BAB I PENDAHULUAN. diseluruh wilayah Indonesia terdapat 50 (lima puluh) Destinasi Pariwisata

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. diseluruh wilayah Indonesia terdapat 50 (lima puluh) Destinasi Pariwisata"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara yang memiliki kebudayaan yang beragam mempunyai banyak potensi pada sektor pariwisatnya. Menurut Toto Riyanto, Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Tengah sebagian besar desa wisata di Jawa Tengah belum inovatif dalam mengemas dan memasarkan potensi pariwisata. Dari sekitar 50 desa wisata, hanya 15 desa yang dikelola dengan baik. 1 Bambang Sunaryo (2013: 107) menyatakan bahwa di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Nasional (RIPPARNAS) disebutkan bahwa Pembangunan Kepariwisataan Nasional di Indonesia telah ditetapkan bahwa diseluruh wilayah Indonesia terdapat 50 (lima puluh) Destinasi Pariwisata Nasional (DPN), 222 (dua ratus dua puluh dua) Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional (KPPN) dan didalamnya memiliki 88 (delapan puluh delapan) Kawasan Strategis Pariwisata Nasional. Kawasan Cetho-Sukuh dan sekitarnya termasuk dalam KPPN dengan DPN Solo-Sangiran dan sekitarnya. Kemudian ditambahkan Pemerintah Kabupaten Karanganyar menyatakan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kawasan Cetho-Sukuh yang masuk dalam wilayah administratif Kabupaten Karanganyar yang memiliki banyak sekali potensi dalam industri pariwisata baik wisata alam, 1 diakses pada Minggu, 14 Juni 2015 pukul WIB. 1

2 2 budaya, maupun buatan yang dikembangkan sebagai objek wisata rekreatif dan menarik. Jenis objek wisata di Kabupaten Karanganyar berupa objek wisata alam sebanyak 18 buah, objek wisata budaya sebanyak 14 buah dan objek wisata buatan 7 buah. Jumlah pengunjung pada Tahun 2005 sebanyak orang. Dusun Cetho merupakan sebuah desa yang masih menjunjung tinggi nilainilai luhur peninggalan dari leluhur yang masih dianut hingga sekarang. Terlebih lagi mayoritas masyarakat di Dusun Cetho menganut agama Hindu hingga sekarang. Dusun Cetho memiliki peninggalan arkeologis yang masih digunakan untuk beribadah, yaitu Candi Cetho dan Candi Kethek. Selain peninggalan arkeologis, ada beberapa tempat yang juga digunakan sebagai tempat peribadatan yaitu Puri Saraswati dan Sendang Pundisari. Tempat-tempat tersebut juga dimanfaatkan sebagai destinasi wisata. Adanya pariwisata di Dusun Cetho tentu membuat perubahan pada sektor ekonomi masyarakat sekitar, namun demikian pariwisata yang ada masih konvensional dan belum memberikan kesejahteraan bagi masyarakat setempat secara adil dan merata. Masyarakat Dusun Cetho yang mayoritas bermata pencaharian pada sektor pertanian seperti tidak mendapatkan manfaat dari keberadaan destinasi wisata tersebut. Sumberdaya pertanian di Dusun Cetho mempunyai potensi besar untuk desa wisata ditambah lagi dengan adanya kebudayaan masyarakat yang mayoritas warganya beragama Hindu namun, saat ini belum dikelola sama sekali. Maka dari itu diperlukan suatu strategi pengembangan untuk Dusun Cetho supaya dapat dikembangkan menjadi sebuah desa wisata yang menonjolkan kebudayaan dan pertaniannya. Pengembangan

3 3 suatu destinasi wisata harus didasarkan pada pembuatan strategi pengembangan atau perencanaan agar pengembangannya sesuai dengan kondisi di Dusun Cetho. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan pada informasi yang telah dijabarkan pada latar belakang di atas, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apa saja potensi pariwisata yang dimiliki oleh Dusun Cetho untuk mengembangkan desa wisata berbasis kebudayaan dan pertanian? 2. Bagaimana strategi pengembangan Dusun Cetho sebagai desa wisata berbasis kebudayaan dan pertanian? 1.3 Ruang Lingkup Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini adalah Dusun Cetho, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah 2. Fokus Penelitian Penelitian ini akan berfokus pada pengidentifikasian potensi dan strategi pengembangan Dusun Cetho sebagai desa wisata. 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk: 1. Meneliti dan menganalisis potensi pariwisata yang dimiliki oleh Dusun

4 4 Cetho untuk mengembangkan desa wisata. 2. Membuat strategi pengembangan Dusun Cetho sebagai desa wisata. 1.5 Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran serta tambahan kajian dalam perkembangan ilmu pariwisata khususnya mengenai desa wisata. b. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan usulan dalam pengambilan keputusan di bidang pengembangan pariwisata kepada pihak-pihak terkait seperti Pemerintah, Pemangku kepentingan dan Masyarakat mengenai Dusun Cetho sebagai desa wisata. 1.6 Tinjauan Pustaka Penelitian yang membahas mengenai pengembangan desa wisata sudah cukup banyak dilakukan. Penelitian pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Dharmawan, Sarjana, dan Yudhahari (2014) mengenai strategi pengembangan desa wisata di Desa Belimbing, Kabupaten Tabanan, Bali. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi Desa Belimbing yang dilihat dari empat aspek yaitu Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dan kualitatif. Data selanjutnya dianalisis secara kuantitatif dan deskriptif

5 5 kualitatif. Pengumpulan data dalam penelitian ini bersumber dari observasi, wawancara, metode kepustakaan, dan studi dokumentasi. Hasil penelitian berdasarkan dari analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats) yang memberikan kesimpulan prioritas yang bisa dilakukan dalam pengembangan pariwisata pedesaan dan mempertahankan daya tariknya adalah dengan menyediakan paket wisata, mempersiapkan rute/peta tracking, dan penataan kawasan. Penelitian mengenai pengembangan pariwisata pedesaan di Desa Wisata Ketingan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, dilakukan oleh Widiyanto, Handoyo, dan Fajarwati (2008). Menurut penelitian ini, pengembangan pariwisata perdesaan dapat dilakukan dengan mengidentifikasi potensi dan masalah yang terdapat di daerah penelitian. Selanjutnya penelitian ini menggunakan data yang dikumpulkan dari lapangan ataupun data pendukung lainnya. Identifikasi potensi dilakukan berdasarkan hasil survei lapangan maupun hasil Focus Group Discussion (FGD). Rekomendasi pengembangan yang diberikan berdasarkan analisis SWOT. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa pengembangan pariwisata pedesaan di Desa Wisata Ketingan masih mengandalkan daya tarik alam, yaitu habitat burung kuntul dan blekok. Strategi yang hendaknya dikembangkan secara umum adalah dengan meningkatkan pemasaran, kualitas SDM (Sumber Daya Masyarakat), kualitas pelayanan, dan memelihara mutu dari apa yang menarik dan ditawarkan oleh objek wisata tersebut. Selain itu dukungan masyarakat sekitar tempat tinggal perlu lebih dioptimalkan, peranan organisasi dan dukungan modal usaha.

