Widyotomo, Sri-Mulato dan Suharyanto

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Widyotomo, Sri-Mulato dan Suharyanto"

Transkripsi

1 Widyotomo, Sri-Mulato dan Suharyanto Sri-Mulato; S. Widyotomo; Misnawi & E. Suharyanto (2005). Petunjuk Teknis Pengolahan Produk Primer dan Sekunder Kakao. Bagian Proyek Penelitian dan Pengembangan Kopi dan Kakao, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Jember. Suhargo (2001). Daya Saing Kakao dan Produk Kakao, Training Quality Assurance in Cocoa Processing. Program Studi Teknologi Hasil Perkebunan, FTP, UGM. Yogyakarta. Syarief, A. M. & E. A. Nugroho (1992). Teknik Reduksi Ukuran Bahan. PAU Pangan dan Gizi. IPB. Widyotmo, S.; Sri-Mulato & E. Suharyanto (2005). Kinerja mesin pemecah biji dan pemisah kulit kakao pascasangrai tipe pisau putar (rotary cutter). Pelita Perkebunan, 21, Widyotomo, S.; H. K. Purwadaria; A. M. Syarief & Sri-Mulato (2004). Perubahan distribusi ukuran partikel tepung iles-iles hasil pengolahan dengan metode penggilingan bertingkat. Majalah Ilmiah Agritech, 24, Widyotomo, S.; Sri-Mulato & Yusianto (2001). Karakteristik biji kakao kering hasil pengolahan dengan metode fermentasi dalam karung plastik. Pelita Perkebunan, 17, *********** 88

2 Pengaruh penggilingan biji kakao pascasangrai terhadap perubahan distribusi ukuran keping biji sangrai jika pisau rotari berputar pada kecepatan di antara rpm, dan laju aliran udara 2,7 2,8 m/detik. Nilai koefisien korelasi tertinggi diperoleh pada laju aliran udara 2,7 m/detik, diikuti pada laju aliran udara 2,75 m/detik, dan terendah pada laju aliran udara 2,8 m/detik. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan perlakuan laju aliran udara 2,7 m/detik terhadap nilai rerata diameter geometris keping biji kakao pascasangrai yang dihasilkan ternyata lebih baik jika dibandingkan pada laju aliran udara 2,75 m/detik maupun 2,8 m/detik. KESIMPULAN Kecepatan putar 500 rpm dan laju aliran udara 2,8 m/detik memberikan nilai perubahan distribusi ukuran, rerata diameter geometris, indeks keseragaman, derajat kehalusan, dan dimensi rerata yang terbaik. Karakteristik partikel keping biji kakao pada kondisi operasi tersebut adalah 74,5% keping biji kakao pascasangrai memiliki ukuran diameter lebih besar dari 2 mm dan lebih kecil dari 4,75 mm. Nilai rerata diameter geometris, dimensi rerata, derajat kehalusan, dan indeks keseragaman masing-masing 2,119 mm; 0,864 mm; 3,052 mm dengan 80% berupa partikel kasar dan 20% berupa partikel berukuran sedang. DAFTAR PUSTAKA Amin, S. (1996). Permasalahan kakao Sulawesi di pasaran Amerika Serikat. Makalah dalam Forum Orientasi Penerapan dan Pengembangan Teknologi untuk Pembangunan Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan. ASAE STANDARDS (1998). Method of Determinig and Expressing Fineness of Feed Materials by Sieving. ANSI/ ASAE S319.3 JUL97. American National Standards Institute. Beckett, S.T. (2000). Industrial Chocolate Manufacture and Use. Van Nostrand Reinhold 115 Fifth Avenue, New York. Dewan Standarisasi Nasional (2002). Standar Nasional Indonesia : Biji Kakao. SNI No Departemen Pertanian, Jakarta. Hall, C.W. & D.C. Davis (1979). Processing Equipment for Agricultural Product. Second Eds. The AVI Publ. Co. Inc., Wesport, Connecticut. Hayashi, H.; D. R. Heldman & T. I. Hedrick. (1969). Influence of spray-drying conditions on size and size distribution of nonfat dry milk particels. Journal of Dairy Science, 52, Henderson, S.M. & R.L. Perry (1976). Agricultural Process Enginering. Second Edition. The AVI Publishing, Westpot, Connecticut. Lopez, A.S. & Mc. Donald (1981). A definition of descriptors to be used for the qualification of chocolate flavours in flavor testing, Revista Theobroma, 11, McCabe, W.L.; J.C. Smith & P. Harriot (1999). Operasi Teknik Kimia. Eds 4. Terjemahan oleh E. Jasfi. Erlangga. Jakarta. Minifie, B. W. (1980). Chocolate, Cocoa and Confectionery : Science and Tecnology (2 nd Edition.). Avi Publ. Co. : Westport, Conn. Sri-Mulato (2002). Perancangan dan pengujian mesin sangrai biji kopi tipe silinder. Pelita Perkebunan, 18,

3 Widyotomo, Sri-Mulato dan Suharyanto Tabel 4. Table 4. Persamaan regresi linier nilai dimensi rerata dari beberapa perlakuan kecepatan putar pisau rotari dan kecepatan aliran udara Linier regression equations of average dimension of cocoa cotyledon from several treatments Kecepatan aliran udara, m/detik Air flow, m/s Persamaan garis linier regresi Linier regression equations Koefisien korelasi, R 2 Coef corelation, R Y = X Y = X Y = X Catatan (Notes) : X adalah kecepatan putar pisau rotari (rpm); Y adalah dimensi rerata (mm) (X is rotation speed of rotary cutter (rpm); Y is average dimension (mm)). dimensi rerata partikel tertinggi diperoleh pada perlakuan kecepatan putar pisau rotari 500 rpm dan kecepatan aliran udara 2,75 m/detik, yaitu 0,889 mm. Sedangkan nilai dimensi rerata partikel terrendah diperoleh pada perlakuan kecepatan putar pisau rotari 900 rpm dan kecepatan aliran udara 2,75 m/detik, yaitu 0,694 mm. Kinerja mesin pengecil ukuran yang ideal antara lain harus memenuhi beberapa sifat sebagai berikut: ukuran produk seragam dan kenaikan suhu selama proses minimum (Henderson & Perry, 1976). McCabe et al. (1999) melaporkan bahwa bahan dengan ukuran dimensi rerata partikel yang halus tidak menjamin produk tersebut menunjukkan kualitas yang lebih baik dan dalam beberapa hal tidak sebaik butiran dengan ukuran yang lebih besar. Demikian halnya dengan penggilingan biji kakao pascasangrai dengan produk berukuran lebih besar lebih dianjurkan jika dibadingkan dengan produk halus yang mengandung lebih banyak serpihan kulit (shell) kakao. Peningkatan kecepatan putar pisau rotari selain mengakibatkan partikel keping biji dan kulit berukuran lebih halus, juga berdampak pada penggumpalan partikel sehingga tidak dapat melalui ukuran lubang saringan yang lebih kecil. Widyotomo et al. (2004) melaporkan bahwa pengecilan ukuran keripik iles-iles dengan penggiling pisau rotari menghasilkan partikel iles-iles dengan ukuran dimensi rerata 0,803 mm. Pengecilan lanjut dengan mesin penggiling bola kerucut diperoleh ukuran dimensi rerata yang lebih kecil, yaitu 0,302 mm, tetapi dengan permukaan kristal yang pecah dan terkikis. Ukuran partikel berdampak pada jumlah energi yang diperlukan dalam proses pengecilan ukuran. Energi yang diperlukan untuk mengecilkan satuan bahan sebanding dengan dimensi partikel hasil pengecilan ukuran dan dimensi yang sama dari partikel semula pangkat jumlah tahapan pengecilan (Henderson & Perry, 1976). Tabel 4 menunjukkan persamaan regresi linier dan koefisien korelasi (R 2 ) hubungan antara kecepatan putar pisau rotari dan laju aliran udara terhadap nilai dimensi rerata partikel hasil pengecilan ukuran. Persamaan regresi linier tersebut sangat berguna karena dapat digunakan untuk memprediksi nilai dimensi rerata keping biji kakao pasca- 86

4 Pengaruh penggilingan biji kakao pascasangrai terhadap perubahan distribusi ukuran keping biji udara 2,7 m/detik, diikuti pada laju aliran udara 2,75 m/detik, dan terendah pada laju aliran udara 2,8 m/detik. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan perlakuan laju aliran udara 2,7 m/detik terhadap nilai rerata diameter geometris keping biji kakao pascasangrai yang dihasilkan ternyata lebih baik jika dibandingkan dengan laju aliran udara 2,75 m/detik maupun 2,8 m/detik. Derajat kehalusan tidak berbanding lurus dengan indeks keseragaman. Meskipun derajat kehalusan dapat memberikan ukuran ratarata, tetapi tidak menunjukkan penyebaran fraksi halus dan kasar pada contoh bahan hasil penggilingan. Kekurangan tersebut dapat diatasi dengan nilai indeks keseragaman (Henrderson & Perry, 1976). Gambar 7 menampilkan nilai derajat kehalusan keping biji kakao hasil pemecahan dan pengupasan dengan beberapa perlakuan kecepatan putar pisau rotari. Nilai derajat kehalusan tertinggi diperoleh pada perlakuan kecepatan putar pisau rotari 500 rpm, dan kecepatan aliran udara 2,75 m/detik, yaitu 3,09. Sedangkan nilai derajat kehalusan terendah diperoleh pada perlakuan kecepatan putar pisau rotari 900 rpm, dan kecepatan aliran udara 2,75 m/detik, yaitu 2,73. Dimensi Rerata Partikel Nilai dimensi rerata partikel dari beberapa perlakuan kecepatan putar pisau putar ditampilkan pada Gambar 8. Nilai 1.1 Dimensi rerata (Average dimension), mm Gambar 8. Dimensi rerata keping biji kakao pascasangrai pada beberapa perlakuan kecepatan putar pisau rotari dan kecepatan hisap blower. Figure 8. Kecepatan putar pisau rotari (Rotation speed), rpm Kasar 2.7 m/d (crude) (m/s) Sedang 2.75 (termperate) m/d (m/s) 2.8 m/d (m/s) Average dimension of cocoa cotyledon roasted from several rotation speed and air flow treatments. 85

