keywords: tea consumptions, hemoglobin levels, vocational students
|
|
- Harjanti Atmadjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 PERILAKU MINUM TEH DAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) PADA SISWA-SISWI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 JORLANG HATARAN DESA DOLOK MARLAWAN KECAMATAN JORLANG KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012 (Behavior of drinking tea and hemoglobin (Hb) levels of students in Vocational High School 1 Jorlang Hataran Marlawan Dolok village Jorlang sub-district Simalungun regency in 2012) Emma Bermila Bangun¹, Zulhaida Lubis², Albiner Siagian² ¹Alumni Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat USU ²Staff Pengajar Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat USU ABSTRACT Tea has a lot of the nutrients for body such as polyphenols, tannins, vitamins and minerals, but the function of tannins in tea can be a barrier to the absorption of iron when tea is consumed at meals. If the absorbtion of iron is impared and a little iron consumption, the body will have iron deficiency can lead to low hemoglobin levels or anemia. The purpose of this study is to determine the behavior of drinking tea and hemoglobin (Hb) levels of students in Vocational High School 1 Jorlang Hataran Marlawan Dolok village. This research is descriptive study. The population of this study were the students of class X, XI and XII The Vocational High School 1 Jorlang Hataran Marlawan Dolok village. Samples were taken 80 people with simple random technique. The data was collected using questionnaires with the form of 24-hour food recall. Results showed that behavior about tea and hemoglobin levels of students in The Vocational High School 1 Jorlang Hataran Marlawan Dolok village almost entirely at the level of moderate tea consumption was 73.80% and the rate of 23.70% by weight of tea consumption, with hemoglobin levels also largely normal and anemic as much as 83.05% in moderate tea consumption and 63.16% by weight of tea consumption. Based on the results of this study suggested to the students in The Vocational High School 1 Jorlang Hataran Marlawan Dolok village to reduce the consumption of tea, especially when in conjunction with eating and increased nutrient intake by choosing foods that are more diverse. keywords: tea consumptions, hemoglobin levels, vocational students Pendahuluan Salah satu masalah gizi pada remaja dan dewasa yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat adalah anemia gizi. Prevalensi anemia di dunia sangat tinggi, terutama di negara-negara sedang berkembang termasuk Indonesia. Prevalensi kejadian anemia di dunia pada tahun 2005 sebanyak 24,8 persen dari total penduduk dunia hampir dua milyar penduduk dunia (WHO,2008). Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007 prevalensi anemia pada tahun 2007 di DKI Jakarta sebesar 15 persen melebihi rata-rata prevalensi nasional (11,9%) dan prevalensi anemia tertinggi di DKI Jakarta pada tahun 2007 terdapat pada kelompok dewasa (59,1%) dan tertinggi kedua terdapat pada kelompok remaja (14,2%). Penelitian yang dilakukan di Indonesia, menunjukkan prevalensi
2 2 kejadian anemia remaja pada SMU Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus sebesar 36,8%, SMK Negeri I Metro Lampung sebesar 59,52%, SMA di Kabupaten Sukoharjo yang berada dikota sebesar 62,22% dan SMA yang berada didesa 79,06%, SD Kecamatan Kartasura kabupaten Sukoharjo sebesar 83,9%, dan SMA Negeri I Jatibarang Kabupaten Brebes sebesar 47,1% (Djariyanto, 2008). Kekurangan asupan zat gizi merupakan penyebab terjadinya anemia, selain itu ada faktor lain yaitu gangguan penyerapan zat besi yang berasal dari kebiasaan minum teh. Berdasarkan penelitian Besral dkk (2007), bahwa 49% responden memiliki kebiasaan minum teh tiap hari sehingga beresiko menderita anemia. Tanin yang terdapat di dalam teh merupakan penghambat penyerapan zat besi. Penyerapan zat besi sangat dipengaruhi oleh kombinasi makanan yang diserap pada waktu makan makanan tertentu, terutama teh kental yang akan menimbulkan pengaruh penghambatan yang nyata pada penyerapan zat besi (Soehardi, 2004). Senyawa tanin dari teh yang berlebihan dalam darah akan mengganggu penyerapan zat besi. Tubuh kekurangan zat besi maka pembentukan butir darah merah (hemoglobin) berkurang sehingga mengakibatkan anemia. Pengaruh pengahambatan tanin dapat dihindarkan dengan cara tidak minum teh setelah selesai makan agar tidak mengganggu penyerapan zat besi (de Maeyer, 1995). Menurut data Head of Researcher Brand Research, teh merupakan salah satu minuman yang paling populer di dunia. Indonesia merupakan negara penghasil teh terbesar keenam di dunia dengan tingkat konsumsi teh orang Indonesia mencapai 0.8 kg/kapita/tahun (Machmud, 2006). Minum teh sudah menjadi tradisi di keseharian masyarakat Indonesia khususnya dan masyarakat Asia