PENGARUH INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT TERHADAP KUALITAS LINGKUNGAN DAN PERAN PENGRAJIN DALAM PENGELOLAAN LIMBAHNYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT TERHADAP KUALITAS LINGKUNGAN DAN PERAN PENGRAJIN DALAM PENGELOLAAN LIMBAHNYA"

Transkripsi

1 PENGARUH INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT TERHADAP KUALITAS LINGKUNGAN DAN PERAN PENGRAJIN DALAM PENGELOLAAN LIMBAHNYA Diana Ningrum Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang ABSTRAK Proses Industri Penyamakan Kulit (IPK) menghasilkan limbah padat dan cair. Limbah padatnya tidak mengganggu lingkungan karena dapat didaur ulang, tetapi air limbah proses pemakaian bahan penyamak kulit yang berupa krom ini sangatlah mengkhawatirkan. Dalam proses penyamakan kulit dipakai bahan penyamak kulit Krom dan Sulfida yang merupakan Bahan Beracun Berbahaya (B3). Dengan metoda kajian pustaka dan survey lapangan penelitian ini dilaksanakan. Sehingga hasil penelitian didapatkan besarnya pengaruh Proses Industri Penyamakan Kulit (IPK) terhadap kualitas lingkungan, yaitu meliputi konsentrasi logam berat di air, di endapan lumpur sungai, serta pada biota perairan di sekitar Sentra Industri Kecil Penyamakan Kulit {SIKPK) Sukaregang Garut, yaitu di sungai Ciwalen dan Sungai Cigulampeng yang mengapit SIKPK Sukaregang tersebut. Serta didapatkan upaya peningkatan peran pengrajin IPK Sukaregang dalam Pengelolaan Limbah. Kata kunci : industri penyamakan kulit (IPK), kualitas lingkungan, pengrajin, pengelolaan limbah. PENDAHULUAN Proses Industri Penyamakan Kulit (IPK) menghasilkan limbah padat dan cair. Limbah padatnya tidak mengganggu lingkungan karena dapat didaur ulang, antara lain kulit sasapan untuk makanan; serbuk kulit proses shaving untuk bahan baku eternit, dan potongan kulit proses finishing sebagai bahan baku barang souvenir. Air limbah proses pemakaian bahan penyamak kulit yang berupa krom ini sangatlah mengkhawatirkan. Sesuai berita harian Pikiran Rakyat, edisi Jabar, 1 September 2001, para petani di hilir IPK Sukaregang, Garut yang mengeluh karena produksi hasil sawah mereka menurun dan sumur penduduk terkontaminasi air limbah IPK. Saat ini sebagian IPK di Sugaregang telah dilengkapi dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) industri secara kolektif, tetapi zone III, IV dan V belum. Sehingga pada makalah ini akan dibahas dampak IPK terhadap lingkungan, seperti konsentrasi logam berat di air, di endapan lumpur sungai, serta pada biota perairan di sekitar Sentra Industri Kecil Penyamakan Kulit {SIKPK) Sukaregang Garut, yaitu di sungai Ciwalen dan Sungai Cigulampeng yang mengapit SIKPK Sukaregang tersebut.

2 RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimanakah pengaruh Industri Penyamakan Kulit (IPK) terhadap kualitas lingkungan (air, endapan lumpur sungai dan biota perairan) di Sungai Ciwalen dan Sungai Cigulampeng yang merupakan sungai penampung limbah IPK? 2. Bagaimanakah peran pengrajin Industri Penyamakan Kulit (IPK) dalam Pengelolaan Limbah? HASIL DAN DISKUSI Industri Penyamakan Kulit Sukaregang Kegiatan IPK di Sukaregang Kabupaten Garut telah berlangsung sejak tahun 1920, terdiri dari tiga unit usaha industri rumah. Industri ini telah mencapai 290 unit, dengan tenaga kerja orang, sehingga disebut Sentra Industri Kecil Penyamakan Kulit Sukaregang. Pada mulanya proses penyamakan kulit menggunakan bahan nabati, tetapi sejak tahun 1977 diganti dengan penyamak kimia dan peralatan dengan mesin. Proses penyamakan kulit adalah proses mengubah kulit mentah ( hide/skine) menjadi kulit termasak ( leather) dengan menggunakan bahan kimia untuk bahan tas, sepatu, yang memerlukan waktu sampai 11 hari. Bahan penyamak yang digunakan adalah bahan kimia Choomosal B, sehingga waktu penyamakan menjadi lebih singkat, tetapi limbah yang dihasilkan akan mengandung logam berat kromium. Proses awal penyamakan kulit adalah membersihkan kotoran; darah dan sisa protein, agar aman dalam proses persiapan dan penyimpanan. Dengan tingginya kandungan protein pada kulit, diperlukan penghentian aktifitas enzym proteolitis, yaitu proses pemecahan protein menjadi bentuk yang lebih sederhana. Hal ini dilakukan dengan mengeringkan kulit di udara terbuka dan ditambah garam dapur. Fleshing, yaitu pembuangan daging untuk meratakan kulit dilakukan secara mekanis. Proses pencucian dan perendaman untuk menghilangkan garam, sisa darah, kotoran lain dan protein serta mengembalikan kadar air yang hilang ( rehidrasi) pada proses persiapan dan penyimpanan. Untuk memudahkan penghilangan bulu dilakukan penambahan kapur yang meresap ke pori kulit, dan penambahan natrium sulfida agar struktur serat kulit membuka. Proses pengasaman dilakukan sebelum penyamakan krom untuk mengakhiri aktifitas enzym, sehingga penyerapan krom sempurna. Tahapan proses selanjutnya adalah pewarnaan, pengawetan dengan Certimol supaya tidak berjamur, pengeringan, pementangan, dan akhirnya penyempurnaan dengan bahan kimia dicampur air (pigmen dan Relcosyn). Karakteristik Limbah Industri Penyamakan Kulit Industri penyamakan kulit menghasilkan limbah padat, cair dan gas/bau. Limbah yang dihasilkan ditentukan oleh penggunaan bahan baku (ukuran kulit), bahan pembantu (obat -obatan kimia), teknologi proses, kapasitas dan jenis produk yang dihasilkan. Limbah cair yang dihasilkan berasal dari proses penyamakan kulit itu sendiri, selain itu ditambah dari limbah yang berasal dari setiap tahapan proses yang menggunakan bahan kimia, seperti proses perendaman; pengapuran; pembuangan kapur; pengasaman; penyamakan; pencelupan; peminyakan; pengawetan dan penyempurnaan. D-3-2

