BAB II LANDASAN TEORI. Bahasa Indonesia kata asuransi dipadankan dengan kata. bahwa yang dimaksud dengan asuransi atau pertanggungan adalah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. Bahasa Indonesia kata asuransi dipadankan dengan kata. bahwa yang dimaksud dengan asuransi atau pertanggungan adalah"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI A. Asuransi Syariah 1. Pengertian Asuransi Syariah Secara umum, asuransi berarti jaminan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata asuransi dipadankan dengan kata pertanggungan. 25 Asuransi merupakan suatu kesepakatan bersama antara anggota masyarakat untuk saling menjamin dan menanggung dengan cara mengumpulkan uang dan membuat sebuah tabungan dana keuangan bersama yang digunakan sebagai dana bantuan bagi seseorang yang ditimpa kesusahan. 26 Dalam definisi standar tentang asuransi dari undangundang No.2 Tahun 1992 tentang usaha perasuransian yang menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan asuransi atau pertanggungan adalah Perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan dan kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk 25 Agus Edi Sumanto, dkk, Solusi Berasuransi Lebih Indah dengan Syariah, (Bandung, PT.Karya Kita:2009), hlm.6 26 Nurul Ichsan Hasan, Pengantar Asuransi Syariah, (Jakarta, Gaung Persada:2014).hlm1 25

2 26 pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. 27 Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa dalam asuransi terdapat 4 unsur yang mesti ada. 28 Pertama akad tabarru yang mendasari terbentuknya perikatan antara dua belah pihak yang sekaligus terjadinya hubungan keperdataan (muamalah). Kedua berupa sejumlah uang yang sanggup dibayarkan oleh tertanggung kepada penanggung. Ketiga adanya penggatian dari penanggung kepada tertanggung jika terjadi klaim atau masa perjanjian selesai. Keempat, adanya suatu peristiwa yang tidak tertentu yang adanya suatu risiko yang memungkinkan datang untuk tidak ada risiko. Tujuan asuransi pada dasarnya adalah mengalihkan resiko yang ditimbulkan oleh peristiwa-peristiwa yang tidak diharapkan kepada orang lain yang bersedia mengambil resiko itu dengan mengganti kerugian yang dideritanya. Pihak yang bersedia menerima resiko itu disebut penanggung (insurer). 29 Dalam pengertian fiqih muamalah asuransi syariah adalah saling memikul resiko diantara sesama muslim sehingga antara satu dengan yang lainya menjadi penanggung atas resiko yang lainya. 30 Asuransi syariah merupakan pengaturan pengelolaan resiko yang memenuhi ketentuan syariah, tolong menolong secara mutual yang melibatkan peserta dan operator. Syariah berasal dari ketentuan-ketentuan 27 Undang-undang No.2 Tahun 1992 pasal 1 tentang Usaha Perasuransian 28 H.A Djazuli & Yadi Janwari, Lemabaga- lembaga Perekonomian Umat Sebuah Pengenalan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000) Cet ke-1, hlm Zainuddin Ali, Hukum Asuransi Syariah, (Jakarta, Sinar Grafika:2008),hlm.2 30 Ibid, hlm.4

3 27 di dalam Al-Qur an (firman Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad saw). Konsep asuransi syariah tidak terlalu berbeda jauh dengan konsep pengelolaan resiko konvensional yang dilakukan secara mutual, seperti Mutual Insurance dan Protection Indemnity Club (P&I Cub). Perbedaan yang mendasar pada asuransi syariah dan konvensional adalah pada bagaimana resiko dikelola dan ditanggung, dan bagaimana dana asuransi syariah dikelola. 31 Ada beberapa ulama yang membolehkan asuransi (konvensional) dengan alasan tertentu. Misalnya, Syaikh Abdul Rohman Isa (Guru Besar Universitas Al-Azhar) yang dengan tegas menyatakan bahwa asuransi merupakan praktik muamalah gaya baru yang belum dijumpai imam-imam terdahulu, demikian pula para sahabat Nabi saw. Pekerjaan ini menghasilkan kemaslahatan ekonomi yang banyak. Oleh karena itu menyangkut kepentingan umum, asuransi halal menurut syara (hukum agama). 32 Husain Hamid Hisan mengatakan bahwa asuransi adalah sikap ta awun yang telah diatur dengan sitem yang sangat rapih antara sejumlah besar manusia. Semuanya telah siap mengantisipasi suatu peristiwa jika sebagian mereka mengalami peristiwa tersebut, maka semuanya saling menolong dalam menghadapi peristiwa tersebut, dengan sedikit pemberian (derma) yang diberikan oleh masing-masing peserta. Dengan pemberian 31 Muhaimin Iqbal, Asuransi Umum Syariah Dalam Praktik Upaya Menghilangkan Gharar Maisir Dan Riba, (Jakarta: Gema Insani, 2005), hlm1 32 Agus Edi Sumanto, dkk Op.cit.. Hlm. 18

4 28 (derma) tersebut, mereka dapat menutupi kerugian-kerugian yang dialami oleh peserta yang tertimpa musibah. 33 Pendirian perusahaan asuransi juga telah memberikan sumbangan yang besar terhadap sektor ekonomi sebuah negara, selain dapat memberikan bantuan keuangan kepada individu dan negara, perusahaan juga memberikan keuntungan dari investasi diperusahaan yang bergerak dalam pembangunan sektor-sektor penting negara yang dikelola oleh swasta atau pemerintah. Oleh karena itu eksistensinya sangat diperlukan bagi pembangunan. 34 Muhamad Yusuf Musa (Guru besar Universitas Kairo) menyatakan bahwa asuransi bagaimanapun bentuknya merupakan koperasi yang menguntungkan masyarakat. Ia mengemukakan sepanjang bersih dari riba, maka asuransi hukumnya boleh. Dengan pengertian apabila nasabah masih hidup menurut jangka waktu yang ditentukan dalam polis, dia meminta pembayaran kembali hanya sebesar premi yang pernah dibayarkan tanpa ada tambahan. Namun apabila nasabah meninggal sebelum batas akhir penyetoran premi, ahli warisnya berhak menerima nilai asuransi sesuai dengan yang tercantum didalam polis, dan ini halal menurut hukum syara. Abdul Wahab Kholaf (Guru Besar Hukum Islam, Universitas kairo) berpendapat bahwa Asuransi itu boleh sebab termasuk akad mudharabah. 33 Muhamad Syakir sula, Asuransi Syariah (Life and General) Konsep Dan System Operasional,(Jakarta:MUI,2006),hlm Nurul Ichsan Hasan Loc.cit.

5 29 Ada beberapa ulama lain yang yang membolehkan asuransi, baik secara mutlak maupun bersyarat Dasar Hukum Secara eksplisit tidak ada satu ayat pun dalam Al-Qur an yang menyebutkan istilah asuransi yang kita kenal sekarang ini, baik istilah Al- Ta min ataupun Al-Takaful. Akan tetapi dalam Al-Quran terdapat ayat yang menjelaskan tentang konsep asuransi dan yang memiliki muatan nilai-nilai dasar yang ada dalam praktik asuransi. Terdapat sejumlah ayat Allah dalam Al-quran yang menetukan validitas kontrak asuransi yang terdiri dari elemen saling kerjasama, hal tersebut merupakan janji yang meletakan kedua penanggung dana yang ditanggung berdasarkan prinsip umum perjanjian. Kemudian juga terdiri dari elemen peringanan musibah dan ketentuan keamanan materi dan pertolongan untuk mereka yang menghadapai resiko dan bahaya tak terduga untuk menjamin mereka hidup yang nyaman. 36 Dasar hukum yang digunakan dalam asuransi syariah bersumber dari hukum syariah, yaitu Al-Quran, As-Sunnah, ijma, qiyas, maupun fatwafatwa ulama atau lembaga-lembaga lain (seperti Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI), dan sebagainya. Asuransi syriah tidak boleh menyimpang dalam operasionalnya, terlebih apabila bertentangan dengan hukum syariah. Namun asuransi syariah dalam operasionalnya tetap mengacu pada hukum positif yang berlaku, selama tidak bertentangan dengan 35 Agus Edi Sumanto, dkk, Op.cit.. Hlm Muhammad Syakir Syula,Asuransi Syariah (Life and General): Konsep dan Sistem Operasional, (Jakarta: Gema Insani, 2004), hlm.297

6 30 hukum syariah. Adapun beberapa ayat yang menjelaskan tentang asuransi syariah, diantaranya; a. Al-Quran surat Al-Maidah ayat 2 Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-nya. (QS. Al-Maidah: 2) Ayat ini memuat perintah (amr) tolong menolong antar sesama manusia. Dalam bisnis asuransi, nilai ini terlihat dalam praktik kerelaan anggota (nasabah) perusahaan asuransi untuk menyisihkan dananya agar digunakan sebagai dana sosial (tabarru ). Dana sosial ini berbentuk rekening tabarru pada perusahaan asuransi dan difungsikan untuk menolong salah satu anggota (nasabah) yang sedang mengalami musibah. 37 b. Hadits Diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, menerangkan tentang ajaran kepada sesama muslim untuk membantu muslim lainya dan menyelesaikan kesulitanya sehingga Allah SWT memudahkan baginya dari kesulitan-kesulitan yang dihadapinya di hari yang sangat sulit tersebut (hari kiamat). Serta janji Allah SWT untuk memberikan balasan kebaikan sesuai dengan jenis kebaikan yang telah dikerjakan. 37 AM. Hasan Ali, Asuransi dalam Perspktif Hukum Islam, (Jakarta: PRENADA MEDIA,2004), hlm

7 31 عن أ ب ي ه ر ي ر ة ر ض ي هللا ع ن ه, ع ن الن ب ي ص ل ى هللا ع ل ي ه و س ل م ق ال : م ن ن ف س ع ن م ؤ م ن ك ر ب ة م ن ك ر ب الد ن ي ا ي ف س هللا ع ن ه ك ر ب ة م ن ك ر ب ي و م ال ن ق ي ام ة Artinya: Dari Abu Hurairahu, dari Rasulullah Shallahu alaihi wasallam bersabda: siapa yang menyelesaikan kesulitan seorang mu min dari berbagai kesulitan-kesulitan dunia, niscaya Allah akan memudahkan kesulitan-kesulitanya dihari kiamat Dalam Hadits tersebut tersirat adanya anjuran utuk saling membantu antara sesama manusia dengan menghilangkan kesulitan seseorang atau dengan mempermudah urusan duniawinya, niscaya Allah Swt akan mempermudah segala urusan dunia dan urusan akhiratnya. Dalam perusahaan asuransi, kandungan hadits di atas terlihat dalam bentuk pembayaran dana sosial (tabarru ) dari anggota (nasabah) perusahaan asuransi yang sejak awal mengikhlaskan dananya untuk kepentingan sosial, yaitu untuk membantudan mempermudah urusan saudaranya yang kebetulan mendapatkan musibah atau bencana. 38 c. Fatwa Dewan Syariah Nasional Selain Al-Quran dan Hadist dalam menjalankan usahanya, perusahaan asuransi dan reasuransi syariah juga menggunakan pedoman yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia yaitu berupa Fatwa DSN-MUI, diantaranya tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah. Disamping itu pemerintah telah 38 Ibid, hlm

