PENERAPAN DISCOVERY LEARNING

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENERAPAN DISCOVERY LEARNING"

Transkripsi

1 Diana Wahyuni 79 PENERAPAN DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS VB SD NEGERI 004 BUKIT DATUK KOTA DUMAI TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh Diana Wahyuni Guru SD Negeri 004 Bukit Datuk ummizahwa@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas VB SD Negeri 004 Bukit Datuk dengan penerapan model discovery learning. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes berupa tes hasil belajar dan teknik nontes berupa observasi aktivitas guru dan aktivitas siswa. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah seluruh siswa kelas VB SD Negeri 004 Bukit Datuk yang berjumlah 37 orang. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan selama 3 bulan pada semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016. Temuan penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan membaca pemahaman siswa dengan model pembelajaran discovery learning. Pada siklus I, capaian skor rata-rata membaca pemahaman mengalami peningkatan sebesar 15,33% menjadi 81,35 dengan ketuntasan klasikal mencapai 72,97%. Pada siklus II, capaian skor rata-rata mengalami peningkatan sebesar 23,76% menjadi 87,30 dengan ketuntasan klasikal mencapai 86,49%. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh simpulan bahwa penerapan model discovery learning dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas VB SD Negeri 004 Bukit Datuk Kota Dumai. Kata Kunci: discovery learning, membaca pemahaman PENDAHULUAN Keterampilan membaca merupakan salah satu bagian dari keterampilan berbahasa yang memiliki kedudukan yang sangat penting dalam proses pembelajaran di sekolah dasar. Untuk pembelajaran membaca di kelas tinggi, kemampuan membaca yang harus dikuasai siswa adalah kemampuan membaca pemahaman. Dalam membaca pemahaman, siswa harus dapat memahami bahasa figuratif, mengetahui tujuan pengarang, menentukan gagasan, dan mengevaluasi gagasan. Oleh karena itu, penting dilaksanakan proses pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa memperoleh kemampuan membaca. Pada kenyataannya, pembelajaran membaca pemahaman di sekolah dasar, khususnya di kelas tinggi, belum dapat dilaksanakan secara optimal. Berbagai kendala ditemui pada pembelajaran membaca pemahaman. Rendahnya skor kemampuan membaca menjadi salah satu kendala yang dihadapi guru di kelas VB SD Negeri 004 Bukit Datuk Kota Dumai. Dari 37 siswa, hanya 20 (54,05%) siswa yang memperoleh skor mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM).

2 80 e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 3, Mei 2017 Selama pembelajaran membaca, guru cenderung mengajukan pertanyaan dengan tingkat kognisi rendah sehingga siswa kurang mampu memahami isi bacaan dan keterampilan membaca siswa menjadi kurang berkembang. Selama ini, proses pembelajaran cenderung dilaksanakan dengan metode penugasan sehingga siswa kesulitan menentukan gagasan pokok dan gagasan penjelas dalam teks yang dibacakan secara lisan maupun tulis. Bertitik tolak dari permasalahan di atas, perlu dilakukan upaya perbaikan praktik pembelajaran agar siswa memiliki kemampuan membaca pemahaman yang baik. Salah satu faktor penentu keberhasilan pembelajaran di kelas adalah model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan karakteristik siswa. Mengingat pendekatan pembelajaran merupakan salah satu penentu keberhasilan pembelajaran, penulis mencoba menerapkan model discovery learning untuk memperbaiki kualitas pengajaran bahasa Indoensia di kelas. Melalui model discovery learning, diharapkan kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif, mengubah pembelajaran yang teacher oriented ke student oriented dan mengubah modus ekspositori siswa hanya menerima informasi secara keseluruhan dari guru ke modus discovery siswa menemukan informasi sendiri. TINJAUAN PUSTAKA Discovery Learning Discovery learning merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku (Hanafiah dan Suhana, 2009:77). Menurut Bruner seperti yang dikutip Widyatusti (2015:34) discovery learning merupakan pembelajaran berdasarkan penemuan (inquiry based), konstruktivis dan teori bagaimana belajar. Model pembelajaran yang diberikan kepada siswa memiliki skenario pembelajaran untuk memecahkan masalah yang nyata dan mendorong mereka untuk memecahkan masalah mereka sendiri. Karena bersifat konstruktivis, para siswa menggunakan pengalaman mereka terdahulu dalam memecahkan masalah dengan berinteraksi untuk menggali, mempertanyakan selama bereksperimen dengan teknik trial and error. Lebih lanjut, metode penemuan (discovery) diartikan sebagai prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran, perseorangan, manipulasi obyek dan percobaan, sebelum sampai kepada generalisasi sehingga metode penemuan (discovery) merupakan komponen dari praktik pendidikan yang meliputi metode mengajar yang memajukan cara belajar aktif, berorientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri, dan reflektif (Suryobroto, 2009:178). Borthick dan Jones seperti yang dikutip Widyastuti (2015:35) mengemukakan dalam pembelajaran discovery, peserta belajar untuk mengenali masalah, solusi, mencari informasi yang relevan, mengembangkan strategi solusi, dan melaksanakan strategi yang dipilih. Dalam kolaborasi pembelajaran penemuan, peserta tenggelam dalam komunitas praktik, memecahkan masalah bersama-sama.

3 Diana Wahyuni 81 Berdasarkan pendapat tentang discovery learning yang dikemukakan di atas, dapat disintesiskan bahwa discovery learning merupakan model pembelajaran yang bersifat konstruktif dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengenali masalah, menemukan sendiri, mencari informasi konsep dan prinsip dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Model discovery learning bertujuan agar siswa terangsang oleh tugas, dan aktif mencari serta meneliti pemecahan masalah itu sendiri, mencari sumber dan belajar bersama di dalam kelompok. Diharapkan juga siswa mampu mengemukakan pendapatnya, berdebat, menyanggah, dan memperhatikan pendapatnya, menumbuhkan sikap obyektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka dan lain sebagainya (Roestiyah, 1998:76). Menurut Alma, dkk., (2010:61) model discovery learning memiliki pola strategi dasar yang dapat diklasifikasikan ke dalam empat strategi belajar, yaitu: (1) penentuan problem, (2) perumusan hipotesis, (3) pengumpulan dan pengolahan data, dan (4) merumuskan kesimpulan. Sementara, menurut Depdikbud seperti yang dikutip Widyastuti (2015:36) tahapan dalam pembelajaran discovery learning ada 6, yakni: (1) stimulasi, (2) pernyataan/identifikasi masalah, (3) pengumpulan data, (4) pengolahan data, (5) verifikasi/pembuktian, dan (6) generalisasi/menarik kesimpulan. Masing-masing tahap dijelaskan sebagai berikut ini. Pada tahap stimulasi, Pertama-tama peserta didik dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Di samping itu guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu peserta didik dalam mengeksplorasi bahan. Pada tahap identifikasi masalah guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah). Pada tahap pengumpulan data, guru memberi kesempatan kepada para peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang relevan sebanyak-banyaknya untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis. Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis. Dengan demikian peserta didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya. Tahap pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para peserta didik baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informasi hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu. Tahap generalisasi adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang

4 82 e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 3, Mei 2017 sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi. Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi. Membaca Pemahaman Membuat definisi baku tentang membaca merupakan kesulitan tersendiri karena membaca memiliki banyak unsur dan batasan. Menurut Frank Smith (dalam Rachman, 2006:3) membaca adalah menyerap huruf simbol grafis yang kemudian diubah menjadi ucapan atau proses pengertian dalam otak. Sementara itu, Dwight Bolinger (dalam Rachman, 2006:3) menyatakan bahwa membaca bukan hanya persepsi visual tetapi kemampuan menyerap makna simbol grafis dan kemampuan reaksi terhadap simbol grafis tersebut. Pernyataan ini mengandung arti bahwa membaca bukan hanya mempersepsikan teks tetapi juga menyerap makna yang terdapat di dalam teks tersebut yang dilanjutkan dengan kemampuan untuk memberikan respon atau reaksi terhadap apa yang dibaca yang menghasilkan pemahaman. Miller dalam Rachman (2006:3) menjelaskan bahwa membaca adalah permainan terkaan yang bersifat psikolinguistik dan di dalamnya terdapat interaksi antara pikiran dan bahasa. Maka, dalam hal ini membaca tidak hanya memahami simbol grafis tetapi telah sampai pada tahap terjadinya sinergi antara pikiran dan pengalaman berbahasa. Dalam Dictionary of Reading terdapat definisi yang sifatnya sangat ekletik atau mencakup semua aspek, yaitu membaca merupakan sebuah kegiatan yang melibatkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor (dalam Rachman, 2006:4). Dengan membaca, orang akan semakin teguh atau berubah pemahamannya, tergerak untuk melakukan sesuatu, atau dengan membaca pula orang akan menangis, tertawa atau marah. Sungguh demikian hebat pengaruh membaca pada diri seseorang. Dari berbagai definisi tersebut, jelaslah bahwa membaca tidak hanya merupakan proses yang melibatkan tulisan semata-mata tetapi merupakan proses timbal balik di antara tulisan dan proses menerjemahkan tulisan serta proses pemaknaan perkataan yang telah diterjemahkan tadi. Memahami definisi membaca merupakan keharusan untuk mengurai dan memahami hakikat membaca secara lebih detail, yang selanjutnya dapat memberi paradigma untuk menjabarkan proses dan tujuan membaca. Meskipun ada ahli yang mengatakan bahwa apapun definisi membaca tidaklah penting tetapi apa yang terlibat dalam kegiatan atau proses membaca itulah yang penting. Ahli yang menyatakan ini adalah Frank Smith. Ini sungguh tidak keliru karena membaca merupakan kegiatan yang sangat praktis dan tidak tergantung pada teori. Tujuan utama dari membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Wiryodijoyo (1989: 57-58) mengungkapkan beberapa tujuan membaca, yaitu membaca untuk kesenangan, penerapan praktik, untuk mencari informasi khusus, untuk mendapatkan gambaran umum, dan untuk mengevaluasi secara kritis (Tarigan, 2008:9). Menurut Broughton (dalam Tarigan, 2008: 24), ada tiga jenis membaca yaitu membaca nyaring atau membaca bersuara, membaca dalam hati, dan membaca telaah isi. Membaca nyaring atau bersuara merupakan kegiatan membaca yang memerlukan keterampilan yang saling berkaitan, antara lain

5 Diana Wahyuni 83 keterampilan melafalkan, intonasi, kejelasan, bahkan keberaniaan dalam membaca.. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam membaca nyaring atau membaca bersuara merupakan suatu keterampilan yang membutuhkan ketelitian, kejelasan, dan pemahaman. Membaca dalam hati adalah membaca yang hanya mempergunakan ingatan visual (visual memory) yang melibatkan mata dan ingatan, bertujuan untuk memperoleh informasi. Keterampilan membaca dalam hati sangat sering dilakukan oleh banyak orang, sebab dalam membaca dalam hati informasi akan mudah diperoleh tanpa mengeluarkan suara saat membaca. Membaca telaah isi adalah membaca dengan tujuan untuk mengetahui serta menelaah suatu isi bacaan secara lebih mendalam. Membaca telaah isi, pembaca memerlukan kemampuan dan keterampilan yang lebih dalam, dalam memahami isi bacaan yaitu dengan kemampuan membaca pemahaman. Jenis membaca yang harus dikuasai dan dikembangkan oleh seseorang khususnya dalam bidang akademik, yaitu membaca intensif, membaca kritis, membaca cepat, membaca apresiatif dan estetis, dan membaca teknik. Membaca intensif ialah suatu jenis membaca yang dilakukan untuk memperoleh pemahaman ide-ide naskah dari ide pokok sampai ke ide-ide penjelas dan dari hal-hal yang global sampai hal-hal yang rinci. Jenis membaca inilah yang biasa disebut dengan membaca pemahaman (Mujiyanto, dkk.,2000: 51-53) Membaca kritis, merupakan tataran membaca paling tinggi. Hal ini dikarenakan ide-ide bacaan yang telah dipahami secara baik dan detail, dikomentari dan dianalisis kesalahan dan kekurangannya. Membaca cepat, membaca jenis ini dilakukan untuk memperoleh informasi keseharian secara cepat, seperti berita dan laporan utama pada surat kabar atau majalah. Membaca apresiatif dan estetis, yakni membaca yang berhubungan dengan pembinaan sikap apresiatif atau penghargaan terhadap nilai-nilai keindahan dan kejiwaan. Membaca teknik ialah jenis membaca yang mementingkan kebenaran pembacaan serta ketepatan intonasi dan jeda. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan pada tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) digunakan untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas VB SD Negeri 004 Bukit Datuk yang dilaksanakan dalam bentuk siklus berulang yang di dalamnya terdapat empat tahapan utama kegiatan, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas VB yang berjumlah 37 siswa. Penulis memilih kelas VB karena penulis merupakan guru kelas tersebut. Data pada penelitian ini dikumpulkan melalui teknik tes dan nontes. Teknik tes dilakukan untuk memperoleh data mengenai kemampuan membaca siswa sementara untuk data nontes dilakukan dengan observasi atau pengamatan aktivitas selama proses pembelajaran. Data kuantitatif (tes membaca pemahaman). Data dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui kualitas kemampuan membaca pemahaman siswa. Pada setiap siklus dilakukan satu kali tes evaluasi. Analisis data menggunakan rumus :

