Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Demam: DBD, Malaria dan Tifoid Menggunakan Metode K-Nearest Neighbor Certainty Factor

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Demam: DBD, Malaria dan Tifoid Menggunakan Metode K-Nearest Neighbor Certainty Factor"

Transkripsi

1 Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: X Vol. 1, No. 5, Mei 2017, hlm Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Demam: DBD, Malaria dan Tifoid Menggunakan Metode K-Nearest Neighbor Certainty Factor Elsa Nuramilus Shofia 1, Rekyan Regasari Mardi Putri 2, Achmad Arwan 3 Program Studi Teknik Informatika, 1 echanuramilus@gmail.com, 2 rekyan.rmp@ub.ac.id, 3 arwan@ub.ac.id Abstrak Demam merupakan salah satu jenis gangguan kesehatan yang mengganggu produktivitas setiap orang bahkan dapat menyebabkan kematian dan masih menjadi permasalahan kesehatan Indonesia. Terdapat beberapa jenis demam yang perlu diwaspadai antara lain Demam Berdarah Dengue, Malaria dan Tifoid. Ketiga penyakit ini memiliki gejala yang mirip, sehingga banyak tenaga medis dan dokter internship yang seringkali melakukan kesalahan dalam mendiagnosis. Untuk itu diperlukan sebuah sistem yang mengadopsi pengetahuan pakar untuk mengatasi masalah tersebut yaitu sistem pakar. Metode yang digunakan untuk mendukung sistem pakar tersebut adalah metode K-Nearest Neighbor Certainty Factor yang merupakan penggabungan 2 metode dimana hasil klasifikasi dari metode K- Nearest Neighbor akan diberi nilai kepastian oleh metode Certainty Factor sehingga menghasilkan suatu diagnosis penyakit. Pada penelitian ini data latih dan data uji yang digunakan berjumlah 143 data. Berdasarkan hasil pengujian variasi nilai K didapatkan akurasi sebesar 88.37%. Pada pengujian variasi data latih didapatkan akurasi sebesar 86.04%. Pada pengujian rasio data latih dan data uji didapatkan akurasi sebesar 95%. Pada pengujian variasi jumlah data uji didapatkan akurasi sebesar %. Pada pengujian variasi data uji didapatkan rata-rata akurasi sebesar 97.22%. Pada pengujian perbandingan metode, metode k-nearest neighbor-certainty factor menghasilkan akurasi sebesar 84.79%. Kata kunci: sistem pakar, DBD, Malaria, Tifoid, K-Nearest Neighbor, Certainty Factor Abstract Fever is one of the health problems that disrupt everyone s productivity, even it can cause death and remain a health problem in Indonesia. There are several types of fever that needs to be wary, it includes dengue, malaria and typhoid. These three diseases have similar symptoms, so many medical personnel and doctors internship often make mistakes in diagnosing the disease. Therefore, an expert system is required to resolve the issue. The method used to support the expert system is K-Nearest Neighbor - Certainty Factor which is a merger of two methods in which the classification results of K- Nearest Neighbor to be rated certainty by a Certainty Factor method and resulting a diagnosis of the disease. In this study, the training data and test data used were 143 data. Based on test results obtained K value variation accuracy of 88.37%. On testing variations training data obtained an accuracy of 86.04%. In testing the ratio of training data and test data obtained an accuracy of 95%. In testing the variation of the number of test data obtained an accuracy of %. In testing the variety of test data obtained an average accuracy of 97.22%. In comparison testing method, the method k-nearest neighbor certainty factor gets an accuracy of 84.79%. Keywords: expert system, dengue, Malaria, Typhoid, K-Nearest Neighbor, Certainty Factor 1. PENDAHULUAN Kesehatan merupakan hal yang paling didambakan oleh setiap orang, karena dengan hidup sehat segala aktifitas dapat dilakukan dengan baik. Sehingga tidak heran jika seseorang melakukan berbagai cara untuk menjaga kesehatannya. Namun demikian, bukan tidak mungkin seseorang tersebut dapat terserang suatu penyakit. Demam merupakan salah satu jenis gangguan kesehatan yang mengganggu produktivitas setiap orang bahkan dapat menyebabkan kematian dan masih menjadi permasalahan kesehatan Indonesia. Terdapat 8 Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya 426

2 Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 427 jenis demam yang perlu diwaspadai yaitu Demam Berdarah Dengue (DBD), Tifoid, Malaria, Viral, Chicken Guinea, Meningitis, Infeksi Saluran Kemih dan HIV. Untuk mengetahui seseorang terserang penyakit demam jenis apa harus diketahui dari gejala yang dialami oleh orang tersebut. Padahal gejala pada penyakit Demam sangat mirip dan sulit dibedakan sehingga seringkali terjadi kesalahan dalam mendiagnosis karena keterbatasan pengalaman sehingga kecepatan mendiagnosis penyakit sangat terbatas dan terkadang kurang akurat. Masih banyak dokter internship dan tenaga medis yang sulit dalam mendiagnosis ketiga penyakit ini. Dokter internship adalah dokter yang baru menyelesaikan masa pendidikan profesi dan sedang melakukan program magang (Amir, 2007). Untuk membantu tenaga medis dan dokter internship dalam mengetahui sejak dini jenis penyakit demam yang diderita, maka diperlukan suatu sistem yang memiliki kemampuan layaknya seorang dokter dalam mendiagnosis penyakit. Sistem tersebut adalah sistem pakar yang diadopsi oleh pengetahuan manusia ke dalam komputer agar dapat membantu menyelesaikan masalah yang biasanya dilakukan oleh pakar. Sistem pakar dapat melakukan penalaran sebagaimana seorang pakar salah satunya dengan menerapkan metode K-Nearest Neighbour - Certainty Factor. Ada beberapa penelitian yang membahas tentang metode Certainty Factor dan K-Nearest Neighbour. Penelitian tersebut adalah Pengembangan Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Tuberculosis dan Demam Berdarah Berbasis Web Menggunakan Metode Certainty Factor. Penelitian yang dilakukan oleh Yulianti Paula Bria dan Engelbertus Agung S. Takung ini bertujuan untuk membantu masyarakat dalam mendiagnosis penyakit TBC dan DBD sehingga dapat ditanggulangi lebih dini dan membantu dokter dalam pengambilan keputusan (Yulianti, 2015). Sedangkan penelitian yang menggunakan algoritma K-Nearest Neighbour adalah Model Diagnosis Tuberculosis Menggunakan K- Nearest Neighbour Berbasis Seleksi Atribut. Ratih Sari dan Purwanto melakukan perbandingan K-Nearest Neighbour dengan dua algoritma lain yaitu Logistic Regression dan Decision Tree. Input pada penelitian ini adalah karakteristik pasien, anamnesis, pemeriksaan tanda vital dan pemeriksaan radiologi sesuai dengan standar TB yang ditetapkan serta lama batuk dan warna dahak. Hasil dari eksperimen menunjukkan bahwa model K-NN berbasis backward elimination memberikan kinerja yang terbaik jika dibandingkan dengan model-model lain. Model K-Nearest Neighbour berbasis backward elimination memberikan nilai akurasi sebesar 78.66% dan nilai AUC sebesar 0.6 yang mengindikasikan bahwa model adalah good classification (Ratih Sari, 2015). 2. STUDI LITERATURE 2.1 Sistem Pakar (Expert System) Sistem Pakar adalah sistem yang berusaha mengadopsi pengetahuan para pakar dalam menyelesaikan permasalahan berbasis sistem komputer. Menurut Turban dan Aronson sistem pakar merupakan sistem yang menggunakan pengetahuan manusia yang dimasukkan kedalam komputer untuk memecahkan permasalahan yang biasanya diselesaikan oleh pakar (Turban, 2005). Dibawah ini merupakan komponen yang dibutuhkan dalam membangun sistem pakar, antara lain: 1. Memori Kerja (Working Memory) 2. Antar Muka Pengguna (User Interface) 3. Mekanisme Inferensi (Inference Machine) 4. Basis Pengetahuan (Knowledge Base) 2.2 K-Nearest Neighbor Algoritma K-Nearest Neighbor merupakan sebuah algortima yang melakukan klasifikasi terhadap objek yang memiliki jarak terdekat dengan objek tersebut. Algoritma K-Nearest Neighbor mengelompokkan data baru yang belum diketahui kelasnya dengan memilih data sejumlah k yang letaknya paling dekat dari data baru. Class paling banyak dari data terdekat sejumlah k akan dipilih sebagai class yang diprediksi untuk data baru. Pada umumnya nilai k menggunakan jumlah ganjil agar tidak terdapat jarak yang sama dalam proses klasifikasi. Jauh atau dekatnya tetangga dihitung menggunakan jarak Euclidean. Perhitungan untuk mencari jarak menggunakan Euclidean ditunjukkan pada persamaan 2.1. x 1 = (x 11, x 12,, x 1n ) x 2 = (x 21, x 22,, x 2n ) d(x 1, x 2 ) n r (a r (x 1 ) a r (x 2 )) 2 (2.1) Dimana x 1 dan x 2 adalah dua record dengan n atribut. Persamaan menghitung jarak antara x 1 dan x 2, bertujuan untuk menentukan perbedaan antara nilai-nilai atribut pada record