umumnya. Hampir setiap rumah menyimpan teh sebagai salah satu minuman favoritnya. Orang Indonesia terbiasa mengkonsumsi teh setelah makan. Bahkan ada kelompok masyarakat tertentu mengkonsumsi teh kental setiap hari. Hal ini tidak tepat karena konsumsi teh yang tidak tepat dapat menyebabkan anemia (Bambang, 2008). Jorlang Hataran Desa Dolok Marlawan merupakan sebuah desa yang berjarak ± 15 km menuju kebun teh Sidamanik, sebagaian dari masyarakat memperoleh teh dari kebun teh Sidamanik untuk dikonsumsi sehari-hari. Pola minum teh masyarakat Jorlang Hataran desa Dolok Marlawan adalah minum teh dipagi hari setelah makan, hal ini sudah menjadi kebiasaan bagi masyarakat ini karena teh selalu tersedia di setiap rumah tangga dan praktis dalam pembuatannya. Hasil survei awal di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Jorlang Hataran Desa Dolok Marlawan dengan melakukan wawancara yang dilakukan kepada sepuluh siswa, ternyata terdapat tujuh siswa yang memiliki kebiasaan minum teh sebelum dan sehabis makan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku minum teh dan kadar hemoglobin (Hb) pada siswasiswi Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Jorlang Hataran Desa Dolok Marlawan Kecamatan Jorlang Kabupaten Simalungun pada tahun METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif untuk mendeskripsikan dan menggambarkan perilaku minum teh dan kadar hemoglobin (Hb) pada siswa-siswi Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Jorlang Hataran Desa Dolok Marlawan Kecamatan Jorlang Kabupaten
3 3 Simalungun. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Jorlang Hataran Desa Dolok Marlawan Kecamatan Jorlang Kabupaten Simalungun pada bulan September - Oktober Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMK Negeri 1 Jorlang Hataran Dolok Marlawan Kecamatan Jorlang Kabupaten Simalungun sebanyak 368 orang dengan jumlah sampel 80 orang yang dihitung dengan menggunakan rumus Natoatmojo tahun Pengambilan sampel dilakukan secara acak sederhana (Simple Random Sampling) yaitu dengan cara mengundi anggota populasi (lottery technique) yaitu langsung menunjuk siswa-siswi untuk diwawancara sesuai dengan daftar pertanyaan yang telah disediakan dan diukur kadar hemoglobinnya. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa daftar pertanyaan (kuesioner), formulir food recall 24 hours,dan alat pengukur kadar hemoglobin menggunakan alat test darah portable hemoglobin Hb digital. Adapun tahapan pelaksanaan penelitian ini adalah : 1. Memberikan penjelasan kepada responden tentang tujuan penelitian yang akan dilakukan, kemudian melakukan wawancara kepada responden untuk mengisi kuesioner yang berisi daftar pertanyaan yang berhubungan dengan perilaku minum teh. 2. Mengisi daftar food recall 24 hours dengan menanyakan makanan apa yang dikonsumsi responden dan berapa jumlah makanan yang dikonsumsi dalam 24 jam. 3. Kemudian mengukur kadar hemoglobin responden dengan menggunakan alat test darah portable hemoglobin Hb digital. HASIL DAN PEMBAHASAN Perilaku Minum Teh Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner yang berisikan daftar pertanyaan, ternyata siswa-siswi hampir seluruhnya berada pada tingkat konsumsi teh sedang sebanyak 59 orang (73,80%) dan tingkat konsumsi berat 19 orang (23,70%) yang dilihat dari frekuensi minum teh, jenis teh yang diminum, dan waktu minum teh. Frekuensi minum teh < 2 gelas per hari lebih dominan sebanyak 35 orang (43,75%) dikarenakan sisiwa-siswi masih menganggap minum teh dapat menambah berat badan karena adanya campuran seperti gula pada teh yang pada umumnya mereka campurkan kedalam teh. Untuk jenis teh yang diminum juga lebih banyak menggunakan teh celup sebanyak 47 0rang (58,75%) dibandingkan dengan teh bubuk yang dihasilkan oleh pabrik kebun teh Sidamaik, hal ini dikarenakan cara pembuatan teh yang lebih praktis menggunakan teh celup. Siswa-siswi yang minum teh pada saat makan sebanyak 38 orang (47,50%), banyaknya siswa-siswi yang mengkonsumsi teh pada saat makan ini dikarenakan masih kurangnya pengetahuan mereka terhadap dampak minum teh pada saat makan, sehingga sudah menjadi sebuah kebiasaan. Letak kebun dan pabrik teh Sidamanik yang berdekatan dengan ternyata tidak mempengaruhi tingkat konsumsi teh siswa-siswi SMK Negeri 1 Jorlang Hataran, hal itu dapat dilihat dari tingkat konsumsi teh siswa-siswi yang paling dominan adalah tingkat konsumsi teh sedang. Tingkat konsumsi teh responden tersebut dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini :
4 4 Tabel 1. Distribusi Perilaku Minum Teh Siswa-Siswi di SMK Negeri 1 Jorlang Hataran Tahun 2012 Tingkat Konsumsi Jumlah N % Berat 19 23,70 Sedang 59 73,80 Ringan 2 2,50 Total ,00 Asupan Zat Gizi Asupan zat gizi siswa-siswi dilihat dari wawancara yang dilakukan menggunakan tabel food recall 24 jam. Asupan zat gizi yang diperhatikan dari hasil recall 24 jam ini adalah hanya zat gizi yang mempengaruhi terjadinya anemia saja seperti zat besi, protein, asam folat, vitamin C dan vitamin E. Dari hasil food recall 24 jam yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa 80 siswasiswi yang diteliti sedikit mengonsumsi makanan yang mengandung zat gizi. Asupan zat gizi besi ternyata 100% siswa-siswi mengkonsumsi zat besi < 15 μg, hal ini tidak sesuai dengan standar angka kecukupan gizi besi bagi anak remaja 15 μg per orang per hari. Asupan gizi protein juga ternyata hanya 18,74% yang mengkonsumsi protein > 66 g, hal ini tidak sesuai dengan angka kecukupan protein 66 g per orang per hari. Asupan zat gizi asam folat siswasiswi juga seluruhnya < 125 μg yang menunjukkan bahwa asupan asam folat tidak sesuai dengan angka kecukupan asam folat 125 μg. Untuk vitamin C dan vitamin E juga masih sangat kurang dalam pemenuhan kebutuhan zat gizinya, terbukti dari 80 siswa hanya 6,25% yang kebutuhan vitamin C nya yang terpenuhi sedangkan vitamin E semuanya tidak terpenuhi kebutuhan zat gizinya, hal ini tidak sesuai dengan standar angka kecukupan gizi untuk vitamin C sebanyak 60 μg dan vitamin E sebanyak 10 μg per orang per hari. Rendahnya asupan zat gizi siswasiswi sangat kurang dikarenakan ketersediaan makanan tinggi zat gizi kurang dirumah mereka, selain itu ketersediaan makanan dikantin sekolah juga sangat sedikit yang mengandung zat gizi tinggi zat besi, protein, asam folat, vitamin C dan vitamin E. Kadar Hemoglobin Berdasarkan Jenis Kelamin Siswa-Siswi SMK Negeri Jorlang Hataran Berdasarkan hasil penelitian dengan melakukan pengukuran kadar hemoglobin menggunakan alat test darah portable hemoglobin (Hb) digital, dapat dilihat bahwa kadar hemoglobin responden yang normal yaitu 19 orang (23,75%) dengan jumlah 3 orang berjenis kelamin laki-laki dan 16 orang perempuan. Kategori yang tidak normal yaitu 61 orang (76,25%) dengan jumlah laki-laki 25 orang dan perempuan 36 orang. Perlu diketahui bahwa kadar hemoglobin yang dominan berada pada kategori tidak normal. Rata-rata kadar hemoglobin responden berdasarkan jenis kelamin tersebut dapat dilihat pada tabel 2 berikut: Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kadar Hemoglobin Berdasarkan Jenis Kelamin Siswa-Siswi di SMK Negeri 1 Jorlang Hataran Tahun 2012 Jenis Kelamin Kategori Kadar Hb Normal Tidak Normal Total n % n % N % Laki-laki 3 10, , ,00 Perempuan 16 30, , ,00
5 5 Kadar Hemoglobin Berdasarkan Perilaku Minum Teh Siswa-Siswi SMK Negeri Jorlang Hataran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa tingkat konsumsi teh berat terdapat 7 orang (36,84%) yang memiliki kadar hemoglobin normal dan 12 orang (63,16%) yang tidak normal, konsumsi teh sedang terdapat 10 orang (16,95%) yang memiliki kadar hemoglobin normal dan 49 orang (83,05%) yang tidak normal, sedangkan konsumsi teh ringan terdapat 2 orang (100%) yang memiliki kadar hemoglobin normal dan tidak ada yang memiliki kadar hemoglobin tidak normal. Perlu diketahui bahwa tingkat konsumsi teh yang paling dominan berada pada kategori konsumsi sedang sebanyak 59 orang dengan kadar hemoglobin 49 orang (83,05%) yang tidak normal. Kadar hemoglobin responden berdasarkan perilaku minum teh dapat dilihat pada tabel 3 berikut. Tabel 3. Distribusi Frekuensi Kadar Hemoglobin Berdasarkan Perilaku Minum Teh Siswa- Siswi di SMK Negeri 1 Jorlang Hataran Tahun 2012 Tingkat Konsumsi Kategori Kadar Hb Normal Tidak Normal Total n % n % N % Berat 7 36, , ,00 Sedang 10 16, , ,00 Ringan 2 100, ,00 Kesimpulan Berdasarkan uraian hasil dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Konsumsi teh siswa-siswi di berada pada tingkat konsumsi sedang (73,80%) dan frekuensi minum teh terbanyak yaitu < 2 gelas per hari (41,30%), jenis teh yang paling banyak dikonsumsi adalah teh celup (55,00%), dan waktu konsumsi terbesar adalah pada saat makan (45,00%). 2. Kadar hemoglobin siswa-siswi di berada pada kategori tidak normal atau anemia yaitu 61 orang (76,25%) dengan jumlah laki-laki 25 orang (89,29%) dan perempuan 36 orang (68,23%). 3. Perilaku minum teh siswa-siswi hampir seluruhnya berada pada tingkat konsumsi teh sedang dan konsumsi teh berat, dengan kadar hemoglobin sebagian besar juga tidak normal atau anemia sebanyak 83,05% pada konsumsi teh sedang dan 63,16% pada konsumsi teh berat. 4. Asupan zat gizi siswa-siswi SMK Negeri 1 Jorlang Hataran khususnya yang berperan dalam pembentukan hemoglobin seperti Fe, protein, asam folat, vitamin C dan vitamin E berada pada kategori rendah karena berada dibawah standar angka kecukupan gizi. DAFTAR PUSTAKA Bambang, K Prospek Teh Indonesia Sebagai Minuman Fungsional. (28 Februari 2009). de Maeyer, EM Pencegahan dan Pengawasan Anemia Defisiensi Besi, diterjemahkan oleh Arisman, WHO, 3-29 dan Djariyanto Hubungan Antara Lama Menstruasi dan Kadar Hemoglobin pada Remaja SMA N 2 Sukoharjo. Skripsi Sarjana Universitas Muhammadiyah, Surakarta.
