KATA PENGANTAR. Terimakasih disampaikan kepada KKI Warsi yang mendukung kegiatan ini melalui skema anggaran hibah pada tahun 2016

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR. Terimakasih disampaikan kepada KKI Warsi yang mendukung kegiatan ini melalui skema anggaran hibah pada tahun 2016"

Transkripsi

1 KATA PENGANTAR Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) adalah salah satu penghasil listrik tenaga air dengan kisaran output daya dibawah kisaran 200 kw. PLTMH merupakan salah satu dari beberapa macam sumberdaya Energi Baru Terbarukan (EBT) yang sedang digencar-gencarkan pembangunannya oleh pemerintah maupun perusahaan swasta. KKI WARSI yang didukung oleh Proyek Green Prosparity melalui Jendela Hibah Pengelolaan Sumberdaya Alam Berbasis Masyarakat (PSDABM) Millenium Challenge Acount Indonesia akan berupaya untuk meningkatkan kapasitas energi lsitrik yang dihasilkan oleh pembangkit skala kecil di beberapa negeri/desa. Desa tersebut tersebar di 3 kawasan yaitu 1 titik di kawasan desa Rantau Kermas, 3 titik di kawasan Beringin Tinggi, dan 5 titik di kawasan Jangkat. 9 titik ini akan disurvey untuk melakukan pengecekan dalam pembuatan analisa studi kelayakan atau Feasibility Study dan dilanjutkan dengan pembuatan Detail Engineering Desain atau yang disebut DED. Analisis studi kelayakan ini meninjau pada beberapa aspek diantaranya : aspek teknis, aspek sosial dan lingkungan sekitar, dan aspek ekonomi dan bisnis yang dirangkum menjadi sebuah laporan akhir. Terimakasih disampaikan kepada KKI Warsi yang mendukung kegiatan ini melalui skema anggaran hibah pada tahun 2016 Yogyakarta, 27 Desember 2016 CV. Bangun Cipta Persada Ir. Bambang Edy Yanto Direktur CV Bangun Cipta Persada 1

2 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... 1 DAFTAR ISI... 2 DAFTAR GAMBAR... 3 DAFTAR TABEL... 5 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Manfaat dan Tujuan Lingkup Pekerjaan... 7 BAB II GAMBARAN UMUM Wilayah Administratif dan Keadaan Geografis... 9 BAB III ASPEK KELAYAKAN Aspek Legal Aspek Sosial Ekonomi Aspek Teknis Studi Topografi Studi Hidrologi Daerah Aliran Sungai (DAS) Curah Hujan Studi Lingkungan Studi Kelayakan Infrastruktur Sipil Studi Kelayakan Mekanikal Elektrikal Aspek Pengelolaan Kesimpulan Komprehensif Studi Kelayakan (Feasibility Study) BAB IV ANALISA DAN PERENCANAAN Parameter Perencanaan Debit Rancangan Head (tinggi terjunan) Daya dukung tanah Perencanaan dan Sistem Konstruksi Sistem PLTMH Perencanaan Bangunan Sipil Fasilitas Mekanikal Elektrikal Pemilihan Turbin Penentuan jumlah turbin Performansi Turbin Karakteristik Turbin BAB IV RENCANA ANGGARAN BIAYA BAB V PENUTUP LAMPIRAN CV Bangun Cipta Persada 2

3 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Peta Satelit Persebaran 3 titik PLTMH di wilayah Desa Beringin Tinggi (Sumber : Dokumen WARSI)... 9 Gambar 3.1 Peta topografi PLTMH Beringin Tinggi lokasi Gambar 3.2 Peta topografi PLTMH Beringin Tinggi lokasi Gambar 3.3 Peta topografi PLTMH Beringin Tinggi lokasi Gambar 3.4 Peta DAS Batang Tembesi di PLTMH Beringin Tinggi Gambar 3.5 Grafik tinggi hujan bulanan di Kabupaten Merangin tahun 2015 (data hujan hanya tersedia tahun 2015 saja) Gambar 3.6 Kurva durasi aliran sungai Batang Tembesi (hasil analisis hujan aliran metode F.J. Mock) Gambar 3.7 Badan bendung pada PLTMH Beringin Tinggi kelompok 1, 2, dan Gambar 3.8 Kondisi intake PLTMH Beringin Tinggi lokasi 1, 2, dan Gambar 3.9 Kondisi saluran pembawa di PLTMH Beringin Tinggi di lokasi 1, 2, dan Gambar Kondisi saluran pembawa dari papan PLTMH Beringin Tinggi lokasi 1, 2, dan Gambar 3.11 Kondisi bak penenang PLTMH Beringin Tinggi lokasi Gambar 3.12 Kondisi bak penenang pada kelompok 1 (kanan) dan kelompok 2 (kiri) Gambar 3.13 Kondisi penstock pada kelompok 1 PLTMH Gambar 3.14 Kondisi penstock pada kelompok 2 dan 3 PLTMH Beringin Tinggi Gambar 3.15 Kondisi rumah turbin PLTMH Beringin Tinggi lokasi 1, 2, dan Gambar 3.16 Kondisi tailrace PLTMH Beringin Tinggi lokasi Gambar 3.17 Kondisi tailrace PLTMH Beringin Tinggi lokasi 1 dan Gambar 3.18 Turbin cross flow pada PLTMH Beringin Tinggi lokasi Gambar 3.19 Kondisi jaringan distribusi kelompok 1 di daerah Beringin Tinggi 31 Gambar 3.20 Kondisi Tiang Listrik kelompok 1 di daerah Beringin Tinggi Gambar 3.21 Kondisi turbin PLTMH Beringin Tinggi lokasi Gambar 3.22 Kondisi jaringan distribusi kelompok 2 di daerah Beringin Tinggi 33 Gambar 3.23 Kondisi Tiang Listrik kelompok 2 di daerah Beringin Tinggi Gambar 3.24 Kondisi turbin kelompok 3 di desa Beringin Tingggi Gambar 3.25 Kondisi panel control di PLTMH lokasi Gambar 3.26 Kondisi Tiang Listrik kelompok 3 di daerah Beringin Tinggi Gambar 4.1 Lokasi PLTMH Beringin Tinggi baru Gambar 4.2 Peta topografi lokasi PLTMH baru... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.3 Sistem PLTMH pada peta topografi lokasi PLTMH baru Gambar 4.4 Desain dasar sistem PLTMH Beringin Tinggi CV Bangun Cipta Persada 3

4 Gambar 4.5 Sistem bak penenang, rumah turbin, dan tail raceerror! Bookmark not defined. Gambar 4.6 Bangunan bendung (tampak atas) Gambar 4.7 Potongan bendung Gambar 4.8 Bangunan Penyedap Air (Intake) di PLTMH di Beringin Tinggi Gambar 4.9 Potongan Intake Gambar 4.10 Saluran pengendap Gambar 4.11 Pintu penguras lumpur Gambar 4.12 Spillway Gambar 4.12 Bak Penenang pada PLTMH Beringin Tinggi Gambar 4.13 Penstock Gambar 4.14 Beberapa contoh desain inlet penstock Gambar 4.15 Rumah Turbin (Power House) PLTMH Beringin Tinggi Gambar 4.16 Tailrace PLTMH Beringin Tinggi Gambar 4.17 Grafik kriteria pemilihan turbin Gambar. Survey penstock PLTMH Beringin Tinggi kelompok Gambar. Survey kolam penenang PLTMH Beringin Tinggi kelompok Gambar. Survey power house PLTMH Beringin Tinggi kelompok CV Bangun Cipta Persada 4

5 DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Data Topografi PLTMH Beringin Tinggi Tabel 3.2 Struktur Pengurus PLTMH Desa Beringin Tinggi Tabel 3.2 Rekapitulasi analisis kelayakan komprehensif PLTMH Beringin Tinggi CV Bangun Cipta Persada 5

6 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awal tahun 70an, PLTMH mulai dikenalkan diberbagai Negara di Asia dan hingga saat ini pengembangan PLTMH sebagai sumber energi murah dan sederhana semakin berkembang pesat. Pengembangan PLTMH menjadi bagian dari solusi untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil yang semakin menipis. Selain itu, pengembangan PLTMH sejalan dengan konsensus internasional terkait dengan penurunan emisi gas rumah kaca. Pengembangan energi tersebut juga bisa menjadi solusi jangka panjang terkait defisit daya energi listrik yang dihasilkan oleh pembangikt skala besar. Faktor pendukung utama dalam pengembangan energi tersebut karena potensi sungai yang sangat luar biasa di Indonesia termasuk di Sumatera Barat dan Jambi. KKI WARSI telah melakukan pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan yang memiliki berbagai persoalan termasuk masalah energi. Sementara hutan yang telah dijaga oleh masyarakat setempat dengan baik mampu menyediakan sumber air yang memadai untuk pengembangan pembangkit listrik tenaga air skala kecil. Berdasarkan hal tersebut maka sejak tahun 2000, KKI WARSI bersama masyarakat Dusun Lubuk Beringin Kecamatan Bathin III Ulu Kabupaten Bungo Provinsi Jambi telah mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Kincir Air (PLTKA-Picohydro) yang menghasilkan kapasitas daya dibawah 5 KW. Untuk mengatasi keterbatasan sumber energi listrik masyarakat, KKI WARSI mendorong program pemerintah pada tahun 2010 untuk membangun 1 unit PLTMH di Jorong Simancuang Nagari Alam Pauh Duo dan tahun 2012 di Dusun Senamat Ulu Kecamatan Bathin III Ulu Kabupaten Bungo Provinsi Jambi. Selain itu, banyak inisiasi terkait pengembangan energy listrik skala kecil di Kabupaten Solok Selatan Provinsi Sumatera Barat dan Kabupaten Merangin Provinsi Jambi yang telah dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah. Seiring dengan peningkatan kebutuhan energi listrik, pembangkit skala kecil tersebut tidak lagi mampu memenuhi kebutuhan setiap rumah tangga di beberapa dampingan KKI WARSI, seperti Jorong Sapan Salak dan Sungai Nan Duo Nagari CV Bangun Cipta Persada 6

7 Pakan Rabaa Timur, Sungai Aro Nagari Pakan Rabaa, Koto Bira Nagari Pulakek Koto Baru dan Simancuang Nagai Alam Pauh Duo di Kabupaten Solok Selatan Provinsi Sumatera Barat, Desa Jangkat, Beringin Tinggi dan Rantau Kermas di Kabupaten. Berdasarkan fakta tersebut, KKI WARSI yang didukung oleh Proyek Green Prosparity melalui Jendela Hibah Pengelolaan Sumberdaya Alam Berbasis Masyarakat (PSDABM) Millenium Challenge Acount Indonesia akan berupaya untuk meningkatkan kapasitas energi lsitrik yang dihasilkan oleh pembangkit skala kecil di beberapa nagari/desa yang disebutkan diatas. Agar upaya peningkatan kapasitas energi lebih optimal maka diperlukan studi kelayakan (Feasibility Study/FS) dan penyusunan Detail Engineering Design (DED). 1.2 Manfaat dan Tujuan 1. Menyusun Feasibility Study (FS) untuk peningkatan kapasitas ; 9 unit PLTMH dengan rincian 1 unitdi Desa Rantau Kermas, 3 unit di Desa Beringin Tinggi (dalam 1 DAS) dan 5 unit di Desa Jangkat (dalam 1 DAS) di Kabupaten 2. Menyusun Detail Engineering Design (DED) untuk peningkatan kapasitas 9 unit PLTMH dengan rincian 1 unit di Desa Rantau Kermas, 3 unit di Desa Beringin Tinggi (dalam 1 DAS) dan 5 unit di Desa Jangkat (dalam 1 DAS) di Kabupaten 1.3 Lingkup Pekerjaan Pekerjaan studi kelayakan proyek PLTMH Beringin Tinggi mencakup beberapa kegiatan yang meliputi berbagai aspek sebagai berikut: 1) Melakukan survey dan pengumpulan data (primer dan sekunder) dari berbagai aspek, antara lain teknis (topografi, hidrologi, dll), ekonomi dan bisnis, keuangan dan lingkungan : a. Survei Topografi, terdiri atas - Pemasangan Bench Mark - Poligon dan leveling - Saluran irigasi dan terjunan - Pemetaan situasi skala 1 :1000, dll. CV Bangun Cipta Persada 7

8 b. Survey Hidrologi - Pengukuran debit saluran irigasi - Pengukuran kecepatan aliran saluran - Pengukuran geometri bangunan air - Pengukuran geometri terjunan c. Survei lingkungan - Akses jalan dan kondisi lingkungan sekitar d. Pengumpulan data sekunder - Data hidrologi - Peta rupa bumi - Data lingkungan sekitar 2) Pengolahan data dan analisis a. Melakukan evaluasi dan analisis data b. Membuat desain dasar secara kasar (sipil, mekanikal, dan elektrikal)termasuk pemilihan dan penentuan letak lokasi pembangkit, kapasitasdan jenis pembangkit, sistem instalasi pembangkit, serta kemungkinan terbaik integrasi ke jaringan 20 kv PLN Distribusi. c. Menghitung secara kasar Volume dan Rencana Anggaran Biaya (RAB). d. Melakukan beberapa Analisa Kelayakan berikut kesimpulannya, yang ditinjau dari masing-masing aspek yaitu: - Analisa kelayakan teknis civilwork, mechanical/electrical work. - Analisis kelayakan sosial dan lingkungan sekitar - Analisis kelayakan ekonomi dan bisnis 3) Menyusun laporan berupa a. Laporan akhir b. Album gambar CV Bangun Cipta Persada 8

9 BAB II GAMBARAN UMUM 2.1 Wilayah Administratif dan Keadaan Geografis Desa Beringin Tinggi merupakan salah desa yang berada di Kecamatan Sungai Tenang Kab. Merangin. Desa Beringin Tinggi memiliki banyak potensi yang bisa dikembangkan untuk kedepannya. Salah satu potensi yang ada di Desa Beringin Tinggi adalah pemanfaatan sumber daya alam seperti sungai yang dijadikan sebagai sumber energi penerangan. Gambar 2.1 Peta Satelit Persebaran 3 titik PLTMH di wilayah Desa Beringin Tinggi (Sumber : Dokumen WARSI) 2.2 Akses ke Lokasi Lokasi pembangunan PLTMH berada di Desa Beringin Tinggi, Kecamatan Sungai Tenang, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. Secara umum, akses menuju lokasi pembangunan PLTMH masih bisa dijangkau dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat, namun pada keadaan tertentu seperti saat keadaan hujan dengan intensitas tinggi, akses ke lokasi hanya bisa dilakukan CV Bangun Cipta Persada 9

