HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 50 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Daerah Penelitian DAS Ciliwung Hulu terletak di Kabupaten Bogor dan hanya sebagian kecil masuk wilayah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Secara geografis DAS Ciliwung Hulu terletak antara LS dan BT. DAS Ciliwung Hulu memiliki titik tinggi/ketinggian terendah sekitar meter di atas permukaan laut (m dpl) yang terletak disekitar outlet dan memiliki titik tertinggi sekitar meter di atas permukaan laut (m dpl) yang terletak di daerah Gunung Pangrango. Batas DAS Ciliwung Hulu adalah sebagai berikut: (1) Sebelah Utara berbatasan dengan DAS Ciliwung Tengah (2) Sebelah Selatan berbatasan dengan DAS Cisadane Hulu (3) Sebelah Barat berbatasan dengan DAS Cisadane (4) Sebelah Timur berbatasan dengan sub DAS Cikeas DAS Ciliwung Hulu mempunyai luas ,28 Ha, yang terdiri atas 7 (tujuh) subdas, yaitu : subdas Tugu (5.027,50 Ha), subdas Cisarua (2.453,65 Ha), subdas Cibogo (1.521 Ha), subdas Cisukabirus (1.843,05 Ha), subdas Ciesek (2.429,25 Ha), subdas Ciseuseupan (1.121,75 Ha) dan subdas Katulampa (568 Ha). Ketujuh subdas tersebut bermuara di Katulampa. Iklim Berdasarkan data curah hujan dari 7 (tujuh) stasiun pengamatan hujan, yaitu Gunung mas, Tugu, Ciesek, Stasiun Katulampa Bogor, wilayah ini mempunyai tipe iklim A dengan curah hujan rata-rata tahunan mm. Berdasarkan klasifikasi zona agroklimat menurut Oldeman (1977) daerah DAS Ciliwung Hulu termasuk dalam Zona A dan B1 dengan karakteristik sebagai berikut : (1) Zona A : Daerah yang mempunyai periode bulan basah (bulan dengan curah hujan >200 mm) selama 9 bulan dan bulan kering bulan dengan curah hujan < 100 mm) kurang dari 2 bulan secara berturut-turut. (2) Zona B1 : Daerah yang mempunyai periode bulan basah selama 7-9 bulan dan bulan kering < 2 bulan berturut-turut.

2 51 Suhu rata-rata maksimum bulanan (berkisar antara 31,2 0 32,3 0 C) terjadi di bulan September Oktober, dan suhu rata-rata mínimum bulanan (antara 17,6 0 21,7 0 C) terjadi di bulan Januari Pebruari. Suhu rata-rata bulanan bervariasi antara 21,3 25,1ºC dengan kelembaban nisbi berkisar antara 84 89%. Berdasarkan data dari stasiun iklim Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, Badan Penelitian Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian menyebutkan bahwa persentase penyinaran matahari minimum sebesar 27,36% terjadi pada bulan Januari dan maksimum 81,85% terjadi pada bulan September dengan kecepatan angin rata-rata berkisar antara 1,70 km/jam. Jenis Tanah Di DAS Ciliwung hulu terdapat 8 (delapan) jenis tanah yang mengacu pada klasifikasi tanah nasional (Pusat Penelitian Tanah 1983) dan padanannya pada tingkat subgroup menurut sistem Soil Taxonomy (Soil Survey Staff 1997) terdiri atas : (1) aluvial, (2) aluvial kelabu, (3) alluvial kekelabuan, (4) latosol, (5) latosol, (6) Latosol kemerahan, (7) Asosiasi latosol dan andosol dan (8) andosol. (1) Tanah aluvial (Fluventic ) terbentuk dari bahan endapan bahan aluvium muda dengan kedalaman solumn yang dalam (>90 cm), struktur granuler halus, tekstur tanah lempung, kelas drainase sedang, reaksi tanah (ph) agak masam masam, warna tanah lapisan atas & bawah. Tanah ini terdapat di daerah jalur aliran sungai dan belum mengalami perkembangan struktur. Penyebaran terdapat di wilayah datar sampai agak melandai dan cekungan. Umumnya tanah digunakan untuk kebun campuran/tegalan. (2) Tanah alluvial kelabu ( /Aquic ) terbentuk dari bahan endapan bahan aluvium muda dengan kedalaman solumn yang dalam (>90 cm), struktur granuler halus, tekstur tanah lempung, kelas drainase agak terhambat - sedang, reaksi tanah (ph) agak masam, warna tanah lapisan atas & bawah. Tanah ini terdapat di daerah teras sungai, belum mengalami perkembangan struktur. Penyebaran terdapat di wilayah berombak. Umumnya tanah digunakan untuk areal persawahan

3 52 (3) Tanah alluvial kekelabuan (Fluvaquantic Endoaquepts) terbentuk dari bahan endapan bahan aluvium muda dengan kedalaman solumn yang dalam (>90 cm), struktur granuler halus, tekstur tanah lapisan atas lempung lempung, tekstur lapisan bawah lempung berkerikil, kelas drainase agak terhambat, reaksi tanah (ph) netral - agak masam, warna tanah lapisan atas & bawah kekelabuan. Tanah ini terdapat di daerah jalur aliran sungai besar, belum mengalami perkembangan struktur. Penyebaran terdapat di wilayah datar agak melandai. Umumnya tanah digunakan untuk areal persawahan (4) Tanah latosol ( / Endoaquepts / Aquic ) terbentuk dari bahan induk tuf vulkan andesitik dengan kedalaman solumn yang dalam (>90 cm), struktur granuler halus,tekstur tanah lempung berdebu sampai lempung liat berdebu, kelas drainase agak terhambat - cepat, reaksi tanah (ph) agak masam - masam. warna tanah lapisan atas & bawah tua kemerahan. Tanah ini terdapat mulai dari teras sungai sampai perbukitan volkan. Penyebaran terdapat di wilayah berombak - bergelombang. Umumnya tanah digunakan untuk areal persawahan, lahan kering dan kebun campuran. (5) Tanah latosol ( /Oxyaquic / Aquic Eutrudepts) terbentuk dari bahan induk tuf vulkan andesitik dengan kedalaman solumn yang dalam sangat dalam, tekstur tanah lempung, kelas drainase agak terhambat - sedang, reaksi tanah (ph) agak masam - masam. warna tanah lapisan atas & bawah tua tua. Tanah ini terdapat di perbukitan volkan. Penyebaran terdapat di wilayah berbukit. Umumnya tanah digunakan sebagai lahan kering. (6) Tanah latosol kemerahan ( ) terbentuk dari bahan induk tuf vulkan andesitik dengan kedalaman solumn yang dalam sangat dalam, tekstur tanah lempung lempung liat berdebu, kelas drainase sedang, reaksi tanah (ph) masam. warna tanah lapisan atas & bawah tua kemerahan. Tanah ini terdapat di kaki bukit volkan. Penyebaran terdapat di wilayah bergelombang. Umumnya tanah digunakan sebagai lahan kering.

4 53 (7) Tanah asosiasi latosol dan andosol ( & Hapludans) terbentuk dari bahan induk tuf vulkan andesitik dengan kedalaman solumn yang agak dalam dalam, tekstur tanah lempung, kelas drainase sedang cepat, reaksi tanah (ph) agak masam, warna tanah lapisan atas & bawah. Tanah ini terdapat di tebing sungai, kaki volkan, kaki volkan berlungur memanjang. Penyebaran terdapat di wilayah berombak - bergelombang. Umumnya tanah digunakan sebagai tegalan & kebun campuran. (8) Tanah andosol ( hapludans/andic ) terbentuk dari bahan induk abu pasir dan tuf vulkan dengan kedalaman solumn agak dalam - dalam, tekstur lempung lempung berpasir, drainase agak terhambat - cepat, reaksi tanah (ph) agak masam masam, warna tanah lapisan atas & bawah muda. Tanah ini terdapat di kaki volkan pegunungan volkan. Penyebaran terdapat di wilayah berombak - bergelombang. Umumnya tanah digunakan sebagai tegalan, kebun campuran, kebun teh dan hutan. Luasan dari masing-masing jenis tanah di DAS Ciliwung Hulu disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Luasan dari Masing-masing Jenis Tanah di DAS Ciliwung Hulu No. Jenis tanah L u a s Ha % 1. Aluvial 1.933,59 12,69 2. Aluvial kelabu 230,82 1,51 3. Aluvial kekelabuan 849,08 5,57 4. Latosol 2.332,17 15,31 5. Latosol 920,42 6,04 6. Latosol kemerahan 75,88 0,50 7. Asosiasi latosol & andosol 1.325,52 8, ,78 49,68 J u m l a h ,00 Sumber : Data Primer Hasil Analis Citra ICONOS TM (2003)

5 54 Tataguna Lahan Luas DAS Ciliwung Hulu berdasarkan hasil interpretasi dari peta Iconos tahun 2003 adalah ,28 ha. yang terdiri atas hutan (4.899,39 ha), perkebunan (1. 564,68 ha), kebun campuran (1.988,73 ha), tegalan/lahan kering (2.990,75 ha), sawah (936,90 ha), permukiman (2.656,85 ha), lahan terbuka (161,63 ha) dan Jalan tol & badan sungai (38,35 ha) Komposisi tataguna lahan di DAS Ciliwung Hulu pada tahun 2003 disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Luas Tataguna Lahan di DAS Ciliwung Hulu No. Tataguna lahan Luas (Ha) 1. Hutan 4.899,39 2. Kebun teh 1.564,68 3. Kebun campuran 1.988,73 4. Tegalan/lahan kering 2.990,75 5. Sawah 936,90 6. Permukiman & pekarangan 2.656,85 7. Lahan terbuka 161,63 8. Jalan tol & badan sungai 38,35 J u m l a h ,28 Sumber : Data Primer Hasil Analis Citra ICONOS TM (2003) Hutan Hutan di DAS Ciliwung Hulu merupakan kawasan Perhutani, yang terdiri atas hutan alam/lindung dan hutan produksi. Fungsi hutan di DAS Ciliwung Hulu terbagi dua, yaitu hutan lindung (70%) dan hutan produksi (30%). Penggunaan lahan hutan merupakan kombinasi berbagai pepohonan yang tumbuh secara alami ataupun yang ditanam secara sengaja (hutan pinus, rasamala dan sengon). Di bawah tanaman hutan tertutup oleh serasah, rumput, semak atau belukar sehingga permukaan tanah terlindungi dari tetesan air hujan dan sinar matahari.

