PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN (PPSP) TAHUN Buku putih sanitasi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN (PPSP) TAHUN Buku putih sanitasi"

Transkripsi

1 PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN (PPSP) TAHUN 2014 Buku putih sanitasi KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

2 i

3 ii

4 RINGKASAN EKSEKUTIF Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup, kondisi lingkungan permukiman serta kenyamanan dalam kehidupan sehari-hari. Sanitasi seringkali dianggap sebagai urusan yang tidak menjadi prioritas utama, sehingga sering termarjinalkan dari urusan-urusan yang lain, namun seiring dengan tuntutan peningkatan standart kualitas hidup masyarakat, semakin tingginya tingkat pencemaran lingkungan dan keterbatasan daya dukung lingkungan itu sendiri menjadikan sanitasi menjadi salah satu aspek pembangunan yang harus diperhatikan. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) secara umum sanitasi didefinisikan sebagai usaha untuk membina dan menciptakan suatu keadaan yang baik di bidang kesehatan, terutama kesehatan masyarakat.dengan definisi tersebut dapat dilihat tiga komponen yang terkait dengan sanitasi adalah sistem pengelolaan air limbah rumah tangga, pengelolaan persampahan dan drainase perkotaan. Buku Putih Sanitasi ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang jelas dan faktual mengenai kondisi dan profil sanitasi Kabupaten Pangkajene dan kepulauan pada saat ini.pemetaan kondisi dan profil sanitasi (sanitation mapping) dilakukan untuk menetapkan zona sanitasi prioritas yang penetapannya berdasarkan urutan potensi resiko kesehatan lingkungan (priority setting). Metode yang digunakan dalam penyusunan Buku Putih Sanitasiini adalah studi dokumen dan pengumpulan data sekunder yang ada di masing-masing SKPD yang terkait, dan didukung dengan observasi objek yang relevan.selain itu dilakukan beberapa jenis kajian yaitu kajian peran serta swasta dalam penyedia layanan sanitasi, kajian kelembagaan dan keuangan, kajian komunikasi dan media, kajian peran serta masyarakat, kajian sanitasi sekolah dan kajian Environmental Health Risk Assesment (EHRA). iii

5 Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan dengan luas Wilaya 1.112,29km2 atau Ha dan mempunyai ketinggian tempat rata rata 8 meter diatas permukaan Laut. Secara Geografis Kabupaten Pangkajene dan kepulauan terletak diantara LS Sampai 8000 LS dan diantara 1100 BT sampai dengan BT. Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan dengan pusat pemerintahan di Kecamatan Pangkajene merupakan wilayah dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi, yakni mencapai 872 jiwa/km2. Jumlah rumah tangga yang tercatat sebanyak KK, dengan jumlah penduduk keseluruhan jiwa. Luas wilayah Kecamatan Pangkajene tercatat 47,39 km2 yang meliputi 9 kelurahan. Angka pertumbuhan penduduk Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan khususnya tiga tahun terakhir (tahun ) cenderung mengalami penurunan rata-rata 3,5 % pertahun Belanja APBD murni untuk sanitasi dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dengan rata-rata pertumbuhan27,32%. Akan tetapi, porsi belanja sektor sanitasi relatif masih kecil jika dibandingkan dengan anggaran belanja sektor lainnya, presentase belanja APBD murni untuk sanitasidi tahun 2013 sebesar 0,018% dari total belanja langsung sebesar Rp.437,332,070,036,00. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Terkait Sanitasi:Berdasarkan hasil kajian EHRA di kabupaten Pangkajene dan kepulauan, Perilaku mencuci tangan pakai sabun masih tergolong sangat rendah yaitu sebesar 10,30% dan selebihnya 89,70% tidak melakukan cuci tangan dengan menggunakan sabun. Waktu yang paling sering untuk mencuci tangan memakai sabun adalah mencuci tangan memakai sabun sebelum makan sebesar 76,80% sedangkan mencuci tangan memakai sabun setelah buang air besar 64,30%. Kepemilikan jamban pribadi bagi rumah tangga cukup tinggi yaitu 61,50%. Meski demikian,masih Banyak perilaku BABs masihcukup tinggi yaitu 38,50%. Perilaku BABs lebih banyak ke Pinggir Laut,sungai, kebun, dan saluran air. iv

6 Perilaku pengolahan sampah setempat berdasarkan kajian EHRA, masih menggambarkan suatu perilaku yang tidak sesuai dengan yang diharapkan.83,20% responden menyatakan tidak pernah mengolah sampah menjadi bernilai. Kondisi perilaku hidup bersih dan sehat pada lingkungan sekolah dapat dilihat dari ketersedian dan kondisi fasilitas sanitasi di sekolah seperti toilet dan tempat cuci tangan, tempat sampah, SPAL dan pengetahuan tentang kesehatan di sekolah. Masih tingginya siswa siswi sekolah dasar yang belum menerapkan Cuci Tangan Pakai Sabun, dibuktikan dengan hasil kajian yang menunjukkan angka sebesar 58,50% CTPS tidak dilakukan dengan baik. Pengelolaan Air Limbah Domestik:Sistem pengelolaan air limbah domestik di kabupaten Pangkajene dan kepulauan belum berjalan efektif sebagaimana diharapkan dan itupun hanya diprakarsai oleh pemerintah, belum dilakukan oleh dunia usaha ataupun masyarakat. Dari pihak pemerintah daerah menyediakan 1 unit mobil pengangkut tinja dengan kapasitas 4 m 3 yang hanya melayani wilayah kota Pangkep dan belum berjalan efektif. Faktor utama adalah masih rendahnya kepedulian masyarakat dalam pengelolaan air limbah dimana hal tersebut didasari oleh ketidaktahuan masyarakat kapan perlu dilakukan penyedotan lumpur tinja. Pengelolaan Persampahan:Pelayanan persampahan di Kabupaten Pangkajene dan kepulauan belum mampu melayani persampahan secara menyeluruh. Konsentrasi untuk pendistribusian sampah dari TPS ke TPA baru berkisar di kotapangkep dan sekitarnya. Sampai saat ini, tingkat cakupan layanan persampahan meliputi pengelolaan berbasis masyarakat sebanyak KK (68% dari populasi), layanan penuh (RT-TPS-TPA) dan penyapuan jalan sebesar KK (11% dari populasi), dan layanan pengangkutan (RT-TPS-TPA) sebesar KK (8% dari populasi). Kawasan perkotaan yang meliputi Kecamatan Pangkajene, Bungoro dan Balocci, volumetimbulan sampah mencapai sekitar 135,00 m 3 /hariatau ,00 m 3 /tahun dengan volume sampah yang terangkut sekitar 85,93 m 3 /hari atau ,00 v

7 m 3 /tahun. Dimana, sumber timbulan sampah terbesar adalah rumah tangga (permukiman) baik yang organik maupun anorganik. Infrastruktur persampahan yang tersedia dan digunakan oleh masyarakat hanya berupa TPS, itupun dalam jumlah terbatas dan terdapat hanya di kawasan perkotaan sebesar 15,50%. sehingga, masih banyak masyarakat yang sering membuang sampah sembarangan, misalnya di saluran air ataupun di tanah kosong bahkan disungai dan 48,30% Sampah tersebut langsung dibakar. Pengelolaan Drainase Perkotaan:Kondisi topografi yang dominan dataran rendah di Kabupaten Pangkajene dan kepulauan secara langsung ancaman genangan/banjir. Kajian studi EHRA menunjukkan bahwa 76,70% rumah tangga di Kabupaten Pangkajene dan kepulauan selalu mengalami banjir rutin. Secara struktur drainase di kota Kawasan Pangkep dan sekitarnya pada umumnya adalah pasangan batu, namun pemeliharaan yang kurang baik sehingga pendangkalan terjadi dan banyaknya sampah yang menumpuk di saluran mengakibatkan kurang lancarnya sistem pengaliran di dalam saluran tersebut sehingga menimbulkan genangan di beberapa titik. Area Beresiko Sanitasi:Berdasarkan penggabungan data Sekunder, Penilaian SKPD dan hasilstudi EHRA untuk wilayah kajian sanitasi di 10Kecamatan dengan 87 kelurahan/desa, diperoleh gambaran area beresiko sanitasi Kabupaten Pangkajene dan kepulauan untuk pengelolaan air limbah domestik, 4 kelurahan/desa merupakan area beresiko sangat tinggi yaitu Kelurahan Bonto perak Kecamatan Pangkep, Kelurahan Anrong Appaka Kecamatan Pangkep Desa Panaikang Kecamatan Minasate ne,dan Desa Kalabirang Kecamatan Minasate nedan17 kelurahan/desa merupakan kelurahan/desa beresiko tinggi dan Resiko sedang. Wilayah prioritas area beresiko sanitasi untuk sub sektor persampahan yang masuk kategori beresiko sangat tinggi sebanyak 5 kelurahan/desadan area beresiko vi

8 tinggidan area beresiko sedang sebanyak 16 kelurahan/desa. Permasalahan utama yang ditemukan yakni belum teraturnya pengelolaan sampah rumah tangga danmasih ada masyarakat membuang sampah rumah tangga di lahan kosong, sungai, dan drainase. Pada sub sektor drainase perkotaan,dengan kondisi topografi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan yang relatif datar, sedangkan topografi berbukit relatif sedikit, permasalahan genangan masih besar sehingga area beresiko sanitasi drainase perkotaan sangat tinggi 1 Kelurahan/Desadan yaitu Kelurahan Anrong Appaka Kecamatan Pangkep dan area beresiko tinggi dan area beresiko sedang sebanyak 16 kelurahan/desa. vii

9 DAFTAR ISI Sambutan Bupati... i Kata Pengantar... ii Ringkasan Eksekutif... iii Daftar Isi... viii Daftar Tabel... xi Daftar Istilah... xv Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Landasan Gerak Pengertian Dasar Sanitasi Visi dan Misi Pemerintah Kabupaten Pangkajene dan kepulauan Maksud dan Tujuan Maksud Tujuan Metodologi Dasar Hukum dan Kaitannya Dengan Dokumen Perencanaan Lain Dasar Hukum Keterkaitannya Dengan Dokumen Perencanaan Lainnya Bab II Gambaran Umum Wilayah 2.1. Geografis, Administratif dan Kondisi Fisik Demografi Keuangan dan Perekonomian Daerah Kondisi Keuangan Daerah Kondisi Perekonomian Daerah Tata Ruang Wilayah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Struktur Ruang Wilayah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pola Ruang Wilayah Sosial dan Budaya Kelembagaan Pemerintah Daerah viii

10 2.7. Komunikasi dan Media Bab III Profil Sanitasi Wilayah 3.1. Wilayah Kajian Sanitasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Terkait Sanitasi Tatanan Rumah Tangga Tatanan Sekolah Pengelolaan Air Limbah Domestik Kelembagaan Sistem dan Cakupan Pelayanan Peran Serta Masyarakat Komunikasi dan Media Peran Swasta Pendanaan dan Pembiayaan Permasalahan Mendesak Pengelolaan Persampahan Kelembagaan Sistem dan Cakupan Pelayanan Peran Serta Masyarakat Komunikasi dan Media Peran Swasta Pendanaan dan Pembiayaan Permasalahan Mendesak Pengelolaan Drainase Perkotaan Kelembagaan Sistem dan Cakupan Pelayanan Peran Serta Masyarakat Komunikasi dan Media Peran Swasta Pendanaan dan Pembiayaan Permasalahan Mendesak Pengelolaan Komponen Terkait Sanitasi Pengelolaan Air Bersih ix

11 Pengelolaan Air Limbah Industri Rumah Tangga Pengelolaan Limbah Medis Bab IV Program Pengembangan Sanitasi Saat Ini dan Yang Direncanakan 4.1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Terkait Sanitasi Peningkatan Pengelolaan Air Limbah Domestik Peningkatan Pengelolaan Persampahan Peningkatan Pengelolaan Drainase Perkotaan Peningkatan Komponen Terkait Sanitasi Bab V Area Beresiko Sanitasi Lampiran x

12 DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Daerah AliranSungai (DAS) di Wilayah Kabupaten Pangkajene dan kepulauan 19 Tabel 2.2. Nama, Luas Wilayah per-kecamatan dan Jumlah Kelurahan 19 Tabel 2.3. Jumlah Penduduk dan Kepadatannya 5 Tahun Terakhir 23 Tabel 2.4. Jumlah Penduduk Saat Ini dan Proyeksi untuk 5 Tahun 24 Tabel 2.5. Rekapitulasi Realisasi APBD Kab. Pangkajene dan kepulauan Tahun Tabel 2.6. Rekapitulasi Realisasi Belanja Sanitasi SKPD Kabupaten Pangkajene dan kepulauan Tahun Tabel 2.7. Perhitungan Pendanaan Sanitasi Oleh APBD Kabupaten Pangkajene den Kepulauan Tahun Tabel 2.8. Belanja Sanitasi Perkapita Kabupaten Pangkajene den kepulauan Tahun Tabel 2.9. Realisasi dan Potensi Retribusi Sanitasi Perkapita Kabupaten Pangkajene dan kepulauan Tahun Tabel Peta Perekonomian Kabupaten Pangkajene dan kepulauan Tahun Tabel Jumlah Fasilitas Pendidikan Yang Tersedia di Kabupaten Pangkajene dan kepulauan 48 Tabel Jumlah Penduduk Miskin Per Kecamatan 49 Tabel Jumlah Rumah Per Kecamatan 49 Tabel Kegiatan Komunikasi Terkait Sanitasi 54 Tabel Media Komunikasi dan Kerjasama terkait Sanitasi 55 Tabel 3.1. Rekapitulasi Jumlah Sarana Air Bersih dan Sanitasi Tingkat Sekolah Dasar/MI 65 Tabel 3.2. Kondisi Sarana Sanitasi Sekolah (tingkat sekolah/setara: SD/MI) 66 Tabel 3.3. PHBS Terkait Sanitasi Pada Sekolah Dasar /MI 66 Tabel 3.4. Daftar Pemangku Kepentingan Dalam Pembangunan dan Pengelolaan Air Limbah Domestik 68 Tabel 3.5. Daftar Peraturan Air Limbah Domestik Kabupaten Pangkajene dan kepulauan 69 xi

13 Tabel 3.6. Cakupan layanan air limbah domestik yang ada di Kabupaten Pangkajene dan kepulauan 73 Tabel 3.7. Kondisi Prasarana dan Sarana Air Limbah Domestik 76 Tabel 3.8. Daftar Program/Kegiatan Air Limbah Domestik Berbasis Masyarakat 79 Tabel 3.9. Pengelolaan Sarana Air Limbah Domestik Oleh Masyarakat 80 Tabel Penyedia Layanan Air Limbah Domestik Yang Ada Di Kabupaten Pangkajene dan kepulauan 82 Tabel Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Sanitasi Air Limbah Domestik 83 Tabel Realisasi dan Potensi Retribusi Air Limbah 83 Tabel Permasalahan Mendesak 84 Tabel Daftar Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Persampahan 87 Tabel Daftar Peraturan Persampahan Kabupaten Pangkajene dan kepulauan 88 Tabel Sistem Pengelolaan Persampahan Yang Ada Di Kabupaten Pangkajene dan kepulauan Tabel Kondisi Prasarana dan Sarana Persampahan Yang Ada Di Kabupaten Pangkajene dan kepulauan Tabel Daftar Program/Kegiatan Persampahan Berbasis Masyarakat 97 Tabel Pengelolaan Sarana Persampahan oleh Masyarakat 97 Tabel Peran Swasta dalam Penyediaan Layanan Persampahan di Kabupaten Pangkajene dan kepulauan 99 Tabel Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Sanitasi Persampahan 100 Tabel Realisasi dan Potensi Retribusi Sampah 100 Tabel Permasalahan Mendesak 101 Tabel Daftar Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Drainase Perkotaan 103 Tabel Daftar Peraturan Drainase Perkotaan Kabupaten Pangkajene dan kepulauan 104 Tabel Luas Wilayah Genangan 110 xii

14 Tabel Kondisi Sarana dan Prasarana Drainase Yang Ada Di Kabupaten Pangkajene dan kepulauan 113 Tabel Daftar Program/Kegiatan Drainase Perkotaan Berbasis Masyarakat 114 Tabel Pengelolaan Sarana Drainase Perkotaan oleh Masyarakat 115 Tabel Penyedia Layanan Pengelolaan Drainase Perkotaan Yang Ada Di Kabupaten Pangkajene dan kepulauan 116 Tabel Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Sanitasi Drainase Perkotaan 117 Tabel Realisasi dan Potensi Retribusi Drainase Perkotaan 117 Tabel Permasalahan Mendesak 118 Tabel Sistem Penyediaan dan Pengelolaan Air Bersih Kabupaten Pangkajene dan kepulauan Tabel Pengelolaan Limbah Industri Rumah Tangga Kabupaten Pangkajene dan kepulauan Tabel Pengelolaan Limbah Medis di Fasilitas-Fasilitas Kesehatan 124 Tabel 4.1. Rencana Program dan Kegiatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Terkait Sanitasi Tahun 2015 Tabel 4.2. Kegiatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Terkait Sanitasi Yang Sedang Berjalan Tabel 4.3. Rencana Program dan Kegiatan Pengelolaan Air Limbah Domestik Tahun Tabel 4.4. Kegiatan Pengelolaan Air Limbah Domestik Yang Sedang Berjalan 127 Tabel 4.5. Rencana Program dan Kegiatan Pengelolaan Persampahan Tahun Tabel 4.6. Kegiatan Pengelolaan Persampahan Yang Sedang Berjalan 129 Tabel 4.7. Rencana Program dan Kegiatan Pengelolaan Drainase Perkotaan Tahun Tabel 4.8. Kegiatan Pengelolaan Drainase Perkotaan Yang Sedang Berjalan 130 Tabel 4.9. Rencana Program dan Kegiatan Komponen Terkait Sanitasi Tahun Tabel Kegiatan Komponen Terkait Sanitasi Yang Sedang Berjalan 132 Tabel 5.1. Area Beresiko Sanitasi Air Limbah Domestik 138 xiii

15 Tabel 5.2. Area Beresiko Sanitasi Persampahan 139 Tabel 5.3. Area Beresiko Sanitasi Drainase Perkotaan 140 xiv

16 DAFTAR ISTILAH MDGs PPSP BAPPENAS Pokja AMPL BPS SSK SKPD RPJM RPJMD APBD PAD Setda BAPPEDA DPTR KP4 BLHD Dinkes DPPKAD BPMPL PDAM SPAL IPLT IPAL WC MCK TPA TPS TPST 3R : Millenium Development Goal s : Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional : Kelompok Kerja : Air Minum dan Penyehatan Lingkungan : Buku Putih Sanitasi : Strategi Sanitasi Kota/Kabupaten : Satuan Kerja Perangkat Daerah : Rencana Program Jangka Menengah : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah : Anggaran Pendapatan Belanja Daerah : Pendapatan Asli Daerah : Sekretaris Daerah : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah : Dinas Permukiman dan Tata Ruang : Kantor Kebersihan, Pertamanan, Pemadam Kebakaran, Pemakaman dan Penerangan Jalan Umum : Badan Lingkungan Hidup Daerah : Dinas Kesehatan : Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah : Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Lembang : Perusahaan Daerah Air Minum : Saluran Pembuangan Air Limbah : Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja : Instalasi Pengolahan Air Limbah : Water Closet : Mandi, Cuci, Kakus : Tempat Pemrosesan Akhir : Tempat Pembuangan Sementara : Tempat Pengolahan Sampah Terpadu : Reduce, Reuse, dan Recycle xv

17 PHBS CTPS ODF BABs DED RW RT KK EHRA ISPA PAMSIMAS SANIMAS SPM : Pola Hidup Bersih dan Sehat : Cuci Tangan Pakai Sabun : Open Defecation Free : Buang Air Besar Sembarangan : Detail Engineer Desain : Rukun Warga : Rumah Tangga : Kepala Keluarga : Environmental Health Risk Assesment : Infeksi Saluran Pernapasan Akut : Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat : Sanitasi Masyarakat : Standar Pelayanan Minimum xvi

18 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN Pembangunan sektor sanitasi di Indonesia merupakan usaha bersama yang terkoordinir dari semua tingkatan pemerintah, organisasi berbasis masyarakat, LSM dan sektor swasta dan didukung oleh kegiatan donor. Sanitasi merupakan salah satu faktor terpenting dalam mewujudkan layanan yang terkait dengan pengentasan kemiskinan, dalam pengembangan kebijakan, perencanaan serta penganggaran. Bantuan teknis program disediakan untuk pemerintah propinsi dan kabupaten/kota yang menunjukkan komitmen tinggi untuk pembangunan sektor sanitasi lokal dan penyediaan layanan sanitasi yang semakin baik khususnya bagi warga miskin perkotaan di daerah perkotaan. Ditingkat nasional, koordinasi kebijakan dilakukan oleh komisi pengendali dan tim teknis pembangunan sanitasi yang menyatukan semua pemangku kepentingan utamanya dari lingkungan pemerintah (BAPPENAS, Departemen Pekerjaan Umum, Departemen Dalam Negeri, Departemen Keuangan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Departemen Perindustrian). Tim teknis didukung oleh mitra pembangunan Indonesia dan lembaga donor internasional dibawah payung kelompok donor sanitasi. Selama pelaksanaan program Pokja Sanitasi lokal secara bertahap diubah menjadi entitas permanen yang semakin memperkuat BAPPEDA dalam fungsi perencanaan dan koordinasi yang akan melindungi kelanjutan perencanaan, penganggaran, pemantauan dan evaluasi semua pembangunan sanitasi lokal. Dimasa depan diperkirakan Pokja ini akan menggabungkan dan mengembangkan kerangka perencanaan sanitasi perkotaan kedalam tugas-tugas mereka. Pokja propinsi akan menjadi titik pusat regional untuk perencanaan, pemantauan dan evaluasi sanitasi. Dibawah tanggungjawab BAPPEDA kelompok kerja (Pokja) Sanitasi dibentuk. Pokja menanggapi tantangan dalam mengembangkan kerangka kabupaten/kota untuk perencanaan dan pembangunan sanitasi. Mereka memastikan koordinasi antar berbagai dinas pemerintah kabupaten, menghasilkan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) dan menciptakan lingkungan yang mendukung untuk perencanaan sanitasi yang terkoordinir dan sedang berjalan di tingkat kabupaten/kota. 1

19 Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup, kondisi lingkungan permukiman serta kenyamanan dalam kehidupan seharihari. Sanitasi seringkali dianggap sebagai urusan belakang, sehingga sering termarjinalkan dari urusan-urusan yang lain, namun seiring dengan tuntutan peningkatan standar kualitas hidup masyarakat, semakin tingginya tingkat pencemaran lingkungan dan keterbatasan daya dukung lingkungan itu sendiri menjadikan sanitasi menjadi salah satu aspek pembangunan yang harus diperhatikan. Masih sering dijumpai bahwa aspek-aspek pembangunan sanitasi, yaitu air limbah, persampahan dan drainase, serta dilengkapi dengan penyediaan air bersih, masih berjalan sendiri-sendiri. Masing-masing aspek tersebut ditangani secara terpisah, meskipun masuk dalam satu bidang pembangunan yaitu sanitasi, sehingga masih terdapat tumpang tindih kegiatan pembangunan bidang sanitasi oleh institusi yang berbeda-beda, yang kadang-kadang membingungkan masyarakat sebagai subyek dan obyek pembangunan. Kondisi yang lebih buruk apabila bahkan ternyata terdapat aspek sanitasi yang masih bolong atau belum tertangani oleh siapapun. Di sisi lain, masih terdapat pelaksanaan pembangunan sanitasi yang berjalan secara parsial dan belum terintegrasi dalam suatu rencana besar yang sifatnya integratif dan memiliki sasaran secara menyeluruh serta dengan jangka waktu yang lebih panjang. Hal tersebut dapat dilihat dari aspek jenis kegiatannya maupun dari aspek kewilayahan. Untuk itu perlu disusun suatu perencanaan sanitasi secara lebih integratif, aspiratif, inovatif dan sesuai dengan kebutuhan riil Masyarakat. Tahapan-tahapan proses perencanaan harus dilaksanakan secara berurutan, bertahap dan berkelanjutan, sehingga solusi yang ditawarkan juga akan tepat, sesuai dengan permasalahan yang dihadapi. Permasalahan bidang sanitasi yang muncul tidak selalu disebabkan oleh aspek teknis, namun juga berhubungan dengan aspek ekonomi dan sosial, seperti tingginya tingkat kemiskinan dan rendahnya kesadaran masyarakat menjadi tantangan lain dalam pembangunan bidang sanitasi. Masalah air bersih di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan hingga saat ini merupakan persoalan utama dikaitkan banyaknya kebutuhan dibandingkan ketersediaan sumber air bersih/baku yang relatif terbatas, terutama pada beberapa wilayah daratan dan kepulauan antara lain di daerah pesisir pantai Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan,serta beberapa desa dan kecamatan yang berada di wilayah kepulauan sampai saat ini masih kesulitan mendapatkan air bersih. Tingkat 2

20 penanganan persampahan di wilayah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan menurut jenisnya adalah sistem konvesional masih secara umum di keseluruhan wilayah dan sistem intensif pengelolaan terbatas untuk Kota Pangkajene. Di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, utamanya di ibukota kabupaten, Kota Pangkajene telah memiliki sistem pembuangan sampah yang relatif sudah teratur dan baik namun dukungan sarana dan prasarana persampahan yang masih terbatas. Pola sistem drainase di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan mengikuti kontur alami yakni mengikuti aluralur sungai yang ada. Melihat bentuk geografisnya yang memanjang dan di sebelah Timur umumnya berupa perbukitan, pola pembuangan air hujannya lebih banyak kearah Barat. Karena permukiman penduduk sebagian besar berada didekat pantai yang topografinya relatif datar, sehingga memungkinkan terjadinya genangan air yang sifatnya temporer. Permukiman dan aktivitas ekonomi yang berada di pegunungan yang relatif sedikit, tidak mempunyai permasalahan dengan drainase air hujan maupun pembuangan limbah cair domestiknya.kabupaten pangkajene dean Kepulauan belum memiliki sistem pengelolaan air limbah secara terpusat (off site). Hal ini disebabkan karena berbagai kendala, baik dalam aspek peraturan perundangan, peran serta masyarakat, istitusi dan teknis teknologi serta pembiayaan. Pembangunan sanitasi masih banyak dilakukan secara parsial, masing-masing institusi melaksanakan kegiatannya sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya sendirisendiri, seringkali kegiatan tersebut sebetulnya dapat diintegrasikan dalam satu kegiatan yang saling bersinergi. Bahkan masih terdapat pula institusi yang tidak memiliki tugas menangani sanitasi secara langsung namun sangat dibutuhkan peranannya dalam mendukung pembangunan sanitasi. Untuk maksud tersebut maka dibentuklah Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi, yang diharapkan dapat berfungsi sebagai unit koordinasi perencanaan, pengembangan, pelaksanaan dan pengawasan serta monitoring pembangunan sanitasi dari berbagai aspek. Tidak hanya yang melibatkan unsur pemerintah saja namun juga yang melibatkan masyarakat serta swasta secara langsung, baik dalam pokja yang terstruktur maupun sebagai mitra-mitra pendukungnya. Pokja sanitasi Kabupaten Pangkajene dan kepulauan secara struktural dibentuk dengan Surat Keputusan Bupati Pangkajene dan Kepulauan nomor 4871/XI/2013 Tanggal 19 Nopember 2013, yang terdiri dari tim koordinasi dan tim pelaksana. Mengingat aspek pembangunan sanitasi cukup luas, baik yang terkait 3

