EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PADA TANAMAN PADI SAWAH DI KECAMATAN STABAT KABUPATEN LANGKAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PADA TANAMAN PADI SAWAH DI KECAMATAN STABAT KABUPATEN LANGKAT"

Transkripsi

1 EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PADA TANAMAN PADI SAWAH DI KECAMATAN STABAT KABUPATEN LANGKAT Suparnia Alumnus S1 Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Jl. Willem Iskandar Psr V Medan Estate Medan, Indonesia suparniaunimed09@gmail.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) karakteristik lahan (regim temperatur, ketersediaan air, kondisi perakaran, daya menahan unsur hara, ketersediaan unsur hara, keracunan (salinitas), dan medan) yang ada di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat. (2) tingkat kesesuaian lahan persawahan di kecamatan Stabat terhadap tanaman padi sawah. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Stabat. Populasi seluruh lahan sawah di Kecamatan Stabat dan sekaligus sampel penelitian. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran, analisis Laboratorium dan dokumentasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik analisis deskriptif dan teknik matching. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Lahan pertanian untuk tanaman padi sawah di Kecamatan Stabat pada umumnya memiliki karakteristik lahan yaitu suhu rata-rata tahunan 28º C, jumlah bulan kering 2,5, dengan curah hujan rata-rata tahunan 1812,4 mm/tahun. Dalam kondisi perakaran, mempunyai kondisi drainase berkisar agak buruk sampai sangat buruk, bertekstur liat dan liat berdebu, kedalaman efektif cm dan tergolong sedang. Dari segi daya menahan unsur hara bahwa KTK tersedia di daerak penelitian 14,13-25,26 me/100g (rendah sampai tinggi), dan ph tanahnya berkisar 5,5 hingga 5,92 (asam). Untuk ketersediaan unsur hara mempunyai kandungan nitrogen 0,15-0,19% (rendah), kandungan posfor tersedia 1,14-10,31 ppm (rendah sampai tinggi), dan kandungan potasium 0,35-52 me/100gr. Kondisi salinitas 2,4-10,2 mmhos/cm (bebas hingga sedang). Pada kualitas lahan berupa medan memiliki karakteristik kemiringan lereng berkisar 2-8%, tidak ditemukan batuan permukaan dan singkapan batuan di daerah penelitian. (2) Tingkat kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah di Kecamatan Stabat berkisar antara kelas cukup sesuai (moderately suitable) hingga tidak sesuai saat ini (currently not suitable). Dengan kelas kesesuaian lahan paling dominan adalah kelas tidak sesuai saat ini (N1). Kata kunci: Evaluasi Kesesuaian Lahan, Karakteristik Lahan. PENDAHULUAN Sitorus (1985:1-2) mengemukakan bahwa evaluasi sumber daya lahan pada hakekatnya merupakan proses untuk menduga potensi sumber daya lahan untuk berbagai penggunaannya. Adapun kerangka dasar dari evaluasi sumberdaya lahan adalah membandingkan persyaratan yang diperlukan untuk suatu penggunaan lahan tertentu dengan sifat penggunaan lahan membutuhkan persyaratan yang berbedabeda. Oleh karena itu, dibutuhkan keterangan-keterangan tentang lahan tersebut yang menyangkut berbagai aspek sesuai dengan rencana peruntukkan yang sedang dipertimbangkan. Sedangkan menurut FAO (dalam Arsyad, 2006:264) menyatakan bahwa: Evaluasi lahan adalah proses penilaian keragaan atau kinerja (performance) lahan jika digunakan untuk tujuan tertentu, meliputi pelaksanaan dan interpretasi survei dan studi bentuk lahan, tanah, vegetasi, iklim dan aspek lahan lainnya, agar dapat mengidentifikasi, dan membuat perbandingan berbagai penggunaan lahan yang dikembangakan. 103

2 Selanjutnya Karlen dalam Arsyad (2006:262) menyatakan bahwa sifat-sifat lahan (Land Characteristics) adalah atribut atau keadaan unsur-unsur lahan yang dapat diukur atau diperkirakan, seperti tekstur tanah, struktur tanah, kedalaman tanah, jumlah curah hujan, distribusi hujan, temperatur, drainase tanah, jenis vegetasi dan sebagainya. Hasil evaluasi lahan memberikan alternatif penggunaan lahan dan batas-batas kemungkinan penggunaannya serta tindakan-tindakan pengelolaan yang diperlukan agar lahan dapat digunakan secara lestari (Arsyad,2006:206). Kerangka evaluasi lahan menurut FAO ini dapat dipakai untuk klasifikasi kesesuian kuantitatif maupun kualitatif tergantung dari data yang tersedia. Struktur dari sistem klasifikasi kesesuaian lahan ini terdiri dari empat kategori yang merupakan tingkatan generalisasi yang bersifat menurun yaitu ordo, kelas, sub-kelas dan satuan kesesuaian lahan. Kecamatan Stabat merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Langkat yang juga merupkan ibukota Kabupaten Langkat. Kecamatan Stabat pada tahun 2011 mempunyai luas Ha, luas lahan yang digunakan untuk lahan pertanian Ha dan luas lahan yang digunakan untuk non pertanian Ha. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar lahannya masih dipergunakan untuk pertanian yakni Ha (74,5%). Penggunaan lahan untuk pertanian dibedakan sawah dan bukan sawah. Luas lahan sawah 1.164,3 Ha (10,7% dari seluruh luas lahan pertanian di Kecamatan Stabat) sedangkan luas lahan pertanian yang bukan sawah 6.947,7 Ha (63,8% dari seluruh luas lahan pertanian di kecamatan Stabat) (BPS, 2012). Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS, produksi padi yang ada di Kecamatan Stabat dari tahun 2007 sampai tahun 2011 rata-rata 5,3 ton/ha. Angka produksi ini masih kurang maksimal bila dibandingkan dengan produksi yang seharusnya dicapai. Mengingat varietas padi yang digunakan di Kecamatan Stabat secara keseluruhan adalah bibit padi varietas unggul. Produksi padi yang baik menurut standar nasional yaitu dalam 1 Ha lahan dapat menghasilkan 5 ton/ha sekali musim tanam untuk jenis bibit lokal, sedangkan bibit unggul varietas baru dalam 1 Ha lahan menghasilkan 7,5 10 Ha (Departemen Pertanian, 2007). Produktivitas tanaman padi sangat dipengaruhi oleh lingkungan seperti iklim dan kondisi lahan, varietas yang ditanam dan populasi tanaman. Lahan sebagai tempat tumbuh tanaman perlu mendapat perhatian yang seksama (Subandi, Syam dan Widjono, 1988). Begitu juga dengan produktivitas padi di Kecamatan Stabat juga dipengaruhi oleh lingkungan tersebut. Varietas padi yang ditanam di Kecamatan Stabat merupakan varietas unggul sehingga diperkirakan faktor yang perlu mendapat perhatian adalah faktor iklim dan kondisi lahan. Untuk mengetahui kondisi iklim dan lahan yang ada di Kecamatan Stabat maka diperlukan informasi sumberdaya lahan. Menurut Sitorus, informasi tentang sumberdaya lahan merupakan data dasar untuk evaluasi lahan secara tidak langsung. Informasi ini sering merupakan ciri lahan yang dapat langsung diamati atau dinilai. Untuk kepentingan pertanian, sumberdaya lahan yang paling penting dapat dikelompokkan ke dalam lima kelompok yaitu tanah, iklim, topografi dan formasi geologi, vegetasi dan sosial ekonomi. Setelah mengetahui kondisi iklim dan lahan, maka dilakukan evaluasi kesesuaian lahan yaitu dengan mencocokkan kondisi fisik lahan dan syarat tumbuh tanaman dimana dalam penelitian ini tanaman padi sawah. Dengan dilakukan evaluasi kesesuaian lahan maka akan diperoleh tingkat kesesuaian lahan tanaman terhadap satuan lahan. Oleh karena itu, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana karakteristik lahan sawah di Kecamatan Stabat dan bagaimana tingkat kesesuaian lahan pada tanaman padi di Kecamatan Stabat. 104

