KONSERVASI KERAGAMAN HAYATI TANAMAN DALAM MANAJEMEN LANSKAP SENTUL ECO-CITY DI BOGOR IRFAN MUHAMMAD

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KONSERVASI KERAGAMAN HAYATI TANAMAN DALAM MANAJEMEN LANSKAP SENTUL ECO-CITY DI BOGOR IRFAN MUHAMMAD"

Transkripsi

1 KONSERVASI KERAGAMAN HAYATI TANAMAN DALAM MANAJEMEN LANSKAP SENTUL ECO-CITY DI BOGOR IRFAN MUHAMMAD DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

2 IRFAN MUHAMMAD. Konservasi Keragaman Hayati Tanaman dalam Manajemen Lanskap Sentul Eco-City di Bogor. Dibimbing oleh HADI SUSILO ARIFIN. Sentul City merupakan kota mandiri yang dibangun oleh PT Sentul City, Tbk. Secara geografis, Sentul City memiliki potensi besar untuk mengembangkan inovasi terhadap pembangunan kota. Salah satu konsepnya adalah City of Inovation, yaitu merupakan konsep yang memberikan unsur baru dan lebih baik dalam inovasi ke depan. Konsep ini mempunyai empat pilar pembangunan untuk mengarahkan Sentul City lebih komprehensif untuk masa depan. Pilar pertama adalah Eco-City, yaitu konsep tentang harmoni alam sebagai kebutuhan pembangunan suatu kota (Utama, 2009). Namun, Sentul City belum sempurna dalam menerapkan konsep Eco-City. Konsep Keberlanjutan Eco-City mengandung tiga pernyataan utama, yaitu efisiensi sumber daya lahan, bahan, dan energi sehingga perlu ada program konservasi untuk keberlanjutan ekologis, ekonomis, dan sosial budaya (Arifin, 2011). Sentul City belum sepenuhnya melakukan konservasi sumber daya alam, khususnya keanekaragaman hayati tanaman. Penelitian ini dilakukan di kawasan permukiman Sentul City yang terletak di wilayah administrasi Kabupaten Bogor, dengan luas kurang lebih ha. Penelitian ini diawali dengan tahapan pengumpulan data dari bulan Februari 2011 hingga Maret Metode yang dilakukan adalah mengevaluasi keanekaragaman hayati tanaman, menghitung indeks keragaman dengan metode Density Board Standard Method yang dilanjutkan dengan analisis keragaman hayati tanaman dengan metode Shanoon-Wiener, dan menyusun rencana pengelolaan konservasi ex-situ keragaman hayati tanaman dengan menggunakan analisis SWOT. Pada penelitian ini, sebelum masuk dalam perlakuan metode, kegiatan pertama yang dilakukan adalah menentukan titik sampel terlebih dahulu. Zona yang ditentukan merupakan lokasi pengambilan sampel Indeks Keragaman Hayati Tanaman, yaitu; a) Danau Parahyangan, b) Danau Graha Utama, c) Jalan Moh. Husni Thamrin Depan, d) Jalan Moh. Husni Thamrin Tengah, e) Jalan Moh. Husni Thamrin Belakang, f) RTH Cluster Venesia, g) RTH Cluster Bukit Golf Hijau, dan h) RTH Cluster Northridge. Pada delapan titik lokasi sampel, total vegetasi yang ada berjumlah individu dengan 28 spesies berbeda. Hasil evaluasi dari delapan titik sampel terdapat 19 spesies tanaman introduksi dan 9 spesies tanaman asli. Tanaman yang paling sering ditemukan adalah pohon akasia (Acacia mangium) dan tanaman yang paling jarang ditemukan adalah pohon manggis (Garcinia mangostana). Rasio persentase tanamannya adalah 68% tanaman introduksi dan 32% tanaman asli. Indeks keragaman jenis tanaman yang terbesar, yaitu 1,06 di RTH Cluster Northridge dan terkecil di 0,06 di Jalan Moh. Husni Thamrin segmen tengah. Berdasarkan analisis SWOT diperoleh skor tertinggi 2,66, yaitu mempertahankan lanskap yang variatif dengan mengurangi pemakaian tanaman introduksi dengan merekomendasikan spesies lokal sebagai simbol/identitas dan terendah 0,79, yaitu meningkatkan perhatian terhadap vegetasi lokal dengan menjalin kerja sama dengan LSM yang bergerak di bidang konservasi flora. Melalui hasil evaluasi keanekaragaman hayati tanaman Sentul City, evaluasi indeks keragaman hayati tanaman Sentul City, dan analisis deskriptif serta kuantitatif matriks SWOT, rencana manajemen lanskap dalam konservasi keanekaragaman hayati tanaman dapat disusun. Rencana manajemen lanskap Sentul City dalam menuju konsep Eco-City ialah

3 dengan a) mempertahankan vegetasi lokal yang ada, b) melaksanakan kerja sama dengan lembaga terkait, dan c) meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat. Kata Kunci: Density Board Standard Method, Ex-situ, Shanon-Wienner, SWOT, Tanaman Introduksi

4 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini, saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Konservasi Keragaman Hayati Tanaman dalam Manajemen Lanskap Sentul Eco-city di Bogor adalah benar merupakan hasil karya sendiri dengan pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi baik yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan penulis lain, telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan pada Daftar Pustaka skripsi ini Bogor, Maret 2012 IRFAN MUHAMMAD A

5 RINGKASAN IRFAN MUHAMMAD. Konservasi Keragaman Hayati Tanaman dalam Manajemen Lanskap Sentul Eco-City di Bogor. Dibimbing oleh HADI SUSILO ARIFIN. Sentul City merupakan kota mandiri yang dibangun oleh PT Sentul City, Tbk. Secara geografis, Sentul City memiliki potensi besar untuk mengembangkan inovasi terhadap pembangunan kota. Salah satu konsepnya adalah City of Inovation, yaitu merupakan konsep yang memberikan unsur baru dan lebih baik dalam inovasi ke depan. Konsep ini mempunyai empat pilar pembangunan untuk mengarahkan Sentul City lebih komprehensif untuk masa depan. Pilar pertama adalah Eco-City, yaitu konsep tentang harmoni alam sebagai kebutuhan pembangunan suatu kota (Utama, 2009). Namun, Sentul City belum sempurna dalam menerapkan konsep Eco-City. Konsep Keberlanjutan Eco-City mengandung tiga pernyataan utama, yaitu efisiensi sumber daya lahan, bahan, dan energi sehingga perlu ada program konservasi untuk keberlanjutan ekologis, ekonomis, dan sosial budaya (Arifin, 2011). Sentul City belum sepenuhnya melakukan konservasi sumber daya alam, khususnya keanekaragaman hayati tanaman. Penelitian ini dilakukan di kawasan permukiman Sentul City yang terletak di wilayah administrasi Kabupaten Bogor, dengan luas kurang lebih ha. Penelitian ini diawali dengan tahapan pengumpulan data dari bulan Februari 2011 hingga Maret Metode yang dilakukan adalah mengevaluasi keanekaragaman hayati tanaman, menghitung indeks keragaman dengan metode Density Board Standard Method yang dilanjutkan dengan analisis keragaman hayati tanaman dengan metode Shanoon-Wiener, dan menyusun rencana pengelolaan konservasi ex-situ keragaman hayati tanaman dengan menggunakan analisis SWOT. Pada penelitian ini, sebelum masuk dalam perlakuan metode, kegiatan pertama yang dilakukan adalah menentukan titik sampel terlebih dahulu. Zona yang ditentukan merupakan lokasi pengambilan sampel Indeks Keragaman Hayati Tanaman, yaitu; a) Danau Parahyangan, b) Danau Graha Utama, c) Jalan Moh. Husni Thamrin Depan, d) Jalan Moh. Husni Thamrin Tengah, e) Jalan Moh. Husni Thamrin Belakang, f) RTH Cluster Venesia, g) RTH Cluster Bukit Golf Hijau, dan h) RTH Cluster Northridge. Pada delapan titik lokasi sampel, total vegetasi yang ada berjumlah individu dengan 28 spesies berbeda. Hasil evaluasi dari delapan titik sampel terdapat 19 spesies tanaman introduksi dan 9 spesies tanaman asli. Tanaman yang paling sering ditemukan adalah pohon akasia (Acacia mangium) dan tanaman yang paling jarang ditemukan adalah pohon manggis (Garcinia mangostana). Rasio persentase tanamannya adalah 68% tanaman introduksi dan 32% tanaman asli. Indeks keragaman jenis tanaman yang terbesar, yaitu 1,06 di RTH Cluster Northridge dan terkecil di 0,06 di Jalan Moh. Husni Thamrin segmen tengah. Berdasarkan analisis SWOT diperoleh skor tertinggi 2,66, yaitu mempertahankan lanskap yang variatif dengan mengurangi pemakaian tanaman introduksi dengan merekomendasikan spesies lokal sebagai simbol/identitas dan terendah 0,79, yaitu meningkatkan perhatian terhadap vegetasi lokal dengan menjalin kerja sama dengan LSM yang bergerak di bidang konservasi flora. Melalui hasil evaluasi keanekaragaman hayati tanaman Sentul City, evaluasi indeks keragaman hayati tanaman Sentul City, dan analisis deskriptif serta kuantitatif matriks SWOT, rencana manajemen lanskap dalam konservasi keanekaragaman hayati tanaman dapat disusun. Rencana manajemen lanskap Sentul City dalam menuju konsep Eco-City ialah

6 dengan a) mempertahankan vegetasi lokal yang ada, b) melaksanakan kerja sama dengan lembaga terkait, dan c) meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat. Kata Kunci: Density Board Standard Method, Ex-situ, Shanon-Wienner, SWOT, Tanaman Introduksi

7 Hak Cipta Milik IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebut sumbernya. Pengutipan diizinkan untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

8 KONSERVASI KERAGAMAN HAYATI TANAMAN DALAM MANAJEMEN LANSKAP SENTUL ECO-CITY DI BOGOR IRFAN MUHAMMAD Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

9 Judul Nama NRP Departemen : Konservasi Keragaman Hayati Tanaman dalam Manajemen Lanskap Sentul Eco-City di Bogor. : Irfan Muhammad : A : Arsitektur Lanskap Disetujui, Dosen pembimbing Prof. Dr. Ir. H. Hadi Susilo Arifin, M.S. NIP Diketahui, Ketua Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP Tanggal Lulus :

10 viii KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha esa, atas berkat dan rahmat-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul Konservasi Keragaman Hayati dalam Manajemen Lanskap Sentul Eco-City di Bogor. Skripsi ini merupakan hasil penelitian yang telah dilakukan dan merupakan salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dari Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. H. Hadi Susilo Arifin, MS. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing, mengarahkan, dan memotivasi penulis selama kuliah hingga penyusunan skripsi. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada pihak-pihak yang telah memberikan motivasi, saran, dan nasehat yang membantu penulis, Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA selaku dosen pembimbing akademik, pimpinan dan karyawan Sentul City, teman-teman penelitian di Sentul City, dan teman-teman ARL 44 atas bantuan dan motivasinya. Terakhir adalah ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ummi, Buya, Hanan, dan Cherish yang terus memberi semangat, dukungan, dan doa kepada penulis. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi Sentul City dan pihak yang memerlukannya. Kritik dan saran yang membangun akan penulis terima dengan tangan terbuka. Bogor, Maret 2012 Penulis

11 ix RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kairo, Mesir, pada tanggal 2 Juli Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari Ayahanda Muhammad Nur Samad Kamba dan Ibunda Fatin Hamama Rijal Syam. Pendidikan penulis diawali pada tahun 1995 dan pada tahun 2001 penulis lulus dari SD Kampung Utan I, Ciputat. Kemudian pada tahun 2004 penulis menyelesaikan studi di SMP Sekolah Indonesia Cairo, Mesir, dan pada tahun 2007 penulis lulus SMA Sekolah Indonesia Cairo, Mesir. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2007 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) sebagai mahasiswa Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian. Selama menjalankan studi di IPB, penulis juga mengikuti kegiatan di luar akademik, seperti menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (Himaskap) Divisi Informasi dan Kesekretariatan periode 2009/2010 dan 2010/2011. Penulis juga aktif mengikuti beberapa lomba dan kompetisi baik di bidang akademik maupun di luar akademik seperti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) pada tahun 2010 di bidang Penelitian, Sayembara Desain Babakan Siliwangi, Bandung 2011 (peserta), Sayembara Perancangan Taman Urban Eco Park Komunitas Hijau Pondok Indah 2011 (peserta), Kompetisi Cerita Pendek Be a Good Journalistic BONJOUR 2008 (Juara I), Kompetisi Lomba Baca Puisi Lets Fight Against Drugs 2008 (Juara II), Kompetisi Cipta Lagu Ekologi Indonesian Ecology Expo 2010 (Juara III), Kompetisi Basket Sport and Entertainment Event Region in Faperta 2008, 2009, dan 2010 (Juara I). Selain itu, penulis juga aktif mengikuti berbagai pelatihan dan seminar yang mendukung kegiatan akademis.

12 x DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv BAB I. PENDAHULUAN Latar belakang Tujuan Kerangka Pikir... 2 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Eco-City Keanekaragaman Hayati Pengelolaan Lanskap Berkelanjutan... 8 BAB III. METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Metode Penelitian Inventarisasi Density Board Standard Method dan Shanon-Wiener Analisis SWOT BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis SituasionalDeskripsi Umum Kawasan Aspek Ekologi Topografi Iklim Hidrologi Vegetasi Aspek Pengelolaan Evaluasi Keanekaragaman Hayati Tanaman Indeks Keragaman Hayati Tanaman Analisis SWOT Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman Penilaian Faktor Internal dan Eksternal... 37

13 xi Pembuatan Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan Matriks External Factor Evaluation (EFE) Matriks SWOT Pembuatan Tabel Ranking Alternatif Strategi Rencana Manajemen Lanskap dalam Konservasi Keanekaragaman Hayati Mempertahankan Vegetasi Lokal yang Ada Kerja Sama dengan Lembaga Terkait Konservasi Keanekaragaman Hayati dari Jenis Lokal BAB V. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 51

14 xii DAFTAR TABEL 1. Formulir tingkat kepentingan faktor internal Formulir tingkat kepentingan faktor eksternal Formulir pembobotan faktor internal dan eksternal Formulir matriks Internal Factor Evaluation Formulir matriks External Factor Evaluation Formulir Matriks SWOT Formulir rangking alternatif strategi dari matriks SWOT Klasifikasi topografi wilayah Sentul City Kelembaban udara Sentul City Suhu udara Sentul City Luas area perawatan lanskap Indeks keragaman jenis tanaman pada lokasi sampel Sentul City Tingkat kepentingan faktor internal Sentul City Tingkat kepentingan faktor eksternal Sentul City Penilaian bobot faktor strategis internal Sentul City Penilaian bobot faktor strategis eksternal Sentul City Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Sentul City Matriks External Factor Evaluation (EFE) Sentul City Matriks SWOT Ranking alternatif strategi... 42

15 xiii DAFTAR GAMBAR 1. Kerangka pikir penelitian Peta lokasi Sentul City (tanpa skala) Plot yang dibuat pada ruang terbuka hijau Instalasi pengolahan air dan limbah Jalan arteri, kolektor, dan subkolektor Kombinasi pohon, semak, dan rumput dengan perawatan tinggi Contoh Welcome Area pada permukiman/cluster Danau Graha Utama dan Danau Parahyangan Kantor pengelola Sentul City dan Bellanova Area golf di Sentul City Area pembibitan dan area perkebunan warga Struktur organisasi departemen pengelola Sentul City Lokasi pengambilan sampel indeks keragaman hayati tanaman Matrik Internal-Eksternal (IE) Sentul City Skema strategi terciptanya Eco-City... 56

16 xiv DAFTAR LAMPIRAN 1. Jenis dan jumlah vegetasi pada lokasi pengambilan sampel... 52

17 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sentul Cityadalah kota yang berlokasi 35 km di sebelah selatan kota Jakarta dan memiliki luas kurang lebih ha dengan tinggi elevasi m dpl. Kota ini merupakan bukit yang dikelilingi pegunungan, hutan, dan air terjun. Kota ini dibangun pada tahun 1994 dan hingga saat ini telah menunjukkan pengembangan kota yang signifikan dengan dibangunnya fasilitas dan bangunan penunjang lainnya. Secara geografis, Sentul Citymemiliki potensi besar untuk berkembang sebagai kota mandiri. Salah satu konsepnya adalah City of Inovation, yaitu merupakan konsep yang memberikan unsur baru dan lebih baik dalam inovasi ke depan (Utama, 2009). SentulCitybelum sempurna dalam menerapkan konsep Eco-City.Konsep Keberlanjutan Eco-City mengandung tigapernyataan utama yaitu, efisiensi sumber daya lahan, bahan, dan energi sehingga perlu program konservasi untuk keberlanjutan ekologis, ekonomis, dan sosial budaya (Arifin, 2011).Sentul City belum sepenuhnya melakukan konservasi sumber daya alam, khususnya keragaman hayati tanaman. Ruang terbuka hijau (RTH) di dalam suatu kota mulai terasa tertekan keberadaannya akibat pembangunan perkotaan. Penggunaan lahan untuk bangunan/perumahan semakin tinggi dan masyarakat mulai bergerak ke daerahdaerah pedesaan/luar kota yang daerahnya masih hijau (Arifin, 2009). Oleh karena itu, keberadaan RTH dalam melakukan konservasi sumber daya alam menjadi penting karena perannya sebagai penyeimbang iklim mikro dan sebagai tempat habitat spesies flora dan fauna lokal.suatu lanskap dengan RTH di dalamnya memberikan nilai positif terhadap aspek ekologi, visual, ekonomi, dan sosial. Penerapan, pengendalian, dan pemeliharaan RTH di Sentul City mendukung konsep kota Sentul City menuju Eco-City.

