Efek Refugia pada Populasi Herbivora di Sawah Padi Merah Organik Desa Sengguruh, Kepanjen, Malang
|
|
- Yohanes Kurnia
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Efek Refugia pada Populasi Herbivora di Sawah Padi Merah Organik Desa Sengguruh, Kepanjen, Malang Ria Pravita Sari, Bagyo Yanuwiadi Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya ABSTRAK Hama tanaman mengakibatkan hasil produksi padi di Indonesia menurun. Untuk itu diperlukan suatu upaya pengendalian hama tanpa merusak kestabilan lingkungan yaitu dengan memanfaatkan blok refugia. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui kelimpahan, diversitas, famili yang mendominasi pada lahan sawah dan blok refugia di setiap fase pertumbuhan padi serta untuk mengetahui efek blok refugia terhadap hebivora di sawah Kepanjen. Metode koleksi data tentang kunjungan herbivora yang dipakai dalam penelitian ini adalah visual control. Pada pelaksanaannya, pengamatan herbivora dilakukan pada 5 plot yang dibuat di sawah dan 1 plot blok refugia di pematang sawah tersebut. Jarak pengamat dari plot sawah maupun blok refugia adalah 2 meter dan pengamatan tentang kunjungan herbivora dilakukan selama 15 menit untuk setiap plotnya. Pengamatan dilakukan 3 periode (pukul , , dan ) untuk setiap fase pertumbuhan padi dan masing-masing diulang 2 kali. Pengukuran faktor abiotik meliputi suhu, kelembaban udara dan intensitas cahaya. Nilai penting dan indeks diversitas (Shannon-Wienner) dihitung untuk mengetahui analisis struktur komunitas herbivora. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelimpahan herbivora keseluruhan berjumlah 521 individu yang terdiri dari 5 ordo dengan 13 famili. Famili yang memiliki kelimpahan tertinggi di sawah maupun blok refugia yaitu Acrididae. Diversitas herbivora di sawah maupun blok refugia tergolong rendah hingga sedang. Diversitas herbivora tertinggi di sawah yaitu pada pukul WIB sedangkan di blok refugia diversitas tertinggi terjadi pada pukul WIB. Famili yang mendominasi di sawah maupun blok refugia yaitu Acrididae ditandai dengan tingginya INP. Kata kunci: Herbivora, organik, pengendalian hayati, refugia ABSTRACT Pests of plants causes decreasing of rice production in Indonesia. That s why it required an effort to control pests without harming the environment stability by using refugia. The objectives of this research were to know the abundance, diversity and family that dominate in the crops and in the refugia block in every stage of rice growth and to determine the effects of refugia block to the herbivore population in Kepanjen rice field. The method used to collect the information of herbivore visited both padi plots and refugia plots in this research was visual control. For those purposes, visual control were conducted on 5 plots in rice field and 1 plot in refugia plots. The distance of the observer to each plot was 2 meters and it were conducted for 15 minutes for each plot. Those observations were made in 3 period (08.00 to 10.00, to 14.00, and to 17.00) for every stage of rice growth and it were repeated 2 times. The measurement of abiotic factors include temperature, air relative humidity and light intensity. The analysis of herbivore community structure was obtained by counting the important value and Shannon Wienner diversity index). Total abundance of herbivores was 521 individuals consist of 5 orders with 13 families. Families which had the highest abundance in the fields and refugia was Acrididae. Herbivore diversity in the fields and refugia was low to moderate. The highest of herbivore diversity in rice fields was at to pm while the highest diversity in refugia was at 8.00 to pm. Families that dominate in the fields and refugia was Acrididae with high INP value. Keywords : Biological control, herbivore, organic, refugia PENDAHULUAN Padi merupakan bahan makanan pokok sebagian besar rakyat Indonesia. Tingginya jumlah penduduk Indonesia yang akan terus berkembang menjadi salah satu kendala terhadap pemenuhan kebutuhan pangan di Indonesia. Selain itu adanya serangan hama juga merupakan suatu kendala karena dapat menurunkan produksi pertanian di Indonesia. Menurunnya hasil pertanian yang disebabkan oleh serangan hama terjadi setiap musim tanam dengan kerusakan mencapai 15-20% tiap tahunnya [1]. Hal tersebut mendorong petani Jurnal Biotropika Volume 2 no
2 menggunakan pestisida untuk pengendaliannya. Penggunaan pestisida secara intensif berhasil memacu produksi sawah cukup tinggi, namun menyebabkan ketidakseimbangan rantai sistem di lahan pertanian yang menyebabkan populasi hama meningkat [2]. Adanya dampak negatif penggunaan pestisida mengharuskan penggunaannya untuk dikurangi melalui penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dengan memanfaatkan agen hayati. Penyediaan agen hayati dapat memanfaatkan tanaman refugia seperti Akar Wangi (Vetiveria zizanioides (L.) Nash) dan Kangkung Hutan (Ipomoea crasicaulis Rob.) sebagai habitat dari agen hayati tersebut. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui kelimpahan, diversitas, famili yang mendominasi pada lahan sawah dan blok refugia pada fase pertumbuhan padi serta mengetahui efek blok refugia terhadap herbivora di lahan pertanian Kepanjen. Kelimpahan herbivora keseluruhan berjumlah 521 individu yang terdiri dari 5 ordo dengan 13 famili. Famili yang memiliki kelimpahan relatif tertinggi pada fase vegetatif I di sawah yaitu Aleyrodidae (53,85%) dan Acrididae (24,49%), sedangkan famili lainnya yang ditemukan yaitu Tetrigidae (5,13%) serta nimfa Homoptera, Pyralidae dan Muscidae (3,85%) (Gambar1). Tingginya kelimpahan relatif Aleyrodidae di sawah dapat disebabkan adanya sumber makanan yang cukup serta kondisi lingkungan yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Desember 2013 di Lahan Pertanian Organik Desa Sengguruh Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang. Identifikasi Herbivora dan analisis data dilakukan di Laboratorium Ekologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya, Malang. Pengamatan herbivora dilakukan dengan metode visual control pada setiap fase pertumbuhan padi. Pengamatan setiap fase dilakukan selama 15 menit di 5 plot sawah dan 1 blok refugia pada 3 periode (pukul , , dan ) dengan jarak pengamatan yaitu 2 meter. Herbivora yang ditemukan kemudian diamati dan dicatat ciri-ciri morfologinya untuk diidentifikasi sampai tingkat famili dan dikelompokkan sesuai niche ekologisnya. Setiap pengamatan diukur faktor abiotik yang meliputi suhu, kelembaban udara dan intensitas cahaya. Data yang didapat kemudian dihitung kelimpahan relatif, Indeks Diversitas Shannon (H ), Indeks Nilai Penting (INP) serta dilakukan analisis Uji-t tidak berpasangan (Independent Samples T-test) dan analisis korelasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Kelimpahan Herbivora di Sawah dan Refugia pada Fase Pertumbuhan Padi Gambar 1. Kelimpahan relatif herbivora fase vegetatif I Herbivora yang ditemukan di refugia yaitu Acrididae (50,00%), Aleyrodidae (20,00%), Pyralidae (20,00%) dan nimfa Homoptera (10,00%.). Fase vegetatif I banyak ditemukan adanya Acrididae yang menyerang tanaman padi. Hal tersebut disebabkan Acrididae menyukai daun muda yang masih berwarna hijau. Gambar 2. Kelimpahan relatif herbivora fase vegetatif II Fase vegetatif II dimulai dari jumlah anakan maksimum sampai dengan pertumbuhan malai. Jurnal Biotropika Volume 2 no
3 Jumlah anakan keseluruhan akan berkurang dikarenakan beberapa anakan pada fase ini mati. Famili yang memiliki kelimpahan relatif tertinggi pada fase vegetatif II di sawah yaitu nimfa Homoptera (32,20%), Crambidae (17,42%) dan Acrididae (16,29%) (Gambar 2). Nimfa Homoptera merupakan famili yang juga memiliki kelimpahan tertinggi di refugia. Siklus hidup Homoptera bervariasi bergantung pada suhu, kelembaban relatif dan tumbuhan inang [3]. Fase generatif meliputi tahap perkembangan awal malai, masa bunting, dan pembentukan bunga. Herbivora yang memiliki kelimpahan relatif tertinggi di sawah maupun refugia yaitu Acrididae dengan kelimpahan relatif berurutan sebesar 51,02% dan 45,45% (Gambar 3). Locusta migratoria (Linnaeus, 1758) yang merupakan salah satu spesies dari famili Acriridae memiliki kemampuan melakukan peledakan populasi yang dapat menghancurkan ribuan hektar tanaman pertanian terutama padi dan jagung [4]. Gambar 3. Kelimpahan relatif herbivora fase generatif Salah satu predator dari belalang yaitu labalaba. Interaksi belalang dan laba-laba bergantung pada kualitas makanan dan suhu. Laba-laba lebih efektif mengurangi populasi belalang pada saat suhu rendah. Perubahan suhu harian dapat mempengaruhi pola interaksi antara laba-laba dan belalang [5]. Gambar 4. Kelimpahan relatif herbivora fase reproduktif Fase reproduktif merupakan fase pemasakan bulir padi yang dimulai dari stadia atau masa pengisian malai, stadia masak kuning, stadia masak penuh sampai stadia mati [6]. Pada fase ini Acrididae juga merupakan famili yang memiliki kelimpahan relatif tertinggi di sawah maupun refugia. Famili ini memakan tanaman padi sejak mulai tanam hingga masa pematangan. Minyak esensial tumbuhan alami dari bawang putih, Eucalyptus dan Mint dapat digunakan dalam pengendalian hama terpadu melawan serangan hama belalang [7]. Diversitas Herbivora pada Lahan Sawah dan Refugia pada Setiap Fase Pertumbuhan Padi dan Periode Waktu Pengamatan Diversitas herbivora di sawah mengalami kenaikan dari fase vegetatif I ke fase vegetatif II dan mengalami penurunan hingga fase reproduktif. Indeks diversitas herbivora di sawah berkisar antara 1 sampai 3 yang tergolong rendah sampai sedang (Gambar 5). Fase vegetatif II merupakan fase dengan diversitas herbivora tertinggi dengan indeks diversitas sebesar 2,8. Ekosistem padi sawah bersifat cepat berubah karena sering terjadi perubahan akibat aktivitas pengolahan tanah, panen, dan bera[8]. Jurnal Biotropika Volume 2 no
