BAB 4 IDENTIFIKASI DAN ANALISA LINGKUNG USAHA MENGGUNAKAN PORTER 5 FORCE

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 IDENTIFIKASI DAN ANALISA LINGKUNG USAHA MENGGUNAKAN PORTER 5 FORCE"

Transkripsi

1 BAB 4 IDENTIFIKASI DAN ANALISA LINGKUNG USAHA MENGGUNAKAN PORTER 5 FORCE 4.1 IDENTIFIKASI LINGKUNGAN USAHA Lingkungan usaha yang akan diindentifikasi dalam penelitian ini adalah lingkungan usaha dari industri jasa backhaul GSM melalui satelit. Lingkungan usaha ini akan dianalisa dengan menggunakan Porter 5 Forces. Untuk mengkuantitasi setiap ancaman dan tekanan analisa juga menggunakan metoda External/Internal Factor Evaluation matrix. Faktor-faktor yang didapatkan melalui Porter 5 Forces ini akan diberi bobot terendah 0 dan tertinggi 1, nol berarti faktor tidak penting dan satu sangat penting, total bobot setiap tekanan/ancaman adalah satu, selanjutnya setiap faktor di rating/skor dengan menggunakan data yang ada dan dianalisa terhadap kesesuaian kondisi yang ada dengan faktor tersebut. Rating 1 untuk tekanan/ancaman rendah. 2 untuk tekanan/ancaman cenderung rendah, 3 untuk tekanan/ancaman cenderung tinggi, 4 untuk tekanan/ancaman tinggi. Jika ancaman/tekanan tinggi ratingnya 4 atau 3, jika tekanan/ancaman rendah maka ratingnya 1 atau 2. Bobot dan rating dikalikan menjadi bobot rating selanjutnya bobot rating ini dijumlahkan yang akan menjadi bobot rating akhir dari setiap tekanan. Bobot rating tersebut akan digolongkan menjadi dua, yaitu: tekanan/ancaman rendah jika bobot rating dibawah rata-rata, dalam hal ini rataratanya adalah 2.5, Tekanan/ancaman tinggi jika bobot rating nya lebih dari 2.5. Tekanan/ancaman ini digunakan untuk melihat tekanan pada industri secara keseluruhan. Bila mayoritas rendah, maka tekanan industri secara keseluruhan adalah rendah atau sebaliknya jika mayoritas tekanan tinggi maka tekanan industri secara keseluruhan adalah tinggi Tekanan Pendatang Baru 35

2 Pendatang baru pada suatu industri membawa kapasitas baru, keinginan merebut bagian pasar, serta seringkali juga membawa sumber daya yang besar. Akibatnya harga menjadi turun atau biaya membengkak sehingga mengurangi laba yang diperoleh bagi pemain eksisting. Ancaman masuknya pendatang baru ke dalam industri tergantung pada rintangan masuk yang ada, digabung dengan reaksi dari para pesaing yang sudah ada yang dapat diperkirakan oleh pendatang baru. Berdasarkan hal tersebut faktor-faktor dari tekanan pendatang baru dan indikatornya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4. 1Faktor dari ancaman pendatang baru No. Faktor Indikator 1 Skala Ekonomi Ukuran minimum produk agar bisa menguntungkan 2 Diferensiasi produk Produk pendatang baru memiliki diferensiasi 3 Kebutuhan Modal Biaya investasi awal besar 4 Biaya Pengalihan Biaya beralih ke produk dari pendatang baru tinggi 5 Kebijakan pemerintah Pemerintah mengizinkan masuknya pemain baru Tekanan Pembeli Daya tawar pembeli mempengaruhi tekanan yang diterima oleh industri. Semakin besar tekanan yang diberikan oleh pembeli maka tekanan yang diterima oleh industri juga akan semakin besar. Faktor-faktor pada tabel berikut ini adalah faktor yang dapat mempengaruhi tekanan pada industri dari tekanan pembeli. 36

3 Tabel 4. 2 Faktor dari tekanan pembeli No. Faktor Indikator 1 Pangsa pasar pembeli Pembeli terbatas pada industri tertentu 2 Volume produk Pembelian produk harus dalam jumlah besar 3 Laba pembeli Pembeli mengalami penurunan laba 4 Biaya Pengalihan Besarnya biaya untuk beralih ke produk lain 5 Porsi biaya produk Porsi biaya produk terhadap total pengeluaran pelanggan Ancaman dari Produk Pengganti Semua perusahaan dalam suatu industri bersaing dengan industri-industri yang menghasilkan produk pengganti. Semakin menarik harga yang ditawarkan oleh produk pengganti, makin ketat laba dalam industri tersebut. Produk-produk pengganti adalah produk lain yang dapat menjalankan fungsi yang sama seperti dalam industri. Tabel berikut ini memperlihatkan faktor dari tekanan produk substitusi. Tabel 4. 3 Faktor dari ancaman produk pengganti No. Faktor Indikator 1 Produk pengganti Ada produk pengganti 2 Tarif produk Tarif produk pengganti lebih murah 3 Biaya Pengalihan Besarnya biaya untuk beralih ke produk lain 37

4 4.1.4 Tekanan Pemasok Pemasok terdiri dari semua sumber yang diperlukan untuk menghasilkan produk atau jasa. Pemasok memiliki peran yang besar dalam bisnis. Pemasok siap memberikan modal, tenaga kerja, bahan, dan sebagainya kepada suatu perusahaan. Tekanan yang diberikan dari tekanan pemasok memiliki faktorfaktor seperti terdapat pada tabel di bawah ini. Tabel 4. 4 Faktor dari tekanan pemasok No. Faktor Indikator 1 Dominasi pemasok Industri pemasok didominasi sedikit perusahaan 2 Produk pemasok Tersedia produk pengganti 3 Diferensiasi produk pemasok Produk di pasok oleh banyak pemasok 4 Biaya pengalihan Besarnya biaya untuk beralih ke produk lain Tekanan Persaingan Internal dalam Industri Persaingan internal dalam industri dapat terjadi dalam bentuk persaingan harga, peningkatan pelayanan, dan jaminan terhadap pelanggan. Persaingan terjadi karena satu atau lebih pesaing merasakan adanya tekanan atau melihat peluang untuk memperbaiki posisi. Terjadinya persaingan ini dapat juga menjadi sebuah keuntungan karena perusahaan dituntut untuk terus meningkatkan pelayanan kepada pembeli sehingga tidak kalah oleh pesaingnya. Faktor dari tekanan persaingan internal dalam industri ini dapat dilihat pada tabel berikut. 38

5 Tabel 4. 5 Faktor dari tekanan persaingan internal dalam industri No. Faktor Indikator 1 Jumlah pesaing Jumlah pemain banyak 2 Diferensiasi produk Tidak banyak perbedaan produk diantara pemain 3 Pertumbuhan Industri Pertumbuhan industri yang lamban 4 Biaya tetap Biaya tetap yang tinggi 5 Hambatan pengunduran diri Hambatan pengunduran diri yang tinggi 4.2 ANALISA LINGKUNGAN USAHA Lingkungan usaha dalam industri backhaul GSM menggunakan satelit akan dianalisa dengan metode Porter 5 Forces sesuai dengan faktor-faktor yang telah teridentifikasi di atas Tekanan Pendatang Baru Tekanan pendatang baru ini memiliki beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut akan dianalisa satu-persatu sesuai dengan keadaan yang ada Ukuran minimum produk agar bisa menguntungkan Pasar yang akan dimasuki akan menjadi salah satu faktor dalam melihat tekanan yang disebabkan oleh pendatang baru. Bila pasar tidak harus dimasuki dalam skala besar, akan banyak pendatang baru yang dapat memasuki bisnis ini dan akan menambah tekanan dari tekanan pendatang baru. Pasar dalam industri backhaul GSM menggunakan satelit tidak harus dimasuki dalam skala besar. Pelanggan adalah para operator GSM di Indonesia yaitu 5 pelanggan. Tidak semua operator GSM yang menyewa layanan backhaul melalui GSM ke perusahaan penyedia layanan ini karena sudah dapat ditangani atau ada divisi khusus di perusahaannya yang menangani backhaul melalui satelit. BTS yang akan di hubungkan dengan BSC adalah BTS yang berada di daerah remote 39

