R A N S F O R M A T O R T E N A G A D : P D M / P G I

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "R A N S F O R M A T O R T E N A G A D : P D M / P G I"

Transkripsi

1 B u k u P e d o m a n P e m e l i h a r a a n T R A N S F O R M A T O R T E N A G A D o k u m e n n o m o r : P D M / P G I / 0 1 : P T P L N ( P E R S E R O ) J l T r u n o j o y o B l o k M I / J A K A R T A

2 DOKUMEN PT PLN (PERSERO) NOMOR : PDM/PGI/01:2014 Lampiran Surat Keputusan Direksi PT PLN (Persero) No K/DIR/2014 BUKU PEDOMAN PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR TENAGA PT PLN (PERSERO) JALAN TRUNOJOYO BLOK M-I/135 KEBAYORAN BARU JAKARTA SELATAN 12160

3 Susunan Tim Review KEPDIR 113 & 114 Tahun 2010 Surat Keputusan Direksi PT PLN (Persero) No.0309.K/DIR/2013 Pengarah : 1. Kepala Divisi Transmisi Jawa Bali 2. Kepala Divisi Transmisi Sumatera 3. Kepala Divisi Transmisi Indonesia Timur 4. Yulian Tamsir Ketua : Tatang Rusdjaja Sekretaris : Christi Yani Anggota : Indra Tjahja Delyuzar Hesti Hartanti Sumaryadi James Munthe Jhon H Tonapa Kelompok Kerja Transformator Tenaga 1. Bambang Cahyono (PLN P3BJB) : Koordinator merangkap anggota 2. Jati Parmadita (PLN P3BJB) : Anggota 3. Harry Gumilang (PLN P3BJB) : Anggota 4. Akhmad Fauzan (PLN P3BS) : Anggota 5. Tiar Mita Florina (PLN P3BS) : Anggota 6. Anton Junaidi (PLN Sulselrabar) : Anggota 7. Dwi Ari Wibowo (PLN Kalselteng) : Anggota Koordinator Verifikasi dan Finalisasi Review KEPDIR 113 & 114 Tahun 2010 (Nota Dinas KDIVTRS JBS Nomor 0018/432/KDIVTRS JBS/2014) Tanggal 27 Mei Jemjem Kurnaen 2. Sugiartho 3. Yulian Tamsir 4. Eko Yudo Pramono

4 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... I DAFTAR GAMBAR... IV DAFTAR TABEL... VII DAFTAR LAMPIRAN... IX PRAKATA... X TRAFO TENAGA PENDAHULUAN Pengertian dan fungsi Jenis Trafo Bagian Bagian Trafo dan Fungsinya Electromagnetic Circuit (Inti besi) Current Carrying Circuit (Winding) Bushing Pendingin Oil Preservation & Expansion (Konservator) Dielectric (Minyak Isolasi Trafo& Isolasi Kertas) Tap Changer NGR (Neutral Grounding Resistor) Proteksi trafo Failure mode and Effect Analysis (FMEA) Mendefinisikan Sistem (Peralatan) dan Fungsinya Menentukan Sub Sistem dan Fungsi Tiap Subsistem Menentukan Functional Failure Tiap Subsistem Menentukan Failure Mode Tiap Subsistem FMEA Trafo PEDOMAN PEMELIHARAAN In Service Inspection In Service Measurement Thermovisi/ Thermal Image Dissolved Gas Analysis (DGA) Pengujian Kualitas Minyak Isolasi (Karakteristik) Pengujian Furan Pengujian Corrosive Sulfur Pengujian Partial Discharge Noise Pengukuran Sound Pressure Level Shutdown Testing/ Measurement Pengukuran Tahanan Isolasi Pengukuran Tangen Delta Pengukuran SFRA (Sweep Frequency Response Analyzer) Ratio Test Pengukuran Tahanan DC (Rdc) HV Test Pengukuran Kadar Air Pada Kertas Pengukuran Arus Eksitasi Pengujian OLTC Pengujian Rele Bucholz i

5 Pengujian Rele Jansen Pengujian Sudden Pressure Kalibrasi Indikator Suhu Motor Kipas Pendingin Tahanan NGR Fire Protection Shutdown Function Check Rele Bucholz Rele Jansen Rele Sudden Pressure Rele thermal Oil Level Treatment Purification/ Filter Reklamasi Ganti Minyak Cleaning Tightening Replacing Parts Greasing ANALISA HASIL PEMELIHARAAN DAN REKOMENDASI Analisa Hasil Inspeksi (In Service Inspection) Analisa Hasil Inspeksi (In Service Measurement) Thermovisi DGA Oil Quality (Karakteristik) Furan Corrosive Sulfur Partial Discharge Noise Analisa Hasil Shutdown Measurement Tahanan Isolasi Tangen Delta SFRA Ratio Test Rdc HV Test Kadar Air di dalam Kertas Pengujian Arus Eksitasi OLTC Rele Bucholz Rele Jansen Rele Sudden Pressure Kalibrasi Indikator Suhu Motor Kipas NGR Fire Protection Analisa Hasil (Shutdown Function Check) Rele Bucholz Rele Jansen Rele Sudden Pressure Rele Thermis ii

6 3.4.5 Oil Level Treatment DAFTAR ISTILAH DAFTAR PUSTAKA iii

7 DAFTAR GAMBAR Gambar 1-1 Prinsip hukum elektromagnetik... 1 Gambar 1-2 Elektromagnetik pada trafo... 1 Gambar 1-3 Inti besi... 2 Gambar 1-4 Belitan trafo... 3 Gambar 1-5 Contoh gambar Bushing... 3 Gambar 1-6 Bagian bagian dari bushing... 4 Gambar 1-7 Kertas isolasi pada bushing (oil impregnated paper bushing)... 5 Gambar 1-8 Konduktor bushing dilapisi kertas isolasi... 5 Gambar 1-9 Indikator level minyak bushing... 6 Gambar 1-10 Gasket/seal antara flage bushing dengan body trafo... 6 Gambar 1-11 Tap Pengujian... 7 Gambar 1-12 Radiator... 8 Gambar 1-13 Konservator... 9 Gambar 1-14 Silica gel... 9 Gambar 1-15 Konstruksi konservator dengan rubber bag Gambar 1-16 Dehydrating Breater Gambar 1-17 Minyak Isolasi Trafo Gambar 1-18 Tembaga yang dilapisi kertas isolasi Gambar 1-19 OLTC pada Trasformator Gambar 1-20 Kontak switching pada diverter switch Gambar 1-21 Pentanahan Langsung dan Pentanahan melalui NGR Gambar 1-22 Neutral Grounding Resistor (NGR) Gambar 1-23 Mekanisme Kerja Rele Bucholz Gambar 1-24 Rele Jansen Gambar 1-25 Rele Sudden Pressure Gambar 1-26 Bagian bagian dari rele thermal Gambar 2-1 Salah satu contoh kamera thermovisi/thermal image camera Gambar 2-2 Hasil pengukuran thermovisi pada maintank dan radiator Gambar 2-3 Hasil pengukuruan thermovisi pada OLTC Gambar 2-4 Hasil pengukuran thermovisi pada bushing Gambar 2-5 Hasil pengukuran thermovisi pada konservator Gambar 2-6 Hasil pengukuran thermovisi pada NGR Gambar 2-7 Stopcock dan syringe glass 50 cc Gambar 2-8 Pemasangan syringe dengan selang sampling untuk pengambilan minyak. 23 Gambar 2-9 Posisi katup syringe untuk memasukkan minyak ke syringe Gambar 2-10 Posisi katup syringe untuk mengunci sample dalam syringe Gambar 2-11 Posisi katup syringe untuk mengeluarkan sample dari syringe Gambar 2-12 Gas Extractor tipe head space Gambar 2-13 Skema chromatography Gambar 2-14 Sinyal dari gas gas yang dideteksi oleh detektor Gambar 2-15 Contoh alat uji DGA dengan jenis extractor stripper Gambar 2-16 Proses penurunan kualitas kertas isolasi trafo akibat oksidasi di minyak isolasi Gambar 2-17 Contoh alat uji kadar uji kadar air dalam minyak dengan metode Karl Fisher (KF) Gambar 2-18 Diagram Titration Cell Gambar 2-19 Contoh alat uji tegangan tembus Gambar 2-20 Contoh alat uji kadar asam Gambar 2-21 Contoh alat pengujian tegangan antar muka (Inter Facial Tension IFT).. 31 Gambar 2-22 Hubungan kadar asam dengan IFT iv

8 Gambar 2-23 Contoh alat uji warna minyak Gambar 2-24 Contoh alat pengujian sediment Gambar 2-25 Contoh alat pengujian titik nyala api (flash point) Gambar 2-26 Contoh alat pengujian tangen delta minyak Gambar 2-27 Tingkatan corrosive sulfur Gambar 2-28 Salah satu contoh alat ukur Tahanan Isolasi Gambar 2-29 Rangkaian ekivalen isolasi dan diagram phasor arus pengujian phasor arus pengujian tangen delta Gambar 2-30 Rangkaian ekivalen isolasi trafo Gambar 2-31 Skema rangkaian pengujian tan delta auto trafo Gambar 2-32 Strukur bushing (C1 adalah isolasi antara tap electrode dengan conductor, C2 adalah isolasi antara tap electrode dengan ground) Gambar 2-33 Diagram pengujian tangent delta C1 pada bushing Gambar 2-34 Diagram pengujian tangen delta C2 pada bushing Gambar 2-35 Diagram pengujian tangent delta hot collar pada bushing Gambar 2-36 Wiring pengujian SFRA Gambar 2-37 Short turn satu fasa pada trafo generator Gambar 2-38 Salah satu contoh alat Uji Ratio Test Gambar 2-39 Contoh Micro Ohmmeter Gambar 2-40 Rangkaian jembatan Wheatstone Gambar 2-41 Skema rangkaian pengujian tahanan dc dengan micro ohmmeter Gambar 2-42 Skema rangkaian pengujian tahanan dc dengan jembatan wheatstone Gambar 2-43 Prinsip dan rangkaian pengujian applied voltage test Gambar 2-44 Rangkaian pengujian induce voltage test Gambar 2-45 Besar dan durasi waktu pelaksanaan induce test Gambar 2-46 Sistem Alat Uji HV Test Gambar 2-47 Grafik Pengukuran Kadar Air dalam kertas Gambar 2-48 Terminal pada rele jansen Gambar 2-49 Rele Sudden Pressure Gambar 2-50 Lokasi sensor suhu top oil Gambar 2-51 Indikator suhu minyak top oil Gambar 2-52 Variable setting heater tampak atas Gambar 2-53 Komponen Variable setting heater Gambar 2-54 Pengukuran tegangan pada terminal motor Gambar 2-55 Pengukuran arus pada terminal motor Gambar 2-56 Pengukuran kecepatan putaran motor Gambar 2-57 Voltage slide regulator dan kabel Gambar 2-58 Voltmeter Gambar 2-59 Amperemeter (Tang Ampere) Gambar 2-60 Shutter Gambar 2-61 Contoh detektor fire protection Gambar 2-62 Contoh kontrol box fire protection Gambar 2-63 Contoh kabinet fire protection Gambar 2-64 Rangkaian umum sistem fire protection Gambar 2-65 Fire Protection Gambar 2-66 Proses pengamanan Fire Protection (masuknya N2) Gambar 2-67 Bagian dalam rele bucholz Gambar 2-68 Bagian dalam rele jansen Gambar 2-69 Tuas rele sudden pressure Gambar 2-70 Proses pembersihan (cleaning) NGR Gambar 3-1 Diagram alir analisa hasil pengujian DGA Interpretasi dari IEEE C v

9 Gambar 3-2 Flow chart tindak lanjut berdasarkan hasil pengujian DGA Gambar 3-3 Gas-gas kunci dari hasil pengujian DGA Gambar 3-4 Segitiga Duval Gambar 3-5 Tipikal bentuk sinyal hasil pengujian yang terindikasi partial discharge Gambar 3-6 Pulse phase AE Gambar 3-7 Pulse phase HFCT vi

10 DAFTAR TABEL Tabel 1-1 Macam macam pendingin pada trafo...7 Tabel 2-1 Rekomendasi pengujian PD pada pelaksanaan induce test Tabel 2-2 Tegangan Pengujian Induce Test (Tabel D.1 pada IEC ) Tabel 3-1 Evaluasi dan rekomendasi in service inspection Tabel 3-2 Evaluasi dan rekomendasi thermovisi Tabel 3-3 Evaluasi dan rekomendasi thermovisi klem Tabel 3-4 Klarifikasi konsentrasi gas terlarut (dissolved gas) IEEE C Tabel 3-5 Ratio Doernenburg Tabel 3-6 Ratio Roger (IEEE C ) Tabel 3-7 Zona Batas Pada Segitiga Duval Tabel 3-8 Action based TDCG Tabel 3-9 Kategori peralatan berdasarkan tegangan operasinya Tabel 3-10 Justifikasi kondisi pada pengujian kualitas minyak (karakteristik) Tabel 3-11 Presentase saturasi air pada minyak sesuai IEC Tabel 3-12 Klasifikasi validitas data antara pengujian kadar asam dan IFT [IEC 60422].. 84 Tabel 3-13 Hubungan antara nilai 2-Furfural dengan perkiraan DP Tabel 3-14 Evaluasi dan rekomendasi pengujian corrosive sulfur Tabel 3-15 Formula nilai minimum tahanan isolasi trafo Tabel 3-16 Faktor koreksi nilai tahanan isolasi dari suhu pengujian ke nilai di suhu 200C Tabel 3-17 Evaluasi dan rekomendasi metoda index polarisasi pada pengujian tahanan isolasi Tabel 3-18 Batasan nilai maksimum tangent delta belitan trafo (CIGRÉ TB 445) Tabel 3-19 Batasan nilai maksimum tangen delta bushing Tabel 3-20 Batasan nilai maksimum kapasitansi bushing trafo (rekomendasi ABB) Tabel 3-21 Evaluasi dan rekomendasi pengujian SFRA menggunakan metodde CCF dengan konfigurasi pengujian H1-H0; X1-X0;Y1-Y Tabel 3-22 Evaluasi hasil pengujian SFRA sesuai DL/T Tabel 3-23 Evaluasi dan rekomendasi pengujian HV test Tabel 3-24 Batasan kadar air dalam kertas sesuai IEEE Std Tabel 3-25 Evaluasi dan rekomendasi pengujian OLTC Tabel 3-26 Evaluasi dan rekomendasi pengujian OLTC Tabel 3-27 Evaluasi dan rekomendasi pengujian sumber DC pada rele bucholz Tabel 3-28 Evaluasi dan rekomendasi pengujian tahanan isolasi pada rele bucholz Tabel 3-29 Evaluasi dan rekomendasi pengujian sumber DC pada rele jansen Tabel 3-30 Evaluasi dan rekomendasi pengujian tahanan isolasi pada rele jansen Tabel 3-31 Evaluasi dan rekomendasi pengujian sumber DC pada rele sudden pressure Tabel 3-32 Evaluasi dan rekomendasi pengujian tahanan isolasi pada rele sudden pressure Tabel 3-33 Evaluasi dan rekomendasi hasil perbandingan thermocouple dengan thermometer standar Tabel 3-34 Evaluasi dan rekomendasi deviasi kecepatan motor Tabel 3-35 Evaluasi dan rekomendasi deviasi nilai arus motor Tabel 3-36 Evaluasi dan rekomendasi pengujian tahanan isolasi pada motor Tabel 3-37 Evaluasi dan rekomendasi pengujian tahanan isolasi pada NGR Tabel 3-38 Evaluasi dan rekomendasi pengujian tahanan pentanahan NGR Tabel 3-39 Evaluasi dan Rekomendasi Pengukuran Nilai Tahanan Pada NGR vii

11 Tabel 3-40 Evaluasi dan Rekomendasi Deviasi Perubahan tekanan N Tabel 3-41 Evaluasi dan Rekomendasi Hasil Uji Fungsi Rele Bucholz Tabel 3-42 Evaluasi dan Rekomendasi Hasil Uji Fungsi Rele Jansen Tabel 3-43 Evaluasi dan Rekomendasi Hasil Fungsi Rele Sudden Pressure Tabel 3-44 Evaluasi dan Rekomendasi Hasil Uji Fungsi Rele Thermis Tabel 3-45 Evaluasi dan Rekomendasi Hasil Uji Fungsi Oil Level Tabel 3-46 Item item shutdown treatment viii

12 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 TABEL PERIODE PEMELIHARAAN TRAFO TENAGA Lampiran 2 Functional Failure Pada Sistem Trafo Tenaga Lampiran 3 FMEA Subsistem Rangkaian Elektromagnetik Lampiran 4 FMEA Rangkaian Subsistem Pembawa Arus Lampiran 5 FMEA Subsistem Dielektrik Lampiran 6 FMEA Subsistem Struktur Mekanik Lampiran 7 FMEA Subsistem Proteksi Lampiran 8 FMEA Subsistem Pendingin Lampiran 9 FMEA Subsistem Bushing Lampiran 10 FMEA Subsistem Tap Charger Lampiran 11 Item Inspeksi Periodik Lampiran 12 Item dan periode pengujian on-line dan off-line Trafo Tenaga ix

13 PRAKATA PLN sebagai perusahaan yang asset sensitive, dimana pengelolaan aset memberi kontribusi yang besar dalam keberhasilan usahanya, perlu melaksanakan pengelolaan aset dengan baik dan sesuai dengan standar pengelolaan aset. Parameter Biaya, Unjuk kerja, dan Risiko harus dikelola dengan proporsional sehingga aset bisa memberikan manfaat yang maksimum selama masa manfaatnya. PLN melaksanakan pengelolaan aset secara menyeluruh, mencakup keseluruhan fase dalam daur hidup aset (asset life cycle) yang meliputi fase Perencanaan, Pembangunan, Pengoperasian, Pemeliharaan, dan Peremajaan atau penghapusan. Keseluruhan fase tersebut memerlukan pengelolaan yang baik karena semuanya berkontribusi pada keberhasilan dalam pencapaian tujuan perusahaan. Dalam pengelolaan aset diperlukan kebijakan, strategi, regulasi, pedoman, aturan, faktor pendukung serta pelaksana yang kompeten dan berintegritas. PLN telah menetapkan beberapa ketentuan terkait dengan pengelolaan aset yang salah satunya adalah buku Pedoman pemeliharaan peralatan penyaluran tenaga listrik. Pedoman pemeliharaan yang dimuat dalam buku ini merupakan bagian dari kumpulan Pedoman pemeliharaan peralatan penyaluran yang secara keseluruhan terdiri atas 25 buku. Pedoman ini merupakan penyempurnaan dari pedoman terdahulu yang telah ditetapkan dengan keputusan direksi nomor 113.K/DIR/2010 dan 114.K/DIR/2010. Perubahan atau penyempurnaan pedoman senantiasa diperlukan mengingat perubahan pengetahuan dan teknologi, perubahan lingkungan serta perubahan kebutuhan perusahaan maupun stakeholder. Di masa yang akan datang, pedoman ini juga harus disempurnakan kembali sesuai dengan tuntutan pada masanya. Penerapan pedoman pemeliharaan ini merupakan hal yang wajib bagi seluruh pihak yang terlibat dalam kegiatan pemeliharaan peralatan penyaluran di PLN, baik perencana, pelaksana maupun evaluator. Pedoman pemeliharaan ini juga wajib dipatuhi oleh para pihak diluar PLN yang bekerjasama dengan PLN untuk melaksanakan kegiatan pemeliharaan di PLN. Demikian, semoga kehadiran buku ini memberikan manfaat bagi perusahaan dan stakeholder serta masyarakat Indonesia. Jakarta, Oktober 2014 DIREKTUR UTAMA NUR PAMUDJI x

14 TRAFO TENAGA 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian dan fungsi Trafo merupakan peralatan statis dimana rangkaian magnetik dan belitan yang terdiri dari 2 atau lebih belitan, secara induksi elektromagnetik, mentransformasikan daya (arus dan tegangan) sistem AC ke sistem arus dan tegangan lain pada frekuensi yang sama (IEC tahun 2011). Trafo menggunakan prinsip elektromagnetik yaitu hukum hukum ampere dan induksi faraday, dimana perubahan arus atau medan listrik dapat membangkitkan medan magnet dan perubahan medan magnet / fluks medan magnet dapat membangkitkan tegangan induksi. Gambar 1-1 Prinsip hukum elektromagnetik Arus AC yang mengalir pada belitan primer membangkitkan flux magnet yang mengalir melalui inti besi yang terdapat diantara dua belitan, flux magnet tersebut menginduksi belitan sekunder sehingga pada ujung belitan sekunder akan terdapat beda potensial / tegangan induksi (Gambar 1-1). Gambar 1-2 Elektromagnetik pada trafo 1

