1. Pendahuluan Pada era digital ini, komunikasi menggunakan paket data sudah menjadi salah satu kebutuhan utama khalayak umum, jadi tidak heran jika

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "1. Pendahuluan Pada era digital ini, komunikasi menggunakan paket data sudah menjadi salah satu kebutuhan utama khalayak umum, jadi tidak heran jika"

Transkripsi

1 1. Pendahuluan Pada era digital ini, komunikasi menggunakan paket data sudah menjadi salah satu kebutuhan utama khalayak umum, jadi tidak heran jika menemukan banyak jaringan komputer di berbagai tempat. Jaringan komputer bisa ditemukan di kantor-kantor, sekolah, mall, bandara, dan tempat umum lainnya. Semakin menjamurnya jaringan komputer, maka diperlukan suatu monitoring jaringan pada setiap jaringan komputer supaya pada jaringan-jaringan komputer tersebut dapat berjalan dengan efektif dan optimal secara continue mengingat padatnya traffic yang ada untuk dilayani oleh jaringan-jaringan komputer tersebut [1]. PT. Asuransi Wahana Tata, Solo menggunakan koneksi internet paket speedy office dan dipakai oleh 17 client. Bandwidth yang didapat adalah up to 1 Mbps dan rata-rata kecepatan yang didapat adalah 846kbps. Angka 846kbps didapat dari tiga kali percobaan yang dilakukan dengan menggunakan speedtest melalui telkomspeedy.com yang kemudian dirata-rata. Sedangkan kebutuhan bandwidth dari perusahaan tersebut untuk melakukan aktifitas sehari-harinya adalah 850kbps atau lebih dari bandwidth rata-rata yang diterima, yang mana angka tersebut dibagi untuk 17 client sehingga rata-rata seorang client mendapatkan bandwidth sebesar 50kbps. Seringkali dalam proses administrasi maupun proses kerja dalam perusahaan tersebut sering terhambat hanya karena internet di perusahaan tersebut melambat atau mengalami penurunan kecepatan internet jika banyak client yang menggunakannya. Hal seperti ini terjadi karena beberapa karyawan men-download file atau streaming video dari internet secara bersamaan yang menyebabkan bandwidth 846kbps yang seharusnya dibagi 17 client tapi hanya terpakai oleh seorang client saja. Hal yang seperti ini juga dapat terjadi ketika salah satu karyawan dari perusahaan tersebut menggunakan download accelerator yang dapat menghabiskan bandwidth dari perusahaan tersebut, walaupun pengguna dari aplikasi ini tidak mengetahui hal tersebut bisa terjadi. Hal tersebut terjadi karena belum tersedianya perangkat dan tenaga IT yang berkompeten untuk mengatur dari ketidakstabilan bandwidth internet tersebut. Pada pengambilan data awal atau pada saat melakukan beberapa pengujian sebelum router mikrotik digunakan, dari bandwidth rata-rata 846kbps yang kemudian digunakan salah satu client untuk browsing, download dan streaming, bandwidth yang diterima adalah bandwidth keseluruan dari jaringan internet tersebut tentunya itu merugikan client lainnya yang akan menggunakan jaringan internet itu juga. Hal ini berarti bandwidth di PT. Asuransi Wahana Tata, Solo bisa dikatakan tidak stabil. Data ini diperoleh berdasarkan hasil pengamatan dan dari hasil sesi wawancara selama di PT. Asuransi Wahana Tata, Solo. Dalam penelitian ini diteliti hal-hal yang membuat jaringan di PT. Asuransi Wahana Tata, Solo kurang stabil dari sisi bandwidth, dan mengatur bandwidth berdasarkan kebutuhan bandwidth internet pada masing-masing user atau client. Jaringan komputer digunakan untuk dapat berbagi sumber daya (printer, CPU), berkomunikasi (surel, pesan instan), dan dapat mengakses informasi secara bersama. Jika banyak yang mengakses secara bersamaan, dapat timbul permasalahan, dimana pada layanan tertentu mengkonsumsi bandwidth dalam jumlah besar yang menyebabkan layanan yang lain tidak bisa mendapatkan 2

2 bandwidth sesuai yang dibutuhkan. Untuk mengoptimalkan pemakaian bandwidth dilakukan monitoring dengan membedakan jenis ekstensi file yang sesuai dengan kebutuhan. Teknik traffic shaping dapat digunakan untuk mengoptimalkan pemakaian bandwidth dan traffic Shaping dapat mengontrol jumlah volume trafik data yang dikirim ke dalam jaringan yang akan dikirim dengan melewati mikrotik. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat perancangan sistem baru yang dapat digunakan untuk mengoptimalkan bandwidth internet yang sudah ada di PT. Asuransi Wahana Tata, Solo serta melakukan pengujian sistem tersebut. Berdasarkan perancangan sistem yang baru, akan dibuat skema jaringan yang lebih optimal dari segi kestabilan dan kecepatan bandwidth internet dengan menggunakan teknik traffic shaping. Dalam hal ini dikatakan optimal jika disaat seorang client mengakses internet, bandwidth yang didapat dapat maksimal. Namun disaat ada client yang bersamaan dalam melakukan aktifitasnya, bandwidth yang didapat akan terbagi secara merata. Batasan masalah dalam penelitian ini tidak membahas tentang keamanan data pada database server di PT. Asuransi Wahana Tata, Solo, kemudian penelitian ini hanya menggunakan satu koneksi internet dari Speedy dan pembagian bandwidth yang dilakukan tidak berdasarkan prioritas namun berdasarkan ekstensi file yang akan di download. Penelitian ini tidak membahas mengenai pembatasan mengenai streaming lebih lanjut. 2. Kajian Pustaka Penelitian sebelumnya melakukan manajemen bandwidth dengan mengkonfigurasi pembatasan dan filterisasi pemakaian bandwidth pada client. Pembatasan pemakaian dan filterisasi bandwidth ini bertujuan agar masingmasing client mendapatkan bandwidth yang sama dan masing-masing client tidak ada satupun yang memonopoli pemakaian bandwidth [2]. Penelitian lain mengungkapkan bahwa Konfigurasi traffic shaping bandwidth yang dilakukan dengan cara memisahkan traffic dan menerapkan limitasi bandwidth dapat memaksimalkan penggunaan bandwidth sehingga penggunaan layanan internet lebih optimal [3]. Berdasarkan penelitian sebelumnya belum membahas tentang pembatasan bandwidth dengan menggunakan traffic shaping berdasarkan jenis file yang akan di download, yang mana berfungsi untuk mengatur bandwidth jika ada salah satu user yang download maupun streaming video. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya, apabila ada salah satu pengguna internet yang melakukan proses download, maka bandwidth yang diterima adalah bandwidth maksimal namun jika ada seorang pengguna lagi maka bandwidth yang didapat dibagi dua begitu juga jika ada beberapa pengguna lainnya yang terkoneksi dengan router. Teknik traffic shaping yang telah dikonfigurasi dapat membedakan jenis extensi file yang sudah ditentukan sebelumnya sehingga extensi file yang sudah ditentukan sebagai kategori tidak penting, maka bandwidth akan dibatasi. PT. Asuransi Wahana Tata merupakan nama baru dari PT Maskapai Asuransi Madijo yang didirikan di Surabaya pada tanggal 25 Juli Perubahan nama perusahaan dan pengambilalihan kepemilikan pada tanggal 1 Mei 1975 ini 3

3 menjadi awal dimulainya operasional perusahaan yang berkantor pusat di Jakarta dengan 35 karyawan dan modal disetor Rp. 100 Juta saat itu. Sebagai salah satu perusahaan swasta nasional terkemuka yang bergerak di bidang jasa asuransi umum, PT.Asuransi Wahana Tata saat ini sudah memiliki modal disetor Rp. 100 Milyar dan lebih dari 60 jaringan kantor pemasaran yang tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia dengan 1000 karyawan berdedikasi dan professional [4]. MikroTik RouterOS merupakan sistem operasi yang diperuntukkan sebagai network router. MikroTik routeros sendiri adalah sistem operasi dan perangkat lunak yang dapat digunakan untuk menjadikan komputer biasa menjadi router network yang handal, mencakup berbagai fitur yang dibuat untuk ip network dan jaringan wireless [5]. MikroTik routeros bisa difungsikan dengan menggunakan bantuan aplikasi bernama Winbox. Winbox adalah sebuah utility yang digunakan untuk melakukan remote ke server mikrotik dalam mode GUI [6]. QoS (Quality of Service) adalah cara yang digunakan untuk mengatur pengguna bandwidth yang ada atau yang dimiliki secara rasional. QoS tidak selalu yang berarti pembatas bandwidth management, QoS bisa digunakan sebagai pengatur prioritas berdasarkan parameter yang diberikan, menghindari terjadinya traffic yang memonopoli seluruh bandwidth yang ada. Sehingga bisa mengakibatkan jaringan internet tidak bisa berjalan dengan adil atau rata [7]. Layer 7 protokol berfungsi untuk mencari pola dalam protokol ICMP (Internet Control Message Protocol), TCP (Transmission Control Protocol) dan UDP (User Datagram Protocol). Layer 7 mengumpulkan 10 pola awal atau 2KB pertama koneksi dan mencari pola dalam data yang dikumpulkan. Jika pola ini tidak ditemukan dalam data yang dikumpulkan, proses tidak akan berjalan lebih lanjut. Penggunaan dari layer 7 harus memperhatikan dari chain input maupun output dari arus lalu lintas data dalam jaringan tersebut. Supaya memenuhi kebutuhan ini, layer 7 harus ditetapkan dengan metode foward chain. Jika aturan diatur dalam prerouting maka aturan yang sama harus diatur juga dalam postrouting, apabila pola ini tidak sama tidak akan terjadi traffic shaping yang diinginkan [8]. Traffic shaping digunakan untuk mengatur traffic yang keluar ke interface agar alirannya sesuai dengan kecepatan dari target interface dan menjamin bahwa traffic memberitahukan ulang kebijakan yang dibuat untuknya. Traffic shaping digunakan untuk menunda aliran paket yang telah ditetapkan atau mendahulukan trafik yang diprioritaskan. Traffic shaping disini menggunakan PCQ (Per Connection Queues) sebagai metodanya yang berfungsi untuk meratakan bandwidth yang ada ke client yang terkoneksi. Teknik traffic shaping sangat efektif untuk performasi jaringan komputer multi layanan karena dapat mengatur atau membatasi bandwidth berdasarkan layanan dan setiap layanan akan mendapatkan alokasi bandwidth yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan sehingga mampu memaksimalkan pemakaian bandwidth secara merata dan membuat jaringan lebih stabil. Traffic Shaping dapat mengontrol jumlah volume trafik data yang dikirim ke dalam jaringan yang akan dikirim dengan melewati mikrotik. Adanya penerapan traffic shaping dapat menghasilkan kinerja jaringan yang lebih stabil pada setiap aplikasi sesuai yang dibutuhkan [9]. 4

