PERTANIAN MENGHADAPI AEC 2015

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERTANIAN MENGHADAPI AEC 2015"

Transkripsi

1 Rubrik Utama PERTANIAN MENGHADAPI AEC 2015 Oleh: Dr. Bayu Krisnamurthi Wakil Menteri Perdagangan RI Dr. Ir. Kasan Muhri, MM Kepala Pusat Kebijakan Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan 10 Volume 19 No. 1 Juni 2014 Agrimedia

2 Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) merupakan sebuah organisasi geo-politik dan ekonomi dari negara-negara di kawasan Asia Tenggara yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan pengembangan kebudayaan negara-negara anggotanya, memajukan perdamaian dan stabilitas di tingkat regionalnya, serta meningkatkan kesempatan untuk membahas perbedaan di antara anggotanya dengan damai. Dalam perkembangannya, melalui pertemuan-pertemuan yang diadakan oleh negara-negara anggota ASEAN, dihasilkan kesepakatan yang cukup menonjol, yaitu disepakatinya Common Efective Preferential Tariff - ASEAN Free Trade Area (CEPT-AFTA) yang diimplementasikan pada tahun 2002 dan disepakatinya konsep ASEAN Economic Community (AEC) yang akan diimplementasikan pada tahun Dalam rangka persiapan implementasi AEC 2015, maka perlu dirumuskan arah kebijakan dalam rangka mengisi pasar ASEAN bukan hanya fokus pada produk manufaktur, tetapi juga untuk produk pertanian. Hal ini dikarenakan sektor pertanian merupakan sektor penting untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif. Dari sisi pembangunan ekonomi nasional, bukti empiris menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki peran penting terhadap ekonomi nasional, yang dapat dilihat dari kontribusi terhadap produk domestik bruto, penyerapan tenaga kerja, perdagangan luar negeri, penyedia bahan pangan, bahan energi, pakan dan bahan baku industri, serta sumber pendapatan masyarakat dan negara. Bahkan tidak hanya itu, perkembangan sektor pertanian juga menjadi isu strategis yang dihadapi oleh dunia terkait krisis pangan dan energi dunia. Perkembangan Terakhir AEC AEC atau juga disebut Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dilatarbelakangi oleh berdirinya Asosiasi Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand melalui Deklarasi ASEAN oleh Filipina, Indonesia, Singapura dan Thailand (ASEAN Founding Fathers). Dalam KTT ASEAN ke-9 tahun 2003 di Bali, ASEAN menyepakati BALI CONCORD II yang memuat 3 (tiga) pilar untuk mencapai ASEAN Vision 2020 yaitu Ekonomi, Sosial Budaya dan Politik Keamanan. Terkait dengan ekonomi, diwujudkan dalam bentuk Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Pada 20 November 2007 disepakati Piagam ASEAN dan menjadikan ASEAN organisasi berbadan hukum dengan fokus perhatian pada proses integrasi ekonomi menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Di tahun tersebut, ASEAN sepakat mempercepat implementasi MEA dari tahun 2020 menjadi tahun Untuk mewujudkan MEA 2015, dirumuskan AEC Blueprint, yang memuat langkah-langkah strategis yang harus diambil setiap negara anggota ASEAN mulai tahun 2008 sampai dengan tahun Pencapaian MEA 2015 melalui rencana aksi yang tertuang dalam 4 pilar, yaitu: 1. Pasar tunggal dan basis produksi regional: arus barang, jasa, dan investasi yang bebas, tenaga kerja yang lebih bebas, arus modal yang lebih bebas, Priority Integration Sectors (PIS), serta pengembangan sektor food-agriculture-forestry; 2. Kawasan berdaya saing tinggi: kebijakan persaingan, perlindungan konsumen, Hak Kekayaan Intelektual (HKI), pembangunan infrastruktur, kerjasama energi, perpajakan, e-commerce; 3. Kawasan dengan pembangunan ekonomi yang merata: pengembangan UKM, prakarsa bagi integrasi ASEAN (Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam-CLMV); 4. Integrasi dengan perekonomian dunia: pendekatan koheren terhadap hubungan ekonomi eksternal, partisipasi yang semakin meningkat dalam jaringan suplai global. Agrimedia Volume 19 No. 1 Juni

