GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN"

Transkripsi

1 27 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Sejarah Terbentuknya Kabupaten Bangka Selama lebih dari seratus tahun, Bangka dikepalai oleh residen secara administratif dan taktis operasional berada dibawah Pemerintahan Pusat di Batavia (Jakarta). Demikian juga dengan Belitung yang pada mulanya merupakan suatu asisten residen, berdiri sendiri langsung di bawah Pemerintah Pusat. Atas dasar ordonansi tanggal 2 Desember 1933 (Stbl.No.565), terhitung dari tanggal 11 Maret 1933 terbentuklah Residentie Bangka en Ouderhoregheden yang menetapkan Biliton (Belitung) menjadi salah satu onderafdeling dikepalai oleh seorang controleur dengan pangkat asisten residen dari Karesidenan Bangka, berikut pulau-pulau lain sekitarnya. Pulau Bangka sendiri terbagi dalam lima onderafdeling, yang masing-masing dikepalai oleh seorang controleur. Lima onderafdeling kemudian menjadi Kawedanan Residen Bangka yang terakhir menjelang perang dunia kedua adalah P. Brouwer. Ketika kekuasaan kolonial Belanda atas kepulauan Indonesia direbut oleh Nippon pada tahun 1942, semasa berkobarnya perang Asia Timur Raya, Karesidenan Bangka-Belitung diperintah oleh Pemerintah Militer yang dinamakan Bangka Biliton Gunseibu. Pemerintah administratif menurut sistem pemerintahan Belanda diteruskan, dengan mengganti nama/istilah saja, yaitu dengan istilah-istilah Jepang dan atau Indonesia. Sehingga Residence menjadi chokan dan controleur menjadi sidokan. Namun disamping petugas-petugas Jepang diangkat pembantu-pembantu bangsa Indonesia seperti gunco dan fuku gunco. Pada waktu Dai Nippon sudah terdesak didalam peperangan melawan Sekutu, barulah di Bangka dibentuk semacam DPRD, yang dinamakan Bangka Syu Sangikai, yang diketuai oleh Masyarif Datuk Bendaharo Lelo. Setelah Jepang ditaklukkan oleh sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945 kemudian diikuti dengan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, atas inisiatif tokoh-tokoh Sumatera Selatan dibentuklah Pemerintahan Otonomi Sumatera Selatan dibawah pimpinan Gubernur Militer. Pulau Bangka termasuk didalamnya, dimana pimpinan pemerintahan dipegang oleh Masyarif Datuk Bendaharo Lelo, bekas ketua Bangka Syu Sangikai, dengan gelar Residen yang dibantu oleh seorang asisten residen dan seorang kontrolir yang diperbantukan. Letnan Gouveneur General Nederlandsch Indie mempergunakan kekuasaannya menjadi daerah otonom dengan membentuk Dewan Bangka Sementara (Voorlopige Bangka Raad) dengan surat keputusan tanggal 10 Desember 1946 nomor 8 (Stbl.1946.Nomor 38). Dewan Bangka Sementara ini merupakan Lembaga Pemerintah tertinggi dalam bidang otonomi, dibuka dengan resmi pada tanggal 10 Februari 1947, diangkat sebagai ketua yaitu Masyarif Datuk Bendaharo Lelo, sedangkan anggota-anggotanya terdiri dari 16 orang. Sepuluh bulan kemudian Dewan Bangka Sementara ini ditetapkan menjadi Dewan Bangka yang tidak bersifat sementara lagi, dengan surat keputusan Lt. GG. Ned. Indie tanggal 12 Juli 1947 Nomor 7 (Stbl Nomor 123) yang dilantik pada tanggal 11 Nopember 1947, dengan ketua dan anggota-anggota Dewan Bangka Sementara itu juga.

2 28 Setelah Masyarif meninggal, diangkatlah Saleh Ahmad, Sekretaris dari Dewan tersebut sebagai ketua. Pada bulan Januari 1948 Dewan Bangka bergabung dengan Dewan Riau dan Dewan Belitung dalam suatu federasi Bangka Belitung Riau (BABERI), yang disahkan oleh Lt. GG. Ned. Indie dengan surat keputusan tanggal 23 Januari 1948 nomor 4 (Stbl No. 123), yang kemudian disahkan menjadi salah satu Negara Bagian dalam pemerintahan federal Republik Indonesia Serikat (RIS). Hal ini ternyata tidak berlangsung lama, dengan keputusan Presiden RIS No. 141 tahun 1950, Negara Bagian ini disatukan kembali dalam Negara RI, sehingga berlaku Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1948 dalam wilayah ini. Kemudian pada tanggal 21 April 1950 datanglah Perdana Menteri Dr. Halim beserta rombongannya ke Bangka yang terdiri dari 18 orang, diantaranya Dr. Mohd. Isa Gubernur Sumatera Selatan, tanggal 22 April bertempat di Karesidenan diserahkanlah pemerintahan atas Bangka kepada Gubernur Sumatera Selatan. Dengan demikian bubarlah Dewan Bangka dan pemerintahan setempat dipimpin oleh R. Soemardjo yang ditetapkan Pemerintah Republik Indonesia sebagai Residen Bangka Belitung dengan kedudukan di Pangkalpinang. Bangka sendiri menjadi kabupaten, dengan 5 wilayah kewedanan, masing-masing Pangkalpinang, Sungailiat, Belinyu, Mentok dan Toboali dan 13 wilayah kecamatan. Sebagai Bupati yang pertama ditunjuk R. Soekarta Martaatmadja. Penetapan Bangka sebagai daerah otonom kabupaten didasarkan atas Undang-Undang Darurat Nomor 2, 5 dan 6 tahun Dalam rangka penyesuaian dengan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1957 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah, maka ketiga undang-undang darurat ini diganti dengan Undang-Undang Nomor 28 tahun Undang-undang inilah kemudian disebut sebagai dasar hukum pembentukan Daerah Tingkat II Bangka dan dijelaskan pemisahan Kabupaten Bangka dengan Kotapraja Pangkalpinang Letak Geografis dan Administratif Wilayah Kabupaten Bangka merupakan salah satu dari tujuh wilayah administratif yang menjadi bagian dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki luas wilayah lebih kurang km² atau ha dengan titik koordinat terletak antara 1 o 29-2 o 21 Lintang Selatan dan 105 o o 11 Bujur Timur. Kabupaten Bangka dengan ibukota Sungailiat memiliki banyak pantai sebagai tujuan wisata, diantaranya: Pantai Matras, Parai, Tanjung Pesona, Romodong, Teluk Uber, Batu Bedaun, dan lain sebagainya. Adapun jarak dari Sungailiat ke ibukota kabupaten lain dan Kota Pangkalpinang seperti yang tertera pada Tabel 4. Tabel 4 Jarak dari Sungailiat ke daerah lainnya No. Dari Sungailiat ke daerah lainnya Jarak (km) 1 Kota Pangkalpinang 33 2 Muntok (Bangka Barat) Koba (Bangka Tengah) 90 4 Toboali (Bangka Selatan) 158