3 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Stabat. Populasi seluruh lahan sawah di Kecamatan Stabat dan sampel penelitian diambil dengan cara stratified random sampling dengan saatuan lahan sebagai tingkatannya. Adapun yang menjadi variable dalam penelitian ini adalah karakteristik lahan dan klasifikasi kesesuaian lahan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Pengukuran yaitu pengumpulan data tentang karaktristik lahan berupa batuan permukaan, batuan yang muncul dipermukaan, kedalaman perakaran dan drainase tanah 2. Analisis Laboratorium yaitu untuk mengetahui kandungan berbagai unsure kimia dalam tanah yang meliputi, salinitas, N-total, P 2O 5 tersedia, K2O tersedia, KTK, tekstur tanah, 3. Dokumentasi untuk melengkapi data dalam menganalisis masalah yang sedang ditelliti. Data yang diperlukan antara lain peta tanah, peta jenis batuan (geologi), peta penggunaan lahan, peta kemiringan lereng, dan data curah hujan (selama 10 tahun). Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan teknik matching. Teknik analisis data ini dilakukan dengan membandingkan antara data karakteristik lahan yang telah diperoleh dengan persyaratan tumbuh tanaman padi sawah. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Kecamatan Stabat memiliki potensi yang baik terhadap sektor pertanian dikarenakan masih 74,5% dari keseluruhan lahan Kecamatan Stabat merupakan areal pertanian yang terdiri dari pertanian bukan sawah (63,8%) dan pertanian sawah (10,7%). dengan banyaknya sumberdaya lahan yang tersedia, maka tidak mengherankan jika sebagian besar penduduknya masih memiliki mata pencaharian sebagai petani yaitu 69,85%. Lahan pertanian sawah menjadi sumber penghasilan penduduk walaupun beberapa tahun terakhir telah banyak pengalihan fungsi lahan sawah menjadi perkebunan. Lahan pertanian yang ada di Kecamatan Stabat sangat dipengaruhi oleh faktor cuaca dan iklim terutama curah hujan. Pada musim penghujan, petani menanam padi pada lahan sawah. Sedangkan pada musim kemarau para petani menanam berbagai macam tanaman selain padi. Sebagian besar petani memilih tanaman sayuran, dan kacang-kacangan. Hal ini disebabkan oleh sumber air dari hampir keseluruhan lahan sawah di Kecamatan Stabat berasal dari air hujan. Kondisi sawah yang mayoritas berupa sawah tadah hujan mempengaruhi produksi yang dihasilkan setiap kali panen. Selain kondisi sawah tadah hujan, produktivitas tanaman padi juga dipengaruhi oleh lingkungan seperti iklim dan kondisi lahan. Hal inilah yang menjadi orientasi dalam penelitian ini yakni mengetahui kondisi iklim dan kondisi lahan. Untuk dapat mengevaluasi sumberdaya lahan diperlukan informasi karakteristik dan kualitas lahan. Informasi tersebut diperoleh dari beberapa sampel yang diambil berdasarkan satuan lahan. Sampel wilayah yang diambil terdapat pada Tabel 1. Tabel 1. Sampel Wilayah Penelitian Tanaman Padi Sawah Kecamatan Stabat No. Penggunaan Lahan Kemiringan Lereg Geomorfologi Satuan Lahan 1. Sawah I Aluvium Muda SIQh 2. Sawah I Formasi Minas SIQpme 3. Sawah II Aluvium Muda SIIQh 4. Sawah II Formasi Minas SIIQpme Sumber: Hasil Penelitian

4 Ketika pengambilan sampel dilakukan juga beberapa pengukuran dan pengamatan terhadap kedalaman perakaran beserta keadaan lahan seperti banyaknya batuan yang berada dipermukaan, sigkapan batuan, dan drainase tanah. Namun dalam keperluan evaluasi kesesuaian lahan, tidak semua karakteristik lahan dapat dilakukan di lapangan sehingga dilakukan analisa sampel tanah ke laboratorium tanah. Adapun data yang diperoleh dari pengamatan maupun pengukuran di lapangan serta analisis laboratorium secara lebih jelas dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Karakteristik dan Kualitas Lahan Untuk Setiap Satuan Lahan Kualitas/Karakteristik Lahan Temperatur Temperatur rerata ( o C) Bulan Kering (<75 mm) Curah Hujan (mm) Ketersediaan Air Drainase tanah Tekstur Kedalaman Perakaran (cm) Daya menahan unsur hara KTK (me/100 g tanah) ph Ketersediaan unsur hara N-total P 2O 5 tersedia K 2O tersedia Keracunan Salinitas (mmhos/cm) Medan Kemiringan lereng (%) Batuan di permukaan Batuan yang muncul dipermukaan (rock outcrops) Kode t w f n x s Satuan Lahan SIIQpme SIIQh SIQh SIQpme 28 2,5 1812,4 Buruk Liat Berdebu 57 18,13 5,67 0,15 1,14 0, ,5 1812,4 Buruk Liat 63 20,99 5,92 0,15 10,31 0, ,5 1812,4 Agak buruk Liat 55 14,13 5,89 0,17 8,35 0, ,5 1812,4 Sangat buruk Liat 53 25,26 5,50 0,19 2,93 0,35 10,2 8,3 2,7 2,4 0-2 Tidak Ada Tidak Ada 0-2 Sedikit Tidak Ada 2-8 Ada Tidak Ada 2-8 Tidak Ada Tidak Ada Sumber: Hasil Penelitian 2013 Setelah identifikasi kualitas dan karakteristik lahan, maka langkah selanjutnya dalam evaluasi kesesuaian lahan adalah penggunaan teknik matching. Dengan menggunakan teknik ini maka akan diketahui kelas klasifikasi kesesuaian tanaman padi untuk setiap satuan lahan. Teknik matching dilakukan dengan cara mencocokkan dan membandingkan antara karakteristik lahan yang telah diperoleh dengan persyaratan tumbuh tanaman. Yang artinya mencocokkan antara karakteristik lahan pertanian di Kecamatan Stabat dengan syarat tumbuh tanaman padi sawah sehingga akan diperoleh suatu klasifikasi/tingkat kesesuaian lahan aktual untuk tanaman padi sawah pada setiap satuan lahan. Adapun hasil analisis data dengan teknik matching tersebut tertera pada tabel