21 langsung dengan pembangunan fisik dan masyarakat, maupun yang tidak terkait langsung seperti yang berhubungan dengan kehumasan, sosialisasi maupun investasi, maka pokja sanitasi ini diperkuat oleh anggota tim yang terdiri dari berbagai SKPD seperti Bappeda, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Kesehatan, Kantor Lingkungan Hidup, Dinas Pemukiman dan Kebersihan, Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah, Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa/Kelurahan, Dinas Perhubungan dan Komunikasi dan Informasi, Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dinas Pendidikan Nasional, Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB, Bagian Humas, Protokoler dan PDE Setda, Tim Penggerak PKK Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan serta melibatkan LSM LSM LANDASAN GERAK Sanitasi dapat dipahami sebagai usaha pembuangan tinja, endapan air limbah (sullage) dan limbah padat dengan cara yang memperhatikan kesehatan untuk membuat lingkungan hidup di rumah dan lingkungan menjadi bersih dan sehat. Pengertian dasar Penanganan Sanitasi di Kabupaten Pangkajene dan kepulauan adalah sebagai berikut: 1. Blackwater adalah limbah rumah tangga yang bersumber dari WC dan urinoir. 2. Grey water adalah limbah rumah tangga non kakus yaitu buangan yang berasal dari kamar mandi, dapur (sisa makanan) dan tempat cuci. Penanganan Air Limbah Rumah Tangga yaitu pengolahan air limbah rumah tangga (domestik) dengan sistem : a. Pengolahan On Site menggunakan sistem septiktank dengan peresapan ke tanah dalam penanganan limbah rumah tangga. b. Pengelolaan Off Site adalah pengolahan limbah rumah tangga yang dilakukan secara terpusat. (Buku Limbah, Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan PermukimanDirektorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum) 3. Penanganan persampahan atau limbah padat yaitu penanganan sampah yang dihasilkan oleh masyarakat, baik yang berasal dari rumah tangga, pasar, restoran dan lain sebagainya yang ditampung melalui TPS atau transfer depo ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) (Buku Sampah, Direktorat Pengembangan Penyehatan 4

22 Lingkungan PermukimanDirektorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum) 4. Penanganan drainase kota adalah memfungsikan saluran drainase sebagai penggelontor air kota dan memutuskan air permukaan. 5. Penyediaan air bersih adalah upaya pemerintah Kabupaten Pangkajene dan k 6. Kepulauan untuk menyediakan air bersih bagi masyarakat baik melalui jaringan PDAM maupun non PDAM yang bersumber dari air permukaan maupun sumur dalam. Tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Pangkajene dan kepulauan dirumuskan sebagai berikut : Penataan ruang KabupatenPangkajene dan kepulauan bertujuan untuk mewujudkan pemerataan pertumbuhan ekonomi dengan peningkatan sektor unggulan Kabupaten Pangkajene dan kepulauan pada aspek perikanan, pariwisata dan pertanian serta pertambangan sebagai wilayah kepulauan yang berbasis bahari dan maritim. Visi Pembangunan Kabupaten Pangkajene dan kepulauan dalam RPJMD sebagai gambaran realitas masa depan yang ingin dituju dalam kurun waktu 5 tahun ke depan adalah: PANGKEP SEBAGAI PENGHASIL PRODUK PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN PERIKANAN YANG UNGGUL DI INDONESIA TAHUN 2015 Berdasarkan Visi tersebut Pemerintah kabupaten Pangkajene dan Kepulauan merumuskan Misi dalam rangka mencapai tujuan seperti yang telah tertuang dalam Visi Kabupaten Pangkajene dan kepulauan 2015, adapun Misi Kabupaten Pangkajene dan kepulauan 2015 sebagai berikut : Misi 1 : Penguatan kelembagaan dan peningkatan mutu SDM Misi 2 : Peningkatan produktivitas dan daya saing produk dan pengembangan kawasan strategis cepat tumbuh Misi 3 : Membangun infrastruktur pendukung sektor ekonomi dan sosial Misi4 : Memperluas akses pasar domestik, international, dan jaringan partnership 5

23 Misi5 : Peningkatan pelayanan dan mempercepat terciptanya pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa. Sasaran adalah hasil yang diharapkan dari suatu tujuan yang diformulasikan secara terukur, spesifik, mudah dicapai rasional untuk dapat dilaksanakan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun kedepan Misi 1. Penguatan kelembagaan dan peningkatan mutu SDM Tujuan yang telah ditetapkan pada misi 1 selanjutnya dijabarkan dalam beberapa sasaran sebagai berikut : 1. Memperkuat kelembagaan dan kearifan lokal dalam mengelola sumber daya pertanian, perkebunan dan perikanan a. meningkatnya kapasitas dan peran lembaga lokal dalam pengelolaan sumber daya pertanian, perkebunan dan perikanan b. meningkatnya kerjasama dan kemitraan lintas lembaga/program pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya pertanian, perkebunan dan perikanan c. meningkatnya kesetaraan gender dan partisipasi perempuan dalam pengolahan hasil-hasil pertanian, perkebunan dan perikanan d. meningkatnya pengamalan nilai-nilai budaya, kearifan lokal dan adat istiadat dalam mendukung pengembangan produktivitas pertanian, perkebunan dan perikanan 2. Meningkatkan akses masyarakat petani dan nelayan terhadap kelembagaan ekonomi hingga tingkat desa/kel. a. meningkatnya akses masyarakat petani dan nelayan terhadap kelembagaan ekonomi hingga tingkat Nasional b. meningkatnya jumlah sertifikasi usaha pertanian perkebunan dan perikanan. 3. Peningkatkan akses pendidikan, keagamaan, pelatihan dan ketrampilan kerja a. meningkatnya akses, mutu dan kuantitas pendidikan terutama penuntasan wajib belajar 9 thn dan pencanangan wajib belajar 12 thn dan muatan lokal berbasis pertanian, perkebunan dan perikanan b. meningkatnya lembaga pendidikan baca, hafal dan tafsir Al-Qur an serta meningkatnya pembinaan terhadap majelis taklim di setiap desa/kelurahan c. meningkatnya kapasitas dan kapabilitas balai latihan kerja dalam mendukung pengembangan pertanian, perkebunan dan perikanan 6

24 d. meningkatnya jumlah penyuluh/pendamping dan frekuensi penyuluhan pertanian, perkebunan dan perikanan 4. Memperbaiki kualitas dan jangkauan pelayanan kesehatan a. meningkatnya kualitas dan jangkauan pelayanan kesehatan, terutama ibu an anak b. meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan terutama untuk kesehatan ibu dan anak. Misi 2 : Peningkatan produktivitas dan daya saing produk dan pengembangan kawasan strategis cepat tumbuh : Tujuan yang telah ditetapkan pada misi 2 selanjutnya dijabarkan dalam beberapa sasaran sebagai berikut : 1. Meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman pangan, perkebunan, dan perikanan - Meningkatnya produksi dan produktivitas tanaman pangan, perkebunan, dan perikanan. 2. Meningkatkan daya saing produk usaha pertanian, perkebunan dan perikanan a. meningkatnya daya saing produk usaha pertanian, perkebunan dan perikanan b. adanya efisiensi biaya produksi dan meningkatnya volume produksi 3. Meningkatkan kegiatan ekonomi industri dan keterkaitan kawasan strategis dengan pusat pertumbuhan terdekat a. meningkatnya kegiatan ekonomi industri olahan produk unggulan; b. terbentuknya kluster industri berbasis produk unggulan, dibidang: pertanian, perkebunan dan perikanan c. terbangunnya kawasan pemasaran produk hasil pertanian, perkebunan dan perikanan d. meningkatnya pengelolaan kawasan wisata, kawasan agrobisnis, kawasan pendidikan, dan kawasan konservasi ekosistem e. terpenuhinya kebutuhan pangan masyarakat f. meningkatnya kesempatan dan penyediaan lapangan kerja g. adanya alih teknologi modern untuk pengembangan industri pertanian, perkebunan dan perikanan. 7

25 Misi 3 : Membangun infrastruktur pendukung sektor ekonomi dan sosial 1. Meningkatkan pembangunan infrastruktur mendukung pembangunan bidang pertanian, perkebunan dan perikanan a. meningkatkan jaringan irigasi tani dan tambak b. terlaksananya revitalisasi kawasan ekonomi strategis (kali Bone, Maccini Baji, Pasar terminal Segeri, dan Pasar-terminal Palampang) c. tersedianya infrastruktur perdesaan melalui pendekatan kewilayahan dalam rangka percepatan pembangunan desa tertinggal d. meningkatnya jumlah dan kualitas fasilitas pendukung pengembangan daerah 2. Meningkatkan infrastruktur sosial masyarakat a. meningkatnya kualitas dan kuantitas infrastruktur permukiman b. Meningkatnya kualitas dan kuatitas jalan dan jembatan 3. Meningkatkan penegakan industri dalam pengendalian pemanfaatan ruang, sumber daya alam, dan lingkungan hidup a. meningkatnya penegakan industri dalam pengendalian pemanfaatan ruang, sumber daya alam, dan lingkungan hidup guna pemanfaatan secara berkelanjutan kawasan pertanian, perkebunan dan perikanan b. meningkatnya pembinaan dan pengawasan bidang pertambangan c. meningkatnya pencegahan dini dan penanggulangan bencana. Misi 4 : Memperluas akses pasar domestik, international, dan jaringan partnership 1. Meningkatkan akses masyarakat ke pasar - Meningkatnya akses ke pasar desa dan kecamatan 2. Meningkatkan keterkaitan antara kawasan khususnya dengan kawasan pusatpusat pertumbuhan a. meningkatnya jumlah frekuensi pelayaran kapal/ferry antar pulau b. ketersediaan pelabuhan/dermaga besar c. meningkatnya jumlah kawasan dan pusat pertumbuhan ekonomi d. meningkatnya pengawasan perdagangan arus barang masuk, terutama jenis produk pertanian, perkebunan dan perikanan. e. meningkatnya kemitraan investasi untuk industri komoditas unggulan dan penciptaan lapangan kerja. 3. Meningkatkan kemitraan dan investasi produk unggulan desa a. meningkatnya kemitraan untuk pengembangan investasi 8

26 b. meningkatnya kemitraan dengan biro-biro perjalanan luar negeri. Misi 5 : Peningkatan pelayanan dan mempercepat terciptanya pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa dengan sasaran sebagai berikut : 1. Meningkatkan kapasitas SDM perencanaan pembangunan a. meningkatnya kapasitas SDM perencanaan pembangunan b. meningkatnya ketersediaan data dan informasi 2. Meningkatkan kapasitas aparatur dan pemerintah daerah a. meningkatnya kapasitas apartur b. meningkatnya pendapatan daerah dan penuhinya kebutuhan masyarakat serta meningkatnya kapasitas keuangan daerah 3. Meningkatkan kualitas legislasi, regulasi dan pengawasan a. meningkatnya kualitas dan kuantitas produk-produk hukum b. meningkatnya kualitas pengawasan pembangunan daerah 4. Meningkatkan penegakan hukum termasuk pemberantasan korumpsi dan HAM a. menurunnya pelanggaran hukum dan HAM b. meningkatnya akuntabilitas pelaksanaan pemerintahan c. meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan dan asset daerah d. meningkatnya peran pemerintah dan masyarakat dalam pemeliharaan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat 5. Meningkatkan kualitas pelayanan publik a. meningkatnya kualitas pelayanan administrasi kependudukan dan perizinan b. meningkatnya kualitas pelayanan dasar di lapangan c. meningkatnya kinerja pemerintahan, pembangunan dan pengembangan wilayah perdesaan d. tersedianya sentra siap siaga penanganan bencana MAKSUD DAN TUJUAN Maksud Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan merupakan dasar dan acuan dimulainya pekerjaan sanitasi yang lebih terintegrasi karena buku putih sanitasi merupakan hasil kerja berbagai komponen dinas atau kelembagaan lain yang terkait dengan sanitasi. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan inilah yang menyediakan data dasar yang esensial mengenai struktur, situasi dan kebutuhan sanitasi Kabupaten Pangkajene dan kepulauan, yang nantinya menjadi panduan 9

27 kebijakan Pemerintah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan dalam manajemen kegiatan sanitasi. Kelompok kerja (pokja) Sanitasi telah melakukan analisis situasi. Dengan mengakses data-data dari kegiatan inilah pemetaan sanitasi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan akan terbentuk Pemetaan sanitasi merupakan gambaran awal dan rencana dilakukannya zonazona sanitasi di tingkat kabupaten. Dengan adanya zona sanitasi akan muncul kebijakan serta prioritas dalam penanganan kegiatan pengembangan strategi sanitasi skala kabupaten yang didalamnya mencakup strategi sanitasi, rencana tindak dan anggaran perbaikan maupun peningkatan sanitasi di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. Pada masa mendatang penerapan strategi serta pelaksanaannya dilakukan dengan rencana tindak atau aksi di lapangan. Kemitraan dari berbagai pihak, baik masyarakat tingkat kabupaten/kota maupun nasional sangat diperlukan dalam fase ini. Sanitasi di Indonesia memerlukan perhatian khusus, sehingga peningkatan kepedulian dan penggalakan hidup bersih dan sehat untuk merubah kebiasaan buruk masyarakat dalam bidang sanitasi tidak terlepas dari program ini. Kegiatan-kegiatan studi pasar untuk mengetahui permintaan juga dilakukan. Monitoring dan evaluasi tidak bisa ditinggalkan dalam implementasi program sehingga strategi monitoring dan evaluasi yang tepat perlu diolah dengan matang. Buku Putih Sanitasi ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang jelas dan faktual mengenai kondisi dan profil sanitasi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan pada saat ini. Pemetaan kondisi dan profil sanitasi (sanitation mapping) dilakukan untuk menetapkan zona sanitasi prioritas yang penetapannya berdasarkan urutan potensi resiko kesehatan lingkungan (priority setting). Dalam Buku Putih ini, priority setting dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang tersedia, hasil studi Penilaian Resiko Kesehatan Lingkungan (Environmental Health Risk Assessment) atau EHRA, dan persepsi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan yang menangani secara langsung pembangunan sektor sanitasi di Kabupaten Tujuan Tujuan Penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten adalah sebagai berikut : Pangkajene dan Kepulauan 10

28 1. Pembangunan kapasitas (capacity building) Pemerintah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan beserta stakeholder lainnya untuk mampu mengidentifikasi, memetakan, menyusun rencana tindak dan menetapkan strategi pengembangan sanitasi kabupaten. 2. Pembentukan Pokja Sanitasi diharapkan dapat menjadi embrio entitas suatu badan permanen yang akan menangani dan mengelola program pembangunan dan pengembangan sanitasi di tingkat kabupaten. 3. Menjadikan Buku Putih sebagai pedoman penanganan dan pengembangan pembangunan sanitasi Kabupaten Pangkajene dan kepulauan, sehingga terdapat kesamaan pandang dari setiap pelaku pembangunan dalam penyusunan program pembangunan, pengendalian dan pengawasan dalam pembangunan sanitasi. 4. Mengidentifikasi keberhasilan dan kegagalan pembangunan sanitasi Kabupaten Pangkajene dan kepulauan dalam upaya untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. 5. Menjamin terciptanya mekanisme pembangunan yang transparan, konsisten, partisipatif, berkeadilan dan akuntabel PENDEKATAN DAN METODOLOGI Metode yang digunakan dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi ini adalah studi dokumen dan pengumpulan data sekunder yang ada di masing-masing SKPD yang terkait, dan didukung dengan observasi objek yang relevan. Selain itu dilakukan beberapa jenis survey yaitu survey keterlibatan sektor swasta, survey komunikasi dan pemetaan media, survey partisipasi masyarakat jender dan kemiskinan kepada beberapa responden baik kalangan SKPD, Pengusaha, Media maupun ke masyarakat langsung dan survey Environmental Health Risk Assesment (EHRA) ke rumah tangga sasaran pada 13 Kecamatan di Kabupaten Pangkajene dan kepulauan. Analisa yang digunakan adalah analisa kualitatif dengan membandingkan data dan informasi yang ada dikaitkan dengan kondisi yang seharusnya atau kondisi ideal untuk mengetahui seberapa jauh kesenjangan yang ada. Untuk penentuan area dengan resiko tinggi digunakan analisa kualitatif persepsi SKPD dan analisa kuantitatif hasil EHRA Untuk lebih memahami proses dan kegiatan penyusunan Buku Putih ini secara menyeluruh, akan disajikan beberapa hal penting yang berkaitan dengan aspek 11

29 metodologi yang digunakan dalam penulisan ini yang secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Sumber Data a. Arsip dan dokumen yang berkaitan dengan aktivitas program masingmasing dinas/ kantor terkait, baik langsung maupun tidak langsung, misalnya yang berupa data statistik, proposal, laporan, foto dan peta. b. Narasumber, yang terdiri dari beragam posisi yang berkaitan dengan tugas dinas/ kantor terkait untuk klarifikasi data-data, pihak swasta, masyarakat sipil, dan tokoh masyarakat. Untuk mendukung data sekunder tersebut juga dilakukan beberapa survey terkait dengan pengelolaan sanitasi seperti: Enviromental Health Risk Assesment (EHRA), Survey peran media dalam perencanaan sanitasi, survey kelembagaan, survey keterlibatan pihak swasta dalam pengelolaan sanitasi, survey keuangan, survey priority setting area (survey penetapan area beresiko) serta survey peran serta masyarakat dan gender. 2. Pengumpulan Data Proses seleksi dan kompilasi data sekunder berada dalam tahap ini. Teknik kajian dokumen dipergunakan tim untuk mengkaji data. Banyak dokumen kegiatan program yang mampu memberikan informasi mengenai apa yang terjadi di masa lampau yang erat kaitannya dengan kondisi yang terjadi pada masa kini. 3. Jenis Data a. Data primer; yaitu data yang bersumber dari survey atau observasi lapangan yang dilakukan Pokja. Data primer dapat berupa rekaman hasil wawancara maupun potret/ dokumentasi kondisi eksisting di lapangan. b. Data sekunder; yang diperoleh dari dokumen yang dimiliki tiap dinas/ SKPD yang terlibat dalam POKJA SANITASI Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan secara umum 1.5. DASAR HUKUM DAN KAITANNYA DENGAN DOKUMEN PERENCANAAN LAIN Buku Putih Sanitasi ini diposisikan sebagai acuan perencanaan strategis sanitasi tingkat kabupaten. Rencana pembangunan sanitasi kabupaten dikembangkan atas dasar permasalahan yang dipaparkan dalam Buku Putih Sanitasi. Setiap tahun data yang ada akan dibuat Laporan Sanitasi Tahunan yang merupakan gabungan antara laporan Tahunan SKPD dan status proyek sanitasi. Laporan Sanitasi Tahunan menjadi 12

30 Lampiran Buku Putih Sanitasi 2014 dan setelah 3 tahun, semua informasi tersebut dirangkum dalam Revisi Buku Putih Sanitasi Landasan Hukum 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1822); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4377); 4. Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 6. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); 8. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 114, Tambahan Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 13

31 9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 10. Peraturan Daerah Kabupaten Pangkajene dan Kepualauan Nomor 5 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Tahun ; 11. Peraturan Daerah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 11); 12. Peraturan Daerah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Nomor 07 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Tahun ; 13. Peraturan Daerah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Nomor 7 Tahun 2012 tentang perubahan kedua atas peraturan Daerah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Nomor 11 Tahun 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Lembaran Daerah Tahun 2012 Nomor 7); 14. Peraturan Daerah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Nomor 08 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Pangkajene dan Kepulauan Tahun ; 15. Rencana Program Investasi JangkaMenengah Kabupaten Pangkep Tahun Undang-Undang 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4247); 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1966 Tentang Hygiene (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1966 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2804); 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan kawasan Pemukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188); 4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); 14

32 5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4851); 6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4377); 7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008tentang Perubahan Kedua atas Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 9. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia 1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4854); 15

33 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1982 Tentang Pengaturan Air(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1982 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3225); 3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2011 Tentang Sungai(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5230); 4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3838); 5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4161); 6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Pemerintah Daerah(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); 7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833); 8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Pencemaran Udara(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3853); 9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 Tentang Pengembangan Sistim Penyediaan Air Minum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4490) Peraturan Presiden Republik Indonesia 1. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Nasional (RPJM) Tahun

34 Keputusan Presiden Republik Indonesia 1. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2000 Tentang Badan Pengendalian Dampak Lingkungan; 2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 Tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air; 3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2002 Tentang Perubahan atas Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 Tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air Keputusan Menteri 1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1205/Menkes/Per/X/2004 tentang Pedoman Persyaratan Kesehatan Pelayanan Sehat Pakai Air (SPA); 2. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/KPTS/M/2005 tentang PedomanPemberdayaan Penanggung Jawab Teknik Badan Usaha Jasa KonstruksiKualifikasi Kecil; 3. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21 Tahun 2006 Tentang Kebijakandan Strategi Nasional Pengelolaan persampahan; 4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). 17

35 BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN 2.1. GEOGRAFIS, ADMINISTRASI, DAN KONDISI FISIK Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan dengan luas Wilaya 1.112,29km 2 atau Ha dan mempunyai ketinggian tempat rata rata 8 meter diatas permukaan Laut. Secara Geografis Kabupaten Pangkajene dan kepulauan terletak diantara LS Sampai LS dan diantara BT sampai dengan BT. Adapun batas-batas wilayah administrasi Kabupaten KepulauanPangkajene Kepulauan adalah: Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Barru; Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Maros; Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bone dan Kabupaten Maros; Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar. Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan memiliki 13 Kecamatan. Kecamatan Terjauh dari Ibu kota Kabupaten adalah Kecamatan Liukang Tangaya yaitu sejauh 291,29 KmKabupaten Pangkajene dan Kepulauan merupakan daerah yang mempunyai Iklim Tropis Basa ( Type B ) dengan musim kemarau. Curah Hujan disuatu Wilaya ( Tempat ) dipengaruhi oleh keadaan iklim geografi dan perputaran/pertemuan arus udara. oleh karena itu jumlah curah hujan beragam menurut bulan dan letak stasiun pengamat. Pada tahun 2012 rata-rata curah hujan perbulan sekitar 201,33 mm. Dalam RTRW dijelaskan bahwa pada wilayah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan terdapat beberapa sungai Besar yang melitansi kabuapten Pangkajene dan Kepulauan yaitu Sungai Tabo-tabo, Sungai Segeri, Sungai Leang Londrong, Sungai Binti Mala, Sungai Kali Bone. (Lihat Tabel 2.1 Daerah Aliran Sungai di Wilayah kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, Peta 2.1 Peta Daerah Aliran Sungai, Tabel 2.2 Nama, luas wilayah per Kecamatan dan Jumlah Kelurahan dan Peta 2.2 Peta Wilayah Administratif) 18

36 Tabel 2.1 Daerah Aliran Sunga (DAS) di Wilayah KabupatenPangkajena dan kepulauan No Nama DAS Luas ( Ha ) 1 DAS Tabo Tabo DAS Segeri DAS Leang Lonrong DAS Banti Mala DAS Binanga Sangkara ( Kalibone ) Sumber : Laporan akhir pemetaan GIS Kab. PangkaJenadan Kepulauan 2010 Tabel 2.2 Nama Luas Wilayah Per-Kecamatan dan Jumlah Kelurahan Kacamatan Luas Wilaya Jumlah Administrasi Terbangun Kal./Desa Ha. ( % ) Ha. ( % ) Liukang Tangaya , Liukang Kalmas , Liukang Tupanbbiring , Liukang Tupabbiring Utara , Pangkajene , Minasatene , Balocci , Tondong Tallasa , Bungoro , Labangkang , Ma rang , Sigeri , Mandalle , J U M L A H

37 Peta 2.1 : Peta Daerah Aliran Sungai 20

38 Peta 2.2 : Peta Wilaya Administrasi 21

39 2.2. Kondisi Demografis Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan dengan pusat pemerintahan di Kecamatan Pangkajene merupakan wilayah dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi, yakni mencapai 872 jiwa/km2. Jumlah rumah tangga yang tercatat sebanyak KK, dengan jumlah penduduk keseluruhan jiwa. Luas wilayah Kecamatan Pangkajene tercatat 47,39 km 2 yang meliputi 9 kelurahan.angka pertumbuhan penduduk Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan khususnya tiga tahun terakhir (tahun ) cenderung mengalami penurunan rata-rata 3,5 % pertahun. (Lihat Tabel 2.3 Jumlah dan Kepadatan Penduduk 3 Tahun Terakhi dan Tabel 2.4 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Saat Ini dan Proyeksinya Untuk 5 Tahun) Proyeksi penduduk untuk 5 Tahun kedepan diprediksikan mencapai 230 ribu jiwa, adapun metode proyeksi yang digunakan adalah metode matematik dengan rumus geometri dengan berasumsi bahwa sampai pada tahun 2016 laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,26% berdasarkan trend laju pertumbuhan periode lalu, sedangkan asumsi untuk jumlah Kepala Keluarga berdasarkan hasil rata-rata periode sebelumnya 3 4 jiwa per Kepala Keluarga. Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut : Pt = Po (1 + r) t Pt/Po = (1 + r) t log Pt/Po = log (1+r) t log Pt/Po = t log (1+r) 1/t log Pt/Po = log (1+r) antilog 1/t log Pt/Po = (1+r) antilog 1/t log Pt/Po -1 = r Keterangan Po = jumlah penduduk tahun dasar Pt = jumlah penduduk akhir (tahun proyeksi) r = laju pertumbuhan penduduk (%) t = waktu (tahun) Pemerintah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan sampai pada Tahun 2012 wilayah administratifnya mencakup 13 kecamatan, yakni Kecamatan Liukang Tangaya, Liukang Kalmas, Liukang Tupabbiring, Liukang Tupanbbiring Utara, Pangkajene, Minasatene, Balocci, Tondong Tallasa, Bongoro, Labakkang, Ma rang, Segeri, dan Mandalle dengan jumlah desa/kelurahan sebanyak 103. Faktor transportasi sangat menentukan pengembangan kawasan sebab interaksi antara modal darat dan laut akan meningkatkan tingkat aksesibilitasnya. Luas wilayah dan jumlah desa di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan disajikan.padatabel2.3 : 22

40 Tabel 2.3 :Jumlah penduduk dan kepadatan 3-5 tahun terakhir Jumlah Pendududk Jumlah KK Tingkat Pertumbuhan Kepadatan Penduduk Nama Kecamtan Tahun Tahun Tahun Tahun Liukang Tangaya ,42 0,68 1,51 1,27 149,73 153,36 151,78 156,60 157,50 Liukang Kalmas ,30 0,89 1,28 1,29 138,85 139,27 141,32 144,27 146,14 Liukang Tupabbiring ,70-24,02-16,08-11,97 434,12 253,08 250,61 256,56 260,70 Liukang Tupabbiring Utara ,00 0,12-0,13-0,30 187,23 187,23 187,68 186,53 185,03 Pangkajene ,31 2,14 2,81 0,91 841,51 841,23 877,84 914,56 872,55 Minasatene ,33 0,33 1,12 404,46 403,66 431,85 408,47 422,88 Balocci ,36-2,45-1,68-1,04 115,81 109,61 110,20 110,09 111,09 Tondong Tallasa ,30 1,39 1,58 1,36 87,11 88,25 89,56 91,31 91,94 Bungoro ,49-2,29-0,46-0,25 453,36 469,17 432,83 447,18 448,93 Labakkang ,40-3,43 2,04 1,65 475,29 477,18 443,28 504,93 507,52 Ma rang ,74 0,42 1,89 1,53 434,01 437,22 437,64 459,03 461,18 Segeri ,16 0,39 0,87 0,60 254,18 254,59 256,18 260,86 260,31 Mandalle ,34 5,61 8,56 5,61 309,86 317,11 345,62 396,44 385,51 Sumber: BPS, Pangkajene dan Kepulauan Dalam Angka Tahun

41 Nama Kecamatan Tabel 24 :Jumlah penduduk Saat ini dan proyeksi untuk5 tahun terakhir Jumlah Penduduk Jumlah KK Tingkat Pertumbuhan Kepadatan Penduduk Tahun Tahun Tahun Tahun Liukang Tangaya ,036 20, ,47 1,47 1,47 1,47 1,47 164,55 166,97 169,43 171,92 174,44 Liukang Kalmas ,94 0,94 0,94 0,94 0,94 150,31 151,72 153,14 154,58 156,03 Liukang Tupabbiring ,44-23,44-23,44-23,44-23,44 116,98 89,55 68,56 52,48 40,18 Liukang Tupabbiring Utara ,07-0,07-0,07-0,07-0,07 184,62 184,49 184,35 184,22 184,08 Pangkajene ,46 1,46 1,46 1,46 1,46 911,23 924,50 937,96 951,64 965,50 Minasate ne ,15 1,15 1,14 1,14 1,14 437,57 442,58 447,64 452,77 457,95 Balocci ,63-2,63-2,63-2,63-2,63 102,56 99,86 97,23 94,68 92,19 Tondong Tallasa ,41 1,41 1,41 1,41 1,41 95,88 97,23 98,60 99,98 101,39 Bungoro ,12 0,12 0,12 0,12 0,12 450,60 451,15 451,71 452,26 452,83 Labakkang ,17 0,17 0,17 0,17 0,17 510,04 510,89 511,73 512,57 513,42 Ma rang ,14 1,14 1,14 1,14 1,14 477,19 482,64 488,15 493,74 499,39 Segeri , ,50 0,51 0,51 0,51 0,51 264,27 265,61 266,95 268,31 269,66 Mandalle ,53 5,53 5,53 5,53 5,53 453,09 478,14 504,58 532,50 561,95 24

