SAMBUTAN DAN TRANSFORMASI SASTRA LISAN DALAM SASTRA INDONESIA: Studi Kasus pada Drama Arung Palakka dan Para Karaeng

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SAMBUTAN DAN TRANSFORMASI SASTRA LISAN DALAM SASTRA INDONESIA: Studi Kasus pada Drama Arung Palakka dan Para Karaeng"

Transkripsi

1 SAMBUTAN DAN TRANSFORMASI SASTRA LISAN DALAM SASTRA INDONESIA: Studi Kasus pada Drama Arung Palakka dan Para Karaeng Inriati Lewa Fakultas Sastra, Universitas Hasanuddin Abstrak: Di dalam estetika resepsi, yang menjadi objek studi sastra adalah penerimaan serta sambutan pembaca atau masyarakat pembaca terhadap teks sastra. Yang dimaksud dengan sambutan pembaca dalam tulisan ini adalah munculnya karya baru yang merupakan transformasi teks-teks yang ada sebelumnya. Sambutan pembaca dengan memunculkan karya baru berupa transformasi dari teks terdahulu dapat dilakukan dengan mengolah kembali, memutarbalikkan, dengan memberontaki, atau dengan menulis kembali teks terdahulu tersebut. Tulisan ini bertujuan untuk melihat aspek sambutan dan tranformasi sastra lisan ke dalam sastra Indonesia yakni pada karya drama yang berjudul Arung Palakka dan Para Karaeng. Untuk mencapai tujuan tersebut, digunakan teori resepsi dan intertekstual. Hasil analisis menunjukkan bahwa drama yang berjudul Arung Palakka dan drama Para Karaeng merupakan sambutan dan transformasi dari sastra lisan Makassar yang berjudul Sinrilik Kappalak Tallumbatua. Kata Kunci: sinrilik, resepsi, transformasi PENDAHULUAN Dalam tradisi sastra, penulis menyusun dan membangun karyanya berdasarkan karya-karya yang pernah diketahui, dibaca, dan didengarnya. Hal tersebut sangat penting untuk diketahui karena dapat berfungsi untuk membangkitkan memori. Penggarapan teks oleh seorang penulis yang disesuaikan dengan jenis-jenis sastra baru, normanorma baru, pencocokan bahasa baru membuktikan bahwa terjadi pergerakan horizon harapan (Teeuw, 1984:215). Teks itu pun kemudian dibaca, dipahami, dan ditafsirkan, kemudian diwujudkan menjadi teks baru, bisa sama bisa berlainan bahasa, jenis, dan fungsinya (Wiryamartana, 1990:10). Hal tersebut bukan berarti bahwa teks baru hanya mengambil teks-teks sebelumnya sebagai acuan, tetapi juga menyimpangi dan mentransformasikannya ke dalam teksteks yang diciptakan kemudian (Teeuw, 1984: ) Semua unsur yang ada di dalam sebuah karya sastra yang muncul terlebih dahulu seperti gagasan, peristiwaperistiwa, kalimat, ungkapan-ungkapan, dan sebagainya, kemudian dijadikan sebagai modal, acuan, atau latar teks yang terbit kemudian (Hutomo, 1993:13). Dengan demikian, pemahaman yang sempurna terhadap sebuah teks bisa dilakukan melalui ingatan serta pengenalan dari latar belakang teks-teks terdahulu. Seringkali sebuah karya berdasar atau berlatar pada karya sastra yang lain, baik karena menentang maupun meneruskan karya sastra yang menjadi latar itu (Pradopo, 2010:112). Hal ini merupakan aspek intertekstual yang disebut oleh Riffaterre (1978:94) sebagai hypogram. 61

2 Sambutan dan Transformasi Sastra Lisan... (Inriati Lewa) Sebuah karya sastra akan dapat diberi makna secara hakiki dalam kontrasnya dengan hipogramnya (Teeuw, 1991:66). Setiap teks merupakan penyerapan dan transformasi dari sesuatu yang lain (Bakhtin dalam Kristeva, 1980:66). Dengan demikian, tidak ada satu pun teks yang bisa dibaca secara terisolasi. Semua pembacaan muncul dalam kerangka intertekstual, dan sebuah teks harus dihubungkan dengan teks latar (budaya) karena teks latar merupakan bagian teks, begitu juga kebalikannya, teks menghadirkan teks latar (Kristeva, 1980: 36). Kode-kode, formula, model ritmis, pragmen bahasa sosial, dan lainnya masuk ke dalam teks dan didistribusikan kembali ke dalamnya (Barthes, 1981: 39). Hal tersebut merupakan prinsip intertekstual yang menganggap bahwa tidak ada satu pun teks yang sungguhsungguh mandiri dalam penciptaan dan pembacaannya tanpa adanya teks-teks lain sebagai contoh, teladan, ataupun kerangkanya (Culler, 1977:139). Teks apa pun merupakan sebuah interteks; teks lain hadir di dalamnya. Meskipun demikian, teks tersebut masih dapat dikenali karena teks berasal dari budaya sekitar dan sebelumnya walaupun teks tersebut hadir dalam tingkat yang bervariasi. Teks apa pun merupakan sebuah jaringan baru kutipan masa lalu (Barthes, 1981:39; Gidden dan Turner, 2008: ), setiap teks menjadikan dirinya dari teks-teks yang lain (Barthes, 1979:77; Jorgensen dan Philips, 2007: ). Kristeva mengatakan bahwa setiap karya sastra merupakan mosaik sitiran, serapan, dan transformasi karya-karya yang lain (Culler, 1975:139). Ditegaskan dalam teori intertekstual bahwa sebuah teks tidak terjadi tanpa adanya pengaruh dari luar. Intertekstual merupakan fenomena resepsi pengarang terhadap teks-teks yang pernah dibaca, dan dilibatkan dalam ciptaannya (Chamamah-Soeratno, 2011:83). Hal tersebut disebabkan oleh penulis teks merupakan pembaca teks yang sebelum menciptakan teksnya tidak dapat menghindari kutipan-kutipan dan pengaruh dari yang dibacanya. Penulis mengikutsertakan pengetahuan yang telah dibaca sebelumnya, argumentasi, perasaan, figur-figur yang kuat, politik, dan struktur sosialnya ke dalam karya yang dibuatnya (Worton dan Still, 1990:1-2). Hal demikian dapat dilihat dan ditemukan pada semua teks termasuk dalam sastra lisan dan tulis karena pencerita juga menghadirkan teks baru yang berasal dari teks-teks sebelumnya. Teks dalam pengertian umum adalah dunia semesta ini, bukan hanya teks tertulis atau teks lisan. Adat-istiadat, kebudayaan, film, drama secara pengertian umum adalah teks (Pradopo, 2010:132). Tulisan ini bermaksud untuk melihat dan menelusuri aspek-aspek sambutan dan transformasi sastra lisan dalam kesusastraan modern. Sastra lisan yang dimaksud adalah Sinrilik Kappalak Tallumbatua yang mendapat sambutan dan transformasi ke dalam sastra modern yang berbentuk drama dengan judul Arung Palakka dan drama Para Karaeng karya Fahmi Syariff. 62

3 Haluan Sastra Budaya Vol. XXXV No. 68 Oktober 2016: METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Objek formalnya adalah bentuk transformasi dari Sinrilik Kappalak Tallumbuatu yang berupa Arung Palakka dan Para Kareang. Objem materialnya adalah naskah Arung Palakka dan Para Kareang. Nmaun, fokus penelitian ini adalah penerimaan pembaca yang terwujud dalam naskah tersebut. Metode estetika resepsi mendasarkan diri pada teori bahwa sastra itu sejak terbitnya selalu mendapat resepsi atau tanggapan para pembacanya (Pradopo, 2010: 209). Yang dimaksud sambutan pembaca di sini adalah munculnya karya baru yang merupakan transformasi teks sebelumnya. Dalam transformasi teks tersebut, secara langsung, termuat juga tanggapan pembaca, yakni pencipta karya sastra itu atas karya terdahulu (Wiryamartana, 1990:2). Sambutan pembaca dengan memunculkan karya baru berupa transformasi dari teks terdahulu dapat dilakukan dengan mengolah kembali, memutarbalikkan, dengan memberontaki, atau dengan menulis kembali teks terdahulu tersebut. HASIL DAN PEMBAHASAN Di dalam estetika resepsi, yang menjadi objek studi sastra adalah penerimaan serta sambutan pembaca atau masyarakat pembaca terhadap teks sastra (Chamamah-Soeratno, 1992 dan 2001:82 84). Peranan pembaca sebagai pemberi makna tidak dapat diabaikan. Pembacalah yang telah memberikan reaksi terhadap sebuah teks. Dalam kehidupan sastra, baik sastra tertulis maupun lisan, tanggapan pembaca terhadap karya sastra telah berlangsung lama (Pradopo, 1991: 4). Pembaca sebagai pemberi makna merupakan variabel menurut ruang, waktu, dan golongan sosial budaya. Hal inilah yang menyebabkan karya sastra tidak sama pembacaan, pemahaman, serta penilaiannya sepanjang masa dalam golongan masyarakat tertentu. Sebuah karya sastra, meskipun terlihat baru, tidaklah muncul sebagai sesuatu yang sama sekali baru dalam kekosongan informasi dan budaya. Pembaca tetap dapat mengetahui teks melalui tandatanda yang ada meskipun terbatas. Hal tersebut akan membangkitkan kenangan yang dikenal, mengerakkan emosi-emosi yang khusus dalam diri pembaca, dan mulai membangkitkan pengharapan pembaca yang tetap utuh, berubah, mengarahkan, atau tetap dipenuhi ironi yang disebabkan oleh pembacaan sesuai dengan aturan genre atau tipe teks (Jauss, 1974 : 16). Sebuah karya sastra, yang tercipta pada kurun waktu yang lampau, dapat dikenali melalui perwujudan dari transformasinya, juga melalui perwujudan dari bentuk tanggapan terhadap teksnya. Jika wujud teks transformasi atau teks penyambutnya bermacam-macam, hal tersebut menandai adanya sambutan terhadap teksnya (Chamamah-Soeratno, 1983 : 37). Sehubungan dengan sambutan pembaca, yang memunculkan karya baru berupa transformasi dari teks sebelumnya, SKT telah mengalami sambutan tersebut. Beberapa teks dengan bentuk yang berbeda, kemudian muncul yang menandakan bahwa SKT telah mengalami sambutan dari pembaca. Sambutan pembaca tersebut dapat dilacak melalui berbagai teks lain dengan menggunakan metode intertekstual, yaitu metode yang melacak sambutan melalui teks lain yang menyambut teksnya (Sangidu, 2004: 23) 63

