BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi/Objek Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Penelitian Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Jetis terletak di Jalan Brigjen Katamso No. 88 Jetis, Sukoharjo dan terletak ditengah perkampungan warga. MI Negeri Jetis berada dibawah naungan Kementrian Agama Kabupaten Sukoharjo. Adapun Visi dan Misi MI Negeri Jetis adalah, sebagai berikut : a. Visi "Terwujudnya generasi yang memiliki iman, taqwa yang kukuh unggul dalam iptek terampil dan mandiri" b. Misi 1) Mewujudkan lembaga pendidikan yanng Islami dan bermutu tinggi 2) Melaksanakan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan anak didik dan masyarakat 3) Menyediakan sarana dan prasarana pendidikan dan pembelajaran yang memandai 4) Menyiapkan tenaga yang profesional, berdedikasi dan memiliki semangat yang kompetitif dan inovatif 5) Menyelenggarakan kegiatan proses belajar mengajar dan menghasilkan lulusan yang berprestasi tinggi 6) Menciptakan lingkungan dari perilaku hidup bersih dan sehat 2. Deskripsi Permasalahan Penelitian Penelitian ini berfokus pada peran bimbingan dan konseling dalam mengatasi perilaku bullying pada peserta didik yang menjadi pelaku dan korban di MI Negeri Jetis. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang dialami oleh peserta didik yang menjadi subjek secara mendalam. Hal-hal yang akan diungkap dalam penelitian ini mencakup: a) faktor-faktor yang menyebabkan pelaku melakukan bullying, b) dampak commit to dari user perilaku bullying bagi korban, c) 42

2 digilib.uns.ac.id 43 layanan bimbingan dan konseling dalam mengatasi bullying dan, e) layanan yang paling efektif untuk mengatasi bullying. 3. Deskripsi Subjek Penelitian Fokus penelitian yang dipilih adalah peserta didik yang melakukan pelanggaran tata tertib berupa pelaku bullying dan korbannya di MI Negeri Jetis. Peserta didik yang menjadi subjek penelitian berdasarkan laporan wali kelas, guru Bimbingan dan Konseling dan teman subjek. Berdasarkan laporan tersebut peneliti ingin mengungkap sebab pelaku melakukan perbuatan bullying terhadap korbannya di lingkungan sekolah dan akibat yang ditimbulkannya. Data yang diperoleh dari observasi, wawancara dan home visit dapat memberikan gambaran yang jelas dalam mengungkap faktor penyebab pelaku melakukan perbuatan bullying terhadap korbannya di MI Negeri Jetis. Adapun subjek penelitian tersebut sebagai berikut : a. Subjek 1 (Pelaku) 1) Data pribadi peserta didik Nama : F Jenis Kelamin : Laki-laki Tempat, tanggal lahir : Sukoharjo, 3 Oktober 2003 Alamat : Carikan Rt 3 Rw 4 Sukoharjo Agama : Islam Kelas : VI D Jumlah Saudara : Anak pertama dari dua bersaudara Nama Orang Tua : Alm M dan M Pekerjaan Orang Tua : Penjahit, Ibu Rumah Tangga 2) Keadaan peserta didik F memiliki bentuk badan yang tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu besar, kurus, warna kulitnya sawo matang dan rambutnya lurus. Sejak masih kecil F sudah menjadi anak yatim. Tetapi sekitar kelas 3 MIN

3 digilib.uns.ac.id 44 ibunya menikah lagi, dan sampai saat ini F tinggal dengan ibu, ayah tiri dan adiknya. Pada lingkungan rumahnya F termasuk keluarga sederhana, rumahnya cukup jika ditempati oleh mereka sekeluarga, didalamnya terdapat sebuah mesin jahit yang digunakan ibunya untuk menjahit. Di rumah F memiliki beberapa orang teman bermain tetapi rata-rata usianya lebih dewasa dibandingkan dengan F. Sepulang sekolah mereka selalu menghampiri F dan mengajaknya bermain tenis meja atau sepak bola hingga petang hari, bahkan pernah hingga larut malam, akibatnya membuat ibu F merasa khawatir dan cemas dengan keadaannya. b. Subjek 2 (Korban) 1) Data pribadi peserta didik Nama : Z Jenis Kelamin : Perempuan Tempat, tanggal lahir : Sukoharjo, 26 Juni 2004 Alamat : Pojok Rt 1 Rw 1 Tawangsari, Sukoharjo Agama : Islam Kelas : VI C Jumlah Saudara : Anak Pertama dari dua bersaudara Nama Orang Tua : H dan S Pekerjaan Orang Tua : Wiraswasta dan PNS 2) Keadaan peserta didik Z memiliki bentuk badan yang tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu besar, kurus, pendiam, warna kulitnya sawo matang. Z tinggal bersama ayah, ibu dan adiknya. Dilingkungan rumahnya Z termasuk keluarga yang mampu. Z berangkat ke sekolah diantar dengan sepeda motor oleh orang tuanya karena jarak rumah ke sekolah cukup jauh.

4 digilib.uns.ac.id 45 c. Subjek 3 (Korban) 1) Data pribadi peserta didik Nama : M Jenis Kelamin : Perempuan Tempat, tanggal lahir : Sukoharjo, 20 April 2003 Alamat : Ngepakan Rt 2 Rw 2 Joho, Sukoharjo Agama : Islam Kelas : VI B Jumlah Saudara : Anak Kedua dari tiga bersaudara Nama Orang Tua : S dan S Pekerjaan Orang Tua : Swasta dan Ibu Rumah Tangga 2) Keadaan peserta didik M memiliki bentuk badan yang tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu besar, sedikit gemuk, memakai kacamata, warna kulitnya sawo matang. M tinggal bersama ayah, ibu, kakak dan adiknya. Dilingkungan rumahnya M termasuk keluarga yang kaya. M berangkat ke sekolah diantar oleh orang tuannya dengan sepeda motor atau mobil. d. Subjek 4 ( Korban) 1) Data pribadi peserta didik Nama : MS Jenis Kelamin : Perempuan Tempat, tanggal lahir : Sukoharjo, 19 Oktober 2003 Alamat : Sukoharjo Rt 3 Rw 2 Sukoharjo Agama : Islam Kelas : VI C Jumlah Saudara : Anak Pertama Nama Orang Tua : H dan S Pekerjaan Orang Tua : Pegawai Swasta dan Apoteker

5 digilib.uns.ac.id 46 2) Keadaan peserta didik MS memiliki bentuk badan yang tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu besar, warna kulitnya sawo matang. MS tinggal bersama ayah dan ibunya. Dilingkungan rumahnya MS termasuk keluarga yang mampu. MS berangkat ke sekolah diantar dengan sepeda motor oleh orang tuanya karena jarak rumah ke sekolah cukup jauh. B. Deskripsi Temuan Penelitian Deskripsi temuan penelitian bertujuan untuk menyajikan data yang dimiliki oleh peneliti sesuai dengan pokok permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini yaitu studi tentang Peran Bimbingan dan Konseling Dalam Mengatasi Perilaku Bullying Antarpeserta Didik di MI Negeri Jetis. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di lapangan diperoleh beberapa informasi terkait peran bimbingan dan konseling dalam mengatasi perilaku bullying antarpeserta didik di MI Negeri Jetis adalah sebagai berikut : 1. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Pelaku Melakukan Bullying Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada subjek penelitian diperoleh gambaran mengenai faktor-faktor yang menyebabkan pelaku melakukan bullying. a) Hasil Observasi Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan di sekolah, subjek merupakan anak yang cukup lincah dan aktif jika dibandingkan dengan teman-temannya. Subjek sering berbuat iseng kepada temantemannya. Selain itu subjek memiliki prestasi yang cukup baik, terutama pada mata pelajaran IPA. Selain di sekolah peneliti datang ke rumah subjek. Pada saat itu F sedang tidak ada di rumah karena dia masih berada di sekolah. Peneliti hanya bertemu dengan orangtuanya yang sedang berada di rumah. Kondisi rumah F cukup sederhana dibandingkan dengan rumah yang ada

6 digilib.uns.ac.id 47 disekitarnya, di dalamnya ada sebuah mesin jahit yang digunakan ibunya untuk menjahit. b) Hasil Wawancara Peneliti melakukan wawancara kepada subjek (pelaku), wali kelas, orang tua, dan teman peserta didik. Berikut hasil wawancara dari beberapa narasumber: 1) Subjek (pelaku) Hasil dari wawancara, subjek mengaku melakukan perilaku bullying karena uang sakunya ketinggalan dan sering diejek oleh teman-temannya. Subjek melakukan perbuatan tersebut karena pengaruh teman-teman bermain di sekitar rumahnya. Selain itu karena subjek juga pernah menjadi korban dari kakak kelasnya. Sebenarnya subjek merasa malu karena sering diejek oleh teman-teman karena perbuatannya tersebut. Subjek melakukan perbuatan tersebut kadang juga iseng, karena ada temanya yang mengejek subjek sebelumnya hingga akhirnya subjek membalas ejekan temannya tersebut. Orang tua subjek pun sudah mengetahui perilaku dirinya yang suka merugikan orang lain tersebut, bahkan subjek pun sering dinasehati oleh orang tuanya bahwa perbuatannya tersebut tidak baik dan dapat merugikan orang lain. 2) Wali Kelas Berdasarkan wawancara dengan wali kelas diperoleh beberapa informasi. Menurut wali kelasnya subjek merupakan anak yang baik, tetapi karena kurangnya komunikasi dengan orang tuanya dia menjadi anak yang nakal. Sepengetahuan wali kelas subjek tinggal bersama ibu, ayah tirinya dan adiknya. Karena ayah kandungnya meninggal sejak subjek masih kecil. Menurut wali kelasnya, subjek memiliki keunggulan dalam pelajaran IPA dibandingkan dengan teman-temannya di kelas. Menurut informasi dari commit wali to kelasnya user juga, suatu ketika ada guru

7 digilib.uns.ac.id 48 mata pelajaran sedang menerangkan pelajaran di depan kelas, tetapi subjek malah bersenda gurau dengan temannya, hingga akhirnya membuat guru tersebut menjewer telinganya karena terganggu dengan perilaku subjek tersebut. 3) Orang tua Orangtua peserta didik yang diwawancarai oleh peneliti adalah ibunya. Ketika itu ayah tiri subjek masih bekerja diluar kota. Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu subjek diperoleh beberapa informasi terkait subjek. Menurut ibunya, subjek sebenarnya merupakan anak yang baik, dan tidak pernah meninggalkan ibadahnya. Berdasarkan informasi dari ibunya, bahwa kebiasaan subjek setelah pulang sekolah yakni makan siang, lalu langsung bermain bersama teman-temannya, karena teman-temannya selalu menghampiri ke rumah subjek dan mengajaknya bermain. Kebiasaan subjek dengan teman-temannya adalah bermain game online, bermain tenis meja dan sepak bola. Ketika bermain game online subjek sering diminta oleh teman-temannya untuk membayari mereka. Bahkan subjek pernah mengambil uang orangtuanya tanpa sepengetahuan mereka. Hubungan subjek dengan ayah tirinya juga kurang dekat, karena ayahnya lebih banyak menghabiskan waktu untuk bekerja diluar kota dan hanya memiliki waktu libur satu hari saja dalam satu minggu. 4) Teman Berdasarkan wawancara dengan teman subjek diperoleh informasi, bahwa subjek merupakan anak yang aktif di kelasnya, bahkan kadang subjek terlalu asik bersenda gurau dengan teman satu bangkunya sehingga tidak memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru di depan kelas.