42 2.3. Keuangan Dan Perekonomian Daerah Kondisi Keuangan Daerah Kebijakan umum Pendapatan Asli Daerah pada Tahun Anggaran 2013 diarahkan pada Optimalisasi Pengelolaan Pendapatan Daerah melalui peningkatan intensifikasi dan ekstensifikasi pengelolaan sumber-sumber pendapatan daerah sesuai dengan kewenangan dan potensi yang dimiliki dari masing-masing sumber pendapatan. Pendapatan Kabupaten Pangkajene dan KepulauanTahun 2013 sebesar Rp ,00 dan telah dapat terealisasi sekitar Rp ada penambahan dana sebesar ,00. Tahun 2013 realisasi untuk belanja sebesar Rp ,60 dan untuk belanja langsung sebesar Rp ,85.(Lihat tabel 2.5 Rekapitulasi Realisasi APBD Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Tahun ). Realisasi belanja langsung tersebut yang teralokasikan untuk belanja sektor sanitasi pada tahun 2013 sebesar Rp ,00 yang meliputi pendanaan investasi sanitasi sebesar Rp ,00 dan biaya pemeliharaan / operasional sebesar Rp ,00 (Lihat tabel 2.6 Rekapitulasi Realisasi Belanja Sanitasi SKPD Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Tahun dan Tabel 2.7 Belanja Sanitasi Perkapita Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Tahun ) Kondisi Perekonomian Daerah Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan dapat diukur dari besarnya nilai PDRB atas dasar harga konstan yang berhasil diciptakan pada tahun sebelumnya. Pada tahun 2010 nilai PDRB Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan sebesar Rp ,00 dan dari tahun ke tahun terus meningkat hingga pada tahun 2012 nilai PDRB Pangkajene dan Kepulauan sebesar Rp ,00. Nilai PDRB Kabupaten Panfkajene dan Kepulauan tersebut memberikan konstribusi terhadap PDRB Propinsi Sulawesi Selatan sekitar 1,33 persen dari angka ini memperlihatkan bahwa sumbangan Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan terhadap perekonomian Propinsi Sulawesi Selatan masih relatif kecil. Namun demikian konstribusi PDRB Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan setiap tahunnya terus meningkat. (Lihat Tabel 2.8 Peta Perekonomian Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Tahun ) 25

43 Tabel 2.5 Rekapitulasi Realisasi APBD Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Tahun No Realisasi Anggaran Tahun Rata2 Pertumbuhan % A Pendapatan (a.1+a2+a3) 548,984,358, ,945,311, ,351,524, ,053,848, a.1 Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) 52,038,626,800 60,930,305,487 73,048,124,668 87,136,779, a.1.1 Pajak Daerah 29,080,749,923 32,846,011,943 41,702,398,090 52,636,034, a.1.2 Retribusi Daerah 10,453,081,758 11,920,199,597 14,969,534,147 21,090,549, a.1.3 Hasil pengolahan kekayaan daerah yang dipisahkan 6,309,556,085 7,570,037,958 7,437,357,543 7,560,925, a.1.4 Lain-lain pendapatan daerah yang sah 6,195,239,034 8,594,055,989 8,938,834,888 5,849,270, a.2 Dana Perimbangan ( Transfer ) 457,942,789, ,275,813, ,276,577, ,029,992, a.2.1 Dana bagi hasil 34,553,915,236 36,129,701,474 37,854,084,411 30,899,715, a.2.2 Dana alokasi umum 379,246,074, ,552,312, ,962,003, ,929,217, a.2.3 Dana alokasi khusus 44,142,800,000 57,593,800,000 46,460,490,000 78,201,060, a.3 Lain-lain pendapatan yang sah 39,002,942, ,739,192, ,026,822, ,887,076, a.3.1 Hibah 1,150,000, ,595,680, a.3.2 Dana darurat 0.00 a.3.3 Dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada Kabupaten 13,281,971,903 18,283,235,061 24,702,094,660 20,000,000, a.3.4 Dana penyesuaian dan dana otonomi khusus 13,281,971, ,657,158,680 61,779,343,000 85,365,439, a.3.5 Bantuan keuangan dari provinsi / pemda lainnya 11,288,998,220 15,798,798,890 17,545,384,830 16,925,957, B Belanja (b1+b2) 583,425,622, ,572,483, ,888,020, ,784,512, b.1 Belanja Tidak Langsung 368,355,095, ,186,811, ,162,090, ,452,441, b.1.1 Belanja pegawai 344,792,670, ,458,506, ,835,158, ,866,256, b.1.2 Bunga 1,413,893, ,075, ,058,535 27,000, b.1.3 Subsidi

44 b.1.4 Hibah 1,150,000, ,595,680, b.1.5 Bantuan social 7,390,579,000 5,557,686,565 5,291,660,000 4,856,966, b.1.6 Belanja bagi hasil 327,680, ,352, ,968, ,312, b.1.7 Bantuan Keuangan 12,845,243,950 13,824,853,276 13,452,051,191 14,244,345, b.1.8 Belanja tidak terduga 435,028,000 1,141,337, ,192,850 3,516,881, b.2 Belanja Langsung 215,070,526, ,385,671, ,725,930, ,332,070, b.2.1 Belanja pegawai 17,584,038,485 41,506,088,160 47,352,540,705 65,306,292, b.2.2 Belanja barang dan jasa 62,389,176,097 83,484,188,634 96,355,920, ,401,168, b.2.3 Belanja modal 135,097,312, ,395,395, ,017,468, ,624,608, C Pembiayaan 21,472,483,082 18,951,832,185 27,146,919, ,712, Surplus / Defisit Anggaran 16,514,770,882 13,903,418,515 27,146,919, ,712, Sumber : Laporan Realisasi APBD Tahun DDPKAD 27

45 Tabel 2.6 Rekapitulasi Realisasi Belanja Sanitasi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Tahun No SKPD Tahun Rata2 Pertumbuhan (%) 1 PU dan Tata Ruang 1.a Investasi 1,781,100, ,966,391,000 2,440,473, b Oprasional / Pemeliharaan ( OM ) 720,714, ,039,345 21,600, BLH 2.a Investasi 60,000,000 21,500, ,013,000 76,850, b Oprasional / Pemeliharaan ( OM ) 3,750,000 5,000,000 8,500,000 6,000, Pemukiman dan Kebersihan 3.a Investasi 547,869,000 1,083,530, ,193,000 4,058,456, b Oprasional / Pemeliharaan ( OM ) 237,600, ,500, ,675, ,015, DINKES 4.a Investasi 296,885, ,360, ,161, ,420, b Oprasional / Pemeliharaan ( OM ) 64,116,000 21,950,000 45,500,000 20,200, BAPPEDA 5.a Investasi ,905, ,500, b Oprasional / Pemeliharaan ( OM ) - - 2,095,000 18,820, a Investasi 6.b Oprasional / Pemeliharaan ( OM ) 7 7.a Investasi 28

46 7.b Oprasional / Pemeliharaan ( OM ) 8 Belanja Sanitasi 3,712,034,486 3,920,530,000 4,285,472,345 7,661,334, Total Pendanaan Investasi Sanitasi 2,685,854,000 3,680,080,000 3,218,663,000 7,110,699, Total Pendanaan Operasional / Pemeliharaan (OM) 1,026,180, ,450,000 1,066,809, ,635, Belanja Langsung 215,070,526, ,385,671, ,725,930, ,332,070, Proporsi Belanja Sanitasi - Belanja Langsung Proporsi Investasi Sanitasi - Total Belanja Sanitasi Proporsi OM Sanitasi - Total Belanja Sanitasi Sumber : Laporan Realisasi APBD Tahun Bappeda Tabel 2.7 Perhitungan pendanaan Sanitasi oleh APBD Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Tahun N0 Uraian Belanja Sanitasi Rata Rata pertumbuhan 1 Belanja sanitasi ( ) 3,712,034, ,920,530, ,285,472, ,661,334, Air Limbah Domestik 1,145,814, ,062,000 1,308,756,345 1,522,793, Sampah Rumah Tangga 849,219,000 1,284,530,000 1,258,381,000 4,625,321, Draenase Perkotaan 1,356,000,000 1,671,628,000 1,484,674,000 1,172,600, PHBS 361,001, ,310, ,661, ,620, Dana Alokasi Khusus ( ) 1,031,233, ,855,800 1,114,880,700 3,010,526, DAK Sanitasi 1,031,233, ,855,800 1,114,880,700 3,010,526, DAK Lingkungan Hidup Perumahan dan Pemukiman 0 3 Pinjaman/Hiba untuk Sanitasi 0 4 Bantuan Keuangan Propinsi Untuk Sanitasi 0 Belanja APBD murni untuk Sanitasi (1-2-3 ) 2,680,801,486 3,243,674,200 3,170,591,645 4,650,808, Total Belanja Langsung 215,070,526, ,385,671, ,725,930, ,332,070, % APBD Murni terhadap Belanja Langsung

47 Tabel 2.8 Belanja sanitasi perkapita kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Tahun No Deskripsi Tahun Rata-rata % 1 Total Belanja Sanitasi Kabupaten 3,712,034,486 3,920,530,000 4,285,472,345 7,661,334,750 4,894,842,895 2 Jumlah Penduduk 312, , , , ,487 Belanja Sanitasi Perkapita ( 1/2 ) 11,872 12,013 13,176 22,960 15,085 Sumber : Laporan Realisasi APBD Tahun Bappeda Tabel 2.9 Realisasi dan Potensi retribusi Sanitasi Perkapita kab. Pangkajene dan Kepulauan Tahun No 1 Retribusi Air Limbah SKPD Retribusi Sanitasi Tahun (Rp ) Pertubuhan % 1.a Realisasi Retribusi b Potensi Retribusi Retribusi Sampah 2.a Realisasi Retribusi 32,568,000 43,360,000 54,280,000 67,850, b Potensi Retribusi 46,000,000 46,000,000 62,120,000 74,544, Retribusi Drainase 3.a Realisasi retribusi

48 3.b Potensi retribusi Total Realisasi retribusi Sanitasi ( 1.a + 2.a + 3.a ) 32,568,000 43,360,000 54,280,000 67,850, Total Potensi Retribusi Sanitasi ( 1.b + 2.b + 3.b ) 46,000,000 46,000,000 62,120,000 74,544, Proporsi Total Realisasi Potensi Retribusi Sanitasi (4/5) Sumber : Laporan Realisasi APBD Tahun Bappeda No Deskripsi Tabel 2.10 Tabel Peta Ekonomi kab. Pangkajene dan Kepulauan Tahun Tahun Rata-rata % 1 PDRB harga konstan (Struktur Perekonomian ) (Rp ) 1,994,195,700 2,231,291,000 3,071,341,500 4,478,439,490 2,943,816,922 2 Pendapatan Perkapita Kabupaten (Rp) 229, , , , ,371 3 Pertumbuhan Ekonomi (%) Sumber : Laporan Realisasi APBD Tahun Bappeda 31

49 2.4. Tata Ruang Wilayah Tujuan Penataan Ruang Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan yaitu Mewujudkan Penataan Ruang Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan yang nyaman, aman, produktif dan berkelanjutan melalui Pengembangan minapolitan, agropolitan, dan Industri dengan memajukan sektor unggulan berupa sumber daya alam serta pariwisata lokal yang mewujudkan ciri khas wilayah maritim kepulauan yang menjunjung kearifan lokal menuju masyarakat sejahtera Strategi Kebijakan dan pengembangan tata ruang wilayah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan dilakukan dengan lebih awal memperhatikan kebijakan dan strategi dalam rencana tata ruang wilayah provinsi dan nasional yang berkaitan dengan wilayah atau bagian dari wilayah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan untuk selanjutnya dijabarkan dan dipadukan kedalam rencana tata ruang wilayah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. Dengan demikian aspek sinkronisasi dan keterpaduan tatanan pengelolaan tata ruang wilayah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan lebih terbuka dan akomodatif terhadap kegiatan berbagai pemangku kepentingan baik secara nasional, regional dan lokal dengan tetap memperhatikan keseimbangan aspek ekologis (fungsi lindung) maupun aspek ekonomi (fungsi budidaya) kawasan Kebijakan dan Strategi Pengembangan Tata Ruang Wilayah Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang Kebijakan pengembangan struktur ruang wilayah Kabupaten Pangkajene dan Kepauan meliputi : a. pengembangan sistem pusat-pusat kegiatan. b. pengembangan sarana dan prasarana wilayah; c. peningkatan fungsi kawasan lindung; d. peningkatan sumber daya hutan produksi; e. peningkatan sumber daya lahan pertanian, perikanan dan potensi wilayah pesisir serta pulau-pulau kecil, perkebunan dan peternakan; f. pengembangan potensi pariwisata; g. pengembangan potensi koperasi UMKM; h. pengembangan potensi pertambangan dikelola berasaskan keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup; i. pengembangan potensi industri; 32

50 j. pengembangan potensi perdagangan; k. pengembangan potensi pendidikan; l. pengembangan potensi permukiman; m. peningkatan kualitas sumber daya manusia; dan n. peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan Negara; o. penataan ruang wilayah dengan memperhatikan mitigasi bencana. (1). Strategi pengembangan sistem pusat-pusat kegiatan sebagaimana dimaksud terdiri atas : a. meningkatkan interkoneksi antar kawasan perkotaan yang meliputi Pusat Kegiatan Wilayah (PWK), Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLP), Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) yang meliputi seluruh ibukota kecamatan, dan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL), antar kawasan perkotaan dengan kawasan perdesaan, serta antar kawasan perkotaan dengan wilayah sekitarnya; b. mendorong pembangunan Kota Pangkajene sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) di Sulawesi Selatan melalui pembangunan infrastruktur secara terpadu baik internal maupun eksternal wilayah; c. mendorong pembangunan Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLP) di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan sebagai bagian wilayah pengembangan PKLP di Provinsi Sulawesi Selatan d. mengembangkan kawasan perkotaan PPK dan PPL sebagai pusat pertumbuhan agar lebih kompetitif dan lebih efektif dalam mendorong pengembangan wilayah sekitarnya; e. mendorong kawasan perkotaan, pusat-pusat pertumbuhan agar lebih produktif, kompetitif dan lebih kondusif secara berkelanjutan, serta lebih efektif dalam mendukung pengembangan wilayah sekitarnya; dan f. mengendalikan perkembangan kawasan perkotaan yang berwawasan lingkungan dan produktif. (2) Strategi pengembangan sarana dan prasarana wilayah terdiri atas : a. meningkatkan dan mengembangkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana wilayah yang didasarkan pada skala kebutuhan; b. mengembangkan dan meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi dan informasi, energi dan sumberdaya air 33

51 yang berhierarkis, sinergis, terpadu dan merata diseluruh wilayah PKW, PKLp, PPK dan PPL; c. meningkatkan dan mengembangkan kualitas sistem jaringan prasarana dalam mewujudkan keterpaduan pelayanan transportasi darat dan laut; d. mengembangkan akses jaringan jalan menuju kawasan pertanian, perkebunan, perikanan, pariwisata dan industri serta daerah-daerah yang masih terisolir; e. meningkatkan kualitas dan keterpaduan pelayanan jaringan prasarana transportasi inter dan antar wilayah; f. meningkatkan jaringan energi dengan pemanfaatan sumber daya terbarukan yang ramah lingkungan dalam sistem kemandirian energi dan mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan tenaga listrik; g. meningkatkan kualitas dan kuantitas jaringan irigasi dan mewujudkan keterpaduan sistem jaringan sumber daya air; h. meningkatkan kualitas jaringan prasarana persampahan secara terpadu melalui penerapan konsep 4R (rethinking, reduce, reuse dan recycling) dengan paradigma sampah sebagai bahan baku industri menggunakan teknik pemprosesan modern di perkotaan berbentuk Tempat Pemprosesan Akhir (TPA), dan teknik pengolahan konvensional di perdesaan yang menghasilkan kompos maupun bahan baku setengah jadi; i. mengarahkan sistem pemprosesan akhir sampah dengan metode sanitary landfill; dan j. meningkatkan kualitas jaringan prasarana sanitasi melalui pengelolaan limbah terpadu dan/atau instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT). (3) Strategi peningkatan fungsi kawasan lindung terdiri atas : a. melestarikan ekologi wilayah pada kawasan hutan lindung yang ditetapkan oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan yang terdapat di Kecamatan Balocci, Kecamatan Bungoro, Kecamatan Mandalle, Kecamatan Ma rang, Kecamatan Segeri dan Kecamatan Tondong Tallasa; b. merevitalisasi fungsi kawasan lindung yang telah menurun akibat pengembangan kegiatan budidaya, dalam rangka mewujudkan dan memelihara keseimbangan ekosistem wilayah, khususnya DAS kritis; c. mewujudkan kawasan hutan lindung sesuai dengan kondisi ekosistemnya dengan luas paling sedikit 30% dari DAS dan pantai; 34

52 d. menyediakan RTH minimal 30% dari luas kawasan perkotaan; e. memelihara lingkungan hidup dari tekanan perubahan dan/atau dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya; f. mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau tidak langsung menimbulkan perubahan sifat fisik lingkungan yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi dalam menunjang pembangunan yang berkelanjutan. (4) Strategi peningkatan sumber daya hutan produksi terdiri atas : a. mengembangkan areal lahan hutan produksi secara selektif; b. mengembangkan agro forestry di areal sekitar hutan lindung sebagai zona penyangga yang memisahkan hutan lindung dengan kawasan budidaya terbangun; c. meningkatkan produksi hasil hutan dari hasil kegiatan budidaya tanaman hutan dalam kawasan hutan produksi; d. mendukung kebijakan moratorium logging dalam kawasan hutan serta mendorong berlangsungnya investasi bidang kehutanan yang diawali dengan kegiatan penanaman/rehabilitasi hutan. (5) Strategi peningkatan sumber daya lahan pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan terdiri atas : a. mempertahankan areal sentra produksi pertanian lahan basah secara berkelanjutan terutama di daerah perdesaan; b. meningkatkan kualitas lahan pertanian tanaman holtikultura yang terpadu dengan pengembangan agropolitan; c. mengembangkan areal lahan komoditas perkebunan daerah perdesaan di kabupaten sebagai komoditas unggulan;. d. meningkatkan intensitas budidaya ternak besar dan ternak kecil lainnya; e. meningkatkan kemampuan dan teknologi budidaya perikanan dan perikanan tangkap termasuk budidaya rumput laut; f. meningkatkan kegiatan budidaya perikanan yang terpadu dengan pengembangan minapolitan; g. meningkatkan potensi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi kawasan h. mengembangkan komoditas perikanan dilakukan secara luas oleh masyarakat 35

53 maupun badan usaha yang diberi izin di wilayah yang telah ditetapkan oleh pemerintah setempat. (6) Strategi pengembangan potensi pariwisata terdiri atas : a. mengembangkan wisata permandian alam mattampa dan permandian alam amputtang yang ramah lingkungan bertaraf regional di Propinsi Sulawesi Selatan dalam mendukung peningkatan perekonomian daerah; b. mengembangkan potensi wisata tirta yang terpadu dengan wisata budaya di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, meliputi Kolam Renang Bungoro, Pantai pasir putih Maccini Baji, dan Pulau Suci mustika langka yang terletak di Kecamatan Liukang Tuppabiring melalui pelestarian perairan pantai, dengan memperkaya tanaman mangrove untuk mengembangkan ekosistem bawah laut termasuk terumbu karang dan biota laut yang dapat di jadikan obyek wisata taman laut; c. mengembangkan sarana dan prasarana penunjang kepariwisataan; d. mempertahankan dan melestarikan kawasan situs budaya dan mengembangkan objek wisata sebagai pendukung daerah tujuan wisata bertaraf internasional; e. mengembangkan prasarana dan sarana akomodasi dan transportasi untuk kegiatan kepariwisataan; f. meningkatkan dan mengembangkan akses yang menghubungkan objek-objek wisata di wilayah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan; dan g. melestarikan dan mengembangkan tradisi khas sebagai daya tarik wisata; h. menjaga dan melestarikan peninggalan bersejarah; i. meningkatkan pencarian/penelusuran terhadap benda bersejarah untuk menambah koleksi budaya; j. merencanakan kawasan wisata sebagai bagian dari urban/regional desain untuk keserasian lingkungan; k. meningkatkan peranserta masyarakat dalam menjaga kelestarian obyek wisata, dan daya jual/saing; l. mengembangkan promosi dan jaringan industri pariwisata secara global. (7) Strategi pengembangan potensi koperasi dan UMKM terdiri atas : a. menciptakan iklim yang kondusif bagi investasi yang mendukung kegiatan pengembangan perkoperasian; b. menciptakan penguatan kelembagaan koperasi dan UMKM; 36

54 c. penyusunan bahan perumusan kebijakan teknis perencanaan pengembangan Koperasi UMKM; d. penataan pengembangan koperasi pedesaan dan perkotaan; e. penguatan permodalan bagi Koprasi UMKM; f. menciptakan suasana yang kondusif dalam menjadikan koperasi sebagai sokoguru perekonomian nasional; g. fasilitasi kemudahan perizinan bagi Koperasi UMKM; h. pembinaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan terhadap pengembangan perkoperasian. (8) Strategi pengembangan potensi pertambangan terdiri atas : a. menciptakan iklim yang kondusif bagi investasi yang mendukung kegiatan pertambangan; b. mengembangkan pertambangan yang berwawasan lingkungan; c. mengembankan kawasan pertambangan dilakukan dengan mempertimbangkan potensi bahan galian, kondisi geologi dan geohidrologi dalam kaitannya dengan kelestarian lingkungan; d. mengelolah kawasan bekas penambangan melalui kegiatan rehabilitasi/reklamasi sesuai dengan zona peruntukan yang ditetapkan dengan melakukan penimbunan tanah subur dan/atau bahan-bahan lainnya sehingga menjadi lahan yang dapat digunakan kembali sebagai kawasan hijau, ataupun kegiatan budidaya lainnya dengan tetap memperhatikan aspek kelestarian lingkungan hidup; e. mempertimbangkan faktor ekonomi pengembangan dengan mengutamakan aktivitas yang lebih menguntungkan dan bermanfaat bagi pembangunan Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan secara keseluruhan; f. melakukan penyusunan amdal pada kawasan-kawasan potensial pertambangan guna menghindari kemungkinan rusaknya lingkungan hidup; g. penyiapan konsep kontrak karya pertambangan yang mengakomodir lapangan kerja dan kebutuhan masyarakat lokal. (9) Strategi pengembangan potensi industri terdiri atas : a. mengembangkan sentra produksi yang berorientasi ke pengembangan industri pada suatu kawasan khusus, yakni Kawasan Industri Pangkajene dan Kepulauan (KIPA) di Kecamatan Bungoro; 37

55 b. menciptakan iklim yang kondusif bagi investasi untuk mendukung kegiatan industri; c. mengembangkan kawasan industri dengan mempertimbangkan aspek ekologis dan mampu menyerap banyak tenaga kerja lokal; d. mengelolah kegiatan industri dengan mempertimbangkan keterkaitan proses produksi mulai dari industri dasar/hulu dan industri hilir serta industri antara, yang dibentuk berdasarkan pertimbangan efisiensi biaya produksi, biaya keseimbangan lingkungan dan biaya aktifitas sosial; dan setiap kegiatan industri sejauh mungkin menggunakan metoda atau teknologi ramah lingkungan dan harus dilengkapi dengan dokumen pengelolaan lingkungan termasuk upaya pengelolaan terhadap kemungkinan adanya bencana industri; e. mengelolah dan mengendalikan aktivitas perindustrian yang menggunakan bahan baku sumber daya alam untuk meminimalisir timbulnya dampak negatif terhadap lingkungan; f. mengembangkan kawasan industri di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan terutama berbasis hasil komoditi sektor-sektor kehutanan, pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan dalam menunjang kegiatan minapolitan dan agropolitan; g. mengembangkan usaha industri kecil dan industri mikro yang tidak mengganggu kehidupan di kawasan permukiman. (10) Strategi pengembangan potensi perdagangan terdiri atas : a. mengembangkan pusat perdagangan skala sedang diarahkan berkembang di Ibukota Kabupaten dan Pusat perdagangan skala yang lebih kecil diarahkan pembangunannya di ibukota-ibukota Kecamatan; b. merevitalisasi pasar-pasar tradisional dalam mendukung pengembangan ekonomi kerakyatan. c. mengembangkan akses yang menghubungkan pusat-pusat perdagangan dengan sentra-sentra produksi pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan dan industri; d. meningkatkan prasarana jalan untuk angkutan komoditi dari sentra sentra produksi ke pusat-pusat perdagangan; e. mengembangkan pasar hasil industri pertanian, peternakan, perkebunan, dan perikanan yang terpadu di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan; 38

56 f. meningkatkan akses koperasi dan UMKM terhadap modal, perlengkapan produksi, informasi, teknologi dan pasar. (11) Strategi pengembangan potensi pendidikan terdiri atas : a. meningkatkan dan megoptimalkan pusat pendidikan Politani Segeri sebagai pusat pendidikan yang berorientasi pada pengembangan perikanan; b. meningkatkan dan mengoptimalkan fungsi kawasan pendidikan di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan melalui pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi serta seni dan budaya; c. menyelenggarakan pendidikan sebagai pusat ilmu pengetahuan terutama mendukung pengembangan pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, industri kerajinan, perdagangan, pariwisata dan pemerintahan; d. memenuhi kapasitas dan mendistribusi secara proporsional fasilitas STK, Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah, Sekolah Kejuruan dan Pendidikan Tinggi di PKW, PKLp, PPK dan PPL; e. mencegah dan mengendalikan tumbuh berkembangnya perumahan dan permukiman di kawasan lindung termasuk kawasan lindung setempat, seperti di hutan lindung, lahan dengan kemiringan di atas 30%, bantaran sungai dan pantai; f. mencegah pembangunan perumahan di daerah rawan bencana seperti erosi/tanah longsor, banjir dan abrasi pantai; g. membangun dan mengembangkan permukiman di tengah kota terutama di PKW, PKLp, PKK dan PPL yang padat penduduknya diarahkan pembangunan perumahannya secara vertikal; dan h. mengembangkan permukiman perdesaan dan pesisir pantai berlandaskan nilai budaya lokal seperti bangunan berlantai panggung. (12) Strategi pengembangan potensi permukiman terdiri atas : a. mencegah dan mengendalikan tumbuh berkembangnya perumahan dan permukiman di kawasan lindung termasuk kawasan lindung setempat, seperti di hutan lindung, lahan dengan kemiringan di atas 30%, bantaran sungai dan pantai; b. mencegah pembangunan perumahan di daerah rawan bencana seperti erosi/tanah longsor, banjir dan abrasi pantai; 39

57 c. membangun dan mengembangkan permukiman di tengah kota terutama di PKW, PKLp, PKK dan PPL yang padat penduduknya diarahkan pembangunan perumahannya secara vertikal; dan d. mengembangkan permukiman perdesaan dan pesisir pantai berlandaskan nilai budaya lokal seperti bangunan berlantai panggung. (13) Strategi peningkatan kualitas sumber daya manusia terdiri atas : a. membangun kompetensi dan kapasitas baik melalui pendidikan formal maupun non formal bagi angkatan kerja di sektor-sektor kehutanan, pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, pariwisata, industri, perdagangan, permukiman, sarana, prasarana dan pemerintahan; b. mengembangkan pendidikan kearifan lokal baik dalam pendidikan formal maupun informal termasuk memasukkannya sebagai bagian bahan ajar di tingkat pendidikan dasar dan menengah; c. mengembangkan sistem konsultasi, pendampingan, monitoring, evaluasi dan penghargaan berbasis kinerja bagi pelaku kegiatan; dan d. meningkatkan kualitas SDM melalui kemudahan akses dalam memperoleh pendidikan minimal 9 Tahun, kesehatan dan melaksanakan ibadah sesuai dengan agama yang dianut oleh masyarakat. (14) Strategi untuk meningkatkan fungsi kawasan pertahanan dan keamanan meliputi: a. mendukung penetapan kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan; b. menyusun perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian pemanfaatan ruang, memperhatikan kepentingan pertahanan keamanan; c. mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak terbangun di sekitar kawasan pertahanan dan keamanan sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan tersebut dengan kawasan budidaya terbangun; d. mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan pertahanan untuk menjaga fungsi dan peruntukannya; dan e. turut serta menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan dan keamanan negara. (Lihat Peta 2.4 Rencana Pola Ruang Kabupaten Toraja Utara) 40

