Rakitan Inovasi Teknologi Pengelolaan Lahan Bekas Penambangan Batubara untuk Budidaya Padi

Transkripsi

1 Rakitan Inovasi Teknologi Pengelolaan Lahan Bekas Penambangan Batubara untuk Budidaya Padi Muhamad Hidayanto dan Yossita Fiana Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Timur Jl. PM. Noor-Sempaja, Samarinda Abstrak Pada tahun di Kabupaten Kutai Kartanegara tercatat 5,2 % lahan pertanian atau sekitar ha dari ha telah dikonversi menjadi kawasan pertambangan sekitar 75 persen dan sisanya untuk perkebunan. Daerah ini merupakan kabupaten yang memiliki izin penambangan batubara terluas se-kalimantan Timur, yaitu sekitar 1,2 juta ha, kemudian Kutai Timur seluas sekitar 670 ribu ha dan Kutai Barat seluas 395 ribu ha. Lahan bekas penambangan batubara di Kabupaten Kutai Kartanegara hingga saat ini belum dimanfaatkan untuk pertanian, padahal dengan inovasi teknologi, lahan tersebut dapat dimanfaatkan untuk pengembangan pertanian. Tujuan penelitian adalah meningkatan produktivitas lahan bekas penambangan batubara untuk pengembangan tanaman padi gogo spesifik lokasi. Penelitian dilaksanakan di Desa Embalut, Kecamatan Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartenegara pada lahan bekas penambangan Batubara, bulan Maret - Desember Metoda penelitian adalah percobaan lapangan yang dilakukan melalui pengelolaan lahan dan tanaman terpadu spesifik lokasi dengan mengimplementasikan penggunaan pupuk hayati, pupuk organik, pupuk kimia, zat pengatur tumbuh, dan kapur pertanian yang dosisnya sesuai dengan tingkat kesuburan tanah dan kebutuhan tanaman, selanjutnya disebut dengan Integrated Crops Land Management (ICLM). Hasil kegiatan telah mendapatkan rakitan inovasi teknologi pengelolaan lahan bekas tambang barubara untuk pengembangan tanaman padi, dengan varietas uji Inpago 8 produktivitasnya 6,4 t/ha GKP; Inpago 5 produktivitasnya 5,2 t/ha GKP, dan Inpago 6 produktivitasnya 5,1 t/ha GKP. Kata kunci: Lahan bekas penambangan batubara, padi, pengelolaan lahan, tanaman terpadu. Pendahuluan Potensi bahan tambang di Kalimantan Timur (terutama batubara) cukup besar dan menyumbang 45,83% pendapatan daerah (BPS, 2009). Namun demikian hingga saat ini ribuan ha lahan bekas penambangan batubara di Kalimantan Timur baik yang telah direklamasi maupun yang dibiarkan terlantar, belum memberikan manfaat kepada masyarakat di sekitar tambang, dan bahkan sebaliknya menimbulkan kerusakan lingkungan. Data dari Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Kutai Kartanegara menunjukkan bahwa lahan pertaniannya telah banyak dikonversi menjadi areal pertambangan batubara. Pada tahun tercatat 5,2 persen lahan pertanian atau sekitar ha dari ha telah dikonversi menjadi kawasan pertambangan dan perkebunan (Distan Kukar, 2013). Daerah ini merupakan kabupaten yang memiliki izin batubara terluas se-kaltim, yaitu sekitar 1,2 juta ha, kemudian Kutai Timur seluas sekitar 670 ribu ha dan Kutai Barat seluas 395 ribu ha ( penghijauan/2011/07/13/) Lahan bekas penambangan batubara merupakan lahan marginal yang miskin akan hara, sehingga untuk mendukung pertumbuhan tanaman yang optimal perlu pasokan hara dari luar. Integrasi tanaman dan ternak merupakan salah satu sistem yang diharapkan akan mampu mendukung upaya untuk meningkatkan produktivitas lahan bekas tambang, dan juga akan mendukung program ketahanan pangan. 338 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

