Widya Sandhi : ISSN Volume 6. Nomor 1. Mei 2015
|
|
- Ari Sutedja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 GAYA KEPEMIMPINAN BLUSUKAN DAN JURNALISME SASTRAWI DALAM KAKAWIN DESAWARNANA KARYA MPU PRAPANCA I Putu Sugih Arta iputusugihartasemm@gmail.com Dosen Dharma Sastra STAHN Gde Pudja Mataram Diterima : 20 Januari 2015 Direvisi : 10 Maret 2015 Disetujui : 22 Maret 2015 Absatrak Gaya kepemimpinan yang dikenal masyarakat modern dewasa ini terdiri dari gaya kepemimpinan otoriter, demokratis dan laissez faire sangat sering dijumpai dalam mengelola keputusan. Namun, gaya kepemimpinan masyarakat tradisional yang berorientasi karismatik sangat jarang dijumpai. Hanya beberapa orang saja yang menggunakannya. Gaya kepemimpinan kharismatik sangat dekat dengan jurnalistik sehingga menjadi bahan pergunjingan di ranah masyarakat tradisi. Kebiasaan-kebiasaan demikian, dilakukan oleh masyarakat tradisisional Jawa, Bali dan Lombok. Untuk mengetahui jejak kepemimpinan tradisional karismatik blusukan maka diperlukan penelitian terhadap naskah-naskah lama dalam hal ini naskah Desamawarna karya Mpu Prapanca. Dengan menggunakan metode edisi naskah tunggal yaitu metode yang dilakukan apabila hanya ada naskah tunggal dan tidak mungkin dilakukan perbandingan (Suryani, 2012 : 77) terutama menggunakan metode kritis maka diperoleh adanya hubungan gaya kepemimpinan dengan jurnalisme berkategori sastra dalam Kakawin Desamawarna karya Mpu Prapanca. Hal ini untuk menguatkan posisi kepemimpinan penguasa dengan mengangkat hal-hal ketauladanan pemimpin.sedangkan jurnalistik sastrawi merupakan informasi yang ditulis wartawan menggunakan teknik dan gaya yang lazim dipakai dalam membuat karya sastra. Kata Kunci: Gaya Kepemimpinan, Jurnalisme Sastrawi, Kekawin Desawarnana PENDAHULUAN Era modern dewasa ini ditandai dengan pekerjaan yang sangat padat, kadangkala seorang pemimpin tak akan sempat mengagendakan waktu untuk melakukan pekerjaan lain selain rutinitas yang bersifat klerikal. Padahal dari segi dampak yang diinginkan hasilnya tak selalu memuaskan. Ada baiknya kita menengok bagaimana pemimpin masa lalu yang selalu memuaskan semua pihak. alam lontar Desawarnana Karya Mpu Prapanca dalam beberapa pupuh yang dicipta oleh pengarang, selain memberikan informasi yang lengkap kejadian-demi kejadian pada masa itu. Terdapat ajaran-ajaran kepemimpinan yang khas bagi seorang penguasa. Bagaimana seorang pemimpin menumbuhkan rasa kasih sayang, menghargai masyarakat yang dipimpinnya serta mau turun blusukan ke tengah rakyat pada wilayah-wilayah kekuasaannya. 833
2 Catatan-catatan dalam bentuk kakawin (susastra) tidak selamanya hasil karya seni yang digunakan bahan dalam dharma gita, jika bijak memahami ternyata kakawin yang dibuat para pengawi masa lalu adalah hasil karya jurnalistik sastra. Jurnalisme sastrawi adalah aliran penulisan yang menggunakan teknik dan gaya penulisan yang biasa digunakan dalam karya sastra, misalnya seperti cerita pendek dan novel serta untuk menjaga sublimnya sebuah karya jurnalistik seorang reporter akan memakai ranah puisi untuk mengungkapkan informasi yang terjadi pada saat peristiwa terjadi. Karya-karya puisi yang sarat dengan informasi dapat dirujuk pada beberapa karya Gunawan Moehamad. Tokoh sastrawan nusantara tersebut selain intens pada dunia sastra pun adalah wartawan senior yang karyanya tergelitik pada peristiwaperistiwa penting penada zaman. Peristiwa-peristiwa penting yang ditulis oleh Goenawan Muhamad, seorang intelektual, wartawan senior pemimpin redaksi Majalah Tempo yang punya wawasan sangat luas, mulai dari dunia olah-raga sepak bola, panggung politik, analisis ekonomi dan bisnis, pentas seni dan budaya, dunia perfilman, dan musik. Karya Goenawan Muhamad yang meruang (multidiemansional) sangat liberal dan terbuka sehingga enak untuk dibaca, terlepas apakah pembaca memahami makna yang terkandung. Puisi-puisi bebas Goenawan Muhamad jika dinikmati, dirasakan adanya kekuatan bebas yang datang dengan luar diri. Seperti untaian kalimat : Yang menghibur dari mati/ adalah sejuk batu-batu /patahan-patahan kayu/ pada arus itu. Sungai mati penuh dengan pencemaran sampah-sampah mati dari plastik tak bisa diurai, tidak seperti sampah-sampah dedaunan dari pepohonan yang mudah diuraikan bahkan dapat menyuburkan tanah (kompos). Isu pencemaran lingkungan dewasa ini memang sorotan publik, betapa liberal dan mengalir kata-kata yang dipasung oleh penyair. Puisi juga bagian dari jurnalistik. Dengan jiwa barat, namun mengaca ke timur. Kearifan yang dimiliki komunitas masyarakat timur ditangkap oleh sosok Goenawan Muhamad yang terbiasa menulis dalam rerangka jurnalistik yang ketat menjadi lumer manakala harus menurunkannya pada pilihan diksi yang berasal dari kata hati. Masih banyak yang tak memahami, hubungan antara jurnalistik dan karya sastra karena suatu jalan bercabang yang menuju pada satu tujuan. Di mana jalannya itu serupa aspal halus dan kasar berwujud media 834
