WAHANA INOVASI VOLUME 3 No.2 JULI-DES 2014 ISSN :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "WAHANA INOVASI VOLUME 3 No.2 JULI-DES 2014 ISSN :"

Transkripsi

1 WAHANA INOVASI VOLUME 3 No.2 JULI-DES 2014 ISSN : PENGARUH SUPLEMENTASI Fe, ASAM FOLAT, DAN VITAMIN B12 TERHADAP PENINGKATAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) PEKERJA WANITA DI PTPN-IV KEBUN AEK NAULI KABUPATEN SIMALUNGUN 2012 Lusyana Gloria Doloksaribu Dosen Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan ABSTRACT The incident of anemia in female workers is still a serious health problem in Indonesia. The prevalence of anemia in female workers in Indonesia is 30% to 46.6%, and especially in PTPN IV, Kebun Aek Nauli, it is 66.8%. Therefore, this health problem should be paid more attention. The research was an experiment with randomized control trial design. The object of the research was to find out the influence iron, folic acid, and vitamin B12 supplementation on hemoglobin level in workers. Intervention was done within eight weeks by giving de-worming medicine of single dosage before taking and giving the iron, folic acid and vitamin B12 supplementation. In accordance with the inclusive samples criteria, 49 Subjekts were divided into three groups: the control group which consisted of 25 Subjekts took placebo; the treatment group which consisted of 24 Subjekts took supplement containing Iron, folic acid and vitamin and vitamin B12. Hemoglobin was measured by using Cyanmethemoglobin. The consumption of energy, protein, iron, folic acid, vitamin A, vitamin B12, and vitamin C were obtained through the method of food recall. The data were analyzed by using Paired Sample T-test. The result of the research showed that before supplementation of iron, folic acid, and vitamin B12 was given, the average consumption of energy was adequate/good, protein and folic acid were adequate, vitamin A and vitamin B12 were inadequate, and vitamin C was deficit. However, after supplementation was given, the average consumptions of iron, folic acid, and vitamin B12 gradually became good because there was additional intake from the supplements given to female workers. Statistic analysis showed that supplementation of iron,folic acid, and vitamin B12 can increase haemoglobin level of the female workers significantly (p < 0.05). The supplements of iron, folic acid, and vitamin B12 was effective and successful in increasing hemoglobin level of 1.85 g/dl. Keywords: Iron, Folic Acid, and Vitamin B12 Supplementation, Hemoglobin Level, Female workers PENDAHULUAN Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia yang berakibat buruk bagi penderita terutama golongan rawan gizi yaitu anak balita, anak sekolah, remaja, ibu hamil dan menyusui serta pekerja terutama yang berpenghasilan rendah. Berdasarkan hasil penelitian WHO tahun 1998, diketahui bahwa prevalensi anemia defisiensi besi di Asia >75%, di Afrika Timur 47%, Afrika Barat sebesar 56%, Australia dan New Zealand sebesar 20% (ACC/SCN, 2000). Di Indonesia, kasus anemia gizi mencapai 63,5%. Pada pekerja wanita prevalensi anemia masih cukup tinggi yaitu berkisar 30-46,6%. Hal ini dapat menyebabkan penurunan produktivitas kerja, sehingga pekerja yang menderita anemia produktivitas kerja 20% lebih rendah dibandingkan dengan pekerja yang sehat dengan gizi baik (Suharno, 1993). Pekerja wanita merupakan salah satu kelompok yang rentan terhadap anemia gizi. Hal ini disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam makanan dan pekerjaan yang berat, serta secara alamiah wanita setiap bulan mengalami haid. Penyebab langsung terjadinya anemia adalah defisiensi asupan gizi dari

2 313 makanan (zat besi, asam folat, protein, vitamin C, ribovlavin, vitamin A, seng dan vitamin B12), konsumsi zat-zat penghambat penyerapan besi, penyakit infeksi, malabsorpsi, perdarahan dan peningkatan kebutuhan (Ramakrishnan, 2001). Faktor tidak langsung yang mempengaruhi anemia adalah sosial ekonomi, pendidikan, pengetahuan gizi, umur, dan status perkawinan. Penanganan anemia defisiensi gizi yang paling efektif dalam jangka pendek adalah suplementasi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa defisiensi besi bukan satu-satunya penyebab anemia, tetapi karena defisiensi zat gizi mikro lain, seperti asam folat, vitamin A dan vitamin B12. Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di PTPN-IV Kebun Aek Nauli pada pekerja wanita yang berjumlah 176 orang, bekerja selama 8 jam/ hari. Dari hasil skrining pada 120 orang yang dapat diperiksa kadar hemoglobinnya terdapat 73 orang (60,8%) yang mempunyai kadar hemoglobin <12 g/dl. Mereka bekerja di perkebunan sawit yang terpapar dengan tanah sehingga beresiko kecacingan. Untuk makan siang, mereka membawa bekal dari rumah atau makan setelah pulang dari pekerjaan karena pihak perusahaan tidak menyediakan makan siang/ makanan tambahan. Perusahaan juga tidak pernah melakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, tidak pernah memberikan tablet tambah darah (TTD). Keluhan seperti lelah, pusing dan pegalpegal juga diungkapkan oleh beberapa pekerja. Berdasarkan gambaran konsumsi makanan yang diperoleh melalui food recall pada 10 orang pekerja wanita menunjukkan bahwa tingkat konsumsi untuk energi tergolong baik, protein cukup, zat besi, asam folat, vitamin A dan vitamin B12 tergolong kurang. Untuk mencegah keluhan di atas, dan memenuhi kebutuhan akan kekurangan zat gizi yang ada, maka perlu adanya upaya pemberian suplemen tablet tambah darah mengingat pekerja wanita merupakan aset perusahaan yang harus dijaga kesehatannya. Dalam penelitian ini, peneliti memberi suplemen tambah darah yang berisi Fe, asam folat, vitamin A dan vitamin B12. Dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan kadar hemoglobin yang akhirnya akan meningkatkan produktivitas kerja. Jika produktivitas meningkat, maka keuntungan yang diperoleh perusahaan pun akan meningkat sehingga target perusahaan tercapai. METODE PENELITIAN Desain, Subjek, dan Waktu Penelitian ini adalah experimen dengan desain acak terkendali (randomized controlled trial) (Sastroasmoro, 2002). Intervensi diberikan kepada pekerja wanita PTPN-IV Kebun Aek Nauli. Subjek dibagi menjadi 3 kelompok yaitu kelompok kontrol (mendapat plasebo), kelompok perlakuan (mendapat suplemen Fe, asam folat dan vitamin B12). Dosis plasebo yaitu laktosa 1 mg (berdasarkan atas laktosa 1 mg tidak mengandung zat gizi apapun sehingga tidak memengaruhi asupan pada kelompok kontrol), Fe 60 mg dan asam folat 0,25 mg (berdasarkan kandungan Fero Sulfat), vitamin vitamin B12 0,72 µg berdasarkan atas kekurangan dari rata-rata asupan vitamin B12 pekerja wanita hasil food recall pada survei pendahuluan setelah dibandingkan dengan AKG Penentuan Subjek didasarkan atas kriteria inklusi dan ekslusi pada uji pendahuluan, populasi 49 orang (40,8%) semuanya dijadikan Subjek (total sampling). Cara penarikan Subjek dilakukan secara simple random sampling yaitu kelompok kontrol sebanyak 25 orang, kelompok perlakuan sebanyak 24 orang. Waktu penelitian dilakukan selama 3 bulan dari bulan Nopember 2012 sampai Januari Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data dalam penelitian terbagi atas 2, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer meliputi kadar hemoglobin (Hb), konsumsi makanan, umur, pendapatan dan pendidikan dan data sekunder adalah gambaran umum perusahaan. Kadar Hb diperoleh dengan metode Cyanmethemoglobin, konsumsi diperoleh melalui food recall, umur, pendapatan dan pendidikan diperoleh dengan wawancara dan gambaran umum perusahaan diperoleh dari bagian administrasi, pihak manajemen perusahaan, dan asisten kepala perusahaan.