6 84 e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 3, Mei 2017 S = 100% Keterangan: S = Nilai yang diharapkan R = Skor yang diperoleh N = Nilai maksimal Analisis peningkatan keberhasilan siswa dapat digunakan rumus: P = 100% Keterangan: P = Peningkatan Poserate = Nilai sesudah diberi tindakan Baserate = Nilai sebelum tindakan Selanjutnya, hasil belajar siswa, yaitu kemampuan membaca pemahaman dikelompokkan menjadi kategori sebagai berikut. Tabel 1. Interval Hasil Belajar Kognitif Siswa No. Persen Interval Kategori Sangat Baik Baik Cukup 4 55 Kurang Sumber: Panduan Penilaian Pengetahuan Kurikulum 2013 Revisi 2015 Aktivitas guru dan siswa selama kegiatan belajar mengajar dianalisis dengan rumus: JS NR = x100% SM Keterangan: NR : persentase rata-rata aktivitas (guru/siswa) JS : jumlah skor aktivitas yang dilakukan SM : skor maksimal yang dapat dilihat dari aktivitas (guru/siswa) Untuk memudahkan analisis data, maka diberikan nilai atas observasi aktivitas guru dan siswa tersebut sesuai dengan kategori sebagai berikut: Tabel 2. Pedoman Skor Aktivitas Guru dan Aktivitas Siswa No. Persen Interval Kategori Sangat Baik Baik Cukup Kurang 5 Di bawah 50 Sangat Tidak Baik Sumber : Dimyati (2009)

7 Diana Wahyuni 85 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisis Hasil Penelitian Kemampuan Membaca Pemahaman Kemampuan membaca pemahaman siswa kelas VB SD Negeri 004 Bukit Datuk diukur dengan tes membaca pemahaman. Siswa diberikan teks bacaan untuk menentukan gagasan pokok dan gagasan penjelas teks tersebut. Berikut ini disajikan skor membaca pemahaman pada prasiklus, siklus I, dan siklus II. Tabel 3. Perbandingan Skor Membaca Pemahaman Siswa pada Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II No Rentang Kategori Frekuensi Siswa dan Persentase Nilai Prasiklus Siklus I Siklus II 1 86 Sangat 3 (8,11%) 9 (24,32%) 18 (48,65%) 100 Baik Baik 11 (29,73%) 18 (48,65%) 14 (37,84%) Cukup 19 (51,35%) 10 (27,03%) 5 (13,51%) 4 55 Kurang 4 (10,81%) - - Jumlah 37 (100%) 37 (100%) 37 (100%) Sumber: Data Olahan Berdasarkan tabel 3 tersebut, diketahui kemampuan membaca pemahaman pada prasiklus bahwa 3 siswa (8,11%) memperoleh skor dengan kategori sangat baik, 11 siswa (29,73%) memperoleh skor dengan kategori baik, 19 siswa (51,35%) memperoleh skor dengan kategori cukup, dan 4 siswa (10,81%) memperoleh skor dengan kategori kurang. Kemampuan membaca pemahaman pada siklus I menunjukkan 9 siswa (24,32%) memperoleh skor dengan kategori sangat baik, 18 siswa (48,65%) memperoleh skor dengan kategori baik, dan 10 siswa (27,03%) memperoleh skor dengan kategori cukup. Kemampuan membaca pemahaman pada siklus II menunjukkan 18 siswa (48,65%) memperoleh skor dengan kategori sangat baik, 14 siswa (37,84%) memperoleh skor dengan kategori baik,dan 5 siswa (13,51%) memperoleh skor dengan kategori cukup baik. Perbandingan kemampuan membaca pemahaman dapat digambarkan pada diagram berikut ini. Gambar 1. Diagram Batang Perbandingan Kemampuan Membaca Pemahaman pretes siklus I siklus II sangat baik baik cukup baik kurang baik Sumber : Data Olahan

8 86 e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 3, Mei 2017 Selanjutnya, perbandingan ketuntasan klasikal dan skor rata-rata kelas sebelum dan setelah dilaksanakan penelitian disajikan pada tabel berikut ini. Tabel 4. Ketuntasan Klasikal dan Skor Rata-rata Membaca Pemahaman Kategori Ketuntasan Prasiklus Siklus I Siklus II Tuntas 14 (37,84%) 27 (72,97%) 32 (86,49%) Tidak Tuntas 23 (62,16%) 10 (27,03%) 5 (13,51%) Rata-rata Kelas 70,54 81,35 87,30 Peningkatan rata-rata 15,33% 23,76% Sumber: Data Olahan Berdasarkan tabel 4 tersebut, ketuntasan klasikal sebelum dilaksanakan penelitian hanya mencapai 37,84% dengan skor rata-rata kelas sebesar 70,54. Pada siklus I ketuntasan klasikal mengalami peningkatan menjadi 72,97% dengan skor rata-rata kelas sebesar 81,35. Pada siklus II ketuntasan klasikal mencapai 87,30% dengan skor rata-rata kelas sebesar 87,30. Peningkatan skor rata-rata pada siklus I adalah 15,33% dan siklus II peningkatan skor rata-rata mencapai 23,76%. Perbandingan ketuntasan klasikal dapat digambarkan berikut ini. Gambar 2. Diagram Batang Perbandingan Ketuntasan Klasikal Hasil Observasi 90,00% 80,00% 70,00% 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 37,84% 62,16% 72,97% 27,03% 86,49% 0,00% Pretes Siklus I Siklus II Tuntas 37,84% 72,97% 86,49% Belum Tuntas 62,16% 27,03% 13,51% Sumber : Data Olahan 13,51% Hasil observasi aktivitas guru dengan model discovery learning disajikan pada tabel berikut ini. Tabel 5. Perbandingan Hasil Observasi Aktivitas Guru No. Siklus Pertemuan Persentase Kriteria Aktivitase 1 Siklus I Pertemuan 1 73,33% Baik Pertemuan 2 83,33% Baik 2 Siklus II Pertemuan 1 83,33% Baik Pertemuan 2 90% Sangat Baik Sumber: Data Olahan