3 tertulis dengan rangkaian hurup ( simbol penuh makna dan sarat akan kekuatan moralitas). Sedangkan dunia sastra barat, ditandai dengan hal yang sama di era 1954 di Amerika Serikat. Ernest Hemingway tokoh sastra peraih nobel perdamaian dunia menghiasi karya-karya sastra cerita pendeknya yang bersumber dari reportase-reportase jurnalistiknya dengan daya tarik tersendiri. Di mana sebuah karya novel yang berjudul The Old Man On The Sea bagi para wartawan muda setelahnya dijadikan buku pegangan bagaimana menulis berita dengan gaya sastra. Sebut saja, ceita pendek terkenal Artis Terkenal yang Tak Dikenal Di Negeri Sendiri, adalah reportase Hemingway tentang Paris yang mengutuk kota terindah di dunia itu karena menyajikan kebohongan dan kepalsuan. Reportase Hemingway yang bergaya cerita pendek memainkan imajinas seseorang sehingga enak dibaca. Kisah nyata yang dibangun hemingway adalah bentuk jurnalisme sastrawi yang tumbuh di wiyah barat kemudian mendominasi timur (hegemoni). Sedangkan di wilayah timur yang justru kaya akan kualiats sastra ternyata terkalahkan dewasa ini. Jurnalisme sastrawi yang dituliskan dalam lontar-lontar di Bali dan Lombok, lak-lak di Batak menjadi tak familiar padahal nilai yang terkandung sangat fundamental sekali sebagai bentuk kearifan lokal. Bagan yang dapat digambarkan tentang jurnalisme sastrawi adalah sebagai berikut : Jurnalistik Sastrawi Jurnalisme Sastra Barat : Cerpen dan Novel Jurnalisme Sastra Timur : Puisi, Pantun, Prosa Lisris dan Dari bagan di atas dapat dinyatakan bahwa jurnalistik sastrawi dipengaruhi oleh kiblat filsafat barat dan filsafat timur dengan ciri khas berupa cerita pendek dan novel untuk jurnalistik sastra barat. Sedangkan jurnalistik sastra timur lebih dipengaruhi sastra timur yang menggunakan gaya penulisan puisi, pantun, prosa liris dan sloka. 835
4 METODE Metode Penelitian ini menggunakan metode penelitian filologi yakni metode edisi naskah tunggal yaitu metode yang dilakukan apabila hanya ada naskah tunggal dan tidak mungkin dilakukan perbandingan (Suryani, 2012 : 77) terutama menggunakan metode kritis yaitu menerbitkan naskah dengan membetulkan kesalahan-kesalahan kecil dan ketidak-ajegan, sedangkan ejaannya disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku.( Suryani, 2012 : 78 ). HASIL DAN PEMBAHASAN Lontar Desawanana Negara Kertagama Karya Mpu Prapanca terdapat 98 pupuh yang intinya berisikan Kepemimpinan Raja Majapahit yang penuh dengan kasih-sayang sehingga dicintai rakyatnya seperti yang tertulis pada pupuh 92 : [Pupuh 92] 1. Manka tinkahiran/ pamukti sukha riɳ pura tumkani sestiniɳ manah, tatahhan lara dahat/ ndatan malupa riɳ kaparahitan i haywaniɳ praja, anwam/ tapwana kabwatan sira tathapi sugata sakalan/ maharddika, deniɳ jñana wiçesa çudda pamademnira ri kuhakaniɳ duratmaka. 2. Ndatan mahuwusan kawiryyanira len/ wibhawanira dudug/ rin ambara, singih çri girinathamurtti makhajanma ri siran agawe jagaddita, byakta manguh upadrawawihan i sajñanira manasar iɳ samahita, moktan kleça keta katona nuniweh wuwusana tika saɳ sada mark. 3. Nahan hetuni kottaman/ nrpat kaprakaçitaɳ pinujiɳ jagattraya, sakwehniɳ jana madyamottama kanista pada mujaraken/ çwarastuti, anhiɳ sotnika mogha langen atuwuh wukira sira panöbaniɳ sarat, astwanirwa lawas/ bhatara rawicandrama sumelh i bhumimandala. Artinya : 1. Begitulah suka mulia baginda raja di pura, tercapai segala cita. Terang baginda sangat memperhatikan kesejahteraan rakyat dan negara. Meskipun masih muda dengan suka rela berlaku bagai titisan Budha. Dengan laku utama beliau memadamkan api kejahatan durjana. 2. Terus membumbung ke angkasa kemasyhuran dan keperwiraan Sri Baginda. Sungguh beliau titisan Bhatara Girinata untuk menjaga buana. Hilang dosanya orang yang dipandang dan musnah letanya abdi yang disapa. 3. Inilah sebabnya keluhuran beliau masyhur terpuji di tiga jagat. Semua orang tinggi, sedang dan rendah menuturkan kata-kata pujian. Serta berdoa agar Baginda tetap subur bagai gunung tempat berlindung. Berusia panjang sebagai bulan dan matahari cemerlang menerangi bumi. Kemasyuran Maharaja Hayam Wuruk yang muda belia, disebabkan karena hobinya melakukan perjalanan mengunjungi rakyat dan berbaur dengan wong cilik. 836
5 Semua kegiatan beliau teragenda dengan rapi. Prapanca dalam pupuh 17 : Sloka 1-11 : Seperti apa yang diungkap oleh [Pupuh 17] 1. Sampun / rabda pagehnyadeg / nrpati riɳ yawadarani jayeɳ digantara, nkane çriphalatiktanagara siran / siniwi mulahaken / jagaddita, kirnnaikaɳ yaça kirtti darmma ginaweniran anukhani buddiniɳ para, mantri wipra bhujanga saɳ sama wineh wibhawa tumut akirtti riɳ jagat. 2. Göɳ niɳ wiryya wibhuti kagraha tkap / nrpati tuhutuhuttama prabhu, lila nora kasançayaniran anamtami sukha sakaharsaniɳ manah, kanya siɳ rahajöɳ ri jangala lawan / ri khadiri pinilih sasambhawa, astam taɳ kahañaɳ sakeɳ parapura sin arja winawe dalm puri. 3. Salwaniɳ yawabhumi tulya nagari sasikhi ri panadeg / naradipa, mewwiwwaɳ janadeça tulya kuwuniɳ bala manider i khantaniɳ puri, saɳ lwir niɳ paranusa tulya nika thaniwisaya pinahasukainaris, lwir udyana tikaɳ wanadri sahananya jinajar hira tan panançaya. 4. Baryyan / masa ri sampuniɳ çiçirikala sira mahasahas macaɳkrama, wwanten thany a- (99b) naran / ri sima kidul jalagiri manawetan iɳ pura, ramyapan / papunnagyaniɳ jagat i kalaniɳ sawun ika mogha tan pgat, mwaɳ wewe pikatan / ri candi lima lot paraparanira tusta lalana. 5. Yan tan manka mareɳ phalah mark i jöɳ hyan acalapati bhakti sadara, pantes / yan panulus dateɳ ri balitar mwan i jimur i çilahrit alnöɳ, mukyaɳ polaman iɳ dahe kuwu ri lingamarabanun ika lanenusi, yan / riɳ jangala lot sabha nrpati riɳ surabhaya manulus mare buwun. 6. Rin çakaksatisuryya saɳ prabhu mahas / ri pajan inirin iɳ sanagara, riɳ çakanganagaryyama sira mare lasem ahawan i tiraniɳ pasir, ri dwaradripanendu palnenireɳ jaladi kidul atut wanalaris, nkaneɳ lodaya len tetör i sideman / jinajahira lanönya yenituɳ. 7. Ndan / riɳ çaka çaçanka naga rawi bhadrapadamasa ri tambwaniɳ wulan, saɳ çri rajasanagaran mahasahas / ri lamajan anituɳ sakhendriyan, sakweh çri yawaraja sapriya muwah tumut i haji sabhrtyawahana, mantri tanda sawilwatikta nuniweh wiku haji kawirajya maɳdulur. 8. Nkan tekiɳ maparab / prapanca tumut aɳ- (100a) lnen anirin i jöɳ nareçwara, tan len / san kawi putra san kawi samenaka dinulur ananmateɳ manö, darmmadyaksa khasogatan / sira tkap / narapati sumilih ri saɳ yayah, sakweh saɳ wiku bodda maɳjuru pacdanatuturakhen ulahnireɳ danu. 9. Ndan tinkah rakhawin mark / ri haji dug / raray atutur açewa tan salah, pinrihnye hati rakwa milwa sapara narapatin amalar kasanmata, nhiɳ tapwan / wruh apet lanö pisaninun / tetesa maminta gita riɳ karas, na hetunya kamarnna deça sakamargga naranika riniñci tut hawan. 10. Tambeniɳ kahawan / winarnna ri japan / kuti kuti hana candi sak rbah, wetan taɳ tebu pandawan ri daluwaɳ babala muwah hi kanci tan madoh, len tekaɳ kuti ratnapankaja muwah kuti haji kuti pankajadulur, panjrak mandala len / ri pongin i jinan / kuwu hanar i samipanin hawan. 11. Prapteɳ darmma riɳ pañcaçara tumuluya / daatn i kapulunan siramgil, ndan lampah rakawin / lumaryyamgil iɳ waru ri herin i tira tan madoh, angangehnya 837