6 55 Perkebunan Teh Penggunaan lahan perkebunan teh adalah lahan dalam kawasan konsesi P.T. Perkebunan VIII (Gunung Mas) yang ditanami dengan tanaman teh. Kebun Campuran Penggunaan lahan kebun campuran merupakan lahan yang dibudidayakan dan ditanami oleh berbagai jenis tanaman tahunan, baik tanaman hortikultura (antara lain nangka, durian, rambutan, duku, belimbing, lengkng, limus, jeruk, sirsak, sawo, pete, jengkol), tanaman perkebunan (kelapa, kopi, cengkeh) maupun tanaman kehutanan/kayu-kayuan(damar, albizia, afrika, bambu, rasamala). Lahan kebun campuran berada di luar lahan pekarangan. Tegalan/Lahan Kering Penggunaan lahan tegalan/lahan kering merupakan lahan yang diusahakan untuk pertanian tanaman pangan lahan kering (ketela pohon, ubi, jagung) yang dirotasikan dengan padi gogo atau tanaman sayuran (cabe, tomat, buncis, kol, sayuran daun) dengan komoditas utama adalah tanaman pangan. Kebutuhan air dipenuhi dari air hujan ataupun secara buatan (menggunakan pompa air). Lahan ini biasanya diolah petani dua kali setahun, setelah itu diberakan (antara Juni- Agustus). Pola pergiliran tanaman yang digunakan antara lain : (1) Sayuran-sayuran-bera (2) Palawija-sayuran-bera (3) Padi gogo-palawija-bera Sawah Tipe penggunaan lahan sawah penyebarannya banyak bercampur dengan bangunan pemukiman (vila). Tipe penggunaan lahan sawah dibedakan menjadi sawah berpengairan setengah teknis, sawah pengairan perdesaan/sederhana, dan sawah tadah hujan. Pergiliran tanaman yang umum dilakukan adalah setelah dua kali panen padi kemudian dilanjutkan dengan tanaman palawija atau sayuran, atau tiga kali padi sawah dalam setahun dengan rotasi sebagai berikut : (a) padi padi - padi

7 56 (b) padi padi palawija (c) padi padi sayuran Tanaman palawija yang umum diusahakan adalah jagung, ubi jalar, kacang tanah, kedelai dan singkong. Tanaman sayuran antara lain kubis, wortel, ketimun, kacang ijo, kacang panjang, cabe dan tomat. Sawah tadah hujan umumnya mempunyai pergiliran tanaman yang umum dilakukan adalah sebagai berikut : (a) padi tanaman palawija (jagung, ubi jalar, kacang jogo) (b) padi tanaman sayuran (kubis, wortel, bawang daun, sawi, tomat) Permukiman dan Pekarangan Penggunaan lahan permukiman dan pekarangan merupakan lahan yang digunakan untuk perumahan (perumahan padat, vila dan perkampungan), bangunan untuk usaha (pertokoan, hotel, kios usaha), dan bangunan tidak permanen (plastic house, peternakan). Penyebarannya sering bercampur dengan kebun campuran. Pada tanaman pekarangan biasanya ditanamai tanaman tahunan berupa tanaman buah-buahan dan tanaman peneduh, antara lain cengkeh, bambu, sengon dan kaliandra. Jalan Raya dan Badan Sungai Penggunaan lahan untuk jalan tol dan sungai merupakan areal jalan raya (termasuk jalan tol) dan sungai, baik sungai ciliwung maupun sungai-sungai lainnya yang berinduk ke sungai Ciliwung. Kebijakan Pengembangan Kawasan Pemerintah sejak lama telah memberikan perhatian pada pengelolaan daerah Bogor-Puncak-Cianjur (Bopunjur), yang mencakup DAS Ciliwung Hulu. Berbagai peraturan telah dikeluarkan untuk menata pemanfaatan ruang dan kawasan di daerah Bopunjur. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, kawasan Bogor- Puncak-Cianjur telah ditetapkan sebagai kawasan tertentu yang memerlukan penanganan khusus dan merupakan kawasan yang mempunyai nilai strategis sebagai kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya yaitu

8 57 wilayah Daerah Propinsi Jawa Barat dan wilayah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Kawasan Bopunjur selanjutnya ditetapkan sebagai kawasan konservasi air dan tanah seperti yang diatur dalam Keppres 114 tahun 1999 tentang Penataan Ruang Kawasan Bopunjur. Tujuan dari diterbitkannya Keppres ini adalah : (1) Menjamin tetap berlangsungnya konservasi air dan tanah yang merupakan fungsi utama kawasan (2) Menjamin tersedianya air tanah, air permukaan dan penanggulangan banjir bagi kawasan Bopunjur dan daerah hilirnya. Kawasan Bopunjur selanjutnya dibagi dalam kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan lindung terdiri atas kawasan hutan lindung, kawasan cagar alam, kawasan taman nasional, kawasan taman wisata alam, sempadan sungai, kawasan sekitar mata air dan kawasan sekitar waduk/situ/danau. Kawasan budidaya terdiri atas kawasan pertanian lahan basah dan kawasan lainnya yang terdiri atas kawasan permukiman, kawasan pertanian lahan kering, kawasan perkebunan dan lain-lain. Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya hutan. Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan. Kawasan budidaya pertanian lahan basah adalah kawasan budidaya pertanian yangmemiliki sistem pengairan tetap yang memberikan air secara terus menerus sepanjang tahun, musiman atau bergilir dengan tanaman utama padi. Penetapan lokasi kawasan pertanian lahan basah dilakukan guna memanfaatkan potensi lahan yang sesuai untuk kegiatan usaha peningkatan produksi tanaman pangan dan hortikultura lahan basah serta perikanan dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan hidup. Kawasan budidaya pertanian tanaman pangan lahan kering adalah areal lahan kering yang keadaan dan sifat fisiknya sesuai bagi tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan. Kawasan ini berupa areal pertanian dengan system pengelolaan lahan kering dengan kegiatan utama pertanian

9 58 tanaman pangan, dan dapat dikombinasikan dengan perkebunan tanaman hortikultura dan atau usaha tani peternakan. pun sasaran penetapan Kawasan Bopunjur sebagai wilayah konservasi tanah dan air adalah sebagai berikut : (1) Terwujudnya peningkatan fungsi lindung terhadap tanah, air, udara, flora dan fauna (2) Tercapainya optimalisasi fungsi budidaya Dengan mengacu pada Keputusan Presiden nomor 114/1999, Kecamatan Ciawi, Kecamatan Megamendung dan Kecamatan Cisarua di Kabupaten Bogor telah ditetapkan sebagai wilayah prioritas rehabilitasi fungsi kawasan untuk memulihkan fungsi lindung dan fungsi budidaya di kawasan tersebut. Ke tiga wilayah ini secara geologis merupakan daerah resapan air dan daerah tangkapan air. Karakteristik kawasan ini adalah sebagai berikut (Pramono 2006) : (1) Sebagai wilayah hulu DAS Ciliwung yang berpengaruh terhadap system hidrologi Kawasan Bopunjur (2) Cakupan wilayahnya cukup besar (3) Perkembangannya cukup pesat, khususnya pertambahan jumlah penduduk dan perkembangan social ekonominya (4) Merupakan bagian dari Kawasan Puncak di mana dalam kebijakan nasional diarahkan sebagai Kawasan Andalan dengan sektor unggulan pariwisata dan pertanian tanaman pangan serta sebagai kawasan konservasi tanah dan air (Peraturan Pemerintah nomor 47/1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional) Identifikasi Satuan Unit Lahan Berdasarkan hasil identifikasi fisiografi, bentuk wilayah, posisi lereng, kemiringan lereng, penggunaan lahan, jenis tanah, drainase, kedalaman solumn, tekstur dan reaksi tanah di wilayah dengan ketinggian di atas 700 m dpl dan di bawah 700 m dpl, diperoleh satuan unit lahan sebanyak 51 unit, yang terdiri atas 30 satuan unit lahan tersebar di wilayah di atas ketinggian 700 m. dpl (zona A) dan 21satuan unit lahan tersebar di bawah ketinggian 700 m. dpl (zona B). Hutapea (2005) dengan dasar peta topografi dan peta tataguna lahan telah

10 59 membagi DAS Ciliwung Hulu menjadi 3 (tiga) zona, yaitu zona A dengan ketinggian > 900 m dpl, zona B dengan ketinggian antara 700 m 900 m dpl (700 > x < 900 m dpl), dan zona C dibawah dan sama dengan 700 m dpl (x< 700 m dpl). Zona A terdiri atas 6 (enam) satuan unit lahan, zona B terdiri atas 8 (delapan) satuan unit lahan, dan zona C terdiri atas 12 (dua belas) satuan unit lahan. Penggunaan skala yang lebih besar, khususnya dengan penggunaan peta ICONOS memungkinkan pendeliniasian yang lebih rinci dari satuan unit lahan sampai tingkat faset. Faset adalah bagian dari sistem lahan yang homogen, yang merupakan unit topografi dengan struktur vegetasi yang sama, kondisi geologi yang seragam serta karakteristik tanah yang hampir sama dengan perbedaan yang kecil (Balsem and Sukma 1990). Rincian lengkap satuan unit lahan di DAS Ciliwung Hulu disajikan pada Gambar 4. Satuan unit lahan A tersebar di 2 (dua) kecamatan, yaitu Kecamatan Cisarua dan Kecamatan Megamendung degan total luasan ,41ha (7,78% dari total luasan DAS Ciliwung Hulu). Rincian satuan unit lahan A disajikan pada Tabel 6. Satuan unit lahan B tersebar di 2 (dua) kecamatan, yaitu Kecamatan Cisarua dan Kecamatan Megamendung dengan total luasan 3.996,86 ha (28,72% dari total luasan DAS Ciliwung Hulu). Rincian satuan unit lahan B. disajikan pada Tabel 7. Sebaran dan luasan dari masing-masing tataguna lahan pada setiap satuan unit lahan berdasarkan hasil deliniasi dari peta ICONOS disajikan pada Lampiran 1. Identifikasi Tanaman Hortikultura Tahunan Eksisting Hasil penelitian Hutapea (2005) menunjukkan bahwa masyarakat di DAS Ciliwung Hulu mempunyai preferensi yang tinggi terhadap pengembangan tanaman hortikultura tahunan, khususnya buah-buahan. Untuk itu identifikasi terhadap sebaran tanaman hortikultura tahunan di DAS Ciliwung Hulu mengindikasikan tingkat penerimaan masyarakat di DAS Ciliwung Hulu terhadap pengembangan jenis tanaman tersebut. Identifikasi tanaman hortikultura tahunan eksisting ini dinilai penting karena untuk membangun perdesaan dengan tidak merusak sumberdaya yang berharga sudah selayaknya secara sistematis tidak hanya mengembangkan spesies yang secara universal diakui cepat tumbuh dan