10 dengan kendaraan roda dua. Akses menuju lokasi pembangunan PLTMH disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 2.1 Akses menuju Lokasi PLTMH Beringin Tinggi Tempat Jarak Waktu Keterangan (km) (jam) Jakarta (Bandara Soekarno Hatta) Jambi (Bandara Sultan Thaha) Bandara Sultan Thaha Bangko (ibukota Kab. Merangin) Bangko Desa Rantausuli Desa Rantausuli Desa Beringin Tinggi Desa Beringin Tinggi Lokasi PLTMH ± 850 ± 2 Ditempuh dengan menggunakan pesawat terbang. ± 250 ± 6 Ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda empat. Jalan aspal kondisi baik. ± 100 ± 3 Ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda empat. Jalan aspal kondisi baik. ± 30 ± 1 Ditempuh dengan kendaraan roda empat double gardan. Jalan tanah liat, ketika hujan jalan tidak bisa dilewati kendaraan roda empat.de ± 0,5 ± 1/4 Ditempuh dengan jalan kaki. CV Bangun Cipta Persada 10

11 BAB III ASPEK KELAYAKAN 3.1 Aspek Legal Pada lokasi Desa Beringin Tinggi akan dilakukan revitalisasi PLTMH. Desa ini telah memiliki lembaga pengelola yang dibentuk masyarakat setempat untuk mengelola PLTMH yang sudah ada. Revitalisasi PLTMH yang akan dilakukan ini, diharapkan dapat mengoptimalkan dan meningkatkan daya energi listrik, manfaat sosial, ekonomi, dan lingkungan. Penggunaan energi listrik yang dihasilkan PLTMH saat ini hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga di malam hari, akan tetapi penggunaan energi listrik oleh masyarakat sudah mulai diperlukan untuk kebutuhan industri di siang maupun sore hari. Pengembangan pertanian bawang merah yang dilakukan oleh masyarakat diprediksi kedepannya membutuhkan peningkatan energi listrik. Oleh karena itu revitalisasi ini sangat diperlukan untuk menunjang kebutuhan masyarakat dalam mengembangkan perekonomian. Revitalisasi PLTMH akan menghasilkan: 1. Peningkatan daya output energi listrik sehingga masyarakat dalam satu desa ini hanya memerlukan satu unit PLTMH dari yang semula menggunakan 3 unit PLTMH. 2. Peningkatan produktivitas masyarakat yang dapat meningkatkan perekonomian. Pada pembangunan tiga unit PLTMH Beringin Tinggi I, II, dan III tahun 2006 masing-masing kelompok membentuk struktur pengelola yang meliputi ketua, wakil ketua, bendahara, anggota dan operator yang merangkap sebagai mekanik dan bertugas menghidupkan dan mematikan PLTMH serta memperbaiki alat yang rusak. Struktur pengelola tersebut berfungsi dalam pengelolaan dan perawatan. Berdasarkan hal tersebut, aspek legal pembangunan PLTMH Desa Beringin Tinggi akan mudah dilakukan karena masyarakat, instansi, dan pemerintah telah memiliki pengalaman dalam pembangunan PLTMH serta dapat mengupayakan perijinan revitalisasi PLTMH maupun jika akan dibangun PLTMH yang baru. Aspek legal pembangunan PLTMH mencakup: CV Bangun Cipta Persada 11

12 1. Aspek Legal Kelembagaan Pengelola PLTMH (Lembaga yang mengurus pengelolaan PLTMH Beringin Tinggi sampai saat ini masih ada, sehingga keberadaan lembaga pengelola PLTMH sudah legal). 2. Aspek Legal Lahan yang digunakan sistem PLTMH (PLTMH Beringin Tinggi saat ini masih ada dan beroperasi, lahan yang dipakai milik desa setempat yang sudah mendapatkan ijin dari pemerintah desa, sehingga memenuhi aspek legal lahan). 3. Aspek Legal Ijin Pemanfaatan Energi Air dari Dinas Sumber Daya Air (Ijin sudah ada karena PLTMH ini sudah terbangun). 4. Aspek Ijin Prinsip Pembangunan PLTMH (Ijin sudah ada karena PLTMH ini sudah terbangun). 5. Aspek Ijin Laik Operasi PLTMH (Ijin sudah ada karena PLTMH ini sudah terbangun). 6. Surat Rekomendasi dari Petinggi Desa Beringin Tinggi untuk Pembangunan PLTMH (Pembangunan PLTMH ini merupakan permintaan dari petinggi desa Beringin Tinggi dan masyarakat setempat). Dengan kondisi di atas, dapat disimpulkan pembangunan PLTMH baru di Desa Beringin Tinggi ini memenuhi syarat kelayakan dari Aspek Legal. 3.2 Aspek Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Beringin Tinggi memiliki kesadaran yang tinggi akan pentingnya gotong royong untuk pembangunan dan keberlangsungan desa. Pertanian dan produksi bawang merah di desa ini membuat perekonomian masyarakat desa ini cukup stabil. Selain itu diharapkan dengan pemebrdayaan masyarakat terus-menerus terutama bidang pasca produksi perekonomian masyarakat yang didukung oleh energi listrik dari PLTMH akan semakin maju. Masyarakat sangat terbuka terhadap pendatang yang bertujuan untuk membantu pembangunan desa mereka, meskipun demikian Beringin Tinggi secara sosiologis merupakan masyarakat yang mandiri. Lokasi wilayah desa Beringin Tinggi berdekatan dengan hutan dan sungai membuat masyarakat peduli terhadap sumber daya hutan sehingga mereka tidak menebang pohon secara berlebih. CV Bangun Cipta Persada 12

13 Beberapa masyarakat masih menggunakan sungai sebagai sumber air utama kehidupan mereka. Masyarakat desa yang tinggal di dekat unit PLTMH memiliki kesadaran tinggi untuk menjaga dan merawat unit PLTMH yang telah dibangun, sehingga PLTMH dapat beroperasi hingga saat ini (10 tahun) meskipun daya yang dihasilkan belum optimal. Berdasarkan pengamatan lapangan langsung, masyarakat dapat hidup rukun dan bergotong-royong demi setiap aktivitas terkait dengan kepentingan pengelolaan PLTMH. Masyarakat Beringin Tinggi memiliki mata pencarian sebagai petani ladang bawang merah dan petani sawah. Pengelolaan persawahan masih dilakukan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan primer dan saat ini sudah ditanam padi yang dapat dipanen sebanyak 3 kali dalam 1 tahun. Pengelolaan sumber daya alam pada umumnya dilakukan oleh masyarakat guna menjamin kesejahteraan masyarakat desa tersebut. Demikian juga pemanfaatan sumber daya air untuk tenaga listrik (PLTMH) dilakukan oleh masyarakat desa. Perkembangan perekonomian ke depan salah satunya tergantung dari pengembangan dan ketersediaan energi listrik di desa tersebut. Manfaat yang dapat diperoleh dari revitalisasi PLTMH di Desa Beringin Tinggi antara lain: 1. Keamanan lingkungan dapat ditingkatkan dengan adanya penerangan di lingkungan desa. 2. Masyarakat paham akan hubungan antara hutan dan PLTMH sehingga masyarakat sangat tekun dalam menjaga hutan agar tetap lestari. 3. Dengan adanya listrik masyarakat dapat menggunakan peralatan untuk mendukung kehidupan sehari hari (misalnya televisi, seterika, rice cooker, dll.). Upaya revitalisasi PLTMH diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat, keamanan, dan pada gilirannya nanti akan meningkatkan ekonomi masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, revitalisasi PLTMH di Beringin Tinggi memenuhi syarat kelayakan dari Aspek Sosial Ekonomi. CV Bangun Cipta Persada 13

14 3.3 Aspek Teknis Studi Topografi Survei topografi diperlukan untuk mengetahui secara detail letak komponen komponen PLTMH seperti bendung, intake, head race, bak penenang, power house, penstock, dll. Survey topografi yang dilakukan menghasilkan gambar berikut ini Gambar 3.1 Peta topografi PLTMH Beringin Tinggi lokasi 1 Gambar 3.2 Peta topografi PLTMH Beringin Tinggi lokasi 2 CV Bangun Cipta Persada 14

15 Gambar 3.3 Peta topografi PLTMH Beringin Tinggi lokasi 3 Dari peta topografi tersebut didapat data data yang disajikan dalam tabel berikut ini: Tabel 3.1 Data Topografi PLTMH Beringin Tinggi Elevasi Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3 Bak penenang Poros turbin Beda (head) tinggi 7 meter 5 meter 4,50 meter Intake Panjang head race Kemiringan head race 130 meter 160 meter 140 meter 0,0077 0,017 0,014 Kelayakan Layak Layak Layak CV Bangun Cipta Persada 15

16 Berdasarkan hasil pengukuran dan analisis topografi tersebut di atas, maka dinyatakan tata letak topografi PLTMH Beringin Tinggi di ketiga lokasi layak secara topografi Studi Hidrologi Data ketersedian air (data debit, data hujan, data tinggi muka air, data catchment area, dll.) pada DAS Beringin Tinggi diperlukan dalam memenuhi kebutuhan data untuk perencanaan detail atau Detail Engineering Design (DED) pada optimalisasi Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH). Laporan penunjang aspek hidrologi merupakan laporan hasil survei lapangan dan studi literatur yang meliputi: 1. Kondisi dan karakteristik daerah aliran sungai. 2. Iklim dan Metrologi dari lokasi PLTMH. 3. Penyelidikan survei lapangan. 4. Pengolahan dan analisis data. 5. Debit rancangan/desain. Data hidrologi tediri dari data primer dan data sekunder. Data primer didapat melalui survey langsung lapangan pada lokasi PLTMH dan sekitarnya termasuk daerah aliran sungai terkait. Sedangkan data sekunder diperoleh dari lembaga lembaga terkait dengan hidrologi dan geofisika. Kedua data primer dan sekunder tersebut dikolaborasikan dan dianalisis untuk menghasilkan data dukung kelayakan hidrologi bagi pembangunan PLTMH Daerah Aliran Sungai (DAS) Untuk mengetahui secara makro keterkaitan antara PLTMH dan kondisi dataran sungai serta pola hujan aliran di lokasi tersebut diperlukan studi mengenai daerah aliran sungai. DAS Batang Tembesi pada titik lokasi PLTMH Beringin Tinggi digambarkan sebagai berikut: CV Bangun Cipta Persada 16

17 Gambar 3.4 Peta DAS Batang Tembesi di PLTMH Beringin Tinggi Studi DAS ini diperlukan untuk mengetahui sejauh mana sustainabilitas pasokan air dari DAS yang bersangkutan dengan melihat seberapa besar kondisi tutupan lahan dan kondisi lahan kritis di DAS tersebut. Dari survey lapangan, didapat bahwa sebagian besar DAS Batang Tembesi pada titik PLTMH masih didominasi oleh hutan rakyat yang terjaga. Terdapat juga lahan perkebunan kopi rakyat dan bawang merah yang sudah relatif lama dikerjakan oleh masyarakat secara turun temurun. Namun karena luasnya relatif kecil dibanding luas DAS tersebut maka pengaruhnya terhadap pasokan air tidak signifikan. Berdasarkan analisis DAS di atas, maka disimpulkan bahwa DAS Batang Tembesi ini masih mampu menopang ketersediaan air untuk PLTMH Beringin Tinggi Curah Hujan Data curah hujan diambil dari stasiun BMKG yang berada di Kabupaten Merangin disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut: CV Bangun Cipta Persada 17

18 Gambar 3.5 Grafik tinggi hujan bulanan rata rata di Kabupaten Merangin tahun Dari data tinggi hujan BMKG tersebut diperoleh informasi bahwa tinggi hujan tahunan adalah sebesar mm per tahun. Tinggi hujan tersebut masih terpengaruh oleh El Nino sehingga pada kondisi normal tinggi hujan akan lebih dari mm per tahun. Tinggi hujan ini termasuk tinggi hujan yang mencukupi karena besarnya lebih dari mm per tahun. Hasil pengukuran debit sungai pada bulan Desember 2016 adalah sebesar 9,35 m 3 /s. Hasil hitungan hujan aliran dengan menggunakan data peta DAS dan pengukuran tinggi hujan menggunakan metode F.J. Mock, dapat ditampilkan sebagai berikut: CV Bangun Cipta Persada 18

19 Gambar 3.6 Kurva durasi aliran sungai Batang Tembesi (hasil analisis hujan aliran metode F.J. Mock) Berdasarkan pengukuran lapangan, didapat debit pada musim akhir penghujan adalah sebesar 9,35 m3/s dan berdasarkan informasi penduduk terdapat waktu dimana sungai Batang Tembesi kering atau debitnya 0,00 m3/s. Debit rencana sebesar 1,0 m3/s mempunyai keandalan sebesar 80 %. Sedangkan pada debit rendah misalnya sebesar 0,50 m3/s mempunyai keandalan sebesar 85 %. Berdasarkan analisis hidrologi tersebut di atas maka disimpulkan bahwa sungai Batang Tembesi secara umum mampu memasok air ke PLTMH, namun pada puncak musim kemarau dimungkinkan adanya kekeringan sehingga PLTMH tidak dapat berjalan. Oleh karena itu direkomendasikan untuk mengganti turbin dengan fleksibilitas debit yang tinggi, misalnya turbin cross flow Studi Lingkungan Desa Beringin Tinggi memiliki sumber daya alam seperti sungai, hutan, dan ladang disekitar desa yang dimanfaatkan oleh warga untuk menunjang perekonomian mereka. Sumber daya alam seperti sungai didukung dengan keberadaan vegetasi riparian yang memiliki fungsi ekologis sebagai penyangga bagi ekosistem terestrial dan akuatik sungai tersebut. Keberadaan vegetasi riparian dapat menjaga kualitas air sungai, mereduksi CV Bangun Cipta Persada 19