4 Gambar 5. Diversitas herbivora di sawah dan refugia pada setiap fase pertumbuhan padi Diversitas herbivora pada refugia juga tergolong rendah hingga sedang. Namun berbeda dengan di sawah, diversitas herbivora tertinggi di refugia terjadi pada fase reproduktif yaitu pada saat padi sudah mulai menguning dan matang. Tingginya herbivora di refugia pada fase reproduktif disebabkan karena nutrisi di sawah tidak lagi mencukupi kebutuhan hidup herbivora sehingga harus berpindah ke refugia. Diversitas herbivora tertinggi di sawah ditemukan pada pukul WIB (Gambar 6). Berdasarkan hasil pengamatan, famili yang banyak ditemukan pada pukul WIB adalah Acrididae (belalang). Cuaca panas dapat meningkatkan perkembangan nimfa dan menunjang kehidupan imago belalang [9]. korelasi 0,579. Artinya semakin tinggi kelembaban udara maka semakin tinggi pula diversitas herbivora di sawah. Sedangkan herbivora di refugia berkorelasi positif dengan suhu, kelembaban udara dan intensitas cahaya, dengan koefisien korelasi secara berurutan yaitu 0,690; 0,595 dan 0,735. Artinya diversitas herbivora di refugia dipengaruhi oleh suhu, kelembaban dan intensitas cahaya. Keberadaan serangga dipengaruhi oleh faktor abiotik yang meliputi suhu, kelembaban, cahaya matahari, angin dan curah hujan [11]. Famili yang Mendominasi di Setiap Fase Pertumbuhan Kodominansi terjadi pada fase vegetatif I di sawah antara famili Aleyrodidae (81,43%) dan Acrididae (74,31%) sedangkan di refugia terjadi dominasi oleh Acrididae (92,86%). Fase vegetatif II baik di sawah maupun refugia terjadi dominasi oleh nimfa Homoptera dengan INP di sawah sebesar 55,67% dan refugia sebesar 93,73%. Gambar 6. Diversitas herbivora di sawah dan refugiapada setiap waktu pengamatan Diversitas herbivora di refugia antar waktu pengamatan mengalami penurunan, dengan diversitas paling rendah yaitu pada pukul WIB. Hal tersebut dapat dikarenakan terdapat kendala cuaca seperti hujan yang menyebabkan beberapa kali pengamatan tidak dapat diamati. Diversitas herbivora tertinggi di refugia terjadi pada pukul WIB. Famili yang sering ditemukan pada pukul yaitu Alydidae I (walang sangit). Tingginya kelimpahan walang sangit yang dijumpai pada pagi hari disebabkan oleh parameter ekologi yaitu pada pukul WIB suhu udara masih cukup sejuk sehingga walang sangit aktif menghisap pada bagian buah dan juga aktif melakukan perkawinan [10]. Berdasarkan analisis korelasi (p-value < 0.05), diversitas herbivora di sawah berkorelasi positif dengan kelembaban udara, dengan koefisien Gambar 7. Indeks Nilai Penting (INP) herbivora di sawah dan refugia di setiap fase pertumbuhan padi Acrididae juga mendominasi pada fase generatif dan reproduktif baik di sawah maupun refugia. Acrididae memiliki peran penting di suatu habitat, tidak hanya sebagai hama, tetapi juga merupakan mangsa dari beberapa predator. Kelimpahan Acrididae tinggi pada daerah dengan vegetasi graminceous dan hujan ringan selama periode penetasan [12]. Efek Blok Refugia terhadap Diversitas Herbivora di Lahan Pertanian Kepanjen Jurnal Biotropika Volume 2 no
5 Diversitas herbivora maupun predator berbeda pada tiap jarak pengamatan. Jarak pengamatan I atau paling dekat dengan tumbuhan penyusun refugia memiliki indeks diversitas yang tergolong rendah sedangkan predator memiliki diversitas sedang (Gambar 8). Rendahnya diversitas herbivora pada jarak pengamatan I dapat disebabkan karena adanya kompetisi antara herbivora dengan predator sehingga keberadaan herbivora dapat dikendalikan. Gambar 8. Efek refugia terhadap diversitas Arthropoda di sawah (I) dekat dengan tumbuhan refugia (± 2 meter); (II) lebih jauh dengan tumbuhan refugia (± 6 meter); (III) paling jauh dengan tumbuhan refugia (± 12 meter) Diversitas herbivora pada jarak pengamatan II yang letaknya lebih jauh dari tumbuhan penyusun refugia memiliki indeks diversitas yang lebih tinggi dibandingkan jarak pengamatan I sedangkan diversitas predator pada jarak pengamatan II memiliki indeks diversitas yang lebih rendah dibandingkan jarak pengamatan I. Menurunnya diversitas predator pada jarak pengamatan II dapat disebabkan karena pada jarak pengamatan II lokasinya lebih homogen atau tidak adanya inang alternatif untuk predator melangsungkan hidupnya. Diversitas herbivora maupun predator pada jarak pengamatan III atau yang paling jauh dari tumbuhan penyusun refugia mengalami kenaikan. Hal tersebut dapat disebabkan adanya pematang di pinggir sawah yang berfungsi sebagai inang alternatif. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil sebagai berikut : 1. Kelimpahan herbivora keseluruhan berjumlah 521 individu yang terdiri dari 5 ordo dengan 13 famili. Famili yang memiliki kelimpahan relatif tertinggi di sawah pada fase vegetatif I, vegetatif II, generatif, dan reproduktif secara berurutan yaitu Aleyrodidae (53,85%), nimfa Homoptera (48,28%), Acrididae (51,02%) dan Acrididae (56,99%) sedangkan pada refugia yaitu Acridiae (5,00%), nimfa Homoptera (32,20%), Acrididae (45,45%), dan Acrididae (44,44%). Diversitas herbivora di sawah maupun refugia tergolong rendah hingga sedang. Diversitas herbivora tertinggi di sawah yaitu pada pukul WIB sedangkan diversitas tertinggi di refugia yaitu pada pukul WIB. 2. Fase vegetatif di sawah terjadi kodominansi antara Aleyrodidae (81,45%) dan Acrididae (4,31%) sedangkan pada fase vegetatif II terjadi dominasi oleh nimfa Homoptera (55,67%) serta pada fase generatif dan reproduktif di dominasi oleh Acrididae. Famili yang mendominasi refugia pada fase vegetatif I, generatif dan reproduktif yaitu Acrididae dengan nilai INP secara berurutan 92,86%, 88,31% dan 75,69% sedangkan pada fase vegetatif II di dominasi oleh nimfa Homoptera (93,75%). 