Modul Standar untuk digunakan dalam Perkuliahan di Universitas Mercu Buana MODUL PERKULIAHAN MATA KULIAH OPINI PUBLIK BIDANG STUDI PUBLIC RELATIONS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Modul Standar untuk digunakan dalam Perkuliahan di Universitas Mercu Buana MODUL PERKULIAHAN MATA KULIAH OPINI PUBLIK BIDANG STUDI PUBLIC RELATIONS"

Transkripsi

1 MODUL PERKULIAHAN MATA KULIAH OPINI PUBLIK BIDANG STUDI PUBLIC RELATIONS Modul Standar untuk digunakan dalam Perkuliahan di Universitas Mercu Buana Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh FIKOM PT.Indeks Humas 06 MK10230 Novi Erlita, Sos.M.A Abstract Petunjuk Penggunaan Template Modul Standar untuk digunakan dalam modul perkuliahan Universitas Mercu Buana Kompetensi Dosen Pengampu dapat menerapkan dan menggunakan template modul standar untuk modul-modul yang akan dipergunakannya

2 Standarisasi Modul Latar Belakang POKOK BAHASAN : DINAMIKA OPINI PUBLIK PADA KOMUNIKASI DESKRIPSI : Modul 6 menjelaskan dinamika opini publik dilihat dari hubungan komunikasi dengan opini, proses pembentukan opini publik, kekuatan dari opini publik. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS : Setelah mempelajari modul 6 ini, mahasiswa diharapkan dapat : 1. Menjelaskan hubungan komunikasi dengan opini 2. Menjelaskan proses pembentukan opini publik 3. Menjelaskan adanya kekuatan dari opini publik. A. Komunikasi dan Opini Komunikasi adalah penggunaan tanda-tanda yang berarti untuk membina hubungan sosial. Tanda-tanda sangat banyak wujudnya. Namun definisi ini dapat dipersempit ke tanda yang berupa bahasa sebagai rangsangan. Untuk bidang politik, tanda dapat berupa gerak isyarat dan lambang. Menurut Bernard Hennessy, bahasa yang berlaku dalam komunikasi adalah kata-kata lisan atau tulisan mengenai isu kepentingan umum/publik, yang disampaikan oleh pemilik opini melalui hubungan di antara jaringan komunikasi yang besar dan kecil. Contoh : Ada inisiatif penjaga pintu air untuk membuka pintu air manggarai. Jika pintu air tidak dibuka, Jakarta akan banjir lebih besar lagi. Masalahnya, pembukaan pintu air akan menyebabkan air menggenang ke istana. Penjaga pintu air merasa perlu minta izin Presiden. Sementara pihak Istana berpendapat pembukaan pintu air tidak perlu mendapat izin dari Istana. Presiden justru mengeluarkan pernyataan, Tidak perlu minta izin kalau tindakan itu untuk kepentingan orang banyak, bukan untuk kepentingan seseorang (Presiden). 2

3 1. Jaringan Komunikasi Komunikasi menciptakan arti sosial melalui tanda-tanda (bahasa) yang dapat dipahami kedua belah pihak. Bentuk yang paling sederhana : si A memberikan tanda yang dimengerti si B, lawan bicaranya. Jadi : A Tanda B Misalnya, si A adalah pengawal. Dia menyadari kehadiran si B dan berseru Berhenti. Kemudian si B menyadari peringatan si A dan sadar dia harus berhenti. Jika tidak berhenti, kemungkinan dia akan ditembang. Terjadilah jaringan komunikasi yang sederhana pada tataran individu. Jaringan tersebut berupa percakapan ketika si B berkata Berhenti. Pada tatanan yang lebih luas, hubungan sosial yang mempunyai makna terjadi sebagai hasil dari komunikasi. Jaringan komunikasi yang paling sederhana terdiri dari dua orang yang saling bertukar tanda yang mempunyai arti. Meskipun sederhana wujudnya, jaringan komunikasi sangat penting untuk membentuk ulang opini umum atau perorangan. Suami-isteri, orang tua-anak, teman-teman, majikan-buruh, rekan sekerja, semua hubungan antara dua orang tersebut menginformasikan opini masing-masing pihak. Jaringan dua orang itu merupakan (a) sarana untuk menyampaikan opini perorangan, dan (b) menjadi struktur yang menjadi dasar bagi pola komunikasi yang lebih rumit. Kelompok primer dan sekunder, masing-masing mempunyai jaringan komunikasi sendiri. Akibatnya, berbeda-beda opini publiknya. a. Kelompok primer dan jaringan komunikasi primer Charles H. Cooley merupakan sosiolog yang pertama mengenali perbedaan dasar antara kelompok manusia primer dan kelompok manusia sekunder. Pada tahun 1909, Cooley menggambarkan kelompok primer (primary-group) yang ditandai kerjasama, persatuan, dan tatap muka yang akrab. George Homans membahas perilaku kelompok kecil. Homans menambahkan unsure komunikasi berulang kali (requent communication) ke dalam kelompok primer. Menurut Homans, kelompok primer adalah sejumlah orang yang jumlahnya sedikit, selalu berkomunikasi satu dengan yang lain dalam jangka waktu tertentu, dan bisa berkomunikasi satu dengan lainnya secara tatap muka. Kelompok primer adalah himpunan orang-orang yang berinteraksi sebagai perorangan. Contoh kelompok primer adalah kelompok kerja, klub bridge, kelas yang belajar di sekolah. Persyaratan dari Cooley, yang dikutip Bernard Hennessy bahwa kelompok primer menghendaki para anggota saling bertatap muka, tidak perlu diartikan harafiah. 3

4 Anggota kelompok primer tidak perlu harus bertatap muka di ruangan yang sama. Berbicara melalui telepon menghasilkan kelompok primer dan jaringan komunikasi primer walaupun orang-orangnya terpisah ribuan kilometer jauhnya. b. Kelompok sekunder dan jaringan komunikasi massa Kelompok sekunder (secondary-group) adalah kelompok yang ditandai dengan hubungan yang anggotanya tidak dapat dikenali sebagai perorangan. Menurut Truman, kelompok sekunder adalah kelompok yang dilembagakan (institutionalized group). Kelompok yang dilembagakan, yang mencakup keluarga, organisasi keagamaan, badan hukum, perkumpulan persaudaraan, menunjukkan derajat formalitas dan keseragaman. Kelompok yang bukan tatap muka itu dinamakan kelompok sekunder. Jaringan komunikasi sekunder adalah sistem komunikasi massa, atau secara sederhana komunikasi massa (mass communication). Wright menyatakan komunikasi massa adalah komunikasi jenis khusus yang memiliki kondisi operasi yang berbeda-beda. Di antara contoh yang terpenting adalah pirsawan televisi, pengalaman komunikasi, dan komunikatornya. Media komunikasi massa, pers, radio, televisi, dan film semuanya memenuhi persyaratan pokok anonimitas, umum, dan kelembagaan. Semuanya juga cepat, fana, sekalipun beberapa bagiannya mungkin memerlukan waktu lama untuk persiapannya (umpamanya artikel dalam majalah dan film). 2. Komunikasi dan Pengamatan Langsung sebagai Sumber Opini Pembentukan opini atau perubahan opini tidak selamanya disebabkan oleh komunikasi. Naluri dan pembelajaran tanpa bantuan melalui pengalaman perorangan dapat menghasilkan sikap dan opini mengenai persoalan tertentu. Sikap dan opini lahir dari pembelajaran. Pembelajaran dapat terjadi melalui hubungan sosial, khususnya melalui komunikasi. Jadi, komunikasi sangat penting bagi pembentukan opini. Anggota masyarakat mendapatkan hampir semua pengetahunannya tentang persoalan masyarakat melalui komunikasi. Komunikasi berinteraksi dengan pengamatan pribadi. Pada kondisi tertentu, orang dapat membentuk atau mengubah opini mengenai isu masyarakat tanpa komunikasi dengan orang lain. Pengamatan langsung seseorang dapat menambah, memperkuat, atau memperlemah informasi yang dikomunikasikan. Banyak opini yang dibentuk melalui komunikasi diuji dahulu dengan pengalaman pribadi. Informasi yang diterima dari jaringan primer atau komunikasi massa mungkin dapat memperkuat opini mahasiswa kedokteran, si A dan si B bahwa pelayanan kesejahteraan masyarakat yang lebih luas diperlukan oleh masyarakat mereka. 4