3 Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 428 x 1 dan x 2. Setelah diketahui jarak antar record, kemudian diambil sebanyak k tetangga terdekat untuk memprediksi label kelas dari record baru menggunakan label kelas tetangga. Diambil kelas mayoritas sebagai kelas target output data yang baru. 2.3 Certainty Factor Metode Certainty Factor adalah teknik yang digunakan untuk mengatasi permasalahan ketidakpastian dalam pengambilan keputusan. Certainty Factor dapat terjadi dalam berbagai kondisi, misalnya terdapat beberapa rule yang berbeda dengan satu kondisi yang sama. Pada contoh kondisi ini harus dilakukan agregasi pada nilai Certainty Factor keseluruhan dari setiap kondisi yang ada. Adapun alur pada metode Certainty Factor adalah sebagai berikut: Menentukan nilai untuk setiap klasifikasi gejala Menghitung nilai Certainty Factor untuk tiap klasifikasi gejala Menentukan Rule Certainty Factor untuk tiap klasifikasi gejala Membandingkan nilai Certainty Factor terbesar untuk dijadikan solusi Chicken Guinea, Viral, Meningitis, Infeksi saluran kemih dan HIV. Dari 8 jenis demam tersebut 3 diantaranya memiliki gejala yang mirip yaitu Demam Berdarah Dengue, Malaria dan Tifoid. 3. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi mengenai tahapan-tahapan penelitian yang akan dilakukan. Berikut merupakan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam pembuatan sistem Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Demam: DBD, Malaria dan Tifoid Menggunakan Metode K- Nearest Neighbor Certainty Factor 3.1 Model Perancangan Sistem Model perancangan system merupakan tahapan-tahapan dari input awal kemudian proses pengolahan data hingga mendapatkan hasil output yang berupa hasil diagnosis penyakit. Model Perancangan system sistem pada diagnosis penyakit Demam: DBD, Malaria dan Tifoid menggunakan metode K-Nearest Neighbor Certainty Factor akan ditunjukkan pada Gambar 3.3. Solusi Gambar 2.1 Diagram alur Metode Certainty Factor Sumber: (Fadjrin, 2015) Alur pada metode Certainty Factor adalah sebagai berikut: 1. Menentukan nilai dari setiap gejala yang sudah ditentukan pakar dan yang diinputkan oleh user. 2. Menentukan Rule Certainty Factor untuk setiap gejala dari setiap penyakit. Rule ini berisi gabungan nilai dari pakar dan user. 3. Nilai dari rule diatas akan dihitung pada tiap penyakit. 4. Membandingkan nilai terbesar tiap penyakit untuk mendapatkan solusi. 5. Solusi yang telah didapatkan merupakan hasil akhir. 2.4 Demam Demam adalah suatu keadaan saat suhu badan melebihi 37 0 C. Demam juga merupakan pertanda bahwa sel antibodi manusia sedang melawan virus atau bakteri. Terdapat 8 jenis demam yang perlu di waspadai antara lain Demam Berdarah Dengue, Tifoid, Malaria, Gambar 3.1 Model Perancangan sistem 4. PERANCANGAN Sistem yang dibuat merupakan perangkat lunak yang menggunakan metode knn-certainty factor untuk mendiagnosis penyakit. Dimana pada system ini akan diketahui apakah seorang pasien menderita penyakit dbd, malaria atau tifoid. Data yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah data pasien penyakit Demam: DBD, Malaria dan Tifoid yang akan dijadikan sebagai

4 Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 429 data latih dan data uji, data gejala dan data nilai tingkatan gejala pada ketiga penyakit tersebut. Tabel 4.1 Data Nilai Tingkatan Gejala Berdasarkan Jenis Penyakit Tabel 4.2 Data nilai tingkatan gejala Proses pengklasifikasian diagnosis penyakit menggunakan metode knn certainty factor digambarkan dalam diagram alir seperti pada Gambar 4.1. Gambar 4.1 Tahapan Metode KNN-Certainty Factor Berikut penjelasan alur proses diatas: 1. Tenaga medis menginputkan data pasien dan keluhan yang dialami Misalkan terdapat 10 data latih yang ditunjukkan pada Tabel 3.1 dan satu data uji yang ditunjukkan pada Tabel 3.2

5 Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 430 Tabel 3.1 Data latih penyakit Demam tersebut dari nilai terkecil ke terbesar, ditunjukkan pada tabel 3.7 Tabel 3.7 Hasil Euclidean dari yang terkecil Tabel 3.2 Data uji penyakit Demam (Tifoid) 2. Melakukan normalisasi nilai data latih dan data uji. Nilai min dan max dapat dilihat pada Tabel 3.3, dan untuk data latih ternormalisasi ditunjukkan pada Tabel 3.4, sedangkan untuk data uji ternormalisasi ditunjukkan pada Tabel 3.5 Tabel 3.3 Min-max normalization Kemudian menentukan nilai k yang akan digunakan. Misal k=3, hasil ditunjukkan pada Tabel 3.8 Tabel 3.8 Hasil Euclidean dari yang terkecil berdasarkan k=3 Tabel 3.4 Data latih ternormalisasi Tabel 3.5 Data uji ternormalisasi 3. Melakukan perhitungan klasifikasi k-nearest neighbor dengan mencari nilai jarak antara data uji terhadap data latih. Hasil perhitungan Euclidean yaitu jarak antara data uji terhadap data latih ditunjukkan pada Tabel 3.6 Setelah diketahui hasil klasifikasi dari perhitungan knn adalah penyakit tifoid, maka selanjutnya menghitung nilai kepastian dengan menggunakan certainty factor. Untuk mencari nilai CF adalah dengan mengkalikan data gejala pasien dengan data gejala pakar. Hasil perhitungan ini ditunjukkan pada Tabel 3.9. Tabel 3.9 Hasil perhitungan nilai CF Tabel 3.6 Hasil perhitungan Euclidean Setelah didapatkan jarak data uji terhadap data latih, kemudian urutkan hasil Setelah didapatkan nilai CF, kemudian menghitung CF Combine untuk mendapatkan nilai kepastian penyakit tersebut. Hasil

6 Akurasi (%) Akurasi (%) Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 431 perhitungan CF Combine ditunjukkan pada Tabel Tabel 3.13 Hasil perhitungan CF Combine Berdasarkan perhitungan dan tabel diatas maka penyakit tifoid memiliki nilai kepastian sebesar PENGUJIAN DAN ANALISIS 5.1 Pengujian Variasi Nilai K Pada pengujian variasi nilai k bertujuan untuk mengetahui apakah nilai k berpengaruh terhadap tingkat akurasi. Pada analisis variasi nilai k digunakan data latih, 43 data uji dan nilai k mulai dari k=1 sampai k=50. Hasil pengujian pengaruh nilai k ditunjukkan pada Gambar Grafik Hasil Pengujian Nilai K Nilai K Gambar 5.1 Grafik Hasil Pengujian Variasi Nilai K Pada grafik Gambar 5.1 diatas dapat diketahui bahwa dari nilai k=1 sampai k=5 menghasilkan akurasi sebesar 88.37%. Setelah itu akurasi mengalami naik turun. Pada nilai k=12 hingga k=31 menghasilkan akurasi 83.72%, pada nilai k=32 hingga k=37 menghasilkan akurasi 86.05%, pada nilai k=38 hingga k=50 menghasilkan akurasi 83.72%. Pada percobaan tersebut nilai k yang semakin bertambah menghasilkan akurasi yang semakin rendah hingga mengalami naik turun akurasi, namun naik turun akurasi tidak begitu besar dan cenderung stabil. Nilai k yang bertambah akan membuat semakin banyak data tidak relevan terhadap data uji dan hal tersebut mengakibatkan tingkat kesalahan prediksi yang semakin besar dan menyebabkan tingkat akurasi turun. Dari percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa variasi nilai k berpengaruh pada akurasi. Untuk nilai k yang akan digunakan pada pengujian-pengujian adalah nlai k yang memiliki akurasi tertinggi yaitu nilai k=3, k=5 dan k=8 dengan akurasi sebesar 88.37%. 5.2 Pengujian Variasi Data Latih Pengujian variasi data latih bertujuan untuk mengetahui apakah data latih yang berbeda-beda akan berpengaruh terhadap tingkat akurasi sistem. Pada pengujian ini jumlah data latih yang digunakan adalah sama namun dengan data yang berbeda. Hasil pengujian pengaruh jumlah data latih ditampilkan dalam sebuah grafik pada Gambar Grafik Hasil Pengujian Variasi Data Latih 83,72 83,72 83,72 83,72 83,72 83,72 83,72 86,04 83,72 81,39 83,72 83,72 Percobaan 1 (50 Data 1) Percobaan 2 Percobaan 3 (50 Data 2) (50 Data 3) Percobaan ke- Percobaan 4 (50 Data 4) K = 3 K = 5 K = 8 Gambar 5.2 Grafik Hasil Pengujian Variasi Data Latih Pada grafik Gambar 5.2 diatas dapat diketahui bahwa percobaan yang dilakukan dengan nilai k=3, k=5 dan k=8 pada percobaan ke-2 dan ke-4 memiliki kesamaan hasil akurasi yaitu 83.72%. Pada percobaan ke-3 dengan nilai k=5 memiliki hasil akurasi yang tertinggi di banding nilai k yang lain. Hal ini disebabkan karena meskipun data latih yang digunakan berjumlah sama, akan tetapi variasi data latihnya berbeda. Dimana pada percobaan ke-3 memiliki variasi data dengan jarak yang lebih berdekatan dengan data uji dibandingkan dengan percobaan ke-1, ke-2 dan ke-4 sehingga menghasilkan tingkat akurasi yang lebih tinggi. Dari hal tersebut dapt disimpulkan bahwa percobaan yang dilakukan dengan nilai k=3, k=5 dan k=8 memiliki akurasi yang naik turun

