BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia perekonomian yang telah memasuki era modern mendorong berbagai bentuk bisnis finansial untuk berkembang pesat. Dengan situasi perekonomian di banyak negara berkembang yang masih belum stabil, masyarakat dihadapkan pada berbagai pilihan mengenai cara menginvestasikan dana yang dimiliki agar dapat memberikan hasil yang optimal. Terdapat berbagai macam pilihan investasi dengan berbagai tingkat risiko dan tingkat pengembalian, tetapi yang menjadi kendala adalah bagaimana cara memilih investasi yang tepat sesuai dengan kemampuan masing-masing investor. Hal itu karena tidak semua investor memiliki pengetahuan, dana, dan waktu yang sama untuk setiap pilihan investasi. Salah satu jenis investasi adalah berinvestasi pada aktiva keuangan (financial asset) di pasar modal. Pasar modal merupakan salah satu alternatif yang menarik karena tingkat pengembaliannya yang menjanjikan. Namun untuk dapat berinvestasi di sini diperlukan dana yang cukup besar dan pengetahuan yang cukup mengenai pasar modal yang bersangkutan. Salah satu hal menarik dari pasar modal adalah bahwa investor tidak hanya bisa memilih aset fisik seperti saham, emas, atau komoditi lainnya untuk bertransaksi, tetapi juga bisa memilih produk turunannya (derivatif) yang berupa kontrak. Inilah investasi derivatif dan komoditas berjangka yang diperdagangkan perusahaan bursa berjangka di seluruh dunia. Sebagai negara yang memiliki beragam komoditas, Indonesia membutuhkan sebuah mekanisme transaksi yang terorganisir, teratur, efektif, dan efisien. Untuk kebutuhan itulah, Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI) yang ada dibawah Menteri Perdagangan, membentuk Bursa Berjangka Jakarta (BBJ). BBJ inilah yang memfasilitasi perdagangan komoditas berjangka dan derivatif. BBJ juga mencatat transaksi yang dilakukan nasabah lewat perusahaan pialang berjangka. 1

2 PT Central Capital Futures merupakan salah satu perusahaan bursa berjangka yang berkantor pusat di Jakarta dan telah memiliki kantor cabang operasi sebanyak sembilan kantor, salah satunya di Bandung, dengan penghimpunan dana dari investor (dalam bentuk forex, index, dan locco london gold-llg) yang cenderung mengalami penurunan selama lima tahun terakhir. Berikut adalah perinciannya: Tabel 1.1 Himpunan Dana Investasi PT Central Capital Futures JENIS Forex Index Gold Jumlah TAHUN (Juta (Juta (Juta (Juta Rupiah) Rupiah) Rupiah) Rupiah) , , , ,40 Pertumbuhan Sumber: Annual Report PT Central Capital Futures tahun (diolah) Berdasarkan data diatas, terlihat bahwa jumlah penghimpunan dana dari investor mengalami peningkatan dari tahun 2008 sampai dengan Sedangkan penurunan terjadi sebesar 8,71% dari tahun sebelumnya dan tahun 2012 kembali mengalami penurunan sebesar 0,40% dari tahun sebelumnya. Penurunan himpunan dana tersebut berbanding lurus dengan jumlah investor yang menginvestasikan dananya di PT Central Capital Futures. Berikut adalah rincian jumlah investor pada PT Central Capital Futures Cabang Bandung Tabel 1.2 Data Jumlah Investor PT Central Capital Futures Cabang Bandung Tahun Keterangan Jumlah calon investor yang diprospek Jumlah investor Jumlah investor lama yang kembali berinvestasi (%) Sumber: Rekap Nasabah PT Central Capital Futures (diolah) 2

3 Dari Tabel 1.3 diatas dapat dilihat bahwa ada pengaruh antara jumlah calon investor yang diprospek dengan jumlah investor yang membuat keputusan pembelian. Jumlah investor yang menanamkan dana pun mengalami peningkatan di tahun Hal itu cukup baik karena menunjukkan kepercayaan investor terhadap perusahaan. Walaupun begitu, di tahun 2012 ada penurunan yang cukup signifikan. Hal ini terlihat karena jumlah calon investor yang diprospek, investor, ataupun investor yang berinvestasi ulang mulai mendekati angka awal tahun Perusahaan harus mulai berbenah diri dalam strategi mereka agar angka tersebut tidak turun kembali. Schiffman dan Kanuk (2008 : 492) mendefinisikan minat sebagai kualitas motivasi yang merupakan proses dorongan yang menyebabkan tingkah laku meskipun tidak memberikan arah setepat-tepatnya dari tingkah laku tersebut. Minat merupakan bagian dari perceived value yang akan berpengaruh kepada willingness to buy (minat beli). Dari data pada tabel 1.4, dapat dilihat bahwa minat para calon investor tersebut masih sangat rendah. Tapi hal itu diimbangi juga oleh para calon investor yang menjawab ragu-ragu. Jumlah calon investor yang bersedia untuk mempelajari tentang investasi inipun cukup berimbang. No Tabel 1.3 Hasil Survey Pendahuluan Minat Calon Investor Pertanyaan Bapak/Ibu tertarik untuk berinvestasi pada produk PT Central Capital Futures Bapak/Ibu akan menyarankan produk PT Central Capital Futures ini sebagai pilihan berinvestasi Bapak/Ibu akan memilih produk investasi sejenis atau lainnya selain produk PT Central Capital Futures Bapak/Ibu tertarik mempelajari lebih jauh produk PT Central Capital Futures Jawaban Ya Ragu-ragu Tidak Total Sumber: Pra-penelitian (2013), data diolah 3