3 Wilayah Kabupaten Bangka berbatasan langsung dengan daratan wilayah kabupaten/kota lainnya di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, yaitu Kabupaten Bangka Barat, Bangka Tengah dan Kota Pangkalpinang. Ditinjau dari ketersediaan infrastruktur dan kehidupan social ekonomi masyarakatnya maka kecamatan di Kabupaten Bangka dapat dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu kecamatan bertipikal kota dan desa. Pengambilan sampel untuk penelitian ini dan penyebaran kuesioner penelitian terletak di dua kecamatan dengan dua desa yang menjadi daerah sampel yaitu Desa Petaling Banjar, Kecamatan Mendo Barat mewakili kecamatan bertipikal kota dan Desa Pemali, Kecamatan Pemali mewakili kecamatan bertipikal desa. Lokasi pengambilan sampel sebagaimana terdapat pada Gambar Kecamatan sampel Gambar 9 Lokasi kecamatan sampel Berdasarkan letak geografis, dari delapan kecamatan di Kabupaten Bangka, terdapat dua kecamatan yang berbatasan langsung dengan Kota Pangkalpinang yaitu Kecamatan Merawang dan Mendo Barat. Kondisi ini secara langsung berpengaruh terhadap kehidupan sosial, ekonomi dan budaya masyarakatnya, terutama desa-desa yang terletak diperbatasan terluar dengan Kota Pangkalpinang. Bahkan terkadang menjadi suatu persoalan dilematis karena tidak sedikit warga yang berstatus penduduk Kota Pangkalpinang namun berdomisili di wilayah Kecamatan Merawang ataupun Mendo Barat. Selain itu, banyak warga dua kecamatan ini yang memiliki dokumen kependudukan ganda sehingga terkadang menimbulkan polemik tersendiri terutama pada saat akan berlangsungnya pemilihan kepala daerah.

4 30 Keadaan Alam Iklim, Tanah dan Hidrologi Wilayah penelitian termasuk dalam Kabupaten Bangka yang berada pada zona tropis, berdasarkan klasifikasi iklim Scmidth-Ferguson wilayah ini termasuk dalam tipe iklim A. Suhu udara rata-rata di Kabupaten Bangka menurut data Stasiun Meteorologi Pangkalpinang menunjukkan variasi antara 25.7 C hingga 29 C dengan suhu rata-rata 27 C. Tanah di Kabupaten Bangka mempunyai ph rata-rata dibawah 5, didalamnya mengandung mineral bijih timah dan bahan galian lainnya, seperti : pasir kwarsa, kaolin, batu gunung, dan lain-lain. Bentuk dan keadaan tanahnya adalah sebagai berikut : - 4 persen berbukit seperti Gunung Maras lebih kurang 699 meter, Bukit Pelawan, Bukit Rebo, dan lain-lain. Jenis tanah perbukitan tersebut adalah podsolik coklat kekuning-kuningan dan litosol berasal dari batu plutonik Masam, - 52 persen berombak dan bergelombang, tanahnya berjenis asosiasi podsolik coklat kekuning-kuningan dengan bahan induk komplek batu pasir kwarsit dan batuan plutonik masam, - 20 persen lembah/datar sampai berombak, jenis tanahnya asosiasi podsolik berasal dari komplek batu pasir dan kwarsit, - 25 persen rawa dan bencah/datar dengan jenis asosiasi alluvial hedromotif dan glei humus serta regosol kelabu muda berasal dari endapan pasir dan tanah liat. Pada umumnya sungai-sungai di daerah Kabupaten Bangka berhulu di daerah perbukitan yang berada di bagian tengah Pulau Bangka dan bermuara di laut. Sungai-sungai yang terdapat di wilayah Kabupaten Bangka, antara lain : Sungai Baturusa, Sungai Layang, Sungai Menduk, dan lain-lain. Kabupaten Bangka memiliki banyak kolong yang merupakan areal bekas penambangan bijih timah yang luas sehingga menjadikannya tampak seperti danau. Fauna dan Flora Di kawasan hutan terdapat binatang liar seperti : rusa, beruk, monyet, lutung, babi, trenggiling, napuh, musang, berbagai jenis burung, ayam hutan. Namun, hutan di Kabupaten Bangka tidak terdapat binatang buas seperti harimau, macan, dan sebagainya. Tumbuhan hutan terdapat bermacam-macam jenis kayu, seperti : kayu ramin, meranti, kapuk, jelutung, pulai, gelam, bitanggor, meranti rawa, mahang, bakau, dan lain sebagainya. Khusus untuk tanaman bakau, merupakan jenis tanaman yang menjadi andalan untuk ditanam di rawa-rawa daerah pantai sebagai habitat ikan dan binatang laut lainnya. Penanaman bakau ini menjadi sangat penting karena sebagian besar daerah pinggiran pantai sudah mengalami kerusakan sebagai akibat penambangan timah yang dilakukan baik secara legal maupun illegal di daerah laut. Penduduk Penduduk sebagai salah satu sumber daya pembangunan memegang dua peranan penting dalam pembangunan yaitu sebagai subyek/pelaku sekaligus sebagai obyek dari pembangunan. Berdasarkan data Bangka Dalam Angka (2011),

5 jumlah penduduk di Kabupaten Bangka sampai dengan tahun 2010 adalah sebesar jiwa, dengan luas wilayah km² maka kepadatan penduduk di Kabupaten Bangka adalah 88 jiwa/km², sebagaimana tercantum pada Tabel 5. Tabel 5 Jumlah penduduk di Kabupaten Bangka tahun 2010 No Kecamatan Luas (km 2 ) Jumlah penduduk (jiwa) Kepadatan (jiwa/km 2 ) 1 Sungailiat Belinyu Merawang Mendo Barat Puding Besar Pemali Riau Silip Bakam Jumlah Sumber : BPS Kabupaten Bangka (2011) Berdasarkan Tabel 5, jumlah penduduk pada dua kecamatan penarikan sampel penelitian yaitu Kecamatan Pemali sebanyak jiwa dan Kecamatan Mendo Barat sebanyak jiwa. 31 Profil Sosial Budaya Masyarakat Kabupaten Bangka, pada umumnya Pulau Bangka adalah masyarakat yang mempunyai akar budaya dasar, yakni budaya melayu yang kemudian diperkaya dengan budaya pendatang seperti: Cina, Minangkabau, Batak, Bugis, Jawa, dan lain sebagainya, dan menyatu dengan budaya masyarakat asli. Beberapa seni budaya yang asli masih terjaga sampai sekarang, bahkan beberapa ritual adat istiadat setempat dikembangkan menjadi bagian dari even pariwisata seperti: nujuh jerami di Desa Gunung Muda Kecamatan Belinyu, rebo kasan di Desa Air Anyir dan mandi belimau di Desa Jada Bahrin Kecamatan Merawang, peringatan 1 muharam di Desa Kenanga Kecamatan Sungailiat, maulud Nabi Muhammad SAW di Desa Kemuja dan Desa Zed Kecamatan Mendo Barat. Adapun budaya yang menjadi ciri khas masyarakat Kabupaten Bangka serta Pulau Bangka pada umumnya, yang merupakan gambaran kebersamaan dan semangat persatuan adalah adat sepintu sedulang atau lebih dikenal dengan sebutan nganggung atau nganggong dimana pada setiap peringatan hari besar agama islam ataupun momen lainnya masyarakat tiap rumah akan membawakan makanan berupa nasi beserta lauknya ataupun kue-kue yang diletakkan dalam wadah dinamakan dulang kemudian dibawa ke masjid untuk dinikmati secara bersamasama.