5 Andaikan bahwa si A dan si B mempunyai pengalaman yang berbeda. Si A mempunyai banyak pasien yang miskin dan berpendapatan rendah. Karena itu tidak disangsikan lagi pengalaman tersebut akan memperkuat opini semula. Sebaliknya, pasien si B sebagian besar adalah orang-orang yang mampu mendapatkan pelayanan kesejahteraan pribadi. Pengalaman si B akan memperlemah opini sebelumnya. Karena itu, si B cenderung mengubah opininya. Banyak cara bagi perorangan maupun kelompok untuk mengurangi konflik dan ketidak-selarasan antara komunikasi dan pengamatan. Secara pribadi atau dalam kelompok kita cenderung melihat dan mendengar apa yang kita ingin lihat dan dengar. Karena itu, komunikasi cenderung identik atau sama dengan pengamatan. 3. Dampak Komunikasi pada Opini Publik Beberapa jenis komunikasi tentang isu tertentu mampu menimbulkan perhatian pada isu bersangkutan. Bertrand R. Canfield, yang dikutip Santoso S, menyatakan tujuan dasar public relations adalah membentuk atau memengaruhi opini publik. Untuk itu pelaku public relations perlu memahami opini publik, pembentukannya, sifat atau ciri-cirinya, pengembangannya, dan pengertiannya. Sebelum mengkaji proses pembentukan opini publik, kita perlu mengulas kembali definisi opini publik. Publik adalah sekelompok orang yang mempunyai minat yang sama, sedangkan opini adalah sesuatu yang dipikirkan atau diyakini dan dinyatakan orang tentang sesuatu yang kontroversial. Menurut Santoso Sastropoetro (1990), opini publik dapat didefinisikan sebagai Apa yang dipikirkan sekelompok orang secara kolektif tentang sesuatu yang bersifat kontroversial atau hasil pemikiran sekelompok orang secara kolektif tentang sesuatu hal yang bersifat kontroversial. B. Proses Pembentukan Opini Publik 1. Perbedaan Opini George Carslake Thompson, yang dikutip oleh Santoso Sastropoetro (1990), menyatakan ketika publik menghadapi isu, maka timbul perbedaan opini di antara mereka. Perbedaan opini muncul karena : a. perbedaan pandangan terhadap fakta, b. perbedaan perkiraan tentang cara-cara terbaik untuk mencapai tujuan, dan c. perbedaan motif untuk mencapai tujuan. Opini publik dapat dikaji dari berbagai segi. Ada empat segi untuk mengkajinya : 5

6 a. Difusi, yaitu apakah opini yang timbul merupakan suara terbanyak atau hanya suara golongan tertentu; b. Persistence, yaitu berapa lama berlangsungnya isu tertentu; c. Intensitas, yaitu seberapa kuat dampak dari isu tertentu; dan d. Reasonableness, yaitu seberapa kuat alasan kemunculan isu tertentu. 2. Terbentuknya Publik Menjelang akhir tahun 2005 sampai tahun 2006, di tanah air kita muncul beberapa masalah yang menimbulkan kontroversial di dalam masyarakat. Pada kurun waktu itu bermunculan berbagai pendapat yang saling bertentangan terhadap sejumlah masalah. Masalah-masalah tersebut meliputi : a. Protes terhadap kenaikkan BBM; b. Protes terhadap impor beras; c. Protes terhadap foto vulgar actor Anjasmara; d. Protes terhadap aparat yang kurang peduli pada kesehatan, khususnya busung lapar di kalangan anak-anak di beberapa daerah, polio dan penyakit flu burung, dan masih banyaknya warga yang diserang demam berdarah; e. Protes terhadap penanganan dan koordinasi yang kurang lancar atas musibah yang silih berganti menimpa tanah air; f. Protes terhadap majalah Playboy yang suka menampilkan wanita berpakaian minim; g. Protes terhadap bisa larinya warga Papua ke Australia; h. Protes terhadap kebijakan Ujian Nasional untuk SLTP dan SMU yang menimbulkan kegagalan banyak siswa sehingga tidak dapat melanjutkan pelajarannya ke tingkat lanjutan. Masalah-masalah tersebut tak henti-hentinya menjadi pembicaraan publik, karena masalah-masalah itu menyangkut kepentingan mereka. Berbagai masalah tersebut memunculkan kelompok-kelompok di masyarakat yang tidak teratur yang memenuhi syarat atau ciri-ciri untuk disebut sebagai publik. Herbert Blumer mengemukakan ciri-ciri publik : a. menghadapi isu tertentu, b. terlibat ke diskusi mengenai isu tertentu., dan c. memiliki perbedaan opini tentang cara mengatasi isu tertentu. Kelompok-kelompok individu secara kebetulan bertemu mendiskusikan isu, sehingga terpenuhi ciri-ciri bahwa : 6

7 a. kehadiran kelompok tidak direncanakan, tetapi merupakan respons yang bersifat alamiah terhadap isu tertentu; b. kelompok tersebut tidak didirikan secara resmi; c. bertemunya individu-individu ke dalam kelompok karena spontanitas. Ternyata orang cenderung membicarakan berita-berita yang dikemukakan dalam contoh. Dengan tenang, lambat laun mereka terlibat ke dalam diskusi. Masing-masing mengemukakan pandangan dan saling melemparkan argumentasi. Diskusi tersebut berjalan mengikuti konteks kerangka pengetahuan (frame of reference) dan kerangka pengalaman (frame of experience) masing-masing orang. Masing-masing mengemukakan opini dan menerima masukan yang bermacam-macam yang sering bersifat simpang siur. Akan tetapi, lambat laun arah pembicaraannya makin jelas sehingga akhirnya tercipta satu opini yang bulat. 3. Tahap Pembicaraan dan Pembentukan Opini Secara umum terdapat tiga tahap pembicaraan, yaitu : Tahap I : Pada tahap ini, masukan masih semrawut. Ada sementara ilmuwan menyebutkan sebagai stage of brain stroming. Ferdinand Tonnies menyebutnya sebagai luftartigen position atau sebagai angin. Tahap II : Pada tahap ini, pembicaraan mulai terarah, mulai membentuk opini yang jelas dan menyatu. Tahap ini oleh sebagian ilmuwan disebut sebagai the stage of consolidation. Ferdinand Tonnies menyebutnya fleissigen position. Tahap III : Para ilmuwan menyebut tahap ini sebagai the solid stage. Ferdinand Tonnies menyebutnya festigen position. Setelah berada di tahap ketiga, hasil diskusi tidak dipertentangkan lagi oleh kelompok yang hadir dalam diskusi. Opini yang telah dinyatakan tidak ditentang lagi, dan itulah yang disebut sebagai opini publik. Menurut Emory S. Bogardus, opini yang timbul sebagai akibat interaksi ini disebut opini publik. Kemudian, mereka bubar dan membicarakan masalah lain. Contoh-contoh di atas terbukti selaras dengan definisi Leo Bogart yang menyatakan opini publik tidak timbul dari persetujuan, tetapi dari pertentangan pendapat mengenai nilainilai. Mereka yang menyatakan pro dan kontra masing-masing mengemukakan penilaian dan pendapatnya serta mengemukakan fakta, prinsip, harapan, ataupun perasaan. Dengan tidak disadari publik terlibat ke proses pembentukan opini publik. 7

