ARTIKEL ILMIAH MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI PENDEKATAN SAINTIFIK DI KELAS IV A SD NEGERI NO 55/1 SRIDADI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ARTIKEL ILMIAH MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI PENDEKATAN SAINTIFIK DI KELAS IV A SD NEGERI NO 55/1 SRIDADI"

Transkripsi

1 1 ARTIKEL ILMIAH MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI PENDEKATAN SAINTIFIK DI KELAS IV A SD NEGERI NO 55/1 SRIDADI Oleh ONENG TRI MULYA A1D PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI 2017 Oneng Tri Mulya :F-KIP S-1 PGSD Page 1

2 2 MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI PENDEKATAN SAINTIFIK DI KELAS IV A SD NEGERI NO 55/1 SRIDADI Oleh ONENG TRI MULYA Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Jambi ABSTRAK Kata Kunci: Keterampilan Berpikir Kritis, dan Pendekatan Saintifik. Tujuan penelitian ini adalah untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Melalui Pendekatan Saintifik di Kelas IV A Sekolah Dasar Negeri No. 55/1 Sridadi. Metode penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK) yang membahas tentang Bagaimanakah Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Melalui Pendekatan Saintifik di Kelas IV A SD Negeri No.55/1 Sridadi. Pengumpulan data pada penelitian ini melalui observasi, Video Pembelajaran dan dokumentasi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV A SDN 55/1 Sridadi yang berjumlah 21 orang, dimana 9 siswa perempuan dan 12 siswa laki-laki pada semester ganjil Tahun Ajaran 2016/2017. Hasil penelitian ini, bahwa keterampilan berpikir kritis siswa SD Negeri No. 55/1 Sridadi terkait indikator yang pertama yaitu memberikan penjelasan sederhana, kedua membangun keterampilan dasar, ketiga menyimpulkan, keempat membuat penjelasan lebih lanjut dan kelima mengatur strategi dan taktik. Dari kelima indikator tersebut terlihat sebagian besar siswa memiliki keterampilan berpikir kritis yang baik. Hal ini dapat dilihat dari siswa telah bertanya tentang suatu penjelasan, menjawab dengan memberikan penjelasan sederhana, bisa membangun keterampilan dasar dengan memberi alasan/pendapat dan melaporkan hasil diskusi, bisa menyimpulkan pembelajaran, membuat penjelasan lanjut dengan meberikan uraian penjelasan dan mengerjakan latihan, serta bisa mengatur strategi dan taktik dengan saling bertanya jawab dan membuat keputusan dalam kelompok. Hasil penelitian menunjukkan pada siklus I keterampilan berpikir kritis siswa dengan kategori cukup kritis yaitu sebanyak 7 orang siswa telah berpikir kritis dan pada siklus II terjadi peningkatan dengan katgori baik yaitu sebanyak 15 orang siswa telah berpikir kritis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan langkah-langkah pendekatan saintifik diantaranya siswa diminta untuk mengamati media (mengamati), guru mendorong siswa untuk bertanya (menanya), mendorong siswa untuk menggali informasi(menalar), membimbing siswa untuk mencobakan media, mengerjakan latihan berdiskusi (mencobakan), menyampaikan hasil diskusi (mengkomunikasikan) terbukti dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa. Oneng Tri Mulya :F-KIP S-1 PGSD Page 2

3 3 PENDAHULUAN Pendidikan pada dasarnya merupakan sebuah upaya untuk membangun kecerdasan manusia baik secara kognitif, afektif dan psikomotorik. Sejalan dengan pengertian di atas, di Indonesia tujuan pendidikan nasional terdapat pada Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Bab II pasal 3 tentang sistem pendidikan mengenai dasar, fungsi, dan tujuan: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Salah satu bentuk pendidikan adalah proses pembelajaran. Bafadal (2005:11) pembelajaran dapat diartikan sebagai segala usaha atau proses belajar mengajar dalam rangka terciptanya proses belajar yang efektif dan efisien. Untuk meningkatkan atau mengembangkan kemampuan dan potensi siswa pada proses pembelajaran, siswa dituntut memiliki keterampilan berpikir kritis. Berpikir merupakan proses penting dalam pendidikan, belajar, dan pembelajaran. Proses berpikir merupakan wujud keseriusan siswa dalam belajar. Kita tahu bahwa keterampilan berpikir kritis setiap siswa itu berbeda-beda sehingga perlu dilatih dan dikembangkan sejak usia dini, terutama saat di bangku sekolah dasar (SD). Jika siswa sudah terbiasa memiliki keterampilan berpikir kritis dari SD, maka akan mempermudah siswa dalam pendidikan selanjutnya. Menurut Iskandar (2012:87) berpikir secara kritis merujuk pada pemikiran seseorang pemikiran dalam menilai kevaliditan dan kebaikan suatu ide, buah fikiran, pandangan dan dapat memberi respons berdasarkan kepada bukti dan sebab akibat. Sedangkan Oneng Tri Mulya :F-KIP S-1 PGSD Page 3