4 start Koneksi Client Aktifitas Client Download Pengkompokam Jenis file download Browsing Penting Pembagian berdasarkan jenis file Tidak penting Limit Tinggi 90% Limit Rendah 10% End Gambar 1 Diagram Alir Traffic Shaping Flowchart pada Gambar 1 merupakan proses traffic shaping berdasarkan jenis file, jenis file disini akan dikonfigurasi dalam layer 7 protokol, layer 7 protokol merupakan salah satu fitur dari mikrotik yang berfungsi untuk menyimpan jenis file apa saja yang akan dibatasi. Proses traffic shaping dimulai dari membedakan kebutuhan user jika user hanya browsing maka proses selesai dan jika user melakukan aktivitas download atau streaming maka sistem akan membedakan jenis file-nya. Jenis file disini sesuai dengan permintan perusahaan yang sudah didapat sebelumnya. Jika jenis file penting maka limit bandwidth lebih tinggi atau 90% dari bandwidth yang ada dan jika jenis file tidak penting maka limit bandwidth lebah rendah atau 10% dari bandwidth yang ada. Tinggi rendahnya bandwidth ditentukan berdasarkan kebutuhan dari perusahaan yang sudah disepakati sebelumnya. Bandwidth yang dibatasi berlaku untuk semua client yang terkoneksi dengan router. Proses akan dilakukan terus menerus sampai pengguna mendapat file atau kebutuhan yang diinginkan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia kata optimal berarti menjadikan yang paling baik atau paling tinggi, kata optimal yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah dimana dalam satu kondisi dimana seorang karyawan saat mengakses jaringan internet bandwidth yang didapat adalah keseluruhan bandwidth yang ada, namun jika ada beberapa karyawan yang mengakses jaringan internet maka bandwidth yang ada dibagi sejumlah karyawan yang mengakses jaringan internet tersebut. Kemudian dikatakan kondisi yang tidak optimal jika bandwidth yang ada, pembagiannya tidak merata disaat ada beberapa karyawan yang mengakses jaringan internet secara bersamaan [10]. 5

5 3. Metode Penelitian Untuk memudahkan optimalisasi bandwidth pada PT. Asuransi Wahana Tata, Solo maka diperlukan perancangan sistem agar dalam perancangannya nanti lebih terarah. Perancangan sistem disesuaikan dengan kebutuhan yaitu untuk mengoptimalisasikan bandwidth menggunakan mikrotik dengan teknik traffic shaping, dengan tujuan dapat membantu PT. Asuransi Wahana Tata, Solo dalam memperbaharui jaringan internet yang sudah ada menjadi lebih optimal dalam penggunaannya. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi, wawancara, literatur dan eksperimen. 1. Observasi (pengamatan) adalah metode pengumpulan data-data penunjang, dengan melakukan pengamatan secara langsung pada PT. Asuransi Wahana Tata, Solo yang kemudian diolah dan disimpulkan. 2. Wawancara (interview) adalah metode dimana metode ini mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau tanya jawab secara langsung kepada beberapa karyawan PT. Asuransi Wahana Tata, Solo untuk mendapatkan data-data penunjang dan untuk melengkapi data-data yang didapat selama pengamatan langsung. 3. Literatur (kepustakaan) adalah metode pengumpulan data penunjang dengan pengambilan data-data dari media internet, jurnal-jurnal, dan beberapa buku referensi yang digunakan sebagai landasan teori dalam penulisan laporan ini. 4. Eksperimen adalah metode dalam melakukan percobaan yang telah direncanakan untuk menghasilkan data untuk menjawab suatu masalah dengan mengkonfigurasi mikrotik untuk melakukan traffic shaping bandwidth [11]. Setelah menentukan dan melakukan pengumpulan data yang digunakan, maka tahap selanjutnya adalah melakukan pengumpulan kebutuhan, perancangan sistem dan evaluasi sistem. Tahap ini dimaksudkan untuk membantu dalam membuat alur penelitian berdasarkan teknik yang digunakan sebelumnya. Proses ini dibutuhkan untuk mempermudah dalam pembuatan sistem yang baru yang akan digunakan pada PT. Asuransi Wahana Tata, Solo. 1. Pengumpulan kebutuhan: Tahap pengumpulan kebutuhan ini dimulai dari pengumpulan data dari hasil wawancara dengan karyawan PT. Asuransi Wahana Tata, Solo dan hasil dari melakukan observasi langsung yang mana hal ini dibutuhkan untuk membuat perancangan sistem nantinya. Kemudian pengumpulan bahan dan data bersumber dari buku cetak, jurnal, artikel, dan situs internet untuk mendukung dalam perancangan sistem ini. 2. Perancangan sistem: Pada bagian ini implementasi dan pembuatan sistem dalam bentuk nyata dilakukan dengan melakukan eksperimen. Pengujian sistem dilakukan apabila sistem sudah selesai dikonfigurasi, dan tahap selanjutnya adalah menguji sistem tersebut sesuai dengan kebutuhan dari 6

6 perusahaan tersebut, tahap ini sering disebut dengan istilah testing, sehingga kesalahan-kesalahan pada sistem dapat dihindari. 3. Evaluasi sistem: Pada tahap ini akan dilakukan evaluasi dari sistem yang sudah selesai, apakah sesuai dengan yang diharapkan, apabila tidak sesuai maka sistem akan dibangun ulang ataupun diperbaiki melalui tahap perancangan sistem dan selanjutnya. Perulangan ketiga proses ini terus berlangsung hingga semua kebutuhan terpenuhi. Setelah melalui tahap-tahapan sebelumnya maka diperlukan pembuktian atau pengujian terhadap data-data yang telah didapat sebelumnya, kemudian diujikan berdasarkan flowchart pembuatan sistem pada Gambar 2. Setelah mendapatkan data-data tersebut kemudian dilakukan pengujian dengan mikrotik router RB 750 yang telah diatur sebelumnya agar mampu berjalan sesuai dengan diagram alir traffic shaping pada Gambar 1. Perancangan dan pembuatan sistem ini menggunakan software microsoft visio sebagai dasar pembuatan sistem dan software internet download manager & browser untuk sistem pengujian. Kemudian flowchart digunakan untuk mempermudah penyelesaian suatu masalah, khususnya masalah yang perlu dipelajari dan dievaluasi lebih lanjut. Proses perancangan dan pembuatan sistem dapat dijelaskan dengan flowchart pada Gambar 2. start Analisa Kebutuhan Menentukkan Kelengkapan data kebutuhan Perancangan pembuatan sistem Pengujian sistem tidak Berhasil ya end Gambar 2 Diagram Alir Penelitian (Flowchart) 7

7 Gambar 2 merupakan proses diagram alir penelitian dimana pada tahap analisa kebutuhan memuat daftar perlengkapan yang dibutuhkan dalam perancangan. Kemudian pada tahap pengecekan perlengakapan yang dibutuhkan, berupa software seperti microsoft visio, winbox, internet download manager dan hardware seperti laptop, router mikrotik, dan modem ADSL speedy. Proses perancangan dan pembuatan sistem meliputi pemetaan ekstensi file dan mengkategorikannya menjadi 2 bagian yaitu penting dan tidak penting. Selanjutnya melakukan pengujian hasil pembuatan sistem untuk mengecek apakah sistem tersebut dapat berjalan atau tidak. Setelah proses-proses yang dilakukan tadi berhasil dilakukan dan tidak menimbulkan adanya sebuah kesalahan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian telah selesai. Berdasarkan Tabel 1 ekstensi file pada kolom penting merupakan daftar ekstensi file yang akan diberi bandwidth lebih tinggi, sedangkan kolom tidak penting mendapatkan bandwidth yang lebih rendah. Berdasarkan hasil penelitian di PT. Asuransi Wahana Tata, Solo didapatkan data mengenai jenis ekstensi file yang dikategorikan penting (Limit Tinggi) dan tidak penting (Limit Rendah) antara lain: Tabel 1 Ekstensi File Penting (Limit Tinggi) Tidak Penting (Limit Rendah).doc.docx.ppt.pptx.xls.xlsx.pdf.rar.mp3.mp4.avi.mkv.3gp.flv.exe Ketentuan pada Tabel 1 didapatkan selama melakukan penelitian di PT. Asuransi Wahana Tata, Solo dimana data yang didapat berdasarkan permintaan dari perusahaan tersebut, namun data ini bisa bertambah atau berkurang seiring jalannya waktu tergantung dari kebutuhan perusahaan tersebut. Data ini pula yang digunakan sebagai acuan dalam proses traffic shaping pada Gambar 1. Kapasitas bandwidth pada PT. Asuransi Wahana Tata, Solo adalah up to 1Mbps, yang mencakup ruang customer service, ruang klaim, ruang underwriting, ruang keuangan dan umum, ruang marketing, dan ruang pimpinan. Belum adanya manajemen bandwidth menyebabkan aliran kuota tidak stabil sehingga bandwidth yang diterima tidak menentu besar kecil kapasitasnya. Dalam penelitian ini dibuat rancangan jaringan baru dengan tujuan jaringan yang baru ini bisa membuat perubahan bagi perusahaan dimana jaringan internet lebih stabil. Pusat jaringan yang ada di PT. Asuransi Wahana Tata, Solo berada di ruang keuangan dan umum dimana terdapat tiga buah komputer yang digunakan oleh karyawan kemudian sebuah adsl modem dari Speedy dan sebuah switch dan access point yang berfungsi untuk membagi jaringan ke client lainnya. Namun dalam penelitian ini ditambahkan sebuah router mikrotik sebagai alat optimalisasi bandwidth dengan menggunakan teknik traffic shaping. 8

8 Gambar 3 Pemetaan Jaringan di PT. Asuransi Wahana Tata, Solo Gambar 3 menunjukkan pemetaan jaringan di PT. Asuransi Wahana Tata, Solo pemetaan jaringan ini dibuat dengan maksud untuk mempermudah dalam perancangan sistem nantinya. Pada ruang customer service terdapat tiga buah komputer, ruang klaim dan ruang pimpinan terdapat satu buah komputer, ruang marketing terdapat dua buah komputer, ruang underwriting terdapat tujuh buah komputer dan ruang keuangan dan umum terdapat sebuah modem ADSL, sebuah access point, sebuah switch, dan tiga buah komputer ditambah router mikrotik. Router mikrotik digunakan sebagai alat optimalisasi bandwidth dengan menggunakan teknik traffic shaping. Bandwidth rata-rata yang diterima dari Speedy adalah 846kbps yang kemudian diterima oleh router mikrotik. Bandwidth yang diterima tadi kemudian dibagi menjadi dua yaitu kategori penting dan tidak penting melalui router mikrotik. File penting mendapatkan 800kbps dan file tidak penting mendapatkan 64kbps, bandwidth itulah yang akan diteruskan switch yang kemudian dibagikan ke client lainnya. 4. Hasil dan Pembahasan Penelitian ini dilakukan dengan tujuan membantu PT. Asuransi Wahana Tata, Solo untuk melakukan pengaturan sebuah management bandwidth ataupun menata ulang sebuah skema baru dengan harapan mendapatkan hasil yang lebih baik. Hasil tes awal akan dibagi menjadi beberapa bagian, antara lain: 1. Kecepatan jaringan internet yang didapat di PT. Asuransi Wahana Tata, Solo dan kecepatan client dalam browsing di internet. 2. Kecepatan client dalam men-download sebuah file di internet dengan web browser. 3. Kecepatan client dalam men-download sebuah file di internet dengan menggunakan software Internet Download Manager. 9

