Pengaruh Posisi Bayi Terhadap Kadar Bilirubin Pada Fototerapi Konvensional
|
|
- Hadi Lesmana
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Tinjauan Pustaka Pengaruh Posisi Bayi Terhadap Kadar Bilirubin Pada Fototerapi Konvensional Ira Silvia, Beby Syofiani Hasibuan, Bugis Mardina Lubis, Pertin Sianturi, Emil Azlin, Guslihan Dasa Tjipta Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/RSUP. H. Adam Malik Abstrak Hiperbilirubinemia merupakan salah satu dari banyak permasalahan pada bayi cukup bulan dan fototerapi sanggat aman dan efektif dalam menangani bayi dengan hiperbilirubinemia. Hiperbilirubinemia biasanya terjadi pada sebagian besar kelahiran hidup selama beberapa hari pertama kehidupan dan umumnya tidak berbahaya. Namun dalam beberapa kasus, kondisi ini berkembang menjadi Encefalopati bilirubin lanjut yang akut. Sehingga deposisi bilirubin yang tidak terkonjugasi pada Susunan saraf pusat dapat menyebabkan gangguan perkembangn neurologis yang serius. Walaupun fototerapi telah digunakan oleh berjuta bayi selama lebih dari 30 tahun, pertanyaan spesifik yang berkenaan tentang metode didalam memaksimalkan khasiatnya masih belum terjawab. Perubahan posisi dipercaya mampu meningkatkan khasiat fototerapi. Kata kunci : Hiperbilirubinemia, Neonatus, Fototerapi, Posisi Abstract Hyperbilirubinemia is one of the most common problems in term newborns and phototherapy is safe and effective in neonatal hyperbilirubinemia. Jaundice occurs in the majority of newborns during the first days of life and is generally harmless. In a few cases, the condition progresses into acute advanced bilirubin encephalopathy. The deposition of unconjugated bilirubin in the central nervous system may thus cause serious neurodevelopmental impairment. Even though phototherapy has been used on millions of infants for more than 30 years. Specific questions regarding methods of optimizing efficacy remain unanswerwd.changes of position are believed to increase the efficacy of phototherapy. Keyword : Hyperbilirubinaemia, Neonates, Phototherapy, Position ira.silvia@ymail.co.id The Journal of Medical School, University of Sumatera Utara 37
2 Ira Silvia, dkk PENDAHULUAN Hiperbilirubinemia adalah terjadinya peningkatan kadar plasma bilirubin 2 standar deviasi atau lebih dari persentil 90 dari kadar yang normal berdasarkan umur bayi. 1 Kelainan ini paling sering ditemukan pada bayi baru lahir, 2-4 yang secara klinis akan mulai tampak bila kadar bilirubin darah lebih dari 5 sampai 7 mg/dl, 5 dengan angka kejadian cukup tinggi terutama pada bayi prematur dan sering terjadi pada minggu pertama kehidupan. 6-8 Di Amerika Serikat sekitar 60% sampai 70% bayi lahir cukup bulan mengalami hiperbilirubinemia, sedangkan bayi prematur sekitar 80%. 9 Fototerapi merupakan terapi menggunakan sinar yang dapat dilihat secara kasat mata untuk pengobatan hiperbilirubinemia Tujuannya adalah membatasi peningkatan serum bilirubin dan mencegah penumpukan di dalam otak yang dapat menyebabkan komplikasi neurologis permanen yang serius (Kern icterus) Pengaruh fototerapi berhubungan dengan kadar bilirubin di kulit dan intensitas sinar. 16 Intensitas sinar sendiri dipengaruhi oleh keadaan jarak sinar dengan pasien, luas permukaan tubuh, jenis dan panjang gelombang sinar, serta penggunaan media atau tirai putih pemantul sinar. 17 Perubahan posisi selama fototerapi mampu meningkatkan efektifitas fototerapi dalam menurunkan kadar total bilirubin dan menurunkan durasi yang lebih singkat selama masa fototerapi. Hal yang mendukung praktek perubahan posisi selama fototerapi masih sedikit ditemukan. Dengan demikian masih diperlukan penelitian tentang pengaruh perubahan posisi selama fototerapi terhadap kadar bilirubin pada bayi baru lahir dengan hiperbilirubinemia. 6 Penelitian yang dilakukan di Denmark, membandingkan perbedaan kadar serum bilirubin setelah fototerapi konvensional antara posisi telentang dengan posisi berubah-ubah setiap tiga jam pada bayi baru lahir yang menderita hiperbilirubinemia. Kelompok posisi telentang rata-rata 47±53 µmol/l, kelompok bayi dengan posisi berubah-ubah rata-rata 47±2 µmol/l. 6 TINJAUAN Metabolisme Bilirubin Bilirubin merupakan produk dari sejumlah destruksi normal dari sirkulasi eritrosit dimana bilirubin berasal dari penguraian protein dan heme. Bilirubin bayi sekitar 6 sampai 8 mg/kgbb/hari dan dewasa sekitar 3 sampai 4 mg/kgbb/hari. Bayi baru lahir akan menghasilkan bilirubin 2 atau 3 kali lebih banyak daripada anak maupun dewasa, oleh karena pada bayi waktu penghan-curan sel darah merah lebih cepat. Penghancuran sel darah pada neonatus cukup bulan sekitar delapan puluh hari dan pada prematur sekitar tujuh puluh hari.9,11,14 Bilirubin berasal dari katabolisme protein heme, heme akan diubah menjadi biliverdin dengan bantuan enzim heme oxygenase. Biliverdin selanjutnya berubah menjadi bilirubin dengan bantuan enzim biliverdin reductase. Bilirubin yang dihasilkan akan berikatan secara reversibel dengan albumin dan sebagian kecil dalam bentuk bebas.18,19 Bilirubin tidak terkonjugasi merupakan larut lipid yang akan dibawa menuju hati melintasi membran sel hati. Enzim liver yaitu uridine diphosphoglucuronate glucuronosyltransferase akan mengkonjugasi bilirubin, dan akan mengubah menjadi pigmen bilirubin yang larut dalam air yang dapat diekresikan ke dalam empedu dan keluar dari tubuh melalui usus dan ginjal.19,20 Hiperbilirubinemia dapat disebabkan proses fisiologis, patologis atau kombinasi keduanya. Risiko hiperbilirubinemia meningkat pada bayi yang mendapat ASI, kurang bulan, dan mendekati cukup bulan. 