LIMBAH PENYULINGAN SEREH WANGI DAN NILAM SEBAGAI INSEKTISIDA PENGUSIR LALAT RUMAH (Musca domestica) ABSTRACT
|
|
- Djaja Lesmono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 LIMBAH PENYULINGAN SEREH WANGI DAN NILAM SEBAGAI INSEKTISIDA PENGUSIR LALAT RUMAH (Musca domestica) Sri Usmiati, Nanan Nurdjannah, dan Sri Yuliani Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Bogor ABSTRACT The solid waste of citronella and patchouly oil distillation still contain small amount of essential oil especially volatile compound. Both contain volatile and non-volatile components that could be used as active compounds of incense, candle and mosquito repellent. The aim of this study is to find out incense formula of solid waste of citronella and patchouly oil as the insect repellent for Musca domestica. The study was done at Indonesian Center for Agricultural Postharvest Research and Development, Bogor. The experiments were designed as Completely Randomized Design with 4 combination treatments and 3 replications. The results showed that the solid waste of citronella and patchouly oil distillation can be used as the active compounds of incense insect repellent. The best formulas are F3 and F4 that consist of 4:4 and 5:3 of the solid waste from citronella and patchouly respectively. Those formulas have 100% repellent activity in 2 and 3 hours burning period respectively. Key words: citronella, patchouly, insectisidal, effetivity PENDAHULUAN Minyak atsiri atau minyak terbang (essential oil) adalah minyak yang dihasilkan dari tanaman yang mempunyai sifat mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi. Tanaman yang menghasilkan minyak atsiri di Indonesia diperkirakan terdapat 40 jenis dan yang telah memasuki pasar internasional diantaranya adalah minyak nilam, sereh wangi, akar wangi, cengkeh, kayu putih, kenanga, jahe dan kemukus (Narpati, 1989 dalam Rusli dan Nurjanah, 1990). Minyak atsiri dapat bersumber dari setiap bagian tanaman seperti daun, bunga, buah, biji, batang, kulit dan akar yang diisolasi melalui cara penyulingan. Proses penyulingan yang lazim digunakan yaitu direbus, dikukus atau menggunakan uap langsung bertekanan. Selain itu dapat pula dengan cara enfleurasi dan ekstraksi, namun hasilnya masih tercampur komponen lain seperti lemak, resin dan lain-lain (Guenther, 1987). Ditinjau dari segi bahan baku dan penggunaannya, sereh wangi (Cymbopogon nardus Linn. var genuinus Hack.), nilam (Pogostemon cablin Benth.), dan akar wangi (Vetiveria zizanioides Stapt.) merupakan tanaman yang hasil utamanya adalah minyak atsiri. Kandungan minyak atsiri sereh wangi 0,5-1,5%, nilam 3%, dan akar wangi 1,5-3%, sisanya merupakan limbah padat (ampas bahan baku) maupun air bekas penyulingan. Limbah penyulingan tersebut sedikit banyak masih mengandung minyak atsiri terutama dari golongan fraksi berat (titik didih tinggi). Dalam limbah tersebut diperkirakan masih mengandung senyawa volatil dan non-volatil seperti terpen-terpen yang dapat digunakan sebagai insektisida, pewangi ruangan dan lain-lain. Selama ini limbah padat penyulingan baru dimanfaatkan sebagai bahan bakar penyulingan atau sebagai pupuk organik. Minyak atsiri dipergunakan dalam berbagai industri parfum, kosmetik, farmasi, esens, dan lainlain. Menurut Oyen dan Dung (1999), minyak nilam, akar wangi dan serai wangi memiliki kemampuan dan fungsi sebagai pestisida (daya pestisida) sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pengusir serangga. Daya pestisida yang dimiliki oleh jenis-jenis tanaman tersebut dikenal dengan nama pestisida nabati. Berdasarkan asalnya, pestisida dapat digolongkan kedalam 2 jenis yaitu sintetik (buatan) dan nabati (alamiah) (Tarumingkeng, 1992). Salah satu jenis pestisida yang mempunyai sasaran biologis serangga disebut sebagai insektisida. Penggunaan insektisida yang tidak bijaksana dapat menimbulkan daya tahan serangga terhadap insektisida tertentu. Insektisida sintetik (kimia) yang digunakan untuk mengendalikan hama dapat mencemari lingkungan, membunuh mikroorganisme yang bukan sasaran, keracunan terhadap pemakai dan hewan ternak, serta memunculkan hama sekunder atau resurgensi hama (Untung, 1993). Dewasa ini kegiatan eksplorasi jenis pestisida baru yang ramah terhadap lingkungan antara lain dilakukan dengan mencari tanaman yang mengandung bahan-bahan pestisida karena diketahui bahan pestisida asal tanaman mudah terurai menjadi bahan yang tidak berbahaya. Grainge dan Ahmed (1987) menyatakan bahwa senyawa pada tanaman yang bertanggung jawab terhadap efek pestisida adalah saponin, tanin, flavonoid, triterpenoid, sulfur, kumarin dan steroid. 10 J. Tek. Ind. Pert. Vol. 15(1), 10-16
2 Sri Usmiati, Nanan Nurdjannah, dan Sri Yuliani Menurut Ketaren (1985), minyak sereh wangi diketahui mengandung citronelal, geraniol dan citronelol, sedangkan minyak nilam tersusun atas komponen sesquiterpen dan patchouly alcohol. Senyawa citronelal berperan sebagai bahan insektisida yang bekerja sebagai antifeedant dan repellent (pengusir dan penghambat serangga), demikian halnya dengan sesquiterpen yang diduga dapat mempengaruhi perkembangbiakan serangga. Pemanfaatan limbah sereh wangi, nilam dan akar wangi yang digunakan sebagai mulsa pada tanaman lada dapat menolak serangga Lophobaris piperis yang merupakan salah satu hama tanaman lada karena kandungan bahan aktif di dalam limbah tersebut (Wiratno dkk., 1991). Efektivitas limbah padat penyulingan nilam telah diuji pada tahun 2002 terhadap serangga pertanian, sebesar 20% ekstrak limbah penyulingan nilam memberikan mortalitas Heliopeltis dan Ostremia masing-masing 40% dan 30%. Tergantung dari sifat minyaknya, limbah penyulingan minyak atsiri kemungkinan dapat dimanfaatkan sebagai campuran obat nyamuk, lilin, dupa atau pewangi ruangan. Pemanfaatan limbah penyulingan minyak atsiri belum banyak diketahui karena penelitian ke arah ini belum banyak dilakukan. Pada tahun 1999 Nurzaman telah melakukan penelitian pemanfaatan limbah padat penyulingan minyak akar wangi untuk mensubstitusi tepung kayu dalam pembuatan produk obat nyamuk sebesar 22,26%. Berkaitan dengan sifat khas minyak atsiri dan kemungkinan limbah padat penyulingan minyak atsiri masih mengandung bahan aktif lainnya, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh teknologi pembuatan dupa dari limbah padat penyulingan serai wangi dan nilam sebagai bahan aktif dupa penolak serangga, serta untuk mengetahui efektivitas produk sebagai penolak serangga rumah tangga (M. domestica). BAHAN DAN METODA Penelitian dilakukan di Laboratorium Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Bogor, pada bulan September 2003-Juni Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tepung limbah padat penyulingan minyak sereh wangi dan nilam sebagai bahan aktif dupa, tepung limbah penyulingan minyak akar wangi dan tepung tempurung kelapa sebagai bahan pengisi (filler organic), gom (sebagai pensuspensi alami dan sebagai perekat) dan tepung onggok sebagai perekat dan juga filler, serta benzoat sebagai pengawet untuk menghindari produk terkena jamur atau kapang. Uji efektivitas dupa dilakukan terhadap rumah M. domestica berumur 2-5 hari menggunakan umpan udang segar dan air gula. Alat-alat yang digunakan adalah penggiling/ penepung, ayakan, alat cetak manual berbentuk pipa/ tabung sepanjang 14 cm dengan diameter 8 mm, pisau, alat-alat gelas untuk analisis kimia, dan glass chamber yang dimodifikasi untuk uji efektivitas. Metode Penelitian Penelitian didesain menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 (empat) perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan merupakan kombinasi penggunaan bahan aktif tepung limbah penyulingan dari minyak sereh wangi dan nilam, dengan perbandingan ditentukan berdasarkan hasil penelitian pendahuluan, sedangkan metode pembuatan dupa disajikan dalam diagram alir (Gambar 1). Limbah padat penyulingan minyak atsiri Penjemuran dan Pemisahan dari kerikil/bahan kontaminan Penggilingan dan Penyaringan 80 mesh Penimbangan Bahan-bahan Gom + onggok + benzoat + air panas (A) A+tep. Limbah penyulingan minyak AW, SW dan atau NL+tep. TK Pencetakan dan Pengeringan (oven 65 C) AW = akar wangi; SW= sereh wangi; NL = nilam; dan TK = tempurung kelapa Gambar 1. Diagram alir pembuatan dupa J. Tek. Ind. Pert. Vol. 15(1),
3 Tahap penelitian terdiri atas : Penelitian Pendahuluan Bahan-bahan yang akan digunakan dalam penelitian utama yaitu tepung limbah penyulingan minyak sereh wangi dan nilam (bahan aktif), serta tepung tempurung kelapa dan tepung limbah penyulingan minyak akar wangi (bahan pengisi) terlebih dahulu dilakukan pengujian kemampuan bakar, yaitu masing-masing dibuat dupa secara tunggal kemudian dibakar. Dalam penelitian pendahuluan juga dilakukan uji coba banyaknya penambahan tiap bahan (air, bahan pengisi, bahan perekat, bahan aktif) yang dikombinasikan untuk membuat adonan dupa yang baik. Besarnya komposisi bahan-bahan tersebut ditentukan untuk mendapatkan adonan yang dapat dicetak, relatif tidak mudah patah, cepat kering, dan dapat terbakar. Dalam uji coba, jumlah bahan aktif yang ditambahkan adalah 0,21; 3,6; 4,0; 6,0; 8,0; 10,0 dan 12,0 gram dalam setiap adonan dupa. Besarnya komposisi bahan aktif yang ditambahkan dalam adonan dupa juga dimaksudkan agar asap hasil pembakaran dupa tidak mengganggu pernafasan. Jumlah penambahan gom ditentukan berdasarkan keseimbangan antara daya rekat gom terhadap komponen adonan dupa lainnya dengan daya bakar dupa. Uji coba penggunaan gom tiap adonan dupa sebesar 13,0, 19,5, 22,75 dan 26 gram. Jumlah penambahan tepung tempurung kelapa dan tepung limbah penyulingan minyak akar wangi dalam formula dupa masing-masing adalah 30 gram dan 17 gram dalam setiap adonan dupa berdasarkan hasil penelitian Nurzaman (1999), seperti halnya jumlah penambahan bahan perekat tepung onggok yaitu 10,5 gram. Sedangkan penambahan air panas diuji coba pada tingkat penambahan air sebesar 50, 60, 70, 90, 100 dan 120 ml untuk setiap adonan dupa. Penelitian Utama Setelah masing-masing bahan dicampurkan dan menghasilkan adonan yang baik, maka dupa yang dihasilkan dari setiap perlakuan diukur parameter pengamatannya yaitu lama bakar (menit), bobot (gram), kadar air (%), dan kekerasan (gram), serta uji efektivitas penolakan serangga terhadap rumah menggunakan prosedur pengujian dari Laboratorium Entomologi Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor yang dimodifikasi. Uji Efektivitas Pengujian efektivitas adalah uji daya tolak (repellent) terhadap udang segar. Sebelumnya ruangan diuji dengan memasukkan ke dalam glass chamber 5 menit. Jika tidak ada yang mati, pengujian dilanjutkan. Udang segar dalam piring kertas dan air gula dimasukkan ke dalam glass chamber. Setelah 1 menit, dupa dinyalakan dan dimasukkan ke dalam glass chamber dekat dengan udang segar dan air gula. Pengamatan dilakukan setiap menit dari menit pertama sampai 3 jam dengan menghitung jumlah hinggapan terhadap udang segar dan air gula. Perhitungan persentase daya tolak dupa terhadap rumah yaitu : awal yang hinggap pada umpan Daya tolak (%)= x 100% awal HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Pendahuluan Hasil pengujian terhadap daya bakar menunjukkan bahwa tepung limbah padat penyulingan minyak sereh wangi dan nilam, serta bahan pengisi tepung tempurung kelapa dan tepung limbah penyulingan minyak akar wangi dapat terbakar dengan penjalaran api baik. Selain uji daya bakar, pada bahan-bahan tersebut dilakukan analisis proksimat yang disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1. Hasil analisis proksimat bahan-bahan dasar pembuatan dupa Bahan Analisis Bahan aktif Bahan pengisi Tlpm SW Tlpm NL T. kelapa Tlpm AW Air (%) 9,02 9,45 8,05 7,64 Abu (%) 13,38 13,60 2,34 13,95 Protein (%) 2,49 2,04 0,38 0,88 Lemak (%) 15,70 7,14 0,48 12,47 Karbohidrat (%) 0,50 0,39 0,40 1,20 Serat kasar (%) 45,86 36,64 60,49 40,52 Tlpm = Tepung limbah penyulingan minyak; SW = sereh wangi; NL = nilam; AW = akar wangi Berdasarkan hasil analisis proksimat tersebut tampak bahwa bahan-bahan tersebut mengandung kadar air yang rendah (Tabel 1). Kadar air dalam bahan-bahan tersebut dianggap memenuhi syarat sebagai bahan penghantar penjalaran api yang baik mengingat standar mutu tepung kayu (sebagai filler dalam pembuatan obat nyamuk komersial) dengan daya hantar penjalaran api yang sangat baik mengandung kadar air maksimal 13%. Semakin rendah kadar air bahan maka semakin mudah bahan tersebut terbakar. Tepung limbah penyulingan minyak sereh wangi, nilam dan akar wangi selain mempunyai kadar air yang rendah juga di dalamnya masih 12 J. Tek. Ind. Pert. Vol. 15(1), 10-16