7 Akurasi (%) Akurasi (%) Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 432 walaupun sebagian besar sama. Perbedaan variasi pada setiap percobaan membuat tingkat akurasi berbeda-beda dan mempengaruhi nilai jarak antara data latih dan data uji. Jika dalam suatu variasi data latih memiliki nilai jarak yang berdekatan dengan data uji akan membuat akurasi semakin tinggi dan begitu sebaliknya. 5.3 Pengujian Rasio Data Latih dan Data Uji Pengujian rasio data latih dan data uji bertujuan untuk mengetahui apakah rasio data latih dan data uji yang berbeda-beda akan berpengaruh terhadap tingkat akurasi sistem. Pengujian rasio data latih dan data uji ini diambil dari persentase perbandingan data latih dan data uji, yaitu :10, :20, 50:50, 20: dan 10:. Berikut hasil grafik pengujian rasio data latih dan data uji ditunjukkan pada Gambar 5.3. Grafik Hasil Pengujian Rasio Data Latih dan 91,67 95,83 91,67 91,6795,83Data 95 95Uji 95 94, ,67 91,67 92,7 89, , Percobaan 1Percobaan 2Percobaan 3Percobaan 4Percobaan 5 ( : 10) ( : 20) (50 : 50) (20 : ) (10 : ) K = 3 K = 5 K = 8 Gambar 5.3 Grafik Hasil Pengujian Rasio Data Latih dan Data Uji Pada grafik Gambar 5.3 diatas dapat diketahui bahwa pada nilai k=8 percobaan ke-2 dan nilai k=3 pada percobaan ke-4 memiliki hasil akurasi tertinggi yaitu 95.83%, ini dikarenakan jumlah kesalahan pada setiap percobaan dan banyaknya jumlah data uji pada setiap percobaan berpengaruh pada tingkat akurasi sistem. Seperti pada percobaan ke-2 jumlah kesalahan yang terjadi adalah 2 dan ke-3 jumlah kesalahan yang terjadi adalah 4, tetapi data uji yang digunakan pada percobaan ke-2 adalah 24 data dan pada percobaan ke-3 adalah 60 data, karena jumlah data uji pada percobaan ke-3 lebih banyak maka tingkat akurasi pada percobaan ke-3 lebih besar meskipun memiliki jumlah kesalahan lebih besar daripada percobaan ke-2. Jadi jumlah kesalahan pada setiap percobaan dan banyaknya jumlah data uji berpengaruh besar pada tingkat akurasi. 5.4 Pengujian Variasi Jumlah Data Uji Pengujian variasi jumlah data uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah jumlah data uji yang berbeda-beda dapat mempengaruhi tingkat akurasi sistem. Pada analisis variasi jumlah data uji ini digunakan nilai k dengan tingkat akurasi tertinggi yang didapatkan pada percobaan pertama yaitu k=3, k=5 dan k=8 dimana digunakan data uji dengan jumlah 10, 20, 30 dan 40 data dan data latih yang digunakan adalah data latih yang sama yaitu data. Hasil pengujian variasi jumlah data uji ditampilkan dalam sebuah grafik pada Gambar Grafik Hasil Pengujian Variasi Jumlah Data Uji 86,67 86,67 83,33 82,5 Percobaan 1 Percobaan 2 Percobaan 3 Percobaan 4 (10 Data Uji) (20 Data Uji) (30 Data Uji) (40 Data Uji) K = 3 K = 5 K = 8 Gambar 5.4 Grafik Hasil Pengujian Variasi Jumlah Data Uji Pada grafik Gambar 5.4 diatas dapat diketahui bahwa percobaan yang dilakukan pada percobaan ke-1 dengan nilai k=3, k=5 dan k=8 memiliki nilai akurasi %. Sedangkan pada percobaan ke-2 dengan nilai k=3, k=5 dan k=8 memiliki nilai akurasi sebesar % yang merupakan nilai akurasi tertinggi. Pada percobaan ke-3 dan ke-4 tingkat akurasi mengalami naik turun tetapi tidak terlalu besar dan cenderung stabil. Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa yang dapat mempengaruhi tingkat akurasi adalah jumlah kesalahan pada setiap percobaan dan banyaknya jumlah data uji pada setiap percobaan. Seperti pada percobaan ke-1 dan ke- 2 jumlah kesalahan yang terjadi adalah 2, tetapi data uji yang digunakan pada percobaan ke-1 adalah 10 data dan pada percobaan ke-2 adalah 20 data, karena jumlah data uji pada percobaan ke-2 lebih banyak maka tingkat akurasi pada percobaan ke-2 lebih besar. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada pengujian variasi jumlah data uji diengaruhi oleh 2 hal yaitu jumlah kesalahan pada setiap percobaan dan banyaknya jumlah data uji. 5.5 Pengujian Variasi Data Uji Pengujian variasi data uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah variasi data uji yang berbeda-beda dapat mempengaruhi tingkat akurasi sistem. Pada analisis variasi data uji ini digunakan nilai k dan data latih dengan tingkat

8 Akurasi (%) Akurasi (%) Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 433 akurasi tertinggi yang didapatkan pada percobaan pertama yaitu k=3, k=5 dan k=8 dimana digunakan variasi data uji berjumlah sama yaitu 36 data pada 3 kali percobaan dan data latih sebanyak data latih. Hasil pengujian variasi data uji ditampilkan dalam sebuah grafik pada Gambar Grafik Hasil Pengujian Variasi Data Uji 94,44 94,44 97,22 94,44 94,44 97,22 94,44 94,44 94,44 Percobaan 1 (36 Data Uji) Percobaan 2 (36 Data Uji) K = 3 K = 5 K = 8 Gambar 5.5 Grafik Hasil Pengujian Variasi Data Uji Pada grafik Gambar 5.5 diatas dapat diketahui bahwa percobaan yang dilakukan dengan nilai k=3, k=5 dan k=8 percobaan ke-1 dan ke-2 menghasilkan akurasi 94.44%. Akurasi tertinggi dihasilkan oleh percobaan ke-3 dengan nilai k=3 dan k=5 sebesar 97.22, hal ini disebabkan karena meskipun variasi data uji yang digunakan berjumlah sama, akan tetapi variasi data ujinya berbeda. Dimana pada percobaan ke-3 memiliki variasi data dengan jarak yang lebih berdekatan dengan data latih dibandingkan dengan percobaan lainnya sehingga menghasilkan tingkat akurasi yang lebih tinggi. 5.6 Pengujian Perbandingan Metode Percobaan 3 (36 Data Uji) Pada analisis perbandingan metode ini digunakan nilai akurasi dari dua metode yaitu metode K-Nearest Neighbor Certainty Factor dan metode K-Nearest Neighbor dengan acuan perbandingan rata-rata akurasi yang dihasilkan untuk setiap k. Pengujian ini menggunakan k=1 hingga k=5, data latih dan jumlah data uji yang tetap yaitu sebanyak 43 data. Hasil pengujian perbandingan metode ditampilkan dalam sebuah grafik pada Gambar Grafik Hasil Pengujian Perbandingan Metode 84,79 84,79 Metode KNN Perbandingan Metode K = 1-50 Metode KNN-CF Gambar 5.6 Grafik hasil pengujian perbandingan metode Dari grafik diatas dapat disimpulkan metode K-Nearest Neighbor Certainty Factor memiliki tingkat akurasi yang sama dengan metode K-Nearest Neighbor yaitu sebesar 84.79%. Akurasi adalah menghitung hasil ketepatan diagnosis system dengan pakar dan hasil akurasi metode K-Nearest Neighbor Certainty Factor mengikuti hasil klasifikasi K- Nearest Neighbor. Jadi dapat disimpulkan antara metode K-Nearest Neighbor Certainty Factor dan K-Nearest Neighbor yang berperan dalam penentuan hasil akurasi adalah metode K- Nearest Neighbor, sedangkan metode Certainty Factor hanya menghitung nilai kepastian suatu penyakit berdasarkan hasil diagnosis yang dilakukan oleh metode K-Nearest Neighbor, apabila metode K-Nearest Neighbor tidak menghasilkan output maka metode Certainty Factor tidak dapat melakukan proses perhitungan nilai kepastian. Untuk menguji kinerja metode K-Nearest Neighbor Certainty Factor pada kasus Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Demam: DBD, Malaria dan Tifoid maka dilakukan pengujian perbandingan dengan 2 metode klasifikasi lainnya yaitu naïve bayes dan J48 menggunakan Aplikasi Weka. Naïve Bayes adalah metode Bayesian learning yang paling cepat dan sederhana. Metode Naive Bayes merepresentasikan data gejala kedalam bentuk probability model. Probability model tersebut yang digunakan sebagai model untuk mengelompokkan suatu penyakit. Sedangkan metode K-Nearest Neighbor menyimpan sekelompok data training set sebagai acuan untuk mengelompokkan suatu penyakit. Metode J48 merupakan salah satu kelas di paket classifier pada sistem weka yang mengimplementasikan algoritma C45. Algoritma C4.5 adalah salah satu metode untuk membuat decision tree berdasarkan training data yang telah disediakan. Dalam pengujian ini data