3. Diversitas herbivora pada jarak pengamatan I, II dan III dari tumbuhan penyusun refugia secara berurutan yaitu 1,34; 1,68 dan 1,84. Famili yang memiliki kelimpahan tertinggi pada jarak pengamatan I, II dan III yaitu Acrididae. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kepada Bapak Dr. Bagyo Yanuwiadi, Bapak Amin Setyoleksono, S.Si., MS., Ph.D dan Bapak Nia Kurniawan, S.Si., MP., D.Sc atas segala bimbingan, masukan dan nasehat selama penelitian dan penyelesaian tugas akhir. Ucapan terima kasih yang tulus juga penulis ucapkan pada Ibu Dr. Endang Arisoesilaningsih,MS., yang telah mendukung pendanaan untuk penelitian dengan Proyek Penelitian DPPSPP Nomor 10/UN10.9/PG/2013 tanggal 8 April Tidak lupa juga penulis ucapkan terima kasih kepada Purnomo,S.Si., Tiara A.P., Sholifatul L.A., Bernadeta Putri I.D S.Si., dan Shinta M.Si atas bantuannya selama penelitian di lapang. DAFTAR PUSTAKA [1] Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta Siasat Melawan Tikus. Balai Litbang Pertanian. Kementerian Pertanian Republik Indonesia. [2] Las, I., K. Subagyono, & A.P. Setiyanto Isu dan pengelolaan lingkungan dalam Jurnal Biotropika Volume 2 no
6 revitalisasi pertanian. Indonesia Agricultural Research and Development Journal. Vol. 25 (3): [3] College of Agriculture & Natural Resources Planthoppers of North America. ehistory.html. Diakses 10 Januari [4] Erawati, N. V. & D.S. Kahono Keanekaragaman dan kelimpahan belalang dan kerabatnya (Orthoptera) pada dua ekosistem pegunungan di Taman Nasional Gunung Halimun-Salak. J. Entomol. Indon., 7(2): [5] Laws, A.N & A. Joern Predator prey interactions in a grassland food chain vary with temperature and food quality. Oikos 122 (7): [6] Arofah, S. dan I.T.D Tjahjaningrum Pengaruh Habitat Termodifikasi Menggunakan Serai Terhadap Serangga Herbivora dan Produktivitas Padi Varietas IR- 64 di Desa Purwosari, Pasuruan. Jurnal Sains dan Seni Pomits 2 (2): [7] Sharaby, A., S.A. Montasser., Y.A. Mahmoud & S.A. Ibrahim Natural plant essential oils for controlling the grasshopper (Heteracris littoralis) and their pathological effects on the alimentary canal. Ecologia Balkanica 4(1): [8] Widiarta, I.N., T. Suryana, & D. Kusdiaman Jenis anggota komunitas pada berbagai habitat lahan sawah bera dan usaha konservasi musuh alami pada padi tanaman serempak. Hlm dalam: E. Sunaryo ed. Prosiding Simposium Keanekaragaman Hayati Arthropoda pada Sistem Produksi Pertanian Perhimpunan Entomologi Indonesia. Cipayung. [9] Patrick, Carl D Grasshoppers and Their Control. Extension Entomologist. The Texas A&M University System. [10] Budiharsanto, A.S Mikrohabitat dan Relung EkologiHama Walang Sangit (Heteroptera:Leptocorisa sp.) dan Belalang (Orthoptera:Locus sp.) pada Tanaman Padi Sawah. Jurusan Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Semarang. Skripsi. [11] Jumar Entomologi pertanian. Rineka Cipta. Jakarta. [12] Sultana, R. & M.S.Wagan Studies on morphology and ecology of grasshopper, Hieroglyphus oryzivorus Carl, 1916 (Acrididae: Orthoptera). Pakistan J. Zool., 41(5): Jurnal Biotropika Volume 2 no
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015 ISBN:
Peran Tanaman Refugia Terhadap Kelimpahan Serangga Herbivora pada Tanaman Padi Pasang Surut The Roles of Refugia Plants toward the Abundance of Herbivorous Insects on Tidal Paddy Field YULIA PUJIASTUTI
Lebih terperinciDiversity of Herbivore Arthropods Visitor on Red Paddy Variant in Organic Paddy Field of Sengguruh Village, Kepanjen
J-PAL, Vol. 5, No. 1, 2014 ISSN: 2087-3522 E-ISSN: 2338-1671 Diversitas Arthropoda Herbivor Pengunjung Padi Merah di Sawah Organik di Desa Sengguruh, Kepanjen Diversity of Herbivore Arthropods Visitor
Lebih terperincidan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya, Malang Korespondensi: 2)
Ketertarikan Arthropoda Terhadap Blok Refugia (Ageratum Conyzoides l., Capsicum Frutescens l., dan Tagetes Erecta l.) Dengan Aplikasi Pupuk Organik Cair dan Biopestisida di Perkebunan Apel Desa Poncokusumo
Lebih terperinciABSTRACT. PENDAHULUAN Apel merupakan salah satu komoditas pertanian yang berpotensi secara ekonomi dan. Jurnal Biotropika Vol. 1 No.
Efek Blok Refugia (Ageratum conyzoides, Ageratum houstonianum, Commelina diffusa) Terhadap Pola Kunjungan Arthropoda di Perkebunan Apel Desa Poncokusumo, Malang Fevilia Suksma Wardani, Amin Setyo Leksono,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berbeda terdapat 6 familiy dan 9 spesies yakni Family Pyralidae spesies
30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Jenis Serangga Hama Berdasarkan hasil identifikasi serangga hama dilokasi Agroekosistem berbeda terdapat 6 familiy dan 9 spesies yakni Family Pyralidae spesies Scripophaga
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family
4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family Oryzoideae dan Genus Oryza. Organ tanaman padi terdiri atas organ vegetatif dan organ generatif.
Lebih terperinciSKRIPSI. Oleh Okky Ekawati H
SKRIPSI PERAN TUMBUHAN BERBUNGA DALAM MENJAGA KEBERADAAN PARASITOID HAMA PENTING PADI Oleh Okky Ekawati H0709086 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit
Lebih terperinciStruktur Komunitas Serangga Nokturnal Areal Pertanian Padi Organik pada Musim Penghujan di Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang.