8 32 mengeluarkan perundang-undangan untuk mengatur pelaksanaan system asuransi syariah di Indonesia, yaitu: 1. DSN-MUI No.21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah. 2. DSN-MUI No.39/DSN-MUI/X/2002 tentang Asuransi Haji, Fatwa No.51/DSN-MUI/III/2006 tentang Mudharabah, Musyarakah, pada Asuransi Syariah, dan Fatwa No.53/DSN-MUI/III/2006 tentang Tabarru pada Asuransi Syariah. 3. Undang-undang No.2 tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, yang hingga saat ini masih dalam bentuk Rancangan Undang-undang (RUU) Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.422/KMK.06/2003 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi Dan Perusahaan Reasuransi. 5. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.424/KMK.06/2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan perusahaan Reasuransi. 6. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.426/KMK.06/2003 tentang Perizinan Usaha dan Kelembagaan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi. 39 Ibid,hlm36

9 33 3. Ciri-ciri Asuransi Syariah Asuransi syariah memiliki ciri-ciri yang membedakan asyuransi syariah dengan asuransi konvensional, diantaranya: 40 a) Konsep Konsep takafuli yang merupakan dasar dari asuransi syariah ditegaskan dengan tiga prinsip dasar yaitu: saling bertanggung jawab, saling bekerja sama serta saling membantu, dan saling melindungi. b) Asal Usul 41 Ad-diyah ala al-aqilah merupakan istilah yang cukup masyhur dalam kitab-kitab fiqih, yang dianggap oleh sebagian ulama sebagai cikal bakal konsep asuransi syariah. c) Sumber Hukum Sumber hukum dari asyransi syariah adalah syariat islam, sedangkan sumber hukum dalam syariat islam adalah Al-Quran, Sunnah, Ijma, Fatwa Sahabat, Qiyas, Istihsan, urf Tradisi, Mashalih Mursalah. d) Bersih Dari MAGHRIB, (Maisir, Gharar, dan Riba) Asuransi syariah telah terbebas dari hal-hal yang diharaman oleh para ulama yaitu bebas dari maisir, gharar, dan riba. Hal ini dapat dilihat dalam sistem operasional yang dilakukan, dimana dalam mekanisme pengelolaan dananya dapat memisagkan antara rekening 40 Muhammad Syakir Syula Op.Cit,, hlm Ibid,hlm

10 34 daa peserta dan rekening tabarru yang bertujuan untuk terhindar dari pencampuran dana. e) Dewan Pengawa Syariah Peran utama para ulama dalam Dewan Pengawas Syariah adalah mengawasi jalanya operasional sehari-hari Lembaga Keuangan Syariahagar sesuai dengan ketentuan ketentuan syariah f) Akad (Perjanjian) 42 Akad yang digunakan dalam asuransi syariah adalah akad tijarah dan atau akad tabarru. Akad tijarah yang dimaksudkan adalah semua bentuk akad yang dimaksudkan untuk tujuan komersial. Sedangkan akad tabarru adalah semua bentuk yang dilakukan dengan tujuan kebaikan dan tolong menolong bukan semata untuk tujan komersial. g) Sharing Of Risk Sharing Of Risk atau saling menanggung resiko apabila terjadi musibah maka semua peserta asuransi syariah saling menanggung. Dengan demikian tidak terjadi transfer resiko dari peserta ke perusahaan. h) Pengelolaan Dana Dana yang dibayarkan peserta langsung dibagi dalam dua rekening, yaitu rekening peserta dan rekening tabarru. Kemudian total dana diinvestasikan dan hasil investasi dibagi secara proporsional 42 Ibid, hlm

11 35 antara peserta dengan perusahaan (pengelola) berdasarkan skim bagi hasil yang telah ditetapkan sebelumnya. i) Investasi Dana Asuransi syariah hanya menginvestasikan dananya kepada Bank- Bank Syariah, BPRS, Obligasi Syariah, Pasar Modal Syariah, Leasing Syariah, Pegadaian Syariah serta instrumen bisnis lainya dengan tetap menggunakan akad-akad yang dibenarkan oleh syriat islam. j) Kepemilikan Dana 43 Dana yang terkumpul dari peserta dalam bentuk iuran atau kontribusi merupakan milik peserta. Asuransi syariah hanya sebagai pemegang amanah dalam mengelola dana tersebut, kecuali tabarru dapat diambil kapan saja dan selama belum dikembalikan tidak terkena bunga dan biaya apapun. k) Unsur Premi Unsur premi pada asuransi syariah terdiri dari unsur tabarru dan tabungan (untuk asuransi jiwa), dan unsur tabrru saja (untuk asuransi kerugian dan term insurance pada life). l) Kontribusi Biaya Todak ada pembebanan biaya yang dipotong dari iuran dana peserta (premi). Karena pembebanan biaya pada premi tidak adil terhadap peserta yang tidak mengetahui pembebanan tersebut yang kadang-kadang harus menggunakan premi sampai tahun kedua. 43 Ibid, hlm

12 36 m) Sumber pembiayaan Klaim Sumber pembiayaan klaim diperoleh dari rekening tabarru yaitu rekening dana tolong menolong dari seluruh peserta yang sejak awal sudah diakadkan oleh peserta dengan ikhlas. n) Sistem Akutansi 44 Sistem akutansi asuransi syariah menggunakan cash basis dengan pertimbangan-pertimbangan syar i. o) Keuntugan (profit) Keuntungan yang diperoleh asuransi syariah dari surplus underwritg komisi reasuransi, komisi reasuransi, dan hasil investasi. p) Misi dan Visi Visi dan misi yang diemban dalam ekonomi syariah adalah misi aqidah, ibadah, ightishodi ekonomi dan misi keumatan (sosial). 4. Perbedaan Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional Ada tujuh perbedaan mendasar antara asuransi syariah dengan asuransi konvensional antara lain adalah: a. Asuransi syari'ah memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang betugas mengawasi produk yang dipasarkan dan pengelolaan investasi dananya. Dewan Pengawas Syariah ini tidak ditemukan dalam asuransi konvensional. b. Akad yang dilaksanakan pada asuransi syari'ah berdasarkan tolong menolong. Sedangkan asuransi konvensional berdasarkan jual beli 44 Ibid, hlm

13 37 c. Investasi dana pada asuransi syari'ah berdasarkan bagi hasil (mudharabah). Sedangkan pada asuransi konvensional memakai bunga (riba) sebagai landasan perhitungan investasinya d. Kepemilikan dana pada asuransi syari'ah merupakan hak peserta. Perusahaan hanya sebagai pemegang amanah untuk mengelolanya. Pada asuransi konvensional, dana yang terkumpul dari nasabah (premi) menjadi milik perusahaan. Sehingga, perusahaan bebas menentukan alokasi investasinya. e. Dalam mekanismenya, asuransi syari'ah tidak mengenal dana hangus seperti yang terdapat pada asuransi konvensional. Jika pada masa kontrak peserta tidak dapat melanjutkan pembayaran premi dan ingin mengundurkan diri sebelum masa reversing period, maka dana yang dimasukan dapat diambil kembali, kecuali sebagian dana kecil yang telah diniatkan untuk tabarru'. f. Pembayaran klaim pada asuransi syari'ah diambil dari dana tabarru' (dana kebajikan) seluruh peserta yang sejak awal telah diikhlaskan bahwa ada penyisihan dana yang akan dipakai sebagai dana tolong menolong di antara peserta bila terjadi musibah. Sedangkan pada asuransi konvensional pembayaran klaim diambilkan dari rekening dana perusahaan. g. Pembagian keuntungan pada asuransi syari'ah dibagi antara perusahaan dengan peserta sesuai prinsip bagi hasil dengan proporsi yang telah

14 38 ditentukan. Sedangkan pada asuransi konvensional seluruh keuntungan menjadi hak milik 45 B. Prinsip-prinsip Dasar Asuransi Syariah Dalam manajemen keuangan kini asuransi menjadi sebuah pertimbangan sebagai salah satu ikhtiar perencanaan keuangan sekaligus upaya menghilangkan, menghindarkan, bahkan memperkecil resiko yang mungkin terjadi pada kemudian hari. Tanpa bermaksud mendahului takdir, asuransi dapatlah diniatkan sebagai ikhtiar untuk saling menolong diantara sesama Muslim atau bahkan sesama manusia. Semua kepentigan dan kemanfaatan bermakna jikalau menjadi komitmen untuk melaksanakannya sesuai dengan syariah. Oleh karena itu, kita juga perlu tahu beberapa prinsip berasuransi syariah seperti: Adanya Landasan Tauhid Asuransi syariah dijalankan atas landasan tauhid dengan implementasi hukum islam sesuai dengan Al-Quran dan As-Sunah beserta Al-Hadist. Oleh karena itu asuransi syariah dilaksanakan atas dasar ketaqwaan kepada Allah SWT dengan menjalankan perintahnya serta menjauhi larangan Nya, terutama dalam ikhtiar berbisnis. Asuransi syariah termasuk Ijtihad para ulama yang tergolong dalam fiqih klasik. Ijtihad dalam definisinya dapat disebutkan sebagai usaha keras dan sungguh-sungguh yang dikerjakan oleh para mujtahid (ulama 45 Data dari Hijrah Agency Takaful Keluarga R.O Pekalongan, pada tanggal 4 November 2015 pukul WIB 46 Agus Edi Sumanto, dkk, Op.cit,. Hlm.98