5 Tabel 3. Tingkat Kesesuaian Lahan Tanaman Padi Sawah Kecamatan Stabat Kualitas Lahan Satuan Lahan SIQh SIQpme SIIQh SIIQpme Temperatur (t) Temperatur rata-rata tahunan S1 S1 S1 S1 Bulan kering (<75 mm) S1 S1 S1 S1 Curah hujan tahunan rata-rata S1 S1 S1 S1 Ketersediaan air (w) Kelas drainase tanah S1 S1 S1 S1 Tekstur tanah S1 S2 S2 S2 Kedalaman perakaran S1 S1 S1 S1 Daya menahan unsur hara (f) KTK S1 S1 S2 S1 ph S1 S1 S1 S1 Ketersediaan unsur hara (n) N-total S1 S1 S1 S1 P 2O 5 tersedia N1 S1 S2 N1 K 2O tersedia S1 S1 S1 S1 Keracunan (x) Salinitas (mmhos/cm) N1 N1 S2 S2 Medan (s) Kemiringan lereng S1 S1 S1 S1 Batuan di permukaan S1 S1 S1 S1 Batuan yang muncul dipermukaan (rock S1 S1 S1 S1 outcrops) Kelas Kesesuaian Lahan N1nx-1 N1x-2 S2wfnx-3 N1n-4 Sumber: Hasil Penelitian 2013 Untuk memperoleh kelas kesesuaian lahan diperlukan data mengenai kualitas lahan dan karakteristik lahan. Karakteristik lahan merupakan suatu sifat lahan yang dapat diukur atau diestimasi, sedang kualitas lahan adalah suatu sifat kompleks dari lahan yang nyata perbedaannya dalam mempengaruhi tingkat kesesuaian lahan untuk suatu bentuk penggunaan lahan. Dalam evaluasi kesesuaian lahan dikenal pembatas yang dapat diperbaiki dan pembatas yang tidak dapat diperbaiki. Regim temperatur ini merupakan salah satu pembatas yang tidak dapat diperbaiki sehingga apabila regim temperatur tidak sesuai dengan suatu jenis tanaman, maka tidak dapat dilakukan perbaikan terhadap lahan. Karakteristik lahan yang menjadi parameter regim temperatur adalah temperatur rata-rata tahunan, bulan kering dan rata-rata curah hujan tahunan. Regim temperatur pada lahan sawah di Kecamatan Stabat memiliki nilai yang sama pada semua satuan lahan.dari ketiga karakteristik lahan ini semuanya memiliki tingkat kesesuaian yang sangat sesuai (S1) untuk tanaman padi sawah. Sehingga memungkinkan tanaman padi sawah dapat tumbuh optimal bila dilihat dari regim temperatur. Didalam pertumbuhannya, tanaman memerlukan air begitu juga dengan tanaman padi sawah. Namun kebutuhan air untuk setiap jenis tanaman berbeda-beda. Dalam evaluasi lahan, parameter yang digunakan untuk mengetahui bagaimana ketersediaan air adalah drainase tanah, tekstur dan kedalaman perakaran. Drainase tanah kemampuan tanah untuk meloloskan air. Drainase tanah ini dipengaruhi juga oleh tekstur tanah. Semakin kasar tekstur tanah maka drainase 107

6 tanahnya semakin baik dan semakin halus tekstur tanah maka semakin buruk drainasenya. Namun, tanaman padi membutuhkan lumpur yang artinya tanaman padi membutuhkan tanah yang mengandung debu atau liat yang lebih banyak dibandingkan dengan kandungan pasir. Keadaan tersebut membuat drainase lahan menjadi agak buruk atau bahkan sangat buruk. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian, Kecamatan Stabat memiliki lahan sawah dengan drainase dari agak buruk hingga buruk. Hal ini tentunya menandakan bahwa lahan sawah Kecamatan Stabat sesuai untuk tanaman padi ditinjau dari drainasenya. Dengan demikian maka memungkinkan untuk pertumbuhan padi yang optimal. Kedalamanan perakaran merupakan kondisi tanah dengan kedalaman tertentu yang masih dapat ditembus oleh akar tanaman sehingga mendukung pertumbuhan tanaman yang baik. Padi merupakan tanaman yang memiliki akar serabut sehingga kedalaman perakaran yang diperlukan untuk tanaman ini tumbuh tidak terlalu dalam yaitu 30 cm atau lebih di bawah permukaan tanah. Dengan kedalaman tersebut, tanaman padi sudah dapat tumbuh. Dari hasil penelitian bahwa kedalaman perakaran berkisar cm. Kedalaman perakaran ini tergolong pada perakaran sedang. Sehingga secara umum, tanaman padi sawah Kecamatan Stabat sudah memiliki ketersediaan air yang cukup baik. Daya menahan unsur hara merupakan kemampuan tanah untuk menjaga agar unsur hara yang ada di tanah tidak larut dalam proses infiltrasi yang terjadi di dalam tanah. Semakin tinnginya daya menahan unsur hara, maka kebutuhan tanaman terhadap hara tanah dapat terpenuhi. Daya menahan unsur hara terdiri dari KTK dan ph tanah. KTK merupakan sifat kima tanah yang berhubungan erat dengan kesuburan tanah. Tanah yang memiliki nilai KTK tinggi mampu menyerap dan menyediakan unsur hara lebih baik daripada tanah dengan KTK rendah. berdasarkan hasil laboratorium, satuan lahan SIIQh memiliki kemampuan menyerap dan menyediakan unsur hara yang paling baik diantara satuan lahan lainnya. Nilai ph didaerah penelitian yang berkisar 5,1-5,9 merupakan indikator tanah asam. Sesuai dengan persyaratan tumbuh tanaman padi, yang membutuhkan ph 4,0-7,0. Kandungan ph tanah berpengaruh pada pertumbuhan tanaman dan pemberian pupuk. Keadaan ph tanah ini masih dapat diperbaiki dengan perlakuan khusus terhadap tanah. Sehingga ph tanah tidak menjadi pembatas yang begitu berarti. Ketersediaan unsur hara pada tanaman sangat penting bagi pertumbuhan tanaman agar dapat tumbuh secara optimal. Unsur hara yang dibutuhkan tanaman dibagi menjadi dua yaitu unsur makro dan unsur mikro. Unsur makro adalah unsur yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak dan unsur mikro adalah unsur yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah sedikit. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, bahwa unsur yang dipertimbangkan adalah Nitrogen total, posfor tersedia, dan potasium tersedia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan Nitrogen total pada semua satuan lahan yang dijadikan sampel, memiliki kandungan nitrogen yang rendah. Nitrogen memiliki peranan dalam memperbaiki pertumbuhan tanaman, sehingga tanaman akan mengalami kesulitan/terhambat pertumbuhannya dengan kadar nitrogen yang rendah. Namun, kadar nitrogen di dalam tanah dapat dinaikkan dengan perlakuan khusus. Unsur P 2O 5-tersedia dalam tanah memiliki peranan didalam pembentukan bunga, buah dan biji. Kandungan P 2O 5- tersedia di daerah penelitian berkisar pada kandungan sangat rendah (S1Qh) hingga tinggi (S1Qpme). Dengan demikian, tanaman padi sawah disatuan lahan S1Qh lebih lama dalam pembentukan bunga, buah dan biji jika dibandingkan dengan tanaman padi sawah yang berada satuan lahan S1Qpme. Potasium (K) merupakan unsur yang berfungsi dalam pembentukan pati, 108