3 Rubrik Utama Elemen pasar dan basis produksi tunggal pada MEA 2015 terdiri dari arus bebas perdagangan barang, arus bebas jasa, investasi, tenaga terampil, dan arus bebas modal. Arus bebas perdagangan barang diatur dalam ASEAN Trade in Goods Agreement (ATIGA). Sejak tanggal 1 Januari 2010, berlaku penghapusan tarif untuk ASEAN-6 (Brunei, Indonesia, Filipina, Malaysia, Singapura, dan Thailand) dimana hampir seluruh tarif Bea Masuk Barang sudah 0%, sedangkan untuk Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam tarif 0% berlaku pada tahun Selain itu, diberlakukan pula Alternative Rules of Origin (ROO) dimana pelaku bisnis dapat menerapkan beberapa pilihan ROO. Pada 1 November 2010, Brunei, Malaysia, Singapura dan Thailand telah bergabung pada Self Certification Pilot Project (SCPP) I, sedangkan Indonesia, Laos, Filipina bergabung pada SCPP II yang diimplementasikan pada 1 Januari Tujuan dari SCPP adalah menyederhanakan prosedur penerbitan SKA sehingga mengurangi biaya transaksi dan mempercepat prosedur ekspor dan impor karena menggunakan invoice declaration perusahan. Penyederhanaan SKA Form-D pun dimulai pada 1 Januari 2014, sehingga eksportir tidak perlu menulis FoB pada kolom 9, kecuali untuk produk yang menggunakan origin kriteria Regional Value Content (RVC) 40%. Demi kepastian usaha dan disiplin kebijakan, ASEAN akan mengoperasikan ASEAN Trade Repository (ATR) tahun 2015 didukung oleh pembentukan National Trade Repository di setiap anggota. Indonesia merupakan anggota yang paling siap dalam pengembangan ASEAN Single Window (ASW, operasional tahun 2015) dengan telah beroperasinya NSW-Indonesia (INSW). Selain arus perdagangan barang, dalam MEA juga diatur tentang arus perdagangan jasa melalui ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS). Liberalisasi Jasa dilakukan melalui Paket-Paket Komitmen. Negara anggota ASEAN telah melakukan negosiasi dan telah menghasilkan 8 paket komitmen dari 10 paket komitmen yang dijadwalkan akan rampung pada tahun Pada tahun 2015 juga, sebanyak 128 subsektor jasa (ditambah subsektor keuangan dan non bank serta jasa angkutan udara) akan terbuka dengan kepemilikan ASEAN Foreign Equity Participation (FEP) maksimum 70%, serta tidak adanya hambatan untuk cross border supply dan consumption abroad. Sementara itu, untuk memfasilitasi pertukaran tenaga kerja yang terkait kegiatan perdagangan dan investasi di antara anggota, disusunlah ASEAN Agreement on Movement of Natural Persons (ASEAN MNP) dengan batasan : 1. Negara Anggota ASEAN (AMS) tetap memiliki otoritas untuk menerapkan peraturan nasional masing-masing dalam melaksanakan implementasi perjanjian. 2. Pelaksanaan komitmen liberalisasi diatur dalam Schedule of Commitment (SoC) masing-masing negara. 3. Implementasi hanya berlaku untuk sektor-sektor pekerjaan yang dikomitmenkan ke dalam SoC. 4. Perpindahan tenaga kerja terampil sesuai dengan kategori natural persons yang sudah diatur, hanya dapat dilakukan melalui kontrak kerja sama antar badan hukum (juridical persons) di ASEAN atau melalui investasi badan hukum satu negara ASEAN di negara ASEAN lainnya. Pada tingkat ASEAN, Indonesia mengkomitmenkan beberapa jenis tenaga kerja dan dibatasi secara cross sectoral sesuai UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan juga peraturan imigrasi, kecuali untuk sektor-sektor yang menuliskan unbound. Sementara itu, untuk menciptakan prosedur dan mekanisme akreditasi untuk mencapai kesamaan/ kesetaraan serta mengakui perbedaan antar negara dalam hal pendidikan dan latihan, pengalaman, serta persyaratan lisensi untuk praktek profesi, maka disusun ASEAN Mutual Recognition Arrangement (ASEAN MRA). Adapun langkah-langkah yang telah dilakukan Pemerintah dalam rangka persiapan MEA 2015 antara lain:»» Inpres No. 5/2008 tentang Fokus Program Ekonomi»» Inpres No. 11 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Komitmen Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN»» Keppres No. 23 Tahun 2012 tentang Susunan Keanggotaan Sekretariat Nasional ASEAN»» Program pembangunan seperti MP3EI»» Program Sistem Logistik Nasional (Sislognas)»» Penyusunan Inpres dan Roadmap Daya Saing»» Policy Paper mengenai kesiapan Indonesia menghadapi AEC»» Pembentukan Komite Nasional AEC Volume 19 No. 1 Juni 2014 Agrimedia

4 »» UKP4 Monitoring Langkah Pemerintah»» Perbaikan infrastruktur fisik: transportasi, telekomunikasi, jalan tol, pelabuhan, revitalisasi dan restrukturisasi industri, dan lain-lain.»» Peningkatan iklim usaha yang kondusif dan mengurangi ekonomi biaya tinggi, reformasi bidang perpajakan, kepabeanan, dan birokrasi;»» Reformasi kebijakan: penyesuaian, persiapan dan perbaikan regulasi ;»» Peningkatan kualitas sumber daya manusia di birokrasi, dunia usaha ataupun professional vide sistem pendidikan nasional;»» Pengembangan industri prioritas yang berdampak luas dan komoditas unggulan;»» Reformasi kelembagaan dan kepemerintahan;»» Pengembangan sektor energi yang akan mendukung produksi nasional;»» Penciptaan national social safety net melalui kerangka kebijakan pengamanan;»» Mengintergrasikan komitmen AEC dengan MP3EI 6 (enam) koridor keunggulan ekonomi mencakup, sumber daya alam, industri dan jasa, pariwisata dan pangan, proses produksi tambang dan energi nasional, proses dan produksi perikanan, pertanian, perkebunan, minyak, gas dan tambang, pusat pertumbuhan pangan, perikanan, energi dan tambang nasional;»» Peningkatan awareness dan readyness pemangku kepentingan nasional termasuk masyarakat;»» Sosialisasi MEA melalui berbagai media secara comprehensif dan masif;»» Pembentukan Pusat Studi ASEAN di 11 Universitas Negeri (inisiatif pemerintah) dan 1 Universitas Swasta (inisiatif sendiri). Perkembangan Pertanian Indonesia Sebagai negara agraris, sektor pertanian memegang peranan yang penting sebagai penggerak perekonomian nasional. Peran pertanian tersebut ditunjukkan melalui besarnya kontribusi PDB Pertanian terhadap PDB Nasional, yakni 15,03% dari PDB Nasional pada Triwulan I 2014 (Tabel 1). Selain itu, sebagian dari hasil pertanian juga berfungsi sebagai bahan baku baik bagi industri kecil dan menengah maupun industri besar makanan dan minuman olahan. Data BPS menyebutkan bahwa 82,2% impor pertanian tahun 2013 digunakan sebagai bahan baku/penolong industri. Selain itu, sektor pertanian juga merupakan sumber utama pendapatan mulai dari pendapatan rumah tangga di pedesaan (bagi petani) sampai sebagai sumber pendapatan negara sebagai penghasil devisa melalui ekspor produk pertanian. Tabel 1. PDB Indonesia Menurut Lapangan Usaha Lapangan Usaha Triw Triw I Triw IV (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan 14,50 14,43 15,13 12,24 15,03 2. Pertambangan dan Penggalian 11,80 11,24 11,52 11,82 11,21 3. Industri Pengolahan 23,97 23,69 23,67 24,10 23,56 4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 0,76 0,77 0,79 0,79 0,85 5. Konstruksi 10,26 9,99 9,90 10,23 9,71 6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 13,96 14,33 14,17 14,55 14,36 7. Pengangkutan dan Komunikasi 6,67 7,01 6,79 7,28 7,23 8. Keuangan, Real Estate, dan Jasa Perusahaan 7,27 7,52 7,57 7,56 7,72 9. Jasa-jasa 10,81 11,02 10,46 11,43 10,33 PDB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 PDB Tanpa Migas 92,21 92,65 92,39 92,31 92,40 Sumber : BPS Agrimedia Volume 19 No. 1 Juni