9 pertemuan 1 pertemuan 2 pertemuan 1 pertemuan 2 Diana Wahyuni 87 Berdasarkan tabel 5 tersebut, diketahui bahwa aktivitas guru pada siklus I pertemuan ke-1 memperoleh persentase skor 73,33% dengan kategori baik. Pada pertemuan ke-2 siklus I, aktivitas guru mengalami peningkatan menjadi 83,33% dengan kategori baik. Pada siklus II pertemuan ke-1, aktivitas guru memperoleh persentase skor 83,33% dengan kategori baik dan pada pertemuan ke-2 aktivitas guru mengalami peningkatan menjadi 90% dengan kategori sangat baik. Perbandingan hasil observasi aktivitas guru dapat digambarkan sebagai berikut. Gambar 3. Diagram Batang Hasil Observasi Aktivitas Guru 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 73.33% 83.33% 83.33% 90% sangat baik baik cukup baik kurang baik sangat tidak baik <50 Siklus I Siklus II Sumber : Data Olahan Perbandingan hasil observasi aktivitas siswa disajikan pada tabel berikut ini. Tabel 6. Perbandingan Hasil Observasi Aktivitas Siswa No. Siklus Pertemuan Persentase Kriteria Aktivitase 1 Siklus I Pertemuan ke-1 67,57% cukup Pertemuan ke-2 75,05% Baik 2 Siklus II Pertemuan ke-1 81,08% Baik Pertemuan ke-2 87,66% sangat baik Sumber: Data Olahan Berdasarkan tabel 4.8 di atas, diperoleh informasi bahwa aktivitas siswa pada siklus I pertemuan ke-1 memperoleh persentase 75,56% dengan kategori baik. Pada pertemuan ke-2 siklus I, aktivitas siswa mengalami peningkatan menjadi 79,96% dengan kategori baik. Pada siklus II pertemuan ke-1, aktivitas siswa memperoleh persentase 80,63% dengan kategori baik dan pada pertemuan ke-2 persentase skor 86,71% dengan kategori sangat baik. Perbandingan hasil observasi aktivitas siswa dapat digambarkan sebagai berikut.

10 pertemuan 1 pertemuan 2 pertemuan 1 pertemuan 2 88 e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 3, Mei 2017 Gambar 4. Diagram Batang Hasil Observasi Aktivitas Siswa 88,00% 86,00% 84,00% 82,00% 80,00% 78,00% 76,00% 74,00% 72,00% 70,00% 68,00% 75,56% 79,96% 80,63% 86,71% sangat baik baik cukup baik kurang baik 55 Siklus I Siklus II Sumber : Data Olahan Dari analisis hasil penelitian, diperoleh informasi bahwa model discovery learning dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman dan aktivitas pembelajaran di kelas. Sebelum dilakukan penelitian, capaian skor rata-rata membaca pemahaman siswa kelas VB SD Negeri 004 Bukit Datuk Kota Dumai adalah 70,54 dengan persentase ketuntasan klasikal 37,84%. Setelah dilakukan penelitian tindakan dengan penerapan discovery learning, capaian skor rata-rata membaca pemahaman mengalami peningkatan sebesar 15,33% menjadi 81,35 dengan ketuntasan klasikal mencapai 72,97%. Pada siklus II, capaian skor ratarata mengalami peningkatan sebesar 23,76% menjadi 87,30 dengan ketuntasan klasikal mencapai 86,49%. Temuan penelitian tersebut, sesuai dengan pendapat yang menyatakan bahwa pembelajaran discovery learning membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini, bergantung dari cara belajar siswa. Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer (Kemdikbud, 2013:4). Selain meningkatkan proses kognitif siswa, discovery learning mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar. Menurut Bruner, belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui discovery learning yang merupakan proses belajar. Guru harus menciptakan situasi belajar yang problematis, menstimulus siswa dengan pertanyaan-pertanyaan, mencari jawaban sendiri dan melakukan eksperimen. Bentuk lain dari belajar penemuan adalah guru menyajikan contohcontoh dan si pembelajar bekerja dengan contoh tersebut sampai dapat menemukan sendiri (Putrayasa, 2012:66). Berdasarkan hasil penelitian serta teori yang mendukung temuan penelitian, maka dapat penulis simpulkan bahwa model discovery learning dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas VB SD Negeri 004 Bukit Datuk Kota Dumai.

11 Diana Wahyuni 89 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang penerapan model discovery learning pada siswa kelas VB SD Negeri 004 Bukit Datuk Kota Dumai, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Model discovery learning dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman pada muatan pelajaran bahasa Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan skor rata-rata dan ketuntasan klasikal. Sebelum dilakukan penelitian, capaian skor rata-rata membaca pemahaman siswa kelas VB SD Negeri 004 Bukit Datuk Kota Dumai adalah 70,54 dengan persentase ketuntasan klasikal 37,84%. Setelah dilakukan penelitian tindakan dengan penerapan discovery learning, capaian skor rata-rata membaca pemahaman mengalami peningkatan sebesar 15,33% menjadi 81,35 dengan ketuntasan klasikal mencapai 72,97%. Pada siklus II, capaian skor rata-rata mengalami peningkatan sebesar 23,76% menjadi 87,30 dengan ketuntasan klasikal mencapai 86,49%. 2. Model discovery learning dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Pada siklus I pertemuan ke-1 memperoleh persentase 75,56% dengan kategori baik. Pada pertemuan ke-2 siklus I, aktivitas siswa mengalami peningkatan menjadi 79,96% dengan kategori baik. Pada siklus II pertemuan ke-1, aktivitas siswa memperoleh persentase 80,63% dengan kategori baik dan pada pertemuan ke-2 persentase skor 86,71% dengan kategori sangat baik. Saran Berdasarkan simpulan di atas, maka saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut. 1. Guru dapat menerapkan model discovery learning sebagai salah satu alternatif model pembelajaran di kelas untuk meningkatkan capaian hasil belajar dan aktivitas siswa di kelas. 2. Penggunaan metode atau model pembelajaran yang bervariasi harus terus ditingkatkan agar dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. 3. Penelitian ini dapat dikembangkan oleh peneliti lanjutan, dengan meneliti variabel hasil belajar afektif atau psikomotor dan dapat dikembangkan dengan meneliti variabel lain. DAFTAR PUSTAKA. Alma, Buchari, dkk Guru Profesional Menguasai Metode dan Terampil Mengajar. Bandung: Penerbit Alfabeta. Dimyati dan Mudjiono Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Dimyati dan Mudjiono Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta. Hanafiah, Nanang dan Cucu Suhada Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama.

12 90 e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 3, Mei 2017 Kemdikbud Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning). Jakarta: Departemen Pendidikan nasional. Lalu, Azhar Proses Belajar Mengajar Pola CBSA. Surabaya: Usaha Nasional. Mujiyanto, Yant, dkk Puspa Ragam Bahasa Indonesia. Surakarta: UNS Press. Rachman, Arif Meningkatkan Motivasi Membaca. Jakarta: Ganeca Press. Roestiyah, N.K Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Suryosubroto Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Tarigan, Henry Guntur Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa Bandung. Widyastuti, Ellyza Sri Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning pada Materi Konsep Ilmu Ekonomi. Prosiding Seminar Nasional 9 Mei Wiryodijoyo Membaca: Strategi Pengantar dan Tekniknya. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 1 1.3b MODEL DISCOVERY LEARNING 2 Discovery Learning Belajar diskoveri memberi penekanan pada keakifan siswa, berpusat pada siswa dimana siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam

BAB I PENDAHULUAN. emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang

Lebih terperinci

Krangka Dasar dan Struktur Kurikulum 2013

Krangka Dasar dan Struktur Kurikulum 2013 e-book Definisi Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) Krangka Dasar dan Struktur Kurikulum 2013 Oleh : IDHAM, S.Pd http://education-vionet.blogspot.com Page 1 Definisi Model Pembelajaran Penemuan