8 4. Opini Publik : Direncanakan vs. Tak Direncanakan Menurut Nurudin (2001), opini publik dapat timbul karena direncanakan dan tidak direncanakan. Opini publik yang tidak mempunyai tujuan dan target tertentu. Kehadirannya sekedar karena ada permasalahan yang harus diketahui masyarakat dan munculnya juga secara alamiah. Tidak diperlukan media penyalur yang efektif agar opini itu menjadi opini public. Contoh : Sejumlah kayu yang hampir menutupi salah satu sungai di Kalimantan dapat disita oleh aparat keamanan. Kayu-kayu itu siap diekspor. Aparat menangkap para perambah hutan yang banyak merugikan Negara. Aparat juga meringkus para pemilik dan pengusaha kayu. Opini publik yang direncanakan memiliki keorganisasian, media, dan target yang jelas. Isu muncul untuk memengaruhi opini publik yang berkembang di masyarakat atau sengaja meng-counter opini publik lain yang sudah diyakini masyarakat. Sebagai contoh : Kasus semburan lumpur panas di desa Siring, kecamatan Porong, kabupaten Sidoarjo (Juni 2006) Jawa Timur. Lumpur panas muncul bagai banjir yang melanda beberapa desa. Sawah penduduk hancur terendam lumpur panas. Kasus lumpur panas belum usai menjadi bahan opini publik, muncul kasus lain yang tidak kalah pentingnya. Ada dugaan kepemilikan sejumlah senjata dan amunisi oleh seorang jenderal. Kasus ini terungkap setelah si Jenderal meninggal dunia. Apakah kasus pertama opini publik kasus semburan lumpur panas di Sidoarjo makin mengancam mereka yang berada atau terlibat dalam kasus itu? Opini publik tidak lagi ke kasus lumpur panas di Jawa Timur, tetapi mengarah ke kasus Jenderal yang memiliki sejumlah senjata dengan berbagai jenis dan bentuk serta sejumlah peluru dan amunisi. Contoh tersebut memberikan bukti bahwa opini publik bisa diciptakan diarahkan, dan direncanakan secara baik. 5. Cara Kerja Opini Publik Menurut Redi Panuju (2002), untuk menjelaskan cara kerja opini publik, terlebih dahulu perlu dibedakan pengertian antara opini publik dan pandangan umum (general opinion). Pandangan umum relatif permanen, sedangkan opini publik tidak bersifat permanen. Sebaliknya, opini publik bersifat dinamis, bergeser, dan berubah sesuai konteksnya. Tafsiran terhadap masalah tertentu berbeda-beda berdasarkan perbedaan status sosial, golongan, etnis, kelompok agama, dan sebagainya. Objek yang semula merupakan pendapat umum bisa menjadi opini publik apabila nilai-nilai atau makna objek tersebut mulai bergeser dan mengundang pro dan kontra. Dalam pendapat umum, anggota sosialnya tidak mengenal keragu-raguan karena anggotanya justru menjaga nilai-nilai atau makna yang tetap utuh dan terpelihara. Sebaliknya, dalam opini publik makna menjadi relatif karena 8

9 berbagai kepentingan yang mendorong individu memposisikan dirinya berbeda dalam memaknai objek tertentu. Opini publik terbentuk karena adanya aktivitas komunikasi yang bertujuan memengaruhi orang lain atau pihak lain. Dalam prosesnya, terjadi tawar menawar agar pihak lain terpengaruh. Proses ini tidak jarang menggunakan cara-cara penekanan, agitasi (provokasi), atau ancaman (intimidasi). Aktivitas komunikasi ini rentan terhadap munculnya konflik. Konflik terjadi ketika : a. consensus/persetujuan tidak tercapai, b. proses penyesuaian satu sama lain tidak terjadi, dan c. perubahan opini sulit dilakukan. Untuk mengatasi konflik, berbagai strategi dan taktik penyusunan pesan perlu digunakan secara variatif dengan pola yang berubah sangat cepat mengikuti situasi yang berkembang. Jika konflik tak bisa dihindari, masing-masing pihak akan berusaha melakukan aktivitas komunikasi. 6. Peranan Humas dalam Pembentukan Opini Publik Bagaimana Humas meningkatkan kualitas opini publik? Humas membentuk opini publik dengan lebih mengarah ke rasio daripada emosi dan naluri (insting). Kemampuan beropini yang rasional dimiliki oleh setiap individu dan kelompok yang cerdas. Tugas hubungan masyarakat adalah mengembangkan opini yang rasional, bukannya yang bersifat emosional, terhadap isu yang kontroversial. Ketika membentuk atau mengubah opini publik tentang hal-hal yang bersifat kontroversial, Humas menyajikan informasi yang relevan tanpa ada yang disembunyikan atau diubah sehingga opini publik yang timbul merupakan produk dari pengetahuan dan pemilihan atas dasar pertimbangan yang rasional. Humas, broadcasting, dan marcom (marketing communication) harus mengembangkan pikiran yang rasional dengan cara berikut : a. Memberi publik lebih banyak keterangan atau penjelasan (berupa laporan, gambar/foto) untuk menanggapi isu yang kontroversial. b. Memberi perhatian yang lebih besar pada individu-individu sebagai kelompok yang menghadapi isu yang bersifat kontroversial. Jika humas, broadcasting, dan marcom tidak berbuat seperti yang di atas maka ia akan gagal dalam tugasnya untuk menciptakan opini publik yang mendukung misi tertentu. 9

10 C. Kekuatan Opini Publik Opini publik atau pendapat publik yang merupakan kesatuan pernyataan tentang isu yang bersifat kontroversial adalah bagian dari penilaian sosial. Karena itu, opini publik memiliki beberapa kekuatan yang perlu diperhatikan : 1. Opini publik dapat menjadi hukuman sosial Opini publik dapat membuat orang atau sekelompok orang malu, merasa dikucilkan, merasa dijauhi, dan merasa rendah diri. Contoh : a. Pak Harto pernah disebut sebagai raja KKN. Tanpa dihukum pun pak Harto secara psikologis mendapat tekanan. Buktinya, pada saat akan diadili, pak Harto selalu sakit. b. Banyak pejabat tinggi yang tersangkut tuduhan korupsi mengalami rasa malu. Anakanak dan keluarga besarnya juga terkena imbas dari tuduhan tersebut. Ruang gerak mereka menjadi terbatas. Semua mata memandang mereka dengan sinis ketiak mereka hadir di pesta. Biasanya, mereka menghindari berada di tengah-tengah orang banyak. c. Seorang gadis yang melakukan pergaulan bebas dengan pacarnya merasa dikucilkan di lingkungannya. 2. Opini publik dapat mendukung keberlangsungan berlakunya norma Contoh norma adalah kesopan-santunan dan kesusilaan antara yang muda dan yang lebih tua, antara yang muda dan orang yang seusia, serta ketika orang berlalulintas. a. Perilaku murid terhadap gurunya. Banyak murid tidak lagi menghargai gurunya. Contohnya, sekalipun berpapasan tidak memberi salam atau tegur sapa. b. Perilaku orang muda terhadap orang tua. Ketika orang tua sedang duduk-duduk, remaja lewat tanpa basa basi, tanpa permisi, atau tanpa member salam. c. Perilaku di bidang lalulintas. Kelazimannya, orang menyusul kendaraan lain dari sebelah kanan. Tetapi sekarang banyak orang menyusul dari sebelah kiri. Demikian pula, para pengemudi angkutan umum sering berhenti di tempat yang tidak seharusnya. Mobil kadang-kadang berhenti di tempat larangan yang ditentukan oleh tanda lalulintas Semua tindakan ini terjadi karena tidak ada yang melarang, yang memperingatkan, atau yang menindaknya sebagai hukuman. Jika dibiarkan, semua tindakan ini dianggap benar dan wajar. Jika opini publik menyatakan semua tindakan ini sebagai hal yang negatif, orang akan terpengaruh oleh opini itu dan berusaha untuk menghindarinya. 10