6 32 Gambar 10 Adat sepintu sedulang atau lebih dikenal dengan sebutan nganggung atau nganggong di Pulau Bangka Budaya nganggung atau nganggong masyarakat Bangka sebagaimana tampak pada Gambar 10 juga diadakan untuk menyambut sekaligus menjamu pejabat pemerintahan maupun non pemerintahan, tokoh masyarakat serta tokoh agama.

7 33 KERAGAAN PENDIDIKAN MENENGAH DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANGKA PARTISIPASI KASAR (APK) Keragaan Pendidikan Menengah Kondisi sebelum pemekaran Kabupaten Bangka, nilai Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan menengah antar kecamatan terdapat perbedaan yang cukup signifikan. Kecamatan Sungailiat memiliki nilai Angka Partisipasi Kasar (APK) yang sangat besar, sedangkan kecamatan lainnya memiliki nilai Angka Partisipasi Kasar (APK) yang lebih kecil. Hal ini menggambarkan bahwa peluang dan kesempatan peserta didik yang dapat mengenyam pendidikan menengah antar kecamatan tidak merata. Kondisi nilai Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan menengah sebelum dan setelah pemekaran wilayah tercantum pada Tabel 6. Tabel 6 Nilai Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan menengah sebelum dan setelah pemekaran Kabupaten Bangka No. Kecamatan Tahun 1998/ / / / / / Sungailiat 95,76 97,61 81,83 95,14 90,63 95,94 2 Belinyu 57,72 50,03 41,07 98,87 110,90 91,73 3 Merawang 5,36 9,22 13,45 65,62 47,27 74,64 4 Mendo Barat 11,30 11,29 18,19 63,83 71,42 87,68 5 Bakam ,40 78,27 54,12 6 Pemali ,05 98,03 89,07 7 Puding Besar ,14 71,42 81,70 8 Riau Silip ,77 47,27 83,42 Tampak dari Tabel 6, nilai Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan menengah untuk kecamatan yang baru terbentuk, yaitu: Bakam, Pemali, Puding Besar dan Riau Silip mengalami peningkatan. Hal ini berarti bahwa meningkatnya partisipasi penduduk dan peserta didik dalam pendidikan, khususnya pendidkan menengah. Satu hal yang paling penting adalah upaya pemerintah daerah untuk meningkatkan daya serap agar setelah pemekaran wilayah, kebutuhan masyarakat terhadap layanan pendidikan menengah dapat terpenuhi dan akses untuk mendapatkan pendidikan yang layak dan terjangkau dapat dipermudah. Adapun untuk gambaran nilai Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan menengah sebagaimana terdapat pada Gambar 11.

8 34 a. Sebelum pemekaran wilayah b. Setelah pemekaran wilayah Gambar 11 Nilai Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan menengah sebelum dan setelah pemekaran Kabupaten Bangka Suatu kondisi yang dapat dimaklumi apabila Kecamatan Sungailiat memiliki nilai Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan menengah yang tinggi karena sebagai ibukota kabupaten sarana dan prasarana pendidikan menengah yang dimiliki cukup memadai sehingga memungkinkan peserta didik leluasa memilih program studi sesuai dengan minat dan keinginan mereka. Selain itu, pilihan bersekolah di sekolah yang berstatus negeri adalah satu alasan tersendiri bagi peserta didik untuk lebih memilih melanjutkan pendidikan menengah ke Sungailiat karena jumlah sekolah negeri yaitu lima unit dengan daya tampung ruang kelas sejumlah lima belas ruang atau paling banyak diantara kecamatan lainnya sehingga peluang dan kesempatan bersekolah di sekolah negeri terbuka lebar ada di Kecamatan Sungailiat. Adapun jumlah prasarana pendidikan menengah berupa gedung sekolah di Kecamatan Sungailiat sebagaimana terdapat pada Tabel 7. Tabel 7 Jumlah gedung sekolah jenjang pendidikan menengah sebelum dan setelah pemekaran di Kabupaten Bangka b. Tahun c. No. Kecamatan d. 1998/ / / / / /2012 e. 1 f. Sungailiat g. 2 Belinyu h. 3 i. Merawang j. 4 k. Mendo Barat l. Bakam m. 6 n. Pemali o. Puding Besar p. 8 Kecamatan Riau Silip Sungailiat - yang pada - tahun memiliki 2 14 unit 2 sekolah jenjang 2

9 Kecamatan Sungailiat yang pada tahun 2003 memiliki 14 unit sekolah jenjang pendidikan menengah perlahan mengalami penurunan sebagai dampak pembangunan prasarana pendidikan menengah di wilayah pemekaran sehingga ada beberapa sekolah swasta yang tidak mampu bersaing dalam mendapatkan peserta didik dan terpaksa tutup. Tampak pada Tabel 7, keadaan jumlah ruang kelas jenjang pendidikan menengah mengalami fluktuasi, seperti yang terjadi di Kecamatan Sungailiat dan Belinyu. Sebelum pemekaran wilayah, cakupan wilayah yang luas dengan prasarana terbatas dan fokus pembangunan infrastruktur pendidikan yang sebagian besar teralokasi di ibukota kabupaten telah menjadikan Sungailiat sebagai tujuan favorit peserta didik untuk melanjutkan pendidikan menengahnya. Kondisi daya tampung ruang kelas tiap kecamatan sebagaimana tertera pada Tabel 8. Tabel 8 Daya tampung pendidikan menengah (ruang kelas) sebelum dan setelah pemekaran Kabupaten Bangka 35 No. Kecamatan Tahun 1998/ / / / / / Sungailiat Belinyu Merawang Mendo Barat Bakam Pemali Puding Besar Riau Silip Tampak dari Tabel 8, bahwa Kecamatan Sungailiat memiliki ketersediaan daya tampung ruang kelas yang sangat banyak. Pada tahun ajaran 2003/2004 atau sebelum pemekaran Kabupaten Bangka, Kecamatan Sungailiat memiliki 153 ruang kelas, namun pada tahun ajaran 2009/2010 berkurang menjadi 126 ruang kelas. Hal ini dikarenakan dalam kurun waktu tersebut ada dua unit SMA swasta yaitu SMA YPBI 11 dan SMA YPLP PGRI yang terpaksa tutup karena sepi pendaftar peserta didik sebagai akibat berdirinya sekolah baru di daerah pemekaran. Namun setelah tahun 2010/201 daya tampung mengalami kenaikan yang mengindikasikan terjadinya peningkatan jumlah peserta didik. Kabupaten Bangka memiliki permasalahan cukup rumit terkait dengan bidang pendidikan menengah. Terdapat dua kecamatan, Merawang dan Mendo Barat, secara geografis berbatasan langsung dengan Kota Pangkalpinang yang memiliki prasarana pendidikan menengah cukup memadai karena ketersediaan program studi lebih bervariasi mulai dari sekolah menengah atas, madrasah aliyah dan sekolah menengah kejuruan. Hal tersebut menjadi daya tarik bagi peserta didik di dua kecamatan itu ataupun kecamatan lainnya, bahkan tidak jarang juga peserta didik di Sungailiat lebih memilih melanjutkan pendidikannya ke Kota Pangkalpinang.

