BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Sleman memiliki beragam sumber daya alam yang merupakan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Sleman memiliki beragam sumber daya alam yang merupakan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Kabupaten Sleman memiliki beragam sumber daya alam yang merupakan suatu rangkaian destinasi wisata. Adanya gunung berapi yang sangat aktif di Kabupaten Sleman membuat wisatawan tertarik untuk menikmati alam yang masih alami serta budaya yang masih melekat pada masyarakatnya. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata di Kabupaten Sleman mempunyai visi, yaitu mewujudkan masyarakat Sleman yang sejahtera dan dinamis melalui pelestarian dan pengembangan serta pariwisata yang berwawasan lingkungan 1. Melalui visi yang dicanangkan inilah, maka pemerintah daerah Kabupaten Sleman saat ini sangat giat mengembangkan destinasi wisata yang berwawasan lingkungan, khususnya desa wisata. Menurut RIPKA Kabupaten Sleman , hingga saat ini terdapat 37 desa wisata di Kabupaten Sleman dengan beragam potensi yang dimiliki, seperti desa wisata budaya, desa wisata alam, desa wisata sejarah, desa wisata kerajinan, dan lain-lain. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, kondisi pariwisata di Kabupaten Sleman sekarang ini meningkat cukup pesat. Hal ini dibuktikan dengan jumlah wisatawan, baik asing maupun domestik, yang berkunjung ke Kabupaten Sleman terus meningkat dari tahun ke tahun, walaupun sempat mengalami penurunan 1 RIPKA Kabupaten Sleman

2 2 yang cukup signifikan pada tahun Adanya bencana Gunung Merapi pada bulan November 2010 yang merusak sarana dan prasarana di beberapa daerah di Kabupaten Sleman ditengarai menjadi salah satu penyebab penurunan jumlah kunjungan wisatawan. Namun demikian, bencana tersebut tidak menjadi halangan bagi pengelola pariwisata (stakeholder) untuk terus memperbaiki sektor pariwisata. Para stakeholder terus mengupayakan untuk memperbaiki sarana dan prasarana pasca bencana agar kegiatan pariwisata di Kabupaten Sleman dapat tetap berjalan dan bahkan dapat meningkat setiap tahunnya. Kebijakan Pemerintah daerah Kabupaten Sleman untuk menjadikan wisata alam sebagai salah satu atraksi utama, nampaknya sejalan dengan hasil rumusan Konferensi World Tourism Organization (WTO) di Chili tahun 1999 yang merekomendasikan beberapa Etika Global Pariwisata, diantaranya menjamin sumber daya alam, melindungi lingkungan dari dampak buruk kegiatan bisnis pariwisata, dan memperhatikan prinsip-prinsip pengembangan pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism development) melalui pemanfaatkan sumber daya alam, pengelolaan sampah dan mempertahankan keberagaman 3. Melalui dasar konferensi tersebut, maka konsep pariwisata yang berkelanjutan, seperti ekowisata dapat diterapkan di daerah yang memiliki potensi alam dan keaslian budaya masyarakat lokal. Hal ini sesuai dengan tujuan ekowisata yang terus mengupayakan adanya pelestarian lingkungan dan kontribusi aktif dari masyarakat lokal dalam mengelola kegiatan wisata. Oleh karena itu, kegiatan 2 Data Statistik Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman mengenai Kunjungan wisatawan Kabupaten Sleman E diakses pada Kamis, 24 April 2014 pukul WIB.

3 3 wisata dengan menjaga lingkungan dapat menjadi trend terbaru di dunia pariwisata. Salah satu destinasi wisata yang dimiliki oleh Kabupaten Sleman, dan sangat menarik untuk diteliti adalah Desa Wisata Pancoh. Desa wisata ini merupakan salah satu dari tiga desa wisata yang baru dikukuhkan pada tanggal 14 Februari 2012 sebagai desa ekowisata di Kabupaten Sleman 4. Menurut Lembaga Pengembangan Teknologi Perdesaan (LPTP), pengukuhan Dusun Pancoh sebagai desa ekowisata berbeda dengan wisata konvensional lainnya. Konsep ekowisata mendapat perhatian besar untuk melestarikan lingkungan dan sumber daya alam. Desa Wisata Pancoh menawarkan beberapa paket wisata berupa kebun bunga dan salak pondoh, persawahan, kolam ikan, budaya dan kesenian, sungai, bangunan kuno serta kandang ternak konsumsi. Namun demikian, Desa Wisata Pancoh memiliki banyak potensi ekowisata yang belum dikembangkan. Oleh karena itu, diperlukan adanya penelitian mengenai gambaran potensi yang dimiliki oleh Desa Wisata Pancoh, serta strategi pengembangan yang sesuai dengan konsep ekowisata agar menarik minat wisatawan untuk berwisata dan belajar melestarikan lingkungan di desa sekitar lereng Gunung Merapi, khususnya Desa Wisata Pancoh. 1.2 Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: 4 Silahkan melihat diakses pada Kamis, 24 April 2014 pukul WIB.

4 4 1. Apa saja potensi (baik internal maupun eksternal) yang dimiliki oleh Desa Wisata Pancoh? 2. Bagaimana strategi pengembangan yang tepat untuk diterapkan di Desa Wisata Pancoh sebagai desa ekowisata di Kabupaten Sleman? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui potensi (baik internal maupun eksternal) yang dimiliki oleh Desa Wisata Pancoh. 2. Untuk mengetahui strategi yang tepat bagi pengembangan Desa Wisata Pancoh sebagai Desa Ekowisata di Kabupaten Sleman. 1.4 Manfaat Penelitian Dengan mengacu pada tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini diharapkan memiliki dua manfaat, yaitu sebagai berikut : a. Manfaat Teoretis Kaitannya dengan bidang akademisi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan konsep yang tepat bagi studi mengenai desa ekowisata. b. Manfaat Praktis Dalam hal praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi bagi Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman dalam melakukan pengembangan ekowisata di Desa Pancoh.Selain itu, penelitian mengenai konsep pengembangan

5 5 desa wisata ini diharapkan dapat dijadikan model bagi pengembangan desa ekowisata di daerah lain di Indonesia. 1.5 Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai ekowisata sudah banyak dilakukan oleh penelitipeneliti sebelumnya. Berikut ini penjelaskan beberapa hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya sebagai gambaran untuk melihat posisi penelitian ini terhadap penelitian terdahulu. Penelitian ekowisata berbasis k k k M W k D W M k k I k S P Ek b P M k S k (2011) P b mencoba memaparkan mengenai ekowisata yang masih kurang efektif karena lemahnya kerjasama antar pihak yang berkepentingan dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana masyarakat Desa Colo, Kabupaten Kudus memahami mengenai potensi ekowisata yang dimiliki daerahnya. Hasil dari penelitian ini adalah Desa Colo sudah memiliki kegiatan yang mengarah pada ekowisata, namun masyarakat sekitar belum berencana untuk menjual kegiatan tersebut kepada wisatawan. Selain itu, diketahui bahwa belum ada peraturan mengenai pengelolaan kawasan alam Muria yang melibatkan masyarakat dan pemerintah desa terkait. Penelitian lainnya dapat dilihat pada jurnal ilmiah yang ditulis oleh Dias S b S P b Ek wisata Berbasis Ekonomi Lokal k P P k D W b M

