PENGARUH BUR DAN BUILD CURVE PADA DESAIN UNIT SNUBBING RIG UNTUK PEMBORAN HORIZONTAL (STUDI KASUS SUMUR X-01)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH BUR DAN BUILD CURVE PADA DESAIN UNIT SNUBBING RIG UNTUK PEMBORAN HORIZONTAL (STUDI KASUS SUMUR X-01)"

Transkripsi

1 PENGARUH BUR DAN BUILD CURVE PADA DESAIN UNIT SNUBBING RIG UNTUK PEMBORAN HORIZONTAL (STUDI KASUS SUMUR X-01) TUGAS AKHIR Oleh: ANGGI PUTRA YANSE NIM Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar SARJANA TEKNIK pada Program Studi Teknik Perminyakan PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2011

2 PENGARUH BUR DAN BUILD CURVE PADA DESAIN UNIT SNUBBING RIG UNTUK PEMBORAN HORIZONTAL (STUDI KASUS SUMUR X-01) TUGAS AKHIR Oleh: ANGGI PUTRA YANSE NIM Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar SARJANA TEKNIK pada Program Studi Teknik Perminyakan Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Institut Teknologi Bandung Disetujui oleh: Dosen Pembimbing Tugas Akhir, Tanggal. Prof. Dr. Ing. Rudi Rubiandini R. S. NIP

3 PENGARUH BUR DAN BUILD CURVE PADA DESAIN UNIT SNUBBING RIG UNTUK PEMBORAN HORIZONTAL (STUDI KASUS SUMUR X-01) Oleh Anggi Putra Yanse* Prof. Dr.ing. Ir. Rudi Rubiandini R.S** Sari Pemboran menggunakan unit snubbing rig terbatas pada pemboran dangkal dan diameter lubang bor yang kecil. Oleh karena itu unit snubbing rig sangat cocok digunakan untuk pemboran horizontal re-entries atau sidetracking pada sumur yang tidak terlalu dalam. Beban Hookload, Slack-Off, dan torsi menjadi kriteria utama dalam desain unit snubbing rig pada operasi pemboran. Beban hookload, Slack-Off, dan torsi tergantung dari besaran drag dan torsi yang terjadi akibat gesekan antara drillstring dan formasi. Sumur X-01 merupakan sumur vertikal pada lapangan X yang akan dilakukan pemboran horizontal re-entries dengan membuat bagian horizontal pada kedalaman 1700 m. Penggunaan unit snubbing rig pada pemboran sumur ini cukup ideal karena target tidak terlalu dalam dan sebatas hanya pemboran re-entries. Dalam Studi ini dilakukan perencanaan trajektori sumur X-01 dengan merubah-ubah besaran BUR dan build curve sehingga dapat ditentukan unit snubbing rig yang digunakan pada besaran BUR dan build curve yang berbeda. Kriteria yang didesain adalah hookload, Slack-off, dan torsi. Perhitungan dimulai dengan mendesain trajektori pada BUR dan build curve yang berbeda, penentuan drag dan torsi, yang akhirnya mendesain unit snubbing rig. Hasil studi menunjukkan sumur X-01 dibor dengan menggunakan unit hydraulic snubbing rig jenis HRS 225 yang mampu menyediakan beban hookload hingga Lbf, beban slack-off Lbf dan torsi maksimum 7000 Lbf-ft. kenaikkan BUR menunjukkan penurunan beban hookload, Slack-Off, dan torsi secara polynomial. Kenaikkan BUR hingga diatas 10 0 /100 ft memberikan pengaruh yang sangat kecil terhadap penurunan beban hookload, slack-off, dan torsi. Kata kunci: Unit snubbing rig, BUR, build curve design, hookload, Slack-Off, torsi Abstract Drilling Operation using snubbing unit rig is limited to shallow drilling and small diameter hole. Therefore snubbing unit rig is suitable for horizontal re-entries drilling or sidetracking of wells that are not too deep. Hookload, slack- Off, and torque are main criteria in the design of snubbing unit rig for drilling operation. Those criteria depending on the amount of drag and torque result from friction between drillstring and formation. X-01 well is vertical well in X field that will be drilled for horizontal re-entries by make horizontal section at a depth of 1700m. The use of snubbing unit rig on this drilling operation is ideal because the target is not too deep and just reentries drilling. In this study was conducted trajectory planning of X-01 well by changing BUR and build curve so that it can be determined snubbing unit that are used in different BUR and build curve. The criteria that be designed is hookload, slack-off and torque. The calculation starts with designing well trajectory at different BUR and Build Curve, determination of drag and torque, and finally designing the hydraulic snubbing unit rig. The study shows the X-01 well was drilled by HRS 225 hydraulic snubbing unit rig type which can provide hookload up to 235,000 Lbf, slack-off Lbf and maximum torque of 7000 Lbf-ft. BUR increase indicates a decrease hookload, slack-off, and torque is polynomial. BUR increase up to over 10 0 /100ft gives a very small effect on the decline of hookload, slack-off, and torque. Keywords: Snubbing unit rig, BUR, build curve design, hookload, slack-off, torque. *) Mahasiswa Program Studi Teknik Perminyakan Institut Teknologi Bandung **) Dosen Pembimbing Program Studi Teknik Perminyakan Institut Teknologi Bandung 1

4 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Unit snubbing dapat melakukan banyak pekerjaan sumur seperti light workover dan heavy workover. Unit Snubbing juga dapat menjadi alternatif pengganti drilling rig dalam melakukan pemboran. Menurut Hudgon 3) unit snubbing rig hanya terbatas untuk melakukan pemboran sumur yang dangkal dan diameter lubang dibawah 10 ¾ inch. Oleh karena itu unit snubbing rig sangat cocok digunakan dalam pemboran re-entries atau sidetracking. Desain snubbing rig perlu dilakukan sebelum pekerjaan pemboran agar dapat diketahui unit snubbing rig yang akan digunakan berdasarkan nilai beban hookload, slack-off, dan torsi. Selain itu nilai beban hookload, slack-off dan torsi perlu didesain hingga sekecil mungkin dengan mendesain trajektori sumur re-entries yang baru. Desain trajektori ini dengan merubah-ubah parameter Build Up Rate (BUR) dan build curve yang dipakai. Oleh karena itu dapat dilhat apakah besaran BUR dan desain build curve berpengaruh pada penentuan unit snubbing rig yang digunakan Tujuan Tujuan dari pembuatan karya tulis ini adalah melihat pengaruh BUR dan build curve terhadap desain unit snubbing rig dan menentukan grade drillpipe dan unit snubbing rig yang akan dipakai pada pemboran horizontal re-entries sumur X TEORI DASAR 2.1. Pemboran Horizontal Re-entries Sasaran utama pemboran sumur horizontal re-entries, yaitu untuk memperpanjang penembusan zona produktif atau dengan kata lain untuk memperluas daerah pengurasan suatu sumur. Tujuan dari pemboran horizontal re-entries, adalah 2 : Meningkatkan Laju Produksi dan tingkat recovery Mengontrol terjadinya gas dan water conning Mengurangi jumlah sumur pengembangan Meningkatkan operasi Enhanced Oil recovery Pembentukkan Bagian Pertambahan Sudut (Build Curve Penggambaran bagian pertambahan sudut dilakukan dengan metoda radius of curvarture 6). Metoda ini menganggap segmen-segmen lubang bor berupa suatu lingkaran yang menyinggung dua titik survey yang mempunyai sudut kemiringan tertentu. Tipe-tipe bagian pertambahan sudut dapat didesain dengan beberapa cara tergantung dari kemampuan peralatan yang akan digunakan. Desain pembentukkan build curve 6) sendiri diantaranya: Single Build Curve :cara pembentukkan build up rate (BUR) dengan satu jari-jari kelengkungan dan BUR yang konstan. Simple tangent build curve : cara pembentukan bagian pertambahan sudut dengan membentuk bagian tangensial (kemiringan konstan) diantara lengkungan pertama dan kedua dengan laju pertambahan sudut dan jari-jari kelengkungan yang sama.melalui Complex Tangent Build Curve : suatu cara pembentukan bagian pertambahan sudut yang hampir sama dengan metoda Simple Tangent Build Curve tetapi pada tipe ini laju pertambahan sudut dan jari-jari lengkungan lubang bor fase pertama dan kedua besarnya berbeda Ideal build curve : metoda pembentukan daerah pertambahan sudut dengan menggunakan satu lengkungan yang mulus tetapi dengan laju pertambahan sudut dan jari kelengkungan sumur yang berbeda. End Build Curve : Build up rate (BUR) akhir yang harus dilakukan untuk dapat mencapai posisi target dengan toleransi yang diijinkan Pembentukan Build Up Rate (BUR) Pengaturan sudut kemiringan dan sudut arah dapat dilakukan dengan mengatur atau mengkombinasikan rangkaian bottom hole assembly (BHA). Pengaturan ini termasuk antara lain mengatur titik kontak, mengatur posisi motor dan stabilizer serta besar sudut bent-housing dan bent-sub, memilih ukuran dan kekakuan drill collar yang tertentu, mengatur WOB dan RPM, mengatur jarak stabilizer pertama dan kedua, sehingga memberikan efek pada pembentukan besar build rate yang ingin dicapai Beban Drag dan Torsi Dalam perencanaan rangkaian drillstring harus mempertimbangkan beban drag, torsi (Gambar 1) dan kemungkinan bengkoknya drillstring karena tertekuknya drillstring yang akhirnya menyebabkan beban drag semakin besar serta apabila critical buckling force telah melebihi kekuatan yield rangkaian pipa yang digunakan, maka pipa tersebut akan patah. 2

5 Gambar 1. Model Drag and Torsi Drag dan torsi terjadi pada bagian tangent (sudut konstant), bagian pertambahan sudut (build up dan drop off) dan pada bagian horizontal. Drag yang dialami pipa dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu drag yang dialami saat pipa ditarik disebut tensile drag dan drag yang dialami saat pipa didorong disebut dengan compressive drag. Torsi disebabkan oleh adanya gesekan antara pipa dengan lubang sumur. Beban torsi didefinisikan sebagai perkalian antara gaya dan jari-jari atau jarak gaya tersebut yang dihitung tegak lurus dengan arah gaya yang terjadi Memperpanjang sumur horizontal yang sudah ada. Pemboran vertikal pada dan dibawah zona lost circulation Memperdalam sumur vertikal yang sudah ada dan memperbesar diameter sumur dengan menggunakan reamer.. Untuk sumur-sumur slimhol, baik eksplorasi maupun produksi. Selain aplikasi pemboran diatas, unit snubbing (hydraulic workover unit) juga dapat dikombinasikan dengan rig konvensional untuk pekerjaan pemboran sumur yang baru dan pekerjaan penyelesaian sumur 3, seperti: Pemasangan casing atau Liner 7 dan 4.5 Pemasangan tubing Pemboran untuk lubang yang berdiamater lebih kecil Unit Snubbing Rig 2.3. Buckling Buckling merupakan peristiwa tertekuknya pipa pemboran. Ini disebabkan karena beban aksial kompresif yang diberikan kepada pipa melebihi daripada buckling load pipa. Buckling sering terjadi pada pemboran horizontal atau pemboran berarah. Perkiraan gaya torsi dan drag untuk suatu sumur horizontal mengasumsikan bahwa tidak terjadi tekukan pada pipa Penggunaan Unit Snubbing Rig Dalam Operasi Pemboran Aplikasi Pemboran Snubbing Unit Rig Pemboran Snubbing unit rig sangat potensial untuk diaplikasikan pada: Horizontal re-entries dari sumur vertikal yang sudah ada untuk meningkatkan produktivitas sumur dan mengurangi gas atau water coning. Horizontal re-entries dari sumur vertikal yang sudah ada untuk membentuk lagi pola pengurasan dari aliran radial ke linier pada proyek-proyek waterflood dan EOR. Horizontal re-entries dari sumur vertikal yang sudah ada untuk tujuan eksplorasi dan evaluasi formasi. Directional re-entries dari sumur vertikal yang sudah ada untuk mencapai reservoir yang heterogen. Gambar 2. Unit Snubing Rig 3