15 39 yang berijtihad) untuk mencapai suatu putusan syara (hukum islam) yang digali bersumberkan Al-Quran dan Al-Hadist. 2. Adanya Keadilan Asuransi syariah dijalankan berdasarkan akad-akad yang menjunjung keadilan serta transparansi sehingga tidak merugikan salah satu pihak atau menguntungkan salah satu pihak. Konsep ini tentu menenangkan pihakpihak yang bersepakat, terutama pihak yang memberi amanah. 3. Adanya Kasih Sayang Asuransi syariah dijalankan atas dasar kasih saying antar sesama manusia yang membutuhkan sehingga setiap peserta asuransi dan pengelola dana asuransi sama-sama meniatkan dananya untuk tujuan menolong (tabarru). Benefit utama dari konsep ini adalah balasan pahala dan ridha dari Allah Swt atas harta yang diperoleh. 4. Bertolong-tolongan Asuransi syariah menjadi peluang untuk mengembangkan sikap taling menolong sehingga setiap peserta asuransi syariah telah meniatkan sebagian dananya untuk kepentingan menolong sesamanya. Hal ini akan semakin meningkatkan Ukhuwah Islamiyah dan juga hubungan antar sesama umat manusia. 5. Bersikap Jujur dan Terpercaya Pengelola asuransi syariah dituntut untuk jujur dan bertanggung jawab sehingga mendapatkan kepercayaan dari peserta asuransi syariah yang mempercayakan dananya untuk dikelola, baik dalam investasi usaha

16 40 maupun sebagai dana untuk kepentingan tolong menolong. Dengan demikian, akan berkembang praktik ekonomi yang sehat sekaligus mengandung kekuatan jangka panjang. 6. Bersikap Ridho Asuransi syariah mendorong keridhoan dari peserta asuransi dan termasuk juga pengelola asuransi untuk sama-sama berikhtiar dijalan yang benar. Dengan demikian, asuransi syariah menjadi jalan Riyadhah (pelatihan) mengimplementasikan keridhaan dalam berbagai hal, terutama dalam pengelolaan harta Tanpa Sogok (Risywah) Asuransi syariah menafikan unsur sogok menyogok dan membersihkannya dan akad-akad yang dijamin secara syar i. apapun bentuknya berupa Fee, hadiah, Gratifikasi, semua yang tergolong pemberian dengan maksud adanya pamrih dapat jatuh pada Risywah yang diharamkan Tanpa Curang (Tathfif) Asuransi syariah dengan berbagai implementasi akad-akad sesuai dengan syar I menutup jalan perbuatan curang bagi pengelola asuransi maupun peserta asuransi. Kecurangan semata-mata akan mengundang murka Allah Swt an hal tersebut tidak berlaku kepada asuransi syariah yang didasrkan prinsip-prinsip transparansi, kejujuran, dan keadilan bagi semuanya. 47 Agus Edi Sumanto, dkk, Loc.cit 48 Ibid, hlm.99

17 41 9. Tanpa Gharar, Maysir, dan Riba Asuransi syariah bersih dari unsur Gharar, maysir, dan Riba dengan prinsip kehati-hatian (Wara ) dalam implementasinya. Kedua belah pihak yang bersepakat dalam asuransi syariah mendasarkan akad nya dengan mengeliminasi unsur penipuan/ketidakjelasan, perjudian, dan juga bunga uang. 10. Maslahat Asuransi syariah mengundang maslahat bagi peserta asuransi maupun pengelola asuransi karena islam melarang ikhtiar ataupun segala sesuatu yang tidak bermanfaat. Manusia yang paling baik menurun Nab Muhammad Saw adalah manusia yang paling bermanfaat untuk manusia lainya (Khairunas Anfa uhum Lin Nas) semua pihak yang terlibat dalam asuransi syariah berlomba-lomba memberi manfaat kepada orang lain. 11. Melayani Asuransi syariah membuka peluang kepada kedua pihak yang bersepakat untuk saling melayani sesuai dengan etiket muamalah dalam Islam. Pengelola Asuransi beserta segenap karyawan nya dituntut memberikan pelayanan terbaik kepada para peserta asuransi yang mengamanahkan sebagaian danaya untuk dikelola Ibid, hlm.100

18 42 C. Manfaat Asuransi Syariah (Manfaat Takafuli) Pada dasarnya asuransi memberikan manfaat bagi pihak tertanggung, antara lain: Rasa aman dan perlindungan Polis asuransi yang dimiliki oleh tertanggung akan memberikan rasa aman dari resiko atau kerugian yang mungkin timbul. Kalo risiko atau kerugian tersebut benar-benar terjadi, pihak tertanggung (insured) berhak atas nilai kerugian sebesar nilai polis atau ditentukan berdasarkan perjanjian antara tertanggung dan penanggung. 2. Pendistribusian biaya dan manfaat yang lebih adil Prinsip keadilan diperhitungkan dengan matang untuk menentukan nilai pertanggungan dan premi yang harus ditanggung oleh penanggung polis secara periodik dengan memperhatikan secara cermat faktorfaktor yang berpengaruh besar dalam asuransi tersebut. Untuk mendapatkan nilai pertanggungan, pihak penanggung sudah membuat kalkulasi yang tidak merugikan kedua belah pihak. Semakin besar nilai pertanggungan, semakin besar pula premi periodik yang harus dibayar oleh tertanggung. Polis asuransi dapat dijadikan sebagai jaminan untuk memperoleh kredit. 3. Berfungsi sebagai tabungan dan sumber pendapatan. Premi yang dibayrakan setiap periode memiliki subtansi yang sama dengan tabungan. Pihak penanggung juga memperhitungkan bunga atas 50 Nurul Ichsan Hasan, Op.cit, hlm.98-99

19 43 premi yang dibayarkan dan juga bonus (sesuai dengan perjanjian kedua belah pihak) 4. Alat pembayaran resiko Resiko yang seharusnya ditanggung oleh tertanggung ikut dibebankan juga pada penanggung dengan imbalan sejumlah premi tertentu yang didasrkan atas premi pertanggungan. 5. Membantu meningkatkan kegiatan usaha Investasi yang dilakaukan oleh para investor dibebani dengan resiko kerugian yang bisa diakibatkan oleh berbagai macam sebab (pencurian, kecelakaan dan lain-lain) 51 Sistem operasional asuransi syaraih (takaful) adalah saling bertanggung jawab, bantu membantu dan saling melindungi antara pesertanya. Manfaat yang diperoleh peserta asuransi tergolong menjadi 2 produk diantaranya: 1. Manfaat Takafuli Pada Produk Tabungan Manfaat takaful yang akan diperoleh peserta takaful atau ahli warisnya adalah sebagai berikut: a. Jika peserta ditakdirkan meninggal dunia dalam masa perjanjian, maka ahli warisnya akan memperoleh: 1) Dana rekening tabungan yang telah disetor 2) Bagian keuntungan atas hasil investasi mudharabah dari rekening tabungan, 51 Ibid, hlm.98

20 44 3) Selisih dari manfaat takaful awal (rencana menabung) dengan premi yang sudah dibayar. b. Bila peserta mengundurkan diri sebelum perjanjian berakhir, maka peserta akan memperoleh: 1) Dana rekening tabungan yang telah disetor, 2) Bagian kentungan atas hasil investasi Mudharabah dari rekening tabungan 2. Manfaat Takafuli pada Produk Non Saving a. Bila peserta tidak ditakdirkan meninggal dunia dalam masa perjanjian, maka ahli warisnya akan mendapatkan dana santunan meninggal dari perusahaan, sesuai dengan jumlah yang direncanakan peserta b. Bila peserta hidup, sampai perjanjian berakhir, maka peserta akan mendapatkan bagian keuntungan atas rekening Tabarru yang ditentukan oleh perusahaan dengan skema mudharabah. 52 D. Mekanisme Pengelolaan Dana Asuransi Syariah Sistem operasional asuransi syariah (Takaful) adalah saling bertanggung jawab, bantu membantu dan saling melindungi antara sesama pesertanya. Perusahaan asuransi syariah diberi kepercayaan atau amanah oleh para peserta untuk mengelola premi, mengembangkan dengan jalan 52 M.Syakir Sula, Op.cit, hlm

21 45 yang halal dan memberikan santunan kepada yang mengalami musibah sesuai isi akta perjanjian. Keuntungan perusahaan diperoleh dari pembagian keuntungan dana peserta yang dikembangkan dengan prinsip mudharabah (sistem bagi hasil). Para peserta takaful berkedudukan sebagai pemilik modal (shohibul mal) dan perusahaan takaful berfungsi pemegang amanah (mudharib). Keuntungan yang diperoleh dari pengembangan dana itu dibagai antara peserta dan perusahaan sesuai dengan ketentuan (nisbah) yang telah disepakati. 53 Secara umum mekanisme pengelolaan dana peserta (premi) terbagi menjadi dua sistem, yaitu: a. Sistem pada Produk Saving (Ada Unsur Tabungan)/ Produk Unit Link Setiap peserta wajib membayar sejumlah uang (premi) secara teratur kepada perusahaan. Besar premi yang dibayarkan tergantung pada keuangan peserta. Akan tetapi perusahaan menetapkan jumlah minimum premi yang akan dibayarkan. Setiap premi yang dibayarkan oleh peserta akan dipisah dalam dua rekening yang berbeda. 1). Rekening Tabungan Peserta, yaitu dana yang merupakan milik peserta, yang dibayarkan bila: (a) Perjanjian berakhir, (b) Peserta mengundurkan diri (c) Peserta meninggal dunia. 53 Ibid,hlm.177

22 46 2). Rekening Tabarru, yaitu kumpulan dana kebajikan yang telah diniatkan oleh peserta sebagai iuran dana kebajikan untuk tujuan saling menolong dan saling membantu, yang dibayarkan bila: (a) peserta meninggal dunia (b) perjanjian telah berakhir (jika ada surplus dana) Sistem inilah sebagai implementasi dari akad Takafuli dan akad wakalah bil ujroh, sehingga asuransi syariah dapat terhindar dari unsur gharar dan maisir. Selanjutnya kumpulan dana ini diinvestasikan sesuai dengan syariat islam. Setiap keuntungan dari hasil investasi setelah dikurangi dengan beban asuransi akan dibagi menurut prinsip al-mudharabah. Presentase pembagian mudharabah dibuat dalam satu perbandingan tetap berdasarkan perjanjian kerja sama antara perusahaan dan peserta. b. Sistem Pada Produk Non Saving Setiap premi yang dibayar oleh peserta setelah dikurangi ujroh, akan dimasukan kedalam rekening dalam rekening Tabarru. Yaitu kumpulan dana yang telah diniatkan oleh peserta sebagai iuaran dan kebajikan untuk tujuan saling menolong dan saling membantu, dan dibayarkan bila: 54 (1) Peserta meninggal dunia (2) Perjanjian telah berakhir (jika ada surplus dana) 54 Ibid, hlm.178