2 Lahan bekas penambangan batubara di Desa Embalut kecamatan Tenggarong Seberang kabupaten Kutai Kartanegara tingkat kesuburan tanah rendah, sehingga untuk meningkatkan produktivitas lahan tersebut perlu dilakukan melalui inovasi teknologi spesifik lokasi. Penerapan teknologi dengan pendekatan sistem integrasi tanaman dan ternak yang berkelanjutan diharapkan akan mampu meningkatkan produktivitas lahan dan dapat dilakukan untuk pengembangan lahan bekas penambangan batubara menjadi lahan pertanian produktif dengan menngunakan pupuk hayati, pupuk kandang, pupuk kimia dan pupuk organik cair (POC). Pemilihan jenis tanaman harus dilakukan secara selektif, serta memiliki nilai ekonomi dan toleransi tinggi pada lingkungan biofisik lahan tersebut. Tanaman pangan seperti padi gogo sangat memungkinkan untuk dikembangkan melalui pemilihan yang selektif terhadap varietas yang toleran dan mampu tumbuh baik di lingkungan lahan bekas tambang batubara. Untuk dapat tumbuh optimal, tanaman yang diusahakan memerlukan media tumbuh yang baik, dan tersedia cukup hara. Oleh karena itu perbaikan lingkungan tumbuh dan penambahan hara di lahan bekas tambang batubara diperlukan agar tanaman dapat tumbuh dan berproduksi secara maksimal. Integrasi tanaman ternak potensial untuk dikembangkan di lahan bekas penambangan batubara di Kutai Kartanegara. Ciri utama integrasi tanaman ternak adalah adanya sinergisme atau keterkaitan yang saling menguntungkan antara tanaman dan ternak. Petani memanfaatkaan kotoran ternak sebagai pupuk organik untuk tanamannya, kemudian memanfaaatkan limbah pertanian sebagai pakan ternak (Reijntjes et al., 1999 dalam Ismail dan Andi Djayanegara, 2004). Pemanfaatan kotoran ternak sebagai pupuk organik disamping mampu menghemat penggunaan pupuk anorganik, juga sekaligus mampu memperbaiki struktur dan ketersediaan unsur hara tanah. Dampak ini terlihat dengan meningkatnya produktivitas lahan bekas penambangan batubara (Salazar et al, 2009). Hasil kajian Adnyana, et al (2003) menunjukkan bahwa model CLS yang dikembangkan petani di Jawa Tengah dan Jawa Timur mampu mengurangi penggunaan pupuk anorganik persen dan meningkatkan produktivtas padi persen. Hasil serupa pada kajian Bulu et al (2004) di Provinsi NTB. Hasil penelitian pada tahun 2012 dan 2013 menunjukan bahwa pengelolaan lahan dan tanaman terpadu atau Integrated Crops Land Management (ICLM), dengan penerapan teknologi berbasis pupuk hayati yang diintegrasikan dengan pemberian kandang/kompos, pupuk kimia, ZPT (zat pengatur tumbuh), pupuk organik cair dan perlindungan tanaman dengan pestisida dapat meningkatkan produktivitas lahan bekas penambangan batubara, yang ditunjukkan dengan pertumbuhan dan hasil tanaman indikator yang cukup baik. Peningkatan produktivitas lahan bekas penambangan batubara yang dilakukan melalui penerapan inovasi ICLM ini merupakan suatu teknik peningkatan produktivitas lahan bekas penambangan batubara yang mengintegrasikan beberapa unsur pendukung pertumbuhan tanaman sesuai dengan kandungan hara tanah dan kebutuhan hara tanaman untuk dapat tumbuh optimal (Hidayanto, 2013). Metodologi Penelitian peningkatan produktivitas lahan bekas tambang batubara dilaksanakan secara partisipatif dan terintegrasi, melibatkan stakeholders terkait khususnya CSR PT. Kitadin dan peran aktif kelompoktani serta masyarakat di sekitar kawasan lahan tambang. Untuk mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan, diawali dengan kegiatan observasi lapangan dan dilanjutkan dengan melaksanakan survey RRA (rapid rural appraisal). Untuk memudahkan dalam tindak operasional Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 339