20 polutan di perairan, menjaga suhu air, pengendalian terhadap erosi dan sedimentasi, dan menjaga kestabilan tebing sungai. Vegetasi riparian menjadi habitat hewan liar berlindung, kawin, dan memijahkan telur (ikan). Jenis riparian alami yang banyak dijumpai dilokasi antara lain rumput, semak dan herba yang meliputi Amaranthus spp. Euphatorium odorantum, Cyperus sp., Paspalum sp., Piper sp., Commelina sp., sedangkan jenis riparian pertanian yang banyak dijumpai meliputi kelapa (Cocos nucifera), pisang (Musa spp.), padi (Oryza sativa), bambu (Bambusa sp.). Vegetasi riparian adalah habitat perifiton yang sangat disukai ikan sepat (Trichogaster pectoralis), dan serangga air yang menjadi sumber makanan berbagai jenis ikan seperti kelesa (Scleropages formosus), lais (Cryptoferus), dan keli (Clarias melanoderma). Semakin banyak vegetasi maka semakin banyak invertebrata yang masuk ke sungai sehingga mampu meningkatkan jumlah ikan. Hutan di desa ini memiliki peran penting karena mampu menyimpan air. Pohon yang ditanam dalam hutan lindung memiliki peran penting dalam siklus air. Budidaya pertanian yang dikembangkan oleh masyarakat antara lain bawang merah dan persawahan guna menunjang kebutuhan primer masyarakat. Sumber Energi listrik yang digunakan masyarakat hanya bersumber dari PLTMH yang memanfaatkan sungai sebagai sarana pendukung sehingga masyarakat perlu menjaga kelestarian hutan maupun sungai yang menunjang keberlangsungan PLTMH. Infrastruktur jalan terutama akses jalan masuk ke desa belum sempurna karena masih berupa tanah sehingga sangat menyulitkan warga masyarakat dalam pengembangan perekonomian. Kesulitan akses jalan masuk menuju desa menjadi alasan utama yang membuat warga desa kurang bisa mendapatkan bantuan pemerintah secara penuh. Selain itu keterbatasan sumber energi listrik pun menjadi kendala yang dapat menghambat perkembangan ekonomi masyarakat desa. Keberlajutan dari program ini, diharapkan mampu meningkatkan infrastruktur desa serta peningkatan pasokan energi listrik untuk membantu masyarakat dalam membangun desa. CV Bangun Cipta Persada 20

21 Dengan adanya upaya revitalisasi PLTMH, diharapkan mampu mengembangkan dan memajukan pembangunan khususnya peningkatan insfrastruktur yang ada. Berdasarkan hal diatas, lokasi Desa Beringin Tinggi disimpulkan memenuhi syarat kelayakan lingkungan Studi Kelayakan Infrastruktur Sipil Infrastruktur civil work di desa Beringin Tinggi meliputi bendung, intake, saluran pembawa, bak penenang, spillway, penstock, abutmen penstock, support block, power house. a. Bendung Bendung yang dimiliki pada PLTMH Beringin Tinggi, baik kelompok 1, kelompok 2, maupun kelompok 3 semuanya merupakan tipe non teknis yang tersusun atas tumpukan batu kali tanpa semen, kayu kayu persegi memanjang, dan tanah seperti diperlihatkan pada gambar 3.7. CV Bangun Cipta Persada 21

22 Gambar 3.7 Badan bendung pada PLTMH Beringin Tinggi kelompok 1, 2, dan 3 Berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral nomor 3 tahun 2016 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Energi Skala Kecil, bendung harus terbuat dari konstruksi beton. Sehingga bendung pada lokasi PLTMH Beringin Tinggi ini tidak memenuhi syarat. Oleh karena itu, perlu dilakukan revitalisasi dengan menggunakan konstruksi beton. b. Intake Konstruksi intake di tiga lokasi PLTMH Beringin Tinggi dibangun tanpa menggunakan pasangan batu, dasar dan dinding salurannya masih berupa tanah terbuka. Pintu intake tidak permanen terbuat dari bambu sekaligus sebagai trashrack penyaring sampah. Kondisi intake tersebut diperlihatkan pada gambar 3.8. CV Bangun Cipta Persada 22

23 Gambar 3.8 Kondisi intake PLTMH Beringin Tinggi lokasi 1, 2, dan 3 Berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral nomor 3 tahun 2016 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Energi Skala Kecil, intake harus dibuat secara teknis dari konstruksi beton dengan trashrack dari plat besi, sehingga baik bangunan intake dan trashrack pada PLTMH Beringin Tinggi ini tidak memenuhi syarat, perlu dilakukan revitalisasi. c. Saluran Pembawa (head race) Saluran pembawa di semua lokasi PLTMH Beringin Tinggi menggunakan papan dan drum bekas (bekas drum minyak/oli) sebagai penghantar menuju bak penenang seperti diperlihatkan pada gambar 3.9 CV Bangun Cipta Persada 23

24 Gambar 3.9 Kondisi saluran pembawa di PLTMH Beringin Tinggi di lokasi 1, 2, dan 3 CV Bangun Cipta Persada 24

25 Gambar 3.10 Kondisi saluran pembawa dari papan PLTMH Beringin Tinggi lokasi 1, 2, dan 3 Berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral nomor 3 tahun 2016 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Energi Skala Kecil, saluran pembawa harus terbuat dari konstruksi beton atau pasangan batu kali, sehingga saluran pembawa pada semua lokasi PLTMH Beringin Tinggi ini tidak memenuhi syarat teknis dan perlu dilakukan revitalisasi. d. Saluran pengendap lumpur Saluran pengendap lumpur berfungsi untuk mengendapkan lumpur dan sedimen yang terbawa masuk ke intake. Pada akhir saluran pengendap lumpur harus dilengkapi dengan pintu pembilas. Pada semua titik PLTMH Beringin Tinggi ini tidak terdapat saluran pengendap lumpur, sehingga tidak memenuhi syarat kelayakan teknis. Oleh karena itu, perlu penambahan saluran pengendap lumpur dan pintu pembilas. e. Bak Penenang dan saluran pelimpah Bak penenang pada PLTMH Beringin Tinggi lokasi 3 terdiri dari bak penenang dengan konstruksi batu bata, trashrack bambu serta saluran pelimpah dari pipa paralon seperti diperlihatkan pada gambar 3.11 berikut: CV Bangun Cipta Persada 25

26 Gambar 3.11 Kondisi bak penenang PLTMH Beringin Tinggi lokasi 3 Sedangkan pada lokasi 1 dan 2, bak penenang terbuat dari konstruksi batu bata serta trashrack dari bambu tanpa menggunakan pipa pelimpah, seperti diperlihatkan pada gamabar 3.12 berikut: Gambar 3.12 Kondisi bak penenang pada kelompok 1 (kanan) dan kelompok 2 (kiri). Berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral nomor 3 tahun 2016 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Energi Skala Kecil, pintu penguras dan pelimpah harus dibuat terpisah, trashrack harus terbuat dari plat besi. Dengan demikian, konstruksi bangunan penenang ini tidak layak secara teknis sehingga perlu adanya revitalisasi. CV Bangun Cipta Persada 26

27 f. Penstock Pada kelompok 1 PLTMH Beringin Tinggi, penstock menggunakan pipa PVC berdiameter 36 cm seperti diperlihatkan pada gambar 3.13 berikut: Gambar 3.13 Kondisi penstock pada kelompok 1 PLTMH Konstruksi penstock pada lokasi 2 dan 3 PLTMH Beringin Tinggi terbuat dari drum yang berdiameter 60 cm seperti diperlihatkan pada gambar 3.14 berikut: Gambar 3.14 Kondisi penstock pada kelompok 2 dan 3 PLTMH Beringin Tinggi Berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral nomor 3 tahun 2016 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Energi Skala Kecil, penstock harus terbuat dari pipa besi baja bentuk bulat. Oleh karena itu, konstruksi penstock pada kelompok 1, kelompok 2, serta kelompok 3 PLTMH CV Bangun Cipta Persada 27

28 Beringin Tinggi ini tidak memenuhi kelayakan teknis, sehingga perlu dilakukan revitalisasi. g. Rumah turbin (power house) Rumah turbin pada semua lokasi PLTMH Beringin Tinggi dibuat dengan bangunan semi permanen dari kayu seperti diperlihatkan pad gambar 3.15 berikut: Gambar 3.15 Kondisi rumah turbin PLTMH Beringin Tinggi lokasi 1, 2, dan 3 Berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral nomor 3 tahun 2016 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Energi Skala Kecil, bangunan power house harus terbuat dari bangunan permanen, dan harus dilakukan sejauh mungkin dari tepi sungai untuk menghindari banjir. Oleh karena itu, bangunan power house ini tidak memenuhi syarat kelayakan teknis dan perlu dilakukan revitalisasi. g. Saluran pembuang (tailrace) CV Bangun Cipta Persada 28

29 Konstruksi saluran pembuang PLTMH Beringin tinggi lokasi 3 terbuat dari saluran tanah biasa dengan dimensi tidak teratur seperti diperlihatkan pada gambar 3.16 berikut: Gambar 3.16 Kondisi tailrace PLTMH Beringin Tinggi lokasi 3. Sedangkan pada lokasi 1 dan 2, tailrace sudah menggunakan konstruksi beton sepanjang kurang lebih 3 m, selebihnya saluran pembuang ini masih terbuat dari saluran tanah seperti terlihat pada gambar 3. berikut. Gambar 3.17 Kondisi tailrace PLTMH Beringin Tinggi lokasi 1 dan 2 Berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral nomor 3 tahun 2016 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Energi Skala Kecil, konstruksi tailrace harus terbuat dari pasangan batu atau beton. Oleh karena itu tailrace pada lokasi 1, 2, dan 3 tidak memenuhi syarat kelayakan teknis, sehingga perlu dilakukan revitalisasi. CV Bangun Cipta Persada 29

30 3.3.5 Studi Kelayakan Mekanikal Elektrikal a. Lokasi 1 PLTMH Beringin Tinggi Infrastruktur mekanikal elektrikal pada lokasi 1 PLTMH Beringin Tinggi meliputi mesin turbin dan panel box electrical control. Turbin yang digunakan berjenis crossflow. Bering yang digunakan berjenis MSK berukuran SN 512. Pulley turbin yang digunakan berjenis B3 berukuran 46 cm seperti yang diperlihatkan pada gambar Gambar 3.18 Turbin cross flow pada PLTMH Beringin Tinggi lokasi 1 Kondisi turbin, bering, pulley turbin dalam keadaan baik. Adapter yang digunakan berukuran 50 cm. Selain itu, runner pada kelompok ini berukuran 50 cm dengan kondisi baik. Generator yang digunakan berjenis sincronus berukuran 30 KW 3 phasa. Pulley generator jenis B3 berdiameter 12,5 cm dan V Belt jenis B 3 berukuran B 110. As turbin yang digunakan berukuran 5,5 cm. Kondisi guidavane, baseframe turbin, adapter, generator, pulley generator, baseframe generator, v-belt, as turbin dalam keadaan berfungsi. Daya maksimal yang dibangkitkan berdasarkan pemeriksaan lapangan adalah 21 KW. Dari data turbin dan output daya tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa turbin tidak memenuhi syarat seperti yang direncanakan yaitu menghasilkan daya 30 KW (sesuai dengan CV Bangun Cipta Persada 30

31 kapasitas generator). Oleh karena itu, perlu dilakukan revitalisasi untuk menyesuaikan kapasitas generator dan kemampuan turbin. Panel control lokasi 1 PLTMH Beringin Tinggi memiliki jaringan distribusi berjenis twisted berukuran 50 x 80 cm dengan dilengkapi ampere meter dan volt meter. Gambar 3.19 Kondisi jaringan distribusi kelompok 1 di daerah Beringin Tinggi Tiang listrik berbahan kayu dengan kondisi darurat. MCB yang dimiliki berukuran 2 Ampere dengan kondisi tidak standar seperti yang diperlihatkan pada gambar Gambar 3.20 Kondisi Tiang Listrik kelompok 1 di daerah Beringin Tinggi CV Bangun Cipta Persada 31

32 PLTMH pada lokasi ini tidak memiliki ballast load, penangkal petir, pembumian, accessories tiang, toll kits, dan pengaman ballast. b. Lokasi 2 PLTMH Beringin Tinggi Infrastruktur mekanikal elektrikal pada PLTMH lokasi 2 meliputi mesin turbin dan panel box electrical control. Turbin yang digunakan berjenis crossflow seperti yang diperlihatkan pada gambar Gambar 3.21 Kondisi turbin PLTMH Beringin Tinggi lokasi 2 Pulley turbin yang digunakan berjenis B3 dengan diameter 61 cm. Kondisi turbin, bering, pulley turbin dalam keadaan baik. Adapter yang digunakan berukuran 69 cm. Generator yang digunakan berjenis sincronus berukuran 30 KW 3 fhasa. Pulley generator berdiameter 5 inchi dan V Belt jenis B 3 berukuran 125 cm. As turbin yang digunakan berukuran 6 cm. Kondisi guidavane, baseframe turbin, adapter, generator, pulley generator, baseframe generator, v-belt, as turbin dalam keadaan berfungsi. Daya maksimal yang dibangkitkan berdasarkan pemeriksaan lapangan adalah 16 KW. Dari data turbin dan output daya tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa turbin tidak memenuhi syarat seperti yang direncanakan yaitu menghasilkan daya 30 KW (sesuai dengan kapasitas generator). Oleh karena itu, perlu dilakukan revitalisasi untuk menyesuaikan kapasitas generator dan kemampuan turbin. CV Bangun Cipta Persada 32

33 Panel kontrol PLTMH Beringin Tinggi lokasi 2 menggunakan jaringan distribusi berjenis twisted dengan ukuran 50 x 80 cm dengan dilengkapi ampere meter dan volt meter seperti yang diperlihatkan pada gambar Gambar 3.22 Kondisi jaringan distribusi kelompok 2 di daerah Beringin Tinggi Tiang listrik menggunakan kayu dan sudah banyak mengalami pelapukan. MCB yang dimiliki berukuran 2 Ampere dengan kondisi tidak standar seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.17 Gambar 3.23 Kondisi Tiang Listrik kelompok 2 di daerah Beringin Tinggi CV Bangun Cipta Persada 33

