Meninjau Kembali Mimpi Buruk Sebuah Bangsa

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Meninjau Kembali Mimpi Buruk Sebuah Bangsa"

Transkripsi

1 Meninjau Kembali Mimpi Buruk Sebuah Bangsa Sabtu, 18 Januari :56 WIB Wijaya Herlambang Setiap tahun pada tanggal 1 Oktober, sejak 1966, rakyat Indonesia melakukan ritual, memperingati kemenangan ideologi bangsa sembari mengenang kematian tujuh perwira militer yang dibunuh oleh sekelompok tentara, yang sebagian besar merupakan anggota pengawalpresiden Cakrabirawa, pimpinan Kolonel Untung. Bagi sebagian besar rakyat Indonesia kesimpulan tentang peristiwa yang dimulai pada malam 30 September 1965 itu sudah bulat: para pembunuh tujuh perwira militer itu merupakan anggota atau simpatisan PKI yang mencoba melakukan kup terhadap pemerintahan Indonesia yang sah. Namun bagi sebagian besar peneliti, baik dari dalam maupun luar negeri, apa yang terjadi di dalam peristiwa itu tidak pernah dapat dapat disimpulkan secara pasti. Kedua perspektif yang bertentangan ini penting sekali untuk ditinjau lebih jauh karena perbedaan pandangan tersebut memiliki implikasi penting terhadap masyarakat dalam melihat persoalan tersebut. Implikasi penting itu tidak saja terjadi pada bagaimana masyarakat melihat peristiwa itu secara hitam putih (dengan simpati besar terhadap tujuh perwira yang menjadi korban) namun juga pada bagaimana masyarakat melihat kekerasan massal terhadap ratusan ribu orang yang dituduh pengikut komunisme, yang terjadi setelah ke-tujuh perwira militer itu dibunuh, sebagai sebuah hal yang lumrah. Tulisan ini bermaksud untuk meninjau kembali secara singkat beberapa faktor kebudayaan yang berpengaruh besar terhadap masyarakat Indonesia dalam melihat peristiwa itu. 1

2 Narasi Utama Orde Baru yang Problematik Sedikitnya terdapat dua faktor kebudayaan utama yang berpengaruh besar terhadap cara masyarakat Indonesia melihat peristiwa percobaan kup di tahun Pertama adalah narasi sejarah versi resmi pemerintah Orde Baru, dan kedua, ideologi liberalisme. Mari kita mulai dengan yang pertama. Tokoh penting di balik lahirnya versi resmi itu adalah Nugroho Notosusanto, kepala Pusat Sejarah ABRI, yang juga sejarawan dari UI. Melalui tangan beliau inilah pemerintah Orde Baru melakukan kampanye selama puluhan tahun, sejak 1966, untuk menancapkan nilai-nilai ideologis di tengah masyarakat tidak saja untuk melegitimasi operandi militer terhadap PKI namun juga untuk melegitimasi naiknya Jendral Suharto ke tampuk kekuasaan politik di Indonesia. Sayangnya, banyak sekali hal yang meragukan di dalam argumen yang diajukan oleh Nugroho yang disusun nya di bulan Desember 1965 dengan judul 40 hari kegagalan G30S. Argumen utama yang diajukan oleh Nugroho dalam menuliskan versi resmi yang didasarkan pada ucapan Jendral Suharto pada pagi tanggal 1 Oktober di hadapan staf Kostrad bahwa PKI berada di belakang aksi yang dilakukan Kolonel Untung. Suharto berasumsi bahwa kedekatan Untung dan tokoh PKI Alimin di masa lalu sudah cukup untuk menjadi bukti bahwa Untung bertindak atas perintah PKI. Mungkin, kita dapat memahami apabila Suharto tidak merasa perlu dan tidak memiliki waktu untuk membuktikan kebenaran tuduhannya karena dia harus mengambil sikap tegas dan beraksi cepat terhadap peristiwa itu untuk mengendalikan situasi politik yang tengah guncang. Sebaliknya, Nugroho memiliki cukup waktu dan tenaga untuk melakukan kajian lebih dalam terhadap tuduhan Suharto karena versi resmi itu ditulis di bulan Desember, dua bulan setelah peristiwa itu. Alih-alih melakukan penyelidikan lanjut, Nugroho justru mengulangi tuduhan Suharto tanpa berusaha mem-backup argumen Suharto dengan bukti-bukti yang meyakinkan. Sadar atas kelemahan ini, Nugroho, di tahun 1967 merevisi karya awalnya dengan cara mengajukan bukti-bukti dari pengadilan militer (yang disusun oleh Ismail Saleh) tanpa mengubah argumennya bahwa PKI memang berada di balik peristiwa G30S. Sebagai tambahan, dalam proses penyusunan narasi versi ke-dua yang diberi judul The Coup Attempt of the September 30 Movement in Indonesia ini Nugroho dan Ismail Saleh dibantu oleh Guy Pauker, seorang pejabat RAND Corporation di California yang juga konsultan lembaga inteligen AS, CIA. Keterlibatan CIA dalam upaya mengeliminasi peran PKI di panggung politik Indonesia sebenarnya dapat dilacak melalui peran GUY Pauker yang berhubungan dekat dengan para pejabat militer SESKOAD seperti Jendral Suwarto. Menurut Brad Simpson, seorang peneliti dari Pinceton University, peran Pauker ini sangat penting dalam mempromosikan petinggi militer Indonesia kepada pemerintah 2

3 AS untuk dipersiapkan sebagai agen perubahan di Indonesia, sekaligus untuk menghancurkan PKI, yang dirumuskan di dalam doktrin civic action (diterjemahkan oleh SESKOAD sebagai civic mission) di mana peran militer diperluas ke bidang-bidang non-militer. Bagi sebagian besar sarjana, terutama dari luar negeri, versi ke-dua ini pun tidak meyakinkan. Kataharine MCGregor dan George Kahin misalnya, meragukan bahwa bukti-bukti yang diperoleh dari pengadilan militer itu sah karena para saksi dan tertuduh mengalami tekanan selama proeses interogasi. Bahkan, dibulan Jnauari 1966, hanya satu bulan setelah versi pertama selesai ditulis oleh Nugroho di tahun 1965, Ben Anderson dan Ruth Mcvey sudah meragukan versi Nugroho tentang peristiwa itu di dalam karya mereka yang terkenal dengan istilah Cornell Paper. Setelah Cornell Paper, masih banyak lagi versi lain tentang peristiwa 1965 yang pada intinya mempertanyakan argumen dasar versi Nugroho secara radikal. Munculnya berbagai macam versi tentang peristiwa itu tidak saja menunjukkan bahwa versi resmi Orde Baru bukan merupakan sebuah narasi yang mengandung kebenaran mutlak, namun juga mengimplikasikan bahwa kita tidak dapat menarik kesimpulan yang meyakinkan atas apa yang terjadi, mengapa dan siapa sebenarnya aktor dibelakang pembunuhan tujuh perwira militer pada dini hari tanggal 1 Oktober Namun demikian, terlepas dari banyaknya versi tentang peristiwa itu, masyarakat Indonesia terpaksa meneriman versi resmi pemerintah Orde Baru. Hal ini disebabkan terutama karena versi resmi itu telah ditransformasikan ke dalam berbagai produk budaya seperti museum, monumen, relief, penataran, buku-buku pelajaran sejarah dan tentu saja film dan karya sastra yang semuanya didasarkan pada narasi resmi yang disusun oleh Nugroho. Melalui produk-produk budaya inilah pemerintah Orde baru melakukan kampanye pembenaran terhadap kekerasan yang terjadi di tahun dan pada saat yang sama melegitimasi naiknya jendral Suharto ke tampuk kekuasaan. Selain itu, berbagai versi yang berbeda dari versi resmi Orde Baru yang diajukan oleh banyak peneliti asing, yang hampir tidak dapat diakses oleh sebagian masyarakat Indonesia selama masa Orde Baru, juga menjadi aktor penting tereksposnya masyarakat hanya pada satu sumber informasi, yaitu, versi resmi Orde Baru. Pada gilirannya, tidaklah mengherankan apabila persepsi masyarakat terhadap apa yang terjadi di tahun 1965 itu menjadi hampir seragam dengan apa yang dikampanyekan oleh pemerintah Orde Baru melalui berbagai instrumen kebudayaan. Agresi Kebudayaan Liberal 3