6 6 Penelitian lain oleh Ibrahim (2009) membahas mengenai potensi desa wisata Nganggring dalam strategi pengembangan agrowisata terpadu. Penelitian ini mengambil lokasi di Desa Wisata Nganggring yang terletak di Dusun Nganggring, Desa Girikerto, Kecamatan Turi, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah PRA (Participatory Rural Appraisal). Menurut Chambers (1992) PRA adalah suatu pendekatan dan metode untuk mempelajari kondisi dan kehidupan pedesaan dari, dengan, dan oleh masyarakat desa. Dengan metode ini Ibrahim tidak menempatkan masyarakat warga Dusun Nganggring sebagai objek melainkan pihak yang diajak berkonsultasi dan mampu ikut serta merumuskan masalah dan menentukan jalan keluar berdasarkan pada prespektif masyarakat sendiri. Data-datanya diperoleh melalui observasi lapangan, pengisian kuesioner, dan Focus Group Discussionn (FGD). Analisis data secara kualitatif dilakukan berdasarkan hasil observasi partisipatif dan analisis data secara kuantitatif berdasarkan perhitungan persentase dari kuesioner, analisis dilakukan secara komprehensif didukung dengan wawancara mendalam dan diskusi FGD. Hasil dari penelitian ini menunjukan potensi yang paling menonjol adalah kondisi objek diikuti dengan kualitas objek. Potensi tersebut masih memerlukan dukungan fasilitas pelengkap objek, seperti pusat informasi dan cinderamata. Agrowisata terpadu Nganggring telah mendorong warga untuk memanfaatkan limbah peternakan dan melakukan usaha pelestarian lingkungan. Faktor-faktor yang dianggap penting oleh warga Nganggring dalam pengembangan agrowisata terpadu di dusun mereka adalah 1) ekonomi masyarakat, 2) kekeluargaan dan

7 7 sistem organisasi, 3) konservasi, 4) edukasi, 5) partisipasi masyarakat, 6) wisata yang bertanggungjawab. Selain itu hasil lain dari penelitian ini menyimpulkan kajian strategi pengembangan agrowisata terpadu dilakukan dengan 5 tahapan yaitu: (1) penyusunan visi dan misi, (2) analisis situasional agrowisata terpadu Nganggring, (3) analisis dan pilihan strategis, (4) strategi operasi jangka pendek dan pelaksanaan strategi, serta (5) kontrol dan evaluasi. Penelitian yang berkaitan dengan objek wisata di Kawasan Candi Cethopernah dilakukan oleh Wulandari (2014). Penelitian mengenai penilaian daya tarik wisata budaya ini dilakukan di Kabupaten Karanganyar yang merupakan salah satu daerah tujuan wisata di Jawa Tengah dengan berbagai potensi wisata mulai dari alam, budaya serta buatan. Pariwisata budaya merupakan aset penting Kabupaten Karanganyar, terutama di Kawasan Candi Cetho dan Candi Sukuh yang merupakan kawasan strategis provinsi. Penelitian tersebut melakukan penilaian terhadap komponen pariwisata baik faktor internal (atraksi, amenitas, pasar wisata, kelembagaan) maupun faktor eksternal (aksesibilitas). Metode penelitian ini merupakan penelitian survei dengan analisis kuantitatif kualitatif. Data-datanya diperoleh dari data sekunder, observasi dan wawancara. Teknik pengambilan sampel menggunakan Accidental Sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa objek dan daya tarik wisata budaya yang memiliki skor rendah yaitu Candi Sukuh, sehingga Candi Sukuh lebih diprioritaskan untuk dikembangkan. Strategi yang dapat dilakukan untuk mengembangkan Candi Sukuh yaitu dengan peningkatan penambahan atraksi wisata, perbaikan fasilitas umum, pengadaan cinderamata serta peningkatan

8 8 promosi wisata. Penelitian lain mengenai Kawasan Candi Cetho dilakukan oleh Prasetyo (2015) yang membahas mengenai model pengelolaan Kawasan Candi Cetho sebagai wisata budaya di Kabupaten Karanganyar. Penelitian ini membahas tentang bagaimana mengelola kawasan wisata yang di dalamnya terdapat benda cagar budaya agar sejalan dengan prinsip perlindungan benda cagar budaya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Data primer diperoleh dari analisa langsung di lapangan dan hasil wawancara dengan berbagai narasumber yang terkait. Data sekunder diperoleh dari hasil studi pustaka, internet, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan deskriptif kualitatif. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa di Kawasan Candi Cetho terdapat sembilan potensi wisata yakni Candi Cetho, Puri Saraswati, Candi Kethek, Kebun Teh Kemuning, Kehidupan Masyarakat setempat, Napak Tilas Brawijaya V, Kesenian Masyarakat setempat, Upacara Adat, dan Upacara Keagamaan. Namun, pengelolaan yang saat ini dilakukan oleh pihak-pihak terkait tak luput dari permasalahan, diantaranya manajemen pengelolaan Kawasan Candi Cetho yang masih tumpang tindih karena melibatkan berbagai lembaga tanpa ada penyatuan visi dan misi, kondisi fisik Candi Cetho yang rentan terhadap kerusakan akibat perubahan struktur tanah, dan keterlibatan masyarakat setempat yang masih terbatas sebagai pedagang, tukang parkir, dan penyedia tempat penginapan. Penelitian lain yang berkaitan dengan Kawasan Candi Cetho pernah dilakukan oleh Wuryani, Purwiyasatuti, Marsono dan Prihantoro (2012). Penelitian ini membahas mengenai pengelolaan Kawasan Candi Cetho berbasis