34 c. Lokasi 3 PLTMH Beringin Tinggi Infrastruktur mekanikal elektrikal pada PLTMH lokasi 3 ini meliputi mesin turbin dan panel box electrical control. Turbin yang digunakan berjenis crossflow dengan daya yang dihasilkan 30 KW seperti yang diperlihatkan pada gambar Gambar 3.24 Kondisi turbin kelompok 3 di desa Beringin Tingggi Bering yang digunakan berjenis SNR berukuran NS512. Selain itu, pulley turbin yang digunakan berjenis B3 berukuran 20 inchi. Kondisi turbin dan bering dalam keadaan baik. Adapter yang digunakan berukuran 60 cm. Generator yang digunakan berjenis sincronus berukuran 30 KW 3 Fhasa. Pulley generator jenis B3 berdiameter 5 inchi dan V Belt jenis B 3 berukuran B 110. As turbin yang digunakan berukuran 5,5 cm. Kondisi guidavane, baseframe turbin, adapter, generator, pulley generator, baseframe generator, v-belt, as turbin dalam keadaan baik. Daya maksimal yang dibangkitkan berdasarkan pemeriksaan lapangan adalah 7 KW. Dari data turbin dan output daya tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa turbin tidak memenuhi syarat seperti yang direncanakan yaitu menghasilkan daya 30 KW (sesuai dengan kapasitas generator dan kemampuan turbin). Oleh karena itu, perlu dilakukan revitalisasi untuk menyesuaikan kapasitas generator dan kemampuan turbin. CV Bangun Cipta Persada 34

35 Panel kontrol kelompok ini menggunakan jaringan distribusi berjenis twisted berukuran 50 x 80 cm dengan dilengkapi ampere meter dan volt meter dengan kondisi standar seperti diperlihatkan pada gambar 3.25 berikut: Gambar 3.25 Kondisi panel control di PLTMH lokasi 3 Tiang listrik menggunakan kayu dan sudah banyak mengalami pelapukan sehingga perlu diganti. Aksesoris tiang tidak lengkap seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.26 berikut. MCB yang dimiliki berukuran 1 Ampere dengan kondisi tidak standar. Gambar 3.26 Kondisi Tiang Listrik kelompok 3 di daerah Beringin Tinggi CV Bangun Cipta Persada 35

36 Sementara itu, distribusi jaringan listrik menuju rumah warga pada setiap kelompok sudah terbagi dengan baik. Total 104 rumah telah teraliri listrik melalui pembangkit listrik ini. Berikut merupakan tabel distribusi jaringan setiap kelompok: Tabel 3.2 Distribusi jaringan listrik ke rumah warga No Kelompok Rumah Teraliri Keterangan 1 Kelompok 1 27 rumah - 2 Kelompok 2 40 rumah - 3 Kelompok 3 37 rumah - Dari kondisi yang disajikan di atas, maka kondisi elektrikal dan mekanikal PLTMH Beringin Tinggi pada lokasi 1, 2, dan 3 disimpulkan masih bisa berjalan menghasilkan listrik. Namun, output listrik yang dihasilkan masih jauh dari perencanaan semula. Oleh karena itu dari komponen mekanikal elektrikal disimpulkan tidak layak dan perlu dilakukan revitalisasi untuk meningkatkan daya listrik yang dihasilkan. 3.4 Aspek Pengelolaan Pengelolaan PLTMH di desa Beringin Tinggi baik di lokasi 1, 2, maupun 3 dilakukan oleh Lembaga atau kelompok masyarakat Desa yang dibentuk berdasarkan hasil musyawarah bersama sehingga terbentuk struktur lembaga yang meliputi ketua, wakil ketua, bendahara, serta operator yang merangkap sebagai mekanik. Lembaga tersebut berperan dalam pengelolaan serta pemeliharaan PLTMH. Hal ini dibuktikan dengan adanya struktur keorganisasian yang sudah terbentuk. Ketua, sekretaris, dan bendahara PLTMH pada 3 lokasi tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 3.2 Struktur Pengurus PLTMH Desa Beringin Tinggi Pengurus PLTMH Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3 Beringin Tinggi CV Bangun Cipta Persada 36

37 Ketua Arfan Aspari Taidi Wakil ketua - Buneo Arjidin Bendahara M. Suarman Syarial Nata Sekretaris - - Adamuri Jumlah anggota 30 orang 35 orang 48 orang Di samping itu pada PLTMH Beringin Tinggi sudah ada aturan dan sanksi yang dibuat oleh masyarakat seperti berikut ini: a. Setiap anggota wajib membayar iuran bulan b. Apabila ada anggota yang tidak membayar bulanan berturut-turut selama 3 bulan maka listrik ke ruamhnya di cabut. c. Kalau ingin menyambung kembali listrik yang dicabut maka harus melunasi iuran yang menunggak 3 bulan d. Setiap anggota wajib hadir ketika ada kegiatan goro bersama untuk memperbaiki apabila ada kerusakan,wajib membayar apabila ada kesepakatan iyuran. e. Apabila ada anggota yang tidak hadir goromaka dikenakan denda Rp ,- f. Selalu musyawarah apabila ada keperluan untuk kelompok. Agar PLTMH dapat berjalan dan beroperasi maksimal tentu saja diperlukan dukungan dan pemeliharaan dari seluruh warga Desa Beringin Tinggi serta dari pemerintah daerah setempat. Selain itu, Perlu adanya peningkatan kinerja dari tiap elemen masyarakat dalam merawat PLTMH. Berdasarkan kajian tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa lokasi Desa Beringin Tinggi layak untuk dilakukan revitalisasi PLTMH dengan pendampingan oleh pemerintah setempat. 3.5 Kesimpulan Komprehensif Studi Kelayakan (Feasibility Study) Untuk mengetahui secara komprehensif kelayakan PLTMH Beringin Tinggi pada 3 lokasi tersebut, berikut ini disajikan tabel kelayakan komprehensif. CV Bangun Cipta Persada 37

38 Tabel 3.2 Rekapitulasi analisis kelayakan komprehensif PLTMH Beringin Tinggi Aspek Studi Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3 Layak Tidak Layak Layak Tidak Layak Layak Tidak Layak Legal Sosial Ekonomi Topografi Hidrologi Lingkungan Infrastruktur Sipil Mekanikal Elektrikal Pengelolaan Berdasarkan tabel tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa masyarakat di 3 lokasi PLTMH di Beringin Tinggi sudah siap dalam mengelola PLTMH dari sisi kelembagaan, legal, pengelolaan, sosial ekonomi, lingkungan. Namun dari aspek infrastruktur sipil dan mekanikal elektrikal tidak layak, dalam arti baik konstruksi bangunan sipil dan mekanikal elektrikal tidak memenuhi standar perencanaan dalam Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral nomor 06 tahun 2016 tentang. Oleh karena itu, direkomendasikan untuk membangun sebuah PLTMH baru yang dapat memberi pasokan listrik kepada ketiga wilayah yang CV Bangun Cipta Persada 38

39 bersangkutan. Sedangkan merevitalisasi setiap PLTMH agar sesuai dengan kondisi standar teknis tidak disarankan. CV Bangun Cipta Persada 39

40 BAB IV ANALISA DAN PERENCANAAN 4.1 Parameter Perencanaan Berdasarkan rekomendasi feasibility study maka akan dilakukan perencanaan PLTMH di loksai baru yang dapat memenuhi seluruh kebutuhan 3 (tiga) PLTMH di Beringin Tinggi. Adapun lokasi pembangunan PLTMH baru ini adalah seperti pada gambar berikut ini Lokasi PLTMH baru Gambar 4.1 Lokasi PLTMH Beringin Tinggi baru Untuk merencanakan PLTMH, parameter topografi, hidrologi, daya dukung tanah, dan lingkungan untuk melaksanakan operasi dan pemeliharaan sangat penting. Dalam perencanaan DED ini, akan ditinjau parameter topografi, hidrologi dan daya dukung tanah sebagai parameter penting dalam perencanaan teknis. Parameter hidrologi yang penting adalah debit rancangan, seangkan parameter topografi adalah head atau tinggi terjunan, dan pada daya dukung tanah adalah stabilitas tanah. CV Bangun Cipta Persada 40

41 4.1.1 Debit Rancangan Berdasarkan hasil studi pada PLTMH Beringin Tinggi, diapakai debit rencana atas sebesar 1,0 m 3 /s, dan debit rencana bawah sebesar 0,5 m 3 /s dengan output yang diharapkan sebesar 50 KW Head (tinggi terjunan) Dari hasil pengukuran topografi, diperoleh beda tinggi sebesar 11,0 m. Oleh karena itu akan digunakan turbin jenis cross flow. Turbin jenis cross flow perlu memperhatikan terhadap penggenangan akibat banjir. Oleh karena itu power house turbin cross flow ini diletakkan minimal 2,5 m dari muka air normal Daya dukung tanah Berdasarkan data topografi, dapat disimpulkan bahwa lokasi PLTMH Beringin Tinggi baru terletak pada daerah dengan kemiringan sedang sampai tingi. Struktur tanahnya berupa tanah lempung berbatu ukuran kecil sampai sedang, dan struktur tebing sungai relatif terjal namun tidak ditemukan longsoran tebing sepanjang sungai. Kelongsoran tebing sungai pernah terjadi akibat pengerukan oleh masyarakat. Hal di atas berarti daya dukung tanah pada lokasi tersebut baik. Dari hasil pengamatan struktur bangunan PLTMH lainnya yang ada (lokasi 1, 2, dan 3) yaitu intake, head race, bak penenang, dan power house yang tidak mengalami kerusakan konstruksi misalnya retak retak, bergeser, patah, dll., selama lebih dari 10 tahun. Maka dapat disimpulkan bahwa daya dukung tanah pada lokasi PLTMH baru yang tidak jauh dari PLTMH Beringin Tinggi lokasi 1 cukup kuat untuk menahan bangunan bangunan yang akan dibangun pada PLTMH baru Demand Ketersediaan dan Kebutuhan Listrik Berdasarkan data kebutuhan listrik per rumah yang disurvey, maka demand tiap tiap rumah tidak lebih dari 220 watt. Oleh karena itu, maka direncanakan setiap kepala keluarga akan mendapatkan pasokan listrik CV Bangun Cipta Persada 41

42 sebesar 220 watt, dengan jumlah rumah saat ini yang sudah teraliri adalah sebagai berikut: No Kelompok Rumah Teraliri 1 Kelompok 1 27 rumah 2 Kelompok 2 40 rumah 3 Kelompok 3 37 rumah Total rumah 104 rumah Setiap rumah mampu membayar iuran sebesar Rp ,00 Rp ,00 per bulan. Kebutuhan total daya desa Beringin Tinggi adalah: Kebutuhan = Output daya x jumlah rumah = 220 x 104 = watt Berdasarkan data hidrologi dan head, maka dapat dibangun PLTMH dengan daya output 88 KW. Daya ini dapat untuk memenuhi kebutuhan listrik di desa Beringin Tinggi yang besarnya 23 KW. Sehingga, daya listrik yang belum digunakan adalah sebesar 65 KW. Daya yang belum digunakan ini direncakan untuk dapat meng-cover kebutuhan listrik untuk masa depan (10 hingga 20 tahun), serta dapat digunakan untuk industri kopi dan bawang merah dalam skala kecil. 4.2 Perencanaan dan Sistem Konstruksi Sistem PLTMH Sistem PLTMH baru yang akan dibangun tidak menggunakan saluran pembawa, jadi dari intake langsung menuju bak pengendap, bak penenang, penstock, power house, dan tailrace. Berikut ini adalah sistem PLTMH yang akan dibangun CV Bangun Cipta Persada 42

43 Gambar 4.3 Sistem PLTMH pada peta topografi lokasi PLTMH baru Sedangkan sistem yang lebih detail dari bagian bagian PLTMH adalah sebagai berikut: Gambar 4.4 Desain dasar sistem PLTMH Beringin Tinggi CV Bangun Cipta Persada 43

44 4.2.2 Perencanaan Bangunan Sipil Fasilitas bangunan sipil yang dibutuhkan untuk PLTMH Beringin Tinggi baru ini antara lain bendung, bangunan penyadap air (intake), bak pengendap dan penenang (forebay), rumah turbin (power house), dan saluran pembuangan (tail race). Untuk penjelasan komponen sipil di atas akan dijelaskan sebagai berikut : 1. Bangunan Bendung Bendung yang akan dibangun pada PLTMH Beringin Tinggi ini harus memenuhi syarat Permen ESDM nomor 3 tahun 2016, dan sesuai dengan standard Dirjen SDA Kementerian PUPR. Bangunan bending direncanakan dibangun pada koordinat S dan E Gambar 4.6 Bangunan bendung (tampak atas) Tinggi bendung adalah 2,5 m. Panjang bendung direncanakan 10 meter. Bangunan bendung ini dilengkapi dengan pilar penghantar dan pintu sadap dan pembilas. CV Bangun Cipta Persada 44

45 Gambar 4.7 Potongan bendung 2. Bangunan Sadap Air (Intake) Untuk mendapatkan debit yang maksimal maka digunakanlah intake atau biasa disebut bangunan sadap air di pinggir bendung dengan dimensi sesuai dengan debit rencana yang ditentukan, yaitu 1 m 3 /s. Struktur intake berupa pasangan batu kali dengan plesteran semen. Bangunan intake dibuat menyatu dengan bangunan bendung. Gambar 4.8 Bangunan Penyedap Air (Intake) di PLTMH di Beringin Tinggi CV Bangun Cipta Persada 45

46 Gambar 4.9 Potongan Intake Dimensi bangunan Intake yang akan dipergunakan dapat dihitung menggunakan rumus seperti di bawah ini. Dengan : Cd (koefisien debit) = 0,80 (rekomendasi JICA) h (tinggi pintu air rencana) = 1 m g (percepatan gravitasi) = 9,81 m/s 2 z (kehilangan energi bukaan air) = 0,25 m (rekomendasi JICA) maka nilai dimensi intake adalah sebagai berikut : 1 = b x 1 x x 9.81 x 0.25 b = 0,56 m Jadi dimensi pintu pengambilan dengan ukuran lebar bersih yaitu 0,56 meter dan tinggi pengambilan yaitu 1 meter. CV Bangun Cipta Persada 46

47 Pada muka depan pintu dipasang saringan sampah dengan ukuran lebar 0,56 meter dan tinggi 1 m. Ukuran luas bersih untuk melewati air yang diharapkan digunakan rumus sebagai berikut Dimana : Q = Debit air (m 3 /s) = 1 m 3 /s V = Kecepatan air masuk (m/s) Kecepatan rencana air masuk (direkomendasikan 0,6 1 m/s) diambil kecepatan (v) yaitu 0,8 m/s. Maka nilai luasan (A) bersih yang diharapkan adalah: 1/0,8 = 1,25 m 2, dengan tinggi intake (h) 1,0 m maka didapat lebar intake (B) = 1,25 m, direkomendasikan menjadi 1,30 m. 3. Bak Pengendap Bak pengendap lumpur berfungsi untuk menampung sedimen lumpur sebelum air masuk ke bak penenang. Dimensi bak pengendap dapat dihitung dengan persamaan di bawah ini. v = umumnya 0,3 m/s sampai 0,6 m/s, dipakai 0,45 m/s (rekomendasi JICA) w = 0,1 m/detik dengan target ukuran butir sekitar 0,5 1 mm h = tinggi air basah 1,40 m (lebih rendah 0,4 m dari dasar intake) Maka, panjang bak pengendap dapat dihitung : L = 0,45 x 1,40/0,1 L = 6,3 m, dibulatkan menjadi 7 m. CV Bangun Cipta Persada 47