3 314 Pengolahan dan Analisis Data Analisa data diperoleh dengan menggunakan perhitungan uji statistik memakai program SPSS. Analisa Univariat, untuk mendeskripsikan setiap variabel penelitian. Analisis bivariat, dilakukan untuk uji perbedaan kadar Hb awal dan Hb akhir pada masing-masing kelompok. HASIL PENELITIAN Adapun karakteristik pekerja wanita sebagai Subjek meliputi umur, pendidikan dan pendapatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur pada kelompok perlakuan yaitu yang diberi suplemen Fe, asam folat dan vitamin B12 kelompok umur terbanyak adalah tahun yaitu sebesar 54,2%. Pada kedua kelompok perlakuan, rerata umur Subjek yaitu kelompok perlakuan dengan rata-rata umur 41,42 tahun dan kelompok kontrol dengan rerata umur 40,68 tahun. Uji Anova perbedaan umur dari masing-masing kelompok tidak berbeda secara signifikan dimana nilai p (0,502) > 0,005. Umur termuda 32 tahun dan umur tertua 45 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa umur Subjek di PTPN- IV Kebun Aek Nauli masih tergolong usia produktif. Berdasarkan tingkat pendidikan, sebagian besar Subjek memiliki tingkat pendidikan rendah (SD). Pada kelompok perlakuan sebanyak 58,3% dan kelompok kontrol sebanyak 72%. Uji Anova tingkat pendidikan dari masing-masing kelompok tidak berbeda secara signifikan dimana nilai p (0,135) > 0,005. Rerata pendapatan Subjek adalah di atas Upah Minimum Regional Propinsi Sumatera Utara Tahun 2012 (Rp ), yaitu Rp ,7.-, Pendapatan ini adalah pendapatan keluarga karena seluruh Subjek sudah menikah. Walau berada di atas UMR, karena pendapatn merupakan pendapat keluarga, jika rerata pendapatan tersebut dibagi dengan jumlah anggota keluarga minimal 2 orang (suami istri pekerja) dalam satu keluarga maka pendapatan perkapita per bulan sebesar Rp ,8,-. Berdasarkan rerata pendapatan per kapita per bulan tersebut, maka pendapatan keluarga masih berada di bawah rerata kebutuhan hidup layak (KHL) yaitu sebesar Rp ,028,-. (SK. GUBSU No /988/KPTS/2011). Uji Anova perbedaan pendapatan dari kedua kelompok tidak berbeda secara signifikan dimana nilai p (0,733) > 0,005. Sebelum suplementasi, dilakukan food recall dengan cara wawancara dan mencatat jenis, jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu pada Subjek yang dituliskan ke dalam formulir food recall. Kemudian setelah suplementasi selama 8 minggu dilakukan kembali food recall, sehingga diperoleh hasil konsumsi energi, protein, Fe, asam folat, vitamin A, vitamin B12 dan vitamin C. Rerata konsumsi energi sebelum suplementasi pada masing-masing kelompok perlakuan yaitu pada kelompok perlakuan sebesar 1903 kkal/hr dan kelompok kontrol sebesar 1822,3 kkal/hr. Berdasarkan AKG 2004 dari kedua kelompok perlakuan tersebut sebagian besar memenuhi kecukupan yang dianjurkan (1900 kalori). Uji Anova konsumsi energi sebelum suplementasi kedua kelompok perlakuan tidak ada perbedaan yang signifikan p (0,151) > 0,05. Rerata konsumsi energi sesudah suplementasi pada masing-masing kelompok perlakuan yaitu pada kelompok perlakuan sebesar 1908 kkal/hr dan pada kelompok kontrol sebesar 1820,3 kkal/hr. Berdasarkan AKG 2004 dari kedua kelompok perlakuan tersebut sebagian besar memenuhi kecukupan yang dianjurkan (1900 kalori). Uji Anova konsumsi energi sesudah suplementasi dari kedua kelompok perlakuan tidak ada perbedaan yang signifikan p (0,098) > 0,05. Hasil uji Paired-Sample T test ataupun Wilcoxon test terhadap konsumsi energi sebelum dan sesudah suplementasi pada kelompok perlakuan I, kelompok perlakuan II dan kelompok kontrol menunjukkan (p>0,05) hal ini berarti tidak ada perbedaan yang signifikan antara konsumsi energi sebelum dan sesudah suplementasi. Rerata konsumsi protein sebelum suplementasi kedua kelompok yaitu kelompok perlakuan sebesar 48,13 g/hr dan pada kelompok kontrol sebesar 46,56 g/hr. Berdasarkan AKG 2004, rerata konsumsi kedua kelompok tersebut sebagian besar tidak memenuhi standar kecukupan yang dianjurkan (50 g/hr). Uji Anova konsumsi protein sebelum suplementasi kedua kelompok perlakuan tidak ada

4 315 perbedaan yang signifikan p (0,688) > 0,05. Rerata konsumsi protein sesudah suplementasi dari kedua kelompok yaitu kelompok perlakuan sebesar 52,13 dan pada kelompok kontrol sebesar 41,08 g/hr. Berdasarkan AKG 2004, kedua kelompok tersebut sebagian besar tidak memenuhi standar kecukupan yang dianjurkan (50 g/hr). Uji Anova konsumsi protein sesudah suplementasi dari kedua kelompok perlakuan ada perbedaan signifikan p (0,024) > 0,05. Hasil uji Paired-Sample T test terhadap konsumsi protein sebelum dan sesudah suplementasi pada kelompok perlakuan I, kelompok perlakuan II dan kelompok kontrol menunjukkan (p>0,05) hal ini berarti tidak ada perbedaan yang signifikan antara konsumsi protein sebelum dan sesudah suplementasi. Rerata konsumsi Fe sebelum suplementasi pada masing-masing kelompok adalah pada kelompok perlakuan sebesar 5,41 mg/hr dan pada kelompok kontrol sebesar 5,66 g/hr. Berdasarkan AKG 2004, konsumsi Fe pada kedua kelompok tersebut tidak memenuhi standar kecukupan yang dianjurkan (26 mg/hr). Uji Anova konsumsi Fe sebelum suplementasi dari kedua kelompok perlakuan tidak ada perbedaan yang signifikan p (0,510) > 0,05. Rerata konsumsi Fe sesudah suplementasi pada kelompok perlakuan sebesar 65,59 m/hr, sementara rerata konsumsi Fe pada kelompok kontrol 6,36 mg/hr. Berdasarkan AKG 2004, konsumsi Fe pada kelompok perlakuan sudah memenuhi standar kecukupan yang dianjurkan (26 mg/hr) sedang pada kelompok kontrol tidak memenuhi standar. Uji Anova konsumsi Fe sesudah suplementasi dari kedua kelompok perlakuan ada perbedaan yang signifikan p (0,000) < 0,05. Sesudah suplementasi, terdapat peningkatan yang sangat tinggi pada kelompok perlakuan, hal ini dikarenakan adanya konsumsi tambahan melalui suplementasi yang mengandung Fe. Uji Paired Sample T-test konsumsi Fe sebelum dan sesudah suplementasi terdapat adanya perbedaan yang signifikan p (0,000) < 0,05. Tabel 1. Distribusi Konsumsi Fe Subjek Kelompok Konsumsi Fe (mg) P. Sebelum Sesudah Value Perlakuan 5,41±1,35 65,59±1,30 0,000 Kontrol 5,66±1,35 6,36±1,28 0,019 Hasil uji Paired-Sample T test terhadap konsumsi Fe sebelum dan sesudah suplementasi pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol menunjukkan (p<0,05), artinya ada perbedaan yang signifikan konsumsi Fe sebelum dan sesudah suplementasi. Rerata konsumsi asam folat sebelum suplementasi pada masing-masing kelompok perlakuan yaitu pada kelompok perlakuan sebesar 345 µg/hr dan pada kelompok kontrol sebesar 333 µg/hr. Jika dibandingkan dengan AKG 2004, maka rerata konsumsi asam folat sebelum suplementasi tergolong cukup. Uji Anova konsumsi asam folat sebelum suplementasi dari kedua kelompok perlakuan tidak ada perbedaan yang signifikan p (0,593) > 0,05. Rerata konsumsi asam folat sesudah suplementasi pada kelompok perlakuan sebesar 597,08 µg/hr, sementara rerata konsumsi asam folat pada kelompok kontrol 338,64 µg/hr. Berdasarkan AKG 2004, maka rerata konsumsi asam folat sesudah suplementasi tergolong cukup. Uji Anova konsumsi asam folat sesudah suplementasi kedua kelompok perlakuan ada perbedaan yang signifikan p (0,000) < 0,05. Sesudah suplementasi, terdapat peningkatan konsumsi asam folat yang sangat tinggi pada kelompok perlakuan, hal ini dikarenakan adanya konsumsi tambahan melalui suplementasi yang mengandung asam folat. Uji Paired- Sample T test konsumsi asam folat sebelum dan sesudah suplementasi dari kedua kelompok perlakuan ada perbedaan yang signifikan p (0,000) < 0,05. Berdasarkan AKG 2004, kelompok perlakuan telah memenuhi standar kecukupan yang dianjurkan (400 μg/hr), sementara pada kelompok kontrol ada yang tidak memenuhi standar kecukupan yang dianjurkan. Tabel 2. Distribusi Konsumsi Asam Folat Subjek Kelompok Konsumsi Asam folat (μg) P. Value Sebelum Sesudah Perlakuan 345,83±72,35 597,08±67,88 0,000 Kontrol 333,60±85,9 338,64±85,6 0,054