5 Widyotomo, Sri-Mulato dan Suharyanto Derajat kehalusan Fineness modulus , Kecepatan putar pisau rotari (rotation speed), rpm Kasar 2.7 m/d (crude) (m/s) Sedang 2.75 (termperate) m/d (m/s) 2.8 m/d (m/s) Gambar 7. Derajat kehalusan keping biji kakao pascasangrai pada beberapa perlakuan kecepatan putar pisau rotari dan kecepatan hisap blower. Figure 7. Fineness modulus of cocoa cotyledon roasted from several rotation speed and air flow treatments Tabel 3. Table 3. Persamaan regresi linier nilai derajat kehalusan dari beberapa perlakuan kecepatan putar pisau rotari dan kecepatan aliran udara Linier regression equations of fineness modulus of cocoa cotyledon from several treatments Kecepatan aliran udara, m/detik Air flow, m/s Persamaan garis linier regresi Linier regression equations Koefisien korelasi, R 2 Coef corelation, R Y = X Y = X Y = X Keterangan (Notes) : X adalah kecepatan putar pisau rotari (rpm); Y adalah derajat kehalusan (X is rotation speed of rotary cutter (rpm); Y is fineness modulus. berukuran sedang. Pemilihan kondisi kerja dengan laju aliran udara 2,8 m/detik adalah lebih baik karena mesin akan memberikan produktivitas kerja harian yang lebih tinggi dengan kualitas produk yang sama jika dibandingkan dengan penggunaan kecepatan aliran udara 2,7 m/detik (Widyotomo et al., 2005). Tabel 3 menunjukkan persamaan regresi linier dan koefisien korelasi (R 2 ) hubungan antara kecepatan putar pisau rotari dan laju aliran udara terhadap nilai derajat kehalusan partikel hasil pengecilan ukuran. Persamaan regresi linier tersebut sangat berguna karena dapat digunakan untuk memprediksi nilai derajat kehalusan keping biji kakao pascasangrai jika pisau rotari berputar pada kecepatan di antara rpm, dan laju aliran udara 2,7 2,8 m/detik. Nilai koefisien korelasi tertinggi diperoleh pada laju aliran 84

6 Pengaruh penggilingan biji kakao pascasangrai terhadap perubahan distribusi ukuran keping biji Persen (berat/berat) (Weight/weight),% A1 A2 A3 B1 B2 B3 C1 C2 C3 Perlakuan (Treatment) Kasar (crude) (Crude) Sedang (termperate) (Temperate) Halus (Fine) Gambar 6. Indeks keseragaman keping biji kakao pascasangrai pada beberapa perlakuan kecepatan putar pisau rotari dan kecepatan hisap blower. Figure 6. Uniformity index of cocoa cotyledon roasted from several rotation speed and air flow treatments. atau penyebaran fraksi halus dan kasar hasil pengecilan ukuran (Henderson & Perry, 1976). Nilai indeks keseragaman sebaran keping biji kakao hasil pemecahan dan pemisahan kulit dengan perlakuan kecepatan putar pisau rotari dan hisapan kipas sentrifugal ditampilkan pada Gambar 6. Lebih lanjut Henderson & Perry (1976) melaporkan bahwa dengan semakin cepat putar unit penggiling, maka akan diperoleh partikel dengan ukuran yang semakin kecil dan seragam. Namun, hasil analisis indeks keseragaman proses penggilingan keping biji kakao pascasangrai menunjukkan bahwa dengan semakin cepat putaran pisau rotari diperoleh lebih banyak partikel dengan ukuran kasar. Fenomena yang terjadi disebabkan oleh keluarnya lemak dari poripori mikro keping biji akibat panas yang timbul pada saat proses penggilingan berlangsung. Partikel keping biji kakao halus menyatu karena ikatan lemak dan adanya panas sehingga membentuk gumpalan yang menyerupai partikel berukuran kasar. Gambar 6 menunjukkan bahwa antara perlakuan kecepatan putar pisau rotari 500 rpm dengan laju aliran udara 2,75 m/detik dan 700 rpm dengan laju aliran udara 2,7 m/detik terjadi 20% peningkatan partikel kasar. Pada tahapan tersebut, kemungkinan mulai terjadi mekanisme penggumpalan serpihan kulit dengan serpihan keping biji hingga akhirnya terjadi akumulasi maksimum pada perlakuan kecepatan putar 700 rpm, dan laju aliran udara 2,7 m/detik. Nilai indeks keseragaman perlakuan laju aliran udara 2,7 m/detik dan 2,8 m/detik pada kecepatan putar pisau rotari 500 rpm menunjukkan nilai yang sama, yaitu 80% berupa partikel berukuran kasar dan 20% berupa partikel 83

7 Widyotomo, Sri-Mulato dan Suharyanto meter geometris keping biji kakao perlakuan 700 rpm dan 900 rpm dengan kecepatan hisap 2,75 m/det lebih rendah jika dibandingkan pada kecepatan hisap 2,8 m/detik. Panas yang timbul menyebabkan lemak merambat keluar dari pori-pori mikro, dan partikel halus keping biji kakao mudah menggumpal satu sama lain sehingga membentuk partikel dengan ukuran yang lebih besar. Pada kecepatan putar pisau rotari 500 rpm, efek panas yang ditimbulkan belum memberikan pengaruh terhadap proses keluarnya lemak dan penggumpalan partikel halus keping biji kakao. Hal tersebut terlihat dari nilai rerata diameter geometris yang makin mengecil. Widyotomo et al. (2005) melaporkan bahwa adanya gesekan antara bahan dengan permukaan pisau rotari, maupun gesekan antarbahan itu sendiri akan mengakibatkan timbulnya panas di dalam unit pemecah. Lemak kakao yang terkandung di dalam keping biji akan mudah keluar pada kondisi partikel yang lebih kecil dan adanya pengenaan panas. Oleh karena itu, lemak akan mudah menarik serpihan kulit dan menggumpalkannya bersama dengan serbuk keping biji. Tabel 2 menunjukkan persamaan regresi linier dan koefisien korelasi (R 2 ) hubungan antara kecepatan putar pisau rotari dan laju aliran udara terhadap nilai rerata diameter geometris partikel hasil pengecilan ukuran. Persamaan regresi linier tersebut sangat berguna karena dapat digunakan untuk memprediksi nilai rerata diameter geometris keping biji kakao pascasangrai jika pisau rotari berputar pada kecepatan di antara rpm, dan laju aliran udara 2,7 2,8 m/detik. Nilai koefisien korelasi tertinggi diperoleh pada laju aliran udara 2,7 m/detik, diikuti pada laju aliran udara 2,75 m/detik, dan terendah pada laju aliran udara 2,8 m/ detik. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan perlakuan laju aliran udara 2,7 m/detik terhadap nilai rerata diameter geometris keping biji kakao pascasangrai yang dihasilkan ternyata lebih baik jika dibandingkan pada laju aliran udara 2,75 m/detik maupun 2,8 m/detik. Indeks Keseragaman dan Derajat Kehalusan Indeks keseragaman dan derajat kehalusan menunjukkan keseragaman hasil Tabel 2. Table 2. Persamaan regresi linier nilai rerata diameter geometris dari beberapa perlakuan kecepatan putar pisau rotari dan kecepatan aliran udara Linier regression equations of geomatrical diameter average from several treatments Kecepatan aliran udara, m/detik Air flow, m/s Persamaan garis linier regresi Linier regression equations Koefisien korelasi, R 2 Coef corelation, R Y = X Y = X Y = X Catatan (Notes) : X adalah kecepatan putar pisau rotari (rpm); Y adalah rerata diameter geometris (mm) ((X is rotation speed of rotary cutter (rpm); Y is geomatrical diameter average (mm)). 82

8 Pengaruh penggilingan biji kakao pascasangrai terhadap perubahan distribusi ukuran keping biji optimal, 8% serpihan kulit biji masih terikut keping biji. Ukuran serpihan kulit tersebut antara mesh atau 0,5 0,71 mm. Upaya memperkecil ukuran serpihan kulit dengan cara pemotongan-penggilingan masih dirasa cukup sulit karena kadar serat yang tinggi, sedangkan kulit lebih bersifat elastis atau liat saat proses pengguntingan penggilingan. Selain itu, serpihan kulit berpotensi mempererat ikatan partikel keping biji dan berdampak pada proses penggumpalan. Upaya memperkecil campuran serpihan kulit dalam keping biji adalah proses penggilingan dengan kecepatan putar yang lebih rendah agar panas yang timbul dapat ditekan serendah mungkin, dan meningkatkan sistem pemisahan agar daya hisap (suching force) blower yang berfungsi memisahkan serpihan kulit dari keping biji menjadi lebih tinggi. Rerata Diameter Geometris Partikel Nilai rerata diameter geometris keping biji kakao hasil pemecahan dan pemisahan kulit dengan perlakuan kecepatan putar pisau rotari dan hisapan kipas sentrifugal ditampilkan pada Gambar 5. Dengan semakin tinggi kecepatan putar pisau rotari dan semakin kuat hisapan blower sentrifugal akan mengakibatkan rerata diameter keping biji kakao pascasangrai yang dihasilkan semakin kecil. Nilai rerata diameter geometris partikel terkecil, yaitu 1,657 mm diperoleh pada perlakuan kecepatan putar pisau rotari 900 rpm dan laju aliran udara 2,75 m/detik. Nilai rerata diameter geometris partikel terbesar, yaitu 2,187 mm diperoleh pada perlakuan kecepatan putar pisau rotari 500 rpm dan laju aliran udara 2,75 m/detik. Panas yang timbul pada proses penggilingan mengakibatkan nilai rerata dia- Rerata diameter geometris (Average of geometrical diameter), mm Kecepatan putar pisau rotari (rotation speed), rpm Gambar 5. Rerata diameter geometris keping biji kakao pascasangrai pada beberapa kecepatan putar pisau rotari dan kecepatan hisap blower. Figure 5. Kasar 2.7 m/d (crude) (m/s) Sedang 2.75 (termperate) m/d (m/s) 2.8 m/d (m/s) Geomatrical diameter average of cocoa cotyledon roasted from several rotation speed and air flow treatments. 81

9 Widyotomo, Sri-Mulato dan Suharyanto Persen (berat/berat) (weigt/weight), % < m/det (m/s) 2.75 m/det (m/s) 2.8 m/det (m/s) Ukuran ayakan (Sieve dimension), mesh Gambar 3. Perubahan distribusi keping biji kakao pascasangrai pada kecepatan putar pisau rotari 700 rpm dan beberapa kecepatan hisap blower. Figure 3. Size distribution change of cocoa cotyledon roasted from 700 rpm rotation speed and several air flow treatments. Persen (berat/berat) (weigt/weight), % < m/det (m/s) 2.75 m/det (m/s) 2.8 m/det (m/s) Ukuran ayakan (Sieve dimension), mesh Gambar 4. Perubahan distribusi keping biji kakao pascasangrai pada kecepatan putar pisau rotari 900 rpm dan beberapa kecepatan hisap blower. Figure 4. Size distribution change of cocoa cotyledon roasted from 900 rpm rotation speed and several air flow treatments. 80