4 Sambutan dan Transformasi Sastra Lisan... (Inriati Lewa) Di antara sekian banyak cerita sinrilik yang ada, SKT merupakan sinrilik yang mendapat banyak sambutan dari penikmatnya. Sambutan dan transformasi dari SKT tersebut ada yang berupa rekaman, drama, dan novel. Teks-teks tersebut memperlihatkan cirinya masing-masing dengan cerita yang berbeda, tetapi masih dapat ditemukan teks yang mendasarinya. Hal ini menunjukkan bagaimana penulis selanjutnya menyambut karya SKT tersebut, kemudian mengembangkan berbagai aspeknya ke dalam bentukbentuk yang berbeda. Sambutan dan transformasi lainnya terhadap teks SKT terlihat dalam teks yang berjudul Arung Palakka dan Para Karaeng. Kedua teks tersebut merupakan karya drama yang ditulis pada tahun 1988 dan 1994 oleh Fahmi Syariff. Drama Arung Palakka Drama yang berjudul Arung Palakka ini bercerita tentang kerja paksa yang dilakukan oleh Sombayya di tanah Gowa atas keputusan Bate Salapanga (hlm. 92) terhadap sepuluh ribu orang Bugis yang berasal dari Soppeng dan Bone. La Tenritatta Toappatunru Daeng Serang Arung Palakka (hlm. 92), sebagai orang Bugis, termasuk orang yang dipekerjakan dalam kerja paksa tersebut untuk menggali tanah dan membuat parit. Bahkan, semua anakarung, baik Bone maupun Soppeng ikut turun ke penggalian, tidak terkecuali Datu Mariyo yang jelas-jelas dibesarkan bersama Karaeng Karunrung oleh Karaeng Pattingalloang pun tidak ketinggalan dalam kerja paksa tersebut seperti berikut. LAKI-LAKI 3: Ya, dulu mungkin ada jalan, karena Petta Pakkennyarannge masih ada di tengah-tengah kita. Tetapi sekarang, kepergiannya justru mengakibatkan semua anakarung, baik Bone maupun Soppeng ikut turun ke penggalian. Bahkan Datu Mariyo yang jelas-jelas dibesarkan bersama Karaeng Karunrung oleh Karaeng Pattingalloang, tak ketinggalan. LAKI-LAKI 2: Nah, jelas, bukan? Hadirnya Datu Mariyo di penggalian ini membuka kemungkinan untuk bebas dalam waktu dekat. (hlm. 83) Masalah pengembalian dan penegakan harga diri (sirik) yang dilakukan oleh Andi Patunru dalam SKT versi 1 ditransformasikan dalam teks drama yang berjudul Arung Palakka. Transformasi tersebut diwujudkan dalam diri Arung Palakka yang sangat marah dan geram kepada Sombayya karena pada saat ayahandanya meninggal langsung dimakamkan tanpa dipertemukan dengannya. Hal ini terjadi pada bulan September 1660, pada waktu Arung Palakka pulang dari pekerjaannya menggali parit. Pada saat itu, ia tidak menemukan ayahnya La Pottobune Arung Tana Tengnga di rumahnya. Ternyata pada hari itu, ayahnya telah dibunuh dengan kepala terpancung karena mengamuk di depan Sultan Hasanuddin karena menyaksikan para pekerja yang disiksa (Ali dan Amal, 1989: 23). Perjuangan Arung Palakka untuk menegakkan harga dirinya dan untuk merebut kembali harkat manusia sebagai manusia diperlihatkan bukan dengan cara menyerang, melainkan membebaskan semua pekerja yang dipekerjakan secara paksa di negeri Gowa oleh Sombayya seperti berikut ini. 64

5 Haluan Sastra Budaya Vol. XXXV No. 68 Oktober 2016: (1) LAKI-LAKI 5: (Membantu membereskan peralatan Arung Palakka). Tadi Datu bilang akan menyampaikan peristiwa berpulangnya Arung Tanah Tennga. Ya, ya. Marilah. Akan kusampaikan seperti yang dituturkan oleh Adinda I Mangkawani Daeng Talele. (Beranjak) LAKI-LAKI 4: (Menyusul). Benarkah bahwa Datu tidak sempat... Ya, aku tidak sempat dipertemukan dengan jenazah beliau. Ach, sebaiknya aku mulai dari awal... (hlm. 101) (2) LAKI-LAKI 3: Tadi dia bilang ada rencana mattana Ugi. Katanya, Datu yang pernah sampaikan. Ya, karena itulah aku harap tidak ada lagi sahabat kita yang pergi sendiri. Berhasil tidaknya rencana kita ini tergantung pada kita. Keberhasilan seseorang paling banyak ditentukan oleh dirinya sendiri. (hlm. 94) (1) (Jedah sejenak). Jadi awal segalanya... adalah masalah perbudakan. (hlm. 109) Dalam kerja paksa tersebut, yang bermalas-malas akan mendapatkan cambuk, dan mereka yang mencoba melarikan diri akan ditembak mati (hlm. 79). Keikutsertaan Datu Mariyo, nama lain Arung Palakka, dalam kerja paksa tersebut secara langsung melihat penderitaan yang dialami oleh sesamanya orang Bugis yang dilakukan oleh orang Makassar begitu mengiris hatinya seperti berikut. (1) Laki-laki apa kamu? Orang yang tak berdaya jangan dipukul lagi (hlm. 90) (2) LAKI-LAKI 3: Apa pun kalau lapar, tenggorokan takkan menolak, seperti ini... jagung, garam tambah belimbing, biar tanpa sayur. Cuma... (hlm. 98) (3) (Senyum melihat ada air yang menetes dari mata laki-laki 3). Kamu menangis sedih? (hlm. 99) Oleh karena itu, tokoh Arung Palakka sebagai wujud transformasi ide penegakan harga diri dan harkat kemanusiaan (sirik) seperti yang terdapat dalam SKT versi 1, kemudian merencanakan untuk membebaskan mereka dari penyiksaan kerja paksa tersebut. Tibalah saatnya untuk membebaskan diri dari perbudakan dan juga saat yang paling tepat dan menentukan untuk penegakan sirik na pesse (hlm. 114) seperti berikut. LAKI-LAKI 3: Tapi, sebab utama hingga Datu bertekad meninggalkan Gowa LAKI-LAKI 6: Inilah saat yang sudah lama kami tunggu-tunggu. Saat untuk membebaskan diri dari perbudakan (hlm. 113) 65

