Aplikasi Penggunaan Pestisida
|
|
- Liani Sanjaya
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Aplikasi Penggunaan Pestisida Aplikasi penggunaan pestisida Jenis & mode of action pestisida Formulasi & penggunaan pestisida Peranan & dampak negatif pestisida pada pertanian berkelanjutan
2 Pestisida Semua zat kimia / bahan lain serta jazad renik & virus yg digunakan utk beberapa tujuan: 1. memberantas/mencegah hama & penyakit yg merusak tanaman, bagian tanaman, hasil pertanian. 2. Memberantas rerumputan 3. Mematikan daun & mencegah pertumbuhan yg tidak diinginkan 4. Mengatur /merangsang pertumbuhan tanaman /bagian tanaman.
3 5. Memberantas /mencegah hama-hama luar pd hewan piaraan & ternak. 6. Memberantas hama-hama air 7. Mencegah, memberantas binatang & jasad renik dlm rumah tangga/banguan/alat pengangkutan 8. Memberantas binatang yg bisa menyebabkan penyakit pd manusia.
4 Klasifikasi pestisida berdasarkan organisme sasaran 1. Insektisida (Mengendalikan hama serangga), Ovisida (telur serangga), Larvisida (larva serangga) 2. Akarisida (akarina (tungau) 3. Moluskisida (bangsa siput) 4. Rodentisida (hewan pengerat (tikus) 5. Nematisida (nematode) 6. Fungisida (penyakit tanaman yg disebabkan o/ cendawan (jamur /fungi)
5 7. Bakterisida Mengendalikan penyakit tanaman yg disebabkan o/ bakteri 8. Herbisida Mengendalikan gulma 9. Algisida Mengendalikan ganggang (algae) 10. Piskisida Mengendalikan ikan gabus 11. Avisida Meracuni burung perusak hasil pertanian
6 12. Repelen Tidak bersifat membunuh, hanya mengusir hama 13. Atraktan Menarik atau mengumpulkan serangga 14. Zpt Mengatur pertumbuhan tanaman yg efeknya bisa memacu pertumbuhan / menekan pertumbuhan 15. Plant activator Untuk merangsang timbulnya kekebalan tumbuhan shg tahan thd penyakit tertentu.
7 Prisip Penggunaan pestisida Dampak negative: 1. Pengguna 2. Konsumen 3. Lingkungan
8 Tujuan penggunaan pestisida: Menurunkan populasi hama, menghentikan serangan penyakit & mengendalikan gulma agar keberadaannya tdk menyebabkan kerugian ekonomis /bisa menekan kehilangan hasil.
9 3 prinsip penggunaan pestisida: 1. Digunakan secara legal Tdk bertentangan dg perundangan 2. Digunakan secara benar Penggunaan disesuaikan dg rekomendasi dr pembuatnya/ lembaga berwenang & parameter aplikasi. Memperhatikan syarat teknis sesuai dg metode aplikasi yg digunakan. Tujuan: mengefektifkan kerja pestisida.
10 3. Digunakan secara bijaksana Penggunaan pestisida harus sesuai dg tujuan utama yaitu mengendalikan OPT. - tidak berdampak negative bagi pengguna, konsumen, lingkungan. - sejalan dg konsep pengendalian hama terpadu. - mengikutsertakan manajemen resistensi. - tidak berlebihan & ekonomis.
11 Formulasi & penggunaan pestisida Susunan Formulasi Pestisida a. Bahan aktif b. Bahan pembantu (adjuvant) c. Bahan pembawa (carrier)
12 Bahan aktif Senyawa kimia /bahan lain yg memiliki efek sebagai pestisida. Berbentuk padatan, cairan /gas. Bahan aktif teknis (mengandung bahan ikutan dlm jumlah kecil). Bahan ikutan dpt mempengaruhi stabilitas kimiawi bahan aktif. Contoh: Azadirachtin Asetogenin Terpridin-sangat toksik Glifosat (ba herbisida)
13 Bahan pembantu (adjuvant) Bahan /senyawa kimia yg ditambahkan ke dlm pestisida dlm proses formulasinya agar mudah diaplikasikan utk memperbaiki efikasi pestisida. Berupa: Bahan pelarut (solvent): xylol, alcohol, keton, & berbagai produk minyak bumi. Emulsifier (bahan pembuat emulsi) Diluent (bahan pembasah /pengencer) Synergis (bahan utk meningkatkan efikasi pestisida).
14 Bahan pewarna Bahan pembau Bahan pemuntah (emetic) Solvent Utk melarutkan bahan aktif, karena bahan aktif pestisida tdk mudah larut dlm air / minyak. Solvent organic: asetonitril, aseton, diklorometan, etanol, etil asetat, heksan, methanol, toluene, xylen.
15 Diluent Utk membantu melarutkan bahan aktif / membawa bahan aktif. Ex: silica gel, hydrated aluminium oxide, kalsium silikat. Suspension agent Adjuvan yg digunakan utk membantu pembentukan suspensi. Air & tepung > WP.
16 Emulsifier Ajuvant yg digunakan utk membantu pembentukan suspense. Ex: minyak & air > EC Alkil gliserol ftalat, oktil etoksipolietoksi etanol Buffer Bahn kimia yg ditambahkan utk menstabilkan ph formulasi (5.5 7). Campuran asam lemah & garam CH3COOH + CH3COONa
17 Surfactant Membantu membasahi bidang sasaran dg cara menurunkan tegangan permukaan. Butiran semprot akan mudah menempel pd bidang sasaran. Penggunaan surfactant yg tepat, mencegah butiran semprot luruh (run off) dari bidang sasaran. Surfactan berlebihan akan meningkatkan run off (aliran) sehinga efikasi berkurang.
18 ex. Surfactan: alkilaril poietoksilat, alkil gliserol ftalat Tipe surfactant: Anionok surfactant: baik digunakan utk pestisida kontak. Nonionik surfactant: cocok utk kebanyak pestisida. Cationik surfactant: bersifat fitotoksik, jarang digunakan secara tunggal.