11 3. Opini publik dapat mempertahankan eksistensi lembaga dan juga dapat menghancurkan lembaga Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah salah satu lembaga yang melakukan rekonstruksi ulang atas paradigmanya karena pengaruh opini publik. Selama ini, lembaga (yang dahulu bernama ABRI) ini sudah terlalu jauh masuk ke bidang politik. Tentara menjadi kurang berkonsentrasi pada penciptaan keamanan negara. Celakanya, tentara justru melindungi KKN di lembaga lain. Tentara justru membuat masyarakat jadi takut. Ketika reformasi, opini publik terhadap TNI cenderung negatif. Opini publik menuntut agar Dwifungsi ABRI dihapus, wakil mereka di MPR dikurangi bahkan akhirnya dihapuskan. TNI tidak tinggal diam. TNI menanggapi opini publik itu dengan rekonstruksi ulang atas paradigmanya. TNI kembali berkonsentrasi ke pengamanan negara. Opini publik juga menuntut agar Kepolisian independen. Selama ini lembaga Kepolisian merupakan bagian dari TNI. Sebagai tanggapan atas opini publik itu, Kepolisian memisahkan diri dari TNI dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Dua contoh tersebut menunjukkan opini publik mampu mempertahankan atau menghancurkan lembaga. 4. Opini publik dapat mempertahankan atau menghancurkan kebudayaan Opini publik pernah menyuarakan kekhawatirannya terhadap punahnya sejumlah kesenian yang dianggap sebagai bagian dari budaya asli Indonesia. Sebagai tanggapan atas opini publik ini, RRI Jakarta menyelenggarakan lomba keroncong yang diikuti pria dan wanita. Ternyata peminatnya cukup banyak. RRI merasa perlu melestarikan lagu keroncong. Karena itu, RRI Daerah juga ikut mengadakan lomba keroncong. Para juara lomba keroncong di daerah kemudian mengikuti lomba tingkat nasional yang diadakan di Yogyakarta pada Juli Selain keroncong, kesenian yang menggunakan alat musik tradisional juga perlu dilestarikan. Sejak awal tahun 2006, RRI Jakarta membuka kursus vokal untuk menjadi sinden Jawa dan Sunda. RRI Jakarta juga membuka kursus menabuh gamelan dan kursus memainkan peralatan musik daerah lainnya. Opini publik juga pernah menyatakan kehidupan metropolitan akan menghapuskan sejumlah budaya daerah. Masyarakat metropolitan menanggapi opini publik tersebut dengan sejumlah tindakan nyata. Misalnya, banyak penduduk Jakarta yang berasal dari daerah lain di Indonesia. Dalam pernikahan, setiap pasangan terutama di Jakarta berusaha agar tetap membawa ciri daerahnya masing-masing. Pesta pernikahan sering disertai tarian dan pelaminan mewah yang mengikuti adat daerah tertentu. Tata-cara kedaerahan digunakan untuk mengiringi pengantin memasuki ruangan. Bahasa daerah juga digunakan mengiringi 11

12 pengantin memasuki ruangan. Bahasa daerah juga digunakan mengiringi pengantin dan keluarganya ke pelaminan. RANGKUMAN Pembentukan atau perubahan opini tidak selamanya disebabkan oleh komunikasi. Masyarakat dapat berubah opininya karena pengamatan langsung. Pengamatan langsung dapat menambah, memperkuat, atau memperlemah arti informasi yang dikomunikasikan. Ketika menghadapi isu tertentu, masyarakat akan mengalami perbedaan opini. Perbedaan opini ini disebabkan oleh perbedaan sudut pandang terhadap fakta; perbedaan perkiraan tentang cara-cara terbaik untuk mencapai tujuan; perbedaan motif untuk mencapai tujuan. Opini publik merupakan kekuatan yang dapat menjadi hukuman sosial, pendukung bagi kelangsungan berlakunya norma, dan mempertahankan eksistensi lembaga atau menghancurkan lembaga. Opini publik juga dapat mempertahankan dan menghancurkan kebudayaan. PERTANYAAN LATIHAN 1. Mengapa penciptaan proses komunikasi menimbulkan opini publik? 2. Pengalaman membuktikan bahwa pergeseran opini publik dari satu opini ke opini lain disebabkan oleh beberapa faktor. Sebutkan faktor-faktor tersebut! 3. Mengapa opini publik muncul melalui diskusi? Bagaimana menurut Emory S. Bogardus? 4. Sebutkan tiga penyebab yang menimbulkan perbedaan-perbedaan pendapat! 5. Sebutkan contoh-contoh isu yang pernah terjadi di Indonesia yang menimbulkan kontroversi dan memakan waktu sampai berminggu-minggu (3 contoh saja)! 6. Opini publik dapat menjadikan seseorang terkena hukuman sosial? Berikan contoh yang Anda ketahui! 7. Apakah opini publik dapat menghancurkan atau mempertahankan kelangsungan budaya? Berikan contoh? 12

13 CONTOH KASUS Pembentukan opini atau perubahan opini tidak selamanya disebabkan komunikasi. Bantuan melalui pengalaman perorangan dapat menghasilkan sikap dan pandangan mengenai suatu persoalan. Namun, anggota masyarakat mendapatkan semua pengetahuan tentang persoalan yang dihadapi masyarakat melalui komunikasi. Komunikasi berinteraksi dengan pengamatan pribadi. Pengamatan langsung dapat menambah, memperkuat atau memperlemah arti informasi yang dikomunikasikan. Informasi yang diterima dari jaringan primer atau komunikasi massa, mungkin dapat meyakinkan mahasiswa kedokteran A dan B, mereka bercita-cita meningkatkan pelayanan masyarakat. Dalam kenyataan mereka menghadapi pengalaman yang berbeda. Dokter A melayani pasien-pasien yang miskin dan berpendapatan rendah, dan tak dapat disangsikan lagi, pengalaman akan memperkuat opini semula, sedangkan pengalaman dokter B yang melayani pasien yang mampu akan menjurus kepada perubahan opini. 13

14 DAFTAR BACAAN Hennessy, Bernard (1990), Pendapat Umum, edisi keempat. Jakarta, Erlangga. (hlm ) Sastropoetro, Santoso (1990), Pendapat Publik, Pendapat Umum dan Pendapat Khalayak dalam Komunikasi Sosial, Bandung, Remaja Rosdakarya. (hlm ) Nurudin (2001), Komunikasi Propaganda. Bandung, Remaja Rosdakarya. (hlm.55-56) Sumber ilustrasi :

Modul Standar untuk digunakan dalam Perkuliahan di Universitas Mercu Buana MODUL PERKULIAHAN MATA KULIAH OPINI PUBLIK BIDANG STUDI PUBLIC RELATIONS

Modul Standar untuk digunakan dalam Perkuliahan di Universitas Mercu Buana MODUL PERKULIAHAN MATA KULIAH OPINI PUBLIK BIDANG STUDI PUBLIC RELATIONS MODUL PERKULIAHAN MATA KULIAH OPINI PUBLIK BIDANG STUDI PUBLIC RELATIONS Modul Standar untuk digunakan dalam Perkuliahan di Universitas Mercu Buana Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. manusia, salah satunya adalah komunikasi massa. Konsep komunikasi massa itu

BAB II URAIAN TEORITIS. manusia, salah satunya adalah komunikasi massa. Konsep komunikasi massa itu BAB II URAIAN TEORITIS II.1 Komunikasi Massa Dari berbagai macam cara komunikasi dilaksanakan dalam masyarakat manusia, salah satunya adalah komunikasi massa. Konsep komunikasi massa itu sendiri pada satu

Lebih terperinci

Modul Standar untuk digunakan dalam Perkuliahan di Universitas Mercu Buana MODUL PERKULIAHAN MATA KULIAH OPINI PUBLIK BIDANG STUDI PUBLIC RELATIONS

Modul Standar untuk digunakan dalam Perkuliahan di Universitas Mercu Buana MODUL PERKULIAHAN MATA KULIAH OPINI PUBLIK BIDANG STUDI PUBLIC RELATIONS MODUL PERKULIAHAN MATA KULIAH OPINI PUBLIK BIDANG STUDI PUBLIC RELATIONS Modul Standar untuk digunakan dalam Perkuliahan di Universitas Mercu Buana Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Lebih terperinci

KOMUNIKASI PEMASARAN POLITIK

KOMUNIKASI PEMASARAN POLITIK KOMUNIKASI PEMASARAN POLITIK Modul ke: 08 Opini Publik Fakultas PASCASARJANA Program Studi Magister Ilmu Komunikasi http://mercubuana.ac.id Dr. Heri Budianto.M.Si Pengertian Opini Publik Opini publik berasal

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE 4 POKOK BAHASAN

PERTEMUAN KE 4 POKOK BAHASAN PERTEMUAN KE 4 POKOK BAHASAN A. TUJUAN PEMBELAJARAN Adapun tujuan pembelajaran yang akan dicapai sebagai berikut: 1. Mahasiswa dapat memahami tentang arti interaksi, kontak dan komunikasi. 2. Mahasiswa