15 1.2 Jenis Trafo Berdasarkan fungsinya trafo tenaga dapat dibedakan menjadi: Trafo pembangkit Trafo gardu induk / penyaluran Trafo distribusi 1.3 Bagian Bagian Trafo dan Fungsinya Electromagnetic Circuit (Inti besi) Inti besi digunakan sebagai media mengalirnya flux yang timbul akibat induksi arus bolak balik pada kumparan yang mengelilingi inti besi sehingga dapat menginduksi kembali ke kumparan yang lain. Dibentuk dari lempengan lempengan besi tipis berisolasi dengan maksud untuk mengurangi eddy current yang merupakan arus sirkulasi pada inti besi hasil induksi medan magnet, dimana arus tersebut akan mengakibatkan rugi - rugi (losses). Gambar 1-3 Inti besi Current Carrying Circuit (Winding) Belitan terdiri dari batang tembaga berisolasi yang mengelilingi inti besi, dimana saat arus bolak balik mengalir pada belitan tembaga tersebut, inti besi akan terinduksi dan menimbulkan flux magnetik. 2

16 Gambar 1-4 Belitan trafo Bushing Bushing merupakan sarana penghubung antara belitan dengan jaringan luar. Bushing terdiri dari sebuah konduktor yang diselubungi oleh isolator. Isolator tersebut berfungsi sebagai penyekat antara konduktor bushing dengan body main tank trafo. Gambar 1-5 Contoh gambar Bushing Secara garis besar bushing dapat dibagi menjadi empat bagian utama yaitu: 1. Isolasi Berdasarkan media isolasi bushing terbagi menjadi dua (IEC tahun 2008) yaitu: a. Bushing kondenser Bushing kondenser umumnya dipakai pada tegangan rating bushing 72,5 kv ke atas. Bushing kondenser terdapat tiga jenis media isolasi (IEC tahun 2008) yaitu: 3

17 - Resin Bonded Paper (RBP) Bushing tipe RBP adalah teknologi bushing kondenser yang pertama dan sudah mulai ditinggalkan - Oil Impregnated Paper (OIP) Pada tipe OIP isolasi yang digunakan adalah kertas dan minyak yang merendam kertas isolasi - Resin Impregnated Paper (RIP) Pada tipe RIP isolasi yang digunakan adalah kertas isolasi dan resin. Di dalam bushing kondenser terdapat banyak lapisan kapasitansi yang disusun secara seri sebagai pembagi tegangan. Pada bushing terdapat dua kapasitansi utama yang biasa disebut C1 dan C2. C1 adalah kapasitansi antara konduktor dengan tap bushing, dan C2 adalah kapasitansi dari tap bushing ke ground (flange bushing). Dalam kondisi operasi tap bushing dihubungkan ke ground, sehingga C2 tidak ada nilainya ketika bushing operasi. Gambar 1-6 Bagian bagian dari bushing 4

18 Gambar 1-7 Kertas isolasi pada bushing (oil impregnated paper bushing) b. Bushing non-kondenser. Gambar 1-8 Konduktor bushing dilapisi kertas isolasi Bushing non kondenser umumnya digunakan pada tegangan rating 72,5 kv ke bawah. Media isolasi utama bushing non-kondenser adalah isolasi padat seperti porcelain atau keramik. 2. Konduktor Terdapat jenis jenis konduktor pada bushing yaitu hollow conductor dimana terdapat besi pengikat atau penegang di tengah lubang konduktor utama, konduktor pejal dan flexible lead. 3. Klem Koneksi Klem koneksi merupakan sarana pengikat antara stud bushing dengan konduktor penghantar di luar bushing. 5

19 4. Asesoris Asesoris bushing terdiri dari indikasi minyak, seal atau gasket dan tap pengujian. Seal atau gasket pada bushing terletak di bagian bawah mounting flange. Gambar 1-9 Indikator level minyak bushing Gambar 1-10 Gasket/seal antara flage bushing dengan body trafo 6

20 Gambar 1-11 Tap Pengujian Pendingin Suhu pada trafo yang sedang beroperasi akan dipengaruhi oleh kualitas tegangan jaringan, rugi-rugi pada trafo itu sendiri dan suhu lingkungan. Suhu operasi yang tinggi akan mengakibatkan rusaknya isolasi kertas pada trafo. Oleh karena itu pendinginan yang efektif sangat diperlukan. Minyak isolasi trafo selain merupakan media isolasi juga berfungsi sebagai pendingin. Pada saat minyak bersirkulasi, panas yang berasal dari belitan akan dibawa oleh minyak sesuai jalur sirkulasinya dan akan didinginkan pada sirip sirip radiator. Adapun proses pendinginan ini dapat dibantu oleh adanya kipas dan pompa sirkulasi guna meningkatkan efisiensi pendinginan. Tabel 1-1 Macam macam pendingin pada trafo Media No Macam Sistem Pendingin *) Sirkulasi Alamiah Dalam Trafo Sirkulasi Paksa Sirkulasi Alamiah Diluar Trafo Sirkulasi Paksa 1 AN Udara 2 AF Udara 3 ONAN Minyak Udara 4 ONAF Minyak Udara 5 OFAN Minyak Udara 7

21 Media No Macam Sistem Pendingin *) Sirkulasi Alamiah Dalam Trafo Sirkulasi Paksa Sirkulasi Alamiah Diluar Trafo Sirkulasi Paksa 6 OFAF Minyak Udara 7 OFWF Minyak Air 8 ONAN/ONAF Kombinasi 3 dan 4 9 ONAN/OFAN Kombinasi 3 dan 5 10 ONAN/OFAF Kombinasi 3 dan 6 11 ONAN/OFWF Kombinasi 3 dan 7 Gambar 1-12 Radiator Oil Preservation & Expansion (Konservator) Saat terjadi kenaikan suhu operasi pada trafo, minyak isolasi akan memuai sehingga volumenya bertambah. Sebaliknya saat terjadi penurunan suhu operasi, maka minyak akan menyusut dan volume minyak akan turun. Konservator digunakan untuk menampung minyak pada saat trafo mengalami kenaikan suhu. 8

22 Gambar 1-13 Konservator Seiring dengan naik turunnya volume minyak di konservator akibat pemuaian dan penyusutan minyak, volume udara di dalam konservator pun akan bertambah dan berkurang. Penambahan atau pembuangan udara di dalam konservator akan berhubungan dengan udara luar. Agar minyak isolasi trafo tidak terkontaminasi oleh kelembaban dan oksigen dari luar (untuk tipe konservator tanpa rubber bag), maka udara yang akan masuk kedalam konservator akan difilter melalui silicagel sehingga kandungan uap air dapat diminimalkan. Gambar 1-14 Silica gel Untuk menghindari agar minyak trafo tidak berhubungan langsung dengan udara luar, maka saat ini konservator dirancang dengan menggunakan breather bag/ rubber bag, yaitu sejenis balon karet yang dipasang di dalam tangki konservator. 9

23 Gambar 1-15 Konstruksi konservator dengan rubber bag Silicagel sendiri memiliki batasan kemampuan untuk menyerap kandungan uap air sehingga pada periode tertentu silicagel tersebut harus dipanaskan bahkan perlu dilakukan penggantian. Dehydrating Breather merupakan teknologi yang berfungsi untuk mempermudah pemeliharaan silicagel, dimana terdapat pemanasan otomatis ketika silicagel mencapai kejenuhan tertentu. Gambar 1-16 Dehydrating Breater Dielectric (Minyak Isolasi Trafo& Isolasi Kertas) Minyak Isolasi trafo Minyak isolasi pada trafo berfungsi sebagai media isolasi, pendingin dan pelindung belitan dari oksidasi. Minyak isolasi trafo merupakan minyak mineral yang secara umum terbagi menjadi tiga jenis, yaitu parafinik, napthanik dan aromatik. Antara ketiga jenis minyak dasar tersebut tidak boleh dilakukan pencampuran karena memiliki sifat fisik maupun kimia yang berbeda. 10

24 Gambar 1-17 Minyak Isolasi Trafo Kertas isolasi trafo Isolasi kertas berfungsi sebagai isolasi, pemberi jarak, dan memiliki kemampuan mekanis. Gambar 1-18 Tembaga yang dilapisi kertas isolasi Tap Changer Kestabilan tegangan dalam suatu jaringan merupakan salah satu hal yang dinilai sebagai kualitas tegangan. Trafo dituntut memiliki nilai tegangan output yang stabil sedangkan besarnya tegangan input tidak selalu sama. Dengan mengubah banyaknya belitan sehingga dapat merubah ratio antara belitan primer dan sekunder dan dengan demikian tegangan output/ sekunder pun dapat disesuaikan dengan kebutuhan sistem berapapun tegangan input/ primernya. Penyesuaian ratio belitan ini disebut Tap changer. Proses perubahan ratio belitan ini dapat dilakukan pada saat trafo sedang berbeban (On load tap changer) atau saat trafo tidak berbeban (Off Circuit tap changer/ De Energize Tap Charger). 11

25 Tap changer terdiri dari: Selector Switch Diverter Switch Tahanan transisi Dikarenakan aktifitas tap changer lebih dinamis dibanding dengan belitan utama dan inti besi, maka kompartemen antara belitan utama dengan tap changer dipisah. Selector switch merupakan rangkaian mekanis yang terdiri dari terminal terminal untuk menentukan posisi tap atau ratio belitan primer. Diverter switch merupakan rangkaian mekanis yang dirancang untuk melakukan kontak atau melepaskan kontak dengan kecepatan yang tinggi. Tahanan transisi merupakan tahanan sementara yang akan dilewati arus primer pada saat perubahan tap. Keterangan: 1. Kompartemen Diverter Switch 2. Selektor Switch Gambar 1-19 OLTC pada Trasformator Media pendingin atau pemadam proses switching pada diverter switch yang dikenal sampai saat ini terdiri dari dua jenis, yaitu media minyak dan media vaccum. Jenis pemadaman dengan media minyak akan menghasilkan energi arcing yang membuat minyak terurai menjadi gas C 2 H 2 dan karbon sehingga perlu dilakukan penggantian minyak pada periode tertentu. Sedangkan dengan metoda pemadam vaccum proses pemadaman arcing pada waktu switching akan dilokalisir dan tidak merusak minyak. 12

26 a. b. Gambar 1-20 Kontak switching pada diverter switch (a. media pemadam arcing menggunakan minyak, b.media pemadam arcing menggunakan kondisi vaccum) NGR (Neutral Grounding Resistor) Salah satu metoda pentanahan adalah dengan menggunakan NGR. NGR adalah sebuah tahanan yang dipasang serial dengan neutral sekunder pada trafo sebelum terhubung ke ground/tanah. Tujuan dipasangnya NGR adalah untuk mengontrol besarnya arus gangguan yang mengalir dari sisi neutral ke tanah. Ada dua jenis NGR, Liquid dan Solid 1. Liquid Berarti resistornya menggunakan larutan air murni yang ditampung di dalam bejana dan ditambahkan garam (NaCl) untuk mendapatkan nilai resistansi yang diinginkan. 2. Solid Sedangkan NGR jenis padat terbuat dari Stainless Steel, FeCrAl, Cast Iron, Copper Nickel ataunichrome yang diatur sesuai nilai tahanannya. Gambar 1-21 Pentanahan Langsung dan Pentanahan melalui NGR 13

27 Gambar 1-22 Neutral Grounding Resistor (NGR) Proteksi trafo Rele Bucholz Pada saat trafo mengalami gangguan internal yang berdampak kepada suhu yang sangat tinggi dan pergerakan mekanis di dalam trafo, maka akan timbul tekanan aliran minyak yang besar dan pembentukan gelembung gas yang mudah terbakar. Tekanan atau gelembung gas tersebut akan naik ke konservator melalui pipa penghubung dan rele bucholz. Tekanan minyak maupun gelembung gas ini akan dideteksi oleh rele bucholz sebagai indikasi telah terjadinya gangguan internal. Rele Bucholz Rele bucholz mengindikasikan Alarm saat gas yang terbentuk terjebak di rongga rele bucholz dengan mengaktifkan satu pelampung 14

28 Rele bucholz mengindikasikan Trip saat gas yang terbentuk terjebak di rongga rele bucholz dengan mengaktifkan kedua pelampung Rele bucholz mengindikasikan Trip saat muncul tekanan minyak yang tinggi ke arah konservator Gambar 1-23 Mekanisme Kerja Rele Bucholz Rele Jansen Sama halnya seperti rele Bucholz yang memanfaatkan tekanan minyak dan gas yang terbentuk sebagai indikasi adanya ketidaknormalan/ gangguan, hanya saja rele ini digunakan untuk memproteksi kompartemen OLTC. Rele ini juga dipasang pada pipa saluran yang menghubungkan kompartemen OLTC dengan konservator. Sudden Pressure Gambar 1-24 Rele Jansen Rele sudden pressure ini didesain sebagai titik terlemah saat tekanan didalam trafo muncul akibat gangguan. Dengan menyediakan titik terlemah maka tekanan akan tersalurkan melalui sudden pressure dan tidak akan merusak bagian lainnya pada maintank. 15

29 Gambar 1-25 Rele Sudden Pressure Rele Thermal Suhu pada trafo yang sedang beroperasi akan dipengaruhi oleh kualitas tegangan jaringan, rugi-rugi pada trafo itu sendiri dan suhu lingkungan. Suhu operasi yang tinggi akan mengakibatkan rusaknya isolasi kertas pada trafo. Untuk mengetahui suhu operasi dan indikasi ketidaknormalan suhu operasi pada trafo digunakan rele thermal. Rele thermal ini terdiri dari sensor suhu berupa thermocouple, pipa kapiler dan meter penunjukan. 16

30 Gambar 1-26 Bagian bagian dari rele thermal 1.4 Failure mode and Effect Analysis (FMEA) FMEA merupakan suatu metode untuk menganalisa penyebab kegagalan pada suatu peralatan. Pada buku pedoman pemeliharaan ini FMEA menjadi dasar untuk menentukan komponen komponen yang akan diperiksa dan dipelihara. FMEA atau Failure Modes and Effects Analysis dibuat dengan cara: Mendefinisikan sistem (peralatan) dan fungsinya Menentukan sub sistem dan fungsi tiap subsistem Menentukan functional failure tiap subsistem Menentukan failure mode tiap subsistem Mendefinisikan Sistem (Peralatan) dan Fungsinya Definisi: kumpulan komponen yang secara bersama - sama bekerja membentuk satu fungsi atau lebih Menentukan Sub Sistem dan Fungsi Tiap Subsistem Definisi: peralatan dan/atau komponen yang bersama - sama membentuk satu fungsi. Dari fungsinya subsistem berupa unit yang berdiri sendiri dalam suatu sistem Menentukan Functional Failure Tiap Subsistem Functional Failure adalah ketidakmampuan suatu asset untuk dapat bekerja sesuai fungsinya berdasarkan standar unjuk kerja yang dapat diterima pemakai Menentukan Failure Mode Tiap Subsistem Failure Mode adalah setiap kejadian yang mengakibatkan functional failure. 17

31 1.4.5 FMEA Trafo Didalam FMEA trafo terdiri dari subsistem trafo, Functional Failure pada trafo, Failure Mode pada trafo (lampiran 2). FMECA (Failure mode and effect criticallity analysis) merupakan metoda untuk mengetahui resiko kegagalan sebuah subsistem pada sebuah sistem peralatan. Dengan mengkombinasikan data gangguan dengan FMEA maka akan diketahui peluang peluang kegagalan pada setiap sub sistem dalam FMEA. Hal ini dapat dijadikan acuan dalam menerapkan metoda pemeliharaan yang optimal dengan tingkat kegagalan yang bervariasi. 2 PEDOMAN PEMELIHARAAN 2.1 In Service Inspection In Service inspection adalah kegiatan inspeksi yang dilakukan pada saat trafo dalam kondisi bertegangan/ operasi. Tujuan dilakukannya in service inspection adalah untuk mendeteksi secara dini ketidaknormalan yang mungkin terjadi didalam trafo tanpa melakukan pemadaman. Subsistem trafo yang dilakukan in service inspection adalah sebagai berikut: Electromagnetic circuit Dielektrik Struktur Mekanik Bushing OLTC Pendingin Selain subsistem di atas terdapat bagian-bagian lain yang dapat dilakukan in service inspection, antara lain: NGR Neutral grounding Resistor Fire Protection Sistem monitoring (meter suhu dan on-line monitoring) 2.2 In Service Measurement In Service Measurement adalah kegiatan pengukuran/ pengujian yang dilakukan pada saat trafo sedang dalam keadaan bertegangan/ operasi (in service). Tujuan dilakukannya 18

32 in service measurement adalah untuk mengetahui kondisi trafo lebih dalam tanpa melakukan pemadaman Thermovisi/ Thermal Image Pada saat trafo dalam keadaan operasi, bagian trafo yang dialiri arus akan menghasilkan panas. Panas pada radiator trafo dan maintank yang berasal dari belitan trafo akan memiliki tipikal suhu bagian atas akan lebih panas dari bagian bawah secara gradasi. Sedangkan untuk bushing, suhu klem pada stud bushing akan lebih panas dari sekitarnya. Suhu yang tidak normal pada trafo dapat diartikan sebagai adanya ketidaknormalan pada bagian atau lokasi tersebut. Metoda pemantauan suhu trafo secara menyeluruh untuk melihat ada tidaknya ketidaknormalan pada trafo dilakukan dengan menggunakan thermovisi/ thermal image camera. Gambar 2-1 Salah satu contoh kamera thermovisi/thermal image camera Lokasi-lokasi pada trafo yang dipantau dengan thermovisi / thermal image camera adalah sebagai berikut: 1. Maintank 2. Tangki OLTC 3. Radiator 4. Bushing 5. Klem-klem pada setiap bagian yang ada 6. Tangki konservator 7. NGR Pada setiap pengukuran menggunakan thermovisi / thermal image camera, secara umum dilakukan pengukuran suhu pada tiga titik (atas, tengah, dan bawah). Pada display / tampilan alat, objek yang di monitor akan terlihat tertutupi sebuah lapisan gradasi warna atau gradasi hitam putih. Warna warna yang muncul akan mewakili besaran suhu yang terbaca pada objek. Disamping kanan tampilan / display dilengkapi dengan batang korelasi antara warna dengan suhu sebagai referensi warna-warna yang muncul pada tampilan. 19

33 Pengukuran thermovisi pada maintank dan OLTC trafo dilakukan pada tiga posisi yaitu bawah, tengah dan atas untuk mengetahui gradasi panas pada trafo yang mewakili normal tidaknya proses operasi dari trafo. Sama halnya seperti pengukuran thermovisi pada maintank trafo, pengukuran thermovisi pada sirip pendingin dilakukan pada tiga titik untuk mengetahui efisiensi dari proses pendinginan sirip trafo tersebut. Pengukuran pada bushing trafo adalah dengan melihat titik yang paling panas dalam sebuah bushing dan membandingkan karakteristik suhu terhadap fasa lainnya. Untuk pengukuran konservator dan NGR dilihat tiga titik secara vertikal untuk mengetahui karakteristik suhu peralatan. FLIR Systems Ar C 40 Ar2 30 Ar3 Ar Gambar 2-2 Hasil pengukuran thermovisi pada maintank dan radiator 20

34 FLIR Systems Ar C 50 Ar2 40 Ar Gambar 2-3 Hasil pengukuruan thermovisi pada OLTC FLIR Systems 59.6 C Ar1 Ar2 Ar4 50 Ar3 Ar5 Ar6 Ar7 Ar8 Ar Gambar 2-4 Hasil pengukuran thermovisi pada bushing 21

35 FLIR Systems Ar1 Ar2 Ar3 Ar C Ar6 Ar Gambar 2-5 Hasil pengukuran thermovisi pada konservator FLIR Systems Ar C 50 Ar Ar Gambar 2-6 Hasil pengukuran thermovisi pada NGR Dissolved Gas Analysis (DGA) Trafo sebagai peralatan tegangan tinggi tidak lepas dari kemungkinan mengalami kondisi abnormal, dimana pemicunya dapat berasal dari internal maupun external trafo. Ketidaknormalan ini akan menimbulkan dampak terhadap kinerja trafo. Secara umum, dampak/ akibat ini dapat berupa overheat, corona dan arcing. 22

36 Salah satu metoda untuk mengetahui ada tidaknya ketidaknormalan pada trafo adalah dengan mengetahui dampak dari ketidaknormalan trafo itu sendiri. Untuk mengetahui dampak ketidaknormalan pada trafo digunakan metoda DGA (Dissolved gas analysis). Pada saat terjadi ketidaknormalan pada trafo, minyak isolasi sebagai rantai hidrocarbon akan terurai akibat besarnya energi ketidaknormalan dan akan membentuk gas - gas hidrokarbon yang larut dalam minyak isolasi itu sendiri. Pada dasarnya DGA adalah proses untuk menghitung kadar / nilai dari gas-gas hidrokarbon yang terbentuk akibat ketidaknormalan. Dari komposisi kadar / nilai gas - gas itulah dapat diprediksi dampak dampak ketidaknormalan apa yang ada di dalam trafo, apakah overheat, arcing atau corona. Gas gas yang dideteksi dari hasil pengujian DGA adalah H 2 (hidrogen), CH 4 (Methane), N 2 (Nitrogen), O 2 (Oksigen), CO (Carbon monoksida), CO 2 (Carbondioksida), C 2 H 4 (Ethylene), C 2 H 6 (Ethane), C 2 H 2 (Acetylene). Untuk mengambil sample minyak untuk pengujian DGA harus menggunakan syringe, selang sampling dan konektor sampling pada valve trafo. Gambar 2-7 Stopcock dan syringe glass 50 cc Metode yang digunakan untuk pengambilan sample minyak meliputi: 1. Pemilihan Minyak Sample Pasang konektor pada trafo beserta selang sampling kemudian pasang selang pada bagian ujung stopcock dan kencangkan. Siapkan wadah ember untuk pembuangan sampling tepat diatas pengambilan sampel. Buka perlahan valve pengambilan minyak pada trafo sehingga minyak akan keluar dari ujung kanan stopcock, biarkan hingga kirakira ember terisi minyak 1-2 Liter (posisi jam 6). Posisi jam 6 Gambar 2-8 Pemasangan syringe dengan selang sampling untuk pengambilan minyak 23