6 Sambutan dan Transformasi Sastra Lisan... (Inriati Lewa) Disusunlah rencana untuk melarikan diri (hlm ) yang akan dilakukan secara serempak. Waktu pelaksanaan untuk melarikan diri telah ditentukan, yaitu pada saat diadakan pesta panen karena pada saat itu semua orang berkumpul untuk menyaksikan berbagai ketangkasan seperti permainan silat dan permainan raga. Pada pelaksanaan pesta panen itu pun, Sombayya dan para tu barani dari Gowa akan hadir juga. Dengan demikian, daerah sekitar tempat kerja paksa dan penggalian akan kosong dari kekuatan penjagaan (hlm. 123). Strategi untuk pelarian pun diatur. Tepat pada pagi hari seperti yang telah ditentukan, mereka pun melarikan diri. Peristiwa pelarian diri inilah yang menyulut api peperangan antara Gowa dan Arung Palakka seperti berikut. Terima kasih, Saudaraku. (Kepada para laki-laki). Saudara-saudaraku. Kita tahu, kita terkurung dalam lingkaran perbudakan. Pagi ini kita tinggalkan semuanya. Api peperangan telah kau sulutkan! Suluhku yang redup, mengobarlah! Genderang perang telah kau tabuh! (hlm ) Arung Palakka merasa terpanggil untuk membebaskan bangsa Bugis dari penindasan orang Makassar atau negeri Gowa, dan rasa sirik na pesse sebagai orang Bugis, harus kembali ditegakkan. Kita bertekad melepaskan diri dari perbudakan ini bukan lantaran kita yang jadi budak, melainkan karena kita memang tidak pernah setuju adanya perbudakan. Karena itu, akan bertanya pada siapa saja yang kebetulan ada di sini: Tidak salahkah aku jika aku meminta bantuan bangsa lain untuk melepaskan bangsaku dari perbudakan yang dilakukan oleh bangsa yang kebetulan lebih kuat daripada bangsaku? (hlm. 131) Bagian ini terlihat bahwa penulis, yakni Fahmi Syariff menyambut dan mentransformasikan teks SKT ke dalam bentuk drama, dan menghubungkan perbuatan Arung Palakka yang bekerja sama dengan Belanda untuk menghadapi kekuatan Kerajaan Gowa. Perbuatan yang dilakukan oleh Arung Palakka tersebut adalah untuk membebaskan bangsanya, Bugis, dari perlakuan tidak manusiawi, dan juga untuk menegakkan kembali harga diri dan kehormatannya serta rasa solidaritasnya (sirik na pesse) karena perbuatan orang Gowa. Satu bangsa tidak akan mati seperti manusia pada satu saat saja. Satu bangsa memiliki bahasa, tata cara, kepercayaan, agama; dan lebih dari itu semua, satu bangsa memiliki pandangan dan cita-cita yang mendorongnya berbuat sesuatu, misalnya, membebaskan diri dari cengkeraman bangsa lain. Kita bertekad melepaskan diri dari perbudakan ini bukan lantaran kita yang jadi budak, melainkan karena kita memang tidak 66

7 Haluan Sastra Budaya Vol. XXXV No. 68 Oktober 2016: pernah setuju adanya perbudakan. Karena itu aku bertanya pada siapa saja yang kebetulan ada di sini: Tidak salahkah aku jika aku meminta bantuan bangsa lain untuk melepaskan bangsaku dari perbudakan yang dilakukan oleh bangsa yang kebetulan lebih kuat daripada bangsaku? (hlm ) Masalah penegakan harga diri untuk merebut dan memperjuangkan harkat kemanusiaan ini telah ditransformasikan oleh teks drama Arung Palakka yang terwujud melalui tokoh Arung Palakka dalam drama tersebut. Dengan demikian, akan terlihat bahwa SKT semakin diutuhkan maknanya oleh kehadiran teks drama yang berjudul Arung Palakka ini. Drama Para Karaeng Selanjutnya, sambutan dan transformasi terhadap teks SKT, khususnya teks SKT versi 2, terlihat juga dalam drama Para Karaeng. Masalah permusuhan, pertentangan, dan rasa curiga yang terjadi antara Sultan Hasanuddin dan Arung Palakka dalam teks SKT versi 2 disambut dan ditransformasikan dalam teks drama Para Karaeng diwujudkan dalam bentuk yang berbeda dalam cerita, bahkan dipertentangkan, dari musuh menjadi teman. Dalam drama ini, diceritakan hal tentang I Malombassi atau Sultan Hasanuddin sebagai Raja Gowa yang berteman dengan Arung Palakka dan Karaeng Karunrung. La Tenritatta Daeng Serang Arung Palakka bahkan digambarkan telah menjadi pengawal dari Sombanna Gowa seperti berikut. (Mulai mengerti). O, o, jadi itulah sebabnya sehingga Sombaya ada di sini tanpa kawalan Daeng Serang? (Terdiam karena tatapan tajam I Malombassi). Maaf, Sombanna Gowa, seingat saya, semasih kita kanakkanak sampai dewasa, kecuali saat inilah, Daeng Serang tidak tampak di belakang Sombaya, termasuk dalam menentukan pilihan. (hlm. 142) Pada saat terjadi penyerangan terhadap Benteng Somba Opu oleh Belanda, Karaeng Karunrung mencurigai bahwa Arung Palakkalah yang telah melakukannya. Perasaan curiga terhadap Arung Palakka seperti yang terdapat pada SKT versi 2 tidak begitu saja dapat dihilangkan dari diri orang-orang Makassar (Gowa) termasuk Karaeng Karunrung. Dalam teks drama Para Karaeng, kecurigaan terhadap Arung Palakka tetap terjadi karena setiap peristiwa di negeri Gowa selalu dikaitkan dengannya seperti berikut. I MALLOMBASSI: Jadi karena kobaran api itulah sehingga Daeng Serang ke sana? Bukankah Daeng Serang baru saja dari sana? Benar, Karaeng, tapi api itu berkobar sekembali saya dari sana. Atau, setelah mengobarkannya lalu ke sini? Jangan-jangan... I MALLOMBASSI: Karaeng Karunrung... Tidak mustahil, Sombaya! (hlm. 149) 67

8 Sambutan dan Transformasi Sastra Lisan... (Inriati Lewa) Rasa curiga terhadap Arung Palakka tetap hidup dan ada dalam diri orangorang Gowa. Untuk menghilangkan perasaan curiga tersebut, Arung Palakka dalam teks drama Para Karaeng berusaha memperlihatkan perbuatan-perbuatan baik yang dilakukannya dengan cara menyelamatkan benda kerajaan yang telah diambil oleh perampok. Meskipun demikian, Arung Palakka tetap saja dicurigai bahwa hal itu hanya akal bulusnya saja karena pelaku sesungguhnya adalah dia. Dengan demikian, terlihat bahwa bentuk transformasi teks tersebut merupakan alat untuk menyatukan dan menetralisir pandangan negatif terhadap tokoh Arung Palakka yang ada dalam pikiran masyarakat. Itulah sebabnya kami merampasnya kembali karena barang itu masih milik kerajaan. I MALLOMBASSI: Bukan milik kerajaan, tapi milik rakyat yang tersimpan di kerajaan (Terdiam sejenak). Tapi diambil dari siapa? Perampok... Tujuan saya hanya untuk mempercepat proses penyelesaiannya. Karena itu, maaf, Sombaya, jangan-jangan... (Matanya mengarah pada Arung Palakka).... RUNG PALAKKA: Maaf. Segalanya ini kulakukan karena aku Bugis Makassar. Dan lebih dari itu, aku merasa wajib menyelamatkan milik bersama. (hlm ) Akan tetapi, Sultan Hasanuddin memperingatkan Karaeng Karunrung untuk tidak mencurigai Arung Palakka. Masalah pertentangan antara Sultan Hasanuddin dan Arung Palakka dalam teks SKT versi 2 berupa perkelahian dan peperangan di antara keduanya disambut dan ditransformasikan dalam teks drama Para Karaeng. Wujud dari transformasi cerita yang menentang dan membalikkan hal tersebut digambarkan melalui persahabatan yang dijalin oleh I Mallombassi (Sultan Hasanuddin) dengan Arung Palakka. Bahkan dalam beberapa peristiwa, terlihat bahwa I Mallombassi terkadang membela dan mempercayai Arung Palakka yang dianggap setia terhadapnya dan negeri Gowa. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut ini. (1)... (Kepada I Mallombassi). Maaf, Karaeng. Saya dengan mereka ini akan ke Benteng Somba Opu sekarang juga. (Kepada Karaeng Karunrung). Karaeng Karunrung, akan kubuktikan tanpa perintah siapa pun. (Kepada I Mallombassi). Sombanna Gowa, kami ke sana. (2) I MALLOMBASSI: Tenang, para Tubaraniku yang perkasa. Peristiwa barusan ini, anggap saja sebagai penyegaran. Kuakui, yang salah tak lain dari aku, karena mempercayai seseorang seperti mempercayai diriku sendiri. (Diam). Aku meninggalkan pusat kerajaan tanpa setahu siapa pun, kecuali yang hadir di sini sekarang ini. Sengaja kulakukan karena memang suasana seperti ini sudah lama kurindukan. (hlm. 154) 68