58 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pola Ruang Wilayah 1. Rencana pola ruang wilayah kabupaten meliputi rencana kawasan lindung dan kawasan budidaya; 2. Rencana pola ruang wilayah Kabupaten digambarkan dalam peta rencana pola ruang dengan tingkat ketelitian skala 1 : sebagai Lampiran 7, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan daerah ini. Kebijakan pengembangan pola ruang wilayah kawasan lindung terdiri atas : a.kebijakan dan strategi pengembangan kawasan hutan lindung; b.kebijakan dan strategi pengembangan kawasan perlindungan setempat; c.kebijakan dan strategi pengembangan kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya; d.kebijakan dan strategi pengembangan Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan rawan bencana alam; e.kebijakan dan strategi pengembangan kawasan lindung geologi. Kawasan hutan lindung diarahkan pengelolaan dan pengembangannya terdiri atas : a. pengendalian kegiatan budidaya yang telah berlangsung lama dalam kawasan hutan lindung; b. pengembalian fungsi hidrologis kawasan hutan yang telah mengalami kerusakan dengan reboisasi; c. percepatan rehabilitasi hutan/reboisasi hutan lindung dengan tanaman yang sesuai dengan fungsi lindung; d. pemantauan kegiatan yang diperbolehkan di kawasan hutan lindung agar tidak mengganggu fungsi lindung; dan e. rencana Pengembangan Hutan Lindung (HL) yang terdapat di Kecamatan Minasa Te ne,balocci, Tondong Tallasa,Bungoro,Segeri dan Mandalle Dengan luas total 7.701,71 ha. 1. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya adalah kawasan resapan air 2. Kawasan resapan air terdapat di Kecamatan Balocci, Tondong Tallasa,Bungoro,Segeri dan Mandalle 41

59 1. Kawasan perlindungan setempat terdiri atas : a.kawasan sempadan pantai; b. kawasan sempadan sungai; c. kawasan ruang terbuka hijau perkotaan; dan d. kawasan kearifan lokal. 2. Kawasan sempadan pantai terdapat di kawasan pesisir pantai Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan sepanjang kurang lebih 45,60 Km, yang terdapat di Kecamatan Mandalle, Kecamatan Segeri, Kecamatan Ma rang, Kecamatan Labakkang, Kecamatan Minasate ne, dan Kecamatan Pangkajene, dengan ketentuan : a. daratan sepanjang tepian laut dengan jarak minimal 100 meter dari titik pasang air laut tertinggi ke arah darat; atau b. daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik pantainya curam atau terjal dengan jarak proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik pantai. c.permukiman yang sudah ada di kawasan sempadan pantai perlu dikendalikan aktifitasnya d.mencegah pembuangan sampah dan limbah rumah tangga langsung ke pantai/badan air. e. mengatur saluran drainase terutama saluran limbah rumah tangga agar tidak langsung masuk ke badan air tetapi ditampung terlebih dahulu dalam lobang resapan di setiap halaman rumah dan/atau ditampung dan dikelola di bak penampungan/ipal. f. pengendalian kegiatan yang telah ada di kawasan sempadan pantai dengan mengarahkan kegiatan untuk mengembalikan fungsi kawasan sebagai fungsi lindung. g. menetapkan zona aman dan evakuasi pada pesisir yang berpotensi tsunami dan merencanakan perwilayahan pesisir yang mengacu pada mitigasi bencana. h.fungsi dari pemanfaatan sempadan pantai yaitu penanaman kembali atau pelestarian hutan bakau dan mangrove di sempadan pantai sebagai pencegah terjadinya gelombang pasang dan abrasi. 42

60 3. Kawasan sempadan sungai terdapat di sepanjang bantaran Sungai Segeri, Sungai Pangkajene, Sungai Kalibone, Sungai Ci dokang, Sungai Tagari, Sungai Tombolo, Sungai Senggerang dan anak sungai lainnya dan anak sungai lainnya baik yang mengalir di kawasan perkotaan maupun di luar kawasan perkotaan dengan ketentuan : a. daratan sepanjang tepian sungai besar tidak bertanggul diluar kawasan permukiman dengan lebar 100 (seratus) meter dari tepi sungai; b.daratan sepanjang tepian anak sungai tidak bertanggul diluar kawasan permukiman dengan lebar paling sedikit 50 (lima puluh) meter dari tepi sungai; dan c. untuk sungai dikawasan permukiman berupa sempadan sungai yang diperkirakan cukup untuk dibangun jalan inspeksi antara meter; d. fungsi sungai sebagai halaman depan, dan bukan sebagai halaman belakang yang berfungsi sebagai tempat pembuangan limbah. 4. Kawasan sekitar mata air terdapat di Kecamatan Segeri dan Kecamatan Mandalle, dengan ketentuan perlindungan sekurang-kurangnya dengan jari-jari 200 meter di sekitar mata air. 5.Kawasan ruang terbuka hijau berupa Ruang Terbuka Hijau Perkotaan (RTHP) yang ditetapkan minimal dengan luas 30 % dari luas kawasan terbangun, meliputi 20% RTHP publik dan 10% RTHP privat, berada di Ibukota Kabupaten dan Ibukota Kecamatan. 6. Kawasan kearifan lokal adalah kawasan Kerajaan Segeri (Kediaman Bissu) di Kecamatan Segeri dan Kawasan Songka Bala di Kecamatan Liukang Tupabbiring ditetapkan berdasarkan ketetapan adat yang berlaku. 7. Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya terdiri atas : a. kawasan pantai berhutan bakau; b.kawasan taman nasional; c.kawasan taman wisata alam laut; dan d.kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan. 8. Kawasan pantai berhutan bakau dengan luas keseluruhan adalah Ha, yang penyebarannya meliputi: a.kawasan pantai berhutan bakau terdapat di Kecamatan Mandalle; b.kawasan pantai berhutan bakau terdapat di Kecamatan Segeri; 43

61 c. kawasan pantai berhutan bakau terdapat di Kecamatan Ma rang; d. kawasan pantai berhutan bakau terdapat di Kecamatan Labakkang; e. kawasan pantai berhutan bakau terdapat di Kecamatan Bungoro; f. kawasan pantai berhutan bakau terdapat di Kecamatan Pangkajene dengan luas kurang lebih 32,70 Ha; g. kawasan pantai berhutan bakau terdapat di Pulau Sagara, Sabangko dan Bangko-Bangkoang Kecamatan Liukang Tuppabbiring; h. kawasan pantai berhutan bakau terdapat di Pulau Kapoposang Bali, Satanger, Sailus Besar, Sailus Kecil, Aloang, Pelokang Besar, Pelokan Kecil, Sapuka Kecamatan Liukang Tangaya; dan i. kawasan pantai berhutan bakau terdapat di Pulau Dewakang Lompo, Bangko-Bangkoang, Doangdoangan Caddi, Kalu-kalukuang, Pammas Kecamatan Liukang Kalmas. 9. Kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung yang berada di wilayah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan di Kecamatan Balocci; 10. Kawasan taman wisata alam laut Kepulauan Kapoposang; 11. Kawasan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan terdiri dari : a. taman Purbakala Sumpang Bita dan Gua Bulu Sumi di Kecamatan Balocci yang merupakan tempat peninggalan zaman prasejarah pada masa lampau; b. kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung di Kecamatan Balocci; c. gua lukisan purbakala Leang Pattenung, Leang Kassi, Leang Limbubbuka, Leang Caddia,Lambuto, Leang ujung Bulu, Leang Kajuara, Leang saka pao, Leang Bulu Ribba, Leang Camming kana, Leang Sassang, Leang batang Lamara, Leang Sapiria, Leang Ulu Tedong, leang Garunggung, Leang saluka, Leang maccina, Leang Lesang, leang Cumi Lantang,dan Leang Lompoa di Kecamatan Minasa Te ne, Leang Biringere Kecamatan Bungoro, Leang Bulu Balang, Leang Lasi Tae, dan Leang pamelakang Tedong Kecamatan Labakkang. 12. Kawasan rawan bencana alam terdiri atas: a. kawasan rawan tanah longsor; dan b. kawasan rawan banjir. 44

62 13. Rwan tanah longsor berada di Kecamatan Tondong Tallasa, Balocci, dan Bungoro; dan 14.Kawasan rawan banjir di Kecamatan Pangkajene, Labakkang dan Bungoro. 15 Kawasan lindung geologi terdiri atas: a.kawasan rawan bencana alam geologi; dan b.kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah. 16.Kawasan rawan bencana alam geologi terdiri atas: a. kawasan rawan tsunami, terdapat di wilayah pulau-pulau yang meliputi wilayah pulau di Kecamatan Liukang kalmas dan Liukang Tangaya; dan b. kawasan rawan abrasi, terdapat di wilayah pesisir pantai di Kecamatan Pangkajene, Bungoro, Labakkang, Ma rang, Segeri, Mandalle. 17. Kawasan perlindungan terhadap air tanah terdiri atas: kawasan sekitar mata air, terdapat di Kecamatan Segeri dan Kecamatan Mandalle 45

63 Peta 2.3. Rencana Struktur ruang Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan 46

64 Peta 2.4. Rencana Pola ruang Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan 47

65 2.5. Sosial Dan Budaya Salah satu faktor utama keberhasilan pembangunan di di suatu daerah adalah tersedianya sumber daya manusia yang berkualitas. Dimana sumber daya tersebut tercipta melalui tingkat pendidikan yang memadai. Kualitas yang memadai diperlukan penduduk untuk meningkat kualitas hidup mereka. Tingginya permintaan jasa pendidikan menuntut tersedianya penyelenggara pendidikan yang makin bermutu. Secara nasional pendidikandiselenggarakan baik oleh pemerintah maupun oleh swasta. Di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan jumlah sarana pendidikan tahun 2012 terdiri dari Sekolah Dasar sebanyak 301 buah dan Untuk Swasta 4 buah dengan jumlah murid sebanyak anak dan diasuh Guru, untuk jenjang yang lebi tinggi SLTP Negeri 80 buah dan swasta 9 buah dengan jumlah murid anak didik yang diasuh oleh orang Guru, Untuk jenjang Sekolah Menengah Umum ( SMU Negeri 7 buah, swasta 4 buah, dan SMK Negeri 4 buah) dengan anak didik yang diasuh oleh 968 orang guru. (Lihat Tabel 2.9 Fasilitas Pendidikan Yang Tersedia di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan) Berdasarkan data BPS, angka kemiskinan pada tahun 2012 sebesar jiwa atau 17,06 persen, dari data tersebut cenderung mengalami penurunan dari tahun 2010 yang sebesar 19 persen. Sedangkan data dari Sekretariat Tim Nasional Percepatan Penangggulangan Kemiskinan (TNP2K) pada Tahun 2012 untuk Perlindungan Sosial angka penduduk dengan tingkat kesejahteraan 10-30% terendah sebesar jiwa atau Kepala Keluarga. (Lihat Tabel 2.10 Jumlah Penduduk Miskin dan Rumah Per Kecamatan) Tabel 2.11 Fasilitas Pendidikan di Kab. Pangkajene dan Kepulauan Jumlah Sarana Pendidikan No Kecamatan Umum Agama SD SLTP SLTA SMK MI MTs MA 1 Liukang Tangaya Liukang Kalmas Liukang Tupabbiring Liukang Tupabbiring Utara Pangkajene Minasatene Balocci Tondong Tallasa Bungoro Labakkang Ma rang Segeri Mandalle JUMLAH Sumber : Kab. Pangkajene dan Kepulauan Dalam Angka Tahun

66 Tabel 2.12 Jumlah Penduduk Miskin dan Rumah Per Kecamatan No Kecamatan Jumlah Keluarga Miskin (KK) 1 Liukang Tangaya Liukang Kalmas Liukang Tupabbiring Liukang Tupabbiring Utara Pangkajene Minasatene Balocci Tondong Tallasa Bungoro Labakkang Ma rang Segeri Mandalle 1,308 Total 13,294 Sumber : Basis Data Terpadu TNP2K Tahun 2012 Pangkajene dan Kepulauan Dalam Angka Tahun 2013 Tabel 2.13 Jumlah Rumah Per Kecamatan No Kecamatan Jumlah Rumah 1 Liukang Tangaya Liukang Kalmas Liukang Tupabbiring Liukang Tupabbiring Utara Pangkajene Minasatene Balocci Tondong Tallasa Bungoro Labakkang Ma rang Segeri Mandalle Total Sumber : Data BPSTahun 2012 Pangkajene dan Kepulauan Dalam Angka Tahun

67 2.6. Kelembagaan Pemerintah Daerah Struktur Organisasi Tata Kelola Pemerintah di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Nomor 7 Tahun 2010 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Kabupaten Toraja Utara, Peraturan Daerah Kabupaten Toraja Utara Nomor 8 Tahun 2010 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Dinas Dinas Daerah Kabupaten Toraja Utara dan Peraturan Daerah Kabupaten Toraja Utara Nomor 9 Tahun 2010 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah dan Lembaga Lain Kabupaten Toraja. Satuan Kerja Perangkat Dearah pemerintah Kabupaten Toraja Utara yang masuk dalam Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi adalah sebagai berikut : Sekretariat Daerah Kabupaten Toraja Utara, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Toraja Utara, Dinas Kesehatan (DINKES) Kabupaten Toraja Utara, Dinas Tata Ruang dan Permukiman (DTRP) Kabupaten Toraja Utara, Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Toraja Utara, Badan Pengendalian Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPPLH) Kabupaten Toraja Utara dan Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Lembang (BPMPL) Kabupaten Toraja Utara.(Lihat Gambar 2.1 Struktur Organisasi Pemerintah Daerah Kabupaten Toraja Utara) 50

68 Gambar 2.1 Struktur Organisasi Pemerintah Daerah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan BUPATI WAKIL BUPATI DPRD SEKRETARIAT DAERAH Sekretariat DPRD Bag. Persidangan dan Risalah Bag. Keuangan Bag. Umum STAF AHLI Hukum dan Politik Pemerintahan Pembangunan Kemasyarakatan ASISTEN TATA PRAJA Bag. Tata Pemerintahan Bag. Hukum Bag. Organisasi dan Kepegawaian ASISTEN EKBANG & Bag. Ekonomi Bag. Pembangunan Bag. Olah Raga & Pemuda Bag. Kesejahteraan Rakyat ASISTEN ADMINISTRASI Bag. Humas, Protokol & PDE Bag. Umum Bag. Perlengkapan Bag. Keuangan Ekonomi dan Keuangan KECAMATAN DINAS DAERAH LEMBAGA TEKNIS DAERAH KELURAHAN 1. Dinas Pendidikan Nasional 2. Dinas Pekerjaan Umum 3. Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika 4. Dinas Kelautan dan Perikanan 5. Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi 6. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah 7. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata 8. Dinas Pertanian dan Kehutanan 9. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil 10. Dinas Koperasi, UKM, Perindag dan Pertambangan dan Energi 1. Inspektorat Kabupaten 2. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) 3. Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan 4. Badan Kepegawaian Daerah 5. Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB 6. Kantor Lingkungan Hidup 7. Kantor Pelayanan Terpadu dan Penanaman Modal 8. Kantor Perpustakaan dan Arsip 9. Kantor Satuan Polisi Pamong Praja 10. Rumah Sakit Umum Daerah 51

69 Gambar 2.2. Struktur SKPD Yang Terkait Dalam Pembangunan Sanitasi kabupaten Pangkajene dan Kepulauan B U P A T I BAPPEDA Bidang Sumber Daya Alam dan Prasarana Wilayah DINAS PERMUKIMAN DAN TATA RUANG Bidang Pengelolaan Sumber Daya Air DINAS KESEHATAN Bidang Pencegahan dan Penyehatan Lingkungan KP4 Bidang Permukiman dan Perumahan BLHD Bidang Pencegahan dan Penyehatan Lingkungan BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PEMERINTAHAN LEMBANG Bidang Teknologi Tepat Guna dan SDA DINAS PENDIDIKAN Bidang SEKRETARIAT DAERAH Bagian Hubungan Masyarakat Keterangan : Mandat Tupoksi Langsung (Stakeholder Utama) Mandat Tupoksi Tidak Langsung (Stakeholder Mitra) 52

70 2.1. Komunikasi Dan Media Media dan komunikasi berfungsi untuk mengidentifikasi tentang pengalaman dan kapasitas Kabupaten Pangkajene dan kepulauan dalam menjalankan kampanye sanitasi serta sejauh mana pemahaman mereka mengetahui peran media massa dalam mendukung pembangunan sanitasi. Aspek komunikasi dan informasi menjadi hal penting saat permsalahan sanitasi menjadi hal yang tidak populer dan menjadi isu yang tidak penting dikalangan masyarakat.(lihat Tabel 2.14.Kegiatan Komunikasi Terkait Sanitasi dan Tabel 2.15.Media Komunikasi dan Kerjasama terkait Sanitasi) 53

71 Tabel Kegiatan Komunikasi Terkait Sanitasi No Kegiatan Tahun 1 Penyuluhan di sekolah sekolah Dsar tentang Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) Dinas Pelaksana 2014 Dinas Kesehatan Tujuan Kegiatan Khalayak Sasaran Pesan Kunci Pembelajaran Siswa Siswi Sekolah Dasar dapat melakukan CTPS dengan baik dan teratur Murid murid sekolah Dasar semua Desa. Dengan CTPS anak anak kita terhindar dari penyaki diare dan hidup lebih sehat Menurunkan angka anak yang terserang penyakit diare 2 Penyuluhan Pengelolaan Air Minum dan Sanitasi 2014 Dinas PU dan Tata Ruang Meningkat kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi air minum yang memenuhi standar kesehatan dan pengelolaan sanitasi Masyarakat umum lokasi Krgiatan Pamsimas Pemenuhan air minum standar kesehatan dan pengelolaan sanitasi yang ramah lingkungan Program berbasis masyarakat lebih langsung dirasakan dampaknya oleh masyarakat 3. Penyuluhan di masyarakat tentang Stop BABS 2013 Dinas Kesehatan Masyarakat memahami pentingnya Stop BABs Masyarakat Lembang/Kelurahan Dengan stop BABs, kita terhindar dari penyakit dan hidup lebih sehat Menurunkan angka Penyakit Diare di Masyarakat Sumber: Bagian Humas Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan 54

72 Tabel Media Komunikasi dan Kerjasama terkait Sanitasi Jenis Media No (a) 1. Radio Torani : Penyiaran sanitasi dan Talk Show malah banjir 2. TV Kabel Palanro: penyiaran liputan tentang sanitasi Khalayak (b) Masyarakat Umum terutama masyarakat yang bertempat tinggal di daerah banjir. Masyarakat Umum dan Masyarakat Target target tentang Sanitasi. Pendanaan (c) Produksi dan penyiaran dari Radio Torani, nara sumber dan data informasi dari Pokja Sanitasi. Dengan Sukarela untuk menyiarkan tentang Sanitasi baik tentang air Limbah maupun tentang Persampahan Isu yang Diangkat (d) Keterlibatan Masyarakat dalam Pencegahan Risiko Banjir Mengajak masyarakat untuk sadat buang sampah pada tempatnya dan tidak BAB sembarangan. Pesan Kunci (e) Bersama-sama mencegah banjir dan mengurangi risiko banjir. Dengan kesadaran menjaga kebersihan dan tidak membuang sampah sembarangan adalah orang yang bersih dan beriman. Efektivitas (f) Dari responden masyarakat mengaku mendengar informasi tentang pencegahan banjir dari dari Radio Torani. Tayangan TV kabel membantu meyakinkan Masyarakat untuk ikut menjaga kebersihan lingkungan. Sumber: Bagian Humas Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan 55

73 BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH KABUPATEN PANGKAJENE DANKEPULAUAN Penilaian Profil Sanitasi merupakan gambaran lengkap dan menyeluruh baik teknis maupun nonteknis dan mencakup berbagai aspek tentang sanitasi di Kabupaten Pangkajene dan kepulauan baik yang bersumber dari data primer maupun sekunder. Secara umum kondisi pengelolaan sanitasi Kabupaten Pangkajenen dan kepulauan masih belum memadai hal ini dikarenakan beberapa faktor, utamanya masih terbatasnya infrastruktur pengelolaan sanitasi seperti masih belum maksimalnya pengelolaan persampahan disebabkan oleh TPA belum layak, dari sisi cakupan pelayanan persampahan juga masih terbatas pada kawasan perkotaan hal ini dikarenakan armada pengangkutan sampah masih kurang dan banyak yang rusak. Sektor pengelolaan air limbah domestik juga demikian, sampai saat ini sarana Instalasi Pengelolaan Air limbah (IPAL) maupun Instalasi Pengelolaan Lumpur Tinja (IPLT) yang ada di Kabupaten Pangkajenen dan kepulauan belum terolah dengan baik dan tingkat layanannya masih sangat terbatas.untuk sub sektor pengelolaan drainase perkotaansampai saat ini, belum tersusunnya rancangan masterplan drainase Kabupaten Pangkajene dan kepulauan sehingga intervensi program sub sektor drainase tidak terencana dengan baik. 56

74 3.1 Wilayah Kajian Sanitasi Wilayah kajian dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pangkajene dan kepulauan meliputi 11 (Sebelas) kecamatan sebagai kecamatan penyangga Kabupaten Pangkajene dan kepulauan yaitu Kecamatan Pangkajene, Kecamatan Minasate ne, Kecamatan Balocci, Kecamatan Tondong Tallasa, Kecamatan Bungoro, Kecamatan Labakkang, Kecamatan Ma rang, Kecamatan Segeri, Kecamatan Mandalle, dan Kecamatan Liukang Tuppabiring Utara.(Lihat Peta 3.1.Peta Wilayah Kajian Sanitasi Kabupaten Pangkajene dan kepulauan) 57

75 Peta 3.1 : Peta Wilayah Kajian Sanitasi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan 58

76 3.2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ( PHBS ) Terkait Sanitasi Kondisi kesehatan di Kabupaten Pangkajene dan kepulauan tidak bisa dilepaskan dari beberapa faktor yang ikut mempengaruhi seperti tingkat pendidikan masyarakat dan tingkat ekonomi masyarakat yang masih rendah turut memberi andil terhadap rendahnya derajat kesehatan masyarakat. Perilaku masyarakat yang belum sesuai dengan Pola Hidup Bersih dan Sehat memberi andil pada rendahnya derajat kesehatan masyarakat. Pada dasarnya penyakit-penyakit yang terjadi pada masyarakat ini bisa dicegah bila masyarakat secara sadar dan mau menerapkan pola hidup sehat serta menjaga lingkungannya agar tetap bersih dan sehat. Selain dari terbatasnya kegiatan Promosi Higiene dan Sanitasi juga karena minimnya jumlah dan kualitas sumber daya manusia (SDM) kesehatan di berbagai unit pelayanan kesehatan yang menyebabkan tidak optimalnya kinerja unit-unit pelayanan tersebut. Sehingga perlu peningkatan SDM baik secara kuantitas maupun kualitas tenaga kesehatan yang ada di Kabupaten Pangkajene dan kepulauan. Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan kondisi penyehatan lingkungan di suatu wilayah yang mana perlu penyadaran pada diri masing-masing individu untuk berperilaku sehat demi manjamin kondisi kesehatan masyarakat pada lingkungannya. Sesuai dengan lingkup study EHRA, fokus pembahasan Promosi Higiene dan Sanitasi dalam Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pangkajene dan kepulauan berada pada tatanan rumah tangga dan tatanan sekolah. Kedua tatanan ini dipandang sebagai pilar utama yang memiliki kontribusi besar terhadap tatanan Promosi Higiene dan Sanitasi secara keseluruhan. Bila dalam tatanan rumah tangga baik maka perilaku hidup bersih dalam semua tatanan akan baik pula, baik dalam lingkungan sekitar maupun terhadap lingkungan yang lebih luas. Dan untuk menjamin kontinuitas dan peningkatan kualitas Promosi Higiene dan Sanitasi jangka panjang diperlukan dukungan dan atau pembinaan pada lingkungan sekolah. Sebagai sarana pembelajaran, sekolah memiliki peranan strategis untuk memperkenalkan cara hidup bersih dan sehat kepada anak didik tentang bagaimana menciptakan suasana kehidupan bermasyarakat yang bersih dan sehat, yaitu yang dimulai dari individu, rumah tangga, kelompok, dan lingkungan. 59

77 Tatanan Rumah Tangga Pada tatanan rumah tangga di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan perilaku hidup bersih dan sehat dipengaruhi oleh tingkat partisipasi dan pola pikir masyarakat dalam melakukan tindakan pengelolaan sektor sanitasi di lingkungannya, maka untuk mendorong itu kegiatan Promosi dan Higiene dan Sanitasi menjadi sangat penting. Melalui berbagai program dan kegiatan promosi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat diharapkan agar masing-masing jajaran organisasi, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah, dapat mewujudkan masyarakat yang sadar akan pentingnya perilaku hidup sehat bagi kesehatan dirinya, keluarga dan masyarakat di sekitarnya. Akses informasi tentang sanitasi yang diperoleh rumah tangga di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan lebih dominan didapatkan dari kegiatan penyuluhanpenyuluhan yang dilakukan petugas puskesmas, selain itu informasi sanitasi juga diperoleh dari berbagai sumber seperti dari tayangan televisi, koran, papan himbauan, dll. (Lihat Gambar 3.1 Grafik CTPS di lima waktu penting ) Gambar 3.1 CTPS di Lima Waktu Penting Sumber : Kajian Study EHRA

78 Perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS) Hasil kajian EHRA menunjukkan, bahwa kepemilikan jamban bagi rumah tangga penduduk di kabupaten Pangkajene dan kepulauan sudah lumayan tinggi yaitu yang menggunakan jamban pribadi 61.50% dan yang Perilaku BABS relatif masih besar yaitu 38.50%. Perilaku BABS lebih banyak ke Pinggir Laut, sungai, kebun, dan pekarangan, perilaku ini tidak terbatas pada masyarakat perdesaan maupun perkotaan yang tinggal dipinggi pantai,maupun masyarakat yang tinggal di bantaran sungai.. (Lihat Gambar 3.2 Grafik Perilaku BABS) Gambar 3.2 Grafik Perilaku BABS Sumber : Kajian Study EHRA 2014 Pengelolaan Air Minum Kabupaten Pangkajene dan kepulauan merupakan kabupaten yang topografinya Pegunungan dan kepulauan yang untuk di pegunungan menggunakan dari mata air dan untuk kepulauan potensi air tawar kurang dam masyarakat memakai sumur gali. Khusus untuk kawasan perkotaan sumber air minum diperoleh dari layanan PDAM sedangkan daerah pedesaan diperoleh dari sumber-sumber air dari alam seperti dari mata air. Dalam pengelolaan air untuk diminum berdasarkan study EHRA menyimpan air yang sudah diolah ditempat aman dan tidak tercemar sebesar 77.8%. dan masih ada penyimpanan air yang sudah diolah tetapi tidak aman dan tercemar sebesar 22.2%. (Lihat Gambar 3.3 Grafik Pengelolaan Air Minum) 61

79 Gambar 3.3 Grafik Pengelolaan Air Minum Sumber : Kajian Study EHRA 2014 Perilaku Pengelolaan Sampah Perilaku pengelolaan sampah menurut kajian Study EHRA, masih menggambarkan suatu perilaku yang tidak sesuai dengan harapan.hasil pengamatan menunjukkan 79.80% Masyarakatbelum melakukan pengelolahan Sampah. Hanya % masyarakat yang sadar dan untuk melakukan pengelolahan sampah. (Lihat Gambar 3.4 Grafik Pengelolaan Sampah Setempat) Gambar 3.4 Grafik Pengelolaan Sampah Setempat Sumber : Kajian Study EHRA

