BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Problem Based Instruction 1. Pengertian Model Problem Based Instruction Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain (Rusman, 2014: 133). Ada juga menurut Soekamto (Trianto, 2009: 22) model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukisan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana yang digunakan oleh guru dalam melaksanakan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar yang diinginkan. Model Problem Based Instruction atau pembelajaran berdasarkan masalah telah dikenal sejak zaman John Dewey, sebab secara umum pembelajaran berdasarkan masalah terdiri atas menyajikan kepada siswa situasi masalah yang otentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri (Trianto, 2009: 91). Menurut Rusman (2014: 237) dalam pembelajaran 8

2 9 berdasarkan masalah sebuah masalah yang dikemukakan kepada siswa harus dapat membangkitkan pemahaman siswa terhadap masalah, sebuah kesadaran akan adanya kesenjangan, pengetahuan, keinginan memecahkan masalah, dan adanya persepsi bahwa mereka mampu memecahkan masalah tersebut. Model problem based instruction atau pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyelidikan autentik yakni penyelidikan yang membutuhkan penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata (Trianto, 2009: 90). Menurut Trianto (2009: 91) belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dan respons, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Menurut Arends (Trianto, 2009: 92) menyebutkan bahwa PBI atau pembelajaran berdasarkan masalah merupakan model pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri. Ibrahim dan Nur (dalam Rusman, 2014) mengemukakan bahwa pembelajaran berdasarkan masalah merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi siswa dalam situasi yang berorientasi pada masalah dunia nyata, termasuk didalamnya belajar bagaimana belajar. Menurut Tan (dalam Rusman, 2014: 229) pembelajaran berdasarkan masalah merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam

3 10 pembelajaran berdasarkan masalah kemampuan berfikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji dan mengembangkan kemampuan berfikirnya secara berkesinambungan. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model problem based instruction adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengembangkan pengetahuan baru bagi siswa melalui proses kerja kelompok yang membutuhkan penyelesaian nyata sehingga membuat siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran. 2. Karakteristik Model Problem Based Instruction Menurut Arends (dalam Trianto, 2009: 93), berbagai pengembangan pembelajaran berbasis masalah telah memberikan model pembelajaran yang memiliki karakteristik khusus sebagai berikut: a. Pengajuan Pertanyaan atau Masalah (memahami masalah) Bukannya mengorganisasikan di sekitar prinsip-prinsip atau keterampilan akademik tertentu, pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang dua-duanya secara sosial penting dan secara bermana untuk siswa. b. Berfokus pada keterkaitan antardisiplin Meskipun pembelajaran berbasis masalah mungkin berpusat pada mata pengajaran tertentu (IPA, matematika, dan ilmu-ilmu sosial), masalah yang akan diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya, siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran. c. Penyelidikan Autentik Pembelajaran berbasis mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Mereka harus menganasilis dan mendefinisikan masalah, mengembangan hipotesis, melakukan ekperimen (jika diperukan), menbuat inferensi dan merumuskan kesimpulan. d. Menghasilkan produk dan memamerkannya. Pembelajaran berbasis masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka

4 11 temukan. Produk tersebut dapat berupa transkrip debat. Produk itu dapat juga berupa laporan, model fisik, video maupun program komputer. e. Kolaborasi/kerja sama Pembelajaran berbasis masalah dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu dengan yang lainnya, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerja sama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagai inkuiri dan dialog dan untuk mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berfikir. 3. Tujuan Model Problem Based Intruction Pembelajaran berbasis masalah memiliki tujuan sebagai berikut (Trianto, 2009: 94) : a. Membantu siswa mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan pemecahan masalah. PBI (Problem Based Instruction) memberikan dorongan kepada peserta didik untuk tidak hanya sekedar berfikir sesuai yang bersifat konkret, tetapi lebih dari itu berfikir terhadap ide-ide yang abstrak dan kompleks (keterampilan berfikir tingkat tinggi) b. Belajar peranan orang dewasa yang autentik. Berdasarkan pendapat Resnick (dikutip Trianto, 2009: 95) PBI memiliki implikasi: 1) Mendorong kerja sama dalam menyelesaikan tugas 2) Memiliki elemen-elemen belajar magang, hal ini mendorong pengamatan dan dialog dengan orang lain, sehingga secara bertahap siswa dapat memahami peran orang yang diamati atau yang di ajak dialog (ilmuan, guru, dokter, dan sebagainya) 3) Melibatkan siswa dalam menyelidiki pilihan sendiri, sehingga memungkinkan mereka menginterprestasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata membangun pemahaman terhadap fenomena tersebut secara mandiri. c. Menjadi pembelajaran yang mandiri Pembelajaran Berbasis Masalah berusaha membantu siswa menjadi pebelajaran yang mandiri dan otonom. Dengan bimbingan guru yang secara berulang-ulang mendorong dan mengarakan mereka untuk mengajukan pertanyaan, mencari penyelesaian terhadap masalah nyata oleh mereka sendiri, siswa belajar untuk menyelesaikan tugas-tugas itu secara mandiri dalam hidupnya kelak.

5 12 4. Peranan Guru dalam Model Problem Based Instruction Menurut Ibrahim (dalam Trianto, 2009: 97), peran guru berbeda dengan kelas konvesional, peran guru dalam kelas PBI (Problem Based Instruction) antara lain sebagai berikut : a. Mengajukan masalah atau mengorientasikan siswa kepada masalah autentik, yaitu masalah kehidupan nyata sehari-hari. b. Memfasilitasi/membimbing penyelidikan misalnya melakukan pengamatan atau melakukan eksferimen/percobaan c. Memfasilitasi dialog siswa d. Mendukung belajar siswa 5. Tahapan Model Problem Based Instruction Adapun tahapan-tahapan mengenai model Problem Based Instruction lihat tabel berikut: Tabel 1. Tahapan Model Problem Based Instruction Tahap Tahap-1 Orientasi siswa kepada masalah Tahap-2 Mengorganisasi siswa untuk belajar Kegiatan guru Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, dan menjelaskan logistik yang dibutuhkan, serta memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilihnya. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan kegiatan pembelajaran yang berhubungan dengan masalah tersebut. Tahap-3 Membimbing penyelidikan Individual maupun kelompok Tahap-4 Mengembangkan dan Menyajikan hasil karya Tahap-5 Menganalisis dan mengevaluasi Proses pemecahan masalah Ibrahim (dalam Trianto, 2009: 98) Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan observasi/eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, poster, puisi dan model yang membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