9 Haluan Sastra Budaya Vol. XXXV No. 68 Oktober 2016: (3) Karaeng, apa tidak sebaiknya kita ke Benteng Somba Opu? Saya khawatir api yang... I MALLOMBASSI: Tenang Daeng Serang. Sebelum ke sana, aku ingin mendengar tanggapan kalian tentang api yang berkobar di Benteng Somba Opu dan api yang berkobar di dalam dada Tu barani kita. (hlm ) Persoalan perjanjian yang dibuat antara Karaeng Tu Nisombayya dan I Tuan Tu Malompoa setelah peperangan hebat antara keduanya sehingga Belanda bermukim di negeri Gowa dan Makassar terdapat dalam teks SKT versi 1. Masalah ini disambut dan ditransformasikan oleh penulis dalam teks drama Para Karaeng dengan mengatakan bahwa perjanjian yang dibuat tersebut lebih menguntungkan pihak kompeni seperti yang dikatakan oleh Karaeng Karunrung. Akan tetapi, perjanjian tersebut menurut I Mallombassi akan mengurangi korban manusia dan juga menghemat persediaan mesiu seperti berikut. (Senandika) Karena itu, kita membungkam meriam lalu menandatangani perjanjian-perjanjian yang pada akhirnya merugikan kita juga. (Menyadari diri). Maaf, Sombanna Gowa. Sudah tiga perjanjian yang kita tanda tangani, meskipun terpaksa, kesemuanya hanya menguntungkan kompeni. I MALLOMBASSI: Tapi setidak-tidaknya dari sisi korban manusia serta perbekalan mesiu, bisa dibatasi. Terutama jiwa manusia, itulah yang menjadi pertimbangan. Usaha Karaeng Karunrung mendirikan dinding dari Binanga Beru sampai Ujung Tana, sangat berarti. (hlm. 157) Jatuhnya Benteng Pa nakkukang ke tangan kompeni melahirkan perjanjian yang dianggap sangat merugikan pihak Gowa dan lebih menguntungkan pihak kompeni, tetapi Sultan Hasanuddin melakukan hal itu untuk mencegah jatuhnya banyak korban manusia (hlm. 157). Oleh karena itu, Karaeng Karunrung berencana membuat dinding dan parit dari Binanga Beru sampai Ujung Tana. Untuk hal itu, Karaeng Karunrung telah meminta bantuan sepuluh ribu orang yang mewakili Sombayya di Bone (hlm. 167). Arung Palakka mempertanyakan mengapa hanya rakyat dari Bone dan Soppeng saja yang dikerahkan untuk menggali dan membangun dinding benteng kepada Karaeng Karunrung. Arung Palakka menganggap Karaeng Karunrung telah berbuat sekehendak hatinya dan tidak berperikemanusiaan. Hal itu dilakukan oleh Karaeng Karunrung karena menganggap bahwa negeri Gowa memiliki kekuatan dan kekuasaan yang besar seperti terlihat di bawah ini. Karaeng Karunrung, sadarilah, bahwa yang akan menggali itu adalah manusia!... Terserah penafsiranmu, Daeng Serang. Tapi satu hal Anda jangan lupa, seluruh manusia yang ada di bawah kekuasaan Gowa, bisa saja kuperintahkan untuk menggali. 69

10 Sambutan dan Transformasi Sastra Lisan... (Inriati Lewa)... Kau lupa, Kerajaan Gowa adalah induk pemerintahan, bukan hanya di Selebes ini. (hlm ) Penggalian parit dan pembangunan dinding benteng, menurut Karaeng Karunrung, telah disetujui oleh Sombayya, dan parit yang digali tersebut akan dijadikan tempat pemeliharaan buaya. Sebagai pengawas proyek pembangunan itu adalah Arung Palakka. Jangan lanjutkan selagi aku masih mampu menahan diri. Aku akan menghadap Sombayya. Silakan! Tapi segala sesuatunya telah disetujui oleh Sombayya. Dan Sombayya masih Mangkasara, takkan mengubah keputusan yang telah disetujui. (hlm. 200) Arung Palakka curiga terhadap Karaeng Karunrung, dan menuduhnya hanya akan mematahkan tali persaudaraannya dengan Sombayya (hlm. 198). Arung Palakka tidak setuju dengan rencana yang dilakukan oleh Karaeng Karunrung untuk menggali parit yang melibatkan penduduk Bone dan Soppeng karena dianggap tidak manusiawi. (dengan nada rendah). Engkau telah menghina manusia saudaramu sendiri..... Engkau telah mempermainkan tubuh dan jiwa makhluk Tuhan yang paling mulia, Karaeng Karunrung. Tapi baiklah. Akan kulaksanakan tugasku! (hlm. 203) Teks drama Para Karaeng dengan jelas memperlihatkan bahwa pengarang telah menjadikan teks SKT versi 1 dan versi 2 sebagai hipogramnya, tetapi dengan cara yang berbeda. Permusuhan antara Arung Palakka dan Sultan Hasanuddin yang terdapat pada teks SKT versi 2 disambut dan ditransformasikan dalam teks drama Para Karaeng dalam wujud pembalikan atau pertentangan di dalam cerita. Dalam SKT versi 1 dan 2, tokoh-tokohnya ditampilkan sebagai orang yang terikat dalam hubungan kekeluargaan kemudian karena perbuatan boto selanjutnya saling berperang. Hal ini bertentangan dengan yang terdapat dalam drama tersebut. Teks drama ini telah menempatkan Arung Palakka dan Sultan Hasanuddin sebagai orang yang berteman, dan Arung palakka adalah orang yang setia kepada Sultan Hasanuddin sebagai Sombanna Gowa, dan pada akhirnya, memilih jalannya masingmasing. Daengku Mallombassi Daeng Mattawang Sombanna Gowa, serta Daengku Karaeng Karunrung Raja Tallo. Namaku La Tenritatta Toappatunru Daeng Serang putera Palakka. I MALLOMBASSI: Namamu, tubuhmu, mana yang terdekat ke dirimu? Namaku, tubuhku, jiwaku, itulah diriku. Dan diriku kuharapkan jadi suluh bagi Daengku berdua. Ketiganya jabat tangan beberapa saat.... I Mallombassi melangkah pergi dengan tombak Arung Palakka. Arung Palakka juga melangkah pergi menuju arah yang berlawanan. (hlm ) 70

11 Haluan Sastra Budaya Vol. XXXV No. 68 Oktober 2016: Jika dalam SKT versi 2, Arung Palakka adalah paman Sultan Hasanuddin, dalam drama Para Karaeng, mereka diceritakan sebagai dua orang yang berteman, bahkan Arung Palakka menjadi pengawal Sultan Hasanuddin. Arung Palakka bahkan selalu memperlihatkan kelakuan yang sangat setia kepada negeri Gowa. Sultan Hasanuddin diceritakan sangat percaya terhadap Arung Palakka dan acap kali memberikan pembelaan terhadapnya. Hal tersebut berbeda dengan yang terdapat dalam teks SKT versi 1. Andi Patunru nama lain dari Arung Palakka dikatakan sebagai anak Karaeng Tu Nisombayya Raja Gowa. Andi Patunru telah bekerja sama dengan Belanda untuk membantunya menyerang negeri Gowa dengan alasan untuk mengembalikan harga diri dan perasaan sakit hatinya karena telah diburu bahkan akan dibunuh oleh semua orang Gowa atas perintah ayahnya Karaeng Sombayya. Dalam teks drama Para Karaeng, Arung Palakka digambarkan bersahabat dengan Sultan Hasanuddin dan Karaeng Karunrung. Selain itu, Arung Palakka pun dilukiskan sebagai orang yang sangat setia kepada Sultan Hasanuddin sebagai Sombanna Gowa. SIMPULAN Sambutan dan transformasi yang terdapat di dalam karya sastra baik tulis maupun lisan selalu terjadi. Hal tersebut dapat ditemukan di dalam karya sastra modern yang berbentuk drama yaitu dalam drama Arung Palakka dan drama Para Karaeng karya Fahmi Syariff. Kedua drama tersebut telah menjadikan sastra lisan Sinriik Kappalak Tallumbatua dalam kesusastraan Makassar sebagai hipogramnya. Sambutan dan tranformasi yang dilakukan terhadap SKT memperlihatkan bahwa teks tersebut telah digunakan dan dipakai sesuai dengan kebutuhannya masingmasing. Beragamnya betuk-bentuk transformasi yang menyambut teks SKT telah menandakan kedudukannya sebagai sastra lisan Makassar pada masyarakat pendukung tradisi tersebut. Bentuk sambutan dan transformasi yang terdapat dalam teks-teks tersebut telah menempatkan dua tokoh, yakni Sultan Hasanuddin dan Arung Palakka dalam eksistensinya masing-masing sebagai tokoh di dalam kehidupan masyarakat Sulawesi Selatan. Dengan demikian, sambutan dan transformasi terhadap SKT seperti yang terdapat dalam teks-teks tersebut memperlihatkan kekayaannya terhadap unsur-unsur tradisi yang sangat dominan sebagai karya sastra. Selain itu, melalui sambutan dan transformasi terhadap teks SKT semakin mengukuhkan makna dari teks tersebut. Sambutan dan transformasi yang dilakukan terhadap SKT tersebut ada yang berbentuk pemutarbalikkan cerita dan tokohnya seperti yang terlihat pada drama Para Karaeng dan penegasan terhadap mengapa perbuatan tersebut dilakukan seperti yang terlihat pada drama Arung Palakka. 71