80 Perilaku Pengelolaan Sistem Pembuangan Air Limbah (SPAL) Potensi pencemaran karena SPAL cukup tinggi, dari hasil kajian study EHRA didapat bahwa angka pencemaran karena SPAL di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan 66.80%. Penyebab utama hal ini adalah karena SPAL yang berfungsi di Kabupaten Toraja Utara hanya sekitar 33.20% selebihnya tidak ada SPAL di lingkungan dan walaupun ada tidak dapat berfungsi dengan baik. (Lihat Gambar 3.5 Grafik Pencemaran Karena SPAL) Gambar 3.5 Grafik Pencemaran Karena SPAL Sumber : Kajian Study EHRA Tatanan Sekolah Kondisi perilaku hidup bersih dan sehat pada lingkungan sekolah dapat dilihat dari ketersedian dan kondisi fasilitas sanitasi di sekolah seperti toilet dan tempat cuci tangan, tempat sampah, SPAL dan pengetahuan tentang kesehatan di sekolah. Di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan sebagian besar sekolah baik di tingkat taman kanak-kanak (TK), SD/MI, SMP/MTs, maupun SMA/MA, telah menyediakan fasilitas dan sarana sanitasi sekolah. Namun dari segi kelayakan tidak sesuai dengan sarat kesehatan dan pengelolaan prasarana dan sarana sanitasi masih perlu adanya peningkatan, hal ini selain karena keterbatasan anggaran terkait penyediaan sarana sanitasi, kurangnya kesadaran 63

81 untuk ber PHBS di lingkungan sekolah menjadi penyebab kurangnya perhatian akan perilaku hidup bersih dan sehata di lingkungan sekolah. Kegiatan Promosi Higiene dan Sanitasi di sekolah terus digalakkan salah satunya dengan kegiatan peyuluhan disekolah dan perlombaan Unit Kesehatan Sekolah antar sekolah di Kabupaten Pangkajene dan kepulauan.(lihat Tabel 3.1Rekapitulasi Jumlah Sarana Air bersih dan Sanitasi tingkat Sekolah Dasar) 64

82 Tabel 3.1: Rekapitulasi Jumlah sarana air bersih dan sanitasi tingkat Sekolah DasarI 1 No Status Sekolah Dasar Sekolah Dasar Negeri Jumlah Sekola h 224 Jumlah Siswa Jumlah Guru L P L P PDA M Sumber Air Bersih Toilet Guru Toilet Siswa SPT/ PL SGL T L/P L dan P T L/P L dan P Fas. Cuci tangan Fasilita s Pengola han sampah Saluran Drainase T Y T Y T Y T Sekolah Dasar Swasta MI Total Sumber : Kajian Sanitasi Sekolah Tahun

83 Tabel 3.2 Kondisi Sarana Sanitasi Sekolah Tingkat Sekolah Dasar NO Kondisi Sarana Sanitasi % Sangat Baik % Baik % Kurang Baik 1 Toilet Guru 35,25 40,34 24,41 2 Toilet Siswa 20,31 37,48 42,21 3 Fasilitas Cucu tangan pakai 18,28 60,41 21,31 sabun ( CTPS ) 4 Sarana Air Bersih 11,84 57,44 30,32 5 Penelolahan Sampah 18,89 51,38 29,73 6 Saluran Drainase 8,28 40,38 51,33 7 Ketersediaan Dana untuk 23,74 48,91 27,35 higiene dan Sanitasi 8 Pendidikan Higiene dan Sanitasi 33,52 47,21 19,27 Sumber : Kajian Sanitasi Sekolah Tahun 2014 Tabel 3.3 PHBS terkait Sanitasi Sekolah Tingkat Sekolah Dasar NO PHBS Terkait Sanitasi Baik % Kurang Baik % 1 Cuci Tangan Pakai Sabun , ,25 2 Pengunaan Toilet , ,75 3 Perilaku Buang Sampah , ,25 Sumber : Kajian Sanitasi Sekolah Tahun

84 3.3. Pengelolaan Air Limbah Domestik Kelembagaan Kementerian Pekerjaan Umum dan Dinas Tata Ruang,Menpunyai indikator layanan dasar penyehatan lingkungan permukiman untuk air limbah permukiman (air limbah domestik) adalah penyediaan sistem air limbah setempat yang memadai sebesar 60 %, dan sistem air limbah skala komunitas/kawasan/kota sebesar 5%, oleh dinas yang membidangi pekerjaan umum. Pada Kabupaten Pangkajene dan kepulauan pengelolaan air limbah domestik menjadi tupoksi lintas SKPD yang mana secara teknis menjadi kewenangan Dinas PU dan Tata Ruang. Pengelolaan air limbah domestik juga berkaitan erat dengan tupoksi SKPD Badan Lingkungan Hidup dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah terutama dalam hal perumusan kebijakan, pengawasan maupun pembinaan. Institusi pemerintahan tersebut memiliki korelasi yang kuat, dimana Dinas PU dantata Ruang berperan sebagai operator karena lebih bersifat teknis, dan Badan Lingkungan Hidup serta Badan Perencanaan Pembangunan Daerah lebih memainkan peran sebagai regulator. Upaya-upaya preventif dan promotif menjadi bagian penting yang tidak terpisahkan dari rangkaian kegiatan pengelolaan air limbah domestik sehingga peran dari Dinas Kesehatan juga bersifat penting. (Lihat Tabel 3.6 Daftar Pemangku Kepentingan Dalam Pengelolaan Air Limbah Domestik, Tabel 3.7 Daftar Peraturan Terkait Air Limbah Domestik) 67

85 Tabel 3.4 Daftar Pemangku Kepentingan Dalam Pengelolaan Air Limbah Domestik PEMANGKU KEPENTINGAN FUNGSI Pemerintah Kab. Swasta Masyarakat Perencanaan Menyusun Target Pengelolaan Air Limbah domestik skala kabupaten Menyusun rencana program air limbah domestik dalam rangka pencapaian target Menyusun rencana anggaran program air limbah domestik dalam rangka pencapaian target Pengadaan Sarana Menyediakan sarana pembuangan awal air limbah domestik Membangun sarana pengumpulan dan pengelolaan awal (tangki septik) Menyediakan sarana pengangkutan dan tangki septik ke IPLT (truk Tinja) Membangun jaringan dan saluran pengaliran limbah dari sumber ke IPAL (pipa kolektor) Membangun sarana IPLT dan atau IPAL - - Pengelolaan Menyediakan layanan penyedotan lumpur tinja - - Mengelola IPLT dan atau IPAL - Melakukan penarikan retribusi penyedotan lumpur tinja Memberikan izin usaha pengelolaan air limbah domestik dan atau penyedotan air limbah domestik Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas teknis bangunan (tangki septik, dan saluran drainase lingkungan) dalam pengurusan IMB

86 Pengaturan dan Pembinaan Mengatur prosedur penyediaan layanan air limbah domestik (pengangkutan, personil, peralatan, dll) Melakukan Sosialisasi Peraturan dan Pembinaan dalam hal Pengelolaan Air limbah Domestik Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan air limbah domestik Monitoring dan Evaluasi Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan air limbah domestik skala kabupaten Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan air limbah domestik Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan air limbah domestic, dan atau menampung serta mengelola keluhan atas layanan air limbah domestik Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap baku mutu air limbah domestik Sumber : BLH Tabel 3.5 Daftar Peraturan Terkait Air Limbah Domestik Peraturan Air Limbah Domestik Target Capaian Pelayanan Pengelolaan Air Limbah Domestik Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam penyediaan layanan pengelolaan Air Limbah Domestik Kewajiban dan sanksi bagi pemerintah Kab/Kota dalam memberdayakan masyarakat dan badan usaha dalam pengelolaan Air Limbah Domestik Ketersediaan Ada Tdk Ada Efektif Pelaksanaan Belum efektif Tidak efektif Ket 69

87 Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat dan atau pengembang untuk menyediakan sarana pengelolaan Air Limbah Domestik di hunian umum Keawajiban dan sanksi bagi Industri rumah tangga untuk menyediakan sarana pengelolaan Air Limbah Domestik di tempat usaha Kewajiban dan sanksi bagi kantor untuk menyediakan sarana pengelolaan Air Limbah Domestik di tempat umum Kewajiban pengelolaan air limbah domestik untuk masyarakat, industri rumah tangga, dan kantor pemilik tangki septik Retribusi pengelolaan air limbah domestik Tata cara perizinan untuk kegiatan pembangunan air limbah domestik bagi kegiatan permukiman, usaha rumah tangga, dan perkantoran Sumber : BLH Sistem dan Cakupan Pelayanan Air limbah domestik di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan dikelola secara onsite (setempat), dimana sistem pembuangan air limbah dilakukan secara individual, diolah dan dibuang di tempat. Sistem ini meliputi tangki septik, cubluk dan resapan. Sedangkan untuk tangki, suspek aman masih cukup besar yaitu 66.30%.(Lihat Gambar 3.6 Grafik Tempat Penyaluran Akhir Tinja, Gambar 3.7 Grafik Persentase Tangki Suspek Aman dan Tidak Aman) 70

88 Gambar 3.6 Grafik Tempat Penyaluran Akhir Tinja Sumber : Kajian Study EHRA 2014 Gambar 3.7 Grafik Persentase Tangki Suspek Aman dan Tidak Aman Sumber : Kajian Study EHRA

89 Gambar 3.8: Diagram Sistem Sanitasi pengelolaan air limbah domestik Diagram Sistem Sanitasi Air Limbah Domestik Produk Input (A) User Interface (B) Pengumpulan dan Penampungan / Pengolahan Awal (C) Pengangkutan / Pengaliran (D) (Semi) Pengolahan Akhir Terpusat (E) Daur Ulang dan/atau Pembuangan Akhir Black Water + Grey Water Halaman dan Kebun 72

90 Tabel 3.6: Cakupan layanan air limbah domestik yang ada di Kabupaten/Kota Sarana tidak layak Sarana Layak No Nama Kecamatan/ Kelurahan BAB S (KK) Cubluk, Tangki septik tidak aman (KK) Onsite System Offsite System Individual Berbasis Komunal Kawasan / terpusat Jamban keluarga dgn tangki septik aman (KK) MCK umum /Jamban Bersama (KK) MCK+ + (KK) Tangki Septik Komu nal (KK) IPAL Kom unal (KK) Sambung an Rumah (KK) (i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) (viii) (ix) (x) I Kec. Liukang Tuppabiring Utara Desa Mattiro Bulu Desa Mattiro Walie Desa Mattiro kanja Desa mattiro bombing Desa mattiro Labangeng Desa Mattiro baji Desa mattiro Uleng II Kecamatan Pangkajene Kel. Sibatua Kel. Bonto Perak Kel. Anrong Appaka Kel. Tekolabbua Kel. Jagong Kel. Tumampua Kel. Padoang Doangan Kel. Pabundukang Kel. Mappasaile III Kecamatan Minasate'ne Kel. Bonto Langkasa Kel. Minasate'ne Desa Kaba

91 4 Desa Panaikang Kel. Boto Kio Kel. Biraeng Desa Kalabirang Kel. Bontoa IV Kecamatan Balocci Kel. Kassi Kel. Tonasa Kel. Balocci Baru Kel. Balleangin Desa Tompo Bulu V Kecamatan Tondong Tallasa 1 Desa Bulu Tellue Desa Malaka Desa Bantimurung Desa Tondong Kura Desa Lanne Desa Bonto Birao VI Kecamatan Bungoro Kel. Boriappaka Desa Bulu Cindea Ke. Bowong Cindea Kel. Samalewa Kel. Sapanang Desa Biring Ere Desa mangilu Desa Tabo Tabo VII Kecamatan Labakkang Kel. Borimasunggu Kel. Mangallekana Desa Batara Desa Tawareang Desa bara batu Kel. Liang Kassi Desa patallassang Kel. Labakkang Kel. Pundata

92 baji 10 Desa Bonto mania Desa manakku Desa Gentung Desa Kanaungan VIII Kecamatan Ma'rang Desa Talaka Desa Attang Salo Desa Padang Lampe Desa Alesipitto Kel. Ma'rang Kel. Bonto Bonto Desa Pitue Desa Pitu Sunggu Desa Tamangap Desa Pun'ranga IX Kecamatan Sigeri Kel. Bonto Matene Kel. Bonto Matene Desa Parenreng Kel. Sigeri Desa Bawasolo Desa Bone X Kecamatan Mandalle Desa Benteng Desa manggalung Desa Boddie Desa Tamarupa Desa Coppo Tompong Desa mandalle

93 Tabel 3.7: Kondisi Prasarana dan Sarana Air Limbah Domestik No Jenis Satuan Kondisi Keterangan Jumlah/ Berfung Tdk Kapasitas si berfungsi (i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) Sistem Onsite 1 Berbasis komunal - IPAL Komunal unit MCK ++ unit Tangki septik komunal unit Truk Tinja unit IPLT : kapasitas M3/har i Sistem Offsite 4 IPAL Kawasan/Terpusat - kapasitas M3/har i sistem

94 Peta. 3.2 Peta Cakupan Layanan Pengelolaan Air Limbah Domestik 77

95 Peran serta Masyarakat Pengelolaan air limbah masih membutuhkan perhatian serius dan perlu melibatkan berbagai pihak, tidak saja pemerintah tetapi yang paling utama adalah masyarakat itu sendiri karena selain sebagai obyek, saat ini masyarakat diharapkan lebih banyak memainkan peran dalam berbagai aspek pembangunan termasuk sektor sanitasi. Pemenuhan sarana dan prasarana tentu saja sangat penting dalam pembangunan sektor sanitasi tetapi capaian tujuan secara menyeluruh selalu bermuara pada sejauhmana penyediaan sarana dan prasarana tersebut dapat memberikan manfaat bagi perbaikan kualitas hidup masyarakat. Karena pada kenyataannya, ketersediaan sarana dan prasarana hanya dapat berdampak positif jika masyarakat dapat memanfaatkan secara baik, yang berarti pengetahuan, wawasan dan tingkat kesadaran masyarakat merupakan bagian yang memiliki intervensi sangat signifikan dalam pembangunan sektor sanitasi terlebih mengenai pengelolaan air limbahkabupaten Pangkajene dan kepulauan, dimana masih sebagian Masyarakatnya terdapat angka buta huruf, tingkat pendidikan relatif masih minim, kondisi perekonomian yang masih membutuhkan perhatian jauh lebih besar terutama masyarakat berpenghasilan rendah, serta aksesibilitas yang relatif masih sulit, tentu saja mempengaruhi pola pikir dan perilaku hidup yang masih sangat bergantung pada kebijakan, serta belum begitu mengedepankan pentingnya pola hidup bersih dan sehat. Dalam konteks rumah tangga, kaum perempuan cukup terlibat namun dalam pengambilan keputusan masih didominasi oleh laki-laki, padahal dalam pengelolaan sanitasi posisi perempuan sebenarnya sangat strategis dan memiliki pengaruh sangat besar. Sehubungan dengan hal tersebut maka upaya-upaya pemberdayaan masyarakat, pengarusutamaan jender serta pelibatan masyarakat berpenghasilan rendah dalam pengelolaan air limbah maupun sektor sanitasi secara umum, seharusnya dapat menjadi salah satu prioritas dan target capaian pembangunan. (Lihat Tabel 3.8 Program kegiatan Air Limbah Domestik berbasis Masyarakat Tabel 3.9 Pengelolaan SaranaAir limbah Domestik oleh masyarakat 78

96 Tabel 3.8: Daftar Program/Kegiatan Air Limbah Domestik Berbasis Masyarakat No Nama Program/Kegiata n Pelaksana/ PJ Lokasi Tahun Progra m/kegia tan Penerima manfaat L P Jumla h Sarana Kondisi Sarana Saat Ini ) Berfungs i Tidak Berfungs i 1 PNPM Mandiri Pedesaan Pembuatan MCK Umum TPK dan Masyarakat Desa Mattiro kanja Kec. Liukang Tuppaburing Utara Berfungs I PNPM Mandiri Pedesaan Pembuatan MCK Umum TPK dan Masyarakat KelurahanJago ng Kec. Pangkajene Berfungsi 2 PNPM Mandiri Pedesaan Pembuatan MCK Umum TPK dan Masyarakat Desa Balocci Baru Kec. Balocci Berfungsi 1 Tidak berfungsi PNPM Mandiri Pedesaan Pembuatan MCK Umum TPK dan Masyarakat Desa Tompo Bulu Kec. Balocci Berfungsi 1 Tidak berfungsi PNPM Mandiri Pedesaan Pembuatan MCK Umum TPK dan Masyarakat Desa Malaka Kec.Tondong Tallasa Berfungsi 3 tidak berfungsi PNPM Mandiri Pedesaan Pembuatan MCK Umum TPK dan Masyarakat Desa Biring Ere Kec. Bungoro berfungsi PNPM Mandiri Pedesaan Pembuatan MCK Umum TPK dan Masyarakat Desa Tabo Tabo Kec. Bungoro Berfungsi PNPM Mandiri Pedesaan Pembuatan MCK Umum TPK dan Masyarakat Desa bara batu Kec. Labakkang Berfungsi PNPM Mandiri Pedesaan Pembuatan MCK Umum TPK dan Masyarakat Desa patallassang Kec. Labakkang berfungsi 2 tidak berfungsi 79

97 PNPM Mandiri Pedesaan Pembuatan MCK Umum TPK dan Masyarakat Kel. Pundata baji Kec. Labakkang berfungsi PNPM Mandiri Pedesaan Pembuatan MCK Umum TPK dan Masyarakat Desa Padang Lampe Kec. Ma rang Tidak berfungsi PNPM Mandiri Pedesaan Pembuatan MCK Umum TPK dan Masyarakat Desa Pitu SungguKec. Ma rang berfungsi 1 tidak berfungsi Total Unit 25 Unit 10 Unit Sumber Data : Data Sekunder Pokja, kunjungan lapangan N o Jenis Sarana Tabel 3.9: Pengelolaan sarana air limbah domestik oleh Masyarakat Tahun Sarana Dibang un Lokasi 1 MCK 2010 KelurahanJagon g Kec. Pangkajene 2 MCK 2010 Desa Balocci Baru Kec. Balocci 3 MCK 2011 Desa Tabo Tabo Kec. Bungoro 4 MCK 2012 Desa bara batu Kec. Labakkang Lembag a Pengelol a Pasar Pengelol a Pasar Pengelol a Obyek Wisata Pengelol a Pasar Pengelola Kondisi Biaya operasi dan pemeliharaan Aktif Rp. 2000/ orangbiaya pemeliharaan Aktif Rp. 2000/ orangbiaya pemeliharaan Aktif Rp. 1000/ orangbiaya pemeliharaan Aktif Rp. 1000/ orangbiaya pemeliharaan Pengosongan tangki septik/ipal Waktu Sumber Data : Data Sekunder Pokja, wawancara dengan Masyarakat dan kunjungan lapangan Layana n Komunikasi dan Media Sanitasi dan kepedulian masyarakat tidak dapat lepas dari komunikasi dimana dalam komunikasi terdapat pengirim pesan, media komunikasi, pesan yang ingin disampaikan, alat komunikasi yang digunakan serta sasaran komunikasi. Untuk itu dilakukan studi komunikasi dan pemetaan media yang merupakan salah satu 80

98 studi yang dilakukan oleh pokja PPSP Kabupaten Pangkajene dan kepulauan dalam rangka penyusunan buku putih. Media memiliki peran penting dalam mendorong perubahan perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat serta higienis. Informasi mengenai pengelolaan persampahan melalui media secara umum jarang dilakukan, baik melalui media cetak maupun media elektronik. Sejauh ini sejumlah media yang ada belum dimanfaatkan secara optimal dalam sosialisasi mengenai kebijakan yang berkaitan dengan pengelolaan persampahan. Informasi selama ini masih dilakukan secara insidentil berdasarkan program SKPD terkait, antara lain melalui spanduk atau papan himbauan. Pemerintah Kabupaten Pangkajene dan kepulauansampai saat ini belum melakukan kerjasama dengan berbagai media informasi. Akan tetapi mengingat pentingnya peran media dalam memberikan informasi kepada masyarakat maka kedepan Pemerintah Kabupaten Pangkajene dan kepulauanakan bekerjasama dengan beberapa media yang ada di Kabupaten Pangkejene dan kepulauan.(lihat Gambar 3.9Kegiatan Penyuluhan atau sosialisasi yang pernah diikuti dikabupaten) Gambar 3.9. Kegiatan penyuluhan atau sosialisasi yang pernahdiikuti di Kabupaten Cuci tangan Pakai Sabun 30% Belum pernah 6% Masalah Sampah dan Kebersihan Lingkungan 13% Air Limbah dan Jamban Keluarga 7% Saluran Air Kotor / Draenase 4% Air Bersih 18% Stop Buang Air Besar Sembarangan 22% Sumber : Kajian Media dan Komunikasi Tahun

99 Peran Swasta Penyedia layanan pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Pangkajene dan kepulauan tidak ada yang dilakukan pihak masyarakat maupun dari dunia usaha atau pihak swasta. Sampai saat ini di Kabupaten Pangkajene dan kepulauan belum ada pihak swasta yang berkontribusi terhadap kegiatan pengelolaan air limbah domestik kecuali lembaga pemberdayaan masyarakat seperti Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM). (Lihat Tabel 3.10Penyedia Layanan Air Limbah Domestik) Tabel 3.10 Penyedia layanan air limbah domestik yang ada di Kabupaten No Nama Provider/Mitra Potensial Tahun mulai operasi/ Berkontribusi Jenis kegiatan/ Kontribusi Terhadap Sanitasi Volume Potensi Kerjasama Sumber Data :Tidak ada Data Pelayanan Air Limbah Domestik Pendanaan dan Pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja, baik belanja investasi maupun operasional dan pemeliharaan yang dilakukan Pemerintah Daerah melalui SKPD terkait yang berwenang dalam operasi pengelolaan air limbah domestik pada Tahun Anggaran 2013 sebesar Rp tumbuh sebesar 57.21% dari Tahun Anggaran Anggaran tersebut sepenuhnya membiayai kegiatan investasi berupa pembangunan sarana MCK sedangkan untuk kegiatan operasional dan pemeliharaan sejak tahun 2010 sampai tahun 2013 belum teralokasikan sama sekali. Adapun retribusi yang bersumber dari kegiatan sub sektor air limbah domestik belum ada karena pengelolaan maupun regulasinya juga belum tersedia. (Lihat Tabel 3.11 Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Sanitasi Komponen Air Limbah Domestik, Tabel 3.12 Realisasi dan Potensi Retribusi Air Limbah Domestik) 82

100 Tabel 3.11 Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Sanitasi Komponen Air Limbah Domestik No 1 Sub Sektor Air Limbah Domestik Belanja (Rp) Rata - rata Pertu m buhan (%) 1.a Investasi ,488, Oprasional / 1.b Pemeliharaan ( ,069, OM ) Perkiraan Biaya OM 1.c berdasarkan ,710, Infrastruktur terbangun Sumber : Laporan Realisasi APBD Tahun Bappeda Tabel 3.12 Realisasi dan Potensi Retribusi Air Limbah Domestik No Sub Sektor 1 Air Limbah Domestik Belanja (Rp) Pertum buhan (%) 1.a Realisasi Retribusi b Potensi Retribusi Sumber : Laporan Realisasi APBD Tahun DPPKAD Permasalahan mendesak Ada beberapa isu pokok yang mengemuka terkait sistem sanitasi pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Pangkajene dan kepulauan antara lain bahwa sebagian besar pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Pangkajene dan kepulauan mennggunakan on site system dimana limbah buangan langsung dialirkan ke sungai. Sistem kelembagaan sanitasi masih lemah,kondisi ini menuntut adanya peningkatan kapasitas layanan pengelolaan air limbah, terutama 83

101 dalam meningkatkan kepedulian dan kesadaran masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, sehingga tatanan pengelolaan air limbah domestik memenuhi harapan. Untuk mendorong peningkatan kesadaran masyarakat untuk hidup bersih dan sehat maka dukungan maka perlu dukungan media komunikasiuntuk memberi informasi mengenai pentingnya hidup bersih dan sehat di masyarakat. Permasalahan mendesak yang menjadi prioritas di Kabupaten Pangkajene dan kepulauan pada sektor air limbah domestik lebih kepada penyediaan sarana dan prasarana seperti sarana Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) terpusat maupun komunal dan Instalasi Pengelolaan Limbah Tinja (IPLT).(Lihat Tabel 3.13 Permasalahan Mendesak ) Tebel 3.13: Permasalahan Mendesak Permasalahan Mendesak 1. Belum ada sistim pengolahan limbah domestik yang memenuhi syarat sehingga air limbah domestik masih berpotensi mencemari air tanah dan air permukaan/sungai. 2. Sistem pengelolaan air limbah masih menggunakan sistem on site sehingga pencemaran air sungai oleh limbah domestik mengakibatkan tingginya angka kuman pada air sungai, sehingga tidak layak dijadikan sumber air baku air minum 3. Sistem kelembagaan sanitasi masih lemah,kondisi ini menuntut adanya peningkatan kapasitas layanan pengelolaan air limbah 4. Sarana dan prasarana limbah domestik IPAL dan IPLT belum ada sehingga potensi pencemaran cukup tinggi. Sumber : Kesepakatan Pokja Sanitasi 84

102 PokjaSanitasi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan 3.4. Pengelolaan Persampahan Kawasan Kota Rantepao dan sekitarnya merupakan kota sasaran pelayanan/pengelolaan sampah di Kabupaten Pangkajene dan kepulauan dimana masih mengacu pada pola lama hal ini dikarenakan keterbatasan sumber daya manusia baik dari petugas pengelolaan sampah maupun masyarakat penghasil sampah serta sarana dan prasarana yang memadai sehingga apa yang diamanatkan oleh Undang- Undang 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah belum bisa diterapkan Kelembagaan Berdasarkan orientasi kerja dan kesepadanan tupoksi SKPD maka pengelolaan sub sektor persampahan secara operasional berkaitan langsung dengan Dinas PU dantata Ruang, sedangkan Badan Lingkungan Hidup dan Bappeda lebih berperan dalam perumusan kebijakan serta perencanaan secara makro. Pengelolaan sub sektor persampahan tidak cukup hanya berorientasi pada upaya-upaya penyediaan sarana dan prasarana serta penyelamatan lingkungan tetapi juga sangat diintervensi oleh aspek penyehatan lingkungan dan perilaku hidup masyarakat sehingga Dinas Kesehatan juga memegang peranan penting terutama dalam tahap preventif dan promotif. Kebersihan adalah bidang pada Dinas Pemukiman dan kebersihan yang memiliki mandat tupoksi langsung dengan pengelolaan sub sektor persampahan. tupoksi yang dimaksud antara lain merencanakan langkah-langkah teknik, menyusun konsep yang sifatnya teknis, melaksanakan pengawasan dan pengendalian serta monitoring dan evaluasi secara teknis kegiatan Bidang Kebersihan. Pengawasan Lingkungan, serta Pengawasan dan Pengendalian adalah bidang pada Badan Lingkungan Hidup yang memiliki keterkaitan erat dengan pengelolaan sub sektor persampahan. Hal tersebut tergambar dari tupoksi yang diemban antara lain merumuskan kebijakan operasional, melaksanakan pembinaan, evaluasi implementasi program pencegahan dan pengendalian serta pemulihan kualitas lingkungan. Tupoksi tersebut kemudian menempatkan Badan Lingkungan Hidup pada posisi regulator dalam pengelolaan sub sektor persampahan. Merumuskan kebijaksanaan, program dan kegiatan pembangunan daerah bidang Perencanaan Wilayah meliputi sumber daya alam dan lingkungan hidup, perumahan dan pemukiman, merupakan tupoksi Bidang Perencanaan 85

