KATA PENGANTAR. Dr. Nora Lumentut NIP

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR. Dr. Nora Lumentut NIP"

Transkripsi

1

2

3 KATA PENGANTAR Salah satu sarana yang dapat digunakan untuk melaporkan hasil pemantauan terhadap pencapaian hasil pembangunan kesehatan, termasuk kinerja dari penyelenggaraan pelayanan kesehatan di Sulawesi Utara di tahun 2009 adalah Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun Dengan demikian dapat dikatakan Buku Profil Kesehatan ini pada intinya berisi berbagai data dan informasi yang menggambarkan situasi dan kondisi kesehatan masyarakat di Sulawesi Utara pada tahun Selain itu Buku Profil Kesehatan dapat digunakan untuk membuat perencanaan ke depan. Oleh karena kedudukannya yang sangat strategis itu, penyusunan Buku Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009 ini perlu disusun dengan cermat dan sedapat mungkin diusahakan kesesuaian antara berbagai sumber data yang menjadi acuan dalam penyusunan Buku Profil Kesehatan ini, baik data yang berasal dari lingkungan Dinas Kesehatan tingkat Provinsi, Tingkat Kabupaten/ Kota maupun dengan sektor terkait dari berbagai tingkatan administrasi. Isi Buku profil Kesehatan dimulai dengan Pendahuluan, Gambaran Umum Pembangunan Kesehatan Daerah, Pencapaian Pembangunan Kesehatan, Upaya Pelayanan Kesehatan, Sumber Daya Kesehatan, Penutup dan Daftar Pustaka. Buku Profil Kesehatan ini disajikan dalam bentuk hard copy (pencetakan buku) dan soft copy (CD), dan dapat diakses dalam website resmi Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara dengan alamat dinkessulut Kepada tim yang telah bekerja keras serta kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Buku Profil Kesehatan ini, kami sampaikan penghargaan dan terima kasih. Kami menyadari bahwa data yang tersedia dan bentuk penyajian dalam Buku Profil Kesehatan ini masih terdapat kekurangan. Untuk itu kami mengharapkan masukan dari pengguna untuk perbaikan buku ini di masa mendatang. Semoga Buku Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009 ini dapat bermanfaat. Manado, Oktober 2010 Kepala Balai Data, Surveilans dan Sistem Informasi Kesehatan Dr. Nora Lumentut NIP Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009 i

4 KATA SAMBUTAN KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI UTARA Puji dan Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas berkat dan karunianya sehingga Buku Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009 dapat diterbitkan sebagai wujud kerja keras dan partisipasi seluruh jajaran lingkup Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara. Saya menyambut baik terbitnya Buku Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009 ini karena di era informasi dan teknologi sekarang ini, semakin dirasakan bahwa data dan informasi kesehatan sangat dibutuhkan, baik untuk manajemen kesehatan, pelaksanaan pelayanan kesehatan, pengambilan keputusan serta dapat digunakan sebagai salah satu rujukan data dan informasi. Oleh karena itu perlu dibangun kerjasama dalam mengembangkan Data Kesehatan dengan cara meningkatkan koordinasi dalam pertukaran data dan informasi baik di lingkungan Dinas Kesehatan tingkat Provinsi, tingkat Kabupaten/ Kota maupun dengan sektor terkait di berbagai tingkatan administrasi. Kerja sama tersebut dibutuhkan dalam meningkatkan kualitas data yang dibutuhkan untuk manajemen kesehatan. Tak ada gading yang tak retak, saran dan kritik untuk penyempurnaan buku ini sangat kami harapkan, kerja sama yang telah dibina dalam proses penyusunan buku ini harus terus ditingkatkan. Ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah berperan aktif dalam menyumbangkan usulan, pikiran, data dan informasi dalam pembuatan Buku Profil ini. Semoga Buku Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara ini dapat bermanfaat. Manado, Oktober 2010 Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Dr. MAXI R. RONDONUWU, DHSM NIP Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009 ii

5 DAFTAR ISI KATA SAMBUTAN i KATA PENGANTAR ii DAFTAR ISI iii DAFTAR TABEL iv DAFTAR GAMBAR v BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 A. KEPENDUDUKAN 4 B. KEADAAN EKONOMI 4 C. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 6 BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN 9 A. UMUR HARAPAN HIDUP 9 B. MORTALITAS 9 C. MORBIDITAS 18 D. STATUS GIZI 33 BAB V UPAYA PELAYANAN KESEHATAN 35 A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR 35 B. UPAYA KESEHATAN PENGEMBANGAN 44 C. PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN 49 D. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT 50 E. PELAYANAN KESEHATAN DALAM SITUASI BENCANA 54 F. PEMBERANTASAN PENYAKIT 56 G. PENYEHATAN LINGKUNGAN 62 BAB VI SUMBER DAYA KESEHATAN 67 A. SARANA KESEHATAN 67 B. TENAGA KESEHATAN 72 C. PEMBIAYAAN KESEHATAN 75 BAB VII PENUTUP 79 Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009 iii

6 DAFTAR TABEL TABEL I.1. LUAS WILAYAH, JUMLAH PENDUDUKDAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KABUPATEN/ KOTA SE PROPINSI SULAWESI UTARA TAHUN TABEL I.2. PERBANDINGAN IPM KABUPATEN / KOTA TAHUN TABEL I.3. TABEL IV.1. TABEL IV.2. KOMPONEN PENYUSUN IPM MENURUT KABUPATEN/ KOTA SE PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2009 DATA PUSKESMAS,TENAGA KESEHATAN DILATIH MTBS DAN SDIDTK PADA TAHUN 2009 DATA PUSKESMAS, TENAGA KESEHATAN DILATIH MANAJEMEN ASFIKSIA DAN BBLR PADA TAHUN 2009 TABEL IV.3. JUMLAH BIDAN / BIDAN DESA & BIDAN KIT TAHUN TABEL IV.4. TABEL IV.5. JUMLAH PUSKESMASDAN RUMAH SAKIT DI SULAWESI UTARA YANG MAMPU MELAKSANAKAN PONED & PONEK JUMLAH DUKUN DAN DUKUN YANG BERMITRA DI PROVINSI SULAWESI UTARA S/DTAHUN 2009 TABEL IV.6. REKAPITULASI KEGIATAN BKMM TAHUN TABEL IV.7. KUNJUNGAN PENDERITA DI BKMM TAHUN TABEL IV PENYAKIT YANG DITEMUKAN DI BKMM T.A TABEL IV.9. ANGKA KEBUTAAN YANGDITEMUKAN DI BKMM TAHUN TABEL IV.10. KEGIATAN OPERASI MATA TAHUN TABEL IV.11. KUNJUNGAN PASIEN TAHUNPADA KEGIATAN LUARGEDUNG TABEL IV.12. KUNJUNGAN PASIEN TAHUNPADA KEGIATAN LUARGEDUNG TABEL IV.13. ANGKA KEBUTAAN YANGDITEMUKAN DI LUARGEDUNGTAHUN TABEL IV.14. JENISOPERASI YANGDILAKUKAN DI LUARGEDUNGTAHUN TABEL IV.15. TABEL IV.16. KABUPATEN,KECAMATAN, PUSKESMAS DAN NAMA PULAU YANG TER- MASUK DTPK SULAWESI UTARA TAHUN 2009 CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT MISKIN DAN JPKM KABUPATEN / KOTA TAHUN 2009 TABEL IV.17. HASIL CAKUPAN PROGRAM GIZI TAHUN TABEL IV.18. JENIS, WAKTU KEJADIAN DAN KAB/ KOTA TERDAMPAK TABEL IV.19. TABEL V.1. PERSENTASE PENDUDUK10 TAHUN KE ATASMENURUT PENGETAHUAN TENTANG HIV/ AIDS DAN KABUPATEN/ KOTA DI PROVINSI SULAWESI UTARA PERBANDINGAN DANA KESEHATAN DEKONSENTRASI PROVINSI SU- LAWESI UTARA TAHUN (X 1.000) Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009 iv

7 GAMBAR II.1. DAFTAR GAMBAR PETA WILAYAH PROVINSI SULAWESI UTARA DAN 13 KABUPATEN/ KOTA TAHUN 2009 GAMBAR II.2. PROPORSI LUAS KABUPATEN/ KOTA SE PROPINSI SULAWESI UTARA TAHUN GAMBAR II.3. PDRBPROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN (TRILIUN RUPIAH) 5 GAMBAR II.4. STRUKTUREKONOMI PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN GAMBAR II.5. PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN GAMBAR III.1. TREN UMUR HARAPAN HIDUP PROVINSI SULAWESI UTARA 9 GAMBAR III.2. PERBANDINGAN AKB NASIONAL DAN PROVINSI SULAWESI UTARA 10 GAMBAR III.3. PERBANDINGAN AKN, AKB DAN AKABA PROPINSI SULAWESI UTARA DENGAN PROPINSI LAIN SE INDONESIA MENURUT SDKI 2007 GAMBAR III.4. PERSENTASE PENYEBAB KEMATIAN NEONATAL DI SULAWESI UTARA TAHUN GAMBAR III.5. GAMBAR III.6. PERSENTASE PENYEBABKEMATIAN BALITA ( 0 4 TAHUN) PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2009 PERBANDINGAN JUMLAH KEMATIAN BAYI PROVINSI SULAWESI UTARA MENURUT KAB/KOTA TAHUN 2008 DAN 2009 GAMBAR III.7. PETA DISTRIBUSI KASUS KEMATIAN BAYI PROPINSI SULAWESI UTARA GAMBAR III.8. PERBANDINGAN ANGKA KEMATIAN IBU MATERNAL NASIONAL DAN SULAWESI UTARA GAMBAR III.9. JUMLAH KEMATIAN IBU DAN AKI DI PROPINSI SULAWESI UTARA TAHUN GAMBAR III.10. GAMBAR III.11. GAMBAR III.12. GAMBAR III.13. DISTRIBUSI JUMLAH KEMATIAN IBU MENURUT KABUPATEN/ KOTA SE PROPINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2009 PETA DISTRIBUSI KASUS KEMATIAN IBU DI PROPINSI SULAWESI UTARA MENU- RUT KAB/KOTA TAHUN 2009 PERSENTASE PENYEBABLANGSUNG KEMATIAN IBU DI PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2009 SEPULUH (10) BESAR PENYAKIT MENULAR MENONJOL DI SULAWESI UTARA TA- HUN 2009 GAMBAR III.14. JUMLAH KASUS AFP PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN GAMBAR III.15. NON POLIO AFP RATE PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN GAMBAR III.16. JUMLAH KASUS HIV/ AIDS PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN GAMBAR III.17. GAMBAR III.18. GAMBAR III.19 GAMBAR III.20 DISTRIBUSI KASUS HIV/ AIDS TOTAL TAHUN 1997S/ D FEBRUARI 2010 MENURUT KAB/ KOTA SE PROVINSI SULAWESI UTARA PENDERITA MALARIA KLINIS DAN AMI DI PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN DISTRIBUSI KASUS MALARIA KLINIS KAB/ KOTA SE PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2009 SPR KASUS MALARIA KLINIS SEPROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2005 S/ D Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009 v

8 GAMBAR III.21. JUMLAH KASUS DBD DAN KEMATIAN SELANG TAHUN GAMBAR III.22. GRAFIK IR DAN CFR DBD GAMBAR III.23. GAMBAR III.24. KASUS DBD DAN KEMATIAN DI PROVINSI SULAWESI UTARA MENURUT BULAN TAHUN 2009 DISTRIBUSI KASUS DBD MENURUT BULAN SE PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN GAMBAR III.25. PETA DISTRIBUSI KASUS DBD DI SULAWESI UTARA TAHUN GAMBAR III.26. CDR TB PARU PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN GAMBAR III.27. HASIL PENGOBATAN (CURE RATE) TBPARU PROVINSI SULAWESI UTARA TA- HUN 2009 GAMBAR III.28. KASUS DIARE BALITA DI PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN GAMBAR III.29. GAMBAR III.30. GAMBAR III.31. GAMBAR III.32. GAMBAR III.33. GAMBAR IV.1. GAMBAR IV.2. GAMBAR IV.3. GAMBAR IV.4. GAMBAR IV.5. GAMBAR IV.6. DISTRIBUSI KASUS PENUMONIA BALITA SE PROPINSI SULAWESI UTARA TA- HUN 2009 KASUS GIGITAN DAN LYSSA DI PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN KASUS GIGITAN DAN PEMBERIAN VAR DI PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN DISTRIBUSI KASUS GIGITAN DAN LYSSA PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2009 DISTRIBUSI KASUS GIZI BURUK KAB/ KOTA SE PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2009 CAKUPAN PELAYANAN K1 IBU HAMIL PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2009 CAKUPAN PELAYANAN K4 IBU HAMIL PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2009 CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2009 PERSENTASE DISTRIBUSI PENOLONG PERSALINAN PROVINSI SULAWESI UTARA DETEKSI IBU HAMIL RISTI/ KOMPLIKASI KABUPATEN/ KOTA SE PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2009 GRAFIK CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN NEONATAL (KN LENGKAP) PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2009 GAMBAR IV.7. CAKUPAN UCI DESA KAB/ KOTA SE PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN GAMBAR IV.8. PETA UCI DESA PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN GAMBAR IV.9. CAKUPAN IMUNISASI DPT1-HB1 PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN GAMBAR IV.10. GAMBAR IV.11. GAMBAR IV.12. CAKUPAN DO (DPT1-CAMPAK) KABUPATEN/ KOTA SE-PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2009 CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN PEKERJA INFORMAL PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2009 KUNJUNGAN RAWAT JALAN TINGKAT PERTAMA DI PUSKESMAS SE PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009 vi

9 GAMBAR IV.13.. GAMBAR IV.14. GAMBAR IV.15. GAMBAR IV.16. CAKUPAN PENIMBANGAN BALITA N/ D KABUPATEN/ KOTA SE PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2009 CAKUPAN PEMBERIAN KAPSUL VIT A PADA BAYI BULAN FEBRUARI DAN AGUSTUS KABUPATEN/ KOTA SE PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2009 CAKUPAN PEMBERIAN KAPSUL VIT A PADA ANAK BALITA BULAN FEBRUARI DAN AGUSTUS KABUPATEN/ KOTA SE PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2009 CAKUPAN PEMBERIAN TABLET BESI FE-1 DAN FE-3 DI PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2008 GAMBAR IV.17. JUMLAH KASUS HIV/ AIDS PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN GAMBAR IV.18. JUMLAH KASUS AIDS DAN KEMATIAN DI PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 1997 S/D 2008 GAMBAR IV.19. CASE NOTIFICATION RATE TAHUN PROVINSI SULAWESI UTARA 58 GAMBAR IV.20. POLA PENEMUAN KASUS TBC PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN GAMBAR IV.21. GAMBAR IV.22. GAMBAR IV.23. GAMBAR IV.24. PENDERITA BARU BTA POSITIF (CDR) DI PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2009 ERROR RATE HASIL CROSS CHECKDI PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN DATA CURE RATE PENDERITA BARU BTA (+) PER KAB/ KOTA DI PROVINSI SU- LAWESI UTARA TAHUN 2009 CDR KUSTA (/ PENDUDUK) DI SULAWESI UTARA DALAM 10 TAHUN TERAKHIR GAMBAR IV.25. PROPORSI CACAT 2 DAN PROPORSI ANAKTAHUN GAMBAR IV.26. GAMBAR IV.27 GAMBAR IV.28. GAMBAR IV.29. GAMBAR IV.30. GAMBAR IV.31. GAMBAR V.1. TREND % RUMAH YANG MEMENUHI SYARAT KESEHATAN DI SULAWESI UTARA TAHUN 2007 S/D 2009 TREND % JAMBAN YANG MEMENUHI SYARAT (MS) KESEHATAN DI SU- LAWESI UTARA TAHUN 2007 S/D 2009 TREN % SPAL YANG MEMENUHI SYARAT KESEHATAN DI SULAWESI UTARA TAHUN TREN % TP PESTISIDA YANG MEMENUHI SYARAT KESEHATAN DI SULAWESI UTARA TAHUN TREN % TTU YANG MEMENUHI SYARAT KESEHATAN DI SULAWESI UTARA TAHUN TREN % TPM YANG MEMENUHI SYARAT KESEHATAN DI SULAWESI UTARA TAHUN DISTRIBUSI PUSKESMAS MENURUT JENIS PELAYANAN SE PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2009 GAMBAR V.2. RASIO PUSKESMAS PENDUDUK PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN GAMBAR V.3. PERKEMBANGAN PUSKESMAS SE SULAWESI UTARA TAHUN GAMBAR V.4. GAMBAR V.5. DISTRIBUSI RUMAH SAKIT DI SULAWESI UTARA BERDASARKAN KEPEMILIKAN TAHUN 2009 PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT DI SULAWESI UTARA TAHUN 2006 TAHUN 2009 Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun vii

10 GAMBAR V.6.. GAMBAR V.7. PERKEMBANGAN RS DI SULAWESI UTARA MENURUT KEPEMILIKAN TAHUN TREN % TPM YANG MEMENUHI SYARAT KESEHATAN DI SULAWESI UTARA DALAM PERSEN TAHUN 2006 S/ D GAMBAR V.8. PERKEMBANGAN POSYANDU DI SULAWESI UTARA TAHUN GAMBAR V.9. GAMBAR V.10. GAMBAR V.11. JUMLAH DESA SIAGA DAN POSKESDES MENURUTKABUPATEN/ KOTA TAHUN 2009 PERSEBARAN TENAGA MEDIS DI PUSKESMAS MENURUT KABUPATEN/ KOTA TAHUN 2009 DISTRIBUSI TENAGA PERAWAT/ BIDAN YANG BEKERJA DI PUSKESMAS MENU- RUT KABUPATEN/ KOTA TAHUN GAMBAR V.12. RASIO DOKTER PER PENDUDUK KABUPATEN/ KOTA TAHUN GAMBAR V.13. KEBERADAAN JUMLAH DOKTER UMUM DAN DOKTER GIGI PTT PROVINSI SULAWESI UTARA S/ D DESEMBER GAMBAR V.14. GAMBAR V.15. JUMLAH PESERTA DIDIK DI POLTEKKES DEPKES-MANADO MENURUT JURU- SAN DAN PROGRAM PENDIDIKAN TAHUN 2009 DANA KESEHATAN SUMBER DEKONSENTRASI SULAWESI UTARA MENURUT PROGRAM TAHUN ( DALAM JUTA ) GAMBAR V.16. APBD KESEHATAN PROVINSI SULAWESI UTARA (DALAM MILYAR) GAMBAR V.17. PERBANDINGAN DANA KESEHATAN PROVINSI SULAWESI UTARA SUMBER DEKONSENTRASI DAN SUMBER APBD (BELANJA PUBLIK) TAHUN (DALAM MILYAR) 79 Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009 viii

11 BAB I PENDAHULUAN Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara adalah gambaran situasi kesehatan di Provinsi Sulawesi Utara yang diterbitkan setahun sekali. Profil ini memuat data tentang kesehatan, baik yang meliputi derajat kesehatan, upaya kesehatan dan sumber daya kesehatan. Profil kesehatan juga menyajikan data pendukung lain yang berhubungan dengan kesehatan seperti data kependudukan, data sosial ekonomi, data lingkungan. Data dianalisis dengan analisis sederhana dan ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik. Dalam setiap penerbitan Profil Kesehatan Sulawesi Utara selalu terdapat perbedaan baik dari segi materi, analisis maupun dari bentuk tampilan fisiknya sesuai masukan dari para pengelola program di lingkungan Dinas Kesehatan dan pemakai pada umumnya. Informasi yang disajikan dalam profil ini bersumber dari beberapa pihak baik dari bidangbidang di lingkungan internal Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara dan Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota se Sulawesi Utara maupun yang bersumber dari luar seperti kantor statistik (BPS Sulawesi Utara) dan hasil-hasil survey dan riset seperti Riset Kesehatan Daerah tahun 2007 (yang dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan) dan Survei Kesehatan dan Demografi Indonesia (Indonesia Demographic and Health Survey 2007 (yang dilaksanakan oleh Macro International bekerja sama dengan Depkes, BKKBN dan BPS) Bab II Gambaran Umum. Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Sulawesi Utara. Selain uraian tentang letak geografis, demografis, administrasi, pendidikan ekonomi, bab ini juga menyajikan uraian singkat mengenai Indeks Pembangunan Manusia Bab III. Situasi Derajat Kesehatan. Bab ini berisi uraian tentang situasi Derajad Kesehatan, antara lain Umur Harapan Hidup, Angka Kematian, Angka Kesakitan dan Status Gizi. Bab IV. Situasi Upaya Kesehatan. Bab ini menguraikan hasil-hasil upaya-upaya kesehatan baik upaya kesehatan wajib seperti Kesehatan Ibu dan Anak, Perbaikan Gizi, Promosi Kesehatan, Pengendalian Penyakit Menular (dan Tidak Menular), Lingkungan Sehat maupun upaya kesehatan pengembangan, termasuk uraian singkat tentang situasi jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat miskin. Bab V. Situasi Sumber Daya Kesehatan Bab ini menguraikan tentang sarana kesehatan, ketenagaan pembiayaan kesehatan. Bab VI. Penutup. Tujuan utama diterbitkannya Profil Kesehatan Sulawesi Utara 2009 adalah untuk memberikan informasi / gambaran keadaan kesehatan / hasil pembangunan di bidang kesehatan di Provinsi Sulawesi Utara, khususnya untuk tahun 2009 dalam bentuk narasi, tabel dan gambar. Profil Kesehatan Sulawesi Utara 2009 ini terdiri dari 6 (enam) bab yaitu: Bab I Pendahuluan. Bab ini menyajikan tentang maksud dan tujuan penulisan Profil Kesehatan Sulawesi Utara serta sistematika penyajiannya Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun

12 2 Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009

13 BAB I I GAMBARAN UMUM Provinsi Sulawesi Utara dengan ibu kota Manado terletak antara Lintang Utara dan antara Bujur Timur, yang berbatasan dengan Laut Sulawesi, Republik Philipina dan Laut Pasifik disebelah utara serta Laut Maluku di sebelah timur. Batas sebelah selatan dan barat masing-masing adalah Teluk Tomini dan Provinsi Gorontalo. Gambar II. 1. Peta wilayah Provinsi Sulawesi Utara dan 15 Kabupaten/ Kota Tahun 2009 Luas Wilayah Sulawesi Utara tercatat ,60 km2 (luas ini memang mengalami perubahan karena dihitung dengan menggunakan peta rupa bumi skala 1 : ) yang meliputi sembilan kabupaten dan empat kota. Bolaang Mongondow merupakan kabupaten terluas dengan luas wilayah 6.230,95 km2 atau 40,79 persen dari wilayah Sulawesi Utara. Pada akhir tahun 2008 wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow telah mengalami pemekaran menjadi tiga kabupaten yaitu Kabupaten Bolaang Mongondow, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan sehingga total seluruhnya terdapat 15 kabupaten/ Kota se Sulawesi Utara. Gambar II.2. Proporsi Luas Kabupaten/ Kota se propinsi Sulawesi Utara Tahun 2009 B i t u n g, 2.0 T o m o h o n, 1.0 K o t a m o b a g u, M a n a d o, B o l t i m, 5.9 M i t r a, 4.7 B o l s e l, B o l m u t, B o l m o n g, M i n a h a s a, 6.7 M i n s e l, 9.0 Sa n g i h e, 4.1 SIT A R O, 2.5 M i n u t, 6.1 T a l a u d, 8.2 Sumber : BPS 2009 Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun

14 Di Sulawesi Utara terdapat 41 gunung yang tersebar pada beberapa kabupaten/ kota. Sedangkan jumlah danau tercatat ada sebanyak 17 danau dan jumlah sungai yang mengaliri wilayah Sulawesi Utara sebanyak 30 sungai. Berdasarkan pencatatan Stasiun Meteorologi Sam Ratulangi, rata-rata temperatur di Kota Manado dan sekitarnya sepanjang tahun 2007 adalah sekitar 26,2 o C. a. Kependudukan Berdasarkan estimasi data penduduk menurut Buku Penduduk Sasaran Program Pembangunan Kesehatan yang diterbitkan oleh Pusat data dan Informasi Departemen Kesehatan RI Tahun 2009, jumlah penduduk di Sulawesi Utara tahun 2009 sebanyak jiwa. Secara keseluruhan jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dari penduduk yang berjenis kelamin perempuan, yang tercermin dari angka rasio jenis kelamin yang lebih besar dari 100 yaitu 103,82. Jika dibandingkan dengan luas wilayah propinsi yang seluas ,60 km 2 maka kepadatan penduduk / km 2 adalah 145,9 jiwa/ km 2. Luas wilayah, jumlah penduduk (dijabarkan menurut rumus estimasi) dan kepadatan penduduk menurut Kabupaten/ Kota dapat dilihat pada tabel berikut. No Tabel I.1. Luas Wilayah, jumlah penduduk dan kepadatan penduduk menurut Kabupaten/ Kota se Propinsi Sulawesi Utara tahun 2009 Kabupaten / Kota Luas Wilayah (km2 )* Jumlah penduduk ** Kepadatan penduduk (jiwa/km 2 ) 1 Kab. Bolaang Mongondow 3, Kab. Minahasa 1, Kab. Kepulauan Sangihe Kab. Kepulauan Talaud 1, Kab. Minahasa Selatan 1, Kab. Minahasa Utara Kab. Kepulauan SITARO Kab. Bolaang Mongondow Utara 1, Kab. Minahasa tenggara Kab. Bolaang Mongondow Selatan 1, Kab. Bolaang Mongondow Timur Kota Manado Kota Bitung Kota Tomohon Kota Kotamobagu Jumlah , Sumber * : BPS Sulawesi Utara, **: Depkes RI b. Keadaan ekonomi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Ekonomi Sulawesi Utara tahun 2009 tumbuh 7,85 persen, meningkat dibandingkan tahun 2008 yang tumbuh sebesar 7,56 persen. Di tahun 2009, semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan positif. Pertumbuhan tertinggi terjadi di sektor pengangkutan & komunikasi yang mencapai 16,89 persen, sementara pertumbuhan terendah terjadi di sektor pertanian yang hanya tumbuh sebesar 2,07 persen. Sementara PDRB menurut harga konstan (ADHK) pada tahun 2005 sebesar triliun, pada tahun 2009 telah mencapai 16,64 triliun, sebagaimana terlihat pada grafik II.2 di bawah. Semakin lebarnya perbedaan nilai antara PDRB atas dasar harga berlaku dengan PDRB atas dasar harga konstan yang terlihat pada gambar 2 di bawah menunjukkan semakin tingginya nilai inflasi yang terjadi di tingkat harga produsen di Provinsi Sulawesi Utara. 4 Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009

15 Gambar II. 3. PDRBProvinsi Sulawesi Utara Tahun (Triliun Rupiah) Sumber : BPS 2010 Struktur ekonomi. Di tahun 2009, semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan positif. Pertumbuhan tertinggi terjadi di sektor pengangkutan & komunikasi yaitu sebesar 16,89 persen, diikuti oleh sektor listrik, gas, dan air bersih yang tumbuh sebesar 14,89 persen, sektor perdagangan, hotel, & restoran 12,31 persen, sektor keuangan persewaan & jasa perusahaan 7,57 persen, sektor industri pengolahan 7,02 persen, sektor jasa-jasa 6,85 persen, sektor bangunan 6,10 persen, sektor pertambangan & penggalian 5,50 persen, serta sektor pertanian 2,07 persen Gambar II. 4. Struktur ekonomi Provinsi Sulawesi Utara tahun 2009 Sumber : BPS 2010 Pertumbuhan ekonomi Secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Utara mengalami peningkatan dimana nilai pada tahun 2001 dan 2005 adalah masing-masing 2.13 dan 4.9, pada tahun 2008 dan 2009 menjadi masing-masing 7.56 dan Gambar II. 5. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Utara Tahun Sumber : BPS 2009 Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun

16 C. Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index) Indeks pembangunan manusia digunakan sebagai alat ukur untuk melihat dampak kemajuan pembangunan, IPM tersebut menggunakan empat indicator yaitu Angka Harapan Hidup, Angka Melek Huruf, Rata-rata Lama Sekolah dan Pengeluaran per kapita riil. Secara nasional tahun 2009 Provinsi Sulawesi Utara berada di posisi ke- 2 nasional dengan IPM 75,68 lebih tinggi dibandingkan IPM tahun 2008 sebesar 75,16. Meskipun demikian jika dibandingkan dari 13 Kabupaten/ Kota, Kota Manado mempunyai ranking nasional tertinggi yaitu ranking 13, sedangkan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan mencapai ranking 297, ranking terendah.. Selengkapnya seperti pada table l berikut Tabel II.2. Perbandingan IPM Kabupaten / Kota Tahun KABUPATEN/ KOTA IPM RANKING NASIONAL Bolang Mongondow 72,11 72, Minahasa 74,86 75, Sangihe 74,67 75, Talaud 74,34 74, Minahasa Selatan 73,79 74, Minahasa Utara 75,33 75, Bolmong Utara 71,84 72, Minahasa Tenggara 71,87 72, Siau Tagulandang Biaro 72,58 72, Bolmong Selatan 69,65 70, Bolmong Timur 71,49 71, Manado 77,28 77, Bitung 74,61 75, Tomohon 76,65 76, Kotamobagu 74,46 75, SULUT 75,16 75, Sumber : BPS 2010 Jika dilihat dari indikator-indikator kesehatan dalam IPM tersebut, maka Angka Harapan Hidup di Sulawesi Utara Tahun 2009 mencapai 72,12, Angka melek huruf %, Rata-rata lama sekolah 8.82 tahun dan Pengeluaran per kapita riil adalah Rp. 631,00,- sebagaimana terlihat pada tabel II.3. 6 Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009

17 Tabel II. 3. Komponen penyusun IPM menurut Kabupaten/ kota se Provinsi Sulawesi Utara tahun 2009 No Kab/ Kota Angka Harapan Hidup (tahun) Angka Melek Huruf Rata-rata Lama Sekolah (tahun) Pengeluaran per kapita riil (.000 Rp.) 1 Bolang Mongondow 71,38 98,23 7,39 631,00 2 Minahasa 72,33 99,68 9,01 612,39 3 Sangihe 72,75 98,54 7,71 621,74 4 Talaud 71,59 99,36 8,65 633,60 5 MinSel 72,09 99,42 8,54 625,68 6 MinUt 72,40 99,70 9,09 614,47 7 Bolmong Utara 69,68 98,31 7,31 624,14 8 Minahasa Tenggara 69,90 99,48 8,09 622,01 9 Siau Tagulandang Biaro 68,46 99,68 8,30 610,08 10 Bolmong Selatan 71,25 98,31 6,10 625,12 11 Bolmong Timur 71,28 99,50 6,35 593,25 12 Manado 72,50 99,86 10,59 631,88 13 Bitung 70,35 99,13 9,20 632,04 14 Tomohon 72,39 99,84 9,89 622,79 15 Kotamobagu 71,58 99,60 9,00 624,16 SULUT 72,12 99,41 8,82 631,00 Sumber : BPS 2010 Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun

18 8 Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009

19 BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN Untuk menggambarkan derajat kesehatan masyarakat di Sulawesi Utara, maka digunakan angka-angka Umur Harapan Hidup, mortalitas dan morbiditas serta status gizi masyarakat. A. UMUR HARAPAN HIDUP WAKTU LAHIR Umur harapan hiidup (UHH) penduduk Indonesia dari tahun ke Tahun terus mengalami peningkatan yang bermakna terutama pada periode tahun Estimasi UHH sebesar pada tahun 1980 (SP 1980) meningkat menjadi 63,48 tahun pada tahun 1995 (SUPAS 1995), tahun pada tahun 2000, dan menjadi 69 tahun pada tahun UHH penduduk Sulawesi Utara juga mengalami peningkatan, dari tahun tahun 1997 menjadi 69 tahun pada tahun 2000 (SP 2000) tahun 2004 meningkat lagi menjadi 70.9 tahun (BPS Sulut 2004), tahun 2007 dan tahun 2008 sebesar 70,9 tahun dan tahun dengan posisi lebih tinggi dari angka nasional yang 68.5 tahun (BPS Sulut 2009) dan tahun 2009 meningkat menjadi 72, Gambar III.1. Tren Umur harapan Hidup Provinsi Sulawesi Utara Sumber : BPS , ,9 72,01 72, B. MORTALITAS Untuk mengevaluasi program program kesehatan / pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakan selama ini biasanya dihubungkan dengan angka kematian bayi dan anak. Angka Kematian Bayi (AKB) bukan hanya digunakan untuk mengevaluasi kemajuan program kesehatan tetapi juga dimanfaatkan untuk memonitor situasi demografi dan memberikan masukan untuk proyeksi penduduk. Selain itu juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi subpopulasi yang yang mempunyai risiko kematian yang tinggi. a). Angka Kematian Bayi (AKB). Angka kematian Bayi (AKB) adalah angka probabilitas untuk meninggal di umur antara lahir dan 1 tahun dalam 1000 kelahiran hidup. AKB di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan kecenderungan menurun. Berdasarkan SDKI (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia) berturut-turut tahun 1997, dan 2007, AKB Indonesia adalah 46, 35 dan 34. AKB di Provinsi Sulawesi Utara mempunyai pola yang berbeda dengan AKB nasional menurut SDKI. Jika pada tahun 1994 AKB Sulawesi Utara berdasarkan SDKI adalah 66/ KH, menurun menjadi 48 pada SDKI 97, selanjutnya menurun tajam pada tahun 2002 menjadi 25/ KH, tetapi tetapi di tahun 2007 meningkat menjadi 35/ KH. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun

20 Perbandingan AKB Nasional dan Provinsi Sulawesi Utara menurut tahun SDKI seperti terlihat pada gambar IV.2 di bawah Gambar III. 2. Perbandingan AKB Nasional dan Provinsi Sulawesi Utara Sumber : Indonesia Demographic Health Survey, 2008 Adapun jumlah kasus kematian bayi menurut tahun seperti pada gambar berikut. Jika melihat tren/ perkembangan jumlah kematian bayi dan balita menurut tahun di Propinsi Sulawesi Utara beberapa faktor berpengaruh terhadap peningkatan angka kematian bayi termasuk di dalamnya status sosial ekonomi, lingkungan dan faktor biologis. Faktor sosioekonomi termasuk di dalamnya tempat tinggal, pendidikan ibu dan indeks kesejahteraan ibu. Faktor biologis termasuk didalamnya jenis kelamin anak, usia ibu, paritas dan interval kelahiran. Beberapa variabel lain seperti berat waktu lahir, pemeriksaan antenatal dan penolong persalinan juga dipertimbangkan berpengaruh terhadap angka kematian bayi yang tinggi tersebut, yang untuk tahap lanjutan perlu dila-kukan studi lebih dalam. Sebagai contoh, anak-anak yang dilahirkan ibu yang tinggal di kota mempunyai angka kematian yang lebih rendah dibandingkan dengan anak yang dilahirkan ibu yang tinggal di daerah rural, hal ini mungkin berhubungan dengan ketersediaan fasilitas dan praktek health seeking masyarakat yang tinggal di perkotaan. Komitmen untuk terus melakukan upaya percepatan penurunan AKB secara nasional tetap diperlukan. Bayi sangat rentan terhadap keadaan kesehatan dan kesejahteraan yang buruk; karena itu AKB merefleksikan derajat kesehatan masyarakat yang sekaligus juga mencerminkan umur harapan hidup pada saat lahir. Penurunan AKB menunjukan adanya peningkatan dalam kualitas hidup dan pelayanan kesehatan masyarakat. Upaya percepatan penurunan AKB memperhatikan kondisi yang mempengaruhi AKB, antara lain lokasi geografis, taraf sosio-ekonomi masyarakat serta perilaku hidup sehat. Berdasarkan Riskesdas 2007, proporsi kematian bayi pada kelompok umur di bawah 1 tahun di daerah pedesaan labih besar dari perkotaan, yaitu 11% di pedesaan dan 6,3% di perkotaan. Strategi percepatan penurunan AKB mencakup: 1. Peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan Ibu dan bayi baru lahir / anak berdasarkan bukti ilmiah. 2. Kerjasama lintas programa dan lintas sector terkait, mitra lain, pemerintah, DPR, Organisasi Profesi, Swasta. 3. Pemberdayaan perempuan dan keluarga. 4. Pemberdayaan masyarakat. 10 Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009

21 Sebagai perbandingan data Angka Kematian Neonatal, Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Balita Prop. Sulawesi Utara dibandingkan dengan propinsi lain se Indonesia sebagaimana terlihat pada gambar berikut. Gambar III. 3. Perbandingan AKN,AKB dan AKABA Propinsi Sulawesi Utara dengan propinsi lain se Indonesia menurut SDKI 2007 Sumber : Bidang Kesga dan Gizi, 2010 Adapun penyebab kematian neonatal tersebut di atas adalah seperti grafik IV.4 berikut : Gambar III. 4. Persentase penyebab kematian neonatal di Sulawesi Utara Tahun 2009 Sumber : Bidang KIA Kesga, 2009 Penyebab kematian terbesar pada neonatal tahun 2009 adalah gangguan pernafasan (36%), diikuti prematuritas (32%) dan sepsis (12%) seperti terlihat pada gambar di atas. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun

22 Gambar III. 5. Persentase penyebab kematian balita ( 0 4 tahun) Provinsi Sulawesi Utara tahun 2009 Sumber : Bidang KIA Kesga, 2010 Dari gambar di atas terlihat bahwa persentase penyebab kematian balita di Propinsi Sulawesi Utara adalah masalah-masalah neonatal itu sendiri (36%), diikuti dengan penyakit Diare (17,2%) dan penyakit pneumonia (13 %). Penyebab lainnya adalah kondisi malformasi congenital. Meningitis, tetanus. Dalam tahun-tahun kedepan, khususnya menghadapi tahun 2015, dimana tenggat waktu dari pencapaian indicator MDG s yang semakin dekat, maka diupayakan bahwa kematian anak di bawah 5 tahun dan kematian bayi adalah 2/3 kematian anak di bawah 5 tahun antara tahun 1990 dan tahun 2015 Gambar III. 6. Perbandingan jumlah kematian bayi Provinsi Sulawesi Utara menurut kab/ Kota tahun 2008 dan 2009 Sumber : Bidang KIA Kesga, 2010 Jika dilihat dari kejadian menurut Kab/ Kota maka terdapat variasi kejadian kematian menurut tahun 2008 dan Namun secara umum dapat dikatakan bahwa kasus kematian bayi menurun dari 218 kasus pada tahun 2008 menjadi 210 kasus pada tahun Meskipun demikian terdapat 2 kabupaten dimana kasus kematian bayi yang terjadi meningkat pada tahun 2009 dibanding kan tahun Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009

23 Gambar berikut memperlihatkan peta distribusi kematian bayi di kabupaten/ kota sepanjang tahun secara gradual. Terlihat bahwa tidak ada daerah yang tidak mempunyai kasus kematian bayi ((0 kasus), dan Nampak bahwa daerah yang paling banyak bermasalah adalah di wilayah Kabupaten Minahasa Selatan dan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, diikuti dengan Kabupaten Talaud dan Kabupaten Minahasa Tenggara. 3 daerah yang mempunyai kasus kematina bayi yang sedikit (1-3) yaitu Kota Tomohon (1), Kab. Bolaang Mongondow Selatan (2). Kot Manado (3) dan Kota Kotamobagu (3). Jika dibandingkan antara kasus tahun 2008 dan tahun 2009, dimana terdapat perubahan yang positif dari jumlah daerah yang bermasalah (wilayah merah), meskipun terdapat perubahan negatif daerah yang tidak mempunyai kasus (wilayah hijau). Gambar III. 7. Peta distribusi kasus kematian bayi Propinsi Sulawesi Utara menurut kab/ Kota tahun 2009 Sumber : Bidang KIA Kesga, 2010 Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun

24 Angka Kematian Balita (AKABA) Angka kematian balita (0-4 ) tahun adalah angka probabilitas kematian anak umur umur 0-4 tahun per anak. AKABA mengambarkan tingkat permasalahan kesehatan anak dan faktor-faktor lingkungan yang ber-pengaruh terhadap kesehatan anak Balita seperti gizi, sanitasi, penyakit menular dan kecelakaan. Indikator ini menggambarkan tingkat kesejahteraan sosial dan tingkat kemiskinan penduduk. AKABA di Indonesia menurut SDKI 97, dan 2007 adalah 58, 46 dan 44. AKABA di Provinsi Sulawesi Utara menurut SDKI 2007 adalah 43 yang masih lebih rendah dari angka nasional. Dari hasil penelitian terhadap semua kasus kematian balita yang disurvey pada SKRT 1995 dan Surkesnas 2001 diperoleh gambaran bahwa gambaran besarnya proporsi penyebab utama kematian balita menunjukkan adanya pola penyakit penyebab kematian balita dimana penyakit infeksi masih merupakan penyebab kematian terbanyak. Pneumonia merupakan penyakit terbanyak penyebab kematian diikuti oleh Diare. Angka Kematian Ibu Maternal. Kematian maternal didefinisikan sebagai setiap kematian ibu yang terjadi pada waktu kehamilan, melahirkan, atau dua bulan setelah melahirkan atau penghentian kehamilan. Kematian maternal juga didefinisikan sebagai proporsi kematian pada wanita usia reproduktif atau proporsi kematian pada semua wanita di usia reproduktif yang disebabkan oleh penyebab maternal. Analisis Angka Kemat ian Mat ernal (MMR=Maternal Mortality Ratio) Indonesia sesuai SDKI 1994 adalah 390 per kelahiran. Data SDKI (yang tidak dipublikasi) 1997 mengimplikasikan sedikit penurunan yaitu 334 kematian per kelahiran selama periode SDKI mendapatkan estimasi AKI Maternal Indonesia sebesar 307 kematian per kelahiran dan menurun lagi pada SDKI 2007 menjadi 228 kematian per kelahiran. Angka ini semakin mendekati target nasional RPJMN sebesar 226 / kelahiran. Gambaran tersebut menegaskan bahwa tren AKI maternal di Indonesia menurun, diperjelas dengan analisis angka pengurangan tahunan (Annual reduction rate=arr) antara SDKI dan SDKI 2007 sekitar 5 persen, dibandingkan ARR antara SDKI 1997 dan SDKI sebesar 2 persen. Namun jika dibandingkan dengan target yang ingin dicapai secara nasional pada tahun 2010 yaitu 125 per kelahiran maka apabila penurunannya masih seperti gambaran di atas, maka dapat dipastikan target tersebut tidak akan dapat tercapai. Di Provinsi Sulawesi Utara, AKI maternal menggunakan data SKRT 1992 sebesar 421 kematian per kelahiran dan berdasarkan SDKI 1994 sebesar 390 kematian per kelahiran. Sedangkan menurut SUPAS 1995 sebesar 212 kematian per kelahiran. Tahun 2005 berdasarkan laporan Depkes bahwa situasi AKI maternal di Sulawesi Utara sebesar 150 kematian per kelahiran. Gambaran tren AKI maternal Indonesia dan Provinsi Sulawesi Utara sebagaimana terlihat pada gambar berikut. Gambar III. 8. Perbandingan Angka Kematian Ibu maternal Nasional dan Sulawesi Utara Sumber : SDKI Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009

25 Sementara itu berdasarkan data yang didapatkan dari program kesehatan keluarga, jumlah kematian ibu dalam 3 tahun terakhir mempunyai kecenderungan menetap dengan perubahan yang sangat kecil, yaitu 60 di tahun 2007, 50 di tahun 208 dan 51 di tahun Jika senadainya terdapat kelahiran hidup di Sulawesi Utara, maka pada tahun 2007, 2008 dan 2009, maka Angka kematian Ibu (Maternal Mortality Ratio di Sulawesi Utare adalah 184, 130 dan 139. Gambar III. 9. Jumlah kematian ibu dan AKI di Propinsi Sulawesi Utara Tahun Thn 2007 Thn 2008 Thn 2009 Ibu AKI Sumber : Bidang Kesga dan Gizi, 2010 Adapun jumlah kasus menurut Kabupaten / kota seperti dilihat pada gambar di bawah, dimana kabupaten Sangihe, Talaud dan Minut merupakan wilayah yang menyumbang jumlah yang besar dari total kasus kematian ibu seanyak 51 kasus Gambar III. 10. Distribusi Jumlah kematian ibu menurut Kabupaten/ Kota se Propinsi Sulawesi Utara Tahun 2009 Sumber : Bidang kesga dan Gizi, 2010 Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun

26 Gambar berikut memperlihatkan pemetaan kasus kematian ibu sepanjang tahun 2009 berdasarkan data yang didapat dari program Kesga. Terlihat bahwa wilayah Minahasa Utara (7), Bitung (6), Kota Manado (6), Kab. Talaud (7) dan Kab. Sangihe (9) merupakan daerah yang paling bermasalah dalam kematian ibu (wilayah merah) dari sisi jumlah kematian.terdapat 2 daerah yang tidak terdapat kasus kematian ibu yaitu di Kota Tomohon dan Kabupaten Minahasa Tenggara. Gambar III. 11. Peta distribusi kasus kematian ibu di Propinsi Sulawesi Utara menurut kab/ Kota tahun 2009 Sumber : Bidang Kesga dan Gizi, 2010 Adapun penyebab-penyebab langsung dari 51 kejadian kematian ibu seperti terlihat pada gambar berikut. Gambar III. 12. Persentase penyebab langsung kematian ibu di Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009 Lain -lain, 1 7, 3 3 % Pe r d ar ah an, 2 5, 4 9 % Par t u s Lam a, 1, 2 % A b o r t u s, 1, 2 % H ip e r t e n si, 7, 1 4 % In f e k si, 0, 0 % Sumber : Bidang Kesga dan Gizi, Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009

27 Karena itulah Provinsi Sulawesi Utara memprioritaskan upaya kesehatan ibu dan penurunan AKI searah dengan kebijakan Departemen Kesehatan dalam dalam menurunkan AKI yaitu mendekatkan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir berkualitas kepada masyarakat untuk mewujudkan 3 pesan kunci untuk persalinan yang sehat (Making Pregnancy Safer): 1. Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih. 2. Setiap komplikasi obstetri dan neonatal ditangani secara memadai. 3. Setiap perempuan usia subur memiliki akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi abortus yang tidak aman. Seperti diketahui bahwa kematian ibu dan bayi masih menjadi tantangan utama dunia. Data/ informasi yang dapat dipercaya tentang AKI/ AKB dan kecenderungannya merupakan hal yang sangat mendasar dalam menyusun perencanaan dan kajian kemajuan program khususnya dalam pencapaian indicator MDG s tahun 2015 yaitu pada indicator ke 4 dan 5. Sasaran MDGs 5 adalah penurunan 3/4 AKI dari kondisi 1990 pada tahun 2015, sehingga target yang harus dicapai pada tahun 2015 adalah 102/ KH atau sekitar 37 kematian ibu dalam 1 tahun. Kondisi saat ini diperkirakan terdapat 51 kematian ibu dalam satu tahun, oleh karena itu menjadi tangung jawab bersama untuk dapat mencapai penurunan sekitar 35 % dari kondisi saat ini. Jika dilihat dari pendekatan untuk mendeterminasi kematian ibu, maka didapatkan masalah yang menjadi penyebab kematian ibu yang banyak. Faktor determinan dari ibu sendiri, seperti masalah gizi, adanya penyakit menular/ penyakit lain, 4 terlalu hingga menyebabkan komplikasi persalinan, ditambah determinan lain seperti terlambat merujuk yang dipengaruhi oleh faktor geografi, ekonomi, gender, pendidikan ibu/ suami, dan budaya setempat, sehingga menyebabkan terlambat sampai selanjutnya terlambat mendapat pertolongan adekuat yang dipengaruhi oleh faktor tenaga, sarana, obat dan manajerial. Akibat dari semua hal tersebut adalah kematian ibu. Oleh karena itu penguatan pelayanan kesehatan ibu tentu saja haruslah dimulai dari keluarga, yang dipengaruhi oleh masyarakat, peran kader dan dukun setempat, selanjutnya ke tingkat yang lebih tinggi yaitu pelayanan ANC di Posyandu, penguatan di Puskesmas Pembantu dan Bidan di desa Poskesdes, Puskesmas (dengan memponekkan Puskesmas, hinga pelayanan di Rumah Sakit PONEK. Penguatan pelayanan kesehatan ibu tersebut diyakini pada akhirnya dapat mengurangi kasus kematian ibu. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun

28 C. MORBIDITAS Angka Kesakitan penduduk diperoleh dari data yang bersumber dari masyarakat (community based data) yang diperoleh melalui survey serta hasil pengumpulan data yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan yang berasal dari fasilitas kesehatan (facility based data) dan dikelola melalui sistem pencatatan dan pelaporan seperti pelaksanaan Surveilans Penyakit Terpadu (STP). Berdasarkan laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007, penyakit menular untuk wilayah Sulawesi Utara dalam satu bulan terakhir, berdasarkan diagnosa+gejala penyakit malaria, penyakit ini ditemukan di semua kabupaten/ kota dengan prevalensi sangat bervariasi antara 0,3%- 11,2%. Dalam 12 bulan terakhir, berdasarkan diagnosa+gejala penyakit DBD, penyakit ini juga ditemukan di semua kabupaten/ kota dengan prevalensi 0,1%-0,7%. Filariasis diketemukan di lima kabupaten/ kota. Dalam 1 bulan terakhir, berdasarkan diagnosa+gejala penyakit ISPA diketemukan di semua kabupaten/ kota dengan prevalensi 20,5% penduduk, sementara dalam 12 bulan terakhir, prevalensi TBC sebesar 0,6%, lebih rendah ketimbang angka nasional. Prevalensi diare dalam satu bulan terakhir 5,4%, dan tertinggi di Kabupaten Kepulauan Talaud (8,8%). Untuk penyakit tidak menular prevalensi hipertensi berdasarkan pengukuran cukup tinggi (31,2%), dan diketemukan dua kabupaten dengan prevalensi >40% yakni Kabupaten Minahasa dan Kota Tomohon. Prevalensi penyakit sendi juga cukup tinggi (25%), dengan prevalensi tertinggi 34% diketemukan di Kabupaten Minahasa Selatan. Dalam satu tahun terakhir, berdasarkan diagnosa+gejala penyakit jantung, prevalensi jantung 8,2%, dan prevalensi asma 2,7%. Secara rerata di Provinsi Sulawesi Utara hampir 1 di antara 10 penduduk (8,97%) menderita gangguan mental emosional, dan tertinggi di Kabupaten Kepulauan Talaud (20%). Prevalensi low vision dan kebutaan penduduk umur 5 tahun dalam 5 tahun terakhir 3,4 % dan 0,5%. Di Sulawesi Utara, berdasarkan diagnosa+gejala katarak, prevalensi katarak penduduk umur 30 tahun sebesar 20%, dengan prevalensi tertinggi 34% di Kabupaten Kepulauan Talaud. Hampir satu di antara tiga penduduk di Provinsi Sulawesi Utara mempunyai masalah gigi-mulut namun persentase yang menerima perawatan gigi baru satu di antara empat. Sebagai negara tropis, Indonesia termasuk di dalamnya Provinsi Sulawesi Utara menghadapi permasalahan penyakit menular, diantaranya Tuberkolosis (TB), malaria, dan Demam Berdarah Dengue (DBD) selain HIV/AIDS dan beberapa penyakit lainnya. a ) 10 penyakit menonjol Berdasarkan pengolahan data laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota melalui surveilans terpadu penyakit didapatkan sepuluh besar penyakit menonjol di Sulawesi Utara tahun 2008 dengan urutan ranking sebagaimana pada tabel IV.2. di bawah. Gambar III. 13. Sepuluh (10) besar penyakit menular menonjol di Sulawesi Utara tahun 2009 Sumber : Seksi Surveilans, 2010 Dari tabel IV. 2. di atas terlihat bahwa sama seperti laporan pada profil tahun 2008, di tahun 2009 penyakit influenza masih menjadi penyakit yang paling banyak di derita oleh masyarakat dan yang berobat ke Puskesmas diikuti oleh penyakit Diare dan malaria klinis. Meskipun demikian data 10 penyakit menonjol tersebut sangat dipengaruhi oleh kelengkapan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota yang merupakan indikator utama dari pelaksanaan surveilans terpadu penyakit. Secara umum laporan STP Kabupaten/ Kota dikirimkan setiap bulan, namun beberapa Kabupaten/ Kota tidak mempunyai cakupan kelengkapan laporan STP 100 persen. 18 Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009

29 b) Acute Flaccid Paralysis (AFP) Polio merupakan penyakit menular yang sangat berbahaya yang disebabkan oleh virus yang menyerang sistem saraf. Penyakit ini umumnya menyerang anak usia 3 tahun ini dan dapat mengakibatkan cacat seumur hidup, lumpuh layu (kecacatan) bahkan kematian. Penyakit ini tidak dapat diobati dan hanya bisa dicegah dengan pemberian imunisasi polio sebanyak empat kali pada bayi umur dibawah satu tahun. Setalah cacar, polio merupakan penyakit yang dapat dieradikasi dari muka bumi. Pada hakekatnya, polio belum sepenuhnya dapat diberantas total dan masih menjadi masalah kesehatan yang perlu ditangani secara seksama. Dengan target mencapai status Indonesia Bebas Polio pada tahun 2010, Departemen Kesehatan memfokuskan strategi pemberantasan polio pada upaya surveilans Acute Flaccid Paralysis atau AFP secara ketat dan peningkatan cakupan imunisasi rutin. Starategi tersebut dijabarkan sebagai berikut : 1. Melaksanakan program imunisasi dasar lengkap pada seluruh bayi dibawah satu tahun secara konsisten dan berkesinambungan. 2. Meningkatkan surveilans secara berkesinambungan di seluruh wilayah Indonesia. 3. Mengamankan virus polio di laboratorium, 4. Memanfaatkan Posyandu sebagai sarana sosialisasi sekaligus pelaksanaan imunisasi. 5. Sosialisasi pentingnya imunisasi bagi balita melalui berbagai media secara terus menerus di seluruh wilayah Indonesia. 6. Menjalin kerjasama dengan ormas perempuan, ormas keagamaan, toko masyarakat, serta pihak-pihak lain yang relevan untuk bersama-sama mendorong masyarakat melaksanakan imunisasi bagi balita. Target Indonesia Bebas Polio 2010 mengukur keberhasilan pelaksanaan strategi melalui indikator tercakupnya seluruh balita Indonesia (100%) dalam kegiatan imunisasi serta tidak adanya kasus serangan polio di seluruh wilayah Indonesia. Upaya program atau kegiatan yang dilakukan mencakup : 1. Imunisasi rutin dengan sasaran anak / balita usia kurang dari 1 tahun yang bertujuan melindungi anak secara individual agar tidak terserang polio. 2. Pekan Imunisasi Nasional atau PIN yang dilaksanakan pada tahun 1995, 1996, 1997, 2000, 2005, dan 2006 dengan Sub-PIN dilaksanakan pada tahun 1998, 2000, 2001 dan Sasaran PIN adalah anak usia sekolah 6 14 tahun, dengan tujuan memutuskan rantai penularan virus polio liar. WHO merekomendasikan pemberian imunisasi sejak anak lahir sebanyak 4 kali dengan interval 6 sampai 8 minggu, yang kemudian diulang pada usia 1,5 tahun dan 15 tahun. 3. Surveilans AFP atau penemuan penderita yang dicurigai lumpuh layu pada usia dibawah usia 15 tahun, untuk kemudian diperiksa tinjanya agar dapat dipastikan apakah karena polio atau bukan. 4. Mopping-Up, yaitu pemberian vaksinasi massal didaerah yang ditemukan penderita polio, terhadap anak usia dibawah 5 tahun tanpa melihat status imunisasi polio sebelumnya. Keberhasilan program eradikasi polio secara global dinilai dari keberhasilan pelaksanaan surveilans AFP. Melalui pelaksanaan surveilans AFP maka pendeteksian secara dini munculnya kasus polio liar yang mungkin terdapat di masyarakat dilakukan sehingga memungkinkan untuk segera dilakukan upaya penanggulangan. Terdapat 4 indikator pelaksanaan AFP diantaranya adalah Non Polio AFP rate anak berusia kurang dari 15 tahun. Secara nasional ditetapkan indikator non polio AFP rate 2 per anak berusia kurang 15 tahun. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun

30 Gambar III. 14. Jumlah kasus AFP Provinsi Sulawesi Utara tahun Sumber : Seksi Surveilans, 2010 Dari grafik di atas terlihat bahwa kontribusi terbanyak pada penemuan kasus AFP adalah Kota Manado sehingga dapat dikatakan bahwa kinerja surveilans AFP Kota Manado lebih baik dibandingkan Kabupaten/ Kota lainnya. Non Polio AFP rate Provinsi Sulawesi Utara dalam 5 tahun terakhir masih di atas indikator nasional (2.62 untuk tahun 2009) seperti terlihat pada gambar III. 15 berikut. Gambar III. 15. Non Polio AFP rate Provinsi Sulawesi Utara tahun NP AFP Rate Indikator Nas Sumber : Seksi Surveilans, Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009

31 c) Penyakit HIV/ AIDS HIV / AIDS merujuk pada sindroma menurunnya kekebalan tubuh yang berakibat fatal. HIV / AIDS telah menjadi masalah kesehatan pada tataran global, terutama pada negara-negara berkembang seperti Indonesia. Selama satu dasawarsa terakhir ( ) kasus AIDS yang dilaporkan meningkat tajam, dengan kasus AIDS terbanyak DKI Jakarta, Papua, Jawa Barat, Jawa Timur dan Bali. Menurut kelompok umur tahun yaitu sebesar 54% dari keseluruhan kasus; suatu hal yang mengkhawatirkan mengingat kelompok umur ini adalah kelompok umur yang produktif, dan dapat berdampak buruk terhadap pembangunan sosioekonomi Indonesia serta berpotensi menyebabkan umur harapan hidup menurun. Berdasarkan cara penularan, kasus penularan AIDS terbanyak adalah melalui penggunaan jarum suntik bersama terutama di kalangan penyalahguna NAPZA suntik (IDU). Upaya penanggulangan penyakit HIV / AIDS ditujukan bukan hanya pada penanganan penderita yang ditemukan, tetapi juga diarahkan pada upaya pencegahan melalui penemuan penderita secara dini melalui upaya penjangkauan yang dilanjutkan dengan upaya konseling. Upaya penemuan penderita dilakukan melalui skrining HIV / AIDS terhadap darah donor, pemantauan terhadap kelompok beresiko penderita Penyakit Menular Seksual (PMS), penyalahguna obat dengan suntik IDUs), penghuni Lapas (Lembaga Pemasyarakatan) serta yang tidak kalah penting pemantauan dan penelitian terhadap kelompok umur beresiko rendah seperti ibu rumah tangga. Sejauh ini belum ditemukan obat atau vaksin yang efaktif bagi kasus HIV / AIDS; pengobatan terhadap HIV / AIDS dikelompokan sesuai tujuannya : a. Pengobatan suportif yang bertujuan meningkatkan keadaan umum penderita, mencakup pemberian gizi yang baik, obat simtomatik, vitamin dan dukungan psikososial. b. Pengobatab infeksi oportunistik yang dilakukan secara empiris c. Pengobatan anti-retrovital (ARV) yang dapat menghambat perkembangbiakan virus HIV, namun belum dapat menyembuhkannya atau membunuh virus HIV. Pengobatan ini terbukti dapat memperbaiki kualitas hidup penderita karena kemungkinan untuk menjadi infeksi oportunistik lebih jarang atau mudah diatasi. Di Provinsi Sulawesi Utara, kasus HIV/ AIDS yang pertama kali dilaporkan pada tahun 1997, selang empat tahun terakhir terjadi peningkatan kasus yang cukup bermakna. Total kasus HIV/ AIDS di Provinsi Sulawesi Utara adalah sampai akhir tahun 2009 adalah 613 kasus dengan perincian 240 kasus HIV dan 373 kasus AIDS. Adapun dari 613 penderita, yang sudah meninggal sebanyak 96 kasus, atau masih ada 517 penderita yang masih hidup. Gambar III. 16. Jumlah kasus HIV/ AIDS Provinsi Sulawesi Utara tahun HIV AIDS Sumber : Bidang PMK, 2010 Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun

32 Perubahan status HIV ke AIDS yang memerlukan waktu pada akhirnya akan mempengaruhi gambaran kurva dari tahun ke tahun pada waktu data di update. Diharapkan dengan pemberian ARV yang adekuat maka proses perubahan status HIV ke AIDS menjadi lebih lama atau bahkan tidak sama sekali. Dari 15 Kabupaten / Kota se Provinsi Sulawesi Utara maka Kota Manado, Kota Bitung dan Kabupaten Minahasa adalah 3 kabupaten/ kota penyumbang kasus terbanyak, yaitu masingmasing 237, 146 dan 63. Distibusi kasus HIV/ AIDS menurut Kabupaten/ Kota dapat dilihat pada gambar di bawah. Gambar III. 17. Distribusi kasus HIV/ AIDS total tahun 1997s/ d februari 2010 menurut Kab/ Kota se Provinsi Sulawesi Utara. Sumber : Bidang PMK, 2010 Melihat perkembangan kasus AIDS yang menunjukkan peningkatan yang signifikan dari waktu ke waktu, Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara mengikuti kebijakan Departemen Kesehatan dalam hal penanggulangan yang berfokus pada pencegahan, yang diintegrasikan dengan perawatan, dukungan dan pengobatan. Upaya meningkatkan akses layanan kesehatan bagi penderita AIDS dilaksanakan melalui : 1. Pelayanan VCT di Rumah Sakit. Hingga akhir 2008 terdapat lima Rumah Sakit di Sulawesi Utara yang memberikan layanan terapi antiretoviral (ARV) dan Voluntary Counselling and Testing (VCT) yaitu RSU Prof. Dr. R. D. Kandou-Manado, RS TNI Teling-Manado, RS Prof. Ratumbuysang-Manado, RSUD Bitung, RSU Bethesda-Tomohon 2. Meningkatkan cakupan penderita yang mendapatkan perawatan anti-retoviral, serta meningkatkan cakupan penderita yang memperoleh Terapi Anti-retroviral Kombinasi. 3. Mengembangkan layanan MST (Maintenance Substitution Treatment). d) Malaria Pengendalian penyakit Malaria telah menjadi prioritas penanggulangan masalah kesehatan masyarakat di dunia, termasuk Indonesia lebih khusus Provinsi Sulawesi Utara. Hampir disetiap bagian dunia, tidak terkecuali Indonesia yang merupakan salah satu negara yang beresiko malaria, penyakit malaria muncul sebagai Kejadian Luar Biasa. Upaya pemberantasan penyakit malaria dilakukan melalui strategi yang menekankan empat aspek, yaitu : 1. Diagnosis dini dan pengobatan yang tepat. 2. Pengendalian vektor yang selektif. 3. Pengendalian Kejadian Luar Biasa. 4. Sistem Surveillans yang efektif. 22 Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009

33 Strategi tersebut dijabarkan dalam program-program berikut : 1. Pencegahan dan perlindungan kelompok masyarakat beresiko tertular malaria melaui kegiatan kelambunisasi dengan kelambu berinsektisida yang tahan lama (long lasting nets) untuk pencegahan. Tahun telah dibagikan kelambu berinsektisida didaerah berpotensi/ endemis malaria 2. Integrasi dan peningkatan penemuan kasus malaria (active case detection) dan pengendalian malaria. 3. Penggunaan rapid diagnostic tests untuk mempermudah diagnosis 4. Pengobatan profilaksis dan penggunaan obat malaria kombinasi derivat artemesinin. 5. Peningkatan jangkauan penemuan, pengobatan dan perawatan malaria yang berkualitas didaerah terpencil : a. Pembentukan revitalisasi Pos Malaria Desa (Posmaldes) b. Pelatihan dan pemberdayaan kader Posmaldes yang aktif c. Pendirian pos malaria desa di wilayah yang sulit dijangkau tenaga kesehatan. d. Penggunaan pokesdes pada Desa Siaga 6. Memenuhi kebutuhan obat. Target dan tujuan pemberantasan penyakit malaria adalah eliminasi penyakit ini yang dilakukan secara bertahap dimana untuk wilayah Sulawesi ditargetkan tereliminasi di tahun Selain itu, ditetapkan pula tujuan-tujuan khusus pemberantasan penyakit malaria sebagai berikut: 1. Penurunan 50% jumlah desa dengan kasus malaria lebih dari 5 per penduduk pada tahun Seluruh kabupaten / kota mampu melaksanakan pemeriksaan atas sediaan darah malaria dan memberikan pengobatan secara tepat dan terjangkau pada tahun Seluruh wilayah Indonesia telah melaksanakan intensifikasi dan integrasi dalam pengendalian malaria pada tahun Di Provinsi Sulawesi Utara, jumlah penderita malaria klinis tidak mempunyai pola yang tetap, namun jumlah kasus malaria klinis pertahun selama lima tahun terakhir berkisar pada angka kasus, seperti pada gambar III.18. di bawah. Gambar III. 18. Penderita Malaria Klinis dan AMI di Provinsi Sulawesi Utara Tahun Kasus AMI (0/ 00) Sumber : Bidang PMK, 2010 Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun

34 Dari grafik IV.12 terlihat bahwa selama lima tahun terakhir kasus malaria klinis menunjukkan tren penurunan dengan Annual Malaria Incidence (AMI) per penduduk Provinsi Sulawesi Utara lebih rendah dari indikator yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan Penyakit malaria. AMI adalah Angka Kesakitan Malaria yang didasari oleh gejalah-gejalah klinis tanpa melalui tes laboratorium. Sepanjang tahun 2009, Kabupaten Kepulauan Sangihe melaporkan kasus malaria terbanyak diikuti oleh Kabupaten Minahasa Tenggara dan Kabupaten Minahasa, sementara Kota Tomohon melaporkan kasus yang paling kecil diikuti oleh Kota Manado dan Kabupaten Sitaro. Distribusi kasus malaria klinis dapat dilihat pada grafik distribusi kasus malaria klinis dan angka kematian karena malaria. Gambar III. 19. Distribusi kasus malaria klinis kab/ Kota se Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009 TOMOHON MANADO SITARO BOLMONG SELATAN BOLMONG TIMIUR MINAHASA SELATAN MINAHASA UTARA KEP.TALAUD BITUNG KOTAMOBAGU BOLMONG UTARA BOL.MONGONDOW MINAHASA MINAHASA TENGGARA KEP.SANGIHE Sumber : Bidang PMK, 2010 Dari sejumlah kasus malaria klinis sebagaimana grafik di atas, rata-rata selama 5 tahun terakhir hanya 35.5 persen yang diperiksa, dengan hasil positif (slide positive rate) sebesar 52.5 persen, seperti pada gambar IV. 14. berikut. Gambar III. 20. SPR kasus malaria klinis se Provinsi Sulawesi Utara tahun 2005 s/ d Sumber : Bidang PMK, Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009

35 Malaria positif ditemukan dengan persentase meningkat dari tahun ke tahun. Penyakit malaria adalah penyakit musiman dimana penyakit ini akan semakin meningkat seiring dengan pergantian cuaca. Malaria biasanya meningkat pada kondisi dimana curah hujan pada waktu itu meningkat sehingga menyebabkan breeding place akan meningkat. Oleh karena itu upaya penyemprotan dilaksanakan pada saat-saat dimana curah hujan tinggi agar kepadatan nyamuk penular penyakit malaria akan berkurang. Sementara itu, angka kematian karena malaria berhasil ditekan dari 0.92 % pada tahun 2005 menjadi 0,42% pada tahun 2006 dan 0,56% pada tahun e) Demam Berdarah Dengue (DBD) Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegpti ini telah berkembang menjadi masalah kesehatan yang semakin serius. Selain faktor nyamuk penular serta keganasan virus yang terus berevolusi seiring dengan perubahan iklim (pemanasan global), serta keterlambatan mencari pengobatan dan kurangnya kesadaran akan kebersihan lingkungan, menyebabkan kasus (Incidence Rata) penyakit DBD ini masih muncul dari tahun ke tahun. Target atau sasaran pengendalian DBD adalah menjaga Case Fatality Rate di bawah 1% dengan menurunkan Incidence Rate dan Case Fatality Rate. Upaya pemberantasan penyakit DBD mencakup langkah-langkah pencegahan dan penemuan kasus yang dapat secara efektif mengendalikan penyakit ini, yang meliputi: a) Upaya pencegahan yang memiliki peran penting dalam pemberantasan DBD : 1. Gerakan 3M Plus : Menguras, dan Menutup tempat penampungan air serta Mengubur barang-barang bekas, ditambah dengan menghindari gigitan nyamuk dengan menggunakan obat nyamuk dan kelambu dan menaburkan bubuk abate. 2. Memberantas sarang nyamuk. 3. Melakukan pemeriksaan jentik secara berkala, baik secara mandiri maupun oleh Jumantik. 4. Memberantas nyamuk dewasa melalui pengasapan (fogging) secara periodik. 5.Menghilangkan genangan air 6.Menggalakkan perilaku hidup sehat dan bersih. b) Upaya penemuan kasus DBD dan pemberian pengobatan bagi penderita DBD yang dirawat di RS rujukan, dan disarana pelayanan kesehatan lain untuk menerima kartu Jamkesmas. c) Meningkatkan ketatalaksana kasus dan pelayanan kesehatan melaui pembentukan tim penanggulangan saat wabah KLB, penerapan sistem monitoring dan pengembangan Rapid Diagonostic Test untuk deteksi dini kasus DBD d) Meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat dan pemerintah daerah untuk melakukan upaya pencegahan dan pemberantasan DBD e) Penerapan COMBI (communication for behavioral inpact atau komunikasi perubahan perilaku), sebuah metode baru dalam program PSN DBD baik di pusat maupun daerah, suatu metode pendekatan PSN yang bersifat spesifik di suatu wilayah dan dengan cara PSN yang tepat (local area spesific), lebih mengoptimalkan kerjasama lintas sektor dan didukung data (evidence base) terutama data sosial budaya. Pelaksanaan COMBI telah dilaksanakan di Jakarta Timur(2005), Mojokerto (2006), Padang (2007), dan Yokyakarta (2007). Sedang dalam pelaksanaan di Surabaya, Semarang, Bandung, KabupatenTangerang dan Jakarta Selatan (2008). Keberhasilan pengendalian penyakit DBD ditujukan keberhasilan oleh persentase jumlah kasus yang ditangani. Kasus DBD dengan CFR di Provinsi Sulawesi Utara selama tahun 2005 s/ d 2009 terlihat seperti gambar IV. 15 berikut. Gambar III. 21. Jumlah Kasus DBD dan kematian selang tahun Kasus meninggal Sumber : Bidang PMK, Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun

36 Dapat dilihat bahwa selama tahun 2009 terjadi penurunan kasus dan CFR dibandingkan tahun Jika dihitung dengan menggunakan Incidence Rate (angka kejadian per penduduk) dan Case Fatality Rate ( Angka kematian), maka didapatkan pola yang berbeda seperti pada gambar IV. 16. berikut Gambar III. 22. Grafik IR dan CFR DBD IR CFR Sumber : Bidang PMK, 2009 Pada tahun 2006, meskipun jumlah kasus dan kematian lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2005 tetapi CFR tahun 2006 menunjukkan pola yang berlawanan dengan pola pada grafik IV.15. Terjadinya peningkatan CFR dapat disebabkan oleh masalah manajemen kasus dan perilaku pencarian pengobatan selain oleh virulensi virus sendiri. Sepanjang tahun 2009, jika dianalisis menurut bulan maka terlihat bahwa kasus dan kematian tertinggi terjadi pada bulan Desember. Namun Pola ini hampir serupa seperti pola tahun-tahun yang sebelumnya. Begitu juga dengan kasus meninggal dimana banyak terjadi di bulan Januari. Gambar III. 23. Kasus DBD dan kematian di Provinsi Sulawesi Utara menurut bulan Tahun JAN PEB MAR APR MEI JUN JUL AGU S SEP OKT NOP DES Kasus DBD Kematian Sumber : Seksi surveilans, Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009