9 Akurasi (%) Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 434 latih yang digunakan berjumlah data dan 43 data uji. Hasil pengujian perbandingan metode KNN-Certainty Factor, naïve bayes dan J48 ditampilkan dalam sebuah grafik pada Gambar 5.7. Grafik Hasil Pengujian Perbandingan Metode KNN-Certainty Factor, Naive Bayes dan J ,79 88,37 Metode KNN Metode Naïve Bayes Perbandingan Metode K = 1-50 Gambar 5.7 Grafik hasil pengujian perbandingan metode KNN-CF, Naïve Bayes dan J48 Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa metode K-Nearest Neighbor Certainty Factor lebih baik daripada metode J48 yang menghasilkan akurasi 81.39%. Hal ini dikarenakan metode J48 dalam membuat cabang node tree hanya terbatas sehingga informasi yang didapatkan kurang optimal dan membuat akurasi menjadi turun. Tetapi metode K-Nearest Neighbor Certainty Factor memiliki akurasi kurang dari Naïve Bayes yang menghasilkan akurasi sebesar 88.37%. Hal ini disebabkan karena metode naïve bayes sudah mampu menentukan parameter yang diperlukan dalam proses pengklasifikasian hanya dengan jumlah data latih yang kecil atau sedikit sedangkan pada metode K-Nearest Neighbor Certainty Factor diperlukan data latih yang besar sehingga hasil lebih efektif dan tangguh terhadap training data yang noisy. 6. PENUTUP 6.1 Kesimpulan 81,39 Berdasarkan hasil penelitian Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Demam Menggunakan Metode K-Nearest Neighbor Certainty Factor, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Demam Menggunakan Metode K-Nearest Neighbor Certainty Factor Factor ini dibuat menggunakan Bahasa pemrograman PHP dan basis data MySQL sebagai tempat penyimpanan data masukan dan data knowledge. Sistem pakar ini mampu mengidentifikasi penyakit Demam dengan menginputkan 15 gejala dan kemudian dilakukan proses perhitungan menggunakan metode K-Nearest Neighbor Certainty J48 Factor untuk mendapatkan hasil diagnosis berupa jenis penyakit sesuai dengan nilai kepastian terbesar. 2. Metode K-Nearest Neighbor Certainty Factor menghasilkan tingkat akurasi yang tergolong baik dalam mengklasifikasikan dan memberi nilai kepastian jenis penyakit DBD, Malaria atau Tifoid dimana pada beberapa mekanisme pengujian menghasilkan tingkat akurasi yaitu: a. Didapatkan nilai akurasi maksimum sebesar 88.37% pada pengujian variasi nilai k, dengan k=3, k=5 dan k= 8. Dimana nilai akurasi maksimum diperoleh dari nilai K yang kecil. Semakin banyak nilai K maka akan membuat semakin banyak data tidak relevan terhadap data uji dan hal tersebut mengakibatkan tingkat kesalahan prediksi yang semakin besar dan menyebabkan tingkat akurasi turun. b. Didapatkan nilai akurasi maksimum sebesar 86.04% pada pengujian variasi data latih, dimana perbedaan variasi data latih memberikan perbedaan tingkat akurasi. Hal ini disebabkan karena perbedaan tersebut akan mempengaruhi nilai jarak antara data latih dan data uji. Jika dalam suatu variasi memiliki nilai jarak yang berdekatan dengan data uji akan membuat akurasi semakin tinggi, begitupun sebaliknya. c. Didapatkan hasil akurasi maksimum sebesar 95.83% pada pengujian rasio data latih dan data uji pada percobaan 2 dengan nilai k=8 dan pada percobaan ke-4 dengan nilai k=2. Hal ini dikarenakan jumlah kesalahan pada setiap percobaan dan banyaknya jumlah data uji pada setiap percobaan berpengaruh pada tingkat akurasi sistem. Jumlah data uji pada percobaan ke-3 lebih banyak maka tingkat akurasi pada percobaan ke-3 lebih besar meskipun memiliki jumlah kesalahan lebih besar daripada percobaan ke-2. d. Didapatkan hasil akurasi maksimum sebesar % pada pengujian variasi jumlah data uji dengan jumlah 20 data. Hal ini disebabkan karena jumlah kesalahan pada setiap percobaan dan banyaknya jumlah data uji pada setiap percobaan mempengaruhi tingkat akurasi yang dihasilkan.

10 Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 435 e. Didapatkan hasil akurasi maksimum sebesar 97.22% pada pengujian variasi data uji dimana perbedaan variasi data uji memberikan perbedaan tingkat akurasi. Hal ini disebabkan karena perbedaan variasi data uji akan mempengaruhi nilai jarak antara data latih dan data uji. Jika dalam suatu variasi memiliki nilai jarak yang berdekatan dengan data latih akan menghasilkan nilai akurasi semakin tinggi, dan sebaliknya. f. Didapatkan hasil akurasi maksimum sebesar 84.79% pengujian perbandingan metode. Perbandingan nilai akurasi antara metode K-Nearest Neighbor Certainty Factor dengan metode K- Nearest Neighbor menghasilkan akurasi yang sama, karena metode Certainty Factor hanya menghitung nilai kepastian suatu penyakit berdasarkan hasil diagnosis dari metode K-Nearest Neighbor. 3. Perbandingan nilai akurasi metode antara K- Nearest Neighbor Certainty Factor dengan K-Nearest Neighbor menghasilkan akurasi yang sama yaitu 84.79%. Untuk perbandingan dengan metode yang lainnya, metode K-Nearest Neighbor Certainty Factor lebih baik daripada metode J48 yang menghasilkan akurasi 81.39%. Tetapi metode K-Nearest Neighbor Certainty Factor memiliki akurasi kurang dari Naïve Bayes yang menghasilkan akurasi sebesar 88.37%. 6.2 Saran Beberapa saran untuk pengembangan lebih lanjut yang dapat diberikan oleh penulis antara lain: 1. Sistem ini hanya untuk mendiagnosis 3 jenis penyakit demam (DBD, Malaria dan Tifoid) sedangkan masih terdapat banyak jenis demam sehingga dapat ditambahkan jenisjenis demam yang lain. 2. Pada penelitian selanjutnya perlu dilakukan penambahan data latih dan data uji, solusi dan cara pencegahan penyakit Demam sehingga informasi dan data pembelajaran sistem semakin banyak. 3. Sebaiknya pada penelitian selanjutnya metode sistem pakar yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan metode Fuzzy K-Nearest Neighbor atau Modified K- Nearest Neighbor dan penggabungan metode lainnya dengan K-Nearest Neighbor. DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, Ginanjar Thesis Project: Penerapan Metode Tsukamoto (Logika Fuzzy) Dalam Sistem Pendukung Keputusan Untuk Menentukan Jumlah Produksi Barang Berdasarkan Data Persediaan dan Jumlah Permintaan. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Anjas Sari, Nur Sistem Pakar Mendiagnosis Penyakit Demam Berdarah Menggunakan Metode Certainty Factor. Medan: STMIK Budidarma Medan. Djunaedi, D Demam Berdarah Dengue (Dengue DBD) Epidemiologi, Imunopatologi, Patogenesis, Diagnosis dan Penatalaksanaannya. Malang: UMM Press. Hidayati, N Thesis Project: Analisis Regresi Poisson Terhadap Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyakit Demam Typhoid di Provinsi Jawa Timur. Surabaya: FMIPA ITS. Hidayat, Syaeful Aplikasi Untuk Mendeteksi Penyakit Pada Tanaman Tebu dan Cara Penanganannya Berbasis Web. Bandung: Universitas Komputer Indonesia. Latumakulita, Luther Sistem Pakar Pendiagnosis Penyakit Anak Menggunakan Certainty Factor (CF). Manado: Jurnal Ilmiah Sains Vol. 12 No. 2. Paula, Yulianti Pengembangan Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Tuberculosis dan Demam Berdarah Berbasis Web Menggunakan Metode Certainty Factor. Yogyakarta: Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi.

ABSTRAK. Kata kunci: Sistem Pakar, Pembelajaran Mesin, Weka, Support Vector Machine, Regresi Logistik, Demam Berdarah, Malaria, Typhus

ABSTRAK. Kata kunci: Sistem Pakar, Pembelajaran Mesin, Weka, Support Vector Machine, Regresi Logistik, Demam Berdarah, Malaria, Typhus ABSTRAK Salah satu hal menantang dalam pengaplikasian teknologi informasi, khususnya pada bidang kedokteran, adalah untuk mendeteksi penyakit-penyakit yang mirip melalui gejala-gejala umum. Kasus yang

Lebih terperinci

Diagnosis Penyakit Kulit Pada Kucing Menggunakan Metode Modified K- Nearest Neighbor

Diagnosis Penyakit Kulit Pada Kucing Menggunakan Metode Modified K- Nearest Neighbor Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: 2548-964X Vol. 1, No. 12, Desember 2017, hlm. 1797-1803 http://j-ptiik.ub.ac.id Diagnosis Penyakit Kulit Pada Kucing Menggunakan Metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tropis adalah penyakit lazim yang terjadi di daerah tropis dan subtropis di 149 negara. Beberapa organisme yang menyebabkan penyakit tropis adalah bakteri

Lebih terperinci

Aplikasi Sistem Pakar untuk Mendiagnosa Gangguan Pernafasan pada Anak Menggunakan Metode CF (Certainty Factor)

Aplikasi Sistem Pakar untuk Mendiagnosa Gangguan Pernafasan pada Anak Menggunakan Metode CF (Certainty Factor) Jurnal Komputer Terapan Vol. 2, No. 2, November 2016, 159-168 159 Jurnal Politeknik Caltex Riau http://jurnal.pcr.ac.id Aplikasi Sistem Pakar untuk Mendiagnosa Gangguan Pernafasan pada Anak Menggunakan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE FORWARD CHAINING PADA PERANCANGAN SISTEM PAKAR DIAGNOSIS AWAL DEMAM BERDARAH

PENERAPAN METODE FORWARD CHAINING PADA PERANCANGAN SISTEM PAKAR DIAGNOSIS AWAL DEMAM BERDARAH PENERAPAN METODE FORWARD CHAINING PADA PERANCANGAN SISTEM PAKAR DIAGNOSIS AWAL DEMAM BERDARAH [1] Sri Lestanti, [2] Sabitul Kirom, dan [3] Dini Kustiari [1],[2,[3] Universitas Islam Balitar Abstrak: Demam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat mengalami gangguan kesehatan, tanpa mengenal usia, jenis kelamin, pekerjaan,

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat mengalami gangguan kesehatan, tanpa mengenal usia, jenis kelamin, pekerjaan, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan harta yang tak ternilai bagi manusia, sehingga manusia rela melakukan segala cara agar dapat menjaga kesehatan secara jasmani. Siapa saja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaksana diagnosa digantikan oleh sebuah sistem pakar, maka sistem pakar

BAB I PENDAHULUAN. pelaksana diagnosa digantikan oleh sebuah sistem pakar, maka sistem pakar BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sistem pakar menirukan perilaku seorang pakar dalam menangani suatu persoalan. Pada suatu kasus seorang pasien mendatangi dokter untuk memeriksa badannya yang mengalami

