BAB I PENDAHULUAN. adalah mengurangi tingkat pengangguran. Monacelli et al (2010), IMF (2010),

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. adalah mengurangi tingkat pengangguran. Monacelli et al (2010), IMF (2010),"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengangguran merupakan salah satu kajian utama dalam kebijakan pembangunan ekonomi yang dijalankan oleh pemerintah. Tinggi rendahnya jumlah pengangguran di suatu negara merefleksikan kinerja pembangunan dari pemerintah. Angka pengangguran yang tinggi mempunyai implikasi pada rendahnya kinerja pemerintah dalam menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat, karena pengangguran tersebut kemungkinan akan meningkatkan probabilitas jumlah kemiskinan, kriminalitas, dan beberapa fenomena sosial lainnya di dalam masyarakat. Oleh karena itu pengangguran merupakan bagian dari tujuan utama kebijakan ekonomi makro pemerintah dalam pembangunan. Auerbach et al (2010), Battaglini dan Coate (2011) dalam studinya menyatakan bahwa salah satu fungsi penting dari kebijakan fiskal adalah mengurangi tingkat pengangguran dan menjaga stabilisasi ekonomi. Kebijakan fiskal adalah bagian dari kebijakan ekonomi makro pemerintah yang berhubungan dengan pajak dan pengeluaran (Case dan Fair, 2002). Pengeluaran pemerintah merupakan bagian dari kebijakan fiskal, sehingga salah satu fungsi pentingnya adalah mengurangi tingkat pengangguran. Monacelli et al (2010), IMF (2010), Auerbach dan Gorodnichenko (2012), Ramey (2012), Bermperoglu et al (2013), serta Holden dan Sparrman (2014) menyatakan bahwa pengeluaran pemerintah mempunyai pengaruh dalam mengurangi pengangguran.

2 Pembelanjaan pemerintah (government purchases, G) dalam persamaan pendapatan nasional adalah pembelanjaan yang terdiri dari konsumsi pemerintah namun tidak termasuk pembayaran transfer (Mankiw, 2010). Sedangkan pengeluaran pemerintah (government spending or expenditure) terdiri dari pembelian pemerintah (government purchases) dan transfer. Bagian terbesar dari pembelian yang dilakukan pemerintah adalah belanja atau pengeluaran konsumsi yang menggunakan sumber daya untuk memenuhi kebutuhan rutin. Selain pengeluaran konsumsi, pembelian yang dilakukan pemerintah juga berbentuk investasi bruto. Investasi bruto pemerintah merupakan pengeluaran untuk kapital baru seperti jalan, peralatan, serta sarana dan prasarana. Program yang termasuk transfer payment diantaranya adalah jaminan sosial pensiun, asuransi pengangguran, dan subsidi tunai untuk keluarga berpenghasilan rendah (Hyman, 2005:10-11). Berdasarkan keterangan di atas maka pengeluaran pemerintah bisa dibedakan atas pengeluaran rutin yang terdiri dari belanja pegawai, belanja barang, pembayaran bunga utang, subsidi, dan pengeluaran rutin lainnya serta pengeluaran modal yang menambah modal masyarakat dalam bentuk pembangunan baik prasarana fisik maupun non fisik yang dilaksanakan dalam periode tertentu (Mangkoesoebroto, 2001; Depkeu RI, 2003). Menurut Heilbroner (1982) yang diperkuat oleh hasil penelitian Ferdinan (2011), serta Sun an dan Astuti (2012) pengeluaran pemerintah merupakan salah satu cara untuk menggerakkan permintaan yang dapat memompa suatu perekonomian yang sedang tertekan dan memulihkan tingkat kesempatan kerja

3 yang tinggi sehingga mengurangi tingkat pengangguran. Pengeluaran pemerintah terdiri dari pengeluaran modal dan rutin mempunyai efek multiplier terhadap pendapatan. Meningkatnya pendapatan tersebut mendorong konsumsi dan tabungan serta tingkat permintaan secara keseluruhan, sehingga memberi rangsangan bagi produsen untuk menambah investasi atau memperluas kapasitas produksi, akibatnya akan tercipta kesempatan kerja baru bagi masyarakat yang pada akhirnya mengurangi jumlah pengangguran. Feldmann (2006, 2009) justru mengemukakan hasil yang berbeda yaitu peningkatan pengeluaran pemerintah menyebabkan tingkat pengangguran semakin bertambah. Hal ini terjadi karena pengeluaran pemerintah dibiayai dari pajak, kemudian pajak mempunyai efek subtitusi (substitution effect) terhadap pengangguran sehingga peningkatan pengeluaran pemerintah meningkatkan pengangguran. Jones (1985) dalam penelitiannya menyatakan pengeluaran rutin dalam bentuk subsidi mempunyai pengaruh yang negatif terhadap pengangguran pada masa krisis ekonomi, dimana jika subsidi dinaikkan maka tingkat pengangguran akan berkurang. Hal ini didukung oleh Karras (1993) yang menyatakan bahwa pengeluaran rutin mempunyai pengaruh yang signifikan dalam mengurangi jumlah pengangguran. Pendapat Jones dan Karras tersebut dibantah oleh Feldmann (2009). Hasil penelitian Feldmann (2009) menyatakan jika pengeluaran rutin pemerintah meningkat maka tingkat pengangguran juga meningkat. Penelitian Akinbobola dan Saibu (2004) di negara berkembang Nigeria menyatakan jika pengeluaran modal ditingkatkan maka jumlah pengangguran akan turun. Hal ini didukung oleh Hendarmin (2012) bahwa kenaikan pengeluaran