23 47 Kumpulan dana peserta ini akan diinvestasikan sesuai dengan syariat Islam. Keuntungan hasil investasi setelah dikurangi dengan beban asuransi (klaim dan premi asuransi) oleh perusahaan 100% akan dikembalikan kepada rekening tabarru. E. Asuransi Unit Link Asuransi Unit Link disebut juga dengan nama Invesment Linked, Equality Linked, dan juga Variable Life sebagai salah satu cara berinvestasi yang efektif dimana nilai investasinya dikaitkan secara langsung dengan kinerja investasi. Nilai investasinya dijabarkan melalui nilai unit yang dikaitkan dalam polis asuransi jiwa, nilai unit tersebut merupakan total dari dana premi peserta asuransi. Polis dalam asuransi merupakan seluruh perjanjian atau persetujuan saling mengikatkan diri secara tertulis antara peserta asuransi (tertanggung) dengan perusahaan (penanggung). 55 Pengertian asuransi unit link secara umum adalah asuransi proteksi yang dikaitkan dengan investasi. Asuransi unit link merupakan produk asuransi modern yang bersifat ganda karena memberikan dua manfaat sekaligus yaitu manfaat proteksi asuransi pada umumnya seperti asuransi jiwa, kesehatan, dan lainnya sekaligus memiliki investasi dalam bentuk nilai tunai. Asuransi Unit Link adalah bentuk pengembangan dari asuransi dwiguna, yang memberikan proteksi jiwa dari individu dimana nilai tunai dalam polis akan ditanamkan pada berbagai jenis instrumen investasi seperti saham, pasar 55 Wawancara dengan Ahmad Zaini selaku Takaful Agency Directur di PT. Takaful Keluarga RO. Pekalongan, September 2015

24 48 uang obligasi. Sedangkan yang dinamakan polis asuransi jiwa unit link adalah polis individu yang memberikan proteksi asuransi jiwa dimana setiap saat nilainya bervariasi sesuai dengan nilai asset investasi tersebut. Asuransi Unit Link merupakan gabungan dari asuransi serta investasi, dimana unit link menawarkan perlindungan jiwa dan pilihan invetasi yang beragam mulai dari saham, obligasi, ataupun reksa dana dari premi yang dibayarkan oleh peserta. Produk Unit Link merupakan produk yang memberi manfaat proteksi sekaligus investasi dengan proposi alokasi dana yang sepenuhnya diserahkan kepada peserta asuransi. Asuransi unit link dilakukan dengan mengumpulkan premi yang dibayarkan oleh peserta asuransi yang kemudian dana tersebut dialokasikan menjadi unit-unit kecil yang kemudian diberi nilai sesuai dengan portofolio dimana unit-unit tersebut ditanamkan. Peserta asuransi dapat memilih penanaman unit-ubit tersebut, sehingga resiko investasinya ditanggung sepenuhnya oleh peserta asuransi. Sehingga dalam produk unit link ini terdapat penanggung resiko, yaitu resiko proteksi tetap ditanggung perusahaan dan resiko investasi yang ditanggung sepenuhnya oleh peserta asurasni itu sendiri. Produk Unit Link yang dikeluarkan oleh PT. Aasuransi Takaful Keluarga terbagi menjadi 3 macam yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, diantaranya sebagai berikut:

25 49 1. Takafulink Salam Yaitu produk investasi dan proteksi moderen bagi peserta sauransi yang menginginkan hasil optimal dengan 4 jenis investasi campuran melalui sistem pengelolaan syariah peserta asuransi juga dapat menambahkan manfaat kesehatan tambahan jika diperlukan seperti, proteksi 49 penyakit kritis, kecelakaan, cacat serta memperoleh kartu rawat inap apabila nasabah atu peserta asuransi mengalami musibah atau sakit. 2. Takafulink Salam Comunity Takafulink Salam Comunity pada dasarnya hampir sama dengan Takafulink Salam biasa namun dengan kontribusi (premi) lebih murah, yakni mulai dari Rp per bulan. Karena dirancang khusus untuk jumlah peserta minimal 10 orang, produk ini sangat cocok untuk perusahaan, lembaga, organisasi (badan hukum atau tidak) mupun komunitas 3. Takafulink Salam Cendekia Yaitu progam asuransi pendidikan untuk perseorangan yang bertujuan untuk menyediakan dana pendidikan untuk anak-anaknya sampai pendidikan tingkat sarjana (perguruan tinggi tahun ke 5) dengan manfaat proteksi atas resiko meninggal, cacat tetap total dan menderita sakit kritis serta fasilitas Top Up (penambahan premi ditengah jalan) diakses pada tanggal 9 oktober 2015

26 50 4. Takafulink Salam Baitullah Takafulink Salam Baitullah atau sering disebut dengan takaful dana haji yaitu produk yang diperuntukan bagi peserta yang menginginkan perlindungangan jiwa dan merencanakan tersedianya dana untuk keperluan biaya ibadah haji ketanah suci. 57 F. Tabarru Tabarru berasal dari kata tabarru a-yatabarru u-tabarru an, artinya sumbangan, hibah, dana kebajikan, atau derma. Orang yang memberi sumbangan disebut mutabarri dermawan. Tabarru merupakan pemberian sukarela seseorang kepada orang lain, tanpa ganti rugi, yang mengakibatkan berpindahnya kepemilikan harta itu dari pemberi kepada orang yang diberi. 58 Istilah tabarru kemudian dipakai sebagai salah satu prinsip dasar asuransi secara Islam dan diamalkan secara luas dalam operasional perusahaan takaful. Dalam kaitanya dengan asuransi takaful maka secara istilah tabarru diartikan sebagai memberi sumbangan, dan memberi sesuatu secara suka rela. 59 Asuransi Syariah menggunakan sistem Risk-Sharing Based dimana antara sesama peserta berderma atau bertabarru untuk saling tolong-menolong apabila terdapat salah satu peserta atau lebih tertimpa musibah. Peserta 57 Ibid, wawancara 58 Syakir Syula, Op.cit, hlm Nurul Ichsan Hasan, Op.cit, hlm.71

27 51 asuransi bertabarru kepada peserta lain dan bukan kepada perusahaan asuransi syariah. 60 Jumhur Ulama mendefnisikan Tabarru dengan Akad yang mengakibatkan kepemilikan harta, tanpa ganti rugi yang dilakukan seseorang dalam keadaan hidup kepada orang lain secara sukarela. Niat Tabarru Dana kebajikan dalam akad asuransi asuransi syariah adalah alternatif uang sah yang dibenarkan oleh syara dalam melepaskan diri dari praktik gharar yang diharamkan oleh Allah Swt.. dalam Al-Quran, kata Tabarru tidak ditemukan. Akan tetapi, Tabarru dalam arti dana kebajikan dari kata Al-Birr kebajikan dapat ditemukan dalam Al-Quran, Bukanlah menghadapkan Wajahmu ke rah timur dan barat itu suatu kebajikan. Akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah Swt, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan), dan orang yang meminta-minta, serta (memerdekakan) hamba sahaya (al- Baqarah:177) 60 Wawancara dengan Ahmad Zaini, selaku Agency Manager di PT.Asuransi Takaful Keluarga RO Pekalongan, Februari 2016

28 52 Dalam kontek akad asuransi syariah, Tabarru bermaksud memberikan dana kebajikan dengan niat ikhlas untuk tujuan saling membantu diantara sesame peserta takaful (asuransi syariah) apabila ada diantaranya yang mendapat musibah. Dana klaim yang diberikan diambil dari rekening dana Tabarru yang sudah diniatkan oleh semua peserta ketika akan menjadi peserta asuransi syariah untuk kepentingan dana kebajikan atau dana tolong menolong. Karena itu dalam akad Tabarru pihak yang memberi dengan ikhlas memberikan sesuatu tanpa adanya keinginan untuk menerima apapun dari orang yang menerima kecuaili kebaikan dari Allah Swt. Husain Hamid menggambarkan akad-akad Tabarru sebagai cara yang disyariatkan Islam untuk mewujudkan Ta awun dan Tadhamun. Dalam akad Tabarru orang yang menolong dan berderma (muthabarri ) tidak berniat mencari keuntungan dan tidak menuntut pengganti sebagai imblan dari apa yang telah ia berikan. Karena itulah akad-akad Tabarru ini dibolehkan. Hukumnya dibolehkan karena jika barang/sesuatu yang di-tabarru -kan hilang atau rusak ditangan orang yang diberi derma tersebut (dengan sebab Gharar atau jahalah atau sebab lainya), maka tidak akan merugikan dirinya. Karena orang yang menerima pemberian/derma tersebut tidak memberikan pengganti sebagai imbalan derma yang diterimanya. 61 Mohd.Fadzil Yusof, COE Syarikat Takaful Malaysia SDN BHD menjelaskan manfaat dan batasan menggunakan dana Tabarru, secara umum Tabarru mempunyai pengertian yang luas. Dana Tabarru boleh 61 Ibid, hlm.36-37

29 53 digunakan untuk membantu siapa saja yang mendapat musibah. Tetapi dalam bisnis takaful, karena melalui akad khusus, maka kemanfaatnya hanya terbatas pada peserta takafu saja. Dengan kata lain kumpulan dana Tabarru hanya dapat digunakan untuk kepentingan para peserta takaful saja yang mendapat musibah. Sekiranya dana Tabarru tersebut digunakan untuk kepentingan lain ini berarti melanggar syarat akad. 62 G. Klaim Asuransi Syariah Klaim merupakan aplikasi olegh peserta untuk memperoleh pertanggungan atas kerugian yang tersedia berdasarkan perjanjian. Sedangkan klaim adalah proses yang mana peserta dapat memperoleh hak-hak berdasarkan perjajian tersebut. 63 Proses penyelesaian klaim dalam asuransi syariah secara umum sama dengan asuransi konvensional yang selalu merujuk pada polis asuransi terkait. Profesionalisme disini menjadi tuntutan. Hal ini berkaitan dengan kecepaatan dan ketepatan penyelesaian Klaim. 64 Dalam penentuan apakah harus membayar atau menolak suatu klaim, perusahaan mengikuti prosedur penyelesaian yang pertama pemberitahuan kerugian, kedua penyelidikan kerugian, ketiga bukti kerugian, dan keempat pembayaran atau penolakan klaim tersebut. 65 Ketika peserta tidak pernah mengajukan klaim selama periode asuransi yang disepakati, baik dengan akad 62 Ibid, hlm Muhamad Syakir Sula, Op.cit hlm Agus Edi Sumanto, dkk Op.cit.. Hlm Hasan Ali, Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam, (Jakarta: Kencana, 2005), hlm.90

30 54 mudharabah maupun wakalah bil ujroh, peserta dimungkinkan mendapatkan bagi hasil. Faktor pembayran klaim berkaitan dengan underwriting. Ketika peserta mengajukan klaim yang melebihi undr dana tabarru nya hal ini akan sangat berpengaruh dalam kontribusi (premi) yang didalamnya ada unsur tabarru pada periode berikutnya Agus Edi Sumanto, dkk Loc.cit..

