MASTERPLAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MASTERPLAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN"

Transkripsi

1 MASTERPLAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN PEMERINTAH KABUPATEN TEMANGGUNG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH 2011

2 D A F T A R I S I Hal. SAMBUTAN... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii BAB I. PENDAHULUAN Umum Pengelompokan Sektor Lapangan Usaha Analisa dan Kegunaan Data PDRB Sistematika Laporan BAB II. KONSEP DAN DEFINISI Domestik dan Regional Produk Domestik dan Produk Regional Agregat PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Agregat PDRB Atas Dasar Harga Konstan BAB III. METODE PENGHITUNGAN PENDAPATAN REGIONAL Metode Pendekatan Produksi Pendekatan Pendapatan Pendekatan Pengeluaran Metode Alokasi BAB IV. ULASAN SINGKAT PENDAPATAN REGIONAL KABUPATEN TEMANGGUNG Pertumbuhan PDRB Tahun Distribusi PDRB / Struktur Ekonomi PDRB Perkapita Indeks Perkembangan Indeks Berantai Inflasi Perkembangan PDRB Sektoral BAB V. PENUTUP Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Temanggung Tahun 2013 iii

3 LAMPIRAN : TABEL-TABEL PENDAPATAN REGIONAL KABUPATEN TEMANGGUNG Tabel 1. PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Temanggung Tahun (Juta Rupiah) Tabel 2. PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kabupaten Temanggung Tahun (Juta Rupiah) Tabel 3. Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Temanggung Tahun (Persen) Tabel 4. Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kabupaten Temanggung Tahun (Persen) Tabel 5. Indeks Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Temanggung Tahun ( Tahun 2000 = 100 ) Tabel 6. Indeks Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kabupaten Temanggung Tahun ( Tahun 2000 = 100 ) Tabel 7. Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Temanggung Tahun (Persen) Tabel 8. Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kabupaten Temanggung Tahun (Persen) Tabel 9. Tabe 10. Indeks Berantai PDRB Kabupaten Temanggung Atas Dasar Harga Berlaku Tahun ( Tahun sebelumnya = 100 ) Indeks Berantai PDRB Kabupaten Temanggung Atas dasar harga Konstan Tahun ( Tahun sebelumnya = 100 ) Tabel 11. Indeks Implisit PDRB Kabupaten Temanggung Tahun (Tahun 2000 = 100) Tabel 12. Inflasi PDRB Kabupaten Temanggung Tahun Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Temanggung Tahun 2013 iv

4 Tabel 13. Beberapa Agregat PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kabupaten Temanggung Tahun Tabel 14. Produk Domestik Regional Bruto Menurut Kelompok Sektor Kabupaten Temanggung Tahun (Juta Rupiah) Tabel 15. Distribusi Persentase PDRB Menurut Kelompok Sektor Kabupaten Temanggung Tahun (Persen) Tabel 16. Indeks Perkembangan Menurut Kelompok Sektor Kabupaten Temanggung Tahun ( Tahun 2000 = 100 ) Tabel 17. Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Kelompok Sektor Kabupaten Temanggung Tahun (Persen) Tabel 18. Indeks Berantai PDRB Menurut Kelompok Sektor Kabupaten Temanggung Tahun ( Tahun Sebelumnya = 100 ) Tabel 19. Indeks Implisit Menurut Kelompok Sektor Kabupaten Temanggung Tahun ( Tahun 2000 = 100 ) Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Temanggung Tahun 2013 v

5 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Temanggung Tahun 2015 merupakan penjabaran dari RPJMD tahun sebagaimana telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2014 dan memperhatikan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun RKPD Kabupaten Temanggung Tahun 2015 merupakan tahun pertama pelaksanaan tahapan ke III dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Temanggung tahun , dan merupakan tahun ke II pelaksanaan RPJMD Kabupaten Temanggung Tahun Adapun visi daerah yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Temanggung Tahun adalah TERWUJUDNYA TEMANGGUNG SEBAGAI DAERAH AGRARIS BERWAWASAN LINGKUNGAN, BERMASYARAKAT AGAMIS, BERBUDAYA, DAN SEJAHTERA DENGAN PEMERINTAHAN YANG BERSIH. Tahapan dan proses penyusunan RKPD 2015 berpedoman pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional pasal 5 ayat (3) dan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 150 ayat (3) huruf d, Jo. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2011 RKPD Kabupaten Temanggung Tahun Pendahuluan I - 1

6 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara, Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Rencana Pembangunan Daerah. RKPD dimaksud memuat kerangka ekonomi daerah,program prioritas pembangunan daerah, rencana kerja dan pendanaan serta prakiraan maju dengan mempertimbangkan kerangka pendanaan dan pagu indikatif, baik yang bersumber dari APBD maupun sumbersumber lain yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat. Bahwa dalam rangka menyusun RKPD Kabupaten Temanggung Tahun 2015 yang memenuhi kaidah-kaidah dan komponen perencanaan maka penyusunan RKPD dibuat berdasarkan tahapantahapan sesuai ketententuan perundang-undangan yang berlaku. Perumusan rancangan awal RKPD Kabupaten Temanggung dilakukan melalui serangkaian kegiatan berikut: 1. Pengolahan data dan informasi; 2. Analisis gambaran umum kondisi daerah; 3. Analisis ekonomi dan keuangan daerah; 4. Evaluasi kinerja tahun lalu; 5. Penelaahan terhadap kabijakan pemerintah nasional; 6. Penelaahan pokok-pokok pikiran DPRD provinsi; 7. Perumusan permasalahan pembangunan daerah provinsi; 8. Perumusan rancangan kerangka ekonomi dan kebijakan keuangan daerah; 9. Perumusan prioritas dan sasaran pembangunan daerah beserta pagu indikatif; RKPD Kabupaten Temanggung Tahun Pendahuluan I - 2

7 10. Perumusan program prioritas beserta pagu indikatif; 11. Pelaksanaan forum konsultasi publik; dan 12. Penyelarasan rencana program prioritas daerah beserta pagu indikatif; Secara lebih jelas alur penyusunan rancangan RKPD Kabupaten Temanggung Tahun 2015 Penyusunan rancangan RKPD yang dijelaskan dalam bagian ini digunakan untuk menyusun RKPD merupakan rangkaian mulai dari penyusunan rancangan awal RKPD dan berakhir pada penetapan RKPD melalui proses sebagai dapat dilihat pada gambar 1.1. berikut : Penyusunan Rancangan RKPD Kabupaten Temanggung Rancangan Awal RKPD pendahuluan; evaluasi pelaksanaan RKPD tahun lalu dan capaian kinerja penyelengaraan pemerintahan; rancangan kerangka ekonomi daerah Dan kebijakan keuangan daerah; prioritas dan sasaran pembangunan daerah; rencana program dan kegiatan prioritas daerah Evaluasi Rancangan Awal RKP & RKPD Prov. Integrasi Renja SKPD Penyelarasan Penyajian Ranc RKPD Rancangan RKPD pendahuluan; evaluasi pelaksanaan RKPD tahun lalu dan capaian kinerja penyelenggaraan pemerintahan; rancangan kerangka ekonomi daerah Dan kebijakan keuangan daerah; prioritas dan sasaran pembangunan daerah; rencana program dan kegiatan prioritas daerah. sesuai Verifikasi Rancangan Renja-SKPD Kabupaten/Kota tidak Dari gambar tersebut tahapan penyusunan rancangan RKPD Kabupaten Temanggung mencakup kegiatan-kegiatan: evaluasi rancangan awal RKP dan rancangan awal RKP tahun rencana; verifikasi dan integrasi rancangan Renja SKPD; dan penyelarasan penyajian rancangan RKPD. RKPD Kabupaten Temanggung Tahun Pendahuluan I - 3

8 1.2. Maksud dan Tujuan Perumusan rancangan awal RKPD Kabupaten Temanggung Tahun 2015 merupakan awal dari seluruh proses penyusunan rancangan RKPD untuk memberikan panduan kepada seluruh SKPD Kabupaten Temanggung menyusun rancangan Renja SKPD dan berfungsi sebagai koridor perencanaan pembangunan daerah dalam kurun waktu 1 (satu) tahun yang disusun menggunakan pendekatan teknokratis dan partisipatif. Dokumentasi perumusan dan keseluruhan tahap perencanaan pembangunan daerah daerah dijadikan sebagai kertas kerja (working paper). Suatu kertas kerja perumusan dan keseluruhan tahap penyusunan RKPD merupakan dokumen yang tak terpisah dan dijadikan sebagai dasar penyajian (dokumen) Landasan Hukum Peraturan perundang-undangan sebagai landasan dalam penyusunan RKPD Kabupaten Temanggung Tahun 2015 adalah sebagai berikut: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah; 3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); RKPD Kabupaten Temanggung Tahun Pendahuluan I - 4

9 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1999 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); 5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 6. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 7. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 9. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 10. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun RKPD Kabupaten Temanggung Tahun Pendahuluan I - 5

10 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 11. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1345); 12. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3459); 13. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 149, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5068); 14. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan Dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 07, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188); 15. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 16. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575); 17. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4576); RKPD Kabupaten Temanggung Tahun Pendahuluan I - 6

11 18. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 19. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 20. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614); 21. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663); 22. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664); 23. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 24. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun RKPD Kabupaten Temanggung Tahun Pendahuluan I - 7

12 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); 25. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815); 26. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816); 27. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817); 28. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4832); 29. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833); 30. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 59 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor5219); RKPD Kabupaten Temanggung Tahun Pendahuluan I - 8

13 31. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan, Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan Perundangundangan; 32. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun ; 33. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 Nomor 3 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 9); 34. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 Nomor 6, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 28); 35. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014 Nomor 5, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 65); 36. Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 6 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang menjadi Kewenangan Pemerintahan Daerah Kabupaten Temanggung (Lembaran Daerah Kabupaten Temanggung Tahun 2008 Nomor 6 ); 37. Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 10 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Temanggung Tahun (Lembaran Daerah Kabupaten Temanggung Tahun 2008 Nomor 10); RKPD Kabupaten Temanggung Tahun Pendahuluan I - 9

14 38. Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 13 Tahun 2011 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Temanggung Tahun 2011 Nomor 13); 39. Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Temanggung Tahun (Lembaran Daerah Kabupaten Temanggung Tahun 2012 Nomor 1 Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 1); 40. Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 26 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Temanggung Tahun 2012 Nomor 26, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 26); 41. Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 1 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Temanggung Hubungan Antar Dokumen Penyusunan rancangan RKPD Kabupaten Temanggung Tahun 2015 juga mendasarkan pada perencanaan multi sektoral di tingkat nasional antara lain Roadmap Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium (MDG s) di Indonesia, Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi (RAN PG) , dan Masterplan Percepatan dan Percepatan Pengurangan Kemiskinan Indonesia (MP3KI) serta Grand Design Reformasi Birokrasi tahun Rancangan akhir RKPD Kabupaten Temanggung Tahun 2015 juga disusun dengan berpedoman pada dokumen perencanaan multi sektoral di tingkat daerah yaitu Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) RKPD Kabupaten Temanggung Tahun Pendahuluan I - 10

15 Kabupaten Temanggung Tahun serta dokumen perencanaan multi sektoral di tingkat Provinsi Jawa Tengah antara lain Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) Provinsi Jawa Tengah, RAD MDG s Provinsi Jawa Tengah tahun , dan dokumen perencanaan lainnya. Gambar 1.2. Hubungan rancangan RKPD dengan Dokumen Perencanaan Lainnya. RPJP Nasional RPJM Nasional Perencanaan Multi Sektor RPJPD Provinsi RPJMD Prov. Jawa Tengah Tingkat Nasional Perencanaan Multi Sektor RPJPD Kab. Temanggung RPJMD Kab. Temanggung Tingkat Provinsi Jawa Tengah Renstra SKPD Kab Temanggung Tahun RTRW Kab. Temanggung Rancangan RKPD Kab Temanggung Tahun 2015 RPJM Desa se-kabupaten Temanggung Rencana Kerja Tahunan Desa 1.5. Kaidah Pelaksanaan Rancangan RKPD Kabupaten Temanggung Tahun 2015 merupakan rencana kerja Pemerintah Kabupaten Temanggung selama satu tahun di Tahun 2015 dengan mendasarkan potensi yang tersedia, RKPD Kabupaten Temanggung Tahun Pendahuluan I - 11

16 prioritas, target dan capaian yang telah ditetapkan dalam dokumen perencanaan lainnya. Berdasarkan pada Permendagri Nomor 54 Tahun 2010 pasal 285 dan Permendagri Nomor 32 Tahun 2012 pasal 3 ayat 2 pada lampiran I, perubahan RKPD dapat dilaksanakan apabila hasil evaluasi pelaksanaan dalam tahun berjalan menunjukkan adanya ketidaksesuaian dengan perkembangan keadaan meliputi: a. Perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi kerangka ekonomi daerah dan kerangka pendanaan, prioritas dan sasaran pembangunan, rencana program dan kegiatan daerah; b. Keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun anggaran sebelumnya harus digunakan untuk tahun berjalan; c. Keadaan darurat dan keadaan luar biasa sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan; d. Pergeseran kegiatan antar SKPD, penghapusan kegiatan, penambahan kegiatan baru/alternatif, penambahan atau pengurangan target kinerja, serta perubahan lokasi dan kelompok sasaran kegiatan Sistematika Penulisan Rancanagan awal RKPD Tahun 2015 disusun dengan sistematika sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Memuat latar belakang; penyusunan RKPD yang meliputi pengertian secaran ringkas RKPD, proses penyusunan rancangan akhir RKPD, maksud dan tujuan penyusunan, landasan hukum penyusunan, hubungan RKPD dengan dokumen perencanaan lainnya, kaidah pelaksanaan, dan RKPD Kabupaten Temanggung Tahun Pendahuluan I - 12

17 sistematika penulisan. BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD DAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH TAHUN 2014 Memuat gambaran umum kondisi daerah, dan evaluasi kinerja penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah. BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH TAHUN 2015 Memuat tentang arah kebijakan ekonomi daerah yang terdiri dari kondisi ekonomi daerah serta tantangan dan prospek perekonomian daerah, arah kebijakan keuangan daerah yang terdiri dari proyeksi keuangan daerah dan kerangka pendanaan serta arah kebijakan keuangan daerah. BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2015 Menjelaskan perumusan isu strategis, prioritas pembangunan daerah, yang terdiri atas kebijakan umum, strategi, prioritas pembangunan daerah tahun 2015 dan prioritas pengembangan kewilayahan. BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH TAHUN 2015 Memuat perencanaan program dan kegiatan prioritas pembangunan daerah tahun 2015 yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan, indikator kinerja, target, satuan, rencana anggaran maupun SKPD penanggungjawab. BAB VI PENUTUP RKPD Kabupaten Temanggung Tahun Pendahuluan I - 13

18 Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir Bab 2 Gambaran Umum Kawasan 2.1. CAKUPAN WILAYAH Kabupaten Temanggung terletak di tengah-tengah Provinsi Jawa Tengah dengan bentangan Utara ke Selatan sepanjang 46,8 km dan Timur ke Barat sepanjang 43 km. Kabupaten Temanggung secara astronomis terletak di antara 110 o o bujur timur dan 7 o 14-7 o lintang selatan dengan luas wilayah 870,65 km 2 ( ha). Secara administratif sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Kendal, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Semarang, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Magelang, dan di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Wonosobo. Kabupaten Temanggung terletak pada ketinggian antara 400 m sampai m dari permukaan air laut, sebagian (50%) berupa dataran tinggi dan sebagian lagi landai. Kabupaten Temanggung terdiri dari 20 kecamatan, 266 desa, dan 23 kelurahan, dengan dusun/lingkungan, dan total luas wilayah hektar, dimana wilayah kecamatan terluas adalah Kecamatan Kandangan sebesar 9% dari luas Kabupaten Temanggung atau sekitar hektar dan wilayah kecamatan terkecil adalah Kecamatan Selopampang yaitu 1,99% dari luas Kabupaten Temanggung atau sekitar hektar. Luas dan batas wilayah Kecamatan di Kabupaten Temanggung disajikan pada Tabel 2.1. Tabel 2. 1 Luas dan Batas Wilayah Kecamatan di Kabupaten Temanggung Kecamatan Luas dan Batas Wilayah Km 2 Utara Timur Selatan Barat Parakan 22,23 Ngadirejo Kedu Bulu Bansari Kledung 32,21 Bansari Bulu, Parakan Kledung Kab. Wonosobo Bansari 22,54 Ngadirejo Parakan Kledung Cadiroto Bulu 43,04 Parakan, Temanggung Tlogomulyo Kledung Kedu Temanggung 33,39 Kedu, Kandangan Kaloran, Kranggan Tembarak Tlogomulyo, Bulu Tlogomulyo 24,84 Bulu Temanggung Tembarak Kab. Magelang Tembarak 26,84 Tlogomulyo, Temanggung Kranggan Selopampang Tlogomulyo Selopampang 17,29 Tembarak Kranggan Kab. Magelang Tlogomulyo Gambaran Umum Kawasan II - 1