4 modal pemerintah akan meningkatkan kesempatan kerja sehingga jumlah pengangguran berkurang. Sebaliknya, Feldmann (2009) menyatakan kenaikan pengeluaran modal pemerintah justru tidak mempunyai pengaruh yang signifikan dalam mengurangi tingkat pengangguran. Variabel pengeluaran rutin pada penelitian Feldmann tersebut terdiri konsumsi pemerintah, transfer dan subsidi, sedangkan pengeluaran modal terdiri dari pengeluaran untuk perusahaan pemerintah dan investasi. Penelitian-penelitian di atas melihat pengaruh kebijakan fiskal melalui pengeluaran pemerintah dalam mengurangi tingkat pengangguran, dengan demikian kita bisa melihat bagaimana pengaruh pengeluaran pemerintah yaitu pengeluaran rutin dan modal terhadap tingkat pengangguran. Berdasarkan data dari Kemenkeu (2015) mengenai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (selanjutnya disebut APBN) diketahui data realisasi pengeluaran pemerintah di Indonesia dari tahun 2004 sampai 2014 sebagai berikut: Gambar 1.1 Realisasi Pengeluaran Pemerintah di Indonesia Tahun (Miliar Rupiah) Sumber: Kemenkeu (2015).

5 Gambar 1.1 di atas mendeskripsikan nilai realisasi pengeluaran pemerintah secara umum mengalami kenaikan mulai dari miliar rupiah pada tahun 2004 menjadi miliar rupiah tahun Tahun 2009 nilai realisasinya sempat mengalami penurunan, namun tahun berikutnya terus mengalami peningkatan dimana tahun 2014 menjadi miliar. Data tersebut menjelaskan secara umum nilai pengeluaran pemerintah mengalami peningkatan setiap tahun, kecuali tahun Sesuai dengan tujuan kebijakan makro yang diimplementasikan melalui kebijakan fiskal (pengeluaran pemerintah) yaitu mengurangi pengangguran untuk mencapai stabilitas ekonomi, maka diharapkan peningkatan nilai pengeluaran pemerintah tersebut dapat mengurangi pengangguran. Mengatasi pengangguran tidak hanya dilihat dari pengurangan jumlah pengangguran itu sendiri pada tiap tahun, namun pemerintah mengimplementasikan pada target tingkat pengangguran yang akan dicapai di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (selanjutnya disebut dengan RPJMN). Dengan demikian keberhasilan pengeluaran pemerintah dalam mengurangi pengangguran dapat dilihat dari pencapaian target tingkat pengangguran yang terdapat di RPJMN. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (selanjutnya disebut BPS) (2015) diketahui informasi mengenai pengangguran di Indonesia yang disajikan pada Tabel 1.1 di bawah ini:

6 Tabel 1.1 Jumlah Pengangguran Terbuka di Indonesia BerdasarkanTingkat Pendidikan yang Ditamatkan Tahun (Jiwa) Sumber: Badan Pusat Statitik (2015). Tabel 1.1 di atas mendeskripsikan mengenai pengangguran terbuka di Indonesia dari tahun 2004 sampai 2014 yang dirangkum oleh BPS dari hasil Survey Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) dari tahun 2004 sampai Pengangguran terbuka terdiri dari angkatan kerja yang mencari pekerjaaan, mempersiapkan usaha, merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan, dan sudah mempunyai pekerjaan namun belum mulai bekerja. Dari Tabel 1.1 di atas terlihat bahwa secara umum adanya trend yang cenderung menurun dalam data jumlah pengangguran terbuka di Indonesia dari tahun 2004 sampai Pada tahun 2004 menuju tahun 2005 sempat terjadi peningkatan dari jiwa menjadi jiwa. Namun pada tahun-tahun berikutnya jumlah pengangguran terbuka terus mengalami penurunan dimana pada tahun 2014 jumlahnya menjadi jiwa. Jumlah pengangguran terbuka dalam periode 2004 sampai 2014 memang cenderung menurun, namun belum menggambarkan keberhasilan kinerja

7 pemerintah dalam menyediakan lapangan kerja untuk mereduksi jumlah pengangguran. Analisisnya dapat dilihat dari perbandingan antara data tingkat pengangguran dari tahun 2004 sampai 2014 dengan target pencapaian tingkat pengangguran terbuka pemerintah. Target tingkat pengangguran terbuka pemerintah yang dicantumkan melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2005 tentang RPJMN tahun adalah menurunkan tingkat pengangguran dari 9,9 persen tahun 2004 menjadi 5,1 persen pada tahun Sedangkan berdasarkan data dari BPS (2015) tingkat pengangguran terbuka selama periode RPJMN adalah tahun 2004 sebesar 9,86 persen, tahun 2005 sebesar 11,24 persen, tahun 2006 sebesar 10,28 persen, tahun 2007 sebesar 9,11 persen, tahun 2008 sebesar 8,39 persen, tahun 2009 sebesar 7,87 persen. Analisis tersebut menyatakan pemerintah belum berhasil mencapai target tingkat pengangguran terbuka yang telah ditentukan. Target tingkat pengangguran terbuka tahun berikutnya dicantumkan dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN tahun yaitu pada tingkat 5-6 persen. Sedangkan tingkat pengangguran terbuka berdasarkan data dari BPS (2015) tahun 2010 adalah 7,14 persen, tahun 2011 dan 2012 turun menjadi 6,56 persen dan 6,14 persen. Tahun 2013 tingkat pengangguran terbuka mengalami sedikit kenaikan menjadi 6,17 persen, kemudian turun menjadi 5,94 persen tahun Angka ini masih tinggi dan belum mencapai target di RPJMN pemerintah di atas. Tabel 1.1 di atas mendeskripsikan proporsi pengangguran terbuka terdidik (di atas SLTA) dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Dengan demikian