1,3 Faktor penyebab neonatal hiperbilirubinemia indirek antara lain terjadi peningkatan produksi bilirubin akibat dari inkomptabilitas darah fetomaternal (Rh, ABO), peningkatan penghancuran hemoglobin akibat defisiensi enzim kongenital Glucose-6-phosphate dehydro-genase (G6PD), 14 sepsis, peningkatan jumlah hemoglobin yang terjadi akibat dari polisitemia, keterlambatan klem tali pusat. Penyebab lain dapat juga disebabkan oleh peningkatan sirkulasi enterohepatik yang terjadi akibat atresia atau stenosis intestinal, perubahan clearance bilirubin hati yang disebabkan imaturitas, perubahan produksi atau aktivitas uridine diphospoglucoronyl transferase akibat dari gangguan metabolik, hipotiroidisme. Selanjutnya dapat juga disebabkan oleh perubahan fungsi dan perfusi hati yang disebabkan asfiksia, hipoksia dan sepsis, obstruksi hepatik (hiperbilirubinemia direk) terjadi akibat anomali kongenital seperti atresia biliaris, fibrosis kistik.1,3,21 Pengaruh Sinar Fototerapi terhadap Bilirubin Sinar fototerapi akan merubah bilirubin yang ada di dalam kapiler superfisial dan interstisial pada isomer yang larut dalam air yang dapat dieksresikan tanpa metabolisme oleh hati. 11 Bentuk bilirubin 4Z dan 15Z akan berubah menjadi 4Z dan 15E yaitu bentuk isomer nontoksik yang dapat diekresikan. Z dan E merupakan istilah yang digunakan untuk mendesain stereochemistry diantara kedua ikatan. Empat dan lima menunjukkan posisi ikatan ganda. Reaksi fototerapi mengha-silkan suatu fotooksidasi melalui proses secara cepat, produk fotooksidasi lebih sedikit jumlahnya dibandingkan dengan pembentukan isomer konfigurasi.16,23 Fototerapi juga menghasilkan lumirubin, dimana lumirubin ini mengandung 2% sampai 6% dari total serum bilirubin. Lumirubin akan diekresikan melalui empedu dan urin. 20,23 Ketika bentuk bilirubin ini berubah menjadi isomer yang nontoksik maka akan lebih mudah untuk diekskresikan. Isomer mempermudah untuk terjadinya eleminasi melalui urin dan saluran cerna. Hal ini merupakan penjelasan mengenai khasiat fototerapi sebagai pencegahan dan penatalaksanaan hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir. 24,25 Mekanisme kerja fototerapi ini dapat dilihat pada Gambar Majalah Kedokteran Nusantara Volume 45 No. 1 April 2012
3 Pengaruh Posisi Bayi terhadap Kadar Bilirubin pada Fototerapi Konvensional R.E. system Fecal bilirubin Urobilinogen (minimal) Gambar 1. Mekanisme kerja fototerapi 15 Pada fototerapi, sinar yang digunakan merupakan sinar tampak berupa gelombang elektromagnetik, dengan panjang gelombang 400 sampai 700 nm dan puncak absorbsi antara 450 sampai 460 nm. 27 Sejauh ini sinar yang dianjurkan adalah menggunakan lampu sinar biru. 28,29 Pertimbangan fototerapi dan transfusi tukar berdasarkan kadar bilirubin yang di sesuaikan dengan umur bayi dalam jam dan berat badan dalam gram seperti yang direkomendasi AAP untuk hiperbilirubinemia, hal ini dapat dilihat pada Tabel 1 dan tabel 2 Tabel 1. Rekomendasi American Academy of Pediatrics (AAP) untuk penanganan Hiperbilirubinemia pada neonatus sehat dan cukup bulan. 29 Pertimbangan Usia 2 4 ja m jam ja m > 72 jam Fototerapi Tabel 2. Rekomendasi American Academy of Pediatrics (AAP) untuk penanganan Hyperbilirubinemia pada neonatus prematur (sehat dan sakit). 29 Berat badan R.E. system Catabolism of effete TBC Heme oxygenase B i l i ve rd in r e d u c ta se Smooth endoplasmic reticulum Enterohepatic circulation bilirubin Foto terapi 7 5 % h e m e Biliverdin Bilirubin + Serum albumin Ligandin Transfusi tukar Ineffective erythropolesis - bone marrow Tissue heme Heme proteins } Liver 2 5 % h e m e Fototerapi Early Peak Glucuronosyl transforase Bilirubin glucuronide â Glucuronnidase Transfusi tukar jika fototerapi intensif gagal Transfusi tukar dan intensif fototerapi - Transfusi tukar < >2500 Tabel 2.1 Tabel Efektivitas Fototerapi Fototerapi sangat bergantung pada intensitas sinar sehingga khasiat fototerapi tergantung pada kualitas spektrum cahaya (panjang gelombang) sampai pada permukaan kulit. Kualitas ini sangat dipengaruhi oleh luas permukaan tubuh yang terpapar, penggunaan media pemantulan sinar, jarak antara lampu dengan kulit bayi dan lain-lain.26,27,34 Kualitas spektrum yang sejauh ini dipakai sinar biru, sinar hijau atau cahaya biru kehijauan dengan panjang gelombang nm, 34 sedangkan untuk sinar ultraviolet masih ada konsep yang berbeda atau kontroversial. Intensitas sinar merupakan intensitas cahaya dengan sejumlah foton yang terpapar dengan permukaan tubuh berdasarkan sentimeter kuadrat yang nilainya diukur dengan menggunakan radiometer berkisar 30µW/cm 2 /nm. 31,32 Intensitas sinar ini dapat ditingkatkan dengan pemberian fototerapi ganda atau double phototerapy.30,32 Penelitian di Turki tahun 2000 menggunakan sinar fototerapi ganda yang diletakkan di atas dan di bawah bayi akan menghasilkan intensitas sinar 28.5 µw/cm 2 /nm atau lebih baik dibanding fototerapi tunggal (intensitas sinar 18.4 µw/cm 2 /nm). 6,9 Penelitian di California menunjukkan bahwa dengan menggunakan sinar biru jarak yang terbaik untuk menurunkan kadar bilirubin adalah jarak 10 cm dengan penurunan kadar bilirubin sekitar 58% dibandingkan dengan jarak 30 cm dengan penurunan kadar bilirubin sekitar 45% dan 50 cm dengan penurunan kadar bilirubin sekitar 13%. Namun berdasarkan rekomendasi American Academy of Pediatrics (AAP) menganjurkan fototerapi sebaiknya jarak 10 cm (kecuali bila menggunakan jenis sinar halogen).33,34 Berdasarkan luas permukaan tubuh dianggap bahwa semakin luas permukaan tubuh yang terpapar sinar maka akan semakin cepat mempengaruhi penurunan nilai serum bilirubin. Sebuah penelitian yang dilakukan di Australia menemukan bahwa dengan membuka popok dan segala yang membungkus bayi prematur risiko rendah penderita penyakit kuning dengan berat badan >1500 g saat lahir tidak mempersingkat lama pengobatan. 25 American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan pembukaan popok untuk fototerapi intensif bila 39 bilirubin serum mendekati tingkat transfusi tukar.29,35 Perubahan posisi selama fototerapi Perubahan posisi bayi selama fototerapi diyakini mampu meningkatkan efektifitas fototerapi dalam menurunkan kadar total serum bilirubin dan mampu menurunkan durasi yang lebih singkat selama masa fototerapi. Hal yang mendukung praktek perubahan posisi selama fototerapi masih sedikit ditemukan. 36 Molekul bilirubin meninggalkan ruang intravaskuler dengan cara difusi berdasarkan perbedaan konsentrasi menuju ke pembuluh darah yang terdekat. Selama fototerapi foton mencapai kapiler dermis dan bereaksi dengan bilirubin yang berada di intravaskuler dengan merubah bentuk molekul menjadi molekul yang larut dalam air yang dapat berdifusi ke sirkulasi dan dapat dikeluarkan melalui empedu dan ginjal. Waktu yang dibutuhkan untuk proses difusi ini menuju dan keluar dari ekstravaskuler diperkirakan sekitar 3.5 jam. 36 Perubahan posisi selama fototerapi memberikan hasil yang lebih efektif berdasarkan beberapa penelitian yang
4 The Journal of Medical School, University of Sumatera Utara 39