Lebih terperinci

Modul Standar untuk digunakan dalam Perkuliahan di Universitas Mercu Buana MODUL PERKULIAHAN MATA KULIAH OPINI PUBLIK BIDANG STUDI PUBLIC RELATIONS

Modul Standar untuk digunakan dalam Perkuliahan di Universitas Mercu Buana MODUL PERKULIAHAN MATA KULIAH OPINI PUBLIK BIDANG STUDI PUBLIC RELATIONS MODUL PERKULIAHAN MATA KULIAH OPINI PUBLIK BIDANG STUDI PUBLIC RELATIONS Modul Standar untuk digunakan dalam Perkuliahan di Universitas Mercu Buana Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Lebih terperinci

Modul Standar untuk digunakan dalam Perkuliahan di Universitas Mercu Buana MODUL PERKULIAHAN MATA KULIAH OPINI PUBLIK BIDANG STUDI PUBLIC RELATIONS

Modul Standar untuk digunakan dalam Perkuliahan di Universitas Mercu Buana MODUL PERKULIAHAN MATA KULIAH OPINI PUBLIK BIDANG STUDI PUBLIC RELATIONS MODUL PERKULIAHAN MATA KULIAH OPINI PUBLIK BIDANG STUDI PUBLIC RELATIONS Modul Standar untuk digunakan dalam Perkuliahan di Universitas Mercu Buana Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Lebih terperinci

Menurut Cultip dan Center dalam Sastropoetro (1987), opini adalah suatu ekspresi tentang sikap mengenai suatu masalah yang bersifat kontroversial.

Menurut Cultip dan Center dalam Sastropoetro (1987), opini adalah suatu ekspresi tentang sikap mengenai suatu masalah yang bersifat kontroversial. OPINI PUBLIK Menurut Cultip dan Center dalam Sastropoetro (1987), opini adalah suatu ekspresi tentang sikap mengenai suatu masalah yang bersifat kontroversial. Opini timbul sebagai hasil pembicaraan tentang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP OVER PROTECTIVE ORANGTUA DENGAN KECENDERUNGAN TERHADAP PERGAULAN BEBAS. S k r i p s i

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP OVER PROTECTIVE ORANGTUA DENGAN KECENDERUNGAN TERHADAP PERGAULAN BEBAS. S k r i p s i HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP OVER PROTECTIVE ORANGTUA DENGAN KECENDERUNGAN TERHADAP PERGAULAN BEBAS S k r i p s i Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar derajat sarjana S-1 Psikologi

Lebih terperinci

KONSEP INTERAKSI KOMUNIKASI PENDAHULUAN

KONSEP INTERAKSI KOMUNIKASI PENDAHULUAN KONSEP INTERAKSI KOMUNIKASI PENDAHULUAN Keterampilan berkomunikasi merupakan suatu kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap individu. Melalui komunikasi individu akan merasakan kepuasan, kesenangan atau

Lebih terperinci

MODUL SOSIOLOGI KOMUNIKASI Oleh : Heri Budianto, S. Sos. M.Si.

MODUL SOSIOLOGI KOMUNIKASI Oleh : Heri Budianto, S. Sos. M.Si. MODUL SOSIOLOGI KOMUNIKASI Oleh : Heri Budianto, S. Sos. M.Si. POKOK BAHASAN Fungsi komunikasi massa dan sosiologi khalayak DESKRIPSI Pokok bahasan fungsi komunikasi massa dan sosiologi khalayak membahas

Lebih terperinci

Tipe-tipe komunikasi. Puri Kusuma D.P

Tipe-tipe komunikasi. Puri Kusuma D.P Tipe-tipe komunikasi Puri Kusuma D.P a)komunikasi kesehatan b)komunikasi politik c) Komunikasi bisnis d)komunikasi keluarga e) dll Konteks-konteks komunikasi Komunikasi tidak berlangsung dalam ruang hampa-sosial,

Lebih terperinci

MODUL 5 SOSIOLOGI KOMUNIKASI. (3 SKS) Dosen: Drs. Ahmad Mulyana, M.Si.

MODUL 5 SOSIOLOGI KOMUNIKASI. (3 SKS) Dosen: Drs. Ahmad Mulyana, M.Si. FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI PERTEMUAN 5 UNIVERSITAS MERCU BUANA MODUL 5 (3 SKS) Dosen: Drs. Ahmad Mulyana, M.Si. POKOK BAHASAN: Proses dan Interaksi Sosial DESKRIPSI: Materi berupa uraian tentang struktur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media sebagai bagian dari alat perputaran informasi memiliki peranan yang sangat penting dalam mencari dan menyampaikan informasi kepada publik. Setiap perusahaan memiliki

Lebih terperinci

Pengantar Ilmu Komunikasi

Pengantar Ilmu Komunikasi MODUL PERKULIAHAN Pengantar Ilmu Komunikasi Ruang Lingkup Komunikasi Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh FIKOM Marcomm 03 85001 Deskripsi Pokok bahasan pengantar ilmu komunikasi membahas

Lebih terperinci

Makalah Manajemen Konflik

Makalah Manajemen Konflik Makalah Manajemen Konflik Disusun Oleh : Muhammad Ardan Fahmi (17082010008) JURUSAN SISTEM INFORMASI FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR 2017-2018 Daftar Isi Daftar

Lebih terperinci

Komunikasi Bisnis Kelompok 7 1

Komunikasi Bisnis Kelompok 7 1 1.1 Pengertian Komunikasi bisnis adalah komunikasi yang digunakan dalam dunia bisnis ynag mencakup berbagai macam bentuk komunikasi baik komunikasi verbal maupun non verbal. Berikut ini merupakan beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Chaer (2011: 1) mengemukakan bahwa bahasa adalah sistem lambang berupa bunyi, bersifat

Lebih terperinci

SOSIOLOGI KOMUNIKASI

SOSIOLOGI KOMUNIKASI Modul ke: 03 Dr. Fakultas ILMU KOMUNIKASI SOSIOLOGI KOMUNIKASI FUNGSI KOMUNIKASI MASSA BAGI MASYARAKAT Heri Budianto,M.Si Program Studi PUBLIC RELATIONS Joseph DeVito mengemukakan fungsi komunikasi massa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat meliputi aspek sosial, politik, agama, budaya, dan moralitas

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat meliputi aspek sosial, politik, agama, budaya, dan moralitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Media massa memberikan dampak yang sangat besar bagi masyarakat. Internet masih menduduki tingkat teratas sebagai alat akses informasi termudah saat ini, namun dalam

Lebih terperinci

merupakan suatu berita singkat (tidak detail) yang hanya menyajikan informasi terpenting saja terhadap suatu peristiwa yang diberitakan. adalah berita yang menampilkan berita-berita ringan namun menarik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan selalu ingin berkomunikasi dengan manusia lain untuk mencapai tujuannya. Sebagai makhluk sosial, manusia harus taat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, beberapa budaya Indonesia yang terkikis oleh budaya barat sehingga generasi muda hampir melupakan budaya bangsa sendiri. Banyak

Lebih terperinci

KOMUNIKASI YANG EFEKTIF

KOMUNIKASI YANG EFEKTIF KOMUNIKASI YANG EFEKTIF Oleh: Muslikhah Dwihartanti Disampaikan pada kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat Tahun 2004 Penyuluhan tentang Komunikasi yang Efektif bagi Guru TK di Kecamatan Panjatan A. Pendahuluan

Lebih terperinci

05FIKOM. Pengantar Ilmu Komunikasi. Prinsip-prinsip Atau Dalil Dalam Komunikasi. Reddy Anggara. S.Ikom., M.Ikom. Modul ke: Fakultas

05FIKOM. Pengantar Ilmu Komunikasi. Prinsip-prinsip Atau Dalil Dalam Komunikasi. Reddy Anggara. S.Ikom., M.Ikom. Modul ke: Fakultas Modul ke: Pengantar Ilmu Komunikasi Prinsip-prinsip Atau Dalil Dalam Komunikasi Fakultas 05FIKOM Reddy Anggara. S.Ikom., M.Ikom. Program Studi MARCOMM 1. PROSES KOMUNIKASI Salah satu prinsip komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan, salah satunya adalah pertukaran informasi guna meningkatkan. ilmu pengetahuan diantara kedua belah pihak.