6 dimana lalulintas percakapan atau data tidak begitu besar, sehingga pelanggan hanya membutuhkan kapasitas backhaul dengan jumlah minimal bisa hanya satu E1 bahkan setengah E1. Dengan demikian tekanan dari skala ekonomi cukup tinggi, karena akan penyedia tidak perlu memberikan layanan dalam jumlah besar Loyalitas pelanggan Backhaul seluler melalui satelit adalah bagian dari jaringan yang vital bagi operator seluler untuk memberikan layanan kepada pelanggan nya. Setiap gangguan pada ketersediaan backhaul ini akan menyebabkan tidak adanya layanan pelanggan dan akan menyebabkan hilangnya pendapatan. Ketersediaan layanan backhaul dinyatakan dalam availability. Ukuran prestasi atau kualitas layanan adalah availability jika penyedia layanan backhaul mempunyai availability yang tidak sesuai dengan yang diinginkan maka pembeli dalam hal ini operator seluler selain mininta restitusi juga akan memberikan peringatan yang keras kepada penyedia layanan. Pemutusan kerjasama bisa saja terjadi jika availability nya tidak kunjung baik. Faktor loyalitas pembeli dalam hal ini lebih didominasi dari seberapa baiknya penyedia layanan dapat memberikan availability layanan. Layanan backhaul seluler menggunakan satelit biasanya digunakan di lokasi-lokasi remote dan terpencil dimana infrastruktur belum bagus terutama ketersedian listrik dari PLN belum tersedia 24 jam sehingga penyedia layanan perlu membuat sumber listrik cadangan agar layanan tetap tersedia. Dengan keterbatasan infrastruktur dan akses ke loasi yang cukup sulit maka usaha penyedia layanan untuk mempertahan availability yang baik sangat perlu usaha-usaha yang keras. Dengan demikian tekanan pada faktor loyalitas pelanggan ini cukup tinggi. 40

7 Besarnya biaya investasi awal Investasi awal akan menentukan apakah pendatang baru akan mudah untuk memasuki sebuah industri atau tidak. Semakin kecil biaya investasi awal yang dibutuhkan akan semakin mudah pula bagi pendatang baru untuk memasuki industri tersebut. Bila pendatang baru mudah untuk memasuki industri berarti tekanan yang akan dialami oleh industri tersebut akan semakin tinggi. Investasi awal untuk memasuki bisnis backhaul GSM menggunakan satelit cukup besar. Biaya terdiri dari Capex atau investasi dan Opex yang paling utama adalah sewa transponder. Untuk dapat menjadi penyedia jasa backhaul GSM menggunakan satelit dibutuhkan investasi awal minimal sebesar USD yang terdiri dari investasi Hardware untuk 2E1 kapasitas minimal agar dapat menguntungkan dan sewa transponder satelit minimal 5 Mhz. Jika menyewa satelit Palapa D extended-c band sewa satu transponder 36 MHz USD 975 ribu, maka sewa 5 M adalah USD setahun, atau USD perbulan. Tabel 4. 6 Contoh biaya investasi backhaul GSM melali satelit No. Item Unit Harga (USD) Total (USD) 1 Antena VSAT 4.5m Single Package Transceiver (SPT) 10 w Modem CDM Asesoris 2 set Total Kisaran harga ini berarti investasi awal yang dibutuhkan cukup besar dengan investasi USD ditambah biaya pengiriman dan biaya instalasi, opex perbulan USD 11 ribu dan hanya menyewakan dua E1, dengan 41

8 penamambahan E1 akan diperlukan investasi peralatan tambahan dan sewa transponder tambahan. Tidak mudah juga untuk mendapatkan sewa transponder dengan jumlah kurang dari satu transponder, jika tidak diperoleh sewa per MHz, dengan menyewa satu transponder penuh 36 MHz perlu di hitung kembali pemanfaatan sisa bandwidth sehingga dapat menghasilkan pendapatan dan menutupi biaya sewa, bisa dengan memperbanyak backhaul yang disewakan dimana ini tergantung dari pembeli, atau digunakan untuk keperluan lain Biaya peralihan ke produk pendatang baru Biaya peralihan (switching cost) adalah biaya tetap yang harus dikeluarkan pembeli ketika mengganti produk atau jasa, biaya ini muncul karena pembeli yang mengganti produk harus menyesuaikan dengan spesifikasi produk yang baru, kemampuan SDM yang harus menyesuaikan menggunakan produk baru. Biaya peralihan yang besar akan menyulitkan pemain baru untuk masuk ke industri, sebagai contoh software ERP (Enterprise Resource Planing) adalah produk yang mempunyai biaya peralihan yang tinggi. Sekali suatu perusahaan menggunakan satu system ERP biaya peralihan untuk menggunakan ERP dari penjual lain akan besar karena produk baru mempunyai karakteristik yang berbeda. Di bisnis backhaul GSM menggunakan satelit biaya peralihan tidak begitu besar karena yang disewa adalah suatu yang standar internasional, jadi siapapun penjualnya karakteristik nya akan sama yaitu transmisi E1, hanya ada seikit peruhana pada konfigurasi atau data base pembeli. Dengan demikian tekanan dari biaya peralihan bagi industri backhaul menggunakan satelit tinggi Pemerintah mengizinkan masuknya pendatang baru Tujuan dari sebuah peraturan yang dibuat pemerintah adalah agar semua pelaku industri dapat bersaing secara sehat dalam batasan-batasan yang jelas. Efek dari ada atau tidaknya dukungan pemerintah terhadap pemain baru adalah dalam tekanan yang dihasilkan oleh pendatang baru tersebut. Dukungan pemerintah dalam masuknya pemain baru akan membuat tekanan dari pendatang 42

9 baru menjadi semakin tinggi karena akan membuat banyak pendatang baru untuk masuk ke dalam industri. Perusahaan yang memberikan layanan backhaul GSM menggunakan satelit perlu mempunyai izin penyelenggaraan Jaringan Tetap Tertutup yang dikeluarkan dalam bentuk Kepmen. Saat ini Pemerintah melalui Dirjen Postel membuka bagi yang akan memiliki izin penyelenggaraan jaringan tertutup dengan mengikuti porsedur dirjen postel yang sudah ditetapkan. Berita mengenai terbukanya peluang usaha Jartup VSAT dapt dilihat pada lampiran Tekanan Pembeli Faktor dari tekanan pembeli ini akan melihat tekanan-tekanan yang diberikan terhadap industri backhaul GSM menggunakan satelit yag berasal dari sisi pembeli Pembeli terbatas pada industri tertentu Terbatasnya pasar yang ada pada sebuah industri akan menyebabkan munculnya tekanan yang ditimbulkan dari tekanan pembeli. Pasar tidak akan berkembang dengan baik bila pasar yang ada terbatas. Pada tahun 2010 jumlah BTS seluler di Indonesia ada BTS menurut data Asosiasi Telekomunikasi Seluler Indonesia (ATSI). Yang menggunakan transmisi satelit sebagai backhaul BTS tersebut dapat diperkirakan sekitar 2% nya atau sekitar lokasi. Dari gambaran ini terlihat bahwa pasar industri backhaul GSM menggunakan satelit terbatas pada operator GSM atau operator selluler yang melakukan ekspansi layanan ke daerah-daerah terpencil atau daerah yang belum terjangkau oleh infrastruktur microwave atau Fiber Optik. Pasar di industri backhaul GSM menggunakan satelit terbatas dengan demikian tekanan pembeli cukup besar dari sisi pasar. 43

10 Pembelian produk harus dalam jumlah besar Jumlah produk yang dibeli oleh pembeli dari penjual akan menentukan tekanan kepada penjual, pembelian dalam jumlah besar ke satu perusahaan dibandingkan dengan total semua pembelian akan memberikan tekanan dari pembeli kepada penjual. Pembeli yang membeli dengan jumlah besar akan memberikan tekanan lebih besar dari pada membeli dengan jumlah sedikit. Dalam industri backhaul GSM menggunakan satelit pembeli dapat menyewa dalam jumlah kecil hanya sewa satu E1 dan dapat juga membeli dalam jumlah besar sampai ratusan E1. Dengan demikian tekanan dari sisi ini tergantung seberapa besar pembeli saat ini membeli kepada penjual Pembeli mengalami penurunan laba Salah satu faktor kemampuan pembeli untuk melakukan pembelian produk adalah seberapa besar pembeli mendapatkan laba dari usahanya, jika laba pembeli mengalami penurunan dapat menyebabkan penundaan atau bahkan pembatalan pembelian produk dan akan melakukan pembelian produk berdasarkan prioritas. Di dalam industri backhaul GSM menggunakan satelit yang pembelinya adalah pada operatar GSM, saat ini dengan persaingan yang sangat ketat dengan salah satu strategi yang diunggulkan adalah berlomba-lomba menurunkan tarif ini akan menyebabkan ARPU dari operator GSM terus menurun dari tahun ketahun. Sebagai gambaran tabel dibawah ini adalah ARPU Telkomsel, terlihat bahwa ARPU dari tahun ketahun mengalami penurunan. 44

11 Tabel 4. 7 ARPU Telkomsel Total ARPU (ribu Rp.) Postpaid kartuhalo Prepaid Simpati Prepaid kartu AS Blended Non-voice ARPU Postpaid kartuhalo Prepaid Simpati Prepaid kartu AS Blended Effecive ARPU Dengan demikian tekanan pembeli dari faktor penurunan laba pembeli cukup besar Porsi biaya produk terhadap total pengeluaran pembeli Backhaul GSM merupakan salah satu industri yang penting sebagai sarana telekomunikasi di dunia seluler. Backhaul adalah yang menghubungkan BTS dengan BSC, BSC dengan MSC, MSC dengan MSC dan MSC dengan operator lainya baik sesama jaringan seluler maupun PLMN. Dapat di lihat pada laporan tahunan Telkomsel tahun 2009, Opex untuk Transmisi Rp Milyar dari total biaya Operation and Maintenance sebesar Rp Milyar atau 31% dari biaya O&M adalah untuk transmisi atau backhaul. Total biaya sewa backhaul yang menggunakan satelit Rp. 1.3 triliun atau 6% dari total biaya Opex, biaya yang dikeluarkan oleh pembeli untuk sewa backhaul cukup besar dan menjadi sangat penting untuk dijadikan perhatian bagi operator GSM. Dengan demikian tekanan pembeli dari sisi ini menjadi cukup besar karena para operator akan berusaha untuk menurunkan biaya sewa. 45