3 Kualitas air limbah yang berasal dari setiap proses relatif lebih jelek dari limbah gabungan, karena air limbah gabungan merupakan pencampuran seluruh proses, sehingga telah saling menetralkan. Sifat dan karakteristik limbah cair IPK pada setiap tahapan proses tanpa diolah ditunjukkan dalam tabel 1: Tabel 1: Karakteristik Limbah Cair Industri Penyamakan Kulit Berdasarkan Proses Proses Perendaman Pengapuran Pembuangan kapur Pengasaman Komposisi Limbah -Kotor, bau busuk (mengandung sisa darah, daging, lemak, bulu, garam, dsb) - ph: 7,5-8; TS : Warna putih kehijauan, bau busuk, mengandung kalsium; natrium; sulfida; albumin; bulu; sisa daging; lemak; kotoran;dsb) - ph :9 12,5; TS: ; SS: ;BOD: Air limbah ini relatif lebih baik daripada limbah proses pengapuran. - ph :3 9 ; TS: ; SS: ;BOD: Mengandung protein, sisa garam, asam mineral dan kroom - -ph :2,9 4; TS: ; SS: ;BOD: ph :2,6 3; TS: ; SS: ph :7,5 10; TS: ; SS: ;BOD: Penyamakan Air limbah campu ran/seluruh proses Keterangan: TSS: Total Solid, Jumlah Padatan; SS: Suspended Solid, Padatan Tersuspensi Sumber: Sinopsis Sentra Industri Kecil Perkulitan Sukaregang Kabupaten Garut tahun 1999 Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Industri Penyamakan Kulit (IPK) Saat Sekarang IPK Sukaregang terdiri dari 6 Zone, masing-masing zone meliputi unit usaha dan kapasitas limbah yang dihasilkan sekitar m 3 /hari (tabel 2). Tabel 2. Rincian Industri Kulit Sukaregang berdasarkan Zona Industri Zona Jumlah Unit Usaha Kapasitas Limbah (M 3 /hari) I II III IV 25 V VI Keterangan: (+) IPAL yang telah dibangun Keterangan (+) (+) Zone III & IV digabung - (+) Sampai saat ini beberapa zone sudah dibangun IPAL-nya seperti Zone I, II dan VI, sedangkan zone III, IV dan V masih dalam perencanaan. Penurunan Kualitas Air Sungai Pada IPK Sukaregang dipergunakan bahan kimia antara lain: Chrom (Cr2O3) dan Sulfida (Na2S) yang termasuk kelompok Bahan Beracun Berbahaya (B3) dengan tingkat toksisitas tinggi, sehingga sangat berpengaruh terhadap gangguan keseimbangan lingkungan. D-3-3

4 Berdasarkan pemeriksaan kualitas air yang telah dilakukan oleh Puslitbang Sumber Daya Air; Bandung pada tahun 2001 telah terjadi penurunan kualitas air pada S. Ciwalen hilir dan S. Cigulampeng hilir, walaupun kadar logam berat krom (Cr) tidak terdeteksi. Terjadi kenaikan DHL masing-masing 567 % di S. Ciwalen hilir dan 60% di S. Cigulampeng. Parameter lainnya yang merupakan indikasi tercemar oleh limbah IPK Sukaregang ditunjukkan dengan meningkatnya kadar organik di hilir dari kedua sungai tersebut, seperti di S. Ciwalen hilir terjadi peningkatan: Amoniak: 197%; Nitrit: 167%; Nitrat: 145%; N-Organik: 289%; KmnO4: 433%; BOD: 477% dan COD: 404%, sedangkan di S. Cigulampeng : Amoniak: 210%; Nitrit: 439%; Nitrat: 106%; N- Organik: 400%; KmnO4: 131%; BOD: 166% dan COD: 150%. Demikian juga dengan sulfida di bagian hulu kadarnya tidak terdeteksi sedangkan di S. Ciwalen hilir meningkat menjadi 2,4 dan S. Cigulampeng menjadi 2 ; hal ini juga sesuai dengan keluhan masyarakat oleh bau menusuk pada saat pabrik membuang limbah. Air sungai tersebut berubah warnanya menjadi kotor (abu-abu atau putih), padahal di hilir pabrik mengalir melewati daerah hunian, dan digunakan untuk sawah. Penurunan kualitas antara hulu dan hilir dari kedua sungai ini ditunjukkan pada tabel 3. Tabel 3. Kualitas Air di S. Ciwalen dan S. Cigulampeng pada bagian Hulu dan Hilir Parameter 1. ph 2. DHL 3. ZPT 4. Amoniak, NH 4 5. Nitrit, NO 2 6. Nitrat, NO 3 7. N- Organik 8. K MnO 4 9. BOD 10. COD 11. Sulfida 12. Logam Cr Satuan - mhos/cm Hulu 7, ,90 0,033 0,22 0, ,2 13,3 Keterangan: Pengukuran 12 Juni 2001 Sumber: Penelitian oleh Puslitbang Sumber Daya Air; Bandung S. Ciwalen S. Cigulampeng Hilir % % Hulu Hilir Kenaikan Kenaikan 7,0-7,2 8,0 11% % % % % 2,67 197% 0,58 1,80 210% 0, % 0,030 0, % 0,54 145% 0,18 0,37 106% 1,44 289% 0,21 1,05 400% % % % 6, % % 15, % 2,4-2, Logam Berat Cr dalam Air, Lumpur Endapan Sungai dan Biota Perairan Logam Krom (Cr) yang diperiksa dari lumpur endapan sungai dan biota perairan adalah dalam bentuk tercuci dan residu. Menurut Hoogrstraten, Van R.J and Nolthing, R.F, 1991 (Daftar Pustaka No. 3) adalah: a). Logam berat adalah kandungan logam, dari filtrat hasil saringan dengan membram selulosa nitrat 0,45 m dari 0,1 g contoh yang diekstraksi dengan 50 ml HCL 0,1N selama 18 jam pada suhu 20 o C, apabila terdeteksi dalam lumpur endapan sungai/biota perairan berarti ada indikasi pencemaran logam Cr. b). Logam residu adalah kandungan logam dari kertas saring dari proses butir a), yang diekstrasi dengan 1,0 ml aqua regia, dan 5,0 ml, asam fluorida, dioven dalam teflon bom 2 jam., pada suhu 110 o C. Setelah dingin ditambahkan 30 ml asam borat jenuh, yang ditempatkan dengan aquabides sampai 50 ml. D-3-4