6 6 (2009). Penelitian tersebut mencoba memaparkan mengenai potensi dan strategi pengembangan wisata di Pulau Sempu sebagai kawasan ekowisata. Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengumpulkan informasi mengenai gambaran praktek ekowisata di Pulau Sempu dan kemudian merencanakan langkah berikutnya bagi masyarakat yang terlibat dalam pengembangannya. Dalam menganalisis data yang didapat di lapangan, peneliti menggunakan analisis SWOT untuk mendapatkan gambaran strategi pengembangan yang dapat dilakukan selanjutnya. Salah satu penelitian yang masih ada relevansi dengan strategi pengembangan dan ekowisata juga pernah dilakukan oleh I Ketut Saskara yang be S P b D k Ek b k D C M b b (2013) P membahas mengenai potensi-potensi Desa Cau Belayu yang dapat dikembangkan sebagai produk ekowisata dan kendala pengembangannya. Kemudian strategi pengembangan, persepsi masyarakat dan wisatawan mengenai pengembangan ekowisata di Desa Cau Belayu. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Desa Cau Belayu memiliki potensi yang dapat dikembangkan sebagai produk ekowisata, seperti persawahan, perkebunan, pemandangan alam, kesenian tradisional, upacara agama, dan lain-lain. Persepsi masyarakat dan wisatawan juga sangat positif dan menyambut adanya pengembangan yang melibatkan masyarakat sekitar. Strategi pengembangan di Desa Cau Belayu dimulai dari penerapan prinsip ekowisata kemudian dianalisis berdasarkan kriteria pengembangan ekowisata dengan pendekatan 4A (Attraction, Accesable,

7 7 Amenities, Ancillary). Dari analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa Desa Cau Belayu seharusnya dapat melakukan kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Tabanan dalam hal perencanaan dan pengembangan daya tarik ekowisata. Masyarakat Desa Cau Belayu juga diharapkan dapat mempertahankan kebudayaannya dan tidak mendapatkan pengaruh oleh kebudayaan asing yang dibawa oleh wisatawan asing yang berkunjung. Penelitian selanjutnya adalah penelitian tesis mengenai ekowisata yang pernah k k I D S b P Ek P b P b M k (2007) kasus Kota Batu, Jawa Timur. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui produkproduk ekowisata yang berdasar pada masyarakat Kota Batu dan pengembangannya. Selain itu juga untuk mengetahui pengaruh ekowisata terhadap pemberdayaan masyarakat di Kota Batu, Jawa Timur. Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa banyak sekali produk-produk ekowisata di Kota Batu yang sedang dikembangkan oleh masyarakat. Dalam hal pemberdayaan, masyarakat Kota Batu sudah berperan namun hanya secara pasif saja. Dari analisis tersebut, berikut adalah beberapa faktor pengembangan ekowisata di Kota Batu yang berbasis pada masyarakat : skill/keahlian masyarakat, dukungan permodalan, perlindungan terhadap alam, akses terhadap pengembangan sumber daya, fasilitas dan infrastruktur, inovasi atraksi wisata baru, kualitas pelayanan, kemudahan akses dan pemerintah, pengetahuan ekowisata travel agency, dan kepedulian wisatawan terhadap alam.

8 8 Jika dibandingkan dengan penelitian yang sebelumnya, perbedaan mendasar dari penelitian ini adalah khususnya pada fokus pembahasan dan lokus penelitian. Pada penelitian ini, fokus bahasannya adalah pada potensi dan strategi pengembangan yang dihubungkan dengan konsep ekowisata. Sedangkan lokus penelitian yaitu di Desa Wisata Pancoh, Girikerto, Turi, Sleman. Karena Desa Wisata Pancoh merupakan desa wisata yang baru dikembangkan di Kabupaten Sleman, maka belum ada penelitian sebelumnya yang membahas mengenai Desa Pancoh. 1.6 Landasan Teori Dikarenakan penelitian ini menjelaskan tentang pengembangan ekowisata di Desa Wisata Pancoh, maka landasan teori yang dipakai hanya akan fokus pada pembahasan mengenai konsep ekowisata. International Union for Conservation of Nature (IUCN) menjelaskan bahwa ekowisata adalah: Environmentally responsible travel to natural areas, in order to enjoy and appreciate nature (and accompanying cultural features, both past and present) that promote conservation, have a low visitor impact and provide for beneficially active socio-economic involvement of local people 5. Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa ekowisata merupakan perjalanan wisata ke suatu wilayah yang lingkungan alamnya masih asri, disertai dengan adanya usaha untuk menghargai kebudayaan lokal dan alamnya, mendukung adanya usaha konservasi, 5 diakses pada Jumat, 10 Oktober 2014 pukul WIB.

9 9 meminimalkan dampak negatif oleh pengunjung, dan memberikan dampak positif terhadap sosial ekonomi penduduk lokal. Selain itu, menurut The International Ecotourism Society (IES) ekowisata adalah: The responsible travel to natural areas that conserves the environment and sustains the well-being of local people 6. Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa wisatawan yang berkunjung dan melaksanakan partisipasi dalam suatu kegiatan ekowisata dituntut untuk mentaati prinsip-prinsip, seperti meminimalisasi dampak dan membangun kesadaran kepada alam dan budaya lokal, memberikan keuntungan dan manfaat secara langsung untuk upaya konservasi, dan pemberdayaan masyarakat lokal sehingga memberikan dampak positif terhadap ekonomi masyarakat setempat. Menguatkan pendapat di atas, menururt Ranijith Bandara (2009: ): Ecotourism has been hailed as a panacea: a way to find conservation and scientific research; promote development in poor countries; enhance ecological and cultural sensitivity; insil environmental awareness and a social conscience in the travel industry; satisfy and educate the discriminating tourist; and some claiim, build world peace. Ranijith menyimpulkan bahwa ekowisata telah diakui sebagai cara yang sangat efektif untuk melakukan konservasi dan penelitian ilmiah. Selain untuk melindungi ekosistem yang rapuh dan masih alami, ekowisata juga dapat menjadi media untuk memberikan keuntungan bagi masyarakat pedesaan dan mempromosikan pembangunan di negara-negara miskin. Adanya ekowisata juga akan meningkatkan kesadaran lingkungan dan 6 diakses pada Jumat, 10 Oktober 2014 pukul WIB.