6 6 Departemen Kesehatan, Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia, Jakarta. Machmud, I Cerita Tentang Teh di Indonesia : Peluang terbuka luas. g bisnis/html (17 Februari 2008). Soehardi,S Memelihara Kesehatan Jasmani Melalui Makanan. ITB, Bandung. WHO Worldwide Prevalence Of Anemia WHO Global Database on Anemia.
BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi mikro yang cukup serius dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia. Sebagian besar anemia di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah adalah investasi bangsa, karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia harus dilakukan sejak dini, secara
Lebih terperinciGAMBARAN KONSUMSI BUAH, SAYUR DAN KECUKUPAN SERAT PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI SD NEGERI MEDAN SKRIPSI. Oleh ANGGI RARA NIM.
GAMBARAN KONSUMSI BUAH, SAYUR DAN KECUKUPAN SERAT PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI SD NEGERI 060870 MEDAN SKRIPSI Oleh ANGGI RARA NIM. 121021024 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan fisiknya dan perkembangan kecerdasannya juga terhambat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan keadaan masa eritrosit dan masa hemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh (Handayani, 2008). Anemia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anemia merupakan masalah gizi yang sering terjadi di dunia dengan populasi lebih dari 30%. 1 Anemia lebih sering terjadi di negara berkembang, termasuk Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia terutama negara berkembang yang diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia. Anemia banyak terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia khususnya anemia defisiensi besi, yang cukup menonjol pada anak-anak sekolah khususnya remaja (Bakta, 2006).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas yang memiliki fisik tanggung, mental yang kuat
Lebih terperinciGAMBARAN POLA MAKAN, STATUS GIZI, POLA HAID DAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMU NEGERI 18 MEDAN TAHUN 2010 SKRIPSI OLEH :
GAMBARAN POLA MAKAN, STATUS GIZI, POLA HAID DAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMU NEGERI 18 MEDAN TAHUN 2010 SKRIPSI OLEH : CHOLIDA AMALIA PURBA NIM : 051000594 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : Endar Wahyu Choiriyah J PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI KELAS X DAN XI SMA NEGERI 1 POLOKARTO KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : Endar Wahyu Choiriyah
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia yang tidak hanya terjadi di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penderita anemia diperkirakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Gizi adalah satu faktor yang menentukan kualitas sumber daya manusia. Kebutuhan gizi yang tidak tercukupi, baik zat gizi makro dan zat gizi mikro dapat menyebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kekurangan zat besi merupakan salah satu masalah gizi utama dan jika terjadi pada anak-anak akan menjadi persoalan serius bangsa. Kekurangan zat besi mempunyai pengaruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan suatu golongan dari suatu kelompok usia yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan yang akan dikonsumsinya. Taraf kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering terjadi pada semua kelompok umur di Indonesia, terutama terjadinya anemia defisiensi besi. Masalah anemia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat 2010-2015 dilakukan pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan bangsa. Pemerintah memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik yang cepat. Pertumbuhan yang cepat pada tubuh remaja membawa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)
anemia. (14) Remaja putri berisiko anemia lebih besar daripada remaja putra, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia adalah keadaan dimana jumlah eritrosit dalam darah kurang dari yang dibutuhkan
Lebih terperinciPERAN PETUGAS KESEHATAN DAN KEPATUHAN IBU HAMIL MENGKONSUMSI TABLET BESI
KESMAS, Vol.7, No.2, September 2013, pp. 55 ~ 112 ISSN: 1978-0575 83 PERAN PETUGAS KESEHATAN DAN KEPATUHAN IBU HAMIL MENGKONSUMSI TABLET BESI Lina Handayani Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad
Lebih terperinciHUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI KELAS XI DI SMK N 2 YOGYAKARTA
HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI KELAS XI DI SMK N 2 YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Nur Khatim AH Tiaki 201510104338 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ANEMIA PADA EKS PENDERITA KUSTA DI UPT RUMAH SAKIT KUSTA HUTASALEM KECAMATAN LAGUBOTI KABUPATEN TOBA SAMOSIR
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ANEMIA PADA EKS PENDERITA KUSTA DI UPT RUMAH SAKIT KUSTA HUTASALEM KECAMATAN LAGUBOTI KABUPATEN TOBA SAMOSIR TESIS Oleh ERNI DIAWANI TAMPUBOLON 127032224/IKM PROGRAM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan terganggu, menurunnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa yang berawal dari usia 9-10 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun. Remaja sebagai golongan individu
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU DENGAN KEJADIAN ANEMIA REMAJA PUTRI KELAS X DAN XI SMA NEGERI 1 POLOKARTO
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU DENGAN KEJADIAN ANEMIA REMAJA PUTRI KELAS X DAN XI SMA NEGERI 1 POLOKARTO Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat
Lebih terperinciKEBIASAAN MINUM TABLET FE SAAT MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA TAHUN 2016