8 dapat kita simpulkan bahwa tingkat pengangguran terbuka terdidik masih tinggi. Kemudian apabila dilakukan akumulasi terhadap jumlah pengangguran terbuka dengan jenjang pendidikan di bawah pendidikan menengah (SLTP, SD dan tidak tamat SD atau tidak pernah sekolah) maka proporsi jumlah pengangguran akan banyak pada angkatan kerja yang kualitas pendidikannya rendah. Kedua masalah ini juga merupakan target di dalam RPJMN tahun yaitu menyelesaikan masalah tenaga kerja terkait dengan kualitas angkatan kerja yang rendah dan tingkat pengangguran terbuka terdidik (di atas SLTA) yang masih tinggi. Fenomena di atas menjelaskan bahwa pemerintah belum efektif dalam mengatasi masalah pengangguran karena belum mencapai target yang dituangkan baik pada RPJMN mau pun RPJMN , meskipun secara umum jumlah pengangguran terbuka dari tahun memiliki kecenderungan menurun. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai pengaruh atau fungsi dari pengeluaran pemerintah terhadap pengangguran, karena berdasarkan penjelasan di atas salah satu fungsi penting dari pengeluaran pemerintah adalah mengurangi pengangguran dengan melihat hasil pencapaian target tingkat pengangguran dalam RPJMN. Pengaruh pengeluaran pemerintah dalam bentuk pengeluaran rutin dan modal terhadap pengangguran dianalisis melalui mekanisme transmisinya. Mekanisme transmisi pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap pengangguran adalah melalui pajak (Abrams, 1999; Feldmann, 2009), suku bunga (Feldmann, 2009), upah (Feldmann, 2009), dan inflasi (Cohan, 2007). Mekanisme transmisi tersebut kemudian dijadikan sebagai variabel kontrol untuk melihat pengaruh

9 pengeluaran pemerintah terhadap pengangguran karena variabel tersebut turut berpengaruh terhadap pengangguran. Penelitian yang dilakukan oleh Feldmann (2006), Nickell et al (2005), Daveri dan Tabellini (2000) menyimpulkan hasil bahwa tarif pajak yang tinggi akan menyebabkan tingkat pengangguran meningkat. Hal ini terjadi karena tarif pajak yang tinggi yang dikenakan oleh pemerintah pada masyarakat khususnya sektor usaha akan menyebabkan investasi menjadi turun dan menurunkan permintaan terhadap tenaga kerja yang berakibat pada meningkatnya tingkat pengangguran. Leigh dan Neill (2011) justru menyatakan hasil yang berbeda, bahwa tarif pajak berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat pengangguran. Hal ini terjadi karena pajak pada penelitian Leigh dan Neill (2011) mempunyai efek pendapatan (income effect) terhadap pengangguran, sehingga kenaikan pajak menurunkan jumlah pengangguran. Jones (1985) membuktikan tingkat suku bunga yang tinggi menurunkan tingkat investasi sehingga tingkat pengangguran meningkat. Mekanisme pengaruh suku bunga terhadap tingkat pengangguran diturunkan melalui investasi. Suku bunga yang rendah akan merangsang pertumbuhan investasi di sektor riil dan akan menyerap tenaga kerja sehingga tingkat pengangguran berkurang. Sedangkan jika suku bunga tinggi maka investasi cenderung rendah dan kurang menyerap tenaga kerja sehingga tingkat pengangguran menjadi meningkat. Hasil penelitian Ferdinan (2011), Agell dan Lundborg (2003) menyatakan upah mempunyai pengaruh yang negatif terhadap kesempatan kerja, jika tingkat

10 upah meningkat maka jumlah penyerapan tenaga kerja akan menurun sehingga jumlah pengangguran meningkat. Ashipala dan Eita (2010), dan Niskanen (2002) menemukan bahwa inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pengangguran, dimana jika pemerintah bertujuan menurunkan inflasi maka tingkat pengangguran akan meningkat dan sebaliknya. Sedangkan Amir (2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa tingkat inflasi mempunyai pengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap pengangguran Rumusan Masalah Pengangguran merupakan variabel penting di dalam mengukur kinerja pemerintahan suatu negara. Tingkat pengangguran yang tinggi merefleksikan kurang baiknya kinerja pemerintah dan sebaliknya. Fungsi penting dari kebijakan fiskal salah satunya adalah mengurangi tingkat pengangguran. Pengeluaran pemerintah merupakan bagian dari kebijakan fiskal sehingga mempunyai fungsi atau pengaruh yang penting terhadap pengangguran, dimana peningkatan pengeluaran pemerintah akan menurunkan pengangguran. Mengatasi pengangguran tidak hanya dari segi pengurangan jumlahnya karena peningkatan pengeluaran pemerintah. Pemerintah mengimplementasikannya dalam pencapaian target tingkat pengangguran pada RPJMN. Dengan demikian keberhasilan pengeluaran pemerintah dalam mengurangi pengangguran dapat dilihat dari pencapaian target tingkat pengangguran di RPJMN.

11 Berdasarkan data dari Kemenkeu (2015) diketahui bahwa nilai realisasi pengeluaran pemerintah dari tahun secara umum meningkat setiap tahun. Kemudian data dari BPS (2015) menyatakan bahwa jumlah pengangguran terbuka di Indonesia dari tahun 2004 sampai 2014 memang memiliki kecenderungan menurun. Namun tingkat pengangguran terbuka pada tahun belum mencapai target yang dicanangkan dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2005 tentang RPJMN dan Undang- Undang Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN Kemudian masih tingginya tingkat pengangguran terbuka terdidik serta jumlah angkatan kerja yang menganggur dengan kualitas pendidikan yang rendah. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap pengangguran. Berdasarkan masalah ini penulis tertarik untuk meneliti tentang pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap tingkat pengangguran terbuka di Indonesia. Penelitian ini mengacu kepada metode System GMM yang digunakan oleh Gatti et al (2010) dalam menganalisis model tingkat pengangguran. Metode System GMM mempunyai kriteria jumlah time series yang kecil dan cross section yang besar. Oleh karena itu periode penelitian ini dimulai dari tahun , tujuannya adalah memperkecil jumlah time series dan untuk menggambarkan pengaruh krisis moneter tahun 1997/1998 terhadap tingkat pengangguran terbuka. Mekanisme transmisi pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap tingkat pengangguran diturunkan melalui variabel pajak, upah, suku bunga, dan inflasi. Variabel mekanisme tersebut dijadikan sebagai variabel kontrol dalam menganalisis pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap tingkat pengangguran.