10 Pengaruh penggilingan biji kakao pascasangrai terhadap perubahan distribusi ukuran keping biji 900 rpm, dengan persentase keping biji kakao tertahan di saringan 4 mesh semula antara 12 20%, semakin mengecil menjadi antara 1,3 4,8%. Jumlah keping biji kakao tertahan saringan 9 mesh bertambah 2 hingga 10%, selebihnya bergeser pada saringan 24 dan 32 mesh. Kulit merupakan salah satu komponen biji kakao yang banyak mengandung serat. Widyotomo et al. (2005) melaporkan bahwa biji kakao pascasangrai yang digunakan untuk proses pemecahan biji dan pemisahan kulit secara mekanis, 82% berupa keping biji, dan 18% berupa kulit biji (shell). Kadar kulit yang tinggi dapat menyebabkan mesin bekerja lebih berat dan jumlah kulit yang tercampur di dalam keping biji relatif lebih besar sehingga akan sulit diperoleh tingkat kehalusan pasta cokelat yang lebih baik. Salah satu faktor yang menyebabkan keping biji kakao sulit memiliki ukuran yang lebih kecil dari 9 mesh antara lain lemak yang terkandung di dalam keping biji masih relatif tinggi, yaitu antara 49 52% (Sri Mulato et al., 2005; Amin, 1996). Widyotomo et al. (2001) melaporkan bahwa bahan uji merupakan biji kakao yang difermentasi dengan kadar lemak 3,7% lebih tinggi jika dibandingkan dengan biji kakao tanpa fermentasi. Panas yang timbul pada saat putaran pisau rotari yang tinggi mengakibatkan lemak yang berada di antara pori-pori keping biji mencair, ikatan partikel padatan melemah dan terjadinya efek pelumatan. Pada kondisi demikian, proses pengecilan ukuran akan sulit terjadi karena lemak akan lebih bersifat merekatkan partikel padat keping biji kakao dan berdampak pada proses penggumpalan. Faktor lain adalah kulit biji yang memiliki kadar serat tinggi dan relatif ringan. Hasil penelitian sebelumnya, Widyotomo et al. (2005) melaporkan bahwa pada kondisi kerja Persen (berat/berat) (weigt/weight), % < m/det (m/s) 2.75 m/det (m/s) 2.8 m/det (m/s) Ukuran ayakan (Sieve dimension), mesh Gambar 2. Perubahan distribusi keping biji kakao pascasangrai pada kecepatan putar pisau rotari 500 rpm dan beberapa kecepatan hisap blower. Figure 2. Size ndistribution change of cocoa cotyledon roasted from 700 rpm rotation speed and several air flow treatments. 79

11 Widyotomo, Sri-Mulato dan Suharyanto Dalam hal ini, W i merupakan berat partikel dengan ukuran mesh ke-i (g), dan d i merupakan ukuran mesh ke-i (mm). 3. Indeks keseragaman Indeks keseragaman ditentukan untuk mengetahui sebaran ukuran partikel berdasarkan kriteria halus, sedang, dan kasar. Nisbah di dalam kumpulan keping biji kakao pascasangrai, yaitu halus : sedang : kasar, ditampilkan dalam bentuk kuantitatif (Henderson & Perry, 1976). 4. Derajat kehalusan (Fineness modulus) Derajat kehalusan atau Fineness modulus (FM) adalah jumlah fraksi yang tertahan pada setiap saringan dibagi 100 (Hall & Davis, 1979). 5. Dimensi rerata partikel Dimensi rerata partikel (D, mm) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut (Henderson & Perry, 1976): D = (2) FM HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Distribusi Ukuran Partikel McCabe et al. (1999) melaporkan bahwa partikel zat padat secara individu dikarakterisasikan dengan ukuran, bentuk dan densitasnya. Sejumlah persamaan telah diusulkan untuk menunjukkan hubungan antara banyaknya partikel bahan dengan ukuran partikel guna mendapatkan hubungannya dengan distribusi. Tidak ada alasan dasar yang mengharuskan bahwa suatu jenis bahan pangan mengikuti salah satu dari persamaan yang diusulkan tersebut (Syarief & Nugroho, 1992). Mekanisme proses pengecilan ukuran penggiling pisau rotari adalah putaran pisaupisau yang dipasang dengan jarak yang seragam pada bidang yang dapat berputar sehingga dapat memotong berlawanan dengan pisau yang dipasang tetap pada kerangka (Syarief & Nugroho, 1992). Jarak antara pisau dinamis dan statis yang relatif sempit dan dengan ditempatkannya lubang saringan di bagian bawah menyebabkan aksi pengguntingan biji kakao pascasangrai secara berurutan menjadi lebih efektif dari pada aksi tekanan atau benturan. Syarief & Nugroho (1992) melaporkan bahwa batas ukuran distribusi partikel bahan pangan berupa tepung adalah ukuran partikel yang terbesar atau terkecil. Perubahan distribusi ukuran partikel keping biji kakao pascasangrai dari perlakuan kecepatan putar pisau putar 500 rpm; 700 rpm dan 900 rpm masing-masing ditampilkan pada Gambar 2, 3, dan 4. Pada kecepatan putar blower sentrifugal yang sama, dengan semakin cepat putaran pisau rotari yang digunakan, maka ukuran partikel keping biji kakao pascasangrai akan semakin mengecil. Pada kecepatan putar pisau rotari 500 rpm, 70 80% keping biji kakao pascasangrai tertahan di saringan 9 mesh, atau memiliki ukuran diameter lebih besar dari 2 mm dan lebih kecil dari 4,75 mm (Gambar 2). Pengecilan ukuran telah terjadi dengan perubahan kecepatan putar menjadi 700 rpm, dan 78

12 Pengaruh penggilingan biji kakao pascasangrai terhadap perubahan distribusi ukuran keping biji Parameter yang diukur meliputi kecepatan putar silinder pemecah, berat bahan yang diumpankan maupun produk pemecahan dan pemisahan, serta kecepatan aliran udara penghembus. Analisis Teknis Perubahan distribusi dan ukuran partikel keping biji kakao pascasangrai hasil proses penggilingan diukur dengan menggunakan seperangkat saringan Tyler dengan ukuran lubang saringan 32 mesh (0,5 mm), 24 mesh (0,71 mm), 9 mesh (2 mm), dan 4 mesh (4,75 mm). Dalam melakukan analisis, seperangkat saringan standar disusun secara deret dalam suatu tumpukan. Saringan dengan anyaman paling rapat ditempatkan paling bawah, sedangkan anyaman paling besar ditempatkan paling atas. Contoh keping biji kakao hasil proses penggilingan sebanyak 200 g dimasukkan ke dalam saringan paling atas dan saringan diguncangkan secara mekanis selama 15 menit. Partikel yang tertahan pada setiap saringan dikumpulkan dan ditimbang, dan keping biji kakao pascasangrai pada setiap saringan yang tertinggal tersebut dikonversikan menjadi fraksi massa atau persen massa dari contoh bahan secara keseluruhan. Setiap perlakuan dilakukan ulangan penyaringan contoh keping biji kakao pasca sangrai sebanyak 3 kali. Ulangan penyaringan dilakukan untuk mengetahui konsistensi sebaran fraksi massa yang tertinggal di setiap saringan, dan data yang digunakan merupakan rerata dari jumlah ulangan tersebut. Data yang diperoleh dianalisis untuk menentukan perubahan distribusi dan ukuran partikel keping biji kakao pascasangrai, rerata diameter geometris partikel (d g ), indeks keseragaman, derajat kehalusan (fineness modulus), dan dimensi rerata partikel. Analisis data berpedoman pada ASAE S319.3 (1998), dan Henderson & Perry (1976). Tolok Ukur Perubahan karakteristik fisik keping biji kakao pascasangrai karena perlakuan kecepatan putar pisau rotari (rpm), dan kecepatan putar kipas sentrifugal (m/detik) ditentukan dengan menggunakan beberapa parameter sebagai berikut : 1. Distribusi ukuran partikel Perubahan distribusi ukuran partikel keping biji kakao pascasangrai ditentukan dengan menggunakan beberapa saringan Tyler dengan ukuran lubang saringan 32 mesh (0,5 mm), 24 mesh (0,71 mm), 9 mesh (2 mm), dan 4 mesh (4,75 mm). Banyaknya keping biji kakao yang tertinggal pada masingmasing saringan ditampilkan dalam satuan persen (%) pada sumbu y, sedangkan pada sumbu x merupakan ukuran saringan (mesh). 2. Rerata diameter geometris partikel Rerata dimensi geometris partikel (d g ) ditentukan dengan persamaan sebagai berikut ASAE S319.3 (1998) : d g 10. Wi.log di Wi 77

13 Widyotomo, Sri-Mulato dan Suharyanto Aliran udara maksimum : 8,5 m 3 /min pada tekanan 780 Pa melalui diameter pipa 50 mm. Mesin dioperasikan dalam tiga level kecepatan putar pisau rotari, yaitu 500 rpm, 700 rpm, dan 900 rpm, masing-masing dikenakan dengan tiga level kecepatan aliran udara untuk memisahkan kulit dari keping biji, yaitu 2,7 m/detik; 2,75 m/detik, dan 2,8 m/detik. Ulangan pemecahan biji dan pemisahan kulit untuk masing-masing perlakuan tersebut di atas dilakukan sebanyak 3 kali. Tabel 1 menunjukkan matriks penandaan perlakuan pemecahan biji dan pemisahan kulit kakao. Tabel 1. Table 1. Matrik penandaan perlakuan pemecahan dan pemisahan kulit kakao Sign matrix for several milling process treatments Kecepatan aliran udara, m/detik Air flow, m/s Kecepatan putar pisau rotari (Rotation speed), rpm A 1 B 1 C A 2 B 2 C A 3 B 3 C 3 Biji kakao seragam Cacao Cocoa beans uniform (kadar air, dan ukuran) (moisture content, and size) Kadar air (moisture content) 6-7% Klas mutu (quality class ): C Sangrai (roasting) (suhu (temperature) C, waktu (time) min) Kadar air (moisture content) 2,5-3% Putaran blower (blower speed) 2.7 m/det (m/s) 2.75 m/det (m/s) 2.8 m/det (m/s) Mesin pemecah biji dan pemisah kulit kakao (Cocoa (Cacao desheller) Putaran pisau rotari (rotation speed) 500 rpm 700 rpm 900 rpm Serpihan kepingan biji (cacao (Cocoa cotyledon crumbed) Serpihan kulit (shell crumbed) ANALISIS (ANALYSIS) Distribusi ukuran (size distribution ) Diameter geometrik (geometric diameter) Fineness modulus Dimensi rerata (average dimension) Indeks keseragaman (Uniformity index) Gambar 1. Figure 1. Urutan percobaan penggilingan dan parameter yang diukur. Experimental procedure and the experimental parameters measured. 76