7 mengaktifkan enzim dan mempertinggi daya tahan terhadap kekeringan. Kandungan unsur potasium di daerah penelitian berkisar sedang sampai tinggi. Kandungan potasium sedang terdapat pada satuan lahan S1Qh, SIIQh, dan SIIQpme dan satuan lahan yang tinggi adalah SIQpme. Dapat disimpulkan bahwa satuan lahan SIQpme memiliki daya tahan terhadap kekeringan paling besar dibandingkan dengan satuan lahan yang lain. Dalam hal ini, toksisitas yang dimaksud adalah racun dalam tanah dengan parameternya adalah kadar garam (salinitas). Kandungan salinitas tanah pada daerah penelitian beragam yaitu bebas dan sedang. Satuan lahan yang memiliki kandungan garam dengan tingkatan bebas adalah satuan lahan SIIQh dan SIIQpme sedangkan satuan lahan yang memiliki kandungan garam dalam tingkatan sedang adalah satuan lahan SIQh dan SIQpme. Tingginya kandungan garam ini berpengaruh pada pertumbuhan tanaman padi namun tidak memberikan dampak yang begitu besar sehingga tidak begitu menjadi sorotan dalam pembahasan syarat tumbuh tanaman padi sawah. Kualitas lahan yang terakhir adalah keadaan medan yang terdiri dari beberapa karakteristik lahan yaitu kemiringan lereng, batuan di permukaan dan singkapan batuan. Ketiga karakteristik lahan ini berpengaruh terhadap kemudahan dalam penyiapan lahan sehingga keberadaan ketiga karakteristik lahan ini yang banyak dapat menghambat dalam pengolahan lahan. Secara umum, kecamatan Stabat memiliki lereng yang relatif datar (0-8%) dan keadaan ini mendukung dalam pertanian padi sawah yang membutuhkan lahan hampir rata untuk memudahkan dalam pengolahan lahannya. Batuan dipermukaan yang dimaksud adalah terdapatnya kerikil, kerakal dan batuan lepas. Kondisi batuan permukaan mempengaruhi dalam pengolahan/penyiapan lahan padi sawah. Berdasarkan pengamatan, batuan kerikil pada lahan sawah Kecamatan Stabat tergolong sedikit atau bahkan hampir tidak ada sehingga mempermudah dalam penyiapan lahan. Singkapan batuan merupakan persentase luas batuan tersingkap di permukaan tanah. singkapan batuan di lahan sawah Kecamatan Stabat juga hampir tidak ada. Menurut Arsyad, klasifikasi kesesuaian lahan adalah penilaian dan pengelompokan atau proses penilaian dan pengelompokan lahan dalam arti kesesuaian lahan relatif atau kesesuaian absolut lahan bagi suatu penggunaan tertentu. Kesesuaian lahan dipandang sebagai kenyataan adaptabilitas (kemungkinan penyesuaian) sebidang lahan bagi suatu macam penggunaan tertentu. Pada hasil penelitian telah dilakukan teknik matching dan menghasilkan kelas kesesuaian lahan untuk setiap satuan lahan seperti yang terlihat pada tabel 23. Dari tabel tersebut, dapat diketahui bahwa lahan sawah Kecamatan Stabat memiliki kelas kesesuaian lahan cukup sesuai (S2) sampai kelas tidak sesuai saat ini (N1) dengan berbagai faktor pembatas sehingga memerlukan upaya perbaikan lahan. Beberapa faktor pembatas masih memungkinkan untuk diperbaiki sehingga kelas kesesuaian lahannya dapat dinaikkan. Namun ada juga faktor pembatas yang tidak dapat lagi diperbaiki. Dalam penelitian ini, klasifikasi kesesuaian lahan dilakukan sampai pada tingkat satuan lahan. Untuk lebih jelasnya tingkat kesesuaian lahan pada setiap satuan lahan akan diuraikan sebagai berikut: 1) Satuan lahan SIQh Satuan lahan ini memiliki kemiringan lereng 0-2% dengan penggunaan lahan berupa sawah dan bahan geologi aluvium muda. Tingkat kesesuaian lahan pada satuan lahan ini adalah tidak sesuai saat ini (N1nx- 1) dengan faktor pembatas ketersediaan unsur hara dan keracunan salinitas. Faktor pembatas ini merupakan jenis faktor pembatas yang dapat diperbaiki dengan perlakuan khusus. Faktor pembatas pada ketersediaan unsur hara yaitu kurangnya kandungan P 2O 5. Kandungan P 2O 5 dapat ditingkatkan dengan melakukan pemupukan pada lahan tersebut. Sedangkan faktor pembatas pada kualitas lahan 109

8 keracunan adalah salinitas (kadar garam). Untuk mengatasi hal ini perbaikan lahan yang dilakukan memiliki tingkat yang sedang hingga tinggi yaitu dengan reklamasi lahan. 2) Satuan Lahan SIQpme Satuan lahan ini memiliki kemiringan lereng 0-2% dengan bahan geologi berupa formasi minas. Tingkat kesesuaian lahan pada satuan lahan ini adalah tidak sesuai saat ini (N1x-2). Hal ini menunjukkan bahwa perbaikan lahan masih dapat dilakukan untuk menaikkan tingkat kesesuaiannya. Kelas tersebut menunjukkan bahwa yang menjadi pembatas lahan adalah kualitas keracunan yang ditandai dengan kandungan garam (salinitas) sehingga perbaikan lahan yang harus dilakukan sama dengan satuan lahan sebelumnya yaitu dengan reklamasi lahan. 3) Satuan lahan SIIQh Satuan lahan ini memiliki kemiringan lereng 2-8% dengan penggunaan lahan berupa sawah dan bahan geologi aluvium muda. Tingkat kesesuaian lahan untuk satuan lahan ini adalah S2wfnx-3 yang berarti bahwa satuan lahan ini memiliki tingkat kesesuaian cukup sesuai dengan faktor pembatas berasal dari kualitas lahan ketersediaan air, daya menahan unur hara, ketersediaan unsur hara dan keracunan. Namun, pembatas ini bersifat agak berat. Pada kualitas lahan ketersediaan air, karakteristik lahan yang menjadi pembatas adalah kondisi tekstur tanah yaitu liat. Dimana tanaman padi sangat sesuai pada tanah yang bertektur lempung liat berpasir, lempung berdebu, debu, lempung dan liat berdebu. Pembatas pada kualitas lahan daya menahan unsur hara berasal dari karakteristik lahan adalah Kapasitas Tukar Kation (KTK). Perbaikan lahan yang dapat dilakukan pada lahan dengan KTK rendah adalah dengan pengapuran atau penambahan bahan organik. Dengan perlakuan tersebut, diharapkan kelas kesesuaian lahannya dapat dinaikkan. Ketersediaan unsur hara memiliki pembatas oleh kandungan P 2O 5. Seperti pada satuan lahan SIQh, maka yang dapat dilakukan untuk menaikkan kelas kesesuaian lahannya adalah dengan pemupukan. Begitu juga dengan pembatas keracunan, untuk perbaikan lahannya dapat dilakukan dengan reklamasi lahan. 4) Satuan Lahan SIIQpme Satuan lahan ini memiliki kemiringan lereng 0-2% dengan bahan geologi berupa formasi minas. Tingkat kesesuaian lahan pada satuan lahan ini adalah tidak sesuai saat ini (N1n-4) dengan faktor pembatas berupa ketersediaan unsur hara. Ketersediaan unsur hara yang perlu mendapat perbaikan adalah P 2O 5. Seperti pada satuan lahan lainnya yang memiliki kandungan P 2O 5 tidak mencukupi maka perlakuan lahan yang dapat dilakukan adalah dengan pemupukan. Dari penjelasan persatuan lahan maka dapat disimpulkan bahwa kesesuaian lahan sawah Kecamatan Stabat sebagaian besar tidak sesuai saat ini (N1) dengan faktor pembatas dominan berupa salinitas dan ketersediaan unsur hara P 2O 5. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan eksistensi jembatan tabayang terhadap keadaan sosial ekonomi di kecamatan sei kepayang barat kabupaten adalah,dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Eksistensi jembatan tabayang terhadap keadaan sosial masyarakat Sei Kepayang Barat sedikit banyak mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat kecamamaran sei kepayang. Pandangan masyarakat setelah beroperasinya jembatan tabayang sangat baik dibidang pendidikan. Masyarakat menyatakan pendidikan anak di Kecamatan Sei Kepayang Barat mengalami peningkatan,hal ini dikarenakan lebih mudahnya akses pendidikan,maka tingkat pendidikan anak di Kecamatan Sei Kepayang Barat tergolong sedang yaitu SMA 31,60%,diikuti anak berpindidikan SD 31.22%,SMP 28,16%, PT 4,40%. Jika dilihat dari segi pekerjaan, mayoritas penduduk Kecamatan Sei Kepayang Barat bekerja 110

