BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Belajar dan Pembelajaran a. Pengertian Belajar pendidikan. Pengertian belajar telah banyak didefinisikan oleh para ahli Menurut Gagne (1985) dikutip dari (Anitah & dkk, 2007) belajar merupakan suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Adapun ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar adalah perubahan yang terjadi secara sadar, bersifat kontinu dan fungsional, bersifat positif dan aktif, memiliki tujuan dan terarah, perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Belajar dapat diartikan sebagai proses mendapatkan pengetahuan dengan membaca dan menggunakan pengalaman sebagai pengetahuan yang memandu perilaku pada masa yang akan datang. Belajar selalu dilakukan oleh setiap orang baik disadari maupun tidak. Belajar selalu melekat pada kehidupan, karena setiap orang selalu dihadapkan oleh persoalan-persoalan baru dalam kehidupannya yang menuntut untuk selalu meningkatkan kemampuannya dalam menganalisis dan memperbaiki cara-cara mempelajari sesuatu. Pengertian belajar oleh Bell-Gredler (1986:1) dalam (Winaputra & dkk, 2007) menyatakan bahwa belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam kemampuan, keterampilan dan sikap. Menurut Morgan (1978) dalam Sagala (2010:13) belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. 6

2 7 Henry E.Garret dalam Sagala (2010:13) berpendapat bahwa belajar merupakan proses yang berlangsung dalam jangka waktu lama melalui latihan maupun pengalaman yang membawa kepada perubahan diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu. Dari berbagai pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses yang menyangkut perubahan diri seseorang yang nampak pada perilaku manusia yang memerlukan tempat dan waktu yang diperoleh dari pengalaman. Seseorang dikatakan belajar karena adanya proses pembelajaran, baik pembelajaran secara formal, informal maupun non formal. b. Pengertian Pembelajaran Secara umum pembelajaran memiliki arti proses, cara, perbuatan yang menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Pembelajaran tidak hanya terjadi di dalam lingkungan pendidikan tetapi juga di lingkungan sosial. Dalam pasal 1 butir 20 UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa, Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Guru berfungsi sebagai fasilitator yang menyediakan fasilitas belajar bagi peserta didik untuk mempelajari materi. Subjek pembelajaran adalah peserta didik yang berinteraksi dengan guru dan lingkungan sebagai sumber belajar. Konsep pembelajaran menurut Corey (1986: 195) dalam Sagala (2010: 61) adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu daam kondisikondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situai tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dalam pendidikan. Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogam dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. (Dimyati dan Mudjiono.1999:297 dalam Sagala.2010)

3 8 Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu peristiwa atau kegiatan yang memungkinkan adanya interaksi dan komunikasi antara guru, peserta didik dan lingkungan sebagai sumber dan media belajar sehingga dapat menimbulkan perubahan perilaku peserta didik. Dalam pembelajaran, seorang guru berupaya untuk menyampaikan materi kepada peserta didiknya dengan menggunakan media atau fasilitas yang ada dan mengorganisirnya sedemikian rupa sehingga tercapai kualitas pembelajaran sesuai yang diharapkan. 2. Hakikat Bahasa Hakikat bahasa dapat dilihat dari tiga sudut pandang, yaitu; bahasa sebagai istilah, bahasa sebagai sistem dan bahasa sebagai alat: a. Bahasa sebagai istilah bersifat umum-khusus dan abstrak-konkrit. Yang dimaksud dengan bahasa bersifat abstrak adalah pengertian bahasa itu sendiri, seperti bahasa Indonesia, bahasa Perancis, bahasa Jepang, dll. Bahasa yang bersifat konkrit berupa tutur kata maupun tulisan. b. Bahasa sebagai sistem Bahasa sebagai sistem dilambangkan dengan bunyi yang memiliki makna, sehingga bahasa memiliki dua sistem yakni sistem bunyi dan sistem makna. Ilmu tentang sistem bunyi disebut fonetik dan fonologi. Fonetik adalah ilmu tentang cara pelafalan bunyi bahasa, sedangkan fonologi adalah ilmu tentang bunyi berdasarkan fungsinya (Verhar.2008 dikutip dari (Harjono & Pirenomulyo, 2009). Berdasarkan fungsinya, ilmu yang mempelajari kata atau frasa disebut morfologi, sedangkan ilmu yang mempelajari klausa dan kalimat disebut sintaksis. Ilmu yang mempelajari sistem bunyi disebut semantik. (Harjono & Pirenomulyo, 2009) c. Bahasa sebagai alat digunakan sebagai sarana komunikasi baik lisan maupun tulisan. Pengertian bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk berinteraksi; percakapan yang baik; tingkah laku yg baik; sopan santun. (Fajri & Senja, 2008)

4 9 Gorys Keraf memberikan pengertian bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa mencakup dua bidang yaitu bunyi vokal dan arti atau makna. Bahasa sebagai bunyi atau vokal berarti sesuatu yang dihasilkan oleh alat ucap manusia berupa bunyi getaran yang merangsang alat pendengar. Sedangkan bahasa sebagai arti atau makna berarti isi yang terkandung di dalam arus bunyi yang menyebabkan reaksi atau tanggapan orang lain. Meskipun bahasa erat kaitannya dengan bunyi, namun sebenarnya bahasa juga merupakan suatu visualisasi. Bahasa yang diucapkan sehari-hari dapat dituliskan dalam bentuk simbol- simbol tertentu, seperti huruf, lambang tanda, dan gambar. Dari uraian materi diatas dapat disimpulkan bahwa bahasa memiliki dua sistem yaitu sistem bunyi dan sistem makna yang digunakan sebagai alat komunikasi baik lisan maupun tulis. 3. Pengertian Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi Republik Indonesia sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 36 dan juga bahasa persatuan sebagaimana disebut dalam Sumpah Pemuda, 28 Oktober Bahasa Indonesia juga berfungsi sebagai bahasa Nasional dan bahasa Negara. Bahasa nasional memiliki arti sebagai lambang kebanggaan dan identitas nasional, alat pemersatu berbagai masyarakat yang berbeda latar belakang sosial budaya dan bahasanya, serta alat penghubung budaya dan daerah. Bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara berarti bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa kenegaraan, bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan, dan bahasa resmi di dalam perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintahan. 4. Pembelajaran Bahasa Indonesia Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu materi pelajaran yang sangat penting di sekolah.

