BAB I PENDAHULUAN. sudah mulai terdengar, berganti dengan istilah baru, yaitu kesetaraan gender.

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Emansipasi wanita saat ini meluas sampai keberbagai bidang, baik di ranah politik, sosial, ekonomi, budaya, maupun agama. Belakangan, istilah emansipasi ini sudah mulai terdengar, berganti dengan istilah baru, yaitu kesetaraan gender. Feminisme atau paham kesetaraan gender semakin deras pengaruhnya, setelah digelarnya Konferensi PBB IV tentang perempuan di Beijing tahun Di Indonesia, hasil konferensi tersebut dilaksanakan oleh para feminis, baik melalui lembaga pemerintah, seperti tim Pengarusutamaan Gender Depag, Departemen Pemberdayaan Perempuan, maupun melalui LSM-LSM yang kian menjamur. Di ranah pendidikan tinggi, telah didirikan institusi-institusi Pusat Studi Wanita (PSW/PSG). Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan, dalam melaporkan, jumlah PSW hingga tahun 2005 telah mencapai 132 di seluruh universitas di Indonesia. Sentuhan feminisme di Indonesia muncul ketika Raden Ajeng Kartini ( ) kagum dengan gerakan pembebasan wanita di Barat. Peristiwa akulturasi budaya ini tidak ada artinya seandainya kumpulan surat-surat Kartini yang ditujukan kepada teman-temannya, kebanyakan orang-orang Belanda, Di Indonesia memiliki seorang pejuang feminisme yang sangat terkenal sampai saat ini, RA Kartini. Kartini 1

2 2 dilahirkan dari keluarga ningrat yang memiliki kedudukan di mata masyarakat pada saat itu. Keinginan Kartini untuk memajukan wanita yang pada saat itu dinilai tidak berhak mengenyam bangku pendidikan bermula ketika ia aktif berkomunikasi melalui surat dengan salah satu sahabat penanya seorang feminis sosialis dari Belanda, Stella Zeehandaler. Dalam surat-suratnya tersebut, Kartini merasa terbuka mata hatinya dan tergugah untuk memberikan kesempatan yang sama bagi kaum wanita untuk mengenyam pendidikan. Maklum saja, pada saat itu, meski seorang dengan keturunan ningrat, Kartini pun tidak diperbolehkan untuk mengecap bangku pendidikan yang tinggi. Ia berpendapat bahwa pemikiran masyarakat Jawa yang sangat kental dengan kebudayaannya menjadi salah satu faktor penghambat majunya perempuan di Indonesia. Kartini pun terkenal dengan bukunya yang berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang, yang berisikan surat-suratnya kepada para sahabatnya tentang keinginan dan cita-citanya untuk memajukan kaum wanita di Indonesia. R.A Kartini dianggap sebagai pelopor feminisme di Indonesia, karena perjuangan kebebasan wanita bisa mendapatkan pendidikan yang layak untuk kaumnya. R.A Kartini dipingit saat beliau berusia 12 tahun. Dan itu membuatnya merasa iri dengan kaum laki-laki yang bisa dengan bebas mengenyam bangku pendidikan dengan bebas. Teman-teman Kartini yang berasal dari luar negeri meminta agar Kartini tidak dipingit saat itu. Namun usaha mereka gagal. Kartini tetap harus dipingit karena kentalnya kebudaan jawa pada saat itu. Padahal kota dimana Kartini tinggal termasuk kota yang termaju pada jamannya. Cita-cita Kartini saat itu