6 Unit snubbing dibagi menjadi 5 sistem utama dan unit-unit pendukung lainnya, yaitu: Sistem Pengangkatan (Hoisting System) Sistem ini berfungsi untuk menggerakkan pipa sehingga memungkinan pipa untuk dimasukkan ke dalam sumur (running in) atau dikeluarkan dari dalam sumur (pulling out). Pergerakan pipa ini disebabkan oleh jack unit yang bekerja dengan prinsip hidrolik. Secara lengkap bagian dari hoisting sistem ini diantaranya: Jack unit, traveling dan stationary snub/slip, working basket, gin pole, guide tube, stripper bowl, hanger flange, dan crane. Sistem Pemutar (Rotary System) Sistem ini berfungsi untuk memberikan putaran kepada pipa saat proses-proses tertentu misalnya milling dan drill plug semen. Putaran kepada pipa diberikan oleh rotary table yang digerakkan oleh motor dengan tenaga hidrolik dan dapat memberikan putaran 1500 psia hingga psia. Torsi pada pipa terbatas, tergantung dari besaran torsional strength pipa yang dipakai, jika torsi melebihi batasan tersebut, maka digunakan Bottom Hole Assembly (BHA) yang memiliki Mud Downhole motor yang dipasang pada bagian bawah drillstring, sehingga rangkaian pipa tidak berputar namun hanya BHA saja yang berputar. Sistem Pengontrol Tekanan (BOP System) Sistem ini berfungsi untuk mencegah semburan liar pada operasi snubbing yang bekerja pada sumur bertekanan. Sistem pengontrol tekanan ini terdiri dari: Primary Well Control System berfungsi sebagai sistem utama dalam mengisolasi sumur dari tekanan dan mencegah blow out. Primary well control system terdiri dari stripper rubber, annular blow out preventer, back pressure valve (BVP) Secondary Well Control System berfungsi untuk mengisolasi sumur dari tekanan dan mencegah blow out saat primary well control system tidak berfungsi atau dalam tahap perbaikan. Alat utama dalam secondary well control ialah Ram Blow Out Preventer yang terdiri dari Stripper ram, blind ram, shear ram, safety ram, slip ram, dan variable bor ram Tertiary Well Control System berfungsi untuk mengisolasi sumur dari tekanan dan mencegah blow out saat primary well control system dan secondary well control system tidak berfungsi atau dalam tahap perbaikan Sistem sirkulasi (circulating System) Tujuan utama dalam sistem ini adalah untuk mengangkat cutting dan menahan tekanan formasi (kondisi overbalance) melalui fluida pemboran. Fluida ini akan dimasukkan melalui pipa, dan akan keluar melalui anulus antara tubing dan pipa macaroni. Selanjutnya fluida akan dialirkan keluar melalui killing valve di BOP lalu menuju ke reverse line untuk selanjutnya akan tersaring di tempat penampungan. Peralatan sistem sirkulasi meliputi: tangki penampungan, pompa, manifold, kill line valve, reverse line, gas buster, shale shaker, desander, dan desilter. Power System Unit power di dalam snubbing unit berasal dari power pack. Power pack berfungsi untuk mengerakkan mesin-mesin yang digunakan pada snubbing, antara lain jack unit, rotary table, counter balance, slips, snubs, mixer (agitator) dan mengoperasikan BOP (Blow Out Preventer) melalui accumulator (koomey unit). Tekanan hidrolik yang yang dihasilkan diatur dengan unloading valve sampai pada tekanan yang diperlukan oleh masing-masing unit Jenis-jenis snubbing Snubbing unit dibedakan dalam 2 kelompok jika ditinjau dari sistem tenaga penggeraknya, yaitu: Mechanical Snubbing/Conventional Snubbing Tipe ini dipasang pada unit drilling rig biasa bila diperluan snub job. Tenaga pendorong kebawah (snub) mempergunakan drawwork dan traveling block. Hydraulic Snubbing Unit ini disebut juga Hydraulic Workover Unit (HWO). Tipe ini menggunakan tenaga penggerak hidrolik yang berasal dari power pack. Berdasaran kemampuan dalam mengangkat dan mendorong pipa, hydraulic snubbing dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu: 75K, 150K, 225K, 340K, 400K, dan 600K. Angka-angka tersebut menunjukkan kemampuan hydraulic snubbing dalam mengangkat dan mendorong pipa yang dinyatakan dalam 10 3 Lbf. Tipe 150K hingga 225 K umumnya digunakan untuk operasi well intervention. Tipe 340K hingga 600K biasanya digunakan untuk operasi 4

7 workover dan pemboran. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel 1 dan 2 pada lampiran Desain Unit Hydraulic Snubbing Rig Pergerakan pipa pada hydraulic snubbing disebabkan oleh jack unit yang bekerja dengan prinsip hidrolik 1,3). Jack unit ini mempunyai silinder yang di dalamnya terdapat piston yang digerakkan oleh fluida hidrolik yang berasal dari power pack sehingga menyebabkan piston bergerak naik turun (dapat dilihat pada gambar 1 di lampiran). Gerakan piston dalam silinder ini menyebabkan jack unit dapat naik dan turun mengangkat dan mendorong rangkaian pipa ke dalam sumur. Gaya angkat (hookload) dan gaya dorong (snub force) dapat dihitung menggunakan rumus: Snub Force= x (IDs 2 - ODp 2 ) x N x P...(1) Pulling Force = x IDs 2 x N x P...(2) Dalam proses pemilihan unit rig, ada tiga parameter yang akan diseleksi 7 yaitu hookload, gaya dorong, dan torsi dari drillstring. Unit snubbing rig harus mampu memenuhi ketiga parameter tersebut agar dapat digunakan dalam pemboran suatu sumur. 3. METODOLOGI 3.1. Data Data yang digunakan pada studi kasus ini diambil dari salah satu sumur di lapangan x yaitu sumur X-01. Sumur X-01 merupakan sumur vertikal yang memproduksi minyak dengan kedalaman TVD = m dan MD = 1700 m. Sumur X-01 mempunyai Komplesi dual string dengan menggunakan tubing 3.5 inch dimana susunan casing yang digunakan ialah /8 9 5/8 Water coning telah terjadi pada sumur X-01, oleh karena itu agar sumur ini tetap dapat memproduksikan minyak sehingga dapat meningkatkan recovery factor lapangan ini, maka akan dilakukan pemboran sidetracking dan membuat sumur horizontal pada kedalaman 1700 meter dimana lubang baru akan dibuat dengan diameter 6 inch. Panjang Lateral diusahakan sepanjang mungkin, namun agar dapat secara efisien memproduksikan minyak, panjang horizontal dibatasi hingga 200 m. Pemboran dilakukan dengan membuat windows (pemotongan casing) dengan jalan melubangi casing 9 5/8 sebelum dilakukan pembelokan lubang sumur yang baru. Lubang baru ini akan dipasang liner diameter 4.5 dengan grade P-110 dan berat 15.1 Lb/ft. Data pemboran selengkapnya dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Data Pemboran Sumur X-01 Wa DP 19.5 Lbm/ft Wa HWDP 49.3 Lbm/ft Wa DC 75 Lbm/ft Diameter Liner 4.5 In Wa Liner 15.1 Lbm/ft Ρ Fluida Sirkulasi 8.6 Ppg Friksi 0.33 WOB 5000 Lbf MOP Lbf Eff hydraulic fluid 0.85 Modulus Young Besi 7 3 x 10 Psi 3.2. Penentuan Trajektori Sumur Perumusan untuk bagian pertambahan sudut (build curve) yang digunakan menggunakan metode radius of curvature 6), dengan rumus sebagai berikut ini:...(3)...(4)...(5)...(6) Sedangkan pada bagian lubang tanpa pertambahan sudut digunakan metoda tangential 6) dengan perumusan:...(7)...(8) 3.3. Skenario Perencanaan Trajektori Skenario perencanaan trajektori sumur X-01 dengan menggunakan sensitivitas nilai BUR dan build curve design. Build curve design yang digunakan yaitu single build curve, simple tangent build curve, dan complex tangent build curve. Skenario perencanaan trajektori dapat dilihat di Tabel 3 pada lampiran, sedangkan contoh gambar trajektori sumur X-01 pada build curve design yang berbeda dapat dilihat pada gambar Penentuan Drag, Torsi dan Buckling Penentuan Drag Pada bagian horizontal dan kemiringan konstan drag dihitung dengan menggunakan persamaan:...(9) Sedangkan pada bagian pertambahan sudut, drag dihitung dengan menggunakan persamaan yang diturunkan oleh Rudi-Zumja 4) dengan faktor friksi 0.33: pada compressive drag: Db = {Aθ 2 + Bθ + C} x {WR}...(10) 5

8 Dengan, A= (Fo/WR) (Fo/WR) B = (Fo/WR) C = (Fo/WR) dimana, Fo = Dh + WOB + BHA...(11) Pada tensile drag: Untuk, Fo/WR > 1 Db = {Aθ 2 + Bθ + C} x {WR}...(12) Dengan, A = (Fo/WR) B = (Fo/WR) C = (Fo/WR) Untuk, Fo/(WR) < 1 A = (Fo/WR) (Fo/WR) B = (Fo/WR) (Fo/WR) C = (Fo/WR) (Fo/WR) Dimana, Fo = Dh + BHA...(13) Penentuan Torsi Pada bagian horizontal dan kemiringan konstan torsi dihitung dengan persamaan: T T =...(14) Untuk sudut yang kemiringannya tidak 90 0 maka digunakan persamaan torsi yang telah diturunkan oleh Rudi-Zumja 4), yaitu: Untuk Fo/(WR) > 0.5 Tb = {Aθ 2 + Bθ + C} x {f OD WR}/12...(15) Dengan A = B = (Fo/WR) C = (Fo/WR) (Fo/WR) Untuk Fo/(WR) < 0.5 A = (Fo/WR) B = (Fo/WR) C = (Fo/WR) (Fo/WR) Dimana Fo = WOB Buckling Penentuan buckling load untuk lubang miring dan horizontal dengan menggunakan rumus Dawson dan Paslay 8) yang telah menurunkan persamaan untuk meramalkan terjadinya buckling, yaitu: F c = (16) I =A s...(17) A s = (OD 2 - ID 2 )...(18) 3.5. Penentuan Beban Hookload, Slack-Off, dan Torsi drillstring dan Liner Beban hookload, Slack-off, torsi dihitung menggunakan persamaan 5) : Hookload = Slack-Off =...(19)...(20) Torsi =...(21) 3.6. Penentuan Unit Snubing Rig Dalam studi kasus ini digunakan hydraulic snubbing rig atau hydraulic workover unit. Unit hydraulic snubbing rig yang dipilih disini berdasarkan nilai beban hookload, slack-off dan torsi. Beban hookload, slack-off dan torsi harus dibandingkan antara drillstring dengan liner. Beban hookload, slack-off dan torsi yang paling besar akan menjadi spesifikasi minimum hookload, snub force (slack-off) dan kriteria rotary table pada unit hydraulic snubbing rig sehingga dapat ditentukan unit hydraulic snubbing rig yang digunakan berdasarkan tabel 1 dan 2 pada lampiran. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh BUR dan Build Curve Terhadap Trajektori Sumur Kenaikan BUR dapat menyebabkan penurunan departure dan Total Measured Depth (TMD) yang dapat berpengaruh terhadap nilai hookload, slack-off dan torsi drillstring. Jika dilihat dari grafik hasil pengolahan data antara BUR terhadap TMD dan departure di setiap build curve, dapat disimpulkan bahwa dengan kenaikan BUR besaran departure dan TMD akan berkurang di setiap desain build curve. Namun pengaruh BUR disini hanya terlihat pada BUR yang kecil. Dapat dilihat dari grafik di gambar 3 pada perencanaan single build curve dan gambar 4 dan 5 pada simple tangent build curve (lampiran) bahwa kenaikan BUR hingga diatas 10 0 /100 ft hanya membuat sedikit penurunan dari besaran departure dan TMD. Pada perencanaan dengan menggunakan complex tangent build curve, dimana terdiri dari dua jenis BUR yang besarannya berbeda, yaitu BUR pertama saat pembentukan bagian melengkung (build) pertama diatas bagian tangent dan BUR kedua saat pembentukan bagian melengkung (build) hingga mencapai bagian horizontal. Pengaruh BUR pertama dan kedua pada complex tangent build curve yaitu akan menurunkan TMD dan departure dengan naiknya BUR, namun seperti halnya perencanaan 6