37 2. Pencucian Syringe Buka perlahan stopcock pada posisi katup berada diarah kanan (posisi jam 3), sehingga minyak akan mengalir mengisi syringe: Gambar 2-9 Posisi katup syringe untuk memasukkan minyak ke syringe Jika sudah hampir mendekati 50cc, siap-siap katup ditutup hingga 50cc dengan posisi katup pada jam 6, agar sampel terkunci dalam syringe. Gambar 2-10 Posisi katup syringe untuk mengunci sample dalam syringe Buang minyak yang terdapat dalam isi syringe, dengan memutarkan katup pada posisi jam 12, dorong perlahan sehingga sampel terbuang pada ember, (hal ini dimaksudkan untuk membilas dan membersihkan isi syringe). Gambar 2-11 Posisi katup syringe untuk mengeluarkan sample dari syringe Lakukan tahap pembilasan hingga 3 kali. 3. Pengambilan Minyak Sample Setelah tiga kali pembilasan ambil sample yang keempat sebanyak 50cc dan perlu diyakinkan tidak ada gelembung udara dalam syringe. 24

38 Untuk memisahkan kandungan gas gas yang terdapat dalam minyak maka secara garis besar dapat dipisahkan menjadi dua langkah yaitu langkah pertama pemisahan campuran gas dari minyak (extraksi gas dari minyak). Gambar 2-12 Gas Extractor tipe head space Langkah kedua yaitu penguraian komponen gas individual atau yang dikenal dengan metode chromatography. Gambar 2-13 Skema chromatography Gas - gas yang telah terurai akan dideteksi oleh detektor berupa sinyal. Sinyal ini lah yang nantinya digunakan untuk mengetahui jumlah kadar gas dengan memperhitungkan luas sinyal tiap - tiap gas. Pengujian ini mengacu pada standar ASTM D tahun

39 Gambar 2-14 Sinyal dari gas gas yang dideteksi oleh detektor Gambar 2-15 Contoh alat uji DGA dengan jenis extractor stripper Pengujian Kualitas Minyak Isolasi (Karakteristik) Oksidasi dan kontaminan adalah hal yang dapat menurunkan kualitas minyak yang berarti dapat menurunkan kemampuannya sebagai isolasi. Oksidasi pada minyak isolasi trafo juga akan ikut andil dalam penurunan kualitas kertas isolasi trafo. Pada saat minyak isolasi mengalami oksidasi, maka minyak akan menghasilkan asam. Asam ini apabila bercampur dengan air dan suhu yang tinggi akan mengakibatkan proses hydrolisis pada isolasi kertas. Proses hydrolisis ini akan menurunkan kualitas kertas isolasi. 26

40 Gambar 2-16 Proses penurunan kualitas kertas isolasi trafo akibat oksidasi di minyak isolasi Untuk mengetahui adanya kontaminan atau proses oksidasi didalam minyak, dilakukan pengujian oil quality test (karakteristik). Pengujian karakteristik minyak selain dilakukan untuk minyak di dalam maintank trafo juga dilakukan pada minyak cable box (tubular) untuk koneksi bushing trafo ke GIS 150kV melalui kabel. Pengujian oil quality test melingkupi beberapa pengujian yang metodanya mengacu pada standar IEC Adapun jenis pengujiannya berupa: Pengujian Kadar Air Fungsi minyak trafo sebagai media isolasi di dalam trafo dapat menurun. Salah satu penyebab turunnya tingkat isolasi minyak trafo adalah adanya kandungan air pada minyak. Oleh karena itu dilakukan pengujian kadar air untuk mengetahui seberapa besar kadar air yang terlarut / terkandung di minyak. Metoda yang umum digunakan untuk menguji kandungan air dalam minyak adalah metoda Karl Fischer. Metoda ini menggunakan satu buah elektroda dan satu buah generator. Generator berfungsi menghasilkan senyawa Iodin melalui proses elektrolisis yang berfungsi sebagai titer / penetral kadar air sedangkan Elektroda berfungsi sebagai media untuk mengetahui ada tidaknya kadar air di dalam minyak melalui proses titrasi secara kolumetrik. Perhitungan berapa besar kadar air di dalam minyak dilihat dari berapa banyak iodin yang di bentuk pada reaksi tersebut. 27

41 Gambar 2-17 Contoh alat uji kadar uji kadar air dalam minyak dengan metode Karl Fisher (KF) Adapun satuan dari hasil pengujian ini adalah ppm (part per million) yang didapat dari perbandingan antara banyaknya kadar air dalam mg terhadap 1kg minyak. Pengujian ini mengacu pada standar IEC Gambar 2-18 Diagram Titration Cell Pada pengambilan sample untuk pengujian kadar air pada minyak trafo dilakukan dengan menggunakan syringe untuk mencegah bertambahnya kadar air dari udara bebas. Berdasarkan IEC Tahun 2013 tidak diperlukan lagi konversi ke suhu 20 C untuk penentuan kadar air pada minyak dimana temperatur yang digunakan adalah temperatur operasi trafo. Temperatur trafo diperoleh dari rata rata temperatur top oil dengan temperatur sampel minyak. Berdasarkan temperatur tersebut diperoleh hasil perkiraan perhitungan jumlah kelarutan air dalam minyak dengan menggunakan rumus: 28

42 Dimana : Kelarutan air pada minyak dan K: Temperatur dalam Kelvin Nilai yang diperoleh akan digunakan untuk menentukan nilai relative saturasi (RS) yang akan menjadi pertimbangan kapan uji kandungan air pada isolasi kertas harus dilakukan. Dimana dalam ppm dan adalah hasil pengujian kadar air tanpa konversi ke suhu 20 0 C (dalam satuan ppm). Pengujian tegangan tembus Pengujian tegangan tembus dilakukan untuk mengetahui kemampuan minyak isolasi dalam menahan stress tegangan. Minyak yang jernih dan kering akan menunjukan nilai tegangan tembus yang tinggi. Air bebas dan partikel solid, apalagi gabungan antara keduanya dapat menurunkan tegangan tembus secara dramatis. Dengan kata lain pengujian ini dapat menjadi indikasi keberadaan kontaminan seperti kadar air dan partikel. Rendahnya nilai tegangan tembus dapat mengindikasikan keberadaan salah satu kontaminan tersebut, dan tingginya tegangan tembus belum tentu juga mengindikasikan bebasnya minyak dari semua jenis kontaminan. Terdapat beberapa metode pengukuran tegangan tembus pada minyak berdasarkan standar, dimana setiap metode pengujian menggunakan bentuk dan jarak antar elektroda.: 1. IEC Tahun 1995, dengan elektroda mushroom dengan jarak elektroda 2,5mm (yang umum digunakan di PLN) 2. ASTM D (VDE electrode) dengan elektroda mushroom dengan jarak elektroda 1 atau 2 mm 3. ASTM D Tahun 2007 (Disc-electrodes) dengan elektroda silindrical dengan jarak electrode 2.54 mm Gambar 2-19 Contoh alat uji tegangan tembus 29

43 Pengujian Kadar Asam Minyak yang rusak akibat oksidasi akan menghasilkan senyawa asam yang akan menurunkan kualitas kertas isolasi pada trafo. Asam ini juga dapat menjadi penyebab proses korosi pada tembaga dan bagian trafo yang terbuat dari bahan metal. Untuk mengetahui seberapa besar asam yang terkandung di minyak, dilakukan pengujian kadar asam pada minyak isolasi. Besarnya kadar asam pada minyak juga dapat dijadikan sebagai dasar apakah minyak isolasi trafo tersebut harus segera dilakukan reklamasi atau diganti. Pada dasarnya minyak yang akan diuji dicampur dengan larutan alkohol dengan komposisi tertentu lalu campuran tersebut (bersifat asam) dititrasi (ditambahkan larutan) dengan larutan KOH (bersifat basa). Perhitungan berapa besar asam yang terkandung didalam minyak didasarkan dari berapa banyak KOH yang dilarutkan. Pengujian ini mengacu pada standar IEC Pengujian Tegangan Antar Muka Gambar 2-20 Contoh alat uji kadar asam Pengujian IFT antara minyak dengan air dimaksudkan untuk mengetahui keberadaan polar contaminant yang larut dari hasil proses pemburukan. Karakteristik dari IFT akan mengalami penurunan nilai yang sangat drastis seiring tingginya tingkat penuaan pada minyak isolasi. IFT juga dapat mengindikasi masalah pada minyak isolasi terhadap material isolasi lainnya. Atau terjadinya kesalahan pada saat pengisian minyak yang berdampak pada tercemarnya minyak isolasi. Pengujian ini mengacu kepada standar ASTM D a. 30

44 Gambar 2-21 Contoh alat pengujian tegangan antar muka (Inter Facial Tension IFT) Karena nilai IFT sejalan dengan proses penuaan pada minyak isolasi trafo, maka nilai IFT dapat dijadikan konfirmasi setelah ditemukan nilai kadar asam yang tidak normal. Pengujian Warna Minyak Gambar 2-22 Hubungan kadar asam dengan IFT Warna minyak isolasi trafo akan berubah seiring penuaan yang terjadi pada minyak dan dipengaruhi oleh material material pengotor seperti karbon. Pengujian minyak pada dasarnya membandingkan warna minyak terpakai dengan minyak yang baru. Pengujian ini mengacu kepada standar ISO

45 Gambar 2-23 Contoh alat uji warna minyak Pengujian Sediment Banyak material yang dapat mengkontaminasi minyak trafo, seperti karbon dan endapan lumpur (sludge). Pengujian sediment ini bertujuan mengukur seberapa banyak (%) zat pengotor terhadap minyak isolasi trafo. Pengujian ini pada dasarnya membandingkan berat endapan yang tersaring dengan berat minyak yang diuji. Pengujian ini mengacu kepada standar IEC Annex C. Pengujian Titik Nyala Api Gambar 2-24 Contoh alat pengujian sediment Pengujian titik nyala api atau flash point dilakukan dengan menggunakan sebuah perangkat yang berfungsi memanaskan minyak secara manual (heater atau kompor). Dimana di atas cawan pemanas tersebut di letakan sumber api yang berasal dari gas. Sumber api ini berfungsi sebagai pemancing saat mulai terbakarnya minyak. Seiring dengan lamanya proses pemanasan, suhu minyak pun akan mengalami peningkatan. Pada suhu tertentu minyak akan terbakar dengan sumber api sebagai media pembakarnya. Suhu tersebut merupakan titik nyala api. Pengujian ini mengacu kepada ISO

46 Tangen Delta Minyak Gambar 2-25 Contoh alat pengujian titik nyala api (flash point) Salah satu pengujian yang dilakukan terhadap minyak isolasi adalah pengujian tangen delta. Besar kecilnya nilai tangen delta akan dipengaruhi kontaminasi polar yang terlarut di minyak, produk penuaan dan koloid. Dari hasil pengujian tangen delta dapat diketahui sejauh mana minyak isolasi mengalami penuaan / ageing. Pengujian ini mengacu kepada standar IEC Metal in Oil Gambar 2-26 Contoh alat pengujian tangen delta minyak Pengujian metal in oil digunakan sebagai pelengkap dari pengujian DGA. Saat DGA mengindikasikan kemunculan kemungkinan gangguan, pengujian metal in oil akan membantu menentukan jenis gangguan dan lokasinya. Gangguan dengan energi yang tinggi tidak hanya menurunkan kualitas isolasi trafo (minyak, kertas, kayu dll) tapi juga menghasilkan partikel partikel metal yang tersebar di minyak. Partikel ini akan didistribusikan kesemua bagian trafo dikarenakan proses sirkulasi. Beberapa komponen trafo manghasilkan partikel metal yang khusus. Partikel metal ini dapat ditemukan sebagai unsur tunggal atau sebagai senyawa. Jenis metal dapat membantu dalam menentukan komponen mana yang mengalami gangguan. Metal yang mungkin ditemukan di dalam minyak trafo adalah aluminium, tembaga, besi, karbon, perak, timah, dan seng. Contohnya tembaga dapat ditemukan pada belitan dan juga perunggu atau kuningan. Carbon dapat ditemukan pada sambungan join, konektor 33

47 dan komponen lainnya. Besi berlokasi pada belitan dan tangki trafo, sebagaimana aluminium dapat ditemukan pada belitan, corona shield, dan bushing keramik. Lugs, baut, konektor, dan komponen semacamnya terbuat dari timah, tembaga dan seng. Analisa metal in oil dapat dilakukan dengan metoda yang berbeda. Atomic absorption spectroscopy (AA) dan inductive coupled plasma spectrometry (ICP) merupakan dua buah metoda yang digunakan untuk mengukur kadar metal di minyak. Biasanya partikel metal yang terkandung di sampel minyak akan dibakar pada suhu tinggi untuk menghasilkan atom metal yang bersifat bebas. Kemunculan dari atom atom ini pada metoda AA dan ICP dapat diukur banyaknya dengan mengukur penyerapan atau emisi dari frekuensi tersendiri pada spektrum radiasi oleh atom metal bebas terhadap standar. Pengujian ini mengacu kepada IEC Pengujian Furan Isolasi kertas merupakan bagian dari sistem isolasi trafo. Isolasi kertas berfungsi sebagai media dielektrik, menyediakan kekuatan mekanik dan spacing. Panas yang berlebih dan by-product dari oksidasi minyak dapat menurunkan kualitas isolasi kertas. Proses penurunan kualitas isolasi kertas merupakan proses depolimerisasi. Pada proses depolimerisasi, isolasi kertas yang merupakan rantai hidrokarbon yang panjang akan terputus / terpotong potong dan akhirnya akan menurunkan kekuatan tensile dari isolasi kertas itu sendiri. Proses depolimerisasi akan selalu diiringi oleh terbentuknya gugus furan. Nilai furan yang terbentuk akan sebanding dengan penurunan tingkat DP (degree of polimerization). Dari informasi besarnya kandungan gugus furan yang dalam hal ini hanya 2Fal (2- Furfural) yang terdeteksi, dapat diketahui estimasi atau perkiraan kondisi DP yang dialami isolasi kertas dan estimasi sisa umur kertas isolasi tersebut (Estimated percentage of remaining life %Eprl). DP Log 10 2 Fal ppb 0,0035 *0,88 4, ,903 % Eprl 100 Log DP 0,00602 Rumus perhitungan estimasi DP & %Eprl Hasil pengujian Furan mengindikasikan rata rata kondisi DP isolasi kertas. Pada saat hasil uji Furan telah mendekati nilai End of Expected Life isolasi kertas, perlu dilakukan pengujian DP secara langsung pada sampel isolasi kertas sebagai verifikasi kondisi isolasi kertas. 34

48 2.2.5 Pengujian Corrosive Sulfur Corrosive sulfur adalah senyawa sulfur yang bersifat tidak stabil terhadap suhu yang berada di minyak isolasi yang dapat menyebabkan korosi pada komponen tertentu dari trafo seperti tembaga.korosi pada tembaga akan membentuk lapisan konduktif (copper sulfide) di permukaan tembaga. Hal ini akan mengakibatkan partial discharge. Gambar 2-27 Tingkatan corrosive sulfur Metoda pengujian corrosive sulfur mengacu kepada standar ASTM D 1275 / 1275 b. Tingkatan korosif suatu minyak ditunjukan dengan perubahan warna pada media uji berupa tembaga (Cu) Pengujian Partial Discharge Partial discharge (peluahan parsial) adalah peristiwa pelepasan / loncatan bunga api listrik yang terjadi pada suatu bagian isolasi (pada rongga dalam atau permukaan) sebagai akibat adanya beda potensial yang tinggi dalam isolasi tersebut. PD pada akhirnya dapat menyebabkan kegagalan isolasi (breakdown). Partial Discharge hanya bisa terjadi saat dipenuhi dua kriteria yakni adanya medan listrik yang melebihi nilai breakdown dan adanya elektron bebas. Fenomena ini dapat terjadi pada isolasi padat, cair, dan gas. Pada isolasi padat kegagalan bersifat permanen sementara pada isolasi cair dan gas bersifat sementara. Mekanisme kegagalan pada bahan isolasi padat meliputi kegagalan asasi (intrinsik), elektro mekanik, streamer, thermal dan kegagalan erosi. Kegagalan pada bahan isolasi cair disebabkan adanya kavitasi, adanya butiran pada zat cair dan tercampurnya bahan isolasi cair. Pada bahan isolasi gas mekanisme townsend dan mekanisme streamer merupakan 2 mekanisme kegagalan isolasi. Parameter-parameter yang diukur pada PD antara lain: Tegangan Insepsi Tegangan insepsi adalah nilai tegangan maksimum sebelum mulai terjadi fenomena Partial Discharge. 35

49 Muatan (q) Merupakan ukuran besarnya arus dan waktu PD. Interpretasinya berdasarkan dari fakta bahwa muatan PD adalah integral dari arus selama satu siklus penuh. Interpretasi lain adalah besarnya energy PD yang sebanding kuadrat muatan PD. Sudut fasa terjadinya PD (θ) Menjelaskan sifat fisis dari partial discharge. Partial Discharge hanya bisa terjadi saat ada electron bebas yang mengakibatkan avalanche dan sudut fasa akan menunjukkan sifat stokastik ini. Banyaknya kejadian (n) persiklus Menyatakan tingkat aktivitas Partial Discharge. Berkaitan dengan umur dan kondisi isolasi. Pengujian Partial Discharge dengan Accoustic Sensor dan HFCT Pengujian Partial Discharge dilakukan dengan menggabungkan dua metode, yaitu metode akustik dan metode listrik. Metode akustik dilakukan dengan mendeteksi sinyal suara gangguan dari dalam trafo. Sinyal suara tersebut ditangkap oleh 4 buah acoustic emission (AE) sensor yang ditempelkan pada keempat sisi dinding trafo. Metode listrik dilakukan dengan mendeteksi arus trafo yang mengalir pada bagian grounding trafo. Arus trafo ini dideteksi dengan menggunakan 1 buah high frequency current transformer (HFCT) sensor yang dipasangkan pada bagian pentanahan trafo. Pengujian dilakukan dengan 2 tahap. Tahap pertama dilakukan dengan menempelkan sensor AE pada keempat dinding trafo untuk mendeteksi pusat lokasi kejadian partial discharge tersebut. Apabila alat ukur mendeteksi adanya amplitudo partial discharge yang lebih besar pada sisi tertentu, maka tahap selanjutnya (Tahap 2) adalah menempatkan seluruh sensor pada sisi yang memiliki amplitude partial discharge terbesar tersebut. Pada kedua tahap tersebut, sensor HFCT dipasang pada posisi grounding yang sama Noise Noise pada trafo dikarenakan adanya fenomena yang disebut magnetostriction. Arti sederhananya adalah jika sebuah lapisan baja diberi medan magnet maka akan membuat lapisan tersebut memuai, namun pada saat medan tersebut dihilangkan, maka lapisan tersebut akan kembali kepada ukuran yang sebenarnya. Adapun alat yang dipakai untuk mengukur tingkat noise yang muncul adalah Sound level meter/noise detector. 36

50 2.2.8 Pengukuran Sound Pressure Level Posisi pengukuran: Jika pada saat pengukuran pendinginan udara (kipas/fan) dimatikan, maka pengukuran dilaksanakan jarak 0,3 m dari permukaan trafo, kecuali untuk alasan keamanan pengukuran dapat dilakukan pada jarak 1 m. Untuk trafo dengan kondisi kipas dinyalakan, jarak pengukuran 2 m dari permukaan trafo. Pada trafo dengan ketinggian tangki kurang dari 2,5 m maka posisi pengukuran dilakukan pada bagian tengah dari ketinggin tangki.untuk trafo dengan tinggi tangki lebih dari 2,5 m maka pengukuran dilakukan pada 2 ketinggian, yaitu sepertiga tinggi dari bawah dan dua pertiga tinggi dari bawah. Titik penempatan mikrofon pada saat pengukuran maksimal berjarak 1 m dengan titik pengukuran yang lain di sekeliling trafo. Minimal pengukuran dilakukan pada 6 titik. Pelaksanaan pengujian dilakukan dalam kondisi trafo sebagai berikut: Trafo beroperasi, peralatan pendingin dan pompa minyak tidak beroperasi Trafo beroperasi, peralatan pendingin dan pompa minyak beroperasi Trafo beroperasi, peralatan pendingin tidak beroperasi dan pompa minyak beroperasi Trafo tidak beroperasi, peralatan pendingin dan pompa minyak beroperasi Pengukuran dilakukan dengan asumsi bahwa background noise tidak berubah. Perhitungan rata-rata sound pressure level: Uncorrected average sound pressure level Average background noise pressure level L pai : data hasil pengukuran N : jumlah pengukuran L bgai : data hasil pengukuran background noise sebelum dan sesudah pengukuran M : jumlah pengukuran Corrected average sound pressure level 37