3 3 adalah ingin pergi ke negeri Belanda, namun Kartini tidak mendapatkan ijin oleh ayahnya. Kemudian Kartini ingin sekali pergi ke betawi untuk sekolah dokter. Setelah bertemu dengan Mr. Abendanon, kartini ingin juga berserkolah guru di Betawi, agar menjadi seorang guru untuk para gadis disekolah yang akan didirikannya nanti. Agar gadis-gadis Indonesia dapat mendapatkan pengetahuan yang tinggi. Pada masyarakat Jawa, sistem patriarki merupakan halangan bagi kaum perempuan untuk mendapat status dan peran yang setara dengan laki-laki. Kuat konsepsi tersebut dalam budaya Jawa, lalu timbul perlakuan-perlakuan yang dianggap membatasi gerak wanita seperti halnya konsep pingitan yaitu melarang wanita untuk bebas bergerak, (Fananie, 2000:117). Konsep pingitan yang terjadi dalam masyarakat Jawa tradisional saat ini telah mengalami perubahan dan bahkan tidak ada lagi. Pada masyarakat Jawa modern, kaum perempuan telah dibebaskan menentukan pilihannya dan dapat bergerak leluasa tanpa dibatasi dengan pingitan. Hasrat untuk melanjutkan sekolah ke HBS (Hogere Burgerschool) setelah kelas 6 di ELS Jepara akhirnya dikubur oleh Kartini, sebabnya tentu saja karena tradisi Jawa yang sangat kuat melekat pada keluarganya. Seorang gadis Jawa waktu itu tidak diperkenankan menikmati beragam kebebasan seperti anak laki-laki. Dalam suratnya kepada Nona Zeehandelaar, 23 Agustus 1990, Kartini mengutarakan bahwa adat istiadat yang ada saat itu memenjarakan cita-cita Kartini. Perempuan cerdas yang hidup dan tinggal di bumiputra tersebut tidaklah merasa bahagia jika adat istiadat saat itu tidak diubah dengan segera. Adat istiadat saat itu tidak memperbolehkan mendapatkan pendidikan tinggi dan bekerja diluar rumah bukan sebagai ibu rumah

4 4 tangga. Perempuan saat itu tidak boleh mempunyai keinginan atau kemauan karena perempuan harus mengikuti takdir yang sudah digariskan olehnya. Yaitu segera menikah dengan pilihan orang tua. Pada tanggal 13 September 1904, Kartini melahirkan anak laki-lakinya. Setelah itu Kartini tidak lagi menulis surat untuk sahabat-sahabatnya. Empat hari setelah melahirkan Kartini meninggal dunia dan meninggalkan jasa untuk perempuan Indonesia. Emansipasi wanita mulai berkembang setelah itu, feminisme mulai terdengar dan menunculkan bebagai aliran feminisme di Indonesia. Kartini ingin agar perempuan Indonesia dapat berfikir dengan cerdas dan dapat mendidik anak-anak mereka dengan cerdas pula. Jika seorang ibu tidak mendapat pendidikan yang bagus dan berfikir cerdas bagaimana seorang ibu dapat mendidik anak-anaknya menjadi pribadi yang baik dan pintar. Seorang wanita sebagai ibu harus mempunyai pengetahuan luas, mustahil ibu akan membentuk anak-anak dengan pribadi pintar tanpa memiliki pengetahuan yang luas. Perempuan pada dasarnya ingin agar suaranya didengar, tidak tercapainya cita-cita dan ketidak terbatasan untuk mengeksplor keinginan yang bersifat positif menjadi tujuan utama kaum perempuan menyuarakan feminisme. Itulah alasan feminisme muncul di dunia. Ketidak setaraan hak yang menonjol menggugah perempuan berontak atas ketidaksetaraan hak yang didapat pada kaum perempuan. Perkembangan perempuan Indonesia saat ini sangat maju dengan pesat. Perempuan tidak lagi dipandang sebelah mata. Karena perempuan sudah banyak melahirkan