19 Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir Tabel (Lanjutan) Kecamatan Luas dan Batas Wilayah Km 2 Utara Timur Selatan Barat Kranggan 57,61 Kaloran Pringsurat Kab. Magelang Temanggung Pringsurat 57,27 Kaloran Kab. Magelang Kab. Magelang Kranggan Kaloran 63,92 Kandangan Kab. Semarang Temanggung Kranggan Kandangan 78,36 Kab. Semarang Kab. Semarang Temanggung Kedu Kedu 34,96 Jumo, Kandangan, Temanggung Parakan, Bulu Gemawang Kaloran Ngadirejo 53,31 Candiroto Jumo Bansari Candiroto Jumo 29,32 Candiroto, Gemawang Kedu Ngadirejo Gemawang Gemawang 67,11 Semarang Kandangan, Kab. Kedu Candiroto, Jumo Semarang Candiroto 59,94 Bejen Gemawang Jumo Wonoboyo Bejen 68,84 Kab. Kendal Kab. Semarang Candiroto, Gemawang Tretep, Kab. Kendal Tretep 33,65 Kab. Kendal Bejen, Wonoboyo Wonoboyo Kab. Wonosobo Wonoboyo 43,98 Tretep Candiroto Candiroto Kab. Wonosobo 2.2. PERKEMBANGAN PERIKANAN DI KABUPATEN TEMANGGUNG Kebutuhan ikan di Temanggung cukup besar, dan berdasarkan perhitungan yang dilakukan Bidang Perikanan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Temanggung. Pada tahun 2008, produksi ikan di wilayahnya baru mencapai sekitar 60% dari tingkat kebutuhan pasar untuk skala konsumsi. Sedangkan 40% sisanya merupakan pasokan dari luar daerah, artinya produksi ikan Kabupaten Temanggung belum mampu mencukupi kebutuhan sendiri. Kekurangan tersebut diantaranya disebabkan oleh minimnya pemanfaatan lahan untuk kegiatan usaha perikanan. Dari potensi lahan seluas 488,94 Ha yang ada di Kabupaten Temanggung, baru sekitar 104 Ha yang dimanfaatkan sebagai kolam ikan konsumsi atau baru 21,27%. Pada tahun 2009, Temanggung berusaha menargetkan produksi ikan lokal-nya sebesar 70% ( Peningkatan target itu disesuaikan dengan tingkat konsumsi ikan masyarakat yang cenderung meningkat. Pada tahun 2006 konsumsi ikan di Temanggung hanya 9,8 kg per kapita per tahun, dan meningkat menjadi 10,6 kg pada tahun berikutnya. Jumlah tersebut sebenarnya masih jauh dari standar Jawa Tengah, yakni 14 kg. Terkait dengan upaya pencapaian target, Kabupaten Temanggung sudah menyiapkan beberapa program di antaranya pengembangan kawasan budidaya ikan dan pembangunan Gambaran Umum Kawasan II - 2

20 Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir unit pembenihan. Sejumlah kecamatan yang menjadi sasaran kawasan budidaya di antaranya Wonoboyo, Candiroto, Parakan, Temanggung, Tlogomulyo, Tembarak, Selopampang, Kedu, dan Bulu. Sedangkan untuk unit pembenihan akan dibangun di tiga kecamatan dengan sistem satu kelompok per wilayah. Lokasi yang pertama adalah Kelurahan Jurang, Kecamatan Temanggung. Daerah ini akan dijadikan sebagai unit pembenihan untuk ikan Lele Potensi Budidaya Ikan Kolam Potensi budidaya ikan terdapat di seluruh kecamatan di Kabupaten Temanggung. Lima kecamatan yang luas lahan dan produksi ikan budidaya kolam jumlahnya terbesar Kecamatan Parakan, Temanggung, Tembarak, Kedu dan Kecamatan Selopampang (Tabel 2.2.). Tabel 2. 2 Perkembangan Produksi Ikan Kolam (Kw) Dirinci Menurut Jenis Ikan per Kecamatan di Kabupaten Temanggung Kecamatan Luas Kolam (Ha) Karper Lele Nila Lain-Lain Jumlah (Kw) 1.Parakan 16, ,90 591,99 435,50 62, ,62 2.Kledung 4, ,80 145,63 106,42 15,18 362,03 3.Bansario 0, ,20 32,43 21,47 3,11 75,21 4.Bulu 5, ,20 210,77 154,02 21,89 524,88 5.Temanggung 17, ,16 602,97 442,25 63, ,59 6.Tlogomulyo 1, ,85 69,34 46,82 6,78 164,79 7.Tembarak 11, ,34 421,83 308,31 43, ,96 8.Selopampang 8, ,24 290,85 211,47 29,70 721,26 9.Kranggan 1, ,70 43,08 26,57 3,63 94,98 10.Pringsurat 4, ,94 162,02 114,70 16,30 395,96 11.Kaloran 1, ,36 52,44 34,08 4,90 121,78 12.Kandangan 1, ,05 38,80 24,57 3,63 88,05 13.Kedu 16, ,15 568,70 417,62 59, ,32 14.Ngadirejo 7, ,96 268,20 195,56 28,12 667,84 15.Jumo 5, ,68 197,76 142,89 20,44 489,77 16.Gemawang 0, ,73 35,16 23,45 3,31 82,65 17.Candiroto 4, ,09 117,86 80,29 11,52 281,76 18.Bejen 0, ,11 23,38 12,65 1,69 47,83 19.Tretep 0,1220 4,06 5,90 4,93 0,70 13,59 20.Wonoboyo 4, ,91 151,88 112,38 16,04 380,21 Kecamatan Luas Kolam Karper Lele Nila Lain-Lain Jumlah Jumlah (Ha) 113, , , , , , , , , ,41 Sumber: Statistik Kabupaten Temanggung yang Diolah 4.030, , , ,71 897, , , , , ,44 415,71 405,62 400,14 292,15 252,25 (Kw) 9.975, , , , ,59 Gambaran Umum Kawasan II - 3

21 Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir Berdasarkan draft RTRW , daerah atau kawasan yang direncanakan peruntukan minapolitan meliputi Kecamatan Wonoboyo, Candiroto, Parakan, Termanggung, Tembarak, Tlogomulyo, Selopampang, Kedu dan Kecamatan Bulu. Gambaran luas kolam dan produksi ikan dari hasil budidaya kolam tersebut disajikan pada Tabel 2.2. Tabel 2.2 menunjukkan adanya kenaikkan luas kolam dari tahun 2005 sebesar 93,8200 Ha menjadi 113,0705 Ha pada tahun Kenaikkan luas kolam juga diikuti kenaikan produksi dari 4,437,59 kw pada tahun 2005 menjadi 9.975,08 kw pada tahun Potensi Budidaya Mina Padi Hasil produksi ikan budidaya minapadi di lima kecamatan yang paling banyak terdapat di Kecamatan Bulu dengan luas lahan 1.268,23 Ha dan jumlah produksi 3.592,91 kw (Tabel 2.3). Kecamatan lain yang cukup besar produksinya adalah Kecamatan Parakan (711,73 Kw), Kedu (646,63 Kw), Temanggung (512,65 Kw) dan Kecamatan Tembarak (415,02 Kw). Tabel 2. 3 Perkembanagn Produksi Ikan Budidaya Mina Padi (Kw) Dirinci Menurut Jenis Ikan per Kecamatan di Kabupaten Temanggung Kecamatan Luas Mina Padi Jumlah Karper Nila (Ha) (Kw) 1.Parakan 254,65 605,78 105,95 711,73 2.Kledung 16,95 44,75 9,16 53,91 3.Bansario 35,21 88,29 16,91 105,20 4.Bulu 1.268, ,93 540, ,91 5.Temanggung 172,78 436,50 76,15 512,65 6.Tlogomulyo 113,65 277,99 50,11 328,10 7.Tembarak 144,67 350,32 64,70 415,02 8.Selopampang 116,68 282,90 52,58 335,48 9.Kranggan 24,18 62,65 11,24 73,89 10.Pringsurat 43,08 108,05 19,22 127,27 11.Kaloran 25,92 66,00 11,37 77,37 12.Kandangan 11,38 30,16 4,83 34,99 13.Kedu 221,33 548,59 98,04 646,63 14.Ngadirejo 145,29 352,40 62,86 415,26 15.Jumo 127,24 315,16 55,00 370,16 16.Gemawang 87,90 211,42 37,43 248,85 17.Candiroto 35,12 86,57 16,07 102,64 18.Bejen 88,10 212,80 37,76 250,56 19.Tretep 5,57 13,76 2,51 16,27 20.Wonoboyo 36,92 88,90 17,23 106,13 Gambaran Umum Kawasan II - 4

22 Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir Tabel 2.3. lanjutan... Kecamatan Luas Mina Padi (Ha) Karper Jumlah , , , , , , , , , ,61 Sumber: Statistik Kabupaten Temanggung yang Diolah Nila 1.290, , ,49 521,41 48,04 Jumlah (Kw) 8.525, , , , ,65 Berdasarkan Tabel 2.3 terdapat kenaikan luas lahan budidaya mina padi, pada tahun 2005 seluas 1.930,69 ha menjadi 2.974,85 ha pada tahun Produksi juga mengalami kenaikan dari 3.959,65 kw pada tahun 2007 menjadi 8.525,02 kw pada tahun Jenis ikan yang dibudidayakan dengan pola minapadi tersebut terdiri dari ikan Kaper dan ikan Nila Potensi Perikanan Tangkap di Perairan Sungai Selain mempunyai komoditas perikanan budidaya, Kabupaten Temanggung juga mempunyai produksi ikan dari sektor perikanan tangkap, terutama penangkapan di sungai dan cekdam/genangan. Antara tahun produksi perikanan tangkap cenderung mengalami kenaikan (Tabel 2.4). Produksi ikan hasil tangkapan pada tahun 2009 sebesar 441,06 kw, dengan daerah paling besar berada di Kecamatan Temanggung yaitu sebesar 57,73 kw. Tabel 2. 4 Perkembangan Produksi Hasil Penangkapan Ikan (Kw) di Sungai Dirinci Menurut Jenis Ikan per Kecamatan di Kabupaten Temanggung Kecamatan Tawes Karper Nila Gabus Lele Udang Lain- Lain Jumlah 1.Parakan 1,54 9,80 14,36 3,26 8,85 0,57 8,50 46,88 2.Kledung 0,00 0,00 0,50 0,14 0,12 0,02 0,00 0,78 3.Bansario 0,00 0,00 0,42 0,19 0,11 0,03 0,00 0,75 4.Bulu 1,26 6,08 7,97 2,12 6,19 0,29 7,31 31,22 5.Temanggung 2,37 12,14 17,30 5,02 9,86 0,98 9,75 57,42 6.Tlogomulyo 0,08 0,83 2,65 0,28 3,52 0,12 5,04 12,52 7.Tembarak 0,83 3,59 7,71 1,46 7,25 0,25 6,60 27,69 8.Selopampang 0,82 3,80 7,23 1,39 5,05 0,27 7,40 25,96 9.Kranggan 2,80 7,28 7,14 1,14 9,30 0,39 8,68 36,73 10.Pringsurat 0,89 4,95 6,95 1,04 7,87 0,26 9,30 31,26 11.Kaloran 0,35 2,04 2,26 0,55 2,78 0,06 1,50 9,54 12.Kandangan 0,10 1,46 1,75 0,56 1,60 0,10 1,95 7,52 13.Kedu 1,95 8,90 10,26 4,28 9,56 0,33 11,45 46,73 14.Ngadirejo 1,50 8,48 14,74 3,06 8,57 0,46 8,40 45,21 15.Jumo 0,30 3,40 6,74 1,15 4,86 0,16 3,47 20,08 Gambaran Umum Kawasan II - 5

23 Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir Tabel 4.3. Lanjutan Potensi Tangkap di Genangan/Cekdam Potensi perikanan lain yang kurang tergarap adalah potensi perikanan tangkap di genangan/cekdam. Tahun 2009 jenis ikan yang ditangkap adalah jenis Karper, Nila, Gabus, Lele dan lain sebagainya. Produksi ikan hasil tangkapan perairan genangan/cekdam sebesar 67,59 kw. Kecamatan yang mempunyai hasil tangkapan di genangan/cekdam tertinggi adalah Kecamatan Kedu dengan jumlah tangkapan 12,37 kw. Tabel 2. 5 Perkembangan Produksi Hasil Penangkapan Ikan (Kw) di Genangan/Cekdam Dirinci Menurut Jenis Ikan per Kecamatan di Kabupaten Temanggung Kecamatan Tawes Karper Nila Gabus Lele Udang Lain- Lain Jumlah 16.Gemawang 0,00 1,00 1,19 0,37 1,18 0,06 1,20 5,00 17.Candiroto 0,13 4,40 6,38 0,76 0,79 0,21 9,50 22,17 18.Bejen 0,00 0,00 0,43 0,16 0,10 0,03 0,00 0,72 19.Tretep 0,00 0,00 0,25 0,13 0,12 0,00 0,00 0,50 20.Wonoboyo 0,10 1,20 4,36 0,44 1,97 0,06 1,90 10,03 Jumlah ,02 34,03 33,66 32,34 26,80 79,35 69,71 31,07 29,85 3,78 120,59 108,93 24,59 23,63 14,94 27,50 24,05 23,73 40,51 75,37 89,65 87,14 35,38 33,99 28,13 4,65 4,36 24,16 23,18 15,59 101,95 105,44 256,75 246,70 152,69 438,71 433,66 429,34 430,20 317,30 Sumber: Statistik Kabupaten Temanggung yang Diolah Kecamatan Karper Nila Gabus Lele Lain- Lain Jumlah 1.Parakan 0,62 1,52 0,22 0,24 4,28 6,88 2.Kledung Bansario Bulu 0,35 0,14 0,15 0,20 1,00 1,84 5.Temanggung 0,52 1,51 0,30 0,27 3,76 6,36 6.Tlogomulyo - 0, ,50 0,63 7.Tembarak 0,60 1,69 0,20 0,26 4,33 7,08 8.Selopampang - 0,18 0,15 0,22 1,50 2,05 9.Kranggan 0,45 1,16 0,11 0,24 3,61 5,57 10.Pringsurat - 0,18 0,12 0,15 1,80 2,25 11.Kaloran 0,16 0,56 0,10 0,30 2,00 3,12 12.Kandangan 0,84 1,69 0,26 0,53 4,00 7,31 13.Kedu 1,47 3,59 0,22 0,32 6,80 12,37 14.Ngadirejo 0,67 1,37 0,23 0,40 3,40 6,04 15.Jumo 0,38 0,94 0,12 0,11 2,20 3,72 16.Gemawang - 0, ,50 0,62 17.Candiroto - 0,14 0,12 0,12 0,40 0,78 18.Bejen - 0, ,30 0,42 19.Tretep Wonoboyo - 0,14 0,11-0,30 0,55 Gambaran Umum Kawasan II - 6

24 Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir Tabel 2.5. Lanjutan... Kecamatan Karper Nila Gabus Lele Jumlah ,06 13,40 12,50 1,80 13,70 15,18 12,65 11,30 5,10 15,72 2,41-4,20 1,20 18,50 Sumber: Statistik Kabupaten Temanggung yang Diolah 3,36 9,85 8,60 2,30 3,55 Lain- Lain 40,68 25,55 18,90 43,00 16,13 Jumlah 67,59 67,90 55,50 53,40 104, Potensi Benih Ikan Benih ikan merupakan salah satu faktor penting dalam pengembangan budidaya. Produksi benih ikan di Kabupaten Temanggung pada tahun 2009 sebanyak ekor, dan Kecamatan Kedu merupakan produsen terbesar yaitu mencapai ekor (Tabel 2.6). Tabel 2. 6 Perkembangan Produksi Benih Ikan per Kecamatan di Kabupaten Temanggung Kecamatan Unit Pembenihan Ikan Luas (Ha) Produksi (Ekor) 1.Parakan 8, Kledung 0, Bansario 0, Bulu 5, Temanggung 7, Tlogomulyo 1, Tembarak 4, Selopampang 4, Kranggan 0, Pringsurat 0, Kaloran 0, Kandangan 0, Kedu 8, Ngadirejo 4, Jumo 1, Gemawang 0, Candiroto 1, Bejen 0, Tretep 0, Wonoboyo 0, Jumlah ,42 49,37 46,60 45,90 36, Sumber: Statistik Kabupaten Temanggung yang Diolah Gambaran Umum Kawasan II - 7