9 sebagai nelayan (29.11%) dan dilihat dari segi transformasi pekerjaan, penduduk yang mengalami transformasi pekerjaan adalah mereka yang bekerja sebagai penarik sampan penyeberangan lebih banyak beralih perkerjaan menjadi penarik ojek dan penarik becak mesin (31,81%). 2. Eksistensi jembatan terhadap keadaan ekonomi masyarakat Kecamatan Sei Kepayang Barat dilihat dari segi pendapatan,penduduk di Kecamatan Sei Kepayang Barat masih tergolong miskin sebanyak (44,30%). Dan tidak dapat perubahan pendapatan yang jelas setelah beroperasinya jembatan tabayang, (46,83%) menyatakan tidak ada perubahan terhadap pendapatannya. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diajukan beberapa saran yakni diharapkan Sumberdaya-sumberdaya dieksploitasikan secara maksimal, potensipotensi sosial ekonomi yang tumbuh di masyarakat perlu dikembangkan, scenario tata ruang Kecamatan Sei Kepayang Barat perlu dipertimbangkan agar dapat bersinergi sesuai kemampuan guna meningkatkan kesejahteraan di masyarakat. Masyarkat juga diharapkan dapat memanfaatkan lapangan atau peluangpeluang pekerjaan untuk berdagang disekitar jembatan tabayang dengan sebaikbaiknya. Dan dengan adanya jembatan tabayang maka sebaiknya bagi pemerintah melihat sarana dan prasarana seperti perbaikan jalan yang rusak. DAFTAR PUSTAKA Alfanurdid Masyarakat Desa, Masyarakat Kota dan Interaksi Sosial di Daerah Pedesaan. ( /06/masyarakat-desamasyarakat-kotadan.html.)(online) diakses pada tangga 26 februari Azwaruddin.2008.Pengertian Jembatan.(Online), ( 08/02/Pengertian-Jembatan) Bouman.P.J Ilmu masyarakat umum. Jakarta: PT Pembangunan Boon,khoo & zaenal,ros Fokus super hot spm ekonomi asas (online),( oks?id=mpi0swhz594cbpp=rai- PA42&DG) Fauziyani Dampak Aktivitas Universitas Malikulsaleh Terhadap Sosial Ekonomi Budaya Masyarakat Di Desa Reulet Barat Kecamatan Muara Batu Kabupaten Aceh Utara. Skripsi. (Tidak Diterbitkan) Medan: Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan. Ihsan, H. F Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta : PT Asdi Mahasatya. Imama, N Eksistensi Pembangunan Jembatan Suramadu Pada Kondisi Sosial Dan Kondisi Ekonomi Masyarakat Di Desa Sukolilo Barat Kecamatan Labang Kabupaten Bangkalan. skripsi. ( 027-nur-imama.ps.)(online) diakses pada tanggal 13 Maret 2013 Lemhannas Pembangunan Nasional. Jakarta :PT Balai Pustaka Manulang,felix.2010.Kondisi Masyarakat Nelayan Di Desa Pantai Gading Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat. Skripsi (Tidak Diterbitkan).Medan : Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan. Suparmoko, M Irawan Ekonomi pembangunan edisi ketiga.yogyakarta.fakultas Ekonomi Unversitas Gadjah Mada. Pangastuti, Arini Woro.Eksistensi Industri Gua Merah Di Kecamatan Bojong Kabupaten Purwakarta. Skripsi. Bandung: Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia ( /ba_ii(7).pdf).(online).diakses pada tanggal 20 februari 2013 Sajagyo Masalah Kecukupan Pangan Dan Jalaur Pemerataan. Jakarta:Bina Cipta 111

10 Soekanto,Soerjono.2012.Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada Soesanto.1982.Pengantar Sosiologi Dan Perubahan Sosial. Bandung: Bina Cipta Sugiharto.Pembangunan Dan Pengembangan Wilayah.2008.Medan:Usu Pers Sumardi, M dan Evers,.1990.Kemiskinan Dan Kebutuhan Pokok. Jakarta:Cv Rajawali Susanti, nanik Perempuan dan eksistensi diri.(online) ( puan-dan-eksistensi-diri.html.) Todaro, Michael P Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga. Jakart: Erlangga. 112

EKSISTENSI JEMBATAN TABAYANG TERHADAP KEADAAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI KECAMATAN SEI KEPAYANG BARAT KABUPATEN ASAHAN

EKSISTENSI JEMBATAN TABAYANG TERHADAP KEADAAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI KECAMATAN SEI KEPAYANG BARAT KABUPATEN ASAHAN EKSISTENSI JEMBATAN TABAYANG TERHADAP KEADAAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI KECAMATAN SEI KEPAYANG BARAT KABUPATEN ASAHAN Ajura Sandra Devi 1 Alumnus S1 Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial

Lebih terperinci

BAB I. kemampuannya. Indonesia sebagai Negara agraris memiliki potensi pertanian

BAB I. kemampuannya. Indonesia sebagai Negara agraris memiliki potensi pertanian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan merupakan sumberdaya yang sangat penting untuk memenuhi segala kebutuhan hidup sehingga dalam pengelolaan harus sesuai dengan kemampuan agar tidak menurunkan produktivitas

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Karakteristik Lahan Kesesuaian Tanaman Karet

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Karakteristik Lahan Kesesuaian Tanaman Karet 57 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Karakteristik Lahan Kesesuaian Tanaman Karet Sektor pekebunan dan pertanian menjadi salah satu pilihan mata pencarian masyarakat yang bermukim

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk Indonesia. Perkembangan produksi tanaman pada (Oryza sativa L.) baik di Indonesia maupun

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. pasir di semua wilayah penelitian sehingga cukup baik untuk meloloskan air.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. pasir di semua wilayah penelitian sehingga cukup baik untuk meloloskan air. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Lahan pertanian untuk tanaman kering di Kecamatan Doloksanggul memiliki karakteristik dengan ratarata suhu tahunan 22 0 C, dengan ratarata curah hujan tahunan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Tanaman ubi jalar tergolong famili Convolvulaceae suku Kangkungkangkungan,

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Tanaman ubi jalar tergolong famili Convolvulaceae suku Kangkungkangkungan, II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) 1. Karakteristik Tanaman Ubi Jalar Tanaman ubi jalar tergolong famili Convolvulaceae suku Kangkungkangkungan, dan terdiri dari 400 species. Ubi jalar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 2.1 Survei Tanah BAB II TINJAUAN PUSTAKA Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari lingkungan alam dan potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu dokumentasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976). Vink, 1975 dalam Karim (1993)

TINJAUAN PUSTAKA. yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976). Vink, 1975 dalam Karim (1993) TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Evaluasi Lahan Evaluasi lahan adalah proses penilaian penampilan atau keragaman lahan jika dipergunakan untuk tujuan tertentu, meliputi pelaksanaan dan interpretasi survei serta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penduduk di Indonesia bergantung pada sektor pertanian sebagai sumber. kehidupan utama (Suparyono dan Setyono, 1994).

I. PENDAHULUAN. penduduk di Indonesia bergantung pada sektor pertanian sebagai sumber. kehidupan utama (Suparyono dan Setyono, 1994). I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang menjadikan sektor pertanian sebagai sektor utama dalam pembangunan perekonomian di Indonesia, karena sekitar 70% penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu TINJAUAN PUSTAKA Survei Tanah Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari lingkungan alam dan potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu dokumentasi utama sebagai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Material Vulkanik Merapi. gunung api yang berupa padatan dapat disebut sebagai bahan piroklastik (pyro = api,

TINJAUAN PUSTAKA. A. Material Vulkanik Merapi. gunung api yang berupa padatan dapat disebut sebagai bahan piroklastik (pyro = api, II. TINJAUAN PUSTAKA A. Material Vulkanik Merapi Abu vulkanik adalah bahan material vulkanik jatuhan yang disemburkan ke udara saat terjadi suatu letusan dan dapat jatuh pada jarak mencapai ratusan bahkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Lahan adalah suatu daerah dipermukaan bumi dengan sifat- sifat tertentu yaitu

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Lahan adalah suatu daerah dipermukaan bumi dengan sifat- sifat tertentu yaitu 7 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Lahan Lahan adalah suatu daerah dipermukaan bumi dengan sifat- sifat tertentu yaitu adanya persamaan dalam hal geologi, geomorfologi,

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. bahan induk, relief/ topografi dan waktu. Tanah juga merupakan fenomena alam. pasir, debu dan lempung (Gunawan Budiyanto, 2014).