48 B = 1,0 / (1,4 x 0,45) B = 1,58 m, dibulatkan menjadi 1,75 m Jadi, lebar saluran Pengendap adalah 1,75 m dan panjang 7 m. Kapasitas saluran pengendap v = 7 x 1,75 x 1,4 v = 17,15 m 3 Jadi kapasistas saluran pengendap adalah 17,15 m 3 Gambar 4.10 Potongan saluran pengendap CV Bangun Cipta Persada 48

49 4. Pintu penguras lumpur Pintu penguras lumpur direncanakan terletak pada akhir bangunan pengendap lumpur, dengan dimensi lebar yaitu 1 m dan kedalaman 1,4 m. Gambar 4.11 Pintu penguras lumpur 5. Saluran pelimpah (spillway) Saluran pelimpah berfungsi untuk membuang air kelebihan yang masuk ke intake. Spillway dibuat untuk mengantisipasi kelebihan level air pada bak penenang atau dengan kata lain untuk mencegah terjadinya overtoping. Keberadaan spillway mutlak diperlukan dalam PLTMH ini. Rumus yang digunakan untuk mendesain spillway adalah sebagai berikut: Dimana: = kedalaman air pada spillway (m) = lebar spillway (m) = debit aliran masuk (m^3/s) = koefisien (1.8) CV Bangun Cipta Persada 49

50 Dimensi saluran pelimpah sesuai dengan dimensi yang ada yaitu lebar 1 m, sehingga diperoleh tinggi spillway hsp = 0,36 m, dibulatkan menjadi 0,40 m Gambar 4.12 Spillway 6. Bak Penenang (Forebay) Bak penenang berfungsi untuk menampung air sebelum air masuk ke dalam pipa hisap. Dimensi bak penenang dapat dihitung dengan persamaan di bawah ini. v = umumnya 0,3 m/s sampai 0,6 m/s, (rekomendasi JICA) dipakai 0,3 m/s w = 0,1 m/s dengan target ukuran butir sekitar 0,5 1 mm h = tinggi air basah 1,40 m Maka, panjang Bak Penenang dapat dihitung : L = 0,3 x (1,4/0,1) L = 4,2 m, dibulatkan menjadi 5,0 m. CV Bangun Cipta Persada 50

51 B = 1 / (1,4 x 0,3) B = 2,38 m, dibulatkan dan direkomendasikan menjadi 2,5 m. Jadi, lebar Bak penenang adalah 2,5 m dan panjang 5 m Kapasitas bak penenang v = 5 x 2,5 x 1,4 v = 17,5 m 3 Jadi kapasistas bak penenang adalah 17,5 m 3 Gambar 4.12 Bak Penenang pada PLTMH Beringin Tinggi CV Bangun Cipta Persada 51

52 Bak penenang ini dilengkapi dengan pipa penguras vertical dengan diameter 20 cm, yang berfungsi untuk menguras lumpur yang mengendap di bak penenang. 8. Pipa pesat (penstock) a. Dimensi Penstock berikut: Untuk menghitung dimensi penstock digunakan rumus sebagai Q = (0,3968 x 1/n) x (0,25 π D 8/3 ) x S 1/2 dengan, n = 0,012 Q = 1,0 m 3 /s L = 20 m H = 9 m didapat, D = 0,34 m, dibulatkan menjadi 0,35 m didapat D = 0,59 m D = 2,69 x (n 2 x Q x L / H) 0,1875 dengan Vopt = 3,53 m/s didapat, D = 0,67 m D = 1,273 x (Qd / Vopt) 1/2 (rekomendasi JICA) Dari ketiga hitungan dengan rumus yang dihasilkan tersebut, direkomendasikan untuk menggunakan penstock dengan diameter 0,6 m. CV Bangun Cipta Persada 52

53 Gambar 4.13 Penstock a. Intake Penstock Intake penstock yang direncanakan untuk PLTMH Beringin Tinggi adalah sebuah konstruksi yang menghubungkan bak penenang dengan penstock. Intake harus didesain sedemikian rupa sehingga dapat mengurangi kerugian energi ketika air masuk ke penstock, akibat pengecilan permukaan yang terjadi secara tiba-tiba. Kerugian energi akibat pengecilan tiba-tiba dapat dikurangi dengan desain khusus sehingga aliran menjadi lebih teratur. Berikut beberapa contoh konstruksi inlet penstock. Gambar 4.14 Beberapa contoh desain inlet penstock Rumus kehilangan energi adalah sebagai berikut: CV Bangun Cipta Persada 53

54 dengan, Kehilangan energi di jalan masuk intake (m) Koefisien losses = 0,05 Kecepatan air (m/s) = Q / A = 3,53 m/s Percepatan gravitasi (m/s^2) sehingga didapat h = 0,032 m Dapat diketahui secara langsung bahwa desain jalan masuk intake yang terbaik adalah (c), karena memiliki koefisien losses yang terkecil, yaitu 0,05. Tinggi tenggelam intake penstock dapat dihitung dengan menggunakan persamaan: Dimana: = tinggi tenggelam intake (m) = kecepatan air dalam penstock (m/s) = diameter penstock (m) = percepatan gravitasi (m/s^2) sehingga didapat = 1,47 m Dengan demikian maka ukuran kedalaman bak penenang ditingkatkan menjadi 2,50 m untuk menjaga jarak penstock dengan dasar bak penenang sebesar 1,03 m guna menghindari sedimen entrance. 8. Rumah Pembangkit (Power House) Rumah pembangkit merupakan instalasi untuk mekanikal dan elektrikal work. Mesin turbin beserta sistem transmisi mekanik, generator, panel kontrol, dan ballast load terpasang di dalam power house ini. Power house yang direncanakan berukuran 4 meter x 4 meter dan tinggi 3 meter, bangunan permanen dengan pasangan batu kali dan pasangan batu bata. Bagian lantai rumah pembangkit diperkuat dengan struktur fondasi dan plat beton. Rumah pembangkit direncanakan dibangun pada koordinat S dan E CV Bangun Cipta Persada 54

55 Gambar 4.15 Rumah Turbin (Power House) PLTMH Beringin Tinggi 11. Saluran Pembuangan (Tail Race) Saluran pembuangan digunakan untuk membuang air yang telah terpakai untuk memutar turbin, lalu disalurkan kembali ke sungai melalui saluran tail race. Dimensi saluran tail race dapat dihitung dengan cara seperti berikut : Rencana : Debit (Q) = 1,15 m 3 /s Kecepatan (v) = 1 m/s Lebar Penampang (b) = 1,5 m Penampang basah saluran pembuang adalah sebagai berikut : CV Bangun Cipta Persada 55

56 1,0 = A x 1 A = 1,0 m 2 Maka : 1,0 = 1,5 x h H = 0,67 m Keliling basah : P = Keliling basah saluran pembuang (m) P = x 0,67 P = 2,3 m Jari-jari hidraulis R = 1,0/2,3 R = 0.43 Kemiringan saluran dihitung dengan menggunakan rumus manning : dengan n = 0,025 1 = 1/0,025 x 0,43 2/3 x I 1/2 I = 0,0019, direkomendasikan menjadi 0,005 CV Bangun Cipta Persada 56

57 Gambar 4.16 Tailrace PLTMH Beringin Tinggi Dalam semua hasil hitungan bangunan sipil, yaitu intake, bak pengendap, bak penenang, dan tailrace direkomendasikan untuk ditambah dengan tinggi jagaan sebesar 0,25 m. 12. Tangga Ikan (Fishway) Untuk memberikan fasilitas ikan dan biota akuatik lainnya di sungai yang mempunyai fisiologi bermigrasi, maka direkomendasikan untuk dibangun fishway pada bendung PLTMH Beringin Tinggi. Konstruksi fishway dipilih yang mudah dikerjakan dan mudah dilakukan perawatan sebagai berikut ini CV Bangun Cipta Persada 57

58 Gambar 3.26 Konstruksi fishway 3.3 Fasilitas Mekanikal Elektrikal Pemilihan Turbin Turbin yang dipilih untuk PLTMH Beringin Tinggi ini adalah turbin cross flow, dengan pertimbangan head lebih dari 10 m dan ketersediaan turbin di Indonesia. Disamping itu, dalam pemilihan turbin harus memperhatikan debit rencana dan head. Pada PLTMH Beringin Tinggi ini, debit rencana maksimal ini adalah 1,0 m 3 /s. Grafik dibawah ini menunjukkan proses pemilihan turbin. CV Bangun Cipta Persada 58

59 Gambar 4.17 Grafik kriteria pemilihan turbin Dari grafik tersebut di atas, terdapat dua pilihan yaitu cross flow dan Francis Spiral Casing. Berdasarkan pertimbangan sebelumnya, maka dipilih turbin cross flow Penentuan jumlah turbin Pada pemilihan jumlah turbin diambil pertimbangan efisiensi dana dan efisiensi teknis. Harga turbin lebih dari satu pada power yang sama jauh lebih mahal daripada jumlah turbin satu. Sehingga pada umumnya disarankan menggunakan turbin tidak lebih dari satu. Namun, harus dipertimbangkan efisiensi teknis terkait dengan ketersediaan air secara kontinyu. Pada sungai yang debitnya kontinyu dapat menggunakan satu turbin. Sedangkan pada sungai yang debitnya tidak kontinyu, misalnya perbedaan musim kemarau dan penghujan tinggi disarankan menggunakan turbin lebih dari satu. Khusus untuk turbin cross flow memiliki kemampuan untuk adaptasi (adjustment) terhadap besaran debit yang masuk dengan menggunakan governor untuk mengatur debit air. Oleh karena itu, pada pembangunan PLTMH Beringin Tinggi ini dipakai satu turbin cross flow. CV Bangun Cipta Persada 59

60 3.3.3 Performansi Turbin Turbin cross flow telah banyak dipakai di Indonesia dan menunjukkan kinerja yang bagus. Di samping itu, efisiensi turbin cross flow relatif tinggi yaitu 0, Karakteristik Turbin Dalam menentukan karakteristik turbin, direkomendasikan untuk bekerja sama dengan pabrik pembuat turbin. Hal ini sangat berpengaruh pada performa turbin. Pengalaman pabrik pembuat turbin dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam penentuan karakteristik turbin. Di samping itu, pihak pabrik turbin dapat ikut memberikan garansi sustainibilitas operasi dan pemeliharaan turbin. Demikian juga pemilihan electrical work (generator, panel kontrol, ballast load, dll.) disarankan untuk mendapatkan (membeli) pada pabrik turbin yang sama. Berikut ini adalah daftar karakteristik turbin dan electrical work yang disarankan untuk PLTMH Beringin Tinggi. Gambar 4.18 Karakteristik turbin PLTMH Beringin Tinggi Sementara itu, efisiensi turbin dan generator pada data di atas bisa turun tergantung kualitas dari produk itu sendiri, serta pabrik pembuat Jaringan Distribusi CV Bangun Cipta Persada 60

61 Untuk membangun jaringan distribusi PLTMH Beringin Tinggi, direkomendasikan mengikuti Pedoman Teknis Standardisasi Peralatan dan Komponen PLTMH IMIDAP dan Dirjen Listrik dan Pemanfaatan Energi, ESDM sebagai berikut Spesifikasi Umum Untuk masalah transmisi dan distribusi (JTR), spesifikasi dan perancangan harus mengacu kepada Standar PLN mengenai Transmisi dan Distribusi untuk Pelistrikan Perdesaan. Ketentuan umum lainnya adalah: 1. Transmisi tegangan menengah dan distribusi tegangan rendah harus sesuai dengan Standar PLN mengacu SPLN Tegangan listrik dan frekuensi di tingkat konsumen memiliki toleransi lebih kurang 10% sesuai dengan SNI dan SNI Tegangan di harus bisa diatur melalui AVR atau potensiometer di kontrol (untuk ) 4. Peta jaringan distribusi harus ada untuk semua kapasitas PLTMH yang berisi: a. Tegangan di b. Panjang kabel jaringan c. Beban maksimal di pusat-pusat beban d. Tegangan minimal yang ditoleransi di titik pusat beban e. Jumlah tersambung tiap di tiap titik f. Posisi penangkap petir g. Posisi pemutus. 5. Pada jaringan distribusi 3 fasa maka beban sebaiknya selalu seimbang setiap saat di tiap fasa 6. untuk generator sinkron tidak boleh kurang dari 0.8, dan tidak powerhouse induction generator powerhouse fase switch Power factor Standardisasi Peralatan dan Komponen Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Ketentuan Umum Jaringan dan Distribusi boleh kurang dari 0.95 untuk generator induksi 7. Pembumian dan penangkap petir harus dilakukan sesuai SNI atau SPLN Kabel transmisi atau distribusi harus disesuaikan dengan perkiraan beban dan kehilangan daya (penurunan tegangan yang diperbolehkan) 9. Kabel di atas tanah sebaiknya berada minimal 5 meter di atas tanah 10. Jika menggunakan jaringan kabel terbuka maka antar konduktor jarak minimal adalah 30 cm dengan syarat tinggi tiang listrik 9 meter CV Bangun Cipta Persada 61

