalah satuan gramatikal berupa kelompok kata yang terdiri terdiri dari subjek dan predikat. Unsur-unsur lainnya boleh ada, boleh juga tidak.

7 14 d. Frasa Menurut Kridalaksana (2011 : 78) frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif. Gabungan itu dapat itu dapat rapat, dapat juga renggang, sedangkan menurut Ramlan (2005 : 139) frasa merupakan satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih. Frasa merupakan satuan yang tidak melebihi batas unsur klausa. Maksudnya frasa itu selalu terdapat dalam satu fungsi unsur klausa. Unsur tersebut yaitu subjek, predikat, objek, pelengkap, atau keterangan. Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang tidak melebihi batas unsur klausa. Jadi frasa itu selalu terdapat dalam satu fungsi unsur klausa. Unsur tersebut yaitu subjek, predikat, objek, pelengkap, atau keterangan. Dari semua unsur sintaksis tersebut peneliti memilih kalimat sebagai objek penelitian. Peneliti memilih kalimat dijadikan data penelitian karena peneliti membahas bentuk imperatif dan variasi kalimat imperatif. Bentuk imperatif terdapat tujuh belas kalimat imperatif, yaitu kalimat imperatif perintah, kalimat imperatif suruhan, kalimat imperatif permintaan, kalimat imperatif permohonan, kalimat imperatif desakan, kalimat imperatif bujukan, kalimat imperatif imbauan, kalimat imperatif persilaan, kalimat imperatif ajakan, kalimat imperatif permintaan izin, kalimat imperatif mengizinkan, kalimat imperatif larangan, kalimat imperatif larangan, kalimat imperatif harapan, kalimat imperatif umpatan, kalimat imperatif pemberian ucapan selamat, kalimat imperatif anjuran, dan kalimat imperatif ngelulu. Variasi kalimat imperatif terdapat tiga jenis kalimat. Jenis kalimat tersebut yaitu kalimat berita, kalimat suruh, dan kalimat tanya.

8 15 C. Kalimat 1. Pengertian Kalimat Alwi dkk (2014: 317) kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan yang mencegah terjadinya perpaduan ataupun asimilasi bunyi ataupun proses fonologis lainnya. Dalam wujud tulisan berhuruf Latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!); sementara itu, di dalamnya disertakan pula berbagai tanda baca seperti koma (,), titik dua (:), tanda pisah (-), dan spasi. Tanda titik, tanda tanya, dan tanda seru sepadan dengan intonasi akhir, sedangkan tanda baca lain sepadan dengan jeda. Spasi yang mengikuti tanda titik, tanda tanya, dan tanda seru melambangkan kesenyapan. Alwi, dkk (2014 : 317) mengemukakan bahwa kalimat merupakan satuan dasar wacana. Artinya, wacana hanya akan terbentuk jika ada dua kalimat, atau lebih. Dua kalimat atau lebih tersebut letaknya berurutan. Kalimat tersebut berurutan berdasarkan kaidah kewacanaan. Dengan demikian, setiap tuturan berupa kata atau untaian kata, yang memiliki ciri-ciri yang disebutkan di atas pada suatu wacana atau teks, berstatus kalimat, sedangkan menurut Kridalaksana (2011 : 103) kalimat adalah konstruksi gramatikal yang terdiri atas satu atau lebih klausa yang ditata menurut pola tertentu, dan dapat berdiri sendiri sebagai satu satuan. Jadi dapat disimpulkan bahwa kalimat adalah satuan bahasa terkecil, yang terdiri atas satu atau lebih klausa yang ditata menurut pola tertentu, dan dapat berdiri sendiri sebagai satu satuan. Kalimat

9 16 memiliki satuan yang saling membangun berupa klausa. Klausa tersebut yang membentuk suatu pola yang menjadikannya sebagai kalimat. Kalimat harus memiliki informasi dari pikiran yang utuh. 2. Jenis Kalimat Menurut Alwi dkk (2014: ), jenis kalimat dapat ditinjau dari beberapa jenis. Jenis kalimat yang pertama yaitu dilihat dari jumlah klausanya. Jenis kalimat yang kedua yaitu dilihat dari bentuk sintaksisnya. Jenis kalimat yang ketiga yaitu dilihat dari, kelengkapan unsurnya. Jenis kalimat yang terakhir yaitu jenis kalimat yang dilihat dari susunan subjek dan predikatnya. Berdasarkan jumlah klausanya, kalimat dapat dibagi atas kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Berdasarkan bentuk sintaksisnya, kalimat dapat dibagi menjadi empat jenis. Jenis kalimat berdasarkan bentuk sintaksisnya yang pertama yaitu kalimat deklaratif atau kalimat berita. Jenis kalimat berdasarkan bentuk sintaksisnya yang kedua yaitu kalimat imperatif atau kalimat perintah. Jenis kalimat berdasarkan bentuk sintaksisnya yang ketiga yaitu kalimat interogatif atau kalimat tanya. Jenis kalimat berdasarkan bentuk sintaksisnya yang terakhir yaitu kalimat ekslamatif atau kalimat serum. Berdasarkan kelengkapan unsurnya, kalimat hanya berupa kalimat tak lengkap, sedangkan menurut susunan subjek dan predikatnya, kalimat hanya berupa kalimat inversi. Penulis hanya membatasi kalimat yang dilihat dari bentuk sintaksisnya saja, karena penulis hanya menemukan data yang berupa kalimat dilihat dari bentuk sintaksisnya. Berdasarkan bentuk sintaksisnya, peneliti membatasi kalimat imperatif dan kalimat deklaratif saja.

10 17 D. Banner 1. Pengertian Banner Banner adalah salah satu media promosi yang dicetak dengan print digital yang umumnya berbentuk potrait atau vertikal. Banner adalah bentuk penyederhanaan dari baliho (Gleenook Desain Grafis, 2013). Banner banyak terdapat di berbagai fasilitas umum meliputi rumah sakit, Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU), stasiun kereta api, objek wisata, tempat ibadah, pasar, swalayan, terminal bus. Tempat-tempat tersebut merupakan tempat yang menjadi sasaran penempatan banner karena banyak dilalui orang sehingga informasi yang disampaikan akan lebih efektif. Selain itu, banner juga bertujuan untuk mempengaruhi pembaca melalui informasi yang disampaikan oleh penutur. Informasi tersebut harus dapat dipahami oleh lawan tutur sehingga tujuan yang diharapkan penutur akan tercapai. 2. Ciri-ciri banner Ciri-ciri banner terbagi menjadi tiga. Ciri yang pertama yaitu banner berisikan gambar yang menggambarkan logo suatu komunitas. Penggunaan banner sebagai logo dapat mencerminkan identitas komunitas tersebut. Ciri yang kedua yaitu banner biasanya berbentuk menyerupai bendera. Banner salah media promosi yang dicetak dengan print digital yang umumnya berbentuk potrait atau vertikal. Banner tersebut memanjang menyerupai bendera. Ciri yang ketiga yaitu banner memuat pesan. Banner dapat juga berisi pesan yang akan disampaikan kepada masyarakat. Pesanpesan yang akan disampaikan bertujuan agar semua lapisan masyarakat mengetahui tujuan dari pembuat banner (Ismail, 2015). Uraian dari ciri-ciri banner adalah sebagai berikut.

11 18 a. Banner berisikan gambar yang menggambarkan logo suatu komunitas Logo adalah sebuah karya seni rupa dan tidak bisa lepas dari elemen-elemen seni rupa dasar yang membentuknya, seperti garis, bentuk, warna, ruang, tipografi, dan lain-lain. Logo juga mencerminkan citra positif dengan cara memaksimalkan pesan-pesan yang menguntungkan dalam bentuk lambang dan gambar. Bentuk-bentuk yang kaku atau garis lurus yang divisualkan dengan tepat akan menyampaikan kekuatan, profesionalisme, dan efisiensi. Image bentuk itulah yang ingin klien sampaikan kepada publik melalui visual sebuah logo. Sebuah logo akan berhasil apabila ia memiliki konsep visual yang kuat. Penggambaran inilah yang dibuat dalam berbagai cara, baik dengan warna, ilustrasi, atau bahkan dengan image. Penggunaan banner sebagai logo dapat mencerminkan identitas komunitas. Wujud penggunaan banner dapat ditemukan pada gambar yang menggambarkan logo suatu komunitas. Logo pada banner tersebut digunakan sebagai media untuk promosi atau memasarkan suatu produk, baik itu barang atau jasa. Banner termasuk ke dalam jenis media promosi atau pemasaran yang dapat digunakan baik di dalam ruangan maupun di dalam ruangan. tersebut. Selain itu, banner juga mempermudah masyarakat untuk mengenalnya. b. Biasanya banner berbentuk menyerupai bendera Banner merupakan salah satu media promosi yang dicetak dengan print digital yang umumnya berbentuk potrait atau vertikal. Banner identik dengan ukuran yang kecil. Banner disebut juga baliho kecil. Kemudahan banner adalah digulung, disimpan dan diletakkan di space kecil. Banner tersebut menampilkan simbol, logo, atau pesan lainnya. Simbol atau logo tersebut digunakan secara simbolis untuk memberikan