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Bilangan Berpangkat melalui Model Pembelajaran Discovery Learning

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Bilangan Berpangkat melalui Model Pembelajaran Discovery Learning Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Bilangan Berpangkat melalui Model Pembelajaran Discovery Learning Rachmad Lasaka Guru Matematika SMP Negeri 2 Luwuk, Kabupaten Banggai, Propinsi Sulawesi Tengah,

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING) MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2013 A. Definisi/ Konsep 1. Definisi MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN ( DISCOVERY LEARNING) Metode Discovery Learning adalah

Lebih terperinci

Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) dalam Implementasi Kurikulum 2013

Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) dalam Implementasi Kurikulum 2013 Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) dalam Implementasi Kurikulum 2013 Ada tiga model pembelajaran yang dianjurkan dalam penerapan Kurikulum 2013 antara lain: Discovery Learning (DL), Problem

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS RINGKASAN TEKS YANG DIDENGAR MELALUI MEDIA AUDIO PADA KELAS VI SDN 02 WANARATA SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2016/2017

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS RINGKASAN TEKS YANG DIDENGAR MELALUI MEDIA AUDIO PADA KELAS VI SDN 02 WANARATA SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2016/2017 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS RINGKASAN TEKS YANG DIDENGAR MELALUI MEDIA AUDIO PADA KELAS VI SDN 02 WANARATA SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2016/2017 1 Mualif Siswanto *) mualifsiswanto@gmail.com Abstrak:

Lebih terperinci

BAB II. Kajian Teoretis

BAB II. Kajian Teoretis BAB II Kajian Teoretis A. Kajian Teori 1. Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) Menurut Slavin (Rahayu 2011, hlm. 9), Missouri Mathematics Project (MMP) adalah suatu program yang dirancang

Lebih terperinci

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR STRATEGI BELAJAR MENGAJAR MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING Oleh : I Putu Agus Indrawan (1013031035) UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permendiknas 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi satuan pendidikan dasar dan menengah dinyatakan bahwa mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. anak-anak diberikan bermacam-macam pelajaran untuk menambah pengetahuan. yang dimilikinya, terutama dengan jalan menghafal.

II. KAJIAN PUSTAKA. anak-anak diberikan bermacam-macam pelajaran untuk menambah pengetahuan. yang dimilikinya, terutama dengan jalan menghafal. 8 II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Menurut pendapat tradisional, belajar adalah menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Di sini yang dipentingkan pendidikan intelektual. Kepada anak-anak

Lebih terperinci

Penerapan Metode Discovery Learning pada Materi Sistem Pencernaan untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Labuan

Penerapan Metode Discovery Learning pada Materi Sistem Pencernaan untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Labuan Penerapan Metode Discovery Learning pada Materi Sistem Pencernaan untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Labuan Suardin Kepala SMP Negeri 2 Labuan Kab. Donggala Sulawesi Tengah

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA TEKS BERITA MENGGUNAKAN TEKNIK PEMODELAN BERBANTUANAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS VIII

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA TEKS BERITA MENGGUNAKAN TEKNIK PEMODELAN BERBANTUANAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS VIII PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA TEKS BERITA MENGGUNAKAN TEKNIK PEMODELAN BERBANTUANAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS VIII MTs MA ARIF NU WINDUSARI Nasikhatul Hidayah, Hari Wahyono, Mursia Ekawati

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dipelajari oleh pembelajar. Jika siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep,

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dipelajari oleh pembelajar. Jika siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep, BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakekat Hasil Belajar 2.1.1.1 Definisi Hasil Belajar Secara umum hasil adalah segala sesuatu yang diperoleh setelah melakukan suatu

Lebih terperinci

Penerapan Experiential Learning

Penerapan Experiential Learning Penerapan Experiential Learning dalam Pembelajaran IPA pada Materi Ciri Khusus Makhluk Hidup Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VI SDN Inpres Mandok Resni Taung, I Made Tangkas, dan Ratman Mahasiswa

Lebih terperinci

MINDAMORA SITUMORANG Guru SD Negeri Muliorejo

MINDAMORA SITUMORANG Guru SD Negeri Muliorejo UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT DI KELAS V SD NEGERI 106146 MULIOREJO MINDAMORA SITUMORANG Guru SD Negeri 106146 Muliorejo

Lebih terperinci

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu Yunius, Siti Nuryanti, dan Yusuf Kendek Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING Fatmawaty Sekolah Dasar Negeri Hikun Tanjung Tabalong Kalimantan Selatan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seseorang mungkin menggunakan salah satu dari arti kata tersebut sesuai dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seseorang mungkin menggunakan salah satu dari arti kata tersebut sesuai dengan 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas merupakan serapan dari bahasa asing yang berasal dari kata effective yang berarti manjur, ampuh, berlaku, mujarab, berpengaruh,

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI EKSPOSITORIS DENGAN METODE MIND MAPPING

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI EKSPOSITORIS DENGAN METODE MIND MAPPING PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI EKSPOSITORIS DENGAN METODE MIND MAPPING PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI JETIS 4 NUSAWUNGU CILACAP TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh: Indiarti Purnamasari Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. KAJIAN TEORI 2.1.1. Pembelajaran IPA Menurut Gagne dalam Slameto, (2010:13) memberikan dua definisi belajar, yakni: (1) belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum merupakan implementasi pemerintah dalam mencapai tujuan untuk mencerdaskan bangsa. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tujuan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tujuan penelitian 21 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tujuan penelitian ini adalah mencari jalan keluar bagi metode yang tepat untuk meningkatkan

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS VIII-B SMPN 4 MADIUN

PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS VIII-B SMPN 4 MADIUN PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS VIII-B SMPN 4 MADIUN Dwi Muchindasari SMP Negeri 4 Madiun E-mail: dwimuchin@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

Oleh: Ning Endah Sri Rejeki 2. Abstrak

Oleh: Ning Endah Sri Rejeki 2. Abstrak MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS VIII G SEMESTER 2 SMP NEGERI 2 TOROH GROBOGAN 1 Oleh: Ning Endah Sri Rejeki 2 Abstrak Tujuan penelitian

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA SEKOLAH DASAR

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA SEKOLAH DASAR PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA SEKOLAH DASAR Ruslan Siregar Guru SD Negeri 010 Ratu Sima Dumai Selatan siregarruslan972@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

Peningkatan Kemampuan Siswa Membaca Nyaring Melalui Teknik Modeling di Kelas III SD Terpencil Gondalon

Peningkatan Kemampuan Siswa Membaca Nyaring Melalui Teknik Modeling di Kelas III SD Terpencil Gondalon Peningkatan Kemampuan Siswa Membaca Nyaring Melalui Teknik Modeling di Kelas III SD Terpencil Gondalon Nur Asrianti, M. Tahir, dan Saharuddin Barasandji Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah nilai yang melebihi dari KKM. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. adalah nilai yang melebihi dari KKM. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pembelajaran dikelas dapat ditunjukkan dengan dikuasainya materi pelajaran oleh siswa yang dinyatakan dengan nilai. Nilai yang diharapkan adalah