9 4. Kecepatan client dalam mengakses video streaming seperti youtube dan sebagainya. Hal yang pertama dilakukan adalah melihat seberapa besar bandwidth yang didapat oleh PT. Asuransi Wahana Tata, Solo dengan menggunakan bantuan speedtest dari Bandwidth yang didapat PT. Asuransi Wahana Tata, Solo dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4 Proses Pengecekan Kecepatan Bandwidth Berdasarkan pengamatan data pada Gambar 4 bandwidth internet yang didapat selama melakukan pengujian tiga kali, didapatkan kecepatan sebesar 845kbps, 820kbps dan 875kbps dengan rata-rata 846kbps. Bandwidth ini nantinya yang akan digunakan oleh 17 karyawan dalam aktivitas kesehariannya menggunakan internet. Pada tahap selanjutnya hal yang dilakukan adalah menggumpulkan data menggenai kecepatan jaringan internet pada saat client melakukan aktivitas sehari-harinya. Aktivitas tersebut antara lainnya adalah aktivitas saat browsing, download tanpa IDM, download dengan IDM dan streaming video. Aktivitas browsing, aktivitas browsing disini dapat dilihat dengan menggunakan fasilitas dari mikrotik yaitu menggunakan sub menu torch untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada Gambar 5. Gambar 5 Tampilan untuk Mengawasi Bandwidth saat Browsing 10

10 Pada Gambar 5 router mikrotik menunjukkan kapasasitas bandwidth yang didapat oleh client menggunakan sub menu torch. Realtime traffic monitoring (torch) digunakan untuk memonitor traffic yang melewati interface berdasarkan protokol, sumber, dan tujuan serta port. Torch menampilkan traffic protokol dan kecepatan saat diterima dan dikirim. Dalam percobaan ini data yang didapat adalah Tx Rate sebesar 66.6kbps dan Rx Rate sebesar 20.3kbps. Tx Rate adalah download data atau jumlah data yang diterima atau masuk ke mikrotik via ethernet 1. RX Rate adalah upload data atau jumlah data yang keluar dari mikrotik via ethernet 1, dan dalam kasus ini di nyatakan dengan kbps. Aktivitas download tanpa IDM, untuk pemakaian bandwidth dengan tidak menggunakan limiter (pembatas), bandwidth yang mengalir pada client tentunya berjalan dengan tidak teratur. Misalkan saja ketika salah seorang user mendownload suatu file, otomatis user yang lain akan menggunakan bandwidth yang tersisa dari orang yang yang men-download pertama tadi. Misalkan user melakukan proses download yang dilakukan oleh salah satu client yaitu sebesar 30kBps, otomatis kecepatan bandwidth yang tersisa untuk 16 client lainnya adalah sebesar 70kBps baik itu untuk proses browsing ataupun download setelahnya, dengan estimasi kecepatan maksimum yang didapatkan adalah 100kBps. Aktivitas download dengan IDM, Dalam proses download, ada kalanya client menginstall software tambahan yang digunakan untuk mempermudah proses download. Karena dengan ditambahkannya software ini maka proses download dapat di resume, ketika nantinya terjadi internet putus. Akan tetapi dengan menggunakan software Internet Download Manager dapat menyebabkan kecepatan internet menjadi terpusat ke client yang menggunakan software IDM tersebut. Karena prinsip kerja dari IDM melakukan proses download suatu file secara partial ke semua server mirror dari file tersebut. Jadi untuk men-download sebuah file dengan IDM menggunakan fasilitas server mirror yang disediakan oleh IDM untuk men-download file tersebut secara partial sehingga file tersebut lebih cepat ter-download. Aktivitas streaming video, Salah satu hal yang dapat menyebabkan penurunan kecepatan internet adalah pengaksesan video streaming di internet seperti Youtube, Vimeo maupun situs berita online yang didalamnya terdapat konten video streaming, seperti detik.com, kompas.com, dll. Situs media streaming tersebut digunakan oleh beberapa client untuk mencari data yang dibutuhkan oleh perusahaan. Akan tetapi semakin banyaknya client yang mengakses situs streaming ini maka akan menyebabkan penurunan kecepatan akses internet bagi client-client yang lain. Pada saat pengujian menggunakan youtube, browser mengakses secara partial untuk streaming youtube. Hal ini terlihat pada torch mikrotik bahwa client yang mengakses youtube mempunyai beberapa channel yang mengakses port HTTP. Channel disini jumlah dan besar Tx Rate download-nya tentunya bisa berubah-ubah tergantung video streaming yang diputar. Pada Gambar 6 terlihat untuk proses akses video streaming membutuhkan bandwidth sebesar 457kbps. Jika client yang semakin banyak membuka video streaming maka semakin menurun bandwidth internet yang tersisa yang dapat digunakan untuk browsing. 11

11 Gambar 6 Tampilan untuk Memonitor Bandwidth saat Akses Youtube Berdasarkan hasil tes awal dapat disimpulkan tidak digunakannya limiter dalam sebuah aktivitas internet dalam sebuah perusahaan dapat menyebabkan ketidakstabilan akses internet yang akan digunakan oleh client lainnya. Oleh karena itu diperlukannya optimalisasi bandwidth di perusahaan tersebut dengan mengunakan mikrotik dengan teknik traffic shaping. Optimalisasi pada proses kali ini adalah proses optimalisasi bandwidth internet. Bandwidth internet yang dioptimalisasi ialah bandwidth download pada client sehingga ketika client melakukan download baik menggunakan IDM atau tidak, maupun streaming tidak akan mengganggu aktivitas browsing yang digunakan oleh client lainnya. start Koneksi Client Bandwidth PT. Asuransi wahana Tata, Solo. (846kbps) Aktifitas Client download Proses download 800Kbps (Parent Download Utama) Gunakan IDM/ tidak ya Filter Rules Menggunakan Layer 7 browsing tidak Ekstensi penting/tidak tidak Download tidak penting 64kbps ya end Gambar 7 Proses Pengaturan Bandwidth 12

12 Traffic yang digunakan dalam jaringan internet di PT. Asuransi Wahana Tata, Solo adalah sebesar 846kbps, kecepatan internet tersebut adalah kecepatan yang digunakan baik untuk proses download maupun proses browsing untuk proses download dalam penelitian kali ini akan diatur sebesar 800kbps. Jadi nantinya apabila user melakukan streaming youtube ataupun men-download file yang merupakan ekstensi penting maka akan masuk dalam pembagian yang ini. Traffic download ini nantinya akan menjadi parent (induk) dari traffic file yang tidak penting. Untuk limiter file tidak penting adalah sebesar 64kbps Jika user men-download sebuah file yang termasuk ekstensi tidak penting, maka akan masuk dalam limiter ini. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 7. Memisahkan antara traffic internet browsing dan traffic internet download. Dalam pembatasan bandwidth internet untuk pemisahaan antara traffic browsing dan download digunakan fasilitas mangle dalam mikrotik dan diatur dalam Connection Bytes sebesar bytes artinya batas ukuran file terkecil yang di-filter adalah 256kb dan batas tertinggi adalah 4gb dimaksudkan supaya user lain yang browsing bandwidthnya stabil. Jadi ketika ada client yang mengakses internet, maka mikrotik akan mengecek dengan sendirinya bahwa aktivitas tersebut merupakan aktivitas download atau aktivitas browsing. Jika aktivitas browsing maka aktivitas client tersebut tidak akan dibatasi oleh client jika aktivitas tersebut merupakan aktivitas download maka akan dibatasi oleh mikrotik secara otomatis. Cara pemisahan traffic browsing, download penting, dan download tidak penting bisa dilihat dalam Gambar 8 dan Gambar 9. Gambar 8 Memisahkan Traffic Download dan Browsing Pada Gambar 8, pada New Queue kolom Name diisikan Download, kemudian kolom Parent pilih global-out artinya segala traffic yang keluar atau yang diminta akan diambil dari komputer client. Pada kolom Packet Marks pilih Download didapat dari konfigurasi sebelumnya. Pada kolom Queue Type pilih main-download yang didapat dari konfigurasi sebelumnya. Pada kolom Max Limit diisikan 800k yang menandakan batas bandwidth maksimal yang didapat saat download. 13

13 Memisahkan traffic download file berekstensi penting dan file berekstensi tidak penting. File berekstensi penting seperti doc, docx akan ikut pembatasan traffic download sebelumnya yaitu dari pemisahan traffic browsing. Ekstensi file tidak penting akan dipisahkan lagi menjadi sebesar 64kbps. Bandwidth sebesar 64kbps inilah yang nantinya akan digunakan apabila client men-download ekstensi file tidak penting. Gambar 9 Pengaturan Ekstensi File Tidak Penting Pada Gambar 9, pada kolom name diisikan Download Tidak Penting sebagai penanda kemudian pada kolom Parent pilih global-in artinya segala traffic yang masuk dari luar atau internet. Pada Packet Marks pilih download-tp yang didapat dari konfigurasi sebelumnya. Kemudian pada kolom Max Limit dibatasi 64k tentu saja itu bisa berubah tergantung kebutuhan perusahaan. Hasil optimalisasi bandwidth yang didapat dari melakukan konfigurasi menggunakan router mikrotik dengan teknik traffic shaping adalah menjadikan bandwidth PT. Asuransi Wahana Tata, Solo tetap stabil walaupun ada client yang download. Pada Gambar 10 menunjukkan traffic dari download yang terjadi di router mikrotik PT. Asuransi Wahana Tata, Solo. Tanda merah menunjukkan bahwa bandwidth tersebut mencapai batas maksimal download yang telah ditentukan yaitu 800kbps. Gambar 10 Traffic Download pada Mikrotik 14