4 Penerapan bauran pemasaran yang tepat dapat sangat membantu keberhasilan perusahaan dalam bersaing, terutama dengan banyaknya perusahaan yang menawarkan produk dan jasa yang sama, sehingga perusahaan dituntut untuk memiliki keunggulan pada setiap elemen bauran pemasarannya agar dapat menarik minat masyarakat untuk menggunakan produknya. Kotler dan Keller (2009 : 62) mengemukakan bahwa Bauran Pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mengejar tujuan perusahaannya. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa bauran pemasaran merupakan suatu kombinasi variabel-variabel yang saling mempengaruhi antara satu variabel dengan variabel lainnya dan saling menunjang dalam mencapai hasil yang optimal meraih tujuan perusahaan. McCharty dalam Kotler dan Keller (2009 : 62) mengklasifikasikan alat-alat itu menjadi empat kelompok yang luas yang disebut empat P pemasaran: produk (product), harga (price), tempat (place), dan promosi (promotion). Semua jenis produk berjangka yang dijual adalah investasi yang beresiko tinggi karena sifatnya peka terhadap perubahan yang terjadi baik oleh pengaruh yang bersumber dari luar ataupun dalam negeri. Perubahan tersebut antara lain dibidang politik, ekonomi, moneter, undang-undang atau peraturan maupun perubahan yang terjadi dalam industri atau perusahaan itu sendiri. Diantara banyaknya produk investasi berjangka, berikut adalah produk-produk yang paling tinggi transaksinya di Indonesia. Dari Gambar 1.1 dapat dilihat bahwa volume investasi yang terbesar adalah Locco London atau Locco London Gold (LLG) sebesar 53,2%. Menurut website keuangan Bisnis-Kti.com, transaksi LLG mengalami peningkatan tajam selama 2012 hingga 3,3 juta lot. Melonjak 759% dibanding tahun sebelumnya. Currency (valuta asing) atau foreign exchange menempati tempat kedua dengan 25%. Index atau indeks saham yang paling likuid di Asia menempati tempat ketiga sebesar 14,9%. Sebaliknya dengan LLG, transaksi forex dan indeks saham turun masing-masing 2% dan 23% menjadi 1,5 juta lot dan 2,5 juta lot. Komoditas 4

5 primer lainnya belum terlalu diminati sehingga hanya menempati peringkat keempat 6,9%. Gambar 1.1 Komposisi Produk Yang Dikliringkan Sampai Dengan Agustus 2013 Sumber: Website PT Kliring Berjangka Indonesia Sesuai dengan jargon investasi yang berbunyi High Risk, High Return harga untuk memulai kontrak awal pada investasi ini tidaklah murah. Perusahaan pialang berjangka yang terdaftar di BBJ memasang harga kepada para calon investor untuk penyetoran margin awal minimal sebesar seratus juta rupiah (Rp ). Hal itu dikarenakan satu lot kontrak untuk bertransaksi adalah sebesar sepuluh juta rupiah (Rp ). Karena harga yang tinggi inilah, banyak calon investor, terutama yang belum mempunyai pengetahuan luas, berpikir ulang dalam menginvestasikan uangnya. Investasi di bidang derivatif ini memang keras dan berbahaya. Keuntungan ratusan persen setimpal dengan potensi kehilangan harta yang awalnya diinvestasikan. Persaingan perusahaan perdagangan berjangka semakin ketat. Tahun 2013 berjalan, tercatat sebanyak 62 perusahaan pusat di Jakarta yang tergabung dalam BBJ. Karena tingginya persaingan dan potensi calon investor yang belum teredukasi dengan baik, maka banyak perusahaan yang melakukan promosi 5

6 besar-besaran. UU No. 10 tahun 2011 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi telah mengatur soal iklan atau promosi bisnis ini. BAPPEBTI punya kewenangan untuk mengatur iklan yang menyesatkan dan merugikan. Terutama yang menjanjikan skema keuntungan yang tidak masuk akal atau yang melakukan pembayaran via internet. Dengan perkembangan transaksi online trading yang semakin gencar inilah dibutuhkan kebijakan calon investor untuk mencari tahu apakah perusahaan adalah perusahaan legal yang disetujui BAPPEBTI. Yang paling mudah diperiksa adalah apakah perusahaan tersebut mempunyai rekening terpisah dengan rekening operasional perusahaan (segregate account). Yang lainnya bisa dilihat dengan apakah perusahaan tersebut punya kantor fisik (bukan hanya platform trading online) tempat administrasi dan surat-surat perjanjian ditandatangani di atas materai. Perilaku masyarakat luas selaku calon investor adalah hal yang sangat penting. Pada September 2013, Direktur Bursa Efek Indonesia (BEI), memperlihatkan data statistik keinginan masyarakat untuk berinvestasi masih rendah. Dari jumlah penduduk Indonesia yang berjumlah 240 juta orang, yang mempunyai keinginan berinvestasi hanya 1 jutanya. Sekitar 400 ribu berminat pada pasar modal, 500 ribu pada Reksadana, sisanya berminat pada ORI (Obligasi Negara Retail). Dari data diatas juga bisa diperkirakan bahwa sikap masyarakat pada perusahaan yang bergerak dalam bidang investasi bisa menjadi pesimistis karena mereka khawatir akan merugi. Jadi citra perusahaan harus benar-benar dikedepankan agar memperoleh kepercayaan calon investor. Perusahaan dapat meningkatkan persepsi positif calon investor maupun publik melalui citra perusahaan yang baik dengan menggunakan marketing value sekaligus sebagai strategi bersaing dan komunikasi yang efektif untuk meningkatkan market share dan heart share (Nguyen and Leblanc, 2001). Beberapa perusahaan bursa berjangka di Bandung ada yang pernah terlibat dalam kasus yang berdampak jelek pada citra mereka. Beberapa perusahaan 6