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan, salah satunya adalah pertukaran informasi guna meningkatkan. ilmu pengetahuan diantara kedua belah pihak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebuah bangsa besar adalah bangsa yang memiliki masyarakat yang berilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan bisa diperoleh dari berbagai sumber, misalnya lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk mengendalikan lingkungan fisik dan psikologi kita. 1. tersebar banyak tempat, anonym dan heterogen.

BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk mengendalikan lingkungan fisik dan psikologi kita. 1. tersebar banyak tempat, anonym dan heterogen. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain lain (menurut Barelson and Stainer, 1964). Menurut Thomas M. Scheidel mengemukakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian citra itu sendiri sangatlah abstrak (intangible), dan tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian citra itu sendiri sangatlah abstrak (intangible), dan tidak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Pengertian citra itu sendiri sangatlah abstrak (intangible), dan tidak dapat diukur secara matematis tetapi hasilnya dapat dirasakan dari hasil penilaian baik atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi menduduki suatu tempat yang utama dalam tatanan

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi menduduki suatu tempat yang utama dalam tatanan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi menduduki suatu tempat yang utama dalam tatanan organisasi, dan secara keseluruhan ditentukan oleh cara berkomunikasi. Oleh karena itu komunikasi

Lebih terperinci

Keterlibatan Pemerintah Amerika Serikat dan Inggris. dalam Genosida 65

Keterlibatan Pemerintah Amerika Serikat dan Inggris. dalam Genosida 65 Keterlibatan Pemerintah Amerika Serikat dan Inggris dalam Genosida 65 Majalah Bhinneka April 2, 2016 http://bhinnekanusantara.org/keterlibatan-pemerintah-amerika-serikat-dan-inggris-dalam-genosida-65/

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. matang baik secara mental maupun secara finansial. mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. matang baik secara mental maupun secara finansial. mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pernikahan dini dapat didefinisikan sebagai sebuah pernikahan yang mengikat pria dan wanita yang masih remaja sebagai suami istri. Lazimnya sebuah pernikahan dilakukan

Lebih terperinci

MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS ) Oleh : Ira Purwitasari

MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS ) Oleh : Ira Purwitasari FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA PERTEMUAN 1 MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS ) Oleh : POKOK BAHASAN Gambaran Umum Komunikasi Antarbudaya DESKRIPSI Dalam pokok bahasan ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsep diri merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap

BAB I PENDAHULUAN. Konsep diri merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsep diri merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap pembicaraan tentang kepribadian manusia. Konsep diri merupakan sifat yang unik pada manusia, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Penulisan skripsi ini berangkat dari pengamatan dan kesan penulis ketika melihat sikap dan tingkah laku anak muda yang cenderung tidak mengenal dan tidak

Lebih terperinci

Human Relations. Faktor Manusia dalam Human Relations (Learning how to Learn)-Lanjutan. Ervan Ismail. S.Sos., M.Si. Modul ke: Fakultas FIKOM

Human Relations. Faktor Manusia dalam Human Relations (Learning how to Learn)-Lanjutan. Ervan Ismail. S.Sos., M.Si. Modul ke: Fakultas FIKOM Modul ke: Human Relations Faktor Manusia dalam Human Relations (Learning how to Learn)-Lanjutan Fakultas FIKOM Ervan Ismail. S.Sos., M.Si. Program Studi Public Relations http://www.mercubuana.ac.id Isi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.2 Batasan Masalah. Makalah ini hanya membahas prinsip komunikasi dan komunikasi sebagai. proses.

BAB I PENDAHULUAN. I.2 Batasan Masalah. Makalah ini hanya membahas prinsip komunikasi dan komunikasi sebagai. proses. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Menurut lexicographer (ahli kamus bahasa), komunikasi adalah upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan. Jika dua orang berkomunikasi maka pemahaman yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu alat paling penting dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi untuk berinteraksi

Lebih terperinci

Tine A. Wulandari, S.I.Kom.

Tine A. Wulandari, S.I.Kom. Tine A. Wulandari, S.I.Kom. Komunikasi verbal atau lisan yang efektif tergantung pada sejumlah faktor dan tidak dapat sepenuhnya dipisahkan dari kecakapan antarpribadi yang penting lainnya seperti komunikasi

Lebih terperinci

MODUL EMPAT KOMUNIKASI MASSA DAN OPINI PUBLIK

MODUL EMPAT KOMUNIKASI MASSA DAN OPINI PUBLIK MODUL EMPAT KOMUNIKASI MASSA DAN OPINI PUBLIK Komunikasi didefinisikan sebagai suatu proses, misalnya seorang komunikator menyampaikan pesan berupa lambang-lambang yang mengandung arti, lewat saluran tertentu

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010 ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

Unsur-unsur, sifat, dan fungsi komunikasi

Unsur-unsur, sifat, dan fungsi komunikasi Unsur-unsur, sifat, dan fungsi komunikasi Tiga konseptualisasi komunikasi 1. Komunikasi sebagai tindakah satu-arah Penyampaian pesan Co: Seseorang bercerita mengenai suatu masalah. Menurut Michael Burgoon

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo, 2005). Komunikasi antar

BAB II KAJIAN TEORI. yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo, 2005). Komunikasi antar BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Komunikasi 2.1.1 Pengertian komunikasi antar pribadi Komunikasi antar pribadi merupakan proses sosial dimana individu-individu yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan masyarakat akan informasi yang terjadi setiap harinya, sudah menjadi kebutuhan penting di setiap harinya. Media massa merupakan wadah bagi semua informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pembentukan kepribadian akan sangat ditentukan pada masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pembentukan kepribadian akan sangat ditentukan pada masa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembentukan kepribadian akan sangat ditentukan pada masa perkembangan dimana manusia berada pada rentan umur 12 hingga 21 tahun. Masa transisi dari kanak-kanak

Lebih terperinci

ETIK UMB ETIKET PERGAULAN. NANDANG SOLIHIN, M.Pd. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi.

ETIK UMB ETIKET PERGAULAN. NANDANG SOLIHIN, M.Pd. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi. ETIK UMB Modul ke: ETIKET PERGAULAN Fakultas Psikologi NANDANG SOLIHIN, M.Pd Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id PENGERTIAN ETIKA Pengertian Etika (Etimologi), berasaldaribahasa Yunani adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Reformasi telah memberikan posisi tawar yang jauh lebih dominan kepada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Reformasi telah memberikan posisi tawar yang jauh lebih dominan kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Reformasi telah memberikan posisi tawar yang jauh lebih dominan kepada politisi dibandingkan dengan masa Orde Baru. Politisi unjuk gigi dengan kedudukan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu sama lain, yakni sebagai media informasi, media pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial. Fungsi

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan. dari revolusi di kerdua Negara tersebut. Bahkan di Mesir media sosial

BAB V. Kesimpulan. dari revolusi di kerdua Negara tersebut. Bahkan di Mesir media sosial BAB V Kesimpulan Berdasarkan tulisan diatas, dapat diambil argumen bahwa Media memiliki peranan yang sangat penting dalam isu politik dan hubungan internasional. Di kawasan Mesir dan Suriah bisa dikatakan

Lebih terperinci

Modul ke: Komunikasi Massa. Bidang Kajian Komunikasi Massa. Radityo Muhammad, SH.,MA. Fakultas FIKOM. Program Studi Public Relations

Modul ke: Komunikasi Massa. Bidang Kajian Komunikasi Massa. Radityo Muhammad, SH.,MA. Fakultas FIKOM. Program Studi Public Relations Modul ke: Komunikasi Massa Bidang Kajian Komunikasi Massa Fakultas FIKOM Radityo Muhammad, SH.,MA Program Studi Public Relations Peran Penting Media Massa Peran Penting Media Massa (Dennis McQuail,1987)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki makna sesuatu yang beragam, sesuatu yang memilik banyak perbedaan begitupun dengan masyarakat

Lebih terperinci

PENGENALAN PANDANGAN ORGANISASI

PENGENALAN PANDANGAN ORGANISASI MODUL PERKULIAHAN PENGENALAN PANDANGAN ORGANISASI Pokok Bahasan 1. Alternatif Pandangan Organisasi 2. Perkembangan Teori Dalam Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ilmu Komunikasi Public