10 10 kesadaran sosial di industri pariwisata, meningkatkan kepuasan yang sekaligus mendidik wisatawan yang diskriminatif. Oleh beberapa peneliti, ekowisata diharapkan dapat membangun perdamaian dunia (lihat pula Honey, 1999: 4). Lee, dkk. (2012: 520) menjelaskan bahwa terdapat tiga kriteria sebuah destinasi wisata dapat dikategorikan sebagai ekowisata : a) Atraksi wisata yang berbasis pada alam Menurut Lee, dkk. (2012: 520) b attractions are primarily naturebased, focusing normally on relatively undisturbed ecosystems and the noncaptive endemic. Maknanya adalah atraksi wisata yang ditawarkan kepada wisatawan harus berbasis pada alam dengan tidak mengganggu dan mengubah keaslian ekosistem (lihat pula Blamey, 2001). b) Atraksi wisata berbasis pada pendidikan Lee, dkk. (2012: 520) mengatakan bahwa : ecotourist motivations are broadly learning-based along a continuum that ranges from formal educational interactions to informal personal aesthetic or spiritual appreciation. Maknanya adalah adanya unsur pendidikan merupakan hal yang menarik wisatawan untuk mengunjungi suatu kawasan ekowisata, baik sifat pendidikan yang formal maupun informal, misalnya cara menikmati keindahan alam dan tetap menjaga estetikanya, serta menumbuhan kesadaran pribadi untuk ikut menjaga keaslian ekosistem tersebut. (lihat pula Blamey, 2001) c) Ekowisata berbasis pada pariwisata yang berkelanjutan Menurut Lee, dkk. (2012: 520) bahwa : ecotourism is singular in its formal pretensions of being sustainability-based. Maknanya adalah ekowisata

11 11 merupakan salah satu bentuk dari pariwisata yang berkelanjutan dengan meminimalisasi dampak negatif terhadap lingkungan dan kebudayaan lokal serta memberikan keuntungan dalam bidang ekonomi bagi masyarakat sekitar (lihat pula Blamey, 2001). Kaitannya dengan aspek berkelanjutan dalam pariwisata (sustainability), Mowforth dan Munt (2003: 85-87) menjelaskan bahwa terdapat empat landasan utama dalam pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism): 1. Ecological sustainability. Maknanya adalah, bahwa pariwisata berkelanjutan harus memperhatikan keseimbangan ekologis, dimana salah satunya yaitu melalui pembatasan mass tourism, atau yang biasa dikenal dengan istilah carrying capacity. 2. Social sustainability. Maknanya adalah bahwa pariwisata berkelanjutan tidak boleh menimbulkan konflik social diantara para stake holder. 3. Cultural sustainability. Pariwisata berkelanjutan harus pula memperkaya budaya masyarakat setempat. Jika aktifitas pariwisata mengakibatkan tercerabutnya masyarakat dari budaya asalnya, maka dapat disimpulkan bahwa pariwisata tersebut bertentangan dengan konsep pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism). 4. Economic sustainability. Pariwisata berkelanjutan harus dapat membawa keuntungan yang sebesar-besarnya bagi masyarakat lokal. Maknanya bahwa aktifitas pariwisata harus dapat menjadi media bagi upaya pengentasan kemiskinan.

12 Metode Penelitian Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa penelitian ini berusaha menjawab dua rumusan masalah, yaitu berkaitan dengan potensi internal dan eksternal dari Desa Wisata Pancoh, dan strategi pengembangan Desa Wisata Pancoh sebagai desa ekowisata di Kabupaten Sleman. Untuk menjawab rumusan masalah tersebut, dilakukan penelitian yang bersifatkualitaitf. Jenis penelitian ini menghasilkan data deskriptif baik tertulis maupun lisan dari orang-orang maupun perilaku yang telah diamati. Secara garis besar penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap, yaitu studi pustaka, observasi, dan wawancara. Proses metode pengambilan data dan informasi dalam skripsi ini dilakukan beberapa cara, yaitu sebagai berikut: 1. Studi Pustaka Pada tahap ini dilakukan pencarian data yang sesuai dengan objek penelitian karena akan dijadikan sebagai acuan dalam proses penelitian. Pencarian data yang dilakukan adalah melalui perpustakaan, internet, dan jurnal-jurnal ilmiah yang berkaitan dengan pemaparan potensi Desa Wisata Pancoh, konsep desa ekowisata, dan strategi pengembangan destinasi wisata. Penelitian ini juga menggunakan beberapa artikel ilmiah tersebut sebagai bahan perbandingan dalam menganalisis data yang didapat. 2. Observasi Observasi merupakan teknik pengumpulan data, di mana peneliti melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat

13 13 dari dekat kegiatan yang dilakukan (Riduwan, 2004: 104).Observasi penelitian berada di Desa Wisata Pancoh, Girikerto, Turi, Sleman untuk mengetahui potensi yang dimiliki oleh desa wisata tersebut. Selain itu, kunjungan ke Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman juga dilakukan untuk mendapatkan data mengenai kondisi kepariwisataan di Kabupaten Sleman. 3. Wawancara Menurut Koentjaraningrat (1982: 162), wawancara adalah suatu cara yang digunakan untuk tujuan tugas tertentu, mencoba mendapatkan keterangan dan pendirian secara lisan dari seorang responden, dengan bercakap-cakap berhadapan muka. Wawancara dilakukan dengan para stakeholder yang merupakan pihak terkait yang terlibat langsung dalam pengembangan Desa Wisata Pancoh sebagai desa ekowisata di Kabupaten Sleman. Dalam hal ini, wawancara dilakukan dengan pengelola Desa Wisata Pancoh mengenai potensi yang dimiliki Desa Wisata Pancoh dan apa saja yang sudah diusahakan oleh pengelola untuk mengembangkan pariwisata di Desa Wisata Pancoh. Kemudian para perangkat desa Girikerto dan masyarakat sekitar mengenai keterlibatan dalam mengelola dan mengembangkan pariwisata di Desa Wisata Pancoh. Wawancara juga dilakukan dengan pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman. Dalam hal ini, wawancara dilakukan dengan Kepala Bidang Pemasaran dan Kepala Bidang Pengembangan Pariwisata karena pihak tersebut sangat berpengaruh dalam membantu mengembangkan pariwisata

14 14 di Desa Wisata Pancoh. Hal yang ditanyakan adalah mengenai potensi wisata di Kabupaten Sleman, dukungan pemerintah terhadap adanya konsep desa ekowisata, dan hal apa saja yang dapat dilakukan pemerintah untuk mengembangkan ekowisata di Kabupaten Sleman, khususnya Desa Wisata Pancoh. Metode wawancara ini telah dilakukan dari bulan Mei hingga bulan November. 1.8 Metode Analisis Data Analisis SWOT Untuk mengetahui arah strategi pengembangan, penelitian ini menggunakan metode analisis SWOT berdasarkan data-data yang didapat di objek penelitian yang kemudian dikaji dan dianalisis dengan berbagai faktor, seperti faktor lingkungan internal yang berupa analisis kekuatan dan kelemahan, dan faktor lingkungan eksternal yang berupa analisis adanya peluang dan ancaman. Selain itu analisis SWOT juga dapat digunakan untuk mengetahui strategi pengembangan di Desa Wisata Pancoh sebagai desa ekowisata dengan analisis berdasarkan logika dengan memaksimalkan kekuatan (strengths), dan adanya peluang dari luar (opportunities), tetapi juga secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan adanya ancaman dari luar (threats) (Rangkuti, 2006: 18). Kemudian analisis SWOT yang dilakukan dapat menghasilkan 4 (empat) kemungkinan strategi alternatif yang dapat dilakukan (Rangkuti 2006: 18-21), yaitu :

15 15 Strategi Strength-Opportunities (SO). Strategi ini direncanakan berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memaksimalkan seluruh kekuatan dan memanfaatkan peluang yang ada dengan sebesarbesarnya. Strategi Weaknesses-Opportunities (WO). Strategi ini dibuat untuk memanfaatkan peluang yang ada dengan sebesar-besarnya dengan meminimalkan kelemahan pada perusahaan tersebut. Strategi Strength-Threats (ST). Strategi ini diterapkan dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman yang ada dari luar. Strategi Weaknesses-Threats (WT). Strategi ini dibuat berdasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha untuk meminimalkan kelemahan serat menghindari ancaman yang ada dari luar. Berikut ini adalah tabel matrik alternatif mengenai strategi yang berdasarkan pada analisis SWOT :