12 19 sinyal atau identifikasi. Identifikasi tersebut digunakan untuk melambangkan suatu komunitas yang digunakan untuk mempromosikan suatu produk. Selain itu, dengan adanya pengunaan banner menyerupai bendera menjadi lebih efesien karena sedikit memakan biaya. c. Banner memuat pesan Pesan adalah pemberitahuan yang digunakan dalam berkomunikasi. Pesan disampaikan melalui media yang tepat, bahasa yang dimengerti, kata-kata yang sederhana dan sesuai maksud, serta tujuan pesan itu akan disampaikan dan mudah dicerna oleh komunikan. Pesan menjadi inti dari setiap komunikasi yang terjalin. Banner dapat juga berisi pesan yang akan disampaikan kepada masyarakat. Pesanpesan yang akan disampaikan bertujuan agar semua lapisan masyarakat mengetahui tujuan dari pembuat banner. Pesan yang disampaikan melalui banner memiliki keuntungan karena relatif tahan lama karena dalam wujud tulisan. Selain itu, penyampaian dapat dalam wujud yang lebih menarik. Hal tersebut lebih efektif apabila ditempatkan di tempat strategis dan ramai. 3. Jenis Banner Ada beberapa jenis banner yang bisa dijadikan sarana atau media promosi. Media promosi tersebut memuat pesan-pesan merk yang disampaikan kepada khalayak. Banner dapat ditemukan di sekolah, mall, atau di mana saja karena banner diletakkan di tempat yang banyak dijumpai banyak orang. Berdasarkan lokasi dan letaknya, banner dibagi menjadi dua jenis. Jenis banner yang pertama yaitu banner outdoor. Banner outdoor adalah banner yang digunakan di luar ruangan. Jenis banner

13 20 yang kedua yaitu banner indoor. Banner indoor adalah banner yang digunakan di dalam ruangan (Affandi, 2016). Uraian dari kedua jenis banner tersebut adalah sebagai berikut. a. Banner Outdoor Banner yang digunakan di luar ruangan (outdoor) disebut banner pohon. Dinamakan banner pohon karena tempat pemasangannya dipaku atau diikat di pohon di pinggir-pinggir jalan. Pada umumnya banner outdoor dipasang secara vertikal atau juga disebut vertical outdoor. Media promosi banner outdoor mempunyai beberapa variasi ukuran. Banner outdoor ini biasanya berukuran 40x60 cm, 60x90 cm, 80x120 cm, dan lain-lain. Contoh dari banner outdoor adalah banner seminar nasional pendidikan, banner seminar kesehatan, banner peringatan, dan lain sebagainya. Berikut ini adalah contoh banner outdoor. b. Banner Indoor Banner indoor dikenal dengan nama standing promotion. Banner ini sering digunakan untuk pemberitahuan atau media promosi yang biasanya ditemui di tempattempat tertutup seperti toko, mall, dan lainnya. Dinamakan standing banner karena banner jenis ini tidak diikat, tetapi memiliki penahannya tersendiri. Ada tiga jenis

14 21 standing banner, yaitu: X Banner, Y Banner, dan Roll Up Banner. Dalam suatu event pameran, standing banner promosi cocok digunakan untuk menarik perhatian pengunjung. Ukuran X atau Y Banner yang sejajar dengan tinggi badan manusia dan berdiri secara vertikal membuat media banner mampu membuat gambar dan huruf yang besar. Contoh dari tiga jenis standing banner adalah sebagai berikut. 1) Contoh X Banner 2) Contoh Y Banner 3) Contoh Roll Up Banner

15 22 Dari kedua jenis banner tersebut, peneliti memilih outdoor banner. Alasan memilih outdoor banner, karena banner yang diteliti yaitu berada di luar ruangan. Kelebihan Banner outdoor juga tidak dipasang dengan menggunakan penahan dan dipasang dengan paku atau tali rafia, sedangkan standing banner memiliki kelemahan rentan jatuh jika tertiup angin atau tersenggol sedikit saja karena beratnya sangat ringan. Peneliti memilih outdoor banner karena banner ini bukan bertujuan untuk media promosi, tetapi untuk mengetahui bentuk imperatif yang bersifat informatif. Di dalam banner ini hanya menginformasikan yang berupa bentuk imperatif. E. Poster 1. Pengertian Poster Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 890) poster adalah plakat yang dipasang di tempat umum (berupa pengumuman atau iklan). Menurut Basuki, dkk (2007 : 26) poster adalah plakat atau tempelan yang biasanya berisi pengumuman dan ditempel di tempat-tempat umum. Poster merupakan informasi yang ditulis dalam media tertentu (biasanya papan atau kertas). Poster biasanya dipergunakan untuk kepentingan publikasi atau propaganda. Agar lebih menarik, biasanya dilengkapi dengan gambar ilustrasi, sedangkan menurut Sudjana (2013 : 51) poster adalah kombinasi visual dari rancangan yang kuat dengan warna dan pesan, dengan maksud untuk menangkap perhatian orang yang lewat tetapi cukup lama menanamkan gagasan yang berarti di dalam ingatannya. Menurut Nurhadi, dkk (2006 : 199) poster dibuat untuk memberitahu, mengajak, atau mempengaruhi pembacanya. Tujuannya yaitu agar pembacanya tahu, mengerti, tertarik, atau bertindak sesuai dengan pesan yang ditampilkan.

16 23 Dari beberapa pendapat, dapat disimpulkan bahwa poster adalah plakat berupa desain grafis yang memuat komposisi gambar dan huruf di atas kertas berukuran besar berisi informasi yang ditulis dalam media tertentu (biasanya papan atau kertas). Poster biasanya dipergunakan untuk kepentingan publikasi atau propaganda. Agar lebih menarik, biasanya dilengkapi dengan gambar ilustrasi. Penggunaan poster tersebut untuk membuat pembaca terpengaruh dengan informasi yang disampaikan serta memberikan respon dengan adanya informasi dari penutur. Lawan tutur akan merasa tertarik dengan informasi tersebut baik secara tulisan maupun dalam bentuk gambar yang menarik. Gambar tersebut harus menarik serta mewakili informasi yang disampaikan agar saling mendukung. 2. Ciri-ciri Poster Ciri-ciri poster terbagi menjadi tiga. Ciri poster yang pertama yaitu bahasa poster ringkas. Ringkas artinya pembahasan mengenai sebuah topik dilakukan secara garis besar tidak sampai detail. Bahasa pada poster tidak panjang dan tidak berbelitbelit. Ciri poster yang kedua yaitu kalimat pada poster jelas. Jelas artinya tulisan tersebut mencerminkan judul. Artinya kalimat yang terdapat pada poster tidak membingungkan pembaca. Ciri poster yang ketiga yaitu tepat sasaran. Tepat sasaran artinya isi poster harus sesuai dengan sasaran yang dibicarakan dalam permasalahan yang diangkat dalam poster tersebut. Ciri yang terakhir yaitu poster berisi gambar yang menarik. Poster biasanya bukan hanya berisi kalimat saja, umumnya poster disertai dengan gambar-gambar yang menarik. Gambar-gambar dirancang sedemikian rupa sehingga menarik perhatian. (Nurhadi, dkk., 2006 : 200). Uraian dari ciri-ciri poster tersebut adalah sebagai berikut.

17 24 a. Bahasa poster ringkas Ringkas artinya pembahasan mengenai sebuah topik dilakukan secara garis besar tidak sampai detail. Bahasa pada poster tidak panjang dan tidak berbelit-belit. Artinya walaupun bahasa pada poster tersebut ringkas, tetapi tulisannya berbobot. Tidak hanya dalam uraian dan sudut pandangnya saja, tetapi juga dalam cara penyajiannya. Jadi bahasa pada poster tidak menggunakan kata-kata yang tidak bermanfaat. Kalimat pada bahasa poster tanpa basa-basi, dan tidak mengandung makna ganda. Setiap kata yang ditempelkan memiliki arti dan saling mendukung. Penyajian pada poster singkat tetapi tetap mempertahankan urutan isi dan sudut pandang dari penutur. b. Kalimat pada poster jelas Jelas artinya tulisan tersebut mencerminkan judul. Artinya kalimat yang terdapat pada poster tidak membingungkan pembaca. Kalimat pada poster tidak boleh menimbulkan tafsir ganda. Bentuk dan pilihan kata serta susunan kalimatnya hanya memungkinkan satu penafsiran, yaitu tafsiran yang sesuai dengan maksud penutur. Kalimat pada poster harus sesuai dengan gagasan yang disampaikan. Menyusun katakata pada poster harus menghindari kat-kata yang bernada bombastis atau memuji kegiatan yang ingin dilaksanakan secara berlebihan. Poster tersebut akhirnya tidak akan komunikatif dan tidak menempel di hati masyarakat. c. Biasanya poster tepat sasaran Tepat sasaran artinya isi poster harus sesuai dengan sasaran yang dibicarakan dalam permasalahan yang diangkat dalam poster tersebut. Dengan membaca atau