18 1.2 Tujuan Tujuan penelitian ini adalah menyusun strategi manajemen lanskap untuk konservasi keragaman hayati tanaman secara ex-situ. 1.3 Kerangka Pikir Sentul City dalam implementasi Eco-City memerlukan aspek ekologi sebagai pertimbangan.aspek ekologi yang menjadi pertimbangan adalah vegetasi (Jenis tanaman lokal, jenis tanaman introduksi, dan keragaman jenis tanaman), kawasan dilindungi, dan kawasan yang dikembangkan.evaluasi keragaman zonasi lanskap, indeks keragaman, dan analisis SWOT dijadikan sebagai pertimbangan dalam menuju pelestarian keragaman hayati tanaman secara ex-situ dan strategi manajemen lanskap bagi konservasi keragaman hayati tanaman (Gambar 1). Sentul City Menuju Implemenatasi Eco-City Aspek Ekologi: 1. Vegetasi 2, Kawasan dilindungi &kawasan dikembangkan Pelestarian Keanekaragaman Hayati Tanaman Secara Ex-situ Evaluasi Keragaman Zonasi Lanskap danindeks Keragaman Jenis Tanaman Evaluasi Hasil dari Analisis SWOT Strategi Manajemen Lanskap bagi Konservasi Keanekaragaman Hayati Tanaman Gambar 1. Kerangka pikir penelitian

19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menyusun sebuah strategimanajemen yang berkelanjutan di wilayah perkotaan mandiri harus mengerti unsur-unsur yang ikut berperan di dalamnya. Untuk lebih memahaminya, unsur-unsur tersebut akan dijabarkan di dalam beberapa sub-bab Deskripsi Eco-City, Keanekaragaman Hayati,dan Pengelolaan Lanskap Berkelanjutan. 2.1 Deskripsi Eco-City Indonesia dewasa ini sedang dihadapkan pada banyaknya masalah kemiskinan, bencana alam seperti tsunami, gempa bumi, banjir, erupsi vulkanik, kehilangan keanekaragaman hayati, menurunnya kualitas dan kuantitas air, tingginya polusi, dan degradasi keindahan lanskap. Gangguan ini diakibatkan oleh perubahan pemakaian dan penutupan lahan yang sangat cepat seperti penebangan liar, aplikasi pertanian monokultur, urbanisasi, industrialisasi, dan berbagai pembangunan infrastruktur. Pemerintah, komunitas-komunitas pecinta lingkungan, serta perusahaan-perusahaan telah mempromosikan beberapa program untuk ikut membantu menyelamatkan lingkungan, salah satunya konsep Eco-City (Arifin dan Nakagoshi, 2011) Eco-City adalah kota yang memiliki konsep kota yang berkelanjutan yang melibatkan aspek ekologi, ekonomi, social, dan budaya dari suatu kota. Kota berkelanjutan yang dimaksud adalah kota mandiri yang mampu menopang kebutuhan masyarakat di dalamnya dengan memaksimalkan sumber daya lokal yang dimiliki. Pemanfaatan kekayaan sumber daya lokal dapat meminimkan bantuan kebutuhan hidup dari kota sekitarnya sehingga suatu kota menjadi dapat bertahan hidup. Selain itu, kota mandiri yang berkelanjutan juga mempertimbangkan dampak-dampak lingkungan dengan melakukan penghematan energi, pemakaian air, dan polusi. Oleh karena itu aspek ekologi, ekonomi, sosial, dan budaya harus terlibat dalam pelaksanaannya (Arifin dan Nakagoshi, 2011). Konsep keberlanjutan mengandung beberapa bahasan yaitu jaringan hijau, jasa lingkungan, carbon stock, pengelolaan air, konservasi keanekaragaman

20 hayati, dan keindahan lanskap. Jaringan hijau (green network) merupakan hubungan ekologis antara ruang terbuka hijau yang menjadi pusat dengan ruang terbuka hijau yang lainnya seperti hutan kota, taman, kebun, dan pekarangan. Habitat-habitat pada ruang terbuka hijau seperti tepi sungai, danau, semak-semak, dan pepohonan tinggi merupakan aset keanekaragaman hayati.oleh karena itu, jaringan hijau sangat penting untuk keberlanjutan satwa burung dan makhluk hidup lainnya. Jasa lingkungan merupakan jasa yang diberikan oleh fungsi ekosistem untuk dapat dirasakan stakeholders dalam rangka memelihara kualitas lingkungan dan kehidupan masyarakat. Kualitas lingkungan yang sehat pada Eco- City dapat meningkatkan produktivitas masyarakat di dalamnya. Pemanfaatan jasa lingkungan seperti rekreasi alam, perlindungan sistem hidrologi, pengendalian erosi dan banjir secara optimal akanberpengaruh pada faktor keindahan, keunikan, dan kenyamanan yang tinggi. Eco-City harus peduli terhadap konservasi keanekaragaman hayati karena kegiatan konservasi membantu dalam melestarikan sumber daya flora dan fauna lokal.sumber daya lokal perlu dilestarikan agar kualitas lingkungan pada wilayah tersebut tidak rusak. Selain itu, sumber daya lokal juga dapat menjadi identitas kota dan kebanggaan masyarakat (Arifin dan Nakagoshi, 2011). Green city merupakan strategi radikal dan komprehensif untuk penghijauan kota. Strategi ini dirancang untuk menciptakan lanskap baru dengan pemanfaatan lahan dari bukit, hutan, dan lahan basah untuk pertanian dan pariwisata. Strategi ini merupakan tolak ukur/indikator berhasilnya konsep keberlanjutan suatu kota. Green city berhubungan dengan pengelolaan lingkungan perkotaan dan ISO di tingkat kota. ISO adalah standar internasional untuk Sistem Manajemen Lingkungan (SML) yang pada saat ini lebih dari sertifikasi di Inggris dan sertifikasi di 138 negara seluruh dunia. ISO adalah standar sistem manajemen utama yang mengkhususkan pada persyaratan bagi formulasi dan pemeliharaan dari SML. Tiga komitmen fundamental mendukung kebijakan lingkungan untuk pemenuhan persyaratan ISO 14001, termasuk : a. pencegahan polusi b. kesesuaian dengan undang-undang yang ada

21 c. perbaikan berkesinambungan Sistem Manajemen Lingkungan (SML) Komitmen-komitmen tersebut memberikan panduan perbaikan kinerja lingkungan secara keseluruhan ( 2011) Pengembangan dan penerapan sistem manajemen lingkungan (SML) pada tingkat kota adalah tugas kompleks yang melibatkan banyak aktor. Pusat Teknologi Lingkungan Hidup UNEP (United Nation Envorinment Programme) merekomendasikan tiga langkah berikut dalam mengekspolarisasikan ISO dengan tingkat kota (Srinivas, 2006 disitasi oleh Arifin, 2009) a. Promotion of eco-offices. Yaitu kegiatan mereduksi pemakaian energy, menggunakan material yang bersahabat dengan lingkungan, mereduksi sampah-sampah berat, mereduksi pemakaian air, mempromosikan kegiatan daur ulang, dan penghijauan kota. b. Promotion of eco-project. Penggunaan alat and bahan material yang bersahabat dengan lingkungan, percepatan penggunaan bahan daur ulang, rekayasa penghijauan, pembangunan teknologi penghijauan, dan mempromosikan penghijauan. c. Green city planning. Sebagai pengatur pedoman penghijauan kepada pekerja umum, industri dan rumah. Selain itu juga kegiatan peningkatan transportasi publik, peningkatan kapasitas bangunan, dan meningkatkan aplikasi pengelolaan lingkungan pada kota. Eco-City dan keberlanjutan kota harus didukung tujuan-tujuan yang telah terintergrasi oleh modernisasi ekologi, inovasi ekologi dalam penyimpanan sumber daya alam, dan efisiensi ekologi berdasarkan keberlanjutan lanskap alami manajemen keberlanjutan lanskap. Mekanisme pembangunan harus berada dalam kontrol komunitas kota dan dilakukan secara vertikal dan horizontal sehingga menciptakan kesatuan manajemen kota yang berkelanjutan. Manajemen kota yang berkelanjutan akan memberikan kepercayaan masyarakat efektivitas dan efisiensi hasil pembangunan. Saat ini,kota baru di Indonesia, Sentul City di Bogor, Jawa Barat, telah mempromosikan kebijakan yang mempunyai sasaran dalam

22 membentuk Eco-City. Kebijakan ini masih satu garis dengan ISO (Arifin, 2009). 2.2 Keanekaragaman Hayati Keanekaragaman alami, keanekaragaman hayati, atau biodiversitas, adalah semua kehidupan diatas bumi ini (tumbuhan, hewan, jamur dan mikroorganisme) serta berbagai materi genetik yangdikandungnya dan keanekaragaman sistem ekologi di mana mereka hidup.termasuk didalamnyakelimpahan dan keanekaragaman genetik relatif dari organisme-organisme yang berasal dari semuahabitat yang ada di darat, laut, dan sistem-sistem perairan lainnya. Oleh karena itu, keanekaragaman hayati lazimnya dianggap memiliki tiga tingkatan yang berbeda (Nichols, 2007) a. Keanekaragaman genetik merujuk kepada berbagai macam informasi genetik yang terkandung di dalam setiap makhluk hidup. Keanekaragaman genetik terjadi di dalam dan di antara populasi-populasi spesies serta di antara spesies-spesies. b. Keanekaragaman spesies merujuk kepada keragaman spesies-spesies yang hidup. Keanekaragaman ekosistem berkaitan dengan keragaman habitat, komunitas biotik, dan proses-proses ekologis, serta keanekaragaman yang ada di dalam ekosistem-ekosistem dalam bentuk perbedaan-perbedaan habitat dan keragaman proses-proses ekologis. Perubahan secara evolusi menghasilkan proses diversifikasi terus-menerus di dalam makhluk hidup. c. Keanekaragaman hayati meningkat ketika variasi genetik baru dihasilkan, spesies baru berevolusi, atau ketika satu ekosistem baru terbentuk. Keanekaragaman hayati akan berkurang dengan berkurangnya spesies, satu spesies punah, atau satu ekosistem hilang maupun rusak. Konsep ini menekankan sifat keterkaitan dunia kehidupan dan proses-prosesnya. Indonesia memiliki 187,9 juta ha area terrestrial dan 137,09 juta ha (70% dari total area Indonesia) yang merupakan lahan hutan.kegiatan konservasi hutanhutan seperti hutan hijau tropis dataran tinggi dan dataran rendah, hutan mangrove, dan hutan rawa menjadi sangat penting.karena semua kegiatan ini bertujuan untuk menjaga keanekaragaman hayati di Indonesia.Berdasarkan data,

23 hutan di Indonesia mencakup hutan konservasi seluas 23,54 juta ha, hutan lindung seluas 31,6 juta ha, dan hutan produksi seluas 81,95 juta ha. Walaupun hanya 1,3% dari area terestrial dunia, Indonesia memiliki 17% keragaman spesies dunia (Departemen Kehutanan, 2008 disitasi oleh Arifin, 2011). Indonesia adalah salah satu titik ekologis yang menjadi daya tarik dunia.berdasarkan data jumlah sumber daya hayati flora dan fauna, UNEP memposisikan Indonesia di urutan ketiga setelah Brazil dan Kongo, di antara sepuluh negara yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi. Selain itu, Indonesia termasuk dalam lima negara yang memiliki keragaman tanaman paling beragam dengan lebih dari spesies tanaman dan 55% merupakan spesies lokal (LIPI, 2010 disitasi oleharifin, 2011). Karakter keanekaragaman hayati Indonesia yang kuat di mata dunia berbanding terbalik dengan tingkat deforestasi yang terjadi belakangan ini.indonesia memiliki tingkat deforestasi yang tinggi di dunia, yaitu 3,8 juta ha hutan hilang per tahun atau 7,2 ha per menit. WRI (World Resource Institute) melaporkan bahwa hanya tinggal 20% dari hutan asli Indonesia dari 130 juta ha yang masih tersisa.sekitar 72% hutan alami Indonesia dialihkan menjadi area industri, pemukiman, area pertanian, area perkebunan, area rumput, dan lainnya (Arifin, 2011). Populasi yang berkembang pesat membuat adanya tekanan yang tinggi terhadap pemakaian lahan, air, sumber daya energi, dan sumber daya hayati lainnya.pada tahu 2030 mendatang, diperkirakan lebih dari 60% populasi dunia tinggal di lingkungan perkotaan. Peningkatan populasi urban ini akanmengakibatkan masalah terhadap pasokan air bersih hingga masalah sampah. Menghadapi kemungkinan-kemungkinan besar seperti ini, sangat penting untuk mendalami konsep green-city,yangsalah satunya adalah tumbuhnya sikap saling bergantung dan menjaga antara manusia dengan lingkungan yang dalam hal ini adalah keanekaragaman hayati (Arifin, 2011). Saling bergantung antara manusia dan keanekaragaman hayati sangat penting karena pada akhirnya seluruh masyarakat akanbergantung kepada layanan dan sumberdaya keanekaragaman hayati. Saat ini hanya sebagian orang yang menjalani gaya hidup bergantung pada keanekaragaman. Padahal, budaya,

24 sejarah, dan identitas berkaitan erat dengan lingkungan alam dan sistemsistemnya.tiap budaya dan bangsa memiliki perbedaan dalam memandang dan menilai keanekaragaman hayati sebagai akibat dari perbedaan warisan dan pengalaman mereka.meskipun ketergantungan banyak orang pada keanekaragaman hayati menjadi semakin kurang jelas, keanekaragaman hayati tetap sangat penting bagi semua kelompok masyarakat. 2.3 Pengelolaan Lanskap Berkelanjutan Pengelolaan lanskap merupakan upaya dalam penataan, pemanfaatan, pemeliharaan, dan pengawasan suatu kawasan.mengelola lanskap harus memperhatikan ruang sesuai dengan fungsi, sirkulasi, aksesibilitas, serta fungsi ekologisnya.pemilihan jenis tanaman untuk penghijauan dan perbaikan iklim mikro, pertimbangan estetika dan pemeliharaan juga harus diperhatikan.keamanan, kebersihan, dan estetika juga menjadi aspek penting yang harus diperhatikan, karena baik atau buruknya pelaksanaan pengelolaan akan menentukan keberhasilan suatu keberlanjutan karya lanskap. Oleh karena itu, rencana pengelolaan lanskap harus ada dan menjadi pertimbangan dalam penyusunan master plan suatu proyek. Pentingnya pengelolaan lanskap adalah untuk menjaga areal lanskap dengan segala fasilitasnya agar tetap berfungsi sesuai dengan yang direncanakan.pengelolaan berlangsung dengan membuat program pengelolaan yang terstruktur dan terorganisasi.program yang terstruktur dan terorganisasi bertujuan agar lanskap tersusun secara sistematis dan mudah dikelola.program perencanaan perlu mempertimbangkan aspek fisik, sosial, budaya, ekologi, dan ekonomi.program pengelolaan biasa disebut dengan rencana pengelolaan (management plan). Manajemen suatu tapak mempunyai beberapa prinsip yang harus dimiliki pengelola.terdapat dua belas prinsip yang dapat dijadikan petunjuk dasar untuk mewujudkan program pengelolaan,yaitu (Sternloff and Warren, 1984): a. Memiliki tujuan dan standar pemeliharaan b. Pemeliharaan harus berdasarkan penggunaan waktu, tenaga, alat, dan bahan secara ekonomis.