7 ditutup karena penggelapan dana investor, bergerak dengan tidak memiliki izin dari BAPPEBTI, sampai personal seperti para broker atau tenaga pemasaran yang merugikan para investornya. Hal ini, ditambah dengan banyaknya masyarakat Indonesia yang ragu berinvestasi karena takut kehilangan uang, kemungkinan besar berpengaruh pada minat mereka. Saat melakukan pra-penelitian, penulis juga berkesempatan untuk mewawancarai langsung tiga puluh orang calon investor yang baru pertama kali dikunjungi (pertemuan perkenalan) untuk mengetahui hal-hal apa sajakah yang mereka pertimbangkan dalam pemilihan investasi. Setelah didapatkan informasi, berikut adalah jawaban para calon investor yang disusun berdasarkan ranking: Tabel 1.4 Tabel Pertimbangan Calon Investor Dalam Pemilihan Investasi Nomor Keterangan 1 Keamanan Dana 2 Prospek Keuntungan 3 Nama dan Citra Perusahaan 4 Lainnya Sumber: Pra-penelitian (2013), data diolah Dari pengolahan data diatas, dapat dilihat bahwa masyarakat umumnya memilih keamanan dana pada saat mereka berinvestasi. Prospek keuntungan adalah yang kedua. Hal itu disebabkan masih banyak masyarakat Indonesia pada umumnya yang memilih untuk bermain aman dalam investasi. Yang ketiga adalah nama dan citra perusahaan. Dapat ditarik kesimpulan awal bahwa semakin baik nama dan citra perusahaan, maka semakin tinggi minat calon investor dalam berinvestasi. Mereka akan mempercayakan keamanan dana dan juga prospek keuntungan yang baik pada perusahaan dengan nama dan citra yang positif. Penelitian yang dilakukan Kohli (1998 : 23) menyatakan bahwa penjualan akan lebih efektif apabila tenaga pemasaran memiliki kemampuan dan pengalaman dibidangnya. Pencapaian tujuan perusahaan akan dapat lebih mudah dicapai. Dikarenakan kegiatan pemasaran pada PT Central Capital Futures lebih banyak dilakukan lewat personal selling, maka kompetensi tenaga pemasaran 7

8 menjadi salah satu faktor penting dimana mereka merupakan ujung tombak komunikasi antara perusahaan dan masyarakat. Sesuai standar umum PT Central Capital Futures, hal pertama yang biasanya dilakukan seorang tenaga pemasaran (disebut juga Financial Consultant atau Account Executive) adalah melakukan contacting via telepon kepada database calon investor masing-masing. Selain perkenalan, contacting juga sarana agar mereka dapat mengunjungi calon investor untuk melakukan perkenalan dan presentasi awal. Setelah presentasi awal, mereka mengunjungi calon investor lagi untuk melakukan follow-up. Dari follow-up inilah minat calon investor dapat diketahui. Tabel 1.5 Tabel Rekap Data Aktivitas Financial Consultant PT Central Capital Futures Tahun 2012 Team Jumlah Contacting Jumlah Aktivitas Jumlah Follow-Up Bertemu A B C D E F Sumber: Rekap Aktivitas PT Central Capital Futures 2012 (diolah) Dari tabel 1.6 diatas dapat ditarik asumsi bahwa tenaga pemasaran yang mempunyai kompetensi baik akan melakukan kegiatan contacting lebih sering. Maka kemungkinan pertemuan awal dengan nasabah pun meningkat. Dan dari pertemuan awal yang mempunyai kesan bagus dan membuat calon investor tertarik, maka semakin tinggi juga kesempatan follow-up dilakukan. Berdasarkan penjelasan diatas, menyadari pentingnya bauran pemasaran, citra perusahaan, dan kompetensi tenaga pemasaran terhadap minat calon investor PT Central Capital Futures, maka penelitian ini diberi judul: Analisis Pengaruh Bauran Pemasaran, Citra Perusahaan, dan Kompetensi Tenaga Pemasaran 8

9 Terhadap Minat Investasi (Studi Kasus Pada Calon Investor Perusahaan Pialang Berjangka PT Central Capital Futures Bandung). 1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka permasalahan yang dihadapi oleh PT. Central Capital Futures, khususnya Cabang Bandung adalah rendahnya minat calon investor sehingga terjadi penurunan himpunan dana investor. Rendahnya minat para calon investor untuk menginvestasikan dananya tersebut diduga akibat kurangnya strategi pemasaran pada elemen bauran pemasarannya. Begitu pula citra perusahaan sejenis yang mempengaruhi perilaku masyarakat luas. Selama ini masyarakat Indonesia, dalam hal ini khususnya daerah Bandung, cenderung menghindari jenis investasi yang mempunyai risiko tinggi. Kompetensi tenaga pemasaran pada PT Central Capital Futures juga diduga kurang bagus dalam menyampaikan informasi kepada para calon investor Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana gambaran bauran pemasaran, citra perusahaan, kompetensi tenaga pemasaran, dan minat investasi para calon investor pada PT Central Capital Futures menurut penilaian para calon investor 2. Seberapa besar pengaruh bauran pemasaran, citra perusahaan, dan kompetensi tenaga pemasaran terhadap minat calon investor PT Central Capital Futures baik secara parsial maupun simultan 9

10 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan sejumlah permasalahan yang telah disebutkan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Untuk mengetahui gambaran strategi bauran pemasaran, citra perusahaan, kompetensi tenaga pemasaran, serta minat investasi pada PT Central Capital Futures menurut penilaian para calon investor 2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh bauran pemasaran, citra perusahaan, dan kompetensi tenaga pemasaran terhadap minat calon investor PT Central Capital Futures secara parsial maupun simultan 1.4 Kegunaan Penelitian Melalui penelitian ini diharapkan hasilnya akan memberikan manfaat yang berarti bagi sesama pihak, antara lain: 1. Kegunaan Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas kajian ilmu manajemen pemasaran khususnya mengenai bagaimana pengaruh bauran pemasaran, citra perusahaan, dan kompetensi tenaga pemasaran terhadap minat calon investor untuk berinvestasi yang akan mempengaruhi jalannya bisnis perusahaan lewat keputusan investasi mereka. 2. Kegunaan Praktis Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan ataupun masukan kepada perusahaan dalam mengelola bauran pemasaran yang mereka tawarkan agar mempengaruhi minat calon investor dalam berinvestasi. Penelitian ini juga diharapkan untuk dapat membuat perusahaan memperhatikan citra perusahaan agar baik dan bermanfaat di mata masyarakat agar lebih berminat dan tidak khawatir dalam berinvestasi. Perusahaan juga diharapkan dapat menggunakan penelitian ini untuk semakin meningkatkan kinerja tenaga pemasaran mereka. 10

Trading Cermat bersama Pialang Tepat. (Tips Memilih Pialang Trading)

Trading Cermat bersama Pialang Tepat. (Tips Memilih Pialang Trading) Trading Cermat bersama Pialang Tepat (Tips Memilih Pialang Trading) Dalam era perekonomian global seperti sekarang ini, kita tidak hanya dihadapkan pada situasi bekerja, mendapatkan gaji, dan melanjutkan

Lebih terperinci

Di Indonesia, badan pemerintahan yang mengatur perizinan dan pengawasan kegiatan investasi forex dan komoditi trading dipegang oleh :

Di Indonesia, badan pemerintahan yang mengatur perizinan dan pengawasan kegiatan investasi forex dan komoditi trading dipegang oleh : PERDAGANGAN BERJANGKA Perdagangan berjangka adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan jual dan beli dengan penyerahan kemudian berdasarkan kontrak berjangka dan Opini atas kontrak berjangka. Kontrak

Lebih terperinci

Bos BBJ: Dana Repatriasi, Kami Hanya Dapat "Cipratannya" Saja...