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini, metode kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) banyak digunakan dalam berbagai bidang seperti: bisnis, militer, pendidikan, psikologi, permainan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penentuan dosen pembimbing tugas akhir masih dilakukan secara manual di Jurusan Teknik Informatika UMM yang hanya mengandalkan pengetahuan personal tentang spesialisasi

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSA GEJALA DEMAM UTAMA PADA ANAK MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING

SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSA GEJALA DEMAM UTAMA PADA ANAK MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSA GEJALA DEMAM UTAMA PADA ANAK MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING Putri Endah Sulistya Rini 1, Yuri Ariyanto Teknologi Informasi, Teknologi Informatika, Politeknik Negeri Malang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu dengan suatu media konsultasi yang bersifat online. mengemukakan pesoalan-persoalan yang terjadi kemudian pakar akan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu dengan suatu media konsultasi yang bersifat online. mengemukakan pesoalan-persoalan yang terjadi kemudian pakar akan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Media konsultasi merupakan sebuah media atau sarana untuk berkomunikasi atau berinteraksi antara seorang pakar dengan pengguna. Dalam bidang medis kegiatan konsultasi

Lebih terperinci

Desain Model Fuzzy Gejala Penyakit Untuk Sistem Pakar Pendiagnosa Penyakit Anak

Desain Model Fuzzy Gejala Penyakit Untuk Sistem Pakar Pendiagnosa Penyakit Anak IJCCS, Vol.x, No.x, Julyxxxx, pp. 1~5 ISSN: 1978-1520 1 Desain Model Fuzzy Gejala Penyakit Untuk Sistem Pakar Pendiagnosa Penyakit Anak Natalia 1, Bella Halim 2, Gasim 3 1,2 STMIK GI MDP; Jl. Rajawali

Lebih terperinci

1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penyakit demam dengue atau demam berdarah merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegepty dan Aedes albopictus

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. Dibutuhkan mata yang berfungsi dengan baik agar aktivitas tidak terganggu.

1 BAB I PENDAHULUAN. Dibutuhkan mata yang berfungsi dengan baik agar aktivitas tidak terganggu. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ungkapan mata adalah jendela dunia sangatlah tepat, mengingat perannya yang sangat penting dalam hidup kita. Selain digunakan untuk melihat, indra penglihatan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Era Globalisasi ini masalah kesehatan merupakan masalah kompleks. Datangnya penyakit merupakan hal yang tidak bisa ditolak meskipun kadang dapat dicegah atau dihindari.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan nyawa seseorang, Ironisnya gejala gejala tersebut seringkali

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan nyawa seseorang, Ironisnya gejala gejala tersebut seringkali 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gejala penyakit merupakan awal timbulnya sebuah penyakit yang dapat membahayakan nyawa seseorang, Ironisnya gejala gejala tersebut seringkali diabaikan sehingga membuat

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Perkembangan teknologi yang sangat pesat sekarang ini terutama dalam bidang teknik informasi telah menjadikan informasi merupakan kebutuhan yang sangat penting.

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR DETEKSI AWAL PENYAKIT TUBERKULOSIS DENGAN METODE BAYES

SISTEM PAKAR DETEKSI AWAL PENYAKIT TUBERKULOSIS DENGAN METODE BAYES KLOROFIL Vol. 1 No. 1 2017: 17-23 ISSN 2598-6015 SISTEM PAKAR DETEKSI AWAL PENYAKIT TUBERKULOSIS DENGAN METODE BAYES YUSUF RAMADHAN NASUTION KHAIRUNA Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan pokok manusia adalah nasi yang merupakan hasil dari tanaman padi. Dengan alasan demikian sehingga pertanian pangan mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE PROBABILITAS BAYESIAN DAN NEAREST NEIGHBOUR DALAM SISTEM PAKAR BERBASIS CASE BASED REASONING (CBR) KOMPETENSI KOMPUTASI SKRIPSI

PENERAPAN METODE PROBABILITAS BAYESIAN DAN NEAREST NEIGHBOUR DALAM SISTEM PAKAR BERBASIS CASE BASED REASONING (CBR) KOMPETENSI KOMPUTASI SKRIPSI PENERAPAN METODE PROBABILITAS BAYESIAN DAN NEAREST NEIGHBOUR DALAM SISTEM PAKAR BERBASIS CASE BASED REASONING (CBR) KOMPETENSI KOMPUTASI SKRIPSI NI WAYAN RIRIN PUSPITA DEWI NIM. 1108605045 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : VOL. 2 NO. 1 SEPTEMBER 2010

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : VOL. 2 NO. 1 SEPTEMBER 2010 PERBANDINGAN METODE K-NEAREST NEIGHBOR (KNN) dan METODE NEAREST CLUSTER CLASSIFIER (NCC) DALAM PENGKLASIFIKASIAN KUALITAS BATIK TULIS Nesi Syafitri 1 ABSTRACT Various problem that are related to classification

Lebih terperinci

STIKOM SURABAYA BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penyakit Hepatitis adalah penyakit yang disebabkan oleh beberapa jenis

STIKOM SURABAYA BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penyakit Hepatitis adalah penyakit yang disebabkan oleh beberapa jenis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit Hepatitis adalah penyakit yang disebabkan oleh beberapa jenis virus yang menyerang dan menyebabkan peradangan serta merusak sel-sel organ hati manusia.

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR PENGENALAN GEJALA DINI PENYAKIT EPILEPSI MENGGUNAKAN METODE NAÏVE BAYES

SISTEM PAKAR PENGENALAN GEJALA DINI PENYAKIT EPILEPSI MENGGUNAKAN METODE NAÏVE BAYES SISTEM PAKAR PENGENALAN GEJALA DINI PENYAKIT EPILEPSI MENGGUNAKAN METODE NAÏVE BAYES Bayu Hendra Setiawan 1, Edy Mulyanto, SSi, M.Kom 2 Program Studi Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Dian Nuswantoro

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ANALISIS DISKRIMINAN DAN K-NEAREST NEIGHBOR (KNN) UNTUK MENGKLASIFIKASIKAN PENDERITA PENYAKIT TUBERKULOSIS (TB)

PERBANDINGAN ANALISIS DISKRIMINAN DAN K-NEAREST NEIGHBOR (KNN) UNTUK MENGKLASIFIKASIKAN PENDERITA PENYAKIT TUBERKULOSIS (TB) JIMT Vol. 12 No. 2 Desember 2016 (Hal 115-124) ISSN : 2450 766X PERBANDINGAN ANALISIS DISKRIMINAN DAN K-NEAREST NEIGHBOR (KNN) UNTUK MENGKLASIFIKASIKAN PENDERITA PENYAKIT TUBERKULOSIS (TB) Nurfajri 1,

Lebih terperinci

SISTEM KLASIFIKASI PENYAKIT DIABETES MELLITUS MENGGUNAKAN METODE K-NEAREST NEIGHBOR (K-NN)

SISTEM KLASIFIKASI PENYAKIT DIABETES MELLITUS MENGGUNAKAN METODE K-NEAREST NEIGHBOR (K-NN) SISTEM KLASIFIKASI PENYAKIT DIABETES MELLITUS MENGGUNAKAN METODE K-NEAREST NEIGHBOR (K-NN) Fitri Yunita Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer, Universitas Islam Indragiri Email:Fitriyun@gmail.com Abstrak Diabetes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta terkadang sulit untuk menemui seorang ahli/pakar dalam keadaan

BAB I PENDAHULUAN. serta terkadang sulit untuk menemui seorang ahli/pakar dalam keadaan 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Penyakit pada kucing, seringkali membuat pemiliknya merasa bingung karena kurangnya pengetahuan pemilik tentang penyakit binatang tersebut. Permasalahan yang sering

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di bidang kedokteran, saat ini sudah memanfaatkan teknologi komputer yaitu sistem pakar untuk meningkatkan pelayanan yang lebih baik pada masyarakat. Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nyamuk merupakan penyebab dan pembawa beberapa jenis penyakit seperti

BAB I PENDAHULUAN. Nyamuk merupakan penyebab dan pembawa beberapa jenis penyakit seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nyamuk merupakan penyebab dan pembawa beberapa jenis penyakit seperti malaria, demam berdarah (Dengue Haemorrhagic Fever), chikungunya, kaki gajah (filariasi)

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR DIAGNOSA OVERHEATING PADA KENDARAAN BERSISTEM PENDINGIN AIR (LIQUID COOLING SYSTEM)

SISTEM PAKAR DIAGNOSA OVERHEATING PADA KENDARAAN BERSISTEM PENDINGIN AIR (LIQUID COOLING SYSTEM) J u r n a l T e k n i k A V o l 9 N o 1 M a r e t 2 0 1 7, 1-5 ISSN No. 2085-0859 SISTEM PAKAR DIAGNOSA OVERHEATING PADA KENDARAAN BERSISTEM PENDINGIN AIR (LIQUID COOLING SYSTEM) Adika Nur Sandrayanto

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Pakar Pendiagnosa Penyakit Demam Typhoid dan Demam Berdarah Dengue dengan Metode Forward Chaining

Rancang Bangun Sistem Pakar Pendiagnosa Penyakit Demam Typhoid dan Demam Berdarah Dengue dengan Metode Forward Chaining Rancang Bangun Sistem Pakar Pendiagnosa Penyakit Demam Typhoid dan Demam Berdarah Dengue dengan Metode Forward Chaining Benny Wijaya, Maria Irmina Prasetiyowati Program Studi Teknik Informatika, Universitas

Lebih terperinci

Implementasi Algoritma Modified K-Nearest Neighbor (MKNN) untuk Klasifikasi Penyakit Demam

Implementasi Algoritma Modified K-Nearest Neighbor (MKNN) untuk Klasifikasi Penyakit Demam Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: 2548-964X Vol. 1, No. 10, Oktober 2017, hlm. 1210-1219 http://j-ptiik.ub.ac.id Implementasi Algoritma Modified K-Nearest Neighbor (MKNN)