4 Sri Usmiati, Nanan Nurdjannah, dan Sri Yuliani mengandung minyak atsiri sehingga bahan tersebut mudah terbakar. Hasil analisis terhadap kadar minyak atsiri dalam tepung limbah penyulingan sereh wangi, nilam dan akar wangi menunjukkan bahwa tepung tersebut masih mengandung kadar minyak atsiri masing-masing adalah sereh wangi 0,1 ml, nilam 0,3-0,4 ml dan akar wangi 0,2-0,3 ml per 10 gram bahan. Disamping meningkatkan daya bakar, minyak atsiri juga akan memberikan aroma pada dupa yang dibuat, terutama bila jumlah penambahan dalam produk cukup banyak. Dalam penelitian ini penambahan tepung limbah penyulingan sereh wangi dan nilam disusun dalam komposisi masing-masing formula sedangkan akar wangi 17 gram (Nurzaman, 1999). Penambahan Bahan Aktif Hasil penelitian uji coba menunjukkan bahwa penambahan limbah bahan padat sebagai bahan aktif adalah sebesar 10,0 gram. Pada penam-bahan bahan aktif lebih besar dari 10,0 gram akan menimbulkan reaksi yang buruk terhadap pernafasan ketika dupa dibakar yaitu terjadi batuk dan sesak nafas. Penambahan Bahan Pengisi (Filler) Tepung tempurung kelapa dan tepung limbah penyulingan minyak akar wangi sebagai bahan pengisi (filler) berfungsi sebagai bahan penghantar penjalaran api dalam dupa. Jumlah penambahan tepung tempurung kelapa dan tepung limbah penyulingan minyak akar wangi dalam formula dupa masing-masing sebesar 30 gram dan 17 gram dalam setiap adonan dupa (Nurzaman, 1999). Penambahan Bahan Perekat Penambahan gom yang ideal digunakan dalam penelitian ini adalah 22,75 gram yang ditandai oleh terekatnya seluruh bahan dengan baik dan dupa dapat dibakar dengan penjalaran api baik. Sedangkan jumlah penambahan bahan perekat tepung onggok adalah 10,5 gram (Nurzaman, 1999). Fungsi kedua bahan perekat adalah mengintegrasikan semua tepung bahan pembuat dupa yang ada sehingga akan tercampur secara homogen dan kompak serta tidak mudah patah (Anonymous, 1994 dalam Nurzaman, 1999). Penambahan Air Penambahan air panas adalah sebesar 120 ml untuk setiap adonan dupa dengan karakter adonan mudah dicetak, hasilnya kompak dan padat, serta bahan-bahan lain di dalamnya tercampur secara homogen. Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan tersebut, maka dalam penelitian utama dilakukan pembuatan produk dengan formula sebagai berikut : Tabel 2. Formulasi perlakuan penelitian pembuatan dupa Bahan Perlakuan F1 F2 F3 F4 Limbah penyulingan minyak sereh wangi (g)* Limbah penyulingan minyak nilam (g)* * Komposisi bahan-bahan lain adalah : tepung limbah penyulingan minyak akar wangi 17 g, tepung tempurung kelapa 30 g, tepung onggok 10,5 g, gom 22,75 g; benzoat 0,85 g dan air panas 120 ml. Penelitian Utama Lama Bakar, Kadar Air, Bobot dan Kekerasan Dupa Hasil penelitian secara keseluruhan terhadap lama bakar, kadar air, bobot dan kekerasan dupa disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil analisis statistik terhadap lama bakar, kadar air, bobot dan kekerasan dupa Bahan Perlakuan F1 F2 F3 F4 Lama bakar 81,89 a 80,22 ab 78,45 bc 76,22 c (menit)* Kadar air 8,89 a 10,00 b 10,30 b 10,40 b (%)* Bobot 2,67 a 2,53 b 2,59 ab 2,57 ab (gram)** Kekerasan 5,84 a 5,64 a 4,89 a 5,17 a (gram) F1 = formula 1; F2 = formula 2; F3 = formula 3 dan F4 = formula 4 * = sangat nyata pada taraf 1%; ** = nyata pada taraf 5% Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 3 tampak bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap lama bakar dupa (P<0,01). F1 memiliki lama bakar yang relatif lebih lama (81,89 menit) dibandingkan dengan F3 (78,45 menit) dan F4 (76,22 menit) tetapi tidak berbeda dengan F2 (80,22 menit). Hal ini karena pada F1 hanya mengandung bahan aktif tepung limbah penyulingan sereh wangi (dalam analisa kadar minyak atsiri memiliki konsentrasi yang lebih rendah dibandingkan dengan tepung limbah penyulingan minyak nilam). Minyak atsiri J. Tek. Ind. Pert. Vol. 15(1),
5 yang sifatnya mudah terbakar menyebabkan dupa F4 dengan kandungan bahan aktif kombinasi tepung limbah sereh wangi dengan nilam dalam perbandingan 3:5 lebih cepat terbakar, dalam hal ini konsentrasi tepung limbah penyulingan minyak nilam lebih tinggi dibandingkan tepung limbah penyulingan minyak sereh wangi, sehingga lama bakarnya menjadi lebih cepat. Hasil penelitian terhadap lama bakar sejalan dengan hasil pengukuran terhadap kadar air yaitu dupa F1 yang memiliki kadar air paling rendah (8,89%) mempunyai waktu bakar yang relatif lebih lama dibandingkan dupa F2, F3 dan F4 dengan kadar air masing-masing 10,00; 10,30 dan 10,40%. Ditinjau dari bobot dupa, tampak bahwa perlakuan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap bobot dupa. F1 memiliki bobot relatif lebih berat (2,67 gram) dibandingkan F2, F3 dan F4 masing-masing sebesar 2,53; 2,59 dan 2,57 gram. Hal ini diduga bahwa tepung limbah penyulingan minyak sereh wangi memiliki bobot yang lebih berat dibandingkan dengan tepung limbah penyulingan minyak nilam. Selain itu tepung limbah nilam bersifat lebih voluminuous (bulky) dibandingkan tepung sereh wangi. Dupa yang mengandung kombinasi kedua bahan aktif tersebut memiliki bobot yang lebih rendah karena dalam satuan panjang dupa yang sama (14 cm), kekompakan dan kepadatan dupa makin berkurang akibat sifat voluminus tepung limbah penyulingan minyak nilam. Hasil pengukuran kekerasan dupa menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh terhadap kekerasan dupa. Namun berdasarkan nilai rata-rata, dupa F1 mempunyai kekerasan relatif lebih tinggi (5,84 gram) dibandingkan dengan formula dupa F2, F3 dan F4 yaitu masing-masing sebesar 5,64; 4,89 dan 5,17 gram. Tampaknya ada hubungan antara kadar air, bobot dupa, kekerasan dan lama bakar. Semakin rendah kadar air dupa maka dupa makin kompak dan padat yang diwujudkan oleh tingkat kekerasan dupa, sehingga dalam satuan panjang yang sama makin berat bobotnya, dan waktu penjalaran api juga akan lebih lama. Hal ini dimungkinkan bahwa semakin kompak dan padat produk dupa maka rongga tempat penetrasi oksigen akan semakin sempit atau semakin berkurang, dan bara api dapat menjalar karena adanya persinggungan bahan-bahan dalam dupa tersebut. Uji Efektivitas Dupa terhadap Lalat Rumah Hasil pengamatan uji efektivitas keempat formula dupa berbahan aktif tepung limbah penyulingan minyak sereh wangi yang dikombinasikan dengan tepung limbah penyulingan minyak nilam disajikan dalam Tabel 4. Berdasarkan hasil uji efektivitas keempat formula dupa penolak serangga berbahan aktif tepung limbah padat penyulingan minyak sereh wangi yang dikombinasikan dengan tepung limbah penyulingan minyak nilam tampak bahwa jumlah hinggapan terhadap umpan udang segar dari dupa F3 dan F4 semakin berkurang pada pembakaran dupa selama 3 jam. Persentase daya tolak masingmasing dupa F3 dan F4 adalah 100% pada pembakaran 2 dan 3 jam yang ditandai oleh menjauhnya dari