5 (1). Logam Cr Dalam Air Dalam air, kadar logam tidak terdeteksi baik di bagian hulu maupun hilir sungai. Hal ini disebabkan kadar logam terlarut sangat kecil dan juga pada waktu pengambilan contoh air, kemungkinan pabrik kulit sedang tidak membuang air limbahnya. Untuk membuktikan kemungkinan tersebut maka diperlukan pemantauan kualitas air di bagian hilir selama 24 jam dalam selang waktu setiap 1 jam. Pemantauan ini harus dilanjutkan selama 3 hari berturut-turut dalam selang waktu setiap 4 jam. Umumnya pada penelitian karakteristik air limbah industri siang hari, kita tidak dapat mendeteksi parameter pencemar kimia yang dominan, karena waktu pengambilan contoh industri tersebut dilakukan pada waktu pabrik tidak beroperasi, sehingga air yang diperiksa hanya air lamiah saja. (2). Logam Cr Dalam Lumpur Endapan Sungai Logam Cr tercuci pada lumpur endapan kedua sungai bagian hulu tidak terdeteksi, tetapi mengalami kenaikan konsentrasi setelah mendapan buangan limbah. Pada bagian hilir S. Ciwalen meningkat menjadi 0,04, S. Cigulampeng hilir meningkat menjadi 0,02. Sebaliknya dengan logam Cr residu karena sejak di bagian hulu kedua sungai tersebut telah ditemukan dan dibagian hilir terjadi peningkatan sebagai indikasi buangan limbah IPK. Logam Cr residu pada S. Ciwalen hulu semula 0,20, meningkat di hilir menjadi 0,22, di S. Cigulampeng hulu semula 0,13, meningkat di hilir menjadi 0,22 (pada tabel 4). Kemungkinan terdapatnya logam Cr residu di bagian hulu berasal dari sebaran yang terdapat di tanah yang terbawa ke sungai ketika turun hujan. Hal ini karena kromium secara alami tersebar luas di permukaan bumi. No Tabel 4. Konsentrasi Logam Berat Kromium di Air dan Lumpur Endapan Sungai Lokasi S. Ciwalen Hulu S. Ciwalen Hilir S. Cigulampeng Hulu S. Cigulampeng Hilir Kadar Logam Berat Kromium Lumpur Endapan Sungai, mg/kg Air Sungai, Tercuci Residu Cr Cr Cr 6 Cr Cr 6 0,20 0,04 0,22 0,13 0,02 0,22 Pengukuran 12 Juni 2001 Sumber: Penelitian oleh: Puslitbang Sumber Daya Air; Bandung (3) Logam Cr dalam Biota Perairan Tabel 5. Konsentrasi Logam Kromium pada Biota Perairan No. Lokasi Kadar Logam berat Kromium dalam Biota Perairan, mg/kg Jenis biota Tercuci Residu Cr Cr 6 Cr Cr S. Ciwalen Hulu S. Ciwalen Hilir S. Cigulampeng Hulu S. Cigulampeng Hilir Ikan kecil Cacing Ikan kecil Ikan (anak mujair) 0,16 0,07 Pengukuran 12 Juni 2001 Sumber: Penelitian oleh: Puslitbang Sumber Daya Air; Bandung 0,09 0,24 0,04 0,09 D-3-5

6 Berdasarkan tabel 5. ada indikasi dari buangan limbah IPK terhadap biota perairan. Untuk logam berat Cr tercuci di bagian hulu kedua sungai tidak terdeteksi tetapi terjadi peningkatan kadar logam Cr di S. Ciwalen hilir menjadi 0,16, dan di S. Cigulampeng hilir menjadi 0,07. Sebaliknya logam berat Cr residu, sejak di bagian hulu dari kedua sungai tersebut telah ditemukan. Pada bagian hulu S. Ciwalen kadar logam berat Cr residu 0,09, meningkat menjadi 0,24 di bagian hilir. Demikian juga di S. Cigulampeng semula di bagian hulu 0,04, meningkat menjadi 0,09 di bagian hilir. Dampak Logam Berat Kromium Terhadap Kesehatan Manusia Berdasarkan pengukuran contoh air, lumpur endapan sungai dan biota perairan di S. Ciwalen dan S. Cigulampeng, logam berat Cr terdapat pada lumpur endapan sungai dan biota perairan, sedangkan dalam contoh air kadarnya tidak terdeteksi. Dari pemeriksaan terhadap lumpur sungai dan biota perairan baik dalam bentuk tercuci maupun residu, kadar logam berat Cr valensi VI ( heksavalent) tidak terdeteksi. Karena yang diperiksa dalam contoh-contoh tersebut kadar Cr total, maka kandungan Cr dalam lumpur sungai dan biota kemungkinan terdiri dari logam Cr valensi dua dan Cr valensi tiga (trivalent). Dampak logam berat Cr terhadap kesehatan melalui oral relatif kecil, dan tergantung tingkat oksidasinya. Menurut International Agency for Research on Cancer (IARC), Cr heksavalent termasuk klasifikasi kelompok 1 (bersifat karsinogenik pada manusia), sedangkan Cr trivalent termasuk dalam kelompok 3 (tidak dik lasifikasikan karsinogenik bagi manusia). Pengaruh Cr trivalent yang terdapat dalam makanan relatif aman pada batas 0,20 mg/hari. Cr heksavalent meracuni hati, ginjal dan organ pernafasan yang berpengaruh dengan terjadinya pendarahan dan luka yang bernanah kronis pada kulit. Menurut John De Zuane, P.E. dalam Handbook of Drinking Water Quality, 1997 dari penelitian hewan percobaan Cr heksavalent dalam 60 hari mempunyai No Observed Adverse Effect Level (NOAEL), yaitu kadar tertinggi di mana dampak negatif tidak teramati sebesar 14,4 mg/kg/hari untuk mencit. Dengan perkiraan faktor keamanan sebesar 100, maka dalam 10 hari ditetapkan untuk anak-anak kadar sebesar 1,4, dan untuk dewasa 5 adalah merupakan batas aman. Peran Pengrajin Industri Penyamakan Kulit dalam Pengelolaan Limbah Ketersediaan air di dunia dinyatakan dalam bentuk Indeks Ketersediaan Air (IKA) yang menyatakan berapa ribu m 3 ketersediaan air alami per orang per tahun. IKA air di P. Jawa adalah 1,6 sedangkan secara nasional 16,8. Seiring dengan pertambahan penduduk dan kesejahteraan maka kebutuhan air makin lama makin meningkat. Sebagai gambaran kebutuhan air di P. Jawa adalah juta m 3 tahun 1990, meningkat menjadi juta m 3 pada tahun 2000, dan diperkirakan menjadi juta m 3 pada tahun Padahal ketersediaan air di musim kering hanya juta m 3 ( Badruddin, 2000). Dengan melihat rendahnya IKA di Jawa, yaitu 1,6 khususnya DPS Cimanuk, maka kualitas air yang berasal dari anak-anak sungai DPS Cimanuk di daerah Garut harus dikelola, antara lain dengan mengolah air IPK Sukaregang. Hal ini dapat dilakukan apabila para pengrajin diberi pengertian tentang ketersediaan air secara kualitas dan kulaitas yang setiap tahun makin menurun, sedangkan kebutuhan air makin makin meningkat terutama di musim kemarau. D-3-6