12 4.2.3 Tekanan Produk Substitusi Adanya produk subtitusi membuat tekanan terhadap sebuah industri. Dalam industri Backhaul GSM menggunakan satelit, akan dilihat beberapa faktor yang berhubungan dengan tekanan produk subtitusi Ada produk pengganti Backhaul GSM menggunakan satelit memiliki keunggulan dan kekurangan dibandingkan dengan teknologi transmisi lain, Tabel 4. 8 Keuntungan dan kekurangan menggunakan satelit Keuntungan menggunakan satelit 1. Jangkauan yang luas bisa melayani pada footprint nya bisa 1/3 bumi 2. Tidak tergantung pada infrastruktur terrestrial; 3. Instalasi statsiun bumi yang cepat; 4. Komunikasi dapat dilakukan dari titik ke titik atau dari satu titik ke banyak titik secara broadcasting 5. Layanan luas: voice, data, video 6. Satu lokasi statsiun bumi tidak tergantung dari lokasi lain. Kekurangan menggunakan satelit 1. Ada delay dan interferensi 2. Terpengaruh cuaca jika curah hujan tinggi 3. Adanya gejala Sun Outage dan eclipse Dengan karakteristik seperti itu maka backhaul menggunakan satelit sangat cocok untuk BTS yang didirikan di daerah terpencil atau di pulau-pulau yang belum terjangkau oleh jaringan terestrial atau Fiber Optik. Jika jaringan terestrial seperti microwave atau fiber optik sudah menjangkau suatu daerah maka operator GSM akan mengalihkan backhaul satelit ke backhaul microwave atau fiber optik. Dengan kondisi ini tekanan dari produk pengganti ini cukup tinggi. 46

13 Tarif produk pengganti lebih murah Produk penganti backhaul GSM menuggunakan satelit adalah transmisi microwave dan Fiber Optik. Dengan kemajuan teknologi saat ini dapat menciptakan perangkat atau software yang dapat mengefisienkan sumber daya frekuensi, sehingga biaya Bit/Hz menjadi lebih murah. Dengan demikian biaya sewa cenderung turun. Saat ini biaya sewa backhaul menggunakan satelit USD 8300 per E1 per bulan, sedangkan backhaul menggunakan Fiber Optik USD 890 per E1 per bulan, sewa backhaul menggunakan microwave lebih murah lagi antara USD 150 sampai USD 400 per E1 per bulan. Dengan kondisi perbandingan harga diatas maka tekanan dari acanaman produk pengganti dari sisi tarif produk cukup tinggi Biaya pengalihan Produk pengganti backhaul satelit adalah fiber optik atau microwave terestrial yang mempunyai keterbatasan yaitu layanan belum sampai ke daerahdaerah remote, bisa saja dipaksakan produk pengganti ini sampai ke daerah rural akan tetapi memerlukan biaya pembangunan yang sangat tinggi dan akan tidak ekonomis dari segi perhitungan bisnisdengan demikian dalam hal biaya pengalihan besar sehingga tekanan dari biaya pengalihan produk pengganti rendah Tekanan Pemasok Pemasok dapat memberikan tekanan yang besar kepada sebuah industri. Dalam hal industri backhaul GSM menggunakan satelit tekanan yang ada bila dilihat dari tekanan pemasok akan terbagi dalam beberapa faktor Industri pemasok didominasi oleh sedikit perusahaan Pemasok terdiri dari semua sumber yang diperlukan untuk menghasilkan produk atau jasa. Pemasok untuk sistem backhaul GSM menggunakan satelit 47

14 terdiri dari perangkat atau ground segmen dan space segmen yaitu bandwidth satelit atau transponder. Saat ini vendor produk peralatan statsiun bumi tidak terlalu banyak dipasar terutama untuk Antena Parabola, HPA (High Power Amplifier), Transceiver, Modem satelit, Downconverter, Upconverter didominasi oleh vendor-vendor besar seperti: Comtech, Miteq, CPI, Paradise dan sampai saat ini belum ada produk lokal yang dapat menyediakan perangkat ini, perangkat perlu di impor dari luar negri. Untuk kebutuhan transponder perlu dicari ketersediaan satelit dengan footprint yang sesuai dengan lokasi yang akan dipasang, frekuensi yang akan dipakai serta ketersediaan transponder yang kosong pada satelit, ada beberapa pilihan satelit di atas wilayah Indonesia, baik satelit milik Indonesia maupun satelit asing yang bisa disewa, dengan biaya sewa pertransponder pertahun yang berkisar USD 1 juta per transponder 36MHz per tahun. Dengan kondisi ini tekanan dari sisi industri pemasok cukup tinggi Diferensiasi produk pemasok Yang dimaksud diferensiasi produk adalah produk yang berbeda dari yang ada, karakteristik yang berbeda, agar lebih menarik akan tetapi mempunyai fungsi yang sama. Di industri backhaul GSM menggunakan satelit diferensiasi produk statsiun bumi belum banyak dilakukan karena setiap bagian mempunyai fungsi tertentu yang sudah standar. Teknologi yang bisa dilakukan diantaranya menggunakan modem CnC (Carrier in Carrier) yaitu frekuensi Transmit dan frekuensi Receive menggunakan frekuensi yang sama dengan demikian akan menghemat bandwidth. Teknologi ini sudah digunakan akan tetapi jumlahnya masih belum banyak. Perkembangan lain adalah dengan menggunakan sistem TDMA untuk lebih mengefisienkan bandwidth, teknologi ini sudah digunakan untuk BTS kecil (pico BTS) seperti untuk program USO (universal Service Obligation) dimana kapasitas BTS hanya maksimal 8 channel pembicaraan. Untuk BTS yang besar dengan kapasitas 1E1 atau 30 channel Voice teknologi TDMA belum di aplikasi di Indonesia. Dengan demikian tekanan dari sisi diferensiasi produk tidak begitu tinggi. 48

15 4.2.5 Tekanan Persaingan Internal dalam Industri Salah satu indikator dari persaingan usaha adalah Concentration Ratio (CR). CR mengindikasikan persentase dari pangsa pasar setiap perusahaan. Nilai yang tinggi menggambarkan konsentrasi pangsa pasar yang tinggi oleh sebuah perusahaan, atau dengan kata lain industri tersebut terkonsentrasi. Adanya konsentrasi pasar membuat kondisi kompetisi lebih mendekati monopoli. Nilai konsentrasi yang rendah menggambarkan tidak ada perusahaan yang memiliki pangsa pasar yang signifikan. Pasar ini disebut pasar yang kompetitif. Dalam mengukur tekanan yang dihadapi industri backhaul GSM menggunakan satelitdari tekanan persaingan internal dalam industri, ada beberapa faktor yang digunakan Jumlah pemain banyak Semakin banyak jumlah pemain dalam sebuah industri maka akan meningkatkan rivalitas dalam industri tersebut. Hal ini disebabkan karena setiap perusahaan harus berkompetisi untuk memperebutkan pelanggan dan sumber daya yang sama. Rivalitas tersebut akan menjadi semakin intensif bila setiap perusahaan juga memiliki pangsa pasar yang sama. Dalam industri backhaul GSM menggunakan satelit di Indonesia, ada setidaknya 10 perusahaan penyedia jasa layanan backhaul seluler 8 diantaranya penyedia melalui satelit. Kedelapan perusahaan tersebut memiliki pangsa pasar yang sama, yaitu para operator GSM di Indonesia yang memerlukan koneksi menggunakan satelit. Walaupun jumlah total BTS sudah mencapai BTS menurut Asosiasi Telekomunikasi Seluler Indonesia (ATSI), yang memerlukan koneksi satelit hanya sebagian kecilnya, porsi ini yang perebutkan oleh 8 perusahaan penyedian backhaul GSM menggunakan satelit. Dengan demikian tekanan dari sisi jumlah pemain cukup tinggi. 49