14 Pada Gambar 10 terlihat proses download dari kategori penting yaitu berekstensi.pdf dan menggunakan web browser sebagai media download-nya. Hasil dari kecepatan rata-rata dari download tersebut adalah sebesar 498kbps yang dapat dilihat dari menu mikrotik walaupun hasil download melalui web browser hanya menunjukkan sebesar 51kBps. Hasil tes ini menunjukkan optimalisasi bandwidth yang dilakukan berhasil karena tidak melebihi batasan kecepatan yang sudah ditentukan. Pada Gambar 11 menunjukkan traffic dari download file tidak penting yang terjadi di router mikrotik. Tanda merah menunjukkan bahwa bandwidth tersebut mencapai batas maksimal download yang telah ditentukan yaitu 64kbps. Tes download sebuah file ini menggunakan IDM sebagai media download-nya. Cara untuk membatasi traffic download dari IDM digunakan filter rules yang dikonfigurasi di router mikrotik. Hasilnya kecepatan yang didapat adalah sebesar 8kBps. Gambar 11 menunjukkan proses download dari kategori file tidak penting yaitu file berekstensi.exe. Hasil dari kecepatan rata-rata dari download tersebut adalah 66kbps jika dilihat dari menu mikrotik dan hasil yang didapat dari tes download dengan IDM sebesar 8kBps. Gambar 11 Traffic Download File Tidak Penting pada Mikrotik Dalam segi efisiensi pada sistem baru dengan menggunakan router mikrotik Gambar 10 dan Gambar 11 nampak lebih baik, dimana telah digunakannya teknologi traffic shaping untuk membatasi bandwidth untuk download. Sehingga pada PT. Asuransi Wahana Tata, Solo mendapatkan bandwidth yang lebih stabil walaupun ada client yang sedang download. Hasil tes dengan menggunakan router mikrotik ini, difungsikan untuk membatasi aktivitas streaming video dan download baik menggunakan IDM atau tidak dari user. Dalam Gambar 10 dan Gambar 11 bandwidth yang dibatasi untuk file penting sebesar 800kbps dan file tidak penting sebesar 64kbps, pada saat salah satu user melakukan aktivitas browsing, download dan streaming video maka bandwidth akan dimaksimalkan dan jika user secara bersamaan melakukan aktivitas browsing, download dan streaming video maka bandwidth akan dibagi rata sesuai jumlah client yang terkoneksi dengan router. Misalkan satu user 15

15 melakukan download file penting maka bandwidth yang didapat adalah 800kbps namun jika ditambahkan satu user lagi maka bandwidth yang didapat masingmasing user adalah 400kbps demikian seterusnya. Tes ini sudah dilakukan beberapa kali dan menghasilkan kecepatan rata-rata yang berbeda-beda namun dari hasil tes yang dilakukan kecepatan rata-rata yang didapat tidak melebihi dari kecepatan yang sudah ditentukkan sebelumnya sehingga aktivitas browsing-pun tetap lancar. Perbandingan antara sistem lama dengan sistem baru dimana sistem yang lama pada PT. Asuransi Wahana Tata, Solo belum menggunakan mikrotik routeros sedangkan sistem yang baru sudah ditambahkan mikrotik routeros sebagai solusinya, dimana didalamnya sudah dikonfigurasi dengan menggunakan teknik traffic shaping. Perbedaan yang didapatkan dari hasil uji coba tersebut dapat disimpulkan bahwa sistem lama belum memakai management bandwidth, bandwidth saat download melambat, dan akses jaringan internet tidak stabil. Sistem baru sudah menerapkan management bandwidth, bandwidth saat download tetap stabil dengan adanya traffic shaping, dan akses jaringan internet lebih baik dan lebih sesuai. Perbandingan tersebut bisa dibuktikan dengan Tabel 2 sebagaimana hasil dari pengujian sistem tersebut. Pada tabel pengujian sistem ini dibedakan menjadi dua yaitu pengujian sistem lama atau sebelum menggunakan router mikrotik dan pengujian sistem baru atau sesudah menggunakan router mikrotik yang sudah dikonfigurasi. Pengujian ini baik sistem lama maupun sistem baru dilakukan dengan dua cara yaitu menggunakan web browser dan IDM. Uji coba ini dilakukan dengan mendownload file yang berbeda-beda berdasarkan kategori ekstensi file yang sudah ditentukan sebelumnya atau berdasarkan Tabel 1. Tabel 2 Hasil Pengujian Sistem Sistem Lama (Sebelum Konfigurasi) Sistem Baru (Sesudah Konfigurasi) Hasil Pengujian dengan Web Browser Hasil Pengujian dengan Web Browser File Penting Kecepatan Rata-Rata File Penting Kecepatan Rata-Rata.pdf 73 kbps.pdf 74 kbps.docx 74 kbps.docx 73 kbps.ppt 69 kbps.ppt 70 kbps File Tidak Penting Kecepatan Rata-Rata File Tidak Penting Kecepatan Rata-Rata.exe 101 kbps.exe 7 kbps.mp3 87 kbps.mp3 7 kbps.flv 81 kbps.flv 6 kbps Hasil Pengujian dengan IDM Hasil Pengujian dengan IDM File Penting Kecepatan Rata-Rata File Penting Kecepatan Rata-Rata.pdf 90 kbps.pdf 82 kbps.docx 82 kbps.docx 79 kbps.ppt 88 kbps.ppt 85 kbps File Tidak Penting Kecepatan Rata-Rata File Tidak Penting Kecepatan Rata-Rata.exe 118 kbps.exe 7 kbps.mp3 116 kbps.mp3 8 kbps.flv 110 kbps.flv 6 kbps 16

16 Pada Tabel 2 pengujian dilakukan pada satu client saja yang mana bandwidth yang didapat adalah bandwidth maksimal dari PT. Asuransi Wahana Tata, Solo. Dalam pengujian ini semakin besar bandwidth yang didapat seorang client menandakan bahwa semakin lambat koneksi yang didapat oleh client lainnya. Sehingga bisa ditarik kesimpulan dari pengujian sistem ini bahwa semakin kecil bandwidth untuk download yang didapat maka semakin baik koneksi internetnya dengan catatan hanya satu client yang melakukan aktifitas download-nya atau mengakses internet, jika yang mengakses internet lebih dari satu maka bandwidth yang didapat dibagi sejumlah client yang melakukan aktifitas menggunakan internet tersebut. Hal ini juga berlaku pada file tidak penting jika ada client yang men-download file tidak penting secara bersamaan maka bandwidth yang dibatasi untuk file tidak penting akan dibagi sejumlah client yang men-download. Hasil pengujian sistem ini dikatakan optimal bila seluruh karyawan PT. Asuransi Wahana Tata, Solo bisa melakukan aktivitas kesehariannya tanpa adanya masalah dengan jaringan internet yang melambat khususnya pada saat melakukan aktivitas browsing. Penelitian ini dikatakan optimal jika bandwidth yang ada yaitu 846kbps bisa dimanfaatkan sepenuhnya baik hanya digunakan satu client atau lebih yang mengakses jaringan internet tersebut. Bandwidth yang dibutuhkan perusahaan tersebut adalah 850kbps dan kecepatan rata-rata yang didapat adalah 846kbps maka dari itu dalam router mikrotik dibuat pembatasan 800kbps untuk browsing dan download file penting, kemudian 64kbps untuk download file tidak penting yang mana jika ditotal sebesar 864kbps atau lebih tinggi dari kebutuhan perusahaan tersebut. Hal ini dilakukan untuk memaksimalkan bandwidth yang ada. Bandwidth yang dibutuhkan perusahaan adalah 850kbps yang kemudian dibagi untuk 17 client yang mana masing-masing client mendapatkan 50kbps. Hal tersebut terjadi jika semua client menggunakan jaringan internet hanya untuk browsing saja, namun kenyataannya dalam kesahariaanya ada beberapa client yang men-download file maupun streaming dalam perkerjaannya. Sehingga bandwidth yang tadinya 850kbps yang seharusnya bisa dibagi 17 client dan mendapatkan 50kbps tiap client-nya, tetapi karena ada yang melakukan aktifitas download maka bandwidth yang didapat oleh client lainnya hanya sisanya saja atau kurang dari 50kbps tiap client-nya karena ada satu atau lebih client yang memonopoli jaringan internet tersebut. Oleh karena itulah diperlukan pembatasan dengan menggunakan traffic shaping berdasarkan jenis file yang akan di download hal ini berfungsi untuk mengatur traffic yang ada menjadi merata sejumlah client yang mengakses jaringan internet tersebut walaupun ada client yang melakukan aktifitas download maupun streaming. Sebelumnya bandwidth 850kbps dibagi untuk 17 client dan didapatkan 50kbps tiap client, namun angka tersebut turun disaat ada client yang melakukan aktifitas selain browsing karena bandwidth yang ada diambil oleh client yang melakukan aktifitas download maupun streaming, dengan adanya traffic shaping, bandwidth 850kbps yang dibagi 17 client tetap 50kbps per-client walaupun bandwidth digunakan untuk browsing, download dan streaming, karena bandwidth yang ada akan dibagi secara merata sejumlah client yang terkoneksi dengan router mikrotik. 17

17 Penelitian ini berdasarkan permintaan dari PT. Asuransi Wahana Tata, Solo yang mana perusahaan tersebut meminta supaya bandwidth internet stabil pada saat mengakses jaringan internet atau pada saat browsing karena tiap-tiap karyawan membutuhkan jaringan internet dalam pekerjaannya. Perusahaan juga menyetujui konsekuensi yang ada yaitu bandwidth yang diterima rata ke semua client, baik untuk pimpinan maupun karyawan asalkan bandwidth yang diterima stabil dan bisa digunakan untuk bekerja sehari-harinya. Seandainya bandwidth yang diterima tidak mencapai rata-rata bandwidth yang seharusnya diterima yaitu 846kbps itu adalah kesalahan dari provider internet (Speedy) bukan kesalahan dari router mikrotik yang sudah dikonfigurasi sebelumnya, karena bandwidth yang diterima oleh perusahaan bukan dedicated atau pasti 1Mbps melainkan up to 1Mbps yang menyebabkan aliran kuota tidak stabil sehingga bandwidth yang diterima tidak menentu besar kecilnya. Bandwidth yang dibatasi, dalam hal ini bisa disesuaikan sesuai permintaan atau kebutuhan perusahaan jika nantinya dirasa kurang oleh perusahaan tersebut. Hasil uji pada Tabel 2 dilakukan dengan men-download file dari sebuah website dengan jenis dan ukuran file yang sama tiap percobaannya. Misalkan file.exe berukuran 80MB diujicobakan dengan cara men-download via web browser dan IDM baik diujicoba sebelum atau sesudah menggunakan router mikrotik. Hasil pengujian sistem menunjukkan perbedaan yang sangat berarti khususnya perbedaan dikategori file tidak penting bisa dilihat dari percobaan menggunakan IDM misalkan file.exe sebelum menggunakan router mikrotik menghasilkan kecepatan 118kBps dan setelah menggunakan router mikrotik menjadi 7kBps. Kemudian percobaan file berekstensi.pdf menggunakan web browser sebagai media ujinya, dimana sebelum menggunakan router mikrotik menghasilkan kecepatan 73kBps disaat melakukan download file dan setelah menggunakan router mikrotik kecepatan yang didapat menjadi 74kBps hal ini terjadi karena ujicoba dilakukan pada saat hanya satu client saja yang menggunakan jaringan internet. Perbedaan terjadi jika banyak client yang mengakses internet, misal ada dua client maka bandwidth 74kBps akan dibagi dua dengan client lainnya. Perbedaan tersebut juga terjadi dengan percobaan lain yang dilakukan dengan pengujian file beresktensi yang berbeda. Berdasarkan Tabel 2 untuk memudahkan dalam melihat perbedaan yang dihasilkan mengenai perhitungan yang didapat, maka perlu dipahami mengenai bandwidth yang dibatasi. Sebelumnya untuk file penting dibatasi sebesar 800kbps dan file tidak penting sebesar 64kbps. Namun pada percobaan ini menghasilkan angka yang lebih besar hal itu terjadi dikarenakan tipe unit yang dipake berbeda. Jika 800kbps sebenarnya bandwidth yang dibatasi adalah 100kBps dan jika 64kbps bandwidth yang dibatasi adalah 8kBps angka tersebut didapat dengan cara dibagi 8 karena 1 bits sama dengan 8 bytes. Oleh karena itu angka yang didapat pada Tabel 2 kolom sistem baru berkisar 100kBps (bandwidth maksimal yang didapat) dan 8kBps bukan 800kbps atau 64kbps. Berdasarkan hasil uji tersebut dapat disimpulkan bahwa pengujian sistem berhasil karena ada berubahan antara sistem lama dengan sistem baru. Perbedaan Tabel 2 juga bisa dilihat dengan grafik pada Gambar 12 dan Gambar