6 tkap / bhatara kuti riɳ suraya pageh mara cinarccaken, nhiɳ rakwan kaslaɳ (100b) turuɳ mulih amogha matutur atisambhrameɳ manö. Artinya : [Pupuh 17] 1. Telah tegak teguh kuasa Sri Nata di Jawa dan wilayah Nusantara. Di Sripalatikta tempat beliau bersemayam, menggerakkan roda dunia. Tersebar luas nama beliau, semua penduduk puas, girang dan lega. Wipra, pujangga dan semua penguasa ikut menumpang menjadi masyhur 2. Sungguh besar kuasa dan jasa beliau, raja agung dan raja utama. Lepas dari segala duka, mengenyam hidup penuh segala kenikmatan. Terpilih semua gadis manis di seluruh wilayah Janggala Kediri. Berkumpul di istana bersama yang terampas dari Negara tetangga. 3. Segenap tanah Jawa bagaikan satu kota di bawah kuasa Baginda. Ribuan orang berkunjung laksana bilangan tentara yang mengepung pura. Semua pulau laksana daerah pedusunan tempat menimbun bahan makanan. Gunung dan rimba hutan penaka taman hiburan terlintas tak berbahaya 4. Tiap bulan sehabis musim hujan beliau biasa pesiar keliling Desa Sima di sebelah selatan Jalagiri, di sebelah timur pura. Ramai tak ada hentinya selama pertemuan dan upacara prasetyan. Rutin mengunjungi Wewe Pikatan setempat dengan candi lima 5. Atau pergilah beliau bersembah bakti kehadapan Hyang Acalapati. Biasanya terus menuju Blitar, Jinur, mengunjungi gunung-gunung permai. Di Daha terutama ke Polaman, ke Kuwu, dan Lingga hingga Desa Bangin. Jika sampai di Jenggala, singgah di Surabaya, terus menuju Buwun. 6. Tahun Aksatisura (1275), Sang Prabu menuju Pajang membawa banyak pengiring. Tahun Saka angga-naga-aryama (1276), ke Lasem, melintasi pantai samudra. Tahun Saka pintu-gunung-mendengar-indu (1279), ke laut selatan menembus hutan. Lega menikmati pemandangan alam indah Lodaya, Tetu, dan Sideman. 7. Tahun Saka seekor-naga-menelan bulan (1281), di Badrapada bulan tambah Sri Nata pesiar keliling seluruh Negara menuju Kota Lumajang naik kereta diiringi semua raja Jawa serta permaisuri dan abdi, menteri, tanda, pendeta, pujangga, semua para pembesar ikut serta. 8. Juga yang menyamar Prapanca girang turut serta mengiring paduka Maharaja. Tak tersangkal girang sang kawi, putera pujangga, juga pencinta kakawin. Dipilih Sri Baginda sebagai pembesar kebudhaan mengganti sang ayah. Semua pendeta Budha umerak membicarakan tingkah lakunya dulu. 9. Tingkah sang kawi waktu muda menghadap raja, berkata berdampingan, tak lain. Maksudnya mengambil hati, agar disuruh ikut beliau ke mana juga. Namun, belum mampu menikmati alam, membinanya, mengolah, dan menggubah karya kakawin; begitu warna desa sepanjang marga terkarang berturut. 10. Mula-mula melalui Japan dengan asrama dan candi-candi ruk rebah. Sebelah timur Tebu, hutan Pandawa, Duluwang, Bebala di dekat Kanci, Ratnapangkaja serta Kuti Haji Pangkala memanjang bersambung-sambungan. Mandala Panjrak, Pongging serta Jingan, Kuwu Hanyar letaknya di tepi jalan. 838
7 11. Habis berkunjung pada candi makam Pancasara, menginap di Kapulungan. Selanjutnya, sang kawi bermalam di Waru, di Hering, tidak jauh dari pantai. Yang mengikuti ketetapan hukum jadi milik kepala asrama Saraya. Tetapi masih tetap di tangan lain, rindu termenung-menunggu. Gaya kepemimpinan blusukan berbaur dengan rakyat, rajin mengunjungi tempat suci adalah pilihan Raja Majapahit tatkala itu, sehingga selalu dekat dengan rakyatnya. Hal ini diperkuat pada pupuh 19.. [Pupuh 19] 1. Eñjiɳ ryyankatiraɳ narendra datn anhinep i bhayalanö tigaɳ kulm, sah sankerika taɳ kedu dawa rame janapada kahalintanan huwus, riɳ lampes / ri times muwah kuti ri pogara kahnu lbuh nika gnet, mwaɳ riɳ mandala hambulu traya tke dadap adulur ikaɳ rawalaris. 2. Wwanten / darmma kasogatan / prakaçite madakaripura kastaweɳ lanö, simanugraha bhupati san apatih gajamada racalnanyan uttama, yekanuɳ dinunuɳ nareçwara pasangrahanira pinened rinupaka, andondok mahawan / rikaɳ trasunay andyus i capahan atirthaçewana. Pupuh Pagi-pagi sekali berangkat lagi menuju Baya, istirahat tiga hari tiga malam. Dari Baya melalui Katang, Kedung Dawa, Rame, Menuju Lampes, Times. Serta berkunjung ke griya pendeta di Pogara mengikuti jalan pasir yang lembut. Menuju daerah Beringin Tiga di Dadap, kereta masih terus lari. 2. Tersebutlah dukuh Kasogatan Madakaripura dengan pemandangan indah. Tanahnya anugerah Sri Baginda kepada Gadjah Mada, teratur indah. Disitulah Baginda menempati pasanggrahan yang terhias sangat bergas. Sementara mengunjungi mata air, dengan ramah melakukan mandibakti. Kedekatan dengan Mahapatih Gajah Mada tak bisa dipungkiri lagi, Raja Hayam Wuruk mengunjungi kediaman beliau. Hal ini menandakan seorang pemimpin yang rendah hati. Siap selalu mengun jungi kediaman stafnya. [Pupuh 20] 1. Praptaɳ deça kasogatan / sahana mawwat bhakta pane haji, pratyekanya gapuk sadewi çisayen içanabajrapageh, ganten poh capahan kalampitan iɳ lumbaɳ len / kuran we ptaɳ, mwaɳ pañcar prasamança niɳ kuti munguh kapwa taçraɳ mamark. 2. Milwaɳ deça ri tungilis pabayeman / rowaɳnya nekapupul, rehnyançe kuti ratnapankaja hane caccan kabhuktyapateh, nahan ta pabalas / kasogatan an ançangehnya kuww apageh, bhukti- (102a) nyan pan akaryya kawwalu huwus tinkahnya nuni danu. 839