9 9 kearifan lokal. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif ekspolratif dengan pendekatan institusional. Metode pengumpulan data yang digunakan berupa data primer yang diperoleh dari survey opini, wawancara personal, FGD, observasi dan data sekunder dilakukan dengan metode dokumentasi. Hasil penelitian yang didapat menjelaskan: 1) Pengelola kawasan wisata Candi Cetho secara umum belum bersinergi antara intitusi publik, 2) Masyarakat dan dinas purbakala memiliki kearifan lokal mengenai kawasan candi sebagai area yang sakral, 3) kearifan lokal merupakan embrio untuk mengembangkan kawasan Cetho supaya tetap terjaga kelestariannya. 4) Kelompok sadar wisata baik di tingkat desa maupun dusun tidak aktif. Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu terletak pada fokus pembahasan dan lokasi penelitian. Pada penelitian ini pembahasan terfokus pada strategi pengembangan Dusun Cetho sebagai desa wisata atau belum menjadi desa wisata sedangkan peneliti terdahulu berfokus pada strategi pengembangan desa yang sudah menjadi desa wisata namun masih membutuhkan pengembangan. Lokasi penelitian terletak di Dusun Cetho, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Pada penelitian terdahulu penelitiannya terfokus pada Kawasan Cetho-Sukuh dan lebih fokus pada objek wisata candinya. Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini menggunakan analisis SWOT dan didukung dengan FGD. 1.7 Landasan Teori Penelitian ini membahas mengenai strategi pengembangan Dusun Cetho

10 10 sebagai desa wisata. Untuk menjawab rumusan masalah yang pertama yaitu mengetahui potensi pariwisata di Dusun Cetho, landasan teori yang dipakai akan berfokus pada analisis potensi komponen utama dalam sebuah destinasi dan komponen pembentuk desa wisata. Menurut Buku Panduan Kriteria Pengembangan Desa Wisata (2013: 8) desa wisata adalah suatu wilayah dengan batasan tertentu dan memiliki potensi keunikan daya tarik wisata yang khas dengan komunitas masyarakatnya yang mampu menciptakan perpaduan berbagai daya tarik wisata dan fasilitas pendukungnya untuk menarik kunjungan wisatawan. Menurut definisi lainnya desa wisata adalah sebuah sarana akomodasi yang tidak sekedar tempat pertemuan antara tamu dan tuan rumah melainkan sarana pertukaran dan berbagi nilai kebudayaan masyarakat Nuryanti (1992: 5). Sedangkan Inskeep (1991: 166) mendefinisikan desa wisata sebagai wisata pedesaan dimana sekelompok kecil wisatawan tinggal dalam atau dekat dengan suasana tradisional, sering di desa-desa yang terpencil dan belajar tentang kehidupan pedesaan dan lingkungan setempat. Dari semua definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa desa wisata merupakan sebuah batasan wilayah yang mencakup sebuah dusun atau desa yang di dalamnya memiliki daya tarik khas, akomodasi, dan fasilitas pendukung untuk menarik wisatawan untuk berkunjung. Menurut Cooper, Flwtcher, Gilbert, dkk dalam buku Tourism Principles and Practice (1998: ) menjelaskan bahwa destinasi terdiri dari empat komponen-komponen berikut: a) Attractions/Atraksi b) Amenities/fasilitas yang

11 11 didalamnya meliputi akomodasi, gerai makanan dan minuman, hiburan, dan servis lainnya c) Access/aksesibilitas yang meliputi akses jalan dan transportasi lokal d) Ancillary service/komponen penunjang dalam bentuk kelembagaan organisasi lokal. Komponen empat A tersebut merupakan komponen pengembangan destinasi wisata, namun demikian komponen tersebut juga masuk pada 7 komponen pembentuk desa wisata pada nomor (2) mengenai potensi daya tarik, (4) fasilitas pariwisata, (5) sarana dan prasarana, dan (6) mengenai organisasi pengelola. Penelitian ini lebih terfokus pada pengembangan desa wisata. Maka dari itu analisis dalam penelitian ini akan menggunakan komponen pembentuk desa wisata karena komponen tersebut lebih lengkap. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam Buku Panduan Kriteria Pengembangan Desa Wisata (2013: 8) menuliskan adanya konsep utama dalam komponen pembentuk desa wisata yang memiliki beberapa aspek yang harus dipenuhi diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Batasan geografis ataupun administratif yang jelas 2. Potensi daya tarik wisata baik alam, budaya maupun karya kreatif sebagai unsur penarik wisatawan 3. Masyarakat yang antusias dan mendukung pengembangan desa wisata 4. Fasilitas pariwisata sebagai unsur pendukung wisatawan dalam melakukan aktifitas wisata di desa tersebut (akomodasi/homestay, warung makan yang dikelola oleh masyarakat, pusat informasi wisata dan lainya).

12 12 5. Sarana prasarana berupa jaringan jalan, moda angkutan wisata yang mendukung kemudahan wisatawan dalam mencapai desa tersebut. 6. Organisasi pengelolaan desa yang berfungsi sebagai unit pengelolaan kegiatan wisata di desa tersebut (merencanakan, melaksanakan, mengelola, mengevaluasi/monitoring kegiatan kegiatan pengembangan). 7. Sumber daya manusia yang menjadi motor penggerak pengelolaan kegiatan wisata di desa tersebut. Komponen diatas tersebut merupakan kriteria dan konsep dasar untuk pembangunan desa wisata. Komponen-komponen tersebut harus seluruhnya terpenuhi agar sebuah desa dapat dikembangan menjadi desa wisata. Untuk menguatkan karakteristik dari sebuah desa wisata maka diperlukan tema dan ciri khas dari sebuah desa tersebut yang membuat desa wisata tersebut unik dan menarik untuk dikunjungi. Komponen pembentuk ini akan digunakan untuk melihat potensi dalam pembentukan desa wisata di Dusun Cetho selain itu juga digunakan sebagai dasar pembuatan strategi pengembangan agar lebih terarah. 1.8 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif deskriptif. Metode penelitian kualitatif deskriptif berusaha mendeskripsikan seluruh gejala atau keadaan yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya saat penelitian dilakukan (Mukhtar, 2013: 11)