4 Faktor kebudayaan kedua, yang tidak kalah penting dari kampanye versi resmi peristiwa 1965 dalam membentuk persepsi masyarakat untuk melihat peristiwa itu melalui perspektif pemerintah Orde Baru adalah agresi kebudayaan liberal. Hal pertama yang penting untuk diingat dalam melihat bagaimana agresi kebudayaan liberal menunjang ideologi Orde Baru dalam melihat peristiwa 1965 adalah konteks politik internasional pada tahun 1960-an yang sedang dilanda Perang Dingin. Sebagaimana keterlibatan CIA di dalam kancah politik Indonesia di tahun an, peran lembaga kebudayaan internasional seperti CCF (Congress for Cultural Freedom) juga penting dalam kampanye untuk membangun imaji yang sangat buruk atas ideologi kebudayaan kiri di banyak negara-negara di dunia. CCF dibentuk di Berlin di tahun 1950 (kemudian dipindah ke Paris) oleh CIA melalui seorang agennya yang bernama Michael Josselson. CIA dan berbagai lembaga filantrofi raksasa seperti Ford dan Rockefeller menyalurkan dana yang luar biasa besar untuk mendukung program-program CCF dalam melawan gerakan komunisme internasional. Indonesia pun tak luput dari perhatian lembaga ini. Tokoh-tokoh kebudayaan anti-komunis seperti Mochtar Lubis dan Sutan Takdir Alisjahbana, misalnya, adalah anggota-anggota aktif di CCF. Misi utama CCF terutama dilakukan melalui penyebaran buku-buku, pamflet, majalah yang sebagian besar berisi gagasan-gagasan liberal yang intinya merupakan hujatan terhadap ideologi komunisme. Para aktivis kebudayaan yang lebih muda seperti Arief Budayawan, Goenawan Mohamad dan lain lain yang kelak terlibat dalam perdebatan kebudayaan dan menandatangani pernyataan Manifes Kebudayaan di tahun 1963 merupakan simpatisan-simpatisan penting dari program-program kebudayaan CCF. Tidaklah mengherankan apabila terdapat kemiripan gagasan antara deklarasi CCF di tahun 1950 dan Manifes Kebudayaan. Namun tentu daja kemiripan dan pengaruh ini tidak berarti bahwa CCF telah mendikte penandatanganan Manifes Kebudayaan untuk mengeluarkan pernyataan di tahun Untuk mengetahui sejauh mana deklarasi CCF terhadap Manifes Kebudayaan diperlukan bukti-bukti yang akurat. Salah satunya mungkin dapat ditelusuri dari peran intelektual dan simpatisan PSI yang pernah bekerja erat dengan agen-agen kebudayaan kabinet Van Mook di akhir tahun 1940-an, terutama mereka yang aktif di dalam majalah Siasat dan suplemen kebudayaan Gelanggang. Para intelektual Belanda seperti Rob Niewenhuys, Dolf Verspoor dan bahkan A. Teeuw telah dicurigai oleh Joebaar Ajoeb dan Pramoedya Ananta Toer sebagai penyebar gagasan humanisme universal (gagasan liberalisme yang menurut sebagian orang menjadi dasar dari menifes kebudayaan). Walaupun istilah humanisme universal itu sendiri diperkenalkan oleh HB. Jassin di tahun 1950 namun peran intelektual Belanda terutama Teeuw, yang bekerja erat dengan Jassin sejak 4

5 akhir 1940an dan awal 1950an dapat dijadikan titik tolak untuk mengkaji pengaruh gagasan humanisme universal di dalam dinamika kebudayaan Indonesia. Perlu diingat disini bahwa wacana untuk membentuk CCF di Eropa sebelum tahun 1950an telah menjadi wacana yang berpengaruh di kalangan intelektual Eropa, tak terkecuali Belanda. Tokoh-tokoh intelektual Belanda seperti Sal tas dan Alfred Mozer merupakan kontributor penting tentang perkembangan politik dan kebudayaan Indonesia pada jurnal-jurnal yang diterbitkan oleh CCF, seperti Forum Service dan Preuves. Dinamika dan keterlibatan intelektual Belanda di Eropa ini dapat dijadikan acuan untuk penelitian lebih lanjut tentang hubungan ideologis antara intelektual Belanda yang terlibat secara langsung di dalam CCF di Eropa dan intelektual Belanda yang bekerja di bawah kabinet Van Mook di Jakarta pada waktu itu. Namun demikian, tokoh CCF terpenting yang beroperasi dan menjalin hubungan dekat dengan intelektual Indonesia adalah Ivan Kats, seorang warga negara AS yang menjadi perwakilan CCF untuk program-program di Asia, terutama Indonesia. Ivan Kats merupakan tokoh penting yang menghubungkan aktivitas kebudayaan untuk melawan kaum kiri dengan lembaga-lembaga donor raksasa AS seperti misalnya Ford dan Rockefeller. Dengan dukungan dari CCF melalui tangan Kats inilah para intelektual Indonesia yang berusaha melawan pengaruh komunisme di Indonesia, terutama di bidang kebudayaan,kerap menyelenggarakan aktifitas kebudayaan seperti seminar, diskusi dan penyebaran buku-buku CCF untuk menyingkirkan ide-ide kiri di Indonesia. Kedekatan Kats dengan intelektual Indonesia seperti Mochtar Lubis dan generasi yang lebih muda seperti Goenawan Mohammad dan Arief Budiman, misalnya, menjadi indikasi penting bagaimana lembaga bentukan CIA itu memanfaatkan aktifitas kebudayaan untuk melawan komunisme di Indonesia. Tidaklah mengherankan apabila CCF memiliki perhatian khusus, terutama pada intelektual muda yang berbakat sepperti Arief Budiman dan Goenawan Mohammad, untuk diberikan kesempatan menempuh pendidikan lebih baik di Eropa (Belgia) di tengah pergolakan politik di pertengahan tahun 1960an. Pengaruh dari gagasan universal humanisme, yang sepertinya terumuskan di dalam pernyataan Manifes kebudayaan tahun 1963, sangat besar di dalam perkembangan wacana dan produk-produk kebudayaan terutama kesusastraan di masa setelah pergolakan politik di tahun Berdirinya majalah sastra Horison di tahun 1966 dan beberapa karya-karya sastra yang dimuat di dalamnya hingga tahun 1970 merupakan contoh yang baik bagaimana gagasan humanisme universal direpresentasikan melalui produk budaya. Karya-karya seperti Pada Titik Kulminasi (Satyagraha Hoerip, 1966), Perempuan dan Anak-anaknya (Gerson Poyk, 1966) Sebuah Perdjuangan Ketjil (Sosiawan Nugroho, 1967), Maka Sempurnalah Penderitaan Saya di Muka Bumi (Zulidahlan, 1967), Perang dan Kemanusiaan (Usamah, 1969) dan Ancaman (Ugati, 5