19 Bahan perekat (sticker) Membantu merekatkan butiran semprot pd bidang sasaran dg cara meningkat adesi partikel ke bidang sasaran. Menurunkan pestisida luruh.
20 Plant penetrant Meningkatkan penetrasi beberapa pestisida ke dlm jaringan tanaman ttt. Tickener (bahan pengental) Meningkatkan kekentalan larutan semprot. Utk mengendalikan drift (butiran semprot terbawa angina). Menghambat penguapan
21 Defoaming agent (penghambat terbentuknya busa) Safener Mengurangi efek fitotoksik. Benoksacor (meningkatkan toleransi tanaman jagung thd metaklor) Kloquintoset-meksil (meningkatkan serealia thd herbisida klodinafop-propargil.
22 Synergist Zat kimia yg ditambahkan utk meningkatkan efikasi suatu insektisida. Bahan pembawa (carrier) Utk menurunkan konsentrasi produk pestisida, tergantung pd cara penggunaan yg diinginkan. Air (water base formulation) Minyak (oil based formulation) Talk, attapulgit, bentonite, tepung diatomae (pd formulasi tepung) Pasir (formulasi butiran)
23 Kode Formulasi Pestisida Global Crop Protection Federation (GCPF, 1999) a. Formulasi cair 1. EC (Emulsifiable Concentrate) berbentuk pekatan cair dg kandungan (konsentrasi) bahan aktif yg cukup tinggi. solvent berbasis minyak, dicampur dg air membentuk emulsi.
24 2. SCW/WSC (soluble concentrate in water) Mirip EC, solvent berbasis air, dicampur air tdk membentuk emulsi akan tetapi membentuk larutan homogen. 3. Aquaeous Solution (AS)/AC Pekatan yg dpt dilarutkan dlm air. umumnya pestisida berbahan aktif garam yg kelarutannya tinggi dlm air. 4. Soluble liquid (SL) Pekatan cair, dicampur air akan membentuk larutan.
25 5. Flowable (F) / Flowable in water (FW) Konsentrat cair yg sgt pekat (mendekati pasta, tp masih bisa dituangkan). campur air membentuk suspensi (partikel melayang dlm media cair). 6. Ultra low volume (ULV) Sediaan khusus utk penyemprotan dg volume ultra rendah, volume semprot antara 1-5 l/ha. Sedian siap pakai tdk perlu air. Berbasis minyak: penyemprotan dg volume ultra rendah dignkn butiran semprot yg sgt halus. Butiran berbasis air sgt halus (mudah menguap)
26 Micro-encapsulation Partikel pestisida (cair/padat) dimasukkan ke dlm kapsul (spt selubung plastic larut air), ukuran sangat kecil. CS: capsule suspention, CF: capsule suspension for seed treatment. SEDIAAN PADAT WP wettable powder Sediaan berbentuk tepung (micron) dg kadar ba relative tinggi 50-80%. Dicampur air membentuk suspensi.
27 Soluble powder (s / SP) Berbentuk tepung, dicampur air akan membentuk larutan homogen. Butiran/ granule, G Butiaran siap pakai, dg konsentrasi ba rendah sekitar 2%. Ukuran mm. Water Dispersible granule (WG / WDG);Dry Flowable (DF) Butiran, mirip G, harus diencerkan terlebih dahulu.
28 Soluble granul (SG) Mirip dengan WDG, bedanya jk dicampur air, SG akan membentuk larutan sempurna. Tepung hembus (Dust) Tidak perlu dicampur air (10-30 micron), konsentrasi ba 2%. Dihembuskan. Seed Dressing (SD)/ seed treatment (ST) Formulasi khusus benih berbentuk tepung / cairan.
29 Umpan bait (B) /ready Mix bait (RMB) Formulasi rodentisida, utk tikus & babi hutan. RMB / RB sudah siap pakai. B harus dicampur dg pakan.
30 Sifat dan Cara Kerja Pestisida Sifat, cara kerja, /gerakan pd tumbuhan: a. Insektisida sistemik Diserap organ2 tanaman, akar, batang, daun. Selanjutnya ditransportasikan mengikuti aliran cairan tanaman ke bagian tanaman lainnya. Sitemik akropetal: insektisida ditransportasikan dr akar ke daun. Sistemik basipetal: insektisida ditransportasikan dr daun ke akar. Ex; asefat, aldikarb, fipronil, karbofuran, monokrotofos
31 b. Insektisida nonsistemik Insektisida tdk diserap o/ jaringan tanamn, tp hanya menempel di luar tanaman. Ex: endosulfan, sihalotrin, sipermetrin, klorpirifos.
32 c. Insektisida sistemik local Semi sistemik/ insektisida yg bisa diserap o/ jaringan tanaman, tp hanya sedikit ditransportasikan ke bagian lainnya. Berdaya kerja translaminar & insektisida yg memiliki daya penetrasi ke dlm jaringan tanaman. Ex: abamektin, emamektin, profenofos.
33 Mode of Entry Insektisida Racun lambung /racun perut Insektisida yg membunuh serangga sasaran jk termakan serta masuk ke dlm organ pencernaan. Selanjutnya diserap o/ dinding saluran pencernaan makanan & dibawa oleh cairan tubuh serangga ke tempat insektisida tersebut aktif. Ex: bacillus thuringiensis, lufenuron, fosfamidon, teflubenzuron, tiodikarb, triflumuron.
34 Racun kontak Insektisida yg masuk ke dalam tubuh serangga sasaran lewat kulit (kutikula) & ditransportasikan ke bagian tubuh serangga tempat insektisida aktif bekerja. Ex: dikofo, propargit, piretrum.
35 Racun Inhalasi (fumigant) Insektisida yg bekerja lewat system pernapasan. Serangga akan mati jk insektisida-dlm jlh yg cukup- masuk ke dalam system pernapasan serangga & selanjutnya ditransportasikan ke tempat racun tsb bekerja. Ex: etilen bromide, fosfin, metil bromide. Racun pernapasan Insektisida yg mematikan serangga karena mengganggu kerja organ pernapasan.