3 penelitian, maka pada awal kegiatan dilakukan analisis kesuburan tanah melalui mengambilan sampel tanah secara komposit yang selanjutnya dianalisis di laboratorium. Penetapan jenis komoditas tanam dilakukan secara partisipatif, memiliki nilai ekonomis dan tahan terhadap lingkungan lahan kering (dapat tumbuh baik dan berproduktivitas tinggi). Pengolahan lahan dilakukan secara mekanisasi, supaya hasil tanaman (hijauan pakan ternak dan tanaman lain) yang dibudidayakan sesuai yang diharapkan. Peningkatan produktivitas lahan bekas penambangan batubara dilakukan melalui penerapan inovasi Integrated Crops Land Management (ICLM). Bahan dan Alat Alat yang digunakan meliputi hand tracktor rotari, cangkul, lingga, hand sprayer, drum plastik, alat tugal. Bahan-bahan yang digunakan meliputi pupuk an-organik (NPK Pelangi, NPK Mutiara), pupuk hayati (cair dan granule), pestisida, kapur pertanian, pupuk organik ( kotoran ternak), serta pupuk organik cair (POC). Benih yang digunakan: (1) padi gogo Inpago 5, 6 dan 8. Metoda Penelitian dilaksanakan bulan Februari - Desember 2014, bertempat di desa Embalut, kecamatan Tanggarong Seberang, kabupaten Kutai Kartanegara. Diawali dengan desk study kemudian dilanjutkan dengan melakukan RRA ( Rapid Rural Appraisal) guna memahami kondisi awal lokasi kegiatan serta melakukan pendekatan before dan after, yaitu membandingkan produktivitas lahan bekas tambang batubara antara sebelum dan setelah kegiatan penelitian dilaksanakan. Persiapan Lahan dan Plotting Lahan dipersiapkan 3-4 minggu sebelum tanam dengan tracktor rotari dan manual (dicangkul), selanjutnya dilakukan pemberian pupuk organik (600 kg/ha), pengapuran (400 kg/ha) dan penambahan pupuk hayati (20 kg/ha). Setelah lahan siap, dilanjutkan dengan plotting. Penanaman dan Pemeliharaan Padi gogo dikembangkan pada lahan seluas meter persegi, keperluan benih 15 kg, persemaian dengan cara tugal (tradak) dengan umur semai hari, tanam 1 rumpun per lubang tugalan, dengan jarak tanam 40 x 20 cm, dosis pemupukan (per ha): 300 kg NPK Pelangi + 50 kg Urea, waktu pemupukan 12 hari setelah tanam (hst) dan 40 hst. Penanaman padi Inpago 5, 6 dan 8 dilakukan dilakukan pada Minggu III bulan Maret Panen Panen dilakukan berdasarkan pengamatan kondisi fisiologis tanaman dan tingkat kematangan buah (sesuai dengan deskripsi tanaman yang diterbitkan oleh Badan Litbang Pertanian). Produktivitas tanaman diukur melalui teknik sampling sesuai Pandum BPS (Badan Pusat Statistik) tahun Pengumpulan Data dan Analisis Usahatani Data yang dikumpulkan meliputi potensi dan kendala lahan bekas penambangan batubara; data biofisik tanah sebelum dan setelah dilakukan penelitian; data agronomis tanaman; data komponen hasil produksi (produktivitas). Data produktivitas diukur menggunakan satuan ubinan sesuai pandum BPS, sedangkan data analisa usahatani dikumpulkan dan dianalisis untuk mengetahui biaya yang diperlukan, meliputi data produksi, biaya produksi yang keluarkan. 340 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

4 Hasil dan Pembahasan Penelitian dilakukan 2 kelompoktani (poktan) ya itu poktan Mandiri Bersama dan poktan Bumi Lestari yang lokasinya masih dalam satu kawasan dan terletak di desa Embalut, Kecamatan Tenggarong Seberang. Komoditas tanam utama adalah padi gogo (Inpago 5, 6 dan 8). Data agronomis dan produktivitas padi gogo yang dibudidayakan (3 varietas) pada lahan bekas penambangan batubara selengkapnya pada Tabel 1. Tabel 1. Keragaan tanaman dan produktivitas padi gogo di lahan bekas tambang batubara Keragaan Tanaman Produktivitas No Uraian Tinggi Jml Panjang Potensi Hasil Ubinan Hasil (GKP) (cm) anakan malai 1. Inpago cm 3,2 kg 5,1 t/ha 6,2 t/ha 2. Inpago cm 2,9 kg 4,6 t/ha 5,8 t/ha 3. Inpago cm 4,1 kg 6,6 t/ha 8,1 t/ha Tabel 1 menunjukkan bahwa produktivitas Inpago 8 lebih tinggi dibanding Inpago 5 dan 6. Hal tersebut disebabkan Inpago 8 memiliki anakan produktif lebih banyak dengan batang malai yang lebih panjang. Namun demikian, capaian produktivitas tersebut masih jauh di bawah potensi hasil yaitu lebih dari 8,1 t/ha GKP. Rekomendasi Paket Teknologi Berdasarkan hasil pengkajian maka disusun paket teknologi spesifik lokasi untuk budidaya tanaman pangan padi gogo, seperti disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Rekomendasi Inovasi Teknologi budidaya padi gogo di lahan bekas penambangan batubara di Kutai Kartanegara. No Uraian Rakitan Rekomendasi Paket Teknologi Budidaya Padi Gogo 1. Agroekosistem LKDR bekas penambangan batubara 2. Varietas Inpago 3. Pengolahan tanah Minimum tillage/olah tanah minimum 4. Pupuk dasar Pupuk kompos, kapur dan pupuk hayati 5. Keperluan benih/ha 5-7 kg 6. Cara tanam Semai 15 hari, tugal 7. Jumlah benih/bibit 1 batang/lubang tugal 8. Jarak tanam 40 cm x 20 cm 9. Jenis pupuk NPK, Urea dan Pupuk Organik Cair (POC) 10. Dosis pupuk/ha 250 kg NPK Pelangi dan 50 kg Urea 11. Cara pemupukan Disebar 12. Pengendalian gulma Herbisida kontak 13. Pengendalian OPT Pestisida (5 tepat) 14. Panen Malai menguning 95% 15. Umur Panen HST 16. Hasil (ton/ha) 6-8 t/ha GKP 17. R/C Ratio 2,5 2,8 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 341