KEBIASAAN MINUM TABLET FE SAAT MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA TAHUN 2016 NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Iffah Indri Kusmawati 201510104258 PROGRAM
Lebih terperinciPERBEDAAN KEBIASAAN MAKAN PAGI ANTARA ANAK ANEMIA DAN NON ANEMIA DI SD NEGERI BANYUANYAR III BANJARSARI KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI
PERBEDAAN KEBIASAAN MAKAN PAGI ANTARA ANAK ANEMIA DAN NON ANEMIA DI SD NEGERI BANYUANYAR III BANJARSARI KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: MUHAMMAD YUSUF J 310 090 013 PROGRAM STUDI S1 GIZI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan suatu keadaan dimana kadar Hemoglobin (Hb) ambang menurut umur dan jenis kelamin (WHO, 2001).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan suatu keadaan dimana kadar Hemoglobin (Hb) seseorang dalam darah lebih rendah dari normal sesuai dengan nilai batas ambang menurut umur dan jenis kelamin
Lebih terperinciPERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI SMA PEDESAAN DAN PERKOTAAN DI KABUPATEN KLATEN
PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI SMA PEDESAAN DAN PERKOTAAN DI KABUPATEN KLATEN ( Studi Kasus di SMAN 3 Klaten dan SMAN 1 Bayat) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan tahap di mana seseorang mengalami sebuah masa transisi menuju dewasa. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanakkanak berakhir, ditandai
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU DENGAN KEJADIAN ANEMIA REMAJA PUTRI KELAS X DAN XI SMA NEGERI 1 POLOKARTO
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU DENGAN KEJADIAN ANEMIA REMAJA PUTRI KELAS X DAN XI SMA NEGERI 1 POLOKARTO Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah S1
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI DI SMP NEGERI 13 MANADO Natascha Lamsu*, Maureen I. Punuh*, Woodford B.S.
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI DI SMP NEGERI 13 MANADO Natascha Lamsu*, Maureen I. Punuh*, Woodford B.S. Joseph* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. usia subur. Perdarahan menstruasi adalah pemicu paling umum. kekurangan zat besi yang dialami wanita.meski keluarnya darah saat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi di Indonesia masih banyak ditemukan, baik masalah akibat kekurangan zat gizi maupun akibat kelebihan zat gizi. Masalah gizi akibat kekurangan zat gizi diantaranya
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. kurang vitamin A, Gangguan Akibat kurang Iodium (GAKI) dan kurang besi
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia karena defisiensi besi merupakan kelainan gizi yang paling sering ditemukan di dunia dan menjadi masalah kesehatan masyarakat. Saat ini diperkirakan kurang
Lebih terperinciGAMBARAN KONSUMSI SAYURAN DAN BUAH PADA SISWA SMA NEGERI 1 PEKANBARU TAHUN 2012 SKRIPSI. Oleh: IVO GUSTIARA D
GAMBARAN KONSUMSI SAYURAN DAN BUAH PADA SISWA SMA NEGERI 1 PEKANBARU TAHUN 2012 SKRIPSI Oleh: IVO GUSTIARA D. 071000158 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012 GAMBARAN KONSUMSI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terutama di negara berkembang. Data Riset Kesehatan Dasar (R iskesdas)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia merupakan masalah kesehatan yang paling sering dijumpai di seluruh dunia, di samping sebagai masalah kesehatan utama masyarakat, terutama di negara berkembang.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Cross Sectional dimana pengukuran variabel bebas dan variabel terikat
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Desain penelitian ini adalah analitik observasional dengan rancangan Cross Sectional dimana pengukuran variabel bebas dan variabel terikat dilakukan pada
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA DAN KEBIASAAN MAKAN TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI DI ASRAMA SMA MTA SURAKARTA
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA DAN KEBIASAAN MAKAN TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI DI ASRAMA SMA MTA SURAKARTA Yulinar Ikhmawati 1, Dwi Sarbini 1, Susy Dyah P 2 1 Prodi Gizi Fakultas
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data
26 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosectional study. Penelitian dilakukan menggunakan data sekunder dari Program Perbaikan Anemia Gizi Besi di Sekolah
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data
21 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian proyek intevensi cookies muli gizi IPB, data yang diambil adalah data baseline penelitian. Penelitian ini merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunkan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA ASUPAN ZAT BESI DAN PROTEIN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS VIII DAN IX DI SMP N 8 MANADO
HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ZAT BESI DAN PROTEIN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS VIII DAN IX DI SMP N 8 MANADO Sitti Rahmini Paputungan 1), Nova H. Kapantow 1), A. J. M. Rattu 1) 1) Fakultas Kesehatan
Lebih terperinciHUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN PRESTASI AKADEMIK SISWA-SISWI SD. NEGERI NO SUKA MAKMUR KECAMATAN SIBOLANGIT KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2011
HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN PRESTASI AKADEMIK SISWA-SISWI SD. NEGERI NO.101837 SUKA MAKMUR KECAMATAN SIBOLANGIT KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2011 Oleh : NURAMALINA BINTI NORDIN 080100323 FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. generasi sebelumnya di negara ini. Masa remaja adalah masa peralihan usia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan masa depan bangsa yang akan menggantikan generasi sebelumnya di negara ini. Masa remaja adalah masa peralihan usia anak menjadi usia dewasa. Salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa. Selama masa ini banyak persoalan yang dihadapi para remaja yang berkaitan dengan masalah gizi