7 Saat ini sebanyak 3 zone IPK Sukaregang, Garut, telah dilengkapi dengan IPAL yaitu pada zone I, II dan VI yaitu sekitar 52,38 % limbah telah tertangani, tetapi logam berat Cr terdapat pada lumpur endapan sungai dan biota perairan di Sungai Ciwalen dan Cigulampeng. Ini berarti peran pengajin IPK masih harus ditingkatkan. Peningkatan peran pengrajin IPK Sukaregang terdiri dari: Penambahan Bangunan Fisik Saat ini jumlah Bak Pra Sedimentasi di IPK Sukaregang berdasarkan zone berkisar 6 14,30 % (tabel 6), setiap pengrajin diharapkan dapat membangun bak Pra Sedimentasi karena relatif murah. Fungsi pra sedimentasi untuk pengolahan awal sebelum diolah ke IPAL gabungan. Tabel 6. Rincian Industri Kulit Sukaregang berdasarkan Zona Industri Zone Bak Pra Sedimentasi Jumlah Unit Usaha I II III IV V VI Persentase Bak Pra Sedimentasi per Zone 14,30 % 11,70 % 6,25 % 16 % 12 % 14,30 % Dengan adanya bak Pra Sedimentasi ini, maka beban limbah yang diolah di IPAL gabungan menjadi ringan, disamping itu dapat mengurangi jumlah logam Cr ke IPAL, karena terendapkan bersama kotoran / lumpur lainnya. Tetapi di sini harus diperhatikan, karena lumpur yang terkumpul harus diolah lebih lanjut karena mengandung logam Cr. Peningkatan Pengetahuan Sumber Daya Manusia (SDM): Kemampuan dan pengetahuan SDM pemilik pabrik atau pengrajin harus ditingkatkan dengan berbagai kursus tentang pengelolaan dan dampak limbah, sumber daya air serta lingkungan, sehingga kepedulian terhadap kelestarian lingkungan meningkat. Pengetahuan pengrajin belum memadai untuk pengelolaan limbah penyamakan kulit, padahal limbah IPK mengandung logam berat Cr yang berbahaya bagi lingkungan terutama bentuk Cr 6 (hexavalent). Menerapkan Konsep Daur Ulang: IPAL bukan salah satu penyelesaian dalam menanggulangi pencemaran IPK, karena IPAL sendiri memproduksi lumpur secara berkala yang mengandung logam berat Cr. Pengrajin dapat mendaur ulang lumpur IPAL menjadi bata sebagai bahan bangunan, sehingga kelestarian sungai terjaga, karena lumpur IPAL yang mengandung logam berat Cr tidak dibuang ke sungai. KESIMPULAN 1. Dalam proses penyamakan kulit dipakai bahan penyamak kulit Krom dan Sulfida yang merupakan Bahan Beracun Berbahaya (B3). 2. Terjadi penurunan kualitas air sungai di hilir industri setelah menerima buangan limbah, yang ditunjukkan dalam peningkatan kadar pencemar, yaitu di SungaiCiwalen : DHL: 140%; ZPT: 128%; Amoniak: 197%; Nitrit: 167%; Nitrat: D-3-7

8 145%; N-Organik: 289%; KmnO4: 433%; BOD: 477% dan COD: 404%, sedangkan di Sungai Cigulampeng: DHL: 60%; ZPT: 55%; Amoniak: 210%; Nitrit: 493%; Nitrat: 106%; N-Organik: 400%; KmnO4: 131%; BOD: 166% dan COD: 150%. 3. Logam berat Cr tidak terdeteksi dalam air. Kadar Cr tercuci dalam lumpur di S. Ciwalen hilir: 0,04 mg/kg, dan di S. Cigulampeng hilir: 0,02 mg/kg; sedangkan logam Cr tercuci dalam biota perairan di S. Ciwalen hilir 0,16 mg/kg dan S. Cigulampeng hilir 0,07 mg/kg. 4. Tiga dari enam Zone industri telah dilengkapi dengan IPAL, yaitu di Zone I, II dan VI, dengan jumlah limbah yang telah diolah 52,40% dari total yang dihasilkan. Sehingga peran pengajin IPK masih harus ditingkatkan, yaitu dengan cara: (a)penambahan bangunan fisik; (b) p eningkatan pengetahuan sumber daya manusia (SDM); (c) menerapkan konsep daur ulang. DAFTAR PUSTAKA Anonim. Departemen Kesehatan Dasar Penetapan Dampak Kualitas Air Terhadap Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Badruddin, Machbub. Pengelolaan Sumber Daya Air Berwawasan Lingkungan pada Pengembangan Wilayah. Orasi Pengukuhan Ahli Peneliti Utama. Jakarta: 6 Juni, Hoogrstraten, Van R.J. and Nolting, R.F. Trace and Major Element in Sediment and in Porewater from the North Western Basin of the Medditerranean Sea. NIOZ Repport no The Netherlands John De Zuane, P.E. Handbook of Drinking Water Quality. Van Nostrand Reinhold. New York Hidayat, Ratna dan Simon S. Brahmana. Pengelolaan Sumberdaya Air Di Era Otonomi Daerah. Penelitian Puslitbang Sumber Daya Air, Bandung: 12 Juni D-3-8

AIR LIMBAH INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT

AIR LIMBAH INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT BAB VI AIR LIMBAH INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT 6.1. Karakteristik Umum Suatu industri penyamakan kulit umumnya menghasilkan limbah cair yang memiliki 9 (sembilan) kelompok pencemar yaitu : 1) Patogen, 2)

Lebih terperinci

PROSES PRODUKSI INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT

PROSES PRODUKSI INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT BAB III PROSES PRODUKSI INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT 3.1. Industri Penyamakan Kulit Industri penyamakan kulit adalah industri yang mengolah berbagai macam kulit mentah, kulit setengah jadi (kulit pikel, kulit

Lebih terperinci

MODUL TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI KULIT. Oleh : Dr. Muhammad Irfan Said, S.Pt, M.P

MODUL TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI KULIT. Oleh : Dr. Muhammad Irfan Said, S.Pt, M.P MODUL TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI KULIT Oleh : Dr. Muhammad Irfan Said, S.Pt, M.P Program Studi Teknologi Hasil Ternak Fak.Peternakan Universitas Hasanuddin TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya perkembangan industri, semakin menimbulkan masalah. Karena limbah yang dihasilkan di sekitar lingkungan hidup menyebabkan timbulnya pencemaran udara, air

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari proses soaking, liming, deliming, bating, pickling, tanning, dyeing,

BAB I PENDAHULUAN. dari proses soaking, liming, deliming, bating, pickling, tanning, dyeing, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri penyamakan kulit merupakan salah satu industri rumah tangga yang sering dipermasalahkan karena limbahnya yang berpotensi mencemari lingkungan yang ada di sekitarnya

Lebih terperinci

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan Industri Tahu 1. Faktor Penyebab Terjadinya Pencemaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya dan pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya dan pada umumnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya dan pada umumnya yang mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gas/uap. Maka dari itu, bumi merupaka satu-satunya planet dalam Tata Surya. yang memiliki kehidupan (Kodoatie, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. gas/uap. Maka dari itu, bumi merupaka satu-satunya planet dalam Tata Surya. yang memiliki kehidupan (Kodoatie, 2012). 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Air adalah salah satu kekayaan alam yang ada di bumi. Air merupakan salah satu material pembentuk kehidupan di bumi. Tidak ada satu pun planet di jagad raya ini yang

Lebih terperinci

LIMBAH CAIR PENYAMAKAN KULIT DENGAN TANAMAN

LIMBAH CAIR PENYAMAKAN KULIT DENGAN TANAMAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan pencemaran air yang disebabkan oleh industri penyamakan kulit di kawasan Sukaregang, Kabupaten Garut terus menjadi sorotan berbagai pihak. Industri ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mandi, mencuci, dan sebagainya. Di sisi lain, air mudah sekali terkontaminasi oleh

I. PENDAHULUAN. mandi, mencuci, dan sebagainya. Di sisi lain, air mudah sekali terkontaminasi oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan yang sangat pokok bagi kehidupan, karena selain dikonsumsi, juga digunakan dalam berbagai aktivitas kehidupan seperti memasak, mandi, mencuci, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di tengah era globalisasi ini industri pangan mulai berkembang dengan pesat. Perkembangan industri pangan tersebut disebabkan oleh semakin meningkatnya laju pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia (Sunu, 2001). seperti Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat,

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia (Sunu, 2001). seperti Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan di bidang industri dan teknologi membawa kesejahteraan khususnya di sektor ekonomi. Namun demikian, ternyata juga menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan,

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Perolehan Organicremoval Hasil pembuatan organicremoval dari kulit singkong dan kulit kacang tanah dari 100 gram kulit mentah diperoleh hasil sebagai berikut (Tabel

Lebih terperinci

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN Seiring dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk dan pesatnya proses industrialisasi jasa di DKI Jakarta, kualitas lingkungan hidup juga menurun akibat pencemaran. Pemukiman yang padat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Air merupakan zat kehidupan, dimana tidak satupun makhluk hidup di planet bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 65 75% dari berat

Lebih terperinci

Analisis Zat Padat (TDS,TSS,FDS,VDS,VSS,FSS)

Analisis Zat Padat (TDS,TSS,FDS,VDS,VSS,FSS) Analisis Zat Padat (TDS,TSS,FDS,VDS,VSS,FSS) Padatan (solid) merupakan segala sesuatu bahan selain air itu sendiri. Zat padat dalam air ditemui 2 kelompok zat yaitu zat terlarut seperti garam dan molekul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah adalah material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan konsep buatan dan konsekuensi dari adanya aktivitas manusia. Di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang timbul akibat meningkatnya kegiatan manusia adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air karena menerima beban pencemaran yang melampui daya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Masalah Air Limbah Rumah Sakit

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Masalah Air Limbah Rumah Sakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Masalah Air Limbah Rumah Sakit Pencemaran air limbah sebagai salah satu dampak pembangunan di berbagai bidang disamping memberikan manfaat bagi kesejahteraan rakyat. Selain itu peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kulit jadi merupakan kulit hewan yang disamak (diawetkan) atau kulit

BAB I PENDAHULUAN. Kulit jadi merupakan kulit hewan yang disamak (diawetkan) atau kulit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kulit jadi merupakan kulit hewan yang disamak (diawetkan) atau kulit bebas bulu dan urat di bawah kulit. Pekerjaan penyamakan kulit mempergunakan air dalam jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan suatu unsur penting dalam kehidupan manusia untuk berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat konsumsi air minum dalam kemasan semakin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hampir 100 perusahaan atau pabrik kelapa sawit baik milik

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hampir 100 perusahaan atau pabrik kelapa sawit baik milik 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki hampir 100 perusahaan atau pabrik kelapa sawit baik milik negara maupun swasta. Masing-masing pabrik akan memiliki andil cukup besar dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri berat maupun yang berupa industri ringan (Sugiharto, 2008). Sragen

BAB I PENDAHULUAN. industri berat maupun yang berupa industri ringan (Sugiharto, 2008). Sragen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai usaha telah dilaksanakan oleh pemerintah pada akhir-akhir ini untuk meningkatkan taraf hidup serta kesejahteraan masyarakat yang dicita-citakan yaitu masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ini diberikan perlakuan untuk memanipulasi objek penelitian disertai dengan

BAB III METODE PENELITIAN. ini diberikan perlakuan untuk memanipulasi objek penelitian disertai dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, karena pada penelitian ini diberikan perlakuan untuk memanipulasi objek penelitian disertai dengan adanya kontrol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air limbah merupakan air sisa dari suatu kegiatan dan biasanya air limbah dibuang ke sungai, sedangkan air sungai menjadi salah satu sumber air bagi kehidupan mahluk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Medan diantaranya adalah pemotongan hewan, pengadaan, dan penyaluran daging

BAB I PENDAHULUAN. Medan diantaranya adalah pemotongan hewan, pengadaan, dan penyaluran daging 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan Daerah Rumah Potong Hewan (PD RPH) Kota Medan secara administratif berada di wilayah Kota Medan Kecamatan Medan Deli tepatnya Kelurahan Mabar Hilir. PD