36 Mode of action insektisida Berdasarkan lokasi racun bekerja dlm tubuh serangga / caranya mematikan/melumpuhkan serangga hama. Racun saraf Gejala: kekejangan & kelumpuhan sebelum mati. Ex: kelas hidrokarbon berklor, karbamat, piretroid, organoposphat.
37 Racun pencernaan Racun masuk ke dlm tubuh serangga lewat saluran pencernaan. Racun merusak saluran pencernaan serangga shg serangga mati karena system pencernaannya tdk bekerja / hancur. Ex: bacillus thuringiensis
38 Racun penghambat metamorfosa serangga Bekerja dg menghambat pembentukan kitin. Kitin: zat kimia yg dihasilkan oleh serangga sebagai bahan utk menyusun kulitnya. Racun metabolisme Membunuh serangga dg mengintervensi proses metabolismenya. ex: diafentiuron yg menggangu respirasi sel & bekerja di mitokondria.
39 Racun fisik Membunuh serangga dg cara yg tdk spesifik. Ex: minyak bumi & debu inert yg bisa menutupi lubang pernapasan serangga (spirakel), shg serangga mati lemas karena kekurangan oksigen.
40 Penggunaan Pestisida Faktor yg mempengaruhi efikasi pestisida 1. Hubungan antara pestisida pertanian & OPT sasaran. - Kesesuaian antara pestisida & sasaran biologisnya. - Kepekaan sasaran 2. Faktor teknik penggunaan - waktu aplikasi yg tepat - takaran aplikasi - cara/ metode aplikasi
41 Metode aplikasi a. Penyemprotan - Ground spraying - Aerial spraying,- sprayer - Pengabutan (mist blowing), -mist blower b. Fogging volume rendah, ukuran butiran semprot sgt halus shg membentuk kabut asap. - fogger - campuran pestisida & bahan pelarut (minyak), dipanaskan hingga mjd kabut asap. - hama gudang, tanaman kebun, vector penyakit.
42 c. Aerosol Mirip fogging hanya tdk menggunakan pemanasan. Skala rumah tangga, vector penyakit. d. Penghembusan/Dusting Menggunakan pestisida berformulasi tepung. Duster e. Penaburan pestisida butiran/broadcasting Ditaburkan pd bidang sasaran
43 f. Perawatan benih g. Pencelupan (dipping) bibit tanaman h. Fumigasi untuk hama gudang i. Injeksi memasukkan larutan pestisida ke dlm tanah/ batang tanaman. k. Penyiraman/drenching, pouring on) daerah perakaran (koloni sarang semut, rayap) l. Percikan tanaman padi & derah perairan. Pestisida jatuh ke permukaan air akn menyebar & membunuh gulma.
44 Herbigation Mencurahkan herbisida lewat air pengairan.
45 Sasaran Aplikasi Pestisida 1. Tanaman/ bagian tanaman 2. Tanah 3. Gulma 4. Air 5. Ruangan 6. Lingkungan, tembok, dinding, tubuh ternak
46 Sasaran Aplikasi Pestisida 1. Tanaman/ bagian tanaman utk mengendalikan hama & penyakit tanaman. dg cara penyemprotan, pengabutan, penghembusan. dasar aplikasi: luas lahan aplikasi (tanaman semusim), jlh pohon, panjang barisan. 2. Tanah aplikasi herbisida pratumbuh. aplikasi pestisida butiran (insek & fungisida). sterilisasi tanah.
47 3. Gulma dasar aplikasi luas lahan yg ditumbuhi gulma 4. Air herbisida pra tumbuh di sawah & daerah perairan. Metode herbigation: herbisida dicurahkan lewat irigasi. Utk mengendalikan nyamuk, hama air, ganggang,. Aplikasi didasarkan atas luas daerah perairan atau perkiraan volume air yg diperlakukan.
48 5. Ruangan Sasaran bagi fumigasi. Aplikasi didasarkan pd volume ruangan yg akan diaplikasikan. 6. Lingkungan, tembok, dinding & tubuh ternak Lingkungan (vector penyakit) Tubuh ternak (ektoparasit) Tembok (jamur, nyamuk)
49 Waktu aplikasi pestisida a. Penggunaan secara preventif sebelum ada serangan hama & penyakit. b. Penggunaan secara kuratif sesudah ada serangan hama & penyakit. c. Penggunaan dg jadwal tetap/kalender seminggu sekali/2 kali cenderung boros berisiko besar tidak dianjurkan dlm PHT d. Penggunaan berdasarkan ambang ekonomi jk populasi hama & intensitas serangan penyakit mencapai suatu nilai ttt,
50 3 macam herbisida berdasarkan waktu aplikasi: a. Herbisida pratumbuh b. Herbisida pascatumbuh c. Herbisida pascatumbuh awal (gulma berdaun 3-4 helai) Takaran Aplikasi Jumlah pestisida yg digunakan utk setiap satuan luas lahan (kg/ha, ml/pohon).
51 Metode Aplikasi a. Penyemprotan 5 parameter penyemprotan: 1. Menggunakan ukuran butiran semprot yg tepat utk berbagai penyemprotan yg berbeda. Herbisida & insektisida: micron. Herbisida pratumbuh: micron. 2. Permukaan bidang sasaran harus tertutup oleh butiran semprot dlm jumlah yg memenuhi syarat.
52 3. Butiran semprot tsb harus didistribusikan pd bidang sasaran secara merata. 4. Menggunakan volume semprot yg cocok utk berbagai jenis tanaman serta stadia pertumbuhan tanaman yg berbeda. 5. Pestisida yg disemprotkan menempel sebanyak mungkin pd bidang sasaran.
53 Fogging /aerosol Ukuran butiran semprot sangat halus. Aerosol 1-50 micron. Fogging micron. Butiran semprot membentuk kabut, lama melayang diudara. Menyusup pd bidang sasaran. Serangga bermobilitas tinggi. Serangga yg bersembunyi pd tempat sulit terjangkau. Pengendalian vector nyamuk, lalat, kecoa, hama gudang, hama & penyakit perkebunan.