8 Artinya : [Pupuh 20] 1. Sampai di desa Kasogatan, Baginda dijamu makan minum oleh penduduk Gapuk, Sada, Wisisaya, Isanabajra, Ganten, Poh, Capahan, Kalampitan, Lambang, Kuran, Pancar We Petang. Yang letaknya di lingkungan biara, semua datang menghadap. 2. Begitu pula Desa Tunggilis, Pabayeman ikut berkumpul termasuk Ratnapangkaja di Carcan, berupa desa perdikan. Itulah empat belas desa kasogatan yang ber-akuwu Sejak dahulu, delapan saja yang menghasilkan bahan makanan. Tidak menandang derajat siapa pun, Raja Hayam Wuruk selanjutnya blusukan ke desa-desa. Beliau pun dijamu oleh para kepala desa. Selanjutnya, beliau didampingi staf kerajaan dan pujangga Prapanca melakukan safari ke desa-desa lainnya bertemu dengan masyarakat pesisir Prapanca pada pupuh 21. laut utara Jawa sperti ditulis oleh [Pupuh 21] 1. Byatiteñjiɳ mankat / caritan ikanaɳ deça kawahan, riɳ lo pandak ranwakuniɳ i balerah barubare, dawöhan lawan kapayeman i telpak / ri barmi, sapan kapraptan / mwaɳ kasaduran anujwiɳ pawijunan. 2. Juraɳ bobo runtiɳ mwan i pasawahan teki kahnu, muwah prapteɳ jaladi patalap ika mwaɳ ri padali, rin arnnon lawan pangulan i payaman / len tepasana, tekeɳ rembaɳ prapte kamirahan i pingir nin udadi. Artinya : Pupuh Fajar menyingsing: berangkat lagi Baginda melalui Lo Pandak, Ranu Kuning, Balerah, Bare-bare, Dawohan, Kapayeman, Telpak, Baremi, Sapang, serta Kasaduran. Kereta berjalan cepat-cepat menuju Pawijungan. 2. Menuruni lembah, melintasi sawah, berjalan cepat menuju Jaladipa, Talapika, Padali, Ambon dan Panggulan. Langsung ke Payaman, beliau terpesona pada Rembang. sampai di kemirahan yang letaknya di pantai pinggir lautan. Kepemimpinan dengan gaya blusukan bagi Raja Majapahit akan selalu dekat dengan bawahan yang dipimpinnya. Kesulitan yang dialami bawahan, dapat segera dipecahkan. Gaya kepemimpinan blusukan sangat berbeda dengan gaya kepemimpinan lainnya seperti : Gaya kepemimpinan otoriter, demokratis, laisz faire. 840
9 Sebab gaya kepemimpinan ini lebih menekankan pada sikap rendah hati dan cinta kasih. Begitu pula, jurnalistik sebagai kontrol sosial yang sangat membantu pada masa itu diperankan Mpu Prapanca dengan baik. Catatan-catatan jurnalistik Prapanca telah memenuhi standar 5 W + 1 H dalam kakawin Negarakertagama : Unsur What (Apa yang terjadi?) : Kegiatan Perjalanan Hayam Wuruk.Unsur When ( Kapan kejadiannya? ) : Ditulis oleh Prapanca, Tahun Aksatisura (1275), Sang Prabu menuju Pajang membawa banyak pengiring. Tahun saka angga-naga-aryama (1276), ke Lasem, melintasi pantai samudra. Tahun Saka pintu-gunung-mendengar-indu (1279),. Selanjutnya unsur Who (siapa saja yang terlibat pada kegiatan ini?). Yang terlibat adalah Raja sendiri dengan beberapa pejabat yang dikunjungi. Unsur Why ( Mengapa peristiwa ini terjadi?). Alasan kenapa Hayam Wuruk melakukan blusukan ke wilayah kekuasaananya tak lain ingin selalu dekat dengan rakyat dan ingin tahu kesulitan yang dialami rakyatnya langsung. Usus Where (Dimana melakukan blusukan?). Prapanca menyebut beberapa desa yang dilalui bahkan beberapa desa ikut menjamu kedatangan beliau. How ( bagaimana kejadiannya ), dengan gamblangnya Prapanca menjelaskan kejadian demi kejadian yang dialami Sang Raja. Bedanya dengan naskah berita biasa di media cetak. Hasil karya Prapanca dalam menuliskan karyanya, melalui cara menggubah, menggunakan susunan nada yang ketat (guru lagu dan basa) sehingga apabila ditembangkan akan terasa menggugah dan menghibur pendengarnya. Namun kadar informasi, pendidikan dan kontrol sosial sebagai fungsi jurnalistik ideal yang diakui saat ini (Undang-Undang RI No.40 Tentang Pers ) ternyata diungkap dengan lugas. Sehingga karya Prapanca dapat dikategorikan Jurnalistik Sastrawi Timur. KESIMPULAN 1. Gaya kepemimpinan blusukan adalah gaya kepeimipinan tersendiri selain gaya yang sudah ada dikenal dunia barat selama ini yaitu gaya kepemimpinan otoriter, demokratis dan laissez faire. Karena gaya kepemimpinan blusukan memiliki 841
10 karakteristik yang berbeda yakni lebih menekankan rasa cinta kasih dan rendah hati. 2. Gaya kepemimpinan blusukan sangat dekat dengan nilai-nilai yang dipegang oleh para jurnalis, yakni bebas dan bertanggungjawab, selalu menekankan pada prinsip kebenaran dan kejujuran. 3. Jurnalistik Sastrawi dalam naskah kakawin, babad dan karya-kaya sastra nusantara sangat dominan. Jurnalistik sastrawi merupakan aliran penulisan yang menggunakan teknik dan gaya penulisan yang biasa digunakan dalam karya sastra. DAFTAR PUSTAKA Hemingway, Ernest,2012, Reportase-reportase Terbaik, Kusumaningrat, Himat, Kusumaningrat,Purnama,2012, Jurnalsitik Teori dan Praktik., Bandung : Penerbit PT. Remaja Rosda Karya Romli, Asep Syamsul M., 2009, Jurnalistik Praktis Untuk Pemula Edisi Revisi, Bandung : Penerbit PT. Remaja Rosda Karya Suryani NS, Elis, 2012, Filologi, Bogor : Penerbit Ghalia Indonesia Tribunika, Tjahja, 2013, Naskah Asli Kakawin Desawarnana (Negarakertagama) Oleh Mpu Prapanca. Wiratmadja,, G.K,Adia, 1995, Kepemimpinan Hindu, Denpasar : Yayasan Dharma Naradha., 842
PURUSADA SANTHA (BABAK I)
DESKRIPSI KARYA TARI ORATORIUM PURUSADA SANTHA (BABAK I) Oleh : I Gede Oka Surya Negara, SST.,M.Sn. Produksi ISI Denpasar dipergelarkan dalam rangka Dharma Santi Nasional,Perayaan Hari Raya Nyepi Tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Esai merupakan suatu ekspresi diri berupa gagasan atau pemikiran seseorang tentang suatu hal yang dituangkan dalam bentuk tulisan yang berupa teks. Esai atau tulisan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Kata tembang nyanyian sama fungsi dan kegunaannya dengan kidung, kakawin dan gita. Kata kakawin berasal
BAB I PENDAHULUAN A. Pendahuluan a. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupannya di dunia manusia mengalami banyak peristiwa baik itu yang menyenangkan maupun yang menyedihkan. Terkadang beberapa