8 digilib.uns.ac.id 49 Menurut temannya subjek sangat menyukai pelajaran IPA, sehingga nilainya lumayan bagus dibandingkan dengan nilai temantemannya. Menurut temannya juga, subjek sering bermain dengan teman-temannya yang memiliki usia lebih dewasa dari usianya. c) Kesimpulan dari Hasil Observasi dan Wawancara Berdasarkan hasil observasi dan hasil wawancara mengenai indikator faktor eksternal dan faktor internal penyebab subjek melakukan perbuatan bullying, dapat disimpulkan sebagai berikut : Tabel 4.1. Fakor Penyebab Bullying Faktor Penyebab Bullying Indikator A. Eksternal 1. Ketidakharmonisan keluarga 2. Ketidakhadiran ayah 3. Kurangnya komunikasi dalam keluarga 4. Perilaku guru yang kurang baik 5. Pengaruh temanteman di sekolah 6. Pengaruh temanteman di luar sekolah B. Internal 1. Menunjukkan commit eksistensi to diri user Keterangan Orang tua subjek yang sibuk bekerja, ibunya bekerja sebagai penjahit dan ayah tirinya bekerja diluar kota dan pulangnya menjelang malam dan hanya libur jika hari Ahad saja. Ayah kandung subjek meninggal sejak usianya masih kecil, meski kini subjek memiliki ayah tiri, tetapi subjek tidak terlalu dekat dengannya. Subjek tidak memiliki waktu yang cukup untuk berkumpul dengan keluarga, karena orang tuanya sibuk bekerja. Subjek pernah dijewer oleh guru karena kegaduhannya di dalam kelas saat pelajaran berlangsung Adanya beberapa teman subjek yang ikut memalak di sekolah Teman bermain subjek yang memilik usianya lebih dewasa dari dirinya Subjek ingin menunjukkan keberadaannya di sekolah

9 digilib.uns.ac.id Keinginan untuk diakui 3. Menutupi kekurangan diri Subjek ingin dihargai oleh teman-temannya Subjek melakukannya disebabkan karena adanya kekurangan (fisik/ materi) pada dirinya 4. Mencari perhatian Keinginan subjek untuk diperhatikan oleh temanteman, guru dan anggota sekolah lainnya 5. Keinginan balas dendam Subjek melakukan karena beberapa teman yang sering mengejeknya 6. Sekedar iseng Subjek melakukannya karena ingin membuat jengkel teman-temannya 2. Dampak yang Dialami Oleh Peserta Didik yang Menjadi Korban Perilaku Bullying Berdasarkan hasil obseravasi dan wawancara dengan subjek (korban) dan orangtua korban diperoleh temuan adanya akibat fisik dan psikis pada korban bullying. a) Hasil Observasi dan Wawancara dengan Subyek Korban 1 (Z) 1) Hasil Observasi Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan kepada subjek Z di sekolah diperoleh bahwa subjek merupakan anak yang pendiam. Di kelas subjek Z juga tidak begitu banyak bicara dengan teman-temannya, subjek sedikit tertutup dengan teman-temannya. Ketika diajak berbincang-bincang pun tatapan mata subjek tidak fokus, sering memegang dan menutupi wajahnya. 2) Hasil Wawancara Berdasarkan wawancara dengan subjek (korban) Z, peneliti memperoleh beberapa informasi terkait dampak perilaku yang dilakukan oleh pelaku bullying. Menurut subjek Z, pelaku melakukan perilaku bullying tersebut karena tidak diberi uang saku oleh orang tuanya. Pelaku sudah melakukan perbuatan tersebut kepada subjek Z

10 digilib.uns.ac.id 51 sejak kelas 3, tetapi subjek tidak berani melapor ke wali kelas ataupun guru BK, subjek hanya bercerita dengan temannya. Bahkan menurut subjek Z, pelaku pernah membuatnya jengkel karena telah menyembunyikan peralatan sekolah miliknya hingga membuatnya menangis. Bahkan subjek Z menyatakan juga pernah dipukul kepalanya oleh pelaku, dan dijegal kakinya oleh pelaku. Sehingga jika tanpa sengaja subjek bertemu dengan pelaku, dia merasa cemas dan khawatir jika suatu saat pelaku akan memalaknya lagi atau bahkan memukulnya kembali, bahkan kadang merasa malas untuk bersekolah karena akan bertemu dengan pelaku ketika di sekolah. Subjek Z menjadi lebih tertutup jika berada dirumahnya, dan lebih banyak diam jika diajak berbicara oleh orangtuanya. 3) Kesimpulan dari Hasil Observasi dan Wawancara Berdasarkan hasil observasi dan hasil wawancara dengan subjek Z terkait dampak yang ditimbulkan akibat perbuatan bullying yang dilakukan oleh pelaku, dapat disimpulkan sebagai berikut : Tabel 4.2. Dampak Perbuatan Bullying Dampak Perbuatan Bullying Fisik dan Psikologis Indikator 1. Menujukkan gejala kekhawatiran Keterangan Subjek marasa khawatir jika suatu saat pelaku akan memalaknya lagi atau bahkan memukulnya kembali 2. Terlihat cemas Subjek terlihat cemas jika bertemu dengan pelaku karena takut jika pelaku akan memalaknya lagi atau bahkan memukulnya kembali 3. Kerusakan atau kehilangan barang yang dimilikinya 4. Menjadi lebih pendiam Pelaku menyembunyikan peralatan sekolah milik subjek Z hingga membuatnya menangis Subjek menyimpan sendiri permasalahan yang sedang dihadapinya

11 digilib.uns.ac.id 52 b) Hasil Observasi dan Wawancara dengan Subjek Korban 2 ( M ) 1) Hasil Observasi Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan kepada subjek M di sekolah diperoleh bahwa subjek merupakan peserta didik yang mudah bergaul dengan teman-temannya. Subyek M merupakan anak kedua dari tiga berasaudara, dan dekat dengan kedua orangtuanya. Subyek M adalah anak yang sebenarnya periang dan suka bercanda dengan temannya. Namun, subyek M cenderanug menghindar ketika bertemu dengan subjek F. Subjek juga sering melakukan konsultasi dengan wali kelasnya ketika ada masalah. Secara kemampuan, subjek M mempunyai prestasi belajar yang cukup bagus di kelasnya. 2) Hasil Wawancara Berdasarkan wawancara dengan subjek (korban) M, peneliti memperoleh beberapa informasi terkait pelaku perilaku bullying. Menurut subjek M, pelaku melakukan bullying karena kurang perhatian dari orang tua. Pelaku melakukan perbuatan tersebut kepada subjek M karena pengaruh teman-temannya dilingkungan tempat tinggal pelaku. Adapun beberapa dampak yang dialami oleh subjek M akibat perlakuan pelaku bullying yakni subjek merasa menjadi cemas dan khawatir jika berpapasan dengan pelaku, karena was-was jika uang saku atau makanan subjek akan diminta lagi dengan paksa oleh pelaku. Selain itu subyek M terkadang juga malas untuk berangkat ke sekolah. 3) Kesimpulan dari Hasil Observasi dan Wawancara Berdasarkan hasil observasi dan hasil wawancara dengan subjek M terkait dampak yang ditimbulkan akibat perbuatan bullying yang dilakukan oleh pelaku, dapat disimpulkan sebagai berikut : Tabel 4.3. Dampak Perbuatan Bullying Dampak Perbuatan Bullying Psikologis Indikator 1. Menujukkan commit gejala to user kekhawatiran Keterangan Subjek merasa khawatir jika berpapasan dengan pelaku, karena was-was jika uang saku

12 digilib.uns.ac.id Terlihat cemas 3. Malas pergi ke sekolah atau makanannya akan diminta lagi dengan paksa oleh pelaku Subjek terlihat cemas jika berpapasan dengan pelaku, karena was-was jika uang saku atau makanan mereka akan diminta lagi dengan paksa oleh pelaku Subjek malas pergi ke sekolah karena tidak ingin bertemu dan takut jika dipalak kembali oleh pelaku 4. Hasil Observasi dan Wawancara dengan Subjek Korban 3 (MS) 1) Hasil Observasi Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan kepada subjek MS di sekolah diperoleh bahwa subjek merupakan peserta didik yang mudah bergaul dengan teman-temannya. Tetapi kadang subjek masih bersikap malu-malu jika diajak berbicara dengan orang yang baru dikenalnya. 2) Hasil Wawancara Berdasarkan wawancara dengan subyek (korban) MS, peneliti memperoleh beberapa informasi terkait pelaku perilaku bullying. Menurut korban MS, pelaku melakukan bullying karena kurang mendapat perhatian dan kurang kasih sayang dari orang tuanya. Pelaku melakukan perbuatan tersebut kepada subjek juga karena pengaruh teman-temannya di lingkungan tempat tinggal pelaku. Adapun beberapa dampak yang dialami oleh subjek akibat perlakuan pelaku bullying yakni subjek pernah didorong oleh pelaku, hingga perutnya terasa sakit karena terkena meja. Selain itu peralatan sekolah pelaku dibawa lari-lari oleh pelaku, meski akhirnya dikembalikan, tetapi tidak seperti keadaan semula. Selain itu juga peralatan sekolah subjek juga pernah disembunyikan oleh pelaku.