25 c. Pelaksanaan pemeliharaan berdasarkan perencanaan pemeliharaan tertulis. d. Jadwal pekerja pemeliharaan harus berdasarkan pada pertimbangan prioritas dan kebijakan. e. Seluruh bagian pemeliharaan hendaknya menekankan pada pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance). f. Divisi pemeliharaan harus dikelola dengan baik. g. Sumberdaya dana yang cukup untuk mendukung program pemeliharaan h. Sumberdaya tenaga kerja yang cukup untuk melaksanakan fungsi pemeliharaan. i. Memiliki tanggung jawab terhadap keamanan pegawai serta masyarakat. j. Program pengelolaan harus dirancang untuk memelihara lingkungan alami. k. Pemeliharaan harus menjadi pertimbangan utama dalam perancangan dan pembangunan taman dan fasilitasnya. l. Pegawai bagian pemeliharaan bertanggung jawab bagi pencitraan masyarakat terhadap dinas pertamanan. Setiap arsitek dalam membuat satu karya harus bertangggung jawab terhadap lingkungan alami. Beberapa cara spesifik untuk melindungi lingkungan alami adalah sebagai berikut (Simonds and Starke, 2006) a. Setiap pengguna memiliki sikap untuk memelihara lingkungan. b. Setiap pengelola melindungi setiap sumber daya alam yang berada di tapak dan memikirkan masa depan. c. Fasilitas yang didirikan perancang dan perencana terkombinasi dengan lanskap alami tapak, bukan sebaliknya.

26 BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kawasan permukiman Sentul City yang terletak pada LS dan BT di wilayah administrasi Kabupaten Bogor, dengan luas kurang lebih ha (Gambar 2).Waktu yang dibutuhkan untuk penelitian adalah 3 bulan, dari akhir bulan Februari hingga Mei Sumber: Gambar 1. Peta lokasi Sentul City (tanpa skala) 3.2 Alat dan Bahan Alat yang dibutuhkan pada kegiatan inventarisasi dan pengolahan data adalah kamera digital, tali-temali untuk membuat petak, dan program komputer seperti,autocad, dan Adobe Photoshop CS3. Bahan yang dibutuhkan adalah master plan Sentul City serta buku literatur tentang tanaman, yaitu Plants Resources of South-East Asia(PROSEA) No.5(1)Timber Trees: Major Commercial Timbers dan buku Galeri Tanaman Lanskap.

27 3.3 Metode Penelitian Penelitian ini bertujuan menyusun rencana pengelolaan lanskap melalui konservasi keragaman hayati tanaman secara ex-situ, metode yang digunakan sebagai berikut Menginventarisasi vegetasi berdasarkan jenis dan asalnya. Metode ini dilakukan dengan survei lapang, mencatat jenis tanaman yang ditemukan di setiap zona yang ditentukan, dan mencari asalnya di literature Plants Resources of South-East Asia(PROSEA) No.5(1). Timber Trees: Major Commercial Timbers dan buku Galeri Tanaman Lanskap. Zona yang ditentukan merupakan lokasi pengambilan sampel indeks keragaman jenis tanaman, yaitu a) Danau Parahyangan, b) Danau Graha Utama, c) Jalan Moh. Husni Thamrin Depan, d) Jalan Moh. Husni Thamrin Tengah, e) Jalan Moh. Husni Thamrin Belakang, f) RTH Cluster Northridge, g) RTH Cluster Bukit Golf Hijau, dan h) RTH Cluster Venesia. Lokasi sampel ditentukan dengan cara purposive, yaitu dengan pertimbangan bahwa suatu lokasi memiliki formasi kombinasi tanaman yang rimbun, lokasi sebagai ruang publik di bawah naungan pengelolaan lanskap Sentul City, lokasi mewakili jenis lanskap yang ada, dan lokasi dizinkan pengelola kawasan Sentul City Menghitung index keragaman dengan metode Density Board Standard Methodyang dilanjutkan dengan analisis keragaman hayati tanaman dengan metode Shanon-Wienner Density Board Standard Methodmerupakan pengumpulan data jumlah dan jenis vegetasi pada lokasi pengamatan yang dilakukan dengan melakukan inventarisasi tanaman dengan menerapkan metode kombinasi antara metode jalur dan metode garis berpetak. Plot contoh berukuran 10 m x 10 m dapat mencakup segala jenis tanaman mulai dari herba, semak, perdu, sampai pohon. Untuk mengidentifikasi keragaman jenis tumbuhan bawah (semak dan herba), dilakukan dengan membuat petak 5 m x 5 m di dalam petak berukuran 10 m x 10 m sejauh jalur pengamatan (Gambar 3). Terdapat 3 plot ulangan pada lokasi pengamatan lanskap greenway dan

28 cluster,dan2 plot ulangan pada lokasi pengamatan danau. Plot dibuat pada ruang terbuka hijau yang di dalamnya terdapat keragaman tanaman selain itu juga, plot dibuat di tepi jalan dan danau (Indriyanto, 2006). 50 m 10 m 5 m Plot 1 Plot 2 Plot 3 Plot 4 Plot 5 5 m Gambar 2. Plot yang dibuat pada ruang terbuka hijau Metode Shanon-Wiener (Odum, 1971) merupakan penghitung indeks keragaman jenis tanaman pada lanskap RTH Sentul City. Metode ini dilakukan untuk mengetahui kompleksitas keragaman jenis. H = - Pi ln Pi dengan Pi = Ni / N Total Keterangan: H : Indeks Keragaman Shanon-Wienner Pi : Jumlah individu suatu spesies/jumlah total seluruh spesies Ni : Jumlah individu spesies ke-i N total : Jumlah total individu Nilai perhitungan indeks keragam (H) tersebut menunjukkan bahwa Jika H 3, keragaman spesies tinggi; Jika 1 < H < 3, keragaman spesies sedang; Jika H 1, keragaman spesies rendah Menyusun rencana pengelolaan konservasi ex-situkeragaman hayati tanaman dengan menggunakan analisis SWOT. Analisis SWOT adalah analisis yang didasarkan pada logika dengan memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), tetapi secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats).analisis SWOT menganalisis kekuatan dan kelemahan

29 dari faktor internal dan menganalisis peluang dan ancaman dari faktor eksternal (Rangkuti, 2009).Kerangka kerja dengan menggunakan pendekatan analisis SWOT adalah sebagai berikut, a. Penentuan bobot setiap variabel Sebelum melakukan pembobotan faktor internal maupun eksternal, terlebih dahulu ditentukan tingkat kepentingannya.setiap faktor internal dan eksternal diberi nilai berdasarkan tingkat kepentingannya (Tabel 1 dan 2). Tabel 1. Formulir tingkat kepentingan faktor internal Simbol Faktor Kekuatan (Strength) S1 S2 S3 Sn Simbol Faktor Kelemahan (Weakness) W1 W2 W3 Wn Tingkat Kepentingan Kekuatan yang sangat besar Kekuatan yang besar Kekuatan yang sedang Tingkat Kepentingan Kelemahan yang tidak berarti Kelemahan kurang berarti kelemahan yang cukup berarti Tabel 2. Formulir tingkat kepentingan faktor eksternal Simbol Faktor Peluang (Opportunity) O1 O2 O3 On Simbol Faktor Ancaman (Threat) T1 T2 T3 Tn Tingkat Kepentingan Peluang yang sangat tinggi Peluang tinggi Peluang rendah Tingkat Kepentingan Ancaman yang besar Ancaman yang sedang Ancaman yang kecil Penentuan bobot dilakukan dengan cara mengajukan identifikasi faktor strategis internal dan eksternal kepada pihak pengelola. Metode tersebut

30 digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal dan eksternal (Tabel 3). Tabel 3. Formulir pembobotan faktor internal dan eksternal Simbol A B C D E Total Bobot A B C D E Total Penentuan bobot setiap variabel menggunakan skala 1, 2, 3, dan 4, yaitu (David, 2008 yang disitasi Rangkuti, 2009) 1, jika indikator faktor horizontal kurang penting daripada indikator faktor vertikal 2, jika indikator faktor horizontal sama penting dengan indikator faktor vertikal 3, jika indikator faktor horizontal lebih penting daripada indikator faktor vertikal 4, jika indikator faktor horizontal sangat penting daripada indikator faktor vertical b. Penentuan peringkat (Rating) Penentuan tiap variabel terhadap kondisi objek diukur dengan menggunakan nilai peringkat berskala 1-4 terhadap masing-masing faktor strategis yang dimiliki Sentul City. Nilai dari pembobotan dikalikan dengan peringkat pada setiap faktor dan semua hasil kali tersebut dijumlahkan secara vertikal untuk memperoleh total skor pembobotan(david, 2008 yang disitasi Rangkuti, 2009) (Tabel 4 dan Tabel 5).

31 Tabel 4. Formulir matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Faktor Strategis Internal Bobot Rating Skor Kekuatan Kelemahan Total Tabel 5. Formulir matriks External Factor Evaluation (EFE) Faktor Strategis Eksternal Bobot Rating Skor Peluang Ancaman Total c. Penyusunan alternatif strategi Hubungan antara kekuatan dan kelemahan dengan peluang dan ancaman digambarkan dalam matriks SWOT.Matriks ini menghasilkan beberapa alternatif strategi sehingga kekuatan dan peluang dapat ditingkatkan serta kelemahan dan ancaman dapat diatasi (Tabel 6). Tabel 6.FormulirMatriks SWOT Eksternal Opportunities Threats Internal Strenghts Weaknesses Menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengambil kesempatan yang ada Mendapatkan keuntungan dari kesempatan yang ada untuk mengatasi kelemahankelemahan Menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman yang dihadapi Meminimumkan kelemahan dan menghindari ancaman yang ada

32 Berdasarkan Matriks SWOT (Tabel 6) didapatkan 4 langkah strategi berikut Strategi SO (Strenghts-Opportunities) Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran pengelola, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. Strategi SO menggunakan kekuatan internaluntuk memanfaatkan peluang eksternal. Strategi ST (Strenghts-Threats) Strategi ini menggunakan kekuatan yang dimiliki pengelola untuk mengatasi ancaman. Strategi ST menggunakan kekuatan internal untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal. Strategi WO (Weaknesses-Opportunities) Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. Strategi WO bertujuan memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang eksternal. Strategi WT (Weaknesses-Threats) Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan serta menghindari ancaman. Strategi WT bertujuan mengurangi kelemahan internal dengan menghindari ancaman eksternal. d. Pembuatan tabel Ranking alternatif strategi Penentuan prioritas dari strategi yang dihasilkan dilakukan dengan memperhatikan faktor-faktor yang saling terkait. Jumlah dari skor pembobotan akan menetukan rangking prioritas strategi (Tabel 7). Jumlah skor ini diperoleh dari penjumlahan semua skor di setiap faktor-faktor strategis yang terkait. Rangking akan ditentukan berdasarkan urutan jumlah skor terbesar sampai terkecil dari semua strategi yang ada. Perangkingan ini dilakukan secara subjektif dengan strategi usaha memaksimumkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities) serta meminimumkan ancaman (threats) dan kelemahan (weaknesses).

33 Tabel 7. Formulir rangking alternatif strategi dari Matriks SWOT Alternatif Strategi SO1 SO2 SO3... SOn WO1 WO2 WO3... WOn ST1 ST2 ST3... STn WT1 WT2 WT3... WTn Keterkaitan dengan Unsur SWOT Skor Rank Menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengambil kesempatan yang ada Mendapatkan keuntungan dari kesempatan yang ada untuk mengatasi kelemahan-kelemahan Menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman yang dihadapi Meminimumkan kelemahan dan menghindari ancaman yang ada

34 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Situasional Sentul City merupakan kota mandiri yang dibangun oleh PT Sentul City, Tbk. Kota ini terdiri dari kawasan perumahan, perdagangan, perkantoran, fasilitas komersial, industri ringan, ruang terbuka hijau, fasilitas sosial, dan fasilitas umum. Secara geografis, kota mandiri ini terletak pada LS dan BT. Sebelah utara berbatasan dengan ibu kota Jakarta, sedangkan sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan Ciawi. Sentul City diapit oleh kota Bogor di sebelah barat dan kota Jonggol di sebelah timur. Akses dari Jakarta menuju Sentul City dapat melalui jalan Tol Jagorawi lalu keluar di Pintu Tol Sentul Selatan. Akses dari kota Bogor menuju Sentul City dapat melalui Tol Bogor Ring Road, sedangkan akses dari kota Jonggol melalui Karang Tengah. Sentul City memiliki luas ha sesuai dengan master plan pembangunan kawasan. Lokasi kegiatan pembangunan Sentul City berada pada 8 wilayah desa dan 2 Kecamatan, yaitu Desa Cipambuan, Desa Babakan Madang, Desa Citaringgul, Desa Bojong Koneng, Desa Sumur Batu, Desa Cijayanti, Desa Kadumanggu, dan Desa Cadas Ngampar, Kecamatan Babakan Magang dan Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor Aspek Ekologi Sentul City sering disebut kota pegunungan karena tapaknya yang menuju Gunung Pancar. Kontur serta kemiringan lahan tapak ini sudah banyak diberi perlakuan cut and fill untuk kepentingan perumahan dan fasilitas komersial lainnya. Iklim tropis menjadikan Sentul City berpotensi untuk berkembang biaknya vegetasi-vegetasi dengan mudah sehingga pihak Sentul City banyak memakai tanaman-tanaman introduksi ke dalam perencanaannya.sentul City dengan konsep vegetasinya mendapatkan penghargaan Rekor Muri sebagai Taman Terluas di Jalan Utama Kota Mandiri, yaitu 27 Ha pada tahun Selain itu, di kota mandiri ini juga banyak ditemukan satwa burung yang sering terlihat di jalan-jalan serta ruang tebuka hijau di dalam kawasan perumahan. 1

35 2 Sentul City dilintasi oleh dua sungai, yaitu sungai Cikeas dan sungai Citeureup.Sungai Cikeas mengalir dari area Bogor dan bermuara di laut utara Bekasi.Sungai yang melintasi kawasan perumahan Sentul City ini juga menjadi sarana para pengelola untuk dijadikan kawasan rafting. Sungai Citeurup melewati kawasan Sentul City hingga Subang Topografi Topografi Sentul City merupakan kawasan yang bergelombang, berbukit dan bergunung-gunung dengan ketinggian antara 200 m 750 m di atas permukaan laut.kawasan ini mempunyai kemiringan lereng yang berkisar antara 0% sampai lebih besar dari 25% (Tabel 8). Tabel 1. Klasifikasi topografi wilayah Sentul City Bentuk Wilayah Lereng (%) Perbedaan Tinggi (m) Luas (Ha) Proporsi (%) Datar - berombak ,3 36,98 Bergelombang ,3 23,54 Berbukit ,17 Bergunung-gunung >25 > ,4 16,31 Sumber : Bukit Sentul Tbk Berdasarkan data tersebut, terdapat daerah yang dapat dibangun dan tidak dapat dibangun. Daerah yang boleh dibangun adalah daerah yang memiliki kemiringan lereng <15% (datar-bergelombang), yaitu seluas 1.815,6 ha (60,25% dari luas total area) dan daerah yang tidak dapat dibangun adalah daerah yang memiliki kemiringan lebih dari 15% (berbukit dan bergunung-gunung) atau seluas 1.184,4 ha (39,48% dari luas total area) Iklim Berdasarkan data dari stasiun pengukur iklim Badan Meteorologi dan Geofisika Dramaga (BMG) Dramaga, Bogor, kelembaban udara kawasan Sentul City rata-rata tercatat 76,69% - 86,35%. Kelembaban minimum terjadi pada bulan Agustus dan kelembaban maksimum terjadi pada bulan Februari (Tabel 9). Data temperatur menunjukan bahwa suhu rata-rata tercatat 24,6 C 26,73 C. Suhu

36 3 minimum terjadi pada bulan Januari dan suhu maksimum terjadi pada bulan Oktober (Tabel 10). Bulan Tahun Rata-rata Januari 84,8 74,4 79,4 88,3 88,3 86,6 77,9 81,9 88,0 88,0 83,0 83,6 Februari 88,0 86,9 80,8 88,1 87,8 86,9 89,2 90,1 88,0 85,0 79,0 86,3 Maret 87,8 83,9 83,7 82,9 88, ,2 83,8 82,0 86,0 82,0 84,4 April 86,3 83,6 83,8 82,0 83,4 82,0 87,2 83,3 82,0 77,0 84,0 83,1 Mei n.a 80,5 80,0 83,8 81,5 79,5 82,7 79,7 85,0 84,0 84,0 82,0 Juni 79,8 79,9 78,0 76,9 84,9 77,2 82,0 79,1 81,0 86,0 77,0 80,1 Juli 80,0 82,4 72,4 83,8 82,4 78,4 77,3 73,6 77,0 84,0 80,0 79,2 Agustus 76,1 76,1 73,9 74,2 81,0 70,9 76,3 81,1 75,0 84,0 75,0 76,6 September 80,0 75,1 81,1 82,4 80,8 64,5 76,3 78,6 75,0 84,0 n.a 77,7 Oktober 85,5 72,0 83,1 80,5 82,5 71,8 81,2 80,1 82,0 86,0 n.a 80,4 Nopember 83,1 83,3 85,9 84,8 83,0 81,7 85,6 85,5 81,0 82,0 n.a 83,5 Desember 74,4 84,7 87,7 86,1 84,3 87,3 89,6 86,5 85,0 83,0 n.a 84,8 Bulan Tabel 2. Kelembaban Udara Sentul City Tabel 3. Suhu Udara Sentul City Tahun Januari 24,6 24,3 24,2 23,4 25,0 25,1 24,3 24,0 25,0 25,3 25,4 24,6 Februari 23,0 24,4 24,6 24,4 25,9 25,1 24,3 25,2 25,1 25,9 25,6 24,8 Maret 25,2 25,9 25,1 26,0 25,6 25,3 25,6 25,2 25,8 26,0 25,7 25,5 April 23,5 26,0 26,3 26,4 26,5 25,7 25,7 26,2 26,2 27,1 25,8 25,9 Mei n.a 26,2 26,0 26,2 26,7 26,8 26,7 26,6 26,1 26,7 26,1 26,4 Juni 26,2 26,2 26,6 25,7 26,3 26,5 25,9 26,3 26,1 25,9 26,1 26,1 Juli 25,7 25,5 26,2 25,4 26,0 26,7 26,2 26,9 25,8 25,8 25,8 26,0 Agustus 26,2 25,8 27,1 26,3 26,0 26,6 26,7 26,6 26,3 25,8 25,7 26,2 September 26,1 26,4 26,4 26,5 26,1 27,7 26,8 27,0 26,6 25,3 n.a 26,4 Oktober 26,0 28,3 26,1 27,4 26,6 27,7 26,3 27,5 26,0 25,4 n.a 26,7 Nopember 25,3 26,1 25,9 26,4 26,8 27,2 25,8 26,0 26,3 25,9 n.a 26,1 Desember 25,8 26,0 24,9 25,2 25,1 25,6 24,3 25,6 26,1 25,5 n.a 25,4 Rata-rata Curah hujan rata-rata kawasan Sentul City lebih dari mm. Rata-rata curah hujan bulanannya berkisar antara 175,4 mm/bulan sampai dengan mm/bulan. Bulan paling basah berkisar antara bulan Oktober sampai dengan bulan Mei.Selain itu, jumlah hari hujan rata-rata 150 hari/tahun.