5 316 Hasil uji Paired-Sample T test terhadap konsumsi asam folat sebelum dan sesudah suplementasi pada kelompok perlakuan I dan II menunjukkan (p<0,05) hal ini berarti ada perbedaan yang signifikan antara konsumsi asam folat sebelum dan sesudah suplementasi, sementara pada kelompok kontrol hasil uji Paired-Sample T test menunjukkan (p>0,05), artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara konsumsi asam folat sebelum dan sesudah suplementasi. Rerata konsumsi vitamin A sebelum suplementasi, yaitu pada kelompok perlakuan yang diberi suplemen Fe, Asam folat dan Vitamin B12, rerata konsumsi vitamin A sebesar 399,67 RE/hr dan pada kelompok kontrol yang diberi plasebo rerata konsumsi vitamin A sebesar 396,08 RE/hr. Berdasarkan AKG 2004, kedua kelompok tersebut sebahagian komsumsi vitamin A Subjek tidak memenuhi standar kecukupan gizi (500 RE/hr). Uji Anova konsumsi vitamin A sebelum suplementasi kedua kelompok perlakuan tidak ada perbedaan yang signifikan p (0,948) > 0,05. Rerata konsumsi vitamin A sesudah suplementasi pada kelompok perlakuan sebesar 399,13 RE/hr, sementara rerata konsumsi vitamin pada kelompok kontrol 397,80 RE/hr. Berdasarkan AKG 2004, kedua kelompok tersebut sebahagian komsumsi vitamin A Subjek tidak memenuhi standar kecukupan yang dianjurkan (500 RE/hr). Uji Anova konsumsi vitamin A sesudah suplementasi dari kedua kelompok perlakuan ada perbedaan yang signifikan p (0,980) < 0,05. Uji Paired-Sample T test konsumsi vitamin A sebelum dan sesudah suplementasi dari kedua kelompok perlakuan tidak ada perbedaan yang signifikan p (0,735)>0,05. Tabel 3. Distribusi Konsumsi Vitamin A Subjek Kelompok Konsumsi Vitamin A (RE) P. Sebelum Sesudah Value Perlakuan 399,67±193,92 399,13±190,21 0,909 Kontrol 396,08±186,9 397,80±185,83 0,404 Hasil Uji Paired-Sample T test terhadap konsumsi vitamin A sebelum dan sesudah suplementasi pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol menunjukkan (p>0,05), artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara konsumsi vitamin A sebelum dan sesudah suplementasi. Rerata konsumsi vitamin B12 sebelum suplementasi dari masing-masing kelompok perlakuan sebesar 1,69 μg/hr dan pada kelompok kontrol sebesar 1,82 μg/hr. Berdasarkan AKG 2004, kedua kelompok tersebut sebahagian komsumsi vitamin B12 Subjek tidak memenuhi standar kecukupan yang dianjurkan (2,4 μg/hr). Uji Anova konsumsi vitamin B12 sebelum suplementasi dari kedua kelompok perlakuan tidak ada perbedaan yang signifikan p (0,260) > 0,05. Rerata konsumsi vitamin B12 sesudah suplementasi pada kelompok perlakuan sebesar 2,57 μg/hr, sementara rerata konsumsi vitamin B12 pada kelompok kontrol 1,99 μg/hr. Uji Anova konsumsi vitamin B12 sesudah suplementasi dari kedua kelompok perlakuan ada perbedaan yang signifikan p (0,000) < 0,05. Sesudah suplementasi, terdapat peningkatan yang sangat tinggi pada kelompok perlakuan, hal ini dikarenakan adanya konsumsi tambahan melalui suplementasi yang mengandung vitamin B12. Berdasarkan AKG 2004, kelompok perlakuan tersebut sebagian besar telah memenuhi standar kecukupan yang dianjurkan (2,4 μg/hr), sementara pada kelompok kontrol ada yang tidak memenuhi standar kecukupan yang dianjurkan. Uji Paired-Sample T test konsumsi vitamin B12 sebelum dan sesudah suplementasi menunjukkan p<0,005 artinya ada perbedaan yang signifikan antara konsumsi vitamin B12 sebelum dan sesudah suplementasi. Tabel 4. Distribusi Konsumsi Vitamin B12 Subjek Kelompok Konsumsi Vitamin B12 (µg) P. Value Sebelum Sesudah Perlakuan 1,69±0,44 2,57±0,44 0,000 Kontrol 1,82±0,33 1,99±0,51 0,078 Hasil uji Paired-Sample T test terhadap konsumsi vitamin B12 sebelum dan sesudah suplementasi pada kelompok perlakuan II menunjukkan (p<0,05) hal ini berarti ada perbedaan yang signifikan antara konsumsi vitamin B12 sebelum dan sesudah suplementasi, sementara pada kelompok kontrol hasil uji Paired-Sample T test menunjukkan (p>0,05), artinya tidak

6 317 ada perbedaan konsumsi vitamin B12 sebelum dan sesudah suplementasi. Rerata konsumsi vitamin C sebelum suplementasi pada masing-masing kelompok perlakuan yaitu pada kelompok perlakuan yaitu yang diberi suplemen Fe, Asam folat dan Vitamin B12 37,86 mg/hr dan pada kelompok kontrol yang diberi plasebo 34,94 mg/hr. Berdasarkan AKG 2004 dari kedua kelompok perlakuan tersebut sebagian besar tidak memenuhi kecukupan yang dianjurkan (75 mg). Berdasarkan uji Anova konsumsi vitamin C sebelum suplementasi dari kedua kelompok perlakuan tidak ada perbedaan yang signifikan p (0,460) > 0,05. Rerata konsumsi vitamin C sesudah suplementasi pada kelompok perlakuan sebesar 41,37 mg/hr, sementara rerata konsumsi vitamin C pada kelompok kontrol 35,76 mg/hr. Berdasarkan AKG 2004, kedua kelompok perlakuan tidak memenuhi standar kecukupan yang dianjurkan (75 mg/hr). Uji Anova konsumsi vitamin C sesudah suplementasi dari kedua kelompok perlakuan tidak ada perbedaan yang signifikan p (0,319)>0,05. Hasil uji Paired-Sample T test terhadap konsumsi vitamin C sebelum dan sesudah suplementasi pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol menunjukkan (p>0,05) hal ini berarti tidak ada perbedaan yang signifikan antara konsumsi vitamin C sebelum dan sesudah suplementasi. Pemeriksaan kadar Hb dilakukan pada awal dan akhir penelitian. Pada kedua kelompok rerata kadar Hb baik awal maupun akhir yaitu, pada kelompok perlakuan, yaitu yang diberi suplemen Fe, Asam folat dan vitamin B12 rerata kadar Hb awal 10,69 g/dl, rerata kadar Hb akhir 12,54 mg/dl dengan selisih kadar Hb 1,85 g/dl. Pada kelompok kontrol yaitu yang diberi plasebo rerata kadar Hb awal 10,34 g/dl, rerata kadar Hb akhir 10,66 g/dl dengan selisih 0,32 mg/dl. Tabel 8. Distribusi Kadar Hb Subjek Kelompok Kadar Hb (mg) P. Sebelum Sesudah Value Perlakuan 10,69 12,54 0,000 Kontrol 10,34 10,66 0,013 Berdasarkan tabel 8. di atas, hasil uji Paired-Sample T test menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan atau (p < 0,05) antara kadar Hb sebelum suplementasi dengan kadar Hb sesudah suplementasi pada masing-masing kelompok perlakuan. Anemia adalah keadaan dimana kadar Hb (Hemoglobin) dalam darah berada di bawah normal. Berdasarkan hasil penelitian, status anemia tingkat sedang sebelum suplementasi ditemukan 25% pada perlakuan dan 36% pada kelompok kontrol. Sedangkan untuk anemia tingkat ringan, 75% pada kelompok perlakuan dan 64% pada kelompok kontrol. Namun sesudah suplementasi, status anemia tingkat sedang tidak terdapat sama sekali (0%) pada kelompok perlakuan, dan pada kelompok kontrol menurun menjadi 16%. Status anemia tingkat ringan juga menurun menjadi 4,2% pada kelompok perlakuan, sedangkan status anemia menjadi tidak anemia (Normal) sebanyak 95,8% pada kelompok perlakuan dan 12% pada kelompok kontrol. Tabel 9. Kadar Hb Subjek sebelum dan setelah Suplementasi Kadar Hb Perlakuan Kontrol P (gr/dl) n % n % Valu Sebelum (Awal) < 12 gr/dl (anemia) 12 gr/dl (tidak anemia) Sesudah (Akhir) < 12 gr/dl (anemia) 12 gr/dl (tidak anemia) ,2 95, 8 PEMBAHASAN Penelitian menunjukkan bahwa umur Subjek seluruhnya masih tergolong usia produktif yaitu tahun. Hal ini sesuai dengan penelitian Mulyawati (2003) bahwa usia produktif merupakan risiko untuk terjadinya anemia. Hal ini dikarenakan pada usia ini adalah usia pernikahan. Dalam penelitian ini Subjek 100% berstatus menikah. Mulyawati menyatakan bahwa wanita yang menikah mempunyai risiko menderita anemia sebesar 3.32 kali lebih besar dibanding dengan yang belum menikah. Hal ini disebabkan karena Subjek membatasi porsi makan agar tubuh tetap langsing, sementara hilangnya zat besi (Fe) karena haid, serta meningkatnya kebutuhan Fe karena proses hamil dan menyusui, mengurus rumah tangga akan mengakibatkan anemia. e 0,303 0,000