13 Metode Pengumpulan Data Data data dalam penelitian ini menggunakan sumber data primer dan sekunder. Data tersebut diperoleh dengan cara wawancara, observasi langsung di lokasi penelitian, studi pustaka, dan Focus Group Discussion (FGD). 1. Wawancara Wawancara adalah kegiatan mencari data dengan cara menggali informasi dari narasumber secara lisan. Pada penelitian ini peneliti melakukan wawancara mendalam kepada wisatawan yang mengunjungi objek wisata Candi Cetho untuk mengetahui pendapat wisatawan tentang Dusun Cetho, selain itu wawancara juga dilakukan kepada pengelola Candi Cetho dan Puri Saraswati, masyarakat Dusun Cetho yang meliputi petani, pemuda karang taruna, pedagang warung di Candi Cetho, pemilik penginapan di Dusun Cetho dan Kepala Dusun Cetho guna mendapatkan informasi mengenai profil Dusun Cetho, potensi pariwisata yang dimiliki serta pendapat masyarakat mengenai dibentuknya desa wisata di Dusun Cetho. Wawancara ini dilaksanakan pada bulan Juli 2015 sampai November Observasi Observasi dilakukan untuk mencari data secara langsung di lapangan. Tujuannya untuk mengetahui kondisi dan keadaan sebenarnya yang berkaitan dengan kondisi pariwisata di Dusun Cetho. Observasi ini dilakukan di Kawasan Candi Cetho khususnya Dusun Cetho dan

14 14 sekitarnya pada bulan Juli 2015 sampai November Observasi ini dilakukan secara langsung dengan mengamati aktifitas pariwisata yang ada berdasarkan komponen pengembangan desa wisata seperti kondisi dan kebudayaan masyarakat Dusun Cetho, potensi wisata (atraksi apa saja yang dilihat dan apa saja yang bisa dilakukan), aksesibilitas (kondisi jalan, sarana transportasi umum, papan penunjuk jalan), fasilitas (toilet umum, tempat sampah, lahan parkir, tempat ibadah). 3. Studi Pustaka Data pendukung dalam penelitian ini didapatkan dari artikel, buku, laporan ilmiah, peta, grafik website/internet yang sesuai dengan penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan memasukan hasil penelitian yang sudah dipublikasikan seperti jurnal, skripsi, tesis, makalah mengenai strategi pengembangandesa wisata khusunya mengenai DusunCetho atau Kawasan Candi Cetho sebagai pedoman dan acuan dalam penulisan. Untuk mendukung penelitian ini dilakukan juga studi pustaka mengenai landasan teori tentang desa wisata, aspek pengembangan destinasi dan pengembangan desa wisata untuk mendukung penelitian yang dilakukan. Data studi pustaka ini berupa buku dari perpustakaan, jurnal ilmiah, jurnal online maupun laman web. 4. Focus Group Discussion (FGD) Focus Group Discussion (FGD) atau diskusi kelompok terfokus dengan melibatkan beberapa kelompok kepentingan yang terlibat di Dusun

15 15 Cetho terkatit dengan pengembangan Desa Wisata. Peserta FGD berjumlah 10 orang yang terdiri dari pengelola dusun, masyarakat yang terlibat dalam pariwisata Candi Cetho, pihak dari dinas dan swasta dipandu oleh peneliti sendiri. FGD ini diadakan di kediaman Kepala Dusun bapak Warto pada tanggal 25 Agustus 2014 dan 15 Agustus FGD diterapkan untuk mengevaluasi kriteria objek dan daya tarik wisata yang ada di Dusun Cetho dan menganalisis faktor internal dan eksternal yang berpengaruh dalam pengembangan Dusun Cetho sebagai desa wisata. Teknik ini dilakukan untuk menampung pendapat dari peserta FGD agar penelitian ini tidak bersifat subjektif hanya dari sudut pandang penulis Metode Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis SWOT (Strength, Weaknesses, Opportunities, Threats). Data-data yang didapat di Dusun Cetho kemudian dikaji dan dianalisis dengan berbagai faktor, faktor lingkungan internal yang berupa analisis kekuatan dan kelemahan, dan faktor lingkungan eksternal yang berupa analisis adanya peluang dan ancaman. Selain itu analisis SWOT juga dapat digunakan untuk menyusun strategi pengembangan di Dusun Cetho sebagai desa wisata dengan analisis berdasarkan logika dengan memaksimalkan kekuatan (strengths), dan adanya peluang dari luar (opportunities), tetapi juga secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan adanya ancaman dari luar (threats) (Rangkuti, 2014 : 19-20). Berikut ini adalah tabel matrik alternatif mengenai strategi yang

16 16 berdasarkan pada analisis SWOT: Tabel 1.Matriks SWOT Internal Eksternal Opportunities (O) Tentukan 5-10 faktor peluang eksternal Threats (T) Tentukan 5-10 faktor ancaman eksternal Strengths (S) Tentukan 5-10 faktorfaktor kekuatan internal Strategi SO Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang Strategi ST Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman (Rangkuti, 2014: 83) Weaknesss (W) Tentukan 5-10 kelemahan internal Strategi WO Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang. Strategi WT Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman. Analisis SWOT yang dilakukan dapat menghasilkan 4 (empat) kemungkinan strategi alternatif yang dapat dilakukan (Rangkuti 2014: 84), yaitu: 1. Strategi Strength-Opportunities (SO) Strategi ini direncanakan berdasarkan jalan pikiran peneliti dan pihak yang terlibat, yaitu dengan memaksimalkan seluruh kekuatan dan memanfaatkan peluang yang ada dengan sebesar-besarnya. 2. Strategi Weaknesses-Opportunities (WO). Strategi ini dibuat untuk memanfaatkan peluang yang ada dengan sebesar-besarnya dengan meminimalkan kelemahan pada objek penelitian. 3. Strategi Strength-Threats (ST). Strategi ini diterapkan dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman yang ada dari luar.