6 13 6. Kelebihan dan Kelemahan Model Problem Based Instruction Kelebihan Pembelajaran Berbasis Masalah memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut (Trianto, 2009: 96): a. Realistik dengan kehidupan siswa b. Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa c. Memupuk sifat inqury siswa d. Retensi konsep jadi kuat e. Memupuk kemampuan problem solving Disamping kelebihan tersebut, Pembelajaran Berbasis masalah juga memiliki beberapa kekurangan antara lain (Trianto, 2009: 97): a. Persiapan pembelajaran (alat, problem, konsep) yang kompleks. b. Sulitnya mencari problem yang relevan c. Sering terjadi miss konsepsi d. Konsumsi waktu, dimana model ini memerlukan waktu yang cukup dalam proses penyelidikan. B. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 1. Pembelajaran Matematika Belajar merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari perkembangan hidup manusia. Mustaqim (2004: 34) mengemukakan belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang terjadi karena latihan dan pengalaman. Menurut Susanto (2014: 4) belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga

7 14 memungkinkan seseorang terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berpikir, merasa, maupun dalam bertindak. Dengan demikian belajar ialah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Sehingga orang dikatakan belajar, jika terjadi suatu proses yang mengakibatkan perubahan tingkah laku dalam dirinya. Trianto (2009: 17) mengemukakan pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, dimana antara keduanya terjadi komunikasi transfer yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan menurut Dimyati dalam Susanto (2014: 186), pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Dari beberapa pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk membuat siswa belajar secara aktif agar tercapai tujuan yang ditetapkan. Matematika berasal dari bahasa latin, manthanein atau mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari. Sedangkan dalam bahasa Belanda, matematika disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran (Depdiknas dalam Susanto, 2014: 184). Menurut Hamzah (2008: 129) matematika adalah sebagai suatu ilmu yang merupakan alat pikir, berkomunikasi, alat untuk memecahkan berbagai persoalan praktis yang unsur-unsurnya logika dan intuisi, analisis dan

8 15 konstruksi, generalisasi dan individualitas serta mempunyai cabang-cabang antara lain aritmetika, aljabar, geometri analisis. Jadi Pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengembangkan pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi matematika. 2. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Bidang studi matematika merupakan bidang studi yang berguna dan membantu dalam menyelesaikan berbagai masalah dalam menyelesaikan berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan hitung menghitung atau yang berkaitan dengan angkaangka berbagai macam masalah, yang memerlukan suatu keterampilan dan kemampuan untuk memecahkannya (Susanto, 2014: 195). Menurut Hartatiana dan Darmawijoyo (2011: 147) menyatakan : Ada dua jenis masalah yaitu masalah rutin dan masalah nonrutin. Masalah atau soal rutin biasanya mencakup aplikasi suatu prosedur matematika yang sama atau mirip dengan hal yang baru dipelajari. Sedangkan dalam masalah nonrutin untuk sampai pada prosedur yang benar diperlukan pemikiran yang lebih mendalam.masalah nonrutin sering membutuhkan pemikiran yang lebih jauh, karena prosedur matematika untuk menyelesaikannya tidak sejelas dalam masalah rutin. Soal-soal nonrutin merupakan soal yang sulit dan rumit, serta tidak ada metode standar untuk menyelesaikannya. Hal ini menunjukkan bahwa penyelesaian masalah tidak mungkin bisa dicapai hanya dengan hafalan, latihan pengerjaan soal yang bersifat rutin, serta proses pembelajaran biasa. Suatu masalah biasanya memuat

9 16 suatu situasi yang mendorong seseorang untuk menyelesaikannya akan tetapi tidak tahu secara langsung apa yang harus dikerjakan untuk menyelesaikannya. Jika suatu masalah diberikan kepada seorang anak dan anak tersebut langsung mengetahui cara menyelesaikannya dengan benar, maka soal tersebut tidak dapat dikatakan sebagai masalah. Terdapat banyak pendapat tentang pemecahan masalah dalam matematika. Di antaranya pendapat Killen (dalam Susanto, 2014: 197), pemecahan masalah adalah suatu teknik di mana masalah digunakan secara langsung sebagai alat untuk membantu siswa memahami materi pelajaran yang sedang mereka pelajari. Pemecahan masalah juga dapat diartikan suatu proses berpikir ilmiah (Suyanto dan Jihad, 2013: 124). Menurut Woolfolk (dalam Hamzah, 2008:134), pemecahan masalah yakni suatu keterampilan seseorang siswa dalam menggunakan proses berpikirnya untuk memecahkan masalah melalui pengumpulan fakta, analisis informasi, menyusun berbagai alternatif pemecahan, dan memilih pemecahan masalah yang efektif. Oleh karena itu dengan mengacu pada pendapat di atas, maka pemecahan masalah dapat disimpulkan yaitu, sebagai upaya mencari jalan keluar yang dilakukan dalam mencapai tujuan dengan melalui beberapa proses/ tahapan dalam penyelesaiannya yang memerlukan kesiapan, kreativitas, pengetahuan dan kemampuan serta aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.

10 17 Menurut Hartatiana dan Darmawijoyo (2011: 147) secara umum karakteristik soal pemecahan masalah adalah soal yang menuntut siswa untuk: a. Menggunakan beragam prosedur dimana para siswa dituntut untuk menemukan hubungan antara pengalaman sebelumnya dengan masalah yang diberikan untuk mendapatkan solusi. b. Melibatkan manipulasi atau operasi dari pengetahuan yang telah diketahui sebelumnya. c. Memahami konsep-konsep dan istilah-istilah matematika. d. Mencatat kesamaan, perbedaan dan perumpamaan. e. Mengidentifikasi hal-hal kritis dan memilih prosedur dan data yang benar. f. Mencatat perincian yang tidak relevan. g. Memvisualisasikan dan menginterpretasikan fakta-fakta yang kuantitatif atau fakta-fakta mengenai tempat dan hubungan antar fakta. h. Membuat generalisasi dari contoh-contoh yang diberikan. i. Mengestimasi dan menganalisa. Menurut Polya (dalam Susanto, 2014: 202) menyebutkan ada empat langkah dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah, yaitu: a. Memahami masalah, langkah ini meliputi: 1) apa yang diketahui, keterangan apa yang diberikan, atau bagaimana keterangan soal; 2) apakah keterangan yang diberikan cukup untuk mencari apa yang ditanyakan; 3) apakah keterangan tersebut tidak cukup, atau keterangan itu berlebihan; dan 4) buatlah gambar atau notasi yang sesuai. b. Merencanakan penyelesaian, langkah ini terdiri atas: 1) pernahkah Anda menemukan soal seperti ini sebelumnya, pernahkan ada soal yang serupa dalam bentuk lain; 2) rumus mana yang dapat digunakan dalam masalah ini; 3) perhatikan apa yang ditanyakan; dan 4) dapatkah hasil dan metode yang lalu digunakan di sini. c. Melalui perhitungan, langkah ini menekankan pada pelaksanaan rencana penyelesaian yang meliputi: 1) memeriksa setiap langkah apakah sudah benar atau belum; 2) bagaimana membuktikan bahwa langkah yang dipilih sudah benar; 3) melaksanakan perhitungan sesuai dengan rencana yang dibuat. d. Memeriksa kembali proses dan hasil. Langkah ini menekankan pada bagaimana cara memeriksa kebenaran jawaban yang diperoleh, yang terdiri dari: 1) dapatkah diperiksa kebenaran jawaban; 2) dapatkah jawaban itu dicari dengan jalan lain; dan 3) apakah jawaban atau cara tersebut digunakan untuk soal-soal lain.