9 dengan menggunakan single build curve dan simple tangent build curve, BUR hanya membuat sedikit penurunan dari besaran TMD dan departure pada BUR yang besar yaitu diatas 10 0 /100 ft. Perubahan sudut tangent pada simple tangent build curve dan complex tangent build curve hanya sedikit mempengaruhi besaran TMD dan departure bahkan pada simple tangent build curve pengaruh sudut tangent bisa dikatakan tidak ada, karena besaran departure dan TMD yang hampir sama dengan berubahnya sudut tangent (dapat dilihat di gambar 8 dan 9 di lampiran) 4.2. Pengaruh BUR dan Build Curve Terhadap Drag dan Torsi Tensile drag terjadi ketika proses rangkaian drillstring diangkat ke permukaan dari dalam lubang bor, sebaliknya compressive drag terjadi ketika proses pemboran dan ketika rangkaian pipa diturunkan ke dalam lubang bor. Dengan semakin kecilnya total measured depth (TMD) dan departure maka tensile drag, compressive dan torsi cenderung semakin kecil. Pada perencanaan single build curve dan simple tangent build curve, Jika dilihat pada gambar 12, 13, 14, 15, dan 16, kenaikan BUR akan menurunkan besaran tensile drag, compressive drag dan torsi. Namun penurunan drag dan torsi tidak terlalu besar pada BUR diatas 10 0 /100ft, bahkan pada BUR diatas 16 0 /100 ft tensile drag yang terjadi mengalami kenaikan dengan naiknya besaran BUR, tetapi kenaikan tensile drag ini tidak terlalu besar. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pengaruh BUR terhadap drag dan torsi sangat kecil pada besaran BUR yang tinggi. Hubungan BUR dengan besaran drag dan torsi pada perencanaan single build curve dan simple tangent build curve ini ialah polynomial. Pada perencanaan complex tangent build curve, kenaikan BUR kedua akan menurunkan besaran tensile drag, compressive drag dan torsi. Namun pengaruh BUR terhadap tensile drag, compressive drag dan torsi ini akan semakin kecil dengan bertambahnya besaran BUR. Dari gambar 17, 18, 19, dan 20 dapat dilihat bahwa kenaikan BUR pertama akan menaikkan besaran tensile drag pada sudut tangent 45 0 dan 60 0 tetapi kenaikan ini tidak terlalu besar. Besaran torsi juga semakin besar dengan naiknya BUR pertama. Dapat disimpulkan bahwa BUR pertama hanya sediki berpengaruh pada besaran drag khusunya pada tensile drag. Perubahan sudut tangent berpengaruh terhadap besaran drag dan torsi, kenaikan sudut tangent akan memperkecil besaran drag dan torsi dengan perubahan BUR kedua, sedangkan pada perubahan BUR pertama drag dan torsi cenderung membesar dengan kenaikan sudut tangent Pengaruh BUR dan Build Curve Terhadap Beban Hookload dan Slack-Off Besaran tensile drag akan mempengaruhi nilai hookload sedangkan compressive drag akan mempengaruhi nilai slack-off. Nilai hookload dan slack-off ini yaitu saat pemboran dan pemasangan liner. Dari gambar 21, 22, 23 dan 25 dapat dilihat bahwa pada perencanaan trajektori single build curve dan simple tangent build curve, kenaikan BUR akan menurunkan beban hookload dan slack-off namun seperti halnya pengaruh BUR terhadap drag, pengaruh BUR terhadap beban hookload dan slack-off terlihat besar pada BUR yang kecil, namun dengan semakin naiknya nilai BUR, pengaruh BUR akan semakin kecil terhadap penurunan beban hookload dan slack-off. Pada gambar 21, 23 dan gambar 24 (lampiran) dapat dilihat bahwa pada BUR diatas 16 0 /100 ft, kenaikan BUR akan menaikkan beban hookload drillstring dan hookload pemasangan liner, tetapi kenaikan ini tidak terlalu besar karena pengaruh besaran BUR yang kecil pada perubahan besaran BUR diatas 10 0 /100 ft. Pada complex tangent build curve, kenaikan BUR kedua akan menurunkan beban hookload dan slackoff. Namun semakin naiknya nilai BUR, pengaruhnya terhadap penurunan besaran hookload dan slack-off akan semakin kecil, terutama pada beban hookload. Bahkan pada BUR diatas 16 0 /100 ft kenaikan BUR akan menaikkan besaran hookload namun kenaikan ini tidak terlalu besar. Pada gambar 27 dapat dilihat pengaruh BUR pertama sebanding dengan besaran hookload, yang berarti kenaikan BUR pertama akan menaikkan besaran hookload. Sudut tangent tidak terlalu berpengaruh terhadap besaran hookload dan slack-off pada perencanaan simple tangent build curve, namun pada complex tangent build curve terlihat bahwa sudut tangent cukup berpengaruh terhadap beban hookload dan slack-off. Dari analisa diatas dapat disimpulkan bahwa pada kasus pemboran horizontal re-entries sumur X-01, dengan menggunakan perencanaan complex tangent build curve, sebaiknya besaran BUR pertama kecil dan besaran BUR kedua lebih besar, namun dibawah 10 0 /100 ft, karena diatas BUR tersebut pengaruh BUR terhadap penurunan beban hookload, slack-off, dan torsi tidak besar. Begitu pula dengan perencanaan menggunakan single build curve dan simple tangent 7

10 build curve, sebaiknya nilai BUR besar namun dibatasi hingga 10 0 /100 ft. Nilai hookload, slack-off dan torsi yang kecil lebih diharapkan agar unit snubbing rig dapat bekerja secara efisien dan menghindari permasalahan yang terjadi akibat keterbatasan dari kemampuan unit snubbing rig dalam menurunkan dan mengangkat drillpipe pada proses pemboran dan pemasangan liner Desain Drillstring Telah dijelaskan pada bab 5, bahwa susunan drillstring yang digunakan dalam studi kasus pemboran sumur X-01 ini menggunakan Drillpipe (5 ) jenis New Drillpipe, HWDP (5 ), dan drillcollar (5.5 ). Sedangkan pemasangan liner (4.5 ) menggunakan drillpipe (4.5 ). Grade yang digunakan akan disesuaikan terhadap beban hookload dan torsi. Tabel dibawah merupakan nilai yield strength dan torsional strength jenis drillpipe baru setelah dikalikan safety factor 0.9. Nilai yield strength harus lebih besar dari hookload dan torsional strength harus lebih besar dari torsi, agar drillpipe tidak rusak atau putus saat pemboran dan pemasangan liner. Pemilihan grade diutamakan mulai dari yang terbawah yaitu grade E hingga yang paling atas yaitu S-135. Hal ini dikarenakan harga menjadi pertimbangan utama, karena semakin kecil grade drillpipe, maka harganya semakin murah. Tabel 2. Nilai Yield Strength dan Torsional Strength pada Drillpipe baru 5 inch dan berat 19.5 Lb/ft Grade 0.9 x Yield strength 0.9 x torsional strength E X G S Tabel 3. Nilai Yield Strength dan Torsional Strength pada Drillpipe baru 4 ½ inch dan berat Lb/ft Grade 0.9 x Yield strength E X G S Selain nilai yield strength dan torsional strength, desain drillstring harus mempertimbangkan buckling kritik pada pipa, untuk mengetahui apakah terjadi buckling atau tidak pada lubang horizontal dan miring. Perhitungan buckling kritik pipa menggunakan persamaan dawson dan paslay 8. Dari hasil yang didapat pada gambar (lampiran), dapat disimpulkan bahwa semua skenario pada single build curve, simple tangent build curve, dan complex tangent build curve aman untuk dilakukan, karena besaran buckling kritik pada lubang drillpipe di miring dan horizontal lebih besar dari gaya aksial di awal bagian horizontal (FEOC) dan awal bagian tangent (FEOB) Pengaruh BUR dan Build Curve terhadap Desain Unit Snubbing Rig Desain unit snubbing rig berdasarkan beban hookload, slack-off dan total torsi. Besaran hookload dan slackoff yang akan dijadikan spesifikasi rig ini harus dibandingkan antara beban hookload dan slack-off pada drillstring dengan liner. Hookload dan slack-off yang paling besar akan menjadi spesifikasi hookload dan slack-off pada unit snubbing rig. Sedangkan besaran torsi drillstring akan menjadi kriteria dari rotary table di snubbing unit. Nilai hookload, slack-off dan total torsi drillstring ini dibagi dengan efisiensi dari hydraulic fluid yaitu diambil 0.85, sehingga didapatkan spesifikasi yang harus dipenuhi unit snubbing rig. Dapat dilihat dari hasil penentuan unit snubbing rig pada tabel 3-9 dilampiran. Dapat disimpulkan bahwa pada single build curve dan simple tangent build curve pada BUR yang berbeda-beda, digunakan unit hydraulic snubbing rig tipe HRS 225 yang spesifikasinya dapat dilihat pada tabel 2. Sedangkan pada complex tangent build curve, pada BUR pertama 2 0 /100 ft dan BUR kedua yang lebih besar, skenario menunjukkan penggunaan unit snubbing rig HRS 225, sebaliknya pada BUR kedua 2 0 /100 ft dan BUR pertama yang lebih besar, dibutuhkan penggunaan unit snubbing rig 250. Dari hal diatas dapat disimpulkan bahwa pengaruh BUR pada single build curve dan simple tangent build curve sangat kecil bahkan tidak memberikan efek yang besar terhadap desain unit snubbing rig, karena dengan BUR yang berbeda-beda pada kasus pemboran re-entries sumur X-01 tetap dibutuhkan unit hydraulic snubbing HRS 225. Ini disebabkan karena pengaruh BUR terhadap kriteria unit snubbing rig yaitu hookload, slack-off, dan torsi tidak terlalu besar terutama pada perubahan BUR yang besar. Dalam studi kasus ini, diatas BUR 10 0 /100 ft, 8

11 perubahan BUR hanya sedikit memberikan pengaruh terhadap besaran hookload, slack-off dan torsi. Sehingga pada studi kasus sumur X-01 sebaiknya besaran BUR dibatasi hingga 10 0 /100 ft Sedangkan pada perencanaan complex tangent build, BUR cukup berpengaruh terhadap desain unit snubbing rig, dimana digunakan unit HRS 225 pada BUR pertama yang lebih kecil dari BUR kedua, dan unit 250 untuk BUR kedua yang lebih kecil dari BUR pertama. Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa sebaiknya digunakan besaran BUR pertama yang kecil dan BUR kedua yang lebih besar, dalam studi kasus ini digunakan BUR pertama 2 0 /100 ft dan BUR kedua dibatasi hingga 10 0 /100 ft, karena diatas itu pengaruh perubahan BUR tidak berdampak cukup besar terhadap nilai beban hookload, slack-off dan torsi. Dapat disimpulkan juga bahwa perubahan build curve juga tidak berpengaruh cukup besar terhadap desain unit snubbing rig. Karena tetap digunakan unit hydraulic snubbing HRS 225 pada single build curve dan simple tangent build curve. Begitu pula pada perencanaan trajektori complex tangent build curve, dimana tetap dipilih penggunaan unit snubbing rig tipe HRS 225. Tabel 4 dibawah merupakan tabel spesifikasi dari unit snubbing rig tipe HRS 225. Hasil perhitungan dalam penentuan unit snubbing rig pada BUR dan build curve yang berbeda, dapat dilihat pada tabel 3 tabel 9 di lampiran. Tabel 4. Unit Hydraulic Snubbing Rig Tipe HRS 225 Hydra Rig Snubbing Unit Model HRS 225 Snub Capacity (lbf) Lift Capacity (lbf) OD Piston Rod HWO (inch) 3.5 ID Cylinder HWO (inch) 5 Max Pipe OD (inch) 5 ½ Max Torque (lbf-ft) 7000 Max hydraulic pressure (psia) KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan diatas, maka didapatkan beberapa kesimpulan untuk studi kasus pemboran horizontal re-entries sumur X-01, yaitu: 1. Pada perencanaan single build curve dan simple tangent build curve, Total Measured Depth (TMD), departure, drag, torsi, beban hookload, dan slack-off akan semakin kecil dengan bertambahnya Build up rate (BUR). 2. Pada perencanaan single build curve dan simple tangent build curve, pengaruh BUR akan semakin kecil terhadap penurunan besaran Total Measured Depth (TMD), departure, drag, torsi, beban hookload dan slack-off pada perubahan BUR diatas 10 0 /100 ft Pada BUR diatas 16 /100 ft untuk setiap build curve, kenaikan BUR akan menaikkan besaran beban hookload dan tensile drag namun kenaikan ini tidak terlalu besar. 4. Pada complex tangent build curve, kenaikan BUR pertama akan menurunkan Total Measured Depth (TMD), departure, compressive drag, slack-off namun akan menaikkan tensile drag, torsi dan beban hookload. 5. Kenaikan BUR kedua pada complex tangent build curve akan menurunkan Total Measured Depth (TMD), departure, compressive drag, tensile drag, torsi, beban slack-off, dan hookload. 6. Sudut tangent tidak terlalu berpengaruh terhadap besaran beban hookload dan slack-off pada perencanaan simple tangent build curve, namun pada complex tangent build curve terlihat bahwa sudut tangent cukup berpengaruh terhadap besaran beban hookload dan slack-off. 7. Drillpipe yang digunakan untuk pemboran dan pemasangan liner pada studi kasus Pemboran reentries sumur X-01 untuk setiap BUR dan build curve menggunakan grade E. 8. Pengaruh BUR pada single build curve dan simple tangent build curve sangat kecil bahkan tidak memberikan efek yang besar terhadap desain unit snubbing rig, karena dengan perubahan BUR dari 2 0 /100 ft hingga 20 0 /100 ft tetap digunakan unit hydraulic snubbing rig HRS Pada perencanaan complex tangent build, BUR cukup berpengaruh terhadap desain unit snubbing rig, dimana digunakan unit HRS 225 pada BUR pertama yang lebih kecil dari BUR kedua, dan unit 250 untuk BUR kedua yang lebih kecil dari BUR pertama. 10. Pengaruh build curve sangat kecil terhadap desain unit snubbing rig pada kasus sumur X Saran Perlu dilakukan studi mengenai pengaruh parameterparameter desain trajektori lainnya seperti panjang horizontal, panjang tangent, dan faktor friksi terhadap desain unit snubbing rig untuk pemboran. 9