BAB I PENDAHULUAN. 2014, hlm.viii. 2 Nurul Ichsan Hasan, Pengantar Perbankan Syariah, Gaung Persada Pers Group, Cet ke-1, Jakarta, 2014, hlm.100.

BAB I PENDAHULUAN. 2014, hlm.viii. 2 Nurul Ichsan Hasan, Pengantar Perbankan Syariah, Gaung Persada Pers Group, Cet ke-1, Jakarta, 2014, hlm.100. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Umat Islam pada zaman sekarang ini semakin bersemangat untuk merealisasikan syariat di dalam kehidupan mereka sehingga dapat sesuai dengan tuntutan al-qur an dan al-sunnah.

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH A. Analisis Terhadap Klaim Asuransi Dalam Akad Wakalah Bil Ujrah. Klaim adalah aplikasinya oleh peserta untuk memperoleh

Lebih terperinci

Asuransi Syariah. Insurance Goes To Campus. Oleh: Subchan Al Rasjid. Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 17 Oktober 2013

Asuransi Syariah. Insurance Goes To Campus. Oleh: Subchan Al Rasjid. Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 17 Oktober 2013 Insurance Goes To Campus Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 17 Oktober 2013 Asuransi Syariah Oleh: Subchan Al Rasjid Sharia Division Sharia - Marketing Manager PT. BNI Life Insurance Pengertian Asuransi-text

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN KOMISI KEPADA AGEN PADA PRULINK SYARIAH DI PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE NGAGEL SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN KOMISI KEPADA AGEN PADA PRULINK SYARIAH DI PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE NGAGEL SURABAYA BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN KOMISI KEPADA AGEN PADA PRULINK SYARIAH DI PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE NGAGEL SURABAYA A. Analisis Hukum Islam Terhadap Praktik Pemberian Komisi Kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alat analisis. Hal ini disebabkan karena di masa datang penuh dengan

BAB I PENDAHULUAN. alat analisis. Hal ini disebabkan karena di masa datang penuh dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kita sebagai manusia tidak seorangpun mengetahui tentang apa yang akan terjadi di masa datang secara sempurna walaupun menggunakan berbagai alat analisis. Hal ini

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. A. Pelaksanaan Akad Tabarru Pada PT. Asuransi Takaful Keluarga

BAB IV ANALISIS. A. Pelaksanaan Akad Tabarru Pada PT. Asuransi Takaful Keluarga 91 BAB IV ANALISIS A. Pelaksanaan Akad Tabarru Pada PT. Asuransi Takaful Keluarga Bandar Lampung Harta Hak milik dalam arti sebenarnya tidak hanya sekedar aset biasa, akan tetapi memiliki arti yang sangat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. A. Pengelolaan dana tabarru pada AJB Bumiputra 1912 kantor cabang

BAB IV ANALISIS. A. Pengelolaan dana tabarru pada AJB Bumiputra 1912 kantor cabang 52 BAB IV ANALISIS A. Pengelolaan dana tabarru pada AJB Bumiputra 1912 kantor cabang syariah di Semarang Berikut ini akan dijelaskan pengelolaan dana tabarru yang terdapat pada AJB Bumiputera Unit Syariah

Lebih terperinci

PRAKTIK ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJELIS ULAMA INDONESIA DAN KOMPILASI HUKUM EKONOMI SYARIAH

PRAKTIK ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJELIS ULAMA INDONESIA DAN KOMPILASI HUKUM EKONOMI SYARIAH 0 PRAKTIK ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJELIS ULAMA INDONESIA DAN KOMPILASI HUKUM EKONOMI SYARIAH (Studi Multi Situs pada Asuransi Bumiputera Syariah dan Asuransi Manulife

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan investasi yang di selenggarakan sesuai dengan syariah.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan investasi yang di selenggarakan sesuai dengan syariah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asuransi syariah merupakan prinsip perjanjian berdasarkan hukum islam antara perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi dengan pihak lain, dalam menerima amanah

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAYARAN KLAIM ASURANSI JIWA AKIBAT TERTANGGUNG BUNUH DIRI

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAYARAN KLAIM ASURANSI JIWA AKIBAT TERTANGGUNG BUNUH DIRI BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAYARAN KLAIM ASURANSI JIWA AKIBAT TERTANGGUNG BUNUH DIRI (studi tentang ketentuan yang berlaku pada PT. Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya Surabaya) A. Analisis Hukum

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Mekanisme Pengelolaan Dana Tabarru Pada Produk Unit Link

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Mekanisme Pengelolaan Dana Tabarru Pada Produk Unit Link BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Mekanisme Pengelolaan Dana Tabarru Pada Produk Unit Link Pada dasarnya Unit Link merupakan produk asuransi yang mengandung unsur tabungan (saving) sehingga dalam pengelolaanya

Lebih terperinci

FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 81/DSN-MUI/III/2011 Tentang

FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 81/DSN-MUI/III/2011 Tentang Fatwa Pedoman Asuransi Syariah 1 FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 81/DSN-MUI/III/2011 Tentang PENGEMBALIAN KONTRIBUSI TABARRU BAGI PESERTA ASURANSI YANG BERHENTI SEBELUM MASA PERJANJIAN BERAKHIR ا ا رل

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merugikan ( pure risk), seperti resiko bisnis, resiko kecelakaan, dan resiko sakit.

BAB I PENDAHULUAN. merugikan ( pure risk), seperti resiko bisnis, resiko kecelakaan, dan resiko sakit. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam melakoni hidup dan kehidupannya selalu dihadapkan pada berbagai macam resiko, terutama resiko yang tidak disenangi dan bersifat merugikan ( pure

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi. Tidak hanya untuk kepentingan pribadi dan keluarga, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. terjadi. Tidak hanya untuk kepentingan pribadi dan keluarga, tetapi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asuransi sebagai salah satu lembaga keuangan non bank yang bergerak dalam bidang usaha (bisnis) pengelolaan atau penanggulangan risiko, pada hakikatnya bertujuan

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan uraian serta analisis hasil penelitian yang telah dikemukakan

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan uraian serta analisis hasil penelitian yang telah dikemukakan BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian serta analisis hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka pada bagian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Konsep

Lebih terperinci

BAB IV STUDI ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG APLIKASI RETENSI CO ASURANSI SYARI AH DI PERUSAHAAN ASURANSI PT. TAKA>FUL INDONESIA DI SURABAYA

BAB IV STUDI ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG APLIKASI RETENSI CO ASURANSI SYARI AH DI PERUSAHAAN ASURANSI PT. TAKA>FUL INDONESIA DI SURABAYA BAB IV STUDI ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG APLIKASI RETENSI CO ASURANSI SYARI AH DI PERUSAHAAN ASURANSI PT. TAKA>FUL INDONESIA DI SURABAYA Setelah mempelajari hasil penelitian, menurut penulis hasil penelitian

Lebih terperinci

PT PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE KONSEP SYARIAH

PT PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE KONSEP SYARIAH PT PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE KONSEP SYARIAH Always Listening, Always Understanding 10 PENGENALAN SYARIAH Syariah Syariah = Undang-undang Islam Definisi : Jalan yang lurus Sumber : Al Quran (45:18) ~ kemudian

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Operasional Produk Mitra Mabrur Plus. masyarakat sebagai calon peserta asuransi.

BAB V PEMBAHASAN. A. Operasional Produk Mitra Mabrur Plus. masyarakat sebagai calon peserta asuransi. BAB V PEMBAHASAN A. Operasional Produk Mitra Mabrur Plus Sebagai sebuah perusahaan asuransi, maka asuransi syariah menawarkan produk-produk perasuransiannya. Produk asuransi yang dimaksud di sini adalah

Lebih terperinci

AKUNTANSI ASURANSI SYARIAH. Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

AKUNTANSI ASURANSI SYARIAH. Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si. AKUNTANSI ASURANSI SYARIAH Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si. Pengertian Asuransi Syariah Asuransi dalam bahasa Arab disebut At ta min yang berasal dari kata amanah yang berarti memberikan perlindungan,

Lebih terperinci

SALINAN NOMOR 18 /PMK.010/2010 TENTANG PENERAPAN PRINSIP DASAR PENYELENGGARAAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH

SALINAN NOMOR 18 /PMK.010/2010 TENTANG PENERAPAN PRINSIP DASAR PENYELENGGARAAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN NOMOR 18 /PMK.010/2010 TENTANG PENERAPAN PRINSIP DASAR PENYELENGGARAAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Pertumbuhan Industri Asuransi Jiwa Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Pertumbuhan Industri Asuransi Jiwa Di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan industri asuransi jiwa di Indonesia berkembang cukup pesat dan memainkan peranan yang cukup besar dalam perekonomian di Indonesia dewasa ini. Seiring dengan

Lebih terperinci

Sharing (berbagi resiko). Cara pembayarannya sesuai dengan kebutuhan

Sharing (berbagi resiko). Cara pembayarannya sesuai dengan kebutuhan 62 BAB IV ANALISIS FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL NO. 81/DSN- MUI/III/2011 TERHADAP MEKANISME PENGEMBALIAN DANA TABARRU BAGI PESERTA YANG BERHENTI SEBELUM MASA PEMBAYARAN BERAKHIR PADA PRODUK PRULINK SYARIAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan khususnya kehidupan ekonomi sangat besar baik itu

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan khususnya kehidupan ekonomi sangat besar baik itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini bahaya kerusakan dan kerugian adalah kenyataan yang harus dihadapi manusia di dunia. Sehingga kemungkinan terjadi risiko dalam kehidupan khususnya

Lebih terperinci

BAB IV. oleh Baitul mal wat Tamwil kepada para anggota, yang bertujuan agar anggota

BAB IV. oleh Baitul mal wat Tamwil kepada para anggota, yang bertujuan agar anggota BAB IV PRODUK SANTUNAN MUAWANAH BMT UGT SIDOGIRI DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN KEPMEN NO 91 TAHUN 2004 (PETUNJUK KEGIATAN KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH) 1. Analisis Produk Santunan Muawanah dan Asuransi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Islam yang menjadi bagian tak terpisahkan dari agama Islam

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Islam yang menjadi bagian tak terpisahkan dari agama Islam BAB I PENDAHULUAN Hukum Islam yang menjadi bagian tak terpisahkan dari agama Islam merupakan hukum yang secara empirik hidup dalam masyarakat Indonesia (the living law) sejak masuknya Islam ke Nusantara.