25 Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir Berdasarkan Tabel 2.6 terdapat kenaikan luas lahan dan jumlah produksi benih ikan. Luas lahan pada tahun 2005 sebesar 36,66 ha meningkat menjadi 50,42 ha pada tahun Jumlah benih juga meningkat dari ekor pada tahun 2007 menjadi ekor pada tahun KOMODITAS UNGULAN Komoditas unggulan adalah suatu komoditas yang memiliki keunggulan secara komparatif maupun secara kompetitif, baik dari sisi penawaran maupun permintaan. Dari sisi penawaran komodtas unggulan dicirikan oleh superioritas dalam pertumbuhannya pada kondisi biofisik, teknologi dan kondisi sosial ekonomi disuatu wilayah. Dari sisi permintaan, komoditas unggulan dicirikan oleh kuatnya permintaan pasar, baik pasar domistek maupun internasional. Budidaya ikan yang banyak dilakukan di Kabupaten Temanggung terutama adalah ikan Nila, ikan Karper/Mas dan ikan Lele. Ke tiga komoditas ini dapat memenuhi kriteria tersebut di atas, sehingga dapat dikategorikan sebagai komoditas unggulan untuk usaha budidaya ikan di Kabupaten Temanggung. Gambaran tentang produksi ke tiga jenis ikan tersebut disajikan pada Tabel 2.7. Tabel 2. 7 Produksi Komoditas Unggulan dari Hasil Budidaya (Kw) Kecamatan Jenis Komoditas Jumlah Karper Lele Nila Parakan 1008,1 601,08 557, ,51 Kledung 139,55 145,75 116,08 401,38 Bansari 106,49 32,54 38,8 177,83 Bulu 3196,56 217,16 703, ,83 Temanggung 847,32 613,1 537, ,63 Tlogomulyo 320,67 72,86 99,71 493,24 Tembarak 631,85 429,34 382, ,6 Selopampang 475,94 296,12 271, ,52 Kranggan 92,08 52,62 46,11 190,81 Pringsurat 215,94 170,04 141,05 527,03 Kaloran 98,56 55,52 48,27 202,35 Kandangan 53,51 40,93 32,84 127,28 Kedu 936,11 578,58 529, ,2 Ngadirejo 537,51 277,17 274, ,21 Jumo 447,62 202,73 205,57 855,92 Gemawang 233,15 36,34 62,19 331,68 Gambaran Umum Kawasan II - 8

26 Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir Tabel 2.7. Lanjutan... Kecamatan Jenis Komoditas Jumlah Karper Lele Nila Candiroto 163,06 118,77 102,88 384,71 Bejen 222,91 23,48 50,96 297,35 Tretep 17,82 6,02 7,69 31,53 Wonoboyo 190,01 153,85 134,11 477,97 Jumlah 9934, , ,58 Sumber: Statistik Kabupaten Temanggung yang Diolah Ikan Nila Budidaya ikan Nila dapat berkembang pesat karena mudah dipelihara, laju pertumbuhan dan perkembangbiakannya cepat, tahan terhadap gangguan hama dan penyakit dan secara ekonomi cukup menguntungkan. Pada saat ini ikan Nila merupakan salah satu komoditas ekspor. Selain dipelihara di kolam biasa, ikan Nila juga dapat dibudidayakan di media lain seperti kolam air deras, karamba jaring apung, sawah (mina padi), bahkan dalam tambak (air payau). Berdasarkan Tabel 2.7 terlihat bahwa kecamatan penghasil ikan Nila paling besar berturutturut adalah Kecamatan Bulu (703,11 Kw), Parakan (557,33 Kw), Temanggung (537,21 Kw), dan Kedu (529,51 Kw). Wilayah Kecamatan Bulu, Kabupaten Temanggung, kini telah dikembangkan sebagai kawasan unit pembenihan rakyat (UPR), termasuk pembenihan ikan Nila. Ada dua desa di Kecamatan Bulu yang dipilih sebagai UPR ikan Nila, yaitu Desa Mondoretno dan Desa Putat. Kecamatan Bulu dipilih sebagai kawasan UPR ikan Nila karena sudah banyak embrio di daerah tersebut, dan komoditas ikan Nila ini dinilai cocok untuk dikembangkan di wilayah tersebut. Dengan banyaknya UPR, maka masyarakat sekitar diharapkan akan terpacu untuk mengembangkan budidaya ikan tersebut. Dengan kata lain, wilayah Kecamatan Bulu akan dikembangkan sebagai cluster ikan Nila, sehingga ada pembibitan, budidaya, dan pengolahan hasil. Pada akhir tahun 2009 diketahui UPR Desa Ngimbrang mendapatkan bantuan induk nila BEST (Bogor Enhanced Strain Tilapia), yang merupakan jenis Nila varietas unggul baru hasil penelitian dan pengujian dari Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar, Badan Riset Kelautan dan Perikanan Departemen Perikanan dan Kelautan. Keunggulan nila BEST, antara lain tahan terhadap perubahan Gambaran Umum Kawasan II - 9

27 Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir lingkungan seperti suhu maupun musim, produksi ikan jenis ini lebih baik jika dibanding ikan Nila yang biasa dikembangkan masyarakat. Lokasi budidaya ikan Nila di Chekdam Kembangsari Desa Kembangsari Kecamatan Kandangan dengan luas sekitar 15,18 ha. Usaha budidaya ikan Nila di Chekdam Kembangsari masih terus dikembangkan. Saat sekarang telah terbentuk kelompok pembudi daya ikan dari masyarakat sekitar Desa Kembangsari yang tergabung dalam Pokdakan "Margo utomo" Ikan Lele Ikan Lele merupakan salah satu komoditas yang penting, karena meskipun belum menjadi komoditas ekspor namun daya serap pasar tinggi. Budidaya ikan Lele berkembang pesat dikarenakan 1) dapat dibudidayakan di lahan dan sumber air yang terbatas dengan padat tebar tinggi, 2) teknologi budidaya relatif mudah dikuasai oleh masyarakat, 3) pemasarannya relatif mudah dan 4) modal usaha yang dibutuhkan relatif rendah. Pengembangan usaha budidaya ikan lele semakin meningkat setelah masuknya jenis ikan Lele Dumbo ke Indonesia pada tahun Keunggulan Lele Dumbo dibanding lele lokal antara lain tumbuh lebih cepat, jumlah telur lebih banyak dan lebih tahan terhadap penyakit. Berdasarkan data tahun 2009 (Tabel 2.2), produksi ikan lele di Kabupaten Temanggung cenderung meningkat 897,49 Kw pada tahun 2005 meningkat menjadi 4.030,99 Kw pada tahun Produksi ikan Lele terbesar di Kabupaten Temanggung berturut-turut adalah Kecamatan Temanggung (613,1 Kw), Parakan (601,08 Kw), Kedu (578,58 Kw) dan Kecamatan Tembarak (429,34 Kw) (Tabel 2.7). Pengolahan hasil budidaya ikan Lele di Kabupaten Temanggung sudah mulai dikembangkan, terutama produk abon lele dan kripik kulit lele. Usaha Ikan lele, baik budidaya ikan lele dalam bentuk pembenihan maupun pembesaran dan pengolahan serta pemasaran hasil, mempunyai prospek yang cukup baik. Permintaan konsumen akan keberadaan ikan lele semakin meningkat. Dengan teknik pemeliharaan yang baik, maka akan diperoleh hasil budidaya yang memuaskan dan diminati konsumen Ikan Karper Di Indonesia, ikan karper memiliki beberapa nama sebutan yakni ikan mas, kancra, tikeu, tombro, raja, rayo, ameh atau nama lain sesuai dengan daerah penyebarannya. Ikan karper Gambaran Umum Kawasan II - 10

28 Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir sebagai ikan konsumsi dibagi menjadi dua kelompok yakni ras ikan karper bersisik penuh dan ras ikan karper bersisik sedikit. Kelompok ras ikan karper yang bersisik penuh adalah ras-ras ikan karper yang memiliki sisik normal, tersusun teratur dan menyelimuti seluruh tubuh. Ras ikan karper yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah ikan karper majalaya, ikan karper punten, ikan karper si nyonya dan ikan karper merah atau mas. Sedangkan yang tergolong dalam ras karper bersisik sedikit adalah ikan karper kaca yang oleh petani di Tabanan biasa disebut dengan nama karper gajah. Untuk kelompok ras ikan karper hias, beberapa di antaranya adalah karper kumpay, kaca, mas merah dan koi. Budidaya ikan Karper di Kabupaten Temanggung cenderung meningkat, seperti terlihat pada Tabel 2.2 dan 2.3. Pada tahun 2005, produksi ikan Karper hasil budidaya di kolam sebesar 1.821,41 Kw, meningkat menjadi 2.613,43 Kw pada tahun 2009 (Tabel 2.2). Sedangkan dari hasil budidaya minapadi, pada tahun 2005 sebesar 3.911,61 Kw meningkat menjadi 7.234,92 Kw pada tahun Berdasarkan gambaran tersebut terlihat bahwa produksi ikan Karper di Kabupaten Temanggung terutama berasal dari budidaya minapadi. Kecamatan yang paling besar produksi ikan Karpernya berturut turut adalah Kecamatan Bulu (3.051,93 Kw), Parakan (605,78 Kw), Kedu (548,59 Kw) dan Kecamatan Temanggung (436,50 Kw). Gambaran Umum Kawasan II - 11

29 Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir BAB 3 Analisis Pengembangan Kawasan Konsep kawasan adalah wilayah yang berbasis pada keanekaragaman fisik dan ekonomi tetapi memiliki hubungan erat dan saling mendukung satu sama lain secara fungsional dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Kawasan sentra perikanan budidaya (minapolitan) merupakan kota perikanan yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha minabisnis serta mampu melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan perikanan di wilayah sekitarnya. Kawasan sentra perikanan terdiri dari kota perikanan dan desa-desa sentra produksi perikanan yang ada disekitarnya dengan batasan yang tidak ditentukan oleh batasan administratif pemerintahan, tetapi lebih ditentukan dengan memperhatikan skala ekonomi kawasan yang ada. Pengelolaan ruang diartikan sebagai kegiatan pengaturan, pengendalian, pengawasan, evaluasi, penertiban dan peninjauan kembali atas pemanfaatan ruang kawasan sentra perikanan. Program pengembangan kawasan sentra perikanan adalah pembangunan ekonomi berbasis perikanan yang dilaksanakan dengan jalan mensinergikan berbagai potensi yang ada, utuh dan menyeluruh, berdaya saing, berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi yang digerakkan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah. Kawasan perikanan yang terdapat di daerah pedesaan harus dikembangkan sebagai satu kesatuan pengembangan wilayah berdasarkan keterkaitan ekonomi antara desa-kota (urban-rural linkages), dan menyeluruh hubungan yang bersifat timbal balik yang dinamis VISI DAN MISI Visi dan Misi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Kebijakan sektor pembangunan kelautan dan perikanan merupakan upaya mewujudkan Visi dan Misi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Visi KKP adalah Indonesia Penghasil Produk Kelautan dan Perikanan Terbesar 2015 dan Misinya adalah Analisis Pengembangan Kawasan III - 1

30 Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir "Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kelautan dan Perikanan ". Berawal dar Visi dan Misi tersebut, maka disusun kebijakan strategis dan kemudian dikenal sebagai GRAND STRATEGY (The Blue Revolution Policies) yang berisikan 4 (empat) kebijakan yaitu : 1. Memperkuat Kelembagaan dan SDM secara Terintegrasi a. Peraturan perundang-undangan di bidang Kelautan dan Perikanan sesuai kebutuhan nasional dan tantangan global serta diimplementasikan secara sinergis lintas sektor, pusat dan daerah b. Seluruh perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan pelaporan terintegrasi, akuntabel dan tepat waktu berdasarkan data yang terkini dan akurat c. Sumber daya manusia kelautan dan perikanan memiliki kompetensi sesuai kebutuhan 2. Mengelola Sumber Daya Kelautan dan Perikanan secara Berkelanjutan a. Sumber daya kelautan dan perikanan dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan b. Konservasi kawasan dan jenis biota perairan yang dilindungi dikelola secara berkelanjutan c. Pulau-pulau kecil dikembangkan menjadi pulau bernilai ekonomi tinggi d. Indonesia bebas Illegal, Unreported dan Unregulated (IUU) Fishing serta kegiatan yang merusak sumber daya kelautan dan perikanan 3. Meningkatkan Produktivitas dan Daya Saing Berbasis Pengetahuan a. Seluruh kawasan potensi perikanan menjadi kawasan Minapolitan dengan usaha yang bankable b. Seluruh sentra produksi kelautan dan perikanan memiliki komoditas unggulan yang menerapkan teknologi inovatif dengan kemasan dan mutu terjamin c. Sarana dan prasarana kelautan dan perikanan mampu memenuhi kebutuhan serta diproduksi dalam negeri dan dibangun secara terintegrasi 4. Memperluas Akses Pasar Domestik dan Internasional a. Seluruh desa memiliki pasar yang mampu memfasilitasi penjualan hasil perikanan b. Indonesia menjadi market leader dunia dan tujuan utama investasi di bidang kelautan dan perikanan. Analisis Pengembangan Kawasan III - 2

31 Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir Dalam melaksanakan kebijakan tersebut dilakukan progam strategis pembangunan perikanan berbasis kawasan, yang dikenal dengan program Minapolitan. Minapolitan merupakan upaya percepatan pengembangan pembangunan kelautan dan perikanan di sentra-sentra produksi perikanan yang memiliki potensi untuk dikembangkan dalam rangka mendukung Visi dan Misi Kementerian Kelautan dan Perikanan. Pengembangan minapolitan ini hakekatnya mempunyai beberapa tujuan, yaitu: 1. Meningkatkan produksi perikanan, produktivitas usaha, dan meningkatkan kualitas produk perikanan; 2. Meningkatkan pendapatan nelayan, pembudidaya dan pengolah ikan yang adil dan merata; 3. Mengembangkan kawasan minapolitan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi di daerah dan sentra-sentra produksi perikanan sebagai penggerak ekonomi rakyat Visi dan Misi Kabupaten Temanggung Visi Kabupaten Temanggung Dalam rangka mewujudkan tata kelola kepemerintahan yang baik (Good Governance) dalam pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan daerah untuk 5 (lima) tahun kedepan, maka penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah didasarkan pada asas-asas umum, yaitu : a. Asas Kepastian Hukum, yaitu mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan pemerintahan. b. Asas Tertib Penyelenggaraan Negara, yaitu mengutamakan keteraturan, keserasian, dan keseimbangan dalam penyelenggaraan pemerintahan. c. Asas Kepentingan Umum, yaitu mendahuluan kesejahteraan umum dengan cara aspiratif, akomodatif, dan selektif. d. Asas Keterbukaan, yaitu membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, bersikap jujur, dan tidak diskriminatif dalam penyelenggaraan pemerintahan dengan tetap memperhatikan perlindungan hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara. e. Asas Proporsionalitas, yaitu mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban penyelenggaraan pemerintah. Analisis Pengembangan Kawasan III - 3

32 Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir f. Asas Profesionalitas, yaitu mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik profesional dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. g. Asas Akuntabilitas, yaitu setiap penyelenggaraan pemerintahan daerah harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat. Sejalan dengan penerapan asas-asas umum pemerintahan tersebut dan agar pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan daerah dapat terarah dan berkelanjutan maka diperlukan adanya Visi Daerah baik untuk jangka panjang maupun jangka menengah. Visi Daerah dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Temanggung Tahun adalah Temanggung makin Maju, Mandiri, Aman, Adil, dan Sejahtera. Untuk jangka menengah periode tahun Visi Kabupaten Temanggung adalah Bersatu Untuk Maju dan Sejahtera. Visi tersebut mempunyai filosofi dasar, yaitu : a. Mewujudkan Temanggung yang lebih baik maka diperlukan adanya tekad semua komponen baik Pemerintah Daerah, swasta maupun masyarakat untuk Bersatu. Hal ini mengandung makna menyatukan semua potensi sumberdaya manusia (SDM) dalam lingkungan birokrasi (eksekutif), legislatif, dunia usaha dan masyarakat agar mampu mengelola sumberdaya alam (SDA) secara terarah, didasarkan pada program yang mantap, pelaksanaan yang tepat, serta pengawasan yang ketat sehingga Kemajuan bisa tercapai. b. Masyarakat yang Maju mengandung makna terwujudnya kondisi masyarakat yang berkembang dan berorientasi pada upaya memajukan daerah dengan dilandasi sikap disiplin, bekerja keras, dan gemar membaca/meningkatkan kapasitas dan kapabilitas diri. Kondisi ini akan mengantarkan pada terwujudnya masyarakat yang Sejahtera. c. Sejahtera mengandung arti tercukupinya kebutuhan pokok material dan spiritual bagi masyarakat, yang ditandai dengan meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), yaitu meningkatnya kehidupan perekonomian masyarakat, pelaksanaan pendidikan yang berkeadilan dan derajat kesehatan yang berkualitas, serta didukung oleh kepastian hukum dan penegakan has azasi manusia. Analisis Pengembangan Kawasan III - 4