18 25 melihat poster yang dipasang, masyarakat tergugah hatinya untuk mengikuti isi dan tujuan poster. Bahasa poster bersifat persuasif artinya bahasa tersebut berisi paparan yang membujuk, mengajak, ataupun berdaya himbau. Paparan tersebut berdaya himbau yang dapat membangkitkan ketergiuran pembacanya. Himbauan tersebut dapat berupa implisit maupun eksplisit. Himbauan tersebut dibuat agar seseorang melakukan sesuatu dalam waktu ini maupun waktu yang akan datang. Kalimat himbauan tersebut tidak berupa paksaan atau kekerasan terhadap orang menerima persuasi. d. Poster berisi gambar yang menarik Poster biasanya bukan hanya berisi kalimat saja, umumnya poster disertai dengan gambar-gambar yang menarik. Gambar-gambar dirancang sedemikian rupa sehingga menarik perhatian. Sedikit menggunakan kata-kata, dicetak pada sehelai kertas atau bahan lain yang ditempelkan pada tempat tertentu. Bukan hanya gambar saja, tetapi juga foto-foto yang menarik, serta warna-warna yang juga menarik. Poster biasanya dibuat dengan warna-warna yang kontras dan kuat. Pembuatan poster memang dibutuhkan kreativitas, sebab dalam sebuah media yang dibilang terbatas, namun harus mampu menarik minat orang untuk melihatnya. 3. Jenis-jenis Poster Jenis-jenis poster dibagi menjadi dua. Jenis poster yang pertama yaitu jenis poster berdasarkan tujuannya. Jenis poster berdasarkan tujuannya yaitu poster propaganda, poster kampanye, poster wanted, poster cheesechake, poster film, poster komik, poster afirmasi, poster riset, poster kelas, dan poster komersial. Jenis

19 26 poster yang kedua yaitu jenis poster berdasarkan isinya. Jenis poster berdasarkan isinya yaitu poster niaga, poster kegiatan, poster kesehatan, poster pelayanan masyarakat, dan poster karya seni. Uraian dari jenis-jenis poster tersebut adalah sebagai berikut. a. Jenis Poster berdasarkan tujuannya 1) Poster Propaganda Poster propaganda merupakan poster yang bertujuan memberikan semangat kepada khalayak umum agar bersemangat di dalam mengarungi kehidupan dalam usaha untuk mencapai cita-cita. Poster propaganda lebih banyak mempengaruhi orang untuk melakukan sesuatu dengan membuka jalan pemikiran yang lebih baik. Poster ini tidak menyampaikan informasi secara objektif, tetapi memberikan informasi yang dirancang untuk mempengaruhi pihak yang mendengar atau melihatnya. Poster ini juga dapat merubah kebiasaan yang melekat pada diri seseorang melalui berbagai propaganda. Apabila seseorang membaca poster jenis ini maka dirinya akan tergerak untuk melakukan sesuai dengan isi poster tersebut. Hal tersebut merupakan tujuan utama dari jenis poster propaganda. 2) Poster Kampanye Poster kampanye merupakan poster yang tujuannya adalah merebut simpati masyarakat umum agar memilih dirinya ketika pemilihan tiba, poster ini akan ramai ketika menjelang Pemilu dan Pilkada. Poster ini juga bertujuan mendapatkan dukungan, usaha kampanye yang bisa dilakukan oleh perorangan atau sekelompok orang yang terorganisir untuk melakukan pencapaian suatu suatu proses pengambilan

20 27 keputusan di dalam suatu kelompok. Jenis poster ini bersifat politis yaitu untuk menggiring opini masyarakat terhadap pandangan politik seseorang. Opini tersebut lebih banyak menonjolkan keunggulan dari orang tersebut. Hal tersebut dilakukan agar dapat menghilangkan berbagai opini negatif yang mungkin mengendap dalam masyarakat. Poster jenis ini juga dapat sebagai wadah untuk memberitahukan visi dan misi seseorang dalam mengikuti pilkada. 3) Poster Wanted atau Dicari Poster Wanted atau Dicari merupakan poster yang tujuan utamanya untuk menginformasikan orang hilang atau perusahaan yang membutuhkan tenaga kerja. Poster ini sering dipasang di pohon-pohon. Bukan hanya dipasnag di pohon-pohon saja, terkadang poster ini banyak ditemukan di jalan. Selain itu, poster ini juga dipasang di tempat yang banyak dilalui orang. Penempatan tersebut bertujuan agar masyarakat mengetahui informasi yang disampaikan baik itu orang hilang atau lowongan tenaga kerja. Penutur mengharapkan adanya respon dari lawan tutur apabila mengetahui serta membutuhkan informasi tersebut. Biasanya pada jenis poster ini terdapat alamat serta nomor telepon dari penutur. 4) Poster Cheesecake Poster Cheesecake ini bertujuan untuk menarik perhatian masyarakat ramai. Poster ini umumnya dibuat dengan gambar orang-orang tenar seperti selebriti, artis, dan lain-lain. Dengan adanya gambar orang tenar tersebut maka diharapkan akan membuat seseorang lebih tertarik dengan poster tersebut. Hal tersebut terbilang efektif karena informasi yang disampaikan langsung terserap oleh lawan tutur. Poster ini

21 28 lebih banyak digunakan dalam bidang periklanan suatu produk agar dapat meningkatkan penjualan. Strategi ini juga terbilang sangat jitu dalam bidang marketing. 5) Poster Film Poster film adalah poster yang digunakan untuk menyampaikan suatu pesan kepada sekelompok orang. Pesan pada poster film tersebut dapat berbentuk apa saja tergantung dari misi poster tersebut. Akan tetapi, umunya poster mencakup pesan pendidikan dan informasi. Pesan dalam poster film adalah menggunakan mekanisme lambang-lambang yang ada pada pikiran manusia berupa isi pesan. Poster film mempunyai satu sasaran, yaitu menarik perhatian orang terhadap muatan-muatan masalah yang dikandung. Poster film ini digunakan untuk mempromosikan film-film yang akan ditayangkan kepada masyarakat. Poster jenis ini banyak dijumpai di lounge bioskop sebelum menonton film. Poster ini juga digunakan untuk mewakili tema dalam sebuah film. Dengan adanya poster tersebut masyarakat akan lebih mudah dalam menilai suatu film. Selain itu, penggunaan poster ini juga dapat digunakan untuk menaikan popularitas film. 6) Poster komik Poster komik adalah poster yang menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita. Poster komik terdapat gambar-gambar yang menarik sebagai penunjang untuk memikat hati si pembaca khususnya anak-anak. Di dalam poster komik didominasi oleh gambargambar yang seolah-olah berbicara dan gambar tersebut membentuk sebuah narasi.

22 29 Biasanya, poster komik dicetak di atas kertas dan dilengkapi dengan teks. Tujuan dari poster komik ini adalah untuk mempopulerkan komik kepada masyarakat. Hal ini dikarenakan saat ini trend komik sedang menurun berbeda saat kejayaannya di tahun 60-an. Poster jenis ini juga sebagai wadah komunikasi komunitas pecinta komik. Komik yang ada dalam berbagai belahan dunia dapat disatukan dengan adanya poster tersebut. Pada akhirnya akan menaikkan kembali popularitas komik. 7) Poster afirmasi Poster afirmasi adalah poster yang berupa pernyataan positif yang ditujukan untuk diri sendiri yang bias mempengaruhi pikiran pembacanya. Poster afirmasi bertujuan untuk memotivasi para pembacanya dengan kata-kata yang sugestif, poster ini banyak dijumpai di acara-acara seminar atau talkshow-talkshow. Dengan adanya poster ini, pembaca akan terpengaruh dan pada akhirnya mau mengikuti lawan tutur. Pembaca juga akan tergerak untuk lebih tertarik karena bahasa yang disampaikan mengandung motivasi yang tinggi. Hal ini lebih tepat apabila digunakan pada pembaca yang membutuhkan bahan penyemangat hidup. Selain itu, juga mempengaruhi jiwa dari pembaca agar lebih peka terhadap lingkunganya. 8) Poster riset atau kegiatan ilmiah Poster riset adalah poster yang berupa suatu pemeriksaan, pencermatan, percobaan yang membutuhkan ketelitian dengan menggunakan metode atau kaidah tertentu untuk memperoleh suatu hasil atau tujuan tertentu. Poster riset bertujuan menginformasikan kegiatan riset atau penelitian kepada masyarakat umum. Poster ini sering di pasang di majalah dinding kampus atau sekolah. Tujuan pemasangan di

23 30 tempat tersebut karena sekolah dan kampus merupakan pusat riset dan kegiatan ilmiah. Dengan adanya poster tersebut, seluruh warga sekolah dan kampus mengetahui riset serta kegiatan ilmiah yang sedang dilakukan. Hal tersebut juga dapat menambah semangat kalangan akademi untuk terus melakukan penelitian sesuai bidangnya. 9) Poster Kelas Poster kelas adalah poster yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan, wawasan, penerangan, serta memotivasi kepada para siswa. Poster ini dipasang di dalam kelas di sekolah-sekolah. Poster ini biasanya juga dihubungkan dalam keseharian siswa. Dengan adanya poster ini, siswa akan lebih memiliki pengetahuan yang luas karena penyampaian menarik. Selain itu, poster ini dapat juga digunakan untuk mempengaruhi siswa dalam hal positif misalnya belajar, kebersihan dan sopan santun. Tujuan serta visi sekolah juga dapat dimasukkan dalam poster ini agar siswa dapat membangun kerja sama dengan sekolah untuk mewujudkan hal tersebut. 10) Poster komersial Poster komersial adalah poster yang memiliki tujuan untuk mempromosikan atau menginformasikan barang dan jasa yang akan dijual oleh perusahaan. Poster komersial ini dikeluarkan oleh perusahaan ataupun badan-badan usaha dalam rangka menjalankan usahanya. Poster ini disebut juga poster niaga. Poster jenis ini memang dikhususkan dalam bidang perdagangan. Umumnya poster komersial ini berisi tawaran, jual-beli yang ada hubungannya dnegan barang ataupun jasa. Bahasa yang digunakan juga lebih banyak berisi keunggulan suatu produk. Dalam poster ini juga menampilkan produk yang dijual dengan tampilan menarik.

