Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir"

Transkripsi

1 Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir Kata Pengantar Kawasan sentra perikanan budidaya (minapolitan) merupakan kota perikanan yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha minabisnis serta mampu melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan perikanan di wilayah sekitarnya. Kawasan sentra perikanan terdiri dari kota perikanan dan desa-desa sentra produksi perikanan yang ada disekitarnya dengan batasan yang tidak ditentukan oleh batasan administratif pemerintahan, tetapi lebih ditentukan dengan memperhatikan skala ekonomi kawasan yang ada. Dokumen ini berisi tujuh bab terdiiri dari Bab 1 Pendahuluan; Bab 2 Gambaran Umum Kawasan Studi, Bab 3 tentang Analisis Pengembangan Kawasan, Bab 4 tentang Pengembangan Komoditas dan Usaha, Bab 5 tentang Pengembangan Kawasan, Bab 6 tentang Kelembagaan dan Pembiayaan serta Bab 7 tentang Rencana Pengembangan. Laporan akhir ini merupakan bentuk laporan pertanggungjawaban akhir dari kegiatan kajian Masterplan Minapolitan dan sebagai acuan dalam pelaksanaan pengembangan kawasan Minapolitan di Kabupaten Temanggung. Akhirnya, kami berharap Laporan ini dapat bermanfaatan para pihak yang berkepentingan. Temanggung, Desember 2011 Tim Penyusun Daftar Isi - i

2 Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir Daftar Isi BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG... I MAKSUD DAN TUJUAN... I KELUARAN/ HASIL... I LANDASAN HUKUM... I 4 BAB II GAMBARAN UMUM KAWASAN 2.1. CAKUPAN WILAYAH... II POTENSI... II Potensi Budidaya Ikan di Kolam... II Potensi Budidaya Mina Padi... II Potensi Perikanan Tangkap di Perairan Sungai... II Potensi Tangkap di Genangan/Cekdam... II Potensi Benih Ikan... II KOMODITAS UNGULAN... II Ikan Nila... II Budidaya Ikan Nila BEST... II Budidaya Ikan Lele... II 10 Daftar Isi - ii

3 Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir BAB III ANALISIS PENGEMBANGAN KAWASAN VISI DAN MISI... III Visi dan Misi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)... III Visi dan Misi Kabupaten Temanggung III Misi Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Temanggung... III STRATEGI PENGEMBANGAN... III - 6 BAB IV PENGEMBANGAN KOMODITAS DAN USAHA SKALA PRODUKSI... IV RANTAI DAN PELAKU BISNIS... IV TEKNOLOGI... IV 6 BAB V PENGEMBANGAN KAWASAN KONDISI FISIK... V Topografi... V Struktur Geologi... V Hidrologi... V Jenis Tanah... V Penggunaan Lahan... V STRUKTUR RUANG... V 8 Daftar Isi - iii

4 Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir Rencana Sistem Perkotaan Perikanan... V Rencana Sistem Pedesaan... V POLA PEMANFAATAN RUANG... V Kawasan Lindung... V Kawasan Yang Memberi Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya... V Kawasan Perlindungan Setempat... V Kawasan Sekitar Mata Air... V KAWASAN BUDIDAYA... V Kawasan Tanaman Pangan... V Kawasan Pertanian Hortikultura... V Kawasan Perkebunan... V Kawasan Peruntukan Peternakan... V Budidaya Perikanan... V Rencana Kawasan Minapolitan... V INDIKASI PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN... V Sistem Transportasi... V Rencana Sistem Jaringan Jalan... V Rencana Jaringan Pelayanan Angkutan Umum V Rencana Sarana Pelayanan Umum... V Infrastruktur Dasar Wilayah... V Rencana Sistem Jaringan Prasarana Energi... V Rencana Sistem Jaringan Prasarana Telekomunikasi... V Rencana Sistem Jaringan Prasarana Sumberdaya Air... V 37 Daftar Isi - iv

5 Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir Rencana Sistem Jaringan Prasarana Lingkungan... V 39 BAB VI KELMBAGAAN DAN PEMBIAYAAN LEMBAGA PENGELOLA MINAPOLITAN... VI PERMODALAN / PEMBIAYAAN... VI Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)... VI Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)... VI Kerjasama Pemerintah dan Swasta... VI Investasi Swasta... VI Swadaya Masyarakat... VI Dana CSR dari BUMN/Swasta... VI 6 BAB 7 PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN ISU DAN PERMASALAHAN... VII Isu Lokal... VII Isu Nasional... VII ANALISIS POTENSI PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN... VII Rumusan Kebijakan Pengembangan Minapolitan... VII Tujuan dan Sasaran program... VII Arahan Strategi Perencanaan Jangka Menengah... VII TAHAPAN PENGEMBANGAN... VII 9 Daftar Isi - v

6 Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUNAN... VII INDIKATOR KEBERHASILAN... VII 23 Daftar Isi - vi

7 Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir Daftar Taebel Tabel Halaman Luas dan Batas Wilayah Kecamatan di Kabupaten Temanggung... II Perkembangan Produksi Ikan Kolam (Kw) Dirinci Menurut Jenis Ikan per Kecamatan di Kabupaten Temanggung... II Perkembangan Produksi Ikan Budidaya Mina Padi (Kw) Dirinci Menurut Jenis Ikan per Kecamatan di Kabupaten Temanggung... II Perkembangan Produksi Hasil Penangkapan Ikan (Kw) di Sungai Dirinci Menurut Jenis Ikan per Kecamatan di Kabupaten Temanggung... II Perkembangan Produksi Hasil Penangkapan Ikan (Kw) di Genangan/Cekdam Dirinci Menurut Jenis Ikan per Kecamatan di Kabupaten Temanggung... II Perkembangan Produksi Benih Ikan per Kecamatan Di Kabupaten Temanggung... II Produksi Komoditas Unggulan dari Hasil Budidaya... II Pemanfaatan Lahan Budidaya Ikan di Kabupaten Temanggung IV Target Produksi Budidaya Ikan Komoditas Unggulan Tahun IV Target Area Perikanan Budidaya Tahun IV Potensi Lahan Pengembangan Perikanan Budidaya Tahun IV 3 Daftar Isi - vii

8 Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir 4.5. Skala dan Kelompok Usaha Tiga Komuditas Unggulan di Kabupaten Temanggung Saat Sekarang... IV Luas Wilayah Berdasarkan Ketinggian dari Permukaan Laut (Ha)... V Luas Penggunaan Lahan Menurut Kecamatan (Ha) di Kabupaten Temanggung Tahun V Luas Penggunaan Lahan Sawah Menurut Jenis Pengairan per Kecamatan (Ha) di Kabupaten Temanggung Tahun V Luas Penggunaan Lahan Bukan Sawah Menurut Kecamatan (Ha) dan Jenisnya di Kabupaten Temanggung Tahun V Data Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) dan Kelompok Pengolah dan Pemasar (Poklahsar)... V Rencana Penyediaan Sambungan Telepon Tahun V Matrik SWOT Pengembangan Kawasan Minapolitan Kabupaten Temanggung... VII Strategi dan Arah Kebijakan Pengembangan Kawasan Minapolitan Temanggung... VII - Daftar Isi - viii

9 Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir Daftar Gambar Gambar Halaman 4.1. Distribudi dan Jalur Pemasaran Produk Budidaya Ikan di Kab. Temanggung... IV Daerah Aliran Sungai dan arah aliran sungai (Sumber gambar: draft RTRW )... V Irigasi dan Bendung di Kabupaten Temanggung ( sumber: draft RTRW )... V Rencana Struktur Pemanfaatan Ruang Pengembangan Perikanan Kabupaten Temanggung (Sumber Gambar: Draft RTRW Kab. Temanggung tahun )... V Rencana Struktur Pemanfaatan Ruang Pengembangan Perikanan Kabupaten Temanggung... V Koordinasi POKJA dalam Pembangunan-Pengembangan dan Pengelolaan Kawasan Minapolitan... VI Keterkaitan Antara Pelaku Agribisnis Melalui Pola Kemitraan. VI Alur Sumber Dana Distribusi dan Lembaga Penyalur... VI 4 Daftar Isi - ix

10 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Temanggung Tahun 2015 merupakan penjabaran dari RPJMD tahun sebagaimana telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2014 dan memperhatikan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun RKPD Kabupaten Temanggung Tahun 2015 merupakan tahun pertama pelaksanaan tahapan ke III dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Temanggung tahun , dan merupakan tahun ke II pelaksanaan RPJMD Kabupaten Temanggung Tahun Adapun visi daerah yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Temanggung Tahun adalah TERWUJUDNYA TEMANGGUNG SEBAGAI DAERAH AGRARIS BERWAWASAN LINGKUNGAN, BERMASYARAKAT AGAMIS, BERBUDAYA, DAN SEJAHTERA DENGAN PEMERINTAHAN YANG BERSIH. Tahapan dan proses penyusunan RKPD 2015 berpedoman pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional pasal 5 ayat (3) dan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 150 ayat (3) huruf d, Jo. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2011 RKPD Kabupaten Temanggung Tahun Pendahuluan I - 1

11 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara, Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Rencana Pembangunan Daerah. RKPD dimaksud memuat kerangka ekonomi daerah,program prioritas pembangunan daerah, rencana kerja dan pendanaan serta prakiraan maju dengan mempertimbangkan kerangka pendanaan dan pagu indikatif, baik yang bersumber dari APBD maupun sumbersumber lain yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat. Bahwa dalam rangka menyusun RKPD Kabupaten Temanggung Tahun 2015 yang memenuhi kaidah-kaidah dan komponen perencanaan maka penyusunan RKPD dibuat berdasarkan tahapantahapan sesuai ketententuan perundang-undangan yang berlaku. Perumusan rancangan awal RKPD Kabupaten Temanggung dilakukan melalui serangkaian kegiatan berikut: 1. Pengolahan data dan informasi; 2. Analisis gambaran umum kondisi daerah; 3. Analisis ekonomi dan keuangan daerah; 4. Evaluasi kinerja tahun lalu; 5. Penelaahan terhadap kabijakan pemerintah nasional; 6. Penelaahan pokok-pokok pikiran DPRD provinsi; 7. Perumusan permasalahan pembangunan daerah provinsi; 8. Perumusan rancangan kerangka ekonomi dan kebijakan keuangan daerah; 9. Perumusan prioritas dan sasaran pembangunan daerah beserta pagu indikatif; RKPD Kabupaten Temanggung Tahun Pendahuluan I - 2

12 10. Perumusan program prioritas beserta pagu indikatif; 11. Pelaksanaan forum konsultasi publik; dan 12. Penyelarasan rencana program prioritas daerah beserta pagu indikatif; Secara lebih jelas alur penyusunan rancangan RKPD Kabupaten Temanggung Tahun 2015 Penyusunan rancangan RKPD yang dijelaskan dalam bagian ini digunakan untuk menyusun RKPD merupakan rangkaian mulai dari penyusunan rancangan awal RKPD dan berakhir pada penetapan RKPD melalui proses sebagai dapat dilihat pada gambar 1.1. berikut : Penyusunan Rancangan RKPD Kabupaten Temanggung Rancangan Awal RKPD pendahuluan; evaluasi pelaksanaan RKPD tahun lalu dan capaian kinerja penyelengaraan pemerintahan; rancangan kerangka ekonomi daerah Dan kebijakan keuangan daerah; prioritas dan sasaran pembangunan daerah; rencana program dan kegiatan prioritas daerah Evaluasi Rancangan Awal RKP & RKPD Prov. Integrasi Renja SKPD Penyelarasan Penyajian Ranc RKPD Rancangan RKPD pendahuluan; evaluasi pelaksanaan RKPD tahun lalu dan capaian kinerja penyelenggaraan pemerintahan; rancangan kerangka ekonomi daerah Dan kebijakan keuangan daerah; prioritas dan sasaran pembangunan daerah; rencana program dan kegiatan prioritas daerah. sesuai Verifikasi Rancangan Renja-SKPD Kabupaten/Kota tidak Dari gambar tersebut tahapan penyusunan rancangan RKPD Kabupaten Temanggung mencakup kegiatan-kegiatan: evaluasi rancangan awal RKP dan rancangan awal RKP tahun rencana; verifikasi dan integrasi rancangan Renja SKPD; dan penyelarasan penyajian rancangan RKPD. RKPD Kabupaten Temanggung Tahun Pendahuluan I - 3

13 1.2. Maksud dan Tujuan Perumusan rancangan awal RKPD Kabupaten Temanggung Tahun 2015 merupakan awal dari seluruh proses penyusunan rancangan RKPD untuk memberikan panduan kepada seluruh SKPD Kabupaten Temanggung menyusun rancangan Renja SKPD dan berfungsi sebagai koridor perencanaan pembangunan daerah dalam kurun waktu 1 (satu) tahun yang disusun menggunakan pendekatan teknokratis dan partisipatif. Dokumentasi perumusan dan keseluruhan tahap perencanaan pembangunan daerah daerah dijadikan sebagai kertas kerja (working paper). Suatu kertas kerja perumusan dan keseluruhan tahap penyusunan RKPD merupakan dokumen yang tak terpisah dan dijadikan sebagai dasar penyajian (dokumen) Landasan Hukum Peraturan perundang-undangan sebagai landasan dalam penyusunan RKPD Kabupaten Temanggung Tahun 2015 adalah sebagai berikut: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah; 3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); RKPD Kabupaten Temanggung Tahun Pendahuluan I - 4

14 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1999 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); 5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 6. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 7. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 9. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 10. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun RKPD Kabupaten Temanggung Tahun Pendahuluan I - 5

15 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 11. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1345); 12. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3459); 13. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 149, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5068); 14. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan Dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 07, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188); 15. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 16. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575); 17. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4576); RKPD Kabupaten Temanggung Tahun Pendahuluan I - 6

16 18. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 19. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 20. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614); 21. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663); 22. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664); 23. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 24. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun RKPD Kabupaten Temanggung Tahun Pendahuluan I - 7

17 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); 25. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815); 26. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816); 27. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817); 28. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4832); 29. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833); 30. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 59 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor5219); RKPD Kabupaten Temanggung Tahun Pendahuluan I - 8

18 31. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan, Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan Perundangundangan; 32. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun ; 33. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 Nomor 3 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 9); 34. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 Nomor 6, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 28); 35. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014 Nomor 5, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 65); 36. Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 6 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang menjadi Kewenangan Pemerintahan Daerah Kabupaten Temanggung (Lembaran Daerah Kabupaten Temanggung Tahun 2008 Nomor 6 ); 37. Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 10 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Temanggung Tahun (Lembaran Daerah Kabupaten Temanggung Tahun 2008 Nomor 10); RKPD Kabupaten Temanggung Tahun Pendahuluan I - 9