54
55 Tembakau (Nicotiana tabacum) Nikotin (racun syaraf) Efektif terhadap berbagai jenis serangga Beracun bagi manusia
Bahan kimia tersebut disebut Pestisida (pest=hama. Sida=racun)
DASAR DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN Oleh: Tim Dosen HPT Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan - Fakultas Pertanian - Universitas Brawijaya - 2013 Pengendalian dengan menggunakan bahan kimia beracun untuk melindungi
Lebih terperinciResistensi OPT terhadap Pestisida
Resistensi OPT terhadap Pestisida Kelebihan Pestisida Untuk menghindari dampak negatif pestisida maka dalam penggunaannya harus didasarkan pada prinsip-prinsip : 1. Pestisida digunakan bila populasi atau
Lebih terperinciF. Pengendalian Kimiawi
PENGENDALIAN HAMA F. Pengendalian Kimiawi Yaitu penggunaan pestisida untuk mengendalikan hama agar hama tidak menimbulkan kerusakan bagi tanaman yang diusahakan. Kelebihannya : 1. Cepat menurunkan populasi
Lebih terperinciTEKNIK PENYEMPROTAN PESTISIDA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA
TEKNIK PENYEMPROTAN PESTISIDA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BAGAIMANA MENGGUNAKAN PESTISIDA BERDASARKAN KONSEPSI PHT Tepat 1.Tepat sasaran Yang dimaksud dengan tepat sasaran ialah pestisida
Lebih terperinciREADY-TO-USE (RTU) Ada beberapa macam jenis RTU, antara lain oil spray dan aerosol yang banyak dijual untuk rumah tangga.
(LANJUTAN) READY-TO-USE (RTU) Ada beberapa macam jenis RTU, antara lain oil spray dan aerosol yang banyak dijual untuk rumah tangga. Untuk pemakaian professional adalah ULV. Formulasi ini siap pakai dan
Lebih terperinciPenanganan Pestisida. Tidak Layak Pakai
Peranan CropLife Indonesia Penanganan Pestisida Dalam Meminimalkan Pemalsuan Pestisida Tidak Layak Pakai Deddy Djuniadi Executive Director CropLife Indonesia 19 Juni 2012 Peranan CropLife Indonesia Dalam
Lebih terperinciPESTISIDA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA
PESTISIDA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PESTISIDA Pestisida asal kata dari pesticide (pest = hama dan penyakit; cide = membunuh) Jadi pestisida = bahan untuk membunuh hama dan penyakit
Lebih terperinciDAMPAK SOSIAL PENGGUNAAN PESTISIDA BAGI PETANI Persfektif Sosiologi Pedesaan. Mansur
DAMPAK SOSIAL PENGGUNAAN PESTISIDA BAGI PETANI Persfektif Sosiologi Pedesaan Mansur Abstrak: Tulisan ini menitik beratkan kajiannya pada dampak penggunaan pestisida bagi petani dampak sosial sebagai efek
Lebih terperinciPestisida dan Teknik Aplikasi
Pestisida dan Teknik Aplikasi Dr. Akhmad Rizali Pestisida Definisi: pest hama, sida racun Penggolongan: OPT sasaran: insektisida, bakterisida, herbisida bahan: kimia, botanis, minyak, IGR, mikroba cara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. faktor struktur tanah, pencemaran, keadaan udara, cuaca dan iklim, kesalahan cara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan pada tanaman dapat disebabkan oleh faktor biotik ataupun abiotik. Faktor pengganggu biotik adalah semua penyebab gangguan yang terdiri atas organisme atau makhluk
Lebih terperinciK I M I A P E R T A N I A N
Hubungan Kimia dan Pertanian Teori Maltus : Populasi dan pangan Tumbuhan : fotosintesis pangan Hara MAKRO : N, P, K Hara MIKRO : B, Cu, Fe, Mn, Mo, Zn, Cl Hara sekunder : Mg, Ca, S Teori MALTUS (1830)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. khususnya di area persawahan hingga saat ini semakin meningkat, dan dapat
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Penggunaan pestisida pada usaha pertanian khususnya
Lebih terperinciPESTISIDA» BIOSIDA. Dr Sugiyarto, M.Si. Pemberantasan Pengendalian Pengelolaan
PESTISIDA» BIOSIDA Pemberantasan Pengendalian Pengelolaan Dr Sugiyarto, M.Si Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta Prodi Biosains PPs UNS Surakarta Bidang Biodiversitas Puslibang Bioteknologi & Biodiversitas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang secara ekonomis sangat merugikan petani. Organisme Pengganggu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman pertanian sering diganggu atau dirusak oleh organisme pengganggu yang secara ekonomis sangat merugikan petani. Organisme Pengganggu Tanaman/Tumbuhan (OPT) ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jambu biji (Psidium guajava L.) adalah salah satu komoditas buah yang prospektif. Tanaman jambu biji telah menyebar luas, terutama di daerah tropik. Saat
Lebih terperinciHAND OUT DASAR DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN (AGR40) SUB POKOK BAHASAN : PENGENDALIAN HAMA Oleh : Dian Astriani
HAND OUT DASAR DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN (AGR40) SUB POKOK BAHASAN : PENGENDALIAN HAMA Oleh : Dian Astriani Pengendalian hama dilakukan untuk mengatasi serangan hama pada tanaman agar tidak mencapai aras
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyamuk dalam kehidupan sehari hari keberadaan nyamuk sangat dekat dengan manusia. Nyamuk tinggal dan berkembang biak disekitar lingkungan hidup manusia, dekat penampungan
Lebih terperinciPeta Konsep. Tujuan Pembelajaran. gulma biologi hama predator. 148 IPA SMP/MTs Kelas VIII. Tikus. Hama. Ulat. Kutu loncat. Lalat. Cacing.