11 60 ZONA B ( < 700 mdpl) (21 Satuan Unit Lahan) ZONA A (>700 m dpl) (30 Satuan Unit Lahan) Gambar 4 Peta Satuan Unit Lahan di DAS Ciliwung Hulu

12 61 Tabel 6 Satuan Unit Lahan A di DAS Ciliwung Hulu (ketinggian di atas 700 m dpl) Nomor Satuan Lahan A1 A2 Unit Fisiografi Jalur aliran sungai besar Jalur aliran sungai kecil Bentuk Wilayah Posisi Lereng Tingkat kemiringan Lereng (%) Datar - Datar melandai A3 Teras sungai Berombak - melandai A4 Teras sungai Berombak - melandai 3-8 Penggunaan Lahan Tegalan, kebun campuran Tegalan, kebun campuran 3-8 Sawah 3-8 Tegalan, kebun Subgroup Tanah (USDA, 1998) Fluventic Fluventic Aquic Jenis Tanah (DS, 1967) Kelas Drainase Solum Warna Lapisan Atas Matrik Karatan/ Campuran Warna Lapisan Bawah Tekstur Reaksi Tanah Luas Matrik Karatan/ Campuran Aluvial Sedang Dalam Coklat - Coklat Kelabu, Lapisan Atas Aluvial Sedang Dalam Coklat Kelabu Coklat - Aluvial kelabu terhambat Dalam Coklat Coklat kekelabuan Coklat Coklat kekelabuan Aluvial kelabu Sedang Dalam Coklat - Coklat Hitam Lapisan Bawah berbatu berbatu berbatu berbatu Lapisan Atas Lapisan Bawah Ha % masam masam , , A5 Tebing sungai - - Curam Kebun campuran Latosol Cepat dalam Coklat tua - Coklat A6 Tebing sungai A7 Kaki volkan Berombak Bawah - - Terjal > 45 curam Kebun campuran Tegalan, kebun campuran, Hapludans, Hapludans Latosol, Latosol, Cepat Sedang dalam Dalam Coklat tua - Coklat Coklat tua kekuning an - Coklat kekuning an - berkerikil A8 Kaki volkan Berombak Atas Datar 0-3 Sawah Aquic Eutrudepts Latosol terhambat Dalam Coklat tua kekuning an Kelabu, Coklat tua kekuning an Hitam, kelabu masam masam A9 Kaki volkan Berombak Atas melandai 3-8 Sawah Aquic Eutrudepts Latosol terhambat Dalam Coklat tua kekuning an Kelabu, Coklat tua kekuning an Hitam, kelabu masam masam A10 Kaki volkan Berombak Atas Datar 0-3 Tegalan, kebun campuran Latosol Sedang Sangat dalam Coklat - Coklat - berdebu liat berdebu A11 Kaki volkan Bergelombang Bawah, tengah melandai 3-8 Tegalan, kebun campuran Latosol Sedang Sangat dalam Coklat tua - Coklat tua A12 A13 A14 Kaki volkan berlungur memanjang Kaki volkan berlungur memanjang Perbukitan Bergelombang Bergelombang Bergelombang Atas/ punggu ng Bawah, tengah Bawah, tengah curam melandai Tegalan, kebun campuran 3-8 Tegalan Melandai 8-15 Sawah, Hapludans Hapludans Oxiaquic Eutrudepts Latosol, Latosol Sedang Dalam Coklat tua - Coklat - Sedang Dalam Coklat - Coklat - terhambat Dalam Coklat Kelabu, Coklat tua kekuning an berpasir liat berdebu berpasir Kelabu, hitam masam masam

13 62 Tabel 6 Satuan Unit Lahan A di DAS Ciliwung Hulu (ketinggian di atas 700 m dpl) (Lanjutan) Nomor Satuan Lahan Unit Fisiografi Bentuk Wilayah Posisi Lereng Tingkat kemiringan Lereng (%) Penggunaan Lahan Subgroup Tanah (USDA, 1998) Jenis Tanah (DS, 1967) Kelas Drainase Solum Warna Lapisan Atas Matrik Karatan/ Campuran Warna Lapisan Bawah Tekstur Reaksi Tanah Luas Matrik Karatan/ Lapisan Lapisan Lapisan Lapisan Atas Ha % Campuran Atas Bawah Bawah A15 Perbukitan Bergelombang Bawah, tengah Melandai 8-15 Tegalan, kebun campuran Hapludans Sedang Dalam Coklat - Coklat - liat berdebu A16 Perbukitan Berbukit Bawah, tengah curam Tegalan, kebun campuran Hapludans Sedang Dalam Coklat - Coklat - liat berdebu A17 Perbukitan Berbukit Bawah, tengah Curam Tegalan, kebun campuran Hapludans cepat Dalam Coklat - Coklat - masam masam A18 Perbukitan Berbukit Bawah, tengah Terjal > 45 Tegalan, kebun campuran Hapludans Cepat Dalam Coklat - Coklat - masam masam A19 Perbukitan Atas melandai 3-8 Sawah Oxiaquic Eutrudepts terhambat Dalam Coklat Kelabu, merah tua Coklat Kelabu, hitam liat berdebu masam masam A20 Perbukitan Atas melandai 3-8 Tegalan, kebun campuran Hapludans Sedang Dalam Coklat - Coklat - masam masam 388, A21 Perbukitan Atas Melandai 8-15 Tegalan, kebun campuran Hapludans Sedang Dalam Coklat - Coklat - masam masam A22 Perbukitan Atas curam Tegalan, kebun campuran Hapludans Sedang Dalam Coklat - Coklat - liat berdebu masam masam A23 Pegunungan Bawah, tengah Melandai 8-15 Kebun teh, hutan Hapludans Sedang Dalam Coklat tua - Coklat Coklat muda masam masam A24 Pegunungan Bawah, tengah curam Kebun teh, hutan Hapludans Sedang Dalam Coklat tua - Coklat Coklat muda masam masam 772, A25 Pegunungan Bawah, tengah Curam Kebun teh, hutan Hapludans Cepat Dalam Coklat tua - Coklat Coklat muda masam masam A26 Pegunungan Bawah, tengah Terjal > 45 Kebun teh, hutan Hapludans Cepat dalam Coklat tua - Coklat Coklat muda masam masam 2587, A27 Perbukitan Atas melandai 8-15 Kebun teh, hutan Hapludans Sedang Dalam Coklat - Coklat - masam masam 282, A28 Pegunungan Atas Melandai 8-15 Kebun teh, hutan Hapludans Sedang Dalam Coklat - Coklat Coklat muda masam masam A29 Pegunungan Atas curam Kebun teh, hutan Hapludans Sedang Dalam Coklat - Coklat Coklat muda masam masam A30 Perbukitan Atas Curam Kebun campuran Hapludans Cepat dalam Coklat - Coklat Coklat muda masam masam 3, J U M L A H Sumber : Data Primer (2006)

14 63 Tabel 7 Satuan Unit Lahan B di DAS Ciliwung Hulu (ketinggian di bawah 700 m dpl) Nomor Satuan Lahan Unit Fisiografi Bentuk Wilayah Posisi Lereng Tingkat kemiringan Lereng (%) Penggunaan Lahan Subgroup Tanah (USDA 1998) Jenis Tanah (DS 1967) Kelas Drainase Solum Warna Lapisan Atas Matrik Karatan/ Campuran Warna Lapisan Bawah Tekstur Reaksi Tanah Luas Matrik Karatan/ Campuran Lapisan Atas Lapisan Bawah Lapisan Atas Lapisan Bawah Ha % B1 Jalur aliran sungai besar - - Datar 0-3 Sawah Fluvaquantic Endoaquepts Aluvial kekelabuan terhambat Dalam Coklat kekelabuan Merah tua Kelabu Merah hitam berkerikil Netral Netral 239,13 1,55 B2 Jalur aliran sungai kecil - - melandai 3-8 Sawah Fluvaquantic Endoaquepts Aluvial kekelabuan terhambat Dalam Coklat kekelabuan Merah tua Coklat kekelabuan Merah tua hitam berkerikil masam masam 609,95 4,48 B3 Teras sungai - - datar 2-4 Sawah Endoaquepts Latosol terhambat Dalam Coklat kekelabua n Merah tua Coklat kekelabua n Coklat masam masam 62,48 0,41 B4 Teras sungai - - datar 2-4 Kebun campuran Latosol Baik Sangat dalam Coklat - Coklat kuat - 155,18 1,58 B5 Tebing sungai - - Curam Kebun campuran Latosol Cepat Dalam Coklat - Coklat kuat - Liat 142,41 0,64 B6 Tebing sungai - - Terjal > 45 Kebun campuran Latosol Cepat Dalam Coklat - Coklat kuat - 497,57 3,23 B7 Kaki Bukit Berombak Atas Datar 0-3 Sawah Oxyaquic Latosol terhambat Sangat dalam Coklat tua Kelabu merah Coklat tua Kelabu hitam masam masam 341,85 2,22 B8 Kaki Bukit Berombak Atas Datar 0-3 Lahan kering Latosol Sedang Sangat dalam Coklat - Coklat kuat - 361,95 2,35 B9 Kaki Bukit Berombak Bawah Melandai 8-15 Sawah Aquic Latosol terhambat Dalam Coklat - Coklat muda kekuning an - liat berkerikil masam masam 128,81 0,82 B10 Kaki Bukit Bergelombang Atas melandai 3-8 Sawah Aquic Latosol terhambat Sangat dalam Coklat tua Kelabu merah Coklat tua Kelabu hitam masam 141,96 1,42 B11 Kaki Bukit Bergelombang Atas melandai 3-8 Lahan kering Latosol tua Sedang Sangat dalam Coklat tua - Coklat tua - 221,34 0,28 B12 Kaki Bukit Bergelombang Bawah Melandai 8-15 Lahan kering Latosol kemerahan Sedang Sangat dalam Coklat tua kemerahan - Coklat tua kemerahan - liat berdebu liat berdebu 40,08 0,23 B13 Kaki Bukit Bergelombang Bawah curam Lahan kering Latosol kemerahan Sedang Sangat dalam Coklat tua kemerahan - Coklat tua kemerahan - liat berdebu liat berdebu 35,80 1,05 B14 Kaki Bukit Bergelombang Bawah Curam Lahan kering Latosol Sedang Dalam Coklat - Coklat - 19,86 2,25