4 4 menurut Syah (2015:123) berpikir rasional dan kritis adalah perwujudan perilaku belajar terutama yang bertalian dengan pemecahan masalah. Berdasarkan hasil observasi dan analisis video proses pembelajaran di kelas IV A SD Negeri No. 55/1 Sridadi. Peneliti melihat dan menemukan masalah-masalah pada proses pembelajaran diantaranya: siswa tidak bisa menjawab dan memberikan kemungkinan jawaban dari pertanyaan guru, lambat memahami penjelasan guru, tidak paham inti dari penjelasan guru mengenai cara menyelesaikan soal, tidak bisa menerapkan contoh yang dijelaskan guru ke dalam soal atau tugas latihan dan pada akhir pembelajaran siswa tidak bisa menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Dari masalah yang muncul pada proses pembelajaran setelah dicari tahu dari indikator keterampilan berpikir kritis, masalah di atas dikategorikan kedalam indikator keterampilan berpikir kritis oleh karena itu peneliti ingin meneliti keterampilan berpikir kritis agar keterampilan berpikir kritis siswa meningkat. Untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis diperlukan peran guru. Guru merupakan orang yang mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran, oleh karena itu guru dituntut kreatif dalam menyelenggarakan proses pembelajaran. Guru harus bisa memilih pendekatan yang tepat agar siswasiswanya memiliki keterampilan berpikir kritis sehingga siswa beraktivitas dalam proses pembelajaran. Tentunya agar tujuan pembelajaran tercapai maka peran siswa dalam proses pembelajaran sangat diperlukan, bukan hanya mendengarkan penjelasan guru, siswa harus banyak menggunakan akal pikirannya untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab soal, mengumpulkan informasi, memahami, bertanya, menganalisis, menarik kesimpulan dan menilai. Penyebab Oneng Tri Mulya :F-KIP S-1 PGSD Page 4

5 5 kurangnya keterampilan berpikir kritis siswa karena pembelajaran menganut teori perubahan perilaku (behaviorisme), ilmu ditransfer dari guru ke siswa. Teori ini menganggap manusia belajar dari latihan. Kurangnya keterampilan berpikir kritis juga disebabkan belum optimalnya guru dalam membaca karakteristik kebutuhan siswa serta menempatkan dirinya sebagai fasilitor dan juga belum menggunakan pendekatan yang menuntut siswa untuk berpartisipasi aktif. Kurangnya keterlibatan aktif siswa dalam pembelajaran ini menyebabkan kurangnya keterampilan siswa dalam berpikir secara kritis misalkan dengan bertanya, menyampaikan pendapat dan memecahkan masalah sehingga siswa hanya menghafal konsep, teori dan rumus yang telah ada tanpa mau menggali lebih lanjut lagi untuk dipahami secara mendalam. Berdasarkan masalah di atas, tindakan yang tepat untuk menangani masalah kurangnya keterampilan berpikir kritis adalah dengan menggunakan pendekatan saintifik karena menurut Mulyasa (2014:99) pendekatan saintifik adalah pendekatan yang menekankan pada keterlibatan peserta didik dalam berbagai kegiatan yang memungkinkan mereka untuk secara aktif mengamati, menanya, mencoba, menalar, mengkomunikasikan dan membangun jejaring. Dengan begitu siswa langsung mengamati apa yang dipelajari, yang menimbulkan rasa ingin tahu siswa untuk bertanya, kemudian membuat siswa itu berpikir, siswa belajar bukan hanya sekedar teori tetapi siswa melakukan eksperimen atau dengan memecahkan masalah seperti latihan individu maupun kelompok dan siswa juga bias membiasakan menyimpulkan apa yang dipelajari dengan mengkomunikasikan sehingga pembelajaran terasa menyenangkan, menarik, Oneng Tri Mulya :F-KIP S-1 PGSD Page 5

6 6 semangat dalam belajar serta siswa bisa mengalami sendiri apa yang dipelajari dan bisa meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa. Adapun alasan yang paling mendasari peneliti memilih tindakan ini, karena pada langkah-langkah pendekatan ilmiah kompetensi yang dikembangkan diantaranya mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yan perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat (kementerian pendidikan dan kebudayaan, 2014:19). Dari uraian latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Melalui Pendekatan Saintifik di Kelas IV A SD Negeri No 55/1 Sridadi. KAJIAN PUSTAKA Keterampilan Berpikir Kritis Koesoema (2015:100) menjelaskan Sikap kritis adalah keterampilan individu untuk melihat kembali nilai-nilai yang diyakini selama ini. sedangkan Syah (2015:123) menjelaskan berpikir rasional dan kritis adalah perwujudan perilaku belajar terutama yang bertalian dengan pemecahan masalah. Adapun menurut Iskandar (2012:87) berpikir secara kritis merujuk pada pemikiran seseorang pemikiran dalam menilai kevaliditan dan kebaikan suatu ide, buah fikiran, pandangan dan dapat memberi respons berdasarkan kepada bukti dan sebab akibat. Selanjutnya Syah (2015:123) menjelaskan dalam berpikir rasional, siswa dituntut menggunakan logika (akal sehat) untuk menentukan sebab-akibat, menganalisis, menarik kesimpulan-kesimpulan, dan bahkan juga menciptakan hukum-hukum (kaidah teoritis) dan ramalan-ramalan. Sedangkan Fisher Oneng Tri Mulya :F-KIP S-1 PGSD Page 6