Lebih terperinciSkripsi ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat. Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Oleh : GULIT DANAN PRASETYO UTOMO J
HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, VITAMIN C, DAN KEBIASAAN MINUM TEH DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 1 MOJOLABAN, KABUPATEN SUKOHARJO JAWA TENGAH Skripsi ini Disusun untuk memenuhi
Lebih terperinciPENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG ANEMIA DENGAN STATUS HEMOGLOBIN REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 10 MAKASSAR
PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG ANEMIA DENGAN STATUS HEMOGLOBIN REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 10 MAKASSAR Relationship Knowledge and Attitude about Anemia with Haemoglobin Status of Adolescent Girls in SMAN
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada masa ini terjadi proses kehidupan menuju kematangan fisik dan perkembangan emosional antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gangguan absorpsi. Zat gizi tersebut adalah besi, protein, vitamin B 6 yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan dampak masalah gizi pada remaja putri. Anemia gizi disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang berperan dalam pembentukan hemoglobin, dapat karena kekurangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. merah atau hemoglobin kurang dari normal. Kadar hemoglobin normal. umumnya berbeda pada laki-laki dan perempuan. Untuk pria, anemia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anemia adalah suatu kondisi medis di mana suatu jumlah sel darah merah atau hemoglobin kurang dari normal. Kadar hemoglobin normal umumnya berbeda pada laki-laki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari nilai normal kelompok yang bersangkutan (WHO, 2001). Anemia merupakan kondisi
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA ASUPAN ZAT BESI DAN PROTEIN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI SMP NEGERI 10 MANADO
HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ZAT BESI DAN PROTEIN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI SMP NEGERI 10 MANADO Sharon G. A. Soedijanto 1), Nova H. Kapantow 1), Anita Basuki 1) 1) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dewasa. Remaja adalah tahapan umur yang datang setelah masa anak anak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan tahap seseorang mengalami masa transisi menuju dewasa. Remaja adalah tahapan umur yang datang setelah masa anak anak berakhir. Hal ini ditandai dengan
Lebih terperinciPengetahuan Berhubungan dengan Konsumsi Tablet Fe Saat Menstruasi pada Remaja Putri di SMAN 2 Banguntapan Bantul
ISSN2354-7642 Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia JOURNAL NERS AND MIDWIFERY INDONESIA Pengetahuan Berhubungan dengan Konsumsi Tablet Fe Saat Menstruasi pada Remaja Putri di SMAN 2 Banguntapan Bantul Prasetya
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA DAN KEBIASAAN MAKAN TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI DI ASRAMA SMA MTA SURAKARTA
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA DAN KEBIASAAN MAKAN TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI DI ASRAMA SMA MTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : YULINAR IKHMAWATI J310 080 018 PROGRAM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berpotensi menurunkan tingkat kecerdasan atau biasa disebut Intelligence Quotient
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan satu dari empat masalah gizi yang ada di indonesia disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah gangguan akibat kurangnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) wanita dengan usia tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi utama yang terjadi di seluruh dunia. Menurut World Health Organization (WHO) wanita dengan usia 15-49 tahun yang menderita anemia di enam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan generasi penerus dan modal pembangunan. Oleh karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan tersebut
Lebih terperinciHUBUNGAN ASUPAN MAGNESIUM DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI PENDERITA ANEMIA DI SUKOHARJO SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan
HUBUNGAN ASUPAN MAGNESIUM DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI PENDERITA ANEMIA DI SUKOHARJO SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran PRISMA CAHYANING RATRI G0013189
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditemukan. Terdapat sebanyak 3-5 gram besi dalam tubuh manusia dewasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam tubuh, zat besi merupakan mineral mikro yang paling banyak ditemukan. Terdapat sebanyak 3-5 gram besi dalam tubuh manusia dewasa (Almatsier, 2009). Besi dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya produktifitas kerja dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya
Lebih terperinciBAB I. antara asupan (intake dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan. pengaruh interaksi penyakit (infeksi). Hasil Riset Kesehatan Dasar pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi anak usia sekolah disebabkan adanya ketidakseimbangan antara asupan (intake dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan pengaruh interaksi penyakit (infeksi).