5 Ira Silvia, dkk menggunakan fototerapi tunggal.6,37 Penelitian yang dilakukan di Israel terhadap neonatus cukup bulan dengan hiperbilirubinemia, satu kelompok dengan posisi telentang dan satu kelompok dengan posisi dirubahubah, fototerapi diberikan selama 24 jam, dengan posisi lampu berada diatas jarak antara alat fototerapi dengan bayi 25 cm, bayi dengan kelompok telentang rata-rata 5.3 ± 2 mg/dl, kelompok bayi dengan posisi berubah-ubah rata-rata 3.9 ± 2 mg/dl. 36 Penelitian yang dilakukan di Iran, terhadap neonatus cukup bulan dengan hiperbilirubinemia, satu kelompok dengan posisi telentang dan satu kelompok dengan posisi dirubah-ubah setiap 150 menit. Fototerapi diberikan selam 24 jam, dengan posisi lampu berada diatas jarak antara alat fototerapi dengan bayi 20 cm. Hasil penelitian menunjukkan penurunan kadar bilirubin pada kelompok telentang 18.8 µmol/l menjadi 12.2 ± 2.7 µmol/l dan pada kelompok yang berubah-ubah 18.8 ± 2.1µmol/L menjadi 12.1 ± 2.0 µmol/l. 37 Penelitian yang dilakukan di Jepang. Terhadap neonatus cukup bulan dengan hiperbilirubinemia. Satu kelompok dengan posisi telentang, dan satu kelompok dengan yang dirubahubah setiap 6 jam. Fototerapi diberikan selama 24 jam. dengan posisi lampu berada diatas jarak antara alat fototerapi dengan bayi 40 cm jarak diukur untuk setiap bayi. Hasil penelitian menunjukkan penurunan kadar bilirubin pada kelompok telentang µmol/l menjadi ± 30.8 µmol/l dan pada kelompok yang berubah-ubah ± 30.8 µmol/l menjadi ± 34.2 µmol. 38 Efek Samping Fototerapi Beberapa efek samping penggunaan fototerapi: 1,3 - Dehidrasi karena terdapat kehilangan insensible water loss, dapat dicegah dengan pemberian tambahan cairan kepada neonatus yang sedang mendapat fototerapi. - Konsistensi feses yang lebih cair, yang berwarna hijau atau kecoklatan - Efek okuler dalam menurunkan input sensoris dan stimulasi sensoris,tetapi dapat dicegah dengan pemberian penutup mata selama dilakukan fototerapi. - Suhu tubuh tidak stabil. - Hipokalsemi lebih sering terjadi pada bayi prematur. Hal ini disebabkan oleh perubahan metabolisme melatonin. KESIMPULAN Hiperbilirubinemia merupakan kejadian yang sering ditemukan pada bayi baru lahir, terutama bayi prematur. Meskipun sebagian kondisi ringan, tetapi sering menjadi berat, enselopati bilirubin, dan kern ikterus. Fototerapi merupakan salah satu tindakan medis yang paling sering digunakan dalam menanggulangi hiperbilirubinemia pada neonatus. Beberapa penelitian mengenai perubahan posisi bayi selama fototerapi ternyata tidak meningkatkan efektifitas fototerapi dalam menurunkan kadar total serum bilirubin namun hal ini masih dalam perdebatan dan membutuhkan penelitian lebih lanjut. DAFTAR PUSTAKA 1. Sukadi A. Hiperbilirubinemia. Dalam: Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A, penyunting. Buku ajar neonatologi. Edisi 1. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia, h Stoll BJ, Kliegman RM. Jaundice and hyperbilirubinemia in the newborn. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB. penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke18. Philadelphia: Saunders Elsevier, h Lissauer T, Fanarrof A. Ikterus. At a glance neonatology. Erlangga medical series, terjemahan Neonatology at a glance, h Wolff M, Schinasi DA, Levelle J, Boorstein N, Zore JJ. J Pediatr. 2012; 130: : 5. Martin CR, Cloherty JP. Neonatal hyperbilirubinemia. Dalam: Cloherty JP, Eichenwald EC, Stark AR, penyunting. Manual of neonatal care. Edisi ke-5. Philadelphia:Lippicott Williams & Wilkins, h Donnebord ML, Knudsen KB, Ebbesen F. Effect of infant s position on serum bilirubin level during conventional photo-therapy. J Acta paediatr. 2010; 99: Gomella TL. Hyperbilirubinemia,indirect. Dalam: Gomella TL, penyunting. Neonatology: management, procedures, on-call problems, diseases, and drugs. Edisi ke-6. New York:The McGraw-Hill Companies, Inc; h Madani NPA. Effects of the different light-souce distances from the skin surface in conventional phototherapy. Iran J Med Sci. 2004; 29(4): Madan A, MacMahon JR, Stevenson DK. Neonatal hyperbilirubinemia. Dalam: Taeusch HW, Ballard RA, Gleason CA, penyunting. Avery s diseases of the newborn. Edisi ke-8. Philadelphia: Saunders Elsevier, h Dani C, Martelli E, Francesca M, Bertini G, Panin G, Rubaltelli F. Fiberotic and conventional phototherapy effects on the skin of premature infants. J Pediatr. 2001; 138: Stokowski LA. Fundamentals of phototherapy for neonatal jaundice. J Foundations in newborn Advances in neonatal care. 2006; 6: Roll EB. Bilirubin-induced cell death during continuous and intermitten phototherapy and in the dark. J Acta pediatr. 2005; 94: Hansen TWR. Phototherapy for neonatal jaundicetherapeutic effects on more than one level?. Semin perinatol. 2010; 34: Bhutani VK, Stark AR, Lazzeroni LC, Polan R, Gourley GR, Kazmierczak S, Meloy L, DKK. Predischarge screening for severe neonatal hyperbilirubinemia identifies infants who need phototherapy. J Pediatr 2013; 162: Burke BL, Robbins JM, Bird MB, Hobbs CA, Nesmith C, Tiford JM. Trens in hospitalizations for 40 Majalah Kedokteran Nusantara Volume 45 No. 1 April 2012
6 neonatal jaundice and kernicterus in the united states, J Pediatr. 2009; 123: Wainer S, Parmar SM, Allegro D, Rabi Y, Lyon ME. Impact of a transcutaneous bilirubinometry program on resource
7 Pengaruh Posisi Bayi terhadap Kadar Bilirubin pada Fototerapi Konvensional utilization and severe hyperbilirubinemia. J Pediatr. 2012; 129: Djokomulyano S, Quah BS, Surini Y, Noraida R, Ismail NZN, Hansen TWR, dkk. Efficacy of phototherapy for neonatal jaundice is increased by the use of low-cost hite reflecting curtains. Arch Dis Child Fetal Neonatal. 2006; 91: Al-Alaiyan S. Fiberoptic, conventional and combination phototherapy for treatment of nonhemolytic hyperbilirubinemia in neonates. Ann Saudi Med.1996; 16: Frank GC, Cooper SC, Merenstein GB. Jaundice. Dalam: Merenstein GB, Gardner SL, penyunting. Handbook of neonatal intensive care. Edisi ke-5. Philadelphia: Mosby Elsevier, h Ives NK. Neonatal jaundice. Dalam: Rennie JSM, penyunting. Roberton s textbook of neonatology. Edisi ke4. Philadelphia: Elsevier Churchill Livingstone, h Gamaleldin R, Iskander I, Seoud I, Aboraya H, Aravkin A, Sampson PD, Wennberg RP. Risk factor neurotoxicity in the newborns with severe neonatal hyperbilirubinemia. J Pediatr. 2011; 128: Vreman HJ, Wong RJ, Stevenson DK.Phototherapy: current methods and future directions. Semin perinatol. 2004; 28: Maisel MJ, Donagh FA. Phototherapy for neonatal jaundice. N Eng J med. 2008; 358: Vreman, Hendrik J, Ronald JW, Stevenson, Roger KR, Sidney DR,dkk. Light emitting diodes: A novel light source for phototherapy.wolters Kluwer Pediatrics Research. 