BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian pasar modal secara umum menurut Keputusan Menteri Keuangan RI No.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian pasar modal secara umum menurut Keputusan Menteri Keuangan RI No."

Transkripsi

1 7 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pasar Modal Pengertian pasar modal secara umum menurut Keputusan Menteri Keuangan RI No. 1548/KMK/1990 tentang peraturan pasar modal, adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk di dalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara di bidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Sedangkan menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001), Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang maupun modal sendiri (h.1). Di Indonesia, pasar modal dikelola oleh Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) dibawah pengendalian menteri keuangan Republik Indonesia. Bapepam-LK merupakan lembaga otoritas tertinggi di pasar modal yang melakukan pengawasan dan pembinaan atas pasar modal. Tugas pokok Bapepam adalah membina, mengatur, dan mengawasi sehari-hari kegiatan pasar modal dengan tujuan mewujudkan terciptanya kegiatan pasar modal yang wajar, teratur, dan efisien serta melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan menteri keuangan dan berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku. II.2 Fungsi Pasar Modal Menurut Sutrisno (Manajemen Keuangan, 2007) Pasar modal memiliki beberapa fungsi strategis yang menyebabkan lembaga ini mempunyai daya tarik baik bagi pihak yang membutuhkan dana, pihak yang memiliki dana, maupun pemerintah. Pemenintah sangat berkepentingan dalam pembinaan pasar modal, karena dengan membaiknya kondisi pasar modal bisa mencegah terjadinya capital flight atau pelarian modal ke luar negeri. Oleh karena itu pasar modal rnempunyai beberapa fungsi antara lain adalah: 7

2 8 1. Sebagai Sumber Penghimpunan Dana Kebuluhan dana perusahaan bisa dipenuhi dari berbagai sumber pembiayaan. Salah satu sumber dana yang bisa dimanfaatkan oleh perusahaan adalah pasar modal, selain sistem perbankan yang selama lni dikenal sebagal media perantara keuangan secara konvensional. Ada beberapa keterbatasan apabila perusahaan memanfaatkan bank sebagai sumber dana. Keterbatasan tersebut adalah jumlah dana yang bisa ditarik dari perbankan terbatas, karena pada industri perbankan dikenal dengan adanya Legal Lending Limit atau Batas Maksimal Pemberian Kredit (BMPK). Sehingga bila perusahaan ingin menggalang dana yang jumlahnya relatif besar akan terhambat dengan aturan perbankan tersebut. Oleh karena itu perusahaan bisa masuk ke pasar modal untuk menggalang dana yang besarnya sesuai dengan yang diharapkan tanpa ada batasan besarnya dana. 2. Sebagai Sarana Investasi Pada umumnya perusahaan yang menjual surat berharga (saham atau obligasi) ke pasar modal adalah perusahaan yang sudah mempunyai reputasi bisnis yang baik dan kredibel, sehingga efek-efek yang dikeluarkan akan laku dijualbelikan di bursa. Sementara, pemilik dana atau investor jika tidak ada pilihan lain mereka akan menginvestasikan pada perbankan yang notabene mempunyai tingkat keuntungan yang relatif kecil. Dengan adanya surat berharga yang mudah dijualbelikan, maka bagi investor merupakan alternatif instrumen investasi. Investasi di pasar modal leblh fleksibel, sebab setiap investor bisa dengan mudah memindahkan dananya dan satu perusahaan ke perusahaan lainnya atau dan satu industri ke industri lainnya. Oleh karena itu pasar modal sebagai salah satu alternatif instrumen penempatan dana bagi investor selain di perbankan atau investasi langsung lainnya.

3 9 3. Pemerataan Pendapatan Pada dasarnya apabila perusahaan tidak melakukan go public, pemilik perusahaan terbatas pada personal-personal pendiri perusahaan yang bersangkutan. Dengan go publicnya perusahaan memberikan kesempatan kepada masyarakat luas untuk ikut serta memiliki perusahaan tersebut. Dengan demikian akan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk ikut menikmati keuntungan dan perusahaan berupa bagian keuntungan atau dividen, sehingga semula hanya dinikmati oleh beberapa orang permilik, akhirnya bisa dinikmati oleh masyarakat artinya ada pemerataan pendapatan kepada masyarakat. 4. Sebagai Pendorong lnvestasi Sudah merupakan kewajiban pemerintah untuk memajukan pembangunan dan perekonomian negaranya. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan memajukan pembangunan membutuhkan investasi besar. Pemerintah tidak akan mampu untuk melakukan investasi sendiri tanpa dibantu oleh pihak swasta nasional dan asing. Untuk mendorong agar pihak swasta dan asing mau melakukan investasi baik secara langsung maupun tidak langsung, pemerintah harus mampu menciptakan iklim investasi yang kondusif bagi mereka. Salah satu iklim investasi yang kondusif adalah likuidnya pasar modal. Semakin baik pasar modal, semakin banyak perusahaan yang akan masuk. II.3 Bursa Efek Menurut Sutrisno dalam bukunya Manajemen Keuangan, pengertian bursa efek atau stock exchange adalah suatu sistem yang terorganisir yang mempertemukan antara penjual dan pembeli efek yang dilakukan baik secara langsung maupun melalui wakil-wakilnya. Bursa efek ini berfungsi untuk menjaga kontinuitas pasar dan menciptakan harga efek yang wajar melalui mekanisme permintaan dan penawaran.

4 10 II.4 Penggolongan Pasar Penjualan saham oleh perusahaan yang go public kepada masyarakat bisa dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan jenis pasar dan sekuritas yang akan dijual. Menurut Sutrisno (Manajemen Keuangan, 2007) jenis-jenis pasar tersebut adalah: 1. Pasar Perdana atau Primary Market Pada dasarnya perusahaan yang mengeluarkan saham atau emiten tidak bisa menjual saham atau obligasinya secara langsung ke bursa. Jual beli di bursa dilakukan oleh para pelaku pasar modal. Perusahaan yang akan go public menjual sahamnya langsung kepada masyaràkat pada saat go public melalul pasar perdana. Pasar Perdana adalah penawaran saham dari perusahaan yang menerbitkan saham atau emiten kepada investor selama waktu yang ditentukan oleh pihak yang menerbitkan sebelum saham tersebut diperdagangkan di pasar sekunder. Dan pengertian ini bisa dikatakan bahwa pada saat pertama kali menjual sahamnya perusahaan tidak bisa menjual secara langsung sahamnya ke bursa, melainkan harus menjual kepada masyrakat. Setelah jangka waktu yang ditentukan oleh emiten, maka saham yang telah dijual kepada masyarakat lewat pasar perdana tersebut didaftarkan ke bursa, den setelah saham didaftarkan ke bursa, maka masyarakat bisa melakukan jual beli saham perusahaan tersebut di lantai bursa. 2. Pasar Sekunder atau Secondary Market Seperti diuraikan di atas bahwa setelah pasar perdana selesai yang dilanjutkan dengan pendaftaran saham ke bursa, barulah investor bisa menjual dan membeli saham ke lantai bursa. Jual beli surat berharga yang dilakukan di lantal bursa ini disebut sebagai Pasar Sekunder. Bila pada pasar perdana harga saham ditentukan bersama antara emiten dan penjamin emisi, maka pada pasar sekunder harga yang terjadi tergantung dari permintaan dan penawaran oleh pembeli dan penjual efek. Besar kecilnya permintaan dipengaruhi oleh faktor internal perusahaan yakni kinerja perusahaan yang mengeluarkan saham dan faktor eksternal yang merupakan faktor di luar kemampuan perusahaan.