51 2.3 Shutdown Testing/ Measurement Shutdown testing/ measurement adalah pekerjaan pengujian yang dilakukan pada saat trafo dalam keadaan padam. Pekerjaan ini dilakukan pada saat pemeliharaan rutin maupun pada saat investigasi ketidaknormalan Pengukuran Tahanan Isolasi Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui kondisi isolasi antara belitan dengan ground atau antara dua belitan. Metoda yang umum dilakukan adalah dengan memberikan tegangan dc dan merepresentasikan kondisi isolasi dengan satuan megohm. Tahanan isolasi yang diukur merupakan fungsi dari arus bocor yang menembus melewati isolasi atau melalui jalur bocor pada permukaan eksternal. Pengujian tahanan isolasi dapat dipengaruhi suhu, kelembaban dan jalur bocor pada permukaan eksternal seperti kotoran pada bushing atau isolator. Megaohm meter biasanya memiliki kapasitas pengujian 500, 1000, 2500 atau 5000 V dc. Index Polarisasi Gambar 2-28 Salah satu contoh alat ukur Tahanan Isolasi Tujuan dari pengujian index polarisasi adalah untuk memastikan peralatan tersebut layak dioperasikan atau bahkan untuk dilakukan over voltage test. Indeks yang biasa digunakan dalam menunjukan pembacaan tahanan isolasi trafo dikenal sebagai dielectric absorption, yang diperoleh dari pembacaan berkelanjutan untuk periode waktu yang lebih lama dengan sumber tegangan yang konstan. Pengujian berkelanjutan dilakukan dalam selama 10 menit, tahanan isolasi akan mempunyai kemampuan untuk mengisi kapasitansi tinggi ke dalam isolasi trafo, dan pembacaan resistansi akan meningkat lebih cepat jika isolasi bersih dan kering. Rasio pembacaan 10 menit dibandingkan pembacaan 1 menit dikenal sebagai Polarization Index (PI) atau Indeks Polarisasi (IP). Jika nilai Indeks Polaritas (IP) terlalu rendah ini mengindikasikan bahwa isolasi telah terkontaminasi. Besarnya Indeks Polaritas (IP) dapat dirumuskan sebagai berikut: 38

52 2.3.2 Pengukuran Tangen Delta Isolasi yang baik akan bersifat kapasitif sempurna seperti halnya sebuah isolator yang berada diantara dua elektroda pada sebuah kapasitor. Pada kapasitor sempurna, tegangan dan arus fasa bergeser 90 dan arus yang melewati isolasi merupakan kapasitif. Jika ada defect atau kontaminasi pada isolasi, maka nilai tahanan dari isolasi berkurang dan berdampak kepada tingginya arus resistif yang melewati isolasi tersebut. Isolasi tersebut tidak lagi merupakan kapasitor sempurna. Tegangan dan arus tidak lagi bergeser 90 tapi akan bergeser kurang dari 90. Besarnya selisih pergeseran dari 90 merepresentasikan tingkat kontaminasi pada isolasi. Dibawah merupakan gambar rangkaian ekivalen dari sebuah isolasi dan diagram phasor arus kapasitansi dan arus resistif dari sebuah isolasi. Dengan mengukur nilai I R /I C dapat diperkirakan kualitas dari isolasi. Ir R Ic C Gambar 2-29 Rangkaian ekivalen isolasi dan diagram phasor arus pengujian phasor arus pengujian tangen delta Pengujian Tangen Delta Pada Isolasi Trafo Sistem isolasi trafo secara garis besar terdiri dari isolasi antara belitan dengan ground dan isolasi antara dua belitan.terdapat tiga metode pengujian untuk trafo di lingkungan PT PLN, yaitu metode trafo dua belitan, metode trafo tiga belitan dan metode autotrafo. Titik pengujian trafo dua belitan yaitu: Primer Ground (CH) Sekunder Ground (CL) Primer Sekunder (CHL) Untuk pengujian trafo tiga belitan titik pengujiannya adalah: Primer Ground Sekunder Ground 39

53 Tertier Ground Primer Sekunder Sekunder Tertier Primer Tertier Gambar 2-30 Rangkaian ekivalen isolasi trafo Untuk autotrafo, metode pengujian dilakukan sama dengan metode trafo dua belitan dengan perbedaan dan beberapa pertimbangan yaitu; Sisi HV dan LV pada autotrafo dirangkai menjadi satu belitan yang tidak dapat dipisahkan, sehingga bushing HV, LV dan Netral dijadikan satu sebagai satu titik pengujian (Primer). Sisi Belitan TV dijadikan sebagai satu titik pengujian (Sekunder). Gambar 2-31 Skema rangkaian pengujian tan delta auto trafo Pengujian Tangen Delta Pada Bushing Pengujian tangen delta pada bushing bertujuan untuk mengetahui kondisi isolasi pada C1 (isolasi antara konduktor dengan center tap) dan C2 (isolasi antara center tap dengan Ground). Pengujian hot collar dilakukan untuk mengetahui kondisi keramik. Metode hotcollar hanya digunakan untuk pengujian lanjut atau apabila bushing tidak memiliki tap pengujian. Apabila tap pengujian rusak maka bushing segera diusulkan untuk penggantian. 40

54 Gambar 2-32 Strukur bushing (C1 adalah isolasi antara tap electrode dengan conductor, C2 adalah isolasi antara tap electrode dengan ground) Gambar 2-33 Diagram pengujian tangent delta C1 pada bushing Gambar 2-34 Diagram pengujian tangen delta C2 pada bushing 41

55 Gambar 2-35 Diagram pengujian tangent delta hot collar pada bushing Pengukuran SFRA (Sweep Frequency Response Analyzer) SFRA adalah suatu metode untuk mengevaluasi kesatuan struktur mekanik dari inti, belitan dan struktur clamping pada trafo dengan mengukur fungsi transfer elektrik terhadap sinyal bertengangan rendah dalam rentang frekuensi yang lebar. SFRA merupakan metode komparatif, yaitu evaluasi kondisi trafo dilakukan dengan membandingkan hasil pengukuran terbaru terhadap referensi. SFRA dapat mendeteksi: Gambar 2-36 Wiring pengujian SFRA - Deformasi belitan (Axial dan Radial seperti hoop buckling, tilting dan spiraling) - Pergeseran antar belitan 42

56 - Partial Winding Collapse - Lilitan yang terhubung singkat atau putus - Kegagalan pentanahan pada inti atau screen - Pergerakan inti - Kerusakan struktur clamping - Permasalahan pada koneksi internal Gambar di bawah menunjukkan contoh dimana SFRA dapat mendiagnosa sebuah short turn dalam sebuah trafo step up generator. Dalam kasus ini, respons salah satu fasa sangat berbeda terhadap dua fasa yang lain yang mengindikasikan terjadi short turn. Gambar 2-37 Short turn satu fasa pada trafo generator Pengujian SFRA merupakan pengujian lanjutan apabila terjadi hal-hal sebagai berikut, antara lain: Sebelum dan setelah transportasi, gempa dan gangguan hubung singkat yang besar Ratio Test Tujuan dari pengujian ratio belitan pada dasarnya untuk mendiagnosa adanya masalah dalam antar belitan dan seksi seksi sistem isolasi pada trafo. Pengujian ini akan mendeteksi adanya hubung singkat antar lilitan, putusnya lilitan, maupun ketidaknormalan pada tap changer. Metoda pengujiannya adalah dengan memberikan tegangan variabel pada sisi HV dan melihat tegangan yang muncul pada sisi LV. Dengan membandingkan tegangan sumber dengan tegangan yang muncul maka dapat diketahui ratio perbandingannya. Pengujian dapat dilakukan dengan menggunakan alat Transformer Turn Ratio Test. 43

57 Gambar 2-38 Salah satu contoh alat Uji Ratio Test Pengukuran Tahanan DC (Rdc) Pengujian tahanan dc dimaksudkan untuk mengukur nilai resistif (R) dari belitan dan pengukuran ini hanya bisa dilakukan dengan memberikan arus dc (direct current) pada belitan. Oleh karena itu pengujian ini disebut pengujian tahanan dc. Pengujian tahanan dc dilakukan untuk mengetahui kelayakan dari koneksi koneksi yang ada di belitan dan memperkirakan apabila ada kemungkinan hubung singkat atau resistansi yang tinggi pada koneksi di belitan. Pada trafo tiga fasa proses pengukuran dilakukan pada masing masing belitan pada titik fasa ke netral. Alat uji yang digunakan untuk melakukan pengukuran tahanan dc adalah micro ohmmeter atau jembatan wheatstone. Micro ohmmeter adalah alat untuk mengukur nilai resistif dari sebuah tahanan dengan orde μω (micro ohm) sampai dengan orde Ω (ohm). Gambar 2-39 Contoh Micro Ohmmeter Alat lainnya yang digunakan adalah jembatan wheatstone yang umumnya dipakai pada trafo trafo berdaya rendah. Pada alat ini terdiri dari sebuah galvanometer, 2 buah tahanan yang nilainya tetap (R1 & R2) dan sebuah tahanan yang nilainya variable dengan lokasi berseberangan dengan tahanan belitan yang akan diuji (Rx). 44

58 Gambar 2-40 Rangkaian jembatan Wheatstone Dengan memposisikan nilai dari tahanan variable sampai nilai pada galvanometer menunjukan nilai nol (arus seimbang, dimana nilai Rx sama dengan nilai tahanan variable), dapat diketahui berapa nilai pasti dari tahanan belitan yang diukur. R T S R T S Gambar 2-41 Skema rangkaian pengujian tahanan dc dengan micro ohmmeter R T S R T S Gambar 2-42 Skema rangkaian pengujian tahanan dc dengan jembatan wheatstone 45

59 2.3.6 HV Test Pengujian HV test dilakukan dengan tujuan untuk meyakinkan bahwa ketahanan isolasi trafo sanggup menahan tegangan. Isolasi yang dimaksud adalah isolasi antara bagian aktif (belitan) terhadap ground, koneksi-koneksi terhadap ground dan antara belitan satu dengan yang lainnya. Secara umum ada dua jenis pengujian HV test,applied voltage test dan induce voltage test. Applied voltage test berarti menghubungkan objek uji langsung dengan sumber tegangan uji. Gambar 2-43 Prinsip dan rangkaian pengujian applied voltage test Induce voltage test berarti objek uji akan mendapatkan tegangan uji melalui proses induksi. Gambar 2-44 Rangkaian pengujian induce voltage test Berdasarkan standar IEC, pelaksanaan pengujian HV test dapat dilengkapi dengan pengujian Partial discharge (PD) untuk mengetahui kondisi isolasi trafo pada saat mendapat stress tegangan. 46

60 Tabel 2-1 Rekomendasi pengujian PD pada pelaksanaan induce test Three phase transformer Single phase transformer Category of winding Higest voltage for equipment Um (Kv) ACLD ACSD ACLD ACSD Single phase (Phase to earth test) Three-phase Phase to phase test Single-phase. Phase to earth test < 72.5 Routine test Routine test Uniform Insulation 72.5 < Um < < Um <300 Routine test with PD Routine test with PD Routine test with PD Routine test with PD > 300 Routine test with PD Routine test with PD 72.5 < Um < 170 Routine with PD test Routine test with PD Routine test with PD Non Uniform Insulation 170 < Um < 300 Routine test with PD Routine test with PD > 300 Routine test with PD Routine test with PD Besarnya tegangan uji dan lamanya proses pengujian telah diatur pada standar IEC Untuk peralatan yang sudah beroperasi di lapangan atau trafo yang sudah dilakukan perbaikan, maka tegangan pengujian yang dilakukan adalah sebesar 80% dari standar. Gambar 2-45 Besar dan durasi waktu pelaksanaan induce test Dimana: A = B = E 5 menit C = 120 * f r / f p (sec), akan tetapi harus 15 detik f r = frekuensi rated peralatan, f p = frekuensi pengujian 47

61 Ustart < 1/3*U2 ACSD: D = 5 Menit U2 = 1.3Um (phase to phase) = 1.3Um / 3 (phase to earth) Up (Lihat Annex D, tabel D.1 pada IEC ) Tabel 2-2 Tegangan Pengujian Induce Test (Tabel D.1 pada IEC ) 48

62 ACLD: D = 60 menit untuk Um > 300 kv D = 30 menit untuk Um < 300 kv U2 = 1.5Um / 3 (phase to earth) U1 = 1.7Um / 3 (phase to earth) Sebuah sistem alat uji HV test terdiri dari beberapa bagian yang terintegrasi. Gambar 2-46 Sistem Alat Uji HV Test Pengukuran Kadar Air Pada Kertas Apabila persentasi saturasi air dalam minyak menunjukkan isolasi kertas dalam kondisi cukup basah atau lebih buruk, maka perlu dilakukan pengujian kadar air dalam kertas (dijelaskan pada Bab 3). Kelembaban pada isolasi padat di belitan trafo dapat diketahui dengan menggunakan metode-metode sebagai berikut: a. Metode Polarization Depolarization Current (PDC) Pengujian dengan metode ini dilakukan dengan mengaplikasikan tegangan DC pada isolasi trafo pada periode waktu tertentu lalu diukur arus polarisasinya. Kemudian isolasi dihubung singkat pada waktu yang variable dan arus diukur lagi (depolarization current). Metode diagnostic dielektrik menghitung kelembaban pada kertas atau pressboard dari arus polarisasi dan depolarisasi yang dikur pada selang waktu tertentu. b. Metode Frequency Domain Spectroscopy (FDS) Prinsip pengujian dengan metode ini hampir sama dengan pengujian Capacitance dan Dissipation/ Power Factor. Perbedaannya adalah dalam pengujian ini digunakan frekuensi yang bermacam-macam, biasanya antara Hz hingga 1000 Hz seperti ditunjukkan grafik di bawah ini. 49

63 Gambar 2-47 Grafik Pengukuran Kadar Air dalam kertas Pengukuran Arus Eksitasi Arus eksitasi trafo merupakan arus trafo yang terjadi ketika tegangan diberikan pada terminal primer dengan terminal sekunder terbuka. Arus eksitasi juga dikenal sebagai pengujian no load atau arus magnetisasi trafo. Pengujian arus eksitasi mampu mendeteksi adanya permasalahan pada belitan seperti hubung singkat atau belitan yang terbuka, sambungan atau kontak buruk, permasalahan pada inti dan sebagainya. Pengujian ini merupakan pengujian lain yang bisa dilakukan menggunakan alat uji Power Factor. Pada pengujian ini, tegangan diberikan pada belitan primer dan belitan yang lain terbuka Pengujian OLTC a. Continuity Test Pengujian ini memanfaatkan Ohmmeter yang dipasang serial dengan belitan primer trafo. Setiap perubahan tap/ratio, nilai tahanan belitan diukur. Nilai tahanan belitan primer pada saat terjadi perubahan ratio tidak boleh terbuka (open circuit). b. Dynamic Resistance Pengukuran dynamic Resistance dilakukan untuk mengetahui ketidaknormalan kerja pada OLTC khususnya yang berkaitan dengan kontak diverter maupun selektor switch. c. Pengukuran Tahanan Transisi dan Ketebalan Kontak Diverter Switch Pengukuran tahanan transisi dan ketebalan kontak dilakukan untuk memastikan resistor masih tersambung dan nilai tahanannya masih memenuhi syarat. 50

64 Pengujian Rele Bucholz Rele bucholz menggunakan kombinasi limit switch dan pelampung dalam mendeteksi ketidaknormalan di trafo. Oleh karena itu perlu dipastikan limit switch dan pelampung tersebut masih berfungsi dengan baik. Indikasi alarm yang diinformasikan dari rele ke ruang kontrol disampaikan melalui kabel kontrol. Pengujian rele bucholz juga ditujukan untuk memastikan kondisi kabel kontrol masih dalam kondisi baik sehingga mala kerja rele yang berakibat pada kesalahan informasi dapat dihindari. Item-item pelaksanaan pemeliharaan Rele Bucholz adalah sebagai berikut: Lepas terminasi kabel untuk kontak Alarm, kontak Trip, dan Common dikontrol panel dan diberi tagging supaya tidak keliru pada saat memasang kembali. Pastikan kontak Alarm, kontak Trip, dan Common sudah lepas dengan mengukur tahanannya terhadap Ground Hubungkan probe alat uji tahanan isolasi dengan tegangan uji 500 V ke terminal kontak relai Bucholz di kontrol panel Ukur tahanan isolasi kontak (fasa-fasa) dan pilih yang terkecil nilainya dari o Alarm Common o Trip Common o Alarm Trip Ukur tahanan isolasi pengawatan (fasa-ground) dan pilih yang terkecil nilainya dari o Alarm Ground o Trip Ground o Common Ground Hasil ujinya harus mempunyai nilai R > 2MΩ Pengujian Rele Jansen Sama halnya dengan rele bucholz, indikasi alarm dari rele jansen yang diinformasikan ke ruang kontrol disampaikan melalui kabel kontrol. Pengujian rele jansen ditujukan untuk memastikan kondisi kabel kontrol masih dalam kondisi baik sehingga mala kerja rele yang berakibat pada kesalahan informasi dapat dihindari. 51

65 Item item pelaksanaan pemeliharaan Rele Jansen adalah sebagai berikut: Pada terminal blok, lakukan cek kontinuity dengan AVO meter pada terminal ukur untuk memastikan posisi dari terminal common dan kontak NO. Sebelumnya, pastikan katup penggerak pada posisi normal. Ukur tahanan isolasi kontak (NO) dengan cara menghubungkan probe alat uji tahanan isolasi (tegangan uji 500 V) ke kontak NO dan Common pada terminal ukur relai jansen. Mengukur tahanan isolasi terminal ukur untuk Phasa-Phasa dan Phasa- Ground. Mengukur tahanan isolasi pengawatan. Hasil ujinya harus mempunyai nilai sebesar R > 2MΩ Gambar 2-48 Terminal pada rele jansen Pengujian Sudden Pressure Rele sudden pressure ini didesain sebagai titik terlemah saat tekanan didalam trafo muncul akibat gangguan. Dengan menyediakan titik terlemah maka tekanan akan tersalurkan melalui sudden pressure dan tidak akan merusak bagian lainnya pada maintank. Untuk menjaga kesiapan kerja rele sudden pressure maka dilakukan pemeliharaan dengan item-item sebagai berikut: Membuka terminal kontak microswitch. Lakukan cek kontinuity dengan AVO meter pada terminal kontak untuk memastikan posisi kontak NO. Hubungkan probe alat uji tahanan isolasi dengan tegangan uji 500 V ke terminal kontak pada relai sudden pressure. Mengukur tahanan isolasi kontak untuk Phasa - Phasa dan Phasa - Ground (serta tahanan isolasi pengawatan). Catat hasil pengukuran pada blanko yang telah disiapkan. 52

66 Hasil ujinya harus mempunyai nilai sebesar R > 2MΩ. Gambar 2-49 Rele Sudden Pressure Kalibrasi Indikator Suhu Kondisi sistem isolasi trafo akan terpengaruh dengan kondisi suhu operasi trafo. oleh karena itu sangatlah penting untuk mengetahui besaran real suhu operasi dari trafo tersebut. Indikator yang digunakan untuk mendeteksi suhu tersebut adalah dengan menggunakan thermal sensor yang disentuhkan dengan suhu minyak bagian atas. Untuk memastikan bahwa suhu yang dideteksi sensor adalah akurat maka dilakukan proses kalibrasi sensor suhu tersebut. Gambar 2-50 Lokasi sensor suhu top oil Proses kalibrasi yang dilakukan adalah dengan membandingkan pembacaan sensor suhu tersebut dengan pembacaan thermometer standar pada saat kedua alat pembaca suhu itu dipanaskan dengan suhu yang sama. Apabila terdapat deviasi atau perbedaan penunjukan maka akan dilakukan penyesuaian penunjukan pada indikator sensor suhu. 53

67 Gambar 2-51 Indikator suhu minyak top oil Alat yang digunakan adalah sebuah wadah / kotak yang terdiri dari sebuah heater yang suhunya telah diatur dengan menggunakan microprocessor sehingga dapat di tentukan sesuai kebutuhan. Gambar 2-52 Variable setting heater tampak atas Dimana: 1. Saklar utama 2. Fuse 3. Terminal power supply 4. Display suhu yang terbaca 5. Display setting suhu 6. Tombol setting 7. Lampu indikasi kerja elemen 8. Terminal sensor suhu (thermocouple) 54