18 Satuan kbps Gambar 12 Grafik Tes Download dengan Web Browser Gambar 12 menunjukkan grafik dari tes download dengan web browser sebagai media download-nya. Dimana garis biru atau tanda melingkar menandakan sistem lama dan garis merah atau tanda silang menandakan sistem baru. Jenis ekstensi file.pdf,.docx, dan.ppt adalah kategori file penting yang dibatasi sebesar 800kbps dan file.exe,.mp3. dan.flv adalah kategori file tidak penting yang dibatasi 64kbps. Satuan kbps Gambar 13 Grafik Tes Download dengan IDM Gambar 13 menunjukkan grafik dari tes download dengan IDM sebagai media download-nya. Dimana garis biru atau tanda melingkar menandakan sistem lama dan garis merah atau tanda silang menandakan sistem baru. Jenis ekstensi file.pdf,.docx, dan.ppt adalah kategori file penting yang dibatasi sebesar 800kbps dan file.exe,.mp3. dan.flv adalah kategori file tidak penting yang dibatasi 64kbps. Berdasarkan hasil optimalisasi bandwidth atau hasil uji sistem dapat disimpulkan bahwa kedua percobaan secara umum dapat digunakan, karena tidak terjadi kesalahan selama pengujian sistem pada saat melakukan pengujian dengan cara download file, itu terbukti dengan tidak adanya bandwidth yang melebihi dari bandwidth yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan memanfaatkan teknologi traffic shaping pada sistem yang baru, perancangan optimalisasi bandwidth ini dapat memudahkan pengguna dalam menggunakan internet secara bersamaan dan dapat memudahkan untuk mengontrol ataupun memantau setiap akses jaringan yang masuk. Hasilnya upload dan download akan maksimal dan cenderung lebih stabil. 19

19 5. Simpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa optimalisasi bandwidth di PT. Asuransi Wahana Tata, Solo sudah dilakukan dengan memanfaatan bandwidth yang ada, jika hanya satu client yang mengakses internet maka bandwidth yang ada digunakan sendiri tetapi jika lebih dari satu client maka bandwidth akan dibagi rata sejumlah client yang terkoneksi dengan router. Management bandwidth menggunakan teknik traffic shaping memberikan hasil yang lebih baik, khususnya disaat beberapa client mengakses internet secara bersamaan. Hal ini terlihat pada pengujian bandwidth yang dilakukan. Bandwidth menjadi lebih merata karena dengan teknik traffic shaping dapat membedakan aktivitas user antara browsing dan download. Ekplorasi implementasi mikrotik untuk jaringan selain yang telah peneliti kerjakan masih mungkin dilakukan. Untuk penelitian lebih lanjut, peneliti menyarankan untuk melakukan implementasi keamanan jaringannya. 6. Daftar Pustaka [1] Dwiyankuntoko, Arsyad, 2013, Introduksi Monitoring Jaringan Komputer, Diakses tanggal 31 Oktober [2] Hizbullah, Tb. A., 2012, Optimalisasi Bandwidth dan Keamanan Jaringan dengan Filterisasi pada Warung Internet Menggunakan Mikrotik Routerboard, Komputasi 1 (1): , Diakses tanggal 30 Oktober [3] Riadi, Imam, 2010, Optimasi Bandwidth Menggunakan TrafficShaping, Informatika 4 (1): , Diakses tanggal 30 Oktober [4] Asuransi Wahana Tata, 2011, Profil Perusahaan, Diakses tanggal 10 September [5] Sunggiardi, Michael, 2011, Sejarah Mikrotik, Diakses tanggal 4 Febuari [6] Nurmanto, 2011, Pengertian dan Fungsi Winbox, Diakses tanggal 4 Febuari [7] Mitchel, Bradley, 2013, QoS (Quality of Service), Diakses tanggal 4 Febuari [8] Adhanis, 2011, Menandai Paket-Paket Download di Mikrotik dengan Layer 7, Diakses tanggal 9 September [9] Rouse, Margaret, 2010, Definition traffic shaping (packet shaping), Diakses Tanggal 4 Febuari [10] Bahasa, Pusat, 2008, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. [11] Hariyanto, 2013, Metode Pengumpulan Data, Diakses tanggal 4 Febuari

Bab 4 Hasil dan Pembahasan

Bab 4 Hasil dan Pembahasan Bab 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Hasil Sistem Jaringan Pada tahap implementasi sistem, dilakukan semua konfigurasi perangkat keras untuk membangun jaringan manajemen bandwidth didukung dengan akses data

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. 3.1 Metodologi. Gambar 3.1 Kerangka Metodologi

BAB 3 METODOLOGI. 3.1 Metodologi. Gambar 3.1 Kerangka Metodologi BAB 3 METODOLOGI 3.1 Metodologi Gambar 3.1 Kerangka Metodologi 47 48 Dari kerangka yang telah dibuat, dapat dilihat bahwa metodologi dimulai dengan melakukan analisa sistem yang sedang berjalan yaitu melihat

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Skenario Uji Coba Dengan rancangan jaringan yang telah dibuat, perlu dilakukan uji coba untuk membuktikan bahwa rancangan load balancing dan failover tersebut dapat berjalan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebelumnya yang berhubungan dengan VPN. Dengan cara tersebut peneliti dapat

BAB III METODE PENELITIAN. sebelumnya yang berhubungan dengan VPN. Dengan cara tersebut peneliti dapat BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah studi kepustakaan, percobaan dan analisis. 3.1.1. Studi Kepustakaan Studi literatur dalam

Lebih terperinci

Bab 4 Hasil dan Pembahasan

Bab 4 Hasil dan Pembahasan 29 Bab 4 Hasil dan Pembahasan Metode load balance yang digunakan sebelum penelitian yaitu dengan NTH load balance yang menggunakan 2 jaringan yaitu 2 jaringan Telkom Speedy. Pada NTH load balance 2 jalur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENGEMBANGAN

BAB III METODE PENGEMBANGAN BAB III METODE PENGEMBANGAN di bawah. 3.1. Perancangan Sistem dan Blok Diagram Sistem Perancangan sistem yang digunakan dapat dijelaskan dengan blok diagram Gambar 3.1 PERANCANGAN PENERAPAN PERSIAPAN DATA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini, internet sangat berperan besar. Internet digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini, internet sangat berperan besar. Internet digunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Di masa sekarang ini, internet sangat berperan besar. Internet digunakan untuk mencari informasi, artikel, pengetahuan, atau bahkan untuk chatting. Bagi perusahaan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGEMBANGAN BANDWIDTH PADA JARINGAN INTERNET MENGGUNAKAN PENDETEKSIAN JENIS KONEKSI

ANALISIS PENGEMBANGAN BANDWIDTH PADA JARINGAN INTERNET MENGGUNAKAN PENDETEKSIAN JENIS KONEKSI ANALISIS PENGEMBANGAN BANDWIDTH PADA JARINGAN INTERNET MENGGUNAKAN PENDETEKSIAN JENIS KONEKSI Guruh Aryotejo 1), Daniel Yeri Kristiyanto 2), Santi Widiastuti 3) 1) Prodi Manajemen Informatika Sekolah Tinggi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya teknologi informasi sekarang ini mengakibatkan kebutuhan akan akses internet semakin meningkat pula. Akses internet sangat dibutuhkan untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Router Wireless PROLiNK WNR1004 Mikrotik RouterBoard Mikrotik RouterBoard 450G Kabel UTP dan konektor RJ45

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Router Wireless PROLiNK WNR1004 Mikrotik RouterBoard Mikrotik RouterBoard 450G Kabel UTP dan konektor RJ45 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi System 4.1.1 Perangkat Keras Router Wireless PROLiNK WNR1004 Mikrotik RouterBoard Mikrotik RouterBoard 450G Kabel UTP dan konektor RJ45 4.1.2 Perangkat Lunak

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 47 BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1. Spesifikasi Sistem 4.1.1. Perangkat Keras Perangkat keras atau hardware terpenting yang dipakai untuk membuat perubahan pada topologi jaringan SMA St. Kristoforus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jaringan komputer bukanlah sesuatu yang baru saat ini. Hampir disetiap perusahaan terdapat jaringan komputer untuk memperlancar arus informasi dalam perusahaan tersebut.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah studi kepustakaan, percobaan dan analisis. 3.1.1. Studi Kepustakaan Studi literatur dalam

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Melakukan Survey. Mengidentifikasi Masalah & Menganalisis Kebutuhan User. Perancangan Jaringan Hotspot

BAB 3 METODOLOGI. Melakukan Survey. Mengidentifikasi Masalah & Menganalisis Kebutuhan User. Perancangan Jaringan Hotspot BAB 3 METODOLOGI 3.1 Kerangka Berpikir Melakukan Survey Mengidentifikasi Masalah & Menganalisis Kebutuhan User Perancangan Jaringan Hotspot Perancangan Sistem Bandwidth Management Melakukan Uji Coba dan

Lebih terperinci

ANALISIS JARINGAN KOMPUTER DAN OPTIMALISASI PENGELOLAAAN BANDWIDTH PADA PT ARMANANTA EKA PUTRA

ANALISIS JARINGAN KOMPUTER DAN OPTIMALISASI PENGELOLAAAN BANDWIDTH PADA PT ARMANANTA EKA PUTRA ANALISIS JARINGAN KOMPUTER DAN OPTIMALISASI PENGELOLAAAN BANDWIDTH PADA PT ARMANANTA EKA PUTRA Penulis : Alexander Bayu Candra 1401132520 Christopher 1401133952 Samuel Ferdy Saputra 1401133681 Dosen Pembimbing:

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN BAB 5. IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 5.1. Implementasi Pada bab 5 ini akan dibahas mengenai implementasi dan pengujian terhadap firewall yang telah dibuat pada perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN /24 dan lainnya bisa berkoneksi dengan internet / ISP.