5 11 II.5 Pendekatan Investasi Ada 2 jenis pendekatan investasi, antara lain: 1. Technical Analysis Analisis teknikal adalah pendekatan investasi dengan cara mempelajari data historis dan harga saham serta menghubungkannya dengan trading volume yang terjadi dan kondisi ekonomi pada saat itu. Analisis ini hanya mempertimbangkan pergerakan harga saja tanpa mernperhatikan kinerja perusahaan yang mengeluarkan saham. Pergerakan harga tersebut dihubungkan dengan kejadian-kejadian pada saat itu, sepenti adanya pengaruh ekonomi, pengaruh politik, pengaruh statement perdagangan, pengaruh psikologis, maupun pengaruh isu-isu lainnya. Pergerakan harga saham riil oleh pengamat pasar modal Amerika Dow Jones diteliti, hingga melahirkan Dow theory. Dow theory membagi pergerakan harga saham menjadi tiga bagian, yakni: a. Primary Move merupakan pergerakan harga jangka panjang dalam satu arah, balk pada saat naik terus menerus atau sering disebut Bull market maupun saat turun atau Bear Market. b. Intermediate move adalah pergerakan harga pada saat bear atau bull market. c. Ripple Move yakni terjadi apabila dalam satu kurun waktu tertentu harga saham mengalami kondisi stabil. Misalnya pada saat primary move akan terdapat intermediate move dan ripple move. 2. Fundamental Analysis Merupakan pendekatan analisis harga saham yang menitik beratkan pada kinerja perusahaan yang mengeluarkan saham dan analisis ekonomi yang akan mempengaruhi masa depan perusahaan. Kinerja perusahaan bisa dilihat dari: a. Perkembangan perusahaan

6 12 b. Neraca perusahaan dan laporan rugi-labanya c. Proyeksi usaha d. Rencana Perluasan dan kerjasama, dan lain-lain. Pada umumnya apabila kinerja perusahaan mengalami perkembangan yang baik, akan bisa mengangkat harga saham. II.6 Instrumen Investasi Instrumen investasi di pasar modal sering disebut dengan efek yaitu semua suratsurat berharga yang umum diperjualbelikan melalui pasar modal, Menurut UU No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal, efek adalah setiap surat pengakuan hutang, surat berharga komersial, saham, obligasi, sekuritas kredit, tanda bukti hutang, setiap rights, waran, opsi, atau derivatif dan efek, atau setiap instrumen yang ditetapkan sebagai efek. Instrurnen yang paling sering dijual belikan di pasar modal Indonesia adalah saham dan obligasi. 1. Saham Merupakan surat bukti kepemilikan perusahaan atau penyertaan pada perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT). Di pasar modal Indonesia transaksi saham sangat dominan dibandingkan dengan obligasi. Saham ini dapat dibedakan dalam dua macam, yaitu saham preferen (preferred stock) dan saham biasa (common stock). Menurut Tjiptono dan Fakhruddin (2001) menjelaskan macam-macam saham jika ditinjau dari kinerja perdagangannya.

7 13 a. Blue-Chip Stocks Yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memiiki reputasi tinggi, sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen. b. Income Stocks Adalah saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. c. Growth Stocks Adalah saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi. d. Speculative Stocks Adalah saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun belum pasti. e. Counter Cyclical Stocks Adalah saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. Emiten seperti ini biasanya bergeral dalam produk yang sangat dan selalu dibutuhkan masyarakat. II.7 Risiko dan Pengembalian Salah satu motif investor melakukan investasi adalah harapan pengembalian dana yang lebih tinggi dibandingkan dana awal yang ditanamkan. Pengembalian ini biasa disebut return. Halim (2003) mendefinisikan, "Return merupakan imbalan yang diperoleh dari investasi" (h. 30).

8 14 Return dibedakan menjadi dua, pertama return yang telah terjadi (actual return) yang dihitung berdasarkan data historis, dan yang kedua, return yang diharapkan (expected return) akan diperoleh investor di masa mendatang. Komponen return meliputi: 1. Capital gain (loss), merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. 2. Yield, merupakan pendapatan yang diperoleh dari suatu hasil investasi selama satu periode. Untuk investasi dalam saham, yield merupakan jumlah dividen yang diperoleh selama satu periode, biasanya dinyatakan dengan persentase dari harga pokok. Adapun faktor yang membuat return tidak pasti adalah risiko (risk). Hampir semua investasi mengandung unsur ketidakpastian atau risiko. Investor tidak tahu dengan pasti hasil yang diperolehnya dari investasi yang dilakukan karena investor menghadapi kesempatan investasi yang berisiko. Apabila investor mengharapkan untuk memperoleh keuntungan yang tinggi, maka ia harus slap untuk menanggung risiko yang tinggi pula. Jones (2002) menyatakan, "Risk is the change that the actual outcome from an investment will differ from the expected outcome" (p. 131). Dalam bukunya, Halim (2003) menjelaskan pada konteks portfolio risiko, ada dua risiko yang timbul ketika melakukan proses investasi, yaitu: 1. Risiko sistematis, merupakan risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena fluktuasi risiko ini dipengaruhi oleh faktor-faktor makro yang dapat mempengaruhi pasar secara keseluruhan, misalnya ada perubahan tingkat bunga, kurs valas, kebijakan pemerintah, dan sebagainya. Sifat risiko ini disebut juga undiversiable risk. 2. Risiko tidak sistematis, merupakan risiko yang dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena risiko ini hanya ada dalam satu perseroan atau industri tertentu. Fluktuasi risiko ini besarnya berbeda-beda antara satu saham dengan yang lain. Karena perbedaan itulah maka masing-masing saham memiliki tingkat sensitivitas yang berbeda terhadap setiap perubahan pasar, misalnya faktor struktur modal,

9 15 struktur aset, tingkat likuiditas, tingkat keuntungan, dsb. Risiko ini disebut juga diversiable risk. Sedangkan risiko-risiko yang dapat terjadi dan perlu dipertimbangkan investor dalam membuat keputusan investasi antara lain: 1. Risiko bisnis, adalah suatu risiko menurunnya kemampuan memperoleh laba yang pada gilirannya akan mengurangi pula kemampuan perusahaan (emiten membayar bunga atau dividen. 2. Risiko pasar (market risk), merupakan risiko yang timbul akibat kondisi perekonomian negara yang berubah-ubah dipengaruhi oleh resesi dan kondisi perekonomian lain. 3. Risiko likuiditas, risiko ini berkaitan dengan kemampuan suatu surat berharga untuk dapat segera diperjualbelikan dengan tanpa mengalami kerugian yang berarti. 4. Risiko mata uang (currency risk), merupakan risiko yang timbul akibat pengaruh perubahan nilai tukar mata uang domestik (misalnya Rupiah) dengan mata uang negara lain (misalnya dolar AS). 5. Risiko tingkat bunga. Naiknya tingkat bunga biasanya menekan harga jenis suratsurat berharga yang berpendapatan tetap termasuk harga-harga saham. Biasanya, kenaikan tingkat bunga berjalan tidak searah dengan harga-harga instrumen pasar modal. Risiko naiknya tingkat bunga misalnya jelas akan menurunkan harga-harga di pasar modal. 6. Risiko daya beli (purchasing power risk), risiko ini berkaitan dengan kemungkinan terjadinya inflasi yang menyebabkan nilai riil pendapatan akan lebih kecil.

10 16 II.8 Metode Analisis Pergerakan Harga Saham Bermain saham tanpa mengetahui analisa berarti penulis melakukan perjudian di dalamnya. Pada umumnya, dengan perjudian, maka akan berujung pada kerugian. Apabila mengalami keuntungan, maka hal itu karena faktor luck, dan biasanya tidak bertahan lama. Karena itu, kemampuan melakukan analisis sangat penting dalam bermain saham. Secara garis besar analisis dalam memprediksi pergerakan harga saham di masa mendatang dibagi menjadi dua cara, yakni analisis teknikal (technical analysis) dan analisis fundamental (fundamental analysis). Menurut Hendra Syamsir (2004), "Analisis fundamental pada dasamya dapat dikatakan sebuah analisa yang dilakukan untuk melakukan penilaian atas sebuah saham dengan menggunakan analisis yang meliputi: (1) analisis perekonomian internasional, (2) analisis perekonomian nasional, (3) analisis industri, (4) analisis perusahaan. Sedangkan Pring (2001) menyatakan "the art of technical analysis is to try to identify trend changes at an early stage and maintain an investment or trading posture until the weight of the evidence shows or proves that the trend has reversed" (p. 5). Dahlan Siamat juga menjelaskan mengenai analisis fundamental sebagai "Penilaian suatu efek sangat dipengaruhi dan tidak lepas dari kondisi kinerja perusahaan penerbitnya (emiten). Menurut para penganut analisis fundamental, harga saham merupakan refleksi dari nilai perusahaan yang bersangkutan. Oleh karena itu dalam melakukan penilaian suatu saham menurut pendekatan fundamental dapat digunakan teknik analisis rasio" (h. 277). Syamsir dalam bukunya menjelaskan bahwa "Analisis teknikal dapat dikatakan sebagai sebuah analisis tentang pergerakan harga saham yang didasarkan dari pergerakan harga saham itu sendiri di masa yang lalu" (h. 5). Sedangkan menurut Tedy Fardiansyah (2003), analisis teknikal merupakan "Suatu pemanfaatan data historis (harga dan volume perdagangan saham) yang tersedia di pasar. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi suatu