12 Hasil beberapa riset sebelumnya yang dilakukan dibeberapa negara menemukan adanya perdebatan mengenai pengaruh pengeluaran pemerintah, pengaruh pengeluaran rutin dan modal pemerintah, pajak, dan inflasi terhadap tingkat pengangguran. Jika suku bunga dan tingkat upah ditingkatkan maka penyerapan tenaga kerja akan berkurang sehingga jumlah pengangguran akan meningkat Pertanyaan Penelitian Berdasarkan uraian masalah dan perdebatan hasil penelitian yang dijelaskan pada sub bab di atas maka pertanyaan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pengaruh pengeluaran pemerintah yaitu pengeluaran rutin dan modal terhadap tingkat pengangguran terbuka di Indonesia pada tahun ? 2. Bagaimana pengaruh variabel kontrol (pajak, suku bunga, upah, inflasi, dan krisis moneter) terhadap tingkat pengangguran terbuka di Indonesia pada tahun ? 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini terdiri dari dua yaitu: 1. Menganalisis pengaruh pengeluaran pemerintah yaitu pengeluaran rutin dan modal terhadap tingkat pengangguran terbuka di Indonesia pada tahun

13 2. Menganalisis pengaruh variabel kontrol (pajak, suku bunga, upah, inflasi, dan krisis moneter) terhadap tingkat pengangguran terbuka di Indonesia pada tahun Manfaat Penelitian Manfaaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi pemerintah pusat dan daerah, penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dan masukan dalam menyusun kebijakan fiskal untuk mengurangi pengangguran terutama merumuskan pengeluaran pemerintah serta kebijakan-kebijakan lain yang terkait. 2. Bagi akademisi, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk penelitian-penelitian lanjutan dan dapat memperkaya literatur kebijakan fiskal terutama pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap tingkat pengangguran terbuka. 3. Bagi masyarakat umum, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk memperluas wawasan dan pengenalan kebijakan fiskal terutama pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap tingkat pengangguran terbuka di Indonesia Originalitas Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan mengambil beberapa referensi dari penelitian sebelumnya yang relevan dengan variabel yang menjadi objek penelitian. Referensi penelitian sebelumnya tersebut menjadi dasar untuk

14 menentukan originalitas dari penelitian ini. Penelitian ini bersifat replikasi dari penelitian sebelumnya serta penambahan beberapa variabel indikator yaitu pajak, suku bunga, upah, dan inflasi. Selain itu di Indonesia sepengetahuan penulis belum terlalu banyak penelitian yang membahas pengaruh dari variabel yang akan diteliti ini terhadap tingkat pengangguran. Penelitian sebelumnya tersebut disajikan pada Lampiran Sistematika Penulisan Studi ini terdiri dari lima bagian atau bab. Bab pertama menjelaskan tentang latar belakang penulisan, penyusunan rumusan masalah yang menjadi landasan diambilnya bahasan pertanyaan dalam penelitian ini. Selain itu, bab ini juga berisi tujuan, manfaat penelitian, originalitas penelitian, dan terakhir adalah penjelasan mengenai sistematika penulisan yang digunakan. Bab kedua membahas review literatur yang terterkait dengan penelitian ini, terdiri dari teori, penelitian terdahulu, dan pembahasan metode estimasi. Pada bagian terakhir disajikan kerangka pemikiran serta hipotesis yang disusun berdasarkan penjelasan review literatur pada sub bab sebelumnya. Bab ketiga membahas spesifikasi model penelitian beserta jenis dan sumber data variabel yang digunakan. Terakhir bab ini menjelaskan metode analisis yang digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Pada bab keempat menjelaskan perkembangan pengeluaran pemerintah dan pengangguran di Indonesia selama periode penelitian. Kemudian, bab ini juga menguraikan analisis dan pembahasan hasil penelitian. Tesis ini ditutup dengan

15 bab lima yang terdiri dari kesimpulan hasil analisis dan saran-saran yang ditawarkan dari temuan penelitian.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 1. Pengeluaran rutin dan modal mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat pengangguran terbuka pada tahun 1995-2012. Kenaikan pengeluaran rutin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan perekonomian dunia dewasa ini ditandai dengan semakin terintegrasinya perekonomian antar negara. Indonesia mengikuti perkembangan tersebut melalui serangkaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan meningkatnya tingkat kemiskinan. suatu negara. Gambar 1.1 dibawah ini menunjukkan tingkat inflasi yang terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan meningkatnya tingkat kemiskinan. suatu negara. Gambar 1.1 dibawah ini menunjukkan tingkat inflasi yang terjadi di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Inflasi merupakan salah satu indikator penting dalam perekonomian yang tidak bisa diabaikan, karena dapat mengakibatkan dampak yang sangat luas baik terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan oleh setiap pemerintahan terutama ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, pemerataan distribusi pendapatan, membuka kesempatan kerja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengatur masuk dan keluarnya perusahaan dari sebuah indutri, standar mutu

BAB I PENDAHULUAN. mengatur masuk dan keluarnya perusahaan dari sebuah indutri, standar mutu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam suatu Negara, pemerintah mempunyai berbagai kekuasaan untuk mengatur masuk dan keluarnya perusahaan dari sebuah indutri, standar mutu produk, menetapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2001, maka setiap daerah mempunyai kewenangan yang lebih luas dalam

BAB I PENDAHULUAN. 2001, maka setiap daerah mempunyai kewenangan yang lebih luas dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pada konteks ekonomi makro, tolak ukur keberhasilan perekonomian suatu daerah antara lain adalah Pendapatan daerah, tingkat kesempatan kerja dan tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menilai