16 16 INTERNAL EKSTERNAL Peluang (Opportunities) Menentukan 5-10 faktor peluang Ancaman (Threats) Menentukan 5-10 faktor ancaman Tabel 1.1 Matriks SWOT Kekuatan (Strength) Menentukan 5-10 faktor kekuatan Strategi SO Menciptakan strategi dengan menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang Strategi ST Menciptakan strategi dengan menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman Kelemahan (Weaknesses) Menentukan 5-10 faktor kelemahan Strategi WO Menciptakan strategi dengan meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang Strategi WT Menciptakan strategi dengan meminimalkan kelemahan dan mengindari ancaman (Sumber : Rangkuti, 2006:19) Internal Factor Analysis Summary (IFAS) Analisis internal diperlukan dalam menyusun strategi untuk memaksimalkan kekuatan dan meminimalkan kelemahan. Untuk mengevaluasi faktor-faktor tersebut, penelitian ini menggunakan matriks IFAS (Internal Factor Analysis Summary) (lihat pula Rangkuti, 2006:24-25). Berikut ini adalah cara menyusun matriks IFAS:

17 17 Tabel 1.2 Tabel IFAS (Strengths) FAKTOR STRATEGI BOBOT RATING BOBOT X RATING INTERNAL Kekuatan Total (Sumber : Rangkuti, 2006:25) Tabel 1.3 Tabel IFAS (Weaknesses) FAKTOR STRATEGI BOBOT RATING BOBOT X RATING INTERNAL Kelemahan Total (Sumber : Rangkuti, 2006:25) a. Menentukan faktor-faktor yang termasuk ke dalam kekuatan dan kelemahan suatu objek pada kolom 1 (Faktor Strategi Internal). b. Memberikan bobot masing-masing dari faktor tersebut dari skala 1,0 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting). Jumlah dari semua bobot tersebut tidak boleh lebih dari 1,00.

18 18 c. Menentukan rating untuk masing-masing faktor kekuatan dengan memberikan skala mulai dari 4 (sangat baik) sampai dengan 1 (sangat kurang) berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi destinasi wisata yang bersangkutan. Sedangkan faktor kelemahan sebaliknya, pemberian skala dimulai dari 1 (kelemahan besar) sampai dengan 4 (kelemahan kecil). d. Mengalikan bobot dengan rating untuk menentukan faktor yang nilainya bervariasi pada kolom 4. e. Menjumlahkan skor hasil perkalian dari bobot dengan rating untuk memperoleh total skor bagi objek yang bersangkutan. Nilai total tersebut menunjukan bagaimana suatu objek berreaksi terhadap faktor-faktor strategis internalnya. Total skor ini dapat digunakan sebagai pembanding antara objek tersebut dengan objek yang lain yang mempunyai konsep yang sama External Factor Analysis Summary (EFAS) Analisis eksternal diperlukan dalam menyusun strategi untuk memanfaatkan kesempatan/peluang dan menghindari ancaman. Untuk mengevaluasi faktorfaktor tersebut, peneliti menggunakan matriks EFAS (External Factor Analysis Summary) (lihat pula Rangkuti, 2006:22-23). Berikut ini adalah cara menyusun matriks EFAS :

19 19 Tabel 1.4 Tabel EFAS (Opportunities) FAKTOR STRATEGI BOBOT RATING BOBOT X RATING EKSTERNAL Peluang Total (Sumber : Rangkuti, 2006:24) Tabel 1.5 Tabel EFAS (Threats) FAKTOR STRATEGI BOBOT RATING BOBOT X RATING EKSTERNAL Ancaman Total (Sumber : Rangkuti, 2006:24) a. Menentukan faktor-faktor yang termasuk ke dalam peluang dan ancaman suatu objek pada kolom 1 (Faktor Strategi Eksternal). b. Memberikan bobot masing-masing dari faktor tersebut dari skala 1,0 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting). Jumlah dari semua bobot tersebut tidak boleh lebih dari 1,00.

20 20 c. Menentukan rating untuk masing-masing faktor eksternal, yaitu peluang dan ancaman dimulai dari skala 4 (sangat baik), skala 3 (di atas rata-rata), skala 2 (rata-rata), dan skala 1 (di bawah rata-rata). d. Kalikan bobot dengan rating untuk menentukan faktor yang nilainya bervariasi pada kolom 4. e. Menjumlahkan skor hasil perkalian dari bobot dengan rating untuk memperoleh total skor bagi objek yang bersangkutan. Nilai total tersebut menunjukan bagaimana suatu objek berreaksi terhadap faktor-faktor strategis eksternalnya. 1.9 Sistematika Penulisan Skripsi ini disusun menjadi empat bab dengan fokus pembahasan yang berbeda. Setiap bab yang akan dibahas diharapkan dapat menjadi suatu kesatuan secara menyeluruh mengenai penelitian yang dilakukan agar dapat ditarik suatu kesimpulan. Bab Satu :berupa pendahuluan yang menggambarkan alasan mengapa mengambil tema, lokus penelitian ini, metode penelitian, dan metode analisis data yang digunakan. Bab dua :berisi pembahasan yang akan memberikan gambaran umum secara deskripsi mengenai potensi kepariwisataan di Kabupaten Sleman dan Desa Wisata Pancoh sebagai desa ekowisata. Bab tiga :berisi mengenai pemaparan faktor-faktor internal dan eksternal yang dimiliki oleh Desa Wisata Pancoh, serta strategi pengembangannya

21 21 berdasarkan analisis SWOT yang sebelumnya telah dievaluasi menggunakan matrik IFAS dan EFAS. Bab empat :merupakan kesimpulan dan saran hasil dari penelitian ini. Diharapkan hasil penelitian ini mampu memberikan kontribusi nyata bagi pengembangan pariwisata di Kabupaten Sleman, khususnya di Desa Wisata Pancoh sebagai desa ekowisata.

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Strategi Pengembangan Pariwisata Sekitar Pantai Siung Berdasarkan Analisis SWOT Strategi pengembangan pariwisata sekitar Pantai Siung diarahkan pada analisis SWOT.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian merupakan segala sesuatu yang mencakup

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian merupakan segala sesuatu yang mencakup BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian merupakan segala sesuatu yang mencakup tentang pendekatan yang digunakan dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki potensi besar dalam lingkup pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki potensi besar dalam lingkup pariwisata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki potensi besar dalam lingkup pariwisata. Pariwisata merupakan bagian dari sektor industri yang memiliki prospek dan potensi cukup besar untuk

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN PARIWISATA SPIRITUAL

BAB IV METODE PENELITIAN PARIWISATA SPIRITUAL BAB IV METODE PENELITIAN PARIWISATA SPIRITUAL P ada dasarnya setiap penelitian memerlukan metode penelitian. Penelitian pariwisata maupun penelitian-penelitian bidang keilmuan sosial humaniora lainnya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. survei. Menurut Masri Singarimbun (1989:4), penelitian survei dapat digunakan

III. METODE PENELITIAN. survei. Menurut Masri Singarimbun (1989:4), penelitian survei dapat digunakan 25 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei. Menurut Masri Singarimbun (1989:4), penelitian survei dapat digunakan

Lebih terperinci

Gambar 2.5 Diagram Analisis SWOT

Gambar 2.5 Diagram Analisis SWOT 32 Gambar 2.5 Diagram Analisis SWOT Kuadran 1: Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. (c)foto Satelit Area Wisata Kebun Wisata Pasirmukti

BAB III METODOLOGI. (c)foto Satelit Area Wisata Kebun Wisata Pasirmukti BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang dilaksanakan di Kebun Wisata Pasirmukti yang terletak pada Jalan Raya Tajur Pasirmukti Km. 4, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kawasan Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) Kabupaten Paser Provinsi Kalimantan Timur. Penelitian berlangsung selama 3 bulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. daya tarik wisata budaya yang lebih baik. Dalam pengembangan ini perlu

BAB III METODE PENELITIAN. daya tarik wisata budaya yang lebih baik. Dalam pengembangan ini perlu BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini dibuat berdasarkan permasalahan penelitian yaitu mengidentifikasi potensi budaya yang ada di Desa Sangsit, Jagaraga dan Sawan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. yang harus di kembangkan dalam Pariwisata di Pulau Pasaran.