12 Sambutan dan Transformasi Sastra Lisan... (Inriati Lewa) DAFTAR PUSTAKA Ali, H.A.Muhammad dan Amal, A.Amrullah. (1989). Arung Palakka Potret Seorang Pembebas. Watampone. Barthes, Roland. (1981). Theory of the Text dalam Unthying the Text: A Post-Structuralist Reader. Boston: Routledge & Kegan Paul Ltd. Barthes, Roland. (1979). From Work to Text. Dalam Textual Strategies: Perspectives in Post-Structuralist Criticism. Josue V. Harari (ed.). Ithaca, New York: Cornell University Press. Chamamah-Soeratno, Siti. (1988). Hikayat Iskandar Zulkarnain: Suntingan Teks dan Analisis Resepsi. Disertasi. Yogyakarta: UGM. Chamamah-Soratno, Siti. (2011). Sastra: Teori dan Metode. Yogyakarta: Elmatera. Culler, Jonathan. (1977). Structuralist Poetics, Linguistics, and the Study of Literature. London: Routledge & Kegan Paul Ltd. Culler, Jonathan. (1981). The Pursuit of Signs: Semiotic, Literature, Deconstruktion. London and Henley: Routledge and Kegan Paul. Giddens, Anthony dan Turner, Jonathan. (2008). Social Theory Today. (Penerjemah: Yudi Santoso). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hutomo, Suripan Sadi. (1993). Cerita Kentrung Sarahwulan di Tuban. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Jauss, Hans Robert. (1974). Literary History as a Challenge to Literary Theory dalam New Direction in Literary History. Ralf Cohen (ed.). London: Roudledge & Kegan Paul. Jorgensen, Marianne W. dan Philips, Louise J. (2007). Analisis Wacana: Teori dan Metode. (Penerjemah: Imam Suyitno). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Kristeva, Julia. (1980). Desire in Language: A Semiotic Approach to Literature and Art. Columbia: Columbia University Press. Polanyi, Karl. (2003). Transformasi Besar: Asal-Usul Politik dan Ekonomi Zaman Sekarang. (Penerjemah: M. Taufiq Rahman. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Pradopo, Rachmat Djoko. (1991). Dewa Telah Mati: Kajian Strukturalisme- Semiotik. Bandung: Temu Ilmiah Ilmu-Ilmu Sastra Pascasarjana se- Indonesia. Pradopo, Rachmat Djoko. (2010). Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya (cet. VII). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Riffaterre, Michael. (1978). Semiotics of Poetry. London: Indiana University Press. Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. (2004). Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prenada Media. Ritzer, George. (2008). Teori Sosial Postmodern. (Penerjemah: Muhammad Taufik). Yogyakarta: Kreasi Wacana. Sangidu. (2004). Penelitian Sastra: Pendekatan, Teori, Teknik, dan Kiat. Yogyakarta: Seksi Penerbitan Sastra Asia Barat Fakultas Ilmu Budaya UGM. Syariff, Fahmi. (2005). Trilogi Drama: Teropong dan Meriam. Makassar: Hasanuddin University Press. 72

13 Teeuw, A. (1984). Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya. Teeuw, A. (1991). Membaca dan Menilai Sastra. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Wiryamartana, I. Kuntara. (1990). Arjunawiwaha: Transformasi Teks Jawa Kuna Lewat Tanggapan dan Penciptaan di Lingkungan Sastra Jawa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Worton, Michael dan Still, Judith. (1990). Intertextuality: Theories and Praktices. New York: Manchester Univercity Press. Haluan Sastra Budaya Vol. XXXV No. 68 Oktober 2016:

BAB VII KESIMPULAN. masyarakat suku Makassar telah difungsikan oleh pencerita atau pasinrilik sebagai

BAB VII KESIMPULAN. masyarakat suku Makassar telah difungsikan oleh pencerita atau pasinrilik sebagai BAB VII KESIMPULAN A. Kesimpulan Sinrilik Kappalak Tallumbatua (SKT) sebagai hasil tradisi sastra lisan dari masyarakat suku Makassar telah difungsikan oleh pencerita atau pasinrilik sebagai alat untuk

Lebih terperinci

TEKS DAN INTERTEKSTUALITAS

TEKS DAN INTERTEKSTUALITAS TEKS DAN INTERTEKSTUALITAS Oleh : Dra. Indiyah Prana Amertawengrum, M.Hum. PENDAHULUAN Di dalam penelitian sastra, teks merupakan sesuatu yang sentral, meskipun pengarang adalah orang yang paling penting

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. antara Naskah Drama Ken Arok Karya Saini KM dengan Novel Arok Dedes Karya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. antara Naskah Drama Ken Arok Karya Saini KM dengan Novel Arok Dedes Karya 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu Hubungan Intertekstual antara Naskah Drama Ken Arok Karya Saini KM dengan Novel Arok Dedes Karya Pramoedya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya, budaya tidak hanya. konvensi atau tradisi yang mengelilinginya.

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya, budaya tidak hanya. konvensi atau tradisi yang mengelilinginya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh pengarang untuk dipahami dan dinikmati oleh pembaca pada khususnya dan oleh masyarakat pada umumnya. Hal-hal yang diungkap oleh

Lebih terperinci

23/03/2010 Drs. Sumiyadi, M.Hum./Jurdiksatrasia, FPBS,UPI

23/03/2010 Drs. Sumiyadi, M.Hum./Jurdiksatrasia, FPBS,UPI PEMODERNAN CERITA RAKYAT & MASALAH PEMBELAJARANNYA oleh Sumiyadi Karya sastra, yaitu puisi, prosa (cerpen dan novel), dan drama adalah materi yang harus diajarkan dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembicaraan karya sastra tidak lepas dari penilaian-penilaian. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu seni adalah yang imajinatif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, serta masih diakrabi oleh masyarakat pemilik tradisi lisan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, serta masih diakrabi oleh masyarakat pemilik tradisi lisan tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai etnis di Indonesia mempunyai tradisi lisan yang masih hidup dan berkembang, serta masih diakrabi oleh masyarakat pemilik tradisi lisan tersebut. Akan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra di Indonesia banyak mengalami perkembangan. Perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra di Indonesia banyak mengalami perkembangan. Perkembangan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra di Indonesia banyak mengalami perkembangan. Perkembangan tersebut dapat dilihat dari lahirnya berbagai macam sastra yang tentu tidak terlepas dari peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu gejala positif yang seharusnya dilakukan oleh para sastrawan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu gejala positif yang seharusnya dilakukan oleh para sastrawan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu gejala positif yang seharusnya dilakukan oleh para sastrawan, penikmat sastra ataupun masyarakat Indonesia secara umum, adalah membaca, mempelajari, bahkan menulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tidak terlepas dari kehidupan masyarakat karena dalam karya

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tidak terlepas dari kehidupan masyarakat karena dalam karya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Karya sastra tidak terlepas dari kehidupan masyarakat karena dalam karya sastra terdapat kenyataan yang dialami oleh masyarakat itu

Lebih terperinci

Nama Kelompok: Agnes Monica Dewi Devita Marthia Sari Dilla Rachmatika Nur Aisah XI IIS 1

Nama Kelompok: Agnes Monica Dewi Devita Marthia Sari Dilla Rachmatika Nur Aisah XI IIS 1 Nama Kelompok: Agnes Monica Dewi Devita Marthia Sari Dilla Rachmatika Nur Aisah XI IIS 1 Latar Belakang Kesultanan Gowa adalah salah satu kerajaan besar dan paling sukses yang terdapat di daerah Sulawesi

Lebih terperinci

KESENJANGAN SOSIAL PADA NASKAH DRAMA BILA MALAM BERTAMBAH MALAM KARYA PUTU WIJAYA

KESENJANGAN SOSIAL PADA NASKAH DRAMA BILA MALAM BERTAMBAH MALAM KARYA PUTU WIJAYA KESENJANGAN SOSIAL PADA NASKAH DRAMA BILA MALAM BERTAMBAH MALAM KARYA PUTU WIJAYA Pradistya Arifah Dwiarno Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar STKIP Modern Ngawi Email: pradistyaarifa@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra diciptakan oleh sastrawan. Pikiran, perasaan, kreativitas, serta

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra diciptakan oleh sastrawan. Pikiran, perasaan, kreativitas, serta 1 BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh sastrawan. Pikiran, perasaan, kreativitas, serta imajinasi adalah alat. Sastrawan menggunakan media lingkungan sosial sekitar,

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 11 - BAHASA INDONESIA IPS BAB 1. MEMAHAMI CERPEN DAN NOVELLatihan Soal 1.3

SMA/MA IPS kelas 11 - BAHASA INDONESIA IPS BAB 1. MEMAHAMI CERPEN DAN NOVELLatihan Soal 1.3 1. Bacalah dengan seksama penggalan novel berikut! SMA/MA IPS kelas 11 - BAHASA INDONESIA IPS BAB 1. MEMAHAMI CERPEN DAN NOVELLatihan Soal 1.3 Ketika pulang, pikirannya melayang membayangkan kejadian yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR digilib.uns.ac.id BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 1. Penelitian Terdahulu A. Kajian Pustaka Berikut adalah penelitian terdahulu novel Tantri Perempuan yang Bercerita dan naskah Kidung Tantri Kĕdiri:

Lebih terperinci

Revelation 11, Study No. 33 in Indonesian Language. Seri kitab Wahyu pasal 11, Pembahasan No. 33, oleh Chris McCann