10 36 Kondisi ini terjadi juga di beberapa kecamatan lain, seperti Kecamatan Bakam dan Puding Besar yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Kelapa (Kabupaten Bangka Barat). Kasus serupa terjadi juga di Kecamatan Riau Silip bahwa masih ada memilih melanjutkan pendidikan menengah ke Kecamatan Belinyu ataupun Kecamatan Sungailiat, serta penduduk usia pendidikan menengah di Kecamatan Pemali yang memilih melanjutkan pendidikan menengah ke Kecamatan Sungailiat. Hal ini ternyata terjadi juga antar kecamatan lainnya yang memiliki prasarana pendidikan lebih memadai dan dianggap lebih baik yang berdampak pada nilai APK pendidikan menengah di beberapa kecamatan. Setelah pemekaran wilayah yang menerapkan sistem otonomi daerah, paradigma pembangunan infrastruktur pendidikan menengah mengalami pergeseran karena tiap kabupaten yang baru dimekarkan mulai memperluas akses dengan menyediakan prasarana pendidikan menengah. Demikian juga orientasi pembangunan infrastruktur pendidikan menengah di Kabupaten Bangka yang semakin memperhatikan wilayah lainnya, khususnya kecamatan yang baru terbentuk pada tahun Kondisi ini menjadikan peserta didik memiliki kemudahan dalam akses melanjutkan pendidikan menengah sehingga sebagian besar memilih untuk bersekolah di kecamatan tempat tinggalnya walaupun masih ada sebagian kecil yang tetap melanjutkan pendidikan menengah ke Sungailiat ataupun Kota Pangkalpinang. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai Angka Partisipasi Kasar (APK) Terdapat banyak faktor terkait yang dapat mempengaruhi nilai Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan. Beberapa faktor yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini yaitu: jumlah penduduk usia pendidikan menengah, jumlah daya tampung ruang kelas pendidikan menengah, luas wilayah tiap kecamatan dan kepadatan penduduk tiap kecamatan. Hasil regresi data panel dengan menggunakan software eviews 6.0 adalah sebagaimana pada Tabel 9. Tabel 9 Hasil regresi data panel Variable Coefficient Prob. X X X X DUMMY C Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared Dari output diatas, diperoleh persamaan regresi sebagai berikut : D Berdasarkan hasil output tersebut terdapat nilai R Square yang artinya sebanyak persen variabel dependen dapat dijelaskan variabel independen, sisanya sebesar 5.68 persen dijelaskan oleh faktor lain diluar model (tidak dapat dijelaskan oleh model).

11 Hasil uji statistik t terlihat nilai p-value dari masing-masing koefisien ( < alpha=0,05 yang artinya variable ( ) berpengaruh signifikan terhadap angka partisipasi kasar pendidikan menengah pada taraf nyata 5 persen atau variabel independen (x) berpengaruh secara signifikan (nyata) terhadap variabel dependen (y). Hasil uji statistik F terlihat nilai dari p-value=0,00000< alpha=0,05 (tolak H0) yang artinya model yang digunakan layak pada taraf nyata 5 persen atau secara keseluruhan variabel x memiliki pengaruh terhadap angka partisipasi kasar pendidikan menengah. Tampak pada Tabel 10, hasil uji korelasi menunjukkan angka korelasi lebih kecil dari 0,8 dan variabel (x2, x3, x4 dan dummy) signifikan (terlihat pada uji-t) dan tidak ada koefisien korelasi yang memiliki nilai<0.8, maka dapat dikatakan tidak terdapat masalah yang serius. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak terjadi multikolinearitas antar variabel yang artinya bahwa tidak ada korelasi antar peubah independen x, dapat disimpulkan bahwa data telah terbebas dari masalah multikolinearitas (Gujarati 2004). Tabel 10 Hasil uji korelasi Y x1 x2 x3 x4 Y x x x x Hasil regresi, nilai R-square persen Nilai R-square menunjukkan bahwa sebesar persen nilai angka partisipasi kasar (APK) pendidikan menengah dipengaruhi oleh rasio penduduk usia pendidikan menengah terhadap jumlah total penduduk, rasio jumlah ruang kelas terhadap jumlah total penduduk, luas wilayah kecamatan dan kepadatan penduduk. Sisanya 5.68 persen dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Pada peubah x1, nilai dugaan rataan Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan menengah sebesar negatif 1.99 untuk setiap kenaikan peubah bebas rasio jumlah penduduk usia pendidikan menengah terhadap jumlah penduduk seluruhnya dengan asumsi peubah bebas yang lain tetap. Hal ini berarti setiap peningkatan satu orang penduduk usia pendidikan menengah dalam setiap seribu penduduk akan menurunkan 1.99 persen (dibulatkan 2.00 persen) nilai Angka Partisipasi Kasar (APK). Hasil uji-t, terlihat bahwa nilai p-value dari koefisien x2<alpha=0.05, yang artinya rasio penduduk usia pendidikan menengah terhadap jumlah penduduk seluruhnya berpengaruh signifikan terhadap angka partisipasi kasar pendidikan menengah pada taraf nyata 5 persen. Penduduk usia pendidikan menengah (16-18 tahun) merupakan parameter pembilang untuk menghitung nilai angka partisipasi kasar (APK) pendidikan menengah namun peningkatan jumlah penduduk usia pendidikan menengah di suatu kecamatan ternyata tidak langsung secara otomatis akan menaikkan nilai Angka Partisipasi Kasar (APK). Apabila keberadaan penduduk usia pendidikan menengah (16-18 tahun) tidak diimbangi dengan jumlah siswa pendidikan 37

12 38 menengah di suatu wilayah maka akan menyebabkan nilai Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan menengah akan semakin turun. Sebaran rasio jumlah penduduk usia pendidikan menengah terhadap jumlah penduduk seluruhnya pada tahun 2011 sebagaimana terdapat pada Gambar 12. Gambar 12 Sebaran rasio penduduk usia pendidikan menengah pada tahun 2011 Berdasarkan Gambar 12, maka Kecamatan Sungailiat memiliki rasio yang paling tinggi. Pada tahun 2010/2011 nilai angka partisipasi kasar (APK) pendidikan menengah Kecamatan Sungailiat adalah sebesar persen dan pada tahun 2011/2012 adalah sebesar persen, yang artinya mengalami kenaikan sebesar 5.31 persen. Kondisi berbeda terdapat di Kecamatan Belinyu, Bakam dan Pemali. Hal ini disebabkan tidak merata dan keterbatasan prasarana atau belum tersedianya banyak pilihan jurusan program studi yang terdapat di kecamatan tersebut mengakibatkan masih banyak peserta didik melanjutkan pendidikan ke daerah lain, yaitu Sungailiat dan Kota Pangkalpinang. Beberapa faktor lain yang juga turut menjadi faktor penyebabnya yaitu kemampuan ekonomi orangtua peserta didik, kedekatan jarak dari tempat tinggal, dan masih adanya anggapan bahwa mutu pendidikan di Sungailiat dan Kota Pangkalpinang lebih bermutu, dan lain sebagainya. Pada peubah x2, nilai dugaan rataan angka partisipasi kasar (APK) pendidikan menengah akan naik sebesar 2.03 untuk setiap kenaikan peubah bebas rasio jumlah ruang kelas terhadap jumlah total penduduk dengan asumsi peubah bebas yang lain tetap. Hal ini berarti setiap peningkatan satu ruang kelas dalam setiap penduduk akan menaikkan 2.03 persen nilai Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan menengah. Hasil uji-t, terlihat bahwa nilai p-value dari koefisien x2<alpha=0.05, yang artinya rasio jumlah ruang kelas terhadap jumlah penduduk seluruhnya berpengaruh signifikan terhadap angka partisipasi kasar pendidikan menengah pada taraf nyata 5 persen.