11 17 trend atau pola berulang dari pergerakan harga saham dan kemudian dieksploitasi untuk mendapatkan keuntungan" (h. 90). Dari uraian di atas, dapat disimpulkan analisis fundamental merupakan analisis yang dilakukan dengan menganalisis perekonomian secara makro dan mikro lalu ditarik kesimpulan untuk mendapatkan proyeksi harga di masa mendatang. Sedangkan analisis teknikal adalah analisis yang dilakukan dengan cara membuat analisis harga dari fluktuasi harga di masa lampau dan memproyeksikan harga tersebut untuk masa mendatang. II.8.1 Analisis Fundamental (Fundamental Analysis) Setelah melihat uraian di atas, maka penulis lanjutkan dengan penjabaran mengenai analisis fundamental lebih lanjut. Analisis fundamental sering disebut juga share price forecasting model, dan sering dipergunakan dalam berbagai pelatihan analisis sekuritas. Dalam membuat model peramalan harga saham tersebut, langkah yang penting adalah mengidentifikasikan faktor-faktor fundamental (seperti kebijakan dividen, pemerintah, bursar, dsb.) yang diperkirakan akan mempengaruhi harga saham. Secara garis besar, analisis fundamental sebuah perusahaan dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar II.1 Proses Analisis Fundamental Sumber: Buku Solusi Investasi di Bursa Saham

12 18 Berikut ini adalah metode yang dapat digunakan untuk menaksir nilai intrinsik (intrinsic value) suatu saham dengan pendekatan fundamental: Pendekatan melalui rasiorasio keuangan yang biasa dipakai untuk memproyeksikan harga saham di masa mendatang. Rasio-rasio tersebut antara lain: debt to equity ratio, net profit margin, dividen payout ratio, price earning ratio, laju pertumbuhan pendapatan. II.8.2 Analisis Teknikal (Technical Analysis) Analisis ini merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham (kondisi pasar) dengan mengamati perubahan harga saham di waktu yang lalu. Berbeda dengan pendekatan fundamental, analisis teknikal tidak memperhatikan faktor-faktor fundamental (seperti kebijakan pemerintah, pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan penjualan perusahaan, pertumbuhan laba, perkembangan tingkat bunga, dsb.) Asumsi-asumsi yang berlaku dalam analisis ini antara lain: 1. Supply dan demand ltu sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor, baik yang rasional maupun irasional. 2. Perubahan harga saham cenderung bergerak mengikuti trend tertentu. 3. Trend tersebut dapat berubah karena bergesernya supply dan demand saham (kondisi pasar). 4. Pergeseran supply dan demand dapat dideteksi dengan mempelajari diagram dari perilaku pasar. 5. Pola-pola tertentu yang terjadi pada masa lalu akan terulang kembali di masa mendatang.

13 19 II.9 Analisis Teknikal dengan Metode Stochastic Oscillator Untuk mengetahui tentang stochastic oscillator, penulis akan membahas mengenai metode ini dan formulasi yang digunakan. II.9.1 Metode dan Formulasi Stochastic oscillator adalah sebuah alat analisis yang pertama kali dikembangkan oleh George C. Lane pada akhir tahun 1950an. Alat analisis ini merupakan salah satu momentum oscillator yang menunjukkan posisi closing saat ini (current) secara relarif terhadap range transaksi dalam suatu periode tertentu. Analisis stochastic oscillator terdiri dari dua buah garis, yaitu garis %K dan garis %D. %K adalah garis yang menggambarkan posisi relatif, serta harga closing terhadap range harga tertinggi dan terendah dalam periode pengamatan. Sedangkan %D merupakan trigger line yang tak lain merupakan rata-rata pergerakan sederhana (simple moving average) dari %K. Nilai maksimal dari %D dan %K pada stochastic oscillator adalah 100, sementara nilai minimalnya adalah 0. II.9.2 Menghitung %K dan %D II Menghitung %K sebagai berikut: Nilai %K dalam stochastic oscillator dapat dihitung dengan menggunkan formulasi %K = 100 X RecentClose LowestLow(n) HighestHigh LowestLow(n) Dalam formulasi tersebut jelas variabel utama yang dapat mempengaruhi besarnya nilai %K adalah posisi harga closing terhadap harga tertinggi dan terendah dalam periode pengamatan.

14 20 Semakin dekat posisi harga closing dengan harga high tertinggi, akan semakin besar pula nilai %K, dan sebaliknya, semakin dekat posisi harga closing dengan harga low terendah maka akan semakin kecil pula nilai garis %K. II Menghitung %D Seperti telah penulis bahas sebelumnya, %D (trigger line) sebenarnya hanyalah Simple Moving Average 3 periode dari %K. Dengan demikian maka perhitungannya sama saja dengan metode penghitungan simple moving average, tetapi basis data yang digunakan adalah %K. Pemilihan periode yang pendek (3 periode) untuk membentuk garis %D dilatarbelakangi dengan tujuan meningkatkan sensitivitas alat analisis. Namun jika saham yang penulis amati memiliki volatilitas yang sangat tinggi, maka tentu saja penulis dapat menggunakan periode Moving Average yang lebih panjang agar terhindar dari kesalahan analisis. II.9.3 Slow, Fast dan Full Stochastic II Slow dan Fast Stochastic Oscillator Sebagai salah satu alat analisis momentum, salah satu keunggulan indikator Stochastic dibandingkan dengan indikator momentum lainnya adalah tingginya sensivitas yang dimiliki oleh alat analisis ini. Karena itu seringkali terjadi ketika alat analisis lain tidak dapat memberikan informasi tentang trend pergerakan harga saham, alat analisis Stochastic Oscillator mampu memberikan informasi yang dibutuhkan. Dalam praktik, penulis akan menemui tiga jenis Stochastic Oscillator. yaitu Fast Stochastick Oscillator, Slow Stochastic Oscillator dan Full Stochastic Oscillator. Sebagai pembuka, penulis akan membahas mengenai Fast dan Slow Stochastic Oscillator terlebih dahulu.

15 21 Fast Stocahastic Oscillator sebenarnya hanyalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perhitungan Stochastic Oscillator dengan menggunakan formulasi standar yang telah penulis bahas sebelumnya formulasi %K dan %D. Sedangkan Slow Stochastic Oscillator adalah Stochastic Oscillator yang dihitung dengan cara memuluskan Fast Stochastic Oscillator (moving average). Sama halnya dengan Fast Stochastic Oscillator, maka Slow Stochastic Oscillator juga terdiri dan dua garis yang juga dinamakan %K dan %D. Bedanya, dalam Slow Stochastic Oscillator garis %K diperoleh dan rata-rata bergerak dan %K Fast Oscillator, sementara %D pada Slow Stochastic Oscillator merupakan rata-rata bergerak dan %K-nya. Untuk memudahkan, selanjutnya %K pada Slow Stochastic Oscillator dinamakan %K Slow dan %D pada Slow Stochastic Oscillator dinamakan %D slow. Periode pemulusan yang diterapkan pada Fast Stochastic Oscillator untuk memperoleh Slow Stochastic Oscillator adalah 3 (untuk Slow Stochastic Oscillator, anda tidak dapat merubah panjang peniode ini). Sedangkan %D slow dihitung dengan cara menerapkan Simple Moving Average 3 periode atas %K slow (ingat, dalam slow stochastic oscillator periode %K tidak dapat diubah). Notasi dari Fast Stochastic Oscillator dan Slow Stochastic Oscillator dapat dituliskan sebagai benikut: Fast Stochastic (m,o) m = periode yang digunakan untuk menghitung %K Fast o = periode yang digunakan untuk menghitung %D Fast Slow Stochastic (m,o) m = periode yang digunakan untuk menghitung %K Fast o = periode yang digunakan untuk menghitung %D Slow