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian analisis struktural dan nilai pendidikan karakter naskah drama Lautan Bernyanyi karya Putu Wijaya, dapat diambil simpulan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam suku, yang dapat di jumpai bermacam-macam adat istiadat, tradisi, dan kesenian yang ada dan
Lebih terperinciSISTEM KETATANEGARAAN KERAJAAN MAJAPAHIT
SISTEM KETATANEGARAAN KERAJAAN MAJAPAHIT KERAJAAN MAJAPAHIT Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu terakhir di Semenanjung Malaya dan dianggap sebagai salah satu negara terbesar dalam sejarah Indonesia,berdiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah islam si pulau Jawa telah berlangsung sangat lama. Selama perjalanan tersebut banyak hal-hal yang terjadi pada masa itu, diantaranya yaitu dialog antar kebudayaan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesusastraan Bali adalah salah satu bagian dari karya sastra yang terdapat di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan karya tulis yang jika dibandingkan dengan tulisan lain, memiliki berbagai ciri keunggulan, seperti keaslian, keindahan dalam isi dan ungkapannya. Karya
Lebih terperinciBAHASA INDONESIA SINONIM DAN ANTONIM
BAHASA INDONESIA SINONIM DAN ANTONIM SINONIM Sinonim berasal dari bahasa Yunani Kuno Syn berarti dengan dan Onoma berarti nama. Sinonim merupakan kata kata yang mempunyai kesamaan arti walau arti kata
Lebih terperinciINTERAKSI KEBUDAYAAN
Pengertian Akulturasi Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing
Lebih terperinciKerajaan-Kerajaan Hindu - Buddha di indonesia. Disusun Oleh Kelompok 10
Kerajaan-Kerajaan Hindu - Buddha di indonesia Disusun Oleh Kelompok 10 Nama Kelompok Fopy Ayu meitiara Fadilah Hasanah Indah Verdya Alvionita Kerajaan-Kerajaan Hindu - Buddha di indonesia 1. Kerajaan Kutai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra Bali merupakan salah satu aspek kebudayaan Bali yang hidup dan berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu maka di Bali lahirlah
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM MAJALAH TEMPO DAN GOENAWAN MOHAMAD
BAB IV GAMBARAN UMUM MAJALAH TEMPO DAN GOENAWAN MOHAMAD 1. Goenawan Mohamad Goenawan Mohamad atau GM lahir di Batang, pada tanggal 29 Juli 1941. Saat masih duduk di bangku SMA dalam usia 17 tahun GM menulis
Lebih terperinciRAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom
RAGAM TULISAN KREATIF C Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom HAKIKAT MENULIS Menulis merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa. Menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola bahasa
Lebih terperinci- Penerapan konsep energi gerak
IPA NO KOMPETENSI DASAR MATERI INDIKATOR 1 Menyimpulkan hasil pengamatan bahwa gerak benda di pengaruhi oleh bentuk dan ukuran - Gerak benda - Siswa dapat menjelaskan gerak benda yang berbentuk bulat -
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalamnya mencakup struktur, pesan yang disampaikan, sudut pandang, dan nilai.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Narasi memiliki unsur penting pada jurnalistik. Jurnalis tidak hanya sekadar menulis artikel tetapi harus memberikan cerita kepada pembaca yang di dalamnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan
Lebih terperinci7 Hari 6 Malam Bali Gili Trawangan - Lombok Tour
7 Hari 6 Malam Bali Gili Trawangan - Lombok Tour Hari 1 : Estimasi kedatangan siang hari Bandara - Pantai Pandawa - Sunset Uluwatu Tour Check in Hotel Penjemputan di Bandara, disambut dengan kalungan bunga
Lebih terperinciPERSEPSI SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP KESUSASTERAAN INDONESIA MODERN
PERSEPSI SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP KESUSASTERAAN INDONESIA MODERN Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan yosi.wulandari@pbsi.uad.ac.id, titiek.suyatmi@pbsi.uad.ac.id,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia. Kemampuan berbahasa seseorang dapat menunjukkan kepribadian serta pemikirannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seperti lirik lagu, novel, dan sebagainya. Novel merupakan karya sastra yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini banyak sekali karya sastra yang diciptakan oleh anak bangsa seperti lirik lagu, novel, dan sebagainya. Novel merupakan karya sastra yang berisi
Lebih terperinciBerdiri. (prosesi Alkitab simbol Firman Allah yang siap untuk diberitakan)
PERSIAPAN a. Saat Teduh b. Sebelum ibadah dimulai, organis/pianis memainkan lagu-lagu gerejawi. c. Lonceng berbunyi. d. Penyalaan Lilin dan Pembacaan Pokok-pokok Warta Jemaat Berdiri 1. MAZMUR PEMBUKA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memikat perhatian para peneliti, salah satunya adalah kakawin yang merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam khazanah sastra Jawa Kuna (kawi) memang telah sejak lama memikat perhatian para peneliti, salah satunya adalah kakawin yang merupakan sastra Jawa Kuna yang berbentuk
Lebih terperinciKata Mereka tentang KUMCER Pasir
Kata Mereka tentang KUMCER Pasir "Membaca buku ini seperti berkaca terhadap hal-hal sederhana dalam hidup yang perlu kita kenang dan hargai. Buku kumpulan cerita pendek karya Hasdevi bisa membangkitkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan medium bahasa. Sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam peradaban manusia semenjak ribuan tahun yang lalu. Kehadiran sastra di tengah peradaban manusia
Lebih terperinciNILAI MORAL DALAM NOVEL RINDU KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XII SMA
NILAI MORAL DALAM NOVEL RINDU KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XII SMA Oleh: Eka Destiani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo Ekadestiani0@gmail.com
Lebih terperinci8 Hari 7 Malam Bali & Lombok Tour
8 Hari 7 Malam Bali & Lombok Tour Hari 1 : Bandara hotel check in Penjemputan di Bandara, disambut dengan kalungan bunga dan welcome drink. Check in ke hotel. Acara bebas Hari 2 : Pantai Pandawa - Sunset