Lebih terperinci

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pernikahan merupakan hal yang dicita-citakan dan didambakan oleh setiap orang, karena dengan pernikahan adalah awal dibangunnya sebuah rumah tangga dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu dan teknologi dalam era globalisasi ini banyak

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu dan teknologi dalam era globalisasi ini banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu dan teknologi dalam era globalisasi ini banyak menuntut masyarakatnya untuk mampu menyimak berbagai informasi dengan cepat dan tepat, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipertunjukan di gedung-gedung bioskop. (Effendy, 1998:50-61)

BAB I PENDAHULUAN. dipertunjukan di gedung-gedung bioskop. (Effendy, 1998:50-61) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Komunikasi massa menurut Onong Uchjana Effendy adalah komunikasi melalui media massa modern yang meliputi surat kabar yang mempunyai sirkulasi yang luas, siaran

Lebih terperinci

SISTIM HUKUM INDONESIA POKOK BAHASAN

SISTIM HUKUM INDONESIA POKOK BAHASAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI MODUL 14 UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA SISTIM HUKUM INDONESIA POKOK BAHASAN Hukum Pers OLEH : M. BATTLESON SH. MH. DESKRIPSI : Hukum Pers mengatur mengeni dunia pers di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia dalam kehidupannya. Kemajuan zaman memiliki nilai yang positif dalam kehidupan manusia, dimana pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 mengakui bahwa kemerdekaan pers merupakan salah satu wujud kedaulatan rakyat dan menjadi unsur

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perkembangan Sosial 2.1.1 Pengertian Perkembangan Sosial Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berprilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Menjadi orang yang mampu

Lebih terperinci

Komunikasi dan Politik 1 Oleh : Adiyana Slamet, S.Ip., M.Si

Komunikasi dan Politik 1 Oleh : Adiyana Slamet, S.Ip., M.Si Komunikasi dan Politik 1 Oleh : Adiyana Slamet, S.Ip., M.Si Seseorang yang menggeluti komunikasi politik, akan berhadapan dengan masalah yang rumit, karena komunikasi dan politik merupakan dua paradigma

Lebih terperinci

MODUL 4 SOSIOLOGI KOMUNIKASI. (3 SKS) Dosen: Drs. Ahmad Mulyana, M.Si.

MODUL 4 SOSIOLOGI KOMUNIKASI. (3 SKS) Dosen: Drs. Ahmad Mulyana, M.Si. FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI PERTEMUAN 4 UNIVERSITAS MERCU BUANA MODUL 4 (3 SKS) Dosen: Drs. Ahmad Mulyana, M.Si. POKOK BAHASAN: Struktur Sosial DESKRIPSI: Materi berupa uraian tentang struktur sosial yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kelompok maupun suatu kelompok dengan kelompok lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. dengan kelompok maupun suatu kelompok dengan kelompok lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial, dimana satu sama lain saling menumbuhkan yang didalamnya akan terbentuk dan terjalin suatu interaksi atau hubungan yang

Lebih terperinci

Pelajaran 09: KATA KOTOR YANG TERKUTUK Hati-hati dengan Kata-katamu! 31 Agustus 2013

Pelajaran 09: KATA KOTOR YANG TERKUTUK Hati-hati dengan Kata-katamu! 31 Agustus 2013 Pelajaran 09: KATA KOTOR YANG TERKUTUK Hati-hati dengan Kata-katamu! 31 Agustus 2013 Hati-hati dengan kata-katamu! (Apa kira-kira hubungan ilustrasi berikut dengan ayat-ayat Alkitab di pelajaran hari Rabu?)

Lebih terperinci

KOMUNIKASI EFEKTIF DISAMPAIKAN PADA MATA KULIAH ETIK UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA Asrori,MA. Modul ke: Fakultas FASILKOM

KOMUNIKASI EFEKTIF DISAMPAIKAN PADA MATA KULIAH ETIK UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA Asrori,MA. Modul ke: Fakultas FASILKOM Modul ke: KOMUNIKASI EFEKTIF DISAMPAIKAN PADA MATA KULIAH ETIK UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2015 Fakultas FASILKOM Asrori,MA Program Studi Teknik Informatika http://www.mercubuana.ac.id Bagian Isi Secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting karena masyarakat dapat mengakses berbagai hal baru yang

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting karena masyarakat dapat mengakses berbagai hal baru yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, informasi berkembang dengan pesat dan semakin aktual sehingga membuat masyarakat ingin selalu mengakses perkembangan informasi. Dalam proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permasalahan yang dialami para siswa di sekolah sering kali tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permasalahan yang dialami para siswa di sekolah sering kali tidak dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Permasalahan yang dialami para siswa di sekolah sering kali tidak dapat dihindari, meski dengan pengajaran yang baik sekalipun. Hal ini terlebih lagi disebabkan

Lebih terperinci

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,

Lebih terperinci

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA NOMOR : 03 TAHUN 2009 TENTANG ETIKA DAN TATA TERTIB PERGAULAN MAHASISWA DI KAMPUS

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA NOMOR : 03 TAHUN 2009 TENTANG ETIKA DAN TATA TERTIB PERGAULAN MAHASISWA DI KAMPUS PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA NOMOR : 03 TAHUN 2009 TENTANG ETIKA DAN TATA TERTIB PERGAULAN MAHASISWA DI KAMPUS REKTOR UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Menimbang : a. bahwa untuk lancarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion,

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Media telah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, bahkan kita tidak akan pernah terlepas dari media. Seiring dengan perkembangan peradaban

Lebih terperinci

JARINGAN KOMUNIKASI. Pokok Bahasan MODUL PERKULIAHAN. 1. Jaringan Komunikasi Organisasi. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

JARINGAN KOMUNIKASI. Pokok Bahasan MODUL PERKULIAHAN. 1. Jaringan Komunikasi Organisasi. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PERKULIAHAN JARINGAN KOMUNIKASI Pokok Bahasan 1. Jaringan Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ilmu Komunikasi Public Relations 09 42008 Abstrak Modul ini menjelaskan tentang jaringan

Lebih terperinci

POKOK BAHASAN II BENTUK-BENTUK KOMUNIKASI DESKRIPSI SING KAT

POKOK BAHASAN II BENTUK-BENTUK KOMUNIKASI DESKRIPSI SING KAT POKOK BAHASAN II BENTUK-BENTUK KOMUNIKASI DESKRIPSI SING KAT Materi kuliah ini menjelaskan berbagai bentuk komunikasi yang biasa dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa bentuk komunikasi yang diuraikan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN OBYEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN OBYEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN OBYEK PENELITIAN Pada bab ini, akan membahas tentang seluk beluk dan profil Group Facebook Kabar Salatiga. Di dalamnya juga akan dijelaskan mengenai latar belakang dan sejarah berdirinya

Lebih terperinci

Manajemen Isu dan Manajemen Krisis

Manajemen Isu dan Manajemen Krisis Manajemen Isu dan Manajemen Krisis Modul ke: Pertemuan ke 2 Tgl.. Sept 2015 Tahapan Isu dan hubungannya dengan krisis, serta langkahlangkah pengendalian dan pengelolaan Isu Fakultas Ilmu Komunikasi Drs.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan mencerminkan kehendak rambu-rambu hukum yang berlaku bagi semua subyek

I. PENDAHULUAN. dan mencerminkan kehendak rambu-rambu hukum yang berlaku bagi semua subyek I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepatuhan hukum masyarakat merupakan salah satu bagian dari budaya hukum, dalam budaya hukum dapat dilihat dari tradisi perilaku masyarakat kesehariannya yang sejalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan-perubahan yang dramatis. Perubahan-perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan-perubahan yang dramatis. Perubahan-perubahan tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah suatu tahap dalam perkembangan di mana seseorang mengalami perubahan-perubahan yang dramatis. Perubahan-perubahan tersebut terutama ditandai oleh

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian Sejalan dengan perkembangan teknologi informasi yang melahirkan konsekueansi logis bagi dunia penyiaran radio, maka dengan perkembangan daya pikir seorang manusia

Lebih terperinci

Kecerdasan Emosional. Adaptasi dari James D.A Parker et al,2011. Kelas :. Umur :...