37 Gambar III.24. memperlihatkan grafik dengan pola 5 tahunan ( ) kasus DBD di Sulawesi Utara. Pada grafik tersebut nampak bahwa pola tahun 2005 dan tahun 2009 terlihat serupa (grafik berwarna merah dan grafik berwarna biru) sehingga memperkuat asumsi pola penyakit dengan siklus 5 tahunan. Gambar III. 24. Distribusi kasus DBD menurut bulan se Provinsi Sulawesi Utara Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nop Des Sumber : Seksi Surveilans, 2010 Gambar III. 25. Peta Distribusi kasus DBD di Sulawesi Utara Tahun 2009 Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun

38 Gambar IV. 18. memperlihatkan peta distribusi kasus DBD di kabupaten/ kota se propinsi Sulawesi utara tahun Dari peta tersebut Nampak bahwa selama tahun 2009 kasus DBD banyak terjadi di wilayah Kabupaten Minahasa Selatan, Kabupaten Minahasa, Kota Manado dan kota Bitung (wilayah berwarna merah tua), semenytara kasus DBD hanya sedikit dilaporkan di wilayah Kabupaten Talaud, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan dan Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. f) Tuberkolosis (TB) Secara global, Tuberkolosis atau TB masih menjadi masalah kesehatan yang serius, sedangkan secara nasional beban TB masih sangat tinggi; data Riskesdas 2007 menunjukan sekitar 7,5 % angka kematian Indonesia disebabkan oleh penyakit yang mematikan ini. Dari data tersebut juga didapatkan prevalensi TB paru DI Provinsi Sulawesi Utara cenderung meningkat sesuai bertambahnya umur dan prevalensi tertinggi pada usia lebih dari 65 tahun. Prevalensi TB paru 20% lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan perempuan, tiga kali lebih tinggi di pedesaan dibandingkan perkotaan dan empat kali lebih tinggi pada pendidikan rendah dibandingkan pendidikan tinggi. Target pengendalian TB mencakup: 1. Tercapainya penemuan pasien baru TB menular (Basil Tahan Asam positif / BTA positif setidaknya sebanyak 70 % dari perkiraan. Angka Penemuan Kasus (Case Detectian Rate) = CDR) adalah persentase jumlah pasien baru BTA positif yang ditemukan dan diobati dibandingkan dengan jumlah pasien baru BTA positif yang diperkirakan dalam suatu wilayah. 2. Menyembukan 85% dari semua pasien tersebut dan mempertahankanya. Angka kesembuhan menujukan persentase pasien baru TB paru BTA positif yang menyelesaikan pengobatan (baik yang sembu maupun pengobatan lengkap) diantara pasien baru TB paru BTAS positif yang tercatat. Penyakit TB Paru bukan hanya membawa kerugian terhadap sector kesehatan dan social, tetapi juga terhadap sector ekonomi, karena 75% penderita TB adalah mereka yang berusia produktif secara ekonomi (15-54 tahun) dan pada kelompok ekonomi lemah serta yang berpendidikan rendah. TB Paru menyebabkan sumberdaya manusia ekonomis berkurang, tingkat produktifitas ekonomi menurun, pendapatan berkurang dan pada akhirnya berdampak terhadap ekonomi secara luas. Tahun 2009, Angka penemuan kasus Baru TB Paru di Sulawesi Utara (CDR)secara umum memperlihatkan hasil yang baik kecuali di beberapa Kabupaten/ Kota masih rendah/ belum memenuhi target nasional >80 %, seperti terlihat pada gambar IV. 19. Gambar III. 26. CDR TB Paru Provinsi Sulawesi Utara tahun Sumber : Bidang PMK, Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009

39 Dari 15 Kabupaten/ Kota, 6 diantaranya sudah mencapai target nasional (>80%) yaitu Kotamobagu dan Kabupaten Talaud (diatas 100%), Kota Manado, Kabupaten Minahasa Utara, Kota Bitung dan Kota Tomohon. Sementara 5 wilayah dengan CDR kurang dari 70 % dengan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur yang tidak sampai 50 %. Secara Propinsi CDR Sulawesi utara mencapai 80% akibat 2 kabupaten yang pencapaian CDR di atas 100%. Dari analisis kesembuhan penderita kasus 2007 didapatkan hasil sebagaimana terlihat pada grafik gambar IV. 20 Dari analisis kesembuhan penderita kasus 2007 didapatkan hasil sebagaimana terlihat pada grafik gambar IV. 20. Gambar III. 27. Hasil Pengobatan (Cure Rate) TB Paru Provinsi Sulawesi Utara tahun 2009 % Sumber : Bidang PMK 2010 Dari 15 Kabupaten/ Kota di Provinsi, hanya satu diantaranya yang belum mencapai hasil yang diharapkan yaitu angka kesembuhan 85 % kasus yang ditangani sepanjang tahun 2008 yaitu Kota Manado. Meskipun demikian namun demikian secara provinsial telah melebihi target yang diharapkan. Keberhasilan penanganan penyakit TB tidak terlepas dari program peningkatan akses kepada pelayanan kesehatan dan peningkatan peran serta masyarakat melalui upaya kesehatan berbasis masyarakat serta mengaktifkan para kader Pos yandu untuk terlibat dalam penemuan suspek penderita TB. Selain itu keterlibatan Puskesmas Pembantu dan bidan desa serta para kader PKK diberbagai Kabupaten/ Kota juga berkontribusi terhadap peningkatan penemuan dan kesembuhan penderita. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun

40 g) Diare Penyakit Diare sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, walaupun secara umum angka kesakitan masih berflukutuasi. Menurut data Riskesdas 2007, pada tingkat Provinsi, prevalensi penyakit diare di Sulawesi Utara lebih rendah daripada angka nasional. Sebaran antar kabupaten/ kota bervariasi dari 3,1% - 9,4%. Prevalensi terendah (3,1%) ditemukan di Kota Manado, dan tertinggi di kabupaten Kepulauan Talaud. Prevalensi diare berdasarkan kelompok umur tertinggi berturutturut adalah tahun, tahun,1-4 tahun dengan prevalensi yang lebih banyak di daerah persedaan berbeda dengan typhoid yang cenderung lebih banyak diperkotaan. Sepanjang tahun 2009, kasus diare terlaporkan lebih banyak terjadi di wilayah Kabupaten Minahasa Utara. Keseluruhan penderita Diare yang ditemukan dilaporkan ditangani (100 %). Gambar III. 28. Kasus Diare Balita di Provinsi Sulawesi Utara tahun Sumber : Bidang PMK, 2010 h) Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Menurut laporan Riskesdas bahwa infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) tersebar di seluruh Provinsi Sulawesi Utara dengan bervariasi dengan rerata prevalensi tingkat Provinsi dalam satu bulan terakhir sebesar 20,5%, dengan rentang (12,1 34,6%). Angka prevalensi ISPA dalam sebulan di atas 20% ditemukan di 5 kabupaten/ kota. Seperti diketahui ISPA yang tidak ditangani dengan tuntas dapat berkembang menjadi pneumonia. Di Provinsi Sulawesi Utara, secara rerata, prevalensi penyakit pneumonia dalam satu bulan terakhir sebesar 1%, di bawah angka nasional (1,88%), dengan rentang 0,5 2,7%. Prevalensi terendah ditemukan di Kota Bitung dan Kota Tomohon, masing-masing 0,5% dan tertinggi didapatkan di Kabupaten Kepulauan Talaud (2,7%). Prevalensi ISPA tertinggi pada balita (>35%), sedangkan terendah pada kelompok umur tahun. Prevalensi cenderung meningkat lagi sesuai dengan meningkatnya umur. Prevalensi antara laki-laki dan perempuan relatif sama, dan sedikit lebih tinggi di perdesaan. Prevalensi ISPA cenderung lebih tinggi pada kelompok dengan pendidikan dan tingkat pengeluaran RT per kapita lebih rendah. Sepanjang Tahun 2009, kasus Pneumonia balita tertinggi terlaporkan dari Kabupaten Minahasa, diikuti oleh Kota Manado dan Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Terdapat 3 daerah yang melaporkan tidak mempunyai kasus pneumonia balita yaitu Kota Tomohon, Kabupaten Minahasa Tenggara dan Kabupaten Siau Tagulandang dan Biaro. Distribusi kasus pneumonia balita menurut Kabupaten/ Kota dapat dilihat pada gambar dan tabel berikut. 30 Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009

41 Gambar III. 29. Distribusi kasus Penumonia balita se Propinsi Sulawesi Utara Tahun 2009 Kab/ Kota Pn. Balita Kematian Pn. Balita Manado Bitung 4 0 Tomohon 0 0 Minahasa Bolmong Sangihe 5 0 Talaud Minsel Minut 79 0 Mitra 0 0 Sitaro 0 2 Kotamobagu 37 0 Bolmut Boltim 10 2 Bolsel 14 0 Jumlah h) RABIES Penyakit Rabies masih menjadi masalah kesehatan di Sulawesi Utara. Kasus gigitan rabies dalam empat tahun terakhir menunjukkan kecenderungan meningkat dibandingkan dengan tahun 2003 dan tahun Dalam tujuh tahun terakhir rata-rata kasus gigitan setiap tahun adalah kasus dengan kematian karena rabies (lyssa) tidak pernah kurang dari 10. Angka ini masih jauh di atas harapan nasional yaitu 0 kematian pada setiap kasus gigitan. Untuk melihat gambaran kasus gigitan dan kasus lyssa tahun , dapat terlihat pada gambar IV.21 berikut. Gambar III. 30. Kasus gigitan dan Lyssa di Provinsi Sulawesi Utara tahun Gigitan Lyssa Sumber : Bidang PMK, 2010 Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun

42 Kasus lyssa yang terjadi mungkin akan menjadi wajar jika melihat perbandingan antara jumlah kasus gigitan dengan jumlah kasus yang mendapatkan vaksin anti rabies. Gambar IV.22 menunjukkan bahwa ketersediaan VAR untuk mencegah terjadinya kasus Lyssa di Sulawesi Utara masih kurang setiap tahun. Gambar III. 31. Kasus gigitan dan pemberian VAR di Provinsi Sulawesi Utara tahun Gigitan VAR Distribusi kasus gigitan menurut kabupaten/ kota se Provinsi Sulawesi Utara tahun 2009 dan kasus lyssa seperti pada tabel 4.2 berikut Gambar III. 32. Distribusi kasus gigitan dan Lyssa Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009 Kab/ Kota Gigitan Lyssa Manado Bitung Tomohon Minahasa Bolmong 39 0 Sumber : Bidang PMK, 2010 Sangihe 35 0 Talaud 84 2 Minsel Minut Mitra 90 0 Sitaro 56 2 Kotamobagu 7 0 Bolmut 0 0 Boltim 21 1 Bolsel 0 0 Jumlah Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009

43 D. STATUS GIZI Status gizi balita merupakan salah satu indikator yang mengambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Tinggi rendahnya prevalensi gizi buruk dan kurang mengindikasikan ada tidaknya masalah gizi pada balita, tetapi tidak memberikan indikasi apakah masalah gizi tersebut bersifat kronis atau akut. Jumlah kasus gizi buruk Provinsi Sulawesi Utara tahun 2009 sebanyak 103 kasus. Jumlah tersebut meningkat serupa kasus pada tahun 2007 yaitu 106 kasus atau meningkat deibandingkan dengan kasus tahun 2008 sebanyak 49 kasus. Kota Manado merupakan penyumbang terbesar kasus gizi buruk di Sulawesi Utara tahun 2009, yakni sebanyak 23 kasus seperti terlihat pada gambar berikut. Gambar III. 33. Distribusi kasus Gizi buruk kab/ kota se Provinsi Sulawesi Utara tahun 2009 KABUPATEN/ KOTA KASUS Sumber : Bidang Kesga dan Gizi 2010 BOLMONG 10 BOLMONG SELATAN 0 BOLMONG TIMUR 0 BOLMONG UTARA 9 SANGIHE 8 TALAUD 16 BITUNG 0 KOTAMOBAGU 6 MANADO 25 TOMOHON 0 MINAHASA 8 MINAHASA SELATAN 8 MINAHASA TENGGARA 8 MINAHASA UTARA 3 SITARO 2 Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun

44 34 Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009

45 BAB IV UPAYA PELAYANAN KESEHATAN Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan, dan dalam rangka mewujudkan visi dan misi Sulawesi Utara dimana salah satu strategi utamanya adalah Meningkatkan Kinerja dan Upaya Kesehatan, maka dilakukan berbagai upaya pelayanan kesehatan masyarakat. Berikut ini diuraikan situasi upaya kesehatan sepanjang tahun A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat penting dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan pemberian pelayanan kesehatan dasar secara tepat dan cepat, diharapkan sebagian besar masalah kesehatan masyarakat sudah dapat di atasi. Berbagai pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut. 1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak a. Kesehatan Anak Hasil Riskesdas tahun 2007 menunjukkan bahwa Angka Kematian Neonatal (AKN) di Provinsi Sulawesi Utara adalah 24/ 1000 kelahiran hidup, Angka Kematian Bayi 33/ 1000 kelahiran hidup, Angka Kematian Anak Balita 43/ 1000 kelahiran hidup. Cakupan kunjungan neonatal (KN 1) hanya 56%, cakupan kunjungan bayi 53% (target nasional 83%), Cakupan penanganan komplikasi neonatal 9%(target nasional 70%), cakupan imunisasi Hepatitis B 0 38,8%(target nasional 80%), cakupan injeksi Vitamin K 03,55%, Cakupan imunisasi lengkap 58%, Cakupan ASI eksklusif 67,7%, dan cakupan inisiasi menyusui dini 67,7%. Prevalensi bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) 7-20%, prevalensi balita dengan gizi kurang 11,4%, prevalensi balita gizi buruk 4,3% dan prevalensi gizi. Penyebab kematian terbesar pada bayi adalah BBLR dan asfiksia, sedangkan penyakit pe - nyebab kematian pada umur lebih dari 1 bulan sampai 5 tahun adalah diare dan pneumonia. Selain itu faktor-faktor seperti persalinan yang terjadi di rumah dan masih ditolong oleh biang kampung/ dukun bayi, status gizi ibu hamil masih kurang, sarana dan prasarana masih terbatas, adanya disparitas pendidikan, sosial ekonomi dan pelayanan kesehatan, kendala geografis (DTPK), sumber daya manusia dan kompetensi yang masih belum memadai menjadi pernyebab masih tingginya angka kematian bayi. Dari gambaran tersebut di atas menunjukkan bahwa kesehatan anak masih merupakan masalah yang harus dilakukan langkah-langkah strategis untuk penanggulangannya Jika ditinjau dari kesiapan petugas dalam hal kapasitasnya untuk penangulangan masalah kesehatan anak, maka hingga tahun 2009 telah dilakukan beberapa pelatihan dengan data sebagaimana terlihat dalam tabel V.1 dan V.2. Tabel IV. 1. DATA PUSKESMAS,TENAGA KESEHATAN DILATIH MTBS DAN SDIDTK PADA TAHUN 2009 PUSKESMAS PKM DILATIH TT NON TT MTBS SDIDTK Sumber : Bidang Kesga dan Gizi, 2010 Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun

46 Tabel IV. 2. DATA PUSKESMAS, TENAGA KESEHATAN DILATIH MANAJEMEN ASFIKSIA DAN BBLR PADA TAHUN 2009 MANAJEMEN ASFIKSIA MANAJEMEN BBLR Dr Bidan Pera wat Jlh. PKM Yg tenaganya tlh dilatih Dr Bidan Pera wat Sumber : Bidang Kesga dan Gizi, 2010 Dari data tersebut di atas terlihat bahwa seharusnya cukup banyak tenaga kesehatan dan puskesmas yang sudah pernah mengikuti pelatihan MTBS, SDIDTK, manajemen asfiksia dan BBLR tapi hasil yang dicapai belum optimal. Masih banyak petugas pengelolah program kesehatan anak yang merangkap tugas lain sehingga pencapaian program mengalami kendala. b. Kesehatan Ibu Seorang ibu mempunyai peran yang sangat besar di dalam pertumbuhan bayi dan perkembangan anak. Ganguan yang dialami seorang ibu yang sedang hamil bisa berpengaruh pada kesehatan janin dalam kandungan hingga kelahiran dan masa pertumbuhan bayi dan anaknya. Kebijakan tentang kesehatan ibu dan bayi baru lahir secara khusus berhubungan dengan pelayanan antenatal, persalinan, nifas dan perawatan bayi baru lahir yang diberikan di semua jenis fasilitas kesehatan, mulai dari Posyandu sampai Rumah Sakit baik pemerintah maupun swasta. Pelayanan Antenatal (K1 dan K4) Masa kehamilan merupakan masa yang rawan kesehatan, baik kesehatan ibu yang mengandung maupun janin yang dikandungnya sehingga dalam masa kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan secara teratur. Hal ini dilakukan guna menghindari gangguan sedini mungkin dari segala sesuatu yang membahayakan terhadap kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya. Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan professional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan dan perawat) yang meliputi pengukuran ber badan dan tekanan darah, pemeriksaan tinggi fundus uteri, imunisasi Tetanus Toxoid (TT) serta pemberian tablet besi kepada ibu hamil selama masa kehamilannya sesuai pedoman pelayanan antenatal yang ada dengan titik berat pada kegiatan promotif dan preventif. Hasil pelayanan dapat dilihat dari cakupan pelayanan kunjungan ibu hamil K1 dan K4. Cakupan K1 atau juga disebut akses pelayanan ibu hamil merupakan gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Sedangkan Cakupan K4 ibu hamil adalah gambaran besaran ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai dengan standar serta paling sedikit empat kali kunjungan, dengan distribusi sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester kedua dan dua kali pada trimester ketiga. Angka ini dapat dimanfaatkan untuk melihat kualitas pelayanan kesehatan kepada ibu hamil. Cakupan pelayanan K1 dapat dilihat pada grafik berikut. 36 Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009

47 Gambar IV.1. Cakupan pelayanan K1 ibu hamil Provinsi Sulawesi Utara Tahun Sumber : Profil kab/ Kota 2009 Dari grafik di atas, maka cakupan K1 terbesar pada tahun 2009 adalah di Kabupaten Bolaang Mongondow (Minahasa 107,2 %) dan Kota Kotamobagu merupakan daerah dengan cakupan K1 terkecil (54 %). Semenara itu jika dilihat dari cakupan K4 (grafik V.2) maka cakupan terbesar adalah di Kabupaten Minahasa (94,1 %) dan Kota Kotamobagu merupakan kabupaten dengan pelayanan K4 terkecil (46 %). Gambar IV.2 Cakupan pelayanan K4 Ibu hamil Provinsi Sulawesi Utara tahun Sumber : Profil kab/ kota 2009 Pertolongan Persalinan oleh tenaga Kesehatan dengan Komptensi Kebidanan Komplikasi dan kematian ibu maternal serta bayi baru lahir sebagian besar terjadi pada masa sekitar persalinan, hal ini antara lain disebabkan pertolongan tidak dilkaukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kompet ensi kebidanan Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009 (professional). Pada grafik terlihat cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan menurut kabupaten/ kota tahun 2008 dengan cakupan tertinggi adalah Kabupaten Bolmong (98.2%), sedangkan cakupan terendah adalah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara (57.51%). Secara Provinsial, cakupan pertolongan oleh tenaga kesehatan adalah 80.92%. 37

48 Gambar IV.3. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan Provinsi Sulawesi Utara tahun Sumber : Profil kab/ kota 2009 Angka-angka di atas cukup baik dibandingkan dengan target nasional yaitu 60 %, juga ketika membandingkan dengan data SDKI 2007, dimana dari seluruh kejadian kelahiran hidup, hanya 55 % yang ditolong di lokasi / fasilitas kesehatan, yaitu 26.6 % di fasilitas kesehatan pemerintah dan 28.4% di fasilitas swasta. Berdasarkan SDKI 2007, persentase distribusi penolong persalinan dari yang ditolong di fasilitas kesehatan adalah seperti pada gambar di bawah. Gambar IV. 4. Persentase distribusi penolong persalinan Provinsi Sulawesi Utara Sumber : IDHS, 2007 Dari gambaran di atas terlihat bahwa persentase terbanyak penolong persalinan adalah Bidan/ perawat/ bidan desa, yang memperlihatkan bahwa peranan mereka sangat besar dalam menekan angka kematian ibu maternal. Deteksi Risiko dan Penanganan Komplikasi Kegiatan deteksi dini dan penanganan ibu hamil berisiko/ komplikasi kebidanan perlu lebih ditingkatkan baik di fasilitas pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) maupun di masyarakat. Deteksi Risiko oleh tenaga kesehatan untuk tahun 2008 Provinsi Sulawesi Utara adalah sebesar 30,76 %. Risiko/ komplikasi adalah keadaan penyimpangan dari normal, yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi. Risti/ komplikasi kebidanan meliputi Hb< 8 g%, Tekanan darah tinggi (systole >140 mmhg, diastole > 90 mmhg). Oedema nyata, eklamsia, perdarahan pervaginam. Ketuban pecah dini, letak lintang pada usia kehamilan >32 minggu, letak sungsang pada primigravida, infeksi berat/ sepsis, persalinan premature. 38 Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009

49 Dari 15 kabupaten/ kota yang melakukan penanganan komplikasi obstetric, maka cakupan tertinggi penanganan komplikasi tertinggi terdapat pada Kabupaten Minahasa Tenggara yaitu 108,25 dan Kota manado deteksi risiko tinggi ibu hamil, Kota Tomohon mendeteksi ibu hamil paling tinggi yaitu 62,56 dan Kabupaten Minahasa Utara sementara terendah di Kota Manado yaitu 1,61. Gambar IV. 5. Deteksi ibu hamil risti/ komplikasi Kabupaten/ Kota se Provinsi Sulawesi Utara tahun ,8 6 43,65 12,92 15,6 1,81 44, ,25 0 4,83 1,61 6,2 62,6 80,32 Sumber : Bidang Kesga dan Gizi 2010 Kunjungan Neonatus (KN1 dan KN2) Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan umur yang memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut antara lain dengan melakukan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan pada neonatus (0-28 hari) minimal dua kali, satu kali pada umur 0-7 hari (KN1) dan satu kali lagi pada umur 8-28 hari (KN2). Dalam melaksanakan pelayanan neonatus, petugas kesehatan disamping melakukan pemeriksaan kesehatan bayi juga melakukan konseling perawatan bayi kepada ibu.pelayanan tersebut meliputi pelayanan kesehatan neonatal dasar (tindakan resusitasi, pencegahan hipotermia, pemberian ASI dini dan eksklusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, kulit dan pemberian imunisasi ); pemberian vitamin K; manajemen terpadu balita muda (MTBM); dan penyuluhan perawatan neonatus di rumah mengunakan buku KIA. Cakupan kunjungan neonatal (KN2)menurut kabupaten/ kota tahun 2009 seperti pada grafik berikut. Gambar IV. 6. Grafik Cakupan pelayanan kesehatan neonatal (KN Lengkap) Provinsi Sulawesi Utara tahun Bolsel Sitaro Bolmo Talaud Tomoh Sangih Minah Mitra Boltim Kotam Bitung Bolmu Manad Minsel Minut Propin ng on e asa obagu t o si Cak KN Lengkap 44,55 49, ,56 59,99 70,59 78,53 83,71 85,2 90,26 91,06 92,57 93,29 95,69 107,39 78 Sumber : Profil kab/ kota 2008 Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun

50 Dari grafik tersebut terlihat bahwa cakupan KN lengkap tertinggi adalah Kabupaten Minahasa Utara dan terendah pada Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan Jika dilihat dari sumberdaya yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan ibu, maka di sektor pemerintah telah ada bidan desa / bidan PTT yang ditempatkan di Poskesdes / Polindes namun penyebarannya belum merata di seluruh wilayah Provinsi Sulut. Melalui program desa siaga telah dilatih bidan desa dan bidang Koordinator serta dokter puskesmas di beberapa Puskesmas di Provinsi Sulawesi Utara. Sampai dengan tahun 2009 telah ada 1440 desa siaga di Provinsi Sulawesi Utara. Data Kesehatan Ibu 2009 menunjukkan terdapat 933 orang bidan desa di Provinsi Sulawesi Utara. 779 orang bidan tinggal di desa dan 666 orang bidan desa yang memiliki bidan kit. Data menunjukkan belum semua desa memiliki bidan desa demikian juga untuk Kab./ Kota dimana masih ada 7 Kabupaten / Kota yang belum memiliki dokter spesialis kebidanan yaitu Kab. Bolaang Mongondow Utara, Kab. Minahasa Tenggara, Kab. Sitaro, kabupaten Talaud, Kabupat en Bolaang Mongondow Timur, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, Kota Tabel IV.3.Jumlah Bidan / Bidan Desa & Bidan Kit tahun 2009 Total Total Bidan Bidan Telah APN Mampu Punya Desa Bidan Desa Tinggal di GDON Bidan Kit Desa Sumber : Bidang Kesga dan gizi, 2010 Di tingkat Puskesmas yang mempunyai dokter umum dan bidan, khususnya Puskesmas dengan tempat tidur, belum semua mampu memberikan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar. Di Provinsi Sulawesi Utara dari 80 Puskesmas Rawat Inap hanya 34 Puskesmas yang sudah mampu PONED. Demikian pula untuk Rumah Sakit Kabupaten / Kota belum semua kab./ kota yang memiliki memberikan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Komprehensif ( PONEK). Di Provinsi Sulawesi Utara terdapat 29 Rumah Sakit Pemerintah / Swasta hanya 9 Rumah Sakit yang mampu PONEK. Tabel IV.4. Jumlah Puskesmas dan Rumah Sakit di Sulawesi Utara yang mampu melaksanakan PONED & PONEK Jumlah PKM Mampu Jumlah RS Mampu PONEK RI PONED Sumber : Bidang Kesga dan gizi, 2009 Sistem Pencatatan dan Pelaporan pelayanan kesehatan ibu di Kabupaten / Kota masih masih belum adekuat. Pelayanan Kesehatan Ibu di Rumah Sakit belum dapat didata secara tepat. Beberapa Kabupaten tidak bisa menyertakan data dari rumah sakit. Format format untuk pendataan dan pelaporan data tidak tersedia di tingkat Puskesmas. Posyandu yang dikelola oleh Kader Kesehatan memberi pelayanan antenatal dengan bantuan Bidan di desa. Dukun bayi diharapkan bermitra dengan bidan dalam memberikan pelayanan kehamilan, persalinan dan nifas. Di Provinsi Sulawesi Utara terdapat 1062 orang dukun bayi namun data 2009 menunjukkan yang bermitra hanya 771 atau orang dukun bayi. 40 Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009

51 Tabel IV.5. Jumlah Dukun dan Dukun yang Bermitra di Provinsi Sulawesi Utara s/ d tahun 2009 Total Dukun Bermitra Sumber : Bidang Kesga dan Gizi, 2009 Fasilitas bidan praktek swasta terdapat di desa dan kota yang juga memberikan pertolongan persalinan. Namun sistem pencatatan data dan penyampaian laporan ke Puskesmas tidak ada. Sesuai data Riskesdas 2007 pemanfaatan pelayanan polindes / bidan di desa masih sangat rendah yaitu < 20 %. Lebih dari 50 % responden memberikan alasan yang tidak jelas mengapa tidak memanfaatkan polindes / bidan di desa. Jenis pelayanan polindes / bidan yang paling banyak dimanfaatkan dalam 3 bulan terakhir adalah pengobatan ( > 80 % ). Dalam hal pembiayaan program, pembiayaan program kesehatan ibu di Provinsi Sulawesi Utara untuk tahun 2009 berasal dari APBN dan APBD Provinsi. Program kesehatan ibu terdapat pada beberapa instansi pemerintah disamping Dinas Kesehatan seperti Badan Pemberdayaan Perempuan, BKKBN, Bappeda, Biro Sosial dan Dinas Sosial. Dinas dan Badan tersebut di atas tidak jarang mempunyai kepentingan yang sama di beberapa bidang namun kadang kadang kegiatan ini sulit untuk diintegrasikan di lapangan, sehingga dapat menciptakan tumpang tindih yang tidak dapat dihindari. 5. Pelayanan Imunisasi Kegiatan imunisasi rutin meliputi pemberian imunisasi untuk bayi umur 0-1 tahun (BCG, DPT, Polio, Campak, Hb), imuisasi untuk Wanita Usia Subur/ Ibu hamil (TT) dan imunisasi untuk anak SD (kelas 1:DT dan kelas 2-3: TT), sedangkan kegiatan imunisasi tambahan dilakukan atas dasar ditemukannya masalah seperti Desa non UCI, potensial/ risti KLB, ditemukan/ diduga adanya virus polio liar atau kegiatan lainnya berdasarkan kebijakan teknis. Pencapaian Universal child Immunization (UCI) pada dasarnya merupakan proksi terhadap cakupan atas imunisasi secara lengkap pada sekelompok bayi. Bila cakupan UCI dikaitkan dengan batasan suatu wilayah tertentu, berarti dalam wilayah tersebut tergambarkan besarnya tingkat kekebalan masyarakat atau bayi (herd immunity) terhadap penularan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Dalam hal ini Pemerintah menargetkan pencapaian UCI pada wilayah administrasi desa/ kelurahan. Suatu desa/ kelurahan telah mencapai target UCI apabila >80% bayi di desa/ kelurahan tersebut mendapat imunisasi lengkap. Secara Provinsi, pencapaian UCI tingkat desa/ kelurahan tahun 2009 seperti pada grafik berikut. Gambar IV. 7. Cakupan UCI Desa Kab/ kota se Provinsi Sulawesi Utara tahun ,7 93,8 92,5 87,7 87,4 87,1 80,8 80,8 80,3 76,7 65,6 61,1 60,7 48,4 76, Sumber : Bidang PMK, 2010 Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun

52 Gambar IV. 8. Peta UCI Desa Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009 Dari grafik di atas, 5 Kabupaten tidak mencapai target UCI yaitu Talaud, Sitaro, Sangihe, Kotamobagu dan Bolaang Mongondow, sementara seratus persen desa/ kelurahan di Kota Bitung tercakup dengan UCI diikuti oleh Kabupaten Minahasa (97,7%) dan Bolaang Mongondow Timur (93,8%). Target jangkauan imunisasi bayi ditunjukkan dengan cakupan imunisasi DPT1, karena imunisasi ini merupakan salah satu antigen kontak pertama dari semua imunisasi yang diberikan pada bayi. Sedangkan target tingkat perlindungan imunisasi bayi ditunjukkan dengan cakupan imunisasi campak karena imunisasi inim erupakan antigen kontak terakhir dari semua imunisasi yang diberikan pada bayi. Untuk menunjukkan tingkat efektifitas program digunakan angka drop out (DO)DPT1 Campak.. Cakupan imunisasi DPT1-HB seperti terlihat pada grafik berikut Gambar IV. 9. Cakupan imunisasi DPT1-Hb1 Provinsi Sulawesi Utara tahun , ,2102,9 98,8 93, ,9 89,7 88,2 85,5 77,7 72,4 71,8 57,2 48 Sumber : Bidang PMK, Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009

53 Untuk menunjukkan tingkat efektifitas program digunakan angka drop out (DO)DPT1 Campak, seperti terlihat pada grafik berikut. Gambar IV. 10. Cakupan DO (DPT1-Campak) kabupaten/ kota se-provinsi Sulawesi Utara tahun Bolm ong Bolm ong Selata n Bolm ong Timur Bolm ong Utara Sangi he Talau d Bitun g Kota moba gu Mana do Tomo hon MINA Minse HASA l Mina hasa Tengg Minhs Sitaro Utara DO ara Sumber : Bidang PMK, 2010 Adapun DO terbesar terdapat di kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, dan 3 kabupaten lain yang tidak mencapai target dimana pencapaian lebih dari 10 % yaitu Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Kabupaten Sangihe dan Kota Kotamobagu. Cakupan imunisasi bayi untuk masing-masing jenis vaksinasi menurut kabupaten/ kota dapat dilihat pada lampiran tabel 23. Maternal and Neonatal Tetanus Elimination (MNTE) merupakan salah satu kegiatan imuniasi tambahan yang bertujuan untuk menurunkan jumlah kasus Tetanus Neonatal di setiap Kabupaten hingga < 1 kasus per 1000 kelahiran hidup pertahun. Pada masa lalu sasaran kegiatan MNTE adalah calon penganten dan ibu hamil namun pencapaian target agak lambat sehingga dilakukan kegiatan akselerasi berupa pemberian TT 5 dosis pada seluruh Wanita Usia Subur termasuk ibu hamil (usia tahun). Untuk cakupan imunisasi TT ibu hamil tahun 2008 dapat dilihat pada lampiran tabel 26. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun

54 B. UPAYA KESEHATAN PENGEMBANGAN Seperti diketahui, bahwa Upaya kesehatan pengembangan merupakan salah satu kegiatan Puskesmas di samping upaya kesehatan wajib. Kegiatan upaya kesehatan pengembangan tersebut dilaksanakan bila upaya kesehatan wajib telah terlaksana secara optimal (target cakupan dan mutu terpenuhi), namyn dalam keadaan tertentu ditetapkan sebagai penugasan dari Dinas kesehatan). Pemilihan kegiatan kesehatan Pengembangan oleh Puskesmas dilakukan bersama-sama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota dengan mempertimbangkan masukan dari Badan penyantun Pelayanan (BPP). Upaya kesehatan pengembangan Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok yang telah ada, yakni : Upaya Kesehatan Usia Lanjut Upaya Kesehatan Kerja Upaya Kesehatan Indera Upaya Kesehatan Olah Raga Upaya Pembinaan pengobatan Tradisional Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut Upaya Kesehatan Jiwa Perawatan Kesehatan Masyarakat Sebagai hasil pembangunan terlihat adanya peningkatan umur harapan hidup yang membawa dampak peningkatan jumlah usia lanjut dengan berbagai masalah dan kebutuhan bagi usia lanjut di bidang kesehatan. Prioritas pembangunan kesehatan saat ini masih ditujukan pada upaya penanggulangan penyakit menular, kekurangan gizi, kematian ibu maternal, sementara pada saat yang bersamaan pola penyakit juga bergeser yakni meningkatnya penyakit degeneratif dan kardiovaskuler. Dengan keterbatasan sumber daya yang ada, maka upaya promotif dan preventif harus ditingkatkan kepada kelompok pra usia lanjut di samping upaya kuratif yang perlu biaya tinggi. Kesehatan Indera Kegiatan Program kesehatan indera dalam hal ini dilaksanakan oleh Balai Kesehatan Mata Masyarakat Propinsi Sulawesi Utara yang adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang dapat melaksanakan intervensi pelayanan medis spesialistik dan dapat melakukan upaya kesehatan masyarakat khususnya pelayanan kesehatan mata, dapat melaksanakan kegiatannya di dalam dan luar gedung sehingga merupakan suatu institusi yang menjadi pemecah masalah keterbatasan kemampuan kewenangan Rumah Sakit maupun Puskesmas. Balai Kesehatan Mata Masyarakat saat ini melayani rawat jalan baik untuk kegiatan dalam maupun luar gedung, dengan fasilitas dan sumber daya yang ada meliputi medis maupun penunjang medis mampu melayani pasien dengan 9962 kasus untuk kegiatan dalam gedung, dan 4830 pasien pada 15 Kab/ Kota untuk kegiatan luar gedung tahun Tabel IV.6. Rekapitulasi Kegiatan BKMM tahun 2009 Kegiatan Tindakan Medis/ Operatif Gangguan penglihatan Dalam Gedung Luar Gedung Jumlah Sumber : BKMM,2010 Di Provinsi Sulawesi Utara, dengan jumlah penduduk ± 2,1 juta jiwa maka angka kebutaan 1.5 x penduduk = orang buta. Penyebab akibat katarak ; 0.78 x = orang buta/ tahun. Sedangkan angka insidens/ kejadian baru katarak 0.1% x = 2100 insiden baru/ tahun. Berarti di Sulawesi Utara setiap tahun terdapat orang buta ditambah kejadian baru penderita katarak 2100 adalah orang 44 Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009

55 Terjadinya angka kebutaan yang tinggi tersebut terutama disebabkan karena adanya ketidakseimbangan antara angka insiden ( kejadian baru 0.1 % atau / tahun) dengan kemampuan pelaksanaan operasi katarak ( ± orang/ tahun). Dengan demikian terjadi backlog katarak yang cukup tinggi. Ada beberapa alasan backlog katarak cukup tinggi tersebut antara lain akibat rendahnya daya jangkau pelayanan operasi katarak akibat ketidaktahuan masyarakat dan tingginya biaya operasi. Dilain pihak, ketersediaan tenaga dan fasilitas pelayanan kesehatan mata sampai saat ini masih terbatas. Bila keadaan ini dibiarkan tanpa adanya upaya yang serius, maka angka kebutaan akan bertamabah terus. Untuk itu diperlukan tambahan upaya untuk membendung laju kebutaan dan menurunkannya, sehingga tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat. Dalam mengatasi masalah tersebut WHO telah mencanangkan VISION 2020 The Right to Sight, yaitu inisiatif global untuk mengeliminasi kebutaan yang seharusnya dapat ditanggulangi. Selanjutnya di Indonesia, pada tanggal 15 Februari 2000, Wakil Presiden Megawati Soekarno Puteri, mencanangkan pula Vision The Right to sight bagi seluruh warga negara Indonesia, artinya pemberian hak untuk melihat dengan optimal bagi setiap warga negara Indonesia. Cakupan pelayanan medis spesialis yang umumnya dilakukan di Rumah sakit kurang mampu meningkatkan cakupan pelayanannya karena tidak adanya kewenangan untuk melakukan pelayanan medis dan kesehatan diluar gedung. Sedangkan Puskesmas yang mempunyai kewenangan pelayanan medis dan kesehatan di luar gedung hanya mampu menyelenggarakan pelayanan medis dasar. Oleh karena itu kesenjangan antara kebutuhan pelayanan medis spesialistik dengan jumlah dan sebaran sarana yang tersedia menyebabkan dibutuhkannya satu institusi yang dapat mengurangi kesenjangan pelayanan dan mendekatkan pelayanan medis spesialistik tersebut ke masyarakat. Tahun 2007 dan 2008 BKMM Provinsi Sulawesi Utara, telah mengirim satu Dokter Spesialis Mata mengikuti Program Fellowship Fakoemulsifikasi selama 3 bulan dan satu orang dokter spesialis mata mengikuti Program Fellowship Glaucoma di RS. Cipto Mangunkusumo serta seorang Perawat Mahir Mata mengikuti Program Inservice Training Mid Level Opthalmologi Personal selama 3 bulan di Jakarta Eye Center menggunakan anggaran APBD Tahun 2009, seorang perawat diikutkan juga dalam Pelatihan Comunity Eye Nursing di RS. Mata Cicendo Bandung selama 6 minggu dan di tahun yang sama BKMM ketambahan 2 orang tenaga Sub Spesialis Vitreoretina lulusan Bangkok dan Sub Spesialis Infeksi dan Imunologi dari RSUP Cipto Mangunkusumo. Dalam hal peralatan medis dan sarana prasarana kantor untuk meningkatkan pelayanan, BKMM melaksanakan pengadaan alatalat kesehatan, AC, meja, kursi rapat, dll tetapi semuanya habis di lalap api pada tanggal 4 Maret Untuk kegiatan pelayanan BKMM melaksanakan kegiatan dalam gedung dan luar gedung dengan berkoordinasi dan bermitra dengan organisasi-organisasi sosial keagamaan dan lintas sektor di seluruh wilayah Kab/ Kota se Provinsi Sulawesi Utara. BKMM Provinsi Sulawesi Utara juga melayani pasien Jamkesmas. Untuk kegiatan dalam gedung, didapatkan hasil seperti pada table berikut, Tabel IV.7. Kunjungan Penderita di BKMM tahun Kunjungan Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Penderita Baru Penderita Lama Jumlah Sumber : BKMM,2010 Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun

56 Tabel IV Penyakit Yang Ditemukan di BKMM T.A N Jenis Penyakit Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun Kelainan Refraksi Katarak Konjunctivis Pterygium Gloucoma Sikatrik Kornea Hordeolum Blepharitis Trichiasis Trachoma Lain-lain Sumber : BKMM,2010 Tabel IV.9. Angka Kebutaan yang ditemukan di BKMM Tahun Kebutaan Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Satu Mata Dua Mata Sumber : BKMM,2010 Tabel IV.10. Kegiatan Operasi Mata Tahun No Jenis Operasi Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun Katarak Pterygium Hordeolum Torsotomi / SBL Glaukoma Lain-lain Sumber : BKMM, Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009

57 Pada kegiatan luar gedung didapatkan hasil sebagai berikut Tabel IV.11. Kunjungan Pasien tahunpada kegiatan luar gedung Kunjungan Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Jumlah Pasien Lokasi Sumber : BKMM, 2010 Tabel IV.12. Kunjungan Pasien tahunpada kegiatan luar gedung No Jenis Penyakit Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun Kelainan Refraksi Katarak Konjunctivis Pterygium Glaucoma Sikatrik Kornea Hordeolum Blepharitis Trichiasis NonTrachoma Lain-lain Sumber : BKMM, 2010 Tabel IV.13. Angka kebutaan yang ditemukan di luar gedung tahun Kebutaan Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Satu Mata Dua Mata Sumber : BKMM, 2010 Tabel IV.14. Jenis operasi yang dilakukan di luar gedung tahun Jenis Operasi Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Katarak Pterygium Hordeolum Lain-lain Sumber : BKMM, 2010 Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun

58 2. Upaya Kesehatan pengembangan lainnya Kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam Upaya Kesehatan pengembangan yaitu Kesehatan kerja, Kesehatan Indera, Kesehatan Olah Raga, Battra, Kesehatan Gigi Mulut, Kesehatan jiwa dan Perawatan Kesehatan Masyarakat. Pelayanan kesehatan kerja tidak dilaksanakan oleh semua kabupaten/ kota oleh karena keterbatasan program dimana sarana pekerja formal yang dilayani sesuai program tidak tersedia. Oleh karena itu kegiatan pelayanan kesehatan kerja hanya pada beberapa Kabupaten/ Kota saja. Adapun cakupan pelayanan kesehatan kerja pekerja formal seperti pada grafik berikut. Gambar IV. 11. Cakupan pelayanan kesehatan pekerja informal Provinsi Sulawesi Utara tahun 2009 Sumber : Bidang UPK, Upaya Pelayanan Kesehatan Daerah Terpencil, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK) Upaya pelayanan kesehatan di DTPK se Provinsi Sulawesi Utara dilaksanakan dalam kerangka upaya kesehatan komunitas di daerah DTPK. Pada tahun 2009 pelayanan kesehatan DTPK masih dilaksanakan di beberapa kabupaten yang mempunyai DTPK sesuai Keppres 78/ 2005 tentang Daerah Terpencil Perbatasan dan Kepulauan, sebagaimana dalam tabel berikut. Tabel IV.15. Kabupaten,Kecamatan, Puskesmas dan nama pulau yang termasuk DTPK Sulawesi Utara tahun 2009 Sumber : Bidang UPK, Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009

59 Adapun kegiatan pelayanan kesehatan di daerah tertinggal, terpencil, perbatasan dan kepulauan meliputi : 1. Penguatan fasilitas kesehatan sehingga lebih mandiri khususnya pelayanan kesehatan di dalam gedung a. Kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana b. Perbaikan gizi c. Promosi kesehatan d. Kesehatan Lingkungan e. Pengobatan dasar pelayanan kesehatan keliling f. Pencegahan dan Pemberantasan penyakit Menular 2. Peningkatan pelayanan kesehatan luar gedung melalui Tim Medis Keliling berbagai tingkat administrasi antara lain dalam Pusling Roda 4, Pusling Terapung, Pusling jalan kaki dan lainlain 3. Peningkatan pemberdayaan masyarakat. Kegiatan ini ditujukan untuk meningkatkan kemandirian masyarakat dalam bidang kesehatan melalui pembentukan dan pengembangan desa siaga, posyandu dan lain-lain. 4. Peningkatan pengelolaan (perencanaan, pengendalian, monitoring dan evaluasi program DTPK. C. PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN Sebagaimana diketahui bahwa salah satu program Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) adalah upaya kesehatan perorangan yang bertujuan meningkatkan akses, keterjangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan yang aman melalui sarana pelayanan kesehatan perorangan (Puskesmas, Rumah Sakit dan fasilitas kesehatan lainnya). Beberapa kegiatan pokok upaya kesehatan perorangan adalah peningkatan kesehatan rujukan, pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin di kelas III di rumah sakit dan lain-lain. Disatribusi kunjungan Rawat jalan Tingkat Pertama di Puskesmas se propinsi Sulawesi Utara tahun 2009 dapat terlihat sebagaimana grafik berikut Gambar IV. 12. Kunjungan Rawat Jalan Tingkat Pertama di Puskesmas se Provinsi Sulawesi Utara Tahun Dari gambar di atas terlihat bahwa kunjungan rawat jalan di Puskesmas pada Kabupaten Sitaro sepanjang tahun 2009 adalah yang paling sedikit dibandingkan 15 Kabupaten/ Kota yang lain sementara kunjungan rawat jalan tingkat pertama di Puskesmas pada Kabupaten Minahasa menunjukkan grafik yang paling tinggi. Kelengkapan data dari kabupaten Sitaro yang sangat sedikit tersebut Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009 masih perlu dilakukan validasi lebih lanjut. Jika hasilnya memang demikian, maka dapat disimpulkan bahwa aksesabilitas pencarian pelayanan kesehatan di kabupaten sitaro sangat rendah,. Kondidi ini cukup memprihatinkan mengingat jumlah Puskesmas yang dibangun di Kabupaten Sitaro sudah mencapai 10 Puskesmas dengan 5 Puskesmas di antaranya adalah Puskesmas Perawatan. 49

60 Di Provinsi Sulawesi Utara, jumlah seluruh masyarakat miskin tahun 2009 adalah 61`1.847 orang. Dari jumlah tersebut % dicakup oleh Jamkesmas adalah orang dan yang tercakup dengan pelayanan Jamkesda sejumlah 55,148 orang, sehingga total jiwa yang dicakup ol;eh jaminan Pelayanan Kesehatan Masyarakat (JPKM). Terdapat 9 Kabupaten/ kota yang mempunyai kerjasama dengan PT Askes untuk pelaksanaan Jamkesda. Cakupan masyarakat miskin yang mendapatkan pelayanan Jamkesmas dan Jamkesda menurut kabupaten/ kota pada tahun 2009 seperti pada tabel berikut. Tabel IV.16. Cakupan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin dan JPKM Kabupaten /Kota Tahun 2009 KAB/ KOTA JML MASKIN Sumber : Bidang Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat, 2010 DICAKUP JPKM JAMKESMAS JAMKESDA Bolmong Minahasa Sangihe Talaud Minsel Minut Bolmut Sitaro Mitra Bolsel Boltim Manado Bitung Tomohon Kotamobagu Provinsi Sulut Dari grafik di atas nampak bahwa terdapat enam kabupaten yang tidak semua masyarakat miskinnya terjangkau oleh Jamkesda Dalam program JPKMM, masyarakatmiskin tidak hanya mendapat pelayanan kesehatan umum/ dasar, tetapi juga untuk penyakit-penyakit berat misalnya hemodialisa, operasi jantung, cesar dan kanker. D. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT Upaya perbaikan gizi masyarakat pada hakikatnya dimaksudkan untuk menangani permasalahan gizi yang dihadapi masyarakat. Berdasarkan pemantauan yang telah dilakukan ditemukan beberapa permasalahan gizi yang sering dijumpai pada kelompok masyarakat antara lain kekurangan vitamin A dan anemia gizi Gambaran status gizi masyarakat pada saat ini ditandai dengan tingginya masalah kekurangan gizi dan mulai meningkatnya masalah kelebihan gizi dan masalah-masalah gizi lain yang terkait penyimpangan gaya hidup. Masalah-masalah kekurangan zat gizi makro terutama kurang energi protein balita dan kekurangan gizi seperti anemia gizi besi (AGB), kurang vitamin A (KVA) dan gangguan akibat kekurangan iodium (GAKY) belum secara tuntas dapat diatasi. Hasil cakupan program dari tahun 2000 s/d 2009 dapat dilihat pada tabel berikut 50 Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009