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nenek moyang yang memiliki nilai-nilai luhur budaya. Bali bukan hanya sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali dikenal sebagai salah satu penyimpanan naskah-naskah kuna warisan nenek moyang yang memiliki nilai-nilai luhur budaya. Bali bukan hanya sebagai penyimpanan naskah-naskah
Lebih terperinci5.1 Visualisasi Gajah Mada. Gambar 5.1 Visualisasi Gajah Mada
5.1 Visualisasi 5.1.1 Gajah Mada Gambar 5.1 Visualisasi Gajah Mada 24 25 Konsep dasar dari visualisasi Gajah dari visualisasi Gajah Mada adalah seorang yang keras, tegas, dan kuat. Kostum Gajah Mada dibuat
Lebih terperinciSUTI: PEREMPUAN PINGGIR KOTA
RESENSI BUKU SUTI: PEREMPUAN PINGGIR KOTA Nia Kurnia Balai Bahasa Jawa Barat, Jalan Sumbawa Nomor 11, Bandung 40113, Telepon: 081321891100, Pos-el: sikaniarahma@yahoo.com Identitas Buku Judul Novel Pengarang
Lebih terperinciBelajar Memahami Drama
8 Belajar Memahami Drama Menonton drama adalah kegiatan yang menyenangkan. Selain mendapat hiburan, kamu akan mendapat banyak pelajaran yang berharga. Untuk memahami sebuah drama, kamu dapat memulainya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rohmadi (2011:75) bahasa jurnalistik meliliki kaidah-kaidah tersendiri
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa jurnalistik merupakan suatu jenis bahasa yang digunakan oleh media massa dan sangat berbeda karakteristiknya dengan bahasa sastra, bahasa ilmu atau bahasa
Lebih terperinciintrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang
1 PENDAHULUAN Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan berbagai masalah yang dihadapinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan pelbagai
Lebih terperinciKandy City Sri Lanka. di Indonesia.
Kandy City Sri Lanka Kota Kandy adalah sebuah kota terbesar kedua setelah Colombo di Sri Lanka. Letaknya di Central Province, Sri Lanka. Kota yang dulunya merupakan ibukota terakhir dari era raja-raja
Lebih terperinciASAL MULA NAMA PANTARAN
ASAL MULA NAMA PANTARAN Suatu daearah di kaki Lereng Gunung Merbabu sebelah timur tanahnya berbukit-bukit serta hawanya dingin. Tanahnya yang gembur sehingga subur tanaman yang ada terbentang luas menyelimuti
Lebih terperinciUNTAIAN KISAH KEHIDUPAN (JATAKAMALA) Kisah Ajastya
1 UNTAIAN KISAH KEHIDUPAN (JATAKAMALA) Kisah Ajastya Kelahiran Bodhisattva berikut menunjukkan bagaimana sebagai seorang pertapa, beliau mempraktikkan kemurahan hati dan pemberian secara terusmenerus,
Lebih terperinciTahun A-B-C : Hari Raya Paskah LITURGI SABDA
1 Tahun A-B-C : Hari Raya Paskah LITURGI SABDA Bacaan Pertama Kis. 10 : 34a. 37-43 Kami telah makan dan minum bersama dengan Yesus setelah Ia bangkit dari antara orang mati. Bacaan diambil dari Kisah Para
Lebih terperinciGURU BAHASA INDONESIA, GURU SASTRA ATAU SASTRAWAN
GURU BAHASA INDONESIA, GURU SASTRA ATAU SASTRAWAN MENGAJARKAN SASTRA Tiurnalis Siregar Universitas Sumatera Utara ABSTRAK Karya Sastra merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan guru untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam perjalanan suatu bangsa pasti melewati banyak proses sejarah dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perjalanan suatu bangsa pasti melewati banyak proses sejarah dan arus pergerakan yang dialami oleh bangsa tersebut. Dalam proses memperjuangakan bangsa
Lebih terperinci6 Hari 5 Malam Bali Gili Trawangan - Lombok Tour
6 Hari 5 Malam Bali Gili Trawangan - Lombok Tour Hari 1 : Estimasi kedatangan siang hari Bandara - Pantai Pandawa - Sunset Uluwatu Tour Check in Hotel Penjemputan di Bandara, disambut dengan kalungan bunga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia yang berupa karya bahasa. Dari zaman ke zaman sudah banyak orang menciptakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Puisi merupakan salah satu bentuk sastra yang lahir dari perasaan serta
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Puisi merupakan salah satu bentuk sastra yang lahir dari perasaan serta pemikiran sastrawan atas pengalaman diri dan kondisi masyarakat yang terjadi pada saat
Lebih terperinciMATERI USBN SEJARAH INDONESIA. 6. Mohammad Ali : Sejarah adalah berbagai bentuk penggambaran tentang pengalaman kolektif di masa lampau
MATERI USBN SEJARAH INDONESIA PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP ILMU SEJARAH 1. PENGERTIAN SEJARAH Istilah Sejarah berasal dari bahasa Arab yaitu Syajaratun yang berarti Pohon. Penggunaan kata tersebut dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. antara sastra Bali dengan kebudayaan Bali, di antaranya: Sastra Bali sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telah banyak ungkapan yang dilontarkan bertalian dengan hubungan antara sastra Bali dengan kebudayaan Bali, di antaranya: Sastra Bali sebagai aspek kebudayaan Bali,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menunjukkan ciri-ciri khas, meskipun puisi telah mengalami perkembangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu bentuk karya sastra yang memiliki keindahan dalam bahasanya yaitu puisi. Waluyo (1991:3) mengatakan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang paling tua.
Lebih terperinciKandy City Sri Lanka. dataran tinggi Kandy. Saat ini kota Kandy menjadi ibu kota administratif dan kota suci Central Province, Sri Lanka.
Kandy City Sri Lanka Kota Kandy adalah sebuah kota terbesar kedua setelah Colombo di Sri Lanka. Letaknya di Central Province, Sri Lanka. Kota yang dulunya merupakan ibukota terakhir dari era raja-raja
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang damai, dimana agama ini mengajarkan keharusan terciptanya keseimbangan hidup jasmani maupun rohani sehingga dimanapun Islam datang selalu
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. yang terkandung dalam novel tersebut sebagai berikut.