1998; 44: Maisels MJ. Why use homeopathic doses of phototherapy?. J pediatr. 1996; 98: Kumar P, Murki S, Malik GK, Chawla D, Deorari A, Subramania S, Sravanthi J, dkk. Light-emitting diodes versus compact fluorescent tubes for phototherapy in neonatal jaundice: a multicenter Randomized controlled trial. J India Pediatr 2010; 47: Vandborg PK, Hansen BM, Greisen G, Ebbesen F. Doseresponse relationship of phototherapy for hyperbilirubinemia. J Pediatr. 2012; 130; Maisels MJ. Phototherapy-traditional and nontraditional. J Perinatol. 2001; 21: Subcommittee on Hyperbilirubinemia, American Academy Of Pediatrics. Management of hyperbilirubinemia in the newborn infant 35 or more weeks of gestation. Pediatrics. 2004; 114: Kaplan M, Kaplan E, Hammerman C, Algur N, Bromiker R, Schimmel MS, dkk. Post-phototherapy neonatal bilirubin rebound: a potential cause of significant hyperbilirubinemia. Arch Dis Child. 2006; 91: Tridente A, Luca DD, Efficacy of light-emitting diode versus other source for treatment of neonatal hyperbilirubinemia: a systematic review and meta-analysis. J Acta pediatr. 2012; 101: Naderi S, Safdarian F, Mazloomi D, Buhehri E, Hamidian R. Efficacy of double and triple phototherapy in term newborns with hyper bilirubinemia: the first clinical trial. J Pediatr neonatol. 2009; 50: Bhutani VK And Committee on fetus and newborn. Phototherapy to prevent severe neonatal hyperbilirubinemia in the newborn infant 35 or more weeks of gestation. J Pediatr. 2011; 128: Bagchi A. Phototherapy. Dalam: Hiscock TY, Baze SL, Geffner J, Penyunting Tias procedure in neonatology. Philadelphia: Lippicontt Willims & Wilkins h Pritchad MA, Beller EM, pron B. Skin exposure during conventional phototherpy in preterm infants: A randomized controlled trial. J Pediatr. Child heath. 2004; 40: Shinwell ES, Sciaky Y, Karplus M. Effect of position changing on bilirubin levels during phototherapy. J perinatol. 2002; 22: Muhammadzadeh A, Bostani Z, Jafarnejad F, Mazloom RJ. Supine versus turning position on bilirubin level during phototherapy in health term jaundice neonates. J Saudi Med. 2004; 25: Yamauchi Y, Kasa N, Y manouch I. is it necessary to change the babie s position during phototherapy? Early human development.1989; 20:221-7 The Journal of Medical School, University of Sumatera Utara 41
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bilirubin merupakan produk dari sejumlah destruksi normal dari sirkulasi eritrosit dimana
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Metabolisme Bilirubin Bilirubin merupakan produk dari sejumlah destruksi normal dari sirkulasi eritrosit dimana bilirubin berasal dari penguraian protein dan heme. 13 Kadar
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dimana 75% berasal dari penghancuran eritrosit dan 25% berasal dari
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Metabolisme Bilirubin Bilirubin adalah pigmen kristal berbentuk jingga ikterus yang merupakan bentuk akhir dari pemecahan katabolisme heme melalui proses reaksi oksidasi-reduksi.
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Metabolisme Bilirubin Bilirubin merupakan produk yang bersifat toksik dan harus dikeluarkan oleh tubuh. Sebagian besar bilirubin tersebut berasal dari degradasi hemoglobin
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Metabolisme bilirubin meliputi sintesis, transportasi, intake dan konjugasi serta
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Metabolisme Bilirubin Metabolisme bilirubin meliputi sintesis, transportasi, intake dan konjugasi serta ekskresi. Bilirubin merupakan katabolisme dari heme pada sistem retikuloendotelial.
Lebih terperinciMETABOLISME BILIRUBIN
Tugas METABOLISME BILIRUBIN Andi Aswan Nur 70300108016 Keperawatan B 1 JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN UIN ALAUDDIN MAKASSAR 2012 BAB I PENDAHULUAN A. Definisi Ikterus ( jaundice ) terjadi apabila
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA 1. Sukadi A. Hiperbilirubinemia. Dalam: Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A, penyunting. Buku ajar neonatologi. Edisi 1. Jakarta: Badan Penerbit IDAI, 2008. h.147-69 2. Stoll
Lebih terperinciC. Pengaruh Sinar Fototerapi Terhadap Bilirubin Pengaruh sinar terhadap ikterus pertama sekali diperhatikan dan dilaporkan oleh seorang perawat di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fototerapi rumah sakit merupakan tindakan yang efektif untuk mencegah kadar Total Bilirubin Serum (TSB) meningkat. Uji klinis telah divalidasi kemanjuran fototerapi
Lebih terperinciHiperbilirubinemia adalah terjadinya
Artikel Asli Jaundice Emil Azlin Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/RSUP H.Adam Malik, Medan Latar belakang. Fototerapi telah dilakukan selama hampir 40 tahun,
Lebih terperinciMODUL FOTOTERAPI PADA BAYI NSA419. Materi Fototerapi Pada Bayi. Disusun Oleh Ns. Widia Sari, M. Kep. UNIVERSITAS ESA UNGGUL Tahun 2018
MODUL FOTOTERAPI PADA BAYI NSA419 Materi Fototerapi Pada Bayi Disusun Oleh Ns. Widia Sari, M. Kep UNIVERSITAS ESA UNGGUL Tahun 2018 1 / 7 A. Pendahuluan Fototerapi Pada Bayi Hiperbilirubin merupakan salah
Lebih terperinciINOVASI TERKAIT HIPERBILIRUBINEMIA
Lampiran 1 INOVASI TERKAIT HIPERBILIRUBINEMIA A. Judul Penggunaan linen putih sebagai media pemantulan sinar pada fototerapi. B. Pengertian Foto terapi yaitu pemberian lampu fluoresen (panjang gelombang
Lebih terperinciMODUL 4 IKTERUS NEONATORUM
MODUL 4 IKTERUS NEONATORUM TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) Setelah selesai mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan tentang penyebab, patofisiologi, komplikasi dan tatalaksana ikterus
Lebih terperinciHIPERBILIRUBINEMIA PADA NEONATUS
HIPERBILIRUBINEMIA PADA NEONATUS IKTERUS Jaundice/ikterus : pewarnaan kuning pada kulit, sklera, atau membran mukosa akibat penumpukan bilirubin yang berlebihan 60% pada bayi cukup bulan; 80% pada bayi
Lebih terperinciLAMPIRAN. b. NIP : e. Fakultas / Program Studi : Kedokteran / PPDS IKA
LAMPIRAN 1. Personal Penelitian 1. Ketua Penelitian a. Nama : dr.ira silvia b. NIP : 197810192005042001 c. Pangkat/ Golongan : Penata Tk I / IIId d. Bidang keahlian : Divisi Perinatologi e. Fakultas /
Lebih terperinciASUHAN HIPERBILIRUBIN
ASUHAN HIPERBILIRUBIN Pengertian. KERN IKTERUS Suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak. HIPERBILIRUBIN Suatu keadaan dimana kadar bilirubinemia mencapai nilai yang mempunyai
Lebih terperinciKuning pada Bayi Baru Lahir: Kapan Harus ke Dokter?