6 1969) adalah beberapa contoh bagaimana konflik psikologis para tokoh cerita dimanfaatkan oleh penulis untuk memanipulasi konsep dasar humanisme. Saya tidak akan menganalisis karya-karya ini di sini karena analisis lengkap tentang cerita-cerita ini dapat dilihat di dalam buku saya (Cultural Violence: Its Practice and Challenge in Indonesia, 2011). Namun perlu dicatat bahwa walaupun cerita-cerita itu di satu sisi berusaha memberikan simpati pada korban kekerasan di tahun 1965, di sisilain,karya-karya itu berupaya meyakinkan pembacanya bahwa para korban yang dituduh sebagai pengikut komunisme itu pantas menerima konsekuensi atas apa yang dilakukan para petinggi PKI di dalam percobaan kup tahun Selain dari pelarangan karya-karya penulis kiri oleh pemerintah Ore Baru, tradisi untuk menyingkirkan ide-ide kiri dari aktivitas kebudayaan Indonesia terus berlanjut dengan munculnya karya-karya sastra absurd, fantastis dan individualis di tahun 1970-an di mana setiap gagasan untuk mengkaji ulang ide-ide kebudayaan kiri juga menemui jalan buntu. Pada titik inilah aktivitas kebudayaan Indonesia didominasi oleh wacana yang saling mendukung antara kampanye kebudayaan yang dilakukan oleh pemerintah orde baru dan aktivi kebudayaan pro-liberalisme Barat. Dengan demikian dua faktor kebudayaan, baik yang dimanfaatkan oleh pemerintah Orde Baru maupun para tokoh kebudayaan liberal pro-barat, baik disengaja maupun tidak, telah bekerja secara erat untuk menyingkirkan komunisme di Indonesia. Pada gilirannya tidaklah mengherankan apabila wacana anti kiri menjadi dominan di dalam hampir seluruh sektor sosial, termasuk politik dan kebudayaan sepanjang sejarah Orde baru yang bahkan masih berlanjut hingga hari ini. Dua faktor kebudayaan ini merupakan sebagian dari faktor-faktor yang menentukan dalam kampanye nilai-nilai ideologis melalui produk-produk budaya dalam membentuk persepsi masyarakat untuk mengubur peran jahat kaum komunis di tahun Dalam konteks inilah ritual politik tahunan yang dilakukan setiap tanggal 1 Oktober berfungsi sebagai pernyataan formal untuk melengkapi sebuah proses ideologis yang masih berlanjut entah sampai kapan. Wijaya Herlambang, menyelesaikan pascasarjana di University of Queensland dengan tesis master Exposing State Terror: Violence in Contemporary Indonesian Literature (2005) disusul dengan desertasi Doktoral Cultural Violence: Its Practice and Challenge in Indonesia (2011). Ia juga adalah penulis buku Kekerasan Budaya Pasca 1965: Bagaimana Orde Baru Melegitimasi Anti-komunisme Melalui Sastra dan Film, Marjin Kiri (2013). Catatan: Artikel ini merupakan Makalah Penulis dalam Diskusi bertajuk Sastra, Kritik, dan Politik Orde Baru yang diselenggarakan bertepatan dengan Malam Anugerah 6

7 Sayembara Kritik Sastra DKJ 2013 di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki, Jumat, 17 Januari Diketik ulang dan dipublikasikan di sini untuk tujuan pendidikan. Sumber Artikel: buah-bangsa/#ixzz3txgtgo30 Follow on Twitter berdikarionlinedotcom on Facebook 7

Diskusi Buku Kekerasan Budaya Pasca 1965

Diskusi Buku Kekerasan Budaya Pasca 1965 Diskusi Buku Kekerasan Budaya Pasca 1965 Karya Wijaya Herlambang PEMBEBASAN BANDUNG 11.50.00 BUKU http://pembebasanbandung.blogspot.hk/2016/09/diskusi-buku-kekerasan-budaya-pasca.html Sore hari, Jumat

Lebih terperinci

TEATER KECIL - TAMAN ISMAIL MARZUKI JUMAT, 17 JANUARI 2014 / WIB

TEATER KECIL - TAMAN ISMAIL MARZUKI JUMAT, 17 JANUARI 2014 / WIB 1 TEATER KECIL - TAMAN ISMAIL MARZUKI JUMAT, 17 JANUARI 2014 / 19. 30 WIB 2 PENANGGUNG JAWAB DEWAN KESENIAN JAKARTA PENYUSUN ANGKA PENATA LETAK RIOSADJA PROOFREADER HELLY MINARTI DEWAN KESENIAN JAKARTA

Lebih terperinci

IN MEMORIAM DR WIJAYA HERLAMBANG

IN MEMORIAM DR WIJAYA HERLAMBANG Ibrahim Isa Minggu. 06 Des 2015 ------------------------ IN MEMORIAM DR WIJAYA HERLAMBANG * * * Mengenang kembali Dr Wijaya Herlambang, seorang tokoh sarjana pejuang HAM, yang meninggal hari ini, --- di

Lebih terperinci

BERTEMU MATAHARI... Seorang Kawanku berkomentar.. Bung menulis kolom Kronik Pulang-kampung.., kok isinya pembicaraan buku Romo Baskara T. Wardaya..