13 Pembangunan unit sekolah baru dan bertambahnya ruang kelas jenjang pendidikan menengah menyediakan daya tampung yang lebih banyak sehingga meningkatkan daya serap peserta didik. Ruang kelas merupakan daya tampung yang dapat menggambarkan kemampuan sekolah untuk menyerap peserta didik, sehingga semakin banyak ketersediaan ruang kelas mengindikasikan semakin besar daya serap pendidikan suatu wilayah. Conyers (1994:70) menyatakan bahwa pengembangan pendidikan secara cepat dan dalam waktu yang relatif singkat adalah dengan memperbesar ukuran ruang kelas, yang pada akhirnya akan menaikkan pula rasio murid dan guru, atau dapat pula menggunakan tenaga pendidik yang belum matang guna diperbantukan pada staf pamong yang sudah mapan. Kondisi rasio jumlah ruang kelas terhadap jumlah penduduk seluruhnya sebagaimana tertera pada Gambar Gambar 13 Sebaran rasio daya tampung pendidikan menengah pada tahun 2011 Berdasarkan Gambar 13, maka daerah yang memiliki rasio jumlah ruang kelas terhadap jumlah penduduk seluruhnya paling tinggi adalah Kecamatan Sungailiat dan Mendo Barat. Nilai Angka Partisipasi Kasar (APK) kecamatan ini mengalami kenaikan yaitu sebesar 5.31 persen untuk Kecamatan Sungailiat dan persen untuk Kecamatan Mendo Barat. Hal ini merupakan dampak dari bertambahnya prasarana pendidikan menengah, khususnya di Kecamatan Mendo Barat didirikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 2 Peternakan pada tahun 2005.

14 40 Kabupaten Bangka memiliki rasio peserta didik terhadap ruang kelas yaitu 1:27 sedangkan rasio ideal peserta didik jenjang pendidikan menengah terhadap ruang kelas sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 yaitu minimal 1:17 dan maksimal 1:32. Namun pada kenyataannya jumlah daya tampung ruang kelas tersebut belum tersebar secara merata karena masih terdapat kecamatan yang memiliki jumlah ruang kelas jauh dari cukup. Kondisi sebaran jumlah prasarana pendidikan menengah tiap kecamatan pada tahun 2011 sebagaimana tertera pada Gambar 14. Gambar 14 Sebaran jumlah ruang kelas pendidikan menengah pada tahun 2011 Tampak dari Gambar 14, daya tampung ruang kelas yang ada di Kecamatan Sungailiat adalah yang paling banyak yaitu 157 lokal dan Kecamatan Bakam yang memiliki jumlah ruang kelas paling sedikit atau sebanyak 6 lokal. Pada peubah x3, nilai dugaan rataan Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan menengah akan naik sebesar untuk setiap kenaikan peubah luas wilayah kecamatan dengan asumsi peubah bebas yang lain tetap. Hasil uji-t, terlihat bahwa nilai p-value dari koefisien x3<alpha=0.05, yang artinya luas wilayah kecamatan berpengaruh signifikan terhadap angka partisipasi kasar (APK) pendidikan menengah pada taraf nyata 5 persen. Kondisi sebelum pemekaran wilayah, peningkatan angka partisipasi kasar (APK) pendidikan menengah hanya terkonsentrasi di Kecamatan Sungailiat karena memiliki prasarana yang beragam. Namun setelah pemekaran wilayah maka nilai

15 angka partisipasi kasar (APK) pendidikan menengah tampak merata di semua kecamatan, baik yang lama maupun yang baru karena disertai dengan pembangunan unit sekolah baru pendidikan menengah, terutama SMA negeri di tiap kecamatan yang saat ini telah terdapat di semua kecamatan se-kabupaten Bangka. Kondisi luas wilayah dan sebaran prasarana pendidikan menengah pada tahun 2011 sebagaimana terdapat pada Gambar Gambar 15 Sebaran jumlah prasarana pendidikan menengah pada tahun 2011 Tampak dari Gambar 15, kecamatan yang memiliki wilayah paling luas yaitu Kecamatan Mendo Barat dengan km² dan yang paling sempit yaitu Kecamatan Pemali dengan km². Berdirinya unit-unit sekolah baru pendidikan menengah telah meningkatkan nilai Angka Partisipasi Kasar (APK) di kecamatan yang baru terbentuk pada tahun Tampak pada Gambar 15, kecamatan yang memiliki wilayah paling luas yaitu Kecamatan Mendo Barat dan kecamatan yang paling sedikit wilayahnya yaitu Kecamatan Pemali. Meskipun memiliki wilayah paling kecil dan hanya memiliki masing-masing satu unit SMA Negeri dan MA Negeri namun nilai Angka Partisaipasi Kasar (APK) pendidikan menengahnya pada tahun 2011 menempati urutan ketiga untuk tingkat kabupaten. Berdasarkan nilai Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan menengah, Kecamatan Mendo Barat (87.68 persen) lebih kecil daripada Kecamatan Pemali (89.07 persen), yang artinya daya serap pendidikan di Kecamatan Pemali lebih baik daripada di Kecamatan Mendo Barat walaupun jumlah ruang kelas di kecamatan Mendo Barat lebih banyak. Hal ini berarti jumlah peserta didik tiap ruang kelas di Kecamatan Pemali lebih banyak daripada di Kecamatan Mendo Barat.

