Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam memanfaatkan ruang pada masa yang akan datang?

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam memanfaatkan ruang pada masa yang akan datang?"

Transkripsi

1 Marco Kusumawijaya, Efisiensi Pemanfaatan Ruang di Masa Depan Marco Kusumawijaya merupakan seorang urbanis yang memiliki pengalaman yang panjang sebagai seorang arsitek. Pria lulusan Universitas Katolik Parahyangan ini juga dikenal sebagai perancang kota dan perencana, selain dirinya juga menjadi konsultan manajemen perkotaan bagi Pemerintah Kota. Tak hanya sebatas itu, Seorang Marco pun dikenal sebagai jurnalis dengan banyak menelurkan karya-karya tentang issue arsitektur dan perkotaan di Jakarta. Bahkan dalam waktu 10 tahun belakangan, pria berkacamata ini juga aktif terhadap pengembangan lingkungan perkotaan, studi budaya, dan seni. Pemikiran-pemikirannya yang revolusioner memberikan pemahaman multidisiplin urbanisme dan arsitektur, sehingga dirinya banyak berkolaborasi dengan berbagai orang dengan disiplin ilmu guna mengembangkan ide-ide terbaru guna menata ruang kota dengan menekankan pada lingkungan dan kebutuhan jangka panjang. Begitu juga dengan beranjaknya waktu yang tidak memberikan tambahan terhadap ruang hidup. Namun beranjaknya waktu ke masa depan lebih memberikan persoalan tersendiri, karena pada masa yang akan datang jumlah manusia yang menghuni ruang semakin bertambah dan menimbulkan segala permasalahan baru. Meskipun, hingga saat ini pengambil kebijakan atau Pemerintah Kota belum mampu mengatasi permasalahan mendasar yang terjadi di kotakota besar. Ternyata apa yang terjadi saat ini dan masa depan tak lepas dari faktor bagaimana mereka dapat memanfaatkan ruang secara maksimal. Lantas bagaimana visi dari seorang Marco melihat permasalahan kota, lebih kepada kurang efisiennya dalam pemanfaatan ruang. Sehingga pemanfaatan ruang saat ini lebih kepada ekspansi yang berjangka pendek dari pada langkah efisiensi yang berjangka panjang. Bagaimana pandangan dan pemikiran seorang Marco Kusumawijaya dalam memanfaatkan ruang, berikut petikan wawancara antara tim Buletin Tata Ruang dengan Marco Kusumawijaya selaku Director RUJAK Center for Urban Studies: Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam memanfaatkan ruang pada masa yang akan datang? Marco : Saya pikir selama ini pemanfaatan ruang di Indonesia sudah tidak efisien. Kalau kita ditanya bagaimana visi kita kedepan, tentunya pertama kali kita harus mengoreksi apa yang sudah lama yang memang seharusnya telah dikoreksi. Meski demikian, saat ini kita harus bisa memanfaatkan ruang dengan cara-cara yang lestari untuk di masa depan. Jadi maksud saya coba menekankan, jangan selalu berpikir seolah-olah ada hal baru yang akan terjadi pada masa yang akan datang, padahal ada hal mendasar yang tidak pernah dibereskan, salah satunya adalah pemanfaatan ruang yang efisien. Beberapa contoh pemanfaatan ruang yang tidak efisien itu berupa, kita terus menerus memperlebar kota tanpa meningkatkan kapasitas kota atau ruang yang ada. Jadi kita terus ekspansif tanpa meningkatkan ruang yang ada. Seharusnya orientasi pemanfaatan ruang kita ini ada pada intesifikasi bukan ekspansi. Memang intensifikasi ini lebih sulit karena membutuhkan pengorganisasian yang baik, membutuhkan reinvestasi yang terus menerus, tapi justru itu yang harus kita lakukan. Kalau bicara tata ruang dengan pemanfaatan ruang yang lestari bukan sekedar memanfaatkan tetapi juga terus memperbaiki atau meningkatkan ruang itu sendiri. Harus dipaksa jadi memanfaatkan ruang yang intensif tanpa melebar-lebarkan ruang, justru mendorong kita melakukan reinvestasi ke dalam ruang yang ada. Butaru : Bagaimana caranya untuk mewujudkan visi kota lestari tersebut? Marco : Kita bisa lihat dari berbagai segi. Pertama kita tentunya harus memperkecil eksplotasi ekologi berarti mengurangi penggunaan energi, mengurangi modus transportasi dengan mesin dan bahan bakar, meningkatkan transportasi dengan modus tanpa mesin, berarti jalan kaki dan naik sepeda. Juga mengurangi kebutuhan untuk transportasi itu sendiri. Itu berarti membutuhkan tata ruang yang kompak, yang nyaman untuk jalan kaki dan nyaman untuk kendaraan tidak bermesin. Dalam hal ini sepeda. Selain itu tentu menyeimbangkan kembali penggunaan air dengan penyimpanan air, menyeimbangkan kembali emisi polusi dengan penyerapan polusi, saya rasa itu intinya.