Lebih terperinci

Implementasi Metode Certainty Factor pada Identifikasi Kerusakan Kendaraan Bermotor Roda Dua

Implementasi Metode Certainty Factor pada Identifikasi Kerusakan Kendaraan Bermotor Roda Dua Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: 2548-964X Vol. 2, No. 6, Juni 2018, hlm. 2046-2050 http://j-ptiik.ub.ac.id Implementasi Metode Certainty Factor pada Identifikasi Kerusakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan dokter ahli dan tenaga medis relatif masih kurang khususnya di daerah-daerah pelosok dan terpencil. Hal ini membuat masyarakat mengalami kesulitan dalam

Lebih terperinci

TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI 2016

TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI 2016 RANCANG BANGUN SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT DEMAM BERDARAH MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S.Kom) Pada Program Teknik Informatika

Lebih terperinci

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: X

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: X Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: 2548-964X Vol. 2, No. 1, Januari 2018, hlm. 184-189 http://j-ptiik.ub.ac.id Klasifikasi Standar Produk Baja PT. Krakatau Steel (Persero)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan kebutuhan manusia yang semakin banyak dan kompleks. Hal ini yang

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan kebutuhan manusia yang semakin banyak dan kompleks. Hal ini yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan komputer dewasa ini mengalami perkembangan yang sangat pesat, seiring dengan kebutuhan manusia yang semakin banyak dan kompleks. Hal ini yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN Paru-paru adalah organ penting yang merupakan salah satu organ vital bagi kehidupan manusia. Organ ini memiliki peranan pada sistem pernapasan, karena dapat memenuhi

Lebih terperinci

Model Aplikasi Penentuan Jenis Beasiswa Berbasis Algoritma K-NN Termodifikasi

Model Aplikasi Penentuan Jenis Beasiswa Berbasis Algoritma K-NN Termodifikasi ISSN: 2089-3787 1181 Model Aplikasi Penentuan Jenis Beasiswa Berbasis Algoritma K-NN Termodifikasi Soegiarto 1, Bahar 2 Program Studi Teknik Informatika, STMIK Banjarbaru Jl. A. Yani Km. 33,3 Banjarbaru

Lebih terperinci

KOMBINASI METODE K-NEAREST NEIGHBOR DAN NAÏVE BAYES UNTUK KLASIFIKASI DATA

KOMBINASI METODE K-NEAREST NEIGHBOR DAN NAÏVE BAYES UNTUK KLASIFIKASI DATA TESIS KOMBINASI METODE K-NEAREST NEIGHBOR DAN NAÏVE BAYES UNTUK KLASIFIKASI DATA MEGA KARTIKA SARI No. Mhs : 135302022/PS/MTF PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK INFORMATIKA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lulusan kedokteran gigi di tuntut untuk menyelesaikan pasien dengan

BAB I PENDAHULUAN. Lulusan kedokteran gigi di tuntut untuk menyelesaikan pasien dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lulusan kedokteran gigi di tuntut untuk menyelesaikan pasien dengan berbagai macam penyakit mulut, jaringan keras gigi dan jaringan lunak mulut. Kelainan jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dibuktikan dengan adanya fakta yang diungkap oleh World Health

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dibuktikan dengan adanya fakta yang diungkap oleh World Health BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dapat mendeteksi rangsangan dari luar tubuh dengan adanya alat tubuh yang dinamakan indera. Indera yang digunakan untuk mendeteksi adanya rangsangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akut, TBC, diare dan malaria (pidato pengukuhan guru besar fakultas

BAB I PENDAHULUAN. akut, TBC, diare dan malaria (pidato pengukuhan guru besar fakultas BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di negara yang sedang berkembang, khususnya di puskesmas sangat sulit dijumpai tenaga ahli kesehatan (spesialis), padahal orang tua sangat membutuhkan dokter spesialis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Penyakit gigi pada manusia menduduki urutan pertama dari daftar 10

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Penyakit gigi pada manusia menduduki urutan pertama dari daftar 10 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penyakit gigi pada manusia menduduki urutan pertama dari daftar 10 besar penyakit yang paling sering dikeluhkan masyarakat Indonesia. Persepsi dan perilaku masyarakat

Lebih terperinci

APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK MENGIDENTIFIKASI PENYAKIT DALAM PADA MANUSIA MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING

APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK MENGIDENTIFIKASI PENYAKIT DALAM PADA MANUSIA MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK MENGIDENTIFIKASI PENYAKIT DALAM PADA MANUSIA MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING 1 Diah Malis Oktaviani (0089), 2 Tita Puspitasari (0365) Program Studi Teknik Informatika Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Salah satu penemuan dalam psikologi untuk mengenali karakter dan kepribadian manusia yaitu metode Myers-Briggs Type Indicator (MBTI). Metode MBTI dikembangkan pada

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR ONLINE MENGGUNAKAN RULE BASE METHOD UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT AYAM SKRIPSI KIKI HENDRA SITEPU

SISTEM PAKAR ONLINE MENGGUNAKAN RULE BASE METHOD UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT AYAM SKRIPSI KIKI HENDRA SITEPU SISTEM PAKAR ONLINE MENGGUNAKAN RULE BASE METHOD UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT AYAM SKRIPSI KIKI HENDRA SITEPU 060823019 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar komputer dapat menyelesaikan masalah seperti yang biasa dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. agar komputer dapat menyelesaikan masalah seperti yang biasa dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sistem pakar merupakan salah satu bidang kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) yang berusaha mengadopsi pengetahuan manusia ke komputer, agar komputer

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Waktu penelitian dilakukan

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR MENDIAGNOSA PENYAKIT MALARIA BERBASIS WEB

SISTEM PAKAR MENDIAGNOSA PENYAKIT MALARIA BERBASIS WEB SISTEM PAKAR MENDIAGNOSA PENYAKIT MALARIA BERBASIS WEB Berlin P. Sitorus Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Satya Negara Indonesia E-Mail: sitorus1970@gmail.com ABSTRAK Perkembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Faktor keterbatasan biaya menjadikan sebagian masyarakat tidak mampu membawa anggota keluarganya berobat ke dokter. Selain itu, banyak orang beranggapan bahwa penggunaan tanaman

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Data Mining Data Mining adalah proses yang mempekerjakan satu atau lebih teknik pembelajaran komputer (machine learning) untuk menganalisis dan mengekstraksi pengetahuan (knowledge)

Lebih terperinci

ANALISIS PENYAKIT PARU-PARU MENGGUNAKAN ALGORITMA K-NEAREST NEIGHBORS PADA RUMAH SAKIT ALOEI SABOE KOTA GORONTALO

ANALISIS PENYAKIT PARU-PARU MENGGUNAKAN ALGORITMA K-NEAREST NEIGHBORS PADA RUMAH SAKIT ALOEI SABOE KOTA GORONTALO ANALISIS PENYAKIT PARU-PARU MENGGUNAKAN ALGORITMA K-NEAREST NEIGHBORS PADA RUMAH SAKIT ALOEI SABOE KOTA GORONTALO Olha Musa 1 dan Alang 2 1 0lh4mu54@gmail.com, 2 virus.stimik@gmail.com 12 STMIK Ichsan

Lebih terperinci

KETEPATAN KLASIFIKASI STATUS KERJA DI KOTA TEGAL MENGGUNAKAN ALGORITMA C4.5 DAN FUZZY K-NEAREST NEIGHBOR IN EVERY CLASS (FK-NNC) SKRIPSI

KETEPATAN KLASIFIKASI STATUS KERJA DI KOTA TEGAL MENGGUNAKAN ALGORITMA C4.5 DAN FUZZY K-NEAREST NEIGHBOR IN EVERY CLASS (FK-NNC) SKRIPSI KETEPATAN KLASIFIKASI STATUS KERJA DI KOTA TEGAL MENGGUNAKAN ALGORITMA C4.5 DAN FUZZY K-NEAREST NEIGHBOR IN EVERY CLASS (FK-NNC) SKRIPSI Disusun Oleh : ATIKA ELSADINING TYAS 24010211120013 JURUSAN STATISTIKA

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH VIRUS MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING TUGAS AKHIR SYAHRAINI

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH VIRUS MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING TUGAS AKHIR SYAHRAINI SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH VIRUS MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING TUGAS AKHIR SYAHRAINI 142406042 PROGRAM STUDI D3 TEKNIK INFORMATIKA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Pakar Pendiagnosa Penyakit Paru-Paru Menggunakan Metode Case Based Reasoning

Rancang Bangun Sistem Pakar Pendiagnosa Penyakit Paru-Paru Menggunakan Metode Case Based Reasoning Rancang Bangun Sistem Pakar Pendiagnosa Penyakit Paru-Paru Menggunakan Metode Case Based Reasoning Diki Andita Kusuma 1, Chairani 2 1,2 Jurusan Teknik Informatika, IBI Darmajaya 1,2 Jl. A. Pagar Alam,

Lebih terperinci

KLASIFIKASI PENYAKIT CACAR AIR DAN CAMPAK BERDASARKAN KARAKTERISTIK DIAGNOSA PENYAKIT MENGGUNAKAN METODE K-MEANS CLUSTERING

KLASIFIKASI PENYAKIT CACAR AIR DAN CAMPAK BERDASARKAN KARAKTERISTIK DIAGNOSA PENYAKIT MENGGUNAKAN METODE K-MEANS CLUSTERING KLASIFIKASI PENYAKIT CACAR AIR DAN CAMPAK BERDASARKAN KARAKTERISTIK DIAGNOSA PENYAKIT MENGGUNAKAN METODE K-MEANS CLUSTERING HALAMAN JUDUL KOMPETENSI REKAYASA PERANGKAT LUNAK SKRIPSI LUH PRIMA MEGA YANTI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem peredaran darah orang lain. Sebelum ditransfusikan, periksa kembali sifat