7 318 Usia tahun bagi wanita juga merupakan usia produktif bekerja yang pastinya akan berisiko mengalami gangguan kesehatan seperti anemia (Raharjo, 2003). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hampir seluruh Subjek mempunyai pendidikan rendah. Pada kelompok perlakuan terdapat 58,3% dan kelompok kontrol 72% dengan status tingkat anemia sedang 75% pada kelompok perlakuan dan 64% pada kelompok kontrol. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Oppusunggu (2009) bahwa semakin rendah tingkat pendidikan, maka semakin tinggi proporsi anemia. Pendidikan yang rendah umumnya kurang memahami faktor-faktor yang berhubungan dengan anemia, kurang mengakses informasi anemia dan penanggulangannya dan kurang dapat memilih bahan makanan yang bergizi khususnya yang mengandung zat Fe serta kurang menggunakan pelayanan kesehatan yang tersedia (Apriadji, 1996). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata pendapatan per kapita per bulan sebesar Rp ,-. berada di bawah rerata kebutuhan hidup layak (KHL) yaitu sebesar Rp ,028,- (SK. Gubernur Sumatera Utara No /988/KPTS/ 2011). Sesuai dengan penelitian Raharjo bahwa proporsi anemia sebagian besar pada Subjek yang mempunyai penghasilan di bawah KHL. Hal ini dikarenakan biaya Subjek untuk pangan kecil sehingga menyebabkan pola makan sehari-hari kurang bervariasi dan kurang memenuhi kebutuhan yang dianjurkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi gizi dari makanan sebagian besar Subjek tidak memenuhi kebutuhan yang dianjurkan (AKG 2004). Rendahnya konsumsi zat gizi ini dimungkinkan karena kurangnya pengetahuan Subjek tentang gizi dan anemia sehingga kurang dapat memilih bahan makanan yang baik untuk kesehatan serta kurangnya biaya untuk pangan dalam sehari. Sesuai dengan hasil penelitian Raharjo (2003) Subjek yang mempunyai pengetahuan yang rendah mempunyai risiko 4 kali lebih tinggi untuk terkena anemia dibandingkan dengan Subjek yang mempunyai pengetahuan tentang anemia tinggi. Sementara kurangnya biaya untuk pangan disebabkan oleh rendahnya pendapatan menyebabkan pola makan sehari-hari kurang bervariasi dan kurang memenuhi kebutuhan yang dianjurkan sehingga menimbulkan kekurangan gizi yang salah satu dampaknya adalah anemia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan rerata kadar Hb pada seluruh kelompok perlakuan sesudah suplementasi yaitu sebesar 11,6 dari sebelum suplementasi yaitu 10,515 g/dl. Secara terperinci pada kelompok perlakuan, rerata kadar Hb sebelum perlakuan adalah 10,69 g/dl meningkat menjadi 12,54 g/dl sementara pada kelompok kontrol juga meningkat dari sebesar10,34 g/ dl menjadi 10,66 g/dl. Begitu juga dengan status anemia Subjek. Pada kelompok perlakuan status anemia tingkat sedang (25%) dan tingkat ringan (75%) menurun menjadi anemia tingkat ringan (4,2%) dan tidak anemia atau normal (95,8%). Sementara pada kelompok kontrol juga terjadi penurunan status anemia dari anemia tingkat sedang (36%) dan tingkat ringan (64%) menurun menjadi anemia tingkat sedang (16%), anemia tingkat ringan (72%) dan tidak anemia atau normal (12%). Berdasarkan hal tersebut di atas suplementasi Fe, asam folat dan vitamin B12 secara signifikan mampu meningkatkan kadar Hb pekerja wanita. Ditemukan adanya peningkatan pada kelompok kontrol disebabkan oleh pengaruh konsumsi obat cacing Pirantel Pamoat sebelum suplementasi yang dapat membebaskan Subjek dari kecacingan sehingga penyerapan zat gizi dan pembentukan hemoglobin menjadi lebih optimal. Berdasarkan uji Paired Sample T test diketahui ada perbedaan kadar Hb sesudah suplementasi antara perlakuan secara signifikan (p=0,000). Pada perlakuan peningkatan kadar Hb sebesar 1,85 g/dl. Hal ini kemungkinan dikarenakan suplemen vitamin B12 lebih memberikan respon positif terhadap kadar Hb bila Subjek menderita anemia (Lubis Z, 2007), artinya dalam keadaan kekurangan proses penyerapan vitamin B12 menjadi lebih tinggi sehingga asupan tambahan melalui suplemen yang diberikan sangat berguna untuk pembentukan hemoglobin. Selain itu sifat vitamin B12 yang larut dalam air sehingga lebih mudah diserap oleh tubuh dan mempercepat proses pembentukan kadar hemoglobin (Linder, 1992).

8 319 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Suplementasi Fe, asam folat dan vitamin B12 menurunkan prevalensi penderita anemia menjadi tidak anemia sebesar 95,8%. Ada pengaruh suplementasi terhadap peningkatan kadar Hb pada pekerja wanita. Suplementasi Fe, asam folat dan vitamin B12 mampu meningkatkan kadar Hb sebesar 1,85 g/dl, sedangkan kelompok kontrol peningkatan sangat kecil (0,32 g/dl). Ada perbedaan kadar Hb sebelum dan sesudah suplementasi, dan untuk antar kelompok perlakuan ada perbedaan yang bermakna setelah pemberian suplementasi (p<0,05). Konsumsi zat gizi Subjek dari makanan sebagian besar masih kurang dari kecukupan gizi yang dianjurkan. Saran 1. Bagi perusahaan diharapkan dapat memberikan suplemen kepada pekerjanya, memberikan makanan tambahan 1xsehari, penyuluhan tentang anemia pada pekerja wanita dan peningkatan pendapatan agar pekerja mampu membeli makanan yang berkualitas dengan memanfaatkan pekarangan rumah dengan kebun gizi, dan pemanfaatan limbah kelapa sawit menjadi produk yang memiliki nilai jual seperti membuat gedek/ sapu lidi. Karena dengan demikian, maka derajat kesehatan pekerja wanita menjadi baik sehingga menurunkan angka kesakitan (mengurangi biaya perobatan dan kehilangan waktu bekerja) dan meningkat pula produktifitas kerja. 2. Sebaiknya koordinasi Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun dengan perusahaan lebih ditingkatkan lagi dalam memberi perhatian pada penanganan anemia pada pekerja wanita dengan program penyuluhan dan suplementasi. DAFTAR PUSTAKA (ACC/SCN) Nutrition Troughout teh Life Cycle. Teh Collaboration with International Food Policy Researh Institute (IFPRI). UN. Geneva. Ahmed F. Khan RM, Jackson AA Concomitant Suplemental Vitamin A Enhances Teh Response to Weekly Suplemental Iron and Folic Acid in Anemic Teenegers in urban Bangladesh. Am J Clin Nutr Almatsier, S, Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gamedia Pustaka Utama. Jakarta Apriadji, H.W Gizi Keluarga. Swadaya. Jakarta. Arena, Jay M., M.D., Sarazen, Paul, Jr., M.D., Baylin, George J., M.D HiperVitaminosis A - Report an unusual Case with Marked Craniotabes. Official Journal of teh American Academy of Pediatrics. Arisman, MB, Gizi dalam Daur Kehidupan. EGC. Jakarta Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BPPN) Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi Jakarta. Badan Pusat Statistik Keadaan ketenagakerjaan Indonesia Februari Jakarta. Bakara, Tiarlince, Penuntun Biokimia Gizi. Poltekkes Medan Jurusan Gizi. L. Pakam. Bloem, MW 1995, Interdependence of Vitamin A and iron : an Important association for progammess of anemia kontrol Proc Nutr Soc 54 DeMaeyer EM, Pencegahan dan Pengawasan Anemia Defisiensi Fe, diterjemahkan oleh Arisman, WHO. Dep. Kes. RI Pedoman Suplementasi Fe bagi Petugas. Direktorat Jendral. Bina Kesehatan Masyarakat. Jakarta. Departemen Kesehatan RI Gizi dalam Angka sampai dengan Tahun Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat. Direktorat Gizi Masyarakat. Jakarta.