dupa kemudian menempel di dinding Glass chamber dengan aktivitas statis (diam), namun tidak sampai jatuh atau mati. Daya tolak terbesar dupa F2, terjadi pada pembakaran dupa selama 3 jam yaitu sebesar 96%, sedangkan dupa F1 tetap aktif menghinggapi umpan sampai dengan pembakaran dupa selama 3 jam bahkan persentase daya tolak dupa terhadap mengalami penurunan dan semakin banyak menghinggapi dupa yang sedang dibakar. Hal ini tampaknya bahwa penggunaan limbah penyulingan minyak sereh wangi saja sebagai bahan aktif dalam dupa F1 kurang mampu bertindak sebagai repellent. Tabel 4. Persentase daya tolak empat formula dupa terhadap Musca domestica Waktu Perlakuan pengamatan F1 F2 F3 F4 Jml DT (%) Jml DT (%) Jml DT (%) Jml DT (%) 10 menit menit menit jam jam jam F1 = Formula berbahan aktif limbah penyulingan minyak sereh wangi, F2 = Formula berbahan aktif limbah penyulingan minyak sereh wangi dan nilam (3:5), F3 = Formula berbahan aktif limbah penyulingan minyak sereh wangi dan nilam (4:4), dan F4 = Formula berbahan aktif limbah penyulingan minyak sereh wangi dan nilam (5:3); Jml = jumlah (ekor); DT= Daya Tolak (%). 14 J. Tek. Ind. Pert. Vol. 15(1), 10-16
6 Sri Usmiati, Nanan Nurdjannah, dan Sri Yuliani Berdasarkan hasil uji efektivitas keempat formula dupa penolak serangga berbahan aktif tepung limbah padat penyulingan minyak sereh wangi yang dikombinasikan dengan tepung limbah penyulingan minyak nilam tampak bahwa jumlah hinggapan terhadap umpan udang segar dari dupa F3 dan F4 semakin berkurang pada pembakaran dupa selama 3 jam. Persentase daya tolak masing-masing dupa F3 dan F4 adalah 100% pada pembakaran 2 dan 3 jam yang ditandai oleh menjauhnya dari dupa kemudian menempel di dinding Glass chamber dengan aktivitas statis (diam), namun tidak sampai jatuh atau mati. Daya tolak terbesar dupa F2, terjadi pada pembakaran dupa selama 3 jam yaitu sebesar 96%, sedangkan dupa F1 tetap aktif menghinggapi umpan sampai dengan pembakaran dupa selama 3 jam bahkan persentase daya tolak dupa terhadap mengalami penurunan dan semakin banyak menghinggapi dupa yang sedang dibakar. Hal ini tampaknya bahwa penggunaan limbah penyulingan minyak sereh wangi saja sebagai bahan aktif dalam dupa F1 kurang mampu bertindak sebagai repellent. Ditinjau dari segi kandungan bahan aktif dalam dupa, tampak bahwa formula dupa yang berbahan aktif limbah penyulingan minyak sereh wangi yang dikombinasikan dengan limbah penyulingan minyak nilam dengan perbandingan 4:4 dan 5:3 memiliki efektivitas lebih baik dibandingkan dupa dengan bahan aktif tunggal sereh wangi (F1) dan dupa kombinasi serai wangi dan nilam dengan perbandingan 3:5 (F2). Hal ini disebabkan adanya kerja sinergis antar minyak-minyak atsiri dalam formula insektisida, dimana penambahan bahan aktif dari limbah penyulingan minyak nilam membuat aktivitas insektisida dapat meningkat 2-4 kali lipat. Banyaknya sinergis yang digunakan selain tergantung jenis, juga dipengaruhi oleh konsentrasi bahan aktif dalam formula. Penggunaan minyak nilam sebagai bahan aktif dalam pembuatan insektisida disebabkan karena adanya kandungan senyawa metabolit sekunder yang bersifat merangsang khemoreseptor sehingga tidak disukai oleh serangga. Efektivitas limbah penyulingan minyak nilam telah diuji pada tahun 2002 terhadap serangga pertanian yaitu sebesar 20% ekstrak limbah penyulingan nilam memberikan mortalitas Heliopeltis dan Ostremia masing-masing 40% dan 30%. Selain itu ekstrak limbah penyulingan nilam pada tahun 2004 telah pula dicobakan sebagai bahan aktif yang dikombinasikan dengan minyak cengkeh dalam pembuatan lilin dan diuji efektivitasnya terhadap rumah (Musca domestica). Hasilnya pada perbandingan 1:1 dengan konsentrasi masing-masing 50% merupakan hasil yang paling optimal mengusir rumah. Pengaruh daya insektisidal dupa penolak serangga terhadap baru tampak setelah pembakaran dupa selama 3 jam. Hal ini diduga disebabkan oleh konsentrasi bahan aktif dalam dupa hanya sedikit. Hal ini dapat dipahami karena bahan aktif berasal dari limbah, dengan kadar minyak atsiri yang rendah yaitu sebesar 0,1 ml untuk limbah penyulingan minyak sereh wangi, dan 0,3-0,4 ml untuk limbah penyulingan minyak nilam didalam setiap 10 gram bahan. KESIMPULAN Pemanfaatan limbah padat penyulingan minyak sereh wangi sebagai bahan aktif yang dikombinasikan dengan limbah penyulingan minyak nilam dalam pembuatan dupa (penolak serangga) mempengaruhi lama bakar, kadar air dan bobot, tetapi tidak berpengaruh terhadap tingkat kekerasan dari dupa. Dupa F1 dengan panjang 14 cm mempunyai lama bakar 81,89 menit, kadar air 8,89% dan bobot 2,67 gram. Formula dupa F3 dan F4 yang mengandung kombinasi bahan aktif limbah penyulingan minyak sereh wangi dengan limbah penyulingan minyak nilam berdasarkan perbandingan 4:4 dan 5:3 lebih efektif mengusir serangga rumah (Musca domestica) dengan persentase daya tolak masingmasing 100% pada pembakaran 2 dan 3 jam, ditandai oleh menjauhnya dari dupa dan menempel statis (diam) di dinding Glass chamber, namun demikian tidak jatuh atau mati. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada Maryanti Alumni Sekolah Tinggi Farmasi Bogor yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Grainge, M and S. Ahmed Handbook of Plants with Pest Control Properties. Willey- Interscience Publication, New York. Guenther, E Minyak Atsiri. Jilid IV. UI-Press, Jakarta. Guenther, E Minyak Atsiri. Jilid I. Terjemahan. S Ketaren. UI-Press, Jakarta. Ketaren, S Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Penerbit Balai Pustaka, Jakarta. Nurzaman Pemanfaatan Limbah Padat Penyulingan Minyak Akar Wangi (Vetiveria zizanioides) sebagai Substitusi Tepung Kayu pada Proses Produksi Obat Nyamuk Bakar (double coil). Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. J. Tek. Ind. Pert. Vol. 15(1),
7 Oyen, L. P. A. And N. X. Dung Essential oil plants. Plant Resources of South-East Asia (Prosea), No. 19, Bogor Indonesia.277 hal. Rusli, S. dan N. Nurjanah Penelitian Tanaman Penghasil Minyak Atsiri di Balittro. Edisi Khusus Littro Vol VI No. I. Hal: 1-4. Tarumingkeng, R. C Insektisida. UKRIDA, Jakarta. Untung, K Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. UGM, Yogyakarta. Wiratno, E. A., Wikardi dan M. Iskandar Prospek Pemanfaatan Limbah Tanaman Atsiri sebagai Repelen Hama. Seminar Ilmiah dan Kongres Nasional Biologi X September Bogor. Yuliani, S., S. Rusli dan Hobir Penggunaan Minyak Atsiri dan Kemungkinan Pemanfaatan Produk Sampingannya. Materi Pelatihan Pengembangan Produk Sampingan Minyak Atsiri. 30 Agustus 2 September J. Tek. Ind. Pert. Vol. 15(1), 10-16