24 31 b. Jenis Poster Berdasarkan Isinya 1) Poster Niaga Poster niaga adalah poster yang bertujuan mempromosikan atau menjual barang dan jasa suatu perusahaan. Isi dari poster niaga adalah kalimat serta gambar promosi produk. Poster niaga dibuat oleh orang-orang ataupun oleh suatu badan usaha dengan tujuan untuk mencari keuntungan. Poster niaga merupakan poster yang paling banyak dipampang. Di Indonesia, salah satu poster niaga yang sering terpampang adalah poster produk rokok. Dengan adanya poster ini, jumlah penjualan produk atau jasa akan semakin naik karena konsumen merasa lebih tertarik baik dalam segi kalimat maupun gambar produk yang secara menarik. 2) Poster Kegiatan Poster kegiatan adalah poster yang bertujuan menginformasikan suatu kegiatan. Sebagai upaya publikasi kegiatan, sebuah penyelenggara acara biasanya membuat poster yang berisi informasi acara. Informasi tersebut meliputi hal-hal umum seperti waktu dan tempat acara berlangsung, tema acara, beserta gambargambar yang dibuat untuk menarik minat pengunjung. Tujuan umum dari poster ini juga untuk menyebarkan informasi kegiatan seluas-luasnya kepada masyarakat. Hal tersebut dilakukan dengan harapan masyarakat ikut berpartisipasi dalam kegiatan. 3) Poster Pendidikan Poster pendidikan adalah poster yang bertujuan memberikan pendidikan kepada masyarakat luas. Poster ini berisi berbagai informasi pendidikan seperti sosialisasi program pendidikan dari pemerintah. Salah satu contohnya adalah ketika

25 32 pemerintah mensosialisasikan program wajib belajar 9 tahun. Maka selama periode sosialisasi tersebut, ada banyak poster yang disebar di berbagai tempat. Pemasangan poster tersebut dilakukan pada tempat yang strategis dan ramai seperti terminal, stasiun, jalan raya atau kantor instansi pemerintah. 4) Poster Layanan Masyarakat Poster layanan masyarakat adalah poster yang bertujuan menginformasikan pelayanan kepada masyarakat. Poster layanan masyarakat ini menyajikan pesan-pesan sosial yang bertujuan untuk membangkitkan kepedulian masyarakat terhadap sejumlah masalah yang harus mereka hadapi, yakni kondisi yang bisa mengancam keselarasan dan kehidupan umum. Program layanan masyarakat ini digagas oleh pemerintah. Salah satu contohnya adalah layanan pos layanan terpadu (posyandu). Selain itu, poster jenis ini banyak berisi himbauan dari instansi pemerintah. Himbauan tersebut berkaitan dengan kondisi yang dialami masyarakat. Poster layanan masyarakat ini dapat dikampanyekan oleh organisasi profit ataupun non profit dengan tujuan sosial ekonomis yaitu menngkatkan kesejahteraan masyarakat. 5) Poster Karya Seni Poster karya seni adalah poster yang diciptakan oleh seseorang yang mempunyai unsur keindahan dan terkadang bisa dimanfaatkan. Poster karya seni ini bersifat ekspresif yang belum tentu sama diartikan antara orang yang satu dengan lainnya. Poster ini umumnya gambar dan minim sekali kata-kata. Poster jenis ini lebih mengutamakan seni baik dalam pembuatan maupun cara penyampaiannya. Pembaca juga dibebaskan untuk menginterpretasi informasi yang disampaikan. Informasi tersebut dikemas secara unik dalam wujud gambar yang menonjolkan seni.

26 33 F. Bentuk Imperatif 1. Pengertian Bentuk Imperatif Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 135) bentuk adalah penampakan bentuk satuan bahasa, sedangkan imperatif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 427) adalah bentuk perintah untuk kalimat atau verba yang menyatakan larangan atau keharusan melaksanakan perbuatan. Jadi bentuk imperatif adalah bentuk satuan bahasa yang menyatakan larangan atau keharusan melaksanakan perbuatan. Bentuk imperatif merupakan realisasi maksud imperatif dalam bahasa indonesia dikaitkan dengan konteks situasi tutur yang melatarbelakanginya. Bentuk imperatif ditentukan oleh konteksnya (Rahardi, 2005 : 93). Konteks tersebut merupakan bagian suatu uraian atau kalimat yang dapat mendukung atau menambah kejelasan makna. Konteks menjadi sarana penjelas suatu maksud. Sarana penjelas tersebut berupa situasi yang berhubungan dengan suatu kejadian. Bentuk imperatif dan konteks memiliki suatu hubungan untuk memperjelas makna yang dimaksud. 2. Bentuk Imperatif Bentuk imperatif terdiri dari dua jenis. Dua jenis tersebut yaitu kalimat imperatif dan variasi kalimat imperatif. Pada kalimat imperatif terdapat 17 jenis kalimat imperatif. Kalimat imperatif tersebut yaitu kalimat imperatif perintah, kalimat imperatif suruhan, kalimat imperatif permintaan, kalimat imperatif permohonan, kalimat imperatif desakan, kalimat imperatif bujukan, kalimat imperatif imbauan, kalimat imperatif persilaan, kalimat imperatif ajakan, kalimat imperatif permintaan izin, kalimat imperatif mengizinkan, kalimat imperatif larangan, kalimat imperatif larangan, kalimat imperatif harapan, kalimat imperatif umpatan, kalimat imperatif

27 34 pemberian ucapan selamat, kalimat imperatif anjuran, dan kalimat imperatif ngelulu. Pada variasi kalimat terdapat tiga jenis yaitu kalimat berita, kalimat suruh, dan kalimat tanya. Penjelasan tentang kalimat imperatif dan variasi kalimat imperatif adalah sebagai berikut. a. Kalimat Imperatif Menurut Rahardi (2005 : 79) kalimat imperatif mengandung maksud memerintah atau meminta agar mitra tutur melakukan sesuatu sebagaimana diinginkan si penutur. Kalimat imperatif dalam bahasa Indonesia dapat berkisar antara suruhan yang sangat keras atau kasar sampai dengan permohonan yang sangat halus atau santun. Kalimat imperatif dapat pula berkisar antara suruhan untuk melakukan sesuatu. Kalimat imperatif dalam bahasa Indonesia sangat kompleks dan bervariasi. Pada kalimat imperatif terdapat 17 jenis kalimat imperatif. Ketujuh belas kalimat imperatif tersebut ditemukan baik di dalam kalimat imperatif langsung maupun di dalam kalimat imperatif tidak langsung. Masing-masing kalimat imperatif tersebut diuraikan secara terperinci sebagai berikut. 1) Kalimat Imperatif perintah Di dalam pemakaian bahasa Indonesia keseharian, terdapat beberapa bentuk kalimat imperatif perintah. Kalimat imperatif perintah tidak saja diwujudkan dengan kalimat imperatif, melainkan dapat diwujudkan dengan kalimat nonimperatif. Kalimat imperatif yang demikian dapat disebut dengan kalimat imperatif tidak langsung yang hanya dapat diketahui makna imperatif melalui konteks situasi tutur yang melatarbelakangi dan mewadahinya. Banyak tuturan di sekitar kita yang sebenarnya

28 35 mengandung kalimat imperatif tertentu, namun wujud konstruksinya bukan kalimat imperatif. Hanya konteks situasi tuturlah yang dapat menentukan kapan sebuah kalimat ditafsirkan dengan kalimat imperatif yang lain. Contoh: (1) Diam! Hansip tahu apa. Orang mati kok hidup lagi. Ini bukan lenong Tuturan seorang polisi dengan seorang hansip dalam sebuah cerita yang pada saat itu keduanya sedang terlibat dalam pertengkaran karena sesuatu hal. (2) Bunuh saja. Ya, itu tentu. Tapi, bagaimana caranya? Tembak! Tembak! Tidak, itu terlalu lekas dan ringan. Kita gantung. Kita gantung. Tuturan orang-orang yang terlibat dalam sebuah kerusuhan masa pada saat mereka berhasil menangkap seorang pemicu kerusuhan di suatu kota. (3) Monik, Lihat! Tuturan yang disampaikan oleh pacar Monik ketika ia melihat ada sebuah mobil yang menyelonong ke arahnya pada saat mereka berdua berjalan di sebuah lorong kota. 2) Kalimat Imperatif Suruhan Kalimat suruhan biasanya digunakan bersama penanda kesantunan biar, coba, hendaklah, hendaknya, dan tolong. Kalimat imperatif suruhan dimaksudkan jika pembicara menyuruh lawan bicaranya berbuat sesuatu. Selain itu kalimat imperatif suruhan juga dapat ditandai dengan sufiks kan. Kalimat imperatif suruhan dapat diparafrasa sehingga menjadi kalimat untuk mengetahui secara pasti apakah benar kalimat tersebut imperatif dengan makna suruhan. Pada kegiatan bertutur sesungguhnya, kalimat imperatif suruhan tidak selalu diungkapkan dengan konstruksi imperatif suruhan. Seperti yang terdapat pada kalimat imperatif lain, kalimat imperatif suruhan dapat diungkapkan dengan kalimat deklaratif dan kalimat tanya.