Struktur Komunitas Serangga Nokturnal Areal Pertanian Padi Organik pada Musim Penghujan di Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang. Rudi Candra Aditama (1)., Nia Kurniawan (1). (1) Laboratorium Ekologi dan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tanaman yang banyak ditanam masyarakat yaitu tanaman jagung.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian Secara geografis lokasi penelitian 00 0 35 10.0 LU- 123 0 06 55.8 BT. Umumnya di Desa ini masyarakat melakukan aktifitas berkebun.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Sawah organik dan non-organik Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang menghindari penggunaan pupuk buatan, pestisida kimia dan hasil rekayasa
Lebih terperinciAlamat korespondensi * :
Efek Refugia Tanaman Jagung (Zea mays) dan Tanaman Kacang Panjang (Vigna cylindrica) pada Pola Kunjungan Serangga di Sawah Padi (Oryza sativa) Dusun Balong, Karanglo, Malang Yuris Setyadin 1), Sakinah
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
25 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Fauna Tanah 4.1.1. Populasi Total Fauna Tanah Secara umum populasi total fauna tanah yaitu mesofauna dan makrofauna tanah pada petak dengan jarak pematang sempit (4 m)
Lebih terperinciSTUDI KERUSAKAN AKIBAT SERANGAN HAMA PADA TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN BULA, KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR, PROPINSI MALUKU
STUDI KERUSAKAN AKIBAT SERANGAN HAMA PADA TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN BULA, KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR, PROPINSI MALUKU J. Audrey Leatemia dan Ria Y. Rumthe Dosen Fakultas Pertanian Universitas Pattimura
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. diidentifikasi dengan cara membandingkan ciri-ciri dan dengan menggunakan
90 BAB V PEMBAHASAN A. Persebaran Serangga Pada Lahan Padi Jenis - jenis serangga yang ditemukan pada setiap wilayah sampling telah diidentifikasi dengan cara membandingkan ciri-ciri dan dengan menggunakan
Lebih terperinciKeanekaragaman Parasitoid dan Parasitisasinya pada Pertanaman Padi di Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun
Hayati, September 2003, hlm. 85-90 ISSN 0854-8587 Vol. 10. No. 3 Keanekaragaman Parasitoid dan Parasitisasinya pada Pertanaman Padi di Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Diversity and Parasitism of
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Pengambilan Data Mikrohabitat Belalang pada
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Pengambilan Data Mikrohabitat Belalang pada Tanaman Jagung. Lokasi penelitian Mikrohabitat hama belalang pada tanaman jagung dilakukan di Desa
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah ( S. coarctata
15 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah (S. coarctata) Secara umum tampak bahwa perkembangan populasi kepinding tanah terutama nimfa dan imago mengalami peningkatan dengan bertambahnya
Lebih terperinciKeanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami pada Lahan Pertanaman Kedelai di Kecamatan Balong-Ponorogo
Perhimpunan Entomologi Indonesia J. Entomol. Indon., September 2010, Vol. 7, No. 2, 116-121 Keanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami pada Lahan Pertanaman Kedelai di Kecamatan Balong-Ponorogo INDRIYA
Lebih terperinciPRAKATA. Purwokerto, Februari Penulis. iii
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Vegetasi Tumbuhan
Lebih terperinciJURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.3 (2013) ( X Print) E-252
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.3 (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) E-252 Pengaruh Habitat Termodifikasi Lahan Padi Sawah (Oryza Sativa) Menggunakan Trap Crop terhadap Komposisi dan Tingkat Keanekaragaman
Lebih terperinciPOLA FLUKTUASI POPULASI Plutella xylostella (L.) (LEPIDOPTERA: PLUTELLIDAE) DAN MUSUH ALAMINYA PADA BUDIDAYA BROKOLI DENGAN PENERAPAN PHT DAN ORGANIK
Jurnal HPT Volume 2 Nomor 2 April 2014 ISSN : 2338-4336 POLA FLUKTUASI POPULASI Plutella xylostella (L.) (LEPIDOPTERA: PLUTELLIDAE) DAN MUSUH ALAMINYA PADA BUDIDAYA BROKOLI DENGAN PENERAPAN PHT DAN ORGANIK
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam suatu komunitas atau ekosistem tertentu (Indriyanto, 2006). Relung ekologi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Relung Ekologi Relung (niche) menunjukkan peranan fungsional dan posisi suatu organisme dalam suatu komunitas atau ekosistem tertentu (Indriyanto, 2006). Relung ekologi juga
Lebih terperinciPERNYATAAN ORISINALITAS TESIS
PERNYATAAN ORISINALITAS TESIS Saya rnenyatakan dengan sebenar{enamya, bahwa : 1. Sepanjang pengetahuan saya, didalam naskah Tesis initidak terdapat karya ilmiah yang Frnah diajukan orar lain untuk memperoleh
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis-Jenis Predator Pada Tanaman Jagung Jenis-jenis predator yang tertangkap pada tanaman jagung dengan sistem pola tanam monokultur dan tumpangsari adalah sama yakni sebagai
Lebih terperinciDESAIN KONSERVASI PREDATOR DAN PARASITOID UNTUK PENGENDALIAN HAMA PADA PERTANAMAN PADI
DESAIN KONSERVASI PREDATOR DAN PARASITOID UNTUK PENGENDALIAN HAMA PADA PERTANAMAN PADI DESIGN OF PREDATOR CONSERVATION AND PARASITOID FOR PEST CONTROL IN RICE FIELD Tamrin Abdullah 1), Abdul Fattah 2),
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia dan dunia. Produksi padi terus dituntut meningkat untuk memenuhi konsumsi masyarakat. Tuntutan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan
Lebih terperinciINDEKS KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA PADA FASE VEGETATIF DAN GENERATIF TANAMAN KEDELAI (Glycine max) DI LAPANGAN SKRIPSI OLEH:
INDEKS KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA PADA FASE VEGETATIF DAN GENERATIF TANAMAN KEDELAI (Glycine max) DI LAPANGAN SKRIPSI OLEH: VERONIKA SIDABUTAR 110301139 AGROEKOTEKNOLOGI-HPT PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
Lebih terperinciKEANEKARAGAMAN SERANGGA DAN LABA-LABA PADA PERTANAMAN PADI ORGANIK DAN KONVENSIONAL
Jurnal HPT Volume 2 Nomor 2 April 2014 ISSN : 2338-4336 KEANEKARAGAMAN SERANGGA DAN LABA-LABA PADA PERTANAMAN PADI ORGANIK DAN KONVENSIONAL R. Ardian Iman Pradhana, Gatot Mudjiono, Sri Karindah Jurusan
Lebih terperinciPengaruh Habitat Termodifikasi Menggunakan Serai Terhadap Serangga Herbivora dan Produktivitas Padi Varietas IR-64 di Desa Purwosari, Pasuruan