7 7 berpendapat (2009:10) berpikir kritis adalah interpretasi dan evaluasi yang terampil dan aktif terhadap observasi dan komunikasi, informasi dan argumentasi. Berpikir kritis itu sangat penting bagi siswa karena siswa sering kali dihadapkan dengan berbagai masalah dan pilihan oleh karena itu, siswa dituntut mampu berpikir kritis. Menurut Gerhand (dalam Suwarma, 2009:11) mendefinisikan berpikir kritis sebagai proses kompleks yang melibatkan penerimaan dan penguasaan data, anlisis data, evaluasi data, dan mempertimbangkan aspek kualitatif dan kuantitaif serta membuat keputusan berdasarkan hasil evaluasi. Sedangkan menurut Spitlier (dalam Suwarma, 2009: 11) mengungkapkan bahwa kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan yang bertanggung jawab yang memudahkan pengelolaan yang baik. Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa keterampilan berpikir kritis adalah kemampuan individu untuk melihat kembali apa yang telah dipelajari terutama yang yang bertalian dengan pemecahan masalah, yang merujuk pada pemikiran seseorang yang menilai valid nya suatu ide, buah pikiran, yang dapat dibuktikan sebab akibat, menganalisis, dan menarik kesimpulan. Ciri-ciri orang yang memiliki keterampilan berpikir kritis itu mengungkapkan sesuatu berdasarkan atas fakta yang ada, logis, tahu perbedaan valid dan tidak valid, relevan dan tidak relevan, tahu alternatif cara dalam menyelesaikan permasalahan serta bisa menarik kesimpulan dari apa yang dipelajari. Berdasarkan beberapa indikator keterampilan berpikir kritis menurut para ahli, peneliti memilih teori menurut Ennis (dalam Suwarna, 2009:13-16) karena Oneng Tri Mulya :F-KIP S-1 PGSD Page 7

8 8 peneliti merasa teori indikator keterampilan berpikir kritis menurut Ennis mudah untuk dipahami, jelas, dan mudah digunakan untuk penelitian. Tujuan keterampilan berpikir kritis adalah agar bisa membantu atau menolong siswa membuat keputusan dari apa yang mereka lihat, dengar, atau yang mereka pikirkan dalam menyelesaikan masalah terhadap suatu materi sehingga meyakinkan siswa bahwa pemikiran siswa itu valid dan benar. Dalam mengembangkan berpikir kritis siswa, guru hendaknya memfasilitasi dan melakukan tindakan yang mendorong siswa merefleksikan kemampuannya. Adapun untuk kepentingan penelitian ini penulis membatasi indikator kemampuan berpikir kritis matematis siswa dilihat dari aspek mengidentifikasi, menghubungkan, mengevaluasi dan menganalisis. 2.1 Pendekatan Saintifik Proses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah, karena itu kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan saitifik dalam pembelajaran. Menurut kementerian pendidikan dan kebudayaan (2014:18) pendekatan saintifik diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Menurut Mulyasa (2014:99) pendekatan saintifik adalah pendekatan yang menekankan pada keterlibatan peserta didik dalam berbagai kegiatan yang memungkinkan mereka untuk secara aktif mengamati, menanya, mencoba, menalar, mengkomunikasikan dan membangun jejaring. Sedangkan menurut kementerian pendidikan dan kebudayaan (2014:19) metode ilmiah pada umumnya memuat serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi, eksperimen, mengolah informasi atau data, menganalisis, kemudian memformulasi, dan menguji Oneng Tri Mulya :F-KIP S-1 PGSD Page 8

9 9 hipotesis. Menurut kementerian pendidikan dan kebudayaan (2014:66) pendekatan saintifik dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/mencoba, mengasosiasi/menalar/mengolahinformasi, serta menyajikan/mengkomunikasikan. Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik adalah pendekatan yang dapat mengembangkan sikap, keterampilan, pengetahuan serta menekankan pada keterlibatan peserta didik secara langsung pada proses pembelajaran sehingga memungkinkan siswa untuk aktif. METODE PENELITIAN Subyek penelitian ini dilaksanakan di kelas IV A SD Negeri No 55/1 Sridadi Kecamatan Muara Bulian kabupaten Batanghari. Dengan jumlah siswa 21 orang, yang terdiri dari 12 laki-laki dan 9 perempuan. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017 sedangkan tempat pelaksanaan penelitian ini ditetapkan di SD Negeri No. 55/1 Sridadi. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara kolaboratif. Penelitian ini akan dilaksanakan beberapa siklus, daur siklusnya akan dihentikan apabila kondisi kelas sudah mampu meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa serta siswa telah terbiasa dengan pendekatan Saintifik. Penelitian ini akan dilakukan berkolaborasi dengan wali kelas IV A. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian ini, bahwa keterampilan berpikir kritis siswa SD Negeri No. 55/1 Sridadi terkait indikator yang pertama yaitu memberikan penjelasan sederhana, kedua membangun keterampilan dasar, ketiga menyimpulkan, keempat Oneng Tri Mulya :F-KIP S-1 PGSD Page 9