I. TINJAUAN PUSTAKA. bahan induk, relief/ topografi dan waktu. Tanah juga merupakan fenomena alam. pasir, debu dan lempung (Gunawan Budiyanto, 2014). I. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanah dan Lahan Tanah merupakan sebuah bahan yang berada di permukaan bumi yang terbentuk melalui hasil interaksi anatara 5 faktor yaitu iklim, organisme/ vegetasi, bahan induk,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi Desa Panapalan, Kecamatan Tengah Ilir terdiri dari 5 desa dengan luas 221,44 Km 2 dengan berbagai ketinggian yang berbeda dan di desa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Durian 1. Karakteristik tanaman durian Durian (Durio zibethinus Murr.) merupakan salah satu tanaman hasil perkebunan yang telah lama dikenal oleh masyarakat yang pada umumnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Lahan Pasir Pantai. hubungannya dengan tanah dan pembentukkannya.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Lahan Pasir Pantai. hubungannya dengan tanah dan pembentukkannya. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lahan Pasir Pantai Lahan adalah bagian daratan dari permukaan bumi sebagai lingkungan fisik yang meliputi tanah beserta faktor yang mempengaruhi penggunaannya seperti iklim relief/topografi,

Lebih terperinci

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN HORTIKULTURA KECAMATAN DOLOKSANGGUL

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN HORTIKULTURA KECAMATAN DOLOKSANGGUL EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN HORTIKULTURA KECAMATAN DOLOKSANGGUL Zetto Lambaik Purba Alumnus S1 Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Jl. Willem Iskandar Psr V

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi. wilayahnya. Iklim yang ada di Kecamatan Anak Tuha secara umum adalah iklim

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi. wilayahnya. Iklim yang ada di Kecamatan Anak Tuha secara umum adalah iklim V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi Kecamatan Anak Tuha, Kabupaten Lampung Tengah terdiri dari 12 desa dengan luas ± 161,64 km2 dengan kemiringan kurang dari 15% di setiap

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kondisi Umum Saat Ini Faktor Fisik Lingkungan Tanah, Air, dan Vegetasi di Kabupaten Kutai Kartanegara Kondisi umum saat ini pada kawasan pasca tambang batubara adalah terjadi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan pendekatan ekologi. Penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan ekologi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi. 8 desa merupakan daerah daratan dengan total luas 2.466,70 hektar.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi. 8 desa merupakan daerah daratan dengan total luas 2.466,70 hektar. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi Kecamatan Jepara terdiri dari 16 desa, 8 desa merupakan daerah pantai dan 8 desa merupakan daerah daratan dengan total luas 2.466,70

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun LAMPIRAN Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun 20002009 Bln Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des THN 2000 47 99 147 114 65 19 56 64 220 32 225

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 Maret 2017.

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 Maret 2017. 17 IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 Maret 2017. Penelitian dilakukan di lapangan dan di laboratorium. Pengamatan lapangan dilakukan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah. lingkungan berhubungan dengan kondisi fisiografi wilayah.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah. lingkungan berhubungan dengan kondisi fisiografi wilayah. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor selain faktor internal dari tanaman itu sendiri yaitu berupa hormon

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian adalah suatu rancangan tentang cara mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data secara sistematis dan terarah agar penelitian dapat dilaksanakan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai Februari hingga Mei 2017 di Kecamatan Playen yang terletak di Kabupaten Gunungkidul serta Laboratorium Tanah Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bercocok tanam. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem, peluang

I. PENDAHULUAN. bercocok tanam. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem, peluang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor penting bagi perekonomian Indonesia. Hal ini dikarenakan kondisi alam dan luas areal lahan pertanian yang memadai untuk bercocok tanam.

Lebih terperinci

IV. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Analisis terhadap sampel tanah dilakukan di Laboratorium Tanah Fakultas

IV. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Analisis terhadap sampel tanah dilakukan di Laboratorium Tanah Fakultas IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian telah dilaksanakan di 4 (empat) desa di Kecamatan Windusari yaitu Desa Balesari, Desa Kembangkunig, Desa Windusari dan Desa Genito. Analisis terhadap

Lebih terperinci

ANALISIS KELAS KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN BAWANG MERAH DI DESA PASARAN PARSAORAN KECAMATAN NAINGGOLAN KABUPATEN SAMOSIR

ANALISIS KELAS KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN BAWANG MERAH DI DESA PASARAN PARSAORAN KECAMATAN NAINGGOLAN KABUPATEN SAMOSIR ANALISIS KELAS KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN BAWANG MERAH DI DESA PASARAN PARSAORAN KECAMATAN NAINGGOLAN KABUPATEN SAMOSIR Desmi Sianturi 1, Nahor M. Simanungkalit 1 1 Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan hubungan dengan kelingkungan (Versatappen, 1983 dalam Suwarno 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan hubungan dengan kelingkungan (Versatappen, 1983 dalam Suwarno 2009). 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Geomorfologi Geomorfologi merupakan ilmu yang mempelajari bentuklahan yang menyusun permukaan bumi, baik diatas maupun dibawah permukaan air laut dan menekankan pada asal mula

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Lahan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Lahan III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kualitas Lahan Kualitas lahan yang digunakan untuk evaluasi kesesuaian lahan dalam penelitian ini adalah iklim, topografi, media perakaran dan kandungan hara sebagaimana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan beras di Indonesia meningkat seiring dengan peningkatan laju

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan beras di Indonesia meningkat seiring dengan peningkatan laju 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kebutuhan beras di Indonesia meningkat seiring dengan peningkatan laju pertumbuhan penduduk, namun hal ini tidak dibarengi dengan peningkatan kuantitas dan

Lebih terperinci

KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN TEBU DI KECAMATAN GONDANGREJO KABUPATEN KARANGANYAR PROPINSI JAWA TENGAH

KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN TEBU DI KECAMATAN GONDANGREJO KABUPATEN KARANGANYAR PROPINSI JAWA TENGAH KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN TEBU DI KECAMATAN GONDANGREJO KABUPATEN KARANGANYAR PROPINSI JAWA TENGAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi Oleh

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)

TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Ubi jalar atau ketela rambat (Ipomoea batatas L.) merupakan salah satu jenis tanaman budidaya yang dimanfaatkan bagian akarnya yang membentuk umbi

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. lahan pasir pantai Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen dengan daerah studi

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. lahan pasir pantai Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen dengan daerah studi IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Desember sampai bulan April di lahan pasir pantai Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen dengan daerah studi terdiri

Lebih terperinci

TATACARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni Oktober 2015 dan dilakukan

TATACARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni Oktober 2015 dan dilakukan 22 TATACARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni Oktober 2015 dan dilakukan di lapangan dan di laboratorium. Pengamatan lapangan dilakukan di empat lokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Meningkatnya kebutuhan ekonomi dalam pemenuhan kebutuhan hidup dan persaingan dalam penggunaan lahan, baik untuk keperluan produksi pertanian maupun non

