KEBERHASILAN REPRODUKSI, PERKECAMBAHAN, DAN VIABILITAS BENIH Adenium sp. Oleh Dial Sugianto A

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEBERHASILAN REPRODUKSI, PERKECAMBAHAN, DAN VIABILITAS BENIH Adenium sp. Oleh Dial Sugianto A"

Transkripsi

1 KEBERHASILAN REPRODUKSI, PERKECAMBAHAN, DAN VIABILITAS BENIH Adenium sp. Oleh Dial Sugianto A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

2 KEBERHASILAN REPRODUKSI, PERKECAMBAHAN, DAN VIABILITAS BENIH Adenium sp. Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh Dial Sugianto A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

3 RINGKASAN DIAL SUGIANTO. Keberhasilan Reproduksi, Perkecambahan, dan Viabilitas Benih Adenium sp. (Di bawah bimbingan ENDAH RETNO PALUPI dan SLAMET BUDIARTO). Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari keberhasilan reproduksi adenium dari penyerbukan alami, penyerbukan sendiri terkendali, dan penyerbukan silang terkendali. Selain itu juga bertujuan untuk mempelajari struktur dan viabilitas benih, struktur kecambah, dan tipe perkecambahan adenium. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga Juli 2009 bertempat di Green house Godongijo Nursery, Sawangan Depok, dan Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih IPB. Bahan tanaman yang digunakan yaitu Adenium obesum var. Ortiz, Adenium obesum var. Carmello, dan Adenium somalense. Pengamatan yang dilakukan terbagi menjadi empat bagian, yaitu pengamatan penyerbukan tanaman adenium, perkembangan buah adenium, struktur benih adenium, serta perkecambahan dan struktur kecambah adenium. Keberhasilan penyerbukan dapat diamati 3 6 hari setelah penyerbukan (HSP) yang ditandai dengan gugurnya petal bunga. Keberhasilan reproduksi dari penyerbukan sendiri A. somalense 0.082, dari penyerbukan silang intervarietas A. obesum var. Ortiz dan var. Carmello Keberhasilan reproduksi penyerbukan interspesies antara A. obesum dan A. somalense sebesar Pembentukan buah pada penyerbukan terbuka/alami pada A. obesum var. Ortiz, var. Carmello, A. somalense, serta penyerbukan sendiri A. obesum var. Ortiz dan var. Carmello sebesar 0%, sedangkan penyerbukan sendiri A. somalense mencapai 10%. Pembentukan buah dari penyerbukan silang intervarietas antara A. obesum var. Ortiz dan var. Carmello mencapai 80% - 100%. Pada penyerbukan silang interspesies A. obesum X A. somalense, mencapai 80% - 100%, namun penyerbukan silang interspesies A. somalense X A. obesum var. Ortiz hanya 20%, dan A. somalense X A. obesum var. Carmello sebesar 10%. Nilai index of self incompatibility (ISI) pada A. obesum var. Ortiz dan var. Carmello adalah 0,

4 sehingga kedua varietas tersebut dapat dikategorikan sebagai completely self incompatible. Nilai ISI pada A. somalense sebesar 0.67, yang termasuk dalam kategori partially self incompatible. Proses pembentukan dan perkembangan buah selama 1 7 MSP terjadi sangat pesat, pertambahan panjang dan diameter tidak terjadi sampai sekitar 14 MSP, pada saat masak. Umumnya lama pemasakan buah berkisar antara hari setelah penyerbukan. Pembentukan biji dari penyerbukan sendiri A. somalense, penyerbukan silang intervarietas A. obesum dan interspesies A. obesum X A. somalense berkisar 76 93%. Sedangkan penyerbukan interspesies A. somalense X A. obesum gagal membentuk benih. Kadar air benih hasil penyerbukan sendiri A. somalense sebesar 25.72%, benih hasil penyerbukan silang intervarietas A. obesum var. Ortiz X Carmello sebesar 48.68%, sedangkan resiprokalnya, A. obesum var. Carmello X var. Ortiz, sebesar 28.26%, dan penyerbukan silang interspesies A. obesum var. Ortiz X A. somalense dan A. obesum var. Carmello X A. somalense masing-masing sebesar dan 41.72%. Benih adenium berkecambah dalam 3 11 hari setelah tanam. Tipe perkecambahan adenium adalah epigeal. Persentase perkecambahan benih penyerbukan sendiri A. somalense sebesar 100%, penyerbukan silang intervarietas A. obesum var. Ortiz X var. Carmello dan resiprokalnya, A. obesum var. Carmello X var. Ortiz, masing-masing sebesar 97.6 dan 71%. Sedangkan pada penyerbukan silang interspesies A. obesum var. Ortiz X A. somalense dan A. obesum var. Carmello X A. somalense masing-masing sebesar 98.4 dan 74%. Uji lanjut DMRT menujukkan bahwa persentase perkecambahan benih dari penyerbukan sendiri A. somalense, penyerbukan silang intervarietas A. obesum var. Ortiz X Carmello, dan interspesies A. obesum var. Ortiz X A. somalense berbeda nyata dengan perkecambahan benih dari penyerbukan silang intervarietas A. obesum var. Carmello X Ortiz dan interspesies A. obesum var. Carmello X A. somalense. Data yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa penyerbukan sendiri menurunkan persentase pembentukan buah, tetapi tidak menurunkan jumlah benih yang terbentuk, dan tidak menurunkan persentase perkecambahan.

5 Judul Nama NRP : KEBERHASILAN REPRODUKSI, PERKECAMBAHAN, DAN VIABILITAS BENIH Adenium sp. : Dial Sugianto : A Menyetujui, Dosen Pembimbing Pembimbing I Pembimbing II Dr. Ir. Endah Retno Palupi, M.Sc. NIP Ir. Slamet Budiarto Mengetahui, Kepala Departemen Agronomi dan Hortikultura Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc. Agr NIP Tanggal Pengesahan :

6 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di kota Majenang, Cilacap, Jawa Tengah pada tanggal 10 September 1986 sebagai anak pertama dari empat bersaudara, dari pasangan Bapak Sakhius Sugianto dan Ibu Kiu Hariati. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri Jenang 02, Majenang pada tahun Penulis melanjutkan studi ke SLTP Negeri Jenang 01, Majenang dan lulus pada tahun Kemudian pada tahun 2005, penulis menyelesaikan pendidikan di SMA Negeri 01 Purwokerto. Semasa menjalani pendidikan di SLTP penulis pernah menjabat sebagai ketua kelas dan aktif dalam kegiatan ekstrakulikuler, seperti basket dan ECC (English Conversation Club). Kemudian pada tingkat SMA, penulis aktif dalam kegiatan ekstrakulikuler taekwondo. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) pada tahun Setelah menjalani masa Tingkat Persiapan Bersama, penulis diterima di Fakultas Pertanian, Departemen Agronomi dan Hortikultura (AGH). Selama kuliah penulis cukup aktif dalam organisasi kemahasiswaan diantaranya PMK (Persekutuan Mahasiswa Kristen) IPB pada tahun Penulis pernah menjabat sebagai Ketua Retreat Komisi Kesenian UKM Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) IPB tahun 2006, Seksi Acara Natal Civa IPB tahun 2006, Divisi Eksternal Komisi Kesenian UKM PMK IPB 2007, Divisi Dana Usaha Festival Seni UKM PMK IPB 2006, dan Wakil Ketua Festival Seni UKM PMK IPB 2007.

7 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang karena berkat dan rahmat-nya penulis dapat menyelesaikan kegiatan penelitian ini dengan baik. Penelitian Keberhasilan Reproduksi, Perkecambahan, dan Viabilitas Benih Adenium sp. ini dilakukan dalam rangka mengetahui bagaimana sistem penyerbukan sendiri dan silang dari tanaman adenium. Setelah itu dapat dilihat struktur dan viabilitas benih, beserta kecambahnya. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada: 1. Dr. Ir. Endah Retno Palupi, MSc. dan bapak Ir. Slamet Budiarto sebagai pembimbing skripsi yang memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam rangka penyelesaian dan penulisan tugas akhir ini. 2. Dr. Ir. Ade Wachjar, MS. selaku pembimbing akademik, yang telah memberikan bimbingan akademik selama penulis menjalani studi di Departemen Agronomi dan Hortikultura. 3. Papah, Mamah, dan Adik penulis yang selalu memberikan dukungan kepada penulis. 4. Kezia Stephanie, yang selalu menemani dan memberikan semangat kepada penulis. 5. Keluarga besar Godongijo nursery yang telah menyediakan tempat dan sarana kepada penulis untuk melaksanakan penelitian. 6. Dr. Ir. Endang Murniati, MS. selaku dosen penguji, yang telah memberikan banyak masukan dan saran kepada penulis dalam penulisan skripsi. 7. Keluarga besar Agronomi dan Hortikultura 42 atas perjuangan bersama dan persahabatan menempuh suka dan duka menjalani studi di Departemen Agronomi dan Hortikultura. 8. Keluarga besar Puri Riveria 99 terutama geng Biang Kerok (Babe, Martin, Nikson, Cipit, Baba, Budi, Icoes, Denyong, Glenn, Dicka, Icha, GoTo, Suhe).

8 9. Seluruh teman dan sahabat penulis (Mathias, Demas, Adi, Bobo, Ardo, Isak, Limpi, Supit, Didi, Pipin dll) atas dukungan dan bantuan yang diberikan. 10. Keluarga besar Komisi Kesenian UKM PMK IPB, terutama seluruh sahabat penulis Komkes 42 (Ivan, Ivan M, Thomson, Deni, Sandro, Olo, Juan, Mediwan, Salomo, Bene, Gusti, Risna, Lenny, Tiur, Rohani, Wenny, Yusi, dll). 11. Keluarga besar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB. 12. Seluruh pihak yang telah membantu kelancaran penelitian penulis. Penulis berharap hasil penelitian yang dilakukan bermanfaat bagi banyak pihak dan dapat digunakan untuk membangun sesuatu yang positif. Bogor, 11 November 2009 Penulis

9 DAFTAR ISI Halaman PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 2 Hipotesis... 2 TINJAUAN PUSTAKA... 3 Kondisi Tanaman Hias Indonesia... 3 Tanaman Adenium... 3 Perbanyakan Tanaman Adenium Pemilihan Pohon Induk Bunga Adenium Buah Adenium Inkompatibilitas Faktor yang Mempengaruhi Perkecambahan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Pelaksanaan Penelitian Pengamatan HASIL DAN PEMBAHASAN Penyerbukan Tanaman Adenium Perkembangan Buah Adenium Struktur Benih Adenium Perkecambahan dan Struktur Kecambah Adenium KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 46

10 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Jumlah Ovul per Karpel Tiap Jenis Adenium Pengamatan Keberhasilan Penyerbukan Keberhasilan Reproduksi Tanaman Adenium Persentase Pembentukan Buah dari Penyerbukan Terbuka, Sendiri, dan Silang Intervarietas dan Interspesies Panjang, Diameter, dan Bobot Kulit Buah Adenium Lama Pemasakan Buah dan Jumlah Biji yang Terbentuk dari Berbagai Persilangan Ukuran dan Bobot Bulu Benih dari Berbagai Jenis Penyerbukan Kadar Air Benih dari Berbagai Jenis Penyerbukan Lama Benih Berkecambah Persentase Perkecambahan Benih Adenium... 41

11 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Tanaman Adenium: a) Bonggol yang Unik; b) Daun Adenium Cukup Lebat; c) Adenium Stek Bunga, Tangkai, dan Korola Bunga A. obesum var. Ortiz (a, b, c); A. obesum var. Carmello (c, d, e); dan A. somalense (g, h, i) Penampang Garis Nektar, a) A. obesum var. Ortiz dan A. somalense; b) A. obesum var. Carmello Susunan Ovul: a) Penampang Membujur Karpel; b) Penampang Melintang Karpel Penyerbukan Bunga Adenium yang Berhasil: a) Petal Rontok; b) Bakal Buah yang Tetap Berwarna Hijau; c) Bakal Buah yang Berwarna Merah Perkembangan Buah yang Tidak Sempurna Buah Adenium Buah penyerbukan silang A.obesum var. Carmello dengan A. somalense Buah Adenium yang Sudah Masak, a) Buah yang Merekah; b) Buah Diikat untuk Menghindari Kehilangan Biji Pertumbuhan Panjang Buah Adenium Pertumbuhan Diameter Buah Adenium Buah Adenium yang Membusuk Terkena Penyakit, a) Ujung Buah Busuk; b) Ujung Buah Hilang; c) Benih Sebagian Rusak; d) Pembusukan Memanjang; e) Ujung Buah Semua Busuk; f) Buah Tersisa Sebelah Warna Buah Adenium: a) Hijau, Hasil Penyerbukan silang A. somalense dengan A. obesum var. Carmello; b) Merah Keunguan, Hasil Penyerbukan silang A. obesum var. Ortiz dengan A. somalense; c) Merah Muda, Hasil Penyerbukan silang A. obesum var. Carmello dengan Ortiz... 33

12 14. Perkembangan Buah A. obesum: a) 4 HSP; b) 12 HSP; c) 19 HSP; d) 26 HSP; e) 33 HSP; f) 40 HSP; g) 47 HSP; h) 54 HSP; i) 68 HSP; j) 89 HSP; k) 92 HSP; l) Pengikatan Buah yang Pecah Buah dan Benih Adenium: a) Buah yang Merekah; b) Buah Kering dan Membuka; c) Susunan Benih dalam Buah; d) Sekumpulan Benih; e) Benih yang Dikeluarkan dari Buah; f) Benih dengan Bulu; g) Bulu yang Mengembang setelah Kering; h) Benih Dipisahkan dari Bulu Benih Adenium: a) Benih penyerbukan silang A. obesum var. Ortiz X Carmello; b) Benih penyerbukan silang A. obesum var. Carmello X Ortiz; c) Benih penyerbukan silang A. obesum var. Ortiz X A. somalense; d) Benih penyerbukan silang A. obesum var. Carmello X A. somalense; e) Benih penyerbukan sendiri A. somalense Pertumbuhan Kecambah Adenium, a) 1 HST; b) 3 HST; c) 4 HST; d) 6 HST; e) 8 HST; f) 9 HST; g) 11 HST; h) 16 HST; i) 43 HST... 41