BAB IV PEMBAHASAN /24 dan lainnya bisa berkoneksi dengan internet / ISP. BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Mikrotik sebagai Gateway Mikrotik sebagai gateway merupakan salah satu bentuk implementasi yang paling banyak di pakai. Tujuannya agar client, semisal dengan IP 192.168.199.3/24 dan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MANAJEMEN BANDWIDTH JARINGAN LOCAL AREA NETWORK (LAN) MENGUNAKAN METODE QUEUE TREE PADA PT. TUMBUH SELARAS ALAM

IMPLEMENTASI MANAJEMEN BANDWIDTH JARINGAN LOCAL AREA NETWORK (LAN) MENGUNAKAN METODE QUEUE TREE PADA PT. TUMBUH SELARAS ALAM IMPLEMENTASI MANAJEMEN BANDWIDTH JARINGAN LOCAL AREA NETWORK (LAN) MENGUNAKAN METODE QUEUE TREE PADA PT. TUMBUH SELARAS ALAM Burhanuddin Program Studi S1 Teknik Informatika Sekolah Tinggi Manajemen Informatika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI... DAFTAR ISI PERNYATAAN... iii PRAKATA... iv ABSTRACT... vi INTISARI... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiv BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang...

Lebih terperinci

BANDWIDTH CONTROLLER MENGATUR TRAFIK DATA DIDALAM JARINGAN

BANDWIDTH CONTROLLER MENGATUR TRAFIK DATA DIDALAM JARINGAN BANDWIDTH CONTROLLER MENGATUR TRAFIK DATA DIDALAM JARINGAN Feature Mengatur download dan upload computer lain untuk data trafik. Prioritas bagi computer atau beberapa computer untuk mengaccess data pada

Lebih terperinci

BAB II ANALISIS DAN PERANCANGAN. penggunaan bandwidth. Solusi yang sering dilakukan adalah

BAB II ANALISIS DAN PERANCANGAN. penggunaan bandwidth. Solusi yang sering dilakukan adalah BAB II ANALISIS DAN PERANCANGAN 2.1 Analisis Kebutuhan Sering kali permasalahan dalam sebuah jaringan computer adalah proses pengiriman data lambat, rusak, dan tidak sampai ke tujuan. Permasalahan muncul

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM. jaringan. Topologi jaringan terdiri dari 3 client, 1 server, dan 2 router yang

BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM. jaringan. Topologi jaringan terdiri dari 3 client, 1 server, dan 2 router yang BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Metode Penelitian Dalam sistem perancangan ini awal mula dibuat perancangan topologi jaringan. Topologi jaringan terdiri dari 3 client, 1 server, dan

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 PERALATAN YANG DIBUTUHKAN Pada tahap ini dilakukan implementasi sistem yang meliputi spesifikasi sistem untuk perangkat keras dan perangkat lunak pada sistem jaringan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI Metode Penelitian

BAB 3 METODOLOGI Metode Penelitian BAB 3 METODOLOGI 3.1. Metode Penelitian Di dalam penelitian ini telah dilakukan observasi untuk mengetahui masalah ataupun keluhan yang dihadapi oleh customer maupun PT. Legreen itu sendiri. Berikut adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PENGAMATAN. dan pengamatan yang dilakukan terhadap analisis bandwidth dari sistem secara

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PENGAMATAN. dan pengamatan yang dilakukan terhadap analisis bandwidth dari sistem secara BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PENGAMATAN Pengujian dan pengamatan yang dilakukan penulis merupakan pengujian dan pengamatan yang dilakukan terhadap analisis bandwidth dari sistem secara keseluruhan yang telah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. didapatkan dalam tahap analisis. Berikut adalah tahapan desain penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. didapatkan dalam tahap analisis. Berikut adalah tahapan desain penelitian yang 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain merupakan tahap penelitian untuk mendapatkan cara yang paling efektif dan efisien mengimplementasikan sistem dengan bantuan data yang didapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Interconnected Network atau yang lebih populer dengan sebutan internet. adalah sebuah sistem komunikasi global yang menghubungkan

BAB I PENDAHULUAN. Interconnected Network atau yang lebih populer dengan sebutan internet. adalah sebuah sistem komunikasi global yang menghubungkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Interconnected Network atau yang lebih populer dengan sebutan internet adalah sebuah sistem komunikasi global yang menghubungkan komputer-komputer dan jaringan-jaringan

Lebih terperinci

MANAJEMEN BANDWIDTH DENGAN WEBHTB PADA PT BHANDA GHARA REKSA (PERSERO) CABANG PALEMBANG

MANAJEMEN BANDWIDTH DENGAN WEBHTB PADA PT BHANDA GHARA REKSA (PERSERO) CABANG PALEMBANG MANAJEMEN BANDWIDTH DENGAN WEBHTB PADA PT BHANDA GHARA REKSA (PERSERO) CABANG PALEMBANG Agus Rochman Jurusan Teknik Informatika STMIK PalComTech Palembang Abstrak Dalam PT. Bhanda Ghara Reksa (Persero)

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi sistem Dalam membangun jaringan pada PT. BERKAH KARYA MANDIRI dibutuhkan beberapa pendukung baik perangkat keras maupun perangkat lunak. 4.1.1 Spesifikasi

Lebih terperinci

Optimalisasi Load Balancing dan Manajemen Bandwidth pada Mikrotik Routerboard 715G (Studi Kasus di PT. Campus Data Media Semarang)

Optimalisasi Load Balancing dan Manajemen Bandwidth pada Mikrotik Routerboard 715G (Studi Kasus di PT. Campus Data Media Semarang) Optimalisasi Load Balancing dan Manajemen Bandwidth pada Mikrotik Routerboard 715G (Studi Kasus di PT. Campus Data Media Semarang) Sindung Hadwi Widi Sasono, Thomas Agung Setiawan, Lutfi Nur Niswati Jurusan

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN BANDWIDTH MANAGEMENT DENGAN METODE QUEUE TREE HTB DAN PCQ PADA MIKROTIK ROUTERBOARD. (Studi Kasus : SMA Kristen 1 Salatiga) Artikel Ilmiah

PEMBANGUNAN BANDWIDTH MANAGEMENT DENGAN METODE QUEUE TREE HTB DAN PCQ PADA MIKROTIK ROUTERBOARD. (Studi Kasus : SMA Kristen 1 Salatiga) Artikel Ilmiah PEMBANGUNAN BANDWIDTH MANAGEMENT DENGAN METODE QUEUE TREE HTB DAN PCQ PADA MIKROTIK ROUTERBOARD (Studi Kasus : SMA Kristen 1 Salatiga) Artikel Ilmiah Peneliti : Sakti Henggar Pradesa (672011194) Wiwin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut riset yang di kutip dari Ardhi Suryadi (2011). Kebutuhan akan internet pada masa sekarang ini sangatlah penting dari 55% responden mahasiswa dan 62% karyawan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN 4.1. Rancangan Topologi 4.1.1. Topologi Jaringan Pada Bagian Umum dan Pengadaan Sekretariat Daerah Kabupaten Musi Banyuasin Desain topologi jaringan komputer yang digunakan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN HASIL PENGUJIAN

BAB IV IMPLEMENTASI DAN HASIL PENGUJIAN BAB IV IMPLEMENTASI DAN HASIL PENGUJIAN 4.1 Implementasi Implementasi adalah suatu pelaksanaan atau penerapan perancangan aplikasi yang disusun secara matang dan terperinci. Biasanya dilakukan implementasi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN DAN IMPLEMENTASI JARINGAN HOTSPOT DENGAN MENGGUNAKAN ROUTER MIKROTIK (Study Kasus : SMKN 1 JUWIRING)

PENGEMBANGAN DAN IMPLEMENTASI JARINGAN HOTSPOT DENGAN MENGGUNAKAN ROUTER MIKROTIK (Study Kasus : SMKN 1 JUWIRING) PENGEMBANGAN DAN IMPLEMENTASI JARINGAN HOTSPOT DENGAN MENGGUNAKAN ROUTER MIKROTIK (Study Kasus : SMKN 1 JUWIRING) Makalah Program Studi Teknik Informatika Fakultas Komunikasi dan Informatika Diajukan oleh

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi Sistem Dalam merancang sistem jaringan wireless yang baru untuk meningkatkan kualitas sinyal wireless di SMA Tarsisius II, Jakarta Barat diperlukan beberapa sarana

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Perancangan Sistem dan Blok Diagram Sistem. diagram seperti yang terlihat seperti Gambar 3.1.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Perancangan Sistem dan Blok Diagram Sistem. diagram seperti yang terlihat seperti Gambar 3.1. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Perancangan Sistem dan Blok Diagram Sistem Perancangan sistem dapat dijelaskan dengan lebih baik melalui blok diagram seperti yang terlihat seperti Gambar 3.1. PEMBUATAN

Lebih terperinci

Konfigurasi Bandwidth Limitter Menggunakan MikroTik RB 750

Konfigurasi Bandwidth Limitter Menggunakan MikroTik RB 750 Konfigurasi Bandwidth Limitter Menggunakan MikroTik RB 750 Abdul Mustaji abdulmustaji@gmail.com http://abdulwong pati.blogspot.com Lisensi Dokumen: Seluruh dokumen di IlmuKomputer.Com dapat digunakan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang F. Kurose, James. & W. Ross, Keith (2012) menyatakan bahwa Interconnection network (internet) adalah sistem global dari seluruh jaringan komputer yang saling terhubung

Lebih terperinci

BAB 4 SIMULASI DAN EVALUASI. Berikut ini adalah peralatan-peralatan yang dibutuhkan dalam implementasi

BAB 4 SIMULASI DAN EVALUASI. Berikut ini adalah peralatan-peralatan yang dibutuhkan dalam implementasi 55 BAB 4 SIMULASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Sistem Berikut ini adalah peralatan-peralatan yang dibutuhkan dalam implementasi simulasi rt/rw wireless net pada Perumahan Sunter Agung Podomoro : 1 buah

Lebih terperinci

Optimalisasi Load Balancing dan Manajemen Bandwidth pada Mikrotik Routerboard 715G (Studi Kasus di PT. Campus Data Media Semarang)

Optimalisasi Load Balancing dan Manajemen Bandwidth pada Mikrotik Routerboard 715G (Studi Kasus di PT. Campus Data Media Semarang) Optimalisasi Load Balancing dan Manajemen Bandwidth pada Mikrotik Routerboard 715G (Studi Kasus di PT. Campus Data Media Semarang) Sindung Hadwi Widi Sasono, Thomas Agung Setiawan, Lutfi Nur Niswati Jurusan

Lebih terperinci

Cara Setting MikroTik sebagai Gateway dan Bandwidth Management

Cara Setting MikroTik sebagai Gateway dan Bandwidth Management Cara Setting MikroTik sebagai Gateway dan Bandwidth Management Artikel ini melanjutkan dari artikel sebelumnya mengenai instalasi mikrotik. Dalam artikel ini akan coba dijelaskan mengenai bagaimana mensetting

Lebih terperinci

Bab 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. topologi jaringan yang telah penulis rancang. dibutuhkan, diantaranya adalah sebagai berikut :

Bab 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. topologi jaringan yang telah penulis rancang. dibutuhkan, diantaranya adalah sebagai berikut : 51 Bab 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Dikarenakan biaya, waktu dan tempat yang tidak memungkinkan untuk dapat mengimplementasikan perancangan penulis secara langsung, maka penulis mensimulasikan jaringan