13 digilib.uns.ac.id 54 3) Kesimpulan dari Hasil Observasi dan Wawancara Berdasarkan hasil observasi dan hasil wawancara dengan subjek MS terkait dampak yang ditimbulkan akibat perbuatan bullying yang dilakukan oleh pelaku, dapat disimpulkan sebagai berikut : Tabel 4.4. Dampak Perbuatan Bullying Dampak Perbuatan Bullying Fisik Indikator 1. Mengalami sakit perut 2. Kerusakan atau kehilangan barang yang dimilikinya Keterangan Subjek didorong oleh pelaku, hingga perutnya terasa sakit karena terkena meja Peralatan sekolah pelaku dibawa lari-lari oleh pelaku, meski akhirnya dikembalikan, tetapi tidak seperti keadaan semula. Selain itu peralatan sekolah subjek juga pernah disembunyikan oleh pelaku. 3. Hasil Wawancara dengan Orang Tua Subjek (Korban) Berdasarkan hasil wawancara dengan orang tua subjek (korban) terkait dampak yang ditimbulkan akibat perbuatan bullying. Menurut salah satu orang tua subjek diperoleh dampak yang dialami oleh anaknya akibat perbuatan bullying korban menjadi cemas dan khawatir jika akan berangkat sekolah. Korban menjadi pendiam tidak seperti biasanya. Barang-barang korban ada beberapa yang hilang dan rusak. Jika diajak berbicara lebih banyak diam daripada biasanya. 3. Layanan Bimbingan dan Konseling Untuk Mengatasi Bullying yang Dilakukan Oleh Peserta Didik di Sekolah Berdasarkan wawancara dengan guru Bimbingan dan Konseling MI Negeri Jetis Sukoharjo, diperoleh temuan tentang Layanan bimbingan dan konseling yang dapat diberikan kepada pelaku dan korban perilaku bullying adalah, sebagai berikut :

14 digilib.uns.ac.id 55 (a) Layanan Orientasi Layanan Orientasi yang diberikan guru Bimbingan dan Konseling MI Negeri Jetis Sukoharjo dalam rangka mencegah bullying di sekolah, antara lain: (1) Memberikan penjelasan bahwa di sekolah terdapat guru Bimbingan dan Konseling yang akan memberikan layanan kepada peserta didik secara individual. Hal tersebut bertujuan untuk mengajak peserta didik agar mau menyampaikan berbagai permasalahan yang dialaminya kepada guru Bimbingan dan Konseling, sehingga dapat membantu guru Bimbingan dan Konseling dalam mencegah terjadinya perilaku bullying di sekolah. (2) Peserta didik diberikan pengenalan terhadap peraturan sekolah yang bisa menjadi langkah awal dalam memperketat peraturan sekolah dan mengenalkan sanksi yang akan diterima jika terjadi pelanggaran, termasuk bullying. Guru Bimbingan dan Konseling mengatakan: BK bekerjasama dengan kesiswaan dalam mensosialisasikan peraturan saat MOS. (wawancara P dengan Guru BK) Hal ini dilakukan ketika kegiatan MOS (Masa Orientasi Siswa) di awal tahun pelajaran baru. (b) Layanan Informasi Layanan informasi diberikan oleh guru Bimbingan dan Konseling di MI Negeri Jetis kepada peserta didik, orangtua dan guru MI Negeri Jetis. Bentuk layanan yang diberikan antara lain: (1) Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada peserta didik untuk mengenalkan pada hal-hal yang berkaitan dengan sekolah termasuk masalah bullying di sekolah. Layanan informasi guru BK di MI Negeri Jetis dilaksanakan ketika jam pelayanan Bimbingan dan Konseling setiap satu minggu sekali. Guru Bimbingan dan Konseling mengatakan:

15 digilib.uns.ac.id 56 Mbak..saya menginformasikan kepada anak ketika pelajaran BK setiap minggu sekali satu jam pelajaran. Di MI Negeri Jetis Tahun Pelajaran 2013/2014 memasukkan jam Pelajaran BK setiap minggu 1 jam sekali dari mulai kelas IV sampai kelas VI. Namun, di Tahun pelajaran 2015/2016 pelajan BK hanya ada di kelas VI. (2) Melakukan koordinasi dan sosialisasi tentang bullying dan pornografi antara guru dan orangtua peserta didik MI negeri Jetis kelas I sampai kelas VI. Hal ini dilaksanakan pada tanggal 24 sampai dengan 29 Agustus Pertemuan di awali dari orangtua kelas I dan diakhiri dengan orangtua kelas V. Dari hasil pertemuan tersebut dibuat kesepakatan bersama antara guru dan orangtua dalam melakukan pengawasan dan kedisiplinan peserta didik di rumah maupun di sekolah. Kesepakatan bersama itu diantaranya peserta didik tidak diperbolehkan membawa HP atau Tablet ke sokolah dan orangtua harus melakukan pengawasan di rumah jika sudah memfasilitasi putra/putrinya dengan HP atau tablet. Kemudian orangtua harus mengetahui hal-hal yang diakses putra/putinya ketika membuka internet. Di samping itu orangtua diharuskan memantau pergaulan putra/putrinya di rumah dan membatasi menonton telivisi. (c) Layanan Konseling Individual Layanan konseling individual merupakan salah satu alternatif layanan yang dapat diberikan kepada pelaku dalam membantu menyelesaiakan permasalahannya. Layanan konseling yang dilakukan Guru Bimbingan dan Konseling di MI Negeri Jetis Sukoharjo dalam mengatasi bullying, di antaranya: (1) Memberi arahan kepada pelaku terkait masalah yang dialaminya, sehingga pelaku dapat mengambil keputusan yang harus dilakukannya supaya tidak mengulangi perbuatan bullying kembali. Kemudian guru Bimbingan dan Konseling bersama pelaku bersamasama mencari jalan keluar commit agar to pelaku user dapat mengubah kebiasaan dan

16 digilib.uns.ac.id 57 perilakunya yang kurang baik dan dapat merugikan orang lain. Guru Bimbingan dan Konseling mengatakan: Jadi konseling individual yang kami lakukan adalah dengan memanggil peserta didik ke kantor, dan memberi tahu bahwa yang dilakukanya tidak baik, berkoordinasi dengan orang tua dan wali kelas. (2) Memberi konseling secara individual kepada korban terkait masalah yang dialaminya, sehingga korban tidak trauma dan merasa tenang ketika berada di sekolah. Di samping itu, juga melakukan pendampingan kepada korban ketika mau masuk kelas dan ketika istarahat sehingga korban tidak cemas dan takut kepada pelaku. Sebagaimana yang dikatakan guru Bimbingan dan Konseling: Untuk korban kami lakukan konseling dengan dibantu wali kelas degan cara diberi solusi dengan beberapa kali pertemuan dengan korban dan berkoordinasi dengan wali kelas. (3) Melakukan home visit (kunjungan rumah) kepada pelaku yang bertujuan untuk melakukan bimbingan di rumah dan berkoordinasi dengan orangtua pelaku dalam melakukan pengawasan di rumah. Guru Bimbingan dan Konseling mengatakan: Iya, karena untuk mengetahui lingkungan rumahnya..maka, kami melakukan home visit Di samping itu Guru Bimbingan dan Konseling juga mengatakan: Lingkungan di sekitar pelaku F kurang bagus, bergaul dengan orangorang yang lebih dewasa, pulangnya sore hari. (4) Melakukan home visit (kunjungan rumah) kepada korban yang bertujuan memberikan semangat kepada korban agar tidak trauma atas perilaku bullying yang terjadi. Di samping itu berkomunikasi dan berkoordinasi dengan orangtua korban. Guru Bimbingan dan Konseling mengatakan:

17 digilib.uns.ac.id 58 Iya, korban Z ketika di rumah bagus tidak ada masalah. (d) Layanan Bimbingan Kelompok Layanan bimbingan kelompok merupakan salah satu alternatif layanan yang dapat diberikan kepada pelaku dalam membantu menyelesaikan permasalahannya. Layanan bimbingan kelompok yang dilakukan guru Bimbingan dan Konseling MI Negeri Jetis adalah Guru BK bersama dengan seksi kesiswaan melakukan kegiatan Malam Bina Iman dan Takwa (MABIT). Kegiatan MABIT dilakukan sebagai salah satu upaya untuk menyadarkan peserta didik agar tidak melakukan bullying. Guru Bimbingan dan Konseling mengatakan: Kesiswaan bekerjasama dengan Bimbingan dan Konseling mengadakan kegiatan MABIT selama 2 hari selama pada Hari Sabtu sampai dengan Ahad, tanggal 15 s.d 17 Agustus Anak-anak diberi materi saat acara mabit, dipisah laki-laki dan perempuan, diberi tausiyah oleh kesiswaan dibagi sesuai permasalahan. (e) Layanan Konseling Kelompok Dalam layanan konseling kelompok guru BK membentuk kelompok yang terdiri dari 3-5 orang yang memiliki permasalahan yang sama terkait perilaku bullying termasuk di dalamnya ada pelaku. Kelompok tersebut diharapkan mampu mengembangkan kemampuan pribadi masing-masing seperti pengendalian diri, tenggang rasa dan teposeliro terkait dalam menyelesaikan permasalahan yang mereka alami dengan berdiskusi antar anggota. Guru Bimbingan dan Konseling mengatakan: Begini mbak anak-anak kita pisah menjadi beberapa kelompok kemudian setiap kelompok melakukan sharing kepada kelompoknya..termasuk si pelaku dan korban..terus kita berikan arahkan supaya anak-anak bisa rukun, dapat mengendalikan diri, dan tidak mudah terpengaruh..kadang-kadang kita juga menotonkan film isnpiratif..

18 digilib.uns.ac.id Layanan Bimbingan dan Konseling yang Efektif dalam Mengatasi Bullying yang Dilakukan Antarpeserta Didik di Sekolah Pelaksanaan bimbingan dan konseling memiliki peranan penting di sekolah dalam membantu menangani masalah-masalah yang dialami peserta didik termasuk di dalamnya masalah bullying yang dialami oleh peserta didik. Efektifitas layanan Bimbingan yang dilakukan oleh guru Bimbingan dan Konseling MI Negeri Jetis Sukoharjo dalam mengatasi bullying yang dilakukan antarpeserta didik adalah layanan bimbingan dan konseling yang memberikan perhatian kepada peserta didik yang terlibat dalam bullying, tidak hanya pada peserta didik yang menjadi korban bullying, tapi juga pada pelaku bullying. Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada guru Bimbingan dan Konseling MI Negeri Jetis Sukoharjo bahwa layanan yang dianggap paling efektif untuk mengatasi perilaku bullying kepada pelaku dan korban adalah layanan konseling individual. Ketika ditanya layanan mana yang paling efektif, guru Bimbingan dan Konseling mengatakan: Semua bagus, konseling secara individu dan keluarga dengan membuat komitmen untuk memantau pergaulan peserta didik dan bekerjasama dengan wali kelas juga. Dengan layanan individual peserta didik merasa lebih efektif menyelesaikan masalahnya saat melakukan konseling individual, karena peserta didik dapat menjelaskan masalahnya secara terbuka tanpa takut diketahui orang lain. C. Pembahasan Berdasarkan deskripsi dari hasil obsevasi, wawancara dan dokumentasi dengan empat orang peserta didik yang menjadi subjek penelitian mengenai peran bimbingan dan konseling dalam mengatasi kasus bullying antarpeserta didik di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Jetis Sukoharjo, dapat disimpulkan bahwa : 1) Faktor-Faktor yang Menyebabkan Peserta Didik Melakukan Bullying Hasil penelitian menunjukkan bahwa subyek penelitian telah melalukan bullying dalam berbagai bentuk, yakni commit bullying to user fisik, lisan dan psikologis. Namun,