Peta Konsep Hama Tikus Mengidentifikasi hama dan penyakit pada tumbuhan Penyakit Ulat Kutu loncat Lalat Cacing Wereng Burung Virus Bakteri Jamur Pengendalian Hama Gulma Biologis Mekanis Kimia Pola tertentu
Lebih terperinciKombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi
Metode Analisis Untuk Air Limbah Pengambilan sample air limbah meliputi beberapa aspek: 1. Lokasi sampling 2. waktu dan frekuensi sampling 3. Cara Pengambilan sample 4. Peralatan yang diperlukan 5. Penyimpanan
Lebih terperinciPESTISIDA 1. Pengertian 2. Dinamika Pestisida di lingkungan Permasalahan
PESTISIDA 1. Pengertian Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1973, tentang Pengawasan atas Peredaran dan Penggunaan Pestisida yang dimaksud dengan Pestisida adalah sebagai berikut: Semua zat kimia
Lebih terperinciPENGENDALIAN PENYAKIT TANAMAN HUTAN
PENGENDALIAN PENYAKIT TANAMAN HUTAN Konsep pengendalian hama dan penyakit secara terpadu. Konsep ini berpangkal dari upaya manusia mengelola populasi hama-penyakit melalui teknik-teknik pengendalian yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang perlu dikembangkan adalah produk alam hayati (Sastrodiharjo et al.,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan pestisida sintetik pada umumnya kurang aman karena mempunyai dampak yang merugikan terhadap kesehatan dan lingkungan hidup, untuk itu pestisida sintetik yang
Lebih terperincitanam, tanamlah apa saja maumu aku akan tetap datang mengganggu karena kau telah merusak habitatku maka aku akan selalu menjadi pesaingmu
tanam, tanamlah apa saja maumu aku akan tetap datang mengganggu karena kau telah merusak habitatku maka aku akan selalu menjadi pesaingmu ttd. Organisme Pengganggu 1 Agroekologi (Ekologi Pertanian) adalah
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORI
BAB II KERANGKA TEORI A. KERANGKA TEORI 1. Definisi dan Bentuk Fogging Fogging merupakan salah satu kegiatan penanggulangan DBD (Demam Berdarah Dengue) yang dilaksanakan pada saat terjadi penularan DBD
Lebih terperinciPembuatan Pestisida Nabati
Pestisida Nabati Pembuatan Pestisida Nabati Pestisida yg bahan dasarnya dari tumbuhan Bukan utk meninggalkan pestisida buatan melainkan sbg alternatif menghindarkan ketergantungan & meminimalisir pestisida
Lebih terperinciPENGELOLAAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN SECARA TERPADU
PENGELOLAAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN SECARA TERPADU Oleh : Awaluddin (Widyaiswara) I. LATAR BELAKANG A. Pendahuluan Program peningkatan produksi dan produktivitas tanaman masih banyak kendala yang
Lebih terperinciHASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Kecepatan Kematian. nyata terhadap kecepatan kematian (lampiran 2a). Kecepatan kematian Larva
IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Kecepatan Kematian Penambahan kosentrasi ekstrak daun mimba memberikan pengaruh yang nyata terhadap kecepatan kematian (lampiran 2a). Kecepatan kematian Larva Plutella
Lebih terperinciTEKNIK PENGENDALIAN HAMA SECARA KIMIAWI PESTISIDA
TEKNIK PENGENDALIAN HAMA SECARA KIMIAWI? PESTISIDA PESTISIDA Zat atau senyawa kimia, zat pengatur tumbuh dan perangsang tumbuh, bahan lain, serta organisme renik atau virus yang digunakan untuk melakukan
Lebih terperinci1 Menerapkan pola tanam yang teratur dan waktu tanam yang serempak (tidak lebih dari 2 minggu)
Hama dan penyakit merupakan cekaman biotis yang dapat mengurangi hasil dan bahkan dapat menyebabkan gagal panen. Oleh karena itu untuk mendapatkan hasil panen yang optimum dalam budidaya padi, perlu dilakukan
Lebih terperinciSMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 10. HAMA DAN PENYAKIT TANAMANlatihan soal 10.1
SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 10. HAMA DAN PENYAKIT TANAMANlatihan soal 10.1 1. Berikut ini yang merupakan tanda bahwa tanaman dirusak oleh cacing, kecuali.. Bintil akar B. Bercak akar Busuk akar Lubang pada
Lebih terperinciPENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA
PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PENGENDALIAN OPT CABAI Pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT) atau hama dan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
6 HASIL DAN PEMBAHASAN Toksisitas Kontak dan Efek Fumigan Minyak Atsiri Cinnamomum spp. Minyak atsiri 8 spesies Cinnamomum dengan konsentrasi 5% memiliki toksisitas kontak dan efek fumigan yang beragam
Lebih terperinciEnam Tepat Penggunaan Pestisida & Teknik Penyemprotan Pestisida
Peranan CropLife Indonesia Dalam Meminimalkan Pemalsuan Pestisida Enam Tepat Penggunaan Pestisida & Teknik Penyemprotan Pestisida Deddy Djuniadi Executive Director CropLife Indonesia 19 Juni 2012 Peranan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai hama. Pestisida berasal dari kata pest, yang berarti hama dan sida yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pestisida 2.1.1 Pengertian Pestisida Pestisida adalah subtansi yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan berbagai hama. Pestisida berasal dari kata pest, yang berarti
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1995 TENTANG PERLINDUNGAN TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1995 TENTANG PERLINDUNGAN TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa tingkat produksi budidaya tanaman yang mantap sangat menentukan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Biologi Ulat Api Setothosea asigna Eecke (Lepidoptera: Limacodidae)
15 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Ulat Api Setothosea asigna Eecke (Lepidoptera: Limacodidae) Menurut Kalshoven (1981), S. asigna diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Pilum Kelas Ordo Famili Genus Spesies
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran lingkungan yang diakibatkan dari kegiatan pertanian merupakan salah satu masalah lingkungan yang telah ada sejak berdirinya konsep Revolusi Hijau. Bahan kimia