14 Pengaruh penggilingan biji kakao pascasangrai terhadap perubahan distribusi ukuran keping biji sebagai metoda analisis distribusi ukuran partikel secara kasar karena prosedur analitik dan konsep dasarnya mudah (Hayashi et al., 1969). Untuk menggolongkan bahan dalam kisaran saringan digunakan metode pemisahan atau pengayakan dengan satu unit seri saringan Tyler. Dasar ukuran lubang adalah saringan 200 mesh, dan setiap lubang merupakan 2 atau kali besar lubang dari saringan yang terdahulu. Bentuk lubang bujur sangkar, ukuran lubang adalah dimensi dari satu sisinya (Henderson & Perry, 1976; McCabe et al., 1999). Partikel yang tertahan pada setiap saringan dikumpulkan dan ditimbang, dan massa pada setiap saringan yang tertinggal tersebut dikonversikan menjadi fraksi massa atau persen massa dari contoh bahan secara keseluruhan (McCabe et al., 1999). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh proses penggilingan terhadap berbagai perubahan sifat karakteristik keping biji kakao pascasangrai, yaitu perubahan distribusi ukuran partikel keping biji, rerata diameter geometrik partikel, indeks keseragaman, derajat kehalusan (fineness modulus), dan dimensi reratanya. BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Pengolahan Hasil dan Rekayasa Alat dan Mesin Pengolahan Kopi dan Kakao, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia menggunakan bahan berupa biji kakao dari jenis lindak (bulk cocoa) kering yang diperoleh dari Kebun Percobaan Kaliwining, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Biji kakao kering memiliki kisaran kadar air antara 6 7% b.b (basis basah), dan setelah disortasi diperoleh biji kakao dengan sifat yang mendekati seragam serta masuk dalam klasifikasi mutu C, yaitu terdiri biji per 100 g biji kakao kering, menurut klasifikasi DSN (2002). Sebelum proses pemecahan biji dan pemisahan kulit dari komponen keping biji, biji kakao tersebut disangrai terlebih dahulu dengan menggunakan mesin sangrai biji kakao tipe silinder pada kisaran suhu O C selama menit sampai diperoleh tingkat kematangan yang relatif seragam pada kisaran kadar air 2,5 3%. Analisis dilakukan pada bahan yang keluar dari corong keluaran pertama yang didominasi oleh serpihan keping biji kakao (Widyotomo et al., 2005). Peralatan dan mesin yang digunakan dalam penelitian ini adalah mesin pemecah dan pemisah kulit tipe pisau rotari (rotary cutter) beserta perlengkapannya (Widyotomo et al., 2005), alat ukur kadar air, alat ukur kecepatan putar (tachometer), alat ukur kecepatan aliran udara (anemometer), ayakan Tyler, timbangan digital dengan beban maksimum 50 kg, timbangan analitik, dan beberapa peralatan bantu lainnya. Mesin pemecah dan pemisah kulit tipe pisau rotari memiliki spesifikasi sebagai berikut (Widyotomo et al., 2005) : Kapasitas kerja : kg/jam Penggerak : motor listrik 2 HP, 220 V, fase tunggal Sistem transmisi : pulley dan sabuk karet profil V Unit pemisah kulit (shell) : blower sentrifugal Penggerak : motor listrik 370 W, 220 V 75

15 Widyotomo, Sri-Mulato dan Suharyanto kelemahan mendasar dari proses pemecahan dan pemisahan biji secara tradisional tersebut adalah persentase keping biji dan kulit hancur sangat besar sehingga menyulitkan proses pemisahan antara kedua komponen tersebut, dan terjadi proses pengerakan di dasar lumpang karena adanya tekanan alat penumbuk yang kontinyu sehingga berakibat pada menurunnya efektivitas pemecahan (Henderson & Perry, 1976). Hasil dari penerapan metode tradisional mengakibatkan tidak tercapainya tujuan sesungguhnya dari proses pemecahan dan pemisahan kulit. Kulit biji kakao tidak cocok untuk dikonsumsi oleh manusia karena memiliki kandungan selulosa yang cukup tinggi sehingga dapat mengakibatkan rasa pedih. Tingginya kadar kulit dapat menyebabkan flavor produk akhir makanan maupun minuman cokelat yang dihasilkan juga menurun. Beckett (2000) melaporkan bahwa kadar kulit (shell) maksimum di dalam pasta cair (cocoa liquor) siap olah menjadi produk makanan cokelat adalah 1,75%. Sebagaimana yang terjadi pada industri kopi bubuk, industri makanan dan minuman cokelat skala besar umumnya juga didukung oleh manajemen, modal dan sumberdaya manusia yang memadai, sehingga industri golongan ini mampu membeli peralatan dan mesin pengolahan produk impor dengan teknologi tinggi. Introduksi peralatan dan mesin pengolahan makanan dan minuman cokelat produk impor ke petani kakao Indonesia memiliki beberapa kelemahan, di antaranya muatan teknologi tinggi yang tidak sepadan dengan kondisi rendahnya tingkat Sumber Daya Manusia dari petani kakao Indonesia sehingga berakibat pada kendala operasional dan perawatan. Jika terjadi kerusakan, komponen suku cadang sulit diperoleh dan harga relatif mahal karena harus didatangkan dari negara produsen, sehingga proses produksi menjadi tidak efisien, karena umumnya mesin dirancang untuk kapasitas produksi yang besar (Sri-Mulato, 2002). Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia telah merancangbangun mesin pemecah biji dan pemisah kulit kakao pasca sangrai tipe pisau rotari (rotary cutter) yang cocok dan terjangkau oleh pengusaha kecil, baik secara teknologi maupun harga. Mesin pemecah dan pemisah kulit ini merupakan salah satu mesin yang dugunakan dalam rangkaian peralatan dan mesin pengolahan untuk menghasilkan minuman dan makanan cokelat. Hasil pengujian menunjukkan bahwa mesin memiliki kinerja yang baik, 94,5% produk keping biji yang dihasilkan dapat langsung digunakan sebagai bahan baku pengolahan cokelat, dan memiliki mutu produk akhir yang dapat diterima konsumen (Widyotomo et al., 2005). Penelitian yang mempelajari pengaruh proses penggilingan terhadap perubahan distribusi ukuran partikel tepung iles-iles telah dilakukan, Widyotomo et al. (2004) melaporkan bahwa pengecilan ukuran dengan prinsip penumbukan mengakibatkan kristal glukomanan yang dihasilkan pecah dan terkikis. Telaahan perubahan karakteristik keping biji kakao pascasangrai produk pengecilan ukuran menggunakan penggiling pisau putar akan dilakukan pada penelitian ini. Unit pengecil ukuran yang digunakan adalah mesin pemecah biji dan pemisah kulit kakao pascasangrai tipe pisau rotari (rotary cutter). Metoda saringan akan digunakan 74

16 Pengaruh penggilingan biji kakao pascasangrai terhadap perubahan distribusi ukuran keping biji Summary One of important steps in secondarycocoa process is deshelling cocoa beans roasted. The aim of deshelling is to enrich cotyledon cocoa surface area which affects to reduce energy and processing time with good quality of the chocolate product. The objective of this research is to study the influence of milling process on physical characteristic change of cocoa beans roasted such as size distribution change, geometrical diameter average, uniformity index, fineness modulus, and average dimension of cotyledoncocoa roasted. The Indonesian Coffee and Cocoa Research Institute has designed and tested deshelling of roasted cocoa beans which will be used in this research. Before deshelling process, C grade bulk cocoa beans has been roasted up to 2.5 3% water contents. The result showed that optimal milling process by rotary cutter type milling unit has good size distribution change, geometrical diameter average, uniformity index, fineness modulus, and average dimension on 500 rpm rotary speed and 2.8 m/s air flow. On optimal process condition, 74.5% of cocoa cotyledon roasted has diameter size between mm, mm average of geometrical diameter, mm average dimension, fineness modulus, and 80% as crude size particel-20% as temperate size particel on uniformity index. Therefore, more than 80% of cocoa cotyledon roasted has diameter size between mm with rpm rotary cutter speed. Average of geometric diameter was mm, and the dimension average was mm. Uniformity index was crude size particle up to 80 90%, and in temperate size particle10 20%. Fineness modulus value was Key words : cocoa, milling, size distribution, roasted beans. PENDAHULUAN Pengertian istilah pengecilan ukuran mencakup proses pemotongan, penggilingan dan penumbukan. Pengecilan ukuran dilakukan dengan cara mekanis tanpa mengubah sifat-sifat bahan kimia yang terkandung di dalam bahan tersebut (Henderson & Perry, 1976). Pemecahan biji dan pemisahan kulit (shell) dari keping biji (nib) kakao pascasangrai merupakan salah satu tahap pengolahan hilir kakao yang sangat menentukan mutu akhir produk makanan maupun minuman cokelat (Lopez & Donald, 1981). Pemecahan dan pemisahan kulit kakao bertujuan untuk memperbesar luas permukaan hancuran keping biji sehingga pada saat perlakuan pengempaan dengan bantuan pemanas massa kakao akan menerima panas yang lebih banyak dan seragam (Sri-Mulato et.al, 2005). Selain itu, proses pelumatan massa keping biji menjadi pasta cokelat akan lebih mudah, energi yang dibutuhkan relatif lebih kecil, dan waktu proses lebih singkat. Umumnya, petani kakao melakukan tahapan pemecahan biji dengan cara penumbukan menggunakan lumpang yang terbuat dari batu atau tanah liat, sedangkan proses pemisahan kulit (shell) dari keping biji dilakukan secara manual dengan menggunakan tampah, yaitu nampan berbentuk lingkaran yang dibuat dari anyaman bambu. Selain produktivitas kerja yang rendah, 73