2 Butaru : Karena ruang itu tidak bertambah, pada kondisi masa yang akan datang akan terjadi kepadatan penduduk, lalu seperti apakah penataan ruang yang baik? Marco : Karena ruang tidak bertambah, maka kita tidak bisa terus menerus memperlebar penggunaan ruang. Tapi kita harus berusaha menggunakan ruang yang ada dengan lebih banyak orang melalui cara reinvestasi dan penataan kembali. Sehingga ruangan yang sama dapat menampung lebih banyak orang, bukan semakin sedikit menampung orang seperti yang terjadi pada saat ini. Butaru : Langkah apa saja yang harus diambil untuk memperbaiki keadaan ini? Marco : Kalau dari segi tata ruang, kita harus balik kepada prinsip yang tadi saya sebutkan, kita harus mengembalikan kota sebagai tempat hunian, bukan hanya sebagai tempat kerja, baik dalam pengertian harus dikembalikan pada satu tingkat yang nyaman, bukan seperti sekarang yang selalu membagi-bagi secara horisontal. Kita bisa membagi penggunaan ruang secara vertikal. Jadi pengertian land use ini terlalu simple, seolah-olah dibaginya horisontal dan tidak vertikal. Saya rasa jangan dilupakan soal disiplin. Tetapi disiplin yang kurang itu menurut saya dapat ditingkatkan kalau memang penataan ruang itu lebih serius dalam pengertian lebih berdasar pada perhitungan-perhitungan. Menurut saya sekarang itu orang mudah mengubah tata ruang karena dua hal, pertama karena tidak diketahui oleh masyarakat secara luas, dan kedua tidak ada dasar-dasar perhitungan yang tegas. Sehingga seolah-olah kalau diubah sedikit nggak apa-apa deh, sederhananya seperti itu. Kedua mungkin tidak diketahui oleh masyarakat, saya rasa diperlukan partisipasi, karena godaan untuk tidak disiplin itu mudah sekali kalau tidak ada pengawasan bersama. Butaru : Bagaimana dengan masalah transportasi yang dihubungkan dengan konsep lestari tadi? Marco : Masalah transportasi itu penting, karena kita mengeluarkan banyak energi pada transportasi, karena itu harus hati-hati dalam merencanakan transportasi, yang mulai harus diarahkan kepada ramah lingkungan. Tidak mudah memilih, karena sering menemui kontradiksi seperti yang sering ditemui oleh Kementrian Pekerjaan Umum (PU) yang terus membangun jalan tol, padahal secara prinsip kita tahu penambahan jalan tidak menyelesikan masalah. Tapi mengapa itu dilakukan terus menerus karena berpikiran jangka pendek, karena tekanan harus menyenangkan masyarakat dalam jangka pendek, tapi kita tidak mampu melakukan yang jangka panjang. Karena perencanaan yang jangka panjang itu lebih sulit. Menata ruang itu lebih sulit, saya pikir harus hati-hati juga dalam pengertian membangun jalan tol tidak apa-apa asal itu dilakukan sebagai langkah sementara. Tapi harus yakin sesudah itu ada langkah langkah jangka panjang yang harus dilakukan. Butaru : Bagaimana pandangan Bapak tentang kondisi Jakarta yang diprediksi akan tenggelam? Marco : Tenggelam itu dalam arti kalau kita tidak melakukan apa-apa sekarang. Dan itu terjadinya perlahan, meskipun tanda- tanda itu sudah sangat nyata. Jadi sebenarnya kita masih punya waktu, tetapi waktu akan sia-sia kalau kita tidak mulai dari sekarang dengan langkah-langkah yang jelas. Langkah-langkah apa itu? Kita harus melihat tenggelamnya karena apa?, tentu ada faktor perubahan iklim, faktor ini kita bisa menyumbang pengurangan polusi bersama-sama diseluruh dunia. Tapi ada faktor lain, seperti penyedotan air yang tak terkendali, nah itukan sebenarnya bisa dilakukan dengan mengurangi. Saya pikir pemerintah harus bisa berhenti mengeluh susah pak dengan masyarakat saya rasa itu tidak masuk akal. Butaru : Menurut Bapak, peran apa saja yang dapat diambil Pemerintah untuk mengatasi hal tersebut? Marco : Saya ingin mengutip teman saya, salah satu staf khusus gubernur pada salah satu propinsi. Apa sih yang tidak dapat dilakukan oleh pemerintah. Pemerintah punya uang, punya wewenang, punya orang, jadi jangan bilang susah mengatur masyarakat. Tidak bisa mereka bilang seperti itu, anda (pemerintah, red) punya wewenang, anda punya polisi, anda punya Pamong Praja, yang susah itu adalah memiliki pemikiran yang jernih dan mengambil keputusan tanpa kepentingan politis diri sendiri. Saya juga ingat Ali Sadikin ketika ditanya Kok gampang mengambil keputusan yang sulit, dia jawab karena memang saya tidak punya kepentingan. Jadi kita harus curiga kalau pemerintah sulit mengambil keputusan, punya kepentingan apa?. Asal jelas untuk kepentingan umum dan jangka panjang, dan saya rasa itu mendesak juga, kemendesakan juga penting, memang kita mau tenggelam barengbareng. Dari pada tenggelam bareng-bareng, lebih baik memang harus ada yang dikorbankan, tapi yang dikorbankan juga harus adil. Dengan memberikan kompensasi dan sebagainya, bukan digusur. Lalu secara prinsip

3 kepemerintahan, saya mau mengatakan persoalannya bukan mau melakukan apa, tapi kemampuan kita untuk melakukan apa itu penting. Ada dua hal pertama perombakan dalam birokrasi dan kepemimpinan dalam politik, dan kedua ada keterlibatan masyarakat. Keterlibatan masyarakat dalam pengertian yang didasarkan pada pemahaman yang mendalam mengapa ini harus dilakukan. Keterlibatan bukan hanya memberikan saran, tapi lebih banyak berbuat dan mengambil tindakan. Detailnya sih banyak, seperti meningkatkan serapan air, melindungi hulu, memerlukan tata ruang yang terpadu antara hilir dan hulu. Butaru : Langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan pemerintah dilihat dari sisi penataan ruang kota? Marco : Tata ruang pada masa depan sangat penting, dengan melihatnya pada kesatuan hilir dan hulu, barangkali kesadaran itulah yang kurang. Kalau para perencana itu melihat ruang lebih administrasi, dan lebih ekonomi. Tetapi sekarang tata ruang kita harus memberdayakan reintegrasi hulu dan hilir dari ekologi. Secara sederhana dapat kita katakan penataan ruang harus sesuai dengan nalar bumi, yang disebut ecologos. Ekologi itu berasal dari kata ecos dan logos, jadi nalar rumah, rumah kita ini ya bumi, dan ini lebih tinggi dari economos, yang menjadi asal kata ekonomi yang artinya norma rumah, norma harus tunduk pada prinsip logika. Tata ruang juga harus kembali menurut pada nalar bumi atau rumah kita antara lain integrasi hulu dan hilir, mengembalikan investasi kepada bumi supaya dia kembali pada daya dukung yang lebih besar. Butaru : Lantas bagaimana dengan adanya rencana pemindahan Ibukota Jakarta? Marco : Karena kita sibuk mengekploitasi ruang tanpa memikirkan kalau ruang itu harus di rawat dan di investasikan. Karena kalau ruang hanya dipakai terus maka lama-lama daya dukungnya juga menurun. Makanya kita juga harus hati-hati ketika mengatakan daya dukung Jakarta tidak mencukupi, pengertian itu sebenarnya karena menurun, tapi kalau kita harus berpikir sebetulnya daya dukung itu bisa menurun maupun meningkat jadi tidak begitu saja terjadi. Jadi nggak bisa serta merta kita bilang daya dukung Jakarta tidak cukup, tidak menyelesaikan masalah, lalu kita pindah. Nanti daya dukung tempat lain juga sama. Jadi kita mesti menyelesaikan masalah ditempat, soalnya kalau kita tidak mempunyai disiplin untuk menyelesaikan masalah ditempatnya kita hanya akan menimbulkan masalah ditempat lain. Itu sebabnya saya tidak setuju kita pindah ibukota. Butaru : Banyaknya permasalah dikota besar seperti banjir dan kemacetan, bagaimana anda melihatya dari sisi penataan kota? Dari pengalaman kita mengadvokasi RTRW yang gagal karena respon Bappeda lambat. Maka lebih baik saya menjawab langsung seperti saya bicara kepada Kementerian PU. Ada hal yang serius yang harus dikerjakan Kementrian PU, menuntut dan membina kapasitas yang cukup kepada tiap-tiap Pemerintah Daerah untuk melakukan penataan ruang yang sungguh-sungguh. Dengan data yang jelas, ilmiah, bukan asumsi-asumsi atau paradigma yang kadang-kadang salah. Dulu tata ruang saya pikir tidak serius karena tidak terasa adanya ancaman-ancaman kerusakan, lalu ada tekanan perekonomian harus tumbuh. Soalnya tata ruang rusak pertama itu bukan fisiknya tapi kredibilitasnya. Karena tata ruang selalu dilanggar sering kali oleh perijinan, dan Pemerintah Daerah sendiri yang melanggar. Kedua karena para perencana berkolusi terhadap pelanggaran-pelanggaran tersebut. Sehingga saya melihat bukan hanya masyarakat, tetapi masyarakat malah merasa Pemerintah Daerah sendiri dan perencana sendiri yang menganggap tata ruang tersebut nggak penting. Itu satu-satunya alat kita untuk mengatur pemanfaatan yang paling penting yaitu ruang. Jadi segala sesuatu yang dibiarkan di dalam ruang itu bisa saling merusak. Padahal kita ingin makin lama makin baik. Jadi perlu sekali kementrian PU serius memperhatikan gejala menurunnya kredibilitas perencanaan ruang. Perbaikannya gimana, perubahan paradigma dengan perencanaan tata ruang, dengan keseriusan data, pembahasan yang cukup, dan asumsi yang diperjelas, dan kembali pada nalar rumah atau bumi. Butaru : Bagaimana tanggapan anda secara lebih detail tentang pemindahan Ibukota Jakarta?