5 10 Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia bagi siswa adalah untuk mengembangkan kemampuan berbahasa Indonesia sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, sedangkan bagi guru untuk mengembangkan potensi bahasa Indonesia siswa, dan lebih mandiri dalam menentukan bahan ajar kebahasaan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan siswa. Tujuan bagi sekolah adalah agar sekolah dapat menyusun program pendidikan kebahasaan sesuai dengan keadaan siswa dan sumber belajar yang tersedia. BSNP (2006). Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah diharapkan membantu siswa mengenal dirinya, budayanya dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. 5. Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD Pentingnya penggunaan bahasa Indonesia di sekolah dasar menyebabkan pembelajarannya diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pebelajar dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tertulis. Ketika anak mulai memasuki usia sekolah dasar, anak-anak dikondisikan untuk mempelajari bahasa tulis. Meskipun demikian, aspek bahasa Indonesia yang lain yaitu mendengarkan, berbicara dan membaca tetap disajikan dengan porsi yang sudah ditentukan oleh pemerintah. Adapun tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di SD yang tertulis di dalam Standar Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006, yaitu: 1) Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis 2) Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara 3) Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan

6 11 kreatif untuk berbagai tujuan 4) Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial 5) Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa 6) Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut, jam pelajaran bahasa Indonesia telah ditentukan. Kelas I, II dan III sebanyak 6 jam pelajaran, sedangkan kelas IV, V, VI sebanyak 5 jam pelajaran. Materi pelajaran bahasa Indonesia sebenarnya membutuhkan banyak praktik. Siswa perlu dilatih untuk mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis secara bertahap. Hal ini menuntut partisipasi aktif siswa selama pembelajaran secara individu. Dalam pelaksanaanya, guru dapat melakukan modifikasi pelaksanaan pembelajaran. Modifikasi artinya guru dapat mengajar dengan metode pembelajaran yang berbeda. Guru dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran dengan cara memberikan stimulan atau permasalahan, memberikan ide-ide diluar yang tertulis di buku paket, atau menggunakan strategi yang memicu peran aktif siswa. Meskipun beberapa guru telah melakukannya, namun pelaksanaannya belum maksimal. Masih banyak guru kurang aktif dalam mencari sumber belajar lain selain sumber belajar yang berupa buku paket. 6. Kemampuan Menulis Kemampuan dalam bahasa Inggris disebut ability yang memiliki arti kecakapan, ketangkasan, bakat, kesanggupan untuk melakukan suatu perbuatan. Kemampuan dapat berupa bakat sejak lahir ataupun hasil latihan yang rutin. Kemampuan dapat dibedakan menjadi kemampuan intelektual dan kemampuan fisik. Kemampuan intelektual merupakan kemampuan yang erat hubungannya dengan otak, bahasa, pengetahuan. Kemampuan fisik dapat berupa kekuatan

7 12 dalam melakukan aktivitas. Kemampuan menulis dipengaruhi oleh kemampuan siswa dalam memunculkan ide, mencari informasi, penggunaan ejaan, penyusunan kalimat yang padu, serta kemampuan fisik siswa untuk menulis. Menulis merupakan salah satu cara penyampaian pesan dalam bentuk visual yang berupa simbol-simbol. Kemampuan menulis berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk memilih, memilah dan menyusun pesan yang akan diwujudkan dalam bentuk tulisan. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif dalam memanfaatkan struktur bahasa dan kosakata yang perlu dilatih secara rutin dan teratur (Tarigan, 2008). Pengertian lainnya, definisi menulis oleh Rusyana (1984) dalam (Susanto, 2013) yaitu kemampuan menggunakan pola-pola bahasa dalam penyampaiannya secara tertulis untuk mengungkapkan suatu gagasan/pesan. Menulis adalah suatu cara mengoperasikan otak secara totalitas yang juga menyertakan raga, jari dan tangan, sehingga menulis dapat menyebabkan penguatan daya ingat. Walshe dalam (Susanto, 2013) menegaskan bahwa menulis merupakan bentuk belajar yang paling handal dan hampir semua bentuk kegiatan menulis mempunyai komponen belajar untuk menulis dan menulis untuk belajar. Dengan demikian, kemampuan menulis adalah kemampuan seseorang untuk memilih, memilah kata-kata yang disusun secara runtut dan sistematis dalam bentuk simbol-simbol atau tulisan sebagai bentuk belajar yang dilatih secara rutin dan teratur untuk menyampaikan gagasan atau pesan sehingga dapat dipahami oleh pembaca. Kemampuan menulis merupakan kegiatan yang penting diajarkan sejak tingkat sekolah dasar. Selain manfaat untuk berkomunikasi, menulis dapat membantu siswa berpikir kritis, dan sistematis. Kemampuan menulis siswa juga berguna untuk memberitahukan informasi kepada pembaca, menghibur atau mengungkapkan dan mengekspresikan perasaan dan emosi.