17 Pelita Perkebunan 2007, 23(1), Widyotomo, Sri-Mulato dan Suharyanto Pengaruh Penggilingan Biji Kakao Pascasangrai Terhadap Perubahan Distribusi Ukuran Keping Biji Influence of Milling Process of Roasted Cocoa Beans on Size Distribution Change of Cocoa Cotyledon Sukrisno Widyotomo, Sri-Mulato dan Edi Suharyanto 1) Ringkasan Pemecahan biji dan pemisahan kulit (shell) dari keping biji (nib) kakao pascasangrai merupakan salah satu tahap pengolahan hilir kakao yang sangat menentukan mutu akhir produk makanan maupun minuman cokelat. Tujuan pemecahan dan pemisahan kulit kakao adalah untuk memperbesar luas permukaan hancuran keping biji, sehingga energi dan waktu proses dapat ditekan serendah mungkin dengan mutu produk yang dihasilkan lebih maksimal. Telaahan perubahan karakteristik fisik keping biji kakao pascasangrai produk pengecilan ukuran menggunakan penggiling pisau rotari akan dilakukan pada penelitian ini. Unit pengecil ukuran yang digunakan adalah mesin pemecah biji dan pemisah kulit kakao pascasangrai tipe pisau rotari (rotary cutter). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh proses penggilingan terhadap berbagai perubahan sifat karakteristik keping biji kakao pascasangrai, yaitu perubahan distribusi ukuran partikel keping biji, rerata diameter geometris partikel, indeks keseragaman, derajat kehalusan, dan dimensi reratanya. Bahan penelitian yang digunakan adalah biji kakao lindak klas mutu C yang telah disangrai dengan kadar air antara 2,5 3%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan kecepatan putar 500 rpm dan aliran udara 2,8 m/detik memberikan nilai perubahan distribusi ukuran, rerata diameter geometris, indeks keseragaman, derajat kehalusan, dan dimensi rerata yang terbaik. Pada kondisi operasi tersebut, 74,5% keping biji kakao pascasangrai memiliki ukuran diameter lebih besar dari 2 mm dan lebih kecil dari 4,75 mm. Nilai rerata diameter geometris, dimensi rerata, derajat kehalusan, dan indeks keseragaman masing-masing 2,119 mm; 0,864 mm; 3,052 mm, dengan 80% berupa partikel kasar, dan 20% berupa partikel berukuran sedang. Pada kecepatan putar 700 rpm dan 900 rpm, lebih dari 80% keping biji kakao pascasangrai memiliki ukuran diameter lebih besar dari 2 mm dan lebih kecil dari 4,75 mm. Nilai rerata diameter geometris dan dimensi rerata keping biji kakao masing-masing antara 1,65 2,19 mm dan 0,69 0,89 mm. Indeks keseragaman keping biji kakao hasil penggilingan adalah 80 90% berupa partikel kasar, dan 10 20% berupa partikel berukuran sedang. Derajat kehalusan keping biji kakao hasil penggilingan antara 2,73 3,09. 1) Peneliti, Ahli Peneliti dan Teknisi (Researcher, Senior Researcher and Technision); Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. P.B. Sudirman 90, Jember 68118, Indonesia. 72

Kinerja Mesin Pemecah Biji dan Pemisah Kulit Kakao Pascasangrai Tipe Pisau Putar

Kinerja Mesin Pemecah Biji dan Pemisah Kulit Kakao Pascasangrai Tipe Pisau Putar Pelita Perkebunan 2005, 21(3), 184 199 Widyotomo, Sri-Mulato dan Suharyanto Kinerja Mesin Pemecah Biji dan Pemisah Kulit Kakao Pascasangrai Tipe Pisau Putar Performance of Rotary Cutter Type Breaking Machine

Lebih terperinci

Yusianto (2003). Karakteristik fisik dan cita rasa kopi hasil penyangraian sistem pemanasan langsung. Pelita Perkebunan,

Yusianto (2003). Karakteristik fisik dan cita rasa kopi hasil penyangraian sistem pemanasan langsung. Pelita Perkebunan, Kinerja pembubuk mekanis tipe piringan (disk milk) untuk proses pengecilan ukuran biji kopi Robusta pascasangrai Sulistyowati (2002). Beberapa bentuk penyajian seduhan kopi. Warta Pusat Penelitian Kopi

Lebih terperinci

OPTIMASI PEMISAHAN KULIT DAN NIB KAKAO PASCA PENYANGRAIAN DENGAN MESIN PEMISAH TIPE PISAU PUTAR (Rotary Cutter) SKRIPSI

OPTIMASI PEMISAHAN KULIT DAN NIB KAKAO PASCA PENYANGRAIAN DENGAN MESIN PEMISAH TIPE PISAU PUTAR (Rotary Cutter) SKRIPSI OPTIMASI PEMISAHAN KULIT DAN NIB KAKAO PASCA PENYANGRAIAN DENGAN MESIN PEMISAH TIPE PISAU PUTAR (Rotary Cutter) SKRIPSI Diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi syarat-syarat untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Anonim Pedoman Teknologi Kakao. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Jember.

DAFTAR PUSTAKA. Anonim Pedoman Teknologi Kakao. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Jember. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1995. Pedoman Teknologi Kakao. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Anonim. 2002a. Rekayasa Alat dan Mesin Pemasta Coklat Sebagai Upaya Diversifikasi Produk Kakao. Laporan Penelitian

Lebih terperinci

UJI KINERJA MESIN SANGRAI TIPE SILINDER HARISONTAL BERPUTAR UNTUK PENYANGRAIAN BIJI KAKAO UNDER GRADE SKRIPSI SITI AZIZAH NIM.

UJI KINERJA MESIN SANGRAI TIPE SILINDER HARISONTAL BERPUTAR UNTUK PENYANGRAIAN BIJI KAKAO UNDER GRADE SKRIPSI SITI AZIZAH NIM. UJI KINERJA MESIN SANGRAI TIPE SILINDER HARISONTAL BERPUTAR UNTUK PENYANGRAIAN BIJI KAKAO UNDER GRADE SKRIPSI Oleh SITI AZIZAH NIM. 001710201023 JURUSAN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Mesin pemecah biji dan pemisah kulit kakao - Syarat mutu dan metode uji

Mesin pemecah biji dan pemisah kulit kakao - Syarat mutu dan metode uji Standar Nasional Indonesia Mesin pemecah biji dan pemisah kulit kakao - Syarat mutu dan metode uji ICS 65.060.50 Badan Standardisasi Nasional BSN 2013 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan

Lebih terperinci

UJI KINERJA MESIN SANGRAI TIPE SILINDER HARISONTAL BERPUTAR UNTUK PENYANGRAIAN BIJI KAKAO UNDER GRADE SKRIPSI SITI AZIZAH NIM.

UJI KINERJA MESIN SANGRAI TIPE SILINDER HARISONTAL BERPUTAR UNTUK PENYANGRAIAN BIJI KAKAO UNDER GRADE SKRIPSI SITI AZIZAH NIM. UJI KINERJA MESIN SANGRAI TIPE SILINDER HARISONTAL BERPUTAR UNTUK PENYANGRAIAN BIJI KAKAO UNDER GRADE SKRIPSI Oleh SITI AZIZAH NIM. 001710201023 JURUSAN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ABSTRAK. penting dalam penentuan kualitas dari tepung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari hubungan matematis

ABSTRAK. penting dalam penentuan kualitas dari tepung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari hubungan matematis PEMODELAN PADA PROSES PENGERINGAN MEKANIS TEPUNG KASAVA DENGAN MENGGUNAKAN PNEUMATIC DRYER: HUBUNGAN FINENESS MODULUS DENGAN VARIABEL PROSES PENGERINGAN Modelling on Mechanical Cassava Flour Drying Process

Lebih terperinci

12/17/2012 SIZE REDUCTION (PENGECILAN UKURAN) Karakteristik Ukuran. Ukuran yang digunakan dinyatakan dengan mesh maupun mm.

12/17/2012 SIZE REDUCTION (PENGECILAN UKURAN) Karakteristik Ukuran. Ukuran yang digunakan dinyatakan dengan mesh maupun mm. SIZE REDUCTION (PENGECILAN UKURAN) Merupakan pengecilan secara mekanis tanpa mengubah sifat-sifat kimia dari bahan Pengecilan ukuran meliputi pemotongan, penghancuran, dan penggilingan Dewi Maya Maharani

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penanganan Awal Kacang Tanah Proses pengupasan kulit merupakan salah satu proses penting dalam dalam rangkaian proses penanganan kacang tanah dan dilakukan dengan maksud untuk

Lebih terperinci

Lampiran 3. Pengawasan proses dan kontrol mutu pada pengolahan biji kakao.

Lampiran 3. Pengawasan proses dan kontrol mutu pada pengolahan biji kakao. Lampiran 3. Pengawasan proses dan kontrol mutu pada pengolahan biji kakao. Tabel 33. Pengawasan proses dan kontrol mutu pengolahan biji kakao Tahapan proses Proses kontrol Nilai Kontrol mutu Bahan baku

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PENGOLAHAN PRIMER DAN SEKUNDER BIJI KAKAO

TEKNOLOGI PENGOLAHAN PRIMER DAN SEKUNDER BIJI KAKAO TEKNOLOGI PENGOLAHAN PRIMER DAN SEKUNDER BIJI KAKAO Biji kakao merupakan biji dari buah tanaman kakao (Theobroma cacao LINN) yang telah difermentasi, dibersihkan dan dikeringkan. Lebih dari 76% kakao yang

Lebih terperinci

UJI BEDA UKURAN MESH TERHADAP MUTU PADA ALAT PENGGILING MULTIFUCER

UJI BEDA UKURAN MESH TERHADAP MUTU PADA ALAT PENGGILING MULTIFUCER UJI BEDA UKURAN MESH TERHADAP MUTU PADA ALAT PENGGILING MULTIFUCER (Test of Different Mesh Size on the Quality of Coffee Bean In Multifucer Grinder) Johanes Panggabean 1, Ainun Rohanah 1, Adian Rindang

Lebih terperinci

Kinerja Alat Kempa Hidrolik Sistem Terputus Untuk Proses Ekstraksi Lemak Kakao

Kinerja Alat Kempa Hidrolik Sistem Terputus Untuk Proses Ekstraksi Lemak Kakao Pelita Perkebunan 2008, 24 (1), 62 79 Sri-Mulato, Widyotomo, dan Purwadaria Kinerja Alat Kempa Hidrolik Sistem Terputus Untuk Proses Ekstraksi Lemak Kakao Performance of a Batch System Hydrolic Press for

Lebih terperinci

Kinerja Mesin Pengupas Kulit Buah Kopi Basah Tipe Tiga Silinder Horisontal

Kinerja Mesin Pengupas Kulit Buah Kopi Basah Tipe Tiga Silinder Horisontal Pelita Perkebunan 2011, 27(1), 36 54 Widyotomo et al. Kinerja Mesin Pengupas Kulit Buah Kopi Basah Tipe Tiga Silinder Horisontal Performance of a Horizontal Triple Cylinder Type Pulping Machine Sukrisno

Lebih terperinci

Widyotomo et al. Kinerja Mesin Pengupas Kulit Buah Kopi Basah Tipe Tiga Silinder Horisontal

Widyotomo et al. Kinerja Mesin Pengupas Kulit Buah Kopi Basah Tipe Tiga Silinder Horisontal Pelita Perkebunan 2011, 27(1), 36 54 Widyotomo et al. Kinerja Mesin Pengupas Kulit Buah Kopi Basah Tipe Tiga Silinder Horisontal Performance of a Horizontal Triple Cylinder Type Pulping Machine Sukrisno