19 digilib.uns.ac.id 60 perilaku bullying yang sering dilakukan oleh pelaku adalah pemalakan kepada teman-temannya. Pemalakan yang dilakukan pelaku kepada korban di sekolah yaitu ketika jam istirahat atau pulang sekolah. Pelaku meminta uang kepada korban dengan berbagai alasan seperti: lupa bawa uang, tidak diberi uang saku orangtuanya, atau untuk bermian Play Station (PS). Hal inilah yang menjadikan peneliti tertarik dalam meneliti kasus pemalakan yang dilakukan anak seusia Sekolah Dasar (SD) dan jarang dilakukan anak-anak seusianya. Berbagai alasan melatarbelakangi mengapa seseorang menindas teman yang lain.alasan yang paling jelas seseorang menjadi pelaku bullying karena rasa senang, puas dan bangga ketika melihat temannya tunduk dan takut kepadanya.menurut Sejiwa (2008:72), keinginan anak untuk balas dendam, mendapatkan pengakuan serta menunjukkan eksistensi dirinya di kalangan teman sebayanya juga dapat merubah seorang anak menjadi pelaku bullying. Adanya perasaan berhak untuk menghina, mencederai, dan menindas teman juga kerap kali menjadi alasan seseorang menjadi pelaku bullying. Pelaku bullying juga sering melampiaskan kekesalan dan kekecewaan terhadap suatu hal kepada korban. Emosi yang meledak-ledak serta tempramen yang tinggi membuat mudah marah dan bersikap kasar. Pelaku bahkan tidak menghentikan aksinya ketika temannya terlihat kesakitan atau menangis. Hal ini dapat dikarenakan mereka tidak terlatih untuk berempati terhadap orang lain. Rendahnya empati membuat seseorang kurang mampu merespon tekanan dan ketidaknyamanan yang dialami oleh orang lain, karena seseorang yang rendah empatinya tidak mampu memahami pengalaman emosi yang dialami oleh orang lain (Jolliffe & Farrington dalam Sri Wahyuni & M.G. Adiyanti, 2010:97). Terdapat berbagai karakter siswa yang menjadi korban bullying. Salah seorang korban sering melakukan penolakan dan perlawanan ketika diminta untuk melakukan keinginan yang diminta pelaku. Menurut Sejiwa (2008), anak yang cenderung menentang pelaku bullying karena sering beradu agumentasi dianggap sebagai anak yang menyebalkan sehingga pelaku bullying akan terus menindas mereka. Kebanyakan dari para korban tidak berani melapor kepada guru mengenai perlakuan yang diterimanya. Beberapa dari mereka pernah melaporkan bullying yang dialaminya kepada sang guru, guru kurang menindak tegas si pelaku dan

20 digilib.uns.ac.id 61 yang terjadi justru mereka memperoleh perlakuaan yang lebih parah dari sebelumnya. Menurut Sejiwa (2008: 18), jika korban melapor pada guru, guru akan memanggil dan menegur pelaku bullying, berikutnya pelaku akan kembali menghadang korban dan memberikan siksaan yang lebih keras. Dan dari sisi korban, ancaman pelaku bullying lebih nyata dan menakutkan dibanding konsekuensi jika tidak melapor ke guru. Keengganan korban untuk melaporkan bullying yang dialaminya karena kepercayaan kepada Sang Guru dapat dikatakan kurang. Soedjatmiko, dkk.,(2013) menyatakan bahwa mayoritas guru menganggap bullying merupakan hal yang lumrah terjadi di dalam interaksi antar anak bermain dan bagian dari proses pendewasaan seorang anak. Maraknya aksi bullying di intitusi pendidikan menggambarkan adanya penurunan moral di intitusi pendidikan. Sebenarnya tindakan bullying memiliki motif tertentu pelakunya yang terkadang luput dari perhatian masyarakat. Penyebab bullying lebih dipengaruhi oleh faktor lingkungan, meski tidak dipungkiri bahwa faktor dari dalam diri individu pun ikut andil sebagai penyebab bullying. Adapun perilaku bullying yang terjadi di MI Negeri Jetis Sukoharjo disebabkan oleh faktor eksternal dan faktor internal Adapun faktor eksternal yaitu : (a) Ketidakharmonisan di rumah Keluarga adalah lembaga pertama dan utama dalam melaksanakan proses sosialisasi pribadi anak dan juga keluarga memberikan pengaruh menentukan pembentukan watak dan kepribadian anak (Kartono, 2008: 117). Keluarga berpengaruh terhadap perilaku bullying yang dilakukan oleh peserta didik. Astuti (2008:53) menyatakan Bahwa kurangnya komunikasi antara orangtua dan anak merupakan faktor penyebab tindakan bullying. Selain itu, Schwartz, dkk (dalam Papila, 2008:514) menyatakan Bahwa anak-anak yang menjadi bullies seringkali berasal dari lingkungan keluarga kasar dan keras yang selanjutnya membiarkan mereka mendapatkan hukuman dan penolakan. Keluarga sebagai tempat tumbuh kembang anak sangat mempengaruhi perilaku individu dalam commit kesehariannya. to user Kompleksitas masalah dalam

21 digilib.uns.ac.id 62 (b) (c) keluarga seperti ketidakhadiran ayah, kurangnya komunikasi antara orangtua dan ketidakmampuan sosial ekonomi, merupakan faktor penyebab tindakan bullying yang dilakukan peserta didik. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Nazly (2014) bahwa Ketidakharmonisan di rumah tangga berpengaruh terhadap perilaku bullying yang di lakukan oleh peserta didik sehingga peserta didik dapat berbuat semaunya termasuk berlaku kasar pada temannya. Perilaku guru yang kurang baik Guru sebagai pengajar di sekolah dapat menjadi salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya bullying, terutama guru yang memberikan contoh perilaku yang tidak baik. Ehan (2010:5) mengemukakan Bahwa salah satu hal yang mempengaruhi perilaku bullying yaitu guru yang berbuat kasar kepada siswa. Bullying berkembang dengan pesat dalam lingkungan sekolah yang sering memberikan masukan negatif pada siswanya berupa pemberian hukuman yang dilakukan oleh guru yang tidak membangun sehingga tidak mengembangkan rasa menghargai dan menghormati antar sesama anggota sekolah (Annisa, 2012:20). Hasil penelitian Soejadmiko, dkk., (2010:175), menyatakan bahwa beberapa guru melakukan bullying verbal, fisik, maupun psikologis terhadap siswanya sebagai upaya penegakan disiplin sekolah. Ada pula guru yang mempraktikan bullying sebagai sanksi terhadap pelaku bullying (mengatasi bullying dengan bullying). Lingkungan yang kurang baik Lingkungan bisa menjadi salah satu faktor yang menyebabkan bullying. Lingkungan yang dapat mendukung terjadinya bullying mencakup lingkungan tempat tinggal maupun lingkungan di sekolah itu sendiri. Lingkungan tempat tinggal yakni adanya kebiasaan orang-orang di sekitar tempat tinggal yang mempengaruhi individu untuk melakukan tindakan bullying. Kebiasaan tersebut seperti sering berkelahi atau bermusuhan, serta berlaku tidak sesuai dengan norma yang ada. Ehan (2010:5) menyatakan Bahwa hal yang mempengaruhi commit terjadinya to user perilaku bullying adalah anak

22 digilib.uns.ac.id 63 hidup pada lingkungan orang yang sering berkelahi atau bermusuhan, berlaku tidak sesuai dengan norma yang ada, maka anak akan mudah meniru lingkungan tersebut dan merasa tidak bersalah. Hal tersebut mengungkap bahwa salah satu faktor yang dapat mempengaruhi peserta didik untuk melakukan bullying yakni lingkungan sekitar tempat individu berada. Lingkungan di mana individu di dalamnya biasa melakukan kekerasan ataupun perbuatan melanggar norma lainnya dapat mendukung seseorang menjadi pelaku bullying. Selain itu, lingkungan di sekolah juga dapat mempengaruhi timbulnya bullying, seperti kedisiplinan yang sangat kaku dan peraturan yang tidak konsisten. Sedangkan faktor internal yang atau dalam diri yang mempengaruhi peserta didik untuk melakukan bullying yaitu: (a) Karakter dari individu Karakter dari individu seperti agresif, pendendam, menunjukkan eksistensi diri, mencari perhatian, dan iri hati. Karakter anak yang biasa menjadi pelaku bullying pada umumnya adalah anak yang selalu berperilaku agresif, baik secara fisikal maupun verbal. Astuti (2008:53) mengemukakan Bahwa faktor penyebab bullying yakni karakter anak sebagai pelaku umumnya, baik secara fisikal maupun verbal dan pendendam. Anak yang ingin populer, anak yang tiba-tiba sering berbuat onar atau selalu mencari kesalahan orang lain dengan memusuhi umumnya termasuk dalam kategori ini. Hal tersebut senada dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nazly (2014) bahwa Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan faktor penyebab terjadinya bullying dapat dilihat dari perilaku agresif peserta didik yang berperilaku semaunya dan tidak mementingkan perasaan teman ataupun junior dalam melakukan tindakan kekerasan serta kuatnya pertahahan diri peserta didik dalam melakukan hal tersebut. (b) Harga diri anak Harga diri anak adalah penilaian yang dibuat seseorang tentang dirinya. Hal ini menyatakan commit sikap to menyetujui user atau tidak menyetujui, dan

23 digilib.uns.ac.id 64 (c) menunjukkan sejauh mana orang menganggap dirinya mampu dan berarti. Terkadang anak melakukan bullying karena ingin orang lain menganggap dirinya super sehingga ditakuti orang lain (Egi, 2012:366). Pemahaman moral yang rendah Berbagai perilaku menyimpang yang dilakukan anak ditengarai disebabkan oleh minimnya pemahaman anak terhadap nilai diri yang positif. Sikap saling menghargai, menolong, berempati, jujur, lemah lembut dan sebagainya tidak jarang hilang dari pribadai anak. Sebaliknya mereka, justru akrab dengan hal-hal yang negatif seperti kekerasan, kebohongan, licik, dan egois (Egi, 2012:366). 2) Dampak yang Dialami Oleh Peserta Didik yang Menjadi Korban Perilaku Bullying Bullying dapat menimbulkan banyak dampak atau akibat negatif bagi korban maupun pelaku. Bagi korban akibat negatif dapat berbentuk fisik maupun psikis. Akibat fisik cenderung dapat langsung terlihat, berbeda dengan dampak psikis yang pada awalnya akan terlihat wajar akan tetapi semakin memburuk jika didiamkan saja, sehingga menimbulkan dampak dalam waktu yang panjang. Sedangkan dampak yang dialami oleh korban perilaku bullying di sekolah, yaitu berupa dampak fisik dan dampak psikologis. Dampak fisik berupa luka, sakit perut, kerusakan dan kehilangan barang yang dimilikinya. Dampak psikologis berupa malas bersekolah, menunjukkan gejala kekhawatiran, terlihat cemas dan sedih, perilaku yang mencurigakan. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sullivan (Astuti, 2008:54-55) yang mengemukakan Beberapa gejala yang terlihat dan dapat diindikasikan bahwa mereka mengalami school bullying, yaitu: a) Rasa malas bersekolah, sehingga ia membolos atau terlambat berangkat ke sekolah; b) Menunjukkan gejala kekhawatiran, sehingga ia sering mengigau, pusing, panas, sakit perut, terutama terjadi saat pagi hari sebelum berangkat ke sekolah; c) Ketika pulang ke rumah, baju dan buku kotor bahkan rusak; d) Menunjukkan ketidaksabaran dan meminta sejumlah uang; e) Perilaku yang mencurigakan, seperti marah, commit to risau, user gusar, berbisik dan menolak