Lebih terperinci

BAB 1V REASURANSI PADA TABUNGAN INVESTASI DI BANK SYARIAH BUKOPIN SIDOARJO DITINJAU DARI HUKUM ISLAM

BAB 1V REASURANSI PADA TABUNGAN INVESTASI DI BANK SYARIAH BUKOPIN SIDOARJO DITINJAU DARI HUKUM ISLAM BAB 1V REASURANSI PADA TABUNGAN INVESTASI DI BANK SYARIAH BUKOPIN SIDOARJO DITINJAU DARI HUKUM ISLAM A. Aplikasi Reasuransi pada Tabungan Investasi di Bank Syariah Bukopin Sidoarjo PT Bank Syariah Bukopin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Artinya: Dialah Allah yang mengamankan mereka dari ketakutan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Artinya: Dialah Allah yang mengamankan mereka dari ketakutan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Asuransi adalah suatu kemauan untuk menetapkan kerugian-kerugian kecil (sedikit) yang sudah pasti sebagai pengganti (substitusi) kerugian-kerugian besar yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku umat Islam dalam memandang kelembagaan-kelembagaan yang ada

BAB I PENDAHULUAN. perilaku umat Islam dalam memandang kelembagaan-kelembagaan yang ada 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Konsep dasar pengasuransian Islam di Indonesia, tidak terlepas dari perilaku umat Islam dalam memandang kelembagaan-kelembagaan yang ada untuk kegiatan muamalahnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat kehidupan manusia tidak dapat terlepaskan dari risiko. Risiko

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat kehidupan manusia tidak dapat terlepaskan dari risiko. Risiko BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hakikat kehidupan manusia tidak dapat terlepaskan dari risiko. Risiko dapat terjadi pada perseorangan maupun kelompok organisasi atau perusahaan. Setiap tahap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmengertianya akan masalah metafisis. Manusia tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmengertianya akan masalah metafisis. Manusia tidak dapat BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusiasaat ini sudah sedemikian sarat dengan beragam ancaman dan resiko bahaya, yang dipicu sendiri oleh kelemahanya, kesalahan-kesalahanya, kealpaanya

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN SISTEM MUD{A>RABAH MUSYA>RAKAH PADA PT. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA SURABAYA

BAB III PELAKSANAAN SISTEM MUD{A>RABAH MUSYA>RAKAH PADA PT. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA SURABAYA BAB III PELAKSANAAN SISTEM MUD{A>RABAH MUSYA>RAKAH PADA PT. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA SURABAYA A. PENJELASAN SINGKAT TENTANG PT. ASURANSI TAKAFUL SURABAYA 1. Sejarah berdirinya PT. Asuransi Takaful Keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1991 diawali dengan pelaksanaan perbankan syariah 1. kebidang kegiatan ekonomi lainnya, salah satunya yaitu asuransi syariah.

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1991 diawali dengan pelaksanaan perbankan syariah 1. kebidang kegiatan ekonomi lainnya, salah satunya yaitu asuransi syariah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan kegiatan ekonomi syariah di Indonesia yang dimulai sejak tahun 1991 diawali dengan pelaksanaan perbankan syariah 1 dan merebak kebidang kegiatan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS SISTEM BAGI HASIL PRODUK ASURANSI HAJI MITRA MABRUR. A. Pembiayaan Dana Haji Mitra Mabrur AJB Bumiputera 1912 Syari ah

BAB IV ANALISIS SISTEM BAGI HASIL PRODUK ASURANSI HAJI MITRA MABRUR. A. Pembiayaan Dana Haji Mitra Mabrur AJB Bumiputera 1912 Syari ah BAB IV ANALISIS SISTEM BAGI HASIL PRODUK ASURANSI HAJI MITRA MABRUR A. Pembiayaan Dana Haji Mitra Mabrur AJB Bumiputera 1912 Syari ah Setiap umat Islam dimanapun berada tidak ada yang tidak rindu untuk

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN BAGI HASIL DALAM PEMBIAYAAN MUSHA>RAKAH DI BMT AN-NUR REWWIN WARU SIDOARJO

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN BAGI HASIL DALAM PEMBIAYAAN MUSHA>RAKAH DI BMT AN-NUR REWWIN WARU SIDOARJO BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN BAGI HASIL DALAM PEMBIAYAAN MUSHA>RAKAH DI BMT AN-NUR REWWIN WARU SIDOARJO A. Analisis Penerapan Bagi Hasil dalam Pembiayaan Musha>rakah di BMT An- Nur Rewwin

Lebih terperinci

Musha>rakah di BMT MUDA Kedinding Surabaya

Musha>rakah di BMT MUDA Kedinding Surabaya BAB IV ANALISIS FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL NO: 08/DSN-MUI/IV/2000 TERHADAP PENANGGUNGAN RISIKO OLEH NASABAH DALAM AKAD PEMBIAYAAN MUSHᾹRAKAH DI BMT MUDA KEDINDING SURABAYA A. Analisis Aplikasi Penanggungan

Lebih terperinci

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH SESI 11: Akuntansi Pengelola Dana Asuransi Syariah Achmad Zaky,MSA.,Ak.,SAS.,CMA.,CA 2 DEFINISI : FATWA DSN NO 21/DSN-MUI/X/2001 TENTANG PEDOMAN UMUM ASURANSI SYARIAH Asuransi

Lebih terperinci

perbankan di Indonesia menganut dual banking system yaitu perbankan konvensional dan

perbankan di Indonesia menganut dual banking system yaitu perbankan konvensional dan Latar Belakang Fenomena meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap keberadaan sistem perbankan yang sesuai dengan prinsip syariah mendapat respon positif dari pemerintah dengan dikeluarkannya UU Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertama dengan jumlah pemeluk agama Islam sebesar 182,570,000 orang.

BAB I PENDAHULUAN. pertama dengan jumlah pemeluk agama Islam sebesar 182,570,000 orang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang memiliki umat muslim terbesar di dunia. Berdasarkan daftar 10 besar negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia yang dirilis

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN SISTEM MUD{A>RABAH MUSYA>RAKAH PADA PT. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA SURABAYA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN SISTEM MUD{A>RABAH MUSYA>RAKAH PADA PT. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA SURABAYA BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN SISTEM MUD{A>RABAH MUSYA>RAKAH PADA PT. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA SURABAYA A. Analisa Terhadap Penerapan Sistem Mud{a>rabah Musya>rakah Pada PT. Asuransi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian, definisi asuransi adalah:

BAB II LANDASAN TEORI. Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian, definisi asuransi adalah: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Asuransi Syariah II.1.1. Pengertian Asuransi Sesuai dengan ketetapan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian, definisi asuransi adalah:

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002 TERHADAP PENETAPAN UJRAH DALAM AKAD RAHN DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB IV ANALISIS FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002 TERHADAP PENETAPAN UJRAH DALAM AKAD RAHN DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO BAB IV ANALISIS FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002 TERHADAP PENETAPAN UJRAH DALAM AKAD RAHN DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO A. Analisis Aplikasi Penetapan Ujrah Dalam Akad Rahn di BMT UGT Sidogiri

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP ASURANSI JIWA PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG LARANGAN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP ASURANSI JIWA PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG LARANGAN SIDOARJO BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP ASURANSI JIWA PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG LARANGAN SIDOARJO A. Aplikasi Akad Mura>bah}ah pada Pembiayaan di BMT UGT Sidogiri Cabang Larangan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENERAPAN SISTEM LOSS / PROFIT SHARING PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA DI KOPERASI SERBA USAHA SEJAHTERA BERSAMA

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENERAPAN SISTEM LOSS / PROFIT SHARING PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA DI KOPERASI SERBA USAHA SEJAHTERA BERSAMA BAB IV ANALISIS TERHADAP PENERAPAN SISTEM LOSS / PROFIT SHARING PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA DI KOPERASI SERBA USAHA SEJAHTERA BERSAMA A. Kedudukan Koperasi Dalam Perspektif Hukum Islam Dalam garis besarnya,

Lebih terperinci

BAB III KLAIM ASURANSI PADA PT ASURANSI TAKAFUL UMUM SURABAYA

BAB III KLAIM ASURANSI PADA PT ASURANSI TAKAFUL UMUM SURABAYA 48 BAB III KLAIM ASURANSI PADA PT ASURANSI TAKAFUL UMUM SURABAYA A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Berdirinya PT. Asuransi Takaful Umum Surabaya PT Syarikat Takaful Indonesia (perusahaan) berdiri

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS WADI< AH MUD{A>RABAH TERHADAP BONUS HAJI GRATIS PADA PT. ANUGERAH NUR NABAWI JOMBANG

BAB IV ANALISIS WADI< AH MUD{A>RABAH TERHADAP BONUS HAJI GRATIS PADA PT. ANUGERAH NUR NABAWI JOMBANG BAB IV ANALISIS WADI< AH MUD{A>RABAH TERHADAP BONUS HAJI GRATIS PADA PT. ANUGERAH NUR NABAWI JOMBANG A. ANALISIS TENTANG APLIKASI BONUS HAJI GRATIS PADA PT. ANUGERAH NUR NABAWI JOMBANG Bonus Haji gratis

Lebih terperinci

BAB II AKAD TABARRU, ASURANSI SYARI AH DAN ASURANSI JIWA

BAB II AKAD TABARRU, ASURANSI SYARI AH DAN ASURANSI JIWA BAB II AKAD TABARRU, ASURANSI SYARI AH DAN ASURANSI JIWA A. Akad Tabarru 1. Pengertian Akad Tabarru Asuransi syariah merupakan usaha saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang/pihak

Lebih terperinci

BAB II ASURANSI JIWA DALAM HUKUM ISLAM

BAB II ASURANSI JIWA DALAM HUKUM ISLAM BAB II ASURANSI JIWA DALAM HUKUM ISLAM A. Pengertian Asuransi Jiwa Dalam bahasa Arab, asuransi dikenal dengan istilah at-ta mi>n, penanggung disebut mu ammin, tertanggung disebut mu amman lahu atau musta

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD QARD\\} AL-H\}ASAN BI AN-NAZ AR DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD QARD\\} AL-H\}ASAN BI AN-NAZ AR DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO 65 BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD QARD\\} AL-H\}ASAN BI AN-NAZ AR DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO B. Analisis Terhadap Penerapan Akad Qard\\} Al-H\}asan Bi An-Naz ar di BMT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa uang atau barang yang akan dibayarkan diwaktu lain sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. berupa uang atau barang yang akan dibayarkan diwaktu lain sesuai dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial dalam berbagai aktifitas kehidupannya, guna memenuhi kehidupan sehari-hari terkadang tidak dapat dicukupkan dengan harta benda yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MANAJEMEN INVESTASI DANA PREMI DI PT. ASURANSI SYARIAH ALLIANZ LIFE INDONESIA SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MANAJEMEN INVESTASI DANA PREMI DI PT. ASURANSI SYARIAH ALLIANZ LIFE INDONESIA SURABAYA BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MANAJEMEN INVESTASI DANA PREMI DI PT. ASURANSI SYARIAH ALLIANZ LIFE INDONESIA SURABAYA A. Analisis Manajemen Investasi Dana Premi di PT. Asuransi Syariah Allianz Life

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG POLIS ASURANSI JIWA DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH PRODUK UNIT LINK SYARIAH

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG POLIS ASURANSI JIWA DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH PRODUK UNIT LINK SYARIAH Destri Budi Nugraheni dan Haniah Ilhami Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada Jl. Socio Justicia No.1 Bulaksumur, Sleman Yogyakarta PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG POLIS ASURANSI JIWA DALAM AKAD WAKALAH

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI TABUNGAN RENCANA MULTIGUNA DI PT. BANK SYARI AH BUKOPIN Tbk. CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI TABUNGAN RENCANA MULTIGUNA DI PT. BANK SYARI AH BUKOPIN Tbk. CABANG SURABAYA BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI TABUNGAN RENCANA MULTIGUNA DI PT. BANK SYARI AH BUKOPIN Tbk. CABANG SURABAYA A. Aplikasi Tabungan Rencana Multiguna PT. Bank Syariah Bukopin, Tbk Cabang Surabaya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Penerapan Prinsip Syariah Dalam Akad/Kontrak Pada Asuaransi. Jiwa Bersama (AJB) Syariah Cabang Yogyakarta.