BAB I PENDAHULUAN. sistem peredaran darah orang lain. Sebelum ditransfusikan, periksa kembali sifat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Donor darah adalah proses pengambilan darah dari seseorang secara sukarela untuk disimpan di bank darah untuk kemudian dipakai pada transfusi darah [1]. Seleksi donor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Health Organization memperkirakan secara kasar bahwa di dunia terdapat ±120

BAB I PENDAHULUAN. Health Organization memperkirakan secara kasar bahwa di dunia terdapat ±120 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ilmu yang mempelajari cara membuat komputer dapat bertindak dan memiliki kecerdasan seperti manusia disebut kecerdasan buatan. Sistem Pakar adalah salah satu cabang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak dilahirkan hingga tumbuh dewasa manusia diciptakan dengan kecerdasan yang luar biasa, kecerdasan juga akan berkembang dengan pesat. Kecerdasan tersebut yang dapat

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : sistem pakar, penyakit gigi, konsultasi, algoritma ID3. vi Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata kunci : sistem pakar, penyakit gigi, konsultasi, algoritma ID3. vi Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Aplikasi sistem pakar diagnosa penyakit gigi dengan pembelajaran mesin ini dibuat untuk membantu pasien dan juga pakar untuk melakukan diagnosa awal penyakit yang dialami pasien berdasarkan gejala-gejala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem pakar adalah suatu cabang kecerdasan buatan yang menggunakan pengetahuan-pengetahuan khusus yang dimiliki oleh seorang ahli untuk menyelesaikan suatu masalah

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN MENGGUNAKAN METODE DEMPSTER SHAFER

SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN MENGGUNAKAN METODE DEMPSTER SHAFER SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN MENGGUNAKAN METODE DEMPSTER SHAFER 1 Yasidah Nur Istiqomah (07018047), 2 Abdul Fadlil (0510076701) 1 Program Studi Teknik Informatika 2 Program

Lebih terperinci

Jurnal Politeknik Caltex Riau

Jurnal Politeknik Caltex Riau 1 Jurnal Politeknik Caltex Riau http://jurnal.pcr.ac.id IMPLEMENTASI TEXT MINING DALAM KLASIFIKASI JUDUL BUKU PERPUSTAKAAN MENGGUNAKAN METODE NAIVE BAYES Siti Amelia Apriyanti 1), Kartina Diah Kesuma Wardhani

Lebih terperinci

LAPORAN SKRIPSI PERBANDINGAN ALGORITMA CERTAINTY FACTOR DAN NAÏVE BAYES UNTUK DIAGNOSA PENYAKIT EPILEPSI. Disusun oleh : Nama : Harry Chandra Mukti

LAPORAN SKRIPSI PERBANDINGAN ALGORITMA CERTAINTY FACTOR DAN NAÏVE BAYES UNTUK DIAGNOSA PENYAKIT EPILEPSI. Disusun oleh : Nama : Harry Chandra Mukti LAPORAN SKRIPSI PERBANDINGAN ALGORITMA CERTAINTY FACTOR DAN NAÏVE BAYES UNTUK DIAGNOSA PENYAKIT EPILEPSI Disusun oleh : Nama : Harry Chandra Mukti NIM : 12.5.00230 Program Studi : Teknik Informatika Jenjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

BAB I PENDAHULUAN. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis. Zat tersebut menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,

Lebih terperinci

TAKARIR. : pelacakan yang dimulai dari tujuan, selanjutnya. dicari aturan yang memiliki tujuan tersebut untuk. kesimpulannya

TAKARIR. : pelacakan yang dimulai dari tujuan, selanjutnya. dicari aturan yang memiliki tujuan tersebut untuk. kesimpulannya TAKARIR Analysis Artificial Intelligence Backward chaining : analisis : kecerdasan buatan : pelacakan yang dimulai dari tujuan, selanjutnya dicari aturan yang memiliki tujuan tersebut untuk kesimpulannya

Lebih terperinci

Penerapan Fuzzy K-Nearest Neighbor (FK-NN) Dalam Menentukan Status Gizi Balita

Penerapan Fuzzy K-Nearest Neighbor (FK-NN) Dalam Menentukan Status Gizi Balita Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: 2548-964X Vol. 1, No. 9, Juni 2017, hlm. 925-932 http://j-ptiik.ub.ac.id Penerapan Fuzzy K-Nearest Neighbor (FK-NN) Dalam Menentukan Status

Lebih terperinci

PENGGUNAAN CERTAINTY FACTOR (CF) DALAM PERANCANGAN SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSIS PENYAKIT ATHEROSKLEROSIS SKRIPSI. Elpa Armi Voni

PENGGUNAAN CERTAINTY FACTOR (CF) DALAM PERANCANGAN SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSIS PENYAKIT ATHEROSKLEROSIS SKRIPSI. Elpa Armi Voni PENGGUNAAN CERTAINTY FACTOR (CF) DALAM PERANCANGAN SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSIS PENYAKIT ATHEROSKLEROSIS SKRIPSI Elpa Armi Voni 061401030 PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMPUTER DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan komputer sekarang ini sangat pesat dan salah. satu pemanfaatan komputer adalah dalam bidang kecerdasan buatan.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan komputer sekarang ini sangat pesat dan salah. satu pemanfaatan komputer adalah dalam bidang kecerdasan buatan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan komputer sekarang ini sangat pesat dan salah satu pemanfaatan komputer adalah dalam bidang kecerdasan buatan. Di dalam bidang kecerdasan buatan, termasuk

Lebih terperinci

KUANTIFIKASI PERTANYAAN UNTUK MENDAPATKAN CERTAINTY FACTOR PENGGUNA PADA APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT.

KUANTIFIKASI PERTANYAAN UNTUK MENDAPATKAN CERTAINTY FACTOR PENGGUNA PADA APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT. KUANTIFIKASI PERTANYAAN UNTUK MENDAPATKAN CERTAINTY FACTOR PENGGUNA PADA APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT Kusrini 1 1 STMIK AMIKOM Yogyakarta, Jl. Ringroad Utara Condong Catur Sleman Yogyakarta

Lebih terperinci

APLIKASI DIAGNOSIS PENYAKIT HEPATITIS MENGGUNAKAN J2ME DENGAN METODE CERTAINTY FACTOR

APLIKASI DIAGNOSIS PENYAKIT HEPATITIS MENGGUNAKAN J2ME DENGAN METODE CERTAINTY FACTOR Proyek Akhir APLIKASI DIAGNOSIS PENYAKIT HEPATITIS MENGGUNAKAN J2ME DENGAN METODE CERTAINTY FACTOR Dosen Pembimbing : YULIANA SETIOWATI, S.Kom AFRIDA HELEN, ST, M.Kom Oleh : Heru Susanto 7406.030.004 Pendahuluan

Lebih terperinci

KUANTIFIKASI PERTANYAAN UNTUK MENDAPATKAN CERTAINTY FACTOR PENGGUNA PADA APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT

KUANTIFIKASI PERTANYAAN UNTUK MENDAPATKAN CERTAINTY FACTOR PENGGUNA PADA APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT KUANTIFIKASI PERTANYAAN UNTUK MENDAPATKAN CERTAINTY FACTOR PENGGUNA PADA APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT Kusrini STMIK AMIKOM Yogyakarta, Jl. Ringroad Utara Condong Catur Sleman Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertukaran informasi di zaman modern ini telah sampai pada era digital. Hal ini ditandai dengan semakin dibutuhkannya teknologi berupa komputer dan jaringan internet

Lebih terperinci

KLASIFIKASI HELPDESK UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI MENGGUNAKAN CONCEPT FREQUENCY-INVERSE DOCUMENT FREQUENCY (CF-IDF) DAN K-NEAREST NEIGHBORS (K-NN)

KLASIFIKASI HELPDESK UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI MENGGUNAKAN CONCEPT FREQUENCY-INVERSE DOCUMENT FREQUENCY (CF-IDF) DAN K-NEAREST NEIGHBORS (K-NN) Klasifikasi Helpdesk Universitas Jenderal Achmad ni... (Herawan dkk.) KLASIFIKASI HELPDESK UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI MENGGUNAKAN CONCEPT FREQUENCY-INVERSE DOCUMENT FREQUENCY (CF-IDF) DAN K-NEAREST

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan sistematika tahapan yang dilaksanakan selama pembuatan penelitian tugas akhir. Secara garis besar metodologi penelitian tugas akhir ini dapat

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSA PENYAKIT TBC (TUBERCULOSIS) PADA ANAK SKRIPSI AGUSTINA ERNARIA MANURUNG

PERANCANGAN SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSA PENYAKIT TBC (TUBERCULOSIS) PADA ANAK SKRIPSI AGUSTINA ERNARIA MANURUNG PERANCANGAN SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSA PENYAKIT TBC (TUBERCULOSIS) PADA ANAK SKRIPSI AGUSTINA ERNARIA MANURUNG 041401067 PROGRAM STUDI STRATA 1 ILMU KOMPUTER DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar yang harus benar-benar diperhatikan oleh setiap orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. besar yang harus benar-benar diperhatikan oleh setiap orang tua. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan di Indonesia, khususnya di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sigli, masih belum cukup tenaga ahli kesehatan (spesialis), padahal orang tua sangat membutuhkan

Lebih terperinci

APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA PENYAKIT CAMPAK PADA ANAK NASKAH PUBLIKASI

APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA PENYAKIT CAMPAK PADA ANAK NASKAH PUBLIKASI APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA PENYAKIT CAMPAK PADA ANAK NASKAH PUBLIKASI diajukan oleh Sukmawati Kasanah 10.12.5084 kepada SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA

Lebih terperinci

Perbandingan Algoritma Backpropagation dan K-Nearest Neighbor (K-NN) untuk Identifikasi Penyakit