13 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Iklim Harian Wilayah Sawangan Depok Pengamatan Pecah Buah Pengukuran Kadar Air Benih Sidik Ragam Kadar Air Benih Adenium Persentase Perkecambahan Benih Adenium Sidik Ragam Persentase Perkecambahan Benih Adenium... 51

14 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki iklim tropis. Negara yang memiliki iklim tropis sangat baik untuk budidaya berbagai jenis tanaman, salah satunya adalah tanaman hias. Perkembangan budidaya tanaman hias di Indonesia kini semakin meningkat, permintaan masyarakat akan tanaman hias pun semakin tinggi, serta semakin banyaknya pembudidaya tanaman hias. Secara umum produksi tanaman hias mengalami peningkatan rata-rata sebesar 14% per tahun ( ). Salah satu tanaman hias yang cukup digemari oleh para kolektor tanaman adalah adenium. Adenium merupakan tanaman hias bunga yang memiliki penampilan menarik, dengan bunga yang beraneka warna dan bentuk yang indah. Tanaman adenium cukup mudah dirawat dan dibudidayakan. Cara perbanyakan tanaman adenium pada umumnya dengan stek dan sambung (grafting), tetapi untuk mendapatkan varian baru menggunakan biji. Akan tetapi adenium sulit menghasilkan buah secara alami. Oleh karena itu para pembudidaya melakukan persilangan berbagai jenis adenium untuk memperoleh varian baru (bentuk dan warna baru yang unik). Dari persilangan jenis adenium lokal maupun hibrida, dengan berbagai bentuk, warna, ukuran, dan corak, diharapkan akan muncul jenis baru dengan berbagai sifat unggul, seperti tahan busuk bonggol/akar, pertumbuhannya cepat, batang dan sistem perakarannya kokoh serta kuat, dan sebagainya (Djoemairi, 2008). Sampai saat ini belum tersedia informasi tingkat persentase keberhasilan reproduksi adenium dari penyerbukan sendiri atau silang. Persilangan intervarietas dan interspesies perlu diteliti untuk mempelajari kompabilitasnya. Viabilitas benih dari penyerbukan sendiri maupun silang perlu diteliti, disamping struktur kecambah dan lama perkecambahan.

15 Tujuan 1. Mempelajari keberhasilan reproduksi adenium dari penyerbukan alami, penyerbukan sendiri terkendali, dan penyerbukan silang terkendali, serta adanya reaksi self-incompatibility. 2. Mempelajari struktur dan viabilitas benih, serta struktur kecambah. Hipotesis Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah: 1. Keberhasilan reproduksi dari penyerbukan silang terkendali lebih tinggi dari penyerbukan alami dan penyerbukan sendiri terkendali. 2. Viabilitas benih dari penyerbukan silang terkendali lebih tinggi daripada dari penyerbukan alami dan sendiri terkendali.

16 TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Tanaman Hias Indonesia Ekspor komoditi di sektor hortikultura mengalami peningkatan selama kurun waktu Pada 2001, volume ekspor tanaman hortikultura tercatat sebesar ton, namun pada 2005, volume ekspornya meningkat menjadi ton. Peningkatan volume dan nilai ekspor hortikultura tersebut disebabkan oleh semakin membaiknya produksi tanaman hortikultura. Total produksi hortikultura selama tahun menunjukkan peningkatan sebesar rata-rata 9.49% per tahun. Hal ini disebabkan karena luas lahan panen komoditi hortikultura juga mengalami peningkatan. Luas panen tanaman hias pada periode juga meningkat, dengan rata-rata sebesar 54.86% per tahun (Anonim, 2008). Tanaman Adenium Adenium merupakan tanaman hias bunga sukulen dimana habitat aslinya adalah daerah beriklim kering (arid) Afrika, walaupun demikian adenium tidak harus ditanam dengan kondisi gurun. Tanaman adenium memiliki umur panjang, bahkan dapat mencapai umur ratusan tahun. Tanaman adenium berasal dari famili Apocynaceae dan Genus Adenium. Spesies adenium diantaranya Adenium obesum, A. multiflorum, A. swazicum, A. boehmianum, A. oleifolium, A. solamalense, A. somalense var. cripsum, A. arabicum, dan A. socotranum. Tanaman adenium merupakan tanaman C4, sehingga adenium membutuhkan cahaya matahari langsung dengan intensitas minimal 80%. Namun untuk tanaman dewasa, sinar matahari selama 8-12 jam sehari sangat baik untuk pertumbuhan dan pembungaan. Bibit tanaman adenium umur 6 bulan kebawah membutuhkan sinar matahari 4 jam sehari, sedangkan bibit 6 12 bulan, 6 jam sehari. Secara umum adenium membutuhkan sinar matahari langsung 5 7 jam sehari. Adenium menyukai suhu panas seperti di daerah tropis ( C), namun semakin panas akan mengakibatkan bunga berumur pendek atau cepat layu. Suhu yang dingin pada malam hari (dibawah 10 0 C) akan menyebabkan adenium berhenti untuk tumbuh (Palin, 2008). Kondisi lingkungan tersebut menunjukkan

17 bahwa kondisi cuaca Indonesia sangat cocok untuk perkembangan adenium. Berikut penjelasan karakteristik beberapa jenis adenium: 1. Adenium obesum Bunga berwarna merah muda sampai merah cerah dengan corong berwarna putih. Jenis ini banyak dijadikan induk silangan sehingga muncul varietas-varietas baru yang beragam penampilannya. Pada habitat aslinya tanaman ini tumbuh menyemak dengan tinggi mencapai meter. Batang tumbuh menebal dari bawah dan semakin kecil keatas. Panjang daun 3 10 cm dengan ujung yang membulat. Adenium obesum tidak memiliki masa dorman yang pasti sehingga pertumbuhannya relatif cepat dan rajin berbunga. Biasanya steril jika dilakukan penyerbukan sendiri, oleh karena itu tanaman jenis ini baik jika disilangkan. 2. Adenium somalense Adenium jenis ini banyak disilangkan dengan Adenium obesum. Keistimewaan dari Adenium somalense adalah memiliki motif strip dari tepi menuju bagian dalam korola. Bunganya memiliki diameter sekitar 5 7 cm dan berwarna merah muda hingga merah menyala. Varietas Adenium somalense yang banyak dijumpai adalah A. somalense var. crispum dan A. somalense var. somalense. Adenium somalense var. crispum memiliki bentuk yang kompak dengan daun memanjang dan bergelombang. Adenium ini memiliki bonggol akar yang besar dan keras dengan beberapa cabang berukuran kecil, tidak lebih dari satu kaki, dan memiliki daun lanset dan panjang. Bunganya berukuran kecil berwarna magenta hingga ungu muda dan memiliki corak strip yang kontras, dan memiliki warna benang sari yang mencolok. Kelopak bunganya berbentuk melengkung atau terpelintir. Jenis ini umumnya menurunkan motif dan warna yang cantik/menarik. Adenium somalense var. somalense memiliki sosok yang besar, kuat, tinggi, dan pertumbuhannya paling cepat, sehingga dalam waktu singkat tumbuhan ini dapat menjadi besar. Tanaman ini baik untuk dijadikan indukan silangan, oleh karena itu jenis ini menjadi salah satu penghasil spesies silangan terbanyak diseluruh dunia. Ciri

18 khas dari adenium ini adalah pada motif strip merah hingga ujung bunga, dan bunganya lebih besar dari varietas crispum. Perbanyakan Tanaman Adenium Perbanyakan tanaman adenium dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara generatif dan vegetatif. Perbanyakan secara generatif adalah perbanyakan melalui biji, sedangkan perbanyakan vegetatif dilakukan dengan setek, cangkok, okulasi, sambung (grafting), dan sisip. Sambung dan sisip digunakan sebagai teknik yang paling cepat untuk memperbanyak varietas baru adenium yaitu dengan menyambung batang bawah dari biji dengan batang atas yang baru, sedangkan stek digunakan untuk memperoleh tanaman yang sama. Tingkat keberhasilan pembuahan adenium secara alami cenderung rendah, hal ini disebabkan karena struktur anatomi bunga adenium tertutup (Palin, 2008). Oleh karena itu perbanyakan dengan biji jarang dilakukan, kecuali jika dilakukan penyerbukan terkendali untuk memperoleh varian baru. Selain itu tanaman yang berasal dari biji cenderung membentuk bonggol yang besar. Pemilihan Pohon Induk Menurut Tari (2008), beberapa hal yang harus diperhatikan saat memilih pohon induk adalah: 1. Spesies adenium Jenis adenium yang banyak dijadikan indukan adalah A. obesum, A. multiforum, A. swazicum, A. somalense, A. arabicum, dan A. socotranum. 2. Sifat tanaman Pohon induk yang dipilih mudah berbunga, memiliki corak atau warna yang baik, pertumbuhannya cepat, dan berbunga secara serempak. 3. Pohon induk jantan dan betina Induk jantan yang digunakan memiliki polen yang viabel, berjumlah banyak, dan kompatibel terhadap induk betina. Sedangkan Induk betina yang digunakan memiliki ovul yang fertil, kompatibel terhadap pohon induk jantan, masa reseptif yang cukup panjang, dan memiliki karakter yang diinginkan.

19 4. Bunga mekar sempurna Bunga adenium yang dipilih adalah bunga yang telah mekar secara sempurna 5. Minimal diameter bonggol 10 cm Tanaman adenium yang dijadikan sebagai indukan minimal berdiameter bonggol 10 cm karena memiliki cukup cadangan makanan untuk mendukung pertumbuhan buah dan biji. 6. Cabang Pada satu cabang, hanya satu bunga yang digunakan untuk persilangansupaya pertumbuhan buah maksimal. 7. Tanaman dalam kondisi sehat Tanaman adenium yang digunakan harus dalam kondisi sehat dan berbunga banyak supaya tidak mewariskan penyakit kepada anakannya. Bunga Adenium Bunga adenium berbentuk seperti terompet atau lonceng dan termasuk jenis bunga berumah satu. Di dalam satu bunga terdapat petal atau mahkota bunga, sepal atau kelopak bunga, tepung sari atau polen, putik (stigma), tangkai bunga, dan ovary atau kandung embrio. Pada bunga adenium, petal berjumlah lima helai, namun terkadang ada yang berjumlah sampai dengan enam helai, atau hanya berjumlah empat helai saja. Petal adenium berwarna putih, merah muda, merah cerah, merah oranye, merah tua, merah kehitaman, ungu muda. Bentuk petal beraneka ragam seperti lancip, bulat, tepi bergerigi, dan bergelombang. Jarak antar petal pada adenium beragam, ada yang agak jarang, rapat, dan ada yang saling tumpang tindih pada salah satu sisinya (overlapping) dengan corak polos, bergaris, dan ada juga yang bercorak garis ornamental. Kelopak bunga atau sepal terletak di bawah corong bunga, berbentuk lancip dengan warna cerah (Hapsari, 2007). Bunga adenium tumbuh menggerombol dan tersusun dalam suatu kelompok (cluster) dengan jumlah kuntum antara 2-12 buah. Bunga adenium tumbuh pada bagian pucuk/ujung dari batang atau cabangnya, tetapi ada juga yang bunganya tumbuh di bawah ujung batang atau cabang pada jenis-jenis tertentu.