103 PokjaSanitasi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Pembangunan Fisik pada Bappeda sehingga juga memiliki keterkaitan erat dengan pengelolaan sub sektor persampahan. Bidang Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan pada Dinas Kesehatan adalah bidang berkaitan erat dengan pengelolaan sub sektor persampahan. Pengelolaan persampahan dilakukan melalui berbagai tahapan yakni perencanaan, pengadaan sarana dan prasarana, pengelolaan, pengaturan dan pembinaan serta monitoring dan evaluasi. Dalam konteks Kabupaten Pangkajene dan kepulauan, hal tersebut belum seluruhnya dapat dilakukan. (Lihat Tabel 3.14 Daftar Pemangku Kepentingan Dalam Pengelolaan Persampahan) Pemerintah kabupaten sebagai salah satu pemangku kepentingan dalam hal ini masih mengalami berbagai keterbatasan, baik sumberdaya manusia, ketersediaan sarana dan prasarana termasuk Tempat Pembuangan Akhir (TPA), penganggaran, regulasi hingga aspek kelembagaan. Disisi lain, pihak swasta yang diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengelolaan sub sektor persampahan terutama pada posisi pengadaan sarana dan pengelolaannya, juga belum maksimal memberikan partisipasi nyata. Demikian pula dengan keterlibatan masyarakat secara langsung dalam tahapan fungsi pengelolaan persampahan, masih sangat minim. Secara keseluruhan masih terbatas pada kegiatan pengumpulan sampah dari sumber ke Tempat Penampungan Sementara (TPS) itupun hanya pada lokasilokasi tertentu dalam lingkup layanan masih sangat kecil. Sebagian besar masih mengelola sampah dengan membakar atau bahkan membuang begitu saja ke lingkungan sekitar rumah dan sungai. Hal ini dikarenakan karena belum efektifnya beberapa peraturan mengenai persampahan.(lihat Tabel 3.15 Daftar Peraturan Terkait Persampahan) 86

104 PokjaSanitasi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Tabel 3.14 Daftar Pemangku Kepentingan Dalam Pengelolaan Persampahan Perencanaan FUNGSI Menyusun Target Pengelolaan Sampah skala kabupaten Menyusun rencana program persampahan dalam rangka pencapaian target Menyusun rencana anggaran program persampahan dalam rangka pencapaian target Pengadaan Sarana Menyediakan sarana pewadahan sampah di sumber sampah Pemangku Kepentingan Pemda Swasta Masyarakat Membangun sarana pengumpulan dari sumber sampah ke TPS Membangun sarana penampungan sampah (TPS) Membangun saranapengangkutan sampah dari TPS ke TPA Membangun sarana TPA - - Menyediakan sarana komposting Pengelolaan Mengumpulkan sampah dari sumber ke TPS - - Mengelola sampah di TPS - Mengangkut sampah dari TPS ke TPA - - Mengelola sampah di TPA - Melakukan pemilahan sampah - - Melakukan penarikan retribusi sampah - - Memberikan izin pengelolaan sampah

105 PokjaSanitasi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Pengaturan dan Pembinaan 1. Mengatur prosedur penyediaan layanan sampah (jam pengangkutan, personil, peralatan, dll) 2. Melakukan sosialisasi peraturan dan pembinaan dalam hal pengelolaan sampah 3. Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan sampah. Monitoring dan Evalusi 1. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan sampah skala kab/kota 4. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan persampahan Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan persamapahan, dan atau menampung serta mengelola keluhan atas layanan persampahan - - Sumber : Dinas Permukiman dan kebersihan - BLH Tabel 3.15 Daftar Peraturan Terkait Persampahan Persampahan Peraturan Ketersediaan Ada Sebutka n Tdk Ada Pelaksanaan Belum Efektif efektif Terlaksan Dilaksa a nakan Tidak efekti dilaksan akanf Ket Target Capaian Pelayanan Pengelolaan persampahan kab/kota Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam pemberdayaan masyarakat dan badan usaha dalam pengelolaan sampah Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat untuk mengurangi sampah, menyediaan tempat sampah di hunian rumah dan membuang ke TPS Kewajiban dan sanksi bagi kantor/unit usaha di kawasan komersial/fasilitas sosial/fasilitas umum untuk mengurangi sampah, menyediakan tempat sampah dari TPS ke TPA Pembagian kerja pengumpulan sampah dari sumber ke TPS, dari TPS ke TPA, pengelolaan di TPA, dan pengaturan waktu pengangkutan sampah dari TPS ke TPA

106 PokjaSanitasi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Kerjasama pemerintah kab/kota dengan swasta atau pihak lain dalam pengelolaan sampah Retribusi pengelolaan sampah atau kebersihan Sumber : Dinas Permukiman dan Kebersihan BLH Sistem dan Cakupan Pelayanan Sumber timbulan sampah terbesar adalah rumah tangga (permukiman), baik yang sifatnya organik maupun anorganik. Di Kabupaten Pangkajene dan kepulauan jumlah produksi sampah mecapai sekitar 190 m 3 dengan jumlah sampah yang terangkut sekitar 140 m 3. Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya bahwa infrastruktur persampahan yang tersedia dan digunakan oleh masyarakat hanya berupa TPS, itupun dalam jumlah terbatas dan terdapat hanya di kawasan perkotaan. Namun demikian, masih banyak masyarakat yang sering membuang sampah sembarangan, misalnya di saluran air ataupun di tanah kosong bahkan disungai. Sampah tersebut biasanya langsung dibakar, namun ada pula yang dibiarkan begitu saja, baik di kawasan perkotaan maupun pedesaan.(lihat Gambar 3.10 Grafik Pengelolaan Sampah) Gambar 3.10 Grafik Pengelolaan Sampah Sumber : Kajian EHRA Tahun

107 PokjaSanitasi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Ketidaktersediaan ataupun minimnya sarana dan prasarana persampahan menjadi salah satu penyebab penanganan sampah masih terabaikan, disamping kemampuan, wawasan dan kesadaran masyarakat yang juga masih rendah teruatama konsep 3R belum terinternalisasi dalam pengelolaan sampah. Disisi lain, pihak swasta maupun lembaga non pemerintah sampai saat ini belum memperlihatkan partisipasi, inisiatif dan kontribusi nyata terhadap pengelolaan persampahan. (Lihat Gambar 3.11 Grafik Praktik Pemilihan Sampah Oleh Rumah Tangga) Gambar 3.11 Grafik Pengankutan Sampah Rumah Tangga Sumber : Kajian EHRA Tahun

108 PokjaSanitasi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Peta : 3.3 Cakupan Layanan Sampah 91

109 PokjaSanitasi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Gambar 3.12: Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Persampahan Diagram Sistem Sanitasi Persampahan Produk Input (A) User Interface (B) Pengumpulan Setempat (C) Penampungan Sementara (TPS) (D) Pengangkutan (E) (Semi) Pengolahan Akhir Terpusat (F) Daur Ulang / Pembuangan Akhir Dibakar Sampah Organik dan Anorganik Lindi 92

110 PokjaSanitasi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan No Nama Kecamatan/ Kelurahan Tabel 3.16: Sistem pengelolaan persampahan yang ada di Kabupaten/Kota Jumlah Pendud uk Timbulan Sampah Volume Terlayani 3R Institusi Pengelola TPA Tidak Terlayani (orang) (M3) (%) (M3)) (%) (M3)) (%) (M3)) (%) (M3)) I Kec. Liukang Tuppabiring 13, Utara 1 Desa Mattiro Bulu 3, Desa Mattiro Walie 1, Desa Mattiro kanja 1, Desa mattiro bombing 2, Desa mattiro Labangeng 1, Desa Mattiro baji 1, Desa mattiro Uleng 1, II Kecamatan Pangkajene 40, Kel. Sibatua 2, Kel. Bonto Perak 5, Kel. Anrong Appaka 5, Kel. Tekolabbua 2, Kel. Jagong 3, Kel. Tumampua 6, Kel. Padoang Doangan 4, Kel. Pabundukang 3, Kel. Mappasaile 6, III Kecamatan Minasate'ne 32, Kel. Bonto Langkasa 4, Kel. Minasate'ne 4, Desa Kaba 3, Desa Panaikang 2, Kel. Boto Kio 4,

111 PokjaSanitasi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan 6 Kel. Biraeng 4, Desa 7 Kalabirang 4, Kel. Bontoa 4, IV Kecamatan Balocci 15, Kel. Kassi 3, Kel. Tonasa 3, Kel. Balocci Baru 3, Kel. Balleangin 4, Desa Tompo Bulu 1, Kecamatan V Tondong Tallasa 10, Desa Bulu Tellue 2, Desa Malaka Desa Bantimurung 1, Desa Tondong Kura 1, Desa Lanne 1, Desa Bonto Birao 1, VI Kecamatan Bungoro 40, Kel. Boriappaka 4, Desa Bulu Cindea 4, Ke. Bowong Cindea 3, Kel. Samalewa 11, Kel. Sapanang 4, Desa Biring 6 Ere 3, Desa mangilu 4, Desa Tabo Tabo 3, VII Kecamatan Labakkang 49, Kel. Borimasunggu 3, Kel. Mangallekana 5, Desa Batara 4, Desa Tawareang 4, Desa bara batu 4, Kel. Liang Kassi 2,

112 PokjaSanitasi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan 7 Desa patallassang 2, Kel Labakkang 4, Kel. Pundata baji 4, Desa Bonto mania 2, Desa manakku 2, Desa Gentung 2, Desa Kanaungan 4, Kecamatan VIII Ma'rang 34, Desa Talaka 6, Desa Attang Salo 4, Desa Padang Lampe 3, Desa Alesipitto 1, Kel. Ma'rang 4, Kel. Bonto Bonto 3, Desa Pitue 3, Desa Pitu Sunggu 1, Desa Tamangap 3, Desa Pun'ranga 2, IX Kecamatan Sigeri 20, Kel. Bonto Matene 4, Kel. Bonto Matene 3, Desa Parenreng 2, Kel. Sigeri 3, Desa Bawasolo 2, Desa Bone 2, X Kecamatan Mandalle 15, Desa Benteng 3, Desa manggalung 1, Desa Boddie 2, Desa Tamarupa 2, Desa Coppo Tompong 1, Desa mandalle 3,

113 PokjaSanitasi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Tabel 3.17 Kondisi Prasarana dan Sarana persampahan yang ada di Kabupaten Satuan Ritasi Kondisi Keterangan N Jenis Prasarana / Jumlah/ /hari Berfungsi Tdk o Sarana Kapasitas berfungsi (i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) 1 Pengumpulan Setempat - Gerobak unit Becak/Becak Motor unit Penampungan Sementara - Bak Biasa unit - Container unit Transfer Depo unit Pengangkutan - Dump Truck unit Arm Roll Truck unit Compaction Truck unit (Semi) Pengolahan Akhir Terpusat - TPS 3R unit SPA ( stasiun peralihan Antara ) Unit TPA Regional - Sanitary landfill Ha Controlled landfill Ha Open dumping Ha Alat Berat - Bulldozerl Unit Whall/truck loader Unit Excavator / backhoe Unit IPAL - Sistim Unit Peran serta Masyarakat Sejalan dengan uraian sebelumnya, bahwa tidak adanya partisipasi dan inisiatif masyarakat dalam pengelolaan persampahan tidak hanya disebabkan oleh belum mencukupinya kebutuhan sarana dan prasarana persampahan, tetapi juga kondisi ekonomi, pengetahuan dan wawasan yang akhirnya berpengaruh nyata terhadap tingkat kesadaran masyarakat menjadi indikasi masih rendahnya pengelolaan sanitasi termasuk sub sektor persampahan. Demikian pula dengan masyarakat miskin yang masih mengalami kesulitan terhadap akses, terutama informasi 96

114 PokjaSanitasi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan maupun transportasi. Padahal jika konsep pemilahan sampah diterapkan maka masyarakat khusunya masyarakat miskin akan merasakan dampak positif dari penerapan teknologi 3R. (Lihat Tabel 3.18Daftar Program/kegiatan persampahan berbasis Masyarakat, Tabel 3.24 Pengelolaansarana Persampahan oleh masyarakat ) N o Nama Program/kegiatan Tabel 3.18 Daftar Program/Kegiatan Persampahan Berbasis Masyarakat Pelaksana/ PJ Lokasi Tahun Progra m/kegi atan**) Penerima manfaat ***) L P Jumlah Sarana Kondisi Sarana Saat Ini **) Berfung si Tidak Berfung si Total Sumber Data : Data Sekunder Pokja, wawancara dengan SKPD dan kunjungan lapangan Tabel 3.19 Pengelolaan Sarana Persampahan oleh Masyarakat N o Jenis Kegiatan Lokasi Lembaga Pengelola Kondisi Kerjasama dengan pihak lain Keterangan Sumber Data : Data Sekunder Pokja, wawancara dengan SKPD dan kunjungan lapangan Komonikasi dan Media Sanitasi dan kepedulian masyarakat tidak dapat lepas dari komunikasi dimana dalam komunikasi terdapat pengirim pesan, media komunikasi, pesan yang ingin disampaikan, alat komunikasi yang digunakan serta sasaran komunikasi. Untuk itu dilakukan studi komunikasi dan pemetaan media yang merupakan salah satu studi yang dilakukan oleh pokja PPSP Kabupaten Pangkajene dan kepulauan dalam rangka penyusunan buku putih. 97

115 PokjaSanitasi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Media memiliki peran penting dalam mendorong perubahan perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat serta higienis. Informasi mengenai pengelolaan persampahan melalui media secara umum jarang dilakukan, baik melalui media cetak maupun media elektronik. Sejauh ini sejumlah media yang ada belum dimanfaatkan secara optimal dalam sosialisasi mengenai kebijakan yang berkaitan dengan pengelolaan persampahan. Informasi selama ini masih dilakukan secara insidentil berdasarkan program SKPD terkait, antara lain melalui spanduk atau papan himbauan. Sebagai bagian dari proses pembangunan dan pelayanan terhadap masyarakat, maka untuk menunjang semakin maksimalnya kegiatan pengelolaan persampahan, Pemerintah Kabupaten Pangkajene dan kepulauan telah melakukan kerjasama dengan beberapa media informasi yaitu media cetak koran. Kerjasama ini baru dilakukan sebatas kebutuhan program/proyek, yaitu sosialisasi dalam bentuk kegiatan dan pelayanan yang diberikan oleh para petugas kebersihan, serta beritaberita terkait lainnya.(lihat Tabel 3.13 Kegiatan Penyuluhan atau sosialisasi yang perna diikuti dikabupaten. Gambar 3.13 Kegiatan Penyuluhan atau Sosialisasi yang pernah diikuti di Kabupaten Cuci tangan Pakai Sabun 30% Stop Buang Air Besar Sembarangan 22% Belum pernah 6% Air Bersih 18% Air Limbah dan Jamban Keluarga 7% Saluran Air Kotor / Draenase 4% Masalah Sampah dan Kebersihan Lingkungan 13% Sumber : Kajian Media dan Komunikasi Tahun Peran Swasta Partisipasi dunia usaha dalam pengelolaan sanitasi sub sektor persampahan masih sangat minim, baik kuantitas maupun variannya. Keterlibatan dalam tahapan pengelolaan pun masih sangat terbatas, hanya pada pengadaan sarana sedangkan 98

116 PokjaSanitasi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan partisipasi dalam perencanaan, pengelolaan, maupun pembinaan belum nampak. Hampir semua kegiatan pengelolaan persampahan ditangani langsung Pemerintah dan masih dianggap menjadi tanggung jawab Pemerintah. Padahal seyogyanya dunia usaha dapat lebih memberikan kontribusi upaya-upaya perbaikan kualitas hidup dan penyelamatan lingkungan sebagai bagian dari tanggung jawab sosial terhadap masyarakat dan lingkungan, dimana usaha tersebut melakukan kegiatannya.(lihat Tabel 3.20Penyedia Layanan Pengelolaan Persampahan di Kabupaten) Tabel 3.20 Penyedia Layanan Pengelolaan Persampahan di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan No Nama Provider/Mitra Potensial Tahun Mulai Operasi Jenis Kegiatan Potensi Kerjasama Sumber : Dinas Tata Ruang dan Permukiman BPPLH Pendanaan dan Pembiayaan Pendanaan dan pembiayaan sub sektor persampahan dialokasikan pada SKPD Dinas Tata Ruang dan Permukiman dan Badan Pengendalian Pengelolaan Lingkungan Hidup. Sedangkan pendapatan yang dihasilkan dari retribusi persampahan masih relative kecil jika dibandingkan dengan jumlah penduduk di wilayah cakupan pelayanan, karena pengelolaannya memang belum dilakukan secara optimal dan regulasi yang mengatur tentang hal tersebut juga belum tersosialisasi dengan baik. (Lihat Tabel 3.21Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Sanitasi KomponenPersampahan, Tebel 3.22 Realisasi dan Potensi Retribusi Persampahan) 99

117 PokjaSanitasi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Tabel 3.21 Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Sanitasi Komponen Persampahan Belanja (Rp) Pertu No Sub Sektor m Rata -rata buhan (%) 2 Sampah 2.a Pendanaan Investasi Persampahan ,308, b Oprasional / Pemeliharaan ( OM ) ,141,299, c Perkiraan Biaya OM berdasarkan Infrastruktur terbangun ,389, Sumber : : Laporan Realisasi APBD Tahun Bappeda No Sub Sektor 2 Retribusi Sampah Tabel 3.22 Realisasi dan Potensi Retribusi Sampah Belanja (Rp) Pertum buhan (%) 2.a Realisasi Retribusi b Potensi Retribusi Sumber : : Laporan Realisasi APBD Tahun DPPKAD Permasalahan mendesak Kabupaten Pangkajene dan kepulauan mempunyai permasalahan persampahan yang cukup berat selain dengan tidak adanya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang memadai juga oleh tindak perilaku masyarakat dalam mengolah sampah belum baik, seperti dengan masih membuang sampah di saluran bahkan disungai Terbatasnya dan masih kurang optimalnya sarana bangunan 3R menjadi salah satu permasalahan cukup penting selain dari perilaku masyarakat. Pemilihan sampah mulai dari sumbernya dapat meminimalisir jumlah timbunan sampah. (Lihat Tabel 3.23 Permasalahan Mendesak) 100

118 PokjaSanitasi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Tabel 3.23 Permasalahan Mendesak No Permasalahan Mendesak 1. umlah penduduk cenderung meningkat, menyebabkan volume sampah 2. ertambah, Konsep 3R belum memasyarakat ; ebagian besar masyarakat masih melakukan penanganan sampah dengan membakar, informasi wawasan dan tingkat kesadaran pentingnya engelolaan sampah secara baik dan benar, relatif masih rendah, terutama i bagian pedesaan dimana akses media dan komunikasi masih minim. enanganan sampah masih dilakukan secara ala kadarnya, seperti membakar dan membuang ke saluran/sungai. ; 3. empat Pembuangan Akhir (TPA) belum memadai dan dikelola secara maksimal. 4. angat sulit mendapatkan TPA yang dekat dengan perkotaan Untuk membangun TPA yang permanen dan sesuai ketentuan 5. engelolaannya membutuhkan anggaran yang relatif besar, sedangkan emampuan daerah masih sangat terbatas dari segi Pendanaan dan Sumber aya manusia pengelol Sumber : Dinas Permukiman dan Kebersihan BLH 101

119 PokjaSanitasi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan 3.5. Pengelolaan Drainase Perkotaan Sistem drainase perkotaan terdiri dari berbagai elemen yang seringkali dioperasikan dan dikelola oleh berbagai institusi, baik di tingkat nasional, provinsi maupun kebupaten. Masing-masing institusi seringkali menggunakan berbagai defenisi dan terminologi yang berbeda untuk berbagai elemen dari sistem sungai dan drainase. Dalam bidang ke-pu an sendiri, seringkali terminologi ini hanya menyebutkan drainase utama dan minor. Sementara dari Pengelola Sumber Daya Air, hampir semua drainase perkotaan diperlakukan sebagai drainase mikro. Terlepas dari berbagai defenisi tersebut, pada dasarnya drainase merupakan prasarana yang berfungsi mengalirkan air permukaan ke badan penerima air dan atau ke bangunan resapan buatan, baik yang sifatnya primer, sekunder maupun tersier. Secara umum kondisi jaringan drainase lingkungan khususnya di ibukota kabupaten belum cukup tersedia dengan layak, baik pada ruas jalan utama maupun di unit lingkungan permukiman. Adapun saluran drainase yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya disebabkan oleh adanya ketidakpedulian masyarakat perkotaan akan fungsi drainase dan belum adanya master plan drainase yang bisa mengontrol perencanaan drainase di kawasan Kota Pangkajene dan sekitarnya pada khususnya dan seluruh kecamatan pada umumnya Kelembagaan Kondisi pengelolaan drainase lingkungan di Kabupaten Pangkajene dan kepulauan saat ini dapat dilihat dari segi kualitas maupun kuantitas infrastruktur maupun aspek non infrastruktur.dari segi kualitas maupun kuantitas infrastruktur, masih belum menyentuh semua daerah permukiman di kabupaten Pangkajene dan kepulauan.kegiatan pembangunan dan pemeliharaan di Kabupaten Pangkajene dan kepulauan merupakan tanggung jawab dari Pemerintah Kabupaten yang dikelola oleh Dinas PU dan Tata Ruang Kabupaten Pangkajene dan kepulauan. Selain dari itu sistem pengelolaan drainase juga melibatkan institusi Badan Lingkungan Hidup (BLH) terutama Bidang Pengawasan Lingkungan, dimana pencegahan pencemaran air merupakan salah satu prioritas pada jenis pelayanan dasar bidang lingkungan hidup. Sebagai salah satu utilitas suatu daerah / wilayah, drainase tentu saja harus direncanakan dan dibangun sesuai dengan karakteristik dan potensi yang dimiliki serta berkesesuaian dengan utilitas lain maupun fungsi 102

120 PokjaSanitasi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan lahan yang ada.berdasarkan hal tersebut maka eksistensi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) terutama Bidang Perencanaan Pembangunan Fisik, memiliki intervensi yang tidak kecil terutama karena sistem pengelolaan drainase harus dipandang sebagai bagian dari sistem suatu wilayah, baik sarana prasarana fisik maupun aspek non fisik lainnya.(lihat Tabel 3.24 Daftar Pemangku Kepentingan Dalam Pengelolaan Drainase Lingkungan ) Di Kabupaten Pangkajene dan kepulauan upaya masyarakat lebih kepada usaha tiap individu untuk membuat drainase sederhana berupa galian tanah depan rumah masing-masing dan biasanya tidak berfungsi karena tidak semua rumah dalam jalur tersebut membuat drainase sederhana yang serupa. Asumsi yang terbentuk bahwa masalah drainase adalah kewajiban pemerintah membuat sebagian masyarakat tidak peduli dengan sistem drainase lingkungan karena belum ada regulasi khusus yang mengatur tentang pengelolaan drainase.(lihat Tabel 3.25 Daftar Peraturan Terkait Drainase Lingkungan) Tabel 3.24 Daftar Pemangku Kepentingan Dalam Pengelolaan Drainase Lingkungan Perencanaan Fungsi Menyususn target pengelolaan drainase lingkungan skala kab/kota Menyusun rencana program drainase lingkungan dalam rangka pencapaian target Menyusun rencana anggaran program drainase lingkungan dalam rangka pencapaian target Pengadaan Sarana Menyediakan / membangun sarana drainase lingkungan Pengelolaan Membersihkan saluran drainase lingkungan Pemangku Kepentingan Pemkab Swasta Masyarakat Memperbaiki saluran drainase yg rusak

121 PokjaSanitasi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Melakukan kelengkapan pengecekan kelengkapan utilitas teknis bangunan (saluran drainase lingkungan) dalam mengurus IMB Pengaturan dan Pembinaan Menyediakan advis planning untuk pengembangan kawasan permukiman, termasuk penataan drainase lingkungan di wilayah yang akan dibangun Memastikan integrasi sistim drainase lingkungan (tersier) dengan sistim drainase sekunder dan primer Melakukan sosialisasi peraturan dan pembinaan dalam hal pengelolaan drainase lingkungan Memberikan Sangksi terhadap pelanggaran pengelolaan drainase lingkungan Monitoring dan Evaluasi Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan drainase lingkungan skala kab/kota Melakukan Monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan drainase lingkungan Melakukan monev terhadap efektivitas layanan drainase lingkungan dan atau menampung serta mengelola keluhan atas kemacetan fungsi drainase lingkungan Sumber : Dinas PU dan Tata Ruang Tabel 3.25 Daftar Peraturan Terkait Drainase Lingkungan Drainase Peraturan Target Capaian Pelayanan pengelolaan drainase lingkungan kab saat ini Ketersediaan Ada Tdk Ada Efektif Dilaksan akan Pelaksanaan Belum efektif dilaksana kan Tdk efektif dilaksana kan Keterangan

122 PokjaSanitasi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Kewajiban dan sanksi bagi pemerintah kab. Dalam menyediakan drainase lingkungan Kewajiban dan sanksi bagi pemerintah Kab. Dalam memberdayakan masyarakat dan badan usaha dalam pengelolaan drainase lingkungan Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat dan atau pengembang untuk menyediakan sarana drainase lingkungan dan menghubungkan dengan sistim drainase sekunder Kewajiban dan sanksi bagi masy. Utk memelihara sarana drainase lingkungan sebagai saluran pematusan air hujan Sumber : Dinas PU dantata Ruang Sistem dan Cakupan Pelayanan Kondisi topografi yang terdiri dari dataran tinggi dan dataran rendah di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan secara langsung meminimalkan ancaman banjir. Kajian study EHRA menunjukkan bahwa 45.3% rumah tangga di Kabupaten Pangkajene dan kepulauan tidak pernah mengalami banjir rutin. (Lihat Gambar 3.14 Grafik Persentase Rumah Tangga Yang Mengalami banjir Rutin) Gambar 3.14 Grafik Persentase Rumah Tangga Yang Mengalami banjir Rutin Sumber: Kajian EHRA Tahun

123 PokjaSanitasi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Masterplan perencanaan drainase lingkungan di Kabupaten Pangkajene dan kepulauan selaku induk perencanaan pembangunan drainase belum ada nanti pada tahun 2013 melalui APBD Propinsi Sulawesi Selatan Tahun Anggaran 2013 Kabupaten Pangkajene dan kepulauan sementara dalam tahap penyusunan Master Plan Drainase. (Lihat Peta 3.4 Peta Jaringan Drainase dan wilaya genagan Kabupaten) 106

124 PokjaSanitasi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Peta 3.4. Peta Jaringan Drainase dan Wilayah Genangan Kabupaten 107

125 PokjaSanitasi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Dalam rangka penanganan drainase lingkungan saat ini belum terdapat kerjasama yang cukup optimal antara Pemerintah Kabupaten, swasta dan masyarakat.hal ini terlihat dari beberapa praktik yang ada saat ini seperti pengelolaan drainase lingkungan yang sebenarnya merupakan tanggung jawab masyarakat namun ternyata masih sedikit dijalankan oleh masyarakat, selebihnya dikelola oleh Pemerintah Kabupaten selain itu drainase lingkungan juga masih difungsikan sebagai saluran pembuangan air limbah domestik ataupun limbah ternak di beberapa wilayah oleh masyarakat sehingga terjadi beberapa potensi wilayah genangan. Permasalahan tersebut diatas dikuatkan oleh hasil kajian studi EHRA bahwa ketersediaan drainase sebagai sarana pengaliran air limbah selain tinja mencapai hanya 39%. Secara struktur drainase di kota Kawasan Pangkajene dan sekitarnya pada umumnya adalah pasangan batu, namun pemeliharaan yang kurang baik sehingga pendangkalan terjadi dan banyaknya sampah yang menumpuk di selokan mengakibatkan kurang lancarnya sistim pengaliran di dalam saluran tersebut. (Lihat Tabel 3.15 Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Drainase Perkotaan, Tabel 3.26Cakupan layanan pengelolaan draenase yang ada dikabupaten. Tabel Kondisi sarana dan prasarana draenase dikabupaten Pangkajene dan kepulauan) 108

126 PokjaSanitasi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Diagram Sistem Sanitasi Drainase Perkotaan Produk Input (A) User Interface Gambar Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Drainase Perkotaan (B) Pengumpulan dan Penampungan / Pengolahan Awal (C) Pengangkutan / Pengaliran (D) (Semi) Pengolahan Akhir Terpusat (E) Daur Ulang dan/atau Pembuangan Akhir Air Hujan Halaman dan Kebun Tanah (Biopori) 109