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menilai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menilai keberhasilan ekonomi suatu negara. Sebagai negara berkembang, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan perekonomian dalam suatu negara dipengaruhi oleh tingkat inflasi. Inflasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan perekonomian dalam suatu negara dipengaruhi oleh tingkat inflasi. Inflasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian dalam suatu negara dipengaruhi oleh tingkat inflasi. Inflasi merupakan salah satu indikator ekonomi yang penting bagi suatu negara khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Cita-cita mulia tersebut dapat diwujudkan melalui pelaksanaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan negara adalah pemerataan pembangunan ekonomi. Dalam

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan negara adalah pemerataan pembangunan ekonomi. Dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan negara adalah pemerataan pembangunan ekonomi. Dalam mencapai tujuannya, pemerintah negara Indonesia sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan disegala bidang harus terus dilakukan oleh pemerintah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Untuk melaksanakan pembangunan, pemerintah tidak bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tukar rupiah terhadap mata uang asing, khususnya US dollar, ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. tukar rupiah terhadap mata uang asing, khususnya US dollar, ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semenjak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang bebas (free floating system) di Indonesia pada tahun 1997, telah menyebabkan posisi nilai tukar rupiah terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita akan selalu mengalami kenaikan. Adanya resesi

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita akan selalu mengalami kenaikan. Adanya resesi 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Suatu perekonomian dapat dikatakan berkembang apabila pendapatan perkapita dalam jangka panjang cenderung naik. Namun bukan berarti bahwa pendapatan perkapita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini sudah mencapai kondisi yang cukup memprihatinkan. Jumlah penganggur

BAB I PENDAHULUAN. saat ini sudah mencapai kondisi yang cukup memprihatinkan. Jumlah penganggur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu masalah yang cukup serius dihadapi Indonesia dewasa ini adalah masalah pengangguran. Pengangguran merupakan masalah ketenagakerjaan yang saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak sekedar memenuhi kebutuhan hayati saja, namun juga menyangkut kebutuhan lainnya seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsisten, perekonomian dibangun atas dasar prinsip lebih besar pasak dari pada

BAB I PENDAHULUAN. konsisten, perekonomian dibangun atas dasar prinsip lebih besar pasak dari pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Utang luar negeri yang selama ini menjadi beban utang yang menumpuk yang dalam waktu relatif singkat selama 2 tahun terakhir sejak terjadinya krisis adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2. untuk mencapai tingkat kestabilan harga secara mantap. 3. untuk mengatasi masalah pengangguran.

BAB I PENDAHULUAN. 2. untuk mencapai tingkat kestabilan harga secara mantap. 3. untuk mengatasi masalah pengangguran. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan jangka panjang yang dilaksanakan di Indonesia bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur dengan mengacu pada Trilogi Pembangunan (Rochmat Soemitro,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh suatu bangsa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan maupun taraf hidup

BAB I PENDAHULUAN. oleh suatu bangsa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan maupun taraf hidup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan salah satu alternatif terbaik yang dapat dilakukan oleh suatu bangsa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan maupun taraf hidup masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi pada tahun 1997 dan 1998 yang melanda negara negara

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi pada tahun 1997 dan 1998 yang melanda negara negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis ekonomi pada tahun 1997 dan 1998 yang melanda negara negara Asia mempengaruhi perekonomian Indonesia (Kanisius, 2008). Salah satu perubahan besar yang terjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Ketenagakerjaan Penduduk suatu negara dapat dibagi menjadi dua yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Tenaga kerja adalah penduduk yang berusia kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Menurut Todaro dan

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Menurut Todaro dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pembangunan ekononomi merupakan serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Menurut Todaro dan Smith (2006) pembangunan

Lebih terperinci

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 273 VII. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 7.1. Simpulan Berdasarkan hasil analisis deskripsi, estimasi, dan simulasi peramalan dampak kebijakan subsidi harga BBM terhadap kinerja perekonomian, kemiskinan,

Lebih terperinci

faktor yang dimiliki masing-masing negara, antara lain sistem ekonomi, kualitas birokrasi. Sistem ekonomi yang dianut oleh suatu negara akan

faktor yang dimiliki masing-masing negara, antara lain sistem ekonomi, kualitas birokrasi. Sistem ekonomi yang dianut oleh suatu negara akan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu negara sangat ditentukan oleh berbagai faktor yang dimiliki masing-masing negara, antara lain sistem ekonomi, ketersediaan sumber daya, teknologi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (sehingga dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat

Lebih terperinci

VII. SIMPULAN DAN SARAN

VII. SIMPULAN DAN SARAN VII. SIMPULAN DAN SARAN 7.1. Simpulan Hasil analisis menunjukkan bahwa secara umum dalam perekonomian Indonesia terdapat ketidakseimbangan internal berupa gap yang negatif (defisit) di sektor swasta dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebuah negara tidak akan pernah bisa lepas dari berbagai permasalahan yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang memiliki

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan untuk negara yang sedang berkembang digunakan istilah pembangunan

II. TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan untuk negara yang sedang berkembang digunakan istilah pembangunan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Ekonomi Menurut beberapa pakar ekonomi pembangunan, pertumbuhan ekonomi merupakan istilah bagi negara yang telah maju untuk menyebut keberhasilannya, sedangkan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. stabilitas nasional yaitu menciptakan lapangan pekerjaan bagi rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. stabilitas nasional yaitu menciptakan lapangan pekerjaan bagi rakyat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional memiliki hakekat mewujudkan masyarakat aman, damai dan sejahtera. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang terus berupaya melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dimulai dengan bangkrutnya lembaga-lembaga keuangan di Amerika