19 38. Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 13 Tahun 2011 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Temanggung Tahun 2011 Nomor 13); 39. Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Temanggung Tahun (Lembaran Daerah Kabupaten Temanggung Tahun 2012 Nomor 1 Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 1); 40. Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 26 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Temanggung Tahun 2012 Nomor 26, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 26); 41. Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 1 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Temanggung Hubungan Antar Dokumen Penyusunan rancangan RKPD Kabupaten Temanggung Tahun 2015 juga mendasarkan pada perencanaan multi sektoral di tingkat nasional antara lain Roadmap Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium (MDG s) di Indonesia, Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi (RAN PG) , dan Masterplan Percepatan dan Percepatan Pengurangan Kemiskinan Indonesia (MP3KI) serta Grand Design Reformasi Birokrasi tahun Rancangan akhir RKPD Kabupaten Temanggung Tahun 2015 juga disusun dengan berpedoman pada dokumen perencanaan multi sektoral di tingkat daerah yaitu Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) RKPD Kabupaten Temanggung Tahun Pendahuluan I - 10

20 Kabupaten Temanggung Tahun serta dokumen perencanaan multi sektoral di tingkat Provinsi Jawa Tengah antara lain Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) Provinsi Jawa Tengah, RAD MDG s Provinsi Jawa Tengah tahun , dan dokumen perencanaan lainnya. Gambar 1.2. Hubungan rancangan RKPD dengan Dokumen Perencanaan Lainnya. RPJP Nasional RPJM Nasional Perencanaan Multi Sektor RPJPD Provinsi RPJMD Prov. Jawa Tengah Tingkat Nasional Perencanaan Multi Sektor RPJPD Kab. Temanggung RPJMD Kab. Temanggung Tingkat Provinsi Jawa Tengah Renstra SKPD Kab Temanggung Tahun RTRW Kab. Temanggung Rancangan RKPD Kab Temanggung Tahun 2015 RPJM Desa se-kabupaten Temanggung Rencana Kerja Tahunan Desa 1.5. Kaidah Pelaksanaan Rancangan RKPD Kabupaten Temanggung Tahun 2015 merupakan rencana kerja Pemerintah Kabupaten Temanggung selama satu tahun di Tahun 2015 dengan mendasarkan potensi yang tersedia, RKPD Kabupaten Temanggung Tahun Pendahuluan I - 11

21 prioritas, target dan capaian yang telah ditetapkan dalam dokumen perencanaan lainnya. Berdasarkan pada Permendagri Nomor 54 Tahun 2010 pasal 285 dan Permendagri Nomor 32 Tahun 2012 pasal 3 ayat 2 pada lampiran I, perubahan RKPD dapat dilaksanakan apabila hasil evaluasi pelaksanaan dalam tahun berjalan menunjukkan adanya ketidaksesuaian dengan perkembangan keadaan meliputi: a. Perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi kerangka ekonomi daerah dan kerangka pendanaan, prioritas dan sasaran pembangunan, rencana program dan kegiatan daerah; b. Keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun anggaran sebelumnya harus digunakan untuk tahun berjalan; c. Keadaan darurat dan keadaan luar biasa sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan; d. Pergeseran kegiatan antar SKPD, penghapusan kegiatan, penambahan kegiatan baru/alternatif, penambahan atau pengurangan target kinerja, serta perubahan lokasi dan kelompok sasaran kegiatan Sistematika Penulisan Rancanagan awal RKPD Tahun 2015 disusun dengan sistematika sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Memuat latar belakang; penyusunan RKPD yang meliputi pengertian secaran ringkas RKPD, proses penyusunan rancangan akhir RKPD, maksud dan tujuan penyusunan, landasan hukum penyusunan, hubungan RKPD dengan dokumen perencanaan lainnya, kaidah pelaksanaan, dan RKPD Kabupaten Temanggung Tahun Pendahuluan I - 12

22 sistematika penulisan. BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD DAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH TAHUN 2014 Memuat gambaran umum kondisi daerah, dan evaluasi kinerja penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah. BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH TAHUN 2015 Memuat tentang arah kebijakan ekonomi daerah yang terdiri dari kondisi ekonomi daerah serta tantangan dan prospek perekonomian daerah, arah kebijakan keuangan daerah yang terdiri dari proyeksi keuangan daerah dan kerangka pendanaan serta arah kebijakan keuangan daerah. BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2015 Menjelaskan perumusan isu strategis, prioritas pembangunan daerah, yang terdiri atas kebijakan umum, strategi, prioritas pembangunan daerah tahun 2015 dan prioritas pengembangan kewilayahan. BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH TAHUN 2015 Memuat perencanaan program dan kegiatan prioritas pembangunan daerah tahun 2015 yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan, indikator kinerja, target, satuan, rencana anggaran maupun SKPD penanggungjawab. BAB VI PENUTUP RKPD Kabupaten Temanggung Tahun Pendahuluan I - 13

23 PENYUSUNAN MASTER PLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN TEMANGGUNG Tahun Anggaran 2007 Bab ini berisi kondisi fisik dasar, kondisi sosial kependudukan, identifikasi teknologi, identifikasi pemerintahan, identifikasi potensi sumber daya alam, serta kondisi dan potensi prasarana dan sarana wilayah perencanaan KAWASAN AGROPOLITAN KLEDUNG (KAK) Identifikasi Fisik Kondisi fisik dasar suatu wilayah mempunyai peran yang penting, karena dapat mengetahui faktor-faktor alami untuk mengetahui keadaan dan potensi yang ada di suatu kawasan sehingga dapat diketahui aktivitas yang sesuai di kawasan tersebut. Fisik alami yang ada di kawasan berfungsi sebagai wahana atau penampung aktivitas penduduk, sebagai suatu sumber daya alam yang cukup mempengaruhi perkembangan kawasan dan sebagai pembentuk pola aktivitas penduduk. A. Letak Geografis dan Administratif Kecamatan Kledung terletak pada perbatasan antara Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Wonosobo. Secara geografis, Kecamatan Kledung berbatasan dengan: Sebelah Utara : Kecamatan Bansari Sebelah Selatan : Kecamatan Bulu Sebelah Barat : Kabupaten Wonosobo. Sebelah Timur : Kecamatan Parakan Untuk lebih jelasnya mengenai batas-batas wilayah administrasi Kecamatan Kledung dapat dilihat pada gambar berikut LAPORAN AKHIR II - 1

24 PENYUSUNAN MASTER PLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN TEMANGGUNG Tahun Anggaran 2007 Gambar 2.1 Peta Administrasi Kecamatan Kledung LAPORAN AKHIR II - 2

25 PENYUSUNAN MASTER PLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN TEMANGGUNG Tahun Anggaran 2007 B. Kondisi Fisik Lahan 1. Ketinggian Lahan Kecamatan Kledung terletak pada kaki Gunung Sindoro Sumbing, ketinggian desa ratarata di atas 1000 m dpl, sedangkan kondisi kemiringan lahan rata-rata 45 %. Untuk mengetahui ketinggian masing-masing desa dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel II.1. Ketinggian Desa Dari Permukaan Air Laut di Kecamatan Kledung Tahun 2006 Ketinggian Dari Permukaan No. Desa Air Laut (m) 1. Kledung Batursari Tlahap Jambu Canggal Kwadungan Jurang Kwadungan Gunung Kruwisan Petarangan Paponan Jeketro Tuksari Kalirejo 1074 Sumber : Kecamatan Kledung Dalam Angka, Penggunaan Lahan Penggunaan lahan eksisting di Kecamatan Kledung sebagian besar berupa lahan kering. Luas wilayah keseluruhan Kecamatan Kledung sekitar 2.957,66 Ha, dari luas tersebut 247 Ha diantaranya merupakan lahan sawah, sedangkan lahan bukan sawah seluas 2.710,66 Ha. Untuk lebih jelasnya mengenai penggunaan lahan di Kecamatan Kledung dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut ini. LAPORAN AKHIR II - 3

26 PENYUSUNAN MASTER PLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN TEMANGGUNG Tahun Anggaran 2007 Tabel II.2 Luas Penggunaan Lahan di Kecamatan kledung Tahun 2006 Penggunaan Lahan (Ha) No. Desa Sawah Bangunan/ Pekarangan Tegal/ Ladang Hutan Negara 1. Kledung 0 27, Batursari 0 11,53 112, Tlahap Jambu 0 10,41 55, Canggal 0 10,2 75, Kwadungan Jurang 12 5, Kwadungan Gunung 0 11, Kruwisan 0 10,32 272, Petarangan 36 18,9 374, Paponan 69 10, Jeketro 23 5,88 114, Tuksari Kalirejo 59 6, Jumlah , , Sumber : Kecamatan Kledung Dalam Angka, Jenis Tanah Terdapat dua jenis tanah di Kecamatan Kledung yaitu jenis tanah andosol (tekstur liat berdebu, struktur remah) dan latosol (tekstur debu berpasir, struktur remah) Identifikasi Sosial A. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Jumlah penduduk Kecamatan Kledung pada tahun 2006 sebanyak jiwa yang terdiri dari jiwa (51,16 %) laki-laki dan jiwa (48,84 %) perempuan. Jumlah penduduk tersebut tersebar di 13 Desa, dengan jumlah penduduk terbesar di Desa Tlahap yaitu sebanyak jiwa dan desa yang paling sedikit penduduknya adalah Desa Canggal yaitu sebanyak 540 jiwa. Adapun jumlah rumah tangga yang ada di Kecamatan Kledung sebanyak rumah tangga. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel II.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Jumlah Rumah Tangga Di Kecamatan Kledung Tahun 2006 No Desa Jumlah Penduduk (Jiwa) Lakilaki Perempuan Jumlah Total (Jiwa) Jumlah Rumah Tangga 1. Kledung Batursari LAPORAN AKHIR II - 4

27 PENYUSUNAN MASTER PLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN TEMANGGUNG Tahun Anggaran 2007 No Desa Jumlah Penduduk (Jiwa) Lakilaki Perempuan Jumlah Total (Jiwa) Jumlah Rumah Tangga 3. Tlahap Jambu Canggal Kwadungan Jurang Kwadungan Gunung Kruwisan Petarangan Paponan Jeketro Tuksari Kalirejo Jumlah Sumber : Kecamatan Kledung Dalam Angka, 2006 B. Tingkat Kepadatan Penduduk Kepadatan penduduk dihitung dengan membagi jumlah penduduk terhadap luas wilayah. Kepadatan penduduk yang ada di Kecamatan Kledung pada tahun 2006 dapat dilihat pada tabel berikut: No Tabel II.4 Tingkat Kepadatan Penduduk Kecamatan Kledung Tahun 2006 Desa Jumlah Penduduk (Jiwa) Luas Wilayah (Ha) Kepadatan Penduduk (Jiwa/Ha) 1. Kledung , Batursari , Tlahap , Jambu , Canggal , Kwadungan Jurang , Kwadungan Gunung , Kruwisan , Petarangan , Paponan , Jeketro , Tuksari , Kalirejo ,27 8 Jumlah ,66 9 Sumber : Kecamatan Kledung Dalam Angka, 2006 LAPORAN AKHIR II - 5

28 PENYUSUNAN MASTER PLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN TEMANGGUNG Tahun Anggaran 2007 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat kepadatan di Kecamatan Kledung pada tahun 2006 sebesar 9 jiwa/ha, dengan tingkat kepadatan tertinggi di Desa Batursari dan Desa Jambu yaitu sebesar 15 jiwa/ha, sedangkan tingkat kepadatan terendah berada di Desa Canggal yaitu sebesar 5 jiwa/ha. No C. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu unsur terpenting dalam pembangunan, karena dengan pendidikan masyarakat akan semakin cerdas yang selanjutnya akan membentuk sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas tinggi. Secara umum tingkat pendidikan dapat dipakai untuk menggambarkan tingkat kualitas manusia di daerah yang bersangkutan. Tingkat pendidikan penduduk yang ada di Kecamatan Kledung mulai dari tidak sekolah sampai dengan tamat perguruan tinggi. Tingkat lulusan pendidikan terbanyak pada tamat SD yaitu sebanyak jiwa sedangkan tingkat lulusan terendah ada pada lulusan D1/D2/D3 yaitu sebanyak 157 jiwa. Untuk lebihnya jelasnya mengenai tingkat pendidikan pada Kecamatan Kledung dapat dilihat pada tabel berikut. Desa Tabel II.5 Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Kecamatan Kledung Tahun 2006 Tingkat Pendidikan (Jiwa) Blm/Tdk Prnh Sklh Blm tmt SD Tdk Tmt SD Tmt SD SLTP SLTA D1/D2/D3 S-1 1. Kledung Batursari Tlahap Jambu Canggal Kwadungan Jurang Kwadungan Gunung Kruwisan Petarangan Paponan Jeketro Tuksari Kalirejo Jumlah Sumber : Kecamatan Kledung Dalam Angka, 2006 D. Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur LAPORAN AKHIR II - 6

29 PENYUSUNAN MASTER PLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN TEMANGGUNG Tahun Anggaran 2007 Jumlah penduduk Kecamatan Kledung menurut umur terbagi atas usia non produktif dan usia produktif. Usia non produktif yaitu kelompok usia yang tidak mampu melakukan produksi, yang terdiri atas usia belum produktif yaitu penduduk dengan usia antara 0-14 tahun (usia belajar/muda), dan usia sudah tidak produktif lagi yaitu penduduk dengan usia 60 tahun ke atas (tua). Sedangkan usia produktif adalah usia penduduk bekerja, yang meliputi kelompok usia antara tahun. Berikut ini adalah rincian jumlah penduduk Kecamatan Kledung menurut kelompok usia pada tahun No Tabel II.6. Penduduk Menurut Kelompok Umur Kecamatan Kledung Tahun 2006 Desa Produktif (Jiwa) Non Produktif (Jiwa) Total (Jiwa) Angka Ketergantungan 1. Kledung ,57 2. Batursari ,51 3. Tlahap ,55 4. Jambu ,37 5. Canggal ,55 6. Kwadungan Jurang ,51 7. Kwadungan Gunung ,51 8. Kruwisan ,51 9. Petarangan , Paponan , Jeketro , Tuksari , Kalirejo ,52 Jumlah ,52 Sumber : Kecamatan Kledung Dalam Angka, 2006 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk usia produktif lebih banyak daripada jumlah penduduk usia non produktif. Pada tahun 2006 jumlah penduduk usia produktif di Kecamatan Kledung sebanyak jiwa sedangkan jumlah penduduk usia non produktif sebanyak jiwa dengan angka ketergantungan 0,52. E. Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Struktur penduduk menurut mata pencaharian dapat menggambarkan kondisi perekonomian penduduk dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Jenis mata pencaharian penduduk Kecamatan Kledung mempunyai banyak ragamnya, dari pertanian, industri, bangunan, perdagangan, angkutan dan jasa. LAPORAN AKHIR II - 7