12 6. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yesus atas berkat dan kasih karunia yang selalu dilimpahkan dan kepada kedua orang tua, kakak, adik, dan segenap keluarga atas kasih sayang, perhatian dan dukungannya selama mengerjakan tugas akhir. Penulis juga mengucapkan terimakasih sebesarbesarnya kepada Prof. Dr. Ing. Rudi Rubiandini R. S. selaku pembimbing yang bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan ilmu. Selain itu penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Ir. Farid Hadiaman atas bantuan dan ilmunya selama penulis mengerjakan tugas akhir di lapangan. Tidak lupa juga penulis mengucapkan terimakasih kepada teman-teman penulis seperti Daniel, Jihan, Pandu, Dea, Jury, Fadli, Faras, Hendrik, Dito, Ape, Reza, Marcel, Oji, Astrid, teman-teman perminyakan angkatan 2006, teman-teman HMTM Patra, dan semua orang yang tidak bisa disebutkan satu persatu, semoga Tuhan memberkati selamanya. 7. DAFTAR SIMBOL BUR = build up rate, o /100 ft TVD = ketinggian vertikal,m H = Horizontal displacement, m TMD = Total panjang lintasan lubang bor, m θ 1 = inklinasi awal lubang bor, derajat θ 2 = inklinasi akhir lubang bor, derajat Db = Drag bagian pertambahan sudut, lbf Dh = Drag pada lubang horizontal, lbf W = Berat pipa dalam lumpur,lbm/ft θ = Sudut kemiringan sumur, derajat R = Jari-jari kelengkungan kurva, ft Fo = Beban kompresi atau tarikan pada EOC, lbf Tb = Torsi pada bagian pertambahan sudut, lbf-ft N = Jumlah silinder Dp = Diameter Luar Pipa, in IDs = ID Cylinder bore, in ODp = OD piston, in N = Jumlah silinder P = Tekanan pompa hydraulic, psia 4 I = momen inersia, in MW = densitas lumpur, ppg f = Koefisien gesek Dh = diameter lubang sumur, in Dtj = diameter tool joint, in Operation Onshore Gabon, Paper SPE/IADC presented at the Middle East Drilling Technology Conference & Exibition, Dubai, September Apolianto, Eko. Evaluasi Pemboran Horizontal Sumur-X Yang Berbentuk Complex-Tangent Dan Tidak 90 0 Lateral. Tugas Akhir, Jurusan Teknik Perminyakan ITB, Bandung, Hudgon, R. Snubbing Units: A Viable Alternative Conventional Drilling Rig and Coiled Tubnig Technology, Paper SPE presented at Offshore Europe 1995, Aberdeen, 8 september Rudi Rubiandini R.S., Zumza Mardedi, 1997, Modifikasi Persamaan Beban Drag dan Torsi Pada Bagian Pertambahan Sudut Sumur Pemboran Horizontal dan Penentuan Persamaan untuk sudut Inklinasi Tidak 90 o, Jurnal Teknologi Minyak dan Gas Bumi No.7/ Rubiandini, R. S. Diktat Kuliah TM-3202 Teknik Operasi Pemboran 2.. Penerbit ITB Rubiandini, R. S. Diktat Kuliah Drilling Engineering Volume 3.. Penerbit ITB Hadiaman, Farid. Desain Drilling Rig Berkaitan Dengan Pembentukkan Departure (Studi Kasus Sumur T). Tugas Akhir, Jurusan Teknik Perminyakan ITB, Bandung, Dawson, R. and Paslay, P.R. Drillpipe Buckling in Inclined Holes, Journal Of Petroleum Technology, 1734 (Publicated for SPE Paper October 1984). 9. Elnusa File Snubbing Workover Rig With Hydraulic Pressure System Operation, Training, Sudrajat, Dendy. et al. Snubbing Unit, Technical Book. Well Service Supervisor Trainee, East kalimantan, DAFTAR PUSTAKA 1. Yunus, F., Dufour, J., Ripayre, A., and Mercier, M A Unique Experience of Using Hydraulic Workover Unit (HWU) for Re-entry and Drilling 10

13 LAMPIRAN Tabel 1. Spesifikasi Jenis-jenis Hydraulic Snubbing Unit Model Hydra Rig Model Hydra Rig Snubbing Unit HRS 150 HRS 225 HRS 340 HRS 460 Snub Capacity (lbs) Lift Capacity (lbs) OD Piston Rod HWO (inch) ID Cylinder HWO (inch) Max Pipe OD (inch) 2 7/8 5 ½ 7 5/8 8 5/8 Max Torque Rotary Table (Lb-ft) , 9) Tabel 2. Spesifikasi Jenis-jenis Hydraulic Snubbing Unit Model Otis Engineering Model Otis Engineering Snubbing Snub Capacity (lbs) Lift Capacity (lbs) OD Piston Rod HWO (inch) ID Cylinder HWO (inch) Max Pipe OD (inch) 2 7/8 5 ½ 7 5/8 8 5/8 10 ¾ Max Torque Rotary Table (Lb-ft) ,9) Tabel 3. Hasil Pengolahan Data Kriteria Unit Snubbing Rig Pada Single Build Curve BUR Hookload Slack-Off Kriteria Unit ( 0 Hookload Slack-Off Grade Bucklin /100 KOP (m) Drillstring Drillstring Rotary Table snubbing Liner (lbf) Liner (Lbf) drillpipe g ft) (Lbf) (Lbf) (Lbf-Ft) Rig HRS 225 E Aman HRS 225 E Aman HRS 225 E Aman HRS 225 E Aman HRS 225 E Aman HRS 225 E Aman HRS 225 E Aman HRS 225 E Aman HRS 225 E Aman HRS 225 E Aman HRS 225 E Aman HRS 225 E Aman HRS 225 E Aman 11

14 Tabel 4. Hasil Pengolahan Data Kriteria Unit Snubbing Rig Pada Simple Tangent Build Curve dengan Sudut Tangent 30 0 dan Panjang Tangent 100 m BUR Hookload Slack-Off Kriteria Unit 0 Hookload Slack-Off Grade ( /100 KOP (m) Drillstring Drillstring Rotary Table snubbing Liner (lbf) Liner (Lbf) drillpipe ft) (Lbf) (Lbf) (Lbf-Ft) Rig Buckling HRS 225 E Aman HRS 225 E Aman HRS 225 E Aman HRS 225 E Aman HRS 225 E Aman HRS 225 E Aman HRS 225 E Aman HRS 225 E Aman HRS 225 E Aman HRS 225 E Aman HRS 225 E Aman HRS 225 E Aman Tabel 5. Hasil Pengolahan Data Kriteria Unit Snubbing Rig Pada Simple Tangent Build Curve dengan Sudut Tangent 40 0 dan Panjang Tangent 100 m BUR Hookload Slack-Off Kriteria Unit 0 Hookload Slack-Off Grade ( /100 KOP (m) Drillstring Drillstring Rotary Table snubbing Liner (lbf) Liner (Lbf) drillpipe ft) (Lbf) (Lbf) (Lbf-Ft) Rig Buckling HRS 225 E Aman HRS 225 E Aman HRS 225 E Aman HRS 225 E Aman HRS 225 E Aman HRS 225 E Aman HRS 225 E Aman HRS 225 E Aman HRS 225 E Aman HRS 225 E Aman HRS 225 E Aman HRS 225 E Aman 12

15 Tabel 6. Hasil Pengolahan Data Kriteria Unit Snubbing Rig Pada Simple Tangent Build Curve dengan Sudut Tangent 60 0 dan Panjang Tangent 100 m BUR Hookload Slack-Off Kriteria Unit 0 Hookload Slack-Off Grade ( /100 KOP (m) Drillstring Drillstring Rotary Table snubbing Liner (lbf) Liner (Lbf) drillpipe ft) (Lbf) (Lbf) (Lbf-Ft) Rig Buckling E Aman HRS 225 E Aman HRS 225 E Aman HRS 225 E Aman HRS 225 E Aman HRS 225 E Aman HRS 225 E Aman HRS 225 E Aman HRS 225 E Aman HRS 225 E Aman HRS 225 E Aman HRS 225 E Aman Tabel 7. Hasil Pengolahan Data Kriteria Unit Snubbing Rig Pada Complex Tangent Build Curve dengan Sudut Tangent 30 0 dan Panjang Tangent 100 m BUR 1 0 ( /100 ft) BUR 2 0 KOP ( /100 (m) ft) Hookload Drillstring (Lbf) Slack-Off Drillstring (Lbf) Hookload Liner (lbf) Slack-Off Liner (Lbf) Kriteria Rotary Table (Lbf- Ft) Unit snubbing Rig Grade drillpip e Bucklin g HRS 225 E Aman HRS 225 E Aman HRS 225 E Aman HRS 225 E Aman HRS 225 E Aman HRS 225 E Aman HRS 225 E Aman HRS 225 E Aman HRS 225 E Aman E Aman E Aman E Aman E Aman E Aman E Aman E Aman E Aman E Aman 13

16 BUR 1 0 ( /100 ft) Tabel 8. Hasil Pengolahan Data Kriteria Unit Snubbing Rig Pada Complex Tangent Build Curve dengan Sudut BUR 2 0 KOP ( /100 (m) ft) Hookload Drillstring (Lbf) Tangent 45 0 dan Panjang Tangent 100 m Slack-Off Drillstring (Lbf) Hookload Liner (lbf) Slack-Off Liner (Lbf) Kriteria Rotary Table (Lbf- Ft) Unit snubbing Rig Grade drillpipe Bucklin g HRS 225 E Aman HRS 225 E Aman HRS 225 E Aman HRS 225 E Aman HRS 225 E Aman HRS 225 E Aman HRS 225 E Aman HRS 225 E Aman HRS 225 E Aman E Aman E Aman E Aman E Aman E Aman E Aman E Aman E Aman E Aman 14

17 BUR 1 0 ( /100 ft) Tabel 9. Hasil Pengolahan Data Kriteria Unit Snubbing Rig Pada Complex Tangent Build Curve dengan Sudut BUR 2 0 KOP ( /100 (m) ft) Hookload Drillstring (Lbf) Tangent 60 0 dan Panjang Tangent 100 m Slack-Off Drillstring (Lbf) Hookload Liner (lbf) Slack-Off Liner (Lbf) Kriteria Rotary Table (Lbf- Ft) Unit snubbing Rig Grade drillpipe Bucklin g HRS 225 E Aman HRS 225 E Aman HRS 225 E Aman HRS 225 E Aman HRS 225 E Aman HRS 225 E Aman HRS 225 E Aman HRS 225 E Aman HRS 225 E Aman E Aman E Aman E Aman E Aman E Aman E Aman E Aman E Aman E Aman Tabel 10. Data Torsional dan Tensile Drillpipe baru 15

18 Gambar 4. Complex Tangent Build Curve Gambar 1. Prinsip Pergerakkan piston dalam silinder pada jack unit Gambar 5. Ideal Build Curve Gambar 2. Single Build Curve Gambar 3. Simple Tangent Build Curve Gambar 6. Trajektori Sumur X-01 Pada Berbagai Build Curve Design 16

19 Gambar 7. Hubungan BUR dengan TMD dan Departure Pada Single Build Curve Design Gambar 10. Hubungan BUR dengan TMD Pada Complex Tangent Build Curve Design dengan Panjang Tangent 100 m. Gambar 8. Hubungan BUR dengan TMD Pada Simple Tangent Build Curve Design dengan Panjang Tangent 100 m. Gambar 11. Hubungan BUR dengan Departure Pada Complex Tangent Build Curve Design dengan Panjang Tangent 100 m. Gambar 9. Hubungan BUR dengan Departure Pada Simple Tangent Build Curve Design dengan Panjang Tangent 100 m. Gambar 12. Hubungan BUR dengan Drag Pada Single Build Curve Design 17

20 Gambar 13. Hubungan BUR dengan Torsi Pada Single Build Curve Design Gambar 16. Hubungan BUR dengan Torsi Pada Simple Tangent Build Curve Design dengan Panjang Tangent 100 m. Gambar 14. Hubungan BUR dengan Tensile Drag Pada Simple Tangent Build Curve Design dengan Panjang Tangent 100 m. Gambar 17. Hubungan BUR dengan Tensile Drag Pada Complex Tangent Build Curve Design dengan Panjang Tangent 100 m. Gambar 15. Hubungan BUR dengan Compressive Drag Pada Simple Tangent Build Curve Design dengan Panjang Tangent 100 m. Gambar 18. Hubungan BUR dengan Compressive Drag Pada Complex Tangent Build Curve Design dengan Panjang Tangent 100 m. 18

21 Gambar 19. Hubungan BUR Pertama dengan Torsi Drillstring Pada Complex Tangent Build Curve Design dengan Panjang Tangent 100 m. Gambar 22. Hubungan BUR dengan Slack-Off Pada Single Build Curve Design Gambar 20. Hubungan BUR Kedua dengan Torsi Drillstring Pada Complex Tangent Build Curve Design dengan Panjang Tangent 100 m. Gambar 23. Hubungan BUR dengan Hookload Drillstring Pada Simple Tangent Build Curve Design dengan Panjang Tangent 100 m. Gambar 21. Hubungan BUR dengan Hookload Pada Single Build Curve Design Gambar 24. Hubungan BUR dengan Hookload Liner Pada Simple Tangent Build Curve Design dengan Panjang Tangent 100 m. 19

Teknik Pemboran. Instruktur : Ir. Aris Buntoro, MSc.