29 36 Contoh: (4) Coba hidupkan mesin mobil itu! (5) Saya menyuruhmu supaya menghidupkan mesin mobil itu. Tuturan 6 dan 7 disampaikan oleh seorang montir kepada pemilik mobil yang kebetulan sedang rusak di pinggir jalan. (6) Coba luruskan kakimu kemudian ditekuk lagi perlahan-lahan! (7) Saya menyuruhmu supaya meluruskan kakimu kemudian ditekuk lagi perlahan-lahan. Tuturan 8 dan 9 disampaikan oleh seorang ahli pijat urat kepada seorang pasien. Pasien itu terkilir kakinya sehingga sangat sulit untuk diluruskan seperti dalam keadaan normal. 3) Kalimat Imperatif Permintaan Kalimat imperatif permintaan adalah kalimat imperatif dengan kadar suruhan yang sangat halus. Lazimnya, kalimat imperatif permintaan disertai dengan sikap penutur yang lebih merendah. Kalimat imperatif permintaan lebih halus jika dibandingkan sikap penutur pada waktu menuturkan kalimat imperatif suruhan. Kalimat imperatif permintaan ditandai dengan pemakaian penanda kesantunan tolong atau frasa lain yang bermakna minta. Kalimat imperatif permintaan yang lebih halus diwujudkan dengan penanda kesantunan mohon. Subjek pelaku kalimat imperatif permintaan ialah pembicara yang sering tidak dimunculkan. Contoh: (8) Totok: Tolong pamitkan, Mbak! Narsih: Iya, Tok. Selamat Jalan, ya! Informasi Indeksial: Tuturan ini disampaikan oleh seseorang kepada sahabatnya pada saat ia akan meninggalkan rumahnya pergi ke kota karena ada keperluan yang tidak dapat ditinggalkan. Pada saat yang sama, sebenarnya, ia harus menghadiri sebuah acara rapat karang tarunan di desanya.

30 37 (9) Ella : Stt. Ada orang, Monik. Monik : Ah, tolonglah engkau lebih dekat ke pintu! Informasi Indeksial: Tuturan seseorang kepada teman dekatnya pada saat mereka berdua di dalam kamar. Mereka sedang membicarakan sesuatu dengan asyiknya, namun seketika itu juga ada orang mengetuk pintu. 4) Kalimat Imperatif Permohonan Kalimat imperatif permohonan adalah kalimat imperatif yang jika pembicara demi kepentingannya meminta lawan bicara untuk berbuat sesuatu. Kalimat imperatif permohonan sangatlah sopan sehingga sering digunakan untuk orang-orang yang dihormati, misalnya orang tua, guru, dan lain-lain. Secara struktural, kalimat imperatif permohonan, biasanya, ditandai dengan ungkapan penanda kesantunan mohon. Selain ditandai dengan hadirnya penanda kesantunan itu, partikel lah juga lazim digunakan untuk memperhalus kadar kalimat imperatif permohonan. Sebagaimana dengan kalimat-kalimat imperatif lainnya, dalam kegiatan bertutur, kalimat imperatif permohonan tidak selalu dituangkan dalam konstruksi imperatif. Contoh: (10) Mohon tanggapi secepatnya surat ini! Tuturan seorang pimpinan kepada pimpinan lain dalam sebuah kampus. Pada saat mereka membicarakan surat lamaran pekerjaan dari seorang calon pegawai. (11) Mohon ampunilah segala dosa kami! Tuturan seorang Ibu yang sedang berdoa memohon pengampunan kepada Tuhan karena ia merasa telah membuat banyak kesalahan dalam hidupnya. 5) Kalimat Imperatif Desakan Lazimnya imperatif dengan makna desakan menggunakan kata ayo atau mari sebagai pemarkah makna. Selain itu, kadang-kadang digunakan juga kata harap atau

31 38 harus untuk memberi penekanan maksud desakan tersebut. Intonasi yang digunakan untuk menuturkan imperatif jenis ini, lazimnya, cenderung lebih keras dibandingkan dengan intonasi pada kalimat imperatif yang lainnya. Pada kalimat imperatif desakan, kalimat dapat diparafrasa atau diubahujudkan, sehingga menjadi kalimat yang bukan berbentuk kalimat imperatif. Kalimat imperatif desakan pada kalimat bertutur yang sebenarnya dapat juga ditunjukkan dengan kalimat-kalimat yang berkonstruksi nonimperatif. Contoh: (12) Kresna kepada Harjuna: Ayo, Harjuna segera lepaskan pusakamu sekarang juga! Nanti keduluan kakakmu, Karna. Tuturan ini diungkapkan oleh Kresna kepada Harjuna pada saat mereka berada di medan laga bertempur melawan Karna dan Salnya dalam sebuah cerita pewayangan. (13) Para Prajurit di hadapan Kaisar: Ayo salibkan dia! Salibkan dia! Dia menghujat Allah. Infromasi Indeksal: Tuturan ini diteriakkan oleh para prajurit kepada sang Kaisar menjelang penyaliban Yesus di Gunung Golgota. 6) Kalimat Imperatif Bujukan Kalimat imperatif bujukan adalah kalimat imperatif yang bertujuan untuk meyakinkan lawan tutur. Kalimat imperatif bujukan di dalam bahasa Indonesia, biasanya, diungkapkan dengan penanda kesantunan ayo atau mari. Selain itu, dapat juga imperatif tersebut diungkapkan dengan penanda kesantunan tolong. Seringkali kalimat imperatif bujukan tidak diwujudkan dalam bentuk kalimat imperatif bujukan. Kalimat imperatif bujukan dapat juga diwujudkan dengan kalimat deklaratif ataupun interogatif.

32 39 Contoh: (14) Ibu kepada anaknya yang masih kecil: Habiskan susunya dulu, yo! Nanti terus pergi ke Malioboro Mall. Tuturan ini disampaikan oleh seorang Ibu kepada anaknya yang masih kecil dan agak sulit disuruh minum susu. Tuturan itu dimaksudkan untuk membujuk si anak agar ia mau minum susu. (15) Dokter kepada pasien yang masih anak kecil: Tiduran dulu, yuk, di tempat tidur sebelah! Tak kasih es biar anyep. Tuturan ini terjadi dalam ruang periksa di sebuah rumah sakit, disampaikan oleh seorang dokter kepada pasien yang masih anak-anak pada waktu ia akan dicabut giginya. 7) Kalimat Imperatif Imbauan Kalimat imperatif imbauan adalah kalimat imperatif yang bertujuan untuk menghimbau penutur kepada lawan bicaranya. Imbauan tersebut dapat berupa implisit maupun eksplisit. Imbauan tersebut dibuat agar seseorang melakukan sesuatu dalam waktu ini maupun waktu yang akan datang. Kalimat imperatif imbauan tersebut tidak berupa paksaan atau kekerasan terhadap lawan tuturnya. Kalimat imperatif imbauan, lazimnya, digunakan bersama partikel lah. Selain itu, imperatif jenis ini sering digunakan bersama dengan ungkapan penanda kesantunan harap dan mohon. Kalimat imperatif imbauan dapat pula diwujudkan dalam bentuk kalimat nonimperatif. Contoh: (16) Jagalah kebersihan lingkungan! Bunyi tuturan peringatan di sebuah taman wisata di kota Yogyakarta. (17) Mohon, jangan membuang sampah di sembarang tempat! Bunyi tuturan peringatan yang terdapat di salah satu sudut kampus ASMI Santa Maria Yogyakarta.

33 40 8) Kalimat Imperatif Persilaan Kalimat imperatif persilaan adalah kalimat imperatif yang bertujuan untuk meminta atau menyuruh seseorang untuk melakukan sesuatu dengan cara yang sopan. Kalimat imperatif persilaan dalam bahasa Indonesia, lazimnya, digunakan dengan penanda kesantunan silakan. Seringkali digunakan pula bentuk pasif dipersilakan untuk menyatakan kalimat imperatif persilaan itu. Bentuk yang kedua cenderung lebih sering digunakan pada acara-acara formal yang sifatnya protokoler. Kalimat imperatif persilaan pada komunikasi keseharian dapat ditemukan juga kalimat yang berbentuk nonimperatif. Contoh: (18) Ketua senat mahasiswa : Silakan Saudara Monik! Monik : Terima kasih Saudara Ketua. Tuturan ini merupakan cuplikan percakapan yang terjadi di sebuah kampus pada saat berlangsung rapat senat mahasiswa. (19) Komandan kepada Letnan Pongki: Tenang, tenang, Pong! Sudah, silakan duduk saja, tidak usah tegang berdiri begitu, dan ini rokok biar agak tenang. Tuturan ini disampaikan oleh seorang komandan angkatan bersenjata kepada bawahannya, seorang letnan, pada saat ia mealporkan suatu kejadian sangat penting dan mendesak. 9) Kalimat Imperatif Ajakan Kalimat imperatif ajakan disebut juga dengan kalimat imperatif persuasi. Kalimat imperatif ini memiliki sifat persuasi, yaitu meminta orang lain untuk melakukan sesuatu dengan cara mengajak. Kalimat imperatif ajakan, biasanya, ditandai dengan pemakaian penanda kesantunan mari atau ayo. Kedua macam penanda kesantunan itu masing-masing memiliki makna ajakan. Kalimat imperatif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia. Dengan bahasa seseorang juga dapat menyampaikan pikiran dan perasaan secara tepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bagian dari ilmu linguistik. Cabang-cabang ilmu linguistik tersebut di

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bagian dari ilmu linguistik. Cabang-cabang ilmu linguistik tersebut di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang berupa sistem lambang bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia. Bahasa terdiri atas kata-kata atau kumpulan kata. Masing-masing

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat utama dalam komunikasi dan memiliki daya ekspresi dan informatif yang besar. Bahasa sangat dibutuhkan oleh manusia karena dengan bahasa manusia

Lebih terperinci

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep Andriyanto, Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia... 9 Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep Andriyanto Bahasa Indonesia-Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

Poster Pendidikan. Soal:

Poster Pendidikan. Soal: Matakuliah : TEKHOLOGI PENDIDIKAN Dosen : Prof. Muhammad Badiran Kelas : A-B Super Eksekutif SKS : 2 Sks Hal : Tugas Mandiri/Individu On Line Desember 2016 Buatlah sebuah poster yang bertemakan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa pada prinsipnya merupakan alat untuk berkomunikasi dan alat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa pada prinsipnya merupakan alat untuk berkomunikasi dan alat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa pada prinsipnya merupakan alat untuk berkomunikasi dan alat untuk menunjukkan identitas masyarakat pemakai bahasa. Masyarakat tutur merupakan masyarakat

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, 2003:588).