30 PENYUSUNAN MASTER PLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN TEMANGGUNG Tahun Anggaran 2007 Pada tahun 2006 jumlah penduduk yang bekerja pada sektor pertanian masih mendominasi yaitu sebanyak jiwa sedangkan sektor pekerjaan yang sedikit menyerap tenaga kerja yaitu sektor lembaga keuangan yaitu sebanyak 3 orang. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada tabel berikut. LAPORAN AKHIR II - 8

31 No Kecamatan Petani Pangan Tabel II.7 Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Di Kecamatan Kledung Petani Perkebunan Peternak Petani Kehutanan Tahun 2006 Jenis Mata Pencaharian Pertambanagan/ penggalian Pengangkutan & komunikasi PENYUSUNAN MASTER PLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN TEMANGGUNG Tahun Anggaran 2007 Lembaga Keuangan Bangunan Jasa- Jasa Lainnya 1. Kledung Batursari Tlahap Jambu Canggal Kwadungan Jurang Kwadungan Gunung Kruwisan Petarangan Paponan Jeketro Tuksari Kalirejo Jumlah Sumber : Kecamatan Kledung Dalam Angka, 2006 LAPORAN AKHIR II - 9

32 PENYUSUNAN MASTER PLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN TEMANGGUNG Tahun Anggaran 2007 F. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama Agama yang dianut penduduk di Kecamatan Kledung terdiri dari Agama Islam, Kristen Protestan, Kristen katholik. Adapun agama yang paling banyak dianut oleh penduduk di Kecamatan Kledung adalah Agama Islam yaitu sebanyak jiwa sedangkan agama yang paling sedikit dianut adalah agama Katholik yaitu sebayak 3 jiwa. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah penduduk berdasarkan agama yang dianut dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel II.8 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama Kecamatan Kledung Tahun 2006 Jenis Agama No Desa Islam Kristen Katholik Budha Hindu 1. Kledung Batursari Tlahap Jambu Canggal Kwadungan Jurang 7. Kwadungan Gunung 8. Kruwisan Petarangan Paponan Jeketro Tuksari Kalirejo Jumlah Sumber : Kecamatan Kledung Dalam Angka, 2006 G. Organisasi dan Kelembagaan Keberhasilan pelaksanaan pengembangan agropolitan di suatu wilayah tertentu dapat dengan melakukan pendekatan kemitraan, yaitu suatu pendekatan untuk mengembangkan pelaku-pelaku atau stake holder yang berkaitan dengan agribisnis. Kemitraan dalam pengembangan agropolitan akan berkaitan dengan pihak-pihak yang terkait antara lain dunia usaha, masyarakat maupun pemerintah sendiri. Peran aktif masyarakat dalam pembangunan perlu dibangkitkan lewat organisasi sistem yang ada di lingkungannya. Salah satu faktor yang cukup mempengaruhi peran serta masyarakat LAPORAN AKHIR II - 10

33 PENYUSUNAN MASTER PLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN TEMANGGUNG Tahun Anggaran 2007 adalah pandangan hidup. Secara umum pandangan hidup ini dapat diklasifikasikan atas 3 kelompok yaitu masyarakat yang berpandangan terbuka atau yang mudah menerima perubahan, berpandangan tertutup atau yang seringkali menolak perubahan, dan berpandangan terbatas. Masyarakat yang berpandangan terbatas biasanya bisa menerima perubahan tetapi tidak semua, umumnya kelompok ini jauh lebih maju dari dua kelompok masyarakat sebelumnya. Peran dunia usaha dalam pengembangan agropolitan akan berorientasi pada kegiatankegiatan yang menguntungkan. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain dalam usaha mandiri maupun dalam pola kemitraan tertentu dengan masyarakat petani yang meliputi Kegiatan industri Kegiatan pemasaran Kegiatan penyediaan saprotan dan alsintan Permodalan Peran pemerintah dalam pengembangan agropolitan adalah untuk mendukung terwujudnya dan berlangsungnya sistem dan usaha agribisnis sehingga mampu melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pengembangan agropolitan pada daerahnya. Peran tersebut diwujudkan antara lain dengan mendukung tersedianya sarana dan prasarana agribisnis Identifikasi Teknologi Ketersediaan teknologi, penguasaan dan alih teknologi di kawasan agropolitan Kecamatan Kledung sebenarnya hampir sama dengan kawasan agropolitan di Kabupaten lainnya di Jawa Tengah ataupun Indonesia. Secara umum teknologi masih sangat terbatas, hal ini disebabkan oleh kurangnya akses informasi dan teknologi. Banyaknya kelompok-kelompok tani dan ternak yang tidak aktif juga merupakan salah satu penghambat transfer teknologi di kawasan perencanaan. Pada sistem pertanian on farm, ketersediaan pupuk sudah mencukupi namun untuk sarana pengolahan lahan berupa handtractor masih sangat kurang, karena hal ini berpengaruh terhadap efisiensi pekerjaan dalam pengolahan lahan. Sedangkan pada sistem pertanian off farm, keberadaan UKM masih sangat tradisional, sehingga dibutuhkan ketersediaan teknologi untuk penguasaan bagi masyarakat maupun PPL-nya. LAPORAN AKHIR II - 11

34 PENYUSUNAN MASTER PLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN TEMANGGUNG Tahun Anggaran 2007 Penguasaan teknologi oleh masyarakat masih sangat rendah, sehingga diperlukan suatu penyuluhan dan pelatihan yang dilakukan oleh PPL pertanian dan peternakan. PPL dari Dinas Pertanian, Dinas Perkebunan, Kehutanan, dan Konservasi SDA beserta PPL dari Dinas Peternakan sudah memberikan penyuluhan, namun karena banyaknya kelompok tani dan kelompok ternak yang tidak aktif menyebabkan akses informasi dan teknologi menjadi terhambat. Pada kawasan agropolitan di Kecamatan Kledung, baru sebagian kecil yang melakukan alih teknologi dalam pengolahan lahan. Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa petani yang mengolah lahannya menggunakan handtractor baru sedikit, dan sebagian besar masih menggunakan cangkul. Pada sub sistem agribisnis hilir pengolahan kelengkeng juga masih dipasarkan dalam bentuk buah segar dan belum diolah menjadi produk olahan, hal ini disebabkan tidak seimbangnya antara biaya pengolahan dengan pemasarannya sehingga masyarakat enggan untuk mengolah buah segar tersebut. Disamping itu masih terbatasnya teknologi pengolahan dan keterbatasan modal usaha menyebabkan potensi yang ada di Kecamatan Kledung belum optimal untuk dikembangkan Identifikasi Pemerintahan Dinas pemerintahan yang berkaitan dengan perencanaan kawasan agropolitan meliputi Bappeda; Dinas Pertanian; Dinas Perkebunan, Kehutanan dan Konservasi SDA; Dinas Perindustrian dan Perdagangan; Badan Pusat Statistik; Dinas Kependudukan, Catatan Sipil dan Pengolahan Data Elektronik; Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi; Dinas Pendidikan dan Kebudayaan; Dinas Kesehatan; Dinas Sosial; Kantor PMD; Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang; Dinas Bina Marga dan Pengairan; Dinas Perhubungan dan Pariwisata; Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM; Kantor Cabang Telekomunikasi, Dinas Pendapatan Daerah; Kantor PLN, PDAM. Koordinasi setiap dinas dan kantor di Kecamatan Kledung masih bersifat terpisah/sektoral. Mekanisme hubungan kerja yang sektoral ini tidak mampu mencapai tujuan yang lebih besar apabila tidak ada perubahan manajemen lintas sektoral agar kinerja lebih efektif dan efisien. Sesuai dengan UU No.22 tahun 1999 yang mengatur tentang penanggung jawab pengembangan kawasan agropolitan di tingkat Kabupaten adalah Bupati Temanggung dengan dibantu oleh Gubernur atau Menteri dalam mengembangkan Program Kawasan LAPORAN AKHIR II - 12

35 PENYUSUNAN MASTER PLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN TEMANGGUNG Tahun Anggaran 2007 Agropolitan. Hal ini menunjukkan bahwa sudah ada hubungan kerja baik secara vertikal maupun horizontal. Tugas Pemerintah Pusat dalam pengembangan agropolitan meliputi : Penyusunan rencana, program dan kebijakan pengembangan kawasan agropolitan dalam bentuk Pedoman Umum Pengembangan Kawasan Agropolitan beserta Pedoman yang terkait dengan pengembangan kawasan agropolitan seperti pedoman dan standar teknis untuk pengembangan kawasan agropolitan. Pelayanan informasi dan dukungan pengembangan jaringan informasi serta memfasilitasi kerjasama lintas provinsi dan internasional dalam pengembangan kawasan agropolitan. Pengembangan pendidikan dan pelatihan sumberdaya manusia. Penyelenggaraan pengkajian-pengkajian untuk pengembangan kawasan agropolitan. Pembangunan sarana dan prasarana publik yang bersifat strategis. Operasional Pengembangan Kawasan Agropolitan Kecamatan Kledung terlihat pada tabel berikut ini. Tabel II.9. Pembagian Biaya Fasilitasi Untuk Kawasan Agropolitan Pembagian Biaya Fasilitasi Strata Keterangan Kabupaten Provinsi Pusat Komponen Pokok Kegiatan Fasilitasi : 1. Pengembangan komoditas unggulan 2. Kelembagaan Pra Kawasan Agribisnis (hulu s/d Agropolitan I % % % hilir) 3. Kelembagaan Petani 4. Kelembagaan Penyuluhan/ Pendampingan pembangunan Pra Kawasan Agropolitan II % 1 20 % 6 10 % Kawasan Agropolitan % 1 10 % 1 5 % Sumber : Pedoman Operasional Kawasan Agropolitan. 5. Sarana dan Prasarana (jalan, irigasi, transportasi, telekomunikasi, pendidikan, kesehatan, dll) LAPORAN AKHIR II - 13

36 PENYUSUNAN MASTER PLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN TEMANGGUNG Tahun Anggaran Identifikasi Potensi Sumberdaya Alam A. Tanaman Pangan Sub sektor pertanian tanaman pangan yang merupakan komoditi unggulan Kecamatan Kledung antara lain meliputi komoditi tanaman pangan utama jagung. Mengenai potensi masing-masing komoditas tanaman pangan dapat dilihat pada tabel berikut ini. No Tabel II.10 Produksi Tanaman Pangan Di Kecamatan Kledung Tahun 2006 Desa Padi Ladang Produksi (ton) Jagung Ketela Pohon 1. Batursari 0,000 28,751 0, Kledung 0,000 58,395 0, Jambu 0,000 14,137 0, Canggal 0,000 19,329 0, Kruwisan 0,000 69,470 0, Petarangan 12,816 95,505 0, Tlahap 0,000 79,560 0, Kwadungan Jurang 4,272 39,600 0, Kwadungan Gunung 0,000 35,190 0, Jaketro 8,188 29,080 0, Tuksari 17,088 81,345 0, paponan 2,464 17,595 0, Kalirejo 21,004 15,045 0,000 Jumlah 65, ,003 0,000 Sumber : Kecamatan Kledung Dalam Angka, 2006 Dari tabel di atas terlihat bahwa jumlah produksi padi di Kecamatan Kledung pada tahun 2006 sebanyak 65,832 ton dengan produksi terbesar berada di Desa Kalirejo yaitu sebanyak 21,004 ton. Sedangkan produksi jagung sebanyak 583,003 ton dengan produksi terbesar berada di Desa Petarangan yaitu sebanyak 95,505 ton. B. Tanaman Sayur-sayuran Tanaman sayur-sayuran yang merupakan salah satu komoditas hortikultura Kecamatan Kledung antara lain kacang merah, bawang putih, bawang merah, kubis, kentang dan sawi. Untuk lebih jelasnya mengenai produksi tanaman sayur-sayuran dapat dilihat pada tabel berikut. LAPORAN AKHIR II - 14

37 PENYUSUNAN MASTER PLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN TEMANGGUNG Tahun Anggaran 2007 No Desa Tabel II.11 Produksi Tanaman Sayur-sayuran Di Kecamatan Kledung Tahun 2006 Produksi (Ku) Bw. Putih Bw. Merah Kentang Kubis Sawi Kacang Merah 1. Batursari 1.357, ,196 0, , , , Kledung 2.756, , , , , , Jambu 667, , , , , , Canggal 912, , , , , , Kruwisan 3.279, , , , , , Petarangan 4.509, ,608 0, , , , Tlahap 3.756, , , , , , Kwadungan Jurang 1.444, , , , , , Kwadungan Gunung 1.661, , , , , , Jaketro 1.372, , , , , , Tuksari 3.840, , , , , , paponan 830, ,460 0, , , , Kalirejo 710, ,060 0, , , ,000 Jumlah , , , , , ,000 Sumber : Kecamatan Kledung Dalam Angka, 2006 Pada tabel di atas terlihat produksi kubis di Kecamatan Kledung pada tahun 2006 mencapai ,531 kuintal dengan produksi terbesar berada di Desa Petarangan yaitu sebanyak ,932 kuintal. Adapun total produksi sawi sebesar ,114 kuintal dengan produksi terbesar berada di Desa Petarangan yaitu sebesar 5.444,678 kuintal. C. Tanaman Perkebunan Jenis tanaman perkebunan yang ada di Kecamatan Kledung antara lain tembakau dan kopi. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel berikut ini: Tabel II.12 Produksi Tanaman Perkebunan Di Kecamatan Kledung Tahun 2006 No Desa Produksi (ku) Cengkeh Tembakau Kopi 1. Batursari 0, ,293 18, Kledung 0, ,240 8, Jambu 0, ,780 7, Canggal 0, ,782 19, Kruwisan 0, ,238 13, Petarangan 0, ,194 10,560 LAPORAN AKHIR II - 15