8 13 7. Pembelajaran Menulis Dalam pembelajaran menulis, siswa dituntut untuk menulis apa yang ia pikirkan dengan harus menyampaikan pesan kepada pembaca dengan bahasa yang mudah dipahami. Dengan demikian, ide-ide dalam tulisan tersebut juga harus sistematis. Pembelajaran ini diajarkan secara bertahap sejak TK dan dilanjutkan di SD, SMP, SMA, universitas dan seterusnya. Menulis membutuhkan proses (tidak sekali jadi). Prosesnya berupa pengumpulan ide-ide yang dapat dipahami oleh pembaca (produk). Adapun tahap-tahap proses menulis (Pujiono), antara lain: a. Tahap pra-menulis atau persiapan, meliputi: pemilihan topik, memikirkan tujuan, bentuk dan -audiensi, mencari informasi, memanfaatkan dan mengorganisasi ide/gagasan. b. Tahap menulis, yaitu pengungkapan fakta-fakta, gagasan, sikap, pikiran, argumen, perasaan dengan jelas dan efektif kepada pembaca (Keraf, 2004:34 dalam Pujiono). Siswa atau penulis menuangkan ide-idenya dengan memperhatikan ejaan dan tanda baca. c. Tahap pascamenulis atau penyuntingan/ revisi, Tompkins dan Hosskisson (1995:57) menyatakan bahwa penyuntingan adalah pemeriksaan dan perbaikan unsur mekanik karangan seperti ejaan, puntuasi, diksi, pengkalimatan, pengalineaan, gaya bahasa, dan konvensi penulisan lainnya. Adapun revisi lebih mengarah perbaikan dan pemeriksaan subtansi isi tulisan. (Pujiono) Siswa di sekolah dasar diharapkan menulis sesuai dengan tahapan tersebut sehingga tulisan yang dihasilkan sesuai dengan penulisan kaidah-kaidah ejaan atau Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), dan isi dari tulisannya runtut. EYD dapat digunakan sebagai pedoman dalam kegiatan berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan baik secara langsung maupun tidak langsung.

9 14 8. Pembelajaran Menulis di SD Pembelajaran menulis di kelas rendah melatih siswa untuk memegang alat tulis dan menggerakkan tangannya dengan memperhatikan apa yang harus dituliskan. Siswa dilatih mengamati huruf sebagai lambang bunyi tertentu. Kemudian dalam kegiatan menulis lanjut, yaitu di kelas tinggi, siswa berlatih mengungkapkan gagasannya secara tertulis. Dalam kegiatan menulis lanjutan, siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuan menulisnya dalam bentuk yang lebih beragam, yaitu menulis pantun, puisi, surat dan prosa. (Mulia, 2013) Pembelajaran menulis yang dilakukan siswa SD umumnya dikaitkan dengan aspek mendengarkan, berbicara dan membaca. Siswa mendengarkan berita lalu menuliskan tanggapan tentang masalah dalam berita tersebut, siswa membaca suatu bacaan lalu menuliskan pikiran pokok, atau siswa berdiskusi tentang suatu masalah lalu menuliskan hasil diskusinya secara individu. Secara teori, siswa mempelajari beberapa hal dalam menulis seperti unsur kalimat yang minimal terdiri dari subjek dan predikat, penulisan ejaan, dan penggunaan tanda baca. Peran guru disini sangat besar dalam mengingatkan siswa sebelum, sedang maupun setelah kegiatan menulis itu berlangsung mengenai hal-hal yang penting untuk diperhatikan saat menulis. Akan tetapi, guru terkadang meninggalkan siswa atau melakukan aktivitas lain di ruang kelas yang sama saat siswa menulis. Kemampuan menulis siswa SD banyak bergantung pada kreativitas guru. Pembelajaran menulis di SD menuntut ketelatenan dari guru maupun siswa. Jika siswa menulis karangan, puisi, pantun, atau surat pribadi, maka siswa perlu mendapat informasi mengenai suatu tema, menyusun ide tersebut secara runtut, menulis dengan kalimat yang mudah dipahami, serta memperhatikan penulisan ejaan dan tanda baca saat kegiatan menulis berlangsung. Guru perlu mendampingi siswa dalam kegiatan menulis dan menggunakan strategi atau metode pembelajaran yang mampu mengingatkan siswa mengenai unsur kalimat (SPOK) dan penggunaan tanda baca dalam kalimat atau paragraf.

10 15 9. Pembelajaran Menulis di Kelas IV SD Kelas IV SD merupakan kelas tinggi, sehingga dalam pembelajarannya siswa dituntut untuk lebih mandiri. Usia siswa kelas IV SD negeri rata-rata adalah 9-10 tahun. Pada usia ini perkembangan bahasa mereka adalah mulai bisa memahami kalimat kompleks dengan anak kalimat dengan penggunaan kata namun demikian, meskipun begitu, walaupun, dsb. Piaget menyatakan bahwa dari segi kognitif anak usia 9-10 tahun termasuk dalam tahapan operasional konkret, artinya anak mampu memahami urutan kronologi suatu peristiwa atau mengurutkan ukuran benda, mengelompokkan atau mengidentifikasi, mengetahui bahwa jumlah benda dapat diubah dan kembali ke keadaan awal, dan berpikir dari sudut pandang orang lain. Di dalam satu semester, terdapat satu Standar Kompetensi (SK) menulis dan 2 4 Kompetensi Dasar (KD). Kegiatan menulis kelas IV semester I berupa menulis percakapan, petunjuk, cerita, dan surat, sedangkan pada semester II siswa dituntut untuk menulis karangan, pengumuman, dan pantun anak. Standar kompetensi yang akan diteliti di kelas IV SD Banyubiru 01 ini adalah Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara tertulis dalam bentuk karangan, pengumuman, dan pantun anak. 10. Penilaian Kemampuan Menulis Penilaian di sekolah formal tertulis dalam standar penilaian pendidikan (Depdiknas, 2009) bahwa penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan (menganalisis dan menafsirkan) data tentang proses dan hasil belajar siswa, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan untuk menentukan tingkat pencapaian hasil belajar siswa. Dengan demikian penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan hasil tes atau pengukuran. Nitko (1996) dalam (Putra, 2012) mengemukakan bahwa rubrik merupakan seperangkat aturan yang digunakan untuk mengetahui kualitas kinerja siswa. Sedangkan Popham (1995) berpendapat bahwa rubrik merupakan kriteria

