EKSPEDISI PERAHU BOROBUDUR SAMUDRA RAKSA: JAKARTA-ACCRA
|
|
- Yohanes Susman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 EKSPEDISI PERAHU BOROBUDUR SAMUDRA RAKSA: JAKARTA-ACCRA Terdapat sejumlah bukti sejarah yang menunjukkan bahwa pada awal milenium pertama Masehi nenek moyang orang Indonesia telah mampu mengadakan hubungan budaya jarak jauh lewat jalur laut, menyeberangi samudra raya sampai ke benua Afrika. Jejak-jejak kehadiran budaya Nusantara di Madagaskar dan Afrika Selatan masih dapat ditelusuri keberadaannya disana. Ahli sejarah Dick-Read (2005) menyatakan bahwa bukti-bukti sejarah menunjukkan ditemukannya jejak-jejak pengelana (phantom voyagers) dari Indonesia yang telah tiba di bumi Afrika jauh di masa lampau, meskipun tak jelas siapa mereka itu, dan bagaimana mereka bisa sampai ke Madagaskar dan Afrika. Yang juga menjadi pertanyaan adalah bagaimana cara mereka dulu bisa mencapai negeri jauh di seberang samudra raya itu. Macam apa alat transportasi yang digunakan, bagaimana konstruksinya, bagaimana sistem navigasinya, semua masih merupakan misteri. Salah satu petunjuk yang mungkin dapat menjadi kunci adalah gambar relief berupa perahu layar yang terukir di dinding-dinding Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Candi Borobudur ini dibangun sekitar abad ke-8 Maseshi. Di candi ini terdapat lima gambar relief perahu layar yang menunjukkan bahwa pada zaman itu telah dikenal perahu dengan layar ganda dan mempunyai cadik (out rigger) untuk menjaga kesetimbangan perahu. Menjadi pertanyaan, seberapa jauhkan perahu-perahu zaman dulu itu bisa berlayar, bagaimana teknologinya dan apa maksud pelayaran itu dilaksanakan? Adalah seorang benama Philip Beale, pria kelahiran Salisbury, Inggris, mantan anggota Angkatan Laut Kerajaan, yang sangat terpukau pada gambar perahu yang terukir pada dinding Candi Borobudur itu. Ketika mengunjungi Candi Borobudur tahun 1982, matanya tak lepas dari gambaran relief yang menampilkan aktivitas orang-orang pada perahu bercadik itu. Pikirannya menerawang, mungkin inilah yang menjadi penghubung Indonesia dan Afrika pada zaman dahulu. Ia langsung bermimpi untuk membuat perahu semacam yang dilihatnya di Candi Borobudur, dan melayarkannya menyeberangi Samudra Hindia, seperti dilakukan orang pada zaman dahulu itu. 1
2 Tetapi mimpi itu tersimpan rapi dalam benaknya selama 20 tahun, sampai akhirnya ia bertemu dengan Nick Burningham di Italia pada bulan September Burningham adalah seorang pembuat replika perahu terkenal yang pernah membuat replika kapal Duyfken, dalam skala penuh atau sesuai ukuran sebenarnya. Kapal Duyfken adalah kapal yang tercatat sebagai kapal Eropa pertama yang mendarat di Benua Australia pada tahun Kapal replika Duyfken buatan Burningham ini pernah berlayar mengunjungi Indonesia pada tahun 2002, dalam acara napak tilas pelayaran Duyfken di awal abad 17 ketika mengarungi perairan Maluku sampai ke Australia. Gambar 1. Beberapa ragam relief perahu layar yang terdapat di Candi Borobudur. Pada bulan Desembaer 2002, Beale dan Burningham mengunjungi Kepulauan Kangean, sekitar 90 km di sebelah utara Bali, sebelah timur Madura (Kabupaten Sumenenp), mencari pembuat perahu-perahu tradisional yang banyak terdapat disana. Di Pulau Pagerungan mereka bertemu dengan Pak Assad Abdullah, pakar pembuat perahu tradisional yang sudah berpengalaman sekitar 30 tahun. Bersama Burningham dan Pak Assad Abdullah, mimpi Beale pun perlahan mewujud menjadi kenyataan. 2
3 Gambar 2. Perahu Samudra Raksa mengarungi samdura, bermula dari pantai Pagerungan (Kepulauan Kangean, Kabupaten Sumenep, Madura) sampai ke Accra, Ghana (Afrika Barat), Gambar 3. Perahu Samudra Raksa dalam pelayaran lintas samudra menembus sejarah. Setelah menganalisis dengan cermat gambar-gambar relief perahu Borobudur, mereka akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa replika perahu yang harus dibuat itu mestinya berukuran panjang sekitar 19 m, dan lebar 4,25 m, mempunyai dua layar persegi (layar tanjak) dan bercadik ganda. Dalam proses pengerjaannya, para pembuat perahu tradisional itu mencontoh apa yang dilakukan nenek moyang mereka dahulu. Seluruh bagian perahu tersebut berasal dari kayu pilihan yang dapat diperoleh setempat, dan tak satu pun menggunakan paku atau besi. Sementara cadik pengimbangnya dan poros penggulung layar terbuat dari bambu 3