Kuning pada Bayi Baru Lahir: Kapan Harus ke Dokter? Prof. Dr. H. Guslihan Dasa Tjipta, SpA(K) Divisi Perinatologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU 1 Kuning/jaundice pada bayi baru lahir atau disebut
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa karena adanya deposisi produk akhir katabolisme heme yaitu bilirubin. Secara klinis, ikterus
Lebih terperinciTATALAKSANA FOTOTERAPI PADA BAYI KURANG BULAN. Roro Kurnia Kusuma W
TATALAKSANA FOTOTERAPI PADA BAYI KURANG BULAN Roro Kurnia Kusuma W Pendahuluan Kata ikterus (jaundice) -> Perancis jaune - >kuning. Bilirubin tak terkonjugasi ->Ikterus : perubahan warna kulit, sklera
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hiperbilirubinemia merupakan masalah terbanyak pada neonatus (50%-80% neonatus mengalami ikterus neonatorum) dan menjadi penyebab dirawat kembali dalam 2 minggu pertama
Lebih terperinciInsidens ikterus di Indonesia pada bayi cukup
Artikel Asli Dampak Lama Fototerapi Terhadap Penurunan Kadar Bilirubin Total pada Hiperbilirubinemia Neonatal M Sholeh Kosim,* Robert Soetandio,* M Sakundarno** *Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikterus neonatorum merupakan masalah yang sering dijumpai pada perawatan bayi baru lahir normal, khususnya di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikterus neonatorum merupakan masalah yang sering dijumpai pada perawatan bayi baru lahir normal, khususnya di Asia, yaitu munculnya warna kuning pada kulit dan sklera
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ikterus merupakan perubahan warna kuning pada kulit, jaringan mukosa,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikterus merupakan perubahan warna kuning pada kulit, jaringan mukosa, sklera dan organ lain yang disebabkan oleh peningkatan kadar bilirubin dalam darah sehingga menjadi
Lebih terperinciMetabolisme Bilirubin di Hati 1. Pembentukan bilirubin Langkah oksidase pertama adalah biliverdin yang dibentuk dari heme dengan bantuan enzim heme
Metabolisme Bilirubin di Hati 1. Pembentukan bilirubin Langkah oksidase pertama adalah biliverdin yang dibentuk dari heme dengan bantuan enzim heme oksigenase yaitu enzim yang sebagian besar terdapat dalam
Lebih terperinciABSTRAK INSIDENSI DAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO IKTERUS NEONATORUM DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2005
ABSTRAK INSIDENSI DAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO IKTERUS NEONATORUM DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2005 Astri Maulani, 2007; Pembimbing I: Bambang Hernowo, dr.,sp.a.,m.kes. Pembimbing
Lebih terperinciRasio Bilirubin Albumin pada Neonatus dengan Hiperbilirubinemia
Artikel Asli Rasio Bilirubin Albumin pada Neonatus dengan Hiperbilirubinemia Bugis Mardina Lubis, Rasyidah, Beby Syofiani, Pertin Sianturi, Emil Azlin, Guslihan Dasa Tjipta Departemen Ilmu kesehatan Anak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi diperlukan manusia Indonesia yang berkualitas untuk dapat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam era globalisasi diperlukan manusia Indonesia yang berkualitas untuk dapat bersaing dengan negara-negara lain. Proses pembentukan manusia berkualitas ini sebaiknya
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Ikterus Menurut Kristeen Moore (2013), Ikterus merupakan perubahan warna kulit atau sclera mata dari putih ke kuning. Hal ini berlaku apabila berlakunya akumulasi
Lebih terperinciKAJIAN PUSTAKA FOTO TERAPI PADA IKTERUS NEONATORUM. Oleh: Berlian Nadiah
KAJIAN PUSTAKA FOTO TERAPI PADA IKTERUS NEONATORUM Oleh: Berlian Nadiah 07020056 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS KEDOKTERAN 2013 FOTO TERAPI PADA IKTERUS NEONATERUM KAJIAN PUSTAKA Diajukan kepada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
1 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Hiperbilirubinemia merupakan kondisi peningkatan kadar bilirubin yang terakumulasi dalam darah dan di tandai dengan jaundice atau ikterus, suatu pewarnaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungan ekstrauterin. Secara normal, neonatus aterm akan mengalami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penurunan berat badan neonatus pada hari-hari pertama sering menjadi kekhawatiran tersendiri bagi ibu. Padahal, hal ini merupakan suatu proses penyesuaian fisiologis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bilirubin merupakan produk samping pemecahan protein hemoglobin di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bilirubin merupakan produk samping pemecahan protein hemoglobin di dalam sisitem retikuloendotelial. Mayoritas bilirubin diproduksi dari protein yang mengandung heme
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hiperbilirubinemia merupakan peningkatan kadar plasma bilirubin 2 standar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Hiperbilirubinemia merupakan peningkatan kadar plasma bilirubin 2 standar deviasi atau lebih dari kadar yang diharapkan berdasarkan umur bayi atau lebih dari presentil
Lebih terperinciBUKU PEGANGAN MAHASISWA MODUL 4 BAYI BERATLAHIR RENDAH
BUKU PEGANGAN MAHASISWA MODUL 4 BAYI BERATLAHIR RENDAH Disajikan pada Mahasiswa Semester IV Fakultas Kedokteran Unhas Disusun oleh Prof. dr. Djauhariah A. Madjid, SpA(K) dr. A. Dwi Bahagia Febriani, Ph.D,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berdasarkan umur bayi atau lebih dari 90 persen.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hiperbilirubinemia merupakan salah satu fenomena klinis yang paling sering ditemukan pada bayi baru lahir. Sekitar 25 50% bayi baru lahir menderita ikterus pada minggu
Lebih terperinciABSTRAK DEFISIENSI G6PD SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERHADAP HIPERBILIRUBINEMIA PADA NOENATUS BERUMUR DUA HARI DI RSAB HARAPAN KITA, JAKARTA BARAT, TAHUN
ABSTRAK DEFISIENSI G6PD SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERHADAP HIPERBILIRUBINEMIA PADA NOENATUS BERUMUR DUA HARI DI RSAB HARAPAN KITA, JAKARTA BARAT, TAHUN 2015 Shielda N Shidarta, 2016. Pembimbing I : Lisawati
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencernaan, perkembangan otak dan pertumbuhan bayi. 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada neonatus, pemenuhan kebutuhan kalori diperoleh dari minum ASI. Air Susu Ibu (ASI) merupakan nutrisi ideal untuk menunjang kesehatan, pertumbuhan, perkembangan bayi secara optimal.