BAB I PENDAHULUAN. yang dimulai dengan bangkrutnya lembaga-lembaga keuangan di Amerika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini dunia diperhadapkan pada masalah krisis ekonomi global yang dimulai dengan bangkrutnya lembaga-lembaga keuangan di Amerika sehingga akan berdampak buruk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesinambungan fiskal (fiscal sustainability) merupakan kunci dari kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. Kesinambungan fiskal (fiscal sustainability) merupakan kunci dari kebijakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesinambungan fiskal (fiscal sustainability) merupakan kunci dari kebijakan fiskal pemerintah. Pada dasarnya, kebijakan fiskal mempunyai keterkaitan yang erat dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang akan mempercepat pemulihan ekonomi dan memperkuat ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang akan mempercepat pemulihan ekonomi dan memperkuat ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan salah satu bagian dari pembangunan nasional yang akan mempercepat pemulihan ekonomi dan memperkuat ekonomi berkelanjutan. Seluruh negara

Lebih terperinci

Tugas Bank Indonesia. Kebijakan Sistem Pembayaran. Kebijakan Moneter. Pengawasan Makroprudensial

Tugas Bank Indonesia. Kebijakan Sistem Pembayaran. Kebijakan Moneter. Pengawasan Makroprudensial Tugas Bank Indonesia 1 Kebijakan Moneter 2 Kebijakan Sistem Pembayaran 3 Pengawasan Makroprudensial 4 Keterkaitan Tugas Bank Sentral dengan Sektor Lain 3 SEKTOR EKSTERNAL Transaksi Berjalan Ekspor Impor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dekade terakhir, perekonomian Indonesia telah menunjukkan integrasi yang semakin kuat dengan perekonomian global. Keterkaitan integrasi ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri

I. PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri apabila pembangunan itu sebagian besar dapat dibiayai dari sumber-sumber penerimaan dalam negeri,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dari mencatat, mengumpulkan serta menyalin data-data yang diperlukan dari dinas

III. METODE PENELITIAN. dari mencatat, mengumpulkan serta menyalin data-data yang diperlukan dari dinas 41 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari mencatat, mengumpulkan serta menyalin data-data yang diperlukan dari

Lebih terperinci

ABSTRAK. Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, Flypaper Effect.

ABSTRAK. Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, Flypaper Effect. Judul : Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Bagi Hasil Pada Belanja Modal Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Nama : Ni Nyoman Widiasih Nim : 1315351081 ABSTRAK Belanja modal merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan harus siap dalam menghadapi pasar bebas dimana setiap sekat. dan makmur material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang

BAB I PENDAHULUAN. dan harus siap dalam menghadapi pasar bebas dimana setiap sekat. dan makmur material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan pembangunan yang sangat cepat menuntut kita untuk selalu siap dalam menghadapi persaingan yang sangat ketat. Indonesia sebagai negara yang sedang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terakhir ini digunakan sebagai kounter indikator terhadap ukuranukuran

BAB I PENDAHULUAN. yang terakhir ini digunakan sebagai kounter indikator terhadap ukuranukuran 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indikator terakhir keberhasilan pembangunan suatu bangsa adalah ukuran keadilan sosial dan kesinambungan. Tolok ukur pembangunan yang terakhir ini digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengeluaran konsumsi masyarakat merupakan salah satu variabel ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Pengeluaran konsumsi masyarakat merupakan salah satu variabel ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengeluaran konsumsi masyarakat merupakan salah satu variabel ekonomi yang memberikan kontribusi paling besar terhadap pendapatan domestik bruto (PDB), yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (growth). Pembangunan ekonomi yang mengalami pertumbuhan yaitu apabila tingkat

BAB I PENDAHULUAN. (growth). Pembangunan ekonomi yang mengalami pertumbuhan yaitu apabila tingkat BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan ekonomi suatu Negara secara umum beroreintasi pada pertumbuhan (growth). Pembangunan ekonomi yang mengalami pertumbuhan yaitu apabila tingkat kegiatan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang menyita pikiran pemerintah untuk segera dipecahkan. Krisis

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang menyita pikiran pemerintah untuk segera dipecahkan. Krisis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan dan pengangguran masih menjadi sebuah permasalahan ekonomi yang menyita pikiran pemerintah untuk segera dipecahkan. Krisis moneter yang terjadi di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang melakukan kegiatan perekonomian biasanya ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang melakukan kegiatan perekonomian biasanya ditujukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu negara yang melakukan kegiatan perekonomian biasanya ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dari negara yang bersangkutan. Begitu juga dengan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkandung dalam analisis makro. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

BAB I PENDAHULUAN. terkandung dalam analisis makro. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu negara diukur dari perkembangan pendapatan nasional riil yang dicapai suatu negara/daerah ini terkandung

Lebih terperinci

PENGELUARAN PEMERINTAH PENGGUNAAN PENGELUARAN PEMERINTAH MENJALANKAN RODA PEMERINTAHAN MEMBIAYAI KEGIATAN PEREKONOMIAN PERAN PEMERINTAH DALAM PEREKONOMIAN 1. PERAN ALOKATIF: mengalokasikan SDE agar pemanfaatannya

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro bulan Oktober 2004 hingga bulan Juli 2008 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi tetap terjaga

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 10 Ekonomi

Antiremed Kelas 10 Ekonomi Antiremed Kelas 10 Ekonomi Pendapatan Nasional - Soal Halaman 1 01. Pada metode pendapatan, besar pendapatan nasional suatu negara akan sama dengan (A) jumlah produksi ditambah upah (B) jumlah investasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. menyediakan sarana dan prasarana,baik fisik maupun non fisik. Namun dalam

PENDAHULUAN. menyediakan sarana dan prasarana,baik fisik maupun non fisik. Namun dalam PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia mempunyai cita cita yang luhur sebagaimana tertuang dalam Pembukuan UUD Tahun 1945 adalah untuk memajukan kesejahteraan umum menuju masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. nasional dan pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. nasional dan pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang tercermin dalam pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan salah satu ukuran penting dalam menilai keberhasilan pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau bahkan tercapainya full employment adalah kondisi ideal perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. atau bahkan tercapainya full employment adalah kondisi ideal perekonomian yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tingkat inflasi yang terkendali, nilai tukar dan tingkat suku bunga yang stabil serta tingkat pengangguran yang rendah atau bahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) demi

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) demi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan moneter adalah satu kebijakan yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi anggaran pendapatan belanja negara (APBN) selalu mengalami budget

BAB I PENDAHULUAN. kondisi anggaran pendapatan belanja negara (APBN) selalu mengalami budget 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara sedang berkembang yang tengah menuju tahap kemapanan ekonomi, Indonesia membutuhkan anggaran belanja dalam jumlah besar untuk membiayai berbagai program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menciptakan kemandirian dalam pembiayaan pembangunan dengan. mengurangi ketergantungan pada sumber dana luar negeri.