11 18 C. Materi Pembelajaran Standar Kompetensi Menggunakan bentuk aljabar, persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel, dan perbandingan dalam pemecahan masalah Kompetensi Dasar 1. Membuat model matematika dari masalah yang berkaitan dengan persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel. 2. Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel. Materi Ajar 1. Persamaan Linear Satu Variabel (PLSV). Persamaan linear satu variabel adalah kalimat terbuka dengan satu variabel yang memiliki hubungan sama dengan, dan variabelnya hanya berpangkat satu. Bentuk umum PLSV adalah: ax + b = 0 a. Sifat-Sifat PSLV Misalkan A = B adalah persamaan linear dengan variabel x dan c adalah konstanta bukan nol. Persamaan A = B ekuivalen dengan persamaan-persamaan berikut: 1) + = + 2) = 3) = 4) =,

12 19 b. Menyelesaikan Persamaan Linear Satu Variabel 1) Menyelesaikan persamaan dengan substitusi Menyelesaikan dengan subtitusi artinya menyelesaikan persamaan dengan cara mengganti variabel dengan bilangan-bilangan yang telah ditentukan, sehingga persamaan tersebut menjadi kalimat benar. contoh: Tentukan penyelesaian dari persamaan 2x-1=5, x adalah variabel pada bilangan asli! jawab untuk x=1, maka 2 x 1 1 = 5 (merupakan kalimat salah) untuk x=2, maka 2 x 2 1 = 5 (merupakan kalimat salah) untuk x=3, maka 2 x 3 1 = 5 (merupakan kalimat benar) untuk x=4, maka 2 x 4 1 = 5 (merupakan kalimat salah) jadi, penyelesaiannya adalah 3 2. Menambah atau mengurangi kedua ruas dengan bilangan yang sama contoh: a) Tentukan penyelesaian dari x 5 = 8. Penyelesaian: x = 8 x = kedua ruas ditambahkan 5 x = 13 Jadi, penyelesaian persamaan itu adalah 13. b) Selesaikanlah persamaan 4x 3 = 3x + 7. Penyelesaian: 4x 3 = 3x + 7

13 20 4x = 3x (kedua ruas ditambahkan 3) 4x = 3x x + ( 3x) = 3x ( 3x) (kedua ruas ditambahkan 3x) x = 10 Jadi, penyelesaiannya dari 4x 3 = 3x + 7 adalah 10 c) Mengali atau membagi kedua ruas dengan bilangan yang sama Contoh: Tentukan penyelesaian persamaan berikut! 5 = 8 1 x 5 = 1 8 (kedua ruas dikali 1 ) x = 8 5 jadi penyelesaiannya x= 8 5 c. Model Matematika Dalam kehidupan sehari-hari, banyak masalah yang dapat diselesaikan dengan menggunakan persamaan linear satu variabel. masalah-masalah ini biasanya berbentuk soal cerita. Untuk menyelesaikan soal bentuk cerita, biasanya kita perlu mengenai dan menggunakan konsep-konsep yang telah kita pelajari sebelumnya. Untuk menyelesaikan soal cerita dengan kondisi diatas, terlebih dahulu perlu dibuat kalimat matematika berdasarkan pada informasi yang terdapat pada soal tersebut, yang disebut dengan model matematika. Model matematika dapat diperoleh dengan cara memisalkan besaran yang belum diketahui dengan sebuah variabel, misalnya x.

14 21 contoh: Jumlah dua bilangan genap berurutan adalah 54. Buatlah model matematikanya! jawab misal bilangan genap I = x, maka bilangan genap II = x + 2 (bilangan genap berurutan berbeda 2) Bilangan I + Bilangan II = 5 x + ( x + 2 ) = 54 2x + 2 = 54 Jadi, model matematikanya adalah 2x + 2 = 54 d. Penerapan Persamaan Linear Satu Variabel Dalam kehidupan sehari-hari, banyak masalah yang dapat diselesaikan dengan menggunakan persamaan linear satu variabel. masalah-masalah ini biasanya berbentuk soal cerita. Untuk menyelesaikan soal bentuk cerita, biasanya kita perlu mengenai dan menggunakan konsep-konsep yang telah kita pelajari sebelumnya. Untuk menyelesaikan soal-soal dalam kehidupan sehari-hari yang berbentuk cerita, maka langkah-langkah berikut dapat mempermudah penyelesaiannya 1) Pemahaman terhadap permasalahan 2) Salah satu besaran yang belum diketahui dimisalkan dengan sebuah varabel. 3) Menerjemahkan kalimat cerita menjadi model matematika dalam bentuk persamaan.

15 22 4) Menyelesaikan persamaan tersebut, kemudian menjawab sesuai yang ditanyakan. Contoh Harga sebuah telepon genggam adalah 4 kali harga sebuah kalkulator. Harga 2 buah kalkulator dan 3 buah telepon genggam adalah Rp Berapakah harga sebuah kalkulator dan harga sebuah telepon genggam! jawab misal harga sebuah kalkulator = x rupiah, maka harga telepon genggam = 4x rupiah Harga 2 kalkulator dan 3 telepon genggam = x + 3(4x) = x + 12 x = x = x = Jadi harga sebuah kalkulator = x rupiah = Rp dan harga sebuah telepon genggam = 4 x = Rp Pertidaksamaan Linear Satu Variabel (PTSLV). Sebelum membahas PTLSV sebaiknya kalian terlebih dahulu mengenal lambang-lambang yang digunakan pada PTSLV.Misalnya ada tiga bilangan 3, 6, dan 9, dapatkah kalian mengetahui hubungan antara ketiga bilangan itu?. Untuk itu perhatikanlah penjelasan berikut ini. a. 3 < 6, dibaca 3 kurang dari 6 c. 6 > 3, dibaca 6 lebih dari 3 b. 5 < 9, dibaca 5 kurang dari 9 d. 9 > 6, dibaca 9 lebih dari 6 Kalimat-kalimat di atas disebut ketidaksamaan. Untuk sebarang bilangan a dan b, selaluberlaku salah satu hubungan berikut:

16 23 a > b, dibaca a lebih dari b a < b, dibaca a kurang dari b a = b, dibaca a sama dengan b Lambang-lambang ketidaksamaan lainnya adalah;, dibaca tidak sama dengan, dibaca lebih besar atau sama dengan, atau tidak kurang dari, dibaca lebih kecil atau sama dengan, atau tidak lebih dari a. Pengertian PTLSV Perhatikanlah kalimat-kalimat berikut ini. 1) x > 5 2) 2x 3 < 7 3) 3a a + 5 4) 5n 3 4n + 2 Kalimat-kalimat terbuka di atas menggunakan tanda hubung <, >, Kalimatkalimat ini disebut pertidaksamaan. Masing-masing pertidaksamaan itu hanya memiliki satu variabel, yakni x, a, dan n. Pertidaksamaan seperti ini disebut pertidaksamaan satu variabel. Peubah (variabel) pertidaksamaan di atas berpangkat satu atau juga disebut berderajat satu maka disebut pertidaksamaan linear. Pertidaksamaan linear satu variabel adalah kalimat terbuka yang hanya memiliki sebuah variabel dan berderajat satu dan memuat hubungan (<, >,, dan Bentuk umum PTLSV dalam variabel x dapat dituliskan dengan: ax + b < 0, ax + b > 0, ax + b 0, atau ax + b 0

17 24 dengan a 0, a dan b bilangan real (nyata). b. Menyelesaikan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel 1) Penjumlahan atau Pengurangan contoh Sederhanakan pertidaksamaan 4y 2 < 5 + 3y! 4y 2 < 5 + 3y jawab 4y < y kedua ruas ditambah 2, 4y < 7 + 3y di ruas kiri, = 0 tidak ditulis 4y 3y < 7 kedua ruas dikurang 3y, y < 7 di ruas kanan, 3y 3y = 0 tidak ditulis 2) Mengalikan Kedua Ruas Dengan Bilangan Yang Sama contoh: Selesaikan pertidaksamaan berikut! 5x < 8 5x < x 5x < 1 5 x 8 < 3 5 jawab c. Model Matematika Pertidaksamaan Linear Satu Variabel Untuk menyelesaikan soal cerita dalam kehidupan nyata seharihari yang berkaitan dengan pertidaksamaan linear satu variabel. terlebih dahulu perlu dibuat kalimat matematikanya berdasarkan pada informasi yang terdapat pada soal cerita tersebut, yang disebut dengan model matematika. Untuk membuat model matematika, kita terjemahkan soal cerita menjadi kalimat matematika dengan menggunakan konsep-konsep yang telah kita pelajari sebelumnya. Pada model matematika dalam bahasan

18 25 ini, besaran yang belum diketahui dapat dimisalkan dengan sebuah variabel, misalkan x sehingga terbentuk pertidaksamaan linear satu variabel. contoh Berat badan Paman kurang 4 kg dari 2 kali berat badan Indra. Jumlah berat badan mereka kurang dari 96 kg. Tentukan model matematikanya! jawab misal berat badan Indra = x kg, maka: berat badan Paman = ( 2x 4 ) kg Jumlah berat badan Indra dan Paman < 96 x + (2x 4 ) < 96 3x 4 < 96 Jadi, model matematikanya adalah 3x 4 < 96 d. Penerapan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel Untuk mempermudah dalam menyelesaikan soal-soal dalam bentuk cerita yang berkaitan dengan pertidaksamaan, dapat ditempuh langkah-langkah berikut: 1) Pemahaman terhadap permasalahan dalam soal 2) Salah satu besaran yang belum diketahui dimisalkan dengan sebuah variabel. 3) Menerjemahkan kalimat cerita menjadi model matematika dalam bentuk pertidaksamaan. 4) Menyelesaikan pertidaksamaan tersebut, kemudian menjawab sesuai dengan yang ditanyakan

19 26 contoh soal Keliling sebuah persegi panjang tidak lebih dari 52 cm. Ukuran panjang persegi panjang tersebut kurang 2 cm dari 3 kali lebarnya. tentukan luas maksimum persegi panjang tersebut! jawab misal lebar = x cm, maka panjang = 3x 2 keliling = 2p + 2l keliling persegi panjang tidak lebih dari 52 cm, berarti keliling persegi tersebut kurang dari 52 cm, atau sama dengan 52 cm. 2p + 2l 52 2 (3x 2) + 2x 52 6x 4 + 2x 52 8x x x 56 x 56/8 x 7 karena panjang dan lebar tidak nol dan juga tidak bernilai negative, maka penyelesaiannya 1 7 untuk luas maksimum, kita ambil x = 7 Luas = p x l = ( 3x 2). x = (3.7 2). 7 = (21 2). 7 = 19 x 7 = 133 cm 2 Jadi luas maksimum persegi panjang ialah 133 cm 2

20 27 D. Langkah-langkah Model Problem Based Instruction. Adapun langkah-langkah Model Problem Based Instruction dengan pokok bahasan membuat dan menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel yaitu sebagai-berikut: Tabel 2. Langkah-langkah model problem based instruction Tahap Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan mengenai materi membuat dan menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel serta model yang digunakan yaitu model problem based instruction. Tahap 1 Orientasi siswa pada Masalah Guru mengajukan masalah atau mengorientasikan siswa kepada masalah autentik yaitu pada materi membuat dan menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel dan penggunaannya dalam pemecahan masalah. Guru memotivasi siswa dengan mengemukakan bahwa materi membuat dan menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel yang akan dipelajari bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya Siswa memperhatikan dan mendengarkan penjelasan dari guru Siswa medengarkan dan menjawab permasalahan yang diberikan guru mengenai materi membuat dan menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel Siswa memberikan contoh lainnya mengenai materi membuat dan menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel yang berkaitan dengan kehidupan nyata. Tahap 2 Mengorganisasikan siswa untuk belajar Guru mengaitkan materi membuat dan menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel dengan kehidupan sehari-hari. Guru mengelompokkan siswa menjadi beberapa kelompok untuk menyelesaikan masalah dalam materi membuat dan menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel ini, dimana tiap kelompok Siswa mendengarkan materi membuat dan menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel dengan kehidupan sehari-hari. Siswa membentuk kelompok

21 28 Tahap 3 Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok Tahap 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya terdiri dari 5 orang. Guru membagikan LKS kepada siswa yang harus dikerjakan berkelompok. Guru membimbing siswa untuk menyelesaikan permasalahan dalam LKS ini secara berkelompok. Guru membimbing siswa untuk melaksanakan diskusi tentang materi membuat dan menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel ini. Guru membimbing siswa untuk mempresentasikan hasil kerjanya tentang materi membuat dan menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel ini. Guru menjadi fasilisator dalam diskusi dan memotivasi siswa agar terlibat aktif dalam diskusi. Siswa menerima LKS yang diberikan guru. Siswa bekerja sama dengan kelomppok membahas permasalahan yang terdapat di LKS Siswa melaksanakan diskusi dengan bimbingan dari guru. siswa melalui perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. setiap perwakilan kelompok mempresentasikan hasil LKS nya Tahap 5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Guru memonitori dan melihat hasil kerja kelompok siswa, apakah sudah sesuai dengan yang diperintahkan dalam LKS. Guru meberikan penguatan/refleksi, menganalisis dan mengevaluasi pembelajaran siswa tentang materi membuat dan menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel ini. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan materi membuat dan menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel yang dipelajari serta merangkumnya. E. Penelitian Terdahulu yang Relevan kelompok memperlihatkan tugasnya kepada guru Siswa memperhatikan guru Siswa menyimpulkan materi membuat dan menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel yang dipelajari dan merangkumnya. Adapun beberapa penelitian yang terdahulu yang dijadikan referensi bagi peneliti, diantaranya yaitu: 1. Berdasarkan penelitian Rembulan Parsin (2011) dengan judul Penerapan model pembelajaran problem based instruction (PBI) untuk meningkatkan