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya pemahaman dari masyarakat dalam pengolahan lahan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya pemahaman dari masyarakat dalam pengolahan lahan merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris yang menjadikan sebagian besar masyarakatnya hidup dari sektor pertanian. Walau termasuk sektor penting, namun sektor pertanian ini masih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani sehingga sektor pertanian memegang peranan penting sebagai penyedia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air, 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Lahan 1. Pengertian Lahan Pengertian lahan menurut Arsyad (1989:207), Lahan dapat diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air, dan

Lebih terperinci

Berdasarkan TUJUAN evaluasi, klsifikasi lahan, dibedakan : Klasifikasi kemampuan lahan Klasifikasi kesesuaian lahan Kemampuan : penilaian komponen lah

Berdasarkan TUJUAN evaluasi, klsifikasi lahan, dibedakan : Klasifikasi kemampuan lahan Klasifikasi kesesuaian lahan Kemampuan : penilaian komponen lah KUALITAS LAHAN SUNARTO ISMUNANDAR Umum Perlu pertimbangan dalam keputusan penggunaan lahan terbaik Perlunya tahu kemampuan dan kesesuaian untuk penggunaan ttt Perlu tahu potensi dan kendala EL : pendugaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan. Berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia dan Afrika melalui kegiatan

Lebih terperinci

Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Manggis (Garcinia Mangosta Linn) Di Desa Wanayasa Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta

Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Manggis (Garcinia Mangosta Linn) Di Desa Wanayasa Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta 1 Antologi Geografi, Volume 4, Nomor 1, April 2016 Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Manggis (Garcinia Mangosta Linn) Di Desa Wanayasa Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta Oleh : N.Nurhaeni, D.Sugandi

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun LAMPIRAN Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun 20002009 Bln Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des THN 2000 47 99 147 114 65 19 56 64 220 32 225

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis Gambaran Umum Lahan Pertanian di Area Wisata Posong Desa Tlahap terletak di Kecamatan Kledung,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis Gambaran Umum Lahan Pertanian di Area Wisata Posong Desa Tlahap terletak di Kecamatan Kledung, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Gambaran Umum Lahan Pertanian di Area Wisata Posong Desa Tlahap terletak di Kecamatan Kledung, Kabupaten Temanggung tepatnya pada koordinat 7 19 20.87-7

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun LAMPIRAN Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun 19982007 Bln Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des THN 1998 77 72 117 106 68 30 30 227 58 76 58 63

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Geofisik Wilayah. genetik tanaman juga dipengaruhi oleh faktor eksternal yang berupa nutrisi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Geofisik Wilayah. genetik tanaman juga dipengaruhi oleh faktor eksternal yang berupa nutrisi V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik dan Geofisik Wilayah Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor selain dari faktor internal dari tanaman itu sendiri yaitu berupa hormon

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei. Menurut Moh. Pabundu Tika ( 2005:6) survei merupakan suatu metode penelitian

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Parangtritis, Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, DIY mulai

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Parangtritis, Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, DIY mulai IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian evaluasi kesesuaian lahan ini dilakukan di lahan pasir pantai Parangtritis, Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, DIY

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Lahan adalah lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief, hidrologi dan vegetasi dimana faktor tersebut mempengaruhi potensi penggunaan lahannya (Hardjowigeno et

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan Kelapa sawit

Lampiran 1. Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan Kelapa sawit Lampiran 1. Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan Kelapa sawit Persyaratan penggunaan lahan/ karakteristik lahan Temperatur (tc) Temperatur rerata ( C) 25-28 22 25 28 32 Kelas keesuaian lahan S1 S2 S3 N Ketersedian

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KOMODITAS PERTANIAN KEC. GALUR, LENDAH KEC. SAMIGALUH, KAB. KULONPROGO

PENGEMBANGAN KOMODITAS PERTANIAN KEC. GALUR, LENDAH KEC. SAMIGALUH, KAB. KULONPROGO PENGEMBANGAN KOMODITAS PERTANIAN KEC. GALUR, LENDAH KEC. SAMIGALUH, KAB. KULONPROGO INTISARI Kadarso Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Janabadra, Yogyakarta Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

338. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No

338. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No 338. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No. 2337-6597 EVALUASI KESESUAIAN LAHAN SAWAH BERIRIGASI DI DESA AIR HITAM KECAMATAN LIMA PULUH KABUPATEN BATUBARA Frans Ferdinan 1*, Jamilah

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Metode Penelitian. diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala yang ada dan mencari

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Metode Penelitian. diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala yang ada dan mencari III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Kecamatan Anak Tuha, Kabupaten Lampung Tengah dan Laboraturium Tanah Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris. Hampir sebagian besar penduduk Indonesia bekerja di bidang pertanian dan perkebunan. Lahan merupakan unsur penting dalam kehidupan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor II. TINJAUAN PUSTAKA Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor pertanian, kehutanan, perumahan, industri, pertambangan dan transportasi.di bidang pertanian, lahan merupakan sumberdaya

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Mei-Agustus 2015 di 5 unit lahan pertanaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu sektor pertanian yang dikembangkan saat ini adalah intensifikasi

I. PENDAHULUAN. Salah satu sektor pertanian yang dikembangkan saat ini adalah intensifikasi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor pertanian yang dikembangkan saat ini adalah intensifikasi hortikultura. Prioritas dari komoditas holtikultura tersebut adalah tanaman buah. Subsektor

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data curah hujan di desa Sipahutar, Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara

Lampiran 1. Data curah hujan di desa Sipahutar, Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara Lampiran 1. Data curah hujan di desa Sipahutar, Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara Data curah hujan (mm) Tahun 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Jan 237 131 163 79 152 162 208

Lebih terperinci

2013, No.1041 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2013, No.1041 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 5 2013, No.1041 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN KESESUAIAN LAHAN PADA KOMODITAS TANAMAN PANGAN PEDOMAN KESESUAIAN LAHAN PADA KOMODITAS

Lebih terperinci

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DI KECAMATAN MUARA KABUPATEN TAPANULI UTARA

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DI KECAMATAN MUARA KABUPATEN TAPANULI UTARA EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DI KECAMATAN MUARA KABUPATEN TAPANULI UTARA The Evaluation of Land Suitability Onion (Allium ascalonicum L.) in Muara Subdistrict

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2017 sampai Maret 2017 di Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Laboratorium

Lebih terperinci

KAJIAN KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN SLOGOHIMO KABUPATEN WONOGIRI

KAJIAN KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN SLOGOHIMO KABUPATEN WONOGIRI KAJIAN KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN SLOGOHIMO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi Oleh : JUMIYATI NIRM: 5.6.16.91.5.15

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai Januari 2013.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai Januari 2013. III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai Januari 2013. Penelitian dilaksanakan pada lahan pertanaman ubi kayu (Manihot esculenta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Geomorfologi Geomorfologi adalah studi yang mendiskripsikan bentuklahan, proses-proses yang bekerja padanya dan menyelidiki kaitan antara bentuklahan dan prosesproses tersebut

Lebih terperinci

UNTUK BANDAR SKRIPSII. Fakultas Geografi. Oleh: YOGI WIBOWO E

UNTUK BANDAR SKRIPSII. Fakultas Geografi. Oleh: YOGI WIBOWO E EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERKEBUNAN TANAMAN TEH DI KECAMATAN BANDAR KABUPATEN BATANG SKRIPSII Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi Oleh:

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Hujan Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh dipermukaan tanah datar selama periode tertentu di atas permukaan horizontal bila tidak terjadi evaporasi, run off dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia dan Fisik Latosol Darmaga Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga yang digunakan dalam percobaan ini disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Sifat Kimia

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Tipe Pemanfaatan Lahan Salah satu tahapan sebelum melakukan proses evaluasi lahan adalah mendeskripsikan 11 atribut kunci Tipe Pemanfaatan Lahan (TPL). Secara rinci diuaraikan

Lebih terperinci

Evaluasi Lahan. proses perencanaan penggunaan lahan (land use planning). Evaluasi lahan