Kecerdasan Emosional. Adaptasi dari James D.A Parker et al,2011. Kelas :. Umur :... Kecerdasan Emosional Adaptasi dari James D.A Parker et al,2011 Nama : Kelas :. Umur :... Petunjuk mengerjakan Didalam skala ini terdapat 24 buah pertanyaan. Pada etiap pertanyaan disediakan 5 buah pilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Komunikasi merupakan aktivitas makhluk sosial. Menurut Carl I. Hovland (dalam Effendy, 2006: 10) komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain. Dalam praktik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan 13 BAB II LANDASAN TEORI A. Kepuasan Pernikahan 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang hampir tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Namun kalau ditanyakan

Lebih terperinci

PROFESSIONAL IMAGE. Etiket dalam pergaulan (2): Berbicara di depan Umum, etiket wawancara. Syerli Haryati, S.S. M.Ikom. Modul ke: Fakultas FIKOM

PROFESSIONAL IMAGE. Etiket dalam pergaulan (2): Berbicara di depan Umum, etiket wawancara. Syerli Haryati, S.S. M.Ikom. Modul ke: Fakultas FIKOM Modul ke: PROFESSIONAL IMAGE Etiket dalam pergaulan (2): Berbicara di depan Umum, etiket wawancara Fakultas FIKOM Syerli Haryati, S.S. M.Ikom Program Studi Public Relations www.mercubuana.ac.id Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

(OPINI PUBLIK) Semester IV Tahun Akademik 2014/2015 Dosen Pengampu : Danang Trijayanto, MA

(OPINI PUBLIK) Semester IV Tahun Akademik 2014/2015 Dosen Pengampu : Danang Trijayanto, MA (OPINI PUBLIK) Semester IV Tahun Akademik 2014/2015 Dosen Pengampu : Danang Trijayanto, MA A. Deskripsi: Mata kuliah opini public merupakan bagian dari perkuliahan ilmu komunikasi, yaitu mengkaji teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pasal 18 Undang - Undang Dasar 1945 menyebutkan bahwa, Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pasal 18 Undang - Undang Dasar 1945 menyebutkan bahwa, Negara Kesatuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasal 18 Undang - Undang Dasar 1945 menyebutkan bahwa, Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah-daerah provinsi itu dibagi atas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Hedonis. Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Hedonis. Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Hidup Hedonis 1. Pengertian Gaya Hidup Hedonis Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia dalam masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. media yang didesain secara khusus mampu menyebarkan informasi kepada

BAB I PENDAHULUAN. media yang didesain secara khusus mampu menyebarkan informasi kepada 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Media massa adalah istilah yang digunakan sampai sekarang untuk jenis media yang didesain secara khusus mampu menyebarkan informasi kepada masyarakat secara luas.

Lebih terperinci

PANDUAN PENDAMPINGAN DAN WAWANCARA TERHADAP KORBAN PERDAGANGAN ANAK:

PANDUAN PENDAMPINGAN DAN WAWANCARA TERHADAP KORBAN PERDAGANGAN ANAK: PANDUAN PENDAMPINGAN DAN WAWANCARA TERHADAP KORBAN PERDAGANGAN ANAK: 1 The Regional Support Office of the Bali Process (RSO) dibentuk untuk mendukung dan memperkuat kerja sama regional penanganan migrasi

Lebih terperinci

KETENTUAN-KETENTUAN HUKUM PIDANA YANG ADA KAITANNYA DENGAN MEDIA MASSA. I. Pembocoran Rahasia Negara. Pasal 112. II. Pembocoran Rahasia Hankam Negara

KETENTUAN-KETENTUAN HUKUM PIDANA YANG ADA KAITANNYA DENGAN MEDIA MASSA. I. Pembocoran Rahasia Negara. Pasal 112. II. Pembocoran Rahasia Hankam Negara Pasal-pasal Delik Pers KETENTUAN-KETENTUAN HUKUM PIDANA YANG ADA KAITANNYA DENGAN MEDIA MASSA I. Pembocoran Rahasia Negara Pasal 112 Barang siapa dengan sengaja mengumumkan surat-surat, berita-berita atau

Lebih terperinci

2016 PERSEPSI PEMIRSA TENTANG OBJEKTIVITAS BERITA DI KOMPAS TV

2016 PERSEPSI PEMIRSA TENTANG OBJEKTIVITAS BERITA DI KOMPAS TV BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu karakteristik komunikasi massa adalah feedback yang tertunda atau delayed, sehingga komunikator membutuhkan waktu untuk mengetahui tanggapan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak pernah lepas dan selalu diwarnai nilai-nilai yang

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak pernah lepas dan selalu diwarnai nilai-nilai yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia tidak pernah lepas dan selalu diwarnai nilai-nilai yang lahir dari produk - produk seperti media cetak dan media elektronik. Produkproduk ini menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang teknologi informasi dan komunikasi, pers telah memberikan andil yang

BAB I PENDAHULUAN. bidang teknologi informasi dan komunikasi, pers telah memberikan andil yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melihat pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya di bidang teknologi informasi dan komunikasi, pers telah memberikan andil yang cukup besar

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA OPINI MAHASISWA TENTANG EMOTICON LGBT (LESBIAN, GAY, BISEKSUAL, TRANGENDER) PADA MEDIA SOSIAL LINE

BAB IV ANALISIS DATA OPINI MAHASISWA TENTANG EMOTICON LGBT (LESBIAN, GAY, BISEKSUAL, TRANGENDER) PADA MEDIA SOSIAL LINE BAB IV ANALISIS DATA OPINI MAHASISWA TENTANG EMOTICON LGBT (LESBIAN, GAY, BISEKSUAL, TRANGENDER) PADA MEDIA SOSIAL LINE A. Temuan Penelitian Dalam penelitian kualitatif data merupakan bahan yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlu diragukan lagi. Bahasa tidak hanya dipergunakan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. perlu diragukan lagi. Bahasa tidak hanya dipergunakan dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran penting bagi kehidupan manusia kiranya tidak perlu diragukan lagi. Bahasa tidak hanya dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi bahasa juga

Lebih terperinci

Dasar-Dasar Perlawan Balik

Dasar-Dasar Perlawan Balik Dasar-Dasar Perlawan Balik Oleh Brian Martin Kunci dari Perlawanan Balik Mengungkap: membongkar adanya ketidakadilan, membuka hal-hal yang tersembunyi Membebaskan: mengesahkan target, mendevaluasi atau

Lebih terperinci

C. Macam-Macam Metode Pembelajaran

C. Macam-Macam Metode Pembelajaran A. Pengertian Metode Pembelajaran Metode pembelajaran adalah cara-cara atau teknik penyajian bahan pelajaran yang akan digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan pelajaran, baik secara individual atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan media sering terjadi pada proses komunikasi massa.

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan media sering terjadi pada proses komunikasi massa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perubahan teknologi komunikasi berlangsung dengan sangat cepat kearah yang lebih maju. Keberlangsungan proses komunikasi ini dilakukan dengan dua cara, yaitu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang biasa disebut dengaan istilah mengugurkan kandungan. Aborsi

BAB 1 PENDAHULUAN. yang biasa disebut dengaan istilah mengugurkan kandungan. Aborsi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Aborsi adalah pembunuhan janin yang di ketahui oleh masyarakat yang biasa disebut dengaan istilah mengugurkan kandungan. Aborsi dibedakan antara aborsi yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHALUAN. kemajuan teknologi yang kian hari makin canggih. Perkembangan teknologi

BAB I PENDAHALUAN. kemajuan teknologi yang kian hari makin canggih. Perkembangan teknologi 1 BAB I PENDAHALUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini kita sedang menghadapi era informasi, dimana ini berdampak pada perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Hal ini tentu diawali dengan kemajuan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Opini adalah pendapat, ide, atau pikiran untuk menjelaskan kecenderungan tertentu terhadap perspektif dan ideologi yang bersifat kontroversial. Publik adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kita hidup ditengah derasnya perkembangan sistem komunikasi. Media massa adalah media atau sarana penyebaran informasi secara massa dan dapat diakses oleh masyarakat

Lebih terperinci