Lebih terperinciPROFESI Volume 10 / September 2013 Februari 2014
IKTERUS NEONATORUM Luluk Fajria Maulida Dosen Prodi DIII Kebidanan STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta Jl. Tulang Bawang Selatan No. 26 Tegalsari RT 01 RW 32 Kadipiro Banjarsari Surakarta Email : lulukfajria@gmail.com
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
4 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Ikterus a. Definisi Ikterus neonatorum merupakan salah satu fenomena klinis yang paling sering ditemukan pada bayi baru lahir yang ditandai oleh pewarnaan
Lebih terperinciAngka kematian neonatus (AKN) merupakan
Artikel Asli Pengaruh Kadar Vitamin C dan Vitamin E Terhadap Peningkatan Kadar Bilirubin pada Neonatus Kamilah Budhi Rahardjani,* Rifki Agung,* Noor Wijayahadi** * Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Universitas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kejang pada bayi baru lahir, infeksi neonatal. 1 Hiperbilirubinemia merupakan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa penyebab kematian adalah berat lahir rendah, hipotermi, hipoglikemi, ikterus, hiperbilirubinemia, asfiksia, gangguan nafas pada bayi, kejang pada bayi baru
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA Agarwal, B., Belde, A., Sakpal,., Khiste, R., & Ingale, P. (2011). Neonatal jaundice: A review. International Journal of Biomedical and Advance Research (IJBAR), 2 (10), 389-397. Alligood,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hiperbilirubinemia merupakan keadaan bilirubin yang meningkat di dalam darah. Peningkatan tersebut dapat terjadi pada kadar bilirubin total, bilirubin indirek, dan/atau
Lebih terperinciKejadian Ikterus Pada Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dari Tahun
Kejadian Ikterus Pada Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dari Tahun 2011-2013. Karya Tulis Ilmiah ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran Oleh: MOGANAPPRIYAA
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA INSIDEN IKTERUS NEONATORUM DENGAN PERSALINAN SECARA INDUKSI
HUBUNGAN ANTARA INSIDEN IKTERUS NEONATORUM DENGAN PERSALINAN SECARA INDUKSI SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : AVYSIA TRI MARGA WULAN J 500 050 052
Lebih terperinciGAMBARAN KADAR BILIRUBIN PADA IKTERUS NEONATORUM SEBELUM DAN PASCA FOTOTERAPI DI RUMAH SAKIT PERTAMINA CIREBON PERIODE JANUARI-AGUSTUS 2014
GAMBARAN KADAR BILIRUBIN PADA IKTERUS NEONATORUM SEBELUM DAN PASCA FOTOTERAPI DI RUMAH SAKIT PERTAMINA CIREBON PERIODE JANUARI-AGUSTUS 2014 Overview Bilirubin Levels in Neonatal Joundice Before and After
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Iriyanto dan Dyah Titisari (2011). Merancang phototherapy dengan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Penelitian yang dilakukan oleh Awang Dhirgantara, Bambang Guruh Iriyanto dan Dyah Titisari (2011). Merancang phototherapy dengan pengaturan kolimator berbasis
Lebih terperinciBULAN. Oleh: J DOKTER
BESAR RISIKO ANTARA BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH KURANG BULAN DENGAN CUKUP BULAN TERHADAP IKTERUS NEONATORUM DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH TEGAL Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bayi menurut WHO ( World Health Organization) (2015) pada negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi dalam usia 28 hari pertama kehidupan per 1000 kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi menurut WHO ( World Health Organization)
Lebih terperinciGAMBARAN BAYI BARU LAHIR DENGAN HIPERBILIRUBINEMIA DI RSUP H.ADAM MALIK PADA TAHUN Oleh : PRIYA DARISHINI GUNASEGARAN
GAMBARAN BAYI BARU LAHIR DENGAN HIPERBILIRUBINEMIA DI RSUP H.ADAM MALIK PADA TAHUN 2011 Oleh : PRIYA DARISHINI GUNASEGARAN 090100399 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012 GAMBARAN BAYI
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Berat Bayi Lahir 2.1.1. Pengertian Berat bayi lahir adalah berat badan bayi yang di timbang dalam waktu 1 jam pertama setelah lahir. Hubungan antara berat lahir dengan umur
Lebih terperinciPENGARUH PERUBAHAN POSISI TIDUR PADA BAYI BARU LAHIR HIPERBILIRUBINEMIA DENGAN FOTOTERAPI TERHADAP KADAR BILIRUBIN TOTAL
PENGARUH PERUBAHAN POSISI TIDUR PADA BAYI BARU LAHIR HIPERBILIRUBINEMIA DENGAN FOTOTERAPI TERHADAP KADAR BILIRUBIN TOTAL Tina Shinta P STIKes Santo Borromeus, Padalarang Jawa Barat Jl. Parahyangan Kav.8
Lebih terperinciHangkatkan ruangan tempat unit diletakkan, bila perlu, sehingga suhu dibawah sinar adalah 28 o C sampai 30 o C.
Fototerapi PENGERTIAN Fototerapi digunakan untuk menurunkan kadar bilirubin serum pada neonatus dengan hiperbilirubinemia jinak hingga moderat. Fototerapi dapat menyebabkan terjadinya isomerisasi bilirubin
Lebih terperinciEFEKTIVITAS FOTOTERAPI TUNGGAL DIBANDINGKAN FOTOTERAPI GANDA PADA NEONATUS DENGAN HIPERBILIRUBINEMIA INDIREK TESIS
EFEKTIVITAS FOTOTERAPI TUNGGAL DIBANDINGKAN FOTOTERAPI GANDA PADA NEONATUS DENGAN HIPERBILIRUBINEMIA INDIREK TESIS NANDA SUSANTI MILYANA 067103013/ IKA PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK-SPESIALIS ILMU
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Amerika Serikat, dari 4 juta neonatus yang lahir setiap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Amerika Serikat, dari 4 juta neonatus yang lahir setiap tahunnya, sekitar 65% mengalami ikterus. Ikterus masih merupakan masalah pada bayi baru lahir yang sering
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Viskositas darah didefinisikan sebagai kontribusi faktor reologik darah terhadap
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Viskositas Darah Viskositas darah didefinisikan sebagai kontribusi faktor reologik darah terhadap resistensi aliran darah. Viskositas darah tergantung beberapa faktor, dimana
Lebih terperinciSINDROM DOWN HIPERBILIRUBINEMIA
RESPONSI KASUS NICU SINDROM DOWN HIPERBILIRUBINEMIA OLEH Oleh: Ni Wayan Suanita Kusumawardani H1A006031 Pembimbing: dr. Hj. Artsini Manfaati, Sp.A DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITRAAN KLINIK DI SMF ANAK
Lebih terperinciPenyakit perdarahan pada bayi baru lahir dapat
Artikel Asli Perbandingan Pemberian Vitamin K Dosis Tunggal Intramuskular pada Bayi Prematur dan Aterm Terhadap Masa Protrombin Asrul, Nancy Ervani, Bugis M Lubis, Emil Azlin, Lily Emsyah*, Bidasari Lubis,