68 9. plug untuk sensor suhu minyak 10. Lubang bantu Gambar 2-53 Komponen Variable setting heater Dimana: A = Sensor suhu minyak B = Sensor suhu Standar (thermometer) C = Elemen Pemanas D = Kipas sirkulasi E = Kipas sirkulasi Motor Kipas Pendingin Motor kipas pendingin merupakan salah satu mesin listrik yang didalam fungsinya menggunakan prinsip elektrodinamis. Bagian bagian yang perlu dipelihara dalam menjaga kinerja motor tersebut adalah belitan, isolasi, terminal dan bearing. Untuk mengetahui baik tidaknya kondisi belitan motor dilakukan pengukuran tahanan DC dari belitan tersebut dengan menggunakan Ohm meter. Untuk memastikan bahwa sambungan dari sumber tegangan ke belitan tidak terputus dilakukan pengukuran tegangan pada terminal motor. 55

69 Gambar 2-54 Pengukuran tegangan pada terminal motor Untuk mengetahui keseimbangan tahanan belitan antar fasa dilakukan pengukuran arus pada ketiga fasanya dan dibandingkan. Gambar 2-55 Pengukuran arus pada terminal motor Untuk mengetahui bahwa putaran motor tersebut memenuhi spesifikasi yang terpasang pada nameplate dilakukan pengukuran kecepatan motor dengan menggunakan tachometer. Gambar 2-56 Pengukuran kecepatan putaran motor 56

70 Tahanan NGR Neutral grounding resistor berfungsi sebagai pembatas arus dalam saluran netral trafo. Agar NGR dapat berfungsi sesuai desainnya perlu dipastikan bahwa nilai tahanan dari NGR tersebut sesuai dengan spesifikasinya dan tidak mengalami kerusakan. Untuk mengukur nilai tahanan NGR dilakukan dengan menggunakan voltage slide regulator, voltmeter dan amperemeter. Pada prinsipnya NGR akan diberikan beda tegangan pada kedua kutubnya dan dengan memanfaatkan pengukuran arus yang mengalir pada NGR dapat diketahui nilai tahanannya. Gambar 2-57 Voltage slide regulator dan kabel Gambar 2-58 Voltmeter Gambar 2-59 Amperemeter (Tang Ampere) 57

71 Dengan memanfaatkan rumus R = V / I, dimana R adalah tahanan, V adalah tegangan dan I adalah arus maka nilai tahanan dari NGR dapat ditentukan Fire Protection Kegagalan fungsi dari sistem isolasi trafo dapat menyebabkan gangguan pada trafo itu sendiri. Kegagalan isolasi tersebut dapat berdampak pada terbakarnya trafo dikarenakan besarnya energi gangguan yang menyebabkan suhu tinggi yang melewati titik bakar sistem isolasi (minyak dan kertas). Untuk meminimalisir / mengeliminasi dampak gangguan yang berpotensi membakar trafo, dilengkapilah trafo tersebut dengan fire protection. Prinsip dasar sebuah sistem fire protection adalah dengan menguras dan memutar minyak trafo dengan menggunakan aliran gas nitrogen (N 2 ) yang bersifat tidak terbakar. Secara garis besar sistem fire protection terdiri dari beberapa bagian yaitu shutter, detektor, control box, dan kabinet. Shutter berfungsi untuk menghentikan aliran minyak dari konservator trafo dan dipasang pada pipa penghubung antara konservator dengan tangki trafo. Gambar 2-60 Shutter Detektor berfungsi untuk mendeteksi kenaikan suhu akibat adanya kebakaran. Detektor dipasang pada plat tutup tangki trafo bagian atas (dekat bushing 150 kv) Gambar 2-61 Contoh detektor fire protection 58

72 Kontrol box berfungsi untuk mengatur bekerjanya sistem pemadam kebakaran dan tempat dipasangnya lampu-lampu indikator. Kontrol box dipasang didalam ruang kontrol (Control room). Gambar 2-62 Contoh kontrol box fire protection Kabinet Berfungsi sebagai tempat memasang peralatan sistem pemadam kebakaran seperti tabung gas nitrogen, regulator tekanan, drain valve, bandul pembuka katup 1 dan 2 pressostat, solenoid dan wiring lainnya. Kabinet ini dipasang pada sel trafo di switchyard. Gambar 2-63 Contoh kabinet fire protection Proses pembukaan valve valve pada sistem fire protection saat melakukan pengamanan trafo dari kemungkinan kebakaran dilakukan secara mekanis dan elektris. 59

73 Gambar 2-64 Rangkaian umum sistem fire protection Proses pengamanan trafo dari kemungkinan terbakar adalah sebagai berikut: 1. Pada saat terjadi kebakaran didalam tangki trafo maka lapisan minyak yang mencapai titik nyala adalah lapisan yang paling atas. 2. Seketika itu pula sistem pemadam kebakaran bekerja, mentripkan PMT dan dan membuka katup drain untuk membuang sebagian minyak. Pada saat ini aliran minyak pada konservator akan mengalir lebih deras sehingga mengaktifkan shutter dan menghentikan aliran dari konservator tersebut. Gambar 2-65 Fire Protection 60

74 3. Pada saat itu juga gas nitrogen dialirkan melalui Nozle didasar tangki trafo dengan gerakan memutar mengaduk seluruh isi minyak trafo. Gerakan ini dimaksudkan agar suhu seluruh minyak trafo turun dibawah titik nyalanya. Pada akhirnya seluruh permukaan minyak trafo tertutup oleh gas nitrogen yang masih mengalir Gambar 2-66 Proses pengamanan Fire Protection (masuknya N2) Hal yang harus dilakukan dalam rangka memastikan kesiapan kerja fire protection ini adalah dengan mengukur tekanan N Shutdown Function Check Shutdown function check adalah pekerjaan yang bertujuan menguji fungsi dari rele-rele proteksi maupun indikator yang ada pada trafo. Item - item yang harus diperiksa pada saat inspeksi dan pengujian fungsi adalah sebagai berikut: Rele Bucholz Pengujian pada rele bucholz dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya kebocoran dan kenormalan dari fungsi pada rele tersebut. Parameter pengukuran dan pengujian fungsi rele bucholz adalah sebagai berikut: 1. Uji mekanik, dengan menekan tombol test setelah covernya dilepas 2. Uji pneumatik, dengan memompakan udara pada valve test sampai udara mengisi ruang bucholz dan merubah posisi bola pelampung. Buanglah udara setelah pengujian melalui sarana venting. 61

75 Keterangan: 1. Tombol uji mekanik 2. Valve untuk uji pneumatik Gambar 2-67 Bagian dalam rele bucholz Rele Jansen Pelaksanaan uji fungsi rele jansen adalah sebagai berikut: Hubungkan kembali kabel yang telah dilepas pada terminal ukur (sesuai tanda yang diberikan). Pastikan koneksi sudah benar. Kerjakan relai jansen dengan mendorong katup penggerak relai Jansen atau menekan tombol tes/control. Pantau kondisi indikator trip. Untuk me-reset, tekan tombol reset pada relai Jansen kemudian reset di kontrol panel. Gambar 2-68 Bagian dalam rele jansen 62

76 2.4.3 Rele Sudden Pressure Hubungkan kabel kontrol ke terminal kontak relai sudden pressure Kerjakan relai sudden pressure (dengan menekan tuas relai sudden pressure ke posisi trip) Amati indikasi trip pada Marshaling Kios atau Kontrol Panel Catat hasil penunjukan indikator pada blanko yang telah disiapkan Untuk me-reset, harus dilakukan pada relai terlebih dahulu baru reset di kontrol panel Gambar 2-69 Tuas rele sudden pressure Rele thermal Pengujian function test rele-rele thermis hanya dapat dilakukan dengan cara simulasi kontak dengan cara menghubung singkat kontak yang ada pada rele thermis untuk indikasi alarm dan trip (PMT sisi primer dan sekunder), jika tidak trip maka harus diperbaiki terlebih dahulu sebelum dioperasikan Oil Level Pengujian function test oil level konservator hanya dapat dilakukan dengan cara simulasi kontak dengan menghubung singkat kontak yang ada pada oil level konservator untuk indikasi alarm low oil level dan high oil level, jika alarm tidak menyala maka harus diperbaiki terlebih dahulu sebelum dioperasikan. 2.5 Treatment Treatment merupakan tindakan korektif yang dilakukan berdasarkan hasil in service inspection, in service measurement, shutdown measurement dan shutdown function check. 63

77 2.5.1 Purification/ Filter Proses purification/ filter ini dilakukan apabila berdasarkan hasil kualitas minyak diketahui bahwa pengujian kadar air dan tegangan tembus berada pada kondisi buruk Reklamasi Hampir sama dengan proses purification/ filter, proses reklamasi dilengkapi dengan melewatkan minyak pada fuller earth yang berfungsi untuk menyerap asam dan produkproduk oksidasi pada minyak. Reklamasi dilakukan apabila berdasarkan hasil kualitas minyak diketahui bahwa pengujian kadar asam berada pada kondisi buruk Ganti Minyak Penggantian minyak dilakukan berdasarkan rekomendasi hasil pengujian kualitas minyak dan diperhitungkan secara ekonomis Cleaning Merupakan pekerjaan untuk membersihkan bagian peralatan/ komponen yang kotor. Kotornya permukaan peralatan listrik khususnya pada instalasi tegangan tinggi dapat mengakibatkan terjadinya flash over pada saat operasi atau mengganggu konektivitas pada saat pengukuran. Adapun alat kerja yang dipakai adalah majun, lap, aceton, deterjen, sekapen hijau, vacuum cleaner, minyak isolasi trafo. Gambar 2-70 Proses pembersihan (cleaning) NGR Tightening Vibrasi yang muncul pada trafo dapat mengakibatkan baut - baut pengikat kendor. Pemeriksaan secara periodik perlu dilakukan terhadap baut - baut pengikat. Peralatan kerja yang diperlukan dalam melakukan pekerjaan ini adalah kunci - kunci. Pelaksanaan 64

78 tightening atau pengencangan harus dilakukan dengan menggunakan kunci momen dengan nilai yang sesuai dengan spesifikasi peralatan Replacing Parts Merupakan tindakan korektif yang dilakukan untuk mengganti komponen transformer akibat kegagalan fungsi ataupun berdasarkan rekomendasi pabrikan Greasing Akibat proses gesekan dan suhu, grease - grease yang berada pada peralatan dapat kehilangan fungsinya. Untuk mengembalikan fungsinya dilakukan penggantian grease / greasing. Penggantian grease harus sesuai dengan spesifikasi grease yang direkomendasikan pabrikan. Adapaun jenis jenis grease berdasarkan jenisnya adalah sebagai berikut: Ceramic/ glass cleaner grease grease yang digunakan untuk membersihkan isolator yang berbahan dasar keramik atau kaca. Roller bearing grease (Spray type) grease yang digunakan pada kipas trafo dan sambungan tuas penggerak OLTC Electrical jointing compound / contact grease grease yang digunakan pada terminal grounding dan bushing Minyak pelumas SAE 40 pelumas yang digunakan pada gardan penggerak OLTC 3 ANALISA HASIL PEMELIHARAAN DAN REKOMENDASI 3.1 Analisa Hasil Inspeksi (In Service Inspection) Tabel 3-1 Evaluasi dan rekomendasi in service inspection SUBSISTEM PERIODE ITEM PEKERJAAN KONDISI TINDAK LANJUT 2 Mingguan / Bulanan suhu maintank ada hotspot analisa lebih lanjut sistem dielektrik Mingguan kondisi maintank silicagel berubah > 50 % penggantian silicagel Mingguan kondisi silicagel oltc berubah > 50 % penggantian silicagel struktur mekanik triwulan Triwulan kondisi maintank kebocoran Bocor Rembes pemeriksaan minyak pemeriksaan minyak rembesan rembesan 65

79 SUBSISTEM PERIODE ITEM PEKERJAAN KONDISI TINDAK LANJUT Tahunan bunyi pada maintank tidak normal analisa lebih lanjut Triwulan keberadaan engkol tidak ada pengadaan/pemasangan baru Tahunan Kendor pengencangan baut Tahunan grounding panel utama Korosi pembersihan dan pengecatan / pelapisan anti korosi (karat) Tahunan Lepas pengencangan baut Tahunan Rantas Perbaikan Tahunan Kendor pengencangan baut Tahunan grounding panel oltc Korosi pembersihan dan pengecatan / pelapisan anti korosi (karat) Tahunan Lepas pengencangan baut Tahunan Rantas Perbaikan Bulanan Kendor penggantian pemasangan baru dan Bulanan Korosi Pembersihan kondisi rel 20 kv outdoor Bulanan Kotor Pembersihan Bulanan tidak dimonitor dapat penggantian pemasangan baru dan Bulanan kondisi terminasi 20 kv Korosi pembersihan dan pengecatan/pelapisan anti korosi (karat) Bulanan Panas pengencangan baut 2 tahunan aus atau retak kondisi as penggerak & kopling 2 tahunan Korosi penggantian pemasangan baru dan pembersihan dan pengecatan/pelapisan anti korosi (karat) 2 tahunan aus atau retak penggantian pemasangan baru dan kondisi roda gigi penggerak 2 tahunan Korosi pembersihan dan pengecatan/pelapisan anti korosi (karat) 66

80 SUBSISTEM PERIODE ITEM PEKERJAAN KONDISI TINDAK LANJUT pembersihan bangkai dan penutupan lubang yang Kondisional berpotensi dimasuki bau bangkai kondisi bau didalam binatang panel utama Kondisional bau terbakar analisa lebih lanjut Bulanan kebersihan panel utama Kotor pembersihan panel dan perbaikan heater triwulan Hilang penggantian karet pintu panel triwulan kondisi karet seal pintu panel utama Putus penggantian karet pintu panel proteksi triwulan tidak elastis penggantian karet pintu panel triwulan kondisi motor kipas (bila status off, nyalakan secara manual) tidak dapat dinyalakan Perbaikan / penggantian motor kipas triwulan kondisi motor sirkulasi minyak (bila status off, nyalakan secara manual) tidak dapat dinyalakan Perbaikan / penggantian motor pompa Kondisional status mcb motor kipas Off analisa lebih lanjut Kondisional status mcb motor pompa sirkulasi Off analisa lebih lanjut sistem pendingin pemadaman triwulan Kotor kondisi kontaktor fan pembersihan kipas triwulan Panas Perbaikan dan triwulan kondisi radiator Korosi pembersihan dan pengecatan / pelapisan anti korosi (karat) triwulan Kotor Pembersihan triwulan tegangan suplai motor kipas & sirkulasi tidak sesuai Perbaikan Kondisional status mcb motor kipas off analisa lebih lanjut 2 Mingguan / Bulanan suhu radiator tidak normal (salah satu kisi berbeda pola suhu) Perbaikan bushing Harian kebocoran bushing bocor pemeriksaan minyak rembesan 67

81 SUBSISTEM PERIODE ITEM PEKERJAAN KONDISI TINDAK LANJUT Harian rembes pemeriksaan minyak rembesan Harian maksimum analisa lebih lanjut Harian level indikator bushing minimum pemeriksaan minyak rembesan 2 Mingguan / Bulanan suhu body bushing ada hotspot analisa lebih lanjut Bulanan flek Pembersihan Bulanan kotor Pembersihan Bulanan kondisi isolator bushing pecah penggantian pemasangan baru dan Bulanan retak penggantian pemasangan baru dan Bulanan kondisi bushing sambungan korosi pemadaman dan pembersihan korosi (karat) triwulan hilang penggantian karet pintu panel triwulan kondisi karet seal pintu panel oltc putus penggantian karet pintu panel regulator tegangan changer) (tap triwulan tidak elastis penggantian karet pintu panel Bulanan Bulanan kebocoran oltc bocor rembes pemeriksaan minyak pemeriksaan minyak rembesan rembesan Bulanan kendor pengencangan baut ngr Bulanan grounding ngr korosi pembersihan dan pengecatan / pelapisan anti korosi (karat) Bulanan lepas pengencangan baut Bulanan rantas Perbaikan Bulanan level elektrolit ngr tidak normal penambahan elektrolit cairan terminasi triwulan terminasi kabel dalam korosi Penggantian triwulan panel utama panas pengencangan terminasi 68

82 SUBSISTEM PERIODE ITEM PEKERJAAN KONDISI TINDAK LANJUT triwulan terminasi kabel dalam korosi Penggantian triwulan panel oltc panas pengencangan terminasi 3.2 Analisa Hasil Inspeksi (In Service Measurement) Thermovisi Tabel 3-2 Evaluasi dan rekomendasi thermovisi No Lokasi Kondisi Rekomendasi 1 Maintank Pola Gradien suhu Maintank Normal - Tidak Normal Uji DGA Review desain 2 OLTC Pola Gradien suhu tanki Normal - Tidak Normal Uji DGA 3 Radiator Pola Gradien suhu Radiator Normal - Tidak Normal Check valve radiator dan kebersihan 4 Bushing Perbandingan suhu antar fasa 1 o C 3 o C Dimungkinkan ada ketidaknormalan, perlu investigasi lanjut 4 o C 15 o C Mengindikasikan adanya defesiensi, perlu dijadwalkan perbaikan. >16 o C Ketidaknormalan Mayor, perlu dilakukan perbaikan segera Suhu Maksimum kepala bushing > 90 o C Lakukan investigasi penyebab o C dibandingkan suhu lingkungan pada beban nominal 69

83 Klem Data Tambahan yang diperlukan untuk evaluasi hasil thermovisi adalah: Beban saat pengukuran dan Beban tertinggi yang pernah dicapai (dalam Ampere). Selanjutnya dihitung selisih ( ) antara suhu konduktor dan klem dengan mengunakan rumus berikut: T max = (I max /I beban) 2 x T Dimana: T max I max I beban T : Selisih suhu saat beban tertinggi : Beban tertinggi yang pernah dicapai : Beban saat pengukuran : Selisih suhu konduktor dan klem reaktor Tabel 3-3 Evaluasi dan rekomendasi thermovisi klem No T Rekomendasi o Kondisi normal, pengukuran berikutnya 1. <10 dilakukan sesuai jadwal o -25 o Perlu dilakukan pengukuran satu bulan lagi o -40 o Perlu direncanakan perbaikan o -70 o Perlu dilakukan perbaikan segera 5. >70 o Kondisi darurat DGA Analisa hasil pengujian DGA mengacu pada standar IEEE C tahun 2008 dan IEC tahun 2007.Diagram alir analisa hasil pengujian DGA dengan menggunakan standar IEEE C adalah seperti pada gambar

84 . Gambar 3-1 Diagram alir analisa hasil pengujian DGA Interpretasi dari IEEE C Hasil pengujian DGA dibandingkan dengan nilai batasan standar untuk mengetahui apakah trafo berada pada kondisi normal atau ada indikasi kondisi 2, 3 atau 4. Nilai batasan standar adalah sebagai berikut: Tabel 3-4 Klarifikasi konsentrasi gas terlarut (dissolved gas) IEEE C Batas konsentrasi key gas terlarut (dissolved key gas) [μl/l (ppm)] Status Hidrogen (H 2) Metana (CH 4) Asetilen (C 2H 2) Etilen (C 2H 4) Etane (C 2H 6) Karbon monoksida (CO) Karbon dioksida (CO 2) TDCG * Cond Cond Cond Cond 4 >1800 >1000 >35 >200 >150 >1400 > >4630 Catatan 1: Jika pernah dilakukan analisa DGA sebelumnya, maka hasil analisa tersebut harus direview juga untuk melihat apakah hasil analisa stabil, tidak stabil atau meragukan. Pengujian ulang dapat direkomendasikan jika dipandang perlu. Catatan 2: Hasil analisa gas yang diperoleh dari beberapa laboratorium dapat berbeda * : Nilai TDCG tidak termasuk CO 2 yang bukan merupakan jenis gas combustible 71

85 Analisa lanjutan hasil pengujian DGA digambarkan sebagai berikut: Gambar 3-2 Flow chart tindak lanjut berdasarkan hasil pengujian DGA Pada gambar di atas dapat diketahui bahwa: - apabila hasil uji DGA (DCG selain CO) menunjukkan kondisi normal, perlu dilihat kondisi gas CO. Apabila gas CO minimal berada pada kondisi 3 berdasarkan - Tabel 3-4. perlu dilakukan pengujian kadar asam dan IFT untuk mengetahui pemburukan isolasi kertas akibat hidrolisa isolasi kertas dan oksidasi minyak isolasi. - apabila hasil uji DGA (DCG selain CO) menunjukkan kondisi sedang atau buruk, perlu dilakukan tindak lanjut berupa pengujian ulang untuk melihat trend serta investigasi penyebab dan rekomendasi tindak lanjut sesuai act based TDCG. Apabila gas CO minimal berada pada kondisi 3 berdasarkan - Tabel 3-4, perlu dilakukan pengujian furan sebelum tindak lanjut berupa pengujian ulang untuk melihat trend maupun investigasi penyebab dan rekomendasi tindak lanjut sesuai act based TDCG. Apabila nilai salah satu gas ada yang memasuki kondisi 2, maka lakukan pengujian ulang untuk mengetahui peningkatan pembentukan gas. Berdasarkan hasil pengujian dapat dilakukan investigasi kemungkinan terjadi kelainan dengan metoda key gas, ratio (Roger dan Doernenburg) dan duval. 72