Teknik Pemboran. Instruktur : Ir. Aris Buntoro, MSc. Teknik Pemboran Instruktur : Ir. Aris Buntoro, MSc. TEKNIK PEMBORAN Mengenal operasi pemboran dalam dunia minyak dan gas bumi Mengenal 5 komponen peralatan pemboran dunia minyak dan gas bumi, yaitu : Power

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: EVALUASI METODE CASING DRILLING PADA TRAYEK CASING 13-3/8 DI SUMUR SP-23

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: EVALUASI METODE CASING DRILLING PADA TRAYEK CASING 13-3/8 DI SUMUR SP-23 EVALUASI METODE CASING DRILLING PADA TRAYEK CASING 13-3/8 DI SUMUR SP-23 Syandi Putra, Widradjat Aboekasan Program Studi Teknik Perminyakan, Universitas Trisakti Abstrak Dalam upaya meningkatkan perolehan

Lebih terperinci

Evaluasi Penggunaan Rig 550 HP Untuk Program Hidrolika Pada Sumur X Lapangan Y

Evaluasi Penggunaan Rig 550 HP Untuk Program Hidrolika Pada Sumur X Lapangan Y Evaluasi Penggunaan Rig 550 HP Untuk Program Hidrolika Pada Sumur X Lapangan Y Ryan Raharja, Faisal E.Yazid, Abdul Hamid Program Studi Teknik Perminyakan, Universitas Trisakti Abstrak Pada operasi pemboran

Lebih terperinci

Trajektori Sumur ERD- Horizontal ERD-Horizontal Well trajectori

Trajektori Sumur ERD- Horizontal ERD-Horizontal Well trajectori Trajektori Sumur ERD- Horizontal ERD-Horizontal Well trajectori Oleh: Hasan Jamil Sari ERD adalah sebuah trajektori pengeboran dimana Horizontal displacement minimum dua kali lebih besar dibandingkan dengan

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: EVALUASI BEBAN TORSI DAN DRAG PADA SUMUR BERARAH MILA DI LAPANGAN LEPAS PANTAI LAUT JAWA BAGIAN BARAT DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE DSWE Albreta Emilia, Mumin, Simorangkit Program Studi Teknik Perminyakan

Lebih terperinci

Oleh : Fadli Satrio Fadjri* Prof. Dr. Ing. Ir. Rudi Rubiandini R.S.

Oleh : Fadli Satrio Fadjri* Prof. Dr. Ing. Ir. Rudi Rubiandini R.S. STUDI KELAYAKAN PEMBORAN BERARAH UNTUK PEMINDAHAN WELLHEAD DI LAPANGAN MILIK PT ADARO FEASIBILITY STUDY OF DIRECTIONAL DRILLING OPERATION FOR WELLHEAD RELOCATION ON PT ADARO S OILFIED Oleh : Fadli Satrio

Lebih terperinci

DESAIN CASING PADA SUMUR BERARAH DENGAN MEMPERHITUNGKAN FRIKSI. Oleh Marcel* Prof. Dr.-Ing. Ir.Rudi Rubiandini R. S.**

DESAIN CASING PADA SUMUR BERARAH DENGAN MEMPERHITUNGKAN FRIKSI. Oleh Marcel* Prof. Dr.-Ing. Ir.Rudi Rubiandini R. S.** DESAIN CASING PADA SUMUR BERARAH DENGAN MEMPERHITUNGKAN FRIKSI Oleh Marcel* Prof. Dr.-Ing. Ir.Rudi Rubiandini R. S.** Sari Desain casing pada pemboran berarah berbeda dari pemboran sumur vertikal, meskipun

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR DAN TEKANAN TERHADAP DESAIN PARAMETER HIDROLIKA PADA MANAGED PRESSURE DRILLING JENIS CONSTANT BOTTOM HOLE PRESSURE TUGAS AKHIR

PENGARUH TEMPERATUR DAN TEKANAN TERHADAP DESAIN PARAMETER HIDROLIKA PADA MANAGED PRESSURE DRILLING JENIS CONSTANT BOTTOM HOLE PRESSURE TUGAS AKHIR PENGARUH TEMPERATUR DAN TEKANAN TERHADAP DESAIN PARAMETER HIDROLIKA PADA MANAGED PRESSURE DRILLING JENIS CONSTANT BOTTOM HOLE PRESSURE TUGAS AKHIR PENGARUH TEMPERATUR DAN TEKANAN TERHADAP DESAIN PARAMETER

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: PERENCANAAN LINTASAN PEMBORAN BERARAH SUMUR F PADA LAPANGAN PANAS BUMI DARAJAT

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: PERENCANAAN LINTASAN PEMBORAN BERARAH SUMUR F PADA LAPANGAN PANAS BUMI DARAJAT PERENCANAAN LINTASAN PEMBORAN BERARAH SUMUR F PADA LAPANGAN PANAS BUMI DARAJAT Ferianto Frans Wibowo Jurusan Teknik Perminyakan Fakultas Teknologi Kebumian Dan Energi Universitas Trisakti E-mail :feri.ffw@gmail.com

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: Evaluasi Perencanaan Desain Casing Pada Sumur SELONG-1 Di Lapangan Selong

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: Evaluasi Perencanaan Desain Casing Pada Sumur SELONG-1 Di Lapangan Selong Evaluasi Perencanaan Desain Casing Pada Sumur SELONG-1 Di Lapangan Selong Hendri Kurniantoro, Mu min Prijono Tamsil Program Studi Teknik Perminyakan, Universitas Trisakti Abstrak Perencanaan casing merupakan

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: EVALUASI LINTASAN PEMBORAN BERARAH PADA SUMUR Z LAPANGAN XYY PETROCHINA INTERNATIONAL

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: EVALUASI LINTASAN PEMBORAN BERARAH PADA SUMUR Z LAPANGAN XYY PETROCHINA INTERNATIONAL EVALUASI LINTASAN PEMBORAN BERARAH PADA SUMUR Z LAPANGAN XYY PETROCHINA INTERNATIONAL Varian Erwansa, Faisal E Yazid, Abdul Hamid Program Studi Teknik Perminyakan Universitas Trisakti Email: varian_lab@yahoo.com

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL...i. HALAMAN PENGESAHAN...iii. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH...iv. KATA PENGANTAR...v. HALAMAN PERSEMBAHAN...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL...i. HALAMAN PENGESAHAN...iii. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH...iv. KATA PENGANTAR...v. HALAMAN PERSEMBAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PENGESAHAN...iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH...iv KATA PENGANTAR...v HALAMAN PERSEMBAHAN...vii RINGKASAN...viii DAFTAR ISI...ix DAFTAR GAMBAR...xiii DAFTAR TABEL...xv

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN UMUM LAPANGAN

BAB II. TINJAUAN UMUM LAPANGAN HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... iii KATA PENGANTAR... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v RINGKASAN... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR TABEL... xii

Lebih terperinci

Kata Kunci : Pemboran berarah, directional drilling, evaluasi pemboran

Kata Kunci : Pemboran berarah, directional drilling, evaluasi pemboran Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN: 2541-0849 e-issn: 2548-1398 Vol. 2, No 8 Agustus 2017 EVALUASI PEMBORAN BERARAH SUMUR X PT MEDCO E&P INDONESIA Mugita Ayu Andriareza dan Hanibal Nuril Hakim

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: EVALUASI PERENCANAAN CASING PEMBORAN SECARA TEKNIS DAN EKONOMIS PADA SUMUR NP 03-X DI LAPANGAN NP PERTAMINA UTC Abstrak Novi Pahlamalidie Jurusan Teknik Perminyakan, Universitas Trisakti Email: novipahlamalidie@yahoo.com

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: PERENCANAAN LINTASAN DAN ANALISIS PEMBEBANAN PADA LUBANG 8-1/2, SUMUR FA-12, LAPANGAN A

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: PERENCANAAN LINTASAN DAN ANALISIS PEMBEBANAN PADA LUBANG 8-1/2, SUMUR FA-12, LAPANGAN A PERENCANAAN LINTASAN DAN ANALISIS PEMBEBANAN PADA LUBANG 8-1/2, SUMUR FA-12, LAPANGAN A Maruti Tiffany Adila, Widrajdat Aboekasan Jurusan Teknik Perminyakan Universitas Trisakti Abstrak Dalam pemboran

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: PENGARUH KICK OFF POINT TERHADAP PERENCANAAN LINTASAN PEMBORAN BERARAH PADA SUMUR W, X, Y, Z

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: PENGARUH KICK OFF POINT TERHADAP PERENCANAAN LINTASAN PEMBORAN BERARAH PADA SUMUR W, X, Y, Z PENGARUH KICK OFF POINT TERHADAP PERENCANAAN LINTASAN PEMBORAN BERARAH PADA SUMUR W, X, Y, Z Fernandi Kesuma Jurusan Teknik Perminyakan Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi Universitas Trisakti Email

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada industri minyak dan gas di sektor hulu terdapat beberapa tahap yang dilakukan dalam proses eksplorasi hingga produksi sumber minyak dan gas. Berawal dari pencarian

Lebih terperinci

Penerapan Casing Directional Drilling Pada Sumur-X untuk Mengurangi Biaya Operasional dan Masalah Pemboran

Penerapan Casing Directional Drilling Pada Sumur-X untuk Mengurangi Biaya Operasional dan Masalah Pemboran Penerapan Casing Directional Drilling Pada Sumur-X untuk Mengurangi Biaya Operasional dan Masalah Pemboran Oleh : Tengku Fauzi Ikhsan* Prof. Dr. Ing. Ir. Rudi Rubiandini R.S** Sari Sumur-X yang menjadi

Lebih terperinci

HALAMAN JUDUL... i. KATA PENGANTAR... iv. RINGKASAN... vi. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR TABEL... xii BAB I PENDAHULUAN...