5 Rubrik Utama Berdasarkan OECD statistical databases (2011), Indonesia merupakan negara dengan penduduk terpadat ke-4 di dunia dan merupakan produsen terbesar ke-10 dalam bidang pertanian. Luas lahan pertanian di Indonesia tercatat sebesar sepertiga dari luas lahan pertanian di dunia dengan sumber air yang cukup melimpah. Di Indonesia, petani-petani kecil lebih banyak menghasilkan produksi tanaman pangan sementara pertanian komersial yang besar menghasilkan produksi tanaman perkebunan seperi kelapa sawit, karet, dan kakao. Dilihat dari sektor pembuka lapangan kerja, penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian merupakan yang terbesar dari sektor lainnya, yakni sebesar 35,05% dari total penduduk yang bekerja di tahun 2013 (BPS). Namun, kontribusi tenaga kerja di sektor pertanian mengalami penurunan ratarata 1,42% per tahun selama Neraca perdagangan sektor pertanian secara keseluruhan mengalami defisit sejak tahun 2007 dan mencapai USD 2,9 miliar di tahun Laju pertumbuhan ekspor pertanian selama periode sebesar 9,5% per tahun sementara laju perumbuhan impor 16,9% per tahun (Tabel 2). Sebesar 50% dari total ekspor pertanian di tahun 2013 adalah komoditas udang, kopi, dan kakao, sementara impornya berupa gandum, kapas, dan kedelai. Data Kementerian Pertanian menyebutkan bahwa selama terus terjadi peningkatan investasi di sektor pertanian. Selama periode tersebut, persetujuan investasi di sektor pertanian primer baik PMDN maupun PMA naik masing-masing 27% dan 24% per tahun. Peningkatan tersebut mendekati angka pertumbuhan investasi PMDN dan PMA nasional. Dapat disimpulkan bahwa investor memiliki ketertarikan yang sama untuk berinvestasi di sektor ekonomi dan pertanian. Mengacu pada Rencana Kinerja Tahunan Kementerian Pertanian 2014, program swasembada dan peningkatan produksi komoditas strategis, diversifikasi pangan, serta peningkatan nilai tambah daya saing dan ekspor merupakan upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan produktivitas sektor pertanian. Terdapat komoditas pertanian yang menjadi prioritas sebagai komoditas strategis untuk mengembangkan pertanian Indonesia. Komoditas prioritas tersebut antara lain padi, jagung, kedelai, daging, dan tebu. Selain komoditas utama tersebut, terdapat pula komoditas strategis lainnya yang menjadi fokus perhatian pembangunan pertanian, yaitu kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar, kelapa sawit, karet, kakao, kelapa, kopi, jambu mete, cengkeh, teh, tembakau, kapas, lada, susu (sapi perah), kerbau, kambing, domba, babi, ayam buras, ayam ras petelur, ayam pedaging, itik, cabai, bawang merah, kentang, tanaman obat, jeruk, mangga, manggis, durian, pisang, anggrek, dan krisan. Produksi komoditas strategis tersebut mengalami peningkatan selama , kecuali kacang tanah. Adapun tantangan yang dihadapi sektor pertanian Indonesia di tahun 2014 antara lain adanya perubahan iklim yang berdampak pada sektor pertanian seperti meningkatnya serangan hama dan penyakit hewan, serta menurunnya produktivitas dan kualitas hasil panen. Selain itu, kurangnya kualitas dan hasil produksi berdampak pada peningkatan harga pangan yang menyebabkan tingginya tingkat inflasi dan juga peningkatan tingkat kemiskinan. Ditambah dengan tingginya kebutuhan domestik akan bahan pangan Tabel 2. Neraca Perdagangan Pertanian Indonesia terhadap Dunia Sumber : BPS Keterangan: yang dimaksud pertanian adalah produk segar pertanian 14 Volume 19 No. 1 Juni 2014 Agrimedia

6 pokok yang tidak diimbangi oleh ketersediaan produksinya (misalnya untuk produk kedelai, gula dan daging), memaksa pemerintah untuk melakukan importasi bahan pangan. Oleh karena itu, perlu peran dan dukungan pemerintah daerah secara optimal untuk menyediakan fasilitas pembiayaan pertanian yang mudah diakses petani/peternak, memperbaiki infrastruktur lahan dan sistem irigasi air serta memberikan penyuluhan pertanian yang efektif kepada para petani. Perkembangan Perdagangan Sektor Pertanian Indonesia di ASEAN Selama periode , neraca perdagangan sektor pertanian Indonesia terhadap ASEAN mengalami surplus dan cenderung meningkat. Pada Tahun 2013, ekspor produk pertanian Indonesia ke ASEAN mencapai US$ 1,41 miliar, sedangkan impor produk pertanian Indonesia hanya sebesar US$ 0,35 miliar sehingga surplus US$ 1,06 miliar (Gambar 1). Di antara negera-negara kawasan ASEAN, Malaysia merupakan tujuan utama ekspor produk pertanian Indonesia di tahun 2013 dengan pangsa 35,7% diikuti Singapura (24,4%), Vietnam (17,9%) dan Thailand (17,5%). Pada sisi impor, Indonesia banyak melakukan importasi produk pertanian dari Thailand dengan pangsa (28,7%), diikuti Malaysia (26,0%), Vietnam (19,7%), dan Myanmar (14,0%). Meskipun pangsa impor produk pertanian Indonesia dari Kamboja di tahun 2013 relatif kecil (0,3%), namun mengalami peningkatan yang signifikan (Gambar 2). Pada tahun 2009, impor produk pertanian Indonesia dari Kamboja hanya sebesar US$ 38 namun di tahun 2013 jumlahnya meningkat menjadi US$ 1,1 juta. Miliar US$ Ekspor Neraca Impor Sumber: BPS Gambar 1. Perkembangan Neraca Perdagangan Sektor Pertanian Indonesia dengan ASEAN BRUNAI DARUSSALAM 0.1% KAMBOJA 0.0% MYANMAR 0.0% Sumber: BPS Tujuan Ekspor, 2013 Asal Impor, 2013 LAOS 0.0% VIETNAM 17.9% MALAYSIA 35.7% THAILAND 17.5% SINGAPURA 24.4% PILIPINA 4.4% BRUNAI DARUSSALAM 0.0% KAMBOJA 0.3% LAOS 0.2% VIETNAM 19.7% MYANMAR 14.0% MALAYSIA 26.0% THAILAND 28.7% SINGAPURA 5.3% Gambar 2. Negara Tujuan Ekspor dan Asal Impor Produk Pertanian Indonesia di ASEAN PILIPINA 5.8% Agrimedia Volume 19 No. 1 Juni