22 29 hasil belajar penjumlahan pecahan siswa kelas IV SDN Madyopuro 3 Kecamatan Kedung kandang Kota Malang menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Problem Based Instruction pada materi penjumlahan pecahan di kelas IV SDN Madyopuro 3 Kecamatan Kedung kandang Kota Malang dikategorikan baik, dengan melihat dari peningkatan hasil belajar yang diperoleh siswa dari pra tindakan, Siklus I ke siklus II, yaitu dari ratarata kelas sebesar 59,53%, meningkat menjadi 66,74% dan meningkat lagi menjadi 75,58 %. 2. Berdasarkan penelitian Dinandar (2014) yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Di Smk Dharma Karya Jakarta terbukti bahwa Kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang diajar dengan menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah, presentase ratarata pada aspek memberikan penjelasan sederhana 72,06%, membangun keterampilan dasar 71,32%, menyimpulkan 45,22%, dan rata-rata kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah 63, Berdasarkan penelitian Nur Asiah (2014) Yang Berjudul Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw Melalui Pendekatan Kontekstual Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas X Di Madrasah Aliyah Negeri 2 Palembang. Penggunaan model ini dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas X di MAN 2 Palembang.

23 30 Tabel 3. Perbedaan antara Penelitian Terdahulu Nama Tahun Judul Penelitian dengan Penelitian yang Dilakukan Peneliti Model/Metode Yang di Pakai Aspek yang di ukur Rembulan Parsin 2011 Penerapan model pembelajaran problem based instruction (PBI) untuk meningkatkan hasil belajar penjumlahan pecahan siswa kelas IV SDN Madyopuro 3 Kecamatan Kedung kandang Kota Malang Model Problem Based Instruction Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dinandar 2014 Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Di Smk Dharma Karya Jakarta Nur Asiah 2014 Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw Melalui Pendekatan Kontekstual Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas X Di Madrasah Aliyah Negeri 2 Palembang Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBI) Model Kooperatif tipe jigsaw Kemampuan berpikir kritis matematis siswa Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Alimul Hakim 2015 Pengaruh Penerapan Model Problem Based Instruction Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Di MTs Paradigma Palembang Model Problem Based Instruction Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa F. Hipotesis Berdasarkan tinjauan teoritis diatas maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut : ada pengaruh penggunaan model pembelajaran problem based instruction terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VII di MTs Paradigma Palembang.

24 31 Dari hipotesis tersebut maka dapat ditulis hipotesis nol dan hipotesis alternatif sebagai berikut: H0 = Tidak ada pengaruh penerapan model pembelajaran problem based instruction terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VII di MTs Paradigma Palembang.. Ha = Ada pengaruh penerapan model pembelajaran problem based instruction terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VII di MTs Paradigma Palembang.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya. 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya. Efektivitas merupakan standar atau taraf tercapainya suatu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. berupa masalah ataupun soal-soal untuk diselesaikan. sintesis dan evaluasi (Gokhale,1995:23). Menurut Halpen (dalam Achmad,

BAB II KAJIAN TEORI. berupa masalah ataupun soal-soal untuk diselesaikan. sintesis dan evaluasi (Gokhale,1995:23). Menurut Halpen (dalam Achmad, 6 BAB II KAJIAN TEORI A. Berpikir Kritis Berpikir merupakan kegiatan penggabungan antara persepsi dan unsurunsur yang ada dalam pikiran untuk menghasilkan pengetahuan. Berpikir dapat terjadi pada seseorang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pernyataan yang telah dibuktikan kebenarannya (Tim PPG matematika:2006).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pernyataan yang telah dibuktikan kebenarannya (Tim PPG matematika:2006). 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Penalaran adalah suatu proses atau aktifitas berpikir untuk menarik kesimpulan membuat pernyataan baru yang benar berdasarkan pada pernyataan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Broblem Based Instruction (PBI) Problem Based Instruction (PBI) (Trianto, 2009:91). Pengajaran Berdasarkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Broblem Based Instruction (PBI) Problem Based Instruction (PBI) (Trianto, 2009:91). Pengajaran Berdasarkan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Broblem Based Instruction (PBI) Istilah Pengajaran Berdasarkan Masalah (PBM) diadopsi dari istilah Inggris Problem Based Instruction (PBI) (Trianto, 2009:91).

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Penalaran Penalaran adalah suatu proses atau aktifitas berpikir untuk menarik kesimpulan membuat pernyataan baru yang benar berdasarkan pada pernyataan yang telah dibuktikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK 7 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemandirian Belajar Istilah kemandirian (Nurhayati, 2011) menunjukkan adanya kepercayaan terhadap kemampuan diri untuk menyelesaikan masalahnya tanpa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Pemecahan Masalah Pada dasarnya tujuan akhir pembelajaran adalah menghasilkan siswa yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam memecahkan masalah yang dihadapi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai tujuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai tujuan 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Pembelajaran efektif merupakan suatu pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai tujuan pembelajaran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) Pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seseorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses memperoleh ilmu pengetahuan, baik diperoleh sendiri maupun dengan bantuan orang lain. Belajar dapat dilakukan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Kemampuan Representasi Matematis

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Kemampuan Representasi Matematis BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual a. Kemampuan Representasi Matematis Janvier (dalam Kartini, 2009) mengungkapkan bahwa konsep tentang representasi merupakan salah satu konsep psikologi yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Menurut NCTM (2000) pemecahan masalah adalah suatu penyelesaian yang belum diketahui sebelumnya dengan cara penugasan sehingga

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran II. TINJAUAN PUSTAKA A. Masalah Matematis Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran berbasis masalah, sebelumnya harus dipahami dahulu kata masalah. Menurut Woolfolk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Matematika 1. Pengertian Matematika Menurut Depdiknas (2001), matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari. Matematika

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA. Siti Mawaddah, Yulianti

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA. Siti Mawaddah, Yulianti EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 2, Nomor 1, Pebruari 2014, hlm 87-93 MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional adalah memberikan kesempatan pada anak didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. sebagai proses dimana pelajar menemukan kombinasi aturan-aturan yang