III. METODE PENELITIAN. yang harus di kembangkan dalam Pariwisata di Pulau Pasaran. 37 III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Strategi Pengembangan Pariwisata di Pulau Pasaran dan juga untuk mengetahu apa saja

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Mulya Kencana Kecamatan Tulang Bawang

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Mulya Kencana Kecamatan Tulang Bawang III. METODELOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Mulya Kencana Kecamatan Tulang Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat Provinsi Lampung, dengan pertimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wisata dan US$ 300 milyar penerimaan ke seluruh dunia (Pusat Perencanaan dan

BAB I PENDAHULUAN. wisata dan US$ 300 milyar penerimaan ke seluruh dunia (Pusat Perencanaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak tahun 1992 pariwisata telah melibatkan lebih dari 500 juta kunjungan wisata dan US$ 300 milyar penerimaan ke seluruh dunia (Pusat Perencanaan dan Pengembangan

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO ISSN: STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING DESTINASI WISATA DAERAH TERTINGGAL

Seminar Nasional IENACO ISSN: STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING DESTINASI WISATA DAERAH TERTINGGAL STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING DESTINASI WISATA DAERAH TERTINGGAL Rattih Poerwarini 1, Indung Sudarso 2, I Nyoman Lokajaya 3 1,2 Magister Teknik Industri ITATS, Surabaya, Jl. Arief Rahman Hakim No. 100

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Ekowisata Ekowisata merupakan salah satu bentuk kegiatan wisata khusus. Bentuknya yang khusus itu menjadikan ekowisata sering diposisikan sebagai lawan dari wisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ribu kunjungan atau naik 11,95% dibandingkan jumlah kunjungan wisman

BAB I PENDAHULUAN. ribu kunjungan atau naik 11,95% dibandingkan jumlah kunjungan wisman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata di Indonesia saat ini mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal ini dapat dilihat dari semakin meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Racangan penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dengan melakukan pengamatan langsung atau observasi, wawancara dan dokumentasi. Metode deskriptif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Secara etimologis, istilah research berasal dari dua kata, yaitu re dan

BAB III METODE PENELITIAN. Secara etimologis, istilah research berasal dari dua kata, yaitu re dan BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Secara etimologis, istilah research berasal dari dua kata, yaitu re dan search. Re berarti kembali atau berulang-ulang dan search berarti mencari, menjelajahi,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Objek/ Subjek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah UMKM Kipas Bambu yang terletak di Desa Jipangan Bangunjiwo Kasihan Bantul. Kemudian subjek dari penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2013 lembaga konservasi lingkungan hidup Ocean of Life

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2013 lembaga konservasi lingkungan hidup Ocean of Life BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2013 lembaga konservasi lingkungan hidup Ocean of Life Indonesia (OLI) menyatakan bahwa kondisi terumbu karang di pesisir pantai selatan Gunungkidul dinilai

Lebih terperinci

BAB. III METODE PENELITIAN

BAB. III METODE PENELITIAN BAB. III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Bersifat deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang berusaha mendeskripsikan atau menggambarkan atau melukiskan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A. Objek dan Subjek Penelitian 1. Objek Penelitian Dalam penelitian ini, lokasi yang dipilih adalah Objek Wisata Air Terjun Lepo, Desa Dlingo, Kecamatan Dlingo,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Taman Wisata Alam Gunung Tampomas Propinsi Jawa Barat, selama kurang lebih tiga (3) bulan, yaitu dari bulan Maret - Juni.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis SWOT (strengths-weaknessesopportunities-threats)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis SWOT (strengths-weaknessesopportunities-threats) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Strategi Pemasaran Strategi Pemasaran ialah paduan dari kinerja wirausaha dengan hasil pengujian dan penelitian pasar sebelumnya dalam mengembangkan keberhasilan strategi

Lebih terperinci

Gambar 2 Tahapan Studi

Gambar 2 Tahapan Studi 13 III. METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Studi dilakukan di Lembah Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat (Gambar 1). Pelaksanaan studi dimulai dari bulan Maret 2010 sampai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Februari 2013 hingga April 2013. Dengan tahapan pengumpulan data awal penelitian dilaksanakan pada Bulan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Silvia Sely Murthy, 2014 Analisis rantai nilai dan strategi pengembangan industri kreatif di kota bandung dan cimahi.

DAFTAR ISI Silvia Sely Murthy, 2014 Analisis rantai nilai dan strategi pengembangan industri kreatif di kota bandung dan cimahi. DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... ix BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah.. 8 1.3. Tujuan Penelitian...

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini meliputi pengertian yang digunakan

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini meliputi pengertian yang digunakan III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini meliputi pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengidentifikasi jenis-jenis makanan tradisional, persepsi wisatawan terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. mengidentifikasi jenis-jenis makanan tradisional, persepsi wisatawan terhadap BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini dibuat berdasarkan permasalahan penelitian yaitu mengidentifikasi jenis-jenis makanan tradisional, persepsi wisatawan terhadap

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS. potensi wisata, yaitu potensi fisik dan potensi budayayang bisa dikembangkan dengan

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS. potensi wisata, yaitu potensi fisik dan potensi budayayang bisa dikembangkan dengan BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS 2.1 Tinjauan Hasil Penelitian Sebelumnya Penelitian sebelumnya berkaitan dengan pengembangan potensi ekowisata, dilakukan oleh Suryawan (2014), di Desa Cau Belayu,

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN PAKET INBOUND TOUR: STUDI KASUS DI PT. LOTUS ASIA TOURS JIMBARAN BALI

STRATEGI PEMASARAN PAKET INBOUND TOUR: STUDI KASUS DI PT. LOTUS ASIA TOURS JIMBARAN BALI STRATEGI PEMASARAN PAKET INBOUND TOUR: STUDI KASUS DI PT. LOTUS ASIA TOURS JIMBARAN BALI Camelia Agatha Mahayu Putri I Putu Sudana I GPB. Sasrawan Mananda Email : cameliagatha@gmail.com PS. S1 Industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Indonesia sebagai salah satu negara berkembang dengan kekayaan alam. Era globalisasi ini ada dua hal yang dianggap signifikan