7 Rubrik Utama Komoditas pertanian Indonesia yang paling banyak diekspor ke ASEAN adalah biji kakao dengan nilai ekspor tahun 2013 mencapai US$ 394,2 juta atau dengan pangsa 27,9% dari total ekspor produk pertanian ke ASEAN. Selain itu, biji kopi juga banyak diekspor ke ASEAN dengan nilai US$ 174,6 juta (pangsa 12,4%) di tahun 2013 (Tabel 3). Kelengkeng segar adalah komoditas pertanian yang paling banyak diimpor oleh Indonesia dengan nilai mencapai US$ 66,8 juta di tahun 2013 atau dengan pangsa 18,8% dari total impor produk pertanian Indonesia dari ASEAN (Tabel 4). Selain itu, Indonesia banyak mengimpor produk pertanian berupa kacangkacangan (kacang hitam & khijau), karet alam, serta kopi. Penutup Neraca perdagangan sektor pertanian Indonesia di ASEAN masih menunjukkan surplus, namun neraca sektor pertanian Indonesia terhadap dunia adalah defisit. Hal ini setidaknya merepresentasikan bahwa daya saing produk pertanian Indonesia di ASEAN masih relatif baik dibandingkan kinerja pertanian Indonesia secara keseluruhan. Oleh karena itu, kebijakan pengembangan sektor pertanian harus diarahkan bukan semata-mata untuk menghadapi MEA 2015, namun diarahkan untuk menjawab permasalahan mendasar sektor pertanian yaitu lemahnya sisi produksi/supply. Dalam hal ini, petani harus ditempatkan pada posisi sentral yang tidak hanya dibela tetapi juga harus dibekali dengan kemampuan untuk merespon perubahan pasar. Petani harus dipandang sebagai penggerak faktor-faktor produksi sehingga diperlukan dukungan langsung kepada petani melalui pengembangan riset, pemanfaatan teknologi, dan penyuluhan/edukasi. Selain itu perlu dilakukan perbaikan skala ekonomi pangan dan pertanian, pengelolaan rantai pasok produk pangan dan pertanian, peningkatan investasi di sektor pertanian, serta perbaikan pada isu-isu energi, infrastruktur, pertanahan, dan ketenagakerjaan. Pembangunan pertanian ke depan juga akan dihadapkan pada berbagai tantangan yang kompleks dan tidak mudah sehingga memerlukan dukungan dan sinergitas program dan kegiatan dari semua pemangku kepentingan. Tabel 3. Komoditas Ekspor Pertanian Utama Indonesia ke ASEAN NO HS URAIAN NILAI : Juta US$ TR END ( %) Total Ekspor 1, , , , , Cocoa beans, whole or broken,raw/roasted Arabica wib or robusta oib, not roasted not decaffeinated Live swine, other than breeding animals, weighing >= 50 kg Black pepper, neither crushed nor ground Other marine fish, excl.fillets, livers and roes, frozen White pepper, neither crushed nor ground Skipjack or stripe-bellied bonito, excl.fillets, livers and roes, Shrimps and prawns, frozen Oth salmonidae fish,excl.fillet,liver and roes, fresh or chilled Cuttle fish and squid, frozen Other freshwater fish, excl.fillets, livers and roes, frozen Other marine fish excl.fillets, livers and roes, fresh or Nutmeg, in shell Yellow fin tunas, excl.fillet, liver & roes, frozen Areca nuts, fresh or dried Oth aquatic invertebrates not crstceans, for human Black tea (fermented), in packing > 3 kg other than leaf Other freshwater fish, excl.fillets, livers and roes, fresh or Other vegetable products not elsewhere specified or Beans (vigna mungo hepper/vigna radiata wilczek), dried, Sub total , , , Lainnya Sumber: BPS (diolah Pusdatin Perdagangan, Kementerian Perdagangan) 2013 PANGSA ( %) Volume 19 No. 1 Juni 2014 Agrimedia

8 Tabel 4. Komoditas Impor Pertanian Utama Indonesia dari ASEAN NILAI : Juta US$ NO HS URAIAN TR END ( %) PANGSA (%) Total Impor Longans, fresh Beans (vigna mungo hepper/vigna radiata wilczek), Natural rubber latex,cont ammonia >= 0.5% catrige Arabica wib or robusta oib, not roasted not decaffeinated Shallots,fresh/chilled,oth than bulbs for propagation Other soya beans, whether or not broken Mackerel, excl.fillets, livers and roes, frozen Virginia tobacco, not stemmed/stripped, flue-cured Pulpwood of beech Ground nuts, shelled Other fruit, fresh Other wheat, for human consumption Durians, fresh Cotton, not carded/combed Black tea (fermented), in packing > 3 kg other than leaf Green tea (not fermented), in packing > 3 kg, leaf Other tobacco, not stemmed/stripped, not flue-cured Black pepper, neither crushed nor ground Other tobacco, not stemmed/stripped, flue-cured Sesamum seeds, whether or not broken Sub total Lainnya Sumber: BPS (diolah Pusdatin Perdagangan, Kementerian Perdagangan) Referensi ASEAN The Asean Declaration (Bangkok Declaration) Bangkok, 8 August BPS Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Berita Resmi Statistik BPS No. 36/05/Th. XVII, 5 Mei 2014 Departmen Perdagangan (Tanpa Tahun). Menuju ASEAN Economic Community. kemendag.go.id/website_kpi/umum/ Setditjen/Buku%20Menuju%20ASEAN%20 ECONOMIC%20COMMUNITY% pdf Kementerian Perdagangan Perkembangan Masyarakat Ekonomi ASEAN. kemendag.go.id/website_kpi/umum/setditjen/ Buku%20Masyarakat%20Ekonomi%20ASEAN/ Perkembangan%20MEA.pdf Ditjen KPI, Kementerian Perdagangan Menjadi Pemenang pada Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Bahan Sosialisasi Dana Dekonsentrasi, Maret Kementerian Pertanian. 2013a. Laporan Data Kinerja Kementerian Pertanian Tahun /100/0000/0000/0737/0bcaa9c ef395 58f835d055c pdf Kementerian Pertanian. 2013b. Rencana Kinerja Tahunan Kementerian Pertanian KEMENTAN_2014.pdf OECD Kebijakan-kebijakan dalam bidang Pertanian: Pemantauan dan Evaluasi 2013 Negara-negara OECD dan Negara-negara Berkembang (Indonesia). org/tad/agricultural-policies/agmon_2013_ Indonesia_IDN.pdf Agrimedia Volume 19 No. 1 Juni