BAB I PENDAHULUAN. Hasil hutan non kayu sebagai hasil hutan yang berupa produk di luar kayu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil hutan non kayu sebagai hasil hutan yang berupa produk di luar kayu yang dihasilkan dari pengolahan hutan, contohnya produk ekstraktif. Produk ekstraktif merupakan
Lebih terperinciPENGARUH TEMPAT TUMBUH DAN LAMA PENYULINGAN TERHADAP RENDEMEN MINYAK ATSIRI RAMBU ATAP
PENGARUH TEMPAT TUMBUH DAN LAMA PENYULINGAN TERHADAP RENDEMEN MINYAK ATSIRI RAMBU ATAP (Baeckea frustescens L) DENGAN PENYULINGAN METODE PEREBUSAN The Influence of Growing Site and duration distillation
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diutamakan. Sedangkan hasil hutan non kayu secara umum kurang begitu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam hutan. Hasil hutan dapat berupa hasil hutan kayu dan hasil hutan non kayu. Hasil hutan kayu sudah
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat 3.1.1 Bahan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah spent bleaching earth dari proses pemurnian CPO yang diperoleh dari PT. Panca Nabati Prakarsa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salah satu masalah kesehatan yang sangat penting karena kasus-kasus yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit tropis yang mengancam manusia di berbagai negara tropis dan menjadi salah satu masalah kesehatan yang
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. pada masa yang akan datang akan mampu memberikan peran yang nyata dalam
TINJAUAN PUSTAKA Upaya pengembangan produksi minyak atsiri memang masih harus dipicu sebab komoditas ini memiliki peluang yang cukup potensial, tidak hanya di pasar luar negeri tetapi juga pasar dalam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumberdaya hayati Indonesia sangat berlimpah dan beranekaragam.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumberdaya hayati Indonesia sangat berlimpah dan beranekaragam. Sumbangsih potensi sumberdaya hayati yang ada di Indonesia terhadap kekayaan keanekaragaman sumberdaya hayati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk salah satu negara penghasil utama minyak atsiri di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia termasuk salah satu negara penghasil utama minyak atsiri di dunia. Terdapat kurang lebih 45 jenis tanaman penghasil minyak atsiri tumbuh di Indonesia, namun
Lebih terperinciMETODE DESTILASI AIR MINYAK ATSIRI PADA HERBA SERAI WANGI (Andropogon nardus Linn.) Indri Kusuma Dewi, Titik Lestari Poltekkes Kemenkes Surakarta
METODE DESTILASI AIR MINYAK ATSIRI PADA HERBA SERAI WANGI (Andropogon nardus Linn.) Indri Kusuma Dewi, Titik Lestari Poltekkes Kemenkes Surakarta ABSTRAK Minyak atsiri merupakan minyak mudah menguap atau
Lebih terperinciEKSTRAKSI MINYAK SEREH DAPUR SEBAGAI BAHAN FLAVOR PANGAN I N T I S A R I
EKSTRAKSI MINYAK SEREH DAPUR SEBAGAI BAHAN FLAVOR PANGAN I N T I S A R I Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan suatu teknologi proses ekstraksi minyak sereh dapur yang berkualitas dan bernilai ekonomis
Lebih terperinciTATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di
III. TATA LAKSANA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di laboratorium fakultas pertanian UMY. Pengamatan pertumbuhan tanaman bawang merah dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan merupakan penyakit yang banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyamuk Aedes aegypti adalah vektor utama dari penyakit Demam Dengue dan merupakan penyakit yang banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Demam Dengue atau
Lebih terperinciANALISIS TEKNIS DAN BIAYA OPERASIONAL ALAT PENYULING NILAM DENGAN SUMBER BAHAN BAKAR KAYU DI ACEH BARAT DAYA
ANALISIS TEKNIS DAN BIAYA OPERASIONAL ALAT PENYULING NILAM DENGAN SUMBER BAHAN BAKAR KAYU DI ACEH BARAT DAYA Mustaqimah 1*, Rahmat Fadhil 2, Rini Ariani Basyamfar 3 1 Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan Januari 2010. Daun gamal diperoleh dari Kebun Percobaan Natar, Lampung Selatan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian
19 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bagian Kimia Hasil Hutan Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan, Laboratorium Kimia Organik Departemen Kimia Fakultas MIPA
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. substitusi tepung biji alpukat dilaksanakan pada bulan November 2016 di
15 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian analisis sifat fisik cookies berbahan baku tepung terigu dengan substitusi tepung biji alpukat dilaksanakan pada bulan November 2016 di Laboratorium Kimia dan Gizi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Minyak Atsiri Minyak atsiri awalnya dikenal sebagai minyak esensial. Minyak ini sudah lama dikenal sejak tahun 3.000 SM oleh penduduk Mesir kuno dan digunakan untuk tujuan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
16 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data primer berasal dari pengujian briket dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. diperkirakan, pengendalian hama pun menjadi sulit dilakukan.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Potensi tanaman Indonesia dapat dikembangkan dalam berbagai bidang, seperti dalam bidang pengobatan, pertanian dan perkebunan, namun masalah yang cukup besar dalam bidang
Lebih terperinciPENDAHULUAN PENGOLAHAN NILAM 1
PENDAHULUAN Minyak nilam berasal dari tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan salah satu komoditi non migas yang belum dikenal secara meluas di Indonesia, tapi cukup popular di pasaran Internasional.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penghasil minyak atsiri yang cukup penting, dikenal dengan nama Patchauly Oil,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman nilam (Pogostemon Cablin Benth) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang cukup penting, dikenal dengan nama Patchauly Oil, dihasilkan oleh
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
III. BAHAN DAN METODE A. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah kulit buah manggis, ethanol, air, kelopak bunga rosella segar, madu dan flavor blackcurrant. Bahan kimia yang digunakan untuk keperluan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berbentuk eksperimen semu (Quasi ekspperiment) yaitu meneliti