5 5 banyak karya yang membanggakan bagi kaum perempuan bahkan untuk Negara sekalipun. Perempuan sekarang ini tidak lagi dianggap rendah, tidak ada lagi keterbatasan untuk mengenyam pendidikan setinggi mungkin, tidak lagi hanya bekerja di dalam rumah saja. Banyak wanita yang sudah bisa memimpin suatu perusahaan, mendirikan berbagai kegiatan sosial atau yang menduduki profesi tinggi sama dengan laki-laki. Sekarang ini, kebebasan untuk perempuan lebih terlihat dan dapat dinikmati. Baik prosesnya juga hasil yang didapat oleh kaum perempuan pada saat ini. Jika dilihat kebelakang, perempuan saat itu sangat terbatas pergerakannya. Namus sekarang ini perkembangan feminisme sudah sangat berkembang. Mulai dari sisi ekonomi, sosial, politik maupun budaya. Feminisme diawali oleh pemberontakan kaum wanita terhadap ketidakadilan dalam persamaan hak antara pria dan wanita. Pada masa sebelum kemerdekaan, para wanita di Indonesia tidak mendapatkan kebebasan sebagaimana layaknya para pria di masa itu. Gugatan feminisme sebenarnya berawal dari kerancuan pandangan dalam memaknai keadilan, rasional, dan HAM. Gerakan feminisme muncul karena adanya dorongan individu untuk bebas dari penindasan atas perempuan dan dapat diangkat derajatnya setara dengan laki-laki. Feminisme erat kaitannya dengan perjuangan perempuan dalan mencapai kesetaraan hak. Feminisme dirancang sedemikian rupa sehingga membuat perempuan dapat setara dengan laki-laki.

6 6 Inti tujuan feminisme adalah meningkatkan kedudukan dan derajat perempuan agar sama atau sejajar dengan laki-laki. Perjuangan serta usaha feminisme untuk mencapai tujuan ini mencangkup sebagai cara. Salah satu caranya adalah memperoleh hak dan peluang yang sama dengan yang dimiliki laki-laki. Berkaitan dengan itu, maka muncullah istilah equal right s movement atau gerakan persamaan hak. Cara lain adalah membebaskan perempuan dari ikatan lingkungan domestic atau lingkungan keluarga dan rumah tangga. Cara ini sering dinamakan woman s liberation movement. Disingkat women s lib. Atau women s liberation movement, yaitu gerakan pembebasan wanita. 1 Dalam kajian-kajian tentang masalah perempuan yang dilakukan oleh kalangan feminis, terdapat pembedaan vital yang menjadi fokus perhatian. Pertama, konsep seks, dan kedua, konsep gender. Pembedaan kedua konsep ini oleh para feminis dianggap penting karena dalam pandangan mereka, perbedaan gender (gender differences) dan ketidakadilan gender (gender inequalities) dianggap menjadi penyebab terjadinya subordinasi yang dialami kaum perempuan. Menurut kalangan feminis, ada keterkaitan erat antara persoalan gender dengan masalah ketidakadilan sosial pada umumnya 2. Sebagai perempuan berada di pelbagai posisi yang berbeda dalam konteks global maupun lokal dan ditampilkan secara berbeda dalam seni, sastra dan media 1 Soenarjati Djajanegara, Kritik Sastra Feminis, Gramedia Pustaka Utama, Hal,4. 2 Djohan Effendi, Memikirkan Kembali Asumsi Pemikiran Kita. Kata pengantar untuk Asgar ali Engineer, Islam dan Pembebasan, terj. Hairus Salim HS dan Imam Baehaqi (Yogyakarta: LKiS, 1993), vii.ss

7 7 yang lain. Perbedaan dalam hal kewarganegaraan, etnis, pendidikan, bahasa, keluarga, kelas, pekerjaan, kemampuan atau ketidakmampuan, seksualitas merupakan hal yang sangat penting 3. Dalam pemberian makna feminis dalam buku Habis Gelap Terbitlah Terang penulis menggunakan analisis semiotika Karena analisis semiotika merupakan cara atau metode untuk menganalisis dan memberikan makna-makna terhadap lambanglambang yang terdapat suatu paket lambang-lambang pesan atau teks. Jika diterapkan pada tanda-tanda bahasa, maka huruf, kata, kalimat, tidak memiliki arti pada dirinya sendiri. Tanda-tanda itu hanya mengemban arti (significant) dalam kaitannya dengan pembacanya. Pembaca itulah yang menghubungkan tanda dengan apa yang ditandakan (signifie) sesuai dengan konvensi dalam sistem bahasa yang bersangkutan. Dalam penelitian sastra, misalnya, kerap diperhatikan hubungan sintaksis antara tanda-tanda (strukturalisme) dan hubungan antara tanda dan apa yang ditandakan. 4 Memaknai feminisme dalam sebuah buku, maka penulis akan memfokuskan penelitian pada analisis semiotika. Tokoh semiotika yang akan dipakai adalah pendapat Julia Kristeva. Sebagaimana halnya Derrida, Kristeva menjadikan semiotika structural Saussure sebagai objek subversi dan pembongkaran. Kristeva melihat semiotika Saussurean sebagai satu wacana yang hanya menawarkan makna tunggal, disebabkan di dalam menjelajahi ruang epistemologisnya, menolak hadirnya subjek 3 Stevi Jackson dan Jackie Jones, Pengantar Teori-Teori Feminisme Konterporer, jalan sutera. 4 Alex Sobur. 2009, Semiotika Komunikasi, Remaja Rosdakara.