BAB II KAJIAN TEORITIK. sebagai proses dimana pelajar menemukan kombinasi aturan-aturan yang BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Pemecahan Masalah Menurut Nasution (2010), memecahkan masalah dapat dipandang sebagai proses dimana pelajar menemukan kombinasi aturan-aturan yang telah dipelajarinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.2 Pengertian Matematika Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rendah, gambaran ini tercermin dari beragamnya masalah pendidikan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. rendah, gambaran ini tercermin dari beragamnya masalah pendidikan yang terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional BAB I pasal 1 (1) pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

المجادلة BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Islam adalah agama yang sangat empatik dalam mendorong umatnya

المجادلة BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Islam adalah agama yang sangat empatik dalam mendorong umatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam adalah agama yang sangat empatik dalam mendorong umatnya untuk menuntut ilmu. Bahkan Al-Qur an itu sendiri merupakan sumber ilmu dan inspirasi berbagai disiplin

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. dalam diri peserta didik untuk belajar secara aktif, kreatif, efektif,

BAB II KAJIAN TEORITIK. dalam diri peserta didik untuk belajar secara aktif, kreatif, efektif, BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar Menurut Hanafiah (2009) motivasi belajar merupakan kekuatan, daya pendorong, atau alat pembangun keinginan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK 1. Problem Based Learning (PBL) Problem Based Learning (PBL) pertama kali dipopulerkan oleh Barrows dan Tamblyn (1980) pada akhir abad ke 20 (Sanjaya, 2007). Pada awalnya, PBL dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan ide-ide melalui lisan, tulisan,

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan ide-ide melalui lisan, tulisan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembelajaran matematika di sekolah diantaranya adalah melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, mengembangkan kemampuan memecahkan masalah,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Model pembelajaran adalah bentuk atau tipe kegiatan pembelajaran yang digunakan untuk menyampaikan bahan ajar oleh guru kepada siswa (Sukardi, 2013: 29).

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Berbasis Masalah Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model pembelajaran yang menjadikan masalah sebagai dasar atau basis bagi siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup menjadi alasan, sebab matematika selalu diajarkan di setiap jenjang

BAB I PENDAHULUAN. cukup menjadi alasan, sebab matematika selalu diajarkan di setiap jenjang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu yang penting bagi kemajuan bangsa. Hal inilah yang menyebabkan seringnya matematika dijadikan indikator dalam menentukan maju tidaknya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika BAB II LANDASAN TEORI A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika Pengertian pembelajaran sebagaimana tercantum dalam UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional adalah suatu proses interaksi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Belajar yang Melandasi Problem Based Learning

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Belajar yang Melandasi Problem Based Learning 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Teori Belajar yang Melandasi Problem Based Learning Teori yang melandasi Problem Based Learning adalah teori Vygotsky, Bruner dan Dewey. Teori Vgostky menjelaskan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingka laku, baik yang menyangkut pengetahuan,

BAB II LANDASAN TEORITIS. tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingka laku, baik yang menyangkut pengetahuan, BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Belajar Matematika Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan, artinya tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingka laku, baik yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Penalaran Matematis Shadiq (Depdiknas, 2009) menyatakan bahwa penalaran adalah suatu aktivitas berpikir untuk menarik kesimpulan dalam rangka membuat suatu pernyataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan pokok dalam kehidupan setiap manusia, pendidikan juga merupakan upaya manusia untuk memperluas pengetahuan dalam rangka membentuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Audio-Visual Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa arab, media adalah perantara atau pengantar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ataupun dalam mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. ataupun dalam mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. Matematika juga merupakan salah satu ilmu dasar yang mempunyai peranan yang cukup

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran siswa pada masalah yang nyata sehingga siswa dapat menyusun

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran siswa pada masalah yang nyata sehingga siswa dapat menyusun II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Problem Based Learning Model pembelajaran PBL merupakan model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah yang nyata sehingga siswa dapat menyusun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan mengenai (A) Kajian Teori, (B) Kajian Peneliti yang Relevan, dan (C) Kerangka Pikir. A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Matematika 1.1 Hakikat Matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengetahuan manusia tentang matematika memiliki peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengetahuan manusia tentang matematika memiliki peran penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengetahuan manusia tentang matematika memiliki peran penting dalam peradaban manusia, sehingga matematika merupakan bidang studi yang selalu diajarkan di

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. Pada kajian teori akan dipaparkan teori dari beberapa ahli yang

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. Pada kajian teori akan dipaparkan teori dari beberapa ahli yang BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori Pada kajian teori akan dipaparkan teori dari beberapa ahli yang berhubungan dengan variabel dalam penelitian ini. Teori-teori tersebut

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar Seseorang akan mengalami perubahan pada tingkah laku setelah melalui suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut kurikulum KTSP SD/MI tahun 2006 Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Seperangkat tingkat yang diharapkan dimiliki oleh orang yang. berkedudukan dalam masyarakat.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Seperangkat tingkat yang diharapkan dimiliki oleh orang yang. berkedudukan dalam masyarakat. 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Peran Aktif 1. Pengertian Peran Aktif Istilah peran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti pemain sandiwara (film), tukang lawak pada permainan makyung. Seperangkat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. dahulu kita harus mengetahui definisi dari masalah itu sendiri. Prayitno (1985)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. dahulu kita harus mengetahui definisi dari masalah itu sendiri. Prayitno (1985) II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Sebelum kita mengetahui pengertian kemampuan pemecahan masalah, terlebih dahulu kita harus mengetahui

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION SISWA KELAS IXG SMP NEGERI 3 BANGUNTAPAN

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION SISWA KELAS IXG SMP NEGERI 3 BANGUNTAPAN UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION SISWA KELAS IXG SMP NEGERI 3 BANGUNTAPAN IKA MAHERA RACHMAWATI Program Studi Pendidikan Matematika Universitas PGRI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. hakekatnya adalah belajar yang berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur

BAB II KAJIAN TEORI. hakekatnya adalah belajar yang berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Matematika Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum belief diartikan sebagai keyakinan atau kepercayaan diri terhadap

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum belief diartikan sebagai keyakinan atau kepercayaan diri terhadap II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Dasar 1. Belief Siswa terhadap Matematika Secara umum belief diartikan sebagai keyakinan atau kepercayaan diri terhadap sesuatu. Belief siswa terhadap matematika adalah keyakinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Pendidikan diyakini akan dapat mendorong memaksimalkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika pada awalnya adalah ilmu tentang pola dan urutan yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika pada awalnya adalah ilmu tentang pola dan urutan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika pada awalnya adalah ilmu tentang pola dan urutan yang logis. Pada sejarah awal manusia, matematika digunakan untuk mengungkapkan pola tersembunyi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penalaran menurut ensiklopedi Wikipedia adalah proses berpikir yang bertolak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penalaran menurut ensiklopedi Wikipedia adalah proses berpikir yang bertolak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kemampuan Penalaran Matematis Penalaran menurut ensiklopedi Wikipedia adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Pembelajaran Matematika a. Pembelajaran Matematika di SD Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

KOLABORASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING TYPE JIGSAW DAN PROBLEM BASED LEARNING ( PBL ) Nawir R MTs Negeri Model Palopo

KOLABORASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING TYPE JIGSAW DAN PROBLEM BASED LEARNING ( PBL ) Nawir R MTs Negeri Model Palopo KOLABORASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING TYPE JIGSAW DAN PROBLEM BASED LEARNING ( PBL ) Nawir R MTs Negeri Model Palopo Abstrak: Pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat Kelompok

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN PBL ( PROBLEM BASED LEARNING)

MODEL PEMBELAJARAN PBL ( PROBLEM BASED LEARNING) MODEL PEMBELAJARAN PBL ( PROBLEM BASED LEARNING) MAKALAH INI DIBUAT UNTUK MEMENUHI TUGAS SEMINAR PENDIDIKAN DISUSUN OLEH KALAM SIDIK PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Pembelajaran Matematika Model PBL (Problem Based Learning) Pada Mata Pelajaran Matematika Materi Luas Bidang Pada Siswa Kelas III SD

Pembelajaran Matematika Model PBL (Problem Based Learning) Pada Mata Pelajaran Matematika Materi Luas Bidang Pada Siswa Kelas III SD 8 INOVASI, Volume XIX, Nomor 1, Januari 2017 Pembelajaran Matematika Model PBL (Problem Based Learning) Pada Mata Pelajaran Matematika Materi Luas Bidang Pada Siswa Kelas III SD Hery Setiyawan Email :

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika sebagai salah satu bidang studi yang diajarkan disetiap

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika sebagai salah satu bidang studi yang diajarkan disetiap BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika sebagai salah satu bidang studi yang diajarkan disetiap jenjang pendidikan diharapkan dapat memberi sumbangan dalam mencerdaskan siswa dengan jalan mengembangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Erman Suherman (dalam Apriyani, 2010) Pemecahan masalah

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Erman Suherman (dalam Apriyani, 2010) Pemecahan masalah BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pemecahan Masalah Menurut Erman Suherman (dalam Apriyani, 2010) Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat penting karena dalam proses pembelajaran,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Tinjauan Tentang Problem Based Instruction (PBI)

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Tinjauan Tentang Problem Based Instruction (PBI) BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Tinjauan Tentang Problem Based Instruction (PBI) Problem Based Instruction (PBI) merupakan model pembelajaran yang dapat memecahkan masalah yang bertujuan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Kata komunikasi berasal dari bahasa latincommunicare, berarti. merupakan proses informasi ilmu dari guru kepada siswa.

BAB II LANDASAN TEORI. Kata komunikasi berasal dari bahasa latincommunicare, berarti. merupakan proses informasi ilmu dari guru kepada siswa. 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Kemampuan Komunikasi Matematis Kata komunikasi berasal dari bahasa latincommunicare, berarti berpartisipasi atau memberitahukan. Menurut Toda (Liliweri, 1997) komunikasi sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Semakin berkembang pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) pada masa global ini, menuntut sumber daya manusia yang berkualitas serta bersikap kreatif

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. dalam tugas yang metode solusinya tidak diketahui sebelumnya.

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. dalam tugas yang metode solusinya tidak diketahui sebelumnya. 2 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Menurut NCTM (2000) pemecahan masalah berarti melibatkan diri dalam tugas yang metode solusinya tidak diketahui sebelumnya. Menyelesaikan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG VOLUME PRISMA SEGITIGA DAN TABUNG MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PBI. Nur Aini Yuliati

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG VOLUME PRISMA SEGITIGA DAN TABUNG MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PBI. Nur Aini Yuliati Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) ISSN 2477-2240 (Media Cetak). 2477-3921 (Media Online) PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG VOLUME PRISMA SEGITIGA DAN TABUNG MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PBI SD

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DI KELAS VIII SMP

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DI KELAS VIII SMP EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 3, Nomor 1, April 2015, hlm 75-83 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DI KELAS VIII SMP Ati Sukmawati, Muliana

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB II. Tinjauan Pustaka 6 BAB II Tinjauan Pustaka A. Keyakinan Keyakinan merupakan suatu bentuk kepercayaan diri seseorang terhadap kemampuan yang dimilikinya. Goldin (2002) mengungkapkan bahwa keyakinan matematika seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika tidak hanya mengharuskan siswa sekedar mengerti materi yang dipelajari saat itu, tapi juga belajar dengan pemahaman dan aktif membangun

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH SUATU UPAYA UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN REPRESENTASI MATEMATIK SISWA

PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH SUATU UPAYA UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN REPRESENTASI MATEMATIK SISWA MaPan : Jurnal Matematika dan Pembelajaran p-issn: 2354-6883 ; e-issn: 2581-172X Volume 4, Nomor 1, Juni 2016 PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH SUATU UPAYA UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN REPRESENTASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perkembangan masyarakat menyebabkan perubahan-perubahan dalam masyarakat, perubahan ini akan menyebabkan perubahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kemampuan berarti kesanggupan, kecakapan, atau kekuatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu disiplin ilmu pengetahuan yang memegang peranan penting dalam kehidupan dan kehadirannya sangat terkait erat dengan dunia pendidikan adalah Matematika.

Lebih terperinci

Etik Andriani Aunillah Kusno. STKIP PGRI Sidoarjo Jl.Jenggala Kotak Pos 149 Kemiri Sidoarjo

Etik Andriani Aunillah Kusno. STKIP PGRI Sidoarjo Jl.Jenggala Kotak Pos 149 Kemiri Sidoarjo HUBUNGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA ( RELATIONSHIP MODELS THE APPLICATION OF PROBLEM BASED LEARNING WITH STUDENT LEARNING OUTCOMES

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI BILANGAN BULAT UNTUK SISWA KELAS IV SD MELALUI KOOPERATIF TIPE STAD

PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI BILANGAN BULAT UNTUK SISWA KELAS IV SD MELALUI KOOPERATIF TIPE STAD PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI BILANGAN BULAT UNTUK SISWA KELAS IV SD MELALUI KOOPERATIF TIPE STAD Trilius Septaliana Kusuma Rukmana, S.Pd. Mahasiswi Pascasarjana Universitas Sriwijaya Abstrak Dalam pembelajaran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam makna yang lebih kompleks

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Belajar Manusia dalam hidupnya tidak pernah lepas dari proses belajar, karena dengan belajar pengetahuan seseorang akan terus bertambah. Menurut Syah (2002:89),