15 64 Tabel 7 Satuan Unit Lahan B di DAS Ciliwung Hulu (ketinggian di bawah 700 m dpl) (Lanjutan) Nomor Satuan Lahan Unit Fisiografi Bentuk Wilayah Posisi Lereng Tingkat kemiringan Lereng (%) Penggunaan Lahan Subgroup Tanah (USDA 1998) Jenis Tanah (DS 1967) Kelas Drainase Solum Warna Lapisan Atas Matrik Karatan/ Campuran Warna Lapisan Bawah Tekstur Reaksi Tanah Luas Matrik Karatan/ Campuran Lapisan Atas Lapisan Bawah Lapisan Atas Lapisan Bawah Ha % B15 Perbukitan Berbukit Bawah, tengah Melandai 8-15 Lahan kering Oxyaquic Latosol terhambat Dalam Coklat tua Kelabu Coklat tua Kelabu hitam masam 347,02 0,02 B16 Perbukitan Berbukit Bawah, tengah Melandai 8-15 Lahan kering Latosol Sedang Sangat dalam Coklat tua - Coklat tua Merah Kekuningan 2,77 1,42 B17 Perbukitan Berbukit Bawah, tengah cram Lahan kering Latosol Sedang Sangat dalam Coklat tua - Coklat tua Merah Kekuningan 222,87 1,36 B18 Perbukitan Berbukit Bawah, tengah Curam Lahan kering Latosol Sedang Dalam Coklat tua - Coklat tua - berdebu liat berdebu 165,77 0,72 B19 Perbukitan Berbukit Atas Melandai 8-15 Lahan kering Andic Sedang Sangat Coklat tua - Coklat tua - 110,71 0,09 B20 Perbukitan Berbukit Atas curam Lahan kering Andic Sedang Sangat dalam Coklat tua - Coklat tua - 14,60 0,87 B21 Perbukitan Berbukit Atas Curam Lahan kering Andic Sedang Dalam Coklat tua - Coklat tua - 134,75 0,87 JUMLAH 4.292,11 27,86 Sumber : Data Primer (2006)

16 65 serba guna, tetapi juga spesies tanaman pohon lokal (setempat) yang secara tradisional dikenal, dipakai dan dikelola petani (Michon and de Foresta 2000). Untuk keperluan identifikasi diambil 142 contoh (sampling) yang terdiri dari 72 contoh dari satuan unit lahan A (25 contoh tegalan/lahan kering, 25 contoh kebun campuran dan 22 contoh pekarangan/villa) dan 5 contoh satuan unit lahan B (20 contoh tegalan, 20 contoh kebun campuran dan 19 contoh perkampungan tidak padat/villa berpekarangan). Rincian jumlah sampling yang diambil dari setiap unit lahan disajikan pada Lampiran 2. Hasil identifikasi lapang menunjukkan bahwa terdapat 24 (dua puluh empat) jenis tanaman hortikultura tahunan yang tersebar di 51 satuan unit lahan, yang terdiri atas nangka, lengkeng, petai, duku, durian, alpokat, mangga, rambutan, melinjo, jengkol, limus (mangga kweni), mangga, manggis, jeruk, sawo, belimbing, jambu biji, jambu air, jambu bol, kluwih, kemang, kedondong, mengkudu dan matoa. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Hutapea (2005) tentang sistem agroforestri di DAS Ciliwung hulu telah mengidentifikasi 81 (delapan puluh satu) jenis tanaman, baik tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan kehutanan. Dari jumlah tersebut telah teridentifikasi 22 (dua puluh dua) jenis tanaman hortikultura tahunan, yaitu alpokat, belimbing, duku, durian, jambu, jengkol, jeruk, kedondong, kelengkeng, kemang, kluwih, limus, mangga, manggis, matoa, melinjo, mengkudu, nangka, petai, rambutan, sawo dan sirsak. Hasil identifikasi tersebut disajikan pada Tabel 8. Sebaran tanaman hortikultura tahunan di masing-masing satuan unit lahan dinilai dengan presentase terhadap jumlah tanaman hasilnya disajikan pada Tabel 9. Dari hasil identifikasi tanaman di setiap satuan unit lahan, beberapa satuan unit lahan menunjukkan pola tanaman hortikultura dominan, antara lain adalah satuan unit lahan A2, A15, A12, B2, B6 dan B21. Pada satuan-satuan unit lahan tersebut jenis tanaman hortikultura tahunan yang dominan jumlahnya relatif banyak dan hal tersebut mencirikan bahwa masyarakat di DAS Ciliwung Hulu sudah terbiasa dalam mengembangkan tanaman buah-buahan dan menunjukkan bahwa pemanfaatan lahan berbasis tanaman hortikultura tahunan telah ada di DAS Ciliwung Hulu. Hasil

17 66 No. Tabel 8 Komoditas Hasil Prakiraan Jumlah Komoditas Hortikultura Tahunan pada Setiap Satuan Unit lahan (land unit) di DAS Ciliwung Hulu. Jumlah tanaman Sumber : Data Primer (2006) identifikasi menunjukkan bahwa tanaman hortikultura tahunan dengan sebaran yang luas berturut-turut adalah nangka, durian, alpokat, melinjo, rambutan, lengkeng, limus, petai, mangga, jengkol dan jambu air. Artinya tanaman-tanaman tersebut sudah dikenal oleh masyarakat dan masyarakat sudah terbiasa dalam membudidayakannya. Standard Error Batas Bawah Batas Atas RSE Jumlah & Sebaran di Satuan Unit Lahan A & B A B 1. Nangka , Alpokat , Durian , Melinjo , Mangga , Jeruk , Rambutan , Petai , Lengkeng , Limus , Duku , Jengkol , Mengkudu , Jambu Air Manggis , Jambu Biji , Sirsak , Sawo , Belimbing , Jambu Bol , Kemang , Kedondong , Kluwih , Matoa Seleksi Awal Tanaman Hortikultura Tahunan Seleksi penetapan 10 tanaman hortikultura tahunan yang potensial untuk dikembangkan di DAS Ciliwung Hulu dari 24 tanaman hortikultura yang ada (existing) dimaksudkan untuk mengembangkan jenis tanaman pohon lokal (setempat), dengan dasar pemikiran petani secara tradisional sudah mengenal, memakai dan mengelola jenis tanaman tersebut, serta tanaman telah beradaptasi dengan tempat tumbuhnya. Introduksi tanaman yang belum dikenal masyarakat akan sulit dalam mensosialisasikan cara menanam, memelihara dan memanen hasilnya

18 67 Tabel 9 Prakiraan Jumlah dan Sebaran Tanaman Hortikultura Tahunan di DAS Ciliwung Hulu Land unit Alpokat Duku Durian Jambu Jambu Air Jambu Bol Jengkol Jeruk Limus Mangga Manggis Melinjo Belimbing Lengkeng Mengkudu Nangka Petai Rambutan Sawo Sirsak Kluwih Matoa Kemang Kedondong A A2 11, A A A5 1, A A A A A A A12 6, A A A A16 2, A A , A A20 1, A21 2, A A24 2, A25 1, A A27 1, A28 1, A A30 16 Jumlah A 39,782 1,175 1, Sumber : Data Primer Hasil Identifikasi (2006)

19 68 Tabel 9 Prakiraan Jumlah dan Sebaran Komoditas Hortikultura Tahunan di DAS Ciliwung Hulu (lanjutan) Landunit Alpokat Duku Durian Jambu Jambu Air Jambu Bol Jengkol Jeruk Limus Mangga Manggis Melinjo Belimbing Lengkeng Mengkudu Nangka Petai Rambutan Sawo Sirsak Kluwih Matoa Kemang Kedondong B , B , B , B B B B B B B B B B B B B B B B B B , Jumlah B Jumlah A & B , Sumber : Data Primer Hasil Identifikasi (2006)

20 69 (Satjapraja 1982, Michon dan de Foresta 2000). Daniel et al. (2000) menggunakan kriteria populasi, produksi dan nisbah konsumsi dan produksi untuk menyeleksi tanaman untuk penetapan komoditas unggulan, sedangkan Samijan et al. (2000) menggunakan kriteria kesesuaian lahan dan agroklimat, analisis finansial (domestic resource cost dan benefit cost ratio), luas panen, produksi dan produktivitas serta dukungan eksternal. Berdasarkan hasil analisis diperoleh 10 tanaman hortikultura tahunan yang potensial untuk dikembangkan yaitu nangka, alpokat, durian, melinjo, mangga, lengkeng, petai, rambutan, limus dan jengkol. Hasil analisis urutan prioritas disajikan pada Tabel 10, sedangkan peta sebaran dari ke sepuluh komoditas terseleksi di masing-masing satuan unit lahan disajikan pada Lampiran 3 sampai dengan Lampiran12. No. Tabel 10 Komoditas Sepuluh Tanaman Hortikultura Tahunan yang Potensial Dikembangkan Sebaran Tanaman Nilai Indeks Jumlah Tanaman Nilai Alternatif Urutan Ranking 1. Nangka Alpokt Durian Melinjo Mangga Lengkeng Petai Rambutan Limus Jengkol Sumber : Data Primer Hasil Analisis (2006) Kesesuaian Lahan & Agroklimat Dalam rangka pengembangan potensi wilayah untuk komodutas pertanian, keragaman sifat lahan akan sangat menentukan jenis tanaman dan produktivitas, karena setiap jenis tanaman memerlukan persyaratan sifat lahan yang spesifik untuk dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal (Djaenudin et al. 2000). Keragaman sifat lahan akan sangat menentukan jenis komoditas yang dapat