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, 2003:588). BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai berikut. 1. Jenis tindak tutur dalam iklan kampanye

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terdiri dari wacana, kalimat, klausa, frasa, kata dan morfem. Dalam wujud

BAB 1 PENDAHULUAN. terdiri dari wacana, kalimat, klausa, frasa, kata dan morfem. Dalam wujud BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara linguistik bentuk bahasa terdiri dari satuan-satuan yang terdiri dari wacana, kalimat, klausa, frasa, kata dan morfem. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan

Lebih terperinci

BAHASA INDONESIA TEKS IKLAN

BAHASA INDONESIA TEKS IKLAN BAHASA INDONESIA Kelas XII Semester V Bab II TEKS IKLAN 1. Konsep Text Iklan Dalam kehidupan sehari-hari, tentu tidak asing dengan hal yang bernama iklan, hampir setiap hari bertemu dengan iklan. Iklan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Surat kabar sebagai media informasi dan publikasi. Surat kabar sebagai media

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Surat kabar sebagai media informasi dan publikasi. Surat kabar sebagai media 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Surat kabar sebagai media informasi dan publikasi. Surat kabar sebagai media cetak selalu identik dengan tulisan dan gambar-gambar yang dicetak pada lembaran

Lebih terperinci

ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA NOVEL PERAHU KERTAS KARYA DEWI LESTARI ARTIKEL PUBLIKASI. Guna Mencapai Derajat S-1

ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA NOVEL PERAHU KERTAS KARYA DEWI LESTARI ARTIKEL PUBLIKASI. Guna Mencapai Derajat S-1 ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA NOVEL PERAHU KERTAS KARYA DEWI LESTARI ARTIKEL PUBLIKASI Guna Mencapai Derajat S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Disusun Oleh: ERNI FITRIANA A. 310090015

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR IMBAUAN DAN LARANGAN PADA WACANA PERSUASI DI TEMPAT-TEMPAT KOS DAERAH KAMPUS

TINDAK TUTUR IMBAUAN DAN LARANGAN PADA WACANA PERSUASI DI TEMPAT-TEMPAT KOS DAERAH KAMPUS TINDAK TUTUR IMBAUAN DAN LARANGAN PADA WACANA PERSUASI DI TEMPAT-TEMPAT KOS DAERAH KAMPUS Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Progam Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pengertian metode menurut Mardalis (2010, hlm. 24) adalah suatu cara atau teknis yang dilakukan dalam proses penelitian. Di dalam penelitian bahasa umumnya harus dipertimbangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi khalayak agar bertindak sesuai dengan keinginan pengiklan. Slogan

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi khalayak agar bertindak sesuai dengan keinginan pengiklan. Slogan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Iklan merupakan pesan yang disampaikan oleh komunikator tentang barang dan jasa kepada komunikan yang bertujuan untuk memberikan informasi, membujuk dan mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Iklan merupakan salah satu sarana komunikasi untuk menyampaikan informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Iklan merupakan salah satu sarana komunikasi untuk menyampaikan informasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Iklan merupakan salah satu sarana komunikasi untuk menyampaikan informasi yang bersifat membujuk dan mengajak sebagian atau seluruh masyarakat. Iklan berusaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu di dalam kehidupan pasti tidak akan terlepas untuk melakukan komunikasi dengan individu lainnya. Dalam berkomunikasi diperlukan adanya sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti mengatur bersama-sama (Verhaar dalam Markhamah, 2009: 5). Chaer (2009: 3) menjelaskan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah penerima informasi atau berita dari segala informasi

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah penerima informasi atau berita dari segala informasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat adalah penerima informasi atau berita dari segala informasi yang datang dan berasal dari tempat atau arah yang berbeda. Bahasa merupakan media komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Adat istiadat merupakan suatu hal yang sangat melekat dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Adat istiadat merupakan suatu hal yang sangat melekat dalam kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adat istiadat merupakan suatu hal yang sangat melekat dalam kehidupan bermasyarakat. Setiap suku-suku pasti memiliki berbagai jenis upacara adat sebagai perwujudan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (sikap badan), atau tanda-tanda berupa tulisan. suatu tulisan yang menggunakan suatu kaidah-kaidah penulisan yang tepat

BAB I PENDAHULUAN. (sikap badan), atau tanda-tanda berupa tulisan. suatu tulisan yang menggunakan suatu kaidah-kaidah penulisan yang tepat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa secara umum dapat diartikan sebagai suatu alat komunikasi yang disampaikan seseorang kepada orang lain agar bisa mengetahui apa yang menjadi maksud dan

Lebih terperinci

KESANTUNAN IMPERATIF DALAM PIDATO M. ANIS MATTA: ANALISIS PRAGMATIK SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

KESANTUNAN IMPERATIF DALAM PIDATO M. ANIS MATTA: ANALISIS PRAGMATIK SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 KESANTUNAN IMPERATIF DALAM PIDATO M. ANIS MATTA: ANALISIS PRAGMATIK SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah HERU SUTRISNO

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. Ujaran-ujaran tersebut dalam bahasa lisan diproses melalui komponen fonologi, komponen

Lebih terperinci

HUMANIKA Vol. 23 No.1 (2016) ISSN Apa dan Mana Dalam Kalimat Deklaratif Sri Puji Astuti

HUMANIKA Vol. 23 No.1 (2016) ISSN Apa dan Mana Dalam Kalimat Deklaratif Sri Puji Astuti HUMANIKA Vol. 23 No.1 (2016) ISSN 1412-9418 APA DAN MANA DALAM KALIMAT DEKLARATIF Oleh : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro ABSTRACT Kalimat merupakan salah satu sarana untuk menyampaikan maksud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa berbahasa. Sebagian orang menggunakan bahasa lisan atau tulisan dengan menggunakan kata-kata yang jelas

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR IMPERATIF DALAM BAHASA SIDANG

TINDAK TUTUR IMPERATIF DALAM BAHASA SIDANG 25 TINDAK TUTUR IMPERATIF DALAM BAHASA SIDANG Charlina dkk.* Dosen FKIP Universitas Riau Pekanbaru Abstrak: Penelitian ini menganalisis Tindak Tutur Imperatif dalam Bahasa Sidang. Aspek yang dianalisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan kalimat tersebut juga harus memperhatikan susunan kata

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan kalimat tersebut juga harus memperhatikan susunan kata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia membutuhkan alat untuk berkomunikasi dalam masyarakat. Kalimat berperan penting sebagai wujud tuturan dalam berkomunikasi dan berinteraksi sesama manusia. Penutur

Lebih terperinci

KALIMAT TANYA PESERTA BIMBINGAN SMART GENIUS SANDEN BANTUL YOGYAKARTA SEBUAH KAJIAN DESKRIPTIF

KALIMAT TANYA PESERTA BIMBINGAN SMART GENIUS SANDEN BANTUL YOGYAKARTA SEBUAH KAJIAN DESKRIPTIF Kalimat Tanya Peserta (Dewi Restiani) 1 KALIMAT TANYA PESERTA BIMBINGAN SMART GENIUS SANDEN BANTUL YOGYAKARTA SEBUAH KAJIAN DESKRIPTIF INTERROGATIVE SENTENCE OF SMART GENIUS TUTORING CENTER S STUDENTS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Definisi mengenai kalimat memang telah banyak ditulis orang.