16 22 Untuk mengetahui seberapa efektif metode Slow Stochastic Oscillator ini dalam menghilangkan sinyal palsu pada Fast Stochastic Oscillator, penulis dapat pada gambar di bawah ini: Gambar II.2 Fast dan Slow Stochastic Oscillator melihat hal itu Sumber: II Full Stochasticc Oscillator Pembentukan Fulll Stochastic Oscillator lebih lanjut sebenarnya dimaksudkan untuk lebih mengurangi sinyal palsu yang mungkin masih ditinggalkan oleh Slow Stochastic Oscillator atau dalam kata lain memberi kebebasan bagi pengguna analisa ini untuk menemukan periode yang paling cocok dengan pergerakan harga saham yang tengah diamati. Metode ini juga memungkinkann pengguna untuk mengubah periode yang digunakan dalam analisis %K Fast maupun periode pemulusan yang akan diterapkan pada %K Fast

17 23 tersebut untuk memperoleh %K full dan memilih periode yang cocok untuk membentuk garis %D full. Full Stochastic Oscillator juga terdiri dan dua garis, yaitu %K dan %D. Untuk memudahkan pembahasan, penulis akan menamakan garis %K ini sebagai %K Full sedangkan garis %D penulis beri nama %D Full. Full Stochastic Oscillator disusun atas tiga parameter. Parameter yang pertama digunakan untuk menggambarkan periode yang digunakan untuk membentuk garis %K fast, parameter kedua digunakan untuk menggambarkan periode yang digunakan untuk memuluskan garis %K fast menjadi %K full, dan parameter terakhir digunakan untuk mengukur %D Full. Selain lebih fleksibel dibandingkan Fast dan Slow Stochastic Oscillator, format penulisan Full Stochastic Oscillator dapat digunakan untuk menggambarkan Stochastic Oscillator lainnya. Notasi Full Stochastic Oscillator dapat dituliskan sebagaj berikut: Full Stochastic (m,n,o) Di mana: m = Periode yang digunakan untuk menghitung %K fast n = Periode yang digunakan untuk memuluskan garis %K fast untuk memperoleh %K full o = Periode yang digunakan untuk menghitung %D full dan %K full.

18 24 Untuk melihat kemampuan Full Stochastic dalam menghilangkan sinyal palsu yang masih ditinggalkan oleh Fast ataupun Slow Stochastic Oscillator,, dapat dilihat pada grafik di bawah ini: Gambar II.3 Perbandingan Fast, Slow dan Full Stochastic Oscillator Sumber:

19 25 II Hubungan antara Fast, Slow dengan Full Stochastic Oscillator pada bahasan-bahasan terdahulu, penulis telah membahas penulisan notasi untuk Fast, Slow dan Full Stochastic Oscillator. Pada bagian ini penulis akan membahas hubungan antara notasi Fast, Slow dan Full Stochastic Oscillator tersebut. Perhatikan kembali aturan-aturan masing-masing Stochastic Oscillator tersebut: Full Stochastic Oscillator (m,n,o) Full stochastic oscillator dimana: m = Periode yang digunakan untuk mengukur %K Fast n = Periode MA yang diterapkan pada %K Fast untuk mendapatkan % K full o = Periode MA yang diterapkan pada %K Full, untuk menghitung %D full Fast Stochastic Oscillator dituliskan sebagai berikut (m,o) Fast Stochastic Oscillator dimana: m = Periode yang digunakan untuk mengukur %K fast o = Periode MA yang diterapkan pada %K fast untuk menghitung %D fast Slow Stochastic Oscillator ditulis: (m,o) Slow Stochastic Oscillator Di mana: m = Periode yang digunakan untuk mengukur %K Fast o = Periode MA yang diterapkan pada %K slow (SMA 3 periode dan %K slow) untuk menghitung %D slow Seperti telah dibahas sebelumnya, parameter m pada Fast dan Slow Stochastic Oscillator dan Slow Stochastic Oscillator digunakan untuk menunjukkan periode yang digunakan dalam menghitung garis %K Fast. Parameter o pada Fast Stochastic Oscillator digunakar untuk menunjukkan periode yang digunakan dalam pembentukan garis %D Fast, sementara pada Slow Stochastic

20 26 Oscillator, parameter o digunakan untuk menunjukkan periode yang digunakan dalam penghitungan garis %D slow (rata-rata bergerak dan %K slow). Periode pemulusan dan %K Fast ke %K Slow tidak dituliskan karena telah ditetapkan bahwa dalam analisis Slow Stochastic Oscillator maka garis %K Slow adalah rata-rata bergerak sederhana (Simple Moving Average) 3 periode dari %K Fast. Agar lebih jelas, perhatikan tabel dibawah ini: Tabel II.1: (14,3) fast stochastic oscillator dan (14,3) slow stochastic oscillator. Date %K Fast (a) %D Fast (b) %K Slow (c) %D Slow (d) 9/18/98 9/21/98 9/22/98 9/23/98 9/24/98 9/25/98 9/28/98 9/29/98 9/30/98 10/1/98 10/2/98 10/5/98 10/6/98 10/7/98 10/8/98 10/9/98 87, /12/98 70, /13/98 93, , , /14/98 74, , , /15/98 70, , , , /16/98 95, , , , /19/98 74, , , , /20/98 80, , , , /21/98 61, , , , /22/98 65, , , , /23/98 68, , , , /26/98 62, , , , /27/98 65, , , , /28/98 50, , , ,2252 Sumber: data diolah.

21 27 Keterangan: %K Slow = rata-rata bergerak sederhana 3 periode dan %K Fast. Karena periode %D fast yang digunakan dalam kasus ini juga sama dengan 3, maka %K Slow = %D Fast. %D Slow = Rata-rata bergerak sederhana 3 periode dan %K Slow. Seperti yang telah penulis bahas sebelumnya, dalam Slow Stochastic Oscillator penulis dibatasi dalam menggunakan metode SMA (Simple Moving Average) 3 periode untuk memuluskan garis %K Fast, sementara dalam Full Stochastic Oscillator penulis bebas menggunakan SMA dengan periode berapapun untuk memuluskan garis %K guna membuat garis %K Full. Supaya lebih jelas, perhatikan tabel di bawah ini: Tabel II.2: (14,3) Fast stochastic oscillator, (14,5,4) Full stochastic oscillator Date %K Fast %D Fast %K Full %D Full 9/22/98 9/23/98 9/24/98 9/25/98 9/28/98 9/29/98 9/30/98 10/1/98 10/2/98 10/5/98 10/6/98 10/7/98 10/8/98 10/9/98 87,10 10/12/98 70,97 10/13/98 93,55 83,87 10/14/98 74,19 79,57 10/15/98 70,97 79,57 81,00 10/16/98 95,24 80,13 79,76 10/19/98 74,47 80,22 79,98 80,25 10/20/98 80,85 83,52 81,29 80,34 10/21/98 61,70 72,34 78,69 79,99 10/22/98 65,96 69,50 75,12 78,37 10/23/98 68,09 65,25 69,03 74,28 10/26/98 62,22 65,42 66,72 70,29 10/27/98 62,12 64,14 64,94 66,90 10/28/98 50,00 58,11 62,56 64,74 Sumber: data diolah.

22 28 Keterangan: %K Full Rata-Rata bergerak sederhana 5 periode dan %K Fast. %K fast menggunakan periode 14. %D fast = rata-rata bergerak 3 periode dan %K Fast. %D Full merupakan ratarata bergerak 4 periode dan %K Full. Melihat penjelasan-penjelasan di atas di atas maka tampak jelas bahwa penulisan Full Stochastic Oscillator dapat digunakan untuk menggambarkan Fast ataupun Slow Stochastic Oscillator. II.9.4. Aturan-Aturan Umum dalam Analisis Stochastic Informasi yang dapat diberikan oleh alat analisis Stochastic Oscillator ini pada dasarnya memiliki banyak kemiripan dengan indikator Relative Strength Index (RSI), yaitu indikasi akan terjadi overbought dan oversold dan positive/negative divergence. Namun dibanding RSI, Stochastic Oscillator memiliki beberapa keunggulan, antara lain sensitivitas yang lebih tinggi dan informasi arah trend melalui crossover antara garis %K dan %D. II Informasi Overbought dan Oversold Aturan dalam melakukan analisis menggunakan Stochastic Oscillator memiliki kemiripan dengan analisis RSI, di mana alat analisis ini juga memiliki aturan overbought dan oversold. Secara teoritis, titik oversold dalam analisis Stochastic akan berada pada level 20 sedangkan titik overbought akan terjadi pada level 80. Namun harap diingat bahwa titik-titik tersebut tidak selalu menjadi batasan overbought dan oversold suatu saham. Pada dasarnya Stochastic Oscillator mengukur kekuatan relatif harga teraithir (last done) terhadap selang harga tertinggi, terendah selama periode analisis.