17 17 4. Strategi Weaknesses-Threats (WT). Strategi ini dibuat berdasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha untuk meminimalkan kelemahan serat menghindari ancaman yang ada dari luar. 1.9 Sistematika Penulisan Penelitian ini terbagi menjadi empat bab dengan pembahasan yang berbeda. Secara garis besar tiap-tiap bab menguraikan hal-hal sebagai berikut: BAB I: Bab I akan menjabarkan mengenai latar belakang pengambilan tema, merumuskan masalah, menentukan tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian yang digunakan yang akan digunakan dalam penelitian ini, serta sistematika penelitian. BAB II : Bab II merupakan gambaran umum mengenai Profil Dusun Cetho mulai dari objek, sejarah, kepengurusan, letak dan lokasi, serta kondisi lainnya. BAB III: Di dalam merupakan analisis mengenai potensi dan daya tarik wisata, analisis strategi pengembangan pariwisata di Dusun Cetho. BAB IV: Di dalam Bab IV akan dijabarkan mengenai simpulan hasil penelitian berdasarkan data-data terkait serta memberi saran sebagai bahan pertimbangan untuk pengembangan Dusun Cetho kedepan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN... INTISARI... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 6.1 Kesimpulan. sebagai berikut: Pertama, di Kawasan Candi Cetho masih terdapat berbagai

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 6.1 Kesimpulan. sebagai berikut: Pertama, di Kawasan Candi Cetho masih terdapat berbagai 98 BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Dari hasil analisis yang dijabarkan sebelumnya, dapat ditarik simpulan sebagai berikut: Pertama, di Kawasan Candi Cetho masih terdapat berbagai potensi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Racangan penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dengan melakukan pengamatan langsung atau observasi, wawancara dan dokumentasi. Metode deskriptif

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Strategi Pengembangan Pariwisata Sekitar Pantai Siung Berdasarkan Analisis SWOT Strategi pengembangan pariwisata sekitar Pantai Siung diarahkan pada analisis SWOT.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. survei. Menurut Masri Singarimbun (1989:4), penelitian survei dapat digunakan

III. METODE PENELITIAN. survei. Menurut Masri Singarimbun (1989:4), penelitian survei dapat digunakan 25 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei. Menurut Masri Singarimbun (1989:4), penelitian survei dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN PARIWISATA SPIRITUAL

BAB IV METODE PENELITIAN PARIWISATA SPIRITUAL BAB IV METODE PENELITIAN PARIWISATA SPIRITUAL P ada dasarnya setiap penelitian memerlukan metode penelitian. Penelitian pariwisata maupun penelitian-penelitian bidang keilmuan sosial humaniora lainnya

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PARIWISATA PERDESAAN (SUATU USULAN STRATEGI BAGI DESA WISATA KETINGAN)

PENGEMBANGAN PARIWISATA PERDESAAN (SUATU USULAN STRATEGI BAGI DESA WISATA KETINGAN) Jurnal Bumi Lestari, Vol. 8 No., Agustus 008. hal. 05-0 PENGEMBANGAN PARIWISATA PERDESAAN (SUATU USULAN STRATEGI BAGI DESA WISATA KETINGAN) Oleh: Dodi Widiyanto, Joni Purwo Handoyo, Alia Fajarwati Program

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kawasan Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) Kabupaten Paser Provinsi Kalimantan Timur. Penelitian berlangsung selama 3 bulan

Lebih terperinci

BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN

BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN 2014-2029 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan,

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang turut mengembangkan perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki kekayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Bab I, pasal 1, UU No.9 Tahun 1990 menyatakan bahwa usaha

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Bab I, pasal 1, UU No.9 Tahun 1990 menyatakan bahwa usaha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Bab I, pasal 1, UU No.9 Tahun 1990 menyatakan bahwa usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata atau menyediakan dan

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN BAB II METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Data-data yang digunakan untuk melengkapi penelitian yaitu data primer dan data sekuder. Adapun langkah-

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya tarik wisatanya. Hal tersebut menjadi alternatif baru

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya tarik wisatanya. Hal tersebut menjadi alternatif baru BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata pedesaan menjadi dorongan baru agar semua daerah dapat mengembangkan daya tarik wisatanya. Hal tersebut menjadi alternatif baru sekaligus menambah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wisata dan US$ 300 milyar penerimaan ke seluruh dunia (Pusat Perencanaan dan

BAB I PENDAHULUAN. wisata dan US$ 300 milyar penerimaan ke seluruh dunia (Pusat Perencanaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak tahun 1992 pariwisata telah melibatkan lebih dari 500 juta kunjungan wisata dan US$ 300 milyar penerimaan ke seluruh dunia (Pusat Perencanaan dan Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki potensi besar dalam lingkup pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki potensi besar dalam lingkup pariwisata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki potensi besar dalam lingkup pariwisata. Pariwisata merupakan bagian dari sektor industri yang memiliki prospek dan potensi cukup besar untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki beragam kebudayaan. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya peninggalan peninggalan sejarah yang tersebar luas hampir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ribu kunjungan atau naik 11,95% dibandingkan jumlah kunjungan wisman

BAB I PENDAHULUAN. ribu kunjungan atau naik 11,95% dibandingkan jumlah kunjungan wisman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata di Indonesia saat ini mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal ini dapat dilihat dari semakin meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. daya tarik wisata budaya yang lebih baik. Dalam pengembangan ini perlu

BAB III METODE PENELITIAN. daya tarik wisata budaya yang lebih baik. Dalam pengembangan ini perlu BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini dibuat berdasarkan permasalahan penelitian yaitu mengidentifikasi potensi budaya yang ada di Desa Sangsit, Jagaraga dan Sawan,

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN PENGUSAHA JASA WISATA DAN KULINER DI KAWASAN CANDI CETO

PEMBERDAYAAN PENGUSAHA JASA WISATA DAN KULINER DI KAWASAN CANDI CETO PEMBERDAYAAN PENGUSAHA JASA WISATA DAN KULINER DI KAWASAN CANDI CETO Oleh: Wahyu Purwiyastuti, S.S., M.Hum Dra. Emy Wuryani, M.Hum Disampaikan dalam Seminar Hasil Pengabdian Masyarakat (IbM) Bekerjasama

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua desa yaitu di Desa Tangkil dan Hambalang di Kecamatan Citereup, Kabupaten Bogor. Penelitian di kedua desa ini adalah