Lebih terperinciPengantar Perlindungan Tanaman HPT 210 Minggu ke 5 Pengendalian Hama
Pengantar Perlindungan Tanaman HPT 210 Minggu ke 5 Pengendalian Hama Purnama Hidayat, Ph.D Dewi Sartiami MSi http://ipb.ac.id/~phidayat/perlintan PRINSIP-PRINSIP PENGENDALIAN HAMA Tujuan Pengendalian :
Lebih terperinciStandart Kompetensi Kompetensi Dasar
POLUSI Standart Kompetensi : Memahami polusi dan dampaknya pada manusia dan lingkungan Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi jenis polusi pada lingkungan kerja 3. Polusi Tanah Polusi tanah banyak diakibatkan
Lebih terperinciVI. PEMBUATAN PESTISIDA NABATI. Yos. F. da Lopes, SP, M.Sc & Ir. Abdul Kadir Djaelani, MP
PEMBUATAN PESTISIDA NABATI VI. PEMBUATAN PESTISIDA NABATI Yos. F. da Lopes, SP, M.Sc & Ir. Abdul Kadir Djaelani, MP MODUL-06 Department of Dryland Agriculture Management, Kupang State Agriculture Polytechnic
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencemaran Pestisida Pestisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan perkembangan/pertumbuhan dari hama, penyakit dan gulma (Sofia, 2001). Menurut Yuantari (2009)
Lebih terperinciAgroteknologi Tanaman Rempah dan Obat
Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Syarat Tumbuh Tanaman Jahe 1. Iklim Curah hujan relatif tinggi, 2.500-4.000 mm/tahun. Memerlukan sinar matahari 2,5-7 bulan. (Penanaman di tempat yang terbuka shg
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA A. Tribolium castaneum Herbst.
digilib.uns.ac.id 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tribolium castaneum Herbst. Klasifikasi dari kumbang tepung (T. castaneum) sebagai berikut : Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Coleoptera
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. A. Pemantauan Vektor Penyakit dan Binatang Pengganggu. dan binatang pengganggu lainnya yaitu pemantauan vektor penyakit dan
BAB V PEMBAHASAN A. Pemantauan Vektor Penyakit dan Binatang Pengganggu Dari hasil wawancara dengan petugas kesehatan lingkungan Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta tentang pemantauan vektor penyakit
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Ulat pemakan daun kelapa sawit yang terdiri dari ulat api, ulat kantung, ulat bulu merupakan hama yang paling sering menyerang kelapa sawit. Untuk beberapa daerah tertentu, ulat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan ini memiliki
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kacang hijau adalah tanaman budidaya palawija yang dikenal luas di daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan ini memiliki banyak manfaat dalam kehidupan
Lebih terperinciPujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015
Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 APA ITU CPPOB? adalah cara produksi yang memperhatikan aspek keamanan pangan, antara lain dengan cara : a. mencegah tercemarnya pangan
Lebih terperinciHASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. menghasilkan tingkat penolakan yang tidak berbeda nyata dibandingkan dengan
IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Tingkat penolakan hama kutu beras Hasil penelitian menunjukkan dosis ekstrak daun pandan wangi kering dan daun pandan wangi segar memberikan pengaruh nyata terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular yang sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan di negara kita, khususnya di kota-kota
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata pestisida berasal dari kata pest yang berarti hama, dan cide berarti. mengendalikan berbagai hama (Subiyakto,1991).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Pestisida Kata pestisida berasal dari kata pest yang berarti hama, dan cide berarti pembunuh. Pestisida adalah substansi kimia yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. 1. Biologi Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae)
TINJAUAN PUSTAKA 1. Biologi Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae) Gambar 1: Telur, larva, pupa dan imago S. oryzae S. oryzae ditemukan diberbagai negara di seluruh dunia terutama beriklim panas.
Lebih terperinciDesain formulasi tablet. R/ zat Aktif Zat tambahan (eksipien)
Defenisi tablet Berdasarkan FI III : Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis
Lebih terperinciHama Patogen Gulma (tumbuhan pengganggu)
KOMPONEN OPT Hama adalah binatang yang merusak tanaman sehingga mengakibatkan kerugian secara ekonomi. Patogen adalah jasad renik (mikroorganisme) yang dapat menyebabkan penyakit pada tanaman Gulma (tumbuhan
Lebih terperinciPERMOHONAN PENDAFTARAN PESTISIDA KIMIA
LAMPIRAN VII PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 24/Permentan/SR.140/4/2011 TANGGAL : 8 April 2011 FORMULIR PENDAFTARAN PESTISIDA KIMIA PERMOHONAN PENDAFTARAN PESTISIDA KIMIA 1. KEADAAN DAN SIFAT PESTISIDA
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Secara harafiah, pestisida berarti pembunuh hama (pest: hama dan cide:
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Formulasi Pestisida 2.1.1. Pengertian Pestisida Secara harafiah, pestisida berarti pembunuh hama (pest: hama dan cide: membunuh). Dalam bidang pertanian banyak
Lebih terperinciPEMBUATAN CUKA KAYU DAN APLIKASINYA PADA TANAMAN. Oleh : Sri Komarayati
PEMBUATAN CUKA KAYU DAN APLIKASINYA PADA TANAMAN Oleh : Sri Komarayati PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KETEKNIKAN KEHUTANAN DAN PENGOLAHAN HASIL HUTAN BOGOR 2014 PENDAHULUAN CUKA KAYU ADALAH CAIRAN ORGANIK
Lebih terperinciHASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Mortalitas. biopestisida berpengaruh nyata terhadap tingkat mortalitas Tribolium castaneum
IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Mortalitas Hasil penelitian menunjukkan pemberian serbuk rumput teki sebagai biopestisida berpengaruh nyata terhadap tingkat mortalitas Tribolium castaneum (lampiran
Lebih terperinciPeraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1995 Tentang : Perlindungan Tanaman
Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1995 Tentang : Perlindungan Tanaman Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 6 TAHUN 1995 (6/1995) Tanggal : 28 PEBRUARI 1995 (JAKARTA) Sumber : LN 1995/12; TLN NO. 3586
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mudah ditembus oleh alat-alat pertanian dan hama atau penyakit tanaman
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kubis merupakan salah satu jenis sayuran yang banyak dikonsumsi karena berbagai manfaat yang terdapat di dalam kubis. Kubis dikenal sebagai sumber vitamin A, B, dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman yang penting bagi Indonesia.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman yang penting bagi Indonesia. Jagung berperan sebagai bahan makanan pokok pengganti beras dan sebagai bahan pakan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Hama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Variabel Hama 1. Mortalitas Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai fase dan konsentrasi tidak memberikan pengaruh nyata terhadap mortalitas hama
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pestisida 1. Pengertian Pestisida Istilah pestisida merupakan terjemahan dari pesticide ( Inggris) yang berasal dari bahasa latin pestis dan caedo uang bisa diterjemahkan secara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. lebih dari setengah penduduk menggantungkan hidupnya pada beras yang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padi (Oryza sativa L.) di Indonesia merupakan tanaman pangan terpenting karena lebih dari setengah penduduk menggantungkan hidupnya pada beras yang dihasilkan tanaman
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. petani dan dikonsumsi masyarakat karena sayuran tersebut dikenal sebagai
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kubis (Brassica oleracea var. capitata L.) banyak ditanam oleh para petani dan dikonsumsi masyarakat karena sayuran tersebut dikenal sebagai sumber vitamin (A, B dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara penghasil buah tropis yang memiliki keragaman dan keunggulan cita rasa yang cukup baik. Cita rasa dan beragamnya jenis buah-buahan
Lebih terperinciASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN
ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN Anna Rakhmawati,M.Si Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY Email:anna_rakhmawati@uny.ac.id Bahan makanan merupakan salah satu kebutuhan primer manusia yang penting
Lebih terperinciPengendalian Hama dengan Varietas Tahan
KISI-KISI KULIAH PENGENDALIAN HAMA 2015 CATATAN: Kisi-kisi ini dapat digunakan untuk panduan belajar Ujian 1 oleh mahasiswa FP Unila yang pada saat ini mengikuti kuliah Pengendalian Hama Tanaman 2015 yang
Lebih terperinciPaparan Pestisida. Dan Keselamatan Kerja
Paparan Pestisida Peranan CropLife Indonesia Dalam Meminimalkan Pemalsuan Pestisida Dan Keselamatan Kerja CROPLIFE INDONESIA - vegimpact Deddy Djuniadi Executive Director CropLife Indonesia 19 Juni 2012
Lebih terperinciSMP kelas 8 - KIMIA BAB 2. BAHAN KIMIA DALAM RUMAH TANGGALatihan soal 2.4. Jamur. Cacing. Serangga. Tikus
SMP kelas 8 - KIMIA BAB 2. BAHAN KIMIA DALAM RUMAH TANGGALatihan soal 2.4 1. Nematisida merupakan zat kimia yang digunakan untuk memberantas... Jamur Cacing Serangga Tikus Kunci Jawaban : B Nematisida
Lebih terperinciBahan Berbahaya penyebab keracunan
NIKEN ANDALASARI Bahan Berbahaya penyebab keracunan: 1. Pestisida (insektisida, rodentisida, herbisida) 2. Bahan kimia industri 3. Bahan kimia rumah tangga (pemutih, detergen, anti karat, dsb) 4. Overdosis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan menempati urutan pertama di Asia. Pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia dan menempati urutan pertama di Asia. Pada tahun 2014, sampai pertengahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Air merupakan bahan yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan bahan yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia yang fungsinya tidak dapat diganti oleh senyawa lain. Hampir semua kegiatan yang dilakukan manusia
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi dan Morfologi Hama Ulat Api (Setothosea asigna) Klasifikasi Setothosea asigna menurut Kalshoven (1981) adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Phylum : Arthopoda
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas perkebunan primadona Indonesia. Di tengah krisis global yang melanda dunia saat ini, industri
Lebih terperinciIV. KONSEPSI DAN CARA PERLINDUNGAN TANAMAN TERHADAP PENYAKIT TUMBUHAN
IV. KONSEPSI DAN CARA PERLINDUNGAN TANAMAN TERHADAP PENYAKIT TUMBUHAN Perlindungan tanaman terhadap penyakit baru dimulai pada awal abad ke-10. Semenjak itu, banyak perkembangan teknik-teknik baru yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam kondisi pertanian Indonesia saat ini dengan harga pestisida tinggi, menyebabkan bahwa usaha tani menjadi tidak menguntungkan sehingga pendapatan tidak layak. Kondisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan. Tumbuhan yang digunakan meliputi untuk bahan pangan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan flora dan fauna. Kekayaan sumber daya alam hayati itu baru sebagian yang sudah dimanfaatkan. Tumbuhan yang digunakan meliputi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Aktivitas penyerbukan terjadi pada tanaman sayur-sayuran, buah-buahan, kacangkacangan,
1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Serangga merupakan golongan hewan yang dominan di muka bumi. Dalam jumlahnya serangga melebihi jumlah semua hewan melata yang ada baik di darat maupun di air, dan keberadaannya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Selain sebagai pangan pokok dan sumber karbohidrat, jagung juga