10 10 membuat penjelasan lebih lanjut dan kelima mengatur strategi dan taktik. Dari kelima indikator tersebut terlihat sebagian besar siswa memiliki keterampilan berpikir kritis yang baik. Hal ini dapat dilihat dari siswa telah bertanya tentang suatu penjelasan, menjawab dengan memberikan penjelasan sederhana, bisa membangun keterampilan dasar dengan memberi alasan/pendapat dan melaporkan hasil diskusi, bisa menyimpulkan pembelajaran, membuat penjelasan lanjut dengan meberikan uraian penjelasan dan mengerjakan latihan, serta bisa mengatur strategi dan taktik dengan saling bertanya jawab dan membuat keputusan dalam kelompok. Hasil penelitian menunjukkan pada siklus I keterampilan berpikir kritis siswa dengan kategori cukup kritis yaitu sebanyak 7 orang siswa telah berpikir kritis dan pada siklus II terjadi peningkatan dengan katgori baik yaitu sebanyak 15 orang siswa telah berpikir kritis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan langkah-langkah pendekatan saintifik diantaranya siswa diminta untuk mengamati media (mengamati), guru mendorong siswa untuk bertanya (menanya), mendorong siswa untuk menggali informasi(menalar), membimbing siswa untuk mencobakan media, mengerjakan latihan berdiskusi (mencobakan), menyampaikan hasil diskusi (mengkomunikasikan) terbukti dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa keterampilan berpikir kritis siswa SD Negeri No. 55/1 Sridadi terkait indikator yang pertama yaitu memberikan penjelasan sederhana, kedua membangun keterampilan dasar, ketiga menyimpulkan, keempat membuat penjelasan lanjut dan kelima mengatur Oneng Tri Mulya :F-KIP S-1 PGSD Page 10

11 11 strategi dan taktik. Dari kelima indikator tersebut terlihat sebagian besar siswa memiliki keterampilan berpikir kritis yang baik. Hal ini dapat dilihat dari siswa telah bertanya tentang suatu penjelasan, menjawab dengan memberikan penjelasan sederhana, bisa membangun keterampilan dasar dengan memberi alasan/pendapat dan melaporkan hasil diskusi, bisa menyimpulkan pembelajaran, membuat penjelasan lanjut dengan mengerjakan latihan, serta bisa mengatur strategi dan taktik dengan saling bertanya jawab dan membuat keputusan dalam kelompok. Penelitian ini lebih kepada meningkatkan proses pembelajaran, akan tetapi data-data yang diuraikan setiap indikator agar lebih akurat dan untuk melihat kriteria keberhasilan, peneliti juga menghitung dengan data kuantitatif dengan hasil observasi keterampilan berpikir kritis siswa pada siklus I dengan kategori cukup kritis yaitu sebanyak 7 orang siswa telah berpikir kritis dan pada siklus II terjadi peningkatan dengan kategori baik yaitu sebanyak 15 orang siswa telah berpikir kritis. Hal ini membuktikan bahwa pendekatan saintifik dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa. Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diuraikan, maka peneliti menyarankan guru kelas IV A SD Negeri No. 55/1 Sridadi dapat menggunakan pendekatan saintifik dalam pembelajaran supaya siswa terlibat aktif pada proses pembelajaran. Dengan menggunakan pendekatan saintifik, diharapkan siswa dapat berpikir kritis pada proses pembelajaran. Guru dalam penerapan pendekatan saintifik, hendaknya perlu memperhatikan pengelolaan kelas agar pembelajaran dapat berjalan secara kondusif. Aspek-aspek yang diamati pada penelitian ini masih terbatas, diharapkan pada peneliti selanjutnya dapat memperluas aspek amatannya. Oneng Tri Mulya :F-KIP S-1 PGSD Page 11

12 12 DAFTAR PUSTAKA A Koesoema, D Pendidikan karakter utuh dan menyeluruh. Yogyakarta: PT Kanisius. Abidin, Y Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum Bandung: PT Refika Aditama. Arikunto, S Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, S Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta Browne, Neil. M & keeley M. Stuart Pemikiran kritis panduan untuk mengajukan dan menjawab pertanyaan kritis. Jakarta: PT Indeks Faiz, F Thinking Skills Pengantar Menuju Berpikir Kritis. Yogyakarta: Suka Press. Fisher, A Berpikir kritis sebuah pengantar. Jakarta: Erlangga. Hidayat, N Peningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika Materi Jaring- Jaring Bangun Ruang Melalui Penerapan Scientific Approach Kelas V Semester 2 Di Sdn 6 Dawuhan Situbondo Tahun Ajaran 2013/ Di akses 20 oktober 2016 Iskandar Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Gaung Persada (GP) Iskandar Psikologi Pendidikan Sebuah Orientasi Baru. Jakarta: Referensi Kurniasih & Sani Implementasi Kurikulum 2013; Konsep & Penerapan. Surabaya: Kata Pena. Majid, A Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Mulyasa, E Guru Dalam Implementasi Kurikulum, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Oneng Tri Mulya :F-KIP S-1 PGSD Page 12

13 13 Piyanto, A.K.H Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Melalui Pendekatan Saintifik Pada Tema Kerukunan Dalam Bermasyarakat di Kelas VB SDN Sambikerep Iii/592 Surabaya. ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-penelitian pgsd/article/view/15426/ Diakses 20 oktober 2016 Skripsi Nurhayati Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalam Pembelajaran Ips Melalui Pendekatan Savi Model Pembelajaran Berbasis Masalah Kelas Viii Smp Negeri 3 Godean. Diakses 20 oktober Susilaningrum, S.E Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaranipa Melalui Pendekatan Scientific Bermetode Group Investigation Pada Siswa Kelas Vc Sd Bantul Timur. M.pdf. Diakses 05 November Suwarma, M Suatu Alternatif Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematika. Jakarta: Cakrawala Mahakarya. Syah, M Psikologi belajar. Jakarta: PT Rajagrafindo persada. Tim Penyusun Panduan Penulisan Proposal Dan Skripsi Hsil Penelitian Tindakan Kelas(PTK) Suplemen Panduan Penulisaan Skripsi Fkip Universits Jambi. Jambi. Universitas Jambi Tim Penyusun Panduan Penulisan Skripsi Universitas Jambi. Jambi. Universitas Jambi. Undang-undang Republik Indonesia No 20 tahun Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 Tentang dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan. u-nomor-20-tahun-2003-tentang-sisdiknas.pdf. Diakses tanggal 22 agustus Oneng Tri Mulya :F-KIP S-1 PGSD Page 13