33 Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir 2. Misi Kabupaten Temanggung Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi. Misi Pemeritah Daerah Kabupaten Temanggung jangka panjang tahun adalah: a. Mewujudkan pemerintahan yang bersendikan pada prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik, kapasitas daerah dan jaringan kerjasama dalam rangka optimalisasi kinerja pelayanan publik dan peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam suasana politik yang demokratis berdasarkan pada penegakan supremasi hukum dan Hak Azasi Manusia (HAM) b. Mewujudkan kondisi sosial dan budaya masyarakat yang bermoral, beretika, berbudaya, beretos kerja, berkemampuan, sehat dan cerdas berbasis pada nilai-nilai luhur bangsa dan beragama dalam rangka pencapaian masyarakat yang sejahtera lahir dan batin. c. Mewujudkan perekonomian daerah yang semakin kuat berbasis pada ekonomi kerakyatan, potensi sektor unggulan daerah, dan cluster usaha tingkat pedesaan dalam rangka meningkatkan daya saing dan kemandirian daerah. d. Mewujudkan ketersediaan dan pemerataan prasarana dan sarana pelayanan dasar dalam rangka peningkatan aksestabilitas dan mobilitas ekonomi dan non-ekonomi, pengembangan kawasan serta pengurangan kesenjangan antar wilayah. e. Mewujudkan pembangunan daerah secara berkelanjutan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan hidup secara lestari berbasis pada partisipasi segenap pemangku kepentingan dan memperhatikan dimensi tata ruang. Misi jangka panjang tersebut diimplementasikan pada setiap periodisasi 5 (lima) tahunan menjadi jangka menengah. Untuk periode tahun misi Pemerintah Kabupaten Temanggung adalah : a. Meningkatkan kualitas iman dan taqwa melalui pembinaan dan pengembangan kehidupan beragama, kerukunan umat beragama, dan fasilitas kehidupan beragama. b. Meningkatkan fasilitas pendidikan, ketrampilan, dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka pengembangan kualitas sumberdaya manusia. c. Meningkatkan kualitas dan keterjangkauan pelayanan kesehatan secara merata. Analisis Pengembangan Kawasan III - 5

34 Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir d. Meningkatkan kualitas pelayanan masyarakat yang bebas korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). e. Pemberdayaan masyarakat dan seluruh potensi ekonomi kerakyatan, bertumpu pada potensi sumberdaya alam dan potensi unggulan daerah menuju pemerataan pertumbuhan ekonomi daerah. f. Meningkatkan kualitas dan pelestarian lingkungan hidup Misi Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Temanggung Guna mewujudkan Visi Pemerintah Kabupaten Temanggung, maka ditetapkan misi oleh Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Temanggung sebagai berikut: a. Mewujudkan sumber daya aparatur yang profesional sesuai kompetensi tugasnya. b. Mewujudkan kesehatan hewan yang optimal dan produk hewani yang aman. c. mewujudkan peningkatan produksi dan produktivitas ternak dan ikan. d. mewujudkan agribisnis peternakan dan perikanan yang berwawasan lingkungan dalam pengelolaan kelembagaan petani yang tangguh STRATEGI PENGEMBANGAN Minapolitan merupakan upaya percepatan pengembangan pembangunan kelautan dan perikanan di sentra-sentra produksi perikanan yang memiliki potensi untuk dikembangkan dalam rangka mendukung Visi dan Misi Kementerian Kelautan dan Perikanan. Pengembangan minapolitan ini hakekatnya mempunyai beberapa tujuan, yaitu : 1) Meningkatkan produksi perikanan, produktivitas usaha, dan meningkatkan kualitas produk perikanan; 2) Meningkatkan pendapatan nelayan, pembudidaya dan pengolah ikan yang adil dan merata; serta 3) Mengembangkan kawasan minapolitan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi di daerah dan sentra-sentra produksi perikanan sebagai penggerak ekonomi rakyat. Program ini mempunyai sasaran pengembangan sebagai berikut : 1) Ekonomi rumah tangga masyarakat kelautan dan perikanan skala kecil makin kuat; Analisis Pengembangan Kawasan III - 6

35 Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir 2) Usaha kelautan dan perikanan kelas menengah ke atas makin bertambah dan berdaya saing tinggi; serta 3) Sektor kelautan dan perikanan menjadi penggerak ekonomi nasional. Dalam mencapai sasaran tersebut maka dilakukan pendekatan pengembangan minapolitan melalui: 1) Ekonomi Perikanan Berbasis Wilayah Mendorong penerapan manajemen hamparan untuk mencapai skala ekonomi, mencegah penyebaran penyakit, meningkatkan efisiensi dalam penggunaan sumber daya, sekaligus mengintegrasikan pemenuhan kebutuhan sarana produksi, proses produksi, pengolahan dan pemasaran hasil dan pengelolaan lingkungan dalam suatu kesisteman yang mapan 2) Kawasan Ekonomi Unggulan Memacu pengembangan komoditas yang memiliki kriteria (i) bernilai ekonomis tinggi, (ii) teknologi tersedia, (iii) permintaan pasar besar, dan (iv) dapat dikembangkan secara massal 3) Sentra Produksi Minapolitan berada dalam kawasan pemasok hasil perikanan (sentra produksi perikanan) yang dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap mata pencaharian dan kesejahteraan masyarakatnya. Seluruh sentra produksi perikanan menerapkan teknologi inovatif dengan kemasan dan mutu terjamin. 4) Unit Usaha Seluruh unit usaha dilakukan dengan menggunakan prinsip bisnis secara profesional dan berkembang dalam suatu kemitraan usaha yang saling memperkuat dan menghidupi 5) Penyuluhan Penguatan kelembagaan dan pengembangan jumlah penyuluh merupakan salah satu syarat mutlak keberhasilan pengembangan minapolitan. Penyuluh akan berperan sebagai fasilitator dan pendamping penerapan teknologi penangkapan dan budidaya ikan serta pengolahan hasil perikanan. Analisis Pengembangan Kawasan III - 7

36 Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir 6) Lintas Sektor Minapolitan dikembangkan dengan dukungan dan kerjasama berbagai instansi terkait untuk mendukung kepastian usaha antara lain terkait dengan sarana dan prasarana pemasaran produk perikanan, tata ruang wilayah, penyediaan air bersih, listrik, akses jalan, dan BBM. Di masa yang akan datang, Suatu kawasan sentra perikanan budidaya yang sudah berkembang harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) Sebagian besar kegiatan masyarakat di kawasan tersebut didominasi oleh kegiatan perikanan budidaya dalam suatu sistem yang utuh dan terintegrasi mulai dari: a) Subsistem minabisnis hulu (up stream minabusiness) yang mencakup: penelitian dan pengembangan, sarana perikanan, pemodalan, dan lain-lain; b) Subsistem usaha perikanan budidaya (on farm minabusiness) yang mencakup usaha: pembenihan ikan, pembesaran ikan dan penyediaan sarana perikanan budidaya; c) Subsistem minabinis hilir (down stream minabusiness) yang meliputi: industriindustri pengolahan dan pemasarannya, termasuk perdagangan untuk kegiatan ekspor, d) Subsistem jasa-jasa penunjang (kegiatan yang menyediakan jasa bagi minabisnis) seperti: perkreditan, asuransi, transportasi, pendidikan, penyuluhan, infrastruktur, dan kebijakan pemerintah. 2) Adanya keterkaitan antara kota dengan desa (urban-rural linkages) yang bersifat timbal balik dan saling membutuhkan, dimana kawasan perikanan budidaya di pedesaan mengembangkan usaha budi daya (on farm) dan produk olahan skala rumah tangga (off farm), sebaliknya kota menyediakan fasilitas untuk berkembangnya usaha budi daya dan minabisnis seperti penyediaan sarana perikanan antara lain: modal, teknologi, informasi, peralatan perikanan dan lain sebagainya; 3) Kegiatan sebagian besar masyarakat di kawasan tersebut didominasi oleh kegiatan perikanan budidaya, termasuk didalamnya usaha industri (pengolahan) produk Analisis Pengembangan Kawasan III - 8

37 Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir perikanan, perdagangan hasil-hasil perikanan (termasuk perdagangan untuk kegiatan ekspor), perdagangan minabisnis hulu (sarana perikanan dan permodalan), minawisata dan jasa pelayanan; 4) Infrastruktur yang ada di kawasan diusahakan tidak jauh berbeda dengan di kota. Suatu wilayah dapat dikembangkan menjadi suatu kawasan perikanan budidaya harus dapat memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1) Memiliki sumber daya lahan dan perairan yang sesuai untuk mengembangkan komoditi perikanan budidaya, yang dapat dipasarkan atau telah mempunyai pasar (selanjutnya disebut komoditi unggulan); 2) Memiliki infrastruktur yang memadai untuk mendukung pengembangan sistem dan usaha perikanan, seperti misalnya: jalan, sarana irigasi/pengairan, sumber air baku, pasar, terminal, jaringan telekomunikasi, fasilitas perbankan, sarana produksi pengolahan hasil perikanan, dan fasilitas umum serta fasilitas sosial lainnya; 3) Memiliki sumber daya manusia yang mau dan berpotensi untuk mengembangkan kawasan perikanan budidaya secara mandiri. Pembangunan kawasan adalah usaha untuk mengembangkan dan meningkatkan hubungan saling ketergantungan dan interaksi antara sistem ekonomi (economic system), masyarakat (social system), dan lingkungan hidup beserta sumber daya alamnya (ecosystem), dimana setiap sistem memiliki tujuannya masing-masing. Secara umum, tujuan dari pengembangan kawasan minapolitan dapat dirumuskan sebagai berikut: 1) Membangun masyarakat pedesaan, beserta sarana dan prasarana yang mendukungnya; 2) Mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan; 3) Mengurangi tingkat kemiskinan melalui peningkatan pendapatan masyarakat; 4) Mendorong pemerataan pertumbuhan dengan mengurangi kesenjangan antar daerah; 5) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan konservasi sumber daya alam untuk kesinambungan pembangunan daerah. 6) Mendorong pemanfaatan ruang desa yang efisien dan berkelanjutan. Analisis Pengembangan Kawasan III - 9

38 Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir BAB 4 Pengembangan Komoditas dan Usaha 4.1. SKALA PRODUKSI Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, diketahui bahwa kegiatan budidaya ikan di Kabupaten Temanggung didominasi oleh beberapa jenis ikan, terutama jenis ikan Nila, Karper dan ikan Lele. Ke tiga jenis ikan tersebut tersebar di seluruh kecamatan di wilayah Kabupaten Temanggung. Lima kecamatan yang pemanfaatan lahan untuk kolam budidaya ikan paling besar adalah Kecamatan Temanggung (17,1355 Ha), Parakan (16,8440 Ha), Kedu (16,2484 Ha), Kecamatan Tembarak (11,8991 Ha) dan Kecamatan Selopampang. Sedangkan Kecamatan Bulu merupakan kecamatan yang mempunyai kawasan budidaya mina padi paling luas (1.268,23 Ha). Kabupaten Temanggung merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang sangat potensial untuk pengembangan kawasan minapolitan. Hal ini antara lain adanya kekuatan sumberdaya air tawar yang cukup melimpah serta produksi benih ikan yang bisa mencukupi kebutuhan. Gambaran luas lahan budidaya saaat ini, baik kolam maupun mina padi disajikan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Pemanfaatan Lahan Budidaya Ikan di Kabupaten Temanggung Kecamatan Luas Kolam Luas Mina Luas Total Jumlah (Ha) Padi (Ha) (Ha) Produksi (Kw) Parakan 16, ,65 271, ,350 Kledung 4, ,95 21, ,940 Bansari 0, ,21 36, ,410 Bulu 5, , , ,790 Temanggung 17, ,78 189, ,240 Tlogomulyo 1, ,65 115, ,890 Tembarak 11, ,67 156, ,980 Selopampang 8, ,68 124, ,740 Kranggan 1,046 24,18 25, ,870 Pringsurat 4, ,08 47, ,230 Kaloran 1, ,92 27, ,150 Pengembangan Komoditas dan Usaha 1 IV-

39 Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir Tabel 4.1. Lanjutan... Kecamatan Luas Kolam Luas Mina Luas Total Jumlah (Ha) Padi (Ha) (Ha) Produksi (Kw) Kandangan 1, ,38 12, ,040 Kedu 16, ,33 237, ,950 Ngadirejo 7, ,29 152, ,100 Jumo 5, ,24 132, ,930 Gemawang 0, ,9 88, ,500 Candiroto 4, ,12 39, ,400 Bejen 0, ,1 88, ,390 Tretep 0,122 5,57 5,692 29,860 Wonoboyo 4, ,92 41, ,340 Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Temanggung yang Diolah Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa luas lahan budidaya di Kabupaten Temanggung masih relatif sempit. Sebagaimana dijelaskan di bab terdahulu, kegiatan budidaya ikan di Kabupaten Temanggung yang dominan adalah 3 (tiga) jenis ikan yaitu : ikan Karper, ikan Nila dan ikan Lele. Sedangkan target produksi budidaya ikan di Kabupaten Temanggung pada tahun 2014 adalah sebesar 2.041,66 ton, terdiri atas ikan Karper, Nila dan Lele (Tabel 4.2). Tabel 4.2. Target Produksi Budidaya Ikan Komoditas Unggulan Tahun No Komoditas Total Produksi Budidaya (Ton) Mas/Karper 1.016, , , , , Nila 425,57 433,36 445,70 459, , Lele 418,15 440,75 457,00 476, ,406 Jumlah 1.860, , , , ,66 Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Temanggung Untuk dapat menghasilkan produksi ikan hasil budidaya tersebut, maka Dinas Peternakan dan Perikanan menargetkan lahan kolam budidaya pada tahun 2014 seluas 119,24 Ha. Pengembangan Komoditas dan Usaha 2 IV-

40 Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir Tabel 4.3. Target Area Perikanan Budidaya Tahun No Komoditas Luas Areal Kolam (Ha) Mas 34,15 34,50 34,80 35,20 35,53 2. Nila 38,70 39,10 39,48 39,80 40,27 3. Lele 28,45 28,75 39,48 29,35 29,81 Jumlah 101,3 102,35 113,76 104,35 105,61 Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Temanggung Apabila menyimak potensi yang ada di Kabupaten Temanggung, target tersebut akan dapat dicapai dengan baik, mengingat potensi lahan budidayanya cukup luas (Tabel 4.4). Tabel 4.4. Potensi Lahan Pengembangan Perikanan Budidaya Tahun No Jenis Budidaya Potensi Areal (Ha) Kolam 488,94 488,94 488,94 488,94 488,94 2. Dana/waduk (KJA) 13,00 13,00 13,00 13,00 13,00 3. Sawah , , , , ,01 Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Temanggung Berdasarkan Tabel di atas terlihat bahwa proyeksi luas lahan budidaya tidak bertambah lagi sejak tahun Apabila telah disetujui dan ditetapkan sebagai Kawasan Minapolitan, maka luas lahan kolam budidaya, khususnya di Kecamatan Parakan sebagai kawasan Minapolitan, diproyeksikan akan terus bertambah sampai luas kolam di atas 200 hektar. Lahan lahan kurang produktif diarahkan untuk dikonversi menjadi kolam budidaya ikan. Skala produksi suatu kegiatan usaha atau industri dapat dilihat berdasarkan luas distribusi output/produk, jumlah tenaga yang terlibat, jumlah modal dan sebagainya. Berdasarkan distribusi produk hasil usaha dapat dikategorikan menjadi 3, yaitu: a. Skala lokal yaitu: produk tersebut hanya untuk memenuhi kebutuhan di daerah sekitarnya. b. Skala regional yaitu; produk tersebut tidak hanya memenuhi daerah sekitar, akan tetapi sudah menjangkau di luar kabupaten maupun provinsi akan tetapi masih di dalam negeri. c. Skala internasional yaitu : produk tersebut telah di ekspor ke luar negeri. Berdasarkan tiga komoditas unggulan yang telah dibudidayakan di Kabupaten Temanggung, dari data yang didapatkan di lapangan, skala produksi usaha budidaya ikan Pengembangan Komoditas dan Usaha 3 IV-

41 Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir pada umumnya masih kategori skala lokal. Saat sekarang di Kabupaten Temanggung masih mendatangkan dari luar daerah untuk memenuhi kebutuhan konsumsi ikan. Selain skala produksi, penggolongan industri juga diperlukan untuk mengetahui posisi industri yang akan dikembangkan di kawasan minapolitan serta kebutuhan apa yang diperlukan untuk mengembangkan komuditas tersebut. Berdasarkan jumlah tenaga kerjanya, industri dapat dibagi menjadi 4 (empat) jenis yaitu: a. Industri rumah tangga, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja kurang dari empat orang. Ciri industri ini memiliki modal yang sangat terbatas, tenaga kerja berasal dari anggota keluarga, dan pemilik atau pengelola industri biasanya kepala rumah tangga itu sendiri atau anggota keluarganya. Misalnya: industri anyaman, industri kerajinan, industri tempe/tahu, dan industri makanan ringan. b. Industri kecil, yaitu industri yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar 5 sampai 19 orang. Ciri industri kecil adalah memiliki modal yang relatif kecil, tenaga kerjanya berasal dari lingkungan sekitar atau masih ada hubungan saudara. Misalnya: industri genteng, industri batu bata, dan industri pengolahan rotan. c. Industri sedang, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja sekitar 20 sampai 99 orang. Ciri industri sedang adalah memiliki modal yang cukup besar, tenaga kerja memiliki ketrampilan tertentu, dan pimpinan perusahaan memiliki kemampuan manajerial tertentu. Misalnya: industri konveksi, industri bordir, dan industri keramik. d. Industri besar, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang. Ciri industri besar adalah memiliki modal besar yang dihimpun secara kolektif dalam bentuk pemilikan saham, tenaga kerja harus memiliki keterampilan khusus, dan pimpinan perusahaan dipilih melalui uji kemampuan dan kelayakan (fit and profer test). Misalnya: industri tekstil, industri mobil, industri besi baja, dan industri pesawat terbang. Berdasarkan jumlah tenaga kerjanya, saat sekarang usaha budidaya ikan di Kabupaten Temanggung sebagian besar masih masuk dalam kategori skala rumah tangga. Pada masa yang akan datang, komoditas unggulan yang direncanakan untuk dikembangkan di kawasan minapolitan dapat ditingkatkan menjadi industri kecil, artinya disamping memperkerjakan anggota keluarga, juga mampu merekrut tenaga kerja dari luar keluarga, yang berjumlah sekitar 5 sampai 19 orang. Pengembangan Komoditas dan Usaha 4 IV-