62 11. Tiang listrik bisa menggunakan kayu, tiang besi atau tiang beton pratekan sesuai dengan SPLN Tiang jaringan menggunakan kayu hanya boleh dilakukan untuk PLMTH dengan kapasitas di bawah 15 kw sesuai dengan sesuai dengan SPLN Jarak antar tiang untuk kabel berukuran 16 mm2 dual core disarankan adalah 30 meter, sedangkan untuk kabel berukuran sampai 35 mm2 disarankan adalah 25 meter sesuai dengan SPLN Standar konstruksi listrik pedesaan. Maksimal rentangan adalah 50 meter 14. Semua kabel yang dipakai harus sesuai dengan SNI jaringan listrik pedesaan SPLN. Spesifikasi tiang listrik dan pondasinya baik untuk saluran tegangan rendah maupun menengah disesuaikan dengan Standar yang ada. Jika pada kondisi yang ekstrim dan standar tidak bisa dipenuhi maka spesifikasi berikut dapat dipakai : 1. Tinggi tiang minimal untuk jaringan tegangan rendah adalah 6 meter 2. Tiang listrik dan pondasinya harus mampu menahan tekanan angin dengan menggunakan kayu keras lokal atau tiang besi biasa lain. Ketebalan minimal minimal 3. Spesifikasi Tiang Listrik Standardisasi Peralatan dan Komponen Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) ketentuan umum jaringan dan distribusi untuk tiang besi adalah 2 mm dan memperkirakan untuk korosi sebesar 1 mm 3. Tiang bambu tidak disarankan dipakai 4. Jika ada perubahan arah kabel maka tiang harus diberikan penahan baik berupa kabel (guy wire) atau bahan lain seperti tiang penyangga 5. Kedalaman pondasi minimal 15% dari panjang tiang 6. Jika dipergunakan tiang besi berlubang, maka ujung atas harus tertutup sehingga air tidak masuk 7. Pondasi yang dipergunakan adalah beton dengan campuran minimal 1:3:5 (semen, pasir, kerikil). CV Bangun Cipta Persada 62

63 Instalasi peralatan jaringan transmisi dan distribusi harus disesuaikan dengan standar terkait. Instalasi peralatan jaringan dan transmisi harus menggunakan peralatan yang sesuai. Prinsip utama: 1. Kabel transmisi atau distribusi tidak boleh terlalu dekat dengan tanah. Jarak minimal dengan tanah adalah 6 meter 3. Cabang-cabang pepohonan di sekitar jaringan harus dipotong sehingga terhindar dari kemungkinan cabang jatuh ke kabel 4. Pemasangan harus aman dan dilengkapi dengan pengaman, terutama pengamanan terhadap petir 5. Instalasi jaringan dilakukan oleh tenaga instalatur bersertifikat. Pada kondisi tertentu jika tidak terdapat tenaga ahli dapat menggunakan tenaga yang terlatih. Pedoman teknis instalasi jaringan dapat mengacu kepada SNI Instalasi Jaringan Transmisi dan Distribusi Instalasi Jaringan Transmisi dan Distribusi Standardisasi Peralatan dan Komponen Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Instalasi Jaringan Sambungan Rumah 1. Proses instlasi harus dilakukan oleh tenaga bersertifikat dan terlatih dengan menggunakan peralatan kerja yang tepat guna 2. Instalatur harus melakukan pelatihan dan pengarahan instalasi kepada operator sehingga operator bisa melakukan di kemudian hari 3. Kabel untuk dalam rumah tidak dipergunakan untuk kabel luar rumah 4. Koneksi kluster antar rumah menggunakan kabel sesuai dengan SPLN Instalasi di dalam bangunan/rumah pedesaan harus menggunakan kabel yang tepat sesuai SNI Jika dipergunakan kabel NYM dengan pelindung tunggal, maka kabel harus dilindungi dengan pipa PVC sesuai dengan SPLN Setiap titik koneksi disambung dengan menggunakan terminal dan terlindung dengan adanya T Dos 9. Setiap paket instalasi rumah harus mempunyai pembumian yang cukup sesuai dengan SPLN CV Bangun Cipta Persada 63

64 10. Lampu yang dipergunakan adalah lampu CFL ( ) atau lampu hemat energi. Tidak dianjurkan menggunakan lampu pijar atau lampu TL efisiensi rendah 11. Setiap alat pembatas daya atau alat pengukur konsumsi daya (kwh meter) harus sesuai dengan SNI Saat listrik telah menyala maka setiap sambungan rumah harus diuji beban sehingga nilai pembatas yang dipakai benar seperti yang tertera pada alat pembatas tersebut. Uji dilakukan secara populasi terhadap seluruh pelanggan. Uji tidak boleh dilakukan secara sampel. 13. Jika lebih dari 10% dari semua pembatas yang terpasang gagal lulus uji maka semua pembatas harus diganti dengan menggunakan komponen yang yang lebih baik. CV Bangun Cipta Persada 64

65 BAB IV RENCANA ANGGARAN BIAYA Rencana anggaran biaya pekerjaan Study Kelayakan (Feasibility Study/FS) dan Detail Engineering Desain (DED) Peningkatan Kapasitas Pembangkit Listrik Mikro Hidro (PLTMH) di Kabupaten Merangin Provinsi Jambi. Total kebutuhan pembuatan PLTMH tersebut adalah Rp ,- dengan perincian rencana anggaran biaya terlampir. CV Bangun Cipta Persada 65

66 BAB V PENUTUP Demikian Laporan DED untuk pekerjaan Study Kelayakan (Feasibility Study/FS) dan Detail Engineering Desain (DED) Peningkatan Kapasitas Pembangkit Listrik Mikro Hidro (PLTMH) di Kabupaten Merangin Provinsi Jambi kami ajukan, atas kerjasamanya kami sampaikan Terima kasih CV Bangun Cipta Persada 66

67 LAMPIRAN CV Bangun Cipta Persada 67

68 A. Foto-foto survey di wilayah PLTMH daerah Beringin Tinggi Gambar. Survey penstock PLTMH Beringin Tinggi kelompok 1 Gambar. Survey kolam penenang PLTMH Beringin Tinggi kelompok 2 Gambar. Survey power house PLTMH Beringin Tinggi kelompok 3 CV Bangun Cipta Persada 68

KATA PENGANTAR. Terimakasih disampaikan kepada KKI Warsi yang mendukung kegiatan ini melalui skema anggaran hibah pada tahun 2016

KATA PENGANTAR. Terimakasih disampaikan kepada KKI Warsi yang mendukung kegiatan ini melalui skema anggaran hibah pada tahun 2016 KATA PENGANTAR Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) adalah salah satu penghasil listrik tenaga air dengan kisaran output daya dibawah kisaran 200 kw. PLTMH merupakan salah satu dari beberapa macam

Lebih terperinci

Kerangka Acuan Kerja (KAK) Perbaikan PLTMH di Desa Rantau Kermas Kecamatan Jangkat Kabupaten Merangin Propinsi Jambi

Kerangka Acuan Kerja (KAK) Perbaikan PLTMH di Desa Rantau Kermas Kecamatan Jangkat Kabupaten Merangin Propinsi Jambi Kerangka Acuan Kerja (KAK) Perbaikan PLTMH di Desa Rantau Kermas Kecamatan Jangkat Kabupaten Merangin Propinsi Jambi I. Latar Belakang KKI WARSI telah lama melakukan pemberdayaan masyarakat di sekitar

Lebih terperinci

Kerangka Acuan Kerja (KAK) Pembangunan PLTMH di Desa Beringin Tinggi Kecamatan Jangkat Timur Kabupaten Merangin Propinsi Jambi

Kerangka Acuan Kerja (KAK) Pembangunan PLTMH di Desa Beringin Tinggi Kecamatan Jangkat Timur Kabupaten Merangin Propinsi Jambi Kerangka Acuan Kerja (KAK) Pembangunan PLTMH di Desa Beringin Tinggi Kecamatan Jangkat Timur Kabupaten Merangin Propinsi Jambi I. Latar Belakang KKI WARSI telah lama melakukan pemberdayaan masyarakat di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. juga untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Saat ini, listrik merupakan salah satu kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Listrik dibutuhkan tidak hanya untuk penerangan, melainkan juga untuk melakukan aktivitas

Lebih terperinci

MENUJU PROPINSI SUMATERA BARAT KECUKUPAN ENERGI BERBASIS AIR EXTENDED ABSTRACT

MENUJU PROPINSI SUMATERA BARAT KECUKUPAN ENERGI BERBASIS AIR EXTENDED ABSTRACT MENUJU PROPINSI SUMATERA BARAT KECUKUPAN ENERGI BERBASIS AIR Dr. Bambang Istijono, ME Staf Pengajar Fakultas Teknik Universitas Andalas Anggota KNI-ICID & HATHI EXTENDED ABSTRACT PENDAHULUAN Propinsi Sumatera

Lebih terperinci

Tahapan Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro

Tahapan Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro I. Prinsip Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro Secara teknis, Mikrohidro memiliki tiga komponen utama dalam pemuatan PLTMH yaitu air (sebagai sumber energi), turbin, dan generator. Air yang mengalir

Lebih terperinci

Survei, Investigasi dan Disain Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di Kabupaten Sumba Tengah, Provinsi NusaTenggara Timur

Survei, Investigasi dan Disain Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di Kabupaten Sumba Tengah, Provinsi NusaTenggara Timur 5 PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO (PLTMH) 5.1. Pengertian PLTMH PLTMH pada prinsipnya sama dengan PLTA (pembangkit listrik tenaga air) seperti Jati Luhur dan Saguling di Jawa Barat. Masyarakat di

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN PENGUMPULAN DATA

BAB III METODOLOGI DAN PENGUMPULAN DATA BAB III METODOLOGI DAN PENGUMPULAN DATA 3.1 Bendungan Gambar 3.1 Ilustrasi PLTMH cinta mekar (sumber,ibeka, 2007) PLTMH Cinta Mekar memanfaatkan aliran air irigasi dari sungai Ciasem yang berhulu di Gunung

Lebih terperinci

SURVEY POTENSI PLTM KANANGGAR DAN PLTM NGGONGI

SURVEY POTENSI PLTM KANANGGAR DAN PLTM NGGONGI 2016 SURVEY POTENSI PLTM KANANGGAR DAN PLTM NGGONGI PT PLN (PERSERO) PUSAT PEMELIHARAAN KETENAGALISTRIKAN 2016 Halaman : 2 dari 16 Kegiatan : Pelaksanaan Pekerjaan Survey Potensi PLTM Kananggar & Nggongi

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 2. TUJUAN

1. PENDAHULUAN 2. TUJUAN 1. PENDAHULUAN Tahapan Studi dan Perencanaan sebelum dilakukan Pelaksanaan Pembangunan, meliputi: 1. Studi Potensi 2. Studi Kelayakan 3. Detail Engineering Design 4. Analisis Dampak Lingkungan (UKL/UPL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Kita tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Kita tidak dapat dipisahkan dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Kita tidak dapat dipisahkan dari senyawa kimia ini dalam kehidupan sehari-hari. Manfaat air bagi kehidupan kita antara

Lebih terperinci

LAMPIRAN A DESKRIPSI PROYEK

LAMPIRAN A DESKRIPSI PROYEK LAMPIRAN A DESKRIPSI PROYEK UNTUK PLTM...... X... MW PROVINSI... LAMPIRAN A DESKRIPSI PROYEK DAFTAR ISI 1. Definisi 2. Informasi Umum Pembangkit 3. Informasi Finansial Proyek 4. Titik Interkoneksi 1. Definisi

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Masyarakat Mengenai Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Ciesek

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Masyarakat Mengenai Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Ciesek VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Masyarakat Mengenai Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Ciesek Persepsi yang diberikan masyarakat terhadap pembangunan PLTMH merupakan suatu pandangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI III UMUM

BAB III METODOLOGI III UMUM III-1 BAB III METODOLOGI 3.1. UMUM Sebagai langkah awal sebelum menyusun Tugas Akhir secara lengkap, terlebih dahulu disusun metodologi untuk mengatur urutan pelaksanaan penyusunan Tugas Akhir. Metodologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tahun 2006 lalu, Pemerintah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 5 mengenai Kebijakan Energi Nasional yang bertujuan mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang UU No. 30 tahun 2009 tentang ketenagalistrikan menyatakan pada pasal 4 ayat 2 bahwa badan usaha swasta, koperasi dan swadaya masyarakat dapat berpatisipasi dalam

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMA KASIH... ii ABSTRAK... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul... i. Lembar Pengesahan Dosen Pembimbing... ii. Lembar Pernyataan Keaslian... iii. Lembar Pengesahan Penguji...

DAFTAR ISI. Halaman Judul... i. Lembar Pengesahan Dosen Pembimbing... ii. Lembar Pernyataan Keaslian... iii. Lembar Pengesahan Penguji... DAFTAR ISI Halaman Judul... i Lembar Pengesahan Dosen Pembimbing... ii Lembar Pernyataan Keaslian... iii Lembar Pengesahan Penguji... iv Halaman Persembahan... v Halaman Motto... vi Kata Pengantar... vii

Lebih terperinci

STUDI PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO DI DESA GUNUNG RINTIH KECAMATAN STM HILIR KABUPATEN DELI SERDANG

STUDI PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO DI DESA GUNUNG RINTIH KECAMATAN STM HILIR KABUPATEN DELI SERDANG STUDI PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO DI DESA GUNUNG RINTIH KECAMATAN STM HILIR KABUPATEN DELI SERDANG Diajukan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen

Lebih terperinci

KAJI ANALITIK POTENSI DAYA LISTRIK PLTMH DI AIR TERJUN MUARA JAYA DESA ARGAMUKTI KABUPATEN MAJALENGKA PROVINSI JAWA BARAT

KAJI ANALITIK POTENSI DAYA LISTRIK PLTMH DI AIR TERJUN MUARA JAYA DESA ARGAMUKTI KABUPATEN MAJALENGKA PROVINSI JAWA BARAT KAJI ANALITIK POTENSI DAYA LISTRIK PLTMH DI AIR TERJUN MUARA JAYA DESA ARGAMUKTI KABUPATEN MAJALENGKA PROVINSI JAWA BARAT Engkos Koswara 1*, Dony Susandi 2, Asep Rachmat 3, Ii Supiandi 4 1 Teknik Mesin

Lebih terperinci

Bab PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Bab PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Letak geografis Negara Indonesia berada pada daerah tropis yang terdiri dari kepulauan yang tersebar dan memiliki sumber daya alam yang sangat menguntungkan, antara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hidrologi Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang terjadinya, pergerakan dan distribusi air di bumi, baik di atas maupun di bawah permukaan bumi, tentang sifat fisik,

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMBAHASAN

BAB III METODE PEMBAHASAN BAB III METODE PEMBAHASAN 3.1. Metode Pembahasan Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini antara lain, yaitu : 1. Metode Literatur Metode literature yaitu, metode dengan mengumpulkan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Persiapan Persiapan merupakan rangkaian kegiatan sebelum memulai pengumpulan dan pengolahan data. Dalam tahap persiapan disusun hal hal yang harus dilakukan dengan tujuan

Lebih terperinci

PERENCANAAN PUSAT LISTRIK TENAGA MINI HIDRO PERKEBUNAN ZEELANDIA PTPN XII JEMBER DENGAN MEMANFAATKAN ALIRAN KALI SUKO

PERENCANAAN PUSAT LISTRIK TENAGA MINI HIDRO PERKEBUNAN ZEELANDIA PTPN XII JEMBER DENGAN MEMANFAATKAN ALIRAN KALI SUKO TUGAS AKHIR RC 09 1380 PERENCANAAN PUSAT LISTRIK TENAGA MINI HIDRO PERKEBUNAN ZEELANDIA PTPN XII JEMBER DENGAN MEMANFAATKAN ALIRAN KALI SUKO Taufan Andrian Putra NRP 3109 100 078 Dosen Pembimbing: Prof.