ARTIKEL ILMIAH. Oleh: YOLAN FARWIZA ASNA A1D114025

ARTIKEL ILMIAH. Oleh: YOLAN FARWIZA ASNA A1D114025 ARTIKEL ILMIAH MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING (PJBL ) PADA TEMA PAHLAWANKU DI KELAS IV C SD NEGERI 55/1 SRIDADI Oleh: YOLAN FARWIZA ASNA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan dan kelangsungan hidup bangsa. Sasaran pendidikan adalah manusia, dengan tujuan menumbuhkembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Negara, juga merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam pembangunan nasional. Melalui sektor pendidikan dapat dibentuk manusia yang berkualitas, berakhlak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara spesifik

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara spesifik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dikembangkan untuk membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara spesifik termaktub dalam tujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen utama kebutuhan manusia. Melalui

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen utama kebutuhan manusia. Melalui I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu komponen utama kebutuhan manusia. Melalui pendidikan, setiap insan diharapkan mampu menghadapi tantangan kehidupan yang semakin berat. Terlebih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu tolak ukur terpenting dan berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari terbentuknya karakter bangsa. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pasal 31 Undang-Undang Dasar 1945 (amandemen) yang berbunyi Setiap

BAB I PENDAHULUAN. dalam pasal 31 Undang-Undang Dasar 1945 (amandemen) yang berbunyi Setiap 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Setiap individu berhak mendapatkan pendidikan. Hal ini tercantum dalam pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara yang berkembang pendidikan dipandang sebagai suatu kebutuhan penting dan sarana demi memajukan pembangunan negara. Pendidikan menjadi tuntutan wajib

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kalau kita cermati saat ini pendidikan di Indonesia masih jauh dari harapan yang diinginkan, apalagi harapan yang dituangkan dalam Undangundang Nomor 20 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SUMBER BELAJAR BERBASIS TEMATIK SEBAGAI PANDUAN PEMBELAJARAN BAGI GURU KELAS IV SD BERDASARKAN KURIKULUM 2013 ARTIKEL

PENGEMBANGAN SUMBER BELAJAR BERBASIS TEMATIK SEBAGAI PANDUAN PEMBELAJARAN BAGI GURU KELAS IV SD BERDASARKAN KURIKULUM 2013 ARTIKEL PENGEMBANGAN SUMBER BELAJAR BERBASIS TEMATIK SEBAGAI PANDUAN PEMBELAJARAN BAGI GURU KELAS IV SD BERDASARKAN KURIKULUM 2013 ARTIKEL Oleh: Faeza Rezi S 17232/ 2010 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN JURUSAN

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN ALAT PERAGA BATANG NAPIER. Nur Waqi ah

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN ALAT PERAGA BATANG NAPIER. Nur Waqi ah UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN ALAT PERAGA BATANG NAPIER Nur Waqi ah Guru SDN Tampungrejo Kec. Puri Kab. Mojokerto Email: nurwaqiah1961@gmail.com Abstrak : Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

Mika Hikmaya Sari* Yudi Budianti* Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika, Metode Pemecahan Masalah Model Polya.

Mika Hikmaya Sari* Yudi Budianti* Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika, Metode Pemecahan Masalah Model Polya. PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA MELALUI METODE PEMECAHAN MASALAH MODEL POLYA PADA SISWA KELAS IV DI SDN AREN JAYA V BEKASI TIMUR Mika Hikmaya Sari* Yudi Budianti* Email : yudibudianti24@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang disederhanakan untuk pembelajaran di sekolah dalam rangka menanamkan nilainilai sosial

Lebih terperinci

E.ISSN P.ISSN Vol.3 No.1 Edisi Januari 2018

E.ISSN P.ISSN Vol.3 No.1 Edisi Januari 2018 UPAYA MENINGKATKAN KREATIFITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH MELALUI MODEL POLYA DI SEKOLAH DASAR Oleh : Sukriadi Hasibuan Fakultas IPS dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari kata courier yang berarti berlari (to run). Kurikulum berarti suatu

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari kata courier yang berarti berlari (to run). Kurikulum berarti suatu 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Kurikulum Secara etimologis, istilah kurikulum (curriculum) berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya pelari dan curere yang artinya tempat berpacu. Istilah

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Oleh : SRI MUJAYANTI A54A100126

NASKAH PUBLIKASI. Oleh : SRI MUJAYANTI A54A100126 NASKAH PUBLIKASI PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM MELALUI METODE COURSE REVIEW HORAY PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 03 KEMIRI, KEBAKKRAMAT, KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Oleh : SRI

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hal sangat penting dalam kehidupan untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang kompeten. Hal ini karena pendidikan diyakini dapat mendorong

Lebih terperinci

Penerapan Pendekatan Saintifik dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Fiqih Siswa Kelas V MI Darussalam Palembang

Penerapan Pendekatan Saintifik dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Fiqih Siswa Kelas V MI Darussalam Palembang Penerapan Pendekatan Saintifik dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Fiqih Siswa Kelas V MI Darussalam Palembang Nurchafsah dan Mardiah MI Darussalam Palembang japridiah@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu hal yang penting untuk kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu hal yang penting untuk kemajuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu hal yang penting untuk kemajuan suatu bangsa. Dalam dunia pendidikan, kurikulum sangat berperan penting untuk pembangunan suatu