BERTEMU MATAHARI... Seorang Kawanku berkomentar.. Bung menulis kolom Kronik Pulang-kampung.., kok isinya pembicaraan buku Romo Baskara T. Wardaya.. Kolom IBRAHIM ISA Sabtu, 18 Juli 2015 ---------------------- KRONIK PULANG-KAMPUNG -- (5) -- Menyoroti Buku Romo Baskara T. Wardaya: BERTEMU MATAHARI... (Sambungan terdahulu Kronik Pulang-Kampung - 4 )

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Politik Indonesia Pada Masa Demokrasi Terpimpin Tahun , penulis

BAB V PENUTUP. Politik Indonesia Pada Masa Demokrasi Terpimpin Tahun , penulis BAB V PENUTUP 1.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian Dampak Nasakom Terhadap Keadaan Politik Indonesia Pada Masa Demokrasi Terpimpin Tahun 1959-1966, penulis menarik kesimpulan bahwa Sukarno sebagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berasal dari Tuhan, dan tidak dapat diganggu gugat oleh. Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan salah satu nilai dasar

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berasal dari Tuhan, dan tidak dapat diganggu gugat oleh. Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan salah satu nilai dasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia, dan mempunyai derajat yang luhur sebagai manusia, mempunyai budi dan karsa yang merdeka sendiri. Semua

Lebih terperinci

Ini Pantauan CIA Saat Kejadian G30S/PKI

Ini Pantauan CIA Saat Kejadian G30S/PKI Selasa 26 September 2017, 15:58 WIB CIA Pantau PKI Momen Krusial! Ini Pantauan CIA Saat Kejadian G30S/PKI Fitraya Ramadhanny detiknews https://news.detik.com/berita/d-3658975/momen-krusial-ini-pantauan-cia-saat-kejadian-g30spki

Lebih terperinci

Meninjau Kembali Pembantaian 50 Tahun Lalu

Meninjau Kembali Pembantaian 50 Tahun Lalu Wawancara dengan Soe Tjen: Meninjau Kembali Pembantaian 50 Tahun Lalu Tak ada yang memberitahu Soe Tjen tentang nasib ayahnya dan genosida anti-komunis. Sampai ia mendengar kisah itu dari ibunya, setelah

Lebih terperinci

Negara Jangan Cuci Tangan

Negara Jangan Cuci Tangan Negara Jangan Cuci Tangan Ariel Heryanto, CNN Indonesia http://www.cnnindonesia.com/nasional/20160426085258-21-126499/negara-jangan-cuci-tangan/ Selasa, 26/04/2016 08:53 WIB Ilustrasi. (CNN Indonesia)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa tersebut sangat dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran, baik itu watak, kepercayaan,

Lebih terperinci

Keterlibatan Pemerintah Amerika Serikat dan Inggris. dalam Genosida 65

Keterlibatan Pemerintah Amerika Serikat dan Inggris. dalam Genosida 65 Keterlibatan Pemerintah Amerika Serikat dan Inggris dalam Genosida 65 Majalah Bhinneka April 2, 2016 http://bhinnekanusantara.org/keterlibatan-pemerintah-amerika-serikat-dan-inggris-dalam-genosida-65/

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kita hidup ditengah derasnya perkembangan sistem komunikasi. Media massa adalah media atau sarana penyebaran informasi secara massa dan dapat diakses oleh masyarakat

Lebih terperinci

Buku «Memecah pembisuan» Tentang Peristiwa G30S tahun 1965

Buku «Memecah pembisuan» Tentang Peristiwa G30S tahun 1965 Buku «Memecah pembisuan» Tentang Peristiwa G30S tahun 1965 Tulisan ini bukanlah resensi buku. Melainkan seruan atau anjuran kepada orang-orang yang mempunyai hati nurani dan berperkemanusiaan, atau yang

Lebih terperinci

"Buku Putih" Versus White Paper

Buku Putih Versus White Paper "Buku Putih" Versus White Paper "Kebenaran adalah milik milik sang pemenang, dan kebenaran biasanya datang terlambat http://blog.suaramerdeka.com/?p=197 posted September 29, 2012by Yunantyo Adi S (YAS)/

Lebih terperinci

BACAAN UNTUK HARI " SEBELAS MARET" HARI "SUPERSEMAR"

BACAAN UNTUK HARI  SEBELAS MARET HARI SUPERSEMAR Kolom IBRAHIM ISA Rabu Sore, 11 Maret 2015 ---------------------- BACAAN UNTUK HARI " SEBELAS MARET" HARI "SUPERSEMAR" SUPERSEMAR Di Satu Tangan, B E D I L Di Tangan Satunya KUDETA Paling CANGGIH, Paling

Lebih terperinci

50 Tahun Mempelajari Pembunuhan Massal 1965

50 Tahun Mempelajari Pembunuhan Massal 1965 Opini 50 Tahun Mempelajari Pembunuhan Massal 1965 (Bagian Pertama) http://www.bergelora.com/opini-wawancara/artikel/2370-50-tahun-mempelajari-pembunuhan-massal-1965-bagian-pertama.html Senin, 21 September

Lebih terperinci

jumlah tentara FFL jauh lebih kecil dari jumlah tentara Sekutu dan tidak memadai untuk membebaskan Paris tanpa bantuan Sekutu.

jumlah tentara FFL jauh lebih kecil dari jumlah tentara Sekutu dan tidak memadai untuk membebaskan Paris tanpa bantuan Sekutu. BAB 5 KESIMPULAN Pembebasan Prancis merupakan sebuah proses yang terdiri dalam 3 tahap. Tahap pertama adalah penyerangan ke Normandie yang memungkinkan Sekutu mendirikan pangkalan untuk mengatur pembebasan

Lebih terperinci

Akui Dulu Pembantaian, Baru Minta Maaf

Akui Dulu Pembantaian, Baru Minta Maaf Akui Dulu Pembantaian, Baru Minta Maaf BY WEBMASTER OCTOBER 27, 2015 HTTP://1965TRIBUNAL.ORG/ID/AKUI-DULU-PEMBANTAIAN-BARU-MINTA-MAAF/ Menolak lupa, menjadi saksi (selama hayat di kandung badan). Galeri

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai rancangan penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. sosial-politik yang melingkupinya. Demikian pula dengan Islamisasi dan

BAB VI KESIMPULAN. sosial-politik yang melingkupinya. Demikian pula dengan Islamisasi dan 1 BAB VI KESIMPULAN Sebagaimana proses sosial lainnya, proselitisasi agama bukanlah sebuah proses yang berlangsung di ruang hampa. Ia tidak bisa dilepaskan dari konteks sosial-politik yang melingkupinya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Permasalahan Penulisan skripsi ini bermula dari ketertarikan penulis dengan konsep mitologi Roland Barthes. Ia menggunakannya sebagai alat untuk mengkritik ideologi

Lebih terperinci

REPRESENTASI PERAMPASAN HAK HIDUP INDIVIDU YANG DIANGGAP TAPOL DALAM NOVEL MENCOBA TIDAK MENYERAH KARYA YUDHISTIRA ANM MASSARDI

REPRESENTASI PERAMPASAN HAK HIDUP INDIVIDU YANG DIANGGAP TAPOL DALAM NOVEL MENCOBA TIDAK MENYERAH KARYA YUDHISTIRA ANM MASSARDI REPRESENTASI PERAMPASAN HAK HIDUP INDIVIDU YANG DIANGGAP TAPOL DALAM NOVEL MENCOBA TIDAK MENYERAH KARYA YUDHISTIRA ANM MASSARDI Bangga Pramesti Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, FPBS, UPI bangga_108@yahoo.com

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nenden Lilis Aisiyah (cerpenis dan pengajar di Jurusan Pendidikan Bahasa dan

I. PENDAHULUAN. Nenden Lilis Aisiyah (cerpenis dan pengajar di Jurusan Pendidikan Bahasa dan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nenden Lilis Aisiyah (cerpenis dan pengajar di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Indonesia) menyatakan dalam Artikel Sastra

Lebih terperinci

Salawati Daud, Walikota Perempuan Pertama Di Indonesia

Salawati Daud, Walikota Perempuan Pertama Di Indonesia Salawati Daud, Walikota Perempuan Pertama Di Indonesia Sabtu, 3 Agustus 2013 14:51 WIB Saya iseng bertanya ke mesin pencari Google: Siapa Walikota Perempuan Pertama di Indonesia? Sejumlah nama pun muncul.