23 29 Satu hal penting yang perlu penulis garis bawahi dalam analisis overbought dan oversold pada Stochastic Oscillator adalah kondisi oversold dan overbought diamati dari pergerakan garis %K. Gambar II.4, Informasi overbought / oversold. (saham INDF) Sumber: Buku Solusi Investasi di Bursa Saham Indonesia Keterangan: 1 = %K masuk ke dalam wilayah overbought, bearish akan segera terjadi 2 = %K meninggalkan wilayah overbought, bearish 3 = %K masuk ke wilayah oversold, bullish akan segera terjadi 4 = %K meninggalkan wilayah oversold, bullish 5 = %K masuk ke dalam wilayah overbought, bearish akan segera terjadi 6 = %K meninggalkan wilayah overbought, bearish 7 = %K masuk ke wilayah oversold, bullish akan segera ter jadi 8 = %K meninggalkan wilayah oversold, bullish 9 = %K masuk ke dalam wilayah overbought, bearish akan segera terjadi

24 30 10 = %K meninggalkan wilayah overbought, bearish Untuk mempertajam analisis yang dihasilkan, tentu penulis harus menggunakan pemilihan batasan oversold dan overbought yang tepat. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menghasilkan analisis overbought dan oversold yang tepat dengan menggunakan stochastic oscillator, baik dengan menggunakan fast, slow ataupun full stochastic oscillator (metode yang digunakan secara umum sama saja dengan metode pencarian batasan overbough /oversold serta periode yang tepat dalam analisis RSI, namun basis data yang penulis gunakan saat ini adalah garis %K.). II Crossover Kondisi crossover pada analisis Stochastic Oscillator adalah jika terjadi perpotongan antara garis %K dan %D. Jika garis %K memotong garis %D dan bawah, hal inl mengindikasika kondisi bullish. Jika garis %K memotong garis % D dan atas maka hal ini akan mengindikasikan terjadinya bearish trend. Perbedaan antara informasi yang dihasilkan kondisi oversold dan overbought dengan informasi yang dihasilkan melalui kondisi crossover pada Stochastic Oscillator terletak dan panjangnya trend yang dikonfirmasikan. Informasi yang dihasilkan oleh kondisi overbought dan oversold lebih mencerminkan trend jangka panjang, sementara kondisi bullish dan bearish crossover memberikan arah pergerakan trend jangka pendek. Dengan adanya informasi bullish ataupun bearish crossover ini, penulis masih dapat mengambil keuntungan dengan memanfaatkan fluktuasi-fluktuasi dalam sebuah trend jangka panjang. Selain itu, jika Stochastic Oscillator berada dalani kondisi indecision (wilayah di mana tidak terdapat keputusan) yaitu pada saat indikator Stochastic tidak berada dalam wilayah overbought atau oversold, maka dengan menggunakan informasi bullish atau bearish crossover penulis masih dapat mengambil keputusan. Dengan menggunakan

25 31 informasi bullish /bearish crossover penulis akan dapat memperoleh keputusan yang lebih cepat dalam kondisi oversold ataupun overbought. Gambar II.5, Bullish /Bearish Crossover sebagai Alat Pengambil Keputusan dalam Kondisi Indecision dan Konfirmasi Posisi Overbought /Oversold (saham TLKM), (14,3) Slow Stochastic Oscillator Sumber: Buku Solusi Investasi di Bursa Saham Indonesia Perhatikanlah gambar II.5 di atas. Pada point a terjadi konfirmasi bullish setelah garis %K meninggalkan wilayah oversold. Di sini trend bullish yang akan terjadi dikuatkan pula oleh perpotongan garis %K dan %D, di mana garis %K memotong garis %D dan bawah (bullish crossover). Pada posisi b terlihat garis %K berada di wilayah indecision karena garis %K tidak berada di posisi oversold ataupun overbought. Perhatikan bahwa jika penulis hanya menggunakan informasi yang didapat dan kondisi overbought /oversold, maka penulis akan banyak menderita kerugian, karena informasi yang diberikari oieh point a ternyata salah mengingat harga saham bergerak dalam arah yang berlawanan dari prediksi semula.

26 32 Namun dengan menggunakan informasi bearish crossover pada point b (garis % K memotong garis %D dan atas ke bawah), penulis masih dapat melakukan aksi cut loss pada point b. Pada point c, terlihat garis %K masuk ke dalam wilayah oversold dan hal ini menginformasikan akan terjadi trend bullish beberapa saat kemudian. Harap perhatikan bahwa jika penulis menunggu konfirmasi bullish pada garis %K semata, maka penulis baru memperoleh konfirmasi bullish pada point e, di mana garis %K bergerak meninggalkan wilayah oversold. Namun apabila penulis menggunakan informasi bullish crossover maka penulis dapat mengambil posisi beli pada point d. Pada point f, garis %K masuk ke dalam wilayah overbought yang memberikan informasi bahwa harga saham akan mengalami trend bearish beberapa saat mendatang. Jika penulis hanya menunggu pergerakan garis %K untuk memberikan konfirmasi bearish trend, maka penulis harus menunggu terlebih dulu pada point h, di mana garis %K kembali meninggalkan wilavah overbought. Namun dengan menggunakan informasi bearish crossover, maka penulis telah dapat mengambil keputusan jual pada poin g. Dalam sebuah trend kenaikan yang sangat kuat, kadangkala garis %K akan berkali-kali memasuki wilayah overbought tanpa lebih dulu kembali ke daerah oversold. Dengan bullish crossover penulis dapat melihat penguatan trend ini tanpa harus menunggu hingga garis %K kembali masuk ke wilayah oversold. Hal yang sama juga terjadi pada trend bearish yang sangat kuat.

27 33 II Divergence Informasi lain yang dapat diberikan oleh Stochastic Oscillator adalah divergence positif dan negatif. Ketika garis Stochastic memasuki wilayah overbought, penulis dapat menunggu kemunculan negative divergence. Biasanya kemunculan divergence negatif akan menunggu dua konfirmasi titik penurunan hingga di bawah level 80. Sebaliknya, untuk menghasilkan sinyal beli maka penulis dapat menunggu hingga indikator Stochastic jatuh ke wilayah oversold dan menunggu terbentuknya divergence positif. Gambar II.6. Divergence Negatif pada Saham AALI, (14,3) Slow Stochastic Oscillator Sumber: Buku Solusi Investasi di Bursa Saham Indonesia

28 34 II Bullish /Bearish Centerline Seperti halnya dengan indicator oscillator lainnya, stochastic oscillator juga memiliki aturan bullish dan bearish centerline, di mana, jika garis %K memotong level 50 dan bawah, maka hal inl menunjukkan posisi bullish centerline, sementara jika garis %K memotong level 50 dan atas, maka hal in menunjukkan posisi bearish centerline. Aturan ini akan berlaku umum meskipun anda menggunakan periode %K Fast Full metode penghitungan oversold dan atau overbought yang berbeda. Gambar II.7. Bearish dan Bullish Centerline pada Saham AALI. Sumber: Buku Solusi Investasi di Bursa Saham Indonesia Indikasi bearish dan bullish centerline pada gambar di atas disimbolkan oleh panah naik atau turun yang dibatasi kotak.