11 16 yang merupakan alat yang digunakan guru dalam menilai kompetensi siswa pada bidang tertentu. Nitko (1996) dalam (Putra, 2012) mengatakan bahwa ada 3 jenis rubrik yang biasanya digunakan guru yaitu rubrik holistik, rubrik analitik, dan rubrik holistik dengan catatan. Rubrik holistik adalah rubrik yang difokuskan pada proses penilaian secara keseluruhan terlepas dari bagian komponenkomponennya, sedangkan rubrik holistik dengan catatan hampir sama dengan rubrik holistik biasa namun ditambahi catatan kekuatan dan kelemahan dari komponen yang dinilai. Pada penskoran holistik, fokus penilaian diarahkan pada tampilan tulisan siswa secara keseluruhan bukan pada aspek tertentu seperti isi, tata bahasa, atau tanda baca. Rubrik analitik memfokuskan penskoran pada komponen-komponen yang dinilai dengan menghitung secara rinci kesalahan-kesalahan yang ada (Putra, 2012). Penggunaan rubrik analitik dianggap lebih tepat untuk penilaian kemampuan menulis siswa pada aspek-aspek tertentu dibandingkan rubrik holistik dengan kompetensi dasar penilaian yang kurang jelas. Salah satu jenis rubrik analitik yang sering digunakan dalam menilai tulisan adalah rubrik yang dibuat oleh Jacob (1981). Berikut adalah rubrik penilaian Jacob:

12 Tabel 2.1. Rubrik Penilaian Analitik Jacob (1981) 17

13 Teknik Pembelajaran Teknik pembelajaran merupakan penjabaran dari metode pembelajaran. Jika metode pembelajaran adalah suatu cara dalam mencapai tujuan, maka teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Pada penelitian ini, peneliti mengimplementasikan teknik silent card shuffle dan teknik brainstorming sebagai upaya peningkatan kemampuan menulis siswa. a. Teknik Silent Card Shuffle Teknik ini dilaksanakan oleh Eric Frangenheim untuk mengingatkan anak pada urutan kejadian. Adapun langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran dengan teknik silent card shuffle adalah (Frangenheim, 2010): 1) Pembuatan kelompok yang terdiri dari 5-6 anak 2) Setiap kelompok mendapatkan satu amplop berisi delapan kartu bergambar 3) Guru menjelaskan 5 aturan dalam melakukan kegiatan: a) Silent card shuffle: menyusun kartu gambar tanpa berbicara atau berbisik. b) Justify and refine: kelompok dapat berdiskusi dan menyusun ulang kartu gambar. c) Circulate and observe: guru mengatur perpindahan arah kelompok. Masing-masing kelompok berkeliling melihat susunan kartu kelompok lain dan berdiskusi serta memberikan komentar apakah sesuai dengan pendapat mereka atau tidak. Siswa tidak boleh menyentuh kartu. d) Return and refine: masing-masing kelompok kembali ke kursi masingmasing dan jika dirasa susunan kartu mereka perlu diubah maka siswa dapat mengubahnya.

14 19 e) Teacher debriefing: menunjukkan jawaban yang benar dan siswa mengoreksi hasil kerja mereka. Kelebihan teknik silent card shuffle adalah: 1) Masing-masing siswa dapat mengemukakan pendapat, 2) Siswa dapat menyusun ide cerita dengan runtut, 3) Siswa dapat menghargai hasil kelompok diskusi lain, 4) Siswa mampu memberikan kritikan yang membangun. Teknik ini juga memiliki kekurangan, antara lain: 1) Siswa dapat mempertahankan pendapatnya masing-masing sehingga akan terjadi keributan kecil 2) Kartu gambar harus jelas apa yang dimaksud dari gambar tersebut karena dapat memunculkan persepsi atau pandangan lain. Guru perlu mengingatkan siswa untuk saling menghargai pendapat masing-masing. Jika perlu, masing-masing kelompok dapat memilih ketua kelompok yang dapat mengambil keputusan dalam diskusi kecil tersebut. Selain itu kartu gambar yang di print sebaiknya tidak di fotokopi agar terlihat jelas. Hal ini dapat mengurangi munculnya kelemahan teknik silent card shuffle. b. Teknik Brainstorming Teknik brainstorming adalah teknik mengajar yang dilaksanakan guru dengan cara melontarkan suatu masalah ke kelas oleh guru kepada peserta didik. Lalu peserta didik menjawab, memberi komentar, atau menyatakan pendapat sehingga memungkinkan masalah berkembang. Dalam proses brainstorm, peserta didik dituntut mengeluarkan semua gagasan sesuai kapasitas wawasannya. Brainstorming dapat digunakan untuk mengatasi suatu masalah yang spesifik, menjawab pertanyaan, mengenalkan suatu subjek baru, meningkatkan minat, dan mendata pengetahuan dan sikap. Brainstorming dapat dilakukan dalam kelas klasikal maupun secara individu (Manktelow & Carlson,

15 ). Jika brainstorming dilakukan secara individu, maka tidak perlu khawatir terhadap pandangan orang lain terhadap ide atau gagasan yang dibuat sendiri. Langkah-langkah teknik brainstorming : 1) Pemberian informasi dan motivasi Guru menjelaskan masalah yang akan dibahas dan latar belakangnya, kemudian mengajak peserta didik untuk aktif memberikan tanggapan. 2) Identifikasi Peserta didik memberikan sumbang saran pemikiran sebanyak-banyaknya. Semua ide peserta didik ditampung, ditulis tanpa mengkritik. 3) Klasifikasi Mengelompokkan berdasarkan kriteria yang disepakati oleh peserta didik, dan juga berdasarkan struktur atau faktor-faktor lain. 4) Verifikasi Meninjau kembali ide-ide yang sudah diklasifikasikan berdasarkan relevansinya dengan masalah yang dibahas. 5) Konklusi (penyepakatan) Guru beserta peserta didik menyimpulkan butir-butir alternatif pemecahan masalah yang disetujui. Dengan mengkaji langkah-langkah penerapan teknik brainstorming, peneliti dapat menyimpulkan kelebihan dan keunggulan yang dimiliki oleh teknik brainstorming, antara lain : 1) Melatih peserta didik untuk menyatakan pendapat. 2) Memberikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir secara cepat dan logis. 3) Merangsang siswa untuk selalu siap berpendapat terhadap permasalahan yang diberikan oleh guru. 4) Meningkatkan partisipasi dan kekreatifan ide peserta didik dalam pembelajaran.