TANTANGAN EKSTERNAL : Persiapan Negara Lain LAOS. Garment Factory. Automotive Parts

TANTANGAN EKSTERNAL : Persiapan Negara Lain LAOS. Garment Factory. Automotive Parts TANTANGAN EKSTERNAL : Persiapan Negara Lain LAOS Garment Factory Automotive Parts 1 Tantangan eksternal : persiapan Negara Lain VIETNAM 2 Pengelolaaan ekspor dan impor Peningkatan pengawasan produk ekspor

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015

PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015 PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015 J.S. George Lantu Direktur Kerjasama Fungsional ASEAN/ Plt. Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN Jakarta, 20 September 2016 KOMUNITAS ASEAN 2025 Masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah 17 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ASEAN terbentuk pada tahun 1967 melalui Deklarasi ASEAN atau Deklarasi Bangkok tepatnya pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok oleh Wakil Perdana Menteri merangkap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam hal lapangan pekerjaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

I. PENDAHULUAN. dalam hal lapangan pekerjaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian penduduknya bermata pencaharian di sektor pertanian. Menurut data BPS (2010), jumlah penduduk yang bekerja di sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya alam yang melimpah, terutama pada sektor pertanian. Sektor pertanian sangat berpengaruh bagi perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) / ASEAN Economic Community (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini merupakan agenda utama negara

Lebih terperinci

Pilar 1, MEA 2015 Situasi Terkini

Pilar 1, MEA 2015 Situasi Terkini CAPAIAN MEA 2015 Barang Pilar 1, MEA 2015 Situasi Terkini Tariff 0% untuk hampir semua produk kecuali MINOL, Beras dan Gula ROO / NTMs Trade & Customs Law/Rule National Trade Repository (NTR)/ATR Fokus

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Ir. M. Tassim Billah, M.Sc.

KATA PENGANTAR. Ir. M. Tassim Billah, M.Sc. KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan pelayanan data dan informasi, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (Pusdatin) menerbitkan Buku Saku Statistik Makro Triwulanan. Buku Saku Volume V No. 4 Tahun

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu pendorong peningkatan perekonomian suatu negara. Perdagangan internasional, melalui kegiatan ekspor impor memberikan keuntungan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Gambaran Perkembangan Integrasi Ekonomi di Kawasan ASEAN. Sumber: Lim (2014) GAMBAR 4.1. Negara-negara di Kawasan ASEAN Secara astronomis Asia Tenggara terletak di antara

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian 1 BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Dalam era globalisasi sekarang ini, perekonomian internasional merupakan salah satu pilar utama dalam proses pembangunan dunia yang lebih maju. Organisasi-organisasi

Lebih terperinci

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B.

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B. ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B. Outline Sejarah dan Latar Belakang Pembentukan AFTA Tujuan Strategis AFTA Anggota & Administrasi AFTA Peranan & Manfaat ASEAN-AFTA The

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Oktober 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc.

KATA PENGANTAR. Jakarta, Oktober 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc. OKTOBER 2013 KATA PENGANTAR Dalam rangka menyediakan data indikator makro sektor pertanian serta hasil analisisnya, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian pada tahun 2013 kembali menerbitkan Buletin

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juni 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc.

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juni 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc. JUNI 2013 KATA PENGANTAR Dalam rangka menyediakan data indikator makro sektor pertanian serta hasil analisisnya, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian pada tahun 2013 kembali menerbitkan. Indikator

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Ekspor, Impor, dan Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian Menurut Sub Sektor, 2014 Ekspor Impor Neraca

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Ekspor, Impor, dan Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian Menurut Sub Sektor, 2014 Ekspor Impor Neraca I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah ruah dan beraneka ragam. Hal ini tampak pada sektor pertanian yang meliputi komoditas tanaman pangan, hortikultura, perkebunan,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc.

KATA PENGANTAR. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc. SEPTEMBER 2013 KATA PENGANTAR Dalam rangka menyediakan data indikator makro sektor pertanian serta hasil analisisnya, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian pada tahun 2013 kembali menerbitkan Buletin

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juli 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc.

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juli 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc. JULI 2013 KATA PENGANTAR Dalam rangka menyediakan data indikator makro sektor pertanian serta hasil analisisnya, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian pada tahun 2013 kembali menerbitkan Buletin Bulanan.