4 Marco : Pegangan saya ada pernyataan presiden bahwa pemindahan ibukota untuk mengurangi kemacetan. Presiden itu ngomong seperti itu. Hanya itu yang bisa saya tanggapi. Jelas kalau tujuannya itu salah. Pasalnya kemacetan sama sekali tidak ada hubungan dengan fungsi kepemerintahan. Kalau asumsinya fungsi kepemerintahan menyebabkan kemacetan maka tentunya ibukota propinsi harus pindah dong. Seperti juga Yogyakarta, Bandung, Surabaya, Medan yang banyak mengalami masalah kemacetan. Bahkan kota-kota propinsi yang tidak terlalu besar juga mengalami gejala yang sama. Tapi kalau SBY menyebabkan macet itu iya. Karena fungsi dia sebagai Presiden dan ia tinggal di luar kota. Dan dia terlalu sering comuting. Jadi maksud saya Presiden salah satu contoh 3 juta komuter di Jabodetabek. Menurut sensus terakhir, kita punya 3 juta komuter dan terus meningkat, meningkatnya ini separarel dengan penduduk Jabodetabek. Sebetulnya penduduk Jakarta makin stabil, bahkan penduduk Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan menurun. Jadi penyebab macet bukan hanya semata-mata fungsi pemerintahan, tapi yang paling mendasar karena komuter. Karena sebagian besar pegawai pemerintahan pusat termasuk presiden itu komuter. Tapi presiden bagian dari komuter sehingga tertimpa macet. Kalau argumennya adalah supaya pemerintah pusat bisa berfungsi lebih baik. Itu sih tergantung anda membuatnya seperti apa, kota anda bikinnya seperti apa, kota baru, atau memindahkan pusat pemerintahannya saja. Dan itu juga harus hati-hati, karena ada potensial macet, kalau PNS juga tidak disediakan rumah-rumah yang dekat dengan kantor, maka sama saja akan terjadi masyarakat komuter. Argumen yang mengatakan betapa ilusionalnya ide untuk memindahkan ibukota menyelesaikan masalah kemacetan, bahkan kita tidak tahu pola tempat tinggal dan perjalanan PNS, saya tahu kamu tinggal di bogor, dan tiap hari pulang pergi ke Jakarta dan menyebabkan macet, saya tidak tahu PNS kita tinggal di mana, apa betul mereka komuter, berapa persen sih dari mereka yang naik mobil. Mungkin ada beberapa Kementerian yang saya rasa memang sebagian PNS-nya naik mobil. Karena saya rasa Kementrian tertentu menuntut kualifikasi tertentu. Di PU itu persentase PNS yang sarjana itu tinggi. Karena kita lihat tingkat Doktor yang paling banyak itu mungkin di Bapenas dan PU, dan itu jelas dengan tingkat seperti itu mereka mampu menbeli mobil. Tapi saya rasa pada Kementrian lain belum tentu sebanyak itu. Jadi kita harus hati-hati dengan angka itu, dan itu tentunya juga nggak jelas. Pastinya yang menyebabkan macet di Jakarta itu adanya 3 juta komuter. Butaru : Apa sih yang membuat Bapak tertarik dengan tata ruang kota? Marco : Pada waktu saya hampir lulus, tahun 1980-an, kota menjadi penting karena disadari kembali kota sebagai pemberi alasan untuk arsitektur hidup. Kalau arsitektur tanpa kota itu tidak punya pegangan. Karena itu pada tahun itu, analisa perkotaan menjadi sangat penting. Dan pada saat yang sama muncul pandangan yang kuat kalau kota itu sendiri itu arsitektur, karena kota mempunyai yang kita sebut nalar bentuk morfologic, artinya bentuk tertentu dari suatu kota mencerminkan nilai-nilai tertentu, bagaimana masyarakat hidup dan masyarakat diorganisasikan. Mulai saat itu saya tertarik pada kota, dan saat itu memang sedang penting. Tentu saja kalau sekarang minat saya dibidang perkotaan sama dengan orang lain, karena itu menghadapi tantangan, tetapi juga sebagai peluang untuk mengubah paradigma sehingga kita bisa hidup dalam kota yang lestari. Butaru : Langkah apa sih yang akan diambil untuk menyelamatkan Jakarta? Marco : Langkah pertama yang harus dilakukan secara garis besar, pertama ada prinsip bahwa harus ada visi yang penting untuk menyelesaikan masalah yang ada di masyarakat, seperti, banjir dan transportasi. Kedua mengembangkan potensi Jakarta yang muncul dari survey dari koalisi warga. Paling utama banjir dan transportasi dan itu memang benar dan sangat penting untuk kelangsungan kota baik secara ekonomi, sosial, dan budaya. Secara ekonomi kita sudajh mengetahuinya, secara sosial saat ini kita tidak bisa berpergian ke Jakarta hanya untuk bersosial saja, sedangkan secara budaya juga gitu, di luar negeri di Berlin saya kesana saya bisa nonton dua kegiatan dalam satu malam dan bisa menghadiri acara penutupan juga. Tapi kalau di Jakarta kita harus mikir untuk menonton. Kedua untuk mengembangkan potensi keberagaman, sosial, budaya, dan ekonomi, kenapa orang ingin hidup di Jakarta karena memang ada potensi itu. Di Jakarta banyak sekali pekerjaan dan banyak pergaulan dan kebudayaan. Visi tersebut harus masuk dalam rencana kerja lima tahun. Rencana kerja lima tahun ini harus disiapkan secara sekaligus. Sekarangkan APBD dibikin tiap tahun, dan itu mencerminkan kalau Pemerintah Daerah tidak memiliki