BAB I PENDAHULUAN. Definisi mengenai kalimat memang telah banyak ditulis orang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Definisi mengenai kalimat memang telah banyak ditulis orang. Pendefinisian kalimat, baik segi struktur, fungsi, maupun maknanya banyak ditemukan dalam buku-buku tata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi bahasa yaitu sebagai sarana komunikasi. Sarana komunikasi secara

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi bahasa yaitu sebagai sarana komunikasi. Sarana komunikasi secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fungsi bahasa yaitu sebagai sarana komunikasi. Sarana komunikasi secara garis besar dibedakan menjadi dua macam, yaitu sarana komunikasi yang berupa bahasa lisan

Lebih terperinci

Merupakan salah satu bentuk konstruksi sintaksis yang tertinggi. Secara tradisional: suatu rangkaian kata yang mengandung pengertian dan pikiran yang

Merupakan salah satu bentuk konstruksi sintaksis yang tertinggi. Secara tradisional: suatu rangkaian kata yang mengandung pengertian dan pikiran yang KALIMAT Merupakan salah satu bentuk konstruksi sintaksis yang tertinggi. Secara tradisional: suatu rangkaian kata yang mengandung pengertian dan pikiran yang lengkap. Secara struktural: bentuk satuan gramatis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis. Manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. digunakan adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis. Manusia sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kegiatan komunikasi sehari-hari, salah satu alat yang paling sering digunakan adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis. Manusia sebagai makhluk individual

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta temuan kasus yang telah

BAB 4 KESIMPULAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta temuan kasus yang telah BAB 4 KESIMPULAN 4.1 Pengantar Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta temuan kasus yang telah didapatkan, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan dan disarankan untuk penelitian selanjutnya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu alat paling penting dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi untuk berinteraksi

Lebih terperinci

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA oleh Dra. Nunung Sitaresmi, M.Pd. FPBS UPI 1. Pendahuluan Bahasa

Lebih terperinci

DESKRISPI KALIMAT IMPERATIF DALAM BAHASA LISAN USTADZ MAULANA DENGAN TEMA BERSEDEKAH PADA ORANG TUA DAN DI BALIK SEBUAH MUSIBAH DI YOUTUBE

DESKRISPI KALIMAT IMPERATIF DALAM BAHASA LISAN USTADZ MAULANA DENGAN TEMA BERSEDEKAH PADA ORANG TUA DAN DI BALIK SEBUAH MUSIBAH DI YOUTUBE DESKRISPI KALIMAT IMPERATIF DALAM BAHASA LISAN USTADZ MAULANA DENGAN TEMA BERSEDEKAH PADA ORANG TUA DAN DI BALIK SEBUAH MUSIBAH DI YOUTUBE NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rokok merupakan benda yang ada di sekitar kita dan sudah tidak asing lagi. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Rokok merupakan benda yang ada di sekitar kita dan sudah tidak asing lagi. Kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rokok merupakan benda yang ada di sekitar kita dan sudah tidak asing lagi. Kegiatan merokok ini sudah menjadi kegiatan umum dan meluas dikalangan masyarakat.

Lebih terperinci

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa REALISASI TUTURAN DALAM WACANA PEMBUKA PROSES BELAJARMENGAJAR DI KALANGAN GURU BAHASA INDONESIA YANG BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

Poster. Oleh : Yetti Wira Citerawati SY

Poster. Oleh : Yetti Wira Citerawati SY 1 Poster Oleh : Yetti Wira Citerawati SY A. Definisi Poster Poster adalah lembar pengumuman/plakat untuk menyampaikan informasi yang dipasang di tempat umum atau tempat yang dapat dibaca oleh umum. Bahasa

Lebih terperinci

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Nama : Khoirudin A. Fauzi NIM : 1402408313 BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Pada bab terdahulu disebutkan bahwa morfologi dan sintaksis adalah bidang tataran linguistik yang secara tradisional disebut

Lebih terperinci

ANALISIS ISI PESAN DALAM KARIKATUR DI INTERNET SEBAGAI KRITIK SOSIAL

ANALISIS ISI PESAN DALAM KARIKATUR DI INTERNET SEBAGAI KRITIK SOSIAL 1 ANALISIS ISI PESAN DALAM KARIKATUR DI INTERNET SEBAGAI KRITIK SOSIAL SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penulis) maupun sebagai komunikan (mitra-bicara, penyimak, atau pembaca).

BAB I PENDAHULUAN. penulis) maupun sebagai komunikan (mitra-bicara, penyimak, atau pembaca). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah terlepas dari peristiwa komunikasi. Setiap anggota masyarakat dan komunitas tertentu selalu terlibat dalam komunikasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sempurna, manusia dibekali dengan akal dan pikiran. Dengan akal dan

BAB I PENDAHULUAN. yang sempurna, manusia dibekali dengan akal dan pikiran. Dengan akal dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk Tuhan yang sempurna. Sebagai makhluk yang sempurna, manusia dibekali dengan akal dan pikiran. Dengan akal dan pikiran yang dimiliki,

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI DAN KONSEP VISUAL

BAB III STRATEGI DAN KONSEP VISUAL 47 BAB III STRATEGI DAN KONSEP VISUAL 3.1 STRATEGI KOMUNIKASI Komunikasi menurut dance (1967) adalah usaha yang menimbulakan respons melalui lambang-lambang verbal yang bertindak sebagai stimuli, dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Mempertanggungjawabkan hasil penelitian bukanlah pekerjaan mudah. Seorang penulis harus mempertanggungjawabkan hasil penelitiannya disertai data-data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana

BAB I PENDAHULUAN. dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan ide,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media massa tidak hanya memberikan informasi kepada pembaca, gagasan, baik pada redaksi maupun masyarakat umum. Penyampaian gagasan

BAB I PENDAHULUAN. Media massa tidak hanya memberikan informasi kepada pembaca, gagasan, baik pada redaksi maupun masyarakat umum. Penyampaian gagasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa tidak hanya memberikan informasi kepada pembaca, melainkan juga memberikan sarana kepada pembaca untuk menyampaikan gagasan, baik pada redaksi maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL 3.1 Strategi Komunikasi Keberhasilan suatu komunikasi ditentukan oleh bagaimana caranya supaya pesan yang akan disampaikan dapat diterima dengan baik kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada komunikasi tulisan oleh sebab itu, komunikasi lisan dianggap lebih penting dibandingkan komunikasi dalam

Lebih terperinci

PRODUKSI MEDIA PR CETAK

PRODUKSI MEDIA PR CETAK Modul ke: PRODUKSI MEDIA PR CETAK SIMULASI PRODUKSI POSTER Fakultas FIKOM Program Studi Public Relations www.mercubuana.ac.id Enjang Pera Irawan, S.Sos, M.I.Kom Pengertian Poster Poster merupakan media

Lebih terperinci

BAHASA INDONESIA FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS NAROTAMA SURABAYA

BAHASA INDONESIA FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS NAROTAMA SURABAYA BAHASA INDONESIA FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS NAROTAMA SURABAYA Fungsi Bahasa 1. Alat/media komunikasi 2. Alat u/ ekspresi diri 3. Alat u/ integrasi & adaptasi sosial 4. Alat kontrol sosial (Keraf,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya kegiatan, peradaban kebudayaan manusia. Bahasa adalah alat

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya kegiatan, peradaban kebudayaan manusia. Bahasa adalah alat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hubungan bahasa dengan manusia sangat erat, sebab tumbuh dan berkembangnya bahasa senantiasa bersama dengan berkembang dan meningkatnya kegiatan, peradaban kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana mengungkapkan ide, gagasan, pikiran realitas, dan sebagainya. dalam berkomunikasi. Penggunaan bahasa tulis dalam komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. sarana mengungkapkan ide, gagasan, pikiran realitas, dan sebagainya. dalam berkomunikasi. Penggunaan bahasa tulis dalam komunikasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya tidak pernah terlepas dari komunikasi. Manusia memerlukan bahasa baik secara lisan maupun tertulis sebagai sarana mengungkapkan ide,

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL. hidup sehat untuk mencegah penyakit cacingan pada anak, adalah

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL. hidup sehat untuk mencegah penyakit cacingan pada anak, adalah BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL 3.1 Strategi Perancangan Strategi perancangan yang akan dibuat dalam kampanye sosial hidup sehat untuk mencegah penyakit cacingan pada anak, adalah mengkampanyekan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BEBERAPA ALAT BANTU DALAM PENYULUHAN

PENGGUNAAN BEBERAPA ALAT BANTU DALAM PENYULUHAN PENGGUNAAN BEBERAPA ALAT BANTU DALAM PENYULUHAN 1. Papan tulis a. Pasanglah papan tulis diposisi tempat yang cukup cahaya, tidak menyilaukan dipandang dari berbagai arah para hadirin. b. Jarak terdekat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan ragam bahasa lisan adalah bahasa yang dihasilkan alat ucap (organ of

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan ragam bahasa lisan adalah bahasa yang dihasilkan alat ucap (organ of 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan lambang bunyi yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial. Manusia membutuhkan orang lain untuk saling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial. Manusia membutuhkan orang lain untuk saling 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Manusia membutuhkan orang lain untuk saling berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu dari bentuk interaksi manusia

Lebih terperinci

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DAN DAYA PRAGMATIK PADA IKLAN PRODUK KOSMETIK DI TELEVISI SKRIPSI

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DAN DAYA PRAGMATIK PADA IKLAN PRODUK KOSMETIK DI TELEVISI SKRIPSI IMPLIKATUR PERCAKAPAN DAN DAYA PRAGMATIK PADA IKLAN PRODUK KOSMETIK DI TELEVISI SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN 2.1. Pengertian Tindak Tutur Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan pengaruh yang besar di bidang filsafat dan lingustik. Gagasannya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun,

BAB I PENDAHULUAN. Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Pak-pak Dairi, dan Batak Angkola Mandailing.