16 21 5) Terjadi persaingan yang sehat antar peserta didik sehingga muncul suasana demokratis dan disiplin. 6) Siswa belajar menghargai pendapat atau ide orang lain. 7) Peserta didik merasa bebas dan gembira. Adapun kelemahan dari teknik brainstorming adalah: 1) Memerlukan waktu yang relatif lama. 2) Didominasi oleh peserta didik yang pandai. 3) Masalah bisa melebar ke arah yang kurang diharapkan. Untuk mengurangi kelemahan yang terjadi dalam pelaksanaan teknik brainstorming ini, guru dapat memberikan batas waktu siswa dengan cara menunjuk siswa untuk memberikan ide, serta memberikan batasan permasalahan dan mengembalikan fokus permasalahan jika sudah melenceng dari topik pembicaraan. B. Kajian yang Relevan Ika Fathin Resti Martanti, dan Dr. Agus Widyantoro, M.Pd. dalam penelitian yang berjudul Improving The Teaching Of Reading By Using Silent Card Shuffle Strategy (Scss) To The Eighth Grade Students Of Smpn 1 Seyegan In The Academic Year Of 2012/2013 menyatakan bahwa penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pengajaran membaca siswa kelas VIII SMPN 1 Seyegan dengan menggunakan Silent Card Shuffle Strategy (SCSS). Subyek penelitian ini adalah peneliti, siswa kelas VIII E yang terdiri dari 36 siswa, guru bahasa Inggris, dan kolaborator. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan Silent Card Shuffle Strategy (SCSS) dalam kombinasi dengan menerapkan berbagai media dan kegiatan, seperti gambar dan permainan, dapat meningkatkan pengajaran membaca. Berdasarkan data kualitatif, kegiatan mengajar menjadi lebih terencana dan terstruktur. Dari kegiatan kerja kelompok, siswa dapat membangun kerjasama dan meningkatkan partisipasi mereka. Penggunaan kartu dan gambar dapat memfasilitasi siswa untuk memahami teks-teks dengan mudah. Berdasarkan data kuantitatif, skor membaca siswa meningkat. Skor rata-rata siswa meningkat 65,

17 , 97. Peningkatan pada siswa nilai rata-rata menunjukkan bahwa peningkatan pengajaran membaca memberi dampak kepada siswa berprestasi. Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan Silent Card Shuffle Strategy (SCSS) dapat meningkatkan pengajaran membaca. (Martanti & Widyantoro, 2013) Noveria Anggraeni Fiaji (2011) dalam penelitian yang berjudul Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf Argumentasi dengan Menggunakan Strategi Brainstorming. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: pada setiap siklus tampak ada peningkatan hasil belajar kemampuan menulis paragraf argumentasi pada aspek isi pada siklus I sebesar 55% sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 80%, pada aspek kebahasaan siklus I sebesar 25% dan siklus II meningkat menjadi 65%, dan pada spek argumen pada siklus I sebesar 65%, sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 100%. Dari keseluruhan hasil peningkatan menulis paragraf argumentasi, dapat dilihat bahwasannya kemampuan peserta didik dalam menulis paragraf argumentasi saat pretest sebanyak 70%, atau 14 peserta didik masih belum mencapai SKM, sedangkan sisanya sebanyak 30% atau sebanyak 4 peserta didik telah mencapai SKM. Pada siklus I, meningkat sedikit, sebanyak 40% atau 8 peserta didik telah mencapai SKM yang telah ditentukan, sedangkan sisanya sebanyak 60% atau 12 peserta didik, masih belum mencapai SKM yang ditentukan. Terakhir, pada siklus II sebanyak 100% atau sebanyak 20 peserta didik telah mencapai SKM yang ditentukan, ini pertanda bahwasannya peningkatan kemampuan menulis paragraf argumentasi dengan strategi brainstorming dikatakan berhasil. (Fiaji, 2013) C. Kerangka Pikir Kondisi awal kelas IV SD Negeri Banyubiru 01 pada kemampuan menulis di dalam mata pelajaran bahasa Indonesia adalah 10 siswanya tidak dapat menulis dengan memperhatikan penulisan tanda baca, huruf kapital dan penulisan ejaan

18 23 yang kurang tepat. Ide-ide juga belum tersajikan dengan runtut. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan menulis siswa di pada hasil menulis siswa semester I. Dalam menulis penelitian ini, peneliti memiliki tujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa agar dapat menulis karangan dengan memperhatikan tanda baca, huruf kapital dan ejaan sesuai EYD, serta menuliskan ide-ide secara runtut melalui penerapan teknik silent card shuffle dan brainstorming sebagai sarana untuk menampung ide-ide siswa, mengurutkan ideide siswa, dan reminder atau pengingat mengenai penggunaan EYD. Kelebihan teknik silent card shuffle adalah memberikan kesempatan siswa untuk mengetahui urutan cerita berdasarkan gambar, lalu mengembangkan ide menjadi kalimat dan menyusunnya menjadi paragraf. Sedangkan teknik brainstorming dapat membantu siswa mengingat penggunaan tanda baca, huruf kapital dan penulisan ejaan saat menulis, serta untuk mencurahkan ide-ide atau gagasan mengenai suatu tema yang selanjutnya disusun menjadi kalimat, paragraf, dan karangan. Pembelajaran lebih produktif karena memberi kesempatan siswa untuk mengutarakan idenya dan mengklarifikasi bersama-sama apakah ide tersebut dapat dilibatkan dalam permasalahan yang sedang dibahas atau tidak. Secara sistematis kerangka pikir dapat digambarkan sebagai berikut. Kondisi Awal Guru belum menggunakan teknik silent card shuffle dan brainstorming Hasil belajar belum maksimal Tindakan Guru menggunakan teknik silent card shuffle dan brainstorming yang membantu siswa untuk membangun kemampuan berpikir kritis dalam menulis Kondisi Akhir Kemampuan menulis siswa meningkat Gambar 2.1. Bagan Kerangka Pikir