24 digilib.uns.ac.id 65 mengatakan apapun saat ditanya; f) Kemarahan kepada orang tua tanpa ada alasan yang jelas; g) Terlihat cemas, sedih, depresi, mengancam bahkan melakukan usaha bunuh diri; h) Menghindari orang tua bila diajak bicara maupun ditanya; i) Mulai mengerjakan sesuatu yang tidak biasanya mereka lakukan. Hal tesebut senada dengan yang dikemukakan oleh Riauskina dkk (dalam Ardiyansayah:2008) Yang paling ekstrim dari dampak psikologis ini adalah kemungkinan untuk timbulnya gangguan psikologis pada korban bullying, seperti rasa cemas berlebihan, selalu merasa takut, depresi, ingin bunuh diri, dan gejalagejala gangguan stres pascatrauma (post-traumatic stress disorder). 3) Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Mengatasi Bullying yang Dilakukan Oleh Peserta Didik di Sekolah Tujuan bimbingan dan konseling adalah untuk membantu peserta didik menjadi pribadi yang sehat dan dapat hidup bersama orang lain secara sehat. Hal ini menunjukkan bahwa guru Bimbingan dan Konseling bertanggung jawab agar dapat membantu peserta didik menyelesaikan masalahnya dengan baik agar dapat mencapai perkembangan optimalnya termasuk diantaranya masalah sosial yang dialami peserta didik. Upaya guru Bimbingan dan Konseling MI Negeri Jetis dalam mengatasi perilaku bullying telah memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada peserta didiknya sehingga guru Bimbingan dan Konseling di MI Negeri Jetis Sukoharjo telah melaksanakan fungsi-fungsi bimbingan dan konseling. Layananlayanan yang telah dilaksanakan di MI Negeri Jetis, yaitu: (a) Layanan orientasi dalam mengatasi bullying Layanan orientasi merupakan layanan bimbingan dan konseling yang berkaitan dengan fungsi pemahaman. Peserta didik perlu memahami berbagai hal penting yang ditemuinya. Begitu juga dengan peserta didik yang rentan terkena bullying. Layanan orientasi yang dapat diberikan kepada peserta didik agar terhindar dari bullying yakni mengenai pemahaman tugas dan fungsi guru Bimbingan dan

25 digilib.uns.ac.id 66 Konseling serta peranan personil sekolah lainnya dalam mengatasi bullying. Guru Bimbingan dan Konseling MI Negeri Jetis Sukoharjo sendiri telah memberikan layanan orientasi guna mengatasi bullying. Guru Bimbingan dan Konseling telah berupaya mengenalkan pada peserta didik bahwa segala perilaku yang terjadi di lingkungan sekolah dapat dilaporkan kepada pihak terkait agar dapat diselesaikan. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan Nusantara (2008:42) yang menyatakan bahwa dalam menjalankan fungsinya guru Bimbingan dan Konseling perlu bekerjasama dengan bidang kesiswaan dan wali kelas untuk mencari jalan keluar kasus yang dihadapi. Selain itu Guru Bimbingan dan Konseling MI Negeri Jetis Sukoharjo juga memberikan layanan orientasi berupa pengenalan peraturan sekolah mulai awal peserta didik memasuki sekolah dan berkelanjutan hingga keseharian peserta didik. (b) Layanan informasi dalam mengatasi bullying Layanan informasi merupakan layanan bimbingan dan konseling yang bermaksud memberikan pemahaman kepada peserta didik mengenai berbagai hal. Penguasaan informasi tersebut diharapkan dapat digunakan untuk pemecahan masalah yang dialami peserta didik. Guru Bimbingan dan Konseling MI Negeri Jetis Sukoharjo telah berupaya memberikan layanan informasi untuk mengatasi bullying. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Prayitno dan Amti (2004:268) menyatakan Bahwa salah satu informasi yang dapat diberikan dalam layanan informasi yaitu informasi mengenai sosialbudaya, khusunya pada bahasan antar budaya manusia ditakdirkan bersuku-suku dan berbangsa-bangsa. Mereka dijadikan seperti itu bukan untuk saling bersaing dan bermusuhan, justru agar saling mengenal saling memberi dan menerima sehingga tercipta kondisi dinamis yang mendorong commit ke pada to user perubahan yang semakin baik.

26 digilib.uns.ac.id 67 (c) Layanan konseling individual dalam mengatasi bullying Layanan konseling individual dilaksanakan dengan tujuan untuk mengatasi masalah yang ada pada diri peserta didik, termasuk masalah bullying yang dialami peserta didik. Guru Bimbingan dan Konseling MI Negeri Jetis Sukoharjo sendiri mengatakan telah melakukan konseling individual guna membantu peserta didik yang terlibat bullying. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Astuti (2008:14) yang mengemukakan "Bahwa salah satu yang dapat dilakukan oleh guru Bimbingan dan Konseling dalam mengatasi bullying yaitu dengan aktif mendengar, membantu feed back atas masalah yang dihadapi peserta didik. Selain itu, Prayitno dan Amti (2004:288) juga mengungkapkan Bahwa konseling perorangan merupakan layanan khusus yang diselenggarakan oleh seorang konselor terhadap klien dalam rangka pengentasan masalah pribadi klien yang dilaksanakan interaksi tatap muka secara langsung antara klien dan konselor. Guru Bimbingan dan Konseling berusaha fleksibel dan tetap menghargai peserta didik yang terlibat bullying, termasuk dengan peserta didik pelaku bullying. Dengan begitu diharapkan peserta didik tidak segan dan mau melakukan konseling agar masalah bullying yang menimpanya tidak terus berlanjut. (d) Layanan bimbingan kelompok dalam mengatasi bullying Layanan bimbingan kelompok merupakan layanan yang diberikan kepada sekelompok individu. Layanan ini sangat membantu anak dalam mengungkapkan berbagai permasalahn yang sifatnya umum yang dialami semua anak di sekolah. Termasuk didalamnya pembahasan persoalan bullying, karena didalam layanan bimbingan kelompok tujuan bersama menjadi komitmen bersama. Guru Bimbingan dan Konseling MI Negeri Jetis Sukoharjo telah melakukan bimbingan kelompok guna membantu peserta didik yang terlibat bullying. Bimbingan commit kelompok to user yang dilakukan yaitu dengan

27 digilib.uns.ac.id 68 mengadakan Malam Bina Iman dan Takwa (MABIT) selama 2 hari. Hal tersebut sesuai yang diungkapkan oleh (Prayitno dan Amti, 2004:309) Bahwa layanan bimbingan kelompok merupakan kegiatan informasi kepada sekelompok peserta didik untuk membantu mereka menyusun rencana dan keputusan yang tepat. Informasi yang diberikan merupakan materi topik-topik umum. Melalui dinamika kelompok yang intensif, pembahasan topik-topik itu mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang terwujudnya tingkah laku yang lebih efektif. (e) Layanan konseling kelompok dalam mengatasi bullying Layanan konseling kelompok terhadap pelaku dan korban pada dasarnya adalah layanan konseling individual yang dilaksanakan di dalam suasana kelompok. Konseling kelompok dapat menjadi cara yang baik untuk menangani konflik-konflik antar pribadi seperti yang kebanyakan terjadi pada kasus bullying. Guru Bimbingan dan Konseling MI Negeri Jetis Sukoharjo dalam melakukan layanan konseling kelompok yaitu dengan membentuk kelompok yang terdiri dari 3-5 orang yang memiliki permasalahan yang sama terkait perilaku bullying. Kelompok tersebut diharapkan mampu mengembangkan kemampuan pribadi masing-masing seperti pengendalian diri, tenggang rasa dan teposeliro. Hal ini sesuai dengan pendapat Prayitno dan Amti (2004:311) yang menyatakan Bahwa layanan konseling kelompok pada dasarnya adalah layanan konseling perorangan yang dilaksanakan di dalam suasana kelompok. Sehingga dalam konseling kelompok terdapat pengungkapan dan pemahaman masalah peserta didik, penelusuran sebab-sebab timbulnya masalah. Melalui dinamika interaksi sosial yang terjadi di antara anggota kelompok, masalah yang dialami oleh masing-masing individu anggota kelompok dicoba untuk dientaskan, termasuk diantaranya masalah bullying yang dialami peserta didik.

28 digilib.uns.ac.id 69 4) Layanan Bimbingan dan Konseling yang Paling Efektif dalam Mengatasi Bullying Bullying sebagai perilaku agresif tidak bisa didiamkan dan diabaikan begitu saja. Guru Bimbingan dan Konseling dituntut agar dapat memberi perhatian dan penanganan yang mendalam bagi peserta didik yang terlibat dalam kasus bullying. Melalui layanan bimbingan dan konseling, guru Bimbingan dan Konseling juga dapat memberikan kontribusi nyata dalam mengatasi bullying. Guru Bimbingan dan Konseling MI Negeri Jetis Sukoharjo telah menjalankan layanan bimbingan konseling yang dapat berguna bagi peserta didik yang terlibat bullying. Akan tetapi, tidak semua layanan tersebut efektif untuk mengatasi bullying yang terjadi, meskipun tidak menutup kemungkinan layanan yang diberikan saling berkaitan dan menunjang satu sama lain. Guru Bimbingan dan Konseling MI Negeri Jetis Sukoharjo menganggap bahwa layanan yang lebih efektif untuk mengatasi perilaku bullying adalah layanan konseling individual, dikarenakan dengan konseling individual percakapan yang serius dengan peserta didik dan orangtua untuk menyelesaikan masalah bullying dapat terlaksana dengan baik. Hal sesuai yang diungkapkan oleh Olwelus (dalam Papalia, dkk, 2008:514) Bahwa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi bullying yakni dengan mengadakan percakapan yang serius dengan pelaku, korban, dan orangtua. Dengan konseling individual maka peserta didik merasa lebih efektif menyelesaikan masalahnya, karena peserta didik dapat menjelaskan semua permasalahannya secara terbuka tanpa takut diketahui orang lain. Akan tetapi, itu semua tidak lepas dari peran orangtua, karena bagaimanapun perilaku peserta didik tidak bisa lepas dari peran serta orangtua. Koordinasi yang baik harus terjalin antara guru Bimbingan dan Konseling dan orangtua peserta didik. Oleh karena itu, peran serta orangtua tidak dapat lepas dari upaya mengatasi bullying yang dilakukan oleh guru Bimbingan dan Konseling.