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang

BAB I. PENDAHULUAN. pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang sebagian penduduknya bermata pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang bekerja di sektor

Lebih terperinci

Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015:

Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015: Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015: Meningkatkan Daya Saing, Meraih Peluang Disampaikan oleh: Direktur Kerja Sama ASEAN, Ditjen Kerja Sama Perdagangan Internasional, KEMENDAG Jakarta,30 September 2015 Perjalanan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kerjasama perdagangan Indonesia dengan Thailand. AFTA, dimana Indonesia dengan Thailand telah menerapkan skema

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kerjasama perdagangan Indonesia dengan Thailand. AFTA, dimana Indonesia dengan Thailand telah menerapkan skema BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini peneliti akan menyimpulkan hasil penelitian secara keseluruhan sesuai dengan berbagai rumusan masalah yang terdapat pada Bab 1 dan memberikan saran bagi berbagai

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah petani di Indonesia menurut data BPS mencapai 45% dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 42,47 juta jiwa. Sebagai negara dengan sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia terletak di benua Asia, tepatnya di kawasan Asia Tenggara. Negara-negara yang terletak di kawasan ini memiliki sebuah perhimpunan yang disebut dengan ASEAN (Assosiation

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi dunia, harga pangan dan energi meningkat, sehingga negara-negara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini dilihat dari kontribusi sektor

Lebih terperinci

INOVASI GOVERNMENTAL MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015

INOVASI GOVERNMENTAL MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015 INOVASI GOVERNMENTAL MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015 1 : 1 Potret Kabupaten Malang 2 Pengertian Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 3 Kesiapan Kabupaten Malang Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

Lebih terperinci

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 3/Maret 2014

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 3/Maret 2014 MARET 2014 Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 3/Maret 2014 Ukuran Buku : 20,5 cm x 29,0 cm Desain grafis: Sehusman, SP Penanggung Jawab: Ir. M. Tassim Billah, MSc Redaktur

Lebih terperinci

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 10/Oktober 2014

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 10/Oktober 2014 OKTOBER 2014 Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 10/Oktober 2014 Ukuran Buku : 20,5 cm x 29,0 cm Desain grafis: Sehusman, SP Penanggung Jawab: Ir. M. Tassim Billah, MSc

Lebih terperinci

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015 Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional Kementerian Perindustrian 2015 I. LATAR BELAKANG 2 INDUSTRI AGRO Industri Agro dikelompokkan dalam 4 kelompok, yaitu

Lebih terperinci

Ina Hagniningtyas Krisnamurthi Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN, Kementerian Luar Negeri Madura, 27 Oktober 2015

Ina Hagniningtyas Krisnamurthi Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN, Kementerian Luar Negeri Madura, 27 Oktober 2015 Ina Hagniningtyas Krisnamurthi Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN, Kementerian Luar Negeri Madura, 27 Oktober 2015 TRANSFORMASI ASEAN 1976 Bali Concord 1999 Visi ASEAN 2020 2003 Bali Concord II 2007 Piagam

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA Oleh : Reni Kustiari Pantjar Simatupang Dewa Ketut Sadra S. Wahida Adreng Purwoto Helena

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional memiliki peranan penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu negara terhadap arus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan tidak sekedar di tunjukan oleh prestasi pertumbuhan ekonomi. perekonomian kearah yang lebih baik. (Mudrajad,2006:45)

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan tidak sekedar di tunjukan oleh prestasi pertumbuhan ekonomi. perekonomian kearah yang lebih baik. (Mudrajad,2006:45) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan

Lebih terperinci

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 8/Agustus 2014

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 8/Agustus 2014 AGUSTSU 2014 Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 8/Agustus 2014 Ukuran Buku : 20,5 cm x 29,0 cm Desain grafis: Sehusman, SP Penanggung Jawab: Ir. M. Tassim Billah, MSc Redaktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendorong perkembangan dan kemakmuran dunia industri modern Perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. mendorong perkembangan dan kemakmuran dunia industri modern Perdagangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, perdagangan internasional merupakan inti dari ekonomi global dan mendorong perkembangan dan kemakmuran dunia industri modern Perdagangan Internasional dilakukan

Lebih terperinci

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume IX, Nomor 3/Maret 2015

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume IX, Nomor 3/Maret 2015 MARET 2015 Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume IX, Nomor 3/Maret 2015 Ukuran Buku : 20,5 cm x 29,0 cm Desain grafis: Sehusman, SP Penanggung Jawab: Ir. M. Tassim Billah, MSc Redaktur

Lebih terperinci

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 9/September 2014

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 9/September 2014 SEPTEMBER 2014 Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 9/September 2014 Ukuran Buku : 20,5 cm x 29,0 cm Desain grafis: Sehusman, SP Penanggung Jawab: Ir. M. Tassim Billah, MSc

Lebih terperinci

4. Membentuk komite negara-negara penghasil minyak bumi ASEAN. Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia

4. Membentuk komite negara-negara penghasil minyak bumi ASEAN. Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia 1. ASEAN ( Association of South East Asian Nation Nation) ASEAN adalah organisasi yang bertujuan mengukuhkan kerjasama regional negara-negara di Asia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Filipina, Singapura, Malaysia, Thailand, Brunei Darusalam, Vietnam,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Filipina, Singapura, Malaysia, Thailand, Brunei Darusalam, Vietnam, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada KTT ASEAN ke-20 yang dihadiri oleh seluruh anggota yaitu: Indonesia, Filipina, Singapura, Malaysia, Thailand, Brunei Darusalam, Vietnam, Laos, Myanmar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk menopang perekonomian nasional dan daerah, terutama setelah terjadinya krisis ekonomi yang dialami

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume VI Nomor 2 Tahun 2014 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL - KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Sektor pertanian secara potensial mampu memberikan kontribusi

Lebih terperinci

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014 Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014 Sektor pertanian sampai sekarang masih tetap memegang peran penting dan strategis dalam perekonomian nasional. Peran

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA INDIKATOR PERTANIAN 2012/2013. Produksi Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman. Luas Panen Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman

LEMBAR KERJA INDIKATOR PERTANIAN 2012/2013. Produksi Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman. Luas Panen Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman LEMBAR KERJA INDIKATOR PERTANIAN 2012/2013 Produksi Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman No. Jenis Tanaman (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Padi 2 Jagung 3 Kedelai 4 Kacang Tanah 5 Ubi Kayu 6 Ubi Jalar Tanaman

Lebih terperinci

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 5/Mei 2014

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 5/Mei 2014 MEI 2014 Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 5/Mei 2014 Ukuran Buku : 20,5 cm x 29,0 cm Desain grafis: Sehusman, SP Penanggung Jawab: Ir. M. Tassim Billah, MSc Redaktur

Lebih terperinci

PROFIL PANGAN DAN PERTANIAN

PROFIL PANGAN DAN PERTANIAN PROFIL PANGAN DAN PERTANIAN 2003-2006 Direktorat Pangan dan Pertanian Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional 2006 PROFIL PANGAN DAN PERTANIAN 2003-2006