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Penerapan Prinsip Syariah Dalam Akad/Kontrak Pada Asuaransi. Jiwa Bersama (AJB) Syariah Cabang Yogyakarta. BAB IV HASIL PENELITIAN A. Penerapan Prinsip Syariah Dalam Akad/Kontrak Pada Asuaransi Jiwa Bersama (AJB) Syariah Cabang Yogyakarta. Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera syariah, dalam akad dijelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih lagi menyangkut lembaga perekonomian umat Islam. Hal ini karena agama

BAB I PENDAHULUAN. lebih lagi menyangkut lembaga perekonomian umat Islam. Hal ini karena agama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama Islam sebagai ajaran rahmatan lil `alamin, pada dasarnya membuka peluang kepada siapapun untuk mengembangkan usaha di bidang perekonomian, lebih lagi menyangkut

Lebih terperinci

ASURANSI SYARIAH A. Pengertian Asuransi

ASURANSI SYARIAH A. Pengertian Asuransi ASURANSI SYARIAH A. Pengertian Asuransi Kata asuransi berasal dari bahasa Inggris, insurance, yang dalam bahasa Indonesia telah menjadi bahasa populer dan diadopsi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Asuransi pada dasarnya merupakan persiapan yang dibuat oleh sekelompok orang

I. PENDAHULUAN. Asuransi pada dasarnya merupakan persiapan yang dibuat oleh sekelompok orang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asuransi pada dasarnya merupakan persiapan yang dibuat oleh sekelompok orang yang masing-masing menghadapi kerugian kecil sebagai sesuatu yang tidak dapat diduga. Apabila

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR Desentralisasi/ Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi

LAPORAN AKHIR Desentralisasi/ Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi LAPORAN AKHIR Desentralisasi/ Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Urgensi Sertifikasi Kelembagaan Asuransi Syariah (Takaful) Dalam Rangka Perlindungan Hukum Nasabah Tahun ke 1 dari Rencana 2 Tahun Dr.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, itulah cita-cita Negara dan

BAB I PENDAHULUAN. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, itulah cita-cita Negara dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, itulah cita-cita Negara dan Bangsa Indonesia yang tercantum dalam Pancasila pasal ke-5. Tentunya adalah keadilan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu sama lain agar mereka tolong-menolong dalam semua kepentingan hidup

BAB I PENDAHULUAN. satu sama lain agar mereka tolong-menolong dalam semua kepentingan hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial, semua manusia sejak mereka dilahirkan ke muka bumi tidak akan mampu hidup tanpa bantuan orang lain. Semua orang butuh bantuan

Lebih terperinci

BAB IV. IMPLEMENTASI FATWA DSN-MUI No 52/DSN-MUI/III/2006 TENTANG AKAD WAKALAH BIL UJRAH PADA ASURANSI MOBIL

BAB IV. IMPLEMENTASI FATWA DSN-MUI No 52/DSN-MUI/III/2006 TENTANG AKAD WAKALAH BIL UJRAH PADA ASURANSI MOBIL BAB IV IMPLEMENTASI FATWA DSN-MUI No 52/DSN-MUI/III/2006 TENTANG AKAD WAKALAH BIL UJRAH PADA ASURANSI MOBIL DI PT ASURANSI SINAR MAS SYARIAH PEKALONGAN Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai akad yang

Lebih terperinci

Unsur Fatwa Ketentuan dalam fatwa Implementasi di AJB tijarah tabarru

Unsur Fatwa Ketentuan dalam fatwa Implementasi di AJB tijarah tabarru Asuransi Syariah (Ta min, Takaful atau Tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan tolong-menolong di antara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan / atau tabarru yang memberikan

Lebih terperinci

Urgensi Berakhlaq Islami Dalam Bisnis

Urgensi Berakhlaq Islami Dalam Bisnis AKHLAQ BISNIS ISLAMI تا ا ق ا Rikza Maulan Lc M.Ag Urgensi Berakhlaq Islami Dalam Bisnis (1) Barometer Kataqwaan Seseorang: Allah SWT berfirman (QS. 2 : 188) ن - 2 # 5 وا 2 6 + س 3% "! ا ا ال ا # & م %

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan bermuamalah dari zaman ke zaman semakin bervariasi karena adanya kebutuhan yang memaksakan manusia untuk melakukan hal tersebut. Salah satu kegiatan transaksi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PEMBIAYAAN MUDHARABAH DENGAN SISTEM KELOMPOK DI BMT KUBE SEJAHTERA KRIAN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PEMBIAYAAN MUDHARABAH DENGAN SISTEM KELOMPOK DI BMT KUBE SEJAHTERA KRIAN SIDOARJO BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PEMBIAYAAN MUDHARABAH DENGAN SISTEM KELOMPOK DI BMT KUBE SEJAHTERA KRIAN SIDOARJO A. Analisis Terhadap Akad Pembiayaan Mudharabah Dengan Sistem Kelompok di BMT

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. Dari uraian pembahasan diatas, maka peneliti menyimpulkan dari hasil

BAB VI PENUTUP. Dari uraian pembahasan diatas, maka peneliti menyimpulkan dari hasil 158 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Dari uraian pembahasan diatas, maka peneliti menyimpulkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Asuransi Bumiputera Syariah dan Asuransi Manulife Syariah Kantor

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENERAPAN SYARAT HASIL INVESTASI MINIMUM PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH UNTUK SEKTOR PERTANIAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENERAPAN SYARAT HASIL INVESTASI MINIMUM PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH UNTUK SEKTOR PERTANIAN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENERAPAN SYARAT HASIL INVESTASI MINIMUM PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH UNTUK SEKTOR PERTANIAN A. Analisis Penerapan Syarat Hasil Investasi Minimum Pada Pembiayaan Mudharabah

Lebih terperinci

Religion Pandangan Islam Mengenai Asuransi

Religion Pandangan Islam Mengenai Asuransi Religion Pandangan Islam Mengenai Asuransi Keyakinan kita sebagai muslim adalah bahwa dalam dunia ini segala sesuatu terjadi berdasarkan atas kehendak Allah subhanahu wa ta ala (SWT). Dengan demikian,

Lebih terperinci

BAB IV JUAL BELI SEPATU SOLID DI KECAMATAN SEDATI SIDOARJO DALAM PERSPEKTIF MASLAHAH MURSALAH

BAB IV JUAL BELI SEPATU SOLID DI KECAMATAN SEDATI SIDOARJO DALAM PERSPEKTIF MASLAHAH MURSALAH 90 BAB IV JUAL BELI SEPATU SOLID DI KECAMATAN SEDATI SIDOARJO DALAM PERSPEKTIF MASLAHAH MURSALAH A. Tinjauan Tentang Jual Beli Sepatu Solid di Kecamatan Sedati Sidoarjo Dengan mengikuti empat mazhab fiqh

Lebih terperinci

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN. A. Sejarah Berdirinya PT.Takaful Keluarga Bandar Lampung

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN. A. Sejarah Berdirinya PT.Takaful Keluarga Bandar Lampung 66 BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya PT.Takaful Keluarga Bandar Lampung Berawal dari sebuah kepedulian yang tulus, beberapa pihak bersepakat untuk membangun perekonomian syariah di

Lebih terperinci

waka>lah. Mereka bahkan ada yang cenderung mensunnahkannya dengan

waka>lah. Mereka bahkan ada yang cenderung mensunnahkannya dengan BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI PENITIPAN BERAS DI TOKO BERAS DI DUSUN BANYUURIP DESA SUMBERINGIN KECAMATAN SANANKULON KABUPATEN BLITAR A. Analisis Terhadap Tradisi Penitipan Beras Di Toko

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENENTUAN NISBAH BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM DI BMT BINTORO MADANI DEMAK

BAB IV ANALISIS PENENTUAN NISBAH BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM DI BMT BINTORO MADANI DEMAK 101 BAB IV ANALISIS PENENTUAN NISBAH BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM DI BMT BINTORO MADANI DEMAK Pada bab ini penulis akan melakukan pembahasan dan penganalisaan terhadap penentuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ajaran Islam mengandung unsur syariah yang berisikan hal-hal yang mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan antar sesama (hablu min nas)

Lebih terperinci

BAB II KONSEP UMUM TENTANG ASURANSI SYARIAH. Dalam bahasa Arab, asuransi dikenal dengan istilah at-ta min,

BAB II KONSEP UMUM TENTANG ASURANSI SYARIAH. Dalam bahasa Arab, asuransi dikenal dengan istilah at-ta min, BAB II KONSEP UMUM TENTANG ASURANSI SYARIAH A. Pengertian Asuransi Syariah Dalam bahasa Arab, asuransi dikenal dengan istilah at-ta min, penanggung disebut mu amin, tertanggung disebut mu aman lahu atau

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK Praktik sewa menyewa pohon yang terjadi di Desa Mayong merupakan suatu perjanjian yang sudah lama dilakukan dan

Lebih terperinci

Rikza Maulan Lc., M.Ag

Rikza Maulan Lc., M.Ag Rikza Maulan Lc., M.Ag Arti Kata Takaful Secara bahasa, takaful ( ) berasal dari akar kata ( ) ك ف ل yang artinya menolong, memberi nafkah dan mengambil alih perkara seseorang. Kata ( ) merupakan bentuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. setiap manusia dalam hidupnya tidak terlepas dari risiko, bahaya atau kerugian