Revelation 11, Study No. 33 in Indonesian Language. Seri kitab Wahyu pasal 11, Pembahasan No. 33, oleh Chris McCann Revelation 11, Study No. 33 in Indonesian Language Seri kitab Wahyu pasal 11, Pembahasan No. 33, oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di pemahaman Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan medium bahasa. Sebagai

Lebih terperinci

TEORI PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA MENURUT MOODY

TEORI PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA MENURUT MOODY TEORI PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA MENURUT MOODY Sebelum kita sampai pada pembicaraan mengenai teori pembelajaran apresiasi sastra menurut Moody, ada baiknya Anda terlebih dahulu mengetahui prinsip ganda

Lebih terperinci

Karya Kreatif Tanah Air Beta. Karya ini diciptakan untuk menuturkan isi hati Mama Tatiana di dalam buku hariannya. Karya

Karya Kreatif Tanah Air Beta. Karya ini diciptakan untuk menuturkan isi hati Mama Tatiana di dalam buku hariannya. Karya Labiba 1 Salsabil Inas Labiba Rigen Pratitisari Bahasa Indonesia 1 Desember 2011 Karya Kreatif Tanah Air Beta Bagian I: Tujuan Penulisan Karya ini diciptakan untuk menuturkan isi hati Mama Tatiana di dalam

Lebih terperinci

SILABUS. : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Matakuliah & Kode : Pengantar Kajian Sastra, INA 412 SKS : Teori 4 Praktik 0

SILABUS. : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Matakuliah & Kode : Pengantar Kajian Sastra, INA 412 SKS : Teori 4 Praktik 0 SILABUS Fakultas : FBS Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Matakuliah & Kode : Pengantar Kajian Sastra, INA 412 SKS : Teori 4 Praktik 0 : I Mata Kuliah Prasyarat & Kode : - Dosen : I.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Untuk memperjelas dan memantapkan ruang lingkup permasalahan, sumber data, dan kerangka teoretis penelitian ini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia yang berupa karya bahasa yang bersifat estetik (dalam arti seni), hasilnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra pada era modern sekarang ini sudah memiliki banyak definisi dan berbagai penafsiran dari masyarakat. Sastra selalu dikaitkan dengan seni dan keindahan sehingga

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai rancangan penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sisi-sisi kehidupan manusia dan memuat kebenaran-kebenaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. sisi-sisi kehidupan manusia dan memuat kebenaran-kebenaran kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan refleksi atau cerminan kondisi sosial masyarakat yang terjadi di dunia sehingga karya itu menggugah perasaan orang untuk berpikir tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. transformasi dari teks-teks yang lain (Kristeva dalam Culler, 1975: 139). Dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. transformasi dari teks-teks yang lain (Kristeva dalam Culler, 1975: 139). Dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap teks sastra itu merupakan mosaik kutipan-kutipan, penyerapan dan transformasi dari teks-teks yang lain (Kristeva dalam Culler, 1975: 139). Dengan kata

Lebih terperinci

BUKU RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER KRITIK SASTRA I (BDI 2133) Pengampu: Drs. Heru Marwata, M.Hum.

BUKU RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER KRITIK SASTRA I (BDI 2133) Pengampu: Drs. Heru Marwata, M.Hum. BUKU RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER KRITIK SASTRA I (BDI 2133) Pengampu: Drs. Heru Marwata, M.Hum. JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2004

Lebih terperinci

Lampiran. Ringkasan Novel KoKoro. Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai

Lampiran. Ringkasan Novel KoKoro. Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai Lampiran Ringkasan Novel KoKoro Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai Kamakura menjadi sejarah dalam kehidupan keduanya. Pertemuannya dengan sensei merupakan hal yang

Lebih terperinci

Dalam pelajaran ini saudara akan mempelajari... asal-usul Alkitab serta susunannya. Maksud Alkitab. Pelajaran ini akan menolong saudara...

Dalam pelajaran ini saudara akan mempelajari... asal-usul Alkitab serta susunannya. Maksud Alkitab. Pelajaran ini akan menolong saudara... Alkitab Para pelaut sangat ketakutan. Badai yang hebat baru berakhir dan beberapa orang teman mereka mati tenggelam. Mereka kehilangan arah dan banyak pertanyaan yang tak terjawab merisaukan mereka. Ke

Lebih terperinci

Allah Adalah Pola Bagi Hidup Kita

Allah Adalah Pola Bagi Hidup Kita Allah Adalah Pola Bagi Hidup Kita Banyak negara yang memiliki peribahasa seperti "Air cucuran atap jatuhnya ke pelimbahan juga." Suatu hal yang menarik tentang keluarga ialah kemiripan antara anggotaanggota

Lebih terperinci

METODE EDISI: STEMMA

METODE EDISI: STEMMA METODE EDISI: STEMMA Oleh: Tedi Permadi Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni - Universitas Pendidikan Indonesia Objek

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA Resepsi Sastra Teori dan Penerapannya. Makalah. Hlm

DAFTAR PUSTAKA Resepsi Sastra Teori dan Penerapannya. Makalah. Hlm DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Hamid. 1985. Manusia Bugis Makassar: Suatu Tinjauan Historis Terhadap Pola Tingkah Laku dan Pandangan Hidup Manusia Bugis Makassar. Jakarta: Inti Idayu Press). Abdullah, Imran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

Surat Paulus yang kedua kepada jemaat Tesalonika

Surat Paulus yang kedua kepada jemaat Tesalonika 1 Surat Paulus yang kedua kepada jemaat Tesalonika Kepada yang kekasih saudara-saudari saya seiman jemaat Tesalonika yaitu kalian yang sudah bersatu dengan Allah Bapa dan Tuhan kita Kristus Yesus. Salam

Lebih terperinci

Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga

Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga Suami Rosa biasa memukulinya. Ia memiliki dua anak dan mereka tidak berani berdiri di hadapan ayahnya karena mereka takut akan

Lebih terperinci

Allah Memberkati Yusuf Si Budak

Allah Memberkati Yusuf Si Budak Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan Allah Memberkati Yusuf Si Budak Penulis: Edward Hughes Digambar oleh: M. Maillot dan Lazarus Diterjemahkan oleh: Widi Astuti Disadur oleh: M. Maillot dan Sarah S.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan suatu ritus kehidupan yang dilalui baik oleh individu

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan suatu ritus kehidupan yang dilalui baik oleh individu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan suatu ritus kehidupan yang dilalui baik oleh individu maupun oleh kelompok masyarakat, sehingga melalui ritus kehidupan, kebudayaan dapat dialami

Lebih terperinci

Sikap Kepahlawanan dan

Sikap Kepahlawanan dan Bab 6 Sikap Kepahlawanan dan Patriotisme Pernahkah kamu menonton film tentang peperangan? Bagaimana usaha para prajurit untuk memperjuangkan sebuah kemenangan? Mereka tentu berusaha keras dan rela berkorban

Lebih terperinci

Dalam pelajaran ini saudara akan mempelajari... Rencana Allah Kehidupan Kristus Teladan Orang-orang Kristen yang Mula-mula

Dalam pelajaran ini saudara akan mempelajari... Rencana Allah Kehidupan Kristus Teladan Orang-orang Kristen yang Mula-mula Ikuti Polanya Bila saudara mau membangun sebuah rumah, apakah yang pertama-tama saudara lakukan? Sebelum saudara dapat memulai pembangunan itu, saudara harus mempunyai suatu rencana. Saudara harus menentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh tanah air hingga kini masih tersimpan karya-karya sastra lama. Penggalian

BAB I PENDAHULUAN. seluruh tanah air hingga kini masih tersimpan karya-karya sastra lama. Penggalian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berbahagialah kita bangsa Indonesia, bahwa hampir di setiap daerah di seluruh tanah air hingga kini masih tersimpan karya-karya sastra lama. Penggalian karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

A: Sebagaimana kita telah rembuk kemarin malam, apakah akan dilanjutkan juga musyawarah kita ini?

A: Sebagaimana kita telah rembuk kemarin malam, apakah akan dilanjutkan juga musyawarah kita ini? MALAM KETIGA Yesus Adalah Utusan (Rasul) Tuhan A: Sebagaimana kita telah rembuk kemarin malam, apakah akan dilanjutkan juga musyawarah kita ini? B: Memang demikian, karena kedatangan kami kemari khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan sebagai karya kreatif, sastra mampu melahirkan suatu kreasi yang indah.