Lebih terperinci

Waterlettuce (Pistia statiotes L.) as Biofilter

Waterlettuce (Pistia statiotes L.) as Biofilter EFEKTIVITAS PENURUNAN BAHAN ORGANIK DAN ANORGANIK PADA LIMBAH CAIR PENYAMAKAN KULIT MENGGUNAKAN TUMBUHAN KAYU APU ( (Pistia statiotes L.) SEBAGAI BIOFILTER Decreasing Effectiveness of Organic and Inorganic

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya kegiatan manusia akan menimbulkan berbagai masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air karena menerima beban pencemaran yang melampaui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkebunan dan domestik (Asmadi dan Suharno, 2012). limbah cair yang tidak ditangani dengan semestinya. Di berbagai tempat

BAB I PENDAHULUAN. perkebunan dan domestik (Asmadi dan Suharno, 2012). limbah cair yang tidak ditangani dengan semestinya. Di berbagai tempat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya kegiatan manusia merupakan salah satu penyebab tercemarnya air pada sumber-sumber air karena menerima beban pencemaran yang melampaui daya dukungnya. Pencemaran

Lebih terperinci

BAB V ANALISA AIR LIMBAH

BAB V ANALISA AIR LIMBAH BAB V ANALISA AIR LIMBAH Analisa air limbah merupakan cara untuk mengetahui karakteristik dari air limbah yang dihasilkan serta mengetahui cara pengujian dari air limbah yang akan diuji sebagai karakteristik

Lebih terperinci

DAMPAK PENGOPERASIAN INDUSTRI TEKSTIL DI DAS GARANG HILIR TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR DAN AIR PASOKAN PDAM KOTA SEMARANG

DAMPAK PENGOPERASIAN INDUSTRI TEKSTIL DI DAS GARANG HILIR TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR DAN AIR PASOKAN PDAM KOTA SEMARANG DAMPAK PENGOPERASIAN INDUSTRI TEKSTIL DI DAS GARANG HILIR TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR DAN AIR PASOKAN PDAM KOTA SEMARANG Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Aktivitas pencemaran lingkungan yang dihasilkan dari suatu kegiatan industri merupakan suatu masalah yang sangat umum dan sulit untuk dipecahkan pada saat

Lebih terperinci

METODE SAMPLING & PENGAWETAN SAMPEL

METODE SAMPLING & PENGAWETAN SAMPEL METODE SAMPLING & PENGAWETAN SAMPEL PENDAHULUAN Memegang peranan sangat penting akan mempengaruhi data hasil analisis. Apabila terdapat kesalahan dalam pengambilan contoh, maka contoh yang diambil tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Purbalingga adalah salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang berada di dekat lereng Gunung Slamet. Jumlah penduduk Purbalingga pada tahun 2013 mencapai 884.683

Lebih terperinci

BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI PELAPISAN LOGAM

BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI PELAPISAN LOGAM L A M P I R A N 268 BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI PELAPISAN LOGAM PARAMETER KADAR MAKSIMUM BEBAN PENCEMARAN MAKSIMUM (gram/ton) TSS 20 0,40 Sianida Total (CN) tersisa 0,2 0,004 Krom Total (Cr) 0,5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan zaman, membuat masyarakat terpacu memberikan kontribusi untuk membangun. Pembangunan yang terjadi tidak hanya dari satu sektor, tetapi banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri penyamakan kulit merupakan industri yang dapat mengubah kulit mentah menjadi kulit yang memiliki nilai ekonomi tinggi melalui proses penyamakan, akan tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Garut merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Garut merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Garut merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang memiliki potensi pengembangan klaster industri dengan berbagai macam produknya. Sentra Industri Kecil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan

BAB I PENDAHULUAN. Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. laju pembangunan telah membawa perubahan dalam beberapa aspek kehidupan

BAB I PENGANTAR. laju pembangunan telah membawa perubahan dalam beberapa aspek kehidupan BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Manusia memiliki hubungan timbal balik dengan lingkungannya. Secara alamiah, hubungan timbal balik tersebut terdapat antara manusia sebagai individu dan manusia sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pabrik tahu merupakan industri kecil (rumah tangga) yang jarang memiliki instalasi pengolahan limbah dengan pertimbangan biaya yang sangat besar dalam pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Keberadaan industri dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat namun juga tidak jarang merugikan masyarakat, yaitu berupa timbulnya pencemaran lingkungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri tahu di Indonesia telah berkontribusi secara nyata dalam

I. PENDAHULUAN. Industri tahu di Indonesia telah berkontribusi secara nyata dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri tahu di Indonesia telah berkontribusi secara nyata dalam penyediaan pangan bergizi karena kandungan proteinnya setara dengan protein hewan (Sarwono dan Saragih,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tambah kecuali sekedar mempermudah sistem pembuangan. adalah mengolah masukan (input) menjadi keluaran (ouput).

BAB I PENDAHULUAN. tambah kecuali sekedar mempermudah sistem pembuangan. adalah mengolah masukan (input) menjadi keluaran (ouput). BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomi. Limbah tersebut dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kacang kedelai yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Selain

I. PENDAHULUAN. kacang kedelai yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Selain I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tahu merupakan salah satu jenis makanan sumber protein dengan bahan dasar kacang kedelai yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Selain mengandung gizi yang baik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin besarnya laju perkembangan penduduk dan industrialisasi di Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan. Padatnya pemukiman dan kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun gas dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. maupun gas dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Lingkungan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses industrialisasi tidak dapat melepaskan diri dari efek negatif yang ditimbulkannya. Adanya bahan sisa industri baik yang berbentuk padat, cair, maupun gas dapat

Lebih terperinci

barang tentu akan semakin beraneka ragam pula hasil buangan sampingnya. Dari

barang tentu akan semakin beraneka ragam pula hasil buangan sampingnya. Dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin pesatnya pertumbuhan industri yang beraneka ragam sudah barang tentu akan semakin beraneka ragam pula hasil buangan sampingnya. Dari berbagai macam kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan sektor industri menyebabkan peningkatan berbagai kasus

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan sektor industri menyebabkan peningkatan berbagai kasus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan sektor industri menyebabkan peningkatan berbagai kasus pencemaran terhadap sumber-sumber air, tanah, dan udara. Banyak industri yang tidak menyadari bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya aktifitas berbagai macam industri menyebabkan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya aktifitas berbagai macam industri menyebabkan semakin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya aktifitas berbagai macam industri menyebabkan semakin besarnya limbah yang di hasilkan dari waktu ke waktu. Konsekuensinya adalah beban badan air selama

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Air Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat di daratan, perairan lepas pantai (off shore water) dan perairan laut. Ekosistem air yang terdapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Air Kualitas air secara biologis ditentukan oleh banyak parameter, yaitu parameter mikroba pencemar, patogen dan penghasil toksin. Banyak mikroba yang sering bercampur

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Organik Cair Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab pencemaran berupa zat atau bahan yang dianggap tidak memiliki manfaat bagi masyarakat.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan pesisir dikenal sebagai ekosistem perairan yang memiliki potensi sumberdaya yang sangat besar. Wilayah tersebut telah banyak dimanfaatkan dan memberikan sumbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, industri tepung aren menghasilkan limbah cair dan limbah padat.