Lebih terperinci

SIZE REDUCTION. Pengecilan ukuran

SIZE REDUCTION. Pengecilan ukuran SIZE REDUCTION RYN Pengecilan ukuran Merupakan pengecilan secara mekanis tanpa mengubah sifat-sifat kimia dari bahan Pengecilan ukuran meliputi pemotongan, penghancuran, dan penggilingan 1 Tujuan pengecilan

Lebih terperinci

Kinerja Mesin Sortasi Biji Kopi Tipe Meja Getar

Kinerja Mesin Sortasi Biji Kopi Tipe Meja Getar Pelita Perkebunan 2005, 21(1), 55-72 Kinerja mesin sortasi biji kopi tipe meja getar Kinerja Mesin Sortasi Biji Kopi Tipe Meja Getar Performance of a Table Vibration Type Coffee Grading Machine Sukrisno

Lebih terperinci

Optimasi Mesin Sangrai Tipe Silinder Horizontal untuk Penyangraian Biji Kakao

Optimasi Mesin Sangrai Tipe Silinder Horizontal untuk Penyangraian Biji Kakao Pelita Perkebunan 2006, 22(2), 136 158 Widyotomo, Sri-Mulato dan Suharyanto Optimasi Mesin Sangrai Tipe Silinder Horizontal untuk Penyangraian Biji Kakao Optimizing of a Horizontal Cylinder Type Cocoa

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE A. WAKTU DAN TEMPAT Penelitian mengenai penegempaan kakao ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober 2006. Sedangkan tempat penelitiannya berlokasi di Pusat Penelitian

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK FISIK BUBUK KOPI ARABIKA HASIL PENGGILINGAN MEKANIS DENGAN PENAMBAHAN JAGUNG DAN BERAS KETAN

KARAKTERISTIK FISIK BUBUK KOPI ARABIKA HASIL PENGGILINGAN MEKANIS DENGAN PENAMBAHAN JAGUNG DAN BERAS KETAN KARAKTERISTIK FISIK BUBUK KOPI ARABIKA HASIL PENGGILINGAN MEKANIS DENGAN PENAMBAHAN JAGUNG DAN BERAS KETAN PHYSICAL CHARACTERISTICS OF ARABICA COFFEE POWDER WITH ADDITION OF CORN AND STICKY RICE MILLED

Lebih terperinci

Agros Vol.17 No.2, Juli 2015: ISSN

Agros Vol.17 No.2, Juli 2015: ISSN Agros Vol.17 No.2, Juli 2015: 173-178 ISSN 1411-0172 PENGKAJIAN PENGOLAHAN BIJI KAKAO GAPOKTAN LINTAS SEKAYAM SANGGAU KALIMANTAN BARAT ASSESSMENT OF CACAO SEEDS OF GAPOKTAN AT LINTAS SEKAYAM SANGGAU WEST

Lebih terperinci

Optimasi Mesin Sortasi Biji Kopi Tipe Meja Konveyor untuk Meningkatkan Kinerja Sortasi Manual

Optimasi Mesin Sortasi Biji Kopi Tipe Meja Konveyor untuk Meningkatkan Kinerja Sortasi Manual Pelita Perkebunan Optimasi 26, 22 mesin (1), sortasi 57 75biji kopi tipe meja konveyor untuk meningkatkan kinerja sortasi manual Optimasi Mesin Sortasi Biji Kopi Tipe Meja Konveyor untuk Meningkatkan Kinerja

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN

IV. PENDEKATAN DESAIN IV. PENDEKATAN DESAIN A. Kriteria Desain Alat pengupas kulit ari kacang tanah ini dirancang untuk memudahkan pengupasan kulit ari kacang tanah. Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa proses pengupasan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei Juni 2014 di Desa Lehan Kecamatan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei Juni 2014 di Desa Lehan Kecamatan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei Juni 2014 di Desa Lehan Kecamatan Bumi Agung Kabupaten Lampung Timur dan Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PERLAKUAN MEKANIK GRINDING & SIZING

LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PERLAKUAN MEKANIK GRINDING & SIZING LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PERLAKUAN MEKANIK GRINDING & SIZING Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Laporan Praktikum Proses Pemisahan & Pemurnian Dosen Pembimbing : Ir. Ahmad Rifandi, MSc 2 A TKPB Kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan komoditas sektor perkebunan yang cukup strategis di. Indonesia. Komoditas kopi memberikan kontribusi untuk menopang

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan komoditas sektor perkebunan yang cukup strategis di. Indonesia. Komoditas kopi memberikan kontribusi untuk menopang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi merupakan komoditas sektor perkebunan yang cukup strategis di Indonesia. Komoditas kopi memberikan kontribusi untuk menopang perekonomian nasional dan menjadi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2016 di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Bahan

Lebih terperinci

Kinerja Pengupas Kulit Buah Kopi Segar Tipe Silinder Ganda Horizontal

Kinerja Pengupas Kulit Buah Kopi Segar Tipe Silinder Ganda Horizontal Pelita Perkebunan 2009, 25(1), 56 76 Widyotomo, Sri-Mulato, Ahmad, dan Soekarno Kinerja Pengupas Kulit Buah Kopi Segar Tipe Silinder Ganda Horizontal Performance of a Horizontal Double Cylinder Type of

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mortar Menurut SNI 03-6825-2002 mortar didefinisikan sebagai campuran material yang terdiri dari agregat halus (pasir), bahan perekat (tanah liat, kapur, semen portland) dan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Hampir 60% produksi kakao berasal dari pulau Sulawesi yakni

I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Hampir 60% produksi kakao berasal dari pulau Sulawesi yakni I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang Masalah, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Mortar Mortar didefinisikan sebagai campuran material yang terdiri dari agregat halus (pasir), bahan perekat (tanah liat, kapur, semen portland) dan air dengan komposisi tertentu

Lebih terperinci

LAMPIRAN I DATA PENGAMATAN. 1. Data Uji Kinerja Alat Penepung dengan Sampel Ubi Jalar Ungu

LAMPIRAN I DATA PENGAMATAN. 1. Data Uji Kinerja Alat Penepung dengan Sampel Ubi Jalar Ungu LAMPIRAN I ATA PENGAMATAN. ata Uji Kinerja Alat Penepung dengan Sampel Ubi Jalar Ungu Berikut merupakan tabel data hasil penepungan selama pengeringan jam, 4 jam, dan 6 jam. Tabel 8. ata hasil tepung selama

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Desember 2013 di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Desember 2013 di BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Desember 2013 di Laboratorium Daya dan Alat, Mesin Pertanian, dan Laboratorium Rekayasa Bioproses

Lebih terperinci

STUDI PERLAKUAN PANAS PADA ALAT PENGUPAS KULIT GELONDONG UNTUK BIJI KOPI (Coffea sp.) Renny Eka Putri, Mislaini dan Andri Syaputra 1 1) ABSTRAK

STUDI PERLAKUAN PANAS PADA ALAT PENGUPAS KULIT GELONDONG UNTUK BIJI KOPI (Coffea sp.) Renny Eka Putri, Mislaini dan Andri Syaputra 1 1) ABSTRAK STUDI PERLAKUAN PANAS PADA ALAT PENGUPAS KULIT GELONDONG UNTUK BIJI KOPI (Coffea sp.) 1 1) Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Andalas Limau Manis, Pauh, Sumatera Barat

Lebih terperinci

A. Tahapan Proses Pembuatan Coklat

A. Tahapan Proses Pembuatan Coklat A. Tahapan Proses Pembuatan Coklat 1. Penyortiran / Penyiapan Bahan Penyiapan bahan dimulai dari tahap pemisahan biji kakao yang akan diolah dari biji-biji muda, kotoran dan benda-benda asing lain, serta

Lebih terperinci

1 PENGGUNAAN SISTEM PEMANAS DALAM PENGEMBANGAN ALAT PENGUPAS KULIT ARI KACANG TANAH Renny Eka Putri *), Andasuryani, Santosa, dan Riki Ricardo Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas

Lebih terperinci

PEMISAHAN MEKANIS (mechanical separations)

PEMISAHAN MEKANIS (mechanical separations) PEMISAHAN MEKANIS (mechanical separations) sedimentasi (pengendapan), pemisahan sentrifugal, filtrasi (penyaringan), pengayakan (screening/sieving). Pemisahan mekanis partikel fluida menggunakan gaya yang

Lebih terperinci

Metode penyiapan secara kering contoh tanah terganggu dan tanah-agregat untuk pengujian

Metode penyiapan secara kering contoh tanah terganggu dan tanah-agregat untuk pengujian Standar Nasional Indonesia SNI 1975:2012 Metode penyiapan secara kering contoh tanah terganggu dan tanah-agregat untuk pengujian ICS 13.080.20; 91.100.15 Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN PROSES PENGOLAHAN COKELAT BUBUK DAN PERMEN COKELAT DI PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA JENGGAWAH-JEMBER LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN Oleh: Go Deddy Satria Gunawan 6103008041

Lebih terperinci

PERUBAHAN NILAI DESORPSI PRODUK KAKAO FERMENTASI PADA BERBAGAI SUHU DAN KELEMBABAN

PERUBAHAN NILAI DESORPSI PRODUK KAKAO FERMENTASI PADA BERBAGAI SUHU DAN KELEMBABAN PERUBAHAN NILAI DESORPSI PRODUK KAKAO FERMENTASI PADA BERBAGAI SUHU DAN KELEMBABAN Sri Widata Dosen DPK Pada Politeknik LPP Yogyakarta E-mail: swidhata@yahoo.co.id ABSTRAK Kakao merupakan produk yang dapat

Lebih terperinci

ALAT PEMISAH BIJI KAKAO SEDERHANA DITINJAU DARI SEGI KUALITAS DAN KAPASITAS HASIL

ALAT PEMISAH BIJI KAKAO SEDERHANA DITINJAU DARI SEGI KUALITAS DAN KAPASITAS HASIL ALAT PEMISAH BIJI KAKAO SEDERHANA DITINJAU DARI SEGI KUALITAS DAN KAPASITAS HASIL 1. Pendahuluan Kabupaten Donggala merupakan produsen kakao utama untuk propinsi Sulawesi Tengah. Luas pertanaman kakao

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Industri Pakan, Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan dan Laboratorium Nutrisi Ternak Perah, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi

Lebih terperinci

ANALISIS MESIN PEMOTONG BAGIAN ATAS GELAS PLASTIK

ANALISIS MESIN PEMOTONG BAGIAN ATAS GELAS PLASTIK ANALISIS MESIN PEMOTONG BAGIAN ATAS GELAS PLASTIK Qomaruddin 1), Eko Darmanto 2) 1) Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muria Kudus Gondangmanis, PO Box 53, Bae, Kudus 59352 2) Program