86 Relative Proportion (%) Relative Proportion (%) Relative Proportion (%) TRAFO TENAGA Rasio CO 2 /CO dan kandungan CO Nilai CO 2 / CO < 3 merupakan indikasi gangguan di kertas pada temperatur C (termasuk arcing) dimana kertas terdegradasi sangat cepat bahkan terjadi karbonisasi. Nilai rasio CO2 / CO > 10 juga merupakan indikasi gangguan termal di kertas pada temperatur < 150 C, temperatur tersebut berdampak pada penuaan kertas jangka panjang dan mengurangi umur trafo. Nilai rasio CO 2 / CO < 3atau kandungan CO pada kondisi 3 (>571ppm) mengindikasikan perlu tindak lanjut pengujian furan untuk mengetahui kondisi isolasi kertas. Key Gases (IEEE C ) 1. Thermal Oil: Dekomposisi produk termasuk ethylene dan methane dengan sedikit kuantitas hitrogen dan ethane. Tanda keberadaan acetylene mungkin terbentuk jika fault yang terjadi parah atau diikuti dengan kontrak elektrik Gas dominan: Ethylene Overheated Oil CO H2 CH4 C2H6 C2H4 C2H2 Gas 2. Thermal Selulosa: Sejumlah karbon dioksida dan karbon monoksida terlibat akibat pemanasan selulosa. Gas hidrokarbon, seperti metana dan ethylene akan terbentuk jika fault melibatkan struktur minyak. Gas dominan: Karbon monoksida Overheated Seulosa 92 CO H2 CH4 C2H6 C2H4 C2H2 Gas 3. Electrical Partial Discharge: Discharge elektrik tenaga rendah menghasilkan hydrogen dan metana dengan sedikit kuantitas ethane dan ethylene. Jumlah yang sebanding antara karbon monoksida dan karbon dioksida mungkin dihasilkan dari discharge pada selulosa. Gas dominan: Hidrogen Corona in Oil CO H2 CH4 C2H6 C2H4 C2H2 Gas 73

87 Relative Proportion (%) TRAFO TENAGA 4. Electrical -Arching: Sejumlah hidrogen dan acetylene terproduksi dan sejumlah methane dan ethylene. Karbon dioksida dan karbon monoksida akan selalu dibentuk jika melibatkan fault selulosa. Minyak mungkin terkarbonisasi. Gas dominaan: Acetylene Arcing in Oil CO H2 CH4 C2H6 C2H4 C2H2 Gas Gambar 3-3 Gas-gas kunci dari hasil pengujian DGA Rasio Doernenburg (IEEE C ) Tabel 3-5 Ratio Doernenburg Ratio 1 (R1) Ratio 2(R2) Ratio 3 (R3) Ratio 4 (R4) No Saran Diagnosa Fault Minyak Gas Space Minyak Gas Space Minyak Gas Space Minyak Gas Space 1 Dekomposisi Thermal 2 Partial Discharge (Intensitas rendah PD) > 1.0 > 0,1 <0,75 < 1,0 < 0,3 <0,1 > 0,4 >0,2 < 0,1 < 0,01 Tidak signifikan < 0,3 <0,1 > 0,4 >0,2 3 Arcing (intenitas rendah PD) > 0,1 1,0 0,01 0,1 >0,75 > 1,0 > 0,3 > 0,1 < 0,4 < 0,2 74

88 Rasio Roger(IEEE C ) Tabel 3-6 Ratio Roger (IEEE C ) R2 R1 R5 Case Diagnosa Fault 0 < 0.1 <0,1 <0,2 Unit Normal 1 >1 0,1 0,5 >1 Densitas energy tingkat rendah 2 0,6 2,5 0,1-1 >2 Arching Energi discharge tinggi 3 NS 1) >1 but NS 1) < 1 Temperature thermal rendah 4 < 0,1 > Thermal fault t<700 0 C 5 < 0,2 2) > 1 > 4 Thermal fault t > C Segitiga Duval (IEC 60599) Metode segitiga duval menggunakan analisa komposisi gas CH 4, C 2 H 4 dan C 2 H 2 (dalam persen gas). Persentase tersebut diperoleh dari rumusan sebagai berikut: untuk dalam ml/l untuk dalam ml/l untuk dalam ml/l Pada segitiga duval terbagi menjadi 6 area yaitu: Area Diagnosa Fault (PD) (D1) (D2) (T1) (T2) (T3) Partial Discharge Low Energy Discharge High Energy Discharge Thermal Fault temperature dibawah C Termal Fault temperature antara C dan C Thermal Fault temperature diatas C 75

89 Titik pertemuan dari garis yang merupakan persentase ketiga gas (CH 4, C 2 H 4 dan C 2 H 2 ) akan berada pada salah satu area, dimana area tersebut merepresentasikan kemungkinan fault yang terjadi. Gambar 3-4 Segitiga Duval Tabel 3-7 Zona Batas Pada Segitiga Duval PD 98% Zona Batasan D1 23 % 13% D2 23 % 13% 38 % 29% T1 4% 10 % T2 4% 10 % 50 % T3 15% 50 % Untuk mengetahui rekomendasi pengujian ulang dan rekomendasi pemeliharaan dapat dilakukan analisa berdasarkan tabel Action based TDCG berikut: 76

90 Tabel 3-8 Action based TDCG Kondisi TDCG Levels (µl/l) atau (ppm) TDCG Rates (µl/l/day)a tau (ppm) Interval sampling dan prosedur operasi untuk kadar gas yang dibangkitkan Sampling Interval Prosedur Operasi 4 > > 30 Harian Pertimbangkan untuk tidak mengoperasikan trafo tersebut Harian Minta rekomendasi dari pabrikan <10 Mingguan Perlu perlakukan ekstra hati hati Lakukan analisa untuk setiap gas. Rencanakan pengeluaran trafo dari sistem untuk melakukan investigasi lanjut (pengujian shutdown dan/atau investigasi internal) Minta rekomendasi dari pabrikan >30 Mingguan Perlu perlakukan ekstra hati hati Mingguan <10 Bulanan Lakukan analisa untuk setiap gas. Rencanakan pengeluaran trafo dari sistem untuk melakukan investigasi lanjut (pengujian shutdown dan/atau investigasi internal) Minta rekomendasi dari pabrikan >30 Bulanan Perlu perlakuan hati-hati Bulanan <10 Triwulanan Lakukan analisis untuk setiap gas Tentukan pembebanan yang diijinkan pada trafo 1 <720 >30 Bulanan Perlu perlakuan hati-hati Lakukan analisis untuk setiap gas Tentukan pembebanan yang diijinkan pada trafo Triwulanan Lanjutkan pengoperasian normal <10 Tahunan 77

91 3.2.3 Oil Quality (Karakteristik) Minyak yang sudah terkontaminasi atau teroksidasi perlu dilakukan treatment untuk mengendalikan fungsinya sebagai minyak isolasi. Treatment terhadap minyak isolasi dapat berupa filter atau reklamasi. Untuk menentukan kapan minyak tersebut harus di treatment didasarkan atas perbandingan hasil uji terhadap batasan batasan yang termuat pada standar IEC tahun Tabel 3-9 Kategori peralatan berdasarkan tegangan operasinya Kategori O A B C F Tipe Peralatan Trafo daya/reaktor dengan sistem tegangan nominal sama dengan dan di atas 400kV Trafo daya/reaktor dengan sistem tegangan nominal 170kV< U <400kV Trafo daya/reaktor dengan sistem tegangan nominal di atas72,5kv dan sampai dan termasuk 170kV Trafo daya/reaktor untuk aplikasi MV/LV misalnya sistem tegangan nominal sampai dengan termasuk 72,5kV Diverter tank OLTC, termasuk combined selector/diverter tank Catatan: Tank selector pada beban tap-changer termasuk dalam kategori yang sama sepertiyang terkait trafo. Tabel 3-10 Justifikasi kondisi pada pengujian kualitas minyak (karakteristik) Jenis Pengujian Kategori Batasan Rekomendasi Baik Sedang Buruk Tindakan Rekomendasi Warna All Jernih dan tidak terlihat kontiminasi Gelap dan atau keruh Lakukan pengujian yang lain Breakdown voltage (kv) O,A > < 50 B > < 50 C > < 30 Baik: Lanjutkan pengambilan sample sesuai waktu normal Sedang: Lakukan pengambilan sample lebih sering dan Periksa parameter yang lain seperti kandungan air dan partikel, DDF/resistivitas dan keasaman F < 30kV untuk OLTC pada aplikasi titik belitan bintang Buruk: rekondisi minyak 78

92 Jenis Pengujian Kategori Batasan Rekomendasi Baik Sedang Buruk < 40kV untuk OLTC pada aplikasi belitan delta atau line end Tindakan Rekomendasi (rekondisi mengacu pada IEC ) atau jika lebih ekonomis karena pengujian yang lain mengindikasikan ageing parah, ganti minyak atau reklamasi (reklamasi mengacu pada IEC ) dengan mengkombinasikan dengan diikuti prosedur pengeringan Kandungan air (mg/kg pada temperature operasi trafo) O,A < > 20 B < > 30 C < > 40 F Baik: Lanjutkan pengambilan sample sesuai waktu normal Sedang: Lakukan pengambilan sample lebih sering dan Periksa parameter yang lain seperti tegangan tembus, kandungan partikel, DDF/ resistivitas dan keasaman Tindakan dibutuhkan > 40 Buruk: Lakukan pengecekan sumber air, rekondisi minyak (rekondisi mengacu pada IEC ) atau alternatifnya apabila lebih ekonomis karena pengujian yang lain mengindikasikan ageing parah, ganti minyak atau reklamasi (reklamasi mengacu pada IEC ) dengan mengkombinasikan dengan diikuti prosedur pengeringan, walaupun dianggap seharusnya diambil dari jumlah air yang akan masih dipertahankan pada isolasi padat Keasaman (mgkoh/goil) O,A < > 0.15 Baik: Lanjutkan pengambilan sample sesuai waktu normal B < 0.10 C < > 0.20 > 0.30 Sedang: Lakukan pengambilan sample lebih sering dan Periksa persentase sendimen dan lumpur/endapan. Minyak inhibited yang telah mencapai kondisi sedang memiliki kemungkinan 79

93 Jenis Pengujian Kategori Batasan Rekomendasi Baik Sedang Buruk Tindakan Rekomendasi kehilangan perlindungannya pada oksidasi F Bukan merupakan test rutin Buruk: Mulai dari nilai 0.15 sebuah keputusan sebaiknya dibuat dengan point reklamasi minyak (reklamasi mengacu pada IEC ) atau alternatifnya jika lebih ekonomis karena pengujian yang lain mengindikasikan aging parah, ganti minyak Faktor disipasi dielektrik pada 40 Hz 60 Hz pada 90 0 C O,A < > 0.20 Baik: Lanjutkan pengambilan sample sesuai waktu normal Sedang: Lakukan pengambilan sample lebih sering dan Periksa parameter yang lain B,C < > 0.50 Buruk: Reklamasi minyak (reklamasi mengacu pada IEC ) atau alternatifnya jika lebih ekonomis karena pengujian yang lain mengindikasikan aging parah, ganti minyak F Not a routine test Resistivitas (GΩm) Pada 20 0 C Baik: Lanjutkan pengambilan sample sesuai waktu normal O, A > < 20 Sedang: Lakukan pengambilan sample lebih sering dan Periksa parameter yang lain B, C > < 4 Buruk: Reklamasi minyak (reklamasi mengacu pada IEC ) atau alternatifnya jika lebih ekonomis karena pengujian yang lain mengindikasikan aging parah, ganti minyak 80

94 Jenis Pengujian Kategori Batasan Rekomendasi Baik Sedang Buruk Tindakan Rekomendasi Resistivitas (GΩm) Pada 90 0 C Baik: Lanjutkan pengambilan sample sesuai waktu normal O, A > < 3 B, C > < 0.2 Sedang: Lakukan pengambilan sample lebih sering dan Periksa parameter yang lain Buruk: Reklamasi minyak (reklamasi mengacu pada IEC ) atau alternatifnya jika lebih ekonomis karena pengujian yang lain mengindikasikan aging parah, ganti minyak Kandungan inhibitor Baik: Tidak ada tindakan yang diperlukan jika tidak diindikasikan dengan parameter yang lain All > 60% dari nilai awal 40% - 60 % dari nilai awal < 40% dari nilai awal Sedang:dimana keasamanan < 0.08 mgkoh/g dan IFT > 28mN/m) mempertimbangkan reinhibitor pada level line awal berdasarkan pengalaman lapangan Buruk: Lanjutkan untuk menggunakan dan memonitor seperti uninhibited oil, reklamasi atau penggantian minyak Kandungan passivator (mg/kg) Baik: Pengurangan frekuensi monitoring dapat dilakukan O,A,B,C, F > 70 dan stabil (rata2 penurunan <10mg/kg/ tahun) 50 70mg/kg atau > 70mg/kg dengan rata2 penuruna n >10mg/kg / tahun) < 50 dan penurunan >10mg/k g/ tahun) Sedang: Lakukan monitoring regular/teratur Buruk: Hilangkan sumber korosi dengan mengganti minyak atau dengan mengganti komponen korosif dengan treatment trafo yang tepat atau sebagai solusi jangka pendeh tambahkan passivator baru, minimum 100mg/kg 81

95 Jenis Pengujian Kategori Batasan Rekomendasi Baik Sedang Buruk Tindakan Rekomendasi Sendimen dan Sludge /endapan lumpur (%) Seluruh Tidak ada sendimen atau endapan lumpur. Hasil dibawah 0.02% dari massa total mungkin dapat diabaikan Ketika sendimen terdeteksi, rekondisi minyak (rekondisi mengacu pada IEC ) Ketika endapan lumpur terdeteksi, reklamasi minyak (reklamasi mengacu pada IEC ) Alternatifnya jika lebih ekonomis karena pengujian yang lain mengindikasikan aging parah, ganti minyak Tegangan antar Muka minyak (mn/m) O,A,B,C Baik: Lanjutkan pengambilan sample sesuai waktu normal Inhibited < > 22 Sedang: Lakukan pengambilan sample lebih sering dan Periksa parameter yang lain Unihibite d > < 20 Buruk: Lakukan pengecekan pada presentase sendiment dan endapan lumpur F Tidak diterapkan Mengacu pada best practice pabrikan/manufacturer Korosif Sulfur Untuk minyak korosif: Lakukan risk assessment O,A,B,C, F Tidak korosif Korosif Kurangi korosif pada minyak dengan menambahkan passivator tembaga Menghilangkan sumber korosif dengan perubahan minyak atau menghilangkan komponen korosif dengan treatment minyak yang sesuai Lihat note (a) Partikel (perhitungan dan pengukuran) O,A,B,C, F Amati tabel level kontaminan (partikel) Jika tegangan breakdown dan kandungan air mendekati atau berada di luar batas untuk peralatan kategori dan jumlah 82

96 Jenis Pengujian Kategori Batasan Rekomendasi Baik Sedang Buruk Tindakan Rekomendasi partikel lebih tinggi dari batas untuk range ukuran, filter minyak. Lihat note (b) Titik Nyala Api Seluruh Maksimum pengurangan 10 % Peralatan mungkin memerlukan inspeksi, Investigasi Apabila memang peralatan harus dijaga tetap beroperasi maka harus didasarkan pada regulasi setempat. PCB Seluruh Berdasarkan note IEC batasan PCB ditentukan oleh regulasi local masing - masing Apabila terdapat kontaminasi yang tidak diinginkan maka lakukan dekontaminasi PCB yang berdasar reaksi kimia antara PCB dan reagen untuk menghapus klorin (mengacu pada IEC tahun 2013) Apabila peralatan berdasarkan regulasi setempat terkontaminasi pada batas yang tidak diijinkan maka lakukan penggantian minyak a. Jika tes minyak untuk korosif positif dan DBDS (dibutyl disulfide) ditemukan, ikuti rekomendasi pada CIGRE 378:2009 (3) untuk tindakan mitigasi yang tepat b. Jika terdapat kecenderungan peningkatan partikel, mungkin dibutuhkan penentuan logam atau elemen lain yang terlarut pada minyak (gunakan acuan IEC tahun 2013 pada tabel B.1) Analisis kadar air dalam minyak pada tabel di atas berbeda dengan analisa berdasarkan standar IEC sebelumnya (IEC tahun 2005) dimana harus dikoreksi ke 20 C. Hasil pengujian kadar air, dengan menggunakan perhitungan pada bab 2 akan diperoleh nilai persentasi saturasi air dalam minyak dengan batasan seperti tabel berikut: Tabel 3-11 Presentase saturasi air pada minyak sesuai IEC Persentase saturasi air dalam minyak (%) Kondisi dari Isolasi selulosa < 5 Isolasi dalam kondisi kering 5 - < 20 Isolasi dalam kondisi cukup basah (moderat) Isolasi basah > 5 Isolasi dalam kondisi terlalu basah 83

97 Jika persentasi saturasi air dalam minyak pada interval % (isolasi kertas dalam kondisi cukup basah) atau lebih buruk, maka perlu dilakukan pengujian kadar air dalam kertas. Validitas dari hasil pengujian-pengujian yang menentukan tingkat oksidasi pada minyak ditentukan oleh tabel validasi antara kadar asam dengan IFT (lihat Tabel 3.19). Tabel 3-12 Klasifikasi validitas data antara pengujian kadar asam dan IFT [IEC 60422] Kategori Kadar asam (mg KOH/g) IFT (mn/m) 1 < > Furan Berdasarkan kadar 2Furfural yang didapat dari hasil pengujian dapat diperkirakan seberapa besar tingkat penurunan kualitas yang dialami isolasi kertas didalam trafo dan berapa lama sisa umur isolasi kertas tersebut. Tabel 3-13 Hubungan antara nilai 2-Furfural dengan perkiraan DP dan Estimasi perkiraan sisa umur isolasi kertas (IEC ed ) No Hasil Uji (ppm) Keterangan Rekomendasi 1 < 473 Ageing normal Percepatan Ageing Periksa kondisi minyak, suhu operasi dan desain > 4919 Ageing berlebih Zona bahaya Beresiko tinggi mengalami kegagalan (High risk of failure) Usia isolasi telah habis (end of expected life) Periksa kondisi minyak, suhu operasi dan desain Investigasi sumber pemburukan Keluarkan dari sistem, investigasi internal untuk mengetahui kondisi isolasi kertas trafo, usulkan penggantian 84

98 3.2.5 Corrosive Sulfur Tabel 3-14 Evaluasi dan rekomendasi pengujian corrosive sulfur No Hasil Uji Keterangan Rekomendasi 1 1a 1b Non Corrosive - 2 2a 2e Non Corrosive - 3 3a 3b Suspected Corrosive Tambahkan passivator 4 4a 4c Corrosive Tambahkan passivator Partial Discharge Hasil pengujian partial discharge perlu dilakukan interpretasi terlebih dahulu untuk mengetahui apakah trafo tersebut mengalami partial discharge atau tidak. Interpretasi terhadap data hasil pengujian partial discharge ini dilakukan dengan membandingan bentuk sinyal dari sensor akustik dan HFCT. (a) (b) Gambar 3-5 Tipikal bentuk sinyal hasil pengujian yang terindikasi partial discharge Dari waveform yang dihasilkan terlihat ada pola perulangan yang jelas pada kedua waveform. Gambar (a) merupakan waveform yang dihasilkan oleh sensor AE, sedangkan 85

BAB IV PERAWATAN TRANSFORMATOR TENAGA 150 KV DI GARDU INDUK APP DURIKOSAMBI

BAB IV PERAWATAN TRANSFORMATOR TENAGA 150 KV DI GARDU INDUK APP DURIKOSAMBI BAB IV PERAWATAN TRANSFORMATOR TENAGA 150 KV DI GARDU INDUK APP DURIKOSAMBI 4.1 Trafo Step Up 150 kv PT. PLN Durikosambi Gardu Induk Durikosambi berjenis gardu induk Switchyard, yakni gardu induk yang

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTEK

LAPORAN KERJA PRAKTEK LAPORAN KERJA PRAKTEK PERAWATAN TRANSFORMATOR STEP UP 150KV DI PT. PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PENGATURAN BEBAN JAWA DAN BALI AREA PELAKSANAAN PEMELIHARAAN DURIKOSAMBI Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

Lebih terperinci

BAB III. Tinjauan Pustaka

BAB III. Tinjauan Pustaka BAB III Tinjauan Pustaka 3.1 Pengertian Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem Distribusi Merupakan Bagian dari sistem tenaga listrik.sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari

Lebih terperinci

PT PLN (Persero) TRANSFORMATOR TENAGA DAFTAR ISI

PT PLN (Persero) TRANSFORMATOR TENAGA DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 1. PENDAHULUAN... 1 1.1 Pengertian dan fungsi... 1 1.2 Jenis trafo... 2 1.3 Bagian bagian transformator dan fungsinya... 2 1.3.1 Electromagnetic Circuit (Inti besi)... 2 1.3.2 Current carying