29 digilib.uns.ac.id 70 5) Peran Guru Bimbingan dan Konseling di MI Negeri Jetis Sukoharjo dalam mengatasi Bullying Guru mempunyai peranan dan kedudukan kunci di dalam keseluruhan proses pendidikan, terutama dalam pendidikan formal bahkan dalam keseluruhan pembangunan masyarakat pada umumnya. Di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Jetis Sukoharjo, kegiatan Bimbingan Konseling diberikan oleh Guru Bimbingan dan Konseling secara khusus seperti di jenjang pendidikan SMP dan SMA. Guru Bimbingan dan Konseling di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Jetis Sukoharjo melaksanakan layanan bimbingan konseling kepada peserta didik agar setiap permasalahan yang dihadapi peserta didik khususnya kasus bullying dapat diantisipasi sedini mungkin sehingga tidak menggangu jalannya proses pembelajaran. Dengan demikian, peserta didik dapat mencapai prestasi belajar secara optimal tanpa mengalami hambatan dan permasalahan pembelajaran yang cukup berarti. Guru Bimbingan dan Konseling di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Jetis Sukoharjo memiliki peranan yang penting terutama dalam mengatasi permasalahan kenakalan peserta didik selain sebagai pemecah masalah, peranan bimbingan dan konseling di sekolah ini ialah sebagai motivator, pengawas, informator dan pengarah bagi peserta didik. Guru bimbingan dan konseling di sekolah ini mampu menyelesaikan masalah siswa, baik yang bersifat individu maupun kelompok tanpa melanggar ketentuan yang telah ditentukan oleh sekolah. Siswa merasakan dampak yang positif dari adanya bimbingan dan konseling. Namun demikian, Guru Bimbingan dan Konseling di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Jetis Sukoharjo dalam melaksanakan tugas bimbingan dan konseling belum dapat dilakukan secara optimal mengingat jumlah personel guru Bimbingan dan Konseling yang hanya 1 orang saja dengan jumlah siswa mulai dari kelas 1 sampai dengan kelas 6. Di samping itu, terdapat kekurangan-kekurangan peran guru Bimbingan dan Konseling di MI Negeri Jetis dalam melakukan pelayanan untuk mengatasi bullying, di antaranya: a) Dalam memberikan informasi yang berkaitan dengan pengetahuan dan pengamatan masalah bullying, commit Guru to user Bimbingan dan Konseling hanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. Interaksi dengan lingkungan senantiasa dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhannya. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak dan masa dewasa. Dimana pada masa ini remaja memiliki kematangan emosi, sosial, fisik dan psikis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. batas kewajaran. Kekerasan yang mereka lakukan cukup mengerikan, baik di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. batas kewajaran. Kekerasan yang mereka lakukan cukup mengerikan, baik di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini masalah kenakalan di kalangan pelajar sekolah sedang hangat dibicarakan. Perilaku agresif dan kekerasan yang dilakukan pelajar sudah di luar batas

Lebih terperinci

BULLYING & PERAN IBU Penyuluhan Parenting PKK Tumpang, 29 Juli 2017

BULLYING & PERAN IBU Penyuluhan Parenting PKK Tumpang, 29 Juli 2017 BULLYING & PERAN IBU Penyuluhan Parenting PKK Tumpang, 29 Juli 2017 oleh: Dr. Rohmani Nur Indah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Angket 1: Beri tanda berdasarkan pengalaman anda di masa kecil A. Apakah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Sadar akan hakikatnya, setiap manusia Indonesia di muka bumi ini selalu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Sadar akan hakikatnya, setiap manusia Indonesia di muka bumi ini selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Sadar akan hakikatnya, setiap manusia Indonesia di muka bumi ini selalu berbuat untuk hal yang lebih baik. Untuk mengubah prilaku menuju ke hal yang lebih baik

Lebih terperinci

1. a. Seberapa sering kamu dan seluruh keluargamu menghabiskan waktu bersamasama? b. Apa saja yang kamu lakukan bersama dengan keluargamu?

1. a. Seberapa sering kamu dan seluruh keluargamu menghabiskan waktu bersamasama? b. Apa saja yang kamu lakukan bersama dengan keluargamu? Lampiran 1 Kerangka Wawancara Anamnesa Dimensi Cohesion Separateness/Togetherness 1. a. Seberapa sering kamu dan seluruh keluargamu menghabiskan waktu bersamasama? b. Apa saja yang kamu lakukan bersama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang. individu khususnya dibidang pendidikan. Bentuk kekerasan yang sering dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang. individu khususnya dibidang pendidikan. Bentuk kekerasan yang sering dilakukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Kekerasan bukanlah fenomena baru yang mewarnai kehidupan sosial individu khususnya dibidang pendidikan. Bentuk kekerasan yang sering dilakukan siswa salah satunya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang dilakukan dilingkungan institusi pendidikan yang semakin menjadi permasalahan dan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sepanjang rentang kehidupannya memiliki tahap-tahap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sepanjang rentang kehidupannya memiliki tahap-tahap 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Manusia sepanjang rentang kehidupannya memiliki tahap-tahap perkembangan yang harus dilewati. Perkembangan tersebut dapat menyebabkan perubahan-perubahan yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kata kekerasan sebenarnya sudah sangat sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari,

I. PENDAHULUAN. Kata kekerasan sebenarnya sudah sangat sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kata kekerasan sebenarnya sudah sangat sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan sekolah, di rumah maupun di masyarakat. Begitu banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai aspek kehidupan terutama dalam bidang pendidikan. Terselenggaranya pendidikan yang efektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Siswa Sekolah Menengah

BAB I PENDAHULUAN. mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Siswa Sekolah Menengah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada siswa Sekolah Menengah Pertama berusia 12 tahun sampai 15 tahun, mereka membutuhkan bimbingan dan arahan dari pihak keluarga dan sekolah agar mereka dapat

Lebih terperinci

BAB IV PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABDULLAH NASHIH ULWAN DAN B.F. SKINNER SERTA RELEVANSI PEMIKIRAN KEDUA TOKOH TERSEBUT TENTANG HUKUMAN DALAM PENDIDIKAN

BAB IV PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABDULLAH NASHIH ULWAN DAN B.F. SKINNER SERTA RELEVANSI PEMIKIRAN KEDUA TOKOH TERSEBUT TENTANG HUKUMAN DALAM PENDIDIKAN BAB IV PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABDULLAH NASHIH ULWAN DAN B.F. SKINNER SERTA RELEVANSI PEMIKIRAN KEDUA TOKOH TERSEBUT TENTANG HUKUMAN DALAM PENDIDIKAN A. Perbandingan Pemikiran Abdullah Nashih Ulwan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan orang lain. Kehidupan manusia mempunyai fase yang panjang, yang di dalamnya selalu mengalami

Lebih terperinci

INSTRUMEN PENELITIAN PROFIL PROAKTIVITAS PESERTA DIDIK SMP PETUNJUK PENGISIAN

INSTRUMEN PENELITIAN PROFIL PROAKTIVITAS PESERTA DIDIK SMP PETUNJUK PENGISIAN INSTRUMEN PENELITIAN PROFIL PROAKTIVITAS PESERTA DIDIK SMP Identitas Diri Nama : Tanggal : Jenis Kelamin : L / P Kelas : PETUNJUK PENGISIAN Assalamu alaikum Wr.Wb. Angket ini bukan suatu tes, tidak ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Praktek bullying sudah merambah ke dalam dunia pendidikan, hal ini sangat memprihatinkan bagi pendidik, orang tua dan masyarakat. Komnas Perlindungan Anak (PA)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan mereka telah dilukai dengan senjata. Guru-guru banyak mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan mereka telah dilukai dengan senjata. Guru-guru banyak mengatakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan kekerasan di lingkungan pendidikan atau sekolah ini telah menunjukkan angka yang sangat memprihatinkan, 16% siswa kelas akhir mengatakan bahwa mereka

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Hakikat manusia adalah sebagai makhluk sosial, oleh karena itu setiap manusia tidak lepas dari kontak sosialnya dengan masyarakat, dalam pergaulannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup di zaman yang serba sulit masa kini. Pendidikan dapat dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. hidup di zaman yang serba sulit masa kini. Pendidikan dapat dimulai dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu modal yang harus dimiliki untuk hidup di zaman yang serba sulit masa kini. Pendidikan dapat dimulai dari tingkat TK sampai dengan

Lebih terperinci

PEDOMAN OBSERVASI FENOMENA KORBAN PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DALAM DUNIA PENDIIDKAN

PEDOMAN OBSERVASI FENOMENA KORBAN PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DALAM DUNIA PENDIIDKAN PEDOMAN OBSERVASI FENOMENA KORBAN PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DALAM DUNIA PENDIIDKAN 1. Kondisi dan kesan umum (ciri fisik). 2. Kondisi lingkungan rumah tempat tinggal dan lingkungan tetangga serta lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Membolos merupakan salah satu perilaku siswa di sekolah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Membolos merupakan salah satu perilaku siswa di sekolah yang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membolos merupakan salah satu perilaku siswa di sekolah yang dapat menimbulkan masalah. Sebab dari kebiasaan membolos seorang siswa dapat memperoleh pengaruh yang kurang

Lebih terperinci

BAB III KONDISI PSIKIS DAN BEHAVIORAL REMAJA SULUNG DENGAN STATUS SEBAGAI ANAK SULUNG DALAM KELUARGA

BAB III KONDISI PSIKIS DAN BEHAVIORAL REMAJA SULUNG DENGAN STATUS SEBAGAI ANAK SULUNG DALAM KELUARGA BAB III KONDISI PSIKIS DAN BEHAVIORAL REMAJA SULUNG DENGAN STATUS SEBAGAI ANAK SULUNG DALAM KELUARGA A. Gambaran Subjek Penelitian 1. Responden DW DW merupakan anak perempuan sulung yang lahir di Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berpendidikan akan mampu mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya dan

BAB I PENDAHULUAN. yang berpendidikan akan mampu mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses yang dinamis dalam mengembangkan segenap potensi yang ada pada diri manusia, tingkat pendidikan suatu bangsa merupakan cermin kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun anak-anak. Kata remaja sendiri berasal dari bahasa latin yaitu adolescere

BAB I PENDAHULUAN. maupun anak-anak. Kata remaja sendiri berasal dari bahasa latin yaitu adolescere BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Remaja merupakan waktu di mana seseorang berada di dalam umur belasan tahun. Pada masa remaja seseorang tidak bisa dikatan sudah dewasa maupun anak-anak. Kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menyajikan hal-hal yang menjadi latar belakang penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menyajikan hal-hal yang menjadi latar belakang penelitian, BAB I PENDAHULUAN Bab ini menyajikan hal-hal yang menjadi latar belakang penelitian, rumusan masalah dan pertanyaan penelitian, tujuan, manfaat penelitian serta mengulas secara singkat mengenai prosedur

Lebih terperinci

Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita

Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita 133 134 Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita 135 136 Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita 137 138

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG A. Analisis Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 3 Warungasem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode kehidupan yang penuh dengan dinamika, dimana pada masa tersebut terjadi perkembangan dan perubahan yang sangat pesat. Pada periode ini

Lebih terperinci

Lampiran 1 INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA DI SMP H. ISRIATI SEMARANG A. Pedoman Observasi Peneliti dalam melaksanakan observasi atau pengamatan di SMP H.