20 Setelah mekar, bunga tersebut dapat bertahan selama 5-8 hari. Secara ukuran bunga adenium dikelompokan dalam tiga ukuran, yaitu kecil (diameter bunga sekitar 2-4 cm), sedang (diameter bunga sekitar 4-6 cm), dan besar (diameter bunga sekitar cm). Dua macam karakter yang teramati pada bentuk umum petal adalah oblong dan obo. Disebut oblong bila lebar petal lebih kecil dibanding panjang petal. Disebut obo bila lebar petal lebih besar atau sama dengan panjang petal. Dua macam karakter apex dijumpai pada bunga adenium, yaitu pointed dan rounded. Disebut pointed, bila ujung petal (apex) runcing seperti mata tombak. Disebut rounded, bila ujung petal membulat. Dua macam karakter tepi petal bunga adenium, adalah bergelombang (wavy) dan halus (smooth). Disebut wavy karena tepi petal bergelombang, disebut smooth bila bila tepi petalnya halus (Hapsari, 2007). Penyerbukan merupakan peristiwa menempelnya polen pada kepala putik, kemudian terjadi proses pembuahan, yaitu suatu proses peleburan gamet jantan dan gamet betina membentuk zigot dan berkembang menjadi buah. Penyerbukan terjadi jika polen dan stigma berada pada tingkat kematangan yang sama. Penyerbukan dapat terjadi secara alami dengan bantuan angin, serangga, kupukupu, ataupun penyerbukan buatan yang dilakukan oleh manusia (Djoemairi, 2008). Pada bunga adenium, bakal buah terdapat dibagian bawah bunga, tepatnya pada ujung tangkai bunga. Jika pembuahan telah terjadi, sepasang bakal buah akan tumbuh, berkembang, serta membesar. Tangkai bunganya akan tetap kokoh bertahan, dan nantinya akan ikut membesar. Bakal buah tersebut akan menjadi sepasang buah yang berbentuk menyerupai tanduk, saling berhadapan, dengan diameter sekitar cm (Djoemairi, 2008). Buah Adenium Bentuk buah adenium bermacam-macam tergantung pada jenisnya, ada yang bulat besar (gemuk) dan panjang, ada pula yang kecil (ramping) dan ujungnya meruncing. Secara umum, ukuran buah adenium ada yang kecil dengan panjang buah berkisar antara cm, sedang dengan panjang buah 20 30

21 cm, dan besar dengan ukuran panjang sekitar cm. terkadang dijumpai buah yang bentuknya tidak sepasang tapi berjumlah tiga buah (seperti trisula). Buah dari adenium pada mulanya berwarna hijau hingga hijau tua, setelah masak berwarna hijau kemerahan, merah tua, atau merah kecoklatan. Pada umumnya buah adenium akan matang pada umur 8 12 minggu sejak pembuahan, namun ada beberapa jenis adenium yang waktu kematangannya lebih lama lagi. Dalam satu pasang seed pot kematangan buah terkadang tidak bersamaan. Jika buah telah matang, kulit buah akan pecah dan bijinya akan berterbangan tertiup angin (Djoemairi, 2008). Dalam sepasang buah terdapat biji yang jumlahnya cukup banyak. Umumnya sepasang buah adenium berisi antara buah, tergantung jenis, ukuran, usia tanaman induk, kondisi tanaman, dan pertumbuhan/perkembangan buahnya. Biji adenium berwarna kuning keputihan. Panjang biji adenium sekitar cm dengan tebal 2 3 mm dan kedua ujungnya terdapat bulu-bulu halus yang cukup panjang (Djoemairi, 2008). Inkompatibilitas Menurut Rizain (1999) pistil memiliki kondisi yang cukup bagi kebutuhan polen agar terjadi pembuahan. Pada kondisi inkompatibel, pistil yang fertil gagal membentuk biji dengan polen yang viabel dan fertil sesudah penyerbukan sendiri, tetapi polen tersebut mampu menyebabkan pembuahan pada pistil yang lain. index of self incompatibility menggambarkan intensitas inkompabilitas yang terjadi pada penyerbukan sendiri dan silang, dapat dihitung dengan membagi persentase inisiasi buah dari penyerbukan sendiri dengan penyerbukan silang jenis adenium. Menurut Zapata dan Arroyo (1978) berdasarkan nilai index of self incompatibility (ISI), tanaman dapat dikelompokkan menjadi: 1. Completely self incompatible dimana nilai ISI = 0 2. Mostly self incompatible dimana nilainya 0 < ISI <0,2 3. Partially self incompatible dimana nilainya 0,2 < ISI < 1 4. Completely compatible dimana nilai ISI > 1 Kegagalan fertilisasi akibat adanya self incompatibility dapat dikurangi dengan penyerbukan silang, akan tetapi penyerbukan silang antar tetua yang

22 berkerabat dekat juga mempunyai peluang untuk terjadinya inkompatibilitas, sehingga penyerbukan silang sebaiknya dilakukan antar tetua berkerabat jauh (Rizain, 1999). Faktor yang Mempengaruhi Perkecambahan Sutopo (2004) menyatakan bahwa terdapat dua tipe pertumbuhan awal dari suatu kecambah tanaman, yaitu 1. Epigeal (epigeous), dimana munculnya radikula diikuti dengan memanjangnya hipokotil secara keseluruhan dan membawa serta kotiledon dan plumula ke atas permukaan tanah 2. Hipogeal (hypogeous), dimana munculnya radikula diikuti dengan pemanjangan plumula, hipokotil tidak memanjang ke atas permukaan tanah sedangkan kotiledon tetap berada di dalam kulit biji di bawah permukaan tanah. Secara umum terdapat dua faktor yang mempengaruhi perkecambahan, yaitu faktor internal dan eksternal (Sutopo, 2004). Faktor internal mencakup faktor genetik (dormansi, komposisi kimia benih), tingkat kemasakan benih, umur benih, dan penghambat perkecambahan. Benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tercapai tidak mempunyai viabilitas tinggi. Bahkan pada beberapa jenis tanaman, benih yang demikian tidak akan dapat berkecambah. Diduga pada tingkatan tersebut benih belum memiliki cadangan makanan yang cukup dan pembentukan embrio belum sempurna. Sedangkan faktor eksternal mencakup air, suhu, cahaya, gas, dan medium perkecamahan. Air berfungsi untuk reaktivasi enzim, melunakkan kulit benih, transport metabolit, dan memungkinkan masuknya oksigen. Suhu dapat berpengaruh terhadap perkecambahan dalam meningkatkan aktivitas metabolisme. Suhu dapat mengatur perkecambahan melalui tiga cara, yaitu menentukan kapasitas dan kecepatan perkecambahan, mematahkan dormansi primer maupun sekunder, dan menginduksi dormansi sekunder. Pengaruh cahaya terhadap perkecambahan tergantung dari intensitas cahaya (optimum untuk perkecambahan foot candle), dan kualitas cahaya yang dinyatakan dalam panjang gelombang cahaya. Cahaya merah dengan

23 panjang gelombang 670 nm dapat menstimulir perkecambahan, sedangkan cahaya infra merah dengan panjang gelombang 700 nm bersifat menghambat perkecambahan. Respon terhadap cahaya pada proses perkecambahan dapat terjadi karena adanya pigmen penangkap cahaya yang disebut phytochrom. Faktor lain yang mempengaruhi perkecambahan adalah gas dan media perkecambahan. Walaupun komposisi gas di udara telah memenuhi syarat untuk perkecambahan, tetapi ada beberapa benih yang tanggap terhadap peningkatan/penurunan konsentrasi oksigen. Keadaan fisik media perkecambahan misalnya kemampuan mempertahankan kelembaban, kadar garam tinggi, adanya nitrit, dan lain-lain dapat mempengaruhi perkecambahan. Selain itu ada tidaknya aktivitas mikroorganisme penghasil inhibitor perkecambahan, bahan organik hasil dekomposisi, dan lain-lain dalam media juga dapat menghambat perkecambahan (Widajati et al., 2009).

24 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di rumah plastik Godongijo Nursery, Sawangan Depok, dan Laboratorium Ilmu dan Teknologi benih IPB, dari bulan Februari hingga Juli Bahan dan Alat Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah Adenium obesum var. Ortiz dan var. Carmello, serta Adenium somalense, yang terdapat di Godongijo Nursery. Adenium tersebut berasal dari famili Apocynaceae dan genus Adenium. Tanaman adenium yang digunakan terletak pada dua tempat yang terpisah, yaitu rumah plastik induk tempat Adenium obesum var. Ortis dan Adenium obesum var. Carmello, serta rumah plastik showroom tempat Adenium somalense. Tanaman telah dewasa dan berbunga serta memiliki pertumbuhan vegetatif baik. Bahan lain yang digunakan adalah Iodium, media tanam berupa campuran arang sekam dan cocopeat dengan perbandingan 1:1, serta pupuk majemuk dengan komposisi N, P, dan K sebesar 20:20:20. Sedangkan alat yang digunakan adalah pinset, cutter, gunting, tusuk gigi, selotip, spidol, label, kamera, plastik/kantung kertas, penggaris, jangka sorong, mikroskop, gelas obyek, dan oven, neraca analitik, serta desikator untuk mengukur kadar air benih. Sedangkan untuk pengamatan perkecambahan benih adenium digunakan boks plastik berisi arang sekam yang lembab sebagai media pengecambahan. Metode Penelitian A. Penyerbukan tanaman adenium Persilangan dilakukan pada dua spesies adenium, yaitu Adenium obesum var. Ortiz dan var. Carmello, serta Adenium somalense. Dalam penelitian ini dilakukan tiga macam penyerbukan, yaitu penyerbukan terbuka (alami), penyerbukan sendiri terkendali, penyerbukan silang terkendali, dan resiprokalnya. Secara keseluruhan terdapat 12 perlakuan percobaan sebagai berikut:

25 1. Penyerbukan terbuka/alami a. Adenium obesum var. Ortiz b. Adenium obesum var. Carmello c. Adenium somalense 2. Penyerbukan sendiri terkendali a. Adenium obesum var. Ortiz b. Adenium obesum var. Carmello c. Adenium somalense 3. Penyerbukan silang terkendali a. A.obesum var. Ortiz X var. Carmello intervarietas b. A. obesum var. Carmello X var. Ortiz c. A.obesum var. Ortiz X Adenium somalense d. Adenium somalense X A.obesum var. Ortiz interspesies e. A. obesum var. Carmello X Adenium somalense f. Adenium somalense X A. obesum var. Carmello Penyerbukan silang dapat dikategorikan menjadi dua macam, yaitu intraspesies (intervarietas) antara Adenium obesum var. Ortiz X var. Carmello, serta interspesies antara Adenium obesum X Adenium somalense. Masing-masing perlakuan diulang 5 kali, sehingga diperoleh 60 satuan percobaannya. Keberhasilan reproduksi (KR) dihitung dengan rumus sesuai Wiens et al. (1987) sbb: KR: rasio buah/bunga X rasio biji/ovul Dalam melakukan penyerbukan ada kalanya tidak terjadi fertilisasi, hal ini dapat disebabkan karena adanya inkompatibilitas antar jenis adenium yang disilangkan. Pada penyerbukan sendiri inkompatibilitas ini dikenal dengan self incompatibility. Intensitas self incompatibility ini dapat diperkirakan berdasarkan index of self incompatibility (ISI), yaitu dengan menghitung persentase pembentukan buah dari penyerbukan sendiri dan silang. Zapata dan Arroyo (1978) membuat suatu rumus untuk menghitung index of self incompatibility (ISI), yaitu:

26 ISI = Persentase pembentukan buah dari penyerbukan sendiri Persentase pembentukan buah dari penyerbukan silang Fruit set penyerbukan silang yang digunakan merupakan rata-rata dari fruit set hasil persilangan yang menggunakan jenis tersebut sebagai induk betina. Misalnya perhitungan nilai ISI pada A. somalense, merupakan rata-rata fruit set penyerbukan silang A. somalense X A. obesum var. Ortiz dan A. somalense X A. obesum var. Carmello. B. Perkembangan buah adenium Pengamatan perkembangan buah dilakukan dengan mengukur panjang dan diameter buah, warna buah yang terbentuk dan perubahannya, lama perkembangan buah dari masing-masing penyerbukan, jumlah biji per buah, dan bobot kulit buah. Pengamatan ini dilakukan dua kali dalam satu minggu pecah. Hari pengamatan terbagi menjadi tiga pasangan hari, yaitu hari senin dengan kamis, selasa dengan jumat, dan rabu dengan sabtu. Pasangan hari pengamatan ini diaplikasikan sesuai dengan hari buah tersebut mulai muncul. Jika buah muncul hari senin, maka pengamatan dilakukan setiap hari senin dan kamis, demikian juga sebaliknya. Pengamatan yang sama berlaku untuk hari selasa dan rabu. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pengamatan perkembangan buah. Setiap hari pengamatan akan diberi kode P, jadi pengamatan pertama diberi kode P1, pengamatan kedua diberi kode P2, dan seterusnya. Pengamatan panjang dan diameter buah, dilakukan dengan menggunakan penggaris dan jangka sorong, sedangkan pengamatan perubahan warna buah dilakukan secara visual. C. Struktur benih adenium Pengamatan struktur eksternal mencakup jumlah, bentuk, ukuran, bobot, warna, kekerasan, tekstur kulit, dan ada/tidaknya bulu pada testa. Sedangkan pengamatan internal adalah kadar air. Pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan oven pada suhu 105 o C selama 17 jam. Sebelum dan setelah dimasukkan ke dalam oven, benih

27 ditimbang dengan menggunakan neraca analitik untuk mendapatkan bobot basah (BB) dan bobot kering (BK). Bobot basah dan kering ini digunakan untuk menghitung kadar air (KA) dari benih dengan menggunakan rumus: Kadar Air Benih = BB BK BB x 100% Data kadar air diolah dengan analisis ragam (ANOVA) menggunakan rancangan acak lengkap dengan taraf nyata 5%. Sidik ragam yang digunakan adalah uji F untuk mengetahui pengaruh masing-masing perlakuan. Jika perlakuan berpengaruh nyata pada uji F, dilakukan uji lanjut menggunakan DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf 5%. Dalam penelitian ini, model rancangan statistika yang digunakan adalah: Y i m k i ε ij Y ijk = m + k i + ε ij = Respon pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j = Nilai tengah pengamatan = Pengaruh jenis penyerbukan ke-i = Galat percobaan D. Perkecambahan dan struktur kecambah adenium Untuk mengetahui viabilitas benih yang terbentuk, benih dikecambahkan dalam arang sekam lembab. Sebelum dikecambahkan, benih dan media dapat diberi vitamin B1, 1 Naphthyl Acetic Acid atau Propamocarb Hidochloride sebelum penanaman untuk mencegah serangan hama dan penyakit. Stuktur kecambah diamati sejak satu hinggga sepuluh hari setelah pengecambahan. Perkecambahan masing-masing lot dari penyerbukan yang berbeda dianalisis dengan menggunakan uji F dengan taraf nyata 5%. Jika perlakuan berpengaruh nyata pada uji F, dilakukan uji lanjut menggunakan DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf 5%. Model rancangan statistika yang digunakan adalah: Y i m k i ε ij Y ijk = m + k i + ε ij = Respon pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j = Nilai tengah pengamatan = Pengaruh jenis penyerbukan ke-i = Galat percobaan

28 Perkecambahan diamati berdasarkan 25 benih dari masing-masing jenis penyerbukan. Persentase perkecambahan (PP) dapat dihitung dengan rumus: Jumlah kecambah yang dihasilkan PP = X 100% Jumlah contoh benih yang diuji Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilakukan di rumah plastik Godongijo Nursery. Tanaman adenium yang digunakan merupakan tanaman dewasa yang telah berbunga, dalam satu tanaman adenium biasanya terdapat 2 12 kuntum bunga, sehingga untuk penyerbukan buatan, setiap perlakuan tidak harus dilakukan per satu pot, tetapi dalam satu pot dapat dilakukan beberapa perlakuan atau ulangan, tergantung jumlah bunga yang ada dalam satu tanaman tersebut. Penyerbukan bunga dilakukan dengan menggunakan alat bersih dan dalam kondisi baik, yaitu pinset, cutter atau pisau kecil, gunting, tusuk gigi, selotip, spidol, label. Demikian cara melakukan penyerbukan: 1. Penyerbukan sendiri terkendali Mempersiapkan alat dan bahan. Memegang dan mengatur posisi kuntum kuntum bunga sedemikian rupa agar jatuhnya polen nantinya dapat mengenai/menempel pada stigma. Menekan corong bunga dengan ringan beberapa kali, diharapkan polen yang telah matang berguguran dan jatuh menempel pada stigma. Cara lain adalah ketika corong bunga telah dalam posisi tegak lurus, menyentil corong bunga beberapa kali supaya polen jatuh pada stigma. Menyiram tanaman yang telah diserbukkan dengan menggunakan pupuk majemuk satu minggu sekali. 2. Penyerbukan silang terkendali Merobek sebagian kelopak/mahkota bunga hingga kelopak bagian dalam terlihat. Menyisipkan alat bantu (tusuk gigi) untuk mengambil polen pada dua buah sulur bunga untuk memisahkannya dari sulur-sulur yang lain.