4 pilihan. Semua tali temali terbuat dari serat-serat bahan alami. Seluruh proses pembuatan perahu itu memakan waktu selama enam bulan hingga selesai. Begitulah akhirnya, sosok perahu yang semula dari gambaran relief di Candi Borobudur mewujud menjadi kenyataan, dan akan dibawa berlayar menerjang ombak samudra menuju Afrika. Persiapan pelayaran ekspedisi pun dimulai. Untuk menyukseskan ekspedisi ini, perahu kemudian dilengkapi dengan beberapa peralatan Gambar 4. Kiri: Philip Beale, penggagas ekspedisi. Kanan: Assad Abdullah, pakar pembuat perahu Samudra Raksa dari Pulau Pagerungan, Sumenep (Madura). modern seperti GPS (Global Positioning System), untuk penentuan posisi geografi di laut, dan telepon satelit untuk dapat berkomunikasi dengan dunia luar. Selain itu, semua perlengkapan bersifat primitif, seperti zaman nenek moyang dahulu kala itu. Gambar 5. Lintas layar perahu Samudra Raksa dari Jakarta sampai ke Accra Dukungan sponsor untuk melaksanakan ekspedisi ke Afrika itu pun berdatangan antara lain dari British Council dan UNESCO. Ekspedisi ini juga mendapat pengakuan dari The Royal 4
5 Geographical Society. Pelayaran percobaan yang merupakan pelayaran perdana pun dimulai dari Pagerungan ( Kepulauan Kangean) menuju Jakarta, yang ternyata bisa berjalan mulus. Perahu Borobudur ini pun diberi nama Samudra Raksa oleh Presiden RI kala itu, Megawati Sukarnoputri. Tanggal 15 Agustus 2003, Ekspedisi Samudra Raksa, yang kemudian juga dikenal sebagai Ekspedisi Perahu Borobudur ( Borobudur Ship Expedition) dilepas dengan resmi oleh Presiden Megawati dari pelabuhan Marina Ancol, Jakarta. Perahu itu dinakodari oleh Kapten I Gusti Putu Ngurah Sedana dari TNI-Angkatan Laut, didampingi oleh Philip Beale. Seluruh peserta ekspedisi ini berjumlah 27 orang, termasuk dua orang perempuan yang lulus dari seleksi yang amat ketat. Para peserta yang lulus seleksi tidak saja dari kalangan orang Indonesia tetapi juga memberi tempat bagi beberapa peserta dari manca negara. Kecuali beberapa pelaut yang memang profesional di bidangnya, sebagian besar peserta ekspedisi bukanlah pelaut, bahkan ada yang tak punya pengalaman laut sedikit pun. Mereka memang telah diseleksi dengan ketat dan berasal dari berbagai latar belakang. Ada karyawan hotel, aktivis lingkungan, dan pegawai kantoran. Mereka juga berasal dari berbagai etnis: Eropa, Jawa, Madura, Bali, Bajau. Juga dengan beragam latar belakang agama: Kristen, Islam, Hindu, Buddha. Tetapi semua menyatu dalam semangat yang kuat untuk menyukseskan ekspedisi lintas samudra ini. Gambar 6. Samudra Raksa tiba di Pelabuhan Tema, Accra, Ghana (Afrika Barat), Februari (print.kompas.com) Berbagai suka-duka dialami bersama, menghadapi terjangan ombak, diterpa angin dan hujan lebat, makanan dan air yang terbatas. Namun ekspedisi ini umumnya berjalan lancar, 5
6 boleh dikatakan tanpa insiden yang sangat serius. Kecepatan jelajah berkisar rata-rata 5,3 knot (mil per jam) untuk seluruh pelayaran, tetapi bila angin sedang baik bisa melaju sampai sekitar 7 knot, kecepatan yang mengesankan untuk ukuran perahu zaman abad-8 ini. Beberapa kali perahu Samudra Raksa dilanda badai dahsyat seperti ketika berada di perairan bagian selatan Mozambique dan ketika menuju Capetown. Satu layar rusak parah tetapi perahu tetap bisa bertahan melanjutkan pelayaran. Perahu buatan orang Pagerungan itu ternyata sangat tangguh. Gambar 7. Perahu Samudra Raksa besemayam di Museum Samudra Raksa, di Kompleks Taman Wisata Candi Borobudur, Magelang. Seluruh ekspedisi terdiri dari empat ruas pelayaran ( leg) (Gambar 5) yakni: ruas 1 Jakarta - Seychelles, 15 Agustus - 12 September 2003; ruas 2 Seychelles - Madagaskar, 29 September - 14 Oktober 2003; ruas 3 Madagaskar - Capetown, 26 Oktober - 5 Januari 2004; ruas 4 Capetown Accra, 17 Januari 23 Februari Jadi secara keseluruhan pelayaran ekspedisi memakan wakatu sekitar enam bulan, dengan menempuh total jarak layar sejauh km, atau setara lebih setengah jarak keliling bumi di garis katulistiwa. Ekspedisi ini membuktikan bahwa perahu nenek moyang seperti tergambar dalam relief Candi Borobudur itu memang memungkinkan untuk pelayaran jarak jauh dari Nusantara sampai ke Afrika Barat yang bisa membawa dampak budaya. Gambar 8. Perangko Indonesia The Borobudur Ship Expedition 6