HALAMAN JUDUL... i. KATA PENGANTAR... iv. RINGKASAN... vi. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR TABEL... xii BAB I PENDAHULUAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN SURAT KEASLIAN KARYA ILMIAH... iii KATA PENGANTAR... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v RINGKASAN... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... xi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL...i. HALAMAN PENGESAHAN...ii. KATA PENGANTAR...iii. HALAMAN PERSEMBAHAN...iv. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL...i. HALAMAN PENGESAHAN...ii. KATA PENGANTAR...iii. HALAMAN PERSEMBAHAN...iv. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PENGESAHAN...ii KATA PENGANTAR...iii HALAMAN PERSEMBAHAN...iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH...v RINGKASAN...vi DAFTAR ISI...vii DAFTAR GAMBAR...xi DAFTAR TABEL...xiii

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: EVALUASI DAN OPTIMASI PERENCANAAN CASING PADA OPERASI PEMBORAN SUMUR X-9, PRABUMULIH PT. PERTAMINA EP Feldy Noviandy Jurusan Teknik Perminyakan, Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi, Universitas Trisakti

Lebih terperinci

MATA KULIAH PENGANTAR TEKNIK PERMINYAKAN 1 MATERI : PENGENALAN PERALATAN DI OPERASI PEMBORAN. 07 Desember 2012

MATA KULIAH PENGANTAR TEKNIK PERMINYAKAN 1 MATERI : PENGENALAN PERALATAN DI OPERASI PEMBORAN. 07 Desember 2012 MATA KULIAH PENGANTAR TEKNIK PERMINYAKAN 1 MATERI : PENGENALAN PERALATAN DI OPERASI PEMBORAN 07 Desember 2012 12/9/2012 PTP 1 1 Tujuan utama dari operasi pemboran adalah membuat lubang secara cepat, murah

Lebih terperinci

digunakan. Selain itu, vibrasi dapat dikurangi dengan mengatur drilling parameter. Pendahuluan

digunakan. Selain itu, vibrasi dapat dikurangi dengan mengatur drilling parameter. Pendahuluan Pendahuluan Salah satu permasalahan pemboran yang terjadi pada sumur X-1 ini adalah pemboran pada zona total lost circulation. Zona ini terletak pada formasi Limestone B dan didominasi oleh limestone yang

Lebih terperinci

Cahaya Rosyidan*, Irfan Marshell,Abdul Hamid

Cahaya Rosyidan*, Irfan Marshell,Abdul Hamid EVALUASI HILANG SIRKULASI PADA SUMUR M LAPANGAN B AKIBAT BEDA BESAR TEKANAN HIDROSTATIS LUMPUR DENGAN TEKANAN DASAR LUBANG SUMUR Cahaya Rosyidan*, Irfan Marshell,Abdul Hamid Teknik Perminyakan-FTKE, Universitas

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: EVALUASI LINTASAN PEMBORAN BERARAHDENGAN METODE MINIMUM OF CURVATURE PADASUMUR X LAPANGAN Y PETROCHINA INTERNATIONAL Abdul Hamid,Aan Setiawan Program Studi Teknik Perminyakan Universitas Trisakti E-mail:

Lebih terperinci

TEORI DASAR PEMBORAN BERARAH. yaitu; Pemboran Vertikal, Pemboran Berarah, dan Pemboran Horizontal.

TEORI DASAR PEMBORAN BERARAH. yaitu; Pemboran Vertikal, Pemboran Berarah, dan Pemboran Horizontal. TEORI DASAR PEMBORAN BERARAH Kegiatan pemboran merupakan hal pertama yang dilakukan sebelum minyak bumi atau gas dapat diproduksikan. Pemboran dilakukan dengan tujuan untuk membuat saluran antara reservoir

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: PERBANDINGAN LINTASAN PEMBORAN BERARAH DENGAN BERBAGAI METODE PERHITUNGAN PADA SUMUR G-12 LAPANGAN G

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: PERBANDINGAN LINTASAN PEMBORAN BERARAH DENGAN BERBAGAI METODE PERHITUNGAN PADA SUMUR G-12 LAPANGAN G PERBANDINGAN LINTASAN PEMBORAN BERARAH DENGAN BERBAGAI METODE PERHITUNGAN PADA SUMUR G-12 LAPANGAN G Grace BS, Widrajat AK, Harin Widiyatni Jurusan Teknik Perminyakan Fakultas Teknologi Kebumian Dan Energi

Lebih terperinci

KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN TEKNIK PENGEBORAN MINYAK DAN GAS

KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN TEKNIK PENGEBORAN MINYAK DAN GAS KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN TEKNIK PENGEBORAN MINYAK DAN GAS No Standar Guru (SKG) Inti Guru Guru Mata Indikator Pencapaian (IPK) 1 Pedagogik Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik,

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN...1 BAB II. TINJAUAN UMUM LAPANGAN...9

BAB I. PENDAHULUAN...1 BAB II. TINJAUAN UMUM LAPANGAN...9 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR...v RINGKASAN... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR...x DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

FAKTOR KOREKSI TERHADAP PERHITUNGAN d EKSPONEN AKIBAT ADANYA PERUBAHAN TIPE BIT DAN UKURAN BIT

FAKTOR KOREKSI TERHADAP PERHITUNGAN d EKSPONEN AKIBAT ADANYA PERUBAHAN TIPE BIT DAN UKURAN BIT PROCEEDING SIMPOSIUM NASIONAL IATMI 2001 Yogyakarta, 3-5 Oktober 2001 FAKTOR KOREKSI TERHADAP PERHITUNGAN d EKSPONEN AKIBAT ADANYA PERUBAHAN TIPE BIT DAN UKURAN BIT Rudi Rubiandini R.S., Tumpal Ebenhaezar

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Data Tujuan dari optimasi ESP dengan cara mengubah Pump Size adalah untuk mengoptimalkan laju alir produksi sesuai dengan kemampuan sumur. Penentuan laju

Lebih terperinci

ISSN JEEE Vol. 4 No. 2 Khalid, Musnal, Sari. Evaluasi Masalah Bottom Hole Assembly Lepas Pada Pemboran Berarah Di Sumur X Lapangan Y

ISSN JEEE Vol. 4 No. 2 Khalid, Musnal, Sari. Evaluasi Masalah Bottom Hole Assembly Lepas Pada Pemboran Berarah Di Sumur X Lapangan Y ISSN 2540-9352 JEEE Vol. 4 No. 2 Khalid, Musnal, Sari Evaluasi Masalah Bottom Hole Assembly Lepas Pada Pemboran Berarah Di Sumur X Lapangan Y Idham Khalid 1, Ali Musnal 1, Bella Puspita Sari 1 1 Program

Lebih terperinci

PERANCANGAN POMPA TORAK 3 SILINDER UNTUK INJEKSI LUMPUR KEDALAMAN FT DENGAN DEBIT 500 GPM

PERANCANGAN POMPA TORAK 3 SILINDER UNTUK INJEKSI LUMPUR KEDALAMAN FT DENGAN DEBIT 500 GPM PERANCANGAN POMPA TORAK 3 SILINDER UNTUK INJEKSI LUMPUR KEDALAMAN 10000 FT DENGAN DEBIT 500 GPM Setiadi 2110106002 Tugas Akhir Pembimbing Prof. Dr. Ir. I Made Arya Djoni, M.Sc Latar Belakang Duplex double

Lebih terperinci

Rizal Fakhri, , Sem1 2007/2008 1

Rizal Fakhri, , Sem1 2007/2008 1 SUATU ANALISA KINERJA GAS LIFT PADA SUMUR MIRING DENGAN MENGGUNAKAN SIMULATOR Gas lift Performance Analysis In Inclined Well Using Simulator Oleh: Rizal Fakhri* Sari Adanya kemiringan pada suatu sumur

Lebih terperinci

ANALISA PENENTUAN OPEN END PADA PELAKSANAAN SQUEEZE CEMENTING DI ZONA POROUS SUMUR A LAPANGAN B

ANALISA PENENTUAN OPEN END PADA PELAKSANAAN SQUEEZE CEMENTING DI ZONA POROUS SUMUR A LAPANGAN B ANALISA PENENTUAN OPEN END PADA PELAKSANAAN SQUEEZE CEMENTING DI ZONA POROUS SUMUR A LAPANGAN B Rexnord Samuel Simanungkalit Jurusan Teknik Perminyakan Fakultas Teknik Kebumian dan Energi Universitas Trisakti

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: EVALUASI PENYEMENAN LINER 7 INCH PADA LAPANGAN ASMARA SUMUR CINTA - 5

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: EVALUASI PENYEMENAN LINER 7 INCH PADA LAPANGAN ASMARA SUMUR CINTA - 5 EVALUASI PENYEMENAN LINER 7 INCH PADA LAPANGAN ASMARA SUMUR CINTA - 5 Riska Azkia Muharram Jurusan Teknik Perminyakan Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi Universitas Trisakti Email :riskaazkiamuharram@yahoo.com

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: Evaluasi Penyebab Pipa Terjepit Pada Sumur M di Lapangan X di Pertamina EP

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: Evaluasi Penyebab Pipa Terjepit Pada Sumur M di Lapangan X di Pertamina EP Evaluasi Penyebab Pipa Terjepit Pada Sumur M di Lapangan X di Pertamina EP Astia Akrimah, Bayu Satyawira, Ali Sundja Program Studi Teknik Perminyakan, Universitas Trisakti Abstrak Pada operasi pemboran

Lebih terperinci

MAKALAH TEKNIK PENGEBORAN DAN PENGGALIAN JENIS-JENIS PEMBORAN

MAKALAH TEKNIK PENGEBORAN DAN PENGGALIAN JENIS-JENIS PEMBORAN MAKALAH TEKNIK PENGEBORAN DAN PENGGALIAN JENIS-JENIS PEMBORAN Oleh: EDI SETIAWAN NIM. 1102405 Dosen Mata Kuliah: Mulya Gusman, S.T, M.T PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Oleh Fortries Aurelia Samahi

Oleh Fortries Aurelia Samahi Oleh Fortries Aurelia Samahi 6506 040 016 BAB I PENDAHULUAN Adanya potensi bahaya terjadinya kecelakaan blowout pada drilling proses dan efeknya dapat berujung bencana Kemungkinan terjadinya kegagalan

Lebih terperinci

Studi Optimasi Kinerja Sucker Rod Pump Pada Sumur A-1, A-2,Z-1, Dan Z-2 Menggunakan Perangkat Lunak Prosper

Studi Optimasi Kinerja Sucker Rod Pump Pada Sumur A-1, A-2,Z-1, Dan Z-2 Menggunakan Perangkat Lunak Prosper Studi Optimasi Kinerja Sucker Rod Pump Pada Sumur A-1, A-2,Z-1, Dan Z-2 Menggunakan Perangkat Lunak Prosper Syahrinal Faiz, Djoko Sulistyanto, Samsol ST Program Studi Teknik Perminyakan, Universitas Trisakti

Lebih terperinci

1. Reservoir berada di bawah perkotaan, lalu lintas yang ramai, tempat-tempat bersejarah ataupun lahan perkebunan (pertanian).

1. Reservoir berada di bawah perkotaan, lalu lintas yang ramai, tempat-tempat bersejarah ataupun lahan perkebunan (pertanian). Pemboran berarah (directional drilling) adalah metode pemboran yang mengarahkan lubang bor menurut suatu lintasan tertentu ke sebuah titik target yang terletak tidak vertikal di bawah mulut sumur. Untuk

Lebih terperinci

ANALISA PRESSURE DROP DALAM INSTALASI PIPA PT.PERTAMINA DRILLING SERVICES INDONESIA DENGAN PENDEKATAN BINGHAM PLASTIC

ANALISA PRESSURE DROP DALAM INSTALASI PIPA PT.PERTAMINA DRILLING SERVICES INDONESIA DENGAN PENDEKATAN BINGHAM PLASTIC Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi ANALISA PRESSURE DROP DALAM INSTALASI PIPA PT.PERTAMINA DRILLING SERVICES INDONESIA DENGAN PENDEKATAN BINGHAM PLASTIC *Eflita Yohana,

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: EVALUASI PIPA BOR TERJEPT PADA SUMUR KIRANA LAPANGAN BUMI

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: EVALUASI PIPA BOR TERJEPT PADA SUMUR KIRANA LAPANGAN BUMI EVALUASI PIPA BOR TERJEPT PADA SUMUR KIRANA LAPANGAN BUMI 2014-1 Yopy Agung Prabowo, Widrajdat Aboekasan Jurusan Teknik Perminyakan, Universitas Trisakti Abstrak Operasi pemboran yang dilakukan tidak selalu

Lebih terperinci

DAFTAR ISI (Lanjutan)

DAFTAR ISI (Lanjutan) DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... I HALAMAN PENGESAHAN... IV HALAMAN PERSEMBAHAN.... V KATA PENGANTAR... VI RINGKASAN...VIII DAFTAR ISI... IX DAFTAR GAMBAR...XIII DAFTAR TABEL... XV DAFTAR LAMPIRAN... XVI BAB

Lebih terperinci

BAB VII SISTEM PENYEMENAN (CEMENTING SYSTEM)

BAB VII SISTEM PENYEMENAN (CEMENTING SYSTEM) BAB VII SISTEM PENYEMENAN (CEMENTING SYSTEM) 7.1. DASAR TEORI Penyemenan suatu sumur merupakan salah satu factor yang tidak kalah pentingnya dalam suatu operasi pemboran. Berhasil atau tidaknya suatu pemboran,

Lebih terperinci

Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2017

Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2017 BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang Operasi pemboran merupakan proses kelanjutan dari eksplorasi untuk menginformasikan ada tidaknya kandungan minyak atau gas bumi di dalam suatu lapisan di bawah permukaan.