Lebih terperinciHUBUNGAN USIA GESTASI DAN JENIS PERSALINAN DENGAN KADAR BILIRUBINEMIA PADA BAYI IKTERUS DI RSUP NTB. Syajaratuddur Faiqah
HUBUNGAN USIA GESTASI DAN JENIS PERSALINAN DENGAN KADAR BILIRUBINEMIA PADA BAYI IKTERUS DI RSUP NTB Syajaratuddur Faiqah Abstract: Ikterus represent one of death cause at baby, Ikterus represent the manifestasi
Lebih terperinciPERBEDAAN RERATA KADAR BILIRUBIN PADA NEONATUS YANG MENDAPAT ASI EKSKLUSIF DAN TIDAK EKSKLUSIF JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH
PERBEDAAN RERATA KADAR BILIRUBIN PADA NEONATUS YANG MENDAPAT ASI EKSKLUSIF DAN TIDAK EKSKLUSIF JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Angka kematian bayi di negara-negara ASEAN seperti Singapura
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian bayi di negara-negara ASEAN seperti Singapura 3/1000 per kelahiran hidup, Malaysia 5, 5/1000 per kelahiran hidup, Thailand 17/1000 per kelahiran hidup,
Lebih terperinciANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA NEONATUS DENGAN MASALAH IKTERIK NEONATUS DI RUANG MELATI RSUD Prof.Dr.MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO
ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA NEONATUS DENGAN MASALAH IKTERIK NEONATUS DI RUANG MELATI RSUD Prof.Dr.MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO KARYA ILMIAH AKHIR NERS Disusun Oleh: ANDRA PRAYENDA SAPUTRA A31500811
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. retikuloendotelial. Neonatus akan memproduksi bilirubin dua kali lipat dari
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kadar bilirubin neonatus Bilirubin merupakan produk utama pemecahan sel darah merah oleh sistem retikuloendotelial. Neonatus akan memproduksi bilirubin dua kali lipat dari produksi
Lebih terperinciLAMPIRAN. 1. Ketua Penelitian Nama : dr. Tengku Ellya Fazilla Jabatan : Peserta PPDS Ilmu Kesehatan Anak FK-USU/RSHAM
LAMPIRAN 1. Personil Penelitian 1. Ketua Penelitian Nama : dr. Tengku Ellya Fazilla Jabatan : Peserta PPDS Ilmu Kesehatan Anak FK-USU/RSHAM 2. Anggota Penelitian 1. Prof. dr. Guslihan Dasa Tjipta, SpA(K)
Lebih terperinciPROFIL PNEUMONIA NEONATAL DI SUB BAGIAN NEONATOLOGI BLU RSU PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI 2009-JULI 2011
PROFIL PNEUMONIA NEONATAL DI SUB BAGIAN NEONATOLOGI BLU RSU PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI 2009-JULI 2011 1 Cicilia Reisy Amanda Walukow 1 Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas
Lebih terperinciHUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DENGAN KEJADIAN IKTERUS DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DENGAN KEJADIAN IKTERUS DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : Nyun Astangunilah Yaestin 1610104183 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA
Lebih terperinciCarolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns AKPER HKBP BALIGE
Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns Berat badan 2500-4000 gram. Panjang badan lahir 48-52 cm. Lingkar dada 30-35 cm. Lingkar kepala 33-35 cm. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subcutan cukup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Angka kejadian Ikterus pada bayi sangat bervariasi di RSCM persentase ikterus neonatorum pada bayi cukup bulan sebesar 32,1% dan pada bayi kurang bulan sebesar 42,9%,
Lebih terperinciHubungan Jenis Persalinan dan Prematuritas dengan Hiperbilirubinemia di RS Persahabatan
Hubungan Jenis Persalinan dan Prematuritas dengan Hiperbilirubinemia di RS Persahabatan Elsa Roselina 1*, Saroha Pinem 2*, & Rochimah 2* 1 Dosen Program Studi Perumahsakitan Vokasi UI 2 Dosen Jurusan Keperawatan
Lebih terperinciHubungan antara Apgar Score Dengan Ikterus Neonatorum Fisiologis di RSUD Al-Ihsan Kabupaten Bandung Tahun 2014
Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Hubungan antara Apgar Score Dengan Ikterus Fisiologis di RSUD Al-Ihsan Kabupaten Bandung Tahun 2014 1 Zahra Nabila Latama, 2 Suganda Tanuwidjaja, 3 Arief Budi
Lebih terperinciMENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL
MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL Pendahuluan Parasetamol adalah golongan obat analgesik non opioid yang dijual secara bebas. Indikasi parasetamol adalah untuk sakit kepala, nyeri otot sementara, sakit menjelang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. US Preventive Service Task Force melaporkan bahwa prevalensi gangguan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan pendengaran dapat terjadi pada neonatus. Prevalensi gangguan pendengaran bilateral kongenital sedang sampai sangat berat pada neonatus berkisar antara 1 dari
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbentuk akibat terbukannya cincin karbon- dari heme yang berasal dari
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Metabolisme bilirubin Proses metabolisme pemecahan heme sangatlah kompleks. Setelah kurang lebih 120 hari, eritrosit diambil dan didegradasi oleh sistem RES terutama di hati
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berat badan pada neonatus cenderung menurun secara fisiologis karena
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perubahan Berat Badan pada neonatus Berat badan pada neonatus cenderung menurun secara fisiologis karena masalah menyusui serta bisa disebabkan faktor lain akibat cairan ekstraseluler
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membahayakan, merupakan penyakit saluran cerna pada neonatus, ditandai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Enterokolitis nekrotikans (EKN) adalah penyakit yang umum sekaligus membahayakan, merupakan penyakit saluran cerna pada neonatus, ditandai dengan kematian jaringan
Lebih terperinciPEMBERIAN ASI EFEKTIF MEMPERSINGKAT DURASI PEMBERIAN FOTOTERAPI
PEMBERIAN ASI EFEKTIF MEMPERSINGKAT DURASI PEMBERIAN FOTOTERAPI Rahmah 1,2 *, Krisna Yetti 3, Besral 4 1. PSIK FKIK Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Bagian Keperawatan Anak, Yogyakarta 55183, Indonesia
Lebih terperinciLAMPIRAN. Jabatan : Peserta PPDS Ilmu Kesehatan Anak FK-USU/RSHAM. 1. Prof. dr. H. Guslihan Dasa Tjipta, SpA(K) 6. dr. Hj. Beby Syofiani Hasibuan, SpA
LAMPIRAN 1. Personil Penelitian 1. Ketua Penelitian Nama : dr. Nelly Jabatan : Peserta PPDS Ilmu Kesehatan Anak FK-USU/RSHAM 2. Anggota Penelitian 1. Prof. dr. H. Guslihan Dasa Tjipta, SpA(K) 2. dr. H.