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (213) 2337-352 (231-928X Print) E-258 Pengaruh Habitat Termodifikasi Menggunakan Serai Terhadap Serangga Herbivora dan Produktivitas Padi Varietas IR-6 di Desa
Lebih terperinciWaspada Serangan Hama Tanaman Padi Di Musim Hujan Oleh : Bambang Nuryanto/Suharna (BB Padi-Balitbangtan)
Waspada Serangan Hama Tanaman Padi Di Musim Hujan Oleh : Bambang Nuryanto/Suharna (BB Padi-Balitbangtan) Memasuki musim hujan tahun ini, para petani mulai sibuk mempersiapkan lahan untuk segera mengolah
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), hama walang sangit dapat di klasifikasikan sebagai
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Walang Sangit (Leptocorisa acuta T.) berikut : Menurut Kalshoven (1981), hama walang sangit dapat di klasifikasikan sebagai Kelas Ordo Famili Genus Species : Insekta : Hemiptera
Lebih terperinciPENGELOLAAN HAMA TERPADU (PHT)
OVERVIEW : PENGELOLAAN HAMA TERPADU (PHT) Oleh Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fak. Pertanian Univ. Brawijaya Apakah PHT itu itu?? Hakekat PHT PHT merupakan suatu cara pendekatan atau cara berpikir
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
9 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Karakteristik Lokasi Penelitian Luas areal tanam padi adalah seluas 6 m 2 yang terletak di Desa Langgeng. Secara administrasi pemerintahan Desa Langgeng Sari termasuk dalam
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Tanaman padi merupakan tanaman tropis, secara morfologi bentuk vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun berbentuk pita dan berbunga
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI HEWAN Menentukan Kisaran Preferensi Terhadap Kondisi Suhu Lingkungan dan Kecenderungan Makanan
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI HEWAN 2015-2016 Menentukan Kisaran Preferensi Terhadap Kondisi Suhu Lingkungan dan Kecenderungan Makanan Asisten Koordinator : Rusnia J Robo Disusun Oleh: Nama : Santy Pristya
Lebih terperinciKeanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak
Vol. 2 (1): 1 6 Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak Gustap Baloari 1, Riza Linda 1, Mukarlina 1 1 Program Studi Biologi, Fakultas
Lebih terperinci1. tikus 2. penggerek batang padi 3. wereng coklat
1. tikus 2. penggerek batang padi 3. wereng coklat Wereng coklat, (Nilaparvata lugens Stal) ordo Homoptera famili Delphacidae. Tubuh berwarna coklat kekuningan - coklat tua, berbintik coklat gelap pd
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan
10 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Babakan Sawah Baru, Darmaga Bogor pada bulan Januari 2009 hingga Mei 2009. Curah hujan rata-rata dari bulan Januari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebesar jenis flora dan fauna (Rahmawaty, 2004). Keanekaragaman
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang mendapat sebutan Mega Biodiversity setelah Brazil dan Madagaskar. Diperkirakan 25% aneka spesies dunia berada di Indonesia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya. Adapun yang membedakannya dengan hutan yang lainnya yaitu
Lebih terperinciBIOMA : JURNAL BIOLOGI MAKASSAR, 2(1):35-45, 2017
ANALISIS KERAGAMAN JENIS SERANGGA HERBIVORA DI AREAL PERSAWAHAN KELURAHAN TAMALANREA KOTA MAKASSAR ANALYSIS OF BIODIVERSITY HERBIVORE INSECT IN PADDY FIELD AT TAMALANREA MAKASSAR CITY Paramitha Sari 1,
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini antara lain pengamatan selintas dan pengamatan Utama 4.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang hasilnya
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Laju Dekomposisi Jerami Padi pada Plot dengan Jarak Pematang 4 meter dan 8 meter Laju dekomposisi jerami padi pada plot dengan jarak pematang 4 m dan 8 m disajikan pada Tabel
Lebih terperinciSi Pengerat Musuh Petani Tebu..
Si Pengerat Musuh Petani Tebu.. Embriani BBPPTP Surabaya Gambar. Tanaman Tebu Yang Terserang Tikus Hama/pest diartikan sebagai jasad pengganggu bisa berupa jasad renik, tumbuhan, dan hewan. Hama Tanaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan. Peningkatan produksi padi dipengaruhi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan tanaman serealia penting dan digunakan sebagai makanan pokok oleh bangsa Indonesia. Itulah sebabnya produksi padi sangat perlu untuk ditingkatkan. Peningkatan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
21 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas Serangan Hama Penggerek Batang Padi (HPBP) Hasil penelitian tingkat kerusakan oleh serangan hama penggerek batang pada tanaman padi sawah varietas inpari 13
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya, manusia berusaha memenuhi kebutuhan primernya, dan salah satu kebutuhan primernya tersebut adalah makanan
Lebih terperinciKeanekaragaman Makroarthropoda Tanah di Lahan Persawahan Padi Organik dan Anorganik, Desa Bakalrejo Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang
BIOMA, Juni 2015 ISSN: 1410-8801 Vol. 17, No. 1, Hal. 21-26 Keanekaragaman Makroarthropoda Tanah di Lahan Persawahan Padi Organik dan Anorganik, Desa Bakalrejo Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Roma
Lebih terperinciBAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA
BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data 1. Kondisi saluran sekunder sungai Sawojajar Saluran sekunder sungai Sawojajar merupakan aliran sungai yang mengalir ke induk sungai Sawojajar. Letak
Lebih terperinciDiversitas Arthropoda Tanah Di Area Restorasi Ranu Pani Kabupaten Lumajang
Diversitas Arthropoda Tanah Di Area Restorasi Ranu Pani Kabupaten Lumajang Jr Sulthan Ardillah 1)*, Amin Setyo Leksono 2), Lukman Hakim 3) 1,2,3) Departement of Biologi, Faculty of Mathematics dan Science,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jenis-Jenis Predator pada Tanaman Padi Hasil pengamatan predator pada semua agroekosistem yang diamati sebagai berikut: 1. Tetragnatha sp. Klas : Arachnida Ordo : Araneae
Lebih terperinciKAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO
KAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO Yati Haryati dan Agus Nurawan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat Jl. Kayuambon No. 80 Lembang, Bandung Email : dotyhry@yahoo.com
Lebih terperincib) Kepik Mirid (Cyrtorhinus lividipennis ) c) Kumbang Stacfilinea (Paederus fuscipes)/tomcat d) Kumbang Carabid (Ophionea nigrofasciata)