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PUISI DENGAN METODE PEMODELAN PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 KUTOWINANGUN TAHUN AJARAN 2014/2015

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PUISI DENGAN METODE PEMODELAN PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 KUTOWINANGUN TAHUN AJARAN 2014/2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PUISI DENGAN METODE PEMODELAN PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 KUTOWINANGUN TAHUN AJARAN 2014/2015 Oleh: Anik Nugraheni Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP-Universitas

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI SMP NEGERI 4 KUNINGAN

PENGGUNAAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI SMP NEGERI 4 KUNINGAN PENGGUNAAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI SMP NEGERI 4 KUNINGAN Oleh : Yeyen Suryani & Dewi Natalia S Abstrak Masalah dalam penelitian ini

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kemampuan Penalaran Matematis Materi matematika dan penalaran matematika merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Materi matematika dipahami melalui penalaran, dan penalaran

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN GAMBAR SERI UNTUK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 SEMARANG 1. Oleh: Sri Sudarminah 2

UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN GAMBAR SERI UNTUK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 SEMARANG 1. Oleh: Sri Sudarminah 2 Upaya Peningkatan Pembelajaran... UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN GAMBAR SERI UNTUK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 SEMARANG 1 Oleh: Sri Sudarminah 2 Abstrak Tujuan penelitian

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI TEKS ANEKDOT DENGAN METODE PEBELAJARAN PENEMUAN SISWA KELAS X MIPA 2 SMAN 3 KOTA BENGKULU

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI TEKS ANEKDOT DENGAN METODE PEBELAJARAN PENEMUAN SISWA KELAS X MIPA 2 SMAN 3 KOTA BENGKULU Volume : 2 Nomor : 2 Terbit : Desember 2016 Halaman : 111-116 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI TEKS ANEKDOT DENGAN METODE PEBELAJARAN PENEMUAN SISWA KELAS X MIPA 2 SMAN 3 KOTA BENGKULU Lia Kencana liakencana2@gmail.com

Lebih terperinci

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN X. Maspupah SDN Inpres 1 Birobuli, Sulawesi Tengah

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN X. Maspupah SDN Inpres 1 Birobuli, Sulawesi Tengah Penerapan Metode Pembelajaran Demonstrasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Perkalian Bilangan Cacah di Kelas II SDN Inpres 1 Birobuli Maspupah SDN Inpres 1 Birobuli, Sulawesi Tengah ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS BAB II KAJIAN TEORETIS A. Model Pembelajaran Group to Group Exchange (GGE), Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis, Pembelajaran Discovery Learning, Disposisi Matematis 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan cara manusia untuk menggunakan akal /rasional mereka untuk jawaban dalam menghadapi berbagai masalah yang timbul dimasa yang akan datang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif (Qualitative research) adalah suatu

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif (Qualitative research) adalah suatu BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian 3.1.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif (Qualitative

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE GUIDED INQUIRY MENGGUNAKAN HANDOUT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

PENERAPAN METODE GUIDED INQUIRY MENGGUNAKAN HANDOUT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA PENERAPAN METODE GUIDED INQUIRY MENGGUNAKAN HANDOUT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA YANTI REFITA Guru SMP Negeri 3 Dumai yantirefita3@gmail.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG VOLUME PRISMA SEGITIGA DAN TABUNG MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PBI. Nur Aini Yuliati

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG VOLUME PRISMA SEGITIGA DAN TABUNG MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PBI. Nur Aini Yuliati Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) ISSN 2477-2240 (Media Cetak). 2477-3921 (Media Online) PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG VOLUME PRISMA SEGITIGA DAN TABUNG MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PBI SD

Lebih terperinci

Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa di Kelas IV SD Inpres Pedanda

Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa di Kelas IV SD Inpres Pedanda Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa di Kelas IV SD Inpres Pedanda Lisna Selfi Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MELIHAT DAYA SERAP SISWA KELAS VIII-1 SMP NEGERI 29 MEDAN

PENERAPAN MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MELIHAT DAYA SERAP SISWA KELAS VIII-1 SMP NEGERI 29 MEDAN PENERAPAN MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MELIHAT DAYA SERAP SISWA KELAS VIII-1 SMP NEGERI 29 MEDAN T.SERI AMINAH Guru SMP Negeri 29 Medan Email : bangunsardiana@yahoo.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diartikan sebagai prosedur atau cara memecahkan masalah penelitian dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diartikan sebagai prosedur atau cara memecahkan masalah penelitian dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Bentuk Penelitian 1. Metode Penelitian Metode adalah cara sistematis yang berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu. Metode yang digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan upaya yang dilakukan secara sadar dan bertanggung jawab untuk membantu perkembangan kepribadian serta kemampuan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,

Lebih terperinci

Desi Suryaningsih et al., Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan...

Desi Suryaningsih et al., Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan... 1 Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Pada Pokok Bahasan Persamaan Garis Lurus Kelas VIII C SMP Negeri 13 Jember Semester Ganjil Tahun Ajaran

Lebih terperinci

Ikmila Mak ruf, Yusuf Kendek, dan Kamaluddin. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

Ikmila Mak ruf, Yusuf Kendek, dan Kamaluddin. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ipa Kelas IV SDN 2 Donggulu Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student-Team Achievement-Division Ikmila Mak ruf, Yusuf Kendek, dan Kamaluddin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi keterampilan berbahasa yang meliputi menyimak, berbicara, membaca dan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi keterampilan berbahasa yang meliputi menyimak, berbicara, membaca dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar secara umum dikembangkan menjadi keterampilan berbahasa yang meliputi menyimak, berbicara, membaca dan menulis (Muslich,2009:115).

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK 6 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Pemahaman Konsep 1. Pengertian Pemahaman Konsep Pemahaman dapat diartikan sebagai penyerapan arti suatu materi yang dipelajari. Menurut Van de Walle (Yohana et all,2012)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang telah di persiapkan sebelumnya untuk mencapai tujuan. Dalam

I. PENDAHULUAN. yang telah di persiapkan sebelumnya untuk mencapai tujuan. Dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara peserta didik dan pengajar yang menggunakan segala sumber daya sesuai dengan perencanaan yang telah di persiapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu kebutuhan manusia sehingga memegang peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitik beratkan keterampilan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. kolaboratif. Menurut Wardhani (2009: 1.4) penelitian tindakan kelas adalah. aktivitas dan hasil belajar siswa dapat meningkat.