29 Setelah kedua sulur bunga terpisah, menarik secara perlahan sampai sebagian kelopak polen terbuka. Ketika kelopak polen telah terbuka, polen dapat dilihat. Dengan perlahan dan hati-hati, mengambil polen tersebut dengan tusuk gigi. Menempelkan polen yang telah diambil tersebut pada stigma dengan perlahan dan hati-hati. Meratakan polen tersebut sehingga sedapat mungkin polen memenuhi seluruh permukaan stigma. Menyiram tanaman yang telah diserbukkan dengan menggunakan pupuk majemuk satu minggu sekali. 3. Penyerbukan Terbuka Cara untuk melakukan penyerbukan terbuka adalah dengan menandai bunga yang akan digunakan, kemudian membiarkan bunga-bunga tersebut menyerbuk dengan sendirinya. Jika langkah penyerbukan ini berhasil, ditandai dengan bunga yang layu dan gugur, namun tangkai bunganya bertahan segar. Kemudian tangkai ini membesar seiring perkembangan buah. Pemeliharaan tanaman dilakukan supaya kondisi tanaman tetap baik dan buah dapat bertumbuh secara sempurna, dengan cara: 1. Meletakkan tanaman pada tempat yang cukup terkena sinar matahari. 2. Menyiram tanaman dengan air secukupnya 3 4 hari sekali tergantung kondisi lingkungannya. 3. Mengendalikan hama penyakit dengan menggunakan pestisida. 4. Memupuk tanaman dengan menggunakan pupuk majemuk. 5. Mengikat buah menjelang matang, supaya biji tidak berterbangan saat kulit buah merekah/terbuka. Perkecambahan diamati dengan mengecambahkan benih dalam media arang sekam yang dicampur cocopeat. Benih ditanam dalam bak/boks plastik sebanyak 25 butir per ulangan, diulang tiga kali. Boks plastik diletakkan di tempat yang sejuk dan cukup sinar matahari. Pengamatan Pengamatan dilakukan setiap hari dari awal sampai akhir kegiatan penelitian. Faktor yang diamati adalah sebagai berikut:

30 A. Pengamatan penyerbukan tanaman adenium 1. Struktur bunga: warna dan ukuran, bentuk petal, serta jumlah garis nektar. 2. Jumlah ovul per karpel: perhitungan jumlah ovul per karpel dilakukan dengan membelah ovarium secara membujur dan melintang, dan ovul yang nampak dibawah mikroskop dihitung. Jumlah total ovul merupakan perkalian jumlah ovul pada penampang membujur dan melintang. B. Pengamatan perkembangan buah adenium Pengamatan dua kali dalam satu minggu pada setiap buah, berupa: 1. Perubahan warna buah yang terbentuk. 2. Ukuran buah, yaitu panjang dan diameter. 3. Lama pemasakan buah. 4. Bobot kulit buah. C. Pengamatan struktur benih adenium Pengamatan saat panen benih, berupa: 1. Jumlah benih per buah. 2. Bentuk benih. 3. Ukuran benih, yaitu panjang dan diameter. 4. Bobot benih dan bulu benih. 5. Kadar air benih. 6. Warna dan tekstur benih. D. Pengamatan perkecambahan dan struktur kecambah Pengamatan perkecambahan dan struktur kecambah dilakukan setiap hari selama 10 hari sejak benih ditanam. Pengamatan yang dilakukan adalah: 1. Hari/waktu saat benih tersebut berkecambah. 2. Tipe perkecambahan (epigeal/hipogeal), struktur kecambah (tempat munculnya plumula dan radikula). 3. Persentase perkecambahan, dihitung dari persentase benih yang berkecambah. Kecambah untuk menghitung persentase perkecambahan adalah yang telah membentuk paling sedikit dua helai daun, karena belum ada kriteria kecambah normal untuk adenium.

31 HASIL DAN PEMBAHASAN Tanaman adenium merupakan tanaman yang memerlukan kondisi tumbuh kering dengan intensitas cahaya matahari tinggi untuk berbunga. Sampai saat ini A. obesum merupakan spesies yang paling banyak dikembangbiakkan dan digunakan dalam persilangan untuk mendapatkan bunga yang beranekaragam bentuk dan warnanya, serta diperoleh bonggol yang unik (Gambar 1). Data yang diperoleh dari Stasiun Klimatologi, Dramaga, Bogor, selama bulan Februari hingga Juli 2009, menunjukkan bahwa wilayah Sawangan, Depok memiliki suhu rata-rata harian berkisar antara o C, curah hujan mm/hari, intensitas cahaya berkisar foot candle, dan kelembaban berkisar antara % (Lampiran 1). Sedangkan suhu dalam rumah plastik o C. a b c Gambar 1. Tanaman Adenium: a) Bonggol yang Unik; b) Daun Adenium Cukup Lebat; c) Adenium Stek E. Penyerbukan tanaman adenium Menurut Hapsari (2007) secara umum morfologi bunga adenium dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu berbentuk membulat (rounded shape) dan bintang (star shape), tersusun atas lima lembar petal (ciri tanaman dikotil). Dengan adanya keanekaragaman warna dan pola petal, serta morfologi bunga dapat dihasilkan lebih dari dua ratus jenis bunga adenium. Bunga Adenium obesum var. Ortiz, var. Carmello, dan Adenium somalense memiliki bentuk membulat (round shape) dan tepi bunga yang bergelombang (wavy), sedangkan bunga A. somalense memiliki tepi bunga yang halus (smooth). Bunga A. obesum

32 var. Ortiz berwarna merah dengan korola (corong) yang berwarna putih kemerahan, sedangkan bunga var. Carmello berwarna putih dengan corak garis pink dibagian tepi korola, dan A. somalense berwarna merah muda dengan bagian dalam korola berwarna putih kekuningan (Gambar 2). Bagian dalam korola terdapat garis-garis yang disebut garis nektar, yang berpusat pada bagian dasar bunga tempat kelenjar nektar berada. Pada A. obesum var. Ortiz terdapat lima kelompok garis nektar yang berwarna merah, masingmasing terdiri atas tiga garis berdekatan yang berbulu. Pada A. obesum var. Carmello garis nektar berwarna merah muda tunggal sebanyak lima buah dan tidak berbulu. Sedangkan A. somalense memiliki lima kelompok garis nektar yang masing-masing berisi tiga garis berdekatan yang berbulu (Gambar 3). Bentuk petal dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu oblong dan obo. Petal oblong bila lebar petal lebih kecil dibanding panjang petal. Disebut obo bila lebar lebih besar atau sama dengan panjang petal (Hapsari, 2007). Bunga A. obesum var. Ortiz dan Carmello mempunyai bentuk petal obo, sedangkan A. somalense termasuk oblong. Ketiga jenis adenium memiliki lima kelopak, dan dua bakal buah. Panjang bunga dewasa A. obesum var. Ortiz, yaitu dari pangkal bunga hingga ujung petal, sekitar 6,5 cm, panjang korola sekitar 4 cm, panjang tangkai bunga (pedicel) 1,5 cm, dan lebar kelopak 2,5 cm. Jarak antar petal bunga rapat dan dalam satu kelompok terdapat sekitar 2-5 bunga mekar. Panjang bunga dewasa A. obesum var. Carmello sekitar 6,5 cm, dengan panjang korola sekitar 4 cm, panjang tangkai bunga (pedicel) 1,5 cm dan lebar kelopak 2 cm. Jarak antar petal bunga rapat dan dalam satu kelompok terdapat sekitar 4-10 bunga mekar. Adenium somalense memiliki panjang bunga sekitar 7,5 cm, dengan panjang korola sekitar 5 cm, tangkai bunga (pedicel) 1,5 cm, dan lebar kelopak 3 cm. Jarak antar petal bunga tidak terlalu rapat dan dalam satu kelompok terdapat sekitar 2-4 bunga yang mekar. Bunga adenium merupakan bunga hermaprodit karena dalam setiap bunga terdapat pistil dan stamen. Antera pada bunga adenium tidak berada diujung benang sari, tetapi pada pangkal benang sari (Hapsari, 2007), kelimanya menempel satu sama lain.

33 a b c d e f g h i Gambar 2. Bunga, Tangkai, dan Korola Bunga A. obesum var. Ortiz (a, b, c); A. obesum var. Carmello (c, d, e); dan A. somalense (g, h, i). a b berbulu tidak berbulu Gambar 3. Penampang Garis Nektar: a) A. obesum var. Ortiz dan A. somalense; b) A. obesum var. Carmello

34 Jumlah Ovul Secara anatomis biji adalah ovul yang telah dibuahi dan berkembang membentuk komponen-komponen biji. Oleh karena itu jumlah ovul dalam setiap karpel merupakan potensi produksi biji. Pengamatan jumlah ovul per karpel pada adenium yang diamati bervariasi antar jenis (Tabel 1). Tabel 1. Jumlah Ovul per Karpel Tiap Jenis Adenium No 1 2 Jenis adenium Adenium obesum var. Ortiz Adenium obesum var. Carmello 3 Adenium somalense Jumlah ovul Jml ovul/ Bujur Lintang karpel Kisaran Jumlah ovul pada A. obesum var. Ortiz berkisar antara dengan rataan 121, A. obesum var. Carmello berkisar antara dengan rataan 114, dan A. somalense berkisar antara dengan rataan 123. Dari rata-rata jumlah ovul tersebut diketahui bahwa potensi produksi biji A. somalense paling tinggi, disusul oleh A. somalense, dan A. obesum var. Carmello paling rendah. Ovul adenium berbentuk oval panjang, berwarna putih transparan, dan berimpitan satu dengan lainnya, dan tersusun dalam ovarium secara aksilar (Gambar 4). Perbedaan jumlah ovul tergantung dari jenis adenium. Dalam kondisi penyerbukan terjadi dengan sempurna (jumlah polen viabel yang cukup dan pada waktu yang tepat), jumlah ovul yang banyak akan menghasilkan banyak biji, sehingga buah yang terbentuk lebih besar dan panjang.