Lebih terperinci

BAB. III METODE PENELITIAN

BAB. III METODE PENELITIAN BAB. III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Bersifat deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang berusaha mendeskripsikan atau menggambarkan atau melukiskan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Wisata Agro Tambi yang terletak di Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 2. Peta Jakarta Timur Gambar 3. Pata Lokasi Taman Mini Indonesia (Anonim, 2010b) Indah (Anonim, 2011)

BAB III METODOLOGI. Gambar 2. Peta Jakarta Timur Gambar 3. Pata Lokasi Taman Mini Indonesia (Anonim, 2010b) Indah (Anonim, 2011) BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang dilaksanakan di Taman Burung, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) (Gambar 3). Lokasi Taman Burung TMII ini berada di Kompleks TMII, Jalan Pondok

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. (c)foto Satelit Area Wisata Kebun Wisata Pasirmukti

BAB III METODOLOGI. (c)foto Satelit Area Wisata Kebun Wisata Pasirmukti BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang dilaksanakan di Kebun Wisata Pasirmukti yang terletak pada Jalan Raya Tajur Pasirmukti Km. 4, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 115 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KAMPUNG WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian berlokasi di Gili Air, Gili Meno dan Gili Trawangan yang berada di kawasan Taman Wisata Perairan Gili Matra, Desa Gili Indah,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian merupakan segala sesuatu yang mencakup

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian merupakan segala sesuatu yang mencakup BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian merupakan segala sesuatu yang mencakup tentang pendekatan yang digunakan dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1. Kesimpulan Desa Ledok Sambi merupakan salah satu desa wisata di Kabupaten Sleman, atraksi utama yang ada di desa ini adalah kegiatan outbound dengan konsep XP Learning

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 14 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 10 Desember 2015 sampai 03 Maret 2016, bertempat di Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dalam rangka melaksanakan kegiatan penelitian adalah menggunakan penelitian deskriptif. Dalam penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini meliputi pengertian yang digunakan

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini meliputi pengertian yang digunakan III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini meliputi pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdaya saing, berkelanjutan, mampu mendorong pembangunan daerah

BAB I PENDAHULUAN. berdaya saing, berkelanjutan, mampu mendorong pembangunan daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Perda Nomor 1 tahun 2012 tentang Rancangan Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Daerah Istimewa Yogyakarta tertulis bahwa visi pembangunan Kepariwisataan

Lebih terperinci

BAB III 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB III 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Subjek dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Diamond Journey Network, yang merupakan badan usaha yang bergerak di bidang pariwisata. Diamond Journey ini

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2017-2027 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AGROWISATA BELIMBING DAN JAMBU DELIMA KABUPATEN DEMAK

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AGROWISATA BELIMBING DAN JAMBU DELIMA KABUPATEN DEMAK LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AGROWISATA BELIMBING DAN JAMBU DELIMA KABUPATEN DEMAK Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik diajukan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN & REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN & REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN & REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan dan penelitian yang telah dilakukan mengenai pengembangan Kampung Adat Banceuy di Kabupaten, maka dapat di ambil kesimpulan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu langkah strategis dalam menunjang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu langkah strategis dalam menunjang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu langkah strategis dalam menunjang perekonomian negara dan masyarakatnya. Saat ini pariwisata dipercaya sebagai salah satu solusi

Lebih terperinci

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU Berdasarkan analisis serta pembahasan sebelumnya, pada dasarnya kawasan studi ini sangat potensial untuk di kembangkan dan masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. buatan dan peninggalan sejarah. Wilayah Kabupaten Sleman terdapat banyak

BAB I PENDAHULUAN. buatan dan peninggalan sejarah. Wilayah Kabupaten Sleman terdapat banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kabupaten Sleman merupakan salah satu daerah yang kaya akan objek wisata baik wisata alamnya yang sangat menarik, wisata budaya, wisata buatan dan peninggalan sejarah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mempunyai kekayaan alam yang sangat melimpah dan beraneka ragam. Selain itu terdapat juga kekayaan budaya, adat, dan sejarah yang menarik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki ragam budaya yang berbeda satu sama lain. Keragaman budaya ini

BAB I PENDAHULUAN. memiliki ragam budaya yang berbeda satu sama lain. Keragaman budaya ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri dari beragam suku memiliki ragam budaya yang berbeda satu sama lain. Keragaman budaya ini diyakini tidak hanya mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjangkau kalangan bawah. Masyarakat di sekitar obyek-obyek wisata

BAB I PENDAHULUAN. menjangkau kalangan bawah. Masyarakat di sekitar obyek-obyek wisata 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata sebagai penggerak sektor ekonomi dapat menjadi solusi bagi pemerintah dalam meningkatkan pembangunan ekonomi. Sektor pariwisata tidak hanya menyentuh

Lebih terperinci

Sumber: Anonim (2011) Gambar 2. Peta Lokasi Ocean Ecopark Ancol

Sumber: Anonim (2011) Gambar 2. Peta Lokasi Ocean Ecopark Ancol 10 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Magang Kegiatan magang dilaksanakan di Ocean Ecopark Ancol yang terletak di Jalan Lodan Timur No.7, Jakarta Utara (Gambar 2). Ocean Ecopark yang terletak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. padat sehingga orang akan mencari sesuatu yang baru untuk menghibur

BAB I PENDAHULUAN. padat sehingga orang akan mencari sesuatu yang baru untuk menghibur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keinginan manusia untuk berwisata akan terus meningkat sesuai peradabanan era modern. Hal ini disebabkan oleh rutinitas pekerjaan yang padat sehingga orang akan mencari

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN VISI Visi dan Misi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Barat, yang akan dituangkan dalam visi dan misi Rencana Strategis

Lebih terperinci

V. SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka

V. SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka 92 V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka beberapa kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut : a. Potensi- potensi daya tarik wisata

Lebih terperinci

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Koperasi Unit Desa (KUD) Puspa Mekar yang berlokasi di Jl. Kolonel Masturi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengidentifikasi jenis-jenis makanan tradisional, persepsi wisatawan terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. mengidentifikasi jenis-jenis makanan tradisional, persepsi wisatawan terhadap BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini dibuat berdasarkan permasalahan penelitian yaitu mengidentifikasi jenis-jenis makanan tradisional, persepsi wisatawan terhadap

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINTANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN SINTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINTANG,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi wisata alam berupa pantai-pantai. Objek wisata pantai yang ada

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi wisata alam berupa pantai-pantai. Objek wisata pantai yang ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Pacitan merupakan salah satu destinasi wisata di Indonesia yang memiliki potensi wisata alam berupa pantai-pantai. Objek wisata pantai yang ada di Pacitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. dimiliki oleh Kabupaten Karanganyar. Berada di Dusun Cetho, Desa Gumeng,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. dimiliki oleh Kabupaten Karanganyar. Berada di Dusun Cetho, Desa Gumeng, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Candi Cetho merupakan salah satu candi peninggalan jaman Hindu yang dimiliki oleh Kabupaten Karanganyar. Berada di Dusun Cetho, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Taman Wisata Alam Gunung Tampomas Propinsi Jawa Barat, selama kurang lebih tiga (3) bulan, yaitu dari bulan Maret - Juni.