19 24 D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan uraian pada kajian pustaka, kajian empiris, dan kerangka pikir tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan jika terdapat penerapan teknik silent card shuffle dan brainstorming dalam pembelajaran Bahasa Indonesia kelas IV Semester II di SD Negeri Banyubiru 01 Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang akan meningkatkan kemampuan menulis siswa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kompetensi bahasa Indonesia dibagi menjadi 4 aspek yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Keempat aspek ini saling berkaitan satu dengan yang lain

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini akan dilaksanakan di SD Negeri Banyubiru 01, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang. Penelitian dilaksanakan pada bulan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat dari sudut pandang: (i) hakikat menulis, (ii) fungsi, tujuan, dan manfaat menulis, (iii) jenis-jenis

Lebih terperinci

Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut : 07. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memindahkan informasi pengetahuan ke buku catatan yang telah didapat dari

BAB I PENDAHULUAN. memindahkan informasi pengetahuan ke buku catatan yang telah didapat dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kegiatan sehari-hari dalam lingkungan sekolah siswa tidak akan terlepas dengan aktifitas menulis. Hal tersebut dikarenakan dari menulis siswa memindahkan

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa memiliki kemampuan berbahasa yang mumpuni serta dapat berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan

Lebih terperinci

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) 31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Banyubiru 01 di Dusun Kampung Rapet, Desa Banyubiru, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan dari proses pembelajaran tersebut. Berbagai mata pelajaran diajarkan

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan dari proses pembelajaran tersebut. Berbagai mata pelajaran diajarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam bidang pendidikan proses pembelajaran di sekolah menjadi pilar utama. Karena tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan nasional sangat ditentukan dari proses

Lebih terperinci

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B) 279 34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam kehidupan manusia diperlukan manusia yang lainnya, manusia tidak bisa hidup seorang diri. Komunikasi merupakan jembatan untuk menjalin hubungan dengan

Lebih terperinci

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D) 34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik

Lebih terperinci

35. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunalaras (SDLB-E)

35. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunalaras (SDLB-E) 35. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunalaras (SDLB-E) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik

Lebih terperinci

32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB-A)

32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB-A) 32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB-A) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia sangat diperlukan bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia sangat diperlukan bagi perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia sangat diperlukan bagi perkembangan pendidikan. Mempelajari bahasa Indonesia, berarti ikut serta menjaga dan melestarikan bahasa

Lebih terperinci

33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B)

33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B) 33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan salah satu alat komunikasi dan sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan salah satu alat komunikasi dan sebagai alat 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Bahasa Indonesia merupakan salah satu alat komunikasi dan sebagai alat pemersatu bangsa indonesia dan diperjelas didalam isi sumpah pemuda yang berbunyi kami

Lebih terperinci

33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A)

33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A) 271 33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena bahasa merupakan alat komunikasi antar manusia. Secara luas dapat diartikan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bisa diartikan sebagai sebuah proses kegiatan pelaksanaan kurikulum suatu lembaga pendidikan yang telah ditetapkan (Sudjana, 2001: 1). Pembelajaran

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan adalah seperangkat sasaran kemana pendidikan itu di arahkan. Tujuan pendidikan dapat dimaknai sebagai suatu sistem nilai yang disepakati kebenaran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka Keterampilan menulis perlu mendapat perhatian oleh penulis, agar tercipta hasil tulisan yang bermakna, menarik, dapat dipahami, dan mempengaruhi pembacanya. Seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi negara Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat dimaknai sebagai bahasa

Lebih terperinci

KESALAHAN EJAAN DAN KETIDAKBAKUAN KATA PADA KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SUKOHARJO Tahun Pelajaran 2008/2009 SKRIPSI

KESALAHAN EJAAN DAN KETIDAKBAKUAN KATA PADA KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SUKOHARJO Tahun Pelajaran 2008/2009 SKRIPSI KESALAHAN EJAAN DAN KETIDAKBAKUAN KATA PADA KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SUKOHARJO Tahun Pelajaran 2008/2009 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mendapatkan Gelar S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara, pembinaan bahasa Indonesia menjadi hal yang sangat penting.

BAB I PENDAHULUAN. negara, pembinaan bahasa Indonesia menjadi hal yang sangat penting. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) (2006 : 317), secara umum mata pelajaran Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Mata pelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: a)berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Disusun dan Diajukan Guna Memenuhi Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai peranan yang penting dalam dunia pendidikan dan merupakan penunjang dalam semua bidang studi.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Landasan teoretis yang dipakai dalam penelitian ini meliputi, (1). Bahasa Indonesia, (2). Metode Talking Stick, (3). Hasil belajar. 2.1.1. Bahasa Indonesia Pada

Lebih terperinci

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan ISSN 2252-6676 Volume 4, No. 1, April 2016 http://www.jurnalpedagogika.org - email: jurnalpedagogika@yahoo.com KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal yang urgen peranannya dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi antarmanusia. Selain

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN EJAAN PADA KARANGAN EKSPOSISI SISWA KELAS X MAN PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015 DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS KESALAHAN EJAAN PADA KARANGAN EKSPOSISI SISWA KELAS X MAN PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015 DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA ANALISIS KESALAHAN EJAAN PADA KARANGAN EKSPOSISI SISWA KELAS X MAN PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015 DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Ige Janet L. W. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berekspresi dan salah satunya adalah menulis puisi. Puisi dalam Kamus Besar. penataan bunyi, irama, dan makna khusus; sajak.

BAB I PENDAHULUAN. berekspresi dan salah satunya adalah menulis puisi. Puisi dalam Kamus Besar. penataan bunyi, irama, dan makna khusus; sajak. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek, yakni (1) keterampilan menyimak, (2) keterampilan berbicara, (3) keterampilan membaca, (4) keterampilan menulis.