Bos BBJ: Dana Repatriasi, Kami Hanya Dapat Cipratannya Saja... Bos BBJ: Dana Repatriasi, Kami Hanya Dapat "Cipratannya" Saja... YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Bergulirnya dana repatriasi atau dana "mudik" dari program pengampunan pajak (tax amnesty) membuat industri perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi informasi telah mengubah pandangan orang terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi informasi telah mengubah pandangan orang terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi informasi telah mengubah pandangan orang terhadap dunia investasi. Investasi tidak hanya dianggap sebagai salah satu komponen penunjang kegiatan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I. Setiap organisasi apapun bentuknya akan selalu berupaya semaksimal

BAB I. Setiap organisasi apapun bentuknya akan selalu berupaya semaksimal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap organisasi apapun bentuknya akan selalu berupaya semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan organisasi itu dengan seefisien mungkin. Efisien dan efektif

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat memilih alternatif investasi yang memberikan return yang paling

BAB I PENDAHULUAN. dapat memilih alternatif investasi yang memberikan return yang paling BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor pendukung untuk kelangsungan suatu industri adalah tersedianya dana. Sumber dana murah dapat diperoleh oleh suatu industri adalah dengan menjual saham

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemasaran adalah suatu perpaduan dari akivitas-aktivitas yang saling berhubungan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pemasaran adalah suatu perpaduan dari akivitas-aktivitas yang saling berhubungan untuk BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pemasaran adalah suatu perpaduan dari akivitas-aktivitas yang saling berhubungan untuk mengetahui kebutuhan konsumen serta mengembangkan promosi, distribusi, pelayanan

Lebih terperinci

Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Nomor: 107/BAPPEBTI/PER/11/2013

Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Nomor: 107/BAPPEBTI/PER/11/2013 8. Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Nomor 63/BAPPEBTI/Per/9/2008 tentang Ketentuan Teknis Perilaku Pialang Berjangka sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Kepala Badan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan berjangka di berbagai negara saat ini melaju sangat pesat dan telah menjadi salah satu penunjang pertumbuhan perekonomian suatu negara. Dengan kehadiran

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI TENTANG TATA CARA PENYALURAN AMANAT NASABAH KE BURSA BERJANGKA LUAR NEGERI.

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI TENTANG TATA CARA PENYALURAN AMANAT NASABAH KE BURSA BERJANGKA LUAR NEGERI. Peraturan Kepala Badan Pengawas MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI TENTANG TATA CARA PENYALURAN AMANAT NASABAH KE BURSA BERJANGKA LUAR NEGERI. Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yaitu aset riil (real asset) dan aset finansial (financial asset), yang sama-sama

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yaitu aset riil (real asset) dan aset finansial (financial asset), yang sama-sama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Investasi merupakan penanaman sejumlah modal atau dana untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dengan harapan memperoleh keuntungan di masa yang akan datang.

Lebih terperinci

PT. PRUTON MEGA BERJANGKA

PT. PRUTON MEGA BERJANGKA PT. PRUTON MEGA BERJANGKA INDEX, FOREX & GOLD TRADING LEGALITAS PERUSAHAAN PT. PRUTON MEGA BERJANGKA PT. Pruton Mega Berjangka didirikan oleh para profesional pasar keuangan dengan visi inovatif untuk

Lebih terperinci

BAB III DESAIN PENELITIAN. III.1.1 Sejarah Perdagangan Loco-London Gold (XAUUSD). perdagangan dan penyelesaian emas dan perak internasional di London.

BAB III DESAIN PENELITIAN. III.1.1 Sejarah Perdagangan Loco-London Gold (XAUUSD). perdagangan dan penyelesaian emas dan perak internasional di London. BAB III DESAIN PENELITIAN III.1 Objek Penelitian. III.1.1 Sejarah Perdagangan Loco-London Gold (XAUUSD). Di dalam pasar komoditas istilah loco berarti di. Berasal dari bahasa latin locus yang berarti tempat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan berarti perusahaan telah melakukan financial leverage. Semakin besar utang

BAB I PENDAHULUAN. dan berarti perusahaan telah melakukan financial leverage. Semakin besar utang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangannya, dunia mengalami kemajuan yang pesat. Sama dalam dunia perekonomian seiring dengan perkembangannya perekonomian suatu perusahaan akan mengalami

Lebih terperinci

BAB I. investasi. Investasi dilakukan oleh banyak pihak seperti individu dan perusahaan. 3. Salah satu bentuk strategi perusahaan

BAB I. investasi. Investasi dilakukan oleh banyak pihak seperti individu dan perusahaan. 3. Salah satu bentuk strategi perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Banyak kegiatan ekonomi yang terjadi di masyarakat, salah satunya adalah investasi. Investasi dilakukan oleh banyak pihak seperti individu dan perusahaan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi mengenai investasi dan deregulasi pemerintah sehingga meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi mengenai investasi dan deregulasi pemerintah sehingga meningkatkan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan kegiatan investasi saat ini telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal tersebut didukung dengan kemudahan untuk mendapatkan informasi mengenai

Lebih terperinci

PENGARUH CURRENT RATIO

PENGARUH CURRENT RATIO PENGARUH CURRENT RATIO, EARNINGS PER SHARE DAN RASIO PERTUMBUHAN PERUSAHAAN TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2010 2014 AHSAN ARYA GUNA NPM: 141090292 Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada emiten akan semakin kuat. Semakin banyak permintaan saham pada suatu