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN VISI Visi dan Misi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Barat, yang akan dituangkan dalam visi dan misi Rencana Strategis Tahun 2013-2018, dibangun berdasarkan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. yang sedang diteliti. Penelitian ini menggunakan analisis SWOT dan Importance

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. yang sedang diteliti. Penelitian ini menggunakan analisis SWOT dan Importance BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini menjelaskan hasil dan pembahasan mengenai objek atau subjek yang sedang diteliti. Penelitian ini menggunakan analisis SWOT dan Importance Performance Analysis (IPA) serta

Lebih terperinci

Gambar 2 Tahapan Studi

Gambar 2 Tahapan Studi 13 III. METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Studi dilakukan di Lembah Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat (Gambar 1). Pelaksanaan studi dimulai dari bulan Maret 2010 sampai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek dan Subjek Penelitian 1. Objek Penelitian Penelitian ini berlokasi pada obyek wisata alam Pantai Siung yang ada di Desa Purwodadi, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini merupakan metode survey. Pabundu (1996, hlm. 9) menjelaskan bahwa metode survey bertujuan untuk mengumpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang terletak di kawasan Ring of Fire, dimana banyak gunung berapi yang tersebar di seluruh Indonesia. Dengan beragamnya keadaan wilayah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 6 BAB III METODE PENELITIAN 3. Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Taman Wisata Alam Punti Kayu, Palembang, Sumatera Selatan. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 (dua) bulan yaitu bulan Juli-Agustus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. mengandalkan sektor pariwisata untuk membantu pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. mengandalkan sektor pariwisata untuk membantu pertumbuhan ekonomi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini merupakan andalan utama dalam menghasilkan devisa di berbagai negara. Indonesia termasuk salah satu negara berkembang yang mengandalkan sektor pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya karena dapat membantu melestarikan warisan budaya sebagai jati diri

BAB I PENDAHULUAN. budaya karena dapat membantu melestarikan warisan budaya sebagai jati diri 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata budaya merupakan salah satu jenis pariwisata yang memanfaatkan perkembangan potensi hasil budaya manusia sebagai objek daya tariknya. Jenis wisata ini

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Metode Penentuan Sampel

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Metode Penentuan Sampel IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kawasan Agroteknobisnis Sumedang (KAS), Kecamatan Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat. Penentuan lokasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Februari 2013 hingga April 2013. Dengan tahapan pengumpulan data awal penelitian dilaksanakan pada Bulan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pariwisata merupakan industri perdagangan jasa yang memiliki mekanisme pengaturan yang kompleks karena mencakup pengaturan pergerakan wisatawan dari negara asalnya, di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat deskriptif karena menggambarkan faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang ada di SMAK St. Petrus Comoro

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dalam bab hasil penelitian dan pembahasan maka penulis dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut: 1. Strategi komunikasi pemasaran terpadu Dinas Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN. Bertolak dari kajian dan hasil analisis pada Bab sebelumnya maka dapat

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN. Bertolak dari kajian dan hasil analisis pada Bab sebelumnya maka dapat 1 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Bertolak dari kajian dan hasil analisis pada Bab sebelumnya maka dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Dilihat dari aspek potensi, pengembangan wilayah Desa Pelaga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (RTRW Kab,Bandung Barat)

BAB 1 PENDAHULUAN. (RTRW Kab,Bandung Barat) BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang latar belakang studi, rumusan persmasalahan, tujuan, sasaran dan manfaat studi, ruang lingkup studi yang mencakup ruang lingkup materi dan ruang lingkup wilayah,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Provinsi Sulawesi Selatan, meliputi empat kabupaten yaitu : Kabupaten Takalar, Bone, Soppeng, dan Wajo. Penentuan lokasi penelitian

Lebih terperinci

PROFIL DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA ACEH

PROFIL DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA ACEH PROFIL DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA ACEH Nama Instansi : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh Alamat : Jalan Tgk. Chik Kuta Karang No.03 Banda Aceh Kode Pos 23121 Telp : (+62 651) 26206, 23692, Fax

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. yang bersifat terpusat (sentralistik) berubah menjadi desentralisasi melalui

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. yang bersifat terpusat (sentralistik) berubah menjadi desentralisasi melalui BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Semenjak Reformasi terdapat beberapa perubahan kebijakan dalam paradigma pembangunan nasional, diantaranya adalah paradigma pembangunan yang bersifat terpusat (sentralistik)

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA KOPENG. Oleh : Galuh Kesumawardhana L2D

STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA KOPENG. Oleh : Galuh Kesumawardhana L2D STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA KOPENG Oleh : Galuh Kesumawardhana L2D 098 432 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2004 ABSTRAK Pariwisata saat ini

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diskriptif yaitu suatu metode penelitian yang berusaha mendeskripsikan atau

BAB III METODE PENELITIAN. diskriptif yaitu suatu metode penelitian yang berusaha mendeskripsikan atau BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat diskriptif kualitatif dan kuantitatif. Bersifat diskriptif yaitu suatu metode penelitian yang berusaha mendeskripsikan atau menggambarkan/melukiskan

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kabupaten Tulungagung, didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut.

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kabupaten Tulungagung, didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut. BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 7.1. Kesimpulan Hasil analisis dari penelitian tentang pengembangan objek wisata pantai di Kabupaten Tulungagung, didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut. 1. Unsur

Lebih terperinci

WALIKOTA SEMARANG - 1 -

WALIKOTA SEMARANG - 1 - WALIKOTA SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KOTA SEMARANG TAHUN 2015-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PARIWISATA KOTA BATU DENGAN

Lebih terperinci

MENYUSUN STRATEGI. "Strategi yang paling sukses berakar pada visi, bukan rencana".