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK ALFA (EKSPERIMEN KUASI)

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK ALFA (EKSPERIMEN KUASI) MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK ALFA (EKSPERIMEN KUASI) Icah 08210351 Icah1964@gmail.com Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Sekolah Tinggi Keguruan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Berikut ini terdapat beberapa penelitian relevan yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai berikut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dua materi ajar, yakni materi bahasa dan materi sastra. Materi bahasa

BAB I PENDAHULUAN. dua materi ajar, yakni materi bahasa dan materi sastra. Materi bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia dititikberatkan kepada empat keterampilan berbahasa. Keempat keterampilan itu adalah mendengar, berbicara, membaca, dan menulis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di. dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di. dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan berkembang dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di masyarakat, pengaruh informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan, dan pendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia menuntut siswa untuk mampu menuangkan pikiran serta perasaan dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Sehubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) mempunyai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) mempunyai kedudukan yang sangat penting. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) bertujuan agar pelajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari bahasa. Bahasa merupakan sarana untuk berkomunikasi antarsesama manusia. Bahasa sebagai sarana komunikasi dapat berupa

Lebih terperinci

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) KTSP Perangkat Pembelajaran Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) PERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR Mata Pelajaran Satuan Pendidikan Kelas/Semester : Bahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Sudjana (2011: 22), hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Pengalaman belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Aep Suryana, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Aep Suryana, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) merupakan bagian penting dalam kerangka pengembangan pendidikan nasional yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

2015 PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas delapan hal. Pertama, dibahas latar belakang masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa sekolah dasar. Kemudian, dibahas identifikasi

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN METODE BRAINSTORMING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

2015 PENERAPAN METODE BRAINSTORMING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia dijadikan sebagai bahasa persatuan, diciptakan untuk mempersatukan bangsa Indonesia yang terdiri dari bermacam-macam suku, budaya, dan bahasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desi Sukmawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desi Sukmawati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan yang sangat penting bagi kehidupan. Bahasa dijadikan sebagai alat komunikasi untuk melakukan sosialisasi satu sama lain. Melalui bahasalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan di Indonesia sedang gencar-gencarnya dibenahi. Salah satunya yaitu pembaharuan sistem kurikulum guna meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Lebih terperinci

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) PERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Satuan Pendidikan : SMP/MTs. Kelas : VII, VIII, IX Nama Guru : Dwi Agus Yunianto, S.Pd. NIP/NIK : 19650628

Lebih terperinci

07. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. A. Latar Belakang

07. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. A. Latar Belakang 07. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasian dalam mempelajari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN Pendidikan bahasa Indonesia sangat penting karena bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional yang berfungsi sebagai pemersatu bangsa, identitas bangsa, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan bahasa yakni menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Berdasarkan empat aspek keterampilan tersebut,

Lebih terperinci

Contoh File KKM, PROTA, PROMES, SILABUS, RPP, SK & KD, PEMETAAN

Contoh File KKM, PROTA, PROMES, SILABUS, RPP, SK & KD, PEMETAAN Ini adalah Contoh: Jika ada yang berminat dengan Format *.Doc Silahkan kontak: Telp/SMS : 085 255 989 455 Website : http://bit.ly/rppkita Terima kasih! PERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bersifat sangat penting demi terwujudnya kehidupan pribadi yang mandiri dengan taraf hidup yang lebih baik. Sebagaimana pengertiannya menurut Undang-undang

Lebih terperinci

32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA)

32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) 32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Bahasa merupakan sesuatu yang penting untuk dikuasai karena bahasa adalah sarana interaksi dan alat komunikasi antar manusia. Negara Indonesia merupakan

Lebih terperinci

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) 31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang ampuh untuk mengadakan hubungan komunikasi dan melakukan kerja sama. Dalam kehidupan masyarakat, bahasa menjadi kebutuhan pokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin jelas dan terstruktur pula pikirannya. Keterampilan hanya dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan. Bahasa juga merupakan alat untuk berkomunikasi sehari-hari dan menjadi jembatan dalam bersosialisasi dengan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keterampilan berbahasa berhubungan erat dan saling melengkapi dengan pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di sekolah berkaitan

Lebih terperinci

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran KELAS XII SEMESTER 1 SILABUS Semester : 1 Standar : Mendengarkan 1. Memahami informasi dari berbagai laporan 1.1 Membedakan antara fakta dan opini dari berbagai laporan lisan Laporan laporan kegiatan OSIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran penting dalam perkembangan intelektual, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran penting dalam perkembangan intelektual, sosial, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran penting dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia. Pendidikan merupakan tumpuan harapan bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Bahasa Indonesia Pembelajaran Bahasa Indonesia Ruang Lingkup Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Bahasa Indonesia Pembelajaran Bahasa Indonesia Ruang Lingkup Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD 4 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Bahasa Indonesia 2.1.1 Pembelajaran Bahasa Indonesia Yunanto (2004: 55) menyebutkan bahwa bahasa Indonesia merupakan materi belajar yang melibatkan anak dalam ketrampilan-ketrampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung saat tulisan tersebut dibaca oleh orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung saat tulisan tersebut dibaca oleh orang lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis adalah kemampuan menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tulis. Seorang penulis berkomunikasi melalui tulisan mereka untuk mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu wahana yang strategis untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh manusia, sebab pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Keterampilan Mengungkapkan Pendapat. 1. Mengungkapkan pendapat sebagai keterampilan berbicara

BAB II KAJIAN TEORI. A. Keterampilan Mengungkapkan Pendapat. 1. Mengungkapkan pendapat sebagai keterampilan berbicara BAB II KAJIAN TEORI A. Keterampilan Mengungkapkan Pendapat 1. Mengungkapkan pendapat sebagai keterampilan berbicara Keterampilan berbicara memiliki cakupan materi mengungkapkan pikiran, perasaan dan informasi

Lebih terperinci

SILABUS. Nama Sekolah : SMA Negeri 3 Medan Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/Semester : XII / 1 Alokasi Waktu : 4 x 45 Menit

SILABUS. Nama Sekolah : SMA Negeri 3 Medan Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/Semester : XII / 1 Alokasi Waktu : 4 x 45 Menit Alokasi Waktu : 4 x 45 Menit Mendengarkan : 1. Memahami informasi dari berbagai laporan PEMAN KEGIATAN PEMAN INDIKATOR PENILAIAN WAKTU 1.1 Membedakan antara fakta dan opini dari berbagai laporan/ informasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia yaitu menyangkut bahasa yang digunakan oleh warga negara Indonesia dan sebagai bahasa persatuan antar warga, yang merupakan salah satu

Lebih terperinci

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa(SMPLB D)

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa(SMPLB D) 34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa(SMPLB D) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia laninnya.