Lebih terperinci

Sosialisme Indonesia

Sosialisme Indonesia Sosialisme Indonesia http://sinarharapan.co/news/read/140819049/sosialisme-indonesia 19 Agustus 2014 12:50 Ivan Hadar* OPINI Sosialisme-kerakyatan bisa diterapkan di Indonesia. Terpilihnya Jokowi sebagai

Lebih terperinci

Partai PDIP dan Pembasmian PKI Melalui Supersemar.

Partai PDIP dan Pembasmian PKI Melalui Supersemar. Partai PDIP dan Pembasmian PKI Melalui Supersemar. BY HANDOKO WIZAYA ON OCTOBER 4, 2017POLITIK https://seword.com/politik/partai-pdip-dan-pembasmian-pki-melalui-supersemar/ Menurut Sekretaris Jenderal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu gejala positif yang seharusnya dilakukan oleh para sastrawan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu gejala positif yang seharusnya dilakukan oleh para sastrawan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu gejala positif yang seharusnya dilakukan oleh para sastrawan, penikmat sastra ataupun masyarakat Indonesia secara umum, adalah membaca, mempelajari, bahkan menulis

Lebih terperinci

Tragedi 1965 dalam Pandangan Sastra dan Politik

Tragedi 1965 dalam Pandangan Sastra dan Politik Tragedi 1965 dalam Pandangan Sastra dan Politik Sastra dan Politik: Tragedi 1965 dalam Negara Orde Baru Buku Yoseph Yapi Taum Eva Yenita Syam 1 evanys99@gmail.com Pengantar Persoalan kesastraan tidak hanya

Lebih terperinci

Kenapa Soeharto Tidak Mencegah G30S 1965?

Kenapa Soeharto Tidak Mencegah G30S 1965? Kenapa Soeharto Tidak Mencegah G30S 1965? http://m.kaskus.co.id/thread/5640b87f12e257b1148b4570/kenapa-soeharto-tidak-mencegah-g30s-1965/ PERAN Soeharto dalam Gerakan 30 September (G30S) 1965 ternyata

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Pada bagian ini merupakan kesimpulan terhadap semua hasil penelitian yang telah diperoleh setelah melakukan pengkajian dan sekaligus memberikan analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan refleksi cipta, rasa, dan karsa manusia tentang kehidupan. Refleksi cipta artinya karya sastra merupakan hasil penciptaan yang berisi

Lebih terperinci

G30S dan Kejahatan Negara

G30S dan Kejahatan Negara Telah terbit Buku: G30S dan Kejahatan Negara Catatan Penyunting Pada tanggal 1 Oktober 1965, sekitar pukul 7 pagi, saya bermain catur dengan ayah saya, Siauw Giok Tjhan di beranda depan rumah. Sebuah kebiasaan

Lebih terperinci

Kesaksian Siauw Giok Tjhan dalam Gestapu 1965

Kesaksian Siauw Giok Tjhan dalam Gestapu 1965 Kesaksian Siauw Giok Tjhan dalam Gestapu 1965 Hasan Kurniawan http://daerah.sindonews.com/read/1057848/29/kesaksian-siauw-giok-tjhan-dalam-gestapu-1965-1446312109/ Senin, 2 November 2015 05:05 WIB Siauw

Lebih terperinci

Surat-Surat Buat Dewi

Surat-Surat Buat Dewi Surat-Surat Buat Dewi Di bawah ini kami turunkan surat-surat Presiden Soekarno, yang ditulis dan dikirim kepada istrinya, Ratna Sari Dewi, selama hari-hari pertama bulan Oktober 1965. Surat-surat ini berhasil

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B

DAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B BAB V KESIMPULAN Jepang menjadi lumpuh akibat dari kekalahanya pada perang dunia ke dua. Namun, nampaknya karena kondisi politik internasional yang berkembang saat itu, menjadikan pemerintah pendudukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berposisi di baris depan, sebagai komunitas sosial yang memotori perwujudan

BAB I PENDAHULUAN. berposisi di baris depan, sebagai komunitas sosial yang memotori perwujudan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam konteks transisi politik di Indonesia, gerakan mahasiswa memainkan peranan yang penting sebagai kekuatan yang secara nyata mampu mendobrak rezim otoritarian.

Lebih terperinci

MENYOROTI DUA BUKU PROF. DR. BASKARA T. WARDAYA

MENYOROTI DUA BUKU PROF. DR. BASKARA T. WARDAYA Kolom IBRAHIM ISA Senin Malam, 13 Juli 2015 ----------------------- KRONIK PULANG -KAMPUNG - (4) BUKU, BUKU, SEKALI LAGI... BUKU.. MENYOROTI DUA BUKU PROF. DR. BASKARA T. WARDAYA Sudah lanjut umur begini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada dasarnya lahir dalam kancah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada dasarnya lahir dalam kancah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada dasarnya lahir dalam kancah perjuangan bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaan dari ancaman Belanda yang berambisi untuk menjajah

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN REKOMENDASI. memuat serangkaian peristiwa yang dijalin dan disajikan secara kompleks. Novel

BAB 5 SIMPULAN DAN REKOMENDASI. memuat serangkaian peristiwa yang dijalin dan disajikan secara kompleks. Novel BAB 5 SIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan Novel Tapol merupakan salah satu prosa fiksi atau cerita rekaan yang memuat serangkaian peristiwa yang dijalin dan disajikan secara kompleks. Novel ini sebagai

Lebih terperinci

BAB V. Penutup. Dari kajian wacana mengenai Partai Komunis Indonesia dalam Surat Kabar

BAB V. Penutup. Dari kajian wacana mengenai Partai Komunis Indonesia dalam Surat Kabar BAB V Penutup A. Kesimpulan Dari kajian wacana mengenai Partai Komunis Indonesia dalam Surat Kabar Kompas dan Republika dapat ditarik beberapa kesimpulan. Pertama, produksi wacana mengenai PKI dalam berita

Lebih terperinci

SEJARAH SEHARUSNYA MENJADI INSPIRASI MEMANFAATKAN PELUANG

SEJARAH SEHARUSNYA MENJADI INSPIRASI MEMANFAATKAN PELUANG Jurnal Sejarah. Vol. 1(1), 2017: 151 156 Pengurus Pusat Masyarakat Sejarawan Indonesia DOI: 10.17510/js.v1i1. 59 SEJARAH SEHARUSNYA MENJADI INSPIRASI MEMANFAATKAN PELUANG Sumber Gambar: Tempo.co Professor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan suatu negara untuk menjadi lebih baik dari aspek kehidupan merupakan cita-cita dan sekaligus harapan bagi seluruh rakyat yang bernaung di dalamnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena kekalahannya dalam Perang Dunia II. Jendral Douglas MacArthur yang