29 35 II.10 Kerangka Pemikiran Saham PT. Telekomunikasi Indonesia (TLKM) Saham PT. Indosat (ISAT) Analisa Teknikal dengan Stochastic Oscillator Analisa Teknikal dengan Stochastic Oscillator Arah pergerakan Overbought / Oversold Arah pergerakan Overbought / Oversold Perbandingan antara TLKM & ISAT TLKM Lebih Baik ISAT Lebih Baik

Bab 3 LANDASAN TEORI. modal, yaitu Analisa fundamental dan Analisa Teknikal. Analisa Fundamental adalah studi tentang ekonomi, industri, dan kondisi

Bab 3 LANDASAN TEORI. modal, yaitu Analisa fundamental dan Analisa Teknikal. Analisa Fundamental adalah studi tentang ekonomi, industri, dan kondisi 10 Bab 3 LANDASAN TEORI 3.1 Jenis Analisa dalam Pasar Modal Secara garis besar ada dua jenis analisa yang dapat digunakan dalam pasar modal, yaitu Analisa fundamental dan Analisa Teknikal 3.1.1 Fundamental

Lebih terperinci

BAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis

BAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis 10 BAB 2 Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pasar Modal a. Pengertian Pasar Modal Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu tempat bertemunya para penjual dan pembeli

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pasar Modal Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pasar Modal Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, yang termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Rahayu (2006) melakukan penelitian dengan judul Reaksi Pasar Terhadap

BAB II URAIAN TEORITIS. Rahayu (2006) melakukan penelitian dengan judul Reaksi Pasar Terhadap 37 BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Rahayu (2006) melakukan penelitian dengan judul Reaksi Pasar Terhadap Peristiwa Stock Split yang Terjadi di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori Agensi, Teori Sinyal, Pengertian Pasar Modal, Faktor-Faktor Keberhasilan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori Agensi, Teori Sinyal, Pengertian Pasar Modal, Faktor-Faktor Keberhasilan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Bab ini memuat uraian teori-teori yang mendukung penelitian ini. Teoriteori yang digunakan sebagai acuan dalam memecahkan permasalahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham juga berarti sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seorang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham juga berarti sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seorang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Harga saham Saham adalah salah satu bentuk efek yang diperdagangkan dalam pasar modal. Saham merupakan surat berharga sebagai tanda pemilikan atas perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan penerimaan devisa. Di Negara yang sedang berkembang usaha yang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan penerimaan devisa. Di Negara yang sedang berkembang usaha yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan suatu Negara memerlukan dana investasi dalam jumlah yang banyak sehingga perlu ada usaha yang mengarah pada dana investasi yang bersumber dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bursa saham (stock market) adalah mekanisme surat surat berharga yang

BAB I PENDAHULUAN. bursa saham (stock market) adalah mekanisme surat surat berharga yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu penggerak perekonomian suatu negara dimana pasar modal dapat dijadikan tolak ukur dari perekonomian negara (Lawrence, 2013). Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pasar Modal adalah pasar untuk tempat jual beli surat berharga saham dan surat berharga hutang berjangka panjang dan produk derivatif lainnya. Kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. Pasar modal memiliki beberapa daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang sedang berkembang di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang sedang berkembang di berbagai bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang sedang berkembang di berbagai bidang khususnya dalam bidang ekonomi. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Seiring dengan laju perekonomian Indonesia yang terus mengalami

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Seiring dengan laju perekonomian Indonesia yang terus mengalami BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Seiring dengan laju perekonomian Indonesia yang terus mengalami perkembangan maka persaingan pun akan semakin meningkat. Dalam persaingan tersebut perusahaan terdorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para investor. Pesatnya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para investor. Pesatnya perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas investasi merupakan aktivitas yang dihadapkan pada berbagai macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para investor. Pesatnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Harga Saham Saham adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan atas perusahaan sehingga pemegang saham memiliki hak klaim atas dividen atau distribusi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pasar Modal Ada bermacam-macam pengertian pasar modal, namun pada dasarnya pengertian pasar modal adalah sama. Dibawah ini ada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Saham a. Pengertian Saham Saham menurut Anoraga (2006:57) didefinisikan sebagai surat berharga atas bukti penyertaan atau pemilikan individu maupun institusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Sebuah negara yang memiliki keuangan yang kuat dan modern, berarti telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini menjadi sangat di

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan

BAB II LANDASAN TEORI. kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Saham Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu cara dalam memudahkan perusahaan maupun investor untuk mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. satu cara dalam memudahkan perusahaan maupun investor untuk mendapatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pada zaman yang semakin maju dan berkembang saat ini kebutuhan dunia usaha terhadap permodalan cenderung meningkat dan semakin bertambah. Salah satu cara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Rasio Lancar (Current Ratio) Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan kewajiban jangka pendek dengan sumber dana jangka pendek

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Saham a. Pengertian Saham Saham adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan perusahaan sehingga pemegang saham memiliki hak klaim atas dividen atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Sejak dahulu, manusia selalu mencari cara untuk dapat meningkatkan taraf hidupnya. Salah satu cara sederhana yang biasanya dilakukan manusia adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. Pasar modal memiliki beberapa daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam sektor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam sektor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam sektor ekonomi pada sebuah negara. Hal tersebut di dukung oleh peranan pasar modal yang sangat strategis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun. Bentuk instrumen di pasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun. Bentuk instrumen di pasar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar Modal Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan

Lebih terperinci

Bab II. Tinjauan Pustaka

Bab II. Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka 2.1Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan pada hakekatnya adalah hasil dari proses akuntansi yang disusun menurut prinsip-prinsip akuntansi berterima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu atau beberapa objek investasi dengan harapan akan mendapatkan keuntungan

BAB I PENDAHULUAN. satu atau beberapa objek investasi dengan harapan akan mendapatkan keuntungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan dana pada satu atau beberapa objek investasi dengan harapan akan mendapatkan keuntungan di masa mendatang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN PUSTAKA. antara pihak yang membutuhkan modal dengan pihak yang memiliki modal.

BAB II LANDASAN PUSTAKA. antara pihak yang membutuhkan modal dengan pihak yang memiliki modal. BAB II LANDASAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pasar Modal Pasar modal pada hakikatnya adalah suatu kegiatan yang mempertemukan antara pihak yang membutuhkan modal dengan pihak yang memiliki modal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan dana pada satu atau beberapa objek investasi dengan harapan akan mendapatkan keuntungan di masa mendatang.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Profitabilitas Profit dalam kegiatan operasional perusahaan merupakan elemen penting untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan pada masa yang akan datang. Keberhasilan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berharga seperti saham, sertifikat saham dan obligasi (Pandji dan Piji,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berharga seperti saham, sertifikat saham dan obligasi (Pandji dan Piji, 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pasar Modal 1. Pengertian Pasar Modal Pasar modal adalah suatu bidang usaha perdagangan surat-surat berharga seperti saham, sertifikat saham dan obligasi (Pandji dan Piji,

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan dan struktur permodalan yang lemah dan sebagainya.

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan dan struktur permodalan yang lemah dan sebagainya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan perekonomian di Indonesia tidak dapat terlepas dari sektor perbankan, khususnya peran perbankan sebagai sumber pembiayaan industri dalam negeri. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam Undang-undang Pasar Modal no. 8 tahun 1995: Pasar Modal

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam Undang-undang Pasar Modal no. 8 tahun 1995: Pasar Modal 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi sekarang ini setiap negara harus mampu mengacu pada pembangunan dan perekonomian. Pasar modal memiliki peran yang penting dalam kegiatan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan tempat kegiatan perusahaan mencari dana untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan tempat kegiatan perusahaan mencari dana untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal merupakan tempat kegiatan perusahaan mencari dana untuk membiayai kegiatan usahanya. Selain itu, pasar modal juga merupakan suatu usaha penghimpunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pasar Modal 2.1.1.1 Pengertian Pasar Modal Pasar modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencari keuntungan sebesar-besarnya demi menyejahterakan karyawan dan

BAB I PENDAHULUAN. mencari keuntungan sebesar-besarnya demi menyejahterakan karyawan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini persaingan dalam dunia bisnis semakin tinggi. Semakin banyak perusahaan baru yang muncul untuk bersaing dengan perusahaan lama. Tujuan perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saham akan bereaksi negatif bila terjadi kemelut dalam negeri seperti kerusuhan

BAB I PENDAHULUAN. saham akan bereaksi negatif bila terjadi kemelut dalam negeri seperti kerusuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Investasi saham sangat rentan terhadap situasi politik dan ekonomi. Bursa saham akan bereaksi negatif bila terjadi kemelut dalam negeri seperti kerusuhan dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGUJIAN HIPOTESIS. keuangan jangka panjang yang bisa diperjual-belikan, baik dalam bentuk hutang

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGUJIAN HIPOTESIS. keuangan jangka panjang yang bisa diperjual-belikan, baik dalam bentuk hutang BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGUJIAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1. Pasar Modal Menurut Husnan (2003) pasar modal adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjual-belikan,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Undang-undang Pasar Modal no. 8 tahun 1995 menyatakan bahwa Pasar

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Undang-undang Pasar Modal no. 8 tahun 1995 menyatakan bahwa Pasar BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pasar Modal Undang-undang Pasar Modal no. 8 tahun 1995 menyatakan bahwa Pasar Modal yaitu sebagai suatu kegiatan yang bersangkutan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pasar Modal 1. Pengertian Pasar Modal Menurut Tandelilin (2010:26) pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan jangka panjang yang