Evaluasi Lahan. proses perencanaan penggunaan lahan (land use planning). Evaluasi lahan Evaluasi Lahan Evaluasi lahan merupakan salah satu komponen yang penting dalam proses perencanaan penggunaan lahan (land use planning). Evaluasi lahan merupakan proses penilaian atau keragaab lahan jika

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan sangat penting bagi kehidupan manusia karena seluruh aktivitas dan kehidupan manusia terjadi di dalamnya. Sebagai sumber penghidupan, ketergantungan manusia

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis mengenai Potensi Pengembangan Produksi Ubi Jalar (Ipomea batatas L.)di Kecamatan Cilimus Kabupaten. Maka sebagai bab akhir pada tulisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Indonesia menguasai ekspor pasar minyak sawit mentah dunia sebesar

BAB I PENDAHULUAN Indonesia menguasai ekspor pasar minyak sawit mentah dunia sebesar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

TANAH / PEDOSFER. OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd

TANAH / PEDOSFER. OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd TANAH / PEDOSFER OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd 1.Definisi Tanah adalah kumpulan dari benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horizon-horizon, terdiri dari campuran bahan mineral organic, air, udara

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tanah Awal Seperti umumnya tanah-tanah bertekstur pasir, lahan bekas tambang pasir besi memiliki tingkat kesuburan yang rendah. Hasil analisis kimia pada tahap

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pengambilan sampel tanah dilakukan di Lahan pesisir Pantai Desa Bandengan,

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pengambilan sampel tanah dilakukan di Lahan pesisir Pantai Desa Bandengan, 12 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai Januari sampai Maret 2017. Pengambilan sampel tanah dilakukan di Lahan pesisir Pantai Desa Bandengan, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang memiliki prospek pengembangan cukup cerah, Indonesia memiliki luas areal

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Susunan akar kedelai pada umumnya sangat baik, pertumbuhan akar tunggang lurus masuk kedalam tanah dan mempunyai banyak akar cabang. Pada akar-akar cabang banyak terdapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. devisa non migas, penyedia lapangan kerja, dan berkaitan langsung dengan

I. PENDAHULUAN. devisa non migas, penyedia lapangan kerja, dan berkaitan langsung dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkebunan merupakan salah satu subsektor yang berfungsi sebagai sumber devisa non migas, penyedia lapangan kerja, dan berkaitan langsung dengan pemanfaatan sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Lahan adalah sumber daya alam yang dicirikan dengan sifat-sifat tertentu yang meliputi biosfer, di atas dan dibawahnya termasuk atmosfer, tanah, batuan (geologi), hidrologi,

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan November 2016 sampai April 2017 di

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan November 2016 sampai April 2017 di IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan November 2016 sampai April 2017 di Desa Sendangrejo, Kecamatan Bogorejo yang terletak di Kabupaten Blora

Lebih terperinci

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 1 PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN A. DEFINISI Adalah pengolahan lahan

Lebih terperinci

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis quenensis Jacq) DI DESA TOLOLE KECAMATAN AMPIBABO KABUPATEN PARIGI MOUTONG

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis quenensis Jacq) DI DESA TOLOLE KECAMATAN AMPIBABO KABUPATEN PARIGI MOUTONG e-j. Agrotekbis 4 (5) : 559-564, Oktober 2016 ISSN : 2338-3011 EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis quenensis Jacq) DI DESA TOLOLE KECAMATAN AMPIBABO KABUPATEN PARIGI MOUTONG Evaluation

Lebih terperinci

2014 EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PERTANIAN UNTUK TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN CIMAUNG KABUPATEN BANDUNG

2014 EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PERTANIAN UNTUK TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN CIMAUNG KABUPATEN BANDUNG A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN berikut : FAO dalam Arsyad (2012:206) mengemukakan pengertian lahan sebagai Lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air, dan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Kecamatan Leuwiliang Penelitian dilakukan di Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan pertanian

Lebih terperinci

Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica L var Kartika Ateng ) Di Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara

Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica L var Kartika Ateng ) Di Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica L var Kartika Ateng ) Di Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara The Evaluation of Land Suitability coffea arabica (Coffea arabica

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian telah dilakukan di lahan pertanaman padi sawah (Oryza sativa L.) milik

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian telah dilakukan di lahan pertanaman padi sawah (Oryza sativa L.) milik III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilakukan di lahan pertanaman padi sawah (Oryza sativa L.) milik 6 kelompok tani di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur Kota

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. satu dokumentasi utama sebagai dasar dalam proyek-proyek pengembangan

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. satu dokumentasi utama sebagai dasar dalam proyek-proyek pengembangan TINJAUAN PUSTAKA Survei Tanah Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari lingkungan alam dan potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu dokumentasi utama sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal sebagai sektor penting karena berperan antara lain sebagai sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal sebagai sektor penting karena berperan antara lain sebagai sumber 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perekonomian Indonesia, sektor pertanian secara tradisional dikenal sebagai sektor penting karena berperan antara lain sebagai sumber utama pangan dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Yogyakarta. Secara astronomis Dusun Ngampon terletak pada 7 o 50 LS - a) Sebelah utara : Dusun Padangan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Yogyakarta. Secara astronomis Dusun Ngampon terletak pada 7 o 50 LS - a) Sebelah utara : Dusun Padangan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Kondisi Fisik Daerah Penelitian 1. Letak, Batas dan Luas Dusun Ngampon merupakan salah satu dusun yang ada di Desa Sitimulyo yang terletak di Kecamatan

Lebih terperinci

KESESUAIAN LAHAN TANAM KENTANG DI WILAYAH BATU

KESESUAIAN LAHAN TANAM KENTANG DI WILAYAH BATU KESESUAIAN LAHAN TANAM KENTANG DI WILAYAH BATU Ni Wayan Suryawardhani a, Atiek Iriany b, Aniek Iriany c, Agus Dwi Sulistyono d a. Department of Statistics, Faculty of Mathematics and Natural Sciences Brawijaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kacang tanah adalah salah satu jenis palawija yang dapat ditanam di sawah atau di ladang. Budidaya kacang tanah tidak begitu rumit, dan kondisi lingkungan setempat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel).

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia sebagai Negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

PEMETAAN WILAYAH KOMODITAS PERTANIAN DI KECAMATAN TANAH MERAH KABUPATEN BANGKALAN

PEMETAAN WILAYAH KOMODITAS PERTANIAN DI KECAMATAN TANAH MERAH KABUPATEN BANGKALAN PEMETAAN WILAYAH KOMODITAS PERTANIAN DI KECAMATAN TANAH MERAH KABUPATEN BANGKALAN Sucipto Dosen Jurusan Budidaya Pertanian Fak. Pertanian Unijoyo Romadhon, A. Dosen Jurusan Ilmu Kelautan Fak. Pertanian

Lebih terperinci

Mela Febrianti * 1. Pendahuluan. Abstrak KESESUAIAN LAHAN

Mela Febrianti * 1. Pendahuluan. Abstrak KESESUAIAN LAHAN KESESUAIAN LAHAN Jurnal Nasional Ecopedon JNEP Vol. 2 No. 2 (2015) 038-042 http://www.perpustakaan politanipyk.ac.id. Kesesuaian Lahan Kopi, Sawit, Jagung, Kayu Manis, Kelapa, Tembakau, Kedelai, Kakao

Lebih terperinci

ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN BUDIDAYA PERTANIAN DI KOTA SEMARANG

ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN BUDIDAYA PERTANIAN DI KOTA SEMARANG ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN BUDIDAYA PERTANIAN DI KOTA SEMARANG Rossi Prabowo 1*,Renan Subantoro 1 1 Jurusan Agrobisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Wahid Hasyim Semarang

Lebih terperinci