BAB I PENDAHULUAN. dan Indonesia sebagai salah satu negara berkembang dengan kekayaan alam. Era globalisasi ini ada dua hal yang dianggap signifikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata prospek yang cerah di negara negara sedang berkembang 1 dan Indonesia sebagai salah satu negara berkembang dengan kekayaan alam dan keanekaragaman

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Analisis SWOT, Perencanaan Pemasaran Strategis. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata Kunci: Analisis SWOT, Perencanaan Pemasaran Strategis. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep pemasaran strategis yang akan diterapkan oleh CV. Gunung Batujajar. Latarbelakang penelitian dilakukan karena peranan divisi pemasaran dan tenaga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Kelompok Tani Kelompok tani diartikan sebagai kumpulan orang-orang tani atau petani yang terdiri atas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pariwisata, seperti melaksanakan pembinaan kepariwisataan dalam bentuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. pariwisata, seperti melaksanakan pembinaan kepariwisataan dalam bentuk II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengelolaan Pariwisata Pengelolaan merupakan suatu proses yang membantu merumuskan kebijakankebijakan dan pencapaian tujuan. Peran pemerintah dalam pengelolaan pariwisata, seperti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam kajian ini adalah metode deskriptif analisis yaitu suatu metode yang meneliti suatu objek pada masa sekarang (Nazir,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diseluruh wilayah Indonesia terdapat 50 (lima puluh) Destinasi Pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. diseluruh wilayah Indonesia terdapat 50 (lima puluh) Destinasi Pariwisata BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara yang memiliki kebudayaan yang beragam mempunyai banyak potensi pada sektor pariwisatnya. Menurut Toto Riyanto, Kepala Bidang Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ekowisata adalah salah satu bentuk wisata minat khusus yang saat ini tengah

BAB I PENDAHULUAN. Ekowisata adalah salah satu bentuk wisata minat khusus yang saat ini tengah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekowisata adalah salah satu bentuk wisata minat khusus yang saat ini tengah berkembang. Menurut Damanik dan Weber (2006: 38), ekowisata merupakan kegiatan wisata yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek dan Subjek Penelitian 1. Objek Penelitian Penelitian ini berlokasi pada obyek wisata alam Pantai Siung yang ada di Desa Purwodadi, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Judul... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iv Daftar Gambar... viii Daftar Tabel... xi Lampiran... xii

DAFTAR ISI Judul... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iv Daftar Gambar... viii Daftar Tabel... xi Lampiran... xii DAFTAR ISI Judul... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iv Daftar Gambar... viii Daftar Tabel... xi Lampiran... xii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah... 4 1.3. Tujuan Penulisan...

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI PENGELOLAAN MAJALAH "AL MIHRAB" DALAM PENGEMBANGAN DAKWAH DENGAN ANALISIS SWOT

BAB IV STRATEGI PENGELOLAAN MAJALAH AL MIHRAB DALAM PENGEMBANGAN DAKWAH DENGAN ANALISIS SWOT BAB IV STRATEGI PENGELOLAAN MAJALAH "AL MIHRAB" DALAM PENGEMBANGAN DAKWAH DENGAN ANALISIS SWOT Dalam upaya pengembangan dakwah melalui jurnalistik yang telah dilakukan oleh pengelola majalah "Al-Mihrab",

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 L atar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 L atar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pariwisata dunia dapat dilihat dari perkembangan kedatangan wisatawan yang terjadi pada antarbenua di dunia. Benua Asia mempunyai kunjungan wisatawan yang

Lebih terperinci

Analisis SWOT Deskriptif Kualitatif untuk Pariwisata

Analisis SWOT Deskriptif Kualitatif untuk Pariwisata CHAPTER-09 Analisis SWOT Deskriptif Kualitatif untuk Pariwisata SWOT Filosofi SWOT Analisis SWOT atau Tows adalah alat analisis yang umumnya digunakan untuk merumuskan strategi atas identifikasi berbagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian dan Batasan Pariwisata Pariwisata bukanlah suatu kegiatan primer manusia, melainkan hanya kegiatan pelengkap dalam kehidupan manusia. Meskipun demikian,

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI PENGEMBANGAN EKOWISATA PANTAI MANDEH KABUPATEN PESISIR SELATAN

ANALISIS POTENSI PENGEMBANGAN EKOWISATA PANTAI MANDEH KABUPATEN PESISIR SELATAN ANALISIS POTENSI PENGEMBANGAN EKOWISATA PANTAI MANDEH KABUPATEN PESISIR SELATAN Iswandi U Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang iswandi_u@yahoo.com Abstract The tourism industry

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1 I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan salah satu sumber penghasil devisa potensial selain sektor migas. Indonesia sebagai suatu negara kepulauan memiliki potensi alam dan budaya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat deskriptif karena menggambarkan faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang ada di SMAK St. Petrus Comoro

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada metodologi akan dijelaskan mengenai metode pendekatan studi, metode analisa dan metode pengumpulan data yang akan digunakan pada saat menyusun laporan Strategi Pengembangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 2. Peta Jakarta Timur Gambar 3. Pata Lokasi Taman Mini Indonesia (Anonim, 2010b) Indah (Anonim, 2011)

BAB III METODOLOGI. Gambar 2. Peta Jakarta Timur Gambar 3. Pata Lokasi Taman Mini Indonesia (Anonim, 2010b) Indah (Anonim, 2011) BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang dilaksanakan di Taman Burung, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) (Gambar 3). Lokasi Taman Burung TMII ini berada di Kompleks TMII, Jalan Pondok

Lebih terperinci

B. Identifikasi Kelemahan (Weakness). Sedangkan beberapa kelemahan yang ada saat ini diidentifikasikan sebagai berikut: Sektor air limbah belum

B. Identifikasi Kelemahan (Weakness). Sedangkan beberapa kelemahan yang ada saat ini diidentifikasikan sebagai berikut: Sektor air limbah belum B. Identifikasi Kelemahan (Weakness). Sedangkan beberapa kelemahan yang ada saat ini diidentifikasikan sebagai berikut: Sektor air limbah belum menjadi prioritas. Belum ada strategi pengelolaan air limbah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki ragam budaya yang berbeda satu sama lain. Keragaman budaya ini

BAB I PENDAHULUAN. memiliki ragam budaya yang berbeda satu sama lain. Keragaman budaya ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri dari beragam suku memiliki ragam budaya yang berbeda satu sama lain. Keragaman budaya ini diyakini tidak hanya mampu

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: masyarakat, keamanan yang baik, pertumbuhan ekonomi yang stabil,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: masyarakat, keamanan yang baik, pertumbuhan ekonomi yang stabil, BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Faktor ekternal yang berupa peluang dan ancaman yang dapat digunakan berdasarkan penelitian ini yaitu:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pandangan dari masyarakat, wisatawan, dan pemirintah tentang persepsi

BAB III METODE PENELITIAN. pandangan dari masyarakat, wisatawan, dan pemirintah tentang persepsi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini dibuat berdasarkan permasalahan penelitian yaitu untuk mengidentifikasi potensi ekowisata yang ada di Desa Aik Berik yang meliputi

Lebih terperinci

5 PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN PANCING DENGAN RUMPON DI PERAIRAN PUGER, JAWA TIMUR

5 PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN PANCING DENGAN RUMPON DI PERAIRAN PUGER, JAWA TIMUR 45 Komposisi hasil tangkapan yang diperoleh armada pancing di perairan Puger adalah jenis yellowfin tuna. Seluruh hasil tangkapan tuna yang didaratkan tidak memenuhi kriteria untuk produk ekspor dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya tarik wisatanya. Hal tersebut menjadi alternatif baru