METODE PENELITIAN. kolaboratif. Menurut Wardhani (2009: 1.4) penelitian tindakan kelas adalah. aktivitas dan hasil belajar siswa dapat meningkat. 48 III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian tindakan kelas merupakan jenis penelitian yang pada umumnya digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana penting dalam meningkatkan sumber daya manusia. Dengan pendidikan diharapkan mampu melahirkan suatu generasi masa depan yang berkualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki secara optimal, yaitu pengembangan potensi individu yang setinggi-tingginya dalam aspek fisik,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1) WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada tanggal 24 Nopember sampai 3 Desember tahun 2009 Penentuan waktu penelitian mengacu pada

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE DRILL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS TEGAK BERSAMBUNG

PENGGUNAAN METODE DRILL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS TEGAK BERSAMBUNG PENGGUNAAN METODE DRILL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS TEGAK BERSAMBUNG Puspitaningrum 1), Samidi 2), Karsono 3), Hartono 4) PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jalan Slamet Riyadi 449 Surakarta

Lebih terperinci

Penerapan Model Pembelajaran Creative Problem Solving Untuk Meningkatkan Hasil Belajar pada Siswa Kelas X MIPA4 SMA Negeri 5 Palu

Penerapan Model Pembelajaran Creative Problem Solving Untuk Meningkatkan Hasil Belajar pada Siswa Kelas X MIPA4 SMA Negeri 5 Palu Penerapan Model Pembelajaran Creative Problem Solving Untuk Meningkatkan Hasil Belajar pada Siswa Kelas X MIPA4 SMA Negeri 5 Palu Nur Cahyani, H. Fihrin dan Amiruddin Kade nurlahako@yahoo.co.id Program

Lebih terperinci

Pujilestari Dosen Pendidikan Matematika, FPMIPA IKIP Mataram

Pujilestari Dosen Pendidikan Matematika, FPMIPA IKIP Mataram MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SEGIEMPAT MELALUI METODE INQUIRY PADA SISWA SMP NEGERI 19 MATARAM Pujilestari Dosen Pendidikan Matematika, FPMIPA IKIP Mataram Email : pujilestari966@gmail.com

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMBUKTIAN MATEMATIS DAN RASA INGIN TAHU SISWA KELAS XI MIPA SMA NEGERI 6 SEMARANG MELALUI MODEL PBL

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMBUKTIAN MATEMATIS DAN RASA INGIN TAHU SISWA KELAS XI MIPA SMA NEGERI 6 SEMARANG MELALUI MODEL PBL PRISMA 1 (201 8 ) PRISMA, Prosiding Seminar Nasional Matematika https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/prisma/ MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMBUKTIAN MATEMATIS DAN RASA INGIN TAHU SISWA KELAS XI MIPA SMA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWADENGAN MENERAPKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATA PELAJARAN IPA

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWADENGAN MENERAPKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATA PELAJARAN IPA UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWADENGAN MENERAPKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATA PELAJARAN IPA DANENGSIH, S.Pd., NIP.196506051992032011 ABSTRAK Berdasarkan hasil pengamatan di SDN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah yang terkandung di dalam judul

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melaksanakan penelitian pada siklus I, terlebih dahulu peneliti

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melaksanakan penelitian pada siklus I, terlebih dahulu peneliti BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Awal (Pra Siklus) Sebelum melaksanakan penelitian pada siklus I, terlebih dahulu peneliti mencari data awal nilai keterampilan berbicara pada pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

BAB I PENDAHULUAN. dengan pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan cara untuk mencerdaskan bangsa yang sesuai dengan pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan

Lebih terperinci

JURNAL DAYA MATEMATIS, Volume 3 No. 3 November 2015

JURNAL DAYA MATEMATIS, Volume 3 No. 3 November 2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA MATERI TRIGONOMETRI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA KELAS X SMA NEGERI 11 MAKASSAR Habriah Ahmad Guru

Lebih terperinci

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KETERAMPILAN MEMBACAKAN NASKAH BERITA MENGGUNAKAN STRATEGI PRACTICE-REHEARSAL PAIRS

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KETERAMPILAN MEMBACAKAN NASKAH BERITA MENGGUNAKAN STRATEGI PRACTICE-REHEARSAL PAIRS Sagacious Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Sosial Vol. No. 2 Januari-Juni 2017 MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KETERAMPILAN MEMBACAKAN NASKAH BERITA MENGGUNAKAN STRATEGI PRACTICE-REHEARSAL PAIRS Siti Halimah Sekolah

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN METODE PETA PIKIRAN PADA SISWA KELAS IX SMPN 1 PURWOSARI TAHUN PELAJARAN

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN METODE PETA PIKIRAN PADA SISWA KELAS IX SMPN 1 PURWOSARI TAHUN PELAJARAN PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN METODE PETA PIKIRAN PADA SISWA KELAS IX SMPN 1 PURWOSARI TAHUN PELAJARAN 2013-2014 Helmi Susanti Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak:Prestasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Bagian ini, akan menguraikan tiga sub judul yaitu deskripsi Prasiklus/kondisi awal, deskripsi siklus I, dan deskripsi siklus II. Deskripsi

Lebih terperinci

Akhlakul Karimah dan Irni Cahyani STKIP PGRI Banjarmasin

Akhlakul Karimah dan Irni Cahyani STKIP PGRI Banjarmasin Stilistika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya ISSN 2527-4104 Vol.2 No.2, 1 Oktober 2017 193 MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA PADA KONSEP MEMECAHKAN PERMASALAHAN DAMPAK TEKNOLOGI LEWAT DISKUSI MELALUI

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR Ulfatun Rohmah 1, Suhartono 2, Ngatman 3 PGSD FKIP Universitas Negeri Sebelas Maret, Jalan Kepodang 67A Panjer Kebumen

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN BANTUAN MEDIA VIDEO UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPOSISI SISWA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN BANTUAN MEDIA VIDEO UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPOSISI SISWA Natalia (2017). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dengan Bantuan Media Video Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Teks Eksposisi Siswa. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan..Vol.

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Pada penelitian ini, peneliti berusaha mendeskripsikan bentuk pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menerapkan pembelajaran problem

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. mengetahui apakah ada perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika

BAB V PEMBAHASAN. mengetahui apakah ada perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika 92 BAB V PEMBAHASAN Setelah dilakukan pengumpulan data dan selanjutnya analisis data maka langkah selanjutnya adalah penyajian hasil. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan manusia dalam rangka mencapai cita-cita dan tujuan yang diharapkan karena itu pendidikan

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KETERAMPILAN MENULIS SISWA KELAS VII.B DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISCOVERY

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KETERAMPILAN MENULIS SISWA KELAS VII.B DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISCOVERY PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KETERAMPILAN MENULIS SISWA KELAS VII.B DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISCOVERY BERBASIS MEDIA AUDIOVISUAL DI SMP NEGERI 1 PAGAI UTARA KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI Frida Nurlestari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada tanggal 06 November sampai 28 November 2009. Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender akademik

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja

III. METODE PENELITIAN. adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja 23 III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERUBAHAN WUJUD BENDA

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERUBAHAN WUJUD BENDA Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016) PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERUBAHAN WUJUD BENDA Gina Rosarina 1, Ali Sudin, Atep Sujana 3 123 Program