BAB I PENDAHULUAN. untuk menciptakan kemandirian dalam pembiayaan pembangunan dengan. mengurangi ketergantungan pada sumber dana luar negeri. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan sumber penerimaan yang sangat penting artinya bagi perekonomian suatu Negara. Demikian juga dengan Indonesia sebagai negara yang sedang membangun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi dunia saat ini adalah sangat lambat. Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi. Salah satunya adalah terjadinya krisis di Amerika.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, maka pelaksanaan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, maka pelaksanaan pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sebagaimana cita-cita kita bangsa Indonesia dalam bernegara yaitu untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, maka pelaksanaan pembangunan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kegiatan pemerintah dalam perekonomian tampaknya semakin besar dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kegiatan pemerintah dalam perekonomian tampaknya semakin besar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kegiatan pemerintah dalam perekonomian tampaknya semakin besar dan terus meningkat seiring dengan kemajuan ekonomi dari tahun ke tahun. Besar kecilnya kegiatan

Lebih terperinci

VII. SIMPULAN DAN SARAN

VII. SIMPULAN DAN SARAN VII. SIMPULAN DAN SARAN 7.1. Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa : 1. Komposisi terbesar belanja Pemerintah Indonesia adalah untuk belanja rutin dan pelayanan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2003 TENTANG PAKET KEBIJAKAN EKONOMI MENJELANG DAN SESUDAH BERAKHIRNYA PROGRAM KERJASAMA DENGAN INTERNATIONAL MONETARY FUND PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cenderung mengakibatkan gejolak ekonomi moneter karena inflasi akan

BAB I PENDAHULUAN. cenderung mengakibatkan gejolak ekonomi moneter karena inflasi akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator ekonomi makro guna melihat stabilitas perekonomian adalah inflasi. Inflasi merupakan fenomena moneter dimana naik turunnya inflasi cenderung mengakibatkan

Lebih terperinci

Proyeksi pertumbuhan

Proyeksi pertumbuhan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis finansial global yang bermula dari krisis subprime mortgage di Amerika Serikat (AS) pada tahun 2007, dalam waktu yang relatif singkat berubah menjadi krisis ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabungan memiliki peranan penting dalam membentuk dan mendorong pertumbuhan ekonomi baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Tabungan merupakan indikator penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan, hiburan dan kebutuhan hidup lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan, hiburan dan kebutuhan hidup lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia selama hidupnya selalu melakukan kegiatan dalam memenuhi kebutuhannya, baik berupa kebutuhan akan makanan, pakaian, tempat perlindungan, hiburan dan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dan kekurangan dana (Mishkin, 2009). Bank memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dan kekurangan dana (Mishkin, 2009). Bank memiliki peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan lembaga keuangan yang menerima simpanan dan membuat pinjaman serta sebagai lembaga perantara interaksi antara pihak yang kelebihan dana dan kekurangan

Lebih terperinci

BAB 1. menjadi perdebatan dalam teori ekonomi makro. Setidaknya, ada dua pandangan

BAB 1. menjadi perdebatan dalam teori ekonomi makro. Setidaknya, ada dua pandangan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Topik mengenai dampak defisit anggaran terhadap perekonomian telah sering menjadi perdebatan dalam teori ekonomi makro. Setidaknya, ada dua pandangan berbeda terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk disertai dengan perubahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi pada dasarnya untuk memenuhi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat (social welfare) tidak bisa sepenuhnya

Lebih terperinci

Daftar Isi. Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... vii 1. PENDAHULUAN...1

Daftar Isi. Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... vii 1. PENDAHULUAN...1 Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... vii 1. PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang... 1 1.1.1 Isu-isu Pokok Pembangunan Ekonomi Daerah... 2 1.1.2 Tujuan... 5 1.1.3 Keluaran... 5

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ekonomi yang terjadi. Bagi daerah indikator ini penting untuk mengetahui

I. PENDAHULUAN. ekonomi yang terjadi. Bagi daerah indikator ini penting untuk mengetahui I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan pertumbuhan ekonomi yang terjadi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor keuangan memegang peranan yang sangat signifikan dalam memacu pertumbuhan ekonomi suatu negara. Sektor keuangan menjadi lokomotif pertumbuhan sektor riil melalui

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang merata baik material/spiritual berdasarkan Pancasila di dalam Negara

I. PENDAHULUAN. yang merata baik material/spiritual berdasarkan Pancasila di dalam Negara I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata baik material/spiritual berdasarkan Pancasila di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewarnai perekonomian Indonesia sehingga beberapa sektor ekonomi yang. menjadi indikator PDB mengalami pertumbuhan negatif.

BAB I PENDAHULUAN. mewarnai perekonomian Indonesia sehingga beberapa sektor ekonomi yang. menjadi indikator PDB mengalami pertumbuhan negatif. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Memajukan kesejahteraan umum, itulah salah satu tujuan didirikannya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tertulis dalam Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Dinamika penanaman modal memengaruhi tinggi rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Dinamika penanaman modal memengaruhi tinggi rendahnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi pada hakekatnya adalah langkah awal kegiatan pembangunan ekonomi. Dinamika penanaman modal memengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi dan mencerminkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran prestasi dari

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran prestasi dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran prestasi dari perkembangan perekonomian suatu negara dari satu periode ke periode berikutnya. Menurut Rahardja dan Manurung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karena sebagian orang tua lebih memilih untuk mempekerjakan anaknya dari pada

BAB 1 PENDAHULUAN. karena sebagian orang tua lebih memilih untuk mempekerjakan anaknya dari pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang yang masih memiliki masalah pengangguran dan kemiskinan. Telah banyak usaha yang dilakukan pemerintah untuk

Lebih terperinci

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI DAMPAK PENDAPATAN DAN SUKU BUNGA TERHADAP KONSUMSI MASYARAKAT DI SUMATERA BARAT SELAMA PERIODE 1993-2008 Oleh : GLIANTIKA 07 951 022 Mahasiswa Program Strata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja, meratakan pendapatan dan meningkatkan hubungan antara daerah.