42 Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir Tabel 4.5. Skala dan Kelompok Usaha Tiga Komuditas Unggulan di Kabupaten Temanggung Saat Sekarang No Komuditas Unggulan Skala Kelompok Industri Jenis usaha 1 Ikan Karper Lokal Rumah tangga Budidaya 2 Ikan Nila Lokal Rumah tangga Budidaya dan pembibitan 3 Ikan Lele Lokal Rumah tangga Budidaya dan pembibitan 4.2. RANTAI DAN PELAKU BISNIS Distribusi atau rantai pemasaran menurut Stanton (1995), merupakan struktur saluran yang didayagunakan untuk mentransfer produk dan jasa dari perusahaan ke pasar, termasuk di dalamnya struktur eceran dan grosir serta saluran-saluran yang dipergunakan untuk membawa produk ke pasar. Sedangkan pusat distribusi merupakan pusat pergudangan yang besar yang melaksanakan strategi lokasi persediaan barang dari perusahaan. Berdasarkan hasil observasi lapang diperoleh gambaran bahwa distribusi produk hasil budidaya ikan di Kabupaten Temanggung secara garis besar adalah sebagai berikut. 1. Penyaluran langsung Distribusi produk perikanan tidak menggunakan pedagang perantara. Produsen langsung menjual produksinya ke konsumen. 2. Penyaluran semi langsung Distribusi produk perikanan dari produsen menyalurkan hasil produksinya ke pedagang eceran kemudian ke konsumen. Gambaran secara keselurahan tentang distribusi dan jalur pemasaran produk budidaya ikan di Kabupaten Temanggung disajikan pada Gambar 4.1. Pengembangan Komoditas dan Usaha 5 IV-

43 Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir PEMBUDIDAYA KONSUMEN AKHIR BAKUL LOKAL PENGOLAH BAKUL PENGECER BAKUL PENGECER KONSUMEN AKHIR KONSUMEN AKHIR Gambar 4.1. Distribudi dan Jalur Pemasaran Produk Budidaya Ikan di Kab. Temanggung 4.3. TEKNOLOGI Teknologi budidaya ikan yang digunakan adalah teknologi budidaya yang ramah lingkungan. Salah satu indikator penting teknologi yang ramah lingkungan adalah tidak digunakannya bahan-bahan kimia yang dapat mencemari lingkungan, baik dari bahan pembuat sarana produksi, peralatan, pakan yang diberikan, pupuk serta obat-obatan. Ikan yang akan dibudidayakan (kultivan) terutama adalah ikan Nila, Karper dan Lele. Teknologi yang digunakan adalah monokultur dan minapadi. Minapadi terutama diaplikasikan untuk ikan Karper dan Nila. Pengembangan Komoditas dan Usaha 6 IV-

44 BAB V ANALISIS PENGEMBANGAN WILAYAH BERBASIS PERIKANAN Analisis Pengembangan Kawasan V- 1

45 BAB 5 Pengembangan Kawasan 5.1. KONDISI FISIK Topografi Permukaan wilayah Kabupaten Temanggung termasuk dataran tinggi. Pola topografi wilayah secara umum mirip sebuah cekungan raksasa yang terbuka di bagian Tenggara, di bagian Selatan dan Barat, dibatasi oleh 2 buah gunung yaitu Gunung Sumbung (3.340 m dpl) dan Gunung Sindoro (3.115 m dpl). Di bagian Utara dibatasi oleh sebuah perbukitan yang membujur dari Timur Laut kearah Tenggara. Berdasarkan topografi semacam itu, wilayah Kabupaten Temanggung memililki permukaan yang sangat beragam ditinjau dari ketinggian dan luas wilayah/kawasan. Sebagian wilayah Kabupaten berada pada ketinggian 500 m m (24,3 %). Luasan areal ini merupakan daerah lereng Gunung Sindoro dan Sumbing yang terhampar dari sisi Selatan, Barat sampai dengan Utara. Karakteristik topografi terkait dengan ketinggian tempat. Wilayah Kabupaten Temanggung terbagi kedalam 5 kelas ketinggian yaitu meter dpl, meter dpl, meter dpl, meter dpl, dan meter dpl. Tabel 5.1. Luas Wilayah Berdasarkan Ketinggian dari Permukaan Laut (Ha) Klasifikasi (m dpl) Jumlah Luas No Kecamatan Wilayah (ha) 1. Parakan Bulu Temanggung Tembarak Pringsurat Kaloran Kandangan Kedu Jumo Ngadirejo Candiroto Tretep Jumlah Sumber : Temanggung Dalam Angka 2010 Analisis Pengembangan Kawasan V- 2

46 Sedangkan untuk kemiringan lahan, dibedakan menjadi 4 kelas kemiringan yaitu datar (0-2%) dengan luas 968 ha (1,17%), bergelombang (2-15%) dengan luas ha (39,31%), curam (15-40%) dengan luas ha (37,88%) dan kemiringan sangat curam (>40%) dengan luas ha (21,64%). Dijelaskan dalam RTRW bahwa wilayah Kabupaten Temanggung pada umumnya bergelombang - terjal dan sebagian kecil datar landai. Identifikasi bentuk lahan di wilayah Kabupaten Temanggung dapat dibedakan menjadi 9 (sembilan) daerah bentuk lahan yaitu: 1) Punggung Bukit sangat curam di atas vulkan Basa yang mempunyai kemiringan lereng 41-60% dengan relief berkisar m. 2) Bukit yang agak curam di atas vulkan basa dengan kemiringan lereng 16-25% relief m. 3) Lereng Lahan yang tertoreh agak curam mempunyai kemiringan lereng 16 25% dengan relief 2 50 m. 4) Gunung berapi strato muda basa/sedang dengan relief 41-60% dengan relief > 300m. 5) Aliran lava basa/sedang yang agak tertoreh pada daerah dataran tinggi dengan kemiringan lereng % Relief m. 6) Aliran Lava basa/ sedang yang agak tertoreh pada daerah dataran tinggi dengan kemiringan lereng % Relief m. 7) Bukit rendah yang membulat di atas napal dan batu liat dengan relief % relief m. 8) Punggung bukit asimetrik yang tertoreh melebar di atas batu pasir dan batuan lumpur mempunyai kemiringan lereng >60% dengan relief >300m 9) Lereng lahar yang landai dengan bukit kecil basalt yang membulat dengan kemiringan lereng 9-15 % dan relief 2 10 m Struktur Geologi Bentuk Kabupaten Temanggung secara makro merupakan cekungan atau depresi, artinya rendah di bagian tengah, sedangkan sekelilingnya berbentuk pegunungan, bukit atau gunung. Oleh karena itu, geologi Kabupaten Temanggung tersusun dari batuan beku, yaitu sedimen dari piroklastik gunung api Sindoro-Sumbing dan sekitarnya. Piroklastik ini ukurannya bervariasi antara blek, gragal, kerikil, pasir debu, dan lempung sebagai akibat dari muntahan materi piroklastik gunung api yang mengendap kemudian membentuk daerah alluvial atau sedimen sehingga terjadi berlapis, dan butiran besar terletak di bawah. Analisis Pengembangan Kawasan V- 3

47 Lapisan atas mudah sekai dipengaruhi oleh tenaga eksogen dan mampu menyerap atau menahan air. Morfologi Kabupaten Temanggung pada dasarnya dibedakan menjadi dataran rendah dan dataran tinggi. Dataran rendah dibentuk oleh sedimen atau alluvial, sedang dataran tinggi dibentuk oleh pegunungan perbukitan yang keadaannya bergelombang Hidrologi Berdasarkan RTRW dijelaskan tentang kondisi hidrologi di wilayah Kabupaten Temanggung yang diuraikan berdasarkan identifikasi sungai dan Satuan wilayah Sungai (SWS). Sungai yang melintas di Kabupaten Temanggung antara lain Kali Trocoh, Kali Progo, Kali Murung, dan Kali Klegung. Sungai-sungai pada wilayah ini tergabung dalam 2 SWS yaitu SWS Jratunseluna dan SWS Progo Opak Oyo. Gambar 5.1. Daerah Aliran Sungai dan arah aliran sungai (Sumber gambar: draft RTRW ) Analisis Pengembangan Kawasan V- 4

48 Dijelaskan lebih lanjut bahwa kondisi hidrologi terbentuk oleh masing-masing formasi batuan mempunyai karakteristik dan ciri fisik tersendiri terhadap kemampuan penyimpanan air tanah, tergantung pada sistem ruang antar butir, celah, rekahan, ataupun struktur sekunder lainnya. Umumnya sebaran batuan yang muda dan belum terkonsolidasi batuan vulkanologi gunung api. Berdasarkan ciri litologi, fasies dan lingkungan pengendapan dan batuan muda yang tersingkap di daerah Temanggung, maka dapat diidentifikasi ada cekungan cukup baik mengandung dan mengalirkan air tanah salah satunya adanya tumpukan guguran lava jenis air tanah potensial yaitu Cekungan Magelang-Temanggung. Cekungan Magelang-Temanggung mendapat imbuhan yang cukup penting dari bagian pegunungan di barat dan utara yaitu Gunung Sindoro dan Sumbing. Cekungan ini dilalui oleh sungai-sungi kecil yang bermuara dan membentuk sungai inti yang merupakan satuan DAS Bodri dan DAS lainnya. Sumber air yang ada di wilayah Kabupaten Temanggung meliputi dua macam sumber air yaitu sungai dan sumber air dangkal atau mata air. Jumlah masing-masing sumber air tersebut sebagai berikut (RTRW ): 1. Sungai, terdapat di Kabupaten Temanggung merupakan hulu sungai atau Daerah Aliran Sungai diantaranya yang cukup besar adalah DAS Bodri. 2. Mata air, di tinjau dari kondisi geologi, Kabupaten Temanggung cukup potensial mata air, terurama di bagian Barat (sekitar lereng Gunung Sindoro dan Sumbing serta Ungaran yaitu Kecamatan yang berbatasan langsung seperti Kecamatan Kledung, Tretep, Bejen, Wonoboyo, Selopampang, Banasari, Ngadirejo dan Pringsurat). Berdasarkan hasil data survei tahun 2008, wilayah Kabupaten Temanggung memiliki sumber mata air yang cukup banyak. Masing masing mata air tersebut tersebar di seluruh kecamatan Jenis Tanah Secara umum, jenis tanah di Kabupaten Temanggung, dan sebarannya adalah sebagai berikut: 1) Latosal Coklat seluas ,47 ha (32,13%) membentang di tengah-tengah wilayah Kabupaten Temanggung dari arah Barat laut ke Tenggara; Analisis Pengembangan Kawasan V- 5

49 2) Latosal Coklat-kemerahan seluas 7.879,93 ha (9.53%) membentang di bagian Timur ke Tenggara; 3) Latosal Merah-kekuningan seluas ,08 ha (35,33%) membentang di bagian Timur dan Barat; 4) Regosol seluas ,97 ha (20,14%) membentang sebagian di sekitar Sungai Progo dan lereng-lereng terjal; 5) Andosol seluas 2.149,55 ha (2,60%) membentang di aluvial antar bukit. Gambar 5.3. Irigasi dan Bendung di Kabupaten Temanggung ( sumber: draft RTRW ) Penggunaan Lahan Penggunaan lahan di Kabupaten Temanggung adalah untuk sawah seluas ha dan bukan sawah seluas ha. Sawah sendiri terbagi menjadi sawah irigasi seluas ha dan sawah tadah hujan seluas 941 ha, bangunan seluas ha, tegalan/huma seluas Analisis Pengembangan Kawasan V- 6

50 ha, kolam/empang seluas 31 ha, hutan Negara/rakyat seluas ha, perkebunan Negara /swasta seluas ha dan untuk lahan lainnya seluas ha. Tabel 5.2. Luas Penggunaan Lahan Menurut Kecamatan (Ha) di Kabupaten Temanggung Tahun 2009 Kecamatan Lahan Sawah Bukan Lahan Sawah Jumlah Prosentase Parakan ,55 Kledung ,70 Bansari ,59 Bulu ,94 Temanggung ,84 Tlogomulyo ,85 Tembarak ,08 Selopampang ,99 Kranggan ,62 Pringsurat ,58 Kaloran ,34 Kandangan ,00 Kedu ,02 Ngadirejo ,12 Jumo ,37 Gemawang ,71 Candiroto ,88 Bejen ,91 Tretep ,86 Wonoboyo ,05 Jumlah ,00 Sumber : Badan Pusat Statisitik Kabupaten Temanggung Sedangkan jenis sawah berdasarkan jenis pengairannya dapat dibedakan menjadi sawah dengan irigasi teknis, setengah teknis, pengariran sederhana dari PU, pengariran sederhana non PU dan sawah tadah hujan (Tabel 5.3). Lahan sawah merupakan salah satu potensi untuk pengembanganan budidaya ikan menggunakan sistem mina padi, tanpa harus merubah dan mengganggu peruntukan lahan lain, khususnya sawah yang menggunakan irigasi teknis dan semi teknis. Pada kondisi geografi yang bergelombang seperti Kabupaten Temanggung, serta ketersediaan sumber air yang masih cukup melimpah, lahan sawah dengan irigasi sederhana juga masih memungkinkan untuk pengembangan budidaya ikan sistem mina padi. Analisis Pengembangan Kawasan V- 7

51 Tabel 5.3. Luas Penggunaan Lahan Sawah Menurut Jenis Pengairan per Kecamatan (Ha) di Kecamatan Kabupaten Temanggung Tahun 2009 Pengairan Teknis Pengairan Setengah Teknis Pengairan Sederhana PU Pengairan Sederhana Non PU Tadah Hujan Jumlah Parakan Kledung Bansari Bulu Temanggung Tlogomulyo Tembarak Selopampang Kranggan Pringsurat Kaloran Kandangan Kedu Ngadirejo Jumo Gemawang Candiroto Bejen Tretep Wonoboyo Jumlah Sumber : Badan Pusat Statisitik Kabupaten Temanggung Penggunaan lahan bukan sawah didominasi oleh lahan yang digunakan untuk perkebunan dan lahan untuk bangunan (Tabel 5.4). Sedangkan penggunaan lahan untuk empang atau kolam sangat kecil, yakni hanya sekitar 31 Ha. Analisis Pengembangan Kawasan V- 8

52 Tabel 5.4. Luas Penggunaan Lahan Bukan Sawah Menurut Kecamatan (Ha) dan Jenisnya Kecamatan di Kabupaten Temanggung Tahun 2009 Lahan Untuk Bangunan Tegal/ Huma Kolam/ Empang Hutan Negara/ Rakyat Perkebunan Negara/ Swasta Lainnya Jumlah Parakan Kledung Bansari Bulu Temanggung Tlogomulyo Tembarak Selopampang Kranggan Pringsurat Kaloran Kandangan Kedu Ngadirejo Jumo Gemawang Bejen Tretep Wonoboyo Jumlah Sumber : Badan Pusat Statisitik Kabupaten Temanggung 5.2. STRUKTUR RUANG Struktur ruang wilayah diwujudkan berdasarkan arahan pengembangan sistem pusat permukiman perdesaan, sistem pusat permukiman perkotaan serta sistem prasarana wilayah. Struktur ruang merupakan suatu sistem yang menggambarkan karakter pemanfaatan ruang yang terdiri dari strata pusat-pusat pelayanan serta hierarki pusat yang terkait dengan pola transportasi dan sistem prasarana wilayah lainnya dalam ruang wilayah daerah. Dalam kontek pengembangan kawasan perikanan (minapolitan) maka harus menserasikan dengan arahan pemanfaatan ruang sebagaimana tertuang dalam RTRW Rencana Sistem Perkotaan Perikanan Kawasan sentra perikanan budidaya (minapolitan) merupakan kota perikanan yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha minabisnis serta mampu melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan perikanan di wilayah sekitarnya. Analisis Pengembangan Kawasan V- 9

53 Kawasan perkotaan sebagaimana dijelaskan dalam draft RTRW , merupakan wilayah yang mempunyai kegiatan utama dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Kabupaten Temanggung secara alamiah mempunyai beberapa wilayah sebagai pusat-pusat pertumbuhan dimana masing-masing memiliki tingkat pelayanan tersendiri yang didukung dengan keberadaan kawasan hinterland. Perbedaan tingkat pelayanan tersebut dilihat dari aspek jumlah penduduk, ketersediaan fasilitas, aktifitas ekonomi, serta aspek lainnya. Gambar 5.3. Rencana Struktur Pemanfaatan Ruang Pengembangan Perikanan Kabupaten Temanggung (Sumber Gambar: Draft RTRW Kab. Temanggung tahun ) Secara umum struktur kota digunakan untuk mengetahui sistem perkotaan pada wilayah yang lebih luas (kabupaten). Struktur kota dapat dilihat dari perkembangan suatu daerah yang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal digunakan untuk mengetahui hubungan fungsional antar kota, dan faktor internal digunakan untuk Analisis Pengembangan Kawasan V- 10