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Tinjauan Umum Pelaksanaan penelitian ini dimulai dari tahap perencanaan, teknis pelaksanaan, dan pada tahap analisa hasil, tidak terlepas dari peraturan-peraturan maupun referensi

Lebih terperinci

BAHAN PENYEGAR. Definisi KAKAO COCOA & CHOCOLATE COKLAT 10/27/2011

BAHAN PENYEGAR. Definisi KAKAO COCOA & CHOCOLATE COKLAT 10/27/2011 KAKAO BAHAN PENYEGAR COKLAT COCOA & CHOCOLATE Definisi Kakao : biji coklat yang belum mengalami pengolahan dan kadar air masih tinggi (>15%) Cocoa : biji coklat yang sudah dikeringkan dengan kadar air

Lebih terperinci

PENGERING UNTUK BAHAN BERBENTUK PADATAN

PENGERING UNTUK BAHAN BERBENTUK PADATAN PENGERING UNTUK BAHAN BERBENTUK PADATAN PARTIKULAT DAN BUTIRAN Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa akan dapat menjelaskan alat pengeringan yang digunakan untuk bahan

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PERANCANGAN MESIN

BAB 5 HASIL PERANCANGAN MESIN BAB 5 HASIL PERANCANGAN MESIN 5.1 Pelaksanaan Pembuatan Mesin 1. Tahap awal dalam pembuatan mesin adalah pembuatan rangka mesin, bodi mesin, pembubutan poros pemegang mata pisau pengupas, pembuatan mata

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Umum Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Beton Fakultas Teknik Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara. Metode campuran beton yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS)

Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS) Standar Nasional Indonesia Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS) ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian

Lebih terperinci

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao PENDAHULUAN Pengolahan hasil kakao rakyat, sebagai salah satu sub-sistem agribisnis, perlu diarahkan secara kolektif. Keuntungan penerapan pengolahan secara kolektif adalah kuantum biji kakao mutu tinggi

Lebih terperinci

UJI KINERJA HAMMER MILL DENGAN UMPAN JANGGEL JAGUNG [Performance Test Hammer Mill With Corn Feed Corncob]

UJI KINERJA HAMMER MILL DENGAN UMPAN JANGGEL JAGUNG [Performance Test Hammer Mill With Corn Feed Corncob] Jurnal Teknik Pertanian Lampung Vol. 1, No. 1, Oktober 2012: 1 1-16 UJI KINERJA HAMMER MILL DENGAN UMPAN JANGGEL JAGUNG [Performance Test Hammer Mill With Corn Feed Corncob] Oleh : Octa rahmadian 1, Sugeng

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari unsur organik dan anorganik. Unsur organik terdiri dari protein,

II. TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari unsur organik dan anorganik. Unsur organik terdiri dari protein, 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tulang Tulang merupakan jaringan peyokong utama tubuh yang struktur pembentuknya terdiri dari unsur organik dan anorganik. Unsur organik terdiri dari protein, mukopolisakarida

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI

METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI 03-1968-1990 RUANG LINGKUP : Metode pengujian ini mencakup jumlah dan jenis-jenis tanah baik agregat halus maupun agregat kasar. RINGKASAN

Lebih terperinci

UJI SUHU PENYANGRAIAN PADA ALAT PENYANGRAI KOPI MEKANIS TIPE ROTARY TERHADAP MUTU KOPI JENIS ARABIKA (Coffea arabica)

UJI SUHU PENYANGRAIAN PADA ALAT PENYANGRAI KOPI MEKANIS TIPE ROTARY TERHADAP MUTU KOPI JENIS ARABIKA (Coffea arabica) UJI SUHU PENYANGRAIAN PADA ALAT PENYANGRAI KOPI MEKANIS TIPE ROTARY TERHADAP MUTU KOPI JENIS ARABIKA (Coffea arabica) SKRIPSI OLEH TOMMI PERSADA SEMBIRING PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN JUDUL MATA KULIAH : TEKNIK PENGERINGAN NOMOR KODE / SKS : TEP 421/ 2 + 1 DESKRIPSI SINGKAT : Pendahuluan (definisi, keuntungan dan kelemahan teknik, alasan dilakukan

Lebih terperinci

1. Pendahuluan PENGARUH SUHU DAN KELEMBABAN UDARA PADA PROSES PENGERINGAN SINGKONG (STUDI KASUS : PENGERING TIPE RAK)

1. Pendahuluan PENGARUH SUHU DAN KELEMBABAN UDARA PADA PROSES PENGERINGAN SINGKONG (STUDI KASUS : PENGERING TIPE RAK) Ethos (Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat): 99-104 PENGARUH SUHU DAN KELEMBABAN UDARA PADA PROSES PENGERINGAN SINGKONG (STUDI KASUS : PENGERING TIPE RAK) 1 Ari Rahayuningtyas, 2 Seri Intan Kuala

Lebih terperinci

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING 166/Teknologi Pasca Panen ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING RANCANG BANGUN MESIN PENYANGRAI KOPI TIPE ROTARI Tim Pengusul: Nama NIDN Sutarsi, S.TP, M.Sc 0026098101 Ir. Suryanto, MP

Lebih terperinci

Proses penggerusan merupakan dasar operasional penting dalam teknologi farmasi. Proses ini melibatkan perusakan dan penghalusan materi dengan

Proses penggerusan merupakan dasar operasional penting dalam teknologi farmasi. Proses ini melibatkan perusakan dan penghalusan materi dengan Proses penggerusan merupakan dasar operasional penting dalam teknologi farmasi. Proses ini melibatkan perusakan dan penghalusan materi dengan konsekuensi meningkatnya luas permukaan. Ukuran partikel atau

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Teknik 4.1.1. Kebutuhan Daya Penggerak Kebutuhan daya penggerak dihitung untuk mengetahui terpenuhinya daya yang dibutuhkan oleh mesin dengan daya aktual pada motor

Lebih terperinci

PENGENTASAN KEMISKINAN KELOMPOK NELAYAN PANTAI CAROCOK KECAMATAN IV JURAI, PAINAN MELALUI PENERAPAN TEKNOLOGI PENGERINGAN DAN USAHA TEPUNG IKAN

PENGENTASAN KEMISKINAN KELOMPOK NELAYAN PANTAI CAROCOK KECAMATAN IV JURAI, PAINAN MELALUI PENERAPAN TEKNOLOGI PENGERINGAN DAN USAHA TEPUNG IKAN PENGENTASAN KEMISKINAN KELOMPOK NELAYAN PANTAI CAROCOK KECAMATAN IV JURAI, PAINAN MELALUI PENERAPAN TEKNOLOGI PENGERINGAN DAN USAHA TEPUNG IKAN Sandra (Fak.Teknologi Pertanian, Univ. Andalas, 08121856240,

Lebih terperinci

PENENTUAN LAJU PENGERINGAN JAGUNG PADA ROTARY DRYER

PENENTUAN LAJU PENGERINGAN JAGUNG PADA ROTARY DRYER TUGAS AKHIR PENENTUAN LAJU PENGERINGAN JAGUNG PADA ROTARY DRYER (Determining the Rate of Drying Corn on the Rotary Dryer) Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Studi

Lebih terperinci

PENANGANAN BAHAN PADAT S1 TEKNIK KIMIA Sperisa Distantina

PENANGANAN BAHAN PADAT S1 TEKNIK KIMIA Sperisa Distantina PENANGANAN BAHAN PADAT S1 TEKNIK KIMIA Sperisa Distantina SIZE REDUCTION Isi kuliah : a. Tujuan b. Variable operasi c. Pemilihan alat dan alat-alat SR d. Kebutuhan energi dan efisiensi alat SR a. TUJUAN

Lebih terperinci

PEMBUATAN TEPUNG JAGUNG

PEMBUATAN TEPUNG JAGUNG PEMBUATAN TEPUNG JAGUNG Qanytah Tepung jagung merupakan butiran-butiran halus yang berasal dari jagung kering yang dihancurkan. Pengolahan jagung menjadi bentuk tepung lebih dianjurkan dibanding produk

Lebih terperinci

A. Tujuan Percobaan Menentukan pembagian butir (gradasi) agregat dan modulus. kehalusan. Data distribusi butiran pada agregat serta modulus kehalusan

A. Tujuan Percobaan Menentukan pembagian butir (gradasi) agregat dan modulus. kehalusan. Data distribusi butiran pada agregat serta modulus kehalusan 5. ANALISIS SARINGAN AGREGAT KASAR A. Tujuan Percobaan Menentukan pembagian butir (gradasi) agregat dan modulus kehalusan. Data distribusi butiran pada agregat serta modulus kehalusan diperlukan dalam

Lebih terperinci

Kinerja Pengering Putar Tipe Silinder Horizontal Untuk Pengeringan Kompos Organik Dari Kulit Buah Kakao

Kinerja Pengering Putar Tipe Silinder Horizontal Untuk Pengeringan Kompos Organik Dari Kulit Buah Kakao Pelita Perkebunan 28, 24 (2), 144 Widyotomo, 174 Sri-Mulato, H. Ahmad, dan Siswijanto Kinerja Pengering Putar Tipe Silinder Horizontal Untuk Pengeringan Kompos Organik Dari Kulit Buah Kakao Performance

Lebih terperinci

Studi Mengenai Keberlakuan Pengaruh Permukaan Spesifik Agregat terhadap Kuat Tekan dalam Campuran Beton

Studi Mengenai Keberlakuan Pengaruh Permukaan Spesifik Agregat terhadap Kuat Tekan dalam Campuran Beton Reka Racana Teknik Sipil Itenas No.x Vol.xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Januari 2015 Studi Mengenai Keberlakuan Pengaruh Permukaan Spesifik Agregat terhadap Kuat Tekan dalam Campuran Beton

Lebih terperinci

Kajian Pembuatan Bumbu Dari Bawang Putih (Allium sativum) Dan Daun Jeruk Purut (Cytrus hystrix) Menggunakan Pengering Tipe Rak

Kajian Pembuatan Bumbu Dari Bawang Putih (Allium sativum) Dan Daun Jeruk Purut (Cytrus hystrix) Menggunakan Pengering Tipe Rak Vol. No., Juni, 6-66 Kajian Pembuatan Bumbu Dari Bawang Putih (Allium sativum) Dan Daun Jeruk Purut (Cytrus hystrix) Menggunakan Pengering Tipe Rak Aninatul Fuadah*, Sumardi Hadi Sumarlan, Yusuf Hendrawan