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, industri tepung aren menghasilkan limbah cair dan limbah padat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, industri tepung aren menghasilkan limbah cair dan limbah padat. Limbah cair berasal dari proses pemarutan/pelepasan pati dari serat dan pengendapan tepung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai potensi yang cukup besar untuk pengembangan industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh cukup pesat. Pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada saat ini pembangunan di Indonesia mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal ini diiringi dengan semakin meningkatnya perkembangan dan kemajuan di bidang industri.

Lebih terperinci

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN (1)Yovi Kurniawan (1)SHE spv PT. TIV. Pandaan Kabupaten Pasuruan ABSTRAK PT. Tirta Investama Pabrik Pandaan Pasuruan

Lebih terperinci

PENGOLAHAN LIMBAH PEWARNAAN KONVEKSI DENGAN BANTUAN ADSORBEN AMPAS TEBU DAN ACTIVATED SLUDGE

PENGOLAHAN LIMBAH PEWARNAAN KONVEKSI DENGAN BANTUAN ADSORBEN AMPAS TEBU DAN ACTIVATED SLUDGE PENGOLAHAN LIMBAH PEWARNAAN KONVEKSI DENGAN BANTUAN ADSORBEN AMPAS TEBU DAN ACTIVATED SLUDGE Deddy Kurniawan W, Fahmi Arifan, Tri Yuni Kusharharyati Jurusan Teknik Kimia PSD III Teknik, UNDIP Semarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semua makhluk hidup memerlukan air. Manusia sebagian tubuhnya terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Semua makhluk hidup memerlukan air. Manusia sebagian tubuhnya terdiri BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Salah satu sumber daya alam yang pokok dalam kehidupan adalah air. Semua makhluk hidup memerlukan air. Manusia sebagian tubuhnya terdiri atas air. Metabolisme yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Limbah cair atau yang biasa disebut air limbah merupakan salah satu jenis limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat. Sifatnya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya, setiap kegiatan industri menghasilkan suatu permasalahan lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Salah satu permasalahan lingkungan yang dihadapi oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya sektor industri pertanian meningkatkan kesejahteraan dan mempermudah manusia dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak

Lebih terperinci

PENGOLAHAN LIMBAH PABRIK MIE INSTAN

PENGOLAHAN LIMBAH PABRIK MIE INSTAN PENGOLAHAN LIMBAH PABRIK MIE INSTAN Di sususn oleh 1. Intan Rosita Maharani (P27834113004) 2. Burhan Handono (P27834113013) 3. Amalia Roswita (P27834113022) 4. Fitriyati Mukhlishoh (P27834113031) 5. Moch.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.59/Menlhk/Setjen/Kum.1/7/2016 TENTANG BAKU MUTU LINDI BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

UJI TOKSISITAS AKUT LIMBAH CAIR INDUSTRI BATIK DENGAN BIOTA UJI IKAN NILA (oreochromis Niloticus) dan TUMBUHAN KAYU APU (PISTA STRATIOTES)

UJI TOKSISITAS AKUT LIMBAH CAIR INDUSTRI BATIK DENGAN BIOTA UJI IKAN NILA (oreochromis Niloticus) dan TUMBUHAN KAYU APU (PISTA STRATIOTES) UJI TOKSISITAS AKUT LIMBAH CAIR INDUSTRI BATIK DENGAN BIOTA UJI IKAN NILA (oreochromis Niloticus) dan TUMBUHAN KAYU APU (PISTA STRATIOTES) BRIAN PRAMUDITA 3310100032 DOSEN PEMBIMBING: BIEBY VOIJANT TANGAHU

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan salah satu sektor yang menjadi tulang

I. PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan salah satu sektor yang menjadi tulang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor industri merupakan salah satu sektor yang menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia. Perkembangan sektor industri memiliki peran penting dalam memberikan dampak

Lebih terperinci

Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) BPPT 1

Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) BPPT 1 Bab i pendahuluan Masalah pencemaran lingkungan oleh air limbah saat ini sudah sampai pada tahap yang mengkhawatirkan seperti halnya di DKI Jakarta. Beban polutan organik yang dibuang ke badan sungai atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan sektor industri menjadi salah satu sektor penting, dimana keberadaannya berdampak positif dalam pembangunan suatu wilayah karena dengan adanya industri maka

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Ketaatan Terhadap Kewajiban Mengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dengan IPAL

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Ketaatan Terhadap Kewajiban Mengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dengan IPAL BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Ketaatan Terhadap Kewajiban Mengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dengan IPAL Berdasarkan hasil pengamatan sarana pengolahan limbah cair pada 19 rumah sakit di Kota Denpasar bahwa terdapat

Lebih terperinci

sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).

sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, sangat banyak perusahaan atau industri yang menghasilkan produk baik dalam skala kecil, menengah dan bahkan dalam skala besar. Selain menghasilkan produk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bidang preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan), rehabilitatif maupun

I. PENDAHULUAN. bidang preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan), rehabilitatif maupun I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan institusi pelayanan bidang kesehatan dengan bidang preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan), rehabilitatif maupun promotif (Kusumanto,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup. Sebagian besar bumi terdiri atas air karena luas daratan lebih kecil dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penampilannya atau lebih tahan tehadap korosi dan keausan. Dampak negatif dari

BAB I PENDAHULUAN. penampilannya atau lebih tahan tehadap korosi dan keausan. Dampak negatif dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan berkembangnya kegiatan industri dapat membawa dampak positif maupun dampak negatif. Salah satu contohnya adalah industri pelapisan logam.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi. Manusia menggunakan air untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Onggok Sebelum Pretreatment Onggok yang digunakan dalam penelitian ini, didapatkan langsung dari pabrik tepung tapioka di daerah Tanah Baru, kota Bogor. Onggok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai secara umum memiliki tingkat turbiditas yang lebih tinggi dibandingkan dengan air