16 42 Terjadinya pemekaran wilayah berarti terjadi penyempitan wilayah karena jumlah luas wilayah tetap tetapi sudah terbagi dalam beberapa kecamatan. Namun di sisi yang lain, pemekaran wilayah juga berarti terbentuknya wilayah baru. Pemekaran Kabupaten Bangka telah mempercepat pembangunan prasarana pendidikan termasuk pendidikan menengah. Pada tahun 2011 ini, setiap kecamatan yang baru terbentuk pada tahun 2001 di Kabupaten Bangka telah memiliki fasilitas Sekolah Menengah Atas (SMA) berstatus negeri. Kondisi sebaran prasarana pendidikan menengah di Kabupaten Bangka pada tahun 2011 sebagaimana tampak pada Gambar 16. Gambar 16 Sebaran jumlah prasarana pendidikan menengah pada tahun 2011 Tampak pada Gambar 16, tiap kecamatan telah memiliki prasarana pendidikan menengah. Kondisi ini telah memberikan kemudahan dan memperluas akses pendidikan kepada masyarakat karena peserta didik yang merupakan anakanak mereka dan generasi penerus tongkat estafet pembangunan tidak perlu jauhjauh lagi untuk mendapatkan layanan pendidikan menengah khususnya bersekolah negeri kecuali untuk program studi yang belum tersedia didaerahnya. Pada peubah x4, nilai dugaan rataan Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan menengah akan naik sebesar untuk setiap kenaikan peubah kepadatan penduduk dengan asumsi peubah bebas yang lain tetap. Hasil uji-t, terlihat bahwa nilai p-value dari koefisien x4<alpha=0.05, yang artinya kepadatan penduduk berpengaruh signifikan terhadap angka partisipasi kasar (APK) pendidikan menengah pada taraf nyata 5 persen. Meningkatnya jumlah penduduk di beberapa kecamatan ternyata didominasi oleh penduduk usia tahun yang merupakan usia penduduk jenjang pendidikan

17 menengah sehingga ikut mempengaruhi angka partisipasi kasar (APK) penduduk usia tahun merupakan parameter pembilang nilai angka partisipasi kasar (APK) pendidikan menengah. Sebaran kepadatan penduduk tiap kecamatan sebagaimana tertera pada Gambar Gambar 17 Sebaran kepadatan penduduk pada tahun 2011 Tampak dari Gambar 17, kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk paling tinggi adalah Sungailiat yaitu sebesar 549 jiwa/km². Jauh diatas kepadatan rata-rata tingkat Kabupaten Bangka yang hanya 88 jiwa/km². Kemudian untuk tingkat kepadatan terendah yaitu Kecamatan Riau Silip yang hanya 45 jiwa/km². Kepadatan penduduk di Kecamatan Sungailiat sangat dipengaruhi karena statusnya sebagai ibukota kabupaten yang merupakan pusat pemerintahan. Selain itu juga menjadi pusat perdagangan dan jasa. Ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan menengah yang cukup memadai juga telah menjadikan Sungailiat sebagai pilihan untuk berdomisili bagi masyarakat. Pemekaran Kabupaten Bangka telah mempercepat pembangunan prasarana pendidikan termasuk pendidikan menengah karena tuntutan kebutuhan. Pada tahun 2011 ini, setiap kecamatan yang baru terbentuk pada tahun 2001 di Kabupaten Bangka telah memiliki fasilitas Sekolah Menengah Atas (SMA) berstatus negeri. Kondisi ini telah memberikan kemudahan dan memperluas akses pendidikan kepada masyarakat karena peserta didik yang merupakan anak-anak mereka dan generasi penerus tongkat estafet pembangunan tidak perlu jauh-jauh lagi untuk mendapatkan layanan pendidikan menengah khususnya bersekolah negeri kecuali untuk program studi yang belum tersedia didaerahnya.

18

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Administrasi Kabupaten Bangka Tengah secara administratif terdiri atas Kecamatan Koba, Kecamatan Lubuk Besar, Kecamatan Namang, Kecamatan Pangkalan Baru, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hartini Susanti, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hartini Susanti, 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dan mineral, seperti batubara, timah, minyak bumi, nikel, dan lainnya. Peraturan Presiden

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. 4.1 Letak Geografis

KEADAAN UMUM. 4.1 Letak Geografis III. KEADAAN UMUM 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bangka Selatan, secara yuridis formal dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Bangka Selatan, Kabupaten Bangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Pembentukan Kabupaten Bangka ditetapkan berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II dan Kota Praja di Sumatera

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Lokasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan salah satu provinsi yang ada di Indonesia. Terletak di wilayah Indonesia bagian Barat, pada 104 50 sampai 109

Lebih terperinci

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANGKA

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANGKA GEOGRAFIS KABUPATEN BANGKA PKL Sungailiat PKW PKNp PKWp PKW PKW Struktur Perekonomian Kabupaten Bangka tanpa Timah Tahun 2009-2013 Sektor 2009 (%)

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Profil Provinsi Kepulauan Bangka belitung. Bangka dan Pulau Belitung yang beribukotakan Pangkalpinang.

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Profil Provinsi Kepulauan Bangka belitung. Bangka dan Pulau Belitung yang beribukotakan Pangkalpinang. BAB IV GAMBARAN UMUM A. Profil Provinsi Kepulauan Bangka belitung Provinsi Kepulauan Bangka Belitung atau yang disingkat Babel adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terdiri dari dua pulau kecil yaitu

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 11 TAHUN 2002 KAWASAN INDUSTRI PERIKANAN TERPADU DI TELUK KELABAT B U P A T I B A N G K A,

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 11 TAHUN 2002 KAWASAN INDUSTRI PERIKANAN TERPADU DI TELUK KELABAT B U P A T I B A N G K A, SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 11 TAHUN 2002 T E N T A N G KAWASAN INDUSTRI PERIKANAN TERPADU DI TELUK KELABAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA B U P A T I B A N G K A, Menimbang : a.

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN KELURAHAN REMODONG INDAH, KELURAHAN AIR ASAM, KELURAHAN MANTUNG DAN KELURAHAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 7 TAHUN 2001

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 7 TAHUN 2001 SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 7 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN 9 (SEMBILAN) KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA, Menimbang : a. bahwa 9 (sembilan) Perwakilan Kecamatan

Lebih terperinci

RDTR KAWASAN PERKOTAAN SUNGAILIAT DAN PERATURAN ZONASI TARMIZI SAAT BUPATI BANGKA

RDTR KAWASAN PERKOTAAN SUNGAILIAT DAN PERATURAN ZONASI TARMIZI SAAT BUPATI BANGKA RDTR KAWASAN PERKOTAAN SUNGAILIAT DAN PERATURAN ZONASI 2014-2034 TARMIZI SAAT BUPATI BANGKA DISAMPAIKAN SILATURAHIM PEMKAB BANGKA DAN PEMKAB SERANG SUNGAILIAT, 5 NOVEMBER 2014 VISI : BANGKA BERMARTABAT

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis dan Administratif Kabupaten Bangka Barat merupakan salah satu kabupaten pemekaran di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung yang disahkan dengan UU RI Nomor

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 25, 2003 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4268) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. dengan DKI Jakarta yang menjadi pusat perekonomian negara.