35 a b Gambar 4. Susunan Ovul: a) Penampang Membujur Karpel; b) Penampang Melintang Karpel Keberhasilan Reproduksi Penyerbukan yang berhasil dapat diamati 3 6 hari setelah penyerbukan (HSP) yang ditandai dengan gugurnya petal bunga. Waktu rontoknya petal berbeda antar jenis penyerbukan, secara umum terjadi dalam tiga HSP (Tabel 2). Jika penyerbukan berhasil, maka hanya petal saja yang rontok (Gambar 5a), sedangkan jika penyerbukan gagal maka tangkai serta seluruh bagian bunga rontok. Kerontokan petal pada penyerbukan yang berhasil menyisakan karpel/bakal buah dan tangkainya yang tetap segar (Gambar 5b). Pada kondisi tersebut kadang terjadi perubahan warna bakal buah dari hijau menjadi merah, yang dapat digunakan sebagai salah satu indikator keberhasilan penyerbukan. Perubahan warna dapat terjadi bersamaan dengan rontoknya petal atau 1 2 hari setelah petal rontok. Ada kalanya penyerbukan berhasil, namun tidak diikuti dengan perubahan warna bakal buah, warna tetap hijau (Gambar 5c). Pada keadaan demikian perubahan warna terjadi ketika buah matang. a b c Gambar 5. Penyerbukan Bunga Adenium yang Berhasil: a) Petal Rontok; b) Bakal Buah yang Tetap Berwarna Hijau; c) Bakal Buah yang Berwarna Merah

36 Tabel 2. Pengamatan Keberhasilan Penyerbukan Penyerbukan terbuka - - Penyerbukan sendiri A. somalense 3 hari H. kemerahan A. obesum var. Ortiz X var. Carmello Inter 3-4 hari Merah A. obesum var. Carmello X var. Ortiz varietas 5-6 hari Merah A. obesum var. Ortiz X A. somalense 3-4 hari H. kemerahan A. somalense X A. obesum var. Ortiz A. obesum var. Carmello X A. somalense Inter spesies 3 hari 3 hari H. kemerahan H. kemerahan A. somalense X A. obesum var. Carmello 3 hari Hijau Keterangan: H = Hijau Keberhasilan reproduksi dihitung setelah mengetahui rasio buah-bunga dan rasio biji-ovul. Rasio buah-bunga menunjukkan proporsi buah yang terbentuk dari bunga yang diserbuk. Sedangkan rasio biji-ovul menunjukkan proporsi ovul yang berhasil mengalami fertilisasi dan berkembang menjadi biji yang viabel. Keberhasilan reproduksi menunjukkan proporsi ovul yang dihasilkan tanaman yang berhasil mengalami fertilisasi dan berkembang menjadi biji yang viabel (Wiens et al., 1987) Jenis penyerbukan Penyerbukan terbuka dan penyerbukan sendiri A. obesum var. Ortiz, var. Carmello, dan A. somalense gagal membentuk buah, sehingga penyerbukan diulang sekali lagi. Oleh karena itu jumlah bunga yang digunakan adalah sepuluh, demikian halnya penyerbukan silang antara A. somalense X A. obesum var. Ortiz dan A. somalense X A. obesum var. Carmello. Penyerbukan silang intervarietas A. obesum var. Ortiz X var. Carmello, A. obesum var. Carmello X var. Ortiz, dan penyerbukan silang interspesies A. obesum var. Ortiz X A. somalense, A. somalense X A. obesum var. Ortiz, A. obesum var. Carmello X A. somalense, A. somalense X A. obesum var. Carmello hanya menggunakan lima bunga. Keberhasilan reproduksi dari tiap jenis penyerbukan disajikan dalam Tabel 3. Petal rontok Warna bakal buah Keberhasilan reproduksi menunjukkan efisiensi produksi benih yang terbentuk dari total jumlah ovul yang dihasilkan suatu tanaman. Keberhasilan reproduksi dari penyerbukan terbuka pada ketiga kultivar yang diamati nihil, yang menunjukkan bahwa secara alami tanaman sulit menghasilkan biji yang viabel.

37 Tabel 3. Keberhasilan Reproduksi Tanaman Adenium No Jenis penyerbukan Jumlah bunga yang diserbuk Jumlah buah terbentuk Rasio buah/bunga Jumlah ovul induk betina Jumlah biji Rasio biji/ovul Keberhasilan reproduksi (%) 1 Penyerbukan terbuka A. obesum var. Ortiz A. obesum var. Carmello A. somalense Penyerbukan sendiri A. obesum var. Ortiz A. obesum var. Carmello A. somalense Penyerbukan silang intervarietas A. obesum var. Ortiz X var. Carmello A. obesum var. Carmello X var. Ortiz Penyerbukan silang interspesies A. obesum var. Ortiz X A. somalense A. somalense X A. obesum var. Ortiz A. obesum var. Carmello X A. somalense A. somalense X A. obesum var. Carmello

38 Keberhasilan reproduksi dari penyerbukan sendiri A. somalense 0.082, yang menunjukkan bahwa dari 1000 ovul yang dihasilkan A. somalense hanya 82 saja yang berkembang menjadi biji yang viabel. Keberhasilan reproduksi penyerbukan silang intervarietas antara A. obesum var. Ortiz X var. Carmello 0.757, dan dari resiprokalnya, A. obesum var. Carmello X var. Ortiz, Keberhasilan reproduksi penyerbukan silang interspesies antara A. obesum var. Ortiz X A. somalense mencapai 0.833, sedangkan dari penyerbukan silang antara A. obesum var. Carmello X A. somalense Resiprokal dari kedua pernyerbukan silang interspesies tersebut keduanya tidak menghasilkan biji sama sekali, hal ini menunjukkan bahwa A. somalense tidak dapat digunakan sebagai induk betina dalam penyerbukan silang. Persentase pembentukan buah dari penyerbukan silang lebih tinggi daripada penyerbukan terbuka dan penyerbukan sendiri. Pembentukan buah pada penyerbukan terbuka/alami pada A. obesum var. Ortiz, var. Carmello, dan A. somalense sebesar 0%, demikian halnya dengan penyerbukan sendiri A. obesum var. Ortiz dan var. Carmello. Penyerbukan sendiri A. somalense menghasilkan pembentukan buah mencapai 10%. Pembentukan buah dari penyerbukan silang intervarietas antara A. obesum var. Ortiz X var. Carmello mencapai 100%, sedangkan antara A. obesum var. Carmello X var. Ortiz hanya 80%. Pada penyerbukan silang interspesies A. obesum var. Ortiz X A. somalense pembentukan buah mencapai 100%, dan penyerbukan silang A. obesum var. Carmello X A. somalense mencapai 80%. Namun penyerbukan silang interspesies A. somalense X A. obesum var. Ortiz pembentukan buah hanya 20%, dan A. somalense X A. obesum var. Carmello sebesar 10% (Tabel 4). Penyerbukan terbuka A. obesum dan A. somalense, serta pada penyerbukan sendiri A. obesum tidak menginisiasi buah. Oleh karena itu hasil dan pembahasan selanjutnya hanya mencakup penyerbukan yang menghasilkan buah. Penyerbukan yang berhasil menghasilkan buah masak yang mengandung biji viabel. Penyerbukan silang interspesies antara A. somalense X A. obesum var. Ortiz dan A. somalense X A. obesum var. Carmello buah terinisiasi dan berkembang mencapai ukuran cm, kemudian buah membusuk (terserang

39 penyakit) dalam perkembangannya, sehingga tidak dapat dipanen untuk pengamatan perkecambahan bijinya. Berdasarkan morfologi bunganya, bunga adenium hanya dapat melakukan penyerbukan sendiri. Bunga adenium tidak beraroma dan tidak menghasilkan banyak nektar untuk menarik hewan/serangga sebagai vektor pembawa polen, diduga adenium tidak diserbuk oleh hewan/serangga pencari nektar atau polen. Sebagian besar bunga yang berhasil berkembang menjadi buah adalah yang diserbuk silang. Oleh karena itu buah yang kadang terbentuk secara alami diduga merupakan hasil dari penyerbukan sendiri. Penyerbukan sendiri terkendali yang dilakukan terhadap ketiga kultivar menghasilkan persentase pembentukan buah yang sangat rendah, yang mengindikasikan adanya reaksi self incompatibility, yaitu ketidakmampuan tanaman hermaprodit fertil untuk menghasilkan biji yang viabel setelah terjadinya penyerbukan sendiri. Intensitas self incompatibility dapat diperkirakan berdasarkan index of self incompatibility (ISI), yang diperoleh dengan menghitung inisiasi buah pada tiap jenis penyerbukan yang tercantum dalam Tabel 4. Tabel 4. Persentase Pembentukan Buah dari Penyerbukan Terbuka, Sendiri, dan Silang Intervarietas dan Interspesies Jenis penyerbukan Jumlah bunga yang diserbuk Jumlah buah terinisiasi Inisiasi buah (%) Penyerbukan terbuka A. obesum var. Ortiz A. obesum var. Carmello A. somalense Penyerbukan sendiri A. obesum var. Ortiz A. obesum var. Carmello A. somalense Penyerbukan silang intervarietas A. obesum var. Ortiz X var. Carmello A. obesum var. Carmello X var. Ortiz Penyerbukan silang interspesies A. obesum var. Ortiz X A. somalense A. somalense X A. obesum var. Ortiz A. obesum var. Carmello X A. somalense A. somalense X A. obesum var. Carmello

40 Dari data pada Tabel 4, index of self incompatibility masing-masing jenis adenium dapat dihitung sebagai berikut: 1. ISI dari A.obesum var. Ortiz Inisiasi buah pada Ortiz dari penyerbukan sendiri ISI = = Inisiasi buah pada Ortiz dari penyerbukan silang 2. ISI penyerbukan silang antara A. obesum var. Carmello Inisiasi buah pada Carmello dari penyerbukan sendiri ISI = = Inisiasi buah pada Carmello dari penyerbukan silang 3. ISI penyerbukan silang antara A. somalense ISI = = Inisiasi buah pada Somalense dari penyerbukan sendiri Inisiasi buah pada Somalense dari penyerbukan silang 10% 15% = % 100% 0% 80% Nilai ISI di atas menunjukkan self incompatibility setiap kultivar adenium yang digunakan. Sesuai dengan klasifikasi yang dikemukakan oleh Zapata dan Arroyo (1984), hasil perhitungan nilai ISI pada A. obesum var. Ortiz dan var. Carmello menunjukkan bahwa kedua kultivar tersebut dapat dikategorikan sebagai completely self incompatible. Sedangkan nilai ISI A. somalense sebesar 0.67 termasuk dalam kategori partially self incompatible, yang mengindikasikan bahwa penyerbukan sendiri dapat menghasilkan biji. Inkompatibilitas dikendalikan oleh faktor genetik, merupakan reaksi yang terjadi pada saat polen menempel pada permukaan stigma. Pada tanaman yang mempunyai karakter self incompatible pertumbuhan tabung polen yang inkompatibel (dari tanaman yang sama) akan dihambat sehingga tidak dapat mencapai ovul dan fertilisasi tidak terjadi, akibatnya biji tidak terbentuk. Inkompatibilitas juga dapat terjadi pada penyerbukan antar varietas dalam satu spesies dan antar spesies dalam satu genus, yang ditunjukkan oleh persentase pembentukan buah. Pada umumnya semakin tinggi tingkat taksonomi, semakin besar inkompatibilitasnya. Penyerbukan intervarietas pada spesies A. obesum menghasilkan inisiasi buah % sedang penyerbukan interspesies dalam genus adenium sangat bervariasi tergantung induk betina yang digunakan. Jika A. obesum yang digunakan sebagai induk betina inisiasi buah berkisar antara %, menyamai penyerbukan intervarietas, sedangkan apabila A. somalense = 0 = 0

41 yang dijadikan induk betina inisiasi buah yang terjadi hanya sekitar 10-20% (Tabel 4). Buah yang terinisiasi tidak selalu berkembang sampai masak sebagaimana terjadi pada salah satu buah yang terbentuk dari penyerbukan silang intervarietas A. obesum var. Carmello dengan var. Ortiz (Gambar 6). Perkembangan buah yang membengkok dapat terjadi karena fertilisasi tidak terjadi secara sempurna, sehingga biji tidak terbentuk secara merata dalam buah, dan buah berkembang membengkok. Gambar 6. Perkembangan Buah yang Tidak Sempurna Pada penelitian ini perkembangan buah yang tidak sempurna dapat disebabkan oleh serangan hama fungus gnat. Ciri-ciri serangan hama fungus gnat adalah buah yang terbentuk kecil dan melengkung ke bawah (Gambar 6), serta terdapat lubang kecil pada buah tempat hama masuk, sebagaimana ditemukan dalam pengamatan. Hama ini memakan isi dalam buah hingga habis saat buah masih muda, sehingga buah tidak dapat berkembang sampai masak. F. Perkembangan buah adenium Penyerbukan yang berhasil akan diikuti dengan perkembangan buah semakin besar. Pada pengamatan stuktur bunga diketahui bahwa pada satu stigma terdapat dua stilus yang saling menempel dan masing-masing merupakan bagian dari karpel yang berbeda yang dapat berkembang menjadi buah. Oleh karena itu dari satu bunga akan dihasilkan dua buah pada dua sisi yang berbeda (Gambar 7). Perkembangan buah pada dua sisi tidak selalu seimbang. Ada kalanya hanya salah satu sisi buah berkembang dengan sempurna tetapi sisi yang lain berkembang abnormal (Gambar 8). Hal ini disebabkan karena distribusi polen yang tidak

42 merata antara bakal buah yang kanan dan yang kiri, sehingga yang mengalami pembesaran hanya satu bagian saja. Pada kondisi demikian buah dari sisi yang berkembang sempurna dapat mencapai masak, sedang buah yang tidak berkembang sempurna akan gugur. Perkembangan buah yang seperti ini tergantung pada jumlah biji yang terbentuk di dalamnya. Apabila biji yang terbentuk cukup banyak, buah dapat berkembang sampai masak, tetapi apabila tidak mencukupi jumlah minimum untuk perkembangannya, buah akan gugur sebelum masak. Buah kiri Buah kanan Gambar 7. Buah Adenium Gambar 8. Buah penyerbukan silang A.obesum var. Carmello dengan A. somalense Buah akan merekah dibagian tengahnya pada saat masak, akan tetapi sebaiknya tidak dipanen terlebih dahulu, menunggu satu atau dua hari kemudian, supaya biji dalam buah benar-benar masak panen dan kering, sehingga biji tidak mudah rusak ketika dipisahkan dari bulu tepinya. Untuk mencegah agar biji tidak berhamburan pada saat buah merekah karena biji ringan dan memiliki bulu-bulu halus, sehingga mudah diterbangkan angin, maka setelah buah merekah diikat dengan kawat atau tali (Gambar 9).