9 320 Gillispie S Major Issues in Teh Kontrol of Iron Deficiency. Teh Micronutrient Initiative. UNICEF, New York Hardinsyah., Briawan,D., Retnaningsih., Herawati, T Analisis Kebutuhan Konsumsi Pangan. Pusat Studi Kebijakan Pangan dan Gizi. Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat Institut Pertanian Bogor IVACG, 1998, Teh effect of Vitamin A nutriture on health : A review. Vitamin A interactions with iron and zinc. Artikel :9, USA. Lemeshow, S, Hosmer D.W.Jr, Klar, J, Lwanga, S.K Besar Subjek dalam Penelitian Kesehatan. Terjemahan Pramono, D. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Linder MC, Biokimia Nurisi dan Metabolisme, Penerbit Universitas Indonesia : UI-Press. Lubis HS, Aritonang E, Analisis Kadar Hemoglobin Darah pada Buruh Wanita di Perusahaan Makanan Beku (Cold Storage) PT. X Belawan, The Journal of Public Health USU. Lubis Z, Pengaruh Pemberian Suplemen Vitamin B12 dan Hemoglobin Anak Prasekolah. The Journal of Public Health USU. Madanijah, S Pendidikan dalam Pengantar Pengadaan Pangan dan Gizi. Swadaya. Jakarta. Mejia, LA, Chew, F 1988, Hematological effect of supplementing anemic children with Vitamin A alone and in combination with iron. Am J. Clin Nutr 48 Muchtadi D, Metabolisme Zat Gizi, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. Muchtadi D, Pangan dan Gizi, Jakarta : UT. Mulyawati, Y Perbandingan Efek Suplementasi Tablet Tambah Darah Dengan dan Tanpa Vitamin C Terhadap Kadar Hemoglobin Pekerja Wanita di Perusahaan Plywood Jakarta, Universitas Indonesia. Tesis. Murray, RK., Ganner, DK., Robert, KM., Peter, AM., Victor, WR Harper s Biochemistry (14th ed.) Appliton & Lange, Stanford- Connecticut. Parakkasi, A 1992, Biokimia Nutrisi dan Metabolisme (Nutritional Biochemistry and Metabolism karangan asli Linder) Universitas Indonesia, Jakarta. Palafox, NA et al. 2003, Vitamin A deficiency, iron deficiency, and anemia among preschool children in the Republic of the Marshall Islands, Nutrition 19. Raharjo, B Faktor-Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Anemia Pada Pekerja Wanita di Desa Jetis Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo. Universitas Diponegoro. Tesis. Ramakrishnan,U Nutritional Anemias. CRC Press, Boca London, New York Washingon, DC. Sahyoun, N.R., Pratt, C.A., Anderson, A Evaluation of nutrition education suplementasions for older adults: a proposed framework. J. Am. Diet Assoc. Sastroasmoro, S, Ismael, S, Dasardasar Metodologi Penelitian Klinis. Binarupa Aksara, Jakarta Siagian A, Epidemiologi Gizi, Jakarta : Erlangga Sommer, A, & West, K.P Vitamin A Deficiency : Health, Survival and Vision. Oxford University Press. New York.

10 321 Subagio, HW Hubungan antara Status Vitamin A dan Seng Ibu Hamil dengan Keberhasilan Suplementasi Fe. Disertasi. Universitas Diponegoro Semarang. Suharno D, Gizi Kerja Pada Masyarakat Kerja Informal dalam Upaya Kesehatan Kerja Sektor Informal Di Indonesia, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Sumapradja, Gutawa M, Fayakun YL, Widyastuti D Proses Asuhan Gizi Terstandar. Bandung: Persatuan Ahli Gizi Indonesia dan Asosiasi Dietisien Indonesia (AsDI). Supariasa, IDN, Bakri B, Fajar Penilaian Status Gizi. EGC. Jakarta. Winarno, FG 2002, Kimia Pangan dan Gizi, Penerbit PT. Gramedia, Pustaka Utama, Jakarta. Wirakusumah E Perencaanaan Menu Anemia Gizi Besi. Trubus Agriwidya. Jakarta. WHO Iron Deficiency Anemia Assessment, Prevention And Control. Geneva.

TESIS. Oleh : LUSYANA GLORIA DOLOKSARIBU /IKM

TESIS. Oleh : LUSYANA GLORIA DOLOKSARIBU /IKM PENGARUH SUPLEMENTASI Fe, ASAM FOLAT, VITAMIN A DAN VITAMIN B 12 TERHADAP PENINGKATAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) PEKERJA WANITA DI PT. X KABUPATEN SIMALUNGUN 2012 TESIS Oleh : LUSYANA GLORIA DOLOKSARIBU 107032090/IKM

Lebih terperinci

Effect Iron, Folic Acid, and B12 Supplementation To The Increase Hemoglobin Level To Female Workers In Sukoharjo ABSTRACT

Effect Iron, Folic Acid, and B12 Supplementation To The Increase Hemoglobin Level To Female Workers In Sukoharjo ABSTRACT ARTIKEL PUBLIKASI EFEK SUPLEMENTASI Fe, ASAM FOLAT DAN VITAMIN B 12 TERHADAP PENINGKATAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) PADA PEKERJA WANITA (DI KABUPATEN SUKOHARJO) Program Studi Magister Epidemiologi Muwakhidah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat secara global baik di negara berkembang maupun negara maju. Anemia terjadi pada semua tahap siklus kehidupan dan termasuk

Lebih terperinci

PEMBERIAN TABLET FE DAN ASUPAN ZAT GIZI TERHADAP STATUS ANEMIA PADA MURID SDN 20 RUMBIA KABUPATEN MAROS

PEMBERIAN TABLET FE DAN ASUPAN ZAT GIZI TERHADAP STATUS ANEMIA PADA MURID SDN 20 RUMBIA KABUPATEN MAROS Media Gizi Pangan, Vol. IX, Edisi, Januari Juni PEMBERIAN TABLET FE DAN ASUPAN ZAT GIZI TERHADAP STATUS ANEMIA PADA MURID SDN RUMBIA KABUPATEN MAROS Sukmawati, Sitti Fatimah, Lydia Fanny Jurusan Gizi,

Lebih terperinci

PENGARUH SUPLEMENTASI ZAT BESI DAN ASAM FOLAT TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI DENGAN ANEMIA DI POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA TESIS

PENGARUH SUPLEMENTASI ZAT BESI DAN ASAM FOLAT TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI DENGAN ANEMIA DI POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA TESIS PENGARUH SUPLEMENTASI ZAT BESI DAN ASAM FOLAT TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI DENGAN ANEMIA DI POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci

WAHANA INOVASI VOLUME 3 No.2 JULI-DES 2014 ISSN :

WAHANA INOVASI VOLUME 3 No.2 JULI-DES 2014 ISSN : WAHANA INOVASI VOLUME 3 No.2 JULI-DES 2014 ISSN : 2089-8592 HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI DAN ASUPAN VITAMIN C DENGAN STATUS ANEMIA PADA WANITA USIA SUBUR (WUS) DI LINGKUNGAN AMPERA UTARA DESA SEKIP KECAMATAN

Lebih terperinci

Prevalensi anemia yang tinggi pada para pekerja perempuan di Indonesia yaitu sekitar

Prevalensi anemia yang tinggi pada para pekerja perempuan di Indonesia yaitu sekitar EFEK SUPLEMENTASI Fe, ASAM FOLAT DAN VITAMIN B 12 TERHADAP PENINGKATAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) PADA PEKERJA WANITA DI KABUPATEN SUKOHARJO Muwakhidah, Suharyo Hadisaputro, dan Endang Purwaningsih Jurusan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia pada remaja putri merupakan salah satu dampak masalah kekurangan gizi remaja putri. Anemia gizi disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang berperan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan suatu keadaan dimana kadar Hemoglobin (Hb) ambang menurut umur dan jenis kelamin (WHO, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan suatu keadaan dimana kadar Hemoglobin (Hb) ambang menurut umur dan jenis kelamin (WHO, 2001). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan suatu keadaan dimana kadar Hemoglobin (Hb) seseorang dalam darah lebih rendah dari normal sesuai dengan nilai batas ambang menurut umur dan jenis kelamin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan baik, bayi tumbuh sehat sesuai yang diharapkan dan

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan baik, bayi tumbuh sehat sesuai yang diharapkan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan suami istri. Setiap pasangan menginginkan kehamilan berlangsung dengan baik, bayi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2001). Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada

BAB I PENDAHULUAN. 2001). Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diperkirakan kurang lebih 2,15 milyar orang di dunia menderita anemia dengan prevalensi kejadian anemia dengan prosentase bayi dan anak < 2 tahun (48%), anak sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat 2010-2015 dilakukan pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan bangsa. Pemerintah memiliki

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Penelitian ini termasuk explanatory research di bidang gizi masyarakat, sesuai dengan tujuan yang ditetapkan yaitu untuk mengetahui hubungan kausal antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia terutama negara berkembang yang diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia. Anemia banyak terjadi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kurang vitamin A, Gangguan Akibat kurang Iodium (GAKI) dan kurang besi

BAB 1 : PENDAHULUAN. kurang vitamin A, Gangguan Akibat kurang Iodium (GAKI) dan kurang besi BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia karena defisiensi besi merupakan kelainan gizi yang paling sering ditemukan di dunia dan menjadi masalah kesehatan masyarakat. Saat ini diperkirakan kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama di negara berkembang. Data Riset Kesehatan Dasar (R iskesdas)

BAB I PENDAHULUAN. terutama di negara berkembang. Data Riset Kesehatan Dasar (R iskesdas) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia merupakan masalah kesehatan yang paling sering dijumpai di seluruh dunia, di samping sebagai masalah kesehatan utama masyarakat, terutama di negara berkembang.