Lampiran 1 INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA DI SMP H. ISRIATI SEMARANG A. Pedoman Observasi Peneliti dalam melaksanakan observasi atau pengamatan di SMP H. Lampiran 1 INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA DI SMP H. ISRIATI SEMARANG A. Pedoman Observasi Peneliti dalam melaksanakan observasi atau pengamatan di SMP H. Isriati Semarang mengamati baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari

BAB I PENDAHULUAN. adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekerasan yang terjadi saat ini sangat memprihatinkan, salah satunya adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari Komnas Perlindungan anak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Iceu Rochayatiningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Iceu Rochayatiningsih, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses yang dilakukan sepanjang hayat (long life education), karena pada dasarnya pendidikan adalah suatu proses untuk memanusiakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa sekolah bagi anak adalah masa yang paling dinantikan. Anak bisa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa sekolah bagi anak adalah masa yang paling dinantikan. Anak bisa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa sekolah bagi anak adalah masa yang paling dinantikan. Anak bisa mendapatkan teman baru selain teman di rumahnya. Anak juga dapat bermain dan berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Individu sebagai makhluk sosial membutuhkan interaksi dengan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Individu sebagai makhluk sosial membutuhkan interaksi dengan lingkungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu sebagai makhluk sosial membutuhkan interaksi dengan lingkungan sekitar. Baik lingkungan keluarga, atau dengan cakupan yang lebih luas yaitu teman sebaya

Lebih terperinci

SEKOLAH IDEAL. Oleh: Damar Kristianto

SEKOLAH IDEAL. Oleh: Damar Kristianto 1 SEKOLAH IDEAL Oleh: Damar Kristianto Berbicara mengenai Sekolah Ideal, dalam sharing ini saya ingin membicarakan mengenai pandangan saya seperti apa sekolah umum (inklusi) dalam menyelenggarakan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan salah satu kelompok di dalam masyarakat. Kehidupan remaja sangat menarik untuk diperbincangkan. Remaja merupakan generasi penerus serta calon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan kelompok yang sangat berpotensi untuk bertindak agresif. Remaja yang sedang berada dalam masa transisi yang banyak menimbulkan konflik, frustasi

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ANAK TURUN MENJADI ANAK JALANAN Terdapat tiga faktor internal yang disebutkan dalam penelitian ini, yaitu impian bebas, ingin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress (santrock, 2007 : 200). Masa remaja adalah masa pergolakan yang dipenuhi oleh konflik dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Masalah Remaja dipandang sebagai periode perubahan, baik dalam hal fisik, minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, banyak siswa yang melakukan bullying kepada siswa lainnya

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, banyak siswa yang melakukan bullying kepada siswa lainnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bullying merupakan fenomena yang marak terjadi dewasa ini terutama di lingkungan sekolah, banyak siswa yang melakukan bullying kepada siswa lainnya baik di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan manusia untuk mengubah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan manusia untuk mengubah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan manusia untuk mengubah sikap dan tata laku seseorang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang kompleks yang merupakan hasil interaksi berbagai penyebab dari keadaan

BAB I PENDAHULUAN. yang kompleks yang merupakan hasil interaksi berbagai penyebab dari keadaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang paling mendapat perhatian dalam rentang kehidupan manusia. Hal ini disebabkan banyak permasalahan yang terjadi dalam masa remaja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan, pendidikan dan mengasihi serta menghargai anak-anaknya (Cowie

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan, pendidikan dan mengasihi serta menghargai anak-anaknya (Cowie 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ukuran pencapaian sebuah bangsa yang diajukan oleh UNICEF adalah seberapa baik sebuah bangsa memelihara kesehatan dan keselamatan, kesejahteraan, pendidikan

Lebih terperinci

PENYUSUNAN SKALA PSIKOLOGIS KORBAN CYBER BULLYING. Dosen Pengampu: Prof. Dr. Edi Purwanta, M.Pd Dr. Ali Muhtadi, M.Pd

PENYUSUNAN SKALA PSIKOLOGIS KORBAN CYBER BULLYING. Dosen Pengampu: Prof. Dr. Edi Purwanta, M.Pd Dr. Ali Muhtadi, M.Pd PENYUSUNAN SKALA PSIKOLOGIS KORBAN CYBER BULLYING Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Instrumen dan Media Bimbingan Konseling Dosen Pengampu: Prof. Dr. Edi Purwanta, M.Pd Dr. Ali Muhtadi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak selalu membawa kebaikan bagi kehidupan manusia, kehidupan yang semakin kompleks dengan tingkat stressor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja dianggap sebagai masa labil yaitu di mana individu berusaha mencari jati dirinya dan mudah sekali menerima informasi dari luar dirinya tanpa ada pemikiran

Lebih terperinci

LAMPIRAN-LAMPIRAN. Skala Kepercayaan Diri. No Pernyataan SS S TS STS Sangat mudah bagi saya mendapat teman. baru. Saya cemas ketika saya ketahuan guru

LAMPIRAN-LAMPIRAN. Skala Kepercayaan Diri. No Pernyataan SS S TS STS Sangat mudah bagi saya mendapat teman. baru. Saya cemas ketika saya ketahuan guru 83 LAMPIRAN-LAMPIRAN Skala Kepercayaan Diri No Pernyataan SS S TS STS Sangat mudah bagi saya mendapat teman 01 baru. Saya cemas ketika saya ketahuan guru 02 berkelahi dan dipanggil keruang guru. 03 Saya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Bullying. itu, menurut Olweus (Widayanti, 2009) bullying adalah perilaku tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Bullying. itu, menurut Olweus (Widayanti, 2009) bullying adalah perilaku tidak BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bullying 1. Definisi Bullying Bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan oleh individu atau kelompok yang lebih kuat terhadap individu atau kelompok yang lebih lemah, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan di Indonesia terus berkembang. Dengan perkembangan pendidikan di Indonesia ini menuntut guru di sekolah sebagai sosok guru yang menjadi sumber

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menghantarkan siswa atau peserta didik agar mampu menghadapi perubahan

I. PENDAHULUAN. menghantarkan siswa atau peserta didik agar mampu menghadapi perubahan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Latar Belakang Sekolah yang merupakan suatu sarana pendidikan diharapkan dapat menghantarkan siswa atau peserta didik agar mampu menghadapi perubahan jaman.

Lebih terperinci

Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita

Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita 121 122 Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita 123 124 Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita 125 126

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Maraknya kasus-kasus kekerasan yang terjadi pada anak-anak usia sekolah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Maraknya kasus-kasus kekerasan yang terjadi pada anak-anak usia sekolah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Maraknya kasus-kasus kekerasan yang terjadi pada anak-anak usia sekolah saat ini sangat memprihatinkan bagi pendidik dan orangtua. Fenomena yang sering terjadi di sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa manusia lain dan senantiasa berusaha untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Hubungan antara individu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing anak didik. Untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing anak didik. Untuk 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Balakang Masalah Tujuan dari pendidikan adalah perkembangan kepribadian secara optimal dari anak didik. Dengan demikian setiap proses pendidikan harus diarahkan pada tercapainya

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI TENTANG LOKASI, KONSELOR, KLIEN DAN MASALAH

BAB III DESKRIPSI TENTANG LOKASI, KONSELOR, KLIEN DAN MASALAH BAB III DESKRIPSI TENTANG LOKASI, KONSELOR, KLIEN DAN MASALAH A. Deskripsi Lokasi Nama sekolah yang penulis teliti di SMK YPM 4 Taman - Sidoarjo di dalam lembaga sekolah tersebut ada dua program keahlian

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Berdirinya SDN Anjir Muara Kota Tengah SDN Anjir Muara Kota Tengah merupakan sekolah yang berada di wilayah Kecamatan Anjir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Remaja mengalami perkembangan begitu pesat, baik secara fisik maupun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Remaja mengalami perkembangan begitu pesat, baik secara fisik maupun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Remaja mengalami perkembangan begitu pesat, baik secara fisik maupun psikologis. Perkembangan secara fisik ditandai dengan semakin matangnya organ -organ

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung pendidikan sepanjang hayat adalah diakuinya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). PAUD adalah pendidikan

Lebih terperinci

PETUNJUK PENELITIAN. Nama : Usia : Pendidikan terakhir :

PETUNJUK PENELITIAN. Nama : Usia : Pendidikan terakhir : 103 Nama : Usia : Pendidikan terakhir : Di tengah-tengah kesibukan anda saat ini, perkenankanlah saya memohon kesediaan anda untuk meluangkan waktu sejenak menjadi responden penelitian guna mengisi skala

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 129 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Kesimpulan Umum Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis data maka penulis dapat menarik sebuah kesimpulan bahwa perilaku menyimpang merupakan perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk yang paling tinggi derajatnya, makhluk yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk yang paling tinggi derajatnya, makhluk yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk yang paling tinggi derajatnya, makhluk yang berkualitas dan merupakan makhluk seutuhnya. Makhluk yang seutuhnya adalah mereka yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1.Latar Belakang Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat dari sekolah bagi siswa ialah melatih kemampuan akademis siswa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan dan menyenangkan. Pengalaman baru yang unik serta menarik banyak sekali dilalui pada masa ini.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan periode baru didalam kehidupan seseorang, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan periode baru didalam kehidupan seseorang, yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan periode baru didalam kehidupan seseorang, yang ditandai dengan perubahan-perubahan didalam diri individu baik perubahan secara fisik, kognitif,

Lebih terperinci

ANGKET PENELITIAN. I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Kelas : 3. Jenis Kelamin : 4. Alamat :

ANGKET PENELITIAN. I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Kelas : 3. Jenis Kelamin : 4. Alamat : 1 ANGKET PENELITIAN Nama : Deri Ciciria NPM : 0913032006 Judul : Faktor-faktor Pencegahan Tindakan Tawuran Antar Pelajar di SMK 2 Mei Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 I. Identitas Responden 1.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa manusia menemukan jati diri. Pencarian. memiliki kecenderungan untuk melakukan hal-hal diluar dugaan yang

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa manusia menemukan jati diri. Pencarian. memiliki kecenderungan untuk melakukan hal-hal diluar dugaan yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa manusia menemukan jati diri. Pencarian tersebut direfleksikan melalui aktivitas berkelompok dan menonjolkan keegoannya.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis penelitian Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang bermaksud untuk tentang apa yang dialami oleh subjek peneliti, misal perilaku, presepsi, motivasi. Tindakan,