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan analisis data pada Bab IV, dapat disimpulkan bahwa novel Sebelas Patriot merupakan novel yang berlatar belakang kecintaan terhadap tanah air,
Lebih terperinciSD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 8. MENULIS TERBATASLatihan Soal 8.7
SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 8. MENULIS TERBATASLatihan Soal 8.7 1. Lengkapilah pantun di bawah ini! Pergi ke Banten naik kereta Hati senang tiada gundah Meskipun kita sedikit harta...................
Lebih terperinciPERBANDINGAN NILAI BUDAYA PADA NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI DENGAN NOVEL JANGIR BALI KARYA NUR ST. ISKANDAR.
PERBANDINGAN NILAI BUDAYA PADA NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI DENGAN NOVEL JANGIR BALI KARYA NUR ST. ISKANDAR. Hj. Yusida Gloriani dan Siti Maemunah Pendidikan Bahasa dan Sastra Inonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Definisi Batik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Definisi Batik Batik, adalah salah satu bagian dari kebudayaan Indonesia, Belum ada di negara manapun yang memiliki kekayaan desain motif batik seperti yang dimiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra (dari bahasa Sansekerta) berarti tulisan atau karangan. Dari pengertian
Lebih terperinciMempunyai Pendirian Dalam Masyarakat
Mempunyai Pendirian Dalam Masyarakat "Terima kasih, ini uang kembalinya." "Tetapi Pak, uang kembalinya terlalu banyak. Ini kelebihannya." "Betul. Anda seorang yang jujur. Tidak banyak yang akan berbuat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah cerita fiksi atau rekaan yang dihasilkan lewat proses kreatif dan imajinasi pengarang. Tetapi, dalam proses kreatif penciptaan
Lebih terperinciANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA
ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA Oleh: Ulin Niswah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Adi_Jaddati@yahoo.co.id
Lebih terperinciBAB 2 DATA DAN ANALISIS Perang Wanara dan Raksasa. satu ksatria yang sangat ditakuti oleh lawannya.
BAB 2 DATA DAN ANALISIS 2.1. Legenda Hanoman 2.1.1 Perang Wanara dan Raksasa Setelah lakon Hanoman Obong. Hanoman kembali bersama Sri Rama dan Laskmana beserta ribuan pasukan wanara untuk menyerang Alengka
Lebih terperinciKURIKULUM Kompetensi Dasar. Mata Pelajaran PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN. Untuk KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2012
KURIKULUM 2013 Kompetensi Dasar Mata Pelajaran PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Untuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2012 PENDIDIKAN
Lebih terperinciBatu City Tour. Jatim Park 1 dikelilingi hawa pegunungan yang segar, banyak permainan dan hiburan yang dapat dipilih.
Batu City Tour Jatim Park 1 yang berada di Kota Wisata Batu, Malang ini memiliki aneka wahana menarik untuk Anda nikmati. Inilah tempat wisata Malang yang mengusung konsep taman bermain dan belajar. Jatim
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tutur merupakan salah satu jenis teks sastra tradisional yang mengandung
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tutur merupakan salah satu jenis teks sastra tradisional yang mengandung nilai filsafat, agama, dan nilai kehidupan. Tutur adalah 'nasehat' atau 'bicara'. Kata perulangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Konsep diri merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsep diri merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap pembicaraan tentang kepribadian manusia. Konsep diri merupakan sifat yang unik pada manusia, sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cipta yang menggambarkan kejadian-kejadian yang berkembang di masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan karya sastra tidak dapat dilepaskan dari gejolak dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Karena itu, sastra merupakan gambaran kehidupan yang terjadi
Lebih terperinciMENULIS ITU BERCERITA!
SERI JURNALISME DESA MENULIS ITU BERCERITA! Menulis itu (terasa) sulit. Demikian komentar banyak orang ketika mereka harus menulis. Benar kah demikian? Atau barangkali itu hanya pikiran kita saja? Sebelum
Lebih terperinciLiburan 63. Bab 6. Liburan
Liburan 63 Bab 6 Liburan Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini kamu diharapkan mampu: 1) mengomentari tokoh cerita Gara-gara Tape Recorder ; 2) memberikan tanggapan dan saran tehadap suatu masalah;
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN ASET WISATA DAN PEMUKIMAN TRADISIONAL MANTUIL 2.1. TINJAUAN KONDISI DAN POTENSI WISATA KALIMANTAN
BAB II TINJAUAN ASET WISATA DAN PEMUKIMAN TRADISIONAL MANTUIL 2.1. TINJAUAN KONDISI DAN POTENSI WISATA KALIMANTAN SELATAN 2.1.1. Kondisi Wisata di Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan merupakan salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali tradisional yang masih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali tradisional yang masih hidup dan berkembang cukup baik. Hal ini ditandai dengan banyaknya bermunculan para pengarang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk realita dari hasil imajinasi dan pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana ekspresi pengarang saja,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara sederhana jurnalistik adalah proses kegiatan meliput, membuat, dan menyebarluaskan berita dan pandangan kepada khalayak melalui saluran media massa (Romli: 2009:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai macam masalah kehidupan manusia secara langsung dan sekaligus.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra hadir sebagai wujud nyata hasil imajinasi dari seorang penulis. Penciptaan suatu karya sastra bermula dari pengalaman batin pengarang yang dikontruksikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan, yang dapat membangkitkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberadaan karya sastra Bali khususnya kidung masih mendapat tempat di hati
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan karya sastra Bali khususnya kidung masih mendapat tempat di hati masyarakat pencinta kesusastraan Bali, sehingga keberadaannya masih tetap hidup seiring
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN kepulauan yang berlokasi disepanjang khatulistiwa di Asia Tenggara yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki 17.508 kepulauan yang berlokasi disepanjang khatulistiwa di Asia Tenggara yang tentunya memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra pada hakikatnya memberikan banyak pengajaran, terutama dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra pada hakikatnya memberikan banyak pengajaran, terutama dalam kehidupan yang menggunakan cara menarik dan menghibur sebagai medianya. Namun demikian, sastra juga
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar Apresiasi Puisi 1. Definisi Belajar Pengertian belajar menurut Dimyati dkk (2002 : 5), menyebutkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau
Lebih terperinciGereja Memberitakan Firman
Gereja Memberitakan Firman Gereja-gereja yang mengakui kewibawaan Firman Allah memberikan tempat terhormat dan utama kepadanya. Pendeta dalam gereja-gereja seperti ini dengan setia memberitakan Firman
Lebih terperinci12 Tempat Wisata di Pulau Lombok yang Indah
12 Tempat Wisata di Pulau Lombok yang Indah http://tempatwisatadaerah.blogspot.com/2015/01/12-tempat-wisata-terindah-di-lombok.html 12 Tempat Wisata Terindah di Lombok Nusa Tenggara Barat - Lombok merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tabel 1.1 Penggunaan Teks Puisi Di Kelas VII Panggih Cahyo Setiaji,2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia pada kurikulum 2013 menggunakan pendekatan berbasis teks. Teks dapat berwujud teks tertulis maupun teks lisan. Teks merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia mempunyai berbagai suku bangsa dan warisan budaya yang sungguh kaya, hingga tahun 2014 terdapat 4.156 warisan budaya tak benda yang
Lebih terperinciLampiran. Ringkasan Novel KoKoro. Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai
Lampiran Ringkasan Novel KoKoro Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai Kamakura menjadi sejarah dalam kehidupan keduanya. Pertemuannya dengan sensei merupakan hal yang
Lebih terperinciSYAIR KERINDUAN. Genre: Puisi-puisi cinta, sahabat, keluarga semuanya tentang CINTA dan CITA-CITA.