BAB I PENDAHULUAN. karena kekalahannya dalam Perang Dunia II. Jendral Douglas MacArthur yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada tahun 1952 Jepang mulai menata kembali kehidupan politiknya setelah tentara Amerika Serikat mulai menduduki Jepang pada tanggal 2 September 1945 karena

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. historisnya, dipersoalkan oleh pemeluk agama, serta

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. historisnya, dipersoalkan oleh pemeluk agama, serta BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Praktik poligami dalam bentuk tindakan-tindakan seksual pada perempuan dan keluarga dekatnya telah lama terjadi dan menjadi tradisi masyarakat tertentu di belahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada Desember 1941, Jepang menyerang Honolulu, Hawai, negara bagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada Desember 1941, Jepang menyerang Honolulu, Hawai, negara bagian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Desember 1941, Jepang menyerang Honolulu, Hawai, negara bagian ke-50 Amerika Serikat, dari udara. Pada waktu itu juga Amerika dan Inggris menyatakan perang

Lebih terperinci

Kuda Troya CIA di Ranah Budaya

Kuda Troya CIA di Ranah Budaya Kuda Troya CIA di Ranah Budaya Selama 50 tahun lebih CIA menerapkan strategi untuk mempengaruhi masyarakat dunia ketiga lewat produk-produk kebudayaan. Di Indonesia strategi itu berjalan sukses, bersama

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul MILITER

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul MILITER 145 BAB V KESIMPULAN Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul MILITER DAN POLITIK DI INDONESIA (Studi Tentang Kebijakan Dwifungsi ABRI Terhadap Peran-peran Militer di Bidang Sosial-Politik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi landasan utama pemikiran marxisme. Pemikiran marxisme awal yang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi landasan utama pemikiran marxisme. Pemikiran marxisme awal yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan Ideologi marxisme pada saat ini telah meninggalkan pemahaman-pemahaman pertentangan antar kelas yang dikemukakan oleh Marx, dan menjadi landasan

Lebih terperinci

Gerakan 30 September Hal tersebut disebabkan para kader-kader Gerwani tidak merasa melakukan penyiksaan ataupun pembunuhan terhadap para

Gerakan 30 September Hal tersebut disebabkan para kader-kader Gerwani tidak merasa melakukan penyiksaan ataupun pembunuhan terhadap para BAB 5 KESIMPULAN Gerwani adalah organisasi perempuan yang disegani pada masa tahun 1950- an. Gerwani bergerak di berbagai bidang. Yang menjadi fokus adalah membantu perempuan-perempuan terutama yang tinggal

Lebih terperinci

AKAR DAN DALANG PEMBANTAIAN MANUSIA TAK BERDOSA. dan PENGGULINGAN BUNG KARNO

AKAR DAN DALANG PEMBANTAIAN MANUSIA TAK BERDOSA. dan PENGGULINGAN BUNG KARNO Kolom IBRAHIM ISA Minggu, 15 Desember 2013 ----------------------- Menyambut Hangat Karya Penting SUAR SUROSO: AKAR DAN DALANG PEMBANTAIAN MANUSIA TAK BERDOSA dan PENGGULINGAN BUNG KARNO Senin, 16 Desember

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanpa pretensi untuk mengecilkan peran kelompok lain dari masyarakat yang turut bergerak dalam panggung perubahan sosial, peran mahasiswa merupakan unsur yang seolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka, bebas dan jujur.tetapi pemilihan umum 1955 menghasilkan

Lebih terperinci

PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001

PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001 PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001 Oleh: Muh. Miftachun Niam (08430008) Natashia Cecillia Angelina (09430028) ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, dapat. disimpulkan bahwa Banyuwangi merupakan wilayah yang rawan

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, dapat. disimpulkan bahwa Banyuwangi merupakan wilayah yang rawan BAB V KESIMPULAN Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa Banyuwangi merupakan wilayah yang rawan konflik. Hal ini tidak terlepas dari peristiwa-peristiwa konflik yang terjadi jauh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi atau berinteraksi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi atau berinteraksi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Interaksi sosial memainkan peran dalam masyarakat individu atau kelompok. Interaksi diperlukan untuk berkomunikasi satu sama lain. Selain itu, masyarakat membutuhkan

Lebih terperinci

Kekerasan Sipil dan Kekuasaan Negara

Kekerasan Sipil dan Kekuasaan Negara Kekerasan Sipil dan Kekuasaan Negara Abdil Mughis Mudhoffir http://indoprogress.com/2016/12/kekerasan-sipil-dan-kekuasaan-negara/ 15 December 2016 IndoPROGRESS KEBERADAAN kelompok-kelompok sipil yang dapat

Lebih terperinci

Realitas di balik konflik Amerika Serikat-Irak : analisis terhadap invasi AS ke Irak Azman Ridha Zain

Realitas di balik konflik Amerika Serikat-Irak : analisis terhadap invasi AS ke Irak Azman Ridha Zain Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership) Realitas di balik konflik Amerika Serikat-Irak : analisis terhadap invasi AS ke Irak Azman Ridha Zain Deskripsi Dokumen: http://lib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=93120&lokasi=lokal

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan

BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan Film Senyap mengungkapkan bahwa komunis merupakan korban pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang terjadi saat peristiwa pemberantasan komunis 1965 yang dampaknya masih terasa

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 15 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, Penulis ingin menjabarkan usaha kekerasan negara dalam menyebarkan kebencian terhadap Lekra, yang selanjutnya akan menimbulkan stigmatisasi

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi yang berjudul Peristiwa Mangkok Merah (Konflik Dayak Dengan Etnis Tionghoa Di Kalimantan Barat Pada Tahun 1967), berisi mengenai simpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda

BAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia di jajah oleh bangsa Eropa kurang lebih 350 tahun atau 3.5 abad, hal ini di hitung dari awal masuk sampai berakhir kekuasaannya pada tahun 1942. Negara eropa

Lebih terperinci

Ben Anderson dan Kudeta Militer 1 Oktober 1965

Ben Anderson dan Kudeta Militer 1 Oktober 1965 Ben Anderson dan Kudeta Militer 1 Oktober 1965 Hasan Kurniawan http://daerah.sindonews.com/read/1070825/29/ben-anderson-dan-kudeta-militer-1-oktober-1965-1450531588 Minggu, 20 Desember 2015 05:05 WIB Ben

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Esai merupakan suatu ekspresi diri berupa gagasan atau pemikiran seseorang tentang suatu hal yang dituangkan dalam bentuk tulisan yang berupa teks. Esai atau tulisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PKI merupakan sebuah Partai yang berhaluan Marxisme-Lenisme(Komunis).