127 PokjaSanitasi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan No I II Nama Kecamatan/ Kelurahan Kec. Liukang Tuppabiring Utara Desa Mattiro Bulu Desa Mattiro Walie Desa Mattiro kanja Desa mattiro bombing Desa mattiro Labangeng Desa Mattiro baji Desa mattiro Uleng Kecamatan Pangkajene Kel. Sibatua Tabel 3.26 Luas Wilayah Genangan Wilayah Genangan Luas Ketinggian Lama Frekuensi (Ha) (M) (jam/hari) (kali/tahun) Penyebab ,13 0,3 1 2 Tidak ada Drainase ,5 0,4 1,5 2 Tertibun Sampah 2 Kel. Bonto Perak Tertibun 1,4 0,5 1 2 Sampah 3 Kel. Anrong Tertibun Appaka Sampah 4 Kel. Tekolabbua Tertibun 2,5 0,3 1 1 Sampah 5 Kel. Jagong Tertibun 3,4 0,4 1,5 1 Sampah 6 Kel. Tumampua Kel. Padoang Doangan Kel. Tertibun 1,76 0,3 1 1 Pabundukang Sampah 9 Kel. Mappasaile Tertibun 0,75 0,3 1 2 Sampah III Kecamatan Minasate'ne Kel. Bonto Langkasa Kel. Minasate'ne Desa Kaba Desa Panaikang 1,25 0, ,4 1,5 2 2,64 0, ,5 0,3 1 1 Tertibun Sampah Tertibun Sampah Tidak ada Drainase Tidak ada Drainase 110

128 PokjaSanitasi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan 5 Kel. Boto Kio Tidak ada 6,2 0,4 3 1 Drainase 6 Kel. Biraeng Tertibun 3,01 0,4 3 1 Sampah 7 Desa Kalabirang Kel. Bontoa IV Kecamatan Balocci 1 Kel. Kassi Kel. Tonasa Kel. Balocci Baru Kel. Balleangin Desa Tompo Bulu V Kecamatan Tondong Tallasa 1 Desa Bulu Tellue Desa Malaka Desa Bantimurung Desa Tondong Kura Desa Lanne Desa Bonto Birao VI Kecamatan Bungoro 1 Kel. Boriappaka Tertibun 2,46 0,3 1,5 1 Sampah 2 Desa Bulu Tidak ada 1,5 0,3 1,5 2 Cindea Drainase 3 Kel. Bowong Tertibun 3,2 0,3 1,5 1 Cindea Sampah Kel. Samalewa Tertibun 1,75 0, Sampah 5 Kel. Sapanang Tertibun 2,3 0,3 2 2 Sampah 6 Desa Biring Ere Desa mangilu Tidak ada 1,37 0,4 1,5 2 7 Drainase 8 Desa Tabo Tabo Tidak ada 1,5 0,4 2 2 Drainase VII Kecamatan Labakkang 1 Kel. Tidak ada 2,12 0,3 2 2 Borimasunggu Drainase 2 Kel. Tidak ada 1,73 0,5 2 2 Mangallekana Drainase 3 Desa Batara Desa Tawareang Desa bara batu Kel. Liang Kassi

129 PokjaSanitasi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan 7 Desa patallassang Kel. Labakkang Kel. Pundata baji Desa Bonto mania Desa manakku Tertibun 2,41 0,4 2 1 Sampah Desa Gentung Tertibun 1,85 0, Sampah Desa Tertibun 2,53 0, Kanaungan Sampah Kecamatan VIII Ma'rang 1 Desa Talaka Desa Attang Salo Desa Padang Lampe Desa Alesipitto Kel. Ma'rang Tertibun 2,81 0,4 1,5 2 Sampah 6 Kel. Bonto Bonto Tidak ada 1,52 0,4 1,5 2 Drainase 7 Desa Pitue Tidak ada 1,39 0,4 1,5 2 Drainase 8 Desa Pitu Tidak ada 2,2 0,3 2 1 Sunggu Drainase 9 Desa Tamangap Tertibun 2,31 0,3 1,5 1 Sampah 10 Desa Pun'ranga IX Kecamatan Sigeri 1 Kel. Bonto Matene 2,13 0,3 1,5 1 Sampah 2 Kel. Bonto Matene Desa Parenreng Kel. Sigeri Tidak ada 1,81 0,3 1,5 2 Drainase 5 Desa Bawasolo Tertibun 1,64 0,4 2 2 Sampah 6 Desa Bone Tertibun 2,91 0,3 2 2 Sampah X Kecamatan Mandalle 1 Desa Benteng Desa Tidak ada 2,61 0,4 1,5 2 manggalung Drainase 3 Desa Boddie Tidak ada 2,01 0,3 3 2 Drainase 4 Desa Tamarupa Tertibun 1,75 0,4 2 1 Sampah 112

130 PokjaSanitasi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan 5 Desa Coppo Tompong Desa mandalle 2,81 0,3 1,5 1 Tertibun Sampah Tabel 3.27 Kondisi sarana dan prasarana drainase yang ada di Kabupaten/Kota Satuan Kondisi Frekuensi Jenis Prasarana / Jumlah/ No Berfungsi Tdk Pemeliharaan Sarana Kapasitas berfungsi (kali/tahun) (i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) 1 Saluran Primer - S. Primer A m - S. Primer B m 2 Saluran Sekunder - Saluran Sekunder A1 m - Saluran Sekunder A2 m - Saluran Sekunder B1 m 3. Bangunan Pelengkap - Rumah Pompa unit - Pintu Air unit Peran serta Masyarakat Sistem pengelolaan drainase saja tidak cukup dilakukan dengan hanya berorientasi pada upaya penyediaan sarana dan prasarana fisik semata, tetapi lebih dari itu peran masyarakat sangat menentukan bukan saja dalam penyediaannya tetapi yang terpenting adalah upaya pemeliharaan drainase sehingga dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Secara umum, kepedulian masyarakat baik laki-laki maupun perempuan tentang pentingnya drainase bagi penyehatan lingkungan permukiman di kabupaten Pangkajene dan kepulauan belum terlalu nampak, hal ini tercermin dari kondisi riil dilapangan yang masih banyak drainase yang dibiarkan tersumbat oleh tumpukan sampah dan dibeberapa titikterdapat timbunan material bangunan yang menutup saluran drainase. (Lihat Tabel 3.28 Daftar Program/kegiatan Draenase perkotaan yang berbasis masyarakat. Tabel Kondisi sarana dan prasarana Drainase perkotaan oleh masyarakat) 113

131 PokjaSanitasi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Tabel 3.28 Daftar Program/Kegiatan Drainase Perkotaan Berbasis Masyarakat N o Nama Program/Kegia tan Pelaksan a/pj Lokasi Tahun Progra m/keg iatan Penerima manfaat L P Jumla h Saran a Kondisi Sarana Saat Ini ) Berfun gsi Tidak Berfun gsi 1 PMPN Mandiri Pedesaan Pekerjaan Drainase TPK Desa Parenreng Kec. Segeri M 200 M 2 PMPN Mandiri Pedesaan Pekerjaan Drainase TPK Desa Batara Kec. Labakkang M 175 M 3 PMPN Perkotaan Pekerjaan Drainase OMS Kel. Anrong Appaka Kec. Pangkajene M 250 M 4 PMPN Perkotaan Pekerjaan Drainase OMS Kel. Anrong Appaka Kec. Pangkajene M 250 M 5 PMPN Mandiri Pedesaan Rehap Drainse TPK Desa Mandalla Kec. Mandalle M 300 M 6 PMPN Mandiri Pedesaan Rehap Drainse TPK Desa Biring Ere Kec. Bungoro M 300 M Total Sumber Data : Data Sekunder Pokja, wawancara dengan SKPD dan kunjungan lapangan M M 475 M 114

132 PokjaSanitasi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Tabel 3.29 Pengelolaan Sarana Drainase Perkotaan oleh Masyarakat N o Jenis Sarana Lokasi Pengelolaan Lembaga Kondisi Iuran Keteranga n 1 Drainase dalam Kota sepanjang 200.m Kelurahan Padoang doangan Karang taruna ABRI dan aktif Tidak ada Kerja Bakti 2 Drainase dalam Kota sepanjang 300.m KelurahanTum ampua KLMD ABRI dan Aktif Tidak ada Kerja Bakti 3 Drainase dalam Kota sepanjang 150.m Kelurahan Anrong Appaka Karang taruna ABRI dan Aktif Tidak ada Kerja Bakti Sumber Data : Data Sekunder Pokja, wawancara dengan Masyarakat dan kunjungan lapangan Komunikasi dan media Peran media dalam pengelolaan drainase lingkungan sama halnya dengan pengelolaan sanitasi pada sub sektor air limbah maupun persampahan. Eksistensi media dalam bentuk apapun itu, baik visual, audio maupun audio visualmasing-masing memiliki intrest yang berbeda namun tujuan dan sasarannya sama, yakni memberikan informasi dan himbauan kepada khalayak untuk berupaya meningkatkan kualitas hidup melalui pola hidup bersih dan sehat. Masyarakat diharapkan dapat lebih berperan dalam pengelolaan drainase terutama pada tahap pemeliharaan. Kebiasaan membuang sampah ke dalam drainase atau membiarkan saluran dalam kondisi tergenang dan ditumbuhi rumput, dapat menyebabkan kualitas lingkungan menurun, yang akhirnya berpengaruh nyata terhadap tingkat kesehatan, kenyamanan serta estetika lingkungan yang ada.(lihat Gambarl 3.16 KegiatanPenyuluhan atau sosialisasi yang pernah diikuti dikabupaten) 115

133 PokjaSanitasi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Gambar 3.16 Kegiatan penyuluhan atau sosialisasi yang pernah diikuti dikabupaten Cuci tangan Pakai Sabun 30% Belum pernah 6% Masalah Sampah dan Kebersihan Lingkungan 13% Air Limbah dan Jamban Keluarga 7% Saluran Air Kotor / Draenase 4% Air Bersih 18% Sumber : Kajian Media dan Komunikasi Tahun Peran Swasta Stop Buang Air Besar Sembarangan 22% Keterlibatan Swasta dalam pengelolaan drainase lingkungan di kabupaten Pangkajene dan kepulauan sampai saat ini belum ada. Dukungan kelembagaan yang belum kuat dan tidak ada masterplan perencanaan pengelolaan drainase merupakan penyebab sehingga tidak ada dukungan usaha dalam pengelolaan drainase. Partisipasi pengelolaan drainase lingkungan hanya datang dari pihak Badan Keswadayaan Masyarakat melalui dana stimulan Bantuan langsung Masyarakat dan swadaya masyarakat sendiri. (Lihat Tabel 3.30 Penyedia Layanan Pengelolaan Drainase Perkotaan di Kabupaten) Tabel 3.30 Penyedia layanan pengelolaan drainase perkotaan yang ada di Kabupaten/Kota No Nama Provider/Mitra Potensial Tahun mulai operasi/ Berkontribusi Jenis kegiatan/ Kontribusi Terhadap Sanitasi Volume Potensi Kerjasama

134 PokjaSanitasi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Pendanaan dan Pembiayaan Pendanaan dan pembiayaan terkait dengan pengelolaan drainase lingkungan dilakukan oleh pemerintah daerah Kabupaten Pangkajene dan kepulauan melalui beberapa SKPD terkait. Lemahnya dukungan dalam pengelolaan drainase lingkungan dapat dilihat dari dukungan pendanaan. Data dalam 4 (empat) tahun terakhir memperlihatkan alokasi anggaran untuk pembangunan sektor drainase pada Tahun 2013 sebesar Rp 287,364,000.Sedangkan untuk biaya operasional dan pemeliharaan pada tahun 2012 hanya sebesar Rp.37,200,000 dan pendapatan retribusi dalam pengelolaan drainase lingkungan belum ada.(lihat Tabel 3.31 Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Sanitasi Komponen Drainase Lingkungan, Tabel 3.32 Realisasi dan Potensi Retribusi Drainase Lingkungan) Tabel 3.31 Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Sanitasi Komponen Drainase Lingkungan No 3 Drainase Sub Sektor 3.a Investasi Belanja (Rp) Rata - rata Pertum buhan (%) 3.b Oprasional / Pemeliharaan ( OM ) Perkiraan Biaya OM 3.c berdasarkan Infrastruktur terbangun Sumber : Laporan Realisasi APBD Tahun Bappeda Tabel 3.32 Realisasi dan Potensi Retribusi Drainase Lingkungan Belanja (Rp) Pertu No Sub Sektor m buhan (%) 3 Retribusi Draenase 3.a Realisasi Retribusi b Potensi Retribusi Sumber : Laporan Realisasi APBD Tahun Bappeda - 117

135 PokjaSanitasi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Permasalahan mendesak Lingkungan permukiman yang memiliki drainase yang baik tidak menjamin bagi terwujudkan lingkungan bersih dan sehat tapi juga diperlukan perilaku yang baik di masyarakat.peran serta seluruh lapisan masyarakat sangat diharapkan untuk mendukung bagi terpenuhinya prasarana drainase yang sesuai dengan harapan. Dari segi perencanaan bahwa kabupaten Pangkajene dan kepulauan sampai saat ini belum memiliki perencanaan drainase yang komprehensif dan terintegrasi sehingga menjadi kendala dalam menentukan kebijakan pembangunan sektor sanitasi apalagi kabupaten Pangkajene dan kepulauan juga belum memiliki peraturan-peraturan yang mengatur tentang Sanitasi khususnya mengenai Drainase.(Lihat Tabel 3.23 Permasalahan Mendesak ) Tabel 3.33 Permasalahan Mendesak Permasalahan Mendesak 1. Dokumen perencanaan drainase secara komprehensif dan terintegrasi belum ada, sehingga perlu segera menyusun dokumen master plan drainase yang menjadi acuan dalam pembangunan sector drainase. 2. Drainase masih dijadikan tempat membuang dan membakar sampah; 3. Adanya penyempitan penampang drainase, baik yang disebabkan oleh sedimentasi maupun sampah; 4. Belum pernah dilakukan pengerukan, kalaupun pernah, tidak kontinu; 5. Pendanaan & Pembiayaan masih belum mencukupi, sehingga berdampak pada terbatasnya penyediaan sarana & parasarana, sistem maupun cakupan layanan; 6. Kalangan dunia usaha belum memberikan kontribusi nyata bagi pengelolaan sektor sanitasi; Sumber : Dinas Permukiman dan Kebersihan 118

136 PokjaSanitasi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan 3.6. Pengelolaan Komponen Terkait Sanitasi Pengelolaan Air Bersih Penyediaan air bersih untuk masyarakat pedesaan yang merupakan bagian terbesar dari penduduk Kabupaten Pangkajene dan kepulauan pada umumnya menggunakan dan mengelola secara swadaya sumur dan perpipaan dari sumber-sumber mata air untuk memenuhi kebutuhan air bersih, sedangkan penggunaan layanan PDAM masih belum tersedia akibat masih terbatasnya cakupan layanan PDAM. Sampai saat ini cakupan layanan PDAM baru menjangkau 6 kecamatan dari 13 kecamatan yang ada di Kabupaten Pangkajene dan kepulauan, itupun dari 6 Kecamatan tersebut tidak semua kelurahan/lembang terlayani. (Lihat Peta 3.5 Peta Cakupan Layanan Air Bersih) 119

137 PokjaSanitasi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Peta 3.5 Cakupan layanan Air bersih 120

138 PokjaSanitasi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Berdasarkan kajian study EHRA masyarakat yang tidak menggunakan layanan PDAM dan hanya menggunakan sumber-sumber air dari alam, mempunyai resiko sumber air tersebut tercemar masih cukup tinggi sebanyak 22.25% dan masyarakat menggunakan sumber air terlindungi 77.75%.(Lihat Gambar 3.14 Grafik Sumber Air Minum dan Memasak Gambar 3.14 Grafik Sumber Air Minum dan Memasak Sumber : Kajian Study EHRA 2014 Air Bersih disediakan oleh PDAM Kabupaten Pangkajene dan kepulauan, yang merupakan badan usaha semi otonomi yang artinya bahwa badan ini dimaksudkan untuk dijalankan sebagai badan usaha tetapi masih merupakan tanggung jawab Kepala Daerah. Kapasitas yang terpasang sekitar 100 liter perdetik, tatapi produksi saat ini baru mencapai 75 liter perdetik. Seluruh kapasitas produksi yang ada telah tersalurkan seluruhnya, sehingga dengan kapasitas produksi yang ada sudah pasti tidak memenuhi kebutuhan konsumen. Walaupun saat ini sudah diupayakan pembagian kapasitas sumber terhadap daerah pelayanan yang diperhitungkan kekurangan suplay air, namun karena secara umum kebutuhan air jauh melebihi kapasitas produksi, maka PDAM Kabupaten Pangkajene dan kepulauan tidak mampu memenuhi kebutuhan pelanggan. Jumlah penduduk pada wilayah 121

139 PokjaSanitasi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan pelayanan PDAM mencapai 328,947 jiwa dan yang mampu terlayani sebesar 53,388 jiwa atau 16,23% artinya bahwa masih ada sekitar 83.77% penduduk diwilayah pelayanan PDAM belum mendapatkan akses air bersih. (Lihat Tabel 3.34 Sistem Penyediaan dan Pengelolaan Air Bersih Perpipaan) Tabel 3.34 Sistem Penyediaan dan Pengelolaan Air Bersih Perpipaan No Uraian Satuan Sistem Perpipaan Ket. 1 Pengelola PDAM - 2 Tingkat Pelayanan % Kapasitas Produksi Lt/Det 75-4 Kapasitas Terpasang Lt/Det Jumlah Sambungan Rumah (Total) Unit Jumlah Kran Air Unit Kehilangan Air (UFW) % Retribusi/Tarif (Rumah Tangga) M Jumlah Pelanggan Perkecamatan - Kec. Pangkajene Pelanggan Kec.Ma rang Pelanggan 981 Kec. Minasate ne Pelanggan 597 Kec. Labakkang Pelanggan Kec. Segeri Pelanggan 877 Pelanggan Yang Aktif Pelanggan Yang Aktif Pelanggan Yang Aktif Pelanggan Yang Aktif Pelanggan Yang Aktif 122

140 PokjaSanitasi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Pengelolaan Air Limbah Industri Rumah Tangga Sistim Pengelolaan Industri rumah tangga di Kabupaten Pangkajenen dan kepulauan tidak memiliki sistem pengolahan khusus. Seperti limbah domestik lainnya pengalirannya tidak melalui penampungan atau peresapan terlebih dahulu melainkan langsung ke saluran terbuka. Jenis industri rumah tangga di Kabupaten Pangkajene dan kepulauan bervariasi antara lain beberapa industry rumah tangga seperti pembuatantempe dan Tahu beberapa lokasi didalam kota,dan produksi cinderamata/souvenir berlokasi disekitar objek objek wisata. Industri tersebut pada umumnya tidak melakukan pengeloaan air limbah buangan hasil industri, melainkan langsung dibuang ke drainase atau jika lokasi industri dekat sungai langsung dibuang kesungai.(lihat Tabel 3.35 Pengelolaan Limbah Industri Rumah Tangga) Tabel 3.35 Pengelolaan Limbah Industri Rumah Tangga No. Jenis Industri Rumah Tangga Lokasi Jumlah Industri RT Jenis Pengolahan Kapasitas (m3/hari) 1. Pembuatan Tempe dan Tahu Kel. Anrong Appaka 2 Pembuatan Tempe dan Tahu 3 2 Industri Pembuatan Tempe dan Tahu Kel. Jagong 1 Pembuatan Tempe dan Tahu 2 Sumber : BPH Pengelolaan Limbah Medis Pengelolaan Limbah medis di Kabupaten Pangkajene dan kepulauan masih membutuhkan perhatian serius. Selebihnya, Rumah Sakit dan Puskesmas maupun fasilitas layanan kesehatan lainnya ditangani seperti biasa pada skala rumah tangga untuk limbah cair langsung dialirkan ke saluran yang ada sedeangkan untuk limbah padat dibuang ke TPS atau bahkan dibakar. (Lihat Tabel 3.36 Pengelolaan Limbah Medis di Fasilitas Kesehatan) 123

141 PokjaSanitasi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Tabel 3.36 Pengelolaan Limbah Medis di Fasilitas Kesehatan Nama Fasilitas Kesehatan Lokasi Jenis Limbah Jenis Pengolahan Limbah Medis Kapasitas (m3/hari) RS Type C Kab.Pangkajene Kelurahan padoang doangan Padat Cair On Site System 2,5 Puskesmas Kulurahan jagong Padat Cair On Site System 1.2 Sumber : Dinas Kesehatan 124

142 BAB IV PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN Orientasi program dan pengembangan sanitasi dalam konteks Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan dijabarkan dalam beberapa sub sektor, yakni perilaku hidup bersih dan sehat serta promosi higiene, peningkatan pengelolaan air limbah domestik, pengelolaan persampahan, pengelolaan drainase lingkungan serta komponen sanitasi lainnya, termasuk air bersih, limbah medis (B3), kegiatan koordinasi, penataan lingkungan permukiman serta program dan kegiatan lain terkait sektor sanitasi. Pada dasarnya, program pengembangan yang sedang dilaksanakan maupun yang direncanakan akan dilaksanakan merupakan upaya memenuhi kebutuhan akses sub sektor sanitasi yang dinilai masih sangat membutuhkan perhatian serius Promo Higine dan Sanitasi ( PROHISAN ) Berbagai upaya terus dilakukan dalam rangka memperbaiki kualitas hidup masyarakat, termasuk kampanye pentingnya pola hidup bersih dan sehat, sosialisasi serta pengadaan sarana dan prasarana sanitasi. Tabel-tabel berikut akan menyajikan informasi kegiatan dan rencana program tahun berikutnya dalam sektor sanitasi yang berhubungan erat dengan upaya perubahan ke arah perilaku hidup bersih dan sehat serta promosi higiene yang dilakukan oleh SKPD terkait. (Lihat Tabel 4.1 Rencana Program dan Kegiatan Promosi Higine dan Sanitasi Tahun 2014, Tabel 4.2 Kegiatan Pengelolaan Promosi Higine dan Sanitasi Tahun 2013 ) Tabel 4.1 Rencana Program dan Kegiatan PHBS Terkait Sanitasi Tahun 2015 No Nama progam/kegiatan Satuan Vol Indikasi biaya (Rp) Sumber Pendananaan/ pembiayaan SKPD Penanggung Jawab Sumber Dokumen perencanaan 1 Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Paket APBD II Dinkes Renja SKPD 2 Program Pengembangan Lingkungan Sehat

143 Pengembangan Lingkungan Sehat Paket APBD II Dinkes Renja SKPD Sumber : Dokumen Renja SKPD, Bappeda Tabel 4.2 Kegiatan PHBS terkait Sanitasiyang sedang berjalan Tahun 2014 No Nama progam/kegiatan Satuan Vol biaya (Rp) Sumber Dana Lokasi Kegiatan Pelaksana kegiatan 1 Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Paket DAU Kab.Pangkajene dan Kepulauan Dinkes 2 Program Pengembangan Lingkungan Sehat Pengembangan Lingkungan Sehat Paket DAU Kab.Pangkajene dan Kepulauan Dinkes Sumber : Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD, Bappeda 4.2. Peningkatan Pengelolaan Air Limbah Domestik Program pengelolaan air limbah domestik perlu dilakukan sebagai upaya meningkatkan akses masyarakat terhadap sanitasi dasar. Ketersediaan sarana dan prasarana yang masih jauh dari proporsional, wawasan, pola pikir dan tingkat kesadaran masyarakat yang masih sangat membutuhkan banyak sosialisasi pentingnya pola hidup bersih dan sehat, pengelolaan yang masih belum memisahkan antara peran regulator dan operator, ketersediaan penganggaran yang masih terbatas dan dilain pihak sektor lain yang juga tidak kalah pentingnya membutuhkan prioritasi pembiayaan, pihak swasta yang belum memperlihatkan kontribusi nyata dalam pembangunan sektor sanitasi, serta berbagai tantangan lainnya, membuat capaian MDGs maupun RPJMN 2014 tidaklah mudah bagi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. (Lihat Tabel 4.3 Rencana Program dan Kegiatan Air Limbah Domestik Tahun 2014, Tabel 4.4 Kegiatan Pengelolaan Air Limbah Domestik Tahun 2014)

144 Tabel 4.3 Rencana Program dan Kegiatan pengolahan Air Limbah Domestik Tahun 2015 No Nama progam/kegiatan Satuan Vol Indikasi biaya (Rp) Sumber Pendananaan SKPD Penanggung Jawab Sumber Dokumen 1 Program Lingkungan Sehat Perumahan Penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar bagi masyarakat miskin Penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar bagi masyarakat miskin Paket APBD Paket APBD Dinas Permukiman dan Kebersihan Dinas PU & Tata Ruang Renstra Renstra 2 Program Infrastruktur Air Limbah Infrastruktur Air Limbah (Sistem Setempat dan Sistem Komunal) Paket Sumber : Dokumen Renstra SKPD dan RPIJM, Bappeda APBD Dinas PU & Tata Ruang RPIJM Tabel 4.4 Kegiatan Pengelolaan Air Limbah Domestik yang sedang berjalan Tahun 2014 No Nama progam/kegiatan Satuan Vol biaya (Rp) Sumber Dana Lokasi Penanggung jawab 1 Program Lingkungan Sehat Perumahan Penyediaan sarana sanitasi dasar bagi masyarakat miskin Paket DAK Sumber : Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD, Bappeda Kab.Pangkajene dan Kepulauan Dinas Permukiman dan Kebersihan 4.3. Peningkatan Pengelolaan Persampahan Penduduk Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan setiap tahun cenderung mengalami peningkatan, baik yang disebabkan oleh pertumbuhan penduduk maupun karena migrasi. Hal tersebut kemudian berdampak pula pada timbulan sampah yang dihasilkan terutama di kawasan perkotaan. Beberapa tahun terakhir, pengelolaan sampah belum dilakukan secara optimal karena sarana prasarana, sumberdaya manusia, kelembagaan serta pembiayaan yang masih terbatas. Data dan informasi

145 mengenai hal tersebut disajikan dalam tabel-tabel berikut ini. (Lihat Tabel 4.5 Rencana Program dan Kegiatan Pengelolaan Tahun 2014, Tabel 4.6 Kegiatan Pengelolaan Persampahan Tahun 2014) No Tabel 4.5 Rencana Program dan Kegiatan Pengelolaan Persampahan saat ini Tahun 2015 Nama progam/kegiatan Satuan Vol Indikasi biaya (Rp) Sumber Pendanana/ Pembiayaan Penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan persampahan Paket APBD Peningkatan operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana Paket APBD persampahan Penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan persampahan Peningkatan Operasi dan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Persampahan Sumber : Dokumen Renstra SKPD dan RPIJM, Bappeda SKPD Penanggung Jawab Dinas Permukiman dan Kebersihan Dinas Permukiman dan Kebersihan Sumber Dokumen perencanaan Renstra SKPD Renstra SKPD Paket APBD BLH Renstra SKPD Paket APBD BLH Renstra SKPD

146 Tabel 4.6 Kegiatan Pengelolaan Persampahan yang sedang berjalan Tahun 2014 No Nama progam/kegiatan Satuan Vol biaya (Rp) Sumber Dana Lokasi Penanggung jawab 1 Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan Peningkatan Operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana persampahan Paket DAU Kab.Pangkajene dan Kepulauan Dinas Permukiman dan Kebersihan Penyusunan kebijakan manajemen pengelolaan sampah Unit DAU Kab.Pangkajene dan Kepulauan BLH Penyediaan Prasarana dan sarana pengelolaan persampahan 3R Keg DAU DAK Kab.Pangkajene dan Kepulauan Dinas Permukiman dan Kebersihan 2 Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Peningkatan edukasi & komunikasi masyarakat di bidang lingkungan Paket DAK Sumber : Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD, Bappeda Kab.Pangkajene dan Kepulauan BLH 4.4. Peningkatan Pengelolaan Drainase Lingkungan Layanan sub sektor drainase lingkungan yang ada di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan masih terbatas pada kawasan perkotaan yakni Kecamatan Pangkajene, sebagian Kecamatan Bungoro,Minasate ne, Labakkang, Sama halnya dengan sub sektor sanitasi air limbah domestik, program dan kegiatan pengelolaan drainase lingkungan tahun ini maupun satu tahun berikut, secara fisik belum nampak karena keterbatasan penganggaran. (Lihat Tabel 4.7 Rencana Program dan Kegiatan Pengelolaan Drainase Lingkungan Tahun 2014, Tabel 4.8 Kegiatan Pengelolaan Drainase Lingkungan Tahun 2014)