BAB I PENDAHULUAN. permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan jangka panjang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum, pasar modal merupakan tempat atau sarana bertemunya permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan jangka panjang yang umumnya lebih dari 1 (satu)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham (stock) merupakan salah satu instrument pasar keuangan yang paling

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham (stock) merupakan salah satu instrument pasar keuangan yang paling 25 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Saham a. Pengertian Saham Saham (stock) merupakan salah satu instrument pasar keuangan yang paling popular. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan usaha di Indonesia yang semakin ketat saat ini mendorong banyak

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan usaha di Indonesia yang semakin ketat saat ini mendorong banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persaingan usaha di Indonesia yang semakin ketat saat ini mendorong banyak perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya agar mampu mempertahankan kelangsungan usahanya.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam melakukan perdagangan saham, diperlukan analisis untuk memprediksi

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam melakukan perdagangan saham, diperlukan analisis untuk memprediksi BAB II LANDASAN TEORI II.1 Analisis Saham Dalam melakukan perdagangan saham, diperlukan analisis untuk memprediksi pergerakan harga saham, sehingga dapat memaksimalkan keuntungan dan menghindari kerugian.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pasar modal (capital market) merupakan tempat diperjualbelikannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pasar modal (capital market) merupakan tempat diperjualbelikannya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pasar Modal a. Pengertian Pasar Modal Pasar modal (capital market) merupakan tempat diperjualbelikannya berbagai instrumen keuangan jangka panjang, seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kisaran 6% per tahun (sumber : Selain itu salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN. kisaran 6% per tahun (sumber :  Selain itu salah satu faktor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang penuh akan potensi dari segi ekonomi Indonesia menjadi salah satu negara favorit baik bagi para investor asing maupun investor

Lebih terperinci

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2003-2005 SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin berkembangnya dunia bisnis di Indonesia akan berdampak semakin meningkatnya perkembangan dunia usaha di Indonesia yang ditandai dengan banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipenuhi dengan melakukan go public atau menjual sahamnya kepada

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipenuhi dengan melakukan go public atau menjual sahamnya kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri manufaktur telah mengalami pasang surut yang membuat perkembangan industri manufaktur membutuhkan dana yang besar. Hal ini menyebabkan industri-industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Harga saham a. Pengertian saham Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka. memberikan tingkat return yang sesuai dengan tingkat return yang

BAB II. Tinjauan Pustaka. memberikan tingkat return yang sesuai dengan tingkat return yang BAB II Tinjauan Pustaka A. Tinjauan Teoritis 1. Analisis Saham Seorang investor perlu melakukan analisis terlebih dahulu terhadap sahamsaham yang akan dipilihnya guna memprediksi apakah saham tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang produktif guna mengembangkan pertumbuhan jangka panjang.

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang produktif guna mengembangkan pertumbuhan jangka panjang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar modal merupakan sarana yang digunakan oleh para investor untuk kegiatan investasi serta sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain seperti pemerintahan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006), pasar modal (capital market)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006), pasar modal (capital market) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar Modal Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006), pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pasar modal adalah pasar dengan berbagai instrumen keuangan jangka panjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pasar modal adalah pasar dengan berbagai instrumen keuangan jangka panjang 14 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pasar Modal Pasar modal adalah pasar dengan berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa di perjual belikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. badan perseroan terhadap suatu perusahaan.wujud saham adalah selembar kertas

II. LANDASAN TEORI. badan perseroan terhadap suatu perusahaan.wujud saham adalah selembar kertas II. LANDASAN TEORI 2.1 Saham Saham adalah surat berharga yang merupakan tanda kepemilikan seseorang atau badan perseroan terhadap suatu perusahaan.wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia atau go public pasti menerbitkan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia atau go public pasti menerbitkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pasar modal memiliki peran penting dalam kegiatan ekonomi terutama di negaranegara yang menganut sistem ekonomi pasar. Pasar modal telah menjadi salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan (Darmadji dan Fakhruddin, 2006:111). investasi dalam bentuk saham. Saham (stock atau share) adalah tanda

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan (Darmadji dan Fakhruddin, 2006:111). investasi dalam bentuk saham. Saham (stock atau share) adalah tanda BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara dikarenakan pasar modal menjalankan fungsi ekonomi sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara dikarenakan pasar modal menjalankan fungsi ekonomi sekaligus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal mempunyai peranan sangat penting dalam perekonomian suatu negara dikarenakan pasar modal menjalankan fungsi ekonomi sekaligus fungsi keuangan. Pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Memasuki era globalisasi, perkembangan teknologi informasi dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Memasuki era globalisasi, perkembangan teknologi informasi dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memasuki era globalisasi, perkembangan teknologi informasi dalam bidang ekonomi mempengaruhi objek-objek investasi dalam hal jenis maupun wujudnya. Selain aktivitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang pada akhir-akhir ini menarik minat para investor. Tujuan semua investasi

BAB 1 PENDAHULUAN. yang pada akhir-akhir ini menarik minat para investor. Tujuan semua investasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia, saham adalah salah satu instrumen pasar modal yang diminati oleh para investor, terutama penanaman investasi saham diperusahaan manufaktur yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Analisis Teknikal Analisis teknikal adalah teknik untuk memprediksi arah pergerakan harga saham dan indikator pasar saham lainnya berdasarkan pada data

Lebih terperinci

ANALISIS FUNDAMENTAL UNTUK INVESTASI SAHAM

ANALISIS FUNDAMENTAL UNTUK INVESTASI SAHAM ANALISIS FUNDAMENTAL UNTUK INVESTASI SAHAM Iman Murtono Soenhadji 1 Dalam melakukan analisis dan memilih saham ada 2 aspek yang sering digunakan yaitu: 1. AspekFundamental 2. AspekTeknikal Iman Murtono

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan ekonomi adalah salah satu aspek penting di dalam suatu negara dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan ekonomi adalah salah satu aspek penting di dalam suatu negara dalam BAB I 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Pembangunan ekonomi adalah salah satu aspek penting di dalam suatu negara dalam menjaga stabilitasnya. Dengan pembangunan ekonomi yang tinggi, maka masyarakat suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peran aktif lembaga pasar modal merupakan sarana untuk mengalokasikan sumber daya ekonomi secara optimal dengan mempertemukan kepentingan investor selaku pihak

Lebih terperinci

support (batas bawah), hal ini penting dilakukan sebagai informasi mengenai pergerakan

support (batas bawah), hal ini penting dilakukan sebagai informasi mengenai pergerakan 49 BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Teknikal Pergerakan Harga Saham TLKM Dalam analisa yang akan dilakukan oleh penulis, penulis menggunakan data transaksi harian saham TLKM yang didapat dari Pusat Referensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kegiatan operasionalnya akan membutuhkan struktur. modal yang kuat untuk meningkatkan laba agar tetap mampu

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kegiatan operasionalnya akan membutuhkan struktur. modal yang kuat untuk meningkatkan laba agar tetap mampu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perusahaan-perusahaan yang sedang mengalami masa perkembangan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya akan membutuhkan struktur modal yang kuat untuk meningkatkan

Lebih terperinci

Miranti Harwaningrum. Fakutas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mercu Buana ABSTRAK

Miranti Harwaningrum. Fakutas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mercu Buana   ABSTRAK PERBANDINGAN PENILAIAN SAHAM DENGAN METODE ANALISIS FUNDAMENTAL DAN ANALISIS TEHKNICAL, PENGGORENGAN SAHAM, SERTA KEPUTUSAN PENILAIAN SAHAM JIKA HASIL BERLAWANAN ARAH UNTUK KEDUA METODE ANALISIS PADA SAHAM

Lebih terperinci

Analisa Investasi. Analisa Fundamental. Analisa Fundamental. Objek Analisa. Laporan Keuangan 3/19/2015. Analisa Teknikal. Analisa Fundamental

Analisa Investasi. Analisa Fundamental. Analisa Fundamental. Objek Analisa. Laporan Keuangan 3/19/2015. Analisa Teknikal. Analisa Fundamental Analisa Investasi Analisa Fundamental Analisa Teknikal Laporan Keuangan Grafik Harga Saham Analisa Investasi Operation Team of Phintraco Securities Jangka Panjang Dividend Pasar Efisien Jangka Pendek Capital