Lebih terperinci

Bandwidth Limiter RB750

Bandwidth Limiter RB750 Bandwidth Limiter RB750 Firman Setya Nugraha Someexperience.blogspot.com Firmansetyan@gmail.com Lisensi Dokumen: Copyright 2003-2007 IlmuKomputer.Com Seluruh dokumen di IlmuKomputer.Com dapat digunakan,

Lebih terperinci

BAB III JARINGAN VPN IP SAAT INI PADA PERUSAHAAN X

BAB III JARINGAN VPN IP SAAT INI PADA PERUSAHAAN X BAB III JARINGAN VPN IP SAAT INI PADA PERUSAHAAN X 3.1 Topologi Jaringan VPN IP Cakupan yang dibahas di dalam tugas akhir ini adalah layanan VPN IP Multiservice, dan digunakan topologi jaringan berbentuk

Lebih terperinci

MANAGEMENT TRAFFIC ECMP (EQUAL-COST MULTI- PARTH) LOAD BALANCE BANDWITH DENGAN MIKROTIK ROUTER PADA PT. SKYE MOBILE MONEY. Abstrak

MANAGEMENT TRAFFIC ECMP (EQUAL-COST MULTI- PARTH) LOAD BALANCE BANDWITH DENGAN MIKROTIK ROUTER PADA PT. SKYE MOBILE MONEY. Abstrak MANAGEMENT TRAFFIC ECMP (EQUAL-COST MULTI- PARTH) LOAD BALANCE BANDWITH DENGAN MIKROTIK ROUTER PADA PT. SKYE MOBILE MONEY Indra Priyandono ipriyandono@bundamulia.ac.id Program Studi Sistem Informasi Universitas

Lebih terperinci

BAB 3. ANALISA SISTEM 3.1. Analisa Masalah Rumah dan toko Buanjar Photocopy terdapat koneksi internet dengan kecepatan 10 Mbps dari ISP (Internet Service Provider) Indihome. Semua user yang berada di tempat

Lebih terperinci

CARA SETTING LOAD BALANCE MIKROTIK (2 MODEM DI GABUNGKAN DALAM SATU MIKROTIK ROUTER) DALAM BENTUK GUI

CARA SETTING LOAD BALANCE MIKROTIK (2 MODEM DI GABUNGKAN DALAM SATU MIKROTIK ROUTER) DALAM BENTUK GUI CARA SETTING LOAD BALANCE MIKROTIK ( MODEM DI GABUNGKAN DALAM SATU MIKROTIK ROUTER) DALAM BENTUK GUI ALAT DAN BAHAN : ANGGOTA KELOMPOK : Buah MODEM : Speddy dan AHA Buah Router RB70 Buah Switch Buah Komputer

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. mengeluh karena koneksi yang lambat di salah satu pc client. Hal ini dikarenakan

BAB IV PEMBAHASAN. mengeluh karena koneksi yang lambat di salah satu pc client. Hal ini dikarenakan 44 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Identifikasi Masalah Kebutuhan akses internet sangat berperan dalam produktifitas kineja pegawai dalam melakukan pekerjaan, namun sering dijumpai pegawai yang mengeluh karena koneksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini internet sudah menjadi suatu kebutuhan yang sangat penting bagi seluruh lapisan masyarakat di dunia, hal ini menyebabkan semakin meningkatnya permintaan akan

Lebih terperinci

Gambar.3.2. Desain Topologi PLC Satu Terminal

Gambar.3.2. Desain Topologi PLC Satu Terminal BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Desain Topologi Jaringan Gambar.3.1 Desain Topologi Sharring File Topologi diatas digunakan saat melakukan komunikasi data digital secara peer to peer sehingga PLC ataupun

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Resource Reservation Protocol (RSVP) merupakan protokol pada layer

BAB II TEORI DASAR. Resource Reservation Protocol (RSVP) merupakan protokol pada layer BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan Resource Reservation Protocol (RSVP) merupakan protokol pada layer transport yang digunakan untuk meminta kualitas layanan QoS tinggi transportasi data, untuk sebuah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini hampir setiap perusahaan atau instansi memiliki jaringan komputer untuk memperlancar arus informasi. Internet yang sangat populer saat ini merupakan salah

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN Pada bab ini akan dilakukan implementasi dan pengujian terhadap sistem VPN yang dibangun. Implementasi dilakukan berdasarkan analisis dan perancangan yang telah dibuat.

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Masalah Seiring dengan perkembangan teknologi, aktivitas bertukar informasi menjadi salah satu kebutuhan sehari-hari. Kondisi ini kemudian membutuhkan

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN KINERJA CACHE PROXY SERVER ANTARA METODE PROXY INTERNAL DAN EXTERNAL

ANALISA PERBANDINGAN KINERJA CACHE PROXY SERVER ANTARA METODE PROXY INTERNAL DAN EXTERNAL ANALISA PERBANDINGAN KINERJA CACHE PROXY SERVER ANTARA METODE PROXY INTERNAL DAN EXTERNAL Galih Agam Irawan Zukna Muhammad Diaz Prana Tirta Jurusan Teknik Informatika STMIK PalComTech Palembang Abstrak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan bisnis di Indonesia secara khusus dan di dunia secara umum

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan bisnis di Indonesia secara khusus dan di dunia secara umum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan bisnis di Indonesia secara khusus dan di dunia secara umum telah mengalami kemajuan yang pesat. Indonesia saat ini telah memasuki era globalisasi, hal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Jaringan komputer bukanlah sesuatu yang baru saat ini. Hampir di setiap perusahaan terdapat jaringan komputer untuk memperlancar arus informasi dalam perusahaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian mengenai perencanaan internet protocol virtual private network (IP VPN) dan network management untuk efisiensi koneksi internet dengan sistem intranet menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah PT I-Log Indonesia sebagai perusahaan logistic yang sedang berkembang, membutuhkan sarana informasi yang cepat untuk menunjang aktifitas yang dilakukan setiap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk chating. Layanan-layanan yang sebelumnya sulit berkembang, seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk chating. Layanan-layanan yang sebelumnya sulit berkembang, seperti BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan akan akses internet dewasa ini sangat tinggi sekali. Baik untuk mencari informasi, artikel, pengetahuan terbaru atau bahkan hanya untuk chating. Layanan-layanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi data. router dengan kabel Unshielded Twisted Pair sebagai (UTP) Topologi jaringan

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi data. router dengan kabel Unshielded Twisted Pair sebagai (UTP) Topologi jaringan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Topologi star terdapat perangkat pengendali yang berfungsi sebagai pengatur dan pengendali komunikasi data. router dengan kabel Unshielded Twisted Pair sebagai

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN. Objek dari penelitian ini adalah mengoptimalkan baik dari segi keamanan maupun

METODELOGI PENELITIAN. Objek dari penelitian ini adalah mengoptimalkan baik dari segi keamanan maupun III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek dari penelitian ini adalah mengoptimalkan baik dari segi keamanan maupun stabilitas koneksi internet suatu model jaringan warung internet yang mengimplementasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pengendalian kepadatan (congestion control) antrian di jaringan sampai saat ini tetap menjadi issue prioritas tinggi dan sangat penting. Pertumbuhan internet

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Biaya yang harus dikeluarkan untuk berlangganan jalur koneksi internet melalu ISP (Internet Service Provider) yang relatif mahal untuk pengusaha Warnet karena sebagian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai universitas yang berkembang pesat dan memiliki rencana untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai universitas yang berkembang pesat dan memiliki rencana untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Bina Nusantara merupakan salah satu universitas yang menjadi panutan universitas lain dalam penerapannya terhadap dunia teknologi informasi. Sebagai universitas

Lebih terperinci

TEKNIK MARK PACKET DAN MARK CONNECTION UNTUK MANAJEMEN BANDWITH DENGAN PENDEKATAN TOP-DOWN

TEKNIK MARK PACKET DAN MARK CONNECTION UNTUK MANAJEMEN BANDWITH DENGAN PENDEKATAN TOP-DOWN TEKNIK MARK PACKET DAN MARK CONNECTION UNTUK MANAJEMEN BANDWITH DENGAN PENDEKATAN TOP-DOWN Sandy Kosasi STMIK Pontianak Jl. Merdeka No. 372 Pontianak, Kalimantan Barat e-mail: sandykosasi@yahoo.co.id dan

Lebih terperinci

OPTIMALISASI LOAD BALANCING DUA ISP UNTUK MANAJEMEN BANDWIDTH BERBASIS MIKROTIK. Futri Utami 1*, Lindawati 2, Suzanzefi 3

OPTIMALISASI LOAD BALANCING DUA ISP UNTUK MANAJEMEN BANDWIDTH BERBASIS MIKROTIK. Futri Utami 1*, Lindawati 2, Suzanzefi 3 OPTIMALISASI LOAD BALANCING DUA ISP UNTUK MANAJEMEN BANDWIDTH BERBASIS MIKROTIK Futri Utami 1*, Lindawati 2, Suzanzefi 3 1 Program Studi Teknik Telekomunikasi DIV, Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebutuhan akan akses internet dewasa ini sangat tinggi sekali. Baik untuk mencari

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebutuhan akan akses internet dewasa ini sangat tinggi sekali. Baik untuk mencari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan akan akses internet dewasa ini sangat tinggi sekali. Baik untuk mencari informasi, artikel, pengetahuan terbaru atau bahkan hanya untuk chating. Layananlayanan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sarana Simulasi Uji coba dilakukan untuk membuktikan apakah sistem jaringan yang sudah dirancang dapat berjalan dengan baik. Namun, dikarenakan pihak kantor PT Synergy Adhi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA. Mekanisme pengujian dilakukan dengan menggunakan dua buah server sekaligus

BAB IV ANALISA. Mekanisme pengujian dilakukan dengan menggunakan dua buah server sekaligus BAB IV ANALISA 4.1 ANALISA TOPOLOGI Mekanisme pengujian dilakukan dengan menggunakan dua buah server sekaligus difungsikan sebagai router penghubung dengan jaringan internet. Masing-masing server dihubungkan

Lebih terperinci

BAB 4 PERANCANGAN JARINGAN DAN EVALUASI. untuk membuat WAN menggunakan teknologi Frame Relay sebagai pemecahan

BAB 4 PERANCANGAN JARINGAN DAN EVALUASI. untuk membuat WAN menggunakan teknologi Frame Relay sebagai pemecahan BAB 4 PERANCANGAN JARINGAN DAN EVALUASI 4.1 Perancangan Jaringan Berdasarkan usulan pemecahan masalah yang telah diajukan, telah diputuskan untuk membuat WAN menggunakan teknologi Frame Relay sebagai pemecahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam Tugas Akhir ini adalah studi

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam Tugas Akhir ini adalah studi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam Tugas Akhir ini adalah studi kepustakaan, percobaan dan analisis. Dalam Tugas Akhir ini penulis mencoba untuk mengumpulkan

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN MANAJEMEN JARINGAN BERBASIS MIKROTIK DENGAN CISCO (Studi Kasus Universitas Almuslim)

ANALISA PERBANDINGAN MANAJEMEN JARINGAN BERBASIS MIKROTIK DENGAN CISCO (Studi Kasus Universitas Almuslim) ANALISA PERBANDINGAN MANAJEMEN JARINGAN BERBASIS MIKROTIK DENGAN CISCO (Studi Kasus Universitas Almuslim) KHADIJAH a, YUL HENDRA a a Jurusan Teknik Informatika Fakultas Ilmu Komputer Universitas Almuslim

Lebih terperinci

BAB 3 Metode dan Perancangan 3.1 Metode Top Down

BAB 3 Metode dan Perancangan 3.1 Metode Top Down BAB 3 Metode dan Perancangan 3.1 Metode Top Down Menurut Setiabudi (2009) untuk membangun sebuah sistem, diperlukan tahap-tahap agar pembangunan itu dapat diketahui perkembangannya serta memudahkan dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemanfaatan teknologi jaringan komputer sebagai media komunikasi data hingga saat ini semakin meningkat, terutama pada jaringan internet (interconnection networking)

Lebih terperinci

Ketika Winbox sudah diunduh, hal yang pertama dilakukan adalah membuka. utility hingga tampil gambar seperti di bawah ini:

Ketika Winbox sudah diunduh, hal yang pertama dilakukan adalah membuka. utility hingga tampil gambar seperti di bawah ini: Prosedur Menjalankan Program Winbox Ketika Winbox sudah diunduh, hal yang pertama dilakukan adalah membuka utility hingga tampil gambar seperti di bawah ini: Gambar 1 Tampilan Login Winbox Sebagai langkah

Lebih terperinci

Edi Sumarno Pembimbing 1: Jatmiko,Ir, MT. Pembimbing 2: Irma Yuliana,ST,MM.