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan sebagai karya kreatif, sastra mampu melahirkan suatu kreasi yang indah. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra adalah hasil karya imajinasi, dan seni kreatif manusia. Sehingga karya sastra mampu menimbulkan imajinasi tertentu pada benak penikmatnya. Sedangkan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dilihat pada penyajian sampul-sampul buku karya sastra yang hampir selalu menjadikan sketsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dilihat pada penyajian sampul-sampul buku karya sastra yang hampir selalu menjadikan sketsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perempuan menjadi salah satu objek pembahasan yang menarik di dalam karya sastra. Perempuan bahkan terkadang menjadi ikon nilai komersil penjualan karya sastra. Hal

Lebih terperinci

Allah Memberkati Yusuf Si Budak

Allah Memberkati Yusuf Si Budak Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan Allah Memberkati Yusuf Si Budak Penulis: Edward Hughes Digambar oleh: M. Maillot dan Lazarus Diterjemahkan oleh: Widi Astuti Disadur oleh: M. Maillot dan Sarah S.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan

Lebih terperinci

Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan. Allah Memberkati Yusuf Si Budak

Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan. Allah Memberkati Yusuf Si Budak Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan Allah Memberkati Yusuf Si Budak Allah menunjuk kepada Tuhan dalam Alkitab. Penulis: Edward Hughes Digambar oleh : M. Maillot dan Lazarus Disadur oleh: M. Maillot

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jika dibandingkan dengan ciptaan-nya yang lain. Kelebihan itu mencakup

BAB I PENDAHULUAN. jika dibandingkan dengan ciptaan-nya yang lain. Kelebihan itu mencakup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai salah satu makhluk ciptaan Tuhan memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan ciptaan-nya yang lain. Kelebihan itu mencakup kepemilikan manusia atas

Lebih terperinci

TRANSFORMASI DAN INTERTEKSTUAL DALAM SASTRA. oleh Halimah FPBS Universitas Pendidikan Indonesia

TRANSFORMASI DAN INTERTEKSTUAL DALAM SASTRA. oleh Halimah FPBS Universitas Pendidikan Indonesia TRANSFORMASI DAN INTERTEKSTUAL DALAM SASTRA oleh Halimah FPBS Universitas Pendidikan Indonesia Perubahan rupa (bentuk, sifat, fungsi, dsb)..(kubi, 2002); Wujud transformasi: terjemahan, salinan, alih huruf,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi atau berinteraksi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi atau berinteraksi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Interaksi sosial memainkan peran dalam masyarakat individu atau kelompok. Interaksi diperlukan untuk berkomunikasi satu sama lain. Selain itu, masyarakat membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Psikologi berasal dari kata Yunani, psycheyang berarti jiwa dan logosyang berarti ilmu atau ilmu pengetahuan (Jaenudin, 2012:1). Psikologi terus berkembang seiring

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. yakni Bagaimana struktur novel Tanah Tabu karya Anindita S. Thayf? dan

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. yakni Bagaimana struktur novel Tanah Tabu karya Anindita S. Thayf? dan 324 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Setelah melalui tahap analisis, sampailah kita pada bagian simpulan. Simpulan ini akan mencoba menjawab dua pertanyaan besar pada awal penelitian, yakni Bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menunjukkan kesantunan antara lain adalah deiksis sosial.

BAB I PENDAHULUAN. yang menunjukkan kesantunan antara lain adalah deiksis sosial. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam komunikasi tentunya terjadi interaksi. Interaksi tersebut umumnya disertai kesantunan. Interaksi seperti ini terutama dilakukan masyarakat yang menjunjung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat itu dalam berbagai bentuk film-film ini akhirnya memiliki bekas nyata di benak

BAB I PENDAHULUAN. saat itu dalam berbagai bentuk film-film ini akhirnya memiliki bekas nyata di benak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah media audio visual yang memiliki peranan penting bagi perkembangan zaman di setiap negara. terlepas menjadi bahan propaganda atau tidak, terkadang sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan termasuk salah satu dasar pengembangan karakter seseorang. Karakter merupakan sifat alami jiwa manusia yang telah melekat sejak lahir (Wibowo, 2013:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kebudayaan dapat diartikan sebagai suatu nilai dan pikiran yang hidup pada sebuah masyarakat, dan dalam suatu nilai, dan pikiran ini berkembang sejumlah

Lebih terperinci

Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan. Allah Memberkati Yusuf Si Budak

Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan. Allah Memberkati Yusuf Si Budak Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan Allah Memberkati Yusuf Si Budak Allah menunjuk kepada Tuhan dalam Alkitab. Penulis: Edward Hughes Digambar oleh : M. Maillot dan Lazarus Disadur oleh: M. Maillot

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Adaptasi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah penyesuaian

BAB I PENDAHULUAN. Adaptasi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah penyesuaian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Adaptasi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah penyesuaian terhadap tempat tinggal, penyesuaian terhadap tempat pekerjaan, penyesuaian terhadap pelajaran. Menerjemahkan

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Peristiwa yang terjalin dalam novel Nagabonar Jadi 2 terbentuk menjadi

BAB IV KESIMPULAN. Peristiwa yang terjalin dalam novel Nagabonar Jadi 2 terbentuk menjadi BAB IV KESIMPULAN 4.1 Kesimpulan Peristiwa yang terjalin dalam novel Nagabonar Jadi 2 terbentuk menjadi alur maju serta hubungan kausalitas yang erat. Hal ini terlihat pada peristiwaperistiwa yang memiliki

Lebih terperinci

Allah Memberkati Yusuf Si Budak

Allah Memberkati Yusuf Si Budak Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan Allah Memberkati Yusuf Si Budak Allah menunjuk kepada Tuhan dalam Alkitab. Penulis: Edward Hughes Digambar oleh : M. Maillot dan Lazarus Disadur oleh: M. Maillot

Lebih terperinci

Mempunyai Pendirian Dalam Masyarakat

Mempunyai Pendirian Dalam Masyarakat Mempunyai Pendirian Dalam Masyarakat "Terima kasih, ini uang kembalinya." "Tetapi Pak, uang kembalinya terlalu banyak. Ini kelebihannya." "Betul. Anda seorang yang jujur. Tidak banyak yang akan berbuat

Lebih terperinci

INSTRUMEN PENELITIAN PROFIL PROAKTIVITAS PESERTA DIDIK SMP PETUNJUK PENGISIAN

INSTRUMEN PENELITIAN PROFIL PROAKTIVITAS PESERTA DIDIK SMP PETUNJUK PENGISIAN INSTRUMEN PENELITIAN PROFIL PROAKTIVITAS PESERTA DIDIK SMP Identitas Diri Nama : Tanggal : Jenis Kelamin : L / P Kelas : PETUNJUK PENGISIAN Assalamu alaikum Wr.Wb. Angket ini bukan suatu tes, tidak ada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan teori sastra. Perkembangan kritik sastra akan menjadi catatan

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan teori sastra. Perkembangan kritik sastra akan menjadi catatan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan kritik sastra berhubungan erat dengan sejarah sastra dan juga perkembangan teori sastra. Perkembangan kritik sastra akan menjadi catatan sejarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Hal ini disebabkan masing-masing pengarang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Hal ini disebabkan masing-masing pengarang mempunyai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir karena adanya daya imajinasi yang di dalamnya terdapat ide, pikiran, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu membedakan

Lebih terperinci

BAB 2 RESENSI DAN RESEPSI SASTRA

BAB 2 RESENSI DAN RESEPSI SASTRA 8 BAB 2 RESENSI DAN RESEPSI SASTRA Resensi atas karya sastra berkaitan erat dengan resepsi sastra. Resensi-resensi karya sastra di surat kabar dapat dijadikan sasaran penelitian resepsi sastra. Dalam bab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat memberikan tanggapannya dalam membangun karya sastra.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khusus, karena terjadinya hubungan erat di antara keduanya.

BAB I PENDAHULUAN. khusus, karena terjadinya hubungan erat di antara keduanya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu hasil karya seni yang sekaligus menjadi bagian dari kebudayaan. Sebagai salah satu hasil kesenian, karya sastra mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan salah satu produk budaya yang diciptakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan salah satu produk budaya yang diciptakan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu produk budaya yang diciptakan oleh pengarang yang menampilkan gambaran kehidupan masyarakat dengan bahasa sebagai mediumnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan fenomena sosial budaya yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan fenomena sosial budaya yang melibatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan fenomena sosial budaya yang melibatkan kreativitas manusia. Karya sastra lahir dari pengekspresian endapan pengalaman yang telah ada dalam jiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wellek dan Warren (1993:14) bahasa adalah bahan baku kesusastraan, seperti

BAB I PENDAHULUAN. Wellek dan Warren (1993:14) bahasa adalah bahan baku kesusastraan, seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil karya cipta manusia yang mengandung daya imajinasi dengan menggunakan bahasa sebagai medianya. Menurut Wellek dan Warren (1993:14) bahasa

Lebih terperinci

Daud Sang Raja (Bagian 1)

Daud Sang Raja (Bagian 1) Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan Daud Sang Raja (Bagian 1) Penulis: Edward Hughes Digambar oleh: Lazarus Diterjemahkan oleh: Widi Astuti Disadur oleh: Ruth Klassen Cerita 20 dari 60 www.m1914.org

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumardja dan Saini (1988: 3) menjabarkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, dan keyakinan

Lebih terperinci

Surat Paulus yang kedua kepada jemaat Tesalonika

Surat Paulus yang kedua kepada jemaat Tesalonika 2 Tesalonika 1:1 1 2 Tesalonika 1:6 Surat Paulus yang kedua kepada jemaat Tesalonika 1 Kepada yang kekasih saudara-saudari saya seiman jemaat Tesalonika yaitu kalian yang sudah bersatu dengan Allah Bapa

Lebih terperinci

5. Kisah-kisah dan Sejarah 5.7 Nabi Ya qub AS. dan Nabi Yusuf AS.

5. Kisah-kisah dan Sejarah 5.7 Nabi Ya qub AS. dan Nabi Yusuf AS. 5.7.5 Nabi Yusuf AS. dan Saudara-saudaranya Kini saudara-saudara Nabi Yusuf yang telah menceburkannya ke dalam sumur telah datang. Anak-anak Nabi Ya qub datang dan berbaris dalam rombongan orang-orang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Latar belakang..., Ardhanariswari, FIB UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Latar belakang..., Ardhanariswari, FIB UI, 2009 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Novel Shitsurakuen karya Watanabe Jun ichi adalah sebuah karya yang relatif baru dalam dunia kesusastraan Jepang. Meskipun dianggap sebagai novel yang kontroversial,

Lebih terperinci

MENGAPA DIA HARUS MATI?