16 Pertumbuhan industri yang lamban Pertumbuhan industri yang lamban menyebabkan tingkat kompetisi meningkat dalam memperebutkan pangsa pasar. Dalam sebuah pasar yang terus menerus tumbuh, setiap perusahaan akan dapat meningkatkan pendapatannya dengan semakin berkembangnya pasar tersebut. Grafik dibawah ini hasil penelitian NSR menggambarkan pertumbuhan backhaul menggunakan satelit secara global [5]. Pertumbuhan pasar dalam industri backhaul GSM menggunakan satelit tergolong lambat, karena mengalami pertumbuhan kurang dari 5%. Gambar 4. 1 Pertumbuhan pasar industri backhaul melalui satelit Biaya tetap yang tinggi Biaya tetap yang perlu dikeluarkan untuk memberikan pelayanan jasa backhaul menggunakan satelit yang paling besar adalah biaya sewa transponder. Backhaul seluler menggunakan satelit di Indonesia menggunakan satelit geostatsioner dengan beberapa pilihan satelit baik satelit milik perusahaan Indonesia maupun satelit asing. Pita frekuensi yang digunakan adalah pita C dengan frekuensi atau 50

17 pita extended C, frekuensi yang digunakan setiap pita diilustrasikan pada gambar 4.3. Pita frekuensi Ku di Indonesia tidak digunakan oleh para penyedia layanan backhaul seluler menggunakan satelit karena resiko outage ketika terjadi hujan, semakin besar frekuensi maka degradasi signal karena huan akan semakin besar [2]. Gambar 4. 2 Redaman karena hujan sebagai fungsi frekuensi Gambar 4. 3 Pita frekuensi satelit Palapa D 51

18 Biaya sewa transponder ditentukan dari beberapa faktor yaitu satelit mana yang akan disewa, footprint, umur satelit, apakah satelit incline atau tidak. Ada beberapa pilihan satelit yang biasa dipakai oleh penyedia jasa backhaul yaitu satelit: Palapa D, Telkom 2, Jcsat, Apstar V, Apstar VI, Agila 2, Palapa C, Posisi orbit dan biaya sewa maing-masing satelit dapat dilihat pada gambar 4.44 dan gambar 4.5 Gambar 4. 4 Satelit yang biasa digunakan backhaul seluler di Indonesia 3,000 2,500 2,000 1,500 1, Telko m 2 MHz/bulan 2,546 Palapa D Apstar V Apstar VI Agila 2 Palapa C 2,257 1,704 1,704 1,157 1,042 Gambar 4. 5 Biayaa sewa satelit per MHz/bulan dalam USD Saat ini sewa transponder C band antara USD per MHz per bulan tergantung satelitnya, kendala lainnya tidak semua operator satelit dapat menyewakan per Mhz tapi minimal seperempat atau setengah transponder. untuk 52

19 menyiapkan satu E1 diperlukan setidaknya bandwidth 2.4 Mhz untuk Transmit dan Receive, sedangkan sewa transponder minimal 1 Mhz dengan demikian perlu sewa minimal 3 Mhz untuk satu E1, jika menggunakan satelit Palap D berarti sewa bandwidt minimal 3 x 2257 USD per bulan. Dengan hanya menyewakan satu E1 belum menutupi biaya tetap minimal untuk sewa transponder, agar bisa menguntungkan minimal menyewakan 2 E1 ke opetaror GSM, dengan demikian memerlukan bandwidth 2 x 2.4 atau 4.8 MHz sewa transpondernya 5 Mhz dengan biaya sewa transponder perbulan USD jika menggunakan satelit Palapa D, dengan biaya tetap yang tinggi ini hanya pemain yang cukup ahli untuk mengelola bisnis ini yang akan memenangkan persaingan, dengan demikiantekanan biaya tetap dari pesaing lain cukup rendah. Dari analisa setiap faktor-faktor dalam 5 ancaman dan tekanan model Porter 5 forces dapat di rangkum dalam tabel-tabel 4.9 sampai angka Rangking diperoleh dari hasil analisa setiap faktor yang sudah dibahas pada sub bab 4.2: Tabel 4. 9 Ancaman pendatang baru (Threat of new entrants) No. Faktor Indikator Bobot Rangking Nilai 1 Skala Ukuran minimum produk Ekonomi agar bisa menguntungkan Loyalitas Pelanggan loyal pada pelanggan perusahaan tertentu Kebutuhan Modal Biaya investasi awal besar Biaya Biaya beralih ke produk Pengalihan dari pendatang baru tinggi Kebijakan Pemerintah mengizinkan pemerintah masuknya pemain baru TOTAL TINGGI 53

20 Tabel Kekuatan tawar-menawar pembeli (barganing power of buyer) No. Faktor Indikator Bobot Rangking Nilai 1 Pangsa pasar Pembeli terbatas pada pembeli industri tertentu Volume Pembelian produk harus produk dalam jumlah besar Laba pembeli Pembeli mengalami penurunan laba Biaya Besarnya biaya untuk Pengalihan beralih ke produk lain Porsi biaya produk Porsi biaya terhadap total pengeluaran produk pelanggan TOTAL TINGGI Tabel Ancaman produk pengganti (Threat of substitutes) No. Faktor Indikator Bobot Rangking Nilai 1 Produk pengganti Ada produk pengganti Tarif produk Tarif produk pengganti lebih murah Biaya Besarnya biaya untuk Pengalihan beralih ke produk lain TOTAL TINGGI 54

21 Tabel Kekuatan tawar-menawar pemasok (Barganing power of supplier) No. Faktor Indikator Bobot Rangking Nilai 1 Industri pemasok Dominasi didominasi sedikit pemasok perusahaan Produk Tersedia produk pemasok pengganti Diferensiasi produk pemasok Karakteristik Produk yang bebeda setiap pemasok Biaya Besarnya biaya untuk pengalihan beralih ke produk lain TOTAL TINGGI Tabel Persaingan antar pesaing dalam industri yang sama No. Faktor Indikator Bobot Rangking Nilai 1 Jumlah pesaing Jumlah pemain banyak Diferensiasi Tidak banyak perbedaan produk produk diantara pemain Pertumbuhan Pertumbuhan industri Industri yang lamban Biaya tetap Biaya tetap yang tinggi TOTAL RENDAH 55

22 Tabel Ancaman dan tekanan bisnis backhaul GSM melalui satelit 4.3 STRATEGI LINGKUNGAN USAHA Hasil analisa menggunakan Porter 5 Forces lingkungan usaha backhaul seluler menggunakan satelit seperti pada tabel 4.14 menunjukan bahwa tekanan dari pembeli dengan nilai bobot rating 3.6 menduduki peringkat paling tinggi dibandingkan dengan tekanan dan ancaman lainnya. Dengan kondisi ini para penyedia jasa layanan backhaul aul seluler harus melaksanakan strategi agar tekanan dari pembeli dapat ditangani i dengan tepat sehingga pembeli tetap merasa puas dengan layanan yang diberikan. Kepuasan layanan diukur dalam Service Level Agreements (SLA) yaitu sebuah kontrak dimana dua belah fihak dalam hal ini pembeli dan penyedia layanan telah sepakat tentang terms & condition yang terkait dengan penyedia layanan. Dua hal pokok yang menjadi ukuran kualitas layanan adalah Availability dan MTTR. Availability adalah ketersediaan layanan dalam periode yang sudah ditentukan, availability dinyatakan dalam persentase yaitu rasio antara total waktu layanan tersedia dengan total waktu dalam interval tertentu. Misalkan di bulan Januari layanan suatu u backhaul seluler menggunakan satelit mengalami outage atau layanan tidak tersedia karena ada kerusakan perangkat selama 30 menit sehingga layanan tersedia yaitu : (31 x 24 x 60) 30 = menit, 56

23 jumlah menit pada bulan Januari adalah : 31 x 24 x 60 = menit, dengan demikian availabilitynya 44610/44640 atau 99.93%. Availability inii dihitung setiap minggu dan dirangkum setiap bulan untuk setiap ruas setiap E1. Contoh summary laporan availability dapat dilihat pada lampiran 1. Setiap detik outage yang terjadi pada layanan akan menyebabkan berkuranya biaya sewa atau restitusi akan dikenakan berdasarkan SLA yang sudah disepakati. Dengan demikian semaksimal mungkin outage dapat dihindari atau diminimalkan sehingga biaya sewa tidak berkurang MANAGEMEN OPERASIONAL LAYANAN Untuk menghindarii atau meminimalkan outage dari satu ruas layanan backhaul seluler menggunakan satelit penyedia layanan perlu mempunyai sistem management operasional yang menangani jika ada layanan yang bermasalah dan juga menangani jika ada komplain pembeli. Management Operasi dapat dilihat pada gambar 4.6 Gambar 4. 6 Sistem Managemen Operasi 57