Lebih terperinci

DAMPAK PSIKOLOGIS BULLYING

DAMPAK PSIKOLOGIS BULLYING DAMPAK PSIKOLOGIS BULLYING PADA SISWA SMA CHRISTIN Program Sarjana, Universitas Gunadarma Abstrak Semakin hari kita semakin dekat dengan peristiwa kekerasan khususnya bullying yang dilakukan terhadap siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Perubahan dan perkembangan yang terjadi pada masyarakat saat ini menimbulkan persaingan yang sangat ketat antar bangsa dalam berbagai bidang kehidupan. Guna

Lebih terperinci

STRATEGI KOPING ANAK DALAM PENGATASAN STRES PASCA TRAUMA AKIBAT PERCERAIAN ORANG TUA

STRATEGI KOPING ANAK DALAM PENGATASAN STRES PASCA TRAUMA AKIBAT PERCERAIAN ORANG TUA STRATEGI KOPING ANAK DALAM PENGATASAN STRES PASCA TRAUMA AKIBAT PERCERAIAN ORANG TUA Skripsi Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana S-1 Psikologi Disusun oleh : Agung

Lebih terperinci

Konsep Diri Rendah di SMP Khadijah Surabaya. baik di sekolah. Konseli mempunyai kebiasaan mengompol sejak kecil sampai

Konsep Diri Rendah di SMP Khadijah Surabaya. baik di sekolah. Konseli mempunyai kebiasaan mengompol sejak kecil sampai BAB IV ANALISIS ISLAMIC COGNITIVE RESTRUCTURING DALAM MENANGANI KONSEP DIRI RENDAH SEORANG SISWA KELAS VIII DI SMP KHADIJAH SURABAYA A. Analisis Faktor-Faktor Penyebab Seorang Siswa Kelas VIII Mengalami

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI MASALAH

BAB III DESKRIPSI MASALAH A. Identifikasi Klien BAB III DESKRIPSI MASALAH 1. Identitas Klien Nama Tanggal lahir/umur Jenis kelamin Agama Pendidikan Alamat Wali Alamat orang tua : MG : 09 Februari 1998/ 14 tahun : Laki-laki : Islam

Lebih terperinci

INTENSITAS TERKENA BULLYING DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT

INTENSITAS TERKENA BULLYING DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT INTENSITAS TERKENA BULLYING DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna menempuh derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun Oleh : AMALIA LUSI BUDHIARTI

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. umumnya para remaja, tak terkecuali para remaja Broken Home, baik pada saat

BAB IV ANALISIS DATA. umumnya para remaja, tak terkecuali para remaja Broken Home, baik pada saat BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Pada dasarnya komunikasi interpersonal digunakan pada keseharian umumnya para remaja, tak terkecuali para remaja Broken Home, baik pada saat berkomunikasi di sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengubah tingkah lakunya ke arah yang lebih baik. 1. sukses dalam hidupnya adalah orang-orang yang mempunyai sikap disiplin

BAB I PENDAHULUAN. mengubah tingkah lakunya ke arah yang lebih baik. 1. sukses dalam hidupnya adalah orang-orang yang mempunyai sikap disiplin 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Disiplin dalam belajar merupakan hal yang penting di dalam pendidikan. Dengan menjalankan disiplin akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Disiplin belajar

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERAPI RASIONAL EMOTIF DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KONFRONTASI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK KORBAN BULLYING

BAB IV ANALISIS TERAPI RASIONAL EMOTIF DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KONFRONTASI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK KORBAN BULLYING BAB IV ANALISIS TERAPI RASIONAL EMOTIF DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KONFRONTASI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK KORBAN BULLYING Setelah menyajikan data hasil lapangan maka peneliti melakukan analisis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Pendidikan formal

I. PENDAHULUAN. pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Pendidikan formal 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan dan sangat menentukan bagi perkembangan serta kualitas diri individu dimasa

Lebih terperinci

2016 PENGARUH PELAKSANAAN FULL DAY SCHOOL TERHADAP INTERAKSI SOSIAL DAN SOSIALISASI ANAK DI LINGKUNGAN MASYARAKAT

2016 PENGARUH PELAKSANAAN FULL DAY SCHOOL TERHADAP INTERAKSI SOSIAL DAN SOSIALISASI ANAK DI LINGKUNGAN MASYARAKAT BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu faktor utama dalam proses perkembangan peserta didik. Pendidikan juga sebagai sebuah upaya untuk mempersiapkan peserta didik

Lebih terperinci

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan, diskusi dan saran. Kesimpulan dalam penelitian ini berisi gambaran sibling rivalry pada anak ADHD dan saudara kandungnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan anak untuk optimalisasi bagi perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan anak untuk optimalisasi bagi perkembangannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Anak adalah anugerah, rezeki, amanah dan kekayaan yang paling berharga bagi orangtua dan keluarganya. Suatu kebahagian bagi orangtua yang selalu berharap agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia membutuhkan interaksi dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya untuk

Lebih terperinci

BAB II PROFIL INFORMAN. mendasari mengapa penelitian gaya komunikasi manajemen konflik interpersonal

BAB II PROFIL INFORMAN. mendasari mengapa penelitian gaya komunikasi manajemen konflik interpersonal BAB II PROFIL INFORMAN Dalam bab sebelumnya telah dikemukakan tentang alasan apa saja yang mendasari mengapa penelitian gaya komunikasi manajemen konflik interpersonal pasangan mahasiswa yang hamil diluar

Lebih terperinci

BAB III BEBERAPA UPAYA ORANG TUA DALAM MEMBINA EMOSI ANAK AKIBAT PERCERAIAN. A. Fenomena Perceraian di Kecamatan Bukit Batu

BAB III BEBERAPA UPAYA ORANG TUA DALAM MEMBINA EMOSI ANAK AKIBAT PERCERAIAN. A. Fenomena Perceraian di Kecamatan Bukit Batu BAB III BEBERAPA UPAYA ORANG TUA DALAM MEMBINA EMOSI ANAK AKIBAT PERCERAIAN A. Fenomena Perceraian di Kecamatan Bukit Batu Upaya orang tua dalam membina emosi anak akibat perceraian di Kecamatan Bukit

Lebih terperinci

Tujuan pendidikan adalah membentuk seorang yang berkualitas dan

Tujuan pendidikan adalah membentuk seorang yang berkualitas dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sebuah proses dengan menggunakan berbagai macam metode pembelajaran sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam masyarakat, seorang remaja merupakan calon penerus bangsa, yang memiliki potensi besar dengan tingkat produktivitas yang tinggi dalam bidang yang mereka geluti

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Kristen Maranatha

LAMPIRAN. Universitas Kristen Maranatha LAMPIRAN KATA PENGANTAR Saya adalah mahasiswa Psikologi. Saat ini saya sedang melakukan suatu penelitian untuk tugas akhir saya (skripsi) mengenai kecerdasan dari Pemimpin Kelompok Kecil (PKK) Persekutuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sekolah merupakan lembaga formal yang dirancang untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sekolah merupakan lembaga formal yang dirancang untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah merupakan lembaga formal yang dirancang untuk memberikan pengajaran kepada siswa atau murid di bawah pengawasan guru dan kepala sekolah. Di dalam sebuah institusi

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU SOPAN SANTUN MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA

UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU SOPAN SANTUN MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Vol. 1, No. 1, Januari 2015 ISSN 2442-9775 UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU SOPAN SANTUN MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA Ita Roshita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan yang lainnya pasti membutuhkan kerjasama. Ketergantungan manusia satu dengan yang lain merupakan

Lebih terperinci

BAB IV USAHA GURU DALAM MENCEGAH KENAKALAN SISWA DI SDN 02 KALIJOYO KECAMATAN KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN

BAB IV USAHA GURU DALAM MENCEGAH KENAKALAN SISWA DI SDN 02 KALIJOYO KECAMATAN KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN BAB IV USAHA GURU DALAM MENCEGAH KENAKALAN SISWA DI SDN 02 KALIJOYO KECAMATAN KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN A. Analisis bentuk kenakalan siswa di SDN 02 Kalijoyo Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan SDN 02

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan yang diarahkan pada peningkatan intelektual dan emosional anak

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan yang diarahkan pada peningkatan intelektual dan emosional anak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut UU no. 20/03 tentang sistem pendidikan Nasioanl pasal 1 ayat (1) menerangkan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

Lebih terperinci

BAB IV UPAYA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENANGANI STRES SEKOLAH

BAB IV UPAYA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENANGANI STRES SEKOLAH BAB IV UPAYA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENANGANI STRES SEKOLAH A. Upaya Guru Bimbingan dan Konseling Dalam Menangani Stres Sekolah Seperti telah diketahui bahwa stress adalah fenomena umum yang

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tentang fenomena perilaku menyimpang di kalangan pelajar SMA Negeri 8 Surakarta, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dunia pendidikan Indonesia saat ini kembali tercoreng dengan adanya tindak kekerasan yang dilakukan oleh para siswanya, khususnya siswa Sekolah Menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. apa yang bagus, dan juga terhadap perkembangan belajarnya disekolah. Hal ini. yang sangat besar dalam perkembangan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. apa yang bagus, dan juga terhadap perkembangan belajarnya disekolah. Hal ini. yang sangat besar dalam perkembangan kepribadiannya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan sosial pada remaja ditandai dengan meningkatnya intensitas komunikasi dengan teman sebaya.dimana perkembangan sosial pada remaja lebih melibatkan kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa latin, yaitu adolescere yang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa latin, yaitu adolescere yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa latin, yaitu adolescere yang berarti pertumbuhan menuju kedewasaan. Dalam kehidupan seseorang, masa remaja merupakan

Lebih terperinci

ITEM VALID (ANGKET KEHARMONISAN KELUARGA ISLAMI) Variabel Sub Variabel Indikator Item Valid Total (+) (-) keluarga

ITEM VALID (ANGKET KEHARMONISAN KELUARGA ISLAMI) Variabel Sub Variabel Indikator Item Valid Total (+) (-) keluarga ITEM VALID (ANGKET KEHARMONISAN KELUARGA ISLAMI) Variabel Sub Variabel Indikator Item Valid Total (+) (-) Kehidupan Menjalankan nilai-nilai dan 1,2,3 4 4 beragama dalam ajaran agama Saling menghargai 1)

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. Skala Penelitian (A-1) Beck Depression Inventory (A-2) Skala Penerimaan Teman Sebaya (A-3) Skala Komunikasi Orangtua-Anak

LAMPIRAN A. Skala Penelitian (A-1) Beck Depression Inventory (A-2) Skala Penerimaan Teman Sebaya (A-3) Skala Komunikasi Orangtua-Anak LAMPIRAN A Skala Penelitian (A-1) Beck Depression Inventory (A-2) Skala Penerimaan Teman Sebaya (A-3) Skala Komunikasi Orangtua-Anak LAMPIRAN A Skala Penelitian (A-1) Beck Depression Inventory No : Usia

Lebih terperinci

keberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku

keberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan jalur pendidikan formal yang berfungsi untuk mendidik, mengajar dan melatih siswa mempersiapkan dirinya di masa yang akan datang. Sekolah Menengah

Lebih terperinci