5 visi untuk lima tahun yang jelas. Kalau ada tentu harus di jalankan selama lima tahun sekaligus. Menurut saya wewenang penuh untuk menyusun rencana kerja lima tahun berturut-turut pada awal kerja. Jadi dari awal telah dirancang dengan mencari kesepakatan dengan DPRD, tentu ada perubahan tapi secara prinsip itu bisa diperkirakan. Meningkatkan kemampuan birokrasi itu sangat penting. Apa pun visi gubernur kalau birokrasi tak bisa menerjemahkannya celaka sekali. Ada beberapa untuk memperbaikinya, pertama kemampuan mengantisipasi, maksudnya para birokrat itu mengeluh dengan kemacetan, padahal lima tahun yang lalu mereka kan sudah tahu dengan kondisi sekarang ini. masa tahu akan ada pertumbuhan ekonomi masa tidak antisiapsi. Berarti ada kelemahan birokrasi kita dalam hal antisiapasi. Dan itu harus dimampukan dengan bimbingan atas dasar visi yang jelas pada pimpinan politik. Yang kedua peningkatan kemampuan dengan pelatihan-pelatihan teknis dan subtansi dan yang ketiga peningkatan kemampuan berinteraksi dengan masyarakat. Secara teoritis ini gampang, dan banyak birokrat yang meremehkan ini. Keterlibatan masyarakat dalam pengertian itu berupa pengawasan. Awalnya memang sulit, tapi makin lama makin biasa. Kalau secara subtansi dan teknis ada banyak pilihan. Sementara dalam hal transportasi ada 3 langkah. Butaru : Bagaimana memperbaiki masalah transportasi yang ada di Jakarta sekarang ini? Marco : Pertama perbaiki jaringan jalan dan tidak boleh berdiri sendiri dan itu hanya jangak pandek. Kedua Sistem angkutan hukum yang baik, dan rombak tata ruang supaya mengurangi komuter. Dan ini kalau boleh saya mengkritik 17 langkah yang dilakukan Wakil Presiden dalam mengatasi transportasi tidak membahas soal tata ruang. Tata ruang satu-satunya cara yang lestari dalam arti jangka panjang dan bertahan. Butaru : Untuk memperbaiki hal ini tentunya memerlukan pendanaan yang tidak sedikit, lantas sumber dana dari manakah untuk memperbaiki masalah transportasi? Marco : Bagaimana menyelenggarakan itu, satu dari segi pendanaan kita harus memaksimalkan biaya dari pajak tertentu untuk keperluan tertentu. Seperti pajak kendaraan mobil dan kendaraan motor, ada pendapatan parkir. Kalau ini dikhususkan untuk membangun sistem angkutan umum tidak perlu meminjam uang dari Jepang. Dan itu hanya memerlukan kemauan politik. Pilihan saya tumpuanya pada bus. Kalau bikin MRT itu pertama tidak fleksibel dan biayanya mahal sekali. Kalau kita lihat Cina, Thailand, India saja mulai kewalahan untuk memberikan subsidi sarana tersebut. Transportasi kalau Jakarta sudah bisa di tata maka harus dihubungkan dengan kota sekitarnya, karena memang kota-kota Jabodetabek menjadi kota pendukung ekonomi Jakarta.

Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam memanfaatkan ruang pada masa yang akan datang?

Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam memanfaatkan ruang pada masa yang akan datang? Marco Kusumawijaya, Efisiensi Pemanfaatan Ruang di Masa Depan Marco Kusumawijaya merupakan seorang urbanis yang memiliki pengalaman yang panjang sebagai seorang arsitek. Pria lulusan Universitas Katolik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota sebagai pusat pertumbuhan menyebabkan timbulnya daya tarik yang tinggi terhadap perekonomian sehingga menjadi daerah tujuan untuk migrasi. Dengan daya tarik suatu

Lebih terperinci

STASIUN MRT BLOK M JAKARTA DENGAN KONSEP HEMAT ENERGI BAB I PENDAHULUAN

STASIUN MRT BLOK M JAKARTA DENGAN KONSEP HEMAT ENERGI BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN STASIUN MRT BLOK M JAKARTA 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota Jakarta sebagai ibu kota dan pusat perekonomian di Indonesia sudah seharusnya sejajar dengan kota-kota di dunia. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan Perumahan bagi Penduduk Jakarta

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan Perumahan bagi Penduduk Jakarta BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Kebutuhan Perumahan bagi Penduduk Jakarta Sebagai sentral dari berbagai kepentingan, kota Jakarta memiliki banyak permasalahan. Salah satunya adalah lalu lintasnya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kemacetan 2.1.1 Pengertian Kemacetan Kemacetan adalah keadaan di mana kendaraan mengalami berbagai jenis kendala yang mengakibatkan turunnya kecepatan kendaraan di bawah keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Manusia sebagai Makhluk Mobile Pada dasarnya manusia memiliki sifat nomaden atau berpindah tempat. Banyak komunitas masyarakat yang suka berpindah-pindah tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemakaian energi karena sumbernya telah menipis. Krisis lingkungan sangat mempengaruhi disiplin arsitektur di setiap

BAB I PENDAHULUAN. pemakaian energi karena sumbernya telah menipis. Krisis lingkungan sangat mempengaruhi disiplin arsitektur di setiap BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Arsitek pada jaman ini memiliki lebih banyak tantangan daripada arsitekarsitek di era sebelumnya. Populasi dunia semakin bertambah dan krisis lingkungan semakin menjadi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bambang Herawan ( ) Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Bambang Herawan ( ) Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Medan, ibukota propinsi Sumatera Utara, merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia. Dengan posisi strategis sebagai pintu gerbang utama Indonesia di wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar belakang Indonesia merupakan sebuah negara dengan penduduk terpadat keempat di dunia yaitu 215,8 juta jiwa(tahun 2003). Sebuah negara yang memiliki penduduk padat tersebut

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR - 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH REGIONAL JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang. BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Jakarta sebagai ibukota negara merupakan pusat bagi seluruh kegiatan ekonomi Indonesia. Seluruh pihak-pihak yang berkepentingan di Indonesiamenempatkan kantor utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi dan mobilitas penduduk menjadi dua hal yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi dan mobilitas penduduk menjadi dua hal yang tidak dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi dan mobilitas penduduk menjadi dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Perpindahan tempat yang dilakukan manusia ke tempat lainnya dilakukan dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan II. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Transportasi 2. 1. 1 Pengertian Transportasi Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan (destination). Perjalanan adalah pergerakan

Lebih terperinci

Ketika MRT Urai Kemacetan Jakarta

Ketika MRT Urai Kemacetan Jakarta Ketika MRT Urai Kemacetan Jakarta Macet adalah keadaan yang hampir setiap saat dialami masyarakat Jakarta. Sebelumnya, macet hanya dialami, saat jam berangkat kantor atau jam pulang kantor. Namun kini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kota Jakarta pada akhirnya menuntut tersedianya wadah fisik untuk menampung