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis penelitian Penelitian ini berbentuk eksperimen semu (Quasi ekspperiment) yaitu meneliti efektifitas ekstrak kulit durian (Durio zibethinus Murr) dalam pengendalian
Lebih terperinciTEKNOLOGI REMPAH-REMPAH DAN MINYAK ATSIRI
PETUNJUK PRAKTIKUM TEKNOLOGI REMPAH-REMPAH DAN MINYAK ATSIRI Oleh: Dr. Karseno, S.P., M.P., Ph.D. Dra. Erminawati, M.Sc., Ph.D. Ir. Sujiman, M.P. KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS
Lebih terperinciIDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)
IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat) Abstrak Kulit buah langsat diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut yang berbeda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyediaan bahan pangan pokok terutama ketergantungan masyarakat yang besar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia saat ini menghadapi masalah yang serius berkaitan dengan usaha penyediaan bahan pangan pokok terutama ketergantungan masyarakat yang besar terhadap padi,
Lebih terperinciIII. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Februari
28 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Februari 2010 yang bertempat di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pelaksanaan program dilakukan dibeberapa tempat yang berbeda, yaitu : 1. Pengambilan bahan baku sampah kebun campuran Waktu : 19 Februari 2016
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Minyak atsiri dikenal dengan nama minyak eteris (Essential oil volatile) yang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Minyak atsiri merupakan zat yang memberikan aroma pada tumbuhan. Minyak atsiri dikenal dengan nama minyak eteris (Essential oil volatile) yang merupakan salah satu hasil
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Adonan Kerupuk
HASIL DAN PEMBAHASAN Peubah yang diamati dalam penelitian ini, seperti kadar air, uji proksimat serka kadar kalsium dan fosfor diukur pada kerupuk mentah kering, kecuali rendemen. Rendemen diukur pada
Lebih terperinciPEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI MENJADI BRIKET SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DENGAN PROSES KARBONISASI DAN NON-KARBONISASI
PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI MENJADI BRIKET SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DENGAN PROSES KARBONISASI DAN NON-KARBONISASI Yunus Zarkati Kurdiawan / 2310100083 Makayasa Erlangga / 2310100140 Dosen Pembimbing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. volatile. Definisi minyak atsiri adalah senyawa yang pada umumnya berwujud
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak atsiri lazim dikenal dengan nama minyak mudah menguap atau volatile. Definisi minyak atsiri adalah senyawa yang pada umumnya berwujud cair dan diperoleh dari
Lebih terperinciBAB III METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian B. Bahan dan Alat
BAB III METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Laboratorium Kimia Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang untuk analisis
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Nilam Gambar 1. Daun Nilam (Irawan, 2010) Tanaman nilam (Pogostemon patchouli atau Pogostemon cablin Benth) merupakan tanaman perdu wangi berdaun halus dan berbatang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan selama lima bulan dari bulan Mei hingga September 2011, bertempat di Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Bengkel Teknologi Peningkatan
Lebih terperinciHASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. menghasilkan tingkat penolakan yang tidak berbeda nyata dibandingkan dengan
IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Tingkat penolakan hama kutu beras Hasil penelitian menunjukkan dosis ekstrak daun pandan wangi kering dan daun pandan wangi segar memberikan pengaruh nyata terhadap
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan konsentrasi ekstrak daun
36 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan konsentrasi ekstrak daun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus memiliki peran penting dibidang kesehatan. Kedua spesies ini merupakan vektor penyakit demam kuning (yellow fever), demam
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Unggas, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan. Pemeliharaan
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan september 2011 hingga desember 2011, yang bertempat di Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Departemen
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Untuk menunjang pembangunan pertanian tidak terlepas dari kemampuan petani dalam menerapkan teknologi
Lebih terperinciUJICOBA PERALATAN PENYULINGAN MINYAK SEREH WANGI SISTEM UAP PADA IKM I N T I S A R I
UJICOBA PERALATAN PENYULINGAN MINYAK SEREH WANGI SISTEM UAP PADA IKM I N T I S A R I Ujicoba peralatan penyulingan minyak sereh wangi sistem uap pada IKM bertujuan untuk memanfaatkan potensi sereh wangi;menyebarluaskan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan
20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Politeknik
Lebih terperinciDampak penggunaan pestisida non-nabati Mengapa pestisida nabati diperlukan?
Pestisida Nabati & Tumbuhan Aromatik Ellyn K. Damayanti, Ph.D. Agr. Bagian Konservasi Keanekaragaman Tumbuhan Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang akan dilakukan selama 4 bulan, bertempat di Laboratorium Kimia Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nilam (Pogostemon cablin Benth) yang termasuk dalam keluarga Labiatea
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nilam (Pogostemon cablin Benth) yang termasuk dalam keluarga Labiatea merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang penting bagi Indonesia, karena minyak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia. Tanaman sereh banyak dibudidayakan pada ketinggian dpl.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sereh adalah tanaman rempah yang keberadaannya sangat melimpah di Indonesia. Tanaman sereh banyak dibudidayakan pada ketinggian 200 800 dpl. Sereh memiliki nama familiar
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Percobaan Penelitian tentang peran pemberian metionin dan linoleat pada tepung kaki ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan
III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian
Lebih terperinciIsolasi dan Identifikasi Komponen Kimia Minyak Atsiri dari Daun, Batang dan Bunga Tumbuhan Salembangu (Melissa sp.)