Edi Sumarno Pembimbing 1: Jatmiko,Ir, MT. Pembimbing 2: Irma Yuliana,ST,MM. MENEJEMENT BANDWIDTH MENGGUNAKAN QUEUE TREE (Studi Kasus SMK NEGERI 1 KEDAWUNG) MAKALAH Disusun Sebagai Salah Satu Sarat Menyelesaikan Program Studi Strata 1 Pada Jurusan Teknik Informatika Fakultas Komunikasi

Lebih terperinci

BAB 4 SIMULASI DAN EVALUASI

BAB 4 SIMULASI DAN EVALUASI BAB 4 SIMULASI DAN EVALUASI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai simulasi serta hasil evaluasi dari simulasi yang telah dilakukan. Dalam bab ini akan menjelaskan langkah langkah instalasi program yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perangkat software dan hardware untuk mendukung dalam penelitian analisis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perangkat software dan hardware untuk mendukung dalam penelitian analisis BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kebutuhan Sistem Saat melakukan pengujian jaringan VPN PPTP dan L2TP, dibutuhkan perangkat software dan hardware untuk mendukung dalam penelitian analisis unjuk kerja jaringan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamakan hotspot. Batas hotspot ditentukan oleh frekuensi, kekuatan pancar

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamakan hotspot. Batas hotspot ditentukan oleh frekuensi, kekuatan pancar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penggunaan Wi-Fi memudahkan dalam mengakses jaringan dari pada menggunakan kabel. Ketika menggunakan WiFi, pengguna dapat berpindahpindah tempat. Meskipun

Lebih terperinci

Representative Service Support Center Website,

Representative Service Support Center Website, Setting Hotspot pada Mikrotik Setting Hotspot pada Mikrotik Router OS sangat mudah dikonfigurasi. Sistem autentikasi hotspot biasa digunakan ketika kita akan menyediakan akses internet pada areal publik,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. 3.1 Metodologi

BAB 3 METODOLOGI. 3.1 Metodologi BAB 3 METODOLOGI 3.1 Metodologi Pada bab ini akan menjelaskan metode yang diterapkan dalam skripsi ini. Metode yang digunakan adalah metode Network Development Life Cycle (NDLC), yaitu Analysis, Design,

Lebih terperinci

Bab 3. Metode Perancangan Sistem

Bab 3. Metode Perancangan Sistem Bab 3 Metode Perancangan Sistem Pada pembahasan dalam bab ini, berisikan tentang perancangan dalam membangun sistem yang akan dibuat. Pada proses pembangunan sistem manajemen bandwidth ini, menggunakan

Lebih terperinci

Batasi bandwidth TANPA MIKROTIK

Batasi bandwidth TANPA MIKROTIK Batasi bandwidth TANPA MIKROTIK Suatu hari di warnet saya yang pada waktu itu tidak begitu ramai (hanya terisi 6 klien dari 11 klien) saya sedang enak-enaknya browsing, eh tiba-tiba internetnya down. Buat

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Disusun sebagai salah satu syarat untuk kelulusan Program Strata 1, Program Studi Teknik Informatika, Universitas Pasundan Bandung

TUGAS AKHIR. Disusun sebagai salah satu syarat untuk kelulusan Program Strata 1, Program Studi Teknik Informatika, Universitas Pasundan Bandung PENGATURAN QUALITY OF SERVICE (QoS) PADA JARINGAN UNTUK MENDUKUNG LAYANAN VOICE OVER INTERNET PROTOKOL (VoIP) (Studi Kasus: Lab.Jurusan Teknik Informatika Universitas Pasundan) TUGAS AKHIR Disusun sebagai

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN RANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN RANCANGAN SISTEM BAB III ANALISIS DAN RANCANGAN SISTEM 3.1 Perancangan Topologi Jaringan Hotspot Perancangan arsitektur jaringan hotspot secara fisik dapat dilihat seperti Gambar 3.1. Gambar 3.1 Skema rancangan jaringan

Lebih terperinci

1. Pendahuluan 2. Kajian Pustaka

1. Pendahuluan 2. Kajian Pustaka 1. Pendahuluan Manajemen bandwidth menentukan bagaimana kualitas dari layanan internet suatu jaringan, sehingga manajemen bandwidth yang diterapkan harus sesuai dengan kebutuhan dan keadaan suatu jaringan.

Lebih terperinci

ANALISIS QOS (QUALITY OF SERVICE) PADA WARNET DENGAN METODE HTB (HIERARCHICAL TOKEN BUCKET)

ANALISIS QOS (QUALITY OF SERVICE) PADA WARNET DENGAN METODE HTB (HIERARCHICAL TOKEN BUCKET) ANALISIS QOS (QUALITY OF SERVICE) PADA WARNET DENGAN METODE HTB (HIERARCHICAL TOKEN BUCKET) Azmuri Wahyu Azinar 1), Ragil Sapta Adi 2) 1), 2) Teknik Informatika.Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya Jl.Arief

Lebih terperinci

1. Pendahuluan. 2. Tinjauan Pustaka

1. Pendahuluan. 2. Tinjauan Pustaka 1. Pendahuluan Perkembangan layanan komunikasi data saat ini sangatlah cepat. Layanan komunikasi yang ada tidak hanya digunakan secara individual tetapi juga digunakan secara massal dan hampir serentak

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM Perancangan Topologi Jaringan Komputer VPN bebasis L2TP dan IPSec

PERANCANGAN SISTEM Perancangan Topologi Jaringan Komputer VPN bebasis L2TP dan IPSec BAB 4. PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan menjelaskan tahap perancangan sistem Virtual Private Network (VPN) site-to-site berbasis L2TP ( Layer 2 Tunneling Protocol) dan IPSec (Internet Protocol Security),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. IMPLEMENTASI DAN ANALISIS PERFORMANSI ETHERNET OVER IP (EoIP) TUNNEL Mikrotik RouterOS PADA LAYANAN VoIP DENGAN JARINGAN CDMA 1

BAB I PENDAHULUAN. IMPLEMENTASI DAN ANALISIS PERFORMANSI ETHERNET OVER IP (EoIP) TUNNEL Mikrotik RouterOS PADA LAYANAN VoIP DENGAN JARINGAN CDMA 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informatika dan telekomunikasi saat ini bergerak semakin pesat. Keduanya saling mendukung dan tidak dapat dipisahkan. Saat ini, kebutuhan akan

Lebih terperinci

ANALISIS, PERANCANGAN, IMPLEMENTASI JARINGAN HOTSPOT DAN BANDWIDTH MANAGEMENT DENGAN MENGGUNAKAN MIKROTIK ROUTEROS PADA WARNET CELLVINET 2

ANALISIS, PERANCANGAN, IMPLEMENTASI JARINGAN HOTSPOT DAN BANDWIDTH MANAGEMENT DENGAN MENGGUNAKAN MIKROTIK ROUTEROS PADA WARNET CELLVINET 2 ANALISIS, PERANCANGAN, IMPLEMENTASI JARINGAN HOTSPOT DAN BANDWIDTH MANAGEMENT DENGAN MENGGUNAKAN MIKROTIK ROUTEROS PADA WARNET CELLVINET 2 Gabriello Melvin, Alexander Atmadja, Elsa Junitasari, Rudi Tjiptadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN Dalam bab ini menjelaskan mengenai latar belakang tugas akhir, indetifikasi masalah tugas akhir, tujuan tugas akhir, lingkup tugas akhir, metodologi pelaksanaan tugas akhir dan sitemmatika

Lebih terperinci

OPTIMALISASI LOAD BALANCING DUA ISP UNTUK MANAJEMEN BANDWIDTH BERBASIS MIKROTIK

OPTIMALISASI LOAD BALANCING DUA ISP UNTUK MANAJEMEN BANDWIDTH BERBASIS MIKROTIK OPTIMALISASI LOAD BALANCING DUA ISP UNTUK MANAJEMEN BANDWIDTH BERBASIS MIKROTIK FUTRI UTAMI 1), HJ. LINDAWATI 2), SUZANZEFI 3) 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Program Studi D IV Teknik Telekomunikasi,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Analisis Permasalahan Dari hasil wawancara dan observasi objek penelitian maka ditemukan beberapa permasalahan yang muncul, diantaranya : a) Terdapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komputer merupakan salah satu alat yang sangat penting dan membantu kegiatan-kegiatan yang terjadi di masyarakat. Penggunaannya saat ini sudah mencakup berbagai aspek

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. multicast menggunakan perangkat-perangkat sebagai berikut:

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. multicast menggunakan perangkat-perangkat sebagai berikut: 52 BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Perancangan Jaringan Perancangan jaringan untuk aplikasi video streaming dengan metode multicast menggunakan perangkat-perangkat sebagai berikut: 1. 3 buah PC dan 1 buah

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi Sistem Untuk dapat melakukan implementasi maka diperlukan perangkat Hardware dan Software yang digunakan. Hardware - Router Wifi Mikrotik RB951 - Modem ISP Utama

Lebih terperinci

MONITORING DAN MANAJEMEN JARINGAN KOMPUTER DI HOTEL ARYADUTA PALEMBANG

MONITORING DAN MANAJEMEN JARINGAN KOMPUTER DI HOTEL ARYADUTA PALEMBANG MONITORING DAN MANAJEMEN JARINGAN KOMPUTER DI HOTEL ARYADUTA PALEMBANG Henri Joy Patuwondatu Jurusan Teknik Informatika STMIK PALCOMTECH PALEMBANG Abstrak Jaringan komputer saat ini merupakan suatu infrastruktur

Lebih terperinci