61 Tabel IV.17. Hasil Cakupan Program Gizi tahun HASIL CAPAIAN NO KEGIATAN 1 Vitamin A Bayi bulan Peb ,6 89,8 88,7 bulan Agust ,6 94,7 90,5 84,6 - Balita bulan Peb , , ,9 88,9 83,4 88,3 bulan Agust 84 76,5 76,2 87,6 92,2 94, ,7 87,2 89,2 - Ibu Nifas ,6 51,9 50, ,4 2 Tablet Tambah Darah - Fe ,1 76,3 86,2 89,2 - Fe ,1 70,1 70,2 77,7 77,3 3 Pemantauan Balita - D/ S 67, , ,9 65,8 70,5 67,9 72,5 - N/ D 82,4 83,3 88, ,7 84,9 84, ,7 - BGM 4,1 5,7 1,2 0,8 8,3 4 ASI Ekslusif ,8 16,9 19,2 18,02 5 Pemantauan Status Gizi - Gizi Buruk 1,5 0,55 0,99 0,56 0,74 0,44 0,6 4, Gizi Kurang 11,1 7,36 9,42 7,31 6,27 6,07 8,2 11, Gizi Baik 76,4 89,4 87,86 89,43 90,69 89,11 89,07 81, Gizi Lebih 2,2 2, ,7 2,3 1,71 2,63 3, Kasus Gizi Buruk Sumber : Bidang Kesga & Gizi, 2009 PEMANTAUAN PERTUMBUHAN Pemantauan pertumbuhan balita adalah salah satu kegiatan penting untuk mengetahui adanya hambatan dalam pertumbuhan (growth faltering) secara dini. Untuk mengetahui hambatan tersebut perlu dilakukan penimbangan rutin setiap bulan di posyandu. Dalam pelaksanaan penimbangan di posyandu ditemukan kecenderungan makin tinggi umur anak, makin rendah cakupan penimbangan rutin. Jadi makin tinggi umur anak makin rendah pula persentase anak yang ditimbang diposyandu. Balita yang naik berat badannya pada tahun 2009 sebesar 91,7% melebihi target nasional sebesar 80% Kabupaten Minahasa Utara adalah daerah yang paling tinggi jumlah balita yang naik berat badannya yaitu sebesar 97,4% sedangkan daerah yang paling rendah adalah sebesar 72,4 persen di Bolaang Mongondow Selatan. Balita dengan hambatan pertumbuhan yang ada di Sulawesi Utara adalah sebesar 8,3 %. Lebih tinggi dari target nasional sebesar 5%. Hambatan pertumbuhan terbesar ada didaerah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan sebesar 27,6 % sedangkan hambatan pertumbuhan terkecil ada di Kabupaten Minahasa Utara sebesar 2,6 %. Tingginya persentase balita dengan gangguan pertumbuhan dibandingkan tahun 2008 salah satunya disebabkan meningkatnya pastisipasi masyarakat untuk datang ke Posyandu (72,5 %). Dengan meningkatnya Partisipasi masyarakat maka gangguan pertumbuhan pada balita dapat ditemukan. Untuk meningkatkan dan mempertahankan capaian pada tahun 2010 akan dilaksanakan Pelatihan Penggunaan Standar Pemantauan Pertumbuhan balita bagi petugas Puskesmas untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan tugas sehari-hari. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun

62 Gambar IV. 13. Cakupan penimbangan balita N/ D Kabupaten/ Kota se Provinsi Sulawesi Utara tahun Sumber : Bidang Kesga dan Gizi, 2010 Pemberian Kapsul Vitamin A Kurang vitamin A masih merupakan masalah gizi utama, meskipun Kurang Vitamin A tingkat berat hamper sudah tidak ditemukan lagi tetapi kurang vitamin A tingkat subklinis yaitu ingkat yang belum menampaknan gejala nyata, masih menimpa masyarakat kelompok luas terutama kelompok balita. Masalah kurang vitamin A dapat diibaratkan fenomena gunung es yaitu masalah kurang vitamin A berat hanya sedikit tampak dipermukaan tetapi kurang vitamin A subklinis yang ditandai dengan rendahnya kadar vitamin A dalam darah masih perlu mendapat perhatian besar. Untuk mencegah dan menanggulangi masalah kurang vitamin A ditempuh kebijakan untuk memberi suplementasi vitamin A bagi bayi 6-11 bulan dan balita usia bulan serta ibu nifas yang bertujuan menurunkan prevalensi dan mencegah kekurangan vitamn A pada bayi dan balita. Suplementasi vitamin pada bayi 6-11 bulan dan balita umur bulan dilakukan 2 kali setahun yaitu bulan Pebruari dan bulan Agustus sedangkan untuk ibu nifas diberikan selama 2 hari berturut-turut setelah bersalin atau pada saat nifas. Cakupan pemberian vitamin A pada bulan Pebruari untuk bayi 6-11 bulan adalah 90, % dan pada bulan Agustus 85,%. Cakupan pemberian vitamin A pada balita pada bulan Pebruari adalah 88% dan bulan Agustus 89 %. Cakupan pemberian vitamin A pada ibu nifas pada tahun 2008 adalah sebesar 80%. Turunnya cakupan pemberian vitamin A pada Bayi 6 11 bulan pada bulan Agustus disebabkan kurangnya stok vitamin A Biru. Gambar IV. 14. Cakupan pemberian kapsul vit a pada bayi bulan Februari dan Agustus kabupaten/ kota se Provinsi Sulawesi Utara tahun MAN BITU TOM MIN MINS MIN BOL SAN TALA BOL MITR SITA KOTA BOLT BOLS PROP ADO NG OHO AHAS EL UT MON GIHE UD MUT A RO MOB IM EL INSI N A G AGU FEBRUARI AGUSTUS Sumber : Bidang Kesga dan Gizi, Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009

63 Gambar IV. 15. Cakupan pemberian kapsul vit a pada Anak balita bulan Februari dan Agustus kabupaten/ kota se Provinsi Sulawesi Utara tahun MANA DO BITUN G TOMO HON MINAH ASA MINSE MINUT BOLM SANGI TALAU L ONG HE D BOLM MITRA SITARO KOTA UT MOBA GU BOLTI M BOLSEL PROPI NSI FEBRUARI AGUSTUS Sumber : Bidang Kesga dan Gizi, 2010 ASI EKSKLUSIF Untuk membantu menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) dan meningkatkan status gizi bayi di Sulawesi Utara, dilakukan pemberian Air Susu Ibu Eksklusif yaitu Air susu ibu yang diberikan kepada bayi sampai bayi berusia 6 bulan tanpa diberikan tambahan makanan dan minuman. Cakupan ASI Eksklusif (ASIE) didapat dengan meng-hitung Jumlah bayi yang mendapat hanya ASI saja sejak lahir sampai usia 6 bulan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dibagi dengan jumlah seluruh bayi usia 0-6 bulan disatu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama dikali 100 persen. Di Sulawesi Utara jumlah bayi usia 0-6 yang mendapat ASIE pada tahun 2009 sebanyak bayi dan yang mendapat ASIE sebesar bayi. anemia dan penanggulangan anemia, karena jenis anemia ini yang paling banyak di Indonesia. Suplementasi besi merupakan cara yang efektif karena kandungan gizinya padat dan dileng kapi asam folat yang sekaligus dapat mencegah dan menanggulangi anemia akibat kekurangan asam folat. Terutama pada ibu hamil untuk menurunkan risiko Bayi Berat Lahir Rendah, Perdarahan pada saat persalinan yang dapat mengakibatkan kematian ibu dan bayi. Adapun cakupan pemberian tablet Fe pada ibu hamil sebanyak 90 tablet di Sulawesi Utara adalah sebesar 77,7%. Kabupaten Minahasa Utara tertinggi adalah 91, 87 paling rendah adalah Sitaro sebesar 47,45%. Cakupan pemberian ASI Eksklusif tahun 2009 adalah sebesar 18,2 persen. Rendahnya cakupan ASI eksklusif disebabkan ketidaktahuan ibu akan gunanya ASI, gencarnya iklan susu formula, kurang trampilnya dan kurang pedulinya petugas kesehatan pada kebutuhan ibu dan bayi tentang manajemen laktasi. PEMBERIAN TABLET FE Salah satu masalah gizi di Indonesia adalah kekurangan gizi besi. Suplementasi besi merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun

64 Gambar IV. 16. Cakupan pemberian tablet besi Fe-1 dan Fe-3 di Provinsi Sulawesi Utara tahun 2008 Sumber : Bidang Kesga dan Gizi, 2009 Dari grafik di atas nampak bahwa cakupan pemberian tablet besi Fe-1 dan Fe-3 terendah berada di Kabupaten Sangihe dan Kabupaten Sitaro. E. PELAYANAN KESEHATAN DALAM SITUASI BENCANA Bencana di Indonesia dapat dikategorikan menjadi 2 macam yaitu bencana lingkungan hidup dan bencana alam. Bencana lingkungan hidup terjadi akibat kerusakan lingkungan seperti banjir, tanah longsor, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, kecelakaan industry, tumpahan minyak di laut, sedangkan bencana alam terjadi sebagai akibat aktifitas lapisan/ kerak bumi/ fenomena alam seperti gempa bumi, gelombang tsunami, letusan gunung berapi, badai atau angin rebut yang kejadiannya sulit diprediksi. Provinsi Sulawesi Utara yang telah ditetapkan Depkes sebagai Pusat Penanggulangan Krisis Regional 8 yang membawahi provinsi Sulawesi Utara, Gorontalo dan Makassar menjadi tulang punggung dalam penanganan bencana yang terjadi di tiga Provinsi tersebut. Tercatat selama tahun 2009 terdapat 13 kejadian bencana alam, mulai dari banjir bandang, angin kencang, tanah longsor, gunung meletus, tanah longsor dimana kejadiannya tersebar di hamper seluruh kabupaten/ kota se Provinsi Sulawesi Utara sesuai dengan tabel. Untuk menghadapi situasi bencana, maka hingga tahun 2009, kesiapsiagaan mutlak diperlukan yaitu adanya SDM kesehatan (kualitas dan kuantitas) yang mampu untuk memberikan pelayanan kesehatan secara optimal. Untuk itu berbagai pelatihan telah dilakukan untuk mempersiapkan sumberdaya manusia yang mampu bereaksi cepat dalam penanggulangan bencana. Khususnya dalam menghadapi World Ocean Conference (WOC) dan Coral Triangle Summit (CTI) yang dilaksanakan di Manado, maka telah disiapkan beberapa tenaga terlatih untuk mengantisipasi kejadian-kejadian yang tidak terduga/ diinginkan. Untuk itu dilaksanakan beberapa pelatihan seperti GELS yang melibatkan dokter yang berdomisili di manado, puskesmas daerah tujuan wisata di Sulawesi utara khususnya kabupaten Minahasa dan Minahasa Utara, pelatihan BTLS yang melibatkan perawat sebagai peserta, Pelatihan Radio Medic, pelatihan SAR untuk kecelakaan khususnya di gedung dan di laut. Pelatihan tersebut difasilitasi oleh Depkes RI dengan fasilitator dari Tim Siaga Bencana dari Makassar. 54 Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009

65 Tabel IV.18. Jenis, Waktu kejadian dan Kab/ Kota Terdampak Jenis Bencana Waktu Kejadian Kab/ Kota terdampak Banjir/ Longsor 11/ 01/ 2009 Kab. Sitaro Banjir/ Air pasang 12/ 01/ 2009 Kota Manado 12/ 01/ 2009 Kab. Bolaang Mongondow Timur 14/ 01/ 2009 Kab. Minahasa Utara Feb-09 Kab. Minahasa Utara 30/ 06/ 2009 Kab. Bolaang Mongondow Selatan Dec-09 Kab. Sitaro Longsor 15/ 01/ 2009 Kota Manado Angin Putting Beliung 11/ 02/ 2009 Kab. Minahasa Utara Nov 2009 Kab. Minahasa Tenggara Gempa Bumi 12/ 02/ 2009 Kab. Talaud 19/ 04/ 2009 Kab. Talaud Gunung berapi 31/ 05/ 2009 Kab. Sitaro Sumber : Bidang PMK 2010 Untuk menangani bencana secara cepat, maka telah dibentuk tim di masing-masing unit, yaitu Tim Reaksi Cepat, Tim BSB (petugas Rumah Sakit Kandouw), Satgas bencana (Puskesmas dan Kabupaten/ Kota). Berbagai peralatan kesehatan emergency seperti peralatan resusitasi jalan nafas, resusitasi jantung, peralatan pneumatic/ listrik, peralatan/ perlengkapan penanganan luka serta peralatan RS lapangan sudah dimiliki untuk menunjang penanganan bencana di regional Sulawesi utara. Begitu pula dengan sarana transportasi dan alat komunikasi telah disiapkan untuk mendukung pelaksanaan penanggulangan pada setiap kejadian bencana. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun

66 F. PEMBERANTASAN PENYAKIT 1. Penyakit Menular Langsung a. HIV DAN AIDS Kasus AIDS pertama kali ditemukan di Sulawesi utara pada tahun 1997 di Rumah Sakit Bethesda. Sejak penemuan kasus tersebut jumlah kasus HIV dan AIDS di Provinsi Sulawesi Utara terus bertambah dari tahun ke tahun, sampai dengan bulan Desember tahun 2009 HIV dan AIDS di Provinsi Sulawesi Utara berjumlah 456 kasus, 257 diantaranya penderita AIDS sementara jumlah kasus yang meninggal berjumlah 87 orang. Kasus HIV dan AIDS tersebut tersebar di 11 (sebelas) Kabupaten / Kota dari 15 Kab/Kota yang ada di Provinsi Sulawesi Utara. Penyebaran kasus ini sangat cepat terutama pada kelompok usia produktif, sedangkan hubungan seks merupakan cara penularan tertinggi Hal ini memberikan gambaran bahwa epidemi HIV dan AIDS berkembang dengan kecepatan yang mengkhawatirkan seperti terlihat dalam grafik di bawah ini. Gambar IV. 17. Jumlah kasus HIV/ AIDS Provinsi Sulawesi Utara tahun HIV AIDS Sumber : Bidang PMK 2010 Gambar IV. 18. Jumlah kasus AIDS dan kematian di Provinsi Sulawesi Utara Tahun 1997 s/ d 2008 Sumber : Bidang PMK 2009 Dari Grafik di atas terlihat gambaran fatalitas dari HIV/ AIDS di Provinsi Sulawesi Utara. Apabila kasus HIV dan AIDS dikelompokkan menurut kelompok umur, maka penderita terutama berasal dari kelompok umur produktif yakni tahun (50%) dan tahun (26%) seperti yang terlihat pada grafik 3 dibawah ini: 56 Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009

67 Kasus HIV/ AIDS tertinggi ditemukan pada: usia tahun : 50% usia tahun : 28% usia tahun : 11% kelompok umur tersebut mempunyai risiko penularan lebih tinggi untuk tertular HIV/ AIDS karena merupakan kelompok seksual aktif. Berdasarkan jenis pekerjaan kasus HIV/ AIDS paling tinggi adalah : Swasta/ Wiraswasta : 22 % IRT : 17%, PSK : 10% Pelaut : 8 %. Hasil Riskesdas menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat tentang HIV/ AIDS masih pada level menengah seperti terlihat dalam tabel di bawah ini. Secara rerata di tingkat Provinsi, 58% penduduk yang berumur 10 tahun di Provinsi Sulawesi Utara pernah mendengar tentang HIV/ AIDS. Persentase tertinggi di Kota Manado (77%) dan terendah di Kabupaten Bolaang Mongondow (20%). Secara rerata yang mempunyai pengetahuan benar tentang HIV/ AIDS hanya 12,5% atau satu di antara delapan penduduk yang berumur 10 tahun. Sementara yang berpengetahuan benar tentang cara penularan HIV/ AIDS sebesar 50% dari yang pernah mengetahui. Tabel IV.19. Persentase Penduduk 10 tahun ke Atas menurut Pengetahuan Tentang HIV/ AIDS dan Kabupaten/ Kota di Provinsi Sulawesi Utara Kabupaten/ Kota Pernah Mendengar Berpengetahuan benar tentang penularan HIV/ AIDS Berpengetahuan benar tentang pencegahan HIV/ AIDS Bolaang Mangondow 20,2 5,3 30,8 Minahasa 72,5 15,4 32,2 Kepulauan Sangihe 30,8 5,1 25,6 Kepulauan Talaud 38,8 6,0 28,1 Minahasa Selatan 63,3 11,3 63,7 Minahasa Utara 65,8 2,2 43,8 Kota Manado 77,3 20,9 72,5 Kota Bitung 68,1 5,7 57,7 Kota Tomohon 69,0 7,3 45,9 Sulawesi Utara 58,6 12,5 51,8 Sumber : Riskesdas 2007 Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun

68 b. TUBERKULOSIS Sejak mulai di pakai di provinsi Sulawesi Utara pada tahun 1993, maka strategi DOTS telah diterapkan di seluruh Kabupaten/ Kota dan 95 % Puskesmas telah mengadopsi strategi ini, sisanya belum dapat dikembangkan berhubungan dengan keterbatasan sumber daya tenaga kesehatan yang akan mengimplementasikan strategi ini terutama di puskesmas pemekaran Trend penemuan kasus pada 5 tahun terakhir tergambar pada Grafik Case Notification Rate di bawah ini. Gambar IV. 19. Case Notification Rate Tahun Provinsi Sulawesi Utara Sumber : Bidang PMK 2010 Fokus penemuan tetap pada penderita BTA positif untuk menuntaskan sumber penularan, tanpa meninggalkan kasus lainnya, sepertin terlihat dalam grafik 6 di bawah ini. Gambar IV. 20. Pola penemuan kasus TBC Provinsi Sulawesi Utara tahun B T A P O S I T I F B T A N E G A T I F Sumber : Bidang PMK Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009

69 Angka penemuan kasus baru pada beberapa tahun terakhir ini menggambarkan fluktuasi yang bukan disebabkan oleh pergeseran epidemiologis, tetapi lebih banyak disebabkan oleh dinamika program, seperti terlihat dalam grafik di bawah ini. Gambar IV. 21. Penderita baru BTA positif (CDR) di Provinsi Sulawesi Utara Tahun Sumber : Bidang PMK 2010 Kualitas Diagnosa TB menunjukkan perkembangan yang cukup baik dimana sejak tahun 2004 Error rate cross check slide selalu dibawah <5 % atau sesuai dengan standar yang diharapkan. Meskipun demikian masih terdapat kabupaten/ kota yang bermasalah dan perlu untuk lebih di bina karena pencapaian error rate yang diatas 5% seperti kabupaten Sitaro dan Kabupaten Sangihe. Gambar IV. 22. Error rate hasil cross check di Provinsi Sulawesi Utara tahun Sumber : Bidang PMK 2010 Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun

70 Kegiatan pembinaan pengobatan selama tahun 2008 terakhir ini berlangsung cukup baik dimana angka kesembuhan mencapai diatas 85 % di seluruh Kabupaten/ Kota, kecuali kota Manado yang hanya 75 % seperti terlihat pada grafik di bawah ini. Gambar IV. 23. Data Cure rate penderita baru BTA (+) per kab/ kota di Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009 % Sumber : Bidang PMK KUSTA Perubahan visi Program penanggulangan kusta dari orientasi eliminasi kemudian bergerak kearah kesinambungan program yang berkualitas di lapangan, melahirkan beberapa kebijakan baru yang lebih memperhatikan aplikasi teknis pelayanan kusta yang berkualitas dari level Puskesmas ke level rujukan. Ekspansi program kearah kegiatan rehabilitasi medik maupun sosial ekonimi juga mulai dijajaki. Akan tetapi secara epidemiologis masalah kusta di Sulawesi utara terlihat sangat statis. Perlangsungan penyakit dan beberapa faktor lainnya yang masih belum terjawab diperkirakan menyebabkan hal ini. Gambar IV. 24. CDR Kusta (/ penduduk) di Sulawesi Utara dalam 10 tahun terakhir , ,5 13, Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009

71 Dari hasil kegiatan penemuan kasus di Sulawesi utara maka gambaran trend CDR terlihat seperti pada gambar di atas. Selang 10 tahun terakhir ini CDR tertinggi ada di tahun Hal ini disebabkan pada tahun tersebut dilaksanakan kegiatan Mini LEC di 5 Kab/Kota dari total 9 Kab/ Kota yang ada di Sulawesi Utara saat itu. Tahuntahun selanjutnya kegiatan penemuan kasus secara aktif hanya mengandalkan RVS selektif di beberapa kantong endemis dan penguatan kegiat an pemeriksaan kont ak. Hasilnya menggambarkan stagnansi dan kecenderungan penurunan yang sangat lambat. CDR 19/ pada tahun 2009 sama dengan pencapaian pada tahun 2008, walaupun pada tahun 2009 terdapat peningkatan kegiatan RVS di kabupaten/ kota karena adanya pengusulan dana tambahan di NLR dan APBD Kabupaten/ Kota, tetapi hal ini tidak serta merta meningkatkan jumlah kasus secara bermakna. Gambar IV. 25. Proporsi cacat 2 dan proporsi anak tahun ,6 13, ,9 7,3 6,9 6,6 7,8 6,1 7,3 5,7 6,4 6,6 4,8 5,5 7,8 4,7 3,4 10 6,7 5, Proporsi cacat 2 ks baru % anak <15 th diantara kasus baru Sumber : Bidang PMK 2010 Kecenderungan penemuan kasus anak di Propinsi Sulawesi Utara memperlihatkan gambaran kenaikan. Jumlah secara absolut juga sangat bermakna yakni 56 kasus, dengan jumlah t erbanyak dat ang dari Bit ung, Bolaang Mongondow, Sitaro dan Talaud. Hasil ini bersinergi dengan kegiatan penemuan kasus di daerah tersebut dan juga riwayat dari kasus-kasus yang ada di propinsi Sulawesi Utara yang datang dari lokasi-lokasi tersebut. Gambaran ini memang sesuai dengan analisis pada beberapa tahun yang lalu yaitu di kabupaten Bolaang Mongondow dan Sitaro masih terjadi transmisi penyakit ini di masyarakat. Sedangkan di Bitung hal ini disebabkan oleh masalah yang sama yaitu urban leprosy. Hal yang menarik juga terlapor bahwa sebagian anak ini datang dari Puskesmas yang sebelumnya belum pernah melaporkan adanya kasus kusta, terutama di Puskesmas yang sulit dijangkau. Ke depan nantinya perlu dilakukan analisis yang mendalam terhadap masalah ini karena kehadiran kasus anak di daerah terpencil dan akseptibilitas terbatas menggambarkan adanya sumber penularan di daerah tersebut. Angka proporsi cacat menunjukkan trend penurunan, dengan penyumbang terbesar datang dari Manado dan Minahasa. Kegiatan RVS di Minahasa dan manado berkontribusi terhadap penemuan kasus backlog di beberapa desa. Hal ini menggambarkan bahwa masih adanya kasuskasus tersembunyi di masyarakat yang masih harus ditemukan. Oleh karenanya kegiatan RVS harus tetap dilakukan pada tahun-tahun mendatang. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun

72 G. PENYEHATAN LINGKUNGAN 1. Program Sanitasi Perumahan dan Lingkungan a. Sosialisasi Pendekatan Kabupaten/ Kota Sehat. Sampai tahun 2009 penyebaran informasi tentang Kabupaten/ Kota Sehat telah dilaksanakan di 15 Kabupaten/ Kota. Berkenaan dengan pelaksanaan sosialisasi, dalam rangka pembentukan forum kota sehat melibatkan seluruh lintas sektor / program terkait disetiap kabupaten/ kota. Dari 15 Kabupaten/ Kota, 7 kabupaten/ kota telah melaksanakan program pembentukan kabupaten / kota sehat yaitu Kota Manado, Kota Bitung, Kota Tomohon, Kabupaten Minahasa Utara, Kabupaten Minahasa Selatan, Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kabupaten Kepulauan Talaud. Kabupaten/ Kota tersebut telah memiliki Forum Kabupaten/ Kota Sehat ataupun dengan nama lainnya yang sesuai dengan daerah masingmasing, sedangkan kabupaten / kota lainnya masih dalam proses pembentukan Tim Pembina Kabupaten / Kota Sehat. Untuk menentukan tatanan yang akan dipilih, masing-masing daerah menyesuaikan dengan kesiapan dan kemampuan sumber daya yang dimiliki. Pada tahun 2007 Prop. Sulawesi Utara telah mengajukan 3 (tiga ) Kab/ Kota yaitu Kabupaten Kepulauan Sangihe, Kota Bitung dan Kota Manado untuk dinilai di tingkat Nasional dalam penilaian Kota Sehat, dan hasil yang dicapai yaitu Prop. Sulawesi Utara mendapatkan penghargaan Kota Sehat untuk Kota Manado dan Kota Bitung dengan Swasti Saba kategori Padapa. Sedangkan tahun 2009, hanya 4 Kaupaten/ Kota yang layak diusulkan untuk penilaian tingkat nasional yaitu, Kota Bitung, Kota Manado, Kabupaten Minahasa Utara dan Kabupaten Kepulauan Sangihe. Dengan hasil yait u, Kot a Bit ung mendapat kan penghargaan Swasti Saba kategori Wiwerda sedangkan Kota Manado dan Kabupaten MinahasanUtara dengan penghargaan Swasti Saba kategori Padapa., b. Penyehatan Perumahan dan Lingkungan Kondisi perumahan yang ada di Provinsi Sulut sangat bervariasi karena hal ini dipengaruhi oleh kemampuan masyarakat dalam membangun rumahnya, dan data yang ada belum merupakan hasil secara keseluruhan dari jumlah rumah yang ada di seluruh daerah t et api hanya menggambarkan dari jumlah rumah yang dapat dipantau oleh petugas di Puskesmas, namun demikian dari hasil pemantauan petugas, kualitas perumahan yang memenuhi syarat cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Gambar IV. 26. Trend % Rumah Yang Memenuhi Syarat Kesehatan di Sulawesi Utara Tahun 2007 s/ d , ,85 69, Sumber : Bidang PMK 2010 Jumlah rumah yang ada di Provinsi Sulawesi Utara kurang lebih sebanyak kegiatan pemantauan yang dilaksanakan dari tahun 2007 yaitu jumlah rumah yang dapat diperiksa sejumlah dan yang memenuhi syarat sebanyak rumah atau sebesar 69,85 %, dan pada tahun 2008 jumlah rumah yang dapat diperiksa sebanyak rumah, yang memenuhi syarat sebanyak rumah atau sebesar 70,33 %. 62 Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009

73 Dari data tersebut diatas dapat dilihat penurunan jumlah rumah yang diperiksa akan tetapi jumlah rumah yang memenuhi syarat t erdapat peningkatan dari 69,33% menjadi 70,33 %. Hasil yang dicapai untuk penyehatan perumahan tersebut telah mencapai target yang ditetapkan pada tahun 2009 yaitu sebesar 70 %. C. Penyehatan tempat pembuangan kotoran manusia. Dalam pelaksanaan pemantauan dan pengawasan pemanfaatan jamban keluarga, pet ugas melaksanakan kegiat an tersebut bersamaan pada saat melakukan pemantauan penyehatan perumahan. Gambar IV. 27. Trend % jamban Yang Memenuhi Syarat (MS) Kesehatan di Sulawesi Utara Tahun 2007 s/ d ,34 70,50 63, Sumber : Bidang PMK, 2010 Hasil kegiatan yang dilaksanakan pada tahun 2008 yaitu, pemantauan sebanyak unit jamban. Dari sejumlah jamban yang dapat diperiksa tersebut hasilnya menunjukkan bahwa jumlah masyarakat yang memanfaatkan / menggunakan jamban sebanyak atau sebesar 70,50 % %, sedangkan untuk tahun 2009 menunjukkan adanya penurunan jumlah jamban yang dipantau yaitu sebanyak jamban yang dapat diperiksa, dan dari jumlah tersebut terjadi peningkatan sebesar unit jamban yang digunakan masyarakat atau sebesar 74,34 %. Dari jumlah jamban yang dapat diperiksa tersebut, hanya menunjukkan kuantitas / jumlah dan belum menggambarkan segi kualitasnya. Dengan kondisi yang demikian memungkinkan timbulnya kasus penyakit yang berhubungan dengan masalah pembuangan kotoran manusia yang tidak memenuhi syarat kesehatan. Disamping masalah penyakit yang mungkin dapat timbul tersebut diatas, yang menyebabkan terjadinya penurunan pemanfaatan jumlah jamban keluarga yang ada mungkin disebabkan karena sering terjadinya bencana alam sehingga jamban tersebut tidak / belum dimanfaatkan lagi. d. Sarana Pembuangan Air Limbah. Penyehatan Sarana Pembuangan Air Limbah yang ada dipermukiman masyarakat pada umumnya dengan sistem terbuka dan masih banyak yang di wilayah desa / kelurahan dengan sistem peresapan secara individu karena belum tersedianya riol yang disediakan oleh pemerintah. Sehingga yang menggunakan sistem riolering biasanya didaerah pusat perkotaan dan di pusat ibukota kecamatan. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun

74 Dari hasil pemantauan di lapangan menunjukkan bahwa dari jumlah yang dapat diperiksa pada tahun 2008 sebanyak , yang memenuhi persyaratan hanya sebesar atau 46,12 %, untuk tahun 2009 yang dapat diperiksa sebanyak dan yang memenuhi persyaratan sejumlah atau sebesar 40,04 %, Dari data tersebut diatas dapat dilihat adanya peningkatan jumlah SPAL yang diperiksa, hal ini dengan kondisi yang demikian, factor ini dapat mempengaruhi kualitas lingkungan yang demikian ini dapat digunakan vector sebagai media penularan penyakit. Capaian kegiatan dapat dilihat seperti dibawah ini. Gambar IV. 28. Tren % SPAL Yang Memenuhi Syarat Kesehatan di Sulawesi Utara Tahun ,12 46,12 40, Sumber : Bidang PMK, 2010 e.program TP3 Pestisida e.program TP3 Pestisida Pengawasan Tempat Pengelolaan Pestisida. Dari hasil pemantauan terhadap Tempat Penyimpanan, Pengolahan dan Penjualan Pestisida di Provinsi Sulawesi Utara, hasilnya menunjukkan peningkatan kualitas dalam penanganan pestisida yaitu pada tahun 2007 dari 103 yang diperiksan Tempat Pengelolaan Pestisida yang memenuhi syarat sebanyak 92 atau sebesar 89,32 %, dan pada tahun 2008 dari 103 TP Pestisida yang diperiksa, yang memenuhi syarat 92 atau sebesar 89,32 %. Untuk tahun 2009 program ini tidak terpantau sebagaimana mestinya karena keterbatasan dana serta tidak d dilaporkan hasil kegiatan dari kabupaten/ kota. Gambar IV. 29. Tren % TP PESTISIDA Yang Memenuhi Syarat Kesehatan di Sulawesi Utara Tahun ,30 89, ,00 Sumber : Bidang PMK, Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009

75 F. Program Hygiene Sanitasi Tempat Tempat Umum. Kondisi tempat-tempat umum di Provinsi Sulawesi Utara selama periode adalah sebagai berikut, pada tahun 2008 kegiatan yang dilaksanakan yaitu dengan pengawasan pada TTU yang diperiksa dan yang memenuhi syarat sebanyak atau sebesar 78,6 %, sedangkan pada tahun 2009 dari 629 TTU yang diperiksa yang memenuhi syarat 429 atau sebesar 68,20 %, hasil tersebut tidak dapat dibandingkan karena jumlah yang diperiksa sangat berbeda, karena ini dipengaruhi oleh kemampuan dan ketersediaan sarana yang ada, namun dari hasil tersebut masing-masing telah menunjukkan hasil yang cukup yaitu diatas 70 % yang memenuhi syarat. Gambar IV. 30. Tren % TTU Yang Memenuhi Syarat Kesehatan di Sulawesi Utara Tahun ,60 78,61 68, Sumber : Bidang PMK 2020 g. Pengawasan TPM. Pengaw asan/ pemer i ksaan Tempat Pengolahan Makanan dan Minuman di Provinsi Sulawesi Utara juga belum menunjukkan hasil yang memuaskan..jumlah TPM yang dapat diperiksa pada tahun 2008 sebanyak dan yang memenuhi syarat sebanyak atau sebesar 77 %, dan pada tahun 2009 dari 727 TPM yang diperiksa, yang memenuhi syarat sebanyak 514 atau sebesar 70,7%. Dari hasil tersebut menunjukkan adanya penurunan TPM yang diperiksa, tetapi jumlah TPM yang memenuhi syarat masih di atas 70 %. Gambar IV. 31. Tren % TPM yang memenuhi syarat Kesehatan di Sulawesi Utara Tahun ,80 77,00 70, Sumber : Bidang PMK Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun

76 h. Program Pengawasan Kualitas Air. Program Pengawasan Kualitas Air bertujuan untuk memantau akses masyarakat terhadap air bersih dari segi kuantitas terlebih memperhatikan dan memantau kondisi kualitasnya. Hasil pelaksanaan Program Pengawasan Kualitas Air adalah sebagai berikut : Dalam rangka pelaksanaan program pengawasan kualitas air di 15 Kabupaten/ Kota, untuk kegiatan penyediaan air bersih pedesaan dan perkotaan penekanannya lebih besar diberikan kepada peran serta masyarakat dalam pencarian sumber air, perencanaan pembangunan sarana serta pemanfaatan dan pemeliharaannya. Ada beberapa sarana yang menjadi obyek dalam pelaksanaan tugas pengawasan kualitas air adalah sebagai berikut : Ledeng (PDAM), Depot Air Minum (Air Isi Ulang), PMA, PAH, PP Non PDAM, SGL, SPT, Sumur Bor, Kolam Renang, Pemandian Umum, Sungai, Danau dan lain lain. Untuk penyediaan air bersih pedesaan perhatian lebih besar diberikan kepada peran serta masyarakat dalam penyiapan sumber air bersih. Cakupan air bersih sampai dengan tahun 2006 di pedesaan sebesar 58,79 %, tahun 2007 terjadi peningkatan yaitu 60, 33% sedangkan untuk untuk daerah perkotaan tahun 2007 adalah 61,32 % pedesaan 57 %. Sedangkan tahun 2008 perkotaan 60,37 % dan pedesaan 57 %. Penurunan cakupan disebabkan adanya bencana banjir yang mengakibatkan rusaknya sarana air bersih di daerah bencana. 66 Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009

77 BAB V SUMBERDAYA KESEHATAN Gambaran mengenai situasi sumber daya kesahatan dikelompokkan menjadi sarana kesehatan, tenaga kesahatan dan pembiayaan kesehatan. A. SARANA KESEHATAN Sarana kesehatan meliputi puskesmas, rumah sakit (rumah sakit umum dan rumah sakit khusus), sarana Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) dan Pedagang Besar farmasi/ Apotik/ Toko Obat. 1. Puskesmas Puskesmas merupakan unit pelaksanan teknis dari Dinas Kesehatan Kabupaten/ kota yang berada di wilayah kecamatan yang melaksanakan tugas-tugas operasional pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan di tiap kecamatan memiliki peran yang sangat penting dalam memelihara kesehatan masyarakat. Pada tahun 2009 jumlah puskesmas di seluruh Sulawesi Utara sebanyak 159 unit. Jika dibandingkan dengan tahun 2008 terdapat peningkatan 10 unit dari jumlah sebelumnya 149 unit. Adapun distribusi puskesmas menurut jenis pelayanan (perawatan dan non perawatan) se kabupaten/ kota di Provinsi Sulawesi Utara tahun 2009 dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar V. 1. Distribusi Puskesmas menurut jenis pelayanan se Provinsi Sulawesi Utara tahun Bolm ong Bolm ut Bolti m Bolsel Sangi he Talau d Sitaro Mina hasa Minse Minut Mitra Tomo l hon Perawatan Non Perawatan Mana do Bitun g Kota moba gu Dari gambaran di atas terlihat bahwa jumlah Puskesmas Non Rawat Inap lebih banyak dari Puskesmas Rawat Inap. Kota Kotamobagu adalah daerah yang tidak mempunyai Puskesmas Rawat inap, Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk, maka pada tahun 2009 rasio Puskesmas - penduduk adalah satu puskesmas melayani penduduk, atau 6,75 Puskesmas per penduduk. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun

78 Gambar V. 2. Rasio Puskesmas penduduk Provinsi Sulawesi Utara tahun 2009 Prop. Sulut Boltim Bolsel Kotamobagu Bitung Manado Tomohon Mitra Minut Minsel Minahasa Sitaro Talaud Sangihe Bolmut Bolmong 14,018 14,850 10,424 11,960 13,646 17,648 10,754 15,801 6,178 3,947 8,153 13,418 15,097 23,821 30,103 28, ,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 35,000 Dari grafik di atas, maka dapat dikatakan bahwa rasio puskesmas pada tahun 2009 memenuhi konsep wilayah kerja Puskesmas, yaitu rata-rata satu unit puskesmas melayani penduduk. Perkembangan Puskesmas di Sulawesi Utara dapat terlihat dalam tiga tahun berturut-turut, dimana meskipun kecil, namun terjadi peningkatan dari tahun 2006 sampai tahun 2009 sebagaimana diperlihatkan pada gambar dibawah Gambar V. 3. Perkembangan Puskesmas se Sulawesi Utara tahun Jml PKM Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009

79 2. Rumah Sakit Indikator yang digunakan untuk menilai perkembangan sarana rumah sakit antara lain dengan melihat perkembangan fasilitas perawatan yang biasanya diukur dengan menghitung jumlah rumah sakit dan tempat tidurnya serta rasionya terhadap jumlah penduduk. Pada tahun 2009, jumlah rumah sakit se Sulawesi Utara sebanyak 34 unit dimana 18 unit dikelola oleh Pemerintah yang terdiri atas rumah sakit milik Departemen Kesehatan, Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara (13 RS) dan TNI/ POLRI (5 RS) dan 16 unit dikelola oleh swasta. Dari 15 kabupaten/ kota di Sulawesi Utara, empat kabupaten tidak memiliki rumah sakit, yaitu Kabupaten Bolaang Mongondow, Bolaang Mongondow Timur, Bolaang Mongondow Selatan dan Bolaang Mongondow Utara. Distribusi rumah sakit se Sulawesi Utara seperti pada gambar berikut. Gambar V. 4. Distribusi rumah sakit di Sulawesi Utara berdasarkan kepemilikan tahun Mana do Minah asa Kotam obagu Min. Selata n Min. Utara Bitung Tomo hon Sangih e Talaud Sitaro Pemerintah Swasta Milit./ Pol Mitra Perkembangan jumlah rumah sakit di Sulawesi Utara tahun 2006 sampai tahun 2009 dapat terlihat sebagaimana pada gambar berikut, Gambar V. 5. Perkembangan jumlah Rumah Sakit di Sulawesi Utara tahun 2006 tahun RS Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun

80 Jika dilihat dari kepemilikan maka perkembangan rumah sakit dalam 4 tahun terakhir terjadi pada rumah sakit yang dikelola oleh swasta, sebagaimana terlihat pada gambar VI. 5 di bawah Gambar V. 6. Perkembangan RS di Sulawesi Utara menurut kepemilikan tahun RS Pem RS TNI/ POLRI RS Swasta Selain jumlah rumah sakit, untuk menggambarkan ketersediaan sarana pelayanan, perlu pula disajikan informasi jumlah tempat tidur rumah sakit. Rincian jumlah tempat tidur rumah sakit se Sulawesi sebagaimana dalam lampiran table. 3. Apotek dan Toko Obat Sebagai penunjang pelayanan kesehatan khususnya dalam penyediaan obat di masyarakat maka terdapat 139 apotek dan 65 toko obat yang tersebar di sembilan kabupaten/ kota se-sulawesi Utara pada tahun Keberadaan apotek dan toko obat tersebut ditunjang pula dengan keberadaan Pedagang Besar Farmasi sebanyak 43 perusahaan dimana 42 diantaranya berdomisili di Manado dan satu di Kota Manado (92 apotek) Distribusi apotek dan toko obat dapat dilihat pada gambar berikut Gambar V. 7. Distribusi apotek dan toko obat se Sulawesi Utara tahun Man ado Tom Sangi ohon he Bitun Talau Mnu g d t Mins Mina Kota el hasa mob agu Mitr a Bolm ong Bolti m Bolm ut Bolse l Apotik Toko Obat Sitar o 70 Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009

81 4. Sarana Kesehatan Bersumber daya Masyarakat Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan masyarakat, berbagai upaya dilakukan dengan memanfaatkan potensi dan sumberdaya yang ada termasuk yang ada di masyarakat. Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) diantaranya adalah Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), Polindes (Pondok Bersalin desa), Desa Siaga. Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang paling dikenal di masyarakat. Posyandu menyelenggarakan minimal 5 program prioritas yaitu kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, perbaikan gizi, imunisasi dan penanggulangan diare. Untuk memantau perkembangannya, Posyandu dikelompokkan ke dalam 4 strata posyandu yaitu Pratama, Madya, Purnama dan Mandiri. Pada tahun 2009, jumlah Posyandu sebanyak buah. Jumlah ini meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2007 dan 2006 yang sebanyak masingmasing 1898 dan 1888, tapi menurun jika dibandingkan dengan tahun Jika dibandingkan dengan jumlah desa dan kelurahan, maka rasio Posyandu terhadap desa/ kelurahan adalah 1,55 artinya 2 Posyandu melayani 3 desa. Polindes yang merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakatdalam rangka mendekatkan pelayanan kebidanan, melalui penyediaan tempat pertolongan persalinan da pelayanan kesehatan ibu dan anak, termasuk keluarga berencana. Polindes ini juga dikelompokkan ke dalam 4 strata atau tingkat perkembangannya yaitu Pratama, Madya, Purnama dan Mandiri. Jika pada tahun 2006 jumlah Polindes sebanyak 425 dan pada tahun 2007 sebanyak 463, maka pada tahun 2008, jumlah Polindes sebanyak 444 dan tahun 2009 jumlah Polindes dan Poskesdes adalah 679 yang berarti meningkatnya partisipasi masyarakat berkurang. Perkembangan Posyandu dan Polindes Sulawesi Utara tahun dalam 4 tahun berturut-turut dapat terlihat pada gambar di bawah Gambar V. 8. Perkembangan Posyandu di Sulawesi Utara tahun ,898 1,888 2,297 2, Posyandu Polindes/ Poskesdes Sumber : Profil kesehatan kabupaten/ kota, 2009 Adapun data jumlah Posyandu dan Polindes menurut kabupaten/ kota tahun 2009 (sumber: laporan Profil Kabupaten/ Kota) seperti dalam table lampiran profil ini. Salah satu kriteria desa siaga adalah memiliki minimal satu Poskesdes dengan tenaga Poskesdes minimal 1 (satu) orang bidan dan 2(dua) kader. Pada tahun 2008 jumlah desa siaga di Sulawesi Utara adalah sebanyak 718 buah. Namun jika dibandingkan dengan jumlah Poskesdes sebanyak 215 buah, hanya 30% dari seluruh desa siaga yang ditetapkan yang mempunyai Poskesdes. Perbandingan antara desa siaga dan poskesdes menurut Kabupaten/ kota dapat dilihat dari gambar berikut. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun

82 Adapun data jumlah Posyandu dan Polindes menurut kabupaten/ kota tahun 2009 dapat dilihat pada table lampiran. Salah satu kriteria desa siaga adalah memiliki minimal satu Poskesdes dengan tenaga Poskesdes minimal 1 (satu) orang bidan dan 2(dua) kader. Pada tahun 2009 jumlah desa siaga di Sulawesi Utara adalah sebanyak buah. Namun jika dibandingkan dengan jumlah Poskesdes dan Polindes sebanyak 679 buah, maka hanya 47 % dari seluruh desa siaga yang ditetapkan yang mempunyai Poskesdes / Polindes. Perbandingan antara desa siaga dan poskesdes menurut Kabupaten/ kota dapat dilihat dari gambar berikut. Gambar V. 9. Jumlah Desa Siaga dan Poskesdes menurut Kabupaten/ kota tahun Bolmon g Bolmon Bolmon Bolmon Minaha Minaha g Utara g Timur g Selatan sa sa Utara Minaha sa Selatan Minaha sa Tenggar a Sangihe Talaud Sitaro Tomoho Kotamo Bitung Manado n bagu Poskesdes/Polindes Desa Siaga Sumber : Profil kesehatan kabupaten/ kota, 2009 dan Bidang Promkes 2010 B. TENAGA KESEHATAN 1. Persebaran Tenaga Kesehatan a. SDM kesehatan di Puskesmas Jumlah sumber daya manusia yang bertugas di Puskesmas di Provinsi Sulawesi Utara pada tahun 2009 tercatat sebanyak orang yang terdiri atas 378 orang tenaga medis, orang tenaga perawat dan bidan, 107 tenaga farmasi, 158 orang tenaga gizi, 12 orang teknisi medis, 250 orang tenaga sanitasi serta 94 orang tenaga kesehatan masyarakat lain. 3 daerah yang mempunyai tenaga medis terbanyak adalah Kota Manado (75), abupaten Minahasa Utara (56) dan Kabupaten Minahasa (32) seperti pada gambar di bawah. Gambar V. 10. Persebaran tenaga medis di Puskesmas menurut Kabupaten/ Kota tahun Sumber : Profil kesehatan kabupaten/ kota, Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009

83 Jumlah dokter umum yang bekerja di Puskesmas sebanyak 378 orang, sehingga jika dibandingkan dengan jumlah Puskesmas sebanyak 159 puskesmas, maka rata-rata tiap Puskesmas dilayani oleh 2,37 dokter umum. Jumlah paramedis (perawat dan bidan) yang bekerja di Puskesmas tahun 2009 adalah sebanyak 2,406 orang dengan 3 wilayah yang mempunyai tenaga perawat/ bidan terbanyak adalah Kabupaten Minahasa Utara (308), Kota Manado (226) dan Kabupaten Bolaang Mongondow (221 orang). sebagaimana terlihat pada gambar berikut. Gambar V. 11. Distribusi tenaga Perawat/ Bidan yang bekerja di Puskesmas menurut Kabupaten/ Kota tahun Sumber : Profil kesehatan kabupaten/ kota, 2009 Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk menurut Kabupaten/ Kota, maka rasio tenaga dokter dan penduduk grafik di bawah. sebagaimana terlihat pada Gambar V. 12. Rasio Dokter per penduduk Kabupaten/ Kota tahun 2009 Sumber : Profil kesehatan kabupaten/ kota, 2009 Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun

84 Dari grafik terlihat bahwa rasio dokter terhadap 100 ribu penduduk terbesar berada di Kabupaten Minahasa Tenggara, diikuti oleh Kota Tomohon dan Kabupaten Minahasa Utara. Secara provincial, rasio dokter dan penduduk adalah di Sulawesi utara adalah 17 per penduduk. Angka ini masih jauh dari angka ideal yakni 40/ penduduk. Meskipun demikian angka 17 tersebut adalah dokter yang tercatat di Puskesmas, tidak termasuk dokter swasta/ tidak bekerja di instansi pelayanan pemerintah. Berbeda dengan dokter spesialis. Rasio dokter spesialis dan penduduk di Sulawesi Utara adalah 8/ penduduk, yang jika merujuk ke indikator Indonesia Sehat 2010 adalah 6/ , maka Provinsi Sulawesi Utara sudah mencapai angka tersebut. Tenaga Kesehatan lain adalah tenaga Perawat/ Bidan, Farmasi, gizi, sanitasi. Rasio tenaga tenaga kesehatan tersebut terhadap penduduk adalah sebagaimana terlihat pada grafik berikut. b. Tenaga kesehatan di Rumah Sakit Distribusi tenaga kesehatan di rumah sakit tahun 2009 di rumah sakit pemerintah masih terkonsentrasi di RSU Prof. Dr. R.D. Kandou sedangkan di rumah sakit swasta terkonsentrasi di RS Bethesda-Tomohon sebagaimana terlihat pada lampiran tabel no SDM Kesehatan status Pegawai Tidak tetap. Departemen Kesehatan memiliki 3 jenis tenaga kesehatan sebagai pegawain tidak tetap (PTT) yaitu dokter umum, dokter gigi, dan bidan. Sampai dengan tahun 2009 tenaga kesehatan PTT yang masih aktif di lapangan tercatat sebanyak 56 orang dokter umum, 4 dokter gigi. Dokter umum PTT terbanyak bertugas di Kabupaten Minahasa (6 orang), Kabupaten Talaud (12 orang) dan Kabupaten Minahasa Selatan (6 orang) Gambar V. 13. Keberadaan jumlah dokter umum dan dokter gigi PTT Provinsi Sulawesi Utara s/ d Desember 2009 Sumber : Profil kesehatan kabupaten/ kota, Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009

85 3. Peserta didik pada Institusi Pendidikan tenaga kesehatan. Jumlah peserta didik pada institusi pendidikan tenaga kesehatan dikelompokkan menjadi peserta didik Poltekkes dan Non Poltekkes. Pada tahun ajaran 2009/ 2010 jumlah peserta didik di Poltekkes sebanyak 1569 orang dimana peserta didik di jenis profesi Kebidanan mempu nyai jumlah mahasiswa terbanyak diantara jenis profesin yang lain, diikuti oleh keperawatan dan gizi. Diantara peserta didik di keperawatan dan kebidanan terdapat peserta didik yang berasal dari jalur khusus Kaimana (Keperawatan 60 orang, Kebidanan 30 orang) dan jalur khusus Halamahera Barat (Kebidanan 32 orang). Gambar V Jumlah Peserta didik di Poltekkes Depkes-Manado menurut jurusan dan Program Pendidikan tahun 2009 Keperawatan Kebidanan Gizi Kes.Lingkungan Kes. Gigi Farmasi D-III D-IV Sumber : Poltekkes, 2010 Peserta didik non Poltekkes tersebar di beberapa perguruan tinggi yang melaksanakan pendidikan kesehatan seperti Universitas Sam Ratulangi, Universitas Sari Putra (UNSRIT), Universitas De La Salle, Akademi Keperawatan RS Teling, Akademi Keperawatan Matuari waya, Akademi Fisioterapi dan lain-lain. C. PEMBIAYAAN KESEHATAN Pembiayaan kesehatan di Provinsi Sulawesi Utara tahun 2009 yakni bersumber Pusat yaitu dari Dana Depkes berupa Dana Dekonsentrasi, Tugas Pembantuan serta dana transfer ke daerah yakni dana perimbangan berupa dana Alokasi Khusus (DAK) serta dana yang bersumber Pendapatan daerah yaitu APBD. Dana Dekonsentrasi tahun 2009 berjumlah Rp ,- yang digunakan untuk kegiatan Pengembangan Upaya Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Kebijakan dan manajemen Pembangunan kesehatan,upaya Kesehatan Masyarakat, Perbaikan gizi Masyarakat, Upaya kesehatan Perorangan, Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit, Obat-obatan dan Perbekalan Kesehatan serta Sumberdaya kesehatan. Jika dibandingkan dari tahun ke tahun sejak tahun 2006, maka terlihat bahwa anggaran Dekonsentrasi kesehatan di Sulawesi Utaracenderung mengalami penurunan. Perbandingan dana dekonsentrasi menurut program tahun dapat terlihat sebagaimana grafik berikut. Sumber : Seksi perencanaan, 2008 Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun

86 Gambar V. 15. Dana kesehatan sumber dekonsentrasi Sulawesi Utara menurut program tahun ( dalam juta )) 20,000 15,000 10,000 5,000 - Promkes Manajem UKM Gizi UKP P2 Lingkunga Obat dan SDK en Penyakit n Alkes ,063 9,695 1, , ,647 4,465 18,671 7,090 4,056 5, ,054 2, ,984 3,430 8,528 4,411 1,275 1, ,208 3,220 10, , ,849 3,847 4, Sumber : Seksi perencanaan, 2010 Adapun tabel dana dekonsentrasi selengkapnya menurut program tahun adalah sebagai berikut Tabel V.1. Perbandingan Dana Kesehatan Dekonsentrasi Provinsi Sulawesi Utara tahun (x 1.000) Program Tahun UKM Gizi P2M Promkes Manajemen Rujukan Lingkunga n Obatobatan SDK ,000 24,339,913 9,695,180 1,549, ,600 1,750, , , , ,647,065 4,465,220 18,670,643 7,090,330 4,055,700 5,940, ,000 1,054,210 2,016, ,983,510 3,430,381 24,054,225 4,410,894 1,274,511 1,393, , , , ,208,100 3,219,554 9,473, , ,800 1,047, Sumber : Seksi perencanaan, Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009

87 Dana kesehatan bersumber APBD dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 mempunyai kecenderungan peningkatan, meskipun pada tahun 2008 terjadi penurunan, namun pada tahun 2009 kembali meningkat. Alokasi dan penyerapan dana APBD tahun 2008 dapat terlihat pada gambar berikut. Gambar V. 16. APBD Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara (dalam Milyar) 20,000 15,000 10,000 5, Alokasi 8,852 8,983 13,866 17,207 16,945 19,459 Realisasi 8,026 8,523 12,644 15,714 15,976 18,854 Sumber : Seksi perencanaan, 2009 Jika dibandingkan antara APBD dan dana dekonsentrasi maka gambaran yang terlihat menjelaskan persentase APBD kesehatan terhadap dana dekonsentrasi setiap tahun sangat kecil Gambar V. 17. Perbandingan dana kesehatan Provinsi Sulawesi Utara sumber Dekonsentrasi dan sumber APBD (belanja publik) tahun (dalam Milyar) 50,000 40,000 30,000 20,000 10, Dekonsentrasi 16,679 45,560 24,330 16,342 14,281 APBD 1,009 2,261 4,833 3,897 5,906 Sumber : Seksi perencanaan, 2009 Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun

88 78 Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009

89 BAB VI PENUTUP Dari pemaparan menurut bab demi bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa secara umum terdapat peningkatan derajat kesehatan masyarkat Sulawesi Utara di tahun 2009 yang sejalan dengan perkembangan kondisi sosial, ekonomi serta kondisi umum masyarakat Sulawesi Utara. Hasil ini tentu saja perlu disosialisasikan / dikomunikasikan baik ke pimpinan maupun secara horizontal ke lintas sektor terkait dan masyarakat. Seperti diketahui bersama bahwa Informasi yang disiapkan dengan baik di unit-unit kesehatan akan membant u pembuat an keput usankeputusan dalam unit kesehatan tersebut karena dapat berfungsi sebagai masukan dalam proses pengambilan keputusan. Hasil-hasil yang disajikan dalam profil kesehatan Sulawesi Utara ini tentu saja akan menjadin informasi yang sangat penting dan sangat dibutuhkan baik oleh jajaran kesehatan maupun oleh lintas sektor dan masyarakat. keakurasian (accuracy), ketepatan waktu pelaporan (timeliness) dan kelengkapan (completeness). Oleh karena itu menjadi tanggung jawab bersama untuk memperbaiki / melengkapi bahkan menyempurnakan sistem yang ada saat ini menjadi sesuatu yang optimal yang dapat dimanfaatkan oleh semua pihak. Akhirnya kiranya gambaran yang sudah disajikan dalam buku profil kesehatan ini bermanfaat dan menjadi inspirasi untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Sulawesi Utara. Disadari bahwa perkembangan sistem informasi kesehatan sangatlah cepat, tidak hanya disebabkan karena perubahan teknologi informasi yang sedemikian pesatnya, akan tetapi juga metode-metode pemanfaatan data untuk pengelolaan pelayanan kesehatan dan sumber daya kesehatan selalu mengalami perkembangan. Efisiensi dalam pengelolaan informasi kesehatan menjadi sangat penting karena menyangkut pengendalian biaya pelayanan kesehatan dan efisiensi waktu. Dalam hal ini, pemanfaatan data dalam pengelolaan kasus klinis untuk level individu maupun dalam tingkat kesehatan masyarakat menjadi mutlak diperlukan. Seiring dengan perkembangan sistem informasi, kebutuhan data/ informasi yang akurat makin meningkat, namun ternyata sistem informasi yang ada saat ini masih belum dapat menghasilkan data yang akurat, lengkap dan tepat waktu. Berbagai permasalahan yang masih dihadapi dalam penyelenggaraan sistem informasi kesehatan saat sekarang ini seperti masalah klasik tentang mekanisme pelaporan yang berkualitas baik Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun

90

Dr. Nora Lumentut NIP

Dr. Nora Lumentut NIP KATA PENGANTAR Salah satu sarana yang dapat digunakan untuk melaporkan hasil pemantauan terhadap pencapaian hasil pembangunan kesehatan, termasuk kinerja dari penyelenggaraan pelayanan kesehatan di Sulawesi

Lebih terperinci

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 DAFTAR ISI hal. KATA SAMBUTAN DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i ii iv v x BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 A. KEADAAN PENDUDUK 3 B. KEADAAN EKONOMI 8 C. INDEKS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rakhmatnya sehingga buku Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Kecamatan Matraman Tahun 2017 selesai disusun. Laporan Tahunan dan Profil

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi KATA PENGANTAR Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini disusun untuk menyediakan beberapa data/informasi kesehatan secara garis besar pencapaian program-program kesehatan di Indonesia. Pada edisi ini selain

Lebih terperinci

JUMLAH DESA/KELURAHAN DAN KECAMATAN PER KAB/KOTA DI PROV. SULUT TAHUN JMH DESA/KELURAHAN JMH KECAMATAN

JUMLAH DESA/KELURAHAN DAN KECAMATAN PER KAB/KOTA DI PROV. SULUT TAHUN JMH DESA/KELURAHAN JMH KECAMATAN JUMLAH DESA/KELURAHAN DAN KECAMATAN PER KAB/KOTA DI PROV. SULUT TAHUN 2016 270 202 167 153 177 131 144 109 93 81 80 87 69 44 33 15 25 15 19 17 10 6 10 12 6 5 12 8 5 4 JMH DESA/KELURAHAN JMH KECAMATAN JUMLAH

Lebih terperinci

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2014 ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan salah

Lebih terperinci

Dr. PHEBE WATUSEKE, MPHM NIP

Dr. PHEBE WATUSEKE, MPHM NIP KATA PENGANTAR Laporan pencapaian hasil pembangunan di Sulawesi Utara khususnya pembangunan kesehatan dilakukan melalui berbagai sarana diantaranya melalui buku profil kesehatan. Ketersediaan profil kesehatan

Lebih terperinci

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr. KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan pelayanan data dan informasi baik untuk jajaran manajemen kesehatan maupun untuk masyarakat umum perlu disediakan suatu paket data/informasi kesehatan yang ringkas

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber.

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber. Pelindung/ Penasehat : Dr. dr. H. Rachmat Latief, SpPD., M.Kes., FINASIM drg.hj. Susilih Ekowati, M.Si Pengarah : Hj. Asmah, SKM., M.Kes Penyusun : Mohamad Nur, SKM Syahrir, S.Kom Agusyanti, SKM Nurmiyati

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 738 TAHUN : 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SERANG Menimbang : DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor DATA/INFORMASI KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan RI 2012 Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i KATA PENGANTAR Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Taufik dan Hidayah - NYA, sehingga buku Profil Kesehatan Tahun dapat disusun. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun merupakan gambaran pencapaian

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang

Lebih terperinci

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN 2017-2019 Lampiran 2 No Sasaran Strategis 1 Mengembangkan dan meningkatkan kemitraan dengan masyarakat, lintas sektor, institusi

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Piere Tendean No. 24 Semarang Telp. 024-3511351 (Pswt.313) Fax. 024-3517463 Website : www.dinkesjatengprov.go.id

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KABUPATEN/KOTA LUAS RATA-RATA KEPADATAN KABUPATEN/KOTA WILAYAH RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK DESA

Lebih terperinci

DINAS KESEHATAN BUKU SAKU DINAS KESEHATAN P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R

DINAS KESEHATAN BUKU SAKU DINAS KESEHATAN P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R DINAS KESEHATAN BUKU SAKU DINAS KESEHATAN 2012-2016 P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R KATA PENGANTAR KEPALA DINAS KESEHATAN Assalamu alaikum Wr.Wb. Segala Puji Syukur kita panjatkan Kehadirat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, November 2008 Kepala Pusat Data dan Informasi. DR. Bambang Hartono, SKM, MSc. NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, November 2008 Kepala Pusat Data dan Informasi. DR. Bambang Hartono, SKM, MSc. NIP KATA PENGANTAR Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2007 ini disusun untuk menyediakan beberapa data/informasi kesehatan secara garis besar pencapaian program-program kesehatan di Indonesia. Pada edisi ini selain

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN NO KABUPATEN/KOTA LUAS RATA-RATA KEPADATAN WILAYAH

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Piere Tendean No. 24 Semarang Telp. 024-3511351 (Pswt.313) Fax. 024-3517463 Website : www.dinkesjatengprov.go.id

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... I II VII VIII X BAB I PENDAHULUAN BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG A. GEOGRAFI... 4 B. KEPENDUDUKAN / DEMOGRAFI...

Lebih terperinci

KATA SAMBUTAN. karena oleh perkenanannya, buku profil kesehatan Provinsi Sulawesi Utara tahun

KATA SAMBUTAN. karena oleh perkenanannya, buku profil kesehatan Provinsi Sulawesi Utara tahun KATA SAMBUTAN - Pembaca yang saya hormati, Salam sejahtera dalam kasih Tuhan, Syalom.. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu Puji dan syukur saya persembahkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015 UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA Dl JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR Menimbang : a. bahwa sesuai

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO KATA PENGANTAR Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji bagi Allah SWT atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-nya sehingga Buku Profil Kesehatan Provinsi

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1762,4 km2 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 desa 270+ kel 10 = 280 3 JUMLAH PENDUDUK 1 341700 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 2388161 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 167 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 151 3 JUMLAH PENDUDUK 1 1260565 1223412 2483977 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 1083136 1048577 2131713 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE

Lebih terperinci

Filosofi. Mendekatkan Akses pelayanan kesehatan yg bermutu kepada masyarakat. UKM_Maret

Filosofi. Mendekatkan Akses pelayanan kesehatan yg bermutu kepada masyarakat. UKM_Maret Filosofi Mendekatkan Akses pelayanan kesehatan yg bermutu kepada masyarakat UKM_Maret 2006 1 MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS Tujuan Pembangunan Millenium (MDG) yg meliputi : 1 Menghapuskan kemiskinan & kelaparan.

Lebih terperinci

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta 2016 i KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberi rahmat dan hidayah Nya sehingga dapat tersusunnya Profil Kesehatan Dinas Kesehatan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kolaka, Maret 2012 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka, dr. Hj. Rosmawati NIP Pembina Tk. I Gol.

KATA PENGANTAR. Kolaka, Maret 2012 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka, dr. Hj. Rosmawati NIP Pembina Tk. I Gol. KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah dan nayah-nya atas tersusunnya Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan salah

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 4037,6 ha 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 15 3 JUMLAH PENDUDUK 1 558178 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 327536 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015 JUMLAH KELAHIRAN

JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015 JUMLAH KELAHIRAN TABEL 4 JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE JUMLAH KELAHIRAN KABUPATEN KOTA LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI + PEREMPUAN HIDUP MATI HIDUP + MATI HIDUP MATI HIDUP + MATI HIDUP MATI

Lebih terperinci

Manggal Karya Bakti Husuda

Manggal Karya Bakti Husuda LAPORAN INDIKATOR INDONESIA SEHAT 2010 DAN PENETAPAN INDIKATOR KABUPATEN SEHAT SEBAGAI TARGET KABUPATEN POLEWALI MANDAR SEHAT (Keputusan Menkes RI No. 1202 /Menkes/SK/VIII/2003) Disajikan Dalam Rangka

Lebih terperinci

Dr.dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA, AAK

Dr.dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA, AAK Dr.dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA, AAK Millennium Development Goals (MDGs) Komitmen Negara terhadap rakyat Indonesia dan global Komitmen Indonesia kepada masyarakat Suatu kesepakatan dan kemitraan global

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016 UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1118KM2 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 367 3 JUMLAH PENDUDUK 1 576,544 561,855 1,138,399 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 469,818 464,301 934,119.0 5 PENDUDUK 10 TAHUN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1.753,27 KM 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 309 3 JUMLAH PENDUDUK 1 2,244,772 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

2014 Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

2014 Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta 2014 Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta KATA PENGANTAR Profil Kesehatan merupakan data dan informasi yang menggambarkan situasi dan kondisi Kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

PROFIL DINAS KESEHATAN

PROFIL DINAS KESEHATAN PROFIL DINAS KESEHATAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2012 DINAS KESEHATAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KATA PENGANTAR Alhamdulillahirrabbil alamiin. Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 203 KABUPATEN CIREBON NO INDIKATOR TABEL A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 3 JUMLAH PENDUDUK 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 0

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM - 1 LUAS WILAYAH 1 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 381/ 5 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI SMP+ 6 JUMLAH

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 972 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 192 3 JUMLAH PENDUDUK 1 852,799 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 682,447 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 343 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI SMP+ 6 JUMLAH BAYI

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 8,5 Ha 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 68 3 JUMLAH PENDUDUK 50,884 493,947,004,83 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 407,97 382,66 790,533 5 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS DENGAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 299,019 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 417 desa/17 kel 3 JUMLAH PENDUDUK 1 5,077,210 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 17,650 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 20,994 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 DESA=309 KEL=8-3 JUMLAH PENDUDUK 1 869,767 819,995 1,689,232 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 673,079 551,261 1,224,340 5 PENDUDUK

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 203 K0TA TASIKMALAYA NO INDIKATOR TABEL A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 3 JUMLAH PENDUDUK 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 0

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 belum mendapat data dari BPS 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 Kabupaten 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 305,519 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 442 3 JUMLAH PENDUDUK 1 1,277,610 1,247,873 2,525,483 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : 255.461.686 Sumber : Pusdatin, 2015 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK PROVINSI BANTEN TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Banten

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

Malang, April 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MALANG. dr. ABDURRACHMAN, M.Kes. Pembina Tk I NIP

Malang, April 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MALANG. dr. ABDURRACHMAN, M.Kes. Pembina Tk I NIP Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah dan inayah-nya atas tersusunnya Profil Kesehatan Kabupaten Malang Tahun 2015. Profil Kesehatan Kabupaten Malang merupakan salah satu

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, akhirnya laporan tahunan Dinas Kesehatan Kota Padang Tahun 2009 telah selesai dengan baik. Laporan Tahunan tahun 2009 ini disusun dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat.

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Pada misi V yaitu Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat telah didukung dengan 8 sasaran sebagai

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : 255.461.686 Sumber : Pusdatin, 2015 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK PROVINSI GORONTALO TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Gorontalo

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menyukseskan program kabinet SBY jilid 2, khususnya dalam hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menyukseskan program kabinet SBY jilid 2, khususnya dalam hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam rangka menyukseskan program kabinet SBY jilid 2, khususnya dalam hal ini departemen kesehatan RI mencanangkan program Meningkatkan Kesehatan Masyarakat, maka

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA DINAS KESEHATAN KAB. BOALEMO TAHUN 2016 KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN UNTUK MENCAPAI TARGET

EVALUASI KINERJA DINAS KESEHATAN KAB. BOALEMO TAHUN 2016 KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN UNTUK MENCAPAI TARGET EVALUASI KINERJA DINAS KESEHATAN KAB. BOALEMO TAHUN 06 TUJUAN SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA Meningkatkan Meningkatkan Upaya Upaya Kesehatan Kesehatan Masyarakat melalui program melalui Program Kesehatan

Lebih terperinci

1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang 1. Pendahuluan 1.1 Latar belakang Derajat kesehatan yang tinggi merupakan salah satu perwujudan dari kesejahteraan umum masyarakat Indonesia. Oleh karena itu salah satu agenda pemerintah dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN

BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG BERKUALITAS Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013

KATA PENGANTAR. Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013 kk KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT atas rahmat, hidayah dan inayah-nya sehingga Buku Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013 ini dapat terselesaikan dengan baik. Buku

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) telah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1985. Pada saat itu pimpinan puskesmas maupun pemegang program di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 214 GAMBARAN UMUM Kota Makassar sebagai ibukota Propinsi Sulawesi Selatan dan merupakan pintu gerbang dan pusat perdagangan Kawasan Timur Indonesia. Secara

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47 2 KESEHATAN AWAL TARGET SASARAN MISI 212 213 214 215 216 217 218 218 Kunjungan Ibu Hamil K4 % 92,24 95 95 95 95 95 95 95 Dinas Kesehatan Jumlah Ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Penulisan Sumber Data... 3

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Penulisan Sumber Data... 3 DAFTAR ISI SAMBUTAN BUPATI POLEWALI MANDAR....... i DAFTAR ISI............ iii DAFTAR TABEL............ vi DAFTAR GRAFIK............ ix DAFTAR GAMBAR............ xiii DAFTAR SINGKATAN............ xiv PETA

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Gorontalo, 25 Februari 2017 Plt. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo

KATA PENGANTAR. Gorontalo, 25 Februari 2017 Plt. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo KATA PENGANTAR Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas izin dan perkenan-nya dapat menyelesaikan dan menyajikan Laporan Pelaksanaan Program dan Kegiatan Tahun Anggaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tertinggi di Asia Tenggara. Hal itu menjadi kegiatan prioritas departemen

BAB 1 PENDAHULUAN. tertinggi di Asia Tenggara. Hal itu menjadi kegiatan prioritas departemen BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi tahun 2003 di Indonesia tertinggi di Asia Tenggara. Hal itu menjadi kegiatan prioritas departemen kesehatan pada periode 2005-2009.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PEMERINTAH KABUPATEN MALANG DINAS KESEHATAN DALAM PENCAPAIAN RPJMD KABUPATEN MALANG 2010-1015 Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah dan inayah-nya atas tersusunnya Profil

Lebih terperinci

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk PEMERINTAH KOTA MALANG MATRIK RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN KOTA MALANG (PENYEMPURNAAN) TAHUN 2013-2018 Lampiran : KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA M Nomor : 188.47/ 92 / 35.73.306/ 2015 Tanggal

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012

RESUME PROFIL KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012 RESUME PROFIL KESEHATAN NO A. GAMBARAN UMUM L P L + P Satuan 1 Luas Wilayah 37.116,5 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 5.918 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 22.666.168 21.882.263 44.548.431 Jiwa

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : 255.461.686 Sumber : Pusdatin, 2015 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK PROVINSI KALIMANTAN UTARA TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk

Lebih terperinci

SITUASI UPAYA KESEHATAN JAKARTA PUSAT

SITUASI UPAYA KESEHATAN JAKARTA PUSAT SITUASI UPAYA KESEHATAN JAKARTA PUSAT A.UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK Salah satu komponen penting dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat adalah pelayanan kesehatan dasar. UU no.3 tahun 2009 tentang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011

MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011 MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011 PRIORITAS 3 Tema Prioritas Penanggung Jawab Bekerjasama dengan PROGRAM AKSI BIDANG KESEHATAN Penitikberatan pembangunan bidang kesehatan melalui pendekatan preventif, tidak

Lebih terperinci

RENCANA AKSI KINERJA DAERAH (RAD) DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Target ,10 per 1000 KH

RENCANA AKSI KINERJA DAERAH (RAD) DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Target ,10 per 1000 KH Sasaran No. Strategis 1. Mengembangkan dan meningkatkan kemitraan dengan masyarakat, lintas sektor, institusi swasta, organisasi profesi dan dunia usaha dalam rangka sinergisme, koordinasi diantara pelaku

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP 27 November 2014 KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga

Lebih terperinci