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu kriterianya dilihat dari daya saing produk-produk ekspornya. Yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. satu kriterianya dilihat dari daya saing produk-produk ekspornya. Yang menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perdagangan internasional penting dalam ekonomi terutama sebagai sumber devisa negara. Keberhasilan suatu negara dalam perdagangan internasional salah satu

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

Menteri Perindustrian Republik Indonesia Menteri Perindustrian Republik Indonesia BUTIR-BUTIR BICARA MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAPAT KOORDINASI PEMERINTAH PUSAT, PEMERINTAH DAERAH, DAN BANK INDONESIA MEMPERCEPAT DAYA SAING INDUSTRI UNTUK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu bidang produksi dan lapangan usaha yang paling tua di dunia yang pernah dan sedang dilakukan oleh masyarakat. Sektor pertanian adalah sektor

Lebih terperinci

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 12/Desember 2014

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 12/Desember 2014 DESEMBER 2014 Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 12/Desember 2014 Ukuran Buku : 20,5 cm x 29,0 cm Desain grafis: Sehusman, SP Penanggung Jawab: Ir. M. Tassim Billah, MSc

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume VII Nomor 1 Tahun 2015 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL - KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 11/02/72/Th. XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Ekonomi Sulawesi Tengah pada tahun 2013 yang diukur dari persentase kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume V Nomor 4 Tahun 2013 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR

Lebih terperinci

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 6/Juni 2014

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 6/Juni 2014 JUNI 2014 Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 6/Juni 2014 Ukuran Buku : 20,5 cm x 29,0 cm Desain grafis: Sehusman, SP Penanggung Jawab: Ir. M. Tassim Billah, MSc Redaktur

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA INDIKATOR PERTANIAN 2013/2014. Produksi Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman. Luas Panen Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman

LEMBAR KERJA INDIKATOR PERTANIAN 2013/2014. Produksi Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman. Luas Panen Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman LEMBAR KERJA INDIKATOR PERTANIAN 2013/2014 Produksi Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman No. Jenis Tanaman 2010 2011 2012 2013 2013 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Padi 2 Jagung 3 Kedelai 4 Kacang Tanah

Lebih terperinci

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VII, Nomor 12/Desember 2013

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VII, Nomor 12/Desember 2013 DESEMBER 2013 Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VII, Nomor 12/Desember 2013 Ukuran Buku : 20,5 cm x 29,0 cm Desain grafis: Sehusman, SP Penanggung Jawab: Ir. M. Tassim Billah, MSc

Lebih terperinci

PERSIAPAN DAERAH dalam menghadapi

PERSIAPAN DAERAH dalam menghadapi PERSIAPAN DAERAH dalam menghadapi Outline 1 Gambaran Umum Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 2 MEA dalam RKP 2014 3 Strategi Daerah dalam Menghadapi MEA 2015 MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) 2015 Masyarakat

Lebih terperinci

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C)

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C) Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C) Formulir C LAPORAN KONSOLIDASI PROGRAM DIRINCI MENURUT KEGIATAN TRIWULAN IV TAHUN ANGGARAN 2015 Kementerian Koordinator

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/02/72/Th. XIV. 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Ekonomi Sulawesi Tengah tahun 2010 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Association of South East Asian Nation (selanjutnya disebut ASEAN)

BAB I PENDAHULUAN. Association of South East Asian Nation (selanjutnya disebut ASEAN) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Association of South East Asian Nation (selanjutnya disebut ASEAN) merupakan kekuatan ekonomi ketiga terbesar setelah Jepang dan Tiongkok, di mana terdiri dari 10 Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk tercapainya masyarakat yang sejahtera dan damai. Namun, kerjasama

BAB I PENDAHULUAN. untuk tercapainya masyarakat yang sejahtera dan damai. Namun, kerjasama 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diawal pembentukanya pada 1967, ASEAN lebih ditunjukan pada kerjasama yang berorientasi politik guna pencapaian kedamaian dan keamanan dikawasan Asia Tenggara. Dimulai

Lebih terperinci

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

PRODUKSI PANGAN INDONESIA 65 PRODUKSI PANGAN INDONESIA Perkembangan Produksi Pangan Saat ini di dunia timbul kekawatiran mengenai keberlanjutan produksi pangan sejalan dengan semakin beralihnya lahan pertanian ke non pertanian

Lebih terperinci

ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS SEKTOR PERTANIAN. Biro Riset LMFEUI

ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS SEKTOR PERTANIAN. Biro Riset LMFEUI ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS SEKTOR PERTANIAN Biro Riset LMFEUI Data tahun 2007 memperlihatkan, dengan PDB sekitar Rp 3.957 trilyun, sektor industri pengolahan memberikan kontribusi terbesar, yaitu Rp

Lebih terperinci

PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES

PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES NASKAH PENJELASAN PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES (PROTOKOL UNTUK MELAKSANAKAN KOMITMEN PAKET KEENAM DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume V Nomor 2 Tahun 2013 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PERTANIAN.

PERTANIAN. PERTANIAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM KEHIDUPAN Menyediakan kebutuhan pangan penduduk Menyerap tenaga kerja Pemasok bahan baku industri Sumber penghasil devisa SUBSEKTOR PERTANIAN Subsektor tanaman pangan

Lebih terperinci

DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI

DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI I. KINERJA AGRO TAHUN 2012 II. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN AGRO III. ISU-ISU STRATEGIS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang saling membutuhkan satu sama lain. Kegiatan ini diperlukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang saling membutuhkan satu sama lain. Kegiatan ini diperlukan oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan kegiatan transaksi jual beli antar negara yang saling membutuhkan satu sama lain. Kegiatan ini diperlukan oleh setiap negara untuk

Lebih terperinci

PERAN DESA DALAM MENDUKUNG DAYA SAING PERTANIAN MENGHADAPI PASAR BEBAS ASEAN 1

PERAN DESA DALAM MENDUKUNG DAYA SAING PERTANIAN MENGHADAPI PASAR BEBAS ASEAN 1 PERAN DESA DALAM MENDUKUNG DAYA SAING PERTANIAN MENGHADAPI PASAR BEBAS ASEAN 1 Oleh : Heri Akhmadi, S.P., M.A. 2 1 Disampaikan dalam acara Kiprah Desa RRI Yogyakarta, Kamis 7 Oktober 2016 Pukul 19.30-20.00