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraiaan Teoritis 2.1.1 Pengertiaan Saham Saham adalah tanda bukti kepemilikan atau penyertaan pemegangnya atas perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut (emiten). Saham juga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori 2.1.1 Pasar Modal Pasar modal merupakan suatu jenis pasar dimana para investor melakukan kegiatan menjual atau membeli sekuritas atau surat-surat berharga. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan dana untuk membiayai aktifitasnya. Pembiayaan ini akan. akan semakin kecil. (Sulistiawan dan Arni,2004)

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan dana untuk membiayai aktifitasnya. Pembiayaan ini akan. akan semakin kecil. (Sulistiawan dan Arni,2004) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan semakin berkembangnya perekonomian maka perusahaan semakin membutuhkan dana untuk membiayai aktifitasnya. Pembiayaan ini akan mengakibatkan perubahan struktur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. keuangan yang diperlukan, data ini diperlukan untuk penganalisisan secara

BAB III METODE PENELITIAN. keuangan yang diperlukan, data ini diperlukan untuk penganalisisan secara BAB III METODE PENELITIAN A. Objek/subyek Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data keuangan perusahaan dan data pergerakan saham pada perusahaan yang menjadi sampel. Data keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang. dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang. dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan investasi para pemegang dana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen dalam menghasilkan pendapatan dari pengelolaan aset (Kasmir, 2003). Adapun rumus ROA adalah sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen dalam menghasilkan pendapatan dari pengelolaan aset (Kasmir, 2003). Adapun rumus ROA adalah sebagai berikut : BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Return On assets (ROA) Return On Asset (ROA) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan manajemen dalam menghasilkan pendapatan dari pengelolaan aset (Kasmir,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Keuangan Manajemen keuangan merupakan salah satu fungsi operasional perusahaan yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan yang pada dasarnya dapat dilakukan baik oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar Modal

BAB I PENDAHULUAN. (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar Modal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses penghimpunan dan pengalokasian dana masyarakat terutama dalam

BAB I PENDAHULUAN. Proses penghimpunan dan pengalokasian dana masyarakat terutama dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses penghimpunan dan pengalokasian dana masyarakat terutama dalam perekonomian suatu negara saat ini ditunjang oleh peranan penting pasar modal dimana pasar modal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Bank Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang Perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Suatu perusahaan dapat menjual hak

I. PENDAHULUAN. bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Suatu perusahaan dapat menjual hak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saham merupakan bukti penyertaan modal di suatu perusahaan, atau merupakan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Suatu perusahaan dapat menjual hak kepemilikannya dalam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI DAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORI DAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Pasar Modal 1. Pengertian Pasar Modal Pasar modal merupakan sarana pembentukan modal dan akumulasi dana yang diarahkan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal Indonesia mengalami perkembangan yang pesat dari periode ke

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal Indonesia mengalami perkembangan yang pesat dari periode ke BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal Indonesia mengalami perkembangan yang pesat dari periode ke periode, hal ini dibuktikan dengan meningkatnya jumlah saham yang ditransaksikan dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Konsep Saham dan Return Saham Pada sebuah perusahaan publik, tujuan dari manajemen adalah memaksimalkan harga saham perusahaan,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Sharpe et al (dalam, Setiyono 2016) pengumuman informasi

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Sharpe et al (dalam, Setiyono 2016) pengumuman informasi BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 1. a 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Persinyalan (Signaling Theory) Menurut Sharpe et al (dalam, Setiyono 2016) pengumuman informasi akuntansi memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. panjang diantara berbagai alternatif lainnya bagi perusahaan, termasuk di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. panjang diantara berbagai alternatif lainnya bagi perusahaan, termasuk di dalamnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang diantara berbagai alternatif lainnya bagi perusahaan, termasuk di dalamnya adalah sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara termasuk Indonesia. Pemerintah dalam hal ini berupaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara termasuk Indonesia. Pemerintah dalam hal ini berupaya untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar modal mempunyai peranan yang sangat penting bagi perekonomian suatu negara termasuk Indonesia. Pemerintah dalam hal ini berupaya untuk meningkatkan peran pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bursa Efek Jakarta (BEJ) atau Jakarta Stock Exchange (JSX) adalah sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Bursa Efek Jakarta (BEJ) atau Jakarta Stock Exchange (JSX) adalah sebuah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bursa Efek Jakarta (BEJ) atau Jakarta Stock Exchange (JSX) adalah sebuah bursa saham di Jakarta yang merupakan bursa tempat dimana orang memperjualbelikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Return Saham Menurut Jogiyanto (2000:107), return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa : 1. Return realisasi (realized

Lebih terperinci

PENGARUH EARNING PER SHARE (EPS) DAN DIVIDEND PAYOUT RATIO (DPR) TERHADAP HARGA SAHAM (Studi Kasus Pada PT. Astra International, Tbk)

PENGARUH EARNING PER SHARE (EPS) DAN DIVIDEND PAYOUT RATIO (DPR) TERHADAP HARGA SAHAM (Studi Kasus Pada PT. Astra International, Tbk) PENGARUH EARNING PER SHARE (EPS) DAN DIVIDEND PAYOUT RATIO (DPR) TERHADAP HARGA SAHAM (Studi Kasus Pada PT. Astra International, Tbk) Oleh RUSLI KARYANA NPM. 083403153 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan yang memerlukan dana dalam jumlah

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan yang memerlukan dana dalam jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan salah satu sumber dana eksternal yang sering dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan yang memerlukan dana dalam jumlah yang besar untuk

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di era ekonomi modern seperti sekarang ini, perusahaan sangat membutuhkan

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di era ekonomi modern seperti sekarang ini, perusahaan sangat membutuhkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era ekonomi modern seperti sekarang ini, perusahaan sangat membutuhkan tambahan modal untuk mendorong kinerja operasional perusahaan. Salah satu cara bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. 1 Dalam

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Simanjuntak (2005) melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan terhadap Harga Saham pada Industri Makanan dan Minuman yang Terdaftar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan perekonomian negara Indonesia tidak lepas dari. pengaruh peran perbankan sebagai salah satu lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan perekonomian negara Indonesia tidak lepas dari. pengaruh peran perbankan sebagai salah satu lembaga keuangan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan perekonomian negara Indonesia tidak lepas dari pengaruh peran perbankan sebagai salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peran sebagai penghimpun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini perkembangan pasar modal Indonesia semakin pesat, terlihat dari semakin banyak kalangan masyarakat mulai tertarik untuk berinvestasi saham. Pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peluang kepada masyarakat untuk menerima return saham, sesuai dengan. karakteristik investasi yang dipilih sebelumnya.

BAB I PENDAHULUAN. peluang kepada masyarakat untuk menerima return saham, sesuai dengan. karakteristik investasi yang dipilih sebelumnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu indikator penentu kemajuan perekonomian suatu negara, di karenakan pasar modal memiliki dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam portofolio sering disebut dengan return. Return merupakan hasil yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam portofolio sering disebut dengan return. Return merupakan hasil yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tingkat Pengembalian Saham Pada dasarnya tujuan investasi adalah memperoleh imbalan atas dana yang ditanamkanya, imbalan ini sering disebut dengan tingkat pengembalian saham

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pasar Modal 2.1.1.1 Pengertian Pasar Modal Menurut Sunariyah (2011:4) mengemukakan bahwa pengertian pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan

Lebih terperinci

ANALISA UNTUK INVESTOR

ANALISA UNTUK INVESTOR 1 Pertemuan 11 ANALISA UNTUK INVESTOR Salah satu keputusan yang harus diambil oleh para investor adalah keputusan portfolio pada sekuritas. Ada tiga tipe investor, yaitu investor jangka pendek, investor

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. perusahaan menyajikan informasi untuk pasar modal. Teori sinyal

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. perusahaan menyajikan informasi untuk pasar modal. Teori sinyal BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Landasan Teori a. Teori Signal Menurut Wolk, et al. (2001) teori sinyal menjelaskan alasan perusahaan menyajikan informasi untuk

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Rinati (2009) melakukan penelitian yang berudul Pengaruh Net Profit

BAB II URAIAN TEORITIS. Rinati (2009) melakukan penelitian yang berudul Pengaruh Net Profit BAB II URAIAN TEORITIS A.Penelitian Terdahulu Rinati (2009) melakukan penelitian yang berudul Pengaruh Net Profit Margin (NPM), Return On Assets (ROA), dan Return On Equity (ROE) terhadap harga saham pada

Lebih terperinci