24 Layanan backhaul seluler menggunakan satelit adalah layanan yang diberikan selama 24 jam sehari dan 7 hari seminggu terus menerus selama masa sewa berlangsung, dengan demikian layanan perlu di monitor selama 24 jam. Untuk menangani permasalahan dilapangan perlu ada team khusus yaitu Field Support atau Cluster Engineer sehingga response dan MTTR bisa cepat TEKNOLOGI UNTUK MENGHEMAT BIAYA SEWA TRANSPONDER Tekanan pembeli dari faktor porsi biaya produk seperti pada tabel 4.10 mempunyai tekanan yang tinggi ini akan mendorong pembeli untuk menurunkan biaya sewa yang akan menyebabkan berkurangnya pendapatan penyedia jasa jika tidak melakukan strategi untuk menurunkan biaya investasi atau biaya operasional. Biaya operasional atau OPEX layanan backhaul seluler menggunakan satelit yang paling dominan adalah biaya sewa transponder bisa lebih dari 50% OPEX adalah biaya sewa transponder, dengan demikian perlu dipakai peralatan yang dapat melakukan penghematan penggunaan transponder. Teknologi CnC atau (Carrier in Carrier) yaitu frekuensi Transmit dan frekuensi Receive menggunakan frekuensi yang sama dengan demikian akan menghemat bandwidth satelit sampai 50%. Gambar 4.7 meperlihatkan hasil pengukuran menggunakan spectrum analyzer setelah menggunakan CnC total bandwidth yang digunakan hanya setengahnya dari sebelum menggunakan CnC, dengan demikian dapat menghemat biaya sewa transponder. Lamppiran 4 adalah salah satu contoh modem CnC yang dapat digunakan untuk layanan backhaul seluler menggunakan satelit. 58

25 Sebelum menggunakan CnC Setelah menggunakan CnC Gambar 4. 7 Spektrum CnC 59

BAB 4 PORTER 5 FORCES DALAM INDUSTRI RADIO TRUNKING

BAB 4 PORTER 5 FORCES DALAM INDUSTRI RADIO TRUNKING BAB 4 PORTER 5 FORCES DALAM INDUSTRI RADIO TRUNKING 4.1 IDENTIFIKASI LINGKUNGAN USAHA Lingkungan usaha yang akan diindentifikasi dalam penelitian ini adalah lngkungan usaha dari industri radio trunking.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 PERENCANAAN PENELITIAN DAN TINJAUAN PUSTAKA Langkah pertama dalam melakukan penelitan adalah dengan mengidentifikasi masalah yang ada dan menentukan tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI BACKHAUL GSM MELAUI SATELIT, TINJAUAN TEORI PORTER S 5 FORCE

BAB II DASAR TEORI BACKHAUL GSM MELAUI SATELIT, TINJAUAN TEORI PORTER S 5 FORCE BAB II DASAR TEORI BACKHAUL GSM MELAUI SATELIT, TINJAUAN TEORI PORTER S 5 FORCE 2.1 TEKNOLOGI BACKHAUL GSM MELALUI SATELIT 2.1.1 Arsitektur system GSM Tipikal Arsitektur Jaringan GSM yang telah disederhanakan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS POTENSI PEMANFAATAN TEKNOLOGI BROADBAND WIRELESS ACCESS PADA PITA FREKUENSI 2,3 GHz DI DAERAH USO

BAB V ANALISIS POTENSI PEMANFAATAN TEKNOLOGI BROADBAND WIRELESS ACCESS PADA PITA FREKUENSI 2,3 GHz DI DAERAH USO BAB V ANALISIS POTENSI PEMANFAATAN TEKNOLOGI BROADBAND WIRELESS ACCESS PADA PITA FREKUENSI 2,3 GHz DI DAERAH USO 5.1 Analisa Penggunaan frekuensi 2.3 GHz di Indonesia Pada bab 2 telah disinggung bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terkait dengan pembangunan e-government, kalangan pemerintah daerah (pemda) seringkali menemui kendala terbatasnya sarana komunikasi di wilayahnya. Banyak faktor

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN FASTEL USO WHITE PAPER PELUANG USAHA DI BIDANG PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI

PEMBANGUNAN FASTEL USO WHITE PAPER PELUANG USAHA DI BIDANG PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI T PEMBANGUNAN FASTEL USO WHITE PAPER PELUANG USAHA DI BIDANG PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI DIREKTORAT JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI DIREKTORAT TELEKOMUNIKASI Kata Pengantar Dokumen white paper ini merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin rendahnya pertumbuhan pasar serta tingginya persaingan

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin rendahnya pertumbuhan pasar serta tingginya persaingan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin rendahnya pertumbuhan pasar serta tingginya persaingan khususnya di sektor telekomunikasi, membuat perusahaan lebih cenderung untuk berusaha mempertahankan

Lebih terperinci

FLEXI DAN MIGRASI FREKUENSI

FLEXI DAN MIGRASI FREKUENSI BAB 2. FLEXI DAN MIGRASI FREKUENSI 2.1 TELKOM FLEXI PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom) merupakan perusahaan penyelenggara informasi dan telekomunikasi (InfoComm) serta penyedia jasa dan jaringan telekomunikasi

Lebih terperinci

SISTEM TELEKOMUNIKASI SATELIT

SISTEM TELEKOMUNIKASI SATELIT SISTEM TELEKOMUNIKASI SATELIT PENGERTIAN VSAT VSAT : Very Small Aperture Terminal. Istilah untuk menggambarkan terminal-terminal stasiun bumi dengan diameter yang sangat kecil. VSAT diletakan di site pengguna.

Lebih terperinci

BAB III PERKEMBANGAN BISNIS SELULAR DAN FWA INDOSAT

BAB III PERKEMBANGAN BISNIS SELULAR DAN FWA INDOSAT BAB III PERKEMBANGAN BISNIS SELULAR DAN FWA INDOSAT 3.1 SEKILAS TEKNOLOGI SELULAR DAN FWA Pembahasan teknologi selular dan FWA yang dilakukan pada Sub Bab ini ditekankan pada beberapa aspek teknis yang

Lebih terperinci

Jaringan VSat. Pertemuan X

Jaringan VSat. Pertemuan X Jaringan VSat Pertemuan X Pengertian VSat VSAT atau Very Small Aperture Terminal adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan terminalterminal stasiun bumi dengan diameter yang sangat kecil.

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS PERFORMANSI JARINGAN

BAB 4 ANALISIS PERFORMANSI JARINGAN BAB 4 ANALISIS PERFORMANSI JARINGAN Untuk melakukan analisis dari performansi Bit Error Rate (BER) diperlukan data data yang menunjang analisis tersebut. Untuk mendapatkan data data tersebut dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisa kelayakan..., Deris Riyansyah, FT UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Analisa kelayakan..., Deris Riyansyah, FT UI, Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kebutuhan akan berkomunikasi dimana dan kapan saja merupakan sebuah tuntutan manusia yang dinamis pada saat ini. Salah satu kebutuhan tersebut adalah komunikasi data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan seperti bisnis, perdagangan, rumah tangga, industri, dan

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan seperti bisnis, perdagangan, rumah tangga, industri, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, layanan telekomunikasi memainkan peran yang sangat penting dalam modernisasi kehidupan manusia dan menjadi sangat diperlukan dalam tiap aspek kehidupan

Lebih terperinci

BAB III IMPLEMENTASI VSAT PADA BANK MANDIRI tbk

BAB III IMPLEMENTASI VSAT PADA BANK MANDIRI tbk BAB III IMPLEMENTASI VSAT PADA BANK MANDIRI tbk 3.1. Perencanaan Ruas Bumi Ruas bumi adalah semua perangkat stasiun bumi konsentrator Cipete (hub) termasuk semua terminal di lokasi pelanggan (remote).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pilihan kartu simcard yang ditawarkan oleh penyedia jaringan telekomunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. pilihan kartu simcard yang ditawarkan oleh penyedia jaringan telekomunikasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era persaingan bisnis telekomunikasi seluler yang semakin ketat, semua operator seluler dituntut untuk memberikan yang terbaik bagi pelanggan. Perubahanperubahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memberikan peluang-peluang baru bagi pemain industri telekomunikasi baik

I. PENDAHULUAN. memberikan peluang-peluang baru bagi pemain industri telekomunikasi baik I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Telekomunikasi merupakan salah satu industri yang paling kompetitif di Indonesia. Industri telekomunikasi nasional mengalami pertumbuhan pesat seiring dengan pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tidak pasti dan turbulen baik dari sisi teknologi, regulasi, pasar maupun

I. PENDAHULUAN. tidak pasti dan turbulen baik dari sisi teknologi, regulasi, pasar maupun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lanskap bisnis telekomunikasi mengalami perubahan yang sangat cepat, tidak pasti dan turbulen baik dari sisi teknologi, regulasi, pasar maupun persaingan. Dari sisi teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selama jangka waktu empat tahun terhitung sejak tahun 2006 hingga tahun

BAB I PENDAHULUAN. Selama jangka waktu empat tahun terhitung sejak tahun 2006 hingga tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selama jangka waktu empat tahun terhitung sejak tahun 2006 hingga tahun 2010, pendapatan XL meningkat tiga kali lipat dari Rp 6,4 triliun menjadi Rp 17,6 triliun.