BAB I PENDAHULUAN. PKI merupakan sebuah Partai yang berhaluan Marxisme-Lenisme(Komunis). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Analisis Masalah PKI merupakan sebuah Partai yang berhaluan Marxisme-Lenisme(Komunis). Partai Komunis Indonesia merupakan partai komunis terbesar ketiga di dunia

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul Peranan

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul Peranan 138 BAB V KESIMPULAN Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul Peranan Ideologi Posmarxisme Dalam Perkembangan Gerakan Anti Perang Masyarakat Global. Kesimpulan tersebut merujuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah sebagai suatu narasi besar diperlihatkan melalui peristiwa dan

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah sebagai suatu narasi besar diperlihatkan melalui peristiwa dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah sebagai suatu narasi besar diperlihatkan melalui peristiwa dan tokoh besar dengan mendokumentasikan asal-usul kejadian, menganalisis geneologi, lalu membangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat terpisahkan dengan komunikasi baik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat terpisahkan dengan komunikasi baik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat terpisahkan dengan komunikasi baik komunikasi verbal maupun komunikasi non verbal. Komunikasi bukan hanya sebuah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ditemukan tujuh novel yang menghadirkan citra guru dan memiliki tokoh guru, baik

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ditemukan tujuh novel yang menghadirkan citra guru dan memiliki tokoh guru, baik 347 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dalam karya sastra Indonesia modern pascaproklamasi kemerdekaan ditemukan tujuh novel yang menghadirkan citra guru dan memiliki tokoh guru, baik sebagai tokoh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ideologi. Bagi Boediono dalam praktek kebijakan ekonomi tidak ada satu pun

BAB I PENDAHULUAN. ideologi. Bagi Boediono dalam praktek kebijakan ekonomi tidak ada satu pun BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Dalam sebuah acara silahturahim dengan perwakilan SMA/SMK/MA mahasiswa se-sumatera Barat pada 8 Juni 2013, Wakil Presiden Republik Indonesia menjawab salah satu pertanyaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dinamika hubungan sipil dan militer pada masa Demokrasi Liberal (1950-

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dinamika hubungan sipil dan militer pada masa Demokrasi Liberal (1950- BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan. Dinamika hubungan sipil dan militer pada masa Demokrasi Liberal (1950-1959) sangat menarik untuk dikaji. Militer adalah organ yang penting yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan berdirinya negara Republik Indonesia dan TNI serta diakui kedaulatannya

BAB I PENDAHULUAN. Dengan berdirinya negara Republik Indonesia dan TNI serta diakui kedaulatannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Dengan berdirinya negara Republik Indonesia dan TNI serta diakui kedaulatannya oleh Belanda pada tanggal 27 Desember 1949, maka pada tahun 1950 KNIL dibubarkan. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan keterampilan menulis dan hasil dari produk menulis itu.

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan keterampilan menulis dan hasil dari produk menulis itu. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Keterampilan menulis dapat kita klasifikasikan berdasarkan dua sudut pandang yang berbeda. Sudut pandang tersebut adalah kegiatan atau aktivitas

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Kebijakan pemerintahan Francisco..., Fadhil Patra Dwi Gumala, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB IV KESIMPULAN. Kebijakan pemerintahan Francisco..., Fadhil Patra Dwi Gumala, FISIP UI, Universitas Indonesia 68 BAB IV KESIMPULAN Pasca berakhirnya perang saudara di Spanyol pada tahun 1939, Francisco Franco langsung menyatakan dirinya sebagai El Claudilo atau pemimpin yang menggunakan kekuasaannya dengan menerapkan

Lebih terperinci

Kepada Yth: Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi RI Melalui Ketua Mahkamah Konstitusi RI Di Tempat. Dengan hormat

Kepada Yth: Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi RI Melalui Ketua Mahkamah Konstitusi RI Di Tempat. Dengan hormat No : 173/Eks/Ketua-PBHI/VII/08 Hal : Tambahan Informasi dalam perkara Nomor 14/PUU-VI/2008 Tentang Pengujian Pasal 310 ayat (1), Pasal 310 ayat (2), Pasal 311 (1), Pasal 316, dan Pasal 207 KUHP terhadap

Lebih terperinci

KISI-KISI PEDAGOGIK UKG 2015 SEJARAH STANDAR KOMPETENSI GURU KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN/KELAS/KEAHLIAN/BK

KISI-KISI PEDAGOGIK UKG 2015 SEJARAH STANDAR KOMPETENSI GURU KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN/KELAS/KEAHLIAN/BK KISI-KISI UKG 2015 SEJARAH Indikator Pencapaian b c d e 1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, 1.1 Memahami karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek

Lebih terperinci

Dokumen CIA Melacak Penggulingan dan Konspirasi Tragedi G 30 S

Dokumen CIA Melacak Penggulingan dan Konspirasi Tragedi G 30 S Dokumen CIA Melacak Penggulingan dan Konspirasi Tragedi G 30 S http://forum.viva.co.id/sejarah/1043566-dokumen-cia-melacak-penggulingan-dan-konspirasi-tragedi-g-30-s.html Semenjak kemerdekaan, Indonesia

Lebih terperinci

Kearifan guru sejarah, benar-benar diuji saat menyampaikan narasi sejarah 1965

Kearifan guru sejarah, benar-benar diuji saat menyampaikan narasi sejarah 1965 Kolom IBRAHIM ISA Minggu Siang, 30 Agustus 2015 -------------------------- Kearifan guru sejarah, benar-benar diuji saat menyampaikan narasi sejarah 1965 Hari ini direncanakan untuk menulis sekitar "Presiden

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. alam atau krisis kemanusiaan yang diakibatkan oleh benturan kepentingan antara para aktor

PENDAHULUAN. alam atau krisis kemanusiaan yang diakibatkan oleh benturan kepentingan antara para aktor PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bantuan luar negeri (foreign aid) digunakan saat suatu kawasan sedang dilanda bencana alam atau krisis kemanusiaan yang diakibatkan oleh benturan kepentingan antara para aktor

Lebih terperinci

9 Penyebaran hate..., Gloria Truly Estrelita, FISIP UI, 2009

9 Penyebaran hate..., Gloria Truly Estrelita, FISIP UI, 2009 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Sejarah mengenai peristiwa G30S adalah tema yang sudah banyak digarap dan diangkat. Walau begitu, tema yang berkaitan dengan Lekra belumlah banyak. Padahal para anggota Lekra yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Sedari awal, penelitian ini berusaha menjawab pertanyaan, bagaimana survivor

BAB V KESIMPULAN. Sedari awal, penelitian ini berusaha menjawab pertanyaan, bagaimana survivor BAB V KESIMPULAN A. Pengantar Sedari awal, penelitian ini berusaha menjawab pertanyaan, bagaimana survivor 1965 di Bali, berjuang dalam kehidupan sehari-hari mereka? Pembacaan telah menghantarkan kita

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. kebangkitan gerakan perempuan yang mewujud dalam bentuk jaringan. Meski

BAB V PENUTUP. kebangkitan gerakan perempuan yang mewujud dalam bentuk jaringan. Meski BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Kehadiran gerakan perempuan yang ada di Yogyakarta telah dimulai sejak rejim orde baru berkuasa. Dalam tesis ini didapatkan temuan bahwa perjalanan gerakan perempuan bukanlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan

BAB I PENDAHULUAN. Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan terlupakan oleh masyarakat kota Madiun, terutama bagi umat Islam di Madiun. Pada bulan September tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejak lama. India merupakan negara non-komunis pertama yang mengakui

BAB I PENDAHULUAN. sejak lama. India merupakan negara non-komunis pertama yang mengakui BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang India dan Afganistan merupakan dua negara tetangga yang mempunyai keterikatan sejarah yang kuat. Hubungan baik antar kedua negara pun sudah terjalin sejak lama. India

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang.