MENGAPA DIA HARUS MATI? MENGAPA DIA HARUS MATI? Ev. Andree Kho Di dalam semua agama, ada hal-hal tertentu yang sampai batas tertentu kelihatannya sama. Misalnya: Semua agama mengajarkan, supaya manusia berbuat baik. Semua agama

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Simpulan. asing, kata sapaan khas atau nama diri, dan kata vulgar. Kata konotatif digunakan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Simpulan. asing, kata sapaan khas atau nama diri, dan kata vulgar. Kata konotatif digunakan BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan hingga pembahasan, dapat diambil simpulan sebagai berikut. 1. Gaya Kata (Diksi) Pada naskah film Kembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu hasil karya seni yang sekaligus menjadi bagian dari kebudayaan. Sebagai salah satu hasil kesenian, karya sastra mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan karya sastra di Indonesia saat ini cukup pesat. Terbukti dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan drama. Hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan karya imajinasi yang inspirasinya berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan karya imajinasi yang inspirasinya berasal dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan karya imajinasi yang inspirasinya berasal dari fenomena yang dialami atau terjadi di sekeliling pengarang. Karya sastra yang diciptakan

Lebih terperinci

Hari Raya Korban? (Idul Adha)

Hari Raya Korban? (Idul Adha) Hari Raya Korban? (Idul Adha) Ini merupakan cerita yang terkenal pada saat Allah bertanya pada Abraham untuk mengorbankan anaknya. Juga merupakan cerita seorang anak muda yang dihukum mati oleh Tuhan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan yang terjadi di masyarakat ataupun kehidupan seseorang. Karya sastra merupakan hasil kreasi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Simpulan. hubungan intertekstual antara novel Tantri Perempuan yang Bercerita karya Cok

BAB V PENUTUP. A. Simpulan. hubungan intertekstual antara novel Tantri Perempuan yang Bercerita karya Cok digilib.uns.ac.id BAB V PENUTUP A. Simpulan Fokus kajian dalam penelitian ini adalah menemukan benang merah hubungan intertekstual antara novel Tantri Perempuan yang Bercerita karya Cok Sawitri terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada masa kesultanan Asahan agar dapat didokumentasikan. peristiwa-peristiwa yang terjadi untuk jadi pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada masa kesultanan Asahan agar dapat didokumentasikan. peristiwa-peristiwa yang terjadi untuk jadi pembelajaran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah adalah kejadian yang terjadi pada masa lampau, disusun berdasarkan peninggalan-peninggalan yang terdapat dimasa kini. Perspektif sejarah selalu menjelaskan ruang,

Lebih terperinci

MANFAAT STUDI FILOLOGI

MANFAAT STUDI FILOLOGI MANFAAT STUDI FILOLOGI Manfaat Studi Filologi Manfaat studi filologi dibagi menjadi dua, yaitu manfaat umum dan manfaat khusus. Mengetahui unsur-unsur kebudayaan masyarakat dalam suatu kurun waktu tertentu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengarang (Noor, 2007:13). Selain itu, Noor juga mengatakan bahwa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pengarang (Noor, 2007:13). Selain itu, Noor juga mengatakan bahwa sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan struktur dunia rekaan, artinya realitas dalam karya sastra adalah realitas rekaan yang tidak sama dengan realitas dunia nyata, kalaupun bahannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Puisi menurut Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia terdapat dua macam

BAB I PENDAHULUAN. Puisi menurut Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia terdapat dua macam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Puisi menurut Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia terdapat dua macam arti, yaitu ragam sastra yang bahasanya terikat oleh rima atau pengulangan bunyi yang

Lebih terperinci

THE WARRIOR S CALL #1 - PANGGILAN PAHLAWAN #1 THE MIGHTY MEN REVIVAL KEBANGKITKAN PARA PAHLAWAN

THE WARRIOR S CALL #1 - PANGGILAN PAHLAWAN #1 THE MIGHTY MEN REVIVAL KEBANGKITKAN PARA PAHLAWAN THE WARRIOR S CALL #1 - PANGGILAN PAHLAWAN #1 THE MIGHTY MEN REVIVAL KEBANGKITKAN PARA PAHLAWAN PEMBUKAAN Hari ini kita masuk dalam sebuah seri kotbah yang saya percaya akan menjadi awal sebuah kegerakan

Lebih terperinci

Nama saya Andy. Saya lahir dan besar di Kota

Nama saya Andy. Saya lahir dan besar di Kota Sekapur Sirih 1 1 Nama saya Andy. Saya lahir dan besar di Kota Tanjungpinang yang merupakan Ibu Kota Provinsi Kepulauan Riau. Darah saya percampuran antara Medan dan Tanjungpinang. Kepulauan Riau adalah

Lebih terperinci

Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan. Daud Sang Raja (Bagian 1)

Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan. Daud Sang Raja (Bagian 1) Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan Daud Sang Raja (Bagian 1) Allah menunjuk kepada Tuhan dalam Alkitab. Penulis: Edward Hughes Digambar oleh: Lazarus Disadur oleh: Ruth Klassen Diterjemahkan oleh:

Lebih terperinci

Injil Maria Magdalena. (The Gospel of Mary)

Injil Maria Magdalena. (The Gospel of Mary) Injil Maria Magdalena (The Gospel of Mary) Para Murid Berbincang-bincang dengan Guru Mereka, Sang Juruselamat Apakah segala sesuatu akan hancur? Sang Juruselamat berkata, Segenap alam, segala hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diabaikan karena Ijime dapat terjadi pada setiap orang, bahkan di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. diabaikan karena Ijime dapat terjadi pada setiap orang, bahkan di negara-negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ijime atau penganiayaan merupakan fenomena sosial yang tidak dapat diabaikan karena Ijime dapat terjadi pada setiap orang, bahkan di negara-negara maju juga

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Adapun konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Adapun konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah: BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Adapun konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 2.1.1 Sastra Sastra pada dasarnya merupakan ciptaan, kreasi bukan sebuah imitasi.

Lebih terperinci

Revelation 11, Study No. 9 in Indonesian Language. Seri Kitab Wahyu Pasal 11, Pembahasan No. 9, oleh Chris McCann.

Revelation 11, Study No. 9 in Indonesian Language. Seri Kitab Wahyu Pasal 11, Pembahasan No. 9, oleh Chris McCann. Revelation 11, Study No. 9 in Indonesian Language Seri Kitab Wahyu Pasal 11, Pembahasan No. 9, oleh Chris McCann. Selamat malam dan selamat datang Pemahaman Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu.

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BAHASA INDONESIA BAB 4. Ketrampilan BersastraLatihan Soal 4.2. Pengenalan. Klimaks. Komplikasi. Penyelesaian

SMP kelas 9 - BAHASA INDONESIA BAB 4. Ketrampilan BersastraLatihan Soal 4.2. Pengenalan. Klimaks. Komplikasi. Penyelesaian SMP kelas 9 - BAHASA INDONESIA BAB 4. Ketrampilan BersastraLatihan Soal 4.2 1. Bacalah kutipan cepen berikut! Pagi hari ini adalah hari pertama di Kota Yogyakarta buat seorang Revanda. Dia dan keluarganya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. XVIII dan XIX. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. XVIII dan XIX. Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu benda budaya yang dapat ditinjau dan ditelaah dari berbagai sudut. Teks-teks sastra bersifat multitafsir atau multiinterpretasi. Isi,

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Fenomena yang aktual saat ini yang dialami negara-negara yang sedang

I.PENDAHULUAN. Fenomena yang aktual saat ini yang dialami negara-negara yang sedang I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena yang aktual saat ini yang dialami negara-negara yang sedang berkembang maupun negara maju sekalipun yaitu pencapaian kemajuan di bidang ekonomi dan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya dengan seni dan sastra seperti permainan rakyat, tarian rakyat, nyanyian rakyat, dongeng,

Lebih terperinci

SILABUS KAJIAN PROSA FIKSI INDONESIA

SILABUS KAJIAN PROSA FIKSI INDONESIA JURDIKSATRASIA SILABUS KAJIAN PROSA FIKSI INDONESIA IN 210 (2 SKS) Halimah (2321) Semester Genap 2009/2010 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia TUJUAN Setelah mengikuti perkuliahan ini

Lebih terperinci