Isolasi dan Identifikasi Komponen Kimia Minyak Atsiri dari Daun, Batang dan Bunga (Isolation and identification of chemical components of essential oils from leaves, stems, and flowers of Salembangu plants
Lebih terperinciPOTENSI DAUN SERAI UNTUK MENGENDALIKAN HAMA Callosobruchus analis F. PADA KEDELAI DALAM SIMPANAN
AGROVIGOR VOLUME 3 NO. 1 MARET 2010 ISSN 1979 5777 19 POTENSI DAUN SERAI UNTUK MENGENDALIKAN HAMA Callosobruchus analis F. PADA KEDELAI DALAM SIMPANAN Herminanto, Nurtiati, dan D. M. Kristianti Fakultas
Lebih terperinciEFEKTIVITAS LILIN PENOLAK LALAT (REPELEN) DENGAN BAHAN AKTIF LIMBAH PENYULINGAN MINYAK NILAM
Efektivitas Lilin Dari Ekstrak Limbah Penyulingan Minyak Nilam 1 J.Pascapanen 2(1) 200: 110 EFEKTIVITAS LILIN PENOLAK LALAT (REPELEN) DENGAN BAHAN AKTIF LIMBAH PENYULINGAN MINYAK NILAM Sri Yuliani, Sri
Lebih terperinciPERKEMBANGAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN DAN PENGGUNAAN MINYAK NILAM SERTA PEMANFAATAN LIMBAHNYA
PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN DAN PENGGUNAAN MINYAK NILAM SERTA PEMANFAATAN LIMBAHNYA Feri Manoi Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik ABSTRAK Nilam (Pogestemon cablin Benth) merupakan salah satu
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Jurusan
19 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada November
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terbang (essential oil, volatile oil) dihasilkan oleh tanaman. Minyak tersebut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Minyak atsiri yang juga dikenal dengan nama minyak eteris atau minyak terbang (essential oil, volatile oil) dihasilkan oleh tanaman. Minyak tersebut mudah menguap pada
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nugget Ayam Bahan pangan sumber protein hewani berupa daging ayam mudah diolah, dicerna dan mempunyai citarasa yang enak sehingga disukai banyak orang. Daging ayam juga merupakan
Lebih terperinciPada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan
Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan tepat untuk mengurangi terbawanya bahan atau tanah
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik
III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri Lampung dan Laboratorium Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Lebih terperinciPENGARUH LAMA PENYULINGAN DAN KOMPOSISI BAHAN BAKU TERHADAP RENDEMEN DAN MUTU MINYAK ATSIRI DARI DAUN DAN BATANG NILAM (Pogostemon cablin Benth)
Pengaruh Lama dan Komposisi Bahan baku terhadap Rendemen...A.Sulaiman, Dwi Harsono. PENGARUH LAMA PENYULINGAN DAN KOMPOSISI BAHAN BAKU TERHADAP RENDEMEN DAN MUTU MINYAK ATSIRI DARI DAUN DAN BATANG NILAM
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan pada bulan Mei-Juni 2016 di Laboratorium Proteksi
III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Mei-Juni 2016 di Laboratorium Proteksi Fakultas Pertanian dan Laboratorium Farmasetika Fakultas Farmasi Universitas
Lebih terperinci3 METODOLOGI PENELITIAN
21 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Ubi kayu merupakan salah satu hasil pertanian dengan kandungan karbohidrat yang cukup tinggi sehingga berpotensi sebagai bahan baku pembuatan etanol. Penggunaan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kulit jengkol, larva
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan April 2015 di Laboratorium Kimia Universitas Medan Area. 3.2 Bahan dan Alat Penelitian
Lebih terperinciPenetapan Kadar Sari
I. Tujuan Percobaan 1. Mengetahui cara penetapan kadar sari larut air dari simplisia. 2. Mengetahui cara penetapan kadar sari larut etanol dari simplisia. II. Prinsip Percobaan Penentuan kadar sari berdasarkan
Lebih terperinciMETODE Lokasi dan Waktu Materi Bahan Pakan Zat Penghambat Kerusakan Peralatan Bahan Kimia Tempat Penyimpanan
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan, dimulai pada bulan September hingga bulan Desember 2008 dan berlokasi di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan di negara yang sedang berkembang, khususnya Indonesia. Hal ini disebabkan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri
III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri Lampung, Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Laboratoriun
Lebih terperinciII. METODOLOGI PENELITIAN
1 Perbandingan Antara Metode Hydro-Distillation dan Steam-Hydro Distillation dengan pemanfaatan Microwave Terhadap Jumlah Rendemenserta Mutu Minyak Daun Cengkeh Fatina Anesya Listyoarti, Lidya Linda Nilatari,
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-39
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-39 Perbandingan Antara Metode - dan Steam- dengan pemanfaatan Microwave terhadap Jumlah Rendemenserta Mutu Minyak Daun Cengkeh
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan ini merupakan salah satu cara untuk mengetahui dapat atau tidaknya limbah blotong dibuat menjadi briket. Penelitian pendahuluan
Lebih terperinciJenis pengujian atau sifat-sifat yang diukur
AMANDEMEN LAMPIRAN SERTIFIKAT AKREDITASI LABORATORIUM NO. LP-256-IDN Nama Laboratorium Alamat Alamat Bidang Pengujian : Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat : Jl. Tentara Pelajar No. 3, Bogor 16111
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-93
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-93 Pengambilan Minyak Atsiri dari Daun dan Batang Serai Wangi (Cymbopogon winterianus) Menggunakan Metode Distilasi Uap dan
Lebih terperinciapakah memenuhi syarat SNI atau tidak - Untuk dapat mengetahui mutu minyak sereh yang di uji. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1.2.2 Manfaat - Untuk dapat mengetahui bobot jenis dan indeks bias pada minyak sereh apakah memenuhi syarat SNI atau tidak - Untuk dapat mengetahui mutu minyak sereh yang di uji. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Pembuatan tepung cangkang kepiting dan pelet dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi Ternak dan Makanan Ruminansia, Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran
Lebih terperinciInsektisida sintetik dianggap sebagai cara yang paling praktis untuk
AgroinovasI FLORA RAWA PENGENDALI HAMA SERANGGA RAMAH LINGKUNGAN Insektisida sintetik dianggap sebagai cara yang paling praktis untuk mengendalikan hama serangga karena hasilnya cepat terlihat dan mudah
Lebih terperinciPROPOSAL PENELITIAN PENYULINGAN MINYAK ATSIRI DARI NILAM PENELITIAN. Oleh : YULINDA DWI NARULITA
PROPOSAL PENELITIAN PENYULINGAN MINYAK ATSIRI DARI NILAM PENELITIAN \ Oleh : YULINDA DWI NARULITA 0731010044 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Kegiatan penelitian dilaksanakan pada Maret--Agustus 2011 bertempat di