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang. Adapun proses kreatif itu berasal dari pengalaman pengarang sebagai manusia yang hidup di

Lebih terperinci

Mengungkap Kegagalan Gerakan 30 September 1965

Mengungkap Kegagalan Gerakan 30 September 1965 Cerita Pagi Dokumen Supardjo, Mengungkap Kegagalan Gerakan 30 September 1965 Hasan Kurniawan Minggu, 23 Oktober 2016 05:05 WIB http://daerah.sindonews.com/read/1149282/29/dokumen-supardjo-mengungkap-kegagalan-gerakan-30-september-1965-1477110699

Lebih terperinci

yang korup dan lemah. Berakhirnya masa pemerintahan Dinasti Qing menandai masuknya Cina ke dalam era baru dengan bentuk pemerintahan republik yang

yang korup dan lemah. Berakhirnya masa pemerintahan Dinasti Qing menandai masuknya Cina ke dalam era baru dengan bentuk pemerintahan republik yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Republik Rakyat Cina (RRC) adalah salah satu negara maju di Asia yang beribukota di Beijing (Peking) dan secara geografis terletak di 39,917 o LU dan 116,383

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB V PENUTUP Kesimpulan BAB V PENUTUP Bab ini bertujuan untuk menjelaskan analisa tesis yang ditujukan dalam menjawab pertanyaan penelitian dan membuktikan hipotesa. Proses analisa yang berangkat dari pertanyaan penelitian dimulai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab V, penulis memaparkan kesimpulan dan rekomendasi dari hasil penelitian secara keseluruhan yang dilakukan dengan cara studi literatur yang data-datanya diperoleh

Lebih terperinci

PEMETAAN STANDAR ISI

PEMETAAN STANDAR ISI PEMETAAN STANDAR ISI MATA PELAJARAN KELAS / SEMESTER : SEJARAH : XII IPS / I STANDART KOMPTENSI KOMPETENSI DASAR THP INDIKATOR THP MATERI POKOK 1. Menganalisis perjuangan 1.1 Menganalisis peristiwa sekitar

Lebih terperinci

Gus Dur minta ma'af atas pembunuhan tahun 1965/66

Gus Dur minta ma'af atas pembunuhan tahun 1965/66 Gus Dur minta ma'af atas pembunuhan tahun 1965/66 (Oleh : A. Umar Said ) Renungan tentang HAM dan demokrasi di Indonesia (pamflet, gaya bebas berfikir) Agaknya, bagi banyak orang, pernyataan Gus Dur dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan teori sastra. Perkembangan kritik sastra akan menjadi catatan

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan teori sastra. Perkembangan kritik sastra akan menjadi catatan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan kritik sastra berhubungan erat dengan sejarah sastra dan juga perkembangan teori sastra. Perkembangan kritik sastra akan menjadi catatan sejarah

Lebih terperinci

SILABUS. Lampiran 2 : FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN : SEJARAH INDONESIA MODERN. : Desvian Bandarsyah, M.Pd

SILABUS. Lampiran 2 : FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN : SEJARAH INDONESIA MODERN. : Desvian Bandarsyah, M.Pd Lampiran 2 SILABUS Tgl Efektif : No. Dokumen :FM-AKM-03-002 No.Revisi : 00 FAKULTAS PROGRAM STUDI MATA KULIAH KELAS/SKS WAKTU DOSEN : FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN : PENDIDIKAN SEJARAH : SEJARAH

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. didukung berbagai sumber lainnya, menunjukkan bahwa terjadinya kontinuitas

BAB V KESIMPULAN. didukung berbagai sumber lainnya, menunjukkan bahwa terjadinya kontinuitas BAB V KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dari temuan penelitian di lapangan dan didukung berbagai sumber lainnya, menunjukkan bahwa terjadinya kontinuitas penguasaan tanah ulayat oleh negara sejak masa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Dalam hal ini, karya sastra tidak dapat dipahami secara selengkap-lengkapnya apabila dipisahkan dari lingkungan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Karya sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Karya sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam peradaban manusia semenjak ribuan tahun yang lalu. Selain dianggap sebagai kekuatan fiktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Struktur karya sastra dibedakan menjadi dua jenis yaitu struktur dalam

BAB I PENDAHULUAN. Struktur karya sastra dibedakan menjadi dua jenis yaitu struktur dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Struktur karya sastra dibedakan menjadi dua jenis yaitu struktur dalam (intrinsik) dan luar (ekstrinsik). Pada gilirannya analisis pun tidak terlepas dari kedua

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pd Peresmian Monumen Perjuangan Mempertahankan NKRI, tgl.22 Juli 2013, Jakarta Senin, 22 Juli 2013

Sambutan Presiden RI pd Peresmian Monumen Perjuangan Mempertahankan NKRI, tgl.22 Juli 2013, Jakarta Senin, 22 Juli 2013 Sambutan Presiden RI pd Peresmian Monumen Perjuangan Mempertahankan NKRI, tgl.22 Juli 2013, Jakarta Senin, 22 Juli 2013 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PERESMIAN MONUMEN PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. dasawarsa terakhir ini dengan dilumpuhkannya beberapa pemimpin-pemimpin dictator

BAB V KESIMPULAN. dasawarsa terakhir ini dengan dilumpuhkannya beberapa pemimpin-pemimpin dictator BAB V KESIMPULAN Amerika serikat adalah sebagai negara adidaya dan sangat berpengaruh di dunia internasional dalam kebijakan luar negerinya banyak melakukan berbagai intervensi bahkan invasi dikawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sekitar yang dituangkan dalam bentuk seni. Peristiwa yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sekitar yang dituangkan dalam bentuk seni. Peristiwa yang dialami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan ekspresi yang kreatif dari sebuah ide, pikiran, atau perasaan yang telah dialami oleh seseorang dan diungkapkan melalui bahasa. Sastra adalah bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Novel Nijūshi No Hitomi ( 二二二二二 ) merupakan karya seorang penulis

BAB I PENDAHULUAN. Novel Nijūshi No Hitomi ( 二二二二二 ) merupakan karya seorang penulis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Novel Nijūshi No Hitomi ( 二二二二二 ) merupakan karya seorang penulis cerita anak-anak sekaligus penulis novel wanita terkenal dari negara Jepang yang bernama Tsuboi

Lebih terperinci