Lebih terperinciLAMA HAID DAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI. Menstruation Duration And Female Adolescent Anemia Occurance
LAMA HAID DAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI Menstruation Duration And Female Adolescent Anemia Occurance Febrianti*, Waras Budi Utomo, Adriana Program Studi Kesehatan Masyarakat dan Program Studi Ilmu
Lebih terperinciPENGARUH SARAPAN PAGI TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN (Hb) PADA MURID SEKOLAH DASAR ( Studi di SDN 1 Wates, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo )
54 PENGARUH SARAPAN PAGI TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN (Hb) PADA MURID SEKOLAH DASAR ( Studi di SDN 1 Wates, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo ) Sri Sayekti* Wahyu Yugo Utomo** STIKES Insan Cendekia Medika
Lebih terperinciOleh : ROCKY J. SIMATUPANG
GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA/SISWI KELAS XI IPA DI SMA SANTO THOMAS 2 MEDAN TENTANG VITAMIN C Oleh : ROCKY J. SIMATUPANG 070100204 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 GAMBARAN PENGETAHUAN
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. SDKI tahun 2007 yaitu 228 kematian per kelahiran hidup. (1)
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat. Berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012,
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA ASUPAN
HUBUNGAN ANTARA ASUPAN Fe DENGAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DENGAN BERAT BADAN BAWAH GARIS KUNING MENURUT KMS DI KELURAHAN SEMANGGI KOTA SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Oleh : LAILA MUSFIROH
Lebih terperinciPENGARUH POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP ANEMIA PADA SISWI ATLET DI SMA 9 BANDA ACEH TESIS. Oleh : YUSNIWATI /IKM
PENGARUH POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP ANEMIA PADA SISWI ATLET DI SMA 9 BANDA ACEH TESIS Oleh : YUSNIWATI 097032038/IKM PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia pada remaja putri merupakan salah satu dampak masalah kekurangan gizi remaja putri. Anemia gizi disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang berperan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obesitas merupakan masalah yang banyak dijumpai baik di negara maju maupun di negara berkembang. Obesitas merupakan suatu masalah serius pada masa remaja seperti
Lebih terperinciFORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN
Lampiran 1 FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN Saya yang bernama Sophie Devita S. adalah mahasiswa program studi S-1 Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan. Saat ini saya sedang melakukan penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anemia pada ibu hamil merupakan salah satu masalah yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia pada ibu hamil merupakan salah satu masalah yang sampai saat ini masih terdapat di Indonesia yang dapat meningkatkan risiko morbiditas dan mortalitas ibu dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia yang diandalkan dalam pembangunan nasional. Sebagai modal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja sebagai bagian dari masyarakat merupakan sumber daya manusia yang diandalkan dalam pembangunan nasional. Sebagai modal pembangunan nasional, sumber daya manusia
Lebih terperinciHUBUNGAN POLA KONSUMSI MAKANAN DENGAN STATUS GIZI SISWA SMA SANTO THOMAS 1 MEDAN. Oleh : SERGIO PRATAMA
HUBUNGAN POLA KONSUMSI MAKANAN DENGAN STATUS GIZI SISWA SMA SANTO THOMAS 1 MEDAN Oleh : SERGIO PRATAMA 120100202 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015 HUBUNGAN POLA KONSUMSI MAKANAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Visi baru pembangunan kesehatan direfleksikan dalam bentuk motto yang berbunyi Indonesia Sehat 2010. Tahun 2010 dipilih dengan pertimbangan bahwa satu dasawarsa merupakan
Lebih terperinciKata Kunci: Kadar hemoglobin, asupan zat besi, asupan protein, ibu hamil trimester II dan III
HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ZAT BESI DAN PROTEIN DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUMINTING Anggun Ningrum*, Nancy. S. H Malonda*, Maureen I. Punuh* *Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Lebih terperinciKECUKUPAN DAN STATUS GIZI SISWA SMU DHARMA PANCASILA MEDAN SERTA KAITANNYA DENGAN INDEKS PRESTASI
HASSIILL PPEENEELLIITTIIAN KECUKUPAN DAN STATUS GIZI SISWA SMU DHARMA PANCASILA MEDAN SERTA KAITANNYA DENGAN INDEKS PRESTASI Jumirah, Zulhaida Lubis, dan Muhammad Firdaus Staf Pengajar Departemen Gizi
Lebih terperinciHUBUNGAN ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI MAN 2 MODEL PALU
HUBUNGAN ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI MAN 2 MODEL PALU Abd.Farid Lewa Jurusan Gizi, Poltekkes Kemenkes Email:chyfa2008@yahoo.co.id Abstrak Anemia merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan masa pertumbuhan yang pesat. Namun, masa ini tidak luput dari munculnya masalah kesehatan. Salah satunya anemia. Anemia remaja merupakan salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anemia merupakan keadaan berkurangnya kemampuan darah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan keadaan berkurangnya kemampuan darah untuk membawa oksigen, yang biasanya disebabkan oleh penurunan jumlah sel darah merah yang beredar, keadaan ini
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat ( Public Health Problem) adalah anemia gizi.
1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu masalah gizi pada remaja dan dewasa yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat ( Public Health Problem) adalah anemia gizi. Prevalensi anemia di
Lebih terperinciFakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro 2 Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas
HUBUNGAN KETERSEDIAAN PANGAN DAN ASUPAN ZAT GIZI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN SANTRIWATI SAAT PUASA RAMADHAN (Studi di Pondok Pesantren Al Isti anah Desa Plangitan Kabupaten Pati Tahun 2017) Qusna Nur Anisa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2001). Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diperkirakan kurang lebih 2,15 milyar orang di dunia menderita anemia dengan prevalensi kejadian anemia dengan prosentase bayi dan anak < 2 tahun (48%), anak sekolah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Prevalensi anemia di Indonesia cukup tinggi pada periode tahun 2012 mencapai 50-63% yang terjadi pada ibu hamil, survei yang dilakukan di Fakultas Kedokteran Indonesia,
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS GIZI TERHADAP KEJADIAN ANEMIA REMAJA PUTRI PADA SISWI KELAS III DI SMAN 1 TINAMBUNG KABUPATEN POLEWALI MANDAR
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS GIZI TERHADAP KEJADIAN ANEMIA REMAJA PUTRI PADA SISWI KELAS III DI SMAN 1 TINAMBUNG KABUPATEN POLEWALI MANDAR Hapzah 1), Ramlah Yulita 2) 1) STIKES Bina Bangsa Majene
Lebih terperinciUNIVERSITAS UDAYANA HUBUNGAN STATUS ANEMIA DAN INDEKS MASSA TUBUH MENURUT UMUR (IMT/U) DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWI SMK KESEHATAN GANA HUSADA
UNIVERSITAS UDAYANA HUBUNGAN STATUS ANEMIA DAN INDEKS MASSA TUBUH MENURUT UMUR (IMT/U) DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWI SMK KESEHATAN GANA HUSADA LUH PUTU JULIANI 1320015007 PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Pertumbuhan dan perkembangan
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN POLA KONSUMSI DENGAN KEJADIAN ANEMIA GIZI PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KASSI-KASSI
Media Gizi Pangan, Vol. X, Edisi, Juli Desember 00 HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN POLA KONSUMSI DENGAN KEJADIAN ANEMIA GIZI PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KASSI-KASSI A.Esse Puji ), Sri Satriani ), Nadimin
Lebih terperinciJurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN
PENELITIAN PENGARUH PEMBERIAN TABLET Fe DAN BUAH KURMA PADA MAHASISWI DI JURUSAN KEBIDANAN TANJUNGKARANG Nora Isa Tri Novadela*, Riyanti Imron* *Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang E_mail :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia adalah suatu keadaan dimana komponen dalam darah, yakni hemoglobin (Hb) dalam darah atau jumlahnya kurang dari kadar normal. Di Indonesia prevalensi anemia pada
Lebih terperinciOLEH: RUTH MUTIARA ANGELINA MANULLANG
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN POLA KONSUMSI BUAH DAN SAYUR PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ANGKATAN 2014 DI MEDAN TAHUN 2015 OLEH: RUTH MUTIARA ANGELINA MANULLANG 12010017
Lebih terperinciHUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN DENGAN STATUS GIZI PNS BAPPEDA KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2015
HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN DENGAN STATUS GIZI PNS BAPPEDA KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2015 Oleh : Nia Sylviana Junaz 1, Jumirah 2, Albiner Siagian 2 1 Alumni Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat, FKM
Lebih terperinciPOLA KONSUMSI SARAPAN PAGI MURID SEKOLAH DASAR DI SDN KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2015 ABSTRACT
1 POLA KONSUMSI SARAPAN PAGI MURID SEKOLAH DASAR DI SDN 060921 KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2015 Ratna Juwita Sari 1, Zulhaida Lubis 2, Jumirah 2 1 Mahasiswa Fakultas Kesehatan Gizi Masyarakat 2 Dosen
Lebih terperinciHUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI DAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN KESEGARAN JASMANI PADA REMAJA PUTRI DI SMA N 1 POLOKARTO KABUPATEN SUKOHARJO
HUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI DAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN KESEGARAN JASMANI PADA REMAJA PUTRI DI SMA N 1 POLOKARTO KABUPATEN SUKOHARJO Skripsi ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah
Lebih terperinciDepartemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, Medan 2013
FAKTOR- FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN SARAPAN PAGI PADA ANAK DI SD ST.THOMAS 1 MEDAN TAHUN 2013 Rindika Christiani Siregar 1, Eddy Syahrial 2, Alam Bakti Keloko 2 1 Mahasiswa Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terhadap kualitas SDM yang dapat mempengaruhi peningkatan angka kematian. sekolah dan produktivitas adalah anemia defisiensi besi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik dan mental yang
Lebih terperinciLAPORAN HASIL PENELITIAN. SMA Raksana Medan Tahun Oleh : RISHITHARAN DORAISAMY
LAPORAN HASIL PENELITIAN Gambaran Pengetahuan Tentang Diet Seimbang pada Siswa SMA Raksana Medan Tahun 2011 Oleh : RISHITHARAN DORAISAMY 080100424 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011
Lebih terperinciPENGARUH POLA MAKAN TERHADAP KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMA DHARMA PANCASILA MEDAN TAHUN 2013 TESIS. Oleh
PENGARUH POLA MAKAN TERHADAP KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMA DHARMA PANCASILA MEDAN TAHUN 2013 TESIS Oleh LENY VALENTINA SINAGA 117032216/IKM PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS
Lebih terperinci