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. dengan DKI Jakarta yang menjadi pusat perekonomian negara. 45 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kota Bandar Lampung merupakan sebuah kota yang menjadi ibukota provinsi Lampung, Indonesia. Kota Bandar Lampung pintu gerbang Pulau Sumatera. Sebutan ini layak

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2003 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2003 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANGKA SELATAN, KABUPATEN BANGKA TENGAH, KABUPATEN BANGKA BARAT, DAN KABUPATEN BELITUNG TIMUR DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANGKA SELATAN, KABUPATEN BANGKA TENGAH, KABUPATEN BANGKA BARAT, DAN KABUPATEN BELITUNG TIMUR DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN BUPATI BANGKA NOMOR 19 TAHUN 2009 T E N T A N G

BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN BUPATI BANGKA NOMOR 19 TAHUN 2009 T E N T A N G BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN BUPATI BANGKA NOMOR 19 TAHUN 2009 T E N T A N G PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD) PADA STRUKTUR ORGANISASI DINAS DAERAH DAN UNIT PELAKSANA TEKNIS (UPT) PADA

Lebih terperinci

BAB IV KAJIAN OBJEK PENELITIAN. Pulau Bangka dan Pulau Belitung serta pulau-pulau kecil. Sebelum Kapitulasi

BAB IV KAJIAN OBJEK PENELITIAN. Pulau Bangka dan Pulau Belitung serta pulau-pulau kecil. Sebelum Kapitulasi BAB IV KAJIAN OBJEK PENELITIAN IV.1 Sejarah Objek Wisata IV.1.1 Sejarah Pulau Bangka Belitung Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terdiri dari dua pulau besar terdiri dari Pulau Bangka dan Pulau Belitung

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANGKA SELATAN, KABUPATEN BANGKA TENGAH, KABUPATEN BANGKA BARAT, DAN KABUPATEN BELITUNG TIMUR DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN BUPATI BANGKA NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS PADA DINAS DAN BADAN DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewi Fitriyani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewi Fitriyani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat pesisir merupakan kelompok orang yang tinggal di daerah pesisir dan sumber kehidupan perekonomiannya bergantung secara langsung pada pemanfaatan sumberdaya

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA SUNGAI PENUH DI PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA SUNGAI PENUH DI PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA SUNGAI PENUH DI PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk memacu

Lebih terperinci

WALIKOTA PANGKALPINANG

WALIKOTA PANGKALPINANG WALIKOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 14 TAHUN 2002 TENTANG PENGAWASAN, PENGENDALIAN KAWASAN LINDUNG DAN KONSERVASI

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Letak Geografis dan Administratif Kabupaten Bangka secara administratif termasuk dalam bagian dari wilayah Provinsi Kepulauan Bangka-Belitung. Kabupaten Bangka

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG. wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau yang memiliki luas 531,22 km²

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG. wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau yang memiliki luas 531,22 km² BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG 2.1 Letak Geografis Pulau Burung Pulau Burung merupakan salah satu kecamatan dari 17 kecamatan yang berada dalam wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir,

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG Geografis dan Administrasi Kabupaten Sintang mempunyai luas 21.635 Km 2 dan di bagi menjadi 14 kecamatan, cakupan wilayah administrasi Kabupaten Sintang disajikan pada Tabel

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA SUNGAI PENUH DI PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA SUNGAI PENUH DI PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA SUNGAI PENUH DI PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk memacu

Lebih terperinci

BAB IV KAJIAN PENELITIAN

BAB IV KAJIAN PENELITIAN BAB IV KAJIAN PENELITIAN IV.1. Kajian Umum Kabupaten Bangka IV.1.1. Geografi dan Luas Wilayah Kabupaten Bangka merupakan satu dari 7 kabupaten/kota yaitu Bangka Induk, Bangka Barat, Bangka Tengah, Bangka

Lebih terperinci

Statistik Daerah Kecamatan Sungailiat 2016

Statistik Daerah Kecamatan Sungailiat 2016 Katalog : 1101002.1901090 Statistik Daerah Kecamatan Sungailiat 2016 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BANGKA STATISTIK KECAMATAN SUNGAILIAT 2016 ISBN : 978-602-1023-32-7 Nomor Publikasi : 19010.1614 Nomor

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1. Letak Geografis dan Administrasi Pemerintahan Propinsi Kalimantan Selatan memiliki luas 37.530,52 km 2 atau hampir 7 % dari luas seluruh pulau Kalimantan. Wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Firman Allah SWT dalam Surat Ibrahim Ayat 32 yang berbunyi :

BAB I PENDAHULUAN. Firman Allah SWT dalam Surat Ibrahim Ayat 32 yang berbunyi : BAB I PENDAHULUAN Allah menciptakan langit dan menurunkan hujan dari langit semata-mata untuk kemashalatan manusia. Air yang diturunkan Allah tersebut mengalir dan bermuara di laut. Antara laut dan daratan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU 75 GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU Sumatera Barat dikenal sebagai salah satu propinsi yang masih memiliki tutupan hutan yang baik dan kaya akan sumberdaya air serta memiliki banyak sungai. Untuk kemudahan dalam

Lebih terperinci

BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA

BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA A. Sejarah Singkat Kabupaten Bengkalis Secara historis wilayah Kabupaten Bengkalis sebelum Indonesia merdeka, sebagian besar berada

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok IV. KONDISI UMUM 4.1 Lokasi Administratif Kecamatan Beji Secara geografis Kecamatan Beji terletak pada koordinat 6 21 13-6 24 00 Lintang Selatan dan 106 47 40-106 50 30 Bujur Timur. Kecamatan Beji memiliki

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 228

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 11 TAHUN 2012

BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 11 TAHUN 2012 BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN KELURAHAN SINAR JAYA JELUTUNG, KELURAHAN MATRAS, KELURAHAN JELITIK, KELURAHAN SURYA TIMUR, KELURAHAN LUBUK

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH 2.1. Geografis, Administrasi, dan Kondisi Fisik 2.1.1 Geografis Kabupaten Musi Rawas merupakan salah satu kabupaten dalam Provinsi Sumatera Selatan yang secara geografis terletak

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN DAN PENGHAPUSAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN DAN PENGHAPUSAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN DAN PENGHAPUSAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA BARAT, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

Dasar Hukum, Pengertian dan Kewenangan

Dasar Hukum, Pengertian dan Kewenangan Dasar Hukum, Pengertian dan Kewenangan DASAR HUKUM 1. Undang-udang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan 2. Undang-udang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Undang-undang No. 23

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 9 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA ARAHAN BUPATI DALAM RAPAT KERJA SKPD

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA ARAHAN BUPATI DALAM RAPAT KERJA SKPD PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA ARAHAN BUPATI DALAM RAPAT KERJA SKPD HOTEL PESONA BAY, 22 NOVEMBER 2016 REALISASI FISIK DAN KEUANGAN BELANJA LANGSUNG SKPD S.D 16 NOVEMBER 2016 REALISASI FISIK DAN KEUANGAN

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MESUJI DI PROVINSI LAMPUNG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MESUJI DI PROVINSI LAMPUNG UNDANG-UNDANG NOMOR 49 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MESUJI DI PROVINSI LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang: a. bahwa untuk memacu kemajuan Provinsi Lampung pada umumnya

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN EMPAT LAWANG DI PROVINSI SUMATERA SELATAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN EMPAT LAWANG DI PROVINSI SUMATERA SELATAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN EMPAT LAWANG DI PROVINSI SUMATERA SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Dumai merupakan sebuah dusun kecil dipesisir timur propinsi Riau. Dumai merupakan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Dumai merupakan sebuah dusun kecil dipesisir timur propinsi Riau. Dumai merupakan BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pemekaran Kota Dumai Dumai merupakan sebuah dusun kecil dipesisir timur propinsi Riau. Dumai merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Bengkalis. Diresmikan sebagai