Wereng batang cokelat (Nilaparvata lugens) merupakan salah satu hama penting pada pertanaman padi karena mampu menimbulkan kerusakan baik secara langsung maupun tidak langsung. WBC memang hama laten yang
Lebih terperinciSTATUS KEBERADAAN HAMA POTENSIAL PADA PERTANAMAN PADI HIBRIDA, NON-HIBRIDA DAN PENENTUAN PERIODE KRITIS
STATUS KEBERADAAN HAMA POTENSIAL PADA PERTANAMAN PADI HIBRIDA, NON-HIBRIDA DAN PENENTUAN PERIODE KRITIS SKRIPSI Oleh Lisa Adah Khafidhotul Hidayah NIM. 021510401007 JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian diskriptif kuantitatif. Pengambilan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian diskriptif kuantitatif. Pengambilan data menggunakan metode eksplorasi yaitu dengan mengadakan pengamatan terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daya tarik tinggi baik untuk koleksi maupun objek penelitian adalah serangga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan kekayaan keanekaragaman jenis flora dan fauna yang tinggi. Salah satu kekayaan fauna di Indonesia yang memiliki daya tarik tinggi
Lebih terperinciABSTRAK DIVERSITAS SERANGGA HUTAN TANAH GAMBUT DI PALANGKARAYA KALIMANTAN TENGAH
viii ABSTRAK DIVERSITAS SERANGGA HUTAN TANAH GAMBUT DI PALANGKARAYA KALIMANTAN TENGAH Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman serangga (insecta) dan tumbuhan yang digunakan sebagai habitat
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perkembangan Populasi Rhopalosiphum maidis Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kutu daun R. maidis mulai menyerang tanaman jagung dan membentuk koloni sejak tanaman berumur
Lebih terperinciEFEKTIVITAS KOMPOSISI PESTISIDA NABATI TERHADAP HAMA WALANG SANGIT (Leptocorisa acuta Thunberg) PADA TANAMAN PADI DI LAPANG
EFEKTIVITAS KOMPOSISI PESTISIDA NABATI TERHADAP HAMA WALANG SANGIT (Leptocorisa acuta Thunberg) PADA TANAMAN PADI DI LAPANG SKRIPSI Oleh Dewi Rizkia Darojah NIM. 061510401106 JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT
Lebih terperinciINDEKS KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA DI BERBAGAI TIPE LAHAN SKRIPSI OLEH : ANNA SARI SIREGAR AGROEKOTEKNOLOGI
INDEKS KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA DI BERBAGAI TIPE LAHAN SKRIPSI OLEH : ANNA SARI SIREGAR 090301017 AGROEKOTEKNOLOGI PROGRAM STUDI AGROEOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Lebih terperinciBIOMA, Juni 2015 ISSN: Vol. 17, No. 1, Hal. 9-15
BIOMA, Juni 2015 ISSN: 1410-8801 Vol. 17, No. 1, Hal. 9-15 Indeks Keragaman Serangga Hama Pada Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Di Lahan Persawahan Padi Dataran Tinggi Desa Sukawening, Kecamatan Ciwidey,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. flora dan fauna yang sangat tinggi (mega biodiversity). Hal ini disebabkan karena
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki kekayaan jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (mega biodiversity). Hal ini disebabkan karena Indonesia
Lebih terperinciBAB III METOE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian diskriptif kuantitatif. Pengambilan
BAB III METOE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian diskriptif kuantitatif. Pengambilan data menggunakan metode eksplorasi yaitu dengan mengadakan pengamatan terhadap
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci pada Umur Kedelai yang Berbeda
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci pada Umur Kedelai yang Berbeda 4.1.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci Berdasarkan hasil penelitian
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Jenis jenis Hama Pada Caisim Hasil pengamatan jenis hama pada semua perlakuan yang diamati diperoleh jenis - jenis hama yang sebagai berikut : 1. Belalang hijau Phylum :
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera : Noctuidae :
Lebih terperinciKEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK
KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK (Diversity Of Pitcher Plants ( Nepenthes Spp ) Forest
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelembaban. Perbedaan ph, kelembaban, ukuran pori-pori, dan jenis makanan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah merupakan habitat yang kompleks untuk organisme. Dibandingkan dengan media kultur murni di laboratorium, tanah sangat berbeda karena dua hal utama yaitu pada
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. 1. Jumlah spesies dalam satu komunitas yang sering disebut dengan. banyak spesies tersebut (Anonimus, 2008).
TINJAUAN PUSTAKA Indeks keanekaragaman/ Indeks Diversitas Insdeks keanekaragaman dapat dipegunakan dalam menyatakan hubungan kelimpahan spesies dalam suatu komunitas. Keanekaragaman jenis terdiri dari
Lebih terperinciTAMBAHAN PUSTAKA. Distribution between terestrial and epiphyte orchid.
TAMBAHAN PUSTAKA Distribution between terestrial and epiphyte orchid. Menurut Steeward (2000), distribusi antara anggrek terestrial dan epifit dipengaruhi oleh ada atau tidaknya vegetasi lain dan juga
Lebih terperinciBIRD PREFERENCE HABITATS AROUND SERAYU DAM BANYUMAS CENTRAL JAVA
BIRD PREFERENCE HABITATS AROUND SERAYU DAM BANYUMAS CENTRAL JAVA Enggar Lestari 12/340126/PBI/1084 ABSTRACT Interaction between birds and habitat is the first step to determine their conservation status.
Lebih terperinci2016 PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI MACAM PAKAN ALAMI TERHAD APPERTUMBUHAN D AN PERKEMBANGAN FASE LARVA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kupu-kupu merupakan satwa liar yang menarik untuk diamati karena keindahan warna dan bentuk sayapnya. Sebagai serangga, kelangsungan hidup kupu-kupu sangat
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat
10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilakukan di lahan sawah Desa Situgede, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dengan jenis tanah latosol. Lokasi sawah berada pada ketinggian tempat 230 meter
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan tanaman sumber protein yang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan tanaman sumber protein yang mempunyai peran dan sumbangan besar bagi penduduk dunia. Di Indonesia, tanaman kedelai
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
12 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Ragam Analisis ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap karakter-karakter yang diamati. Hasil rekapitulasi analisis ragam (Tabel 2), menunjukkan adanya
Lebih terperinciGambar 1 Diagram alir kegiatan penelitian.