22 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan pada Maret--Agustus 2011 bertempat di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gel pengharum ruangan tersebut menghambat pelepasan zat volatile, sehingga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengharum ruangan merupakan suatu produk yang berisi zat wewangian yang digunakan untuk membuat harum suatu ruangan atau mengurangi bau tidak menyenangkan pada suatu
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Prosedur Penelitian Persiapan Bahan Baku
BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan April sampai dengan bulan November 2011 di Laboratorium Kimia Hasil Hutan dan Laboratorium Teknologi Peningkatan Mutu
Lebih terperinciAThis study tried to provide innovation in wax to reduce the density of flies,
PENGARUH KONSENTRASI MINYAK SERAI WANGI (CITRONELA OIL) DALAM LILIN PADAT TERHADAP PENURUNAN KEPADATAN LALAT RUMAH (MUSCA DOMESTICA) DI WARUNG MAKAN SEPANJANG PANTAI DEPOK Oleh : Yuli Patmasari*, Lucky
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) F-234
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-234 Perbandingan Metode Steam Distillation dan Steam-Hydro Distillation dengan Microwave Terhadap Jumlah Rendemen serta Mutu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara penghasil kakao terbesar di dunia seiring dengan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia menjadi salah satu negara penghasil kakao terbesar di dunia seiring dengan bertambahnya luas perkebunan kakao. Menurut Karmawati, Mahmud, Syakir, Munarso,
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian dan Laboratorium Kimia,
Lebih terperinciCara Membuat Alat Untuk Membakar Sekam Padi (Cerobong)
Arang sekam padi memiliki banyak kegunaan baik di dunia pertanian maupun untuk kebutuhan industri. Para petani memanfaatkan arang sekam sebagai penggembur tanah. Arang sekam dibuat dari pembakaran tak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikarenakan Indonesia merupakan negara tropik yang mempunyai kelembaban
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia kesehatan masyarakat merupakan masalah utama, hal ini dikarenakan Indonesia merupakan negara tropik yang mempunyai kelembaban dan suhu yang berpengaruh
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. BAHAN DAN ALAT Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah beras varietas Cisadane dan daun mindi, serta bahan-bahan kimia seperti air suling/aquades, n-heksana
Lebih terperinciMETODE. Bahan dan Alat
22 METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan mulai bulan September sampai November 2010. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Analisis Makanan serta Laboratorium
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan, permukaan kulitnya kasar
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jeruk purut (Citrus hystrix D. C.) merupakan tanaman buah yang banyak ditanam oleh masyarakat Indonesia di pekarangan atau di kebun. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Waktu penelitian dilaksanakan selama tiga bulan yaitu mulai dari bulan Maret hingga Mei 2011, bertempat di Laboratorium Pilot Plant PAU dan Laboratorium Teknik
Lebih terperinciPEMBERDAYAAN MASYARAKAT PETANI DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI PEMBUATAN INSEKTISIDA NABATI DARI LIMBAH PENYULINGAN DAUN NILAM
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PETANI DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI PEMBUATAN INSEKTISIDA NABATI DARI LIMBAH PENYULINGAN DAUN NILAM L. Kurniasari e-mail: laeli_kurniasari@yahoo.co.id I. Hartati e-mail: indah_hartati@yahoo.com
Lebih terperinciVI. PEMBUATAN PESTISIDA NABATI. Yos. F. da Lopes, SP, M.Sc & Ir. Abdul Kadir Djaelani, MP
PEMBUATAN PESTISIDA NABATI VI. PEMBUATAN PESTISIDA NABATI Yos. F. da Lopes, SP, M.Sc & Ir. Abdul Kadir Djaelani, MP MODUL-06 Department of Dryland Agriculture Management, Kupang State Agriculture Polytechnic
Lebih terperinciMETODE. Waktu dan Tempat
14 METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini berlangsung pada bulan Juni sampai September 2010. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Analisis Pangan, Laboratorium Percobaan Makanan, dan Laboratorium
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mudah ditembus oleh alat-alat pertanian dan hama atau penyakit tanaman
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kubis merupakan salah satu jenis sayuran yang banyak dikonsumsi karena berbagai manfaat yang terdapat di dalam kubis. Kubis dikenal sebagai sumber vitamin A, B, dan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi,
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Ubi Kayu Ubi kayu yang sering pula disebut singkong atau ketela pohon merupakan salah satu tanaman penghasil bahan makanan pokok di Indonesia. Tanaman ini tersebar
Lebih terperinciLAPORAN HASIL PENELITIAN PEMBUATAN BRIKET ARANG DARI LIMBAH BLOTONG PABRIK GULA DENGAN PROSES KARBONISASI SKRIPSI
LAPORAN HASIL PENELITIAN PEMBUATAN BRIKET ARANG DARI LIMBAH BLOTONG PABRIK GULA DENGAN PROSES KARBONISASI SKRIPSI OLEH : ANDY CHRISTIAN 0731010003 PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. putus, derajat kecerahan, kadar serat kasar dan sifat organoleptik dilaksanakan
14 BAB III MATERI DAN METODE 3.1 Materi Penelitian Penelitian substitusi tepung suweg terhadap mie kering ditinjau dari daya putus, derajat kecerahan, kadar serat kasar dan sifat organoleptik dilaksanakan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Pengolahan Cookies Tepung Beras 4.1.1 Penyangraian Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan pada wajan dan disangrai menggunakan kompor,
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN 3. 1. Waktu, Lokasi Pengambilan Tanah Gambut dan Tempat Penelitian Bahan gambut berasal dari Kabupaten Dumai, Bengkalis, Indragiri Hilir, Siak, dan Kampar, Provinsi Riau dari
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
25 HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Zat Ekstraktif Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan ekstrak aseton yang diperoleh dari 2000 gram kulit A. auriculiformis A. Cunn. ex Benth. (kadar air 13,94%)
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Minyak Nabati Minyak nabati adalah senyawa minyak yang terbuat dari tumbuhan yang diperoleh melaui proses ekstraksi dan pengepressan mekanik. digunakan dalam makanan dan untuk
Lebih terperinciUji Toksisitas Potensi Insektisida Nabati Ekstrak Kulit Batang Rhizophora mucronata terhadap Larva Spodoptera litura
Sidang TUGAS AKHIR, 28 Januari 2010 Uji Toksisitas Potensi Insektisida Nabati Ekstrak Kulit Batang Rhizophora mucronata terhadap Larva Spodoptera litura Nama : Vivid Chalista NRP : 1505 100 018 Program
Lebih terperinci