Lebih terperinci

ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA CERITA ANAK DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2012

ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA CERITA ANAK DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2012 ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA CERITA ANAK DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2012 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. imperatif antara lain penelitian yang dilakukan oleh Entin Atikasaridari program studi

BAB II LANDASAN TEORI. imperatif antara lain penelitian yang dilakukan oleh Entin Atikasaridari program studi 11 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan memberikan pemaparan mengenai penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya. Para peneliti bahasa yang telah

Lebih terperinci

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Struktur adalah perangkat unsur yang di antaranya ada hubungan yang bersifat ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa jurnalistik merupakan ragam bahasa tersendiri yang dipakai dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa jurnalistik merupakan ragam bahasa tersendiri yang dipakai dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa menjadi bagian penting bagi manusia secara mayoritas dan menjadi milik masyarakat pemakainya. Salah satu aplikasi bahasa sebagai alat komunikasi adalah penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia disampaikan melalui bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. Pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia disampaikan melalui bahasa. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia disampaikan melalui bahasa. Chaer dan Leonie (2010:14 15) mengungkapkan bahwa dalam komunikasi, bahasa berfungsi sebagai

Lebih terperinci

KESANTUNAN IMPERATIF DALAM BAHASA BATAK TOBA

KESANTUNAN IMPERATIF DALAM BAHASA BATAK TOBA KESANTUNAN IMPERATIF DALAM BAHASA BATAK TOBA SKRIPSI OLEH NELLY S SITOHANG NIM 060701040 DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL III.1 Strategi Perancangan Perancangan sign system dan media informasi pada Museum Geologi Bandung dibuat dengan dilatarbelakangi oleh data-data yang nyata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan pernah lepas dari peristiwa komunikasi. Dalam berkomunikasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial diharuskan saling berkomunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial diharuskan saling berkomunikasi dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial diharuskan saling berkomunikasi dan memberikan informasi kepada sesama. Dalam hal ini, keberadaan bahasa diperlukan sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. satu potensi mereka yang berkembang ialah kemampuan berbahasanya. Anak dapat

I. PENDAHULUAN. satu potensi mereka yang berkembang ialah kemampuan berbahasanya. Anak dapat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Taman kanak-kanak merupakan salah satu sarana pendidikan yang baik dalam perkembangan komunikasi anak sejak usia dini. Usia empat sampai enam tahun merupakan masa

Lebih terperinci

Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Makalah Mahasiswa Non-PBSI 1 Nuryani 2

Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Makalah Mahasiswa Non-PBSI 1 Nuryani 2 Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Makalah Mahasiswa Non-PBSI 1 Nuryani 2 Abstrak Bahasa Indonesia menjadi mata kuliah wajib di seluruh universitas, termasuk UIN Syarif Hidyatullah Jakarta.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesalahan berbahasa ini tidak hanya terjadi pada orang-orang awam yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi tertentu, tetapi sering

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejak diberlakukannya kurikulum 1984 dalam pembelajaran bahasa Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejak diberlakukannya kurikulum 1984 dalam pembelajaran bahasa Indonesia BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran Bahasa Indonesia Sejak diberlakukannya kurikulum 1984 dalam pembelajaran bahasa Indonesia guru harus menerapkan pendekatan komunikatif. Dengan pendekatan komunikatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa tulis salah satu fungsinya adalah untuk berkomunikasi. Bahasa tulis dapat

BAB I PENDAHULUAN. bahasa tulis salah satu fungsinya adalah untuk berkomunikasi. Bahasa tulis dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia mempunyai dua peran dalam berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan, yaitu sebagai pemberi informasi dan sebagai penerima informasi. Komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara yang berbeda-beda berdasarkan dengan pendekatan teori yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara yang berbeda-beda berdasarkan dengan pendekatan teori yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk berinteraksi dengan orang lain. Setiap orang pasti akan mendefinisikan bahasa dengan cara yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi. Keingintahuan tersebut menyebabkan perlunya berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sesuai dengan pendapat yang diutarakan oleh Keraf (2000:1) bahwa retorika adalah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sesuai dengan pendapat yang diutarakan oleh Keraf (2000:1) bahwa retorika adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Retorika adalah penggunaan bahasa dengan baik atau efektif yang harus dipelajari seseorang yang menggunakan bahasa dengan cara yang efektif untuk tujuan tertentu. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk dari bahasa tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam dua jenis yaitu bahasa

BAB I PENDAHULUAN. bentuk dari bahasa tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam dua jenis yaitu bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan suatu hal yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia dalam melakukan komunikasi untuk mendukung proses interaksi. Secara umum bentuk dari bahasa tersebut

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BAHASA DALAM TATAP MUKA DIKLAT Oleh: Siti Ainun Jariyah, M.Pd

PENGGUNAAN BAHASA DALAM TATAP MUKA DIKLAT Oleh: Siti Ainun Jariyah, M.Pd PENGGUNAAN BAHASA DALAM TATAP MUKA DIKLAT Oleh: Siti Ainun Jariyah, M.Pd Deskripsi Penggunaan bahasa yang baik dan benar adalah pemakaian kata, kalimat, rangkaian kalimat yang segalanya serba tertata,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Darma, (2009: 91) mengatakan, bahasa politik adalah bahasa yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Darma, (2009: 91) mengatakan, bahasa politik adalah bahasa yang digunakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya sehari-hari tidak pernah lepas dari bahasa, karena bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk berinteraksi satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perpolitikan di Indonesia mengalami perkembangan pesat bila ditinjau dari segi

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perpolitikan di Indonesia mengalami perkembangan pesat bila ditinjau dari segi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia perpolitikan di Indonesia mengalami perkembangan pesat bila ditinjau dari segi kualitas dan kuantitas pada saat ini. Beraneka ragam partai politik yang bersaing

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. prakteknya penggunaan bahasa dalam menulis tidaklah sama dengan komunikasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. prakteknya penggunaan bahasa dalam menulis tidaklah sama dengan komunikasi 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Hakikat Menulis 2.1.1. Pengertian Menulis Menulis mempunyai peranan yang sangat penting bagi manusia. Menulis merupakan salah satu sarana komunikasi seperti halnya berbicara.

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 9. MEMAHAMI INFORMASI DALAM BENTUK RANGKUMAN, TEKS BERITA, SLOGAN, DAN POSTERLatihan Soal 9.3. Baliho.

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 9. MEMAHAMI INFORMASI DALAM BENTUK RANGKUMAN, TEKS BERITA, SLOGAN, DAN POSTERLatihan Soal 9.3. Baliho. SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 9. MEMAHAMI INFORMASI DALAM BENTUK RANGKUMAN, TEKS BERITA, SLOGAN, DAN POSTERLatihan Soal 9.3 1. Kalimat yang disertai dengan ilustrasi gambar disebut Baliho Slogan Semboyan

Lebih terperinci

BAB IV PRODUKSI MEDIA

BAB IV PRODUKSI MEDIA BAB IV PRODUKSI MEDIA 4.1 Gambaran Media Produksi Berdasarkan data dan informasi lapangan yang penulis dapat, maka penulis kemudian menggunakan beragam elemen desain grafis (garis, bidang, ruang gempal,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam penulisan proposal skripsi ini peneliti mengumpulkan data-data dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam penulisan proposal skripsi ini peneliti mengumpulkan data-data dari BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Dalam penulisan proposal skripsi ini peneliti mengumpulkan data-data dari penelitian lapangan, baik dari buku-buku maupun skripsi yang sudah ada. Hal

Lebih terperinci

diperoleh mempunyai dialek masing-masing yang dapat membedakannya

diperoleh mempunyai dialek masing-masing yang dapat membedakannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan sosial kemasyarakatan, santun berbahasa sangat penting peranannya dalam berkomunikasi. Tindak tutur kesantunan berbahasa harus dilakukan oleh semua pihak untuk

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010 ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL IM3 SEBAGAI PRODUK KARTU PERDANA INDOSAT TBK

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL IM3 SEBAGAI PRODUK KARTU PERDANA INDOSAT TBK BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL IM3 SEBAGAI PRODUK KARTU PERDANA INDOSAT TBK 3.1 Strategi Komunikasi Strategi komunikasi dalam pembuatan konsep perancangan IM3 sebagai produk kartu perdana

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI DAN KONSEP VISUAL. Tujuan komunikasi untuk merancang media komunikasi visual (pamflet)

BAB III STRATEGI DAN KONSEP VISUAL. Tujuan komunikasi untuk merancang media komunikasi visual (pamflet) 53 BAB III STRATEGI DAN KONSEP VISUAL 1.1 Tujuan Komunikasi Tujuan komunikasi untuk merancang media komunikasi visual (pamflet) guna kampanye calon legislative DPR-RI Partai Golkar nomor urut 3 Ir. Dra.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Mandiraja, kabupaten banjarnegara (Kajian inferensi wacana) dengan penelitian

BAB II LANDASAN TEORI. Mandiraja, kabupaten banjarnegara (Kajian inferensi wacana) dengan penelitian 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevan 1. Penelitian Berjudul Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Lagu Anak-anak di Taman Kanak-kanak Aisiyah 1 Desa Kebakalan, kecamatan Mandiraja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang dan urutan kedua adalah China dengan jumlah pembelajar Bagi

BAB I PENDAHULUAN. orang dan urutan kedua adalah China dengan jumlah pembelajar Bagi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat tidak terlepas dari bahasa, baik secara lisan maupun tulisan. Demikian pula halnya dengan kegiatan pendidikan yang meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlu diragukan lagi. Bahasa tidak hanya dipergunakan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. perlu diragukan lagi. Bahasa tidak hanya dipergunakan dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran penting bagi kehidupan manusia kiranya tidak perlu diragukan lagi. Bahasa tidak hanya dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi bahasa juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tiara Ayudia Virgiawati, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tiara Ayudia Virgiawati, 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bangsa Indonesia mengalami transisi dari masa otoritarianisme ke masa demokrasi pascareformasi tahun 1998. Tentunya reformasi ini tidak hanya terjadi di

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tahun 2015 menjadi masa penting bagi Kabupaten Sragen karena menjadi salah satu wilayah yang harus melaksanakan pilkada serentak gelombang pertama dari ratusan

Lebih terperinci