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya tarik wisatanya. Hal tersebut menjadi alternatif baru BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata pedesaan menjadi dorongan baru agar semua daerah dapat mengembangkan daya tarik wisatanya. Hal tersebut menjadi alternatif baru sekaligus menambah

Lebih terperinci

KAJIAN POTENSI UNTUK EKOWISATA DI PANTAI TANGSI KABUPATEN LOMBOK TIMUR NUSA TENGGARA BARAT DENGAN MENGGUNAKAN SWOT ANALISIS

KAJIAN POTENSI UNTUK EKOWISATA DI PANTAI TANGSI KABUPATEN LOMBOK TIMUR NUSA TENGGARA BARAT DENGAN MENGGUNAKAN SWOT ANALISIS KAJIAN POTENSI UNTUK EKOWISATA DI PANTAI TANGSI KABUPATEN LOMBOK TIMUR NUSA TENGGARA BARAT DENGAN MENGGUNAKAN SWOT ANALISIS Wildan Rayadi 1 1 PT. Semen Jawa (Siam Cement Group) Jl. Pelabuhan 2 Km 11 Desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Bab I, pasal 1, UU No.9 Tahun 1990 menyatakan bahwa usaha

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Bab I, pasal 1, UU No.9 Tahun 1990 menyatakan bahwa usaha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Bab I, pasal 1, UU No.9 Tahun 1990 menyatakan bahwa usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata atau menyediakan dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis dan subtropis yang

I. PENDAHULUAN. Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis dan subtropis yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis dan subtropis yang didominasi oleh beberapa jenis mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang

Lebih terperinci

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura ANALISIS STRATEGI SWOT UNTUK MEMPERLUAS PEMASARAN PRODUK KURMA SALAK UD BUDI JAYA BANGKALAN Moh. Sirat ) 1, Rakmawati) 2 Banun Diyah Probowati ) 2 E-mail : rakhma_ub@yahoo.com dan banundiyah@yahoo.com

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Batu Bara pada ruang

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Batu Bara pada ruang 23 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Batu Bara pada ruang lingkup wilayah kerja Dinas Perkebunan Kabupaten Batu Bara dan Dinas Pertanian

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. pengembangan pariwisata dan olahraga di Indonesia. Sport tourism merupakan perpaduan antara olahraga dan rekreasi (wisata)

BAB V KESIMPULAN. pengembangan pariwisata dan olahraga di Indonesia. Sport tourism merupakan perpaduan antara olahraga dan rekreasi (wisata) 54 BAB V KESIMPULAN Olahraga dan pariwisata merupakan dua disiplin ilmu yang dapat dipadukan sehingga memiliki kekuatan dan efek ganda bagi kampus UPI. Oleh sebab itu olahraga pariwisata saat ini mendapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang serius dari pemerintah. Hal ini didukung dengan adanya program

I. PENDAHULUAN. yang serius dari pemerintah. Hal ini didukung dengan adanya program I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pariwisata di Indonesia saat ini semakin mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintah. Hal ini didukung dengan adanya program Kementerian Pariwisata dan Kebudayaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia yang dikenal dengan negara kepulauan memiliki lebih dari 18.000 pulau, memiliki luasan hutan lebih dari 100 juta hektar dan memiliki lebih dari 500 etnik

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Analisis SWOT untuk menentukan Strategi Pengembangan Industri. Biofarmaka Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Analisis SWOT untuk menentukan Strategi Pengembangan Industri. Biofarmaka Daerah Istimewa Yogyakarta BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis SWOT untuk menentukan Strategi Pengembangan Industri Biofarmaka Daerah Istimewa Yogyakarta Strategi pengembangan pada Industri Biofarmaka D.I.Yogyakarta

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN DEALER YAMAHA AMIE JAYA UNTUK MENINGKATKAN PENJUALAN MENGGUNAKAN MATRIKS BCG DAN ANALISIS SWOT

STRATEGI PEMASARAN DEALER YAMAHA AMIE JAYA UNTUK MENINGKATKAN PENJUALAN MENGGUNAKAN MATRIKS BCG DAN ANALISIS SWOT STRATEGI PEMASARAN DEALER YAMAHA AMIE JAYA UNTUK MENINGKATKAN PENJUALAN MENGGUNAKAN MATRIKS BCG DAN ANALISIS SWOT Nama : Fitria Shinta Dewi NPM : 13213551 Jurusan : Manajemen Pembimbing : Eva Karla, SE,

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian yang dilakukan ini didasarkan pada suatu pemikiran bahwa perlu dilaksanakan pengembangan agroindustri serat sabut kelapa berkaret. Pengembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata selama ini terbukti menghasilkan berbagai keuntungan secara ekonomi. Namun bentuk pariwisata yang menghasilkan wisatawan massal telah menimbulkan berbagai

Lebih terperinci

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP Ekowisata pertama diperkenalkan oleh organisasi The Ecotourism Society (1990) adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Hal ini berdasarkan pada pengakuan berbagai organisasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan lingkungan telah mendorong kesadaran publik terhadap isu-isu mengenai pentingnya transformasi paradigma

Lebih terperinci

MATERI 3 ANALISIS PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

MATERI 3 ANALISIS PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN MATERI 3 ANALISIS PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN A. Kerangka Analisis Strategis Kegiatan yang paling penting dalam proses analisis adalah memahami seluruh informasi yang terdapat pada suatu

Lebih terperinci

III. METODOLOGI KAJIAN

III. METODOLOGI KAJIAN 152 III. METODOLOGI KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dalam rangka menyelesaikan tugas akhir ini dilaksanakan di Pengolahan Ikan Asap UKM Petikan Cita Halus yang berada di Jl. Akar Wangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada masa sekarang kepariwisataan menjadi topik utama di seluruh dunia. Isu-isu mengenai pariwisata sedang banyak dibicarakan oleh masyarakat luas baik di Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan perekonomian Indonesia yang semakin membaik ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Peningkatan pertumbuhan ekonomi salah satunya didorong oleh

Lebih terperinci

ANALISIS PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN. I S K A N D A R I N I Fakultas Pertanian Jurusan Sosial Ekonomi Universitas Sumatera Utara

ANALISIS PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN. I S K A N D A R I N I Fakultas Pertanian Jurusan Sosial Ekonomi Universitas Sumatera Utara ANALISIS PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN I S K A N D A R I N I Fakultas Pertanian Jurusan Sosial Ekonomi Universitas Sumatera Utara A. Kerangka Analisis Strategis Kegiatan yang paling penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan ekosistemnya ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya

BAB I PENDAHULUAN. dan ekosistemnya ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pariwisata terjadi karena adanya gerakan manusia di dalam mencari sesuatu yang belum di ketahuinya, menjelajahi wilayah yang baru, mencari perubahan suasana,

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal Indentifikasi faktor internal dan eksternal sangat dibutuhkan dalam pembuatan strategi. Identifikasi faktor internal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. mengandalkan sektor pariwisata untuk membantu pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. mengandalkan sektor pariwisata untuk membantu pertumbuhan ekonomi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini merupakan andalan utama dalam menghasilkan devisa di berbagai negara. Indonesia termasuk salah satu negara berkembang yang mengandalkan sektor pariwisata