Lebih terperinci

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI KOTA TEBING TINGGI

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI KOTA TEBING TINGGI PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI 164519 KOTA TEBING TINGGI Syarigfah Guru SD Negeri 164519 Kota Tebing Tinggi Surel : syarigfah16@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. matematika yaitu memecahkan masalah (problem solving), penalaran dan bukti

BAB I PENDAHULUAN. matematika yaitu memecahkan masalah (problem solving), penalaran dan bukti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan. Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana disebutkan dalan Undang-undang Nomor 20 tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa. Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, pengendalian diri dan keterampilan untuk membuat dirinya berguna di

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, pengendalian diri dan keterampilan untuk membuat dirinya berguna di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana secara etis, sistematis, intensional dan kreatif dimana peserta didik mengembangkan potensi diri, kecerdasan, pengendalian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting untuk menjamin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara, karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembelajaran. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. pembelajaran. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran. Guru sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangatlah beragam, antara lain: kurikulum 2013 hanya akan memberi beban

BAB I PENDAHULUAN. sangatlah beragam, antara lain: kurikulum 2013 hanya akan memberi beban BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Sejak wacana pengembangan kurikulum 2013 digulirkan muncul tanggapan pro dan kontra dari kalangan masyarakat, khususnya dari kalangan pendidikan. Alasan penolakan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA MATERI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI MELALUI MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA MATERI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI MELALUI MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA MATERI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI MELALUI MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) KOMBINASI MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS IV SDN SUNGAI MIAI 5 BANJARMASIN Noorhafizah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan

Lebih terperinci

PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN MODEL INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SD JURNAL

PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN MODEL INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SD JURNAL PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN MODEL INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SD JURNAL Oleh SRI MARYATI SOWIYAH DARSONO FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016 ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dirumuskan dalam tujuan pendidikan nasional dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dirumuskan dalam tujuan pendidikan nasional dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sebagaimana dirumuskan dalam tujuan pendidikan nasional dalam UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Melalui pendidikan yang baik akan tercipta generasi bangsa yang baik juga. Tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut ditujukan untuk membantu anak dalam menghadapi dan. dalam perkembangan anak (Suryosubroto, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. tersebut ditujukan untuk membantu anak dalam menghadapi dan. dalam perkembangan anak (Suryosubroto, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha yang sengaja dan terencana untuk membantu perkembangan potensi dan kemampuan anak agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sarana yang dapat menumbuh-kembangkan potensipotensi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sarana yang dapat menumbuh-kembangkan potensipotensi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah sarana yang dapat menumbuh-kembangkan potensipotensi manusia untuk bermasyarakat dan menjadi manusia yang sempurna. Seperti yang diuraikan pada

Lebih terperinci

PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN VISUAL UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS

PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN VISUAL UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN VISUAL UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS Ani Rosidah, M.Pd anirosidah.cjr@gmail.com Universitas Majalengka (UNMA) ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Permendikbud No. 67 tahun 2013, kurikulum 2013 dirancang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Permendikbud No. 67 tahun 2013, kurikulum 2013 dirancang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan diadakannya perbaikan dalam bebagai bidang di dalam pendidikan baik itu perubahan kurikulun yang dilakukan oleh dinas pendidikan, perubahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter kepada generasi penerus bangsa yang berakar pada nilai karakter dari budaya bangsa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem Pendidikan Nasional (BNSP, 2006) menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dengan kata lain, peran pendidikan sangat penting untuk. pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dengan kata lain, peran pendidikan sangat penting untuk. pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia, sedangkan kualitas sumber daya manusia tergantung pada kualitas pendidikannya. Dengan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) BERDASARKAN KURIKULUM 2013 KELAS VIII DI SMP NEGERI 31 PADANG JURNAL EFRIJONI

PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) BERDASARKAN KURIKULUM 2013 KELAS VIII DI SMP NEGERI 31 PADANG JURNAL EFRIJONI PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) BERDASARKAN KURIKULUM 2013 KELAS VIII DI SMP NEGERI 31 PADANG JURNAL EFRIJONI 10020021 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara guru dengan siswa untuk mencapai tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sesuatu yang dinamis selalu ada perubahanperubahan yang disesuaikan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat. Begitu juga pendidikan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN PENDEKATAN NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENUMBUHKAN PEMBELAJARAN PKN YANG JOYFULL LEARNING DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 WONOAYU SIDOARJO

PENGGUNAAN PENDEKATAN NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENUMBUHKAN PEMBELAJARAN PKN YANG JOYFULL LEARNING DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 WONOAYU SIDOARJO 176 PENGGUNAAN PENDEKATAN NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENUMBUHKAN PEMBELAJARAN PKN YANG JOYFULL LEARNING DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 WONOAYU SIDOARJO Oleh : Sopiyah IKIP Widya Darma Surabaya Abstrak:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna mengembangkan bakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang dibutuhkan dalam belajar. Jika sebelumnya pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang dibutuhkan dalam belajar. Jika sebelumnya pembelajaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran sejatinya membekali kemampuan peserta didik memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam belajar. Jika sebelumnya pembelajaran menempatkan guru dan sumber