37 Hidrologi Berdasarkan jenisnya, kawasan Sentul City memiliki air sungai, air tanah, dan mata air.kawasan Sentul City dilewati sungai Cikeas, Sungai Citeureup, dan beberapa anak sungainya.sungai Cikeas dan sungai Citeureup merupakan sungai permanen yang berair sepanjang tahun, sedangkan anak-anak sungainya merupakan sunga intermiten yang hanya berair pada musim hujan dan kering pada musim kemarau.air tanah yang terdapat di kawasan Sentul City merupakan air tanah dangkal yang tidak bertekanan dengan kedudukan muka tanah air bebas berkisar antara 4 hingga 12 meter.potensi air tanah di kawasan Sentul City sangat terbatas dan sangat dipengaruhi oleh musim. Sumber air dari mata air mengalir langsung menjadi aliran permukaan pada sungai-sungai yang ada di kawasan tersebut dengan debit air yang umumnya kecil, yaitu kurang lebih sebesar 0,5 liter/detik. Selain sungai Cikeas dan sungai Citeureup, sumber air lain yang cukup potensial adalah sungai Ciliwung meskipun lokasi sungai cukup jauh dari lokasi kawasan. Pihak Sentul City telah mendapatkan SIPA (Surat Izin Pengambilan Air) dari Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat untuk memanfaatkan air dari sungai tersebut.sungai Cikeas dan Sungai Citeureup berfungsi untuk mengairi dua danau buatan yang terdapat di kawasan Sentul City, selain juga berfungsi sebagai cadangan (make up water) dan sebagai pemasok kebutuhan air di kawasan Sentul City terutama saat musim kemarau. Kawasan Sentul City dibangun pada daerah minim air, baik permukaan maupun air tanah. Pada awal pembangunan, pengelola Sentul City menggunakan air sungai Citeureup dan air hujan yang ditampung dalam waduk dan kolam untuk dijadikan sumber air baku. Namun, setelah Sentul City bekerja sama dengan PDAM Kota Bogor, air untuk kebutuhan minum dan penyiraman tanaman tidak lagi bermasalah. Baik air hujan maupun air sungai dibiarkan begitu saja sebagai cadangan air tanah. Kualitas air permukaan yang terletak di kawasan Sentul City secara keseluruhan masih berada di bawah ambang Batas Baku Mutu Golongan B, sehingga untuk pemanfaatannya sebagai air minum perlu dilakukan penyaringan dan aerasi. Untuk itu telah dibangun tempat khusus pengolahan air dan ditangani

38 5 oleh Departemen Instalasi Pengolahan Air dan Limbah atau Water Treatment Plant Departement (WTP)(Gambar 4). Sumber air yang digunakan WTP berasal dari sungai Cibarengkok yang dijernihkan dengan proses kimia dan fisika. Penggunaan sistem WTP dapat mengurangi kebergantungan pada sumber daya dari tempat lain, serta dalam skala lebih besar jika dipadukan dengan pengelolaan limbah cair dapat membentuk suatu sistem recycle dalam pengelolaan sumber daya air. Gambar 1.Instalasi pengolahan air dan limbah Vegetasi Vegetasi yang tumbuh di kawasan Sentul City dipengaruhi oleh topografi yang dibedakan menjadi dua bentang alam, bentang alam basah dan bentang alam kering.daerah bentang alam basah sebagian besar merupakan tanaman budidaya seperti pisang, talas, ketela pohon, dan kacang tanah.tanaman tersebut merupakan jenis tanaman yang banyak membutuhkan air.pada daerah bentang alam kering, jenis vegetasi yang berada di bagian puncak bukit, umumnya berupa hutan alami dan hutan binaan.hutan-hutan alami di Sentul City didominasi oleh pohon Karet (Hevea brasillensis Willd.Ex. Juss M.A) yang merupakan jenis tanaman asli.sedangkan hutan binaan di kawasan Sentul City didominasi oleh pohon Pinus (Pinus merkusii Jungh.) yang merupakan jenis tanaman asal Sumatera. Konsep Eco-City tentang pengayaan keragaman hayati tanaman pada Sentul City direfleksikan pada perencanaan vegetasinya.sentul City mendapatkan penghargaan Museum Rekor Indonesia (MURI), yaitu Taman Jalan Terbesar untuk Pengembangan Kota dengan luas area 27 ha, 6518 pohon dengan 49 spesies yang berbeda dan belum termasuk spesies semak, perdu, dan rumput.

39 6 Pengembangan Taman Jalan ini berada di jalan utama Sentul City dengan panjang jalan 6,2 Km. Selain itu, pada peruntukan lahan lain seperti Central Bussiness District (BCD), pemukiman, Cluster, penginapan, area rekreasi, lapangan golf, hutan alami maupun buatan dan area penangkapan juga memiliki pengayaan keanekaragaman hayati yang tinggi. Sebanyak 76 spesies pohon dengan total pohon pada area terbuka hijau (30 ha). Namun hanya 68 spesies yang teridentifikasi dan spesies-spesies itu lebih banyak ditemukan spesies tanaman introduksi dan hanya 27 spesies tanaman asli (Arifin dan Nakagoshi, 2011). Sentul City dalam membangun Ruang Terbuka Hijau turut mengacu pada undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang (UUPR), yaitu mewajibkan setiap kota menyediakan ruang terbuka hijau (RTH) minimal 30 persen dari luas wilayah kota. Ruang terbuka hijau Sentul City tersebar ke seluruh area yang terbagi dalam 6 model lanskap yaitu, Area Jalan Utama, Area Rekreasi, Area Pemukiman, Area Komersil dan Fasilitas Umum, Area Golf, dan terakhir Area Budidaya. a. Area Jalan Utama Secara umum Sentul City memiliki 3 jenis jalan, yaitu jalan arteri dua jalur, jalan kolektor dan sub kolektor. Jalan utama Sentul City memiliki panjang 6,2 Km dengan badan jalan antara 6-10 m dilapisi hotmix. Jalan arteri Sentul City dibagi menjadi dua, yaitu jalan Thamrin dan Jalan Siliwangi.Sepanjang jalan arteri terdapat komplek-komplek pemukiman yang biasa disebut dengan Cluster dan jalan arteri dan tiap Cluster dihubungkan dengan jalan kolektor. Jalan sub kolektor adalah jalan yang terdapat di lingkungan Cluster yang menghubungkan antar rumah ke rumah (Gambar 5). Vegetasi yang dapat ditemukan sepanjang Area Jalan Utama antara lain didominasi oleh pohon akasia (Acacia mangium) dan pohon pinus (Pinus merkusii). Seluruh jenis pohon yang tersebar di Jalan Utama berjumlah sekitar 49 spesies dengan jumlah pohon kurang lebihnya buah (Bukit Sentul Tbk. 2009).Selain itu di area Jalan Utama juga dapat dijumpai semak dan rumput yang cantik dan ditata dengan indah serta perawatan yang tinggi (Gambar 6).

40 7 Gambar 2. Jalan Arteri (atas), Kolektor (bawah kiri), dan Sub Kolektor (bawah kanan) Sentul City Gambar 3. Kombinasi cantik pohon, semak, dan rumput dengan perawatan tinggi b. Area Pemukiman (Cluster Area) Sentul City saat ini memiliki 17 Cluster besar dan 10 Cluster kecil dengan luas seluruh lahan 1.109,25 ha. Area pemukiman Sentul City juga menyediakan lahan untuk Ruang Terbuka Hijau (RTH) seluas 230 ha yang di dalamnya terdapat Buffer, taman ketetanggaan, dan pekarangan. Buffer tiap cluster didominasi oleh pohon pinus (Pinus merkusii), pohon akasia (Acacia mangium), pohon mahoni,

41 8 dan pohon tanjung.taman ketetanggan dan pekarangan didominasi tanamantanaman hias dan tanaman buah (Gambar 7). Gambar 4. Contoh welcome area pada area pemukiman c. Area Rekreasi (Danau, Taman Budaya, dan fasilitas rekreasi lainnya) Area Rekreasi adalah area atau wilayah yang berfungsi untuk digunakan manusia sebagai tempat beristirahat, bersenang-senang, dan melakukan kegiatan yang menyenangkan.kegiatan rekreasi berguna untuk menyegarkan kembali tubuh agar siap untuk kerja. Sentul City memiliki area rekreasi terdiri dari danau, taman budaya dan theme park Alam Fantasia. Sentul City memiliki delapan danau atau waduk buatan yang saat ini dapat diharapkan menjadi cadangan air tanah dan membantu peresapan air.namun danau yang cocok untuk kegiatan rekreasi ada tiga danau yaitu danau Parahyangan, danau Northridge dan danau gerbang Graha Utama (Gambar 8).Danau Parahyangan terletak di tengah perumahan Cluster Parahyangan.Kegiatan rekreasi masyarakat di danau ini antara lain bersantai, duduk-duduk, memancing, dan piknik.vegetasi pada area danau Parahyangan didominasi oleh pohon mahoni (Swietenia mahagoni) dan pohon matoa (Pometia pinnata).danau Northridge terletak di tengah perumahan Cluster Northridge.Kegiatan rekreasi yang dilakukan berupa piknik, bersantai, dan memancing. Danau Northridge adalah danau terbesar antara danau Parahyangan dan danau Graha Utama.Vegetasi pada danau Northridge masih berupa hutan alami yang didominasi pohon jati (Tectona grandis) dan pohon pinus (Pinus merkusii). Namun, sebagian area sudah ditanami rumput (Axonopus compressus)

42 9 yang dikombinasikan dengan palem bismarkia (Bismarckia sp.) dan palem pinang (Areca catechu) karena difungsikan sebagai area rekreasi. Danau Graha Utama teletak di sebelah Gerbang Graha Utama.Danau Graha Utama digunakan untuk bersantai, duduk-duduk, dan sesekali menjadi tempat shooting film.danau Graha Utama didominasi oleh semak berbunga dan tanaman air. Vegetasi di dalam Taman Budaya didominasi pohon pinus (Pinus merkusii), pohon akasia (Acacia auriculiformis) dan pohon bintaro (Cerbera manghas).vegetasi di dalam kawasan rekreasi Alam Fantasia didominasi oleh pohon akasia (Acacia auriculiformis).vegetasi pohon tersebut juga dapat ditemukan hampir di seluruh area Sentul City (Saraswati, 2010). Gambar 5. Danau Graha Utama (kiri) dan Danau cluster Parahyangan (kanan) d. Area Komersial dan Fasilitas Umum Area Komersial dan Fasilitas Umum pada kawasan Sentul City meliputi sekolah, universitas, tempat ibadah, pertokoan, pasar, dan kantor pengelola Sentul City (Gambar 9). Vegetasi pada area ini hanya berfungsi sebagai vegetasi hias Gambar 6. Kantor pengelola Sentul City (kiri) dan Bellanova (kanan) sebagai pusat perbelanjaan

43 10 yang mendukung area terbangun.vegetasi semak lebih mendominasi dari pada vegetasi pohon sehingga area terasa lebih panas karena kurang naungan. Keragaman vegetasi pun lebih kecil dibandingkan area yang lain karena hanya ada sekitar 42 jenis pohon. e. Area Golf Area Golf pada Sentul City terdapat pada Cluster Bukit Golf Hijau, Sentul Golf Highland, dan Mediterania Golf Hill. Vegetasi area golf pada Sentul City dibagi menjadi tiga bagian menurut fungsinya, yaitu vegetasi Buffer lapangan golf, rumput golf, dan vegetasi jalan. Vegetasi Buffer didominasi pohon pinus (Pinus merkusii) dan akasia (Acacia auriculiformis), rumput golf memakai jenis rumput bermuda (Cynodon dactylon L.), dan untuk vegetasi jalan lebih sering menggunakan jenis-jenis palem. Jenis-jenispalem itu seperti pinang (Areca catechu L), bismarkia (Bismarikia nobilis), kelapa gading (Cocu mucifera L.), palem kuning (Chrysalidocarpus lutescens) dan palem merah (Crytostachys lakka Becc.). Vegetasi pada area golf 49 jenis pohon. Aa Budidaya Gambar 7. Area Golf di Sentul City f. Area Budi Daya Area budidaya pada Sentul City meliputi kawasan Nursery/tempat pembibitan dan area perkebunan warga (Gambar 11).Nursery mengembangkan tanaman penutup tanah dan beberapa semak seperti bunga soka (Ixora sp.), taiwan beauty (Chupea sp.) dan iris (Neomarica longifolia). Area perkebunan warga ditanami tanaman seperti singkong, kangkung dan ubi jalar.selain itu, terdapat

44 11 pula area pelatihan pertanian sebagai kawasan Edutourism sebagai program wisata Taman Budaya. Gambar 8. Area pembibitan (kiri) dan perkebunan warga (kanan) Aspek Pengelolaan PT Sentul City.Tbk mempercayai PT Sukaputra Graha Cemerlang sebagai pengelola.pt. Sukaputra Graha Cemerlang memiliki Departemen Pengelolaan yang mengelola bagian infrastruktur, kompos, kebersihan, utilitas dan lanskap.kepala Departemen Pengelolaan membawahi tiga bagian yaitu bagian infrastruktur, bagian lanskap dan kebersihan, dan bagian kompos. Bagian lanskap dan kebersihan membawahi dua supervisor yang mengelola 296,59 ha lanskap zona hijau Sentul City secara keseluruhan, serta membawahi bagian pengelola sampah rumah tangga dan sampah hijau. Setiap supervisor membawahi pengawas yang bertugas untuk mengontrol aktivitas kontraktor perihal jadwal kerja, teknis lapang, dan absensi tenaga kerja.selain itu supervisor juga ikut andil dalam pelaksanaan pembibitan vegetasi tanaman hias sebagai cadangan apabila vegetasi di lapangan terjadi kerusakan (Gambar 12). Perawatan RTH Sentul City dikelola oleh CV Gelar Jaya dan CV Cipta Anugrah Maulita dibawah supervisor pengelola Sentul City dengan luas wilayah kelola 296,59 ha (Tabel 11). Wilayah yang dikelola terdiri dari taman gerbang, taman lingkungan, spine road, berm, halaman depan/pekarangan, kavling, RTH, pohon jalan, pohon penghijauan, sempadan jalan, jogging track, dan saluran/drainase. Pengelolaan yang dilakukan terhadap area perawatan lanskap adalah kegiatan pemeliharaan, penyiraman, pemupukan, pemotongan ranting,