5 Kesimpulan 1. Lahan bekas penambangan batubara di Kabupaten Kutai Kartanegara cukup luas dan potensial untuk pengembangan pertanian tanaman pangan. Inovasi teknologi spesifik lokasi memungkinkan lahan bekas penambangan batubara dapat dimanfaatkan untuk mendukung swasembada pangan melalui pengembangan tanaman padi. 2. Pengelolaan lahan dan tanaman terpadu spesifik lokasi (integrated crops land management) yang memadukan penggunaan pupuk organik, kapur pertanian, pupuk hayati dan pupuk kimia sesuai dengan kesuburan tanah dan kebutuhan tanaman dapat meningkatkan produktivitas lahan bekas penambangan batubara untuk budidaya padi. Daftar Pustaka Adnyana Pengkajian dan Sintesis Kebijakan Pengembangan Peningkatan Produktivitas Padi dan Ternak (P3T) ke Depan. Laporan Teknis Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Litbang Pertanian. Bogor. Badan Pusat Statistik Buku Pedoman Pengumpulan dan Pengolahan Data Tanaman Pangan. Jakarta. 180 halaman Badan Pusat Statistik Kalimantan Timur Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kalimantan Timur. Samarinda. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Panduan Umum PTT Kedelai. Departemen Pertanian. Jakarta. 20 hal. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Panduan Umum PTT Jagung. Departemen Pertanian. Jakarta. 20 hal Balitkabi Malang Deskripsi Varietas Unggul Kacang-Kacangan dan Umbi-umbian. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian.179 hal. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian Teknologi Produksi Kedelai, Kacang Tanah, Kacang Hijau, Ubi Kayu dan Ubi Jalar. Brosur. Balitkabi. Malang. 28 halaman. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian Petunjuk Teknis Teknologi Produksi Benih Ubi Kayu. Brosur. Balitkabi. Malang. 8 halaman Dinas Pertanian Kutai Kartanegara Laporan Tahunan. Tenggarong. Kaltim Post, Rumput Australia untuk Ternak di Lahan Bekas Tambang Diakses 12 September Bulu Y.G., K. Puspadi, A. Muzani dan T.S. Penjaitan Pendekatan Sosial Budaya dalam Pengembangan Sistem Usatani Tanaman-Ternak di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Prosiding Lokakarya Sistem dan Kelembagaan Usahatani Tanaman-Ternak. Badan Litbang Pertanian. Jakarta. Ditjennak, Blue Print Swasembada Daging Sapi Kementerian Pertanian Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

6 Hidayanto, M., M. Chary S., dan Ludy K. K Pengkajian Teknologi Peningkatan Produktivitas Lahan Bekas Penambangan Batubara dengan Sistem Integrasi Tanaman dan Ternak di Kalimantan Timur. Laporan Tahunan, BPTP Kaltim. Hidayanto, M., dan M. Chary S Pengkajian Teknologi Peningkatan Produktivitas Lahan Bekas Penambangan Batubara di Kalimantan Timur. Laporan Tahunan, BPTP Kaltim. Ilham N., K. Kariyasa, B. Wiryono, M. N. A. Kriom, dan S. Hastuti Analisis Penawaran dan Permintaan Komoditas Peternakan Unggulan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor. Ismail I.G. dan A. Djajanegara Kerangka Dasar Pengembangan SUT Tanaman Ternak (Draft). Proyek PAATP. Jakarta Kariyasa K Hasil Laporan Pra Survei Kelembagaan Usaha Tanaman-Ternak Terpadu dalam Sistem dan Usaha Agribisnis. Proyek PAATP. Jakarta. Mursyidin, DH Memperbaiki Lahan Bekas Tambang dengan Mikroorganisme. Muzani A., Y. G. Bulu, K. Puspadi dan T.S. Penjaitan, Potensi Pakan dalam Sistem Integrasi Tanaman-Ternak di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Prosiding Lokakarya Sistem dan Kelembagaan Usahatani Tanaman-Ternak. Badan Litbang Pertanian. Jakarta. Salazar,M., Bosch-Serra, A., Estudillos, G., Poch,RM Rehabilitation of Semi-Arid CoalMine Spoil Bank Soils with Mine Residues and Farm Organic By Product. Arid Land Research and Management. Vol 23, edisi 4, pg 327. Siti Latifah, Kegiatan Reklamasi Lahan Pada Bekas Tambang. Program Ilmu Kehutanan Jurusan Manajemen Hutan. USU, Medan. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 343