8 8 sebagai agen perubahan dan subversi bahasa (Philiang, 1999:269). Dalam pandangan Sarup, konsepsi kristeva mengenai fungsi-fungsi semiotic dan simbolik beroperasi dalam dimensi psikologis, tekstual, dan kehidupan sosial berdasarkan distingsi Sigmund Freud yang menyeruak di antara penggerak-penggerak pra_oedipaldan seksual-oedipal. Dengan begitu, semotika Krisvera bisa dikorelasi kandengan yang anarkhik, pergerakan-pergerakan komponen pra-oedipaldan zona polymorphous erotogenic, organ-organ tubuh dan lubang-lubang, yang bersumber dari prosesproses premier yang berorientasi material sebagaisumber pertama ritme dan gerak hidup manusia sejak kita semua berumahtinggal dalam Tubuh Ibu. Dengan kata lain, semiotika Kristeva, menurut Sarup, adalah material kulit telanjang (raw material) dari signifikasi yang bersifat badaniah dan hal libinal yang mesti memanfaatkan, sekaligus menyediakan, saluran kearah regulasi dan kohesi sosial. Sedangkan simbolik Kristeva, dalam pandangan Sarup, adalah sebuh sistem yang (ter)oedipalisasi(kan) dalam diregulasi oleh proses-proses sekunder dibawah Hukum Sang Ayah. Dalam hal ini simbolik merupakan keteraruran tingkat atas dari semiotika. Ia mengontrol beragam proses-proses semiosis yang, bagaimanapun, bersifat rapuh dan bias rusak atau pudar pada momen-momen penting historic, linguistic, dan psikologikbtertentu. Hasilnya adalah teks yang bias dipahami (understandable text) yang lahir dari pergolakan norma-norma halus. Yang semiotic jadinya meluapi batas-batas teks-teks tersebut dalam momen-momen istimewa yang

9 9 khas Kristeva, yakni tiga serangkaian kekuatan subversive: kegilaan, kekudusan, dan puisi Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat dikemukakan perumusan masalah: Bagaimana makna feminisme digambarkan dalam buku habis gelap terbitlah terang? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ditujuan untuk mengetahui dari sisi mana makna feminisme oleh R.A Kartini dalam buku Habis Gelap Terbitlah Terang yang disampaikan melalui surat-surat RA Kartini kepada sahabat-sahabatnya. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat Akademis Peneliti dapat menyumbangkan pemikiran yang berguna bagi study ilmu komunikasi, yaitu filsafat komunikasi (khususnya yang berhubungan dengan feminisme). Peneliti juga berharap hasil penelitian ini dapat memberi kontribusi bagi perkembangan ilmu komunikasi, mengenai kajian semiotika dalam menggunakan tanda dan simbol untuk mengungkapkan makna yang terkandung dalam sebuah karya tulis. 5 Alex Sobur, 2009, Semiotika Komunikasi, Remaja Rosdakara, hal: 79.

10 Manfaat Praktis Peneliti dapat memberikan gambaran tentang makna feminisme dalam buku R.A Kartini yang berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang. Dimana R.A Kartini memperjuangkan haknya sebagai perempuan untuk mengenyam pendidikan yang lebih tinggi.agar kaum perempuan dapat mengajarkan keturunannya dengan pintar.