BAB I PENDAHULUAN. kota Jakarta pada akhirnya menuntut tersedianya wadah fisik untuk menampung BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Latar Belakang Proyek Jakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang pertumbuhan kotanya cenderung pesat. Sebagai ibukota negara, Jakarta menjadi pusat dari berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya tingkat urbanisasi sangat berperan besar dalam meningkatnya jumlah penduduk di kota-kota besar. DKI Jakarta, sebagai provinsi dengan kepadatan penduduk tertinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia untuk menunjang kehidupan perekonomian di masyarakat, baik dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal utama yang perlu diperhatikan dalam proses meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Pada saat ini jelas terlihat negara-negara

Lebih terperinci

KEBIJAKAN TRANSPORTASI BERKELANJUTAN

KEBIJAKAN TRANSPORTASI BERKELANJUTAN KEBIJAKAN TRANSPORTASI BERKELANJUTAN : Suatu Penerapan Metodologi yang Komprehensif Oleh: R. Aria Indra P Kasubdit Lintas Sektor dan Lintas Wilayah, Dit. Wilayah Tarunas, Ditjen Taru, Kemen PU Sustainability

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan jumlah penduduknya. Pesatnya pertumbuhan penduduk ini

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan jumlah penduduknya. Pesatnya pertumbuhan penduduk ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan pertumbuhan suatu kota pada umumnya disertai dengan pertumbuhan jumlah penduduknya. Pesatnya pertumbuhan penduduk ini pada akhirnya akan menyebabkan

Lebih terperinci

KAPASITAS KELEMBAGAAN PERENCANAAN TATA RUANG DI KOTA AMBARAWA TUGAS AKHIR. Oleh: IMANDA JUNIFAR L2D005369

KAPASITAS KELEMBAGAAN PERENCANAAN TATA RUANG DI KOTA AMBARAWA TUGAS AKHIR. Oleh: IMANDA JUNIFAR L2D005369 KAPASITAS KELEMBAGAAN PERENCANAAN TATA RUANG DI KOTA AMBARAWA TUGAS AKHIR Oleh: IMANDA JUNIFAR L2D005369 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2009 ABSTRAK

Lebih terperinci

Analisis Dampak Pelaksanaan Program Low Cost Green Car Terhadap Pendapatan Negara

Analisis Dampak Pelaksanaan Program Low Cost Green Car Terhadap Pendapatan Negara Analisis Dampak Pelaksanaan Program Low Cost Green Car Terhadap Pendapatan Negara Pendahuluan Program Low Cost Green Car (LCGC) merupakan program pengadaan mobil ramah lingkungan yang diproyeksikan memiliki

Lebih terperinci

Studi Rencana Induk Transportasi Terpadu Jabodetabek (Tahap II) Laporan Akhir: Ringkasan Laporan

Studi Rencana Induk Transportasi Terpadu Jabodetabek (Tahap II) Laporan Akhir: Ringkasan Laporan 3. Perspektif Wilayah dan Permintaan Perjalanan Masa Mendatang 3.1 Perspektif Wilayah Jabodetabek Masa Mendatang Jabodetabekpunjur 2018 merupakan konsolidasi rencana pengembangan tata ruang yang memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Transit oriented development (TOD) merupakan konsep yang banyak digunakan negara-negara maju dalam kawasan transitnya, seperti stasiun kereta api, halte MRT, halte

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Permintaan akan jasa transportasi dari penumpang/orang timbul akibat adanya

I. PENDAHULUAN. Permintaan akan jasa transportasi dari penumpang/orang timbul akibat adanya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permintaan akan jasa transportasi dari penumpang/orang timbul akibat adanya kebutuhan untuk melakukan perjalanan dari satu lokasi ke lokasi lainnya untuk beraktivitas dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertentu (Fidel Miro, 2004). Dewasa ini transportasi memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. tertentu (Fidel Miro, 2004). Dewasa ini transportasi memegang peranan penting BAB I PENDAHULUAN I. 1 UMUM Transportasi merupakan usaha untuk memindahkan, menggerakkan, mengangkut, atau mengalihkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat lain, dimana di tempat lain objek tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuatu yang merupakan penunjang terselenggaranya suatu proses (usaha,

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuatu yang merupakan penunjang terselenggaranya suatu proses (usaha, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infrastruktur, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan, proyek, dsb);

Lebih terperinci

Cara Cerdas Sikapi Kenaikan BBM

Cara Cerdas Sikapi Kenaikan BBM http://www.antarajatim.com/lihat/berita/145034/cara-cerdas-sikapi-kenaikan-bbm Cara Cerdas Sikapi Kenaikan BBM 10 Nov 2014 09:21:37 Suara Publik Penulis : H. Fredy Kurniawan MT M.Eng PhD *) Kenaikan harga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kepadatan tersebut diimbangi dengan tingginya penggunaan kendaraan bermotor yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kepadatan tersebut diimbangi dengan tingginya penggunaan kendaraan bermotor yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara yang tingkat penduduknya sangat padat, kepadatan tersebut diimbangi dengan tingginya penggunaan kendaraan bermotor yang beredar

Lebih terperinci

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN BONDOWOSO

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN BONDOWOSO BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN BONDOWOSO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BONDOWOSO, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

Banyak Kota di Dunia Tidak Dapat Menyediakan Akses yang Layak ke Angkutan Massal Bagi Setengah Penduduknya

Banyak Kota di Dunia Tidak Dapat Menyediakan Akses yang Layak ke Angkutan Massal Bagi Setengah Penduduknya Press Release 18 Oktober 2016 Banyak Kota di Dunia Tidak Dapat Menyediakan Akses yang Layak ke Angkutan Massal Bagi Setengah Penduduknya Hanya 16% Penduduk Jabodetabek yang Mempunyai Akses Layak ke Angkutan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. meningkatnya berbagai aktivitas pemenuhan kebutuhan, salah satunya adalah

I. PENDAHULUAN. meningkatnya berbagai aktivitas pemenuhan kebutuhan, salah satunya adalah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan suatu kota dikaitkan dan dipengaruhi oleh jumlah penduduknya. Pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduk yang besar menyebabkan meningkatnya berbagai aktivitas

Lebih terperinci

L E B A K B U L U S BAB 1 PENDAHULUAN

L E B A K B U L U S BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perkembangan Jakarta sebagai Ibukota negara Indonesia sudah sepantasnya sejajar dengan berbagai kota-kota lain di dunia dengan indeks pertumbuhan penduduk dan ekonomi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1. Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transportasi menjadi bagian yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Berbagai jenis transportasi yang ada sekarang sering dimanfaatkan untuk mengangkut barang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Transportasi juga diharapkan memiliki fungsi untuk memindahkan obyek sampai tujuan dengan