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia laninnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat terpenting yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Dengan bahasa, manusia akan dapat mengungkapkan segala pemikirannya. Selain itu, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan emosional. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. dan emosional. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan di semua jenis jenjang pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu berkomunikasi dengan baik. Salah satu cara untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. mampu berkomunikasi dengan baik. Salah satu cara untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia adalah salah satu mata pelajaran pokok yang diajarkan di sekolah, baik pada tingkat dasar, tingkat menengah, maupun tingkat atas. Selain itu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

BAB I PENDAHULUAN. emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran penting dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting terhadap kemajuan suatu bangsa di dunia. Pendidikan diproses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan sengaja dengan melibatkan siswa secara aktif mengembangkan potensi yang dimiliki, mengubah sikap,

Lebih terperinci

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) 31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Dengan pendidikan seseorang dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang dapat menjamin kelangsungan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap orang yang belajar bahasa dituntut untuk menguasai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap orang yang belajar bahasa dituntut untuk menguasai A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pada dasarnya setiap orang yang belajar bahasa dituntut untuk menguasai empat keterampilan berbahasa yakni menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Bahasa

Lebih terperinci

Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Sederhana Siswa Kelas IV SDN Pembina Liang Melalui Strategi Aktivitas Menulis Terbimbing

Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Sederhana Siswa Kelas IV SDN Pembina Liang Melalui Strategi Aktivitas Menulis Terbimbing Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Sederhana Siswa Kelas IV SDN Pembina Liang Melalui Strategi Aktivitas Menulis Terbimbing Nurmila Moidady Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

PENERAPAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Pelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika

Lebih terperinci

UJI KOMPETENSI 2013 MATA PELAJARAN BAHASA ARAB

UJI KOMPETENSI 2013 MATA PELAJARAN BAHASA ARAB Pedagogik Standar Memahami berbagai Menguasai teori teori belajar dan prinsipprinsip belajar dan prinsipprinsip pembelajaran pembelajaran yang mendidik terkait yang mendidik dengan mata pelajaran yang

Lebih terperinci

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kemampuan keterampilan dan sikap. Seseorang dapat belajar dari pengalaman sendiri maupun pengalaman

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi dan seni. Peningkatan pengetahuan berbahasa Indonesia berhubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi dan seni. Peningkatan pengetahuan berbahasa Indonesia berhubungan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu fungsi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP secara umum adalah sebagai sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan berbahasa Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membaca merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa sekolah dasar kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Selain itu bahasa Indonesia juga

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Selain itu bahasa Indonesia juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia sangat penting peranannya bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Selain itu bahasa Indonesia juga memiliki peranan yang penting

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bertujuan agar peserta didik memiliki keterampilan (1) berkomunikasi secara

BAB 1 PENDAHULUAN. bertujuan agar peserta didik memiliki keterampilan (1) berkomunikasi secara BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia pendidikan, bahasa Indonesia sangat diperlukan untuk membimbing siswa dalam mengenal bahasa yang baik sesuai dengan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan). Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan guru yang menerapkan komponen-komponen pembelajaran seperti strategi

BAB I PENDAHULUAN. dan guru yang menerapkan komponen-komponen pembelajaran seperti strategi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang melibatkan aktivitas siswa dan guru yang menerapkan komponen-komponen pembelajaran seperti strategi pembelajaran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia. Kemampuan berbahasa seseorang dapat menunjukkan kepribadian serta pemikirannya.

Lebih terperinci

Oleh: Nurul Habibah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

Oleh: Nurul Habibah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo ANALISIS KESALAHAN KEBAHASAAN PADA HASIL KARANGAN SISWA KELAS X SMK TAMTAMA KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2014/2015 DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS X SMA Oleh: Nurul Habibah Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di sekolah memegang peranan penting dalam mengupayakan dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di sekolah memegang peranan penting dalam mengupayakan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena bahasa merupakan alat komunikasi antar manusia. Secara luas dapat diartikan bahwa komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Reni Febriyenti, 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Reni Febriyenti, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menulis karangan merupakan kompetensi dasar yang harus dicapai pada pembelajaran Bahasa Indonesia kelas IV sekolah dasar. Terdapat beberapa kompetensi dasar yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik, dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat seperti organisasi sosial. Di dalam kelompok itu, manusia selalu

BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat seperti organisasi sosial. Di dalam kelompok itu, manusia selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang disadari atau tidak, selalu hidup berkelompok dan saling membutuhkan satu sama lain. Kelompok tersebut dimulai dari suatu

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan, Pengajaran Bahasa dan Sastra ONOMA PBSI FKIP Universitas Cokroaminoto Palopo

Jurnal Pendidikan, Pengajaran Bahasa dan Sastra ONOMA PBSI FKIP Universitas Cokroaminoto Palopo Peningkatan Keterampilan Menulis Wacana Eksposisi Menggunakan Media Berita dalam Koran Siswa Kelas X Nautika B SMK Pelayaran Samudera Nusantara Utama Palopo Darmawati (Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE KONSTRUKTIVISME DI KELAS V

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE KONSTRUKTIVISME DI KELAS V PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE KONSTRUKTIVISME DI KELAS V DINI NURSARI nursaridini@yahoo.com Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Siliwangi Bandung ABSTRAK Pembelajaran

Lebih terperinci

2015 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR

2015 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang mempunyai peran penting didalam komunikasi baik secara lisan maupun tulisan dan digunakan sebagai bahasa nasional sehingga

Lebih terperinci