BAB I PENDAHULUAN. pada emiten akan semakin kuat. Semakin banyak permintaan saham pada suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Harga saham merupakan salah satu indikator keberhasilan pengelolaan perusahaan/ kinerja perusahaan. Jika harga saham selalu mengalami kenaikan, maka investor atau calon

Lebih terperinci

PASAR KOMODITI: Perdagangan Berjangka & Pasar Lelang Komoditi

PASAR KOMODITI: Perdagangan Berjangka & Pasar Lelang Komoditi RINGKASAN BUKU: PASAR KOMODITI: Perdagangan Berjangka & Pasar Lelang Komoditi Oleh: IR. R. SERFIANTO D. PURNOMO CITA YUSTISIA SERFIYANI, SH ISWI HARIYANI, SH, MH Penerbit: JOGJA BANGKIT PUBLISHER (GALANGPRESS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan industri-industri manufaktur harus mencari sumber dana guna

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan industri-industri manufaktur harus mencari sumber dana guna 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri manufaktur merupakan industri yang mendominasi perusahaanperusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan dalam industri manufaktur tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar valuta asing atau foreign exchange market (valas, forex, FX,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar valuta asing atau foreign exchange market (valas, forex, FX, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar valuta asing atau foreign exchange market (valas, forex, FX, atau pasar mata uang) adalah bentuk pertukaran untuk perdagangan desentralisasi global mata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa antar manusia di dunia yang meliputi bidang

BAB I PENDAHULUAN. keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa antar manusia di dunia yang meliputi bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi merupakan sebuah istilah yang berhubungan dengan peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa antar manusia di dunia yang meliputi bidang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS

DAFTAR ISI KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS DAFTAR ISI Halaman JUDUL i PERSETUJUAN ii PENGESAHAN.. iii KATA PENGANTAR iv ABSTRACT.vi DAFTAR ISI..viii DAFTAR TABEL..xii DAFTAR GAMBAR. xiv DAFTAR LAMPIRAN.. xv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memfasilitasi jual-beli sekuritas yang umumnya berumur lebih dari satu tahun,

BAB 1 PENDAHULUAN. memfasilitasi jual-beli sekuritas yang umumnya berumur lebih dari satu tahun, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi secara keseluruhan dapat dilihat dari perkembangan pasar modal dan industri sekuritas pada suatu negara. Pasar modal memiliki peranan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengalami perbaikan. Hal tersebut dikarenakan perekonomian merupakan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengalami perbaikan. Hal tersebut dikarenakan perekonomian merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi sekarang ini, perekonomian di Indonesia diharuskan untuk mengalami perbaikan. Hal tersebut dikarenakan perekonomian merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang aktif melaksanakan pembangunan di segala bidang, terutama dalam bidang ekonomi, dimana perkembangan ekonomi Indonesia mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang

BAB I PENDAHULUAN. lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan suatu lembaga perantara (intermediasi) antara pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang kelebihan dana. Pasar modal menyediakan alternatif

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Reksa Dana, yang merupakan salah satu instrumen alternatif berinvestasi di pasar

I. PENDAHULUAN. Reksa Dana, yang merupakan salah satu instrumen alternatif berinvestasi di pasar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa saat setelah disahkannya Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, maka mulailah bermunculan instumen investasi bernama Reksa Dana, yang merupakan

Lebih terperinci

M E M U T U S K A N : PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI TENTANG KETENTUAN TEKNIS PERILAKU PIALANG BERJANGKA.

M E M U T U S K A N : PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI TENTANG KETENTUAN TEKNIS PERILAKU PIALANG BERJANGKA. 6. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 60/M Tahun 2008 tentang Pengangkatan Pejabat Eselon I di lingkungan Departemen Perdagangan; 7. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 01/M-DAG/PER/3/2005

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat dan semakin liberal. Perjanjian perjanjian perdagangan internasional telah

BAB I PENDAHULUAN. pesat dan semakin liberal. Perjanjian perjanjian perdagangan internasional telah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Belakangan ini perekonomian internasional mengalami perkembangan yang pesat dan semakin liberal. Perjanjian perjanjian perdagangan internasional telah banyak dilakukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. perencanaan, implementasi, dan pengendalian dari program-program yang

BAB II LANDASAN TEORI. perencanaan, implementasi, dan pengendalian dari program-program yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen pemasaran Manajemen pemasaran berasal dari dua kata yaitu manajemen dan pemasaran. Menurut Kotler dan Armstrong pemasaran adalah analisis, perencanaan, implementasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia juga mengalami peningkatan. Bertambahnya aset dan modal yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia juga mengalami peningkatan. Bertambahnya aset dan modal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi yang makin berkembang telah membuka peluang dalam dunia bisnis semakin lebar dan luas. Aset dan modal yang dimiliki perusahaan di Indonesia juga mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar berjangka (futures market) merupakan bagian dari pasar derivatif yang

BAB I PENDAHULUAN. Pasar berjangka (futures market) merupakan bagian dari pasar derivatif yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar berjangka (futures market) merupakan bagian dari pasar derivatif yang digunakan oleh berbagai pihak untuk mengelola resiko. Di Indonesia pasar ini sudah lama dirasakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akibat inflasi di masa depan. Dari semua hal di atas, dapat disimpulkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. akibat inflasi di masa depan. Dari semua hal di atas, dapat disimpulkan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tujuan utama seseorang melakukan investasi adalah adanya kebutuhan yang direncanakan di masa depan yang ingin dipenuhi dari hasil investasi. Investasi juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modal Indonesia dianjurkan lebih gencar mempersiapkan diri meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. modal Indonesia dianjurkan lebih gencar mempersiapkan diri meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam undang-undang, Pasar Modal didefinisikan sebagai kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