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk membimbing anak menuju pada pencapaian tujuan ilmu pengetahuan. Proses pendidikan yang diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil belajar merupakan sebuah tolak ukur bagi guru untuk dapat mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil belajar merupakan sebuah tolak ukur bagi guru untuk dapat mengetahui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hasil belajar merupakan sebuah tolak ukur bagi guru untuk dapat mengetahui ketercapaian siswa setelah melaksanakan suatu pembelajaran. Namun, kebanyakan hasil

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana S-1 Program Pendidikan Akuntansi

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana S-1 Program Pendidikan Akuntansi PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS VII F SMP AL-ISLAM 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah pilar kehidupan suatu bangsa. Masa depan suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah pilar kehidupan suatu bangsa. Masa depan suatu bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah pilar kehidupan suatu bangsa. Masa depan suatu bangsa dapat dilihat melalui pendidikan, semakin maju pendidikan maka semakin cerah dan terarah juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tinggi. Pendidikan di Indonesia selain dilakukan di lembagalembaga

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tinggi. Pendidikan di Indonesia selain dilakukan di lembagalembaga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu cara yang dilakukan Pemerintah untuk meningkatkan kualitas pembangunan yang ada di Indonesia. Pendidikan ini diselenggarakan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh:

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh: PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN MOTIVASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI LEARNING START WITH A QUESTION (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VIIIC SMP Negeri 1 Ngemplak Boyolali Tahun Ajaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya seseorang untuk mengembangkan potensi yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya seseorang untuk mengembangkan potensi yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan upaya seseorang untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Pendidikan sangat penting bagi kehidupan karena melalui pendidikan, seseorang diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dalam ilmu pengetahuan sebagai penggerak utama perubahan menuntut pendidikan untuk terus maju melakukan adaptasi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

Oleh Sri Mujayani SMP Negeri 1 Wonoayu

Oleh Sri Mujayani SMP Negeri 1 Wonoayu 153 PENINGKATAN HASIL BELAJAR PADA MATERI KEGIATAN EKONOMI DAN PEMANFAATAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING DI SMP NEGERI 1 WONOAYU Oleh Sri Mujayani SMP Negeri 1 Wonoayu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengganti dan penerus yang mendahuluinya, dan sebagai pewaris-pewaris di muka

BAB I PENDAHULUAN. pengganti dan penerus yang mendahuluinya, dan sebagai pewaris-pewaris di muka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan manusia di dunia ini adalah sebagai wakil Allah SWT, sebagai pengganti dan penerus yang mendahuluinya, dan sebagai pewaris-pewaris di muka bumi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang dapat menyebabkan sebuah perubahan-perubahan baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik kearah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat dipisahkan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat dipisahkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan, seseorang dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan, bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dapat ditingkatkan, baik di kalangan nasional maupun. agar mutu kehidupan masyarakat dapat meningkat. Melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dapat ditingkatkan, baik di kalangan nasional maupun. agar mutu kehidupan masyarakat dapat meningkat. Melalui pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan merupakan aspek terpenting dalam usaha pembangunan yang sedang dilaksanakan di Indonesia. Hal ini sangat erat hubungannya dengan tujuan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia Indonesia, yaitu manusia yang mampu berfikir tinggi dan kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. manusia Indonesia, yaitu manusia yang mampu berfikir tinggi dan kreatif, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk mengantisipasi adanya berbagai masalah, hambatan dan tantangan di era globalisasi ini, perlu adanya peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Hayati ISSN : Vol. 3 No. 2 (2017) : 47-54

Jurnal Pendidikan Hayati ISSN : Vol. 3 No. 2 (2017) : 47-54 Jurnal Pendidikan Hayati ISSN : 2443-3608 Vol. 3 No. 2 (2017) : 47-54 MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM SOLVING KELAS XI C AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia (SDM). Pendidikan seyogyanya menyiapkan generasi yang berkualitas

Lebih terperinci

Fariyani Eka Kusuma Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

Fariyani Eka Kusuma Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Ponorogo. PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS VII SMP MA ARIF 2 PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Fariyani Eka Kusuma Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

Penggunaan Model Pembelajaran Examples Non-Examples untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMK Negeri 1 Bireun

Penggunaan Model Pembelajaran Examples Non-Examples untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMK Negeri 1 Bireun 28 Penggunaan Model Pembelajaran Examples Non-Examples untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMK Negeri 1 Bireun Budiono SMK Negeri 1 Bireun email: budionosmkbir@gmail.com ABSTRAK Kualitas pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sertifikasi untuk meningkatkan kemampuan profesional pendidik, kebijakan baik kurikulum maupun standar pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. sertifikasi untuk meningkatkan kemampuan profesional pendidik, kebijakan baik kurikulum maupun standar pendidikan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan mutu pendidikan di Indonesia terus dilakukan sampai saat ini secara berkesinambungan. Berbagai upaya dilakukan demi meningkatkan kualitas pendidikan bangsa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi pada masa sekarang ini pendidikan memegang peranan yang sangat penting. Seseorang tanpa pendidikan dianggap tidak mampu memasuki era globalisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Pasal 9. tentang Perlindungan Anak mmenyatakan bahwa setiap anak berhak

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Pasal 9. tentang Perlindungan Anak mmenyatakan bahwa setiap anak berhak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Pasal 9 tentang Perlindungan Anak mmenyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sepanjang hayat (long life education). Hal ini sesuai dengan prinsip

I. PENDAHULUAN. sepanjang hayat (long life education). Hal ini sesuai dengan prinsip 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses memanusiakan manusia atau lazim disebut sebagai proses humanisasi. Proses humanisasi ini diperoleh melalui berbagai pengalaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan karena