21 70 diusahakan serta tingkat produktivitasnya. Perbedaan karakteristik lahan yang mencakup iklim, terutama suhu udara dan curah hujan, tanah (sifat fisik, morfologi, kimia tanah), topografi (elevasi, lereng) dan sifat lingkungan lainnya dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam menyeleksi komoditas. Pengembangan komoditas pertanian pada wilayah yang sesuai dengan persyaratan pedoagroklimat, yang mencakup iklim, tanah dan topografi akan menghasilkan produk yang optimal dengan kualitas prima, sehingga akan mempunyai keunggulan komparatif dan kompetitif (Djaenudin et al. 2002). Berdasarkan hasil 10 tanaman hortikultura tahunan yang terseleksi kemudian dilakukan analisis kesesuaian lahan terhadap ke sepuluh jenis tanaman tersebut, dengan mengacu pada kriteria kesesuaian lahan dan yang dikembangkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat (Djaenudin et al. 2003). Hasil analisis dan uraian lengkap kesesuaian lahan dari kesepuluh jenis tanaman hortikultura tahunan terpilih secara lengkap disajikan pada Lampiran 13 dan 14. Hasil analisis kesesuaian lahan dari ke sepuluh jenis tanaman hortikultura tahunan menunjukkan bahwa tanaman lengkeng, melinjo, petai dan jengkol mempunyai kesesuaian lahan S1 (sangat sesuai) tertinggi, yaitu 13 satuan unit lahan, diikuti oleh tanaman alpokat di 12 satuan unit lahan. Untuk tanaman nangka, durian, mangga, rambutan dan limus sangat sesuai di 10 satuan unit lahan. Untuk kesesuaian lahan yang cukup sesuai (S2), tanaman alpokat cukup sesuai di 41 satuan unit lahan, diikuti oleh tanaman melinjo, lengkeng, petai dan jengkol di 34 satuan unit lahan. Dari hasil tersebut, dengan mengacu pada kesesuaian lahan yang sangat sesuai (S1) dan cukup sesuai (S2), maka tanaman alpokat memiliki kesesuaian lahan terbanyak, yaitu di 53 satuan unit lahan, diikuti oleh tanaman melinjo, lengkeng, petai dan jengkol di 47 satuan unit lahan; serta nangka, durian, mangga, rambutan dan limus di 38 satuan unit lahan. Untuk kesesuaian lahan marjinal (S3), tanaman nangka dan limus memiliki kesesuaian lahan terbanyak, yaitu tersebar di 20 satuan unit lahan, diikuti oleh tanaman durian, mangga dan rambutan di 15 satuan unit lahan. Tanaman alpokat memiliki

22 71 kesesuian lahan marjinal dengan jumlah terkecil, yaitu tersebar di 5 satuan unit lahan. Untuk tanaman durian, mangga dan rambutan, terdapat satuan unit lahan yang tidak sesuai (N), yang tersebar di 5 satuan unit lahan. Hasil rekapitulasi analisis kesesuaian lahan 10 jenis tanaman hortikultura tahunan terseleksi disajikan pada Tabel 11. Sebaran kesesuaian lahan dari masing-masing jenis tanaman hortikultura di setiap satuan unit lahan disajikan pada Lampiran 15 sampai dengan Lampiran 24. Tabel 11 Rekapitulasi Hasil Analisis Kesesuaian Lahan untuk 10 Jenis Tanaman Hortikultura Tahunan Terseleksi No. Jenis Tanaman Jumlah Satuan Unit Lahan (unit) S1 S2 S3 N 1. Nangka Alpokat Durian Melinjo Mangga Lengkeng Petai Rambutan Limus Jengkol Sumber : Data Primer Hasil Analisis (2006) Arahan Pengembangan Kondisi Tanaman Eksisting Berdasarkan Kesesuaian Lahan Untuk memperoleh gambaran tentang kondisi tanaman hortikultura tahunan eksisting yang terdapat di masing-masing satuan unit lahan terkait dengan kesesuaian lahan, maka kondisi tanaman hortikultura tahunan eksisting ditumpang-tepatkan (overlay) dengan hasil analisis kesesuaian lahan dan agroklimat dari 10 jenis tanaman hortikultura tahunan terseleksi. Melalui tumpang tepat ini diketahui potensi kesesuaian lahan tanaman hortikultura eksisting maupun potensi kesesuaian lahan di satuan unit lahan tersebut yang tidak ada tanamannya, sehingga akan memudahkan dalam menyusun prioritas

23 72 pengembangan di satuan unit lahan. Hasil tumpang tepat tanaman hortikultura tahunan eksisting dengan kesesuaian lahan dan agroklimat disajikan pada Tabel 12. Tabel 12 Hasil Tumpang Tepat antara Tanaman Hortikultura Tahunan Eksisting dengan Kesesuaian Lahan dan Agroklimat Unit Lahan Kesesuaian Lahan Jenis Tanaman A1 S 1 Alpokat, jengkol, lengkeng Keterangan Melinjo, Petai S 2 Durian, limus, mangga Rambutan A2.1 S 1 Alpokat, durian, jengkol, lengkeng, limus, mangga, melinjo, nangka, petai & rambutan A2.2 S 1 Lengkeng, petai, melinjo, jengkol S 2 Nangka, alpokat, durian, mangga, limus, rambutan A3 S 2 Alpokat, durian, jengkol, lengkeng, limus, mangga, melinjo, nangka, petai & rambutan A4 S 2 Alpokat, durian, lengkeng, limus, mangga, melinjo, nangka, petai & rambutan Jengkol A5 S 2 Alpokat, jengkol, lengkeng, petai S 3 Durian, limus, mangga, melinjo, nangka, rambutan A6 S 3 Alpokat, limus, melinjo, nangka Lengkeng N Durian, jengkol, petai, rambutan Mangga A7 S 1 Alpokat, durian, nangka, petai Jengkol, lengkeng, limus, mangga, melinjo, rambutan A8 S 2 Alpokat, durian, limus, melinjo, nangka, petai, rambutan Jengkol, lengkeng, mangga A9 S 2 Alpokat, durian, jengkol, lengkeng, limus, mangga, melinjo, nangka, rambutan Petai A10.1 S 1 Alpokat, durian, jengkol, lengkeng, limus, mangga, melinjo, nangka, rambutan

24 73 Tabel 12 Hasil Tumpang Tepat antara Tanaman Hortikultura Tahunan Eksisting dengan Kesesuaian Lahan dan Agroklimat (lanjutan) Unit Lahan Kesesuaian Lahan Jenis Tanaman Keterangan Petai A10.2 S 2 Alpokat, durian, jengkol, lengkeng, limus, mangga, melinjo, nangka, rambutan Petai A11 S 1 Alpokat, durian, lengkeng, limus, mangga, melinjo, nangka, rambutan Jengkol, petai A12.1 S 1 Alpokat, jengkol, lengkeng, mangga, melinjo, nangka, rambutan Durian, limus petai A12.2 S 1 Jengkol, lengkeng, melinjo Petai S 2 Alpokat, mangga, nangka, rambutan Durian, limus A13 S 1 Alpokat, durian, jengkol, limus, mangga, melinjo, nangka, petai, rambutan Lengkeng A14 S 1 Alpokat, durian, jengkol, lengkeng, limus, mangga, melinjo, nangka, petai & rambutan A15 S 2* Alpokat, durian, jengkol, lengkeng, limus, mangga, melinjo, nangka, petai & rambutan A16.1 S 2* Alpokat, lengkeng, mangga, melinjo, nangka, petai, rambutan Durian, jengkol, limus A16.2 S 2* Lengkeng, melinjo, petai Jengkol, S 2 Alpokat, mangga, nangka, rambutan Durian, limus A17.1 S 2* Alpokat Lengkeng, melinjo S 3* Durian, nangka, petai, rambutan Jengkol, limus, mangga S 2 Alpokat A17.2 Lengkeng, melinjo S 3 Durian, nangka, petai, rambutan Jengkol, limus, mangga A18.1 S 3* Alpokat, lengkeng, limus, melinjo, nangka N Durian, jengkol, mangga, rambutan Petai A18.2 S 3 Alpokat, lengkeng, limus, melinjo, nangka N Durian, jengkol, mangga, rambutan Petai

25 74 Tabel 12 Hasil Tumpang Tepat antara Tanaman Hortikultura Tahunan Eksisting dengan Kesesuaian Lahan dan Agroklimat (lanjutan) Unit Lahan Kesesuaian Lahan Jenis Tanaman Keterangan A19 S 3* Alpokat, lengkeng, limus, melinjo, nangka N Durian, limus, rambutan Jengkol, petai A20 S 2* Alpokat, durian, mangga, nangka Jengkol, lengkeng, limus, melinjo, petai, rambutan A21 S 2* Alpokat, durian, jengkol, lengkeng, limus, mangga, melinjo, nangka, petai & rambutan A22 S 2* Alpokat, durian, jengkol, lengkeng, limus, mangga, melinjo, nangka, petai & rambutan A23 S 2* Alpokat, durian, jengkol, lengkeng, limus, mangga, melinjo, nangka, petai & rambutan A24 S 2* Alpokat, durian, jengkol, lengkeng, limus, mangga, melinjo, nangka, petai & rambutan A25 S 2 Alpokat S 3 Durian, jengkol, lengkeng, limus, mangga, melinjo, nangka, petai, rambutan A26 S 2 Alpokat S 3 Durian, lengkeng, mangga, melinjo, nangka, rambutan Jengkol, limus, petai A27 S 2 Alpokat S 3 Durian, jengkol, lengkeng, limus, mangga, melinjo, nangka, rambutan Petai A28 S 2 Alpokat S 3 Durian, jengkol, lengkeng, limus, mangga, melinjo, nangka Rambutan A29 S 2 Alpokat S 3 Nangka, durian Jengkol, lengkeng, limus, mangga, melinjo, petai rambutan A30 S 2 Alpokat S 3 Durian, jengkol, lengkeng, limus, mangga, melinjo, nangka, petai, rambutan B1 S 2 Durian, jengkol, limus, nangka, petai Alpokat, lengkeng, mangga, melinjo, rambutan Tidak ada B2 S 2 Alpokat, durian, jengkol, lengkeng, limus, melinjo, nangka, petai, rambutan Mangga Tidak ada