45 12 pengumpulan pengawasan. sampah daun, penggantian tanaman secara berkala, dan Gambar 9. Struktur Organisasi Departemen Pengelola Sentul City Tabel 4. Luas area perawatan lanskap No. Area Perawatan Lanskap Luas (ha) Proporsi (%) 1 Taman Taman Gerbang 4,43 1,50 Taman Lingkungan 10,72 3,60 Spine Road 11,94 4,03 2 Rumput Berm 58,02 19,46 Halaman depan 11,37 3,84 Kavling 108,76 36,60 RTH 60,56 20,32 3 Pohon Pohon Jalan 1,42 0,48 Pohon Penghijauan 6,69 2,25 Sempadan Jalan 25,87 8,72 Jogging Track 0,38 0,13 Drainase 4,49 1,50 Total 296, Sumber : Bukit Sentul Tbk, 2009

46 13 Menyusun strategi manajemen lanskap untuk konservasi keragaman hayati tanaman secara ex-situ perlu dilakukan dengan evaluasi keragaman hayati tanaman, evaluasi indeks keragaman jenis vegetasi, dan analisis SWOT.Evaluasi keragaman hayati tanaman berfungsi untuk mengetahui jumlah, spesies, dan asal tanaman.evaluasi indeks keragaman jenis vegetasi berfungsi untuk mengetahui tingkat keragaman jenis tanaman pada Sentul City.Analisis SWOT berfungsi untuk menyusun strategi-strategi dalam memaksimalkan konsep Eco-City pada Sentul City. 4.2 Evaluasi Keanekagaraman Hayati Tanaman Pada penelitian ini, terdapat beberapa titik lokasi sebagai random sampel yang mewakili bentuk ruang terbuka hijau di Sentul City.Hasil identifikasi tiap titik lokasi merupakan bentuk evaluasi keragamanjenis tanaman Sentul City. Titik lokasi pengambilan sampel tersebar di delapan titik lokasi sampel yang mewakili lanskap danau, lanskap jalur hijau/greenway, dan lanskap ruang terbuka hijau cluster (Gambar 13). Pada delapan titik lokasi sampel evaluasi keragaman hayati tanaman, total vegetasi yang ada berjumlah individu dengan 28 spesies berbeda. Hasil dari jenis vegetasi delapan titik lokasi sampel terdapat 19 spesies tanaman introduksi dan 9 spesies tanaman asli dengan kata lain persentase tanaman introduksi sebesar 68% dan tanaman asli 32%. Tanaman yang paling sering ditemukan adalah pohon Akasia (Acacia mangium) dan tanaman yang paling jarang ditemukan adalah pohon Manggis (Garcinia mangostana) (Lampiran 1). Vegetasi yang tumbuh di kawasan Sentul City berjumlah pohon dengan 68 spesies tanaman introduksi dan 27 spesies tanaman asli (Arifin dan Nakagoshi, 2011). Jenis vegetasi yang berada di bagian puncak bukit umumnya berupa hutan alami dan hutan binaan.hutan-hutan alami di Sentul City didominasi oleh pohon Karet (Hevea brasillensis Wild.Ex.Juss M.A) yang merupakan jenis tanaman asli kawasan Sentul City. Sedangkan hutan binaan di

47 Gambar 10. Lokasi pengambilan sampel Indeks Keragaman Hayati Tanaman; a) Danau Parahyangan, b) Danau Graha Utama, c) Jalan Moh. Husni Thamrin Depan, d) Jalan Moh. Husni Thamrin Tengah, e) Jalan Moh. Husni Thamrin Belakang, f) RTH Cluster Northridge, g) RTH Cluster Bukit Golf Hijau, dan h) RTH Cluster Venesia 14

48 kawasan Sentul City didominasi oleh pohon Pinus (Pinus merkusii Jungh.) yang merupakan jenis tanaman asal Sumatera (Bukit Sentul Tbk. 2009). Hasil penelitian di delapan titik lokasi dan beberapa pernyataan dari literatur menunjukkan bahwa tanaman introduksi mendominasi di kawasan Sentul City dengan persentase 68%. Hal ini berbeda dengan dengan konsep Eco-City, karena apabila Sentul City menggunakan konsep Eco-City sebagai bagian dari strategi pemasarannya, maka Sentul City harus mengedepankan indigenous spesies atau tanaman asli sebagai indentitas suatu kawasan. Merujuk pada konsep Eco Cityyang mengandung tigapernyataan utama yaitu efisiensi sumber daya lahan, bahan dan energi, tanaman asli dinilai lebih adaptif, low maintenance, mendukung kelestarian sosial budaya dan masyarakat daripada tanaman introduksi (Arifin, 2011).Dominasi tanaman introduksi dinilai tidak efisien sumber daya lahan dan energi karena adaptasi dan perakarannya kuat dalam penyerapan air sehinggadapat menjadi tidak baik bagi tanaman asli jika populasinya tidak dikontrol (van Reine dan Trono. 2002). Selain itu, dalam konteks sosial-budaya, dominasi tanaman introduksi terhadap tanaman asli akan mengakibatkan identitas kawasan menjadi pudar (Arifin, 2009). 4.3 Indeks Keragaman Hayati Tanaman Indeks keragaman jenis tanaman berdasarkan pengamatan pada delapan titik lokasi sampel di kawasan Sentul City termasuk dalam kategori keragaman jenis rendah. Indeks keragaman tertinggi terdapat pada lokasi RTH Cluster Northridge dengan indeks 1,06, yang memiliki 6 spesies vegetasi serta 31 individu di dalamnya. Indeks keragaman terendah terdapat pada lokasi Jalan Moh. Husni Thamrin bagian tengah dengan indeks 0,06, yang memiliki 5 spesies vegetasi serta individu di dalamnya (Tabel 12).Tinggi atau rendahnya indeks keragaman jenis tanaman pada setiap jenis lanskap yang berbeda-beda di Sentul City dipengaruhi oleh pola kombinasi tanaman antara pohon, perdu, semak, dan herba.tanaman pohon memiliki nilai keragaman yang lebih tinggi daripada tanaman perdu, semak, dan herba. 15

49 Tabel 5. Indeks keragaman jenis tanaman pada lokasi sampel di Sentul City Lokasi a b c d e f g h Jumlah individu Jumlah jenis Indeks keragaman hayati 0,74 0,47 0,37 0,06 0,72 0,23 0,64 1,06 Keragaman R R R R R R R S Keterangan : a) Danau Parahyangan, b) Danau Graha Utama, c) Jalan Moh. Husni Thamrin segmen Depan, d) Jalan Moh.Husni Thamrin segmen Tengah, e) Jalan Moh. Husni Thamrin segmen Belakang, f) RTH Cluster Venesia, g) RTH Cluster Bukit Golf Hijau, h) RTH Cluster Northridge. R : Keragaman Rendah, S : Keragaman Sedang, T : Keragaman Tinggi Lokasi RTH Cluster Northridge memiliki nilai indeks keragaman paling tinggi dengan dominasi spesies pohon jika dibandingkan dengan perdu, semak, dan herba.sebaliknya, lokasi yang memiliki dominasi tanaman herba yang lebih tinggi daripada tanaman pohon adalah lokasi Jalan Moh.Husni Thamrin segmen tengah.walaupun jumlah individu lebih tinggi jumlahnya dibandingkan dengan lokasi RTH Cluster Northridge, nilai indeks keragamannya sangat rendah.selain itu, lokasi yang memiliki indeks rendah disebabkan karena keragaman vegetasi yang timpang akibat tanaman introduksi yang mendominasi, seperti Acacia auriculiformis.tanaman ini ada di setiap tipe lanskap pada Sentul City dan kurang baik karena sifatnya yang invasif, akar yang kuat untuk mengambil air di dalam tanah dan penyebaran yang sangat cepat (van Reine dan Trono, 2002). 4.4 Analisis SWOT Penentuan strategi manajemen lanskap bagi konservasi keragaman hayati tanaman dalam menuju Eco-City di Sentul City dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT. Analisis SWOT merupakan cara dalam menentukan strategi dengan menganalisis faktor internal dan faktor eksternal yang dimiliki berdasarkan pihak pengelola lanskapdi Sentul City. Faktor internal terdiri dari kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses), sedangkan faktor eksternal terdiri dari peluang (opportunities) dan ancaman (threats). 16

50 4.4.1 Identifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. a. Kekuatan(Strength) Ruang terbuka hijau yang luas dan lanskap yang variatif Sentul City memiliki area hijau dengan luas ha yang dikelola oleh pengelola lanskap Sentul City. Area hijau ini terdiri dari taman gerbang, taman lingkungan, spine road, berm, halaman depan/pekarangan, kavling, RTH, pohon jalan, pohon penghijauan, sempadan jalan, jogging track, dan saluran/drainase (Bukit Sentul Tbk., 2009). Sentul City merupakan kawasan yang strategis dengan temperature rata-rata 22ºC 30ºC dan memiliki 65% area hijau (Utama, 2009). Selain itu kawasan Sentul City memiliki banyak jenis lanskap seperti lanskap danau, sungai, jalan hijau, Buffer, RTH cluster, taman rekreasi, golf dan taman kantong. Beriklim tropis Lokasi Sentul City berada di kawasan tropis.tanaman-tanaman dapat mudah tumbuh di iklim tropis sehingga untuk menuju keragaman hayati tanaman yang tinggi dapat dengan mudah dilaksanakan. Taman Budaya Taman Budaya.merupakan salah satu fasilitas yang dibangun oleh pihak Sentul City sebagai tempat rekreasi. Taman Budaya didalamnya terdapat kegiatan ekowisata, outbond, camping ground, dan sejumlah kegiatan rekreasi yang bermain dengan alam. Kegiatan rekreasi alam adalah dengan mengenal keanekaragaman hayati lokal dengan harapan pengalaman ini dapat dibawa pengunjung ke rumah masing-masing.kegiatan ini umumnya disenangi oleh pengunjung sebagai kegiatan di hari libur dan kegiatan rekreasi ini dapat menjadi sarana informasi kepada masyarakat akan pentingnya keragaman hayati tanaman lokal. Trend-setter kota-kota lain Lokasi strategis dengan lingkungan yang masih baik sebagai nilai jual yang tinggi membuat Sentul City menjanjikan gaya hidup masa depan yang lebih baik (Utama, 2009). Ini yang membuat Sentul City percaya diri bahwa konsep kota mandiri yang Sentul City usung akan menjadi trend di masa depan sehingga 17

51 konsep konservasi keragaman hayati tanaman dapat menjadi panutan terhadap kota-kota mandiri yang mengusung tema atau konsep Eco-City. Pengelolaan lanskap yang cukup baik Pengelolaan menjalankan pemeliharaan lanskap dengan baik. Pengelola lanskap Sentul City memiliki luas wilayah kelola ha. Wilayah yang dikelola terdiri dari taman gerbang, taman lingkungan, spine road, berm, halaman depan/pekarangan, kavling, RTH, pohon jalan, pohon penghijauan, sempadan jalan, jogging track, dan saluran/drainase. Pengelolaan yang dilakukan terhadap area perawatan lanskap adalah kegiatan pemeliharaan, penyiraman, pemupukan, pemotongan ranting, pengumpulan sampah daun, penggantian tanaman secara berkala, dan pengawasan. b. Kelemahan (Weakness) Tanaman introduksi yang dominan Hasil penelitian di delapan titik lokasi dan beberapa pernyataan dari literatur menunjukkan bahwa tanaman introduksi mendominasi di kawasan Sentul City dengan persentase 68%. Merujuk pada konsep Eco Cityyang mengandung tigapernyataan utama yaitu efisiensi sumber daya lahan, bahan dan energi, tanaman asli dinilai lebih adaptif, low maintenance, mendukung kelestarian sosial budaya dan masyarakat daripada tanaman introduksi (Arifin, 2011). Dominasi tanaman introduksi dinilai tidak efisien sumber daya lahan dan energi karena adaptasi dan perakarannya kuat dalam penyerapan air sehinggadapat menjadi tidak baik bagi tanaman asli jika populasinya tidak dikontrol (van Reine dan Trono, 2002). Program konservasi keragaman hayati tanaman lokal belum ada Program-program konservasi pelestarian keragaman hayati tanaman perlu ada di dalam rencana pengelolaan kawasan dalam menuju konsep Eco-City. Program konservasi dapat menjadi informasi Persepsi masyarakat yang gegar budaya Persepsi masyarakat masih membanggakan materi dari luar Indonesia (gegar budaya) khususnya tentang maraknya vegetasi introduksi. Supervisor pengelola lanskap terlalu terbebani 18

52 Tiap supervisor pengelola lanskap memimpin setengah dari keseluruhan zona hijau Sentul City saat ini, yaitu masing-masing 150 Ha.Tentunya ini cukup memberatkan dan mengakibatkan pengawasan pengelola menjadi kurang maksimal akibat lahan yang besar. c. Peluang (Opportunities) Lembaga sebagai partner dalam mengelola Terdapat lembaga-lembaga dengan kegiatan konservasi yang dapat dijadikan partner dalam mengelola kawasan Sentul City agar keragaman hayati tetap terjaga.universitas dan Institusi di sekitar kawasan juga dapat menjadi bagian dapam perencanaan pengelolaan lanskap berbasis konservasi keanekaragaman hayati karena gerakan-gerakan pecinta lingkungan hidup banyak dari kalangan mahasiswa. Pemerintah Daerah, NGO,danCSR yang mendukung Kegiatan atau gerakan penghijauan dalam rangka mereduksi efek yang diakibatkan oleh Global Warming sangat dibutuhkan bagi Pemerintah Daerah dan NGO.Pemerintah Daerah dan NGO mendukung kegiatan penghijauan, dalam hal ini adalah kegiatan konservasi keanekaragaman hayati, karena lingkungan yang baik merupakan kebutuhan masyarakat.sedangkan pihak CSR dalam suatu perusahaan memerlukan kegiatan-kegiatan penghijauan karena terkait dengan masalah administrasi dan pemasaran dimana terdapat pendanaan kegiatan penghijauan sebagai bentuk perhatian suatu perusahaan terhadap lingkungan. d. Ancaman (Threats) Ledakan popularitas tanaman-tanaman introduksi Tanaman-tanaman ini biasanya dibawa dari luar kawasan Sentul City oleh masyarakat atau pemukim.pemukim yang rata-rata menengah ke atas dapat membeli tanaman-tanaman mahal di luar kawasan. Padahal tanaman mahal itu biasanya merupakan tanaman introduksiyang dapatmenurunkan nilai keragaman hayati tanaman lokal. Kesenjangan sosial Kesenjangan sosial pada masyarakat di luar lingkar Sentul City yang masih didominasi masyarakat kelas menengah ke bawah.keadaan ini akanmemicu kurangnya dukungan gerakan/kegiatan konservasi pada kawasan Sentul City. 19

53 Penebangan liar Pengawasan pengelola yang kurang intensif akibat kurangnya sumberdaya menjadikan kawasan Sentul City rawan terjadi penebangan-penebangan liar Penilaian Faktor Internal dan Eksternal Setiap faktor memiliki tingkat kepentingan tersendiri dan setiap faktor internal maupun eksternal diberi nilai berdasarkan tingkat kepentingannya (Tabel 13 dan Tabel 14).Penilaian berdasarkan kepentingan dapat memudahkan dalam menyusun strategi nanti. Kemudian setelah memperoleh tingkat kepentingan dari setiap faktor internal maupun eksternal selanjutnya akan dilakukan pembobotan (Tabel 15 dan Tabel 16). Tabel 6. Tingkat kepentingan faktor internal Sentul City Simbol Faktor Kekuatan (Strength) Tingkat Kepentingan S1 Ruang hijau yang luas dan lanskap yang variatif Kekuatan yang sangat Besar S3 Beriklim tropis Kekuatan yang besar S4 Terdapat taman budaya Kekuatan yang sedang S5 Pengelolaan lanskap yang cukup baik kekuatan yang sedang S6 Trend-setter kota-kota lain Kekuatan yang besar Simbol Faktor Kelemahan (Weakness) Tingkat Kepentingan W1 Tanaman introduksi yang dominan Kelemahan yang sangat berarti W2 Program konservasi belum ada Kelemahan yang sangat berarti W3 Persepsi masyarakat yang gegar budaya kelemahan yang sangat berarti W4 Supervisor pengelola lanskap terlalu terbebani Kelemahan yang berarti Tabel 7. Tingkat kepentingan faktor eksternal Sentul City Simbol Faktor Peluang (Opportunity) Tingkat Kepentingan O2 Pemda dan NGO yang mendukung Peluang yang sangat tinggi O3 Lembaga-lembaga sebagai partner dalam mengelola Peluang yang sangat tinggi Simbol Faktor Ancaman (Threats) Tingkat Kepentingan T1 Ledakan popularitas tanaman introduksi Ancaman yang besar T2 Kesenjangan sosial Ancaman yang sangat besar T3 Penebangan liar Ancaman yang besar 20