43 Perkembangan ukuran buah adenium umumnya memiliki pola pertumbuhan yang linear terhadap waktu, kemudian pada saat tertentu pertumbuhannya konstan hingga buahnya pecah. Panjang buah bertambah secara perlahan pada dua minggu pertama setelah penyerbukan dan meningkat tajam pada 2 6 minggu setelah penyerbukan, setelah mencapai umur lima-enam minggu buah tidak mengalami perpanjangan (Gambar 10) hingga buah tersebut pecah. Diameter buah bertambah secara linear sejak 1 MSP dan mencapai maksimum pada 7 MSP, dan konstan hingga buah matang (Gambar 11). a b Gambar 9. Buah Adenium yang Sudah Masak: a) Buah yang Merekah; b) Buah Diikat untuk Menghindari Kehilangan Biji Data perkembangan buah dari semua hasil penyerbukan menunjukkan bahwa buah mencapai panjang maksimum pada umur yang hampir bersamaan, yaitu lima-enam minggu setelah inisiasi buah, dan mencapai diameter maksium pada waktu yang hampir bersamaan, yaitu sekitar tujuh minggu setelah inisiasi buah walaupun ukuran buah berbeda-beda. Pada saat ukuran panjang dan diameter buah maksimum dan tidak mengalami pertambahan ukuran, pada saat tersebut diduga terjadi akumulasi cadangan makanan. Buah diperkirakan telah mencapai masak morfologis ketika telah muncul gurat hijau atau kuning pada buah, yang disertai terjadinya retakan pada buah. Dari perkembangan ukuran buah tersebut diduga proses pembentukan dan perkembangan embrio terjadi selama 1 7 MSP, pada saat poros embrio dibentuk dan mencapai matang morfologis. Perkembangan selanjutnya adalah akumulasi cadangan makanan yang berlangsung dari 7 14 MSP, pada saat benih akhirnya mencapai masak fisiologis pada saat buah masak.

44 Gambar 10. Pertumbuhan Panjang Buah Adenium Gambar 11. Pertumbuhan Diameter Buah Adenium

45 Buah penyerbukan sendiri A. somalense panjangnya 25.5 cm dan diameternya 1.38 cm. Panjang buah penyerbukan silang berkisar antara cm, sedangkan diameternya berkisar antara cm (Tabel 5). Tabel 5. Panjang, Diameter, dan Bobot Kulit Buah Adenium Ukuran maksimun Jenis penyerbukan rata-rata Bobot kulit Panjang Diameter buah (gr) (cm) (cm) Penyerbukan sendiri A. somalense Penyerbukan silang intervarietas A. obesum var. Ortiz X var. Carmello A. obesum var. Carmello X var. Ortiz Penyerbukan silang interspesies A. obesum var. Ortiz X A. somalense A. obesum var. Carmello X A. somalense Buah hasil penyerbukan interspesies A. somalense X A. obesum var. Ortiz dan var. Carmello tidak bertahan sampai masak karena terserang penyakit. Penyerbukan silang interspesies A. somalense X A. obesum var. Ortiz menghasilkan dua buah dan A. somalense X A. obesum var. Carmello satu buah, namun buah tersebut busuk dan mati selama perkembangannya karena serangan penyakit busuk buah, sebagaimana ditunjukkan pada pola pembusukan yang diawali dari ujung buah, kemudian menjalar ke bagian tengah, dan sampai pangkal buah sehingga buah tersebut gugur. Penyakit tersebut menyebabkan panjang dan diameter buah semakin menyusut (Gambar 12b dan 12d). Serangan penyakit terjadi pada penyerbukan silang yang menggunakan A. somalense sebagai induk betina. Diduga karena A. somalense diletakkan pada rumah plastik showroom, sedangkan A. obesum pada rumah plastik induk, sehingga iklim mikro dan kondisi lingkungannya mendukung serangan penyakit (tempat lebih terbuka dan lebih lembab dari rumah plastik induk). Ciri-ciri pada buah yang terserang menunjukkan penyakit yang menyebabkan busuk buah adenium adalah antraknosa (Gambar 12). Buah yang terserang penyakit ini mati sehingga tidak dapat digunakan dalam pengamatan berikutnya. Bobot kulit buah penyerbukan sendiri A. somalense sebesar gram, sedangkan pada penyerbukan silang intervarietas A. obesum var. Ortiz X var.

46 47 Carmello dan resiprokalnya, A. obesum var. Carmello X var. Ortiz, sebesar dan gram. Bobot kulit buah hasil penyerbukan silang interspesies A. obesum var. Ortiz X A. somalense dan A. obesum var. Carmello dengan A. somalense sebesar dan gram (Tabel 5). a b c Gambar 12. Buah Adenium yang Membusuk Terkena Penyakit: a) Ujung Buah Busuk; b) Ujung Buah Hilang; c) Benih Sebagian Rusak; d) Pembusukan Memanjang; e) Ujung Buah Semua Busuk; f) Buah Tersisa Sebelah Buah dari tanaman adenium akan mengalami perubahan warna dalam proses perkembangannya hingga matang. Perubahan warna yang terjadi berbeda satu dengan yang lainnya, dan dapat dijadikan indikasi kematangan buah secara visual. Pada umumya buah adenium memiliki warna dasar hijau atau ungu kemerahan (Gambar 13). d e f a b c Gambar 13. Warna Buah Adenium: a) Hijau, Hasil Penyerbukan silang A. somalense dengan A. obesum var. Carmello; b) Merah Keunguan, Hasil Penyerbukan silang A. obesum var. Ortiz dengan A. somalense; c) Merah Muda, Hasil Penyerbukan silang A. obesum var. Carmello dengan Ortiz

47 48 Buah yang telah matang dan akan pecah ditandai dengan munculnya guratgurat kuning atau hijau. Warna buah yang muncul terkait dengan tetua betina yang digunakan, tetapi perubahan warna terkait dengan umur buah. Pada buah hasil penyerbukan silang intervarietas A. obesum var. Ortiz X var. Carmello perubahan warna yang terjadi adalah dari warna merah, menjadi merah muda, merah keunguan, ungu agak gelap, ungu gelap, ungu gelap bergurat hijau/hijau keunguan bergurat hijau, kemudian menjadi hijau keunguan bergurat kuning, sedangkan buah persilangan A. obesum var. Ortiz X A. somalense adalah dari warna merah muda, merah tua, kemudian merah keunguan, menjadi ungu gelap, kemudian muncul gurat hijau pada buahnya. Hasil penyerbukan menggunakan A. obesum var. Ortiz sebagai tetua betina menghasilkan buah dengan warna merah atau ungu yang gelap. Perubahan warna yang terjadi pada buah A. obesum var. Carmello X var. Ortiz adalah merah muda, menjadi merah keunguan, ungu muda, kembali menjadi merah keunguan, kemudian muncul gurat kuning pada buah (Gambar 14e). Buah persilangan A. obesum var. Carmello X A. somalense dari merah kehijauan menuju merah muda, merah keunguan, ungu muda, merah keunguan, dan sebelum matang muncul gurat hijau pada buah. Hasil penyerbukan menggunakan tetua betina A. obesum var. Carmello menghasilkan buah dengan warna merah atau ungu muda. Perubahan warna yang terjadi pada buah persilangan A. somalense X A. obesum var. Ortiz dari merah, merah muda, merah kehijauan, hijau kemerahan, ungu kehijauan, merah keunguan. Buah persilangan A. somalense X A. obesum var. Carmello dari warna hijau, menjadi merah muda, kemudian menjadi warna hijau dan kembali berwarna merah muda. Hasil penyerbukan menggunakan tetua betina A. somalense menghasilkan buah dengan warna merah kehijauan. Pada penyerbukan sendiri A. somalense perubahan warna yang terjadi dari hijau kemerahan, merah muda, kembali berwarna hijau kemerahan, kemudian merah kehijauan, dan baru muncul gurat berwarna ungu sebelum buah matang. Gambar 14 menunjukkan perubahan ukuran dan warna buah selama perkembangannya sejak 4 HSP sampai masak. Lama waktu yang diperlukan dari buah muncul hingga matang berbeda antar jenis adenium yang digunakan

48 49 (Lampiran 2). Umumnya lama pemasakan buah berkisar antara hari setelah penyerbukan, kecuali penyerbukan silang yang menggunakan A. obesum var. Carmello sebagai induk betina, yang berkisar antara hari setelah penyerbukan (Tabel 6). a b c d e f g h i j k l Gambar 14. Perkembangan Buah A. obesum: a) 4 HSP; b) 12 HSP; c) 19 HSP; d) 26 HSP; e) 33 HSP; f) 40 HSP; g) 47 HSP; h) 54 HSP; i) 68 HSP; j) 89 HSP; k) 92 HSP; l) Pengikatan Buah yang Pecah Tabel 6. Lama Pemasakan Buah dan Jumlah Biji yang Terbentuk dari Berbagai Persilangan Jenis penyerbukan Lama pemasakan Jumlah benih buah (HSP) rata-rata/karpel Penyerbukan sendiri A. somalense 93 hari 148 Penyerbukan silang intervarietas A. obesum var. Ortiz X var. Carmello 92 hari 109 A. obesum var. Carmello X var. Ortiz hari 140 Penyerbukan silang interspesies A. obesum var. Ortiz X A. somalense hari 120 A. obesum var. Carmello X A. somalense hari 126 G. Struktur benih adenium Biji adenium tersusun berderet dalam buah, dan pada kedua sisinya terdapat bulu yang lebih panjang daripada biji. Bulu ini berfungsi untuk

49 50 membantu penyerbaran biji saat buah pecah. Benih adenium berbentuk lonjong panjang, tidak beraroma, agak keras, tekstur kulitnya kasar, memiliki bulu-bulu halus pada kedua bagian ujungnya untuk membantu benih dalam penyebarannya (Gambar 15). Buah adenium yang telah matang akan pecah, dan jika dibiarkan selama satu atau dua hari buah akan kering dan membuka (Gambar 15b). Setelah benih dikeluarkan dari buah, bulu yang menempel pada kedua sisi benih masih melekat rapat satu sama lain (Gambar 15f), jika bulu tersebut kering, maka bulu tersebut akan membuka (Gambar 15g), yang akan memudahkan benih terbang terbawa angin dan berpindah ketempat lain. a b c d e f g h Gambar 15. Buah dan Benih Adenium: a) Buah yang Merekah; b) Buah Kering dan Membuka; c) Susunan Benih dalam Buah; d) Sekumpulan Benih; e) Benih yang Dikeluarkan dari Buah; f) Benih dengan Bulu; g) Bulu yang Mengembang setelah Kering; h) Benih Dipisahkan dari Bulu Benih penyerbukan silang intervarietas A. obesum var. Ortiz X var. Carmello dan penyerbukan sendiri A. somalense memiliki warna benih putih (Gambar 16a dan 16e), sedangkan benih persilangan A. obesum var. Carmello X var. Ortiz, A. obesum var. Ortiz X A. somalense, dan A. obesum var. Carmello X A. somalense memiliki warna putih kecoklatan (Gambar 16b, 16c, dan 16d). Benih A. somalense memiliki tekstur kulit luar relatif lebih halus dari benih yang lain. Perbedaan benih adenium antara jenis yang satu dengan lainnya adalah pada warna dan ukuran (Gambar 16). Jumlah benih dalam satu buah beragam tergantung jenis adenium dan jumlah ovul yang mengalami fertilisasi (Lampiran 2). Penyerbukan sendiri A. somalense menghasilkan biji rata-rata sebanyak 148 butir, penyerbukan silang

50 51 intervarietas antara A. obesum var. Ortiz X var. Carmello sebanyak 109 butir, dan resiprokalnya, A. obesum var. Carmello X var. Ortiz, sebanyak 140 butir. Penyerbukan silang interspesies antara A. obesum var. Ortiz X A. somalense sebanyak 120 butir, dan antara A. obesum var. Carmello X A. somalense sebanyak 126 butir. a b c d e Gambar 16. Benih Adenium: a) Benih penyerbukan silang A. obesum var. Ortiz X Carmello; b) Benih penyerbukan silang A. obesum var. Carmello X Ortiz; c) Benih penyerbukan silang A. obesum var. Ortiz X A. somalense; d) Benih penyerbukan silang A. obesum var. Carmello X A. somalense; e) Benih penyerbukan sendiri A. somalense Panjang dan diameter benih beragam antar jenis adenium (Tabel 7), dengan panjang berkisar cm dan diameter cm. Bobot total benih perbuah antara gram. Bobot persatuan benih penyerbukan silang intervarietas A. obesum var. Ortiz X var. Carmello rata-rata berkisar gram, sedangkan resiprokalnya, A. obesum var. Carmello X var. Ortiz berkisar gram, penyerbukan silang interspesies A. obesum var. Ortiz X A. somalense rata-rata gram, penyerbukan silang interspesies A. obesum var. Carmello X A. somalense berkisar gram, dan penyerbukan sendiri A. somalense rata-rata gram.

51 52 Tabel 7. Ukuran dan Bobot Bulu Benih dari Berbagai Jenis Penyerbukan Jenis penyerbukan Ukuran (cm) Bobot Panjang Diameter bulu (gr) Penyerbukan sendiri A. somalense Penyerbukan silang intervarietas A. obesum var. Ortiz X var. Carmello A. obesum var. Carmello X var. Ortiz Penyerbukan silang interspesies A. obesum var. Ortiz X A. somalense A. obesum var. Carmello X A. somalense Bobot 1000 butir biji hasil penyerbukan sendiri A. somalense adalah gram, penyerbukan silang intervarietas A. obesum var. Carmello X Ortiz sebesar gram, penyerbukan silang interspesies A. obesum var. Carmello X A. somalense sebesar gram, penyerbukan silang interspesies A. obesum var. Ortiz X A. somalense sebesar gram, dan penyerbukan silang intervarietas A. obesum var. Ortiz X Carmello sebesar gram. Bobot bulu benih penyerbukan sendiri A. somalense sebesar gram, sedangkan penyerbukan silang intervarietas A. obesum var. Ortiz X var. Carmello dan resiprokalnya, A. obesum var. Carmello X var. Ortiz, masing-masing sebesar dan gram. Bobot bulu penyerbukan silang interspesies A. obesum var. Ortiz X A. somalense dan A. obesum var. Carmello X A. somalense masingmasing sebesar dan gram (Tabel 7). Kadar air benih hasil penyerbukan adenium beragam (Tabel 8). Kadar air benih rata-rata berkisar antara %. Kadar air benih hasil penyerbukan sendiri A. somalense sebesar 25.72%, benih hasil penyerbukan silang intervarietas A. obesum var. Ortiz X Carmello sebesar 48.68%, sedangkan resiprokalnya, A. obesum var. Carmello X var. Ortiz, sebesar 28.26%, dan penyerbukan silang interspesies A. obesum var. Ortiz X A. somalense dan A. obesum var. Carmello X A. somalense masing-masing sebesar dan 41.72%. Data perhitungan kadar air secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 3. Pengolahan data kadar air menggunakan uji lanjut DMRT (Lampiran 4) menunjukkan bahwa benih hasil penyerbukan A. obesum var. Ortiz X var. Carmello, A. obesum var. Ortiz X A. somalense, dan A. obesum var. Carmello X A. somalense berbeda nyata (lebih tinggi) dari penyerbukan sendiri A. somalense.