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja, meratakan pendapatan dan meningkatkan hubungan antara daerah. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara berkembang tidak lepas dari berbagai hambatan dan tantangan dalam pembangunan. Masalah kemiskinan, rendahnya modal, rendahnya kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara, terutama untuk negara-negara yang sedang berkembang. Peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. Pada satu sisi Indonesia terlalu cepat melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Monetaris berpendapat bahwa inflasi merupakan fenomena moneter. Artinya,

BAB I PENDAHULUAN. Monetaris berpendapat bahwa inflasi merupakan fenomena moneter. Artinya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan moneter dan kebijakan fiskal memiliki peran utama dalam mempertahankan stabilitas makroekonomi di negara berkembang. Namun, dua kebijakan tersebut menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi ekonomi yang paling baik saat tidak ada inflasi adalah sama dengan nol. Tetapi kondisi tersebut tidak mungkin terjadi selama perekonomian dunia dalam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam

PENDAHULUAN. perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya merupakan proses multidimensial yang meliputi perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam kelembagaan (institusi)

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN FISKAL/KEUANGAN DAN EKONOMI MAKRO TAHUN 2010

ANALISIS KEBIJAKAN FISKAL/KEUANGAN DAN EKONOMI MAKRO TAHUN 2010 ANALISIS KEBIJAKAN FISKAL/KEUANGAN DAN EKONOMI MAKRO TAHUN 2010 Penyusun: 1. Bilmar Parhusip 2. Basuki Rachmad Lay Out Budi Hartadi Bantuan dan Dukungan Teknis Seluruh Pejabat/Staf Direktorat Akuntansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Adrimas,1993). Tujuannya untuk mencapai ekonomi yang cukup tinggi, menjaga

BAB I PENDAHULUAN. (Adrimas,1993). Tujuannya untuk mencapai ekonomi yang cukup tinggi, menjaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi adalah hasil dari perubahan dalam bidang teknis dan tata kelembagaan dengan mana output tersebut diproduksi dan didistribusikan (Adrimas,1993).

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI DI PROPINSI SULAWESI TENGGARA 1) Muhammad Nur Afiat 2) ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI DI PROPINSI SULAWESI TENGGARA 1) Muhammad Nur Afiat 2) ABSTRAK Volume XVI Tahun 8, Desember 2015 hal 20-26 Jurnal Ekonomi Pembangunan FE-Unhalu ANALISIS PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI DI PROPINSI SULAWESI TENGGARA 1) Muhammad Nur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter Bank Indonesia selaku otoritas moneter. BI Rate merupakan instrumen kebijakan utama untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh rumahtangga atas barang-barang akhir dan jasa-jasa dengan tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. oleh rumahtangga atas barang-barang akhir dan jasa-jasa dengan tujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada umumnya bahwa sebagian besar dari pendapatan yang diterima masyarakat akan dibelanjakan kembali untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya. Pengeluaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatan pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatan pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) di tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multi dimensional yang melibatkan perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap mental dan lembaga-lembaga sosial. Perubahan

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan indeks harga konsumen (IHK) Indonesia, tingkat suku bunga dunia, nilai dollar dalam rupiah, rasio belanja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Bangsa dan Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Bangsa dan Negara Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah pokok yang dihadapi Bangsa dan Negara Indonesia sebagai negara berkembang yang dikelompokkan berdasarkan tingkat kesejahteraan masyarakatnya adalah

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan

I. PENDAHULUAN. perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama tiga dekade terakhir, perekonomian Indonesia sudah mengalami perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan melakukan kebijakan deregulasi.

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN 1985-2007 SKRIPSI Disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan S-1 pada Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. makro, yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan

I. PENDAHULUAN. makro, yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan moneter merupakan salah satu bagian integral dari kebijakan ekonomi makro. Kebijakan moneter ditujukan untuk mendukung tercapainya sasaran ekonomi makro, yaitu

Lebih terperinci

Bab. I PENDAHULUAN. Pasar modal memiliki peran penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Bab. I PENDAHULUAN. Pasar modal memiliki peran penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Bab. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peran penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Perusahaan yang mengeluarkan saham di pasar modal untuk mendapatkan dana disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian pada umumnya mengalami fluktuasi. Pertumbuhan ekonomi nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian pada umumnya mengalami fluktuasi. Pertumbuhan ekonomi nasional yang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah ukuran perkembangan perekonomian suatu negara dari satu periode ke periode berikutnya. Menurut Rahardja dan Manurung (2008), perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan ekonomi suatu negara pada dewasa ini tidak dapat dipisahkan dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan negara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang fokus terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang fokus terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang fokus terhadap pembangunan nasional. Salah satu strategi pembangunan nasional indonesia yaitu melakukan pemerataan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi melalui produktivitas yang tinggi, dan mendatangkan lebih banyak input ke dalam proses produksi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai dimensi tantangan lokal, nasional maupun global. Kemiskinan tidak

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai dimensi tantangan lokal, nasional maupun global. Kemiskinan tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengentasan kemiskinan merupakan masalah pembangunan yang mempunyai dimensi tantangan lokal, nasional maupun global. Kemiskinan tidak hanya menjadi permasalahan bagi

Lebih terperinci