Lebih terperinci

Dalam memberikan masukan penataan frekuensi pada band 3,3-3,5 GHz dalam dokumen ini, dijiwai dengan pandangan-pandangan berikut :

Dalam memberikan masukan penataan frekuensi pada band 3,3-3,5 GHz dalam dokumen ini, dijiwai dengan pandangan-pandangan berikut : Masukan untuk Penataan Frekuensi BWA II (3,3 GHz - 3,5 GHz) Rev. 1.0, 25 Mei 2008 Oleh : Yohan Suryanto (yohan@rambinet.com) Pendahuluan Alokasi Frekuensi BWA di band 3,3-3,5 GHz, sesuai dengan penjelasan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS 5 FORCES PORTER DAN STRATEGI SWOT

BAB 4 ANALISIS 5 FORCES PORTER DAN STRATEGI SWOT BAB 4 ANALISIS 5 FORCES PORTER DAN STRATEGI SWOT 4.1 ANALISIS 5 FORCES PORTER Dalam menentukan strategi diperlukan analisis untuk mendapatkan gambaran dan bukti bukti dari hasil analisa tersebut, bukti

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KINERJA JARINGAN VERY SMALL APERTURE TERMINAL BERDASARKAN DIAMETER ANTENA PELANGGAN DI PASIFIK SATELIT NUSANTARA MEDAN

PERBANDINGAN KINERJA JARINGAN VERY SMALL APERTURE TERMINAL BERDASARKAN DIAMETER ANTENA PELANGGAN DI PASIFIK SATELIT NUSANTARA MEDAN PERBANDINGAN KINERJA JARINGAN VERY SMALL APERTURE TERMINAL BERDASARKAN DIAMETER ANTENA PELANGGAN DI PASIFIK SATELIT NUSANTARA MEDAN Akbar Parlin, Ali Hanafiah Rambe Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada masa persaingan bebas ini, ketika semua aspek kehidupan. terus berkembang, konsumen semakin membutuhkan jasa telekomunikasi

I. PENDAHULUAN. Pada masa persaingan bebas ini, ketika semua aspek kehidupan. terus berkembang, konsumen semakin membutuhkan jasa telekomunikasi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada masa persaingan bebas ini, ketika semua aspek kehidupan terus berkembang, konsumen semakin membutuhkan jasa telekomunikasi yang dapat mendukung aktivitasnya. Menurut

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN GSM. telekomunikasi selular untuk seluruh Eropa oleh ETSI (European

BAB II JARINGAN GSM. telekomunikasi selular untuk seluruh Eropa oleh ETSI (European BAB II JARINGAN GSM 2.1 Sejarah Teknologi GSM GSM muncul pada pertengahan 1991 dan akhirnya dijadikan standar telekomunikasi selular untuk seluruh Eropa oleh ETSI (European Telecomunication Standard Institute).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluler telah diatur dalam Permen Kominfo No 16/2013. Peraturan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. seluler telah diatur dalam Permen Kominfo No 16/2013. Peraturan tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Standar kualitas pelayanan jasa telepon dasar pada jaringan bergerak seluler telah diatur dalam Permen Kominfo No 16/2013. Peraturan tersebut bertujuan untuk menjaga

Lebih terperinci

BAB 2 SISTEM KOMUNIKASI VSAT

BAB 2 SISTEM KOMUNIKASI VSAT BAB 2 SISTEM KOMUNIKASI VSAT 2.1 Konfigurasi Jaringan VSAT Antar stasiun VSAT terhubung dengan satelit melalui Radio Frequency (RF). Hubungan (link) dari stasiun VSAT ke satelit disebut uplink, sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya berbagai macam alat komunikasi yang semakin memudahkan penggunanya

BAB I PENDAHULUAN. adanya berbagai macam alat komunikasi yang semakin memudahkan penggunanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, telekomunikasi telah menjadi hal yang sangat penting bagi masyarakat. Perkembangan teknologi telekomunikasi yang semakin pesat memunculkan adanya

Lebih terperinci

Analisis Industri Telekomunikasi PT XL Axiata, Tbk

Analisis Industri Telekomunikasi PT XL Axiata, Tbk Industrial Competitive Analysis Dosen: Drs Ahmad Jamli, MA Telekomunikasi PT XL Axiata, Tbk Kelompok 2: Candra WP Dwi Joko PWA Eri Ardono S PT XL Axiata, Tbk Pada tahun 1996, XL mulai beroperasi secara

Lebih terperinci

Pasar pengguna ponsel yang diperkirakan mencapai juta pada

Pasar pengguna ponsel yang diperkirakan mencapai juta pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sektor telekomunikasi memang termasuk salah satu industri yang dinamis. Selain dapat menciptakan nilai bisnis yang menggiurkan, perkembangan teknologinya juga

Lebih terperinci

BAB II MANAJEMEN PEMASARAN

BAB II MANAJEMEN PEMASARAN BAB II MANAJEMEN PEMASARAN 2.1 Konsep Pemasaran Pemasaran tidak bisa dipandang sebagai cara yang sempit yaitu sebagai tugas mencari cara-cara yang benar untuk menjual produk/jasa. Pemasaran yang ahli bukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini, kecepatan dan ketepatan dalam melakukan sesuatu hal yang berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. saat ini, kecepatan dan ketepatan dalam melakukan sesuatu hal yang berhubungan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa teknologi informasi kini menjadi suatu hal penting yang digunakan oleh hampir semua organisasi. Dalam era globalisasi saat ini, kecepatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan telekomunikasi di Indonesia pada era globalisasi sekarang ini

I. PENDAHULUAN. Perkembangan telekomunikasi di Indonesia pada era globalisasi sekarang ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan telekomunikasi di Indonesia pada era globalisasi sekarang ini sangat pesat. Salah satunya pada perkembangan telekomunikasi seluler. Mobilitas serta meningkatnya

Lebih terperinci

PORTER 5 FORCES. Analisis potensi..., Dian Lestari, FT UI, 2007

PORTER 5 FORCES. Analisis potensi..., Dian Lestari, FT UI, 2007 BAB 3. PORTER 5 FORCES Pemodelan Porter 5 Forces dikembangkan pertama kali oleh Michael Porter. Porter 5 Forces adalah tool yang digunakan untuk menganalisis bagaimana lingkungan yang kompetitif akan berpengaruh

Lebih terperinci

TEKNOLOGI VSAT. Rizky Yugho Saputra. Abstrak. ::

TEKNOLOGI VSAT. Rizky Yugho Saputra. Abstrak. :: TEKNOLOGI VSAT Rizky Yugho Saputra rizkyugho@gmail.com :: http://rizkyugho.blogspot.co.id/ Abstrak Teknologi VSAT merupakan teknologi telekomunikasi yang memanfaatkan satelit. VSAT atau Very Small Aperture

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN PITA FREKUENSI RADIO 800 MHz UNTUK KEPERLUAN PENYELENGGARAAN JARINGAN BERGERAK SELULER DENGAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber: Laporan Postel Sem.I/2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber: Laporan Postel Sem.I/2014 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan telekomunikasi di Indonesia telah memasuki babak baru dengan semakin berkembang pesatnya industry teknologi informasi. Jangkauan telepon seluler

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis daya saing..., 1 Rani Nur'aini, FT UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Analisis daya saing..., 1 Rani Nur'aini, FT UI, 2009 Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manfaat kompetisi yang semakin ketat di sektor telekomunikasi kini mulai dirasakan oleh masyarakat luas. Persaingan teknologi dan persaingan bisnis antar-operator telah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia bahkan di dunia ini dapat diakui banyak menarik minat para pelaku

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia bahkan di dunia ini dapat diakui banyak menarik minat para pelaku BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini, salah satu industri yang menarik untuk digali mengenai loyalitas pelanggannya adalah industri telekomunikasi seluler. Industri yang mengalami perkembangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Apalagi bagi Negara - negara yang mempunyai rintangan - rintangan alamiah,

BAB 1 PENDAHULUAN. Apalagi bagi Negara - negara yang mempunyai rintangan - rintangan alamiah, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem komunikasi satelit tidak dapat terlepas dari bumi yang kita diami ini, sesuai dengan kegunaan sistem tersebut yang memang untuk memenuhui kebutuhan manusia yang

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG BAB I LATAR BELAKANG Suatu perusahaan didirikan untuk menghasilkan laba yang optimal, dengan adanya laba yang diperoleh tersebut, perusahaan akan memiliki kemampuan untuk berkembang dan mempertahankan

Lebih terperinci

BAB 2 SISTEM KOMUNIKASI VSAT

BAB 2 SISTEM KOMUNIKASI VSAT BAB 2 SISTEM KOMUNIKASI VSAT 2.1 Konfigurasi Sistem Komunikasi Satelit VSAT Dalam jaringan VSAT, satelit melakukan fungsi relay, yaitu menerima sinyal dari ground segment, memperkuatnya dan mengirimkan

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Logo PT. Telekomunikasi Selular (Telkomsel) Sumber: Telkomsel (2015)

Gambar 1.1 Logo PT. Telekomunikasi Selular (Telkomsel) Sumber: Telkomsel (2015) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Gambaran Umum Perusahaan Dalam industri telekomunikasi, terdapat enam pemain yang terlibat dalam menggunakan, menyediakan, dan mengawasi layanan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Studi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Studi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Studi Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dalam beberapa tahun terakhir telah mendukung perkembangan kegiatan pemasaran dan mendorong percepatan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Gambar 1 Pangsa pasar industri telekomunikasi seluler Indonesia 2011