54 4.4.3 Pembuatan matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan matriks External Factor Evaluation (EFE) Pertama yang dilakukan adalah menentukan bobot untuk tiap faktor.setelah diperoleh bobot dari masing-masing faktor strategis internal dan eksternal, selanjutnya dilakukan penentuan peringkat (rating) antara 1 dan 4. Kemudian rating setiap faktor akan dikalikan dengan bobot untuk memperoleh skor pembobotan untuk matriks IFE dan EFE (Tabel 17 dan 18). Tabel 8.Penilaian bobot faktor strategis internal Sentul City Simbol S1 S2 S3 S4 S5 W1 W2 W3 W4 Total Bobot S ,07 S ,12 S ,18 S ,18 S ,12 W ,07 W ,07 W ,07 W , Tabel 9.Penilaian bobot faktor strategis eksternal Sentul City Simbol O1 O2 T1 T2 T3 Total Bobot O ,15 O ,15 T ,28 T ,15 T ,28 Total 40 1,00 Tabel 10.Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Sentul City Faktor Strategis Internal Bobot Rating Skor Kekuatan Ruang hijau yang luas dan lanskap yang variatif 0,07 4 0,27 Beriklim tropis 0,11 3 0,33 Terdapat taman budaya 0,16 2 0,33 Pengelolaan lanskap yang cukup baik 0,16 2 0,33 Trend-setter kota-kota lain 0,11 3 0,33 21

55 Lanjutan Tabel 18. Kelemahan Tanaman introduksi dominan 0,07 4 0,27 Program konservasi belum ada 0,07 4 0,27 Persepsi masyarakat yang gegar budaya 0,07 4 0,27 Supervisor pengelola lanskap terlalu terbebani 0,11 3 0,33 Total 1, ,74 Tabel 11.Matriks External Factor Evaluation (EFE) Sentul City Faktor Strategis Eksternal Bobot Rating Skor Peluang Pemda dan NGO yang mendukung Lembaga-lembaga sebagai partner dalam mengelola Ancaman Ledakan popularitas tanaman introduksi Kesenjangan sosial Penebangan liar 0,13 4 0,53 0,13 4 0,53 0,23 3 0,70 0,13 4 0,53 0,23 3 0,70 Total 1, ,00 Pada tabel dan tabel perhitungan IFE dan EFE menunjukkan kondisi internal kawasan Sentul City memiliki nilai total 2,74 dan kondisi eksternal kawasan Sentul City memiliki nilai total 3,00. Kondisi ini menunjukkan kondisi yang kuat (Total > 2,5). Kemudian setelah mengetahui nilai total tiap kondisi eksternal maupun internal, nilai total masing-masing dipetakan ke Matriks Internal-Eksternal (IE) (Gambar 14). Pemetaan ke Matriks Internal-Eksternal (IE) Total Skor EFE Tinggi 4,00 3,00 Menengah 2,00 Rendah Total Skor IFE Kuat Sedang Lemah 3,00 2,00 1,00 I II III IV V VI VII VIII IX 1,00 Gambar 11. Matriks Internal-Eksternal (IE) keanekaragaman hayati Sentul City 22

56 bertujuan untuk mengetahui posisi Sentul City pada kuadran tertentu yang dapat menyatakan kekuatan dan kelemahannya. Matriks IE didasarkan pada dua dimensi kunci, yaitu nilai total matriks IFE (2,74) pada sumbu x dan total matriks EFE (3,00) pada sumbu y. Berdasarkan nilai total skor IFE dan EFE, keanekaragaman hayati Sentul City berada pada kuadran II. Kuadran II menunjukkan Sentul City berada pada posisi Growth.Strategi yang sesuai adalah strategi pengembangan produk (Rangkuti, 2009).Strategi pengembangan produk dalam kegiatan konservasi adalah menambah kualitas pengelolaan dan meningkatkan akses ke pihak-pihak luar dalam melakukan kegiatan konservasi. Secara spesifik, strategi manajemen yang dapat di ambil oleh Sentul City dalam menunjang kegiatan konservasi keanekaragaman hayati akan diperoleh dari matriks SWOT di subbab berikutnya Matriks SWOT Matriks SWOT merupakan gambaran secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi pihak Sentul City dalam melaksanakan kegiatan konservasi keanekaragaman hayati dengan disesuaikan oleh kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Terdapat delapan alternatif strategi yang dihasilkan dari matriks faktor internal dan faktor eksternal, yaitu a) memperkaya vegetasi dengan menambah spesies-spesies pohon maupun semak lokal, b) meningkatkan perhatian terhadap vegetasi lokal dengan menjalin kerja sama dengan LSM yang bergerak di bidang konservasi flora, c) pengelola lanskap bekerja sama dengan institusi dan LSM agar pengawasan lebih efektif dan lanskap lebih memiliki karakter, d) mengeksplorasi vegetasi sebagai bahan edukasi masyarakat kota mandiri dan dapat dijadikan sebagai kebijakan dalam memelihara keanekaragaman hayati, e) mempertahankan lanskap yang variatif dengan mengurangi pemakaian tanaman introduksi invasif dengan merekomendasikan spesies lokal sebagai simbol/identitas, f) merekomendasikan program konservasi vegetasi lokal, g) meningkatkan informasi spesies flora lokal terhadap masyarakat dengan pencitraan yang edukatif, dan h) meningkatkan kegiatan pengelolaan dan pengawasan terhadap tindakan-tindakan negatif masyarakat dengan memasukan masyarakat sebagai bagian dari tim pengelola kawasan(tabel 19). 23

57 Tabel 12. Matriks SWOT Kekuatan Kelemahan Faktor Eksternal Faktor Internal Ruang hijau yang luas dan lanskap yang variatif Beriklim tropis Terdapat taman budaya Pengelolaan lanskap yang cukup baik Trend-setter bagi kota baru lainnya Tanaman introduksi yang dominan Program konservasi belum ada Persepsi masyarakat yang gegar budaya Supervisor pengelola lanskap terlalu terbebani Peluang Pemda, CSR, dan LSM yang mendukung Lembaga-lembaga sebagai partner dalam mengelola Memperkaya vegetasi dengan menambah spesies-spesies pohon maupun semak lokal Meningkatkan perhatian terhadap vegetasi lokal dengan menjalin kerja sama dengan LSM yang bergerak di bidang konservasi flora. Pengelola lanskap bekerja sama dengan institusi dan LSM agar pengawasan lebih efektif dan lanskap lebih memiliki karakter Merekomendasikan program konservasi vegetasi lokal Meningkatkan informasi spesies flora lokal terhadap masyarakat dengan pencitraan yang edukatif Ancaman Ledakan popularitas tanaman introduksi Kesenjangan sosial Penebangan liar Mengeksplorasi vegetasi sebagai bahan edukasi masyarakat kota mandiri dan dapat dijadikan sebagai kebijakan dalam memelihara keanekaragaman hayati Mempertahankan lanskap yang variatif dengan mengurangi pemakaian tanaman introduksi invasif dengan merekomendasikan spesies lokal sebagai simbol/identitas Meningkatkan kegiatan pengelolaan dan pengawasan terhadap tindakan-tindakan negatif masyarakat dengan memasukan masyarakat sebagai bagian dari tim pengelola kawasan 24

58 4.4.5 Pembuatan Tabel Ranking Alternatif Strategi Berdasarkan analisis data secara kuantitatif yang dilakukan dengan pembobotan dan pemberian rating pada setiap alternatif strategi, diperoleh skor tertinggi 2,66 yaitu mempertahankan lanskap yang variatif, namun dengan mengurangi pemakaian tanaman introduksi dengan merekomendasikan spesies lokal sebagai simbol/identitas dan terendah 0,79 yaitu meningkatkan perhatian terhadap vegetasi lokal dengan menjalin kerja sama dengan LSM yang bergerak di bidang konservasi flora (Tabel 20). Tabel 13.Ranking Alternatif Strategi Rank Alternatif Strategi Skor Mempertahankan lanskap yang variatif, namun dengan mengurangi pemakaian tanaman introduksi dengan merekomendasikan spesies lokal sebagai simbol/identitas Meningkatkan kegiatan pengelolaan dan pengawasan terhadap tindakan-tindakan negatif masyarakat dengan memasukan masyarakat sebagai bagian dari tim pengelola kawasan Memperkaya vegetasi dengan menambah spesies-spesies pohon maupun semak lokal Pengelola lanskap bekerja sama dengan institusi dan LSM agar pengawasan lebih efektif Merekomendasikan program konservasi dalam melestarikan vegetasi lokal Meningkatkan informasi spesies flora lokal terhadap masyarakat dengan pencitraan yang edukatif Mengeksplorasi vegetasi lokal sebagai bahan edukasi masyarakat kota mandiri Meningkatkan perhatian terhadap vegetasi lokal dengan menjalin kerja sama dengan LSM yang bergerak di bidang konservasi flora 2,66 1,84 1,74 1,67 1,62 1,61 1,45 0,79 25

59 4.5 Rencana Manajemen Lanskap dalam Konservasi Keragaman Hayati Tanaman Melalui hasil evaluasi keragaman hayati tanaman Sentul City, evaluasi indeks keragaman jenis vegetasi Sentul City, dan analisis deskriptif serta kuantitatif matriks SWOT, rencana manajemen lanskap dalam konservasi keragaman hayati tanaman dapat disusun. Evaluasi keragaman hayati tanaman Sentul City menunjukkan bahwa presentase tanaman introduksi lebih dominan daripada tanaman asli.evaluasi indeks keragaman jenis vegetasi Sentul City menunjukkan bahwa indeks keragaman jenis vegetasi Sentul City masih tergolong rendah.analisis SWOT menunjukkan bahwa Sentul City perlu mempertahankan lanskap yang variatif dengan mengurangi pemakaian tanaman introduksidan merekomendasikan spesies lokal sebagai simbol/identitas. Hasil-hasil tersebut menjadi pertimbangan sehingga Sentul City dalam menuju konsep Eco-City membutuhkan program-program konservasi sebagai berikut: a. mempertahankan vegetasi lokal yang ada, b. kerjasama dengan lembaga terkait, dan c. partisipasi dan pemberdayaan masyarakat. Berdasarkan hasil evaluasi indeks keragaman jenis vegetasi Sentul City dan analisis deskriptif serta kuantitatif matriks SWOT, strategi konservasi yang tercipta sangat sejalan dengan penilaian kategori International Union for the Conservation of Nature (IUCN).Menurut penilaian kategori IUCN, Sentul City masuk dalam kategori Cagar Biosfer, yaitu merupakan kawasan untuk melestarikan keragaman dan keutuhan komunitas tumbuhan dan satwa dalam ekosistem alaminya bagi pengguna.kawasan ini juga ditunjuk untuk kepentingan penelitian, pendidikan, dan pelatihan. Strategi konservasi yang baik menurut skema kategori perlindungan yang sesuai adalah kawasan diprioritaskan bagi perlindungan alam; pemanfaatan oleh pengunjung prioritas tinggi; pemanfaatan konsumtif bagi penduduk setempat; dan pemanfaatan kawasan untuk kepentingan global (MacKinnon, Mackinnonand Child, 1993) Mempertahankan vegetasi lokal yang ada Lanskap Sentul City yang diwakili oleh delapan titik lokasi pengamatan memiliki indeks keragaman dibawah 3 menandakan bahwa nilai indeks 26

60 keragamannya rendah.hasil itu tak lepas dari minimnya keragaman tanaman yang ada di tiap lokasi, dapat dikatakan bahwa keragaman tanaman yang ada cenderung homogen. Keragaman tanaman yang homogen menjadi kurang baik karena rentan terhadap serangan hama. Hama dapat menularkan dan menyebarkan penyakit lebih cepat terhadap keragaman tanaman yang homogen di suatu tapak dibandingkan dengan tapak yang memiliki keragaman tanaman yang tinggi.selain itu, pada delapan titik lokasi pengamatan, dominasi tanaman introduksi juga lebih besar presentasenya jika dibanding dengan tanaman asli.maka perlu ada kegiatan konservasi dalam mempertahankan tanaman asli yang sudah ada dan meningkatkan keragaman tanaman dengan pengawasan dan pengelolaan lanskap yang baik.tanaman asli memiliki adaptasi yang lebih tinggi dan perawatan/pengelolaannya lebih mudah karena cocok dengan kondisi biofisik kawasan daripada tanaman introduksi.menggunakan tanaman asli mendorong kegiatan penghijauan pada kawasan perkotaan dalam pengelolaan konservasi spesies ex-situ karena tanaman asli berada di habitat aslinya (Arifin and Nakagoshi, 2011) Kerja Sama dengan lembaga terkait Sentul City perlu menjalin kerjasama dengan pihak-pihak seperti institusi dan lembaga masyarakat yang memiliki perhatian terhadap keanekaragaman hayati.sentul City dapat menjadi tempat penelitian dalam eksplorasi tanaman jenis lokal.fasilitas yang Sentul City punya dapat mendukung adanya konferensi lembaga-lembaga konservasi nasional maupun internasional.pertukaran jenis tanaman-tanaman lokal antara lembaga konservasi terkait dan Sentul City juga memberikan hal positif dalam peningkatan keragaman tanaman lokal. Kegiatankegiatan konservasi yang melibatkan lembaga masyarakat dapat menjadi informasi terhadap publikasi massa sehingga Sentul City dapat menjadi panutan atau Trend-setter terhadap kota mandiri lainnya yang mengedepankan konsep Eco-City. Selain itu, kerjasama yang baik dapat memberikan keuntungan pada pihak Sentul City karena program-program yang berkenaan dengan perlakuan pengelola terhadap keanekaragaman hayati dapat dibantu dan dipantau dengan 27

61 baik. Proses pengawasan dan pengelolaan keanekaragaman hayati akan terstruktur dengan baik dan program-program yang berjalan akan lebih professional Konservasi keanekaragaman hayati dari jenis lokal Program konservasi yang cocok untuk kawasan Sentul City adalah tindakan preventif terhadap ledakan popularitas tanaman introduksi dan pengelolaan dengan kegiatan pengawasan terhadap tindakan-tindakan negatif/vandalisme dari masyarakat.masyarakat yang memiliki tingkat keberlanjutan yang sempurna secara umum memiliki kesadaran akan lingkungan ekologis, sosial-ekomis dan spiritual yang tinggi. Mereka akan memiliki tingkat partisipasi yang tinggi dalam mewujudkan konsep hijau melalui praktek-praktek kesehariannya dalam hemat lahan, hemat bahan dan hemat energi. Partisipasi masyarakat merupakan faktor pendorong untuk menuju kota hijau karena komunitas masyarakat yang partisipatif adalah masyarakat yang memiliki sifat gotong royong, menjada apa yang dimilikinya, mengajari anak-anak, berlaku baik kepada setiap orang, mengonsumsi apa yang benar-benar dibutuhkan dibandingkan apa yang didapatkan (Arifin, 2009). Menumbuhkan pemahaman masyarakat yang partisipatif kepada penduduk lokal dapat dilakukan dengan kegiatan pendidikan publik.pendidikan publik adalah solusi efektif dalam manajemen lanskap untuk memperbaiki kepercayaan hubungan antara pengelola suatu kawasan dan masyarakat lokal dalam pengembangan kegiatan konservasi.pengelola dapat memberikan pemahamanpemahaman tentang pentingnya eksistensi lingkungan, penjagaan dan pengawasan kawasan, potensi agroforestri, pekarangan, pengenalan satwa, dan pengetahuan lainnya.pengelola harus memiliki tujuan untuk meningkatkan pemahaman empati masyarakat lokal dalam mengelola lanskap.kegiatan konservasi dapat membantu dalam memperbaiki hubungan dan membina kepercayaan terhadap kedua pihak (Taekuchi, Brown, Washitani, Tsunekawa, danyokohari, 2003) Apabila dianalisis secara deskriptif, kerjasama yang terjadi antara masyarakat lokal sekitar kawasan Sentul City dengan pengelola Sentul City akanterjadi simbiosis mutualisme yaitu kedua pihak akan saling menguntungkan. Masyarakat lokal sekitar kawasan Sentul City dapat menjadi pengawas sebagai 28