26 75 Tabel 12 Hasil Tumpang Tepat antara Tanaman Hortikultura Tahunan Eksisting Unit Lahan dengan Kesesuaian Lahan dan Agroklimat (Lanjutan) Kesesuaian Lahan Jenis Tanaman Keterangan B3 S 2 Durian, jengkol, lengkeng, limus, mangga, melinjo, nangka, petai, rambutan Alpokat Tidak ada B4 S 1 Alpokat, durian, lengkeng, melinjo, nangka, petai, rambutan Jengkol, limus Tidak ada B5 S 2* Alpokat, jengkol, melinjo, petai S 3 Lengkeng Tidak ada Durian, limus, nangka, rambutan Mangga Tidak ada B6 S 3 Alpokat, lengkeng, limus, melinjo, nangka N Durian, jengkol, petai, rambutan Mangga Tidak ada B7 S 2 Alpokat, durian, jengkol, lengkeng, melinjo, nangka, petai, rambutan Limus Tidak ada B8 S 1 Alpokat, limus, mangga, petai Durian, jengkol, lengkeng, melinjo, nangka, rambutan Tidak ada B9 S 2* Lengkeng, melinjo Jengkol, petai Tidak ada S 2 Alpokat S 3* Durian, mangga, nangka, rambutan Limus Tidak ada B10 S 2* Jengkol, lengkeng, melinjo, petai Alpokat Tidak ada S 3* Durian, limus, mangga, nangka, rambutan B11 S 2 Alpokat, durian, limus, melinjo, nangka, petai Jengkol, lengkeng, mangga, rambutan Tidak ada B12 S 1 Alpokat, lengkeng, melinjo S 2 Durian, jengkol, limus, mangga, nangka, petai, rambutan B13 S 1 Durian, jengkol, lengkeng, limus, mangga, melinjo, nangka, petai, rambutan Alpokat Tidak ada B14 S 2* Jengkol, lengkeng, melinjo, petai Alpokat Tidak ada S 3* Durian, limus, mangga, nangka, rambutan

27 76 Tabel 12 Hasil Tumpang Tepat antara Tanaman Hortikultura Tahunan Unit Lahan Eksisting dengan Kesesuaian Lahan dan Agroklimat (Lanjutan) Kesesuaian Lahan Jenis Tanaman B15 S 2* Alpokat, durian, jengkol, melinjo, nangka, petai, rambutan Keterangan Lengkeng, limus, mangga Tidak ada B16 S 2* Nangka, petai Alpokat, durian, jengkol, lengkeng, limus, mangga, melinjo, rambutan Tidak ada B17 S 2* Alpokat, durian, jengkol, lengkeng, limus, mangga, melinjo, nangka, petai, rambutan B18 S 2* Alpokat, jengkol, lengkeng, melinjo, petai S 3* Durian, limus, mangga, nangka, rambutan B19 S 2* Alpokat, durian, lengkeng, limus, mangga, melinjo, nangka, rambutan Jengkol, petai B20 S 2* Alpokat, durian, jengkol, lengkeng, limus, melinjo, petai Mangga, nangka, rambutan B21 S 2* Alpokat, durian, jengkol, lengkeng, limus, mangga, melinjo, nangka, petai, rambutan Sumber : Data Primer Hasil Analisis (2006) *S 2 Dengan perlakuan konservasi dapat diubah dari S 2 menjadi S 1 *S 3 Dengan perlakuan konservasi dapat diubah dari S 3 menjadi S 2 darimana Tidak ada Tidak ada Klasifikasi Tanaman Hortikultura Tahunan Eksisting Dengan mengacu pada 10 tanaman hortikultura tahunan yang potensial untuk dikembangkan, pada setiap unit lahan diidentifikasi komoditas yang terdapat pada masing-masing satuan unit lahan, dengan mengacu pada 5 (lima) kriteria, yaitu sangat banyak /dominan (>1.000 tanaman), banyak ( tanaman), cukup banyak ( tanaman), agak banyak ( tanaman) dan sedikit (<250 tanaman). Pengkelasan tersebut ditujukan untuk lebih memudahkan dalam memberikan prioritas pengembangan, dimana tanaman hortikultura tahunan eksisting yang dominan ataupun yang cukup banyak pada satuan lahan tersebut akan diprioritaskan untuk dikembangkan. pun hasil identifikasi di sajikan pada Tabel 13.

28 77 Satuan Unit Lahan Tabel 13 Sebaran 10 (sepuluh) Jenis Tanaman Hortikultura Tahunan di Setiap Satuan Unit Lahan Komoditas Sangat Banyak Banyak Cukup Banyak Banyak Sedikit A1 Durian Alpokat, nangka, (jengkol, lengkeng, mangga, limus)** A2 (Nangka, alpokat) *, durian,mangga, lengkeng, limus, rambutan Petai A3 Nangka* Limus, lengkeng Melinjo, (jengkol)** Mangga, alpokat, durian, (melinjo, petai, rambutan, jengkol)** (Melinjo, limus)** A4 Rambutan, durian Nangka, petai, alpokat, mangga Lengkeng A5 Alpokat, nngka, Mangga Rambutan Petai, (lengkeng, jengkol, durian limus)** A6 Nangka Durian, alpokat Limus (Melinjo, rambutan, jengkol, petai)** A7 Nangka Petai, Durian alpokat A8 Nangka Alpokat Durian, (melinjo, limus, rambutan)** A9 Nangka, alpokat, durian, (lengkeng, mangga, melinjo, rambutan, limus, jengkol)** A10 A11 Nangka, durian Alpokat Lengkeng, (mangga, nangka, alpokat, durian, melinjo, rambutan, limus, jengkol)** Lengkeng, mangga, (melinjo, limus, rambutan)** A12 Alpokat*, nangka Mangga Melinjo Lengkeng, Rambutan jengkol A13 Nangka* Durian, melinjo, Rambutan Alpokat (Limus, jengkol, petai)** mangga A14 Nangka Melinjo Lengkeng, limus, alpokat, mangga, durian, petai, (rambutan, jengkol)** A15 Melinjo, nangka Alpokat, durian, rambutan A16 Mangga*, nangka, Petai, rambutan alpokat, melinjo A17 Alpokat Nangka, Petai Rambutan durian A18 Melinjo, nangka Mangga, lengkeng, alpokat, rambutan, A19 A20 Alpokat, durian, Nangka mangga A21 Alpokat, nangka Melinjo Lengkeng, durian, mangga Lengkeng, mangga, (limus, jengkol, petai)** Lengkeng** (durian, limus, jengkol)** Durian, limus, alpokat, rambutan, (lengkeng, mangga, melinjo, nangka)** Jengkol, petai, rambutan**

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Karakteristik Biofisik 4.1.1 Letak Geografis Lokasi penelitian terdiri dari Kecamatan Ciawi, Megamendung, dan Cisarua, Kabupaten Bogor yang terletak antara 6⁰37 10

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH Bab ini akan memberikan gambaran wilayah studi yang diambil yaitu meliputi batas wilayah DAS Ciliwung Bagian Hulu, kondisi fisik DAS, keadaan sosial dan ekonomi penduduk, serta

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM 3.1 Lokasi, Administrasi, dan Transportasi 3.2 Geologi dan Bahan Induk

KEADAAN UMUM 3.1 Lokasi, Administrasi, dan Transportasi 3.2 Geologi dan Bahan Induk 11 KEADAAN UMUM 3.1 Lokasi, Administrasi, dan Transportasi Desa Lamajang terletak di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat. Desa ini memiliki luas wilayah 1474 ha dengan batas desa

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu.

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu. 25 IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak dan luas DAS Cisadane segmen Hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Cisadane secara keseluruhan terletak antara 106º17-107º BT dan 6º02-6º54 LS. DAS Cisadane segmen hulu berdasarkan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 15 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Sub DAS Model DAS Mikro (MDM) Barek Kisi berada di wilayah Kabupaten Blitar dan termasuk ke dalam Sub DAS Lahar. Lokasi ini terletak antara 7 59 46 LS

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Daerah aliran sungai (DAS) Cilamaya secara geografis terletak pada 107 0 31 107 0 41 BT dan 06 0 12-06 0 44 LS. Sub DAS Cilamaya mempunyai luas sebesar ± 33591.29

Lebih terperinci

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Sub DAS pada DAS Bekasi Hulu Berdasarkan pola aliran sungai, DAS Bekasi Hulu terdiri dari dua Sub-DAS yaitu DAS Cikeas dan DAS Cileungsi. Penentuan batas hilir dari DAS Bekasi

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 23 IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Batas Wilayah Kabupaten Tabalong merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Provinsi Kalimantan Selatan dengan ibukota Tanjung yang mempunyai

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM LOKASI STUDI

IV. KONDISI UMUM LOKASI STUDI IV. KONDISI UMUM LOKASI STUDI 4.1. Letak Geografis Posisi geografis Wilayah Pengembangan Kawasan Agropolitan Ciwidey menurut Peta Rupa Bumi Bakorsurtanal adalah antara 107 0 31 30 BB 107 0 31 30 BT dan

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Secara Geografis Kota Depok terletak di antara 06 0 19 06 0 28 Lintang Selatan dan 106 0 43 BT-106 0 55 Bujur Timur. Pemerintah

Lebih terperinci

Lampiran 1 Hasil pengamatan kedalaman tanah dan batuan (bedrock) untuk pemasangan peralatan pengamatan hidrokimia di DAS mikro Cakardipa.