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transformator Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik yang lain

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. terpakai, berkurangnya kekuatan dielektrik dan karena isolasi tersebut dikenakan tegangan lebih.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. terpakai, berkurangnya kekuatan dielektrik dan karena isolasi tersebut dikenakan tegangan lebih. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Kegagalan Isolasi Kegagalan isolasi disebabkan beberapa sebab, antara lain isolasi tersebut sudah lama terpakai, berkurangnya kekuatan dielektrik dan karena isolasi tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUN PUSTAKA. Gambar 2.1. Arus bolak balik mengelillingi inti besi

BAB II TINJAUN PUSTAKA. Gambar 2.1. Arus bolak balik mengelillingi inti besi 2.1 Transformator Tenaga BAB II TINJAUN PUSTAKA Gambar 2.1. Arus bolak balik mengelillingi inti besi Transformator merupakan peralatan listrik yang berfungsi untuk mentransformasikan besaran listrik ke

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. lain, melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi

BAB 2 DASAR TEORI. lain, melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi BAB DASAR TEORI. Umum Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian ke rangkaian listrik yang lain, melalui suatu gandengan magnet

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metodologi yang digunakan dalam penelitian Skripsi ini antara lain adalah : 1. Studi literatur, yaitu dengan cara menelaah, menggali, serta mengkaji teori-teori

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transformator Tenaga Transformator merupakan peralatan listrik yang berfungsi untuk menyalurkan daya/tenaga dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya. Transformator

Lebih terperinci

ANALISIS PENGUJIAN TAHANAN ISOLASI TRAFORMATOR DAYA DENGAN METODE TANGEN DELTA DI PT PLN P3B SUMATERA UPT BENGKULU

ANALISIS PENGUJIAN TAHANAN ISOLASI TRAFORMATOR DAYA DENGAN METODE TANGEN DELTA DI PT PLN P3B SUMATERA UPT BENGKULU ANALISIS PENGUJIAN TAHANAN ISOLASI TRAFORMATOR DAYA DENGAN METODE TANGEN DELTA DI PT PLN P3B SUMATERA UPT BENGKULU LAPORAN AKHIR Dibuat Untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Pada Jurusan

Lebih terperinci

ANALISA PENGUJIAN TAHANAN ISOLASI TRAFO DAYA 10MVA 70/20KV PADA GARDU INDUK TALANG RATU PT.PLN (PERSERO) PALEMBANG

ANALISA PENGUJIAN TAHANAN ISOLASI TRAFO DAYA 10MVA 70/20KV PADA GARDU INDUK TALANG RATU PT.PLN (PERSERO) PALEMBANG ANALISA PENGUJIAN TAHANAN ISOLASI TRAFO DAYA 10MVA 70/20KV PADA GARDU INDUK TALANG RATU PT.PLN (PERSERO) PALEMBANG LAPORAN AKHIR Disusun Untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Pada

Lebih terperinci

Tabel Klasifikasi Sistem Pendingin Pada Transformator Daya: Sirukulasi. Sirkulasi. Paksa. 1. AN - - Udara - 2. AF Udara

Tabel Klasifikasi Sistem Pendingin Pada Transformator Daya: Sirukulasi. Sirkulasi. Paksa. 1. AN - - Udara - 2. AF Udara LAMPIRAN 1 : Tabel Klasifikasi Sistem Pendingin Pada Transformator Daya: No. Macam Sistem Pendingin Di dalam Transformator Media Di luar Transformator Sirukulasi Sirkulasi Sirkulasi Sirkulasi Alami Paksa

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Kamojang

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Kamojang BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Pembangkit istrik Tenaga Panas Bumi (PTP) Kamojang PT. Indonesia Power UPJP Kamojang memiliki 3 pembangkit yang menggunakan panas bumi sebagai energi primernya. Pembangkit tersebut

Lebih terperinci

Bab III Penilaian Kondisi

Bab III Penilaian Kondisi Bab III Penilaian Kondisi 3.1. Latar Belakang Penggunaan Penilaian Kondisi 3.1.1. Pengertian Penilaian Kondisi Penilaian Kondisi merupakan suatu metode penilaian terhadap suatu obyek yang berdasarkan pada

Lebih terperinci

Bab IV Studi Kasus Penilaian Kondisi IBT -1 dan IBT-2 GITET Kembangan

Bab IV Studi Kasus Penilaian Kondisi IBT -1 dan IBT-2 GITET Kembangan Bab IV Studi Kasus Penilaian IBT -1 dan IBT-2 GITET Kembangan 4.1. Pendahuluan Penilaian ini dilakukan pada IBT-1 dan IBT-2 PT.PLN (Persero) GI Kembangan. Berikut ini keterangan Trafo yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB II ISOLASI CAIR. Bahan isolasi cair digunakan pada peralatan-peralatan listrik seperti

BAB II ISOLASI CAIR. Bahan isolasi cair digunakan pada peralatan-peralatan listrik seperti BAB II ISOLASI CAIR II.1. Umum Bahan isolasi cair digunakan pada peralatan-peralatan listrik seperti transformator, kapasitor, dan pemutus daya (circuit breaker). Selain sebagai isolasi juga berfungsi

Lebih terperinci

BAB II PRINSIP DASAR TRANSFORMATOR

BAB II PRINSIP DASAR TRANSFORMATOR BAB II PRINSIP DASAR TRANSFORMATOR 2.1 UMUM Transformator (trafo ) merupakan piranti yang mengubah energi listrik dari suatu level tegangan AC lain melalui gandengan magnet berdasarkan prinsip induksi

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN ALMARI KONTROL

PEMELIHARAAN ALMARI KONTROL PEMELIHARAAN ALMARI KONTROL Yudi Yantoro,Sabari D3 Teknik Elektro Politeknik Harapan Bersama Jl Dewi Sartika No 71 Tegal Telp/Fax (0283) 352000 ABSTRAK Dilapangan dijumpai juga kasus Almari Kontrol Transformator-Almari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam menyelesaikan permasalahan pada tugas akhir ini, diambil beberapa langkah yang tergabung menjadi sebuah metode analisis. Berikut ini adalah uraian detail langkahlangkah

Lebih terperinci

BAB IV PEMELIHARAAN TRAFO DISTRIBUSI

BAB IV PEMELIHARAAN TRAFO DISTRIBUSI BAB IV PEMELIHARAAN TRAFO DISTRIBUSI 4.1 Pengerian dan Tujuan Pemeliharaan Pemeliharaan peralatan listrik tegangan tinggi adalah serangkaian tindakan atau proses kegiatan untuk mempertahankan kondisi dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA Transformator tenaga merupakan aset yang sangat penting dan krusial dalam sistem tenaga listrik karena dapat memberikan kontribusi dan investasi yang sangat besar dalam sistem utilitas.

Lebih terperinci

PRIMA Volume 13, Nomor 2, November 2016 ISSN : PENGUJIAN KARAKTERISTIK MINYAK TRANSFORMATOR GEDUNG 72 BATAN SERPONG

PRIMA Volume 13, Nomor 2, November 2016 ISSN : PENGUJIAN KARAKTERISTIK MINYAK TRANSFORMATOR GEDUNG 72 BATAN SERPONG PENGUJIAN KARAKTERISTIK MINYAK TRANSFORMATOR GEDUNG 72 BATAN SERPONG Suripto Pusat Rekayasa Fasilitas Nuklir- BATAN Gedung 71, Kawasan PUSPIPTEK Serpong,Tangerang Selatan, 15310 ABSTRAK PENGUJIAN KARAKTERISTIK

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti 6 BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN 2.1 Sistem Tenaga Listrik Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti PLTA, PLTU, PLTD, PLTP dan PLTGU kemudian disalurkan

Lebih terperinci

TRANSFORMATOR DAYA & PENGUJIANNYA

TRANSFORMATOR DAYA & PENGUJIANNYA TRANSFORMATOR DAYA & PENGUJIANNYA Transformator tenaga adalah suatu peralatan tenaga listrik yang berfungsi untuk menyalurkan tenaga/daya listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya

Lebih terperinci

JURNAL TUGAS AKHIR. Kata kunci : Sistem Proteksi, Beban Lebih, Arus Lebih, Relai Arus Lebih

JURNAL TUGAS AKHIR. Kata kunci : Sistem Proteksi, Beban Lebih, Arus Lebih, Relai Arus Lebih JURNAL TUGAS AKHIR STUDI PENGARUH BEBAN LEBIH TERHADAP KINERJA RELAI ARUS LEBIH PADA TRANSFORMATOR DAYA (studi kasus transformator daya 1 150/20 kv (30 MVA) di Gardu Induk Batu Besar PT. PLN Batam) Susi

Lebih terperinci

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra BAHAN BAKAR KIMIA Ramadoni Syahputra 6.1 HIDROGEN 6.1.1 Pendahuluan Pada pembakaran hidrokarbon, maka unsur zat arang (Carbon, C) bersenyawa dengan unsur zat asam (Oksigen, O) membentuk karbondioksida

Lebih terperinci

DIAGNOSIS KONDISI TRANSFORMATOR DAYA MENGGUNAKAN METODA INDEKS KESEHATAN

DIAGNOSIS KONDISI TRANSFORMATOR DAYA MENGGUNAKAN METODA INDEKS KESEHATAN DIAGNOSIS KONDISI TRANSFORMATOR DAYA MENGGUNAKAN METODA INDEKS KESEHATAN Akhbar Candra Mulyana NRP. 2211106072 Pembimbing 1 Dimas Anton Asfani, ST., MT., Ph.D. Pembimbing 2 I Gusti Ngurah Satriyadi H,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Transformator Transformator merupakan peralatan mesin listrik statis yang bekerja berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik, yang dapat mentransformasikan energi listrik dari

Lebih terperinci

L/O/G/O RINCIAN PERALATAN GARDU INDUK

L/O/G/O RINCIAN PERALATAN GARDU INDUK L/O/G/O RINCIAN PERALATAN GARDU INDUK Disusun Oleh : Syaifuddin Z SWITCHYARD PERALATAN GARDU INDUK LIGHTNING ARRESTER WAVE TRAP / LINE TRAP CURRENT TRANSFORMER POTENTIAL TRANSFORMER DISCONNECTING SWITCH

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 PENGERTIAN Berdasarkan IEV (International Electrotechnical Vocabulary) 441-14-20 disebutkan bahwa Circuit Breaker (CB) atau Pemutus Tenaga (PMT) merupakan peralatan saklar /

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem tenaga listrik DC Arus listrik searah dikenal dengan singkatan DC (Direct Current). Sesuai dengan namanya listrik arus searah itu mengalir ke satu jurusan saja dalam

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Pada saat ini dan masa-masa yang akan datang kebutuhan listrik untuk industry maupun perusahaan jasa semakin meningkat. disamping itu penggunaan peralatan yang canggih

Lebih terperinci

APLIKASI LISTRIK MAGNET PADA TRANSFORMATOR 2012 APLIKASI LISTRIK MAGNET PADA TRANSFORMATOR

APLIKASI LISTRIK MAGNET PADA TRANSFORMATOR 2012 APLIKASI LISTRIK MAGNET PADA TRANSFORMATOR APLIKASI LISTRIK MAGNET PADA TRANSFORMATOR OLEH : KOMANG SUARDIKA (0913021034) JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA TAHUN AJARAN 2012 BAB

Lebih terperinci

ANALISIS TERJADINYA TEKANAN MENDADAK PADA ON LOAD TAP CHANGER UNIT 1 PLTU SURALAYA

ANALISIS TERJADINYA TEKANAN MENDADAK PADA ON LOAD TAP CHANGER UNIT 1 PLTU SURALAYA JETri, Volume 12, Nomor 2, Ferbruari 2015, Halaman 87-98, ISSN 1412-0372 ANALISIS TERJADINYA TEKANAN MENDADAK PADA ON LOAD TAP CHANGER UNIT 1 PLTU SURALAYA Muhamad Yanuardi Putra & Chairul Gagarin Irianto

Lebih terperinci

Makalah Seminar Kerja Praktek PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR TENAGA PADA PLTU TAMBAK LOROK UNIT III

Makalah Seminar Kerja Praktek PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR TENAGA PADA PLTU TAMBAK LOROK UNIT III Makalah Seminar Kerja Praktek PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR TENAGA PADA PLTU TAMBAK LOROK UNIT III, Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Transformator Tenaga Transformator tenaga adalah merupakan suatu peralatan listrik statis yang berfungsi untuk menyalurkan tenaga / daya listrik arus bolak-balik dari tegangan

Lebih terperinci

BAB II GAS INSULATED SWITCHGEAR ( GIS ) GIS yang sekarang telah menggunakan Gas SF6 ( Sulfur Hexafluoride )

BAB II GAS INSULATED SWITCHGEAR ( GIS ) GIS yang sekarang telah menggunakan Gas SF6 ( Sulfur Hexafluoride ) BAB II GAS INSULATED SWITCHGEAR ( GIS ) 2.1 SEJARAH GIS GIS yang sekarang telah menggunakan Gas SF6 ( Sulfur Hexafluoride ) sebagai media isolasi, menjadikannya sebagai sebuah teknologi yang maju dan telah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Transformator merupakan suatu peralatan listrik yang berfungsi untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Transformator merupakan suatu peralatan listrik yang berfungsi untuk II. TINJAUAN PUSTAKA A. Transformator Transformator merupakan suatu peralatan listrik yang berfungsi untuk memindahkan dan mengubah tenaga listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya,

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISA GANGGUAN TRANSFORMATOR TURBIN UAP UNIT 3 PLTGU MUARA KARANG BLOK 2 DENGAN METODE RCFA

TUGAS AKHIR ANALISA GANGGUAN TRANSFORMATOR TURBIN UAP UNIT 3 PLTGU MUARA KARANG BLOK 2 DENGAN METODE RCFA TUGAS AKHIR ANALISA GANGGUAN TRANSFORMATOR TURBIN UAP UNIT 3 PLTGU MUARA KARANG BLOK 2 DENGAN METODE RCFA Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun

Lebih terperinci

PENGUJIAN TEGANGAN TEMBUS MEDIA ISOLASI UDARA DAN MEDIA ISOLASI MINYAK TRAFO MENGGUNAKAN ELEKTRODA BIDANG

PENGUJIAN TEGANGAN TEMBUS MEDIA ISOLASI UDARA DAN MEDIA ISOLASI MINYAK TRAFO MENGGUNAKAN ELEKTRODA BIDANG PENGUJIAN TEGANGAN TEMBUS MEDIA ISOLASI UDARA DAN MEDIA ISOLASI MINYAK TRAFO MENGGUNAKAN ELEKTRODA BIDANG Zainal Abidin Teknik Elektro Politeknik Bengkalis Jl. Bathin Alam, Sei-Alam, Bengkalis Riau zainal@polbeng.ac.id

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN MINYAK TRANSFORMATOR PADA MINYAK TRANSFORMATOR NOMOR 4 DI GARDU INDIK KEBASEN ABSTRAK

PEMELIHARAAN MINYAK TRANSFORMATOR PADA MINYAK TRANSFORMATOR NOMOR 4 DI GARDU INDIK KEBASEN ABSTRAK PEMELIHARAAN MINYAK TRANSFORMATOR PADA MINYAK TRANSFORMATOR NOMOR 4 DI GARDU INDIK KEBASEN Yudi Yantoro, Sabari D3 Teknik Elektro Politeknik Harapan Bersama Jl Dewi Sartika No 71 Tegal Telp/Fax (0283)

Lebih terperinci

Makalah Seminar Kerja Praktek OFFLINE PREVENTIVE MAINTENANCE TRANSFORMATOR TENAGA PADA PLTGU TAMBAK LOROK BLOK 1

Makalah Seminar Kerja Praktek OFFLINE PREVENTIVE MAINTENANCE TRANSFORMATOR TENAGA PADA PLTGU TAMBAK LOROK BLOK 1 Makalah Seminar Kerja Praktek OFFLINE PREVENTIVE MAINTENANCE TRANSFORMATOR TENAGA PADA PLTGU TAMBAK LOROK BLOK 1 1 Mahasiswa dan 2 Hafrizal Lazuardi Susiawan. 1, Karnoto, ST, MT. 2 Dosen Jurusan Teknik

Lebih terperinci

TRANSFORMATOR. 1. Pengertian Transformator

TRANSFORMATOR. 1. Pengertian Transformator TRANSFORMATOR 1. Pengertian Transformator Transformator atau transformer atau trafo adalah komponen elektromagnet yang dapat mengubah taraf suatu tegangan AC ke taraf yang lain. Selain itu tranformator

Lebih terperinci

PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR ARUS (CURRENT TRANSFORMER / CT)

PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR ARUS (CURRENT TRANSFORMER / CT) PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR ARUS (CURRENT TRANSFORMER / CT) Oleh : Agus Sugiharto Abstrak Seiring dengan berkembangnya dunia industri di Indonesia serta bertambah padatnya aktivitas masyarakat,

Lebih terperinci

Makalah Seminar Kerja Praktek ANALISA JENIS KEGAGALAN TRANSFORMER BERDASARKAN HASIL UJI DGA DENGAN METODE ROGER S RATIO PLTU TAMBAK LOROK

Makalah Seminar Kerja Praktek ANALISA JENIS KEGAGALAN TRANSFORMER BERDASARKAN HASIL UJI DGA DENGAN METODE ROGER S RATIO PLTU TAMBAK LOROK Makalah Seminar Kerja Praktek ANALISA JENIS KEGAGALAN TRANSFORMER BERDASARKAN HASIL UJI DGA DENGAN METODE ROGER S RATIO PLTU TAMBAK LOROK Muhammad Faishal A. R. (L2F 007 051) Jurusan Teknik Elektro Universitas

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... ii HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING...iii HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI...iv

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... ii HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING...iii HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI...iv DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL...... ii HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING...iii HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI...iv MOTTO...v KATA PENGANTAR...vi PERSEMBAHAN...vii DAFTAR ISI...viii DAFTAR GAMBAR...