54 mengetahui struktur keruangan kota itu sendiri. Hal ini berguna untuk mengintegrasikan kota dalam wilayah yang lebih luas. Pola perkembangan kota lebih banyak dipengaruhi oleh perkembangan penduduk, perkembangan prasarana, kondisi relief, dan aksesibilitas yang mempengaruhi pergerakan barang atau orang. Untuk daerah yang landai dengan aksesibilitas tinggi seperti Pringsurat, Kranggan, Temanggung, Kedu, Parakan cepat berkembang.rencana sistem perkotaan Kabupaten Temanggung berdasarkan Draft RTRW Kab. Temanggung sebagai berikut: a. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) di Kabupaten Temanggung meliputi kawasan perkotaan Temanggung dan Parakan. PKL berfungsi sebagai pusat pelayanan umum, pusat perdagangan dan jasa maupun koleksi dan distribusi hasil-hasil bumi dari kecamatankecamatan yang menjadi wilayah pengaruhnya. Untuk mendukung fungsi tersebut maka fasilitas yang harus ada adalah fasilitas pelayanan umum serta perdagangan dan jasa skala kecamatan dan ditunjang oleh sarana dan prasarana transportasi yang memadai. Kota PKL direncanakan memiliki skala pelayanan satu wilayah kabupaten. Jenis fasilitas dan prasarana yang dilokasikan di kawasan perkotaan ini dirancang untuk memiliki pelayanan Kabupaten. b. Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) di Kabupaten Temanggung adalah kawasan Ngadirejo dan Kranggan. Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) merupakan kawasan perkotaan yang dalam jangka waktu tertentu akan diusulkan menjadi Pusat Kegiatan Lokal (PKL). c. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) di Kabupaten Temanggung adalah kawasan Perkotaan Pringsurat, Kedu, Kandangan, Kledung, Bulu, Candiroto, Selopampang, Bejen, Jumo, Tlogomulyo, Tembarak, Kaloran, Gemawang, Wonoboyo, Bansari dan Tretep. Kawasan Perkotaan yang akan dikembangkan menjadi PPK adalah kota-kota ibukota kecamatan yang memiliki skala kecamatan dan beberapa desa. Kota-kota ini merupakan pusat pemerintahan, aktifitas sosial, serta kegiatan perekonomian di tingkat lokal (kecamatan). Analisis Pengembangan Kawasan V- 11

55 Rencana Sistem Pedesaan Permukiman perdesaan pada dasarnya dapat dianalogikan dengan terminologi wilayah belakang (hinterland) pada konsep pusat-wilayah belakang (center-hinterland). Pusat adalah kawasan perkotaan yang dicirikan oleh dominasi kegiatan non-pertanian, baik dalam aktivitas ekonomi maupun sosial. Sedangkan hinterland adalah kawasan di luar kawasan perkotaan. Kawasan yang berada di luar kawasan perkotaan tersebut, tentunya adalah kawasan perdesaan, di mana kegiatan pertanian sangat dominan. Sesuai dengan arahan yang tertuang di dalam RTRW, sistem permukiman perdesaan dikembangkan sebagai pusat kegiatan kawasan perdesaan atau hinterland. Dengan demikian, dalam konteks Jawa Tengah pengembangan sistem permukiman perdesaan dapat diarahkan kepada hal-hal sebagai berikut: a. Permukiman perdesaan akan menjadi penyeimbang pertumbuhan pusat dan wilayah belakang, sehingga tidak terjadi kesenjangan yang semakin melebar antara perdesaan dan perkotaan. b. Permukiman perdesaan diarahkan sebagai media transformasi fungsi perkotaan kepada kawasan perdesaan. c. Permukiman perdesaan menjadi pusat distribusi dan koleksi (pengumpulan) sumberdaya yang diperlukan bagi pengembangan wilayah perdesaan. Sebagian besar wilayah Kabupaten Temanggung adalah perdesaan, sehingga wajib untuk membuat perencanaan perdesaan. Daerah perdesaan merupakan penghasil sumberdaya. Sebagian besar penduduk Kabupaten Temanggung bermukim pada wilayah perdesaan. Jadi membangun perdesaan merupakan membangun masyarakat pada umumnya. Pembangunan perdesaan umumnya dipengaruhi faktor fisik. Rencana kawasan pedesaan meliputi kawasan: a. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) meliputi kawasan Perdesaan Kebumen di Kecamatan Pringsurat, Desa Kebonsari di Kecamatan Wonoboyo, Desa Gentan di Kecamatan Kranggan dan Desa Malebo di Kecamatan Kandangan. PPL adalah Desa dengan dengan pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan antar desa. PPL berfungsi sebagai pusat pelayanan umum serta perdagangan dan jasa. Fasilitas yang harus ada diantaranya adalah fasilitas pendidikan, kesehatan, peribadatan Analisis Pengembangan Kawasan V- 12

56 maupun perdagangan dan jasa skala kecamatan. Jenis fasilitas dan prasarana yang dilokasikan di kawasan pusat pelayanan lingkungan ini dirancang untuk memiliki skala pelayanan beberapa desa atau satu wilayah kecamatan. b. Kawasan Agropolitan meliputi Kecamatan Kledung, Pringsurat, Gemawang dan Selopampang 5.3. POLA PEMANFAATAN RUANG Rencana pola pemanfaatan ruang Kabupaten Temanggung seperti tertuang dalam draft RTRW tahun dibedakan atas ruang-ruang yang berfungsi sebagai kawasan lindung dan kawasan budidaya Kawasan Lindung Pengelolaan kawasan lindung dilakukan untuk melestarikan kawasan-kawasan yang berfungsi lindung, dengan sasaran untuk : 1) Meningkatkan fungsi lindung terhadap tanah, air, iklim, tumbuhan dan satwa, serta nilai sejarah dan budaya. 2) Mempertahankan keanekaragaman hayati meliputi tumbuhan, satwa, tipe ekosistem, dan keunikan alam. Kawasan Lindung meliputi (1) Kawasan Hutan Lindung (2) kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan di bawahnya, (3) kawasan perlindungan setempat, (4) Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya (5) kawasan rawan bencana alam dan (6) kawasan lindung geologi. Sasaran utama pengaturan dan penataan kawasan lindung untuk menjaga, memelihara, dan meningkatkan fungsi lindung atas tanah, air, iklim, tumbuhan dan satwa serta nilai sejarah dan budaya bangsa, mempertahankan keanekaragaman tumbuhan, satwa, tipe ekosistem dan keunikan alam, serta menjaga, melestarikan dan memanfaatkan sumberdaya alam dan buatan untuk memajukan kebudayaan nasional. Analisis Pengembangan Kawasan V- 13

57 Kawasan Yang Memberi Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya 1. Kawasan Hutan Lindung a. Potensi dan Manfaat Kawasan hutan lindung adalah kawasan hutan yang memiliki sifat khas mampu memberikan perlindungan kepada kawasan sekitar maupun bawahannya sebagai pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta pemeliharaan kesuburan tanah. Kawasan hutan lindung sepenuhnya diperuntukkan bagi konservasi hidrologis. Kawasan lain di luar kawasan hutan dimungkinkan sebagai kawasan lindung asalkan memenuhi kriteria yang dimaksud. Luasan kawasan hutan lindung sebesar (tiga ribu dua ratus delapan puluh dua) hektar. Persebaran kawasan lindung pada 10 kecamatan yang sebagian besar berada pada lereng Gunung Sumbing dan Sindoro yaitu: a. Kecamatan Tretep; b. Kecamatan Wonoboyo; c. Kecamatan Candiroto; d. Kecamatan Ngadirejo; e. Kecamatan Bansari; f. Kecamatan Kledung; g. Kecamatan Bulu; h. Kecamatan Tlogomulyo; i. Kecamatan Tembarak; dan j. Kecamatan Selopampang. b. Arahan Pengelolaan Pengelolaan kawasan hutan lindung tidak diarahkan untuk pemanfaatan budidaya. Arahan tersebut meliputi : 1) Kegiatan yang ada di kawasan hutan lindung yang tidak menjamin fungsi lindung, secara bertahap dikembalikan pada fungsi utama kawasan. 2) Kegiatan perindustrian, kegiatan penambangan golongan C, dan atau kegiatan lain yang bersifat membuka lahan/hutan tidak diperkenankan. Analisis Pengembangan Kawasan V- 14

58 2. Kawasan Resapan Air a. Potensi dan Manfaat Kawasan resapan air diperuntukkan bagi kegiatan pemanfaatan tanah yang dapat menjaga kelestarian ketersediaan air bagi daerah bawahannya. Berdasarkan kriteria yang ada, seluruh wilayah Kabupaten Temanggung termasuk kawasan resapan air, namun demikian terdapat tiga kawasan yang perlu dijaga kelestariannya yaitu kawasan Sindoro dan Sumbing yang kondisinya relatif kritis serta cekungan Kledung. Kawasan resapan air di Kabupaten Temanggung memililki luas kurang lebih (dua puluh dua ribu dua ratus lima belas) hektar b. Arahan Arahan pengelolaan Kawasan Resapan Air meliputi: 1. Kegiatan atau hal-hal yang bersifat menghalangi masuknya air hujan ke dalam tanah diminimalkan, bahkan ditiadakan; 2. Kegiatan budidaya yang diperbolehkan adalah kegiatan yang tidak mengurangi fungsi lindung kawasan; 3. Kegiatan yang diperbolehkan dilaksanakan di kawasan resapan air adalah pertanian tanaman semusim dan atau tanaman tahunan yang disertai tindakan konservasi; dan Kawasan resapan air dapat dimanfaatkan untuk kegiatan agrowisata, termasuk didalamnya adalah minawisata Kawasan Perlindungan Setempat 1. Sempadan Sungai Dan Saluran Irigasi a. Potensi dan Manfaat Kawasan sempadan sungai merupakan kawasan sepanjang kiri kanan sungai termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Tujuan perlindungan kawasan sempadan sungai adalah melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir sungai dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai. Analisis Pengembangan Kawasan V- 15

59 Sempadan sungai direncakan meliputi: Sungai Progo beserta anak sungainya; Sungai Logung beserta anak sungainya; Sungai Lutut beserta anak sungainya; dan Sungai Putih beserta anak sungainya; b. Arahan Pengelolaan Guna memberikan perlindungan sungai dengan optimal maka arahan pemanfaatan kawasan sempadan sungai ditetapkan sebagai berikut : 1) Dilarang mendirikan bangunan pada kawasan sempadan sungai; 2) Dilarang melakukan kegiatan yang secara sengaja dan jelas menghambat arah dan intensitas aliran air sama sekali tidak diperbolehkan; 3) Diperbolehkan bagi kegiatan pertanian dengan jenis tanaman yang diijinkankan pada kawasan sempadan sungai; 4) Diperbolehkan bagi kegiatan yang tidak memanfaatkan lahan secara luas; 5) Diperbolehkan melakukan kegiatan yang dapat memperkuat fungsi perlindungan kawasan sempadan sungai dan tidak mengubah fungsi kegiatannya di masa mendatang. Pengendalian sungai perlu dilakukan sebagai upaya untuk mencegah dan menanggulangi terjadinya kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh banjir, pencemaran, kekeringan, erosi, dan sedimentasi. Pengendalian kegiatan yang ada disekitar sungai dengan memanfaatkan lahan di daerah manfaat sungai dapat diperuntukan bagi kegiatan tertentu sebagai berikut : 1) Kegiatan budidaya pertanian dengan jenis tanaman yang diizinkan; namun lebih diutamakan dilakukan penanaman tumbuhan/ pepohonan berakar dalam guna mencegah terjadinya longsor; 2) Untuk pemasangan papan reklame, papan penyuluhan dan peringatan, ramburambu pekerjaan/pengamanan, serta sarana bantu navigasi pelayaran; 3) Untuk pemasangan rentang kabel listrik, kabel telepon, dan pipa air minum; 4) Untuk pemancangan tiang atau pondasi prasarana jalan/jembatan umum; Analisis Pengembangan Kawasan V- 16

60 5) Untuk pembangunan prasarana lalu lintas air dan bangunan pengambilan dan pembuangan air; 6) Untuk menyelenggarakan kegiatan bagi masyarakat yang tidak menimbulkan dampak merugikan bagi kelestarian dan fungsi sungai (dapat digunakan untuk olah raga, rekreasi, parkir dan lain-lain); 7) Untuk pemanfaatan lain yang diatur melalui peraturan daerah sesuai dengan kondisi sungai dan kondisi daerah, serta tetap mempertimbangkan kelestarian dan fungsi sungai. Sedangkan pemanfaatan badan air sungai dapat diperuntukan bagi kegiatan tertentu sebagai berikut: 1) prasarana angkutan air; 2) sarana kegiatan pariwisata; 3) olah raga air; 4) perikanan; 5) pembangkit listrik tenaga air (jika memungkinkan); 6) penambangan bahan galian (dengan batasan tertentu, dalam arti kegiatan yang dilakukan tidak mengganggu ekosistem sungai, kelestarian sungai dan kualitas air sungai); 7) Kegiatan budaya dan keagamaan. Penentuan Garis Sempadan jaringan irigasi untuk pagar diukur dari sisi atau tepi saluran yang tidak bertanggul atau kaki tanggul sebelah luar saluran / bangunan irigasi atau pembuangan dengan jarak. Sempadan saluran irigasi meliputi 579 (lima ratus tujuh puluh sembilan) Daerah Irigasi yang terdapat di Kabupaten Temanggung Kawasan Sekitar Mata Air Kawasan lindung sekitar mata air merupakan kawasan di sekeliling mata air yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi mata air. Tujuan perlindungan kawasan adalah mempertahankan dan melestarikan sumber mata air dari berkurangnya kualitas dan kuantitas debit air. Analisis Pengembangan Kawasan V- 17

61 Perlindungan terhadap kawasan sekitar mata air memiliki kriteria sekurang-kurangnya dengan jari-jari 200 m di sekitar mata air. Pada wilayah Temanggung terdapat 141 sumber mata air yang tersebar di 20 kecamatan KAWASAN BUDIDAYA Kawasan budidaya didefinisikan sebagai bagian wilayah yang secara langsung digunakan atau diambil manfaatnya untuk memenuhi kebutuhan manusia. Pengelolaan kawasan budidaya bertujuan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna sumberdaya serta untuk menghindari konflik pemanfaatan ruang dan kelestarian lingkungan hidup. Sedangkan sasaran yang diinginkan dari pengelolaan kawasan budidaya adalah: 1) Terselenggaranya pemanfaatan ruang dan sumberdaya alam untuk kesejahteraan masyarakat dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan. 2) Terhindarinya konflik pemanfaatan sumberdaya dengan pengertian pemanfaatan ruang yang berdasarkan pada prioritas pemanfaatan bagi kegiatan yang memberikan keuntungan terbesar pada masyarakat. Alokasi pemanfaatan ruang untuk pengembangan kegiatan budidaya dilakukan dengan memperhatikan berbagai aspek. Untuk mencapai tujuan pemanfaatan ruang yang optimal maka alokasi pemanfaatan ruang memperhatikan asas kelestarian, kesesuaian dan kemanfaatan. Asas kelestarian dimaksudkan agar pemanfaatan ruang tidak mengurangi nilai manfaat di masa yang akan datang dengan memberikan perlindungan terhadap kualitas ruang. Asas kesesuaian bertujuan untuk memanfaatkan ruang sesuai dengan potensi yang dikandungnya sedangkan asas kemanfaatan ditujukan agar nilai manfaat ruang dapat memberikan dampak bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat secara optimal. Kesesuaian kawasan untuk kegiatan budidaya, selain berdasar atas perhitungan skor kesesuaian lahan seperti pada kawasan fungsi lindung dan penyangga, secara lebih rinci juga dilakukan identifikasi faktor-faktor fisik kawasan untuk kesesuaian fungsi kegiatan tertentu. Kawasan budidaya merupakan kawasan yang disediakan untuk berbagai kegiatan pembangunan Kawasan Tanaman Pangan Analisis Pengembangan Kawasan V- 18