Lebih terperinci

4.1. Letak dan Luas Wilayah

4.1. Letak dan Luas Wilayah 4.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Lamandau merupakan salah satu Kabupaten hasil pemekaran Kabupaten Kotawaringin Barat. Secara geografis Kabupaten Lamandau terletak pada 1 9-3 36 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Kabupaten Lampung Selatan Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar pokok Undang-Undang Dasar 1945. Dalam Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MESUJI DI PROVINSI LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MESUJI DI PROVINSI LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MESUJI DI PROVINSI LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memacu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kepulauan Bangka Belitung ditetapkan sebagai provinsi baru sesuai Undang - Undang No. 27 tahun 2000 tanggal 4 Desember 2000. Wilayah provinsi ini meliputi Pulau Bangka,

Lebih terperinci

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan di Jakarta dan Bogor untuk organisasi-organisasi tingkat nasional, di Pekanbaru dan Pontianak masingmasing untuk tingkat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN EMPAT LAWANG DI PROVINSI SUMATERA SELATAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN EMPAT LAWANG DI PROVINSI SUMATERA SELATAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN EMPAT LAWANG DI PROVINSI SUMATERA SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN

BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN 5.1. LATAR BELAKANG DESA KESUMA Kawasan penelitian yang ditetapkan ialah Desa Kesuma, Kecamatan Pangkalan Kuras, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Desa ini berada pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA. Sejarah dan Profil Kabupaten Labuhan Batu Utara

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA. Sejarah dan Profil Kabupaten Labuhan Batu Utara BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA Sejarah dan Profil Kabupaten Labuhan Batu Utara Sejarah Singkat Sebutan Labuhanbatu bermula ketika pada tahun 1862 Angkatan Laut Belanda

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki 17.000 pulau sehingga membuat Indonesia menjadi negara kepulauan terbesar di dunia. Dengan 17.000 pulau ini maka Indonesia

Lebih terperinci

4.1. Sejarah Berdirinya Pemerintah Provinsi Riau

4.1. Sejarah Berdirinya Pemerintah Provinsi Riau 54 BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 4.1. Sejarah Berdirinya Pemerintah Provinsi Riau Provinsi Riau terbentuk berdasarkan Undang-undang Darurat Nomor 19 Tahun 1957. Kemudian diundangkan dalam Undang-undang

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung secara geografis terletak pada 104 0 50 sampai 109 0 30 Bujur Timur dan 0 0 50 sampai 4 0 10 Lintang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung Selatan (2014), sejarah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung Selatan (2014), sejarah IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Kabupaten Lampung Selatan Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung Selatan (2014), sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 12 TAHUN 2002 BANTUAN PEMERINTAH DAERAH KEPADA DESA BUPATI BANGKA,

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 12 TAHUN 2002 BANTUAN PEMERINTAH DAERAH KEPADA DESA BUPATI BANGKA, SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 12 TAHUN 2002 TENTANG BANTUAN PEMERINTAH DAERAH KEPADA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA, Menimbang : a. bahwa dalam penyelenggaraan otonomi

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016

RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016 RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG PENGALIHAN SAHAM DAN BATASAN LUASAN LAHAN DALAM PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL DAN PEMANFAATAN PERAIRAN DI SEKITARNYA DALAM RANGKA

Lebih terperinci

RGS Mitra 1 of 5 PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

RGS Mitra 1 of 5 PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG RGS Mitra 1 of 5 PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG I. UMUM Propinsi Sumatera Selatan dengan luas wilayah 109.254

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2011 NOMOR 3

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2011 NOMOR 3 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2011 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN DESA SUNGAI BATU GANTIH HILIR DAN DESA BARU SUNGAI BETUNG MUDIK DI KECAMATAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa berhubung

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa berhubung dengan pesatnya

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

KONDISI FISIK BAB I 1.1. LUAS WILAYAH DAN BATAS WILAYAH

KONDISI FISIK BAB I 1.1. LUAS WILAYAH DAN BATAS WILAYAH BAB I KONDISI FISIK 1.1. LUAS WILAYAH DAN BATAS WILAYAH Sebelum dilakukan pemekaran wilayah, Kabupaten Kampar merupakan salah satu Kabupaten yang memiliki wilayah terluas di Provinsi Riau dengan luas mencapai

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BENGKULU TENGAH DI PROVINSI BENGKULU

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BENGKULU TENGAH DI PROVINSI BENGKULU UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BENGKULU TENGAH DI PROVINSI BENGKULU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan memiliki defenisi yang bervariasi, menurut Undang-Undang Nomor

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan memiliki defenisi yang bervariasi, menurut Undang-Undang Nomor TINJAUAN PUSTAKA Hutan Hutan memiliki defenisi yang bervariasi, menurut Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan bahwa hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BENGKULU TENGAH DI PROVINSI BENGKULU

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BENGKULU TENGAH DI PROVINSI BENGKULU UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BENGKULU TENGAH DI PROVINSI BENGKULU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KUBU RAYA DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KUBU RAYA DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KUBU RAYA DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Fisik Kabupaten Lampung Timur Kabupaten Lampung Timur dibentuk berdasarkan Undang Undang Nomor 12 Tahun 1999, diresmikan pada tanggal 27 April 1999 dengan

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013 Katalog BPS : 1101002.6271020 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini meliputi wilayah Kota Palangkaraya, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten

Lebih terperinci

WALIKOTA PANGKALPINANG

WALIKOTA PANGKALPINANG WALIKOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG PEMEKARAN KELURAHAN DAN PEMBENTUKAN KECAMATAN DALAM WILAYAH KOTA PANGKALPINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BENGKULU TENGAH DI PROVINSI BENGKULU

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BENGKULU TENGAH DI PROVINSI BENGKULU UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BENGKULU TENGAH DI PROVINSI BENGKULU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kota Bandar Lampung Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah yang dijadikan sebagai pusat kegiatan pemerintahan, politik,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Malaka terletak antara Lintang Selatan Lintang Utara atau antara 100

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Malaka terletak antara Lintang Selatan Lintang Utara atau antara 100 BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Provinsi Riau terdiri dari daerah daratan dan perairan, dengan luas lebih kurang 8.915.016 Ha (89.150 Km2), Keberadaannya membentang dari lereng

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KUBU RAYA DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KUBU RAYA DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KUBU RAYA DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN ROKAN HILIR. Rokan Hilir adalah sebuah kabupaten di Provinsi Riau

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN ROKAN HILIR. Rokan Hilir adalah sebuah kabupaten di Provinsi Riau BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN ROKAN HILIR 4.1. Sejarah Kabupaten Rokan Hilir Kabupaten Rokan Hilir adalah sebuah kabupaten di Provinsi Riau Indonesia. Ibukotanya terletak di Bagansiapiapi, kota terbesar,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KECAMATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KECAMATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUANTAN SINGINGI, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel).

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia sebagai Negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBENTUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBENTUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEMBENTUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa berhubung dengan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 03 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KECAMATAN DALAM WILAYAH KABUPATEN KOTABARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki tanaman pangan maupun hortikultura yang beraneka ragam. Komoditas hortikultura merupakan komoditas pertanian yang memiliki

Lebih terperinci