38 PENYUSUNAN MASTER PLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN TEMANGGUNG Tahun Anggaran 2007 No Desa Produksi (ku) Cengkeh Tembakau Kopi 7. Tlahap 0, ,926 4, Kwadungan Jurang 0, ,233 0, Kwadungan Gunung 0, ,840 23, Jeketro 0, ,740 41, Tuksari 0, ,446 0, Paponan 0, ,488 11, Kalirejo 0, ,728 0,000 Jumlah 0, , ,857 Sumber : Kecamatan Kledung Dalam Angka, 2006 Dari tabel di atas terlihat bahwa hasil perkebunan di Kecamatan Kledung pada tahun 2006 terbesar adalah tembakau dengan total produksi terbanyak ,928 kuintal, dengan produksi terbesar berada di Desa Jeketro yaitu sebesar 2.203,740 kuintal. Sedangkan produksi kopi mencapai 158,857 kuintal dengan produksi terbesar berada di Desa Jeketro yaitu sebanyak 41,043 kuintal. D. Peternakan Populasi ternak yang ada di Kecamatan Kledung terdiri dari ternak besar (sapi), ternak kecil (kambing) dan ternak unggas (ayam kampung, bebek) dan kelinci. Produksi ternak besar di Kecamatan Kledung hanya berupa ternak sapi yaitu sebanyak 262 ekor sedangkan ternak kecilnya hanya berupa ternak kambing yaitu sebanyak ekor dan ternak babi yaitu sebanyak 64 ekor. Sedangkan ternak unggas didominasi oleh ayam kampung yaitu sebanyak ekor dan ternak kelinci sebanyak 254 ekor. Untuk lebih jelasnya mengenai populasi ternak yang ada di Kecamatan Kledung dapat dilihat pada tabel berikut. No Tabel II.13. Populasi Ternak Besar dan Ternak Kecil Di Kecamatan Kledung Tahun 2006 Jenis Ternak (ekor) Desa Sapi Kambing Babi Ayam Kampung Ayam Potong Bebek Kelinci 1. Batursari Kledung Jambu Canggal Kruwisan Petarangan LAPORAN AKHIR II - 16

39 PENYUSUNAN MASTER PLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN TEMANGGUNG Tahun Anggaran 2007 Jenis Ternak (ekor) No Desa Ayam Ayam Sapi Kambing Babi Kampung Potong Bebek Kelinci 7. Tlahap Kwadungan Jurang Kwadungan Gunung Jeketro Tuksari Paponan Kalirejo Jumlah Sumber : Kecamatan Kledung Dalam Angka, Kondisi dan Potensi Sarana dan Prasarana A. Jaringan Air Bersih Penduduk di Kecamatan Kledung dalam memenuhi kebutuhan air bersih seluruhnya masih menggunakan mata air. Jumlah mata air yang ada di Kecamatan Kledung pada tahun 2006 berjumlah unit dengan jumlah pengguna sebanyak KK. Untuk lebih jelasnya mengenai distribusi air minum di Kecamatan Kledung pada tahun 2006 dapat dilihat pada tabel berikut. No Tabel II.14 Banyaknya Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum Di Kecamatan Kledung Tahun 2006 Mata Air Sungai PAM Desa Jml (Unit) Pengguna (KK) Jml (Unit) Pengguna (KK) Jml (Unit) Pengguna (KK) 1. Batursari Kledung Jambu Canggal Kruwisan Petarangan Tlahap Kwadungan Jurang Kwadungan Gunung Jeketro Tuksari Paponan Kalirejo Jumlah Sumber : Kecamatan Kledung Dalam Angka, 2006 LAPORAN AKHIR II - 17

40 PENYUSUNAN MASTER PLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN TEMANGGUNG Tahun Anggaran 2007 B. Sarana Industri Sarana industri yang ada di Kecamatan Kledung berupa industri rumah tangga yang berjumlah 11 unit dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 19 orang. Untuk lebih jelasnya mengenai banyaknya sarana industri yang ada di Kecamatan Kledung dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel II.15 Banyaknya Perusahaan dan Jumlah Tenaga Kerja Industri Di Kecamatan Kledung Tahun 2006 No Desa Industri Kecil Industri RT Usaha Tenaga Kerja Usaha Tenaga Kerja 1. Batursari Kledung Jambu Canggal Kruwisan Petarangan Tlahap Kwadungan Jurang Kwadungan Gunung Jeketro Tuksari Paponan Kalirejo Jumlah Sumber : Kecamatan Kledung Dalam Angka, 2006 C. Fasilitas Ekonomi Fasilitas perekonomian yang ada di Kecamatan Kledung berupa warung/toko/kios sebanyak 210 buah dengan jumlah terbanyak berada di Desa Petarangan yaitu sebanyak 47 buah, sedangkan jumlah restoran/warung makan sebanyak 6 buah. Untuk lebih jelasnya mengenai banyaknya fasilitas perekonomian yang ada di Kecamatan Kledung dapat dilihat pada tabel berikut. LAPORAN AKHIR II - 18

41 PENYUSUNAN MASTER PLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN TEMANGGUNG Tahun Anggaran 2007 No Desa Tabel II.16 Banyaknya Fasilitas Perekonomian Di Kecamatan Kledung Tahun 2006 Pasar umum Pasar Hewan Banyaknya Pedagang Banyaknya Pedagang Warung/ toko/kios 1. Batursari Restoran/ RM/ Warung Makan 2. Kledung Jambu Canggal Kruwisan Petarangan Tlahap Kwadungan Jurang Kwadungan Gunung Jeketro Tuksari Paponan Kalirejo Jumlah Sumber : Kecamatan Kledung Dalam Angka, 2006 D. Fasilitas Pendidikan Fasilitas pendidikan yang ada di Kecamatan Kledung berupa TK, SD, SMP dan SMU. Untuk lebih jelasnya mengenai banyaknya fasilitas pendidikan yang ada di Kecamatan Kledung dapat dilihat pada tabel berikut. No Desa Tabel II.17 Banyaknya Fasilitas Pendidikan di Kecamatan kledung Tahun 2006 TK SD SMP SMU Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta 1 Batursari Kledung Jambu Canggal Kruwisan Petarangan Tlahap Kwadungan Jurang Kwadungan Gunung Jaketro LAPORAN AKHIR II - 19

42 PENYUSUNAN MASTER PLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN TEMANGGUNG Tahun Anggaran 2007 No Desa TK SD SMP SMU Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta 11 Tuksari Paponan Kalirejo Jumlah Sumber : Kecamatan Kledung Dalam Angka, 2006 Dari tabel di atas terlihat bahwa fasilitas pendidikan di Kecamatan Kledung dengan jumlah terbanyak adalah SD yaitu sebanyak 15 buah yang kesemuanya merupakan SD Negeri sedangkan jumlah TK sebanyak 10 buah dan jumlah SMP sebanyak 2 buah. E. Fasilitas Kesehatan Fasilitas kesehatan yang ada di Kecamatan Kledung berupa Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Posyandu dan Polindes. Untuk lebih jelasnya mengenai banyaknya fasilitas kesehatan yang ada di Kecamatan Kledung dapat dilihat pada tabel berikut. No Tabel II.18 Banyaknya Fasilitas Kesehatan di Kecamatan kledung Tahun 2006 Desa RSU Poliklinik Puskesmas Fasilitas Kesehatan Puskesmas Pembantu Posyandu Polindes 1 Batursari Kledung Jambu Canggal Kruwisan Petarangan Tlahap Kwadungan Jurang Kwadungan Gunung Jaketro Tuksari Paponan Kalirejo Jumlah Sumber : Kecamatan Kledung Dalam Angka, 2006 Dari tabel di atas terlihat jumlah fasilitas kesehatan yang terbanyak di Kecamatan Kledung adalah Posyandu yaitu sebanyak 37 buah dengan jumlah terbanyak di Desa Petarangan dan Tuksari masing-masing berjumlah 5 buah, puskesmas dan puskesmas pembantu masingmasing berjumlah 1 buah, sedangkan polindes sebanyak 5 buah. LAPORAN AKHIR II - 20

43 PENYUSUNAN MASTER PLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN TEMANGGUNG Tahun Anggaran KAWASAN AGROPOLITAN PRINGSURAT (KAP) Identifikasi Fisik Kondisi fisik dasar suatu wilayah mempunyai peran yang penting, karena dapat mengetahui faktor-faktor alami untuk mengetahui keadaan dan potensi yang ada di suatu kawasan sehingga dapat diketahui aktivitas yang sesuai di kawasan tersebut. Fisik alami yang ada di kawasan berfungsi sebagai wahana atau penampung aktivitas penduduk, sebagai suatu sumber daya alam yang cukup mempengaruhi perkembangan kawasan dan sebagai pembentuk pola aktivitas penduduk. A. Letak Geografis dan Administratif Kecamatan Pringsurat terletak pada perbatasan antara Kabupaten Semarang dan Kabupaten Magelang. Secara geografis, Kecamatan Pringsurat berbatasan dengan: Sebelah Utara : Kecamatan Kaloran, Kabupaten Semarang Sebelah Selatan : Kabupaten Magelang Sebelah Barat : Kecamatan Kranggan Sebelah Timur : Kabupaten Semarang Untuk lebih jelasnya mengenai batas-batas wilayah administrasi Kecamatan Pringsurat dapat dilihat pada gambar berikut LAPORAN AKHIR II - 21

44 Gambar 2.2 Peta Administrasi Kecamatan Pringsurat PENYUSUNAN MASTER PLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN TEMANGGUNG Tahun Anggaran 2007 LAPORAN AKHIR II - 22

45 PENYUSUNAN MASTER PLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN TEMANGGUNG Tahun Anggaran 2007 B. Kondisi Fisik Lahan 1. Ketinggian Lahan Kisaran ketinggian lahan di Kecamatan Pringsurat antara m dpl, letak tertinggi terdapat di Desa Wonokerso. Rincian ketinggian lahan dkecamatan Pringsurat dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel II.19 Ketinggian Desa Dari Permukaan Air Laut Di Kecamatan Pringsurat Tahun 2003 No Desa Ketinggian dari air laut (m) 1. Kupen Soropadan Kebumen Pringsurat Karangwuni Gowak Rejosari Ngipik Pingit Klepu Pagergunung Nglorog Soborejo Wonokerso 840 Sumber : Kecamatan Pringsurat Dalam Angka, Penggunaan Lahan Penggunaan lahan eksisting di Kecamatan Pringsurat sebagian besar berupa lahan kering. Luas wilayah keseluruhan Kecamatan Pringsurat sekitar 5.728,40 Ha, dari luas tersebut 646,50 Ha diantaranya merupakan lahan sawah, sedangkan lahan bukan sawah seluas 5.081,90 Ha. Untuk lebih jelasnya mengenai penggunaan lahan di Kecamatan Pringsurat dapat dilihat pada tabel berikut ini. LAPORAN AKHIR II - 23

46 PENYUSUNAN MASTER PLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN TEMANGGUNG Tahun Anggaran 2007 No. Desa Tabel II.20 Luas Penggunaan Lahan di Kecamatan Pringsurat Tahun 2003 Penggunaan Lahan (Ha) Tegal/ Hutan Perkebunan Sawah Bangunan Lahan Lainnya Ladang Rakyat Rakyat 1. Kupen , Paponan 141, Kebumen Pringsurat , Karangwuni Gowak Rejosari 58 81, , Ngipik ,5 63, Pingit Klepu , Pagergunung Nglorog Soborejo Wonokerso Jumlah 646, , , ,2 174 Sumber : Kecamatan Pringsurat Dalam Angka, Identifikasi Sosial A. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Jumlah penduduk Kecamatan Pringsurat pada tahun 2003 sebanyak jiwa yang terdiri dari jiwa (49,84 %) laki-laki dan jiwa (50,16 %) perempuan. Jumlah penduduk tersebut tersebar di 14 Desa, dengan jumlah penduduk terbesar di Desa Pingit yaitu sebanyak jiwa dan desa yang paling sedikit penduduknya adalah Desa pagergunung yaitu sebanyak jiwa. Adapun jumlah KK yang ada di Kecamatan Pringsurat sebanyak KK. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah. Tabel II.21 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Jumlah Rumah Tangga Di Kecamatan Pringsurat Tahun 2003 No Desa Jumlah Penduduk (Jiwa) Laki-laki Perempuan Jumlah Total (Jiwa) Jumlah Rumah Tangga 1. Kupen Soropadan Kebumen Pringsurat Karangwuni LAPORAN AKHIR II - 24

47 PENYUSUNAN MASTER PLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN TEMANGGUNG Tahun Anggaran 2007 No Desa Jumlah Penduduk (Jiwa) Laki-laki Perempuan Jumlah Total (Jiwa) Jumlah Rumah Tangga 6. Gowak Rejosari Ngipik Pingit Klepu Pagergunung Nglorog Soborejo Wonokerso Jumlah Sumber : Kecamatan Pringsurat Dalam Angka, 2003 B. Tingkat Kepadatan Penduduk Kepadatan penduduk dihitung dengan membagi jumlah penduduk terhadap luas wilayah. Kepadatan penduduk yang ada di Kecamatan Pringsurat pada tahun 2003 dapat dilihat pada tabel berikut: No Tabel II.22 Tingkat Kepadatan Penduduk Kecamatan Pringsurat Tahun 2003 Desa luas lahan (Ha) Jumlah Penduduk (jiwa) Kepadatan Penduduk (jiwa/ha) 1. Kupen 415, Soropadan 329, Kebumen 408, Pringsurat 308, Karangwuni 549, Gowak 453, Rejosari 325, Ngipik 307, Pingit 290, Klepu 351, Pagergunung 388, Nglorog 533, Soborejo 567, Wonokerso 505, Jumlah 5.728, Sumber : Kecamatan Pringsurat Dalam Angka, 2003 LAPORAN AKHIR II - 25

48 PENYUSUNAN MASTER PLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN TEMANGGUNG Tahun Anggaran 2007 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat kepadatan di Kecamatan Pringsurat pada tahun 2003 sebesar 8 jiwa/ha, dengan tingkat kepadatan tertinggi di Desa Pingit yaitu sebesar 18 jiwa/ha, sedangkan tingkat kepadatan terendah berada di Desa Wonokerso yaitu sebesar 5 jiwa/ha. C. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu unsur terpenting dalam pembangunan, karena dengan pendidikan masyarakat akan semakin cerdas yang selanjutnya akan membentuk sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas tinggi. Secara umum tingkat pendidikan dapat dipakai untuk menggambarkan tingkat kualitas manusia di daerah yang bersangkutan. Tingkat pendidikan yang ada di Kecamatan Pringsurat mulai dari tidak sekolah sampai dengan tamat perguruan tinggi. Tingkat lulusan pendidikan terbanyak ada pada tamat SD yaitu sebanyak jiwa sedangkan tingkat lulusan terendah ada pada lulusan sarjana yaitu sebanyak 273 jiwa. Untuk lebihnya jelasnya mengenai tingkat pendidikan pada Kecamatan Pringsurat dapat dilihat pada tabel berikut. No Tabel II.23 Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Kecamatan Pringsurat Tahun 2003 Desa Blm/Tdk Pnh Sklh Blm Tmt SD Tingkat Pendidikan Tdk Tmt SD Tmt SD SLTP SLTA D1/ D2/ D3 1. Kupen Soropadan Kebumen Pringsurat Karangwuni Gowak Rejosari Ngipik Pingit Klepu Pagergunung Nglorog Soborejo Wonokerso Jumlah Sumber : Kecamatan Pringsurat Dalam Angka, 2003 S-1 LAPORAN AKHIR II - 26

49 PENYUSUNAN MASTER PLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN TEMANGGUNG Tahun Anggaran 2007 D. Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Jumlah penduduk Kecamatan Pringsurat menurut umur terbagi atas usia non produktif dan usia produktif. Usia non produktif yaitu kelompok usia yang tidak mampu melakukan produksi, yang terdiri atas usia belum produktif yaitu penduduk dengan usia antara 0-14 tahun (usia belajar/muda), dan usia sudah tidak produktif lagi yaitu penduduk dengan usia 60 tahun ke atas (tua). Sedangkan usia produktif adalah usia penduduk bekerja, yang meliputi kelompok usia antara tahun. Berikut ini adalah rincian jumlah penduduk Kecamatan Pringsurat menurut kelompok usia pada tahun Tabel II.24 Penduduk Menurut Kelompok Umur Kecamatan Pringsurat Tahun 2003 No Desa Produktif Non Produktif Jumlah 1. Kupen Soropadan Kebumen Pringsurat Karangwuni Gowak Rejosari Ngipik Pingit Klepu Pagergunung Nglorog Soborejo Wonokerso Jumlah Sumber : Kecamatan Pringsurat Dalam Angka, 2003 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk usia produktif lebih banyak daripada jumlah penduduk usia non produktif. Pada tahun 2003 jumlah penduduk usia produktif di Kecamatan Pringsurat sebanyak jiwa sedangkan jumlah penduduk usia non produktif sebanyak jiwa. LAPORAN AKHIR II - 27

50 PENYUSUNAN MASTER PLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN TEMANGGUNG Tahun Anggaran 2007 E. Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Struktur penduduk menurut mata pencaharian dapat menggambarkan kondisi perekonomian penduduk dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Jenis mata pencaharian penduduk Kecamatan Pringsurat mempunyai banyak ragamnya, dari pertanian, industri, bangunan, perdagangan, angkutan dan jasa. Pada tahun 2003 jumlah penduduk yang bekerja pada sektor pertanian masih mendominasi yaitu sebanyak jiwa sedangkan sektor pekerjaan yang sedikit menyerap tenaga kerja yaitu sektor kesehatan (dokter) yaitu sebanyak 2 orang. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada tabel berikut. LAPORAN AKHIR II - 28

51 No Kecamatan Petani Peternak Tabel II.25 Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Di Kecamatan Pringsurat Industri pengolahan Lstrik, Gas & Air Minum Bank & Lembaga Keuangan Tahun 2003 Jenis Mata Pencaharian Bangunan Perdagangan, Hotel & RM PENYUSUNAN MASTER PLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN TEMANGGUNG Tahun Anggaran 2007 Pengangkutan & komunikasi 1. Kupen Soropadan Kebumen Pringsurat Karangwuni Gowak Rejosari Ngipik Pingit Klepu Pagergunung Nglorog Soborejo Wonokerso Jumlah Jasa- Jasa Dokter Bidan Dukun Bayi Lainnya Sumber : Kecamatan Pringsurat Dalam Angka, 2003 LAPORAN AKHIR II - 29

52 PENYUSUNAN MASTER PLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN TEMANGGUNG Tahun Anggaran 2007 F. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama Agama yang dianut penduduk di Kecamatan Pringsurat terdiri dari Agama Islam, Kristen Protestan, Kristen katholik, Hindu dan Budha. Adapun agama yang paling banyak dianut oleh penduduk di Kecamatan Pringsurat adalah Agama Islam yaitu sebanyak jiwa sedangkan agama yang paling sedikit dianut adalah agama Hindu yaitu sebayak 1 jiwa. Untuk lebih jelasnya mengenai jumla penduduk berdasarkan agama yang dianut dapat dilihat pada tabel berikut. No Tabel II.26 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama Kecamatan Pringsurat Tahun 2003 Desa Jenis Agama Islam Kristen Protestan Katholik Budha Hindu 1. Kupen Soropadan Kebumen Pringsurat Karangwuni Gowak Rejosari Ngipik Pingit Klepu Pagergunung Nglorog Soborejo Wonokerso Jumlah Sumber : Kecamatan Pringsurat Dalam Angka, 2003 G. Organisasi dan Kelembagaan Keberhasilan pelaksanaan pengembangan agropolitan di suatu wilayah tertentu dapat dengan melakukan pendekatan kemitraan, yaitu suatu pendekatan untuk mengembangkan pelaku-pelaku atau stake holder yang berkaitan dengan agribinis. Kemitraan dalam pengembangan agropolitan akan berkaitan dengan pihak-pihak yang terkait antara lain dunia usaha, masyarakat maupun pemerintah sendiri. Peran aktif masyarakat dalam pembangunan perlu dibangkitkan lewat organisasi sistem yang ada di lingkungannya. Salah satu faktor yang cukup mempengaruhi peran serta masyarakat LAPORAN AKHIR II - 30

53 PENYUSUNAN MASTER PLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN TEMANGGUNG Tahun Anggaran 2007 adalah pandangan hidup. Secara umum pandangan hidup ini dapat diklasifikasikan atas 3 kelompok yaitu masyarakat yang berpandangan terbuka atau yang mudah menerima perubahan, berpandangan tertutup atau yang seringkali menolak perubahan, dan berpandangan terbatas. Masyarakat yang berpandangan terbatas biasanya bisa menerima perubahan tetapi tidak semua, umumnya kelompok ini jauh lebih maju dari dua kelompok masyarakat sebelumnya. Peran dunia usaha dalam pengembangan agropolitan akan berorientasi pada kegiatankegiatan yang menguntungkan. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain dalam usaha mandiri maupun dalam pola kemitraan tertentu dengan masyarakat petani yang meliputi Kegiatan industri Kegiatan pemasaran Kegiatan penyediaan saprotan dan alsintan Permodalan Peran pemerintah dalam pengembangan agropolitan adalah untuk mendukung terwujudnya dan berlangsungnya sistem dan usaha agribisnis sehingga mampu melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pengembangan agropolitan pada daerahnya. Peran tersebut diwujudkan antara lain dengan mendukung tersedianya sarana dan prasarana agribisnis Identifikasi Teknologi Ketersediaan teknologi, penguasaan dan alih teknologi di kawasan agropolitan Kabupaten Temanggung sebenarnya hampir sama dengan kawasan agropolitan di kabupaten lainnya di Jawa Tengah ataupun Indonesia. Secara umum teknologi masih sangat terbatas, hal ini disebabkan oleh kurangnya akses informasi dan teknologi. Banyaknya kelompok-kelompok tani dan ternak yang tidak aktif juga merupakan salah satu penghambat transfer teknologi di kawasan perencanaan. Pada sistem pertanian on farm, ketersediaan pupuk sudah mencukupi namun untuk sarana pengolahan lahan berupa handtractor masih sangat kurang, karena hal ini berpengaruh terhadap efisiensi pekerjaan dalam pengolahan lahan. Sedangkan pada sistem pertanian off farm, keberadaan UKM masih sangat tradisional, sehingga dibutuhkan ketersediaan teknologi untuk penguasaan bagi masyarakat maupun PPL-nya. LAPORAN AKHIR II - 31

54 PENYUSUNAN MASTER PLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN TEMANGGUNG Tahun Anggaran 2007 Penguasaan teknologi oleh masyarakat masih sangat rendah, sehingga diperlukan suatu penyuluhan dan pelatihan yang dilakukan oleh PPL pertanian dan peternakan. PPL dari Dinas Pertanian, Kehutanan, dan Konservasi Lahan beserta PPL dari Kantor Peternakan sudah memberikan penyuluhan, namun karena banyaknya kelompok tani dan kelompok ternak yang tidak aktif menyebabkan akses informasi dan teknologi menjadi terhambat. Pada kawasan agropolitan di Kabupaten Temanggung, baru sebagian kecil yang melakukan alih teknologi dalam pengolahan lahan. Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa petani yang mengolah lahannya menggunakan handtractor baru sedikit, dan sebagian besar masih menggunakan cangkul. Pada sub sistem agribisnis hilir pengolahan kelengkeng juga masih dipasarkan dalam bentuk buah segar dan belum diolah menjadi produk olahan, hal ini disebabkan tidak seimbangnya antara biaya pengolahan dengan pemasarannya sehingga masyarakat enggan untuk mengolah buah segar tersebut. Disamping itu masih terbatasnya teknologi pengolahan dan keterbatasan modal usaha menyebabkan potensi yang ada di Kabupaten Temanggung belum optimal untuk dikembangkan Identifikasi Pemerintahan Dinas pemerintahan yang berkaitan dengan perencanaan kawasan agropolitan meliputi Bappeda; Dinas Pertanian; Dinas Perkebunan, Kehutanan dan Konservasi SDA; Dinas Perindustrian dan Perdagangan; Badan Pusat Statistik; Dinas Kependudukan, Catatan Sipil dan Pengolahan Data Elektronik; Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi; Dinas Pendidikan dan Kebudayaan; Dinas Kesehatan; Dinas Sosial; Kantor PMD; Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang; Dinas Bina Marga dan Pengairan; Dinas Perhubungan dan Pariwisata; Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM; Kantor Cabang Telekomunikasi, Dinas Pendapatan Daerah; Kantor PLN, PDAM. Koordinasi setiap dinas dan kantor di Kabupaten Temanggung masih bersifat terpisah/sektoral. Mekanisme hubungan kerja yang sektoral ini tidak mampu mencapai tujuan yang lebih besar apabila tidak ada perubahan manajemen lintas sektoral agar kinerja lebih efektif dan efisien. Sesuai dengan UU No.22 tahun 1999 yang mengatur tentang penanggung jawab pengembangan kawasan agropolitan di tingkat Kabupaten adalah Bupati Temanggung dengan dibantu oleh Gubernur atau Menteri dalam mengembangkan Program Kawasan LAPORAN AKHIR II - 32

55 PENYUSUNAN MASTER PLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN TEMANGGUNG Tahun Anggaran 2007 Agropolitan. Hal ini menunjukkan bahwa sudah ada hubungan kerja baik secara vertikal maupun horizontal. Tugas Pemerintah Pusat dalam pengembangan agropolitan meliputi : Penyusunan rencana, program dan kebijakan pengembangan kawasan agropolitan dalam bentuk Pedoman Umum Pengembangan Kawasan Agropolitan beserta Pedoman yang terkait dengan pengembangan kawasan agropolitan seperti pedoman dan standar teknis untuk pengembangan kawasan agropolitan. Pelayanan informasi dan dukungan pengembangan jaringan informasi serta memfasilitasi kerjasama lintas provinsi dan internasional dalam pengembangan kawasan agropolitan. Pengembangan pendidikan dan pelatihan sumberdaya manusia. Penyelenggaraan pengkajian-pengkajian untuk pengembangan kawasan agropolitan. Pembangunan sarana dan prasarana publik yang bersifat strategis. Operasional Pengembangan Kawasan Agropolitan Kabupaten Temanggung terlihat pada tabel berikut ini. Strata Pra Kawasan Agropolitan I Tabel II.27 Pembagian Biaya Fasilitasi Untuk Kawasan Agropolitan Pembagian Biaya Fasilitasi Kabupaten Provinsi Pusat % % % Pra Kawasan Agropolitan II % 1 20 % 6 10 % Kawasan Agropolitan % 1 10 % 1 5 % Sumber : Pedoman Operasional Kawasan Agropolitan. Keterangan Komponen Pokok Kegiatan Fasilitasi : 5. Pengembangan komoditas unggulan 6. Kelembagaan Agribisnis (hulu s/d hilir) 7. Kelembagaan Petani 8. Kelembagaan Penyuluhan/ Pendampingan pembangunan 5. Sarana dan Prasarana (jalan, irigasi, transportasi, telekomunikasi, pendidikan, kesehatan, dll) LAPORAN AKHIR II - 33

56 PENYUSUNAN MASTER PLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN TEMANGGUNG Tahun Anggaran Identifikasi Potensi Sumberdaya Alam A. Tanaman Pangan Sub sektor pertanian tanaman pangan yang merupakan komoditi unggulan Kecamatan Pringsurat antara lain meliputi komoditi tanaman pangan utama padi, ketela pohon dan jagung. Mengenai potensi masing-masing komoditas tanaman pangan dapat dilihat pada tabel berikut ini. No Tabel II.28 Produksi Tanaman Pangan Di Kecamatan Pringsurat Tahun 2003 Produksi (Ton) Desa Padi Jagung Kedelai Ketela Pohon Ketela Rambat Kacang Tanah 1 Kupen 300,0 15,0 0,0 24,0 4,0 1,5 2. Soropadan 705,0 40,0 0,0 0,0 0,0 0,0 3. Kebumen 675,0 105,0 0,0 390,0 0,0 0,0 4. Pringsurat 184,1 10,3 0,0 580,0 12,5 2,9 5. Karangwuni 313,0 564,0 0,5 290,0 6,0 10,0 6. Gowak 0,0 35,0 0,0 42,5 0,0 0,0 7. Rejosari 250,0 40,0 0,0 100,0 0,0 0,0 8. Ngipik 90,0 598,5 0,0 0,0 0,0 0,0 9. Pingit 0,0 104,0 0,0 180,0 0,0 0,0 10. Klepu 292,5 227,5 0,0 98,0 0,0 0,0 11. Pagergunung 0,0 550,0 0,0 275,0 6,0 0,0 12. Nglorog 20,1 929,0 0,0 108,0 0,0 4,7 13. Soborejo 301,5 125,0 0,0 126,0 0,0 0,9 14 Wonokerso 0,0 534,5 0,0 450,0 0,0 18,0 Jumlah 3.131, ,8 0, ,5 28,5 38,0 Sumber : Kecamatan Pringsurat Dalam Angka, 2003 Dari tabel di atas terlihat bahwa jumlah produksi padi di Kecamatan Pringsurat pada tahun 2003 sebanyak 3.131,2 ton dengan produksi terbesar berada di Desa Soropada yaitu sebanyak 705 ton. Sedangkan produksi jagung sebanyak 3.877,8 ton dengan produksi terbesar berada di Desa Nglorog yaitu sebanyak 929 ton. Sedangkan produksi ketela pohon mencapai 2.663,5 ton dengan hasil terbesar berada di Desa Pringsurat yaitu sebanyak 580 ton. LAPORAN AKHIR II - 34

57 PENYUSUNAN MASTER PLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN TEMANGGUNG Tahun Anggaran 2007 B. Tanaman Buah-buahan Sub sektor pertanian tanaman buah-buahan yang merupakan komoditi unggulan Kecamatan Pringsurat antara lain meliputi buah klengkeng, pepaya, pisang, durian. Untuk lebih jelasnya mengenai produksi tanaman buah-buahan di Kecamatan Pringsurat dapat dilihat pada tabel berikut. No Desa Tabel II.29 Produksi Tanaman Buah-buahan Di Kecamatan Pringsurat Tahun 2003 Produksi (Ton) Klengkeng Rambutan Durian Mangga Pepaya Pisang Jeruk Salak Semangka 1 Kupen 1,0 0,4 0,0 0,0 0,0 2,4 3,0 2,0 0,0 2. Soropadan 1,0 2,0 2,0 0,2 120,0 22,5 0,3 0,6 0,0 3. Kebumen 25,0 56,2 3,3 6,5 525,0 253,1 0,0 18,0 0,0 4. Pringsurat 0,0 0,0 0,0 0,0 109,2 247,5 0,0 0,0 0,0 5. Karangwuni 1,5 25,0 350,0 25,0 301,0 887,4 2,0 9,0 0,0 6. Gowak 2,1 0,4 2,5 0,2 125,0 50,0 0,0 3,2 0,0 7. Rejosari 10,0 7,5 0,0 0,0 40,0 31,2 0,0 0,0 0,0 8. Ngipik 0,0 0,0 0,0 0,0 32,5 18,8 0,0 0,0 0,0 9. Pingit 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 60,0 0,4 10. Klepu 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 46,0 0,0 0,0 0,0 11. Pagergunung 32,5 0,0 0,0 0,0 62,5 90,0 0,0 6,0 0,0 12. Nglorog 660,0 0,0 0,0 0,0 72,0 131,8 0,0 0,0 0,0 13. Soborejo 3,0 2,5 1,0 0,5 15,2 63,7 0,1 1,0 0,0 14 Wonokerso 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 181,6 0,7 1,4 0,0 Jumlah 736,1 94,0 358,8 32, , ,0 6,1 101,2 0,4 Sumber : Kecamatan Pringsurat Dalam Angka, 2003 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa produksi tanaman buah-buahan terbanyak berupa buah pisang dengan total produksi sebanyak Ton dengan produksi tertinggi berada di Desa Karangwuni yaitu sebanyak 887,4 Ton. Sedangkan produksi buah klengkeng mencapai 736,1 ton dengan produksi terbanyak berada di Desa Nglorog yaitu sebanyak 660 Ton. C. Tanaman Sayur-sayuran Sub sektor pertanian tanaman sayur-sayuran yang merupakan komoditas unggulan Kecamatan Pringsurat antara lain cabe, kacang panjang, buncis. Untuk lebih jelasnya mengenai produksi tanaman sayur-sayuran dapat dilihat pada tabel berikut. LAPORAN AKHIR II - 35

58 PENYUSUNAN MASTER PLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN TEMANGGUNG Tahun Anggaran 2007 No Tabel II.30 Produksi Tanaman Sayur-sayuran Di Kecamatan Pringsurat Tahun 2003 Produksi (Ton) Desa Cabe Bawang Putih Bawang Merah Kacang Panjang Kacang Merah Buncis 1 Kupen 20,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 2. Soropadan 10,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 3. Kebumen 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 4. Pringsurat 3,2 0,0 0,0 3,0 0,1 0,1 5. Karangwuni 0,0 0,0 0,0 3,0 0,0 1,0 6. Gowak 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 7. Rejosari 7,5 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 8. Ngipik 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 9. Pingit 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 10. Klepu 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 11. Pagergunung 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 12. Nglorog 8,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 13. Soborejo 0,2 0,0 0,0 0,3 0,0 0,0 14 Wonokerso 3,5 0,0 0,0 0,0 0,0 1,2 Jumlah 52,4 0,0 0,0 6,3 0,1 2,3 Sumber : Kecamatan Pringsurat Dalam Angka, 2003 Pada tabel di atas terlihat produksi cabe di Kecamatan Pringsurat pada tahun 2003 sebanyak 52,4 ton dengan produksi terbesar berada di desa Kupen yaitu sebanyak 20 ton. Adapun total produksi sayuran buncis sebesar 2,3 ton dengan produksi terbesar berada di Desa Wonakerso yaitu sebesar 1,2 ton. No D. Tanaman Perkebunan Jenis tanaman perkebunan yang ada di Kecamatan Pringsurat antara lain kapulogo, kopi, kemukus, cengkeh, panili. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel berikut ini: Desa Tabel II.31 Produksi Tanaman Perkebunan Di Kecamatan Pringsurat Tahun 2003 Produksi (Ton) Tembakau Kopi Panili Cengkeh Kapuk Kelapa Kakao Kemukus Kapulaga 1 Kupen 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 2. Soropadan 0,0 1,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,6 3. Kebumen 0,0 7,1 0,0 1,0 0,0 0,0 0,0 0,0 640,0 4. Pringsurat 0,0 4,0 4,7 0,3 0,0 0,0 0,0 0,0 880,0 5. Karangwuni 0,0 7,0 7,0 2,0 0,0 0,0 0,0 97,0 5,0 LAPORAN AKHIR II - 36

59 PENYUSUNAN MASTER PLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN TEMANGGUNG Tahun Anggaran 2007 No Desa Produksi (Ton) Tembakau Kopi Panili Cengkeh Kapuk Kelapa Kakao Kemukus Kapulaga 6. Gowak 0,0 46,9 0,0 1,5 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 7. Rejosari 0,0 15,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 38,8 8. Ngipik 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 9. Pingit 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 10. Klepu 0,0 0,0 0,0 0,1 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 11. Pagergunung 0,0 9,0 0,0 24,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 12. Nglorog 0,0 0,0 4,7 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 13. Soborejo 0,0 20,0 0,7 2,0 0,0 0,0 0,0 200, ,0 14 Wonokerso 0,0 4,3 1,1 0,0 0,0 0,0 0,0 276,0 0,0 Jumlah 0,0 114,3 18,2 30,9 0,0 0,0 0,0 573, ,4 Sumber : Kecamatan Pringsurat Dalam Angka, 2003 Dari tabel di atas terlihat bahwa hasil perkebunan di Kecamatan Pringsurat pada tahun 2003 terbesar adalah kapulogo dengan total produksi bebanyak 3.604,4 ton, dengan produksi terbesar berada di Desa Soborejo yaitu sebesar ton. Sedangkan produksi tanaman kemukus mencapai 573 ton dengan produksi terbesar berada di Desa Wonokerso yaitu sebanyak 276 ton. E. Peternakan Populasi ternak yang ada di Kecamatan Pringsurat terdiri dari ternak besar (sapi, kerbau), ternak kecil (kambing) dan ternak unggas (ayam buras, ayam ras, itik). Produksi ternak besar di Kecamatan Pringsurat didominasi oleh ternak sapi yaitu sebanyak ekor sedangkan ternak kerbau sebanyak 82 ekor. Ternak kecil hanya berupa ternak kambing yaitu sebanyak ekor. Sedangkan ternak unggas didominasi oleh ayam ras yaitu sebanyak ekor. Untuk lebih jelasnya mengenai populasi ternak yang ada di Kecamatan Pringsurat dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel II.32 Populasi Ternak Besar, Ternak Kecil dan Unggas Di Kecamatan Pringsurat Tahun 2003 No Desa Ternak Besar (Ekor) Ternak Kecil (Ekor) Sapi Kerbau Kambing Babi Ternak Unggas (Ekor) Ayam Buras Ayam Ras 1. Kupen Soropadan Kebumen Pringsurat Itik LAPORAN AKHIR II - 37

60 PENYUSUNAN MASTER PLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN TEMANGGUNG Tahun Anggaran 2007 No Desa Ternak Besar (Ekor) Ternak Kecil (Ekor) Sapi Kerbau Kambing Babi Ternak Unggas (Ekor) Ayam Buras Ayam Ras 5. Karangwuni Gowak Rejosari Ngipik Pingit Klepu Pagergunung Nglorog Soborejo Wonokerso jumlah Sumber : Kecamatan Pringsurat Dalam Angka, 2003 Itik Kondisi dan Potensi Sarana dan Prasarana A. Jaringan Air Bersih Penduduk di Kecamatan Pringsurat dalam memenuhi kebutuhan air bersih pada umumnya sudah menggunakan leding/pam tetapi beberapa penduduk masih menggunakan mata air, sumur dan air sungai untuk amemenuhi kebutuhan air bersih. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah banyaknya rumah tangga menurut sumber air minum dpat dilihat pada tabel berikut. Tabel II.33 Banyaknya Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum Di Kecamatan Pringsurat Tahun 2003 No Desa Mata Air Sumur Air sungai Air hujan PAM 1. Kupen Soropadan Kebumen Pringsurat Karangwuni Gowak Rejosari Ngipik Pingit Klepu Pagergunung Nglorog LAPORAN AKHIR II - 38

61 PENYUSUNAN MASTER PLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN TEMANGGUNG Tahun Anggaran 2007 No Desa Mata Air Sumur Air sungai Air hujan PAM 13. Soborejo Wonokerso Jumlah Sumber : Kecamatan Pringsurat Dalam Angka, 2003 Dari tabel di atas terlihat bahwa sebagian besar penduduk sudah menggunakan air PAM dalam memenuhi kebutuhan air bersih yaitu sebanyak KK dengan pengguna terbanyak berada di Desa Pingit yaitu sebanyak KK, sedangkan yang masih menggunakan air sumur sebanyak KK dengan pengguna terbanyak berada di Desa Gowak yaitu sebanyak 848 KK. B. Sarana Industri Sarana industri yang ada di Kecamatan Pringsurat pada tahun 2003 berupa industri kecil dengan jumlah unit usaha mencapai 19 unit dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 173 jiwa dan industri rumah tangga dengan jumlah unit usaha sebanyak unit dan jumlah tenaga kerja sebanyak jiwa. Untuk lebih jelasnya mengenai banyaknya industri dan banyaknya tenaga kerja yang ada di Kecamatan Pringsurat tahun 2003 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel II.34 Banyaknya Perusahaan dan Jumlah Tenaga Kerja Industri Di Kecamatan Pringsurat Tahun 2003 Industri Kecil Industri RT No Desa Usaha (unit) Tenaga Kerja (jiwa) Usaha (unit) Tenaga Kerja (jiwa) 1. Kupen Soropadan Kebumen Pringsurat Karangwuni Gowak Rejosari Ngipik Pingit Klepu Pagergunung Nglorog LAPORAN AKHIR II - 39

62 PENYUSUNAN MASTER PLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN TEMANGGUNG Tahun Anggaran 2007 No Desa Usaha (unit) Industri Kecil Tenaga Kerja (jiwa) Usaha (unit) Industri RT Tenaga Kerja (jiwa) 13. Soborejo Wonokerso Jumlah Sumber : Kecamatan Pringsurat Dalam Angka, 2003 C. Fasilitas Ekonomi Fasilitas perekonomian yang ada di Kecamatan berupa pasar umum, pasar hewan, warung/kios/toko dan restoran/rm/warung makan. Untuk lebih jelasnya mengenai banyaknya fasilitas perekonomian yang ada di Kecamatan Pringsurat dapat dilihat pada tabel berikut. No Tabel II.35 Banyaknya Fasilitas Perekonomian Di Kecamatan Pringsurat Tahun 2003 Desa Pasar umum Pasar Hewan Banyaknya Pedagang Banyaknya Pedagang Warung /toko/kios Restoran/RM/ Warung Makan 1. Kupen Soropadan Kebumen Pringsurat Karangwuni Gowak Rejosari Ngipik Pingit Klepu Pagergunung Nglorog Soborejo Wonokerso Jumlah Sumber : Kecamatan Pringsurat Dalam Angka, 2003 Dari tabel di atas terlihat bahwa fasilitas perekonomian terbanyak berupa warung/toko/kios yaitu sebanyak 390 unit dan jumlah pasar umum sebanyak 2 unit dengan jumlah 700 pedagang. Sedangkan pasar hewan sebanyak 2 unit dengan jumlah pedagang sebanyak 67 pedagang. LAPORAN AKHIR II - 40

63 PENYUSUNAN MASTER PLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN TEMANGGUNG Tahun Anggaran 2007 D. Fasilitas Pendidikan Fasilitas pendidikan yang ada di Kecamatan Pringsurat berupa TK, SD, SMP maupun SMU. Untuk lebih jelasnya mengenai banyaknya fasilitas pendidikan yang ada di Kecamatan Pringsurat dapat dilihat pada tabel berikut. No Desa Tabel II.36 Banyaknya Fasilitas Pendidikan Di Kecamatan Pringsurat Tahun 2003 TK SD SMP SMU Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta 1 Kupen Soropadan Kebumen Pringsurat Karangwuni Gowak Rejosari Ngipik Pingit Klepu Pagergunung Nglorog Soborejo Wonokerso Jumlah Sumber : Kecamatan Pringsurat Dalam Angka, 2003 Dari tabel diatas terlihat bahwa jumlah sarana pendidikan yang ada di Kecamatan Pringsurat terbanyak adalah Sekolah Dasar dengan jumlah 52 buah yang terdiri dari 37 SD Negeri dan 15 SD Swasta, sedangkan jumlah SMP dan SMU masing-masing adalah 5 buah dan 2 buah. E. Fasilitas Kesehatan Fasilitas kesehatan yang ada di Kecamatan Pringsurat berupa poliklinik, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Posyandu maupun Polindes. Untuk lebih jelasnya mengenai banyaknya fasilitas kesehatan yang ada di Kecamatan Pringsurat dapat dilihat pada tabel berikut. LAPORAN AKHIR II - 41

64 PENYUSUNAN MASTER PLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN TEMANGGUNG Tahun Anggaran 2007 No Desa Tabel II.37 Banyaknya Fasilitas Kesehatan Di Kecamatan Pringsurat Tahun 2003 Fasilitas Kesehatan RSU Poliklinik Puskesmas Puskesmas Pembantu Posyandu Polindes 1 Kupen Soropadan Kebumen Pringsurat Karangwuni Gowak Rejosari Ngipik Pingit Klepu Pagergunung Nglorog Soborejo Wonokerso Jumlah Sumber : Kecamatan Pringsurat Dalam Angka, 2003 Dari tabel di atas terlihat jumlah fasilitas kesehatan di Kecamatan Pringsurat terbanyak adalah Posyandu yaitu sebanyak 116 buah dengan jumlah terbanyak di Desa Kebumen yaitu sebanyak 11 buah, sedangkan Puskesmas Pembantu berjumlah 4 buah, Polindes berjumlah 2 buah sedangkan Poliklinik dan Puskesmas masing-masing berjumlah 1 buah. LAPORAN AKHIR II - 42

65 BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH TAHUN Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Berdasarkan strategi dan arah kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Temanggung dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Temanggung Tahun , analisis terhadap indikator makro ekonomi Kabupaten Temanggung, serta memperhatikan kondisi ekonomi daerah, nasional dan global, maka kebijakan ekonomi daerah Kabupaten Temanggung pada tahun 2015 tetap diarahkan pada pertumbuhan ekonomi dengan percepatan yang lebih tinggi, terjaganya stabilitas ekonomi makro dan dengan pembenahan yang sungguh-sungguh pada sektor riil, diharapkan akan dapat mendorong peningkatan investasi dan menciptakan lapangan kerja yang lebih luas dengan fokus utama untuk menurunkan tingkat kemiskinan dan pengangguran. Dalam hal ini diperlukan strategi kebijakan yang tepat dengan menempatkan prioritas pengembangan pada : Sektor-sektor unggulan yang dimiliki dalam rangka penyerapan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat. Sektor-sektor yang potensial untuk mendorong penciptaan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Sektor-sektor yang mempunyai efek pengganda tinggi dalam menciptakan kesempatan kerja. RKPD Kabupaten Temanggung Tahun Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan Kebijakan Keuangan Daerah Tahun 2015 III - 1

66 Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2013 dan Perkiraan Tahun 2014 Perekonomian suatu daerah tidak dapat terlepas dengan perekonomian regional, perekonomian nasional bahkan perekonomian global. Ada faktor-faktor perekonomian yang tidak dapat dikendalikan oleh daerah seperti yang menyangkut kebijakan pemerintah pusat yang menyangkut sektor moneter maupun sektor riil. Kemudian juga pengaruh perekonomian global seperti pengaruh naik turunnya harga minyak dunia dan nilai tukar mata uang asing. Indikator ekonomi daerah yang digunakan dalam analisis makro ekonomi daerah adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Struktur PDRB, PDRB Perkapita, Pertumbuhan Ekonomi, Laju Inflasi, dan Nilai Investasi serta Tenaga Kerja. a. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Salah satu indikator ekonomi makro daerah adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Perkembangan PDRB selama tahun dapat dilihat pada tabel 3.1. Tabel 3.1. Perkembangan PDRB Kabupaten Temanggung Tahun Tahun PDRBAtas Dasar Harga Berlaku PDRBAtas Dasar Harga Konstan Jutaan Rupiah Pertumbuhan (%) Jutaan Rupiah Pertumbuhan (%) , , , , ,81 13,18 9,13 12,58 10,55 10, , , , , ,46 3,54 4,09 4,31 4,65 5,04 Sumber : BPS Kabupaten. TemanggungTahun 2013 Tahun dasar PDRB harga Konstan = tahun 2000 = ,54 juta rupiah Tabel 3.1 menunjukkan adanya peningkatan PDRB atas dasar harga berlaku pada setiap tahun. Pada tahun RKPD Kabupaten Temanggung Tahun Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan Kebijakan Keuangan Daerah Tahun 2015 III - 2

67 2012 PDRB Kabupaten Temanggung atas dasar harga berlaku telah mencapai nilai Rp ,81 juta, menempati rangking ke 28 dari 35 kabupaten/kota se Jawa Tengah. Angka tersebut menunjukkan adanya peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar Rp ,71 juta sehingga terjadi pertumbuhan sebesar 10,61%. Perbandingan nilai PDRB atas dasar harga berlaku di wilayah karesidenan Kedu, Kabupaten Temanggung menempati rangking ke empat setelah Kabupaten Magelang, Kabupaten Kebumen dan Kabupaten Purworejo. Jika dilihat dari distribusinya per kecamatan, maka kecamatan penyumbang terbesar dalam PDRB Kabupaten adalah Kecamatan Temanggung sebesar 12,67%, Kecamatan Pringsurat sebesar 8,71% dan Kecamatan Parakan sebesar 8,40%. Sedangkan kecamatan penyumbang PDRB Kabupaten terkecil adalah Kecamatan Selopampang sebesar 2,15%. Secara lengkap sebagaimana tabel 3.2. Tabel 3.2. Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Tingkat Kecamatan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2012 No Kecamatan PDRB ADHB (juta rupiah) Persentase 1 Parakan ,67 8,40 2 Kledung ,13 4,48 3 Bansari ,23 2,79 4 Bulu ,12 5,67 5 Temanggung ,54 12,67 6 Tlogomulyo ,60 3,09 7 Tembarak ,30 3,86 8 Selopampang ,79 2,15 9 Kranggan ,98 6,61 RKPD Kabupaten Temanggung Tahun Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan Kebijakan Keuangan Daerah Tahun 2015 III - 3

68 No Kecamatan PDRB ADHB (juta rupiah) Persentase 10 Pringsurat ,35 8,71 11 Kaloran ,19 4,99 12 Kandangan ,23 5,67 13 Kedu ,11 6,57 14 Ngadirejo ,34 6,13 15 Jumo ,51 3,74 16 Gemawang ,06 3,40 17 Candiroto ,53 3,09 18 Bejen ,21 2,62 19 Tretep ,47 2,29 20 Wonoboyo ,45 3,07 Jumlah ,81 100,00 Sumber : BPS Kabupaten Temanggung, 2013 b. PDRB Perkapita Secara konsepsional PDRB perkapita merupakan hasil bagi antara nilai nominal PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. PDRB perkapita merupakan nilai ratarata pendapatan dari hasil seluruh sektor produksi dan tidak menggambarkan rata-rata pendapatan masyarakat secara riil. Perkembangannya tercantum pada tabel 3.3. Tabel 3.3. Perkembangan PDRB Per Kapita Kabupaten Temanggung Tahun Tahun PDRB Per kapitaadhb PDRB Per kapitaadhk Rupiah Pertumbuhan (%) Rupiah Pertumbuhan (%) , , , , ,56 12,29 8,25 12,04 9,69 9, , , , , ,54 2,73 3,25 3,81 3,83 4,13 Sumber : BPS Kabupaten Temanggung Tahun 2013 Selanjutnya dari tabel 3.3 dapat dilihat bahwa perkembangan PDRB per kapita atas dasar harga berlaku dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan. Tahun 2008 PDRB per kapita sebesar Rp ,97 dan pada tahun 2012 menjadi Rp ,56. PDRB perkapita atas RKPD Kabupaten Temanggung Tahun Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan Kebijakan Keuangan Daerah Tahun 2015 III - 4

69 dasar harga konstan pada tahun 2008 sebesar Rp ,58 dan pada tahun 2012 menjadi Rp ,54. Capaian PDRB perkapita Kabupaten Temanggung tersebut masih jauh dibawah PDRB perkapita Provinsi Jawa Tengah, namun setidaknya sudah dapat menggambarkan adanya peningkatan kemampuan ekonomi masyarakat Kabupaten Temanggung. Kabupaten Temanggung nilai PDRB perkapitanya menempati rangking ketiga apabila dibandingkan dengan PDRB perkapita kabupaten/kota se wilayah karesidenan Kedu, yaitu setelah Kota Magelang dan Kabupaten Purworejo. Perbandingan PDRB perkapita antara Kabupaten Temanggung dengan Provinsi Jawa Tengah tersebut pada tabel 3.4. Tabel 3.4. Perbandingan PDRB Per Kapita Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Temanggung Tahun Tahun PDRB perkapitaadhb (Rp.) PDRB perkapitaadhk (Rp.) Temanggung Jawa Tengah Temanggung Jawa Tengah , , , , , , , , , , Sumber : BPS Kabupaten Temanggung Tahun 2013 c. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi yang lebih mendekati keadaan riil atau telah menghilangkan pengaruh inflasi diperoleh dari RKPD Kabupaten Temanggung Tahun Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan Kebijakan Keuangan Daerah Tahun 2015 III - 5

70 pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan tahun Berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan, pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Temanggung untuk tahun 2012 sebesar 5,04%, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 2011 yang sebesar 4,65%. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Temanggung dari tahun ke tahun mengalami kenaikan, ini menunjukkan bahwa perekonomian di Kabupaten Temanggung dari tahun ke tahun semakin membaik. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Temanggung, Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun dapat dilihat pada tabel 3.5. Tabel 3.5. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Temanggung, Provinsi Jawa Tengah, dan Nasional Tahun Tahun Pertumbuhan Ekonomi (%) Temanggung Jawa Tengah Nasional 3,54 4,09 4,31 4,65 5,04 5,61 5,14 5,84 6,01 6,34 6,01 4,58 6,10 6,46 6,23 Sumber : BPS Kabupaten Temanggung Tahun 2013 Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Temanggung lebih rendah biladibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah yang pada tahun 2012 sebesar 6,34%. Demikian juga bila dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 6,23% pertumbuhan ekonomi Kabupaten Temanggung lebih rendah. Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Temanggung sebagaimana daerah agraris lainnya cukup rendah. Daerah agraris pada umumnya pertumbuhan ekonominya lebih RKPD Kabupaten Temanggung Tahun Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan Kebijakan Keuangan Daerah Tahun 2015 III - 6

71 rendah daripada daerah industri namun pertumbuhannya lebih merata. Bila dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota se wilayah karesidenan Kedu, maka Kabupaten Temanggung menempati posisi ketiga, yaitu setelah Kota Magelang dan Kabupaten Purworejo. Tabel 3.6. Pertumbuhan Ekonomi per Sektor (%) Kabupaten Temanggung Tahun Sektor Tahun Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik dan Air Bersih 5. Bangunan 6. Perdagangan, Hotel dan RM 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8. Keuangan, Persw. dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa - 1,07 5,38 3,89 6,62 5,57 4,58 5,87 4,38 10,03 6,14 0,38 2,03 4,35 2,91 3,72 4,26 3,66 3,81 3,66-5,76 3,78 8,86 2,80 3,74 6,20 4,10 7,29 0,70-6,58 6,28 5,76 5,31 4,74 9,72 7,37 8,18 5,11-9,44 4,36 9,14 8,21 4,50 4,92 5,75 5,61 Pertumbuhan Ekonomi 3,54 4,09 4,31 4,65 5,04 S Sumber : BPS Kabupaten Temanggung tahun 2013 Pada tabel 3.6 diperlihatkan laju pertumbuhan seluruh sektor ekonomi atas dasar harga konstan tahun 2008 sampai dengan tahun Pada tahun 2012 hampir semua sektor tumbuh positif kecuali sektor Pertambangan dan Penggalian yang mengalami pertumbuhan minus 9,44% dikarenakan berkurangnya aktivitas pertambangan dan penggalian. Berkurang aktivitas tersebut dikarenakan ditutupnya beberapa lokasi penambangan pasir yang ada di Kabupaten Temanggung karena dipandang sudah mencapai tahap membahayakan lingkungan di sekitar penambangan. Dari delapan sektor yang mengalami pertumbuhan positif, ada lima sektor yang mengalami pertumbuhan diatas rata-rata pertumbuhan ekonomi Kabupaten Temanggung yang sebesar 5,04%. Kelima sektor tersebut RKPD Kabupaten Temanggung Tahun Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan Kebijakan Keuangan Daerah Tahun 2015 III - 7

72 adalah sektor Listrik dan Air Bersih yang mencapai 9,14%, sektor Bangunan sebesar 8,21%, sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 5,75%, sektor Jasa-jasa 5,61% dan sektor Pertanian 5,11%. Untuk tiga sektor lainnya yang mengalami pertumbuhan positif tetapi di bawah rata-rata pertumbuhan kabupaten adalah sektor Pengangkutan dan Komunikasi 4,92%, sektor Perdagangan, Hotel dan Rumah Makan 4,5% dan sektor Industri Pengolahan sebesar 4,36%. Sektor Pertanian pada tahun 2012 tumbuh sebesar 5,11% lebih tinggi daripada tahun 2011 yang tumbuh sebesar 0,70%. Naiknya pertumbuhan sektor Pertanian mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Kabupaten Temanggung, karena sektor ini memberikan kontribusi terbesar sebanyak 32,57%. Bila di tahun 2011 pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sub sektor Kehutanan yang mencapai 10,77%, pada tahun 2012 sub sektor ini justru mengalami pertumbuhan negatif yaitu minus 8,24%. Gambar 3.1. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Temanggung Tahun RKPD Kabupaten Temanggung Tahun Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan Kebijakan Keuangan Daerah Tahun 2015 III - 8

73 d. Struktur Ekonomi Daerah Dalam periode waktu lima tahun terakhir, sektor pertanian dan sektor industri pengolahan masih merupakan sektor andalan bagi perekonomian Kabupaten Temanggung, karena keduanya memberikan kontribusi terbesar dalam penyusunan PDRB. Hal ini dapat dilihat pada persentase distribusi PDRB menurut sektor baik menurut harga berlakumaupun harga konstan, dimana sektor pertanian menyumbang di atas 30% dari nilai total PDRB dan sektor industri pengolahan memberikan konstribusi lebih dari 17%. Struktur Ekonomi Kabupaten Temanggung Atas Dasar Harga Berlaku Tahun dapat dilihat pada tabel 3.7. Tabel 3.7. Struktur Ekonomi Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Temanggung Tahun Sektor Tahun (%) Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik dan Air Bersih 5. Bangunan 6. Perdagangan, Hotel dan Rumah Makan 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8. Keuangan,Persewaan dan Jasa Perush. 9. Jasa-jasa 30,82 1,19 19,11 1,03 5,81 16,78 5,67 4,25 15,34 31,86 1,16 18,45 1,04 5,77 16,74 5,48 4,16 15,34 33,11 1,05 17,68 1,05 5,60 16,65 5,23 4,11 15,52 32,75 0,96 17,26 1,05 5,52 16,63 5,28 4,23 16,32 32,57 0,86 17,61 1,06 5,60 16,63 5,16 4,19 16,32 PDRB Sumber : BPS Kabupaten TemanggungTahun 2013 Pada tahun 2012, sumbangan terbesar untuk PDRB atas dasar harga berlaku adalah dari sektor pertanian sebesar 32,57%. Pada tahun 2012 peran sektor pertanian mengalami sedikit penurunan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya karena di tahun 2011 sektor pertanian memberikan kontribusi sebesar 32,75%. RKPD Kabupaten Temanggung Tahun Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan Kebijakan Keuangan Daerah Tahun 2015 III - 9

74 Kontribusi terbesar kedua diberikan oleh sektor industri pengolahan 17,61% dan diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan rumah makan dengan memberikan andil sebesar 16,63%. Sumbangan terkecil adalah dari sektor pertambangan dan penggalian yakni sebesar 0,86%. Dari distribusi antar sektor terlihat bahwa ke sembilan sektor selama lima tahun terakhir memperlihatkan peranannya dari waktu ke waktu terhadap total PDRB. Kontribusi sektor Pertanian, sektor Pengangkutan dan Komunikasi, sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan serta sektor Pertambangan dan Penggalian memiliki kecenderungan menurun dalam dua tahun terakhir. Sedangkan kontribusi sektor Industri Pengolahan, sektor Bangunan, dan sektor Listrik dan Air Bersih cenderung meningkat walaupun dengan peningkatan yang relatif kecil. Secara keseluruhan dalam lima tahun terakhir tidak terjadi pergeseran struktur ekonomi yang berarti. RKPD Kabupaten Temanggung Tahun Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan Kebijakan Keuangan Daerah Tahun 2015 III - 10

75 Gambar 3.2. Struktur Ekonomi Kabupaten Temanggung Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2012 e. Inflasi Laju inflasi menunjukkan perkembangan indeks harga konsumen atau mencerminkan kestabilan nilai tukar rupiah. Perkembangan inflasi di Kabupaten Temanggung sangat dipengaruhi berbagai faktor eksternal di luar kendali Pemerintah Daerah. Perkembangan harga barang dan jasa di Temanggung tidak terlepas dari kondisi perkembangan harga di tingkat nasional maupun regional. Tabel 3.8. Perkembangan Laju Inflasi Kabupaten Temanggung, Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun Tahun Temanggung Jawa Tengah Nasional ,36 4,16 7,35 2,42 4,73 9,55 3,32 6,88 2,68 4,24 11,06 2,78 6,96 3,79 4,30 Sumber: BPS Kabupaten TemanggungTahun 2012 Selama periode , perkembangan laju inflasi di Kabupaten Temanggung tercatat pada tabel 3.7. Laju RKPD Kabupaten Temanggung Tahun Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan Kebijakan Keuangan Daerah Tahun 2015 III - 11

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

I - 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I - 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR : 2 TAHUN 2009 TANGGAL : 14 MARET 2009 TENTANG : RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2008-2013 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan,

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Pati merupakan salah satu dari 35 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah yang mempunyai posisi strategis, yaitu berada di jalur perekonomian utama Semarang-Surabaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Renstra BPM, KB dan Ketahanan Pangan Kota Madiun I - 1

BAB I PENDAHULUAN. Renstra BPM, KB dan Ketahanan Pangan Kota Madiun I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Strategis (Renstra) Badan Pemberdayaan Masyarakat, Keluarga Berencana dan Ketahanan Pangan Kota Madiun merupakan dokumen perencanaan strategis untuk memberikan

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya merupakan upaya yang dilakukan secara terarah, terpadu, dan berkesinambungan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tahapan

Lebih terperinci

SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO. 6 2009 SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 6 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal. I - 1

BAB I PENDAHULUAN. Hal. I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah yang berkelanjutan merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan dalam mendukung pencapaian target kinerja pembangunan daerah. Untuk itu diperlukan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemerintahan yang

Lebih terperinci

SURAKARTA KOTA BUDAYA, MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA.

SURAKARTA KOTA BUDAYA, MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, mengamanatkan kepada

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN DEMAK TAHUN 2011-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kota Tanjungbalai telah melaksanakan Pemilukada pada tahun 2015 dan hasilnya telah terpilih pasangan M. Syahrial, SH, MH dan Drs.H. Ismail sebagai Walikota dan Wakil

Lebih terperinci

~ 1 ~ BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG

~ 1 ~ BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ~ 1 ~ BUPATI BONDOWOSO Rancangan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) TAHUN 2005-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Lampung adalah dokumen perencanaan tahunan Pemerintah Daerah Provinsi Lampung, yang merupakan penjabaran dari Rencana

Lebih terperinci

BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN MAJENE TAHUN 2011 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE,

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN ACEH SELATAN NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN 2013-2018 1.1. Latar Belakang Lahirnya Undang-undang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUKOMUKO,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk menjalankan tugas dan fungsinya, pemerintah daerah memerlukan perencanaan mulai dari perencanaan jangka panjang, jangka menengah hingga perencanaan jangka pendek

Lebih terperinci

Pendahuluan. Latar Belakang

Pendahuluan. Latar Belakang Pendahuluan Latar Belakang Pembangunan daerah Kabupaten Bangkalan yang dilaksanakan dalam kurun waktu Tahun 2008 2013 telah memberikan hasil yang positif dalam berbagai segi kehidupan masyarakat. Namun

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA SALINAN NOMOR : 3 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya dibentuk berdasarkan pada Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya nomor 8 tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR LAMPIRAN NOMOR : 40 TAHUN 2012 LAMPIRAN TANGGAL : 30 MEI 2012

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR LAMPIRAN NOMOR : 40 TAHUN 2012 LAMPIRAN TANGGAL : 30 MEI 2012 1 LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR LAMPIRAN NOMOR : 40 TAHUN 2012 LAMPIRAN TANGGAL : 30 MEI 2012 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1 1.1. Latar Belakang RPJMD merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Bupati Mandailing Natal yang akan dilaksanakan dan diwujudkan dalam suatu periode masa jabatan. RPJMD Kabupaten Mandailing Natal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) mengamanatkan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP); Rencana

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN NGAWI TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN NGAWI TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR : 31 TAHUN 2011 TANGGAL : 24 MEI 2011 1.1. Latar Belakang RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN NGAWI TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN TAHUN 2012 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI BANYUASIN,

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2011

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2011 SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2011 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 merupakan dokumen perencanaan daerah tahun keempat RPJMD Kabupaten Tebo tahun 2011 2016, dalam rangka mendukung Menuju

Lebih terperinci

BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BATANG TAHUN

BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BATANG TAHUN BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BATANG TAHUN 2012 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan amanat Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010, setiap Organisasi Perangkat Daerah (OPD) diharuskan untuk menyusun Rencana Kerja (Renja) yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan pembangunan yang berkualitas menjadi salah satu kunci keberhasilan pembangunan yang baik dalam skala nasional maupun daerah. Undang-Undang Nomor 25 Tahun

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 32 TAHUN 2015 TENTANG SENTRA PRODUKSI PERIKANAN UNGGULAN DI KABUPATEN CIAMIS

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 32 TAHUN 2015 TENTANG SENTRA PRODUKSI PERIKANAN UNGGULAN DI KABUPATEN CIAMIS 1 BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 32 TAHUN 2015 TENTANG SENTRA PRODUKSI PERIKANAN UNGGULAN DI KABUPATEN CIAMIS Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT NOMOR : TAHUN 2016 TANGGAL : 2016 TENTANG : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KABUPATEN SUMBA BARAT TAHUN 2016 2021 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

MASTERPLAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN

MASTERPLAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN MASTERPLAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN PEMERINTAH KABUPATEN TEMANGGUNG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH 2011 D A F T A R I S I Hal. SAMBUTAN... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii BAB I.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses yang dilaksanakan terus-menerus untuk mencapai tingkat kehidupan masyarakat yang sejahtera lahir dan batin. Proses tersebut dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, bahwa penyelenggaraan desentralisasi dilaksanakan dalam bentuk pemberian kewenangan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat melalui serangkaian pilihan pilihan, dan juga merupakan proses yang

BAB I PENDAHULUAN. tepat melalui serangkaian pilihan pilihan, dan juga merupakan proses yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat melalui serangkaian pilihan pilihan, dan juga merupakan proses yang berkelanjutan termasuk

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA I-0 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Lebih terperinci

WALIKOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG,

WALIKOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, WALIKOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN 2010 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIREBON, Menimbang

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR BALI TANGGAL 25 MEI 2015 NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI BALI TAHUN 2016

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR BALI TANGGAL 25 MEI 2015 NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI BALI TAHUN 2016 LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR BALI TANGGAL 25 MEI 2015 NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI BALI TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2010 NOMOR 12 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN 2010 2015 DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2013-2018 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN 2010 2015 PEMERINTAH KOTA SEMARANG TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS ( R E N S T R A ) BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH ( B A P P E D A ) PROVINSI BANTEN TAHUN

RENCANA STRATEGIS ( R E N S T R A ) BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH ( B A P P E D A ) PROVINSI BANTEN TAHUN RENCANA STRATEGIS ( R E N S T R A ) BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH ( B A P P E D A ) PROVINSI BANTEN TAHUN 2012-2017 PEMERINTAH PROVINSI BANTEN TAHUN 2012 7 KATA PENGANTAR Bismillahhrahmaniff ahim

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G Design by (BAPPEDA) Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Martapura, 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah yang berkelanjutan merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan dalam mendukung pencapaian target kinerja pembangunan daerah. Untuk itu diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 27 ayat

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2017 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Undang-Undang

Lebih terperinci

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG Bagian Hukum Setda Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA

BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA DAN PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2015 insi Kepulauan Riau menyelenggarakan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). Berdasarkan hasil Pilkada tersebut ditetapkan Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH -1- BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dalam rangka

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan Pembangunan Daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan didalamnya, guna pemanfaatan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS DINAS TATA BANGUNAN DAN PEMUKIMAN KABUPATEN BOGOR TAHUN BAB I PENDAHULUAN

RENCANA STRATEGIS DINAS TATA BANGUNAN DAN PEMUKIMAN KABUPATEN BOGOR TAHUN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA DINAS TATA BANGUNAN DAN PEMUKIMAN KABUPATEN BOGOR NOMOR : TANGGAL : RENCANA STRATEGIS DINAS TATA BANGUNAN DAN PEMUKIMAN KABUPATEN BOGOR TAHUN 2013-2018 BAB I PENDAHULUAN 1.1.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun tentang Pemerintahan Daerah, penyelenggaraan Otonomi Daerah

PENDAHULUAN. Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun tentang Pemerintahan Daerah, penyelenggaraan Otonomi Daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, penyelenggaraan Otonomi Daerah dilaksanakan dengan memberikan kewenangan yang luas,

Lebih terperinci

ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN BAB I PENDAHULUAN

ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN BAB I PENDAHULUAN - 1 - LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2013-2017 ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 15 2005 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN GARUT DENGAN MENGHARAP

Lebih terperinci

NOMOR : 08 Tahun 2015 TANGGAL : 22 Juni 2015 TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

NOMOR : 08 Tahun 2015 TANGGAL : 22 Juni 2015 TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR : 08 Tahun 2015 TANGGAL : 22 Juni 2015 TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pada pasal 260 menyebutkan bahwa Daerah sesuai dengan kewenangannya menyusun rencana pembangunan Daerah

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI ROKAN HULU NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ROKAN HULU,

Lebih terperinci

RENSTRA BADAN KETAHANAN PANGAN BAB I PENDAHULUAN

RENSTRA BADAN KETAHANAN PANGAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diterbitkannya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DEMAK TAHUN 2008 NOMOR : 4 NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DEMAK TAHUN 2008 NOMOR : 4 NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DEMAK TAHUN 2008 NOMOR : 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR : 39 TANGGAL : 14 Mei 2013 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah Daerah Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun I-1

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun I-1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam penyelenggaraan pembangunan perlu disusun beberapa dokumen yang dijadikan pedoman pelaksanaan sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah

Lebih terperinci

BAB - I PENDAHULUAN I Latar Belakang

BAB - I PENDAHULUAN I Latar Belakang BAB - I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, sejalan

Lebih terperinci

KABUPATEN CIANJUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAANN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR

KABUPATEN CIANJUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAANN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR LEMBARAN DAERAH NOMOR 36 KABUPATEN CIANJUR TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAANN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR DENGANN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa agar kegiatan pembangunan

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA,

WALIKOTA TASIKMALAYA, WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 47 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. RPJMD Kabupaten Grobogan Tahun I 1

BAB I PENDAHULUAN. RPJMD Kabupaten Grobogan Tahun I 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintah Pusat memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah untuk melakukan serangkaian

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2011-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

B U P A T I B I M A PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG

B U P A T I B I M A PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG B U P A T I B I M A PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BIMA TAHUN 2011-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2017 TANGGAL : 20 November 2017 BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2017 TANGGAL : 20 November 2017 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2017 TANGGAL : 20 November 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan pasal 3 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dalam rangka mengaktualisasikan otonomi daerah, memperlancar penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah, Pemerintah Kabupaten Boyolali mempunyai komitmen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, perencanaan pembangunan nasional terdiri atas perencanaan pembangunan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TAHUN 2013-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan,

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKALAN NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN BANGKALAN TAHUN 2005 2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam sistem perencanaan pembangunan nasional, rencana pembangunan tahunan memiliki peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai penjabaran dari rencana pembangunan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PURWOREJO TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PURWOREJO TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2011-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan otonomi daerah secara luas, nyata dan bertanggungjawab telah menjadi tuntutan daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah memiliki hak dan kewenangan dalam mengelola

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Satuan Perangkat Kerja Daerah (Renja SKPD) merupakan dokumen perencanaan resmi SKPD yang dipersyaratkan untuk mengarahkan pelayanan publik Satuan Kerja

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR : 32 Tahun 2014 TANGGAL : 23 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 1 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA

Lebih terperinci

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARRU,

Lebih terperinci