62 Kawasan tanaman pangan terbagi menjadi kawasan pertanian lahan berirrigasi dan kawasan pertanian tidak berirrigasi. 1. Kawasan Pertanian Lahan Beririgasi a. Potensi dan Manfaat Merupakan kawasan pertanian lahan basah/beririgasi merupakan kawasan pertanian yang tersedia air secara terus menerus sepanjang tahun dan cocok untuk komoditas tanaman padi dengan ciri pengolahan tanah sawah. Kawasan ini digunakan tidak hanya sebagai lahan produksi tetapi juga digunakan sebagai daerah resapan air. Lahan beririgasi di Kabupaten Temanggung mempunyai luas kurang lebih (sembilan belas ribu enam ratus sembilan puluh tiga) hektar yang berada diseluruh wilayah kecamatan di Kabupaten Temanggung. b. Arahan Pengelolaan Arahan pengelolaan Kawasan Pertanian Lahan Basah adalah : 1) Kawasan pertanian lahan basah (sawah) diarahkan untuk budidaya tanaman pangan; 2) Mempertahankan lahan basah (sawah) yang beririgasi teknis untuk mendukung program ketahanan pangan nasional; 3) Pertanian lahan basah ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan dan cadangan lahan pertanian pangan berkelanjutan; 4) Pengaturan debit air irigasi sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan air; 5) Pengelolaan pertanian lahan basah harus memperhatikan kaidah pelestarian dan ramah lingkungan; 6) Pemeliharaan sumber air untuk menjaga kelangsungan irigasi; dan 7) Pada lereng dengan kemiringan lebih dari 8 % (delapan persen), perlu memperhatikan pengelolaan teknis budidaya padi sawah. 2. Kawasan Pertanian Lahan Bukan Irigasi Analisis Pengembangan Kawasan V- 19

63 a. Potensi dan Manfaat Merupakan Kawasan pertanian lahan kering yang kawasan yang fungsi utamanya diperuntukkan tidak hanya kegiatan pertanian diluar/selain sawah karena didukung oleh kondisi dan topografi tanah yang memadai dan sumber utama pengairannya berasal dari air hujan. Lahan bukan irigasi memiliki luas luas kurang lebih 940 (sembilan ratus empat puluh) hektar b. Arahan Pengelolaan Lahan peruntukan pertanian tanaman pangan diarahkan menjadi lahan pertanian pangan berkelanjutan dengan luas (dua puluh ribu enam ratus tiga puluh) hektar. Untuk mendukung pengembangan pertanian lahan kering supaya dapat lebih maju dilakukan dengan: 1) Peningkatan pengolahan lahan dengan menggunakan teknologi yang sesuai; 2) Mempertahankan tanaman yang telah ada dan memiliki daya saing tinggi; 3) Penambahan sarana dan prasarana pendukung pengolahan hasil-hasil pertanian; dan 4) Penggunaan teknologi tepat guna dan memperhatikan kaidah pelestarian dan ramah lingkungan serta melakukan kerjasama dengan pihak investor luar. 5) Kawasan ini merupakan kawasan yang boleh dialihfungsikan untuk kawasan terbangun, sebagai cadangan lahan dengan berbagai fungsi, sejauh sesuai dengan rencana rinci tata ruang; Kawasan Pertanian Hortikultura 1. Potensi dan Manfaat Kawasan budidaya hortikultura adalah kawasan lahan kering potensial untuk pemanfaatan dan pengembangan tanaman hortikultura secara monokultur maupun tumpangsari. Kesesuaian lahan kawasan pertanian hortikultura adalah dataran rendah dan dataran tinggi, dengan bentuk lahan datar sampal berbukit, dan tersedia sumber air yang cukup. Pada Kabupaten Temanggung, kawasan pertanian holtikultura dengan luas kurang lebih (dua puluh delapan ribu sembilan puluh tiga) hektar meliputi Kecamatan Parakan, Kecamatan Kledung, Kecamatan Bansari, Kecamatan Bulu, Kecamatan Temanggung, Analisis Pengembangan Kawasan V- 20

64 Kecamatan Tlogomulyo, Kecamatan Tembarak, Kecamatan Selopampang, Kecamatan Kranggan, Kecamatan Pringsurat, Kecamatan Kaloran, Kecamatan Kandangan, Kecamatan Kedu, Kecamatan Ngadirejo, Kecamatan Jumo, Kecamatan Gemawang, Kecamatan Candiroto, Kecamatan Bejen, Kecamatan Tretep dan Kecamatan Wonoboyo. 2. Arahan Pengelolaan 1) Penetapan komoditas tanaman hortikultura dengan mempertimbangkan kesesuaian lahan, konservasi tanah dan air, serta mempertimbangkan aspek sosial ekonomi masyarakat; dan 2) Mengembangkan jenis tanaman hortikultura yang memiliki prospek pasar lokal dan regional Kawasan Perkebunan 1. Potensi dan Manfaat Kawasan budidaya perkebunan adalah kawasan/areal/bidang tanah yang diusahakan untuk tempat budidaya tanaman keras dengan tanaman sejenis, sistem pengambilan hasilnya bukan dengan cara menebang pohon. Kawasan perkebunan ini memliki luas kurang lebih (sepuluh ribu delapan ratus enam belas) hektar berupa: 1) Perkebunan yang diusahakan perusahaan dengan luas kurang lebih 783 (tujuh ratus belapan puluh tiga) hektar yang berada di Kecamatan Bejen, Kecamatan Kandangan dan Kecamatan Pringsurat. 2) Perkebunan rakyat terdapat di seluruh kecamatan dengan luas kurang lebih (sepuluh ribu tiga luluh tiga) hektar. 2. Arahan a. Mempertahankan dan mengembangkan jenis tanaman tahunan yang sudah ada serta mengintroduksi jenis tanaman yang mempunyai nilai ekonomi dan prospek pasar yang baik. Analisis Pengembangan Kawasan V- 21

65 b. Perlu dilakukan pola tanam dan pola tata tanam yang baik dengan memperhatikan asas konservasi tanah dan air kawasan budidaya tanaman tahunan ini Kawasan Peruntukan Peternakan 1. Potensi dan Manfaat Kawasan peternakan adalah kawasan yang fungsi utamanya diperuntukkan bagi kegiatan peternakan dan segala kegiatan penunjangnya. Tujuan pengelolaan kawasan ini adalah untuk memanfaatkan lahan yang sesuai untuk kegiatan peternakan dalam menghasilkan produksi peternakan seperti ternak dan hasil ternak lainnya dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan. Kawasan peternakan dikembangkan di daerah yang selama ini sudah berkembang peternakan dan memiliki sumberdaya yang mendukung yaitu sumber pakan yang mencukupi. Kawasan peternakan di Kabupaten Temanggung terdiri atas budidaya ternak besar, budidaya ternak kecil, aneka ternak dan budidaya ternak unggas. Anaeka ternak disini berupa ternak kelinci dan puyuh. Lokasi peternakan diarahkan pada lahan pertanian bukan irigasi, kawasan pertanian tanaman holtikultura dan kawasan perkebunan yang ada di seluruh wilayah Kabupaten Temanggung. 2. Arahan Pengelolaan Arahan pengelolaan kawasan peternakan meliputi : 1. Mengutamakan komoditas ternak yang bernilai ekonomis tinggi dan pemasaran yang luas; 2. Usaha peternakan yang sudah ada dan berkembang serta berada di luar kawasan peternakan dan tidak memenuhi persyaratan lokasi bagi jenis ternak tertentu serta menimbulkan dampak bagi masyarakat, secara bertahap diusahakan pemindahannya ke tempat yang memenuhi syarat; 3. Kegiatan peternakan masyarakat yang merupakan bagian dari budaya ekonomi masyarakat perdesaan dapat menyatu di kawasan permukiman perdesaan; 4. penyediaan lahan untuk kawasan penggembalaan umum terletak di wilayah padat ternak yang fungsinya meliputi penghasil tumbuhan pakan, tempat perkawinan alami, Analisis Pengembangan Kawasan V- 22

66 seleksi, kastrasi dan pelayanan inseminasi buatan, tempat pelayanan kesehatan hewan dan/atau tempat obyek penelitian pengembangan peternakan dan kesehatan ternak; dan 5. Peningkatan nilai ekonomi ternak dengan mengelola dan mengolah hasil ternak seperti pembuatan industri pengolahan hasil ternak, mengolah kulit, dan industri lainnya Budidaya Perikanan Pada draft RTRW dijelaskan rencana alokasi pemanfaatan ruang untuk kegiatan budidaya, dimana salah satu kegiatan didalamnya adalah untuk kegiatan perikanan. Kawasan budidaya didefinisikan sebagai bagian wilayah yang secara langsung digunakan atau diambil manfaatnya untuk memenuhi kebutuhan manusia. Pengelolaan kawasan budidaya bertujuan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna sumberdaya serta untuk menghindari konflik pemanfaatan ruang dan kelestarian lingkungan hidup. Sedangkan sasaran yang diinginkan dari pengelolaan kawasan budidaya adalah: 1) Terselenggaranya pemanfaatan ruang dan sumberdaya alam untuk kesejahteraan masyarakat dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan. 2) Terhindarinya konflik pemanfaatan sumberdaya dengan pengertian pemanfaatan ruang yang berdasarkan pada prioritas pemanfaatan bagi kegiatan yang memberikan keuntungan terbesar pada masyarakat. Alokasi pemanfaatan ruang untuk pengembangan kegiatan budidaya dilakukan dengan memperhatikan berbagai aspek. Untuk mencapai tujuan pemanfaatan ruang yang optimal maka alokasi pemanfaatan ruang memperhatikan asas kelestarian kesesuaian dan kemanfaatan. Asas kelestarian dimaksudkan agar pemanfaatan ruang tidak mengurangi nilai manfaat di masa yang akan datang dengan memberikan perlindungan terhadap kualitas ruang. Asas kesesuaian bertujuan untuk memanfaatkan ruang sesuai dengan potensi yang dikandungnya sedangkan asas kemanfaatan ditujukan agar nilai manfaat ruang dapat memberikan dampak bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat secara optimal. Kesesuaian kawasan untuk kegiatan budidaya, selain berdasar atas perhitungan skor kesesuaian lahan seperti pada kawasan fungsi lindung dan penyangga, secara lebih rinci juga dilakukan identifikasi faktor-faktor fisik kawasan untuk kesesuaian fungsi kegiatan Analisis Pengembangan Kawasan V- 23

67 tertentu. Kawasan budidaya merupakan kawasan yang disediakan untuk berbagai kegiatan pembangunan. Kawasan perikanan dikembangkan di daerah yang tersedia pasokan air secara kontinyu yaitu daerah yang tersedia banyak mata air, dan kondisi tanah yang sesuai. Kawasan perikanan ini diperuntukkan untuk menampung kegiatan perikanan kolam pada hamparan dengan luasan minimum 10 hektar. Kawasan perikanan yang menampung kegiatan perikanan kolam hanya dimungkinkan bila tersedia cukup air. Arahan RTRW untuk lokasi kawasan peruntukan perikanan di Kabupaten Temanggung direncanakan, meliputi: 1. Kecamatan Wonoboyo; 2. Kecamatan Parakan; 3. Kecamatan Temanggung; 4. Kecamatan Tlogomulyo; 5. Kecamatan Candiroto; 6. Kecamatan Tembarak; 7. Kecamatan Selopampang; 8. Kecamatan Kedu; dan 9. Kecamatan Bulu Rencana Kawasan Minapolitan Kawasan sentra perikanan (Minapolitan) terdiri dari kota perikanan dan desa-desa sentra produksi perikanan yang ada di sekitarnya dengan batasan yang tidak ditentukan oleh batasan administratif pemerintahan, tetapi lebih ditentukan dengan memperhatikan skala ekonomi kawasan yang ada. Pengelolaan ruang diartikan sebagai kegiatan pengaturan, pengendalian, pengawasan, evaluasi, penertiban dan peninjauan kembali atas pemanfaatan ruang kawasan sentra perikanan. Program pengembangan kawasan sentra perikanan adalah pembangunan ekonomi berbasis perikanan yang dilaksanakan dengan jalan mensinergikan berbagai potensi yang ada, utuh dan menyeluruh, berdaya saing, berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi yang digerakkan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah. Kawasan perikanan yang terdapat di daerah pedesaan harus dikembangkan sebagai satu kesatuan pengembangan wilayah berdasarkan keterkaitan ekonomi antara desa-kota (urban-rural linkages), dan menyeluruh hubungan yang bersifat timbal balik yang dinamis. Analisis Pengembangan Kawasan V- 24

68 Adapun kriteria umum dalam perencanaan pengembangan kawasan perikanan budidaya (minapolitan) adalah: 1. Penggunaan lahan untuk kegiatan perikanan harus memanfaatkan potensi yang sesuai untuk peningkatan kegiatan produksi dan wajib memperhatikan aspek kelestarian lingkungan hidup serta mencegah kerusakannya; 2. Wilayah yang sudah ditetapkan untuk dilindungi kelestariannya dengan indikasi geografis dilarang untuk dialih fungsikan; 3. Kegiatan perikanan skala besar, baik yang menggunakan lahan luas ataupun teknologi intensif harus terlebih dahulu memiliki kajian Amdal sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku; 4. Kegiatan perikanan skala besar, harus diupayakan menyerap sebesar mungkin tenaga kerja setempat; 5. Pemanfaatan dan pengelolaan lahan harus dilakukan berdasarkan kesesuaian lahan dan RTRW. Kriteria pengembangan kawasan perikanan budidaya antara lain adalah: 1. Memiliki kegiatan ekonomi yang dapat menggerakkan pertumbuhan daerah; 2. Mempunyai sektor ekonomi unggulan yang mampu mendorong kegiatan ekonomi sektor lain dalam kawasan itu sendiri maupun di kawasan sekitarnya; 3. Memiliki keterkaitan kedepan (daerah pemasaran produk-produk yang dihasilkan) maupun ke belakang (suplai kebutuhan sarana produksi) dengan beberapa daerah pendukung; 4. Memiliki kemampuan untuk memelihara sumber daya alam sehingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan dan mampu menciptakan kesejahteraan ekonomi secara adil dan merata bagi seluruh masyarakat. 5. Memiliki luasan areal budidaya eksisting minimal 200 Ha. Berdasarkan draft RTRW sebagaimana telah dijelaskan di depan, ada 9 kecamatan yang diarahkan untuk menjadi kawasan minapolitan, yaitu Kecamatan Wonoboyo, Candiroto, Parakan, Temanggung, Tlogomulyo, Tembarak, Selopampang, Kedu, dan Bulu. Dibandingkan dengan kecamatan lain yang direncanakan sebagai kawasan minapolitan, Kecamatan Parakan memiliki berbagai keunggulan, antara lain: 1) Terdapat pasar ikan modern Dangkel, meskipun saat sekarang belum berfungsi. 2) Terdapat pasar ikan tradisional Analisis Pengembangan Kawasan V- 25

69 3) Banyak terdapat kelompok pembudidaya ikan, kelompok pengolah dan pemasar, serta kelompok petani (Tabel 5.5). 4) Kecamatan Parakan memiliki luas lahan kolam paling luas kedua setelah Kecamatan Temanggung, 5) Kecamatan Parakan memiliki luas lahan mina padi kedua setelah Kecamatan Bulu. 6) Kecamatan Parakan memiliki posisi sangat strategis, karena berada di persimpangan jalan kolektor primer. 7) Kecamatan Parakan memiliki sumber mata air paling banyak 8) Pada draft RTRW , Kecamatan Parakan direncanakan sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) bersama dengan Kecamatan Temanggung. 9) Kecamatan Parakan memiliki sumber mata air paling banyak (34 mata air), dibaning kecamatan lain, seperti Kecamatan Bulu (31 mata air), dan Kedu (17 mata air), sehingga perlu dimaksimalkan dalam operasionalnya, sehingga dapat memenuhi kebutuhan air domestik maupun air untuk keperluan irigasi dan perikanan. Berdasarkan kriteria tersebut maka kawasan yang diuusulkan menjadi Kawasan Minapolitan di Kabupaten Temanggung adalah Kecamatan Parakan. Pengembangan kawasan dilaksanakan berdasarkan pada prinsip-prinsip yang sesuai dengan arah kebijakan ekonomi nasional, yaitu: 1. Mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan; 2. Mengembangkan perekonomian yang berorientasi global sesuai dengan kemajuan eknologi dengan membangun keunggulan kompetitif berdasarkan kompetensi produk unggulan di setiap daerah; 3. Memberdayakan usaha kecil, menengah dan koperasi, agar mampu bekerjasama secara efektif, efisien dan berdaya saing; Analisis Pengembangan Kawasan V- 26

70 Tabel 5.5. Data Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) dan Kelompok Pengolah dan Pemasar (Poklahsar) TANGGA JUMLAH KELOMPOK DAN ANGGOTA NAMA PENGURUS L BERDASARKAN POKDAKAN/POKLAHSAR N NAMA NAMA PEMBEN JENIS USAHA ALAMAT POKDAKAN O DESA POKDAKAN TUKAN CAM Penguru Angg NILA MAS LELE Ketua Sekretaris Bendahara P s Mina Karya Agus Sulawal Awid Umar 1 Nglondong Nglondong 28-Jul V Abadi S Darmuji Rosyid Kroyo - Mina Falaah 3 7 V V Jumali Sunardi 2 Campursalam Mina Manfaat 3 Wanutengah Mina Baabus Salam Mina Berkah Sejahtera 4 Traji Mina Aji Traji Nglondong Campursala m Campursala m 04-Agust V Abdur Rochman Anis Mustofa 3 V V Bunyamin Karwan Wanutengah 20-Jul V V 13-Agust- 10 Cempaka Rasa Traji 14-Mar Muhtadin, S.Ag 7 11 V V V Sariyanto Kripik Nila Kripik lele Kripi k Bawa l Hemie Fitriyasari Zaini Arifin Budi Arifin Hemi Kurnia Dewi Ahmad Qodar Widiyanto Nur Ariadi Rusmiyati 5 Bagusan - Bagusan 6 Mandisari Wijoyo Syawal Mandisari 3 9 V V V Drs. Khoeron Imam S Musawir Kerajaan Mina Mandisari 28-Jul V V V Nurul Huda, Agus S.Ag Imanafi Tafsir 7 Watukumpul - Watukumpul 8 Depokharjo Mina Sumber Rezeki Depokharjo 3 5 Slamet Riyadi Analisis Pengembangan Kawasan V- 27