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan karena I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai fungsi dan tujuan yang harus diperhatikan. Fungsi dan tujuan tersebut dapat dilihat pada UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Dewasa ini bangsa Indonesia terus berusaha untuk meningkatkan masyarakatnya menjadi masyarakat yang berbudaya demokrasi, berkeadilan dan menghormati hak-hak

Lebih terperinci

Oleh: Siti Halimah SD Negeri 01 Sembon, Karangrejo, Tulungagung

Oleh: Siti Halimah SD Negeri 01 Sembon, Karangrejo, Tulungagung 8 Siti Halimah, Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Melalui... PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBERIAN TUGAS PADA SISWA KELAS IV SDN 1 SEMBON KECAMATAN KARANGREJO TULUNGAGUNG SEMESTER

Lebih terperinci

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupannya setiap individu wajib menempuh pendidikan di lembaga formal maupun lembaga non formal. Sesuai dengan yang diperintahkan oleh pemerintah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelumnya. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelumnya. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek penting dalam pengembangan sumber daya manusia. Dengan pendidikan, manusia menjadi individu yang lebih baik dari sebelumnya. UU nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan di Indonesia telah mengalami banyak perubahan. Perubahan perubahan itu terjadi karena telah dilakukan berbagai usaha pembaharuan dalam pendidikan,

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR KELAS VII C SMP NEGERI 1 KUSAN HILIR DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA KONSEP EKOSISTEM

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR KELAS VII C SMP NEGERI 1 KUSAN HILIR DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA KONSEP EKOSISTEM Jurnal Pendidikan Hayati ISSN : 2443-3608 Vol. 3 No.1 (2017) : 26-30 MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR KELAS VII C SMP NEGERI 1 KUSAN HILIR DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA KONSEP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif,

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia yang cerdas, kreatif, dan kritis menjadi faktor dominan yang sangat dibutuhkan dalam menghadapi era persaingan global. Sementara itu proses pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan nasional, dalam Undang - Undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan nasional, dalam Undang - Undang No. 20 Tahun 2003 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pada pelaksanaan dan segala kegiatan pendidikan diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, dalam Undang - Undang No. 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia nomor 54 tahun 2013 tentang Standar kompetensi lulusan pendidikan dasar dan menengah, Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

BAB I PENDAHULUAN. dengan pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan cara untuk mencerdaskan bangsa yang sesuai dengan pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DI KELAS VB SD NEGERI NO. 55/1 SRIDADI

ARTIKEL ILMIAH MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DI KELAS VB SD NEGERI NO. 55/1 SRIDADI 1 ARTIKEL ILMIAH MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DI KELAS VB SD NEGERI NO. 55/1 SRIDADI Oleh NURAINA A1D113025 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik, melatih dan mengembangkan kemampuan siswa guna mencapai tujuan pendidikan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan merupakan kunci yang nantinya akan membuka pintu ke arah modernisasi dan kemajuan suatu bangsa. Tujuan pendidikan nasional Indonesia terdapat pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin pesat menuntut adanya sumber daya manusia. Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin pesat menuntut adanya sumber daya manusia. Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin pesat menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas. Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut

Lebih terperinci

Oleh: Musringah SD Negeri 2 Durenan Kabupaten Tranggalek

Oleh: Musringah SD Negeri 2 Durenan Kabupaten Tranggalek JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 1, April 2016 251 PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS 1 SDN 1 DURENAN PADA TEMA PENGALAMANKU MELALUI PENDEKATAN SAINTIFIK DI KECAMATAN DURENAN KABUPATEN TRENGGALEK TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Hal tersebut sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Hal tersebut sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan menjadi faktor utama untuk menentukan kualitas kehidupan suatu bangsa. Hal tersebut sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3 tentang Sistem

Lebih terperinci

(PTK Pada Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 10 Surakarta)

(PTK Pada Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 10 Surakarta) PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL TREFFINGER (PTK Pada Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 10 Surakarta) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalampembangunan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalampembangunan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalampembangunan dan perubahan suatu bangsa. Pendidikan yang mampu memfasilitasi perubahan adalah pendidikan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN AKTIVITAS BELAJAR EKONOMI MELALUI METODE PEMBELAJARAN JIGSAW PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 TERAS TAHUN AJARAN 2009/2010

PENGEMBANGAN AKTIVITAS BELAJAR EKONOMI MELALUI METODE PEMBELAJARAN JIGSAW PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 TERAS TAHUN AJARAN 2009/2010 PENGEMBANGAN AKTIVITAS BELAJAR EKONOMI MELALUI METODE PEMBELAJARAN JIGSAW PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 TERAS TAHUN AJARAN 2009/2010 Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang amat penting dalam suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang amat penting dalam suatu negara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang amat penting dalam suatu negara untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa karena pendidikan merupakan wahana untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Peserta didik yang mengikuti pendidikan masa kini akan

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Peserta didik yang mengikuti pendidikan masa kini akan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan dirinya dan meningkatkan harkat dan martabat manusia, sehingga manusia mampu menghadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

BAB I PENDAHULUAN. yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah pembelajaran, pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah pembelajaran, pengetahuan, keterampilan, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah pembelajaran, pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai upaya yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai upaya yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan dan pembentukan manusia melalui tuntunan dan petunjuk yang tepat disepanjang kehidupan, melalui berbagai upaya yang berlangsung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau cara

Lebih terperinci