Perbandingan Algoritma Backpropagation dan K-Nearest Neighbor (K-NN) untuk Identifikasi Penyakit Perbandingan Algoritma Backpropagation dan K-Nearest Neighbor (K-NN) untuk Identifikasi Penyakit Sri Redjeki Program Studi Teknik Informatika STMIK AKAKOM Yogyakarta, Indonesia dzeky@akakom.ac.id Abstrak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan membahas tentang contoh-contoh sistem pakar yang telah dibangun sebelumnya dengan menggunakan metode Certainty Factor maupun dengan metode lainnya. Untuk mengelola

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini komputer merupakan perangkat yang sangat membantu pekerjaan manusia bahkan hampir semua bidang memanfaatkan komputer. Begitu pula halnya dalam dunia medis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi namun juga untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. informasi namun juga untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi yang semakin maju, semakin banyak orang yang memanfaatkan teknologi informasi, tidak hanya untuk pemenuhan informasi namun juga untuk

Lebih terperinci

Implementasi Algoritme Fuzzy K-Nearest Neighbor untuk Penentuan Lulus Tepat Waktu (Studi Kasus : Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya)

Implementasi Algoritme Fuzzy K-Nearest Neighbor untuk Penentuan Lulus Tepat Waktu (Studi Kasus : Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya) Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: 2548-964X Vol. 2, No. 4, April 2018, hlm. 1726-1732 http://j-ptiik.ub.ac.id Implementasi Algoritme Fuzzy K-Nearest Neighbor untuk Penentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hewan ternak ayam memiliki banyak manfaatnya seperti telur dan dagingnya tidak terlepas dari kebutuhan konsumsi sehari-hari. Namun, ada permasalahan utama yang hampir

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM PAKAR FUZZY BERBASIS WEB UNTUK MENDIAGNOSIS PENYAKIT THT SKRIPSI MARIA I. S. SINAGA

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM PAKAR FUZZY BERBASIS WEB UNTUK MENDIAGNOSIS PENYAKIT THT SKRIPSI MARIA I. S. SINAGA ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM PAKAR FUZZY BERBASIS WEB UNTUK MENDIAGNOSIS PENYAKIT THT SKRIPSI MARIA I. S. SINAGA 061401094 PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KOMPUTER DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan membahas mengenai uraian singkat hasil-hasil penelitian atau analisis terdahulu yang ada hubungannya dengan permasalahan yang akan ditinjau dalam tugas akhir.

Lebih terperinci

EXPERT SYSTEM DENGAN BEBERAPA KNOWLEDGE UNTUK DIAGNOSA DINI PENYAKIT-PENYAKIT HEWAN TERNAK DAN UNGGAS

EXPERT SYSTEM DENGAN BEBERAPA KNOWLEDGE UNTUK DIAGNOSA DINI PENYAKIT-PENYAKIT HEWAN TERNAK DAN UNGGAS EXPERT SYSTEM DENGAN BEBERAPA KNOWLEDGE UNTUK DIAGNOSA DINI PENYAKIT-PENYAKIT HEWAN TERNAK DAN UNGGAS Agus Sasmito Aribowo Teknik Informatika. UPN Veteran Yogyakarta Jl. Babarsari no 2 Tambakbayan 55281

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Pakar untuk Mendiagnosa Penyakit Meningitis Menggunakan Metode Naïve Bayes Berbasis Web

Rancang Bangun Sistem Pakar untuk Mendiagnosa Penyakit Meningitis Menggunakan Metode Naïve Bayes Berbasis Web Konferensi Nasional Sistem & Informatika 2017 STMIK STIKOM Bali, 10 Agustus 2017 Rancang Bangun Sistem Pakar untuk Mendiagnosa Penyakit Meningitis Menggunakan Metode Naïve Bayes Berbasis Web Ni Luh Ratniasih

Lebih terperinci

APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK PERTOLONGAN PERTAMA MENDIAGNOSA DEMAM Shela Shelina Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya No. 100 Pondok Cina, Depok 164

APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK PERTOLONGAN PERTAMA MENDIAGNOSA DEMAM Shela Shelina Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya No. 100 Pondok Cina, Depok 164 EXPERT SYSTEM APPLICATION FOR FIRST AID DIAGNOSE FEVER Shela Shelina Undergraduate Program, Information Systems Gunadarma University http://www.gunadarma.ac.id Keywords: Expert System, General Disease

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM PAKAR BERBASIS FUZZY LOGIC SUGENO UNTUK MENENTUKAN PENYAKIT HEPATITIS A, B, DAN C

PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM PAKAR BERBASIS FUZZY LOGIC SUGENO UNTUK MENENTUKAN PENYAKIT HEPATITIS A, B, DAN C PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM PAKAR BERBASIS FUZZY LOGIC SUGENO UNTUK MENENTUKAN PENYAKIT HEPATITIS A, B, DAN C Disusun oleh Arga Kurniawan Susanto (0622009) Jurusan, Fakultas Teknik, Jl. Prof. Drg.

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI CASE BASED REASONING UNTUK SISTEM DIAGNOSIS PENYAKIT ANJING

IMPLEMENTASI CASE BASED REASONING UNTUK SISTEM DIAGNOSIS PENYAKIT ANJING IMPLEMENTASI CASE BASED REASONING UNTUK SISTEM DIAGNOSIS PENYAKIT ANJING Fransica Octaviani S. (1) Joko Purwadi (2) Rosa Delima (3) foctas@yahoo.com jokop@ukdw.ac.id rosa@ukdw.ac.id Abstraksi Penalaran

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR DIAGNOSIS PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH VIRUS INFLUENZA MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING DAN CERTAINTY FACTOR

SISTEM PAKAR DIAGNOSIS PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH VIRUS INFLUENZA MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING DAN CERTAINTY FACTOR SISTEM PAKAR DIAGNOSIS PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH VIRUS INFLUENZA MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING DAN CERTAINTY FACTOR SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun oleh: DHINDA AMALIA TIMUR

SKRIPSI. Disusun oleh: DHINDA AMALIA TIMUR KETEPATAN KLASIFIKASI KEIKUTSERTAAN KELUARGA BERENCANA (KB) MENGGUNAKAN ANALISIS REGRESI LOGISTIK BINER DAN FUZZY K-NEAREST NEIGHBOR IN EVERY CLASS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI Disusun oleh: DHINDA AMALIA

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR DIAGNOSIS KERUSAKAN NOTEBOOK MENGUNAKAN METODE INFERENSI FORWARD CHAINING DAN TEOREMA BAYES (STUDI KASUS JOGJA COMPUTER) SKRIPSI

SISTEM PAKAR DIAGNOSIS KERUSAKAN NOTEBOOK MENGUNAKAN METODE INFERENSI FORWARD CHAINING DAN TEOREMA BAYES (STUDI KASUS JOGJA COMPUTER) SKRIPSI SISTEM PAKAR DIAGNOSIS KERUSAKAN NOTEBOOK MENGUNAKAN METODE INFERENSI FORWARD CHAINING DAN TEOREMA BAYES (STUDI KASUS JOGJA COMPUTER) SKRIPSI Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH PROFIL PASIEN HIV DENGAN TUBERKULOSIS YANG BEROBAT KE BALAI PENGOBATAN PARU PROVINSI (BP4), MEDAN DARI JULI 2011 HINGGA JUNI 2013

KARYA TULIS ILMIAH PROFIL PASIEN HIV DENGAN TUBERKULOSIS YANG BEROBAT KE BALAI PENGOBATAN PARU PROVINSI (BP4), MEDAN DARI JULI 2011 HINGGA JUNI 2013 i KARYA TULIS ILMIAH PROFIL PASIEN HIV DENGAN TUBERKULOSIS YANG BEROBAT KE BALAI PENGOBATAN PARU PROVINSI (BP4), MEDAN DARI JULI 2011 HINGGA JUNI 2013 Oleh : YAATHAVI A/P PANDIARAJ 100100394 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dirancang untuk memodelkan serta kemampuan menyelesaikan masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang dirancang untuk memodelkan serta kemampuan menyelesaikan masalah BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sistem pakar atau expert system merupakan sebuah program komputer yang dirancang untuk memodelkan serta kemampuan menyelesaikan masalah seperti layaknya seorang pakar

Lebih terperinci

Diagnosis Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan pada Anak Menggunakan Forward Chaining dan Certainty Factor

Diagnosis Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan pada Anak Menggunakan Forward Chaining dan Certainty Factor Diagnosis Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan pada Anak Menggunakan Forward Chaining dan Certainty Factor Ida Wahyuni 1), Chynthia Kusumawati 2) 1 Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya Malang 1,2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti layaknya seorang pakar (human exspert). Seorang pakar atau ahli (human

BAB I PENDAHULUAN. seperti layaknya seorang pakar (human exspert). Seorang pakar atau ahli (human BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sistem pakar atau exspert system merupakan sebuah program komputer yang dirancang untuk memodelkan serta kemampuan menyelesaikan masalah seperti layaknya seorang pakar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. probabilitas klasik ( classical probability), probabilitas Bayes (Bayesian

BAB I PENDAHULUAN. probabilitas klasik ( classical probability), probabilitas Bayes (Bayesian BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sistem pakar harus mampu bekerja dalam ketidakpastian. Sejumlah teori telah ditemukan untuk menyelesaikan ketidakpastian, termasuk diantaranya probabilitas klasik

Lebih terperinci

STMIK GI MDP. Program Studi Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil Tahun 2010/2011

STMIK GI MDP. Program Studi Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil Tahun 2010/2011 STMIK GI MDP Program Studi Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil Tahun 2010/2011 DIAGNOSA JENIS PENYAKIT YANG DISEBABKAN GIGITAN NYAMUK MENGGUNAKAN SISTEM PAKAR BERBASIS MOBILE WEB

Lebih terperinci