Lebih terperinci

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) ( X Print) B-197

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) ( X Print) B-197 JURNL SINS DN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) B-197 Perancangan Pompa Torak 3 Silinder untuk Injeksi Lumpur Kedalaman 10000 FT dengan Debit 500 GPM (Studi Kasus Sumur Pemboran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tekanan balik dari sumur yang biasa disebut kick. Kick merupakan tekanan balik

BAB I PENDAHULUAN. tekanan balik dari sumur yang biasa disebut kick. Kick merupakan tekanan balik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia perminyakan, saat explorasi dan exploitasi minyak dan gas bumi dikenal lima sistem utama saat operasi di lapangan berlangsung. Lima sistem utama tersebut

Lebih terperinci

STUDI PENEMPATAN SUMUR HORIZONTAL UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI DAN RECOVERY

STUDI PENEMPATAN SUMUR HORIZONTAL UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI DAN RECOVERY JTM Vol. XVI No. 3/2009 STUDI PENEMPATAN SUMUR HORIZONTAL UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI DAN RECOVERY Abdurachman 1, Taufan Marhaendrajana 1 Sari Pada lapangan X, adanya bottom water drive membuat dibutuhkannya

Lebih terperinci

MODIFIKASI PENGESETAN LINER DAN PEMBERSIHAN LATERAL SECTION DALAM PENYELESAIAN SUMUR HORIZONTAL PRP-CC5

MODIFIKASI PENGESETAN LINER DAN PEMBERSIHAN LATERAL SECTION DALAM PENYELESAIAN SUMUR HORIZONTAL PRP-CC5 PROCEEDING SIMPOSIUM NASIONAL IATMI 2001 Yogyakarta, 3-5 Oktober 2001 MODIFIKASI PENGESETAN DAN PEMBERSIHAN LATERAL SECTION DALAM PENYELESAIAN SUMUR HORIZONTAL PRP-CC5 PERTAMINA DOH Rantau Kata Kunci :

Lebih terperinci

UPAYA ATASI JEPITAN DI ZONA LOSS DENGAN METODE PEMOMPAAN RATE TINGGI DI SUMUR-SUMUR PANASBUMI KAMOJANG

UPAYA ATASI JEPITAN DI ZONA LOSS DENGAN METODE PEMOMPAAN RATE TINGGI DI SUMUR-SUMUR PANASBUMI KAMOJANG ASOSIASI PANASBUM I INDONESIA PROCEEDING OF THE 5 th INAGA ANNUAL SCIENTIFIC CONFERENCE & EXHIBITIONS Yogyakarta, March 7 10, 2001 UPAYA ATASI JEPITAN DI ZONA LOSS DENGAN METODE PEMOMPAAN RATE TINGGI DI

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, S A L I N A N PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENGELOLAAN AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN HULU MINYAK DAN GAS SERTA PANAS BUMI DENGAN

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: ANALISIS SIFAT PATAHAN (SEALING-LEAKING) BERDASARKAN DATA TEKANAN, DECLINE CURVE, DAN CONNECTIVITY INJECTION PADA LAPANGAN DIMA Alfredo, Djoko Sulistyanto Program Studi Teknik Perminyakan Universitas Trisakti

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB III ANALISA DAN PERHITUNGAN BAB III ANALISA DAN PERHITUNGAN 3.1. Gaya-gaya Pada Kawat Baja Karbon 0,125 inch Pada dasarnya gaya-gaya yang mempengaruhi umur pemakaian dari kawat baja karbon 0,125 inch dikategorikan menjadi dua jenis,

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR II.1. Model Reservoir Rekah Alam

BAB II TEORI DASAR II.1. Model Reservoir Rekah Alam BAB II TEORI DASAR Pada saat ini jenis reservoir rekah alam mulai sering ditemukan, hal ini dikarenakan semakin menipisnya reservoir batu klastik yang mengandung hidrokarbon. Fakta menunjukkan bahwa sekitar

Lebih terperinci

STUDI LABORATORIUM PENGARUH PENAMBAHAN LIGNOSULFONATE PADA COMPRESSIVE STRENGTH DAN THICKENING TIME PADA SEMEN PEMBORAN KELAS G

STUDI LABORATORIUM PENGARUH PENAMBAHAN LIGNOSULFONATE PADA COMPRESSIVE STRENGTH DAN THICKENING TIME PADA SEMEN PEMBORAN KELAS G STUDI LABORATORIUM PENGARUH PENAMBAHAN LIGNOSULFONATE PADA COMPRESSIVE STRENGTH DAN THICKENING TIME PADA SEMEN PEMBORAN KELAS G Bagus Ichwan Martha, Lilik Zabidi, Listiana Satiawati Abstrak Semen pemboran

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: ANALISIS PENGGUNAAN LUMPUR PEMBORAN PADA FORMASI GUMAI SHALE SUMUR K-13, S-14 DAN Y-6 TRAYEK 12 ¼ CNOOC SES Ltd. Abstrak Fadillah Widiatna, Bayu Satyawira, Ali Sundja Program Studi Teknik Perminyakan,

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Oleh: LUSY MARYANTI PASARIBU NIM :

TUGAS AKHIR. Oleh: LUSY MARYANTI PASARIBU NIM : PENGEMBANGAN KORELASI KUMULATIF PRODUKSI MINYAK SUMURAN BERDASARKAN DATA PRODUKSI DAN SIFAT FISIK BATUAN LAPANGAN DALAM KONDISI WATER CONING DENGAN BANTUAN SIMULASI RESERVOIR TUGAS AKHIR Oleh: LUSY MARYANTI

Lebih terperinci

Kelas TentangActivity Kelas BantuanActivity BAB V PENUTUP Kesimpulan Saran...

Kelas TentangActivity Kelas BantuanActivity BAB V PENUTUP Kesimpulan Saran... ABSTRAK Well Kick adalah peristiwa masuknya fluida formasi (air, minyak, atau gas) menuju lubang bor. Apabila kick ini tidak bisa dikontrol atau tidak bisa ditanggulangi, akan mengakibatkan fluida formasi

Lebih terperinci

STUDI PENINGKATAN PEROLEHAN MINYAK DI ZONA A LAPANGAN X DENGAN METODE INJEKSI AIR

STUDI PENINGKATAN PEROLEHAN MINYAK DI ZONA A LAPANGAN X DENGAN METODE INJEKSI AIR STUDI PENINGKATAN PEROLEHAN MINYAK DI ZONA A LAPANGAN X DENGAN METODE INJEKSI AIR TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh : RADEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia saat ini. Terutama kebutuhan energi yang berasal dari sumber daya alam yang

BAB I PENDAHULUAN. dunia saat ini. Terutama kebutuhan energi yang berasal dari sumber daya alam yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Energi merupakan salah satu kebutuhan utama dalam kehidupan masyarakat dunia saat ini. Terutama kebutuhan energi yang berasal dari sumber daya alam yang tidak

Lebih terperinci

WELL HEAD SEBAGAI SALAH SATU FASILITAS PRODUKSI PERMUKAAN ABSTRAK

WELL HEAD SEBAGAI SALAH SATU FASILITAS PRODUKSI PERMUKAAN ABSTRAK WELL HEAD SEBAGAI SALAH SATU FASILITAS PRODUKSI PERMUKAAN Victor Pandapotan Nainggolan, 1201172, email: victornainggolan94@gmail.com S1 Teknik Perminyakan Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Balikapan

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: EVALUASI PERBANDINGAN METODE REGULER GAS LIFT DAN COILED TUBING GAS LIFT UNTUK APLIKASI DI LAPANGAN MSF Galih Aristya, Widartono Utoyo Program Studi Teknik Perminyakan Universitas Trisakti Abstrak Pada

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. memperbesar jari-jari pengurasan sumur sehingga seakan-akan lubang

BAB VI KESIMPULAN. memperbesar jari-jari pengurasan sumur sehingga seakan-akan lubang BAB VI KESIMPULAN 1. Operasi Radial Jet Drilling merupakan salah satu usaha yang dilakukan untuk meningkatkan rate produksi suatu sumur yang mempunyai prinsip membuat lubang yang berfungsi untuk mengurangi

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: ANALISIS PERHITUNGAN PENGANGKATAN CUTTING PADA SUMUR K LAPANGAN N PT.

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: ANALISIS PERHITUNGAN PENGANGKATAN CUTTING PADA SUMUR K LAPANGAN N PT. ANALISIS PERHITUNGAN PENGANGKATAN CUTTING PADA SUMUR K LAPANGAN N PT. PERTAMINA UTC Kevin Editha Jodi, Mulia Ginting, Widya Petroleum Dept. Trisakti University Abstrak Pada operasi pemboran sumur K lapangan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISA MEKANISME SWING DEVICE PADA EXCAVATOR KEIHATSU 921 C

TUGAS AKHIR ANALISA MEKANISME SWING DEVICE PADA EXCAVATOR KEIHATSU 921 C TUGAS AKHIR ANALISA MEKANISME SWING DEVICE PADA EXCAVATOR KEIHATSU 921 C Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: PERENCANAAN PROGRAM HIDROLIKA PADA SUMUR EKSPLORASI F DI LAPANGAN M

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: PERENCANAAN PROGRAM HIDROLIKA PADA SUMUR EKSPLORASI F DI LAPANGAN M PERENCANAAN PROGRAM HIDROLIKA PADA SUMUR EKSPLORASI F DI LAPANGAN M Firman Nashir Ahmad, Abdul Hamid, Samsol Program Studi Teknik Perminyakan Universitas Trisakti Abstrak Salah satu tantangan dalam pemboran

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Analisa Kekuatan Sambungan Pipa Yang Menggunakan Expansion Joint Pada Sambungan Tegak Lurus

TUGAS AKHIR. Analisa Kekuatan Sambungan Pipa Yang Menggunakan Expansion Joint Pada Sambungan Tegak Lurus TUGAS AKHIR Analisa Kekuatan Sambungan Pipa Yang Menggunakan Expansion Joint Pada Sambungan Tegak Lurus Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh

Lebih terperinci

JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: Vol. 4 No. 2 Februari 2012

JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: Vol. 4 No. 2 Februari 2012 ANALISA PERBANDINGAN PENGUKURAN TEKANAN ANNULUS TEORI DAN LANGSUNG PADA PROSES PENGEBORAN MINYAK BUMI Khairul Muhajir 1, Sugijarto Prawiro Sentono 2, Esa Taufik 3 1,2,3 Jurusan Teknik Mesin, Institut Sains

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN HIDRAULIK

BAB IV PERHITUNGAN HIDRAULIK BAB IV PERHITUNGAN HIDRAULIK.1. Perhitungan Silinder-silinder Hidraulik.1.1. Kecepatan Rata-rata Menurut Audel Pumps dan Compressor Hand Book by Frank D. Graha dan Tara Poreula, kecepatan piston dipilih

Lebih terperinci

OPTIMASI PRODUKSI SUMUR-SUMUR CONTINUOUS GAS LIFT PADA LAPANGAN Y SKRIPSI. Oleh : AULIA RAHMAN PRABOWO / TM

OPTIMASI PRODUKSI SUMUR-SUMUR CONTINUOUS GAS LIFT PADA LAPANGAN Y SKRIPSI. Oleh : AULIA RAHMAN PRABOWO / TM OPTIMASI PRODUKSI SUMUR-SUMUR CONTINUOUS GAS LIFT PADA LAPANGAN Y SKRIPSI Oleh : AULIA RAHMAN PRABOWO 113.090.031 / TM PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

PENGARUH KENAIKAN CASING PRESSURE TERHADAP LAJU ALIR PRODUKSI DI LAPANGAN MINYAK DURI

PENGARUH KENAIKAN CASING PRESSURE TERHADAP LAJU ALIR PRODUKSI DI LAPANGAN MINYAK DURI 1 PENGARUH KENAIKAN CASING PRESSURE TERHADAP LAJU ALIR PRODUKSI DI LAPANGAN MINYAK DURI Nurkhalis, Sunarno, Fajril Akbar Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Riau Kampus Binawidya Panam Pekanbaru

Lebih terperinci

UKG TEKNIK PEMBORAN MINYAK DAN GAS 2015 PPPPTK BBL MEDAN STANDAR KOMPETENSI GURU

UKG TEKNIK PEMBORAN MINYAK DAN GAS 2015 PPPPTK BBL MEDAN STANDAR KOMPETENSI GURU No Kompetensi Utama KOMPETENSI INTI GURU 1 Profesional 20. Menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. KISI KISI PROFESIONAL dan PEDAGOGIK UKG

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. disimpulkan beberapa hal sebagai berikut, yaitu: dibandingkan lapisan lainnya, sebesar MSTB.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. disimpulkan beberapa hal sebagai berikut, yaitu: dibandingkan lapisan lainnya, sebesar MSTB. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan analisa dan perhitungan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut, yaitu: 1. Hasil analisa decline curve dari semua

Lebih terperinci

EVALUASI PENANGGULANGAN LOST CIRCULATION PADA SUMUR M-1 DAN M-2 LAPANGAN X PHE WMO

EVALUASI PENANGGULANGAN LOST CIRCULATION PADA SUMUR M-1 DAN M-2 LAPANGAN X PHE WMO EVALUASI PENANGGULANGAN LOST CIRCULATION PADA SUMUR M-1 DAN M-2 LAPANGAN X PHE WMO Marinna Ayudinni Nakasa Jurusan Teknik Perminyakan Fakultas Teknologi Kebumian Dan Energi E-mail: marinnaayud@gmail.com

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... HALAMAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... RINGKASAN...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... HALAMAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... RINGKASAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.... HALAMAN PENGESAHAN.... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH.... HALAMAN PERSEMBAHAN.... KATA PENGANTAR.... RINGKASAN.... DAFTAR ISI.... viii DAFTAR GAMBAR.... DAFTAR TABEL....