7 Setelah tiba di pelabuhan Tema di Accra (Ghana), maka berakhirlah ekspedisi panjang yang heroik dan historis itu. Perahu Samudra Raksa pun diangkat dari air lalu dikapalkan ke Indonesia, suatu proses transportasi yang juga tidak sedikit masalahnya. Perahu itu harus dibongkar dulu untuk dapat dinaikkan ke kapal barang, dan akan dirakit kembali setelah tiba di tujuan di Indonesia. Akhirnya perahu Samudra Raksa itu pun tiba dan kemudian disemayamkan di Museum Perahu Samudra Raksa, bertempat di Kompleks Taman Wisata Candi Borobudur, Magelang. Museum ini kemudian diresmikan tanggal 31 Agustus 2005 oleh Menko Kesra (Menteri Kordinator Kesejahteraan Rakyat) saat itu, Alwi Shihab. PUSTAKA Nontji, A Penjelajahan dan Penelitian Laut Nusantara dari Masa ke Masa. Pusat Penelitian Oseanografi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia: 433 hlm. Beale, P From Indonesia to Africa: Borobudur Ship Expedition. Ziff Journal: Dick-Read, R The Phantom Voyages Evidence of Indonesian Settlement in Africa in Ancient Times. Winchester Thurlton Publishing. Anugerah Nontji 23/05/
EKSPEDISI PERAHU LAYAR TRADISIONAL PHINISI NUSANTARA, JAKARTA-VANCOUVER 1986
EKSPEDISI PERAHU LAYAR TRADISIONAL PHINISI NUSANTARA, JAKARTA-VANCOUVER 1986 Pemerintah Indonesia pernah mengirim ekspedisi dengan perahu layar tradisional Bugis-Makassar, Phinisi Nusantara, ke Kanada
Lebih terperinciJAN HUYGEN VAN LINSCHOTEN: MEMBUKA JALAN BAGI MASUKNYA BELANDA KE NUSANTARA
JAN HUYGEN VAN LINSCHOTEN: MEMBUKA JALAN BAGI MASUKNYA BELANDA KE NUSANTARA Pada abad 15 di Eropa telah berkembang dua super power maritim dari Semanjung Iberia yakni Portugis dan Spanyol. Kapal-kapal
Lebih terperinciEKSPEDISI VALDIVIA ( ): RINTISAN PENELITIAN LAUT-DALAM DI BAGIAN NUSANTARA
EKSPEDISI VALDIVIA (1898-1899): RINTISAN PENELITIAN LAUT-DALAM DI BAGIAN BARAT NUSANTARA Menjelang akhir abad 19, beberapa negara maritim di Eropa saling berlomba untuk melaksanakan ekspedisi-ekspedisi
Lebih terperinciL2B Ahmad Farid R Museum Armada TNI AngkatanLaut Surabaya 1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang dua pertiga wilayahnya berupa perairan. Nenek moyang bangsa Indonesia juga pada mulanya bermigrasi dari daratan China Selatan
Lebih terperinciTeknologi Kuno Angkutan Air: Perahu Padewakang
Teknologi Kuno Angkutan Air: Perahu Padewakang Shafrina Fauzia, 1406536884 Abstrak Perahu merupakan angkutan air yang paling banyak digunakan oleh masyarakat Indoensia. Setiap derah di Indoensia memiliki
Lebih terperinciTema I Potensi dan Upaya Indonesia Menjadi Negara Maju
Tema I Potensi dan Upaya Indonesia Menjadi Negara Maju Peta Konsep Potensi lokasi Potensi Sumber Daya Alam Potensi Sumber Daya Manusia Potensi Sumber Daya Manusia Upaya Pemanfaatan Potensi lokasi, Sumber
Lebih terperinci4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kabupaten Pati 4.1.1 Kondisi geografi Kabupaten Pati dengan pusat pemerintahannya Kota Pati secara administratif berada dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lautan 38% : 62%, memiliki pulau, dimana 6000 di antaranya telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan perbandingan daratan dan lautan 38% : 62%, memiliki 17.508 pulau, dimana 6000 di antaranya telah bernama dan 1000 pulau
Lebih terperinciGamba Sampul adalah hasil modifikasi dari gambar yang diambil dari
KAPAL PINISI Oleh : Herry Lisbijanto Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dinyatakan bahwa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dinyatakan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum. Hal tersebut memiliki makna bahwa negara Indonesia berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daya alam yang terkandung di dalam laut sangat bervariasi, misalnya ikan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Laut mencakup sekitar dua pertiga dari bumi dan memiliki efek yang besar terhadap kelangsungan hidup dan pengembangan semua mahkhluk. Sumber daya yang melimpah di
Lebih terperinciMenengok sejarah hubungan Bali dan Tiongkok di Shapowei
Laporan dari Tiongkok Menengok sejarah hubungan Bali dan Tiongkok di Shapowei Sabtu, 5 Mei 2018 13:06 WIB Seorang pengunjung melihat keindahan kampung budaya Shapowei di kota Xiamen, Fujian, Cina, Rabu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara maritim atau kepulauan terbesar didunia dengan 70% wilayahnya terdiri atas laut. Sehingga banyak pulau-pulau yang ada di Indonesia
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM NEGARA JEPANG. Kepulauan Jepang yang terletak lepas pantai timur benua Asia,
BAB II GAMBARAN UMUM NEGARA JEPANG 2.1. Letak Geografis Kepulauan Jepang yang terletak lepas pantai timur benua Asia, membentang seperti busur yang ramping sepanjang 3.800 KM. Luas totalnya adalah 377.815
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Sejarah Pelabuhan Sunda Kelapa Pelabuhan Sunda Kelapa berlokasi di Kelurahan Penjaringan Jakarta Utara, pelabuhan secara geografis terletak pada 06 06' 30" LS,
Lebih terperinciGerakan air laut yang dapat dimanfaatkan dalam kegiatan sehari-hari adalah nomor
SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 6. DINAMIKA HIDROSFERLATIHAN SOAL 6.5 1. Bagi para nelayan yang menggunakan kapal modern, informasi tentang gerakan air laut terutama digunakan untuk... mendeteksi
Lebih terperinciSambutan Presiden RI pd Acara Puncak Sail Komodo 2013, tgl.14 Sept 2013, di NTT Sabtu, 14 September 2013
Sambutan Presiden RI pd Acara Puncak Sail Komodo 2013, tgl.14 Sept 2013, di NTT Sabtu, 14 September 2013 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PUNCAK SAIL KOMODO 2013 DI LABUAN BAJO, MANGGARAI
Lebih terperinciRute Penjelajahan Samudera Bangsa Eropa
Rute Penjelajahan Samudera Bangsa Eropa PETA PENJELAJAHAN SAMUDRA 1. Penjelajahan samudra bangsa Spanyol Mulai tahun 1451 masehi atas perintah Ratu Isabella bangsa Spanyol mengadakan penjelajahan samudra.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN dan luas perairannya Indonesia adalah Negara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara maritim yang mempunyai belasan ribu pulau dengan teritori laut yang sangat luas. Wilayah Indonesia terbentang sepanjang 3.977 mil diantara
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE
IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE 4.1 Kondisi Wilayah Pulau Simeulue merupakan salah satu pulau terluar dari propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Ο Ο Ο Ο berada pada posisi 0 0 03-03 0 04 lintang Utara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak diantara 6 LU - 11 LS
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dan memiliki kurang lebih 17.504 buah pulau, 9.634 pulau belum diberi nama dan 6.000 pulau tidak berpenghuni
Lebih terperinciTINJAUAN TERHADAP PUTUSAN MAHKAMAH PELAYARAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DALAM KECELAKAAN KAPAL PELAYARAN DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NO
TINJAUAN TERHADAP PUTUSAN MAHKAMAH PELAYARAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DALAM KECELAKAAN KAPAL PELAYARAN DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1981 TENTANG KUHAP Oleh: I.TAJUDIN. S.H. NIP. 132
Lebih terperinciMELACAK PENGEMBARAAN DUGONG DENGAN SATELIT
MELACAK PENGEMBARAAN DUGONG DENGAN SATELIT Dugong (Dugong dugon) adalah hewan mamalia laut yang makanan utamanya adalah lamun ( seagrass). Hewan ini sangat sering diasosiasikan dengan dongeng atau legenda
Lebih terperinciBatam Dalam Data
SEJARAH RINGKAS Sebelum menjadi daerah otonom, Kotamadya Batam merupakan Kotamadya ke 2 (dua) di Provinsi Riau yaitu yang pertama Kotamadya Pekanbaru yang bersifat otonom, sedangkan Kotamadya Batam bersifat
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. di Cilacap untuk mempertahankan pengaruhnya di kota tersebut. Pembangunan
BAB V PENUTUP Pemerintah Kolonial Hindia Belanda banyak membangun fasilitas pertahanan di Cilacap untuk mempertahankan pengaruhnya di kota tersebut. Pembangunan fasilitas pertahanan di Cilacap dilakukan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi wisata
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi wisata untuk dikembangkan dan diupayakan menjadi daya tarik wisata daerah. Potensi wisata tersebut
Lebih terperinciDESKRIPSI MATAKULIAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI
DESKRIPSI MATAKULIAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI Matakuliah : Agama (Islam, Kristen, Khatolik)* Deskripsi :Matakuliah ini mengkaji tentang
Lebih terperinciREVITALISASI SMK KEMARITIMAN DALAM UPAYA MENUNJANG INDONESIA SEBAGAI POROS MARITIM
REVITALISASI SMK KEMARITIMAN DALAM UPAYA MENUNJANG INDONESIA SEBAGAI POROS MARITIM Diajukan dalam Simposium Nasional Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Pengertian Judul INDONESIAN MARITIME MUSEUM DI YOGYAKARTA. Pendekatan pada teori teori proporsi pada arsitektur
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul INDONESIAN MARITIME MUSEUM DI YOGYAKARTA Pendekatan pada teori-teori proporsi pada arsitektur. Indonesian : Perihal Indonesia; yang bersangkut paut dengan Indonesia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adimistratif Nias merupakan kabupaten yang termasuk dalam Propinsi Sumatera Utara.
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Nias merupakan sebuah pulau yang berada di sebelah barat Pulau Sumatera, terletak antara 0 0 12 1 0 32 Lintang Utara (LU) dan 97 0 98 0 Bujur Timur (BT). Secara adimistratif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan transisi ekosistem terestrial dan laut yang ditandai oleh gradien perubahan ekosistem yang tajam (Pariwono, 1992). Kawasan pantai merupakan
Lebih terperinciKebijakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam penataan angkutan penyeberangan Kepulauan Seribu
Kebijakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam penataan angkutan penyeberangan Kepulauan Seribu Dinas Perhubungan dan Transportasi Provinsi DKI Jakarta 5 Oktober 2015 Gambaran Umum Kepulauan Seribu luas
Lebih terperinciREDESAIN PELABUHAN ULEE LHEUE SEBAGAI PELABUHAN FERRY INTERNASIONAL DI BANDA ACEH
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR REDESAIN PELABUHAN ULEE LHEUE Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik diajukan oleh : RAMADHANI GURUH PRASETYO
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup yang cenderung monoton dan semakin keras terkadang menimbulkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan jumlah penduduk yang besar dan keanekaragaman suku sehinggga memperkaya budaya dan potensi Indonesia. Pesatnya perkembangan
Lebih terperinci5CADIK SAMUDRA BOROBUDUR :
5CADIK SAMUDRA BOROBUDUR : Jenius Lokal Nusantara Abstrak Primadi Tabrani Dugout canoe is from prehistory. It develops to become outrigger canoe: catamaran, one outrigger and two outrigger. Then it is
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN ,05 Juta ,23 Juta ,75 Juta ,31 Juta ,23 Juta
JUTA BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Fenomena yang terjadi saat ini yaitu masyarakat Indonesia menunjukkan minat yang semakin besar dalam menjelajah sektor pariwisata global. Berdasarkan
Lebih terperinciBERWISATA BAHARI MENYUSURI SEGARA ANAKAN
BERWISATA BAHARI MENYUSURI SEGARA ANAKAN Sebagai sebuah negara kepulauan yang memiliki lebih dari 13 ribu pulau, Indonesia layak disebut sebagai negara dengan potensi bahari terbesar di dunia. Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Memiliki 17.504 pulau dengan luas wilayah perairan mencapai 5,8 juta km2, dan panjang pantai 95.181 Km. Juga merupakan
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan. 1.1 Multimedia Interaktif Flash Flip Book Pakaian Adat Betawi
1 BAB I Pendahuluan 1.1 Multimedia Interaktif Flash Flip Book Pakaian Adat Betawi Republik Indonesia disingkat RI atau Indonesia adalah negara di Asia Tenggara, yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam pertumbuhan perekonomian nasional. Pemerintah daerah hendaknya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap daerah memiliki sumber daya alam dan potensi masing-masing dalam pertumbuhan perekonomian nasional. Pemerintah daerah hendaknya dapat menentukan prioritas
Lebih terperinciBAB 1 SKOUW WUTUNG. A. Sejarah
BAB 1 SKOUW WUTUNG Peta Pulau Papua A. Sejarah Provinsi Papua dulunya mencakup seluruh Pulau Papua bagian barat. Pada masa Pemerintahan Kolonial Hindia-Belanda, wilayah ini dikenal sebagai Nugini Belanda
Lebih terperinci4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN
4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Wilayah Banten berada pada batas astronomi 5º7 50-7º1 11 Lintang Selatan dan 105º1 11-106º7 12 Bujur Timur. Luas wilayah Banten adalah
Lebih terperinciAwak tidak memperhatikan bangunan dan stabilitas kapal. Kecelakaan kapal di laut atau dermaga. bahaya dalam pelayaran
Bagian-bagian Kapal Awak tidak memperhatikan bangunan dan stabilitas kapal Kecelakaan kapal di laut atau dermaga bahaya dalam pelayaran merugikan harta benda, kapal, nyawa manusia bahkan dirinya sendiri.
Lebih terperinci3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1 Deskripsi umum lokasi penelitian 3.1.1 Perairan Pantai Lovina Kawasan Lovina merupakan kawasan wisata pantai yang berada di Kabupaten Buleleng, Bali dengan daya tarik
Lebih terperinciJOHANNES PAULUS VAN DER STOK: DARI LOG BOOK ANGKATAN LAUT KE POLA ARUS PERMUKAAN DI PERAIRAN NUSANTARA
JOHANNES PAULUS VAN DER STOK: DARI LOG BOOK ANGKATAN LAUT KE POLA ARUS PERMUKAAN DI PERAIRAN NUSANTARA Bagi mereka yang pernah belajar oseanografi fisika, tentu pernah membaca tentang tokoh Matthew Fontaine
Lebih terperinci4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN
4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I-1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan penduduk di Indonesia pada masa saat sekarang ini semakin pesat, bila tidak diimbangi dengan pertumbuhan ekonomi yang baik maka bangsa ini akan mengalami
Lebih terperinciSTUDI PROSPEK PENGEMBANGAN OBJEK WISATA VULKANOLOGI KETEP DAN KONTRIBUSINYA DALAM MENUNJANG INDUSTRI PARIWISATA DI KABUPATEN MAGELANG TUGAS AKHIR
STUDI PROSPEK PENGEMBANGAN OBJEK WISATA VULKANOLOGI KETEP DAN KONTRIBUSINYA DALAM MENUNJANG INDUSTRI PARIWISATA DI KABUPATEN MAGELANG TUGAS AKHIR Oleh : DEWI NURHILYATI MIRZA L2D 099 413 JURUSAN PERENCANAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauaan terbesar di dunia yang terdiri atas 17.499 pulau dan memiliki garis pantai sekitar 81.000 km. Berdasarkan kondisi geografis Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM
BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Indonesia merupakan negara kepulauan dengan potensi luas perairan 3,1 juta km 2, terdiri dari 17.508 pulau dengan panjang garis pantai ± 81.000 km. (Dishidros,1992).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id
BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini akan membahas mengenai (1) latar belakang; (2) rumusan permasalahan; (3) tujuan dan kegunaan; (4) ruang lingkup penelitian; (5) kerangka pemikiran; dan (6) sistematika
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) merupakan salah satu provinsi yang masih relatif muda. Perjuangan keras Babel untuk menjadi provinsi yang telah dirintis sejak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Bencana alam selama ini selalu dipandang sebagai forcemajore yaitu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana alam selama ini selalu dipandang sebagai forcemajore yaitu sesuatu hal yang berada di luar kontrol manusia, oleh karena itu, untuk meminimalisir terjadinya
Lebih terperinci4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Perairan Palabuhanratu terletak di sebelah selatan Jawa Barat, daerah ini merupakan salah satu daerah perikanan yang potensial di Jawa
Lebih terperinciPerancangan Video Animasi 3D Pengenalan Museum Samudra Raksa dengan Penerapan Sinematografi Camera Movement
Perancangan Video Animasi 3D Pengenalan Museum Samudra Raksa dengan Penerapan Sinematografi Camera Movement Artikel Ilmiah Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi Untuk memperoleh Gelar Sarjana Desain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sektor perdagangan, sektor perekonomian, dan sektor transportasi. Dari segi. transportasi, sebelum ditemukannya mesin, manusia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kereta Kuda dalam perkembangannya telah ada ketika manusia mulai melakukan aktivitas produksi yang tidak dapat dipenuhi dari hasil produksinya sendiri. Hal ini dikarenakan
Lebih terperinciDAERAH RAWAN BENCANA ANGIN KENCANG DI BALI. Oleh. Komang Arthawa Lila, MS
DAERAH RAWAN BENCANA ANGIN KENCANG DI BALI Oleh Ir. Komang Arthawa Lila, MS JURUSAN ARSITEKTUR PERTAMANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015 RINGKASAN Secara geografis daerah Bali memang bukan
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata
1.1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata saat ini menjadi sebuah kebutuhan bagi berbagai elemen masyarakat. Pariwisata dalam UU NOMOR
Lebih terperinciMENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.33/MEN/2002 TENTANG ZONASI WILAYAH PESISIR DAN LAUT UNTUK KEGIATAN PENGUSAHAAN PASIR LAUT
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.33/MEN/2002 TENTANG ZONASI WILAYAH PESISIR DAN LAUT UNTUK KEGIATAN PENGUSAHAAN PASIR LAUT MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. PBB, dengan luas laut yang begitu besar terdiri dari luas perairan nusantara 3,1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar didunia, yang 2/3 wilayahnya merupakan wilayah lautan. Sebagai negara kepulauan yang utuh sesuai dengan BAB IV
Lebih terperinciMelacak Perburuan Mutiara dari Timur
Melacak Perburuan Mutiara dari Timur A. Latar Belakang Masuknya Bangsa Barat Peta diatas merupakan gambaran dari proses kedatangan bangsa-bangsa Barat ke Nusantara. Garis menggambarkan proses perjalanan
Lebih terperinci6 Semua negara di Oceania, kecuali Australia dan Selandia Baru (New Zealand).
GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM 2013 24 Sesi NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG : 2 A. PENGERTIAN NEGARA BERKEMBANG Negara berkembang adalah negara yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi rendah, standar
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah
46 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105 sampai dengan 105 45 Bujur Timur dan 5 15 sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari lebih 17.000 Pulau dan memiliki panjang garis pantai 81.000 km yang merupakan terpanjang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. juta km2 terdiri dari luas daratan 1,9 juta km2, laut teritorial 0,3 juta km2, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan wilayah laut yang lebih luas daripada luas daratannya. Luas seluruh wilayah Indonesia dengan jalur laut 12 mil adalah lima
Lebih terperinciSURVEI KAPAL TENGGELAM DI PERAIRAN PULAU PONGOK, KABUPATEN BANGKA SELATAN, PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
SURVEI KAPAL TENGGELAM DI PERAIRAN PULAU PONGOK, KABUPATEN BANGKA SELATAN, PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Ditulis oleh: Agus Sudaryadi, SS. Untuk memudahkan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bermukim pun beragam. Besarnya jumlah kota pesisir di Indonesia merupakan hal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semenjak abad ke-18, pertumbuhan penduduk di dunia meningkat dengan tajam. Lahan lahan dengan potensi untuk dipergunakan sebagai tempat bermukim pun beragam. Besarnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana alam adalah suatu peristiwa alam yang mengakibatkan dampak besar bagi populasi manusia. Peristiwa alam dapat berupa banjir, letusan gunung berapi, gempa bumi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peranan pariwisata dalam pembangunan ekonomi di berbagai negarad, pariwisata
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pariwisata telah menjadi salah satu industri terbesar di dunia dan merupakan andalan utama dalam menghasilkan devisa di berbagai negara. Dengan pentingnya peranan pariwisata
Lebih terperinciFINAL KNKT Laporan Investigasi Kecelakaan Laut
FINAL KNKT-08-11-05-03 KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI Laporan Investigasi Kecelakaan Laut Terbaliknya Perahu Motor Koli-Koli Perairan Teluk Kupang NTT 09 Nopember 2008 KOMITE NASIONAL KESELAMATAN
Lebih terperinciBAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis
BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Mengacu kepada Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Akhir Masa Jabatan 2007 2012 PemProv DKI Jakarta. Provinsi DKI Jakarta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang. Pentingnya sektor pariwisata karena sektor pariwisata ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata merupakan salah satu sumber pendapatan yang sangat penting bagi negara-negara diseluruh dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Pentingnya
Lebih terperinciBAB II PEMUTAKHIRAN PETA LAUT
BAB II PEMUTAKHIRAN PETA LAUT 2.1 Peta Laut Peta laut adalah representasi grafis dari permukaan bumi yang menggunakan simbol, skala, dan sistem proyeksi tertentu yang mengandung informasi serta menampilkan
Lebih terperinciHIBAH PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA JUDUL PENELITIAN STUDI ANALISIS PENDANGKALAN KOLAM DAN ALUR PELAYARAN PPN PENGAMBENGAN JEMBRANA
HIBAH PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA JUDUL PENELITIAN STUDI ANALISIS PENDANGKALAN KOLAM DAN ALUR PELAYARAN PPN PENGAMBENGAN JEMBRANA PENGUSUL Dr. Eng. NI NYOMAN PUJIANIKI, ST. MT. MEng Ir. I
Lebih terperinciKARAKTER CURAH HUJAN DI INDONESIA. Tukidi Jurusan Geografi FIS UNNES. Abstrak PENDAHULUAN
KARAKTER CURAH HUJAN DI INDONESIA Tukidi Jurusan Geografi FIS UNNES Abstrak Kondisi fisiografis wilayah Indonesia dan sekitarnya, seperti posisi lintang, ketinggian, pola angin (angin pasat dan monsun),
Lebih terperinciSEMINAR NASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
SEMINAR NASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TEMA STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH KEPULAUAN PENDAHULUAN Secara geografis, Indonesia terletak di antara dua benua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan lebih dari pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan lebih dari 13.466 pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Wilayah Indonesia terbentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki beragam kebudayaan. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya peninggalan peninggalan sejarah yang tersebar luas hampir
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan bentuk industri pariwisata yang belakangan ini menjadi tujuan dari sebagian kecil masyarakat. Pengembangan industri pariwisata mempunyai peranan penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan memenuhi kepentingan politis pihak yang berkuasa sari negara yang di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diandalkan oleh beberapa negara di seluruh dunia. Negara menggunakan pariwisata sebagai penyokong ekonomi dan juga devisa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia adalah sebuah negara maritim, karena memiliki lautan lebih luas dari daratannya, sehingga biasa juga disebut dengan Benua Maritim
Lebih terperinciBAB III KONSEP PENANGGUNG JAWAB KEAMANAN PENGANGKUTAN KAYU DENGAN KAPAL SEWAAN DI PT. MEGA JAYA PELABUHAN GRESIK
49 BAB III KONSEP PENANGGUNG JAWAB KEAMANAN PENGANGKUTAN KAYU DENGAN KAPAL SEWAAN DI PT. MEGA JAYA PELABUHAN GRESIK A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Geografis. Secara Geografis, Kabupaten Gresik
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 73, 1996 WILAYAH. KEPULAUAN. PERAIRAN. Wawasan Nusantara (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. a) Kondisi Grafis Kota Bandar Lampung
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Gambaram Umum Objek Penelitian 1. Kota Bandar Lampung a) Kondisi Grafis Kota Bandar Lampung Sumber : Badan Pusat Statistik, 2016 Gambar 4.1. Peta Administrasi Bandar
Lebih terperinciBUDAYA MARITIM NUSANTARA DAN GERAKAN KEMBALI KE LAUT
BUDAYA MARITIM NUSANTARA DAN GERAKAN KEMBALI KE LAUT Gusti Asnan (Jur. Sejarah, Fak. Ilmu Budaya, Univ. Andalas Padang gasnan@yahoo.com) Berbincang mengenai budaya maritim Nusantara sesungguhnya membincangkan
Lebih terperinciBab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu
Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian berjudul Pemodelan dan Peramalan Angka Curah Hujan Bulanan Menggunakan Analisis Runtun Waktu (Kasus Pada Daerah Sekitar Bandara Ngurah Rai), menjelaskan
Lebih terperinciBAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN
BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Objek Wisata Pulau Pari merupakan salah satu kelurahan di kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Kepulauan Seribu, Jakarta. Pulau ini berada di tengah gugusan
Lebih terperincimenurut nama Raja Spanyol pada waktu itu, Philipe II. Megelhaens meninggal dunia di
NEGARA FILIPINA a. Profil Negara Nama internasional Luas wilayah Ibu kota Bentuk pemerintahan : Republic of The Philippines : ± 330.324 km2 : Manila : Republik Hari kemerdekaan : 12 Juni 1898 Kepala negara
Lebih terperinciPERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL (TPK) DAN TRANSPORTASI KALIMANTAN SELATAN BULAN AGUSTUS 2016 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL
No. 53/10/63/Th.XX, 03 Oktober 2016 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL (TPK) DAN TRANSPORTASI KALIMANTAN SELATAN BULAN AGUSTUS 2016 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL TPK HOTEL BINTANG
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Standar Pelayanan Berdasarkan PM 37 Tahun 2015 Standar Pelayanan Minimum adalah suatu tolak ukur minimal yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan
Lebih terperinciDanau Toba: Pesona Sumatera Utara
Danau Toba: Pesona Sumatera Utara Danau Toba yang terletak di Sumatera Utara ini merupakan salah satu danau vulkanik terindah yang dimiliki Indonesia. Dengan luas yang mencapai 1.145 kilometer persegi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keadaan ini menyebabkan kepadatan arus Lalu Lintas yang terjadi pada jam jam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunung Kidul mempunyai banyak pantai yang indah dan merupakan tempat tujuan wisata dengan berbagai keindahan yang menakjubkan, sehinga
Lebih terperinciBab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM
Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Jaringan jalan merupakan salah satu prasarana untuk meningkatkan laju pertumbuhan perekonomian suatu daerah. Berlangsungnya kegiatan perekonomian
Lebih terperinciNegara Kesatuan Republik lndonesia adalah benua kepulauan,
1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik lndonesia adalah benua kepulauan, yang terbentang di katulistiwa di antara dua benua : Asia dan Australia, dan dua samudera : Hindia dan Pasifik,
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Desa Lebih terletak di Kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali dengan luas wilayah 205 Ha. Desa Lebih termasuk daerah dataran rendah dengan ketinggian
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian penangkapan ikan dengan menggunakan jaring arad yang telah dilakukan di perairan pantai Cirebon, daerah Kecamatan Gebang, Jawa Barat
Lebih terperinciKekayaan Alam Indonesia dan Isyarat Islam untuk Memanfaatkan Sumber Daya Alam
Kekayaan Alam Indonesia dan Isyarat Islam untuk Memanfaatkan Sumber Daya Alam Oleh: Luyyina M. Atsaury Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan)
Lebih terperinciSTRATEGI GEOPOLITIK DAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM RANGKA MEWUJUDKAN INDONESIA SEBAGAI POROS MARITIM DUNIA
STRATEGI GEOPOLITIK DAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM RANGKA MEWUJUDKAN INDONESIA SEBAGAI POROS MARITIM DUNIA Disampaikan pada Seminar Nasional Maritim 2015, Tantangan dan Peluang Provinsi Kepulauan Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tertarik di bidang bisnis selalu memikirkan dan berusaha untuk melakukan bisnis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dari zaman dahulu hingga sekarang seseorang atau sebagian besar orang yang tertarik di bidang bisnis selalu memikirkan dan berusaha untuk melakukan bisnis dalam
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pola Sebaran Suhu Permukaan Laut dan Salinitas pada Indomix Cruise
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pola Sebaran Suhu Permukaan Laut dan Salinitas pada Indomix Cruise Peta sebaran SPL dan salinitas berdasarkan cruise track Indomix selengkapnya disajikan pada Gambar 6. 3A 2A
Lebih terperinci