62 tindakan preventif pembabatan pohon secara liar.masyarakat lokal dapat menjadi pengawas/bagian dari pengelola dengan imbalan kavling-kavling kosong yang belum dibangun perumahan dapat dijadikan lahan pertanian atau lahan agroforestri untuk sementara. Agroforestri adalah sistem pengolahan lahan yang mengkombinasikan antara pertanian dan kehutanan.pekarangan, kebun campuran dan kebun talun juga merupakan sistem agroforestri tradisional atau dapat disebut bentuk sederhana dari system agroforestri.struktur dan desain lahannya juga tergantung pada lahan yang ada dan pengetahuan yang ada di suatu masyarakat.secara sosioekonomi, ada empat fungsi dasar dari kegiatan pekarangan.pertama, masyarakat dapat menanam sayur-mayur, umbi-umbian, buah-buahan, bumbu dapur, dan dapat juga menanam produk bukan makanan seperti rumput untuk pakan ternak dan berbagai kegiatan bercocok tanam yang dapat dilakukan dalam tempo yang tidak terlalu lama.kedua, produk dapat dipasarkan walaupun keuntungan yang didapat sedikit namun usaha kecil ini bernilai positif.ketiga, selain menjadi lahan bercocok tanam, pekarangan juga dapat menjadi lahan untuk anak-anak bermain dan tempat berkumpul warga.keempat, pekarangan dapat memenuhi fungsi ekologis yaitu sebagai hutan kecil yang di dalamnya terdapat keragamantanaman serta berkumpulnya satwa karena ada bahan makanan yang di tanam (Arifin dan Arifin-Nurhayati, 2010).Pekarangan dapat menjadi solusi yang baik dalam menuju konservasi keanekaragaman hayati.pengelola dan masyarakat dapat membangun kepercayaan menuju kerukunan dan pembangunan kawasan Sentul City yang berkelanjutan Skema strategi terciptanya Eco-City Kota yang telah mengedepankan Eco-City dalam konservasi keanekaragaman hayati akanmenciptakan lanskap ruang terbuka hijau yang tinggi sebagai ekosistem makhluk hidup. Ekosistem makhluk hidup yang tinggi menandakan keragaman jenis makhluk hidup yang tinggi juga sehingga jasa lanskap seperti carbon stock, konservasi tata air, dan visualisasi keindahan panorama lanskap akan hadir pada setiap manusia sebagai pengguna kawasan. Oleh karena itu, dengan melakukan kegiatan konservasi keragaman hayati 29

63 tanaman serta mengembangkan kerja sama dan partisipasi masyarakat diharapkan Eco-City dapat terwujud nyata (Gambar 15). Gambar 12. Skema strategi terciptanya Eco-City 30

64 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkanbahwa dalam menyusun strategi manajemen lanskap untuk konservasi keragaman hayati tanaman secara ex-situ diperlukanhal-hal berikut: a. Pada kawasan Sentul City ditemukan 8 keragaman lanskap RTH yang nyata. b. Diketahui adanya indeks keragaman tanaman yang terbesar, yaitu 1,06 di RTH Cluster Northridge dan yang terkecil di 0,06 di Jalan Moh. Husni Thamrin segmen tengah. c. Berdasarkan analisis SWOT, diperoleh skor strategi tertinggi 2,66, yaitumempertahankan lanskap yang variatif, namun dengan mengurangi pemakaian tanaman introduksi dengan merekomendasikan spesies lokal sebagai simbol/identitas dan terendah 0,79, yaitu meningkatkan perhatian terhadap tanaman lokal dengan menjalin kerja sama dengan LSM yang bergerak di bidang konservasi flora. 5.2 Saran Strategi utama yang diperlukan sebagai kegiatan konservasi keanekaragaman hayati di Sentul City adalah mempertahankan keragaman lanskap untuk mempertahankan keragaman hayati yang dilakukan dengan cara pengembangan kerjasama dengan lembaga pihak dan partisipasi masyarakat. Jika suatu kota mandiri telah mengedepankan Eco-City dalam konservasi keanekaragaman hayati, akan tercipta keragaman lanskap ruang terbuka hijau sebagai ekosistem makhluk hidup. Tingginya ekosistem makhluk hidup menandakan keragaman jenis makhluk hidup juga tinggi sehingga jasa lanskap seperti carbon stock, konservasi tata air, dan visualisasi keindahan panorama lanskap akan hadir pada setiap manusia sebagai pengguna kawasan.

65 1 DAFTAR PUSTAKA [Anonim].2011a.Sentul City. [2 Juni 2011] [Anonim].2011b.Sentul City. [15 Oktober 2011] [Anonim].2011c.Sentul City. [22 Agustus 2011] [Anonim] Sistem Manajemen Lingkungan. [13 Desember 2011] Arifin HS, 2009.Community Participatory Based Toward Green City: Practice learning From Kotaku Hijau (Green City) Competition. Proceeding The 2 nd International Symposium of Green City The Future Challenge. Bogor: Faculty of Agriculture, Bogor Agricultural University. Arifin HS, 2011.Konsep Kota Hijau Kota Ekologis Kota yang Berkelanjutan dan Implementasinya di Indonesia. Green City 2011 Workshop Perundang-undangan Bidang Penataan Ruang dan Konsep Rencana Aksi Kota Hijau.Bogor: Faculty of Agriculture, Bogor Agricultural University. Arifin, HS and Arifin-Nurhayati, HS Local Wisdom and Ecovillage Oriented Agroforestry Development for Enhancing Creative Economy. Wisdom World Conference on Culture, Education and Science and Colloquium in Honour of Dr. Ann Dunham Soetoro and Prof. Dr. Mubyarto Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Arifin HS, Nakagoshi N Landscape Ecology and Urban Biodiversity in Tropical Indonesian Cities.Springer.Volume 7.Hal Bukit Sentul Tbk Pekerjaan Pemantauan RKL/RPL Pembangunan Kawasan Perumahan Sentul City. Bandung. Indriyanto, 2006.Ekologi Hutan.PT. Bumi Aksara. Jakarta. MacKinnon J, Mackinnon K and Child G Managing Protected Areas in the Tropics.Diterjemahkan oleh Amir HH.Dalam Pengelolaan Kawasan yang Dilindungi di Daerah Tropika. Yogyakarta: Gadjah MadaUniversity Press. Nichols, O Biodiversity. Canberra: Australia Government - Department of Industry Tourism and Resources. Odum EP Fundamental Ecology. Toppam Co. Ltd. Singapore. 574p. Rangkuti, F Analisis SWOT Teknik Membedah Kasusu Bisnis: Reorientasi Konsep Perencanaan Strategi untuk Menghadapi Abad 21.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

66 2 van Reine, W.F. P. dan Trono Jr, G.C Plants Resources of South-East AsiaNo.5(1). Timber Trees: Major Commercial Timbers. Prosea Foundation. Bogor, Indonesia. Saraswati, DAS Manajemen Program Rekreasi Berbasis Ekologi di Taman Budaya, Sentul City, Bogor. Fakultas Pertanian IPB. Bogor. Simonds, JO and Starke, BW Landscape Architecture A Manual of Environmental Planning and Design. McGraw-Hill. New York. Sternloff, RE.and Warren, R Park and Recreation Maintenance Management. New York: John Wiley & Sons Inc. Taekuchi, K. Brown, RD. Washitani, I. Tsunekawa, A. Yokohari, M Satoyama the Traditional Rural Landscape of Japan. Springer.Tokyo Utama AB, Sentul City Development Concept.Proceeding The 2 nd International Symposium of Green City The Future Challenge. Faculty of Agriculture, Bogor Agricultural University: Bogor.

67 LAMPIRAN 3

68 4 Lampiran 1.Jenis dan jumlah vegetasi pada lokasi pengambilan sampel No Jenis Vegetasi Lokasi Nama Gambar a b c d e f g h Pohon Asal 1 Acacia auriculiformis (akasia) Australia (Introduksi) 2 Araucaria heterophylla(c emara Norfolk) New Zeland (Introduksi) 3 Areca catechu (pinang) New Zeland (Introduksi) 4 Artocarpus artilis(sukun) Vietnam (Introduksi) 5 Bauhinia sp. (bunga kupukupu) Continental Asia (Introduksi) 6 Cerbera odollan(bintar o) Indonesia (Lokal) 7 Cocos nucifera(kelap a) Asia Pasifik (Introduksi) 8 Ficus benjamina(ber ingin) Indonesia (Lokal) 9 Ficus lyrata (biola cantik) Afrika (Introduksi)

69 5 Lanjutan Lampiran 1. No Jenis Vegetasi Lokasi Nama Gambar a b c d e f g h Asal 10 Fillicum decipiens(kerai paying) Ceylon (Introduksi) 11 Garcinia mangostana(ma nggis) Indonesia (Lokal) 12 Maniltoa grandiflora(sap u tangan) Asia Pasifik (Introduksi) 13 Paraserianthes falcataria(seng on) Indonesia (Lokal) 14 Pinus merkusii(pinus) Sumatera (Lokal) 15 Pterocarpus indica(angsana) Indonesia (Lokal) 16 Roystonea regia(palem raja) Kuba (Introduksi) 17 Samanea saman(trembesi ) Amerika Tropik (Introduksi) 18 Swietenia mahagoni(mah oni) Amerika Tropik(Introd uksi) 19 Tectona grandis(jati) Jawa (Lokal)

70 6 Lanjutan Lampiran 1. No Jenis Vegetasi Lokasi Nama Gambar a b c d e f g h Asal 20 Terminalia catappa(ketap ang) Indonesia (Lokal) Perdu 1 Psidium guajava(jamb u) Amerika Tropik (Introduksi) 2 Schefflera sp.(walisongo) Australia (Introduksi) Herba 1 Blitum rubrum(baya m merah) Amerika (Introduksi) 2 Cordyline terminalis (hanjuang merah) Indonesia (Lokal) 3 Hemerocaltis fulva(cakar ayam) Kaukasus (Introduksi) 4 Pancratium zeylanicum(sp ider lily) India (Introduksi) 5 Neomarica longifolia (iris) Meksiko (Introduksi) Jumlah Individu Jumlah jenis Indeks Keragaman Hayati Keragaman R R R R R R R S Keterangan : a) Danau Parahyangan, b) Danau Graha Utama, c) Jalan Moh. Husni Thamrin segmen Depan, d) Jalan Moh.Husni Thamrin segmen Tengah, e) Jalan Moh. Husni Thamrin segmen Belakang,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menyusun sebuah strategimanajemen yang berkelanjutan di wilayah perkotaan mandiri harus mengerti unsur-unsur yang ikut berperan di dalamnya. Untuk lebih memahaminya, unsur-unsur

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kawasan permukiman Sentul City yang terletak pada 06 33 55-06 37 45 LS dan 106 50 20-106 57 10 BT di wilayah administrasi

Lebih terperinci

Gambar 2. Peta Area Magang Sentul City: Masterplan Sentul City (Atas) dan Lokasi magang di kawasan permukiman Sentul City (Bawah)

Gambar 2. Peta Area Magang Sentul City: Masterplan Sentul City (Atas) dan Lokasi magang di kawasan permukiman Sentul City (Bawah) 10 III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Magang ini dilakukan di kawasan permukiman Sentul City yang terletak pada Kecamatan Citeureup dan Kecamatan Kedung Halang meliputi, Desa Babakan Madang, Sumurbatu,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang ini berlokasi di permukiman Telaga Golf Sawangan, yang terletak di Depok.

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang ini berlokasi di permukiman Telaga Golf Sawangan, yang terletak di Depok. 9 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang ini berlokasi di permukiman Telaga Golf Sawangan, yang terletak di Depok. U Gambar 2. Peta Telaga Golf Sawangan, Depok Sumber: Anonim 2010.

Lebih terperinci

Sumber: & google earth 2007 Gambar 2. Lokasi Penelitian

Sumber:  & google earth 2007 Gambar 2. Lokasi Penelitian BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Waktu kegiatan penelitian ini kurang lebih 5 bulan yaitu pada bulan Februari 2012 hingga Juni 2012. Lokasi penelitian yaitu di daerah Bogor Tengah dengan sampel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 2. Peta Jakarta Timur Gambar 3. Pata Lokasi Taman Mini Indonesia (Anonim, 2010b) Indah (Anonim, 2011)

BAB III METODOLOGI. Gambar 2. Peta Jakarta Timur Gambar 3. Pata Lokasi Taman Mini Indonesia (Anonim, 2010b) Indah (Anonim, 2011) BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang dilaksanakan di Taman Burung, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) (Gambar 3). Lokasi Taman Burung TMII ini berada di Kompleks TMII, Jalan Pondok

Lebih terperinci

METODOLOGI 3.1 Lokasi dan waktu

METODOLOGI 3.1 Lokasi dan waktu 19 METODOLOGI 3.1 Lokasi dan waktu Lokasi penelitian adalah Kelurahan Lenteng Agung RW 08. Waktu sejak pelaksanaan studi hingga pembuatan laporan hasil studi berlangsung selama 10 bulan (Maret 2011- Januari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. (c)foto Satelit Area Wisata Kebun Wisata Pasirmukti

BAB III METODOLOGI. (c)foto Satelit Area Wisata Kebun Wisata Pasirmukti BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang dilaksanakan di Kebun Wisata Pasirmukti yang terletak pada Jalan Raya Tajur Pasirmukti Km. 4, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 6 Peta Lokasi Penelitian (Sumber: Bappeda, 2004 dan 2010)

BAB III METODOLOGI. Gambar 6 Peta Lokasi Penelitian (Sumber: Bappeda, 2004 dan  2010) 12 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Kegiatan penelitian mengambil lokasi di Taman Lalu Lintas Ade Irma Suryani Nasution yang terletak di Jalan Belitung No. 1, Kelurahan Merdeka, Kecamatan Sumur

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian: Masterplan Sentul City (Atas); Jalur Sepeda Sentul City (Bawah) Tanpa Skala

BAB III METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian: Masterplan Sentul City (Atas); Jalur Sepeda Sentul City (Bawah) Tanpa Skala BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini mengambil lokasi di jalur sepeda Sentul City, Bogor, Indonesia (Gambar 4). Adapun waktu kegiatan penelitian ini kurang lebih selama

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas 42 IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas Secara geografis, perumahan Bukit Cimanggu City (BCC) terletak pada 06.53 LS-06.56 LS dan 106.78 BT sedangkan perumahan Taman Yasmin terletak pada

Lebih terperinci

Gambar 2 Tahapan Studi

Gambar 2 Tahapan Studi 13 III. METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Studi dilakukan di Lembah Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat (Gambar 1). Pelaksanaan studi dimulai dari bulan Maret 2010 sampai

Lebih terperinci

METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 9 METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kawasan Situs Ratu Boko, Desa Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tepatnya berjarak

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

Sumber: Anonim (2011) Gambar 2. Peta Lokasi Ocean Ecopark Ancol

Sumber: Anonim (2011) Gambar 2. Peta Lokasi Ocean Ecopark Ancol 10 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Magang Kegiatan magang dilaksanakan di Ocean Ecopark Ancol yang terletak di Jalan Lodan Timur No.7, Jakarta Utara (Gambar 2). Ocean Ecopark yang terletak

Lebih terperinci

Jenis data Indikator Pengamatan Unit Sumber Kegunaan

Jenis data Indikator Pengamatan Unit Sumber Kegunaan 31 BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lanskap wisata TNB, Sulawesi Utara tepatnya di Pulau Bunaken, yang terletak di utara Pulau Sulawesi, Indonesia. Pulau

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN Oleh : Mutiara Ayuputri A34201043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Situasional Sentul City merupakan kota mandiri yang dibangun oleh PT Sentul City, Tbk. Kota ini terdiri dari kawasan perumahan, perdagangan, perkantoran, fasilitas

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

Departemen Arsitektur Lanskap Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Departemen Arsitektur Lanskap Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 85 Lampiran 1. Kuisioner SWOT Departemen Arsitektur Lanskap Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor KUISIONER EVALUASI JENIS POHON BAGI KONSERVASI KERAGAMAN TANAMAN HUTAN KOTA DI DKI JAKARTA Kepada

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian

Lebih terperinci

EVALUASI PENGELOLAAN LANSKAP PERMUKIMAN KAWASAN SENTUL CITY, BOGOR LIDYA WIDIASTUTI

EVALUASI PENGELOLAAN LANSKAP PERMUKIMAN KAWASAN SENTUL CITY, BOGOR LIDYA WIDIASTUTI EVALUASI PENGELOLAAN LANSKAP PERMUKIMAN KAWASAN SENTUL CITY, BOGOR LIDYA WIDIASTUTI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 ABSTRACT The development of the City currently

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BAB III ISU-ISU STRATEGIS 3.1 Isu Strategis Dalam penyusunan renstra Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bogor tentunya tidak terlepas dari adanya isu strategis pembangunan Kota Bogor, yaitu : a. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bogor merupakan kota yang terus berkembang serta mengalami peningkatan jumlah penduduk dan luas lahan terbangun sehingga menyebabkan terjadinya penurunan luas

Lebih terperinci

III METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian.

III METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian. III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kawasan Gunung Kapur Cibadak Ciampea Bogor, Propinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian terlihat pada Gambar 2. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 10 SUMBERDAYA LAHAN Sumberdaya Lahan Lahan dapat didefinisikan sebagai suatu ruang di permukaan bumi yang secara alamiah dibatasi oleh sifat-sifat fisik serta bentuk

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN HAYATI (BIODIVERSITY) SEBAGAI ELEMEN KUNCI EKOSISTEM KOTA HIJAU

KEANEKARAGAMAN HAYATI (BIODIVERSITY) SEBAGAI ELEMEN KUNCI EKOSISTEM KOTA HIJAU KEANEKARAGAMAN HAYATI (BIODIVERSITY) SEBAGAI ELEMEN KUNCI EKOSISTEM KOTA HIJAU Cecep Kusmana Guru Besar Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan IPB Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A34201023 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN YULIANANTO

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI BERBASIS BIOREGION. Oleh : ARIN NINGSIH SETIAWAN A

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI BERBASIS BIOREGION. Oleh : ARIN NINGSIH SETIAWAN A PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI BERBASIS BIOREGION Oleh : ARIN NINGSIH SETIAWAN A34203031 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

PENGARUH PENINGKATAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG DAN KENYAMANAN DI WILAYAH PENGEMBANGAN TEGALLEGA, KOTA BANDUNG

PENGARUH PENINGKATAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG DAN KENYAMANAN DI WILAYAH PENGEMBANGAN TEGALLEGA, KOTA BANDUNG PENGARUH PENINGKATAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG DAN KENYAMANAN DI WILAYAH PENGEMBANGAN TEGALLEGA, KOTA BANDUNG DIAR ERSTANTYO DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA 14 BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian inii dilakukan di Sentul City yang terletak di Kecamatan Babakan Madang dan Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat (Gambar

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli Lokasi penelitian adalah di kawasan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli Lokasi penelitian adalah di kawasan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli 2014. Lokasi penelitian adalah di kawasan hutan mangrove pada lahan seluas 97 ha, di Pantai Sari Ringgung

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kawasan Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) Kabupaten Paser Provinsi Kalimantan Timur. Penelitian berlangsung selama 3 bulan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Beji sebagai pusat Kota Depok, Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Penelitian

Lebih terperinci

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Sub DAS pada DAS Bekasi Hulu Berdasarkan pola aliran sungai, DAS Bekasi Hulu terdiri dari dua Sub-DAS yaitu DAS Cikeas dan DAS Cileungsi. Penentuan batas hilir dari DAS Bekasi

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keanekaragaman hayati atau biodiversitas adalah keanekaragaman organisme yang menunjukkan keseluruhan atau totalitas variasi gen, jenis, dan ekosistem pada suatu daerah,

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

KAJIAN SUMBERDAYA EKOSISTEM MANGROVE UNTUK PENGELOLAAN EKOWISATA DI ESTUARI PERANCAK, JEMBRANA, BALI MURI MUHAERIN

KAJIAN SUMBERDAYA EKOSISTEM MANGROVE UNTUK PENGELOLAAN EKOWISATA DI ESTUARI PERANCAK, JEMBRANA, BALI MURI MUHAERIN KAJIAN SUMBERDAYA EKOSISTEM MANGROVE UNTUK PENGELOLAAN EKOWISATA DI ESTUARI PERANCAK, JEMBRANA, BALI MURI MUHAERIN DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

Pengembangan RTH Kota Berbasis Infrastruktur Hijau dan Tata Ruang

Pengembangan RTH Kota Berbasis Infrastruktur Hijau dan Tata Ruang TEMU ILMIAH IPLBI 2015 Pengembangan RTH Kota Berbasis Infrastruktur Hijau dan Tata Ruang Studi Kasus: Kota Manado Ingerid L. Moniaga (1), Esli D. Takumansang (2) (1) Laboratorium Bentang Alam, Arsitektur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya. Adapun yang membedakannya dengan hutan yang lainnya yaitu

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PADA CV DUTA TEKNIK SAMPIT KALIMANTAN TENGAH

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PADA CV DUTA TEKNIK SAMPIT KALIMANTAN TENGAH STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PADA CV DUTA TEKNIK SAMPIT KALIMANTAN TENGAH SKRIPSI NOPE GROMIKORA H34076111 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN NOPE

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. fungsi pokok sebagai hutan konservasi yaitu kawasan pelestarian alam untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. fungsi pokok sebagai hutan konservasi yaitu kawasan pelestarian alam untuk 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman Taman Hutan Raya (Tahura) adalah hutan yang ditetapkan pemerintah dengan fungsi pokok sebagai hutan konservasi yaitu kawasan pelestarian alam

Lebih terperinci

ANALISIS MANFAAT RUANG TERBUKA HIJAU UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS EKOSISTEM KOTA BOGOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE GIS ARIEV BUDIMAN A

ANALISIS MANFAAT RUANG TERBUKA HIJAU UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS EKOSISTEM KOTA BOGOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE GIS ARIEV BUDIMAN A ANALISIS MANFAAT RUANG TERBUKA HIJAU UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS EKOSISTEM KOTA BOGOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE GIS ARIEV BUDIMAN A34203009 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Hutan dapat diberi batasan sesuai dengan sudut pandang masing-masing pakar. Misalnya dari sisi ekologi dan biologi, bahwa hutan adalah komunitas hidup yang terdiri dari

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN 4.1 ANALISIS LOKASI TAPAK BAB IV ANALISIS PERANCANGAN Dalam perancangan arsitektur, analisis tapak merupakan tahap penilaian atau evaluasi mulai dari kondisi fisik, kondisi non fisik hingga standart peraturan

Lebih terperinci

Modul 1. Hutan Tropis dan Faktor Lingkungannya Modul 2. Biodiversitas Hutan Tropis

Modul 1. Hutan Tropis dan Faktor Lingkungannya Modul 2. Biodiversitas Hutan Tropis ix H Tinjauan Mata Kuliah utan tropis yang menjadi pusat biodiversitas dunia merupakan warisan tak ternilai untuk kehidupan manusia, namun sangat disayangkan terjadi kerusakan dengan kecepatan yang sangat

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN 37 IV. METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Loka Farm yang terletak di Desa Jogjogan, Kelurahan Cilember, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi ini

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Administratif Kawasan permukiman skala besar Bumi Serpong Damai (BSD City) secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Serpong

Lebih terperinci

IV KONDISI UMUM TAPAK

IV KONDISI UMUM TAPAK IV KONDISI UMUM TAPAK 4.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Secara geografis kawasan Gunung Kapur Cibadak Ciampea terletak pada 16 32 BT 16 35 46 BT dan 6 36 LS 6 55 46 LS. Secara administratif terletak di

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Lahan basah merupakan sumber daya alam hayati penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem global. Salah satu tipe lahan basah adalah lahan gambut. Lahan gambut merupakan ekosistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang termasuk rawan

Lebih terperinci

Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI

Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI Indikator Perkuliahan Menjelaskan kawasan yang dilindungi Menjelaskan klasifikasi kawasan yang dilindungi Menjelaskan pendekatan spesies Menjelaskan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 24 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 4.1 Sejarah Kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Punti Kayu merupakan kawasan yang berubah peruntukannya dari kebun percobaan tanaman kayu menjadi taman wisata di Kota Palembang.

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumberdaya alam seperti air, udara, lahan, minyak, ikan, hutan dan lain - lain merupakan sumberdaya yang esensial bagi kelangsungan hidup manusia. Penurunan

Lebih terperinci

KERUSAKAN LAHAN AKIBAT PERTAMBANGAN

KERUSAKAN LAHAN AKIBAT PERTAMBANGAN KERUSAKAN LAHAN AKIBAT PERTAMBANGAN Oleh: Dini Ayudia, M.Si. Subbidang Transportasi Manufaktur Industri dan Jasa pada Bidang Perencanaan Pengelolaan SDA & LH Lahan merupakan suatu sistem yang kompleks

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA. Oleh : RIDHO DWIANTO A

PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA. Oleh : RIDHO DWIANTO A PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA Oleh : RIDHO DWIANTO A34204013 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

INVENTARISASI DAN ANALISIS HABITAT TUMBUHAN LANGKA SALO

INVENTARISASI DAN ANALISIS HABITAT TUMBUHAN LANGKA SALO 1 INVENTARISASI DAN ANALISIS HABITAT TUMBUHAN LANGKA SALO (Johannes teijsmania altifrons) DI DUSUN METAH, RESORT LAHAI, TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH PROVINSI RIAU- JAMBI Yusi Indriani, Cory Wulan, Panji

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH BUNGA PRAGAWATI Skripsi DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat

TINJAUAN PUSTAKA. fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat 4 TINJAUAN PUSTAKA Pendekatan Agroekologi Agroekologi adalah pengelompokan suatu wilayah berdasarkan keadaan fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat diharapkan tidak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan paduserasi TGHK RTRWP, luas hutan Indonesia saat ini

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan paduserasi TGHK RTRWP, luas hutan Indonesia saat ini 57 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Hutan Indonesia Berdasarkan paduserasi TGHK RTRWP, luas hutan Indonesia saat ini mencapai angka 120,35 juta ha atau sekitar 61 % dari luas wilayah daratan Indonesia.

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE 33 BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Studi ini dilakukan di Kota Padang Panjang, Sumatera Barat. Secara administrasi pemerintahan Kota Padang Panjang terletak di Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

EVALUASI KEBERLANJUTAN MASYARAKAT DESA DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CISADANE MENUJU ECOVILLAGE DANI ABDURRAHMAN BASYIR

EVALUASI KEBERLANJUTAN MASYARAKAT DESA DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CISADANE MENUJU ECOVILLAGE DANI ABDURRAHMAN BASYIR EVALUASI KEBERLANJUTAN MASYARAKAT DESA DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CISADANE MENUJU ECOVILLAGE DANI ABDURRAHMAN BASYIR PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

Lebih terperinci

RANCANGAN (disempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KEBUN RAYA KUNINGAN

RANCANGAN (disempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KEBUN RAYA KUNINGAN RANCANGAN (disempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KEBUN RAYA KUNINGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN, Menimbang : a. bahwa Kabupaten

Lebih terperinci

Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY

Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY Sumberdaya Alam Hayati : Unsur-unsur hayati di alam yang terdiri dari sumberdaya alam nabati (tumbuhan) dan sumberdaya alam hewani (satwa) yang bersama dengan

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioregion

II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioregion II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioregion Bioregion merupakan area geografis yang mempunyai karakteristik tanah, daerah aliran sungai (DAS), iklim, tanaman lokal serta hewan, yang unik dan memiliki nilai intrinsik

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 68 Tahun 1998, Tentang KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 68 Tahun 1998, Tentang KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH Nomor 68 Tahun 1998, Tentang KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam merupakan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri dan Kawasan Industri Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri, industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan

Lebih terperinci

HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, DENGAN METODA STRATIFIED SYSTEMATIC SAMPLING WITH RANDOM

HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, DENGAN METODA STRATIFIED SYSTEMATIC SAMPLING WITH RANDOM PENDUGAAN POTENSI TEGAKAN HUTAN PINUS (Pinus merkusii) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, DENGAN METODA STRATIFIED SYSTEMATIC SAMPLING WITH RANDOM START MENGGUNAKAN UNIT CONTOH LINGKARAN KONVENSIONAL

Lebih terperinci

ANALISIS DAN SINTESIS

ANALISIS DAN SINTESIS 55 ANALISIS DAN SINTESIS Lokasi Lokasi PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills yang terlalu dekat dengan pemukiman penduduk dikhawatirkan dapat berakibat buruk bagi masyarakat di sekitar kawasan industri PT

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Koperasi Unit Desa (KUD) Puspa Mekar yang berlokasi di Jl. Kolonel Masturi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat.

Lebih terperinci

ANALISIS DAN STRATEGI PEMANFAATAN RUANG DI KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT SANUDIN

ANALISIS DAN STRATEGI PEMANFAATAN RUANG DI KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT SANUDIN ANALISIS DAN STRATEGI PEMANFAATAN RUANG DI KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT SANUDIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul Analisis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap dan Lanskap Kota Lanskap adalah suatu bagian dari muka bumi dengan berbagai karakter lahan/tapak dan dengan segala sesuatu yang ada di atasnya baik bersifat alami maupun

Lebih terperinci

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Dalam melaksanakan kegiatannya, manusia selalu membutuhkan air bahkan untuk beberapa kegiatan air merupakan sumber utama.

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PASAR TERAPUNG SUNGAI BARITO KOTA BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PASAR TERAPUNG SUNGAI BARITO KOTA BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PASAR TERAPUNG SUNGAI BARITO KOTA BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA OLEH: MOCH SAEPULLOH A44052066 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PARIWISATA PANTAI PARANGTRITIS PASCA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PARIWISATA PANTAI PARANGTRITIS PASCA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PARIWISATA PANTAI PARANGTRITIS PASCA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA HARY RACHMAT RIYADI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN

Lebih terperinci

PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI

PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 Judul Nama NRP : Pengaruh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak potensi wisata yang unik, beragam dan tersebar di berbagai daerah. Potensi wisata tersebut banyak yang belum dimanfaatkan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rusa timor (Rusa timorensis Blainville 1822) merupakan salah satu jenis satwa liar yang hidup tersebar pada beberapa wilayah di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa sampai

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP SEKOLAH ISLAM TERPADU UMMUL QURO BERDASARKAN KONSEP TAMAN ISLAMI FISQA TASYARA A

PERANCANGAN LANSKAP SEKOLAH ISLAM TERPADU UMMUL QURO BERDASARKAN KONSEP TAMAN ISLAMI FISQA TASYARA A PERANCANGAN LANSKAP SEKOLAH ISLAM TERPADU UMMUL QURO BERDASARKAN KONSEP TAMAN ISLAMI FISQA TASYARA A34203058 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 Dengan ini

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan 118 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Objek wisata Curug Orok yang terletak di Desa Cikandang Kecamatan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA

KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN ARSYAD KHRISNA A44052252. Kajian Pencahayaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberadaan ruang terbuka hijau saat ini mengalami penurunan yang

I. PENDAHULUAN. Keberadaan ruang terbuka hijau saat ini mengalami penurunan yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan ruang terbuka hijau saat ini mengalami penurunan yang disebabkan oleh konversi lahan. Menurut Budiman (2009), konversi lahan disebabkan oleh alasan ekonomi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah negara kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA MINUMAN INSTAN JAHE MERAH (Zingiber officinale Linn.Var.rubrum) CV.HANABIO - BOGOR. Disusun Oleh :

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA MINUMAN INSTAN JAHE MERAH (Zingiber officinale Linn.Var.rubrum) CV.HANABIO - BOGOR. Disusun Oleh : STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA MINUMAN INSTAN JAHE MERAH (Zingiber officinale Linn.Var.rubrum) CV.HANABIO - BOGOR Disusun Oleh : SYAIFUL HABIB A 14105713 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 22 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian selama 6 (enam) bulan yaitu pada bulan Mei sampai Oktober 2009. Lokasi penelitian dan pengamatan dilakukan di Pulau

Lebih terperinci

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak antara 5 54' - 7 45' LS dan 106 22' - 108 50 BT dengan areal seluas 37.034,95

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan sumber daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan sumber daya alam hayati yang melimpah. Sumber daya alam hayati di Indonesia dan ekosistemnya mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kuningan berada di provinsi Jawa Barat yang terletak di bagian

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kuningan berada di provinsi Jawa Barat yang terletak di bagian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kabupaten Kuningan berada di provinsi Jawa Barat yang terletak di bagian timur Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Cirebon, Kabupaten Majalengka, dan

Lebih terperinci

Contoh Makalah Penelitian Geografi MAKALAH PENELITIAN GEOGRAFI TENTANG LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA

Contoh Makalah Penelitian Geografi MAKALAH PENELITIAN GEOGRAFI TENTANG LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA Contoh Makalah Penelitian Geografi MAKALAH PENELITIAN GEOGRAFI TENTANG LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA Disusun oleh: Mirza Zalfandy X IPA G SMAN 78 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5. 1. Letak Geografis Kota Depok Kota Depok secara geografis terletak diantara 106 0 43 00 BT - 106 0 55 30 BT dan 6 0 19 00-6 0 28 00. Kota Depok berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

RINGKASAN. mendukung keberadaan Taman Laut Banda dengan mempertimbangkan aspek

RINGKASAN. mendukung keberadaan Taman Laut Banda dengan mempertimbangkan aspek RINGKASAN MAISNUN ALBAAR. A 3 1.0655. PERENCANAAN LANSKAP PULAU KECIL. BANDA NAIRA - MALUKU SEBAGAI KAWASAN WISATA. (Di bawah bimbiugan Bapak Bambang Sulistyantara). Studi hi bertujuan membuat rencana

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menyimpan air yang berlebih pada

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

BAB VII PERENCANAAN a Konsep Ruang

BAB VII PERENCANAAN a Konsep Ruang 62 BAB VII PERENCANAAN 7.1 KONSEP PERENCANAAN 7.1.1 Konsep Dasar Perencanaan Penelitian mengenai perencanaan lanskap pasca bencana Situ Gintung ini didasarkan pada tujuan mengembalikan fungsi situ mendekati

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata 6 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata Pariwisata merupakan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian

Lebih terperinci

dan penggunaan sumber daya alam secara tidak efisien.

dan penggunaan sumber daya alam secara tidak efisien. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan komponen penting bagi proses kehidupan di bumi karena semua organisme hidup membutuhkan air dan merupakan senyawa yang paling berlimpah di dalam sistem

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci