BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan suatu organisasi yang sangat membutuhkan sumber
|
|
- Hartanti Tan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perusahaan merupakan suatu organisasi yang sangat membutuhkan sumber daya manusia yang memiliki peran penting sebagai penggerak kegiatan operasional dalam mencapai tujuan. Sumber daya manusia di dalam perusahaan tidak hanya terdiri dari pimpinan perusahaan tetapi juga para tenaga kerja atau karyawan. Penting bagi perusahaan untuk mengelola karyawan seoptimal mungkin melalui pemberdayaan dan pembinaan dalam setiap pelaksanaan tugas-tugas, menciptakan kesejahteraan seluruh karyawan termasuk mengantisipasi terjadinya hal-hal yang bersifat destruktif ditempat kerja yang dapat menghambat perkembangan produktivitas karyawan. Beberapa peneliti organisasi semakin menaruh perhatian dalam penelitian yang membahas tentang penyimpangan yang dilakukan orang-orang di tempat kerja / the darker side of employee behavior (Neuman & Baron, 1997) karena memiliki dampak negatif baik bagi karyawan maupun organisasi. Penyimpangan tersebut diwujudkan dalam perilaku buruk karyawan melalui berbagai bentuk seperti agresi, perilaku anti sosial dan kekerasan (Griffin, 2005). Berbagai penelitian juga mengembangkan bentuk-bentuk penyimpangan dengan konsep lain seperti ketidaksopanan, penyalahgunaan jabatan di tempat kerja, perilaku kerja yang bersifat merusak, perilaku yang tidak patuh dan perilaku intimidasi di organisasi (Anderson, 2000). Salah satu bentuk penyimpangan perilaku yang sangat menganggu adalah kekerasan di tempat kerja. Ada berbagai istilah dalam berbagai literature untuk menggambarkan fenomena kekerasan di tempat kerja yang digunakan
2 para peneliti seperti workplace aggression (Neuman & Baron, 1998); workplace violence (Bnriing, 1996; Leblanc & Kelloway,2002); workplace abuse (Richman, Frendrich & Rospenda, 1999); workplace harassment (Bowling, 2006; Bjrokqvist, Osterman & Hjet-Back, 1994 dalam Aquino & Khai, 2004) dan workplace victimization (Aquino & Thau, 2009; Aquino, 2005; Aquino & Bommer, 2003, Aquino & Bradfield, 2000). Perilaku kekerasan atau sering disebut aksi agresif di tempat kerja diprediksi dapat memicu timbulnya viktimisasi. Viktimisasi didefinisikan sebagai persepsi individu yang telah mendapat perlakuan agresif baik sekali maupun secara berulang dari satu atau banyak orang (Aquino & Bradfield, 2000). Menurut Quinney (dalam Aquino & Bradfield, 2000), viktimisasi juga didefinisikan sebagai sesuatu yang didasarkan pada persepsi target dalam sebuah aksi agresif yang menonjolkan bahwa penamaan seseorang atau labelling sebagai korban merupakan sebuah proses subyektif secara lebih luas. Dari tinjauan viktimologi, terdapat bentuk-bentuk viktimisasi yang terdiri dari primary victimization, secondary victimization, tertier victimization dan mutual victimization (Wolfgang, 1970). Primary victimization adalah korban kejahatan yang menderita fisik, mental dan sosial secara individual. Secondary victimization adalah korban kejahatan yang menderita secara kolektif atau badan hukum. Tertier victimization adalah korban kejahatan atau pelanggaran secara luas meliputi masyarakat. Mutual victimization adalah korban yang ditimbulkan akibat perilaku pelaku sendiri. Sedangkan ditinjau dari perspektif tanggung jawab korban, terdapat pula beberapa tipologi korban yakni unrelated victims / korban yang tidak ada hubungan dengan pelaku kejahatan, proactive victims / peranan korban yang memicu terjadinya kejahatan, participacing victims / perbuatan korban yang tidak disadari sehingga dapat memicu tindak kejahatan oleh pelaku, biologically weak victims / keadaan fisik korban yang merupakan korban potensial seperti wanita dan anak-anak, socially weak victims / korban yang memiliki kedudukan rendah atau lemah, self victimzing victims / korban kejahatan
3 yang dilakukan karena perbuatan dirinya sendiri atau kejahatan tanpa korban, serta political victims / korban karena lawan politik (Fattah, 1967). Teori viktimisasi memaparkan bahwa ilmu yang mempelajari tentang viktimisasi yakni viktimologi telah mengindentifikasikan tiga faktor utama penyebab munculnya viktimisasi di tempat kerja yakni karakteristik personal, faktor situasional dan presipitasi korban (Ellias dalam Aquino, 2000; Aquino & Thau, 2009).Selain itu teori viktimisasi juga dikembangkan dalam konsep sosiologi dan kriminologi yang menjelaskan bahwa faktor lain selain karakteristik personal penting diperhatikan untuk menjelaskan mengapa seseorang sering menjadi target dari sebuah aksi agresif (e.g., Amir, 1967; Curtis, 1974; Felson & Steadman, 1983; Sparks et al., 1977). Menurut Aquino dan Bradfield (2000), salah satu karakteristik personal yang dianggap sebagai pemicu timbulnya viktimisasi di tempat kerja adalah agresivitas. Agresivitas didefinisikan untuk menggambarkan suatu sifat agresif seseorang (Buss, Tedeschi & Felson, 1994) melalui beberapa atribut individu seperti tempramen, perilaku impulsif, aktivitas yang berlebihan dan keinginan untuk merasa bebas (Monahan, 1981) sehingga memiliki kecenderungan dapat menimbulkan viktimisasi (Olweus, 1978). Fenomena yang mendukung bahwa viktimisasi dapat muncul di tempat kerja melalui agresivitas adalah ditunjukkan dengan sikap pekerja yang menentang aturan atau tidak mengerjakan tugas yang memberatkan secara benar, namun tidak memiliki kekuatan untuk melawan atasan sehingga melakukan tindak pembalasan secara sembunyi seperti melakukan sabotase. Sebuah artikel yang berjudul Agresi di Tempat Kerja pada era 2000-an menjelaskan bahwa viktimisasi di sebuah perusahaan dapat juga terjadi akibat dari perilaku atasan atau pimpinan yang bersifat agresif yakni enggan memberikan informasi penting kepada bawahan, mempermalukan bawahan di depan umum ketika terjadi sebuah kesalahan, melakukan sabotase kepada bawahan serta memanfaatkan tenaga dan pikiran para
4 bawahan untuk kepentingan pribadi tanpa memberikan imbalan yang pantas (Kompas.com). Karakteristik lain yang menyebabkan terjadinya viktimisasi di tempat kerja adalah afektivitas negatif (Aquino & Bradfield, 2000). Afektivitas negatif diprediksi memiliki kecenderungan untuk mengalami perasaan-perasaan negatif seperti marah, gelisah, cemas, takut, khawatir dan depresi (Aquino et al., 1999; Aquino & Brafield, 2000, Coyne et al., 2000; Vartia (dalam Aquino & Thau, 2009). Aquino et al., (1999) menjelaskan bahwa karyawan yang memiliki afektivitas negatif tinggi akan cenderung bersifat bermusuhan yang dapat membuat mereka rentan untuk mengalami viktimisasi di tempat kerja. Hal ini didukung dengan fenomena dalam dunia kerja yang dicontohkan dengan keluhan karyawan dalam menanggapi kondisi pekerjaan yang seringkali disebabkan karena perasaan negatif atau tidak nyaman terhadap kurangnya perhatian perusahaan tentang masalah psikologis mereka seperti opini, emosi, sikap termasuk persepsi karyawan. Apabila kondisi ini terjadi terus-menerus, maka secara sadar atau tidak akan menimbulkan sebuah tekanan jiwa / stress sehingga akan menjadi sebuah ancaman untuk bertindak agresif hingga menimbulkan korban (Greene, Fisher & Baum, 1978). Watson dan Clark (1984) juga memaparkan bahwa perilaku agresif yang sering ditunjukkan oleh seseorang pada dasarnya memiliki afektivitas negatif, yakni kecenderungan untuk mengalami emosi-emosi negatif seperti kemarahan, kegelisahan dan ketakutan. Seseorang atau karyawan yang memiliki afektivitas negatif tinggi akan cenderung sering bersikap kasar yang dapat memicu timbulnya permusuhan seperti ancaman dibandingkan karyawan yang memiliki afektivitas negatif rendah (Baumeister, Smart & Bodden, 1996) dan memiliki hubungan yang buruk dengan supervisor mereka (George, 1992). Selain karakteristik personal, faktor situasional juga dapat menyebabkan terjadinya viktimisasi di tempat kerja. Aquino & Bradfield (2000) menjelaskan bahwa faktor situasional tersebut adalah status jabatan yang dimiliki seseorang di tempat
5 kerja. Fattah (1991) menyatakan bahwa fenomena viktimisasi yang dialami para pekerja di Indonesia pada umumnya disebut dengan viktimisasi stuktural yang merupakan sebuah proses munculnya korban yang berakar dari stratifikasi, nilainilai dan institusi-institusi yang terdapat dalam lingkungan pekerjaan. Hal ini diperkuat dengan konteks kejahatan secara struktural yang menjelaskan bahwa pihak atau subjek yang menjadi korban cenderung tidak berdaya, cenderung lebih lemah dari pelaku (Bernstein & Watson, 1997), bahkan tidak mengetahui realitas dirinya sebagai korban sehingga akan selalu berada dalam posisi yang menerima kondisi yang ada dan sulit untuk mempertahankan diri (Olweus, 1993). Berdasarkan riset viktimologi kriminal menyatakan bahwa dalam hierarki pekerjaan, pekerja yang lebih rentan untuk mengalami viktimisasi dan memiliki resiko tinggi untuk terkena kejahatan adalah para pekerja yang berstatus jabatan rendah. Sebuah studi melaporkan bahwa karyawan yang berada di posisi nonmanajerial akan lebih sering mengalami viktimisasi di tempat kerja dibandingkan karyawan yang berada di posisi manajerial (Aquino, 2004). Aquino & Bradfield (2000) juga berpendapat bahwa status jabatan yang tinggi akan melindungi mereka dari viktimisasi karena dua alasan. Pertama, status jabatan yang tinggi dianggap memiliki hak yang sah untuk menerima perlakuan positif di tempat kerja (Er, 1989). Kedua, mereka memiliki hak untuk menggunakan mekanisme formal kontrol sosial seperti sistem penghargaan dan hukuman untuk membalas rekan kerja yang memperlakukan mereka dengan buruk (Bies & Tripp, 1996). Hal ini sesuai dengan penelitian Aquino dan Bradfield (2000)yang membuktikan bahwa status jabatan memiliki pengaruh negatif pada viktimisasi di tempat kerja, yang berarti karyawan perusahaan yang berstatus tinggi seperti manajer dan supervisor cenderung terhindar dari terjadinya viktimisasi secara langsung maupun tidak langsung dibandingkan karyawan yang bestatus jabatan rendah seperti staff dan buruh. Fenomena viktimisasi di tempat kerja terus-menerus muncul karena terjadinya penyimpangan kegiatanyakni pembiaran yang dilakukan perusahaan
6 secara sengaja dalam melakukan pencegahan (Green & Tony, 2004). Pembiaran tersebut disinyalir sangat mudah terjadi di negara yang sedang berkembang yang cenderung bersifat soft state, ditandai dengan lemahnya kondisi ekonomi dan nonekonomi seperti sikap terhadap budaya, struktur kelembagaan serta hukum dan kebijakan untuk mendorong perkembangan masyarakat secara luas (Martinussen, 1999). Pernyataan tersebut didukung oleh fenomena tentang perlindungan terhadap korban viktimisasi di Indonesia yang masih dirasa belum optimal dalam pelaksanaannya karena penanganan aparat yang belum tepat sasaran. Sesuai dengan yang telah dijelaskan dalam Undang-Undang Perlindungan Saksi & Korban Pasal 12 yang menyebutkan bahwa Lembaga Penanganan Saksi & Korban (LPSK) bertanggungjawab memberikan perlindungan dan bantuan terhadap saksi dan korban yang telah terkena viktimisasi di tempat kerja meliputi kecelakaan kerja, sikap dan perilaku saat bekerja, kecelakaan transportasi, bencana alam, serta sebab lain diluar kejahatan berdasarkan kewenangan sebagaimana mestinya (Republika.co.id, 2014). Salah satu perusahaan manufaktur di daerah Kabupaten Karanganyar yang sedang berkembang pesat saat ini adalah PT. Gunung Subur Sejahtera. PT. Gunung Subur Sejahtera merupakan perusahaan yang termasuk usaha padat karya dengan jumlah sekitar 1200 orang, terutama wanita. Dengan banyaknya jumlah tenaga kerja, maka potensi terjadinya viktimisasi sangat mungkin di perusahaan ini yang dapat ditimbulkan dari konflik yang terjadi antara karyawan satu sama lain atau dengan para atasan mereka dalam proses kerja yang dijalani. Oleh karena itu penting bagi manajemen personalia untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya viktimisasi mengingat dampak yang ditimbulkan tidak hanya bagi perusahaan tetapi juga bagi individu perusahaan. Penelitian ini merupakan replikasi penuh dari penelitian sebelumnya yang membahas tentang victimization in the workplace (Aquino & Bradfield, 2000) dengan mencantumkan beberapa peran yang mendasari timbulnya viktimisasi di
7 tempat kerja yakni peran status jabatan, agresivitas dan afektivitas negatif. Dengan demikian berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Status Jabatan, Agresivitas dan Afektivitas Negatif pada Viktimisasi di Tempat Kerja.
8 B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang diangkat sebagai berikut : 1. Apakah status jabatan berpengaruh negatif pada viktimisasi di tempat kerja? 2. Apakah agresivitas berpengaruh positif pada viktimisasi di tempat kerja? 3. Apakah afektivitas negatif berpengaruh positif pada viktimisasi di tempat kerja? 4. Apakah afektivitas negatif memoderasi pengaruh agresivitas pada viktimisasi di tempat kerja? C. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan, penelitian ini bertujuan untuk : 1. Menganalisis pengaruh negatif status jabatan pada viktimisasi di tempat kerja. 2. Menganalisis pengaruh positif agresivitas pada viktimisasi di tempat kerja. 3. Menganalisis pengaruh positif afektivitas negatif pada viktimisasi di tempat kerja. 4. Menganalisis peran afektivitas negatif yang memoderasi pengaruh agresivitas pada viktimisasi di tempat kerja.
9 D. MANFAAT PENELITIAN Manfaat dalam penelitian ini mengarah pada aspek : 1. Bagi Akademisi Secara akademis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan atau wawasan tambahan bagi penelitian selanjutnya terutama di bidang manajemen sumber daya manusia mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi viktimisasi di tempat kerja. 2. Bagi Praktisi Secara praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan untuk mengantisipasi terjadinya viktimisasi di tempat kerja, melalui pengendalian karakteristik personal karyawan serta faktor situasional dalam perusahaan sehingga perusahaan dapat menciptakan lingkungan kerja yang kondusif.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Viktimisasi didefinisikan sebagai sebuah bentuk tindakan negatif yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Viktimisasi di tempat kerja Viktimisasi didefinisikan sebagai sebuah bentuk tindakan negatif yang dilakukan secara berulang dan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian merupakan suatu kesatuan dari beberapa desain yang
BAB III METODE PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN Penelitian merupakan suatu kesatuan dari beberapa desain yang menggambarkan secara detail dari suatu penelitian. Tujuan dari memahami desain penelitian adalah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. merupakan jumlah total cara-cara di mana seorang individu beraksi atas
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Kepribadian Menurut Robbins dan Judge (2015) kepribadian (personality) merupakan jumlah total cara-cara di mana seorang individu beraksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perusahaan manufaktur merupakan penopang utama perkembangan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perusahaan manufaktur merupakan penopang utama perkembangan industri di sebuah negara. Perkembangan industri manufaktur dapat digunakan sebagai tolak ukur untuk melihat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada saat ini sumber daya manusia adalah kunci sukses suatu organisasi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini sumber daya manusia adalah kunci sukses suatu organisasi modern. Mengelola sumber daya manusia secara efektif menjadi tanggung jawab setiap orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai aspek kehidupan terutama dalam bidang pendidikan. Terselenggaranya pendidikan yang efektif
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. terjadi ketika seseorang atau organisme mencoba untuk mengubah cara
BAB 2 LANDASAN TEORI 2. 1. Self-Control 2. 1. 1. Definisi Self-control Self-control adalah tenaga kontrol atas diri, oleh dirinya sendiri. Selfcontrol terjadi ketika seseorang atau organisme mencoba untuk
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hari Minggu tanggal 29 April 2007 seorang siswa kelas 1 (sebut saja A) SMA swasta di bilangan Jakarta Selatan dianiaya oleh beberapa orang kakak kelasnya. Penganiayaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. perilaku agresi, terutama di kota-kota besar khususnya Jakarta. Fenomena agresi
BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Hampir setiap hari banyak ditemukan pemberitaan-pemberitaan mengenai perilaku agresi, terutama di kota-kota besar khususnya Jakarta. Fenomena agresi tersebut merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang kompleks yang merupakan hasil interaksi berbagai penyebab dari keadaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang paling mendapat perhatian dalam rentang kehidupan manusia. Hal ini disebabkan banyak permasalahan yang terjadi dalam masa remaja.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORITIS
BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1. Perilaku Agresif 2.1.1. Pengertian Perilaku Agresif Perasaan kecewa, emosi, amarah dan sebagainya dapat memicu munculnya perilaku agresif pada individu. Pemicu yang umum dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebuah pemberitaan di Jakarta menyatakan ham p ir 40% tindak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah pemberitaan di Jakarta menyatakan ham p ir 40% tindak kriminalitas dilakukan oleh remaja (Republika, 2 0 0 5 ). Tindak kriminal yang dilakukan oleh remaja sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kinerja merupakan pemenuhan akan tugas atau keterampilan terkait pekerjaan seorang karyawan. Kinerja pekerjaan didefinisikan sebagai tindakan yang berkontribusi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. tengah-tengah masyarakat telah memberikan dampak negatif bagi
10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Fear Of Crime 1. Pengertian Fear Of Crime Salah satu masalah sosial yang muncul di tengah masyarakat adalah timbulnya tindak kejahatan. Berbagai tindak kejahatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki berbagai tujuan. Untuk mencapai tujuannya,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap organisasi memiliki berbagai tujuan. Untuk mencapai tujuannya, organisasi biasanya berusaha meningkatkan produktifitas, kemampuan berinovasi, dan kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak dan masa dewasa. Dimana pada masa ini remaja memiliki kematangan emosi, sosial, fisik dan psikis.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Schmidt & Hayes, 2002). Kondisi ini menyebabkan sebagian besar waktu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kerja merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia saat ini untuk memenuhi kebutuhan dan kebanyakan pekerja menghabiskan waktu rata-rata delapan jam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan, pendidikan dan mengasihi serta menghargai anak-anaknya (Cowie
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ukuran pencapaian sebuah bangsa yang diajukan oleh UNICEF adalah seberapa baik sebuah bangsa memelihara kesehatan dan keselamatan, kesejahteraan, pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyaknya jumlah lembaga pendidikan yang ada di Indonesia baik negeri maupun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan dalam dunia pendidikan saat ini semakin kompetitif, tidak terkecuali persaingan dalam peningkatan kualitas di Indonesia. Hal itu ditunjukkan dengan
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, KONTRIBUSI, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN Simpulan. Pokok masalah yang hendak dipecahkan dalam studi ini adalah
BAB V SIMPULAN, KONTRIBUSI, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN 5.1. Simpulan Pokok masalah yang hendak dipecahkan dalam studi ini adalah mengonfirmasi elaboration likelihood model for workplace aggression
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Proses timbulnya perilaku tersebut ialah ketika seseorang dalam suatu titik. perilaku yang dinamakan perilaku agresif.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku agresif seringkali diperbincangkan oleh masyarakat karena hal tersebut memicu kekhawatiran masyarakat sekitar, terutama di kalangan pelajar SMK. Hal
Lebih terperinciBULLYING. I. Pendahuluan
BULLYING I. Pendahuluan Komitmen pengakuan dan perlindungan terhadap hak atas anak telah dijamin dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28B ayat (2) menyatakan bahwa setiap
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Bullying. itu, menurut Olweus (Widayanti, 2009) bullying adalah perilaku tidak
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bullying 1. Definisi Bullying Bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan oleh individu atau kelompok yang lebih kuat terhadap individu atau kelompok yang lebih lemah, yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang tiap elemen bangsanya sulit
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang tiap elemen bangsanya sulit lepas dari belenggu anarkisme, kekerasan, dan perilaku-perilaku yang dapat mengancam ketenangan masyarakat.
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Anak-anak yang mengalami kekerasan seksual memiliki gejala gangguan yang lebih
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Anak-anak yang mengalami kekerasan seksual memiliki gejala gangguan yang lebih banyak daripada anak yang tidak mengalaminya, tetapi mereka memiliki gejala yang lebih sedikit dibandingkan
Lebih terperinciBAB I 1.1 Latar Belakang
BAB I 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa yaitu suatu sindrom atau pola perilaku yang secara klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan menimbulkan gangguan pada satu atau lebih
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Sampel peneliti terbagi dalam 2 kelompok yaitu gamers DotA dan gamers
BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1 Simpulan Sampel peneliti terbagi dalam 2 kelompok yaitu gamers DotA dan gamers Ragnarok Online. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat perbedaan tingkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengatakan mereka telah dilukai dengan senjata. Guru-guru banyak mengatakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan kekerasan di lingkungan pendidikan atau sekolah ini telah menunjukkan angka yang sangat memprihatinkan, 16% siswa kelas akhir mengatakan bahwa mereka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perubahan lingkungan yang cepat, yang ditandai dengan kemajuan
16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan lingkungan yang cepat, yang ditandai dengan kemajuan informasi, perubahaan selera pasar, perubahan demografi, fluktuasi ekonomi dan kondisi dinamis lain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan pelanjut masa depan bangsa. Secara real, situasi anak Indonesia masih dan terus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Status dan kondisi anak Indonesia adalah paradoks. Secara ideal, anak adalah pewaris dan pelanjut masa depan bangsa. Secara real, situasi anak Indonesia masih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Maraknya kasus-kasus kekerasan yang terjadi pada anak-anak usia sekolah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Maraknya kasus-kasus kekerasan yang terjadi pada anak-anak usia sekolah saat ini sangat memprihatinkan bagi pendidik dan orangtua. Fenomena yang sering terjadi di sekolah
Lebih terperinciLAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi
LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang dilakukan dilingkungan institusi pendidikan yang semakin menjadi permasalahan dan menimbulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia merupakan aset yang paling penting bagi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan aset yang paling penting bagi organisasi, dimana pada hakekatnya berfungsi sebagai faktor penggerak bagi setiap kegiatan di dalam
Lebih terperinciINTENSITAS TERKENA BULLYING DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT
INTENSITAS TERKENA BULLYING DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna menempuh derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun Oleh : AMALIA LUSI BUDHIARTI
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. budaya, masyarakatnyapun memiliki keunikan masing-masing. Berbagai
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang memiliki beragam karakteristik etnis budaya, masyarakatnyapun memiliki keunikan masing-masing. Berbagai macam permasalahan yang kerap
Lebih terperinci2016 HUBUNGAN ANTARA CYBERBULLYING DENGAN STRATEGI REGULASI EMOSI PADA REMAJA
BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini merupakan pendahuluan dari skripsi yang akan membahas beberapa hal terkait penelitian, seperti latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur
Lebih terperinciTINJAUAN VIKTIMOLOGI TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. (Studi 10 Putusan Pengadilan Negeri Kepanjen) Oleh : WAHIDAH HAMDAN
TINJAUAN VIKTIMOLOGI TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi 10 Putusan Pengadilan Negeri Kepanjen) Oleh : WAHIDAH HAMDAN Nim : 201210110311156 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab ini menyajikan hal-hal yang menjadi latar belakang penelitian,
BAB I PENDAHULUAN Bab ini menyajikan hal-hal yang menjadi latar belakang penelitian, rumusan masalah dan pertanyaan penelitian, tujuan, manfaat penelitian serta mengulas secara singkat mengenai prosedur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terselenggara apabila dipengaruhi oleh suasana kondusif yang diciptakan oleh
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan zaman yang semakin pesat pada saat sekarang ini, telah membawa dampak terhadap berbagai aspek kehidupan, terutama dalam bidang pendidikan. Pendidikan
Lebih terperinciH, 2016 HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DAN KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU BULLYING
BAB I PENDAHULUAN Pokok bahasan yang dipaparkan pada Bab I meliputi latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi penelitian. A.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengertian yang berbeda. Dimana secara yuridis-formal, kejahatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Secara yuridis formal dan sosiologi istilah kriminal atau kejahatan mempunyai pengertian yang berbeda. Dimana secara yuridis-formal, kejahatan adalah bentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kerja yang mencakup fasilitas, peraturan yang diterapkan, hubungan sosial
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perawat merupakan tenaga profesional yang berhadapan langsung dengan pasien selama 24 jam. Perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan bekerja sama dengan tenaga kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. segala bentuk dan prakteknya telah berupaya dikembangkan, namun. cacat dan kekurangan dari sistem tersebut semakin terlihat nyata.
1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Setelah lebih dari satu dasawarsa reformasi dijalani bangsa Indonesia kondisi kehidupan berbangsa dan bernegara cenderung mengalami kemunduran kualitas, meskipun sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kognitif, dan sosio-emosional (Santrock, 2007). Masa remaja (adolescence)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa yang melibatkanperubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional (Santrock,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah ini merupakan masalah sensitif yang menyangkut masalah-masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak kejahatan atau perilaku kriminal selalu menjadi bahan yang menarik serta tidak habis-habisnya untuk dibahas dan diperbincangkan, masalah ini merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kinerja karyawan semakin baik. Salah satu tindakan yang penting dan harus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi sekarang ini sumber daya manusia merupakan aset penting dalam upaya pencapaian tujuan perusahaan. Kelangsungan hidup suatu perusahaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Pada masa saat ini, politik tidak hanya dijumpai dalam kegiatan negara tetapi juga dapat ditemukan saat bekerja. Politik seringkali mempunyai pandangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Mangkunegara (2000) kinerja karyawan adalah hasil kerja secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia sebagai tenaga kerja tidak pernah terlepas dari masalah yang terkait dengan kecelakaan, kesehatan dan keselamatan pada saat bekerja yang
Lebih terperinciBENTUK GANTI KERUGIAN TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERKOSAAN DITINJAU DARI PERSPEKTIF VIKTIMOLOGI
BENTUK GANTI KERUGIAN TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERKOSAAN DITINJAU DARI PERSPEKTIF VIKTIMOLOGI oleh I Gusti Ayu Christiari A.A. Sri Utari Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT
Lebih terperinciBAB II URAIAN TEORITIS. Imatama (2006) yang berjudul Pengaruh Stress Kerja Terhadap kinerja
BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Imatama (2006) yang berjudul Pengaruh Stress Kerja Terhadap kinerja karyawan Lembaga Pendidikan Perkebunan (LPP) Kampus Medan menyatakan bahwa variabel Stress
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam hal ini pendidikan bukan lagi diterjemahkan sebagai bentuk pelajaran formal semata yang ditujukan untuk mengasah kemampuan berpikir saja. Pendidikan juga
Lebih terperinciTidak ada proses penelitian yang benar-benar memiliki fokus yang sama dengan penelitian kebijakan atau berorientasi tindakan
Penelitian kebijakan sebuah usaha untuk mempelajari masalah-masalah sosial fundamental dan sebuah usaha untuk mengkreasi serangkaian tindakan pragmatis untuk mengurangi masalah-masalah. Tidak ada proses
Lebih terperinciSKRIPSI. UPAYA REHABILITASI BAGI PENYALAHGUNA NARKOTIKA OLEH BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNNK/KOTA) PADANG (Studi Kasus di BNNK/Kota Padang)
SKRIPSI UPAYA REHABILITASI BAGI PENYALAHGUNA NARKOTIKA OLEH BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNNK/KOTA) PADANG (Studi Kasus di BNNK/Kota Padang) Diajukan Untuk Memenuhi Sebahagian Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya mereka dapat menggantikan generasi terdahulu dengan sumber daya manusia, kinerja dan moral
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. alkohol, napza, seks bebas) berkembang selama masa remaja. (Sakdiyah, 2013). Bahwa masa remaja dianggap sebagai suatu masa dimana
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan periode perkembangan yang penting dalam kaitannya dengan keadaan sehat dan keadaan tidak sehat. Banyak perilaku sehat (misalnya; diet, dan olahraga)
Lebih terperinciSikap Dan Tindakan Kepolisian Terhadap Tindak Pidana Kekerasan Premanisme Yang Terjadi Di Masyarakat. Oleh : Suzanalisa
Sikap Dan Tindakan Kepolisian Terhadap Tindak Pidana Kekerasan Premanisme Yang Terjadi Di Masyarakat Oleh : Suzanalisa ABSTRAK Tindak pidana kekerasan premanisme yang sangat lekat dengan pelanggaran hukum
Lebih terperinciAbstrak. Kata kunci: kelelahan emosional, stres kerja, perilaku menyimpang karyawan.
Judul : Pengaruh Kelelahan Emosional Terhadap Perilaku Menyimpang Karyawan dengan Variabel Moderasi Stres Kerja (Studi Kasus Pada Hotel Bumi Ayu Sanur) Nama : Ni Wayan Ari Sitawati NIM : 1106205134 Abstrak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memperoleh penyelesaian yang lebih baik. Walaupun demikian, masih banyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena kekerasan semakin marak dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagian individu dapat mengatasi pengalaman akan kekerasannya, namun sebagian besar mencari solusi kepada
Lebih terperinciSELF ESTEEM KORBAN BULLYING (Survey Kepada Siswa-siswi Kelas VII SMP Negeri 270 Jakarta Utara)
Self Esteem Korban Bullying 115 SELF ESTEEM KORBAN BULLYING (Survey Kepada Siswa-siswi Kelas VII SMP Negeri 270 Jakarta Utara) Stefi Gresia 1 Dr. Gantina Komalasari, M. Psi 2 Karsih, M. Pd 3 Abstrak Tujuan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Workplace bullying Bullying adalah tindakan yang sistematis, kemungkinan akan berlanjut tanpa intervensi tertentu, dan mungkin terkait dengan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,
BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kemanusiaan dan menjadi contoh masyarakat. Seperti yang tercantum dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Polisi adalah suatu perantara umum sipil yang mengatur tata tertib dan hukum. Aparat kepolisian sebagai abdi negara harus menjunjung tinggi, nilai-nilai kemanusiaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang dapat memberikan kepuasan dan tantangan, sebaliknya dapat pula
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pekerjaan merupakan bagian yang memegang peranan penting bagi kehidupan manusia yang dapat memberikan kepuasan dan tantangan, sebaliknya dapat pula merupakan gangguan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. A. Agresivitas
BAB II LANDASAN TEORI A. Agresivitas Semua orang seperti memahami apa itu agresi, namun pada kenyatannya terdapat perbedaan pendapat tentang definisi agresivitas. agresi identik dengan hal yang buruk.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Mendengar kata kekerasan, saat ini telah menjadi sesuatu hal yang diresahkan oleh siapapun. Menurut Black (1951) kekerasan adalah pemakaian kekuatan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap tindak pidana kriminal di samping ada pelaku juga akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap tindak pidana kriminal di samping ada pelaku juga akan menimbulkan korban. Korban/saksi dapat berupa pelaku tindak pidana yaitu: seorang Korban/saksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya, hukuman hanya menjadi salah satu bagian dari metode
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, hukuman hanya menjadi salah satu bagian dari metode untuk mendisiplinkan anak. Cara ini menjadi bagian penting karena terkadang menolak untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dari konsep kesejahteraan subjektif yang mencakup aspek afektif dan kognitif
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebahagiaan adalah hal yang sangat diinginkan oleh semua orang. Setiap orang memiliki harapan-harapan yang ingin dicapai guna memenuhi kepuasan dalam kehidupannya. Kebahagiaan
Lebih terperinciPengertian tersebut didukung oleh Coloroso (2006: 44-45) yang mengemukakan bahwa bullying akan selalu melibatkan ketiga unsur berikut;
Definisi bullying merupakan sebuah kata serapan dari bahasa Inggris. Istilah Bullying belum banyak dikenal masyarakat, terlebih karena belum ada padanan kata yang tepat dalam bahasa Indonesia (Susanti,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menunjukkan kasus bullying (tindak kekerasan) di sekolah-sekolah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peristiwa demi peristiwa bullying masih terus terjadi di wilayah sekolah. Kasus kekerasan ini telah lama terjadi di Indonesia, namun luput dari perhatian. Yogyakarta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. meluasnya lingkungan sosial. Anak-anak melepaskan diri dari keluarga dan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan sosial dan kepribadian anak usia dini ditandai oleh meluasnya lingkungan sosial. Anak-anak melepaskan diri dari keluarga dan mendekatkan diri pada
Lebih terperinciProgram Pascasarjana Ilmu Hukum FAKULTAS HUKUM Universitas Brawijaya
Implementasi Undang-Undang Negara Republik Indonesia No. 31 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Negara Republik Indonesia No. 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban dalam Sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semakin kompleksnya permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di era modernisasi dan perkembangan IPTEK yang sangat cepat, perkembangan dalam bidang SDM berkembang cepat pula, hal ini mengakibatkan semakin kompleksnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah membuat sebagian besar wanita ikut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi di Indonesia yang semakin pesat membuat kebutuhan rumah tangga semakin meningkat. Kurangnya pendapatan yang dihasilkan suami sebagai kepala
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA ASERTIFITAS DENGAN KECENDERUNGAN MENGALAMI KEKERASAN EMOSIONAL PADA PEREMPUAN YANG BERPACARAN SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA ASERTIFITAS DENGAN KECENDERUNGAN MENGALAMI KEKERASAN EMOSIONAL PADA PEREMPUAN YANG BERPACARAN SKRIPSI Disusun guna memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
DISTRIBUSI II UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa salah satu alat
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa salah satu alat bukti yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. interaksi antara satu dengan lainnya, memiliki kecenderungan timbulnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap kelompok dalam satu organisasi, dimana didalamnya terjadi interaksi antara satu dengan lainnya, memiliki kecenderungan timbulnya konflik. Bicara konflik bisa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perlindungan anak yang tertuang dalam Pasal 1 UU Nomor 23 tahun 2002 tentang Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakangMasalah. dalam mengantarkan peserta didik sehingga dapat tercapai tujuan yang
BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah Perubahan zaman yang semakin pesat membawa dampak ke berbagai aspek kehidupan yang terutama dalam bidang pendidikan. Terselenggaranya pendidikan yang efektif dan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1
HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : Tiara Noviani F 100 030 135 FAKULTAS PSIKOLOGI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Pada masa ini, remaja menaruh minat dan perhatian yang cukup besar terhadap relasi dengan teman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. persaingan kerja yang sehat dan tidak sehat. Adanya persaingan kerja yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan yang dilakukan oleh organisasi akan meningkatkan tuntutan pekerjaan dan persaingan di tempat kerja. Persaingan kerja dapat berupa persaingan kerja yang sehat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode kehidupan yang penuh dengan dinamika, dimana pada masa tersebut terjadi perkembangan dan perubahan yang sangat pesat. Pada periode ini
Lebih terperinciKEPRIBADIAN TANGGUH PADA SISWA KORBAN KEKERASAN TEMAN SEBAYA
KEPRIBADIAN TANGGUH PADA SISWA KORBAN KEKERASAN TEMAN SEBAYA ABSTRAKSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi dan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinci2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN STRES REMAJA SERTA IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Stres merupakan fenomena umum yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Dalam kehidupan sehari-hari, terdapat beberapa tuntutan dan tekanan yang
Lebih terperinciberada dibawah tuntutan tugas yang harus dihadapinya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang
Lebih terperinciRethinking Corporate Crime
Rethinking Corporate Crime James Gobert Maurice Punch 1. Pengantar dan Latar Belakang Korporasi sebagai alat yang sangat luar biasa untuk memperoleh keuntungan pribadi tanpa perlu adannya pertanggung jawaban.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mengelola dan memanfaatkan sumber daya manusia yang dimiliki sehingga dapat
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manajemen sumber daya manusia sangat penting bagi perusahaan dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya manusia yang dimiliki sehingga dapat meningkatkan produktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kualitas dari sebuah organisasi harus benar-benar diperhatikan. Hal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas dari sebuah organisasi harus benar-benar diperhatikan. Hal tersebut biasanya terwujud dalam upaya peningkatan kualitas karyawan dan pengaturan manajemen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dewasa (Frone et al,1992). Dalam beberapa dekade ini perkembangan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bekerja merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi sebagian orang dewasa (Frone et al,1992). Dalam beberapa dekade ini perkembangan dan pertumbuhan ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memproduksi barang atau jasa, serta mempunyai tujuan tertentu yang ingin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan salah satu bentuk organisasi yang didirikan untuk memproduksi barang atau jasa, serta mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapai. Tiap
Lebih terperinciKekuasaan, Wewenang dan Pengaruh
Kekuasaan, Wewenang dan Pengaruh PENGERTIAN KEKUASAAN DAN SUMBER KEKUASAAN Kekuasaan adalah kemampuan untuk menggunakan pengaruh pada orang lain; artinya kemampuan untuk mengubah sikap atau tingkah laku
Lebih terperinci2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pernikahan merupakan hal yang dicita-citakan dan didambakan oleh setiap orang, karena dengan pernikahan adalah awal dibangunnya sebuah rumah tangga dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN Pada Bab I dikemukakan latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, manfaat penelitian, asumsi penelitian, metode, lokasi dan sampel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan pesat, secara garis besar masalah kesehatan jiwa. Masalah psikososial membutuhkan kemampuan penyesuaian dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan jiwa di masyarakat sedemikian luas dan kompleks, saling berhubungan dengan segala aspek kehidupan manusia. Mengacu pada UU no. 23 Tahun 1992 tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merevisi dan menegaskan kembali berbagai kebijakan terkait agresi verbal. Agresi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah Republik Indonesia dalam beberapa tahun terakhir giat merevisi dan menegaskan kembali berbagai kebijakan terkait agresi verbal. Agresi verbal dinilai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar, serta tempat menerima dan memberi pelajaran (http://www.sekolahdasar.net). Sekolah adalah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konflik Kerja 1. Pengertian Konflik Kerja Dalam setiap organisasi, agar setiap organisasi berfungsi secara efektif, maka individu dan kelompok yang saling bergantungan harus
Lebih terperinci