I. PENDAHULUAN. Transportasi juga diharapkan memiliki fungsi untuk memindahkan obyek sampai tujuan dengan I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Transportasi merupakan fasilitas pendukung kegiatan manusia, transportasi tidak dapat dipisahkan dari aspek-aspek aktivitas manusia tersebut. Transportasi sudah menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada era modern seperti sekarang ini, alat transportasi merupakan suatu kebutuhan bagi setiap individu. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendukung perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk berpindah atau bergerak tersebut akan semakin intensif. Hal ini tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. untuk berpindah atau bergerak tersebut akan semakin intensif. Hal ini tidak dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi di kota akan terus berkembang jika pertumbuhan penduduk serta kebutuhannya untuk bergerak atau berpindah dari suatu tempat ke tempat lainnya semakin meningkat.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi atau perangkutan adalah perpindahan dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan alat pengangkutan, baik yang digerakkan oleh tenaga manusia, hewan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN BAB III METODE PERANCANGAN 3.1. Data Proyek 3.1.1 Data Umum Proyek DATA SITE Lokasi Selatan : Jl. Raya Pasar Jum at, Kel. Lebak Bulus, Kec. Cilandak, Jakarta Luas Lahan : ± 22.000 m² KDB : 60% KLB : 2,0

Lebih terperinci

: Pendekatan ekologi terhadap tata guna lahan. b. Pemakaian Lahan Kota Secara Intensif

: Pendekatan ekologi terhadap tata guna lahan. b. Pemakaian Lahan Kota Secara Intensif MINGGU 7 Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan : Pendekatan ekologi terhadap tata guna lahan : a. Permasalahan tata guna lahan b. Pemakaian Lahan Kota Secara Intensif Permasalahan Tata Guna Lahan Tingkat urbanisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemacetan menjadi masalah utama di Indonesia, terutama di kotakota. besar seperti Jakarta sudah menjadi pemandangan setiap hari

BAB I PENDAHULUAN. Kemacetan menjadi masalah utama di Indonesia, terutama di kotakota. besar seperti Jakarta sudah menjadi pemandangan setiap hari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemacetan menjadi masalah utama di Indonesia, terutama di kotakota besar seperti Jakarta sudah menjadi pemandangan setiap hari khususnya pada saat pagi saat orang berangkat

Lebih terperinci

MERANCANG STRATEGI KOMUNIKASI UNTUK MEMPEROLEH DUKUNGAN PEMILIH DAN KELOMPOK

MERANCANG STRATEGI KOMUNIKASI UNTUK MEMPEROLEH DUKUNGAN PEMILIH DAN KELOMPOK MERANCANG STRATEGI KOMUNIKASI UNTUK MEMPEROLEH DUKUNGAN PEMILIH DAN KELOMPOK Erman Anom Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas INDONUSA Esa Unggul, Jakarta Jln. Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Jeruk, Jakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat kompleks terhadap kehidupan masyarakat termasuk diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. sangat kompleks terhadap kehidupan masyarakat termasuk diantaranya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan dewasa ini memberikan dampak yang sangat kompleks terhadap kehidupan masyarakat termasuk diantaranya yaitu meningkatnya pula pergerakan orang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan transportasi, khususnya kemacetan, sudah menjadi permasalahan utama di wilayah Jabodetabek. Kemacetan umumnya terjadi ketika jam puncak, yaitu ketika pagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Jakarta adalah kota yang setiap harinya sarat akan penduduk, baik yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Jakarta adalah kota yang setiap harinya sarat akan penduduk, baik yang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Jakarta adalah kota yang setiap harinya sarat akan penduduk, baik yang bertempat tinggal dan bekerja di dalam kota maupun yang berasal dari daerah pinggiran seperti,

Lebih terperinci

GREEN TRANSPORTATION

GREEN TRANSPORTATION GREEN TRANSPORTATION DIREKTORAT PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DIRJEN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN Jakarta 2016 - 23 % emisi GRK dari fossil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota

BAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota yang cukup besar, ada kota sedang dan ada kota kecil. Kota Medan merupakan salah satu kota di Indonesia

Lebih terperinci

BAB 2 LATAR BELAKANG dan PERUMUSAN PERMASALAHAN

BAB 2 LATAR BELAKANG dan PERUMUSAN PERMASALAHAN 6 BAB 2 LATAR BELAKANG dan PERUMUSAN PERMASALAHAN 2.1. Latar Belakang Kemacetan lalu lintas adalah salah satu gambaran kondisi transportasi Jakarta yang hingga kini masih belum bisa dipecahkan secara tuntas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpenduduk di atas 1-2 juta jiwa sehingga permasalahan transportasi tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. berpenduduk di atas 1-2 juta jiwa sehingga permasalahan transportasi tidak bisa BAB I PENDAHULUAN I.1. Uraian Permasalahan transportasi berupa kemacetan, tundaan, serta polusi suara dan udara yang sering kita jumpai setiap hari di beberapa kota besar di Indonesia ada yang sudah berada

Lebih terperinci

BUPATI PAMEKASAN PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI PAMEKASAN PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI PAMEKASAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang

Lebih terperinci

Indonesian Continuers

Indonesian Continuers 2016 HIGHER SCHOOL CERTIFICATE EXAMINATION Indonesian Continuers ( Section I Listening and Responding) Transcript Familiarisation Text FE FE Bagaimana perayaan Natal? Cukup baik. Kami ke rumah kakek dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Pembangunan di segala bidang yang dilaksanakan pemerintah Republik Indonesia merupakan usaha untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan terutama di bidang ekonomi. Pembangunan

Lebih terperinci

KONTROVERSI HATI MOBIL MURAH : PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

KONTROVERSI HATI MOBIL MURAH : PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH KONTROVERSI HATI MOBIL MURAH : PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH Oleh : Deni Rusyana* Kebijakan mobil murah yang diterbitkan pemerintah, menjadi perdebatan yang mendapat perhatian masyarakat, apalagi perdebatan

Lebih terperinci

Bagaimana awalnya Amerika bisa menjajah Indonesia secara ekonomi dan politik?

Bagaimana awalnya Amerika bisa menjajah Indonesia secara ekonomi dan politik? Revrisond Baswir, Pengamat Ekonomi Politik UGM William Blum dalam buku terbarunya America s Deadliest Export Democracy menyebutkan ekspor Amerika yang paling mematikan adalah demokrasi. Menurut mantan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PN Taspen memperoleh kantor sendiri di Jl. Merdeka no 64 Bandung.