1 PENDAHULUAN. Gambar 1 Pangsa pasar industri telekomunikasi seluler Indonesia 2011 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia (Adam 2011). Jumlahnya menurut catatan World Bank (2010) mencapai 239 870 937 jiwa. Nielsen

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI.i. DAFTAR TABEL..ix. DAFTAR GAMBAR.xi. DAFTAR LAMPIRAN.xii. 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah... 6

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI.i. DAFTAR TABEL..ix. DAFTAR GAMBAR.xi. DAFTAR LAMPIRAN.xii. 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah... 6 DAFTAR ISI DAFTAR ISI.i DAFTAR TABEL..ix DAFTAR GAMBAR.xi DAFTAR LAMPIRAN.xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.1 1.2 Rumusan Masalah... 6 1.3 Tujuan Penelitian 7 1.4 Manfaat Penelitian..7 1.5 Sistematika

Lebih terperinci

TUGAS MAKALAH KOMUNIKASI SATELIT. Teknologi Very Small Aperture Terminal (VSAT)

TUGAS MAKALAH KOMUNIKASI SATELIT. Teknologi Very Small Aperture Terminal (VSAT) TUGAS MAKALAH KOMUNIKASI SATELIT Teknologi Very Small Aperture Terminal (VSAT) Disusun Oleh : Tommy Hidayat 13101110 S1 TEKNIK TELEKOMUNIKASI SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELEMATIKA TELKOM PURWOKERTO 2017

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin pesat pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin pesat pada berbagai aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang semakin pesat pada berbagai aspek kehidupan, salah satunya adalah perkembangan teknologi yang berbasis telekomunikasi. Ini menyebabkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisa yang telah dilakukan pada Bab IV dan diperoleh hasilnya, maka

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisa yang telah dilakukan pada Bab IV dan diperoleh hasilnya, maka BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisa yang telah dilakukan pada Bab IV dan diperoleh hasilnya, maka kesimpulannya adalah sebagai berikut di bawah ini: 1. Berdasarkan hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan berbagai strategi untuk keberlangsungan perusahaan. Ditengah

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan berbagai strategi untuk keberlangsungan perusahaan. Ditengah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan bisnis dewasa ini semakin cepat, banyak perusahaan menerapkan berbagai strategi untuk keberlangsungan perusahaan. Ditengah persaingan yang ketat, bisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, dalam bentuk informasi maupun komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, dalam bentuk informasi maupun komunikasi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan jaman serta era globalisasi yang semakin maju dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, dalam bentuk informasi maupun komunikasi. Sehingga memberikan dampak

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN PITA FREKUENSI RADIO 800 MHz UNTUK KEPERLUAN PENYELENGGARAAN JARINGAN BERGERAK SELULER DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Seiring berkembangnya era globalisasi di Indonesia, banyak muncul industri-industri serta perusahaan baru, salah satu bidang tersebut adalah industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam beberapa dekade terakhir ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berjalan dengan sangat pesat. Perkembangan teknologi telah membawa perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dan analisi eksternal yang dihadapi oleh perusahaan. yang baik, dapat membantu meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dan analisi eksternal yang dihadapi oleh perusahaan. yang baik, dapat membantu meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang penelitian dilakukan, kemudian dilanjutkan dengan beberapa bagian lainnya yang meliputi perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia telekomunikasi di Indonesia begitu pesat. Hal ini ditandai dengan banyak munculnya operator-operator baru sehingga membawa konsekuensi munculnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telekomunikasi di Indonesia. Perkembangan itu dapat terlihat dari satu dekade ini.

BAB I PENDAHULUAN. telekomunikasi di Indonesia. Perkembangan itu dapat terlihat dari satu dekade ini. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan yang sangat signifikan telah terjadi dalam perjalanan industri telekomunikasi di Indonesia. Perkembangan itu dapat terlihat dari satu dekade ini. Banyaknya

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pembobotan dan Peratingan Faktor-Faktor Strategis Internal

Lampiran 1. Pembobotan dan Peratingan Faktor-Faktor Strategis Internal Lampiran. Pembobotan dan Peratingan Faktor-Faktor Strategis Internal No FAKTOR-FAKTOR STRATEGIS INTERNAL RATING RATING BOBOT RATA- KEKUATAN RATA- RATA RATA SKOR Posisi Telkomsel sebagai operator selular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak Pemerintah mengubah pola pengelolaan sektor telekomunikasi di

BAB I PENDAHULUAN. Sejak Pemerintah mengubah pola pengelolaan sektor telekomunikasi di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejak Pemerintah mengubah pola pengelolaan sektor telekomunikasi di Indonesia dari monopoli menjadi kompetisi melalui UU No.36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi,

Lebih terperinci

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 29/P/M.KOMINFO/7/2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini industri telekomunikasi telah menjadi salah satu kontributor

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini industri telekomunikasi telah menjadi salah satu kontributor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini industri telekomunikasi telah menjadi salah satu kontributor pendapatan ekonomi di suatu negara. Bahkan menjadi tolak ukur maju tidaknya ekonomi suatu wilayah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan yang pesat di bidang teknologi komunikasi saat

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan yang pesat di bidang teknologi komunikasi saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan kemajuan yang pesat di bidang teknologi komunikasi saat ini tidak hanya menjadi kebutuhan untuk masyarakat umum saja akan tetapi juga menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memunculkan persaingan yang semakin ketat. Ketatnya persaingan menuntut

I. PENDAHULUAN. memunculkan persaingan yang semakin ketat. Ketatnya persaingan menuntut I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti sekarang ini menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan yang beroprasi di Indonesia. Keadaan tersebut memunculkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipercaya melayani delapan puluh delapan koma delapan juta pelanggan,

BAB I PENDAHULUAN. dipercaya melayani delapan puluh delapan koma delapan juta pelanggan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Telkomsel merupakan operator selular terkemuka di Indonesia yang dimiliki PT Telkom dengan kepemilikan saham sebesar enam puluh lima persen dan SingTel sebesar

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2005 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2005 TENTANG TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Enterprise Resource Planning (ERP) adalah sebuah aplikasi bisnis yang

LANDASAN TEORI. Enterprise Resource Planning (ERP) adalah sebuah aplikasi bisnis yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Enterprise Resource Planning Enterprise Resource Planning (ERP) adalah sebuah aplikasi bisnis yang didisain untuk dapat menyediakan lingkungan yang terintegrasi dan sistematis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Salah satu kebutuhan masyarakat modern adalah kebutuhan sarana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Salah satu kebutuhan masyarakat modern adalah kebutuhan sarana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu kebutuhan masyarakat modern adalah kebutuhan sarana komunikasi. Banyak sarana yang menawarkan produk untuk memenuhiakan kebutuhan konsumen yang praktis

Lebih terperinci

TANTANGAN INDONESIA PADA ERA BROADBAND ICT

TANTANGAN INDONESIA PADA ERA BROADBAND ICT Ditjen SDPPI Kementerian Kominfo TANTANGAN INDONESIA PADA ERA BROADBAND ICT DR.Ir. ISMAIL, MT. Direktur Jenderal SDPPI Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (SDPPI) Kementerian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAYA SAING KONVEKSI SEMAR DI KECAMATAN KARANGPILANG KELURAHAN KEDURUS KOTA SURABAYA

BAB IV ANALISIS DAYA SAING KONVEKSI SEMAR DI KECAMATAN KARANGPILANG KELURAHAN KEDURUS KOTA SURABAYA BAB IV ANALISIS DAYA SAING KONVEKSI SEMAR DI KECAMATAN KARANGPILANG KELURAHAN KEDURUS KOTA SURABAYA A. Analisis Daya Saing Konveksi Semar Daya saing merupakan suatu konsep perbandingan kemampuan dan kinerja

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASANNYA

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASANNYA BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASANNYA Perhitungan nilai ekonomis investasi upgrading LTE akan menentukan kelayakan dari teknologi itu untuk di implementasikan di Indonesia khususnya Jakarta. Biaya investasi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2005 TENTANG TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 25 TENTANG TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telekomunikasi di Indonesia memiliki perkembangan yang sangat cepat seiring

BAB I PENDAHULUAN. telekomunikasi di Indonesia memiliki perkembangan yang sangat cepat seiring BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan telekomunikasi merupakan salah satu perusahaan yang paling dinamis. Seiring dengan perkembangan perubahan teknologi, berbagai macam produk jasa telekomunikasi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2005 TENTANG TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kompetisi pada industri telekomunikasi selular di Indonesia saat ini telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kompetisi pada industri telekomunikasi selular di Indonesia saat ini telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kompetisi pada industri telekomunikasi selular di Indonesia saat ini telah memasuki tahap jenuh. Hal ini ditandai dengan pertumbuhan pendapatan operator telekomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi telekomunikasi di Indonesia menyebabkan semakin banyaknya fasilitas yang ditawarkan seperti video conference, streaming, dan game

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2005 TENTANG TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cepat dirasakan telah membawa pengaruh yang signifikan terhadap. lingkunagan baik secara langsung maupun tidak langsung telah