Lebih terperinci

Kinerja Operasi Aerated Drilling Pada Sumur N di Lapangan Panas Bumi K

Kinerja Operasi Aerated Drilling Pada Sumur N di Lapangan Panas Bumi K Kinerja Operasi Aerated Drilling Pada Sumur N di Lapangan Panas Bumi K Riviani Kusumawardani, Bambang Kustono, Kris Pudyastuti Program Studi Teknik Perminyakan, Universitas Trisakti Abstract Well N is

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN AERATED DRILLINGPADASUMURDINDRA LAPANGANPANAS BUMI BPA-08PT.PERTAMINA UPSTREAM TECHNOLOGYCENTER

EVALUASI PENGGUNAAN AERATED DRILLINGPADASUMURDINDRA LAPANGANPANAS BUMI BPA-08PT.PERTAMINA UPSTREAM TECHNOLOGYCENTER EVALUASI PENGGUNAAN AERATED DRILLINGPADASUMURDINDRA LAPANGANPANAS BUMI BPA-08PT.PERTAMINA UPSTREAM TECHNOLOGYCENTER Mohamad Egy Hilmy, Abdul Hamid Abstrak Pada pemboran sumur panas bumi,tujuan utama yang

Lebih terperinci

TEKNIK PENYUSUNAN SOAL PILIHAN GANDA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS MATA UJI KEDIKLATAN DAN MATA UJI KOMPETENSI

TEKNIK PENYUSUNAN SOAL PILIHAN GANDA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS MATA UJI KEDIKLATAN DAN MATA UJI KOMPETENSI TEKNIK PENYUSUNAN SOAL PILIHAN GANDA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS MATA UJI KEDIKLATAN DAN MATA UJI KOMPETENSI Oleh : Joko Susilo Abstrak Pengukuran hasil kediklatan maupun kompetensi peserta bisa dilakukan

Lebih terperinci

TEROBOSAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI RIG CBM LEMIGAS - BALITBANG ESDM. Panca Wahyudi S. dan Usman

TEROBOSAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI RIG CBM LEMIGAS - BALITBANG ESDM. Panca Wahyudi S. dan Usman TEROBOSAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI RIG CBM LEMIGAS - BALITBANG ESDM Panca Wahyudi S. dan Usman Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi LEMIGAS pancaw@lemigas.esdm.go.id S A R I Coalbed

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN DAN PEMBUATAN PROTOTYPE RIG LEMIGAS

RANCANG BANGUN DAN PEMBUATAN PROTOTYPE RIG LEMIGAS KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL RANCANG BANGUN DAN PEMBUATAN PROTOTYPE RIG LEMIGAS Jakarta, 6 April 2017 PUSAT PENELTIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI LEMIGAS BADAN PENELITIAN

Lebih terperinci

Penentuan Absolute Open Flow Pada Akhir Periode Laju Alir Plateau Sumur Gas Estimation Absolute Open Flow Of The End Of Plateau Rate Of Gas Well

Penentuan Absolute Open Flow Pada Akhir Periode Laju Alir Plateau Sumur Gas Estimation Absolute Open Flow Of The End Of Plateau Rate Of Gas Well Penentuan Absolute Open Flow Pada Akhir Periode Laju Alir Plateau Sumur Gas Estimation Absolute Open Flow Of The End Of Plateau Rate Of Gas Well NOVRIANTI Jurusan Teknik Perminyakan Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

APLIKASI VSD DALAM MENGATASI MASALAH WATER CUT DAN GAS YANG BERLEBIH PADA SUMUR ESP

APLIKASI VSD DALAM MENGATASI MASALAH WATER CUT DAN GAS YANG BERLEBIH PADA SUMUR ESP APLIKASI VSD DALAM MENGATASI MASALAH WATER CUT DAN GAS YANG BERLEBIH PADA SUMUR ESP Abstrak Electric Submersible Pump sebagai salah satu dari alat pengangkat buatan mempunyai beberapa keuntungan seperti

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: Perencanaan Ulang Sumur Gas Lift pada Sumur X

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: Perencanaan Ulang Sumur Gas Lift pada Sumur X Perencanaan Ulang Sumur Gas Lift pada Sumur X Amanu Pinandito, Sisworini, Sisworini, Djunaedi Agus Wibowo Abstrak Sumur X yang sudah beroperasi sejak 2004 merupakan sumur yang menggunakan gas lift sejak

Lebih terperinci

OPTIMASI PEMAKAIAN BIT PADA PEMBORAN INTERVALCASING 5 1 / 2 DI LAPANGAN BABAT-KUKUI

OPTIMASI PEMAKAIAN BIT PADA PEMBORAN INTERVALCASING 5 1 / 2 DI LAPANGAN BABAT-KUKUI OPTIMASI PEMAKAIAN BIT PADA PEMBORAN INTERVALCASING 5 1 / 2 DI LAPANGAN BABAT-KUKUI M. Arief Fauzan Abstrak Tujuan dari optimasi pemakaian matabor yang akan digunakan pada operasi pemboran yaitu untuk

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISA TEGANGAN JALUR PIPA UAP PADA PROYEK PILOT PLANT

TUGAS AKHIR ANALISA TEGANGAN JALUR PIPA UAP PADA PROYEK PILOT PLANT TUGAS AKHIR ANALISA TEGANGAN JALUR PIPA UAP PADA PROYEK PILOT PLANT Diajukan Guna Memenuhi Syarat Kelulusan Mata Kuliah Tugas Akhir Pada Program Sarjana Starta Satu (S1) Disusun Oleh : Nama : Abdul Latif

Lebih terperinci

Materi kuliah dapat didownload di www.fiktm.itb.ac.id/kk-geologi_terapan

Materi kuliah dapat didownload di www.fiktm.itb.ac.id/kk-geologi_terapan Materi kuliah dapat didownload di www.fiktm.itb.ac.id/kk-geologi_terapan HIDROGEOLOGI UMUM (GL-3081 3081) MINGGU KE-8 TEKNOLOGI PEMBORAN DAN KONSTRUKSI SUMUR BOR Oleh: Prof.Dr.Ir.. Deny Juanda Puradimaja,

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT PERAGA SISTEM HIDROLIK MINIATUR LENGAN ESKAVATOR (Boom Cylinder)

PERANCANGAN ALAT PERAGA SISTEM HIDROLIK MINIATUR LENGAN ESKAVATOR (Boom Cylinder) PERANCANGAN ALAT PERAGA SISTEM HIDROLIK MINIATUR LENGAN ESKAVATOR (Boom Cylinder) PROYEK AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md) Program Studi DIII Teknik Mesin

Lebih terperinci

APLIKASI SLOTTED LINER COMPLETION SEBAGAI SAND CONTROL PADA SUMUR- SUMUR HORIZONTAL DI LAPANGAN ATTAKA UNOCAL INDONESIA

APLIKASI SLOTTED LINER COMPLETION SEBAGAI SAND CONTROL PADA SUMUR- SUMUR HORIZONTAL DI LAPANGAN ATTAKA UNOCAL INDONESIA PROCEEDING SIMPOSIUM NASIONAL IATMI 21 YOGYAKARTA, 3-5 OKTOBER 21 APLIKASI SLOTTED LINER COMPLETION SEBAGAI SAND CONTROL PADA SUMUR- SUMUR HORIZONTAL DI LAPANGAN ATTAKA UNOCAL INDONESIA ABSTRAK Syahrani,

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTEK

LAPORAN KERJA PRAKTEK LAPORAN KERJA PRAKTEK CARA KERJA BLOW OUT PREVENTER DARI LUAR DI RIG PDSI #38.2/D1000 E-FIELD MAJALENGKA PT. PERTAMINA DRILLING SERVICE INDONESIA ( PDSI ) Laporan di susun untuk memenuhi syarat praktek

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN T u g a s A k h i r BAB III METODOLOGI PENELITIAN 2.1. Diagram Alir Penelitian Mulai Observasi Study pustaka Pemilihan bahan dan alat Prosedur pambongkaran alat 1.Pengenalan Excavator Halla HE 280. 2.Pengenalan

Lebih terperinci

EVALUASI PENYEMENAN CASING LINER 7 PADA SUMUR X-1 DAN Y-1 BLOK LMG

EVALUASI PENYEMENAN CASING LINER 7 PADA SUMUR X-1 DAN Y-1 BLOK LMG EVALUASI PENYEMENAN CASING LINER 7 PADA SUMUR X-1 DAN Y-1 BLOK LMG Abstrak Faisal E. Yazid, Abdul Hamid, Amanda Nurul Affifah Program Studi Teknik Perminyakan, Universitas Trisakti Penyemenan primer merupakan

Lebih terperinci

INTRODUCTION TO OPERATION GEOLOGY IN OIL & GAS INDUSTRY

INTRODUCTION TO OPERATION GEOLOGY IN OIL & GAS INDUSTRY INTRODUCTION TO OPERATION GEOLOGY IN OIL & GAS INDUSTRY Faculty of Geology, Padjadjaran University February, 28 th 2015 By: HITLER SIJABAT Jr. Appraisal Geoscientist PT. PERTAMINA EP BANGKITKAN ENERGI

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERANCANGAN, PEMBUATAN DAN PENGUJIAN ALAT PEMBUKA BALL BEARING DENGAN HYDRAULIC JACK 4 TON

TUGAS AKHIR PERANCANGAN, PEMBUATAN DAN PENGUJIAN ALAT PEMBUKA BALL BEARING DENGAN HYDRAULIC JACK 4 TON TUGAS AKHIR PERANCANGAN, PEMBUATAN DAN PENGUJIAN ALAT PEMBUKA BALL BEARING DENGAN HYDRAULIC JACK 4 TON Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Meraih Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Universitas Indonesia Optimasi desain casing..., Muhammad Anugrah, FT UI, 2008

Universitas Indonesia Optimasi desain casing..., Muhammad Anugrah, FT UI, 2008 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ConocoPhillips Indonesia Inc. Ltd (COPI), selalu menggunakan casing dari grade yang tinggi untuk sumur-sumur yang dibor. Terdapat setidaknya tiga alasan utama

Lebih terperinci

aintis Volume 12 Nomor 1, April 2011, 22-28

aintis Volume 12 Nomor 1, April 2011, 22-28 Jurnal aintis Volume 1 Nomor 1, April 011, -8 ISSN: 1410-7783 Perhitungan Laju Alir Minyak Setiap Lapisan pada Sumur Commingle Distribution Of Calculated Rate Oil Flow To Commingle Well Ali Musnal Jurusan

Lebih terperinci

SERTIFIKASI MIGAS BIDANGPERAWATAN SUMUR

SERTIFIKASI MIGAS BIDANGPERAWATAN SUMUR SERTIFIKASI MIGAS BIDANGPERAWATAN SUMUR I. LATAR BELAKANG Dasar Hukum STTK Bidang Perawatan Sumur adalah Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Manusia No.20 Tahun 2008, Tentang : Pemberlakuan Standar

Lebih terperinci

Kata Kunci Lumpur pemboran, pompa sirkulasi, pompa torak.

Kata Kunci Lumpur pemboran, pompa sirkulasi, pompa torak. 1 Perancangan Pompa Torak 3 Silinder Untuk Injeksi Lumpur Kedalaman 10000 FT dengan Debit 500 GPM (Studi Kasus Sumur Pemboran Pertamina Hulu Energi - West Madura Offshore) Setiadi, I Made Arya Djoni, dan

Lebih terperinci

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM Franciscus Manuel Sitompul 1,Mulfi Hazwi 2 Email:manuel_fransiskus@yahoo.co.id 1,2, Departemen

Lebih terperinci