Lebih terperinci

Oleh Sri Mujayani SMP Negeri 1 Wonoayu

Oleh Sri Mujayani SMP Negeri 1 Wonoayu 153 PENINGKATAN HASIL BELAJAR PADA MATERI KEGIATAN EKONOMI DAN PEMANFAATAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING DI SMP NEGERI 1 WONOAYU Oleh Sri Mujayani SMP Negeri 1 Wonoayu

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis

II. LANDASAN TEORI. untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Membaca Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis melalui media

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Tanya Jawab Pada Mata Pelajaran IPS di Kelas IV SDN No. 4 Siboang

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Tanya Jawab Pada Mata Pelajaran IPS di Kelas IV SDN No. 4 Siboang Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Tanya Jawab Pada Mata Pelajaran IPS di Kelas IV SDN No. 4 Siboang Kamelia, Arif Firmansyah, dan Andi Imrah Dewi Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. Harlen & Russel dalam Fitria (2007: 17) mengatakan bahwa kemampuan

II. KERANGKA TEORETIS. Harlen & Russel dalam Fitria (2007: 17) mengatakan bahwa kemampuan 6 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjaun Pustaka 1. Keterampilan Eksperimen Harlen & Russel dalam Fitria (2007: 17) mengatakan bahwa kemampuan merancanakan percobaan merupakan kegiatan mengidenfikasi berapa

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII-F SMPN 14 BANJARMASIN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MEANS END ANALYSIS (MEA) Muhammad Azhari

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII-F SMPN 14 BANJARMASIN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MEANS END ANALYSIS (MEA) Muhammad Azhari EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 5, Nomor 1, April 2017, hlm 38 46 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII-F SMPN 14 BANJARMASIN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MEANS END ANALYSIS (MEA) Muhammad

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS III SDN 009 TANJUNG PENYEMBAL KOTA DUMAI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS III SDN 009 TANJUNG PENYEMBAL KOTA DUMAI 1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS III SDN 009 TANJUNG PENYEMBAL KOTA DUMAI Sri Marliani, Mahmud Alpusari, Munjiatun Srimarliani@yahoo.com Program Studi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Classroom Action Research atau yang lebih

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Classroom Action Research atau yang lebih BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Classroom Action Research atau yang lebih familiar disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Muslikah (2010: 32) mendefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

Keefektifan Pembelajaran Matematika dengan Model PBL Terhadap Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Materi SPLDV pada Siswa Kelas X SMKN 6 Semarang

Keefektifan Pembelajaran Matematika dengan Model PBL Terhadap Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Materi SPLDV pada Siswa Kelas X SMKN 6 Semarang PRISMA 1 (2018) PRISMA, Prosiding Seminar Nasional Matematika https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/prisma/ Keefektifan Pembelajaran Matematika dengan Model PBL Terhadap Kemampuan Menyelesaikan Soal

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar NASKAH PUBLIKASI PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF DALAM MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PADA SISWA KELAS III SD NEGERI SEPAT 2 SRAGEN TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. memperbaiki layanan kependidikan yang harus diselenggarakan dalam

BAB III METODE PENELITIAN. memperbaiki layanan kependidikan yang harus diselenggarakan dalam 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Aqib (2014: 18) PTK merupakan cara yang strategis bagi guru untuk memperbaiki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama dalam proses pendidikan di sekolah. Pembelajaran matematika merupakan suatu proses belajar mengajar

Lebih terperinci

Majalah Ilmiah Inspiratif, Vol.2 No.2 Januari 2016

Majalah Ilmiah Inspiratif, Vol.2 No.2 Januari 2016 Majalah Ilmiah Inspiratif, Vol.2 No.2 Januari 2016 Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Sistem Ekskresi Melalui Penerapan Model Pembelajaran SQ4R Bagi Siswa Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Cepiring Semester

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa ahli mendefinisikan tentang pengertian belajar atau lerning, baik

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa ahli mendefinisikan tentang pengertian belajar atau lerning, baik II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dalam Konteks Pembelajaran Beberapa ahli mendefinisikan tentang pengertian belajar atau lerning, baik secara umum maupun secara khusus. Penafsiran tersebut berbeda satu

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Inpres Simoro Dalam Pembelajaran IPS Dengan Menggunakan Media Gambar

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Inpres Simoro Dalam Pembelajaran IPS Dengan Menggunakan Media Gambar Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Inpres Simoro Dalam Pembelajaran IPS Dengan Menggunakan Media Gambar Yohanis Frans Epyvania. S, Anthonius Palimbong, dan Charles Kapile Mahasiswa Program Guru

Lebih terperinci

Oleh: Moh. Ghozali SMP Negeri 1 Pogalan Kabupaten Trenggalek

Oleh: Moh. Ghozali SMP Negeri 1 Pogalan Kabupaten Trenggalek 126 Moh. Ghozali, Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Inggris... PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS PADA KOMPETENSI DASAR MENGUNGKAPKAN MAKNA DALAM PERCAKAPAN TRANSAKSIONAL DAN INTERPERSONAL PENDEK

Lebih terperinci

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI KOTA TEBING TINGGI

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI KOTA TEBING TINGGI PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI 164519 KOTA TEBING TINGGI Syarigfah Guru SD Negeri 164519 Kota Tebing Tinggi Surel : syarigfah16@gmail.com

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MENGGUNAKAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING SISWA KELAS VIII SMP AL ISHLAH TAHUN AJARAN 2011 / Nugroho Adi Prayitno

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MENGGUNAKAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING SISWA KELAS VIII SMP AL ISHLAH TAHUN AJARAN 2011 / Nugroho Adi Prayitno PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MENGGUNAKAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING SISWA KELAS VIII SMP AL ISHLAH TAHUN AJARAN 2011 / 2012 Nugroho Adi Prayitno SMP AL ISLAH SEMARANG D fish Adi R@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (PTK). Penelitian Tindakan kelas merupakan terjemahan dari Classroom

BAB III METODE PENELITIAN. (PTK). Penelitian Tindakan kelas merupakan terjemahan dari Classroom 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan kelas merupakan terjemahan dari Classroom Action Research,

Lebih terperinci

PENINGKATAN PEMBELAJARAN DENGAN METODE EKSPERIMEN IPA DI KELAS IV SDN 20 GUNUNG TULEH PASAMAN BARAT

PENINGKATAN PEMBELAJARAN DENGAN METODE EKSPERIMEN IPA DI KELAS IV SDN 20 GUNUNG TULEH PASAMAN BARAT PENINGKATAN PEMBELAJARAN DENGAN METODE EKSPERIMEN IPA DI KELAS IV SDN 20 GUNUNG TULEH PASAMAN BARAT Yuliatri 1,Erman Har 1, Hendrizal 1 1 Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian 1. Metode Penelitian Metode merupakan cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja

Lebih terperinci