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Harjobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasi penelitian berada pada ketinggian 343 meter
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di dua tempat yaitu pengambilan data di lapangan dilakukan di sempadan muara Kali Lamong dan Pulau Galang, serta pengolahan
Lebih terperinciKEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PERMUKAAN TANAH PADA BERBAGAI PENGGUNAAN LAHAN DI LERENG GUNUNG LAWU KALISORO, TAWANGMANGU. Skripsi
KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PERMUKAAN TANAH PADA BERBAGAI PENGGUNAAN LAHAN DI LERENG GUNUNG LAWU KALISORO, TAWANGMANGU Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Sains Oleh:
Lebih terperinciGeografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM I. K e l a s. Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 Geografi K e l a s XI KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami kegiatan pertanian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut :
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Jagung Menurut Purwono dan Hartono (2005), jagung termasuk dalam keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Jagung (Zea mays L) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan
Lebih terperinciKEANEKARAGAMAN MAKROFAUNA TANAH PADA LAHAN TANAMAN PADI DENGAN SISTEM ROTASI DAN MONOKULTUR DI DESA BANYUDONO BOYOLALI. Skripsi
KEANEKARAGAMAN MAKROFAUNA TANAH PADA LAHAN TANAMAN PADI DENGAN SISTEM ROTASI DAN MONOKULTUR DI DESA BANYUDONO BOYOLALI Skripsi Untuk memenuhi sebagian Persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Sains Oleh:
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI HEWAN
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI HEWAN (Menentukan Kisaran Preferensi terhadap Kondisi Suhu Lingkungan dan Kecenderungan Makanan) Asisten Koordinator : Disusun Oleh : Nama : Irvani Eka Suciyananda NIM : 20131000311122
Lebih terperinciPENGENDALIAN PENGGEREK BATANG PADI
PENGENDALIAN PENGGEREK BATANG PADI I. PENDAHULUAN Kabupaten Bantul mencanangkan sasaran : (1). Padi, luas tanam 32.879 ha, luas panen 31.060 ha, produktivitas 65,43 ku/ha GKG, produksi 203.174 ton, ( 2)
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rukmana (1997), sistematika tanaman jagung (Zea mays L.) adalah sebagai
TINJAUAN PUSTAKA Ekologi Tanaman Jagung berikut : Menurut Rukmana (1997), sistematika tanaman jagung (Zea mays L.) adalah sebagai Kingdom Divisi Subdivisi Kelas Ordo Famili Genus : Plantae : Spermatophyta
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret 2012 di Rawa Bujung Raman
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret 2012 di Rawa Bujung Raman Desa Bujung Dewa Kecamatan Pagar Dewa Kabupaten Tulang Bawang Barat. B. Alat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Arthropoda merupakan filum terbesar dalam dunia Animalia yang mencakup serangga, laba-laba, udang,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Arthropoda merupakan filum terbesar dalam dunia Animalia yang mencakup serangga, laba-laba, udang, lipan, kaki seribu dan hewan mirip lainnya. Arthropoda adalah
Lebih terperinciEfek Refugia terhadap Arthropoda Tanaman Padi (Oryza sativa) di Sawah Pasang Surut
Efek Refugia terhadap Arthropoda Tanaman Padi (Oryza sativa) di Sawah Pasang Surut Refugia Effects toward Arthropods Attacking Rice (Oryza sativa) in Tidal Swamp Hastin Wulan Sekar Weni 1*), Yulia Pujiastuti
Lebih terperinciGambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep)
HAMA PENGGEREK BATANG PADI DAN CARA PENGENDALIANNYA Status Penggerek batang padi merupakan salah satu hama utama pada pertanaman padi di Indonesia. Berdasarkan luas serangan pada tahun 2006, hama penggerek
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Padi adalah salah satu bahan makanan
Lebih terperinciINDEKS KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA PADA PERTANAMAN PADI (Oryza Sativa L.) DI LAPANGAN SKRIPSI OLEH :
INDEKS KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA PADA PERTANAMAN PADI (Oryza Sativa L.) DI LAPANGAN SKRIPSI OLEH : DIAN MUSTIKA PUTRI 100301012 AGROEKOTEKNOLOGI / HPT PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
Lebih terperinciJ. Sains & Teknologi, Agustus 2005, Vol.5 No. 2: ISSN
J. Sains & Teknologi, Agustus 2005, Vol.5 No. 2: 85-89 ISSN 1411-4674 PENGARUH POLA TANAM CAMPURAN BEBERAPA VARIETAS PADI TERHADAP POPULASI DAN INTENSITAS SERANGAN BEBERAPA HAMA TANAMAN PADI Sri Nur Aminah
Lebih terperinciTINGKAT SERANGAN HAMA PENGGEREK TONGKOL, ULAT GRAYAK, DAN BELALANG PADA JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. Abdul Fattah 1) dan Hamka 2)
TINGKAT SERANGAN HAMA PENGGEREK TONGKOL, ULAT GRAYAK, DAN BELALANG PADA JAGUNG DI SULAWESI SELATAN Abdul Fattah 1) dan Hamka 2) 1) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan 2) Balai Proteksi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Tanaman Bayam Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tanaman semusim dan tergolong sebagai tumbuhan C4 yang mampu mengikat gas CO 2 secara efisien sehingga memiliki daya adaptasi
Lebih terperinciKeragaman Serangga Musuh Alami Kutu Sisik Lepidosaphes beckii Pada Jeruk Keprok Dan Jeruk Manis
Keragaman Serangga Musuh Alami Kutu Sisik Lepidosaphes beckii Pada Jeruk Keprok Dan Jeruk Manis Redy Alviantono¹ dan Amin Setyo Leksono¹ ¹Laboratorium Ekologi Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
51 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut Sugiyono (2013), metode penelitian kuanitatif merupakan metode penelitian yang
Lebih terperinciKuliah ke-2. R. Soedradjad Lektor Kepala bidang Pengelolaan Sumberdaya Alam
Kuliah ke-2 R. Soedradjad Lektor Kepala bidang Pengelolaan Sumberdaya Alam Spektrum Biologi: KOMPONEN BIOTIK GEN SEL ORGAN ORGANISME POPULASI KOMUNITAS berinteraksi dengan KOMPONEN ABIOTIK menghasilkan
Lebih terperinciOleh TIMBUL SIMBOLON ILMU TANAH DEPARTEMEN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN. Universitas Sumatera Utara
LAJU EMISI GAS METAN (CH 4 ), SUHU UDARA DAN PRODUKSI PADI SAWAH IP 400 PADA FASE VEGETATIF MUSIM TANAM I AKIBAT VARIETAS DAN BAHAN ORGANIK YANG BERBEDA SKRIPSI Oleh TIMBUL SIMBOLON 070303021 ILMU TANAH
Lebih terperinciSKRIPSI KELIMPAHAN POPULASI WERENG BATANG COKLAT PADA BEBERAPA VARIETAS PADI DENGAN PEMBERIAN ZEOLIT DAN PENERAPAN KONSEP PHT
SKRIPSI KELIMPAHAN POPULASI WERENG BATANG COKLAT PADA BEBERAPA VARIETAS PADI DENGAN PEMBERIAN ZEOLIT DAN PENERAPAN KONSEP PHT Oleh Ndaru Priasmoro H0709078 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
Lebih terperinci