BAB I PENDAHULUAN. PN Taspen memperoleh kantor sendiri di Jl. Merdeka no 64 Bandung. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembentukan program Tabungan Hari Tua pegawai negeri ditetapkan dalam peraturan pemerintah No.9 tahun 1963 tentang pembelanjaan pegawai negeri dan peraturan pemerintah

Lebih terperinci

MEMILIH TRANSPORTASI UNTUK MUDIK

MEMILIH TRANSPORTASI UNTUK MUDIK MEMILIH TRANSPORTASI UNTUK MUDIK Oleh: Safir Senduk Dikutip dari Tabloid NOVA No. 769/XV Sebentar lagi Idul Fitri tiba. Bagi sebagian dari Anda, hari raya ini menjadi saat yang tepat untuk berkumpul bersama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengurangan tingkat..., Arini Yunita, FE UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengurangan tingkat..., Arini Yunita, FE UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN Salah satu permasalahan kota Jakarta yang hingga kini masih belum terpecahkan adalah kemacetan lalu lintas yang belakangan makin parah kondisinya. Ini terlihat dari sebaran lokasi kemacetan

Lebih terperinci

Pengarahan Presiden RI pada Penyerahan DIPA TA 2012, Jakarta, 20 Desember 2011 Selasa, 20 Desember 2011

Pengarahan Presiden RI pada Penyerahan DIPA TA 2012, Jakarta, 20 Desember 2011 Selasa, 20 Desember 2011 Pengarahan Presiden RI pada Penyerahan DIPA TA 2012, Jakarta, 20 Desember 2011 Selasa, 20 Desember 2011 PENGARAHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PENYERAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (DIPA)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta, selain sebagai pusat pemerintahan Indonesia, adalah pusat ekonomi dan sumber kehidupan bagi masyarakat di sekitarnya. Perkembangan ekonomi Jakarta menarik

Lebih terperinci

LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH

LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH C-1 LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH C-2 LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH 1. Angkutan kereta api adalah kegiatan pemindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kereta api. 2. Awak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fasilitas umum merupakan sebuah sarana yang dibangun oleh pemerintah. Fasilitas ini dibangun untuk masyarakat. Tujuan dari pembangunan fasilitas umum ini tentu untuk

Lebih terperinci

TEMA 1- Kohesi Sosial dan Ekuitas Kota Layak Huni

TEMA 1- Kohesi Sosial dan Ekuitas Kota Layak Huni LOMBA JURNALISTIK "AGENDA BARU PERKOTAAN" TEMA 1- Kohesi Sosial dan Ekuitas Kota Layak Huni Dalam mewujudkan tujuan dari konferensi Habitat III yang bertemakan Leave No One Behind, Urban Equity and Poverty

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan adalah usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan atau perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara, dan pemerintah menuju

Lebih terperinci

Merancang Strategi Komunikasi Memenangkan Pemilih Dan Kelompok

Merancang Strategi Komunikasi Memenangkan Pemilih Dan Kelompok Merancang Strategi Komunikasi Memenangkan Pemilih Dan Kelompok Monday, September 03, 2012 http://www.esaunggul.ac.id/article/merancang-strategi-komunikasi-memenangkan-pemilih-dan-kelompok / Dr. Erman Anom,

Lebih terperinci

Sambutan Pengantar Presiden RI pada Sidang Kabinet Paripurna, 12 April 2011 Selasa, 12 April 2011

Sambutan Pengantar Presiden RI pada Sidang Kabinet Paripurna, 12 April 2011 Selasa, 12 April 2011 Sambutan Pengantar Presiden RI pada Sidang Kabinet Paripurna, 12 April 2011 Selasa, 12 April 2011 SAMBUTAN PENGANTAR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PEMBUKAAN SIDANG KABINET PARIPURNA DI KANTOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tetapi sebaliknya, bila transportasi tidak ditata dengan baik maka mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Tetapi sebaliknya, bila transportasi tidak ditata dengan baik maka mengakibatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transportasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam tingkat pertumbuhan suatu wilayah. Wilayah yang mampu menata sarana dan prasarana dengan baik maka daerah

Lebih terperinci

BAB 4 KARAKTERISTIK DAN PREFERENSI PENGGUNA POTENSIAL KA BANDARA SOEKARNO-HATTA

BAB 4 KARAKTERISTIK DAN PREFERENSI PENGGUNA POTENSIAL KA BANDARA SOEKARNO-HATTA BAB 4 KARAKTERISTIK DAN PREFERENSI PENGGUNA POTENSIAL KA BANDARA SOEKARNO-HATTA Bab ini berisi analisis mengenai karakteristik dan preferensi pengguna mobil pribadi, taksi, maupun bus DAMRI yang menuju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Pengertian judul : SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN MESIN DAN OTOMOTIF BERSTANDAR INTERNASIONAL DI SOLO BARU (PENEKANAN PADA ARSITEKTUR BIOKLIMATIK) adalah sebagai berikut:

Lebih terperinci

FOKE-NARA ADJI-RIZA JOKOWI-AHOK HIDAYAT-DIDIK FAISAL-BIEM ALEX-NONO

FOKE-NARA ADJI-RIZA JOKOWI-AHOK HIDAYAT-DIDIK FAISAL-BIEM ALEX-NONO K E M A C E T A N FOKE-NARA ADJI-RIZA JOKOWI-AHOK HIDAYAT-DIDIK FAISAL-BIEM ALEX-NONO arus dibuat program Meneruskan sistem Otoritas transportasi jangka pendek dan Pola Transportasi jakarta (busway dan

Lebih terperinci

Sambutan Pengantar Presiden RI pada Sidang Kabinet Paripurna, 2 September 2010 Kamis, 02 September 2010

Sambutan Pengantar Presiden RI pada Sidang Kabinet Paripurna, 2 September 2010 Kamis, 02 September 2010 Sambutan Pengantar Presiden RI pada Sidang Kabinet Paripurna, 2 September 2010 Kamis, 02 September 2010 SAMBUTAN PENGANTAR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA SIDANG KABINET PARIPURNA DI KANTOR KEPRESIDENAN,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya, pembangunan jalan diharapkan mampu untuk memenuhi

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya, pembangunan jalan diharapkan mampu untuk memenuhi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, pembangunan jalan diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atas angkutan barang dan jasa (orang) yang aman, nyaman, dan berdaya guna.

Lebih terperinci

Sambutan Pengantar Presiden RI pada Dialog dengan LSM Pegiat Anti Korupsi, Jakarta, 25 Januari 2012 Rabu, 25 Januari 2012

Sambutan Pengantar Presiden RI pada Dialog dengan LSM Pegiat Anti Korupsi, Jakarta, 25 Januari 2012 Rabu, 25 Januari 2012 Sambutan Pengantar Presiden RI pada Dialog dengan LSM Pegiat Anti Korupsi, Jakarta, 25 Januari 2012 Rabu, 25 Januari 2012 SAMBUTAN PENGANTAR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA DIALOG PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

RechtsVinding Online. menjadikan Migas merupakan bagian dari sumber daya alam yang dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesarbesarnya

RechtsVinding Online. menjadikan Migas merupakan bagian dari sumber daya alam yang dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesarbesarnya Kaji Ulang Penawaran Participating Interest Bagi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Dalam Industri Hulu Minyak dan Gas Bumi (Migas) Oleh: Muhammad Yusuf Sihite * Naskah diterima: 20 Januari 2016; disetujui:

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEDIRI NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEDIRI, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI LUWU TIMUR PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN

BUPATI LUWU TIMUR PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN BUPATI LUWU TIMUR PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH REGIONAL JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG, PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG, Menimbang : a. bahwa dengan adanya pertambahan penduduk dan pola konsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup modern diperkotaan masa kini menuntut masyarakat untuk menjadi mobile person 1 yang selalu mencari pergerakan yang lebih cepat, jauh dan berkeinginan untuk