Lampiran 1 Hasil pengamatan kedalaman tanah dan batuan (bedrock) untuk pemasangan peralatan pengamatan hidrokimia di DAS mikro Cakardipa. LAMPIRAN 113 114 115 Lampiran 1 Hasil pengamatan kedalaman tanah dan batuan (bedrock) untuk pemasangan peralatan pengamatan hidrokimia di DAS mikro Cakardipa. Titik Pengamatan ke-1 (L1) No Kedalaman (cm)

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak Geografis dan Iklim Daerah aliran sungai (DAS) Siulak di hulu DAS Merao mempunyai luas 4296.18 ha, secara geografis terletak antara 101 0 11 50-101 0 15 44 BT dan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas wilayah Kabupaten Kuningan secara keseluruhan mencapai 1.195,71

Lebih terperinci

V. EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK PERTANIAN DI HULU DAS JENEBERANG

V. EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK PERTANIAN DI HULU DAS JENEBERANG 57 V. EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK PERTANIAN DI HULU DAS JENEBERANG 5.1. Pendahuluan Pemenuhan kebutuhan manusia untuk kehidupannya dapat dilakukan antara lain dengan memanfaatkan lahan untuk usaha pertanian.

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 40 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Lokasi penelitian berada di Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Kota Depok seluas 462 ha. Secara geografis daerah penelitian terletak

Lebih terperinci

3. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Asal Terjadinya Tanah. 4. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Sifat Dan Bentuk Tanah

3. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Asal Terjadinya Tanah. 4. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Sifat Dan Bentuk Tanah 1. List Program Untuk Menu Utama MPenjelasan_Menu_Utama.Show 1 2. List Program Untuk Penjelasan Menu Utama MPenjelasan_Tanah.Show 1 3. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Asal Terjadinya Tanah MSifat_Bentuk2.Show

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 24 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penggunaan Lahan Sawah dan Tegalan di Kabupaten Bogor Penggunaan lahan di Kabupaten Bogor pada tahun 1990, 2001, 2004, dan 2008 masih didominasi oleh lahan pertanian yaitu

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas DAS/ Sub DAS Stasiun Pengamatan Arus Sungai (SPAS) yang dijadikan objek penelitian adalah Stasiun Pengamatan Jedong yang terletak di titik 7 59

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM. Wilayah Sulawesi Tenggara

GAMBARAN UMUM. Wilayah Sulawesi Tenggara GAMBARAN UMUM Wilayah Sulawesi Tenggara Letak dan Administrasi Wilayah Sulawesi Tenggara terdiri atas Jazirah dan kepulauan terletak antara 3 o - 6 o Lintang selatan dan 12 45' bujur timur, dengan total

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Lokasi Geografis

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Lokasi Geografis 33 KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Lokasi Geografis Daerah penelitian terletak di Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Kecamatan Imogiri berada di sebelah Tenggara dari Ibukota Kabupaten Bantul.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah yaitu : Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara 4.1.1 Kondisi Geografis Propinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) terletak di Jazirah Tenggara Pulau Sulawesi, terletak di bagian selatan

Lebih terperinci

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis 3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Penelitian dilakukan di dua kabupaten di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi. Fokus area penelitian adalah ekosistem transisi meliputi

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI. Administrasi

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI. Administrasi KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI Administrasi Secara administrasi pemerintahan Kabupaten Sukabumi dibagi ke dalam 45 kecamatan, 345 desa dan tiga kelurahan. Ibukota Kabupaten terletak di Kecamatan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1. Keadaan Geografis. Kabupaten Kerinci terletak di daerah bukit barisan, dengan ketinggian 5001500 mdpl. Wilayah ini membentang

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH

KEADAAN UMUM WILAYAH 40 IV. KEADAAN UMUM WILAYAH 4.1 Biofisik Kawasan 4.1.1 Letak dan Luas Kabupaten Murung Raya memiliki luas 23.700 Km 2, secara geografis terletak di koordinat 113 o 20 115 o 55 BT dan antara 0 o 53 48 0

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Citra Digital Interpretasi dilakukan dengan pembuatan area contoh (training set) berdasarkan pengamatan visual terhadap karakteristik objek dari citra Landsat. Untuk

Lebih terperinci

KONDISI UMUM BANJARMASIN

KONDISI UMUM BANJARMASIN KONDISI UMUM BANJARMASIN Fisik Geografis Kota Banjarmasin merupakan salah satu kota dari 11 kota dan kabupaten yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin secara astronomis

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 50 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kondisi Fisik Kawasan Perkotaan Purwokerto Kawasan perkotaan Purwokerto terletak di kaki Gunung Slamet dan berada pada posisi geografis 109 11 22-109 15 55 BT dan 7 22

Lebih terperinci

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 19 3.1 Luas dan Lokasi BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Humbang Hasundutan mempunyai luas wilayah seluas 2.335,33 km 2 (atau 233.533 ha). Terletak pada 2 o l'-2 o 28' Lintang Utara dan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 9 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kondisi Umum Kecamatan Megamendung Kondisi Geografis Kecamatan Megamendung Kecamatan Megamendung adalah salah satu organisasi perangkat daerah Kabupaten Bogor yang terletak

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode USLE

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode USLE BAB III LANDASAN TEORI A. Metode USLE Metode Universal Soil Loss Equation (USLE) merupakan model empiris yang dikembangkan di Pusat Data Aliran Permukaan dan Erosi Nasional, Dinas Penelitian Pertanian,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat

TINJAUAN PUSTAKA. fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat 4 TINJAUAN PUSTAKA Pendekatan Agroekologi Agroekologi adalah pengelompokan suatu wilayah berdasarkan keadaan fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat diharapkan tidak

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar 3 Peta Lokasi Sub-sub DAS Keyang, Slahung, dan Tempuran.

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar 3 Peta Lokasi Sub-sub DAS Keyang, Slahung, dan Tempuran. 25 BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan Luas Sub-sub DAS Keyang, Slahung, dan Tempuran (KST) terletak di Sub DAS Kali Madiun Hulu. Secara geografis Sub-sub DAS KST berada di antara 7º 48 14,1 8º 05 04,3 LS

Lebih terperinci

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

Gambar 9. Peta Batas Administrasi IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Letak Geografis Wilayah Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6 56'49'' - 7 45'00'' Lintang Selatan dan 107 25'8'' - 108 7'30'' Bujur

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN Wilayah Bodetabek Sumber Daya Lahan Sumber Daya Manusia Jenis tanah Slope Curah Hujan Ketinggian Penggunaan lahan yang telah ada (Land Use Existing) Identifikasi Fisik Identifikasi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari V. GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Geografis Kota Bogor mempunyai luas wilayah 118 50 km 2 atau 0.27 persen dari luas propinsi Jawa barat. Secara geografis, Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43 30 BT-106

Lebih terperinci

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak antara 5 54' - 7 45' LS dan 106 22' - 108 50 BT dengan areal seluas 37.034,95

Lebih terperinci

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok IV. KONDISI UMUM 4.1 Lokasi Administratif Kecamatan Beji Secara geografis Kecamatan Beji terletak pada koordinat 6 21 13-6 24 00 Lintang Selatan dan 106 47 40-106 50 30 Bujur Timur. Kecamatan Beji memiliki

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. tersebut relatif tinggi dibandingkan daerah hilir dari DAS Ciliwung.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. tersebut relatif tinggi dibandingkan daerah hilir dari DAS Ciliwung. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Curah Hujan Data curah hujan sangat diperlukan dalam setiap analisis hidrologi, terutama dalam menghitung debit aliran. Hal tersebut disebabkan karena data debit aliran untuk

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Banjarnegara terletak antara 7⁰12 7⁰31 Lintang Selatan dan

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Banjarnegara terletak antara 7⁰12 7⁰31 Lintang Selatan dan IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Administrasi Kabupaten Banjarnegara terletak antara 7⁰12 7⁰31 Lintang Selatan dan 109⁰29 109⁰45 50 Bujur Timur. Berada pada jalur pegunungan di bagian tengah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN dengan pusat pemerintahan di Gedong Tataan. Berdasarkan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN dengan pusat pemerintahan di Gedong Tataan. Berdasarkan 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran 1. Keadaan Geografis Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undangundang Nomor 33 Tahun 2007 dan diresmikan

Lebih terperinci

IV. KEDAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110 o sampai dengan

IV. KEDAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110 o sampai dengan IV. KEDAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN A. Keadaan fisik Kabupaten Sleman Wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110 o 13 00 sampai dengan 110 o 33 00 Bujur Timur, dan mulai 7ᵒ34 51 sampai dengan 7ᵒ47 03 Lintang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Tata Guna Lahan Tata guna lahan merupakan upaya dalam merencanakan penyebaran penggunaan lahan dalam suatu kawasan yang meliputi pembagian wilayah untuk pengkhususan fungsi-fungsi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 35 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Curah Hujan Data curah hujan yang terjadi di lokasi penelitian selama 5 tahun, yaitu Januari 2006 hingga Desember 2010 disajikan dalam Gambar 5.1. CH (mm) 600 500 400

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Interpretasi Visual Penggunaan Lahan Melalui Citra Landsat Interpretasi visual penggunaan lahan dengan menggunakan citra Landsat kombinasi band 542 (RGB) pada daerah penelitian

Lebih terperinci

APLIKASI PJ UNTUK PENGGUNAAN TANAH. Ratna Saraswati Kuliah Aplikasi SIG 2

APLIKASI PJ UNTUK PENGGUNAAN TANAH. Ratna Saraswati Kuliah Aplikasi SIG 2 APLIKASI PJ UNTUK PENGGUNAAN TANAH Ratna Saraswati Kuliah Aplikasi SIG 2 Prosedur analisis citra untuk penggunaan tanah 1. Pra-pengolahan data atau pengolahan awal yang merupakan restorasi citra 2. Pemotongan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN WILAYAH BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1. TINJAUAN UMUM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Pembagian wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) secara administratif yaitu sebagai berikut. a. Kota Yogyakarta b. Kabupaten Sleman

Lebih terperinci

MODEL USAHATANI SAYURAN DATARAN TINGGI BERBASIS KONSERVASI DI DAERAH HULU SUNGAI CIKAPUNDUNG

MODEL USAHATANI SAYURAN DATARAN TINGGI BERBASIS KONSERVASI DI DAERAH HULU SUNGAI CIKAPUNDUNG MODEL USAHATANI SAYURAN DATARAN TINGGI BERBASIS KONSERVASI DI DAERAH HULU SUNGAI CIKAPUNDUNG (Studi Kasus: Lahan Pertanian Berlereng di Hulu Sub DAS Cikapundung, Kawasan Bandung Utara) Hendi Supriyadi

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 15 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Lokasi Kabupaten Lebak secara geografis terletak antara 6º18'-7º00' Lintang Selatan dan 105º25'-106º30' Bujur Timur, dengan luas wilayah 304.472 Ha atau 3.044,72 km².