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret 2015 sampai bulan Januari 2016 bertempat di Screen House B, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret,
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilaksanakan dengan kondisi tempat penyimpanan rata-rata suhu harian 27,05*'C dan kelembaban 84,3%, dengan hasil setiap parameter pengamatan sebagai berikut: 4.1.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pestisida Pestisida sesungguhnya telah digunakan sekitar 500 tahun sebelum masehi. Sulfur, dalam catatan sejarah, merupakan pestisida pertama. Arsen, air raksa, dan
Lebih terperinciInsektisida sintetik dianggap sebagai cara yang paling praktis untuk
AgroinovasI FLORA RAWA PENGENDALI HAMA SERANGGA RAMAH LINGKUNGAN Insektisida sintetik dianggap sebagai cara yang paling praktis untuk mengendalikan hama serangga karena hasilnya cepat terlihat dan mudah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau jasad renik yang terdapat pada manusia dan binatang lainnya (Parwiro,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pestisida di Indonesia telah memusnahkan 55% jenis hama dan 72% agen pengendali hayati. Pestisida adalah zat khusus untuk memberantas atau mencegah gangguan serangga,
Lebih terperinciTeknik Pembenihan Acacia Spp. (Akasia) Bebas Penyakit
Teknik Pembenihan Acacia Spp. (Akasia) Bebas Penyakit 1 / 5 Tanaman Acacia spp. termasuk tanaman yang peka terhadap serangan hama dan penyakit terutama yang disebabkan oleh jenis jamur dan bakteri. Pembangunan
Lebih terperinciKepada Yth. MENTERI PERTANIAN u.p.direktorat JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN Jl. HARSONO R.M. No. 3 JAKARTA
LAMPIRAN X PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 24/Permentan/SR.140/4/2011 TANGGAL : 8 April 2011 FORMULIR PERMOHONAN PENDAFTARAN BAHAN TEKNIS PESTISIDA Kepada Yth. MENTERI PERTANIAN u.p.direktorat JENDERAL
Lebih terperinciBAKTERI PENCEMAR MAKANAN. Modul 3
BAKTERI PENCEMAR MAKANAN Modul 3 PENDAHULUAN Di negara maju 60% kasus keracunan makanan akibat Penanganan makanan yg tidak baik Kontaminasi makanan di tempat penjualan Di negara berkembang tidak ada data
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kedelai dan industri pakan ternak. Rata rata kebutuhan kedelai setiap tahun sekitar ± 2,2 juta
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap tahun kebutuhan kedelai nasional selalu meningkat disebabkan karena peningkatan jumlah penduduk disamping berkembangnya industri pangan berbahan baku kedelai
Lebih terperinciHAMA DAN PENYAKIT IKAN
HAMA DAN PENYAKIT IKAN I. MENCEGAH HAMA DAN PENYAKIT IKAN Hama dan penyakit ikan dapat dibedakan berdasarkan penyerangan yaitu hama umumnya jenis organisme pemangsa (predator) dengan ukuran tubuh lebih
Lebih terperinciI. TINJAUAN PUSTAKA. Setothosea asigna, Setora nitens, Setothosea bisura, Darna diducta, dan, Darna
I. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Ulat Api (Setothosea asigna) Hama ulat api (Setothosea asigna) merupakan salah satu hama paling penting di Indonesia yang dapat merusak tanaman kelapa sawit. Spesies
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakann penyakit yang. berkaitan erat dengan kenaikan populasi vektor Aedes aegypty.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakann penyakit yang berkaitan erat dengan kenaikan populasi vektor Aedes aegypty. Menurut Wijana, (1982) Ae. aegypty adalah satu-satunya
Lebih terperinciALAT DAN MESIN PEMUPUKAN TANAMAN
ALAT DAN MESIN PEMUPUKAN TANAMAN Pemupukan merupakan usaha memasukkan usaha zat hara kedalam tanah dengan maksud memberikan/menambahkan zat tersebut untuk pertumbuhan tanaman agar didapatkan hasil (produksi)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Metil metsulfuron merupakan senyawa aktif yang terkandung dalam herbisida.
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Metil metsulfuron merupakan senyawa aktif yang terkandung dalam herbisida. Senyawa aktif tersebut umum digunakan oleh para petani untuk mengendalikan gulma yang ada
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia, jagung (Zea mays L.) merupakan sumber bahan pangan penting setelah beras. Peranan jagung tidak hanya sebagai bahan makanan pokok, namun juga merupakan bahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut padi atau beras mengalami proses penurunan kualitas dan kuantitas.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyimpanan merupakan salah satu tahap penting karena periode tersebut padi atau beras mengalami proses penurunan kualitas dan kuantitas. Kerusakan saat penyimpanan
Lebih terperinciPENGENDALIAN SERANGGA HAMA
PENGENDALIAN SERANGGA HAMA Populasi serangga hama dipengaruhi: 1. Faktor dalam serangga Kemampuan berkembang biak. Kecepatan berkembang biak. Perbandingan kelamin. Lamanya siklus hidup. Keperidian. Kesuburan.
Lebih terperinciPAPARAN PESTISIDA DI LINGKUNGAN KITA
PAPARAN PESTISIDA DI LINGKUNGAN KITA Penjelasan gambar Zat aktif + pencampur Pestisida Sebagian besar pestisida digunakan di pertanian,perkebunan tetapi bisa digunakan di rumah tangga Kegunaan : - Mencegah
Lebih terperinciModul 1: Peranan, Jenis, dan Faktor Berperan
i M Tinjauan Mata Kuliah ata kuliah Penyimpanan dan Penggudangan ini dimaksudkan agar mahasiswa dapat berpikir kritis dan komprehensif serta bertindak praktis menghadapi berbagai permasalahan yang berkaitan
Lebih terperincitersebut mencapai miliaran rupiah setiap tahun (Setiawati et al., 2008).
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) merupakan salah satu faktor pembatas penting dalam upaya peningkatan produksi sayuran. Serangan OPT terjadi di semua tahap pengelolaan
Lebih terperinciCARA CARA PENGENDALIAN OPT DAN APLIKASI PHESTISIDA YANG AMAN BAGI KESEHATAN 1) SUHARNO 2) 1) Judul karya ilmiah di Website 2)
CARA CARA PENGENDALIAN OPT DAN APLIKASI PHESTISIDA YANG AMAN BAGI KESEHATAN 1) SUHARNO 2) 1) Judul karya ilmiah di Website 2) Lektor Kepala/Pembina TK.I. Dosen STPP Yogyakarta. I. PENDAHULUAN Penurunan
Lebih terperinci