Lebih terperinci

Latar Belakang Masalah. Perumusan Masalah

Latar Belakang Masalah. Perumusan Masalah pendahuluan Latar Belakang Masalah PT. PLN (Persero) sebagai satu satunya perusahaan listrik milik negara Predictive Maintenance Transformator sebagai peralatan penting penyaluran listrik Perumusan Masalah

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN PENTANAHAN PADA PENTANAHAN ABSTRAK

PEMELIHARAAN PENTANAHAN PADA PENTANAHAN ABSTRAK PEMELIHARAAN PENTANAHAN PADA PENTANAHAN Soehardi, Sabari D3 Teknik Elektro Politeknik Harapan Bersama Jl Dewi Sartika No 71 Tegal Telp/Fax (0283) 352000 ABSTRAK Dilapangan dijumpai juga kasus Pentanahan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Transformator, Susut Umur

ABSTRAK. Kata Kunci : Transformator, Susut Umur ABSTRAK Susut umur pada transformator dipengaruhi oleh isolasi belitan transformator dan minyak transformator. Salah satu kerusakan atau kegagalan isolasi dari minyak transformator diakibatkan dari perubahan

Lebih terperinci

BAB III PENGAMAN TRANSFORMATOR TENAGA

BAB III PENGAMAN TRANSFORMATOR TENAGA BAB III PENGAMAN TRANSFORMATOR TENAGA 3.1. JENIS PENGAMAN Trafo tenaga diamankan dari berbagai macam gangguan, diantaranya dengan peralatan proteksi (sesuai SPLN 52-1:1983) Bagian Satu, C) : Relai Buchollz

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISA KENAIKAN COMBUSTIBLE GAS MINYAK ISOLASI TRANSFORMATOR TENAGA 150 KV GT 2.2 PLTGU BLOK 2 MUARA KARANG

TUGAS AKHIR ANALISA KENAIKAN COMBUSTIBLE GAS MINYAK ISOLASI TRANSFORMATOR TENAGA 150 KV GT 2.2 PLTGU BLOK 2 MUARA KARANG TUGAS AKHIR ANALISA KENAIKAN COMBUSTIBLE GAS MINYAK ISOLASI TRANSFORMATOR TENAGA 150 KV GT 2.2 PLTGU BLOK 2 MUARA KARANG Diajukan guna melengkapi sebagai syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II PENDAHULUAN BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motor Bakar Bensin Motor bakar bensin adalah mesin untuk membangkitkan tenaga. Motor bakar bensin berfungsi untuk mengubah energi kimia yang diperoleh dari

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL PENGUJIAN MINYAK TRANSFORMATOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISSOLVED GAS ANALYSIS

ANALISIS HASIL PENGUJIAN MINYAK TRANSFORMATOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISSOLVED GAS ANALYSIS ANALISIS HASIL PENGUJIAN MINYAK TRANSFORMATOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISSOLVED GAS ANALYSIS (DGA) PADA TRANSFORMATOR TENAGA UNIT T.32 DAN T.31 DI PT. INDONESIA POWER UPJP KAMOJANG TUGAS AKHIR Diajukan

Lebih terperinci

SISTEM PROTEKSI RELAY

SISTEM PROTEKSI RELAY SISTEM PROTEKSI RELAY SISTEM PROTEKSI PADA GARDU INDUK DAN SPESIFIKASINYA OLEH : WILLYAM GANTA 03111004071 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2015 SISTEM PROTEKSI PADA GARDU INDUK

Lebih terperinci

EVALUASI PEMBEBANAN TRANSFORMATOR III 60 MVA 150/20 KV GARDU INDUK BOGOR BARU

EVALUASI PEMBEBANAN TRANSFORMATOR III 60 MVA 150/20 KV GARDU INDUK BOGOR BARU EVALUASI PEMBEBANAN TRANSFORMATOR III 60 MVA 150/20 KV GARDU INDUK BOGOR BARU Try Lestari 1, Prof. DR Ir. H. Didik Notosudjono, MSC 2, Ir. Dede Suhendi, MT 3. Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

UJI TEGANGAN TEMBUS MINYAK TRANSFORMATOR TERDESTILASI PADA TRANSFORMATOR DAYA MENGGUNAKAN TEGANGAN IMPULS DI PT. BAMBANG DJAJA

UJI TEGANGAN TEMBUS MINYAK TRANSFORMATOR TERDESTILASI PADA TRANSFORMATOR DAYA MENGGUNAKAN TEGANGAN IMPULS DI PT. BAMBANG DJAJA Seminar dan Sidang Tugas Akhir Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro ITS UJI TEGANGAN TEMBUS MINYAK TRANSFORMATOR TERDESTILASI PADA TRANSFORMATOR DAYA MENGGUNAKAN TEGANGAN IMPULS DI PT. BAMBANG DJAJA

Lebih terperinci

LUQMAN KUMARA Dosen Pembimbing :

LUQMAN KUMARA Dosen Pembimbing : Efek Polaritas dan Fenomena Stres Tegangan Sebelum Kegagalan Isolasi pada Sela Udara Jarum-Plat LUQMAN KUMARA 2205 100 129 Dosen Pembimbing : Dr.Eng I Made Yulistya Negara, ST,M.Sc IG Ngurah Satriyadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar-Dasar Sistem Proteksi 1 Sistem proteksi adalah pengaman listrik pada sistem tenaga listrik yang terpasang pada : sistem distribusi tenaga listrik, trafo tenaga, transmisi

Lebih terperinci

STUDI PENGGUNAAN SISTEM PENDINGIN UDARA TEKAN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI TRANSFORMATOR PADA BEBAN LEBIH

STUDI PENGGUNAAN SISTEM PENDINGIN UDARA TEKAN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI TRANSFORMATOR PADA BEBAN LEBIH STUDI PENGGUNAAN SISTEM PENDINGIN UDARA TEKAN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI TRANSFORMATOR PADA BEBAN LEBIH (Aplikasi pada PLTU Labuhan Angin, Sibolga) Yohannes Anugrah, Eddy Warman Konsentrasi Teknik Energi

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM TEKNIK ARUS DAN TEGANGAN TINGGI

MODUL PRAKTIKUM TEKNIK ARUS DAN TEGANGAN TINGGI MODUL PRAKTIKUM TEKNIK ARUS DAN TEGANGAN TINGGI LABORATORIUM TEGANGAN TINGGI DAN PENGUKURAN LISTRIK DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS INDONESIA MODUL 1 PENGANTAR TEKNIK ARUS DAN TEGANGAN TINGGI Tegangan

Lebih terperinci

ISOLASI TEGANGAN TINGGI Bahan Listrik Bahan listrik merupakan elemen yang paling di dalam penyaluran dan penggunaan enaga listrik.

ISOLASI TEGANGAN TINGGI Bahan Listrik Bahan listrik merupakan elemen yang paling di dalam penyaluran dan penggunaan enaga listrik. ISOLASI TEGANGAN TINGGI Bahan Listrik Bahan listrik merupakan elemen yang paling di dalam penyaluran dan penggunaan enaga listrik. Bahan listrik terdiri dari konduktor, semikonduktor dan isolator. Bagi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kata kunci-filterisasi, minyak trafo, TDCG. Gambar 1. Bagan Transformator Sumber : TRANSFORMER 2011.htm

I. PENDAHULUAN. Kata kunci-filterisasi, minyak trafo, TDCG. Gambar 1. Bagan Transformator Sumber : TRANSFORMER 2011.htm PENGARUH FILTERISASI MINYAK TRAFO TERHADAP KINERJA TRANSFORMATOR DAYA 30 MVA DI GARDU INDUK SENGKALING Rendy Hari Widodo¹, Soemarwanto, Ir., MT², Hadi Suyono, ST., MT., Ph.D³ ¹Mahasiswa Teknik Elektro,

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN BUSHING PADA TRANSFORMATOR TENAGA 150 /20 KV

PEMELIHARAAN BUSHING PADA TRANSFORMATOR TENAGA 150 /20 KV MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK PEMELIHARAAN BUSHING PADA TRANSFORMATOR TENAGA 150 /20 KV Nahar Nurkholiq 1,TejoSukmadi, Ir. MT. 2 1 Mahasiswa dan 2 Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS DETEKSI KEADAAN MINYAK TRANSFORMATOR DENGAN METODE GAS TERLARUT MENGGUNAKAN PERALATAN DISSOLVE GAS ANALISYS ( DGA)

ANALISIS DETEKSI KEADAAN MINYAK TRANSFORMATOR DENGAN METODE GAS TERLARUT MENGGUNAKAN PERALATAN DISSOLVE GAS ANALISYS ( DGA) ANALISIS DETEKSI KEADAAN MINYAK TRANSFORMATOR DENGAN METODE GAS TERLARUT MENGGUNAKAN PERALATAN DISSOLVE GAS ANALISYS ( DGA) SURYA DARMA Dosen Tetap Yayasan Pada Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah energi dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik yang lain, melalui suatu

Lebih terperinci

Analisis Kualitas Minyak Transformator Daya 25 KVA Berdasarkan Data Citra Kamera Termal dan Data Hasil Uji Gas Chromatograph

Analisis Kualitas Minyak Transformator Daya 25 KVA Berdasarkan Data Citra Kamera Termal dan Data Hasil Uji Gas Chromatograph JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Analisis Kualitas Minyak Transformator Daya 25 KVA Berdasarkan Data Citra Kamera Termal dan Data Hasil Uji Gas Chromatograph Subkhi Abdul Aziz, Vita Lystianingrum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Isolasi memiliki peranan penting pada sistem tenaga listrik. Isolasi melindungi sistem tenaga listrik dari gangguan seperti lompatan listrik atau percikan, isolasi

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH PEMBEBANAN TERHADAP SUSUT UMUR TRANSFORMATOR DAYA (APLIKASI PADA GARDU INDUK PEMATANGSIANTAR)

STUDI PENGARUH PEMBEBANAN TERHADAP SUSUT UMUR TRANSFORMATOR DAYA (APLIKASI PADA GARDU INDUK PEMATANGSIANTAR) STUDI PENGARUH PEMBEBANAN TERHADAP SUSUT UMUR TRANSFORMATOR DAYA (APLIKASI PADA GARDU INDUK PEMATANGSIANTAR) Junedy Pandapotan Eddy Warman Konsentrasi Teknik Energi Listrik Departemen Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

Makalah Seminar Kerja Praktek SISTEM PROTEKSI TRANSFORMATOR TENAGA PLTGU TAMBAK LOROK

Makalah Seminar Kerja Praktek SISTEM PROTEKSI TRANSFORMATOR TENAGA PLTGU TAMBAK LOROK Makalah Seminar Kerja Praktek SISTEM PROTEKSI TRANSFORMATOR TENAGA PLTGU TAMBAK LOROK Muhammad Arief N (21060111130114) 1, Mochammad Facta, ST. MT. PhD (197106161999031003) 2. 1 Mahasiswa dan 2 Dosen Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada prinsipnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

BAB III METODE PENELITIAN. Pada prinsipnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 32 BAB III METODE PENELITIAN Pada prinsipnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah minyak sawit (palm oil) dapat digunakan sebagai isolasi cair pengganti minyak trafo, dengan melakukan pengujian

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Identifikasi Kondisi Kesehatan Transformator Distribusi. awal yang harus dilakukan dalam penentuan kegiatan pemeliharaan Trafo

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Identifikasi Kondisi Kesehatan Transformator Distribusi. awal yang harus dilakukan dalam penentuan kegiatan pemeliharaan Trafo BAB I PEMBAHASAN 4.1 Identifikasi Kondisi Kesehatan Transformator Distribusi Identifikasi kondisi kesehatan Transformator distribusi merupakan langkah awal yang harus dilakukan dalam penentuan kegiatan

Lebih terperinci

Makalah Seminar Kerja Praktek ON LOAD TAP-CHANGING PADA FURNACE TRANSFORMATOR

Makalah Seminar Kerja Praktek ON LOAD TAP-CHANGING PADA FURNACE TRANSFORMATOR Makalah Seminar Kerja Praktek ON LOAD TAP-CHANGING PADA FURNACE TRANSFORMATOR Oleh: Radiktyo Nindyo S (L2F 005 572) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Abstrak Salah satu peralatan

Lebih terperinci

Tegangan Tembus (kv/2,5 mm) Jenis Minyak RBD FAME FAME + aditif

Tegangan Tembus (kv/2,5 mm) Jenis Minyak RBD FAME FAME + aditif Hasil Pengujian Tegangan Tembus : Tegangan Tembus (kv/2,5 mm) Jenis Minyak RBD FAME FAME + aditif ASTM D3487 Minyak Zaitun 60 60 54 Minyak kanola 27 36 30 Minyak Jagung 28 34 29 >30 Minyak Kedelai 30 48

Lebih terperinci

PENGARUH KEGAGALAN MINYAK TRANSFORMATOR DAYA 18.5 MVA PLTG UNIT 1 DI PT PLN (PERSERO) SEKTOR PEMBANGKITAN KERAMASAN

PENGARUH KEGAGALAN MINYAK TRANSFORMATOR DAYA 18.5 MVA PLTG UNIT 1 DI PT PLN (PERSERO) SEKTOR PEMBANGKITAN KERAMASAN PENGARUH KEGAGALAN MINYAK TRANSFORMATOR DAYA 18.5 MVA PLTG UNIT 1 DI PT PLN (PERSERO) SEKTOR PEMBANGKITAN KERAMASAN LAPORAN AKHIR Dibuat untuk memenuhi syarat menyelesaikan Pendidikan Diploma III Program

Lebih terperinci

MITIGASI DAMPAK KEBAKARAN

MITIGASI DAMPAK KEBAKARAN LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA MITIGASI DAMPAK KEBAKARAN III.1.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Isolasi adalah suatu bahan yang berfungsi untuk mengisolasi konduktor yang

I. PENDAHULUAN. Isolasi adalah suatu bahan yang berfungsi untuk mengisolasi konduktor yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Isolasi adalah suatu bahan yang berfungsi untuk mengisolasi konduktor yang mempunyai beda potensial dalam suatu rangkaian listrik. Bahan ini mempunyai sifat

Lebih terperinci

Oleh Maryono SMK Negeri 3 Yogyakarta

Oleh Maryono SMK Negeri 3 Yogyakarta Oleh Maryono SMK Negeri 3 Yogyakarta - Circuit Breaker (CB) 1. MCB (Miniatur Circuit Breaker) 2. MCCB (Mold Case Circuit Breaker) 3. NFB (No Fuse Circuit Breaker) 4. ACB (Air Circuit Breaker) 5. OCB (Oil

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR DAYA PADA GARDU INDUK 150 kv SRONDOL PT. PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI REGION JAWA TENGAH DAN DIY UPT SEMARANG

PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR DAYA PADA GARDU INDUK 150 kv SRONDOL PT. PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI REGION JAWA TENGAH DAN DIY UPT SEMARANG PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR DAYA PADA GARDU INDUK 150 kv SRONDOL PT. PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI REGION JAWA TENGAH DAN DIY UPT SEMARANG Hadha Alamajibuwono 1, Dr. Ir. Hermawan, DEA 2 1 Mahasiswa dan 2

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan tentang gangguan pada sistem tenaga listrik, sistem proteksi tenaga listrik, dan metoda proteksi pada transformator daya. 2.1 Gangguan dalam Sistem Tenaga

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN RELE PENGAMAN PADA TRANSFORMATOR. Yudi Yantoro, Sabari

PEMELIHARAAN RELE PENGAMAN PADA TRANSFORMATOR. Yudi Yantoro, Sabari PEMELIHARAAN RELE PENGAMAN PADA TRANSFORMATOR Yudi Yantoro, Sabari D3 Teknik Elektro Politeknik Harapan Bersama Jl Dewi Sartika No 71 Tegal Telp/Fax (0283) 352000 ABSTRAK Dilapangan dijumpai juga kasus

Lebih terperinci

Makalah Seminar Kerja Praktek PEMELIHARAAN TRAFO DISTRIBUSI. Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang

Makalah Seminar Kerja Praktek PEMELIHARAAN TRAFO DISTRIBUSI. Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang Makalah Seminar Kerja Praktek PEMELIHARAAN TRAFO DISTRIBUSI Agung Aprianto. 1, Ir. Agung Warsito, DHET. 2 1 Mahasiswa dan 2 Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof.

Lebih terperinci

Kerja Praktek PT.Petrokimia Gresik 1

Kerja Praktek PT.Petrokimia Gresik 1 Makalah seminar kerja praktek PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR DAYA GARDU INDUK 150 KV PT.PETROKIMIA GRESIK Joko Susilo, Abdul Syakur Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Isolasi merupakan bagian yang sangat penting dalam sistem tegangan tinggi yang

I. PENDAHULUAN. Isolasi merupakan bagian yang sangat penting dalam sistem tegangan tinggi yang I. PENDAHULUAN Isolasi merupakan bagian yang sangat penting dalam sistem tegangan tinggi yang berguna untuk memisahkan dua buah penghantar listrik yang berbeda potensial, sehingga hubung singkat atau percikan

Lebih terperinci

Jurnal Teknologi Elektro, Universitas Mercu Buana ANALISA MINYAK TRANSFORMATOR PADA TRANSFORMATOR TIGA FASA DI PT X

Jurnal Teknologi Elektro, Universitas Mercu Buana ANALISA MINYAK TRANSFORMATOR PADA TRANSFORMATOR TIGA FASA DI PT X ANALISA MINYAK TRANSFORMATOR PADA TRANSFORMATOR TIGA FASA DI PT X Badaruddin, Fery Agung Firdianto Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Mercu Buana Jakarta Email: bsulle@gmail.com

Lebih terperinci

BAB IV RELAY PROTEKSI GENERATOR BLOK 2 UNIT GT 2.1 PT. PEMBANGKITAN JAWA-BALI (PJB) MUARA KARANG

BAB IV RELAY PROTEKSI GENERATOR BLOK 2 UNIT GT 2.1 PT. PEMBANGKITAN JAWA-BALI (PJB) MUARA KARANG BAB IV RELAY PROTEKSI GENERATOR BLOK 2 UNIT GT 2.1 PT. PEMBANGKITAN JAWA-BALI (PJB) MUARA KARANG 4.1 Tinjauan Umum Pada dasarnya proteksi bertujuan untuk mengisolir gangguan yang terjadi sehingga tidak

Lebih terperinci

Analisis Kualitas Minyak Transformator Daya 25 Kva Berdasarkan Data Citra Kamera Termal Dan Data Hasil Uji Gas Chromatograph

Analisis Kualitas Minyak Transformator Daya 25 Kva Berdasarkan Data Citra Kamera Termal Dan Data Hasil Uji Gas Chromatograph Analisis Kualitas Minyak Transformator Daya 25 Kva Berdasarkan Data Citra Kamera Termal Dan Data Hasil Uji Gas Chromatograph Subkhi Abdul Aziz 2208 100 149 Pembimbing: Dr. Eng. Ardyono Priyadi, ST., M.Eng.

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK 3.1 Tahapan Perencanaan Instalasi Sistem Tenaga Listrik Tahapan dalam perencanaan instalasi sistem tenaga listrik pada sebuah bangunan kantor dibagi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Lightning Arrester merupakan alat proteksi peralatan listrik terhadap tegangan lebih yang disebabkan oleh petir atau surja hubung (switching surge). Alat ini bersifat

Lebih terperinci

SKRIPSI. STUDI EFISIENSI TRANSFORMATOR DAYA DALAM MELAYANI BEBAN PADA PLTU RIAU POWER (Studi Kasus:PT.RAPP) Diajukan untuk memenuhi syarat dalam

SKRIPSI. STUDI EFISIENSI TRANSFORMATOR DAYA DALAM MELAYANI BEBAN PADA PLTU RIAU POWER (Studi Kasus:PT.RAPP) Diajukan untuk memenuhi syarat dalam SKRIPSI STUDI EFISIENSI TRANSFORMATOR DAYA DALAM MELAYANI BEBAN PADA PLTU RIAU POWER (Studi Kasus:PT.RAPP) Diajukan untuk memenuhi syarat dalam Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) pada Departemen Teknik

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN TRAFO 1 PHASA 50 KVA

PEMELIHARAAN TRAFO 1 PHASA 50 KVA PEMELIHARAAN TRAFO 1 PHASA 50 KVA Soehardi ABSTRAK Dilapangan dijumpai juga kasus trafo-trafo yang bermasalah, baik dari awal perencanaan, prosedur pemeliharaan bahkan pemeliharaan yang kurang baik sehingga

Lebih terperinci

ANALISA BEBAN LEBIH PADA TRANSFORMATOR DAYA 70/20 KV DI GI BUNGARAN DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ETAP 11 LAPORAN AKHIR

ANALISA BEBAN LEBIH PADA TRANSFORMATOR DAYA 70/20 KV DI GI BUNGARAN DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ETAP 11 LAPORAN AKHIR ANALISA BEBAN LEBIH PADA TRANSFORMATOR DAYA 70/20 KV DI GI BUNGARAN DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ETAP 11 LAPORAN AKHIR Disusun Untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Pada Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB 10. Proteksi relay / peralatan yang digunakan tergantung pada ukuran, kepentingan dan konstruksi (tekan changer jenis) dari trafo.

BAB 10. Proteksi relay / peralatan yang digunakan tergantung pada ukuran, kepentingan dan konstruksi (tekan changer jenis) dari trafo. MINGGU XII Transformer protection Types of protection Thermal Overload protection Over-flux protection BAB 10 10.1 Proteksi Transformator Transformator daya yang paling mahal yaitu elemen tunggal sistem

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI Generator Transformator Pemutus Tenaga Distribusi sekunder Distribusi Primer BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proses Penyaluran Tenaga Listrik Ke Pelanggan Didalam dunia kelistrikan sering timbul persoalan teknis,

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR DISTRIBUSI DAN SISTEM PENGAMANNYA

BAB II TRANSFORMATOR DISTRIBUSI DAN SISTEM PENGAMANNYA BAB II TRANSFORMATOR DISTRIBUSI DAN SISTEM PENGAMANNYA BAB II TRANSFORMATOR DISTRIBUSI DAN SISTEM PENGAMANNYA 2.1 Umum Transformator merupakan suatu perangkat listrik yang berfungsi untuk mentransformasikan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengertian Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari

Lebih terperinci

CONDITION ASSESSMENT GAS SF6 GIS 150kV GLUGUR MEDAN

CONDITION ASSESSMENT GAS SF6 GIS 150kV GLUGUR MEDAN CONDITION ASSESSMENT GAS SF6 GIS 150kV GLUGUR MEDAN Royden Zulfai Hutapea, Syahrawardi Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara (USU) Jl.

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN TRAFO ARUS (CT) PADA PADA GARDU INDUK 150 KV PT. PLN (PERSERO) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UNIT PELAYANAN TRANSMISI SEMARANG

PEMELIHARAAN TRAFO ARUS (CT) PADA PADA GARDU INDUK 150 KV PT. PLN (PERSERO) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UNIT PELAYANAN TRANSMISI SEMARANG PEMELIHARAAN TRAFO ARUS (CT) PADA PADA GARDU INDUK 150 KV PT. PLN (PERSERO) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UNIT PELAYANAN TRANSMISI SEMARANG Aditya Teguh Prabowo 1, Agung Warsito 2 1 Mahasiswa dan 2

Lebih terperinci

Protection on Electrical Power System. Hasbullah Bandung, Juni 2008

Protection on Electrical Power System. Hasbullah Bandung, Juni 2008 Protection on Electrical Power System Hasbullah Bandung, Juni 2008 Latar Belakang Saluran tenaga listrik merupakan bagian sistem tenaga listrik yang sering mengalami gangguan Gangguan yang terjadi dapat

Lebih terperinci

Pemeliharaan Trafo Distribusi

Pemeliharaan Trafo Distribusi Pemeliharaan Trafo Distribusi TRANSFORMATOR TRANSFORMATOR SEBAGAI SALAH SATU PERALATAN LISTRIK PADA DASARNYA DALAM PENGOPERASIANYA MEMBUTUHKAN LEBIH SEDI- KIT PEMELIHARAAN BILA DI- BANDINGKAN PERALATAN

Lebih terperinci