Lebih terperinci

DIVERSIFIKASI PRODUK OLAHAN KAKAO PELATIHAN FASILITATOR UTAMA DI JEMBER. Edy Suharyanto, STP, MP

DIVERSIFIKASI PRODUK OLAHAN KAKAO PELATIHAN FASILITATOR UTAMA DI JEMBER. Edy Suharyanto, STP, MP DIVERSIFIKASI PRODUK OLAHAN KAKAO PELATIHAN FASILITATOR UTAMA DI JEMBER Edy Suharyanto, STP, MP PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA INDONESIAN COFFEE AND COCOA RESEARCH INSTITUTE Jl. PB. Sudirman

Lebih terperinci

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil Penelitian dan Pembahasan b. Menghitung pengaruh gaya-gaya yang bekerja pada pemisahan materi berat-ringan dalam reaktor jig, yaitu gaya gravitasi (gaya berat), gaya buoyant, dan gaya drag terhadap waktu pemisahan materi. c. Perhitungan

Lebih terperinci

Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi

Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi Bawang merah merupakan komoditas hortikultura yang memiliki permintaan yang cukup tinggi dalam bentuk segar. Meskipun demikian, bawang merah

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Perencanaan Tabung Luar Dan Tabung Dalam a. Perencanaan Tabung Dalam Direncanakan tabung bagian dalam memiliki tebal stainles steel 0,6, perencenaan tabung pengupas

Lebih terperinci

PENGARUH KECEPATAN PUTAR PENGADUKAN ADONAN TERHADAP SIFAT FISIK ROTI ABSTRACT ABSTRAK

PENGARUH KECEPATAN PUTAR PENGADUKAN ADONAN TERHADAP SIFAT FISIK ROTI ABSTRACT ABSTRAK PENGARUH KECEPATAN PUTAR PENGADUKAN ADONAN TERHADAP SIFAT FISIK ROTI Effect of Dough Mixing Speed on Bread Physical Characteristic Asih Priyati 1, Sirajuddin Haji Abdullah 1, Guyup Mahardhian Dwi Putra

Lebih terperinci

UJI KECEPATAN PUTARAN OPTIMAL PADA ALAT PENYANGRAI KOPI TIPE ROTARI TERHADAP KUALITAS HASIL SANGRAI

UJI KECEPATAN PUTARAN OPTIMAL PADA ALAT PENYANGRAI KOPI TIPE ROTARI TERHADAP KUALITAS HASIL SANGRAI UJI KECEPATAN PUTARAN OPTIMAL PADA ALAT PENYANGRAI KOPI TIPE ROTARI TERHADAP KUALITAS HASIL SANGRAI (The Effect of RPM Coffee Roaster Machine on the Product Quality) Dedi Johanes Silaen 1, Achwil Putra

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan

Lebih terperinci

PENGARUH KECEPATAN PUTAR PENGADUKAN ADONAN TERHADAP SIFAT FISIK ROTI

PENGARUH KECEPATAN PUTAR PENGADUKAN ADONAN TERHADAP SIFAT FISIK ROTI PENGARUH KECEPATAN PUTAR PENGADUKAN ADONAN TERHADAP SIFAT FISIK ROTI Effect of Dough Mixing Speed on Bread Physical Characteristic Asih Priyati 1,*), Sirajuddin Haji Abdullah 1, Guyup Mahardhian Dwi Putra

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN ANALISA

BAB 4 HASIL DAN ANALISA BAB 4 HASIL DAN ANALISA 4.1. HASIL PENGUJIAN MATERIAL Sebelum membuat benda uji dalam penelitian ini, terlebih dahulu dilakukan berbagai pengujian terhadap material yang akan digunakan. Tujuan pengujian

Lebih terperinci

Tujuan pengecilan ukuran :

Tujuan pengecilan ukuran : SIZE REDUCTION RYN Pengecilan ukuran Merupakan pengecilan secara mekanis tanpa mengubah sifat-sifat kimia dari bahan Pengecilan ukuran meliputi pemotongan, penghancuran, dan penggilingan Tujuan pengecilan

Lebih terperinci

Surabaya, Mei 2013 KATA PENGANTAR

Surabaya, Mei 2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR 1 KATA PENGANTAR Atas Berkat Rakhmat Alloh SWT. Sehingga bisa tersusun buku Sarana Pengolahan Komoditi Perkebunan. Buku ini disusun untuk mendukung kegiatan Pengembangan Sarana dan Prasarana

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 12: Penentuan total partikel secara isokinetik

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 12: Penentuan total partikel secara isokinetik Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 12: Penentuan total partikel secara isokinetik ICS 13.040.40 Badan Standardisasi Nasional 1 SNI 19-7117.12-2005 Daftar isi Daftar

Lebih terperinci

PENGARUH GRADASI TERHADAP PARAMETER KOMPAKSI MATERIAL CRUSHED LIMESTONE ABSTRAK

PENGARUH GRADASI TERHADAP PARAMETER KOMPAKSI MATERIAL CRUSHED LIMESTONE ABSTRAK PENGARUH GRADASI TERHADAP PARAMETER KOMPAKSI MATERIAL CRUSHED LIMESTONE AGUNG ROY NANDO NRP: 0921024 Pembimbing: Ir. Herianto Wibowo, M.Sc ABSTRAK Limestone di kenal sebagai batu kapur atau batu gamping

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan yaitu dari bulan Oktober sampai Desember 2011. Penyimpanan dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, pengujian kualitas

Lebih terperinci

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar Standar Nasional Indonesia Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar ICS 91.100.15; 91.010.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom Standar Nasional Indonesia Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom ICS 13.040.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar

Lebih terperinci

AGRIBISNIS PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

AGRIBISNIS PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN SMKN PERTANIAN PEMBANGUNAN CIANJUR AGRIBISNIS PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN MOCHAMAD ANGGA KUSUMAH,S.Pd Apa itu konversi? Pengertian Konversi Teknik konversi bahan merupakan beberapa dasar proses yang sering

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Penelitian inidilaksanakan pada bulan Mei hingga bulan Juni 2014 di

III. METODOLOGI. Penelitian inidilaksanakan pada bulan Mei hingga bulan Juni 2014 di 19 III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian inidilaksanakan pada bulan Mei hingga bulan Juni 2014 di Laboratorium Bioproses dan Pasca Panen dan Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PENELITIAN

BAB IV ANALISA PENELITIAN BAB IV ANALISA PENELITIAN 4.1 ANALISA AGREGAT 4.1.1 Agregat Halus 4.1.1.1 Pengujian Berat Jenis dan Absorpsi Pengujian ini dilakukan berdasarkan standar ASTM C 128-93. Tujuan pengujian berat jenis dan

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN HUBUNGAN ANTARA KADAR AIR DAN KEPADATAN PADA CAMPURAN TANAH SEMEN

METODE PENGUJIAN HUBUNGAN ANTARA KADAR AIR DAN KEPADATAN PADA CAMPURAN TANAH SEMEN METODE PENGUJIAN HUBUNGAN ANTARA KADAR AIR DAN KEPADATAN PADA CAMPURAN TANAH SEMEN 1. Ruang Lingkup a. Metode ini meliputi pengujian untuk mendapatkan hubungan antara kadar air dan kepadatan pada campuran

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan September 2012 di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian serta Laboratorium

Lebih terperinci

PENDEKATAN DESAIN Kriteria Desain dan Gambaran Umum Proses Pencacahan

PENDEKATAN DESAIN Kriteria Desain dan Gambaran Umum Proses Pencacahan PENDEKATAN DESAIN Kriteria Desain dan Gambaran Umum Proses Pencacahan Mengingat lahan tebu yang cukup luas kegiatan pencacahan serasah tebu hanya bisa dilakukan dengan sistem mekanisasi. Mesin pencacah

Lebih terperinci

PROSES PENGOLAHAN KOPI INSTAN, KOPI BLENDING, DAN KOPI TUBRUK DI PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA JENGGAWAH-JEMBER

PROSES PENGOLAHAN KOPI INSTAN, KOPI BLENDING, DAN KOPI TUBRUK DI PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA JENGGAWAH-JEMBER PROSES PENGOLAHAN KOPI INSTAN, KOPI BLENDING, DAN KOPI TUBRUK DI PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA JENGGAWAH-JEMBER LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN OLEH: KENT MIRA CANDRA 6103008083

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Fisik Pelet Daun Indigofera sp. Pelet daun Indigofera sp. yang dihasilkan pada penelitian tahap pertama memiliki ukuran pelet 3, 5 dan 8 mm. Berdasarkan hasil pengamatan

Lebih terperinci

PENGARUH UKURAN BUTIR TERHADAP KOEFISIEN PERMEABILITAS MATERIAL CRUSHEDLIMESTONE ABSTRAK

PENGARUH UKURAN BUTIR TERHADAP KOEFISIEN PERMEABILITAS MATERIAL CRUSHEDLIMESTONE ABSTRAK PENGARUH UKURAN BUTIR TERHADAP KOEFISIEN PERMEABILITAS MATERIAL CRUSHEDLIMESTONE Agita Risma Artika NRP: 1221034 Pembimbing: Andrias Suhendra Nugraha, S.T., M.T. ABSTRAK Parameter permeabilitas menjadifaktor

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN RANCANGAN

BAB IV PERHITUNGAN RANCANGAN BAB IV PERHITUNGAN RANCANGAN Pada rancangan mesin penghancur plastic ini ada komponen yang perlu dilakukan perhitungan, yaitu daya motor,kekuatan rangka,serta komponenkomponen elemen mekanik lainnya,perhitungan

Lebih terperinci

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar Standar Nasional Indonesia Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar ICS 91.100.15; 91.010.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

JENIS-JENIS PENGERINGAN

JENIS-JENIS PENGERINGAN JENIS-JENIS PENGERINGAN Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa akan dapat membedakan jenis-jenis pengeringan Sub Pokok Bahasan pengeringan mengunakan sinar matahari pengeringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kontribusi untuk meningkatkan devisa negara sehingga banyak

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kontribusi untuk meningkatkan devisa negara sehingga banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kakao merupakan salah satu komoditi hasil pertanian yang dapat memberikan kontribusi untuk meningkatkan devisa negara sehingga banyak digunakan pada dunia industri.

Lebih terperinci

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktek Produksi Kopi Biji Salak dengan Penambahan Jahe Merah dilaksanakan pada bulan Maret-April 2016 di Laboratorium Rekayasa Proses dan

Lebih terperinci

Mesin pemecah buah dan pemisah biji kakao - Syarat mutu dan metode uji

Mesin pemecah buah dan pemisah biji kakao - Syarat mutu dan metode uji Standar Nasional Indonesia Mesin pemecah buah dan pemisah biji kakao - Syarat mutu dan metode uji ICS 65.060.01 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 16 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data primer berasal dari pengujian briket dengan

Lebih terperinci