Lebih terperinciProsiding Pendidikan Dokter ISSN: X
Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Hubungan Golongan Darah Abo Ibu dengan Hiperbilirubinemia di Rumah Sakit Umum Daerah Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Correlation Between Blood type and
Lebih terperinciPROSES KELAHIRAN DAN PERAWATAN BAYI BARU LAHIR YANG KAMI INGINKAN
PROSES KELAHIRAN DAN PERAWATAN BAYI BARU LAHIR YANG KAMI INGINKAN PROSES KELAHIRAN NORMAL Proses Kelahiran bayi kami harap dapat dilakukan sealami mungkin. Apabila dibutuhkan Induksi, Pengguntingan, Vakum,
Lebih terperinciFAKTOR RISIKO NEONATUS BERGOLONGAN DARAH A ATAU B DARI IBU BERGOLONGAN DARAH O TERHADAP KEJADIAN HIPERBILIRUBINEMIA JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA
FAKTOR RISIKO NEONATUS BERGOLONGAN DARAH A ATAU B DARI IBU BERGOLONGAN DARAH O TERHADAP KEJADIAN HIPERBILIRUBINEMIA JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat
Lebih terperinciDIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen
DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kejang demam merupakan salah satu kejadian bangkitan kejang yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejang demam merupakan salah satu kejadian bangkitan kejang yang sering dijumpai pada anak. Bangkitan kejang ini disebabkan oleh demam dimana terdapat kenaikan suhu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Medis 1. Pengertian Ikterik Menurut Myles (2009) ikterik adalah perubahan warna kulit dan sklera menjadi kuning akibat peningkatan kadar bilirubin dalam darah pada neonatus,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara spontan dan teratur segera setelah lahir. 1,2. penyebab mortalitas dan morbiditas bayi baru lahir dan akan membawa berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi tidak dapat segera bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. 1,2 Asfiksia merupakan salah satu penyebab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bulan, 80% anak meninggal terjadi saat umur 1-11 bulan. 1 Menurut profil
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian bayi dan anak mencerminkan tingkat pembangunan kesehatan dari suatu negara serta kualitas hidup dari masyarakat. Angka ini digunakan untuk memonitor dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. sampai dengan 4000 gram, lahir langsung menangis, dan tidak ada. kelainan kongenital (cacat bawaan) yang berat (Kosim, 2012).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Bayi Baru Lahir a. Pengertian Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari usia kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dengan berat badan lahirnya 2500 gram
Lebih terperinciHUBUNGAN PERUBAHAN BERAT BADAN NEONATUS DENGAN KADAR BILIRUBIN HARI KETIGA DAN BILIRUBIN AKHIR MINGGU PERTAMA
HUBUNGAN PERUBAHAN BERAT BADAN NEONATUS DENGAN KADAR BILIRUBIN HARI KETIGA DAN BILIRUBIN AKHIR MINGGU PERTAMA LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna
Lebih terperinciTIRAI PUTIH PENUTUP LAMPU FOTOTERAPI DAN PENUTUP INKUBATOR. A. Pengertian Inovasi ( Tirai warna putih) :
Lampiran 1 TIRAI PUTIH PENUTUP LAMPU FOTOTERAPI DAN PENUTUP INKUBATOR A. Pengertian Inovasi ( Tirai warna putih) : Kain putih mempunyai daya serap yang tinggi hal ini disebabkan karena warna putih merupakan
Lebih terperinciIKTERUS NEONATORUM A. PENGERTIAN B. EPIDEMIOLOGI C. KLASIFIKASI
IKTERUS NEONATORUM A. PENGERTIAN Hiperbilirubinemia / Ikterus neonatorum) adalah keadaan ikterus yang terjadi pada bayi baru lahir yaitu meningginya kadar bilirubin di dalam jaringan ekstravaskuler sehingga
Lebih terperinci1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan pada hepar dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor, antara lain virus, radikal bebas, maupun autoimun. Salah satu yang banyak dikenal masyarakat adalah
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikterus ialah warna kuning yang dapat terlihat pada sklera, selaput lendir, kulit atau organ lain akibat penumpukan bilirubin. Bilirubin merupakan hasil penguraian sel darah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimana sebagian besar kematian terjadi akibat komplikasi dehidrasi. Sejak tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diare masih merupakan penyebab kematian paling utama pada anak-anak, dimana sebagian besar kematian terjadi akibat komplikasi dehidrasi. Sejak tahun 1978, saat World
Lebih terperinci3. Potensial komplikasi : dehidrasi. 3. Defisit pengetahuan
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HIPERBILIRUBINEMIA A. Definisi: Keadaan icterus yang terjadi pada bayi baru lahir, yang dimaksud dengan ikterus yang terjadi pada bayi baru lahir adalah meningginya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sering dihadapi tenaga kesehatan terjadi pada sekitar 25-50% bayi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bilirubin merupakan produk utama pemecahan sel darah merah oleh sistem retikuloendotelial. Kadar bilirubin serum normal pada bayi baru lahir < 2 mg/dl. Pada
Lebih terperinciHUBUNGAN KADAR BILIRUBIN INDIREK DENGAN SEPSIS PADA BAYI KURANG BULAN DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan
HUBUNGAN KADAR BILIRUBIN INDIREK DENGAN SEPSIS PADA BAYI KURANG BULAN DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran DINAR DEWI MIFTAH TYAS ARUM G0014070
Lebih terperinciPeningkatan Keterampilan Mahasiswa untuk Memberikan Edukasi Mengenai Perawatan Metode Kanguru (PMK) Kontinu di Rumah
Artikel Asli Peningkatan Keterampilan Mahasiswa untuk Memberikan Edukasi Mengenai Perawatan Metode Kanguru (PMK) Kontinu di Rumah Rosalina Dewi Roeslani, Rachman Indra Jaya Departemen Ilmu Kesehatan Anak
Lebih terperinciBAB VI PEMBAHASAN. pemeriksaan dan cara lahir. Berat lahir pada kelompok kasus (3080,6+ 509,94
BAB VI PEMBAHASAN Pembahasan Hasil Karakteristik neonatus pada penelitian ini: berat lahir, usia saat pemeriksaan dan cara lahir. Berat lahir pada kelompok kasus (3080,6+ 509,94 gram) lebih berat daripada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akibat ketidak matangan sistem organ tubuhnya seperti paru-paru, jantung, badan kurang 2500 gram (Surasmi dkk, 2003).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bayi prematur merupakan bayi yang lahir dengan usia kehamilan < 32 minggu, mempunyai risiko kematian 70 kali lebih tinggi, karena mereka mempunyai kesulitan untuk beradaptasi
Lebih terperinciSTUDI PERFORMANSI PADA FOTOTERAPI UNIT DI RSU HAJI SURABAYA. Nur Muflihah*)
STUDI PERFORMANSI PADA FOTOTERAPI UNIT DI RSU HAJI SURABAYA Nur Muflihah*) ABSTRAK Fototerapi unit merupakan alat kesehatan yang memberikan pancaran cahaya dengan spektrum tertentu dengan fungsi menurunkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bilirubin Bilirubin adalah pigmen kuning yang berasal dari perombakan heme dari hemoglobin dalam proses pemecahan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bilirubin Bilirubin adalah pigmen kuning yang berasal dari perombakan heme dari hemoglobin dalam proses pemecahan eritrosit oleh sel retikuloendotel. Di samping itu sekitar 20%
Lebih terperinciPELAKSANAAN PERAWATAN PADA BAYI YANG DILAKUKAN FOTO TERAPI KARYA TULIS ILMIAH
PELAKSANAAN PERAWATAN PADA BAYI YANG DILAKUKAN FOTO TERAPI (Studi Kasus Pada Bayi F Di Rumah Sakit Wava Husada Kepanjen Tahun 2014) KARYA TULIS ILMIAH Oleh: NURSANTI (NIM: 201110300511056) PROGRAM DIPLOMA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga masuk dalam daftar Global Burden of Disease 2004 oleh World
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia defisiensi besi (ADB) masih menjadi permasalahan kesehatan saat ini dan merupakan jenis malnutrisi dengan prevalensi tertinggi di dunia sehingga masuk dalam daftar
Lebih terperinci