BAB 1 PENDAHULUAN. setiap manusia dalam hidupnya tidak terlepas dari risiko, bahaya atau kerugian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asuransi merupakan salah satu lembaga yang memiliki peran penting, karena setiap manusia dalam hidupnya tidak terlepas dari risiko, bahaya atau kerugian material dan

Lebih terperinci

Pedoman Umum Asuransi Syariah

Pedoman Umum Asuransi Syariah Halal Guide.INFO Guide to Halal and Islamic Lifestyle Pedoman Umum Asuransi Syariah Kontribusi dari Administrator Sunday, 16 April 2006 Terakhir kali diperbaharui Saturday, 22 April 2006 Fatwa Dewan Syari'ah

Lebih terperinci

POLIS ASURANSI DEMAM BERDARAH SYARIAH

POLIS ASURANSI DEMAM BERDARAH SYARIAH POLIS ASURANSI DEMAM BERDARAH SYARIAH Bahwa Peserta telah mengajukan suatu permohonan tertulis yang menjadi dasar dan merupakan bagian tidak terpisahkan dari Polis ini, Pengelola akan membayar santunan

Lebih terperinci

PENETAPAN BAGI HASIL PADA AKAD MUDHARABAH DALAM KEGIATAN PERTANIAN DI KSPPS TAMZIS BINA UTAMA CABANG BATUR BANJARNEGARA

PENETAPAN BAGI HASIL PADA AKAD MUDHARABAH DALAM KEGIATAN PERTANIAN DI KSPPS TAMZIS BINA UTAMA CABANG BATUR BANJARNEGARA PENETAPAN BAGI HASIL PADA AKAD MUDHARABAH DALAM KEGIATAN PERTANIAN DI KSPPS TAMZIS BINA UTAMA CABANG BATUR BANJARNEGARA Disusun Oleh: IBNU HAMDI MUHTAROM NIM 1405015108 PROGRAM STUDI (D3) PERBANKAN SYARIAH

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TERHADAP PENGAMBILAN KEUNTUNGAN PADA PENJUALAN ONDERDIL DI BENGKEL PAKIS SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TERHADAP PENGAMBILAN KEUNTUNGAN PADA PENJUALAN ONDERDIL DI BENGKEL PAKIS SURABAYA BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TERHADAP PENGAMBILAN KEUNTUNGAN PADA PENJUALAN ONDERDIL DI BENGKEL PAKIS SURABAYA A. Analisis terhadap Praktek Pengambilan Keuntungan pada Penjualan Onderdil di Bengkel

Lebih terperinci

Jenis jenis akad yang akan digunakan di takaful dalam rangka mengeliminir adanya gharar dan maisir adalah :

Jenis jenis akad yang akan digunakan di takaful dalam rangka mengeliminir adanya gharar dan maisir adalah : 4. Akad Tabarru Tabarru artinya dana kebajikan; seperti yang telah dijelaskan di depan bahwa akad merupakan salah satu permasalahn pokok yang masih dipersoalkan sebagian besar ulama diasuransi kompensional.

Lebih terperinci

HILMAN FAJRI ( )

HILMAN FAJRI ( ) HILMAN FAJRI (10220053) PRAKTIK MURÂBAHAH DI KOPERASI SERBA USAHA UNIT JASA KEUANGAN SYARIAH ALHAMBRA KANTOR CABANG KEDUNG BARUK NO 58 RUNGKUT SURABAYA (Prespektif Fatwa Dewan Syariah Nasional No.4 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada saat ini umat Islam dihadapkan pada persoalan-persoalan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada saat ini umat Islam dihadapkan pada persoalan-persoalan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini umat Islam dihadapkan pada persoalan-persoalan ekonomi kontemporer, akibat dari perkembangan peradaban manusia dan iptek (ilmu pengetahuan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang membuat pemanfaatan lembaga keuangan baik bank maupun non bank sulit

BAB I PENDAHULUAN. yang membuat pemanfaatan lembaga keuangan baik bank maupun non bank sulit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia selalu dihadapkan pada berbagai persoalan hidup yang di dalamnya mengandung berbagai kemungkinan risiko yang harus dihadapi, baik yang bersifat material

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN LETTER OF CREDIT PADA BANK MANDIRI SYARI AH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN LETTER OF CREDIT PADA BANK MANDIRI SYARI AH BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN LETTER OF CREDIT PADA BANK MANDIRI SYARI AH A. Analisis Terhadap Aplikasi Pembiayaan Ekspor Impor Melalui Leter of Credit (L/C) di Bank Mandiri Syari ah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Minat 1. Pengertian Minat Pengertian Minat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah memiliki arti kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu, gairah, keinginan. Jadi harus

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PENGELOLAAN DANA INVESTASI ASURANSI SYARI AH DI PT. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA SEMARANG

BAB III SISTEM PENGELOLAAN DANA INVESTASI ASURANSI SYARI AH DI PT. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA SEMARANG BAB III SISTEM PENGELOLAAN DANA INVESTASI ASURANSI SYARI AH DI PT. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA SEMARANG A. Gambaran Umum PT. Asuransi Takaful Keluarga Semarang Pada tanggal 27 Juli 1993 Tim Pembentukan Asuransi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO A. Analisis Praktik Jual Beli Barang Servis Di Toko Cahaya Electro Pasar Gedongan

Lebih terperinci

Dan tolong-menolonglah dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kep

Dan tolong-menolonglah dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kep DEWAN SYARI AH NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA FATWA DEWAN SYARI AH NASIONAL NO: 39/DSN-MUI/X/2002 Dewan Syari ah Nasional, setelah Tentang ASURANSI HAJI Menimbang : a. bahwa perjalanan haji mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Artinya: Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (QS. Al- Baqarah : 275).

BAB I PENDAHULUAN. Artinya: Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (QS. Al- Baqarah : 275). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perbankan syariah pada era reformasi ditandai dengan disetujuinya Undang-Undang No.10 Tahun 1998. Dalam undang-undang tersebut diatur dengan rinci

Lebih terperinci

MURA<BAH{AH BIL WAKA<LAH DENGAN PENERAPAN KWITANSI

MURA<BAH{AH BIL WAKA<LAH DENGAN PENERAPAN KWITANSI BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONAL AKAD MURA

Lebih terperinci

) **+*&,'**- *** *.'/ %$!. 01&2*3+*&41&**5$ (+2 Hai orang-orang yang beriman tunaikanlah akad-akad itu. Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yan

) **+*&,'**- *** *.'/ %$!. 01&2*3+*&41&**5$ (+2 Hai orang-orang yang beriman tunaikanlah akad-akad itu. Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yan DEWAN SYARI AH NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA FATWA DEWAN SYARI AH NASIONAL NO: 21/DSN-MUI/X/2000 Tentang PEDOMAN UMUM ASURANSI SYARI AH Dewan Syari ah Nasional, setelah Menimbang : a. bahwa dalam menyongsong

Lebih terperinci

BAB I PENDHULUAN. ancaman dan resiko bahaya, yang dipicu sendiri oleh kelemahanya, kesalahankesalahanya,

BAB I PENDHULUAN. ancaman dan resiko bahaya, yang dipicu sendiri oleh kelemahanya, kesalahankesalahanya, 1 BAB I PENDHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia saat ini sudah sedemikian sarat dengan beragam ancaman dan resiko bahaya, yang dipicu sendiri oleh kelemahanya, kesalahankesalahanya, kealpaanya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN UPAH DENGAN KULIT HEWAN KURBAN DI DESA JREBENG KIDUL KECAMATAN WONOASIH KABUPATEN PROBOLINGGO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN UPAH DENGAN KULIT HEWAN KURBAN DI DESA JREBENG KIDUL KECAMATAN WONOASIH KABUPATEN PROBOLINGGO BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN UPAH DENGAN KULIT HEWAN KURBAN DI DESA JREBENG KIDUL KECAMATAN WONOASIH KABUPATEN PROBOLINGGO Setelah memberikan gambaran tentang praktik pengupahan kulit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kendaraan Bermotor ialah kendaraan yang digerakkan oleh motor

BAB I PENDAHULUAN. Kendaraan Bermotor ialah kendaraan yang digerakkan oleh motor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kendaraan Bermotor ialah kendaraan yang digerakkan oleh motor (mekanik) yang berjalan diatas jalan darat (jalan aspal, jalan jalan berbatu, jalan Tanah/pasir)

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA TEORI. mu ammin, sedangkan tertanggung disebut mu amman lahu atau musta min 19. bebas dari rasa takut. Sebagaimana firman Allah:

BAB III KERANGKA TEORI. mu ammin, sedangkan tertanggung disebut mu amman lahu atau musta min 19. bebas dari rasa takut. Sebagaimana firman Allah: BAB III KERANGKA TEORI A. Pengertian Asuransi Syari ah Dalam bahasa Arab Asuransi disebut at-ta min, penanggung disebut mu ammin, sedangkan tertanggung disebut mu amman lahu atau musta min 19. At-ta min

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENGELOLAAN DANA TABARRU PADA PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE KANTOR AGENCY CABANG KUDUS 1 DALAM KAJIAN HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS PENGELOLAAN DANA TABARRU PADA PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE KANTOR AGENCY CABANG KUDUS 1 DALAM KAJIAN HUKUM ISLAM 79 BAB IV ANALISIS PENGELOLAAN DANA TABARRU PADA PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE KANTOR AGENCY CABANG KUDUS 1 DALAM KAJIAN HUKUM ISLAM A. Pengelolaan Dana Tabarru Berikut akan di jelaskan bagaimana pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbuat baik sedangkan menurut istilah adalah suatu pekerjaan atau

BAB I PENDAHULUAN. berbuat baik sedangkan menurut istilah adalah suatu pekerjaan atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ta awun adalah menurut bahasa berasal dari bahasa arab yang artinya berbuat baik sedangkan menurut istilah adalah suatu pekerjaan atau perbuatan yang didasari pada hati

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.

BAB II LANDASAN TEORI. tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah. 9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Asuransi Syariah Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) No. 21 Tahun 2001, Asuransi Syariah adalah usaha saling tolongmenolong

Lebih terperinci

BAB IV. Prudential Life Assurance Kantor Agency Cabang Kudus 1 yaitu PRUlink. Syariah Assurance Account (PAA Syariah) dan PRUlink syariah investor

BAB IV. Prudential Life Assurance Kantor Agency Cabang Kudus 1 yaitu PRUlink. Syariah Assurance Account (PAA Syariah) dan PRUlink syariah investor 53 BAB IV ANALISIS KEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM ASURANSI PRUSYARIAH DALAM PERSPEKTIF PEMEGANG POLIS PADA PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE KANTOR AGENCY CABANG KUDUS 1 A. Analisis Diferensiasi Produk Dari

Lebih terperinci