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR DENGAN TINGGI TEKAN KECIL DI SALURAN IRIGASI

TEKNOLOGI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR DENGAN TINGGI TEKAN KECIL DI SALURAN IRIGASI Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 2009 TEKNOLOGI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR DENGAN TINGGI TEKAN KECIL DI SALURAN IRIGASI Irma Wirantina Kustanrika ABSTRAK Terbatasnya pasokan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik sudah menjadi kebutuhan pokok bagi kaum perkotaan maupun pedesaan. Segala macam aktifitas manusia pada saat ini membutuhkan energi listrik untuk membantu

Lebih terperinci

PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO DI SALURAN IRIGASI MATARAM

PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO DI SALURAN IRIGASI MATARAM Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro di Saluran Irigasi Mataram PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO DI SALURAN IRIGASI MATARAM Titis Haryani, Wasis Wardoyo, Abdullah Hidayat SA.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM Air merupakan elemen yang sangat mempengaruhi kehidupan di alam. Semua makhluk hidup sangat memerlukan air dalam perkembangan dan pertumbuhannya. Siklus hidrologi yang terjadi

Lebih terperinci

PERENCANAAN PEMBANGUNAN SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO (PLTMH) DI KINALI PASAMAN BARAT

PERENCANAAN PEMBANGUNAN SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO (PLTMH) DI KINALI PASAMAN BARAT PERENCANAAN PEMBANGUNAN SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO (PLTMH) DI KINALI PASAMAN BARAT Oleh : Sulaeman 1 dan Ramu Adi Jaya Dosen Teknik Mesin 1 Mahasiswa Teknik Mesin Jurusan Teknik Mesin

Lebih terperinci

BAB II PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR

BAB II PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR BAB II PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR 2.1 Dasar Hukum Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Banyak perusahaan swasta telah memulai usaha di bidang pembangkitan atau lebih dikenal dengan IPP

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Dalam pengumpulan data untuk mengevaluasi bendungan Ketro, dilakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait, antara lain :

BAB III METODOLOGI. Dalam pengumpulan data untuk mengevaluasi bendungan Ketro, dilakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait, antara lain : BAB III METODOLOGI 45 3.1. URAIAN UMUM Di dalam melaksanakan suatu penyelidikan maka, diperlukan data-data lapangan yang cukup lengkap. Data tersebut diperoleh dari hasil survey dan investigasi dari daerah

Lebih terperinci

BAB III PENGUMPULAN DATA DAN PEMBUATAN RANCANG BANGUN SIMULATOR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO (PLTMH)

BAB III PENGUMPULAN DATA DAN PEMBUATAN RANCANG BANGUN SIMULATOR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO (PLTMH) BAB III PENGUMPULAN DATA DAN PEMBUATAN RANCANG BANGUN SIMULATOR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO (PLTMH) 3.1. PLTMH Cinta Mekar Gambar 3.1 Ilustrasi PLTMH Cinta Mekar (Sumber IBEKA) PLTMH Cinta Mekar

Lebih terperinci

PRA - STUDI KELAYAKAN RENCANA PEMBANGUNAN PLTMH SUBANG

PRA - STUDI KELAYAKAN RENCANA PEMBANGUNAN PLTMH SUBANG PRA - STUDI KELAYAKAN RENCANA PEMBANGUNAN PLTMH SUBANG 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Pengembangan Pembangkit Listrik Mini Hidro (PLTMH) merupakan salah satu prioritas pembangunan yang dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB IV DESAIN STRUKTUR MEKANIKAL ELEKTRIKAL PLTMH JORONG AIA ANGEK

BAB IV DESAIN STRUKTUR MEKANIKAL ELEKTRIKAL PLTMH JORONG AIA ANGEK BAB IV DESAIN STRUKTUR MEKANIKAL ELEKTRIKAL PLTMH JORONG AIA ANGEK Perangkat elektro mekanik merupakan salah satu komponen utama yang diperlukan oleh suatu PLTMH untuk menghasilkan energi listrik Proses

Lebih terperinci

GALIH EKO PUTRA Dosen Pembimbing Ir. Abdullah Hidayat SA, MT

GALIH EKO PUTRA Dosen Pembimbing Ir. Abdullah Hidayat SA, MT PEMANFAATAN KEHILANGAN ENERGI PADA BANGUNAN TERJUN SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO (studi kasus bangunan terjun (BT2 BT4) pada saluran primer Padi Pomahan, D.I Padi Pomahan, Desa Padi, Kecamatan

Lebih terperinci

ANALISIS SKEMA PLTM DAN STUDI OPTIMASI

ANALISIS SKEMA PLTM DAN STUDI OPTIMASI Bab 5 ANALISIS SKEMA PLTM DAN STUDI OPTIMASI 5.1 UMUM Studi optimasi pada pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro ini dimaksudkan untuk mendapatkan skema PLTM yang paling optimal ditinjau dari

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR KAJIAN MENGENAI DIAMETER PIPA PESAT (PENSTOCK) UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO (PLTMH)

TUGAS AKHIR KAJIAN MENGENAI DIAMETER PIPA PESAT (PENSTOCK) UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO (PLTMH) TUGAS AKHIR KAJIAN MENGENAI DIAMETER PIPA PESAT (PENSTOCK) UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO (PLTMH) (STUDI KASUS DESAIN PLTMH DI SUNGAI KAYAN, KECAMATAN KAYAN SELATAN, KABUPATEN MALINAU, PROVINSI

Lebih terperinci

LAMPIRAN B BATASAN TEKNIS

LAMPIRAN B BATASAN TEKNIS LAMPIRAN B BATASAN TEKNIS UNTUK PLTM...... X... MW PROVINSI... LAMPIRAN B BATASAN TEKNIS DAFTAR ISI 1. Definisi 2. Ketersediaan Debit Sungai 3. Batasan Bangunan Sipil 4. Kapasitas Desain dan Produksi Energi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Azwar Wahirudin, 2013

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Azwar Wahirudin, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebutuhan air untuk pertanian di Indonesia merupakan hal yang sangat penting, untuk tercapainya hasil panen yang di inginkan, yang merupakan salah satu program pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Solehudin, 2015 Kajian Tingkat Bahaya Erosi Permukaandi Sub Daerah Aliran Sungai Cirompang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Solehudin, 2015 Kajian Tingkat Bahaya Erosi Permukaandi Sub Daerah Aliran Sungai Cirompang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jumlah manusia yang menghuni permukaan bumi kian hari kian meningkat, tetapi kondisi tersebut berlaku sebaliknya dengan habitat hidup manusia, yaitu lahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan vital setiap makhluk hidup. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan vital setiap makhluk hidup. Dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan vital setiap makhluk hidup. Dalam kehidupan manusia, air tidak hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan domestik saja, yaitu digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Negara Republik Indonesia dalam usaha mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila, yang dalam hal ini dapat diartikan bahwa hasil-hasil material

Lebih terperinci

PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MINI HIDRO (PLTM) PALUMBUNGAN, PURBALINGGA Design of Mini Hydro Power Plant at Palumbungan, Purbalingga

PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MINI HIDRO (PLTM) PALUMBUNGAN, PURBALINGGA Design of Mini Hydro Power Plant at Palumbungan, Purbalingga PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MINI HIDRO (PLTM) PALUMBUNGAN, PURBALINGGA Design of Mini Hydro Power Plant at Palumbungan, Purbalingga Oleh: Andi Prasetiyanto, Nizar Mahrus, Sri Sangkawati, Robert

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG Konservasi Lahan Sub DAS Lesti Erni Yulianti PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG Erni Yulianti Dosen Teknik Pengairan FTSP ITN

Lebih terperinci

LAPORAN PRA-FEASIBILITY STUDY

LAPORAN PRA-FEASIBILITY STUDY LAPORAN PRA-FEASIBILITY STUDY HASIL SURVEY POTENSI PLTM/H SIKKA FLORES, NUSA TENGGARA TIMUR Oleh, Tim Survey PLN PUSHARLIS OKTOBER, 2013 kajian teknis potensi energi & daya pltmh KATA PENGANTAR Puji syukur

Lebih terperinci

BAB III PEMILIHAN TURBIN DAN PERANCANGAN TEMPAT PLTMH. Pemilihan jenis turbin ditentukan berdasarkan kelebihan dan kekurangan dari

BAB III PEMILIHAN TURBIN DAN PERANCANGAN TEMPAT PLTMH. Pemilihan jenis turbin ditentukan berdasarkan kelebihan dan kekurangan dari BAB III PEMILIHAN TURBIN DAN PERANCANGAN TEMPAT PLTMH 3.1 Kriteria Pemilihan Jenis Turbin Pemilihan jenis turbin ditentukan berdasarkan kelebihan dan kekurangan dari jenis-jenis turbin, khususnya untuk

Lebih terperinci

REVITALISASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO SEWON. Laporan Tugas Akhir. Atma Jaya Yogyakarta. Oleh : WELLY EKA CHARISMA NPM.

REVITALISASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO SEWON. Laporan Tugas Akhir. Atma Jaya Yogyakarta. Oleh : WELLY EKA CHARISMA NPM. REVITALISASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO SEWON Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh : WELLY EKA CHARISMA NPM.

Lebih terperinci

KEMANDIRIAN MASYARAKAT DESA BATANG URU MERUBAH AIR MENJADI LISTRIK. Ir. Linggi. Penerima Penghargaan Energi Prakarsa Perorangan S A R I

KEMANDIRIAN MASYARAKAT DESA BATANG URU MERUBAH AIR MENJADI LISTRIK. Ir. Linggi. Penerima Penghargaan Energi Prakarsa Perorangan S A R I KEMANDIRIAN MASYARAKAT DESA BATANG URU MERUBAH AIR MENJADI LISTRIK Ir. Linggi Penerima Penghargaan Energi Prakarsa 2011 - Perorangan S A R I Linggi adalah salah seorang Penerima Penghargaan Energi Prakarsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), Pembangkit Listrik

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), Pembangkit Listrik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki potensi energi baru terbarukan (EBT) yang sangat kaya, mulai dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (hydropower) adalah energi yang diperoleh dari air yang mengalir. Energi yang

BAB I PENDAHULUAN. (hydropower) adalah energi yang diperoleh dari air yang mengalir. Energi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan potensi sumber energi yang besar, karena pada air tersimpan energi potensial (pada air jatuh) dan energi kinetik (pada air mengalir). Tenaga air (hydropower)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I TINJAUAN UMUM BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Pengembangan sumber daya air didefinisikan sebagai aplikasi cara struktural dan non-struktural untuk mengendalikan, mengolah sumber daya air

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum. Bendung adalah suatu bangunan yang dibangun melintang sungai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum. Bendung adalah suatu bangunan yang dibangun melintang sungai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Bendung adalah suatu bangunan yang dibangun melintang sungai untuk meninggikan taraf muka air sungai dan membendung aliran sungai sehingga aliran sungai bisa bisa disadap dan

Lebih terperinci

PRESENTASI TUGAS AKHIR PERENCANAAN BENDUNG TETAP SEMARANGAN KABUPATEN TRENGGALEK PROPINSI JAWA TIMUR KHAIRUL RAHMAN HARKO DISAMPAIKAN OLEH :

PRESENTASI TUGAS AKHIR PERENCANAAN BENDUNG TETAP SEMARANGAN KABUPATEN TRENGGALEK PROPINSI JAWA TIMUR KHAIRUL RAHMAN HARKO DISAMPAIKAN OLEH : PRESENTASI TUGAS AKHIR PERENCANAAN BENDUNG TETAP SEMARANGAN KABUPATEN TRENGGALEK PROPINSI JAWA TIMUR DISAMPAIKAN OLEH : KHAIRUL RAHMAN HARKO PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Sumatera Selatan memiliki lahan yang cukup luas dan banyaknya sungai-sungai yang cukup besar. Dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan dan untuk mencapai Lumbung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu paradigma pembangunan perdesaan yang bersifat bottom-up

I. PENDAHULUAN. Salah satu paradigma pembangunan perdesaan yang bersifat bottom-up I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu paradigma pembangunan perdesaan yang bersifat bottom-up dikenal dengan istilah pendekatan pembangunan endogen untuk pedesaan (endegoneous rural development

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO DI DESA HUKURILA KOTA AMBON UNTUK MENDUKUNG KETAHANAN ENERGI

PENERAPAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO DI DESA HUKURILA KOTA AMBON UNTUK MENDUKUNG KETAHANAN ENERGI PENERAPAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO DI DESA HUKURILA KOTA AMBON UNTUK MENDUKUNG KETAHANAN ENERGI James Zulfan 1*, Erman Mawardi 1, dan Yanto Wibowo 1 1 Puslitbang Sumber Daya Air, Kementerian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (suspended sediment) atau dengan pengukuran langsung di waduk (Asdak, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. (suspended sediment) atau dengan pengukuran langsung di waduk (Asdak, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sedimen merupakan hasil proses erosi baik berupa erosi permukaan, erosi parit, atau jenis erosi tanah lainnya. Sedimen umumnya mengendap di bagian bawah kaki bukit,

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini merupakan hasil temuan dan hasil analisa terhadap kawasan Kampung Sindurejan yang berada di bantaran sungai

Lebih terperinci

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO Mikrohidro adalah istilah yang digunakan untuk instalasi pembangkit listrik yang mengunakan energi air. Kondisi air yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber daya (resources)

Lebih terperinci

Listrik Mikro Hidro Berdasarkan Potensi Debit Andalan Sungai

Listrik Mikro Hidro Berdasarkan Potensi Debit Andalan Sungai Listrik Mikro Hidro Berdasarkan Potensi Debit Andalan Sungai Sardi Salim Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo sardi@ung.ac.id Abstrak Pembangkit listrik mikrohidro adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi Ketersediaan dan Kebutuhan Air Daerah Irigasi Namu Sira-sira.