BAB I PENDAHULUAN. cepat dirasakan telah membawa pengaruh yang signifikan terhadap. lingkunagan baik secara langsung maupun tidak langsung telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedemikian cepat dirasakan telah membawa pengaruh yang signifikan terhadap lingkunagan baik secara langsung

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 10 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Definisi VSAT VSAT merupakan singkatan dari Very Small Aperture Terminal, awalnya merupakan suatu trademark untuk stasiun bumi kecil yang dipasarkan sekitar tahun 1980 oleh

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2005 TENTANG TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat diketahui secara cepat. Informasi global, pengiriman berita dan data

BAB I PENDAHULUAN. dapat diketahui secara cepat. Informasi global, pengiriman berita dan data BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Perkembangan zaman yang sangat pesat mengakibatkan adanya peningkatan globalisasi di bidang teknologi informasi sehingga informasi dapat diketahui secara cepat. Informasi

Lebih terperinci

SISTEM KOMUNIKASI SATELIT DASAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI

SISTEM KOMUNIKASI SATELIT DASAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI SISTEM KOMUNIKASI SATELIT DASAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI Yuyun Siti Rohmah,ST.,MT 1 OUTLINES 1. Sistem komunikasi satelit 2. Arsitektur sistem komunikasi Satelit 3. Implementasi komunikasi satelit dalam kehidupan

Lebih terperinci

PT. PATRA TELEKOMUNIKASI INDONESIA

PT. PATRA TELEKOMUNIKASI INDONESIA ated lete der. tion esia work Sekilas PATRAKOM PT. Patra Telekomunikasi Indonesia (PATRAKOM) berdiri sejak 28 September 1995 adalah penyedia solusi dan jaringan komunikasi dengan ijin Penyelenggara Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bekerja lebih efisien dan efektif serta tanggap mengantisipasi pasar yang akan mereka

BAB I PENDAHULUAN. bekerja lebih efisien dan efektif serta tanggap mengantisipasi pasar yang akan mereka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan perkembangan teknologi, maka dunia usaha pun mengalami perkembangan yang pesat dengan munculnya berbagai perusahaan yang berusaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tinjauan Terhadap Objek Studi Tinjauan Terhadap PT.Telkomsel 1. Sejarah Singkat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tinjauan Terhadap Objek Studi Tinjauan Terhadap PT.Telkomsel 1. Sejarah Singkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Terhadap Objek Studi 1.1.1 Tinjauan Terhadap PT.Telkomsel 1. Sejarah Singkat Telkomsel merupakan salah satu operator terkemuka dari jasa telekomunikasi selular yang ada di

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN DESAIN DAN PERANCANGAN MULTI SITE OPEN BTS 5 DENGAN USRP N210 DAN B210 OLEH: MUHAMMAD DZAKWAN FALIH

HASIL PENELITIAN DESAIN DAN PERANCANGAN MULTI SITE OPEN BTS 5 DENGAN USRP N210 DAN B210 OLEH: MUHAMMAD DZAKWAN FALIH HASIL PENELITIAN DESAIN DAN PERANCANGAN MULTI SITE OPEN BTS 5 DENGAN USRP N210 DAN B210 OLEH: MUHAMMAD DZAKWAN FALIH D3 TEKNIK TELEKOMUNIKASI FAKULTAS ILMU TERPAN TELKOM UNIVERSITY 2017 ABSTRAK Besarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perluasan coverage atau jangkauan dari suatu operator seluler dapat

BAB I PENDAHULUAN. Perluasan coverage atau jangkauan dari suatu operator seluler dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perluasan coverage atau jangkauan dari suatu operator seluler dapat dilakukan tidak hanya pada cakupan nasional dengan membangun BTS (Base Transmission Station) yang

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG PROSEDUR KOORDINASI ANTARA PENYELENGGARA SISTEM PERSONAL COMMUNICATION SYSTEM 1900 DENGAN PENYELENGGARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT Industri Telekomunikasi Indonesia ( INTI ) sebagai Badan Usaha Milik

BAB I PENDAHULUAN. PT Industri Telekomunikasi Indonesia ( INTI ) sebagai Badan Usaha Milik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT Industri Telekomunikasi Indonesia ( INTI ) sebagai Badan Usaha Milik Negara ( BUMN ) berdiri pada tanggal 30 Desember 1974 dengan misi untuk menjadi basis dan

Lebih terperinci

BAB III SISTEM JARINGAN TRANSMISI RADIO GELOMBANG MIKRO PADA KOMUNIKASI SELULER

BAB III SISTEM JARINGAN TRANSMISI RADIO GELOMBANG MIKRO PADA KOMUNIKASI SELULER BAB III SISTEM JARINGAN TRANSMISI RADIO GELOMBANG MIKRO PADA KOMUNIKASI SELULER 3.1 Struktur Jaringan Transmisi pada Seluler 3.1.1 Base Station Subsystem (BSS) Base Station Subsystem (BSS) terdiri dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang yang dapat dikategorikan dalam tiga hal yakni manajemen portfolio, analisis

BAB I PENDAHULUAN. bidang yang dapat dikategorikan dalam tiga hal yakni manajemen portfolio, analisis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Damodaran (2002: 6) ilmu penilaian bisa diterapkan ke banyak bidang yang dapat dikategorikan dalam tiga hal yakni manajemen portfolio, analisis akuisisi, corporate

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semarak bersamaan dengan tumbuhnya pasar permintaan akan jasa

BAB I PENDAHULUAN. semarak bersamaan dengan tumbuhnya pasar permintaan akan jasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, industi telekomunikasi merupakan salah satu jenis industri yang mempunyai pengaruh besar terhadap kelancaran kegiatan ekonomi. Hal ini disebabkan karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. muncul industri-industri serta perusahaan-perusahaan baru, salah satunya bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. muncul industri-industri serta perusahaan-perusahaan baru, salah satunya bidang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan pesatnya perkembangan ekonomi di negara ini, banyak muncul industri-industri serta perusahaan-perusahaan baru, salah satunya bidang teknologi komunikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak pada dunia usaha. Dengan adanya perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak pada dunia usaha. Dengan adanya perkembangan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan kemajuan teknologi yang semakin mengglobal membawa dampak pada dunia usaha. Dengan adanya perkembangan dan kemajuan teknologi, dunia usaha dituntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi pemenuhan kebutuhan transportasi yang cepat dan aman. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. bagi pemenuhan kebutuhan transportasi yang cepat dan aman. Perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin berkembangnya bidang teknologi dan perubahan pola kehidupan manusia yang semakin cepat membuat begitu banyak aktivitas yang harus dilakukan oleh manusia untuk

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam melakukan analisis laporan keuangan, analisis strategi perusahaan menjadi

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam melakukan analisis laporan keuangan, analisis strategi perusahaan menjadi BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Strategi Perusahaan Dalam melakukan analisis laporan keuangan, analisis strategi perusahaan menjadi analisis awal yang digunakan untuk menilai kondisi ekonomis dari suatu

Lebih terperinci

BAB III IMPLEMENTASI JARINGAN VSAT

BAB III IMPLEMENTASI JARINGAN VSAT BAB III IMPLEMENTASI JARINGAN VSAT 3.1. Perencanaan Ruas Bumi (Ground Segment) Jaringan VSAT terdiri dari satu satelit dan dua stasiun bumi sebagai pemancar dan penerima. Jaringan VSAT mampu untuk menghubungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini, tuntutan konsumen atas kualitas layanan komunikasi bergerak atau mobile

BAB I PENDAHULUAN. ini, tuntutan konsumen atas kualitas layanan komunikasi bergerak atau mobile BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pada era persaingan industri selular di Indonesia maupun dunia dewasa ini, tuntutan konsumen atas kualitas layanan komunikasi bergerak atau mobile sangat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa mempercepat informasi yang perlu disampaikan baik yang sifatnya broadcast

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa mempercepat informasi yang perlu disampaikan baik yang sifatnya broadcast BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri telekomunikasi di Indonesia merupakan industri yang sangat penting dan strategis, karena dengan telekomunikasi pemerintah dan masyarakat bisa mempercepat informasi

Lebih terperinci

Bagaimana ber-internet di tengah mahalnya Tarif Telepon?

Bagaimana ber-internet di tengah mahalnya Tarif Telepon? Bagaimana ber-internet di tengah mahalnya Tarif Telepon? Penggunaan Internet makin hari makin menjadi kebutuhan bagi sementara anggota masyarakat. Namun mahalnya tarif telekomunikasi khususnya telepon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAUAN. perkapita penduduk namun masih belum bisa mengukur tingkat kesejahteraan

BAB I PENDAHULAUAN. perkapita penduduk namun masih belum bisa mengukur tingkat kesejahteraan BAB I PENDAHULAUAN 1.1 Latar Belakang Dari tahun ke tahun pertumbuhan perekonomian di Indonesia menunjukkan perkembangan positif. Perkembangan ekonomi diukur berdasarkan salah satu indikator pertumbuhan

Lebih terperinci