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Linda Maulidia Kosasih, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Linda Maulidia Kosasih, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan pembangunan industri adalah salah satu kegiatan sektor ekonomi bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Bagi Negara-negara yang sedang berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. air di kota besar di Indonesia, telah menunjukkan gejala yang cukup serius,

BAB I PENDAHULUAN. air di kota besar di Indonesia, telah menunjukkan gejala yang cukup serius, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah pencemaran lingkungan khususnya masalah pencemaran air di kota besar di Indonesia, telah menunjukkan gejala yang cukup serius, penyebab dari pencemaran tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu yang sudah tidak memiliki nilai manfaat lagi, baik itu yang bersifat basah

BAB I PENDAHULUAN. suatu yang sudah tidak memiliki nilai manfaat lagi, baik itu yang bersifat basah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Limbah adalah sisa dari suatu usaha atau aktivitas yang dianggap sebagai suatu yang sudah tidak memiliki nilai manfaat lagi, baik itu yang bersifat basah maupun kering,

Lebih terperinci

I. Tujuan Setelah praktikum, mahasiswa dapat : 1. Menentukan waktu pengendapan optimum dalam bak sedimentasi 2. Menentukan efisiensi pengendapan

I. Tujuan Setelah praktikum, mahasiswa dapat : 1. Menentukan waktu pengendapan optimum dalam bak sedimentasi 2. Menentukan efisiensi pengendapan I. Tujuan Setelah praktikum, mahasiswa dapat : 1. Menentukan waktu pengendapan optimum dalam bak sedimentasi 2. Menentukan efisiensi pengendapan II. Dasar Teori Sedimentasi adalah pemisahan solid dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa

BAB I PENDAHULUAN. air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekitar 80% air minum yang digunakan oleh manusia dibuang atau menjadi air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa pencucian barang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian yang berjudul Tingkat Toksisitas Limbah Cair Industri Gula Tebu Tanpa Melalui Proses IPAL Terhadap Daphnia magna telah dilakukan. Hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber pendapatan, juga memiliki sisi negatif yaitu berupa limbah cair. Limbah cair yang dihasilkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran tidak hanya berasal dari buangan industri tetapi dapat berasal

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran tidak hanya berasal dari buangan industri tetapi dapat berasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah pencemaran lingkungan khususnya pencemaran air di negara berkembang seperti Indonesia saat ini telah menunjukkan gejala cukup serius dan harus segera mendapat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan dan kemudian ditimbang. Penimbangan dilakukan sampai diperoleh bobot konstan. Rumus untuk perhitungan TSS adalah sebagai berikut: TSS = bobot residu pada kertas saring volume contoh Pengukuran absorbans

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air buangan merupakan limbah yang dihasilkan oleh kegiatan yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Jenis limbah cair ini dibedakan lagi atas sumber aktifitasnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kimia: Meliputi Kimia Organik, Seperti : Minyak, lemak, protein. Besaran yang biasa di

BAB I PENDAHULUAN. Kimia: Meliputi Kimia Organik, Seperti : Minyak, lemak, protein. Besaran yang biasa di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Air adalah semua air yang terdapat di alam atau berasal dari sumber air, dan terdapat di atas permukaan tanah, tidak termasuk dalam pengertian ini air yang terdapat

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTEK

LAPORAN KERJA PRAKTEK LAPORAN KERJA PRAKTEK INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) PT. SIER (Surabaya Industrial Estate Rungkut) Diajukan oleh: Debbie Ariella Pongpalilu / 5203012037 Mujizatum Mariyah / 5203012043 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2011

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2011 36 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2011 di Laboratorium Kimia Analitik, Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas

Lebih terperinci

PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL

PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL PENDAHULUAN 1. AIR Air merupakan sumber alam yang sangat penting di dunia, karena tanpa air kehidupan tidak dapat berlangsung. Air juga banyak mendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan panas bumi dan Iain-lain. Pertumbuhan industri akan membawa dampak positif,

BAB I PENDAHULUAN. dan panas bumi dan Iain-lain. Pertumbuhan industri akan membawa dampak positif, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan industri di Indonesia semakin pesat dalam bermacammacam bidang, mulai dari industri pertanian, industri tekstil, industri elektroplating dan galvanis,

Lebih terperinci

BAB V HASIL MONITORING IPAL PT. United Tractor Tbk

BAB V HASIL MONITORING IPAL PT. United Tractor Tbk BAB V HASIL MONITORING IPAL PT. United Tractor Tbk 5.1. Hasil Analisa Laboratorium Setelah pelaksanaan konstruksi IPAL Produksi PT. United Tractors Tbk selesai dilakukan, maka tahap berikutnya adalah dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup lilin untuk membentuk corak hiasannya, membentuk sebuah bidang pewarnaan. Batik merupakan salah satu kekayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan/atau kegiatan wajib melakukan pengolahan limbah hasil usaha dan/atau

BAB I PENDAHULUAN. dan/atau kegiatan wajib melakukan pengolahan limbah hasil usaha dan/atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-undang No.23 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Bab V Pasal 16 ayat 1 menyatakan bahwa Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib

Lebih terperinci

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2014 TENTANG

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2014 TENTANG - 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2013 TENTANG BAGI INDUSTRI DAN/ATAU KEGIATAN USAHA LAINNYA

Lebih terperinci

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS 13.1. Pendahuluan Tepung beras merupakan bahan baku makanan yang sangat luas sekali penggunaannya. Tepung beras dipakai sebagai bahan pembuat roti, mie dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan pembangunan termasuk industri tidak hanya mampu menyerap tenaga kerja, namun turut pula menyebabkan dampak negatif apabila tidak dikelola secara benar. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri yang pesat ternyata membawa dampak bagi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri yang pesat ternyata membawa dampak bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri yang pesat ternyata membawa dampak bagi kehidupan manusia, baik yang bersifat positif maupun negatif. Dampak yang positif sangat diharapkan oleh

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. lingkungan adalah industri kecil tahu. Industri tahu merupakan salah satu industri

PENDAHULUAN. lingkungan adalah industri kecil tahu. Industri tahu merupakan salah satu industri 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu industri kecil yang banyak mendapat sorotan dari segi lingkungan adalah industri kecil tahu. Industri tahu merupakan salah satu industri yang menghasilkan limbah

Lebih terperinci