Lebih terperinci

KAJIAN PERPINDAHAN MODA (MODE SHIFTING) DARI PENGGUNA KENDARAAN PRIBADI KE KENDARAAN UMUM (STUDI KASUS: KOTA BANDUNG)

KAJIAN PERPINDAHAN MODA (MODE SHIFTING) DARI PENGGUNA KENDARAAN PRIBADI KE KENDARAAN UMUM (STUDI KASUS: KOTA BANDUNG) KAJIAN PERPINDAHAN MODA (MODE SHIFTING) DARI PENGGUNA KENDARAAN PRIBADI KE KENDARAAN UMUM (STUDI KASUS: KOTA BANDUNG) Tilaka Wasanta Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Katolik Parahyangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi adalah perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh manusia atau mesin.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek Perkembangan kota Jakarta sebagai ibukota negara berlangsung dengan cepat. Dengan banyaknya pembangunan disana-sini semakin mengukuhkan Jakarta

Lebih terperinci

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah 2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah Permasalahan pembangunan daerah merupakan gap expectation antara kinerja pembangunan yang dicapai saat inidengan yang direncanakan serta antara apa yang ingin dicapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara hukum, dengan jumlah penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara hukum, dengan jumlah penduduk Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara hukum, dengan jumlah penduduk Indonesia yang sangat banyak hukum di Indonesia harus ditegakkan dengan sebaik mungkin. Hukum di Indonesia

Lebih terperinci

Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851); Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara

Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851); Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 2013 PERDA KOTA PASURUAN NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 13 HLM, LD No. 23 ABSTRAK : -

Lebih terperinci

PENELITIAN MODEL ANGKUTAN MASSAL YANG COCOK DI DAERAH PERKOTAAN. Balitbang bekerjasama dengan PT Karsa Haryamulya Jl.Imam Bonjol 190 Semarang

PENELITIAN MODEL ANGKUTAN MASSAL YANG COCOK DI DAERAH PERKOTAAN. Balitbang bekerjasama dengan PT Karsa Haryamulya Jl.Imam Bonjol 190 Semarang PENELITIAN MODEL ANGKUTAN MASSAL YANG COCOK DI DAERAH PERKOTAAN Balitbang bekerjasama dengan PT Karsa Haryamulya Jl.Imam Bonjol 190 Semarang RINGKASAN Pendahuluan Berdasarkan kebijakan Pemerintah Pusat,

Lebih terperinci

KRITIK ARSITEKTUR SIMPUL KEMACETAN DI JALAN MARGONDA RAYA, DEPOK JAWA BARAT

KRITIK ARSITEKTUR SIMPUL KEMACETAN DI JALAN MARGONDA RAYA, DEPOK JAWA BARAT KRITIK ARSITEKTUR SIMPUL KEMACETAN DI JALAN MARGONDA RAYA, DEPOK JAWA BARAT 1 Agung Wahyudi, 2 Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Gunadarma 1 agung_wyd@staff.gunadarma.ac.id,

Lebih terperinci

Perilaku Pergerakan Masyarakat Perkotaan Dalam Proses Urbanisasi Wilayah di Kabupaten Tegal TUGAS AKHIR. Oleh: TITI RATA L2D

Perilaku Pergerakan Masyarakat Perkotaan Dalam Proses Urbanisasi Wilayah di Kabupaten Tegal TUGAS AKHIR. Oleh: TITI RATA L2D Perilaku Pergerakan Masyarakat Perkotaan Dalam Proses Urbanisasi Wilayah di Kabupaten Tegal TUGAS AKHIR Oleh: TITI RATA L2D 004 357 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

STASIUN KERETA BAWAH TANAH ISTORA DI JAKARTA

STASIUN KERETA BAWAH TANAH ISTORA DI JAKARTA LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN KERETA BAWAH TANAH ISTORA DI JAKARTA Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan Oleh : SATYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi melalui sumber daya manusia yang dimiliki. organisasi dengan individu yang di dalamnya memiliki kinerja yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. organisasi melalui sumber daya manusia yang dimiliki. organisasi dengan individu yang di dalamnya memiliki kinerja yang baik. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap organisasi baik lembaga publik maupun lembaga bisnis, dituntut untuk mampu melakukan dinamika perubahan. Berbagai perubahan harus dilakukan sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia merupakan kota megapolitan yang sibuk dan berkembang cepat, dalam satu hari menghasilkan timbulan sampah sebesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan kehidupan manusia di seluruh dunia tidak terlepas dari yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan kehidupan manusia di seluruh dunia tidak terlepas dari yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan kehidupan manusia di seluruh dunia tidak terlepas dari yang namanya transportasi, transportasi sudah lama ada dan cukup memiliki peranannya dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Sorong merupakan salah satu kota di Provinsi Papua Barat yang

BAB I PENDAHULUAN. Kota Sorong merupakan salah satu kota di Provinsi Papua Barat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Sorong merupakan salah satu kota di Provinsi Papua Barat yang dikenal dengan sebutan Kota Minyak. Kota Sorong sangatlah strategis karena merupakan pintu keluar

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. sarana dan prasarana mencakup pada sarana transportasi. Transportasi merupakan

Bab I PENDAHULUAN. sarana dan prasarana mencakup pada sarana transportasi. Transportasi merupakan Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Perkembangan Transportasi Kota Pertumbuhan penduduk khususnya di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Meningkatnya pertumbuhan penduduk ini disertai

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 6 2011 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

Dampak Perkembangan Permukiman Skala Besar terhadap Transportasi. Yayat Supriatna Univ. Trisakti - Jakarta

Dampak Perkembangan Permukiman Skala Besar terhadap Transportasi. Yayat Supriatna Univ. Trisakti - Jakarta Dampak Perkembangan Permukiman Skala Besar terhadap Transportasi Yayat Supriatna Univ. Trisakti - Jakarta Perkembangan Aglomerasi Jabodetabek Struktur & Pola Ruang Jabodetabek Kota-kota Baru yang membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Urbanisasi merupakan fenomena yang dialami oleh kota-kota besar di Indonesia khususnya. Urbanisasi tersebut terjadi karena belum meratanya pertumbuhan wilayah terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang terkenal dengan kepadatan penduduknya dengan berada ditingkat keempat. Angka kepadatan penduduk yang terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Jakarta merupakan kota terbesar di Indonesia yang dikelilingi beberapa wilayah di sekitarnya sebagai kota penyangga yang terdiri dari Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kota-kota besar lainnya di Indonesia seperti Jakarta, Surabaya dan Semarang

BAB I PENDAHULUAN. kota-kota besar lainnya di Indonesia seperti Jakarta, Surabaya dan Semarang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan teknologi yang sangat pesat di bidang otomotif menyebabkan meningkatnya jumlah kendaraan yang beroperasi di jalan, terutama di kota besar dimana sebagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum 2.1.1 Becak Becak (dari bahasa Hokkien : be chia "kereta kuda") adalah suatu moda transportasi beroda tiga yang umum ditemukan di Indonesia dan juga di sebagian

Lebih terperinci