BAB IX PEMBUKUAN DAN PELAPORAN. Pasal 87

BAB IX PEMBUKUAN DAN PELAPORAN. Pasal 87 BAB IX PEMBUKUAN DAN PELAPORAN Pasal 87 1. Bursa Berjangka, Lembaga Kliring Berjangka, Pialang Berjangka, Penasihat Berjangka, dan Pengelola Sentra Dana Berjangka wajib membuat, menyimpan, dan memelihara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar Hukum PT Premier Equity Futures PT Premier Equity Futures bergerak di bidang perdagangan kontrak derivatif komoditi, Indeks Saham dan Foreign Exchange, bersifat independen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun. Bentuk instrumen di pasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun. Bentuk instrumen di pasar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar Modal Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan

Lebih terperinci

BAB III PROFIL PERUSAHAAN. distributor, dan perdagangan. Suatu keuntungan yang besar telah memiliki jaringan

BAB III PROFIL PERUSAHAAN. distributor, dan perdagangan. Suatu keuntungan yang besar telah memiliki jaringan BAB III PROFIL PERUSAHAAN 3.1. Tinjauan Umum Perusahaan Millennium Danatama Group merupakan sebuah group yang telah terkenal dengan aktivitas di berbagai bidang, seperti jasa keuangan, perumahan, perbankan,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PRODUK SI SANTRI. (Simpanan Masyarakat Kota Santri)

BAB IV ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PRODUK SI SANTRI. (Simpanan Masyarakat Kota Santri) BAB IV ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PRODUK SI SANTRI (Simpanan Masyarakat Kota Santri) A. Urgensi Strategi Pemasaran bagi BMT dalam Meningkatkan Produk Si Santri Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dana pada saat ini dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa datang

BAB I PENDAHULUAN. dana pada saat ini dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa datang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang dihadapkan dalam berbagai pilihan dalam menentukan proporsi dana atau sumber daya yang mereka miliki untuk konsumsi saat ini dan di masa datang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. henti-hentinya bagi perusahaan-perusahaan yang berperan di dalamnya. Banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. henti-hentinya bagi perusahaan-perusahaan yang berperan di dalamnya. Banyaknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat saat ini, dapat dilihat bahwa sektor dunia usaha saat ini telah menjadi suatu arena persaingan yang sengit dan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kegiatan operasionalnya akan membutuhkan struktur. modal yang kuat untuk meningkatkan laba agar tetap mampu

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kegiatan operasionalnya akan membutuhkan struktur. modal yang kuat untuk meningkatkan laba agar tetap mampu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perusahaan-perusahaan yang sedang mengalami masa perkembangan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya akan membutuhkan struktur modal yang kuat untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu ataupun keluarga pasti menginginkan untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu ataupun keluarga pasti menginginkan untuk hidup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap individu ataupun keluarga pasti menginginkan untuk hidup berkecukupan atau biasa disebut kaya dalam arti finansial. Tetapi dengan semakin mahalnya kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan memegang peranan penting bagi perekonomian di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dan memegang peranan penting bagi perekonomian di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pasar modal di Indonesia pada awalnya belum menunjukkan peranan yang penting bagi perekonomian Indonesia. Hal ini disebabkan karena masih rendahnya minat

Lebih terperinci

Investasi Saham di Pasar Modal

Investasi Saham di Pasar Modal Investasi Saham di Pasar Modal Andre adalah salah satu individu yang ikut memeriahkan perdagangan saham di bursa efek Jakarta. Sudah kurang lebih 3 tahun Andre selalu mengikuti dan bertransaksi saham.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan informasi pasar, yang dapat difungsikan atau digunakan oleh pelaku usaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan informasi pasar, yang dapat difungsikan atau digunakan oleh pelaku usaha untuk BAB I PENDAHULUAN Memasuki era pasar bebas pemerintah Indonesia menyadari perlunya membuat industri berjangka pada skala nasional yang berperan untuk menjalankan fungsi ekonomi dalam hal sarana pengelolaan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan suatu industri. Sumber dana dapat diperoleh suatu industri

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan suatu industri. Sumber dana dapat diperoleh suatu industri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketersediaan dana merupakan salah satu sektor pendukung untuk kelangsungan suatu industri. Sumber dana dapat diperoleh suatu industri dengan cara menjual saham kepada

Lebih terperinci

Bagaimana Menjadi Investor Saham

Bagaimana Menjadi Investor Saham Bagaimana Menjadi Investor Saham Saham Sebagai pilihan Investasi Saham merupakan salah satu surat berharga yang diperjualbelikan di pasar modal Saham merupakan bukti kepemilikan atau penyertaan modal dalam

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI TRANSAKSI NASABAH (SITNa)

SISTEM INFORMASI TRANSAKSI NASABAH (SITNa) SISTEM INFORMASI TRANSAKSI NASABAH (SITNa) Direktur Utama KBI, Bapak Tris Sudarto menyampaikan materi dalam Sosial 1 / 7 Berinvestasi atau melakukan lindung nilai dalam bentuk kontrak berjangka komoditi

Lebih terperinci

PANDUAN APLIKASI PENERIMAAN NASABAH SECARA ELEKTRONIK ONLINE

PANDUAN APLIKASI PENERIMAAN NASABAH SECARA ELEKTRONIK ONLINE PANDUAN APLIKASI PENERIMAAN NASABAH SECARA ELEKTRONIK ONLINE Berikut tahapan-tahapan pembukaan rekening elektronik online PT. Megagrowth Futures: Masuk kedalam website www.megagrowth.co.id/online Setelah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan ekonomi saat ini dihadapkan dengan pilihan untuk melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan ekonomi saat ini dihadapkan dengan pilihan untuk melakukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan ekonomi saat ini dihadapkan dengan pilihan untuk melakukan konsumsi sekarang atau konsumsi mendatang. Penundaan konsumsi sekarang untuk konsumsi mendatang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Menurut UU Perbankan No. 10 tahun 1998, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, menyalurkannya kepada masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar didunia dan berada pada peringkat ke-13 terbesar di dunia. Selain itu Indonesia juga berada pada peringkat ke-2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjadi perusahaan yang lebih kompetitif dan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjadi perusahaan yang lebih kompetitif dan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini, banyak perusahaan di Indonesia yang ingin memperluas kegiatan usahanya melalui ekspansi bisnis. Tujuannya adalah untuk menjadi perusahaan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan Price Earning Ratio (PER),