Lebih terperinci

Analisis SWOT Sebagai Dasar Menentukan Kualitas Lulusan di SMK TI Bali Global Karangasem

Analisis SWOT Sebagai Dasar Menentukan Kualitas Lulusan di SMK TI Bali Global Karangasem Konferensi Nasional Sistem & Informatika 2017 STMIK STIKOM Bali, 10 Agustus 2017 Analisis SWOT Sebagai Dasar Menentukan Kualitas Lulusan di SMK TI Bali Global Karangasem I Wayan Gede Narayana STMIK STIKOM

Lebih terperinci

V. SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka

V. SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka 92 V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka beberapa kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut : a. Potensi- potensi daya tarik wisata

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diskriptif yaitu suatu metode penelitian yang berusaha mendeskripsikan atau

BAB III METODE PENELITIAN. diskriptif yaitu suatu metode penelitian yang berusaha mendeskripsikan atau BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat diskriptif kualitatif dan kuantitatif. Bersifat diskriptif yaitu suatu metode penelitian yang berusaha mendeskripsikan atau menggambarkan/melukiskan

Lebih terperinci

Prinsip dan Kriteria EKOWISATA BERBASIS MASYARAKAT

Prinsip dan Kriteria EKOWISATA BERBASIS MASYARAKAT Prinsip dan Kriteria EKOWISATA BERBASIS MASYARAKAT Kerjasama Direktorat Produk Pariwisata Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dan WWF-Indonesia Januari

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PADA UD. BONTOT JAYA FURNITURE, KLENDER, JAKARTA TIMUR NPM :

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PADA UD. BONTOT JAYA FURNITURE, KLENDER, JAKARTA TIMUR NPM : ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PADA UD. BONTOT JAYA FURNITURE, KLENDER, JAKARTA TIMUR Nama : Novia Endah Lestari NPM : 15212396 Jurusan : Manajemen Dosen Pembimbing : Ir. Titiek i kirewati, MM ANALISIS STRATEGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah salah satu provinsi yang terletak di Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di provinsi ini adalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam melakukan penelitian terhadap permasalahan di SMK Muhammadiyah 1 Samarinda penulis melakukan Analisa Internal dan Analisa Eksternal sebagai pengumpulan datanya, dan

Lebih terperinci

Analisis Strategi Pemasaran Kota Jakarta Pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta

Analisis Strategi Pemasaran Kota Jakarta Pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta Analisis Strategi Pemasaran Kota Jakarta Pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta Raisa Khoiriani 17213202 Pembimbing : Dr. Dra Peni Sawitri, MM LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia memiliki

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran. Penelitian ini dilakukan Bulan Januari-April 2015.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran. Penelitian ini dilakukan Bulan Januari-April 2015. III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Pulau Pahawang Kecamatan Marga Punduh Kabupaten Pesawaran. Penelitian ini dilakukan Bulan Januari-April 2015.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke-21 perhatian terhadap pariwisata sudah sangat meluas, hal ini terjadi karena pariwisata mendatangkan manfaat dan keuntungan bagi negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta. Desa ini terletak 17 km di sebelah. yang lain yang dapat dikembangkan, yaitu potensi ekowisata.

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta. Desa ini terletak 17 km di sebelah. yang lain yang dapat dikembangkan, yaitu potensi ekowisata. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Desa Wukirsari adalah salah satu desa di Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Desa ini terletak 17 km di sebelah selatan pusat kota Kota Yogyakarta dengan

Lebih terperinci

2015 PENGARUH KOMPONEN PAKET WISATA TERHADAP KEPUASAN BERKUNJUNG WISATAWAN DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU

2015 PENGARUH KOMPONEN PAKET WISATA TERHADAP KEPUASAN BERKUNJUNG WISATAWAN DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Industri Pariwisata di Indonesia merupakan salah satu sarana yang tepat untuk meningkatkan perekonomian masyarakat lokal dan global. Pariwisata mempunyai

Lebih terperinci

STRATEGI PENGELOLAAN WISATAALAM POSONG TEMANGGUNG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SWOT DAN AHP

STRATEGI PENGELOLAAN WISATAALAM POSONG TEMANGGUNG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SWOT DAN AHP STRATEGI PENGELOLAAN WISATAALAM POSONG TEMANGGUNG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SWOT DAN AHP Budi Setiyono (1), Azis Nur Bambang (2), Kismartini (3) 1) Mahasiswa Program Magister IlmuLingkungan, UNDIP,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. wawancara di lokasi penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun

BAB III METODE PENELITIAN. wawancara di lokasi penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian adalah tempat dimana seorang peneliti melakukan penelitiannya dari proses survei, pengambilan atau pencarian data, dan wawancara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini terdapat beberapa istilah yang menjadi fokus

III. METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini terdapat beberapa istilah yang menjadi fokus 39 III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional dan Indikator Pengukuran Pada penelitian ini terdapat beberapa istilah yang menjadi fokus Penelitian, untuk memahami beberapa istilah tersebut, berikut

Lebih terperinci

Lampiran 4 Panduan scoring untuk mengetahui tingkat kepentingan

Lampiran 4 Panduan scoring untuk mengetahui tingkat kepentingan LAMPIRAN 2 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Permasalahan konservasi 1. Permasalahan internal 2. Permasalahan eksternal. Variasi kegiatan di Lampiran 2 Panduan wawancara pengelolaan 1. Apa saja kekuatan, kelemahan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kawasan Kampung Wisata Ekologis (KWE) Puspa Jagad yang berada di Desa Semen, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata kini telah menjadi sebuah industri yang mendunia. di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata kini telah menjadi sebuah industri yang mendunia. di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata kini telah menjadi sebuah industri yang mendunia. di Indonesia pariwsata merupakan salah satu penyumbang devisa terbesar bagi negara selain dari sektor migas,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 21 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Pantai Tanjung Bara Sangatta, Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimanan Timur selama 3 (tiga) bulan, mulai bulan Januari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHLUAN. Pulau Bali merupakan daerah tujuan pariwisata dunia yang memiliki

BAB I PENDAHLUAN. Pulau Bali merupakan daerah tujuan pariwisata dunia yang memiliki BAB I PENDAHLUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Bali merupakan daerah tujuan pariwisata dunia yang memiliki keunikan tersendiri berupa keindahan panorama alam dan budayanya, sehingga menarik perhatian wisatawan.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Provinsi Sulawesi Selatan, meliputi empat kabupaten yaitu : Kabupaten Takalar, Bone, Soppeng, dan Wajo. Penentuan lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian ini dilakukan di kawasan Pasar Induk Gedebage yang letaknya berada di Jalan Soekarno Hatta, Kecamatan Panyileukan, Kelurahan Mekar Mulya. Berikut adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kawasan yang dilindungi (protected area) sebagai tujuan wisata melahirkan

BAB I PENDAHULUAN. kawasan yang dilindungi (protected area) sebagai tujuan wisata melahirkan BAB I PENDAHULUAN Sejarah perkembangan ekowisata yang tidak lepas dari pemanfaatan kawasan yang dilindungi (protected area) sebagai tujuan wisata melahirkan definisi ekowisata sebagai perjalanan ke wilayah-wilayah

Lebih terperinci