52 53 Kadar air benih hasil persilangan A. obesum var. Carmello X Ortiz dan penyerbukan sendiri A. somalense tidak berbeda nyata (Tabel 8). Tabel 8. Kadar Air Benih dari Berbagai Jenis Penyerbukan Jenis penyerbukan Kadar air rata-rata (%) Penyerbukan sendiri A. somalense b Penyerbukan silang intervarietas A. obesum var. Ortiz X var. Carmello a A. obesum var. Carmello X var. Ortiz ab Penyerbukan silang interspesies A. obesum var. Ortiz X A. somalense a A. obesum var. Carmello X A. somalense a Keterangan : kadar air rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada DMRT dengan taraf 5%. H. Perkecambahan dan stuktur kecambah adenium Menurut Kuswanto (1997) benih dikatakan berkecambah jika dari benih tersebut telah muncul plumula dan radikula dari embrio. Bewley dan Black (1986) menyatakan bahwa perkecambahan dimulai dari penyerapan air oleh benih (imbibisi) hingga awal pemanjangan poros embrio, yang biasanya berupa pemanjangan radikula. Radikula pada benih adenium tumbuh dari bagian ujung. Menurut Copeland dan McDonald (2004) perkecambahan adalah muncul dan berkembangnya embrio benih dari struktur esensialnya yang mengindikasikan kemampuan untuk menghasilkan tanaman normal dalam kondisi yang optimal. Perkecambahan benih adenium memerlukan waktu 3 11 hari setelah tanam (HST). Benih dikategorikan sudah berkecambah apabila kotiledon sudah membuka dan berwarna hijau. Benih hasil penyerbukan sendiri A. somalense berkecambah dalam 3 7 hari, sedangkan benih persilangan A. obesum var. Ortiz X var. Carmello, A. obesum var. Carmello X var. Ortiz, A. obesum var. Ortiz X A. somalense, dan A. obesum var. Carmello X A. somalense memerlukan waktu berkecambah sekitar 5 11 hari (Tabel 9). Tipe pertumbuhan kecambah adenium adalah epigeal. Menurut Sutopo (2004) pada tipe kecambah epigeal, munculnya radikula diikuti dengan memanjangnya hipokotil secara keseluruhan dan membawa serta kotiledon dan plumula ke atas permukaan tanah.

53 54 Tabel 9. Lama Benih Berkecambah Jenis penyerbukan Lama benih berkecambah Penyerbukan sendiri A. somalense 3-7 hari Penyerbukan silang intervarietas A. obesum var. Ortiz X var. Carmello 5-8 hari A. obesum var. Carmello X var. Ortiz 5-11 hari Penyerbukan silang intervarietas A. obesum var. Ortiz X A. somalense 6-9 hari A. obesum var. Carmello X A. somalense 6-8 hari Akar muncul dan tumbuh dari radikula (Gambar 17a, b, dan c), kemudian hipokotil memanjang ke atas beserta kotiledon dan plumula (Gambar 17d, e, dan f), yang kemudian membentuk dua buah daun awal (Gambar 17g). Radikula muncul 1 3 hari setelah benih ditanam, berkembang menjadi akar. Daun awal (dua buah) berkembang 3 11 hari setelah tanam (HST), dan hipokotil mulai berwarna hijau dan membengkak. Pada fase ini adenium dikategorikan sebagai kecambah normal, karena belum ada standar kecambah normal, dan ketika mencapai fase ini, kemungkinan kecambah untuk mati kecil. Setelah 16 HST daun pertama akan muncul (Gambar 17h), dan bertumbuh semakin besar (Gambar 17i). Persentase perkecambahan dapat digunakan untuk mengukur viabilitas benih. Sadjad (1993) menyatakan bahwa persentase perkecambahan mensimulasi persentase benih yang mampu tumbuh dan berproduksi normal dalam kondisi optimum. Menurut Kuswanto (1997) kecambah normal merupakan kecambah yang memiliki kemampuan untuk tumbuh menjadi tanaman yang normal jika ditanam dengan lingkungan yang mendukung, memiliki hipokotil dan epikotil yang berkembang baik tanpa kerusakan. Sutopo (2004) menyatakan persentase perkecambahan menunjukkan jumlah kecambah normal yang dapat dihasilkan oleh benih murni pada kondisi lingkungan tertentu dalam jangka waktu yang telah ditetapkan. Persentase perkecambahan benih tiap jenis penyerbukan beragam (Tabel 10). Persentase perkecambahan benih penyerbukan sendiri A. somalense sebesar 100%, penyerbukan silang intervarietas A. obesum var. Ortiz X var. Carmello dan resiprokalnya, A. obesum var. Carmello X var. Ortiz, masing-masing sebesar 97.6 dan 71%, sedangkan pada penyerbukan silang interspesies A. obesum var. Ortiz X

54 55 A. somalense dan A. obesum var. Carmello X A. somalense masing-masing sebesar 98.4 dan 74% (Lampiran 5). a b c d e f g h Gambar 17. Pertumbuhan Kecambah Adenium: a) 1 HST; b) 3 HST; c) 4 HST; d) 6 HST; e) 8 HST; f) 9 HST; g) 11 HST; h) 16 HST; i) 43 HST i Tabel 10. Persentase Perkecambahan Benih Adenium Jenis penyerbukan Persentase perkecambahan rata-rata (%) Penyerbukan sendiri A. somalense 100 b Penyerbukan silang intervarietas A. obesum var. Ortiz X var. Carmello 97.6 b A. obesum var. Carmello X var. Ortiz 71 a Penyerbukan silang interspesies A. obesum var. Ortiz X A. somalense 98.4 b A. obesum var. Carmello X A. somalense 74 a Keterangan : persentase perkecambahan rata-rata yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada DMRT dengan taraf 5%. Uji lanjut DMRT menujukkan bahwa persentase perkecambahan benih dari penyerbukan sendiri A. somalense, penyerbukan silang intervarietas A. obesum var. Ortiz X Carmello, dan interspesies A. obesum var. Ortiz X A.

KEBERHASILAN REPRODUKSI, PERKECAMBAHAN, DAN VIABILITAS BENIH Adenium sp. Reproductive Success, Germination, and Seed Viability of Adenium sp.

KEBERHASILAN REPRODUKSI, PERKECAMBAHAN, DAN VIABILITAS BENIH Adenium sp. Reproductive Success, Germination, and Seed Viability of Adenium sp. Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor KEBERHASILAN REPRODUKSI, PERKECAMBAHAN, DAN VIABILITAS BENIH Adenium sp. Reproductive Success, Germination,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian dilakukan dari April Juli 2007 bertepatan dengan akhir musim hujan, yang merupakan salah satu puncak masa pembungaan (Hasnam, 2006c), sehingga waktu penelitian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Buah Naga Buah naga ( Dragon Fruit) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang baru dibudidayakan di Indonesia dengan warna buah merah yang menyala dan bersisik hijau

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 14 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi) Segunung dengan ketinggian 1 100 m dpl (di atas permukaan laut). Penelitian dilakukan pada Februari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai jenis liar Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang

Lebih terperinci

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Papilionaceae; genus Arachis; dan spesies Arachis hypogaea L. Kacang tanah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Cabai merah (Capsicum annuum L.) termasuk kedalam famili Solanaceae. Terdapat sekitar 20-30 spesies yang termasuk kedalam genus Capsicum, termasuk diantaranya

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman srikaya memiliki bentuk pohon yang tegak dan hidup tahunan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman srikaya memiliki bentuk pohon yang tegak dan hidup tahunan. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Srikaya (Annona squamosa L.). 2.1.1 Klasifikasi tanaman. Tanaman srikaya memiliki bentuk pohon yang tegak dan hidup tahunan. Klasifikasi tanaman buah srikaya (Radi,1997):

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Metode Percobaan Penelitian ini terdiri atas dua percobaan yaitu pengamatan tingkat keberhasilan reproduksi dan sistem perkawinan.

BAHAN DAN METODE. Metode Percobaan Penelitian ini terdiri atas dua percobaan yaitu pengamatan tingkat keberhasilan reproduksi dan sistem perkawinan. BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 30 Maret sampai 21 Juli 2007 di Kebun Induk Jarak Pagar (KIJP), Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri, Pakuwon,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

Lampiran 4. Deskripsi Varietas TM 999 F1. mulai panen 90 HST

Lampiran 4. Deskripsi Varietas TM 999 F1. mulai panen 90 HST Lampiran 4. Deskripsi Varietas TM 999 F1 Golongan : hibrida Bentuk tanaman : tegak Tinggi tanaman : 110-140 cm Umur tanaman : mulai berbunga 65 HST mulai panen 90 HST Bentuk kanopi : bulat Warna batang

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Pengembangan Teknologi Lahan Kering Desa Singabraja, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Waktu pelaksanaan penelitian mulai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA Botani TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman apel berasal dari Asia Barat Daya. Dewasa ini tanaman apel telah menyebar di seluruh dunia. Negara penghasil utama adalah Eropa Barat, negaranegara bekas Uni Soviet, Cina,

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu 10 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Unit Usaha Marihat, Provinsi Sumatera Utara selama 4 bulan yang dimulai dari tanggal 1 Maret 2010

Lebih terperinci

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP.

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP. ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP. Sifat dan perilaku tanaman kopi dapat dipelajari dari sisi biologinya. Artikel ini ditujukan untuk memberikan pengetahuan tentang beberapa aspek biologi

Lebih terperinci

Lampiran 1 : Deskripsi Varietas Kedelai

Lampiran 1 : Deskripsi Varietas Kedelai Lampiran 1 : Deskripsi Varietas Kedelai VARIETAS ANJASMORO KABA SINABUNG No. Galur MANSURIAV395-49-4 MSC 9524-IV-C-7 MSC 9526-IV-C-4 Asal Seleksi massa dari populasi Silang ganda 16 tetua Silang ganda

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian,, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai dari bulan April 2016 hingga Mei

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani 3 TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Pepaya (Carica papaya) merupakan tanaman buah-buahan tropika. Pepaya merupakan tanaman asli Amerika Tengah, tetapi kini telah menyebar ke seluruh dunia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mentimun Papasan Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota Cucurbitaceae yang diduga berasal dari Asia dan Afrika. Tanaman mentimun papasan memiliki

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 32 meter di

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 32 meter di 14 BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih, Fakultas Pertanian,, Medan dengan ketinggian ± 32 meter di atas permukaan laut, pada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Morfologi Kacang Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Morfologi Kacang Tanah TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Kacang Tanah Kacang tanah tergolong dalam famili Leguminoceae sub-famili Papilinoideae dan genus Arachis. Tanaman semusim (Arachis hypogaea) ini membentuk polong dalam

Lebih terperinci

PENGARUH PUPUK GROWMORE (20:20:20) DAN GROW QUICK F TERHADAP PERTUMBUHAN ENTRES ADENIUM (Adenium obesum) SETELAH PEMANGKASAN. Oleh

PENGARUH PUPUK GROWMORE (20:20:20) DAN GROW QUICK F TERHADAP PERTUMBUHAN ENTRES ADENIUM (Adenium obesum) SETELAH PEMANGKASAN. Oleh PENGARUH PUPUK GROWMORE (20:20:20) DAN GROW QUICK F TERHADAP PERTUMBUHAN ENTRES ADENIUM (Adenium obesum) SETELAH PEMANGKASAN Oleh Whenny Fahruroh A34404009 PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Benih Indigofera yang digunakan dalam penelitian ini cenderung berjamur ketika dikecambahkan. Hal ini disebabkan karena tanaman indukan sudah diserang cendawan sehingga

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman buah naga adalah sebagai berikut ; Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo:

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman buah naga adalah sebagai berikut ; Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo: TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Klasifikasi tanaman buah naga adalah sebagai berikut ; Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo: Caryophyllales, Famili: Cactaceae, Genus:

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE 10 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor dan Rumah Kaca Instalasi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian Percobaan I: Pengaruh Tingkat Berbuah Sebelumnya dan Letak Strangulasi Terhadap Pembungaan Jeruk Pamelo Cikoneng

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian Percobaan I: Pengaruh Tingkat Berbuah Sebelumnya dan Letak Strangulasi Terhadap Pembungaan Jeruk Pamelo Cikoneng BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada areal pertanaman jeruk pamelo di lahan petani Desa Bantarmara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat dengan ketinggian tempat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Stroberi

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Stroberi 3 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Stroberi Stroberi merupakan tanaman herba tahunan. Batang utama tanaman ini sangat pendek. Daun stroberi merupakan daun majemuk beranak daun tiga (trifoliate) dengan tepi daunnya

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 16 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor mulai bulan Desember 2009 sampai Agustus 2010. Areal penelitian memiliki topografi datar dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Kualitatif Karakter kualitatif yang diamati pada penelitian ini adalah warna petiol dan penampilan daun. Kedua karakter ini merupakan karakter yang secara kualitatif berbeda

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Kelapa sawit termasuk tanaman keras (tahunan) yang mulai menghasilkan pada umur 3 tahun dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian bertempat di Laboratorium Fisiologi Hewan

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian bertempat di Laboratorium Fisiologi Hewan 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan penelitian bertempat di Laboratorium Fisiologi Hewan Jurusan Biologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Penelitian ini

Lebih terperinci

6. Panjang helaian daun. Daun diukur mulai dari pangkal hingga ujung daun. Notasi : 3. Pendek 5.Sedang 7. Panjang 7. Bentuk daun

6. Panjang helaian daun. Daun diukur mulai dari pangkal hingga ujung daun. Notasi : 3. Pendek 5.Sedang 7. Panjang 7. Bentuk daun LAMPIRAN Lampiran 1. Skoring sifat dan karakter tanaman cabai 1. Tinggi tanaman : Tinggi tanaman diukur mulai dari atas permukaan tanah hingga ujung tanaman yang paling tinggi dan dinyatakan dengan cm.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat 8 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan November 2008 hingga Maret 2009 di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 15 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca dan laboratorium silvikultur Institut Pertanian Bogor serta laboratorium Balai Penelitian Teknologi

Lebih terperinci

DESKRIPSI VARIETAS BARU

DESKRIPSI VARIETAS BARU PERMOHONAN HAK PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DESKRIPSI VARIETAS BARU Kepada Yth.: Kepala Pusat Perlindungan Varietas Tanaman Kantor Pusat Deprtemen Pertanian, Gd. E, Lt. 3 Jl. Harsono RM No. 3, Ragunan,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Darmaga pada

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Tanaman salak yang digunakan pada penelitian ini adalah salak pondoh yang ditanam di Desa Tapansari Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman Yogyakarta.