BAB V PENUTUP. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan Price Earning Ratio (PER), BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan Price Earning Ratio (PER), Price to Book Value (PBV), Earning per Share (EPS), Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE)

Lebih terperinci

NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 16, 1999 BURSA BERJANGKA. PERDAGANGAN. KOMODITI. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi. BAPPEBTI. (Penjelasan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kondisi perekonomian dalam aktivitas-aktivitas ekonomi, membuat negara ini

BAB 1 PENDAHULUAN. kondisi perekonomian dalam aktivitas-aktivitas ekonomi, membuat negara ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi di Indonesia saat ini, perkembangan situasi dan kondisi perekonomian dalam aktivitas-aktivitas ekonomi, membuat negara ini mengalami keadaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam menanamkan modalnya, investor akan mempertimbangkan dengan sebaik-baiknya ke perusahaan mana modal akan ditanamkan. Untuk itulah para investor memerlukan

Lebih terperinci

SURAT BERHARGA PASAR UANG (1) PERTEMUAN 10

SURAT BERHARGA PASAR UANG (1) PERTEMUAN 10 SURAT BERHARGA PASAR UANG (1) PERTEMUAN 10 PASAR UANG Pasar yang memperjualbelikan surat berharga jangka pendek yang jangka waktunya tidak lebih dari satu tahun SURAT BERHARGA PASAR UANG yaitu surat utang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pasif dan investor aktif. Investor pasif menganggap bahwa pasar modal adalah

I. PENDAHULUAN. pasif dan investor aktif. Investor pasif menganggap bahwa pasar modal adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi dapat dilakukan oleh perorangan atau perusahaan yang kelebihan dana. Berdasarkan pengambilan keputusan, investor dibagi menjadi dua yaitu investor pasif dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tentang Pasar Modal, maka mulailah bermunculan instumen investasi bernama

I. PENDAHULUAN. tentang Pasar Modal, maka mulailah bermunculan instumen investasi bernama I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa saat setelah disahkannya Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, maka mulailah bermunculan instumen investasi bernama Reksa Dana, yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berasal dari laporan keuangan (Kurnia, 2013:2). Laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. yang berasal dari laporan keuangan (Kurnia, 2013:2). Laporan keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan pesatnya perkembangan pasar modal, kebutuhan akan informasi yang relevan dalam pengambilan keputusan juga semakin meningkat. Salah satu informasi yang

Lebih terperinci

BAB III PERJANJIAN INVESTASI ANTARA INVESTOR DENGAN PERUSAHAAN PIALANG BERJANGKA. A. Dasar Hukum Untuk Melaksanakan Perjanjian Kerjasama Investasi

BAB III PERJANJIAN INVESTASI ANTARA INVESTOR DENGAN PERUSAHAAN PIALANG BERJANGKA. A. Dasar Hukum Untuk Melaksanakan Perjanjian Kerjasama Investasi BAB III PERJANJIAN INVESTASI ANTARA INVESTOR DENGAN PERUSAHAAN PIALANG BERJANGKA A. Dasar Hukum Untuk Melaksanakan Perjanjian Kerjasama Investasi Perjanjian secara umum diatur dalam dalam Buku III Kitab

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 2010:26), dengan adanya pasar modal (capital market), investor sebagai pihak

BAB 1 PENDAHULUAN. 2010:26), dengan adanya pasar modal (capital market), investor sebagai pihak 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi sebagai alat ukur dalam menganalisa seberapa besar perkembangan perekonomian di suatu negara. Selain meningkatkan pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

Pasar Modal EKO 3 A. PENDAHULUAN B. PRODUK PASAR MODAL PASAR MODAL. materi78.co.nr

Pasar Modal EKO 3 A. PENDAHULUAN B. PRODUK PASAR MODAL PASAR MODAL. materi78.co.nr Pasar Modal A. PENDAHULUAN Pasar modal (capital market) atau bursa efek adalah pasar tempat bertemunya permintaan dan penawaran dana-dana jangka panjang dalam bentuk jual-beli surat berharga. B. PRODUK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah terjadinya penurunan perekonomian di suatu negara. Menurut Tandelilin (2010:26) pasar modal (capital market) adalah

BAB I PENDAHULUAN. telah terjadinya penurunan perekonomian di suatu negara. Menurut Tandelilin (2010:26) pasar modal (capital market) adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era ekonomi modern seperti sekarang ini, perkembangan Indonesia semakin pesat dapat dilihat dari banyaknya pembangunan di berbagai bidang terutama sektor

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI TENTANG TATA CARA PENGGUNAAN DANA KOMPENSASI.

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI TENTANG TATA CARA PENGGUNAAN DANA KOMPENSASI. 7. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 31/M- DAG/PER/7/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perdagangan sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjual saham (stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari penjualan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. menjual saham (stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari penjualan tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perekonomian Indonesia di era modern sekarang ini telah mengalami perkembangan yang cukup pesat. Faktor yang turut mendorong berkembangnya perekonomian adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Fakhruddin (2008:9), pasar modal memfasilitasi kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Fakhruddin (2008:9), pasar modal memfasilitasi kebutuhan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Investasi di Indonesia saat ini berkembang semakin pesat. Masyarakat mulai tertarik dengan dunia investasi untuk memenuhi kebutuhan hidup seharihari. Menurut

Lebih terperinci

(Survei terhadap nasabah Bank Rakyat Indonesia) DRAFT SKRIPSI. Untuk memenuhi salah satu syarat penyusunan skripsi guna

(Survei terhadap nasabah Bank Rakyat Indonesia) DRAFT SKRIPSI. Untuk memenuhi salah satu syarat penyusunan skripsi guna PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASANDAN DAMPAKNYA TERHADAP LOYALITAS NASABAH KREDIT MODAL USAHA PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (persero)tbk KCP SUCI BANDUNG (Survei terhadap nasabah Bank Rakyat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat cenderung memilih investasi dalam saham diakibatkan karena tingginya

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat cenderung memilih investasi dalam saham diakibatkan karena tingginya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan investasi pada era globalisasi, tentunya sudah tidak asing lagi. Masyarakat cenderung memilih investasi dalam saham diakibatkan karena tingginya biaya hidup