Judul buku: SYAIR KERINDUAN Penulis: Gunawan Tambunsaribu Jlh. Hal: : 251 halaman Genre: Puisi-puisi cinta, sahabat, keluarga semuanya tentang CINTA dan CITA-CITA. Ada rasa SUKA. KEBENCIAN, SEDIH, BAHAGIA,
Lebih terperinciDESKRIPSI DUKUH SILADRI. Dipentaskan pada Festival Seni Tradisional Daerah se- MPU di Mataram, Nusa Tenggara Barat 1 Agustus 2010
DESKRIPSI FRAGMEN TARI DUKUH SILADRI Dipentaskan pada Festival Seni Tradisional Daerah se- MPU di Mataram, Nusa Tenggara Barat 1 Agustus 2010 Oleh: I Gede Oka Surya Negara, SST.,MSn JURUSAN SENI TARI FAKULTAS
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang tinggi dibandingkan beberapa wilayah lainnya di Pulau Jawa. Tingkat kehidupan Jakarta dan sekitarnya
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci: kritik sosial, bentuk, masalah, syair.
ABSTRAK Lucyana. 2018. Kritik Sosial dalam Syair Nasib Melayu Karya Tenas Effendy. Skripsi, Program Studi Sastra Indonesia, FIB Universitas Jambi, Pembimbing: (I) Dr. Drs. Maizar Karim, M.Hum (II) Dwi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dijadikan landasan bagi peneliti dalam pengambilan masalah. Kemudian masalah
1 BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini peneliti memaparkan mengenai latar belakang masalah yang dijadikan landasan bagi peneliti dalam pengambilan masalah. Kemudian masalah tersebut peneliti rumuskan dalam
Lebih terperinciNILAI AKHLAK TOKOH UTAMA DALAM NOVEL IBUKU TAK MENYIMPAN SURGA DI TELAPAK KAKINYA KARYA TRIANI RETNO A. DAN SKENARIO PEMBELAJRANNYA DI KELAS XII SMA
NILAI AKHLAK TOKOH UTAMA DALAM NOVEL IBUKU TAK MENYIMPAN SURGA DI TELAPAK KAKINYA KARYA TRIANI RETNO A. DAN SKENARIO PEMBELAJRANNYA DI KELAS XII SMA Oleh Fatmawati Nurul Ayu R Pendidikan Bahasa dan Sastra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam upaya ini pemerintah berupaya mencerdaskan anak bangsa melalui proses pendidikan di jalur
Lebih terperinciBABAK I DI KOTA INDAH NAN MULIA
BABAK I DI KOTA INDAH NAN MULIA Betapa indah dan bahagia duduk di pangkuan ayah tercinta dalam dimensi kemuliaan ini. Tinggal di kota sorgawi yang penuh dengan kemuliaan dan cahayanya sama seperti permata
Lebih terperinciMENGANGKAT NILAI-NILAI PLURALISME DALAM NEGARAKERTAGAMA DI SITUS TROWULAN KABUPATEN MOJOKERTO
MENGANGKAT NILAI-NILAI PLURALISME DALAM NEGARAKERTAGAMA DI SITUS TROWULAN KABUPATEN MOJOKERTO Tri Niswansari, Suwarno Winarno, Yuniastuti Universitas Negeri Malang E-mail: niswansari_tri@yahoo.com ABSTRAK:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perempuan menjadi pembicaraan yang sangat menarik. Terlebih lagi dengan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Membicarakan masalah perempuan tidak ada habisnya, sejak dulu wacana tentang perempuan menjadi pembicaraan yang sangat menarik. Terlebih lagi dengan munculnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai gambaran dunia (dalam kata), hadir pertama-tama kepada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra sebagai gambaran dunia (dalam kata), hadir pertama-tama kepada pembaca hakikatnya untuk menghibur, memberikan hiburan yang menyenangkan. Sastra menampilkan
Lebih terperinciSMA/MA IPS kelas 11 - BAHASA INDONESIA IPS BAB 1. MEMAHAMI CERPEN DAN NOVELLatihan Soal 1.3
1. Bacalah dengan seksama penggalan novel berikut! SMA/MA IPS kelas 11 - BAHASA INDONESIA IPS BAB 1. MEMAHAMI CERPEN DAN NOVELLatihan Soal 1.3 Ketika pulang, pikirannya melayang membayangkan kejadian yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan berdasarkan imajinasi dan berlandaskan pada bahasa yang digunakan untuk memperoleh efek makna tertentu guna mencapai efek estetik. Sebuah
Lebih terperinciNILAI-NILAI PENDIDIKAN NOVEL RANAH 3 WARNA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA.
NILAI-NILAI PENDIDIKAN NOVEL RANAH 3 WARNA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA. Oleh : Gilang Ratnasari Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP-Universitas Muhammadiyah Purworejo
Lebih terperinci23/03/2010 Drs. Sumiyadi, M.Hum./Jurdiksatrasia, FPBS,UPI
PEMODERNAN CERITA RAKYAT & MASALAH PEMBELAJARANNYA oleh Sumiyadi Karya sastra, yaitu puisi, prosa (cerpen dan novel), dan drama adalah materi yang harus diajarkan dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra
Lebih terperinciPupuh 1 (bait 1-5) : Manggala dipersembahkan kepada Dewa Wisnu yang menjelma menjadi manusia pada zaman Dwapara.
RINGKASAN KEKAWIN KRESNAYANA Pupuh 1 (bait 1-5) : Manggala dipersembahkan kepada Dewa Wisnu yang menjelma menjadi manusia pada zaman Dwapara. Pupuh 2 (bait 1-8) : Ada suatu kerajaan yang bernama Dwarawati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan yang biasanya dilakukan setiap tanggal 6 April (Hari Nelayan)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Upacara Adat Labuh Saji berlokasi di Kelurahan Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi, pada tahun ini upacara dilaksanakan pada tanggal 13 Juni hal tersebut dikarenakan
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Universitas Indonesia
BAB 5 KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Melalui analisis, dapat terlihat berbagai kritik sosial yang diungkapkan oleh SGA dalam Kalatidha. Kritik dalam Kalatidha dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah
Lebih terperinci