71 Tabel 5.5. Lanjutan... NO TANGGAL NAMA NAMA ALAMAT PEMBEN DESA POKDAKAN TUKAN JUMLAH KELOMPOK DAN ANGGOTA BERDASARKAN JENIS USAHA POKDAKAN Pengurus Angg. 9 Dangkel Sari Ulam Dangkel 02-Mei V V Clarias Dangkel 18-Apr Ringinanom - Ringinanom NAMA PENGURUS POKDAKAN/POKLAHSAR NILA MAS LELE CAMP Ketua Sekretaris Bendahara Abon Lele Kripik Lele Hari Prasetyo Wibowo Eni Suharti 11 Glapansari - Glapansari 12 Sunggingsari Mina Margo Makmur Sunggingsari 01-Apr V Sugiyanto 13 Parakan Kauman Mina Mukti Bambu Runcing Jetis- Parakan Kauman 3 10 V V V Jastihari Arif Budi Kurniawan Uswatun Khasanah M. Amin Priyanto Musta'in Ria Nurmayanti Wangkono Mina Barokah Karangsari- Parakan Kauman 19-Mar V V V M. Asyari Galih Rakasiwi Adip Rochani, S.Ag, 14 Parakan Wetan Mina Papilon 15 Caturanom Mimi Mintuna 16 Tegalroso - - Mina Makmur Kp. Sidorejo dan Tejosari - Parakan Kauman Catgawen- Caruranom Catgawen- Caruranom 12-Mar Ikan Hias (KOI, MASKOKI, Cupang dll Untung Sugiharto 03-Mei V V V Isrofi Danang Chakiem Harmoko H CH Nurcholis Erma Setyowati 3 10 V V V H. Nursalim Toni Jumar Jumlah 15 POKDAKAN Analisis Pengembangan Kawasan V- 28

72 4. Mengembangkan sistem ketahanan pangan yang berbasis pada keragaman sumber daya perikanan budidaya dan budaya lokal; Sebagai Kawasan Minapolitan, Kecamatan Parakan akan didukung oleh sentra-sentra produksi perikanan yang akan dikembangkan di Kecamatan Wonoboyo, Candiroto, Temanggung, Tlogomulyo, Tembarak, Selopampang, Kedu, dan Kecamatan Bulu. Kecamatan Wonoboyo, Candiroto dan Temanggung diarahkan sebagai sentra produksi Lele. Kecamatan Kedu dan Bulu diarahkan sebagai sentra produksi ikan Karper/Emas, dan Kecamatan Tlogomulyo, Tembarak dan Selopampang diarahkan sebagai sentra budidaya Nila. Gambar 5.4. Rencana Struktur Pemanfaatan Ruang Pengembangan Perikanan Kabupaten Temanggung Analisis Pengembangan Kawasan V- 29

BAB VISI DAN MISI Visi dan Misi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)

BAB VISI DAN MISI Visi dan Misi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) BAB 3 Analisis Pengembangan Kawasan Konsep kawasan adalah wilayah yang berbasis pada keanekaragaman fisik dan ekonomi tetapi memiliki hubungan erat dan saling mendukung satu sama lain secara fungsional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan,

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilaksanakan dalam suatu wilayah pada hakekatnya

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilaksanakan dalam suatu wilayah pada hakekatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan yang dilaksanakan dalam suatu wilayah pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah

Lebih terperinci

Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir

Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir Kata Pengantar Kawasan sentra perikanan budidaya (minapolitan) merupakan kota perikanan yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya

Lebih terperinci

hari atau rata-rata 10,33 hari/bulan. hutan, perkebunan dan lahan lainnya. atas sebagaimana tergambar pada tabel 2.9.

hari atau rata-rata 10,33 hari/bulan. hutan, perkebunan dan lahan lainnya. atas sebagaimana tergambar pada tabel 2.9. Januari sampai dengan Desember 2013 adalah sebanyak 124 hari atau rata-rata 10,33 hari/bulan. g. Penggunaan Dilihat dari jenis penggunaan lahan kawasan budidaya terdiri dari penggunaan untuk sawah, permukiman/

Lebih terperinci

1) Struktur Ekonomi Daerah. terbesar dalam penyusunan PDRB.

1) Struktur Ekonomi Daerah. terbesar dalam penyusunan PDRB. dibandingkan dengan garis kemiskinan yang merupakan rupiah yang diperlukan agar penduduk dapat hidup layak secara minimum pangan dan non pangan esensial, nilainya lebih tinggi sehingga dapat asumsikan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2006

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2006 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

SURAKARTA KOTA BUDAYA, MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA.

SURAKARTA KOTA BUDAYA, MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, mengamanatkan kepada

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan

Lebih terperinci

I - 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I - 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR : 2 TAHUN 2009 TANGGAL : 14 MARET 2009 TENTANG : RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2008-2013 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Renstra BPM, KB dan Ketahanan Pangan Kota Madiun I - 1

BAB I PENDAHULUAN. Renstra BPM, KB dan Ketahanan Pangan Kota Madiun I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Strategis (Renstra) Badan Pemberdayaan Masyarakat, Keluarga Berencana dan Ketahanan Pangan Kota Madiun merupakan dokumen perencanaan strategis untuk memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) mengamanatkan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP); Rencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kota Tanjungbalai telah melaksanakan Pemilukada pada tahun 2015 dan hasilnya telah terpilih pasangan M. Syahrial, SH, MH dan Drs.H. Ismail sebagai Walikota dan Wakil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2013-2018 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan

Lebih terperinci

SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO. 6 2009 SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 6 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N A. LATAR BELAKANG DAERAH Pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan daerah Tahun 2016, merupakan pelaksanaan tahun ketiga dari masa jabatan pasangan Drs. H. M. BAMBANG SUKARNO

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUKOMUKO,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 15 2005 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN GARUT DENGAN MENGHARAP

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB - I PENDAHULUAN I Latar Belakang

BAB - I PENDAHULUAN I Latar Belakang BAB - I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, sejalan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN DEMAK TAHUN 2011-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

KEBIJAKAN KKP "Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad melakukan jumpa pers di kantor KKP Jakarta, Senen (18/10).

KEBIJAKAN KKP Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad melakukan jumpa pers di kantor KKP Jakarta, Senen (18/10). KEBIJAKAN KKP 2010-2014 "Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad melakukan jumpa pers di kantor KKP Jakarta, Senen (18/10)." STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 12/02/2010 - Kategori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Pati merupakan salah satu dari 35 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah yang mempunyai posisi strategis, yaitu berada di jalur perekonomian utama Semarang-Surabaya

Lebih terperinci

B U P A T I B I M A PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG

B U P A T I B I M A PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG B U P A T I B I M A PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BIMA TAHUN 2011-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2005

Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2005 Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2005 P e m e r i n t a h K a b u p a t e n B i m a [ J. S o e k a r n o - H a t t a R a b a - B i m a ] Tentang [Tata Cara Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah] [ T

Lebih terperinci

RENSTRA BADAN KETAHANAN PANGAN BAB I PENDAHULUAN

RENSTRA BADAN KETAHANAN PANGAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diterbitkannya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Lebih terperinci

WALIKOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG,

WALIKOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, WALIKOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN 2010 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN SERTA

Lebih terperinci

Pendahuluan. Latar Belakang

Pendahuluan. Latar Belakang Pendahuluan Latar Belakang Pembangunan daerah Kabupaten Bangkalan yang dilaksanakan dalam kurun waktu Tahun 2008 2013 telah memberikan hasil yang positif dalam berbagai segi kehidupan masyarakat. Namun

Lebih terperinci

3.1.1.Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2013 dan Perkiraan Tahun. perekonomian regional, perekonomian nasional bahkan

3.1.1.Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2013 dan Perkiraan Tahun. perekonomian regional, perekonomian nasional bahkan 3.1.1.Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2013 dan Perkiraan Tahun 2014 Perekonomian suatu daerah tidak dapat terlepas dengan perekonomian regional, perekonomian nasional bahkan perekonomian global. Ada faktor-faktor

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2010 NOMOR 12 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN 2010 2015 DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, sejalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA I-0 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA SALINAN NOMOR : 3 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, selaras,

Lebih terperinci

SALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL,

SALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL, SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

fpafpasa DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI SELATAN,

fpafpasa DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI SELATAN, fpafpasa PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR : 2 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI

Lebih terperinci

BAB II DISKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB II DISKRIPSI OBJEK PENELITIAN BAB II DISKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Temanggung 1. Kondisi Geografis Provinsi Jawa Tengah mempunyai dua puluh sembilan kabupaten dan enam kotamadya, salah satu kabupaten tersebut

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya merupakan upaya yang dilakukan secara terarah, terpadu, dan berkesinambungan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tahapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk menjalankan tugas dan fungsinya, pemerintah daerah memerlukan perencanaan mulai dari perencanaan jangka panjang, jangka menengah hingga perencanaan jangka pendek

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN MALANG TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RANCANGAN RENCANA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN MALANG TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1 LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN MALANG NOMOR : 180/1918/KEP/421.115/2015 TENTANG PENGESAHAN RENCANA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN MALANG TAHUN 2016 RANCANGAN

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS DINAS TATA BANGUNAN DAN PEMUKIMAN KABUPATEN BOGOR TAHUN BAB I PENDAHULUAN

RENCANA STRATEGIS DINAS TATA BANGUNAN DAN PEMUKIMAN KABUPATEN BOGOR TAHUN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA DINAS TATA BANGUNAN DAN PEMUKIMAN KABUPATEN BOGOR NOMOR : TANGGAL : RENCANA STRATEGIS DINAS TATA BANGUNAN DAN PEMUKIMAN KABUPATEN BOGOR TAHUN 2013-2018 BAB I PENDAHULUAN 1.1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dalam rangka mengaktualisasikan otonomi daerah, memperlancar penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah, Pemerintah Kabupaten Boyolali mempunyai komitmen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal. I - 1

BAB I PENDAHULUAN. Hal. I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah yang berkelanjutan merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan dalam mendukung pencapaian target kinerja pembangunan daerah. Untuk itu diperlukan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN TAHUN 2012 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI BANYUASIN,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH NOMOR : 5 TAHUN 2016 TENTANG : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2016-2021. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pada pasal 260 menyebutkan bahwa Daerah sesuai dengan kewenangannya menyusun rencana pembangunan Daerah

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemerintahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG, Menimbang

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR LAMPIRAN NOMOR : 40 TAHUN 2012 LAMPIRAN TANGGAL : 30 MEI 2012

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR LAMPIRAN NOMOR : 40 TAHUN 2012 LAMPIRAN TANGGAL : 30 MEI 2012 1 LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR LAMPIRAN NOMOR : 40 TAHUN 2012 LAMPIRAN TANGGAL : 30 MEI 2012 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN SUMBAWA BARAT TAHUN 2006 2025 DENGAN

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIK DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2010

RENCANA STRATEGIK DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2010 RENCANA STRATEGIK DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2010 VISI - KKP Indonesia Penghasil Produk Kelautan dan Perikanan Terbesar

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan kondisi sosial, ekonomi dan budaya, Kota Medan tumbuh dan berkembang menjadi salah satu kota metropolitan baru di Indonesia, serta menjadi

Lebih terperinci

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN KAB. MALANG BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Tahun Latar Belakang

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN KAB. MALANG BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Tahun Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan berlakunya Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, maka terjadi perubahan pola perencanaan pembangunan daerah, dari system top-down (dari

Lebih terperinci

BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN MAJENE TAHUN 2011 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE,

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN NGAWI TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN NGAWI TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR : 31 TAHUN 2011 TANGGAL : 24 MEI 2011 1.1. Latar Belakang RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN NGAWI TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG TATACARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG TATACARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG TATACARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA BUPATI PAKPAK BHARAT, Menimbang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana kerja pembangunan daerah yang selanjutnya disingkat RKPD adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun atau disebut dengan rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan administrasi kependudukan dan pencatatan sipil di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan administrasi kependudukan dan pencatatan sipil di BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan administrasi kependudukan dan pencatatan sipil di Indonesia sebagai Negara terbesar keempat dari jumlah penduduk, memiliki peran strategis dalam pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa agar kegiatan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan pembangunan yang berkualitas menjadi salah satu kunci keberhasilan pembangunan yang baik dalam skala nasional maupun daerah. Undang-Undang Nomor 25 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang DINAS PETERNAKAN PROV.KALTIM 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah Administratif Provinsi Kalimantan Timur terdiri atas 14 Kabupaten/Kota, namun sejak tgl 25 April 2013 telah dikukuhkan Daerah

Lebih terperinci

-1- BUPATI BENGKAYANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

-1- BUPATI BENGKAYANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG -1- BUPATI BENGKAYANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BATANG TAHUN

BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BATANG TAHUN BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BATANG TAHUN 2012 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan didalamnya, guna

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan didalamnya, guna BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan pembangunan daerah adalah proses penyusunan tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan didalamnya, guna pemanfaatan dan pengalokasian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAEAH KOTA BINJAI TAHUN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAEAH KOTA BINJAI TAHUN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan Daerah pada dasarnya harus selaras dengan tujuan pembangunan nasional. Tujuan pembangunan nasional secara exsplisit dinyatakan dalam pembukaan UUD 1945

Lebih terperinci

BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA

BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA DAN PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem perencanaan pembangunan nasional yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2005

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. RPJMD Kabupaten Grobogan Tahun I 1

BAB I PENDAHULUAN. RPJMD Kabupaten Grobogan Tahun I 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintah Pusat memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah untuk melakukan serangkaian

Lebih terperinci

Penutup. Sekapur Sirih

Penutup. Sekapur Sirih Penutup Sensus Penduduk 2010 merupakan kegiatan besar bangsa Indonesia melibatkan petugas yang banyak. Hasil sensus sangat penting untuk evaluasi dan perencanaan pembangunan. Melalui perencanaan yang matang

Lebih terperinci

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIREBON, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR TAHUN 2010-2015 DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN

BUPATI BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN BUPATI BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BANYUASIN TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI ROKAN HULU NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ROKAN HULU,

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN BAB I PENDAHULUAN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR : TANGGAL : RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2014-2019 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Jawa

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN, PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2009-2013

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2014-2019 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang BAB PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang kepada daerah berupa kewenangan yang lebih besar untuk mengelola pembangunan secara mandiri

Lebih terperinci

NOMOR : 08 Tahun 2015 TANGGAL : 22 Juni 2015 TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

NOMOR : 08 Tahun 2015 TANGGAL : 22 Juni 2015 TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR : 08 Tahun 2015 TANGGAL : 22 Juni 2015 TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah Kota

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1 1.1. Latar Belakang RPJMD merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Bupati Mandailing Natal yang akan dilaksanakan dan diwujudkan dalam suatu periode masa jabatan. RPJMD Kabupaten Mandailing Natal

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIJUNJUNG, Menimbang

Lebih terperinci

6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104,

6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, SALINAN BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, bahwa penyelenggaraan desentralisasi dilaksanakan dalam bentuk pemberian kewenangan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Tahunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Tahunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang- Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2015 insi Kepulauan Riau menyelenggarakan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). Berdasarkan hasil Pilkada tersebut ditetapkan Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: a. bahwa dalam

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR BALI TANGGAL 25 MEI 2015 NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI BALI TAHUN 2016

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR BALI TANGGAL 25 MEI 2015 NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI BALI TAHUN 2016 LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR BALI TANGGAL 25 MEI 2015 NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI BALI TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM Letak, luas dan batas wilayah Kabupaten Temangung

BAB II GAMBARAN UMUM Letak, luas dan batas wilayah Kabupaten Temangung 1 BAB II GAMBARAN UMUM 2.1 Gambaran umum Kabupaten Temangung 2.1.1 Letak, luas dan batas wilayah Kabupaten Temangung Kabupaten Temanggung terletak di tengah-tengah Propinsi Jawa Tengah dengan bentangan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2011

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2011 SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2011 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN,

Lebih terperinci

RPJMD Kabupaten Jeneponto Tahun ini merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Bupati dan Wakil Bupati Jeneponto terpilih

RPJMD Kabupaten Jeneponto Tahun ini merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Bupati dan Wakil Bupati Jeneponto terpilih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional dan regional, juga bermakna sebagai pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN : PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 54 TAHUN 2008 TANGGAL : 12 SEPTEMBER 2008 TENTANG : RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2008-2013

Lebih terperinci