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi Ketersediaan dan Kebutuhan Air Daerah Irigasi Namu Sira-sira. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan air (dependable flow) suatu Daerah Pengaliran Sungai (DPS) relatif konstan, sebaliknya kebutuhan air bagi kepentingan manusia semakin meningkat, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pegunungan mempunyai potensi energi air yang besar. Penggunaan PLTMh sebagai energi alternatif yang cost friendly,

BAB I PENDAHULUAN. pegunungan mempunyai potensi energi air yang besar. Penggunaan PLTMh sebagai energi alternatif yang cost friendly, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Energi listrik memiliki peranan yang sangat penting dalam usaha meningkatkan mutu kehidupan dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Keterbatasan penyediaan energi listrik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro adalah bentuk Pembangkit Listrik Tenaga Air dalam skala kecil dimana daya yang dihasilkan < 1 Mega Watt, yang merupakan bentuk

Lebih terperinci

Optimasi Energi Terbarukan (Mikrohidro)

Optimasi Energi Terbarukan (Mikrohidro) Optimasi Energi Terbarukan (Mikrohidro) Oleh: ASROFUL ANAM, ST., MT. Jurusan Teknik Mesin S-1 Institut Teknologi Nasional Malang Hydropower klasifikasi Pembangkit Listrik Tenaga Hidro (PLTH) Big Dam Small

Lebih terperinci

Rekonstruksi Upaya Penyelamatan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hydro Di Desa Rumah Sumbul Tiga Juhar - Deli Serdang

Rekonstruksi Upaya Penyelamatan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hydro Di Desa Rumah Sumbul Tiga Juhar - Deli Serdang Rekonstruksi Upaya Penyelamatan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hydro Di Desa Rumah Sumbul Tiga Juhar - Deli Serdang Luthfi Parinduri Dosen Fakultas Teknik UISU, Medan Abstrak UU no. 20/2003 tentang Sistem

Lebih terperinci

Laporan Survey Awal PLTM Papua Barat

Laporan Survey Awal PLTM Papua Barat PT PLN (persero) Pusat Pemeliharaan Ketenagalistrikan 2017 Laporan Survey Awal PLTM Papua Barat Survey Awal Pengembangan PLTMH di Provinsi Papua dan Papua Barat 20 Februari 2017 1 Maret 2017 DAFTAR ISI

Lebih terperinci

PRA - STUDI KELAYAKAN RENCANA PEMBANGUNAN PLTA GARUT

PRA - STUDI KELAYAKAN RENCANA PEMBANGUNAN PLTA GARUT PRA - STUDI KELAYAKAN RENCANA PEMBANGUNAN PLTA GARUT 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) merupakan salah satu prioritas pembangunan yang dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1) Pertambahan jumlah penduduk yang makin tinggi. 2) Perkembangan yang cukup pesat di sektor jasa dan industri

BAB I PENDAHULUAN. 1) Pertambahan jumlah penduduk yang makin tinggi. 2) Perkembangan yang cukup pesat di sektor jasa dan industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangkit Listrik Tenaga Air merupakan sumber listrik bagi masyarakat yang memberikan banyak keuntungan terutama bagi masyarakat pedalaman di seluruh Indonesia. Disaat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan yang berkelanjutan seperti yang dikehendaki oleh pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan yang berkelanjutan seperti yang dikehendaki oleh pemerintah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang berkelanjutan seperti yang dikehendaki oleh pemerintah maupun masyarakat mengandung pengertian yang mendalam, bukan hanya berarti penambahan pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemanfaatan sumber daya alam yang semakin meningkat tanpa memperhitungkan kemampuan lingkungan telah menimbulkan berbagai masalah. Salah satu masalah lingkungan di

Lebih terperinci

REVITALISASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO (PLTMH) (KASUS DAERAH PACITAN) (279A)

REVITALISASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO (PLTMH) (KASUS DAERAH PACITAN) (279A) REVITALISASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO (PLTMH) (KASUS DAERAH PACITAN) (279A) Indra Bagus Kristiarno 1, Lutfi Chandra Perdana 2,Rr. Rintis Hadiani 3 dan Solichin 4 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut Triatmodjo (2008), Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya,

BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut Triatmodjo (2008), Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut Triatmodjo (2008), Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya, sifatsifatnya dan hubungan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dapat dibangun apabila terdapat debit air dan tinggi jatuh yang cukup sehingga kelayakannya dapat tercapai.

Lebih terperinci

LAPORAN SURVEY DAN INVESTIGASI REHABILITASI PLTMH TENGA PLTMH TENGA. PLN (Persero) WILAYAH SULAWESI UTARA, TENGGARA DAN GORONTALO

LAPORAN SURVEY DAN INVESTIGASI REHABILITASI PLTMH TENGA PLTMH TENGA. PLN (Persero) WILAYAH SULAWESI UTARA, TENGGARA DAN GORONTALO LAPORAN SURVEY DAN INVESTIGASI REHABILITASI PLTMH TENGA PLTMH TENGA PLN (Persero) WILAYAH SULAWESI UTARA, TENGGARA DAN GORONTALO PT PLN (Persero) Pusat Pemeliharaan Ketenagalistrikan (PUSHARLIS) Juni 2015

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. listrik. Dimanapun kita tinggal, listrik sudah menjadi kebutuhan primer yang

I. PENDAHULUAN. listrik. Dimanapun kita tinggal, listrik sudah menjadi kebutuhan primer yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam melakukan segala aktivitas, kita tidak akan pernah lepas dari energi listrik. Dimanapun kita tinggal, listrik sudah menjadi kebutuhan primer yang sangat dibutuhkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan tenaga listrik di Indonesia tumbuh rata-rata sebesar 8,4% per

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan tenaga listrik di Indonesia tumbuh rata-rata sebesar 8,4% per I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan tenaga listrik di Indonesia tumbuh rata-rata sebesar 8,4% per tahun. Hal ini untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional yang ratarata 6% per tahun. Setiap tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang, Bendung Krapyak berada di Dusun Krapyak, Desa Seloboro, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Secara geografis terletak pada posisi 7 36 33 Lintang Selatan

Lebih terperinci

BAB V PERENCANAAN PLTMH

BAB V PERENCANAAN PLTMH BB V PERENCNN PLTMH 5. UMUM nalisa terhadap alternatif pemilihan alat dan jenis turbin, memperoleh kesimpulan bahwa untuk perencanaan PLTMH di Desa Sadang, Kecamatan Jekulo, menggunakan jenis turbin kayu

Lebih terperinci

BAB VI STUDI OPTIMASI

BAB VI STUDI OPTIMASI BAB VI STUDI OPTIMASI 6.1. PENENTUAN SKEMA PLTM SANTONG Dalam studi kelayakan ini ditetapkan satu skema PLTM terpilih berdasarkan tinjauan topografi, geologi, debit yang tersedia, dan besarnya daya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air permukaan (water surface) sangat potensial untuk kepentingan kehidupan. Potensi sumber daya air sangat tergantung/berhubungan erat dengan kebutuhan, misalnya untuk

Lebih terperinci

RANCANGAN TEKNIS RINCI (DED) BANGUNAN UTAMA BENDUNG DAN JARINGAN IRIGASI D.I. SIDEY KABUPATEN MANOKWARI PAPUA TUGAS AKHIR

RANCANGAN TEKNIS RINCI (DED) BANGUNAN UTAMA BENDUNG DAN JARINGAN IRIGASI D.I. SIDEY KABUPATEN MANOKWARI PAPUA TUGAS AKHIR RANCANGAN TEKNIS RINCI (DED) BANGUNAN UTAMA BENDUNG DAN JARINGAN IRIGASI D.I. SIDEY KABUPATEN MANOKWARI PAPUA TUGAS AKHIR SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MENYELESAIKAN PENDIDIKAN SARJANA TEKNIK DI PROGRAM

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Deskripsi Wilayah Studi 1. Letak dan Luas Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Jepara dan Daerah Tangkapan Hujan Waduk Way Jepara secara geografis terletak pada 105 o 35 50 BT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kuta Baru Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Serdang Bedagai terancam

BAB I PENDAHULUAN. Kuta Baru Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Serdang Bedagai terancam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Umum Ribuan hektar areal persawahan masyarakat di Desa Paya Lombang dan Kuta Baru Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Serdang Bedagai terancam gagal panen karena jebolnya bronjong

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO BANTAL PADA PABRIK GULA ASSEMBAGOES KABUPATEN SITUBONDO

EVALUASI KINERJA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO BANTAL PADA PABRIK GULA ASSEMBAGOES KABUPATEN SITUBONDO EVALUASI KINERJA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO BANTAL PADA PABRIK GULA ASSEMBAGOES KABUPATEN SITUBONDO PUBLIKASI JURNAL SKRIPSI Disusun Oleh : Febriananda Mulya Pratama NIM. 0910633048-63 KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada masa awal orde baru situasi dan keadaan ketersediaan pangan Indonesia sangat memprihatinkan, tidak ada pembangunan bidang pengairan yang berarti pada masa sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut (Triatmodjo, 2008:1).Hidrologi merupakan ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya. Penerapan ilmu hidrologi

Lebih terperinci

PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO DI BENDUNGAN SEMANTOK, NGANJUK, JAWA TIMUR

PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO DI BENDUNGAN SEMANTOK, NGANJUK, JAWA TIMUR Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro di Bendungan Semantok, Nganjuk, Jawa Timur PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO DI BENDUNGAN SEMANTOK, NGANJUK, JAWA TIMUR Faris Azhar, Abdullah

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan a. Pengoptimalan Sumber Dayar Air yang sangat besar untuk membantu operasi PLTA agar tercapai hasil daya listrik sesuai kebutuhan warga di Indonesia khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan energi listrik di dalam kehidupan manusia saat ini sangat penting. Hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya kebutuhan energi listrik setiap tahunnya. Namun

Lebih terperinci

Kata Kunci : PLTMH, Sudut Nozzle, Debit Air, Torsi, Efisiensi

Kata Kunci : PLTMH, Sudut Nozzle, Debit Air, Torsi, Efisiensi ABSTRAK Ketergantungan pembangkit listrik terhadap sumber energi seperti solar, gas alam dan batubara yang hampir mencapai 75%, mendorong dikembangkannya energi terbarukan sebagai upaya untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air (SDA) bertujuan mewujudkan kemanfaatan sumberdaya air yang berkelanjutan untuk sebesar-besar

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO AEK SIBUNDONG KECAMATAN SIJAMAPOLANG KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN PROPINSI SUMATERA UTARA

EVALUASI KINERJA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO AEK SIBUNDONG KECAMATAN SIJAMAPOLANG KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN PROPINSI SUMATERA UTARA EVALUASI KINERJA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO AEK SIBUNDONG KECAMATAN SIJAMAPOLANG KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN PROPINSI SUMATERA UTARA TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi

Lebih terperinci

ABSTRAK. energi listrik, khususnya di pedesaan yang tidak terjangkau oleh jaringan listrik PLN. PLTMH merupakan alternatif yang sangat potensial bila

ABSTRAK. energi listrik, khususnya di pedesaan yang tidak terjangkau oleh jaringan listrik PLN. PLTMH merupakan alternatif yang sangat potensial bila JURNAL TEKNIK DINTEK, Vol. 10 No. 0, September 017 :44-50 STUDI PIPA PESAT PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO (PLTMH) Marlina Kamis*, Ruslan Amir** Dosen prodi teknik sipil UMMU Ternate* Alumni

Lebih terperinci

DESAIN DAN ANALISIS PEMBANGKIT LISTRIK MIKROHIDRO

DESAIN DAN ANALISIS PEMBANGKIT LISTRIK MIKROHIDRO DESAIN DAN ANALISIS PEMBANGKIT LISTRIK MIKROHIDRO Sunardi 1*, Wahyu Sapto Aji 2*, Hernawan Aji Nugroho 3 1,2,3 Teknik Elektro Universitas Ahmad Dahlan Jl. Prof. Soepomo Janturan Yogyakarta * Email: sunargm@gmail.com

Lebih terperinci

Pengembangan Sistem Panen Hujan dan Aliran Permukaan untuk Mengurangi Risiko Kekeringan Mendukung Ketahanan Pangan

Pengembangan Sistem Panen Hujan dan Aliran Permukaan untuk Mengurangi Risiko Kekeringan Mendukung Ketahanan Pangan Pengembangan Sistem Panen Hujan dan Aliran Permukaan untuk Mengurangi Risiko Kekeringan Mendukung Ketahanan Pangan Nani Heryani, telp.0251-8312760, hp 08129918252, heryani_nani@yahoo.com ABSTRAK Indonesia

Lebih terperinci

AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan

AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan DIPRESENTASIKAN OLEH : 1. MAGDALENA ERMIYANTI SINAGA (10600125) 2. MARSAHALA R SITUMORANG (10600248) 3. SANTI LESTARI HASIBUAN (10600145) 4. SUSI MARIA TAMPUBOLON

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan I 1

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan I 1 I 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. TINJAUAN UMUM Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 menyatakan bahwa Sumber Daya Air dengan luas areal irigasi lebih dari 3.000 Ha atau yang mempunyai wilayah lintas propinsi menjadi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.2 Pengumpulan Data Pengumpulan data meliputi data primer maupun data sekunder Pengumpulan Data Primer

BAB III METODOLOGI. 3.2 Pengumpulan Data Pengumpulan data meliputi data primer maupun data sekunder Pengumpulan Data Primer BAB III METODOLOGI 3.1 Studi Pustaka dan Survey Lapangan Studi pustaka diperlukan sebelum atau bersamaan dengan survey lapangan dengan maksud ketika pengamat menemui kesulitan dilapangan, dapat mengacu

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA PEMBANGUNAN PLTMH PULAKEK KOTO BIRA DI KABUPATEN SOLOK SELATAN PROVINSI SUMATERA BARAT

KERANGKA ACUAN KERJA PEMBANGUNAN PLTMH PULAKEK KOTO BIRA DI KABUPATEN SOLOK SELATAN PROVINSI SUMATERA BARAT KERANGKA ACUAN KERJA PEMBANGUNAN PLTMH PULAKEK KOTO BIRA DI KABUPATEN SOLOK SELATAN PROVINSI SUMATERA BARAT I. LATAR BELAKANG Pemenuhan energi listrik perkembanganya menjadi salah satu indicator kemajuan

Lebih terperinci