MENYUSUN STRATEGI. Strategi yang paling sukses berakar pada visi, bukan rencana. BAB VII MENYUSUN STRATEGI "Strategi yang paling sukses berakar pada visi, bukan rencana". 7.1. Apa itu Strategi Strategi diturunkan dari visi dan misi organisasi setelah dilakukan analisis lingkungan internal

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 21 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Pantai Tanjung Bara Sangatta, Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimanan Timur selama 3 (tiga) bulan, mulai bulan Januari

Lebih terperinci

Studi Kelayakan Pengembangan Wisata Kolong Eks Tambang Kabupaten Belitung TA LATAR BELAKANG

Studi Kelayakan Pengembangan Wisata Kolong Eks Tambang Kabupaten Belitung TA LATAR BELAKANG 1.1 LATAR BELAKANG Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) merupakan salah satu daerah penghasil sumber daya alam khususnya tambang. Kegiatan penambangan hampir seluruhnya meninggalkan lahan-lahan terbuka

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pariwisata, seperti melaksanakan pembinaan kepariwisataan dalam bentuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. pariwisata, seperti melaksanakan pembinaan kepariwisataan dalam bentuk II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengelolaan Pariwisata Pengelolaan merupakan suatu proses yang membantu merumuskan kebijakankebijakan dan pencapaian tujuan. Peran pemerintah dalam pengelolaan pariwisata, seperti

Lebih terperinci

PT. SANJI WANATIRTA INDONESIA. Jalan Anggrek No. 09, Sambilegi Baru, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta Telp: Fax:

PT. SANJI WANATIRTA INDONESIA. Jalan Anggrek No. 09, Sambilegi Baru, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta Telp: Fax: PT. SANJI WANATIRTA INDONESIA Jalan Anggrek No. 09, Sambilegi Baru, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta 55282 Telp: 0274 4332389 Fax: 0274 488476 PROPOSAL PEMBUATAN MASTER PLAN PENGEMBANGAN DESA WISATA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Objek Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Cihideung, kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat atau 20 km dari Kota Bandung, Jawa Barat. Pencarian data-data dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A. Objek dan Subjek Penelitian 1. Objek Penelitian Dalam penelitian ini, lokasi yang dipilih adalah Objek Wisata Air Terjun Lepo, Desa Dlingo, Kecamatan Dlingo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepariwisataan saat ini mengalami kenaikan yang cukup pesat. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. kepariwisataan saat ini mengalami kenaikan yang cukup pesat. Banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri jasa yang bergerak di bidang kepariwisataan saat ini mengalami kenaikan yang cukup pesat. Banyak perusahaan baru hadir dan berkompetisi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan kekayaan pariwisata dan budayanya. Kepariwisataan di Indonesia tumbuh dan berkembang menjadi salah satu industri besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atraksi-atraksi yang memikat sebagai tujuan kunjungan wisata. Terdapat

BAB I PENDAHULUAN. atraksi-atraksi yang memikat sebagai tujuan kunjungan wisata. Terdapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu daerah wisata, di samping akomodasi (hotel atau tempat menginap sementara lainnya) akan disebut daerah tujuan wisata apabila ia memiliki atraksi-atraksi yang

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN. Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan

BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN. Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN A. Deskripsi Objek Wisata Candi Muaro Jambi Candi Muaro Jambi terletak di Kabupaten Muaro Jambi, tepatnya di Kecamatan Muaro Sebo, Provinsi Jambi. Lokasi candi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan pengenalan dan pemasaran produk

BAB I PENDAHULUAN. dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan pengenalan dan pemasaran produk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kepariwisataan pada umumnya diarahkan sebagai sektor potensial untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan daerah, memberdayakan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Cirebon adalah salah satu kota yang terletak di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota ini berada di pesisir utara Jawa Barat dan termasuk ke dalam wilayah III (Cirebon,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada metodologi akan dijelaskan mengenai metode pendekatan studi, metode analisa dan metode pengumpulan data yang akan digunakan pada saat menyusun laporan Strategi Pengembangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang terletak di Kecamatan Samarang Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat.

BAB III METODE PENELITIAN. yang terletak di Kecamatan Samarang Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Ruang lingkup wilayah atau lokasi penelitian ini adalah Desa Cintaasih yang terletak di Kecamatan Samarang Kabupaten Garut Provinsi Jawa

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Penelitian Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Nawawi

Lebih terperinci

17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN

17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN 17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN A. KEBIJAKAN PROGRAM Kebijakan Program Urusan Wajib Kebudayaan dititikberatkan pada pengembangan seni dan budaya sebagai daya tarik wisata. Hal tersebut didasarkan dengan pertimbangan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

Seminar Nasional & Call For Paper, FEB Unikama Peningkatan Ketahanan Ekonomi Nasional Dalam Rangka Menghadapi Persaingan Global Malang, 17 Mei

Seminar Nasional & Call For Paper, FEB Unikama Peningkatan Ketahanan Ekonomi Nasional Dalam Rangka Menghadapi Persaingan Global Malang, 17 Mei MODEL PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS KEMANDIRIAN UNTUK MEWUJUDKAN KETAHANAN EKONOMI (Strategi Pemberdayaan Ekonomi Pada Masyarakat Ranupani Kabupaten Lumajang) Candra Wahyu Hidayat Universitas

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: masyarakat, keamanan yang baik, pertumbuhan ekonomi yang stabil,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: masyarakat, keamanan yang baik, pertumbuhan ekonomi yang stabil, BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Faktor ekternal yang berupa peluang dan ancaman yang dapat digunakan berdasarkan penelitian ini yaitu:

Lebih terperinci

METODE Lokasi dan Waktu Teknik Sampling

METODE Lokasi dan Waktu Teknik Sampling METODE Metode yang digunakan dalam memperoleh dan menganalisis data adalah kombinasi antara pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan metode survei kepada

Lebih terperinci

DEFINISI- DEFINISI A-1

DEFINISI- DEFINISI A-1 DEFINISI- DEFINISI Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari

Lebih terperinci