147 Tabel 4.7 Rencana Program dan Kegiatan Pengelolaan Drainase Perkotaan saat ini Tahun 2014 No Nama progam/kegiatan Satuan Vol Indikasi biaya (Rp) Sumber Pendananaan SKPD Penanggung Jawab Sumber Dokumen 1 Program Infrastruktur Drainase Perkotaan Infrastruktur Drainase Perkotaan (Infrastruktur Drainase) Paket CSR Sumber : Dokumen Renstra SKPD dan RPIJM, Bappeda Dinas PU dan Tata Ruang RPIJM Tabel 4.8 Kegiatan Pengelolaan Drainase Perkotaan yang sedang berjalan Tahun 2014 No Nama progam/kegiatan Satuan Vol biaya (Rp) Sumber Dana Lokasi Penanggung jawab 1 Program pembangunan saluran drainase/gorong-gorong Pengembangan saluran drainase/gorong-gorong Paket DAU Kab. Pangkep Dinas PU dan Tata Ruang Sumber : Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD, Bappeda 4.5. Peningkatan Komponen Terkait Sanitasi Air bersih sebagai salah satu komponen sektor sanitasi mendapat perhatian yang cukup serius dari Pemerintah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. Hal tersebut karena kondisi pengelolaan air bersih dan akses masyarakat terhadap air bersih belum sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. setidaknya terdapat beberapa program dan kegiatan yang tengah dilaksanakan dan direncanakan realisasinya untuk satu tahun ke depan, baik penyediaan maupun pemeliharaan sarana dan prasarana air bersih. demikian pula beberapa kegiatan koordinasi dan penataan pengelolaan serta pengawasan dan pengendalian kualitas air bersih. (Lihat Tabel 4.9 Rencana Program dan Kegiatan Komponen Terkait Tahun 2014, Tabel 5.0 Kegiatan Komponen Terkait Sanitasi Tahun 2014 )

148 Tabel 4.9 Rencana Program dan Kegiatan saat ini Tahun 2015 No Nama progam/kegiatan Satuan Vol Indikasi biaya (Rp) Sumber Pendanana SKPD Penanggung Jawab Sumber Dokumen 1 Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, dan Jaringan Pengairan Lainnya Pembangunan Jaringan air bersih /air minum Rehabilitasi/Pemeliharaan Jaringan Air Bersih/Air Minum Km APBD II Km APBD II Dinas Permukiman dan Kebersihan Dinas Permukiman dan Kebersihan Renstra SKPD Renstra SKPD 2 Program SPAM di Ibu Kota Kecamatan (IKK) SPAM di Ibu Kota Kecamatan (IKK) Unit APBN APBD I APBD II Dinas PU & Tata Ruang RPIJM 3 Program SPAM di Pedesaan SPAM di Pedesaan (Desa yang Rawan Air/Pesisir pantai/terpencil) Km APBN APBD I APBD II CSR Dinas PU & Tata Ruang RPIJM SPAM di Pedesaan (Pamsimas) Desa APBN APBD II Dinas PU & Tata Ruang RPIJM Sumber : Dokumen Renstra SKPD dan RPIJM, Bappeda

149 Tabel 4.10 Kegiatan yang sedang berjalan Terkait Sanitasi Tahun 2014 No Nama progam/kegiatan Satuan Vol biaya (Rp) Sumber Dana Lokasi Penanggung jawab 1 Program Lingkungan Sehat Perumahan Penyediaan sarana air bersih terutama bagi masyarakat miskin Paket DAU DAK Kab.Pangkajene dan Kepulauan Dinas PU & Tata Ruang Pengkajian pengembangan lingkungan sehat ( study EHRA ) Tahun DAU Kab.Pangkajene dan Kepulauan Dinkes 2 Program Perlindungan & Konservasi Sumber Daya Alam Konservasi Sumber daya air & Pengndalian kerusakan sumbersumber air Paket DAU Kab.Pangkajene dan Kepulauan BLH 3 Program Perencanaan Pengembangan Kota-kota menengah dan besar Perencanaan air minum, drainase dan sanitasi perkotaan ( penyusunan BPS dan SSK ) Tahun DAU Sumber : Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD, Bappeda Kab.Pangkajene dan Kepulauan Bappeda

150

151 BAB V AREA BERESIKO SANITASI Resiko sanitasi adalah terjadinya penurunan kualitas hidup, kesehatan, bangunan dan atau lingkungan akibat rendahnya akses terhadap layanan sector sanitasi dan perilaku hidup bersih dan sehat. Sanitasi penting bagi Kabupaten/Pokja untuk menetapkan prioritas wilayah pengembangan sanitasi dan prioritas pengembangan sub sektor sanitasi yakni pengelolaan air limbah, persampahan, drainase serta komponen sanitasi lainnya terutama akses air bersih dan perilaku hidup bersih dan sehat. Urgensi pembahasan terletak pada intervensinya terhadap penentuan prioritas arah pengembangan pembangunan sanitasi pada masa mendatang. 5.1 Area Beresiko Sanitasi Penentuan area beresiko berdasarkan Data Sekunder Penentuan area berisiko sanitasi berdasarkan data sekunder adalah kegiatan menilai dan memetakan tingka trisikosebuah area (kelurahan/desa) berdasarkan data yang telahtersedia di SKPD. Data sekunder yang dimaksud adalah data-data mengenai ketersediaan layanan fasilitas air bersih, sanitasi, data umum meliputi sambungan rumah dan hidran umum (PDAM/BPAM/HIPPAM), air limbah, jumlah populasi, luas wilayah, kepadatan penduduk, jumlah KK miskin, luas genangan, serta daerah yang dialiri sungai/saluran/irigasi. Berdasarkan kesepakatan Pokja scoring bobot untuk data sekunder 25% Penentuan area beresiko berdasarksan Presepsi SKPD Penentuan area berisiko berdasarkan Persepsi SKPD diberikanber dasarkan pengamatan, pengetahuan praktis dan keahlian profesi yang dimiliki individu anggota pokja kabupaten/ kota yang mewakili SKPD terkaitsanitasi, dari Bappeda, Dinas Kesehatan, Dinas Tata Ruang, Dinas Pemukiman dan Kebersihan dan Badan Lingkungan Hidup dan kesepakatan Pokja bobot scoring sebesar20% Penentuan area beresiko berdasarkan Study EHRA. Penentuan area berisiko berdasarkan hasil studi EHRA adalah kegiatan penilaian dan pemetaan tingkat resiko berdasarkan: kondisi sumber air; pencemaran karena air limbah domestik; pengelolaan persampahan di tingkat rumah tangga; kondisi drainase; aspek 133

152 perilaku cuci tangan pakai sabun, hygienes jamban, penangan air minum, dan buang air besar sembarangan. Berdasarkan kesepakatan Pokja bobot scoring sebesar55%. Berdasarkan penggabungan data Sekunder, Persepsi SKPD dan data kajian EHRA untuk 10 Kecamatan dengan 87 kelurahan/desa di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan yang menjadiprioritas, diperoleh gambaran area berisiko sanitasi Kabupaten Pangkajene dan kepulauan diperoleh gambaran area berisiko sanitasi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. untuk pengelolaan air limbah domestik, pengelolaan persampahan dan drainase perkotaan. (LihatPeta 5.1.Peta Ilustrasi Area Beresiko Sanitasi Air Limbah Domestik, Peta 5.2.Peta Ilustrasi Area Beresiko Sanitasi Persampahan, dan Peta 5.3.Peta Ilustrasi Area Beresiko Sanitasi Drainase Perkotaan) 134

153 Peta : 5.1 Area Berisiko Sanitasi Air Limbah Domestik 135

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Program dan kegiatan Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap kesehatan, meningkatkan produktifitas dan meningkatkan

Lebih terperinci

Pokja Sanitasi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan

Pokja Sanitasi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN Pembangunan sektor sanitasi di Indonesia merupakan usaha bersama terkoordinir dari semua tingkatan pemerintah, organisasi berbasis masyarakat, LSM dan sektor swasta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1 BAB I PENDAHULUAN 2.1 LATAR BELAKANG Rendahnya kepedulian masyarakat dan pemerintah terhadap peranan penyehatan lingkungan dalam mendukung kualitas lingkungan menyebabkan masih rendahnya cakupan layanan

Lebih terperinci

PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN

PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Salah satu target MDGS adalah mengurangi separuh penduduk pada tahun 2015 yang tidak memiliki akses air minum yang sehat serta penanganan sanitasi dasar. Sehubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Berdasarkan pengalaman masa lalu pelaksanaan pembangunan sanitasi di Kab. Bima berjalan secara lamban, belum terintegrasi dalam suatu perencanaan komprehensipif dan

Lebih terperinci

KELOMPOK KERJA PPSP KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN

KELOMPOK KERJA PPSP KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat, Pemerintah Indonesia menetapkan sejumlah kebijakan yang mendukung percepatan kinerja pembangunan air minum dan sanitasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Kapuas Hulu Tahun Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Kapuas Hulu Tahun Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buku Putih Sanitasi berisi tentang pengkajian dan pemetaan sanitasi awal kondisi sanitasi dari berbagai aspek, yaitu mengenai Persampahan, Limbah Domestik, Drainase

Lebih terperinci

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN BERAU BAB I PENDAHULUAN

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN BERAU BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sanitasi didefinisikan sebagai upaya membuang limbah cair domestik dan sampah untuk menjamin kebersihan dan lingkungan hidup sehat, baik ditingkat rumah tangga maupun

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung Bab - 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pokja AMPL Kota Makassar

BAB 1 PENDAHULUAN. Pokja AMPL Kota Makassar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

PROGRAM PPSP KABUPATEN BATANG HARI TAHUN 2013

PROGRAM PPSP KABUPATEN BATANG HARI TAHUN 2013 Bab 1: Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Kurangnya sikap kepedulian masyarakat dan pemerintah terhadap peranan penyehatan lingkungan dalam mendukung kualitas lingkungan menyebabkan masih rendahnya cakupan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BENGKAYANG. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Landasan Gerak

BAB 1 PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BENGKAYANG. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Landasan Gerak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkayang Tahun berisi hasil pengkajian dan pemetaan sanitasi awal yang memotret kondisi sanitasi dari berbagai aspek, tidak terbatas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG LAPORAN FINAL BUKU PUTIH SANITASI TABANAN 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG LAPORAN FINAL BUKU PUTIH SANITASI TABANAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup, kondisi lingkungan permukiman serta kenyamanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

BAB PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sinjai

BAB PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sinjai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor sanitasi merupakan salah satu tantangan Pemerintah Daerah yang paling signifikan karena berhubungan langsung dengan pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 POKJA AMPL KABUPATEN TANGERANG

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 POKJA AMPL KABUPATEN TANGERANG Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN Disiapkan oleh: POKJA AMPL KABUPATEN TANGERANG KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I RPJMN Bidang Perumahan Permukiman, Bappenas

BAB I PENDAHULUAN I RPJMN Bidang Perumahan Permukiman, Bappenas BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan sektor sanitasi di Indonesia merupakan usaha bersama terkoordinir dari semua tingkatan pemerintah, organisasi berbasis masyarakat, LSM dan sektor swasta

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Landak 2013 BAB I PENDAHULUAN

Strategi Sanitasi Kabupaten Landak 2013 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang S anitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI (BPS) KABUPATEN TANA TORAJA

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI (BPS) KABUPATEN TANA TORAJA BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di dalam kehidupan masyarakat sangatlah dipengaruhi oleh faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, budaya dan faktor lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Layanan yang tidak optimal dan buruknya kondisi

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi II-1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi Pembangunan Tahun 2011-2015 adalah Melanjutkan Pembangunan Menuju Balangan yang Mandiri dan Sejahtera. Mandiri bermakna harus mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan sanitasi sampai saat ini masih belum menjadi prioritas dalam pembangunan daerah. Kecenderungan pembangunan lebih mengarah pada bidang ekonomi berupa pencarian

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI RINGKASAN EKSEKUTIF Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (Program PPSP) merupakan program yang dimaksudkan untuk mengarusutamakan pembangunan sanitasi dalam pembangunan, sehingga sanitasi

Lebih terperinci

DESKRIPSI PROGRAM UTAMA

DESKRIPSI PROGRAM UTAMA DESKRIPSI PROGRAM UTAMA PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN LATAR BELAKANG Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan di Kabupaten Pasuruan dilaksanakan secara partisipatif, transparan dan akuntabel dengan berpegang teguh pada prinsip-prinsip dan pengertian dasar pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kondisi umum sanitasi di Indonesia sampai dengan saat ini masih jauh dari kondisi faktual yang diharapkan untuk mampu mengakomodir kebutuhan dasar bagi masyarakat

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMPN) tahun 2005 2025 Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE. Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan

STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE. Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan KELOMPOK KERJA SANITASI TAHUN 2015 DESKRIPSI PROGRAM DAN KEGIATAN LATAR BELAKANG Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki

Lebih terperinci

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kepulauan Aru 2014 BAB 1. PENDAHULUAN

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kepulauan Aru 2014 BAB 1. PENDAHULUAN BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara Nasional Pemerintah Indonesia menaruh perhatian yang sangat serius dalam mencapai salah satu target Millenium Development Goals (MDGs) khususnya yang terkait

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 3.1. Visi dan Misi Sanitasi Visi merupakan harapan kondisi ideal masa mendatang yang terukur sebagai arah dari berbagai upaya sistematis dari setiap elemen dalam

Lebih terperinci

Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014

Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014 Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014 Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) Tahun 2014 STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK)

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten OKU TIMUR

Strategi Sanitasi Kabupaten OKU TIMUR 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan bidang Sanitasi di berbagai daerah selama ini belum menjadi prioritas, terlihat di Indonesia berada di posisi bawah karena pemahaman penduduknya mengenai pentingnya Sanitasi

Lebih terperinci

Buku Putih Sanitasi Kota Bogor

Buku Putih Sanitasi Kota Bogor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi sanitasi merupakan salah satu komponen yang ikut mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat dan lingkungan yang secara tidak langsung juga turut berkontribusi

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Strategi Sanitasi Kota (SSK) Kabupaten Aceh Singkil merupakan suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif

Lebih terperinci

DESKRIPSI PROGRAM DAN KEGIATAN

DESKRIPSI PROGRAM DAN KEGIATAN DESKRIPSI PROGRAM DAN KEGIATAN LATAR BELAKANG Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap bahwa

Lebih terperinci

Buku putih sanitasi KABUPATEN TANA TORAJA PROVINSI SULAWESI SELATAN

Buku putih sanitasi KABUPATEN TANA TORAJA PROVINSI SULAWESI SELATAN PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN (PPSP) TAHUN 2014 Buku putih sanitasi PROVINSI SULAWESI SELATAN KELOMPOK KERJA SANITASI RINGKASAN EKSEKUTIF Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan

Lebih terperinci

POKJA PPSP KABUPATEN SAROLANGUN BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

POKJA PPSP KABUPATEN SAROLANGUN BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencapaian target MDGs di bidang sanitasi memerlukan kebijakan dan strategi yang efektif. Oleh karena itu, diperlukan berbagai program dan kegiatan yang terukur dan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 RINGKASAN EKSEKUTIF Dokumen Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kota (SSK) Tahun 2016 ini merupakan satu rangkaian yang tidak terpisahkan dengan dokumen lainnya yang telah tersusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencapaian target MDGs di bidang sanitasi memerlukan kebijakan dan strategi yang efektif. Oleh karena itu, diperlukan berbagai program dan kegiatan yang terukur dan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1. Visi Misi Sanitasi BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Visi dan misi sanitasi telah dirumuskan untuk memberi arahan bagi pengembangan sanitasi Kabupaten Pangkajene dan kepulauan dalam rangka mencapai

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran RINGKASAN EKSEKUTIF Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat kabupaten yang dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Untuk mengembangkan layanan sanitasi Kabupaten/Kota memang tidak mudah mengingat permasalahan yang terjadi sangat komplek, dibutuhkan waktu yang lama, belum lagi persoalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kondisi eksisting sanitasi di perkotaan masih sangat memprihatinkan karena secara pembangunan sanitasi tak mampu mengejar pertambahan jumlah penduduk yang semakin

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TOJO UNA-UNA

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TOJO UNA-UNA Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Deklarasi pembangunan milenium berpihak pada pemenuhan hak-hak dasar manusia yang mengarah kepada peningkatan kualitas hidup, dan dituangkan dalam tujuan-tujuan Millenium

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MINAHASA UTARA

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MINAHASA UTARA 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan sanitasi permukiman di Indonesia bertujuan meningkatkan kondisi dan kualitas pelayanan air limbah, pengelolaan persampahan, drainase, dan kesehatan. Targetnya adalah pada

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1. Visi Misi Sanitasi Visi dan misi sanitasi telah dirumuskan untuk memberi arahan bagi pengembangan sanitasi Kabupaten Tana Toraja dalam rangka mencapai visi dan

Lebih terperinci

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016 Created on 10/3/2016 at 9:8:38 Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk memenuhi target pembangunan sektor sanitasi, yang meliputi pengelolaan air limbah domestik, pengelolaan persampahan, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan dan pertumbuhan perekonomian Kota Yogyakarta yang semakin baik menjadikan Kota Yogyakarta sebagai kota yang memiliki daya tarik bagi para pencari kerja.

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KAB. WAKATOBI (POKJA SANITASI 2013) BAB I PENDAHULUAN

BUKU PUTIH SANITASI KAB. WAKATOBI (POKJA SANITASI 2013) BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Sektor sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kesehatan masyarakat. Rendahnya kualitas sanitasi menjadi salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Masalah Sanitasi, khususnya sanitasi di perkotaan adalah isu yang sampai hari ini belum terselesaikan secara maksimal bahkan sehingga sangat memerlukan perhatian semua

Lebih terperinci

Memorandum Program Percepatan Pembangunan Sanitasi BAB 1 PENDAHULUAN

Memorandum Program Percepatan Pembangunan Sanitasi BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN Program dan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai kelembagaan terkait, baik

Lebih terperinci

Universal Access cakupan akses 100% untuk air minum dan sanitasi dalam rangka. 1.1 Latar Belakang

Universal Access cakupan akses 100% untuk air minum dan sanitasi dalam rangka. 1.1 Latar Belakang . Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup, kondisi lingkungan

Lebih terperinci

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi 2.1. Visi Misi Sanitasi Visi Kabupaten Pohuwato Tabel 2.1: Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten/Kota Misi Kabupaten Pohuwato Visi Sanitasi Kabupaten Pohuwato Misi Sanitasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Layanan yang tidak optimal dan buruknya kondisi

Lebih terperinci

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL 4.1 SASARAN DAN ARAHAN PENAHAPAN PENCAPAIAN Sasaran Sektor Sanitasi yang hendak dicapai oleh Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai berikut : - Meningkatkan

Lebih terperinci

BAB V STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI

BAB V STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI STRATEGI SANITASI KABUPATEN 2013-2017 BAB V STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI Monitoring evaluasi merupakan pengendalian yakni bagian tidak terpisahkan dari upaya mewujudkan tujuan yang akan dicapai. Monitoring

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik III-1 BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Pada bab strategi percepatan pembangunan sanitasi akan dijelaskan lebih detail mengenai tujuan sasaran dan tahapan pencapaian yang ingin dicapai dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Millennium Development Goals (Tujuan Pembangunan Milenium, atau MDGs) mengandung delapan tujuan sebagai respon atas permasalahan perkembangan global, dengan target

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KAB. SIDENRENG RAPPANG

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KAB. SIDENRENG RAPPANG BAB I PENDAHULUAN i BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka pencapaian target RPJMN 2010-2014 dan MDGs 2015 pemerintah memperbaiki kondisi sanitasi di Indonesia dengan mengarusutamakan percepatan

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kota Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN

Strategi Sanitasi Kota Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu penyebab kondisi sanitasi yang buruk adalah kemiskinan. Permasalahan tersebut juga sama dengan permasalahan sosial lainnya yang tidak lepas juga dari persoalan

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Purworejo BAB I PENDAHULUAN

Strategi Sanitasi Kabupaten Purworejo BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu penyebab kondisi sanitasi yang buruk adalah kemiskinan. Permasalahan tersebut juga sama dengan permasalahan sosial lainnya yang tidak lepas juga dari persoalan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kemiskinan dan kekumuhan suatu Kota/Kabupaten. Kondisi sanitasi yang tidak

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KOTA SALATIGA BUKU PUTIH SANITASI. Tahun 2012 POKJA PPSP KOTA SALATIGA. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP)

BUKU PUTIH SANITASI KOTA SALATIGA BUKU PUTIH SANITASI. Tahun 2012 POKJA PPSP KOTA SALATIGA. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 BUKU PUTIH SANITASI KOTA SALATIGA Provinsi Jawa Tengah Disiapkan oleh: POKJA PPSP KOTA SALATIGA 1 Kata Pengantar Puji dan syukur kita panjatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pembangunan bidang sanitasi di berbagai daerah selama ini belum menjadi prioritas, sehingga perhatian dan alokasi pendanaan pun cenderung kurang memadai. Disamping

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pemerintah Kabupaten Kendal melalui Pokja AMPL Kabupaten Kendal berupaya untuk meningkatkan kondisi sanitasi yang lebih baik melalui program Percepatan Pembangunan

Lebih terperinci

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI Pada bab ini akan dibahas mengenai strategi pengembangan sanitasi di Kota Bandung, didasarkan pada analisis Strength Weakness Opportunity Threat (SWOT) yang telah dilakukan.

Lebih terperinci

Sia Tofu (Bersama dan Bersatu) dan Visi Pembangunan Kabupaten Pulau Taliabu Tahun

Sia Tofu (Bersama dan Bersatu) dan Visi Pembangunan Kabupaten Pulau Taliabu Tahun .1 Visi dan Misi Sanitasi Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menjelaskan bahwa visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya Visi Kabupaten Misi Kabupaten Visi Sanitasi Kabupaten Misi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Aceh

Lebih terperinci

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi 3.1. Visi dan misi sanitasi Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi Dalam rangka merumuskan visi misi sanitasi Kabupaten Lampung Tengah perlu adanya gambaran Visi dan Misi Kabupaten Lampung Tengah sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Millenium Development Goals (MDG s) atau tujuan pembangunan millennium adalah upaya untuk memenuhi hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui komitmen bersama antara

Lebih terperinci

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Dari hasil analisa kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada tiap sub-sektor sanitasi maka telah dirumuskan tentang tujuan, sasaran dan strategi. Tujuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara, Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara, Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi adalah suatu kebutuhan dasar manusia dalam kehidupannnya sehari-hari. Kondisi sanitasi suatu masyarakat dapat menjadi gambaran tingkat kehidupannya. Bila sanitasinya

Lebih terperinci

BAB V Area Beresiko Sanitasi

BAB V Area Beresiko Sanitasi BAB V Area Beresiko Sanitasi 6 BAB 5 Area Beresiko Sanitasi Buku Putih Sanitasi sangat penting bagi kabupaten dalam menetapkan prioritas wilayah pengembangan sanitasi yang meliputi pengelolaan air limbah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat, Pemerintah Indonesia menetapkan sejumlah kebijakan yang mendukung percepatan kinerja pembangunan air minum dan sanitasi,

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Pasaman. ( Refisi 2012 ) I.1

Strategi Sanitasi Kabupaten Pasaman. ( Refisi 2012 ) I.1 1.1. Latar Belakang. Dalam kontek Program Pembangunan Sektor Sanitasi Indonesia (ISSDP), sanitasi didefinisikan sebagai tindakan memastikan pembuangan tinja, sullage dan limbah padat agar lingkungan rumah

Lebih terperinci

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Kerangka Pengembangan Sanitasi 1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1. Visi Misi Sanitasi Dalam melakukan perencanaan Strategi Sanitasi Kabupaten Pinrang ini terlebih dahulu ditentukan visi dan misi

Lebih terperinci

Rangkuman visi, misi, tujuan, sasaran, dan arah penahapan sesuai yang telah ditetapkan.

Rangkuman visi, misi, tujuan, sasaran, dan arah penahapan sesuai yang telah ditetapkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kesehatan masyarakat. Rendahnya kualitas sanitasi menjadi salah satu

Lebih terperinci

STARTEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) KELOMPOK KERJA AMPL KABUPATEN ENREKANG

STARTEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) KELOMPOK KERJA AMPL KABUPATEN ENREKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perkembangan pembangunan kota yang terus berkembang dan pertumbuhan populasi penduduk dengan berbagai aktifitasnya yang terus meningkat dengan pesat menyebabkan pemenuhan

Lebih terperinci

PPSP BAB 1 PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI I Latar Belakang.

PPSP BAB 1 PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI I Latar Belakang. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. World Health Organization (WHO) mendefinisikan sanitasi sebagai suatu upaya pengendalian terhadap seluruh faktor-faktor fisik, kimia dan biologi yang menimbulkan

Lebih terperinci

Pokja PPSP Kabupaten OKU TIMUR I - 1

Pokja PPSP Kabupaten OKU TIMUR I - 1 1.1. Latar Belakang Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) adalah sebuah roadmap pembangunan sanitasi di Indonesia. Program ini digagas oleh Tim Teknis Pembangunan Sanitasi (TTPS) dengan mempromosikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) merupakan dokumen perencanaan jangka menengah (5 tahun) yang memberikan arah bagi pengembangan sanitasi di Kabupaten Cilacap karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan kependudukan di Kabupaten Pohuwato sampai saat ini menunjukkan peningkatan. Pertumbuhan penduduk yang makin cepat, mendorong pertumbuhan aspek-aspek kehidupan

Lebih terperinci

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Strategi percepatan pembangunan sanitasi berfungsi untuk mengontrol lingkungan, baik situasi lingkungan yang sudah diketahui maupun situasi yang belum diketahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor sanitasi yang mencakupi bidang air limbah, persampahan dan drainase merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN MADIUN

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN MADIUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hampir 30% penduduk Indonesia masih buang air besar sembarangan (BABS), baik langsung maupun tidak langsung 18,1% diantaranya di perkotaan. Genangan di permukiman dan

Lebih terperinci

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Kerangka Pengembangan Sanitasi 1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 1.1. Visi Misi Sanitasi Dalam melakukan perencanaan Strategi Sanitasi Kabupaten Pinrang ini terlebih dahulu ditentukan visi dan misi

Lebih terperinci

3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik layanan sanitasi pada dasarnya adalah untuk mewujudkan dan pembangunan sanitasi yang bermuara pada pencapaian Visi dan Misi Sanitasi kota. Kabupaten Pesisir Barat merumuskan strategi layanan sanitas didasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Strategi sanitasi kabupaten bintan Tahun anggaran Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Strategi sanitasi kabupaten bintan Tahun anggaran Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KOTA KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

STRATEGI SANITASI KOTA KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK) Kabupaten Kepulauan Meranti adalah pembangunan sanitasi yang ditetapkan untuk memecahkan permasalahan sanitasi seperti yang tertera

Lebih terperinci

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 3 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kerangka pengembangan sanitasi yang mencakup tiga sub sector yairu air limbah, sampah dan drainase. Dalam pembahasan bab ini mencakup

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI Perumusan strategi dalam percepatan pembangunan sanitasi menggunakan SWOT sebagai alat bantu, dengan menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada tiap

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Gunungkidul Halaman I-1

1.1 Latar Belakang. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Gunungkidul Halaman I-1 1.1 Latar Belakang. Millennium Development Goals (Tujuan Pembangunan Milenium, atau MDGs) mengandung delapan tujuan sebagai respon atas permasalahan perkembangan global, dengan target pencapaian pada tahun

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KOTA KAB. SIDENRENG RAPPANG

STRATEGI SANITASI KOTA KAB. SIDENRENG RAPPANG BAB 1 PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyebab utama buruknya kondisi sanitasi di Indonesia adalah lemahnya perencanaan pembangunan sanitasi: tidak terpadu, salah sasaran, tidak sesuai

Lebih terperinci

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Percepatan Pembangunan Sanitasi 18 BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Bab ini merupakan inti dari penyusunan Sanitasi Kabupaten Pinrang yang memaparkan mengenai tujuan, sasaran dan strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Balangan

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Balangan STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi sesungguhnya masih menjadi isu strategis di Indonesia. Tidak hanya di tingkat masyarakat, namun juga pada sisi para pengambil

Lebih terperinci