Lebih terperinci

MEMBANGUN TIM EFEKTIF

MEMBANGUN TIM EFEKTIF MATERI PELENGKAP MODUL (MPM) MATA DIKLAT MEMBANGUN TIM EFEKTIF EFEKTIVITAS TIM DAERAH DALAM MEMASUKI ERA ASEAN COMMUNITY 2016 Oleh: Dr. Ir. Sutarwi, MSc. Widyaiswara Ahli Utama BPSDMD PROVINSI JAWA TENGAH

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume V Nomor 3 Tahun 2013 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL, KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume VI Nomor 3 Tahun 2014 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL - KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Peraturan Presiden No 32 Tahun 2011 tentang MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) merupakan sebuah langkah besar permerintah dalam mencapai

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume VI Nomor 1 Tahun 2014 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL - KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi ekonomi bagi seluruh bangsa di dunia adalah fakta sejarah yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan ASEAN. Globalisasi

Lebih terperinci

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN didirikan di Bangkok 8 Agustus 1967 oleh Indonesia, Malaysia,

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 06 /11/33/Th.I, 15 Nopember 2007 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH PDRB JAWA TENGAH TRIWULAN III TH 2007 TUMBUH 0,7 PERSEN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Tengah pada

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR ANALISIS KEBIJAKAN

LAPORAN AKHIR ANALISIS KEBIJAKAN LAPORAN AKHIR ANALISIS KEBIJAKAN PENETAPAN TARGET INDIKATOR MAKRO DALAM RANGKA PENYUSUNAN RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERTANIAN 2015-2019 Oleh Pantjar Simatupang Sri Hery Susilowati Supriyati Sri Hastuti

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-2011 No. 43/08/63/Th XV, 05 Agustus 20 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-20 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-20 tumbuh sebesar 5,74 persen jika dibandingkan triwulan I-20 (q to q)

Lebih terperinci

BAB 7 PERDAGANGAN BEBAS

BAB 7 PERDAGANGAN BEBAS BAB 7 PERDAGANGAN BEBAS Pengaruh Globalisasi Terhadap Perekonomian ASEAN Globalisasi memberikan tantangan tersendiri atas diletakkannya ekonomi (economy community) sebagai salah satu pilar berdirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perekonomian negara-negara di dunia saat ini terkait satu sama lain melalui perdagangan barang dan jasa, transfer keuangan dan investasi antar negara (Krugman dan Obstfeld,

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume VI Nomor 4 Tahun 2014 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL - KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya terencana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi dengan

Lebih terperinci

ACFTA sebagai Tantangan Menuju Perekonomian yang Kompetitif Rabu, 07 April 2010

ACFTA sebagai Tantangan Menuju Perekonomian yang Kompetitif Rabu, 07 April 2010 ACFTA sebagai Tantangan Menuju Perekonomian yang Kompetitif Rabu, 07 April 2010 Awal tahun 2010 dimulai dengan hentakan pemberlakuan ACFTA atau ASEAN-China Free Trade Area. Pro-kontra mengenai pemberlakuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

Daya Saing Industri Indonesia di Tengah Gempuran Liberalisasi Perdagangan

Daya Saing Industri Indonesia di Tengah Gempuran Liberalisasi Perdagangan Daya Saing Industri Indonesia di Tengah Gempuran Liberalisasi Perdagangan www.packindo.org oleh: Ariana Susanti ariana@packindo.org ABAD 21 Dunia mengalami Perubahan Kemacetan terjadi di kota-kota besar

Lebih terperinci

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C)

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C) Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C) Formulir C LAPORAN KONSOLIDASI PROGRAM DIRINCI MENURUT KEGIATAN TRIWULAN I TAHUN ANGGARAN 2015 Kementerian Koordinator

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA. Oleh :

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA. Oleh : LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA Oleh : Nizwar Syafa at Prajogo Utomo Hadi Dewa K. Sadra Erna Maria Lokollo Adreng Purwoto Jefferson Situmorang Frans

Lebih terperinci

: Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan

: Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan Judul Nama : Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan NIM : 1306105127 Abstrak Integrasi ekonomi merupakan hal penting yang perlu

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perekonomian Indonesia dipengaruhi oleh beberapa sektor usaha, dimana masing-masing sektor memberikan kontribusinya terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang masih memegang peranan dalam peningkatan perekonomian nasional. Selain itu, sebagian besar penduduk Indonesia masih menggantungkan

Lebih terperinci

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 4/April 2014

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 4/April 2014 APRIL 2014 Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 4/April 2014 Ukuran Buku : 20,5 cm x 29,0 cm Desain grafis: Sehusman, SP Penanggung Jawab: Ir. M. Tassim Billah, MSc Redaktur

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 27/05/61/Th. XVII, 5 Mei PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I- EKONOMI KALIMANTAN BARAT TUMBUH 4,69 PERSEN Perekonomian Kalimantan Barat yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

Kursus pelatihan untuk pembuat kebijakan tentang produktivitas dan kondisi kerja UKM RENCANA AKSI STRATEGIS ASEAN UNTUK PENGEMBANGAN UKM

Kursus pelatihan untuk pembuat kebijakan tentang produktivitas dan kondisi kerja UKM RENCANA AKSI STRATEGIS ASEAN UNTUK PENGEMBANGAN UKM Kursus pelatihan untuk pembuat kebijakan tentang produktivitas dan kondisi kerja UKM RENCANA AKSI STRATEGIS ASEAN UNTUK PENGEMBANGAN UKM 2016-2025 RENCANA AKSI STRATEGIS ASEAN UNTUK PENGEMBANGAN UKM 2016-2025

Lebih terperinci

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C)

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C) Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C) Formulir C LAPORAN KONSOLIDASI PROGRAM DIRINCI MENURUT KEGIATAN TRIWULAN III TAHUN ANGGARAN 2015 Kementerian Koordinator

Lebih terperinci