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Kabupaten Sumedang memiliki luas wilayah 152.220 Ha yang terbagi kedalam luasan darat seluas 118.944 Ha (78,14%) dan pesawahan seluas 33.276 Ha (21,86%).

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KOMODITAS PERTANIAN KEC. GALUR, LENDAH KEC. SAMIGALUH, KAB. KULONPROGO

PENGEMBANGAN KOMODITAS PERTANIAN KEC. GALUR, LENDAH KEC. SAMIGALUH, KAB. KULONPROGO PENGEMBANGAN KOMODITAS PERTANIAN KEC. GALUR, LENDAH KEC. SAMIGALUH, KAB. KULONPROGO INTISARI Kadarso Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Janabadra, Yogyakarta Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini meliputi wilayah Kota Palangkaraya, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Kabupaten Magelang merupakan salah satu kabupaten yang berada di provinsi Jawa Tengah yang berbatasan dengan beberapa kota dan kabupaten seperti Kabupaten

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi Tahap inventarisasi merupakan tahap yang dilakukan untuk mengumpulkan data-data yang mendukung dan dibutuhkan pada perencanaan jalur hijau jalan ini. Berdasarkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Wilayah Letak dan Batas Letak suatu wilayah adalah lokasi atau posisi suatu tempat yang terdapat di permukaan bumi. Letak suatu wilayah merupakan faktor yang sangat

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE)

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE) BAB III LANDASAN TEORI A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE) Metode USLE dapat dimanfaatkan untuk memperkirakan besarnya erosi untuk berbagai macam kondisi tataguna lahan dan kondisi iklim yang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas 42 IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas Secara geografis, perumahan Bukit Cimanggu City (BCC) terletak pada 06.53 LS-06.56 LS dan 106.78 BT sedangkan perumahan Taman Yasmin terletak pada

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak dan Luas. Komponen fisik

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak dan Luas. Komponen fisik KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak dan Luas Daerah penelitian mencakup wilayah Sub DAS Kapuas Tengah yang terletak antara 1º10 LU 0 o 35 LS dan 109 o 45 111 o 11 BT, dengan luas daerah sekitar 1 640

Lebih terperinci

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut:

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut: KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Biofisik 4.1.1 Letak dan Aksesibilitas Berdasarkan buku Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Purwakarta (21) Dinas Kehutanan Purwakarta merupakan

Lebih terperinci

Gambar 3 Peta lokasi penelitian terhadap Sub-DAS Cisangkuy

Gambar 3 Peta lokasi penelitian terhadap Sub-DAS Cisangkuy 19 BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan Luas Lokasi penelitian berada di wilayah Desa Mangun Jaya Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung. Desa ini terletak kurang lebih 20 km dari Ibukota Provinsi Jawa Barat

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Batang adalah salah satu kabupaten yang tercatat pada wilayah administrasi Provinsi Jawa Tengah. Letak wilayah berada diantara koordinat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya perubahan secara terencana seluruh dimensi kehidupan menuju tatanan kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Sebagai perubahan yang terencana,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI DAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN LOKASI DAN WILAYAH BAB III TINJAUAN LOKASI DAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Kondisi Umum Pegunungan Menoreh Kulonprogo 3.1.1. Tinjauan Kondisi Geografis dan Geologi Pegunungan Menoreh Pegunungan Menoreh yang terdapat pada Kabupaten

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pengelolaan lahan berkelanjutan (sustainable land management) adalah pengelolaan lahan secara terpadu berbasis ilmu pengetahuan untuk memenuhi kebutuhan akan pangan dan serat

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian dan Letak Geografis Lokasi penelitian dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara VIII. PT. Perkebunan Nusantara VIII, Perkebunan Cikasungka bagian Cimulang

Lebih terperinci

GAMBARAN WILAYAH PEGUNUNGAN KENDENG

GAMBARAN WILAYAH PEGUNUNGAN KENDENG 101 GAMBARAN WILAYAH PEGUNUNGAN KENDENG Wilayah Pegunungan Kendeng merupakan bagian dari Kabupaten Pati dengan kondisi umum yang tidak terpisahkan dari kondisi Kabupaten Pati. Kondisi wilayah Pegunungan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE)

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE) BAB III LANDASAN TEORI A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE) Metode USLE dapat dimanfaatkan untuk memperkirakan besarnya erosi untuk berbagai macam kondisi tataguna lahan dan kondisi iklim yang

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon

KONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon KONDISI UMUM LOKASI Gambaran Umum Kabupaten Cirebon Letak Administrasi Kabupaten Cirebon Kabupaten Cirebon merupakan salah satu wilayah yang terletak di bagian timur Propinsi Jawa Barat. Selain itu, Kabupaten

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Pelaksanaan Penelitian 1. Waktu dan tempat penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2014 sampai September 2014 di Dukuh Kaliwuluh, Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang,

Lebih terperinci

KONDISI W I L A Y A H

KONDISI W I L A Y A H KONDISI W I L A Y A H A. Letak Geografis Barito Utara adalah salah satu Kabupaten di Propinsi Kalimantan Tengah, berada di pedalaman Kalimantan dan terletak di daerah khatulistiwa yaitu pada posisi 4 o

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Sumberdaya lahan merupakan suatu sumberdaya alam yang sangat penting bagi mahluk hidup, dengan tanah yang menduduki lapisan atas permukaan bumi yang tersusun

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai 49 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Penelitian Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara 4 0 14 sampai 4 0 55 Lintang Selatan dan diantara 103 0 22 sampai 104

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Letak geografi dan administratif Kota Balikpapan. LS BT Utara Timur Selatan Barat. Selat Makasar

Tabel 1.1. Letak geografi dan administratif Kota Balikpapan. LS BT Utara Timur Selatan Barat. Selat Makasar KOTA BALIKPAPAN I. KEADAAN UMUM KOTA BALIKPAPAN 1.1. LETAK GEOGRAFI DAN ADMINISTRASI Kota Balikpapan mempunyai luas wilayah daratan 503,3 km 2 dan luas pengelolaan laut mencapai 160,1 km 2. Kota Balikpapan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian menjadi prioritas utama dalam pembangunan wilayah berorientasi agribisnis, berproduktivitas tinggi, efisien, berkerakyatan, dan berkelanjutan. Keberhasilan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI BAB II 2.1. Tinjauan Umum Sungai Beringin merupakan salah satu sungai yang mengalir di wilayah Semarang Barat, mulai dari Kecamatan Mijen dan Kecamatan Ngaliyan dan bermuara di Kecamatan Tugu (mengalir

Lebih terperinci

Perkembangan Ekonomi Makro

Perkembangan Ekonomi Makro Boks 1.2. Pemetaan Sektor Pertanian di Jawa Barat* Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB (harga berlaku) tahun 2006 sebesar sekitar 11,5%, sementara pada tahun 2000 sebesar 14,7% atau dalam kurun waktu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan Menurut Lillesand dan Kiefer (1997) penggunaan lahan berkaitan dengan kegiatan manusia pada bidang lahan tertentu. Penggunaan lahan juga diartikan sebagai setiap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sub sektor pertanian tanaman pangan, merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan telah terbukti memberikan peranan penting bagi pembangunan nasional,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan yang mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia, yaitu dalam penyediaan

Lebih terperinci

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN 4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN 4.1. Latar Belakang Sebagaimana diuraikan terdahulu (Bab 1), DAS merupakan suatu ekosistem yang salah satu komponen penyusunannya adalah vegetasi terutama berupa hutan dan perkebunan

Lebih terperinci

BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN

BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN A. Kondisi Kekinian dan Status Kawasan Gunung Pulosari Hasil analisis yang dilakukan terhadap citra Landsat 7 liputan tahun, kondisi tutupan lahan Gunung Pulosari terdiri dari

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Fisiografi 1. Letak Wilayah Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan. Wilayah

Lebih terperinci

4.1. Letak dan Luas Wilayah

4.1. Letak dan Luas Wilayah 4.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Lamandau merupakan salah satu Kabupaten hasil pemekaran Kabupaten Kotawaringin Barat. Secara geografis Kabupaten Lamandau terletak pada 1 9-3 36 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

Tabel 4.22 Peringkat Sub Sektor Pertanian Tanaman Pangan. Sub Komoditas Tanaman Pangan

Tabel 4.22 Peringkat Sub Sektor Pertanian Tanaman Pangan. Sub Komoditas Tanaman Pangan 104 2. Evaluasi Keseuaian Lahan di Kecamatan Bandungan Evaluasi kesesuaian lahan menghasilkan peta kesesuaian lahan untuk tanaman yang unggul secara kompetitif dilihat dari tingkat produktivitasnya. Setiap

Lebih terperinci

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil

Lebih terperinci

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 21 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Umum Fisik Wilayah Geomorfologi Wilayah pesisir Kabupaten Karawang sebagian besar daratannya terdiri dari dataran aluvial yang terbentuk karena banyaknya sungai

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang 43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Sragi a. Letak Geografis Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di

Lebih terperinci

Tz 1 = (28,4 0,59 x h ) o C

Tz 1 = (28,4 0,59 x h ) o C Kriteria yang digunakan dalam penentuan bulan kering, bulan lembab dan bulan basah adalah sebagai berikut: Bulan kering (BK): Bulan dengan C

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM LOKASI

BAB II KONDISI UMUM LOKASI 6 BAB II KONDISI UMUM LOKASI 2.1 GAMBARAN UMUM Lokasi wilayah studi terletak di wilayah Semarang Barat antara 06 57 18-07 00 54 Lintang Selatan dan 110 20 42-110 23 06 Bujur Timur. Wilayah kajian merupakan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan KEADAAN UMUM LOKASI Keadaan Wilayah Kabupaten Jepara adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di ujung utara Pulau Jawa. Kabupaten Jepara terdiri dari 16 kecamatan, dimana dua

Lebih terperinci