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bursa Efek Indonesia ( BEI ) merupakan gabungan dari Bursa Efek atau pasar

I. PENDAHULUAN. Bursa Efek Indonesia ( BEI ) merupakan gabungan dari Bursa Efek atau pasar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bursa Efek Indonesia ( BEI ) merupakan gabungan dari Bursa Efek atau pasar modal yaitu Bursa Efek Jakarta ( Jakarta Stock Exchange ) dan Bursa Efek Surabaya (Surabaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha pada dewasa ini telah diwarnai oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha pada dewasa ini telah diwarnai oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha pada dewasa ini telah diwarnai oleh persaingan yang semakin ketat. Timbulnya persaingan tersebut menyebabkan kalangan dunia usaha saling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Pasar modal juga telah membawa manfaat positif untuk

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Pasar modal juga telah membawa manfaat positif untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi, pasar modal merupakan pendanaan yang cukup penting. Aktivitas pasar modal yang merupakan salah satu potensi perekonomian nasional. Dukungan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen pemasaran Manajemen pemasaran berasal dari dua kata yaitu manajemen dan pemasaran. Menurut Kotler dan Armstrong pemasaran adalah analisis, perencanaan, implementasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki kelebihan dana kepada pihak yang membutuhkan dana. Fungsi

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki kelebihan dana kepada pihak yang membutuhkan dana. Fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal adalah tempat bagi perusahaan untuk mengumpulkan modal dengan cara menawarkan sahamnya kepada masyarakat maupun publik. Keterlibatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan dana pada satu atau beberapa objek investasi dengan harapan akan mendapatkan keuntungan di masa mendatang.

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DI PT. FIRST STATE FUTURE SURABAYA

BAB III SISTEM PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DI PT. FIRST STATE FUTURE SURABAYA BAB III SISTEM PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DI PT. FIRST STATE FUTURE SURABAYA A. Gambaran Umum PT. First State Future Surabaya PT. FIRST STATE FUTURES adalah perusahaan Pialang Berjangka (futures brokerage

Lebih terperinci

PERATURAN PERDAGANGAN (TRADING RULES) INDEKS SAHAM SECARA ELEKTRONIK ON-LINE TRADING

PERATURAN PERDAGANGAN (TRADING RULES) INDEKS SAHAM SECARA ELEKTRONIK ON-LINE TRADING PERATURAN PERDAGANGAN (TRADING RULES) INDEKS SAHAM SECARA ELEKTRONIK ON-LINE TRADING PEMBUKAAN ACCOUNT ( REKENING ) Aplikasi Penerimaan Nasabah Secara Elektronik On-Line Untuk keperluan pembukaan rekening,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian A. Pasar Valuta Asing Pasar Valuta Asing menyediakan mekanisme bagi transfer daya beli dari satu mata uang ke mata uang lainnya. Pasar ini bukan entitas

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, 16 Juni Penulis

KATA PENGANTAR. Jakarta, 16 Juni Penulis KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia- Nya, sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis yang berjudul Analisis Risiko Unik pada Produk

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. dunia usaha ke persaingan yang sangat ketat untuk memperebutkan

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. dunia usaha ke persaingan yang sangat ketat untuk memperebutkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha saat ini telah membawa para pelaku dunia usaha ke persaingan yang sangat ketat untuk memperebutkan konsumen. Berbagai pendekatan dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan keuntungan di masa yang akan datang bagi investornya secara

BAB I PENDAHULUAN. memberikan keuntungan di masa yang akan datang bagi investornya secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Investasi merupakan sebuah bentuk penanaman uang atau modal pada sesuatu hal, baik itu di pasar modal ataupun pada bisnis, yang kemudian dapat memberikan keuntungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lain dibandingkan dengan nilai saham ( Book Value ) selama satu

BAB I PENDAHULUAN. yang lain dibandingkan dengan nilai saham ( Book Value ) selama satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kinerja keuangan perusahaan merupakan salah satu faktor yang dilihat investor untuk menentukan pilihan dalam membeli saham. Analisis kinerja keuangan untuk mengetahui

Lebih terperinci

STIE DEWANTARA Pasar Modal

STIE DEWANTARA Pasar Modal Pasar Modal Manajemen Lembaga Keuangan, Sesi 3 Pengertian Dalam arti sempit Pasar Modal = Bursa efek, yaitu tempat terorganisasi yang mempertemukan penjual dan pembeli efek yang dilakukan secara langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan besar pemenang persaingan sekaligus menjadi pemimpin pasar.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan besar pemenang persaingan sekaligus menjadi pemimpin pasar. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Adanya berbagai jenis perusahaan yang berdiri atau menanamkan modalnya di Indonesia dapat membentuk suatu persaingan antara perusahaan-perusahaan tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri barang konsumsi atau consumer goods di Indonesia semakin tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. Industri barang konsumsi atau consumer goods di Indonesia semakin tumbuh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri barang konsumsi atau consumer goods di Indonesia semakin tumbuh positif sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. Hal ini terlihat dari peningkatan nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal dunia saat ini menunjukan bahwa Online

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal dunia saat ini menunjukan bahwa Online BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pasar modal dunia saat ini menunjukan bahwa Online Trading sangat mendukung peningkatan jumlah pemodal baik domestik maupun luar negeri karena memungkinkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modal dan industri-industri sekuritas yang ada pada suatu negara tersebut. Peranan

BAB I PENDAHULUAN. modal dan industri-industri sekuritas yang ada pada suatu negara tersebut. Peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian suatu negara dapat diukur dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan mengetahui tingkat perkembangan dunia pasar modal dan industri-industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh rasa aman melalui tindakan berjaga-jaga dengan mencadangkan. yang mungkin akan timbul karena adanya ketidakpastian.

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh rasa aman melalui tindakan berjaga-jaga dengan mencadangkan. yang mungkin akan timbul karena adanya ketidakpastian. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan investasi pada hakikatnya memiliki tujuan untuk memperoleh suatu keuntungan tertentu. Tujuan mencari keuntungan merupakan hal yang membedakan kegiatan

Lebih terperinci