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN An Nadaa, Vol 1 No.2, Desember 2014, hal 72-76 ISSN 2442-4986 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN The Associated

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN PENELITIAN PENGARUH PEMBERIAN TABLET Fe DAN BUAH KURMA PADA MAHASISWI DI JURUSAN KEBIDANAN TANJUNGKARANG Nora Isa Tri Novadela*, Riyanti Imron* *Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang E_mail :

Lebih terperinci

Pengetahuan Gizi dan Kadar Hemoglobin Anak Sekolah Dasar Penderita Anemia setelah Mendapatkan Suplementasi Besi dan Pendidikan Gizi

Pengetahuan Gizi dan Kadar Hemoglobin Anak Sekolah Dasar Penderita Anemia setelah Mendapatkan Suplementasi Besi dan Pendidikan Gizi Artikel Penelitian Pengetahuan Gizi dan Kadar Hemoglobin Anak Sekolah Dasar Penderita Anemia setelah Mendapatkan Suplementasi Besi dan Pendidikan Gizi Nutrition Knowledge and Hemoglobin Levels on Elementary

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan fisiknya dan perkembangan kecerdasannya juga terhambat.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan fisiknya dan perkembangan kecerdasannya juga terhambat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan keadaan masa eritrosit dan masa hemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh (Handayani, 2008). Anemia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan

BAB I PENDAHULUAN. yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan suatu golongan dari suatu kelompok usia yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan yang akan dikonsumsinya. Taraf kesehatan

Lebih terperinci

1998, WHO telah merekomendasikan penambahan suplemen asam folat sebesar 400 µg (0,4 mg) per hari bagi ibu hamil untuk mencegah kelainanan tabung

1998, WHO telah merekomendasikan penambahan suplemen asam folat sebesar 400 µg (0,4 mg) per hari bagi ibu hamil untuk mencegah kelainanan tabung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia defisiensi besi ialah suatu kondisi anemia dan terdapat bukti yang jelas akan kehilangan zat besi. Anemia defisiensi besi merupakan tahap berat dari defisiensi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh VIKA YUNIATI J 300 101

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari nilai normal kelompok yang bersangkutan (WHO, 2001). Anemia merupakan kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Suharno, 1993). Berdasarkan hasil penelitian WHO tahun 2008, diketahui bahwa

BAB I PENDAHULUAN. (Suharno, 1993). Berdasarkan hasil penelitian WHO tahun 2008, diketahui bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia yang berakibat buruk bagi penderita terutama golongan rawan gizi yaitu anak balita, anak sekolah, remaja, ibu

Lebih terperinci

22,02%, 23,48% dan 22,45% (Sarminto, 2011). Kejadian anemia di Provinsi DIY pada tahun 2011 menurun menjadi 18,90%. Berbeda dengan provinsi, kejadian

22,02%, 23,48% dan 22,45% (Sarminto, 2011). Kejadian anemia di Provinsi DIY pada tahun 2011 menurun menjadi 18,90%. Berbeda dengan provinsi, kejadian 2 22,02%, 23,48% dan 22,45% (Sarminto, 2011). Kejadian anemia di Provinsi DIY pada tahun 2011 menurun menjadi 18,90%. Berbeda dengan provinsi, kejadian anemia di Kota Yogyakarta meningkat menjadi 25,38%

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pekerja wanita usia subur (WUS) selama ini merupakan sumber daya manusia (SDM) yang utama di banyak industri, terutama industri pengolahan pangan yang pekerjaannya masih banyak

Lebih terperinci

Mukhtar 1, Rusmilawaty 2, Yuniarti 2 ABSTRAK

Mukhtar 1, Rusmilawaty 2, Yuniarti 2 ABSTRAK EFEK SUPLEMENTASI TABLET Fe + VITAMIN C DAN OBAT CACING TERHADAP PERUBAHAN KADAR HAEMOGLOBIN PADA REMAJA YANG MENGALAMI ANEMIA DI MA DARUL IMAD KECAMATAN TATAH MAKMUR KABUPATEN BANJAR TAHUN 2013 Mukhtar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang. Masalah kesehatan yang dihadapi negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang. Masalah kesehatan yang dihadapi negara-negara berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anemia merupakan masalah dunia, dengan prevalensi tertinggi di negara sedang berkembang. Masalah kesehatan yang dihadapi negara-negara berkembang termasuk Indonesia

Lebih terperinci

Artikel Penelitian. Disusun oleh : P R I S W A N T I G2C203094

Artikel Penelitian. Disusun oleh : P R I S W A N T I G2C203094 HUBUNGAN KETERSEDIAAN PANGAN KELUARGA DAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI PROTEIN, Fe, ASAM FOLAT, VITAMIN B 12 DENGAN KEJADIAN KURANG ENERGI KRONIS (KEK) DAN ANEMIA PADA IBU HAMIL Artikel Penelitian disusun sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian.

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Gizi adalah satu faktor yang menentukan kualitas sumber daya manusia. Kebutuhan gizi yang tidak tercukupi, baik zat gizi makro dan zat gizi mikro dapat menyebabkan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat ( Public Health Problem) adalah anemia gizi.

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat ( Public Health Problem) adalah anemia gizi. 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu masalah gizi pada remaja dan dewasa yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat ( Public Health Problem) adalah anemia gizi. Prevalensi anemia di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan masalah yang masih terjadi pada wanita khusunya ibu hamil. Prevalensi anemia pada ibu hamil di seluruh dunia adalah 41,8%. Kejadian anemia diseluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anemia pada ibu hamil merupakan salah satu masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anemia pada ibu hamil merupakan salah satu masalah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia pada ibu hamil merupakan salah satu masalah yang sampai saat ini masih terdapat di Indonesia yang dapat meningkatkan risiko morbiditas dan mortalitas ibu dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan suami istri. Masa kehamilan adalah suatu fase penting dalam pertumbuhan anak karena calon

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok yang paling rawan dalam berbagai aspek, salah satunya terhadap

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok yang paling rawan dalam berbagai aspek, salah satunya terhadap BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan adalah suatu proses pembuahan dalam rangka melanjutkan keturunan sehingga menghasilkan janin yang tumbuh di dalam rahim seorang wanita (1). Di mana dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat diperoleh melalui survei konsumsi pangan. Penilaian survei konsumsi

BAB I PENDAHULUAN. dapat diperoleh melalui survei konsumsi pangan. Penilaian survei konsumsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingkat kecukupan zat gizi individu maupun kelompok masyarakat dapat diperoleh melalui survei konsumsi pangan. Penilaian survei konsumsi pangan ada 2 macam, yaitu secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di. dibandingkan dengan laki-laki muda karena wanita sering mengalami

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di. dibandingkan dengan laki-laki muda karena wanita sering mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan masalah kesehatan yang banyak dijumpai di berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia. Wanita muda memiliki risiko yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan terganggu, menurunnya

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS JUS JAMBU BIJI TERHADAP PERUBAHAN KADAR HB PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BACEM KABUPATEN BLITAR TAHUN 2015

EFEKTIVITAS JUS JAMBU BIJI TERHADAP PERUBAHAN KADAR HB PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BACEM KABUPATEN BLITAR TAHUN 2015 EFEKTIVITAS JUS JAMBU BIJI TERHADAP PERUBAHAN KADAR HB PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BACEM KABUPATEN BLITAR TAHUN 2015 Dhita Kris Prasetyanti, Lia Eforia Asmarani Ayu Putri Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan dikarenakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan dikarenakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan dimana kebutuhan ibu terhadap zat besi mengalami peningkatan dikarenakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang sedang tumbuh

Lebih terperinci

PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI SMA PEDESAAN DAN PERKOTAAN DI KABUPATEN KLATEN

PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI SMA PEDESAAN DAN PERKOTAAN DI KABUPATEN KLATEN PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI SMA PEDESAAN DAN PERKOTAAN DI KABUPATEN KLATEN ( Studi Kasus di SMAN 3 Klaten dan SMAN 1 Bayat) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja merupakan tahap dimana seseorang mengalami sebuah masa transisi menuju dewasa. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. optimal. Dibutuhkan tenaga kerja yang sehat, berkualitas dan produktif untuk bersiap

BAB I PENDAHULUAN. optimal. Dibutuhkan tenaga kerja yang sehat, berkualitas dan produktif untuk bersiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya pembangunan ke arah industrialisasi yang semakin maju memacu perusahaan untuk memanfaatkan sumberdaya yang dimilikinya secara optimal. Dibutuhkan

Lebih terperinci

PUBLIKASI KARYA ILMIAH HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SMA 1 MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO

PUBLIKASI KARYA ILMIAH HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SMA 1 MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO PUBLIKASI KARYA ILMIAH HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SMA 1 MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO Skripsi ini Disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kekurangan zat besi merupakan salah satu masalah gizi utama dan jika terjadi pada anak-anak akan menjadi persoalan serius bangsa. Kekurangan zat besi mempunyai pengaruh

Lebih terperinci

SARI KURMA (PHOENIX DACTYLIFERA) SEBAGAI SUPLEMEN NUTRISI UNTUK MENAMBAH KADAR HAEMOGLOBIN PADA TIKUS PUTIH BETINA (RATUS NORVEGICUS)

SARI KURMA (PHOENIX DACTYLIFERA) SEBAGAI SUPLEMEN NUTRISI UNTUK MENAMBAH KADAR HAEMOGLOBIN PADA TIKUS PUTIH BETINA (RATUS NORVEGICUS) SARI KURMA (PHOENIX DACTYLIFERA) SEBAGAI SUPLEMEN NUTRISI UNTUK MENAMBAH KADAR HAEMOGLOBIN PADA TIKUS PUTIH BETINA (RATUS NORVEGICUS) Setyo mahanani Nugroho 1, Masruroh 2, Lenna Maydianasari 3 setyomahanani@gmail.com

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN DOSEN MUDA

LAPORAN PENELITIAN DOSEN MUDA LAPORAN PENELITIAN DOSEN MUDA Efek Fortifikasi Fe dan Zn pada Biskuit yang Diolah dari Kombinasi Tempe dan Bekatul untuk Meningkatkan Kadar Albumin Anak Balita Kurang Gizi yang Anemia Oleh: Pramudya Kurnia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan dan merupakan masalah gizi utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan dan merupakan masalah gizi utama di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu penyakit gangguan gizi yang masih sering ditemukan dan merupakan masalah gizi utama di Indonesia (Rasmaliah,2004). Anemia dapat didefinisikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan satu dari empat masalah gizi yang ada di indonesia disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah gangguan akibat kurangnya

Lebih terperinci

Hubungan Asupan Fe dan Vitamin A dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil Trimester III di Puskesmas Air Dingin Kota Padang

Hubungan Asupan Fe dan Vitamin A dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil Trimester III di Puskesmas Air Dingin Kota Padang 191 Artikel Penelitian Hubungan Asupan Fe dan Vitamin A dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil Trimester III di Puskesmas Air Dingin Kota Padang Indah Lisfi 1, Joserizal Serudji 2, Husnil Kadri 3 Abstrak

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014 Klemens STIKes Prima Jambi Korespondensi penulis :kornelis.klemens@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. anemia pada masa kehamilan. (Tarwoto dan Wasnidar, 2007)

BAB 1 PENDAHULUAN. anemia pada masa kehamilan. (Tarwoto dan Wasnidar, 2007) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi dan pangan merupakan masalah yang mendasar karena secara langsung dapat menentukan kualitas sumber daya manusia serta derajat kesehatan masyarakat. Salah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. darah merah lebih rendah dari nilai normal sebagai akibat dari defisiensi dari salah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. darah merah lebih rendah dari nilai normal sebagai akibat dari defisiensi dari salah BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anemia Anemia adalah suatu keadaan menurunnya kadar hemoglobin, hematokrit dan jumlah sel darah merah di bawah nilai normal yang dipatok untuk perorangan. Sedangkan anemia gizi

Lebih terperinci

STUDI PERBAIKAN KADAR HEMOGLOBIN IBU HAMIL ANEMIA DENGAN PEMBERIAN SUPLEMENTASI TABLET BESI (PROGRAM) DI PUSKESMAS PADONGKO KABUPATEN BARRU

STUDI PERBAIKAN KADAR HEMOGLOBIN IBU HAMIL ANEMIA DENGAN PEMBERIAN SUPLEMENTASI TABLET BESI (PROGRAM) DI PUSKESMAS PADONGKO KABUPATEN BARRU STUDI PERBAIKAN KADAR HEMOGLOBIN IBU HAMIL ANEMIA DENGAN PEMBERIAN SUPLEMENTASI TABLET BESI (PROGRAM) DI PUSKESMAS PADONGKO KABUPATEN BARRU Study on Hemoglobin Levels Improvement of Anemic Pregnant Women

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan Afrika belum mampu mendekatinya. Indonesia masih terus berupaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan Afrika belum mampu mendekatinya. Indonesia masih terus berupaya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Millenium Development Goal (MDG) sudah dicanangkan pada September 2000. Upaya memperbaiki kesehatan ibu dan anak ditargetkan tercapai pada tahun 2015. Berapa negara

Lebih terperinci

ABSTRAK. Angelia Diah Rani A., 2008; Pembimbing I: Dr,dr. Felix Kasim. M.Kes. Pembimbing II: dr. Rimonta F.G, Sp.OG.

ABSTRAK. Angelia Diah Rani A., 2008; Pembimbing I: Dr,dr. Felix Kasim. M.Kes. Pembimbing II: dr. Rimonta F.G, Sp.OG. ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN SIKAP DAN PERILAKU IBU HAMIL TERHADAP ANEMIA DEFISIENSI FE DI KELURAHAN JATIHANDAP WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANDALA MEKAR KOTA BANDUNG Angelia Diah Rani A., 2008; Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. defisiensi besi, etiologi anemia defisiensi besi pada kehamilan yaitu hemodilusi. 1

BAB I PENDAHULUAN. defisiensi besi, etiologi anemia defisiensi besi pada kehamilan yaitu hemodilusi. 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Heatlh Organization 40% kematian ibu di Negara berkembang berkaitan dengan anemia pada kehamilan dan kebanyakan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan

Lebih terperinci

Kalimantan Selatan. RS Pelita Insani Martapura, Kalimantan Selatan *Korespondensi :

Kalimantan Selatan. RS Pelita Insani Martapura, Kalimantan Selatan *Korespondensi : Hubungan Pola Konsumsi Zat Besi Dan Konsumsi Suplemen Tablet Besi Dengan Status Pada Siswi Kelas VIII MTS Negeri Model Martapura Di Wilayah Kerja Dinas Correlation Of Iron Consumption Pattern And Iron

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. prevalensi balita pendek kurus dan mengatasi kebutuhan gizi remaja perempuan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. prevalensi balita pendek kurus dan mengatasi kebutuhan gizi remaja perempuan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai upaya untuk mengatasi masalah malnutrisi secara global telah dilakukan oleh WHO (World Health Organization) melalui program Sustainable Development

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI) tahun 2010 menyebutkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI) tahun 2010 menyebutkan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI) tahun 2010 menyebutkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ASUPAN MIKRONUTRIEN DENGAN JENIS ANEMIA PADA IBU HAMIL

HUBUNGAN ASUPAN MIKRONUTRIEN DENGAN JENIS ANEMIA PADA IBU HAMIL HUBUNGAN ASUPAN MIKRONUTRIEN DENGAN JENIS ANEMIA PADA IBU HAMIL Nuraenny Ratna Bauw 1, Aryu Candra K. 2 1 Mahasiswa Program Studi S-1 Ilmu Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro 2

Lebih terperinci

Keywords : Long Bean Leaves, Haemoglobin, Pregnancy Second Trimester

Keywords : Long Bean Leaves, Haemoglobin, Pregnancy Second Trimester PENGARUH KONSUMSI DAUN KACANG PANJANG TERHADAP PENINGKATAN KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL TM II DENGAN ANEMIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS POLANHARJO KABUPATEN KLATEN Dewi Andang Prastika, Onny Setiani,

Lebih terperinci

PENGARUH KONSUMSI HATI AYAM TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL TRIMESTER II DI PUSKESMAS NGORESAN KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH KONSUMSI HATI AYAM TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL TRIMESTER II DI PUSKESMAS NGORESAN KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH KONSUMSI HATI AYAM TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL TRIMESTER II DI PUSKESMAS NGORESAN KARYA TULIS ILMIAH Oleh : RONA LUTHFI FAUZIYYAH NIM. R1114103 PROGRAM STUDI D IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGARUH SUPLEMENTASI ZAT BESI, VITAMIN C DAN BISKUIT TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN IBU HAMIL TRIMESTER III ANEMIA DAN KURANG ENERGI KRONIS TESIS

PENGARUH SUPLEMENTASI ZAT BESI, VITAMIN C DAN BISKUIT TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN IBU HAMIL TRIMESTER III ANEMIA DAN KURANG ENERGI KRONIS TESIS PENGARUH SUPLEMENTASI ZAT BESI, VITAMIN C DAN BISKUIT TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN IBU HAMIL TRIMESTER III ANEMIA DAN KURANG ENERGI KRONIS TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11) anemia. (14) Remaja putri berisiko anemia lebih besar daripada remaja putra, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia adalah keadaan dimana jumlah eritrosit dalam darah kurang dari yang dibutuhkan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA GIZI BESI PADA TENAGA KERJA WANITA DI PT HM SAMPOERNA Oleh : Supriyono *)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA GIZI BESI PADA TENAGA KERJA WANITA DI PT HM SAMPOERNA Oleh : Supriyono *) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA GIZI BESI PADA TENAGA KERJA WANITA DI PT HM SAMPOERNA Oleh : Supriyono *) PENDAHULUAN Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi

Lebih terperinci

STUDI DETERMINAN KEJADIAN STUNTED PADA ANAK BALITA PENGUNJUNG POSYANDU WILAYAH KERJA DINKES KOTAPALEMBANG TAHUN 2013

STUDI DETERMINAN KEJADIAN STUNTED PADA ANAK BALITA PENGUNJUNG POSYANDU WILAYAH KERJA DINKES KOTAPALEMBANG TAHUN 2013 Artikel Penelitian STUDI DETERMINAN KEJADIAN STUNTED PADA ANAK BALITA PENGUNJUNG POSYANDU WILAYAH KERJA DINKES KOTAPALEMBANG TAHUN 2013 Terati, SKM, M.Si, Sartono, SKM, M.Kes, Yunita Nazarena.S.Gz Dosen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. generasi sebelumnya di negara ini. Masa remaja adalah masa peralihan usia

BAB I PENDAHULUAN. generasi sebelumnya di negara ini. Masa remaja adalah masa peralihan usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan masa depan bangsa yang akan menggantikan generasi sebelumnya di negara ini. Masa remaja adalah masa peralihan usia anak menjadi usia dewasa. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usia subur. Perdarahan menstruasi adalah pemicu paling umum. kekurangan zat besi yang dialami wanita.meski keluarnya darah saat

BAB I PENDAHULUAN. usia subur. Perdarahan menstruasi adalah pemicu paling umum. kekurangan zat besi yang dialami wanita.meski keluarnya darah saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi di Indonesia masih banyak ditemukan, baik masalah akibat kekurangan zat gizi maupun akibat kelebihan zat gizi. Masalah gizi akibat kekurangan zat gizi diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun Konsep pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. tahun Konsep pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Millenium Development Goals (MDGs) merupakan sasaran pembangunan milenium yang telah disepakati oleh 189 negara yang tergabung dalam PBB pada tahun 2000. Konsep pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan secara terus-menerus untuk meningkatkan taraf hidup. Untuk mewujudkan cita-cita pembangunan diperlukan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia yang tidak hanya terjadi di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penderita anemia diperkirakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi ketika kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari batas normal kelompok orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi ketika kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari batas normal kelompok orang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Anemia adalah suatu kondisi ketika kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari batas normal kelompok orang yang bersangkutan. Hemoglobin merupakan protein berpigmen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia khususnya anemia defisiensi besi, yang cukup menonjol pada anak-anak sekolah khususnya remaja (Bakta, 2006).

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA DAN KEBIASAAN MAKAN TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI DI ASRAMA SMA MTA SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA DAN KEBIASAAN MAKAN TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI DI ASRAMA SMA MTA SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA DAN KEBIASAAN MAKAN TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI DI ASRAMA SMA MTA SURAKARTA Yulinar Ikhmawati 1, Dwi Sarbini 1, Susy Dyah P 2 1 Prodi Gizi Fakultas

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Salah satu penentu kualitas sumber daya manusia adalah gizi seimbang. Kekurangan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Salah satu penentu kualitas sumber daya manusia adalah gizi seimbang. Kekurangan 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu penentu kualitas sumber daya manusia adalah gizi seimbang. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering

BAB I PENDAHULUAN. Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering terjadi pada semua kelompok umur di Indonesia, terutama terjadinya anemia defisiensi besi. Masalah anemia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah adalah investasi bangsa, karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia harus dilakukan sejak dini, secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Prevalensi anemia di Indonesia cukup tinggi pada periode tahun 2012 mencapai 50-63% yang terjadi pada ibu hamil, survei yang dilakukan di Fakultas Kedokteran Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) wanita dengan usia tahun

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) wanita dengan usia tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi utama yang terjadi di seluruh dunia. Menurut World Health Organization (WHO) wanita dengan usia 15-49 tahun yang menderita anemia di enam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa yang kritis dalam upaya menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa yang kritis dalam upaya menciptakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa balita merupakan masa yang kritis dalam upaya menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas, karena pada dua tahun pertama pasca kelahiran merupakan masa

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH REMAJA PUTRI DI WILAYAH PUSKESMAS JENGGOT KOTA PEKALONGAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH REMAJA PUTRI DI WILAYAH PUSKESMAS JENGGOT KOTA PEKALONGAN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH REMAJA PUTRI DI WILAYAH PUSKESMAS JENGGOT KOTA PEKALONGAN PADA ANEMIA Himawati Abstrak merupakan salah satu masalah gizi yang utama di Indonesia. Remaja putri merupakan

Lebih terperinci

PERAN PETUGAS KESEHATAN DAN KEPATUHAN IBU HAMIL MENGKONSUMSI TABLET BESI

PERAN PETUGAS KESEHATAN DAN KEPATUHAN IBU HAMIL MENGKONSUMSI TABLET BESI KESMAS, Vol.7, No.2, September 2013, pp. 55 ~ 112 ISSN: 1978-0575 83 PERAN PETUGAS KESEHATAN DAN KEPATUHAN IBU HAMIL MENGKONSUMSI TABLET BESI Lina Handayani Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas yang memiliki fisik tanggung, mental yang kuat

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN HUBUNGAN ANTARA ASUPAN Fe DENGAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DENGAN BERAT BADAN BAWAH GARIS KUNING MENURUT KMS DI KELURAHAN SEMANGGI KOTA SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Oleh : LAILA MUSFIROH

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ZAT BESI DAN PROTEIN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI SMP NEGERI 10 MANADO

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ZAT BESI DAN PROTEIN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI SMP NEGERI 10 MANADO HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ZAT BESI DAN PROTEIN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI SMP NEGERI 10 MANADO Sharon G. A. Soedijanto 1), Nova H. Kapantow 1), Anita Basuki 1) 1) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Lebih terperinci

-LATAR BELAKANG- Akan menurunkan kemampuan fisik dan prestasi akademik. Upaya pemerintah: suplementasi zat besi

-LATAR BELAKANG- Akan menurunkan kemampuan fisik dan prestasi akademik. Upaya pemerintah: suplementasi zat besi PENGEMBANGAN MODEL PERBAIKAN ANEMIA GIZI BESI DI SEKOLAH UNTUK PENINGKATAN PRESTASI AKADEMIK SISWA DR.IR. DODIK BRIAWAN, MCN DR.IR. SITI MADANIJAH, MS DR. FITRAH ERNAWATI, MSc SEAFAST Center LPPM - Institut

Lebih terperinci

keywords: tea consumptions, hemoglobin levels, vocational students

keywords: tea consumptions, hemoglobin levels, vocational students 1 PERILAKU MINUM TEH DAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) PADA SISWA-SISWI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 JORLANG HATARAN DESA DOLOK MARLAWAN KECAMATAN JORLANG KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012 (Behavior of drinking

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anemia Gizi Besi (AGB) masih menjadi masalah gizi yang utama di Indonesia. Anemia didefinisikan sebagai penurunan jumlah sel darah merah atau penurunan konsentrasi

Lebih terperinci

GAMBARAN POLA MAKAN, STATUS GIZI, POLA HAID DAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMU NEGERI 18 MEDAN TAHUN 2010 SKRIPSI OLEH :

GAMBARAN POLA MAKAN, STATUS GIZI, POLA HAID DAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMU NEGERI 18 MEDAN TAHUN 2010 SKRIPSI OLEH : GAMBARAN POLA MAKAN, STATUS GIZI, POLA HAID DAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMU NEGERI 18 MEDAN TAHUN 2010 SKRIPSI OLEH : CHOLIDA AMALIA PURBA NIM : 051000594 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENGARUH SARAPAN PAGI TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN (Hb) PADA MURID SEKOLAH DASAR ( Studi di SDN 1 Wates, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo )

PENGARUH SARAPAN PAGI TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN (Hb) PADA MURID SEKOLAH DASAR ( Studi di SDN 1 Wates, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo ) 54 PENGARUH SARAPAN PAGI TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN (Hb) PADA MURID SEKOLAH DASAR ( Studi di SDN 1 Wates, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo ) Sri Sayekti* Wahyu Yugo Utomo** STIKES Insan Cendekia Medika

Lebih terperinci

PERBEDAAN KADAR HB DALAM PEMBERIAN TABLET FE + VITAMIN C PADA REMAJA PUTRI DI KOTA BUKITTINGGI. Hasrah Murni (Poltekkes Kemenkes Padang )

PERBEDAAN KADAR HB DALAM PEMBERIAN TABLET FE + VITAMIN C PADA REMAJA PUTRI DI KOTA BUKITTINGGI. Hasrah Murni (Poltekkes Kemenkes Padang ) PERBEDAAN KADAR HB DALAM PEMBERIAN TABLET FE + VITAMIN C PADA REMAJA PUTRI DI KOTA BUKITTINGGI Hasrah Murni (Poltekkes Kemenkes Padang ) ABSTRACT The objective of the study was to look at the differences

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa yang berawal dari usia 9-10 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun. Remaja sebagai golongan individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kesehatan ibu merupakan salah satu tujuan Millenium Development

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kesehatan ibu merupakan salah satu tujuan Millenium Development BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kesehatan ibu merupakan salah satu tujuan Millenium Development Goal s (MDG s) Sesuai target Nasional menurut MDGs yaitu menurunkan Angka Kematian Ibu sebesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk meningkatkan status gizi masyarakat sebagai upaya peningkatan kualitas dan taraf hidup serta kecerdasan dan kesejahteraan

Lebih terperinci