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia

PEMBAHASAN. Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia 57 PEMBAHASAN Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia Hasil pertemuan yang dilakukan pengusaha sumber benih kelapa sawit yang dipimpin oleh Direktur Jenderal Perkebunan pada tanggal 12 Februari 2010,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan lapangan dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 hingga Maret 2010 di kebun percobaan Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB, Tajur dengan elevasi 250-300 m dpl

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani tanaman karet Menurut Sianturi (2002), sistematika tanaman karet adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) berasal dari benua Amerika Selatan,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) berasal dari benua Amerika Selatan, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Kacang Tanah Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) berasal dari benua Amerika Selatan, diperkirakan dari lereng pegunungan Andes, di negara-negara Bolivia, Peru, dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. panennya menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata (hasil analisis disajikan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. panennya menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata (hasil analisis disajikan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kadar Air Berdasarkan analisis varian satu jalur terhadap variabel kadar air biji sorgum yang berasal dari posisi yang berbeda pada malai sorgum disetiap umur panennya menunjukkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman rosela diklasifikasikan dengan kingdom Plantae, divisio

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman rosela diklasifikasikan dengan kingdom Plantae, divisio TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman rosela diklasifikasikan dengan kingdom Plantae, divisio Spermatophyta, subdivisio Angiospermae, kelas Dicotyledonae, ordo Malvales, famili Malvaceae, genus Hibiscus,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daryanto ( 2013 ) mengemukakan bahwa Sistematika tanaman (taksonomi)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daryanto ( 2013 ) mengemukakan bahwa Sistematika tanaman (taksonomi) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Taksonomi Tanaman Jagung Daryanto ( 2013 ) mengemukakan bahwa Sistematika tanaman (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Sub

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan iklim

II. TINJAUAN PUSTAKA. wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan iklim 15 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Buncis Buncis berasal dari Amerika Tengah, kemudian dibudidayakan di seluruh dunia di wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pohon merbau darat telah diklasifikasikan secara taksonomi sebagai berikut

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pohon merbau darat telah diklasifikasikan secara taksonomi sebagai berikut 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Merbau Darat 1. Deskripsi Ciri Pohon Pohon merbau darat telah diklasifikasikan secara taksonomi sebagai berikut (Martawijaya dkk., 2005). Regnum Subregnum Divisi Kelas Famili

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya Botani Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Liliales/ Liliflorae, Famili:

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang terdiri dari akar tunggang, akar sekunder yang tumbuh dari akar tunggang, serta akar cabang yang

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi Varietas TM 999 F1. mulai panen 90 hari

Lampiran 1. Deskripsi Varietas TM 999 F1. mulai panen 90 hari Lampiran 1. Deskripsi Varietas TM 999 F1 Golongan Bentuk tanaman Tinggi tanaman Umur tanaman : hibrida : tegak : 110-140 cm : mulai berbunga 65 hari mulai panen 90 hari Bentuk kanopi : bulat Warna batang

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini berlangsung sejak bulan September 2013 sampai dengan Juli 2014 di Desa Sotol Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan. 3.2. Bahan dan Alat Bahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Caisim (Brassica juncea L.) Caisim merupakan jenis sayuran yang digemari setelah bayam dan kangkung (Haryanto dkk, 2003). Tanaman caisim termasuk dalam famili Cruciferae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Cabai ditemukan pertama kali oleh Columbus pada saat menjelajahi Dunia Baru. Tanaman cabai hidup pada daerah tropis dan wilayah yang bersuhu hangat. Selang beberapa

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman pepaya (Carica papaya L.) termasuk ke dalam family

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman pepaya (Carica papaya L.) termasuk ke dalam family TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman pepaya (Carica papaya L.) termasuk ke dalam family Caricaceae dan merupakan tanaman herba (Barus dan Syukri, 2008). Sampai saat ini, Caricaceae itu diperkirakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.) 4 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.) Setelah perkecambahan, akar primer awal memulai pertumbuhan tanaman. Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 13 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB, Dramaga, Bogor untuk pengujian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE. Metode Percobaan BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 hingga Maret 2010 di tiga lokasi di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Pengamatan lapang dilakukan Arboretum Fakultas

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Penelitian Penelitian dilaksanakan di rumah kaca C Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini dilakukan selama kurun waktu 4 bulan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang kecil, menunjukkan

TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang kecil, menunjukkan 14 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gladiol Gladiol berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang kecil, menunjukkan pada bentuk daunnya yang sempit dan panjang seperti pedang. Genus gladiolus terdiri

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Ubijalar

TINJAUAN PUSTAKA Botani Ubijalar TINJAUAN PUSTAKA Botani Ubijalar Menurut Sarwono (2005) ubijalar tergolong tanaman palawija. Tanaman ini membentuk umbi di dalam tanah. Umbi itulah yang menjadi produk utamanya. Ubijalar digolongkan ke

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB, Cikarawang, Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Oktober 2010 sampai dengan Februari 2011.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Susunan akar kedelai pada umumnya sangat baik, pertumbuhan akar tunggang lurus masuk kedalam tanah dan mempunyai banyak akar cabang. Pada akar-akar cabang banyak terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman

BAB I PENDAHULUAN. dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cengkeh adalah tumbuhan asli Maluku, Indonesia. Cengkeh dikenal dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman asli Indonesia ini tergolong

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Kedelai Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja atau Soja max, tetapi pada tahun 1984 telah disepakati nama botani yang

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai Februari-Agustus 2009 dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Dramaga, Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan jenis tanah

Lebih terperinci

TEKNIK PERSILANGAN BUATAN

TEKNIK PERSILANGAN BUATAN MODUL II TEKNIK PERSILANGAN BUATAN 2.1 Latar Belakang Keragaman genetik merupakan potensi awal di dalam perbaikan sifat. Salah satu upaya untuk memperluas keragaman genetik ialah melalui persilangan buatan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilakukan di lahan sawah Desa Situgede, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dengan jenis tanah latosol. Lokasi sawah berada pada ketinggian tempat 230 meter

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat Tomat (Lycopersicum esculantum MILL.) berasal dari daerah tropis Meksiko hingga Peru. Semua varietas tomat di Eropa dan Asia pertama kali berasal dari Amerika Latin

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Tanaman padi merupakan tanaman tropis, secara morfologi bentuk vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun berbentuk pita dan berbunga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Jagung (Zea mays L) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Jarak Pagar

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Jarak Pagar TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Jarak Pagar Jarak pagar (Jatropha curcas Linn.) adalah tanaman perdu (semak) famili Euphorbiaceae yang berasal dari Amerika Selatan. Dari berbagai pustaka disebutkan bahwa jarak

Lebih terperinci

Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana)

Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana) SNI 01-7158-2006 Standar Nasional Indonesia Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana) ICS 65.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House Fak. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 8 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di lahan petani di Dusun Pabuaran, Kelurahan Cilendek Timur, Kecamatan Cimanggu, Kotamadya Bogor. Adapun penimbangan bobot tongkol dan biji dilakukan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan dilakukan di Desa Dukuh Asem, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka pada tanggal20 April sampai dengan 2 Juli 2012. Lokasi percobaan terletak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Taksonomi dan Morfologi Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman pangan dari famili Leguminosae yang berumur pendek. Secara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Anggrek merupakan tanaman hias yang termasuk ke dalam famili Orchidaceae,

I. PENDAHULUAN. Anggrek merupakan tanaman hias yang termasuk ke dalam famili Orchidaceae, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Anggrek merupakan tanaman hias yang termasuk ke dalam famili Orchidaceae, yang sangat banyak menarik perhatian konsumen. Selain mempunyai nilai estetika yang

Lebih terperinci

PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI BENIH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacquin) DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT MARIHAT, SUMATERA UTARA

PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI BENIH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacquin) DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT MARIHAT, SUMATERA UTARA PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI BENIH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacquin) DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT MARIHAT, SUMATERA UTARA RANI KURNILA A24052666 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis Tanaman manggis (Garcinia mangostana L.) termasuk famili Clusiaceae yang diperkirakan berasal dari Asia Tenggara khususnya di semenanjung Malaya, Myanmar, Thailand, Kamboja,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm IPB Darmaga Bogor pada ketinggian 240 m dpl. Uji kandungan amilosa dilakukan di

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. terutama India dan Birma. Terung dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian

II. TINJAUAN PUSTAKA. terutama India dan Birma. Terung dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terung Ungu 2.1.1 Klasifikasi Tanaman Terung Ungu Terung merupakan tanaman asli daerah tropis yang diduga berasal dari Asia, terutama India dan Birma. Terung dapat tumbuh dengan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. pertumbuhan tanaman cabai merah telah dilakukan di kebun percobaan Fakultas. B.

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. pertumbuhan tanaman cabai merah telah dilakukan di kebun percobaan Fakultas. B. III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lahan Percobaan milik Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan di laboratorium. Pengamatan pertumbuhan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan pada bulan Mei sampai bulan Desember 2015 di kebun salak Tapansari, Pakem, Sleman, Yogyakarta. Salak yang

Lebih terperinci

III.TATA CARA PENELITIAN

III.TATA CARA PENELITIAN III.TATA CARA PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan November 2015 sampai bulan Maret 2016 di Green House dan Lahan Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan dilaksanakan pada bulan Juli

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 yang bertempat di Greenhouse Fakultas Pertanian dan Laboratorium Penelitian,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Asam Salisilat 1. Struktur Kimia Asam Salisilat Struktur kimia asam salisilat dan turunannya dapat dilihat pada Gambar 2 : Gambar 2. Struktur kimia asam salisilat dan turunannya

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 307/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK BATU 55 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 307/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK BATU 55 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 307/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK BATU 55 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

III. METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 sampai bulan Januari 2016 di kebun salak Tapansari, Candibinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta. Luas

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan di laboratorium dan rumah

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan di laboratorium dan rumah III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan di laboratorium dan rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Februari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai. Kedelai merupakan tanaman asli subtropis dengan sistem perakaran terdiri dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai. Kedelai merupakan tanaman asli subtropis dengan sistem perakaran terdiri dari 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai Kedelai merupakan tanaman asli subtropis dengan sistem perakaran terdiri dari sebuah akar tunggang yang terbentuk dari calon akar,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Desa Serang merupakan salah satu desa di Kecamatan Karangreja,

I. PENDAHULUAN. Desa Serang merupakan salah satu desa di Kecamatan Karangreja, I. PENDAHULUAN Desa Serang merupakan salah satu desa di Kecamatan Karangreja, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Desa Serang terletak pada ketinggian 800-1200 dpl dan memiliki curah hujan bulanan mencapai

Lebih terperinci

Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica)

Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica) Standar Nasional Indonesia Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica) ICS 65.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai 3 2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) bukanlah tanaman asli Indonesia. Kedelai diduga berasal dari daratan China Utara atau kawasan subtropis. Kedelai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Lingkungan Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Lingkungan Tumbuh TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Capsicum annuum L. merupakan tanaman annual berbentuk semak dengan tinggi mencapai 0.5-1.5 cm, memiliki akar tunggang yang sangat kuat dan bercabang-cabang.

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA. berasal dari luar negeri yang beriklim sedang (sub tropis). Menurut sejarahnya, tanaman

II.TINJAUAN PUSTAKA. berasal dari luar negeri yang beriklim sedang (sub tropis). Menurut sejarahnya, tanaman II.TINJAUAN PUSTAKA 1. Tinjauan Agronomis Wortel atau Carrot (Daucus carota L.) bukan tanaman asli Indonesia,melainkan berasal dari luar negeri yang beriklim sedang (sub tropis). Menurut sejarahnya, tanaman

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Yogyakarta.

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Yogyakarta. III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Greenhouse dan Lahan Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Yogyakarta. Penelitian ini

Lebih terperinci