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Eggan dan Kauchak 9, pembelajaran kooperatif merupakan. berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Eggan dan Kauchak 9, pembelajaran kooperatif merupakan. berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif 1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Menurut Eggan dan Kauchak 9, pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. 1

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata pelajaran fisika adalah salah satu mata pelajaran dalam rumpun sains yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir analitis induktif dan deduktif dalam menyelesaikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Matematika Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir pada semua bidang ilmu pengetahuan. Menurut Suherman (2003:15), matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai bagian dari kurikulum di sekolah, memegang peranan yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kualitas lulusan yang mampu bertindak atas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan kritis (Suherman dkk, 2003). Hal serupa juga disampaikan oleh Shadiq (2003)

I. PENDAHULUAN. dan kritis (Suherman dkk, 2003). Hal serupa juga disampaikan oleh Shadiq (2003) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan disiplin ilmu yang sifatnya terstruktur dan terorganisasi dengan baik, mulai dari konsep atau ide yang tidak terdefinisi sampai dengan yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika Kata Matematika berasal dari kata latin mathematik yang mulanya diambil dari perkataan Yunani mathematike yang berarti mempelajari.

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu

II. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu 6 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Motivasi belajar Melakukan perbuatan belajar secara relatif tidak semudah melakukan kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu

Lebih terperinci

matematika WAJIB Kelas X PERTIDAKSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL K-13 A. PENDAHULUAN

matematika WAJIB Kelas X PERTIDAKSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL K-13 A. PENDAHULUAN K-1 Kelas X matematika WAJIB PERTIDAKSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami definisi pertidaksamaan linear

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. Kemampuan berpikir tingkat tingi dapat dikembangkan dalam proses

BAB II KAJIAN TEORITIS. Kemampuan berpikir tingkat tingi dapat dikembangkan dalam proses BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kajian Teori 1. Kemampuan Berpikir Kritis Kemampuan berpikir tingkat tingi dapat dikembangkan dalam proses pembelajaran terutama dalam pembelajaran matematika, salah satunya adalah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah belajar sebenarnya telah lama dikenal. Namun sebenarnya apa belajar itu,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah belajar sebenarnya telah lama dikenal. Namun sebenarnya apa belajar itu, II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika Istilah belajar sebenarnya telah lama dikenal. Namun sebenarnya apa belajar itu, masing-masing orang mempunyai pendapat yang tidak sama. Sebagian orang beranggapan

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia SEMANTIK MENULIS POSTER DAN SLOGAN MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING): Suatu Alternatif Peningkatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Matematika Matematika (dari bahasa Yunani: mathēmatiká) adalah studi besaran, struktur, ruang, dan perubahan. Para matematikawan mencari berbagai pola, merumuskan

Lebih terperinci

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Penerapan Pendekatan Kontekstual Melalui Model Problem Based Intruction (PBI) Untuk Meningkatkan Mutu Perkuliahan Dasar-Dasar Pendidikan MIPA Pada Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Tahap Persiapan a. Validasi instrumen penelitian Sebelum diadakan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan proses validasi untuk mengukur tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permen 23 Tahun 2006 (Wardhani, 2008:2) disebutkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Permen 23 Tahun 2006 (Wardhani, 2008:2) disebutkan bahwa tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada kurikulum berbasis kompetensi yang tertuang dalam lampiran Permen 23 Tahun 2006 (Wardhani, 2008:2) disebutkan bahwa tujuan pembelajaran matematika adalah:

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarakan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : Hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Serui Kabupaten Kepulauan Yapen,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarakan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : Hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Serui Kabupaten Kepulauan Yapen, BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarakan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : Hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Serui Kabupaten Kepulauan Yapen, Provinsi Papua dengan pembelajaran berbasis

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PENDIDIKAN SMK NEGERI 1 BALONGAN

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PENDIDIKAN SMK NEGERI 1 BALONGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PENDIDIKAN SMK NEGERI BALONGAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Kode. Dok PBM.0 Edisi/Revisi A/0 Tanggal 7 Juli 207 Halaman dari RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan kemajuan jaman, tentunya pengetahuan semakin berkembang. Supaya suatu negara bisa lebih maju, maka negara tersebut perlu memiliki manusia-manusia yang

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. menempati posisi sentral dalam proses belajar-mengajar, dalam proses belajarmengajar,

II TINJAUAN PUSTAKA. menempati posisi sentral dalam proses belajar-mengajar, dalam proses belajarmengajar, 14 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Siswa Siswa atau anak didik adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar-mengajar, dalam proses belajarmengajar, siswa sebagai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. solusi. Sebagai contoh, suatu masalah dapat direpresentasikan dengan obyek,

II. TINJAUAN PUSTAKA. solusi. Sebagai contoh, suatu masalah dapat direpresentasikan dengan obyek, 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kemampuan Representasi Matematis Jones dan Knuth (1991) mengungkapkan bahwa representasi adalah model atau bentuk pengganti dari suatu situasi masalah yang digunakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Sebagai suatu disiplin ilmu, matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang memiliki kegunaan besar dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, konsepkonsep dalam

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) PADA SISWA KELAS VIII D SMP NEGERI 11 YOGYAKARTA Oleh: Febti Nur

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA SMP

PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA SMP PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA SMP MURNIYATI Guru SMP Negeri 3 Dumai mmurniyati7@gmail.com ABSTRAK Tujuan penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam kehidupan. Sumber daya manusia (SDM) dapat meningkat dengan adanya pendidikan. Pendidikan akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. SD merupakan titik berat dari pembangunan masa kini dan masa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. SD merupakan titik berat dari pembangunan masa kini dan masa mendatang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan termasuk SD merupakan titik berat dari pembangunan masa kini dan masa mendatang. Banyak hal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pemahaman dapat dimaksudkan sebagai proses, cara, atau perbuatan memahami.

TINJAUAN PUSTAKA. pemahaman dapat dimaksudkan sebagai proses, cara, atau perbuatan memahami. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pemahaman Konsep Matematis Pemahaman memiliki kata dasar paham, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas,2008) paham berarti mengerti dengan benar, tahu benar, sehingga pemahaman

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DI SMP N 1 SP PADANG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DI SMP N 1 SP PADANG PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DI SMP N 1 SP PADANG Diajukan kepada Program Reguler S1 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Fatah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kemampuan dan keterampilan. Salah satu kemampuan dan keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kemampuan dan keterampilan. Salah satu kemampuan dan keterampilan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Globalisasi dan perkembangan informasi mengalami perubahan pesat kearah yang lebih maju yang sedang terjadi pada segala bidang, termasuk ilmu pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK 8 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Pengaruh Menurut Utomo (2015) mengemukakan pengaruh merupakan daya, paribawa, dan pangaribawa. Menurut Yuniar dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses belajar merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya, proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara

Lebih terperinci